Semester GANJIL
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2023
JalanTerusanJenderalSudirman PO BOX 148 Cimahi 40533 Telp./Fax. (022) 6610223
web. www.unjani.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar Struktur Beton Prategang yang
salah satu tugas mata kuliah Struktur Beton Prategang serta untuk melihat sampai
mana pemahaman penulis tentang Struktur Beton Prategang yang sudah didapatkan
oleh dosen pengampu yang bersangkutan selama 1 (satu) semester ini.
Yuana, S.T., M.T. dan Saudara Rifki Bayu Pratama yang telah memberikan ilmu dan
pemahamannya kepada penulis. Serta penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak lain yang sudah membantu dalam penyelesaian laporan ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu.
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.3.6 Draw-In (A atau DI) .......................................................................... 19
2.4 Perhitungan Time Dependent Loss ........................................................ 24
2.4.1 Relaksasi Tendon (R) ........................................................................ 24
2.4.2 Rangkak (CR)....................................................................................... 24
2.4.3 Susut (SH)............................................................................................. 25
2.4.4 Total Time Dependent Loss ............................................................ 26
2.5 Gaya Prategang Efektif .............................................................................. 26
2.6 Pengecekan Penampang .......................................................................... 26
2.7 Analisis Tegangan Penampang .............................................................. 27
2.7.1 Tegangan pada Saat Transfer ....................................................... 27
2.7.2 Tegangan pada Saat Service ......................................................... 28
BAB III PERMODELAN ......................................................................................................... 29
3.1 Model 2D Simple Support ......................................................................... 29
3.2 Pendefinisian Material ............................................................................... 30
3.2.1 Material PCI Girder ........................................................................... 30
3.2.2 Material Tendon ................................................................................ 31
3.3 Pendefinisian Penampang ........................................................................ 33
3.3.1 Penampang PCI Girder.................................................................... 33
3.3.2 Section Properties Tendon.............................................................. 36
3.4 Aplikasi Pembebanan ................................................................................. 43
3.5 Output Permodelan .................................................................................... 47
BAB IV ANALISIS STRUKTUR HASIL PERMODELAN ............................................ 56
4.1 Pengecekan Penampang .......................................................................... 56
iv
LAMPIRAN ..............................................................................................................................vi
v
BAB I
KRITERIA DESAIN
1
1.3 Kriteria Desain
1.3.1 Material
Material yang digunakan pada struktur jembatan penyeberangan orang adalah
sebagai berikut.
a. Mutu Beton PCI Girder Tipe PCI H-170 dengan f’c 42 MPa
- Berat Jenis (wc) = 2500 kg/m3
- Kuat Tejan Beton (f’c) = 42 MPa
- Modulus Elastisitas (Ec)= wc1,5 0,043 √𝑓′𝑐
= 34833,981 MPa
- Modulus Geser (G) = 10726,25 MPa
- Poisson Ratio (v) = 0,2
b. Mutu Beton f’c 30 MPa untuk Slab
- Berat Jenis (γ) = 2400 kg/m3
- Kuat Tekan Beton (f’c) = 30 MPa
- Modulus Elastisitas (Ec) = 4700 √𝑓′𝑐
= 25742,960 MPa
- Modulus Geser (G) = 10726,25 MPa
- Poisson Ratio (v) = 0,2
c. Mutu material tendon digunakan ASTM A 416-06 grade 270 berdasarkan VSL
Post Tensioning
- Berat Jenis (γ) = 7850
- Modulus Elastisitas (E) = 195000 MPa
- Tegangan Tarik Ultimit (fpu) = 1860 MPa
- Tegangan Leleh (fpy) = 1675 Mpa
d. Material railing menggunakan pipa baja bulat untuk konstruksi umum yang
mengacu pada SNI 0068:2013
- Dimensi Luar (D) = 89,1 mm
- Tebal (t) = 4 mm
- Berat (W) = 8,39 kg/m
e. Material rangka atap menggunakan pipa baja bulat untuk konstruksi umum
yang mengacu pada SNI 0068:2013
- Dimensi Luar (D) = 34 mm
- Tebal (t) = 2,3 mm
- Berat (W) = 1,8 kg/m
f. Material atap menggunakan polycarbonate Twinlite Gen 2.0 dari PT. Impack
Industri Tbk.
- Tebal = 5 mm
- Lebar = 2100 mm
- Berat (W) = 1,1 kg/m2
2
1.3.2 Preliminary Design
Ditentukan dimensi awal girder berdasarkan brosur beton pracetak PT. Adhi Persada
Beton.
Panjang bentang rencana adalah 30 meter, sehingga dapat dipilih antara PCI H-160
dengan mutu 50 MPa dan PCI H-170 dengan mutu 42 MPa. Pada kasus ini dipilih PCI
H-170 dengan mutu 42 MPa dengan harapan jumlah strand lebih sedikit karena
dimensi yang lebih besar memiliki inersia yang lebih besar pula. Adapun dimensi
penampang girder PCI H-170 seperti pada Gambar 1.3.
3
1.4 Peraturan yang Digunakan
Beberapa peraturan yang digunakan dalam perencanaan jembatan penyeberangan
antara lain:
1. Panduan Bidang Jalan dan Jembatan No.2/M/BM/2021 tentang “Panduan
Praktis Perencanaan Teknis Jembatan’
2. SNI 1725:2016 “Pembebanan untuk Jembatan” digunakan sebagai acuan dalam
penentuan pembebanan pada jembatan.
3. SNI 0068:2013 “Pipa Baja untuk Konstruksi Umum” digunakan sebagai acuan
dalam menentukan desain railing.
1.6 Pembebanan
Pembebanan untuk jembatan mengacu pada SNI 1725:2016 dengan
memperhitungkan beban permanen dan beban transien. Adapun beban permanen
yang dihitung pada perencanaan jembatan ini yaitu beban mati berat sendiri (MS) dan
beban mati tambahan/utilitas (MA). Sedangkan untuk beban transien dihitung beban
pejalan kaki (TP) dan untuk beban lainnya diabaikan.
1.6.1 Beban Mati Berat Sendiri (MS)
Menurut SNI 1725:2016 Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen
struktural lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen nonstruktural
yang dianggap tetap.Adapun faktor beban yang digunakan untuk berat sendiri dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Faktor Beban untuk Berat Sendiri
4
Pada perencanaan jembatan ini yang termasuk beban mati berat sendiri yaitu berat
gelagar berat slab jembatan.
Beban mati tambahan yang dihitung pada perencanaan jembatan ini adalah beban
railing dan atap.
5
Pada perencanaan jembatan ini hanya digunakan kombinasi Kuat I, Kuat II, dan Kuat
III. Adapun beban yang dihitung adalah beban mati (MS dan MA) serta beban pejalan
kaki (TP), untuk beban lainnya diabaikan. Maka kombinasi pembebnan jembatan
adalah sebagai berikut.
1. Kuat I = 1,2 MS + 2 MA + 1,8 TP
2. Kuat II = 1,2 MS + 2 MA + 1,4 TP
3. Kuat III = 1,2 MS + 2 MA
6
BAB II
ANALISIS STRUKTUR
Gelagar dengan tipe PCI H-170 berdasarkan brosur PT. Adhi Persada Beton dipilih
untuk perencanaan jembatan. Berikut perhitungan modulus penampang untuk
gelagar PCI H-170.
7
Tabel 2.1. Modulus Penampang PCI H-170
Segmen Lebar Tinggi Luas Jarak Statis Momen Inersia Inersia Momen
Penampang terhadap
alas
b h Ai yi Ai x yi Ai x (yi-yb)2 I0 =(
1
𝑏ℎ3 ) dan
12
(mm) (mm) (mm2) (mm) (mm3) (mm4) atau (
1
𝑏ℎ3 )
36
(mm4)
1 800 200 160000 1600 256000000 93888371724 533333333,33
2 300 120 18000 1460 26280000 7054449427 14400000
3 300 120 18000 1460 26280000 7054449427 14400000
4 200 1250 250000 875 218750000 420870077,44 32552083333
5 250 250 31250 333,33 10416666,67 7832401099 108506944,44
6 250 250 31250 333,33 10416666,67 7832401099 108506944,44
7 700 250 175000 125 21875000 87961671966 911458333,3
Jumlah 683500 570018333,33 212044614819,56 34242688888,89
ƩAiyi 570018333,33
- yb = = = 833,97 mm
ƩAi 683500
ƩAi
αb = = 295319224,38 = 0,002314445 mm-1
683500
𝑍𝑏
ƩAi
αt = = 295319224,38 = 0,002314445 mm-1
683500
𝑍𝑏
8
2. Batas Tegangan Kondisi Efektif
ft = 0,5√𝑓′𝑐 = 0,5√42 = 3,24 MPa
fcd = -0,45 x f’c = -0,45 x 42 = -18,9 MPa
fct = -0,6 x f’c = -0,6 x 42 = -25,2 MPa
9
Gambar 2.3 Tampak Samping Railing dan Atap
Material railing dan penyangga atap menggunakan pipa baja dengan spesifikasi
pipa baja bulat berdasarkan SNI 0068:2013 “Pipa Baja untuk Konstruksi Umum”
seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Dimensi dan Berat Pipa Bulat untuk Konstruksi Umum
10
Berdasarkan Tabel di atas dipilih material untuk railing yaitu pipa baja bulat
dengan diameter 89,1 mm dan tebal 4 mm. Kemudian untuk penyangga atap
menggunakan pipa baja bulat dengan diameter 60,5 mm dan tebal 2,3 mm.
Dari gambar di atas dipilih material dengan ketebalan 5 mm, lebar 2,1 meter, dan berat
1,1 kg/m2.
- Perhitungan beban mati tambahan (MA)
Pipa baja vertikal ukuran 89,1 mm tebal 4 mm
Panjang total pipa = 2,5 x 16 x 2 = 80 m
Berat pipa baja = 80 x 8,39 = 671,2 kg ≈ 6,712 kN
Pipa baja horizontal ukuran 89,1 mm tebal 4 mm
Panjang total pipa = 30 x 4 x 2 = 240 m
Berat pipa baja = 240 x 8,39 = 2013,6 kg ≈ 20,136 kN
Pipa baja lengkung ukuran 60,5 mm tebal 2,3 mm
Panjang total pipa = 2,1 x 16 = 33,6 m
Berat pipa baja = 33,6 x 3,3 = 110,88 kg ≈ 1,1088 kN
Pipa baja horizontal ukuran 60,5 mm tebal 2,3 mm
Panjang total pipa = 30 x 5 = 150 m
Berat pipa baja = 150 x 3,3 = 495 kg ≈ 4,95 kN
Atap Polycarbonate sheet twinlite Gen 2.0 tebal 5 mm
Luas = 30 x 2,1 = 63 m2
Berat atap = 63 x 1,1 = 69,3 kg ≈ 0,693 kN
11
d. Beban Hidup Pejalan Kaki (TP)
Berdasarkan SNI 1725:2016 beban pejalan kaki memiliki beban sebesar 5 kPa.
Dengan lebar jembatan 1,5 meter maka beban pejalan kaki dianggap merata
menjadi 7,5 kN/m.
12
1 𝛼𝑏 ⅇ + 1
≥
𝑃𝑖 −𝐴𝐹𝑐𝑖 + 𝛼𝑏 𝑀0
c. Persamaan 3
1 𝑅(𝛼𝑏 ⅇ + 1)
≤
𝑃𝑖 −𝐴𝐹𝑡 + 𝛼𝑏 𝑀total
d. Persamaan 4
1 𝑅(𝛼𝑡 ⅇ − 1)
≤
𝑃𝑖 𝐴𝐹𝑐,𝐷 + 𝛼𝑡 𝑀0
e. Persamaan 5
1 𝑅(𝛼𝑡 ⅇ − 1)
≤
𝑃𝑖 𝐴𝐹𝑐,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + 𝛼𝑡 𝑀total
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai 1/Pi dan nilai e seperti pada Tabel 2.3.
13
Selanjutnya nilai 1/Pi dan e dari tabel dan nilai emaks ditampilkan ke dalam diagram
magnel seperti pada Gambar 2.5.
DIAGRAM MAGNEL
0,000003
0,0000025
0,000002
0,0000015
0,000001
0,0000005
1/Pi pada emaks
emaks =683,970
0
mm
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000
-5E-07
-0,000001
1/Pi Persamaan 1 1/Pi Persamaan 2 1/Pi Persamaan 3
1/Pi Persamaan 4 1/Pi Persamaan 5
Dari hasil plot diagram magnel, nilai emaks menyentuh ke garis persamaan 3, maka
persamaan 3 dihitung untuk menentukan nilai tegangan Pi .
1 𝑅(𝛼𝑏 ⅇ + 1)
=
𝑃𝑖 −𝐴𝐹𝑡 + 𝛼𝑏 𝑀total
1 0,87(0,002314445 𝑥 683,970 + 1)
=
𝑃𝑖 −683500 + 0,002314445 𝑥 5090061000
1
= 2,35 𝑥 10−7 N
𝑃𝑖
𝑃𝑖 = 4242784,107 N = 4242,78 kN
14
2.3 Perhitungan Immediate Loss
2.3.1 Parameter Tendon
Dalam perencanaan struktur jembatan ini diasumsikan jumlah tendon adalah 3 buah
dengan 5 strand pada setiap tendonnya. Adapun tipe strand yang digunakan adalah
tipe 7 Wire Strand Tendon dengan mutu beton menggunakan ASTM A 416-06 grade
270 berdasarkan VSL Post Tensioning. Parameter tendon dapat dilihat pada Tabel 2.4.
𝑃
Ap,min3 = 0,8 𝑥𝑗𝑓
𝑝𝑢
15
Maka,
Ap,pakai = 3 x 5 x 98,7 = 1480,5 mm2
1414,26
Ap,min1 = 0,7 𝑥 1860 = 1086,22 mm2
1470,30
Ap,min2 = 0,94 𝑥 1675 = 933,82 mm2
1470,30
Ap,min3 = 0,8 𝑥 1860 = 988,11 mm2
Periksa,
Ap,pakai > Ap,min
1480,5 > 1086,22 ..........(Aman)
Ap per tendon,
1480,5
Ap,1 tendon = = 493,5 mm2
3
𝑃 𝑃𝑗 𝑒 2 𝑀0 𝑒
𝑓𝑐𝑝𝑥 = − 𝐴𝑗 − −
𝑐 𝐼 𝐼
- Menghitung nilai n
𝐸𝑝
n =𝐸
𝑐𝑝
195000
= 34833,98
= 5,60
1. 𝑓𝑐𝑝1 = 0 Mpa
1470,30𝑥1000 1470,30𝑥1000𝑥683,972 3571311000,00𝑥683,97
2. 𝑓𝑐𝑝2 = − − −
683500 246287303708,45 246287303708,45
16
= 4,97 MPa
- Menghitung nilai ES
1. ES1 = n(𝑓𝑐𝑝1 + 𝑓𝑐𝑝2 + 𝑓𝑐𝑝3 )
= 5,60 (0+4,97+4,97)
= 55,61 MPa
3. ES3 = n(𝑓𝑐𝑝1 )
= 5,60 (0)
= 0 MPa
4. ES rata-rata
𝐸𝑆1+𝐸𝑆2+𝐸𝑆3
ES avg = 3
55,61+27,80+0
= 3
= 27,80 MPa
5. Persen ES
𝐸𝑆𝑎𝑣𝑔
%ES = 𝑥 100%
𝐹𝑝𝑖
28,80
= 2983,834871 𝑥 100%
= 0,93%
17
Kemudian posisi tendon ditentukan seperti pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Posisi Tendon
Tendon e1(mm) e2(mm)
Tendon 1 -350 683,970
Tendon 2 0 683,970
Tendon 3 350 683,970
Ptendoni
= ⅇxp[−Ʃμα + Kx)]
Pj
Dengan α adalah perubahan sudut tendon dari titik tinjauan sebelumnya dan x adalah
jarak panjang tendon. Adapun α dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
4(𝑒𝑚𝑖𝑑 − 𝑒𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 )
α= 2 𝑥 (𝑋𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑋𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 )
𝑋𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙
Hasil Perhitungan Friction & Wobble (F) masing-masing tendon dapat dilihat pada
Tabel 2.6 – Tabel 2.8.
18
Tabel 2.7 Perhitungan Friction & Wobble (F) Tendon 2
Friction & Wobble tendon 2
Titik Initial Mid Final
Σx(m) 0 15 30
e (m) 0 0,68 0,00
ΣKx(m) 0 0,03 0,06
α (rad) 0 0,09 0,09
Σα (rad) 0 0,09 0,18
Σμα 0 0,018239194 0,03647839
Σ(Kx+μα) 0 0,05 0,10
e^Σ(Kx+μα) 1 0,95 0,91
Pi (kN) 1470,30 1401,06 1335,08
Pi (kN)(2 arah) 1470,30 1401,06 1470,30
𝐸𝑝 𝐴𝑝 ∆
𝐿𝑑𝑖 = √
𝛼/2
19
Ldi yang didapatkan berbeda sehingga diulangi perhitungan pada iterasi ke 2. Dari hasil
hitungan Ldi iterasi ke 2 < L/2, maka perhitungan cukup sampai iterasi ke 2.
Kemudian dihitung loss akibat DI dengan persamaan berikut.
𝛼
∆𝑃𝑑𝑖 = 2 𝑥 𝑥𝐿𝑑𝑖
2
20
Plot Draw in
x (m) P (kN) x (m) P (kN)
0 1470,302 0 1424,126
15 1401,060 5,002 1447,214
30 1470,302 24,998 1447,214
30 1424,126
Dari hasil perhitungan didapatkan grafik gaya prestress setelah loss terhadap jarak
bentang seperti pada Gambar 2.6 – Gambar 2.8.
21
Gaya Prestress Tendon 2
1480,000
1460,000
1440,000
1420,000
1400,000
1380,000
0 5 10 15 20 25 30
1460,000
1440,000
1420,000
1400,000
0 5 10 15 20 25 30
Untuk menghitung nilai rata-rata gaya prategang setelah loss F & DI adalah dengan
menghitung luas di bawah kurva dibagi dengan panjang bentang.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎
𝑃𝑖,𝑎𝑣𝑔 =
𝐿
Ilustrasi luas area di bawah kurva dapat dilihat seperti pada Gambar 2.9.
22
Gaya Prestress Tendon
1480,000
1460,000
segitiga 1
segitiga 3 segitiga 2
1440,000
1420,000
1400,000
1380,000
0 5 10 15 20 25 30
Luas Area di bawah kurva = Luas Persegi Panjang – Jumlah Luas Segitiga
Adapun hasil perhitungan luas kurva dan nilai rata-rata gaya prategang setelah loss F
& DI masing-masing tendon dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Perhitungan Nilai Rata-Rata Gaya Prategang Setelah Loss F & DI
Luas Kurva Gaya Prategang Tendon 1 Tendon 2 Tendon 3
Luas Pesegi Panjang (kNm) 44109,07 44109,07 44109,07
Luas Segitiga 1 + 2 (kNm) 230,96 230,96 230,96
Luas segitiga 3 (kNm) 1233,88 1038,64 841,57
Luas Area di Bawah kurva (kNm) 42644,23 42839,47 43036,54
Kemudian % Loss F&DI dihitung dari rata-rata %Loss F&DI masing-masing tendon.
23
Selanjutnya nilai rata-rata gaya prategang Pi dihitung dengan menjumlahkan nilai
rata-rata gaya prategang setelah F&DI masing-masing tendong dan dikurangi dengan
loss akibat ES.
Pi, Average = (1421,47 + 1427,98 + 1434,55) – ((1421,47 + 1427,98 + 1434,55) x 0,93 %)
= 4243,97 kN
𝑓𝑝′ = 𝑓𝑝 − ∆𝜎𝑝𝑟
′
= 2773,71 − 109,21 = 2664,50 𝑀𝑃𝑎
24
- Tegangan akibat Dead Load
𝑀𝐷𝐿 𝑥 𝑦
𝐹𝑐𝑝,𝐷𝐿 =
𝐼
3319312500,00 𝑥 833,97
=
246287303708,45
= 11,24 MPa
∆𝜎𝑝𝑐𝑟
% 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝐶𝑅 = 𝑥 100 %
𝑓𝑝𝑖
93,03
= 𝑥 100 %
2866,58
= 3,25 %
∆𝜎𝑝𝑠ℎ
% 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑆𝐻 = 𝑥 100 %
𝑓𝑝𝑖
69,33
= 𝑥 100 %
2866,58
= 2,42 %
25
2.4.4 Total Time Dependent Loss
Semua loss Relaksasi (R), Rangkak (CR), dan Susut (SH) dijumlahkan dan nilainya harus
sama dengan 1-R. Adapun Rekap total % loss TDL dan nilsi R yang sudah di iterasi
sehingga errornya sama dengan 0, dapat dilihat pada Tabel 2.13.
𝑀𝑡 − 𝑅𝑀0
𝑍𝑏 𝑚𝑖𝑛 =
𝐹𝑡 − 𝑅𝐹𝑐𝑖
5090061000 − (0,87827𝑥3571311000)
=
3,240 − (0,87287𝑥(−20,16))
= 94675482 𝑚𝑚3
26
Modulus Penampang Zb telah dihitung sebelumnya da didapat nilai Zb sebesar
295319224,38 mm3.
Pada saat transfer, tegangan beton pada serat atas tidak boleh melebihi batasan
tegangan tarik izin, ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀0 )
𝜎𝑡 = − 𝐴𝑖 + ≤ 𝐹𝑡𝑖
𝑍𝑡
4243,97𝑥1000 (4243,97𝑥1000𝑥683,97−3571311000,00)
𝜎𝑡 = − + ≤ 2,898 𝑀𝑃𝑎
683500 284386495,21
Tegangan beton pada serat bawah harus melebihi nilai negatif dari tegangan tekan
izin, ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀0 )
𝜎𝑏 = − 𝐴𝑖 − ≥ 𝐹𝑐𝑖
𝑍𝑏
4243,97𝑥1000 (4243,97𝑥1000𝑥683,97−3571311000,00)
𝜎𝑏 = − − ≥ −20,16
683500 295319224,38
27
2.7.2 Tegangan pada Saat Service
Diagram tegangan saat tranfer dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Pada saat layan, tegangan tekan beton pada serat bawah harus lebih kecil dari
tegangan tarik izin yang dipilih, ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀𝑡 )
𝜎𝑏 = − 𝐴𝑖 − ≤ 𝐹𝑡
𝑍𝑏
4243,97𝑥1000 (4243,97𝑥1000𝑥683,97−5090061000)
𝜎𝑏 = − − ≤ 3,240 𝑀𝑃𝑎
683500 295319224,38
Tegangan tekan pada serat atas juga harus memenuhi batasan tegangan izin yang
ditentukan, ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀𝑡 )
𝜎𝑡 = − 𝐴𝑖 + ≥ 𝐹𝑐
𝑍𝑡
4243,97𝑥1000 (4243,97𝑥1000𝑥683,97−5090061000)
𝜎𝑡 = − + ≥ −25,2 𝑀𝑃𝑎
683500 284386495,21
28
BAB III
PERMODELAN
Pada kolom Number of Spans diisi 1 dan kolom Span Length diisi 30
29
Gambar 3.3 Model 2D Simple Support
2. Klik Add New Material. Pilih region “user” dan Material Type “Concrete”.
30
3. Memasukkan data beton pada Material Property Data
31
2. Klik Add New Material. Pilih region “user” dan Material Type “Concrete”.
32
3.3 Pendefinisian Penampang
3.3.1 Penampang PCI Girder
1. Klik Define lalu pilih Section Properties, kemudian pilih Frame Sections.
2. Klik Add New Property, lalu pilih Concrete, kemudian pilih Penampang Precast I,
dan masukkan data dimensi penampang PCI 170 tumpuan dan lapangan.
33
Gambar 3.12 Add Frame Section prorerties type precast I
34
Gambar 3.14 Section Dimension PCI Girder Lapangan
35
Gambar 3.16 Nonprismatic Section Definition PCI Girder H-170
2. Klik Add New Section lalu masukan data luas tendon hasil perhitungan pada
Spesify Tendon Area.
36
Gambar 3.18 Tendon Dection
37
3. Klik frame yang akan di input section frame, lalu Klik Assign pada Toolbar,
kemudian pilih frame, lalu frame section dan Pilih PCI 170 lalu Klik OK.
38
4. Klik icon Draw Frame or Cable lalu isi Line Object Type “Tendon” dan Section
“Tendon” lalu gambarkan dari tumpuan ke tumpuan.
5. Klik Quick Start pilih circular tendon 1 kemudian Klik OK lalu masukan Modify
koordinat yangtelah kita hitung dan asumsikan pada Tendon layout data,
selanjutnya Klik Add pada Tendon Loads, lalu isi data beban yang telah
dihitung. Dilakukan cara yang sama pada ketiga tendon.
39
Gambar 3.25 Tendon Quick Start Templates
40
Gambar 3.27 Tendon Load Assignment For Line Object 1
41
Gambar 3.30 Tendon Data For Line Object 3
6. Munculkan Section Properties lalu Klik Display Options kemudian pilih View
Type “Extrude” dan klik OK.
42
Gambar 3.33 Frame 3D Section
43
2. Klik Define pada Toolbars lalu pilih Load Combinations kemudian klik Add New
Combo dan masukan kombinasi beban dan faktor beban berdasarkan tabel SNI
seperti Gambar 3.35. Lalu Klik OK.
44
Gambar 3. 39 Load Combination Data Kuat III
3. Klik Define pada Toolbars lau pilih Mass Source kemudian klik Add New Mass
Source dan masukan data beban mati sendiri dan beban mati tambahan seperti
Gambar 3.39. Lalu Klik OK.
45
Gambar 3. 42 Mass Source Data
4. Klik Assign pada Toolbars kemudian pilih Frame Loads lalu klik Distributed dan
masukan beban-beban yang telahdihitung sebelumnya seperti Gambar 3.42
sampai Gambar 3.45. Lalu Klik OK.
46
Gambar 3. 45 Assign Beban Mati Tambahan
47
1. Klik Analyze pada Toolbars lalu klik Run Analysis kemudian Run Now dan pilih
data yang akan dimunculkan pada Case combo/name dan component seperti
pada gambar dibawah ini. Lalu Klik OK.
48
Gambar 3.50 Gaya Axial Kuat I
49
Gambar 3.54 Free Body Diagram Momen Kuat I
50
Gambar 3.56 Gaya Axial Kuat II
51
Gambar 3.60 Free Body Diagram Momen Kuat II
52
Gambar 3.62 Gaya Axial Kuat III
53
Gambar 3.66 Free Body Diagram Momen Kuat II
54
Resume hasil analisa menggunakan perangkat lunak SAP2000 menggunakan
kombinasi pembebanan Kuat I untuk nilai Pe (Efektif), Pi (initial), Pj (Jacking Force), serta
Mt dan Kuat III untuk M0 dapat dilihat pada Tabel 3.1.
55
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR HASIL PERMODELAN
𝑀𝑡 − 𝑅𝑀0
𝑍𝑏 𝑚𝑖𝑛 =
𝐹𝑡 − 𝑅𝐹𝑐𝑖
2479373600 − (0,87827𝑥985306600)
=
3,240 − (0,87287𝑥(−20,16))
= 77713034,843 𝑚𝑚3
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀0 )
𝜎𝑡 = − 𝐴𝑖 + ≤ 𝐹𝑡𝑖
𝑍𝑡
4203,008𝑥1000 (4203,008𝑥1000𝑥683,97−985,307x1000)
𝜎𝑡 = − + ≤ 2,898 𝑀𝑃𝑎
683500 284386495,21
Tegangan beton hasil dari analisis SAP2000 pada serat bawah harus melebihi nilai
negatif dari tegangan tekan izin, ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀0 )
𝜎𝑏 = − 𝐴𝑖 − ≥ 𝐹𝑐𝑖
𝑍𝑏
4203,008𝑥1000 (4203,008𝑥1000𝑥683,97−985,307x1000)
𝜎𝑏 = − − ≥ −20,16
683500 295319224,38
56
4.2.2 Tegangan pada Saat Service
Pada saat layan, tegangan tekan beton hasil dari analisis SAP2000 pada serat bawah
harus lebih kecil dari tegangan tarik izin yang dipilih, ditampilkan dalam persamaan
sebagai berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀𝑡 )
𝜎𝑏 = − 𝐴𝑖 − ≤ 𝐹𝑡
𝑍𝑏
4243,97𝑥1000 (4243,97𝑥1000𝑥683,97−5090061000)
𝜎𝑏 = − − ≤ 3,240 𝑀𝑃𝑎
683500 295319224,38
Tegangan tekan hasil dari analisis SAP2000 pada serat atas juga harus memenuhi
batasan tegangan izin yang ditentukan, ditampilkan dalam persamaan sebagai
berikut.
𝑃 (𝑃𝑖 𝑒−𝑀𝑡 )
𝜎𝑡 = − 𝐴𝑖 + ≥ 𝐹𝑐
𝑍𝑡
4243,97𝑥1000 (4243,97𝑥1000𝑥683,97−5090061000)
𝜎𝑡 = − + ≥ −25,2 𝑀𝑃𝑎
683500 284386495,21
2E-07 ≥ 1,61E-07
Sesuai
Persamaan 3
1 𝑅(𝛼𝑏 ⅇ + 1)
𝑃𝑖 ≤
−𝐴𝐹𝑡 + 𝛼𝑏 𝑀total
2E-07 ≤ 6,40E-07
Sesuai
57
Persamaan 4
1 𝑅(𝛼𝑡 ⅇ − 1)
𝑃𝑖 ≤ 𝐴𝐹𝑐,𝐷 + 𝛼𝑡 𝑀0
2E-07 ≤ -5,33E-08
Tidak Sesuai
Persamaan 5
1 𝑅(𝛼𝑡 ⅇ − 1)
𝑃𝑖 ≤ 𝐴𝐹𝑐,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + 𝛼𝑡 𝑀total
2E-07 ≤ -4,99E-08
Tidak Sesuai
Dari hasil analisa tegangan persamaan magnel dengan menggunakan nilai dari analisa
SAP2000, didapatkan pada persamaan 1, 2, dan 3 sudah sesuai,sedangkan 4 dan 5
tidak sesuai.
58
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan manual dan hasil Analisa menggunakan SAP2000
Perencanaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) menggunakan struktur beton
prategang girder PCI H-170 didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Gaya Prategang
Gaya Prategang yang dihasilkan menggunakan perhitungan manual dan analisa SAP
2000 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Perhitungan Gaya Prategan secara manual dan analisa SAP2000 terdapat perbedaan,
namun masih dapat diterima karena margin error yang kecil.
3. Persamaan Magnel
Persamaan magnel dengan output gaya dalam SAP2000, didapatkan hasil dari
perhitungan menggunakan persamaan magnel yang sesuai untuk persamaan 1, 2, dan
3. Namun pada perhitungan menggunakan persamaan 4 dan 5 hasinya tidak sesuai
59
LAMPIRAN
vi