PERANCANGAN STRUKTUR
Disusun Oleh :
KELOMPOK A8
1. NURZA PURWA ABIYOGA (20150110012)
2. GILANG RAMADHON (20150110029)
3. AYUNDIRA LESTARI (20150110035)
4. RENITA HUSNA (20150110046)
LAPORAN PRAKTIKUM
PERANCANGAN STRUKTUR
Disusun Oleh :
KELOMPOK A8
1. NURZA PURWA ABIYOGA (20150110012)
2. GILANG RAMADHON (20150110029)
3. AYUNDIRA LESTARI (20150110035)
4. RENITA HUSNA (20150110046)
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
c. Plat Bordes .....................................................................................21
3. Beban Balok .........................................................................................22
4. Beban Gempa .......................................................................................24
a. Prosedur Seismik Desain ...............................................................24
b. Respon Spektrum ...........................................................................27
BAB III LANGKAH PEMODELAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SAP 2000
A. PEMODELAN STRUKTUR ATAP .........................................................32
1. Data Perencanaan .................................................................................32
2. Penginputan Data Atap Dalam Program SAP 2000 .............................35
3. Analisis Pembebanan Atap dengan SAP 2000 .....................................66
B. PEMODELAN STRUKTUR PORTAL ....................................................69
1. Data Perencanaan .................................................................................69
2. Penginputan Data .................................................................................71
3. Analisis Pembebanan ...........................................................................89
BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAP DAN PORTAL
A. TEORI UMUM ..........................................................................................93
B. PERHITUNGAN DESAIN STRUKTUR ATAP ......................................95
1. Kuda-kuda ............................................................................................95
2. Perhitungan Gording ..........................................................................118
C. PERHITUNGAN DESAIN STRUKTUR PORTAL ...............................125
1. Kolom.................................................................................................125
2. Balok ..................................................................................................138
3. Plat .....................................................................................................152
4. Tie Beam.............................................................................................160
5. Fondasi ...............................................................................................177
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA
A. TEORI UMUM ........................................................................................193
B. PERHITUNGAN RAB ............................................................................194
1. Volume Pekerjaan ..............................................................................194
C. HASIL PERHITUNGAN RAB ...............................................................228
1. Rekaptulasi Pembangunan Gedung Perpustakaan .............................228
vi
2. RAB Gedung Perpustakaan................................................................228
PENUTUP ............................................................................................................ viii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ix
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perpustakaan merupakan suatu ruangan, bagian dari gedung yang berisi
buku-buku koleksi, yang diatur dan disusun demikian rupa, sehingga mudah
untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca
(Sutarno NS, 2006:11). Tujuan perpustakaan adalah untuk menyediakan
fasilitas dan sumber informasi dan menjadi pusat pembelajaran yang mana
dapat menumbuhkembangkan minat baca dan tulis Para siswa dan guru dapat
memanfaatkan waktu untuk mendapat informasi di perpustakaan. Kebisaan ini
mampu menumbuhkan minat baca mereka yang pada akhirnya dapat
menimbulkan minat tulis.
B. FUNGSI BANGUNAN
Perancangan ini direncanakan akan difungsikan untuk bangunan gedung
perpustakaan umum yang mana merupakan tempat berbagai sumber informasi
yang menyediakan sarana bahan bacaan untuk kegiatan belajar, penelitian dan
pengabdian masyarakat, serta menjadi lembaga pendidikan bagi masyarakat
umum.
C. LOKASI BANGUNAN
Bangunan ini berlokasi di kota Yogyakarta, luas wilayah kota Yogyakarta
3.185,80 Km2 dengan jumlah penduduk 4,594 juta orang. Kota Yogyakarta
terletak pada 8⁰ 30’ – 7⁰ 20’LS. Bangunan perpustakaan ini terletak di jalan
Jend.Sudirman di sebelah utara SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Perpustakaan
ini dibangun di pusat kota yang memudahkan untuk dikunjungi oleh berbagai
kalangan seperti pelajar ataupun masyarakat umum
1
Gambar 1.1 Lokasi pembangunan perpustakaan
D. TIPE STRUKTUR
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban
grafitasi secara lengkap, sedangkan beban lateral yang di akibatkan oleh gempa
dipikul oleh rangka pemikul momen melalui mekanisme lentur. System ini
terbagi menjadi 3, yaitu SRPMD (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa),
SRPMM (SRPMB) (system Rangka Pemikul Momen Menengah) dan SRPMK
(SRPMB) (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus). (SNI 1726:2012)
Beban Lateral adalah beban pada bangunan yang bersifat horizontal dengan
arah yang tidak menentu. Beban Lateral yang membebani struktur dapat berupa
beban angina atau beban gempa.
1. Spesifikasi Bangunan
a. Fungsi Bangunan : Perpustakaan
b. Luas Bangunan : 10 m x 26 m
c. Jumlah lantai : 6 (enam) lantai
d. Tinggi antar lantai
Lantai dasar kelantai 1 (+ 0.00 s.d + 4.00 m)
Lantai 1 kelantai 2 (+ 4.00 s.d + 7.00 m)
3
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja Profil (fy) : BJ - 37
b. Mutu Beton (fc’) : 30 Mpa
c. Mutu Baja tul. (fy) Ø ≤ 12 : 240 Mpa
d. Mutu Baja tul. (fy) Ø > 12 : 390 Mpa
E. APLIKASI / SOFTWARE
Perencanaan struktur bangunan perpustakaan ini menggunakan Software
Autocad yang digunakan untuk menggambar atau membuat desain gedung dan
Software SAP 2000 Versi 14 yang digunakan untuk menganalisis struktur
bangunan. Microsoft Word yang digunakan untuk penyajian laporan, dan
Microsoft Excel yang digunakan untuk pengolahan data, membatu proses
perhitungan dan digunakan untuk menampilkan hasil analisa yang di dapat dari
pemodelan SAP 2000.
Mulai
Pengumpulan data
A
4
Menghitung pembebanan :
Menganalisis hasil
running
Pemodelan kuda-kuda :
a. NFD
b. SFD
c. BMD
Menghitung penampang
struktur portal
A
5
Menghitung Fondasi
Menghitung Rencana
Anggaran Biaya (RAB)
Selesai
PEMBEBANAN
DF = Tan 30 × DE (2.3)
6
7
AB
AC = Cos 30
5
= Cos 30
= 5,77 m
AC
Jarak Antar Gording =
5
5,77
= 5
= 1,15 m
DF = Tan 30 × DE
= Tan 30 × 1
= 0,58 m
1. Beban Mati
Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung itu, beban mati pada kuda-kuda terdiri dari:
8
a. Beban Atap
P v = P × Cos α (2.5)
P h = P × Sin α (2.6)
P1 = 60 × L1
1
= 60 × (2 L Tritisan )
1
= 60 × ( 1,15 )
2
= 34,8 Kg/m
P1v = P 1 × Cos α
= 34,8 × Cos 30˚
= 30,14 Kg/m
P1h = P 1 × Sin α
= 34,8 × Sin 30˚
= 17,4 Kg/m
9
P2 = 60 × L2
1 1
= 60 × (2 L Antar Gording + 2 L Antar Gording )
1 1
= 60 × ( 2 1,15 + 2 1,15 )
= 69 Kg/m
P2v = P 2 × Cos α
= 69 × Cos 30˚
= 59,76 Kg/m
P2h = P 2 × Sin α
= 69 × Sin 30˚
= 34,5 Kg/m
b. Beban Gording
Profil Kanal 125 × 65 × 6 × 8
Berat = 13,4 Kg/m
Ph = P × Sin α
= 13,4 × Sin 30˚
= 6,7 Kg/m
Pv = P × Cos α
= 13,4 × Cos 30˚
= 11,6 Kg/m
10
c. Beban Plafond
P1 = w × A1
= 18 × (0,75 ×1,5)
= 20,25 Kg
P2 = w × A2
= 18 × (1,25 ×1,5)
= 33,75 Kg
P7 37,125
P8 61,88
P9 49,5
P10 33,15
P11 56,25
P12 45
P13 43,88
P14 73,13
P15 58,5
2. Beban Hidup
Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin
serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan
dapat diganti selama masa hidup dari gedung tersebut (PPPURG 1987).
a. Beban Hidup Pekerja
Beban hidup pada atap merupakan beban yang diakibatkan oleh
pengguna atau pekerja pada gedung tersebut, beban hidup pekerja yang
digunakan dalam perancangan tidak boleh kurang dari beban minimum
yang telah ditetapkan, yaitu 100 kg yang berasal dari seorang pekerja
atau seorang pemadam kebakaran beserta peralatanya.
b. Beban Hujan
Beban hujan merupakan beban yang terbagi rata per m3 bidang datar
yang berasal dari beban air hujan, dengan ketentuan bahwa beban
tersebut tidak perlu diambil lebih besar dari 20 Kg/m2.
12
Pv = P × Cos α (2.10)
Ph = P × Sin α (2.11)
P1 = 16 × L1
1
= 16 × (2 L Tritisan )
1
= 16 × (2 1,15 )
= 9,28 Kg/m
P1v = P 1 × Cos α
= 9,28 × Cos 30˚
= 8,04 Kg/m
P1h = P 1 × Sin α
= 9,28 × Sin 30˚
= 4,64 Kg/m
13
P2 = 16 × L2
1 1
= 16 × (2 L Antar Gording + 2 L Antar Gording )
1 1
= 16 × ( 2 1,15 + 2 1,15 )
= 18,4 Kg/m
P2v = P 2 × Cos α
= 18,4 × Cos 30˚
= 15,95 Kg/m
P2h = P 2 × Sin α
= 18,4 × Sin 30˚
= 9,2 Kg/m
3. Beban Angin
Beban Angin pada kuda-kuda ialah semua beban yang bekerja pada kuda-
kuda yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara, ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan) yang
bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.
v2
P = (2.12)
16
v2
P = 16
202
= 16
= 25 Kg/m2
H1 =C×P×L
1
= - 0,4 × 25 × (2 1,15 )
= 5,8 Kg/m
H1v = H1 × Cos α
= 5,8 × Cos 30˚
= 5,02 Kg/m
H1h = H1 × Sin α
= 5,8 × Sin 30˚
= 2,9 Kg/m
H2 =C×P×L
1 1
= - 0,4 × 25 × ( 1,15 + 1,15 )
2 2
= 11,5 Kg/m
15
H2v = H2 × Cos α
= 11,5 × Cos 30˚
= 9,96 Kg/m
H2h = H2 × Sin α
= 11,5 × Sin 30˚
= 5,75 Kg/m
D1 =C×P×L
1
= 0,2 × 25 × (2 1,15 )
= 2,9 Kg/m
D1v = D1 × Cos α
= 2,9 × Cos 30˚
= 2,5 Kg/m
D1h = D1 × Sin α
= 2,9 × Sin 30˚
= 1,45 Kg/m
16
D2 =C×P×L
1 1
= 0,2 × 25 × ( 2 1,15 × 1,15 )
2
= 5,75 Kg/m
D2v = D2 × Cos α
= 5,75 × Cos 30˚
= 4,98 Kg/m
D2h = D2 × Sin α
= 5,75 × Sin 30˚
= 2,87 Kg/m
17
1. Beban Angin
V2
P = 16
202
=
16
= 25 Kg/m2
P×l
W = n
(2.20)
P × lx
Wx = n
25 ×(10 ×22)
=
18
= 305,56 Kg
P × ly
Wy = n
25 ×(26 ×22)
= 48
= 297.92 Kg
2. Beban Plat
a. Plat Lantai
1) Beban Mati
Beban keramik = 24 Kg/m2
Beban Spesi = t × Bj Spesi (2.21)
Beban Pasir = t × Bj Pasir (2.22)
2) Beban Hidup
Berdasarkan PPURG beban hidup plat lantai perpustakaan sebesar
400 Kg/m2
b. Plat Tangga
1) Beban Mati
Beban lantai dasar ke lantai 1
H =4m
Depan
α = arc tan Samping (2.23)
Depan
Tan β = Samping (2.24)
2
α = arc tan 3,5
= 29,74⁰
≈ 30⁰
β = 90⁰ - 30⁰
= 60⁰
x
Tan β = 20
x = tan 60 × 20
= 34,64 cm
≈ 35 cm
t
Sin β =
20
t = sin 60 × 20
= 17,32 cm
= 0,1732 m
1,5
α = arc tan 3,5
= 21,54⁰
≈ 22⁰
Gambar 2.10 Anak Tangga pada lantai 1-2, 2-3, 3-4, 4-5
β = 90⁰ - 22⁰
= 68⁰
x
tan β =
20
x = tan 68 × 20
= 49,5 cm
≈ 50 cm
21
t
Sin β = 20
t = sin 68 × 20
= 18,54 cm
= 0,1854 m
2) Beban Hidup
Berdasarkan PPURG beban hidup pada tangga perpustakaan
sebesar 200 Kg/m2
c. Plat Bordes
1) Beban Mati
Beban Keramik = 24 Kg/m2
Beban Spesi = 0,02 × 2100 = 42 Kg/m2
Beban Pasir = 0,05 × 1600 = 80 Kg/m2
+
146 Kg/m2
22
2) Beban Hidup
Berdasarkan PPURG beban hidup pada bordes sebesar 200 Kg/m2
3. Beban Balok
Dimensi
Balok induk : b = 25 cm
: h = 50 cm
Balok Pengikat : b = 30 cm
: h = 60 cm
Balok Sloof : b = 20 cm
: h = 40 cm
Balok Bordes : b = 20 cm
: h = 30 cm
Ring Balok : b = 25 cm
: h = 30 cm
= 887,5 Kg/m
23
= 412,5 Kg/m
= 400 Kg/m
= 625 Kg/m
= 275 Kg/m
= 275 Kg/m
24
Lantai 4-5
t=3m
Beban Balok induk – Ring balok
1 1
QD = Bd × (t – (2 h induk + 2 h ring balok))
1 1
= 250 × (3 – (2 × 0,5 +2 × 0,3))
= 650 Kg/m
= 612,5 Kg/m
4. Beban Gempa
a. Prosedur Seismik Desain
1) Berdasarkan SNI 1726:2012 kategori risiko bangunan gedung untuk
beban gempa struktur bangunan perpustakaan termasuk d katagori
resiko I
2) Untuk kategori risiko I maka nilai dari keutamaan Gempa yaitu 1,0
2
22 2 60
60
2
24 2 41
41
2
26 2 45
45
2
28 2 45
45
∑ 210 30 697 0,699
∑ ti
N = ti (2.28)
∑
Ni
∑ ti
N = ti
∑
Ni
30
= 0,699
= 42,92,
N ≤ 50 ( termasuk tanah sedang)
R
Fs = I × g
8
= 1,0 × 9,81
= 0,82
b. Respon Spektrum
1) Respon spectrum dapat diakses melalui www.puskim.pu.go.id atau
dari SNI 1726-2012. Kemudian masukkan nama kota tempat lokasi
konstruksi lalu hitung
28
3) Perhitungan Spektrum
SMS = Fa × SS (2,30)
SMI = Fv × S1 (2.31)
2
SDI = 3 × SMI (2.32)
2
SDI = 3 × SMS (2.33)
29
S
TO = 0,2 × SDI (2.34)
DS
S
TO = 0,2 × SDI (2.35)
DS
Fa = 1,02
Fv = 1,56
S1 (g) = 0,44
Ss (g) = 1,21
SMS = Fa × SS
= 1,02 × 1,21
= 1,23018
≈ 1,23
SMI = Fv × S1
= 1,56 × 1,44
= 0,690864
≈ 0,69
2
SDI = × SMI
3
2
= × 0,69
3
= 0,46
2
SDI = 3 × SMS
2
= × 1,23
3
= 0,82
30
S
TO = 0,2 × SDI
DS
0,46
= 0,2 × 0,82
= 0,112195112
≈ 0,11
S
TO = 0,2 × SDI
DS
0,46
=
0,82
= 0,56097
≈ 0,56
Sa 2
Ts : 0,56
To : 0,11
SDS : 0,82
Sa 3
Ts : 0,56
To : 0,11
SDS : 0,82
0.598 0.770
0.599 0.769
0.6 0.768
0.601 0.767
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5
T (detik)
34
35
b. Untuk membuat lembar kerja baru klik File New → Model, atau
bisa menekan tombol Ctrl + N.
Gambar 3.5 Tampilan untuk menginput ukuran lebar dan tinggi atap
l. Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar dibawah. Pilih Add
New Property. Pada Add Frame Section Properties, Kemudian
untuk Profil 2L.50.50.5 klik pada Double Angle dan untuk Profil
C.150.75.6,5, klik pada Channel.
m. Pada kotak dialog Add Frame Section Property, pilih jenis profil
yang akan digunakan, dan ubah tipe profil dengan Steel.
n. Input data-data setiap profil yang telah ditentukan. Dalam hal ini,
kami menginput data-data setiap profil yang telah ditentukan sesuai
dengan data-data profil yang berada di buku Tabel Profil Konstrusi
Baja oleh Ir. Rudy Gunawan.
13) Untuk membagi 10 titik dengan cara, Klik Edit → Edit Lines
→ Join Frames.
49
14) Lalu masukkan angka untuk pembagian titik. Lalu Ok. Setelah
itu gambarkan gording pada titik kedua dari atas.
16) Untuk melihat apakah posisi profil sudah benar yaitu dengan
cara, Klik Display lalu ceklis Extrude View lalu OK.
22) Setelah itu membuat susunan beban yang bekerja pada atap.
Klik Define → Load Patterns. Kemudian pada Load Pattern
Name diisikan nama beban yang akan dipakai, pada Type pilih
jenis beban yang dipakai, dan pada Self Weight Multiplier diisi
sesuai ketentuan, Pada Define Load Patterns diinput jenis-
jenis beban yang akan bekerja pada atap yaitu beban mati
(DEAD), beban mati tambahan (ADL), beban hidup (LIVE),
beban angin (WIND) dan beban hujan (RAIN) lalu klik Add
New Load Pattern.
`
Gambar 3.37 Membuat susunan beban
54
Setelah itu diinput beban mati pada plafond, yaitu dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih ADL karena merupakan
beban mati tambahan.
b) Pada Options, klik pada Add to Existing Loads yang
berfungsi untuk menambahkan beban.
c) Pada Force Global Z, diinput nilai beban mati pada plafon
sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB II dan
tambahkan nilai (-) min agar bebannya ke arah bawah.
2) Isikan beban angin dengan cara select gording, lalu klik Assign
→ Frame Load → Distributed pilih Wind, arah Gravity, dan isi
uniform load sesuai dengan perhitungan.
2) Isikan beban hujan dengan cara select semua gording, lalu klik
Assign → Frame Load → Distributed pilih Rain, arah Gravity,
dan isi uniform load sesuai dengan perhitungan.
3) Setelah itu klik Design, pilih Steel Frame Design, pilih Select
Design Combos. Akan muncul kotak dialog pada List of Load
Combination blok semua daftar beban kombinasi, lalu klik add.
Klik OK.
c. Untuk melihat hasil output pada joint, run terlebih dahulu kemudian
klik Display pilih Show Tables. Pada Analysis Results pilih Joint
Output klik pada Reactions, klik OK.
d. Untuk melihat hasil output pada frame, klik Display pilih Show
Tables. Pada Analysis Results pilih Element Output klik pada Frame
Output, klik OK.
2. Beban Hidup
Beban hidup pelat lantai
Beban hidup didapat dari PPURG 1987 untuk gedung perpustakaan
= 400 kg/m2
Beban hidup pelat bordes dan tangga
Beban hidup didapat dari PPURG 1987 untuk gedung perpustakaan
= 200 kg/m2
3. Beban Angin Portal
Tekanan harus diambil minimum 25 kg/m2
Beban arah Wx = 305,56 kg
Beban arah Wy = 297,92 kg
4. Beban Gempa
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5
T (detik)
2. Penginputan Data
Sebelum memulai pemodelan, maka kita harus menginput data-
data yang diperukan seperti material, profil yang digunakan, dan grid data.
a. Setelah membuka program SAP2000, ubah unit dan satuan
pada bagian kanan bawah menjadi kgf, m, C.
j. Pada Section Name, beri nama jenis frame nya. Pada Material
pilih Beton, dan isi Dimensions sesuai ukuran frame yang
dipakai.
n. Pada Section Name beri nama Plat lantai, pilih Type dengan
Shell – Thin. Pilih Material yaitu Beton dan sesuaikan ukuran
ketebalan plat.
j. Setelah itu klik Edit, pilih Edit Areas, lalu pilih Divide Areas.
Kemudian pada Divide Area Based on points on Area Edges
klik centang Intersection of Visible Straight Grid Lineswith
Area Edges. Pada Divide Area into Objects of This Maximum
Size bagian Along Edge from Ponit 1 to 2, dan 1 to 3 diisi
0.5.Klik OK.
t. Pada portal beban plat lantai, plat bordes, beban dinding, dan
beban lift menggunakan ADL. Sedangkan beban yang berasal
dari atap yaitu beban angin menggunakan WIND, beban hujan
menggunakan RAIN, beban mati atap menggunakan ADL, dan
beban hidup menggunakan LIVE.
3. Analisis Pembebanan
Langkah selanjutnya yaitu analisis pembeban yang bekerja pada
setiap struktur portal.
a. Langkah pertama, klik Anlyze pilih Run Analysis pada MODAL
pilih Run/Do Not Case, kemudian klik Run Now.
A. TEORI UMUM
Perencanaan suatu gedung (bangunan) merupakan suatu usaha untuk
menyusun dan mengorganisasikan suatu proyek kontruksi baik berupa perhitungan-
perhitungan ataupun tulisan-tulisan, sehingga bangunan yang dihasilkan sesuai
dengan keinginan dengan tetap memperhatikan standar ekonomi, aman, kuat dan
nyaman. Ilmu teoritis tidaklah cukup karena analisa secara teoritis tersebut hanya
berlaku pada kondisi struktur yang ideal, sedangkan gaya-gaya yang dihitung
merupakan pendekatan dari keadaan yang sebenarnya atau yang diharapkan terjadi.
Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, struktur
penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda, beban atap ini kemudian akan
disalurkan ke fondasi melalui kolom dan balok. Struktur baja yang paling sering
dijumpai adalah struktur rangka, dimana elemen penyusunnya terdiri dari batang
tarik, batang tekan, dan elemen lentur atau kombinasi ketiganya yang dirangkai
sedemikian rupa sehingga terbentuk struktur rangka atap yang kokoh. Masing-
masing elemen memiliki sifat dan fungsi khusus dalam struktur baja.
Menurut Setiawan (2008), batang tarik banyak dijumpai dalam banyak
struktur baja, seperti struktur jembatan,rangka atap, menara transmisi, ikatan angin,
dan lain sebagainya. Batang tarik ini sangat efektif dalam memikul baban. Batang
ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun profil-profil tersusun.
Menurut Setiawan (2008), batang tekan adalah merupakan batang yang
menerima gaya aksial tekan. Komponen struktur tekan dapat terdiri dari profil
tunggal ataupun profil tersusun yang digabung dengan menggunakan pelat kopel.
Pada konstruksi baja dipakai beberapa macam alat sambung, diantaranya
baut dan las. Dalam praktek umumnya dipakai baut sekrup pada pekerjaan
bengunan gedung, pemakaian baut mempunyai keuntungan yaitu mudah dalam
pemasangan, mudah diganti dan mudah dilepas sehingga dapat dipindahkan.
Struktur bangunan gedung terdiri dari 2 bangunan utama, yaitu struktur
bangunan atas dan struktur bangunan bawah. Struktur bangunan atas yaitu struktur
bangunan yang berada diatas permukaan tanah yang meliputi struktur atap plat
93
94
lantai balok, kolom dan dinding. Sedangkan struktur bangunan bawah merupakan
struktur bangunan yang berada dibawah permukaan tanah yang lazim disebut
fondasi. Fondasi berfungsi sebagai pendukung bangunan diatasnya untuk
diteruskan ke tanah dasar.
Menurut Asroni (2010), kolom merupakan suatu konstruksi bangunan
gedung, yang berfungsi sebagai pendukung beban dari balok dan pelat untuk
diteruskan ke tanah melalui fondasi. Oleh karena itu dapat didefinisikan, kolom
ialah struktur yang mendukung beban aksial dengan atau tanpa momen lentur.
Menurut Asroni (2010), balok dapat didefinisikan sebagai salah satu elemen
struktur portal dengan bentang yang arahnya horizontal. Beban yang bekerja pada
balok biasanya berupa beban lentur, beban geser maupun torsi, sehingga perlu baja
tulangan untuk menahan beban-beban tersebut. Tulangan ini berupa tulangan
memanjang atau tulangan longitudinal (yang menahan beban lentur) serta tulangan
geser atau begel (yang menahan beban geser dan torsi).
Menurut Asroni (2010), fondasi merupakan struktur bawah atau didalam
tanah yang bertugas untuk memikul bangunan di atasnya. Seluruh muatan (beban)
dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat
fondasi sendiri harus dipindahkan atau diteruskan oleh fondasi ke tanah dasar
dengan sebaik-baiknya, untuk tujuan itu fondasi bangunan harus dipertimbangkan
dapat menjamin kestabilan bangunan. Karena itu dapat dipahami bahwa fondasi
merupakan bagian yang paling penting dari struktur bangunan, karena jika terjadi
kegagalan atau kerusakan pada fondasi maka dapat berakibat pada kerusakan
bangunan diatasnya, atau bahkan robohnya struktur bangunan secara keseluruhan.
Berdasarkan letak kedalaman tanah kuat yang digunakan sebagai pendukung
fondasi, maka fondasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu fondasi dangkal, fondasi
sedang dan fondasi dalam. Kedalaman tanah kuat yang digunakan sebagai
pendukung fondasi dangkal diperkirakn mencapai 3,00 mm dibawah pemukaan
tanah, sedangkan kedalaman tanah kuat untuk pondasi sedang diperkirakan sampai
mencapai 4,00 m, untuk fondasi dalam kedalaman minimal tanah kuat adalah
minimal sedalam 4,5 m dibawah permukaan tanah.
95
I
r =√A (4.1)
3410000
=√ 2540
= 36,64 mm
= 14586354,8 mm4
97
3410000
=√ 2540
= 36,64 mm → rmin
3410000
=√ 2540
= 36,64 mm
b E
≤ 0,45√F (4.7)
t y
120 200000
≤ 0,45√
11 240
3) Faktor kekakuan (K) pada batang profil ini yaitu sebesar 1,0 dengan
tumpuan sendi-sendi (AISC 360-2010, Tabel C-A-7.1.)
4) Kuat tekan nominal (𝑃𝑛) ditentukan dari nilai TERKECIL yang diperoleh
berdasarkan keadaan-keadaan batas tekuk yang ditentukan. Menurut AISC
360-2010, Tabel E1.1 dijelaskan bahwa profil Double Angles (2L)
memiliki 2 kondisi batas tekuk untuk penampang tidak langsing yaitu
kondisi batas Tekuk Lentur/Flexural Buckling (FB) dan Tekuk Torsi
Lentur/Flexural-Torsional Buckling (FTB).
Tabel 4.3 Keadaan batas terhadap desain komponen struktur untuk tekan
1 ×1.150 200000
> 4,71√
36,64 240
π2 ×200.000
=
(31,39)2
= 2003,31 MPa
Jadi, didapatkan nilai kapasitas tekan (Pn) untuk kondisi batas tekuk
lentur yaitu sebesar 1.159,56 kN
100
3 1 ×1.150 575
>
4 53,58 36,64
16,10 > 15,69 → Tidak perlu ditambah plat kopel
KL KL
(r) = (r ) (4.13)
m gy 0
KL 1 ×1.150
( ) =( )
r m 53,58
= 21,46
1 ×1.150 200.000
( ) ≤ 4,71 √
53,58 240
π2 ×200.000
= (21,46)2
= 4.286,18 Mpa
101
= 4.213,85
= 28,1 mm
102
Igx + Igy
(Ῡo)2 = xo2 + yo2 + (4.19)
Ag
= 02 + (28,1)2 + 4.213,85
= 4.241,95
2) Konstanta torsi J
2
J = (d +b -t) t3 (4.20)
3
2
= (120 +120 -11) 113
3
= 203.199,33 mm4
= 727, 96 Mpa
4) Menghitung nilai H
xo 2 yo2
H =1− 2 (4.22)
Ῡo
(0 2 ) × (28,12 )
=1−
4.241,952
= 0,81
103
= 216,94 MPa
3410000
=√ 2540
= 36,64 mm
Rn = Fnv × Ab (4.31)
= 141,36 kN
Total Rn = n × Rn (4.32)
= 3 × 141,36
= 424,1 kN
108
= 0,79
I
g) Jari - jari inersia sumbu (r) = √A (4.43)
3410000
=√ 2540
= 36,64 mm
= 0,707 he
= 0,707 (9)
= 6,363 mm → 6,4 mm
113
= 1.238,4 N/mm
= 1,2 kN/mm
= 457,2 mm
= 120 – 33,6
= 86,4 mm
= 329,184 mm → 330 mm
= 228,6 → 230 mm
114
= 2.254 mm2
X
U =1- (4.55)
l
33,6
= 1- 230
= 0,854
115
= 0,854 × 2254
= 1.924,916 mm2
= 534.164,19 N → 534,16 kN
Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai kuat batang tarik rencana
diambil nilai terkecil dari nilai kapasitas tarik dari kriteria leleh dan
kriteria fraktur.
P
Fp = BNu (4.61)
37742,013
= 500×500
= 131,25 mm
b) Mencari nilai n
B - 0,8bf
n= (4.63)
2
500 - 0,8(125)
=
2
= 200 mm
117
= 0,65(6.375)
= 4.143,75 KN → Kuat tumpu rencana
4dbf P
X = ((d + bf)2) ∅cPu (4.66)
p
4(250)(125) 37,742
= ( )
(250 + 125)2 4.143,75
= 0,008
2√X
λ = (4.67)
1 + √1 - X
2√0,008
=
1 + √1 - 0,008
= 0,164 ≤ 1 → OK
= 1⁄4 0,164√(250)(125)
= 7,248 mm
Digunakan nilai terbesar → n = 200 mm
= 1⁄2 (0,151)(200)2
= 3.020 Nmm⁄mm
118
4Mpl
tp ≥√
∅Fy
4(3.020)
tp ≥√
0,9(250)
tp ≥ 7,327 mm ≈ 8 mm
2. Perhitungan gording
a. Data Momen dan Gaya geser
1) Momen terhadap sumbu x (Mux) yaitu nilai momen terbesar
terhadap sumbu x sebesar 594.000 Nmm
2) Momen terhadap sumbu y (Muy) yaitu nilai momen terbesar
terhadap sumbu y sebesar 2.879.976,22 Nmm
3) Gaya geser terhadap sumbu x (Vux) yaitu nilai gaya geser terbesar
terhadap sumbu x sebesar 5.881 N
4) Gaya geser terhadap sumbu y (Vuy) yaitu nilai gaya geser terbesar
terhadap sumbu y sebesar 944 N
119
= 76.923,08 Mpa
2) Tinggi profil as ke as
h = ht – tf (4.71)
= 125 – 8
= 117 mm
2 1
= ((3 × 117 × 63 ) + (3 × 125 × 63 ))
= 25.848 mm4
1172
= 655.000 × 4
= 2.241.573.750 mm6
19,4 655.000
= × √2.241.573.750
2
= 0,166
121
65
= 1 125 × 6
√12 × (1+ ( × ))
6 65 × 8
= 16,85 mm
λf ≤ λp
b E
≤ 0,38 √F
tf y
65 200.000
≤ 0,38 √
8 240
λw ≤ λp
ℎ𝑡 E
≤ 3,76 √F
tw y
125 200.000
≤ 3,76 √
6 240
594.000 2.879.976,22
((0,9 × 16.320.000) + (0,9 )) ≤ 1
× 3.456.000
200.000
= 1,76 × 19,6 × √ 240
= 995,81 mm
123
= 3.312,26 mm
Lp ˂ Lb ≤ Lr
995,81 ˂ 2500 ≤ 3312,26
Maka :
L - Lp
Mn = Cb × [Mp - (Mp -(0,7 × Fy × Sx )) × ( Lb- L )] ≤ Mp (4.79)
r p
2.879.976,22
= 5
2
= 1.151.990,488 Nmm
Mu
Mb = 3 (4.81)
2
2.879.976,22
= 3
2
= 1.919.984,147 Nmm
12,5 × Mu
Cb = (2,5 × M (4.82)
u )+ (3 × MA)+ (4 × MB )+ (3 × MC )
12,5 × 2.879.976,22
= (2,5 × 2.879.976,22)+(3×1.151.990,488)+ (4× 1.919.984,147)+ (3 × 2.879.976,22)
= 1,65 ≤ 2,27
124
L -Lp
Mn = Cb × [Mp -(Mp -(0,7 × Fy × Sx ) )× ( Lb-L )]
r p
2.500 -995,81
= 1,65×[3.456.000-(3.456.000 -(0,7 × 240 × 68.000) ) × (3312,26 -995,81
)]
= 20,83
h
Untuk badan tanpa pengaku (Bracing) dengan nilai t t < 260 maka:
w
kʋ = 5
Sehingga :
ht kʋ ×E
≤ 1,10 × √
tw Fy
125 5 ×200.000
≤ 1,10 × √
6 240
20,82 ≤ 71
Maka Cʋ = 1,0
Vuy ≤ ϕb × Vn
944 ≤ 0,9 × 108.000
944 ≤ 97.200 → (Profil aman terhadap geser arah sumbu y)
1
A = 4 × π × D2 (4.86)
1
Ast = 8 × (4 × π × D2 )
1
= 8 × (4 × π × 222 )
= 3041,06 mm2
126
1
As’ = 3 × (4 × π × D2 )
1
= 3 × (4 × π × 222 )
= 1140,4 mm2
c. Perhitungan kolom
1) Sentris
= 4.666.584,241 N
= 4.666,57 kN
127
2) Eksentrisitas Kecil
ϕ Pn = ϕ × (ϕ Pn max) (4.88)
= 0,8×(0,65×(0,85×30×(250.000–3.041,06)+290×3.041,06))
= 3.733.267,3933 N
= 3.733,27 kN
3) Keadaan Seimbang
D tulangan
d = h – Selimut beton – Dsengkang - (4.89)
2
22
= 500 – 40 – 10 - 2
= 439 mm
0.003
Cb = Fy ×d (4.90)
(0.003 + )
E
0.003
= 290 × 439
(0.003 + )
200.000
= 295,96 mm
= 61 mm
Cb -d'
ɛs’ = × 0.003 (4.92)
Cb
295,96−61
= × 0.003
295,96
= 0.0023817
128
Fy
ɛy’ = (4.93)
E
290
= 200.000
= 0,00145
Jadi Ɛs’ > Ɛy Berat baja tulangan desak sudah mencapai tegangan lelehnya,
Fs’ = Fy = 290 Mpa
= 0,84
y = 0,5 × h (4.100)
= 0,5 × 500
= 250 mm
ab
Mn,b = Cc,b × (y - ) + Cs,b × (y - d’) + Ts,b × (d – y) (4.101)
2
248,61
= 3169,78×(250- )+301,64×(250-61)+330,72×(439-250)
2
= 5179,5371 kN.mm
= 517,94 kN.m
Mn,b
eb = (4.102)
Pn,b
517,94
= 3140,7
= 0,16491 m
= 164,91 mm
Momen Rencana
ϕ × Mn,b = 0,65 × 517,94 (4.104)
= 336,661 kN.m
eb = 164,91 mm
C - 61
= 684240 × C
Ts = As’ × Fs (4.108)
= 1140,4 × 290
= 330716 N
Ts = Cc + Cs
C - 61
330716 = 10710 C + 684240 × C
Sehingga nilai:
Cc = 10710 C
= 10710 × 48,07
= 514829,7 N
= 514,83 kN
C - 61
Cs = 684240 × C
48,07 - 61
= 684240 × 48,07
= - 184048,7456 N
= - 184,05 kN
Ts = Cc + Cs
= 514,83 + (- 184,05)
= 330,78 kN
= 146045,36 kN.mm
= 146,045 kN.m
h- d’ – ds
Dari SNI menetapkan Fy ≤ 400 Mpa dan ≥ 0,65, maka ϕ = 0,8
h
ϕ × Mn = 0,8 × 146,045
= 116,836 kN.m
132
C-61
= 1140,4 × ((600 × ) -25,5)
C
C-61
= 684240 × – 29080,2
C
684240 C - 41738640
= – 29080,2
C
Ts = Fy × As’ (4.113)
= 290 × 1140,4
= 330716 N
Pn (1) = Cc + Cs - Ts
684240 C - 41738640
= 10710 C + – 29080,2 – 330716
C
684240 C - 41738640
= 10710 C + – 359796,2
C
ab
Pn (2) × e = Cc × (y - ) + Cs × (y - d’) + Ts × (d – y)
2
0,48 × C 684240 C - 41738640
Pn (2)×500 = 10710 C × (250 - )+ – 29080,2 × (250-
2 C
129321360 C - 7888602960
Pn (2)×500 = 2677500 C – 4498,2 C2 + – 5496157,8 +
C
62505324
258642,72 C - 15777205,92
Pn (2) = 5355C – 8,9964C2 + + 114018,3324
C
Pn (1) = Pn (2)
684240 C - 41738640
10710 C + – 359796,2 = 5355 C – 8,9964C2
C
258642,72 C - 15777205,92
+ + 114018,3324
C
Kontrol:
C-d'
ɛs’ = × 0,003 (4.115)
C
70,0136 - 61
= × 0,003
70,0136
= 0,000386
Fy
ɛy = (4.116)
E
290
= 200000
= 0,00145
= 478138,99 N
= 478,139 kN
134
ϕ × Pn = 0,65 × 478,139
= 310,79 kN
Mn = Pn × e (4.117)
= 310,79 × 500
= 155395 kN.mm
= 155,395 kN.m
ϕ × Mn = 0,65 × 155,395
= 101 kN
Cc = 0,85 × Fc’ × a × b
= 0,85 × 30 × (0,84 × C) × 500
= 10710 C
C-61
= 1140,4 × ((600 × ) -25,5)
C
C-61
= 684240 × – 29080,2
C
684240 C - 41738640
= – 29080,2
C
Ts = Fy × As’
= 290 × 1140,4
= 330716 N
135
Pn (1) = Cc + Cs - Ts
684240 C - 41738640
= 10710 C + – 29080,2 – 330716
C
684240 C - 41738640
= 10710 C + – 359796,2
C
62505324
862142,4 C - 52590686,4
Pn (2) = 17850C – 29,988C2 + - 380061,108
C
Pn (1) = Pn (2)
684240 C - 41738640
10710 C + – 359796,2 = 17850C – 29,988C2
C
862142,4 C - 52590686,4
+ + 380061,108
C
Kontrol:
C-d'
ɛs’ = × 0,003
C
328,029 - 61
= × 0,003
328,029
= 0,00244
Fy
ɛy = E
290
= 200000
Pn = Cc + Cs - Ts
684240 C - 41738640
= 10710 C + – 29080,2 – 330716
C
684240 × 328,029 - 41738640
= 10710 × 328,029 + – 29080,2 – 330716
328,029
= 3710393,689 N
= 3710,394 kN
ϕ × Pn = 0,65 × 3710,394
= 2411,7561 kN
Mn = Pn × e
= 2411,7561 × 150
= 361763,415 kN.mm
= 361,763 kN.m
ϕ × Mn = 0,65 × 361,763
= 235,146 kN
Diagram Interaksi
4000
3500
3000
ϕ Pn (kN)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 50 100 150 200 250
ϕ Mn (kNm
d. Kesimpulan
Pada gambar 4.10 dapat diketahui bahwa kolom di desain telah
memenuhi syarat sehingga dapat diterapkan dalam konstruksi
bangunannya. Jarak tulangan geser (sengkang) pada kolom dapat
diasumsikan dengan nilai 150 mm sampai 200 mm. perhitungan tulangan
geser pada kolom cenderung dibaikan karena kolom merupakan struktur
yang menerima beban tekan sejajar dengan sumbu batangnya.
2. Balok
a. Diketahui
fc' = 30 MPa
Diameter besi >12 mm → fy = 290 MPa
Diameter besi <12 mm → fy = 240 MPa
Dimensi Balok
b = 250 mm
H = 500 mm
D. Tulangan = 19 mm
Ø Sengkang = 10 mm
Ts = 40 mm
1) Perhitungan tulangan
fc’ ≤ 28 Mpa → β1 = 0,85
fc' - 28
28 < fc’ < 56 Mpa → β1 = 0,85 - 0,05 × (4.118)
7
fc' - 28
fc’ = 30 Mpa → β1 = 0,85 - 0,05 × 7
30 - 28
= 0,85 - 0,05 ×
7
= 0,8357
= 0,0495
= 8,4985
= 59,5 mm
Digunkan tulangan ns = 2
140
= 93 mm
Jarak vertikal ke pusat antar tulangan
Y = D + 25 (4.124)
= 19 + 25
= 44 mm
2) Tulangan momen positif
a) Momen positif momen rencana
Mu+
Mn = (4.125)
θ
44,4835
= 0,8
= 55,6043 KNm
= 1,3901
Rn < Rmax
30 2 × 1,3901
= 0,85 × 290 × (1 - √ 0,85 × 30 )
= 0,0049
Maka digunakan :
√fc'
⍴ min = 4 × fy (4.129)
√30
= 4 × 290
= 0,0047
472,1746
= π
× 192
4
= 1,6646 ≈ 2
Digunakan tulangan : 2 D 19
= 567,2857 mm2
=1
Syarat = nb < 3
1 < 3 → OK
fy
a = As × 0,85 ×fc'×b (4.137)
290
= 567,2857 × 0,85 × 30 × 250
= 25,8059 mm
l) Momen nominal
Mn = As × fy × ( d – 0,5 × a ) × 10-6 (4.138)
= 25,2857 × 290 × ( 440,5 – 0,5 × 25,8059 ) × 10-6
= 70,3452 KNm
Mencari φ
a
C = β1 (4.139)
25,8059
= 0,8357
= 30,8789
(d - c)
= × 0,003
εs c
(440,5 - 30,8789 )
= × 0,003
30,8789
= 0,0389
= 116,228 KNm
116,228 × 106
= 250 × 400
= 2,9057
Rn < Rmax
2,9057 < 8,4985 → OK
30 2 × 2,9057
= 0,85 × 290 × (1 - √ 0,85 × 30
= 0,0106
= 0,0047
1066,66
= π
× 192
4
= 3,7605 ≈ 4
i) Digunakan tulangan
4 D 19
= 1134,57 mm2
4
=2
=2
nb 2 < 3 → OK
= 81,5 mm
fy
a = As × 0,85 × fc' × b (4.150)
290
= 1134,57 × 0,85 × 30 × 250
= 51,6119 mm
n) Momen nominal
Mn = As × fy × ( d – 0,5 × a) × 10-6 (4.151)
= 1134,57 × 290 × ( 19 – 0,5 × 51,6119) × 10-6
= 129,206 KNm
= 61,7578
(d - c)
εs = c
× 0,003
(429,833 - 61,7578)
= × 0,003
61,7578
= 0,0173
148
φ × Mn = 0,9 × 129,206
= 116,286 KNm
4) Tulangan geser
a) Faktor reduksi kekuatan geser φ = 0,75
b) Kuat geser beton
1
Vc = 6 × √fc' × b × d × 10-3 (4.153)
1
= 6 × √30 × 250 × 400 ×10-3
= 91,2870 KN
1 × π × 102
= 4
= 78,5714 mm2
g) Jarak sengkang yang diperlukan
Av × fy × d
S = (4.157)
(Vs × 103 )
78,5714 × 240 × 400
=
(77,283 × 103 )
d
S =2 (4.158)
400
= 2
d. Kesimpulan
Jika dilihat dari Gambar 4.14 nilai gaya geser (SFD) di bagian tumpuan
lebih besar dari pada di bagian lapangan. Sehingga jarak sengkang di bagian
tumpuan lebih rapat daripada di bagian lapangan agar lebih kuat menahan
gaya geser yang lebih besar pula. Jarak sengkang yang didesain dari
perhitungan adalah 97,6004 mm – 250 mm, maka dapat diambil jarak 100 mm
pada bagian tumpuan (P10 – 100). Sedangkan di bagian lapangan dapat
diambil jarak yang lebih besar dari jarak sengkang di tumpuan, misalnya
diambil jarak 120 mm (P10-120).
3. Plat
a. Plat Lantai
1) Data bahan struktur
Fc’ = 30 Mpa
Fy = 290 Mpa
Φ tulangan = 13 mm
ts = 50 mm
153
= 0,8357
= 0,05
= 8,56
= 56,5 mm
= 18, 04 KN/m
18,04 × 106
=
1000 × 93,52
= 2,06 KN.m
Rn < Rmax → 2,06 KN.m < 8,56 KN.m → OK
30 2 × 2,06
= 0,85 × 290 × [1- √1- ]
0,85 × 30
= 0,00742 mm2
155
1,4
𝜌min = (4.166)
Fy
1,4
= 290
= 0,0048 mm2
Rasio tulangan yang digunakan yaitu = 0,00742 mm2
= 191,32 mm2
Smax = 2 × h (4.169)
= 2 ×150
= 300 mm
Asumsi jarak sengkang yang digunakan S = 200 mm
m) Digunakan tulangan
Φ 13 – 200 mm
= 663,66 mm2
156
= 20,83 mm
= 281250000 mm
= 7,77
157
As
C =n× (4.175)
b
663,66
= 7,77 × 1000
= 5,16 mm
1
Icr = 3 × b × c3 + n × As × (d – c)2 (4.176)
1
= 3 × 1000 × (5,163) + 7,77 × 663,66 × (93,5 – 5,16)2
= 40287971,59 mm4
h
Yt =2 (4.177)
150
= 2
= 75 mm
i) Momen retak
Ig
Mcr = Fr × Yt (4.178)
281250000
= 3,834 × 75
= 14377500 Nmm
=17031250 Nmm
158
Mcr 3 Mcr 3
Ie = ( Ma ) × Ig + [1- ( Ma ) ] × Icr (4.180)
14377500 3 14377500 3
= ( 17031250 ) × 281250000 + [1⎯ (17031250) ] × 14377500
= 197641987,1 mm4
5 50004
= 384 × 5,45 × 25743 × 197641987,1
-18
= 2,28 × 10 mm
= 0,0071
= 1,48
5 50004
= 1,48 × 384 × 5,45 × 25743 × 197641987,1
= 3,37 × 10-18 mm
159
p) Lendutan total
δtotal = δe + δg (4.185)
= 2,28 × 10-18 + 3,37 × 10-18
= 5,65 × 10-18 mm
Lx
Syarat → 𝛿total < 240
Sengkang Tulangan
(KN.m) (KN.m) (KN.m) (KN.m) (mm) (mm)
(mm) (mm)
Lantai
4. Tie Beam
Perencanaan tiebeam berdasarkan tata acara perhitungan struktur beton
bertulang untuk bangunan gedung SK SNI 2847-2013, perhitungan dengan
analisis tie beam diambil pada portal AS-B4-B5. Tie Beam akan ditinjau pada
dua arah momen, yaitu arah sumbu kuat atau sumbu lemah.
Mutu beton (fc’) = 30 MPa
Mutu baja (fy)
< 12 = 240 MPa
> 12 = 290 MPa
M = 97,334 kNm
Vu = 61,038 kN
b = 250 mm
h = 500 mm
Pu = 1552,36 kN
D tulangan = 22 mm
D Sengkang = 12 mm
Es = 200000 MPa
Ag = 125000 mm2
2500
2000
φPn (kN)
0
0 50 100 150 200
φMn (kNm)
1
Ast = 6 × (4 × 3,14 × 222 ) (4.187)
= 3041,06 mm2
600
= 0,84 ( × 197)
600 + 290
= 110,99 mm
ab
Cb = (4.193)
β1
110,99
=
0,84
= 132,80 mm
0,003
ε's = (cb - d) (4.195)
cb
0,003
= (132,80 - 53)
132,80
= 0,00180
163
fy
εy = Es (4.196)
290
=
200000
= 0,00145
εs’ > εy → 0,00180 < 0,00145 → OK
Ts = fy × As (4.198)
= (290 × 1520,53)
= 440,95 kN
h
Cc = 0,85 × fc’ × ab × 1000 (4.204)
500
= 0,85 × 30 × 42,29 × 1000
= 564,73 kN
Ts = fy × As (4.205)
= 290 × 1520,53
= 440,95 kN
Cek Cc > Ts maka c < d’
Trial 2 : karena c > d’ maka tulangan sisi atas adalah tekan (belum leleh)
0,003 × β1 a
εs' = (β1 - d' ) (4.206)
a
εcu × ab
= εcu -
a
0,003 × 44,29
εs' = 0,003 - (4.207)
a
0,1328
= 0,003 -
a
40409193,28
= 912318,50 -
a
Ts = fy × As (4.211)
= 290 × 1520,53
= 440953,94 N
Cc = 12750 a (4.213)
= 12750 × 40,77
= 519806,54 N
40409193,28
Cs = (912318,51- ) (4.214)
a
40409193,28
= (912318,51- )
40,77
= -78852,59 N
166
1
519806,54 (197 - 2 40,77) - 78852,59 (197 - 53)
Mn = (4.215)
1000000
= 103,16 kNm
22
d’ = 40 + 10 + ( 2 ) (4.218)
= 61 mm
600
cb = 600 + 290 × 439 (4.219)
= 295,96 mm
β1 = 0,84
ab = β1 × cb (4.220)
= 0,84 × 295,96
= 247,33 mm
ℇy
ℇs2 = d - cb (d - cb) - 182) (4.224)
0,00145
= ((439 - 295,96) -1126))
439 - 295,96
= 0,00017
ℇcu
ℇs3 = (cb - 235) (4.226)
cb
0,003
= (295,96 - 187)
295,96
= 0,0011
ℇcu
ℇs4 = (cb - 53) (4.228)
cb
0,003
= (295,96 - 61)
295,96
= 0,0024
fy’
ℇs1 = ℇy = (4.236)
Es
290
=
200000
= 0,00145
ℇy
ℇs2 = d - cb (d - cb) – 126 (4.238)
0,00145
= (439 - 187) - 126
439 - 187
= 0,000725
ℇcu
ℇs3 = (cb - 187) (4.240)
cb
0,003
= (187 - 187)
187
=0
ℇcu
ℇs4 = (cb - 61) (4.242)
cb
0,003
= (187- 61)
187
= 0,0020
ℇs1 = ℇy (4.246)
fy'
=
Es
290
=
200000
= 0,00145
ℇy
ℇs2 = d - cb (d - cb) – 126 (4.248)
0,00145
= (439 - 61-126)
439 - 61
= 0,00097
ℇcu
ℇs3 = cb
(d - cb) - 187 (4.250)
0,00145
= (439 - 61) - 187
439 - 61
= 0,00073
ℇcu
ℇs4 = (d - cb) (4.252)
cb
0,003
= (61- 61)
61
=0
ℇs4 = ℇy (4.260)
= 0,00145
Cs4 = fy × As (4.261)
= 110282,86 N → 110,28 kN
95370
Ts3 =( - 600) As (4.264)
a
95370
ΣTs = ( 110282,86 × 2)+ ( - 600) As (4.265)
a
95370
= 220565,72 + ( - 600) As
a
Cek
β1 × ℇcu a
ℇs3 = (187- β1) (4.270)
a
= 315,21 kN
ΣTs = ΣC (4.275)
Ts1 + Ts2 + Ts3 = cs4 + Cc
110,28 + 110,28 + 315,21 = 110,28 + 425,495
535,778 kN = 535,778 kN
175
Ø Vc = Ø × Vc (4.280)
= 0,75 × 100,188
= 75,141 kN
Vu = 61,038 kN (4.281)
Ø Vs = Vu - Ø Vc (4.282)
= -14,103 kN
Vs = Ø Vs / Ø (4.206)
= -18,804 kN
Vs positif, berarti perlu tulangan sengkang
Av = (1/4 × π × D2) × ns (4.283)
= 157,08 mm2
Maka untuk tie beam yang di desain tetap menggunakan tulangan geser D10-
100 untuk tumpuan dan D10-150 untuk lapangan.
177
5. Fondasi
a. Kapasitas tiang
Data yang diketahui :
Diameter tiang (d) = 0,4 m
σr = 100
N60 = 28
γ = 18,31 kN/m3
γw = 9,81 kN/m3
γbeton = 25 kN/m3
Perhitungan
Qb = Ab × Fb (4.288)
= 0,125714 × 1680
= 211,2 kN
(L2 – L1)
Z = L1+ (4.293)
2
(10 – 8)
=8+ 2
=9
179
= 31,41 kN
Qu = Qb + Qs – Wp (4.298)
= 211,2 + 1017,75 – 31,41
= 1197,521 kN
1197,521
=
2,5
= 479,008 kN
180
b. Susunan tiang
Pu
n = (4.300)
Qa
677,675
= 479,008
= 1,4 ≈ 2
Pu
Joint = (4.301)
Qa
677,675
Joint 1 = n = 479,008 = 1,4 ≈ 2
1008,018
Joint 2 =n = = 2,1 ≈ 3
479,008
712,953
Joint 3 = n = 479,008 = 1,5 ≈ 2
896,881
Joint 4 =n = = 1,9 ≈ 2
479,008
1325,609
Joint 5 =n = = 2,8 ≈ 3
479,008
958,226
Joint 6 =n = = 2,0 ≈ 3
479,008
1048,125
Joint 7 =n = = 2,2 ≈ 3
479,008
1663,513
Joint 8 =n = = 3,5 ≈ 4
479,008
1250,131
Joint 9 =n = = 2,6 ≈ 3
479,008
181
895,274
Joint 10 = n = 479,008 = 1,9 ≈ 2
821,924
Joint 11 = n = = 1,7 ≈ 2
479,008
1435,995
Joint 12 = n = = 3,0 ≈ 4
479,008
1388,099
Joint 13 = n = = 2,9 ≈ 3
479,008
895,274
Joint 14 = n = = 1,9 ≈ 2
479,008
821,924
Joint 15 = n = 479,008 = 1,7 ≈ 2
1435,995
Joint 16 = n = = 3,0 ≈ 4
479,008
1388,099
Joint 17 = n = 479,008
= 2,9 ≈ 3
1048,125
Joint 18 = n = = 2,2 ≈ 3
479,008
1663,513
Joint 19 = n = = 3,5 ≈ 4
479,008
1250,131
Joint 20 = n = = 2,6 ≈ 3
479,008
896,881
Joint 21 = n = 479,008 = 1,9 ≈ 2
1325,609
Joint 22 = n = = 2,8 ≈ 3
479,008
958,226
Joint 23 = n = 479,008 = 2,0 ≈ 3
677,675
Joint 24 = n = 479,008 = 1,4 ≈ 2
1008,018
Joint 25 = n = = 2,1 ≈ 3
479,008
712,953
Joint 26 = n = 479,008 = 1,5 ≈ 2
182
Catatan :
Nilai eksentrisitas diabaikan, sehingga e = 0
Titik berat sumbu x terhadap kolom 2
nx = n × x1 (4.302)
2x = 1 × 1
1
x =
2
x = 0,5 m
Titik berat sumbu y terhadap titik baris A
ny = n × y1 (4.303)
2y = 2 × 1
2
y =4
y = 0,5 m
P My × xi Mx × yi
Qi = n + ∑ x2
+ ∑ y2
(4.304)
677,675 0,494 × 0,5 56,868 × 0
= + +
2 0,5 1
= 339,332 kN
183
∑ 𝑥² = 2 × (0,5²) (4.305)
= 0,5 m²
∑𝑦² = 1²
=1
c. Pile Cap
1. Data-data yang digunakan untuk jumlah tiang fondasi 2 :
Lebar pile cap (b) = 700 mm
Panjang pile cap (p) = 1700 mm
Diameter tulangan pile cap (ø) = 19 mm
Tebal selimut (Ts) = 70 mm
Tinggi pile cap (H) = 300 mm
Ds = (Ts + ø + 0,5ø) (4.307)
= 68,5 mm
d = (H - Ds) (4.308)
= 231,5
Diameter bore pile (ø) atau c = 400 mm
(dari perhitungan bore pile)
Mutu beton (fc’) = 30 Mpa
Mutu tulangan (fy) = 290 MPa
Kapasitas dukung satu tiang bor (Qa) = 479 kN
(dari perhitungan bore pile)
Gaya geser pada pilecap (Vu) = 590 kN (dari nilai V
terbesar dari kolom)
bw kolom = 500 mm
h kolom = 500 mm
(1+2)
Vc1 = 0,17 × ( ) × λ × √fc’ × bo × d (4.311)
βc
(1+2)
= 0,17 × ( )× 1 × √30 × 2926 × 231,5
1
= 1892152,4 N
(α×d)
Vc3 = 0,083 × ( ) × λ × √fc’× bo × d (4.313)
bo + 2
(40 ×201,5 )
= 0,083 × ( ) × 1 × √30 × 2926 × 231,5
2806 + 2
= 1590419,4 N
= 350 mm
186
400 231,5
= 2 × (350 + ( )+ ( ))
2 2
= 1331,5 mm
(1+2)
Vc1 = 0,17 × ( ) × λ × √fc’ × bo × d (4.317)
βc
(1+2)
= 0,17 × ( βc
) × 1 × √30 × 1331,5 × 231,5
= 861039,29 N
(α×d)
Vc3 = 0,083 × ( ) × λ × √fc’ × bo × d (4.319)
bo + 2
(40 ×201,5 )
= 0,083 × ( ) × 1 × √30 × 1331,5 × 231,5
2806 + 2
= 1254802,2 N
700
= – 350
2
= 0 mm
Momen nominal
Mn = jumlah tiang × Qa × L (4.322)
= 2 × 479 × 0
= 0 kNm
10 6
= 0 × (0,9 ( 700 × 231,52 ) )
= 0 kNm
𝑓𝑐′ − 28
β1 = 0.85 - 0.05 × ( ) (4.324)
7
30 – 28
= 0,85 – 0,05 × ( )
7
= 0,83571
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,83571
188
= 0,04954
1
× 0.75 × 0,050 ×290
= 0.75 × 0,050 × 290 × [1- (2 )]
0.85 × 30
= 8,499
30 2 ×0
= 0.85 × (290) × [1- √[1- ]]
0.85 × 30
= 0,00
765,158
= π
× 19 2
4
= 2,69 → 3 buah
= 282 mm
Jadi tulangan yang di gunakan 3D19 – 282 mm
= 500 mm
Momen nominal
Mn = jumlah tiang × Qa × L (4.334)
= 2 × 479 × 500
= 479,008 kNm
Faktor tahanan rencana
Mn × 10 6
Rn = (4.335)
φ ( p × d2 )
479,008 × 106
=
0,9 (1700 × 231,52 )
= 5,84 kNm
190
= 0,836
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,836
= 0,050
= 8,499
Rn < Rmax (OK)
30 2 × 5,84
= 0.85×× ×[1- √[1- ]]
290 0.85 × 30
= 0,023
Rasio tulangan minimum,
√𝑓𝑐′ √30
𝜌min > 30 Mpa = 4 ×𝑓𝑦 = 4 ×290 = 0,0047 (4.340)
1.4
𝜌min < 30 Mpa = (4.319)
𝑓𝑦
9123,961
= π
× 192
4
= 32,198 → 33 buah
= 48,8 → 49 mm
Digunakan Tulangan
Pile Cap B P
X Y
Pile Cap 2 Tiang 700 1700 3D19 33D19
Pile Cap 3 Tiang 700 2700 4D19 67D19
Pile Cap 4 Tiang 1700 1700 18D32 18D32
192
Total 3.402.777.543
PENUTUP
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
viii
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang. Surakarta: Graha
Ilmu.
Nugroho, A., Beeh, Y. R., & Astuningdyas, H. 2009. Perancangan Aplikasi
Rencana Anggaran Biaya (RAB) (Studi Kasus pada Dinas Pekerjaan Umum
Kota Salatiga). JURNAL INFORMATIKA VOL. 10, NO. 1.
Purnomo, W., & Santosa, B. 2015. Estimasi Rencana Anggaran Biaya pada
Pekerjaan Perumahan 2 Lantai.
Setiawan, A. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Semarang:
Erlangga.
Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.
ix