Anda di halaman 1dari 19

Vane Shear Test(VST)

Tujuan
Untuk menyelidiki/mengetahui jenis-jenis lapisan tanah(stratigrafi) pada setiap kedalaman.
Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli, Pengambilan
contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluaan penyelidikan lebih lanjut di Laboratorium.
Mengukur kekuatan geser langsung di lapangan.

Dasar Teori
Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan untuk data perencanaan pondasi bangunan.
Penyelidikan dapat dilakukan dengancara menggali lubang-percobaan (trial-pit), pengeboran,
dan pengujian langsung dilapangan(in-situ test ). Terdapat beberapa cara penyelidikan tanah
yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya,diantaranya :
a) Lubang-percobaan (trial-pit)
b) Bor tangan (hand auger)
c) Bor cuci (wash boring)
d) Penyelidikan dengan pencucian (wash probing).

Vane Shear Test (VST) merupakan alat in-situ yang digunakan untuk menentukan nilai kuat
geser tak terdrainase dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat mencapai pada kuat geser hingga
200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Dari penelitian sebelumnya, pengujian VST pada tanah
dengan konsistensi medium hingga lempung lunak diperoleh nilai su ≤ 50 kPa. VST juga dapat
digunakan pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya yang dapat diprediksi kekuatan
geser tak terdrainase-nya.

Metode penggunaan VST ini tidak dapat diaplikasikan pada 10 tanah pasir, gravel, dan jenis
tanah lainnya yang memiliki permeabilitas tinggi. Pada penelitian sebelumnya diperoleh bahwa
alat VST memang dibutuhkan untuk tes pada tanah yang memiliki permeabilitias rendah untuk
respon dari suatu pengujian untuk menggambarkan kuat geser tak terdrainase. Tes ini dilakukan
pada tahun 1919 di Swedia kemudian dikembangkan oleh John Olsson (di Flodin dan Broms,
1981). VST terdiri dari empat baling-baling (blade) berbentuk persegi panjang dengan
sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam tanah kemudian
diikuti dengan pengukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur uji ketika baling-baling
menggeser tanah. Torsi yang didapat dapat mengukur seberapa besar perlawanan tanah yang
muncul akibat pergeseran yang diterima dari baling-baling.

Beberapa keuntungan dari penggunaan VST ini adalah :


1. Salah satu metode in-situ yang ekonomis dan cukup cepat dalam prosedur pengujian di
lapangan.
2. Dapat mengukur kuat geser tanah dalam kapasitas yang besar hingga 200 kPa.
3. VST dapat menentukan propertis tanah lunak sensitif yang sulit dilakukan di laboratorium
tanpa perlakuan yang halus.
4. Salah satu alat yang sering digunakan dalam menganalisis kuat geser tak terdrainase.

Adapun beberapa kekurangan dari penggunaan VST ini adalah \


1. VST dapat terjadi kesalahan (error) yang diakibatkan oleh kelebihan gaya gesek pada
batang VST, kalibrasi torsi yang tidak sesuai, derajat putaran yang tidak memenuhi standar.
2. Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST sehingga keakuratan hasil sangat
dipengaruhi pada operator yang melakukan.
ASTM D2573 memberikan beberapa sumber-sumber mayor mengenai eror yang terjadi di alat
uji vane shear. Bor putar (rotary drill)Tujuan pengeboran salah satunya untuk mengambil
sampel tanah asli (undisturbed sample) dan sampel tanah tidak asli(disturbed sample), sehingga
kita dapat mengidentifikasi jenis-jenis lapisan tanah pada setiap kedalaman, apakah
tanahtersebut berjenis pasir, lanau, lempung atau berupa gabungan dari jenis-jenis tanah
tersebut.

a) Undisturbed sample/Contoh tanah asli


Contoh tanah asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang
ada padanya.Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air (water content)
atau susunan kimia. Contoh yang benar-benar asli (truly undisturbed samples) tidak mungkin
diperoleh, akan tetapi dengan teknis pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan
yang tepat maka kerusakan-kerusakan contoh dapat diminimumkan. Contoh tanah asli ini
diambil dengan memakai tabung-tabung contoh (sample tube). Alat ini berupa silinder
berdinding tipis yang disambung dengan suatu pemegang tabung contoh, alat ini dipakai
untuk lempung lunak sampai sedang. Tabung ini dimasukkan kedalam dasar lubang bor dan
kemudian ditekan/ dipalukedalam tanah asli yang akan diambil contohnya. Uraian secara jelas
tentang cara pengambilan sampel dibahas.

b) Disturbed sample/Contoh tanah tidak asli


Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur
tanah asli. Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kantung plastik) agar
kadar air dalam tanah tidak berubah.Contoh ini dipakai untuk menentukan ukuran butiran,
batas-batas atterberg, pemadatan, BJ dan lainnya.

Tabel. Klasifikasi tanah


Jenis-Jenis Sifat Tanah Mengidentifikasi Tanah Dilapangan
Tanah Ciri-cirinya Keterangan
Pasir Lepas Dapat digali dengan sekop, Jika diremas
pasak 50 mm dapat dengan air akan
ditancapkan terasa kasr
Padat Dibutuhkan cangkul untuk
menggali pasak kayu 50 mm
sulit ditancapkan
Lanau Lunak Mudah diremas dengan jari Jika diremas
Mudah diremas dengan dengan air akan
tekanan yang kuat pada jari- terasa seperti
jari tangan tepung beras
Lempung Sangat lunak Meleleh diantara jari-jari Jika diremas
tangan ketika diremas dengan air akan
Lunak Dapat diremas dengan terasa seperti
tekanan jari yang kuat sabun
Keras Dapat diremas dengan
tekanan jari yang kuat
Kaku Tidak dapat diremas dengan
jari, dapat digencet dengan
ibu jari
PERALATAN
Alat bor terdiri dari :
1) stang bor secukupnya
2) kunci mata bor
3) T + engkol2
Alat sampling terdiri dari :
1) Tabung sampel
2) Stick aparat + kunci yang sesuai
Alat Vane terdiri dari :
1) Mata Vane + koupling
2) Stang vane secukupnya + kepala
3) Torsimeter4)Perlengkapan :
1) Kunci pipa
2) Parafin
3) Obeng / spatula
4) Kompor
5) Dongkrak & angker
6) Panci

Prosedur Kerja
A. Pengambilan Contoh Tanah Asli
1) Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu.
2) Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan rangka dongkrak.
3) Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai tangan kalau memungkinkan).
4) Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick aparat untuk memasang tabung
sampel.
5) Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel dimasukkan ke dalam lubang bor
hingga dasar lubang.
6) Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk dudukan alas martil.
7) Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil sampai tabung sample terisi
penuh.
8) Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat untuk memutuskan tanah
dibagian bawah tabung sampel kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari lubang.
9) Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu dibersihkan. Tanah pada kedua
ujungnya dikorek sedikit kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah dipersiapkan
sebelumnya, kemudian diberi label.

B. Vane Shear Test


1) Stel alat Vane yang terdiri dari mata vane (bagian bawah), kopling stang dan kepala
(connection).
2) Masukkan alat Vane ke dalam lubang bor, di tekan/ dipukul hingga mata sampai kopling
benar-benarmasuk ke dalam tanah asli.
3) Dengan menggunakan kunci pas, putar stang bolak-balik hingga bagian stang terbebas dari
pengaruh gesekan tanah.
4) Pasang torsi meter lalu putar perlahan-lahan searah dengan putaran jarum jam hingga terjadi
keruntuhan yang ditunjukkan oleh menurunnya bacaan jarum hitam dari torsimeter sedangkan
jarum merah menunjukkan bacaan maksimum kemudian catat bacaan tersebut.
Gambaran Piezomer dalam
Pengukuran Tekanan Air Tanah
29 September 2017

Dalam membuat pondasi bagunan gedung bertingkat harus memerlukan beberapa pengujian
tanah untuk melihat kondisi, karakteristik dari tanah tersebut untuk menentukan perencanaan
dalam pembangunan. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah apakah mendukung
atau malah mengalami penurunan ketika diberi beban.
Banyak cara untuk menguji karakteristik dari tanah, salah satunya Tes Sondir, uji sample di lab
dan menggunakan alat Piezometer. Piezometer merupakan alat untuk mengukur tekanan atau
pressure pada tanah, didalam tanah terdapat air yang mengalir secara alami untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Dilakukannya pengetesan dengan menggunakan piezometer untuk melihat tekanan atau gaya
statis yang dihasilkan tinggi muka air tanah, selain untuk mengukur tekanan. Piezometer juga
dapat mengukur suhu pada tekanan fluida yang terdapat didalam tanah dengan resolusi 0,1 ° C.

Piezometer
Piezometer merupakan alat ukur sederhana yang penggunaannya cukup mudah untuk dilakukan
pengukuran, Piezometer memiliki beberapa instrument yaitu kabel yang bisa menjadi meteran
pengukur, piezometer, pipa dan bentonite.

Cara Kerja Piezometer


Lakukan pengeboran dengan menggunakan mesin bor bantuan alat berat dengan kedalaman
tertentu, kemudian lakukan pembersihan pada lubang tersebut untuk mengurangi tanah yang
masih tertinggal atau runtuh dari dinding lubang. Kemudian lakukan pemasangan selongsong pipa
pada lubang tersebut untuk menjadi pelindung dari piezometer agar tanah tidak runtuh.
Setelah dilakukan pemasangan pipa selongsong, piezometer siap untuk dimasukan kedalam pipa
tersebut, cukup dijatuhkan kedalam dan jika sudah sampai ke dalaman piezometer akan tetap
berdiri dengan tegak. Pada lubang tersebut beri beberapa sentimeter pasir halus dan batu kerikil
atau koral kemudian pasir halus lagi. Tujuan untuk memberikan pasir dan batu untuk menyaring
air secara alami yang terdapat pada tanah.
Sehingga alat piezometer akan tetap membaca tekanan pada muka air didalam tanah saja,
langkah terakhir beri bentonit untuk menutup pada lubang pipa tersebut hingga elevasi permukaan
tanah. Catat kedalaman yang telah ditunjukan oleh kabel meteran tersebut untuk tahap
selanjutnya dilakukan perhitungan.

Inclinometer adalah sebuah Sistem


peralatan/instrumentasi yang digunakan untuk
memantau pergerakan lahan yang terjadi dibawah permukaan, seperti pergerakan pada
tanah longsor, tanggul, bendungan, galian disekitar terowongan, dll.

Penjelasan Inclinometer

Inclinometer merupakan termasuk perangkat instrumen pantauan geoteknik yang memiliki faedah
membaca pergerakan tanah (kemiringan tanah). instrumen ini dipasang didalam pipa inclino dengan
panjang lebih dari 20meter, pipa ini mempunyai sifat elastis yang dapat melindungi istrumen pada ketika
ditanam didalam tanah.
Prinsip Kerja Inclinometer
Yaitu dengan menanamkan “casing Inclinometer” sedalam peraturan yang sudah ditentukan dan
dianggap akan terjadi pergerakan guna mendapatkan informasi pergerakan pada kedalaman tertentu,
ketika terjadi pergerakan maka profil casing yang sudah tertanam akan mengekor pergerakan yang
bakal terjadi, maka dari tersebut kita memahami besarnya pergerakan, dan arah pergerakan yang
terjadi untuk lantas kita pantauan pergerakan tanah dengan memakai alat Mens Digital Inclinometer.
Proses pemungutan data dilaksanakan sesuai dengan formalitas dan quantitynya dicocokkan
permintaan oleh konsultan.

Pasang probe itu kedalam pipa eksklusif yang sudah di desain guna pengujian inclinometer, pipa itu
mempunyai jalur yang dapat dilewati oleh probe. Probe inclinometer memiliki kekuatan terhadap
gesekan dan ada sensor servo-accelerometer guna mengukur kemiringan. Pipa itu dipasang kedalam
tanah mesti tegak dan lurus dengan ke dalaman yang sudah ditentukan dan dipasang menghadap ke
arah lokasi pembacaan.

Inclinometer

Pasang probe tersebut kedalam pipa khusus yang telah di desain untuk pengujian inclinometer, pipa
tersebut memiliki jalur yang dapat dilalui oleh probe. Probe inclinometer mempunyai kekuatan yang
seimbang yaitu servo-accelerometer untuk mengukur kemiringan. Pipa tersebut dipasang kedalam
tanah harus tegak dan lurus dengan ke dalaman yang telah ditentukan dan dipasang menghadap
ke arah tempat pembacaan.

Jika pipa kurang panjang dapat dilakukan penyambungan dengan pipa yang lainnya dengan cara di
lem terlebih dahulu kemudian dibor untuk dilakukan pemasangan sekrup dan di tutup rapat dengan
isolasi hitam mengelilingi pipa.

Setelah instalasi pipa telah selesai, pasangkan probe lalu hubungkan kabel probe dengan alat untuk
bisa membaca pergerakan tanah yang terjadi kemudian lakukan grouting untuk menutupi rongga-
rongga pada pipa.
METODE GEORADAR

Georadar (GPR), kadang-kadang disebut penyelidikan radar tanah, georadar, radar tanah, georadar
echo atau “georadar” adalah teknik geofisika eksplorasi bawah permukaan non-invasif menggunakan
gelombang elektromagnetik untuk karakterisasi dan pemantauan. Hal ini banyak digunakan untuk
menemukan obyek terpendam, karakterisasi dan pemantauan lingkungan, pertanian, penyelidikan
arkeologi, forensik dan deteksi dan karakterisasi persenjataan, air tanah, infrastruktur jalan dan ranjau
darat, pertambangan, dampak es, deteksi gua dan terowongan, lubang, pengendapan, karst dan
berbagai aplikasi lainnya. Hal ini dapat dioperasikan dari permukaan dengan tangan, kendaraan
ataupun pesawatt. Georadar memiliki resolusi tertinggi dari semua metode geofisika untuk pencitraan
bawah permukaan dengan resolusi sampai skala centimeter.

Resolusi dikendalikan oleh panjang gelombang propagasi gelombang elektromagnetik dalam


tanah. Resolusi meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi (panjang gelombang lebih pendek).
Kedalaman penyelidikan bervariasi dari kurang dari satu meter dalam tanah pada mineral tanah liat
montmorillonite sampai lebih dari 5.400 meter pada kutub es. Kedalaman investigasi meningkat dengan
menurunnya frekuensi tetapi dengan mengurangi resolusi. Kedalaman investigasi di pasir jenuh air
tawar bebas sekitar 30 meter. Kedalaman investigasi (dan resolusi) dikendalikan oleh sifat-sifat listrik
melalui kehilangan konduksi, konstanta dielektrik dalam air, reaksi elektrokimia pada tanah liat-
antarmuka air mineral, dan adanya mineral magnetik besi. Kehilangan penyebaran adalah akibat dari
heterogenitas spasial ukuran panjang gelombang di dalam tanah (sebagai perbedaan antara es dan
sebuah bola salju dalam cahaya hamburan. Detectabilitas objek di dalam tanah tergantung pada
ukuran, bentuk, dan orientasi relatif terhadap antena, kontras dengan host media, dan Radiofrequency
kebisingan dan gangguan.

RADAR adalah akronim diciptakan pada tahun 1934 untuk RAdio Detection and Ranging (Buderi,
1996). Survei pertama georadar telah dilakukan di Austria pada tahun 1929 sampai dengan kedalaman
gletser (Stern, 1929, 1930).

Gambar 1. Prinsip dasar penyelidikan Georadar


Radar pada prinsipnya berkaitan dengan metode refleksi seismik. Sebuah pemancar (TX)
memancarkan sinyal di daerah penyelidikan . Sinyal terpantul dideteksi dan direkam oleh penerima
(Rx). Tidak seperti metode seismik, instrumen radar menggunakan gelombang elektromagnetik, bukan
gelombang akustik. EM-gelombang tidak menembus sedalam gelombang suara tetapi akan
menghasilkan resolusi yang jauh lebih tinggi. Sasaran dengan impedansi listrik berbeda dengan media
sekitarnya akan dideteksi dan dicatat. Instrumen radar permukaan sebagian besar digunakan untuk
mendeteksi dan melokalisasi target logam dan nonlogam untuk perkiraan kedalaman 30m.

The RAMAC / GPR secara kontinyu memancarkan sinyal ke media penyelidikan. Jumlah scan per
satuan panjang waktu ditetapkan dalam perangkat lunak. Biasanya, akuisisi yang dibuat dalam profil di
atas permukaan media dapat sekaligus dilihat pada komputer laptop untuk mengendalikan pengukuran.

Lateral dan vertikal resolusi hasil bervariasi antara 0,01-1,0 meter, tergantung pada pilihan dari
frekuensi antena. Antena frekuensi yang lebih tinggi memberikan resolusi yang lebih tinggi tapi kurang
penetrasi, dan sebaliknya. Hiperbolik permukaan refleksi dari titik reflektor.

Secara umum peralatan georadar terdiri dari dua komponen utama yaitu peralatan pemancar
gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima pantulan / refleksi gelombang radar (tranceiver).
Sistem yang digunakan adalah merupakan sistem aktif dimana dilakukan ‘penembakan’ pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (pada interval gelombang radar) untuk kemudian dilakukan perekaman
intensitas gelombang radar yang berhasil dipantulkan kembali. Pengukuran dan perekaman terdapat
selisih waktu (Δt), ini kemudian akan membentuk suatu pola penampang gelombang radar yang khas
untuk tiap interval meter kedalamannya. Pola-pola refleksi ini mencerminkan perbedaan nilai dielektrik
massa / benda² terhadap gelombang radar yang mengenainya. Kedalaman pengukuran dapat
disesuaikan dengan tujuan kegiatannya yaitu dengan mengatur frekuensi gelombang radar yang
digunakan.

Gambar 2. Skema pengukuran dengan metode georadar dan penampang grafik radar yang
dihasilkan

PENERAPAN GEORADAR

Georadar dapat digunakan untuk kegiatan penelitian sebagai berikut:

A. Pertanian dan Kehutanan


 Perbaikan dan pembuatan saluran drainase
 Penataan lapangan golf
 Keberadaan air didalam tanah (soil water content)
 Keberadaan akar pohon
 Keberadaan metal dalam tiang listrik kayu atau pohon

B. Arkeologi

 Bangunan tertimbun dan pondasi


 Ploting lokasi makam lama / kuno
 Penelitian tentang keberadaan bangunan bersejarah
 Pencarian artefak

C. Mendeteksi benda-benda dalam tanah (terkubur)

 Mendeteksi pipa plastik (PVC), pipa logam dan kabel


 Mendeteksi saluran air / limbah
 Mendeteksi jalur pipa gas dan pipa air

D. Penerapan pada konstruksi bangunan (beton dan paving / lantai)

 Mendeteksi kabel listrik dalam lantai


 Mengukur ketebalan ubin / lantai
 Menentukan letak rongga dalan lantai

E. Penerapan dalam ilmu lingkungan

 Deliniasi pencemar (polutan / kontaminan)


 Pemantauan pengendalian pencemaran dengan cara remediasi
 Pemetaan saluran limbah dibawah tanah
 Keberadaaan tangki / tempat penampungan limbah dibawah tanah

F. Penerapan pada ilmu forensik (kriminalitas)

 Pencarian benda² yang dikubur


 Pencarian terowongan bawah tanah
 Pencarian barang bukti yang dikubur dibawah lantai / tegel

G. Penerapan pada ilmu geologi dan geoteknik (terutama untuk perencanaan dan konstruksi)

 Pencarian letak jalur pipa air / drainase, untuk perbaikan sistem drainase
 Mendeteksi lokasi galian / tambang tua
 Mendeteksi struktur karst (sinkhole, gua) pada batugamping
 Stratigrafi (tatanan batuan / tanah) dan struktur tanah

H. Penerapan pada ilmu hidrologi dan batimetri

 Pembuatan profil batimetri / penampang dasar laut / sungai/ danau


 Pemetaan zona infiltrasi / intrusi air laut
 Keberadaan muka airtanah (mat)
I. Penerapan untuk kondisi lingkungan es dan bersalju

 Pencarian korban longsoran salju


 Eksplorasi minyak dan gas bumi di daerah kutub
 Memperkirakan bencana longsoran salju
 Penerapan pada ilmu glasiologi
 Penetuan ketebalan lapisan es pada jalan diatas es
 Mendeteksi keberadaan obyek didalam es
 Manajemen lokasi wisata es
 Penentuan ketebalan salju

J. Penerapan pada sistem keamanan dan militer

 Penentuan letak kabel dan sensor / penyadap didalam tembok


 Pencarian letak terowongan bawah tanah
 Mendeteksi gerakan dari korban yang tertimbun runtuhan gedung
 Pemetaan lokasi ranjau darat
 Penentuan lokasi proyektil dan selongsong peluru yang terkubur

K. Penerapan dan penambangan sedimen placer

 Struktur dan stratigrafi geologi pada sedimen placer


 Penentuan bentuk dan arah penyebaran urat kimberlite (intan)
 Pencarian deposit nikel laterit

L. Penerapan pada kegiatan tambang

 Keberadaan struktur kekar / retas pada batuan


 Perencanaan keselamatan tambang pada tambang dalam (terowongan) dan pemetaan
struktur batuan pada tambang dalam (terowongan)

M. Pemantauan kondisi jalan, bangunan dan jembatan

 Pengukuran ketebalan aspal atau timbunan


 Evaluasi keretakan lantai jembatan
 Penelitian kerusakan jalan / perkerasan jalan

PERALATAN

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian Georadar

1. Georadar Unit, yang terdiri dari antenna, Processing Unit, Pengukur Jarak, Baterai, dan
kabel-kabelnya.

2. Laptop untuk mengoperasikan geordar unit dengan software Ramac dan Rad Explorer.

3. GPS untuk menentukan koordinat lokasi.

4. Kamera digital untuk dokumentasi kegiatan


5. PC Komputer untuk pengerjaan laporan

6. Meteran untuk mengukur jarak

Gambar 3. Beberapa peralatan yang dipergunakan


dalam penelitian. A. Georadar Unit, B. Laptop, C. GPS, D. Baterai Georadar Unit.

Gambar 4. Pengambilan data georadar pada lantai


basement gedung

Setelah selesai proses pengambilan data lapangan, tahap berikutnya adalah pemrosesan data
lapangan tersebut menjadi data yang siap dianalisis. Pemrosesan data georadar dilakukan dengan
menggunakan software RadExplorer.
Gambar 5. Perbandingan antara data lapangan (kiri) dan data yang telah diproses (kanan).

Pemrosesan data bertujuan untuk mengurangi frekuensi noise, menajamkan image, dan
menempatkan zero time pada tempatnya sehinga didapatkan image georadar yang mudah untuk
diinterpretasi gambaran bawah permukaannya. Pemrosesan data yang dipakai meliputi DC Removal,
Spatial Interporation, Background Removal, Bandpass Filtering, Trace Edit, Reflection Strength,
dan Time Zero Adjustment. Data yang telah diproses ini selanjutnya ditampilkan dalam 2 jenis tampilan,
yaitu tampilan yang menunjukkan image refleksi/pantulan dan tampilan yang menunjukkan kekuatan
pantulan (reflection strength).

Data yang telah selesai diproses dengan berbagai tahap data prossesing, menghasilkan data yang siap
untuk diinterpretasi dan dianalisis. Interpretasi dilakukan dengan mengamati karakter keterusan,
kekuatan, dan pola pantulan pada image georadar serta dibandingkan dengan desain obyek atau data
pendukung yang diteliti.

SURVEI KEDALAMAN PONDASI GEDUNG

Peralatan yang kami persiapkan adalah GEORADAR UNIT dengan spesifikasi :

1. FREKWENSI 100 MHz

 Untuk penelitian dengan kedalaman sedang (maksimal sekitar 40m) dengan resolusi sedang-
rendah, diameter lubang yang dapat terdeteksi minimal 1m (menyesuaikan kekontrasan
obyek dengan sekitarnya) .

 Ukuran alat (L x W x H): 1.25 x 0.78 x 0.20 m. Berat: 25.5 kg.

 Dapat dioperasikan pada lahan yang memiliki lebar minimal 1m dan panjang lintasan minimal
2,5m (panjang lintasan yang terdeteksi 1m) dengan kondisi permukaan relatif rata dan
kemiringan sekitar 450 .
Gambar 6. Pengukuran dg Frekwensi 100 MHz A. Pengukuran pada endapan sungai, B.Hasil
interpretasi tebal lapisan pasir, C. Hasil interpretasi kedalaman pondasi gedung

Data yang telah selesai diproses dengan berbagai tahap data prossesing, menghasilkan data yang siap
untuk diinterpretasi dan dianalisis. Interpretasi dilakukan dengan mengamati karakter keterusan,
kekuatan, dan pola pantulan pada image georadar serta dibandingkan dengan desain obyek yang
diteliti, dalam hal ini pondasi bangunan.

Dari hasil pengamatan image georadar, secara garis besar menunjukkan pola yang relatif mirip, yaitu
adanya pola refleksi yang relatif kuat pada bagian tengah lintasan, sementara pada awal maupun akhir
lintasan pola refleksinya melemah dan menunjukkan pola yang melengkung ke bawah. Lebih jelas lagi
bila menggunakan image kekuatan refleksi (reflection strength), dimana pada bagian tengah terlihat
warna merah dan berangsur menjadi putih dan akhir biru pada bagian tepi kiri dan kanan image
georadar. Gambaran ini diinterpretasikan disebabkan oleh adanya benda yang mempunyai nilai
impedan akustik lebih tinggi dibanding sekitarnya, sehingga kecepatan gelombang yang melewati
benda tersebut menjadi lebih cepat dan lebih jelas. Benda tersebut diperkirakan merupakan pondasi
bangunan, sedangkan di sekitarnya terdapat material urugan yang nilai impedansi akustiknya lebih
rendah.

Image georadar di daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu image georadar pada
pondasi di bagian luar (baris a dan d), serta image georadar pada pondasi di bagian dalam (baris b dan
c). Image georadar pada pondasi bagian luar menunjukkan pola refleksi yang tidak terlalu kuat pada
bagian tengah. Kekuatan refleksinya juga tidak terlalu kuat, yang ditunjukkan warna yang dominan
putih. Hal ini diperkirakan karena proses scanning georadar hanya melewati sedikit pondasi sumuran
yang ada dan bentuk memanjang kolom yang tegak lurus dengan arah scanning georadar sehingga
bidang pantulnya hanya kecil.
Gambar 7. Ilustrasi lintasan georadar pada pondasi bagian luar (baris a dan baris d). Terlihat bahwa
lintasan tersebut hanya melewati sedikit bagian dari pondasi.

Sementara itu image georadar pada pondasi bagian dalam menunjukkan pola refleksi yang relatif kuat
pada bagian tengah. Kekuatan refleksinya juga relatif kuat, yang ditunjukkan warna yang dominan
merah. Hal ini diperkirakan karena proses scanning georadar melewati lebih banyak bagian pondasi
sumuran yang ada disebabkan karena bentuk memanjang kolom yang sejajar dengan arah scanning
georadar atau karena diameter pondasi sumuran yang terscan lebih besar sehingga bidang pantulnya
relatif lebih besar.

Namun demikian, bila diamati lebar refleksi yang kuat lebih lebar dibandingkan bagian pondasi yang
terkena scanning. Hal ini disebabkan karena kecepatan gelombang di bagian pondasi jauh lebih besar
dibanding sekitarnya, sehingga gelombang yang dipantulkan oleh pondasi tersebut sudah dapat
direkam oleh antena georadar meskipun posisi antena belum sampai di atas pondasi atau sebaliknya
antena masih bisa merekam gelombang pantul dari pondasi meskipun posisinya sudah meninggalkan
pondasi. Hal ini terlihat dari pola melengkung dari bagian tepi image georadar.
Gambar 8. Ilustrasi lintasan georadar pada pondasi bagian dalam (baris b dan baris c). Terlihat
bahwa lintasan tersebut melewati bagian dari pondasi yang lebih lebar.

Interpretasi secara umum dari image georadar, terutama dari pengamatan kekuatan refleksi, akan
terlihat 2 kenampakan yang diinterpretasi sebagai sloof dan pondasi sumuran sebagaimana terlihat
pada model pada Gambar dibawah. Refleksi dari sloof tidak dapat dipisahkan antara sloof atas dan
sloof bawah karena resolusi vertikal georadar dengan frekuensi 100 MHz ini tidak cukup untuk
membedakan kedua sloof tersebut.

Gambar 9. a. Image Georadar, b. Interpretasi bentuk pondasai, c. Desain teknis pondasi

INTERPRETASI PENGUKURAN GEORADAR

Gambar 10. Image Georadar lokasi 1A


Gambar 11. Image Georadar lokasi 2A

Gambar 12. Image Georadar lokasi 1B

Gambar 13. Image Georadar lokasi 5B


Gambar 14. Image Georadar lokasi 2C

Gambar 15. Image Georadar lokasi 5C

Gambar 16. Image Georadar lokasi 3D


Gambar 17. Image Georadar lokasi 5D

Hasil pengukuran sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil interpretasi kedalaman pondasi

No Kode Kedalaman (m) Keterangan

1 1a 2,7 Kedalaman sloof

2 1b 7,3 Kedalaman pondasi

3 2a 2,7 Kedalaman sloof

5 2c 8,5 Kedalaman pondasi

11 5b 7,4 Kedalaman pondasi

12 5c 8,3 Kedalaman pondasi

13 5d 2,8 Kedalaman sloof

@ catatan : kedalaman dihitung dari lantai basement gedung

Kesimpulan dari hasil pengukuran Georadar sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengamatan terhadap image georadar, terlihat adanya pondasi di bawah


basement gedung . Image georadar dapat dengan jelas mengidentifikasi adanya sloof dan
pondasi sumuran.

2. Pondasi sumuran yang teramati dalam image georadar mempunyai lebar yang lebih besar
dibandingkan lebar sesungguhnya yang dilewati lintasan georadar. Hal ini disebabkan
kecepatan gelombang yang melewati pondasi sumuran lebih besar dibandingkan dengan
sekitarnya.

3. Keberadaan sloof dapat teridentifikasi dengan baik, namun tidak dapat dipisahkan antara
sloof atas dan sloof bawah. Hal ini disebabkan karena resolusi vertikal antena yang dipakai
yang tidak cukup kuat untuk memisahkan obyek yang lebih kecil dari 0,5 meter.

Anda mungkin juga menyukai