REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
Tahun 2021
Terbitan
© 2021 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE)
Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan
Didukung oleh:
Kementerian Federal Jerman Urusan Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ)
Melalui Physikalisch Technische Bundensanstalt (PTB)
Proyek Strengthening Quality Infrastructure for the Photovoltaic Sector in Indonesia
Kontribusi dari:
Balai Besar Teknologi Konversi Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (B2TKE-BRIN) (dahulu BPPT)
PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB)
Dipublikasikan oleh:
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi,
Jalan Pegangsaan Timur No. 1, Menteng, Jakarta 10320
Tel: +62 21 - 39830077
Fax: +62 21 - 31901097
E-mail: info@ebtke.esdm.go.id
Website: www.ebtke.esdm.go.id
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku
Panduan Evaluasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik
telah selesai disusun. Buku panduan ini berisikan petunjuk dan saran teknis
mengenai evaluasi kualitas dan kinerja PLTS. Termasuk di dalamnya petunjuk
untuk melakukan evaluasi Performance Ratio dari PLTS, inspeksi visual, serta
berbagai pengujian yang dapat dilaksanakan pada saat inspeksi lapangan.
Petunjuk teknis dalam panduan ini dapat diterapkan kepada semua jenis PLTS,
baik on-grid, off-grid, roof-top, dan ground-mounted. Aspek keamanan PLTS
maupun aspek keselamatan personil tidak menjadi fokus dalam panduan ini.
Demikian juga panduan ini tidak mencakup penilaian dampak lingkungan.
Petunjuk teknis dalam panduan ini tidak sesuai untuk digunakan sebagai basis
inspeksi komisioning PLTS, melainkan diperuntukkan untuk evaluasi berkala
yang berlangsung sepanjang pengoperasian/pemanfaatan PLTS.
Buku panduan ini dapat dijadikan referensi dan rujukan dalam kegiatan
penilaian, evaluasi kinerja dan kualitas sistem PLTS di Indonesia. Buku
panduan ini ditujukan kepada semua pihak yang terkait dengan pengembangan
energi surya, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN maupun
swasta serta instansi lainnya dalam melaksanakan evaluasi kinerja PLTS.
ii
Daftar Isi
iii
3.6. Temuan dan rekomendasi ............................................................ 57
3.6.1. Contoh temuan dan rekomendasi ..................................... 57
3.6.2. Tindak lanjut .................................................................... 58
iv
Daftar Gambar
v
dari lainnya, yang mengindikasikan bahwa string tersebut tidak
memproduksi listrik. ................................................................... 31
Gambar 22 Gambar thermal yang menunjukkan anomali temperatur di
level modul. ............................................................................... 32
Gambar 23 Tiga contoh anomali thermal di level substring. ............................ 33
Gambar 24 Tiga contoh anomali thermal lokal pada modul FV. ...................... 35
Gambar 25 Kumpulan kurva I-V suatu modul FV di bawah level iradians
yang berbeda-beda. ................................................................... 36
Gambar 26 Kurva daya-tegangan (P-V) dari sebuah modul FV di bawah
berbagai variasi iradians. Kurva P-V ini berhubungan dengan
kurva I-V dalam Diagram Y. Maksimum kurva pada setiap level
iradians adalah titik maksimum daya dari modul FV pada level
irradians tersebut. ...................................................................... 36
Gambar 27 Kurva I-V dan kurva P-V dari suatu perangkat FV yang
menunjukkan titik-titik khusus untuk diperhatikan. ........................ 38
Gambar 28 Representasi grafik dari Fill Factor sebagai rasio antara dua
persegi panjang B dan A. ........................................................... 38
Gambar 29 Tracer kurva I-V portable untuk mengukur kurva I-V modul dan
................................................................................................. 40
Gambar 30 Diagram alir yang menunjukkan proses pelaksanaan
pengukuran kurva I-V pada modul dan/atau string PLTS. ............. 42
Gambar 31 Jenis-jenis anomali yang dapat diamati dari kurva I-V. Nomor-
nomor menunjukkan jenis anomali yang masing-masing akan
didiskusikan di bawah ini. ........................................................... 43
Gambar 32 Grafik kapasitas baterai vs jumlah siklus, dengan depth-of-
discharge sebagai paremeter untuk jenis baterai lead-acid
tertentu. .................................................................................... 46
Gambar 33 Skema yang menunjukkan dua tipe utama konstruksi elektroda
positif dari baterai lead-acid. (a) Konstruksi yang disebut “flat
plate” yang terbuat dari gabungan jaringan timbal dimana ke
dalamnya pasta oksida ditekan selama proses manufaktur. (b)
konstruksi yang disebut “tubular” yang terdiri atas plat
elektroda terbuat dari beberapa tabung dengan inti timbal,
pelapisan oksida timbal disekeliling intinya, dan selubung
proteksi yang berpori yang menahan agar tabung tetap utuh
selama proses charging dan discharging. .................................... 48
Gambar 34 Grafik yang menunjukkan tiga tahapan pengisian daya
baterai lead-acid. ....................................................................... 49
Gambar 35 Diagram alir yang menunjukkan prosedur pengambilan citra
EL pda modul FV di PLTS. ......................................................... 52
Gambar 36 Pencitraan EL dari sebuah modul FV yang tidak mengalami
kerusakan besar. Perhatikan keseragaman relatif sinyal EL di
keseluruhan area modul FV. ....................................................... 54
Gambar 37 Pencitraan EL dari sebuah modul FV yang menunjukkan area
gelap, yang mungkin disebabkan penyatuan dengan solder
dingin pada saat proses manufaktur. ........................................... 55
Gambar 38 Pencitraan EL dari modul FV yang menunjukkan sel surya
yang tampak bercak atau “kotor”, yang kemungkinan besar
merupakan hasil dari degradasi setelah beberapa tahun
beroperasi di luar ruangan. ......................................................... 56
Gambar 39 Pencitraan EL pada suatu modul yang memiliki sel-sel rusak
dengan area gelap yang tidak aktif secara elektris. ...................... 57
vi
Daftar Tabel
vii
Daftar Istilah
viii
Encapsulant : Material yang digunakan antara substrat dan superstrat
untuk memberikan perlindungan terhadap pengaruh
lingkungan pada sel fotovoltaik dalam modul fotovoltaik
Energi : Energi kemampuan sistem fisik untuk melakukan pekerjaan
CATATAN 1 : Unit: J, meskipun kWh umumnya digunakan
dalam industri listrik.
Faktor Kapasitas : Rasio energi keluaran dari sistem (WSP) dengan produk
(capacity factor) rating keluaran larik FV (P0) dan waktu operasi
. Satuan: tanpa ukuran, biasanya dinyatakan sebagai
persentase (%) selama periode waktu seperti bulan atau
tahun
Fill Factor : Perbandingan daya keluaran perangkat FV yang maksimal
(singkatan: FF) dengan produk dari tegangan rangkaian terbuka dan
rangkaian arus listrik hubung singkat
CATATAN 1 : FF dihitung:
FF = P max / (V oc I sc)
CATATAN 2 : Fill factor sering digunakan untuk menunjukkan
kualitas produksi listrik dari perangkat.
CATATAN 3 : Unit: tanpa ukuran, biasanya dinyatakan
sebagai persentase, %
Fotovoltaik : Berkaitan dengan fenomena listrik yang disebabkan oleh
(FV) efek fotovoltaik
Titik panas /Hot : Pemanasan lokal yang terjadi di modul FV ketika arus listrik
spot operasi melebihi arus hubung singkat yang berkurang
akibat sel atau sekelompok sel terkena bayangan atau
rusak
Inverter : Pengkonversi energi listrik yang mengubah arus listrik
searah menjadi arus bolak-balik fasa tunggal atau polifasa
CATATAN 1 : Inverter merupakan salah satu dari komponen
yang dimasukkan dalam istilah “pengkondisi
daya”.
Iradians : Daya terpancar elektromagnetik per unit areal
CATATAN 1 : Satuan: W⋅m 2 .
CATATAN 2 : masuk: cahaya referensi umum iradians dari
simulator sunsolar.
Iradiasi : Iradians terintegrasi selama selang waktu tertentu
CATATAN 1 : Satuan: W⋅m 2 ⋅μm1.
Islanding : Keadaan di mana sebagian dari jaringan utilitas, yang
mengandung beban dan tenaga listrik yang dihasilkan,
terus beroperasi terisolasi dari sisa jaringan utilitas
CATATAN 1 : Listrik yang dihasilkan dan beban di suatu
island mungkin kombinasi dari pelanggan dan
utilitas yang dimiliki.
Jaringan (grid) : Referensi umum untuk distribusi atau sistem transmisi
listrik
Kapasitas larik : Rating pembangkit daya dari suatu larik FV
ix
Karakteristik : Keluaran arus listrik dari perangkat FV sebagai fungsi dari
arus-tegangan tegangan keluaran, pada temperatur dan iradians tertentu
I-V CATATAN 1 : aturan IEC / ISO menetapkan bahwa simbol
untuk tegangan adalah "U", sedangkan industri
yang terlibat di bidang listrik umumnya
menggunakan simbol "V". Sesuai dengan
konvensi normal, industri FV juga
menggunakan "V" dan dengan demikian simbol
"I-V" menggambarkan karakteristik arus-
tegangan.
CATATAN 2 : Terkadang industri menggunakan "IV" sebagai
simbol. Penggunaan "I-V" mengurangi ambigu
dari "IV", yang juga berarti "empat" dalam
penomoran romawi.
CATATAN 3 : Formula: I = f (V)
Kabel fotovoltaik : Kabel (pengkabelan) elektrikal yang didesain secara
pengkabelan spesifik untuk tujuan membawa aliran listrik dari perangkat
fotovoltaik fotovoltaik dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang
umumnya dihadapi pada larik-larik fotovoltaik
CATATAN 1 : Kabel-kabel fotovoltaik perlu untuk tahan
terhadap kondisi-kondisi seperti temperatur
tinggi, terpaan UV jangka-panjang, abrasi
jangka-panjang oleh angin, dan kerusakan oleh
binatang.
CATATAN 2 : Beberapa istilah menjelaskan komponen-
komponen kabel dari suatu sistem fotovoltaik.
Kondisi Uji : Nilai referensi iradians in plane (GI,ref = 1 000 W⋅m–2),
Standar (Standard temperature sambungan sel FV (25 °
Test Condition- C), dan air-mass (AM = 1,5) yang akan digunakan selama
STC) pengujian perangkat FV
Kondisi Operasi : Nilai-nilai operasi iradians in- plane (1000 W⋅m-2),
Standar temperatur sambungan perangkat FV dengan operasi
(Standar nominal temperatur sambungan sel FV (NOCT) dan air
Operating mass (AM = 1,5)
Condition)
Kotak : Selungkup dimana string fotovoltaik disambungkan secara
penggabung elektrik dalam hubungan paralel dan dimana perangkat-
string(combiner perangkat proteksi dapat ditempatkan jika diperlukan
box)
Kotak : Selungkup tertutup atau terproteksi pada suatu modul
penghubung fotovoltaik dimana rangkaian-rangkaian tersambung secara
modul elektrik dan perangkat-perangkat proteksi dapat
(junction box) ditempatkan jika diperlukan
Larik (array) : Beberapa modul fotovoltaik yang terkoneksi secara elektrik
Maximum Power : Strategi pengendalian dimana operasi larik FV selalu pada
Point Tracking atau dekat titik daya maksimum
(daya maksimum
pelacakan titik-
MPPT)
x
Modul fotovoltaik : Rangkaian sel-sel fotovoltaik yang saling terhubung
lengkap dan terlindungi dari lingkungan sekitar
Modul fotovoltaik : Modul yang dipabrikasi dari silikon kristalin sebagai
silikon kristalin material fotovoltaik aktifnya
modul fotovoltaik CATATAN 1 : Modul ini berbasiskan teknologi wafer.
c-Si CATATAN 2 : Struktur kristalin dapat dalam bentuk
monokristalin (kristal-tunggal, sc-Si),
multikristalin (mc-Si), dst.
CATATAN 3 : Semikonduktornya memiliki struktur PN
homojunction.
Rugi-rugi (losses) : Tenaga listrik atau energi yang tidak menghasilkan layanan
seperti yang dimaksudkan
Sel fotovoltaik : Perangkat fotovoltaik yang paling dasar
Sistem fotovoltaik : Perakitan komponen yang menghasilkan dan pasokan
(PLTS) listrik dengan konversi energi
surya.
CATATAN 1 : Daftar komponen FV dan konfigurasi sistem FV
bervariasi sesuai dengan aplikasi, dan juga
dapat mencakup sub-sistem berikut:
pengkondisian daya, penyimpanan, sistem
pemantauan dan pengendalian dan antarmuka
jaringan utilitas
Sistem fotovoltaik : Sistem FV yang fungsinya hanya dalam modus operasi
terkoneksi terkoneksi jaringan listrik
jaringan listrik CATATAN 1 : Juga dikenal sebagai "utility intertied",
(PLTS on-grid) "interkoneksi utilitas", atau "grid-tied".
Sistem fotovoltaik : Sistem FV system yang hanya berfungsi dalam modus
tak terhubung ke operasi tak terhubung ke jaringan
jaringan (PLTS CATATAN 1 : Juga disebut sebagai "sistem fotovoltaik
off-grid) mandiri".
State of Charge : Rasio antara kapasitas residual dan rating kapasitas
(SoC) perangkat penyimpanan. Biasanya dinyatakan dalam
persentase.
String fotovoltaik : rangkaian modul FV yang dihubungkan secara seri
String inverter : inverter yang didesain untuk beroperasi dengan string FV
tunggal
CATATAN 1 : Keluaran AC dari string inverter dapat
dihubungan secara paralel dengan keluaran
dari string inverter lainnya.
Spektrum : Distribusi radiasi matahari sebagai fungsi dari panjang
gelombang
Hasil (Yield) : Energi larik FV yang dihasilkan per unit kapasitas rated-
larik FV
Sumber: SNI IEC TS 61836:2018 Sistem energi fotovoltaik – istilah, definisi dan simbol
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1. Tujuan
Panduan ini ditujukan untuk memberikan petunjuk dan saran teknis mengenai evaluasi
kualitas dan kinerja sistem PLTS.
Panduan ini ditujukan kepada setiap pihak yang berkepentingan dalam melakukan
penilaian dan evaluasi kinerja serta penilaian kualitas sistem PLTS di I ndonesia.
Pihak-pihak yang berkepentingan dapat meliputi :
˗ lembaga inspeksi yang akan menawarkan pelayanan due diligence (melampaui
layanan inspeksi dasar);
˗ tenaga teknis dari pemegang Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) seperti
PT PLN (Persero), perusahaan IPP, pemilik Ijin Wilayah Usaha, dll.;
˗ Perusahaan Engineering-Procurement-Construction (EPC);
˗ perusahaan daerah atau pemerintah daerah yang memiliki tanggung jawab untuk
mengoperasikan dan memelihara sistem PLTS;
˗ inspektur EBT dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Energi (DJEBTKE) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)).
Petunjuk teknis dalam panduan ini dapat diterapkan pada semua jen is sistem PLTS,
baik jenis on-grid, off-grid, ground-mounted, roof-top, maupun floating PV.
Panduan ini tidak berfokus pada aspek keselamatan personil maupun aspek
keamanan sistem PLTS. Panduan ini tidak mencakup penilaian dampak lingkungan.
Petunjuk teknis dalam panduan ini juga tidak sesuai digunakan sebagai basis inspeksi
komisioning PLTS.
Petunjuk teknis dalam panduan ini lebih sesuai digunakan untuk mengevaluasi kinerja
sistem PLTS secara berkala selama usia teknis/masa hidup ( lifetime) sistem PLTS.
1
Gambar 1 Timeline pengembangan sistem PLTS pada umumnya yang
menunjukkan semua tahapan utama mulai dari perencanaan, tender, EPC
sampai inspeksi dan operasi.
(Sumber: PTB Jerman)
2
Tabel 1 Timeline pengembangan sistem PLTS pada umumnya
0 Planning Begins
2 Site Secured
4 Tender Opened
Planning
6 Bindders Sumbit Bids
9 Tender Closed
11 Evaluation of Bids
12 Award of Tender
14 EPC Begins
23 Commissioning Inspection
24 Granting of SLO
25 Begin Operation
36 Regular Evaluation
48 Regular Evaluation
60 Regular Evaluation
3
Buku Panduan Evaluasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik
dibagi menjadi 4 (empat) Bab dan 5 (lima) Lampiran dengan rincian:
BAB 1 : Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan tentang tujuan dan ruang lingkup, acuan normatif,
konvensi panduan Evaluasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Fotovoltaik
BAB 2 : Evaluasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik
Bagian ini menjelaskan mengenai tahapan evaluasi sistem PLTS, Prosedur
Pemeriksaan Dokumen, Persyaratan Dokumentasi, Analisa dan
Interpretasi Performance Ratio, penjelasan Performance Ratio, Mengukur
Performance Ratio, Peralatan yang diperlukan untuk mengukur
Performance Ratio, Pengambilan sampel, perekaman dan laporan, Faktor-
faktor yang mempengaruhi Performance Ratio, Faktor-faktor yang hanya
sedikit atau sama sekali tidak dapat dikontrol, Faktor-faktor dimana kita
memiliki sebagian kontrol terhadapnya, Analisis dan interpretasi
Performance Ratio, Contoh-contoh plot Performance Ratio, Cara
menentukan baik atau tidaknya nilai Performance Ratio, dan Kalkulasi
Performance Ratio PLTS off-grid.
BAB 3 : Inspeksi Lapangan
Bagian ini menjelaskan mengenai kegiatan inspeksi di lokasi PLTS meliputi
Ruang Lingkup, Keselamatan selama inspeksi lapangan, Pengumuman
protokol keselamatan oleh operator PLTS, Penilaian resiko, Kesadaran
akan keselamatan dari para evaluator, Perlengkapan proteksi personal,
Inspeksi Visual, Wawancara dengan operator PLTS, Pengujian di
Lapangan, Infrared Thermography, Kurva I-V String dan Modul, Pengujian
sistem baterai, Pencitraan Electroluminescence pada PLTS, Temuan dan
rekomendasi, Contoh temuan dan rekomendasi, dan Tindak lanjut.
BAB 4 : Penutup
Bagian ini menjelaskan kesimpulan dan saran
1 Standar ini telah dirumuskan menjadi RSNI melalui metode adopsi identik. Pada akhir tahun
2021 telah selesai tahapan jajak pendapat dan sedang proses penetapan menjadi SNI oleh
Badan Standardisasi Nasional.
4
IEC TS 61724-3:2016, Photovoltaic system performance - Part 3: Energy evaluation
method 1
1.3. Konvensi
Panduan ini menggunakan diagram alir untuk menggambarkan prosedur yang
sebaiknya diikuti sebagai bagian dari evaluasi sistem PLTS. Diagram alir ini mengikuti
konvensi yang tertera di dalam standar internasional ISO 5807. Simbol-simbol yang
digunakan dalam dokumen ini beserta artinya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 Legenda simbol beserta pengertiannya yang digunakan pada diagram alir
di dalam dokumen panduan ini.
5
BAB II
EVALUASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SURYA (PLTS) FOTOVOLTAIK
2.1. Umum
Terdapat beberapa tahapan dalam evaluasi sistem PLTS. Di dalam bab ini akan
diuraikan garis besar tahapan-tahapan tersebut serta kaitan diantaranya. Namun,
sebelum memasuki penjelasan mengenai tahapan evaluasi sistem PLTS, tujuan dari
evaluasi sistem PLTS harus ditentukan.
Tujuan dari evaluasi sistem PLTS adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
kualitas dan kinerja PLTS secara keseluruhan, dan menentukan tindakan pemulihan
yang harus diambil jika kualitas atau kinerja dari PLTS kurang memadai.
Di dalam setiap jalur, laporan evaluasi disiapkan sebagai hasil dari evaluasi sistem
PLTS. Laporan evaluasi ini berisikan temuan dan rekomendasi untuk tindakan
pemulihan. Laporan ini sebaiknya dibagikan kepada pemangku kepentingan yang
relevan dan juga disimpan untuk referensi di masa yang akan datang.
Penjelasan lebih lanjut dari setiap sekuen proses (yang ditandai oleh kotak-kotak yang
bergaris sisi dua) diberikan di bab-bab selanjutnya.
6
Gambar 3 Diagram alir yang menunjukkan keseluruhan prosedur evaluasi sistem
PLTS.
7
2.3. Prosedur Pemeriksaan Dokumen
Proses pertama dari rangkaian prosedur evaluasi sistem PLTS adalah pemeriksaan
dokumentasi PLTS yang tesedia. Idealnya satu rangkaian dokumentasi lengkap
disediakan oleh pemilik PLTS dan dapat diakses dengan mudah oleh para evaluator.
1. Data Sistem
a. Informasi dasar PLTS
i. Referensi identifikasi Proyek
ii. Daya terukur (plat nama) (kW DC or KVA AC)
iii. Modul FV dan inverter- pabrikan, model dan kuantitas
iv. Tanggal instalasi
v. Nama pelanggan
vi. Alamat lokasi
b. Informasi tentang perusahaan perancang (desainer) PLTS
i. Desainer PLTS, perusahaan
ii. Desainer PLTS, kontak person
iii. PLTS yang didesain, alamat pos, nomor telepon dan alamat e-mail
c. Informasi tentang perusahaan pemasang (installer) PLTS
i. Installer PLTS, perusahaan
ii. Installer PLTS, kontak person
8
iii. Installer PLTS, alamat pos, nomor telepon dan alamat e-mail
2. Diagram pengkabelan
a. Umum – setidaknya tercantum diagram single line dengan informasi berikut
b. Larik – spesifikasi umum
i. Jenis-jenis modul
ii. Jumlah total modul
iii. Jumlah string
iv. Jumlah modul per string
v. Identifikasi string yang terkoneksi kepada inverter tertentu
vi. Informasi yang ada tentang sub-larik
c. Informasi mengenai string FV
i. Spesifikasi kabel string – ukuran dan tipe
ii. Spesikasi perangkat proteksi arus lebih (jika sesuai) – tipe dan ukuran
tengangan/arus
iii. Tipe dioda blocking (jika relevan)
d. Rincian elektrikal larik
i. Spesifikasi kabel utama larik – ukuran dan tipe
ii. Lokasi junction box/combiner box larik
iii. Saklar konektor DC, lokasi dan ukuran (tegangan/arus)
iv. Perangkat proteksi arus lebih larik – tipe, lokasi dan ukuran
(tegangan/arus)
v. Rangkaian pelindung elektronik lainnya (seperti deteksi arc fault), jika
ada – tipe, lokasi dan ukuran
e. Sistem AC
i. Lokasi isolator AC, tipe dan ukuran
ii. Lokasi perangkat arus lebih, tipe dan ukuran
iii. Lokasi perangkat arus residual, tipe dan ukuran (jika sesuai)
f. Proteksi pembumian dan tegangan lebih
i. Rincian dari konduktor pembumian/bonding – ukuran dan tipe.
Termasuk rincian kabel equipotential bonding pada rangka larik jika
sesuai
ii. Rincian mengenai koneksi yang ada pada Lightning Protection System
(LPS)
iii. Rincian mengenai surge protection device yang terpasang (baik jalur
AC maupun DC), termasuk lokasi, tipe dan ukuran
3. Layout string
a. Gambar layour dari PLTS yang menunjukkan bagaimana larik dibagi dan
dihubungkan dengan string
4. Lembar data
a. Lembar data modul menurut persyaratan IEC 61730-1
b. Lembar data inverter
c. Lembar data untuk komponen lain yang signifikan
9
b. Checklist mengenai apa yang harus dilakukan pada saat kegagalan sistem
c. Prosedur gawat darurat/prosedur isolasi
d. Rekomendasi perawatan dan pembersihan (mekanikal, sipil dan elektrikal)
jika ada. Pertimbangan mengenai pekerjaan pembangunan di masa yang
akan datang terkait dengan larik FV (misalnya pembangunan atap)
e. Dokumentasi garansi untuk modul FV dan inverter – termasuk tanggal awal
dan periode garansi
f. Dokumentasi mengenai garansi yang ada tentang pekerjaan dan keadaan
cuaca yang menekan
Idealnya, pada saat inspeksi komisioning seluruh dokumen di atas sudah diperiksa
dan diverifikasi. Oleh karena itu, laporan inspeksi komisioning menjadi dokumen
penting dalam evaluasi sistem PLTS selanjutnya.
CATATAN: Sebagai tambahan dari informasi yang dicantumkan dalam standar di atas,
dalam situasi khusus (seperti PLTS yang dibangun menggunakan anggaran APBN /APBD
dimana asetnya akan diserah-terimakan), diperlukan dokumen serah terima aset dan dokumen
administrasi terkait lainnya untuk dapat diperiksa dalam evaluasi sistem PLTS.
Salah satu pertanyaan penting untuk PLTS adalah “sebaik apa PLTS bekerja?”.
Memahami Performance Ratio dari PLTS adalah kunci untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
Untuk dapat memisahkan suatu efek dari yang lainnya, kita perlu mengetahui berapa
banyak cahaya matahari yang diterima PLTS. Kita dapat mengukurnya dengan
menggunakan sensor iradians yang dipasang di sistem PLTS. Sensor iradians
umumnya dipasang di bidang larik PLTS dan terhubung dengan sistem pengumpulan
data (yang kadang dikenal sebagai sistem SCADA).
Saat kita mengetahui jumlah energi matahari yang diterima oleh PLTS dalam periode
tertentu (misalnya satu bulan), kita dapat menghitung Performance Ratio dari PLTS
pada bulan tersebut dengan cara membagi output energi aktual dalam bulan tersebut,
Eoutput (kWh), dengan insiden energi matahari di periode yang sama, HPOA (Wh/m 2).
10
Jika kita menormalisasi nilai ini dengan kapasitas yang tertera pada plat nama dari
sistem PLTS, PSTC (kW) dan nilai iradians pada saat kapasitas plat nama diukur dalam
Standard Test Conditions (STC), GSTC (W/m 2) yaitu 1000 W/m 2, kita mendapatkan
Performance Ratio, PR, dari suatu sistem PLTS dalam periode tersebut.
𝐸𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
( )
𝐻𝑃𝑂𝐴
𝑃𝑅 = (1)
𝑃
(𝐺𝑆𝑇𝐶 )
𝑆𝑇𝐶
dimana:
𝑃𝑅 : Performance Ratio (%)
𝐸𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 : output energi aktual pada suatu periode (kWh)
𝐻𝑃𝑂𝐴 : insiden energi matahari di periode yang sama (Wh/m 2)
𝑃𝑆𝑇𝐶 : kapasitas pada plat nama dari PLTS (kW)
𝐺𝑆𝑇𝐶 : nilai iradians pada saat kapasitas plat nama diukur dalam Standard Test
Conditions (STC) (pada kondisi STC nilai 𝐺𝑆𝑇𝐶 = 1000 W/m 2 ) (W/m 2)
PR dinyatakan dalam bentuk persentase, atau hanya dengan nilai diantara 0 dan 1.
Akan membantu pemahaman jika kita melihat Performance Ratio sebagai output
aktual dari suatu PLTS dibandingkan dengan output maksimum yang mungkin dalam
teori untuk sejumlah sinar matahari yang diterima oleh PLTS dalam waktu tertentu.
Terdapat beberapa cara yang berbeda untuk menyatakan Performance Ratio,
sebagaimana digambarkan dalam standar internasional IEC 61724-1. Salah satu
contohnya PR adalah rasio dari hasil final (final yield) PLTS dibandingkan dengan
hasil yang direferensikan (reference yield). Dengan substitusi, semua pernyataan
mengenai PR tersebut ekuivalen secara matematis. Didalam pandangan penulis,
definisi Performance Ratio yang digunakan di dalam dokumen ini lebih dapat diterima
intuisi dibandingkan dengan pernyataan dalam standar yang menggunakan istilah
“reference yield” dan “final yield”.
Penjelasan secara rinci mengenai cara mengukur Performance Ratio PLTS berada di
luar cakupan dokumen ini, namun berikut ini akan dijelaskan secara umum dasar-
dasar pengukuran.
Di masa yang akan datang, panduan berdasarkan tiga standar di atas mungkin dapat
dipersiapkan untuk membantu pemangku kepentingan di Indonesia dalam
implementasi monitoring Performance Ratio di PLTS.
11
2.5.3. Peralatan yang diperlukan untuk mengukur Performance Ratio
Tiga peralatan utama yang perlu dipasang di lokasi untuk mengukur dan menghitung
Performance Ratio PLTS adalah: energy meter, sensor iradians, dan datalogger.
Energy Meter: Performance Ratio dari suatu grid-connected PLTS harus dihitung
menggunakan energy AC yang diumpan ke jaringan listrik. Energi yang diumpan ini
dapat diukur dengan energy meter digital. Ada banyak produk dan model energy meter
yang sesuai untuk menjalankan pengukuran ini. Energy meter yang dipilih harus
kompatibel dengan datalogger yang digunakan.
Gambar 5 Contoh energy meter digital yang sesuai untuk mengukur data yang akan
digunakan untuk kalkulasi Performance Ratio.
[Sumber gambar: https://www.se.com/]
Sensor iradians: Terdapat dua jenis sensor iradians yang dapat digunakan untuk
pengukuran Performance Ratio, yaitu pyranometers dan sensor silikon. Dua tipe
sensor ini bekerja dengan prinsip-prinsip yang berbeda, dan setiap tipe memiliki pro
dan kontra. Diskusi terinci mengenai pro dan kontra dari masing-masing tipe sensor
iradians berada di luar cakupan dokumen ini. Apapun tipe yang digunakan, sensor
iradians harus kompatibel dengan datalogger yang digunakan.
(a) (b)
Gambar 6 Contoh gambar dari dua tipe sensor iradians:
(a) pyranometer. (b) sensor silicon.
[Sumber gambar: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:SR20_pyranometer_1.jpg ,
https://www.imt-solar.com/]
12
Datalogger: Peralatan ketiga yang dibutuhkan untuk memonitor Performance Ratio
adalah datalogger. Ada berbagai pemasok datalogger, dan banyak model yang
memiliki fitur yang berbeda. Kadang-kadang di dalam konteks pembangkit listik,
datalogger semacam itu disebut sistem SCADA. Kepanjangan dari SCADA adalah
Supervisory Control and Data Acquisition.Namun, dalam konteks memantau
Performance Ratio PLTS, kemungkinan sistem tersebut tidak menjalankan fungsi
pengawasan, jadi lebih akurat untuk menyebutnya sebagai datalogger daripada
SCADA.
Standar IEC 61724-1 mendefinisikan sampling, rekaman dan laporan sebagai berikut:
Pengambilan sampel (sampling) adalah mendapatkan data dari sebuah sensor atau
peralatan pengukuran. Perekaman adalah memasukkan data ke suatu log data atau
penyimpanan data berdasarkan sampel yang didapatkan. Pelaporan adalah kalkulasi
dan presentasi nilai agregat yang mencakup beberpa interval perekaman. Secara
grafis hal ini ditunjukkan pada Gambar 8.
13
Gambar 8 Representasi grafis dari pengambilan sampel, perekaman, dan pelaporan.
[Sumber gambar: IEC 61724-1]
Interval antara sampel yang diukur adalah interval pengambilan sampel, interval
antara rekaman yang disimpan adalah interval perekaman, dan interval antara laporan
adalah interval pelaporan. Interval periode pelaporan yang umum adalah harian,
bulanan atau tahunan, bergantung kepada jumlah dan durasi data yang tersedia.
Untuk interval sampel dan interval perekaman, standar ini mendefinisikan nilai
maksimum untuk masing-masing interval tersebut untuk setiap kelas pemantauan
Performance Ratio.
14
2.5.6. Faktor-faktor yang hanya sedikit atau sama sekali tidak dapat
dikontrol
Total insiden cahaya matahari: Faktor pertama yang tidak dapat kita kontrol adalah
jumlah total cahaya matahari yang jatuh ke PLTS. Di lokasi yang sudah ditentukan,
kita tidak dapat mengontrol kecerahan sinar matahari dari hari per hari. Jumlah total
insiden cahaya matahari pada PLTS tentunya akan mempengaruhi total output energi
PLTS, dan juga akan mempengaruhi Performance Ratio dari PLTS. Kebanyakan
modul FV dirancang untuk bekerja optimal dalam cahaya matahari penuh, dan akan
menjadi kurang efisien dalam kondisi cahaya rendah, seperti misalnya pada saat hari-
hari bercuaca mendung dan hujan.
Intensitas spektral dari cahaya matahari: Faktor kedua yang tidak dapat kita kontrol
adalah intensitas spektral cahaya matahari yang terjadi pada PLTS. Standard Test
Conditions (STC) menspesifikasikan spektrum “Massa Udara 1.5G”, seperti tercantum
dalamf IEC 60904-3. Namun, di lapangan, spektrum cahaya yang terjadi pada PLTS
mungkin berbeda dengan spektrum standar. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
insiden cahaya matahari dengan atmosfer bumi. Karena respon spektral dari
perangkat FV terhadap keseluruhan rentang panjang gelombang dari spektrum
elektromagnetik tidak konstan, perubahan intensitas spektral dari insiden cahaya akan
mengakibatkan perubahan output dari perangkat FV di dalam intensitas iradians yang
sama. Secara keseluruhan, efek yang ditumbulkan kecil dan tidak ada yang dapat kita
lakukan pada saat tipe tertentu modul FV telah dipilih, kecuali hanya kita perlu
menyadari adanya efek tersebut.
Sudut insiden cahaya: Faktor ketiga yang mempengaruhi Performance Ratio adalah
sesuatu yang kita memiliki sebagian kontrol terhadapnya dalam fase perancangan
proyek. Faktor ini disebut sudut insiden cahaya pada FV modul. Di bawah Standard
Test Conditions (STC), modul akan disinari oleh cahaya buatan yang jatuh secara
normal ke permukaan modul (yaitu cahaya menabrak modul pada sudut yang tepat).
Namun, di dunia nyata matahari terbit di Timur, bergerak mengikuti lengkungan
sepanjang langit dalam sehari, melewati ke dekat atas kepala di tengah hari
(setidaknya di daerah tropis), dan terbenam di Barat pada sore hari. Bagi PLTS fixed-
mount hal ini berarti banyak cahaya jatuh di modul pada sudut insiden yang non -
normal. Hal ini akan mempengaruhi respon modul, dan karenanya mempengaruhi
Performance Ratio. Lagi-lagi, efek ini pengaruhnya kecil.
Temperatur modul: Faktor keempat, dan sejauh ini merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi Performance Ratio adalah temperatur FV modul yang beroperasi di
PLTS dibandingkan dengan temperatur yang diukur di pabrik di bawah Standard Test
Condition (STC). Pada keadaan STC, temperatur modul adalah 25°C, sementara di
lapangan, temperatur modul dapat mencapai 70°C atau lebih. Sel surya di dalam FV
modul memiliki dependensi temperatur yang sudah diketahui, dimana sel ini menjadi
kurang efisien ketika temperatur meningkat. Efek ini dikuantifikasi oleh koefisien
temperatur dari modul FV, yang seharusnya dicantumkan dalam lembar data modul.
15
Laju degradasi yang diharapkan dari FV modul diberikan oleh pabrikan besar dalam
bentuk garansi kinerja. Di masa lalu, hampir semua pabrikan besar memberikan
garansi yang berjenjang seperti tangga, seperti ditunjukkan di daerah abu-abu di
Gambar 9. Namun demikian, saat ini, hampir seluruh pabrikan besar memberikan
garansi kinerja yang linear seperti ditunjukkan dalam daerah kuning di Diagram X.
Gambar 9 Garansi kinerja modul fotovoltaik yang umumnya diberikan oleh pabrikan
modul besar.
Walaupun pabrikan memberikan garansi kinerja selama 25 tahun untuk modul mereka,
banyak variabel dalam kualitas material dan proses manufaktur yang membuat modul
tertentu memiliki degradasi yang lebih rendah, atau kadang-kadang lebih tinggi,
daripada tingkat garansinya. Degradasi kinerja modul dapat ditelusuri selama masa
hidup PLTS dengan cara memantau Performance Ratio PLTS.
Rugi-rugi pengkabelan: Resistive losses dalam PLTS adalah faktor lain yang
membuat Performance Ratio menjadi kurang dari 100%. Normalnya rugi-rugi
pengkabelan (cabling losses) tidak meningkat sepanjang masa hidup PLTS, namun
apabila konektor yang digunakan kurang baik kualitasnya (atau koneksi antar kabel
tidak benar, misalnya tanpa adanya konektor yang sesuai), maka resistansi seri dari
koneksi tersebut akan meningkat dengan berjalannya waktu, yang menyumbang
kepada degradasi Performance Ratio.
Bayangan (Shading): PLTS tentunya tidak akan bekerja sesuai dengan kemampuan
maksimalnya apabila beberapa modulnya terkena bayangan selama beberapa waktu
dalam satu hari. Bayangan pada modul dapat terjadi karena adanya pohon atau
tumbuhan di tepian larik FV. Bayangan juga dapat disebabkan oleh bangunan di
sekitar PLTS atau disebabkan oleh konstruksi PLTS itu sendiri, seperti misalnya
bayangan yang terjadi baris per baris karena jarak antar baris modul yang berdekatan
terlalu kecil.
16
Kekotoran (Soiling): Kekotoran sebenarnya juga merupakan sejenis khusus
bayangan, namun karena memiliki sifat yang khas, debu dapat dipertimbangkan
sebagai faktor tersendiri. Kekotoran mengacu kepada kotoran atau debu di permukaan
modul FV. Dalam iklim tertentu (seperti misalnya di gurun) kekotoran dapat menjadi
faktor signifikan yang mengurangi Performance Ratio. Namun demikian, jika modul
dipasang dengan kemiringan 15° atau lebih, efek pembersihan sendiri dari air hujan
di permukaan modul sudah memadai untuk membersihkan modul. Oleh karena itu,
pada iklim yang secara berkala turun hujan (contohnya di hampir seluruh wilayah
Indonesia), kekotoran umumnya bukan masalah yang signifikan.
Modul yang rusak atau cacat: Terdapat berbagai jenis kecacatan yang mungkin
terjadi pada modul FV dalam PLTS yang akan berpengaruh negatif kepada
Performance Ratio. Beberapa jenis kecacatan dapat dilihat dengan jelas pada saat
inspeksi visual, misalnya kaca yang rusak atau EVA yang menguning. Beberapa
kecacatan lainnya mungkin tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun tetap
memiliki efek yang signifikan terhadap Performance Ratio. Contoh jenis kecacatan ini
adalah dioda bypass yang terkena hubungan pendek (shorted bypass diodes) dan
retakan mikro pada sel surya. Kecacatan jenis ini dapat dideteksi menggunakan
Infrared Thermography dan/atau pencitraan electroluminescence pada saat
pemeriksaan di lokasi.
Jika cacat di sejumlah kecil modul menyebabkan PLTS memiliki Performance Ratio
yang rendah, modul yang cacat dapat diganti dengan modul-modul yang baik. PLTS
sebaiknya memiliki cadangan modul di lokasi sehingga memungkinkan penggantian
modul yang cacat.
Inverter yang rusak atau cacat: Inverter yang rusak atau cacat adalah penyebab
umum dari Performance Ratio yang rendah. Masa hidup inverter FV umumnya hanya
sekitar 10 tahun, berbeda dengan masa hidup modul FV yang sekitar 25 tahun. Oleh
karena itu, suatu saat dalam masa hidup PLTS, inverter harus diganti. Inverter yang
rusak atau cacat akan menghilangkan output seluruh string modul yang terkoneksi
dengan inverter tersebut dari output PLTS. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya
tanda yang jelas melalui turunnya Performance Ratio PLTS secara tiba-tiba. Situasi
ini juga dapat dideteksi melalui pencitraan thermal infrared. Inverter yang berhenti
bekerja harus diganti dengan yang baru.
17
Gambar 10 Diagram alir yang menunjukkan langkah-langkah dalam analisis
Performance Ratio PLTS.
Panduan ini tidak dapat secara terperinci memberikan analisis dan interpretasi dari
Performance Ratio PLTS, namun demikian di dalam dokumen ini diberikan beberapa
pertanyaan panduan dan contoh-contoh.
Pada akhirnya, penilaian mengenai Performance Ratio PLTS – apakah nilai PR dapat
diterima atau tidak - diserahkan kepada evaluator. Penilaian ini akan menjadi lebih
mudah seiring bertambahnya pengalaman evaluator.
Jika data PR dapat diterima, maka evaluator harus membuat temuan mengenainya,
dan mencatat temuan itu beserta dengan grafik data PR dalam laporan evaluasi.
Gambar 11, 12 dan 13 menunjukkan beberapa contoh plot Performance Ratio tahunan
yang diambil dari beberapa PLTS riil di Eropa selama beberapa tahun beroperasi.
Gambar 11 menunjukkan plot PR dari sebuah PLTS di Alpen Swiss yang memiliki nilai
PR yang baik sekitar 0.8 yang tetap tinggi selama tahun pertahun. Gambar 12
menunjukkan plot PR dari sebuah PLTS di Jerman yang di tahun pertama
menunjukkan nilai PR sekitar 0.7 dan terus menurun pertahun dengan nilai penurunan
kurang dari 0.5 dalam 9 tahun beroperasi. Gambar 13 menunjukkan plot data dari
18
suatu PLTS di Itali yang menunjukkan degradasi dan fluktuasi nilai PR setelah 6 tahun
beroperasi. Fluktuasi ini kemungkinan disebabkan oleh kegagalan peralatan dan
penggantiannya. Masing-masing plot data ini memberikan indikasi mengenai hal-hal
yang akan anda lihat ketika mengamati plot data PR dari PLTS yang anda evaluasi.
Gambar 11 Plot nilai Performance Ratio dari suatu PLTS di Alpen, Swiss. Nilai PR
secara konsisten tinggi dari tahun ke tahun.
[Sumber: IEA-PVPS Report T13-05:2014 Analysis of Long-Term Performance of PV Systems
– Different Data Resolution for Different Purposes.]
Gambar 12 Plot nilai PR tahunan untuk PLTS di Jerman. Perhatikan bahwa nilai
tahunan PR menurun dari tahun ke tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan efek
degradasi modul dan/atau sel FV.
[Sumber: IEA-PVPS Report T13-05:2014 Analysis of Long-Term Performance of PV Systems
– Different Data Resolution for Different Purposes.]
19
Gambar 13 Plot nilai PR tahunan sebuah PLTS di Itali. Perhatikan adanya variasi
yang lebar dari tahun ke tahun sejak tahun ke 6. Hal ini mengindikasikan adanya
pemadaman PLTS dan/atau kegagalan peralatan dan penggantiannya.
[Sumber: IEA-PVPS Report T13-05:2014 Analysis of Long-Term Performance of PV Systems
– Different Data Resolution for Different Purposes.]
Gambar 14 Distribusi frekuensi (histogram) dari nilai PR tahunan dari 31,000 PLTS
di Eropa Barat.
[Sumber: Analysis of the state of the art of PV systems in Europe, Jonathan Leloux, Luis
Narvarte, Manuel Collares-Pereira, Adrien Desportes, PVCROPS, Photovoltaic Cost
Reduction, Reliability, Operational performance, Prediction and Simulation, October 2015. ]
20
Dengan membandingkan nilai PR dari PLTS yang anda evaluasi dengan distribusi
frekuensi di atas, anda dapat menentukan apakah kinerja PLTS tersebut di atas rata -
rata, rata-rata, atau di bawah rata-rata. Namun demikian, menentukan apakah nilai
PR dapat diterima atau tidak tergantung kepada pertimbangan bisnis yang terkait
dengan kepemilikan dan operasi PLTS, yang berada di luar dari cakupan dokumen ini.
Oleh karena itu, tergantung dari evaluator PLTS untuk menilai apakah Performance
Ratio dari suatu PLTS dapat diterima atau tidak berdasarkan pertimbangan semua
faktor yang relevan.
Normalnya, untuk PLTS on-grid, seseorang dapat berasumsi bahwa seluruh listrik
yang diproduksi PLTS dapat diserap (atau diambil alih) oleh jaringan listrik (grid) ketika
jaringan tersedia. Namun demikian, ketika jaringan listrik jatuh selama beberapa
waktu, maka PLTS tidak dapat menghasilkan listrik selama periode tersebut karena
tidak ada rangkaian yang komplit. Jika periode downtime jaringan listrik dimasukkan
dalam kalkulasi PR, maka nilai PR akan menjadi lebih rendah daripada nilai yang
didapat apabila jaringan listrik beroperasi 100% selama waktu tersebut.
Dalam kasus PLTS off-grid dengan sistem baterei atau microgrid, ada tambahan
kerumitan dalam penghitungan Performance Ratio. Ketika baterei PLTS dalam
keadaan full atau hampir full charge, charge controller akan membatasi (curtail) output
PLTS sehingga tidak terjadi kelebihan muatan baterai. Rincian mengenai bagaimana
pembatasan ini bekerja bervariasi untuk setiap charge controller, dan tergantung dari
sistem baterai PLTS apakah merupakan DC-coupled atau AC-coupled, atau
kombinasinya.
Dalam semua kasus dimana output PLTS “dibatasi” untuk beberapa periode waktu,
baik karena jaringan listrik yang tidak tersedia, maupun output PLTS dibatasi oleh
algoritma charge-controller dari baterai, kondisi dan durasi dari periode pembatasan
harus dicatat oleh sistem monitor. Performance Ratio harus dikalkulasi dengan dua
cara, cara pertama dengan memasukkan periode waktu pembatasan output dalam
kalkulasi, dan cara kedua dengan tidak memasukkan periode waktu pembatasan
output dalam kalkulasi. Dengan jalan ini, kita mendapatkan dan menganalisis jumlah
informasi yang maksimal untuk evaluasi sistem PLTS. Analisis ini juga dapat
memberikan informasi yang bermanfaat, contohnya mengenai sizing relatif dari sistem
FV dan baterai pada microgrid.
21
BAB III
INSPEKSI LAPANGAN
Jika diputuskan bahwa inspeksi lapangan diperlukan, maka penting bagi para
evaluator yang melaksanakannya untuk mengetahui dengan baik pemeriksaan
dokumentasi dan analisis Performance Ratio dari PLTS yang akan dievaluasi tersebut.
Idealnya, personil yang melaksanakan inspeksi lapangan sebaiknya sama dengan
personil yang melaksanakan pemeriksaan dokumentasi dan analisis PR.
Selama inspeksi lapangan, terdapat tiga kelompok kegiatan (atau sekuen proses)
sebagaimana ditunjukkan dalam diagram alir berikut. Kelompok tersebut adalah; 1.
Inspeksi visual PLTS, 2. Wawancara dengan operator PLTS, dan 3. Pengujian PLTS.
Setiap proses ini akan dijelaskan dalam bab-bab selanjutnya dalam panduan ini.
Setiap sekuen proses akan menghasilkan temuan dan rekomendasi, yang nantinya
akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam laporan evaluasi.
Sampai sejauh mana pengujian diperlukan bergantung kepada hasil analisis dan
interpretasi Performance Ratio, dan juga dari inspeksi visual dan wawancara dengan
operator PLTS.
22
Selama inspeksi lapangan, mungkin ditemukan bahwa data kinerja (performance) ada
di lokasi, dan tidak dapat diakses dari jarak jauh. Dalam kasus ini, salinan dari data
tersebut harus dibawa oleh evaluator untuk dianalisis nantinya, sebagaimana
diuraikan di bab Performance Ratio. Evaluator harus memperhatikan langkah-langkah
apa saja yang harus diambil agar data kinerja tersebut dapat dipantau dari jarak jauh
di masa yang akan datang.
Para evaluator PLTS harus menyadari jenis-jenis resiko yang ada secara umum di
PLTS, terutama yang berkaitan dengan sengatan listrik dari arus searah.
23
3.3. Inspeksi Visual
Inspeksi visual adalah salah satu kegiatan yang paling sederhana dan informatif pada
saat evaluasi sistem PLTS. Banyak informasi berharga yang dapat dikumpulkan
selama inspeksi visual yang dilaksanakan dengan seksama dan sistematis.
Kunci pelaksanaan inspeksi visual yang baik adalah mengetahui apa ya ng kita cari,
fokus dengan tugas tersebut, dan melakukannya dengan menyeluruh. Oleh karena itu
direkomendasikan untuk melakukan inspeksi visual terpisah dari wawancara dengan
operator PLTS sehingga para evaluator dapat melaksanakan kedua tugas penting itu
satu persatu dengan fokus.
Untuk contoh daftar periksa dapat menggunakan formulir yang ada di Lampiran D.
Untuk contoh daftar pertanyaan wawancara dapat menggunakan formulir yang ada di
Lampiran E.
Untuk kelengkapan pengujian PLTS, ada jenis pengujian keempat yang akan
dijelaskan yaitu pengujian baterai. Pengujian baterai ini diterapkan untuk PLTS off -
grid yang bekerja dengan sistem baterai. Pengujian baterai dapat diabaikan dalam
kasus evaluasi sistem PLTS on-grid.
Di lain pihak, pengujian jenis kedua dan ketiga yang juga diuraikan di sini, pengukuran
kurva I-V dan pencitraan electroluminescence adalah “pengujian invasif” – yaitu, PLTS
(atau sebagian dari PLTS) harus dimatikan, diskoneksi, bahkan mungkin
komponennya dilepas agar pengujian dapat dilaksanakan.
24
Infrared Thermography sebaiknya dilaksanakan pada setiap inspeksi lapangan.
Sesuai dengan sifatnya, pengujian ini dapat dipandang sebagai inspeksi visual yang
dipertajam. Peralatan pengujian memungkinkan para operator untuk secara tidak
langsung “melihat” modul FV dan komponen lainnya pada bagian infra merah jauh dari
spektrum elektromagnetik. Hal ini memungkinkan terlihatnya variasi temperatur yang
dapat menberikan informasi mengenai beberapa jenis kerusakan dan kecacatan pada
modul FV yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Infrared Thermography adalah suatu teknik dimana kamera yang sensitif terhadap
cahaya infra merah jarak jauh (rentang panjang gelombang 8 µm – 15 µm) digunakan
untuk menciptakan gambar dengan warna palsu (false-colour) dari suatu
pemandangan. Warna palsu dari gambar tersebut berkaitan dengan temperatur
obyek-obyek yang ada dalam pemandangan.
Hal ini dimungkinkan karena semua obyek memancarkan radiasi termal yang
terhubung dengan temperatur. Radiasi yang dipancarkan ini dapat diperkirakan
dengan menggunakan spektrum blackbody. Fenomena radiasi blackbody diuraikan
secara teoritis dalam hukum Planck. Spektrum emisi matahari, misalnya, dapat
diperkirakan dengan suatu blackbody ideal pada temperatur ~5800 K, yang (bukan
kebetulan) mencapai puncaknya pada bagian yang terlihat dari spektrum
elektromagnetis. Spektrum radiasi blackbody yang dipancarkan oleh obyek normal di
bumi seperti misalnya orang atau panel surya mencapai puncaknya di b agian
inframerah jarak jauh dari spektrum elektromagnetik. Hal ini karena puncak emisi
radiasi terhubung proporsional dengan temperatur obyek, sementara obyek-obyek
yang kita temui setiap hari jauh lebih dingin daripada permukaan matahari. Kamera
infrared memiliki sensor yang sensitif terhadap rentang radiasi spektrum
25
elektromagnetik ini, oleh karena itu kamera ini dapat menangkap gambar seperti di
atas. Kamera IR mengaplikasikan pemetaan warna palsu dengan nilai intensitas yang
dapat dideteksi oleh sensor pada kamera tersebut sehingga menghasilkan gambar
yang dapat kita lihat, dimana warna yang berbeda terhubung dengan temperatur yang
berbeda. Gambar 16 di bawah ini memberikan gambaran spektrum elektromagnetik,
dimana ditunjukkan bagian spektrum yang tampak mata dan bagian infra merah yang
terlihat yang relevan dengan diskusi ini.
Kamera IR tersedia dalam berbagai bentuk, seperti misalnya jenis “pistol grip”,
“camcorder” dan “compact” (lihat gambar 17). Apapun bentuk yang dipakai, resolusi
dari kamera tersebut harus memenuhi persyaratan minimum yang dicantumkan dalam
standar internasional yang relevan yaitu IEC 62446-3.
26
Standar internasional untuk Infrared Thermography untuk modul dan sistem FV, IEC
TS 62446-3:2017 Photovoltaic (PV) systems - Requirements for testing,
documentation and maintenance - Part 3: Photovoltaic modules and plants - Outdoor
Infrared Thermography, merekomendasikan ukuran pixel dari sensor IR setidaknya ≥
320 × 240 pixels. Standar ini juga memberikan spesifikasi bahwa gambar IR harus
diambil sedemikian mungkin untuk memastikan “resolusi geometris” yang cukup tinggi
dari hasil gambarnya. Standar ini mempersyaratkan bahwa gambar IR dari sel surya
individual dalam modul FV menempati minimum 5 × 5 pixels dari gambar. Jumlah pixel
dari sel surya individual yang menempati gambar IR dipengaruhi oleh resolusi sensor
IR dalam kamera, optik kamera, dan jarak antara kamera dengan modul yang diambil
gambarnya.
Para evaluator juga harus hati-hati agar tidak salah menginterpretasikan refleksi awan
pada permukaan modul sebagai variasi temperatur. Membedakan variasi temperatur
yang aktual dari “artifak pengukuran” seperti refleksi awan pada gambar IR
memerlukan keahlian yang hanya didapatkan dari pengalaman. Salah satu cara untuk
membedakan antara perbedaan temperature riil dengan refleksi awan adalah dengan
mengubah posisi kamera, dan memeriksa apakah fitur-fitur bergerak sesuai dengan
gambar thermal. Gambar 18 menunjukkan contoh gambar thermal dari PLTS yang
memiliki variasi warna yang kemungkinan disebabkan oleh refleksi awan daripada
variasi temperatur aktual.
Gambar 18 Pencitraan thermal dari PLTS yang menunjukkan variasi warna yang
kemungkinan disebabkan refleksi awan daripada perbedaan temperatur aktual pada
modul.
[Sumber: https://www.novuslight.com/testing-solar-panels-with-thermal-imaging-
cameras_N7799.html]
27
Faktor lain yang harus disadari oleh para evaluator adalah perbedaan emisivitas dari
berbagai material dan efeknya terhadap pencitraan thermal dari obyek-obyek yang
dibuat dari material tersebut. Emisivitas permukaan suatu material didefinisikan
sebagai efektivitas dalam memancarkan energi dalam bentuk radiasi thermal,
dibandingkan dengan suatu blackbody (yaitu emitter ideal radiasi thermal). Emisivitas
didenotasikan dalam huruf Yunani epsilon kecil, ε. Emisivitas dari obyek-obyek di
dunia selalu lebih kecil daripada satu; ε < 1. Semakin dekat nilai emisivitas suatu
permukaan dengan 1, maka semakin efektif permukaan itu dalam memancarkan
radiasi thermal. Dalam praktek, ini berarti material yang berbeda dengan emisivitas
yang berbeda akan muncul dalam warna yang berbeda pada gambar thermal,
walaupun temperaturnya sama.
28
Para evaluator juga harus menyadari bahwa sudut pengambilan gambar modul FV
dapat mempengaruhi kualitas gambar yang didapatkan. Hal ini karena emisivitas dari
permukaan gelas bergantung kepada sudut pandang. Juga, refleksi awan dapat
menjadi lebih parah pada beberapa sudut pengambilan. Idealnya, yang terbaik adalah
memiliki sudut pandang yang mendekati tegak lurus terhadap permukaan modul,
namun pada prakteknya hal ini sulit dilakukan tanpa adanya drone untuk memegang
kamera IR di atas larik FV.
Faktor lain yang harus disadari ketika mengambil gambar infrared adalah laju angin.
Jika angin bertiup kencang maka modul akan menjadi lebih dingin secara absolut
dibandingkan kondisinya di hari yang tenang. Kondisi cuaca berangin dapat
menyebabkan perbedaan temperatur pada modul menjadi lebih tidak jelas, sehingga
menjadi sulit untuk melihat variasi temperatur.
Faktor terakhir yang harus disadari pada saat pengambilan gambar thermal PLTS
adalah resolusi geometris. Seperti disebutkan sebelumnya, standar IEC
merekomendasikan bahwa setiap sel surya dalam gambar harus menempati tidak
kurang dari 5 x 5 pixels.
Jika area PLTS yang dievaluasi luas, kemungkinan kita tidak dapat mengambil gambar
IR dari seluruh modul. Dalam kasus ini mungkin cukup untuk mengambil gambar
beberapa contoh modul dengan IR thermography. Jika hanya sebagian dari PLTS
yang diuji dengan Infrared Thermography, maka harus dengan jelas dicatat larik mana
yang diuji dengan teknik ini selama inspeksi lapangan. Gambar 20 menunjukkan
diagram alir dari proses pelaksanaan pengujian Infrared Thermography PLTS.
29
Gambar 20 Diagram alir yang menunjukan proses pengujian Infrared Thermography
pada PLTS.
30
3.5.1.5. Interpretasi gambar infrared thermographic
Annex C dari IEC 62446-3 menjelaskan beberapa kategori anomali thermal yang dapat
terjadi pada modul FV yang dapat diidentifikasi dengan pencitraan Infrared
Thermography. Terdapat empat kategori yang didasarkan kepada level abnormalitas
thermal; anomali thermal di level string, anomali thermal di level modul, anomali
thermal di level substring, dan anomali thermal lokal. Masing-masing kategori anomali
thermal ini akan dijelaskan di bagian berikutnya.
Gambar 21 menunjukkan contoh anomali thermal di level string. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa string dalam gambar yang secara signifikan lebih panas (2 K ≤ ΔT ≤ 7
K) daripada lainnya. Terjadinya perbedaan temperatur ini disebabkan beberapa string
tidak menghasilkan listrik. Alih-alih sebagian dari energi surya yang diserap oleh sel
surya pada modul dalam beberapa string tersebut dikonversi menjadi energi elektrik,
energi tersebut tinggal di dalam sel surya sebagai panas. Hal ini menyebabkan modul
tersebut menjadi lebih panas daripada modul-modul yang mengkonversi energi surya
menjadi energi elektrik.
Gambar 21 Pencitraan infrared thermal pada suatu sistem PLTS yang diambil dari
drone menunjjkan beberapa anomali thermal di level string. Tampak jelas bahwa
beberapa string lebih panas dari lainnya, yang mengindikasikan bahwa string
tersebut tidak memproduksi listrik.
[Sumber: https://raptormaps.com/introduction-to-aerial-thermography-overview-aerial-
inspection/]
31
yang terbakar. Masalah yang menyebabkan beberapa string tidak memproduksi listrik
harus ditelusuri dan dicatat.
Kategori kedua anomali thermal, yaitu yang terjadi di level modul, ditunjukkan pada
Gambar 22. Walaupun terjadi banyak variasi temperature di antara sel pada modul di
sisi kanan gambar IR ini, tampak jelas bahwa anomali ini hanya terbatas pada satu
modul saja. Anomali thermal seperti ditunjukkan oleh Gambar X memiliki beberapa
sebab potensial, seperti misalnya; kaca depan yang pecah/rusak, modul dalam
hubungan pendek (short circuit), atau potential induced degradation (PID). Investigasi
lebih jauh pada modul yang terdampak mungkin diperlukan untuk menentukan akar
permasalahan terjadinya tanda anomali thermal tersebut. Jika penyebabnya adalah
kaca depan yang rusak, seharusnya hal ini dapat terlihat dari inspeksi visual. Jika
modul terkena hubungan pendek karena konektor-konektornya saling terhubung,
seharusnya hal ini juga terlihat dari inspeksi visual. Jika hubungan pendek terjadi di
dalam junction box, mungkin hal ini tidak tampak dalam inspeksi visual, namun
demikian, pengukuran kurva I-V dapat menemukan penyebab anomali thermal ini.
Jika tidak ada penyebab yang jelas untuk jenis anomali thermal ini dan/atau banyak
modul dalam PLTS menunjukkan anomali thermal di level modul seperti ini, maka
mungkin modul mengalami potential induced degradation (PID). Penjelasan singkat
mengenai PID diberikan dalam Appendix panduan ini.
Kategori ketiga dari anomali thermal yang dapat ditunjukkan oleh Infrared
Thermography adalah anomali thermal di level substring. Gambar 23 menunjukkan
tiga contoh anomali thermal di level substring. Gambar 23(a) menunjukkan gambar
thermal dari modul FV dimana substring tengah terkena hubungan singkat. Gambar
23(b) menunjukkan gambar thermal dari modul FV dimana substring kiri merupakan
rangkaian terbuka. Gambar 23(c) menunjukkan gambar thermal dari modul FV dimana
substring kiri dan tengah merupakan rangkaian terbuka.
Jenis-jenis anomali thermal ini dapat diidentifikasi melalui area yang terdampak,
apakah mempengaruhi satu atau lebih substring sel surya di dalam modul FV. Anomali
tipe ini umumnya disebabkan oleh hubungan pendek atau rangkaian terbuka.
32
Umumnya hubungan pendek atau rangkaian terbuka terjadi di dalam junction box.
Modul-modul yang menunjukkan anomali thermal seperti ini harus dapat diidentifikasi
untuk dilepas dan diganti.
Dalam kasus seperti ini, juga mungkin untuk memperbaiki kerusakan yang
menyebabkan anomali thermal jenis ini dengan mengganti dioda bypass di dalam
junction box modul – namun jenis perbaikan ini tidak termasuk di dalam cakupan
panduan ini.
(a)
(b)
(c)
Jenis terakhir dari anomali thermal di dalam standar IEC adalah anomali thermal lokal.
Gambar 24 menunjukkan tiga contoh dari anomali thermal lokal.
33
Gambar 24(a) menunjukkan modul dengan hotspot yang parah. Hotspot seperti ini
biasanya disebabkan oleh shunt lokal yang melalui sel surya (jalur elektrik tahanan
rendah menghubungkan permukaan depan dan belakang sel surya). Jika dibiarkan,
hotspot semacam ini sewaktu-waktu akan menyebabkan terbakarnya backsheet
dan/atau retaknya kaca depan. Modul yang teridentifikasi semacam ini harus ditandai
untuk dilepas dan diganti.
Gambar 24 (b) menunjukkan modul dengan pemanasan lokal yang disebabkan adanya
bayangan parsial pada sel karena kekotoran setempat. Kekotoran dapat dilihat pada
gambar cahaya yang terlihat di bagian bawah dari Gambar X(b). Jika dibiarkan,
pemanasan lokal seperti ini dapat berkembang menjadi titik panas (hotspot).
Kekotoran harus dibersihkan dari permukaan modul, dan pencitraan thermal harus
diulang untuk memeriksa apakah pembersihan modul telah dapat mengatasi masalah
anomali pemanasan lokal ini.
Gambar 24(c) menunjukkan sebuah modul dengan junction box yang panas. Normal
untuk area di atas junction box memiliki temperatur yang lebih hangat beberapa
derajat daripada area permukaan lainnya pada modul. Namun, dalam gambar X(c)
junction box pada modul di sebelah kanan lebih panas beberapa derajat daripada
junction box modul di sekitarnya. Anomali thermal junction box seperti ini dapat
disebabkan koneksi resistan tinggi (high resistance connection) di dalam junction box.
Jika dibiarkan, kesalahan seperti ini dapat menyebabkan terbakarnya junction box.
Direkomendasikan modul yang menunjukkan anomali temperatur pada junction box
diidentifikasi untuk dilepas dan diganti.
(a)
(b)
34
(c)
Kurva I-V, atau karakteristik arus-tegangan (current-voltage), adalah plot dari arus
yang mengalir melalui perangkat FV terhadap tegangan yang berada di terminalnya.
Kurva I-V secara berkala digunakan dalam rekayasa elektronik untuk mempelajari
perilaku dari perangkat elektronik, menentukan parameter dasar dari suat u perangkat,
dan sebagai basis permodelan perilaku elektrikal dari suatu perangkat dalam suatu
rangkaian elektrik.
𝑉 + 𝐼𝑅𝑆 𝑉 + 𝐼𝑅𝑆
𝐼 = 𝐼𝐿 − 𝐼0 (exp [ ] − 1) − ,
𝑛𝑉𝑇 𝑅𝑆𝐻
Dimana I adalah arus output (A), I L is adalah arus photogenerated (A), I 0 adalah arus
reverse saturation (A), V adalah tegangan pada terminal (V), RS adalah tahanan
series (Ω), R SH adalah tahanan shunt (Ω), n adalah diode ideality factor (tanpa
dimensi), dan VT = kT/q adalah tegangan thermal (V), dimana k adalah konstanta
Boltzmann (JK -1), T adalah temperatur absolut dari perangkat (K), dan q adalah
elementary charge (C). Bagaimana menurunkan persamaan diode berada diluar
cakupan panduan ini, maka kita akan menggunakannya sebagaimana adanya.
Jika resistan variable (load) dipasang ke terminal perangkat FV, dan nilai arus serta
tegangan pada terminal dicatat ketika load divariasikan sementara perangkat tersebut
berada dalam pencahayaan konstan, maka kita dapat membuat kurva karakteristik
current voltage (light I-V curve) untuk perangkat tersebut.
Gambar 25 menunjukkan sejumlah kurva I-V untuk modul FV yang disinari cahaya
dengan berbagai level iradians.
35
Gambar 25 Kumpulan kurva I-V suatu modul FV di bawah level iradians yang
berbeda-beda.
[Sumber: www.trinasolar.com]
Selama proses manufaktur, kurva I-V dari setiap sel surya dan modul FV diukur
menggunakan solar simulator pada Standard Test Conditions (temperature sel=25°C,
irradiasi = 1000 W/m 2, spektrum = AM1.5G, arah cahaya = normal ke permukaan).
Standard Test Conditions untuk pengukuran kurva I-V didefinisikan dalam seri standar
IEC 60904.
Mengukur kurva I-V di bawah Standard Test Conditions adalah cara untuk
mendefinisikan daya output terukur (rated output power) dari sel surya atau modul.
Daya terukur, P MAX, adalah daya output dari modul FV pada titik daya maksimum di
kurva I-V. Titik daya maksimum pada setiap kurva I-V dapat ditemukan dengan cara
mencari maksimum korespondensi kurva daya-tegangan (power-voltage) seperti
ditunjukkan pada Gambar 26. Kurva P-V diturunkan dari kurva I-V dengan cara
multiplikasi arus dan tegangan pada setiap titip di kurva I-V untuk mendapatkan daya,
kemudian membuat plot daya terhadap tegangan.
36
Kurva I-V tidak harus diukur di bawah Standard Test Conditions, namun juga dapat
diukur di lapangan di bawah cahaya matahari riil dan temperatur lingkungan (ambient
temperature). Setiap perangkat fotovoltaik dapat diukur kurva I-V nya, baik merupakan
sel surya tunggal, modul FV, atau keseluruhan string modul FV di suatu PLTS.
Mengukur keseluruhan string modul dapat memberikan verifikasi secara cepat bahwa
setiap modul beroperasi secara benar (jika seperti itu). Pengukuran ini juga dapat
memberikan informasi bahwa satu atau lebih modul dalam string bermasalah (jika
seperti itu), namun pengukuran ini tidak dapat mengidentifikasi modul yang
bermasalah di dalam string. Demikian juga, mengukur kurva I-V pada suatu modul
dapat memberi informasi bahwa satu atau lebih sel dalam modul bermasalah, namun
kurva I-V saja tidak dapat mengidentifikasi sel mana yang bermasalah. Untuk
menemukan modul atau sel yang bermasalah dapat digunakan kombinasi teknik
pengujian (misalnya IR thermography dan pengukuran kurva I-V).
Bentuk kurva I-V memberikan banyak informasi mengenai kondisi perangkat FV yang
diukur, selama para penguji mengetahui cara interpretasinya. Bab ini akan
memberikan informasi yang diperlukan oleh para evaluator untuk menginterpretasikan
kurva I-V yang diukur di lapangan.
Terdapat beberapa titik spesial yang menarik di dalam kurva I-V dan P-V. Dengan
merujuk kepada Gambar 27, maka:
˗ Titik dimana kurva I-V memotong sumbu vertikal, yaitu pada V=0 disebut dengan
arus hubungan pendek (ISC). Ini adalah titik pada kurva I-V dimana modul FV
beroperasi saat terminal output positif dan negatif dari modul saling terhubung
satu sama lain (yaitu rangkaian pada hubungan pendek).
˗ Titik dimana kurva I-V memotong sumbu horizontal, yaitu pada I = 0 disebut
dengan tegangan rangkaian terbuka (open circuit voltage - VOC). Ini adalah titik
dalam kurva I-V dimana modul FV beroperasi ketika terminal-terminal output tidak
terhubung dengan apapun (yaitu rangkaian terbuka).
˗ Titik maksimum daya (PMP, or PMAX) adalah titik dimana kurva P-V berada pada
nilai maksimum. Tegangan daya maksimum (VMP ) dan arus daya maksimum (I MP)
adalah nilai tegangan dan arus pada kurva I-V yang terhubung dengan titik daya
maksimum. Ini adalah titik dimana modul FV beroperasi ketika terhubung dengan
inverter atau charge controller yang memiliki fungsionalitas maximum power point
tracking (MPPT).
Akhirnya, Fill Factor memberikan jalan pintas untuk menggambarkan bentuk kurva I-
V. Fill Factor mengukur “kekotakan” atau “kebulatan” dari kurva I-V. Definisinya
adalah:
𝑉𝑀𝑃 ∙ 𝐼𝑀𝑃
𝐹𝐹 =
𝑉𝑂𝐶 ∙ 𝐼𝑆𝐶
Nilai Fill Factor selalu lebih kecil dari 1. Nilai Fill Factor yang tinggi menandakan
perangkat FV yang baik, sementara nilai yang rendah menandakan perangkat FV yang
buruk (atau terdegradasi). Fill factor dapat dipandang sebagai rasio area dari dua
persegi panjang, A dan B, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 28.
37
Gambar 27 Kurva I-V dan kurva P-V dari suatu perangkat FV yang menunjukkan
titik-titik khusus untuk diperhatikan.
[Sumber: https://www.pveducation.org/pvcdrom/solar-cell-operation/iv-curve]
Gambar 28 Representasi grafik dari Fill Factor sebagai rasio antara dua persegi
panjang B dan A.
[Sumber: https://www.seaward.com/gb/support/solar/faqs/31170 -what-is-the-pv-fill-factor/]
Setelah mengetahui mengenai titik-titik penting dalam kurva I-V, mari kita lihat
bagaimana karakteristik kurva I-V di dalam modul FV bergantung kepada kondisi
dimana pengukuran berlangsung.
38
Karena alasan ini kurva I-V yang diukur bukan pada standard testing conditions dapat
disesuaikan/dinormalisasi untuk dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang
didapatkan pada standard testing conditions. Hal ini akan didiskusikan lebih terinci di
bagian berikut.
Temperatur: Faktor lainnya yang memiliki efek terbesar kepada kurva I-V setelah
intensitas iradians adalah temperatur perangkat FV selama pengukuran. Naiknya
temperatur menurunkan bandgap dari material semikonduktor (misalnya silicon) yang
menjadi bahan pembuat perangkat FV. Hal ini mengakibatkan menurunnya V OC ketika
T meningkat, juga sedikit meningkatnya ISC ketika T meningkat. Perubahan pada VOC
dan I SC ketika T meningkat menyebabkan menurunnya PMP ketika T meningkat.
Perubahan pada setiap faktor yang berkaitan dengan temperature sudah diketahui,
dan digambarkan oleh tiga koefisien temperatur α, β, dan γ. Karena ketergantungan
kepada temperatur sudah dipahami dengan baik, dimungkinkan untuk memberi skala
pada kurva I-V yang diukur pada non-Standard Test Conditions untuk
membandingkannya dengan nilai yang diukur pada STC. Prosedur untuk koreksi
temperature dan iradians pada karakteristik I-V terukur dari perangkat FV di luar
cakupan dari panduan ini. Namun, pembaca yang tertarik dapat merujuk kepada
prosedur yang diuraikan dalam standar internasional IEC 60891.
Peralatan utama yang dibutuhkan untuk mengukur kurva I-V di lapangan adalah
portable I-V curve tracer, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 29. Selain I-V curve
39
tracer, beberapa asesoris diperlukan seperti sensor iradians untuk mengukur level
iradians selama pengukuran kurva I-V, temperature sensor untuk mengukur
temperature modul FV selama pengukuran kurva I-V, dan kabel serta konektor untuk
menghubungkan modul atau string FV dengan I-V curve tracer.
Gambar 29 Tracer kurva I-V portable untuk mengukur kurva I-V modul dan
string di lokasi.
[Sumber: https://www.ht-instruments.com]
3.5.2.5. Membandingkan kurva I-V yang diukur di lapangan dengan kurva I-V
yang diukur pada STC
Salah satu penggunaan pengukuran kurva I-V yang mungkin di lapangan adalah untuk
membandingkan daya output modul dengan daya output pada plat nama, dan/atau
kurva I-V lengkap yang diukur pada STC. Untuk membuat perbandingan seperti itu,
perlu untuk menormalisasikan kurva I-V yang diukur di lapangan untuk perbedaan
iradians dan temperature yang ada di antara kondisi lapangan dengan Standard Test
Conditions. Sudut insiden cahaya pada modul juga akan mempengaruhi pengukuran
kurva I-V.
Meskipun perbandingan kurva I-V yang diukur di lapangan dengan kurva I-V yang
diukur pada Standard Test Conditions dimungkinkan, namun hasilnya kurang akurat
atau kurang tepat karena adanya perbedaan kondisi lapangan dengan STC, serta
kesulitan untuk melakukan koreksi atas perbedaan tersebut. Ketidakpastian
pengukuran yang disebabkan oleh beberapa faktor di atas menimbulkan margin
kesalahan cukup besar ketika kita mencoba membandingkan kurva I-V yang diukur di
lapangan dengan kurva I-V yang diukur pada STC.
Karena alasan di atas, lebih baik untuk menggunakan Performance Ratio sebagai alat
ukur kuantitatif utama untuk mengukur kinerja PLTS. Dengan demikian, pengukuran
40
kurva I-V di lokasi digunakan lebih sebagai alat diagnostik untuk menelusuri dan
mengidentifikasi akar dari suatu permasalahan di PLTS yang sudah ditunjukkan oleh
pengukuran lain (misalnya anomali thermal yang ditampakkan oleh IR thermography,
atau kinerja yang buruk yang tampak dari analisis PR).
Persyaratan utama untuk mengukur kurva I-V pada modul atau string di lapangan
adalah iradians yang stabil selama periode pengukuran. I-V curve tracers yang
berbeda membutuhkan waktu yang berbeda untuk mendapatkan kurva I-V, namun
pada umumnya waktu pengukuran berkisar antara beberapa detik sampai beberapa
puluh detik. Kebanyakan I-V curve tracers portable memiliki software untuk memeriksa
apakah iradians cukup stabil selama waktu pengukuran untuk menjadikan pengukuran
tersebut valid.
Jika hasil kuantitatif dibutuhkan dari pengukuran I-V, penting untuk mendapatkan
iradians di atas 400 W/m 2, dan sudut insiden cahaya yang tidak terlalu miring, karena
jika tidak nilai yang diskalakan (dinormalisasi) akan menjadi sangat tidak tepat.
Standar IEC 62446-1 tidak memberikan spesifikasi mengenai sudut insiden yang
“tidak terlalu miring”, namun sebagai panduan, jika pengukuran dilakukan di antara
pukul 10.00 – 14.00 waktu setempat, maka sudut insiden cahaya matahari tidak terlalu
miring.
41
Gambar 30 Diagram alir yang menunjukkan proses pelaksanaan pengukuran kurva
I-V pada modul dan/atau string PLTS.
42
3.5.2.7. Interpretasi bentuk kurva I-V
Seperti disebutkan sebelumnya, penulis meyakini bahwa pilihan yang terbaik adalah
menggunakan pengukuran kurva I-V di lapangan sebagai alat diagnostik kualitatif
untuk mengidentifikasi akar dari suatu permasalahan pada perangkat FV yang
sebelumnya sudah ditampakkan oleh metode lain. Untuk analisis diagnostik semacam
itu, nilai absolut dari kurva I-V tidak terlalu penting, yang penting adalah bentuk
keseluruhan dari kurva I-V.
Gambar 31 menunjukkan kurva I-V yang normal, serta enam jenis kurva I-V abnormal.
Anomali-anomali yang berbeda dalam kurva ini merefleksikan permasalahan yang
berbeda pada string atau modul yang diukur.
Gambar 31 Jenis-jenis anomali yang dapat diamati dari kurva I-V. Nomor-nomor
menunjukkan jenis anomali yang masing-masing akan didiskusikan di bawah ini.
[Sumber: IEC 62446-1]
Anomali tipe 1. Bentuk tangga dalam kurva I-V: Tipe bentuk karakterisitik seperti
ini merupakan indikasi adanya ketidaksesuaian (mismatches) di antara arus yang
diproduksi oleh sel-sel yang berbeda di dalam string atau modul. Bentuk tangga
seperti ini umumnya terlihat ketika ada sel yang rusak sehingga tidak memproduksi
arus yang sama dengan sel-sel lainnya dalam string atau modul. Namun, bentuk
tangga seperti ini juga mungkin disebabkan oleh bayangan parsial (atau Kekotoran)
di beberapa sel dalam satu string atau modul.
Jika penyebab bentuk tangga pada kurva I-V adalah sel yang rusak (microcracks),
maka hal ini mungkin teramati oleh IR thermography, atau mungkin juga terlewatkan.
Sel surya yang rusak pada suatu modul FV tidak selalu tampak oleh mata telanjang.
Mungkin saja terdapat retakan mikro (microcracks) yang terlalu kecil untuk dapat
dilihat, namun secara elektris dapat menyebabkan isolasi sebagian dari sel surya.
43
Cara terbaik untuk mengkonfirmasi retakan kecil dan sel yang rusak dalam suatu
modul FV adalah dengan pencitraan electroluminescence (lihat bab selanjutnya).
Anomali tipe 2. Arus rendah (low current): Arus yang rendah (di dalam intensitas
cahaya tertentu) dapat disebabkan beberapa jenis bayangan dan/atau masalah
pengkotoran, yaitu adanya pengkotoran yang sama pada permukaan FV modul,
bayangan garis (misalnya disebabkan bayangan antar baris), atau “wadah
pengkotoran” di sepanjang ujung bawah modul FV yang dipasang dengan orientasi
portrait.
Kemungkinan penyebab arus rendah lainnya (di dalam intensitas cahaya tertentu)
adalah degradasi modul FV. Degradasi ini mungkin terjadi di lapisan encapsulant,
misalnya warnanya menjadi kekuningan, sehingga cahaya yang masuk ke sel surya
berkurang. Juga mungkin degradasi terjadi di dalam sel surya itu sendiri.
Anomali tipe 3. Tegangan rendah: Tegangan yang lebih rendah dari yang
diharapkan dapat memiliki beberapa penyebab. Dioda bypass yang terkena hubungan
pendek (shorted bypass diode) mengakibatkan modul atau string memiliki tegangan
yang lebih rendah daripada yang diharapkan. Anomali ini dapat dideteksi dengan IR
thermography, sebagaimana diuraikan di bab sebelumnya. Penyebab lain dari
tegangan rendah adalah potential induced degradation (PID). Fenomena PID
diuraikan di dalam Appendiks. PID juga menampakkan tanda yang khas dalam
pencitraan IR dan EL
Anomali tipe 4. Rounder knee: Bentuk siku yang lebih bulat (rounder knee) dari kurva
I-V (yaitu Fill Factor yang berkurang) adalah manifestasi dari proses penuaan modul
FV. Anomali 5 dan 6 juga dapat menghasilkan kurva I-V yang lebih bulat.
Anomali tipe 5. Shallower slope in vertical leg: Slope di kaki vertical kurva I-V yang
lebih landai disebabkan peningkatan resistansi seri dari sirkuit yang diukur. Lokasi dari
resistansi seri yang meningkat dapat terjadi di kabel, konektor, atau di modul itu
sendiri.
Anomaly tipe 6. Steeper slope in horizontal leg: Slope yang lebih curam di kaki
horizontal kurva I-V disebabkan berkurangnya resistansi shunt. Jalur shunt biasanya
terjadi di sel surya, atau di interkoneksi dalam modul FV. Hal ini dapat menyebabkan
hotspots yang dapat diidentifikasi oleh IR thermography. Modul yang memiliki shunts
yang dapat menyebabkan titik panas harus ditandai untuk diganti, karena
mengakibatkan resiko keselamatan.
3.5.3.1. Umum
Banyak dari PLTS yang akan diinspeksi DJ EBTKE merupakan PLTS off-grid atau
mikrogrid, yang berarti PLTS ini tidak terkoneksi ke jaringan listrik yang lebih besar
44
(misalnya dari PLN), tetapi sepenuhnya berdiri sendiri, dan memiliki sistem
penyimpanan energi yang biasanya dalam bentuk baterai lead-acid.
Bab ini memberikan informasi dan bimbingan mengenai pengujian dan evaluasi
baterai lead-acid untuk PLTS off-grid (atau mikrogrid). Bimbingan ini didasarkan
kepada standar IEEE Std 1661-2019 “IEEE Guide for Test and Evaluation of Lead-
Acid Batteries Used in Photovoltaic (PV) Hybrid Power Systems”.
Prosedur pengujian yang diuraikan dalam standar tersebut termasuk pengujian sistem
baterai dalam keadaan terisi penuh (full charge), dikosongkan sepenuhnya (full
discharge), dan diisi kembali penuh (full recharge) agar dapat menentukan kapasitas
aktual (dalam ampere hours) sistem baterai tersebut. Di dalam standar, diasumsikan
bahwa baterai merupakan bagian dari sistem energi hibrid, yaitu sistem dengan
fotovoltaik dan set generator sebagai sumber energi listrik. Oleh karena itu, standar
tersebut menguraikan pengisian baterai dengan menggunakan set generator selama
pengujian. Namun demikian, kebanyakan dari PLTS off-grid yang dipasang oleh
EBTKE bukan merupakan sistem hibrid sehingga tidak memiliki set generator yang
terpasang ke dalam sistem.
Oleh karena itu, panduan ini akan menggambarkan prosedur pengujian yang sedikit
dimodifikasi dari prosedur pengujian dalam standard IEEE 1661. Prosedur yang
digambarkan disini memerlukan set generator portable kecil untuk melaksanakan
pengisian sistem baterai selama sekuen pengujian.
Sebelum mempelajari cara menguji baterai lead-acid, akan bermanfaat bagi pembaca
untuk memiliki pemahaman dasar mengenai prinsip-prinsip kerja baterai lead acid,
dan berbagai jenis konstruksi baterai lead-acid, sehingga dapat melakukan
interpretasi lebih baik terhadap hasil pengujian. Bagian ini akan memberikan
gambaran dari prinsip-prinsip operasi baterai lead-acid, dan bagian berikutnya akan
memberikan gambaran berbagai jenis baterai lead-acid.
Nomenklatur. Perbedaan antara baterai dan sebuah sel: Secara teknis, sebuah
baterai adalah suatu kumpulan sel dalam seri. Suatu sel lead-acid tunggal memiliki
tegangan nominal 2 V. Tipikal untuk aplikasi otomotif, enam sel lead-acid dibuat dan
dikemas ke seri di sebuah baterai tunggal. Dalam baterai seperti itu, semua sel
membagi elektrolit yang sama. Namun, untuk aplikasi FV, biasanya setiap sel lead-
acid dikemas dalam wadah sendiri. Sel-sel lead-acid untuk aplikasi FV sering disebut
baterai, walaupun secara teknis mereka hanyalah sel-sel.
Sebuah sel lead-acid memiliki dua elektroda (elektroda positif dan negative). Elektroda
positif terbuat dari rangka timbal (lead) yang mengandung pasta dioksida timbal (lead
dioxide). Elektroda negatif terbuat dari spons timbal. Elektroda-elektroda ini dikelilingi
elektrolit, yang terdiri atas asam sulfur yang diencerkan dengan air. Elektrolit-elektrolit
ini disimpan terpisah oleh separator sehingga mencegah saling persentuhan, namun
memungkinkan ion-ion dari elektrolit untuk mengalir diantara elektroda.
45
Reaksi yang terjadi pada elektroda negative selama pengisian muatan ( charging) dan
pengosongan muatan (discharging) adalah:
Dan reaksi yang terjadi pada elektroda positif saat charging dan discharging adalah:
[Sumber:https://www.engineersedge.com/battery/electrochemistry_lead_acid_battery_cell.htm ]
Masa hidup baterai: Masa hidup dari baterai lead-acid sangat tergantung kepada
penggunaan baterai. Pada PLTS berdiri sendiri tanpa genset, jika sistem diukur
dengan baik sesuai bebannya, dan titik charging ditetapkan dengan benar, dapat
diasumsikan bahwa baterai akan memiliki siklus dari keadaan penuh (100% state-of-
charge SOC) sampai ke keadaan designed depth of discharge (DOD) kira-kira satu
kali per hari.
46
[Sumber: http://www.solarwholesale.co.za/Battery%20info.htm]
Harap dicatat bahwa bab ini hanya menjelaskan tentang baterai lead-acid karena tipe
baterai ini yang paling sering digunakan pada PLTS berdiri sendiri di Indonesia.
Diskusi mengenai kimia baterai lainnya, seperti lithium-ion, zinc-air, nickel-iron, atau
jenis elektrokimia lainnya tidak termasuk dalam cakupan panduan ini.
Di antara baterai lead-acid, terdapat berbagai tipe baterai yang dapat dibedakan
berdasarkan rincian konstruksinya.
Cara pertama untuk membedakan berbagai tipe baterai lead-acid adalah dengan
melihat komposisi kimia dari elektrodanya. Umumnya, elektroda baterai lead-acid
tidak dibuat dari timbal murni, tetapi dari alloy timbal dengan jumlah yang bervariasi
dari logam lainnya, seperti antimony, kalsium, timah, selenium, kadmium, atau
arsenik. Masing-masing dari material alloy menyebabkan terjadinya variasi dalam satu
atau lebih properti baterai yang terbuat darinya. Rinciannya terlalu kompleks untuk
dijelaskan disini, namun konsekuensi pentingnya adalah baterai lead-acid yang
berbeda dengan komposisi alloy elektroda yang berbeda dapat memiliki batasan
tegangan charging yang berbeda. Karena alasan ini, penting untuk selalu memeriksa
spesifikasi dari pabrikan mengenai titik charging dan discharging yang benar untuk
setiap baterai tertentu.
Cara membedakan berbagai tipe baterai lead-acid yang kedua adalah melalui
konstruksi elektroda positif baterai, dan bagaimana konstruksi ini mempengaruhi jenis
aplikasi yang paling cocok untuk baterai. Dua tipe elektroda positif dari baterai lead -
acid dikenal dengan sebutan konstruksi “plat datar” (“flat-plate”) dan “tubular”. Gambar
33 menunjukkan skema dari konstruksi yang berbeda antara elektroda flat-plate
dengan tubular pada baterai lead-acid.
47
(a) (b)
Gambar 33 Skema yang menunjukkan dua tipe utama konstruksi elektroda positif
dari baterai lead-acid. (a) Konstruksi yang disebut “flat plate” yang terbuat dari
gabungan jaringan timbal dimana ke dalamnya pasta oksida ditekan selama proses
manufaktur. (b) konstruksi yang disebut “tubular” yang terdiri atas plat elektroda
terbuat dari beberapa tabung dengan inti timbal, pelapisan oksida timbal disekeliling
intinya, dan selubung proteksi yang berpori yang menahan agar tabung tetap utuh
selama proses charging dan discharging.
[Sumber: https://www.sbsbattery.com/products-services/white-papers/stationary-utility-white-
papers/tubular-vs-flat-plate-batteries.html]
Konstruksi elektroda plat datar (flat-plate) (atau disebut juga “pasted plate”) umumnya
paling cocok untuk aplikasi starter otomotif, dimana baterai diperlukan untuk
menyediakan arus yang kuat pada starter motor selama beberapa saat untuk memutar
mesin sampai hidup. Plat tubular (disebut juga sebagai “deep-cycle” or “OPzS”) paling
sesuai untuk aplikasi tenaga surya dimana waktu charging dan discharging ada pada
tatanan beberapa jam. Perhatikan bahwa dalam baterai dengan plat datar maupun
plat tubular, elektroda negatif selalu berjenis plat datar.
Pengisian daya baterai lead-acid memiliki tiga tahapan. Tahapan ini dikenal dengan
berbagai nama, seperti arus konstan (constant-current), tegangan konstan (constant
voltage - CCCV), atau IUoU, namun yang terbaik adalah menggambarkan tahapan ini
secara grafis seperti ditunjukkan pada Gambar 34. Tahap pertama dari pengisian
daya baterai adalah pengisian arus konstan, dimana pengisian arus dilakukan
konstan, dan tegangan baterai meningkat bertahap ketika terjadi peningkatan
pengisian. Tahap kedua adalah penambahan (topping charge), dimana tegangan
baterai tetap konstan, dan arus yang dimasukkan menurun bertahan sampai di tingkat
yang tetap. Tahap ketiga adalah pengisian mengambang (float charge), dimana
sejumlah kecil arus dimasukkan untuk mempertahankan baterai pada tingkat
pengisian maksimum. Pengisian mengambang dilakukan untuk memastikan seluruh
sel dalam baterai mencapai keadaan pengisian maksimum untuk menyamakan
keadaan pengisian di antara berbagai sel yang berbeda dalam sistem baterai.
48
Gambar 34 Grafik yang menunjukkan tiga tahapan pengisian daya
baterai lead-acid.
[Sumber: https://batteryuniversity.com/index.php/learn/article/charging_the_lead_acid_battery]
Bagian ini menguraikan pengujian kapasitas baterai berdasarkan standar IEEE 1661 -
2019. Peralatan berikut ini dipersyaratkan untuk pelaksanaan pengujian kapasitas
baterai.
• Genset portable dengan seluruh asesorisnya, bahan bakar dan minyak
• Catu daya empat kuadran atau muatan lain yang sesuai untuk mengosongkan
baterai pada laju yang konstan
• Voltmeter/digital multi-meter
• Datalogger/computer untuk merekam data
• Hygrometer untuk mengukur gravitasi spesifik elektrolit
• Kabel, konektor, dan peralatan yang sesuai
• Peralatan perlindungan personel yang sesuai
Pengujian kapasitas baterai terdiri atas tiga tahapan – pengisian awal, pengosongan
penuh, dan pengisian kembali.
49
Pengisian Awal: Pertama, gunakan genset sebagai sumber daya untuk mengisi
penuh bank baterai. Secara ideal, sistem charge controller baterai seharusnya
digunakan sehingga baterai berada pada kondisi terisi penuh normal sebelum
pengujian kapasitas dimulai. Pengisian selesai ketika arus yang diperlukan untuk
mempertahankan penyerapan nilai tegangan berkurang 2% sampai 3% dari kapasitas
nominal terukur baterai. Perhatikan bahwa mungkin makan waktu sampai 6 jam pada
batasan tegangan untuk mengisi penuh baterai. Batasan tegangan bergantung kepada
jenis baterai. Jika tegangan pengisian untuk baterai yang diuji tidak tersedia, Gambar
35 memberikan beberapa nilai yang disarankan untuk berbagai jenis baterai.
Tabel 3 Parameter pengisian baterai yang umum pada tahap pengisian tengangan
konstan.
[Sumber: IEEE standard 1661-2019]
Evaluasi hasil pengujian: Kapasitas baterai yang diukur harus dibandingkan dengan
kapasitas baterai normal dalam Ampere hours. Jika kapasitas baterai yang terukur
mencapai 80% atau lebih dari kapasitas nominal, maka baterai dan parameter
pengisian dapat dikatakan dalam keadaan baik. Jika kapasitas baterai yang diukur
secara signifikan kurang dari 80% dari kapasitas normal, maka harus dipertimbangkan
pengujian kembali untuk menentukan apakah diperlukan penggantian baterai,
dan/atau skema pengisian dan pengosongan baterai perlu dimodifikasi. Lihat standar
IEEE 1661-2019 untuk diskusi tambahan dan informasi lebih terperinci.
50
3.5.4. Pencitraan Electroluminescence pada PLTS
Electroluminescence (EL) adalah fenomena dimana proses fisik yang terjadi di dalam
perangkat fotovoltaik dijalankan mundur. Daripada proses biasa yang terjadi pada
operasi normal perangkat FV, dimana foton diserap dan electron menjadi output dari
perangkat FV, selama electroluminescence, proses ini dijalankan sebaliknya yaitu
elektron menjadi input, dan foton dipancarkan.
Karena bandgap dari silikon adalah ~1.1 eV, foton yang diproduksi dalam proses ini
berada di porsi infrared dekat (near infrared/NIR) dalam spektrum elektromagnetik dan
tidak terlihat oleh mata manusia. Namun, sensor-sensor perangkat silicon charge-
coupled (CCD) yang digunakan di hampir semua kamera digital dapat “melihat” foton
yang dipancarkan oleh perangkat FV yang mengalami electroluminescent. Ketika
sebuah kamera digunakan untuk mengambil gambar dari luminescence yang
dipancarkan oleh perangkat FV yang bias maju (forward-biased), proses ini disebut
pencitraan electroluminescent.
Kamera: Walaupun tersedia kamera khusus untuk pencitraan EL, umumnya jenis
kamera seperti itu sangat mahal dan lebih cocok digunakan untuk penggunaan yang
pengaturannya tetap seperti misalnya di lingkungan laboratorium. Untuk pencitraan
EL di lapangan, lebih disukai untuk menggunakan versi modifikasi dari kamera digital
biasa untuk konsumen, karena kamera tersebut jauh lebih murah, dan sering kali lebih
kuat daripada kamera khusus EL. Modifikasi yang diperlukan pada kamera digital
regular agar dapat digunakan untuk pencitraan EL adalah dengan melepaskan filter
pemotong IR dari depan CCD. Karena silikon CCD di dalam kamera digital sensitif
terhadap porsi tampak mata maupun porsi NIR dari spektrum elektromagnetik, umum
bagi pabrikan kamera untuk memasukkan filter pemotong IR di dalam kamera untuk
mencegah cahaya NIR masuk ke dalam CCD. Hal ini karena dalam fotografi biasa
tidak diinginkan adanya cahaya NIR yang tersebar dari obyek. Namun, dalam kasus
pencitraan EL, cahaya NIR yang dipancarkan oleh perangkat FV adalah hal yang ingin
kita dapatkan.
Catu daya (Power supply): Peralatan kedua yang dibutuhkan untuk menghasilkan
gambar electroluminescence adalah catu daya yang sesuai untuk melakukan bias
maju modul FV atau string yang akan diambil gambarnya.Catu daya ini harus dapat
menyediakan arus dan tegangan yang cukup untuk melakukan bias pada perangkat
FV (modul atau string) pada titik daya maksimumnya. Rentang tegangan output catu
daya yang diperlukan bergantung kepada gambar EL yang akan diambil, apakah
hanya gambar individual modul FV, atau keseluruhan string modul FV pada sistem.
Pengaturan yang sesuai: Persyaratan ketiga untuk mengambil gambar EL dari suatu
perangkat FV berkaitan dengan kondisi, bukan dengan peralatan, yaitu kegelapan.
Kegelapan total atau hampir total diperlukan untuk dapat mengambil gambar EL, jika
tidak cahaya yang tampak dapat mendominasi cahaya NIR yang dipancarkan
perangkat FV dan “sinyal” electroluminescence akan hilang dalam “keramaian” cahaya
51
yang tampak. Kegelapan dapat diperoleh dengan menggunakan ruang gelap yang
sesuai, atau dengan cara melaksanakan pengukuran pada malam hari.
Prosedur untuk mengambil gambar EL tidak akan dibahas terperinci dalam panduan
ini, namun diagram alir pada Gambar 36 memberikan uraian singkat prosedur untuk
mengambil gambar EL untuk suatu modul FV dalam PLTS
52
Di masa yang akan datang, panduan terpisah yang fokus kepada pencitraan
electroluminescence mungkin perlu disiapkan untuk dapat diterapkan oleh pabrikan
FV, laboratorium pengujian, dan pencitraan EL di lokasi. Saat ini mereka yang tertarik
dapat merujuk kepada standar internasional yang relevan IEC TS 60904-13:2018
Photovoltaic Devices – Part 13: Electroluminescence of Photovoltaic Modules untuk
mendapatkan informasi terinci mengenai cara mengambil gambar EL yang baik. Juga
bermanfaat untuk melihat laporan dari International Energy Agency (IEA) Photovoltaic
Power Systems (PVPS) Programme Task 13 “Review on Infrared and
Electroluminescence Imaging for PV Field Applications” yang tersedia di https://iea-
pvps.org/key-topics/review-on-ir-and-el-imaging-for-pv-field-applications/
Catatan terakhir dari gambar EL ini adalah keseluruhan gambar tampak tidak terlalu
terang. Hal ini dapat disesuaikan pada saat mengambil gambar dengan cara
meningkatkan arus yang dialirkan ke modul, atau dengan meningkatkan waktu
paparan (exposure time) kamera ketika mengambil gambar.
53
Gambar 36 Pencitraan EL dari sebuah modul FV yang tidak mengalami kerusakan
besar. Perhatikan keseragaman relatif sinyal EL di keseluruhan area modul FV.
[Sumber: B2TKE-BRIN (dahulu BPPT)]
54
sepanjang jalurnya. Kemungkinan hal ini disebabkan temperatur solder yang tidak
cukup panas untuk membuat ikatan yang baik antara ribbon dan busbar (yaitu disebut
ikatan solder dingin).
55
terang mendekati daerah tengah beberapa sel. Keseluruhan sel tampak “kotor”.
Ketidakseragaman ini kemungkinan besar disebabkan oleh rembesan kelembaban
yang mengkorosi kontak metal sehingga menjadi kurang konduktif, atau menimbulkan
degradasi lapisan pasivasi dari sel surya.
Gambar 38 Pencitraan EL dari modul FV yang menunjukkan sel surya yang tampak
bercak atau “kotor”, yang kemungkinan besar merupakan hasil dari degradasi
setelah beberapa tahun beroperasi di luar ruangan.
[Sumber: Photovoltaik Institute (PI) Berlin]
56
yang secara elektrik tidak aktif, dan tidak dapat menghasilkan sinyal EL, yang berarti
sel-sel tersebut juga tidak dapat berkontribusi kepada output fotovoltaik. Har ap dicatat
bahwa modul ini juga akan menunjukkan anomali bentuk tangga yang cukup menonjol
dalam kurva I-V nya. Jika modul seperti ini ditemukan selama evaluasi sistem PLTS,
maka modul itu harus ditandai untuk diganti.
Gambar 39 Pencitraan EL pada suatu modul yang memiliki sel-sel rusak dengan
area gelap yang tidak aktif secara elektris.
[Sumber: IEA PVPS Task 13: Review on Infrared and Electroluminescence Imaging for
PV Field Applications (2018)]
57
3.6.2. Tindak lanjut
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dimasukkan ke dalam laporan, jika
memungkinkan:
• Siapa yang perlu mengambil tindakan perbaikan?
• Apakah tindakan perbaikan yang dapat diambil?
• Bagaimana tindakan perbaikan ditunjukkan?
• Apakah yang harus menjadi hasil dari tindakan perbaikan?
• dan lain lain.
58
BAB IV
PENUTUP
Evaluasi sistem PLTS merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan.
Tahap awal dimulai dengan pemeriksaan dokumentasi, kemudian dilanjutkan dengan
analisa dan interpretasi Performance Ratio. Tergantung dari hasil yang didapatkan
dari kedua tahapan tersebut, kemungkinannya akan dibutuhkan inspeksi lapangan
sebagai bagian dari proses evaluasi.
Inspeksi lapangan adalah kegiatan yang membutuhkan biaya besar dan memakan
waktu, oleh sebab itu sangatlah penting bagi para evaluator untuk mempersiapkannya
sebaik mungkin. Inilah alasan mengapa panduan ini merekomendasikan pemeriksaan
dokumentasi dan analisis serta interpretasi Performance Ratio dilakukan terlebih
dahulu sebelum memutuskan apakah inspeksi lapangan diperlukan atau tidak di dalam
pelaksanaan evaluasi dari suatu sistem PLTS. Jika diputuskan bahwa inspeksi
lapangan diperlukan, maka penting bagi para evaluator untuk mengetahui dengan baik
pemeriksaan dokumentasi dan analisis Performance Ratio dari PLTS yang akan
dievaluasi tersebut. Sebagai contoh, salah satu fenomena yang mempengaruhi kinerja
dari modul FV adalah Potential Induced Degradation (PID). Fenomena ini pertama kali
akan tampak sebagai penurunan Performance Ratio PLTS. Namun demikian, analisis
PR saja tidak cukup untuk mengkonfirmasi bahwa suatu masalah disebabkan oleh
PID. Penjelasan lebih rinci terkait PID dapat dilihat pada Lampiran A. Untuk itu dalam
kondisi ideal, personil yang melaksanakan inspeksi lapangan sebaiknya sama dengan
personil yang melaksanakan pemeriksaan dokumentasi dan analisis PR.
Selama inspeksi lapangan, terdapat tiga sekuen proses kegiatan inspeksi yaitu
inspeksi visual PLTS, wawancara dengan operator PLTS, dan pengujian PLTS.
Personil yang akan melaksanakan kegiatan inspeksi visual di lapangan dapat
mengacu pada daftar periksa yang terdapat di Lampiran D. Selanjutnya dalam
melaksanakan kegiatan wawancara, personil lapangan dapat mengacu pada daftar
pertanyaan wawancara yang terdapat di Lampiran E. Sementara untuk kegiatan
pengujian PLTS telah dijelaskan dalam Bab III buku panduan ini. Setiap sekuen proses
akan menghasilkan temuan dan rekomendasi, yang nantinya akan dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam laporan evaluasi.
Contoh perhitungan riil Performance Ratio sistem PLTS dapat dilihat pada Lampiran
B (data PLTS milik PT. Pembangkitan Jawa Bali) dan Lampiran C (data milik Balai
Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) – BRIN (dahulu BPPT).
59
LAMPIRAN A
Potential Induced Degradation (PID)
Di ujung negatif dari string modul, polaritas perbedaan potensial antara rangkaian aktif
dalam modul dengan rangka modul dan struktur penyangganya dapat menyebabkan
arus bocor yang mengalir dari rangka modul yang terhubung tanah, melalui material
insulasi dari modul (encapsulant dan kaca), ke sel surya. Arus bocor ini mengalir ke
kaca melalui migrasi ion Na +. Arus yang bocor ini meningkat dengan pesat ketika
permukaan modul basah, misalnya selama atau setelah hujan, dan ketika kelembapan
tinggi.
Ketika arus ini sampai di sel surya, ion-ion sodium terakumulasi pada interface antara
silikon sel surya dengan silikon nitride dari lapisan anti-refleksi (lapisan pasifasi) di
sisi muka dari sel surya. Di sana, ion-ion sodium menyebabkan rekombinasi jalur
dan/atau jalur shunt untuk electron-hole pairs yang akan menurunkan kinerja sel surya
yang terpengaruh.
Dalam pengukuran PR: PID mempengaruhi kinerja dari modul FV yang terkena, oleh
karena itu PID pertama kali akan tampak sebagai penurunan Performance Ratio
PLTS. Namun demikian, analisis PR saja tidak cukup untuk mengkonfirmasi bahwa
suatu masalah disebabkan oleh PID.
Dalam kurva I-V: Kurva I-V yang diukur dari modul FV yang terkena PID akan
menunjukkan kemiringan yang meningkat di kaki horizontalnya, mengindikasikan
adanya resistansi shunt. PID juga akan tampak dari penurunan Fill Factor.
60
Dalam pencitraan infrared thermographic: Jika tingkat PID meningkat, maka
fenomena ini akan menghadirkan tanda khusus pada modul yang terpengaruh dalam
pencitraan IR. Gambar 1 menunjukkan pencitraan IR dari string modul PLTS yang
terpengaruh oleh PID.
Gambar A.1 Pencitraan infrared thermographic dari suatu PLTS yang mengalami
Potential Induced Degradation (PID). Modul yang terdampak paling parah terletak
pada ujung negatif string pada sisi kiri gambar.
[Sumber: International Energy Agency Report IEA-PVPS T13-01:2014 Review of Failures of
Photovoltaic Modules]
61
A.5. Apa yang dapat dilakukan untuk PID?
Terdapat tiga level penanganan PID, yaitu pada level sel, modul, dan sistem. Berikut
ini uraian singkat mengenai cara penanganan PID pada level-level tersebut.
Di level sel, PID dapat dicegah dengan menyesuaikan stokiometri dari lapisan SIN x di
depan sel yang bekerja sebagai lapisan pasifasi permukaan, dan juga lapisan anti-
refleksi.
Di level modul, PID dapat dicegah dengan menggunakan lapisan material encapsulant
(EVA) yang telah menunjukkan kemampuan mencegah terjadinya PID pada modul
yang terbuat dari material tersebut. Kelihatannya, keberadaan atau ketidakadaan
beberapa jenis aditif dalam material EVA inilah yang memungkinkan atau mencegah
terjadinya PID pada modul. Banyak pabrikan EVA mengiklankan produk mereka
sebagai bebas dari PID, atau anti PID.
Di level sistem, ada dua pendekatan untuk menangani masalah PID, yaitu pembumian
fungsional, dan bias positif pada malam hari.
Pendekatan pembumian fungsional pada umumnya hanya dapat diterapkan pada saat
tahap perancangan PLTS. Pendekatan ini menjadi tidak ekonomis karena harus
memperbaharui PLTS dengan pembumian fungsional dibandingkan dengan solusi
alternatif untuk PID, yaitu pembiasan mundur pada malam hari.
Pembiasan positif pada malam hari: Menurut solusi ini, elektronik box dimasukkan
di antara string modul FV dan inverter. Pada malam hari, ketika modul tidak
menghasilkan daya, box ini memberikan bias positif kepada string FV yang
menyebabkan terjadinya bocoran kecil arus yang mengalir dalam modul ke arah
berlawanan dari yang menyebabkan PID. Pendekatan ini dapat membalikkan efek PID
pada sistem yang sudah mengalami PID serta dapat memulihkan sebagian (atau
hampir sebagian besar) dari efisiensi yang hilang karena PID.
Box anti-PID yang bekerja dengan prinsip di atas tersedia di seluruh pabrikan
inverter besar seperti Huawei (https://solar.huawei.com/na/) dan SMA
(https://www.sma.de/en.html). Juga terdapat perusahaan yang khusus menyediakan
solusi anti-PID, seperti pidbull (http://pidbull.com/).
62
Gambar A.3 Skema yang menunjukkan bagaimana kotak anti-PID dihubungkan ke
PLTS.
[Sumber: https://solar.huawei.com/]
63
LAMPIRAN B
Menghitung Performance Ratio
B.1. Umum
Dalam lampiran ini diberikan contoh perhitungan riil Performance Ratio dari PLTS
sesuai dengan kumpulan data pemantauan yang diukur khusus pada PLTS. Data yang
digunakan pada lampiran ini merupakan kontribusi dari PT. Pembangkitan Jawa Bali
(PT. PJB) yang diukur pada PLTS 1.0 MW di lokasi berdekatan dengan PLTA Cirata.
Data dalam bentuk csv pada awalnya perlu dimanipulasi sebelum kita dapat
menghitung nilai PR. Di sini akan ditunjukkan cara manipulasi data menggunakan
Microsof Excel. Kami menggunakan versi terakhir Excel 365, namun demikian versi
excel apapun dapat berfungsi meskipun kemungkinan ada sedikit perbedaan dalam
langkah-langkah yang dijalankan pada versi excel yang berbeda.
64
B.3. Data iradians
Kita akan mulai dengan mengolah data iradians ke dalam format yang lebih dapat
digunakan untuk perhitungan PR. Gambar 1 menunjukan data dari sebuah folder. Satu
file csv perhari.
Gambar B.1 Tampilan layar dari Windows File Explorer yang menunjukkan
file csv per hari.
Data dari seluruh file csv dapat diimpor ke Excel sekaligus dengan cara memilih Data
-> Get Data -> From File -> From Folder sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2.
Gambar B.2 Memilih untuk mengimpor seluruh folder file csv ke dalam Excel.
65
Setelah memilih folder dimana terdapat file-file csv, pilih “Combine & Load” untuk
memuat data dari file-file csv tersebut ke lembar data excel. Ketiha hal ini selesai
dilakukan, data akan terlihat seperti di gambar 3.
Gambar B.3 Data iradians setelah seluruh file csv dimuat ke Excel.
Pertama, kita perlu sedikit merapikan data iradians. Kita perlu menambahkan kolum
tanggal, dan menghapus kolum-kolum yang tidak relevan untuk analisis PR. Tanggal
didapatkan dari kolom “Source.Name” dengan menggunakan fungsi
=LEFT([@[Source.Name]],10), selanjutnya kolum data ini diformat sesuai dengan ISO
yaitu “yyyy-mm-dd” (tahun-bulan-tanggal).
Selanjutnya kita perlu melihat seksama data dalam file dan menghapus setiap
informasi header yang terdapat di awal setiap file csv (lihat gambar 4). Proses ini dapat
dipercepat dan dibuat sedikit lebih ringan dengan menggunakan fitur find sehingga
dengan cepat kita dapat menemukan baris header selanjutnya.
66
Gambar B.4 Menghapus informasi header yang berulang-ulang di awal setiap data
harian.
Setelah merapikan data, kita sekarang memiliki data dalam format yang dapat dibuat
menarik. Hal menarik pertama yang dapat kita lakukan adalah membuat plot data,
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5. Selalu merupakan gagasan yang baik
untuk membuat plot data, karena kita dapat melihat tren atau anomali data. Data
iradians “mentah” dalam Gambar 5 terlihat normal dan tidak mengejutkan setelah
dibuat plot. Hal ini merupakan sesuatu yang baik.
Gambar B.5 Plot data iradians per 5 menit selama tiga bulan.
Hal selanjutnya yang kita perlu lakukan adalah mengolah data ke dalam format yang
dapat digunakan untuk menghitung nilai PR. Sebelumnya, mari kita lihat data produksi
energi FV terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui secara tepat ke dalam
format apa data iradians perlu ditransformasikan.
67
Gambar B.6 Data produksi energi yang diterima dari PT. PJB.
Untuk melakukan konversi nilai iradians menjadi nilai iradiasi, kita hanya perlu
mengalikan setiap nilai iradians dengan perbedaan waktu diantara titik data yang
berurutan. Secara implisit hal ini mengasumsikan bahwa nilai iradians konstan selama
interval di antara titik data, yang secara esensial merupakan pendekatan dari integral
dalam kurva pada Gambar 5.
Cara kerja sensor iradians adalah mengukur nilai iradians yang sifatnya instan. Di sisi
lain, energy meter digital bekerja dengan mengukur nilai daya instan dan energi
kumulatif. Kita dapat menggunakan kedua parameter tersebut untuk menghitung
Performance Ratio. Jika kita menggunakan nilai energi, maka tidak perlu dilakukan
manipulasi data lebih lanjut. Jika kita menggunakan nilai daya, maka data tersebut
68
perlu dikonversi menjadi data energi dengan cara yang sama ketika kita mengkonversi
data iradians menjadi data iradiasi. Sekilas, kelihatannya jelas untuk langsung
menggunakan nilai kumulatif energi, namun demikian situasi ini menjadi lebih rumit
ketika kita mempertimbangkan apa yang terjadi ketika ada data yang hilang.
Standar IEC 61724-1 secara singkat mendiskusikan cara mengatasi data hilang, dan
menyatakan bahwa mengisi kesenjangan data dengan satu cara atau lainnya ad alah
hal yang dapat diterima. Dua pendekatan disebutkan dalam standar tersebut, yaitu
mengisi kesenjangan dengan data yang berdekatan, atau mengisi kesenjangan
dengan data rata-rata. Pendekatan yang lebih tepat untuk digunakan bergantung
kepada seberapa banyak jumlah data yang hilang.
Sebagai contoh, di dalam data iradians dari PT. PJB terdapat sejumlah kecil titik data
yang hilang. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7, kita menghitung jumlah nilai
data setiap harinya dengan menggunakan fungsi COUNTIFS() pada Excel. Terlihat
bahwa di sebagian besar hari terdapat 288 titik data, yang jumlahnya berhubungan
dengan tepat dengan satu titik data setiap 5 menit. Di beberapa hari seperti yang
disoroti dengan warna merah muda pada Gambar 7, terdapat titik data yang jumlahnya
lebih sedikit. Namun demikian, di dalam hari-hari tersebut hanya terdapat sejumlah
kecil titik data yang hilang.
Gambar B.7 Jumlah titik data pada data iradians setiap harinya.
Karena hanya ada beberapa titik daya yang hilang dalam satu hari, cara yang paling
mudah (dan mungkin juga paling akurat) adalah dengan menganggap nilai iradians
69
konstan selama periode data hilang. Dengan demikian, kita menggunakan data yang
berdekatan untuk mengisi data yang hilang. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan excel sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8.
Jika ada kesenjangan data yang lebih besar (misalnya data setengah hari tidak ada),
mungkin akan lebih baik untuk mengisi data yang hilang dengan nilai rata-rata iradians
di waktu-waktu yang sama pada keseluruhan hari dimana data tersedia. Jika kita
menggunakan pengukuran daya (bukan energi) untuk menghitung PR, kita dapat
mengabaikan waktu-waktu ketika data iradians tidak ada. Namun karena kita
menggunakan pengukuran energi (bukan daya), energy meter tidak berhenti
menghitung hanya karena sensor iradians tidak terhubung, sehingga mengabaikan
titik daya yang hilang akan mengakibatkan kesalahan pada nilai PR yang dihitung.
Gambar B.8 Menggunakan data yang berdekatan untuk mengisi kesenjangan ketika
data hilang.
Merujuk kepada Gambar 8, kolum F, kita menghitung perbedaan waktu (dalam jam) di
antara titik data yang berurutan. Karena tanggal disimpan dalam excel sebagai angka
bulat untuk hari, dan angka desimal untuk waktu, menghitung perbedaan waktu dapat
dilakukan dengan cara mengurangi penanda waktu sesudah dengan sebelumnya, dan
mengalikannya dengan jumlah jam dalam satu hari. Di sebagian besar waktu
perbedaan antara rekaman adalah 0.08333 jam (5 menit), namun ketika ada data yang
hilang, perbedaan waktu antar rekaman menjadi lebih lama.
Selanjutnya, di kolum G, kita melakukan konversi nilai iradians bidang larik (dalam
W/m 2) ke dalam iradiasi bidang larik (dalam Wh/m 2) dengan mengalikan kolum D
dengan kolum F.
70
Gambar B.9 Menggunakan fungsi SUMIFS() pada Excel untuk menjumlahkan
iradiasi bidang larik setiap hari.
𝐸𝑜𝑢𝑡 𝐺𝑖,𝑟𝑒𝑓
𝑃𝑅 =
𝑃0 𝐻𝑖
71
Gambar B.11 Plot data PR harian selama tiga bulan dari inverter string dan inverter
pusat PLTS 1 MW Cirata milik PT. PJB.
Dari plot data PR harian PLTS Cirata tampak beberapa fitur dan tren yang menarik.
Fitur yang paling jelas adalah adanya beberapa hari (atau beberapa kelompok hari)
dimana nilai PR lebih rendah secara signifikan daripada tren keseluruhan. Kadang -
kadang nilai PR nol, atau mendekati nol. Fitur-fitur ini kemungkinan besar disebabkan
pemadaman atau “ketidaktersediaan” karena satu sebab atau lainnya. Idealnya,
operator PLTS membuat dan menyimpan rekaman dari pemadaman/ketidatersediaan
sehingga ketika data PR dianalisis, fitur-fitur tersebut dapat dijelaskan. Mungkin perlu
untuk membedakan antara ketidaktersediaan karena masalah di dalam PLTS tersebut
(seperti kegagalan inverter), dengan ketidaktersediaan karena masalah eksternal
PLTS (seperti ketidatersediaan jaringan).
Juga terdapat satu titik data dimana nilai PR di atas 100%. Hal ini mungkin disebabkan
kesalahan pengukuran. Kita dapat menghilangkan titik-titik data ekstrim (outlier) dari
grafik sehingga tidak mengalihkan perhatian kita. Dengan demikian menjadi lebih
mudah bagi kita untuk melihat fitur-fitur data yang lebih halus dan tren yang ada. Data
PR yang sudah disaring ditampilkan pada Gambar 12. Garis tren linear ditambahkan
kepada setiap kumpulan data.
72
Gambar B.12 Data PR harian dari inverter string dan inverter pusat yang sudah
disaring.
Kita dapat mengamati beberapa fitur dan tren dalam Gambar 12. Pertama, nilai PR
secara keseluruhan cukup tinggi. Kedua, terlihat penurunan nilai PR selama periode
tiga bulan. Ketiga, terdapat pemisahan antara nilai PR pada inverter string dengan
nilai PR pada inverter pusat. Mari kita diskusikan fitur-fitur tersebut secara lebih terinci.
Nilai PR yang tinggi: Nilai PR di atas 90% cukup tinggi jika dibandingkan dengan
nilai PR rata-rata dari kebanyakan PLTS. Perlu diingat bahwa salah satu faktor dari
kalkukasi PR adalah P 0, yaitu daya terukur pada plat nama dari modul FV yang
digunakan di PLTS. Beberapa pabrikan PR menaksir daya lebih rendah (under-rate)
pada plat nama karena mengetahui bahwa akan terjadi degradasi daya keluaran
modul secara cepat. Hal ini terutama terjadi pada kasus modul CIGS thin-film seperti
yang digunakan pada PLTS ini, dan kemungkinan besar menjadi penyebab tingginya
nilai PR awal.
Laju degradasi: Tren lain yang dapat kita lihat adalah nilai PR yang sedikit menurun
selama periode tiga bulan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penurunan ini
mungkin sudah diperkirakan oleh pabrikan modul dan mungkin merupakan alasan bagi
mereka untuk menaksir kurang (under-rate) daya plat nama modul-modul mereka,
sehingga menjadikan nilai PR awal yang tinggi. Degradasi ini tidak perlu menjadi
perhatian jika setelah beberapa waktu lajunya melandai dan menjadi stabil. Namun,
jika laju degradasi sebagaimana yang terlihat dalam periode singkat tiga bulan ini
terus berlanjut, maka hal ini harus menjadi perhatian.
Pemisahan antara inverter string dan inverter pusat: Fitur ketiga yang dapat kita
amati pada Gambar 12 adalah garis biru yang mewakili inverter string dan garis oranye
yang mewakili inverter pusat sedikit banyak saling beriringan selama periode tiga
bulan. Namun demikian, pada awal periode, garis biru sedikit lebih rendah daripada
garis oranye, dan di suatu waktu di sekitar akhir Januari, nilai dar i inverter string dan
73
inverter pusat kelihatan sama, dan setelah adanya data hilang di sekitar tanggal 12
Februari, garis biru tampak menjauh dari garis oranye. Fakta bahwa pada awalnya
terjadi kesenjangan antara kedua garis tersebut, kemudian kesenjangan itu
menghilang, dan kemudian terjadi kesenjangan lagi membuat tampaknya ada
kemungkinan masalah pada satu atau lebih inverter string pada periode dimana terjadi
kesenjangan.
Harus diperhatikan bahwa nilai PR dari inverter string mencakup output dari beberapa
inverter string yang independen (sekitar 20 buah). Melihat bentuk data seperti ini, akan
berguna untuk menyelidiki lebih lanjut dengan cara menghitung nilai PR individual dari
setiap inverter string ini. Dengan demikian, masalah yang ada dapat dilokalisir,
diketahui secara tepat, diidentifikasi dan diatasi.
Dalam kasus data yang kita miliki, produksi energi harian juga dijumlahkan untuk
setiap bulan. Gambar 14 menunjukkan bagian akhir dari penghitungan, juga plot nilai
PR bulanan untuk masing-masing inverter selama tiga bulan sesuai dengan data yang
tersedia.
74
Gambar B.14 Menghitung dan membuat plot nilai PR bulanan.
Tampak jelas bahwa kita kehilangan banyak informasi terperinci ketika menghitung
dan membuat plot nilai PR bulanan. Ketika kita hanya menganalisis data beberapa
bulan saja seperti dalam kasus ini, kehilangan gambaran yang terperinci mungkin
tidak diinginkan. Di sisi lain, jika kita ingin menganalisis data PR dari suatu PLTS
selama 10 tahun, misalnya, kehilangan gambaran terperinci mungkin dapat diterima
karena fokus analisis terletak pada tren makro. Dengan demikian, perhatian kita tidak
teralih kepada perincian dan juga titik data yang sangat banyak pada saat dilakukan
plot data harian selama 10 tahun.
75
Gambar B.15 Contoh data dari database sistem pemantauan yang dikembangkan di
B2TKE.
Menghitung nilai data PR harian dari data B2TKE di atas dapat dilaksanakan secara
lebih langsung daripada contoh di sini karena data yang dibutuhkan, yaitu daya
inverter dan iradians, disimpan dalam penanda waktu pada tabel database yang sama.
Hal ini berarti query SQL sederhana dapat digunakan untuk mendapatkan data dalam
format yang sesuai untuk perhitungan PR.
Atau, selangkah lebih jauh sebagaimana yang dilakukan di B2TKE, kita dapat
mengembangkan aplikasi berbasis web yang dapat memberikan perintah kepada
database untuk melakukan kalkulasi dan menampilkan nilai PR selama waktu yang
diinginkan. Pada dasarnya aplikasi ini melakukan automasi manipulasi data sehingga
kita dapat langsung mendapatkan PR data dan menganalisisnya, serta menjalankan
tindakan yang diperlukan sesuai dengan wawasan dari analisis tersebut.
76
LAMPIRAN C
Perhitungan PR PLTS Rooftop 10KW
di Gedung 625 B2TKE-BRIN (dahulu BPPT)
Serpong
Bagian ini merupakan kontribusi dari Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE)
– BRIN (dahulu BPPT).
(a) (b)
Gambar C.1 Perangkat yang digunakan untuk pengukuran data solar iradiasi,
(a) Silicon irradiance sensor, (b) TCP Modbus gateway.
77
Tabel C.2 Modbus address data dari FV inverter
Gambar berikut adalah flow yang telah dibuat pada aplikasi node-red:
Tampilan data hasil pengukuran dan perhitungan PR yang dibuat dengan software
grafana ditampilkan pada gambar berikut:
78
menit. Sementara itu, untuk data kumulatif maka data yang disimpan adalah nilai
terbesar dari data yang disampling selama 1 menit.
Alasan kenapa dipilih data terbesar bukan data terakhir adalah untuk mengantisipasi
jika pada detik-detik terakhir dalam 1 menit terjadi permasalahan pada sistem
komunikasi.
Tabel berikut adalah contoh data yang tersimpan pada database sql pada tanggal 8
Juni 2021.
79
8/06/2021 23296 892.455 6400 65.6
12:00
8/06/2021 23296 897.155 6362 65.925
12:01
8/06/2021 23552 909.235 6618 66.005
12:02
8/06/2021 23552 913.205 6656 65.81
12:03
8/06/2021 23808 917.9 6656 65.985
12:04
8/06/2021 23808 916.52 6605 66.43
12:05
8/06/2021 23808 907.85 6426 66.76
12:06
8/06/2021 24064 896.68 6400 66.58
12:07
. . . . .
. . . . .
. . . . .
8/06/2021 42240 42.48 256 32.605
17:18
8/06/2021 42240 40.63 256 32.63
17:19
8/06/2021 42240 38.82 256 32.625
17:20
8/06/2021 42240 37.03 256 32.6
17:21
8/06/2021 42240 35.375 256 32.515
17:22
9/06/2021 0 31.875 256 26.325
6:27
9/06/2021 0 34.405 256 26.395
6:28
C.3. Perhitungan PR
Pada sistem ini PR dihitung berdasarkan data instantenous solar iradiasi dari sensor
iradiasi dan data kumulatif energi yang dihasilkan PLTS dari FV inverter. PR disajikan
dihitung per hari dengan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑉
𝐸𝑑𝑎𝑖𝑙𝑦
𝑃𝑅𝑑𝑎𝑖𝑙𝑦 = × 100%
∑𝑇0 𝐼𝑟𝑡 𝑃𝑉
× 𝑃𝑛𝑜𝑚
𝐺𝑆𝑇𝐶 × 𝑁
dengan:
80
𝑇 adalah jumlah menit pengambilan data dalam 1 hari
𝑁 adalah nilai konstanta jumlah menit dalam satu jam, 60
𝐺𝑆𝑇𝐶 adalah nilai solar iradiasi pada standar STC, 1000 W/m2
𝑃𝑉
𝑃𝑛𝑜𝑚 adalah kapasitas nominal dari PLTS terpasang, yaitu 10600 W.
Keterangan:
▪ Data disimpan dalam database dengan nama “db_cepat”, tabel dengan nama
“PR_data”.
▪ Data daily energy yield dari PLTS disimpan pada kolom “InvDailyYield” dan solar
iradiasi pada kolom “SolRad”.
Keterangan:
▪ Data disimpan sekali dam 1 hari, dengan data daily energy yield (kolom
“invdailyyield”) adalah nilai yield energy tertinggi kolom “InvDailyYield” dalam tabel
81
“PR_data”, sedangkan kolom “solrad”adalah nilai kumulatif data solar iradiasi dari
kolom “SolRad” pada 1 hari.
▪ Nilai PR yang digunakan adalah nilai hasil perhitungan pada kolom “pf_filtered”
sesuai dengan rumus (1).
▪ Berikut adalah perintah query yang digunakan:
Create View
CREATE ALGORITHM=UNDEFINED DEFINER=`ocppsql`@`%` SQL SECURITY
DEFINER VIEW `views_pr` AS
select `PR_data`.`time_stamp` AS `time_stamp`, max(`PR_data`.`InvDailyYield`) AS
`invdailyyield`, sum(`PR_data`.`SolRad`) AS `solrad`, (((max(`PR_data`.`InvDailyYield `) *
1000 * 60) / sum(`PR_data`.`SolRad`)) * 10600) AS `pr`,
if(((((max(`PR_data`.`InvDailyYield`) * 1000 * 60) / sum(`PR_data`.`SolRad`)) * 10600) >
100),NULL,(((max(`PR_data`.`InvDailyYield`) * 1000 * 60) / sum(`PR_data`.`SolRad`)) *
10600)) AS `pr_filtered` from `PR_data` group by cast(`PR_data`.`time_stamp` as date)
KETERANGAN: Pada tanggal 11 Juni 2021, dilakukan koreksi penulisan perintah query,
𝑃𝑉
dari sebelumnya nilai 𝑃𝑛𝑜𝑚 adalah 10000 W, dirubah menjadi 10600 W.
120
100
Performance ratio (%)
80
60
40
20
0
15-04-2021
03-06-2021
01-04-2021
08-04-2021
22-04-2021
29-04-2021
06-05-2021
13-05-2021
20-05-2021
27-05-2021
10-06-2021
Date (dd-mm-yyyy)
Gambar C.6 Grafik nilai PR harian dari 1 April – 10 Juni 2021.
76
75
74
Performance Ratio (%)
73
72
71
70
Date (dd-mm-yyyy)
Gambar C.7 Nilai PR harian dalam 1 minggu (31 Mei – 6 Juni 2021)
82
Dari Gambar 5 diatas dapat terlihat bahwa sistem yang telah dibuat untuk menghitung
PR PLTS rooftop 10 kW di Gedung 625 telah bisa berhasil digunakan untuk melakukan
perhitungan PR harian secara realtime, meskipun pada awal-awal pemasangan masih
ada kendala pada jaringan komunikasi data sehingga terdapat beberapa hari yang
tidak diperoleh nilai PR-nya, seperti terlihat pada Gambar 6. Sementara itu, Gambar
7 menunjukkan detail nilai PR harian dalam 1 minggu dari tanggal 31 Mei 2021 sampai
dengan 6 Juni 2021. Dari gambar ini terlihat bahwa nilai PR harian berfluktuasi pada
rentang sekitar 72% sampai dengan mendekati 76%. Dari data yang diperoleh rata -
rata nilai PR harian PLTS 10 kW ini selama 3 bulan dari bulan April – Juni adalah 74%.
1400
1200
Solar radiasi (W/m2)
1000
800
600
400
200
0
6:27
6:48
7:09
7:30
7:51
8:12
11:11
11:36
11:57
12:18
12:39
13:00
13:21
13:42
14:03
14:24
14:45
15:06
15:27
15:48
16:09
16:30
16:51
Time (hh:mm)
Solar Radiasi (Pengukuran) Solar Radiasi (STC)
Gambar C.8 Nilai intensitas solar radiasi pada tanggal 25 Mei 2021.
Pada Gambar 6 juga terlihat bahwa pada tanggal 6 Mei dan 25 Mei 2021 nilai PR
sangat tinggi. Hal ini dimungkinkan karena pada tanggal 6 Mei 2021, penyimpanan
data pengukuran terhenti sampai pukul 10.02, sementara itu, pada tanggal 25 Mei
2021 nilai intensitas solar iradiasi sangat bagus seperti terlihat pada Gambar 8 diatas
dari sekitar pukul 11:36 sampai sekitar pukul 13.10 nilai solar iradiasi mendekati
bahkan melebihi nilai standar STC. Dari ke-2 fenomena tersebut dapat disimpulkan
bahwa sistem PLTS (FV modul dan inverternya) mempunyai faktor efisiensi lebih baik
pada saat nilai intensitas solar iradiasi mendekati nilai STC. Hipotesa ini masih perlu
dikomparasi dengan menganalisa pengaruh suhu modul.
83
LAMPIRAN D
Daftar Periksa Untuk Melaksanakan Inspeksi Visual PLTS
Tabel berikut ini merupakan contoh daftar periksa untuk melaksanakan inspeksi visual PLTS. Checklist ini disusun berdasarkan
komponen, dan hanya memasukkan hal-hal yang paling penting untuk dilihat selama masa inspeksi visual. Daftar periksa ini dapat
diadaptasi oleh pengguna sesuai kebutuhan, dan digunakan oleh para evaluator selama inspeksi visual pada saat inspeksi lapangan.
84
Junction boxes Junction boxes rusak atau hancur
Junction boxes terlepas dari backsheet
Rangka (frames) Penutupan yang baik antara backsheet
dan frame
Instalasi Modul Jenis modul benar sesuai dengan
spesifikasi
Jumlah modul per string sudah benar
Hanya ada satu jenis modul untuk setiap
string
Kabel dan Switchgear
Kabel Kabel DC-rated digunakan untuk
pengkabelan DC
Kabel UV-resistant digunakan untuk
pengkabelan luar ruangan
Radius lengkungan kabel tidak terlalu
sempit
Putaran (loops) kabel DC diminimalisasi
Konektor DC Konektor yang tepat digunakan untuk
semua koneksi
Konektor dalam kondisi baik (tidak rusak)
Trunking & Kabel dipasang dengan jalur yang baik
penyangga kabel (well routed)
Kabel disangga dengan baik
Conduit kabel memiliki ujung yang
terselubung (sealed)
Tidak ada bentuk-bentuk tajam yang dapat
merusak kabel
Combiner boxes Combiner box rusak
Combiner box diselubungi (sealed)
dengan baik
Box sesuai dengan IP rated
85
Polaritas konektor terpisah dengan tepat
Kabel terbebas dari ketegangan (kabel
tidak terlalu tegang pada konektor)
Jalur masuk kabel diselubungi (sealed)
Combiner box terkoneksi dengan
perlindungan pertanahan
Label yang sesuai dengan combiner box
Fuses / DC Sekering (fuses) tersedia di seluruh string
breakers Isolator DC tersedia pada sisi DC dari
inverter (mungkin terpasang di dalam)
Isolator DC dalam kondisi baik
AC breakers Isolator AC tersedia pada sisi AC dari
inverter
Isolator AC dalam kondisi baik
Inverters, charge controllers, dan baterai
Inverter Plat nama inverter memberikan informasi
memadai
Tidak ada sinyal alarm yang ditunjukkan
inverter
Display informasi inverter menunjukkan
nilai yang masuk akal
Charge Plat nama charge controller memberikan
controllers (untuk informasi memadai
sistem DC Tidak ada sinyal alarm yang ditunjukkan
coupled) controller
Display informasi controller menunjukkan
nilai yang masuk akal
Baterai Baterai tidak memiliki cacat yang tampak
mata
Konektor baterai dipasang dengan kokoh
Level elektrolit kabel mencukupi (jika
dapat diaplikasikan)
86
Langkah-langkah perlindungan
Proteksi petir Batang penangkal petir (lightning rods)
terpasang
Kondisi batang penangkal petir cukup baik
Alat perlindungan lonjakan (surge
protection device) terpasang
Kondisi surge protection device cukup baik
Equipotential Seluruh rangka modul equipotentially
Bonding bonded satu sama lain atau dengan
struktur penyangganya
Proteksi Seluruh struktur penyangga terkoneksi
Pembumian (PE) dengan PE
Lubang pembumian (Earthing pits)
mencukupi dan dalam kondisi baik
Struktur mekanik dan perkerjaan sipil
Struktur Struktur penyangga berkarat
Penyangga Masalah fondasi
Masalah dengan geometri (kemiringan,
azimuth, jarak antar baris modul, dsb)
Sekrup penyangga berkarat
Pekerjaan sipil Jalan dan/atau jalur dalam kondisi baik
Drainase dalam kondisi baik
Rumah baterai Bangunan dalam kondisi memadai
Ventilasi ruang baterai yang baik
Perlindungan kedap terhadap air dan
serangga yang baik
Sistem Monitor
Sistem monitor Sistem monitor (SCADA) dipasang
Sistem monitor berfungsi
Sensor iradians dipasang secara benar (di
bidang larik FV)
87
Sensor iradians dibersihkan secara
berkala
Nilai Performance Ratio (PR) dapat
diterima
Kondisi Umum di Lokasi
Keamanan lokasi Lokasi cukup aman
Tanda peringatan Adanya tanda peringatan untuk
keamanan/keselamatan yang memadai
Pemeliharaan Rumput dan tumbuhan lain cukup
lokasi terpelihara
Pekerjaan sipil cukup terpelihara
Bangunan cukup terpelihara
88
LAMPIRAN E
Daftar Pertanyaan Wawancara
89
Apakah garansi masih berlaku dalam kasus peralihan kepemilikan?
Komisioning dan Inspeksi
Siapa yang melakukan inspeksi commissioning? Kapan?
Pengujian apa yang dilakukan saat PAC dan FAC?
Apakah inspeksi commissioning mensyaratkan kelengkapan dokumentasi?
Apakah ada yang menjadi saksi dan melakukan validasi PAC dan FAC?
Apa yang menjadi temuan pada saat pengujian commissioning?
Apakah tindakan perbaikan diambil untuk mengatasi temuan tersebut?
Kapan inspeksi terakhir dilaksanakan?
Operasi dan Perawatan
Adakah problem-problem khusus yang dilaporkan selama masa operasional (COD)?
Apakah ada masalah khusus berkaitan dengan kondisi lapangan (banjir, kadar garam, angin,
petir,…)?
Apa yang sudah dilaksanakan untuk mengatasi problem/masalah di atas?
Berapa jumlah staf yang menangani operasil dan manajemen?
Apakah mereka terlatih untuk:
- Pengoperasian dan perawatan PLTS
- Mengatasi masalah (trouble shooting)
Apakah prosedur yang ada terkait dengan operasi dan perawatan dipelihara dan dijalankan?
Ada masalah keamanan? (pencurian, vandalisme)
Seberapa sering tanaman dipangkas?
Seberapa sering pembersihan dilakukan?
Metodologi apa yang dipakai untuk menentukan frekuensi pembersihan?
Alat-alat apa yang dipakai untuk pembersihan?
Bagaimana prosedur pelaporan ketika terjadi masalah?
Seberapa cepat masalah diselesaikan (waktu tanggap)?
90
Seberapa mudah untuk mendapatkan penggantian komponen yang rusak untuk:
- modul FV
- inverter
- baterai
- kabel
dll
Apakah ada potensi bahaya? Apakah tindakan perawatan untuk pencegahan diterapkan?
Apakah tindakan perawatan untuk perbaikan diterapkan?
Apakah ada masalah pembatasan? Apakah PLTS dapat memasukkan 100% daya aktif?
Sensor dan Peralatan Pemantauan
Apakah peralatan pengukuran dikalibrasi berkala? Kapan peralatan terakhir dikalibrasi?
Apakah ada kalkulasi Performance Ratio, atau kalkulasi lain?
Siapa yang bertanggung jawab untuk monitor?
Apakah sistem monitoring mengukur sampai ke level string?
Apakah ada teknisi yang dapat memperbaiki jika ada masalah dalam data logger?
Apa yang anda lakukan dengan data yang dikumpulkan?
Apakah ada orang yang dapat menginterpretasikan data di lokasi PLTS?
91
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA