DIREKTORAT JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PERENCANAAN TEKNIK
JEMBA
1. TAN
PENGANTAR PERENCANAAN JEMBATAN
2. PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
3. PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
4. PERENCANAAN PONDASI
ACUAN
NORMATIF
Permen PU No 19 PRT M 2011 Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
Permen PUPR No. 41 PRT M 2015 Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
SE Menteri PUPR No 07-SE-M-2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan
SNI 1725 – 2016 Pembebanan Untuk Jembatan
SNI 2833 – 2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa
SNI 03-2850-1992 Tata Cara Pemasangan Utilitas di Jalan
SNI 8460 – 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
RSNI T-03-2005 Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
RSNI T-12-2004 Standar perencanaan struktur beton untuk jembatan
BMS 92 Bridge Design Code vol 1 dan 2
BMS 92 Bridge Manual Design vol 1 dan 2
AASHTO LRFD Bridge Design Specifications 2017
Pengantar Perencanaan
PENGERTIAN
JEMBA
JEMBATAN T
adalah AN
suatu konstruksi yang dibangun untuk melewatkan massa (lalu-lintas, air)
lewat atas suatu penghalang.
NOMENKLATUR, Penamaan konstruksi jembatan ditentukan oleh jenis bangunan atas dan
material (Gelagar Beton, Komposit, Pelengkung Beton, Prestressed, Rangka Baja, Gantung Baja,
Cable-Stayed)
Pengantar Perencanaan
PEDOMAN UMUM BENTANG
EKONOMIS
Pengantar Perencanaan
KONDISI
BATAS
KONDISI BATAS ULTIMIT KONDISI BATAS LAYAN
Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan menjadi tidak aman Keadaan batas layan akan tercapai ketika reaksi jembatan sampai
disebut aksi-aksi ultimit dan reaksi yang diberikan jembatan terhadap pada suatu nilai sehingga:
aksi tersebut disebut dengan keadaan batas ultimit. a) mengakibatkan jembatan tidak layak pakai, atau
1. Kehilangan keseimbangan statis karena sebagian atau seluruh b)menyebabkan kekhawatiran umum terhadap keamanan jembatan,
bagian jembatan longsor, atau
2. terguling atau terangkat ke atas; c)secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa layan jembatan.
3. Kerusakan sebagian jembatan akibat lelah/fatik dan atau korosi Keadaan batas layan adalah suatu kondisi pada saat terjadi:
hingga suatu keadaan d)perubahan bentuk (deformasi) yang permanen pada pondasi atau
4. yang memungkinkan terjadi kegagalan; pada sebuah elemen penyangga utama setempat,
5. Keadaan paska elastik atau purnatekuk yaitu satu bagian e) kerusakan permanen akibat korosi, retak, atau kelelahan/fatik,
jembatan atau lebih mencapai f) getaran, dan
6. kondisi runtuh. Pada keadaan plastis atau purna tekuk, aksi dan g)banjir pada jaringan jalan dan daerah di sekitar jembatan yang
reaksi jembatan diperbolehkan untuk didistribusikan kembali rusak karena penggerusan pada dasar saluran, tepi sungai, dan
dalam batas yang ditentukan dalam bagian perencanaan bagi jalan hasil timbunan.
material yang bersangkutan;
7. Kehancuran bahan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang
berlebihan atau
8. kehancuran bagian utama jembatan.
Pengantar Perencanaan
UMUR RENCANA
JEMBA T AN
Umur rencana jembatan dibuat untuk masa layan selama 75 tahun, kecuali:
Jembatan sementara atau jembatan yang dapat dibongkar/pasang dibuat dengan umur
rencana 20 tahun
Jembatan khusus yang memiliki fungsi strategis yang ditentukan oleh instansi yang
berwenang, dibuat dengan umur rencana 100 tahun
Terdapat peraturan dari instansi yang berwenang yang menetapkan umur rencana
yang lain
Pengantar Perencanaan
POKOK-POKOK
PERENCANAAN
Kekuatan dan stabilitas struktur
Keawetan dan kelayakan jangka panjang
KRITERIA PERENCANAAN:
Peraturan yang digunakan
Material/bahan yang digunakan
Kemudahan pemeriksaan dan pemeliharaan Metode dan asumsi dalam perhitungan
Metode dan asumsi dalam penentuan
Kenyamanan bagi pengguna jembatan
tipe bangunan atas, bangunan bawah
Ekonomis dan pondasi
Pengumpulan data lapangan
Kemudahan pelaksanaan
Program komputer yang digunakan
Estetika Metode pengujian pondasi
Dampak lingkungan minimal
Pengantar Perencanaan
GAMBAR
RENCANA
1. Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang, harus konsisten untuk seluruh gambar.
2. Komponen jembatan harus digambar sebagaimana tampak sebenarnya, hindari gambar bayangan dan pandangan
dari sisi yang berlawanan.
3. Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja.
4. Tiap komponen jembatan harus digambarkan secara detail sebisa mungkin pada 1 lembar kertas.
5. Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut tercantum dalam gambar (misalnya skala 1:100 untuk
potongan melintang dan denah jembatan serta skala 1:20 untuk gambar detail).
6. Prosedur standar (SOP) harus digunakan dalam menggambar jembatan dan membuat dimensi komponen
termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar isi, petunjuk arah, daftar simbol, rangkuman volume
SPESIFIKASI
Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan dengan jelas, menyeluruh, dan tanpa ada
interpretasi ganda. Spesifikasi harus menjelaskan metode-metode pelaksanaan, prosedur-prosedur dan toleransi-
toleransi agar pembuatan dan pengawasan mutu terjamin.
Pengantar Perencanaan
PENYELIDIKAN LINTASAN
AIR
Penyelidikan lapangan harus dilakukan pada seluruh rencana lokasi jembatan dengan
mempertimbangkan :
1. Karakteristik hidraulik dari lintasan penyeberangan, termasuk permasalahan yang terjadi
sebelumnya
dan yang berpotensi akan terjadi, pada dan dekat dengan penyeberangan;
2. Kinerja hidraulika dari struktur yang ada di lokasi penyeberangan;
3. Hal-hal lain yang berhubungan dengan perencanaan hidraulika struktur.
Pengantar Perencanaan
PENENTUAN LEBAR, KELAS DAN
MUATAN JEMBATAN
Penentuan Lebar Jembatan
Pengantar Perencanaan
PEMBEBANAN
RENCANA
MS
BEBAN PERMANEN
beban mati komponen struktural dan non
struktural jembatan
SH
BEBAN TRANSIEN
Beban akibat susut/rangkak SE Beban akibat penurunan
MA beban mati perkerasan dan utilitas TB Beban akibat rem ET Gaya akibat temperature gradient
TA gaya horizontal akibat tekanan tanah TR Gaya sentrifugal EU Gaya akibat temperature seragam
PL gaya-gaya yang terjadi pada struktur TC Gaya akibat tumbukan EF Gaya apung
jembatan akibat pelaksanaan kendaraan
PR prategang TV Gaya akibat tumbukan kapal EWS Beban angin pada struktur
Pengantar Perencanaan
BERAT JENIS
MATERIAL
Pengantar Perencanaan
KOMBINASI
PEMBEBANAN
Pengantar Perencanaan
KOMBINASI PEMBEBANAN
(CONT.)
KEADAAN BATAS LAYAN:
Keadaan batas layan disyaratkan dalam perencanaan dengan melakukan pembatasan pada tegangan, deformasi,
dan lebar retak pada kondisi pembebanan layan agar jembatan mempunyai kinerja yang baik selama umur
rencana.
KEADAAN BATAS FATIK:
Keadaan batas fatik disyaratkan agar jembatan tidak mengalami kegagalan akibat fatik selama umur rencana.
Untuk tujuan ini, perencana harus membatasi rentang tegangan akibat satu beban truk rencana pada jumlah
siklus pembebanan yang dianggap dapat terjadi selama umur rencana jembatan.
KEADAAN BATAS KEKUATAN:
Keadaan batas kekuata disyaratkan dalam perencanaan untuk memastikan adanya kekuatan dan kestabilan
jembatan yang memadai, baik yang sifatnya local maupun global, untuk memikul kombinasi pembebanan yang
secara statistic mempunyai kemungkinan cukup besar untuk terjadi selama masa layan jembatan.
KEADAAN BATAS EKSTREM:
Keadaan batas ekstrem diperhitungkan untuk memastikan struktur jembatan dapat bertahan akibat gempa
besar.
Pengantar Perencanaan
PETA GEMPA
2017
Pengantar Perencanaan
SEISMIC
HAZARD
Respon spektra percepatan dapat ditentukan baik dengan prosedur umum atau berdasarkan
prosedur spesifik-situs. Prosedur spesifik-situs dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut:
Jembatan berada dalam jarak 10 km dari patahan aktif.
Situs termasuk dalam kategori situs kelas F sesuai tabel di bawah ini.
Pengantar Perencanaan
TAHAPAN ANALISIS
STRUKTUR
A. Analisis Statik
Dilakukan untuk dua kondisi, yaitu kondisi batas layan dan kondisi batas ultimate (dengan faktor-faktor
beban yang disesuaikan)
Model dibuat untuk keseluruhan struktur dengan berbagai kondisi pembebanan, termasuk beban angin
yang dianggap pendekatan angin statik dan gempa statik ekivalen jembatan.
B. Analisis Dinamik
Dilakukan untuk jembatan khusus dengan :
Gempa dinamis, menggunakan simulasi pada computer (Non Linear Time History Analysis & Multi Modal
Pushover Analysis).
Angin dinamis, menggunakan simulasi pada komputer dan analisa model pada wind
tunnel test
dilaboratorium uji (BS 6399-2: 1997, Loading for Buildings – Part 2: Code of practice for wind loads).
C. Analisis Pada Masa Konstruksi
Dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pengerjaan struktur sehingga setiap elemen struktur terjamin
kekuatan maupun kekakuannya selama masa konstruksi (Forward & Backward Analysis).
Pengantar Perencanaan
ALUR PEMBEBANAN
(LOADS TRANSFER
MECHANISM)
BANGUNAN ATAS
(pelat lantai, gelagar,
cross beam, landasan)
BANGUNAN
BAWAH
(kepala pilar,
pilar, pile cap)
PONDASI
Pengantar Perencanaan (telapak,
PERENCANAAN
JEMBATAN
Pengantar Perencanaan
TEORI DASAR PERHITUNGAN
STRUKTUR
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan perhitungan struktur jembatan:
Kesetimbangan, besarnya aksi yang bekerja sama dengan reaksi yang terjadi.
Kompatibilitas, untuk setiap level regangan, regangan yang terjadi pada baja tulangan nilainya
harus sama dengan regangan yang terjadi pada beton.
Hubungan tegangan dan regangan (beton dan baja).
Pengantar Perencanaan
TINJAUAN GAYA
DALAM
AKSIAL
LENTUR
GESER
KOMBINASI GESER + LENTUR (BALOK)
KOMBINASI AKSIAL + LENTUR (KOLOM)
TORSI
Pengantar Perencanaan
PERENCANAAN BANGUNAN
ATAS
STANDAR PERENCANAAN
TEKNIS
Acuan perencanaan struktur jembatan
1. Bridge Design Code BMS’92, dengan revisi:
Pembebanan jembatan, SNI 1725-2016
Perencanaan Struktur Beton jembatan, SK.SNI T-12-2004 (Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004)
Perencanaan Struktur baja jembatan SK.SNI T-03-2005 (Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005
2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk jbt, SNI 2883-2016
3. Bridge Design Manual BMS’92
Perencanaan Bangunan
TIPE BANGUNAN ATAS
JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
STANDAR BANGUNAN ATAS
JEMBATAN
1. Standar Bangunan Atas
Gelagar beton bertulang tipe T (6 – 25m)
Gelagar beton pratekan tipe I dan T (16 – 40m)
Girder komposit bentang 20 s/d 30m
Voided slab bentang 6 s/d 16m
Rangka baja bentang 40 s/d 60m
2. Standar Bangunan Pelengkap
Standard gorong-gorong persegi beton bertulang (box culvert) Single, Double, & Triple
`
Revisi dan pengembangan standar jembatan Bina Marga
Gelagar beton bertulang tipe T (simple & continuous beam)
Gelagar beton pratekan tipe I dan U
Girder komposit bentang 15 s/d 35m (simple & continuous beam)
Voided Slab Bentang 6 s/d 16m
Perencanaan Bangunan
PENAMAAN JEMBATAN BINA
MARGA
Perencanaan Bangunan
Perencanaan Bangunan
RUANG BEBAS HORISONTAL &
VERTIKAL
Ruang bebas horisontal dan vertikal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan
lalu lintas kapal dengan mengambil free-board minimal 1,0 meter dari muka air
banjir.
Ruang bebas vertikal jembatan di atas jalan minimal 5,1 meter.
Horizontal Clearance
Ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal
US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah
2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
2 kali lebih besar dari lebar channel
Vertical Clearance
Ditentukan berdasarkan tinggi kapal yang lewat dalam kondisi balast dan
permukaan air tinggi
Tinggi kapal memperhitungkan kondisi kapal yang ada & proyeksi ke
depan
Perencanaan Bangunan
KERUSAKAN JEMBATAN AKIBAT CLEARANCE
Perencanaan Bangunan
PEMBEBANAN
RENCANA
Perhitungan pembebanan rencana mengacu SNI 1725-2106, meliputi Beban rencana permanen, Lalu lintas,
Beban akibat lingkungan, dan Beban pengaruh aksi-aksi lainnya.
Perencanaan Bangunan
2) Beban Lalu-
lintas
a) Beban Lajur "D" ( UDL dan
KEL)
Beban merata (UDL)
L < 30m q = 9 kPa
L > 30m q = 9 x
( 0,5+15/L ) kPa Beban Lajur D
DLA (KEL) = 0.4 untuk L < 50 meter
Beban garis (KEL) P
b) Beban Truk "T“ (semi trailer)
= 49 kN/m
T = 500 kN
Beban lalu-lintas terpilih adalah yang memberikan total
DLA (T) = 0.3 gaya dalam yang maksimum pada elemen elemen
struktur jembatan.
Beban Truk T
Perencanaan Bangunan
c) Beban Rem
Nilai terbesar dari:
1. 25% berat gandar truk desain
2. 5% berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata
Bekerja setinggi 1800 mm di atas permukaan perkerasan.
Perencanaan Bangunan
3) Aksi Lingkungan
Aksi lingkungan termasuk pengaruh temperatur, angin, banjir, gempa, dan penyebab-
penyebab alamiah lainnya.
Beban Perbedaan Temperatur
Perbedaan temperatur diambil sebesar 250C (temperature rata-rata minimum
adalah 150C dan temperature rata-rata maksimum adalah 400C).
Beban Angin
Beban Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Pemodelan
beban gempa menggunakan analisa pendekatan statik ekivalen beban gempa:
Teq = (C . I . WT)/R
Gaya aliran sungai
Hanyutan
Tekanan Hidrostatik dan Gaya Apung
Perencanaan Bangunan
4) Aksi-Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan
Gesekan pada perletakan termasuk pengaruh kekakuan geser dari perletakan
elastomer.
Pengaruh getaran
Beban pelaksanaan
Beban pelaksanaan terdiri dari beban yang disebabkan oleh aktivitas
pelaksanaan
itu sendiri dan aksi lingkungan yang mungkin timbul selama pelaksanaan.
Perencanaan Bangunan
FAKTOR
BEBAN
Perencanaan Bangunan
DAFTAR BERAT BANGUNAN
AT
1.AS
Rangka baja 2. Girder baja
Berat Baja Berat Baja
Panjang Permanen Panjang A B C
Semi Transpanel
A B Permanen (m) (ton) (ton) (ton)
15.0 15 13 11
17.5 19 17 13
(m) (ton) (ton) (ton) (ton) 20.0 23 20 16
10 - - - 8 22.5 28 24 19
20 - - - 15 25.0 35 30 24
30 - - 30 32 27.5 42 35 28
35 - - 34 - 30.0 50 41 33
40 95 75 38 49 32.5 63 53 43
45 110 85 43 61 35.0 71 60 48
50 122 97 50 - 37.5 80 67 54
55 145 112 58 - 40.0 89 75 60
60 165 129 65 -
80 - - - -
100 - - - -
Perencanaan Bangunan
Pelengkung baja
Type
Bentang Lokasi Berat (ton) Sket Jembatan
(m)
Arch : 293
Floor : 180
Hanger : 26
B 120 Rumbai
Total : 500
Rata-rata : 4,16 ton/m
Arch : 382
Truss : 398
A 150 Kahayan
Total : 780
Rata-rata : 5,2 ton/m
Arch : 680
Floor : 399
Hanger : 57
A 200 Martadipura
Total : 1136
Rata-rata : 5,7 ton/m
Perencanaan Bangunan
PERENCANAAN BANGUNAN
A
TAPLIKASI
AS SOFTWARE
PEMODELAN STRUKTUR
JEMBATAN
Metode Pendekatan (Aproksimasi)
Perencanaan Bangunan
PROGRAM ANALISIS
STRUKTUR
Struktur
Analisis Soil Structure
Penampang Interaction
• RM Bridge • Midas GSD • Plaxis
• Midas Civil • Section • Midas GTS
• CSI Bridge • LPile
• SAP 2000 Builder • All Pile
• Lusas Bridge • PCA • FB Pier
• GT Strudl Col • MS Excel
• Response
2000
Perencanaan Bangunan
TIPE
PERHITUNGAN
STATIK
◦ LINEAR STATIK
• SERVICE/CONSTRUCTION
CONDITION
◦ NON LINEAR STATIK
– STRESS
DINAMIK – DEFORMATION
◦ MODAL ANALYSIS
– CRACK WIDTH
◦ NON LINEAR TIME HISTORY
◦ WIND LOAD • ULTIMATE CONDITION
– SECTION CAPACITY
STRUKTUR KABEL
– NEED OF REINFORCEMENT
BEBAN TEMPERATUR
– PERFORMANCE
LARGE DEFORMATION
◦ P ANALYSIS
◦ BUCKLING
Perencanaan Bangunan
CONTOH DESAIN
JEMBATAN
Desain jembatan beton dengan bentang 10 m dan potongan melintang seperti pada gambar di bawah
ini. Jembatan berada di lingkungan yang korosif. Mutu beton yang digunakan adalah fc’ = 35 Mpa.
200
1000
600
500
9000
Satuan dalam mm
PERENCANAAN BANGUNAN
A
TBETON
AS PRATEKAN
Beton
Pratekan
Latar belakang dan konsep dasar;
Philosophi dasar dari Analisis dan Desain;
Material: Beton dan Baja Prategang;
Sistem Penegangan
Syarat-syarat perencanaan
Konsep
Dasar
Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi Tarik, diberi tegangan
tekan untuk mengimbangi/mengurangi tegangan tarik yang timbul
Keuntungan Beton
Prategang
Tak ada retak terbuka, sehingga lebih tahan korosi.
Permukaan jembatan Lebih kedap air.
Ada chamber untuk mengurangi lendutan.
Penampang struktur lebih kecil/langsing, karena seluruh luas
penampang dapat digunakan secara efektif.
Bisa digunakan untuk bentang lebih panjang dibandingkan beton
bertulang.
berat baja prategang jauh lebih kecil daripada jumlah berat besi
beton.
Material
Beton: mutu normal (35-60MPa) dan mutu tinggi (>60 MPa).
Tulangan prategang: sesuai dengan ASTM A421 (Kawat, strand, dan batang tulangan).
Penampang Balok
Prategang
Penampang I dan T-bulb
Span A I Yb Sb St
Penampang ft / in2 / in4 / in / in3 / in3 /
(m) (cm2) (cm4) (cm) (cm3) (cm3)
AASHTO 1 30 - 45 276.00 22,744.13 12.59 1,806.61 1,475.87
(9.1) - (13.7) (1780.64) (946,682.12) (31.98) (29,605.09) (24,185.22)
AASHTO 2 40 - 60 369.00 50,978.74 15.83 3,220.54 2,527.36
(12.2) - (18.3) (2380.64) (2,121,895.52) (40.21) (52,775.15) (41,416.05)
AASHTO 3 55 - 80 559.50 125,390.35 20.27 6,184.95 5,071.08
(16.8) - (24.4) (3609.67) (5,219,140.35) (51.49) (101,353.19) (83,100.16)
AASHTO 4 70 - 100 789.00 260,740.61 24.73 10,541.86 8,909.29
(21.3) - (30.5) (5090.31) (10,852,843.43) (62.82) (172,750.08) (145,997.05)
AASHTO 5 90 - 120 1,013.00 521,162.59 31.96 16,308.47 16,788.17
(27.4) - (36.6) (6535.47) (21,692,424.73) (81.17) (267,247.90) (275,108.88)
AASHTO 6 110 - 140 1,085.00 733,320.29 36.38 20,156.88 20,587.69
(33.5) - (42.7) (6999.99) (30,523,095.12) (92.41) (330,312.08) (337,371.82)
Penampang Box
Tulangan Prategang dan
Angkur
Grout inlet
Selongsong
tendon
Kehilangan
Prategang
Friksi (pasca-tarik saja)
Anchorage-seating Dudukan selip
Material
Kabel Prategang
Te g a n g a n putu s fpu
1860M pa Te g a n g a n s a a t j a c k fpj
0.75fpu
fpj 1. 39 5
3
Mpa m
(maks.)
10
J u m l a h be nt an g nb 2 K o e f i s i e n friksi 0.15
(panjang
P a n ja ng B e n t a n g Sb0 48m Sb1 42m frame < 180
(bentang pertama) (bentang kedua 1
K o e f i s i e n w o b b l e K 0.00066
m
Keterangan :
Lx = jarak dari ujung penarikan kabel terhadap titik yang dittinjau. L ay o u t kabel
yp = elevasi kabel terhadap serat terbawah penampang. Lx 0 yp
1. 05
0
0
Lx 19.2 yp
Penyelesaia
n L a n g k a h 1 : M e n e n t u k a n b e d a tinggyi d a n b e d a jarakL L an gk ah 4: M e n g h i t u n g k ehi l a nga n t e g a n g a n akibat friksi
( K L)
Ar r ay spasi i 0 ( n p 2) {bilangan
0,1,..,s/d 5
ff
fo 1 Rf 0
j 0 ( np 1) { b i l a n g a n 0, 1 ,. . ,s / d 6 } 33.507
yi yp yp Li L x Lx 71.798
i1 i i1 f f 0 if j 0
i f
j
MPa f 92.369
L a n g k a h 2 : M e n g h i t u n g p e r b e d a a n s u dut vertikal (radia
fpj 1 Rf othe rwi se 11 4 .4
Segmen y (m) L (m) α = 2(y/L) j1
=
AB 0.745 19.200 0.078
BC 1.015 24.000 0.085
CD 0.200 4.800 0.083
DE 0.200 4.200 0.095 150.208
EF 1.015 21.000 0.097 180.203
FG 0.745 16.800 0.089 j fpt
fpt asal ff
M P a MPa MPa
0 1395.000 0.000 1395.000
1 1395.000 33.507 1361.493
fptj f p j 2 f f 1395.000 71.798 1323.202
3 j 1395.000 92.369 1302.631
4 1395.000 114.400 1280.600
5 1395.000 150.208 1244.792
6 1395.000 180.203 1214.797
(y L )
1
200
0 20 40 60 80 100
L x
Kehilangan Akibat Slip
Angkur
SOAL : Hitung kehilangan akibat slip angkur pada contoh 2.1.
L a n g k a h 4 : T e g a n g a n p r a t e g a n g s e t e l a h sl i p a n g k
M o d u l u s elastisitas kabel Eps 195000MPa
Besarnya selip p a d a angkur L 0. 00 9 5 m T e g a n g a n d i u j u n g fpu j fpj f a
3
Jarak ke titik yang diketahui L 43.2 m fpu j 1 . 2 8 4 1 0 M P a
L L0 L1
fpu j if j 0
K e h i l a n g a n a k i b a t friksi s e j a r a k L d f f d 71.798MPa fpt2j
2
m i n f p tj f p u j ff
j o t h e rw i s e
Langkah 1: Jarak yang terpengaruh oleh slip angkur
R e d e f i n i s i k e h i l a n g a n a k i b a t sl i p a n g k u r
Ep sL L
x x 3 3 .3 8 6 m fa fpt fpt2
d
j f p t asal fpt
f a
M P a MPa MPa
Langkah 2: Kehilangan tegangan akibant chor 0 1395.000 110.975 1284.025
set 1 1361.493 43.961 1317.532
2 1323.202 0.000 1323.202
2 d x 3 1302.631 0.000 1302.631
fa L fa 110.975MPa 4
5
1280.600
1244.792
0.000
0.000
1280.600
1244.792
6 1214.797 0.000 1214.797
L x
Kehilangan Akibat Pemendekan
Beton
SOAL : Hitung kehilangan akibat pemendekan beton pasca-tarik pada contoh 2.1.
a. Jika 2 tendon sekaligus dalam sekali penarikan
b. Jika 1 tendon dalam sekali penarikan
c. Jika semua ditarik bersamaan
9.561
b. Masing-masing penarikan per 1 tendon. 5.561
ntj 1
Langkah 4: Kehilangan tegangan pada beton pra-tarik
jumlah penarikan ntd nj 4
nj
Eps n 6.644
n ntj 5.561
nj
i1
Eci
fES_pre nf cs
(kehilangan pemendekan total nj 1 15.696
9.764
bila terjadi pada pra-tarik) i1
fES_post fES_pre fES_post 7.519 MPa
nj
8.931
9.561
5.561
c. Penarikan semua tendon sekaligus Tegangan prate gang setelah pemendekan
ntj ntd ntj 4
fpt3j fpt2j fES j
ntd
j u m l a h penarikan nj nj 1
ntj j fpt
fpt asal fES
0 MPa
nj MPa MPa
i
nj 1 0 0 1284.025 0.000 1284.025
i1 1 1317.532 0.000 1317.532
fES_post fES_pre fES_post 00 M Pa 2 1323.202 0.000 1323.202
nj 1 0 3 1302.631 0.000 1302.631
4 1280.600 0.000 1280.600
0 5 1244.792 0.000 1244.792
Kehilangan akibat pemendekan 0
6 1214.797 0.000 1214.797
1.35 109
f 1.3 109
pt2
f pt3
1.25 109
Lx
Kehilangan Akibat Susut
Beton
SOAL : Hitung kehilangan akibat susut beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan menggunakan :
a. Metoda PCI
b. Metoda AASHTO
t fsh_2 33.5MPa
K sh 0.694
f sh max fsh_1 fsh_2
j
fsh_1 8.210
6 V
Ksh Eps 1 0.006
100 Rh
max fsh_1 fsh_2 33.5MPa
S
fsh_1 32.892M Pa
Langkah 2: Tegangan prategang setelah susut
fpt3 fsh
(MPa) (MPa)
1350
1300
f pt3
(MPa)
1250
f pt4
(MPa)
1200
1150
0 20 40 60 80 100
Lx
Kehilangan Akibat Rangkak
Beton SOAL : Hitung kehilangan akibat rangkak beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan menggunakan :
a. Metoda AASHTO
b. Metoda ACI-ASCE
8.37
fpt5j fpt4j fcr j
21.519
Rumus AASHTO j fpt
14.411 fpt asal fCR
fcr 12f cs 7fcdp MPa MPa MPa
j j j f cr 11. 31 7 M Pa
0 1250.525 14.346 1236.179
13.223 1 1284.032 -43.073 1327.106
2 1289.702 25.542 1264.160
12.778
8.37
3 1269.131 19.398 1249.733
Rumus ACI-ASCE 4 1247.100 23.309 1223.791
5 1211.292 -26.641 1237.933
K cr 2 if Post "Ya" 6 1181.297 14.346 1166.951
1.6 otherwise
14.346
K cr 1.6 43.073 fpt4 fcr
Eps 25.542
fcr K cr Ec
fcs fcsd fcr 19 .3 98 M P a
MPa MPa
Lx
Kehilangan Akibat
Relaksasi
SOAL : Hitung kehilangan akibat relaksasi pada contoh 2.1 dengan kondisi sebagai berikut :
a. tahap I, saat transfer gaya prategang
b. tahap II, saat beban superimposed diletakan
c. tahap III, setelah 2 tahun beban superimposed diletakan.
fr
fpt5
MPa MPa
1.4 109
f pt6
Lx
Kehilangan
Total
Berdasarkan perhitungan pada contoh 2.1 s.d contoh 2.5 dapat dihitung kehilangan total sebagai berikut ;
ftot ff fa fES fr fcr fsh if Post "Ya" Persentase k ehilangan total terhadap
j j j j j j
1 umum
P
A I A r 2 St = I/yt = modulus penampang
dengan eksentrisitas pada serat atas
P eo P e o Ac
Sb = I/yt = modulus penampang
1
eo ke arah pada serat bawah
1
serat bawah.
r= I Ac = modulus penampang pada
Ac kb Ac serat bawah
St I A y SAr y
kt = c b b c
2
b
P
k e
S
b o
= jarak dari cgc ke batas atas kern.
t
bawah
P P eo y P eo y t kb = I A y S A r2y
b t
1 c t t c t
A I A r2
c c = jarak dari cgc ke batas bawah kern.
P eo P e o Ac
1
1
Ac kt Ac Sb
P
e k o t
S
b
Rumus Umum Tegangan
(PBL) Kondisi awal atau transfer:
Dimana :
Pi e o y t
a
Pi
A I
M min
I
yt ti
Tegangan ijin tekan
c (kondisi layan)
P P e y M y cs = 0,45 f c
b i i o b
minI t ci ci (kondisi transfer
Ac I = 0,60 fci /sementara)
’
Tegangan ijin tarik
(kondisi transfer
ti
= 0,25 fci /sementara selain
a P eP o y
cs
diperletakan)
Ac ti = 0,5 fci (kondisi transfer
/sementara diperletakan)
P et o M
y bmax y
b P
A I
Mmax y t
I
ts
c
t
I
I
Contoh 3.1: Balok di atas perletakan
sederhana
Momen total
1. HItung tegan gan ijin
Tegangan ijin layan Mmax MDL ML Mmax 153kN m
(tekan)
cs 0.45fc cs 22.5MPa
di midspan e eo
e 200mm
P
P i
asum si :
0.83
Pi Pi MDL
a e St St a 0.986MPa ti 1.768MPa
Ac
Pi (tarik)
P e MDL
b i S b 6.042MPa ci 30MPa
Ac Sb b
(tekan)
Balok pada contoh 3.1 akan digunakan untuk memeriksa
lendutan
fc 50 MPa
- Defleksi jangka panjang oleh PCI Multipliers
f ci 0.65fc f ci
32.5MPa (ke atas)
1 1.85 bs 1.8 pi 1
11.082mm
Modulus elastisitas beton
E c 4700 fc (MPa) E c 33234.019MPa
a. -Lendutan
Defleksi akibat
akhir beban hidup merata, qLL
E ci 4700 f ci (MPa)
E ci 26794.122MPa
5 q LL 4
L 3.761mm
(ke bawah)
L
Beban layan 384 E c
kN
I L
beban mati qDL 4.5 m kontrol defleksi, DL < OK !
15 mm 800
kN
beban hidup qL 2.5
m - Defleksi jangka panjang total
a. Lendutan awal (initial) (ke atas )
2 2.45 pi 2.7 bs 2 13.852mm
- Chamber akibat prestress saja e 0.2 m
5P i e 2
L - Defleksi total
p i (ke atas)
48E ciI p i 13.115mm
(ke bawah)
tot 2 1 L tot 0.991mm
- Defleksi akibat berat sendiri
5 q
L
4
Ya
fps diketahui? Hitung fps dari
kompatibilitas regangan
Tdk
Tdk
fpe = 0.5fpu?
Ya Hitung fps :
Rasio bentang- Tdk Ya d
Bonded? p f (t c)
p pu
terhadap-tinggi = 35? f f
Ya pu 1
Tdk
ps
1 f `c d p
A
Flow Chart Desain Lentur
(PBKT)
A
Penampang Tdk
flens?
Ya
Penampang Tdk Ya Penampang
a = hf ?
flens persegi
Ya
Apw fps
p atau p d / dp ( `)
a 0.361
0.85f `c bw
Tdk
Over reinforce :
Ya
pw d / d p (w `w ) 0.361
M n f ` bd p (0.36 1 0.08 1 )
2 2
c
Tdk
Over reinforce :
Momen nominal :
M n f ` bc wd p2 (0.36 1 0.0812 )
M n A psfps (d p a / 2) Asfy (d a / 2)
0.85f `c (bf bw )hf (d p hf / 2)
A`s fy (a / 2 d`)
Momen nominal :
Mn Apwfps (dp a / 2) Asfy (d d p )
0.85f `c (bf bw )hf (d p hf / 2)
Contoh 4.1 : DESAIN BALOK
PRATEGANG
SOAL : Desain jembatan bentang 36 m dengan balok girder T-Bulb AASHTO.
DIBERIKAN :
P a n j a n g b e n t a n g j e m b a t a n Lsl 3 6 m
J a r a k a n t a r b a l o k ( a s ke a s ) Lc
Material
2.10m b. Kabel Prategang (Jenis Re l aks as i Rendah)
a . Beton :
Di am et er T e n do n s 12.7mm
2
L ua s efektif per tendon Ap1 98mm
L A N G K A H 1: M e n e n t u k a n D i m e n s i P e n a m p a n g
G a r i s B e r a t B a w a h Cb 924.068mm
P e n a m p a n g : A A S H T O Ti p e V I Garis Berat At as Ct h Cb Ct 9 0 4 . 7 3 2 m m
Ic 8 3
h 1828.8mm Sec. M o d u l u s T op St St 3 .3 74 1 0 m m
Ct
bf 1066.8mm
Ic 8 3
x1 127mm Sb 3.303 10 m m
Sec. M odu lus Bottom Sb
x2 177.8mm Cb
b 2 7 11 . 2 m m
Ic
x3 254mm Radius Girasi r r 660.337mm
x4 203.2mm 2
rAc
bw 203.2mm kb kb 481.961mm
Ct
2
r
kt kt 471.876mm
Cb
L A N G K A H 2: G a y a Dalam
Faktor reduksi l e n t u r 0. 8
11 4
Ic 3 . 0 5 2 Faktor reduksi geser v 0. 75
M o m e n inersia 10
mm 5 2 Ber at j e n i s b e t o n
Luas Penampang Ac 6.999986 1 0 m m c 24kN m 3
3
Ber at j e n i s b e t o n p r a t e g a n g pt 25kN m
Ber at j e n i s b a j a s 78.5kN m 3
Resume gaya d a l a m M + V da l am girder LANGKAH 3: Penentuan Tebal Pelat Lantai Je mbatan
3 Tinggi perlu flens untuk menahan momen Mu
M s d l 2.629 10 kNm V s d l 292.068kN
Mu 5
3 Ac' Ac' 2.251 10 mm
0.68hfc 2
M d l 2.835 10 kNm V d l 314.999kN
3
bila lebar pelat efektif di atas girder,
L A N G K A H 5: Es tim a s i L u a s PCb
r a tke g a n g
Eksesntrisitas Te n d o n
e m h 2 0 0 m m Ct em 724.068mm
J a d i ba ny ak ny a tul. tarik
n s ceil
Asmin
A s1 ns 7
L e n g . m o m e n p r a t e g a n g k om p o s i t Ct 9 0 4 . 7 3 2 mm
d p Ct hslb e m d p 1 8 4 8 . 8 mm
L e n g . m o m e n t u l . kom p o s i t
Ds
d h hslb d c 13mm d 1987.8mm
2
L e b a r s t r e s s blok p a d a beton
P e fpeffAps P e 5512.147kN 3
T p s fpsAps T p s 9 . 0 2 8 1 0 kN
p
fp u 0 . 2 8 P e r i k s a Tulangan M a k s i m u m
c 0A c k c 0
No t es : jika rasio t u l a n g a n < 0.361 m a ka u n d er -rei n f o rc ed
Ast jika t i d a k m a k a over-rei nf orced.
t t 0.132%
Ack d
OVER "Y" if p (t c) 0.361
fy t 0 . 0 1 2 dp
t t
fc " N" o t he rwi se
p (t c
p fpu d
1
O V E R "N"
f p s fpu
)
1 fc dp
fps 1706.044M p a
fps
p p p 0 . 1 8 5
fc
Berdasarkan AA S HTO 3rd E d i t i o n 2 0 0 4 , S ec. 5.7.3. 3
LANGKAH 8: P e r i k s a M om e n Des ain M i n i m u m P er l u
2 11 4
K e d a l a m a n t u l a n g a n efektif p a d a p e n a m p a n g Ac 699998.6mm Ic 3.052 10 mm
3
de
Aps fps dp Ast fyd de 1.857 m Pe 5.512 10 kN
Aps fps Ast fy
a
T e g a n g a n ta ri k re ta k fr 0 .7 fcM p a fr 4.73Mpa
c c 203.753mm
1
c Menghitung m o m e n retak penam pang
0. 11 < 0 . 42 O K .
de
Teganga n serat bawah girder akibat beban layan total, Mt
ML
OVER "Y" if
c
O V E R "N" fakt Pe Pee M dl M sdl
0.421 d e Ac Sb Sb Sbk
"N" otherwise fakt 0.163Mpa
M o m e n untuk meretakan p en a mp a ng adalah
Penampang
Yt 904.732mm
8 3
Sb 3.303 10 mm
2
Pe 5512.147kN Aps 5292mm dp 1.849 m
Pe
fpe Aps fpe 1041.6M Pa > 0.4fpu
744MPa Beban
layout kabel mengikuti persamaan parabolik sebagai berikut:
kN kN kN
Qgir 17.5 Qsdl 16.226 Qll 8.755
m
2
ex (x) 1x 1x 1 kN
m m
QuDL 1.3Qgir QuDL 22.75
m
-1 kN
1 0.0022m 1 0.0805 1
QuSDL 1.3Qsdl QuSDL 21.094
m
kN
0 m check ex(0.5L) 0.724 m = em QuLL 2.2Qll
QuLL 19.261
m kN
Faktor reduksi 0.75 Qu 63.105
Material Qu QuDL QuSDL QuLL
m
Kuat tekan beton fc 45.65Mpa
kN
Tega ng an l el eh tul.fy 400Mpa Qu QuSDL QuLL Qu 40.355
m
Diagram momen
1.5 104
MuDL( x)
Gaya-gaya dalam : ( kNm
) 1 104
Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh girder
Mu(x
beban konstruksi yang bekerja = 1 kN/m 2 )
(kNm)
Mu( x
L 5000
(x) 2 )
Vu D L (x) QuDL (x)
L (kNm)
M uDL (x) QuDL x 2
2 2
L 2
x 0
Vu(x) Qu L (x) 0 10 20 30
M u(x) Qu x
2 2 2
x
Diagram Geser
L
(x) 2 Vu(x) Qu L (x)
Mu(x) Qu x 2
2 2 2000
VuDL(x)
1000
kN
Vu( x) 0
kN
Vu(x
) kN
1000
2000
0 10 20 30
x
h
x1 x2 0.25L x2 9 m x3 0.5L x3 18 m
Persyaratan Geser menurut ACI :
2
Momen
0.4fpu 744Mpa < fpe 1041.6M pa
Mu1 Mu(x1) Mu1 1012.272kN m dapat menggunakan metoda sederhana sebagai berikut :
Mu2 Mu(x2) Mu2 7667.228kN m 1 fc Vudp
Vc 4.8
Mu3 Mu(x3) Mu3 10222.97kN m 20 (MPa) Mu
minimum
spasi,
Menentuk an 0.75h
s sact 400mm
s 400mm
spasi,
0.75h 250mm
Menentuk an s
s s act
250mm (praktis)
s
(praktis) s min act
s act 2
s min bws
Avmin 3fy Mpa
Avmin 67.733mm
2 L u a s tul. m i n i m u m
Luas tul. minimum bws Avmin 42.333mm
Avmin 3fyMpa 600mm
600mm Menentukan luas tulangan geser, Av
Menentukan luas tulangan geser, Av
s 2
s Vu2 vc2bwdp2 Av2 214.295mm
Av1 283.402mm
2 Av2
Av1
Vu1 vc1bwdp1 fyd
fyd
Luas tul. geser dia 13mm
dia 13mm 2
Lu as tul. geser
Av2act 0.25dia 2 Av2act 265.465mm 2 > Av min
2 2 atau
> Av min atau
Av1act 0.25dia 2 Av1act 265.465mm
Av 1..OK! Av2..OK!
Pada titik 3: x3 18 m
0.75h
s 400mm
s act
s min
2
Luas tul. minimum bws Avmin 67.733mm
Avmin 3fyMpa
600mm
Besarnya P dapat diperoleh dari 2 buah persamaan lendutan pada tabel 3.3a sub b
h
Simple span dengan beban merata: 5 w4 wq
b 384 EI
Diketahui :
Simple span dengan bentuk parabolik: e 5 c
e P2
P 525kN (setelah semua losses) e 6 e
e 8EI
kN
q 7
m Dengan memasukan nilai maka diperoleh
ee 0 ec eo
L 12m e o 200mm 2
1 q L
b 300mm Popt Popt 630kN
h 600mm 8 ec
200
2 , M e n c a r i b e b a n m e r a t a eki v a l e n d e n g a n g a y a P a k
100
P ec kN Mq ( x)
qp 8 2 qp 5.833
L m kN
m
Mqp( x) 0 5 10
3. M e n g h i t u n g G a y a D a l a m
k Nm
Akibat q 100
q L 0.02
Momen : 1 2
M q (x) 2 x 2 q x
200
0.01
G e se r : q L
V q( x ) 2 q x x
(x )
Diagram Geser
A k i b a t qp p (x ) 0 5 10
qp L 1 2 60 0.01
M o m e n : Mq p (x)
x
2 qp x
2 40
qp L 0.02
Geser: Vq p (x) 2 Vq (x) 20 x
qp x
kN
k N 20
L 2Lx x
q 3 2 3
(x) x (0.5L) 14mm
24Ec 40
Ic
q p x 60
p (x) 24Ec Ic
L 3
2Lx 2 x p (0.5L) 11.667mm
x
3
Simulasi Program
PERENCANAAN BANGUNAN
A
TGELAGAR
AS BOX BETON
Komponen Gelagar Box
Beton
Potongan
Melintang Foundation Substructure Superstructure
Plate (1) Box abutment (5) Transverse diaphragm (19)
Pile plate (2) Spill through abutment (6) Box girder web (20)
Bored pile (3) Columns, piers (with 2 or more bearings) (7) Top slab (area between the webs) (21)
Driven pile (4) Breast wall (8) Top slab (cantilever section) (22)
Wing wall (9) Bottom slab (23)
Back wall (10) Fascia beam (24)
Edge beam (11) Guard rail (25)
End diaphragm (12) Railing (26)
Bridge seat (13) Sealing membrane (27)
Support walls (14) Wearing surface (28)
Bridge seat beam (15) Drain inlet (29)
Access chamber (16) Cross drain (30)
Bearing (can be fixed or allow movement) (17) Longitudinal drain (31)
Expansion joint (18)
Perkiraan Volume
Pekerjaan
Bentang
Ekonomis
Metode Cable stayed
Konstruksi
Incremental launching
Balance cantilever
Progressive cantilever
Tipikal
Formwork
Form Traveller (contoh
aplikasi)
Durasi
Pekerjaan
Keuntungan Box Girder
Beton
Kekakuannya yang cukup tinggi dikombinasikan dengan beban
mati yang cukup kecil, menghasilkan nilai perbandingan beban
mati dengan beban hidup yang memadai.
2
elemen-elemen penampang melintang,
bentuk dan jumlah dari tendon dan 5 tegangan selama pemasangan oleh
kontraktor, urutan penarikan secara rinci,
penulangan, tebal pelat dan web, dan studi
optimasi mengenai bentang dan bentuk Dukungan dan pengembangan dari defleksi yang
Desain penampang melintang lapangan terjadi dan informasi penyambungan untuk
Pendahul panduan dari tenaga kerja di lapangan
uan
Guard rail
Proportion
Constructio
n Method
Stationery falsework
Incremental launching Bridge
Railing
Web inclination
Construct Formwork girder Finishes
View from below
ion + Form
Method Free cantilever
Bridge Launching girder
Finishes + Precast elements
Form
Segmental Balanced Cantilever Cast in
Situ
Aspek yg Dipertimbangkan (Balanced
Cantilever)
Terdapat porsi kecil dari struktur atas pada pilar yang dibuat melalui perancah (cetakan) dan biasanya didisain
sebagai ‘pier table’ (meja pilar). Pada kasus cor di tempat untuk jembatan menggunakan konstruksi
segmental, pier table tersebut harus cukup panjang untuk meletakkan dua traveler yang saling membelakangi
(biasanya 30 ft (10 m) – 40 ft (12 m) panjang). Pier table tersebut biasanya dibuat dengan panjang ½ segmen
keluar untuk meminimalkan pengaruh ketidak-seimbangan selama konstruksi segmen.
Perencana harus melakukan perhitungan awal mengenai konstruksi kantilever dengan penempatan segmen
terakhir untuk mendapatkan kisaran awal mengenai n kebutuhan luasan kabel pratekan dan pemeriksaan
beban-beban pada penampang pilar.
Untuk struktur yang lebih besar, penggunaan pilar ganda bisa menguntungkan untuk mengurangi kekakuan
lateral untuk temperatur dan beban gempa dan akan efisien untuk menahan momen konstruksi segmental
yang besar.
Aspek yg Dipertimbangkan (Balanced Cantilever) –
cont.
Untuk struktur yang lebih kecil dengan kantilever lantai jembatan yang pendek yang digunakan untuk sistem drainase
dapat menyulitkan pemasangan sebagai akibat dari adanya konflik antara tendon kantilever dan kotak drainase atau
perpipaan.
Minimalkan variasi (khususnya panjang segmen). Standardisasi merupakan kunci untuk mengefektifkan biaya disain
segmen. Batasi ukuran dari tendon kantilever menjadi satu ukuran untuk keseluruhan proyek.
Untuk mengurangi perawatan di masa mendatang, maksimalkan panjang dari kesinambungan struktur atas untuk
meminimalkan jumlah exspansion joints dan penggunaan bearing. Apabila bearing digunakan, rencanakan untuk
penggantian bearing tersebut di masa mendatang.
Pada konstruksi kantilever seimbang, ujung bentang biasanya memiliki bentang sebesar 0.6L sampai 0.8L dari bentang
sebelumnya dan seringkali nilai perbandingan yang digunakan adalah 0.5L sampai 0.6L.
Ketika menggunakan nilai perbandingan untuk ujung bentang sebesar 0.5L, mungkin diperlukan adanya pemberat
(counter weight) untuk mencegah adanya gaya angkat dan apabila ujung bentang tersebut memiliki nilai perbandingan
lebih dari 0.5L, ujung bentang tersebut biasanya dikonstruksi secara cor di tempat menggunakan perancah dan
dihubungkan dengan bagian kantilever melalui ‘closure’.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan fabrikasi dan pencetakan segmen biasanya adalah antara 3 – 6 hari dengan
diikuti penarikan kabel setelah pencetakan selesai pada hari berikutnya.
PERENCANAAN BANGUNAN
BAWAH
KONSEP
PERANCANGAN
1. Memiliki dimensi yang ekonomis
2. Terletak pada posisi yang Aman, terhindar dari kerusakan
akibat Kikisan Arus air, penurunan tanah, longsoran global dan
gempa
3. Kuat menahan beban berat struktur atas, beban lalu lintas, beban
angin dan beban gempa.
4. Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyutan,
tumbukan kapal, dan tumbukan kendaraan
Perencanaan Bangunan
LANGKAH-LANGKAH
PERANCANGAN
1. Menentukan letak Kepala jembatan dan pilar, berdasarkan Bentuk penampang sungai,
permukaan air banjir, jenis aliran sungai, dan statigrafi tanah.
2. Menetukan bentuk dan dimensi awal kepala dan pilar jembatan yang sesuai dengan
ketinggian dan kondisi sungai.
3. Menentukan bentuk pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala dan pilar
jembatan
Perencanaan Bangunan
BAGAN
ALIR
Perencanaan Bangunan
PENENTUAN LETAK
JEMBATAN
Peletakan jembatan didasarkan kepada:
Perencanaan Bangunan
KETENTUAN-KETENTUAN
UMUM
Perencanaan Bangunan
KRITERIA DESAIN KEPALA
JEMBA
TAN pada belokan luar sungai
Tidak ditempatkan
Tidak ditempatkan pada aliran air sungai
Tidak ditempatkan diatas bidang gelincir lereng sungai.
Tidak ditempatkan pada lereng sungai jika digunakan pondasi
dangkal
Pondasi kepala jembatan diupayakan untuk ditanam sampai
kedalaman pengaruh penggerusan aliran air sungai
Perencanaan Bangunan
DIMENSI KEPALA
JEMBA
Bahan TAN Jembatan
Kepala
Pasangan batu kali : Type Gravitasi
Beton bertulang : Type T dan Type T dengan penopang
Perencanaan Bangunan
DETAIL KEPALA
JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
BEBAN PADA KEPALA
JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
PERMASALAHAN PADA KEPALA
JEMBATAN Fungsi : - Penahan beban Penempatan: diusahakan untuk
struktur atas tidak ditempatkan
- Struktur pembatas
pada belokan sungai
antara jalan dengan
sungai untuk menghindari
scouring
Perencanaan Bangunan
PENANGANAN
SCOURING
Perencanaan Bangunan
METODE
PERBAIKAN
Perencanaan Bangunan
PILAR Jenis :
Pilar tunggal
Fungsi :
Penopang struktur atas
Menyalurkan berat struktur
atas ke tanah
Perencanaan Bangunan
PILAR JEMBATAN PASANGAN BATU
KALI d = 0,8 ( 0,8 + 0,12 h + 0,025 w )
Perencanaan Bangunan
PILAR JEMBATAN
BETON
Perencanaan Bangunan
PILAR JEMBATAN
BAJA
Perencanaan Bangunan
Masalah Pada pilar
Jembatan
Perencanaan Bangunan
Perbaikan dan
Pencegahan
Perencanaan Bangunan
Pilar tunggal pada jembatan jalan Pilar tunggal pada jembatan KA
raya
Perencanaan Bangunan
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Gelagar Std. Kls.
A)
Bentang B. Mati B. Hidup (tanpa B. Hidup (dengan B. Hidup + B.
(m) (ton) kejut) (ton) kejut) (ton) Mati (ton)
22 164.647 92.073 105.982 270.629
25 189.114 104.073 114.982 304.096
28 214.338 113.073 123.982 338.320
31 257.102 120.799 131.708 388.810
34 285.453 125.984 136.894 422.347
37 334.353 131.181 142.090 476.443
40 366.987 136.385 147.294 514.281
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Gelagar Std. Kls.
B)
Bentang B. Mati B. Hidup (tanpa kejut) B. Hidup (dengan B. Hidup + B. Mati
(m) (ton) (ton) kejut) (ton) (ton)
22 136.328 82.721 92.757 229.085
25 256.538 90.371 100.407 256.946
28 177.357 98.021 108.057 285.414
31 212.162 104.499 114.535 326.697
34 235.479 108.640 118.676 354.155
37 275.215 112.790 122.827 398.042
40 301.958 116.948 126.985 428.943
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Komposit Kls.
A)
B. Hidup +
B. Mati B. Hidup Total
L (m)
Kejut
(M) (H) (K) M+H+K
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Komposit Kls.
A)
B. Hidup +
B. Mati B. Hidup Total
L (m) Kejut
(M) (H) (K) M+H+K
Perencanaan Bangunan
TINJAUAN PEMBEBANAN PADA
PILAR DAN KEPALA JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
PERENCANAAN
PONDASI
Dasar
Perencanaan
Fungsi : Pendukung Bangunan Bawah Jembatan
Kriteria Perencanaan
Memiliki keawetan yang memadai sesuai dengan
umur operasional jembatan;
Kondisi pembebanan ultimate:
Tanah pendukung memiliki ketahanan yang cukup;
Pondasi memiliki kekuatan yang memadai;
Sambungan memiliki kekuatan yang memadai.
Kondisi pembebanan layan:
Tidak boleh membuat jembatan tidak layak digunakan;
Tidak boleh menimbulkan kekhawatiran pengguna jalan;
Tidak boleh mengurangi umur layan jembatan.
Tahap
Perencanaan
Tahap 1 Rencanakan panjang tiang dan penampang sehingga tanah memberikan
rencana kapasitas aksial ultimate
Tahap 2 Periksa apakah rencana beban lateral ultimate melebihi rencana
pembebanan lateral ultimate
Tahap 3 Periksa apakah penurunan vertikal (differential settlement) tidak akan
menyebabkan keruntuhan struktural
Tahap 4 Periksa apakah perpindahan lateral tidak menyebabkan keruntuhan
struktural
Tahap 5 Periksa stabilitas keseluruhan untuk pondasi tiang bila kelompok tiang
berada pada lereng tinggi dan terjal
Tahap 6 Rencanakan tiang balok pondasi terhadap keawetan dan kelayakan
struktural
Tipe
Pondasi Langsung D/B < 1
DANGKAL
D<5m
Sumuran 1 < D/B < 5
PONDASI
Sumuran Dalam
DALAM
Tiang Bor
D>5
m
Tiang Pancang
(kayu, baja, beton)
Pemilihan Tipe
Pondasi
Keadaan tanah pondasi;
Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (superstructure);
Batasan-batasan kondisi lingkungan;
Waktu dan biaya pekerjaan.
Kedalaman Tanah
Keras Kedalaman
Tanah Keras
Tipe Pondasi
Harga N
Kekuatan geser Keterangan
unconfined
(t/m )
2
Batu homogen yg
100 150 - > 100
keras
Tanah keras Batu keras mudah 60 90 - > 100
retak
Batu lunak, lumpur 30 45 - > 10
Lapisan Tidak lepas 60 90 -
krikil Lepas 30 45 -
Lepas 30 45 30 – 50 Bila harga N akibat
Tanah SPT lebih kecil
pondasi daripada 15, tanah
Sedang 20 30 15 - 30
berpasir pondasi tidak
dapat
digunakan
konstruksi
Tanah Sangat keras 20 30 15 – 30 2.0 – 4.0
pondasi Keras 10 15 8 – 15 1.0 – 2.0
kohesif sedang 5 7.5 4-8 0.5 – 1.0
Perkiraan Awal Dimensi Pondasi
Telapak
Bulat
Baja mengeliling
Diasah dalam keadaan
Tiang WF (H profile) H
panas, dilas
Bulat
Diaduk dengan gaya
Segitiga
Beton bertulang sentrifugal
Beton Persegi
Diaduk dengan
pracetak penggetar dll
Dimana:
L : panjang tiang dalam tanah (cm)
K : tahanan lateral tanah 1.5 N (N/cm3)
D : diameter tiang (cm)
: kekakuan lateral tiang (N.cm2)
EI
Deformasi Lateral Tiang
Tunggal
Skema Pengambilan Contoh
Tanah
SPT CPT
Laporan Hasil Penyelidikan
Tanah
SPT CPT
Program Perhitungan Tiang
Pondasi
Penggunaan software yang sering dipakai dalam perhitungan interaksi tiang pancang:
Allpile
Lpile
FB Pier
Plaxis
Asumsi yang digunakan hendaknya sedapat mungkin sesuai dengan kondisi tanah sebenarnya
Apabila dimungkinkan, verifikasi hasil hitungan software dapat dibandingkan dengan hitungan
manual
Contoh
Perhitungan
Daya Dukung
Izin
Profil Tiang Akibat Beban
Lateral
Pemodelan Pondasi Tiang dan
Pilar
Gaya Dalam pada
Tiang
Diagram Interaksi
Tiang
Kendali Mutu Pekerjaan
Tiang
Kalendering tiang
Uji Beban Statik atau Dinamik
PDA test
PIT test
Pada beberapa kasus tertentu, apabila ingin diketahui daya dukung ultimate suatu tiang,
sementara kapasitas alat yang ada terbatas. Dapat dilakukan melalui pendekatan secara teoritis
(mis: metode Mazurkiewicz).
Prediksi Beban Ultimate (Metode
Mazurkiewicz)
Asumsi : Kurva perpindahan vs
beban berbentuk parabola
Uji Beban
Statik
Daya dukung
Kepadatan Ketentuan praktis untuk identifikasi lapangan
(kPa)
Daya dukung
Kepadatan Ketentuan praktis untuk identifikasi lapangan (kPa)
Sangat lunak Mudah dibentuk dengan jari. Bekas sepatu tampak jelas
25
pada permukaan. Palu geologi dapat mudah ditekan
masuk sampai tangkainya
Sangat lunak Bahan hancur dengan pukulan palu geologi yang se- 1500
dang. Dapat dikelupas dengan pisau
1500 hingga
lunak Terjadi lekukan 1 mm - 3mm dengan pukulan palu ge o- 2500
logi. Dapat dikupas dan digaruk dengan pisau
keras Contoh yang dipegang dengan tangan dapat dipecah 2500 hingga
ujung palu dengan kekuatan sedang. Tidak dapat dike- 3500
rok atau dikupas dengan pisau
sangat keras Contoh yang sipegang dengan tangan dapat dipecah 3500 hingga
dengan ujung palu dengan lebih dari satu kali pukulan 5000