DISUSUN OLEH :
STYVEAN HALEY
6101901166
KELAS F
Dosen : Wivia Octarena Nugroho, S.T, M.T
Tabel 2. 1 Nilai V0 dan Z0 untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu............. Error! Bookmark not
defined.
Tabel 2. 2 Komponen beban angin yang bekerja pada kendaraan.......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 3 Temperatur jembatan rata-rata nominal ................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 4 Sifat bahan rata-rata akibat pengaruh temperatur................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 5 Kombinasi beban dan faktor beban ........................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 1 Pengelompokan Label Reaksi Perletakan yang Sesuai antara Longitudinal dan Pier Head
................................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 2 Joint Reaction pada Pemodelan Longitudinal ......................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 3 Output Nilai Reaksi Perletakan Girder dengan Arah Z sesuai dan Label Girder Telah ditukar
................................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 4 Interactive Database Editing - Joint Loads - Force .................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 5 Element Forces - Frames ......................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 1 Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities Sp Column . Error! Bookmark
not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Data Jembatan
Perancangan struktur jembatan yang dirancang adalah jembatan simple span seperti gambar
di atas. Jembatan tersebut merupakan jembatan baja komposit yang direncanakan untuk
jalan nasional (2 lajur 2arah). Dimana data jembatan adalah sebagai berikut :
1
▪ Mutu Beton = Kelas C2
▪ Kuat Tekan Beton (fc’) = 35 MPa
▪ Modulus Elastilitas (Ec) = 4700 √𝑓𝑐′ = 27805,575 MPa
▪ Berat Jenis Beton (c) = 24 kN/m3
▪ Rasio Poisson = 0,2
b. Baja Tulangan
▪ Mutu Tulangan = BjTS 420B
▪ Tegangan Leleh Minimum, Fy = 420 MPa
▪ Tegangan Tarik Minimum, Fu = 620 MPa
▪ Modulus Elastisitas Es = 200000 MPa
▪ Rasio Poisson = 0,3
▪ Berat per Volume = 7850 kg/m3
1.4 Dimensi Struktur yang Digunakan
a. Baja IWF (girder)
2
BAB II
PEMBEBANAN
2.1 Beban Mati
Massa setiap bagian bangunan harus dihitung berdasarkan dimensi yang tertera dalam
gambar dan berat jenis bahan yang digunakan. Dimana pembebanan beban mati pada
jembatan desain terbagi atas beban berat sendiri (MS) dan beban mati tambahan/utilitas
(MA)
2.1.1 Berat Sendiri (MS/DL)
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain yang
dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambahkan dengan elemen nonstruktural yang
dianggap tetap.
Adapun berat isi yang digunakan pada laporan ini adalah lapisan permukaan
beraspal dan beton dengan berat isi 24 kN/m3
2.2.1 Beban mati tambahan/utilitas (MA/SIDL)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban
pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan.
Dimana pada laporan ini, yang termasuk beban mati tambahan adalah bahan
lapisan permukaan beraspal setebal 50 mm dengan berat isi 22 kN/m3 berdasarkan
tabel 2.1
3
2.2 Beban Hidup
Beban hidup dapat dikatakan beban hidup karena semua beban yang berasal dari
berat-berat yang bergerak pada jembatan, dalam hal ini bisa berasal dari pejalan kaki
atau dari lalu lintas kendaraan.
2.2.1 Beban Lajur “D” (TD)
Beban lajur “D” terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan
beban garis (BGT) seperti terlihat dalam gambar
Dengan keterangan :
q = intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan (Kpa
L = panjang total jembatan yang dibebani (meter)
2.2.1.1 Beban Terbagi Rata (BTR)
Beban terbagi rata (BTR) mempunya intensitas q kPa dengan besaran q
tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu seperti berikut :
Dimana L jembatan pada laporan ini lebih kecil dari 30 m, maka diambil q sebesar
9 kPa
2.2.1.2 Beban Garis Terpusat (BGT)
Beban garis terpusat (BGT) yang memiliki intensitas p kN/m harus ditempatkan
tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatam. Dimana besar intensitas p
pada laporan ini adalah 49 kN/m
4
2.2.2 Beban Truk “T” (TT)
Pembebanan truk “T” terdiri atas kendaraan semi-trailer yang mempunyai susunan
dan berat gandar seper terlihat pada gambar di atas. Berat dari tiap-tiap gandar
disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak
antara roda dengan permukaan lantai, Jarak antara 2 gandar tersebut bisa diubah-
ubah dari 4 m sampai 9 m untuk mendapat pengaruh terbesar pada arah memanjang
jembatan. Dimana umumnya hanya ada satu kendaraan kendaraan truk “T” pada
satu lajur lintas rencana.Kendaraan truk “T” ini harus ditempatkan di tengah-
tengah lajur lalu lintas rencana seperti pada gambar di atas. Sehingga dari gambar
di atas, pembebanan truk “T” yang bekerja adalah 500 kN
2.2.3 Gaya Rem (TB)
Gaya rem juga perlu diperhitungkan dalam pembebanan pada jembatan, dimana
gaya rem harus diambil yang terbesar dari :
- 25% dari berat gandar truk desain atau,
- 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya rem tersebut harus ditempatkan di semua lajur rencana yang dimuati sesuai
dengan Pasal 8.2 dan yang berisi lalu linta dengan arah yang sama .Gaya ini harus
diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm di atas
permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling
menentukan. Untuk jembatan yang di masa depan akan dirubah menjadi satu arah,
5
maka semua jalur rencan harus dibebani secara simultan pada saat menghitung
besarnya dari gaya rem.
2.2.4 Pembebanan untuk Pejalan Kaki (TP)
Semua konponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan untuk
memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara
bersamaan dengan beban kendaraan pada masing-masing lajur kendaraan. Jika
trotoar dapat dinaiki maka beban pejalan kaki tidak perlu dianggap bekerja secara
bersamaan dengan beban kendaraan. Dimana beban pejalan kaki harus diterapkan
pada jarak 250 mm dari tepi dalam parapet untuk perencanaan komponen jembatan.
2.2.5 Faktor Beban Dinamis
Beban statis truk rencana harus diperbesar sesuai dengan FBD. Namun gaya
sentrifugal dan gaya rem tidak perlu diperbesar. Untuk pembebanan truk “T”, FBD
diambil 30%.Besarnya BGT dari pembebanan lajur “D” dan beban roda dari
Pembebanan Truk “T” harus cukup untuk memberikan terjadinya interaksi
kendaraan yang bergerak dengan jembatan dengan dikali FBD. Sedangkan untuk
BGT, besar FBD ditentukan dari gambar di bawah
Gambar 2. 3 Faktor beban dinamis untuk beban T untuk pembebanan lajur “D”
Dari gambar di atas, dengan bentang jembatan sepanjang 25 cm, maka didapatkan
nilai FBD sebesar 40 % untuk beban T untuk pembebanan lajur “D”
6
𝑉10 𝑍
𝑉𝐷𝑍 = 2,5 𝑉𝑜 ∗ ( ) ∗ ln ( )
𝑉𝐵 𝑍𝑜
Dengan keterangan :
7
Tabel 2. 2 Komponen beban angin yang bekerja pada kendaraan
Dari tabel di atas dengan lantai beton di atas gelagar, boks atau rangka baja, didapatkan
temperatur jembatan rata-rata minimum sebesar 15oC dan temperatur jembatan rata-
rata maksimum sebesar 40oC
Untuk koefisien muai dan modulus elastisitas bahan dapat dilihat berdasarkan tabel
diatas
8
2.5 Kombinasi Pembebanan
Adapun kombinasi pembebanan yang digunakan pada perhitungan laporan jembatan
ini adalah berdasarkan tabel sebagai berikut :
9
BAB III
PEMODELAN STRUKTUR
10
3.1.1 INPUT SAP 2000
3.1.1.1 Material
• Concrete
• Rebar
11
3.1.1.2 Frame Sections
• Slab Beam
12
3.1.1.3 Path
Gambar 3. 6 Path 1
Gambar 3. 7 Path 2
13
3.1.1.4 Vehicle
14
3.1.1.6 Load Cases
15
5. Kuat II (2) (2 MA + 1.3 DEAD + 1.4 TT Path 1)
6. Kuat II (3) (2 MA + 1.3 DEAD + 1.4 TT Path 2)
7. Kuat III (2 MA + 1.3 DEAD)
8. Kuat IV (2 MA + 1.3 DEAD)
9. Kuat V (2 MA + 1.3 DEAD)
10. Ekstrem I (2 MA + 1.3 DEAD)
11. Ekstrem II (2 MA + 1.3 DEAD + 0.5 BGT + 0.5 BTR)
12. Ekstrem II (2) (2 MA + 1.3 DEAD + 0.5 TT Path 1)
13. Ekstrem II (3) (2 MA + 1.3 DEAD + 0.5 TT Path 2)
14. Daya Layan I (MA + DEAD + BGT + BTR)
15. Daya Layan I (2) (MA + DEAD + TT Path 1)
16. Daya Layan I (3) (MA + DEAD + TT Path 2)
17. Daya Layan II (MA + DEAD + 1.3 BGT + 1.3 BTR)
18. Daya Layan II (2) (MA + DEAD + 1.3 TT Path 1)
19. Daya Layan II (3) (MA + DEAD + 1.3 TT Path 2)
20. Daya Layan III (MA + DEAD + 0.8 BGT + 0.8 BTR)
21. Daya Layan III (2) (MA + DEAD + 0.8 TT Path 1)
22. Daya Layan III (3) (MA + DEAD + 0.8 TT Path 2)
23. Daya Layan IV (MA + DEAD)
24. ENVELOPE : Gabungan dari semua kombinasi untuk mencari kombinasi
beban mana yang menghasilkan momen terbesar pada struktur.
16
Gambar 3. 13 Assign Frame Distributed Loads MA
• BTR
17
• BGT
18
Gambar 3. 19 Nilai momen maksimal negatif dan positif
19
terjadi. Pemodelan longitudinal adalah penampang komposit yang merupakan
gabungan antara pelat dan girder IWF. Struktur pemodelan longitudinal 3D pada
software SAP2000 adalah sebagai berikut :
20
Gambar 3. 22 Material Property Data Concrete
• Rebar
21
• Steel BJ55
22
Gambar 3. 26 Frame Property Modification Factors Girder IWF
• Dummy
23
Gambar 3. 28 Frame Property Modification Factors Dummy
24
3.2.1.4 Vehicle
• Truck
3.2.1.5 Path
25
Angka penomoran pada SAP2000 dapat terlihat pada gambar berikut :
• Path 1
• Path 2
26
• Path 3
• Path 4
27
3.2.1.6 Load Patterns
• Load Patterns
28
• Beban Truk “TT ½”
29
3.2.1.8 Load Combination
30
Gambar 3. 42 Load Combination (3)
1. Kuat I (1)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,8 BGT + 1,8 BTR+1,8 TP +1,8 TB+0,5 Eun
2. Kuat I (2)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,8 BGT + 1,8 BTR+1,8 TP +1,8 TB+1,2 Eun
3. Kuat I (3)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,8 TT +1,8 TP +1,8 TB+0,5 Eun
4. Kuat I (4)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,8 TT +1,8 TP +1,8 TB+1,2 Eun
5. Kuat I (5)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,8 TT ½ +1,8 TP +1,8 TB+0,5 Eun
6. Kuat I (6)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,8 TT ½ +1,8 TP +1,8 TB+1,2 Eun
7. Kuat II (1)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,4 BGT + 1,4 BTR+1,4 TP +1,4 TB+0,5 Eun
8. Kuat II (2)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,4 BGT + 1,4 BTR+1,4 TP +1,4 TB+1,2 Eun
9. Kuat II (3)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,4 TT +1,4 TP +1,4 TB+0,5 Eun
31
10. Kuat II (4)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,4 TT +1,4 TP +1,4 TB+1,2 Eun
11. Kuat II (5)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,4 TT ½ +1,4 TP +1,4 TB+0,5 Eun
12. Kuat II (6)
2 MA + 1,3 DEAD + 1,4 TT ½ +1,4 TP +1,4 TB+1,2 Eun
13. Kuat III (1)
2 MA + 1,3 DEAD+1,4 EWS + 0,5 Eun
14. Kuat III (2)
2 MA + 1,3 DEAD+1,4 EWS + 1,2 Eun
15. Kuat IV (1)
2 MA + 1,3 DEAD+ 0,5 Eun
16. Kuat IV (2)
2 MA + 1,3 DEAD+ 1,2 Eun
17. Kuat V (1)
2 MA + 1,3 DEAD+0,4 EWS + EWL+ 0,5 Eun
18. Kuat V (2)
2 MA + 1,3 DEAD+0,4 EWS + EWL + 1,2 Eun
19. Ekstrem I
2 MA + 1,3 DEAD
20. Ekstrem II (1)
2 MA + 1,3 DEAD + 0,5 BGT + 0,5 BTR
21. Ekstrem II (2)
2 MA + 1,3 DEAD + 0,5 TT
22. Ekstrem II (3)
2 MA + 1,3 DEAD + 0,5 TT ½
23. Daya Layan I (1)
MA + DEAD + BGT + BTR +0,3 EWS + EWL + Eun
24. Daya Layan I (2)
MA + DEAD + BGT + BTR + 0,3 EWS+ EWL + 1,2 Eun
25. Daya Layan I (3)
MA + DEAD + TT +0,3 EWS + EWL + Eun
26. Daya Layan I (4)
32
MA + DEAD + TT + 0,3 EWS+ EWL + 1,2 Eun
27. Daya Layan I (5)
MA + DEAD + TT ½ + 0,3 EWS + EWL + Eun
28. Daya Layan I (6)
MA + DEAD + TT ½ + 0,3 EWS+ EWL + 1,2 Eun
29. Daya Layan II (1)
MA + DEAD + 1,3 BGT + 1,3 BTR + Eun
30. Daya Layan II (2)
MA + DEAD + 1,3 BGT + 1,3 BTR +1,2 Eun
31. Daya Layan II (3)
MA + DEAD + 1,3 TT + Eun
32. Daya Layan II (4)
MA + DEAD + 1,3 TT + 1,2 Eun
33. Daya Layan II (5)
MA + DEAD + 1,3 TT ½ + Eun
34. Daya Layan II (6)
MA + DEAD + 1,3 TT ½ + 1,2 Eun
35. Daya Layan III (1)
MA + DEAD + 0,8 BGT + 0,8 BTR + Eun
36. Daya Layan III (2)
MA + DEAD + 0,8 BGT + 0,8 BTR +1,2 Eun
37. Daya Layan III (3)
MA + DEAD + 0,8 TT + Eun
38. Daya Layan III (4)
MA + DEAD + 0,8 TT + 1,2 Eun
39. Daya Layan III (5)
MA + DEAD + 0,8 TT ½ + Eun
40. Daya Layan III (6)
MA + DEAD + 0,8 TT ½ + 1,2 Eun
41. Daya Layan IV (1)
MA + DEAD+ 0,7 EWS + Eun
42. Daya Layan IV (2)
MA + DEAD+ 0,7EWS + 1,2 Eun
33
43. Envelope
Gabungan dari semua kombinasi pembebanan guna mencari momen maksimal
3.2.1.9 Load Assignment
• Beban Garis Terpusat (BGT)
34
• Beban Temperatur (EUn)
35
• Beban Angin pada Kendaraan (EWL)
36
• Gaya akibat Rem (TB)
37
• Beban Pejalan Kaki (TP)
38
3.2.2.2 Modal Participating Mass Ratios
39
3.2.2.4 Hasil Cek Girder
Dari hasil pengecekan, dimana girder IWF harus memiliki nilai PMM ratio lebih kecil dari 1
agar dapat dikatakan aman. Dari hasil di atas girder sudahkuat menahan beban pada jembatan,
dimana memiliki PMM ratio lebih kecild dari 1 untuk semua girdernya
40
3.3 Pemodelan Pier dan Pier Head
3.3.1 Geometri Pemodelan Pier dan Pier Head
Geometri yang digunakan dalam pemodelan Pier dan Pier Head didasarkan atas
pemodelan longitudinal pada SAP2000. Bentang yang dipakai pada pemodelan
SAP2000 adalah dengan bentang transversal yaitu 10 m. Pemodelan beban yang
digunakan pada pemodelan beban yang sama dengan pemodelan beban pada
pemodelan longitudinal seperti berikut :
41
3.3.2 Input SAP2000
3.3.2.1 Materials
• Concrete
• Rebar
42
Gambar 3. 58 Materials Property Data Rebar
• Steel BJ55
43
3.3.2.2 Frame Sections
• Pier
44
Gambar 3. 61 Reinforcement Data Pier
• Pier Head
45
Gambar 3. 63 Reinforcement Data Pier Head
• Girder
46
• Dummy
47
3.3.2.3 Link
48
3.3.2.4 Reaksi Perletakan
Nilai reaksi perletakan yang digunakan adalah berdasarkan reaksi perletakan pada
girder yang didapatkan pada pemodelan longitudinal. Rekasi perletakan dari
pemodelan longitudinal dikeluarkan ke dalam program Microsoft Excel. Reaksi
perletakan tersebut adalah hasil reaksi darai envelope beban MA, MS, TD, TB, TP,
TT, TT-1/2, EUn, EWs, dan EWL. Reaksi perletakan yang telah didapatkan dari
pemodelan longitudinal, kemudian disesuaikan dengan pemodelan pier dan pier
head dengan mencocokkan labels pada girder dan pier.
Gambar 3. 68 Tampak Label Pier pada Pemodelan Pier & Pier Head
49
Longitudinal Pier
13 101
11 102
9 103
7 104
5 105
1 106
14 94
12 95
10 100
8 98
6 97
2 96
Tabel 3. 1 Pengelompokan Label Reaksi Perletakan yang Sesuai antara Longitudinal dan
Pier Head
eaksi perletakan pad girder yang dikeluarkan dari pemodelan longitudinal pada SAP2000,
adalah dengan mengeluarkan joint reaction akibat MA, MS, TB, TD, TP, dan TT seperti
gambar berikut.
50
Tabel hasil input joint reaction di atas yang didapatkan dari pemodelan longitudinal, kemudian
dikeluarkan dalam bentuk excel. Label girder yang telah dibedakan untuk desain pier dan
desain longitudinal jembatan diganti, dan reaktsi perletakan pada arah Z dikalikan dengan nilai
-1, agar nilai reaksi perletakan dapat menjadi sesuai.
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase CaseType StepType F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Text Text N N N N-mm N-mm N-mm
106 MS LinStatic -3387,42 26825,65 130981,27 0 0 0
106 MA LinStatic -10910,72 11838,35 62705,88 0 0 0
106 TD LinStatic -8687,08 50763,29 233566,13 0 0 0
106 TB LinStatic 0 0 0 0 0 0
106 EUn LinStatic 216941,63 562726,01 -73709,92 0 0 0
106 EWs LinStatic -168614,04 -24751,66 5489,23 0 0 0
106 EWL LinStatic 4,595E-19 -8,163E-19 -3,598E-18 0 0 0
106 TT LinMSStat Max 0,01017 1,49 4,49 0 0 0
106 TT LinMSStat Min -19,13 -6,68 -2,8 0 0 0
106 TT-1/2 LinMSStat Max 0,37 -0,82 -2,78 0 0 0
106 TT-1/2 LinMSStat Min -19,13 -6,67 -4,78 0 0 0
106 TP LinStatic -4746,98 3562,65 27149,86 0 0 0
96 MS LinStatic 0 0 134920,42 0 0 0
96 MA LinStatic 0 0 64513,42 0 0 0
96 TD LinStatic 0 0 241065,08 0 0 0
96 TB LinStatic 0 0 0 0 0 0
96 EUn LinStatic 0 0 -8974,05 0 0 0
96 EWs LinStatic 0 0 5442,93 0 0 0
96 EWL LinStatic 0 0 -3,695E-18 0 0 0
96 TT LinMSStat Max 0 0 -242,61 0 0 0
96 TT LinMSStat Min 0 0 -262,97 0 0 0
96 TT-1/2 LinMSStat Max 0 0 0,04995 0 0 0
96 TT-1/2 LinMSStat Min 0 0 -0,12 0 0 0
96 TP LinStatic 0 0 27834,7 0 0 0
Tabel 3. 3 Output Nilai Reaksi Perletakan Girder dengan Arah Z sesuai dan Label Girder Telah ditukar
51
3.3.3 Output dari Program SAP2000
3.3.3.1 Hasil Run Program SAP2000
52
3.3.3.2 Modal Participating Mass Ratios
53
3.3.3.4 Shear 2-2 Diagram dari Envelope
Dari tabel di atas, maka dapat didapatkan nilai geser maksimal sebesar, V2 = 539506,15 N
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
4.4 Desain
Pier
Pemodelan Pier dan Pier Head dibuat dengan menggunakan program SAP2000, dengan
hasil yang didapatjan pada SAP2000, maka dapat dilakukan desain untuk pier dengan
menggunakan program Sp Column. Program Sp column bekerja dengan mengecek desain
tulangan yang sesuai untuk pier.
4.4.1 Input Program Sp Column
4.4.1.1 Material Properties
80
Gambar 4. 2 Rectangular Section
81
Gambar 4. 5 Factored Loads Sp Column
82
4.4.2.2 P-M Diagram
Dari hasil di atas, rasio mn/Mu memiliki nilai lebih dari 1 untuk setiap nomornya, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa desain penulangan dan dimensi pier head yang digunakan
kuat untuk menahan beban yang bekerja pada jembatan
83
Desain Detailing Stiffener
A. Intermediate Stiffener
Data :
Data IWF
t1 ≔ 16 mm Es ≔ 200000 MPa
t2 ≔ 28 mm
r ≔ 28 mm
hw ≔ H - 2 ⋅ t2 = 844 mm
B - t1
bf ≔ ――― = 142 mm
2
Cek Kondisi :
Pengecekan Syarat 1
hw |
Cek_syarat1 ≔ if ―― ≤ 260 | = “Tidak dibutuhkan Stiffener”
t1 |
‖ “Tidak dibutuhkan Stiffener” |
‖
|
else |
‖ “Butuh Stiffener” ||
‖
84
Pengecekan Syarat 2
- Shear 2-2
Vushear2_2 ≔ 553.936 kN
- Shear 3-3
Vushear3_3 ≔ 62.722 kN
Aw ≔ H ⋅ t1 = ⎛⎝1.44 ⋅ 10 4 ⎞⎠ mm 2
h ≔ H - 2 ⋅ t2 - 2 r = 788 mm
kv ≔ 5.34
h 2 ‾‾‾
Es |
Cv_1 ≔ if ―≤ 2.24 ⋅ ―― |=1
t1 Fy |
‖1 |
‖ |
else |
‖ 2 ‾‾‾ | |
‖ if 2.24 ⋅ ―― Es h
< ―< 260| |
‖ Fy t1 ||
‖ ‖ ||
‾‾‾‾‾‾
Es
‖ ‖ 1.1 ⋅ 2 kv ⋅ ―― ||
‖ ‖ Fy ||
‖ ‖ ――――― ||
‖ ‖ h
― ||
‖ ‖ t1 || |
‖ ‖ |
Ambil, ϕ≔1
85
Ambil, ϕ≔1
ϕVn ≔ ϕ ⋅ Vn = 3542.4 kN
Kesimpulan :
Tidak diperlukan Intermediate Stiffener karena kedua syarat telah dipenuhi
B. Intermediate Stiffener
- bst
hw
bst_minimum ≔ 50 mm + ―― = 78.133 mm
30
Ambil, bst ≔ 80 mm
- tst
bf
batas_atas ≔ ―= 35.5 mm
4
bst
batas_bawah ≔ ―― = 5 mm
16
Ambil, tst ≔ 10 mm
86
Cek Lebar proyeksi bearing stiffener :
bst Es |
2 ‾‾‾
Ceklebar_proyeksi ≔ if ―― ≤ 0.48 ⋅ ―― | = “OK”
tst Fy |
‖ “OK” |
‖ |
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
Ru ≔ 803.293 kN
Pn = Fa ⋅ Ast
- Mencari nilai Fa
87
1 3 1
Ist ≔ ― ⋅ tst ⋅ ((2 ⋅ bst + t2)) + ― ⋅ ((2 ⋅ 9 ⋅ t2)) ⋅ t2 3 = ⎛⎝6.459 ⋅ 10 6 ⎞⎠ mm 4
12 12
2 ‾‾‾‾
Ist
rst ≔ ―― = 20.276 mm
Ast
⎛ KLst ⎞ 2 Fy
λ ≔ ⎜――⎟ ⋅ ―― = 0.202
⎝ rst ⋅ π ⎠ Es
Cektahanan_aksial ≔ if ϕ ⋅ Pn ≥ Ru | = “OKE”
‖ “OKE” |
‖ |
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
Kesimpulan :
Tidak diperlukan Bearing Stiffener karena kedua syarat telah dipenuhi
88
Desain Detailing Bearing
RB ≔ 803.718 kN
Dead_Load ≔ 131.274 kN
Fixed Bearing
Dengan total load dari perhitungan sebesar 803,718 kN, diambil desain movable
bearing dengan Total Load 1002 kN seperti berikut :
Dipakai 50 Durometer :
Total_Load ≔ 1002 kN
L ≔ 279 mm T ≔ 47.6 mm te ≔ 5 mm
W ≔ 508 mm ti ≔ 7 mm lt ≔ 4
Bearings Design :
89
ti ≔ 7 mm
Bearings Design :
Compressive stress
RB = 803.718 kN
RB
σc ≔ ――= 5.671 MPa
W⋅L
Cek !!
T ≔ 90
Bentang ≔ 15
n ≔ lt = 4
Teff ≔ 2 ⋅ te + n ⋅ ti = 38 mm
Checking :
90
Checking :
a) Compressive deflection
creep ≔ 25%
b) Rotation
2 ⋅ Δc
α ≔ ――= 0.013
L
Cek_α ≔ if α ≥ 0.01 | = “OKE”
‖ “OKE” |
‖ |
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
c) Shear force
T ≔ 34.9 mm
W⋅L
Fs ≔ GH ⋅ ――⋅ Δs ⋅ mm = 88.627 N
T
Fs_max ≔ 0.2 ⋅ Dead_Load = 26254.8 N
Cek !!
91
Cek !!
Bentang ≔ 15 m
Dead_Load
Teg_Dead_Load ≔ ――――= 0.926 MPa
W⋅L
e) Stability
W |
Cek_stability1 ≔ if T ≤ ― | = “OKE”
3 |
‖ “OKE” |
‖
|
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
L |
Cek_stability2 ≔ if T ≤ ― | = “OKE”
3 |
‖ “OKE” |
‖
|
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
Movable Bearing
92
Movable Bearing
Dengan total load dari perhitungan sebesar 803kN, diambil desain movable
bearing dengan Total Load 1002 kN seperti berikut :
Dipakai 50 Durometer :
W ≔ 483 mm te ≔ 5.7 mm lt ≔ 6
Bearings Design :
Compressive stress
RB = 803.718 kN
RB
σc ≔ ――= 4.213 MPa
W⋅L
Cek !!
93
Cek !!
T ≔ 90
Bentang ≔ 15
n ≔ lt = 6
Teff ≔ 2 ⋅ te + n ⋅ ti = 58.8 mm
Checking :
a) Compressive deflection
creep ≔ 25%
94
creep ≔ 25%
b) Rotation
2 ⋅ Δc
α ≔ ――= 0.015
L
Cek_α ≔ if α ≥ 0.01 | = “OKE”
‖ “OKE” |
‖ |
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
c) Shear force
W⋅L
Fs ≔ GH ⋅ ――⋅ Δs ⋅ mm = 60.972 N
T
Fs_max ≔ 0.2 ⋅ Dead_Load = 26254.8 N
Cek !!
95
d) Slippage for movable bearing
Bentang ≔ 15 m
Dead_Load
Teg_Dead_Load ≔ ――――= 0.688 MPa
W⋅L
e) Stability
W |
Cek_stability1 ≔ if T ≤ ― | = “OKE”
3 |
‖ “OKE” |
‖
|
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
L |
Cek_stability2 ≔ if T ≤ ― | = “OKE”
3 |
‖ “OKE” |
‖
|
else |
‖ “TIDAK OKE” |
‖ |
96
Desain Detailing Cross Frame
Persamaan :
- Menentukan nilai Vw
m
Vw ≔ 30 ―
s
- Menentukan nilai Cw
97
Hgirder ≔ 900 mm Bentang ≔ 25 m tpelat ≔ 200 mm
Lebar jembatan, b ≔ 10 m
Dengan nilai b/d sebesar 9,091 maka diambil nilai Cw sebesar 1,2
TFW ≔ 14.945 kN
TFW kN
――― = 16.606 ――
Hgirder m
- Menggunakan Profil L
berukuran 100 x 100 x 7 mm
98
Memasukkan nilai Tfw sebesar 14,495 kN pada girder arah Y
99
Desain Detailing Girder Splice
Data:
Data IWF
t1 ≔ 16 mm Es ≔ 200000 MPa
t2 ≔ 28 mm hw ≔ H - 2 ⋅ t2 = 844 mm
B - t2
r ≔ 28 mm bf ≔ ――― = 136 mm
2
1. Web Splice
atau
Nilai Vu dan Vn yang digunakan sama dengan nilai Vn yang telah dicari
sebelumnya pada desain detailing stiffener yaitu :
100
- Mencari nilai Muw dan Huw
Persamaan :
tw ⋅ hw 2
Muw = ―――⋅ ||Rh ⋅ Fcf - Rcf ⋅ fncf||
12
tw ⋅ hw
Huw = ――― ((Rh ⋅ Fcf + Rcf ⋅ fncf))
2
Untuk menentukan nilai Muw dan Huw sesuai dengan persamaan diatas, maka
diperlukan nilai Rh, Fcf, Rcf, dan fncf terlebih dahulu
Nilai tegangan total, diambil dari perhitungan desain girder sebelumnya yaitu:
Jadi, nilai :
t2 ⋅ hw
Huw ≔ ――― ⋅ ((Rh ⋅ Fcf + Rcf ⋅ fncf)) = 1284.531 kN
2
101
Perencanaan baut websplice - Metoda Elastis
Sketsa Desain :
Nilai desain :
m⋅n
Jadi nilai inersia , Ip ≔ ――⋅ ⎛⎝s 2 ⎛⎝n 2 - 1⎞⎠ + g 2 ⋅ ⎛⎝m 2 - 1⎞⎠⎞⎠ = 1.782 m 2
12
nbw ≔ m ⋅ n = 44
Vuw
Vuwi ≔ ――= 18.884 kN
nbw
Huw
Huwi ≔ ――= 29.194 kN
nbw
Menentukan nilai eksentrisitas
102
Huw
Huwi ≔ ――= 29.194 kN
nbw
Menentukan nilai eksentrisitas
gap ≔ 10 mm
((2 ⋅ Se)) + ((3 ⋅ g)) gap
e ≔ ―――――+ ―― = 145 mm
2 2
2 Se + 10 g
Ycg ≔ ―――― = 350 mm
2
Baut 1
X1 ≔ Xcg - Se = 90 mm
Y1 ≔ Ycg - Se = 300 mm
((Muw + Vuw ⋅ e)) X1
Vum1 ≔ ――――――― = 43.423 kN
Ip
((Muw + Vuw ⋅ e)) ⋅ Y1
Hum1 ≔ ――――――― = 144.743 kN
Ip
Baut 2
X2 ≔ Xcg - Se = 90 mm
Baut 3
X3 ≔ Xcg - Se = 90 mm
103
((Muw + Vuw ⋅ e)) X3
Vum3 ≔ ――――――― = 43.423 kN
Ip
((Muw + Vuw ⋅ e)) ⋅ Y3
Hum3 ≔ ――――――― = 86.846 kN
Ip
Baut 4
X4 ≔ Xcg - Se = 90 mm
X5 ≔ Xcg - Se = 90 mm
X6 ≔ Xcg - Se = 90 mm
X7 ≔ Xcg - Se = 90 mm
104
((Muw + Vuw ⋅ e)) ⋅ Y7
Hum7 ≔ ――――――― = 28.949 kN
Ip
Baut 8
X8 ≔ Xcg - Se = 90 mm
X9 ≔ Xcg - Se = 90 mm
X10 ≔ Xcg - Se = 90 mm
X11 ≔ Xcg - Se = 90 mm
105
Cek gaya geser maksimum yang ditahan oleh baut web splice
Persamaan :
Menentukan nilai μ :
Menentukan nilai tb :
Menentukan nilai Rn
106
Menentukan nilai Rn
2
r1 ≔ 0.5 Ab ≔ 0.25 ⋅ π ⋅ ((20 mm )) = 314.159 mm 2
ms ≔ 3 ϕ ≔ 0.75
ϕ ⋅ Rn = 201.366 kN
Baut 1
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum1⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum1⎞⎠ = 184.76 kN
Baut 2
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum2⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum2⎞⎠ = 157.809 kN
Baut 3
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum3⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum3⎞⎠ = 131.709 kN
Baut 4
107
Baut 4
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum4⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum4⎞⎠ = 107.084 kN
Baut 5
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum5⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum5⎞⎠ = 85.222 kN
Baut 6
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum6⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum6⎞⎠ = 68.807 kN
Baut 7
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum7⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum7⎞⎠ = 85.222 kN
Baut 8
108
Baut 8
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum8⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum8⎞⎠ = 107.084 kN
Baut 9
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum9⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum9⎞⎠ = 131.709 kN
Baut 10
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum10⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum10⎞⎠ = 157.809 kN
Baut 11
2 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
2 2
Ruw ≔ ⎛⎝Vuwi + Vum11⎞⎠ + ⎛⎝Huwi + Hum11⎞⎠ = 184.76 kN
2. Flange Splice
109
2. Flange Splice
Desain Baut:
nt ≔ 4
nbf ≔ 28
dh ≔ 20 mm + 2 mm = 22 mm
Af ≔ bf ⋅ t2 = ⎛⎝3.808 ⋅ 10 3 ⎞⎠ mm 2
110
Desain Shear Connector
- Menghitung nilai Qu
H 2
‾‾‾‾‾‾
Dengan, ―≥ 4 Qu = 0.0004 ⋅ ds 2 ⋅ fc' ⋅ Ec
ds
Data :
kN
As ≔ 309.8 cm 2 Sp ≔ 1.8 m γconcrete ≔ 24 ――
m3
fc' ≔ 35 MPa tpelat ≔ 200 mm
γconcrete kg
γconcrete ≔ ――― = 2447.319 ――
fy ≔ 410 MPa g m3
1.5
⎛ m3 ⎞ ⎛ 2 ⎞ N
Ec ≔ ⎜γconcrete ⋅ ―― ⎟ ⋅ ⎝0.0426 ⋅ ‾‾‾‾‾‾‾
fc' ⋅ MPa ⎠ = 30512.618 ――
⎝ kg ⎠ mm 2
Ambil nilai, ds ≔ 30 mm
2
Qu ≔ 0.0004 ⋅ ds 2 ⋅ ‾‾‾‾‾‾
fc' ⋅ Ec = 372.029 N
ϕ ≔ 0.85
P
N ≔ ――― = 70
ϕ ⋅ Qu
111
BAB V
GAMBAR RENCANA
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121