PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Sistem pelatihan pada dasarnya merupakan usaha peningkatan kompetensi sumber daya
perusahaan untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan yang menyangkut
kekurangan pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku.
Sistem pelatihan merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari penyusunan kebutuhan
pelatihan (training need analysis), menentukan tujuan dan sasaran pelatihan (training
objectives), menyusun rencana pelatihan (training planning), mengembangkan materi
pelatihan (training materials development) dan melaksanakan pelatihan (training delivery)
sampai evaluasi dan umpan balik penyelenggara pelatihan.
Tentunya sistem ini dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang pada akhirnya
pelatihan tersebut harus dikelola dengan baik sehingga tujuan pelatihan dapat dicapai
dengan tepat dan efisien.
Dalam pembinaan K3 Konstruksi pelatihan ini menjadi sangat penting, baik untuk tenaga ahli
dan pelaksana K3 Konstruksi sendiri, maupun untuk tenaga kerja/ petugas yang terlibat
dalam pekerjaan konstruksi.
Setelah tenaga kerja terlatih diterjunkan ke tempat tugas untuk selanjutnya perlu dievaluasi
kinerjanya yang didalamnya termasuk evaluasi penerapan K3.
Evaluasi penerapan K3 dapat dilakukan melalui pengawasan, inspeksi dan auditing terhadap
penerapan K3 dalam pelaksanaan tugas.
Dimaklumi bahwa penyusunan modul ini banyak kekurangan, maka segala saran dan
masukan untuk penyempurnaan materi ini sangat diharapkan, sehingga dimasa mendatang
materi ini akan lebih sempurna lagi.
Penyusun
ii
LEMBAR TUJUAN
3
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :
1. Menjelaskan teknik sosialisasi melalui pelatihan.
2. Menerapkan metode pelaksanaan dan evaluasi pelatihan serta simulasi dilanjutkan
pembuatan laporan pelatihan
3. Melakukan inspeksi dan audit penerapan K3
DAFTAR ISI
5
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
vii
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
4.
Waktu Kegiatan: 4 jam pelajaran teori (1 jp = 45 menit)
8
B. PROSES PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan tujuan instruksional Mengikuti penjelasan TIU dan TIK OHT1
(TIU & TIK.). dengan tekun dan aktif.
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan-
dengan pertanyaan atau pertanyaan apabila kurang jelas.
pengalamannya dalam
menyelenggarakan pelatihan K3
Konstruksi. Waktu
: 10 menit
Waktu : 10 menit
Kesenjangan kompetensi
Kebutuhan pelatihan
Tujuan sasaran
Menjelaskan metode instruksional.
Menjelaskan media instruksional. Mengikuti penjelasan instruktur OHT3
Menjelaskan waktu yang dibutuh- dengan tekun dan aktif.
kan dibandingkan dengan waktu Mencatat hal-hal yang perlu.
yang tersedia. Mengajukan pertanyaan bila perlu.
Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.
Waktu : 30 menit
9
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
4. Penjelasan : Bab 3 Pelaksanaan
Pelatihan
Tujuan pelatihan
Tugas pelaksana pelatihan
Pemantau dan evaluasi
Pengendalian pelaksanaan
Penilaian proses pelatihan Mengikuti penjelasan instruktur OHT4
Pelaporan dengan tekun dan aktif.
Simulasi Mencatat hal-hal yang perlu.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
Waktu : 60 menit
Waktu : 40 menit
6. Penutup
Rangkuman pembahasan modul Peserta diberi kesempatan OHT6
Diskusi bertanya dan diskusi materi
Tanya jawab bahasan
Waktu : 30 menit
x
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3
MATERI SERAHAN
xi
Ahli K3 Konstruksi Manajemen Pelatihan
1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3
BAB 1
PENDAHULUAN
Bila langkah awal ini telah dapat ditetapkan, maka langkah selanjutnya harus
berpedoman kepada hasil analisis kebutuhan diklat tersebut, misalnya
1-1
menentukan tujuan pelatihan, menyusun rencana pelatihan, mengembangkan
materi pelatihan sampai kepada pelaksanaan pelatihan, diakhiri dengan evaluasi
dan pelaporan.
Dari berbagai penjelasan dan definisi berbagai jenis audit terdapat beberapa
esensi penting yang terkandung dalam pengertian audit sebagai berikut:
1. Audit adalah proses interaktip.
2. Audit adalah kegiatan sistematis.
3. Audit dilakukan dengan azas manfaat.
4. Audit dilakukan secara objektif.
5. Audit berpijak pada fakta dan kebenaran.
6. Audit melibatkan proses analisis/evaluasi/penilaian dan pengujian.
7. Audit bermuara pada pengambilan keputusan.
8. Audit dilaksanakan berdasarkan kriteria / standar.
9. Audit merupakan kegiatan berulang.
10. Audit menghasilkan laporan.
Audit pihak kedua (Second party audit): adalah audit yang ditujukan untuk
mengevaluasi kinerja sub-kontraktor atau supplier yang dilakukan oleh auditor
yang ditunjuk oleh kontraktor utama dan atau pemberi tugas.
Audit pihak ketiga (third party audit): adalah audit yang dilakukan oleh auditor
eksternal dan dilakukan berkaitan dengan persyaratan sertifikasi.
Jadi pihak pihak yang selalu terkait dalam proses audit adalah Auditor dan
Auditee sebagai pihak yang dijadikan obyek audit.
1-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3
BAB 2
SOSIALISASI K3 MELALUI PELATIHAN
2.1 Umum
Pelatihan bukan sekedar melaksanakan kursus target sekian realisasi sekian, selesai
dilaksanakan, kemudian hasilnya dilaporkan sebagai pertanggung jawaban. Hal ini
sering terjadi karena cita-cita pentingnya diselenggarakan pelatihan kurang dipahami
dan banyak orang masih „merasa“ dapat melakukan sudah langsung berani
melaksanakan tugas-tugas pelaksanaan pelatihan, dimana hasilnya secara kualitatif
(kualitas) sangat abstrak sulit sekali untuk diamati atau dibuktikan. Pola pikir seperti
tersebut di atas kiranya perlu segera diubah dan diarahkan sesuai cita-cita yang
sebenarnya atas pentingnya diselenggarakan pelatihan.
Pada dasarnya pelatihan diselenggarakan dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
Pertanyaan mendasar : kualitas SDM seperti apa yang dicita-citakan ????.
Kiranya perlu dijawab secara jelas, lugas dan terukur.
2-1
Untuk mengetahui rincian kompetensi tugas / pekerjaan suatu jabatan kerja tertentu
tertuang dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan analisis
jabatan dari masing-masing jabatan kerja.
Adanya kesenjangan kompetensi inilah mengungkapkan adanya kebutuhan pelatihan
yang harus dikelola dengan baik.
Yang dimaksud dengan kesenjangan kompetensi adalah kompetensi minimal yang
dipersyaratkan dalam bidang tugas tertentu dikurangi kompetensi yang ada (dimiliki)
pegawai atau tenaga kerja saat itu.
RKK
(CCD)
PEU
(MEF)
SIMD (TMIS)
PP (TD )
AKAD = Analisa Kesenjangan Kompetensi / Kebutuhan Akan Diklat (TNA = Training Needs
Analysis)
RKK = Rancangan Kurikulum dan Kursus (CCD = Curriculum and Course Design)
PMD = Pengembangan Materi Pelatihan (TMD = Training Materials Development)
PP = Pelaksanaan Pelatihan (TD = Training Delivery)
PEU = Pemantauan, Evaluasi, Umpan Balik (MEF = Monitoring, Evaluation and
Feed Back)
SIMD = Sistem Informasi Manajemen Diklat (TMIS = Training Management Information
System)
IMP = Inti Manajemen Pelatihan (TMC = Training Management Core)
2-2
Untuk menguraikan apa yang “SEHARUSNYA” dilakukan pada unsur-unsur siklus
sistem pelatihan perlu dikembangkan Pedoman-pedoman dan panduan Pelatihan
(Training Guidelines and Procedures).
Rencana tersebut meliputi perkiraan cuaca, keadaan jalan yang akan ditempuh,
perkiraan jarak dan waktu yang akan ditempuh, kendaraan dan peralatan yang akan
dibawa dan alternatif yang akan diambil jika rencana utama gagal.
Tujuan pelatihan adalah merubah peserta, dan secara umum dapat dikategorikan
sebagai pilihan apakah untuk :
a. Merubah Pola pikir
b. Merubah pola sikap
c. Merubah pola tingkah laku atau keterampilan
Yang dimaksud dengan merubah pola pikir peserta adalah suatu cara yang bisa saja
dilaksanakan lewat sarana seminar dan diskusi dengan pembicara-pembicara atau
narasumber yang memberikan ceramah umum dan tanya-jawab dengan peserta,
intinya adalah menjelaskan dan mengajak dan mudah-mudahan berhasil merubah cara
berpikir peserta sesuai dengan isi ceramah.
Dapat pula berarti merubah pola sikap peserta bahwa pelatihan K3 Konstruksi adalah
suatu cara yang bisa saja dilaksanakan lewat sarana diskusi dan kerja kelompok
dengan pembicara-pembicara atau narasumber yang memberikan contoh-contoh dan
termasuk mempengaruhi peserta agar sikap pribadinya akan berubah sesuai yang
dikehendaki materi latihan.
Dapat pula berarti merubah pola tingkah laku peserta bahwa pelatihan K3 Konstruksi
adalah suatu cara yang bisa saja dilaksanakan lewat sarana percontohan dan diskusi
atau dilengkapi masing-masing peserta melaksanakan tahap demi tahap kerja yang
ditentukan dalam materi dengan bimbingan narasumber, intinya adalah merubah cara
berpikir dan cara kerja peserta sesuai dengan isi latihan dengan hasil mampu
menjalankannya dengan gerakan anggota tubuh.
Contoh dibawah ini lebih menjelaskan kepada kita mana yang dimaksud hanya
merubah cara berpikir dan merubah sikap serta merubah tingkah-laku.
Tujuan yang dititik beratkan pada pengetahuan dapat berupa :
a. Mendaftar secara berurutan, langkah yang diambil dalam menggunakan safety belt–
alat pelindung diri
b. Menguraikan sedikitnya 5 (lima) jenis-jenis alat pelindung diri (APD)
c. Menjelaskan apa yang dimaksud P3K
Dengan memahami kebutuhan dan tujuan diklat akan memudahkan anda untuk
memasuki tahapan menentukan program pelatihan dan dan rencana pelajaran dengan
terarah.
Hal yang sama dilakukan dalam rencana pelatihan. Orang dikirim kepelatihan bukan
untuk bersenang-senang dilatih, harus bermutu. Kita harus merencanakan kegiatan
mana yang diperlukan untuk itu, dengan urutan yang mana kegiatan tersebut harus
berlangsung, siapa yang melaksanakannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan dan sumberdaya yang mana yang diperlukan dengan
dukungan dana berapa besar?.
Istilah rencana pelajaran dapat berupa satu pelajaran tunggal atau serial pelajaran
yang berkaitan dengan tujuan yang lebih besar. Setiap pelajaran mempunyai tujuan
tertentu yang membantu peserta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan tujuan pelatihan.
Dalam menentukan tujuan pelajaran dapat pula anada lakukan dengan mencoba
memahami atau membayangkan apa yang seharusnya terjadi atas pelaku atau
subyek peserta dan apa yang ada dan apa yang akan dilakukan terhadap obyek
atau alat yang digunakan serta bagaimana situasi dan keadaan yang semestinya
terjadi dan diharapkan selama pelajaran.
3. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Bila anda telah menentukan tujuan pelajaran secara umum, ingatlah bahwa
merumuskan adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Anda harus merumuskan
baik apakah anda bertujuan untuk merubah ketrampilan atau menambah
pengetahuan dengan tepat agar peserta nantinya dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
Gunakanlah kata kerja tindakan. Kata kerja tindakan : menyatakan kegiatan yang
dapat diamati atau dapat diukur, contoh kata kerja tindakan yang dapat digunakan
seperti :
Mendaftar
Mengatakan
Menjelaskan
Menggambarkan
Memilih
Memperagakan
Berikut ini (lihat lampiran) diberikan sebuah contoh tentang format rencana
pelajaran tentang Pelatihan mediator dan arbiter yang terdiri dari lembar :
Materi pelatihan
Biaya Instruktur
Identitas Instruktur
Simulasi Biaya dan Pendapatan
Check list kegiatan
Panduan ini disusun terbatas untuk model pelatihan kursus singkat formal dan dapat
digabung dengan model Widya Wisata (Study Tour) untuk melihat atau
membandingkan kenyataan dilapangan dengan teori yang diajarkan. Sedangkan
khusus untuk kualifikasi keterampilan ada kegiatan pembelajaran praktek lapangan.
2-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sosialisasi dan Audit Penerapan K3
BAB 3
PELAKSANAAN PELATIHAN DAN SIMULASI
Setelah mengetahui unsur utama dan unsur penunjang maka para pelaksana pelatihan
dapat mempersiapkan dengan cermat semua unsur tersebut di atas.
3-2
kelompok (+ untuk 3 atau 4 kelompok @ 10 orang) lengkap dengan
perlengkapannya.
- Bila instruktur merencanakan menggunakan OHP atau LCD apakah ada
sumber tenaga listrik di ruangan tersebut?
- Fasilitas pengeras suara dan lain-lain
Latihan atau kunjungan di Lapangan
- Kegiatan latihan di lapangan dimaksudkan agar peserta latihan lebih
memahami pelajaran teori yang diberikan di kelas, karenanya kunjungan ini
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
- Untuk menunjang tujuan kegiatan ini, instruktur / institusi Penyelenggara
Pelatihan menetapkan lokasi yang akan dikunjungi, setelah terlebih dahulu
dilakukan survai tentang kesuaiannya dengan mengutamakan sedang
berlangsungnya pekerjaan yang sesuai dengan jenis pelatihan di lokasi
tersebut.
- Lokasi kunjungan sebaiknya tidak terlalu jauh dari tempat pelatihan,
sehingga memudahkan pengaturan transportasi dan logistic.
- Hubungilah dan bicarakanlah dengan instansi terkait, tentang rencana dan
pelaksanaan kunjungan ini jauh sebelumnya (1-2 minggu).
- Penjelasan keadaan lapangan, khususnya mengenai prosedur dan teknik
pelaksanaan pekerjaan serta pengendalian mutu dan pengendalian
pekerjaan, sejauh mungkin dilakukan oleh petugas yang biasa menangani
pekerjaan tersebut. Para instruktur sejauh mungkin membantu kelancaran
pelaksanaannya.
- Persiapkanlah transportasi dan logisitk untuk menunjang pelaksanaan
kunjungan serta rencana jadwal kunjungan.
c. Undangan
Mengidentifikasi peserta yang tepat adalah sangat penting. Tidaklah berguna untuk
mengundang seseorang yang secara langsung tidak terlibat dalam topik yang akan
diberikan / dilatihkan.
Undangan kepada peserta beserta Panduan Pelatihan hendaknya sudah diterima 2
minggu sebelum dimulainya pelatihan. Hal ini memungkinkan mereka untuk
mempersiapkan diri dan dapat meninjau kembali program kerja mereka serta
mengatur apakah ada hal yang dapat didelegasikan kepada bawahannya / orang
lain selama mengikuti pelatihan.
Peserta dipilih oleh yang berwenang. Sebagai penyelenggara pelatihan anda
bertanggung jawab tentang pemanggilan peserta.
d. Jadwal Pelatihan
Untuk pelatihan ini, jadwal perlu dibuat dan dibagikan kepada peserta pada awal
pelatihan. Contoh jadwal ditunjukkan pada halaman terlampir (lampiran I). Apabila
sangat diperlukan beberapa kegiatan dapat dilakukan pada malam hari atau
menambah hari pelaksanaan.
Bila hari jum’at merupakan hari terakhir anda juga dapat membuat modifikasi pada
jadwal untuk memungkinkan sholat jum’at.
Penyusunan jadwal untuk pelatihan yang membutuhkan waktu kurang atau lebih dari 6
(enam) hari, diusahakan awal pelatihan atau pembukaan dijatuhkan pada hari bukan
„senen“ bisa hari Selasa dan seterusnya, hal ini perlu dipertimbangkan karena hari
Senen, biasanya terjadi akumulasi kesibukan sebagai awal pekan untuk kegiatan
seminggu kedepan. Selain itu apabila ada kekurangan dalam persiapan pelaksanaan
dapat diperbaiki dalam hari Senen. Tetapi apabila lama pelatihan adalah 6 (enam) hari,
seyogyanya awal pembukaan pelatihan dipilih hari Senen dengan maksud untuk
mencapai efisien tidak melintasi hari Minggu.
Dengan mempertimbangkan semua kegiatan yang harus dijadwalkan termasuk
pendaftaran, pembukaan, jam istirahat, penutupan dan lain-lain, maka akan muncul
adanya unsur luar yang sering membuat ketergantungan.
Ketergantungan ini harus diperhatikan dan betul-betul dikendalikan karena dapat
mengganggu proses pembelajaran yang tepat dan ketat, dimana dampaknya dapat
mengganggu nilai-nilai yang ingin ditanamkan, misalnya yang akan membuka datang
terlambat atau instruktur / fasilitatornya ada yang sibuk sehingga menunda acara tatap
muka. Cukup bijaksana apabila jadwal dapat dikendalikan secara ketat dan disiplin jam
per jam pelajaran, begitu akan terjadi kekosongan segera saja dicari alternatif untuk
mengisinya melalui pergeseran jadwal yang akan kosong diisi dengan acara yang
relevan dan menjaga pelaksanaan tetap terpenuhi sesuai waktu yang ditetapkan.
3.4.1 Jadwal Pelaksanaan Pelatihan
Contoh pembuatan jadwal sebagai berikut :
JADWAL PELAJARAN
Pelatihan : .................................................................
Hari
No. Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
Jam
1. 08.00 – 08.45
2. 08.45 – 09.30
3. 09.30 – 10.15
10.15 – 10.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
Kode Kode Kode Kode Kode Kode
4. 10.30 – 11.15
Modul Modul Modul Modul Modul Modul
5. 11.15 – 12.00
12.00 – 13.00 Mk. Mk. Mk. Mk. Mk. Mk.
Siang Siang Siang Siang Siang Siang
6. 13.00 – 13.45
7. 13.45 – 14.30
14.30 – 14.45 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
8. 14.45 – 15.30
9. 15.30 – 16.15
Acara Malam
1. 08.00 – 08.45
2. 08.45 – 09.30
3. 09.30 – 10.15
10.15 – 10.30 Istirahat Panitia
4. 10.30 – 11.15 Kode dan Nama Modul Nama Instruktur
5. 11.15 – 12.00
12.00 – 13.00 Makan Siang Panitia
6. 13.00 – 13.45
7. 13.45 – 14.30
14.30 – 14.45 Istirahat Panitia
8. 14.45 – 15.30
9. 15.30 – 16.15
10. Acara malam
Jika Tes diajukan berupa soal tertulis bukanlah berupa sesuatu yang bersifat
menjebak si penjawab karena tidak menggambarkan niat positip untuk
mengangkat penjawab menuju posisi yang lebih baik. Demikian pula soal yang
menyajikan pilihan jawaban pilihan, sebaiknya dalam kategori yang sejenis :
seperti contoh soal :
Pilih salah satu yang paling benar dari daftar Alat Pelindung kepala dalam
bekerja di konstruksi dibawah ini :
a. Helm kerja
b. Helm sepeda gunung
c. Topi Baja
d. Blangkon
Pilihan jawaban blankon adalah penyajian yang tidak bersifat positip dan
mendidik walaupun masih sama-sama berjenis topi, apalagi diganti dengan
payung.
Disamping tes berupa praktek, tes berupa tulisan terdiri dari pilihan : jawaban
obyektif-pilihan atau jawaban yang bersifat obyektif. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Hendaknya anda dapat menggabungkannya
dengan baik sesuai dengan waktu yang diberikan dan tujuan serta kesiapan
anda menyusun pertanyaan.
1. Abtraksi
Pembukaan dihadiri oleh dan dibuka oleh
Tempat Pelaksanaan dan Jam pelaksanaan
Penutupan dihadiri oleh dan ditutup oleh
Kesimpulan umum dan saran
2. Laporan Kegiatan
a. Peserta (Umur, pendidikan, pengalaman kerja)
a. Kondisi sebelum Kegiatan (hasil Pra test)
b. Kondisi setelah kegiatan (hasil Pas test)
c. Partisipasi peserta
d. Daftar Hadir
e. Sertifikat (Kepersertaan, Kelulusan ) dan Peringkat
c. Instruktur
1. Waktu yang digunakan (Tepat waktu, lama penggunaan waktu)
2. Penguasaan materi (Hasil dari evaluasi Peserta dan Panitia)
3. Daftar Hadir ( Absensi selama pelatihan berlangsung )
4. Evaluasi (Apakah masih direkomendasikan untuk digunakan)
3-10
4. Laporan Keuangan
a. Pemasukan
1) Dari peserta
2) Dari Sumbangan atau Sponsor
b. Pengeluaran
1) Untuk Peserta
2) Untuk Instruktur
3) Untuk Panitia
c. Sisa Anggaran dan perlengkapan
3.7 Simulasi
Simulasi merupakan metode pelatihan dengan menciptakan realita dalam kondisi yang
dikehendaki (tiruan realita). Meliputi 4 bentuk : model, latihan “inbasket”, permainan
bisnis dan pengajaran mikro, digunakan untuk pembelajaran keterampilan penerapan
teori melalui peragaan atau dengan menggunakan perlengkapan dan peralatan
sebenarnya.
Model-model simulasi dapat dilakukan dengan demonstrasi atau permainan peran.
a. Demonstrasi yaitu :
Berupa peragaan atau penggambaran suatu proses oleh instruktur
Akan lebih efektif bila tiap peserta berkesempatyan mencoba melakukan sendiri
setelah mengamati
Lebih sesuai untuk kelompok kecil dimana tiap peserta dapat mengamati dan
melakukan secara jelas dan tepat apa yang sedang berlangsung.
b. Permainan peran
Peserta memerankan suatu simulasi atau keajaiban, diikuti analisa dan evaluasi
oleh instruktur dan peserta lain.
Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengalami situasi hubungan antar
manusia, sepenuh jiwa dan perasaannya serta mencoba memberi tanggapan,
eaksi atau pemecahan.
Terutama baik untuk melatih kemampuan interaksi peserta dengan orang lain
yang diperlukan ditempat kerjanya nanti. Keterlibatan emosi sangat besar.
Dasar pedoman rencana audit ini tentunya harus mengacu ke standar yang ditentukan
berdasarkan persetujuan auditee. Standar dapat mengacu pada standar nasional
seperti Peraturan Menteri Tenaga Kerja No..05 /MEN /1996 tentang, SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, ataupun dapat
menggunakan standar internasional seperti standar Occupational Health and Safety
Asessment Series (OHSAS).
Sebagaimana dijelaskan diatas, dokumen rencana audit ini harus disampaikan dan
dimintakan pengesahan dari auditee sebagai dasar pelaksanaan audit selanjutnya,
sebelum audit dilaksanakan.
4-1
4.2.1 Persiapan audit
a. Auditor menyampaikan jadwal audit kepada auditee secara tertulis :
1) Waktu direncanakan pelaksanaan audit.
2) Objek/divisi/unit kerja yang akan di audit.
3) Materi audit/klausul yang relevan.
4) Nama-nama lead auditor & auditor yang bertugas.
5) Bahasa audit yang dipakai.
6) Akomodasi yang diperlukan Tim Auditor selama kegiatan audit.
7) Lembar konfirmasi kepada auditee atas usulan/ rencana audit.
a. Rapat pembukaan
Hal-hal yang harus mendapat perhatian dalam melakukan Opening Meeting
adalah:
- Lead auditor membuka rapat dengan kata pengantar dan dilanjutkan
pembukaan oleh auditee.
- Lead auditor memperkenalkan nama-nama tim auditor yang bertugas dan
sebaliknya auditee memperkenalkan para peserta rapat.
- Lead auditor menyampaikan lingkup dan sasaran audit, jadwal audit serta
metode audit yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mengklarifikasi apakah
usulan Lead Auditor masih dapat dilaksanakan sebagai kegiatan Audit.
- Lead auditor menyampaikan jaminan atas kerahasiaan data yang dimiliki
Auditee.
4-2
- Meminta kepada para Auditee untuk “terbuka” dan membuang jauh-jauh
rasa ”TAKUT” selama proses audit.
- Menghimbau kepada manajemen tingkat atas untuk menjamin
“kebebasan” setiap staf yang berstatus Auditee untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari Auditor.
Pada proses Audit sampai dengan proses penutupan Audit tidak disarankan
kepada “Tim Auditor” untuk memberikan “solusi” kepada Auditee.
2. Strategi Pendokumentasian
a. Perencanaan Rencana Strategi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai
potensial bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkaitan dengan operasi.
2) Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan
telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi
bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.
3) Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses proyek atau
tempat kerja tertentu telah dibuat.
4) Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan
keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya.
5) Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja perusahaan yang dapat diukur, menetapkan prioritas dan
menyediakan sumber daya.
b. Manual Sistem Manajemen K3
1) Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana
dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja serta menentukan
tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja untuk semua
tingkat dalam perusahaan.
2) Apabila diperlukan manual khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, atau tempat kerja tertentu telah dibuat.
3) Apabila diperlukan manual khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, atau tempat kerja tertentu telah dibuat.
4. Pengendalian Dokumen
a. Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen
1) Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai identifikasi
status, wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal modifikasi.
2) Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.
3) Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi terbaru disimpan
secara sistematis di tempat yang ditentukan.
4) Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunanya sedangkan
dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda
khusus.
5. Pembelian
a. Spesifikasi dari Pembelian Barang dan Jasa
1) Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin
bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yangrelevan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum
keputusan untuk membeli.
2) Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau
jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan
peraturan dan perundangan dan standar keselamatan dan
kesehatan kerja yang berlaku.
3) Konsultan dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada
saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan
keselamatan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi
pembelian.
4) Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan
terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan sebelum pembelian,
serta ditinjau ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana dan
bahan kimia.
4-10
6) Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang
berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang diisyaratkan
untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang
ditunjuk.
7) Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
8) Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
9) Upaya pengendalian resiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan
pada proses kerja.
b. Pengawasan
1) Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan
dilaksanana dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan
petunjuk kerja yang telah ditentukan.
2) Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka
dan tingkat resiko tugas.
3) Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya
pengendalian.
4) Pengawas diikut sertakan dalam pelaporan dan penyelidikan
penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan
laporan dan saran-saran kepada pengurus.
5) Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi.
d. Lingkungan kerja
1) Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui
daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.
2) Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin
masuk.
3) Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia ditempat kerja sesuai
dengan standar dan pedoman teknis.
4) Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus
dipasang sesuai dengan standard an pedoman teknis.
f. Pelayanan
1) Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang
tunduk pada standard dan undang-undang keselamatan dan
kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin
bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.
2) Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan
pelayanan tunduk pada standard dan undang-undang keselamatan
dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin
bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.
7. Standar Pemantauan
a. Pemeriksaan Bahaya
1) Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
2) Inspeksi dilakukan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga
kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi
bahaya.
3) Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas
ditempat kerja diperiksa.
4) Daftar periksa (chek list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi.
5) Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai
dengan kebutuhan.
6) Tindakan korektif dipantau untuk menentukan effektifitasnya.
d. Pemantauan Kesehatan
1) Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja
yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus
dipantau.
2) Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan dimana pemeriksaan
kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk
membantu pemeriksaan ini.
3) Pemeriksaan telah mengidentifikasi keadaan dimana pemeriksaan
kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk
membantu pemeriksaan ini.
4) Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai
peraturan perundangan.
5) Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan
peraturan perundangan.
d. Penanganan masalah
1) Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan
kesehatan kerja yang timbul dan sesuai dengan perauran
perundangan.
2) Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan
masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi
kemajuan penyelesaiannya.
c. Bahan-bahan Berbahaya
1) Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpangan,
penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis.
2) Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang aman
sesuai dengan peraturan perundangan.
3) Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label pada bahan-
bahan berbahaya.
4) Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.
5) Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.
6) Petugas yang menangani bahan-bahan yang berbahaya diberi pelatihan
mengenai cara penanganan yang aman.
4.4.2 Statistik
Dari setiap hasil temuan audit diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Manajemen
sebagai salah satu cara untuk memelihara sistem K3 didalam organisasi
tersebut.
Sekaligus dapat dipakai sebagai sarana pengukuran atas unjuk kerja yang telah
dicapai oleh unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan.
Dan pada akhirnya diharapkan adanya proses perbaikan berkelanjutan yang
mampu ditunjukkan oleh organisasi.
Salah satu metoda yang tepat untuk menyajikan data dalam rangka melakukan
tindakan-tindakan perbaikan berkelanjutan adalah dipakainya teknik statistik
dalam proses pengelolaan sistem manajemen K3 di Organisasi.
Teknik statistik yang akan dipakai disarankan untuk disesuaikan dengan sifat
pekerjaan atau kompleksitas proses kerja yang ada pada setiap unit
kerja/organisasi.
4.4.3 Formulir Laporan
DISTRIBUSI LAPORAN:
No. Halaman
Laporan <No. laporan> LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
SISTEM
MANAJEMEN
KELELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
<NAMA
PERUSAHAAN>
4-20
1. PERUSAHAAN YANG DIAUDIT
2. PELAKSANAAN AUDIT
Tanggal :
Tempat :
3. TUJUAN AUDIT
4. LINGKUP AUDIT
5. TIM AUDITOR
Team auditor (NAMA BADAN AUDIT) terdiri dari :
1. <NAMA>, Ketua
2. <NAMA>, Anggota
<NAMA
PERUSAHAAN>
8. KESIMPULAN UMUM
9. TINDAK LANJUT
No. Halaman
Laporan <No. LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
laporan> SISTEM
MANAJEMEN
Tgl. <Tanggal KELELAMATAN Audit ke : <No. Audit>
laporan DAN KESEHATAN KERJA Distribusi <No. Distribusi>
Laporan>
<NAMA
PERUSAHAAN>
No.
Pekerjaan <No. RINGKASAN Auditor Koordinator
Pekerjaan>
3. JADUAL AUDIT
1 PERTEMUAN AWAL
2 PELAKSANAAN AUDIT
3 PERTEMUAN AKHIR
4. JADUAL AUDIT
No. Halaman
Laporan <No. LAPORAN AUDIT <No. Halaman>
laporan> SISTEM
MANAJEMEN
Tgl. <Tanggal KELELAMATAN Audit ke : <No. Audit>
laporan DAN KESEHATAN KERJA Distribusi <No. Distribusi>
Laporan>
<NAMA
PERUSAHAAN>
No.
Pekerjaan <No. LAPORAN UTAMA Auditor Koordinator
Pekerjaan>
5. DAFTAR KRITERIA AUDIT DAN PEMENUHANNYA
MAYOR MINOR
7. LAPORAN PERTEMUAN
DITETAPKAN DI : J A K A R T A
PADA TANGGAL : 12 Desember 1996
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel 1 dan 2 di bawah ini:
Tabel - 1
TINGKAT
NO ELEMEN TINGKAT AWAL TINGKAT TRANSISI LANJUTAN
(Seluruh tingkat awal & ( Seluruh
transisi) tingkat awal &
transisi)
1 Pembangunan dan 1.1.1,1.2.2,1.2.4,1.2.5,1.3.3, 1.1.3,1.1.5,1.2.1,1.2.7, 1.1.2,1.1.4,1.1.6,
pemeliharaan 1.4.1,1.4.3,1.4.4,1.4.5,1.4.6, 1.2.8,1.2.9,1.4.2,1.4.9, 1.2.3,1.2.6,1.3.1,
komitmen 1.4.7,1.4.8 1.4.10 1.3.2
2 Strategi 2.3.1 2.1.1,2.1.2,2.2.1 2.1.3,2.1.4,2.1.5
pendokumentasian ,2.2.2,2.2.3,2.3.2
3 Peninjauan ulang 3.1.1,3.1.2,3.1.3,3.2.1, 3.1.4,3.2.3,3.2.4
desain dan kontrak 3.2.2
4 Pengendalian 4.1.1,4.1.2,4.2.1 4.1.3,4.1.4,4.2.2,
dokumen 4.2.3
5 pembelian 5.1.1,5.2.1 5.1.2,5.1.3 5.1.4,5.3.1,5.3.2
6 Keamanan bekerja 6.1.1,6.1.2,6.1.3, 6.1.5,6.1.7, 6.1.4,6.1.6,6.2.2,6.2.3,6.2.4, 6.1.9,6.7.4
berdasarkan 6.1.8,6.2.1.,6.3.2,6.4.1,6.4.2, 6.2.5,6.3.1,6.5.1,6.5.5,6.5.9,
sistem manajemen 6.4.3,6.4.4,6.5.2,6.5.3,6.5.4, 6.6.1,6.6.2,6.7.2,6.7.6,6.7.7
k3 6.5.6,6.5.7,6.5.8,6.7.1,6.7.3,
6.7.5,6.8.1,6.8.2
7 Standar 7.1.1,7.2.1,7.2.2,7.4.3,7.4.4, 7.1.2,7.1.3,7.1.4,7.4.1,7.4.2 7.1.5,7.1.6,7.3.1,
pemantauan 7.4.5 7.3.2
8 Pelaporan dan 8.1.1,8.2.2,8.3.1,8.4.1,8.4.2 8.2.1,8.3.2,8.3.5 8.3.3,8.3.4,8.3.6
perbaikan
9 Pengelolaan 9.1.1,9.1.2,9.2.1,9.2.3,9.3.1, 9.1.3,9.3.5,9.3.6 9.1.4,9.2.2.
material dan 9.3.2,9.3.3,9.3.4
perpindahannya
10 Pengumpulan dan 10.1.1,10.1.2 10.1.3,10.1.5,10.2.1 10.1.4,10.2.2
penggunaan data
11 Audit sistem 11.1.1,11.1.2,
manajemen k3 11.1.3,11.1.4
12 Pengembangan 12.2.1,12.2.2,12.3.1,12.4.1, 12.1.2,12.1.3,12.1.4,12.1.5, 12.1.1,12.1.7,
keterampilan dan 12.5.1 12.1.6,12.3.2,12.4.2 12.1.8,12.3.3
kemampuan
DITETAPKAN DI : J A K A R T A
PADA TANGGAL : 12 Desember 1996
Bab 1 :
1. Sosialisasi dan audit penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan
salah satu aktivitas yang cukup penting untuk mendukung terwujudya cita-cita
perusahaan yang profesional untuk mencapai nihil kecelakaan.
2. Sosialisasi dan audit penerapan K3 seyogyanya dilakukan secara terus menerus dengan
penuh kesabaran dan disiplin sehingga ketentuan penerapanK3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) secara bertahap dan pasti dapat menyadarkan tenaga kerja maupun
perusahaan bahwa K3 penting dan bisa mendukung efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan konstruksi.
Bab 2 :
1. Kegiatan pelatihan tidak sekedar melaksanakan kursus target untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja, agar menjadi kompetensi dalam pelaksanaan tugas.
Bab 3 :
1. Penyelenggaraan pelatihan diharapkan dapat dikembangkan sehingga kegiatannya
dapat berlangsung secara berkesinambungan, bila perlu dibangun sistem pelatian yang
unsur-unsurnya sebagai mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dan dilompati.
Bab 4 :
1. Untuk mengetahui kepastian penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) perlu
dilakukan audit yaitu : upaya mengumpulkan informasi aktual melalui interaksi (inspeksi,
pemeriksaan, pengukuran dan sampai pada penarikan kesimpulan secara sistimatis,
objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas penggalian nilai, manfaat dan
dampaknya.
2. Kegiatan audit harus direncanakan secara matang yang terdiri dari jadwal audit, area
yang hendak diaudit, sistem dan pelaksanaan audit mengacu kepada standar dan
peraturan perundang-undangan.
3. Dalam melakukan elemen-elemen audit yang hendak dituju yang berpedoman kepada
pedoman teknis audit sistem manajemen K3 seperti diatur dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. : 05/MEN/1996.
DAFTAR PUSTAKA