Tujuan
Untuk menyelidiki/mengetahui jenis-jenis lapisan tanah(stratigrafi) pada setiap kedalaman.
Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli, Pengambilan
contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluaan penyelidikan lebih lanjut di Laboratorium.
Mengukur kekuatan geser langsung di lapangan.
Dasar Teori
Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan untuk data perencanaan pondasi bangunan.
Penyelidikan dapat dilakukan dengancara menggali lubang-percobaan (trial-pit), pengeboran,
dan pengujian langsung dilapangan(in-situ test ). Terdapat beberapa cara penyelidikan tanah
yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya,diantaranya :
a) Lubang-percobaan (trial-pit)
b) Bor tangan (hand auger)
c) Bor cuci (wash boring)
d) Penyelidikan dengan pencucian (wash probing).
Vane Shear Test (VST) merupakan alat in-situ yang digunakan untuk menentukan nilai kuat
geser tak terdrainase dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat mencapai pada kuat geser hingga
200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Dari penelitian sebelumnya, pengujian VST pada tanah
dengan konsistensi medium hingga lempung lunak diperoleh nilai su ≤ 50 kPa. VST juga dapat
digunakan pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya yang dapat diprediksi kekuatan
geser tak terdrainase-nya.
Metode penggunaan VST ini tidak dapat diaplikasikan pada 10 tanah pasir, gravel, dan jenis
tanah lainnya yang memiliki permeabilitas tinggi. Pada penelitian sebelumnya diperoleh bahwa
alat VST memang dibutuhkan untuk tes pada tanah yang memiliki permeabilitias rendah untuk
respon dari suatu pengujian untuk menggambarkan kuat geser tak terdrainase. Tes ini dilakukan
pada tahun 1919 di Swedia kemudian dikembangkan oleh John Olsson (di Flodin dan Broms,
1981). VST terdiri dari empat baling-baling (blade) berbentuk persegi panjang dengan
sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam tanah kemudian
diikuti dengan pengukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur uji ketika baling-baling
menggeser tanah. Torsi yang didapat dapat mengukur seberapa besar perlawanan tanah yang
muncul akibat pergeseran yang diterima dari baling-baling.
Prosedur Kerja
A. Pengambilan Contoh Tanah Asli
1) Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu.
2) Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan rangka dongkrak.
3) Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai tangan kalau memungkinkan).
4) Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick aparat untuk memasang tabung
sampel.
5) Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel dimasukkan ke dalam lubang bor
hingga dasar lubang.
6) Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk dudukan alas martil.
7) Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil sampai tabung sample terisi
penuh.
8) Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat untuk memutuskan tanah
dibagian bawah tabung sampel kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari lubang.
9) Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu dibersihkan. Tanah pada kedua
ujungnya dikorek sedikit kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah dipersiapkan
sebelumnya, kemudian diberi label.
Dalam membuat pondasi bagunan gedung bertingkat harus memerlukan beberapa pengujian
tanah untuk melihat kondisi, karakteristik dari tanah tersebut untuk menentukan perencanaan
dalam pembangunan. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah apakah mendukung
atau malah mengalami penurunan ketika diberi beban.
Banyak cara untuk menguji karakteristik dari tanah, salah satunya Tes Sondir, uji sample di lab
dan menggunakan alat Piezometer. Piezometer merupakan alat untuk mengukur tekanan atau
pressure pada tanah, didalam tanah terdapat air yang mengalir secara alami untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Dilakukannya pengetesan dengan menggunakan piezometer untuk melihat tekanan atau gaya
statis yang dihasilkan tinggi muka air tanah, selain untuk mengukur tekanan. Piezometer juga
dapat mengukur suhu pada tekanan fluida yang terdapat didalam tanah dengan resolusi 0,1 ° C.
Piezometer
Piezometer merupakan alat ukur sederhana yang penggunaannya cukup mudah untuk dilakukan
pengukuran, Piezometer memiliki beberapa instrument yaitu kabel yang bisa menjadi meteran
pengukur, piezometer, pipa dan bentonite.
Penjelasan Inclinometer
Inclinometer merupakan termasuk perangkat instrumen pantauan geoteknik yang memiliki faedah
membaca pergerakan tanah (kemiringan tanah). instrumen ini dipasang didalam pipa inclino dengan
panjang lebih dari 20meter, pipa ini mempunyai sifat elastis yang dapat melindungi istrumen pada ketika
ditanam didalam tanah.
Prinsip Kerja Inclinometer
Yaitu dengan menanamkan “casing Inclinometer” sedalam peraturan yang sudah ditentukan dan
dianggap akan terjadi pergerakan guna mendapatkan informasi pergerakan pada kedalaman tertentu,
ketika terjadi pergerakan maka profil casing yang sudah tertanam akan mengekor pergerakan yang
bakal terjadi, maka dari tersebut kita memahami besarnya pergerakan, dan arah pergerakan yang
terjadi untuk lantas kita pantauan pergerakan tanah dengan memakai alat Mens Digital Inclinometer.
Proses pemungutan data dilaksanakan sesuai dengan formalitas dan quantitynya dicocokkan
permintaan oleh konsultan.
Pasang probe itu kedalam pipa eksklusif yang sudah di desain guna pengujian inclinometer, pipa itu
mempunyai jalur yang dapat dilewati oleh probe. Probe inclinometer memiliki kekuatan terhadap
gesekan dan ada sensor servo-accelerometer guna mengukur kemiringan. Pipa itu dipasang kedalam
tanah mesti tegak dan lurus dengan ke dalaman yang sudah ditentukan dan dipasang menghadap ke
arah lokasi pembacaan.
Inclinometer
Pasang probe tersebut kedalam pipa khusus yang telah di desain untuk pengujian inclinometer, pipa
tersebut memiliki jalur yang dapat dilalui oleh probe. Probe inclinometer mempunyai kekuatan yang
seimbang yaitu servo-accelerometer untuk mengukur kemiringan. Pipa tersebut dipasang kedalam
tanah harus tegak dan lurus dengan ke dalaman yang telah ditentukan dan dipasang menghadap
ke arah tempat pembacaan.
Jika pipa kurang panjang dapat dilakukan penyambungan dengan pipa yang lainnya dengan cara di
lem terlebih dahulu kemudian dibor untuk dilakukan pemasangan sekrup dan di tutup rapat dengan
isolasi hitam mengelilingi pipa.
Setelah instalasi pipa telah selesai, pasangkan probe lalu hubungkan kabel probe dengan alat untuk
bisa membaca pergerakan tanah yang terjadi kemudian lakukan grouting untuk menutupi rongga-
rongga pada pipa.
METODE GEORADAR
Georadar (GPR), kadang-kadang disebut penyelidikan radar tanah, georadar, radar tanah, georadar
echo atau “georadar” adalah teknik geofisika eksplorasi bawah permukaan non-invasif menggunakan
gelombang elektromagnetik untuk karakterisasi dan pemantauan. Hal ini banyak digunakan untuk
menemukan obyek terpendam, karakterisasi dan pemantauan lingkungan, pertanian, penyelidikan
arkeologi, forensik dan deteksi dan karakterisasi persenjataan, air tanah, infrastruktur jalan dan ranjau
darat, pertambangan, dampak es, deteksi gua dan terowongan, lubang, pengendapan, karst dan
berbagai aplikasi lainnya. Hal ini dapat dioperasikan dari permukaan dengan tangan, kendaraan
ataupun pesawatt. Georadar memiliki resolusi tertinggi dari semua metode geofisika untuk pencitraan
bawah permukaan dengan resolusi sampai skala centimeter.
RADAR adalah akronim diciptakan pada tahun 1934 untuk RAdio Detection and Ranging (Buderi,
1996). Survei pertama georadar telah dilakukan di Austria pada tahun 1929 sampai dengan kedalaman
gletser (Stern, 1929, 1930).
The RAMAC / GPR secara kontinyu memancarkan sinyal ke media penyelidikan. Jumlah scan per
satuan panjang waktu ditetapkan dalam perangkat lunak. Biasanya, akuisisi yang dibuat dalam profil di
atas permukaan media dapat sekaligus dilihat pada komputer laptop untuk mengendalikan pengukuran.
Lateral dan vertikal resolusi hasil bervariasi antara 0,01-1,0 meter, tergantung pada pilihan dari
frekuensi antena. Antena frekuensi yang lebih tinggi memberikan resolusi yang lebih tinggi tapi kurang
penetrasi, dan sebaliknya. Hiperbolik permukaan refleksi dari titik reflektor.
Secara umum peralatan georadar terdiri dari dua komponen utama yaitu peralatan pemancar
gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima pantulan / refleksi gelombang radar (tranceiver).
Sistem yang digunakan adalah merupakan sistem aktif dimana dilakukan ‘penembakan’ pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (pada interval gelombang radar) untuk kemudian dilakukan perekaman
intensitas gelombang radar yang berhasil dipantulkan kembali. Pengukuran dan perekaman terdapat
selisih waktu (Δt), ini kemudian akan membentuk suatu pola penampang gelombang radar yang khas
untuk tiap interval meter kedalamannya. Pola-pola refleksi ini mencerminkan perbedaan nilai dielektrik
massa / benda² terhadap gelombang radar yang mengenainya. Kedalaman pengukuran dapat
disesuaikan dengan tujuan kegiatannya yaitu dengan mengatur frekuensi gelombang radar yang
digunakan.
Gambar 2. Skema pengukuran dengan metode georadar dan penampang grafik radar yang
dihasilkan
PENERAPAN GEORADAR
B. Arkeologi
G. Penerapan pada ilmu geologi dan geoteknik (terutama untuk perencanaan dan konstruksi)
Pencarian letak jalur pipa air / drainase, untuk perbaikan sistem drainase
Mendeteksi lokasi galian / tambang tua
Mendeteksi struktur karst (sinkhole, gua) pada batugamping
Stratigrafi (tatanan batuan / tanah) dan struktur tanah
PERALATAN
1. Georadar Unit, yang terdiri dari antenna, Processing Unit, Pengukur Jarak, Baterai, dan
kabel-kabelnya.
2. Laptop untuk mengoperasikan geordar unit dengan software Ramac dan Rad Explorer.
Setelah selesai proses pengambilan data lapangan, tahap berikutnya adalah pemrosesan data
lapangan tersebut menjadi data yang siap dianalisis. Pemrosesan data georadar dilakukan dengan
menggunakan software RadExplorer.
Gambar 5. Perbandingan antara data lapangan (kiri) dan data yang telah diproses (kanan).
Pemrosesan data bertujuan untuk mengurangi frekuensi noise, menajamkan image, dan
menempatkan zero time pada tempatnya sehinga didapatkan image georadar yang mudah untuk
diinterpretasi gambaran bawah permukaannya. Pemrosesan data yang dipakai meliputi DC Removal,
Spatial Interporation, Background Removal, Bandpass Filtering, Trace Edit, Reflection Strength,
dan Time Zero Adjustment. Data yang telah diproses ini selanjutnya ditampilkan dalam 2 jenis tampilan,
yaitu tampilan yang menunjukkan image refleksi/pantulan dan tampilan yang menunjukkan kekuatan
pantulan (reflection strength).
Data yang telah selesai diproses dengan berbagai tahap data prossesing, menghasilkan data yang siap
untuk diinterpretasi dan dianalisis. Interpretasi dilakukan dengan mengamati karakter keterusan,
kekuatan, dan pola pantulan pada image georadar serta dibandingkan dengan desain obyek atau data
pendukung yang diteliti.
Untuk penelitian dengan kedalaman sedang (maksimal sekitar 40m) dengan resolusi sedang-
rendah, diameter lubang yang dapat terdeteksi minimal 1m (menyesuaikan kekontrasan
obyek dengan sekitarnya) .
Dapat dioperasikan pada lahan yang memiliki lebar minimal 1m dan panjang lintasan minimal
2,5m (panjang lintasan yang terdeteksi 1m) dengan kondisi permukaan relatif rata dan
kemiringan sekitar 450 .
Gambar 6. Pengukuran dg Frekwensi 100 MHz A. Pengukuran pada endapan sungai, B.Hasil
interpretasi tebal lapisan pasir, C. Hasil interpretasi kedalaman pondasi gedung
Data yang telah selesai diproses dengan berbagai tahap data prossesing, menghasilkan data yang siap
untuk diinterpretasi dan dianalisis. Interpretasi dilakukan dengan mengamati karakter keterusan,
kekuatan, dan pola pantulan pada image georadar serta dibandingkan dengan desain obyek yang
diteliti, dalam hal ini pondasi bangunan.
Dari hasil pengamatan image georadar, secara garis besar menunjukkan pola yang relatif mirip, yaitu
adanya pola refleksi yang relatif kuat pada bagian tengah lintasan, sementara pada awal maupun akhir
lintasan pola refleksinya melemah dan menunjukkan pola yang melengkung ke bawah. Lebih jelas lagi
bila menggunakan image kekuatan refleksi (reflection strength), dimana pada bagian tengah terlihat
warna merah dan berangsur menjadi putih dan akhir biru pada bagian tepi kiri dan kanan image
georadar. Gambaran ini diinterpretasikan disebabkan oleh adanya benda yang mempunyai nilai
impedan akustik lebih tinggi dibanding sekitarnya, sehingga kecepatan gelombang yang melewati
benda tersebut menjadi lebih cepat dan lebih jelas. Benda tersebut diperkirakan merupakan pondasi
bangunan, sedangkan di sekitarnya terdapat material urugan yang nilai impedansi akustiknya lebih
rendah.
Image georadar di daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu image georadar pada
pondasi di bagian luar (baris a dan d), serta image georadar pada pondasi di bagian dalam (baris b dan
c). Image georadar pada pondasi bagian luar menunjukkan pola refleksi yang tidak terlalu kuat pada
bagian tengah. Kekuatan refleksinya juga tidak terlalu kuat, yang ditunjukkan warna yang dominan
putih. Hal ini diperkirakan karena proses scanning georadar hanya melewati sedikit pondasi sumuran
yang ada dan bentuk memanjang kolom yang tegak lurus dengan arah scanning georadar sehingga
bidang pantulnya hanya kecil.
Gambar 7. Ilustrasi lintasan georadar pada pondasi bagian luar (baris a dan baris d). Terlihat bahwa
lintasan tersebut hanya melewati sedikit bagian dari pondasi.
Sementara itu image georadar pada pondasi bagian dalam menunjukkan pola refleksi yang relatif kuat
pada bagian tengah. Kekuatan refleksinya juga relatif kuat, yang ditunjukkan warna yang dominan
merah. Hal ini diperkirakan karena proses scanning georadar melewati lebih banyak bagian pondasi
sumuran yang ada disebabkan karena bentuk memanjang kolom yang sejajar dengan arah scanning
georadar atau karena diameter pondasi sumuran yang terscan lebih besar sehingga bidang pantulnya
relatif lebih besar.
Namun demikian, bila diamati lebar refleksi yang kuat lebih lebar dibandingkan bagian pondasi yang
terkena scanning. Hal ini disebabkan karena kecepatan gelombang di bagian pondasi jauh lebih besar
dibanding sekitarnya, sehingga gelombang yang dipantulkan oleh pondasi tersebut sudah dapat
direkam oleh antena georadar meskipun posisi antena belum sampai di atas pondasi atau sebaliknya
antena masih bisa merekam gelombang pantul dari pondasi meskipun posisinya sudah meninggalkan
pondasi. Hal ini terlihat dari pola melengkung dari bagian tepi image georadar.
Gambar 8. Ilustrasi lintasan georadar pada pondasi bagian dalam (baris b dan baris c). Terlihat
bahwa lintasan tersebut melewati bagian dari pondasi yang lebih lebar.
Interpretasi secara umum dari image georadar, terutama dari pengamatan kekuatan refleksi, akan
terlihat 2 kenampakan yang diinterpretasi sebagai sloof dan pondasi sumuran sebagaimana terlihat
pada model pada Gambar dibawah. Refleksi dari sloof tidak dapat dipisahkan antara sloof atas dan
sloof bawah karena resolusi vertikal georadar dengan frekuensi 100 MHz ini tidak cukup untuk
membedakan kedua sloof tersebut.
2. Pondasi sumuran yang teramati dalam image georadar mempunyai lebar yang lebih besar
dibandingkan lebar sesungguhnya yang dilewati lintasan georadar. Hal ini disebabkan
kecepatan gelombang yang melewati pondasi sumuran lebih besar dibandingkan dengan
sekitarnya.
3. Keberadaan sloof dapat teridentifikasi dengan baik, namun tidak dapat dipisahkan antara
sloof atas dan sloof bawah. Hal ini disebabkan karena resolusi vertikal antena yang dipakai
yang tidak cukup kuat untuk memisahkan obyek yang lebih kecil dari 0,5 meter.