SETTLEMENT
Anggi Pisko
270110120092
Geologi D
Efeknya, bagian tengah struktur jembatan akan mengalami gaya dalam momen
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan desain awalnya sedemikian sehingga dapat
menyebabkan terjadinya failure pada struktur jembatan.
Fenomena settlement akibat beban statik
Settlement atau deformasi volume tanah, dapat disebabkan oleh beban statik dan
beban dinamik. Dalam buku teks pada umumnya, penurunan tanah akibat beban
statik dibagi menjadi 3 fase:
Pada tanah jenuh, segera setelah proses pembebanan, material tanah akan
terkompresi mengakibatkan terjadinya immediate settlement
Untuk tanah pasir, akibat permeabilitasnya yang tinggi, maka proses konsolidasi
akan berlangsung segera, dan tidak akan menimbulkan masalah.
Terakhir, tanah juga akan mengalami reorganisasi/kompresi (deformasi) akibat
pembebanan statik dalam jangka waktu panjang. Fenomena ini dikenal dengan creep,
yang diklasifikasikan sebagai secondary settlement
Fenomena settlement akibat beban dinamik
Beban dinamik juga berpotensi mengakibatkan settlement, khususnya pada tanah
pasir lepas. Akibat beban dinamik, pasir mengalami kondisi short term, sedemikian
sehingga tegangan air pori naik. Namun tidak seperti pada kasus statik, dimana proses
penurunan terjadi secara gradual dalam jangka waktu panjang, tegangan air pori ini
akan turun secara segera akibat tingginya permeabilitas pasir.
Proses keluarnya air secara cepat inilah yang dapat menyebabkan tanah
kehilangan tegangan efektifnya, sehingga menyebabkan tanah menjadi likuid.
3
Keluarnya air pada pembebanan dinamik ini akan terlihat dengan jelas, ambil
contoh gempa di Jogja pada tahun 2006 silam atau Christchurch pada tahun 2011 yang
lalu di New Zealand. Beberapa foto gempa di Christchurch dapat dilihat pada gambar
dibawah ini. Cat: Air pada foto-foto tersebut bukan disebabkan hujan !!
Akibat proses settlement ini sangat fatal, bangunan bisa terjungkal (tilt) atau
bahkan
terbenam
bila
menyebabkan settlementpada
proses settlement-nya
pembebanan
dinamik
uniform.
ini
juga
Fenomena
dikenal
yang
dengan
Rumah
tinggal
tidak
mentoleransi
adanya
retak
tetapi
retak
pada
yang
besar
saat
mengalami
pembasahan.
Umumnya
tanah
ini
merupakan debris lepas, timbunan tak terkontrol, timbunan yang relatif terlalu dalam
tanah-tanah alluvium dan colluvium. Timbunan tak terkontrol meliputi proses
penimbunan yang tidak dilaksanakan sesuai aturan kepadatan tanah. Penimbunan ala
kadarnya pada air dll.
penimbunan lebih dari 6 m. Tanah alami alluvium dan colluvium umumnya di daerah
gersang, mengalami penurunan volume tanah secara cepat sebagai akibat lepasnya
ikatan antar partikel butiran tanah melalui perlemahan butiran halus oleh tegangan
permukaan saat penguapan air.
yang
lebih
stabil
menggunakan mini
pile,
grouting,
kombinasi drilling dan grouting, angkur. Jenis perbaikan tergantung dari keadaan tanah,
kondisi pondasi, kondisi bangunan dll.
Dimana:
Sci = pemampatan konsolidasi pada lapissan tanah yang ditinjau, lapisan ke i.
Hi = tebal lapisan tanah ke i
eo = angka pori awal dari lapisan tanah ke i
Cc = Compresssion Index dari lapisan tanah tersebut. (lapisan ke i )
Cs = Swelling Index dari lapis
asn tanah tersebut. (lapisan ke i )
po = tekanan tanah vertical effective di suatu titik ditengah-tengah lapisan ke I
akibat beban tanah sendiri di atas titik tersebut di lapangan ( = effective
overburden pressure )
pc = effective past overburden pressure , tegangan konsolidasi effective dimasa
lampau yang lebih besar dari pada po (dapat dilihat dari kurva
konsolidasinya).
p = penambahan tegangan vertical di titik yang ditinjau ( di tengah lapisan ke
i ) akibat beban timbunan jalan yang baru.
Untuk menghitung besaran p dapat digunakan grafik imfluence , I , seperti pada
gambar 1 ( dari NAVFACDM- 7 ,1970)
p = z = 2 x Ii x q
Dimana :
q = tegangan vertical efektif dipermukaan tanah akibat timbunan / embakment.
Gambar 1
2. Menghitung penurunan / settlement
Waktu penurunan dapat dihitung dengan rumus :
dimana :
H = tebal seluruh lapisan lunak dibawa embakment seperti dilihat Gb.2
Cv = koefisien konsolidasi ( m2/th)
Tv = derajat konsolidasi (%)
Untuk mempercepat proses konsolidasi bisa dipakai vertikal drain dengan rumus
dimana:
t = waktu yang diperlukan untuk mencapai h U
D = diameter lingkaran
Ch = koefisien konsolidasi aliran horizontal
F(n) = faktor tahanan akibat jarak antara PVD
Uh = derajat konsolidasi arah horizontal
Seperti GB.3
3. Menghitung F ( n )
Fungsi F ( n ) Merupakan Fungsi hambatan akibat jarak antara titik pusat PVD. Oleh
Hansbo ( 1979 ) harga F ( n ) didefinisikan sebagai berikut :
10
Dimana :
n = D/dw
dw = diameter equivalent dari vertical drain ( equivalan terhadap bentuk
lingkaran)
Pada umuamnya n > 20 sehingga dapat dianggap
Jadi :
11
12
PEMBAHASAN
Struktur yang dibangun pada lapisan tanah lunak yang sangat tebal mungkin
memerlukan perbaikan tanah, sehingga tanah tersebut mampu mendukung bangunan
diatasnya seperti contoh struktur jalan yang dibangun diatas timbunan, yang terletak
pada lapisan tanah lunak untuk menghindari keretakan permukaan jalan akibat
penurunan maka perlu dihitung penurunan maxsimum yang terjadi. (kalimat terlalu
panjang, sehingga topik tidak jelas atau banyak topik)
13
14
Daftar Pustaka
Joetomo. 2013. Konsolidasi. http://james-oetomo.com/2013/11/10/konsolidasioverview/. 23 November 2015.
Ramdhanol, Kaka. 2012. Settlement (Penurunan Bangunan).
https://kakaramdhanolii.wordpress.com/2012/12/17/settlement-penurunan-bangunan/.
23 November 2015.
Salem, Agus. 2010. Penurunan Pondasi (Settlement),
http://agussalemnisam.blogspot.co.id/2010/10/penurunan-pondasi-settlement.html. 23
November 2015.
Surya, Ade. 2015. Metode Perbaikan Bangunan Akibat Penurunan (Settlement).
http://inovasistruktur.blogspot.co.id/2015/08/metode-perbaikan-bangunan-akibat.html.
23 November 2015.
15