Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH GEOTEKNIK

SETTLEMENT

Anggi Pisko
270110120092
Geologi D

Tugas dikumpulkan pada


26 November 2015

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Materi Settlement pada bangunan

Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk berbagai


bangunan, jemabatan, menara, instalasi tenaga, dan struktur-struktur biaya mahal yang
sejenisnya. Penurunan untuk bangunan seperti urugan, bendungan tanah, tanggul banjir,
turap berbatang kukuh, dan dinding penahan tanah dapat diperkirakan.
Konsolidasi
Menurut Terzaghi, konsolidasi merupakan proses keluarnya air dari suatu
volume tanah, dimana air yang keluar tersebut tidak disubstitusi oleh fase gas.
Sedemikian sehingga, pada proses konsolidasi akan terjadi penurunan volume tanah.

Menara Miring Pisa


Konsolidasi tanah merupakan salah satu problem yang paling sering ditemui
dalam studi geomekanik. Salah satu problem yang paling terkenal adalah menara miring
Pisa, sebuah menara yang mengalami kegagalan pondasi namun menjadi terkenal.
Menara ini dibangun diatas pondasi setebal 3 m diatas tanah yang tidak stabil
(sumber), sehingga sebelum menara ini selesai dibangun, menara ini telah
mengalami tilt. Cat: Sebelum dibuka kembali pada medio 2000an, menara ini sempat
ditutup selama satu dekade untuk proses renovasi.

Retak di dinding akibat konsolidasi


Problem konsolidasi sering ditemui pada rumah-rumah, misalnya retak pada
dinding (cat: tidak semua retak di dinding diakibatkan konsolidasi). Retak ini umumnya
terjadi karena pondasi rumah mengalami differential settlement yang kemudian
menyebabkan terjadinya tegangan tarik pada dinding bangunan.
Differential settlement adalah settlement yang tidak merata pada struktur. Pada
umumnya, bila besarnya settlement relatif uniform, maka tidak akan muncul masalah
signifikan pada struktur.

Jembatan yang mengalami differential settlement


Penurunan tanah sangat mempengaruhi kestabilan superstruktur. Ambil contoh
lainnya, sebuah jembatan yang didesain untuk ditopang oleh 3 buah perletakan sendi.
Akibat proses konsolidasi, tiang dibagian tengah jembatan mengalami penurunan yang
lebih besar dibandingkan kedua perletakan lainnya, sehingga praktis jembatan hanya
ditopang oleh dua perletakan di ujung kiri dan kanannya.

Efeknya, bagian tengah struktur jembatan akan mengalami gaya dalam momen
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan desain awalnya sedemikian sehingga dapat
menyebabkan terjadinya failure pada struktur jembatan.
Fenomena settlement akibat beban statik
Settlement atau deformasi volume tanah, dapat disebabkan oleh beban statik dan
beban dinamik. Dalam buku teks pada umumnya, penurunan tanah akibat beban
statik dibagi menjadi 3 fase:

Pada tanah jenuh, segera setelah proses pembebanan, material tanah akan
terkompresi mengakibatkan terjadinya immediate settlement

. Bagian ini seringkali

diformulasikan dengan pendekatan elastik (meskipun tanah bukan material elastik).


Untuk tanah lempung, saat tanah dibebani maka tegangan air pori tanah akan
naik, namun seiring berjalannya waktu tegangan air pori ini akan turun secara gradual.
Penurunan tegangan air pori akan dibarengi keluarnya air dari kerangka solid tanah,
menyebabkan pengurangan volume tanah. Proses ini bisa berlangsung bulanan atau
tahunan tergantung karakter tanah dan dikenal sebagai consolidation settlement

Untuk tanah pasir, akibat permeabilitasnya yang tinggi, maka proses konsolidasi
akan berlangsung segera, dan tidak akan menimbulkan masalah.
Terakhir, tanah juga akan mengalami reorganisasi/kompresi (deformasi) akibat
pembebanan statik dalam jangka waktu panjang. Fenomena ini dikenal dengan creep,
yang diklasifikasikan sebagai secondary settlement
Fenomena settlement akibat beban dinamik
Beban dinamik juga berpotensi mengakibatkan settlement, khususnya pada tanah
pasir lepas. Akibat beban dinamik, pasir mengalami kondisi short term, sedemikian
sehingga tegangan air pori naik. Namun tidak seperti pada kasus statik, dimana proses
penurunan terjadi secara gradual dalam jangka waktu panjang, tegangan air pori ini
akan turun secara segera akibat tingginya permeabilitas pasir.
Proses keluarnya air secara cepat inilah yang dapat menyebabkan tanah
kehilangan tegangan efektifnya, sehingga menyebabkan tanah menjadi likuid.
3

Keluarnya air pada pembebanan dinamik ini akan terlihat dengan jelas, ambil
contoh gempa di Jogja pada tahun 2006 silam atau Christchurch pada tahun 2011 yang
lalu di New Zealand. Beberapa foto gempa di Christchurch dapat dilihat pada gambar
dibawah ini. Cat: Air pada foto-foto tersebut bukan disebabkan hujan !!

Akibat proses settlement ini sangat fatal, bangunan bisa terjungkal (tilt) atau
bahkan

terbenam

bila

menyebabkan settlementpada

proses settlement-nya
pembebanan

dinamik

uniform.
ini

juga

Fenomena
dikenal

yang
dengan

nama likuifaksi. :roll:


Sebaliknya pada tanah lempung, beban dinamik ini tidak akan menyebabkan
problem likuifaksi, alasannya tentu saja karena permeabilitas lempung yang rendah.

Metode Perbaikan Bangunan Akibat Penurunan (Settlement)


Besar Penurunan (settlement) tergantung dari :
a. Jenis konstruksi
Bangunan kayu memberi toleransi penurunan yang lebih besar dibandingkan
bangunan batu bata.
b. Penggunaan Bangunan
4

Rumah

tinggal

tidak

mentoleransi

adanya

retak

tetapi

retak

pada

batas tertentu masih dimungkinkan pada bangunan industri, gudang dll.


c. Keberadaan unsur bangunan yang sensitif
Ubin dan beberapa komponen bangunan yang sensitif kurang memberi toleransi
adalanya pergerakan struktur bangunan termasuk penurunan.
d. Kekakuan Struktur
Umumnya struktur bangunan dengan kekakuan yang tinggi memberi tolansi
penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan struktur yang kurang kaku.

Gambar Tabel Besar Penurunan (Settlement) yang Diijinkan


Penurunan pada Tanah Rawan Runtuh (Collapsible Soil):
Tanah rawan runtuh (collapsible soil) sangat mudah mengalami penurunan
volume

yang

besar

saat

mengalami

pembasahan.

Umumnya

tanah

ini

merupakan debris lepas, timbunan tak terkontrol, timbunan yang relatif terlalu dalam
tanah-tanah alluvium dan colluvium. Timbunan tak terkontrol meliputi proses
penimbunan yang tidak dilaksanakan sesuai aturan kepadatan tanah. Penimbunan ala
kadarnya pada air dll.

Timbunan relatif terlalu dalam mempunyai kedalaman

penimbunan lebih dari 6 m. Tanah alami alluvium dan colluvium umumnya di daerah
gersang, mengalami penurunan volume tanah secara cepat sebagai akibat lepasnya
ikatan antar partikel butiran tanah melalui perlemahan butiran halus oleh tegangan
permukaan saat penguapan air.

Gambar Konstruksi Tanah Rawan Runtuh


Penurunan pada Tanah Kohesif Jenuh Air dan Tanah Organik
Lapis tanah kohesif jenuh air dan tanah organik sangat rawan mengalami
penurunan yang besar. Lapis tanah kohesif jenuh air yang berupa lapisan lunak
cenderung mengalami penurunan volume akibat proses pembebanan bangunan dan
berlangsung cukup lama. Kasus ini pada tanah kohesif yang tebal, tanah timbunan bekas
rawa dll. Lapis tanah organik (misalnya tanah bekas lokasi pembuangan sampah)
cenderung mengalami penurunan yang besar akibat pembebanan bangunan.
Kerusakan pada Pondasi Tiang Pondasi tiang/ pondasi dalam
Kerusakan ini akan dapat kehilangan kekuatannya karena
aTiang dapat kehilangan integritas strukturalnya.
b. Tanah penopangnya tidak memadai sehingga memunculkan permasalahan
penurunan yang berlebihan.
Metode Perbaikan Pondasi:
1. Underpinning
Perkuatan/stabilisasi pondasi dengan cara pengalihan beban pondasi ke struktur
tanah

yang

lebih

stabil

menggunakan mini

pile,

grouting,

kombinasi drilling dan grouting, angkur. Jenis perbaikan tergantung dari keadaan tanah,
kondisi pondasi, kondisi bangunan dll.

Gambar Metode Underpinning


Penanganan Pondasi Tanah Ekspansif:
a.
b.
c.
d.

Penggantian tanah ekspansif


Stabilisasi tanah ekspansif dengan kapur atau semen
Pengontrolan aliran air pada tanah daerah sekitar pondasi
Penyiapan struktur bangunan dengan ikatan pondasi yang lebih kaku untuk
menahah gerak kembang susut tanah

Gambar Perbaikan Pondasi Tanah Ekspansif

Contoh Kasus dalam Settlement


7

1. Perhitungan penurunan / settlement


Rumus yang dipakai dalam perhitungan settlement akibat timbunan tanah
dibedakan akibat timbunan tanah dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Tanah normally consolidated (NC Soil)

2. Tanah over Consolidated (OC Soil )

Dimana:
Sci = pemampatan konsolidasi pada lapissan tanah yang ditinjau, lapisan ke i.
Hi = tebal lapisan tanah ke i
eo = angka pori awal dari lapisan tanah ke i
Cc = Compresssion Index dari lapisan tanah tersebut. (lapisan ke i )
Cs = Swelling Index dari lapis
asn tanah tersebut. (lapisan ke i )
po = tekanan tanah vertical effective di suatu titik ditengah-tengah lapisan ke I
akibat beban tanah sendiri di atas titik tersebut di lapangan ( = effective
overburden pressure )
pc = effective past overburden pressure , tegangan konsolidasi effective dimasa
lampau yang lebih besar dari pada po (dapat dilihat dari kurva
konsolidasinya).
p = penambahan tegangan vertical di titik yang ditinjau ( di tengah lapisan ke
i ) akibat beban timbunan jalan yang baru.
Untuk menghitung besaran p dapat digunakan grafik imfluence , I , seperti pada
gambar 1 ( dari NAVFACDM- 7 ,1970)
p = z = 2 x Ii x q
Dimana :
q = tegangan vertical efektif dipermukaan tanah akibat timbunan / embakment.

Gambar 1
2. Menghitung penurunan / settlement
Waktu penurunan dapat dihitung dengan rumus :

dimana :
H = tebal seluruh lapisan lunak dibawa embakment seperti dilihat Gb.2
Cv = koefisien konsolidasi ( m2/th)
Tv = derajat konsolidasi (%)

Untuk mempercepat proses konsolidasi bisa dipakai vertikal drain dengan rumus

dimana:
t = waktu yang diperlukan untuk mencapai h U
D = diameter lingkaran
Ch = koefisien konsolidasi aliran horizontal
F(n) = faktor tahanan akibat jarak antara PVD
Uh = derajat konsolidasi arah horizontal

Seperti GB.3

3. Menghitung F ( n )
Fungsi F ( n ) Merupakan Fungsi hambatan akibat jarak antara titik pusat PVD. Oleh
Hansbo ( 1979 ) harga F ( n ) didefinisikan sebagai berikut :

10

Dimana :
n = D/dw
dw = diameter equivalent dari vertical drain ( equivalan terhadap bentuk
lingkaran)
Pada umuamnya n > 20 sehingga dapat dianggap

Jadi :

Hasbo (1979) menentukan waktu konsolidasi dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut :

11

12

PEMBAHASAN
Struktur yang dibangun pada lapisan tanah lunak yang sangat tebal mungkin
memerlukan perbaikan tanah, sehingga tanah tersebut mampu mendukung bangunan
diatasnya seperti contoh struktur jalan yang dibangun diatas timbunan, yang terletak
pada lapisan tanah lunak untuk menghindari keretakan permukaan jalan akibat
penurunan maka perlu dihitung penurunan maxsimum yang terjadi. (kalimat terlalu
panjang, sehingga topik tidak jelas atau banyak topik)

Contoh timbunan diatas tanah lunak seperti gambar dibawah ini :

Yang dihitung antara lain :


1. besarnya penurunan dengan derajat penurunan 90 % ( T90 )
2. tegangan yang terjadi ( )
3. waktu penurunan ( t )
Menghitung penurunan :
menghitung penurunan akibat timbunan ditabelkan seperti dibawah ini:

13

Menghitung waktu penurunan :

14

Daftar Pustaka
Joetomo. 2013. Konsolidasi. http://james-oetomo.com/2013/11/10/konsolidasioverview/. 23 November 2015.
Ramdhanol, Kaka. 2012. Settlement (Penurunan Bangunan).
https://kakaramdhanolii.wordpress.com/2012/12/17/settlement-penurunan-bangunan/.
23 November 2015.
Salem, Agus. 2010. Penurunan Pondasi (Settlement),
http://agussalemnisam.blogspot.co.id/2010/10/penurunan-pondasi-settlement.html. 23
November 2015.
Surya, Ade. 2015. Metode Perbaikan Bangunan Akibat Penurunan (Settlement).
http://inovasistruktur.blogspot.co.id/2015/08/metode-perbaikan-bangunan-akibat.html.
23 November 2015.

15

Anda mungkin juga menyukai