Anda di halaman 1dari 65

CSE – 10 = SOSIALISASI DAN AUDIT PENERAPAN K3

PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

KATA PENGANTAR

Sistem pelatihan pada dasarnya merupakan usaha peningkatan kompetensi sumber daya
perusahaan untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan yang menyangkut
kekurangan pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku.

Sistem pelatihan merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari penyusunan kebutuhan
pelatihan (training need analysis), menentukan tujuan dan sasaran pelatihan (training
objectives), menyusun rencana pelatihan (training planning), mengembangkan materi
pelatihan (training materials development) dan melaksanakan pelatihan (training delivery)
sampai evaluasi dan umpan balik penyelenggara pelatihan.

Tentunya sistem ini dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang pada akhirnya
pelatihan tersebut harus dikelola dengan baik sehingga tujuan pelatihan dapat dicapai
dengan tepat dan efisien.

Dalam pembinaan K3 Konstruksi pelatihan ini menjadi sangat penting, baik untuk tenaga ahli
dan pelaksana K3 Konstruksi sendiri, maupun untuk tenaga kerja/ petugas yang terlibat
dalam pekerjaan konstruksi.

Setelah tenaga kerja terlatih diterjunkan ke tempat tugas untuk selanjutnya perlu dievaluasi
kinerjanya yang didalamnya termasuk evaluasi penerapan K3.
Evaluasi penerapan K3 dapat dilakukan melalui pengawasan, inspeksi dan auditing terhadap
penerapan K3 dalam pelaksanaan tugas.

Dimaklumi bahwa penyusunan modul ini banyak kekurangan, maka segala saran dan
masukan untuk penyempurnaan materi ini sangat diharapkan, sehingga dimasa mendatang
materi ini akan lebih sempurna lagi.

Penyusun

ii
LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

TUJUAN UMUM PELATIHAN


Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan ketentuan
K3 untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisien penyelenggara konstruksi mencapai nihil
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan K3 Konstruksi
2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksana konstruksi
3. Merencanakan dan menyusun program K3
4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan
instruksi kerja K3
6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
yang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat

Seri / Judul Modul = CSE – 10 = Sosialisasi dan Inspeksi Penerapan K3

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang
manajemen pelatihan dan simulasi dalam melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi
tenaga ahli/ pelaksana K3 konstruksi dan tenaga kerja serta melakukan audit terhadap
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan K3 konstruksi.

3
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :
1. Menjelaskan teknik sosialisasi melalui pelatihan.
2. Menerapkan metode pelaksanaan dan evaluasi pelatihan serta simulasi dilanjutkan
pembuatan laporan pelatihan
3. Melakukan inspeksi dan audit penerapan K3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


LEMBAR TUJUAN............................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR MODUL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
PANDUAN PEMBELAJARAN.............................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1-1


1.1. Sosialisasi Penerapan K3 melalui Pelatihan ..............................1-1
1.2 Audit Penerapan K3....................................................................1-2

BAB 2 SOSIALISASI K3 MELALUI PELATIHAN . .........................................2-1


2.1 Umum.........................................................................................2-1
2.2 Kesenjangan Kompetensi ..........................................................2-1
2.3 Sistem Pelatihan ........................................................................2-2
2.4 Penyusunan Kebutuhan Pelatihan .............................................2-3
2.5 Menentukan Tujuan dan Sasaran Pelatihan ..............................2-4
2.6 Membuat Rencana Pembelajaran...............................................2-5
2.7 Model Pelaksanan Pelatihan ......................................................2-9

BAB 3 PELAKSANAAN PELATIHAN DAN SIMULASI .................................3-1


3.1 Tujuan Pelatihan.........................................................................3-1
3.2 Tugas Pelaksanan Pelatihan ......................................................3-1
3.3 Pengendalian Pelaksanaan .......................................................3-4
3.4 Penilaian / Evaluasi Proses Pelatihan ........................................3-5
3.5 Prosedur Pembuatan Laporan Pelatihan ...................................3-7
3.6 Simulasi Penerapan K3 ..............................................................3-9

BAB 4 AUDIT PENERAPAN K3 ...................................................................4-1


4.1 Rencana Audit ............................................................................4-1
4.2 Tahapan Kegiatan Audit ............................................................4-1
4.3 Elemen Audit ..............................................................................4-5
4.4 Laporan Audit dan Statistik .........................................................4-19
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA

5
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan


kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul
pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang dipergunakan
sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli K3 Konstruksi“.
DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. CSE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. CSE – 02 Manajerial dalam Penerapan K3

3. CSE – 03 Peraturan Perundang-Undangan K3

4. CSE – 04 Pengetahuan Dasar K3

5. CSE – 05 Teknik Konstruksi

6. CSE – 06 Manajemen dan Administrasi K3

7. CSE – 07 Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. CSE – 08 Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

9. CSE – 09 Kesiagaan dan Tanggap Darurat

10. CSE – 10 Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

11. CSE – 11 Perlindungan Lingkungan dan Higiene Proyek


DAFTAR GAMBAR

No. No. Gambar Judul Gambar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

vii
PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN

No. Item Batasan Uraian


Keterangan
1. CSE – 10 : Sosialisasi dan Audit
Seri / Judul Penerapan K3

2. Deskripsi : Materi ini terutama membahas tentang


sosialisasi penerapan K3 melalui pelatihan yang
meliputi sistem pelatihan, strategi instruksional/
pelatihan umum, kebutuhan
pelatihan, pelaksanaan pelatihan,
penilaian proses pelatihan dan prosedur
pembuatan laporan pelatihan.
Selain itu dalam modul ada pembelajaran
tentang inspeksi, pengawasan dan audit
penerapan K3 beserta penyusunan
pelaporan.

3. Tempat Kegiatan: Dalam ruang kelas dengan kapasitas


paling sedikit 25 orang.

4.
Waktu Kegiatan: 4 jam pelajaran teori (1 jp = 45 menit)

8
B. PROSES PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan tujuan instruksional Mengikuti penjelasan TIU dan TIK OHT1
(TIU & TIK.). dengan tekun dan aktif.
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan-
dengan pertanyaan atau pertanyaan apabila kurang jelas.
pengalamannya dalam
menyelenggarakan pelatihan K3
Konstruksi. Waktu

: 10 menit

2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan

Tujuan pelatihan, sistem pelatihan


Menjelaskan tujuan pelatihan Mengikuti penjelasan instruktur
bila dihubungkan dengan K3. dengan tekun dan aktif.
Menjelaskan sistem pelatihan. Mencatat hal-hal yang perlu. OHT2
Audit penerapan K3 Mengajukan pertanyaan bila perlu.
Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 10 menit

3. Ceramah : Bab 2 Sosialisasi K3


melalui pelatihan

Kesenjangan kompetensi
Kebutuhan pelatihan
Tujuan sasaran
Menjelaskan metode instruksional.
Menjelaskan media instruksional. Mengikuti penjelasan instruktur OHT3
Menjelaskan waktu yang dibutuh- dengan tekun dan aktif.
kan dibandingkan dengan waktu Mencatat hal-hal yang perlu.
yang tersedia. Mengajukan pertanyaan bila perlu.
Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 30 menit

9
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
4. Penjelasan : Bab 3 Pelaksanaan
Pelatihan

Tujuan pelatihan
Tugas pelaksana pelatihan
Pemantau dan evaluasi
Pengendalian pelaksanaan
Penilaian proses pelatihan Mengikuti penjelasan instruktur OHT4
Pelaporan dengan tekun dan aktif.
Simulasi Mencatat hal-hal yang perlu.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
Waktu : 60 menit

5. Penjelasan Bab 4 Audit Penerapan


SMK3

Rencana audit Mengikuti penjelasan instruktur OHT5


Tahapan audit dengan tekun dan aktif.
Elemen audit Mencatat hal-hal yang perlu.
Laporan audit Mengajukan pertanyaan bila perlu.

Waktu : 40 menit

6. Penutup
Rangkuman pembahasan modul Peserta diberi kesempatan OHT6
Diskusi bertanya dan diskusi materi
Tanya jawab bahasan

Waktu : 30 menit

x
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

MATERI SERAHAN

xi
Ahli K3 Konstruksi Manajemen Pelatihan

1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Sosialisasi Penerapan K3 melalui Pelatihan


1.1.1 Umum
Pelatihan merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya di perusahaan
dalam rangka memenuhi standar kualifikasi atau kompetensi yang telah
ditetapkan untuk mencapai produktivitas perusahaan yang tinggi sesuai dengan
target yang ditetapkan.

Bila dihubungkan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), maka


pelatihan tersebut ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap setiap petugas atau pekerja yang berkaitan dengan K3 agar memiliki
kompetensi sesuai dengan penugasannya, sehingga dapat dicapai penerapan
K3 yang baik, disiplin dan terarah untuk mewujudkan zero-accident di
perusahaan/ proyek.
Pelatihan K3 dipandang sebagai kegiatan yang strategis, karena hasilnya akan
nampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja secara individu dan
produktivitas perusahaan dalam skala yang lebih luas.

1.1.2 Sistem Pelatihan


Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari setiap pelatihan yang akan
dilaksanakan, maka perlu menerapkan sistem pelatihan secara konsisten, yang
bertolak dari adanya kebutuhan akan pelatihan.
Analisis kebutuhan di diklat ini (training need analysis) harus mendahului
kegiatan lainnya dan harus dikaji dengan teliti agar mendapatkan gambaran
yang diinginkan dari pelatihan yang dimaksud.

Berbagai metode dapat digunakan untuk melakukan analisis tersebut, misalnya


dengan menganalisis dan menetapkan kesenjangan kompetensi (competence
gap) antara kompetensi yang dimiliki oleh SDM dengan kompetensi standar
minimum (kompetensi yang diinginkan) perusahaan.

Bila langkah awal ini telah dapat ditetapkan, maka langkah selanjutnya harus
berpedoman kepada hasil analisis kebutuhan diklat tersebut, misalnya

1-1
menentukan tujuan pelatihan, menyusun rencana pelatihan, mengembangkan
materi pelatihan sampai kepada pelaksanaan pelatihan, diakhiri dengan evaluasi
dan pelaporan.

1.2 Audit Penerapan K3


1.2.1 Pengertian Audit
Audit adalah kegiatan mengumpulkan informasi factual dan signifikan melalui
interaksi (pemeriksaan, pengukuran dan berujung pada penarikan kesimpulan)
secara sistimatis, objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada asas
penggalian nilai atau manfaat.
Semua audit pada hakekatnya merupakan instrument bagi manajemen untuk
mencapai visi-misi, sasaran dan tujuan organisasi.

Dari berbagai penjelasan dan definisi berbagai jenis audit terdapat beberapa
esensi penting yang terkandung dalam pengertian audit sebagai berikut:
1. Audit adalah proses interaktip.
2. Audit adalah kegiatan sistematis.
3. Audit dilakukan dengan azas manfaat.
4. Audit dilakukan secara objektif.
5. Audit berpijak pada fakta dan kebenaran.
6. Audit melibatkan proses analisis/evaluasi/penilaian dan pengujian.
7. Audit bermuara pada pengambilan keputusan.
8. Audit dilaksanakan berdasarkan kriteria / standar.
9. Audit merupakan kegiatan berulang.
10. Audit menghasilkan laporan.

1.2.2 Tujuan Audit


Secara umum audit ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi faktual,
signifikan berupa data hasil analisa, penilaian, rekomendasi auditor sebagai
dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen perbaikan dan atau
perubahan berkelanjutan.

Audit dapat membantu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi


organisasi dalam perspektip manajemen (mis: mutu, K3 dll) serta untuk
memastikan tercapainya tujuan organisasi secara fungsional maupun tujuan
organisasi secara keseluruhan baik untuk saat sekarang maupun masa yang
akan datang.
1.2.3 Jenis – Jenis Audit
Audit pihak pertama (First party audit): adalah kegiatan audit yang ditujukan
untuk evaluasi internal organisasi yang dilakukan oleh auditor internal.

Audit pihak kedua (Second party audit): adalah audit yang ditujukan untuk
mengevaluasi kinerja sub-kontraktor atau supplier yang dilakukan oleh auditor
yang ditunjuk oleh kontraktor utama dan atau pemberi tugas.

Audit pihak ketiga (third party audit): adalah audit yang dilakukan oleh auditor
eksternal dan dilakukan berkaitan dengan persyaratan sertifikasi.
Jadi pihak pihak yang selalu terkait dalam proses audit adalah Auditor dan
Auditee sebagai pihak yang dijadikan obyek audit.

1.1.4 Pedoman Audit


Untuk kegiatan audit dalam aspek keselamatan dan kesehatan kerja dapat
digunakan standar Audit SMK3 sesuai Permenaker no.5 / 1996 atau
menggunakan standar lainnya ( misal : OHSAS 18001-1999 ).

1-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

BAB 2
SOSIALISASI K3 MELALUI PELATIHAN

2.1 Umum
Pelatihan bukan sekedar melaksanakan kursus target sekian realisasi sekian, selesai
dilaksanakan, kemudian hasilnya dilaporkan sebagai pertanggung jawaban. Hal ini
sering terjadi karena cita-cita pentingnya diselenggarakan pelatihan kurang dipahami
dan banyak orang masih „merasa“ dapat melakukan sudah langsung berani
melaksanakan tugas-tugas pelaksanaan pelatihan, dimana hasilnya secara kualitatif
(kualitas) sangat abstrak sulit sekali untuk diamati atau dibuktikan. Pola pikir seperti
tersebut di atas kiranya perlu segera diubah dan diarahkan sesuai cita-cita yang
sebenarnya atas pentingnya diselenggarakan pelatihan.
Pada dasarnya pelatihan diselenggarakan dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
Pertanyaan mendasar : kualitas SDM seperti apa yang dicita-citakan ????.
Kiranya perlu dijawab secara jelas, lugas dan terukur.

2.2 Kesenjangan Kompetensi


Prinsip mendasar tugas Manajemen Pelatihan adalah untuk memenuhi tuntutan
„Kompetensi yang diinginkan“ atau upaya memperkecil, bila perlu menghilangkan
„Kesenjangan Kompetensi“ (Competency Gap) yaitu perbedaan kompetensi yang ada
dengan kompetensi yang diinginkan, dalam hal ini tuntutan yang harus dicapai
dinyatakan „Kompetensi Minimal“ digambarkan pada matrik sebagai berikut :

2-1
Untuk mengetahui rincian kompetensi tugas / pekerjaan suatu jabatan kerja tertentu
tertuang dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan analisis
jabatan dari masing-masing jabatan kerja.
Adanya kesenjangan kompetensi inilah mengungkapkan adanya kebutuhan pelatihan
yang harus dikelola dengan baik.
Yang dimaksud dengan kesenjangan kompetensi adalah kompetensi minimal yang
dipersyaratkan dalam bidang tugas tertentu dikurangi kompetensi yang ada (dimiliki)
pegawai atau tenaga kerja saat itu.

2.3 Sistem Pelatihan


Dengan uraian di atas sekali lagi ditegaskan, bahwa pelatihan tidak sekedar
melaksanakan kursus, target sekian dan realisasi sekian, tetapi diperlukan suatu
pengelolaan peningkatan kualitas SDM melalui suatu proses sebagai “Benang Merah”
yang merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan maupun dilompati. Mata
rantai sebagai proses pengembangan pelatihan berdasarkan kompetensi yang
diterapkan digambarkan sebagai siklus sistem pelatihan seperti matrik dibawah ini.

RKK
(CCD)

PEU
(MEF)

AKAD (TNA) IMP (TMC)

SIMD (TMIS)

PP (TD )

AKAD = Analisa Kesenjangan Kompetensi / Kebutuhan Akan Diklat (TNA = Training Needs
Analysis)
RKK = Rancangan Kurikulum dan Kursus (CCD = Curriculum and Course Design)
PMD = Pengembangan Materi Pelatihan (TMD = Training Materials Development)
PP = Pelaksanaan Pelatihan (TD = Training Delivery)
PEU = Pemantauan, Evaluasi, Umpan Balik (MEF = Monitoring, Evaluation and
Feed Back)
SIMD = Sistem Informasi Manajemen Diklat (TMIS = Training Management Information
System)
IMP = Inti Manajemen Pelatihan (TMC = Training Management Core)

2-2
Untuk menguraikan apa yang “SEHARUSNYA” dilakukan pada unsur-unsur siklus
sistem pelatihan perlu dikembangkan Pedoman-pedoman dan panduan Pelatihan
(Training Guidelines and Procedures).

2.4 Penyusunan Kebutuhan Pelatihan


Seperti apakah kebutuhan diklat ? Kebutuhan pendidikan dan pelatihan adalah suatu
keadaan ingin meniadakan atau memperkecil perbedaan kompetensi yang sebenarnya
dengan kompetensi yang diharapkan dari sumberdaya manusia agar dapar
memberikan prestasi tertentu dalam organisasi.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan
sikap sumber daya manusia guna mencapai prestasi tertentu.

Selain kebutuhan pendidikan dan latihan terdapat pula kebutuhan pengembangan.


Kebutuhan pengembangan menyangkut pertumbuhan dan efektifitas dari seseorang
atas hasil pendidikan dan latihan yang sudah didapatkan agar dipersiapkan untuk
mengerjakan tugas yang lebih tinggi dan mengambil tanggung-jawab yang lebih besar.
Hal ini tidak dibahas dalam tulisan ini.

Kebutuhan latihan timbul apabila :


Perilaku sdm yang diharapkan ternyata ada dibawah standar atau rencana oleh
sebab kekurangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai, atau
Peningkatan tanggung-jawab jabatan (dalam rangka kondisi promosi).
Peningkatan tehnik dan alat atau mesin baru (dalam rangka investasi).
Perubahan prosedur dan metode kerja dalam perusahaan.
Pindah ke bidang baru, usaha baru atau peningkatan usaha dari kecil menjadi yang
lebih besar.

Cara lain untuk menganalisa kebutuhan pelatihan adalah :


Pelajari rencana strategi jangka panjang dan operasional perusahaan.
Periksalah keluhan utama yang disampaikan oleh pelanggan anda.
Pelajari kekurangan yang pokok dari form hasil penilaian prestasi karyawan
Bagikan daftar pertanyaan kepada para manajeri unit.
Pelajari hasil wawancara dengan karyawan yang mengundurkan diri.
Lakukan juga survey terhadap karyawan.
Wawancara juga dapat dilakukan dengan manajemen dan karyawan.
2.5 Menentukan Tujuan Dan Sasaran Pelatihan
Menentukan tujuan dan sasaran pelatihan ibarat meramalkan terlebih dahulu segala
sesuatu yang bakal terjadi dari hasil sumberdaya manusia yang diharapkan. Seperti
meramalkan tujuan dari perjalanan jauh menuju sebuah desa di Cianjur Selatan,
otomatis kita menyusun rencana perjalanan.

Rencana tersebut meliputi perkiraan cuaca, keadaan jalan yang akan ditempuh,
perkiraan jarak dan waktu yang akan ditempuh, kendaraan dan peralatan yang akan
dibawa dan alternatif yang akan diambil jika rencana utama gagal.

Tujuan pelatihan adalah merubah peserta, dan secara umum dapat dikategorikan
sebagai pilihan apakah untuk :
a. Merubah Pola pikir
b. Merubah pola sikap
c. Merubah pola tingkah laku atau keterampilan

Yang dimaksud dengan merubah pola pikir peserta adalah suatu cara yang bisa saja
dilaksanakan lewat sarana seminar dan diskusi dengan pembicara-pembicara atau
narasumber yang memberikan ceramah umum dan tanya-jawab dengan peserta,
intinya adalah menjelaskan dan mengajak dan mudah-mudahan berhasil merubah cara
berpikir peserta sesuai dengan isi ceramah.

Dapat pula berarti merubah pola sikap peserta bahwa pelatihan K3 Konstruksi adalah
suatu cara yang bisa saja dilaksanakan lewat sarana diskusi dan kerja kelompok
dengan pembicara-pembicara atau narasumber yang memberikan contoh-contoh dan
termasuk mempengaruhi peserta agar sikap pribadinya akan berubah sesuai yang
dikehendaki materi latihan.

Dapat pula berarti merubah pola tingkah laku peserta bahwa pelatihan K3 Konstruksi
adalah suatu cara yang bisa saja dilaksanakan lewat sarana percontohan dan diskusi
atau dilengkapi masing-masing peserta melaksanakan tahap demi tahap kerja yang
ditentukan dalam materi dengan bimbingan narasumber, intinya adalah merubah cara
berpikir dan cara kerja peserta sesuai dengan isi latihan dengan hasil mampu
menjalankannya dengan gerakan anggota tubuh.
Contoh dibawah ini lebih menjelaskan kepada kita mana yang dimaksud hanya
merubah cara berpikir dan merubah sikap serta merubah tingkah-laku.
Tujuan yang dititik beratkan pada pengetahuan dapat berupa :
a. Mendaftar secara berurutan, langkah yang diambil dalam menggunakan safety belt–
alat pelindung diri
b. Menguraikan sedikitnya 5 (lima) jenis-jenis alat pelindung diri (APD)
c. Menjelaskan apa yang dimaksud P3K

Tujuan dititik beratkan pada merubah sikap dapat berupa :


a. Menjelaskan bahwa safety belt yang sesuai dengan ukuran masing-masing orang
dan kapan saat dan kondisi yang tepat, bila digunakan.
b. Mengamankan dan menempatkan peralatan APD pada tempatnya.
c. Memberikan contoh pentingnya memahami kelengkapan dan peruntukan masing-
masing isi Kotak P3K sesuai dengan derita pasien.

Tujuan dititik beratkan pada keterampilan dapat berupa :


a. Menggunakan safety belt sesuai dengan urutan dan benar.
b. Menggunakan kaca mata las secara benar.
c. Menjalankan bantuan pernafasan buatan kepada penderita.

Dengan memahami kebutuhan dan tujuan diklat akan memudahkan anda untuk
memasuki tahapan menentukan program pelatihan dan dan rencana pelajaran dengan
terarah.

2.6 Membuat Rencana Pembelajaran


Sebagai penanggung-jawab pelatihan anda diminta terlebih dahulu untuk membuat
rencana pelajaran. Beberapa hal penting yang harus dipahami terlebih dulu adalah :
Pengertian rencana pelajaran.
Menentukan tujuan pelajaran.
Merencanakan kegiatan-kegiatan pelatihan.
Format rencana pelajaran.

1. Pengertian Rencana Pembelajaran


Apakah yang dimaksud dengan Rencana Pelajaran?
Misalkan anda mengerjakan sebidang tanah yang akan dibangun diatasnya sebuah
rumah. Sejumlah kegiatan perlu dilangsungkan dan ini membutuhkan sebuah
pengorganisasian dan perencanaan agar urutan kegiatan berjalan dengan baik.
Pertama harus dibuat gambar, kemudian beton, besi dan kayu harus diangkut
menuju sebidang tanah, pekerjaan fondasi dapat dilaksanakan. Demikian
seterusnya pekerjaan struktur, mekanikal dan plumbing, tukang listrik bekerja,
tukang kayu dan tukang cat mulai masuk bekerja, demikian sampai selesai
pekerjaan finishing.

Hal yang sama dilakukan dalam rencana pelatihan. Orang dikirim kepelatihan bukan
untuk bersenang-senang dilatih, harus bermutu. Kita harus merencanakan kegiatan
mana yang diperlukan untuk itu, dengan urutan yang mana kegiatan tersebut harus
berlangsung, siapa yang melaksanakannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan dan sumberdaya yang mana yang diperlukan dengan
dukungan dana berapa besar?.

Istilah rencana pelajaran dapat berupa satu pelajaran tunggal atau serial pelajaran
yang berkaitan dengan tujuan yang lebih besar. Setiap pelajaran mempunyai tujuan
tertentu yang membantu peserta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan tujuan pelatihan.

2. Menentukan Tujuan Pembelajaran


Anggap saja tujuan diklat telah anda tetapkan dari usulan dan perintah manajemen
yang telah dinyatakan pada materi pembahasan II.D. Tujuan pelajaran merupakan
detil atau sub.bagian dari tujuan diklat. Ambil contoh: anda telah menetapkan
Tujuan diklat adalah peserta mampu menggunakan safety belt sesuai dengan
urutan dan benar.

Tujuan pelajarannya dibagi menjadi :


Memahami jenis-jenis Safety belt yang memenuhi syarat.
Memahami Kondisi dan keadaan yang mengharuskan penggunaan Safety belt.
Memahami bagian-bagian safety belt yang sangat menentukan.
Memelihara dan merawat safety belt.
Mengetahui Urutan penggunaan safety belt.
Melaksanakan Praktek menggunakan safety belt.

Dalam menentukan tujuan pelajaran dapat pula anada lakukan dengan mencoba
memahami atau membayangkan apa yang seharusnya terjadi atas pelaku atau
subyek peserta dan apa yang ada dan apa yang akan dilakukan terhadap obyek
atau alat yang digunakan serta bagaimana situasi dan keadaan yang semestinya
terjadi dan diharapkan selama pelajaran.
3. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Bila anda telah menentukan tujuan pelajaran secara umum, ingatlah bahwa
merumuskan adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Anda harus merumuskan
baik apakah anda bertujuan untuk merubah ketrampilan atau menambah
pengetahuan dengan tepat agar peserta nantinya dapat melaksanakan tugas
dengan baik.

Gunakanlah kata kerja tindakan. Kata kerja tindakan : menyatakan kegiatan yang
dapat diamati atau dapat diukur, contoh kata kerja tindakan yang dapat digunakan
seperti :
Mendaftar
Mengatakan
Menjelaskan
Menggambarkan
Memilih
Memperagakan

Hindarkan kata kerja seperti mengetahui, mengerti dan meninjau. Dengan


memperhatikan kedua hal diatas baiklah anda mencoba memperbaiki apa yang
telah anda tetapkan tujuan pada materi E.2 dengan penulisan sebagai berikut :

Pada akhir pelajaran, peserta mampu untuk :


Memilih jenis-jenis safety belt yang memenuhi syarat.
Menjelaskan kondisi dan keadaan yang mengharuskan penggunaan safety belt.
Menjelaskan bagian-bagian safety belt yang sangat menentukan.
Menjelaskan cara memelihara dan merawat safety belt.
Mengatakan urutan penggunaan safety belt.
Memeragakan penggunaan safety belt.
Ingat bahwa kalimat perintah yang dinyatakan sebaiknya dalam proses berjalan
dapat diamati dan dapat diukur keberhasilannya.

4. Merencanakan Kegiatan – Kegiatan Pelatihan


Bagaimana menentukan kegiatan pelatihan, mana yang dijadualkan untuk pelajaran
anda dan dengan urutan bagaimana? Pedoman umum yang dapat digunakan
adalah :
Lengkapi diri dengan teori, kegiatan dan refleksi kegiatan.
Kegiatan harus sedekat mungkin dengan pekerjaan sehari-hari peserta.
Ceramah waktunya harus antara 15 – 20 menit.
Mulailah dari yang sederhana ke yang sulit, dari bagian keseluruhan yang perlu
dijadualkan.
Mendorong interaksi antara peserta yang memungkinkan mereka belajar satu
sama lain.
Memberikan banyak variasi untuk menjaga agar belajar tetap menarik,
menantang dan menyenangkan.

Pertimbangkan pula jawaban atas pertanyaan sebagai berikut :


Apakah tujuan anda?
Siapa yang telah mendapatkan informasi?
Berapa lama anda punya waktu?

Jawaban kegiatan yang cocok untuk tujuan mendapatkan pengetahuan adalah


ceramah atau peragaan atau tanya jawab.
Jawaban kegiatan yang cocok untuk tujuan mendapatkan ketrampilan adalah
telaahan kasus atau instruksi pekerjaan atau latihan kelompok/perorangan atau
praktek lapangan.
Jawaban kegiatan yang cocok untuk tujuan mendapatkan perubahan sikap adalah
kegiatan diskusi atau permainan peran atau simulasi.
Berapa lama waktu yang anda miliki?
Bila anda memiliki waktu yang terbatas tentu ada godaan untuk mengurangi metode
yang memerlukan kegiatan yang dijalankan peserta (karena memerlukan waktu
banyak). Jangan sekali-kali melakukan demikian karena keterlibatan peserta adalah
penting untuk belajar. Dapatkan anda memanfaatkan waktu yang pendek tetapi
sasaran anda tercapai?

5. Format Rencana Pelajaran


Format atau bentuk atau kerangka dapat membantu anda dalam menyiapkan
rencana pelajaran. Tulislah dengan teratur sehingga anda mudah untuk merubah
dan menyempurnakannya. Persoalan terinci atau tidak sangat tergantung pada
selera anda dan permintaan atasan atau pemesan jasa anda.
Yakinkanlah bahwa anda telah menulis tentang :
Tujuan
Kegiatan
Bagaimana ( ukurannya ? )
Dimana
Dengan siapa dan
Menggunakan apa
Sumber daya yang mana
Penanggung jawab
Pelaporan kegiatan

Berikut ini (lihat lampiran) diberikan sebuah contoh tentang format rencana
pelajaran tentang Pelatihan mediator dan arbiter yang terdiri dari lembar :
Materi pelatihan
Biaya Instruktur
Identitas Instruktur
Simulasi Biaya dan Pendapatan
Check list kegiatan

Gunakanlah keahlian dan pengetahuan anda tentang K3 Konstruksi untuk mengisi


format tersebut dan sempurnakanlah sesuai dengan selera anda tanpa melupakan
kaidah umum yang sudah dijelaskan terdahulu.

2.7 Model Pelaksanaan Pelatihan


Panduan pelaksanaan pelatihan disusun untuk memberikan pedoman atau arahan bagi
pelaku langsung pelaksanaan pelatihan. Pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan
dengan beberapa model antara lain :
(1) Model A :
Kursus singkat formal (formal short course) untuk materi pelatihan yang bersifat
konseptual, kognitif atau teoritis dan aplikatif sesuai tuntutan sikap perilaku,
keterampilan (psychomotoric) pelaksanaan tugas / pekerjaan.
(2) Model B :
Pelatihan dalam pekerjaan nyata yang terencana (planned on the Job Training).
Dilaksanakan dalam pekerjaan sebenarnya atau sering disebut Training by doing,
model ini lebih ditekankan kepada peningkatan keterampilan (psychomotoric).
(3) Model C :
Pelatihan dalam Pekerjaan Nyata Khusus (Ad Hoc On-the-Job Training) begitu
kebutuhan timbul, segera disiapkan dan dilaksanakan pelatihan dalam medan
pekerjaan yang dipersiapkan secara khusus atau medan pekerjaan yang ada dan
relevan.
(4) Model D :
Sesi Informasi (Information Session). Merupakan forum untuk penyampaian
informasi dengan 3 cara :
D1 – Diseminasi Informasi untuk penyebaran informasi atau desiminasi
D2 – Widya Wisata (Study Tour)
D3 – Lokakarya Terstruktur yang terencana dengan rapi (Structured Workshop).
(5) Model E :
Pengembangan Profesional yaitu pengembangan intelektual melalui pendidikan
spesialis.

Panduan ini disusun terbatas untuk model pelatihan kursus singkat formal dan dapat
digabung dengan model Widya Wisata (Study Tour) untuk melihat atau
membandingkan kenyataan dilapangan dengan teori yang diajarkan. Sedangkan
khusus untuk kualifikasi keterampilan ada kegiatan pembelajaran praktek lapangan.

2-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

BAB 3
PELAKSANAAN PELATIHAN DAN SIMULASI

3.1 Tujuan Pelatihan


Sebelum melaksanakan suatu tugas hal yang wajib dipahami adalah tujuan tugas yang
akan dilaksanakan. Bertitik tolak dari tujuan tugas akan dapat dilakukan analisis
masalah tugas yang selanjutnya akan tampak strukturnya yang seharusnya dilakukan.

Adapun tujuan pelatihan yang akan dilaksanakan adalah :


a. Tujuan Pelatihan
1. Tujuan Umum Pelatihan
2. Tujuan Khusus Pelatihan
b. Tujuan Instruksional setiap modul :
1. Modul 1, Kode ……………… Judul Modul …………………………
Waktu pembelajaran = ? JP (per JP (Jam Pelajaran)) = 45 menit.
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
2. Modul 2, Kode ……………………, Judul Modul : dan seterusnya
Sebagai panitia pelaksana pelatihan menjadi keharusan menguasai tujuan
pelatihan.

3.2 Tugas Pelaksana Pelatihan


Tugas pelaksana pelatihan adalah meningkatkan kompetensi yang ada untuk
mencapai minimal kompetensi yang telah ditentukan melalui suatu pengaturan
kegiatan mempertemukan : instruktur atau fasilitator dengan peserta pelatihan dengan
menggunakan metodologi tertentu dan dibatasi oleh kurikulum, silabus dan materi
pelatihan yang ditunjang dengan prasarana, sarana dan sumber daya pelatihan
lainnya.
Apabila diurai lebih lanjut, proses utama pembelajaran pelatihan akan melibatkan
unsur-unsur utama yaitu :
- Tenaga Instruktur / fasilitator
- Peserta pelatihan
- Metodologi
3-1
- Materi pembelajaran, ditunjang dengan prasarana dan sarana / media pelatihan
dan sumber daya lainnya.

Setelah mengetahui unsur utama dan unsur penunjang maka para pelaksana pelatihan
dapat mempersiapkan dengan cermat semua unsur tersebut di atas.

Adapun unsur-unsur yang perlu dipersiapkan adalah :


a. Bahan Pelatihan
Bahan pelatihan yang perlu dipersiapkan terdiri dari :
- Untuk peserta : Materi serahan, panduan pelatihan, tes awal, bahan latihan
formulir isian peserta,
- Untuk instruktur : Materi serahan, hand out atau lembar OHP (transparan),
panduan instruktur, bahan latihan peserta dan lembar jawaban, formulir isian
instruktur.
- Untuk Pemantauan : Formulir-formulir pemantauan

b. Alat Bantu dan Fasilitas Pelatihan


Alat bantu Pelatihan
Untuk melaksanakan pelatihan ini instruktur membutuhkan berbagai alat bantu
pelatihan seperti :
- Kertas ukuran koran (dan paku payung atau lakban)
- Papan tempat kertas ukuran koran, bila tidak ditempel ke dinding.
- Flip chart dan kertas
- Spidol
- Board / papan tulis
- OHP dan layar atau LCD
- Persediaan plastik Transparansi beserta alat tulisnya
Fasilitas Pelatihan
Sebelum mengirimkan undangan untuk peserta, lokasi dimana pelatihan akan
dilaksanakan harus ditentukan.
Pemilihan lokasi pada dasarnya tidak sulit, namun penyelenggara pelatihan
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Apakah ruangan tersebut cukup luas untuk peserta? Karena pelatihan ini
pada dasarnya merupakan ceramah formal dan diskusi maka lebih baik bila
ukuran ruangan cukup besar, sehingga mampu menampung 40-50 peserta.
- Ingat bahwa peserta akan diminta untuk melakukan latihan – latihan diskusi,
sehingga perlu disediakan tempat atau ruangan khusus untuk diskusi

3-2
kelompok (+ untuk 3 atau 4 kelompok @ 10 orang) lengkap dengan
perlengkapannya.
- Bila instruktur merencanakan menggunakan OHP atau LCD apakah ada
sumber tenaga listrik di ruangan tersebut?
- Fasilitas pengeras suara dan lain-lain
Latihan atau kunjungan di Lapangan
- Kegiatan latihan di lapangan dimaksudkan agar peserta latihan lebih
memahami pelajaran teori yang diberikan di kelas, karenanya kunjungan ini
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
- Untuk menunjang tujuan kegiatan ini, instruktur / institusi Penyelenggara
Pelatihan menetapkan lokasi yang akan dikunjungi, setelah terlebih dahulu
dilakukan survai tentang kesuaiannya dengan mengutamakan sedang
berlangsungnya pekerjaan yang sesuai dengan jenis pelatihan di lokasi
tersebut.
- Lokasi kunjungan sebaiknya tidak terlalu jauh dari tempat pelatihan,
sehingga memudahkan pengaturan transportasi dan logistic.
- Hubungilah dan bicarakanlah dengan instansi terkait, tentang rencana dan
pelaksanaan kunjungan ini jauh sebelumnya (1-2 minggu).
- Penjelasan keadaan lapangan, khususnya mengenai prosedur dan teknik
pelaksanaan pekerjaan serta pengendalian mutu dan pengendalian
pekerjaan, sejauh mungkin dilakukan oleh petugas yang biasa menangani
pekerjaan tersebut. Para instruktur sejauh mungkin membantu kelancaran
pelaksanaannya.
- Persiapkanlah transportasi dan logisitk untuk menunjang pelaksanaan
kunjungan serta rencana jadwal kunjungan.

c. Undangan
Mengidentifikasi peserta yang tepat adalah sangat penting. Tidaklah berguna untuk
mengundang seseorang yang secara langsung tidak terlibat dalam topik yang akan
diberikan / dilatihkan.
Undangan kepada peserta beserta Panduan Pelatihan hendaknya sudah diterima 2
minggu sebelum dimulainya pelatihan. Hal ini memungkinkan mereka untuk
mempersiapkan diri dan dapat meninjau kembali program kerja mereka serta
mengatur apakah ada hal yang dapat didelegasikan kepada bawahannya / orang
lain selama mengikuti pelatihan.
Peserta dipilih oleh yang berwenang. Sebagai penyelenggara pelatihan anda
bertanggung jawab tentang pemanggilan peserta.
d. Jadwal Pelatihan
Untuk pelatihan ini, jadwal perlu dibuat dan dibagikan kepada peserta pada awal
pelatihan. Contoh jadwal ditunjukkan pada halaman terlampir (lampiran I). Apabila
sangat diperlukan beberapa kegiatan dapat dilakukan pada malam hari atau
menambah hari pelaksanaan.
Bila hari jum’at merupakan hari terakhir anda juga dapat membuat modifikasi pada
jadwal untuk memungkinkan sholat jum’at.

e. Tata Tertib Peserta


Agar pelaksanaan pelatihan berjalan dengan tertib dan lancar, buatlah tata tertib
dan bagikanlah kepada peserta sebelum pelatihan dimulai contoh tata tertib
lampiran II.
Apabila diperlukan, selain peraturan tata tertib kegiatan pelatihan dapat pula dibuat
tata tertib peserta selama tinggal dalam asrama dan ketentuan-ketentuan lainnya
dalam mengikuti pelatihan ini.

Pertemuan dan Informasi tentang Instruktur


Tentang instruktur dituangkan dalam panduan instruktur per jenis pelatihan.
Perlu diadakan pertemuan antara panitia dengan para instruktur dalam rangka
persiapan pelaksanaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi informasi dan evaluasi
terhadap kesiapan instruktur untuk mengajar, antisipasi agar proses pembelajaran
berjalan sesuai tujuan dan koordinasi antara penyelenggara dengan instruktur.
Sementara itu semua bahan kursus harus sudah siap sebelum pelatihan dimulai.

3.3 Pemantauan dan Evaluasi


Untuk pelatihan ini ada serangkaian formulir pemantauan dan evaluasi. Penjelasan
rinci serta salinan formulir ini ditunjukkan pada lampiran III.
Formulir digunakan dengan cara sebagai berikut :
a. Formulir Isian Data Peserta
Formulir ini diberikan pada awal pelatihan dan harus diisi oleh peserta.
b. Formulir Isian Data Instruktur
Formulir ini diberikan kepada instruktur pada saat dimulainya pelatihan. Setelah diisi
agar segera dikembalian kepada panitia.
c. Formulir Penilaian (oleh Peserta)
Formulir diberikan kepada peserta setelah selesainya semua modul diberikan.
Setelah selesai diisi oleh setiap peserta agar dikembalikan kepada Panitia.
d. Formulir Penilaian Kursus Secara Menyeluruh
Formulir ini diberikan pada akhir pelatihan untuk memperoleh komentar peserta
mengenai bahan pelatihan dan pelaksanaan pelatihan. Komentar ini dapat
membantu dalam penyempurnaan materi dan pelaksanaan program pelatihan
dimasa yang akan datang.
e. Formulir Penilaian Materi (oleh Instruktur)
Formulir ini diberikan kepada instruktur untuk setiap modul yang mereka laksanakan
secara individu. Bila mereka mengerjakan modifikasi pada materi pelatihan,
sebaiknya mencantumkan fotokopi halaman yang menurut mereka perlu
dimodifikasi pada masa yang akan datang.
f. Dan lain-lain apabila diperlukan.

3.4 Pengendalian Pelaksanaan


Inti dari pelaksanaan pelatihan adalah pengendalian jadwal pelaksanaan pelatihan
secara tepat, ketat dan disiplin mengingatkan kembali bahwa pelatihan tidak sekedar
melaksanakan kursus target sekian realisasi sekian. Tetapi suatu kegiatan peningkatan
„kualitas SDM“ (Sumber Daya Manusia) yang produknya abstrak yang tidak mudah
dibuktikan. apabila terjadi kerusakan atau kegagalan sulit ditelusuri penyebabnya dan
mudah disangkal dengan bukti secara „kuantitas“ sekian banyak. Bertitik tolak dari
sini para pelaku pelaksanaan pelatihan dituntut „profesional“.

Penyusunan jadwal untuk pelatihan yang membutuhkan waktu kurang atau lebih dari 6
(enam) hari, diusahakan awal pelatihan atau pembukaan dijatuhkan pada hari bukan
„senen“ bisa hari Selasa dan seterusnya, hal ini perlu dipertimbangkan karena hari
Senen, biasanya terjadi akumulasi kesibukan sebagai awal pekan untuk kegiatan
seminggu kedepan. Selain itu apabila ada kekurangan dalam persiapan pelaksanaan
dapat diperbaiki dalam hari Senen. Tetapi apabila lama pelatihan adalah 6 (enam) hari,
seyogyanya awal pembukaan pelatihan dipilih hari Senen dengan maksud untuk
mencapai efisien tidak melintasi hari Minggu.
Dengan mempertimbangkan semua kegiatan yang harus dijadwalkan termasuk
pendaftaran, pembukaan, jam istirahat, penutupan dan lain-lain, maka akan muncul
adanya unsur luar yang sering membuat ketergantungan.
Ketergantungan ini harus diperhatikan dan betul-betul dikendalikan karena dapat
mengganggu proses pembelajaran yang tepat dan ketat, dimana dampaknya dapat
mengganggu nilai-nilai yang ingin ditanamkan, misalnya yang akan membuka datang
terlambat atau instruktur / fasilitatornya ada yang sibuk sehingga menunda acara tatap
muka. Cukup bijaksana apabila jadwal dapat dikendalikan secara ketat dan disiplin jam
per jam pelajaran, begitu akan terjadi kekosongan segera saja dicari alternatif untuk
mengisinya melalui pergeseran jadwal yang akan kosong diisi dengan acara yang
relevan dan menjaga pelaksanaan tetap terpenuhi sesuai waktu yang ditetapkan.
3.4.1 Jadwal Pelaksanaan Pelatihan
Contoh pembuatan jadwal sebagai berikut :
JADWAL PELAJARAN
Pelatihan : .................................................................
Hari
No. Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
Jam
1. 08.00 – 08.45
2. 08.45 – 09.30
3. 09.30 – 10.15
10.15 – 10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
Kode Kode Kode Kode Kode Kode
4. 10.30 – 11.15
Modul Modul Modul Modul Modul Modul
5. 11.15 – 12.00
12.00 – 13.00 Mk. Mk. Mk. Mk. Mk. Mk.
Siang Siang Siang Siang Siang Siang
6. 13.00 – 13.45
7. 13.45 – 14.30
14.30 – 14.45 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
8. 14.45 – 15.30
9. 15.30 – 16.15
Acara Malam

Apabila menggunakan jadwal seperti grafik di atas diperlukan lampiran daftar


modul yang didalamnya tercantum kode dan nama modul, lengkap dengan
nama instruktur untuk masing-masing modul, karena yang dicantumkan dalam
jadwal pelajaran „Hanya“ kode modulnya saja.

Contoh : Daftar Modul


No. Kode Modul Nama Modul Fasilitator

Contoh lain dalam pembuatan jadwal sebagai berikut : Hari ke 1.

No. Pukul Uraian Acara Fasilitator

1. 08.00 – 08.45
2. 08.45 – 09.30
3. 09.30 – 10.15
10.15 – 10.30 Istirahat Panitia
4. 10.30 – 11.15 Kode dan Nama Modul Nama Instruktur
5. 11.15 – 12.00
12.00 – 13.00 Makan Siang Panitia
6. 13.00 – 13.45
7. 13.45 – 14.30
14.30 – 14.45 Istirahat Panitia
8. 14.45 – 15.30
9. 15.30 – 16.15
10. Acara malam

Hari ke 2 dan seterusnya.


Dengan bentuk jadwal ini, biasanya kode dan nama modul sudah dapat ditulis
dalam kolom uraian acara dan nama instruktur dapat di cantumkan dalam
kolom fasilitator.

Membagikan bahan persiapan


Dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan sehari-hari akan selalu diikuti
membagikan bahan-bahan pelatihan yang akan diterima oleh peserta pelatihan.
Bahan-bahan pelatihan yang sudah dipersiapkan harus dikuasai dengan penuh
tanggung jawab oleh panitia dan jangan sampai ada yang terlambat untuk
membagikan atau menyampaikan kepada peserta, disini ada tuntutan panitia
harus teliti dan cermat.

3.5 Penilaian Proses Pelatihan


3.5.1 Umum
Evaluasi diperlukan untuk menilai apakah keseluruhan acara pelatihan berjalan
sesuai rencana dan hasilnya baik atau tidak. Pokok-pokok yang harus
dievaluasi adalah :

1. Peserta, apakah apa yang disampaikan dapat diterima dan dipahami


dengan baik, hasilnya secara mayoritas berada dalam komposisi baik
sesuai sasaran. Berapa persen yang tidak memenuhi syarat, berapa persen
yang lulus dengan posisi teratas dan berapa persen rata-rata?

2. Nara-sumber atau Instruktur apakah sesuai dengan materi yang


dipesankan, apakah dapat diterima oleh peserta dengan baik dan patut
sesuai yang dibutuhkan. Apakah nara-sumber bisa keberjasama dengan
panitia dan diusulkan untuk dipakai pada pelatihan berikutnya?
3. Kepanitiaan Pelatihan, apakah sarana disediakan dengan baik dan proses
persiapan, pelaksanaan dan penutupan berjalan sesuai rencana dan waktu
serta biaya? Bagaimana kerjasama anggota kepanitiaan ?

3.5.2 Penilaian Terhadap Peserta


Tes dinyatakan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau pengujian yang
direncanakan untuk memperoleh informasi yang berupa hasil respon dari
sasaran, jika jawaban tidak didapat maka sia-sialah apa yang ditanyakan, oleh
sebab itu prinsip tes adalah harus mendapatkan jawaban.

Jika Tes diajukan berupa soal tertulis bukanlah berupa sesuatu yang bersifat
menjebak si penjawab karena tidak menggambarkan niat positip untuk
mengangkat penjawab menuju posisi yang lebih baik. Demikian pula soal yang
menyajikan pilihan jawaban pilihan, sebaiknya dalam kategori yang sejenis :
seperti contoh soal :

Pilih salah satu yang paling benar dari daftar Alat Pelindung kepala dalam
bekerja di konstruksi dibawah ini :
a. Helm kerja
b. Helm sepeda gunung
c. Topi Baja
d. Blangkon

Pilihan jawaban blankon adalah penyajian yang tidak bersifat positip dan
mendidik walaupun masih sama-sama berjenis topi, apalagi diganti dengan
payung.

Disamping tes berupa praktek, tes berupa tulisan terdiri dari pilihan : jawaban
obyektif-pilihan atau jawaban yang bersifat obyektif. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Hendaknya anda dapat menggabungkannya
dengan baik sesuai dengan waktu yang diberikan dan tujuan serta kesiapan
anda menyusun pertanyaan.

Hasil daripada tes menggambarkan beberapa hal :


Kemampuan peserta menyerap apa yang diberikan kepadanya dengan hasil
tentu saja bisa baik dan buruk.
Hasil buruk bisa diakibatkan oleh sulitnya pertanyaan karena tidak sesuai
materi atau memang peserta tidak mampu menjawabnya karena
narasumber tidak berhasil dalam tugasnya.
Secara umum dapat digambarkan dalam kurva S, jika masih dalam batas
normal maka jumlah yang buruk tidak perlu dinaikkan keatas.

3.5.3 Penilaian Terhadap Panitia


Penilaian terhadap panitia termasuk sukses tidaknya menyelenggarakan
pelatihan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yang penting yaitu :
Penilaian terhadap nara-sumber
Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan

Kedua-duanya dapat dicapai dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus


diisi oleh peserta latihan dalam formulir terpisah tentunya, satu untuk nara-
sumber dan satu untuk penyelenggaraan.

Jawaban untuk nara-sumber dapat digunakan untuk perbaikan nara-sumber itu


sendiri dan juga kepada penyelenggara: apakah nara-sumber cocok dan dapat
digunakan pada pelatihan berikutnya
Jawaban untuk penyelenggaraan dapat digunakan sebagai bahan perbaikan
terhadap seluruh sumberdaya yang digunakan termasuk bagaimana
pengelolaannya, untuk penyelenggaraan dimasa mendatang.

Pelaporan keseluruhan kegiatan harus dibuat sebagai bukti


pertanggungjawaban anda kepada yang memberikan tugas, pada kesempatan
ini tidak dibahas secara khusus dalam penulisan ini.

3.6 Prosedur Pembuatan Laporan Pelatihan


3.6.1 Umum
Laporan pelatihan merupakan hasil akhir yang harus disajikan kepada
perusahaan atau kepada yang memerintahkan pelatihan. Tidak ada format
baku daripada laporan pelatihan tetapi setidaknya meliputi seluruh kegiatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan alasan penyimpangan dan
penutupan. Obyek yang dilaporkan meliputi peserta, Instruktur dan Kepanitiaan
dan terakhir penyajian Laporan Keuangan.
3.6.2 Bentuk Laporan
Berikut ini diberikan pola dasar yang dapat digunakan oleh pengelola pelatihan
dengan urutan sebagai berikut :

1. Abtraksi
Pembukaan dihadiri oleh dan dibuka oleh
Tempat Pelaksanaan dan Jam pelaksanaan
Penutupan dihadiri oleh dan ditutup oleh
Kesimpulan umum dan saran

2. Laporan Kegiatan
a. Peserta (Umur, pendidikan, pengalaman kerja)
a. Kondisi sebelum Kegiatan (hasil Pra test)
b. Kondisi setelah kegiatan (hasil Pas test)
c. Partisipasi peserta
d. Daftar Hadir
e. Sertifikat (Kepersertaan, Kelulusan ) dan Peringkat

b. Waktu, Jam Pelajaran dan pola pengajaran


a. Rencana Pelaksanaan dan Jumlah jam pelajaran
b. Realisasi dan Jumlah jam pelajaran keseluruhan
c. Perubahan dan alasan jika ada
d. Pola pengajaran (Metode dan)

c. Instruktur
1. Waktu yang digunakan (Tepat waktu, lama penggunaan waktu)
2. Penguasaan materi (Hasil dari evaluasi Peserta dan Panitia)
3. Daftar Hadir ( Absensi selama pelatihan berlangsung )
4. Evaluasi (Apakah masih direkomendasikan untuk digunakan)

3. Kepanitiaan Atau Penyelenggara


A. Jumlah dan Nama panitia
B. Perlengkapan Peserta dan Panitia
C. Peralatan Kerja
D. Ucapan terima kasih (Plakat, sertifikat, barang sejenisnya)
E. Evaluasi kerja Panitia

3-10
4. Laporan Keuangan
a. Pemasukan
1) Dari peserta
2) Dari Sumbangan atau Sponsor
b. Pengeluaran
1) Untuk Peserta
2) Untuk Instruktur
3) Untuk Panitia
c. Sisa Anggaran dan perlengkapan

Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pelatihan angkatan


berikutnya ataupun dalam mengajukan program dan anggaran biaya
berikutnya. Laporan ini dapat juga digunakan sebagai dasar untuk
memutuskan tidak atau melanjutkan pola pelatihan dan menggunakan
penyelenggara yang sama apabila dilaksanakan oleh sebuah lembaga
independent atau dari luar perusahaan.

3.7 Simulasi
Simulasi merupakan metode pelatihan dengan menciptakan realita dalam kondisi yang
dikehendaki (tiruan realita). Meliputi 4 bentuk : model, latihan “inbasket”, permainan
bisnis dan pengajaran mikro, digunakan untuk pembelajaran keterampilan penerapan
teori melalui peragaan atau dengan menggunakan perlengkapan dan peralatan
sebenarnya.
Model-model simulasi dapat dilakukan dengan demonstrasi atau permainan peran.
a. Demonstrasi yaitu :
Berupa peragaan atau penggambaran suatu proses oleh instruktur
Akan lebih efektif bila tiap peserta berkesempatyan mencoba melakukan sendiri
setelah mengamati
Lebih sesuai untuk kelompok kecil dimana tiap peserta dapat mengamati dan
melakukan secara jelas dan tepat apa yang sedang berlangsung.
b. Permainan peran
Peserta memerankan suatu simulasi atau keajaiban, diikuti analisa dan evaluasi
oleh instruktur dan peserta lain.
Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengalami situasi hubungan antar
manusia, sepenuh jiwa dan perasaannya serta mencoba memberi tanggapan,
eaksi atau pemecahan.
Terutama baik untuk melatih kemampuan interaksi peserta dengan orang lain
yang diperlukan ditempat kerjanya nanti. Keterlibatan emosi sangat besar.

Sebagai konsekuensi dari metoda lagi simulasi adalah harus menyediakan


peralatan dan perlengkapan yang sebenarnya paling tidak alat peraga yang dapat
dioperasikan atau dipakai dalam kegiatan simulasi.
BAB 4
AUDIT PENERAPAN K3

4.1 Rencana Audit


Rencana audit dibuat meliputi seluruh kegiatan pelaksanaan audit dimulai rencana
persiapan, pelaksanaan hingga resume dan pelaporan, rencana audit ini harus dibuat
dan disampaikan ke auditee sebelum pelaksanaan audit dimulai, dengan maksud
mendapat persetujuan dari auditee akan diselenggarakan audit yang dimaksud.

Dokumen rencana audit berisi:


1. Jadwal audit.
2. Area yang hendak diaudit termasuk jabatan fungsi yang diaudiit dan penanggung
jawabnya.
3. Sistem dan dasar pelaksanaan audit mengacu ke standar yang dikehendaki sebagai
dasar pelaksanaan audit.
4. Elemen – elemen audit yang hendak dituju.

Dasar pedoman rencana audit ini tentunya harus mengacu ke standar yang ditentukan
berdasarkan persetujuan auditee. Standar dapat mengacu pada standar nasional
seperti Peraturan Menteri Tenaga Kerja No..05 /MEN /1996 tentang, SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, ataupun dapat
menggunakan standar internasional seperti standar Occupational Health and Safety
Asessment Series (OHSAS).

Sebagaimana dijelaskan diatas, dokumen rencana audit ini harus disampaikan dan
dimintakan pengesahan dari auditee sebagai dasar pelaksanaan audit selanjutnya,
sebelum audit dilaksanakan.

4.2 Tahapan Kegiatan Audit


Umumnya kegiatan audit dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan / perencanaan audit.
2. Tahap pelaksanaan audit.
3. Tahap pelaporan hasil audit.

4-1
4.2.1 Persiapan audit
a. Auditor menyampaikan jadwal audit kepada auditee secara tertulis :
1) Waktu direncanakan pelaksanaan audit.
2) Objek/divisi/unit kerja yang akan di audit.
3) Materi audit/klausul yang relevan.
4) Nama-nama lead auditor & auditor yang bertugas.
5) Bahasa audit yang dipakai.
6) Akomodasi yang diperlukan Tim Auditor selama kegiatan audit.
7) Lembar konfirmasi kepada auditee atas usulan/ rencana audit.

b. Contoh rencana Audit.


1) Lingkup sasaran audit.
2) Komposisi auditor.
3) Standar/acuan.
4) Dokumen kerja.
Check list
Formulir NCR

4.2.2 Pelaksanaan Audit


Pelaksanaan Audit terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut:
a. Rapat pembukaan/ opening meeting.
b. Proses audit dokumentasi sistem manajemen K3.
c. Proses audit compliance di tempat kegiatan.
d. Rapat penutupan.

a. Rapat pembukaan
Hal-hal yang harus mendapat perhatian dalam melakukan Opening Meeting
adalah:
- Lead auditor membuka rapat dengan kata pengantar dan dilanjutkan
pembukaan oleh auditee.
- Lead auditor memperkenalkan nama-nama tim auditor yang bertugas dan
sebaliknya auditee memperkenalkan para peserta rapat.
- Lead auditor menyampaikan lingkup dan sasaran audit, jadwal audit serta
metode audit yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mengklarifikasi apakah
usulan Lead Auditor masih dapat dilaksanakan sebagai kegiatan Audit.
- Lead auditor menyampaikan jaminan atas kerahasiaan data yang dimiliki
Auditee.

4-2
- Meminta kepada para Auditee untuk “terbuka” dan membuang jauh-jauh
rasa ”TAKUT” selama proses audit.
- Menghimbau kepada manajemen tingkat atas untuk menjamin
“kebebasan” setiap staf yang berstatus Auditee untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari Auditor.

b. Audit dokumen / Adequacy Audit


Audit dokumen ini dilaksanakan dengan suatu tujuan untuk melihat apakah
organisasi tersebut telah memiliki sistem manajemen K3 yang
terdokumentasi dalam bentuk Manual-prosedur dan institusi-institusi kerja.
Apakah dalam pembuatannya (Manual-prosedur dan instruksi kerja
tersebut) telah sesuai dan mencukupi dengan ketentuan-ketentuan dalam
standard.
Di dalam hal minimum kebutuhan dokumen sistem manajemen K3 telah
dicukupi oleh organisasi, maka proses audit dapat dilanjutkan dan dalam hal
kebutuhan minimum belum tercukupi maka Lead Auditor akan
menyampaikan usulan penundaan jadwal Audit sampai terpenuhinya
prosedur-prosedur/dokumen sistem manajemen K3 yang dibutuhkan.

c. Audit Kesesuaian / Complience Audit


Sebagai kelanjutan dari kegiatan audit dokumentasi maka audit kesesuaian
ini dimaksudkan untuk melihat apakah semua ketentuan-ketentuan yang
telah dituliskan dan dirumuskan dalam dokumen sistem manajemen K3
telah sesuai dengan pelaksanaan/kegiatan di setiap unit kerja.
Metode.teknik yang paling efektif dalam pelaksanaan compliance audit
adalah melalui “Teknik Interview”.
Untuk menjamin bahwa semua elemen/sub sistem telah di audit, maka
auditor menggunakan check list audit sebagai salah satu alat bantunya.

Alur pertanyaan auditor Interview kepada jajaran Manajemen pada


umumnya berkisar pada hal-hal sebagai berikut:
1. Tugas dan tanggung jawab Manajemen :
a) Penjelasan / jawaban-jawaban manajemen dibandingkan dengan
responsibility dalam manual K3.
b) Menilai kecukupan komitmen.
2. Peran tiap unit kerja apakah sesuai dengan rencana :
a) Meninjau tingkat pencapaian terhadap sasaran K3 yang ditetapkan
pada unit kerja tersebut.
b) Melihat tindak lanjut atas masalah-masalah yang pernah terjadi
sebelumnya.
3. Tindakan atas ketidak sesuaian yang terjadi :
a) Tanggapan apakah cukup memadai (dari sisi waktu dan materi).
b) Apakah tindakan koreksi cukup efektif.
4. Tugas dan tanggung jawab manajemen
5. Prosedur-prosedur terdokumentasi

d. Rapat Penutupan Audit


Lead auditor berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan penutupan Audit.
Hadir dalam kegiatan tersebut adalah Tim Auditor lengkap beserta Top
Manajemen dan penanggung jawab dari setiap unit kerja yang di audit
(auditee). Di dalam kesempatan ini Lead Auditor akan menyajikan dan
membacakan hasil Audit (satu persatu) sampai Auditee memahami benar
hasil Audit yang di catat dalam NCR Form tersebut.
Lead Auditor meminta kepada Auditee untuk menyampaikan rencana
tindakan koreksi atas “temuan” hasil Audit tersebut sampai pada batasan
waktu yang disepakati.

Pada proses Audit sampai dengan proses penutupan Audit tidak disarankan
kepada “Tim Auditor” untuk memberikan “solusi” kepada Auditee.

Dibawah ini adalah salah satu contoh dalam melaksanakan Rapat


penutupan Audit:
1. Lead Auditor mengucapkan terima kasih atas keterbukaan dan
kelancaran dalam pelaksanaan Audit (Lead Auditor menyampaikan
kesan selama proses audit).
2. Temuan Audit tidak dapat mewakili kondisi sepenuhnya, karena hasil
audit hanya bersifat sample saja.
3. Membatasi tanggung jawab dan melaksanakannya setelah pembacaan
“temuan” Audit.
4. Lead Auditor menyatakan bahwa tindakan koreksi harus dilakukan oleh
setiap penanggung jawab proses pada unit kerja terkait dengan target
waktu yang jelas.
5. Memberikan kesempatan kepada yang hadir untuk bertanya atas hal-hal
yang terkait dengan pelaksanaan audit.
6. Menutup rapat.

4.2.3 Pelaporan Hasil Audit


Pelaporan hasil audit termasuk membuat statistik akan diuraikan pada butir
selanjutnya.

4.3 Elemen Audit


4.3.1 Pedoman Teknis Audit Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja

Dalam melaksanakan audit K3, berpedoman kepada pedoman teknis audit


Sistem Manajemen K3 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
PER.05/MEN/1996 berserta lampirannya.

1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen


a. Kebijaksanaan Keselamatan dan kesehatan Kerja
1) adanya kebijaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang
tertulis, bertanggal dan secara jelas menyatakan tujuan-tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja dan komitmen perusahaan dalam
memperbaiki kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Kebijakan yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus.
3) Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah
melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja.
4) Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor,
pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang tepat.
5) apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk masalah
keselamatan dan kesehatan kerja yang bersifat khusus.
6) Kebujakan keselamatan dan kesehatan kerja dan kebijakan khusus
lainnya ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut mencerminkan dengan perubahan yang terjadi
dalam peraturan perundangan.
b. Tanggung jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
1) Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan
melaporkan kepada semua personil yang terkait dalam perusahaan
yang telah ditetapkan harus disebarluaskan dan didokumentasikan.
2) Penunjukan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja harus
sesuai peraturan perundangan.
3) Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada unit kerjanya.
4) Perusahaan mendapatkan saran-saran dari ahli bidang keselamatan
dan kesehatan kerja yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
5) Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat
mendapatkan latihan dan diberi tanda pengenal agar diketahui oleh
seluruh orang yang ada di perusahaan.
6) Kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan dalam laporan
tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat.
7) Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka
terhadap tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat
kerja.
8) Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan informasi
terbaru mengenai peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan
kerja telah ditetapkan.
9) Pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan.

c. Tinjauan Ulang dan Evaluasi


1) Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan Sistem manajemen K3
secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas Sistem
Manajemen K3.
2) apabila memungkinkan, hasil tinjauan ulang dimasukkan ke dalam
perencanaan tindakan manajemen.
3) Hasil peninjauan ulang dicatat dan didokumentasikan.

d. Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja


1) Keterlibatan tenaga kerja dan penjadwalan konsultasi dengan wakil
perusahaan yang ditunjuk didokumentasikan.
2) Dibuat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-
perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
3) Dibuat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-
perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
4) Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak.
5) Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan perundangan.
6) P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan
prosedur untuk mengendalikan resiko.
7) P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya
disebarluaskan di tempat kerja.
8) P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan
perundangan yang berlaku.
9) Apabila diperlukan, dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih wakil-
wakil kerja yang ditujuk sebagai penanggung jawab atas keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan
pelatihan yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
10) Apabila kelompok-kelompok kerja telah terbentuk, maka tenaga kerja
diberi informasi struktur kelompok kerja tersebut.

2. Strategi Pendokumentasian
a. Perencanaan Rencana Strategi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai
potensial bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkaitan dengan operasi.
2) Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan
telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi
bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.
3) Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses proyek atau
tempat kerja tertentu telah dibuat.
4) Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan
keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya.
5) Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja perusahaan yang dapat diukur, menetapkan prioritas dan
menyediakan sumber daya.
b. Manual Sistem Manajemen K3
1) Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana
dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja serta menentukan
tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja untuk semua
tingkat dalam perusahaan.
2) Apabila diperlukan manual khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, atau tempat kerja tertentu telah dibuat.
3) Apabila diperlukan manual khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, atau tempat kerja tertentu telah dibuat.

c. Penyebar-luasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1) Informasi tentang kejadian dan masalah keselamatan dan kesehatan
kerja disebarkan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja
perusahaan.
2) Catatan-catatan informasi kesehatan dan keselamatan kerja
dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja dan orang lain
yang dating ke tempat kerja.

3. Peninjauan Ulang Perancangan (Desain) dan Kontrak


a. Pengendalian Perancangan
1) Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko yang dilakukan pada tahap melakukan
perancangan atau perancangan ulang.
2) Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk,
pengoperasian sarana produksi yang aman disusun selama tahap
perancangan.
3) Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk melakukan verifkasi
bahwa perancangan memenuhi persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja yang ditetapkan.
4) Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai
implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau ulang dan disetujui oleh
petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan.

b. Peninjauan Ulang Kontrak


1) Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi dan
menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja,
lingkungan dan masyarakat, dimna prosedur tersebut digunakan
pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak.
2) Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap
tinjauan ulang kontrak oleh personel yang berkompeten.
3) Kontrak-kontrak ditijau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat
memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
pelanggan.
4) Catatan ditinjau ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan.

4. Pengendalian Dokumen
a. Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen
1) Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai identifikasi
status, wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal modifikasi.
2) Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.
3) Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi terbaru disimpan
secara sistematis di tempat yang ditentukan.
4) Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunanya sedangkan
dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda
khusus.

b. Perubahan dan Modifikasi Dokumen


1) Terdapat sistem untuk membuat dan menyutujui perubahan
terhadap dokumen keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Apabila memungkinkan diberikan alasan terjadinya perubahan dan
tertera dalam dokumen atau lampirannya.
3) Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh
dokumen yang mencantumkan status dari setiap dokumen tersebut,
dalam upaya mencegah penggunaan dokumen yang usang.

5. Pembelian
a. Spesifikasi dari Pembelian Barang dan Jasa
1) Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin
bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yangrelevan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum
keputusan untuk membeli.
2) Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau
jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan
peraturan dan perundangan dan standar keselamatan dan
kesehatan kerja yang berlaku.
3) Konsultan dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada
saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan
keselamatan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi
pembelian.
4) Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan
terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan sebelum pembelian,
serta ditinjau ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana dan
bahan kimia.

b. Sistem verifikasi Untuk Barang dan Jasa Yang Dibeli


1) Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan
spesifikasi pembelian.

c. Kontrol Barang dan Jasa yang Dipasok Pelanggan


1) Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan
terlebih dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan nilai risikonya.
Catatan tersebut dipelihara untuk memeriksa prosedur ini.
2) Produk yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan
dengan jelas.

6. Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3


a. Sistem Kerja
1) Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang
potensial dan telah menilai risiko-risko yang timbul dari suatu proses
kerja.
2) Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut
ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
3) Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan
diterapkan suatu sistem “Ijin Kerja” untuk tugas-tugas beresiko
tinggi.
4) Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh
resiko yang teridentifikasi didokumentasikan.
5) Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan
diperhatikan pelaksanaan diperhatikan pada saat mengembangkan
atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja.

4-10
6) Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang
berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang diisyaratkan
untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang
ditunjuk.
7) Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
8) Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
9) Upaya pengendalian resiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan
pada proses kerja.

b. Pengawasan
1) Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan
dilaksanana dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan
petunjuk kerja yang telah ditentukan.
2) Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka
dan tingkat resiko tugas.
3) Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya
pengendalian.
4) Pengawas diikut sertakan dalam pelaporan dan penyelidikan
penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan
laporan dan saran-saran kepada pengurus.
5) Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi.

c. Seleksi dan Pemantauan Personil


1) Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan,
diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi dan penempatan tenaga
kerja.
2) Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan
tingkat ketrampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja.

d. Lingkungan kerja
1) Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui
daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.
2) Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin
masuk.
3) Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia ditempat kerja sesuai
dengan standar dan pedoman teknis.
4) Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus
dipasang sesuai dengan standard an pedoman teknis.

e. Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi


1) Penjadualan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta
peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan
yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman
teknis.
2) Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan
pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan
yang dilakukanatas sarana produksi harus disimpan dan dipelihara.
3) Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih
berlaku.
4) Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan oleh
personel yang berkompeten.
5) Apabila memungkinkan,sarana produksi yang akan diubah harus
sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku.
6) Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup
ketentuan mengenai peralatan-peralatan dengan kondisi
keselamatan yang kurang baik dan perlu segera diperbaiki.
7) Terdapat sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi
jika digunakan atau yang sudah tidak digunakan lagi.
8) Apabila diperlukan, dilakukan sistem penguncian pengoperasian
(Lock out sistem) untuk mencegah agar sarana produksi tidak
dihidupkan sebelum saatnya.
9) Prosedur penandaan status untuk menjamin bahwa peralatan
produksi dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan.

f. Pelayanan
1) Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang
tunduk pada standard dan undang-undang keselamatan dan
kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin
bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.
2) Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan
pelayanan tunduk pada standard dan undang-undang keselamatan
dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin
bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.

g. Kesiapan untuk menangani keadaan Darurat


1) Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja)
telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah
didokumentasikan.
2) Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh
petugas yang berkompeten.
3) Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur
keadaan darurat yang sesuai dengan resiko.
4) Petugas penanganan darurat diberi pelatihan khusus.
5) Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat
diperlihatkan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh
tenaga kerja Perusahaan.
6) Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan
dipelihara secara berkala.
7) Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat
keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten.

h. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


1) Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan menjamin bahwa
setiap PPPK yang ada memenuhi standar dan pedoman teknis yang
berlaku.
2) Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan
perundangan.

7. Standar Pemantauan
a. Pemeriksaan Bahaya
1) Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
2) Inspeksi dilakukan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga
kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi
bahaya.
3) Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas
ditempat kerja diperiksa.
4) Daftar periksa (chek list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi.
5) Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai
dengan kebutuhan.
6) Tindakan korektif dipantau untuk menentukan effektifitasnya.

b. Pemantauan Lingkungan Kerja


1) Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan
hasilnya dicatat dan dipelihara.
2) Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis,
radiasi dan psikologis.

c. Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian


1) Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi,
kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan,
ukur dan uji mengenahi kesehatan dan keselamatan.
2) Alat dipelihara dan dikalibrasikan oleh petugas yang berkompeten.

d. Pemantauan Kesehatan
1) Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja
yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus
dipantau.
2) Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan dimana pemeriksaan
kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk
membantu pemeriksaan ini.
3) Pemeriksaan telah mengidentifikasi keadaan dimana pemeriksaan
kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk
membantu pemeriksaan ini.
4) Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai
peraturan perundangan.
5) Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan
peraturan perundangan.

8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan


a. Pelaporan Keadaan Darurat
1) Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil
perlu diberi tahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pelaporan Insiden
1) Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua
kecelakaan dan penyakit kerja serta insiden di tempat kerja
dilaporkan.
2) Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundangan.

c. Penyelidikan Kecelakaan Kerja


1) Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang dilaporkan.
2) Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh
petugas atau ahli K3 yang telah dilatih.
3) Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu
pelaksanaan usaha perbaikan.
4) Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk
melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan
penyelidikan.
5) Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat
terjadi kecelakaan.
6) Efektivitas tindakan perbaikan dipantau.

d. Penanganan masalah
1) Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan
kesehatan kerja yang timbul dan sesuai dengan perauran
perundangan.
2) Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan
masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi
kemajuan penyelesaiannya.

9. Pengelolaan material dan Perpindahannya


a. Penanganan Secara manual dan Mekanis
1) Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan
menilai resiko yang berhubungan dengan penanganan secara
manual dan mekanis.
2) Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang
berkompeten.
3) Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang
berkompeten.
4) Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan
terhadap kerusakan, tumpahan dan kebocoran.

b. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan


1) Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan yang disimpan dan
dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
2) Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian
bahan yang dapat rusak atau kadaluarsa.
3) Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara
yang aman sesuai dengan peraturan perundangan.

c. Bahan-bahan Berbahaya
1) Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpangan,
penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis.
2) Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang aman
sesuai dengan peraturan perundangan.
3) Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label pada bahan-
bahan berbahaya.
4) Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.
5) Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.
6) Petugas yang menangani bahan-bahan yang berbahaya diberi pelatihan
mengenai cara penanganan yang aman.

10. Pengumpulan dan Penggunaan Data


a. Catatan keselamatan dan kesehatan kerja
1) Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengarsipkan memelihara dan menyimpan catatan
kesehatan dan keselamatan kerja.
2) Petugas yang menangani bahan-bahan yang berbahaya diberi pelatihan
mengenai cara penanganan yang aman.
3) Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga
kerahasiaan catatan.
4) Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara.
5) Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan rehabilitasi kesehatan
dipelihara.

b. Data dan Laporan Kesehatan dan Kesehatan Kerja


1) Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru dikumpulkan dan
dianalisa.
2) Laporan rutin keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan disebar-
luaskan ke dalam perusahaan.

11. Audit Sistem Manajemen K3


a. Audit Internal Sistem Manajemen K3
1) Audit sistem manajemen K3 yang terjadwal dilaksanakan untuk
memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan
apakah kegiatan tersebut efektif.
2) Audit internal sistem manajemen K3 dilakukan oleh petugas yang
berkompeten dan independent di perusahaan.
3) Laporan audit di distribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang
berkepentingan.
4) Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau
untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan.

12. Perkembangan Keterampilan dan Kemampuan


a. Strategi Pelatihan.
1) Analisa kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja telah dilaksanakan.
2) Rencana pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja telah disusun bagi
semua tingkat dalam perusahaan.
3) Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemampuan dan
latar belakang pendidikan.
4) Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut
peraturan perundangan yang berlaku.
5) Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan
pelatihan yang efektif.
6) Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh
pelatihan.
7) Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin
peningkatan secara berkelanjutan.
8) Program pelatihan ditinjau secara teratur untuk menjamin agar tetap
relevan dan efektif.

b. Pelatihan bagi Manajemen dan Supervisor


1) Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam
pelaihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan
prinsip-prinsip serta pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran
dan tanggung jawab mereka.

c. Pelatihan Bagi Tenaga Kerja


1) Pelatihan diberikan kepada semua tenaga krrja termasuk tenaga kerja
baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya
secara aman.
2) Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja apabila ditempat
kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses.
3) Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua
tenaga kerja.

d. Pelatihan Untuk Pengenalan Bagi Pengunjung dan Kontraktor


1) Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja
dengan memasukkan materi, kebijakan dan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja.
2) Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan
briefing kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja.

e. Pelatihan Keahlian Khusus


1) Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap
persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan
perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan
pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan.
4.4 Laporan Audit dan Statistik
4.4.1 Laporan Audit
Segera setelah selesai pelaksanaan audit maka Lead auditor berkewajiban
untuk membuat Laporan audit yang dapat memenuhi dari segi ketepatan waktu
dan kelengkapan laporannya.
Laporan audit harus telah diperiksa oleh Lead Auditor sebelum didistribusikan
kepada Auditee.
Isi laporan audit minimal memuat hal-hal antara lain:

1. Tanggal dilaksanakannya audit.


2. Tim Auditor dan Auditee.
3. Hasil observasi dan catatan ketidaksesuaian.
4. Ringkasan-ringkasan dari kelemahan dan keunggulan yang ada pada
sistem di Organisasi.
5. Jadwal tindakan koreksi dan penanggung jawabnya.
6. Daftar distribusi laporan.
Setelah Laporan Audit disampaikan oleh Lead Auditor kepada Auditee berarti
proses audit dapat dikatakan selesai untuk selanjutnya ditinjau ulang pada
kegiatan audit berikutnya.

4.4.2 Statistik
Dari setiap hasil temuan audit diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Manajemen
sebagai salah satu cara untuk memelihara sistem K3 didalam organisasi
tersebut.
Sekaligus dapat dipakai sebagai sarana pengukuran atas unjuk kerja yang telah
dicapai oleh unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan.
Dan pada akhirnya diharapkan adanya proses perbaikan berkelanjutan yang
mampu ditunjukkan oleh organisasi.
Salah satu metoda yang tepat untuk menyajikan data dalam rangka melakukan
tindakan-tindakan perbaikan berkelanjutan adalah dipakainya teknik statistik
dalam proses pengelolaan sistem manajemen K3 di Organisasi.
Teknik statistik yang akan dipakai disarankan untuk disesuaikan dengan sifat
pekerjaan atau kompleksitas proses kerja yang ada pada setiap unit
kerja/organisasi.
4.4.3 Formulir Laporan

Lampiran III : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA


Nomor : PER. 05/MEN/1996
Tanggal : 12 desember 1996

FORMULIR LAPORAN AUDIT LAPORAN

AUDIT SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TINGKAT PENCAPAIAN : <AWAL/TRANSISI/LANJUTAN>


Nomor : <No.Laporan>

<NAMA PERUSAHAAN YANG DI AUDIT>


<LOKASI>

<NAMA BADAN AUDIT>

DISTRIBUSI LAPORAN:

1. <NAMA PERUSAHAAN YANG DIAUDIT>


2. <DEPARTEMEN TENAGA KERJA>
3. <NAMA BADAN AUDIT>

No. Halaman
Laporan <No. laporan> LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
SISTEM
MANAJEMEN
KELELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA

<NAMA
PERUSAHAAN>

Tgl. <Tanggal <No. Audit>


laporan Laporan> <No. Distribusi>
No.
Pekerjaan <No. Pekerjaan> Auditor Koordinator

4-20
1. PERUSAHAAN YANG DIAUDIT

2. PELAKSANAAN AUDIT
Tanggal :
Tempat :

3. TUJUAN AUDIT

4. LINGKUP AUDIT

5. TIM AUDITOR
Team auditor (NAMA BADAN AUDIT) terdiri dari :
1. <NAMA>, Ketua
2. <NAMA>, Anggota

6. WAKIL PERUSAHAAN YANG DIAUDIT


1. <NAMA>, <JABATAN>
No. Halaman
Laporan <No. laporan> LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
SISTEM
MANAJEMEN
KELELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA

<NAMA
PERUSAHAAN>

Tgl. <Tanggal Audit ke : <No. Audit>


laporan Laporan> Distribusi <No. Distribusi>
No. RINGKASAN
Pekerjaan <No. Pekerjaan> Auditor Koordinator
7. DAFTAR TEMUAN KETIDAKSESUAIAN

No. Kriteria Kriteria Bukti Objektif Kategori

8. KESIMPULAN UMUM

9. TINDAK LANJUT

10. HASIL AUDIT

No. Halaman
Laporan <No. LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
laporan> SISTEM
MANAJEMEN
Tgl. <Tanggal KELELAMATAN Audit ke : <No. Audit>
laporan DAN KESEHATAN KERJA Distribusi <No. Distribusi>
Laporan>
<NAMA
PERUSAHAAN>

No.
Pekerjaan <No. RINGKASAN Auditor Koordinator
Pekerjaan>

1. GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA


2. STRUKTUR ORGANISASI K3 TEMPAT KERJA

3. JADUAL AUDIT

NO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN PERHUBUNGAN

1 PERTEMUAN AWAL

2 PELAKSANAAN AUDIT

3 PERTEMUAN AKHIR

4. JADUAL AUDIT

No. Halaman
Laporan <No. LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
laporan> SISTEM
MANAJEMEN
Tgl. <Tanggal KELELAMATAN Audit ke : <No. Audit>
laporan DAN KESEHATAN KERJA Distribusi <No. Distribusi>
Laporan>
<NAMA
PERUSAHAAN>

No.
Pekerjaan <No. LAPORAN UTAMA Auditor Koordinator
Pekerjaan>
5. DAFTAR KRITERIA AUDIT DAN PEMENUHANNYA

NO NO. KRITERIA KRITERIA PEMENUHANNYA

SESUAI TIDAK SESUAI

MAYOR MINOR

6. URAIAN KETIDAK SESUAIAN

7. LAPORAN PERTEMUAN

DITETAPKAN DI : J A K A R T A
PADA TANGGAL : 12 Desember 1996

MENTERI TENAGA KERJA R.I


Lampiran IV : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
Nomor : PER. 05/MEN/1996
Tanggal : 12 desember 1996

KETENTUAN PENILAIAN HASIL AUDIT SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Tingkat penerapan Sistem Manajemen K3 dibagi menjadi tiga tingkatan:


a. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkatan resiko rendah harus
menerapkan sebayak 64 kriteria.
b. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkatan resiko sedang harus
menerapkan sebanyak 122 kriteria.
c. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkatan resiko besar harus
menerapkan sebayak 166 kriteria.

Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 di tempat kerja diukur sebagai berikut:


a. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% dan pelanggaran peraturn
perundangan dikenai tindakan hukum.
b. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% diberikan sertifikat dan bedera perak.
c. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel 1 dan 2 di bawah ini:

Tabel - 1

Kecil, 64 kriteria Sedang, 122 kriteria Besar, 166 kriteria


0-59% tindakan hukum tindakan hukum tindakan hukum

60-84% sertifikat dan sertifikat dan sertifikat dan


bedera perak. bedera perak. bedera perak.

85-100% sertifikat dan sertifikat dan sertifikat dan


bendera emas. bendera emas. bendera emas.
Tabel – 2
Pembagian Kriteria Tiap Tingkat Pencapaian Penerapan
Sistem Manajemen K3

TINGKAT
NO ELEMEN TINGKAT AWAL TINGKAT TRANSISI LANJUTAN
(Seluruh tingkat awal & ( Seluruh
transisi) tingkat awal &
transisi)
1 Pembangunan dan 1.1.1,1.2.2,1.2.4,1.2.5,1.3.3, 1.1.3,1.1.5,1.2.1,1.2.7, 1.1.2,1.1.4,1.1.6,
pemeliharaan 1.4.1,1.4.3,1.4.4,1.4.5,1.4.6, 1.2.8,1.2.9,1.4.2,1.4.9, 1.2.3,1.2.6,1.3.1,
komitmen 1.4.7,1.4.8 1.4.10 1.3.2
2 Strategi 2.3.1 2.1.1,2.1.2,2.2.1 2.1.3,2.1.4,2.1.5
pendokumentasian ,2.2.2,2.2.3,2.3.2
3 Peninjauan ulang 3.1.1,3.1.2,3.1.3,3.2.1, 3.1.4,3.2.3,3.2.4
desain dan kontrak 3.2.2
4 Pengendalian 4.1.1,4.1.2,4.2.1 4.1.3,4.1.4,4.2.2,
dokumen 4.2.3
5 pembelian 5.1.1,5.2.1 5.1.2,5.1.3 5.1.4,5.3.1,5.3.2
6 Keamanan bekerja 6.1.1,6.1.2,6.1.3, 6.1.5,6.1.7, 6.1.4,6.1.6,6.2.2,6.2.3,6.2.4, 6.1.9,6.7.4
berdasarkan 6.1.8,6.2.1.,6.3.2,6.4.1,6.4.2, 6.2.5,6.3.1,6.5.1,6.5.5,6.5.9,
sistem manajemen 6.4.3,6.4.4,6.5.2,6.5.3,6.5.4, 6.6.1,6.6.2,6.7.2,6.7.6,6.7.7
k3 6.5.6,6.5.7,6.5.8,6.7.1,6.7.3,
6.7.5,6.8.1,6.8.2
7 Standar 7.1.1,7.2.1,7.2.2,7.4.3,7.4.4, 7.1.2,7.1.3,7.1.4,7.4.1,7.4.2 7.1.5,7.1.6,7.3.1,
pemantauan 7.4.5 7.3.2
8 Pelaporan dan 8.1.1,8.2.2,8.3.1,8.4.1,8.4.2 8.2.1,8.3.2,8.3.5 8.3.3,8.3.4,8.3.6
perbaikan
9 Pengelolaan 9.1.1,9.1.2,9.2.1,9.2.3,9.3.1, 9.1.3,9.3.5,9.3.6 9.1.4,9.2.2.
material dan 9.3.2,9.3.3,9.3.4
perpindahannya
10 Pengumpulan dan 10.1.1,10.1.2 10.1.3,10.1.5,10.2.1 10.1.4,10.2.2
penggunaan data
11 Audit sistem 11.1.1,11.1.2,
manajemen k3 11.1.3,11.1.4
12 Pengembangan 12.2.1,12.2.2,12.3.1,12.4.1, 12.1.2,12.1.3,12.1.4,12.1.5, 12.1.1,12.1.7,
keterampilan dan 12.5.1 12.1.6,12.3.2,12.4.2 12.1.8,12.3.3
kemampuan

DITETAPKAN DI : J A K A R T A
PADA TANGGAL : 12 Desember 1996

MENTERI TENAGA KERJA R.I


RANGKUMAN

Bab 1 :
1. Sosialisasi dan audit penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan
salah satu aktivitas yang cukup penting untuk mendukung terwujudya cita-cita
perusahaan yang profesional untuk mencapai nihil kecelakaan.
2. Sosialisasi dan audit penerapan K3 seyogyanya dilakukan secara terus menerus dengan
penuh kesabaran dan disiplin sehingga ketentuan penerapanK3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) secara bertahap dan pasti dapat menyadarkan tenaga kerja maupun
perusahaan bahwa K3 penting dan bisa mendukung efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan konstruksi.

Bab 2 :
1. Kegiatan pelatihan tidak sekedar melaksanakan kursus target untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja, agar menjadi kompetensi dalam pelaksanaan tugas.

Bab 3 :
1. Penyelenggaraan pelatihan diharapkan dapat dikembangkan sehingga kegiatannya
dapat berlangsung secara berkesinambungan, bila perlu dibangun sistem pelatian yang
unsur-unsurnya sebagai mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dan dilompati.

Bab 4 :
1. Untuk mengetahui kepastian penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) perlu
dilakukan audit yaitu : upaya mengumpulkan informasi aktual melalui interaksi (inspeksi,
pemeriksaan, pengukuran dan sampai pada penarikan kesimpulan secara sistimatis,
objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas penggalian nilai, manfaat dan
dampaknya.
2. Kegiatan audit harus direncanakan secara matang yang terdiri dari jadwal audit, area
yang hendak diaudit, sistem dan pelaksanaan audit mengacu kepada standar dan
peraturan perundang-undangan.
3. Dalam melakukan elemen-elemen audit yang hendak dituju yang berpedoman kepada
pedoman teknis audit sistem manajemen K3 seperti diatur dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. : 05/MEN/1996.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 thn 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan
4. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi
6. PERMENAKER No.: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
7. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series
8. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999
9. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management Systems

Anda mungkin juga menyukai