MODUL 2
EVALUASI INSTRUMENTASI
KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Balai Teknik Bendungan telah dapat
menyelesaikan penyusunan modul ini dengan baik. Modul ini menjelaskan mengenai
pengetahuan tentang instrumentasi geoteknik untuk mengetahui perilaku bendungan urukan
dalam tahap operasi dan pemeliharaan yang dilaksanakan pada saat pemeriksaan besar.
Salah satu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga kelestarian fungsi dan keamanan
bendungan adalah dengan melakukan pemeriksaan bendungan. Pemilik/pengelola
bendungan berkewajiban melakukan pemeriksaan bendungan secara rutin, berkala biasa,
berkala besar atau pemeriksaan besar dan juga pemeriksaan luar biasa pada saat terjadi
kondisi luar biasa, serta pemeriksaan khusus. Dengan melaksanakan pemeriksaan
bendungan secara rutin dan berkala, Pemilik/Pengelola bendungan akan mampu
mengetahui sedini mungkin tanda-tanda adanya kelainan pada bendungannya, sehingga
Pemilik/Pengelola bendungan dapat segera melakukan tindakan perbaikan atau tindakan
pencegahan secara cepat.
Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan bagi Tenaga Ahli OP bendungan dari kantor Pengelola bendungan dan para
konsultan yang melakasanakan pemeriksaan besar agar memiliki kompetensi dalam
memahami dan melaksanakan pemeriksaan besar bendungan.
Kami menyadari bahwa modul ini masih masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat
khususnya bagi para penggunanya.
Duki Malindo.S.T.,MCM
Evaluasi Instrumentasi i
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Deskripsi Singkat ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ................................................. 1
1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ................................................ 1
1.5 Pokok Bahasan ............................................................................... 2
1.6 Petunjuk Belajar ............................................................................... 2
Evaluasi Instrumentasi ii
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
RANGKUMAN ........................................................................................................... 96
LAMPIRAN ............................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 105
Evaluasi Instrumentasi iv
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
DAFTAR GAMBAR
Evaluasi Instrumentasi v
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi vi
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.11. Prediksi tekanan pisometer fondasi pada muka air maksimum
Berdasarkan pembacaan pisometer pada muka air waduk
tertentu yang lebih rendah .................................................................. 75
Gambar 6.12. Prediksi/ekstrapolasi tekanan pisometer fondasi pada
bendungan beton gravitasi .................................................................. 75
Gambar 6.13. Tekanan pisometer pada lapisan fondasi pasir porus ......................... 76
Gambar 6.14. Grafik pembacaan pisometer timbunan, saat penimbunan dan
impounding ......................................................................................... 77
Gambar 6.15. Kontur tekanan air pori selesai konstruksi ........................................... 77
Gambar 6.16. Kontur tekanan air pori saat impounding ............................................. 78
Gambar 6.17. Kontur tekanan air pori pada bendungan tua (lama) saat
dilakukan pemeriksaan besar.............................................................. 78
Gambar 6.18 Grafik debit rembesan, air waduk dan hujan versus waktu.................. 79
Gambar 6.19. Debit rembesan versus elevasi muka air waduk ................................. 79
Gambar 6.20. Rembesan pada elevasi air waduk konstan versus waktu................... 80
Gambar 6.21. Contoh grafik hasil pengukuran rembesan vs muka air waduk,
jangka pendek .................................................................................... 80
Gambar 6.22. Contoh grafik hasil pengukuran rembesan vs muka air waduk,
jangka panjang ................................................................................... 80
Gambar 6.23. Grafik histerisis debit rembesan dengan muka air waduk.................... 81
Gambar 6.24. Plotting rembesan, muka air waduk dan curah hujan vs waktu ........... 81
Gambar 6.25. Gaya-gaya air waduk dan berat sendiri bendungan urukan
dan bendungan beton ......................................................................... 82
Gambar 6.26. Pergerakan vertikal (atas) dan pergerakan horizontal (bawah)
dari bendungan urukan anah .............................................................. 84
Gambar 6.27. Pergerakan vertikal di sepanjang puncak bendungan versus waktu ... 84
Gambar 6.28 Grafik penurunan dan kemajuan timbunan versus waktu .................... 85
Gambar 6.29. Pergerakan lereng bendungan ............................................................ 85
Gambar 6.30. Penurunan conduit outlet .................................................................... 86
Gambar 6.31. Plotting hasil pengukuran multilayer settlement di zona inti................. 86
Gambar 6.32. Hasil hasil pengukuran multilayer settlement di zona inti
digambarkan dalam bentuk parabolik.................................................. 87
Gambar 6.33. Pola penurunan akhir konstruksi dengan penurunan total
selesai konsolidasi .............................................................................. 87
Gambar 6.34. Penurunan selesai konstruksi berdasarkan pengukuran patok
geser, bendungan Batutegi ................................................................. 88
Gambar 6.35. Hasil pengukuran penurunan dari patok geser puncak bendungan
pada penampang memanjang bendungan Titab ................................. 88
Gambar 6.36. Vektor pergerakan patok geser CSU, arah Z dan X, penampang
memanjang bendungan Titab, 27 Februari 2016 ................................. 89
Gambar 6.37. Vektor pergerakan patok geser arah X dan Y, denah bendungan
Titab, 27 Februari 2016 ....................................................................... 89
Gambar 6.38. Hasil pengukuran inclinometer bendungan Sermo pasca
gempa 2006 ........................................................................................ 90
Gambar 6.39. Shear zone di dalam bendungan urukan hasil pengukuran
inklinometer ........................................................................................ 90
Gambar 6.40. Contoh plotting data inklinometer menggunakan software .................. 91
Gambar 6.41. Contoh interpretasi data pergerakan inklinometer .............................. 92
Gambar 6.42. Deformed mesh bendungan Batutegi, selesai konstruksi dari
hasil analisis ....................................................................................... 92
Gambar 6.43. Hasil rekaman Acellerograph, bendungan Sermo, pasca
gempa 2006 ........................................................................................ 95
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tugas dan pihak yang terlibat dalam instrumentasi bendungan
urukan................................................................................................ 8
Tabel 3.1. Instrumen untuk mengukur tekanan air tanah (J.Dunnicliff, 1993) ...... 11
Tabel 3.2. Pemilihan jenis filter mata pisometer (Dunnicliff, 1993) ....................... 12
Tabel 3.3. Keuntungan dan Keterbatasan Jenis Pisometer .................................... 18
Tabel 4.1. Beberapa penyebab terjadinya kesalahan (error) ............................... 35
Tabel 4.2. Tanggung jawab personel ................................................................... 40
Tabel 5.1. Contoh pembacaan pisometer pipa tegak dan sumur pantau (OW) .... 57
Tabel 5.2. Pembacaan hujan, muka air waduk dan rembesan ............................. 59
Evaluasi Instrumentasi ix
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian para ahli menunjukkan bahwa lebih kurang 85% kerusakan
bendungan disebabkan oleh pengaruh hidraulik dan rembesan air yang biasanya sulit
dihitung secara teliti, hal ini berarti bahwa desain suatu bendungan tidak semuanya dapat
dihitung secara teoritis.
Kerusakan atau keruntuhan suatu bendungan dapat terjadi karena beberapa hal,
diantaranya: melimpahnya air diatas mercu bendungan (overtopping), longsornya lereng
bendungan (sliding), terbawanya butiran tanah dari tubuh bendungan (internal erosion dan
“piping”) dan lain sebagainya.
Untuk memperoleh data atau informasi mengenai perilaku bendungan terutama pada tahap
selesai konstruksi, pengisian pertama dan tahap operasi waduk, perlu dilakukan
pemasangan instrumentasi geoteknik, untuk memeriksa keamanan bendungan.
Evaluasi Instrumentasi 1
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
4) Melakukan interpretasi dan evaluasi data instrumen yang digunakan untuk menilai
keamanan bendungan urukan dalam rangka melakukan pemeriksaan besar.
Evaluasi Instrumentasi 2
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
BAB II
KONSEP DAN PERENCANAAN INSTRUMENTASI
2.1 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari instrumen-instrumen yang dipasang, antara
lain hasilnya dapat digunakan sebagai verifikasi desain, prediksi dan penelitian.
1. Verifikasi desain
Parameter - parameter yang digunakan dalam desain dapat diperiksa melalui instrumen-
instrumen yang dipasang pada saat kontruksi. Hal ini mengingat pada waktu desain
biasanya digunakan asumsi-asumsi yang konservatif mengenai karakteristik material dan
struktural. Berdasarkan pengukuran dan pengamatan instrumen di lapangan, hasilnya
kemudian dibandingkan dengan asumsi desain, untuk memverifikasi apakah asumsi dan
parameter-parameter desain dapat dicapai saat pelaksanaan konstruksi.
2. Prediksi
Bila pengamatan instrumen dilakukan pada tahap kontruksi, kondisi bendungan dan
kinerjanya dapat diprediksi serta jika ditemui penyimpangan dapat segera dilakukan
perbaikannya. Sedangkan pada bendungan-bendungan lama, kinerja dan kondisi
bendungan juga dapat dievaluasi keamanannya, sehingga dapat dilakukan tindak perbaikan
serta memberikan masukan-masukan bagi pengelola bendungan dalam melakukan operasi
dan pemeliharaan.
3. Penelitian
Dengan mempelajari kinerja dan perilaku bendungan berdasarkan data instrumentasi, dapat
diketahui gaya-gaya yang bekerja pada bendungan yang sudah ada dan membandingkan
dengan parameter desain, sehingga kita dapat memahami lebih dalam yang sangat
bermanfaat dalam menberikan masukan-masukan desain ke depan. Berdasarkan evaluasi
data dari pembacaan instrumen yang ada, kita dapat mengetahui beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya kerusakan bendungan, antara lain;
a. Kondisi geologi yang kurang diperhatikan baik pada pondasi bendungan
maupun kedua tumpuan.
b. Erosi buluh yang terjadi melalui pondasi atau tubuh bendungan.
c. Retakan memanjang akibat perbedaan penurunan di sepanjang bidang kontak antara
zona-zona yang berdekatan.
d. Kerusakan karena tersumbatnya sistem drainasi.
Evaluasi Instrumentasi 3
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
e. Limpasan air lewat puncak bendungan, karena kapasitas bangunan pelimpah tidak
mencukupi.
f. Retak melintang karena terjadi perbedaan penurunan antara timbunan tubuh bendungan
dengan lereng tumpuan yang curam atau kondisi khusus lainnya yang dapat
mengakibatkan terjadinya rekah hidraulik.
2.2 Filosofi
Pada prinsipnya instrumen geoteknik yang dipasang di bendungan urukan dan bangunan
pelengkapnya, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Alatnya baik dan cukup akurat.
b. Handal dan tahan lama yang tergantung dari harga.
c. Biaya pemeliharaan serendah mungkin.
d. Alatnya sederhana dan mudah dalam operasi dan pemeliharaan.
e. Mudah dilaksanakan pemasangan dan penggantiannya serta tidak mengganggu
konstruksi.
Pekerjaan instrumentasi harus ditangani oleh suatu tim yang didukung fasilitas dan dana
yang memadai. Petugas-petugas harus dilatih dengan baik sehingga memahami
instrumentasi yang ditangani. Kesalahan dalam memproses data akan dapat menyebabkan
kesalahan dalam evaluasi dan analisis. Instrumen-instrumen dan alat bacanya perlu selalu
dirawat dan di kalibrasi secara berkala serta harus dipelihara dan dibaca oleh petugas yang
terlatih dan bertanggung jawab.
Evaluasi Instrumentasi 4
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Penentuan jumlah, jenis dan lokasi instrumen yang diperlukan pada bendungan hanya dapat
dilakukan secara efektif berdasarkan gabungan antara pengalaman dan intuisi. Setiap
bendungan urukan bersifat unik dan mempunyai permasalahan khusus yang memerlukan
solusi tersendiri untuk persyaratan instrumentasi. Oleh karena itu, dalam mendesain sistem
instrumentasi perlu dipahami dan dipertimbangkan pengaruh kondisi geoteknik tubuh
bendungan, fondasi, kedua tumpuan dan tebing/lereng waduk. Pengetahuan geoteknik
adalah merupakan faktor penting dalam desain bendungan, seperti desain bendungan di
atas kondisi fondasi yang sulit/kompleks atau lunak, tingkat risiko bahaya tinggi di bagian
hilir, adanya masalah secara visual, lokasi yang terpencil, operasi yang tidak terkendali
secara normal atau hal-lain yang menuntut dipasangnya sistim instrumentasi.
Kondisi dan keperluan instrumen harus dipahami serta tujuannya jelas, termasuk sistem
struktur tanah atau batuannya. Tenaga yang berkecimpung dalam pemasangan
instrumentasi lapangan harus memahami geoteknik dan fisika dasar yang terkait disamping
berbagai jenis instrumen yang cocok sesuai dengan kondisi lapangan yang dihadapi.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sistim instrumentasi, antara lain
adalah:
1) Kondisi geoteknik
Sebelum memilih metode pengukuran, harus dibuat daftar pertanyaan geoteknik yang
akan muncul pada waktu tahap desain, konstruksi dan operasi waduk nantinya. Untuk
setiap tahap harus mencakup kondisi lapangan awal, kinerja instrumen selama
Evaluasi Instrumentasi 5
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
pelaksanaan, pengisian pertama waduk, air waduk surut, dan kinerja instrumen dalam
jangka panjang (saat operasi waduk).
Evaluasi Instrumentasi 6
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Desain sistem instrumentasi juga harus mencakup kalibrasi yang harus dilakukan secara
teratur, disamping pemeliharaan perangkat keras (misalnya unit alat baca) sepanjang umur
layan proyek. Dalam desain, juga harus disusun prosedur dan jadwal pelaksanaan
pemeliharaan semua alat baca, dan komponen sensitif lainnya.
Tenaga ahli atau spesialis instrumen harus melakukan hal ini untuk menentukan bahwa
faktor pengaruh yang diukur oleh instrumen berkaitan dengan sebab-sebab yang mungkin
terjadi. Pekerjaan interpretasi, pengambilan keputusan dan implementasinya sebaiknya
dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman.
Bila desain sistem instrumentasi telah lengkap, penentuan biaya pekerjaan instrumentasi
dapat disusun untuk diusulkan. Biaya pemeliharaan harus dimasukkan untuk memastikan
Evaluasi Instrumentasi 7
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
bahwa pembiayaan yang direncanakan telah cukup untuk menangani semua aspek
pekerjaan, termasuk pemeliharaan instrumen, pengumpulan data dan proses data serta
evaluasinya selama umur layan proyek.
Dibawah adalah tabel tugas dan pihak yang terlibat dalam instrumentasi bendungan urukan.
Tabel 2.1 Tugas dan pihak yang terlibat dalam instrumentasi bendungan urukan
Pengadaan instrumen x x
Pemasangan instrumen x x
Pengumpulan data x x
Evaluasi Instrumentasi 8
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
BAB III
JENIS DAN SISTIM INSTRUMENTASI
3.1 Umum
Jenis instrumentasi geoteknik yang akan dipasang sangat tergantung dari jenis bendungan
yang perlu dipantau perilakunya, kondisi lapangan serta tingkat ketelitian yang diperlukan.
Besaran dan parameter yang perlu dipantau yang berkaitan dengan instrumentasi
bendungan urukan, antara lain adalah :
Beban atau gaya
Tekanan air pori
Tegangan tanah total
Pergerakan vertical dan horizontal
Rembesan
Evaluasi Instrumentasi 9
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Tipe hidraulik
Tekanan air Pisometer Sistim
Tipe pneumatik
Tertutup
Tipe elektrik
Alat Ukur
Tekanan Tekanan tanah Sel tekanan total
Tipe hidraulik, pneumatik,elektrik
Prinsip dasar kerja pisometer adalah bahwa suatu elemen yang porus (mata pisometer/
piezometer tip) ditanam di dalam tanah, dimana air tanah masuk melalui dinding berpori dari
mata pisometer tersebut. Pengukuran permukaan air atau tekanan air pada titik tersebut
adalah merupakan besarnya tekanan air pori.
Pisometer juga dapat digunakan untuk menentukan muka air freatis melalui tubuh
bendungan. Sesuai dengan prinsip kerjanya, dikenal dua sistim pisometer, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup.
Evaluasi Instrumentasi 10
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Di bawah adalah keuntungan dan batasan dari setiap jenis pisometer yang perlu
dipertimbangkan dalam mendesain instrumentasi.
Tabel 3.1. Instrumen untuk mengukur tekanan air tanah (J.Dunnicliff, 1993)
1. Observation Well (OW) Dapat dipasang oleh juru bor tanpa Ada koneksi vertikal diantara
melibatkan ahli geotek. lapisan, mengakibatkan bias.
2. Open Standpipe Terpercaya; kinerja jangka panjang; Long time lag; rawan rusak oleh alat
Piezometer (OSP) integritas seal dpt diperiksa setelah berat; masalah penyambungan;
pemasangan; mengambil contoh air; negative drag force akibat
uji permeabilitas. konsolidasi timbunan; porous filter
dpt tersumbat, perlu flushing secara
berkala.
3. Hydraulic Piezometer (HP) Terpercaya; kinerja jangka panjang; Penempatan rumah instrumen perlu
bila dipasang di timbunan integritas analisis sehubungan pembacaan
dpt diperiksa setelah pemasangan; negatif; sistim harus bebas udara,
dpt dilakukan uji permeabilitas. perlu flushing secara berkala.
4. Pneumatic Piezometer (PP) Short time lag; kalibrasi mudah; Sistim harus bebas gelembung air;
gangguan konstruksi minimal; perlu gas nitrogen; pembacaan oleh
rumah instrumen dpt dipasang operator terlatih.
dimana saja yang aman.
5. Vibrating Wire Piezometer Short time lag; mudah melakukan Memerlukan teknik spesial dari
(VWP) pembacaan; gangguan konstruksi pabrik untuk meminimalkan zero
minimum; efek panjang kabel drift; memerlukan pengaman petir;
minimal; dapat membaca tekanan versi push-in sering error.
air pori negatif.
6. Unbonded Electrical Short time lag; pembacaan mudah; Panjang kabel berpengaruh;
Resistance Piezometer gangguan konstruksi minimal; alat kesalahan baca akibat kelembaban
(UERP) baca dapat ditempatkan bebas; dan hubungan pendek kabel; perlu
dapat membaca tekanan air pori pengaman petir.
negatif.
8. Multipoint Piezometer with Dapat dipasang dalam lubang bor Titik-titik yang diukur terbatas;
Packer horisontal atau upward boreholes; tergantung dari jenis pisometer
pengukuran lebih rinci. yang dipasang.
Evaluasi Instrumentasi 11
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Bagian filter dari mata pisometer harus dijenuhkan terlebih dulu sebelum dipasang, supaya
udara tidak masuk ke dalam pori-pori mata pisometer yang dapat mengakibatkan tekanan
udara melampaui tegangan kapiler di dalam pori-pori tanah. Bila tegangan kapiler telah
terlampaui, maka gelembung udara akan mendesak air ke luar dari pori-pori; tegangan pada
kondisi kritis ini disebut nilai "air entry" atau "bubling pressure".
Ukuran pori dapat ditentukan secara tidak langsung dari pengukuran nilai "air entry" dan
dengan menggunakan persamaan tekanan air dalam tabung kapiler dapat dihitung ukuran
porinya. Misalnya nilai "air entry" antara 100 - 600 kPa adalah setara dengan ukuran
sebesar 2 - 0.5 mikron diameter pori-porinya. Semakin tinggi nilai air entry, semakin sulit
udara masuk ke dalam pori-pori filter.
Perlu diperhatikan bahwa high air entry pisometer tip harus benar-benar dijenuhkan sebelum
dipasang, yaitu dengan cara merendam mata (tip) pisometer tersebut selama minimal 12
jam agar tercapai penjenuhan. Bila perlu bagian porus dari mata pisometer dapat direbus
seperlunya untuk mempercepat keluarnya udara.
1. Open standpipe a. Melalui lubang bor a. Low Air Entry a. Low Air Entry
b. Timbunan b. - b. Low Air Entry
2. Twin tube hydraulic a. Melalui lubang bor a. Low Air Entry a. High Air Entry
piezo
b. Timbunan b. - b. High Air Entry
3. Diaphragm a. Melalui lubang bor a. Low Air Entry a. High Air Entry
piezometer
b. Timbunan b. - b. High Air Entry *
Evaluasi Instrumentasi 12
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Jenis mata pisometer pipa tegak yang lazim digunakan adalah tipe Casagrande dimana
elemen porous atau mata pisometernya terbuat dari keramik dengan pori-pori yang
ukurannya beberapa mikron, tergantung jenis tanah yang akan diukur. Bagian yang porous
ini ada juga yang terbuat dari filter dengan bahan bronze yang porous (diciptakan oleh NGI).
Bila tekanan dalam pipa sampai melebihi tinggi air maksimum di dalam pipa, misalnya pada
tekanan lapisan artesis, maka digunakan manometer Bourdon. Perlu diingat bahwa
gelembung udara harus dikeluarkan dari dalam pipa, agar hasil pengukurannya teliti.
Evaluasi Instrumentasi 13
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 3.3. Mata pisometer bercelah (slotted) dan tekanan air pori
Sedangkan pipa pantau atau sumur pengamatan (observation well) adalah pipa atau
sumur yang dipasang di luar bendungan (biasanya di bagian hilir atau tumpuan
bendungan) untuk mengamati perilaku muka air tanah. Kerena yang diukur adalah muka
air tanah bebas, maka tidak diperlukan lapisan penyumbat (seal), kecuali untuk mengukur
suatu tekanan air yang tertekan (confined).
Gambar 3.4. Perbedaan antara pipa pantau dengan pisometer pipa tegak
Evaluasi Instrumentasi 14
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
b) Pisometer Hidraulik
Pada sistem ini, elemen porous dari mata pisometer dihubungkan dengan dua buah pipa
plastik kembar (twin tubing) yang lentur (flexible) dan dihubungkan dengan alat baca berupa
manometer air raksa, manometer Bourdon atau electronic tranducer.
Berbeda dengan pisometer pipa tegak terbuka, alat baca pisometer jenis ini dapat
ditempatkan cukup jauh dimana beberapa tubing pisometer dapat dikumpulkan dan
dihubungkan ke alat baca di dalam suatu rumah instrumen. Twin tubing harus diisi dengan
air yang telah bebas dari gelembung udara (direbus dan divakum terlebih dahulu) untuk
menghindari kesalahan pembacaan.
Pisometer jenis ini dapat mengukur tekanan air pori, baik positif maupun negatif.
Pisometer jenis hidraulik ini saat ini sudah jarang digunakan dan kurang populer, karena
pengoperasian pengeluaran gelembung udara di dalam sistim yang cukup rumit dan tidak
praktis.
c) Pisometer Pneumatik
Sistem ini pada prinsipnya bekerja atas dasar bahwa tekanan air yang bekerja pada
membran/diafragma yang terdapat pada mata pisometer diimbangi dengan tekanan
gas/pneumatik.
Sistim twin tubing dari pisometer pneumatik ini mirip dengan pisometer hidraulis, hanya di
sini berisi udara (gas nitrogen). Cara pemasangan juga mirip dengan pisometer hidraulik.
Sistem ini tidak dianjurkan untuk dipasang pada lapisan yang diperkirakan akan terjadi
tekanan negatif.
Evaluasi Instrumentasi 15
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Jenis pisometer pneumatik ini dapat memberikan respons yang cukup cepat terhadap
perbedaan tekanan air pori dalam waktu yang singkat, juga dapat digunakan pada tempat
dimana terjadi perbedaan elevasi yang besar antara mata pisometer dengan alat bacanya.
Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut: tekanan pneumatik dipompakan dari unit alat
baca yang mempunyai regulator dan signal kapan terjadi keseimbangan antara tekanan gas
yang masuk (biasanya nitrogen) dan tekanan air pori. Pembacaan dilakukan pada kondisi
seimbang menggunakan manometer Bourdon atau alat baca digital.
Air di dalam tanah menekan diafragma/membran yang terdapat pada mata pisometer sehingga
membuat membran melengkung ke dalam. Melalui alat baca kemudian diberikan tekanan gas
yang mengembalikan membran melengkung keluar, dengan mengatur suatu regulator pada alat
baca membran dibuat seimbang, artinya tekanan air sama dengan tekanan gas; yang dicatat
adalah tekanan gas melalui manometer pada alat baca.
Evaluasi Instrumentasi 16
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Untuk menghindari rusaknya sistem elektris terhadap bahaya petir, maka pisometer jenis ini
dilengkapi dengan unit pelindung petir. Kabel-kabel terbungkus cukup rapat dan tebal
kemudian ditanam ke dalam tanah. Pemasangan sistim anti petir tersebut harus dilakukan
oleh ahlinya.
Piezometer Cable
Ground Stake
Lightning Arrestor Board (LAB-3)
accessible from surface)
(in special enclosure
Piezometer
Gambar 3.8. Pelindung petir pada vibrating wire piezometer dan groundingnya
Keuntungan dan kerugian/keterbatasan dari setiap jenis pisometer tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 17
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Pengukuran dilakukan dengan memasang instrumren earth pressure cell. Cell dapat berupa
boundary cell atau free earth (buried) cell. Sebagian besar alat berupa suatu jenis
diafragma dimana regangan atau defleksi diafragma dikorelasikan dengan tekanan saat
dilakukan kalibrasi. Berbagai elemen sensor digunakan untuk mengukur defleksi diafagma,
antara lain strain gauges, vibrating wire, kristal pisoelektrik dan transducer LVDT.
Evaluasi Instrumentasi 18
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
3.2.3 Rembesan
Alat pengukur rembesan dapat digunakan sebagai :
1) Pemantauan debit aliran, hal ini dilakukan dengan memasang "weir" atau "flume" yang
ditempatkan pada lokasi tertentu untuk mengukur debit bocoran. Peningkatan debit
bocoran yang tidak normal dapat menimbulkan masalah keamanan bendungan.
2) Pemantauan kualitas air, hal ini dilakukan dengan membandingkan kualitas air waduk
dan kualitas air bocoran di hilir bendungan. Pengambilan contoh air harus dilakukan
secara kontinyu. Terhadap contoh air ini dilakukan pengujian unsur-unsur kimia dan
kadar endapannya. Hasil pemantauan antara lain meliputi:
a) Gejala pelarutan pada fondasi batuan yang dapat mengakibatkan kekuatan geser
menurun dan permeabilitas fondasi meningkat.
b) Gejala erosi buluh (piping) pada tubuh atau fondasi bendungan.
Alat ukur rembesan yang banyak digunakan adalah berupa ambang berbentuk huruf V (V-
notch) dimana sudut ambang bervariasi, tergantung dari debit yang akan diukur.
a) Stainless steel "V" weir plate, bersudut 22.5⁰, tinggi 30cm, mampu mengukur debit
aliran rembesan sebesar 14 l/sec.
b) Stainless steel "V" weir plate, bersudut 45⁰, tinggi 30cm, mampu mengukur debit
sebesar 28 l/sec
c) Stainless steel "V" weir plate, bersudut 60⁰, tinggi 30cm, mampu mengukur debit
sebesar 39 l/sec.
d) Stainless steel "V" weir plate, bersudut 90⁰, tinggi 30cm, mampu mengukur debit
sebesar 68 l/sec.
Sebagai alat pengukur tinggi aliran (h) dapat digunakan papan duga manual atau suatu
transduser yang mempunyai rentang (range) ukur 150 mm, 300 mm, 600 mm dan 1500
mm.
Evaluasi Instrumentasi 19
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 3.10b Alat ukur rembesan manual (kiri) dan V-notch (kanan)
Gambar 3.10c Alat ukur rembesan Parshall flume, denah dan potongan
Rumus :
Tinggi air diatas ambang V-notch ini diukur dalam cm lalu dirubah menjadi debit (liter/detik)
dengan rumus :
Q = C . h5/2
Evaluasi Instrumentasi 20
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Dari rumus tersebut dapat diperoleh hubungan h dengan debit rembesan (Q).
Evaluasi Instrumentasi 21
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 22
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 23
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Prinsip kerjanya adalah mengukur permukaan air di dalam cell melalui tubing ke manometer
air raksa yang dipasang di gardu pengamatan. Air yang telah bebas dari gelembung udara
dimasukkan dari gardu pembacaan, ke dalam cell melalui tubing air; air yang melimpas di
dalam cell dikembalikan melalui tubing balik/drainasi.
Sirkulasi air terus dilakukan sedemikian rupa, sehingga semua gelembung-gelembung udara
keluar dari sistim, kemudian kran ditutup dan tekanan udara dimasukkan ke cell melalui
tubing udara secara menerus, sehingga semua air kecuali yang di silinder tengah akan
dikeluarkan melalui tubing drainase. Permukaan air di dalam cell (bidang A) adalah sama
dengan tekanan udara luar melalui tubing udara, maka tingginya dapat dibaca dari
manometer air raksa. Perubahan permukaan A dapat dibaca pada manometer yang dapat
diinterpretasikan sebagai perubahan elevasi air di dalam cell tersebut.
Evaluasi Instrumentasi 24
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
3.2.5.3 Inklinometer
Inklinometer ini dipasang untuk memantau pergerakan ke arah horizontal di dalam lapisan
tanah atau batuan. Pipa aluminium atau plastik yang mempunyai empat alur (grooves)
bersudut antara 90° dipasang di dalam lubang bor, atau pada saat konstruksi penimbunan
tanah, atau pada dinding suatu struktur. Pengukuran pergerakan dilakukan dengan
menggunakan probe atau torpedo yang mempunyai 4 roda dan dimasukkan ke dalam alur
pipa inklinometer, bagian atas torpedo dihubungkan dengan kabel ke alat baca. Yang diukur
adalah signal elektronik dari servo-accelerometer yang menunjukkan kemiringan torpedo
tersebut terhadap garis vertikal, pada interval panjang/kedalaman pembacaan tertentu
(biasanya antara 0,50 – 1,0 m).
Evaluasi Instrumentasi 25
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Dengan menjumlahkan deviasi horizontal dari hasil pembacaan dengan interval setiap 0.50
m atau 1,0 m, maka dapat digambarkan kurva deformasi dengan skala dan waktu tertentu.
Dengan membandingkan kurva-kurva pembacaan awal/terdahulu dengan kurva-kurva
berikutnya, dapat diketahui arah deformasi di sepanjang tabung inklinometer tersebut.
Dengan menggunakan logger hasil pembacaan/pengukuran langsung dapat diperoleh di
lapangan, seperti gambar di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 26
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Torpedo ini harus kuat, kedap air dan harus dikalibrasi secara berkala. Pipa inklinometer
bergaris tengah sekitar 60 mm, dan ketebalan 2 sampai 3 mm (untuk bahan aluminium) dan
lebih tebal lagi untuk tabung plastik, sedangkan panjangnya rata-rata 3 m.
Pipa plastik biasanya digunakan untuk daerah-daerah yang mengandung zat-zat yang
dapat mengakibatkan tabung aluminium berkarat (misalnya di daerah pantai dan
konstruksi pelabuhan) meskipun tabung aluminium tersebut telah diberi epoxy - coating.
Evaluasi Instrumentasi 27
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Alat pengukur pergerakan permukaan atau Surface Movement Devices (SMD), digunakan
untuk memantau gerakan horisontal dan vertikal dari bendungan, fondasi, dan bangunan-
bangunan pelengkap lainnya. Instrumen ini berupa unit/alat yang sederhana. Umumnya,
terdiri dari beton yang dicor kedalam lubang-lubang yang dibuat di permukaan tanah.
Kedalaman lubang tergantung dari letak geografi, tetapi minimum sebesar 1,20 m.
Suatu titik pada bangunan yang ada (lama) dapat dipakai sebagai titik pengukuran awal
(referensi) pada arah horizontal maupun vertikal. Titik-titik tetap BM (Bench Mark) sebagai
titik referensi sebaiknya dibuat di luar bendungan, yakni di bagian batuan yang stabil. Paling
tidak diperlukan dua buah titik tetap yang secara periodik diperiksa ketelitiannya.
Dengan bertambahnya kemanjuan di bidang elektronika maka telah ditemukan alat pengukur
jarak dan perpindahan horizontal yang lebih teliti. Cara pengukuran dapat dilakukan dengan
sistem pengukuran tertutup, yakni melakukan pengukuran terhadap titik-titik SMD yang diikat
pada dua titik referensi (BM). Hasil pengukuran 3 arah (X,Y dan Z) pada waktu tertentu dapat
diketahui dengan membandingkan dengan hasil pengukuran awal yang telah dibuat.
Evaluasi Instrumentasi 28
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Dengan perkembangan teknologi akhir-akhir ini untuk pengukuran permukaan ini juga
dapat menggunakan prismatic robotic surface measurement, dimana suatu alat berupa
prisma dipasang pada permukaan tanah (di puncak atau lereng bendungan). Alat berupa
prisma tersebut akan memantulkan sinyal ke alat penerima dan memancarkannya ke
satelit. Dari satelit terebut data dapat dikirim ke alat penerima pada kantor-kantor pengelola
bendungan secara otomatis.
Evaluasi Instrumentasi 29
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Alat pemantau gempa biasa disebut seismometer, alat ini mengukur getaran seismik dan
sering dipasang di bendungan-bendungan besar, terutama bila lokasinya diidentifikasikan
rawan terhadap gempa. Namun demikian, walaupun lokasi bendungan terletak pada
daerah yang relatif stabil, sering kali terjadi gempa imbas waduk pada bendungan-
bendungan besar yang tingginya lebih dari 100 m dan daya tampung waduknya lebih dari
500 juta meter kubik.
2. Akselerometer
Akselerometer adalah bagian dari seismometer yakni sejenis alat sensor getaran yang
dapat mencatat getaran secara elektromagnetik. Alat ini didesain untuk mencatat getaran
tunggal ke arah horizontal, vertikal maupun transversal.
Evaluasi Instrumentasi 30
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
3.2.7.2 Pemasangan
Sebelum memasang alat, perlu dibuat/dibangun rumah pelindung, rincian dan lokasi yang
tepat tergantung dari situasi dan kondisi lapangan. Dalam instalasi struktural, pengguna
memberikan perlindungan ke perekam dengan memasang ke dalam suatu struktur yang
sudah ada (eksisting), misalnya di dalam galeri untuk yang dipasang di fondasi/tumpuan,
rumah pelindung yang dipasang di tengah-tengah tinggi bendungan dan puncak
bendungan. Ruangan penempatan alat harus cukup luas, sehingga perekam dan sensor
tidak terganggu atau dirusak (vandalism). Alat perekam gempa tersebut membutuhkan
Evaluasi Instrumentasi 31
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
pasokan listrik yang dekat dengan titik pemasangan. Lokasi antena GPS harus cukup
dekat dengan dengan alat aselerograf yang akan dipasang, sehingga kabel GPS dapat
terhubungkan ke alat gempa dengan baik.
a) Sofware Pendukung
Untuk pengaturan dan pengambilan data dari perekam gempa, diperlukan suatu komputer
(lap top) yang dilengkapi dengan program komunikasi, seperti: Procomm, hyper terminal
atau quicktalk & quicklook (program kinemetrics).
Bila alat tersebut dipasang pada struktur, biasanya alat tersebut dipasang sejajar dengan
sumbu utama struktur. Bila memungkinkan, jaga orientasi yang sama untuk semua alat
perekam yang dipasang di bangunan/struktur yang sama.
Evaluasi Instrumentasi 32
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
m) Letakkan alat gempa ada lubnag yang telah dipasang baut yang menonjol, tepat di
posisi bagian tengah alat.
n) Pastikan alat telah pada posisi yan benar daan ratakan.
o) Ratakan posisi alat dengan dengan memutar sekerup pada alat dengan
memperhatikan posisi gelembung udara yang arus berada pas di tengah-tengah.
p) Kencangkan mur di bagian bawah alat dengan hati-hati, supaya posisi alat tidak
berubah.
Evaluasi Instrumentasi 33
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
BAB IV
PEMBACAAN INSTRUMEN
Resolusi yang tinggi tidak otomatis menjamin tingginya sensitivitas atau accuracy akibat
adanya noise di dalam sistim, seperti electrical noise, hysterisis, nonlinearity, internal friction,
dan lain-lain yang menyebabkan pembacaan berfluktuasi atau melompat beberapa digit atau
skala angka.
Accuracy, precision dan sensitivitas adalah menunjukkan ketelitian dari unit yang sedang
diukur yg dinyatakan dalam persentase dari pembacaan full-scale suatu instrumen.
“Peralatan instrumen yang mempunyai kinerja merekam yang bagus dapat menjadi tidak
dapat dipercaya hasilnya, bila suatu persyaratan yang kecil tetapi penting diabaikan selama
pemasangan. Petunjuk instruksi yang paling baikpun belum tentu dapat menetapkan setiap
kondisi lapangan yang dapat mempengaruhi hasilnya. Oleh karena itu, percaya begitu saja
terhadap petunjuk tersebut belum tentu dapat menjamin keberhasilannya”. Petugas harus
mempunyai latar belakang disiplin geoteknik yang mendasar seperti halnya memahami
pengetahuan seluk-beluk alat yang sedang dipasang. Dengan pertimbangan kondisi khusus
di lapangan, petugas kadang-kadang terpaksa harus menyimpang dari petunjuk
pemasangan.
Penyebab terjadinya kesalahan dalam pengukuran instrumen dapat dilihat pada tabel di
bawah.
Evaluasi Instrumentasi 34
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Keterangan:
1. Parallax : Terjadinya perubahan obyek karena posisi pengamat yang berpindah.
2. Noise : Noise di dalam sistim adalah suatu istilah untuk menutupi semua variasi acak internal yang
mempengaruhi pengukuran dan menyebabkan hilangnya presisi. Electrical noise disebabkan oleh
pengaruh elektrik yang timbul dari sumber internal dan eksternal. Bila terlalu banyak noise di
dalam sistim, hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan yang mengurangi
sensitivitas.
Evaluasi Instrumentasi 35
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pembacaan ke lapangan, antara lain
adalah :
Pemeriksa harus mencantumkan dalam daftar simak, instrumen mana yang harus dibaca
secara reguler dan instrumen mana yang perlu memperoleh perhatian khusus.
Catatan :
Semua peralatan baca harus diperiksa dan dikalibrasi sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuat.
Pembacaan harus dilakukan lebih dari satu kali untuk memastikan kebenarannya. Harus
selalu diingat bahwa pembacaan/pengukuran adalah merupakan hal yang kritis
sebagai masukan untuk melakukan analisis dengan benar terhadap kinerja dan
keamanan bendungan.
Catatan :
Pada setiap kali melakukan pembacaan sebaiknya dibandingkan dengan hasil pembacaan
sebelumnya atau dengan hasil pembacaan instrumen di dekatnya. Bila ditemui anomali
pembacaan, lakukan pembacaan sekali lagi dengan teliti, bila hasilnya sama, beri catatan
khusus yang harus segera dilaporkan ke atasannya.
Evaluasi Instrumentasi 36
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pembacaan yang salah, antara lain adalah:
a) Elevasi air di dalam pipa pisometer lebih tinggi (mengalir keluar) dari ujung pipa
(tambahkan pipa untuk mengukurnya)
b) Kesalahan dalam mengukur panjang pipa atau panjang kabel dipmeter.
c) Kesalahan mencatat data, kesalahan identifikasi nomor pisometer, tutup pipa tertukar,
kesalahan sambungan, atau kesalahan manusia (human error) lainnya.
d) Alat ukur manometer tersumbat atau ada udara terperangkap atau gas pneumatik
mengandung air (solusi: buang gelembung udara dan gelembung air yang ada di alat
pengukur/gauges).
e) Hasil perhitungan yang salah, karena kesalahan pengambilan titik referensi.
f) Kurangnya perawatan instrumen.
Evaluasi Instrumentasi 37
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
- Amankan instrumen-instrumen dari lalu lintas kendaraan, tangan jahil atau vandalisme
lain. Untuk itu lakukan pemeriksaan secara teratur.
- Rawat instrumen yang terbuat dari logam terhadap korosi (terutama di tempat yang
lembab) atau tindak vandalisme.
Dalam tahap desain bendungan baru atau bendungan lama (eksisting), tenaga ahli
geoteknik biasanya sudah mengetahui daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian
khusus. Berdasarkan hal tersebut, harus dikembangkan suatu hipotesis mengenai masalah
hidraulik, tegangan-regangan atau mekanisme kekuatan geser yang akan mempengaruhi
perilaku bendungan pada berbagai kondisi. Kemudian program instrumentasi harus didesain
sesuai dengan hipotesis itu. Sebagai contoh, material fondasi tanah lunak akan berkaitan
dengan kestabilan dan penurunan. Oleh karena itu instrumentasi diperlukan untuk
memantau tekanan air pori dan proses konsolidasi. Jika material tumpuan menyebabkan
permasalahan rembesan berlebihan, dipilih instrumentasi yang dapat memantau debit aliran
dan uji kualitas air untuk mendeteksi konsentrasi zat padat atau endapan.
Apabila bendungan mempunyai kondisi fondasi atau bentuk desain yang khusus,
instrumentasi akan membantu untuk memantau apakah konsep desain selama konstruksi
dan operasi sudah memenuhi kriteria atau tidak.
Proses keseimbangan antara sistim pisometer, (pisometer tip, sensor device dan hydraulic
& electrical connection) dan tanah sekitarnya, tergantung dari:
Permeabilitas tanah, k
koefisien konsolidasi, Cv
Shape factor dari pisometer tip, F
Volume factor dari pisometer system, V
Lamanya Time Lag ini bisa bervariasi dari beberapa menit sampai beberapa hari. Jadi
pembacaan yang dapat dipercaya harus menunggu selesainya proses keseimbangan ini.
Evaluasi Instrumentasi 38
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Waktu respons dari pisometer pipa tegak terbuka dapat diperkirakan dari persamaan yang
diturunkan oleh Penman (1960).
d 2 ln( L / D 1 ( L / D ) 2 )
t = 3,3 x 10-6
kL
dengan:
t adalah waktu yang diperlukan untuk respons mencapai 90 % (hari)
d adalah diameter dalam pisometer pipa tegak (cm)
L adalah panjang filter intake (atau zona pasir sekeliling filter), (cm)
D adalah diameter filter intake (atau zona pasir), (cm)
k adalah permeabilitas tanah (cm/dt).
Evaluasi Instrumentasi 39
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
4.4 Petugas/Personil
Pemeriksaan/inspeksi terhadap semua bagian-bagian bendungan harus dilakukan secara
rutin selama pengoperasian bendungan, bersama-sama dengan pembacaan instrumen.
Jadwal dapat bervariasi tergantung pada kondisi kritis bagian bangunan khusus. Tenaga ahli
proyek, pengawas proyek atau mandor pemeliharaan adalah merupakan petugas/personel
yang paling kompeten, tetapi siapapun yang telah mengikuti pelatihan dapat melakukan
inspeksi. Sebagai contoh, petugas inspeksi harus mencari bukti rembesan, kondisi darurat
atau kesulitan di dalam bendungan atau tumpuan, terutama mata air, bocoran atau didih air
yang terjadi di sepanjang kaki hilir bendungan atau zona penurunan, rongga,
penggelembungan pada tubuh bendungan. Keterangan atau peringatan harus dicantumkan
pada formulir awal dan jika diperlukan tanggapan, petugas di daerah yang berwenang harus
segera diberitahu.
Tugas dan tanggung jawab personel instrumentasi diuraikan seperti tabel di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 40
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Personel pengelolaan data, pelaporan, Memroses data dari semua proyek daerah. Bekerja sama
dan penggambaran. dengan engineer instrumentasi atau geoteknik senior.
Bekerja dalam berbagai program perangkat lunak,
transfer data dari lapangan terpencil, pemrograman,
merumuskan laporan, dan menyampaikan plot data.
Personel analisis, dan pengkaji ulang. Mengkaji, dan menganalisis data akhir untuk memastikan
telah dilaksanakan sesuai dengan desain. Juga
memberitahu personel pemeliharaan atas pembacaan
yang tidak teliti atau tidak berfungsi.
Petugas proyek diharapkan mampu dan bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan
pemasukan data serta pemeliharaan instrumen, sesuai dengan kompetensinya. Untuk itu
petugas-petugas proyek tersebut harus dilatih dengan baik oleh tenaga ahli instrumentasi
atau geoteknik senior, tentang pengumpulan dan pemasukan data serta pemeliharaan
instrumen.
Petugas proyek yang bersifat sementara atau musiman yang bertanggung jawab atas
pengumpulan data biasanya mempunyai pengetahuan geoteknik terbatas. Jika petugas ini
tetap menangani pekerjaan tersebut, mereka tidak mengerti atau tidak menikmati pekerjaan
itu sehingga akan mempengaruhi kualitas data. Pegawai paruh waktu yang harus mendapat
pelatihan secara berulang-ulang akan menyulitkan dan memakan waktu. Ada tiga opsi
dalam mempertimbangkan petugas untuk membaca/mengukur instrumen, yakni:
1) Tugas untuk membaca instrumen biasanya dapat digabung dengan pemeliharaan alat
otomatis, jika pengumpulan data dilakukan secara otomatis.
2) Opsi kedua adalah mengupah pegawai tetap yang mempunyai lingkup pekerjaan
termasuk membaca manual instrumentasi pada suatu proyek atau daerah yang luas.
Secara praktis seseorang pada proyek atau daerah harus membuat manual pembacaan,
Evaluasi Instrumentasi 41
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
supaya data yang diperoleh konsisten dan juga membantu kemampuan seseorang untuk
memahami riwayat perilaku instrumen.
3) Opsi ketiga adalah mengontrakkan pekerjaan keluar, namun hal ini tidak umum sebab
ada kemungkinan terjadi ‘penyewaan’ personel pembacaan dari kontraktor.
Petugas-petugas tersebut dapat berada pada lokasi proyek dengan personel lain pada
kantor daerah dengan petugas pengelolaan data. Pemasukan data dapat dikerjakan oleh
petugas bukan bidang geoteknik, misalnya petugas pengelolaan informasi. Akan tetapi
karena pemeriksaan kesalahan awal harus dilakukan pada tingkat pemasukan data, hal
tersebut sebaiknya dikerjakan oleh petugas yang memahami tentang instrumen.
Pada umumnya, pengelolaan data, pelaporan, dan penggambaran dilakukan oleh tenaga
teknisi ahli di tingkat daerah (Unit Permantauan Bendungan, UPB) yang berkemampuan
komputer cukup tinggi, yang dapat memroses data dari semua proyek di wilayahnya.
Petugas ini harus bekerja sama dengan tenaga ahli instrumentasi atau geoteknik senior
yang bertanggung jawab atas koordinasi seluruh program instrumentasi. Pekerjaan ini saling
berhubungan dengan berbagai program perangkat lunak, transfer data dari lokasi terpencil,
pemrograman, pengadaan laporan, dan penyampaian plot data. Petugas juga perlu dilatih
dalam pengumpulan data dan pengelolaan data di lapangan sehingga lebih mengerti
tentang penggunaan instrumen dan alat baca otomatisasi.
Keseluruhan pengelolaan program instrumentasi harus diawasi oleh seorang tenaga ahli
geoteknik atau instrumentasi yang juga bertanggung jawab pada desain instrumentasi alat
otomatisasi, pemilihan, perolehan, dan pemasangan instrumen. Tenaga ahli ini harus
mengkoordinasi semua pekerjaan tersebut di atas, memberikan pelatihan pada petugas
instrumentasi, dan membantu dalam pengambilan keputusan. Tenaga ahli ini minimal harus
dapat membantu dalam melakukan interpretasi dan analisis, serta memberikan bantuan
teknik atau petunjuk pada tenaga ahli geoteknik lain yang bertanggung jawab atas analisis
data akhir.
Tenaga ahli instrumentasi atau geoteknik senior harus terlibat dalam pengkajian ulang akhir
dan analisis semua data instrumentasi. Pekerjaan ini dapat pula dilakukan oleh pengelola
program instrumentasi, tetapi tenaga ahli lain harus dilibatkan, sehingga berbagai kajian
ulang dapat dilakukan.
Evaluasi Instrumentasi 42
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
BAB V
PEMERIKSAAN INSTRUMEN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.1 Pisometer
1. Pisometer Pipa Tegak Terbuka
Lakukan pemeriksaan dan pengukuran sebagai berikut:
a) Buka boks pelindung dan periksa apakah kondisi pipa lindung, dop penutup pipa
pisometer dalam kondisi baik dan bagian luar pipa dalam kondisi kering, air
hujan/permukaan terdrainasi dengan baik.
b) Periksa apakah bagian atas pipa pisometer diberi lubang ventilasi udara untuk
memastikan bahwa pergerakan air di dalam pipa dapat bergerak dengan bebas.
Gambar 5.1 Pipa atas pisometer setelah boks pelindung dibuka (kiri) dan
sket pisometer pipa tegak
c) Lakukan pencucian (flushing) pipa pisometer (bila tidak pernah dilakukan) untuk
memastikan bahwa tidak ada sedimen di bagian bawah pipa pisometer yang dapat
mengganggu pengukurannya.
Evaluasi Instrumentasi 43
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
d) Pastikan bahwa pengukuran muka air dalam pipa sudah benar dan berkorelasi dengan
elevasi muka air waduk dengan cara mengeplotkan perkiraan muka air freatiknya pada
penampang melintangnya.
Evaluasi Instrumentasi 44
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Pada sistem ini elemen porous dari pisometer tip dihubungkan dengan dua buah pipa plastik
(twin tubing) yang fleksibel (tidak perlu pipa vertikal) yg dihubungkan dengan alat baca yang
berupa manometer air raksa, manometer Bourdon ataupun electronic tranducer. Sistem ini
juga dapat mengukur tekanan air pori positif maupun negatif.
Evaluasi Instrumentasi 45
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Prinsip kerja pisometer pneumatik ini atas dasar bahwa tekanan air yang bekerja/menekan
membrane pada pisometer tip diimbangi dengan memberikan tekanan gas/pneumatik.
Evaluasi Instrumentasi 46
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Tekanan dari air pori yang masuk melalui filter akan menekan kawat getarnya, frequency
yang berubah dicatat pada alat baca, sehingga perubahan tekanan air pori tersebut dapat
diketahui.
Piezometer Cable
Ground Stake
Lightning Arrestor Board (LAB-3)
accessible from surface)
(in special enclosure
Piezometer
Evaluasi Instrumentasi 47
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
c) Tarik probe pelan-pelan, apabila probe menyentuh medan maknit bagian bawah dari
datum atau elemen pengukuran, maka probe akan berbunyi dan catat. Demikian pula
bila probe ditarik ke atas bila menyentuh medan maknit bagian atas juga akab berbunyi
dan catat. Posisi dari rata-rata dari medan maknit bawah dan atas tersebut adalah
merupakan posisi dari setiap elemen maknit.
d) Probe kemudian ditarik ke atas dan dengan cara yang sama lakukan pembacaan untuk
setiap elemen maknit.
e) Selisih antara pembacaan terkini dengan pembacaan awal adalah merupakan
penurunan dari setiap elemen penurunan.
5.1.2.2 Inklinometer
Lakukan pemeriksaan dengan memasukkan torpedo ke dalam pipa inklinometer dan
lakukan pembacaan. Lakukan perhitungan, periksa apakah hasilnya reasonable?
Pastikan bahwa torpedo sudah dikalibrasi secara berkala.
Setelah semua peralatannya siap di lapangan, lakukan pemeriksaan; secara umum
prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut:
1) Pastikan jenis torpedonya adalah jenis biaxial, yaitu sekaligus dapat membaca dua
arah secara bersamaan pada arah bersudut 900.
2) Sebelum memasukkan probe/torpedo ke dalam pipa, pastikan arah positif yang diukur
telah benar sesuai dengan tanda yang diberikan pada torpedo. Misalnya arah
pengukuran adalah US.
3) Masukkan torpedo ke dalam pipa inclinometer melalui alur (grooves) yang sesuai
dengan tanda di torpedo sampai ke dasr pipa.
4) Tarik kabel dengan interval yang telah ditentukan (0,5 m atau 1,0), letakkan kabel pada
alat pemegang yang dipasang di bagian atas pipa inklinometer, dan lakukan
pembacaan. Dengan alat torpedo jenis biaxial ini, secara bersamaan sensor akan
membaca arah US dan ke kanan pada sudut 900 sekaligus kearah RS (tumpuan
kanan). Alat baca akan menyimpan pembacaan secara otomatis.
5) Dengan cara yang sama, lakukan pembacaan seterusnya sampai torpedo mencapai
bagian atas pipa inclinometer.
6) Keluarkan torpedo dari pipa dan putar 1800 (arah DS), kemudian masukkan torpedo
sampai ke dasar pipa inklinometer. Pada pengukuran arah DS ini torpedo sekaligus
akan mengukur arah LS (tumpuan kiri) secara bersamaan.
7) Lakukan pembacaan seperti butir (4) dan (5), sehingga pengukuran di sepanjang
kedalaman pipa inklinometer telah selasai dilakukan.
8) Keluarkan torpedo dari pipa inklinometer, bersihkan dan lepas dari kabel-kabelnya
serta simpan di kotak tempatnya. Lepaskan kabel dari alat bacanya.
Evaluasi Instrumentasi 48
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 49
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 50
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
2) Konsistensi Instrumen
Dengan menggunakan unit alat baca yang sama untuk membaca instrumen pada waktu
yang telah ditentukan akan menghasilkan bacaan yang konsisten. Alat baca harus
disambungkan dan disesuaikan dengan cara yang sama untuk setiap pembacaan. Unit
alat baca jangan ditukar di tempat lain, sebab hasil pembacaan akan tergantung dari unit
baca dan kombinasi tranduser yang digunakan yang akan mempengaruhi hasil
pembacaannya.
3) Pembacaan yang bervariasi
Bila ditemui pembacaan yang bervariasi, maka harus diambil nilai yang paling mewakili.
4) Koordinasi Pembacaan Instrumen.
Sistem instrumentasi didesain dari jenis-jenis instrumen berbeda yang menunjukkan
adanya perubahan dalam kondisi yang sama dalam selang waktu yang sama. Oleh
karena itu, nilai bacaan dari instrumen yang perlu dibandingkan harus dibaca pada
waktu yang hampir sama juga.
5) Catatan Data
Data instrumentasi harus mencakup hasil pembacaan alat dan setiap informasi yang
mengidentifikasi proyek, instrumen, unit baca, petugas pembaca, waktu dan tanggal,
pengamatan visual, iklim, keterangan dan setiap kondisi lapangan yang mungkin
mempengaruhi hasil pembacaan. Semua pemeriksaan kalibrasi, nilai rata-rata atau
median (error) harus disertakan dalam memeriksa kebenaran hasil pembacaan. Data
pembacaan juga harus dilengkapi dengan catatan lapangan atau lembaran data
lapangan atau arsip data komputer dan arsip asli.
6) Entri Data
Pembacaan data dalam buku lapangan dapat ditunjukkan untuk membandingkan
pembacaan sekarang dengan pembacaan sebelumnya pada selang waktu data
dikumpulkan. Perbandingan data awal akan membantu untuk menentukan koreksi
pembacaan dan memberikan deteksi awal terhadap instrumen yang bermasalah,
sehingga koreksi data tidak terlambat dilakukan. Pembacaan dalam buku lapangan
harus dipindahkan ke lembaran data atau arsip komputer sesegera mungkin setelah
diperoleh untuk mencegah hilangnya data, jika buku lapangan hilang atau hancur. Hasil
pemindahan harus diperiksa terhadap perubahan kesalahan. Lembaran data lapangan
yang digunakan untuk pembacaan data lapangan secara langsung harus mencakup
pembacaan semua faktor yang diperlukan. Sebagai langkah awal dalam pengelolaan
data, lembaran data lapangan harus meliputi pembacaan sebelumnya yang akan
dibandingkan dengan pembacaan sekarang. sebagai langkah pertama dalam
pemeriksaan validasi data. Alat pembacaan tambahan yang portabel diperlukan untuk
pengiriman data, sehingga dapat menghemat waktu, dan mengurangi kesalahan.
Evaluasi Instrumentasi 51
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
7) Komunikasi
Komunikasi di antara petugas yang bertanggung jawab atas pengumpulan data,
pemrosesan data, pengkajian ulang data, dan analisis data adalah merupakan faktor
penting dalam proses pengolahan data. Petugas pengumpul data harus berkomunikasi
dengan petugas pengkaji dan analisis data pada semua kondisi yang dapat
mempengaruhi hasil pembacaan. Petugas pengkaji dan analisis data harus
berkomunikasi mengenai hasil pekerjaannya dengan petugas pengumpul data untuk
menunjukkan apakah instrumen itu memberikan hasil yang benar, apakah instrumen
berjalan dengan benar, apakah jadwal pembacaan tepat, dan lain sebagainya.
Evaluasi Instrumentasi 52
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
2) Pemeriksaan kesalahan.
Pemeriksaan kesalahan data instrumentasi harus dikerjakan pada setiap tahap
pengumpulan dan pemrosesan data (dari pembacaan instrumen di lapangan sampai
dengan intepretasi akhir data instrumentasi). Pemeriksaan harus dimulai dengan
melakukan koreksi terhadap nilai bacaan data untuk memastikan bahwa pembacaan
telah tercatat dengan baik pada lembaran data lapangan atau buku catatan yang
digunakan dalam bentuk pelaporan atau rangkuman secara tabelaris. Pembacaan
instrumen harus dibandingkan dengan selang waktu yang ditentukan oleh kantor
pengkaji dan dengan pembacaan awal dalam kondisi yang sama. Pembacaan adanya
anomali harus diidentifikasi dan diperiksa dengan segera. Lembaran data harus
mencerminkan pembacaan anomali, dan kemungkinan terjadinya anomali pembacaan
tersebut.
3) Metode pemrosesan
Program komputer sederhana harus digunakan untuk mempercepat proses reduksi dan
pemrosesan data. Koreksi terhadap kesalahan penulisan harus dilakukan dengan hati-
hati. Program yang digunakan untuk mereduksi data instrumentasi harus diuji dan
diverifikasi secara hati-hati oleh pemakai untuk memastikan bahwa program itu telah
beroperasi dengan benar dengan kisaran nilai data instrumen yang diharapkan. Program
komputer ini mencakup program tunggal yang hanya melaksanakan penghitungan
reduksi data ke database yang kompleks dan didesain untuk reduksi data dari beberapa
jenis instrumen yang berbeda. Database yang lebih kompleks dapat digunakan untuk
data storage pada media elektronik, hasil data plot, beberapa analisis pendahuluan dan
pengelolaan arsip riwayat pembacaan instrumen. Program komputer dianjurkan
digunakan untuk reduksi data data storage, dan plotting secara grafik. Bagaimanapun
hebatnya program komputer yang digunakan, tetap perlu dilakukan pemeriksaan manual
penghitungan data secara periodik oleh petugas instrumentasi yang berpengalaman.
Penggunaan sistem komputer, prosedur atau jadwal waktu untuk membackup data
adalah merupakan langkah penting dalam pemrosesan data.
Evaluasi Instrumentasi 53
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
2) Plot posisi.
Plot posisi menunjukkan perubahan parameter (muka air waduk, temperatur, defleksi,
dan lain-lain) versus posisi instrumen. Posisi ini dapat ditunjukkan sebagai potongan
melintang, koordinat X-Y. stasiun, offset atau kedalaman. Contoh plot posisi adalah plot
inklinometer. Plot inklinometer ini menunjukkan deformasi horizontal versus kedalaman,
dan perubahan terhadap waktu.
3) Plot lainnya.
Untuk melakukan evaluasi keamanan bendungan berbagai macam grafik harus
digambarkan. Plotting berbagai parameter dapat bermanfaat dalam memeriksa kondisi
yang meragukan.
4) Pedoman plotting.
Beberapa pedoman plotting seperti berikut ini.
a) Untuk analisis harus dipilih skala yang tepat. Penentuan perubahan menit
memerlukan skala pertambahan (increment) yang kecil. Skala dengan pertambahan
besar sekali tidak dapat menunjukkan data terpakai, sebaiknya tidak digunakan.
b) Menstandarkan format grafik, dan skala untuk semua proyek atau bagian bangunan
sedapat mungkin untuk mengurangi kebingungan, dan upaya interpretasi.
c) Sketsa lokasi, dan penampang melintang harus tercantum dalam grafik untuk
memudahkan pembacaan terhadap areal yang ditinjau.
Evaluasi Instrumentasi 54
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Pembacaan lapangan harus dibandingkan dengan rangkaian data semula yang dicatat di
lapangan. Data harus dimasukkan ke dalam komputer dengan transfer elektronik atau
segera dikirim ke kantor. Komputer harus mempunyai alat pemeriksaan otomatik untuk
menentukan variasi nilai entri yang signifikan. Hasil yang meragukan dari kedua prosedur ini
harus disampaikan untuk mendapatkan perhatian segera dari manajer program
instrumentasi. Data yang direduksi dalam format plot harus segera dikaji ulang untuk
kelengkapan pemrosesan. Analisis yang mendalam harus dikerjakan sepadan dengan
tingkat keterkaitan bagian bangunan yang dipantau. Data yang direduksi, jika diperlukan,
harus diberikan kepada kantor lain yang terlibat (hidraulik, bangunan, operasi dan lain-lain).
Dalam kondisi normal dengan perhatian yang sungguh-sungguh dari petugas
berpengalaman, masalah keamanan bendungan dapat dideteksi dalam waktu beberapa
jam. Data informasi yang layak dan bermanfaat serta analisis awal harus dapat dilakukan
dalam satu hari, maksimum dua hari. Oleh karena itu penyederhanaan situasi akan
membantu mempercepat evaluasi.
1) Data pisometer, diplotkan dalam elevasi tekanan air pori terhadap waktu (data historis)
disamping plotting loop/histerisisnya (elevasi tekanan air pori terhadap elevasi muka air
waduk). Bila pisometer dipasang saat konstruksi, pembacaan sejarah data ditambahkan
dengan grafik kemajuan penimbunan, sedangkan saat waduk diisi ditambahkan dengan
grafik muka air waduk terhadap waktu.
2) Data rembesan, diplotkan bersama-sama dengan kemajuan penimbunan, level muka air
waduk dan curah hujan terhadap waktu.
3) Data pergerakan horisontal, diplotkan terhadap kedalaman serta hasil pergerakan
maksimum pada kedalaman tertentu sebagai resultan pergerakan, untuk mengetahui
arah dan besaran pergerakan pada saat konstruksi maupun pengisian (OP) waduk.
4) Data pergerakan vertikal atau penurunan (settlement) digambarkan sebagai besar
penurunan (sumbu-y) dan waktu (sumbu-x) untuk mengetahui proses konsolidasi untuk
Evaluasi Instrumentasi 55
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
alat yang dipasang di dalam tubuh bendungan pada saat konstruksi dan pengisian
waduk. Sedangkan untuk alat yang dipasang di puncak bendungan (crest monument),
besar penurunan pada setiap titik (sumbu-x) langsung diplotkan pada arah sumbu-y
pada setiap waktu pengukuran tertentu, disamping penggambaran resultan pergerakan
horisontalnya.
5) Data pengukuran tekanan tanah total pada saat konstruksi adalah untuk mengetahui
lintas tegangan (stress path) dan kontrol terhadap kuat geser selama penimbunan,
disamping plotting tegangan (σ1 dan σ3) terhadap kemajuan penimbunan dan pengisian
waduk.
Plotting/grafik data pembacaan harus dianalisis oleh ahli instrumen sedemikan rupa,
sehingga apabila terdapat tanda-tanda yang membahayakan bendungan selama konstruksi
dan pengisian waduk dapat diambil tindakan yang diperlukan.
Hal yang perlu diperhatikan pada pembacaan pisometer pipa tegak/sumur pantau adalah :
- Periksa baterei apakah masih berfungsi baik, bila tidak ganti dengan yang baru.
- Periksa probe apakah berfungsi baik dengan cara memasukkan probe ke dalam gelas
berisi air, bila menyentuh muka air akan mengeluarkan bunyi.
- Kadang-kadang sebelum probe menyentuh air di dalam pipa, probe telah berbunyi
karena adanya air yang menempel di dinding pipa. Untuk itu, ulangi pembacaan
beberapa kali sampai pembacaan benar-benar mewakili.
- Lakukan flushing secara berkala dan teratur, minimal 6 bulan sekali, untuk memastikan
tidak ada sedimen di dasar pipa.
Contoh formulir pembacaan pisometer pipa tegak dan sumur pantau (observation well)
ditunjukkan seperti gambar di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 56
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Tabel 5.1 Contoh pembacaan pisometer pipa tegak dan sumur pantau (OW)
Tgl : 1-Feb-10 4-Feb-10 8-Mar-10
Elv. MAW : + 13.500 + 13.500 + 12.450
Elevasi Musim Penghujan Musim Penghujan Musim Kemarau
No
No. Pipa Atas
Instrumen Muka air Elev. air Muka air Elev. air Muka air Elev. air
Instrument
di dalam di dalam di dalam di dalam di dalam di dalam
pipa pipa pipa pipa pipa pipa
1 OW.6 + 17.225 2.87 + 14.355 2.76 + 14.465 3.34 + 13.885
2 OW.5 + 12.360 0.00 + 12.360 0.00 + 12.360 0.33 + 12.030
3 OW.4 + 10.572 0.82 + 09.752 0.81 + 09.762 0.89 + 09.682
4 OW.2 + 19.131 4.40 + 14.731 4.4 + 14.731 4.40 + 14.731
5 FSP.16 + 14.785 1.52 + 13.265 1.43 + 13.355 1.94 + 12.845
6 SP.12 + 14.805 1.36 + 13.445 1.32 + 13.485 1.57 + 13.235
7 FSP.15 + 17.875 4.42 + 13.455 4.37 + 13.505 4.84 + 13.035
8 SP.11 + 17.885 9.10 + 08.785 8.73 + 9.155 0.68 + 17.205
Catatan :
OW : Obsevation Well
SP : Pisometer pipa tegak dipasang pada timbunan
FSP : Pisometer pipa tegak dipasang di fondasi
Evaluasi Instrumentasi 57
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 5.11 Contoh plotting garis freatik berdasarkan bacaan pisometer pipa tegak
bendungan Cipancuh, 2011
2. Pisometer Sistim Tertutup
Pembacaan pisometer sistim tertutup (pisometer hidraulik, pneumatik atau elektrik/kawat
getar) dilakukan menggunakan formulir-formulir yang telah disiapkan sebelumnya. Pada
kasus khusus, misalnya pemasangan pisometer sistim tertutup pada tanah lunak,
pembacaan dan plotting data harus segera dilakukan dalam rangka melakukan
kontrol/pengendalian terhadap tekanan air pori berlebih (excessive pore water pressures)
saat penimbunan berlangsung. Penggambaran (plotting) data dilakukan pada saat selesai
pemasangan pisometer sampai pengisian pertama dan operasi waduk secara
menerus/kontinyu. Contoh plotting data pembacaan pisometer sistim tertutup tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 5.12 Contoh grafik pisometer fondasi, di sebelah kanan adalah letak dan
posisi dari setiap pisometer
Evaluasi Instrumentasi 58
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
5.3.3 Rembesan
Pengukuran rembesan dengan menggunakan alat ukur yang telah dipasang (V-Notch atau
diukur secara manual, seperti diuraikan pada bab sebelumnya) dilakukan pada interval
waktu yang telah ditentukan bersama-sama dengan pengukuran muka air waduk dan
intensitas curah hujan. Contoh pengukuran dan penggambaran (plotting) data hasil
pengukuran rembesan seperti di bawah.
Reservoir El.
160
140
ELEVATION (m)
120
100
80
60
40
20
0
T
CT
L
L
P
P
V
P
C
R
AY
R
AY
V
N
B
AR
R
AY
V
AR
R
AY
EC
N
N
B
AR
EC
N
B
AR
C
N
JU
JU
JU
JU
C
C
FE
FE
SE
FE
SE
SE
FE
SE
NO
NO
NO
JA
JA
AP
JU
DE
JA
AP
JU
AP
JA
AP
JU
JU
DE
AU
AU
AU
AU
O
O
M
M
D
D
M
M
N
Gambar 5.13 Grafik rembesan, muka air waduk dan curah hujan vs waktu
Evaluasi Instrumentasi 59
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Untuk memudahkan evaluasinya, dapat juga dibuatkan grafik histerisis antara elevasi muka
air waduk dengan debit rembesan, seperti halnya grafik histerisis takanan air pori
(pisometer), seperti gambar di bawah.
9
7
Bocoran [liter/detik]
3 peningkatan permeabilitas
0
400 402 404 406 408 410 412 414
Elevasi Muka Air Waduk [meter]
Peningkatan Muka Air Waduk
Penurunan Muka Air Waduk
Gambar 5.14 Grafik histerisis elevasi pisometer dengan muka air waduk (RWL)
Evaluasi Instrumentasi 60
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Pencatatan dan penggambaran data hasil pengukuran multi layer settlement dapat dilihat
seperti contoh di bawah.
Hasil pengukuran tanah total utama tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 61
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 5.17 Grafik tekanan tanah pressure cell, bendungan Tugu, Jawa Timur (2020)
5.3.7 Kegempaan
Instrumen ini digunakan untuk memantau respons gempa terhadap tubuh bendungan,
fondasi dan kedua tumpuan. Gempa besar dapat menyebabkan terjadinya likuifaksi dan
stabilitas bendungan serta terjadinya retakan pada bangunan pelengkap yang terbuat dari
beton. Getaran tersebut juga dapat berasal dari peledakan atau mesin-mesin berat lainnya.
Pemantauan gempa dapat membantu sebagai masukan untuk desain bendungan lain di
dekatnya, dapat menilai potensi kerusakan bendungan, bila terjadi gempa yang lebih kuat.
Alat seismik biasanya dipasang pada lokasi bendungan yang mempunyai zona resiko tinggi.
Peralatan yang dipasang adalah seismograf, yang terdiri dari frame yang dijangkarkan ke
dalam batuan atau bangunan dan tranduser pengukur respons gempa. Sinyal dapat berupa
sensor elektrik, optikal atau mekanikal. Sensor disesuaikan dengan percepatan, kecepatan
atau pergerakan tanah. Secara komersil dikenal sebagai strong motion accelerograph, peak
recording accelerograph, dan lain-lainnya
Evaluasi Instrumentasi 62
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 63
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
BAB VI
ANALISIS DAN EVALUASI DATA INSTRUMEN
6.1 Umum
Meskipun pada awalnya petugas lapangan belum mampu untuk melakukan interpretasi dan
eveluasi instrumentasi, karena belum cukup berpengalaman, di bawah adalah beberapa
prinsip yang harus difahami, yakni :
a) Sangat sulit untuk membedakan kondisi normal dan tidak normal atau suatu trend
pembacaan hanya berdasarkan dari data mentah yang dicatat di lapangan.
b) Suatu kondisi yang tidak normal dapat dikenali dari hasil pembacaan yang tidak seperti
biasanya (berbeda dari pembacaan sebelumnya atau dari hasil pembacaan instrumen di
dekatnya). Suatu ”trend” hanya dapat dikenali dengan cara membuat grafik-grafik
(plotting) hasil pembacaan terhadap waktu dengan skala yang memadai, baik untuk
trend jangka pendek maupun jangka panjang.
c) Trend jangka pendek biasanya selalu berulang. Grafik data yang dibuat dalam beberapa
tahun diperlukan untuk membedakan trend jangka pendek dan jangka panjang.
Evaluasi Instrumentasi 64
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 65
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
6.3 Evaluasi
6.3.1 Dokumen dan Informasi yang Diperlukan
Untuk melakukan interpretasi dan evaluasi keamanan bendungan, data dan informasi yang
diperlukan adalah:
1) Geologi dam site.
Evaluasi Instrumentasi 66
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
9) Laporan khusus lain berkenaan dengan kejadian penting yang berpengaruh terhadap
perilaku bendungan.
10) Dan lain-lain informasi yang berkenaan dengan kinerja bendungan yang dikaji.
Evaluasi Instrumentasi 67
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.1 Grafik tekanan pisometer versus elevasi muka air waduk
Dari gambar di atas terlihat belum terpengaruhnya kenaikan air waduk terhadap pisometer
(muka air freatis masih di bawah elevasi mata pisometer) dan setelah air freatik berada di
atas elevasi pisometer terjadi peningkatan tekanan yang konsisten dengan kenaikan muka
air waduk.
Dari grafik time-histories pisometer dapat dipelajari “trend” perilaku tekanan air pori, seperti
gambar di bawah.
Pada awal-awal pengisian waduk, pembacaan pisometer menunjukkan trend yang normal,
artinya turun-naiknya tekanan pisometer adalah konsisten dengan fluktuasi muka air waduk.
Namun, pada tahun-tahun berikutnya, (setelah 5 tahun operasi waduk) terlihat adanya trend
peningkatan tekanan pisometer pada kondisi fluktuasi muka air waduk yang relatif sama.
Evaluasi Instrumentasi 68
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Untuk itu, perlu diperiksa pengukuran rembesan dan instrumen-instrumen lainnya, apakah
ada korelasinya dan apakah juga menunjukkan adanya trend peningkatan. Apabila semua
pengukuran instrumen rembesan dan pergerakan menunjukkan trend yang meningkat,
kemungkinan telah terjadi sesuatu yang mempengaruhi keamanan bendungan, misalnya
telah terjadi piping.
Data pisometer dan rembesan mempunyai korelasi dan saling berkaitan. Contoh, bila
pembacaan pisometer menunjukkan peningkatan yang tiba-tiba dan rembesan juga
bertambah, kemungkinan telah terjadi piping atau rekah hidraulis.
Dalam melakukan interpretasi hubungan antara elevasi pisometer dengan air waduk,
biasanya terjadi adanya “time lag”. Time lag ini akan meningkat bila jarak antara sumber
rembesan dan pisometer juga bertambah, dimana permeabilitas di sepanjang alur rembesan
berkurang. Oleh karena itu, Pemantauan harus dilakukan secara intensif pada perioda
fluktuasi air waduk tersebut. Untuk mengetahui perilaku dan adanya gejala-gejala rekahan,
piping dan lain-lainnya di dalam tubuh atau fondasi bendungan, dapat dibuat grafik loop
antara elevasi tekanan pisometer dengan elevasi muka air waduk, seperti gambar di bawah.
Apabila misalnya elevasi tekanan pisometer tidak kembali ke titik awal. Kemungkinan telah
terjadi rekahan atau piping.
6.3.3 Hubungan Tekanan Air Pori, Muka Air Waduk dan Curah Hujan
Biasanya, tekanan air pori pada tubuh bendungan urukan atau fondasi bendungan beton
akan berkorelasi dengan level air waduk. Namun, curah hujan dan muka air tanah setempat
juga dapat menimbulkan tekanan air yang lebih tinggi dari tekanan air waduk.
Tekanan air pori pada tumpuan biasanya juga berkorelasi dengan level air waduk dan juga
dengan curah hujan dan muka air tanah setempat. Tekanan air pori pada lereng biasanya
berkorelasi langsung dengan level air waduk, curah hujan dan muka air tanah setempat.
Evaluasi Instrumentasi 69
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.4 Tekanan pisometer di bagian hulu dan hilir zona inti dan cutoff
Evaluasi Instrumentasi 70
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Pisometer A yang dipasang di zona hulu yang porous dan Pisometer B yang dipasang di
fondasi hulu yang juga porous, akan menunjukkan tekanan yang sama dengan tekanan air
waduk dan akan merespons dengan cepat perubahan level Muka Air Waduk (MAW).
Sedangkan Pisometer C yang dipasang di bagian filter hilir akan mempunyai tekanan yang
rendah dan responsnya lambat. Tekanan yang tinggi (atau peningkatan yang cepat) pada
Pisometer C menunjukkan kurang berfungsinya sistim drainasinya, kemungkinan telah
terjadi piping, retak atau rekah hidraulis dari zona intinya. Tekanan pisometer D yang
dipasang di fondasi hilir biasanya sedikit lebih tinggi dari tekanan air buri. Peningkatan
tekanan yang tiba-tiba menunjukkan adanya masalah pada bagian cutoff di hulunya.
Gambar 6.5 Plotting tekanan air pori fondasi yang menunjukkan efisiensi grouting tirai
Efisiensi grouting tirai dapat dihitung menurut Goel & Hari Krishna (1978):
Eff = (pus - pds)/pus
dimana:
pus = beda tekanan (head) di bagian hulu tirai grouting
pds = beda tekanan (head) di bagian hilir tirai grouting
Evaluasi Instrumentasi 71
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Pembacaan pisometer fondasi yang dipasang di hilir grouting tirai lebih rendah dibandingkan
pisometer di bagian hulu, hal tersebut menunjukkan bahwa grouting tirai berfungsi dengan
baik.
Gambar di bawah adalah pisometer yang dipasang difondasi bendungan urukan berupa
lapisan pasir yang porous dan hasil pengukuran pisometer sesuai dengan fluktuasi muka air
waduk yang terjadi.
Evaluasi Instrumentasi 72
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa semua hasil pengukuran pisometer P1, P2 dan P3
adalah konsisten dengan fluktuasi muka air waduk. Dari semua pembacaan terlihat adanya
“time lag” antara air waduk dengan pisometer yang tergantung dari permeabilitas tanahnya.
Pembacaan pisometer yang dipasang lebih ke hulu (P1) lebih tinggi dibandingkan dengan
pisometer dihilirnya (P2 dan P3), demikian juga dengan hasil pembacaan P2 dibandingkan
dengan P1. Hal tersebut menunjukkan adanya gradien tekanan atau kehilangan tekanan
akibat friksi.
Sedangkan gambar di bawah pisometer yang dipasang di bawah fondasi bendungan beton
graviti, yakni P1 di bagian hulu grouting dan P2 dan P3 pada bagian hilir grouting tirai, untuk
mengetahui efesiensi dari grouting tirai.
Evaluasi Instrumentasi 73
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.9 Lokasi pisometer fondasi dan data pengukuran tekanan air pori
Dari grafik hasil pengukuran pisometer fondasi tersebut, pisometer P1 jauh lebih tinggi dari
pembacaan P2 dan P3 yang terletak di bagian hilir grouting tirai.
Gambar 6.10 Grafik hubungan pembacaan pisometer dengan air waduk normal
Evaluasi Instrumentasi 74
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.11 Prediksi tekanan pisometer fondasi pada muka air maksimum berdasarkan
pembacaan pisometer pada muka air waduk tertentu yang lebih rendah
Demikian juga halnya pada pisometer yang dipasang pada fondasi bendungan beton
gravitasi, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.
Bila terdapat sisipan lapisan pasir yang pervious di dalam lapisan lempung yang kedap air
pada fondasi bendungan urukan, menyambung dengan bagian waduk dan tidak mempunyai
alur keluaran, maka hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan angkat yang
siknifikan di bagian hilir bendungan, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah. Tekanan
angkat yang cukup tinggi akan mempengaruhi keamanan bendungan.
Evaluasi Instrumentasi 75
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Uraian butir (1) hingga (3) tersebut di atas diilstrasikan pada gambar di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 76
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
550
100.0 CURAH
540 HUJAN
530
200.0
TIMBUNAN
IMPOUNDING
510 300.0
500 MAW
400.0
490
480 PE32
500.0
Elv+480.00
470
460 600.0 PE33
Elv+480.00
10-Sep-17
9-Nov-17
8-Jan-18
9-Mar-18
8-May-18
7-Jul-18
5-Sep-18
4-Nov-18
3-Jan-19
4-Mar-19
3-May-19
2-Jul-19
31-Aug-19
30-Oct-19
29-Dec-19
27-Feb-20
27-Apr-20
26-Jun-20
25-Aug-20
24-Oct-20
Date
Gambar 6.14 Grafik pembacaan pisometer timbunan, saat penimbunan dan impounding
Pada saat selesai konstruksi, berdasarkan pembacaan pisometer timbunan tersebut harus
digambarkan kontur tekanan air porinya seperti gambar di bawah. Kontur tersebut
digunakan dalam analisis stabilitas lereng kondisi selesai konstruksi dengan menggunakan
metode tegangan efektif. Parameter kuat geser yang digunakan adalah diambil berdasarkan
hasil pengujian triaksial CUBP dari sejumlah contoh tanah yang diambil saat pemadatan
(kendali mutu).
Distance
-7 43 93 143 193 243 293 343 393
530 530
520 520
510 510
500 500
490 490
480 480
E le v a tio n
E le v a tio n
470 470
460 460
450 450
440 440
430 430
420 420
410 410
400 400
-7 43 93 143 193 243 293 343 393
Distance
Evaluasi Instrumentasi 77
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.17 Kontur tekanan air pori pada bendungan tua (lama) saat dilakukan
pemeriksaan besar
6.3.6 Rembesan
Debit rembesan harus diperiksa secara berkala terhadap kekeruhan dan material yang
terbawa. Rembesan yang keruh atau peningkatan kekeruhan harus diperiksa bersama-
sama dengan tekanan air pori. Perubahan yang mendadak dari tekanan air pori dapat
mempengaruhi debit rembesan.
Aliran rembesan yang meningkat tanpa membawa material, harus diperiksa terhadap
material yang terlarutkan (kandungan kimia). Bila banyak larutan dalam rembesan lebih
besar dari larutan dalam air waduk, mungkin ini disebabkan dari pelarutan batu yang mudah
larut (batukapur, dolomit, gipsum, halit). Hal ini cukup serius dan ditindak lanjuti oleh ahli
yang berpengalaman.
Data rembesan biasanya diplotkan secara menerus bersama dengan muka air waduk
terhadap waktu. Demikian juga dengan muka air buri (tail water), kalau ada. Grafik tersebut
sangat berguna dalam melakukan interpretasi dan evaluasi data rembesan. Hasil
Evaluasi Instrumentasi 78
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
pengukuran rembesan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk grafik hubungan debit
rembesan, elevasi muka air waduk dan curah hujan versus waktu (time histories data),
seperti gambar di bawah. Seperti halnya pada pisometer, untuk rembesan ini juga terjadi
time lag.
Gambar 6.18 Grafik debit rembesan, air waduk dan hujan versus waktu
Besar debit rembesan yang keluar dari kaki bendungan biasanya proporsional dengan
fluktuasi air waduk, seperti gambar di bawah. Namun, debit rembesan juga dapat meningkat
lebih cepat dibandingkan kenaikan air waduk. Hasil ekstrapolasi (garis A) adalah di bawah
yang diperkirakan terjadi (underestimate) pada elevasi muka air waduk yang tinggi yang
merupakan hasil pengukuran aktual (garis B). Namun, suatu peningkatan yang terlalu tinggi
(garis C) menunjukkan adanya suatu masalah yang serius, misalnya terjadinya “piping” atau
“rekah hidraulik” dari zona inti atau elevasi muka air waduk telah mencapai suatu zona yang
kedap air dari tumpuan.
Bila tidak ada pengaruh faktor luar, rembesan yang diukur pada elevasi air waduk yang
sama dalam waktu yang lama akan tetap/konstan (garis A). Suatu trend penurunan
rembesan (garis B) mungkin disebabkan oleh kerusakan (deterioration) sumur pantau, toe
drains, drain holes, dll; hal tersebut dapat dikonfirmasi dari tekanan pisometer di dekatnya
Evaluasi Instrumentasi 79
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
yang meningkat. Sedimentasi waduk atau “calcification” retakan atau kekar juga dapat
menurunkan debit rembesan. Suatu peningkatan rembesan terhadap waktu (garis C) dapat
terjadi akibat “piping” dari zona inti, erosi dari material isian sekunder kekar-kekar, atau
terlarutnya batuan, seperti gipsum, dolomit atau batu kapur.
Gambar 6.20 Rembesan pada elevasi air waduk konstan versus waktu
Gambar di bawah adalah contoh grafik hasil pengukuran rembesan dan muka air waduk
versus waktu antara Januari – Juli 1987 (jangka pendek).
Gambar 6.21 Contoh grafik hasil pengukuran rembesan vs muka air waduk, jangka pendek
Sedangkan grafik hasil pengukuran rembesan jangka panjang mulai tahun 1981 – 1988
(jangka panjang) dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 6.22 Contoh grafik hasil pengukuran rembesan vs muka air waduk, jangka panjang
Evaluasi Instrumentasi 80
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Grafik hasil pengukuran rembesan jangka pendek belum dapat menunjukkan adanya
pengaruh air waduk terhadap peningkatan rembesan. Dari grafik hasil pengukuran
rembesan jangka panjang baru terlihat adanya “trend” peningkatan rembesan pada kondisi
fluktuasi muka air waduk yang hampir sama pada setiap tahunnya.
7
Bocoran [liter/detik]
3 peningkatan permeabilitas
0
400 402 404 406 408 410 412 414
Elevasi Muka Air Waduk [meter]
Peningkatan Muka Air Waduk
Penurunan Muka Air Waduk
Gambar 6.23 Grafik histerisis debit rembesan dengan muka air waduk
Gambar 6.24 Plotting rembesan, muka air waduk dan curah hujan vs waktu
Evaluasi Instrumentasi 81
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Catatan :
Pada bendungan beton, pemantauan pergerakan ini sangat penting, karena sifatnya yang
kaku dan pergerakan yang kecil dapat menyebabkan hal yang vital. Pada bendungan
urukan tanah umumnya dapat menerima pergerakan yang lebih besar, karena lebih fleksibel
dan masif. Hal penting lainnya adalah beban air waduk lebih berpengaruh terhadap
bendungan beton graviti dibandingkan bendungan urukan, sehingga bendungan beton akan
lebih mudah mengalami pergerakan horisontal dibandingkan dengan bendungan urukan.
Di bawah adalah pembebanan/gaya air waduk dan berat sendiri dari bendungan urukan
tanah dan bendungan beton. Dibandingkan dengan lebar dasar bendungan urukan (5H),
lebar dasar bendungan beton adalah jauh lebih kecil (0,5H), sehingga menjadi kurang stabil
dibandingkan bendungan urukan.
Gambar 6.25 Gaya-gaya air waduk dan berat sendiri bendungan urukan
dan bendungan beton
Evaluasi Instrumentasi 82
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Nilai data pergerakan yang ada difokuskan ke bagian-bagian bendungan yang mengalami
pergerakan dan harus diperhatikan pada saat melakukan inspeksi visual. Contoh,
penurunan berlebihan harus diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya retakan
melintang pada puncak atau penggelembungan dan retakan memanjang pada lereng hilir.
Pada bendungan beton, pergerakan relatif yang siknifikan diantara bagian beton monolit dan
tumpuan dapat mengakibatkan terjadinya retakan pada beton atau tumpuan, hal tersebut
harus diperhatikan saat inspeksi. Pada bangunan pelengkap, pergerakan relatif pada beton
monolit atau sambungannya dapat mempengaruhi sifat aliran hidrauliknya.
Akurasi dan presisi pengukuran pergerakan diperlukan untuk bendungan beton dan
bangunan lainnya (spillway, outlet, dll). Sedangkan untuk bendungan urukan dapat
menerima pergerakan yang lebih besar, karena sifatnya yang lebih lentur. Di bawah adalah
penampang pergerakan vertikal (penurunan) dan pergerakan horizontal hasil pengukuran
terhadap patok-patok geser yang dipasang pada puncak dan lereng bendungan.
Di bawah adalah gambar penampang memanjang dari suatu bendungan urukan tanah.
Berdasarkan hasil pengukuran patok-patok geser yang dipasang di puncak bendungan,
dapat diketahui pergerakan vertikal (penurunan) puncak bendungan pada waktu tertentu
yang dibandingkan dengan permukaan tanah puncak asli (original) puncak bendungan.
Sama dengan pergerakan vertikal, dari hasil pengukuran patok-patok geser yang dipasang
di puncak dan lereng bendungan, dapat diketahui terjadinya pergerakan horizontal pada
waktu tertentu, seperti gambar di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 83
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.26 Pergerakan vertikal (atas) dan pergerakan horizontal (bawah) dari
bendungan urukan anah
Evaluasi Instrumentasi 84
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar di atas menunjukkan terjadinya pergerakan horizontal yang diukur melalui patok-
patok geser yang dipasang pada lereng hilir bendungan, setelah konstruksi selesai. Dari
gambar tersebut terlihat masih terjadinya pergerakan, dimana pada bagian lereng atas
cenderung turun dan pada bagian lereng bawahnya seakan-akan menggelembung. Pola
pergerakan bendungan setelah konstruksi selesai tersebut di atas adalah sesuai dengan
hasil analisis tegangan dan regangan dengan cara FEM.
Evaluasi Instrumentasi 85
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Hal yang perlu diperhatikan adalah pada konduit yang dibangun di bawah timbunan di atas
fondasi tanah (bukan batuan kuat) yang masih mengalami konsolidasi. Penurunan terbesar
akan terjadi pada bagian tengah-tengah konduit, bagian bawah sambungan akan
mengalami tarikan dan sambungan akan mudah terbuka yang mengakibatkan terjadinya
kebocoran melalui terbukanya sambungan-sambungan tersebut seperti gambar di bawah.
Bila kondisi tersebut dibiarkan, air rembesan akan menggerus bidang kontak antara
timbunan dan material konduit yang mengakibatkan terjadinya piping atau erosi internal.
Penurunan juga dapat diukur melalui pipa inklinometer yang dilengkapi dengan multilayer
settlement plate magnets. Data penurunan dapat diplotkan terhadap waktu dari setiap
elemen penurunan, seperti contoh gambar di bawah.
Evaluasi Instrumentasi 86
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.33 Pola penurunan akhir konstruksi dengan penurunan total selesai konsolidasi
Evaluasi Instrumentasi 87
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.35 Hasil pengukuran penurunan dari patok geser puncak bendungan pada
penampang memanjang bendungan Titab
Evaluasi Instrumentasi 88
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.36 Vektor pergerakan patok geser CSU, arah Z dan X, penampang memanjang
bendungan Titab, 27 Februari 2016
Gambar 6.37 Vektor pergerakan patok geser arah X dan Y, denah bendungan Titab,
27 Februari 2016
6.3.7.3 Pergerakan Horisontal
Pengukuran pergerakan horizontal pada tubuh bendungan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan inklinometer. Hasil pengukuran dibuat dalam bentuk grafik (plotting) antara
pergerakan versus waktu seperti ditunjukkan gambar di bawah. Adanya pergekan versus
elevasi juga dapat menunjukkan lokasi terjadinya ”shear zone” atau potensi bidang longsor
yang mungkin terjadi. Pergerakan horisontal yang diukur tersebut juga menunjukkan
besaran dan arah dari pergerakan.
Evaluasi Instrumentasi 89
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 6.38 Hasil pengukuran inclinometer bendungan Sermo pasca gempa 2006
Gambar skematis di bawah menunjukkan terjadinya shear zone pada bendungan urukan.
Penyimpangan pergerakan cukup besar dan kecepatannya juga menunjukkan hal yang
serius. Kecepatan pergerakan antara 1” atau 2” dalam seminggu-sebulan cukup serius
dibandingkan yang terjadi dalam setahun. Hal yang perlu diperhatikan apakah kecepatannya
masih terus berkembang atau tidak.
Gambar 6.39 Shear zone di dalam bendungan urukan hasil pengukuran inklinometer
Evaluasi Instrumentasi 90
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Evaluasi Instrumentasi 91
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
320
300
280
260
240
220
Elevation (m)
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 250 300 350 400
Distance (m)
Gambar 6.42 Deformed mesh bendungan Batutegi, selesai konstruksi dari hasil analisis
Evaluasi Instrumentasi 92
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Biasanya, rembesan langsung berkorelasi dengan level air waduk. Demikian juga dengan
curah hujan yang akan mempengaruhi debit rembesan secara sementara.
Bila debit rembesan berkurang dan tekanan air di bawah bendungan atau di tumpuan
meningkat, hal ini menunjukkan bahwa drainasi atau keluaran sistim kontrol rembesan
tersumbat. Bila debit rembesan berkurang secara mendadak, dan tekanan air pada fondasi
atau tumpuan juga berkurang, hal ini menunjukkan infiltrasi air waduk ke dalam fondasi atau
tumpuan juga berkurang. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya sedimentasi waduk.
Terdapat korelasi antara temperatur dan pergerakan ke arah hulu dan hilir. Pada musim
panas, dimana temperatur pada lereng hilir meningkat, beton di dekatnya akan
mengembang. Sementara itu, air waduk pada lereng hulu dapat menjaga temperatur
konstan, tidak terjadi pengembangan di bagian hulu. Terjadinya perbedaan tersebut dapat
menyebabkan puncak bendungan beton bergerak atau berputar ke arah hulu.
Untuk bendungan dengan fondasi dari batuan rekah (fractured rock) yang mengalami
perubahan cuaca dalam temperatur airnya, sering menimbulkan peningkatan rembesan dari
Evaluasi Instrumentasi 93
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
fondasi selama musim dingin. Hal ini disebabkan oleh dinginnya air waduk yang merembes
melalui fondasi yang mengakibatkan batuan berkontraksi yang mengakibatkan rekahan
membuka.
6.3.15 Kegempaan
Instrumen kegempaan (akselerograf) digunakan untuk memantau respons gempa terhadap
bangunan, fondasi dan kedua tumpuan. Gempa besar dapat menyebabkan terjadinya
likuifaksi dan instabilitas bendungan serta terjadinya retakan pada bangunan beton. Getaran
tersebut juga dapat berasal dari peledakan atau mesin-mesin berat lainnya.
Pemantauan gempa dapat membantu sebagai masukan untuk desain bendungan lain, dapat
menilai potensi kerusakan bendungan, bila terjadi gempa yang lebih kuat. Alat seismik
Evaluasi Instrumentasi 94
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
biasanya dipasang pada lokasi bendungan yang mempunyai zona kegempaan dengan
resiko tinggi.
Peralatan yang dipasang adalah seismograf, yang terdiri dari frame yang dijangkarkan ke
dalam batuan atau bangunan dan tranduser pengukur respons gempa. Sinyal dapat berupa
sensor elektrik, optikal atau mekanikal. Sensor disesuaikan dengan percepatan, kecepatan
atau pergerakan tanah. Secara komersil alat pengukur gempa tersebut dikenal sebagai
strong motion accelerograph, peak recording accelerograph, dan lain-lainnya.
Gambar 6.43 Hasil rekaman Acellerograph, bendungan Sermo, pasca gempa 2006
Evaluasi Instrumentasi 95
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
RANGKUMAN
Modul ini menguraikan instrumentasi geoteknik pada bendungan urukan yang secara
berurutan menjelaskan konsep perencanaan instrumentasi pada bendungan urukan, jenis-
jenis instrument yang biasa dipasang dipasang pada bendungan urukan, cara
pemasangan, pembacaan dan seleksi data pembacaan serta evaluasi dan interpretasi
data. Pada prinsipnya, untuk mengetahui perilaku dan menilai kondisi keamanannya,
suatu bendungan harus dilengkapi dengan instrument pengukur tekanan air
pori/pisometer, rembesan, deformasi (vertikal dan horisontal) serta alat pengukur
kegempaan. Modul ini juga membahas berbagai macam sistim instrument, yakni sisitim
terbuka dan tertutup, pemilihan jenis instrumen, keuntungan dan kerugian masing-masing
sistim dan jenis instrumen dan lain-lainnya.
Modul ini juga membahas instrumen-instrumen yang telah dipasang pada bendungan
eksisting atau bendungan lama, cara pemeriksaan dan evaluasi serta kemungkinan untuk
penggantian instrumen yang mengalami kerusakan. Pada bendungan eksisting atau pada
bendungan lama, penting untuk memeriksa apakah data pembacaan yang diperoleh masih
valid atau telah telah mengalami kerusakan. Pembacaan data pembacaan yang telah
diseleksi kebenarannya harus segera diplotkan dalam bentuk grafik-grafik untuk
memudahkan evaluasi dan interpretasinya. Interpretasi dilakukan dengan membuat
korelasi-korelasi antara hasil-hasil pembacaan pisometer/tekanan air pori dengan
rembesan, pergerakan dan lain-lain data pembacaan. Setelah itu, semua data instrumen
dihubungkan terhadap aspek keamanan bendungan, yakni pengaruh rembesan atau
piping, stabilitas bendungan dan deformasi yang terjadi.
Evaluasi Instrumentasi 96
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
LAMPIRAN
CONTOH KASUS PEMBACAAN INSTRUMEN YANG ANOMALI
Tipe: urukan tanah dengan zona inti tegak di tengah diapit oleh zona random tanah.
Gambar 1a di bawah adalah plotting pisometer kawat getar yang dipasang di timbunan
pada berbagai elevasi:
b) Tekanan air pori di PE 30, yang dipasang di tengah zona inti lebih tinggi dibandingkan
dengan PE 29 dan PE 31, karena kedua pisometer PE 29 dan PE 31 tersebut
posisinya dekat dengan zona filter. Artinya disipasinya lebih cepat.
c) Setelah selesai penimbunan bulan Nopember 2018, tekanan air pori ketiga pisometer
tersebut telah terdisipasi (sayang PE 31 rusak) sampai bulan Agustus 2019 sebelum
impounding.
d) Setelah impounding mencapai elevasi MAN + 515,0 m pada akhir Desember 2019,
tekanan air pori di pisometer PE 30 (di tengah zona inti) meningkat dengan cepat
sampai elevasi 521 m atau 6 m di atas MAN. Bersamaan dengan itu terjadi retakan
memanjang pada puncak bendungan di bagian hulu.
Evaluasi Instrumentasi 97
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
550
100.0
CURAH
540 HUJAN
530 ELEVASI
200.0
IMPOUNDING
510 300.0 MAW
500
400.0 PE29
490
Elv+468.00
480
500.0 PE30
470 PE31 tidak berfungsi
Elv+468.00
tgl 1 April 2019
460 600.0 PE31
10-Sep-17
9-Nov-17
8-Jan-18
9-Mar-18
8-May-18
7-Jul-18
5-Sep-18
4-Nov-18
3-Jan-19
4-Mar-19
3-May-19
2-Jul-19
31-Aug-19
30-Oct-19
29-Dec-19
27-Feb-20
27-Apr-20
26-Jun-20
25-Aug-20
24-Oct-20
Elv+468.00
Date
Gambar 1b dan Gambar 1c di bawah adalah plotting pisometer timbunan di Sta yang
sama, dipasang 2 pisometer kawat getar pada elevasi di atasnya, yakni + 480,0 m:
c) Setelah impounding mencapai elevasi MAN + 515,0 m akhir Desember 2019, tekanan
air pori kedua pisometer tersebut meningkat dengan cepat hampir mendekati MAN.
d) Tekanan air pori dari pisometer yang dipasang pada elevasi di atasnya, yakni PE 34,
PE 35 dan PE 36 (Gambar 1c) juga menunjukkan perilaku yang sama.
e) Zona di hilir filter hilir adalah berupa material random yang banyak mengandung
material halus, sehingga pada saat konstruksi tekanan air porinya juga cukup tinggi.
Disipasi tekanan air pori di zona random ini keluar melalui kaki bendungan yang di
tandai dengan banyaknya rembesan air di kaki bendungan hilir.
Evaluasi Instrumentasi 98
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
550
100.0 CURAH
540 HUJAN
530
200.0
TIMBUNAN
IMPOUNDING
510 300.0
500 MAW
400.0
490
480 PE32
500.0
Elv+480.00
470
460 600.0 PE33
Elv+480.00
10-Sep-17
9-Nov-17
8-Jan-18
9-Mar-18
8-May-18
7-Jul-18
5-Sep-18
4-Nov-18
3-Jan-19
4-Mar-19
3-May-19
2-Jul-19
31-Aug-19
30-Oct-19
29-Dec-19
27-Feb-20
27-Apr-20
26-Jun-20
25-Aug-20
24-Oct-20
Date
IMPOUNDING
510 300.0 MAW
500
400.0
490
PE34
480 Elv+492.00
500.0
470
PE35
460 600.0
Elv+500.00
10-Sep-17
9-Nov-17
8-Jan-18
9-Mar-18
8-May-18
7-Jul-18
5-Sep-18
4-Nov-18
3-Jan-19
4-Mar-19
3-May-19
2-Jul-19
31-Aug-19
30-Oct-19
29-Dec-19
27-Feb-20
27-Apr-20
26-Jun-20
25-Aug-20
24-Oct-20
PE36
Elv+508.00
Date
Setelah dilakukan analisis stabilitas lereng dengan memasukkan tekanan air pori yang tinggi
tersebit, FK nya lebih kecil dari FK yang disyaratkan. Untuk mengembalikan FK harus lebih
besar dari FK yang disyaratkan, maka pada kaki lereng hulu dan hilir ditambahkan
counterweight berupa material batu yang bersifat free drain.
Hasil analisis stabilitas lereng dapat dilihat seperti Gambar 2 di bawah. Dari gambar
tersebut, tekanan air pori (freatik) pada zona inti yang tinggi (kontur pressure head paling
atas) langsung menyambung dengan tekanan air pori pada zona random hilir. Tingginya
tekanan air pori tersebut merupakan salah satu gaya dorong (mobilized force) yang
mempengaruhi FK stabilitas lereng hilir (FK = 1,241). Untuk mengembalikan FK > 1,5 perlu
dilakukan penambahan counterweight, sehingga FK = 1,524.
Evaluasi Instrumentasi 99
Balai Teknik Bendungan Bimbingan Teknis Pemeriksaan Besar
Gambar 2 Hasil analisis stabilitas lereng dengan memasukkan nilai tekanan air pori dari
pisometer dan usulan penambahan counterweight di kaki bendungan.
Kasus di bendungan Sei Gong di Batam ini adalah merupakan contoh kasus kesalahan
pembacaan dan perhitungan tekanan air pori.
b) Hal tersebut terlihat pada plotting di bawah saat penimbunan berlangsung. Setelah
konstruksi selesai, terjadi penurunan (disipasi) tekanan air pori.
c) Pada bulan Maret 2019, terjadi lonjakan tekanan air pori yang cukup siknifikan
(anomali). Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pembacaan ulang serta
pemeriksaan data dan perhitungan di lapangan.
Gambar 3a Plotting data pisometer timbunan jenis kawat getar P 29 pada bulan Maret 2019
tampak meningkat dengan tajam (anomali)
Gambar 3b Plotting data pisometer timbunan jenis kawat getar P 29 pada bulan Maret 2019
setelah dilakukan pembacaan ulang (koreksi), garis yang asimtotis menunjukkan disipasi
tekanan air pori setelah penimbunan selesai.
Gambar 4b Plotting garis freatik berdasarkan hasil pengukuran pisometer pipa tegak
Gambar 4d Back analysis kelongsoran yang hasil kuat geser residul (Ør = 18o)
digunakan untuk mendesain perbaikannya.
Gambar 4e Usulan perbaikan dengan bronjong batu dan cerucuk di kaki bendungan
DAFTAR PUSTAKA
6. Puslitbang Sumber Daya Air (2004), "Pengkajian dan Evaluasi Keamanan Bendungan
Pasta Rehabilitasi di Jawa Tengah”, Desember 2004, Laporan Penelitian No.
03/P2TP & SP/2004 Puslitbang SDA.
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti diklat, peserta diharapkan mampu melakukan evaluasi instrumentasi bendungan urukan.
1. Mampu menjelaskan 1 Pendahuluan - Latar belakang Ceramah, Papan tulis 0,5 - E. DiBiagio and B.
Latar belakang, tujuan - Diskripsi singkat diskusi Laptop Kjaernsli, Instrumentation of
pembelajaran, - Tujuan pembelajaran Umum Proyektor Norwegian Embankment
penunjang - Tujuan Pembelajaran Khusus Dams.
pembelajaran, pokok - Pokok bahasan
bahasan, dll - Petunjuk belajar
2. Mampu menjelaskan 2 Konsep dan - Manfaat Ceramah, Papan tulis 0,5 - E. DiBiagio and F. Myrvoll,
konsep dan Perencanaan - Filosofi diskusi Laptop Instrumentation Techniques
perencanaan instrumentasi - Konsep dasar Proyektor and Equipment Used to
instrumen - Pertimbangan desain Instr Monitor the Performance of
- Desain pemasangan Norwegian Embankment
Dams.
3 Mampu menjelaskan 3 Jenis dan sistim - Umum Ceramah, Papan tulis 1,0
jenis dan sistim instrumentasi - Jenis-jenis instrumen diskusi Laptop - F. Myrvoll, S. Larsen, A.
instrumentasi Proyektor Sande, and N.B. Romslo„
Field Instrumentation and
Performance Observations
for the Vathdalsvatn Dams.
Indikator Alat Bantu Waktu
No. Materi Pokok Sub Materi Pokok Metoda Referensi
Keberhasilan Media (JP)
4 Mampu menjelaskan 4 Pembacaan - Ketelitian pengukuran Ceramah, Papan tulis 1,0 - Hanna,TH,1985, Field
pembacaan instrumen - Persiapan pembacaan diskusi Laptop Instrumentation in
instrument - Pemeriksaan data Proyektor Geotechnical Engineering.
- Petugas/personil
5 Mampu menjelaskan 5 Pemeriksaan - Pemeriksaan instrumen Ceramah, Papan tulis 1,0 - Najoan,Th.F. dan Carlina
pemeriksaan dan instrumen dan - Pengolahan data diskusi Laptop Soetjiono (2004),
pengelohan data Pengolahan - Penggambaran (Plotting) Proyektor "Pedoman lnstrumentasi
instrumen Data data Tubuh Bendungan Tipe
Unigan dan Tanggul”, Pd T-
08-2004-A, Balitbang, Dep.
Kimpraswil 2004.
6 Mampu melakukan 6 Analisis dan - Umum Ceramah, Papan tulis 1,5 - Puslitbang Sumber Daya
analisis dan eveluasi evaluasi data - Analisis data diskusi Laptop Air (2004), "Pengkajian dan
data instrumen instrumen - Evaluasi Proyektor Evaluasi Keamanan
Bendungan Pasta
Test 0,5 Rehabilitasi di Jawa
Tengah”, Desember 2004,
Laporan Penelitian No.
03/P2TP & SP/2004
Total waktu 6,0 Puslitbang SDA.