BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIK
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Perencanaan Rehab Berat Gedung Kantor LT-
2 1250 M2.
2. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mendatangkan segala bahan bangunan, peralatan
dan tenaga kerja, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang ada kaitannya dengan yang
dimaksud dengan butir 1 di atas.
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Segera setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan oleh Pengguna Jasa, Kontraktor
harus lebih dahulu membuat direksi keet (Kantor direksi) yang berukuran 4 m x 6 m
dengan menggunakan bahan-bahan sederhana, yaitu dinding dari tripleks/papan, lantai
cor semen dan pintu yang dapat di kunci dengan baik.
3. Kantor direksi tersebut pengadaan dan pembongkarannya menjadi beban dan tanggung
jawab Kontraktor, dan selanjutnya kantor direksi serta perlengkapannya menjadi milik
Kontraktor.
4. Kantor direksi tidak dibenarkan dibongkar sebelum pekerjaan selesai, terkecuali atas
perintah Pengguna Jasa dan Direksi Pekerjaan.
Pasal 3
BESTEK DAN GAMBAR
2. Bila ternyata ada perbedaan antara gambar dan RKS, antara gambar satu dengan
gambar lainnya maka yang berlaku adalah :
2.1. B e s t e k ( RKS )
2.2. Gambar dengan skala yang lebih besar (detail)
Pasal 4
RENCANA KERJA
2. Setelah rencana kerja distujui Direksi, 3 (tiga) salinan untuk Direksi 1 (satu) salinan
ditempel pada ruang Direksi Keet.
3. Kontraktor harus mengikuti rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Direksi
untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kelambatan pekerjaan.
Pasal 5
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
Pekerjaan ini meliputi pembongkaran bagian bagian tertentu pada bangunan lama sesuai
petunjuk pada gambar,yaitu; pembongkaran atap, pembongkaran lantai dinding dan
kolom,pembongkaran lisplank dan pembongkaran carport
Setelah pekerjaan pembongkaran selesai di laksanakan,sisa sisa bongkaran harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
Pasal 6
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
Pasal 6
PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK
2. Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
Pasal 7
TINGGI TITIK DUGA (PEIL)
1. Ukuran tinggi titik duga (peil) 0,00 yang dinyatakan dalam gambar disesuaikan dengan
keadaan site.
2. Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan dipasang pada
tempat yang tidak mudah terganggu.
Pasal 8
GAMBAR DAN UKURAN
2. Apabila terdapat ketidakjelasan dalam ukuran pada gambar, maka Kontraktor wajib
meminta penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/ Pengawas Teknik sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
Pasal 9
PENGADAAN BAHAN BANGUNAN
3. Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas serta
dimensi yang dsyaratkan dalam RKS maupun gambar.
4. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat di pasaran, sebelum diganti
Kontraktor harus konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi/ Pengawas Teknik, dan
penggantian bisa dilakukan setelah ada persetujuan secara tertulis.
5. Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan bangunan
lain harus setara/setingkat kualitasnya.
6. Bahan bnagunan yang dinyatakan afkeur oleh Direksi/ Pengawas Teknik karena cacat
atau tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan harus segera dipindahkan dan
dikeluarkan dari kompleks pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
Pasal 10
STANDAR YANG DIPAKAI
Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan harus mengikuti
pesyaratan tersebut pada Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Konsep Nasional
Indonesia (SK SNI), Normalisasi Indonesia seta peraturan-peraturan Nasional dan
International lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini, seperti :
1. SNI 1728-1989, SKBI 1.3.53
2. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-1989-F, tentang Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang
dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
3. SNI 03-3233-1992; UDC.674.048. tentang Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara
Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman.
4. SKBI-4.3.53.1987;UDC.699.048.004.1, tentang Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan
dan Gedung.
5. SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F, tentang Tata cara Pencegahan Rayap pada
Pembuatan bangunan Rumah dan Gedung.
6. SNI 03-2410-1991; SK SNI T-11-1990-F, tentang tata cara Pengecatan Dinding Tembok
dengan Cat Emulsi.
7. SNI 03-2417-1991; SK SNI 7-08-1990-F, tentang Tata cara Pengecatan Kayu untuk
bangunan Rumah dan Gedung.
8. SK SNI S-04-1989-F, tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan dari
Logam Besi/Besi).
9. SKBI 1.3.53.1987; UDC.699.887, tentang Pedoman Perencanaan Penangkal Petir.
10. SNI 03-1735-1989; SKBI-2.5.53.1987, tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan dan
Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.
11. Standar Industri Indonesia (SII).
12. Pedoman Plumbing Indonesia.
13. ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.
Apabila suatu persyaratan disebutkan secara khusus didalam persyaratan ini, maka
ketentuan itu yang harus diutamakan.
Pasal 11
PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS
2. Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis ini berlaku untuk
seluruh bangunan yang termasuk dalam pekerjaan ini, disesuaikan dengan gambar-
gambar, keterangan-keterangan tambahan tertulis dan perintah-perintah
direksi/pengawas.
3. Standar-standar utama yang dipakai adalah standar-standar yang dibuat dan berlaku
resmi di negara RI, apabila tidak terdapat standar yang dapat diberlakukan terhadap
pekerjaan tersebut, maka harus digunakan Standar International yang berlaku atas
pekerjan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya standar dari negara produsen bahan
yang menyangkut pekerjaan tersebut yang diberlakukan.
Pasal 12
PEKERJAAN GALIAN
1. Lingkup Pekerjaan ;
Kontraktor harus terlebih dahulu melakukan galian tanah untuk pondasi telapak,
pondasi menerus, dan utamanya pada galian pondasi sumuran Kontraktor harus
memperhatikan penjelasan sesuai gambar rencana terkecuali ditentukan lain oleh
Direksi/Pengawas.
2. Pelaksanaan ;
2.1. Galian tanah pondasi dimensi minimal sama dengan gambar atau maksimal sampai
mencapai tanah dasar/keras. Kecuali tanah dasar/keras melebihi dua kali dimensi
yang telah ditentukan, maka Direksi/Pengawas Teknik dapat mengambil
Pasal 13
PEKERJAAN URUGAN
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan pasir bawah
pondasi, urugan di bawah lantai dan pekerjaan urugan lainnya yang tertera dalam
gambar.
2. Pelaksanaan ;
2.1. Pada tempat-tempat tertentu untuk lokasi bangunan yang menurut Direksi perlu
ditimbun, maka Kontraktor harus menimbun sampai mencapa ketinggian yang
ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang cukup baik, bebas dai
rumput, akar-akar dan lain-lain serta harus mencapai nilai CBR minimal 4 %
rendam air. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas Teknik.
2.2. Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan, sehingga minimal
sama dengan keadaan tanah sebelum digali.
2.3. Ketebalan lapisan urugan tanah yang diperkenankan maksimum 30 cm setiap
lapis, kemudian dipadatkan sehingga pada ketebalan yang ditentukan urugan
tanah tersebut mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan.
2.4. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga
mendapatkan angka kepadatan maksimal.
2.5. Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut dengan persyaratan bahwa
pasir harus dalam keadaan bersih dari Lumpur, tanah dan tidak mengandung
garam atau mineral lainnya.
Pasal 14
PASANGAN BATU KALI
1. Lingkup Pekerjaan ;
Bagian pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu kali yang dibuat untuk pondasi
dibawah sloof, pasangan batu kali sebagaimana dinyatakan dalam gambar, dan
sebelumnya di bawah pasangan pondasi harus diberi urugan pasir dan batu kosong.
2. Material ;
2.1. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras yang tidak keropos, serta
mempunyai gradasi baik dengan diameter maksimum 25 cm.
2.2. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 Pc : 5 Pasir.
2.3. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih
dari Lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
2.4. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain kecuali atas izin Direksi.
3. Pelaksanaan ;
3.1 Pekerjaan pasangan batu kali dilaksnakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-
bentuk yang ditunjukkan dalam gambar.
3.2. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan dietok ditempatnya hingga
penuh.
3.3. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu, untuk mendapatkan
massa yang kuat dan integral.
Pasal 15
PASANGAN BATU BATA
1. Lingkup Pekerjaan ;
Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pemasangan untuk semua pasangan
bata yang tertera pada gambar, pelaksanaan pemasangannya harus benar-banra
mengikuti garis-garis ketinggian dan bentuk-bentuk yang etrlihat pada gambar dan
disebutkan dalam spesifikasi ini.
2. Referensi ;
Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada PUBI N-3 1970
dan N-10 1973 dan SNI 1728-1989, SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara Pelaksanaan
mendirikan Bangunan Gedung.
3. Material
3.1. Batu bata yang akan digunakan harus mempunyai kualitas baik, yang sebelumnya
harus diperiksa oleh pihak direksi. Ukuran yang dianjurkan adalah 5 cm x 11 cm x
22 cm dengan toleransi 0,5 cm.
3.2. Semen yang digunakan harus baru, tidak terdapat bagian yang mengeras
(membatu) dan dalam kemasan yang asli dari pabriknya.
3.3. Air yang digunakan dalam pengecoran beton harus bersih, dalam arti tidak
mengandung lumpur, garam dan bahan kimia lainnya.
5. Contoh-contoh ;
Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Direksi Pengawas
dan persetujuan atas bahan bahan tersebut sudah didapat sebelum bahan yang
dimaksud dipergunakan. Pengambilan contoh atas bahan yang telah ada di lapangan
akan diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Direksi Pengawas guna
keperluan pengujian.
6. Pelaksanaan
6.1. Pasangan dinding batu bata yang digunakan adalah bata, kecuali Direksi
memberikan petunuk lain.
6.2. Adukan yang digunakan untuk pasangan bata biasa adalah campuran 1 Pc : 5
Pasir, sedangkan untuk daerah kedap air (trasram) menggunakan campuran 1 Pc :
2 Pasir.
6.3. Pemasangan batu bata harus lurus dan tegak, lajur penaikannya diukur tepat
dengan tiang lot, kecualai bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar maka
setiap lajur bata harus putus sambungan dengan lajur dibawahnya. Selain itu pola
ikatan pasangan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan.
6.4. Pada jarak-jarak tertentu pasangan batu tersebut perlu diperkuat dengan kolom
praktir (beton), dengan dimensi, penulangan sesuai gambar.
6.5. Sebelum bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh, dan
pemasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik. Batu bata
potongan tidak boleh dipakai/dipasang, terkecuali pada perteuan-pertemuan
dengan kosen/kolom.
Pasal 16
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan beton bertulang meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam
beton biasa, beton bertulang dengan penulangannya termasuk bekesting, finishing dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk didalamnya. Pekerjaan beton bertulang
dengan adukan 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian krikil Split (batu pecah).
Dengan menggunakan mutu beton K. 225 yang dibuktikan dengan hasil pengujian
Laboratorium.
Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan untuk :
1.1. Pondasi Poor Plate, Balok Plate Lantai, Tangga, Sloof, Kolom dan Ringbalk
1.2. Lain-lain seperti ditentukan dalam gambar
2. Referensi ;
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti tertera dalam :
2.1. SNI 1734-1989-F
2.2. SKBI Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung
2.3. Pedoman Beton
2.4. Spesifikasi Bahan Bangunan
2.5. Pedoman Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Rumah dan Gedung
3. Material
Bahan-bahan / material yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
3.1. Semen
3.1.1 Semen yang dipakai harus semen Tonasa satu jenis, bermutu baik dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan dalam PBl 1971 dan PBI 1989.
3.1.2 Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan diterima di
lokasi pekerjaan dalam kemasan asli dari pabriknya dan dalam keadaan
tertutup rapat.
3.1.3 Semen harus disimpan dalam gudang yang terlindung dari air hujan dan
mempunyai ventilasi yang cukup, dan diletakkan pada tempat yang
ditinggikan minimal 30 cm dari lantai yang diberi alas. Pemakaian semen
harus disesuaikan dengan urutan pengirimannya.
3.1.4 Semen yang kantongnya rusak dapat membatu dalam kantong, sehingga
tidak diperkenankan untuk dipergunakan untuk pekerjaan beton.
3.1.5 Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini Kontraktor harus mengusahan hanya
menggunakan satu merk semen saja.
3.2. Agregat
Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi halus sampai kasar, dan harus sesuai
dengan persyaratan dalam ketentuan-ketentuan beton. Penyimpanan harus
dilaksnakan sedemikian rupa, sehingga bebas dari segala macam kotoran, tanah
dan tidak mengandung garam atau bahan organik serta kotoran-kotoran lainnya
yang dapat merusak beton. Persyaratan agregat dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan dalam PBI 1971 dan 1989.
3.3.Besi Tulangan
3.4. Air
Air yang digunakan pada pengecoran beton harus bersih, dalam arti tidak
mengandung lumpur, garam dan bahan kimia lainnya yang dapat mempengaruhi
kekuatan beton.
3.5. Bekisting
Bahan cetakan beton (Bekisting) menggunakan papan terentang dari kayu kelas III,
kecuali Direksi/Pengawas menegaskan lain.
4. Pelaksanaan
4.1. Proporsi
4.1.1. Kecuali gambar menentukan lain, maka adukan beton harus mencapai
Kekuatan Tekan Beton karakteristik K-225 untuk struktur beton yang
tertuang dalam Kuantitas Anggaran Biaya.
4.1.2. Sebelum pelaksanan pekerjaan beton dimulai, pihak kontraktor harus
mengadakan Mix Design untuk menjadi acuan dalam komposisi campuran,
terutama pada gedung bertingkat.
4.1.3. Untuk mengontrol kekuatan/mutu yang dicapai pada pelaksanaan,
Kontraktor harus mengambil contoh kubus untuk diadakan test
laboratorium menurut syarat-syarat PBI 1987 pasal 4.6 dan 4.7.
4.4. Slump
4.4.1. Slump yang diizinkan untuk beton dalam keadaan mix normal adalah
sesuai dengan PBI 1971.
4.4.2. Pemakaian nilai Slump harus teratur dan disesuaikan dengan
kebutuhannya, misalnya daerah-daerah yang pembesiannya rapat
dipergunakan slump yang tinggi.
5. Bahan Additive
Pemakaian bahan additive harus disertai percobaan laboratorium guna mendapatkan
hasil yang baik dan disetujui Direksi/ Pengawas. Bahan additive ini harus memenuhi
persyaratan ASTM atau JIS.
6. Bekesting
6.1. Seluruh bahan pekerjaan bekesting menggunakan papan terntang (kayu klas III)
dan balok 5/7, kecuali Direksi/ Pengawas menegaskan lain, dan untuk
mendapatkan hasil cetakan yang memenuhi syarat pekerjaan bekisting harus
dikerjakan oleh tukang yang ahli.
6.2. Celah-celah antar papan bekisting harus ckup rapat, agar waktu mengecor tidak
ada air adukan yang lolos, sebelum mulai mengecor bagian dari dalam bekesting
harus disiram air dan dibersihkan dari kotoran.
6.3. Bekesting harus direncanakan, dilaksnakan dan diusahakan sedemikian rupa agar
waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat,
gelombang-gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran-ukuran,
ketinggian-ketinggian serta posisi dari pada beton yang di cor.
6.4. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat mencegah defleksi
bahan-bahan bekesting. Bekesting serta sambungan-sambungan harus rapat,
sehingga mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran. Lubang-
lubang permukaan sementara harus disediakan di dalam bekisting untuk
memudahkan pembersihan.
6.5. Pembongkaran bekesting
7. Contoh-contoh
Sebelum pelaksanaan pemasangan, terlebih dahulu kontraktor harus memberikan
contoh-contoh material yang akan dipakai guna mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Pengawas.
Pasal 17
PEKERJAAN BETON TAK BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan beton tak bertulang meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dari
semua pekerjaan beton tak bertulang dan campuran yang dipergunakan adalah adukan
1 bagian semen, 3 bagian pasir dan 5 bagian krikil Split (batu pecah), dan dilaksanakan
untuk neut-neut kosen, neut-neut kolom kayu, lantai kerja, lantai cor beton, rabat
beton dan lainnya yang ditentukan dalam gambar.
2. Material
Lihat uraian pasal 16 ayat 3
Pasal 18
PEKERJAAN PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan ;
Bagian ini meliputi semua plesteran dan acian dinding bata, beton dan lain-lain
sebagaimana dinyatakan dalam gambar.Kebutuhan persyaratan adukan sebagai
berikut :
1.1. Untuk semua plesteran dinding biasa terdiri dari 1 Pc : 5 Ps
1.2. Plesteran kedap air (transram) menggunakan adukan 1 Pc : 2 Ps
1.3. Untuk semua plesteran beton dan kaki pondasi digunakan 1 Pc : 3 Ps.
2. Material
2.1. Pasir yang akan digunakan harus pasir halus (ayak), bebas dari segala kotoran tidak
mengandung lumpur tanah dan garam.
2.2. Semen yang digunakan harus baru, tidak terdapat bagian yang mengeras
(membatu) dan dalam kemasan standard pabrik dan terlindung .
2.3. Air yang digunakan dalam pengecoran beton harus bersih, dalam arti tidak
mengandung lumpur, garam dan bahan kimia lainnya.
3. Pelaksanaan
3.1. Sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan, semua bidang yang akan diplester
harus terlebih dahulu disiram air hingga jenuh, dan siar-siarnya harus telah
dikeruk sedalam + 1 cm.
3.2. Untuk semua plesteran dinding biasa menggunakan campuran 1 bagian semen dan
5 bagian pasir.
3.3. Plesteran yang kedap air (trasram) dipasang setinggi 20 cm dari lantai, plesteran
beton dan dinding bagian dalam septick tank menggunakan campuran 1 bagian
semen 2 bagian pasir.
3.4. Tebal plesteran dinding ditentukan + 1,5 cm, dan dikerjakan dengan lurus dan
rata. Bidang-bidang yang retak/berombak harus dibongkar dan diperbaiki.
3.5. Semua bidang plesteran harus diaci dengan menggunakan adukan 1 bagian dan 7
bagian kapur, terkecuali plesteran pada kaki pondasi dan beton yang digunakan
air semen.
Pasal 19
PEKERJAN KAYU
1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan kayu meliputi pengadaan dan pemasangan kayu-kayu untuk konstruksi kuda-
kuda/kap, gording, reng, kaso, listplank, bingkai pintu dan jalusi kayu, kosen pintu,
jendela, ventilasi, dan pekerjaan kayu lainnya sebagaimana yang tertera dalam
gambar.
2. Material ;
2.1. Jenis kayu yang digunakan untuk semua jenis pekerjaan kayu sebagaimana
disebutkan di atas menggunakan kayu setaraf dengan kayu palapi merah dan /
atau mempunyai kelas keawetan III dan kelas kuat II serta kayu tersebut harus
dalam keadaan kering udara sesuai dengan SKBI-3.6.53.1987 UDC : 674.048.
2.2. Mutu kayu yang akan digunakan harus kering, lurus, memiliki serat yang teratur,
tidak terdapat mata-mata kayu/ cacat-cacat lainnya serta tidak terdapat bidang-
bidang yang lemah.
2.3. Ukuran-ukuran kayu yang dipergunakan harus sesuai dengan ukuran yang terdapat
dalam gambar. Ukuran yang dimaksud di dalam gambar adalah ukuran setelah
jadi.
2.4. Kadar air pada kayu yang dipergunakan hanya boleh mengandung kadar air
maksimum 25 % untuk ukuran tebal lebih dari 7 cm dan kadar air maksimum 19 %
untuk tebal kurang dari 7 cm.
2.5. Bahan pengikat yang digunakan berupa paku galvanis, baut atau plat besi. Apabila
menggunakan perekat, bahan perekat yang digunakan harus terbuat dari lem
tahan airsetaraf dengan merk Herferin.
3. Pelaksanaan :
3.1.Semua pekerjaan kosen, pintu, lisplank, kuda-kuda dan jalusi kayu pada bagian-
bagian tertentu harus diserut rata dan halus, dan pada bagian-bagian pertemuan
harus dikerjakan dengan rapi dan tidak berongga.
3.2.Untuk pekerjaan kap/kuda-kuda dan gording, ukuran kayu, konstruksi dan cara
penyambungannya mengikuti petunjuk yang tertera pada gambar, serta diberi
penguat cawat/beugel besi plat dan angker.
3.3.Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik dan rapi, untuk
profil panjang harus menggunakan mesin potong.
3.4.Semua lubang-lubang bekas paku, baut dan sebagainya harus ditutup dengan
dempul hingga rapi kembali.
Pasal 20
PEKERJAAN ATAP
1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyedian bahan, tenaga kerja dan pemasangan atap baru, nok/
bubungan, sebagaimana dijelaskan dalam gambar rencana.
2. Material ;
2.1. Untuk bahan penutup atap digunakan Genteng metal colour (2 x 4) dan ukurannya
sesuai standard yang ada dan merupakan produksi dalam negeri.
Panjang : 77 cm
Lebar : 80 cm
Tebal : 0,2 mm
Lebar efektif 1 m2 : 1,62 lembar
Jumlah daun/lembar : 8 daun
Warna : Ditentukan kemudian
2.2. Untuk penutup bubungan digunakan Genteng metal colour model U dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Panjang : 110 cm
Lebar : 5 cm
Tebal : 0,2 mm
Tinggi : 5 cm
3. Pemasangan ;
3.1. Sebelum pemasangan atap dilaksanakan, genteng metal harus diperiksa terlebih
dahulu dengan tdak mengalami kerusakan/pecah untuk menjaga dari kebocoran.
Kap / kuda-kuda gording, kasau dan reng harus telah diresidu terlebih dahulu.
3.2. Pemasangan atap harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga atap yang
terpasang tidak akan terbebani. Pemasangan atap harus rapi dan dikerjakan oleh
tenaga/tukang yang sebelumnya telah mendapatkan pengetahuan teknis
pelaksanaan mengenai cara pemasangan genteng metal.
3.4. Apabila atap yang terpasang tidak rapi dan terjadi kebocoran, Direksi/Pengawas
Teknik berhak menolak dan Kontraktor harus segera membongkar dan
memperbaiki.
Pasal 23
PEKERJAAN KACA
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material, tenaga kerja pemotongan dan
pemasangan kaca bingkai jendela, ventilasi, cermin maupun kaca mati seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
2. Material ;
2.1. Kaca yang digunakan pada pekerjaan ini adalah jenis kaca Rayband tebal 5 mm, 8
mm dan bahan pintu kaca tebal 12 mm.
2.2. Kaca yang digunakan adalah kaca buatan dalam negeri, tidak cacat dan tidak
retak.
3. Pelaksanaan ;
3.1. Ukuran dan ketebalan kaca yang akan dipasang dilaksanakan mengikuti petunjuk-
petunjuk yang ditentukan dalam gambar.
3.2. Kaca harus dipasang sedemikian rupa sehingga dengan lubang sponing yang sesuai
dengan ketebalan kaca, serta dipasang list dengan rapi sehingga tidak
goyang/longgar.
3.3. Pada saat pekerjaan diserahkan, kaca yang terpasang dalam keadaan utuh dan
tidak pecah/retak. Apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat kaca yang retak,
Kontraktor harus segera mengganti.
Pasal 24
PEKERJAAN ALUMINIUM
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja pemotongan dan
pemasangan kaca bingkai jendela, ventilasi, cermin maupun kaca mati seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
2. Material ;
2.1. Aluminium yang digunakan pada rangka, pintu, jendela dan ventilasi dengan
ukuran standard yang ada dan warna coklat.
2.1. Aluminium yang digunakan adalah buatan dalam negeri, tidak cacat dan tidak
berkarat.
3. Pelaksanaan ;
3.1. Pada pemasangan Aluminium ukuran dan ketebalan yang akan dipasang
dilaksanakan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditentukan dalam gambar.
3.2. Rangka Aluminium harus dipasang sedemikian rupa sehingga pada pemasangan
kunci, engsel dan grendel tidak goyang/longgar.
3.3. Aluminium yang terpasang harus rata dengan tembok, antara pertemuan kosen
dengan daun pintu dipasang List karet cover sehingga tidak ada celah/lubang
antara rangka aluminium dan dinding.
3.4. Pada saat pekerjaan diserahkan, semua pekerjaan aluminium yang terpasang
dalam keadaan utuh, tidak berkarat dan tidak bengkok.
Pasal 26
KUNCI DAN PENGGANTUNG
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan kunci
dan alat-alat penggantung, seperti engsel, kunci, handle dan sebagainya.
2. Material ;
2.1. Semua daun pintu dipasang kunci tanam buatan dalam negeri 2 (dua) slaag,
setara Yale.
2.2. Engsel yang digunakan pada pekerjaan ini adalah engsel Stainless Stell ring 4
untuk semua pintu dan engsel biasa ring 3 untuk jendela bingkai.
2.3. Grendel biasa buatan dalam negeri untuk jendela.
2.4. Hak angin lengkap buatan dalam negeri untuk jendela bingkai.
2.5. Sebelum dipasang, kunci-kunci dan alat-alat penggantung harus diperlihatkan
contohnya kepada Direksi/Pengawas.
3. Pelaksanaan ;
3.1. Semua daun pintu menggunakan engsel Stainless Stell ring 4 buatan dalam negeri
masing-masing 2 (dua) buah.
3.2. Semua daun jendela bingkai menggunakan engsel biasa ring 3 buatan dalam
negeri masing-masing 2 (dua) buah, hak angin 2 (dua) buah dan untuk pengunci
dipasang grendel 1 (satu) buah.
3.3. Kunci-kunci harus berfungsi dengan baik dan pada saat diserahkan anak kunci
harus diserahkan lengkap dengan cadangannya.
Pasal 27
PEKERJAAN CAT DAN POLITUR
1. Lingkup Pekerjaan ;
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan kunci
dan alat-alat penggantung, seperti engsel, kunci, handle dan sebagainya.
2. Material ;
2.1. Jenis cat kayu yang digunakan adalah setara Altex
2.2. Jenis cat tembok yang digunakan adalah setara Metrolite
2.3. Plamur/ dempul yang digunakan adalah merk
2.4. Residu dengan kekentalan yang cukup untuk kap, kuda-kuda dan gording.
2.5. Politur/ Taekoil untuk permukaan taekwood dan pada pekerjaan kayu yang
diekspos seperti yang ditunjukkan pada gambar.
3. Pelaksanaan ;
3.1. Pekerjaan Cat Kayu :
3.1.1. Bidang-bidang yang akan dicat/dipolitur harus bersih dari segala macam
kotoran, dan sebelum pekerjaan pengecatan dilaksnakan Kontraktor harus
memperlihatkan bagian-bagian yang akan di cat kepada Direksi untuk
diperiksa.
3.1.2. Semua permukaan kayu yang akan dicat/dipolitur harus diamplas, dan
lubang-lubang bekas paku harus didempul dan diamplas kembali sampai
rata.
3.1.3. Pengecatan harus dilaksanakan dengan baik, rapi sehingga terbentuk
bidang cat yang utuh, rata dan tidak mempunyai gelembung udara.
3.1.4. Untuk kayu yang telah dicat kemudian tergores, harus diadakan
perbaikan/pengecatan kembali.
3.1.3. Pengecatan kayu dilaksanakan satu kali meni, satu kali cat dasar dan satu
kali plamur, kemudian digosok dengan amplas, terakhir dua kali cat akhir.
3.1.4. Warna cat kayu yang digunakan untuk kosen, daun pintu, bingkai jendela,
dan listplank akan ditentukan kemudian.
3.1.5 Untuk kap/kuda-kuda dan gording harus dicat dengan residu sampai rata
pada seluruh permukaannya.
Pasal 29
PEKERJAAN SALURAN PEMBUANGAN
1. Lingkup Pekerjaan ;
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
1.1. Sistem pemipaan air bersih.: Sistem pemipaan air bersih dari jaringan air bersih
keseluruh bangunan, yang terdiri dari ; Kamar mandi, WC, Urinoir, Wastafel,
kran-kran dalam ruangan.
1.2. Pengujian (test run) sistem plumbing air bersih secara keseluruhan untuk
mengetahui sistem itu bekerja baik, benar, dan aman.
1.3. Pengadaan dan pemasangan perlengkapan-perlengkapan lainnya agar instalasi
bekerja dengan baik, benar, aman walaupun dalam gambar dan spesifikasi
tekniknya tidak dicantumkan secara jelas
3. Pemasangan ;
3.1. Pipa GIP penyambungannya dilakukan dengan sambungan (draad) berulir, dan
pada bagian ulir jantannya dilapisi dengan seal tape.
3.2. Pemasangan pipa harus dilaksanakan dengan baik dan tertutup, terkecuali apabila
menggunakan water moer harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai dan
tidak tertutup oleh dinding maupun lantai.
4. Pengujian ;
4.1. Semua instalasi pipa yang terpasang sebelum ditutup harus diuji terlebih dahulu
untuk menghindari terjadinya kebocoran.
4.2. Bila dalam pengujian ditemukan adanya kerusakan, kebocoran atau penyumbatan
Kontraktor harus segera mengganti/memperbaiki kerusakan tersebut, kemudian
dilakukan pengujian/pemeriksaan kembali.
Pasal 31
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Lingkup Pekerjaan ;
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
1.1. Pengadaan stop kontak, saklar, fitting-fitting pipa, material bantu, termasuk
pemasangannya.
1.2. Penyerahan Surat Jaminan oleh Instalatur/Kontraktor beserta pembuatan gambar
instalasi yang terpasang.
2.2. Stop kontak, saklar, dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan harus
buatan dalam negeri yang telah memenuhi standard PLN, kemampuan minimal
10/16 A, merk yang digunakan adalah National atau Brocco KW-1.
.
2.4. Penempatan SDP harus mengikuti petunjuk dalam gambar, ukuran proporsional
agar kabel dan pengamanan dalam SDP nampak rapi dan mudah perawatannya.
3. Pemasangan ;
3.1. Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL) 2000.
3.2. Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk Instalatir yang telah memiliki SPJT
dan SBUJK Bidang E&M.
3.3. Pada semua stop kontak dan SDP harus diberi arde dengan menggunakan kawat
BC, dan khusus pengetanahan pada SDP dibagian yang tertanam kedalam tanah
harus dikerjakan sampai mendapatkan tahanan yang disyaratkan, serta diberi
pelindung pipa GIP diamter .
Pasal 32
PEKERJAAN SISTEM PENANGKAL PETIR
1. Lingkup Pekerjaan ;
Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan, pemasangan, pengujian dan perbaikan
selama masa pemeliharaan dari sistem penangkal petir yang lengkap sesuai gambar dan
spesifikasi ini.
2. Material ;
2.1. Material yang dipakai harus dalam keadaan baik dan baru sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan dan harus mendapatkan persetujuan
Direksi/Pengawas.
2.2. Sistem penangkal petir yang dipakai adalah penangkal petir EF Lighting Protection
System, dan cara konvensional Sangkar Faraday yang terdiri atas kepala
penangkal,penghantar dan sistem pentanahan.
2.2.1. Head Electroda (Kepala penangkal)
Sistem Konvensional :
Terdiri atas batang penerima splitzen dan batang peninggi, terbuat dari
bahan tembaga massif, berujung runcing disebelah atas dengan sudut 15
derajat dan mempunyai terminal pada ujung sebelah bawah. Kepala
penangkal terpasang pada batang penangkal dari pipa baja diameter 1.
2.2.2 Penghantar
Sistem Konvensional :
Terdiri atas dua macam, yaitu penghantar horizontal yang
menghubungkan secara listrik antara kepala penangkal dan penghantar
vertikal (down conductor) yang menghubungkan secara listrik antara
kepala penangkal dan electroda pentanahan. Penangkal petir ini harus
menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat dari air terminal
tanah.
Penghantar adalah dari jenis penghantar tembaga telanjang dengan luas
penampang 50 mm2
2.2.3 Sistem Pentanahan
Terdiri atas :
Terminal pentanahan terletak didalam bak kontrol, ukuran seperti
tercantum dalam gambar detail. Bak kontrol ini diperlukan untuk
pengukuran tahanan tanah secara berkala.
Elektroda pentanahan terbuat dari copper rod digalvanisir, dengan
diameter tidak kurang dari 2, dari panjang 6 meter atau lebih, serta
harus dimasukkan kedalam tanah secara vertikal (sesuai gambar),
hingga dalam mencapai tahanan pentanahan maksimum 2 ohm.
CV. INDY GITA PERSADA Engineering Consultant VI-17
RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT
3. Pemasangan/Pelaksanaan :
Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan gambar dan
harus mengikuti petunjuk-petunjuk Direksi/Pengawas.
1.1. Batang penangkal dipasang harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis
pada saat timbulnya sambaran petir.
1.2. Penghantar horizontal dan penghantar pentanahan dan terpisah terhadap
bangunan kurang lebih 5 meter diluar pondasi bangunan.
1.3. Sambungan-sambungan :
Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kontak yang baik tidak
mudah terlepas.
Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat
adanya sambungan.
Pelindung mekanis dilakukan terhadap down conductor untuk mencegah
terjadinya kerusakan dengan menggunakan pipa PVC type AW seperti pada
gambar.
4. Pengujian/Pengetesan
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem penangkal petir yang dipasang, maka
harus diadakan pengetesan terhadap instalasi maupun terhadap sistem pentanahannya.
Pengetesan yang dilakukan adalah :
4.1. Grounding resistent test, yakni pengukuran tahanan pentanahan dengan
menggunakan metode standar.
4.2. Continutty test.
5. C o n t o h
Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan-bahan yang akan
dipergunakan/dipasang, yaitu minimal : penghantar dan elektroda pentanahan yang
diminta dalam persyaratan.
Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini
adalah tanggungan kontraktor.
6. Pemeriksaan ;
6.1. Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Direksi/ Pengawas untuk memastikan
ndipenuhinya spesifikasi ini. Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh
Direksi/Pengawas terlebih dahulu sebelum atau tersembunyi.
6.2. Semua bagian yang tidak sesuai dengan syarat-syarat spesifikasi dan gambar harus
segera diganti, tanpa membebankan tambahan biaya pada Kuasa Pengguna
Anggaran.
7. Surat Izin
Kontraktor harus mempunyai izin pasang PLN untuk pemasangan instalasi penangkal
petir. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir ini,
dibuktikan dengan memberikan daftar pekerjaan-pekerjaan yang sudah pernah
ditangani.
Pasal 33
DOKUMENTASI
Untuk kelengkapan laporan, kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi yang dibuat
sebelum pekerjaan dimulai ( 0 % ), tahap pelaksanaan hingga selesai ( 25%, 50%, 75% dan
100%), foto dokumentasi harus selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan
(tampak depan,samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain
penulangan, pondasi dan lain-lain.
Foto-foto tersebut dimasukkan kedalam album dan diserahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen atau Direksi/ Pengawas sebanyak 2 (dua0 set.
Pasal 34
GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)
1. Setelah selesainya pekerjaan, kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan (As Built
Drawing) dari seluruh sistem, termasuk apabila terjadi perubahan letak, denah maupun
konstruksi.
3. Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat oleh kontraktor
sesuai dengan keadaan yang terpasang dan diserahkan kepada Pemberi Tugas pada saat
Serah Terima Pekerjaan.
Pasal 35
PENGAWASAN
Pasal 36
PEKERJAAN AKHIR DAN LAIN-LAIN
1. Pada akhir pekerjaan, seluruh bagian yang terdapat pada pekerjaan tersebut dan
sebagainya harus bersih dari sisa-sisa semen, cat dan kotoran lainnya.
2. Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan bangun, kotoran-kotoran dan
gundukan-gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak
terpakai lagi harus diangkut ke luar lokasi pekerjaan.
3. Kerusakan lain akibat dari pembongkaran menjadi tanggung jawab kontraktor untuk
memperbaiki kembali.
Pasal 37
P ENUTUP
1. Pekerjaan-pekerjaan yang belum / tidak tercantum / dijelaskan dalam RKS ini dapat
dilihat pada gambar atau ditanyakan pada saat rapat penjelasan pekerjaan
(Aanwijzing).
2. Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap RKS ini pada saat rapat penjelasan
pekerjaan akan dibuat suatu berita acara penjelasan pekerjaan yang mengikat, dan
merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.
Mengetahui,
KEPALA KANTOR BPTP
PROVINSI SULAWESI TENGAH