KATA PENGANTAR
Kriteria Desain ini disusun dalam rangka memenuhi Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
Kontrak Kerja Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Teknik (DED) Jalan Tol
Probolinggo Banyuwangi Paket Konsultansi 2, yang ditugaskan oleh PT Jasamarga
Probolinggo Banyuwangi kepada Konsultan PT Multi Phi Beta, sesuai Kontrak no.
13/KONTRAK/2018 pada tanggal 15 Mei 2018 dan Addendum 11 tanggal 28 Maret
2022.
Kriteria Desain ini merupakan kriteria desain dari semua bidang yaitu bidang
Geometrik, Hidrologi dan Drainase, Struktur, Geoteknik, Perkerasan, TIP, Fastol, PJU,
Rambu Marka dan Lansekap.
Akhir kata, atas kepercayaan dan kerjasama yang telah diberikan kami ucapkan
terima kasih.
Jakarta, 2022
i
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... xi
BAB 7 KRITERIA DESAIN PELATARAN, KANTOR GERBANG DAN FASILITAS TOL .......7-1
BAB 8 KRITERIA DESAIN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LAMPU LALU LINTAS .....8-1
vii
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
DAFTAR TABEL
viii
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
ix
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
x
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
DAFTAR GAMBAR
xi
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
xii
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1 BAB 1
1. KRITERIA DESAIN GEOMETRIK
13. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
14. A Policy on Geometric Design of Highway and Streets 5th Edition, 2011,
AASHTO.
15. Dorokodan, Highway Rule and Behavoirs, 2006, Jajat Publishing
Company Under Lisence By OZT OSMANOVSKY & CO.LTs.
16. Austroads, 2021
17. Edaran BM 0603-Db/849, Rekomendasi Teknis Penerapan Ruang Bebas
(Clear Zone), Perkerasan Jalan dan Drainase Jalan pada Jalan Tol di
Indonesia, 2021, Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan
Umum.
18. Pedoman Desain Geometrik Jalan No.13/P/BM/2021, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
19. Peraturan Menteri ESDM No.13 Tahun 2021, tentang clearance
horizontal pada SUTT / SUTET.
1-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Ditinjau dari kondisi terrain yang dilintasi, Maka kecepatan rencana yang
dipakai untuk perencanaan Jalan Tol Probolinggo Banyuwangi adalah 100
Km/jam dan 80 Km/jam. Untuk kecepatan rencana 100 Km/jam berada di
Sta. 0+000 - 23+100 yang meskipun mempunyai kondisi terrain relatif
datar dengan rata – kemiringan lereng melintang antara 0% - 2.9%,
namun pada Sta tersebut merupakan area transisi perpindahan Kecepatan
Rencana Ruas Jalan sebelumnya yaitu ruas Jalan Tol Pasuruan
Probolinggo yang mempunyai kecepatan rencana 120 Km/Jam dan Jalan
Tol Probolinggo Banyuwangi yang mempunyai terrain pada Sta. 23+100 -
Akhir merupakan perbukitan dan pegunungan sehingga bisa diterapkan
Kecepatan Rencana maksimal 80 Km/Jam.
Maka dari itu untuk Sta. 0+000 - 23+100 meskipun mempunyai terrain
relative datar Kecepatan Rencananya adalah 100km/jam.
Sedangkan untuk Sta. 23+100 - Akhir Proyek Kecepatan Rencana adalah
80 Km/Jam.
Tabel 1. 1 Kecepatan Rencana Berdasarkan Kondisi Terrain
Vr (Km/jam) minimal
Medan Jalan
Antar Kota Perkotaan
Datar 120 80-100
Perbukitan 100 80
Pegunungan 80 60
Sumber: Standar Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
Kelas 4 30,20
Sumber: Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Maret 1992 Direktorat
Jendral Bina Marga hal-11
Batas ruang bebas Horizontal dan vertikal dari jalan tol dan jalan raya lainnya
dilukiskan dalam Gambar 1.1. Tinggi ruang bebas sebesar 5,10 m dipakai
untuk jalan tol, jalan arteri dan jalan kolektor. Untuk jalan lokal, ruang bebas
adalah 4,60 m (Jalan Tipe II Kelas IV). Kedalaman ruang bebas sekurang-
kurangnya 1,50 m di bawah permukaan jalur lalu lintas terendah. Ruang
bebas untuk SUTT atau SUTET disajikan seperti pada Gambar 1.2, Gambar
1.3, Gambar 1.4, dan Gambar 1.5.
Kasus 1 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas dengan bahu jalan
Kasus 2 : Ruang bebas jalur lalu lintas pada jembatan dengan bentang
50 m atau lebih, atau pada terowongan
Kasus 3 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas pada jalan tidak ada
bahunya
1-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Kasus 4 :
H = 5.10 m untuk tipe I, kelas I dan tipe II kelas I, kelas II dan kelas
III.
Untuk jalan tipe II kelas III di mana bus tingkat tidak boleh lewat, H
dapat diperkecil menjadi 4,6 m
H = 4.6 m untuk jalan tipe II dan kelas IV
a = 1.0 m atau lebih kecil dari lebar bahu
b = 4.6, bila H 4.6 m makadapat diambil = 4.1 m.
d = 0.75 m untuk jalan-jalan tipe I
0.50 m untuk jalan-jalan tipe II.
1-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Ruang Bebas (Clearance) untuk jalan tol, jalan Nasional, jalan Provinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Desa, serta untuk lintasan listrik yang berupa Saluran Udara
Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (SUTT) dan SUTET) dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
1-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Gambar 1. 3 Ruang Bebas SUTT 150 kV pada Tengah Gawang (Menara Tidak
Ditinggikan)
1-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Gambar 1. 4 Ruang Bebas SUTET 500 kV Sirkit Ganda pada Tengah Gawang
1-9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Gambar 1. 5 Ruang Bebas SUTET 500 kV Sirkit Tunggal pada Tengah Gawang
(Menara Tidak Ditinggikan)
1-10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-11
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-12
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Gambar 1. 8 Ruang Bebas SUTET 500 KV Sirkit Ganda (Menara Tidak Ditinggikan)
1-13
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
-SUTT lain, Saluran Udara Tegangan 3.0 4.0 5.0 8.5 6.0 7.0
Rendah (SUTR), Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM), saluran udara
komunikasi, antena dan kereta gantung b)
3.0 4.0 6.0 8.5 6.0 10.0
- Titik tertinggi tiang kapal pada
kedudukan air pasang/tertinggi pada lalu
lintas air b)
CATATAN
a)
Jarak Bebas Minimum Vertikal dari Konduktor ke permukaan bumi atau jalan / rel
b) Jarak Bebas Minimum Vertikal dari Konduktor dihitung dari konduktor ke titik tertinggi /
terdekatnya
Sumber: Permen ESDM No.13 Thn.2021, tentang ROW Clearance
1-14
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-15
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Usulan Standar
No. Parameter Geometrik Satuan Kriteria
Acuan
Desain
3. Jarak Pandang
No. 12
Jarak Pandang Henti Minimum m 40
4. Parameter Alinyemen Horizontal
Jari-jari Tikungan Minimum m 50 No. 12
Jari-Jari Tikungan yang disarankan 100 No. 12
m
Jari-jari Tikungan Minimum dengan Kemiringan m 800 No. 12
Normal
Panjang Minimum Lengkung m 500/ atau 70 No. 12
Panjang Lengkung Peralihan Minimum m 35 No. 12
Jari-jari Tikungan Minimum Tanpa Lengkung Peralihan m 250 No. 12
Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum - 1/125 No. 12
5. Parameter Alinyemen Vertikal :
Landai Maksimum % 7 No. 12
Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal :
- Cembung m 700/450 No. 12
- Cekung m 700/450 No. 12
Panjang Minimum Lengkung Vertikal m 35 No. 12
Ramp dan Interchange pada jalan tol Probolinggo Banyuwangi yang terdapat
pada level kedua dari jalan tol utama perlu mendapat perhatian
kecepatannya, karena dengan kondisi geometrik yang menikung perlu
diturunkan kecepatan menjadi 40 Km/jam. Elemen-elemen geometrik yang
lain akibat dipilihnya kecepatan rencana ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 dan
Tabel 1.4.
Sebagai jalan penghubung antara jalan tol dengan jalan-jalan lain yang non
tol, jalan-jalan yang terpotong jalan tol didesain sedemikian rupa sehingga
jalan sekitarnya terkendali. Kriteria perencanaannya akan disesuaikan dengan
kelas jalan yang bersangkutan, untuk jalan arteri primer kecepatan 60
Km/jam sedangkan pada jalan kolektor dan lokal diusulkan dengan kecepatan
40 Km/jam.
Untuk menentukan elemen-elemen geometrik yang lain dapat disesuaikan
dengan kecepatan rencana yang dapat dilihat pada Tabel 1.5 dan Tabel 1.6.
Usulan Kriteria
Desain Standar
No. Uraian Satuan
1 Laur 2 Lajur Acuan
1 Arah 1 Arah
Kemiringan Permukaan Relatif Relatif Maksimum m 1/125 No. 12
5 Alinyemen Vertikal
Landai Maksimum % 4 No. 12
Panjang Lengkung Vertikal m 35 No. 12
Jari-Jari Lengkung Vertikal Cembung m 700/450 No. 12
Jari-Jari Lengkung Vertikal Cekung m 700/450 No. 12
1-18
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Superelevasi (%) 8
Medan Datar 5
Kelandaian (%) Medan Bukit 6
Medan Gunug 10
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
Tabel 1. 8 Superelevasi Jalur Utama dan Akses
Kemiringan Normal = 2 %
Besarnya radius didapat dari nilai tengah e (mis: radius untuk e 3% didapat dari e = 2.50% sampai
3.50%).
1-19
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-20
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-21
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Keterangan : Untuk melindungi longsoran pada galian daerah batuan perlu dipasang bufferzone
1-22
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-23
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-24
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-25
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-26
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pada suatu tempat dimana jalan tol memotong atau dekat jalan utama
eksisting, seperti jalan nasional dan jalan provinsi.
1-27
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1-28
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2 BAB 2
2. KRITERIA DESAIN HIDROLOGI DAN
DRAINASE
2-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Dalam analisis hidrologi curah hujan merupakan input yang paling utama,
oleh karena itu akan dibahas beberapa pengertian yang berhubungan dengan
curah hujan yaitu :
1. Durasi Hujan
Durasi Hujan adalah lama kejadian hujan jam-jaman, jika ada diperoleh
terutama dari hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis yang telah
disusun oleh Badan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan.
2. Intensitas Hujan
Intensitas adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
3. Lengkung Intensitas
Lengkung Intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan
antara intensitas hujan dengan durasi hujan, hubungan tersebut
dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas hujan dengan kala ulang
hujan tertentu.
4. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang
ditentukan di bagian hilir suatu saluran.
Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi :
- Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju saluran drainase.
- Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
di sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian
hilir.
- Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan persamaan :
tc = to + td
2-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
PA /( d XA ) 2 PB /( d XB ) 2 ...... PN /( d XN ) 2
Px
1 /( d XA ) 2 1 /( d XB ) 2 ...... 1 /( d XN ) 2
dimana :
PX = hujan pada stasiun X yang diperkirakan (mm)
PN = hujan pada stasiun N yang diketahui (mm)
dXN = jarak antara stasiun X dan N (m)
N = Jumlah stasiun hujan
A1 R1 A2 R2 ..... An Rn
R
A1 A2 ..... An
A1 R1 A2 R2 ..... An Rn
A
= W1R1 + W2R2 + ... + WnRn
dimana :
2-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
1 n
Xo = log( Xi b)
n i 1
1 n
b = bi
m i 1
Xs. Xt Xo 2
bi =
2. Xo ( Xs Xt )
n
m =
10
Xs = data pengamatan dengan nomor urut m (dari yang terbesar ke
terkecil)
2-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Log R =
log R
n
SX =
(log R log R) 2
n 1
2-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
dimana :
RT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun)
R = tinggi curah hujan harian maksimum (mm)
SX = deviasi standar
G = koefisien assimetri Pearson
kT = koefisien skewness Pearson, untuk nilai-nilai tertentu didapat dari
interpolasi.
Distribusi Log Pearson III tidak memberikan batasan syarat terhadap koefisien
skewness.
3) Distribusi Log Normal (5)
Persamaan kurva frekuensi :
Dimana :
2-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
dimana :
Rt = intensitas curah hujan pada jam ke T (mm)
T = lama hujan dari awal sampai jam ke T (jam)
Rt (T-1) = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke T-1
Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut:
- Data Curah Hujan
- Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun
dinyatakan dalam mm/hari; data curah hujan ini diperoleh dari lembaga
meteorologi dan geofisika, untuk stasiun curah hujan yang terdekat
dengan lokasi sistim pengaliran yang ada, jumlah data curah hujan
paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun.
2-9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tc = T1 + T2
T1 = ( 2 X 3,28 X Lo x nd )0.167
3 s
L
T2 =
60V
Dimana :
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
T1 = Waktu Inlet (menit)
T2 = Waktu Aliran (menit)
Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L = Panjang saluran
nd = Koeffisien hambatan (Manning’s Coeficient)
s = Kemiringan daerah pengaliran
V = Kecepatan air rata-rata di Saluran (m/det)
2-10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-11
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 2.1 untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah
lereng diambil nilai C yang terbesar.
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang
mempunyai nilai C yang berbeda; harga C rata-rata ditentukan dengan
persamaan berikut :
2-12
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
i r , j n Ci . A j
C
i 1, j 1 Aj
Dengan:
Cr = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan.
An = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan kondisi
Koefisien pengaliran diatas digunakan untuk daerah yang mempunyai
catchment area yang sempit (koridor jalan utama).
Debit banjir rencana untuk sungai dan anak sungai yang melintas pada
jalan tol, dihitung berdasarkan metode Analisa Regional. Perhitungan debit
banjir rencana dengan rumus ini diterapkan untuk menghitung kapasitas
debit banjir sungai yang melintas melintang dengan jalan tol. Periode ulang
yang akan digunakan dalam metode ini maksimum 25/50 untuk anak sungai
dan 50/100 tahun untuk sungai, dan disesuaikan terhadap usia guna
proyek yang akan dikerjakan. Perhitungan debit banjir rencana pada suatu
lokasi dilakukan dengan dua langkah yaitu :
1. Menghitung Banjir tahunan rata-rata suatu lokasi (MAF).
2. Menentukan skala MAF untuk debit banjir rancangan sesuai waktu
ulangnya dengan faktor pertumbuhan regional.
QT = MAF * GFT
dimana :
- T mengacu kepada waktu ulang yang direncanakan.
- MAF dihitung berdasarkan metode regresi dibawah ini, dimana regresi
IoH/DPMA untuk perhitungan sungai dan regresi Peterson untuk
perhitungan anak sungai
Persamaan Regresi the IoH/DPMA(11)
MAF = 8.00 * 10-6 * AREAV * APBAR 2.445 * SIMS0.117 *(1 +
LAKE)0.85 (m3/det).
dimana :
v = 1.02 – 0.0275 * Log 10 AREA.
AREA = luas catchment area (km2).
APBAR = harga rata-rata hujan tahunan maksimum dengan
hujan sehari(mm).
2-13
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-14
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
X A R S 1 A
= 8.00 10
6 V 2.445 0.117
L
0.85
Dimana :
V = 1.02 – 0.0275 log A
Debit Banjir periode ulang dirumuskan sebagai berikut:
QN =C. X
Dimana:
QN = debit Banjir rencana.
C = Factor Pembesar.
2-15
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
4. Metoda Hidrograf
Pemanfaatan hidrograf satuan untuk luas daerah aliran sungai
> 25 km2, digunakan sebagai pembanding terhadap metode rasional
dan regresi, dengan rumus :
Qp = ( x A x Ro) / (0,3 Tp + T0,3)
Dimana,
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
= faktor konversi ( = 0,278)
A = luas daerah aliran sungai / catchment area (km2)
Ro = curah hujan satuan (Ro = 1 mm)
Tg = waktu konsentrasi (men)
= 0,21 x L0,70 untuk L < 15 km
= 0,4 + 0,058 x L untuk L > 15 km
L = panjang alur sungai terpanjang sampai ke titik yang
dituju/jembatan (km)
Tp = waktu pengaliran untuk mencapai ke puncak banjir
(jam)
I = intensitas curah hujan efektif (mm/jam)
Kurva hidrograf, dipakai persamaan Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu (penggunaan hidrograf lainnya seperti Gamma, Sneider
dapat digunakan sebagai pembanding) :
Kurva Naik.
t Tp
2-16
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
t 2,037
Kurva Turun 1.
Tp t (Tp + T0,3)
Kurva Turun 2.
(Tp + T0,3) t (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
Kurva Turun 3.
2-17
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
EG Ma x WS
Crit Max WS
WS Max WS
8
EG 14FEB2017 003 0
WS 14FEB2017 0030
EG 14FEB2017 053 0
EG 14FEB2017 050 0
7
EG 14FEB2017 043 0
EG 14FEB2017 010 0
EG 14FEB2017 040 0
WS 14FEB2017 0530
6
Elevation (m)
EG 14FEB2017 033 0
WS 14FEB2017 0500
EG 14FEB2017 030 0
WS 14FEB2017 0100
5
WS 14FEB2017 0430
EG 14FEB2017 023 0
WS 14FEB2017 0400
EG 14FEB2017 013 0
4
EG 14FEB2017 020 0
WS 14FEB2017 0330
WS 14FEB2017 0300
WS 14FEB2017 0230
3
WS 14FEB2017 0130
WS 14FEB2017 0200
Grou nd
Bank Sta
2
0 50 100 150 200 250 300
2-18
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Apabila permukaan air terletak pada suatu ketinggian dari bidang datar, tinggi
muka air diatas bidang datar pada kedua ujung penampang seperti yang
terlihat pada Gambar 2.5 Profil Muka Air pada Penampang 1 dan 2 adalah:
Z2 = So . x + y2 + z1.
Z1 = y1 + z1.
Pada bagian saluran sepanjang x, dengan menyamakan tinggi tekanan total
di kedua ujung penampang 1 dan 2 adalah:
12 22
Z1 1 h f he Z 2 2
2.g 2.g
dengan :
Y = kedalaman aliran (m).
v = kecepatan rata-rata (m/dt).
= koefisien energi (diasumsi sama dengan 1).
So = kemiringan dasar sungai.
Sf = kemiringan garis energi.
g = percepatan gravitasi (= 9,81 m/dt2).
hf = kehilangan tekanan akibat gesekan.
hc = kehilangan tekanan akibat pusaran.
z = jarak vertikal dasar sungai dari datum.
Z = tinggi muka air di atas bidang datar.
Kehilangan tinggi tekan akibat kekasaran penampang adalah:
22 12
he k . 2 1
2 g 2 g 1
2-19
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
12
H 1 Z1 1
2.g
22
H 2 Z2 2
2.g
Sehingga persamaan dasar yang merupakan urutan metode tahapan
standar menjadi:
H2 = H1 + hf + he
dengan :
H1 = tinggi tekanan total pada ujung penampang 1.
H2 = tinggi tekanan total pada ujung penampang 2.
2-20
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3 / 7
z B2
6 / 7
B F
2 1 c c 1.
h B1 B1
= w . g . h . I.
dengan :
z = kedalaman gerusan.
h = kedalaman air.
B1 = lebar sungai sebelum penyempitan.
B2 = lebar penampang yang menyempit.
c = tegangan geser kritis material dasar sungai.
= tegangan geser material di hulu penyempitan.
P = koefisien yang tergantung rumus transpor sedimen (untuk MPM)
P = 2/3 dan /c< 1 – 3).
g = percepatan gravitasi (m/dt2).
Jika lebar jembatan dengan kontraksi oleh pilar-pilar jembatan (L)
lebih kecil daripada lebar regime sungai (B), kedalaman normal degradasi
dibawah jembatan (DN) dapat dihitung dengan (P, Novak, 1990:328):
DN = Rs (B/L)0,61
B = 4,75 Q
1/ 2
Q
Untuk L > B, Rs = 0,475
f
1/ 2
q2
Untuk L < B, Rs = 1,35 . , f 1,75 d
f
Kedalaman maksimum degradasi pada jembatan dengan bentang
tunggal tanpa pilar) adalah 25% lebih besar daripada kedalaman normal
gerusan yang dihitung dengan rumus DN diatas. Sedangkan kedalaman
maksimum degradasi dibawah jembatan yang terdiri dari beberapa
bukaan (dengan beberapa pilar) maka kedalaman maksimum degradasi
adalah 100% lebih besar daripada kedalaman normal (DN).
Jika penyempitan penampang adalah faktor yang paling berpengaruh
pada jembatan maka kedalaman maksimum degradasi dihitung dengan
rumus:
Dmax = Rs (B/L)1,56
2-21
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
dengan :
Rs = kedalaman regime gerusan.
f = silt factor (Lacey).
d = diameter rata-rata.
L = lebar antara pilar ditambah tebal pilar (dari pangkal jembatan yang
satu
ke pangkal jembatan yang lain).
q = Q/B = debit persatuan lebar.
B = lebar regime sungai.
2. Kedalaman Penggerusan Lokal pada Pilar dan Abutment
Kedalaman maksimum gerusan lokal adalah kedalaman gerusan yang
sudah mencapai keseimbangan, dapat dihitung dengan rumus
(Melville(15), 1997:125):
ds = KywKIKdKsKoKG
dengan :
K = faktor empiris untuk variabel pengaruh pada kedalaman
gerusan
Kyw = faktor kedalaman (Kyb untuk pilar KyL untuk pangkal
jembatan)
K1 = faktor intensitas aliran
Kd = faktor ukuran sedimen
Ks = faktor bentuk pilar dan pangkal jembatan
Ko = faktor arah aliran menabrak pilar
KG = faktor geometri sungai.
Masing-masing parameter yang mempengaruhi kedalaman gerusan
lokal akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Kedalaman aliran – ukuran pondasi.
Pengaruh kedalaman aliran terhadap kedalaman gerusan berkaitan
dengan ukuran ketebalan pilar (b) dan panjang pangkal jembatan (L).
Hubungan tersebut dapat dilihat pada rumus untuk menentukan faktor
kedalaman aliran (Kyw), Kyb untuk pilar dan KyL untuk pangkal jembatan:
Untuk pangkal jembatan : Pendek (L/y < 1), KyL = 2 L
2-22
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Vc y
o
5,75 log 5,53
u c d 50
2-23
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Vca y
o
5,75 log 5,53
u ca d 50a
Rumus untuk menentukan Va menurut Melville dan Sutherland (1988)
adalah:
Va = 0,8 Vca
Kecepatan geser dicari dengan menggunakan diagram Shield untuk
ukuran diameter butiran rata-rata (d50). Rumus pendekatan untuk
mencari kecepatan geser pada diagram Shield untuk sedimen dalam air
dengan temperatur 20o C adalah :
u*c = 0,0115 + 0,0125 d1,4, 0,1 mm < d < 1 mm
u*c = 0,0305 d0,5 – 0,0065 d-1, 1 m < d < 100 mm
dengan :
Va = kecepatan transisional dari kondisi air jernih ke kondisi dasar
bergerak.
Vca = kecepatan rata-rata aliran yang memungkinkan terjadinya
pembentukan lapisan pelindung.
V = kecepatan aliran rata-rata.
Vc = kecepatan kritis.
u*c = kecepatan geser kritis berdasarkan ukuran butiran sedimen
d50.
u*c = kecepatan geser kritis berdasarkan ukuran butiran sedimen
d50a.
g = standar deviasi geometri sedimen ( = d84/d50).
d50, d84 = diameter butiran sedimenyang lolos saringan 50%.
d50a = median armor size (= dmax/1,8) menurut Chin (1985).
dmax =ukuran butiran maksimum didapat dari distribusi ukuran
butiran.
c) Ukuran diameter sedimen
Faktor ukuran butiran sedimen bergantung pada perbandingan antara
geometri pilar dan pangkal jembatan (W) dengan diameter sedimen (d).
2-24
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Yaitu ukuran diameter butiran (d50) untuk sedimen seragam dan (d50a)
untuk sedimen tidak seragam.
W W
25, Kd 0.57 log( 2,24 )
d 50 d 50
W
25, Kd 1,0
d 50
dengan :
W = dimensi panjang (b untuk pilar, L untuk pangkal jembatan)
d50 = diameter butiran sedimen dengan kelolosan 50%.
d) Bentuk pilar dan pangkal jembatan
Faktor bentuk (Ks) untuk menghitung gerusan tergantung pada tipe
dan bentuk pilar dan pangkal jembatan.
Untuk pilar dengan bentuk tidak homogen (non uniform) yaitu ukuran
pilar (D) yang pondasinya lebih besar (D*) maka dihitung diameter
equivalen (De):
yZ D * z
De D. D *
Y D * D*y
dengan:
b = tebal pilar.
D = diameter pilar.
D* = diameter pondasi pilar.
Z = jarak bertikal dari permukaan dasar sungai ke elevasi puncak
pondasi.
Jika ada pengaruh suatu penghalang (floating debris) pada pilar
jembatan, maka untuk menghitung diameter equivalen menurut Melville
dan Dongol (1992) adalah sebagai berikut:
0,52Td Dd ( y 0,52Td ) D
De
y
dengan:
Td = tebal floating debris
Dd = diameter floating debris
2-25
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Nilai koreksi (Ks*) pada pilar yang lebar dan pangkal jembatan yang
panjang adalah sebagai berikut:
Untuk pilar: b/y > 25, Ks* = 1,0
Untuk pangkal jembatan:
L/y < 10, Ks* = Ks
10 < L/y < 25, Ks* = Ks + 0,667 (1-Ks) (0.1 L/y – 1)
L/y > 25, Ks* = 1,0
3. Faktor arah pilar dan pangkal jembatan terhadap arah aliran.
a) Sudut arah pilar () adalah sudut antara arah aliran dengan sumbu mayor
(memanjang) pilar. Untuk = 0o maka K = 1,0, sedangkan untuk < 90o
maka K dapat dilihat pada tabel hubungan antara θ dengan
Dengan,
2-26
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Saluran
Penangkap
Aliran
2-27
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Kemiringan
Jenis Lapis Permukaan
No. Melintang Normal
Jalan
I (%)
1 Beraspal, beton 2% - 3%
2 Japat 4% - 6%
3 Kerikil 3% - 6%
4 Tanah 4% - 6%
Sumber: AASHTO, 1984
2-28
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Periode Free
No Saluran Drainase Ulang Board
(tahun) (meter)
2-29
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
terdekat dengan lokasi sistim drainase, jumlah data curah hujan paling
sedikit 10 tahun.
b) Periode Ulang
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan besar tertentu
mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang rencana untuk
Saluran dan gorong-gorong ditentukan 10 tahun, atau seperti pada
Tabel diatas
c) Waktu konsentrasi (Tc).
Luas daerah pengaliran batas-batasnya tergantung dari daerah
pembebasan dan daerah sekelilingnya dan ditetapkan, sebagaimana
Gambar 2.4 berikut ini :
1
V R 2 / 3 So1 / 2
nd
Dimana:
V12 V22
h1 z1 h2 z 2 hf
2.g 2g
Dimana:
h = kedalaman air (m)
z = elevasi dasar dari datum line (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m2/s)
hf = head loss (m)
2-31
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Waktu konsentrasi
Waktu pengaliran menuju saluran atau time of inlet dirumuskan:
2 n
to [ 3,28 l d ]0,167
3 So
Dimana:
nd = koefisien hambatan
So = kemiringan aliran
tc to t d
2 n L
[ 3,28 l d ]0,167
3 So V 60
Bahan bangunan Saluran samping jalan ditentukan oleh besarnya
kecepatan rencana aliran air yang akan melewati saluran samping dapat
dilihat pada Tabel 2.5 Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan berdasarkan Jenis
Material berikut ini,
2-32
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 2.5 Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material
Kecepatan aliran yang
Jenis Bahan
diijinkan (m/dtk)
Tabel 2.6 Hubungan Kemiringan Saluran Samping Jalan dengan Jenis Material
2-33
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Kemiringan Saluran
Jenis Material
Samping I (%)
Tanah Asli 0 – <1.5
Kerikil 1.5 – 2
Pasangan >2
Sumber:Dewan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan
Jalan”, YBPPU, Jakarta, 1994.
2-34
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2xgxH
Q = Axv=Ax
f
2-35
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Dengan,
g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det.
H = jumlah tinggi energi termasuk kehilangan energi
= H1 - H0
H1 = elevasi muka air di inlet
H0 = elevasi outlet + ½ x D (tinggi gorong-gorong)
4. Kehilangan energi
Koefisien kehilangan energi ( f), dirumuskan :
f = fe + fc + fb + fp + fr + fo
Dimana :
- Kehilangan energi di entrance (fe) :
2
vt
fe = c x
ve
c = koefisien entrance = 0,30
vt = At = ¼ x π x Ø2 (m2) - (Pipe Culvert)
vt = At = B x D (lebar x tinggi gorong-gorong) - (Box Culvert)
ve = Ae = B (lebar entrance) x H (tinggi entrance) - luas
penampang
entrance
Dimensi entrance disesuaikan keadaan lapangan atau menggunakan
standar yang sudah biasa dipakai.
- Kehilangan energi akibat kontraksi (fc) :
fc = 0,100 m, akibat perubahan bentuk penampang.
- Kehilangan energi akibat belokan (fb) :
7 7 1
r 2 r 2 θ 2
fb = 0,131 0,163 x x
R R 90
dengan:
r = jari-jari gorong-gorong (m).
R = jari-jari belokan gorong-gorong (m).
= sudut belokan (o)
- Kehilangan energi akibat gesekan (ff) :
2-36
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2
L L At
ff = f1 x 1 + f2 x 2 x
D r Ae
124,5 x n 2
f1 = 1
(pada gorong-gorong)
3
D
2 x g x n2
f2 = 1
(pada entrance gorong-gorong)
3
r
L1 = panjang gorong-gorong
L2 = panjang entrance gorong-gorong
5. Koefisien Manning
Nilai Koefisien Manning untuk analisis dasar perencanaan, dapat dilihat
pada Tabel 2.8 berikut ini :
Tabel 2.7 Koefisien Manning (nd)
2-37
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-38
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
W = 0.5 xd
dimana:
W = tinggi jagaan (m)
d = kedalaman air di saluran (m)
2.4.6 Perencanaan Talang
Perencanaan bangunan silang dipakai Talang apabila profil muka air
pengaliran berada diatas jalan, termasuk tinggi bebas yang dipersyaratkan
diatas jalan tol. Adapun persyaratan bangunan talang sebagai berikut :
1) Cukup untuk mengalirkan debit air maksimum (Q rencana) secara
efisien.
2) Dibuat dengan tipe yang permanen, bagian talang terdiri dari tiga
bagian konstruksi utama :
- Saluran air utama berbentuk persegi empat yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari bagian hulu (inlet) ke bagian hilir (outlet).
- Bangunan transisi pada inlet dan outlet yang berfungsi menghilangkan
efek back water.
- Dasar pada inlet dibuat lebih rendah elevasi dasar saluran untuk
berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur dan apabila dimungkinkan
sebagai dasar saluran pembilas.
3) Kemiringan talang direncanakan sesuai dengan rencana
kecepatan pada talang sebesar 1.5 m/detik.
4) Tinggi muka air (H) pada talang direncanakan sama dengan pada
saluran untuk mengurangi efek back water.
5) Kondisi aliran disesuaikan dengan Angka Froude untuk desain
talang kurang dari 0.7 (aliran super kritis), dengan rumus sebagai
berikut :
2-39
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
F = V / gD
dimana :
F = Angka Froude.
V = Kecepatan Aliran (m/s).
g = Kecepatan Gravitasi (m/s2).
D = Hydraulic depth (m).
Secara hidraulik bangunan talang pada prinsipnya sama dengan saluran
terbuka, sedangkan perhitungan lebar dasar, kemiringan dasar saluran,
dan tinggi kehilangan energi adalah sebagai berikut :
Q = A.V
V = 1/n . R 2/3
. S ½.
∆H = S . L + ƒin . (Va – V1)2/2g + ƒout . (V2 – Va)2/2g
dimana :
Q = debit melalui talang (m3/dt).
A = luas penampang basah talang = b . H (m2).
V = kecepatan aliran (m/dt).
g = percepatan grafitasi (= 9.81 m/dt2).
n = angka kekasaran Manning.
R = radius hydraulik (A / p).
S = kemiringan saluran talang.
L = panjang saluran talang.
ƒinƒout = koefisien kehilangan energi masuk dan keluar talang.
V1 V2 = kecepatan air masuk dan keluar talang.
Va = kecepatan air pada saluran.
2-40
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
b) Siphon dengan kondisi kosong harus dapat menahan gaya uplift, dimana
keadaan kritis terjadi apabila elevasi muka air tanah diatas siphon.
c) Untuk mengurangi gaya tegangan radial pada siphon digunakan
groundcover.
d) Untuk mengurangi gaya gesek pada pengalirannya digunakan belokan
yang minimal mungkin.
e) Kecepatan pada siphon direncanakan sebesar 2.0 m/detik.
f) Secara hidraulik bangunan siphon pada prinsipnya sama dengan gorong-
gorong dengan aliran tekan dan perhitungan tinggi kehilangan energi
adalah sebagai berikut :
Q = A*V
R =A/P
∆H = (V2 * L) / ((1/n)2 *R4/3) + Kb * V2 / 2g + ƒin* (Va – V1)2/2g + ƒout
*(V2 –
Va)2/2g + c *V2 / 2g
dimana :
Q = debit melalui siphon (m3/dt).
A = luas penampang basah siphon = (b . H) . 2 (m2).
V = kecepatan aliran siphon (m/dt).
g = percepatan grafitasi (= 9.81 m/dt2).
n = angka kekasaran Manning.
R = radius hydraulik (A / p).
P = keliling basah siphon.
L = panjang saluran siphon.
Kb = koefisien kehilangan energi karena belokan siphon.
ƒin ƒout = koefisien kehilangan energi masuk dan keluar siphon.
c = koefisien kehilangan energi trashrack siphon.
V1 V2 = kecepatan air masuk dan keluar siphon.
Va = kecepatan air pada saluran.
2-41
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-42
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Di ruas atas yang curam, palung kecil sungai itu mungkin tidak stabil dan
diperlukan beberapa krib untuk menstabilkan dasar sungai di dekat
pengambilan.
Di ruas-ruas tengah dan bawah, biasanya lokasi bendung akan dipilih di ruas
yang stabil. Pada sungai teranyam (braided river) atau sungai dengan tanggul
pasir yang berpindah-pindah, ruas stabil seperti yang dimaksud mungkin tidak
ada.
di mana:
L = jarak antar krib, m
∝ = parameter empiris (≈ 0,6)
1/2
C = koefisien Chezy, m /dt (≈ 45 untuk sungai)
h = mean (nilai tengah) kedalaman air, m
2
g = percepatan gravitasi, m/dt (≈ 9,8)
2-43
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Gerusan Pada Saluran dihindari dengan menerapkan Tabel 2.8, Tabel 2.9,
Tabel 2.10, Tabel 2.11, Tabel 2.12 dan table 2.13 berikut:
2-44
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-45
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 2.10 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Rata-rata yang Diijinkan Untuk Kedalaman
Air (Tanah-Kohesif)
Tabel 2.11 Faktor Koreksi Rata-rata yang Diijinkan Untuk Kedalaman Air (Tanah
Kohesif)
Tabel 2.12 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Rata-rata yang Diijinkan Pada Belokan
Lurus 1.00
Ringan 0.95
Sedang 0.81
2-46
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
W
=
4,83 x Q1 2
A = penampang basah sungai
W = panjang pengaruh muka air dari jembatan
Ds2 = local scour
= 0,8 V0 b
b = lebar efektif jembatan.
2-47
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Catatan :
Jika curah hujan lebih besar dari 100 mm/jam, maka luas tersebut harus
disesuaikan, dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 dan dibagi
dengan kelebihan curah hujan dalam mm per jam.
2-48
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pumping yang terjadi pada perkerasan jalan diakibatkan oleh seepage atau
rembesan yang terjadi pada konstruksi jalan melebihi dari debit yang telah
dihitung. Jika terjadi kelebihan tersebut maka akan timbul gejala piping dan
boiling yang akhirnya dapat menghancurkan konstruksi jalan. Digunakan
analisis flow net untuk merancang debit dan dimensi sub drain agar tidak
terjadi kondisi pumping pada perkerasan jalan, dirumuskan :
nf
q = x k x H (m3/det/m’)
ne
dimana,
q = debit rembesan per meter panjang
nf = jumlah flow channel
ne = jumlah equipotential drop
k = koefisien permeabilitas (m/det)
H = tinggi air (m)
2-49
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
φ 4 * ψ'0,188
3/2
S φ * Δ * g * Dm * b
3
Dimana :
= intensitas angkutan sedimen
’ = intensitas pengaliran
S = jumlah sedimen yang ditransport (m3/hari)
g = percepatan grafitasi (= 9,81 m/det2)
= (s -w) /w
s = berat jenis sedimen
w = berat jenis air
2-50
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-52
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-53
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2-54
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Dimana:
V12 V22
h1 z1 h2 z 2 hf
2.g 2g
Dimana:
h = kedalaman air (m)
z = elevasi dasar dari datum line (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m2/s)
hf = head loss (m)
Waktu konsentrasi
Waktu pengaliran menuju saluran atau time of inlet dirumuskan:
2 n
to [ 3,28 l d ]0,167
3 So
Dimana:
nd = koefisien hambatan
So = kemiringan aliran
Waktu pengaliran dalam saluran atau time of flow dihitung berdasarkan sifat-
sifat hidrolis saluran dan dirumuskan:
2-55
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
L
td (det)
V
L
td (men)
V 60
Dimana :
tc to t d
2 n L
[ 3,28 l d ]0,167
3 So V 60
2-56
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
3 BAB 3
3. KRITERIA DESAIN STRUKTUR ATAS DAN
STRUKTUR BAWAH
Desain untuk infrastruktur dan jembatan di Indonesia pada saat ini umumnya
mengacu pada standar umum dan Kriteria Desain yang terbagi dalam Standar
Acuan Utama dan Standar Acuan Tambahan.
3-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Adapun Spesifikasi bahan desain Struktur atas dan bawah adalah sebagai
berikut.
3.2.1 Beton
Berat jenis, : 25.5 kN/m3
Poisson ratio, : 0.2
Koefisien muai, : 1.1×10-5/oC atau Koefisien muai panjang beton akibat
panas, bisa diambil sebesar - 10 x 10-6 per 0C, dengan pertimbangan bisa
bervariasi ± 20%; atau - Ditentukan dari hasil pengujian. (SNI T12-
2004,Perencanaan strukur beton Jembatan).
3-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
(dalam MPa) untuk wc antara 1440 dan 2560 kg/m3. Untuk beton
Klasifikasi
Keadaan permukaan dan lingkungan
lingkungan
3-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Klasifikasi
Keadaan permukaan dan lingkungan
lingkungan
Tebal selimut beton untuk tulangan dan tendon harus diambil nilai tebal
selimut beton yang terbesar sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan untuk
keperluan pengecoran dan untuk perlindungan terhadap karat.
Berikut ini diberikan ketentuan pemakaian selimut beton:
3-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Tabel 3. 4 Selimut Beton untuk Komponen yang Dibuat dengan Cara Diputar
3-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
3-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Tegangan ijin tarik dan tekan untuk beton akibat dari pembebanan SLS
sesuai dengan SK SNI T-12-2004 section 4.4.1. seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.7 berikut.
Pada saat
transfer (untuk
beton
pretegang)
0.25 x
- Tarik 1.77 1.62 1.54 1.46 1.37 1.25
fc '
-0.60 x
- Tekan -24 -20.16 -18.24 -16.32 -14.4 -12
f ci '
Kondisi Akhir
(Kondisi Layan)
0.50 x
- Tarik 3.54 3.24 3.08 2.92 2.74 2.50
fc '
- Tekan -0.45 x
karena
-22.5 -18.9 -17.1 -15.3 -13.5 -11.25
beban fc '
permanen
- Tekan
karena -0.6 x fc ' -30 -25.2 -22.8 -20.4 -18 -15
beban layan
3-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
3-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
3-9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
- BEBAN ANGIN o o X o o o X o
AKSI KHUSUS:
- BEBAN GEMPA X
- BEBAN TUMBUKAN
- PENGARUH GETARAN X X
- BEBAN SEMENTARA KONSTRUKSI X X
3-10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Catatan (1): Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol untuk beban rencana
menggunakan tanda bintang, untuk: PMS = berat sendiri nominal, P*MS = berat sendiri
rencana
(2): Tran = transien
(3) : Lihat penjelasan pada masing masing aksi yang sesuai
N/A: Menandakan tidak dapat dipakai. Dalam hal di mana pengaruh beban transien
CATATAN (1) : Beban lajur "D" yaitu TTD atau beban truk "T" yaitu TTT diperlukan untuk
membangkitkan gaya rem TTB dan gaya sentrifugal TTR pada jembatan. Tidak
ada faktor pengurangan yang harus digunakan apabila TTB atau TTR terjadi
dalam kombinasi dengan TTD atau TTT sebagai kombinasi primer.
CATATAN (2) : Gesekan pada perletakan TBF bisa terjadi bersamaan dengan pengaruh
temperatur TET dan harus dianggap sebagai satu aksi untuk kombinasi
beban.
3-11
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Berat sendiri dari struktur jembatan dihitung dengan menggunakan berat jenis
Berdasarkan Tabel 3.13 berikut:
Komponen Kepadatan
3-13
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
beban mati dari jembatan. Apabila rangkak dan penyusutan bisa mengurangi
pengaruh muatan lainnya, maka harga dari rangkak dan penyusutan
tersebut harus diambil minimum (misalnya pada waktu transfer dari beton
prategang).
3-14
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
tanah lateral yang diperoleh masih berupa harga nominal dan selanjutnya
harus dikali dengan faktor beban yang cukup.
Pengaruh air tanah harus diperhitungkan.
Tanah dibelakang dinding penahan biasanya mendapatkan beban
tambahan yang bekerja apabila beban lalu lintas bekerja pada bagian
daerah keruntuhan aktif teoritis. Besarnya beban tambahan ini adalah
setara dengan tanah setebal 0,6 m yang bekerja secara merata pada
bagian tanah yang dilewati oleh beban lalu lintas tersebut. Beban
tambahan ini hanya diterapkan untuk menghitung tekanan tanah dalam
arah lateral saja, dan faktor beban yang digunakan harus sama seperti
yang telah ditentukan dalam menghitung tekanan tanah arah lateral.
Faktor pengaruh pengurangan dari beban tambahan ini harus nol.
Tekanan tanah lateral dalam keadaan diam biasanya tidak
diperhitungkan pada Keadaan Batas Ultimate. Apabila keadaan demikian
timbul, maka Faktor Beban Ultimate yang digunakan untuk menghitung
harga rencana dari tekanan tanah dalam keadaan diam harus sama
seperti untuk tekanan tanah dalam keadaan aktif. Faktor Beban Daya
Layan untuk tekanan tanah dalam keadaan diam adalah 1,0, tetapi
dalam pemilihan harga nominal yang memadai untuk tekanan harus hati
- hati.
Catatan : Pada tekanan tanah pasif faktor beban normal 1.0 dan saat
terkurangi tetap 0.7
3-15
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-16
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Bila pengaruh tetap yang terjadi tidak begitu terkait dengan aksi rencana
lainnya, maka pengaruh tersebut harus dimaksudkan dalam batas daya
layan dan batas Ultimate dengan menggunakan faktor beban yang ada.
Panjang yang dibebani L adalah panjang total BTR yang bekerja pada
jembatan. BTR mungkin harus dipecah menjadi panjang-panjang tertentu
untuk mendapatkan pengaruh maksimum pada jembatan menerus atau
bangunan khusus. Dalam hal ini L adalah jumlah dari masing-masing
panjang beban-beban yang dipecah seperti terlihat pada Gambar 3.3.
Beban garis (BGT) memiliki intensitas 49.0 kN/m dan ditempatkan tegak
lurus arah lalu lintas pada jembatan
3-17
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
apabila lebar jalur lebih besar dari 5.5 m, beban “D” harus ditempatkan
pada jumlah lajur lalu lintas rencana (nl) yang berdekatan dengan
intensitas 100%.
Faktor Beban Dinamis (FBD) untuk beban lajur dapat dilihat pada
Gambar 3.4. Faktor pembesaran Dinamis hanya diaplikasikan untuk
beban lajur terpusat dan beban truk.
3-18
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-19
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
“T” yang bisa ditempatkan pada satu lajur kendaraan. Faktor Beban
Dinamis juga diaplikasikan pada beban truk “T”.
3-20
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pembebanan lalu lintas 70% dan faktor pembesaran di atas 100% BGT dan
BTR berlaku untuk gaya sentrifugal.
V2
TTR 0.0079 TT
r
Di mana:
Jembatan pejalan kaki dan trotoar pada jembatan jalan raya harus
direncanakan untuk memikul beban per m2 dari luas yang dibebani seperti
Gambar 3.7.
Luas yang dibebani adalah luas yang terkait dengan elemen bangunan yang
ditinjau. Untuk jembatan, pembebanan lalu lintas dan pejalan kaki jangan
diambil secara bersamaan pada keadaan batas Ultimate.
3-21
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pilar yang mendukung jembatan yang melintasi jalan raya, jalan kereta api
dan navigasi sungai harus direncanakan mampu menahan beban tumbukan
atau dapat direncanakan untuk diberi pelindung.
Pilar harus direncanakan untuk bisa menahan beban statik ekivalen sebesar
1000 kN yang bekerja membentuk sudut 10o dengan sumbu jalan yang
terletak di bawah jembatan. Beban ini bekerja 1.8 m di atas permukaan
jalan. Beban rencana dan beban mati rencana pada bangunan harus ditinjau
sebagai batas daya layan.
3-23
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-24
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-25
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Di mana:
Bila pilar tipe dinding membuat sudut dengan arah aliran, gaya angkat
melintang akan semakin meningkat. Harga nominal dari gaya-gaya ini
dalam arah tegak lurus gaya seret adalah:
Di mana:
3-26
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Kecuali apabila tersedia data yang lebih tepat, untuk jembatan yang
terendam, gaya angkat akan meningkat dengan cara yang sama seperti
pada pilar tipe dinding. Perhitungan untuk gaya-gaya angkat tersebut
adalah sama, kecuali bila besarnya AL diambil sebagai luas dari daerah
lantai jembatan.
3-27
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3.4.16 Hanyutan
Gaya akibat benda hanyutan dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
Di mana:
VS : Kecepatan air rata-rata (m/s) untuk keadaan batas yang
ditinjau. Yang dimaksud dalam pasal ini, kecepatan batas harus
dikatikan dengan periode ulang dalam Tabel 7.
AD : Luas proyeksi benda hanyutan tegak lurus arah aliran (m2)
Jika tidak ada data yang lebih tepat, luas proyeksi benda hanyutan bisa
dihitung seperti berikut:
3-28
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
M Va
2
TEF (kN)
d
Di mana:
M : Massa batang kayu = 2 ton
Va : Kecepatan air permukaan (m/s) untuk keadaan batas yang
ditinjau. Dalam hal tidak adanya penyelidikan yang terperinci
mengenai bentuk diagram kecepatan di lokasi jembatan, V a
Gaya nominal Ultimate dan daya layan jembatan akibat angin tergantung
kepada kecepatan angin rencana seperti berikut:
Di mana:
VW : kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau
Kecepatan angin rencana harus diambil seperti yang diberikan Tabel 3.22.
Luas ekuivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang masif
dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk jembatan rangka
luas ekivalen ini dianggap 30% dari luas yang dibatasi oleh batang-batang
bagian terluar.
Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas:
Apabila suatu kendaraan sedang berada di atas jembatan, beban garis merata
tambahan arah Horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti
diberikan dengan persamaan:
3-30
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Klasifikasi Operasional
3-31
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Perhitungan Gempa
Perhitungan beban gempa serta persyaratan perencanaan jembatan
terhadap gempa Berdasarkan Standar Perancangan Jembatan
terhadap Beban Gempa, Badan Standarisasi Nasional (BSNI) (SNI
2833 : 2016) dengan Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia
Tahun 2017, (ISBN 978-602-5489-01-3).
Kelas situs
Kelas situs jembatan rencana ditentukan Berdasarkan jenis tanah
di lokasi jembatan sebagai acuan digunakan tabel berikut.
3-32
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Catatan:
Peta Gempa
Respon Spektra yang digunakan mengacu kepada peta gempa
terbaru yang dikeluarkan oleh Peta Sumber Dan Bahaya Gempa
Indonesia Tahun 2017, (ISBN 978-602-5489-01-3) berikut ini.
3-33
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-34
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-35
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
SDS = Fa x Ss
SD1 = F v x S1
AS = FPGA x PGA
3-36
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-37
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-38
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-39
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
jembatan khusus dan digunakan faktor pengaruh umur rencana pada beban
Ultimate seperti pada tabel di bawah ini.
Karena tidak ada ketentuan untuk umur rencana 75 tahun, maka diambil
faktor pengali sebesar 1.07. Faktor pengali Ku hanya digunakan untuk
kombinasi pembebanan Ultimate (ULS) dan tidak digunakan untuk beban
gempa.
1 2 3 4 5 6
AKSI PERMANEN:
- BERAT SENDIRI 1 1 1 1 1 1
- BEBAN MATI TAMBAHAN 1 1 1 1 1 1
- SUSUT RANGKAK 1 1 1 1 1 1
- GAYA PRATEKAN 1 1 1 1 1 1
-BEBAN PERMANEN KONSTRUKSI 1 1 1 1 1 1
- TEKANAN TANAH 1 1 1 1 1 1
- PENURUNAN
AKSI TRANSIEN:
- BEBAN LAJUR 'D'/BEBAN TRUK
1
'T'
3-40
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
KONDISI
1 2 3 4 5 6
- GAYA SENTRIFUGAL 1 1
- GAYA REM 1 1
- BEBAN PEJALAN KAKI 1
- BEBAN TEMPERATUR GRADIEN 1 1
- BEBAN TEMPERATUR SERAGAM 1 1
- BEBAN ANGIN PADA STRUKTUR 1 1
-BEBAN ANGIN PADA
1 1
KENDARAAN
- BEBAN ALIRAN AIR 1
- BEBAN HANYUTAN 1
- BEBAN BATANG KAYU 1
- HIDROSTATIK/APUNG 1
AKSI KHUSUS:
1.0 X
0.70 X 1.0 0.70 X 0.3 X
- BEBAN GEMPA EQX 1/(R/2
X 1/R 0.3 X 1/R 1/(R/2)
)
0.3 X
0.70 X 0.3 0.70 X 1.0 x
- BEBAN GEMPA EQY 1/(R/2
X 1/R 1.0 x 1/R 1/(R/2)
)
3-41
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tiang Bor
- Metode perhitungan daya dukung aksial menggunakan formula dari
Reese and Wright atau metode lain sesuai dengan kondisi lapangan
- Metode perhitungan daya dukung lateral menggunakan formula dari
Reese and Matlock atau metode lain sesuai dengan kondisi lapangan
- Faktor keamanan untuk daya dukung aksial end bearing : 3.0
- Faktor keamanan untuk daya dukung aksial friksi : 3.0
- Tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi gempa desain digunakan
1.5 x dari tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi normal.
- Tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi gempa kuat digunakan
1.2 x dari tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi gempa desain.
- Defleksi lateral maksimum pada kepala pondasi digunakan ½” (0.5
inci) untuk kombinasi beban Gempa Normal dan 1” (1 inci) untuk
kombinasi beban Gempa Kuat
- Daya dukung tiang tarik = 0.7 x P*n (Tahanan geser tanah ijin pada
selimut tiang)
- Efisiensi aksial tekan pile group menggunakan referensi Poulos and
Davis sebagai berikut :
3-42
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Skewing
Tiang Pancang
- Metode perhitungan daya dukung aksial menggunakan formula dari
Meyerhoff
- Metode perhitungan daya dukung lateral menggunakan formula dari
Reese and Matlock atau metode lain sesuai dengan kondisi lapangan
Faktor keamanan untuk daya dukung aksial end bearing : 3.0
- Faktor keamanan untuk daya dukung aksial friksi : 3.0
- Tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi gempa desain digunakan
1.5 x dari tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi normal.
- Tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi gempa kuat digunakan
1.2 x dari tegangan dan daya dukung ijin untuk kondisi gempa desain.
- Defleksi lateral maksimum pada kepala pondasi digunakan ½” (0.5
inci) untuk kombinasi beban Gempa Normal dan 1” (1 inci) untuk
kombinasi beban Gempa Kuat
- Daya dukung tiang tarik = 0.7 x P*n (Tahanan geser tanah ijin pada
selimut tiang)
- Efisiensi aksial tekan dan lateral pile group digunakan sama dengan
metode pada tiang bor.
- Toleransi akibat kesalahan pemancangan
3-43
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3-44
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
4 BAB 4
4. KRITERIA DESAIN GEOTEKNIK
10-4-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
4-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Daya dukung izin pondasi diperoleh dari daya dukung Ultimate pondasi
tersebut dibagi dengan suatu faktor keamanan yang besarnya ≥ 3 untuk
beban statik dan ≥ 2 untuk beban gempa.
4-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
4-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Soil Nailing adalah sistem perkuatan lereng yang bersifat pasif, artinya tanpa
gaya prategang. Sistem perkuatan ini utamanya terdiri atas sejumlah Nail bar
yang dipasang didalam tanah dengan cara dibor atau dipancang/tekan, dan
dinding muka berupa beton semprot yang diperkuat (reinforced shotcrete)
sebagai komponen dasar dinding muka.
Gambar 4. 1 Potongan Tipikal Dinding Soil Nailing dan Detail Sekitar Nail
4-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Ground anchor merupakan sistem perkuatan lereng yang bersifat aktif, artinya
menggunakan gaya prategang. Sistem perkuatan ini merupakan system
kombinasi dari kepala angkur anchor head), bearing plate, dan trumpet yang
mampu mentranmisikan gaya prategang dari baja prategang (bar atau strand)
pada permukaan tanah atau struktur yang di dukung (FHWA-IF-99-015).
Sejumlah tendon baja dipasang ke dalam tanah dengan cara dibor atau
ditekan, sekeliling lubang pada seluruh permukaan selimut tendon disemprot
beton (grout) yang mana diameter ujung tendon lebih besar sebagai tendon
pengikat (bonded tendon).
4-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Panjang
Free length
Kepala angkur
Fix length
dinding
Diameter
Beton semprot angkur
(grout)
4-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
h. Agar efektif dalam menahan gaya yang bekerja, maka sudut kemiringan
angkur terhadap arah bekerjanya gayanpada umumnya berkisar antara
300 - 450.
4-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
A. Geotekstil
B. Dinding MSE
Kriteria perencanaan untuk perkuatan menggunakan dinding MSE,
yaitu sebagai berikut :
1. Panjang perkuatan yang disyaratkan adalah L≥ 0.7 He, He
merupakan tinggi efektif dinding MSE dengan catatan berapapun
tinggi He, L≥ 2.5 m ;
2. Panjang perkuatan harus sama untuk keseluruhan tinggi dinding ;
3. Perkuatan dapat berupa geosintesis maupun pita metalik ;
4. Spasi perkuatan vertical, sv : 0.2 m – 1.25 m & spasi perkuatan
Horizontal, sh : 0.8 m – 1.5 m ;
5. Persyaratan untuk embedment (FHWA, 2009) ;
4-9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
4-10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
c. Deformasi aksial dan lateral yang terjadi sebagai dampak dari proses
penimbunan tidak boleh mengakibatkan material struktur yang berada
disekitar area pematangan lahan mengalami kerusakan.
Apabila kriteria diatas tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan perbaikan tanah
dasar.
Perbaikan tanah dilakukan sedemikian hingga karakteristik tanah setempat
tersebut berubah secara permanen dan memiliki karakteristik kompresibilitas,
daya dukung, permeabilitas, dan/atau ketahanan likuifaksi yang memadai dan
mencapai tingkat aman yang diharapkan. Perancangan perbaikan tanah
diperlukan, apabila ditemui kondisi-kondisi berikut:
4-11
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Setelah jenis perbaikan tanah dipilih, maka perlu dilakukan area percobaan
(trial area) untuk melakukan uji coba sistem perbaikan tanah tersebut. Area
percobaan ini dapat ditiadakan bilamana konsultan perencana sudah yakin
bahwa perancangan dan sistem pelaksanaan yang dipilihnya sudah tepat.
(Sumber : SNI 8460-2017)
Acuan dasar yang digunakan untuk menentukan jenis perbaikan tanah dilokasi
pekerjaan adalah Berdasarkan tinggi timbunan, ketebalan tanah lunak, ada
atau tidaknya lapisan pasir, ketersediaan material timbunan serta waktu
pekerjaan yang akan dikejar. Sebagai contoh, apabila ketebalan tanah lunak
hanya sedalam 2 m, metode perbaikan tanah yang dilakukan hanya replace
saja. Sedangkan untuk ketebalan tanah lunak yang cukup dalam, bisa ada 2
opsi tergantung ketersediaan material dan waktu konstruksi yang menjadi
pertimbangan antara menggunakan PVD + Preloading atau dengan PVD +
Vacuum.
4.5.1 Replacement
Teknik penggantian lapisan tanah lunak yang kompresibel diganti dengan
tanah yang bergradasi baik dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu,
penggantian sebagian atau penggantian seluruhnya sesuai dengan ketebalan
tanah lunak. Cara ini bertujuan untuk memperbaiki stabilitas dan mengurangi
besarnya penurunan akibat konsolidasi.
4-12
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Untuk pembebanan nya, ada dua alternatif yang umum dilakukan, yaitu
dengan preloading (prapembebanan) dan (vacuum). PVD dengan
prapembebanan hampa udara (vacuum) dapat digunakan pada perbaikan
tanah untuk tujuan berikut :
4-13
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
4-14
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
4-15
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 4. 3 Bahan Pengikat dan Pengisi yang Umum Digunakan dalam Deep Mixing
(BS EN 14679:2005)
Jenis Tanah Bahan Pengikat
Kapur (quick lime) / campuran kapur dan
Lempung
semen
Lempung sangat sensitive (quick
Kapur / campuran kapur dan semen
clay)
Kapur dan semen / semen dan slag / Kapur
Lempung organic
dan gypsum
Semen / semen dan slag / kapur, gypsum,
Gambut
semen
Tanah yang mengandung sulfat Semen / semen dan slag
Lanau Kapur dan semen / semen
Bahan pengikat diatas umumnya digunakan dalam pekerjaan Deep Mixing dengan
proses kering (tanpa menambahkan air/cairan). Untuk proses basah pada umumnya
bahan yang digunakan adalah adukan semen (semen + air), terkadang ditambahkan
abu terbang, gypsum atau bahan lain sebagai bahan pengisi. Bentonite juga sering
digunakan untuk memperbaiki kestabilan campuran.
4-16
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
5 BAB 5
5. KRITERIA DESAIN PERKERASAN
10-5-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Umur rencana perkerasan baru seperti yang ditulis dalam Tabel 5.1;
Catatan:
1. Jika dianggap sulit untuk umur rencana diatas, maka dapat digunakan
umur rencana berbeda, namun sebelumnya harus dilakukan analisis
dengan discounted whole of life cost, dimana ditunjukkan bahwa umur
rencana tersebut dapat memberikan discounted whole of life cost
terendah. Nilai bunga diambil dari nilai bunga rata-rata dari Bank
Indonesia, yang dapat diporoleh dari:
http://www.bi.go.id/web/en/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/.
2. Umur rencana tidak boleh diambil melampaui kapasitas jalan pada saat
umur rencana.
3. Umur Rencana harus memperhitungkan kapasitas jalan.
5-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 5. 2 Bagan Desain Perkerasan Kaku untuk Jalan dengan Beban Lalu Lintas
Berat Manual Desain Perkerasan Jalan 2017
Sumber: Manual Desain Perkerasan (MDP) 2017, Bagan Desain 4, Hal 7-14
5-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 5. 3 Bagan Desain – 3(1) 2020 Desain Perkerasan Lentur Dengan 150mm CTB
Tabel 5. 4 Bagan Desain – 3(2) 2020 Desain Perkerasan Lentur Dengan 200mm CTB
5-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Tabel 5. 5 Bagan Desain – 3(3) 2020 Desain Perkerasan Lentur Dengan 250mm CTB
Tabel 5. 6 Bagan Desain – 3(4) 2020 Desain Perkerasan Lentur Dengan 300mm CTB
5-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
5-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
5-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Nilai
No. Penggunaan
FKB
5-9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
6 BAB 6
6. KRITERIA DESAIN TEMPAT ISTIRAHAT DAN
PELAYANAN
6.2 Umum
Tempat istirahat dan pelayanan (TIP) lebih berfungsi sebagai bangunan
fasilitas kepada pengguna jalan tol sebagai bagian dari bentuk pelayanan
penyelenggara jalan tol.
Tempat istirahat dan pelayanan (TIP) adalah salah satu syarat beroperasinya
jalan tol sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2005. Sebagai tempat berhenti sementara. Tempat istirahat
mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai tempat
pelayanan yang berorientasi bisnis dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan oleh pengguna jalan. Pengembangan Tempat istirahat juga sebagai
usaha penyelenggara jalan tol untuk meningkatkan pelayanan kepada
pengguna jalan tol.
6.2.1 Maksud
- Meningkatkan pelayanan bagi pengguna tol.
- Menyediakan tempat istirahat bagi pemilik kendaraan pribadi, pengemudi
dan penumpang, yang telah atau akan menempuh perjalanan melelahkan,
maupun kendaraan umum /truk.
- Memenuhi kepentingan atau aspirasi masyarakat baik lokal maupun
pengguna jalan.
- Memaksimalkan penggunaan sebagian lahan Ruang Milik Jalan (Rumija).
- Pemanfaatan sumber daya setempat.
6-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
6.2.2 Tujuan
- Mewujudkan tempat peristirahatan yang berwawasan lingkungan.
- Membuat kondisi fisik pemilik kendaraan, pengemudi dan penumpang
segar dan dapat melanjutkan perjalanan.
- Mewujudkan ruas jalan tol agar tidak tunggal rupa (monoton) tetapi tidak
melupakan fungsi utama sebagai jalan bebas hambatan.
- Mendorong peningkatan produktivitas kawasan yang menuju pada
pertumbuhan lingkungan sekitar kawasan secara terbina.
- Meningkatkan nilai komersial lahan, tanpa melupakan fungsi utamanya.
6.2.3 Manfaat
- Mendorong terselenggaranya pengembangan lingkungan yang bersifat
campuran sesuai dengan kemampuan daya dukung lahan perencanaan.
- Keterpaduan konsep arsitektural melalui pengaturan tata bangunan dan
ekpresi serta bahan fasade bangunan dalam kaitannya dengan ketentuan
teknis dan keamanan jalan bebas hambatan.
- Pengendalian kemampuan daya dukung dan daya tampung lahan dengan
pembatasan intensitas bangunan sesuai guna lahan dan sistem prasarana
dan sistem transpotasi yang mendukungnya.
- Pemisahan yang tegas dari berbagai moda sirkulasi antara kendaraan
yang melalui jalan bebas hambatan dengan jalan dilingkungan tempat
istirahat.
6.2.4 Sasaran
- Kualitas fungsional kawasan.
- Pemanfaatan ruang kota/wilayah.
- Kualitas visual atau estetika kawasan.
- Kualitas lingkungan, baik lingkungan fisik bangunan maupun lingkungan
sosial.
6-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
6-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Kecepatan
Elemen Geometri Rencana
80 Km/jam
Landai maksimum 2%
Geometri on/off Ramp harus direncanakan untuk kecepatan 40 Km/jam Hal ini
menyangkut masalah deselerasi dan akselerasi kendaraan. Dengan toleransi
besaran radius tertentu, perletakan area TIP masih dapat diperbolehkan bila
pada area tersebut terdapat berbagai potensi untuk dikembangkan.
6.3.10 Perbedaan Kontur Lahan Tidak Terlalu Besar Atau Terlalu Curam
Hal ini untuk menghindari terjadinya cut and fill dalam volume besar yang
dapat menyebabkan pembiayaan yang tinggi.
6-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
6-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Gambar 6. 2 Bagan
Proses Perhitungan
Gambar 6. 3 Bagan Proses Perhitungan Tempat Parkir
Tempat Parkir(Rata-rata
Sumber: Perencanaan Tempat Istirahat dan Tempat Pelayanan Di jalan
waktu parkir Bebas
dalam Hambatan,
menit)
Dept. PU, Dirjen Bina Marga,1995.
6.4.2 Penentuan Lingkup Fasilitas TIP
Fasilitas umum dan fasilitas tambahan yang disediakan oleh TIP tergantung
oleh beberapa hal yang secara umum adalah :
• Profil dan behaviour pengguna jalan tol, apakah sebagian besar adalah
commuter yang termasuk pengguna kendaraan golongan I atau lebih
besar kendaraan golongan II seperti truk untuk keperluan niaga atau bis
antar kota.
• Pasar (market) potensial. Selain sebagai fasilitas untuk pengguna jalan
tol, TIP juga memiliki fungsi ekonomi. Untuk itu perlu dijajaki
kemungkinan pengembangan fasilitas yang sesuai dengan pasar potensial
yaitu pengguna jalan tol.
• Luas kawasan yang tersedia. Berkaitan dengan kapasitas dari fasilitas-
fasilitas yang ditampung.
6-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
7 BAB 7
7. KRITERIA DESAIN PELATARAN, KANTOR GERBANG
DAN FASILITAS TOL
Lebar lajur lalu lintas pada gerbang tol (toll island) 2,10 m. Untuk dapat melayani
sesuatu yang bersifat khusus, seperti misalnya angkutan dengan kendaraan khusus
yang ekstra lebar maka pada lajur paling luar (kiri) dibuat dengan lebar 3,50 m.
Miring melintang permukaan perkerasan pada pelataran tol pada umumnya minimum
1,0% dan maksimum 2% sedangkan untuk permukaan perkerasan peralatan tol
pada Barrier, miring melintang permukaan perkerasannya dapat dibuat minimum
sebesar 0,5 %, dengan ketentuan sumbu gerbang tol pada puncak lengkung vertikal
dengan landai memanjang jalan +2% dan -2%. Pelebaran jalur pada pelataran tol
harus dibuat dengan panjang transisi yang cukup, sehingga memungkinkan manuver
atau weaving lalu lintas dari jalur normal ke arah lajur tol/gardu yang akan dituju
dan sebaliknya. Pada pelataran tol barrier, pelebaran jalur harus dibuat dengan
kemiringan taper maksimum 1 : 8, dan kemiringan taper maksimum pelataran tol
pada Ramp atau jalan akses 1 : 5.
Perkerasan pada daerah gerbang tol dibuat dengan konstruksi perkerasan beton
semen (rigid pavement) dengan tulangan susut (wire mesh). Pada pelataran tol
bartrier perkerasan beton semen dibuat minimum sepanjang 100 m sedang
pelataran tol pada Ramp atau jalan akses minimum sepanjang 50 m. Tebal
7-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2
perkerasan minimum 27 cm dengan kuat lentur (flexural strength) beton 45 kg/cm .
Untuk menetapkan jumlah lajur atau jumlah gardu tol yang direncanakan, akan
ditentukan oleh 3 faktor yaitu:
a. Volume lalu lintas
b. Waktu pelayanan di gardu tol
c. Standar pelayanan (jumlah antrian kendaraan yang diperkenankan)
Semakin besar volume lalu lintasnya, akan semakin banyak gardu tol yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang baik. Dilain pihak semakin panjang
(lama) waktu pelayanan akan semakin banyak pula gardu tol yang diperlukan.
Jumlah gardu tol yang berlebihan tentunya tidak efisien dari sisi operasional jalan tol.
Sebaliknya jumlah gardu tol yang tidak mencukupi kebutuhan lalu lintas akan
menyebabkan pemakai jalan terpaksa harus menunggu (antri) dalam melakukan
transaksi. Ini tentunya akan tidak efisien bagi pemakai jalan. Kualitas pelayanan
tergantung pada jumlah antrian atau waktu menunggu rata-rata di gerbang tol.
Untuk menyelesaikan masalah antrian ini dapat digunakan teori antrian. Dalam teori
tersebut, panjang antrian akan ditentukan oleh 3 faktor sebagai berikut :
a. Distribusi statistik dari kendaraan yang datang di gerbang tol pada periode waktu
tertentu dianggap random (interval kedatangan kendaraan probabilitas Poisson).
b. Distribusi statistik dari waktu yang dibutuhkan oleh setiap kendaraan untuk
melakukan transaksi di gardu tol (waktu pelayanan, distribusi eksponensial).
c. Hubungan antara waktu kedatangan kendaraan dan waktu pelayanan.
Hubungan antara interval waktu kedatangan kendaraan dan waktu pelayanan
adalah sebagaimana rumus di bawah ini :
b
(intensitas lalu lintas) P
a
=
Intensitas lalu lintas per lajur pada gerbang tol dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
b
(intensitas lalu lintas per lajur) P=
axs
dimana : a = interval kedatangan kendaraan rata-rata
b = waktu pelayanan rata-rata (detik)
7-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pada rumus di atas, bila intensitas lalu lintas per lajur (µ ) lebih besar dari 1 (µ
<l), yaitu interval kedatangan kendaraan lebih kecil dari waktu pelayanan di
gardu tol, maka antrian pada gerbang tol akan tak terhingga. Oleh karena itu
untuk a dan b tertentu, maka s (jumlah gardu) harus ditentukan sedemikian
sehingga µ <l. Bila interval kedatangan kendaraan dinyatakan dengan distribusi
probabilitas Poisson dan waktu pelayanan dinyatakan dengan distribusi
eksponensial, maka didapatkan hubungan sebagai berikut:
ps b
Waktu tunggu rata-rata : w x 2
xk
s.s! (1- µ)
1 P2 x K = w
Jumlah antrian kendaraan rata-rata : q 2 x x
s
(1- µ) s! k
Dimana :
q w
Jumlah antrian rata-rata per lajur/gardu
s b
1
Dimana : k
1 + p + P + ..... + P
2 s-1 1
+ P +
2
2! (s-1) S! 1-p/s
Intensitas lalu lintas Berdasarkan pada hubungan standar pelayanan (jumlah
antrian kendaraan rata-rata) dan jumlah lajur (gardu tol), dapat ditentukan
seperti pada tabel di bawah ini :
7-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pada tabel di atas nampak bahwa intensitas lalu lintas per-lajur, pada standar
pelayanan (jumlah antrian) yang sama, meningkat sejalan dengan bertambahnya
jumlah lajur/gardu tol. Pada tabel di atas juga nampak bahwa intensitas lalu
lintas per lajur untuk jumlah antrian kendaraan rata-rata lebih dari 10, akan
mendekati 1. Ini berarti antrian pada gerbang tol adalah tak terhingga.
Secara sederhana, jumlah kendaraan yang dapat dilayani oleh sejumlah gardu
tol (kapasitas gerbang tol) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Contoh
• Waktu pelayanan = 6 detik
• Antrian kendaraan rata-rata perlajur, q/s = 3
Kapasitas gardu tol :
2 lajur/gardu 3600 x 0,863x2= 1.035 kendaraan/jam
6
7-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
7-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
penempatan ruang dan perencanaan posisi, ketinggian, dan bukaan ruang untuk
fungsi-fungsi tersebut harus mendukung.
Hubungan antar ruang/fungsi/kegiatan harus kompatibel satu sama lain sehingga
seluruh kegiatan operasional dapat dilaksanakan secara efisien dan optimal.
Penempatan dan hubungan antara kawasan terbatas dengan kawasan kantor
dengan fungsi yang lebih umum.
Penataan interior bangunan yang fleksibel dengan dinding – dinding penyekat
yang mudah dibongkar-pasang (Movable Partition).
Untuk menunjang fleksibilitas penataan ruang, sistem struktur pada kantor
gerbang diletakkan pada tepi bangunan, sehingga pada tengah ruangan tidak
terdapat kolom.
Pola hubungan organisasi ruang disusun Berdasarkan hubungan antar kegiatan yang
harus berjalan seefektif mungkin yang akan dijelaskan dalam diagram berikut ini :
Ruang Umum :
R. Kepala shift - R. Serbaguna
- Musholla
- Dapur
Ruang Ruang
Perhitungan Ruang Kantor :
Komputer
- R. Kabag Tol
Lobby
Gudang :
Ruang TU / - G. TU
- G. Tiket Droping
Administrasi
Ruang Ruang
Perhitunga Perhitunga
n Uang n Uang
Brankas
7-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Selain aspek fungsi dengan pengaturan hubungan antar ruang yang mendukung
pelaksanaan operasional berjalan efisien dan efektif, hal lain yang menjadi
pendukung adalah penerapan arsitektur bangunan yang sesuai dengan corporate
image perusahaan. Kantor gerbang tol tidak lagi menjadi bangunan yang hanya
menampung kegiatan – kegiatan operasional jalan tol tetapi juga menjadi bangunan
yang nyaman dan secara estetika dapat meningkatkan kinerja para pekerja.
Besar dan kapasitas kantor gerbang tol dipengaruhi oleh banyaknya pulau tol,
sedangkan susunan ruang (layout) dipengaruhi oleh sistem operasi (sistem terbuka
atau sistem tertutup).
Ruas jalan tol Probolinggo Banyuwangi, sebagai jalur baru, jalan tol ini memiliki
kesempatan untuk mengembangkan bentuk gerbang tol dengan pendekatan
yang lebih baru, dengan pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh antara
lain menyangkut aspek :
Pelaksanaan teknis pembangunan;
Operasional dan pemeliharaan;
Karakter arsitektur yang sesuai dengan corporate image dan citra kawasan.
7-10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
2. Aspek Lingkungan
Sebagai salah satu gerbang tol pada jaringan tol Probolinggo Banyuwangi,
gerbang tol ini harus mencerminkan dan memperkuat citra lingkungan. Hal –
hal yang menjadi acuan desain dalam memenuhi tujuan tersebut adalah :
- Bentuk arsitektur tradisional
- Gaya dan budaya arsitektur lokal.
3. Aspek teknologi
Sebagai bangunan dimana teknologi mempunyai peranan penting dalam hal
kekuatan maupun ketahanan (durability), penentuan jenis teknologi
bangunan dalam desain gerbang tol ini merupakan pertimbangan yang
krusial. Beberapa pertimbangan yang menentukan adalah :
- Metode Konstruksi
- Bahan bangunan dengan persyaratan fungsional khusus untuk desain
gerbang tol.
- Peralatan pendukung.
4. Aspek Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan kriteria/aspek yang harus dipertimbangkan, terutama
karena kemungkinan berubahnya sistem operasi dan kemungkinan
bertambahnya demand fasilitas tol tersebut. Untuk mencapai hal tersebut di
atas perlu dipertimbangkan beberapa hal :
- Modular sistem
- Tipikal Grid (ritme)
- Movable Structure
7-11
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
5. 5.
2 2
3.5
3.
5
2.
9
7-12
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
bentuk yang sesuai dengan salah satunya yang sesuai dengan konteks jalan tol
Probolinggo Banyuwangi adalah arsitektur tradisional Sumatera Selatan. Selain
itu dapat juga diterapkan elemen - elemen khusus yang mungkin dapat diambil
antara lain bentuk dan pengaruh arsitektur neo-classic yang penting di Jawa
Timur. Bentuk-bentuk tersebut akan dicoba untuk diterapkan baik secara
langsung atau simbolisme dengan tetap mengutamakan ciri modern yang
mengedepankan fungsi bangunan.
Penerapan unsur arsitektur tradisional bertujuan untuk memberikan nilai
budaya lokal. Dalam perencanaan, bentuk - bentuk budaya tersebut tidak
diterapkan secara murni tetapi hanya mengambil konsep dan spirit yang
diinterpretasikan dalam bentuk bangunan yang khas. Sedangkan konstruksi
dan bahan bangunan yang digunakan disesuaikan dengan persyaratan fungsi
dan teknologi konstruksi untuk kekuatan dan ketahanan. Selain bentuk
tradisional juga diterapkan bentuk-bentuk modern, dengan tetap memberikan
kesinambungan antara arsitektur lokal dan modern tersebut.
7-14
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
overhang bentang lebar dan penggunaan struktur kabel. Bentuk ini sangat
inovatif tetapi memerlukan pengerjaan yang memerlukan keahlian tinggi.
C. Pulau Tol
Pulau tol merupakan bangunan yang berfungsi sebagai pemisah lajur sirkulasi
kendaraan, penempatan gardu tol, penempatan jalur sirkulasi dan penempatan
base struktur konstruksi gerbang tol.
Berdasarkan Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. No.
47/KPTS/2006 Tentang Standar Kebutuhan Perlengkapan Pengumpulan Tol,
ditentukan :
a. Struktur konstruksi pulau tol merupakan struktur beton bertulang yang
dibatasi kanstin kesekelilingnya. Lebar minimum 2.1 meter, panjang
minimum 25 meter untuk lajur searah dan 33 meter untuk lajur dua
arah. Ketinggian lantai pulau tol terhadap perkerasan lajur kendaraan
minimum 25 centimeter. Lantai screed beton dilapisi floor hardener.
b. Ujung pulau tol yang menghadap arah datangnya lalu lintas dilengkapi
dengan bull nose dengan panjang 7 meter dan 2 bumper block setinggi
1.35 meter dari perkerasan jalan kendaraan. Satu bumper block
diletakkan pada ujung akhir bull nose dan satu lainnya diletakkan di
muka gardu tol.
c. Jalur sirkulasi bagi petugas tol dibuat sebuah terowongan yang
menghubungkan antar pulau tol hingga ke kantor gerbang tol. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan faktor keselamatan dan keamanan bagi
petugas pengumpul tol. Terowongan ini juga berfungsi sebagai jalur
utilitas elektrikal-mekanikal. Pintu masuk dan keluar terowongan diatur di
beberapa pulau yang dihubungkan dengan tangga dan Ramp.
Penempatan pintu ini ditentukan Berdasarkan pertimbangan jumlah
pulau dan kemudahan hubungan sirkulasi yang dapat mewakili
keseluruhannya. Ruang dalam terowongan didesain agar nyaman dilalui
untuk petugas pengumpul tol (dua arah), dengan lebar 2 meter, tinggi
2,3 meter. Di atas sirkulasi terdapat ruang utilitas dengan tinggi 60
centimeter.
7-15
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
D. Gardu Tol
Gardu tol merupakan tempat petugas tol untuk menjalankan
pengumpulan tiket, transaksi pembayaran maupun pengawasan
kelancaran sirkulasi kegiatan.
Berdasarkan Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. No.
47/KPTS/2006 Tentang Standar Kebutuhan Perlengkapan Pengumpulan
Tol, ditentukan :
- Gardu tol ditempatkan dibalik bumper block kedua pada badan pulau.
- Dimensi gardu tol mempunyai lebar minimum 1.25 meter, panjang
minimum 2 meter serta tinggi minimum 2.3 meter ditambah ruang
peralatan diatasnya.
- Gardu tol harus dilengkapi dengan pengatur suhu, pasokan udara
segar dan alat komunikasi antar gardu maupun dengan kantor
gerbang.
- Dinding gardu tol harus rigid dan dapat meminimalisasi kebisingan
dari suara kendaraan.
- Pintu gerbang tol berupa pintu geser dan diletakkan pada bagian
belakang dengan lebar minimum 60 centimeter.
- Jendela pada sisi pengumpul tol bekerja melayani transaksi, berupa
jendela geser dan dilengkapi dengan papan loket (Rest Arms).
- Kaca pintu dan jendela gardu tol harus berupa safety glass dan
tempered glas.
- Peralatan sebagai kelengkapan pekerjaan ini harus ergonomis,
sehingga tidak mempersempit ruangan dan dapat ditangani dengan
mudah oleh petugas pengumpul tol.
- Desain gardu tol (Berdasarkan hasil studi yng telah dilakukan) dapat
diterapkan dengan penggunaan material standar pabrikasi yang
selama ini digunakan dilain tempat gerbang tol.
7-16
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
8 BAB 8
8. KRITERIA DESAIN PENERANGAN JALAN UMUM
DAN LAMPU LALU LINTAS
8-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
8.3.1 Umum
Secara umum perencanaan instalasi lampu lalu lintas adalah untuk mengatur
urutan jalan atau berhentinya pengguna jalan khususnya pada ruas jalan
pertigaan/perempatan dan diharapkan pada perempatan dan pertigaan ruas jalan
tertentu agar seminim mungkin terjadi kecelakaan atau kemacetan lalu lintas
yang disebabkan kepadatan lalu lintas.
Pada jalan tol ini, penerangan jalan akan dipasang untuk setiap jarak 40 meter,
dan dikarenakan merupakan jalan tol antar kota, maka penerangan jalan
dipasang pada lokasi berikut :
- Jalan akses
- Ramp
- Underpass dan daerah transisi dengan jalan non tol
- Gerbang tol
- Persimpangan sebidang
8.3.3 Operasional
Sistem operasional lampu lalu lintas ada 2 sistem:
- Sistem otomatis: operasional lampu lalu lintas semuanya dikendalikan oleh
peralatan control (dalam panel control).
- Sistem manual: operasional lampu lalu lintas dikembalikan oleh operator (dari
panel kontrol).
8-3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
9 BAB 9
9. KRITERIA DESAIN RAMBU DAN MARKA JALAN
9.2 Perambuan
Pemasangan marka jalan dan perambuan dibagi Berdasarkan.
9-1
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Bentuk panel pada prinsipnya harus dapat terlihat sama baik dan terlihat
menarik, baik pada siang maupun malam hari. Bentuk panel himbauan terbagi,
atas :
1) Panel pesan
Merupakan panel utama yang berisi tulisan himbauan atau informasi serta
dapat disertai gambar yang menarik.
2) Panel sponsor
Merupakan panel untuk nama dan logo sponsor. Pada panel ini dicantumkan
logo Sponsor dan tidak boleh mencantumkan pesan promosi sponsor.
3) Ukuran panel, adalah sebagai berikut :
a. Ukuran minimum : sisi vertikal = 2.00 m
sisi Horizontal = 3,00 m
b. Ukuran maksimum : sisi vertikal = 5.00 m
sisi Horizontal = 5,00 m
4) Bentuk konstruksi panel himbauan dan informasi adalah konstruksi road side
(2 tiang).
9-2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
2) Panel
Untuk kualitas terbaik, maka selalu digunakan panel dari aluminium dengan
tebal minimum 2 mm.
3) Konstruksi Tiang
Untuk keawetan serta kerapihan, semua material besi harus dilapis galvanis,
antara lain tiang, rangka, baut dan sebagainya.
9.2.4 Spesifikasi
1) Bentuk dan Ukuran Huruf
a. Pedoman yang digunakan adalah Standar Alphabeth for Highway Sign
and Pavement Marking, FHWA 1997.
b. Tipe huruf yang digunakan adalah seri D 250 atau E (m) 330.
2) Isi Pesan Himbauan dan Informasi
a. Isi pesan himbauan, lokasi pemasangan dan jumlah panel pada satu ruas
jalan tol harus didasarkan atas hasil analisa dan evaluasi permasalahan
keselamatan lalu lintas adalah pelayanan pemakai jalan tol.
b. Isi pesan himbauan dapat berupa gambar (karikatur) berwarna, kata-kata
dan kalimat pesan yang dibuat menarik, singkat, mudah dimengerti dan
sopan.
c. Isi pesan bukan promosi merek, perusahaan atau himbauan yang nyata-
nyata pesan sponsor.
9.2.5 Pemeliharaan
1) Biaya perawatan rutin (cuci dan cat) ditanggung oleh perusahaan yang
bersangkutan dan dibayar di muka sebagai pendapatan lain-lain Sponsor.
2) Berdasarkan biaya perawatan dihitung oleh Cabang yang bersangkutan
Berdasarkan rencana program perawatan serta sesuai untuk teknis optimal
konstruksi panel.
3) Besar biaya tiap Cabang bisa bervariasi tergantung kondisi lokasinya (tingkat
polusi, korosi dan kotoran lain).
4) Memperhatikan tujuan pemasangan maka panel berikut bagian lainnya
(rangka, tiang dan pondasi) harus selalu dirawat agar selalu tampak bersih
dan menarik.
5) Teknis perawatan, bahan pencuci dan cat agar diperhatikan sesuai petunjuk
ahli yang membuat konstruksi tersebut.
6) Bila rusak akibat tertabrak maka harus segera diperbaiki. Biaya perbaikan
ditanggung oleh Sponsor dengan asumsi Sponsor menerima ganti rugi dari
penabrak.
a. Untuk event tertentu, misalnya saat kampanye ban atau sabuk pengaman
ataupun program pelayanan dan keselamatan lainnya dapat dibuat panel
himbauan dan informasi non permanen yang dipasang untuk waktu terbatas.
b. Panel ini dapat berbentuk, prisma tanpa tiang atau bentuk lain yang menarik,
terbuat dari bahan kayu, multipleks dan sebagainya.
c. Bila pengadaan melalui sponsor maka luas panel sponsor maksimum 20 %
luas panel pesan.
d. Penempatan ruang untuk sponsor dapat diatur lebih fleksibel dengan tetap
memperhatikan bahwa isi pesan himbauan atau informasi harus lebih tampak
menonjol.
e. Huruf atau gambar pesan himbauan atau informasi sebaiknya menggunakan
lapisan reflektif agar tetap terbaca di malam hari. Dan ukuran huruf agar
selalu berpedoman pada ketentuan huruf untuk rambu.
f. Bila even dimaksud telah selesai atau panel telihat mulai memudar atau rusak
segera disingkirkan dari lapangan.
9-4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Jenis, bentuk, warna dan ukuran marka jalan tol yang sama dengan marka jalan
pada umumnya sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 60
tahun 1993.
Jenis, bentuk, warna dan ukuran marka jalan tol yang lain, adalah marka panah
yang berfungsi mengarahkan pengemudi untuk pindah lajur pada lokasi
penyempitan / pengurangan lajur.
9.3.3 Spesifikasi
Spesifikasi marka di jalan tol sebagaimana yang tercantum dalam standar desain
tersebut diatas.
9-5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
9.4.2 Spesifikasi
9-6
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Lokasi pemasangan marka pedoman jarak pada jalan tol antar kota dengan
kriteria, sebagai berikut :
1) Jalur utama dengan jalur lurus atau R = untuk sepanjang 2 kilometer.
2) Jalur utama dengan jarak antar interchange > 5 km.
3) Frekuensi terjadinya kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh tabrakan dari
belakang cukup sering.
4) Arus lalu lintas dengan kecepatan rata-rata sekitar 100 km/jam dan tidak
terganggu oleh lalu lintas keluar atau masuk.
5) Pemasangan marka pedoman jarak hanya 1 kali pada setiap lokasi yang
sesuai dengan kriteria tersebut pada butir 1 s.d. 4.
9.5.2 Bentuk
1) Tipe I
a. Marka pedoman jarak berbentuk garmbar garis sudut, dengan arah sudut
searah arus lalu lintas.
b. Jarak antar marka sama dengan 70 meter, sehingga jika pengemudi
dapat melihat 2 gambar marka di depannya berarti jarak antar kendaran
+ 100 meter yang merupakan jarak aman.
c. Dipasang rambu informasi “Aman apabila pengemudi dapat melihat dua
buah marka” pada lokasi 500 meter dan 1.400 meter setelah awal marka
tersebut.
d. Dipasang rambu perintah “JAGA JARAK AMAN”, pada lokasi 2.000 meter
setelah awal marka tersebut.
e. Marka pedoman jarak dibuat sepanjang 2 kilometer.
Lay out pemasangan jarak dibuat sepanjang 2 kilometer.
2) Tipe II
a. Marka pedoman jarak berbentuk gambar garis sudut dengan arah sudut
searah arus lalu lintas.
9-7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
9.5.3 Spesifikasi
1) Tipe I
a. Cat marka
Warna cat marka = putih
Jenis car marka = thermoplastic
Ukuran garis marka
o Panjang = 6 meter
o Tebal = 0,3 meter
o Lebar = 2 meter
Lokasi = Lajur paling kiri dari badan jalan
Jumlah garis marka = 28 buah
Jarak antar marka = 70 meter
b. Rambu
Rambu “MARKA PEDOMAN JARAK” 200 meter
o Warna dasar = biru, reflektif (EG)
o Warna huruf = putih, reflektif (EG)
o Ukuran = 3,75 x 1,00 meter
Rambu “TERLIHAT 2 MARKA – AMAN”
o Warna dasar = biru, reflektif (EG)
o Warna huruf = putih, reflektif (EG)
o Ukuran = 4,00 x 2,75 meter
o Jumlah = 2 buah
Rambu “JAGA JARAK AMAN”
o Warna dasar = biru, reflektif (EG)
o Warna huruf = putih, reflektif (EG)
9-8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
o Tulisan
Bagian atas = putih, reflektif (EG)
Bagian bawah = hitam, reflektif (EG)
o Ukuran = 2 x 12 meter
9-9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
9.6.3 Warna
Warna marka temporer mengacu pada warna marka jalan pada umumnya.
9-10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
Jenis, bentuk dan ukuran marka temporer mengacu pada marka jalan pada
umumnya yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Bentuk paku marka menyerupai bentuk limas terpacung.
2) Bentuk bagian atas yang melekat di atas garis marka jalan adalah persegi
empat atau persegi empat panjang dengan bidang samping / tegak miring ke
arah garis pusat. Tinggi bagian atas ini merupakan tebal paku marka yang
akan menonjol di atas permukaan jalan.
3) Terdapat reflektif yang berbentuk persegi empat, bulat atau lonjong.
4) Pada bagian bawah terdapat kaki yang dipasang masuk ke dalam permukaan
jalan, berfungsi sebagai pengikat agar tidak mudah lepas akibat gaya
benturan roda kendaraan.
5) Bentuk permukaan halus sebagai hasil dari proses cetak tekanan tinggi (die
casted casting).
9.7.3 Warna
Warna reflektor pada paku marka harus sesuai dengan warna marka jalan.
9-11
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
2) Material Reflektor
a. Reflektor yang menempel pada badan paku marka tersebut dari glass
reflector ataupun prismatic reflector dengan tipe refleksi retrorefleksi.
b. Material reflektor harus memenuhi syarat sesuai standar AASHTO M 290-
83 (1990). Dan tingkat reflektor harus memenuhi syarat sesuai standar
AASHTO T 256 – 86.
c. Bila reflektor terbuat dari glass element maka untuk paku marka.
d. Bila reflektor terbuat dari prisma maka luas reflektor minimal 25 cm
persegi untuk semua tipe.
Tipe II : jumlah glass reflector Minimal : 171 butir Maksimal : 179 butir
3) Material Perekat
a. Material perekat adalah perekat (lem) yang digunakan untuk
menempelkan paku marka pada permukaan aspal (aspal beton/ beton
semen) atau di atas garis marka (cat marka).
b. Material perekat menggunakan epoxy resin yang memenuhi syarat sesuai
standar AASHTO M 237 – 90. Epoxy resub adhesive yang digunakan
adalah tipe III jenis rapid setting low viscosity dan water resistant.
c. Daya tahan perekat pada permukaan jalan harus memenuhi syarat sesuai
standar AASHTO T 237 – 73 (1986).
d. Material perekat yang akan digunakan harus terlebih dahulu dapat
dibuktikan sesuai syarat di atas.
e. Lain – lain.
9-12
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT. MULTI PHI BETA
9-13
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
BAB 10
10. KRITERIA DESAIN LANSEKAP
Jalan Tol menghendaki ruang bebas pohon sepanjang koridor jalan yang diukur
dari marka luar ditetapkan sejauh 9 meter. Posisi marka tepi dijadikan pedoman
bagi jarak penanaman yang dimaksudkan. Jarak tersebut diatas selain berfungsi
untuk mendapatkan keselamatan bagi pengemudi yang tiba – tiba keluar dari
jalan, juga untuk memperoleh sudut pandang mata yang cukup. Cabang pohon
patah atau pohon tumbang ke arah badan jalan, sangat memerlukan keberadaan
jarak tersebut. Bagi tanaman perdu di pinggir bahu jalan yang dapat menahan
benturan kendaraan, maka jarak tersebut dapat lebih pendek.
2
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
3
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Pengurang penguapan
4
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
c) Untuk mengurangi rasa bosan karena jalur jalan yang lurus dan
panjang, perlu dibuat pembatas pandangan (vista) dengan
pengaturan perletakan dan jenis tanaman yang dapat memberikan
kesan yang berbeda.
Persyaratan :
- Tanaman dapat berbentuk pohon atau perdu.
- Sistem perletakan bervariasi dan pada tempat yang mempunyai
pemandangan yang indah dan dapat menggunakan tanaman yang
berukuran lebih rendah.
- Tinggi tanaman bervariasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi
setempat.
5
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
Persyaratan :
- Perlu dibuat bangunan konservasi tanah yang disesuaikan dengan
sudut kemiringan lahannya (lereng).
- Pemilihan jenis tanaman dengan jenis yang mempunyai perakaran
yang dapat menahan erosi tanah antara lain :
Tanaman penutup permukaan tanah seperti rumput atau tanaman
penutup tanah misalnya :
a. Rumput : - Rumput embun (Polytrias amaura)
- Rumput bahia (Paspalum notatum)
- Rumput paitan (Axonopus compressus)
b. Penutup tanah : - Widelia bunga kuning (Widelia sp)
7
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
No. Fungsi
Persyaratan Contoh Jenis Tanaman
Tanaman
- Flamboyan (Delonix regia)
- Beringin (Ficus benyamina)
- Bunga kecrutan (Spathodea
campanulata)
- Biola cantik (Ficus
pandurata)
8
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
No. Fungsi
Persyaratan Contoh Jenis Tanaman
Tanaman
9
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2
PT MULTI PHI BETA
No. Fungsi
Persyaratan Contoh Jenis Tanaman
Tanaman
10
LAPORAN KRITERIA DESAIN
JASA KONSULTANSI PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN TOL PROBOLINGGO BANYUWANGI
PAKET KONSULTANSI 2