4
UU NO 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Terkait sertifikasi (Pasa 70)
1. Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang jasa konstruksi wajib memiliki
sertifikat kompetensi kerja
2. Setiap pengguna jasa dan/atau penyedia jasa wajib mempekerjakan tenaga kerja
konstruksi yang memiliki sertifikat kompetensi kerja sebagai mana dimaksud dalam ayat
(1)
3. Sertifikat Kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui uji
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja
4. Sertifikat kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diregistrasi oleh Menteri
5. Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh lembaga
sertifikasi profesi
6. Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib mengikuti
ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PRODUK HUKUM YANG TERKAIT LAINNYA
8
INFRASTRUKTUR YANG HARUS DIBANGUN 2015-2019
(PELUANG PROYEK KPBU)
1. Sumut, Aceh, Riau, Kep. Riau, Sumbar 300 25.329 26.705 52.334
1. Sumut, Aceh, Riau, Kep. Riau, Sumbar 159.424 23.143 14.198 196.765
4. DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT 41.877 11.213 16.637 69.727
6. Sulsel, Sulut, Sulbar, Sulteng, Sultra, Gorontalo 73.376 11.065 9.063 93.504
7. Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara 8.423 1.562 1.039 11.024
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Bagaimana percepatan agar Nakerkons
Sumber: BPS, 2016
KOMPETEN DAN BERSERTIFIKAT
SEBARAN DAN KECUKUPAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI
KOMPOSISI TENAGA KOMPOSISI TENAGA
KERJA KONSTRUKSI AHLI
60%
74%
30%
24%
10%
2%
expert skilled non-skilled
Junior Middle Senior
* Sumber : Buku Profil Tenaga Kerja Konstruksi Tahun 2016, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian PUPR
Existing Instruktur Pelatihan & Assesor Uji Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi
di Indonesia Tahun 2015
JUMLAH JUMLAH
NO. NAMA UPT DJBK WILAYAH KERJA
INSTRUKTUR* ASSESOR*
1. Balai Jasa Konstruksi Sumut, Aceh, Riau, Kep. Riau, 155 Orang 290 Orang
Wil. I Banda Aceh Sumbar
2. Balai Jasa Konstruksi Sumsel, Bangka-Belitung, Jambi, 126 Orang 191 Orang
Wil. II Palembang Bengkulu, Lampung
Balai Jasa Konstruksi
3. Wil. III Jakarta DKI Jakarta, Banten, Jabar 210 Orang 460 Orang
Balai Jasa Konstruksi DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, Bali,
4. 604 Orang 481 Orang
Wil. IV Surabaya NTB, NTT
Balai Jasa Konstruksi
5. Kalsel, Kaltim. Kalteng, Kalbar, Kalut 65 Orang 144 Orang
Wil. V Banjarmasin
6. Balai Jasa Konstruksi Sulsel, Sulut, Sulbar, Sulteng, 114 Orang 179 Orang
Wil. VI Makassar Sultra, Gorontalo
Balai Jasa Konstruksi Papua, Papua Barat, Maluku,
7. Wil. VII Jayapura Maluku Utara 118 Orang 78 Orang
JUMLAH 1.392 Orang 1.823 Orang
Ket. : * Sumber Buku Profil Sumber Daya Pembinaan Kompetensi Konstruksi Tahun 2015, Dit. Bina Kompetensi & Produktivitas Konstruksi, DJBK, Kemen. PUPR
ROADMAP PENGEMBANGAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI
INDONESIA
Bukti Kompetensi
•Realitas
•Legalitas
•Akademis
Kompetensi Secara Realitas
• Dapat diukur atau ditunjukkan pada ketrampilannya di lapangan
• Hanya dapat diketahui oleh orang yang pernah memakainya
Contoh Kompetensi
Secara Realitas
• Tidak menggunakan bahan yang tidak memenui standar
• Pendetailan tulangan.
• Proses pengerjaan beton.
• Mengetahui secara dini dan tidak menutup-nutupi
potensi kegagalan konstruksi yang akan terjadi.
• Memahami resiko fatal dari kesalahan suatu proses
pelaksanaan
Proses pengerjaan beton.
tidak menutup-nutupi potensi kegagalan
Kompetensi Secara Legalitas
• Dapat ditunjukkan dengan menggunakan sertifikat
• Dapat diketahui oleh semua orang yang memerlukan
Kompetensi Secara Akademis
• Pernah mengikuti pendidikan baik secara formal maupun
secara non formal seperti pelatihan
• Dapat ditunjukkan dengan hasil uji tertulis maupun uji lisan.
• Dapat diketahui oleh semua orang yang memerlukan
Manfaat Kompetensi bagi
Tenaga Kerja Konstruksi
• Mudah mencari kerja
• Kalau bisa diatur sistem upah yang berbeda
• Kalau bisa ada pembagian SHU jika kontraktor lebih untung
karena kinerja mereka yang lebih baik
Manfaat Kompetensi bagi
Pengguna Tenaga Kerja Konstruksi
• Mencegah kegagalan pelaksanaan dalam hal:
- Waktu
- Biaya
- Kualitas
- Funsional
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Keuntungan yang maksimal
Komitmen Pemerintah
• Pemerintah menyatakan siap menghadapi liberalisasi tenaga kerja
yang akan diterapkan pada tahun 2009
• Pembentukan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yang akan
bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja bagi tenaga
kerja Indonesia.
• Badan tersebut sebenarnya diharapkan sudah beroperasi pada
Februari 2005 [Kompas (2005)] yang juga akan memberikan ujian
tingkat akhir bagi proses pelatihan yang dilakukan balai-balai
pelatihan.
KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Penyusunan Rencana Program dan manajemen pembinaan SDM Konstruksi
2. Pelaksanaan pengendalian dan penerapan kompetensi SDM Konstruksi (ALAT KENDALI/STANDAR
KOMPETENSI, PENERAPAN STANDAR, LAPORAN PENGAWASAN, REKOMENDASI PERBAIKAN)
3. Penyusunan dan evaluasi kurikulum dan modul pelatihan (DATA BASE, LAPORAN EVALUASI KOMPETENSI,
KESETARAAN ANTAR ASOSIASI,KETEPATAN DAN BAKUAN KOMPETENSI, REVISI MODUL)
4. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pelatihan dan produktivitas konstruksi
(STANDAR PENYELENGGARAAN
PELATIHAN, STANDAR SERTIFIKASI, PRODKTIVITAS KONSTRUKSI
5. Pengembangan kerjasama peningkatan kapasitas sumberdaya sumber daya penyelenggara pelatihan
SDM Konstruksi (MOU PELATIHAN ANTAR STAKEHOLDER, STANDAR PROSESMAGANG PT, PEMDA,
KEMENAKER
6. Pelaksanaan penerapan kompetensi berkesinambungan (PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN, KONSEP KERJASAMA LINTAS STAKEHOLDER UNTUK EVALUASI KOMPETENSI TERUKUR,
MEKANISME PENINGKATAN KOMPETENSI)
7. Pelaksanaan pengembangan produktivitas SDM konstruksi di pasar nasional dan
Internasional (PENYEMPURNAAN/PERLUASAN MRA, KONSEP OPTIMALISASI MTU, KONSEP
BILLING RATE
Komitmen Pihak Swasta
• Melakukan kerjasama dengan pihak universitas dalam
melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tenaga
kerja
• Beberapa produsen bahan bangunan juga siap melakukan pelatihan
bagi tenaga kerja konstruksi yang akan memakai produk-produk
mereka.
• Bagi pihak kontraktor, pelatihan dapat dilakukan dengan melakukan
uji yang melibatkan calon tenaga kerja konstruksi yang akan
melaksanakan suatu pekerjaan terutama yang dianggap cukup
rumit
Kendala di Lapangan
• Kesiapan para stake holder dan para tenaga kerja
konstruksi sendiri untuk mendapatkan kompetensi dalam
rangka menghadapi era liberalisasi tenaga kerja.
• Bahasa bisa merupakan penghambat jika akan melakukan
sertifikasi secara internasional.
• Beberapa tenaga kerja yang mengikuti pelatihan akan
mempunyai masalah keuangan jika upah dari tempat asal
bekerja dihentikan selama mengikuti pelatihan tersebut.
• Perbedaan pendapatan atau upah antara yang bersertifikat
dengan yang tidak bersertifitakat bisa bisa menimbulkan
konflik.
Kesimpulan
• Dalam rangka menghadapi era liberalisasi tenaga kerja tenaga
kerja konstruksi harus mempunyai kompetensi dan
bersertifikat.
• Kompetensi tenaga kerja konstruksi ditunjukkan secara
realitas, legalitas dan akademis.
• Peningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi dilakukan
lewat pelatihan-pelatihan.
• Semua stake holder bidang konstruksi ambil bagian dalam
meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi.
• Sebaiknya ada sistem insentif seperti penggajian yang berbeda
atau sisa hasil usaha (SHU) jika kontraktor untung lebih besar
akibat kinerja tenaga kerja konstruksi yang sangat baik
Dalam hidup ini, Jadilah orang yang
bermanfaat. Jika tidak bisa, jadilah orang
yang menyenangkan orang lain. Jika tidak
bisa juga, minimal jadilah orang yang tidak
merugikan/menyusahkan orang lain. Jika
yang ini pun tidak bisa, ya sudah jadilah
orang-orangan sawah
(Ridwan Kamil)
• "Sesuatu yang kita anggap susah, jika selalu dihindari justru akan
semakin sulit untuk kita, tetapi jika kita mencoba bersahabat
dengannya kesulitannya pun akan berkurang, meskipun tetap
sedikit sulit",
Sekian