Anda di halaman 1dari 56

PEDOMAN

STUDI LAPANGAN
TJ122020006
PELATIHAN PEJABAT INTI SATUAN KERJA
(PISK) BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penyusunan Pedoman Studi Lapangan ini dapat
terlaksana sampai selesai. Pedoman ini disusun dengan berbasis
kompetensi sesuai standar kompetensi jabatan, perkembangan teknologi
konstruksi di bidang jalan dan jembatan, serta NSPK terkait bidang jalan dan
jembatan yang berlaku.
Penyusunan pedoman ini dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan
kegiatan pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK) Bidang Jalan dan
Jembatan. Penyempurnaan, maupun perubahan pedoman di masa
mendatang senantiasa terbuka dan memungkinkan bila mengingat akan
perkembangan teknologi dan peraturan yang terus menerus terjadi. Untuk itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sebagai bahan evaluasi kami dalam menyempurnakan Pedoman Pelatihan
PISK Bidang Jalan dan Jembatan ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Penulis dan
seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi. Semoga pedoman ini dapat
membantu meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Marga dalam mewujudkan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
yang berkualitas.
Bandung, November 2020
Kepala Pusbangkom JPW
Ir. Rezeki Peranginangin, M.Sc., M.M.
NIP. 196310171990031002
i
UCAPAN TERIMA KASIH
TIM TEKNIS
Pengarah
Kepala Pusbangkom Jalan, : Ir. Rezeki Peranginangin, M.Sc., M.M.
Perumahan, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah
Penanggung Jawab
Kepala Bidang Manajemen Sistem : Ero, S.Pd., M.Pd.
dan Pelaksanaan Pengembangan
Kompetensi
PENYUSUN
Ketua
Jafung Pengembang Teknologi : Kiki Andriana Palupi, S.T., M.T.
Pembelajaran Ahli Muda
(Sub Koordinator Plt.
Pengembangan Kompetensi)
Anggota
Jafung Tata Bangunan dan : Rien Yolanda Rudangta Toreh, MT
Perumahan Ahli Pertama
Pelaksana Pengembangan : Ajeng Larasati, S.Pd
Kompetensi Jalan
Kontrak Individu Substansi : Cavin Ornando Simorangkir, S.T., M.T.
NARASUMBER
BPSDM
Widyaiswara : Ir. Harris Batubara, M.Eng.Sc
Ir. Taufik Widjoyono, M.Sc
ii
Diterbitkan Oleh:
Pusbangkom Jalan, Perumahan, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Bandung, November 2020
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Deskripsi Singkat .................................................................................... 3
C. Kompetensi Dasar .................................................................................. 3
D. Waktu ...................................................................................................... 3
E. Petunjuk Penggunaan ............................................................................. 3
BAB II PENERAPAN MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN PROYEK
DALAM STUDI LAPANGAN ........................................................................ 5
A. Maksud dan Tujuan Studi Lapangan ...................................................... 7
B. Persiapan Studi Lapangan .................................................................... 14
C. Pelaksanaan Studi Lapangan ............................................................... 17
D. Rangkuman ........................................................................................... 28
BAB III LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN ......................................... 29
A. Hasil Studi Lapangan ............................................................................ 31
B. Format Laporan Studi Lapangan .......................................................... 32
C. Penilaian ............................................................................................... 34
D. Rangkuman ........................................................................................... 35
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 36
A. Evaluasi Kegiatan Belajar ..................................................................... 37
B. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ........................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 40
PERISTILAHAN .......................................................................................... 41
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistematika Gagasan PKSK Untuk Program Pelatihan PISK ...... 7
Gambar 2. Keterkaitan PKSK Dengan Hasil Visitasi ................................... 11
Gambar 3. Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Administrasi, dan Teknis
Terhadap Proses Pelaksanaan Konstruksi ............................... 27
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian Laporan Hasil Studi Lapangan ....................................... 35
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jabatan Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK) bidang jalan dan jembatan
merupakan jabatan yang sangat strategis di lingkungan Kementerian PUPR.
Hal ini dikarenakan tugas utama PISK adalah menjadi ujung tombak
pelaksanaan tugas di daerah, yaitu membangun dan menyediakan sarana di
bidang jalan dan jembatan. Sebagai jabatan yang strategis, Pejabat Inti
Satuan Kerja harus mampu menguraikan penerapan manajemen dan
pengendalian proyek dalam kinerja penyelenggaraan jalan dan jembatan.
Karena itu, untuk meningkatkan kemampuan dalam hal tersebut, maka perlu
diselenggarakan suatu pelatihan sebagai salah satu cara pembinaan sumber
daya Aparatur Sipil Negara (ASN) terkait dengan penyelenggaraan studi
lapangan dalam proyek bidang jalan dan jembatan.
Pedoman ini disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan pelatihan Pejabat
Inti Satuan Kerja (PISK) bidang jalan dan jembatan dengan mata pelatihan
tentang Studi Lapangan, yang penting untuk dipahami dalam mewujudkan
peran Kementerian PUPR di bidang pembangunan nasional. Pemahaman
tentang studi lapangan akan diperkaya dengan pengetahuan mengenai
persiapan dan pelaksanaan studi lapangan serta konsep penyusunan laporan
hasil studi lapangan sebagai patok banding (benchmark) terhadap
Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK) di lingkungan
Direrktorat Jenderal Bina Marga.
Pedoman dengan berbasis kompetensi sesuai standar pengaplikasian
manajemen dan pengendalian proyek dalam studi lapangan, diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan pencapaian kompetensi Pejabat Inti Satuan
Kerja (PISK) untuk menganalisis penerapan pekerjaan jalan dan jembatan
termasuk evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan dan jembatan yang telah
dicapai serta menentukan faktor keberhasilan atau penyebab kegagalan yang
diselaraskan dengan sasaran/target yang ditetapkan.
1
2

Time Frame pelaksanaan mata pelatihan Studi Lapangan


B. Deskripsi Singkat
Pedoman Studi Lapangan ini membekali membekali peserta dengan
pengetahuan tentang penyelenggaraan studi lapangan, baik mengenai
persiapan maupun pelaksanaan studi lapangan, serta penerapan manajemen
dan pengendalian proyek, yang dikaitkan dengan penyusunan Rancangan
Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK). Pembelajaran pada mata
pelatihan ini diperoleh melalui ceramah, tanya jawab, diskusi, dan
pengamatan pada proyek lapangan, serta menuangkannya dalam bentuk
laporan hasil studi lapangan, yang menjadi bentuk pengayaan Peningkatan
Kinerja Satuan Kerja (PKSK).
C. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menganalisis penerapan
manajemen dan pengendalian proyek dalam studi lapangan, termasuk
permasalahan yang terjadi di lapangan, yang dapat menjadi bahan evaluasi
kinerja penyelenggaraan proyek yang telah dicapai, serta menentukan faktor
keberhasilan atau penyebab kegagalan yang diselaraskan dengan
sasaran/target yang ditetapkan sebagai patok banding (benchmark) terhadap
penyusunan Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK).
D. Waktu
Estimasi waktu pembelajaran yang disediakan untuk bisa mewujudkan
standar kompetensi yang sudah ditentukan dibutuhkan waktu 8 jam pelajaran.
E. Petunjuk Penggunaan
Dalam belajar pedoman ini peserta tetap mengaitkan materi yang ada pada
pedoman dengan peraturan-peraturan maupun ketentuan-ketentuan lain
yang berlaku, sehingga diharapkan peserta dapat melakukan tahapan
sebagai berikut :
1. Peserta membaca dengan saksama setiap bab dan membandingkan
dengan sumber lain yang terkait seperti pedoman, peraturan yang ada
3
dan ketentuan lain yang terkait, kemudian sesuaikan dengan pengalaman
peserta yang telah dialami di lapangan.
2. Peserta mengikuti setiap instruksi dan petunjuk pelaksanaan Studi
Lapangan yang terdapat pada pedoman ini.
4
BAB II
PENERAPAN MANAJEMEN DAN
PENGENDALIAN PROYEK DALAM
STUDI LAPANGAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menguraikan
penerapan manajemen dan pengendalian proyek dalam studi lapangan
yang disesuaikan dengan tema Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan
Kerja (PKSK).
A. Maksud dan Tujuan Studi Lapangan
Setelah mengikuti proses atau kegiatan pelatihan, baik melalui ceramah,
diskusi, tanya-jawab, ataupun pembimbingan (coaching) dengan para
narasumber mengenai substansi yang terkait dengan mata pelatihan, maka
peserta pelatihan akan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan
sarana bagi peserta untuk menyesuaikan antara teori yang diperoleh selama
pelatihan serta pengalaman peserta di tempat bekerja masing-masing
dengan kenyataan yang diamati pada lokasi studi lapangan.
Namun, sebelum dilaksanakan studi lapangan, semua peserta pelatihan wajib
memahami mengenai gagasan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK).
Sistematika penyelenggaraan pelatihan terkait aspek gagasan PKSK dari
program pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK) Bidang Jalan dan
Jembatan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Sistematika Gagasan PKSK Untuk Program Pelatihan PISK
Konsep Umum Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK)
PKSK merupakan salah satu kegiatan pembelajaran pada pelatihan PISK,
yang mempunyai arti pembelajaran dengan membekali kompetensi
kepemimpinan serta mampu mewujudkan dan menerapkan kompetensi
kepemimpinan tersebut. PKSK menjadi komponen inti dari pelatihan PISK
pola baru, dimana PKSK menjadi wahana bagi peserta pelatihan untuk
7
membuktikan kompetensi kepemimpinannya dalam membuat inovasi dan
mengelola proses peningkatan kinerja satker (tugas perorangan). PKSK juga
dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang sebagian besar waktu di
lokasi satuan kerja digunakan untuk melakukan kolaborasi dengan seluruh
pemangku kepentingan dalam mencapai sasaran tepat mutu, waktu, biaya
dan akuntabel. Hasil pembelajaran dari PKSK adalah peserta mampu
melakukan evaluasi kinerja satker, mampu merancang peningkatan kinerja
satker (seminar rancangan PKSK), dan mampu menerapkan rancangan
kinerja satuan kerja (seminar hasil PKSK) melalui peran coach dan mentor.
Dasar diperlukannya PKSK dalam pelatihan PISK antara lain:
1. Kebutuhan akan pemimpin satuan kerja yang visioner, inovatif, adaptif
dan transformatif.
a. Visioner berarti mampu berpikir jauh kedepan mengenai outcome
yang dihasilkan dan pelayanan publik.
b. Inovatif berarti mampu melakukan perbaikan berdasakan
perubahan lingkungan, perkembangan teknologi, dan tuntutan
pelayanan publik.
c. Adaptif berarti mampu menganalisa gejolak lingkungan kerja,
mencari masalah dan tantangan serta mencari solusi untuk
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.
d. Transformatif berarti mampu mengawal dan mengelola
peningkatan kinerja, termasuk kemampuan mempengaruhi,
kemampuan kolaborasi dengan pemangku kepentingan dan
koordinasi serta kemampuan membangun teamwork.
2. Diperlukan pelatihan PISK yang dapat membekali kemampuan PISK
yang visoner, inovatif, dan adaptif terhadap perubahan dan kemampuan
kepemimpinan transformatif melalui kemampuan manajerial, teknis, dan
administrasi dalam pelaksanaan peningkatan kinerja. Area peningkatan
yang dimaksud:
8
a. Manajerial: perbaikan proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan pelaporan
b. Teknis: perancangan, pelaksanaan, pengawasan, material
c. Tata kelola proyek/administrasi: kontraktual, pengawasan/audit,
pengelolaan aset dan SDM
Selain itu, mengingat beberapa masalah dan tantangan yang biasanya
ditemukan pada PISK seperti masih adanya kelemahan dalam koordinasi,
kolaborasi dan sinergi antar kerja dalam proses pelaksanaan konstruksi,
masih terbatasnya inovasi dalam menghadapi perubahan lingkungan dan
teknologi, masih kurangnya integritas dan kemampuan kepemimpinan dalam
merancang dan melaksanakan program dan kegiatan satker, serta kondisi
lingkungan kerja organisasi yang selalu berubah (teknologi, lingkungan,
ekonomi) membuat perlu dilaksanakannya PKSK bagi PISK.
Salah satu bagian dalam PKSK yang penting untuk dipahami adalah studi
lapangan, yang dilakukan sebagai bentuk praktek penerapan pengetahuan
yang didapatkan dari hasil pembelajaran. Maksud dilakukannya studi
lapangan yaitu untuk mengamati situasi proyek di lapangan setelah
memperoleh pembelajaran sebelumnya dan menjadi salah satu cara untuk
mengkomparasi antara teori pengetahuan yang diperoleh dengan proyek
studi lapangan. Tujuan umum studi lapangan menjadi cara untuk
mendapatkan data dan informasi langsung dari objek nyata.
Tujuan lain dari studi lapangan adalah untuk menganalisis isu penerapan
manajemen dan pengendalian proyek serta permasalahan-permasalahan
atau kegagalan secara nyata yang terjadi di lapangan sehingga dapat menjadi
masukan untuk mengembangkan kajian penelitian serta bekal keterampilan
dalam memahami masalah dan penanganannya. Akar kegagalan yang sering
menjadi penyebab problematika dalam proyek dapat bersumber dari aspek
kepemimpinan, manajerial, teknis, maupun administrasi. Aspek-aspek ini
dapat dinilai dan dievaluasi ketika peserta melakukan studi lapangan.
9
Gagasan dan Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (RPKSK)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peserta terlebih dahulu membuat
kisi-kisi gagasan PKSK, yang mencakup gambaran umum proyek yang akan
dijadikan tema atau bahan kasus dalam rancangan PKSK. Dalam gagasan ini
juga dapat diuraikan tantangan maupun permasalahan atau kegagalan yang
biasanya terjadi pada proyek serta uraian penyebab dan akar dari
permasalahan atau kegagalan tersebut. Hal yang lain yang dapat diamati
dalam studi lapangan berkaitan dengan aspek kepemimpinan, manajerial,
teknis, dan administrasi. Gagasan-gagasan yang sudah dibuat harus disetujui
oleh atasan langsung. Kemudian, gagasan tersebut disampaikan kepada
panitia penyelenggara sebelum diadakannya pelatihan PISK. Lembar
gagasan akan menjadi acuan pembuatan rancangan PKSK.
Melalui pelatihan di kelas secara tatap muka maupun secara online, setiap
peserta akan diberikan mata pelatihan teknis dan diskusi terkait materi
maupun kasus-kasus yang biasanya terjadi di tempat kerja. Kemudian dalam
studi lapangan, peserta akan mengamati dan mengambil data sesuai dengan
tema PKSK-nya. Peserta akan diberikan pengarahan atau penjelasan dari
narasumber (pihak proyek) dalam hal perencanaan, pelaksanaan, ataupun
pengawasan proyek di lapangan. Setelah itu, peserta harus membuat laporan
hasil studi lapangan, yang akan mendapatkan bimbingan dan
penyempurnaan rancangan PKSK serta melakukan seminar dalam bentuk
presentasi RPKSK yang telah disusun. Laporan individu hasil studi lapangan
menjadi patok banding/benchmark terhadap RPKSK, yang merupakan bentuk
pengayaan dari PKSK dalam pelatihan PISK.
10
Gambar 2. Keterkaitan PKSK Dengan Hasil Visitasi
Penerapan Manajemen dan Pengendalian Proyek
Dalam studi lapangan, pemahaman akan manajemen proyek menjadi bagian
yang penting. Manajemen proyek didefinisikan sebagai suatu langkah yang
terpadu atau sistem yang di dalamnya mencakup tahapan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
1. Perencanaan
Pada tahapan ini, ditetapkan sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta
menentukan kebijakan pelaksanaan dari program yang akan dilakukan,
jadwal pelaksanaan, prosedur pelaksanaan baik secara administrasi
maupun operasional, serta alokasi biaya dan sumber daya. Perencanaan
harus dibuat dengan cermat, lengkap, dan terpadu, dengan tingkat
kesalahan minimal. Hasil dari perencanaan menjadi acuan bagi tahapan
pelaksanaan dan pengendalian, serta terus disempurnakan secara
iteratif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan.
2. Pengorganisasian
Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis pekerjaan,
menentukan pedelegasian wewenang dan tanggung jawab pesonil serta
11
meletakan dasar bagi hubungan setiap unsur dalam organisasi. Untuk
menggerakan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan
organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki
organisasi. Semua hal tersebut dibangkitkan melalui tanggung jawab dan
partisipasi semua pihak. Dengan kerangka penjabaran tugas personil,
penanggung jawab yang jelas, dan kemampuan personel yang sesuai
keahliannya akan diperoleh hasil positif bagi organisasi.
3. Pelaksanaan
Kegiatan ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan. Pada tahapan ini masih sering terjadi perubahan-perubahan
dari rencana yang telah ditetapkan karena kondisi perencanaan memang
memerlukan penyempurnaan. Selain itu, pada tahapan ini pihak-pihak
yang terlibat lebih beragam. Karena itu, diperlukan koordinasi terpadu
untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini,
juga masih dilakukan detail penetapan jadwal, program kerja, alokasi
biaya dan sumber daya yang digunakan, serta detail konsep pelaksanaan
dan personil yang terlibat.
4. Pengendalian
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling
memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut.
a. Supervisi merupakan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan
dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur
organisasi yang telah ditetapkan agar dalam operasional dapat
dilakukan secara bersama-sama oleh semua personil dengan
kendali pengawas.
b. Inspeksi merupakan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan
tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang
direncanakan.
12
c. Tindakan koreksi merupakan perubahan dan perbaikan terhadap
rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi
pelaksanaan.
Pengendalian proyek juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan monitoring
suatu proyek agar proyek dapat berjalan tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya,
dan akuntabel atau suatu proses pengelolaan proyek untuk mengambil
tindakan-tindakan yang spesifik berdasarkan pada analisa dari pelaporan
status proyek dan penyimpangan yang terjadi. Melaporkan status tindakan
lanjutan yang telah dilakukan untuk mengarahkan pekerjaan proyek agar
memenuhi biaya, jadwal, dan kualitas yang diharapkan, juga menjadi bagian
dalam pengendalian. Pengendalian terdiri dari pengukuran, pelaporan, dan
perkiraan penyimpangan yang akan terjadi dalam ruang lingkup proyek,
anggaran, dan jadwal.
Syarat penting untuk menuntun keberhasilan suatu proyek adalah
pengendalian terhadap faktor-faktor waktu, biaya, dan mutu. Pengendalian
perlu penanganan yang sungguh-sungguh dari pihak manajemen dan
keterlibatan seluruh aparat dari berbagai tingkat organisasi dalam suatu
perusahaan. Dengan demikian, sistem pengendalian memerlukan
kesepakatan keterlibatan dari aparat fungsional sampai pimpinan puncak
dengan dukungan dari tim proyek yang akan mengarahkan dan
mengkoordinasikan fungsi-fungsi pengendalian.
Pengendalian terdiri dari tiga langkah pokok, yaitu menetapkan standar kerja,
mengukur kinerja terhadap standar, dan memperbaiki penyimpangan
terhadap standar yang diberlakukan. Pada prinsipnya setiap operasi
pekerjaan selalu diawali dengan membuat rencana, yang selama
keberlangsungan pelaksanaan harus diperhatikan dalam upaya mengukur
hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan terhadap rencana semula.
13
Dalam studi lapangan yang dilakukan, kemampuan manajemen dan
pengendalian proyek dapat diterapkan dalam mengembangkan perencanaan,
penilaian terhadap kelayakan, pola kerja dan kerjasama, pelaksanaan suatu
proyek, ataupun cara menganalisis untuk mengatasi permasalahan/
kegagalan yang muncul pada proyek, yang pada akhirnya dapat diterapkan
pada proyek-proyek yang akan ditangani di tempat kerja masing-masing.
Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa studi lapangan menjadi
kesempatan pengayaan PKSK, salah satunya dalam penerapan dari
pemahaman tentang manajemen dan pengendalian proyek.
B. Persiapan Studi Lapangan
Praktek studi lapangan akan dilaksanakan secara berkelompok dan masing-
masing peserta akan melakukan review kembali pembelajaran yang
didapatkan dan menyiapkan rencana pengamatan secara individu. Peserta
yang mempunyai tema PKSK yang sama dapat membentuk kelompok
dengan maksimal 1 kelompok terdiri dari 5 orang. Setiap kelompok harus
menentukan 1 koordinator kelompok serta membagi tugas dan tanggung
jawab masing-masing peserta dalam kelompoknya. Peserta dalam kelompok
melakukan konsolidasi tim dimana hal ini merupakan langkah dalam
menyamakan persepsi dan kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Hal yang
dilakukan dalam konsolidasi tim diantaranya:
1. Tujuan yang jelas
Yang harus dilakukan adalah menciptakan tujuan tim yang jelas dan
harapan dalam tim secara spesifik. Karena itu, perlu adanya pertemuan
terlebih dahulu dengan kelompok untuk membicarakan perihal tujuan
bersama dengan mengatur pola komunikasi yang terbuka.
2. Bangun kepercayaan dan saling menghargai
Cara membangun kepercayaan dalam tim adalah dengan membuat
setiap peserta berani berbicara mengutarakan opininya dan belajar untuk
saling menghargai antar-anggota tim. Hindari perkataan yang tidak baik
14
dan jangan mematahkan pendapat seseorang karena hal tersebut hanya
akan membuat orang lain menahan diri untuk berbicara. Belajar untuk
menciptakan komunikasi timbal balik sehingga anggota tim merasa
dihargai dan bisa saling memberi kritik tanpa terkesan menjatuhkan.
3. Kompetensi anggota tim
Teamwork berhasil jika masing-masing anggota melakukan pekerjaan
yang sesuai kompetensi dan selalu mengkomunikasikan tugas dan
tanggung jawab serta kendala yang dihadapi selama persiapan dan
pelaksanaan studi lapangan.
Lokasi studi lapangan atau tempat para peserta mengamati dan mengambil
data akan disesuaikan dengan tema PKSK-nya dan yang sesuai dengan
pembelajaran mata pelatihan yang diperoleh. Objek studi lapangan
merupakan lokasi yang dalam operasionalnya dapat dijadikan sebagai objek
pengamatan, objek pembanding, serta bermanfaat bagi seluruh peserta dan
penyelenggara dalam upaya meningkatkan kinerja di satuan kerja masing-
masing. Objek studi lapangan dapat disesuaikan dengan jumlah peserta atau
kelompok yang dibentuk dan atas dasar kesepakatan antara penyelenggara
dengan pemberi izin pada lokasi yang diteliti.
Pada dasarnya, studi lapangan dilakukan untuk memberikan pemahaman
terkait pengamatan lapangan yang nyata untuk dilaksanakan dalam proyek.
Materi digali dari survei yang dilakukan, pengamatan, diskusi, serta review
literatur. Dalam pelaksanaan studi lapangan perlu ditetapkan fokus
pemahaman masalah dari sisi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan,
pengawasan dan lain-lain, yang dianggap sebagai aspek yang berpengaruh
pada proyek. Selain itu, materi yang diamati oleh masing-masing individu
maupun kelompok dapat mencakup salah satu dari aspek-aspek berikut:
kepemimpinan, manajerial, administrasi, dan teknis.
15
Peserta ataupun kelompok juga harus mencari informasi terlebih dahulu
tentang kegiatan yang sedang berlangsung maupun yang akan dan telah
dilaksanakan pada lokasi proyek yang akan diteliti, yang berhubungan
dengan tema PKSK masing-masing. Hal ini akan membantu para peserta
untuk memiliki gambaran mengenai lokasi studi lapangan serta memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan aktual tentang proyek yang akan diamati.
Selain itu, peserta diharapkan menyiapkan daftar pertanyaan sesuai dengan
tema PKSK masing-masing. Pertanyaan dapat disesuaikan dengan isu
permasalahan yang sering dihadapi atau hal-hal yang ingin digali dan
ditanyakan kepada narasumber tentang tema atau kajian penelitian yang
dilakukan, saat pelaksanaan studi lapangan. Pentingnya menyiapkan daftar
pertanyaan dapat membantu peserta agar lebih fokus dan terarah kepada
tema penelitian serta dapat memperoleh pembelajaran yang lebih dalam
tentang isu yang dihadapi atau hal-hal yang ingin dipahami.
Menyiapkan daftar pertanyaan akan berkaitan dengan persiapan teknik atau
metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Semua kegiatan
studi lapangan yang dilakukan untuk observasi, dimaksudkan dalam rangka
pengumpulan data yang diperlukan. Peserta harus menjadi pengamat yang
terstruktur. Dengan kata lain, apa yang hendak diamati telah direncanakan
oleh peserta secara sistematis sehingga hasil observasi lebih terarah,
menjawab kebutuhan, dan mencapai tujuan dalam pelaksanaan studi
lapangan.
Peserta harus menyiapkan keperluan data-data apa saja yang akan diamati,
bagaimana cara yang tepat dan mudah untuk mengumpulkan data-data
tersebut, serta menyiapkan instrumen pencatatan, seperti kuesioner daftar
pertanyaan atau formulir pemeriksaan/observasi untuk menilai, baik secara
fisik maupun non-fisik kondisi proyek di lapangan. Ditambah lagi,
perlengkapan atau tools yang digunakan dalam pengumpulan data perlu
16
dipersiapkan, seperti membawa alat tulis, alat perekam suara, alat pengambil
gambar baik video maupun foto objek yang diamati, dan tools lainnya untuk
keperluan survei lapangan.
Prinsip-prinsip observasi yang dilakukan diantaranya:
1. Observasi sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara
cermat, jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti;
2. Dalam menentukan objek yang diamati, peserta harus mengingat bahwa
semakin banyak objek yang diamati, semakin sulit observasi dilakukan
dan semakin tidak teliti hasilnya. Karena itu, dibutuhkan penyesuaian
objek observasi;
3. Sebelum observasi dilaksanakan, peserta sebaiknya menentukan cara
dan prosedur pengamatan; dan
4. Agar observasi berjalan lancar, peserta perlu memahami apa yang
hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan atas hasil observasi
yang terkumpul.
Kemudian, saat pelaksanaan studi lapangan, demi menjaga kesehatan dan
keselamatan maka perlu persiapan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
dengan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Apabila APD tidak
dipersiapkan oleh pihak penyelenggara pelatihan, maka peserta secara
mandiri harus menyiapkan rompi, helm, dan safety shoes (sepatu lapangan),
atau perlengkapan lainnya sesuai dengan kondisi lapangan yang diperlukan.
APD wajib digunakan untuk memasuki lokasi proyek saat pelaksanaan
kunjungan.
C. Pelaksanaan Studi Lapangan
Pelaksanaan studi lapangan akan dipimpin oleh penyelenggara pelaksanaan
pelatihan dan instruktur atau pengajar disertai seluruh peserta pelatihan.
Penjelasan sebelumnya tentang proyek dapat dilakukan di kelas maupun di
kantor atau lokasi pekerjaan. Pada umumnya, dalam pelaksanaan studi
17
lapangan akan diterima oleh Satuan Kerja (Satker) atau Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) sebagai pengguna jasa dan juga para penyedia jasa, antara
lain: konsultan perencana, konsultan manajemen konstruksi, konsultan
pengawas dan pelaksana konstruksi fisik (kontraktor). Penjelasan
pelaksanaan studi lapangan dilakukan oleh Satker/PPK/pihak lain yang
ditunjuk atau ditetapkan.
Pada umumnya, kegiatan studi lapangan akan diawali dengan sambutan oleh
pihak penyelenggara pelatihan atau instruktur pengajar untuk menyampaikan
maksud dan tujuan dilaksanakannya studi lapangan, yang meliputi penjelasan
gambaran instansional, instruksi peninjauan lokasi proyek di lapangan,
pengantar penjelasan kebutuhan data proyek, serta ucapan terima kasih atas
kerja sama yang diberikan. Kemudian, dilanjutkan sambutan, penjelasan,
serta arahan Satker/PPK dari instansi yang bersangkutan di bidang
administrasi dan gambaran umum tentang kegiatan tudi lapangan.
Setelah itu, penjelasan secara detail mengenai proyek lapangan dapat
dilakukan oleh pengawas lapangan/Site Engineer (SE)/General Super-
intendent (GS)/narasumber lainnya yang ditunjuk. Penjelasan oleh
narasumber dilakukan untuk memberikan gambaran secara detail mengenai
proyek lapangan tersebut.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh peserta
pelatihan terkait penjelasan yang diberikan oleh pengawas lapangan/SE/GS/
narasumber lainnya yang ditunjuk adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang, informasi umum, dan kondisi terkini dari proyek
Penjelasan ini dapat berupa latar belakang atau alasan mengapa proyek
perlu diselenggarakan. Pada bagian informasi umum dapat dipahami
mengenai nama proyek, ruas/STA pelaksanaan proyek fisik, waktu
pelaksanaan, masa pemeliharaan, jenis kontrak, tata cara pembayaran,
serta pihak-pihak yang terlibat seperti kontraktor, konsultan perencana,
konsultan pengawas, konsultan PMI, maupun konsultan MK. Ditambah
18
lagi, peserta juga perlu memahami kondisi keberjalanan pelaksanaan
proyek sampai saat ini.
2. Kriteria desain serta standar dan peraturan yang digunakan
Pada poin ini, peserta dapat mempelajari kriteria desain yang digunakan
dalam proyek, contohnya: tipe lajur jalan, lebar bahu luar dan dalam, tipe
fondasi yang digunakan, dimensi/ukuran pilecap, tinggi pilar, tipe girder,
panjang bentang, dimensi/ukuran pier-head, deck slab, dan sebagainya.
Selain itu, dalam membuat kriteria desain dan pelaksanaan proyek, pasti
mengacu pada standar dan peraturan desain. Karena itu, pada poin ini,
para peserta pelatihan perlu memahami standar dan peraturan apa saja
yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek, misalnya penggunaan
SNI, AASHTO, ASCE, dan pedoman atau aturan lainnya.
3. Metode penyelenggaraan proyek, peralatan, material properties,
atau komponen konstruksi lainnya
Pemahaman peserta dapat berupa tahapan pekerjaan yang sistematis
dari awal sampai akhir serta uraian cara kerja dari masing-masing jenis
kegiatan pekerjaan. Selain itu, dapat dipahami pula peralatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kerja serta spesifikasi/ volume pekerjaan
yang disyaratkan atau material properties, misalnya: mutu beton, tipe dan
tegangan baja tulangan/prestress/girder, dan lain-lain. Komponen lainnya
yang dapat dipelajari yaitu kombinasi pembebanan struktur pada proyek
konstruksi (beban tetap, beban lalu lintas, lingkungan, beban lajur, beban
kendaraan, beban gempa).
4. Tantangan dan kendala penyelenggaraan proyek
Dalam penyelenggaraan proyek tidak akan lepas dari adanya berbagai
tantangan dan kendala yang dihadapi, yang sering menjadi penghalang
kemajuan dan perkembangan proyek tersebut. Tantangan dan kendala
dapat bersifat manajerial, teknis, maupun administratif. Terkait hal ini,
maka dalam suatu studi lapangan, peserta perlu mendapatkan
19
pembelajaran mengenai tantangan atau kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan proyek.
5. Strategi dan inovasi penyelenggaraan proyek
Strategi dapat diartikan sebagai langkah yang dilakukan untuk mencapai
tujuan proyek konstruksi, sedangkan inovasi merupakan usaha yang
dilakukan untuk menciptakan hal-hal yang baru atau menjawab
tantangan yang dihadapi. Dalam proyek konstruksi khususnya bidang
jalan dan jembatan, beberapa contoh strategi dan inovasi yang dapat
dilakukan, antara lain: bagaimana mendesain konstruksi dan metode
pelaksanaan untuk meminimalisir gangguan lalu lintas, menyusun jadwal
pekerjaan yang terinci dan terukur, sosialisasi kepada masyarakat
tentang pekerjaan proyek, menjaga kapasitas lajur eksisting saat
pelaksanaan konstruksi, sinkronisasi desain dengan infrastruktur lainnya,
serta berinovasi pada aspek teknis contohnya desain trase, pemutaran
pier head “teknologi sosrobahu”, precast segmental, steel box girder, dan
inovasi lainnya. Penjelasan ini penting sebagai bahan pembelajaran dan
mendukung inovasi dalam pengerjaan proyek.
6. Pengendalian mutu pada proyek
Pengendalian mutu yang baik akan mendukung peningkatan hasil
pekerjaan dan menghemat biaya. Salah satu contoh pola pengendalian
mutu adalah pola pengendalian mutu 2 – 3 – 5, yang mana:
• Berlingkup 2 hal yaitu dimensi dan kualitas
• Bertahap 3 hal yaitu bahan baku, bahan olahan, pekerjaan jadi
• Berstruktur 5 hal yaitu nama/jenis pemeriksaan, metode pemeriksaan,
frekuensi pemerikasaan, spesifikasi pemeriksaan, dan toleransi hasil.
Terkait hal ini, para peserta pelatihan juga perlu mendapatkan
pemahaman mengenai bagaimana pengendalian mutu yang dilakukan
pada proyek lapangan yang diamati.
20
7. Sistem Manajamen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Penerapan SMKK merupakan bagian dari sistem manajemen
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya keselamatan konstruksi. Keselamatan konstruksi diartikan
sebagai kegiatan keteknikan untuk mendukung pekerjaan konstruksi
dalam mewujudkan pemenuhan standar keamanan, keselamatan,
kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja keselamatan publik, harta benda, material,
peralatan, konstruksi dan lingkungan. Peserta perlu memahami
mengenai bagaimana SMKK yang dilakukan oleh perusahaan dalam
penyelenggaraan proyek. Contohnya: kecelakaan kerja yang pernah
terjadi dan penanganannya, emergency plan proyek, indikator
pengukuran kinerja K3, dokumen rencana K3, dan sebagainya.
8. Koordinasi dan hubungan antar pihak terkait
Pemahaman peserta juga dapat dilengkapi dengan gambaran koordinasi
dan hubungan kerja dari berbagai stakeholder yang berkaitan dengan
proyek. Salah satu contoh metode yang mengintegrasikan pihak-pihak
yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menghasilkan produk atau jasa adalah supply chain management
(manajemen rantai pasok). Rantai pasok konstruksi mencakup koordinasi
semua bagian dari pemasok, kontraktor, maupun pengguna jasa dalam
mencapai tujuan proyek. Terkait koordinasi dan hubungan antar pihak,
juga merupakan hal penting untuk dipahami oleh para peserta pelatihan.
9. Dan informasi lainnya yang penting untuk dipahami
Informasi penting lainnya yang diperlukan oleh peserta pelatihan (dalam
kaitannya dengan tema PKSK masing-masing) untuk menambah
pemahaman peserta, misalnya: memahami bagaimana prosedur
persetujuan method of statement, perhitungan kebutuhan waktu kerja,
teknik dekorasi yang digunakan pada proyek fisik, dan lain sebagainya.
21
Dalam hal pelaksanaan studi lapangan yang dilakukan dengan media
pembelajaran online, dapat disertakan foto, video, ataupun media lainnya
yang dapat memberikan pemahaman yang baik bagi peserta mengenai materi
yang disampaikan. Kemudian, menanggapi penjelasan atau pembelajaran
dari narasumber, maka peserta pelatihan dapat melakukan klarifikasi serta
diskusi dan tanya-jawab agar memperoleh pemahaman yang lebih dalam
tentang studi lapangan yang dilakukan.
Metode Pengumpulan Data Lapangan
Terkait pengumpulan data, metode yang dapat digunakan adalah
pengamatan lapangan secara langsung, serta wawancara dengan
narasumber. Observasi secara langsung dilakukan dengan mengamati
wilayah studi atau proyek, langsung secara visual. Hasil observasi visual
direkam dan disimpan (foto, video, ataupun sketsa) sesuai dengan kondisi
eksisting yang ada di lokasi studi lapangan. Pengambilan foto atau video
adalah kegiatan survei lapangan yang berfungsi untuk mendokumentasikan
keadaan eksisting wilayah studi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pendeskripsian wilayah studi sehingga dapat membantu dalam menganalisis
data. Selain itu, hasil observasi lapangan juga dicatat atau ditulis pada
dokumen atau formulir pencatatan data yang telah dipersiapkan sebelumnya
sesuai keperluan tema PKSK masing-masing.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang
dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan survei lapangan
yang dilakukan. Wawancara dapat disebut sebagai metode:
1. Primer
Data yang diperoleh dari wawancara merupakan data utama untuk
menjawab pemasalahan kajian pada studi lapangan.
2. Pelengkap
Wawancara berfungsi sebagai pelengkap metode lainnya yang
digunakan untuk pengumpulan data suatu kajian studi lapangan.
22
3. Kriterium
Wawancara dapat juga digunakan untuk menguji kebenaran dan
kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peserta pelatihan sebaiknya sudah
membuat daftar pertanyaan sesuai keperluan dan dalam proses studi
lapangan. Peserta pelatihan juga harus aktif dan berani dalam mengajukan
pertanyaan yang dipersiapkan.
Namun, di samping itu tidak semua data dapat diperoleh dari observasi
maupun wawancara. Untuk itu, pengumpulan data sekunder juga memegang
peranan penting. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara
instansional, yaitu memperoleh data dari instansi-instansi terkait. Kegiatan
pengamatan dilakukan guna menggali dan mengumpulkan data yang menjadi
kebutuhan. Semua informasi yang diperoleh harus dipilih dan dipilah mana
yang relevan atau sesuai dengan topik pengamatan pelaksanaan tugas PISK.
Proses Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Penjelasan mengenai pelaksanaan proyek konstruksi dapat memberikan
gambaran terkait kebutuhan servei atau observasi yang dilakukan saat
melakukan studi lapangan. Pada dasarnya yang dimaksud dengan proyek
adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh
waktu dan sumber daya. Karena itu, pengertian proyek konstruksi adalah
suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan
infrastruktur dalam batasan waktu dan sumber daya tertentu.
Menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017, dijelaskan
bahwa pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian kegiatan
yang meliputi: pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran,
dan pembangunan kembali suatu bangunan.
23
Beberapa konsep umum tentang pekerjaan konstruksi adalah sebagai
berikut:
1. Suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan
2. Berjangka waktu pendek
3. Proses mengolah sumber daya
4. Mengandung konflik
5. Karakteristik: unik, melibatkan sumber daya, membutuhkan organisasi
6. Tantangan: sesuai spesifikasi, time schedule, dan biaya (mutu, waktu,
biaya, akuntabel)
Pekerjaan konstruksi sangat erat kaitannya dengan kemampuan manajemen
proyek, yang bertujuan agar sumber daya yang terlibat dalam proyek
konstruksi dapat diaplikasikan secara tepat sasaran. Sumber daya dalam
proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi man-power, money,
material, method, machine, dan market. Penjelasan masing-masing sumber
daya konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Man-Power
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam suatu manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia juga yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk pekerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Money
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. Karena itu, uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
24
disediakan untuk membiayai tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan
harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Material
Material terdiri dari bahan setengah jadi atau bahan mentah (raw
material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang
lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya, juga harus dapat
mengalokasikan dan menggunakan bahan atau materi-materi sebagai
salah satu sarana.
4. Method
Metode merujuk pada prosedur sebagai panduan pelaksanaan proyek
konstruksi. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan terhadap sasaran, fasilitas atau sumber daya, penggunaan
waktu dan uang serta usaha-usaha lainnya. Perlu diingat meskipun
metode yang dibuat sangat baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman,
maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
5. Machine
Machine atau mesin merupakan peralatan yang digunakan untuk
memberi kemudahan, menghasilkan benefit yang lebih besar, serta
menciptakan efisiensi kerja.
6. Market
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) hasil pekerjaannya. Penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil pekerjaan merupakan faktor yang menentukan
pelaksanaan fungsi konstruksi yang dibangun. Dengan kata lain,
konstruksi tidak akan berfungsi dan proses kerja di dalamnya tidak akan
berlangsung jika kualitas hasil pekerjaan konstruksi tidak baik, harga
tidak sesuai dengan daya beli atau kurang diminati oleh konsumen.
25
Dalam hal fungsi pengorganisasian, keberjalanan proyek sering berkaitan
dengan permasalahan mengenai pengelolaan SDM (staffing) dan sumber
daya material (mesin, sarana dan prasarana administrasi, bahan mentah, dll.).
Maksudnya adalah bagaimana pekerjaan dan fungsi-fungsi dalam pekerjaan
proyek itu dibagi-bagi atau terdapat diferensiasi pekerjaan proyek, serta
bagaimana pekerjaan-pekerjaan proyek dan unit-unit kerjanya diintegrasikan
untuk mencapai tujuan proyek dan pada akhirnya bagaimana seluruh sumber
daya dikelola dalam proses produksi pekerjaan menuju tercapainya tujuan
proyek.
Kemudian dalam rangka mencapai sinergi antar berbagai unit fungsional
dalam organisasi diperlukan koordinasi. Koordinasi sangat penting agar tiap
unit kerja tidak melakukan tugas secara tumpang tindih, yang kadang memicu
konflik dalam organisasi. Perlu dipahami bahwa fungsi manajemen proyek
dan aktivitasnya merupakan kolaborasi dan sinergi antar stakeholder dengan
memposisikan eksistensi dan pengadaan proyek sesuai tujuan (seperti yang
diharapkan oleh para pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah,
pihak swasta, maupun pihak masyarakat atau publik). Dengan demikian,
pemahaman yang tepat pada fungsi manajemen proyek dan aktivitasnya
(koordinasi dan kolaborasi) akan mencapai kinerja proyek yang berhasil guna
dan berdaya guna.
Keunikan manajemen proyek yaitu selalu berinteraksi dengan biaya, waktu,
dan kinerja. Artinya, pada dimensi anggaran, kegiatan proyek harus
diselesaikan dengan biaya yang tidak melampaui anggaran. Pada dimensi
jadwal berarti proyek harus diselesaikan dalam waktu yang tepat. Pada
dimensi mutu berarti bahwa kualitas pekerjaan harus sesuai dengan standar
kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketiga komponen tersebut dapat
berinteraksi dengan membentuk kombinasi yang unik. Misalnya, suatu proyek
penyelesaiannya terlambat dari jadwal yang telah disepakati, akibatnya
anggaran menjadi bertambah, namun kualitas pekerjaan mungkin lebih baik.
26
Secara garis besar dari pembahasan di atas, karakteristik dari manajemen
proyek konstruksi terdiri dari:
1. Pengelolaan sumber daya
2. Koordinasi
3. Kolaborasi dan sinergi dengan stakeholder,
4. Berhasil guna
5. Berdaya guna
6. Tepat waktu, mutu, dan biaya
Proses pelaksanaan konstruksi berkaitan dengan kemampuan
kepemimpinan, manajerial, administrasi, dan teknis. Peningkatan
kemampuan dalam faktor-faktor tersebut akan berpengaruh pada aspek
waktu, mutu, biaya, maupun lingkup pekerjaan. Komponen-komponen ini
akan saling berinteraksi dalam mempengaruhi pelaksanaan proyek. Dengan
kata lain, masalah atau kegagalan yang terjadi dari aspek waktu, mutu, biaya,
dan lingkup pekerjaan biasanya disebabkan oleh lemahnya kemampuan
kepemimpinan, manajerial, administrasi, dan teknis pada pekerjaan
konstruksi (Gambar 3).
Gambar 3. Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Administrasi, dan Teknis Terhadap
Proses Pelaksanaan Konstruksi
27
D. Rangkuman
Studi lapangan merupakan sarana bagi peserta pelatihan untuk mendapatkan
gambaran situasi langsung mengenai proyek lapangan setelah memperoleh
pembelajaran sebelumnya di kelas maupun secara online. Studi lapangan
juga menjadi salah satu cara untuk menganalisis penerapan manajemen dan
pengendalian proyek pada pekerjaan jalan dan jembatan. Namun, sebelum
dilaksanakannya studi lapangan, semua peserta pelatihan PISK wajib
memahami mengenai gagasan PKSK. PKSK merupakan salah satu kegiatan
pembelajaran pada pelatihan PISK, yang mempunyai arti pembelajaran
dengan membekali, mewujudkan, serta menerapkan kompetensi
kepemimpinan, manajerial, administrasi, dan teknis. Dalam praktek studi
lapangan, setiap peserta akan mengambil tema PKSK masing-masing dan
tema tersebut disesuaikan dengan lokasi proyek studi lapangan. Hal ini juga
akan berkaitan dengan pengumpulan data yang sesuai dengan tema PKSK
peserta, yang pada akhirnya dianalisis dan disusun dalam bentuk laporan
hasil studi lapangan. Laporan individu hasil studi lapangan menjadi patok
banding/benchmark terhadap RPKSK, yang merupakan bentuk pengayaan
PKSK dalam pelatihan PISK.
28
BAB III
LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menyusun Laporan
Hasil Studi Lapangan sebagai patok banding (benchmark) terhadap
Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK).
A. Hasil Studi Lapangan
Setelah selesai dilaksanakannya studi lapangan, peserta melakukan kegiatan
analisis data baik data primer maupun sekunder yang diperoleh dari survei,
observasi, atau diskusi yang dilakukan. Pada bagian ini, peserta dituntut untuk
mengerahkan kemampuan analisisnya dengan menggunakan dasar
pemikiran teori yang relevan, pembelajaran yang telah diperoleh, baik saat
pelatihan maupun di tempat bertugas, serta pengalaman-pengalaman kerja
sebelumnya. Kemampuan dikerahkan untuk menganalisis penyebab dari
suatu permasalahan dan memaparkan alternatif-alternatif pemecahan
permasalahan yang tepat.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan agar hasil analisis dapat dilakukan
secara objektif, efektif, dan efisien, antara lain:
1. Informasi data apa saja yang perlu dilaporkan;
2. Bagaimana cara atau dengan teknik apakah analisis akan dilakukan;
3. Dalam bentuk apa atau bagaimana data dan informasi yang ada akan
disajikan;
4. Bagaimana kerangka berpikir proses observasi studi lapangan dan
perbandingan antara kegiatan di lapangan dengan norma, standar,
pedoman, dan kriteria yang terkait.
Selanjutnya setiap peserta menyusun hasil laporan studi lapangan sesuai
dengan kaidah laporan secara sistematis. Secara umum, laporan yang
disusun minimal memuat tentang: latar belakang terkait proyek studi
lapangan, kemudian fokus materi sesuai dengan tema PKSK yang diambil,
data yang dikumpulkan dan hasil analisis data tersebut, rangkuman atau
kesimpulan dari hasil studi lapangan, saran dan tanggapan terhadap
pelaksanaan studi lapangan serta menyusun bahan paparan. Setiap
kelompok melalui masing-masing ketua kelompoknya menyerahkan hasil
observasi lapangan kepada penyelenggara pelatihan.
31
B. Format Laporan Studi Lapangan
Laporan hasil studi lapangan dibuat secara sistematis oleh masing-masing
peserta sesuai dengan tema PKSK yang diambil. Laporan yang disusun harus
mengikuti kaidah cara penyusunan laporan hasil studi lapangan, yaitu sebagai
berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Berisi tentang latar belakang terkait hal-hal yang mendasari
dibangunnya proyek tersebut. Di bagian ini disajikan sekilas data
teknis proyek, seperti: jenis konstruksi pekerjaan, volume proyek,
panjang penanganan, lamanya waktu pelaksanaan proyek, jumlah
anggaran proyek, nama kontraktor pelaksana, nama konsultan
perencana maupun supervisi.
b. Tujuan dan Manfaat Proyek
c. Fokus Materi Pengamatan Sesuai Dengan PKSK Sebagai Hasil
Pengamatan Studi Lapangan
2. BAB II LANDASAN NORMA, STANDARD, PEDOMAN, KRITERIA
(NSPK) TENTANG FOKUS MATERI
NSPK yang ditulis adalah landasan yang terkait dengan fokus materi
sesuai dengan tema PKSK. Penulisan NSPK dapat menggunakan bahan
dari mata pelatihan yang diperoleh, Peraturan/Keputusan Menteri PUPR,
dan sumber NSPK yang lainnya.
3. BAB III HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN
Pada bab ini, dituliskan hal-hal apa saja yang diamati pada proyek di
lapangan dan bab ini merupakan penjelasan secara lebih detail dan
mendalam dari Bab I poin c, serta penguraian data pengamatan dan
temuan-temuan yang diperoleh selama studi lapangan. Kemudian, hal
yang selanjutnya dilakukan pada bab ini adalah membandingkan
kegiatan lapangan dengan NSPK terkait, untuk melihat apakah keduanya
32
sudah sesuai atau belum. Hal ini menjadi bahan untuk diskusi dan
rekomendasi serta sebagai bahan pengayaan PKSK.
4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Sebelum dibuat kesimpulan, perserta terlebih dahulu harus
memahami isi penelitian atau pengamatan yang dilakukan sesuai
tema PKSK-nya, terutama dari hasil pengolahan data dan temuan-
temuan selama pengumpulan data proyek di lapangan. Kesimpulan
tidak dibuat semata-mata bahwa penelitian studi lapangan selesai
dilaksanakan, tetapi harus mencakup keseluruhan kegiatan studi
lapangan yang menjawab latar belakang dan tujuan
dilaksanakannya studi lapangan. Kesimpulan dapat disebut juga
pembahasan kualitatif dari penelitian atau pengamatan yang
dilakukan.
b. Kesan selama studi lapangan
Perserta juga dapat menyampaikan kesan yang diperoleh selama
studi lapangan dengan tujuan untuk membangun prakarsa peserta
dalam rangka penerapan dan penyempurnaan kebijakan, program,
ataupun kegiatan studi lapangan kedepannya.
c. Saran
Peserta juga diberi kebebasan untuk menyampaikan saran atau
masukan agar kegiatan studi lapangan dapat lebih baik lagi
kedepannya. Saran yang diberikan dapat terkait dengan perihal:
• Penyelenggaraan
• Pengajar dan Materi
• Proyek
5. DAFTAR PUSTAKA
Laporan studi lapangan perlu dilengkapi dengan daftar pustaka untuk
memperlihatkan rujukan apa saja yang digunakan dalam menulis laporan
33
sehingga dapat ditelusuri atau bahan pembelajaran bagi yang membaca,
serta bentuk penghargaan bagi penulis dan menghindarkan diri dari
unsur plagiarisme.
Untuk format laporan hasil studi lapangan dapat mengikuti pedoman sebagai
berikut:
1. Menggunakan kertas A4
2. Sampul memuat judul, nama, nama pelatihan, tempat pelatihan, tanggal
pelatihan
3. Menggunakan font Arial 12 pt, dengan spasi 1,5
4. Laporan minimum 10 lembar
Laporan yang telah disusun, dicetak 4 rangkap dan diserahkan kepada:
1. Penyelenggara
2. Pendamping atau penilai
3. Pihak proyek lapangan
4. Peserta sendiri
C. Penilaian
Untuk menentukan keberhasilan peserta dalam pelaksanaan studi lapangan,
diberikan sistem penilaian dengan penentuan kriteria keberhasilan belajar
atau indikator keberhasilan dari laporan hasil yang disusun. Indikator tersebut
diantaranya:
1. Peserta mampu menguraikan kondisi lapangan yang terkait dengan tema
rancangan PKSK.
2. Peserta mampu menemukan permasalahan di lapangan sesuai dengan
tema rancangan PKSK.
3. Peserta mampu menyusun Laporan Hasil Studi Lapangan secara
terstruktur, sistematis, dan sesuai dengan format yang telah ditetapkan.
4. Peserta membuat saran dan rekomendasi terkait permasalahan yang
ditemui di lapangan.
34
Masing-masing indikator diberikan bobot penilaian sebesar 25% dengan nilai
terendah 10 dan nilai tertinggi 100. Contoh tabel penilaian laporan hasil studi
lapangan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Penilaian Laporan Hasil Studi Lapangan
Nilai
No Deskripsi indikator
(10 – 100)
Mampu menguraikan kondisi lapangan yang
1
terkait dengan tema Rancangan PKSK
Mampu menemukan permasalahan di lapangan
2
sesuai dengan tema Rancangan PKSK
Mampu menyusun Laporan Hasil Studi Lapangan
3 secara terstruktur, sistematis dan sesuai dengan
format
Mampu membuat saran dan rekomendasi terkait
4
permasalahan yang ditemui dilapangan
D. Rangkuman
Setelah selesai dilaksanakannya studi lapangan, peserta melakukan kegiatan
analisis data dan menuangkan hasil pengelolaan data dalam bentuk laporan
hasil studi lapangan. Laporan yang dituliskan terdiri dari: Bab I Pendahuluan
(Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat Proyek, serta Fokus Materi
Pengamatan Sesuai Dengan PKSK Sebagai Hasil Pengamatan Proyek
Lapangan); Bab II Landasan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria (NSPK)
Tentang Fokus Materi; Bab III Hasil Pengamatan dan Pembahasan; Bab IV
Kesimpulan dan Saran; dan terakhir Daftar Pustaka. Untuk menentukan
keberhasilan peserta dalam pelaksanaan studi lapangan, diberikan sistem
penilaian dengan penentuan indikator keberhasilan dari laporan hasil yang
disusun. Setiap indikator diberikan bobot penilaian sebesar 25% dengan nilai
terendah 10 dan nilai tertinggi 100.
35
BAB IV
PENUTUP
A. Evaluasi Kegiatan Belajar
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan pelatihan,
yaitu evaluasi hasil pembelajaran pada pedoman ini dan isi materi pokok
tersebut kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau
Narasumber, berupa soal/kuisioner tertulis:
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan
evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait
dengan isi dari materi mata pelatihan tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta
dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi,
kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metode pengajaran,
ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-
lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan pelatihan, yaitu peserta
dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara
pelatihan terkait dengan penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan
prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada
peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
B. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Dengan selesainya mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat
mengevaluasi diri terhadap kemampuan menganalisis penerapan
manajemen dan pengendalian proyek pada pekerjaan jalan dan jembatan
melalui lokasi studi lapangan. Selain itu, setiap peserta diharapkan mampu
menerapkan penyusunan laporan studi lapangan dengan baik sebagai bentuk
pengayaan PKSK. Dalam proses belajar, peserta harus secara mandiri
melakukan analisis penerapan manajemen dan pengendalian proyek dalam
pekerjaan jalan dan jembatan termasuk evaluasi kinerja pelaksanaan proyek
37
yang telah dicapai selama ini serta menentukan faktor keberhasilan atau
penyebab kegagalannya, yang diselaraskan dengan sasaran atau target yang
ditetapkan.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Pujiyono, B. (2014). Konsep Manajemen Proyek. Universitas Terbuka.
Jakarta. pp. 1-42.
2. Kepala Balai Uji Coba Sistem Diklat Perumahan dan Permukiman
(2016) Persiapan Kunjungan Lapangan dan Seminar. Diklat Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan Tingkat Dasar. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia.
3. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (2017)
Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia.
4. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (2019) Buku
Pedoman Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja Bidang Permukiman.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
5. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (2016) Modul
24 Kunjungan Lapangan. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
6. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,
Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (2018) Modul 8
Panduan Kunjungan Lapangan. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
7. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Kontruksi
Bandung (2017) Modul 2 Kelayakan Teknis. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia.
39
PERISTILAHAN
General : Pihak yang ditugaskan oleh pelaksana
Superintendent konstruksi (kontraktor) untuk bertanggung
jawab atas pelaksanaan pekerjaan di
lapangan agar sesuai dengan kontrak kerja
yang telah ditentukan.
Kolaborasi : Metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan di
lapangan atau lokasi proyek yang dijadikan
tempat kajian penelitian.
Observasi : Metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan di
lapangan atau lokasi proyek yang dijadikan
tempat kajian penelitian.
Site Engineer : Pihak yang membantu tugas Project Manager
dan bertanggung jawab dalam perencanaan
teknis dan material konstruksi, termasuk
menyediakan seluruh shop drawing,
membuat perhitungan konstruksi yang
diperlukan, dan menentukan spesifikasi data
teknis bahan dan volume pekerjaan
konstruksi.
Stakeholder : Pihak pemangku kepentingan atau beberapa
kelompok orang yang memiliki kepentingan di
dalam pekerjaan konstruksi yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
tindakan satu sama lain.
40

Anda mungkin juga menyukai