DISUSUN OLEH :
2 TKG 2
DOSEN PENGAJAR :
NIP : 199306052020121013
DEPOK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas besar baja 1 yang berjudul
“Perencanaan Rangka Atap” ini dapat diselesaikan. Tugas besar ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah struktur baja 1, semester 4 di program studi
Teknik Konstruksi Gedung, Politeknik Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan serta perhatiannya selama
melangsungkan tugas ini, ucapan terima kasih akan disampaikan kepada :
1. Bapak Sukarman,S.Pd.,M.Eng, selaku Dosen Mata Kuliah Struktur Baja yang telah
bersedia meluangkan waktu dan ilmunya untuk selalu memberikan dukungan, serta
petunjuk hingga terselesaikannya tugas ini
2. Teman-teman 2TKG2 yang selalu memberikan dukungan dan dengan sabar
membantu memberi pemahaman hingga tugas besar ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari bahwa penulisan laporan tugas besar ini masih jauh dari sempurna
juga masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya dengan senang hati
terbuka atas segala bentuk saran dan juga kritik untuk menyempurnakan laporan tugas
besar ini. Selanjutnya, saya berharap agar laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih .
(Nurul Amalia)
NIM: 2101421038
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV BATANG TARIK .........................................................................................26
4.1 Data Material..........................................................................................26
4.1.1 Mutu Baja BJ-41 ...........................................................................26
4.1.2 Profil Siku 2L 70x70x7 ................................................................26
4.1.3 Baut 4M16 A325 ..........................................................................27
4.2 Kuat Tarik Rencana Kondisi Leleh pada Penampang Bruto .................27
4.3 Kuat Tarik Rencana Kondisi Leleh pada Penampang Netto..................28
BAB V BATANG TEKAN ..........................................................................................29
5.1 Data Material..........................................................................................29
5.1.1 Mutu Baja BJ-41 ...........................................................................29
5.1.2 Profil Siku 2L 70x70x7 ................................................................29
5.2 Cek Kelangsingan Elemen .....................................................................30
5.3 Cek Tekuk Lentur pada Struktur Elemen Non Langsing (Pasal E3 SNI
1729:2020) .......................................................................................................30
5.4 Cek Radius Girasi Sumbu Z...................................................................32
5.5 Cek Tekuk torsi dan Tekuk Torsi Lentur pada Komponen Struktur
Elemen Non-Langsing (Pasal E4 SNI 1729:2020) .........................................32
5.6 Rekapitulasi ............................................................................................33
BAB VI SAMBUNGAN BAUT ..................................................................................34
6.1 Data Material..........................................................................................34
6.1.1 Mutu Baja BJ-41 ...........................................................................34
6.1.2 Baut 4M16 A325 ..........................................................................34
6.2 Cek Kuat Tumpu ....................................................................................34
6.3 Cek Kuat Geser ......................................................................................35
6.3.1 Kuat Geser Baut............................................................................35
6.3.2 Kuat Geser Blok ...........................................................................35
6.4 Cek Kuat Rencana Batang Tarik ............................................................36
6.4.1 Pada Kondisi Leleh .......................................................................36
6.4.2 Pada Kondisi Putus .......................................................................36
6.5 Rekapitulasi ............................................................................................36
KESIMPULAN ............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................39
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 6. 1. Baut 4M16 A325 ........................................................................................ 34
Tabel 6. 2. Perhitungan Kuat Tumpu............................................................................ 35
Tabel 6. 3. Perhitungan Kuat Geser Baut ..................................................................... 35
Tabel 6. 4. Perhitungan Kuat Geser Blok ..................................................................... 36
Tabel 6. 5. Perhitungan Kuat Rencana pada Kondisi Leleh ......................................... 36
Tabel 6. 6. Perhitungan Kuat Rencana pada Kondisi Putus ......................................... 36
Tabel 6. 7. Rekapitulasi ................................................................................................ 37
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SIMBOL
viii
(mm2)
D Diameter terluar komponen struktur utama PSR bundar, in. (mm) K1.1
Fca Tegangan aksial tersedia pada titik yang ditinjau, ksi (MPa) H2
Fcbw, Tegangan lentur tersedia pada titik yang ditinjau, ksi (MPa) H2
Fcbz
Fcr Tegangan tekuk penampang seperti yang ditentukan H3.3
melaluianalisis,
ksi (MPa)
Fcr Tegangan kritis, ksi (MPa) E3
ix
Fcr Tegangan tekuk torsi-lateral penampang seperti yang ditentukan F12.2
melalui analisis, ksi (MPa)
Fcr Tegangan tekuk lokal penampang seperti ditentukan melalui F12.3
analisis,
ksi (MPa)
Fe Tegangan tekuk elastis, ksi (MPa) E.3
Fnt Tegangan tarik nominal dari Tabel J3.2, ksi (MPa) J3.6
Fysr Tegangan leleh minimum terspesifikas ipada batang tulangan, ksi I2.1b
(MPa)
x
Fyst Tegangan leleh minimum terspesifikasi pada material pengaku, G2.3
ksi
(MPa)
Fyw Tegangan leleh minimum terspesifikasi pada material badan, ksi G2.3
(MPa)
G Modulus elastisitas geser baja = 11.200 ksi (77.200 MPa) E4
Iyc Momen inersia sayap tekan terhadap sumbu y, in.4 (mm4) F4.2
xi
J Konstanta torsi, in.4 (mm4) E4
xii
Lc Panjang efektif komponen struktur, in. (mm) E2
Lp Batas panjang tak terbreis secara lateral untuk kondisi batas leleh, F2.2
in.
(mm)
Lp Panjang komponen struktur primer, ft (m) Lamp.
2.1
Lr Batas panjang tak terbreis secara lateral untuk kondisi batas tekuk F2.2
torsi-lateral inelastis, in. (mm)
Lr Beban hidup nominal atap Lamp.5.
4.1
Ls Panjang komponen struktur sekunder, ft (m) Lamp.
2.1
Lv Jarak dari gaya geser maksimum ke nol, in. (mm) G5
Lx, Panjang komponen struktur tak terbreis secara lateral untuk setiap E4
Ly,Lz sumbu, in. (mm)
MA Nilai absolut momen pada titik seperempat dari segmen tak F1
terbreis, kip-in. (N-mm)
xiii
Ma Kekuatan lentur perlu yang menggunakan kombinasi beban DKI, J10.4
kip-
in. (N-mm)
MB Nilai absolut momen pada titik tengah dari segmen tak terbreis, F1
kip-in. (N-mm)
MC Nilai absolut momen pada titik tiga perempat dari segmen tak F1
terbreis,
kip-in. (N-mm)
Mcr Momen tekuk torsi lateral elastis, kip-in. (N-mm) F10.2
Mmax Nilai absolut momen maksimum pada segmen tak terbreis, kip- in. F1
(N-
mm)
Mn Kekuatan lentur nominal, kip-in. (N-mm) F1
Mnt Momen orde pertama yang menggunakan kombinasi beban DFBT Lamp.8.
atau 2
DKI, dengan translasi lateral struktur dikekang, kip-in. (N-mm)
Mp Momen lentur plastis, kip-in (N-mm) Tabel
B4.1
Mp Momen sehubungan dengan distribusi tegangan plastis pada I3.4b
penampang komposit, kip-in. (N-mm)
Mr Kekuatan lentur perlu, yang ditentukan sesuai Bab C, dengan H1.1
menggunakan kombinasi beban DFBT atau DKI, kip-in. (N-mm)
Mbr Kekuatan lentur perlu pada breis, kip-in. (N-mm) Lamp.6.
3.2 a
Mro Kekuatan lentur perlu pada kord di suatu joint, pada sisi Tabel
jointdengan tegangan tekan terendah, kip-in. (N-mm) K2.1
Mr-ip Kekuatan lentur perlu dalam bidang pada cabang dengan Tabel
menggunakan kombinasi beban DFBT atau DKI, kip-in.(N-mm) K4.1
Mr-op Kekuatan lentur perlu keluar bidang pada cabang dengan Tabel
menggunakan kombinasi beban DFBT atau DKI, kip-in. (N-mm) K4.1
xiv
Mrx, Kekuatan lentur perlu, kip-in. (N-mm) H1.1
Mry
Mrx Kekuatan lentur perlu di lokasilubang-lubang baut,yang H4
ditentukan sesuai dengan Bab C, positif untuk tarik pada sayap
yang sedang ditinjau, negatif untuk tekan, kip-in. (N-mm)
Mu Kekuatan lentur perlu dengan menggunakan kombinasi beban J10.4
DFBT, kip-in. (N-mm)
My Momen leleh serat terluar, kip-in. (N-mm) Tabel
B4.1
My Momen leleh sehubungan dengan leleh pada sayap tarik dan leleh I3.4b
pertama pada sayap tekan, kip-in. (N-mm)
My Momen leleh terhadap sumbu lentur, kip-in. (N-mm) F9.1
M1′ Momen efektif di ujung panjang tak terbreis yang berlawanan Lamp.1.
denganM2 , kip-in. (N-mm) 3.2 c
M1 Momen terkecil di ujung panjang tak terbreis, kip-in. (N-mm) F13.5
Pno Kekuatan aksial tekan nominal, simetris ganda, pada komponen I2.1b
struktur komposit dengan panjang nol, yang dibebani secara
aksial, kips (N)
Pno Kekuatan tekan tersedia pada komponen struktur komposit terisi I2.1b
simetris ganda dibebani secara aksial, kips (N)
Pns Kekuatan tekan penampang melintang, kips (N) C2.3
Pnt Gaya aksial orde pertama yang menggunakan kombinasi beban Lamp.8.
DFBT atau DKI, dengan translasi lateral struktur dikekang, kips 2
(N)
Pp Kekuatan tumpu nominal, kips (N) J8
xvi
kombinasi beban DFBT, kips (N) K2.1
Rpt Faktor plastifikasi badan sehubungan dengan kondisi batas leleh F4.4
sayap tarik
Ru Kekuatan perlu dengan menggunakan kombinasi beban DFBT B3.1
xvii
Se Modulus penampang efektif yang ditentukan dengan lebar efektif F7.2
sayap tekan, in.3 (mm3)
Sxc, Sxt Modulus penampang elastis masing-masing pada sayap tekan dan Tabel
tarik, in.3 (mm3) B4.1
Sx Modulus penampang elastis terhadap sumbu x, in.3 (mm3) F2.2
Vr Kekuatan geser perlu pada panel yang sedang ditinjau, kips (N) G2.3
xviii
dengan menggunakan kombinasi beban DFBT atau DKI, kips (N)
Yi Beban gravitasi yang diterapkan pada level i dari kombinasi beban C2.2b
DFBT atau kombinasi beban DKI, mana yang sesuai, kips
(N)
Z Modulus penampang plastis terhadap sumbu lentur, in.3 (mm3) F7.1
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atap merupakan konstruksi yang terdiri dari balok melintang yang menerima
gaya tarik dan balok/ tiang sebagai penopang yang menerima gaya tekan. Konstruksi
atap memiliki fungsi penting dalam melindungi bangunan dari pengaruh cuaca dan
menciptakan volume ruang yang sesuai. Konstruksi rangka atap yang umum digunakan
adalah kuda-kuda, yang terdiri dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Rangka
atap kuda-kuda harus dirancang dengan mempertimbangkan berat atap dan bahan
penutup atap yang digunakan. Rangka tersebut haruslah kokoh dan mampu mendukung
beban atap, termasuk beban mati (berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda)
dan beban hidup (angin, air hujan, orang yang memasang/memperbaiki
atap).(Noorlaelasari, 2010)
Selanjutnya, elemen terluar dari struktur atap yang digunakan pada perencanaan
kali ini ialah penutup atap seng. Struktur penutup atap sendiri merupakan struktur yang
langsung berhubungan dengan beban-beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari
bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Atap seng ini sebenarnya
dibuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan zinc secara elektrolisa. Tujuannya
untuk membuatnya menjadi tahan karat. Jenis penutup atap ini akan bertahan selama
lapisan zinc ini belum hilang, yang terjadi sekitar tahun ke-30-an. Setelah itu, atap akan
mulai bocor apabila ada bagian yang terserang karat.(Noorlaelasari, 2010)
1
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1 Baja
Baja adalah paduan antara besi (Fe) dan karbon (C) dengan adanya penambahan
paduan lainnya. Kemampuan pengerasan sebuah baja memiliki rentangan yang sangat
besar sehingga dapat disesuaikan pada sifat mekanik yang sesuai dengan yang
diinginkan dari baja itu [Troxell,1998]. Diantaranya tujuan terpenting dalam sebuah
pengembangan material yaitu menentukan struktur dan sifat-sifat material optimum,
agar daya tahan yang dicapai maksimum.
Kelebihan material baja sebagai bahan konstruksi diantaranya : memiliki
kekuatan yang besar, mempunyai sifat yang seragam, daya elastisitas yang dapat
diketahui, daya tahan yang sangat lama, memiliki daktilitas yang bagus, bersifat liat
(toughness), dan dapat digunakan untuk struktur tambahan. Di sisi lain, kekurangan
material baja sebagai bahan konstruksi ialah : biaya pemeliharaan yang relative mahal,
korosi, bahaya tekuk, bahaya Lelah/fatik, dan ketahanan terhadap kebakaran.(Yanuarini
et al., 2021)
Sifat-sifat mekanis baja lainnya :
1. Modulus elastisitas (E) = 200.000 MPa
2. Modulus geser (G) = 80.000 MPa
3. Nisbah poisson (µ) = 0,3
4. Koefisien pemuaian (α) = 12.10⁻⁶ °C
Kuda-kuda Double Howe adalah salah satu jenis konstruksi rangka atap yang
menggunakan bentuk segitiga ganda (double triangle) untuk mendukung atap.
3
Berikut adalah beberapa karakteristik dari kuda-kuda Double Howe:
1. Bentuk Segitiga Ganda: Kuda-kuda Double Howe terdiri dari dua segitiga yang
saling terhubung. Struktur ini memberikan kekuatan dan kekakuan yang tinggi,
sehingga dapat menahan beban atap dengan baik.
2. Balok Atas dan Bawah: Kuda-kuda Double Howe memiliki balok atas dan balok
bawah yang membentuk segitiga ganda. Balok atas berfungsi sebagai penahan beban
tekan, sedangkan balok bawah menahan beban tarik.
3. Tiang Penyangga: Pada kuda-kuda Double Howe, terdapat tiang penyangga vertikal
di tengah struktur, yang bertujuan untuk mendistribusikan beban atap ke balok-balk
di atasnya. Tiang penyangga ini membantu menjaga kestabilan dan kekokohan
rangka atap.
4. Koneksi Rangkaian: Rangkaian kuda-kuda Double Howe dihubungkan oleh sendi-
sendi atau sambungan yang kuat, seperti baut, pengelasan, atau sistem sambungan
khusus. Koneksi yang baik penting untuk memastikan integritas struktur dan
mencegah pergerakan atau deformasi yang tidak diinginkan.
Keuntungan penggunaan kuda-kuda Double Howe dalam konstruksi atap adalah:
1. Kekuatan dan kekakuan: Struktur segitiga ganda memberikan kekuatan dan
kekakuan yang tinggi, sehingga dapat menahan beban atap dengan baik, termasuk
beban angin atau beban salju.
2. Bentang Atap Lebar: Kuda-kuda Double Howe cocok untuk bangunan dengan
bentang atap yang lebar, karena struktur segitiga ganda memberikan dukungan yang
efektif untuk menopang atap.
Namun, perlu diperhatikan bahwa konstruksi kuda-kuda Double Howe tentunya
memerlukan perhitungan dan perancangan yang cermat untuk memastikan keamanan
dan keandalan struktur atap yang akan didirikan.
4
berlangsung sekitar 30 tahun. Setelahnya, atap akan mulai bocor apabila ada bagian yang
terserang karat. (Noorlaelasari, 2010)
Bahan atap ini tergolong sebagai bahan yang mudah diaplikasikan dan
dipadukan dengan warna interior ataupun eksterior suatu bangunan karena mempunyai
berbagai pilihan warna. Kemampuan atap seng dalam menahan panas sangatlah baik
sehingga bagian dalam ruangan tidak akan terasa gerah. Selain itu, jenis atap seng sangat
cocok untuk bangunan berukuran besar seperti pabrik, gudang, hall atau gedung
olahraga.
5
yang ada secara otomatis.
2. Atap seng dijual dalam bentuk lembaran yang memiliki ukuran tersendiri.
Karena ukurannya yang sudah pas membuat Anda tidak perlu repot untuk
mengukur tatanan atap yang ada.
3. Selain itu, karena atap seng dipasang dengan rapat dan memiliki celah yang lebih
minim membuat air hujan.
4. Dikutip dari The Metal Roof Company, salah satu karakter dari atap seng adalah
bentuknya yang seamless dan bisa membuat atap terlihat rapi dan lebih
simetris.(Rumah.com, 2020)
6
BAB II
PEMBEBANAN
Pembebanan pada suatu struktur merupakan proses penentuan dan penerapan
beban-beban yang dikenakan untuk memastikan kekuatan, kestabilan, dan keamanan
struktur. Metode yang digunakan pada pembebanan kali ini ialah metode LRFD (Load
and Resistance Factor Design). Dalam pembebanan LRFD, faktor keamanan (safety
factor) diterapkan pada beban dan kekuatan material untuk memperhitungkan
ketidakpastian dalam pembebanan dan kekuatan. Faktor keamanan yang diterapkan
dapat berbeda untuk setiap jenis beban dan material, dan ditetapkan berdasarkan
peraturan dan pedoman yang berlaku. Perhitungan pembebanan rangka atap ini mengacu
pada SNI 1727-2020.
Dalam pembebanan LRFD untuk struktur gedung, beban yang diterapkan pada
struktur dibagi menjadi dua jenis utama: beban mati (dead load) dan beban hidup (live
load). Selain kedua beban tersebut, juga terdapat beban lain yang harus diperhitungkan
seperti beban angin, beban gempa bumi, beban salju, dan beban lateral lainnya. Setiap
jenis beban memiliki kriteria perhitungan yang berbeda berdasarkan standar desain dan
karakteristik lingkungan setempat.
7
2.1.2 Data Dimensi Kuda-Kuda
Dimensi bentang bawah, atas, vertical, dan juga diagonal pada kuda-kuda
selanjutnya akan dilampirkan. Lampiran berikut merupakan pemodelan yang telah
dibuat melalui software Autocad serta perhitungan yang dilakukan melalui excel.
Gambar 2. 2 Dimensi Kuda-Kuda Tipe Howe dengan Software Autocad dalam satuan
mm
8
Gambar 2. 3, Permodelan 3D Rangka Atap dengan SAP 2000
Data Perencanaan
Sudut () 38 ⁰
Cos 38 0,788
Tan 38 0,781
Sin 38 0,615
AB (L) 20 m 20000 mm
AD=DB (L/2) 10 m 10000 mm
CD 7,81 m 7810 mm
AC=CB √AD²+CD² √(10)²+(7,81)² 12,688 m
Perhitungan Panjang Batang Bawah (Simetris)
A1-A14 (L/2)/7 10/7 1,429 m
Perhitungan Panjang Batang Atas (Simetris)
A15-A21 AC/7 12,68/7 1,813 m
Perhitungan Panjang Batang Vertikal
A28=A40 tan(38)*1,428 0,781*1,428 1,116 m
A29=A39 tan(38)*(2*1,428) 0,781*2,856 2,231 m
A30=A38 tan(38)*(3*1,428) 0,781*4,284 3,347 m
A31=A37 tan(38)*(4*1,428) 0,781*5,712 4,463 m
A32=A36 tan(38)*(5*1,428) 0,781*7,14 5,579 m
A33=A35 tan(38)*(6*1,428) 0,781*8,568 6,694 m
9
A34 tan(38)*(7*1,428) 0,781*9,996 7,81 m
Perhitungan Panjang Batang Diagonal
A41=A52 √A2²+A28² √(1,429)²+(1,116)² 1,813 m
A42=A51 √A3²+A29² √(1,429)²+(2,231)² 2,650 m
A43=A50 √A4²+A30² √(1,429)²+(3,347)² 3,639 m
A44=A49 √A5²+A31² √(1,429)²+(4,463)² 4,686 m
A45=A48 √A6²+A32² √(1,429)²+(5,579)² 5,759 m
A46=A47 √A7²+A33² √(1,429)²+(6,694)² 6,845 m
Tabel 2. 1 Perhitungan Dimensi Kuda-Kuda dengan Excez
10
2.2.1 Beban Mati
11
qDL
qDL1+qDL2 0,0546+0,1093 0,1639 KN/m
total
qDLx qDL x cos(38) 0,1639*cos(38) 0,1219 KN/m
qDLy qDL x sin(38) 0,1639*sin(38) 0,1008 KN/m
Tabel 2. 2. Perhitungan Beban Mati (DL)
12
Perhitungan beban hidup pada kuda-kuda:
13
Gambar 2. 10. Ilustrasi 3D Beban Air Hujan (R) Kuda-Kuda dengan SAP2000
Setiap bagian dari atap harus dirancang untuk mampu menahan beban dari air hujan
yang terakumulasi. Beban air hujan harus didasarkan pada tinggi total (yakni, tinggi
statis [ds] ditambah kepala hidraulik [dh]) yang terkait dengan laju aliran desain untuk
sistem drainase dan saluran sekunder yang ditetapkan. Perhitungan desain beban air
hujan sesuai dengan pasal 8.3 SNI 1727-2020 ialah sebagai berikut :
BEBAN AIR HUJAN (R)
ds 10,000 mm
dh 10,000 mm
R 0,0098 x (ds+dh) 0,0098*(10+10) 0,196 KN/m
qR1 R x (1/2*gording kiri) 0,196*(1/2*1,813) 0,178 KN/m
R x (1/2*gording kiri +
qR2 0,196*(1/2*1,813+1/2*1,813) 0,355 KN/m
1/2*gording kanan)
qR
qR1+qR2 0,178+0,355 0,533 KN/m
total
qRx qR x cos(38) 0,533*cos(38) 0,420 KN/m
qRy qR x sin(38) 0,533*sin(38) 0,328 KN/m
Tabel 2. 4. Perhitungan Beban Air Hujan (R)
14
2.3.1 Beban Angin
15
qW HISAP1 Beban angin desain min x
0,38*(1/2*1,813) -0,344 KN/m2
(-) (1/2*jarak gording kiri)
Beban angin desain min x
qW HISAP2
(1/2*jarak gording kiri + 0,38*(1/2*1,813+1/2*1,813) -0,689 KN/m2
(-)
1/2*jarak gording kanan)
qW Tekan
qW Tekan1 + qW Tekan2 0,344+0,689 1,033 KN/m2
total (qW (+))
qW Hisap
qW Hisap1+ qW Hisap2 -1,034 -1,033 KN/m2
total (qW (-))
Tabel 2. 5. Perhitungan Beban Angin (W)
16
Momen Beban Hujan (MRx) Sumbu Kuat 1,88971 KN/m
Momen Beban Hujan (MRy) Sumbu Lemah 1,47484 KN/m
Momen Beban Angin (MWx) Sumbu Kuat 4,64940 KN/m
Momen Beban Angin (MWy) Sumbu Lemah -4,64940 KN/m
Tabel 2. 7. Rekapitulasi Momen Bekerja
qux quy
Kombinasi Pembebanan
(kNm) (kNm)
17
1,4DL 0,18087 0,14116
1,2DL + 1,6LL + 0,5R 1,60058 1,24918
1,2DL + 1,6R + 1LL 1,59917 1,24808
1,2DL + 1,6R + 0,52 Tekan 0,82693 1,16198
1,2DL + 1,6R + 0,5W Hisap 0,82693 0,12878
1,2DL + 1W Tekan + 1LL + 0,5R 1,13724 1,92076
1,2DL + 1W Hisap + 1LL + 0,5R 1,13724 -0,14563
0,9DL + 1W Tekan 0,11627 1,12394
0,9DL + 1W Hisap 0,11627 -0,94245
Tabel 2. 9. Perhitungan Kombinasi Pembebanan
18
BAB III
BATANG LENTUR
19
d 150 mm
b 75 mm
tw 6,5 mm
tf 10 mm
Ix 8610000 mm⁴
Iy 1170000 mm⁴
Zx 126280 mm³
Zy 34511,4 mm³
rx 60,3 mm
ry 22,20 mm
E 200000 N/mm²
Sx 114800 mm³
Sy 22410 mm³
h' 130 mm
b' 71,75 mm
d' 140 mm
qDLx 0,1018 kN/m
qLLx 0,6085 kN/m
qRx 0,3309 kN/m
qWx 0,6888 kN/m
qx Total 2,1870 kN/m
qDLy 0,0620 kN/m
qLLy 0,6085 kN/m
qWy 0,6888 kN/m
qy Total 1,1215 kN/m
qux 1,2111 kN/m
Mux 5,45 kNm
quy 0 kN/m
Muy 0 kNm
Tabel 3. 1. Data Profil C dan Input hasil SAP 2000
20
Mux = hasil input data M3 SAP 2000. Qux = (Mux*8)/(Jarak Kuda2)2
21
3.3 Perhitungan Kuat Tekan Batang
3.3.1.1 Cek Kekompakan Elemen Sayap dan Badan
Cek Kekompakan Elemen
Sayap
𝐵
λf 7,5000
𝑡𝑤
𝐸
λpf 0,38√𝐹𝑦 10,7480
𝐸
λrf 1√
𝐹𝑦 28,2843
Badan
ℎ
λw 𝑡𝑤 23,08
𝐸
λpw 3,76√𝐹𝑦 106,349
𝐸
λrw 5,7√𝐹𝑦 161,220
26,71
rts
61900,41667 mm⁴
J
6,190 cm⁴
Lr 5430,998 mm
543,100 cm
SYARAT : Lp<Lb<Lr
OK
(1105,12 < 20000 < 5430,99)
23
Mmax = Mux Data Mux 5,45 kNm
Rva 0 kN
Ma 0 kNm
Mb 0 kNm
Mc 0 kNm
Cb 5 Nmm
Mn 127,472 kNm
Øb 0,9
Øb.Mn 114,725
SYARAT : Øb.Mnm > Mux
OK
(114,725 > 5,45)
Tabel 3. 5. Perhitungan Kuat Lentur Nominal Akibat Tekuk Torsi Lateral
24
Cv 1,00
Vn 146,25 kN
Øb 0,9
Øb.Vn > Vu
OK
131,625 > 0
Tabel 3. 6. Perhitungan Kelendutan Beban Sebenarnya
25
BAB IV
BATANG TARIK
4.1 Data Material
4.1.1 Mutu Baja BJ-41
Mutu Baja BJ-41
Tegangan Leleh Fy 250 MPa
Tegangan Putus Fu 410 MPa
Tegangan Residu Fr 70 MPa
Modulus Elastisitas E 200000 MPa
Modulus Geser G 80000 MPa
4.1.2 Profil Siku 2L 70x70x7
26
Profil Siku 2L 80x80x8
Lebar b 70 mm
Tebal t 7 mm
Luas (Satu profil siku) Ag 1626 mm²
Luas (Satu profil siku) Ag 16,26 cm²
Titik Berat c 25,4 mm
Jari-jari girasi r 27,4 mm
Inersia I 1160000 mm⁴
Momen Inersia Iv 5890000 mm⁴
Momen Inersia Sumbu Ix 74,2 cm⁴
Momen Inersia Sumbu Lemah Iy 170,21 cm⁴
Panjang Batang L 1,812 m
Panjang Batang L 1812 mm
Gaya Aksial Tarik Ultimate Pu (Output SAP2000) 193,242 kN
Terbesar pada combo 1,2DL + 1,6LL + 0,5R
Tabel 4. 1. Data Profil 2L dan Input hasil SAP 2000
Kekuatan tarik desain, t Pn , dan kekuatan tarik izin, Pn⁄𝑡 , komponen struktur tarik
harus merupakan nilai terendah yang diperoleh sesuai dengan keadaan batas leleh tarik
pada penampang bruto dan keruntuhan tarik pada penampang neto.
27
ϕPn Φ x Pn 0,9*406,5 365,85 kN
Pu Output SAP 2000 193,242 kN
SYARAT : ϕPn > Pu OK
Tabel 4. 3. Perhitungan Kuat Tarik Rencana Kondisi Leleh pada Penampang Bruto
Tabel 4. 4. Perhitungan Kuat Tarik Rencana Kondisi Leleh pada Penampang Netto
Jadi, Profil 2L 70x70x10 ini aman digunakan sebagai batang aksial tarik dalam
perencanaan.
28
BAB V
BATANG TEKAN
5.1 Data Material
5.1.1 Mutu Baja BJ-41
Mutu Baja BJ-41
Tegangan Leleh Fy 250 MPa
Tegangan Putus Fu 410 MPa
Tegangan Residu Fr 70 MPa
Modulus Elastisitas E 200000 MPa
Modulus Geser G 80000 MPa
5.1.2 Profil Siku 2L 70x70x7
29
Profil Siku 2L 70x70x7
Lebar b 70 mm
Tebal t 7 mm
Luas (Satu profil siku) A 1626 mm²
Titik Berat c 19,7 mm
Jari-jari girasi r 21,2 mm
Inersia I 1160000 mm⁴
Momen Inersia Iv 424000 mm⁴
Momen Inersia Sumbu Ix 74 cm⁴
Momen Inersia Sumbu Lemah Iy 170,21 cm⁴
Panjang Batang L 1,812 m
Panjang Batang L 1812 mm
Gaya Aksial Tarik Ultimate Pu (Output SAP2000) 245,93 kN
Terbesar pada combo 1,2DL + 1,6LL + 0,5R
Tabel 5. 1. Data Profil 2L dan Input hasil SAP 2000
5.3 Cek Tekuk Lentur pada Struktur Elemen Non Langsing (Pasal E3 SNI
1729:2020)
Mengecek Tekuk Lentur/Flexural Buckling Komponen Struktur Elemen
Non-Langsing (Pasal E3 SNI 1729:2020)
Arah sumbu X
Tebal pelat sambung tp 9 mm
Jarak ke pusat eg= c+1/2×tp 24,2 mm
Ixg 2I 2320000 mm⁴
Iyg 2I+2(A×eg^2) 4224501,28 mm⁴
30
Luas penampang
Ag = 2A 3252 mm²
gabungan
ryg = (Iyg/Ag)^0.5 36 mm
r min (Tabel Profil) 26,7 mm
Faktor panjang efektif Kx = Ky 1,0
Rasio kelangsingan KxL/r min 67,8
Rasio batas 4,71×((E/Fy)^0.5) 133,219
KxL/r min < 4,71×((E/Fy)^0.5)
Tegangan kritis
Fex= π^2E/((KxL/r min)^2) 428,895 MPa
tekuk elastis
Fy/Fex 0,583
Fy/Fex < 2.25
→ Karena KxL/r min < 4,71×((E/Fy)^0,5 dan Fy/Fex < 2,25 maka:
Tegangan Kritis
Fcrx =(0.658^(Fy/Fex))×Fy 195,877 MPa
Fcrx
ϕ 0,9
Pn Ag×Fcrx 636,994 kN
ϕPn 0,9×649,35 573,295 kN
Pu 245,930 kN
ϕPn ≥ Pu (OK)
Arah sumbu Y
Pelat Kopel a = L/2 906 mm
r min 26,7 mm
a/r min < 40 (Pasal E6B SNI
33,9
1729:2020)
a/r min < 40
(KL/r)o KyL/ryg 72,2
Rasio batas 4,71×((E/Fy)^0,5) 135,966
KyL/ryg < 4,71×((E/Fy)^0,5)
31
Tegangan kritis
Feym= π^2E/((KL/ryg)^2) 378,757 MPa
tekuk elastis
Fy/Feym= 0,660
Fy/Feym < 2.25
→Karena (KL/ryg) < 4,71×((E/Fy)^0.5) dan Fy/Feym < 2.25 maka:
tegangan kritis
(0.658^Fy/Feym)Fy 180,653 MPa
Fcry
ϕ 0,9
Pn Ag×Fcry 415,340 kN
ϕPn 0,9×714,98 373,806 kN
Pu 245,930 kN
ϕPn ≥ Pu (OK)
Tabel 5. 3. Perhitungan Tekuk Lentur pada Struktur Elemen Non Langsing
(𝑑−𝑡𝑓)∗𝑡𝑤∗(𝑡𝑓+0.5∗(𝑑−𝑡𝑓))+𝑏𝑓∗𝑡𝑓∗0.5∗𝑡𝑓
y₀ = ( ) − 0.5𝑡𝑓 2,248 mm
𝐴𝑔
5.5 Cek Tekuk torsi dan Tekuk Torsi Lentur pada Komponen Struktur Elemen
Non-Langsing (Pasal E4 SNI 1729:2020)
Mengecek Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi Lentur/Flexural Torsi Buckling pada
Komponen Struktur Elemen Non-Langsing (Pasal E4 SNI 1729:2020)
Konstanta Torsi J = 2/3(2b-t)t³ 30412,66 mm⁴
32
Fcrz GJ/Ag×ro^2 370,833 MPa
H 0,998
0,327
0,673
Fcr
𝐹𝑐𝑟𝑦 + 𝐹𝑐𝑟𝑧 4𝐹𝑐𝑟𝑦𝐹𝑐𝑟𝑧𝐻
( ) [1 − √ 1 − ] 189,159 MPa
2𝐻 (𝐹𝑐𝑟𝑦 + 𝐹𝑐𝑟𝑧)2
ϕ 0,9
Pn Ag×Fcr 615,146 kN
ϕPn 0,9×711,95 553,632 kN
Pu 245,930 kN
ϕPn ≥ Pu (OK)
Tabel 5. 5. Perhitungan Tekuk torsi dan Tekuk Torsi Lentur pada Komponen Struktur Elemen Non-Langsing
5.6 Rekapitulasi
Rekapitulasi
33
BAB VI
SAMBUNGAN BAUT
6.1 Data Material
6.1.1 Mutu Baja BJ-41
Data Material Profil
Tegangan Leleh Fy 250 MPa
Tegangan Putus Fu 410 MPa
Modulus Elastisitas Es 200000 MPa
Lebar d 70 mm
Tinggi bf 70 mm
Tebal t 7 mm
Luas Ag 16,26 cm²
Titik Berat x 19,7 mm
Phi π 3,14
6.1.2 Baut 4M16 A325
Material properties baut 4M16 A325 (medium carbon steel)
Diameter Baut db 22 mm
Diameter Lubang dp 24 mm
Luas Baut Ab 380,133 mm²
Fnv (Pasal J3.2 SNI
372 MPa
1729:2020)
Gaya Aksial Tarik Ultimate Pu 76,486 kN
Rn = 1,2*lc*t*Fu ≤ 2,4*db*t*Fu
Tabel 6. 1. Baut 4M16 A325
Jadi, kuat rencana sambungan bautnya adalah 233,52 KN. Kebutuhan sambungan baut
supaya memenuhi kinerja batang tarik yang aman.
6.5 Rekapitulasi
Rekapitulasi
Kuat rencana pelat tumpunya 0,75 × Rn 413,280 kN
Kuat rencana geser bautnya 0,75 × Rn 424,228 kN
Kuat rencana geser bloknya 0,75 × Rn 233,520 kN
36
Supaya sambungan aman (mendukung kinerja batang tarik dan sambungan tidak
gagal/rusak terlebih dahulu) maka harus menggunakan 4 Baut M22, A325
Tabel 6. 7. Rekapitulasi
37
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Rangka atap bentang 20 m dengan sudut kemiringan 38 , jarak antar kuda-kuda 6 m,
dan jarak antar gording 1,812 m dapat menggunakan Bahan Profil C 150 × 75 × 6.5
× 10 pada gording dan Profil 2L 70 × 70 × 7 pada kuda-kuda.
2. Material yang digunakan ialah baja BJ-41 untuk masing-masing profil yang
digunakan.
3. Jenis sambungan yang digunakan ialah dengan menggunakan sambungan baut. Agar
sambungan aman (mendukung kinerja batang tarik dan sambungan tidak gagal/rusak
terlebih dahulu), maka diperlukan 4 Baut M22, A325
4. Perhitungan telah memenuhi syarat kekuatan struktur berdasarkan SNI 1729-2020
dengan metode DFBK (LRFD)
38
DAFTAR PUSTAKA
BSNI. (2020). SNI 1729-2020 : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
(ANSI/AISC 360-16, IDT).
PPUBG 1983. (n.d.). Daftar Berat Jenis Berdasarkan PPUBG 1983. Scribd. Retrieved
June 30, 2023, from https://www.scribd.com/document/424710102/Daftar-Berat-
Jenis-Berdasarkan-PPUBG-1983#
Ramadhan, R. D., Kussoy, M. N., Putriyani, M. A., Devina, A., & Hakim, B. B. (2021).
TUGAS BESAR BAJA.
Rumah.com. (2020, October). Atap Seng: Fungsi, Harga, Plus Minusnya. Rumah.Com.
https://www.rumah.com/panduan-properti/atap-seng-35251
Yanuarini, E., Swastika, T. W., Situmorang, R. C., & Pandumukti, S. N. (2021). Struktur
Baja- D4 Teknik Konstruki Gedung (Bagian 1) Berdasarkan SNI 1729-2020 dan
SNI 1727-2020 (1st ed.). Halaman Moeka Publishing.
39