Anda di halaman 1dari 133

METODE

PELAKSANAAN

PROYEK PEMBANGUNAN
ASRAMA MAHASISWA
JL. GEGERKALONG HILIR, DS. CIWARUGA KECAMATAN PARONGPONG,
KABUPATEN BANDUNG BARAT

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAGIAN I 6
PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK 6
METODE PELAKSANAAN 6
RAPAT PERSIAPAN 6
PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN 7
BAGIAN 2 12
PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN 12
PEKERJAAN SUB STRUKTUR 12
Pekerjaan Galian Tanah 12
Pekerjaan Urugan Pasir 14
Pekerjaan Lantai Kerja Bawah Pondasi 14
Pekerjaan Pondasi dan Tie Beam 15
Pekerjaan Urugan Tanah Kembali 18
PEKERJAAN UP-STRUKTUR 20
Pekerjaan Kolom 20
Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 30
Metode Pengecoran 37
Pekerjaan Struktur Baja 50
PEKERJAAN ARSITEKTUR 58
Pekerjaan Pasangan Dinding 58
Pekerjaan Plesteran 63
Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 67
Pekerjaan Penutup Atap 74
Pemasangan Plafond Gypsum 77
Pekerjaan Lantai dan Pelapis Lantai 83
Pekerjaan Pemasangan Dinding Keramik 89
Pekerjaan Pengecatan 95
Pekerjaan Pemasangan Tangga 97
PEKERJAAN MEKANIKAL 100
Instalasi Air Kotor 100

2
Instalasi Air Bersih 103
Instalasi Air Buangan 104
PEKERJAAN ELEKTRIKAL 105
Sistem Instalasi Listrik 106
Pekerjaan Sistem Pemadam Kebakaran 108
Pekerjaan Sistem Instalasi AC 109
BAGIAN III 110
PENGAWASAN PROYEK 110
PENGAWASAN KUALITAS TEKNIK 110
PENGENDALIAN MUTU 110
PENGAWASAN PELAKSANAAN 110
LAPORAN KEUANGAN DAN ADMINISTRASI 111
PENGAWASAN LAIN-LAIN 111
BAGIAN IV 122
SUMBER DAYA 122
PERALATAN 122
MATERIAL 124
TENAGA KERJA 126
DISIPLIN KERJA 126
RENCANA KESELAMATAN K3 (SAFETY PLAN) 127
Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Kegiatan K3 127
Resiko Kecelakaan dan Penanganannya 128
Kerjasama Dengan Instansi Yang Terkait K3 129
Pengawasan Pelaksanaan K3 129
Pelatihan Program K3 131
Promosi Program K3 132
Sarana dan Prasarana K3 132
Penataan Lingkungan 135

RENCANA MUTU (QUALITY PLAN) 137


Target Mutu 137
Prosedur Mutu dan Petunjuk Kerja 137
Sasaran Kerja 141
Tujuan Quality Plan 142

3
Alur Permintaan Barang/Jasa 144
Alur Penerimaan Barang/Jasa 145
Alur Pengeluaran Barang 146

4
BAGIAN I

PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK

METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan


konstruksi yang mengikuti prosedur dan telah dirancang sesuai dengan pengetahuan maupun
standar yang telah diujicobakan. Metode pelaksanaan konstruksi dapat juga didefinisikan
sebagai penerapan konsep rekayasa yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis di lapangan serta seluruh sumber daya
termasuk pengalaman kontraktor.

Dalam setiap pelaksanaan konstruksi dibutuhkan inovasi teknologi, agar berbagai


kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efisien dan efektif, serta diperoleh produk
konstruksi yang lebih berkualitas. Dalam pelaksanaan pembangunan yang menerapkan
metode konstruksi dengan inivasi teknologi, meliputi rangkaian kegiatan dan urutan kegiatan
pembangunan yang dipadukan dengan persyaratan kontrak (gambar, spesifikasi, jadwal
penyelesaian), ketersediaan sumberdaya (tenaga kerja, material, peralatan) dan kondisi
lingkungan seperti cuaca, kondisi tanah, dan lainnya. Metode pelaksanaan konstruksi
merupakan kunci untuk mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik.

RAPAT PERSIAPAN

Tahap awal sebelum melaksanakan pekerjaan dilapangan adalah mengadakan rapat


persiapan pelaksanaan yang bertujuan guna terciptanya kerjasama yang baik antara semua
unsur-unsur di dalam sebuah proyek, seperti: konsultan perencana, konsultan pengawas dan
kontraktor.

Beberapa masalah yang dibahas antara lain:

▪ Organisasi kerja
▪ Tata cara pengaturan kerja
▪ Jadwal pengadaan bahan, peralatan kerja dan tenaga kerja
▪ Menyusun rencana dan pengawasan pelaksanaan dilapangan
▪ Pendekatan ke masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja
proyek.

5
▪ Review dan penyempurnaan terhadap schedule kerja yang sesuai dengan volume, waktu
dan mutu.
▪ Menentukan lokasi sumber bahan material, estimasi kuantitas bahan, serta rencana
pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan dilaksanakan adalah berupa:

1. Pekerjaan Pembersihan Lokasi

Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan sampah,


rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan.
Pembersihan menggunakan alat berat yaitu backhoe dan alat angkut dumptruck.
Sampah-sampah yang dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat
yang telah disetujui oleh pengawas, kemudian baru diangkut untuk dibuang ke
tempat pembuangan sampah akhir. Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama
proyek, papan nama proyek ini dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan
mencantumkan data-data proyek antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai
proyek, waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.

Gambar 1. 2 Pembersihan Lahan

2. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


Pekerjaan ini dilakukan adalah untuk menentukan dimana lokasi pembangunan
yang akan dilaksanakan nantinya dan juga dalam pekerjaan ini akan ditentukan
ketinggian lantai yang akan dilaksanakan. Pemasangan Bouwplank/Pengukuran ini
dilakukan bersama-sama dengan Pemilik Proyek, Pelaksana Proyek, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Instansi lain yang terkait.

6
Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan adalah :
a. Kaso ukuran 5/7, kayu borneo atau sejenisnya
b. Papan 2/20, jenis kayu borneo atau sejenisnya.
c. Benang dan juga selang jika diperlukan
d. Lebar bowplank sekurang-kurangnya 15 cm dan tebal sekurang-kurangnya 2 cm.
e. Paku 7 cm
f. Meteran
g. Unting-unting
h. Pemberat
i. Palu godam
j. Waterpass

Pelaksanaan :
1. Tentukan ukuran rencana bangunan. Tancapkanlah patok (kaso 5/7) dengan
jarak 1m dari as bangunan menggunakan palu godam.
2. Tentukan ketinggian papan duga yang disesuaikan dengan ketinggian lantai
dengan acuan menggunakan selang air pada patok kemudian beri tanda.
Pakukan papan duga pada patok yang telah diberi tanda. Cek kerataan papan
duga dengan menggunakan waterpass.
3. Tarik benang yang dipakukan pada papan duga dengan jarak sesuai as
bangunan dan ikatkan pemberat pada ujung kedua benang.
4. Cek titik-titik sudut benang harus siku dan tepat diatas titik sudut as bangunan
menggunakan unting-unting.

7
Gambar 1.4 Ilustrasi Pemasangan Bowplank

Gambar 1. 5 Ilustrasi Pekerjaan Pengukuran

3. Pembuatan Papan Nama Proyek

Papan Nama Proyek akan dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan kegiatan.
Papan Nama Proyek ini dibuat dari triplek t. 6 mm dengan ukuran 100 x 120 cm,
ditopang pipa besi Ø2½ dengan tinggi 250 cm dari permukaan tanah dan di pasang
spanduk yang berisi informasi mengenai cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan,
antara lain :
● Nama Kegiatan
● Pekerjaan yang harus dilaksanakan
● Biaya pekerjaan/ nilai kontrak
● Sumber dana
● Jangka waktu
● Nama penyedia jasa

8
Papan nama proyek dipasang pada lokasi yang mudah dilihat oleh masyarakat,serta
tidak mengganggu lalu lintas

Gambar 1. 6 Contoh Papan Nama Proyek

4. Pembuatan Direksi Keet dan Gudang.

Direksi Keet dibuat dengan lantai rabat beton diplester, konstruksi


menggunakan rangka kayu, atap menggunakan seng diberi pintu dan jendela
secukupnya kemudian di cat.

Gambar 1.7 Tampak Depan Direksi Keet

Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material harus dibuat


secukupnya dan dapat dikunci.

Gambar 1.8 Gudang Materia

9
Bahan-bahan yang digunakan :
a) Seng gelombang BJLS (seng untuk atap) setara dengan Galvalum, Gajah Surya, dan
zincalume.
b) Kayu Kaso 5/7 cm
c) Balok 8/12 cm
d) Multipleks 9 mm (sebagai dinding)

5. Pekerjaan Pemagaran Lokasi Pekerjaan


Konstruksi pagar proyek dibuat dengan menggunakan dinding seng dan
diperkuat dengan menggunakan tiang-tiang besi atau kayu dan di ikat
dengan paku/baut pengikat pada jarak tertentu, sehingga kosnstruksinya kuat dan
sesuai dengan fungsi yakni untuk menjamin keamanan pekerja dalam lingkunngan
proyek.

Gambar 1. 9 Pagar Sementara

Bahan-bahan yang digunakan :


a) Kayu Kaso 5/7 cm
b) Seng BJLS (0,2 x 80 x 210) cm

6. Pembuatan WC Pekerja
Khusus WC pekerja diperlukan bak penampung air dan kloset jongko

10
BAGIAN 2

PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN

PEKERJAAN SUB STRUKTUR

Pekerjaan Galian Tanah

a. Penggalian dilakukan menggunakan back-hoe sesuai dengan kebutuhan lebar


lantai kerja pondasi, dimana lereng tanah disebelah kiri-kanan galian
dimiringkan keluar arah pondasi, dengan sudut kemiringan yang aman dan
stabil sehingga tidak menimbulkan keruntuhan.
b. Kemiringan galian yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Standar kemiringan galian

c. Jika pada dasar galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-
bagian tanah yang berongga (tidak padat), maka bagian itu dikeluarkan
seluruhnya, dan lubang yang terjadi diisi dengan pasir.
d. Setiap kelebihan galian di bawah permukaan yang telah ditentukan diurug
kembali sampai permukaan semula (yang direncanakan) dengan pasir, untuk
mencegah turunnya struktur atas yang akan dikerjakan.

11
e. Penggalian lapisan 15 cm terakhir dari dasar pondasi dilakukan dengan alat
gali manual, tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat berat, agar bisa
didapatkan dasar galian yang rata dan bersih.
f. Air yang tergenang di lapangan atau galian yang ditimbulkan oleh mata air,
hujan, kebocoran pipa-pipa, atau sebab-sebab lainnya selama pelaksanaan
pekerjaan, dikeringkan dan dipompa keluar atas.

Ilustrasi metode pelaksanaan galian tanah menggunakan back-hoe dan dumptruck

Gambar 2. 2 Ilustrasi Pekerjaan Galian Tanah

1. Penggalian dilakukan backhoe dan material langsung di dumping ke dump


truck (posisi dumptruck yang optimal dimana sudut swing bucket backhoe
45o
~ 90o), tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis.
2. Posisi back-hoe dan dumptruck harus direncanakan agar menghasilkan
produksi galian yang optimal

12
3. Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di bawah
muka air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
4. Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan jarak disposal
dicari jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan diusahakan tanah galian
tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.

Pekerjaan Urugan Pasir

Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian
dipadatkan dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk
menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan beban. Urugan pasir
dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan yang disyaratkan.

Pekerjaan Lantai Kerja Bawah Pondasi

Apabila konstruksi beton bertulang akan langsung terletak di atas tanah, maka
dibawahnya dibuat lantai kerja agar tidak langsung terkena tanah dan agar
permukaannya rata. Berikut pelaksanaannya:
a. Sebelum lantai kerja ini dibuat, maka semua lapisan tanah di bawahnya
akan dipadatkan dan diratakan dengan baik, serta kemudian diberi
aanstamping dengan ketinggian sekitar 10 cm dengan posisi batu berdiri
tegak. Setelah itu dilapisi dengan lapisan pasir setebal 5 cm sesuai
spesifikasi. Lapisan pasir ini juga selanjutnya dipadatkan sesuai dengan
prosedur pemadatan, sampai didapatkan permukaan yang padat dan rata.

b. Lantai kerja dibuat dari beton mutu K-350 menurut SNI-2002


c. Tebal lantai kerja sesuai dengan gambar.

13
Pekerjaan Pondasi dan Tie Beam

Setelah pelaksanaan penggalian tanah untuk pondasi selesai setengahnya,


maka dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan pekerjaan struktur bawah yaitu
pondasi mini pile, pondasi telapak setempat dan sloof pada lokasi yang telah
selesai digali dan diberi papan duga, dengan catatan pada pelaksanaan pondasi
telapak, pembesian dan pemasangan bekisting dapat dilaksanakan tetapi proses
pengecorannya dilaksanakan bersama-sama seluruh pondasi telapak yang ada.
Pelaksanaan pekerjaan ini mencakup pekerjaan pembesian, bekisting, pengecoran,
dan sebagainya. Untuk pondasi telapak menggunakan beton readymix sehingga alat
bantu yang digunakan adalah gerobak dorong sebagai alat transportasi beton.

Gambar 2.3 Ilustrasi Pekerjaan Pondasi & Sloof

Urutan pelaksanaan pekerjaan :

a. Pekerjaan persiapan, diantaranya :


− Penentuan as pondasi telapak dengan menggunakan theodolit dan
waterpass berdasarkan shop drawing.
− Pemasangan patok as pondasi telapak.
b. Gali tanah sampai elevasi terbawah pondasi telapak.

14
Gambar 2.4 Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
c. Buat lantai kerja plat 5 cm. Lantai kerja dibuat untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan pile cap di lapangan.
d. Buat bekesting dari batu bata.

Gambar 2.5 Pekerjaan Buat Lantai Kerja dan Bekisting

e. Pasang pembesian sesuai dengan gambar rencana.


f. Cor pondasi telapak

15
Gambar 2.6 Pemasangan Pembesian

g. Pasang Bekesting kolom dan besi angkur.


h.Pengecoran kolom diatas pondasi.

Gambar 2.7 Pemasangan Bekisting dan Pengecoran

i. Pembongkaran bekisting kolom.

16
Gambar 2.8 Pembongkaran Bekisting dan Penimbunan Tanah Kembali

Spesifikasi material pekerjaan pondasi :


a. Tulangan D19 digunakan sebagai tulangan utama dan tulangan pembagi pondasi
b. Mutu beton digunakan f’c 25 Mpa

Pekerjaan Urugan Tanah Kembali

Pekerjaan urugan tanah dilakukan setelah pondasi selesai dan telah


mengeras.Tanah hasil galian dikembalikan lagi, dan digunakan untuk menimbun
pondasi.Tanah tersebut dipadatkan lapis demi lapis baik dengan cara manual atau
menggunakan alat stamper.Selain itu urugan tanah juga dilakukan pada permukaan
lantai. Bagian lantai yangperlu ditinggikan di urug dengan tanah urug. Tanah urug
yang dipakai dapat berasal dari hasil galian ataupun tanah urug yang didatangkan.
Tanahdihamparkan kemudian dipadatkan lapis demi lapis hingga didapatkan
kepadatan dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.

Untuk pekerjaan urugan yang bertujuan sebagai peninggian lantai, kebutuhan


tanahnya sagat tergantung pada tinggi peil/elevasi lantai. Biasanya sisa tanah bekas
galian sebanyak 1/3 volume tanah galian bila pondasi yang digunakan adalah
pondasi telapak.
Berikut pelaksanaannya:
a. Pekerjaan urugan dan pengurugan kembali bekas galian pondasi batu kali
dan pondasi telapak sesuai dengan rencana. Jaga agar kelembaban tanah

maksimum ± 2 % dari kelembaban optimum, keringkan bila terlalu basah

dan basahi bila terlalu kering.


b. Urugan dikerjakan lapis per lapis, setiap lapisan maksimal 20 cm.
Padatkan setiap lapisan dengan mesin temper atau yang sejenis sampai
mendapatkan kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan dilakukan sebanyak
3 kali.
17
c. Bahan yang digunakan untuk tanah urugan adalah tanah atau campuran
tanah cadas bebas dari zat organik dan zat-zat lain yang merusak, bebas
dari batu karang atau bongkahan berukuran lebih besar dari 65 mm,
mempunyai kadar lempung yang rendah, nilai CBR minimum 4 %.

d. Pemadatan tidak dilakukan pada waktu hujan.


e. Derajat kepadatan urugan :
● Di bawah bangunan dan paling tinggi 60 cm di bawah kepadatan 95 %.
● Kedalaman 50 cm sampai dengan kepadatan 90 %.
● Pada areal penanaman sampai dengan kepadatan 85 %.
f. Quality Control lapangan
● Pengujian kepadatan di tempat
Umum : satu pengujian untuk setiap 300 m3 pemakaian urugan.
Pekerjaan massa : satu pengujian setiap kali pengangkatan dalam
penggunaan.
Penyimpanan : satu pengujian untuk mengontrol kualitas
kelembaban, atau efektifitas pemadatan.
● Pengujian kelembaban dan kepadatan di laboratorium
Satu pengetesan dari setiap 40 buah pengetesan lapangan. Minimum
satu test setiap tipe bahan urugan.

Gambar 2. 9 Ilustrasi Pekerjaan Urugan Tanah

18
PEKERJAAN UP-STRUKTUR

Pekerjaan Kolom

Alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan:


a. Besi Tulangan
b. Bekisting Kolom
c. Mobile Crane
d. Bucket Cor dan tremi
e. Sepatu Kolom dan Beton Decking
f. Truck Mixer
g. Shaft dan Vibrator
h. Bar Cutter
i. Bar Bender
j. Styrofoam (untuk block out)
k. Beton Ready Mix sesuai speksifikasi mutu yang ditentukan.
Slump test beton perlu dilakukan untuk mengetahui workability pasta beton
yang digunakan. Standart nilai slump ditentukan pada spesifikasi struktur. Nilai
slump ditentukan min. 12 cm.
l. Mengunakan batu krikil / split maksimum ukuran 1-2cm.

Gambar 2.10 Flow Chart Pekerjaan Kolom


Pelaksanaan :
1. Penentuan As Kolom

19
Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa pengukuran
dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak kolom. Untuk pekerjaan pengukuran ini diperlukan juru ukur (surveyor)
yang berpengalaman, khususnya dalam pelaksanaan gedung bertingkat.
Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu dilakukan
pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara penentuan letak as-
as kolom adalah dengan menggunakan theodolit.
Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai
sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai
sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan menggunakan tali, unting-unting,
dan meteran. Dengan bantuan titik-titik acuan bangunan yang sentris disetiap lantainya,
maka dapat ditentukan letak as kolom dan kemudian dibuat as-as yang lain mengikuti
jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal.
Pengecekan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi kolom yang
sebenarnya. Pengecekan as kolom dilakukan dengan menempatkan alat theodolite pada
marking tersebut dan kemudian mengecek kelurusan marking kolom.

Gambar 2.11 Marking untuk kolom

2. Pabrikasi Pembesian Kolom


Pabrikasi pembesian kolom merupakan kegiatan membengkokan dan memotong baja
tulangan sesuai kebutuhan dimensi yang direncanakan. Proses pabrikasi besi dilakukan di
area pabrikasi yang telah ditentukan. Besi merupakan material yang sangat penting dalam
beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya.
Proses pabrikasi besi tulangan meliputi pekerjaan pemotongan berbagai diameter
tulangan sesuai dengan ukuran dalam gambar shop drawing dengan bar cutter sedangkan

20
pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan bar bender. Pemotongan
tulangan utama dilakukan sepanjang ± ¾ dari tinggi kolom. Panjang pembengkokan
tulangan sengkang dilakukan sesuai dengn ketentuan bar bender schedule. Untuk
sengkang yang dibengkokkan dengan sudut 135o maka panjang pengaitnya adalah sebesar
6 kali diameter tulangan. Tulangan diperkuat dengan cara mengikat tulangan dengan
kawat pengikat (bendrat). Setelah tulangan terpasang maka dilakukan pengecekan dan
pemeriksaan. Pengecekan dan pemeriksaan oleh Quality Control, meliputi jumlah dan
ukuran tulangan utama, pemeriksaan jarak, posisi dan diameter sengkang, pemeriksaan
panjang overlapping dan penjangkaran pada tulangan, pemeriksaan kekuatan kawat ikat
(bendrat) dan pemeriksaan decking (selimut beton). Sehingga setelah proses
pembengkokan maupun pemotongan tulangan di area pabrikasi, digunakan mobile crane
untuk mengangkat tulangan ke lokasi kerja.

Gambar 2.12 Pekerjaan bar bending

Gambar 2.13 Pekerjaan bar cutting

21
Gambar 2.14 Pabrikasi pembesian

3. Pembesian kolom
Pembesian kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Pembesian kolom adalah
precast atau dilakukan secara terpisah, artinya antara besi dan tulangan pokok dengan
beugel/sengkang dilaksanakan ditempat lain yang lebih aman. Pembesian kolom harus
sesuai dengan ukuran dalam gambar shop drawing. Besi tulangan pokok dipasang terlebih
dahulu dan setelah semua tulangan pokok untuk semua zona lantai telah dikerjakan
semua, kemudian dipasang tulangan sengkang dengan cara dimasukkan dari bagian sisi
samping mengelilingi tulangan utama. Setiap tulangan sengkang yang telah terpasang
dikaitkan dengan tulangan utama oleh kawat pengikat (bendrat). Dalam penulangan
kolom perlu diperhatikan hal–hal antara besi yang digunakan, jumlah besi pada kolom,
jarak antar sengkang, dan bending pada sengkang.

Gambar 2.15 Pembesian kolom

22
4. Pabrikasi Bekisting Kolom
Pabrikasi bekisting kolom langsung dilaksanakan di lapangan. Bekisting diangkat
menggunakan bantuan tower crane. Sebelum memasang beskisting kolom, pasang sepatu
kolom dari sisa besi tulangan diameter 19 mm lalu dilas ke tulangan utama kolom. Sepatu
kolom ini berfungsi sebagai marking dan untuk menjaga agar posisi bekisting tetap siku.
Bekisting yang digunakan dalam pekerjaan kolom ini yaitu bekisting full system dimana
komponen baja menjadi material utama dan plat besi sebagai media cetakan yang
bersentuhan langsung dengan adukan beton. Hal–hal yang harus diperhatikan saat
pabrikasi bekisting atau sebelum melakukan pemasangan bekisting yaitu siapkan
bekisting sesuai tipe kolom dalam gambar kolom struktur, pastikan bekisting berikut
supportnya dalam kondisi baik dan siap pakai (perbaiki dan lengkapi terlebih dahulu
apabila ada kekurangan dan kerusakan), oleskan permukaan bekisting bagian dalam
dengan minyak agar dapat memudahkan dalam proses pembongkaran bekisting nanti, dan
berikan beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja tulangan
sehingga terbentuk ruang untuk selimut beton.

Gambar 2.16 Bekisting pengecoran kolom

23
Gambar 2.17 Beton decking

5. Pemasangan Bekisting Kolom


Pada prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap–tiap kolom adalah sama.
Sebelum memasang bekisting, area dasar kolom harus dibersihkan dari kotoran, pasir,
minyak atau sisa material pekerjaan. Untuk menjaga posisi bekisting kolom tetap tegak
maka selama pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku/skur. Skur dipasang pada
kedua sisi kolom, hal ini dilakukan untuk menahan gaya tarik dan tekan beton pada saat
pengecoran berlangsung. Untuk mempermudah pemasangan, maka diberi bantuan
marking garis. Ketepatan vertikal dan horizontal dalam pemasangan bekisting harus
diperhatikan. Setelah bekisting terpasang, jangan lupa untuk periksa kerapatan
sambungan bekisting

24
6. Pengecoran Kolom
Setelah bekisting selasai dipasang kemudian dilakukan pengecekan posisi kolom oleh
surveyor dengan menggunakan theodolite untuk menjaga kelurusan bangunan dan
ketepatan pemasangan kolom. Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan
antara lain:

1. Cek kondisi kesiapan lapangan dan persiapkan tenaga kerja.


2. Pelajari shop drawing kolom struktur dan metode kerja pengecoran beton kolom
struktur.
3. Koordinasi dengan perusahaan beton dilakukan minimal sehari sebelumnya, sehingga
pada saat pengiriman beton ready mix tidak terlambat untuk pengecoran kolom dan
pastikan kualitas beton yang datang sesuai dengan spesifikasi yang dinginkan dengan
melakukan uji slump dan pembuatan sampel benda uji silinder.
4. Jika pengecoran diperkirakan dilakukan sampai malam hari, penerangan harus sudah
dipersiapkan.
5. Permukaan bagian dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan–bahan
yang dapat mengganggu proses pengecoran guna menghindari kerusakan pada beton.

6. Penempatan tulangan-tulangan seluruhnya harus sudah mendapat izin Direksi dan


telah cukup diberi beton decking sehingga pengecoran pemadatan beton nantinya
tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu dekat dengan
permukaan luar beton.
7. Pastikan peralatan safety kerja yang digunakan harus peralatan kerja standar yang
aman dan pastikan APD digunakan.
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan
pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0,9 m3. Bucket tersebut diangkut dengan
menggunakan mobile crane untuk memudahkan pengerjaan. Penuangan beton
dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi
yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Setelah penuangan
beton, lakukan pemadatan dengan menggunakan alat mekanis yang disebut vibrator.
Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding dan
spesi beton juga yang terdapat dalam campuran beton itu sendiri serta untuk mencapai
pemadatan yang maksimal. Apabila tidak dilakukan pemadatan maka udara akan
membentuk ruang kosong dalam beton. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas
beton, selain kekuatannya berkurang, hasil cor nya juga akan buruk dan berongga.
Metode pemadatan yang dilakukan pada saat adukan beton telah terisi setengah dar
25
volume beton tersebut. Saat adukan beton mulai meluap maka penggetaran pun
dihentikan.

Gambar 2.18 Pengecoran Kolom

7. Pembongkaran Bekisting Kolom


Pembongkaran bekisting kolom dilakukan 12-16 jam setelah pengecoran.
Pembongkaran bekisting harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pengawas proyek.
Pada saat proses pelepasan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindarkan kolom dari
kerusakan. Proses pembongkaran bekisting diantaranya adalah lepas pengaku bekisting
lalu kendurkan baut-baut yang ada pada bekisting sehingga rangkaian terlepas. Bekisting
yang telah dilepas tersebut dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas
untuk kemudian dipasang pada kolom berikutnya.

Gambar 2.19 Hasil Pengecoran Kolom

26
Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan:


a. Waterpass
b. Alat Bantu
c. Teodolite
d. Kayu bodeman
e. Scafolding
f. Paku
g. Tie Rod
h. Penjepit bodeman

Pada Gambar 2.20 dapat dilihat skema pekerjaan balok dan plat.

Gambar 2.20 Flow Chart Pekerjaan Balok dan Pelat

27
Metode Pekerjaan Balok dan Plat
Merode pekerjaan balok dan plat adalah dengan menggunakan metode Konvensional Table.

Gambar 2.21 Metode Konvensional Table

Dibawah ini merupakan langkah-langkah dari pemasangan bekisting dan scafolding dalam
pekerjaan balok dan pelat:
1) Langkah 1
Meletakkan base

jack.

Gambar 2.22 Langkah 1 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

28
2) Langkah 2
a. Pasang main frame.
b. Perkuat dengan cross brace.

Gambar 2.23 Langkah 2 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

3) Langkah 3
a. Pasang join pin.
b. Pasang ladder frame.
c. Perkuat dengan cross brace.

Gambar 2.24 Langkah 3 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

29
4) Langkah 4
a. Pasang cross head jack.
b. Pasang beam girder.

Gambar 2.25 Langkah 4 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

5) Langkah 5 Pasang timber.

Gambar 2.26 Langkah 5 Pemasangan Bekisting dan Scafolding


6) Langkah 6

Pasang bottom form.

Gambar 2.27 Langkah 6 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

30
7) Langkah 7

Pasangsideform.

Gambar 2.28 Langkah 7 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

8) Langkah 8

a. Pasang beam clamp.


b. Stronger beam.

Gambar 2.29 Langkah 8 Pemasangan Bekisting dan Scafolding

31
9) Hasil akhir

Gambar 2.29 Hasil Akhir Pemasangan Bekisting dan Scafolding

32
Metode Pengecoran

Pendahuluan
Beton sebagai salah satu material bangunan yang dituntut dengan suatu
persyaratan ,diantaranya syarat kekuatan (strength), syarat kemudahan pengerjaan
(workability), syarat keawetan (durability) serta syarat keekonomisan, sangat diperlukan
suatu penanganan yang baik guna memenuhi persyaratan – persyaratan tersebut. Untuk
mendapatkan meterial beton yang memenuhi keempat aspek tersebut diatas diperlukan suatu
upaya – upaya yang baik dimulai sejak pemilihan material, perencanaan
campuran,pelaksanaan produksi untuk mendapatkan campuran beton yang tepat, sampai
pelaksanaan penuangan, pemadatan dan perawatan ketika beton telah terpasang sebagai
bangunan.
Materi ini dibuat dalam rangka untuk menyamakan presepsi tentang pentingnya peranan
penanganan beton dalam tahapan pelaksanaan pengecoran beton di lapangan untuk
menghasilkan performance beton yang baik.
Produksi Beton
Sebagai langkah awal menghasilkan performance struktur beton yang baik di awali dengan
memproduksi beton melalui tahapan – tahapan seperti pemilihan bahan, perencanaan
campuran, pelaksanaan produksi, tahapan evaluasi dan pengendalian yang baik untuk
menghasilkan campuran beton yang tepat seperti ditunjukan dalam proses berikut :

Gambar 2.30 Diagram Alir Persiapan Quality Control


33
Gambar 2.31 Diagram Alir Aktifitas Pengendalian Mutu Produk Beton

Pengecoran
Performance beton dilapangan tidak hanya dipengaruhi oleh ketepatan campuran saja,
akan tetapi faktor pelaksanaan pengecoran beton dilapangan juga perlu mendapat perhatian,
sehingga diperlukan suatu tahapan - tahapan yang baik seperti :
• Proses inspeksi dan test penerimaan beton
• Penempatan ( Placing )
• Pemadatan ( Consolidation )
• Perawatan ( Curing ).
Semua tahapan disesuaikan dengan aturan – aturan yang ada.
Proses Inspeksi dan Test Penerimaan Beton
Untuk meminimalkan terjadinya ketidaksesuaian (non conformance) dari beton yang
dituang dilapangan setelah didapat suatu campuran beton yang tepat, diperlukan suatu
aktifitas inspeksi dan test terhadap beton sebelum beton dituang untuk disesuaikan terhadap
spesifikasi yang ada seperti :
• Mutu yang disyaratkan (Dilihat dari surat jalan).
• Slump on site.
• Waktu tempuh (dilihat dari surat jalan).
• Temperatur beton (jika disyaratkan).

34
• Maksimum agregat (split).
• Pembuatan benda uji (untuk penelusuran).
• Dll

Gambar 2.32 Diagram Alir Inspeksi dan Test Penerimaan Beton

Inspeksi Mutu yang Disyaratkan


Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan penempatan mutu beton
terhadap peruntukannya, terutama untuk proyek yang menggunakan beton dengan beberapa
kelas mutu.
Inspeksi Slump Beton
Slump beton merupakan salah satu parameter yang disyaratkan didalam pelaksanaan
pengecoran dan nilai slump dapat mengidikasikan ketepatan campuran beton dari suatu
proses produksi beton, disamping slump merupakan salah satu syarat workability beton dalam
pelaksanaan pengecoran.
ASTM.C 94 memberikan toleransi terhadap nilai slump
• Jika proyek menulis persyaratan “ maksimum” atau “tidak melebihi” dari nilai

35
Perbaikan Slump Dilapangan
Perbaikan slump masih mungkin dilakukan di lapangan jika :
• Belum terlewatinya waktu initial setting beton
• Perbaikan tidak akan merubah nilai faktor air semen (w/c ratio ) yang dapat
menyebabkan menurunnya kekuatan beton.
Untuk menaikan nilai slump
Menaikan nilai slump dapat dilakukan salah satunya dengan mengunakan chemical admixture
type F. ASTM.C 494 (High Range Water Reducing), namun hal ini harus didahului dengan
percobaan terhadap dosis efektif.
Contoh hasil percobaan admixture type F

Gambar 2.33 Grafik Korelasi Pemakaian Admixture Type F

Inspeksi Waktu Tempuh


Dalam merencanakan suatu campuran beton waktu tempuh dari batching plant ke
proyek yang dibutuhkan adalah salah satu hal telah diperhitungkan dalam concrete mix
design, hal ini untuk mengatisipasi nilai penurunan slump terhadap waktu ( Slump Loss ),
disamping faktor temperatur udara. Sehingga inspeksi ini perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya ketidaksesuaian beton.
Contoh Percobaan slump loss

36
Gambar 2.34 Grafik Slump Loss

Inspeksi Lain

Jika disyaratkan inspeksi yang lain seperti suhu beton segar, ukuran maksimum
agregat dan pembuatan sample uji dan lain – lain , dapat dilakukan dengan suatu alasan yang
dianggap dapat menimbulkan ketidaksesuaian beton.

Penempatan Beton (Placing)


Ketika inspeksi dan test terhadap beton yang datang telah dilakukan dan tidak ada
ketidaksesuaian maka penuangan dan pengecoran dapat segera dilakukan, namun dalam
tahapan ini perlu mendapat perhatian, karena kesalahan penuangan dan pengecoran dapat
menimbulkan terjadinya pemisahan agregat kasar dari mortar (segregation) sehingga
homogenitas beton berkurang yang dapat menimbulkan ketidaksesuaian beton. Beberapa
gambaran cara penuangan beton ditunjukan pada gambar.

37
Gambar 2.35 Cara Penuangan Beton

Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Penuangan Beton


Disamping metode penuangan yang baik ditunjukan oleh gambar ada hal – hal lain yang
perlu mendapatkan perhatian seperti :
• Metode penuangan, jarak angkut, alat dan kapasitas, titik jatuh, waktu penuangan
harus disesuaikan dengan karakter beton untuk menghindari ketidaksesuaian seprti
terjadinya cold joint,honeycomb dan perhitungkan terhadap waktu pengecoran.
• Untuk menghindari udara terjebak sebaiknya beton dituang secara lapisan horisontal
maksimum kedalaman 61 cm, untuk dimensi yang besar (massive structure) adalah 30
– 45 cm.

Pemadatan (Consolidation)
Tujuan pemadatan atau pengetaran beton adalah menghilangkan ruang udara dari dalam
spasi beton hingga kepadatan beton tercapai, sehingga beton yang dihasilkan mempunyai
kekuatan yang tinggi, susut rendah dan menambah kekedapan air.
Ada beberapa metode dan alat pemadatan yang sering digunakan seperti ;
• Dengan cara rojokan
• Dengan jarum pengetar
• Dengan meja penggetar ( pabrik )
• Dengan pengetar dinding
• Dll.
38
Penggunaan macam atau tipe pengetar (vibrator) disesuaikan dengan jenis dan macam
pekerjaan. Dalam pembahasan saat ini hanya dibatasi pada penggunaan jarum penggetar
(internal vibrator).

Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemadatan


• Untuk mencegah timbulnya rongga – rongga kosong dan sarang kerikil beton
harus dipadatkan selama pengecoran.
• Gunakan alat penggetar yang sesuai
• Lapisan horisontal beton tidak lebih dari 50 cm
• Kedalaman memasukan kepala vibrator internal tidak lebih dari 60 cm.
• Hindari pemakaian vibrator internal menyentuh acuan yang dapat menimbulkan garis
pasir.
• Jangan menggunkan vibrator lebih dekat dari 10 cm pada permukaan acuan
yang dapat menimbulkan perbedaan warna beton.
• Vibrator dibenamkan dan diangkat dalam waktu 5 s/d 15 detik atau sampai
permukaan mengkilat.
• 1%rongga udara dapat menurunkan kekuatan beton sebesar 5.5 %.

Tabel Batasan Karakteristik, Penampilan dan Aplikasi dari Internal


Vibrator

39
Perawatan Beton
Secara prinsip tujuan perawatan beton adalah mencegah penguapan (evaporation) yang
dapat menyebabkan kehilangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan beton
disamping pengaruh lain yang dapat ditimbulkan seperti terjadinya retak beton. Ada
beberapa macam methode perawatan yang sering dilakukan seperti :
• Mengenangi permukaan tanah atau pasir.
• Menutupi permukaan beton dengan karung yang dibasahi.
• Menyiram beton secara kontinyu.
• Menggunakan cairan membran ( curing compound )
• Menggunakan steam.
• Melakukan isolasi ( insulating )

Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Perawatan Beton


• Curing efektif digunakan methode penyiraman air secara terus menerus selama
minimal selama 7 hari.
• Kegagalan curing mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan beton berkisar 10 –
15 %.
• Kegagalan curing dapat meyebabkan terjadinya keretakan beton sejak umur awal.
• Jika digunakan curing compound aplikasi harus disesuaikan dengan ketentuan
prosedur yang dibuat produsen.
• Penguapan air dapat terjadi yang disebabkan oleh, suhu dara, kelembaban, suhu beton
dan kecepatan angin sehingga faktor ini agar diperhatikan dalam melaksanakan
perawatan beton.

40
Gambar 2.36 Gambar Grafik Penyebab Evaporasi

Kerusakan pada Beton dan Metode Perbaikannya


Type kerusakan beton yang disebabkan material dan pelaksanaan
A. Retak
Keretakan dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya terjadi
pada elemen struktur beton bertulang, sedang retak non-struktur terjadi dinding bata atau
dinding non-beton lainnya. Untuk retak non-struktur, dapat digunakan metode injeksi
dengan material pasta semen yang dicampur dengan expanding agent serta latex atau
hanya melakukan sealing saja dengan material polymer mortar atau polyurethane sealant.
Sedang pada retak struktur, digunakan metode injeksi dengan material epoxy yang
mempunyai viskositas yang rendah, sehingga dapat mengisi dan sekaligus melekatkan
kembali bagian beton yang terpisah. Proses injeksi dapat dilakukan secara manual
maupun dengan mesin yang bertekanan, tergantung pada lebar dan dalamnya keretakan.

41
Retak beton terbebas dari pengaruh beban

Gambar 2.37 Gambar Tipe Kerusakan Beton


Tabel 2.1 Klasifikasi Dari Sifat Retak

B. Kerusakan Permukaan Pada Beton


Banyak tipe kerusakan pada permukaan beton dan terdapat beberapa kemungkinan
terjadinya penyebab seperti pada bagian desain, cetakan, kondisi pelaksanaan, campuran
beton segar, penuangan dan pemadatan diantaranya adalah :

42
1. Honeycomb

Gambar 2.38 Gambar Honeycomb

Perbaikan yang dilakukan:


Bersihan daerah yang terjadi honeycomb, chipping apakah terlihat besi atau tidak, jika
terlihat besi ikuti cara perbaikan yang sama seperti spalling, jika tidak terlihat besinya ikuti
langkah – langkah dibawah ini :

43
● Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.
● Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan Sika Bond NV,
tunggu ± 30 menit.
● Tambal area yang terbuka dengan Sika monotop 613
● Lakukan Curing area yang perlu diperbaiki.

2. Spalling

Gambar 2.39 Gambar Spalling

Perbaikan yang dilakukan:


a. Patching
Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak
luas, dapat digunakan metode patching. Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan
manual, dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan
yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan; sehingga
benar- benar didapatkan hasil yang padat. Material yang digunakan harus memiliki sifat
mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum
ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead.
Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.

44
b. Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting,
yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink
mortar. Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan
pompa. Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang
terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan
terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan
grouting. Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak susut.
Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
c. Shotcrete / Beton tembak
Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan
metode Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya
pengecoran pada umumnya.
Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.
Pada sistim dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering,
dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang
ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang, yang
mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcretenya,
karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.
Pada sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah,
sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan
perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.
Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan
(accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya
banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
d. Grout preplaced agregate
Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup
dalam adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang
dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari
volume kerusakan) kedalam bekisting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout,
kedalam bekisting. Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang
memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.

45
PEKERJAAN DAK BETON SEBAGAI PENUTUP ATAP

Dak beton atau pelat lantai beton adalah konstruksi lantai untuk tingkat atas pada
bangunan bertingkat dua atau lebih, yang terbuat dari struktur beton bertulang. Dak beton juga
dapat difungsikan sebagai atap datar, bahkan untuk bangunan satu lantai.

● Struktur Beton Bertulang pada Dak Beton


Secara konvensional pembuatan dak beton tidak bisa dipisahkan dari balok dan kolom
beton. Ketiganya terikat satu sama lain sebagai struktur beton bertulang, yaitu rangkaian
tulangan baja yang dicor dengan beton—campuran air, semen, dan agregat (pasir, kerikil, batu
pecah).

Gambar 2.40 Gambar struktur penulangan pada Dak Beton

Dak atau pelat beton merupakan bagian struktur yang berarah horizontal dan menerima
beban dari atas yang bekerja secara tegak lurus. Balok yang mengikat dak beton di bagian
bawah (balok T), berfungsi menahan tegangan tarik dan tekan (akibat beban lentur yang
bekerja). Kolom berfungsi menyalurkan seluruh beban bangunan yang diterima dari balok ke
struktur bawah (pondasi).
Kekuatan dak beton dalam menahan beban dipengaruhi oleh pembesian dan ketebalannya.
Jika tidak dihitung dengan tepat dan dicor dengan benar, struktur beton bertulang ini
berpotensi retak hingga roboh. Pembuatan struktur beton bertulang termasuk dak beton, baik
46
untuk lantai ataupun atap, harus mengikuti berbagai ketetapan Peraturan Beton Bertulang atau
SNI 2847. Misalnya, bahwa kecuali ditentukan lain karena pembatasan, ukuran tebal pelat
lantai tidak boleh kurang dari 12 cm dan untuk pelat atap minimal 7 cm.

● Proses Pembuatan Dak Beton


Proses pembuatan dak beton secara konvensional melalui beberapa tahapan sebagai berikut.

Gambar 2.41 Gambar Bekisting untuk Dak

□ Pekerjaan dak beton konvensional diawali dengan pembuatan cetakan (bekisting) dan
pembesian balok serta pelat beton. Selain untuk menopang pembesian dan menampung
adonan beton yang akan dituang atau cor, bekisting juga memberi bentuk. Bekisting bisa
dibuat dari papan, multipleks, atau bahan lain yang sesuai, dan ditopang oleh perancah
(scaffolding) sebagai penyangga sementara.

□ Setelah pekerjaan persiapan selesai harus dilakukan pemeriksaan ulang pada bekisting,
meliputi dimensi, elevasi, kelurusan, kerapatan sambungan), dan juga pemeriksaan tulangan
(dimensi, jumlah dan jarak besi tulangan, kekuatan bendrat). Untuk memeriksa elevasi bisa
dibantu theodolit dan waterpass.

□ Pipa-pipa yang memuat jaringan elektrikal ataupu sebagai jaringan utilitas juga harus
dipastikan telah terpasang dengan baik. Selanjutnya bekisting harus dibersihkan dari segala
jenis kotoran. Jika perlu, bisa digunakan kompresor udara.

47
Gambar 2.42 Gambar proses pekerjaan pengecoran dak beton

□ Adukan beton yang akan dicor, bisa dibuat secara konvensional, menggunakan mesin molen
kecil, ataupun dipesan adonan siap cor “ready mix”, yang biasanya didatangkan oleh truk
molen besar. Jika telah siap bisa dilakukan pengecoran pelat lantai dan balok (bisa juga
sekaligus dengan kolom).

Pastikan adonan beton telah melalui pengujian slump. Beton yang telah dituang diratakan
dengan penggaruk (papan perata) dan dipadatkan dengan mesin vibrator. Sebagai acuan bisa
digunakan tinggi peil lantai.

□ Jeda waktu untuk pengecoran satu bidang sebaiknya dihindari, karena berpotensi memicu
terjadinya retak/kebocoran. Jika terpaksa menghentikan pengecoran, sebaiknya pada posisi ¼
bentang (dihitung dari tumpuan). Jika mungkin, pengecoran baik dilakukan malam hari untuk
mengantisipasi sinar matahari yang ekstrem. Pengecoran siang hari akan baik bila dilakukan
di bawah terpal pelindung.

□ Pembongkaran bekisting sebaiknya dilakukan setelah 4-21 hari, seturut proses pengerasan dan
pengeringan beton. Sebelum kering sempurna, sebaiknya dak beton tidak dibebani berlebihan.
Dak beton yang difungsikan sebagai atap, idealnya dilapisi bahan waterproofing penutup
pori-pori beton untuk mengantisipasi rembes atau bocor.

● Kebutuhan Bahan, Alat dan Tenaga kerja


□ Bahan :
• Bahan primer coating
• Waterproofing membrane
• Screed beton
• Acian halus
• Kawat ayam
48
• Dan alat-alat bantu pekerjaan waterproofing lainya menyesuaikan kebutuhan kerja dan
kondisi lapangan
□ Alat :
• Sikat kawat
• Pahat beton
• Kape / Scrabe
• Kuas
• Roll
• Ember air
□ Tenaga :
• Pekerja
• Tukang
• Kepala tukang
• Mandor

Pekerjaan Pemasangan Tangga

Pembuatan Pondasi Tangga

Pondasi Tangga berfungsi sebagai dasar tumpuan landasan agar tangga tidak mengalami
penurunan, pergeseran. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau
kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok anak
sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.

Gambar 2.43 Pembuatan Pondasi Tangga

49
Pada proyek ini tumpuan konstruksi tangga adalah beton bertulang yang dihubungkan ke sloof

Bekisting Bordes dan badan tangga

Sebelum memulai pekerjaan bekisting bordes tangga, perlu diperhatikan elevasi/


ketinggian dari lantai dibawahnya sehingga diketahui kombinasi alat yang diperlukan,
apakah menggunakan perancah kayu saja atau dengan scaffolding.
Bekisting ini tidak perlu dipabrikasi secara khusus, karena bisa dipabrikasi pada saat
penyetelan langsung, yang perlu dipersiapkan adalah posisi kemiringan badan tangga.
Pada bagian bawah bekisting ini didukung oleh perancah untuk menahan beban serta
mempertahankan posisi kemiringan tangga.

Gambar 2.44 Pabrikasi Bekisting Tangga


Pemasangan Tulangan badan dan sengkang badan tangga

Pekerjaan pemasangan tulangan tangga dilakukan setelah bekisting terpasang, Tulangan


utama dipasang terlebih dahulu, kemudian dirangkai dengan tulangan sengkang. Bagian
bawah tulangan tangga diberi beton tahu / beton decking, Pemasangan beton decking pada
bagian bawah tulangan dengan ketebalan ± 2 cm.

Gambar 2.45 Pemasangan Sengkang Tangga


50
Pemasangan tulangan anak tangga

Pemasangan tulangan anak tangga disesuaikan dengan gambar teknis, tulangan ini
dihubungkan dengan tulangan badan tangga dengan cara diikat dengan kawat, kemudian
dipasang tulangan memanjang yang berfungsi untuk memperkuat anak tangga. Beton
decking juga dipasang pada sisi yang akan dipasang bekisting dengan ketebalan ± 2 cm.
Sebelum proses pemasangan, bekisting dipasang di salah satu sisi dinding tangga agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan tulangan.

Pemasangan bekisting Dinding Tangga, Bordes dan Trape/ Dinding Anak Tangga

Setelah pekerjaan pemasangan tulangan bordes dan badan tangga selesai, kemudian
dipasang dinding tangga pada sisi yang lainnya dan dinding bordes diatas badan tangga.
Bekisting dinding tangga dipaku dengan bekisting badan tangga.
Trade/ dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga sesuai dengan
yang telah digambar pada dinding badan tangga dan dipaku dari dinding tangga kearah
dalam. Untuk memudahkan pemasangan dapat dilakukan dari bawah keatas. Setelah
semua terpasang, kemudian antar anak tangga dirangkai dengan kayu 5/7 memanjang dari
atas ke bawah. Sama halnya dengan dinding badan tangga, dinding anak tangga inipun
telah dipabrikasi sebelumnya.

Gambar 2.46 Gambar bekisting Dinding Tangga, Bordes dan Trape/ Dinding Anak Tangga

● Pengecoran
Setelah bekisting tangga terpasang kuat maka akan segera dilakukan pengecoran tangga,
pengecoran dilakukan merata di seluruh bagian tangga.

● Pembongkaran

51
Pembongkaran dinding badan tangga dan trape dapat dilakukan setelah beton berumur 12
jam, sedangkan untuk badan tangga dan bordes dilakukan setelah tujuh hari atau setelah
mendapat ijin dari pihak direksi. Untuk pembongkaran balok bordes cara dan urutannya
seperti pada pembongkaran balok biasa.

52
PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pekerjaan Pasangan Dinding

Alat dan bahan yang digunakan :


1. Trowel
2. Palu karet
3. Waterpass
4. Besi siku
5. Gergaji
6. Ramset
7. Garukan perata
8. Bata ringan (ukuran 60 x 12,5 x 20 cm)
9. Pasta semen

Pelaksanaan

a. Siapkan sloof / balok dan periksa kerataan dan mutu pengecoran betonnya.
b. Tarik benang antara sudut-sudut dinding untuk menentukan posisi dan kerataan dinding.

Gambar 2.47 Pemasangan benang

Gunakan waterpass untuk menyamakan ketinggian benang dan gunakan theodolite bila diperlukan

53
c. Untuk lapisan dasar, gunakan Mortar atau setara. Tebarkan adukan tersebut secara merata
d. Gunakan cethok untuk merapikan kelebihan adukan di sepanjang tepian.
e. Letakkan blok yang sudah diberi Thin Bed Mortar di ujung dinding tepat pada
pertemuan benang. Tekan hingga ketebalan adukan 10 mm. Periksa kembali level blok
dengan menggunakan waterpass. Lakukan langkah yang sama untuk setiap ujung
dinding.

Gambar 2.48 Merekatkan Blok Arah Horizontal

f. Untuk merekatkan bagian vertikal blok digunakan Thin Bed Mortar.

Gambar 2.49 Merekatkan Blok Arah Vertikal

54
Gambar 2.50 Mengecek kerataan horisontal menggunakan waterpass

Gambar 2.51 Mengecek kerataan vertikal menggunakan waterpass

g. Setelah meletakkan blok pada masing-masing ujung dinding, letakkan blok lapis
kedua dengan Thin Bed Mortar. Langkah ini penting untuk dudukan benang dan
mencegah pergerakan blok di ujung dinding pada saat meletakkan blok-blok lain pada
lapis pertama.

Gambar 2.52 Meletakkan Blok Lapis Kedua dengan Thin Bed Mortar

55
Penting :
a) Untuk pasangan blok Hebel harus menggunakan sistem Thin Bed Mortar, agar
manfaat produk beton ringan aerasi dapat diperoleh sepenuhnya.
b) Blok-blok dan panel Hebel di lokasi proyek harus dilindungi dari air dan hujan.
h. Campur Thin Bed Mortar dengan air dalam sebuah ember. Penggunaaan mixer akan
menghasilkan campuran adukan yang lebih baik. Perbandingan Thin Bed Mortar dan
air sesuai petunjuk pemakaian pada kemasan. Pada saat hari terasa amat panas,
tambahkan sedikit lebih banyak air dari takaran yang disarankan, untuk menhindari
adukan cepat kering. Bilamana campuran mulai mengering tambahkan air ke dalam
bak dan aduk kembali. Sebelum mulai campuran baru, bersihkan ember terlebih
dahulu dengan air untuk mencegah adukan lama mempercepat waktu pengeringan
campuran pasangan yang baru. Jangan menggunakan lagi adukan sisa yang
berjatuhan.
i. Dengan menggunakan sikat halus, bersihkan permukaan blok setiap kali akan
memasang lapis baru.

Gambar 2.53 Membersihkan Permukaan Blok

Penting :

a) Bilamana suhu udara terasa sangat panas, celupkan sikat halus ke dalam air
sebelum menyikat.
b) Rentangkan benang dari ujung dinding ke ujung dinding yang lain. Gunakan
cethok khusus dengan lebar yang sesuai dengan lebar blok. Letakkan Thin Bed
Mortar pada arah vertikal terlebih dahulu, baru kemudian arah horisontal. Tebarkan
adukan secukupnya untuk satu blok saja. Pastikan pasangan Thin Bed Mortar
menutup selebar permukaan blok.

56
c) Pada saat meletakkan blok, angkat permukaan blok yang menghadap adukan
vertikal dan mulai letakkan sisi blok yang berlawanan terlebih dahulu.

Gambar 2.54 Perletakkan Blok

d) Setelah blok diletakkan, rapatkan dengan palu karet secara merata. Langkah ini
sangat penting untuk mamastikan bahwa seluruh permukaan blok sudah tertutup
dengan Thin Bed Mortar. Pastikan palu jangan terlalu keras supaya Thin Bed
Mortar tidak keluar. Jaga ketebalannya (1-2 mm setelah blok direkatkan).
Kelebihan Thin Bed Mortar pada permukaan dinding, dibersihkan dengan
menggunakan cethok biasa.

Gambar 2.55 Memalu Blok dengan Palu Karet

Penting :

a) Bila hujan turun, lindungi permukaan atas blok dengan plastik.


b) Bilamana ada penonjolan blok pada permukaan dinding, dapat diratakan dengan
menggunakan garukan perata.

57
Pekerjaan Plesteran

Pekerjaan plesteran dapat dilakukan dengan mempelajari gambar denah eseluruhan lokasi
dinding yang akan diplester beserta denah pelengkap (jika diperlukan), dalam skala 1:200,
1:100 dan 1:50 yang telah menggambarkan :
1) Posisi dan jarak pasangan dinding.
2) Tebal plesteran dan detail material finishing pada dinding.
3) Letak kusen pintu dan
jendela. Alat yang digunakan :
a. Steger / tangga kerja
b. Alat lepo atau mesin semprot plester
c. Kompresor
d. Molen kecil
e. Meteran
f. Siku besi
g. Ember
h. Palu & paku
i. Waterpass
j. Kawat ayam
k. Benang
l. Mortar (1 pc : 4 pasir, untuk dinding. Dan 1 pc : 3 pasir, untuk dinding transram)
m. Semen portland tipe 1 dan pasir beton kadar lumpur < 5%
n. Acian (semen instan)

Persiapan pekerjaan plesteran antara lain :

1) Umur pasangan bata ringan minimal 1 hari (24jam) dan dinding beton minimal 14 hari.
2) Bersihkan area plesteran dan permukaan dindingnya dari kotoran dengan sapu lidi.
3) Pada dinding beton, permukaannya terlebih dahulu diciping atau dapat juga dikamprot
dengan bahan tile additive, lalu dibiarkan selama 24 jam sampai kering.
4) Apabila terdapat pertemuan antara dinding beton dengan pasangan dan tidak ditentukan
dalam spesifikasi serta tidak ada tali air, maka sepanjang pertemuannya dipasang kawat
ayam dengan cara dipaku.
5) Berilah marking bidang yang akan diplester dengan memaku keempat sudutnya dan jika
tidak ditentukan di spek, pakukan sudut atas 25m lebih tinggi.

58
6) Kemudian tariklah benang horisontal dan vertikal dari paku satu ke yang lain. Jarak
antara benang dan permukaan dinding merupakan ketebalan plesteran nantinya.
Pasanglah alas kayu untuk menampung adonan yang jatuh.
7) Periksalah vertikalitas benang dengan dilot.
8) Tariklah benang berikutnya pada keempat sisi bidang plesteran dengan jarak 5cm dan
benang horisontal dan vertikal selanjutnya ditarik dengan jarak antar benang 1,5m.
Kemudian siramlah dinding yang akan diplester dengan air bersih.
9) Persiapkan adukan plesteran sesuai spesifikasi di dalam kotak kayu tempat adukan atau
menggukan molen kecil dan adonan haruslah rata, homogen dan

Gambar 2.56 pembuatan acuan untuk


plesteran Pelaksanaan plesteran dinding
1) Buatlah caplakan pada setiap persilangan benang dan ratakan permukaan adukan dengan
sendok semen sampai mencapai ketebalan yang diinginkan (jarak antara benang dan
permukaan dinding).

59
Gambar 2.57 Caplakan Plesteran

2) Setelah membuat caplakan lepaskan benang dengan paku hati-hati. Kemudian antara
caplakan tersebut buatlah klabangan horisontal atas dan bawah saja serta kelabangan
vertikal. Permukaan adukan diratakan dengan jidar alumunium dan roskam.

3) Pada pertemuan 2 dinding di sisi dalam, buatlah salah satu klabangan mepet dengan siku
dalam pada dinding, dan berkaitan jarak 5cm untuk klabangan dinding berikutnya.

Gambar 2.59 Klabangan pada Pertemuan 2 Dinding

4) Sebelum melaksanakan plesteran, cek kelembaban pada dinding yang akan diplester dan
jika diperlukan siram lagi dinding dengan air bersih.
5) Ambil adukan atau mortar pada bak menggunakan alat lepo

60
Gambar 2.60 Pengambilan adukan menggunkan alat lepo

6) Lakukan plesteran dengan menggunakan alat lepo kemudian ratakan serta padatkan
permukaan dengan jidar aluminium. Pada pertemuan antara sudut, plesteran dibuat
dengan lurus.

Gambar 2.61 Pekerjaan plesteran menggunkan alat lepo

61
Gambar 2.62 Perataan plesteran dengan menggunakan jidar

Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela

Untuk meletakkan daun pintu atau daun jendela pada dinding, dipasang rangka yang
disebut Kusen, kusen untuk tempat tinggal terbuat dari kayu atau logam. Kusen kayu
memberikan penampilan yang hangat dan indah dari tampilan tekstur serat-serat kayu yang
dimilikinya, mempunyai nilai penyekat panas yang baik dan pada umumnya tahan terhadap
pengaruh cuaca. Rangka jenis ini dapat berupa produk pabrik yang telah diselesaikan dengan
pelapisan cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa pelapisan. Kusen dari bahan
logam berbeda dari kayu,Kusen logam dapat terbuat dari alumunium, baja atau baja tak
berkarat (stainless-steel), warna alami logam dapat ditutup dengan lapisan cat dan dirawat
engan baik untuk mencegah korosi.

● Frame pintu dan jendela menggunakan alumunium dengan ukuran 4” tebal 1,35 mm
dan kayu meranti

● Daun pintu dan daun jendela menggunakan alumunium dan kayu meranti.

62
Bagian-Bagian Kusen
Kusen terdiri atas :

Gambar 2.63 Bagian-bagian Kusen


1. Tiang
2. Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas dan ambang bawah sedangkan
pada pintu tidak ada ambang bawah.
3. Sponneng, yaitu tempat perletakan/melekatnya daun pintu atau daun jendela.
4. Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam tembok yang
berfungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang.
5. Alur kapur, bagian dari tiang yang dialur/dicoak dengan fungsi untuk menahan gerakan
kusen kemuka atau kebelakang selain itu juga agar apabila terjadi penyusutan, tidak timbul
celah.
6. Angkur, dipasang pada tiang berfungsi untuk memperkuat melekatnya pada tembok juga
menahan gerakan ke samping.dan ke muka/ke belakang.
7. Duk (neut), dipasang pada tiang di bagian bawah, khusus untuk kusen pintu, berfungsi
untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan melindung tiang kayu terhadap resapan
air dari latai ke atas.
8. Engsel pintu stainless steel, berat 800g, handle pintu material stainless SUS 304 700g.
9. Mortise stainless steel.
10. Grendel alumunium stainless steel panjang 30 cm 200g.

63
a. Pemasangan Kusen Pintu

Gambar 2.64 Pemasangan Kusen Pintu


Cara pemasangan kusen pintu adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau
2. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank untuk
menentukan kedudukan kusen.
3. Pasang angker pada kusen secukupnya.
4. Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari tinggi
bouwplank.
5. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan unting-unting.
6. Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.
7. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh.
8. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya, ketinggian dan
ketegakan dari kusen.
9. Bersihkan tempat sekelilingnya.

64
b. Pemasangan Kusen Jendela

Gambar 2.65 Pemasangan Kusen Jendela


Cara pemasangan kusen jendela adalah sebagai berikut:
● Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau.
● Rentangkan benang selebar setengah ukuran batu bata dari as bouwplank.
● Pasang bata setengah batu setinggi dasar kusen jendela .
● Rentangkan benang setinggi 2 meter dari bouwplank.
● Pasang kusen jendela setinggi benang tersebut.
● Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolongan unting-unting.
● Pasang skur agar kedudukannya stabil dan kuat.
● Cek kembali posisi kusen jendela sampai terpasang pada keadaan yang benar.
● Bersihkan tempat sekelilingnya.

65
c. Memasang Daun Pintu

Gambar 2.66 Daun Pintu


Pintu terdiri dari kusen atau gawang dan daun pintu. Kusen dipasang tetap atau mati
di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada kusen dengan menggunakan engsel
sehingga dapat berputar pada engsel, berputar ke kiri atau ke kanan. Namun, daun pintu ada
yang tidak berputar pada engsel, melainkan bergeser di depan kusennya. Pintu tersebur
dinamakan dengan pintu geser. Kedudukan daun pintu pada saat ditutup melekat dengan
sponing pada kusen pintu, kecuali pada bagian bawah, kedudukannya dibuat beberapa cm di
atas lantai.

Cara Pemasangan
● Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
● Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
● Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
● Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi
kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
● Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu (sisi tebal)
dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu
dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)

66
● Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya,
kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu tempat engsel yang sesuai dengan engsel
pada daun pintu.
● Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara melepas pennya,
kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
● Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan memasangkan engselnya, kemudian
masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
● Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
● Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan cara melepaskan pen.
● Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus
dengan kusen.

d. Memasang Daun Jendela

Gambar 2.67 Daun Jendela

Seperti halnya pintu, jendela terdiri atas kusen atau gawang dan daun jendela. Kusen
dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada kusen dengan
menggunakan engsel sehingga dapat berputar pada engsel, berputar horizontal (ke kiri dan ke
kanan) atau berputar ertikal (ke atas dan ke bawah). Namun, ada jenis jendela yang tetap atau
mati, biasa disebut jendela mati engan tujuan untuk penerangan. Kedudukan daun jendela
pada saat ditutup melekat dengan sponing pada kusen jendela.
Cara Pemasangan
● Ukur lebar dan tinggi kusen jendela.
● Ukur lebar dan tinggi daun jendela.

67
● Ketam dan potong daun jendela (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
● Masukkan/pasang daun jendela pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi
kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
● Lepaskan daun jendela, pasang/tanam engsel daun jendela pada tiang daun jendela (sisi
tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 15-20 cm dari bagian tepi (untuk putaran
horizontal) atau engsel ditanam pada bagian ambang atas daun jendela dengan jarak 15-
20 cm dari bagian tepi (untuk putaran vertikal).
● Masukkan/pasang lagi daun jendela pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya,
kemudian beri tanda pada tiang/ambang atas jendela tempat engsel yang sesuai dengan
engsel pada daun jendela.
● Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun jendela dengan cara melepas pennya,
kemudian pasang/tanam pada tiang/ambang atas kusen
● Pasang kembali daun jendela pada kusennya dengan memasangkan engselnya,
kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun jendela pada
kusen jendelanya.
● Coba daun jendela dengan cara membuka dan menutup.
● Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun jendela dengan cara melepaskan pen.
● Stel lagi sampai daun jendela dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus
dengan kusen.

e. Pemasangan Kaca (Tebal 6 mm)

Gambar 2.68 Pemasangan kaca


Dengan sifat kaca yang sangat mudah pecah dan membutuhkan ekstra hati-hati dalam
penanganannya, sebaiknya perlu diperhatikan beberapa hal yang penting pada saat memasang

68
kaca pada daun pintu/jendela. Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat
dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu, material rangka
daun pintu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca. Apabila kaca dengan tebal kurang dari 4 mm,
sebaiknya gunakan sistem rangka tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela
berfungsi sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian ditambahkan lis tempel
di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm,
dapat digunakan rangka kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk
penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling rangka kayu.

Cara memasang kaca pada daun pintu/jendela adalah sebagai berikut:


● Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada bagian atas. Usahakan
letakkan pada meja yang luasnya minimal sama dengan luas daun pintu. Atau
letakkan pada lantai yang datar.
● Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
● Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar karton atau kain untuk
memegang kaca.
● Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi daun pintu/jendela.
● Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
● Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang sedang dipasang lis
kayu. Ini untuk menghindari goresan pada permukaan kaca karena gerakan martil.

Pemasangan Plafond Gypsum

Alat-alat dan bahan yang digunakan:


1. Gysum (gysumboard 9 mm & 12 mm)
2. Stager sebagai tangga untuk bekerja
3. Mesin bor
4. Benang ukur
5. Waterpass
6. Rambu ukur
7. Baja hollow 40 x 40 x 4 mm

69
Pelaksanaan:
1. Membersihkan langit-langit yang akan dipasang plafond dari material yang tidak
terpakai karena ada kemungkinan dapat merusak plafond. Selain itu pembersihan lokasi
juga dapat mempermudah pemasangan plafond.

Gambar 2.69 Pembersihan langit-langit


2. Memasang penggantung plafond. Pengecekan harus terus dilakukan untuk memastikan
setiap penggantung terikat kuat dan berada pada posisi yang aman.

Gambar 2.70 Pemasangan penggantung


3. Mengetes penggantung menggunakan beban pemberat.

Gambar 2.71 Pengetesan penggantung

70
4. Mengukur kedataran tiang penggantung dengan waterpass dan rambu ukur agar hasil
akhir pemasangan plafond rapi dan tidak bergelombang.

Gambar 2.72 Pengukuran kedataran tiang penggantung


2. Memasang rangka plafond untuk rangka kayu

Gambar 2.73 Pemasangan rangka plafond kayu


3. Memasang rangka plafond untuk rangka baja

Gambar 2.74 Pemasangan rangka plafond baja


4. Memasang gypsum plafond yang sudah dipabrikasi sebelumnya

71
Gambar 2.75 Pemasangan plafond gypsum
5. Mengecek kembali kedataran plafond yang sudah dipasang.

Gambar 2.76 Pengecekan kembali plafond

72
73
74
Pekerjaan Lantai dan Pelapis Lantai

Alat dan bahan harus diperhatikan sebelum memulai pemasangan keramik, baik untuk
dinding maupun lantai. Adapun alat yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Sendok semen, sering disebut cetok yang merupakan alat untuk mengambil semen.
2) Benang marking, digunakan sebagai benang penuntun agar letaknya tidak miring.
3) Waterpass, merupakan alat yang digunakan agar lantai tidak naik turun.
4) Palu karet, merupakan palu dengan kepala yang terbuat dari bahan karet dan
berguna untuk memukul keramik pada saat dipasang sehingga benar-benar
menempel pada lantai kerja.
5) Meteran, berguna sebagai alat ukur panjang, lebar, dan tinggi.
6) Sarung tangan, berguna agar tangan tidak langsung menyentuh semen.
7) Lap, berguna pada saat keramik telah dipasang untuk membersihkan bila ada
semen yang masih menempel.

Gambar 2.77 Alat dan Bahan Pekerjaan Keramik


Alat-alat di atas sudah lazim dipakai pada saat pemasangan keramik dan mudah
didapatkan terutama di toko-toko bahan bangunan. Sementara bahan yang dibutuhkan sebagai
berikut:
1) Pasir, merupakan bahan bangunan yang dipakai sebagai penghubung antara dasar dan
permukaan keramik yang sering disebut agregat halus.
2) Keramik, merupakan bahan bangunan yang berfungsi sebagai penutup lantai dan dinding.
3) Bahan perekat, berupa semen yang digunakan untuk adukan bersama pasir.
4) Bahan pengisi naat atau tile grout, merupakan bahan yang digunakan untuk menutup
lubang antar keramik yang baru dipasang. Bahan ini dapat dibeli di toko bahan
bangunan.
75
Pembuatan Lantai Kerja (Lantai Dasar)
Lantai sebuah bangunan umumnya dikerjakan pada terakhir kalau seluruh bangunan
sudah selesai. Mengapa demikian? Bila lantai sudah dikerjakan terlebih dahulu maka
kemungkinan lantai rusak karena kejatuhan potongan-potongan bahan bangunan lainnya akan
sangat sulit dihindarkan, termasuk juga tetesan-tetesan cat. Namun, lantai kerja perlu
disediakan sebelum keramik dipasang. Syarat penting bagi lantai kerja antara lain rata, cukup
keras sehingga tidak mudah amblas, dan kering. Lantai kerja atau lantai dasar berguna
sebagai perletakan sebelum keramik dipasang.

Gambar 2.78 Pembuatan Lantai Kerja


Lantai kerja dibuat setebal minimum 5 cm. Lantai kerja ini dibuat dari adukan semen dan
pasir dengan perbandingan bahan 1 sak semen : 4 sak pasir. Adukan ini diletakkan di atas
lapisan pasir yang sudah dipadatkan. Agar permukaan menjadi rata dan datar, biarkan lantai
kerja tersebut kering dan mengalami proses penguapan sempurna. Bila perlu, biarkan lantai
kerja yang sudah rata tersebut selama minimal 3 hari.

Tahap Pemasangan Keramik (60 x 60, 40 x 40 & 20 x 20 warna cream polished)


Pada saat pemasangan keramik, perlu ketelitian. Pemasangan keramik pada lantai dan
dinding memiliki proses yang sama. Berikut diberikan tahapan pemasangan keramik untuk
lantai.
1) Permukaan lantai/dinding yang akan dipasang keramik juga harus dalam keadaan bersih,
cukup kering dan rata air

76
Gambar 2.79 Pembersihan lokasi yang akan dibuat keramik
2) Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan / tangga / dinding yang
ada. Pemasangan keramik lantai atau dinding dimulai dari tulangan ini.
3) Siapkan bahan additive atau bahan yang bersifat sebagai perekat. Bahan perekat dapat
berupa adukan semen. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik
permukaan dasar maupun dibadan belakang keramik lantai atau dinding yang terpasang.
Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata yang dianjurkan adalah: Untuk lantai,
Semen : Pasir = 1:6, dengan ketebalan rata-rata : 2 - 4 cm

Gambar 2.80 Mortas untuk perekat keramik


4) Rendam keramik dalam air bersih agar kotoran yang melekat pada keramik terlepas dan
memperkuat atau menambah daya lekat keramik.
5) Keramik dianginkan dengan cara diletakkan pada tempat dudukan/tatakan keramik
setelah proses perendaman selesai.

Gambar 2.81 Perendaman dan Penganinan Keramik

77
6) Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai. Penentuan peil ini untuk seluruh
kesatuan peil didalam ruangan.

Gambar 2.82 Penentuan garis dasar pasangan

7) Pasang benang arah horizontal dan vertikal pada lantai sesuai elevasi pada gambar kerja.

Gambar 2.83 Pemasangan Benang

8) Mulailah memasang keramik lantai ke arah vertikal dan horisontal sesuai dengan benang
yang sudah di seting terhadap ruangan, seperti pada contoh dibawah ini.

Gambar 2.84 Pemasangan Keramik

78
9) Kemudian keramik tersebut dipasang di atas campuran yang sudah diratakan.

Gambar 2.85 Pemasangan Keramik


10) Padatkan secara rata. Ketuk keramik yang baru dipasang dan pastikan tidak ada yang
kopong atau bagian dasar berongga karena itu akan membuat keramik lepas di kemudian
hari. Periksa ketinggiannya apakah sudah sama rata dengan benang yang ditarik untuk
menentukan ketinggian lantai.

Gambar 2.86 pekerjaan Pemadatan keramik secara rata

79
11) Setelah keramik kepalaan selesai deikerjakan, anda bisa memasang keramik pada seluruh
bidang lantai ruangan.

Gambar 2.87 Proses Pemasangan Keramik

12) Pasang keramik sebaiknya mulai dari tengah ruangan, sesuai arah pemasangannya.
Namun, sebenarnya dari mana saja pemasangan keramik dapat dilakukan.
13) Cara pemasangan yang baik adalah keramik jangan dipasang secara keseluruhan, tetapi
cukup sebagian dulu. Tujuannya untuk memberikan kesempatan agar lantai kerja
menguap secara sempurna. Bagian yang belum dipasang keramik dapat ditutup keramik
setelah 1 hari. Jarak antar keramik (naat) sebaiknya tidak terlalu rapat, cukup 2-3 mm.

Gambar 2.88 Proses Pemasangan Keramik

80
14) Setelah semua keramik terpasang, kini giliran pemberian naat. Namun, perlu
diperhatikan bahwa pemberian naat dilakukan setelah 7 hari pemasangan lantai keramik.
Tujuannya agar keramik yang dipasang sudah tidak mengalami kembang susut. Bahan
untuk naat terbuat dari semen atau bahan lainnya yang sudah tersedia di toko bahan
bangunan yang umumnya senada dengan warna ubin keramik. Nat diisi dengan
campuran pengisi nat (grout) semen atau bahan khusus yang ada dibanyak toko
bangunan. Lebar nat juga berbeda antara keramik lantai dan keramik dinding, Keramik
lantai, lebar nat = 4 s/d 5 mm.

Gambar 2.89 Pemberian Naat


15) Untuk pemasangan lantai keramik yang terlalu luas, sebaiknya diberikan expansion joint
berupa celah 4 - 6 mm pada setiap luas bidang 16 m2. Nantinya celah tersebut diisi
dengan bahan yang elastik dengan tujuan agar bila terjadi keretakan keramik atau
terlepasnya keramik maka tidak akan merembet atau tidak semua keramik ikut rusak.
16) Jangan diinjak-injak. Amankan areal keramik yang baru dipasang dari lalu lalang orang
selama 2–3 hari. Keramik akan ambles karena adukan di bawahnya masih belum kuat
untuk dibebani.
17) Periksa kembali. Dalam sebuah areal pemasangan 3×3 m biasanya terdapat 3–5 keramik
yang kopong. Untuk itu segera bongkar dan ulangi pemasangannya.----
18) Bersihkan segera bekas adukan grout pengisi nat yang telah diaplikasikan dan menempel
di permukaan keramik. Kita bisa menggunakan bahan pembersih dengan kadar asam
tidak lebih dari 5%. Setelah itu bersihkan dengan air bersih.

81
Pekerjaan Pemasangan Dinding Keramik (10 x 20 warna cream polished)

Persiapan pekerjaan pasangan keramik dinding :

a. Siapkan tenaga kerja, bahan dan peralatan yang cukup


b. Bahan-bahan ditempatkan dekat pekerjaan pemasangan
c. Siapkan / bersihkan lokasi pekerjaan
d. Pilih seluruh keramik yang akan dipasang , sehingga ukurannya sama dan tidak ada
yang cacat (harus baik)
e. Periksa dan siapkan saluran-saluran instalasi yang harus tertanam dibelakang tegel
keramik dengan benar
f. Ayaklah pasir yang akan dipakai untuk spesi
g. Siapkan lampu penerangan untuk kemudahan pemasangan.

Tahap Pemasangan Keramik

Ada berbagai macam cara memasang keramik, disini kami mencoba menjabarkan cara
yang baik dan benar yang biasa kami lakukan di lapangan.
Metode pemasangan keramik pada dinding adalah sebagai berikut:

1. Rendam keramik yang akan dipasang kurang lebih 15-30 menit sebelum digunakan.

Gambar 2.90 Perendaman Keramik

Hal ini membuat bagian bawah keramik yang masih berpori dapat menyerap air, sehingga
sewaktu diberi adukan semen bisa menempel atau menyatu. (Bila tidak diberi air maka air
dalam adukan semen akan terserap oleh keramik. Dan adukan semen akan menyusut sehingga
menyisakan ruang kosong serta membuat keramik tidak menempel dengan baik. Setelah
sekian waktu kemungkinan keramik bisa terlepas dari tempatnya.

82
2. Tempelkan adukan semen dan pasir pada dinding yang akan dipasang keramik.

Gambar 2.91 Penempatan adukan untuk keramik dinding

Lalu biarkan sebentar, supaya agak mengering. Usahakan agar adukan semen dan
pasirnya jangan terlalu encer agar dapat menempel dengan baik pada dinding.

3. Ketika hendak diletakkan pada dinding, beri kembali sedikit air pada bagian belakangnya.

Gambar 2.92 Pemberian air untuk keramik

4. Berikan adukan semen pada bagian belakang keramik.

Gambar 2.93 Pemberian adukan keramik

83
Ratakan lapisan semen tersebut. Untuk bagian pinggir keramik jangan diberi semen
terlalu tebal, karena ketika keramik ditekan/dipukul untuk meratakan permukaannya,
lapisan semen yang di tengah akan lari ke arah pinggir dan mengisi ruang kosong
tersebut. (Bila pada pinggiran keramik diberi terlalu banyak semen, nantinya keramik
akan sulit untuk ditekan/diratakan. Juga akan mengotori permukaan keramik karena
semen akan keluar/muncrat kemana-mana dan pada akhirnya jadi pemborosan bahan.)

5. Letakkan keramik pada posisinya lalu tekan/pukul dengan palu karet agar permukaannya
sejajar dengan tali atau keramik disebelahnya.

Gambar 2.94 Pemasangan Keramik menggunakan acuan

Untuk keramik dinding, pemasangan dimulai dari bagian paling atas ke bagian paling
bawah. Untuk menahan agar posisi keramik tidak melorot ke bawah, gunakan paku
sebagai pengganjal.

6. Setelah itu berikan spacer atau patokan besar nat keramik.


Spacer untuk nat keramik

Gambar 2.95 Pemberian Spacer

Bisa menggunakan berbagai macam benda yang kira-kira sesuai tebalnya serta sama
ukurannya satu dan lainnya.

84
7. Lalu tekan/pukul dengan palu karet sehingga keramik menjepit spacer tersebut.
Merapatkan nat keramik bagian atas

Gambar 2.96 Perataan Keramik

Ini dimaksudkan agar besarnya nat keramik sama semua (seragam).

8. Cek kembali apakah permukaannya sudah rata dengan bagian atas, bawah atau
sampingnya.
Cek ujung keramik

Gambar 2.97 Pemasangan Keramik

Karena dalam proses produksinya, kemungkinan terdapat beberapa buah keramik yang
kondisinya melengkung, sehingga bagian pojok atas kiri atau kanan sudah rata tetapi
bagian bawah kiri atau kanannya bisa jadi menonjol keluar atau malah masuk ke dalam.

9. Isi bagian samping dan bawah keramik agar tidak ada sisa ruang kosong.

Agar keramik tidak kosong bagian dalamnya, sehingga kurang kuat bila mengahadapi
tekanan nantinya. Bila bagian tersebut kosong maka keramik akan mudah pecah.

85
Isi samping keramik

Gambar 2.98 Pemasangan Keramik

10. Jangan lupa dilap permukaan


keramiknya.

Bersihkan permukaan keramik

Gambar 2.99 Pembersihan Keramik

Pada waktu pemasangan biasanya permukaan keramik akan terkena adukan semen.
Memang keramik memiliki lapisan glaze yang membuat kotoran dan semen tidak mudah
menempel, tetapi alangkah baiknya jika keramik Anda yang baru ini dibersihkan supaya
terlihat bersih dan mengkilap.

11. Biarkan untuk beberapa waktu,agar adukan semen mengering dan keramik diam pada
tempatnya ketika paku tahanan dicabut.

Keramik yang sudah dicabut


paku penahannya

Gambar 2.100 Pencabutan paku

Bila keramik bergeser kembali setelah dicabut paku penahannya, rapikan kembali
keramik pada posisi yang benar dan berikan sedikit semen kering pada bagian bawah,
atas atau sampingnya. Hal ini untuk mempercepat adukan semen supaya mengering dan
Mengeras.

86
12. Untuk pemasangan keramik berikutnya prosesnya mengulang kembali dari atas. Bersihkan samping
keramik

Gambar 2.101 Pemasangan Keramik

Namun sebelum meletakkan keramik, pastikan bagian samping atau bawah keramik
sebelumnya bersih dari gumpalan atau sisa-sisa semen. Agar tidak ada yang
mengganjal diantara kedua keramik dan besarnya nat bisa disesuaikan atau
disamaratakan.

Pekerjaan pemasangan plint keramik


□ Persiapan

▪ Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan plint keramik.

▪ Approval material yang akan digunakan.

▪ Persiapan lahan kerja.

▪ Persiapan material kerja, antara lain : keramik plint 10x20 cm warna cream polished,
semen PC, pasir, semen grouting nat, air, dll.

▪ Persiapan alat bantu kerja, antara lain : waterpass, gerinda, meteran, palu karet, benang,
dll.

87
Gambar 2.102 Pemasangan plint keramik dinding
□ Pengukuran

▪ Juru ukur (surveyor) menentukan dan menandai (marking) pada dinding yang akan
dipasang plint keramik.

□ Pekerjaan pasang plint keramik dinding

▪ Dinding yang akan dipasang plint keramik pada bagian bawah jangan diplester + aci
dahulu agar tidak ada pekerjaan bobokan.

▪ Rendam plint keramik dalam air.

▪ Pasang plint keramik pada dinding yang sudah di marking dengan perekat menggunakan
acian.

▪ Pada saat pemasangan, tekan plint keramik atau pukul dengan palu karet untuk
mendapatkan permukaan keramik yang rata.

▪ Cek kerataan pasangan plint keramik dengan waterpass.

▪ Grouting/isi nat antara plint keramik dengan semen khusus grouting nat.

Pekerjaan Pengecatan

Lingkup pekerjaan :
Pengecatan dinding.

88
Pengecatan langit-langit/plafond
Pekerjaan cat kayu.
Pekerjaan cat logam
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengecatan :
a. Terpal
b. Amplas
c. Rol
d. Kuas
e. Skrap
f. Kain lap

Bahan yang digunakan, yaitu :

a. Cat tembok : ICI DULUX, dan yang setaraf


b. Cat Plafond Plywood : Cat kayu GLOTEX, dan yang setaraf.
c. Cat logam/besi.
d. Cat kayu : Cat kayu GLOTEX, dan yang setaraf.

Pelaksanaan pekerjaan pengecatan meliputi :


1) Bersihkan permukaan dinding dari debu, kotoran dan berkas percikan plesteran.
2) Lindungi bahan-bahan / pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang akan
dicat dengan kertas semen / koran.
3) Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian-bagian dinding yang retak dan kurang
rata dengan plamir, kemudian tunggu sampai kering.
4) Haluskan plamir yang telah kering dengan amplas hingga rata.
5) Cek kerataan permukaan dinding .

Cat tembok ICI DULUX, dan yang setaraf :


a. Bila terjadi pengkristalan, permukaan disapu dengan kain kering kemudian
kain basah dan dibiarkan selama 48 jam.
b. Untuk permukaan yang sangat menyerap, beri lapisan penutup dari cat

89
emulsi yang diencerkan dengan air sebanyak 50 %.
Cat Kayu.
a. Bahan harus diaduk sebelum dan selama pengulasan, agar warna dapat merata.
b. Kelebihan cat di permukaan harus disebar lagi setelah pengeringan selama 5
~ 10 menit, tergantung kadar penyerapan, kondisi pengeringan dan kegelapan
warna yang diinginkan.
c. Pengerjaan tidak diperkenankan dalam cuaca basah.
Cat logam
a. Besi baja harus segera diberi meni setelah pekerjaan persiapan
(pembersihan) selesai.
6) Aplikasikan minimal 4 (empat) lapis terdiri dari 1 (satu) lapis meni, 1 (satu) lapis cat
dasar, 2 (dua) lapis cat akhir.
7) Jika permukaan sudah rata, laksanakan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang
yang luas & kuas untuk bidang yang sempit.
8) Jika Cat Dasar Tersebut Sudah Kering, Laksanakan Pengecatan Finish (Jumlah
Pelapisan Cat Sesuai Dengan Spesifikasi)
9) Cek kerataan pengecatan finish.
10) Apabila sudah rata, bersihkan cat-cat yang mengotori bahan-bahan / pekerjaan lain
yang seharusnya tidak terkena cat.

11) Cat epoxy digunakan untuk seluruh permukaan plafond

PEKERJAAN MEKANIKAL

Pekerjaan Plumbing dilaksanakan sesuai gambar. Pada pekerjaan ini terbagi


menjadi 3 (tiga ) macam yaitu instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi air
bekas. Ketiga macam pipa instalasi ini harus diselesaikan dalam waktu 15 hari dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang.Instalasi Air Bersih

1. Hal yang diketahui terlebih dahulu adalah denah Plumbing serta


Diagram Isometri untuk mengetahui jalur-jalur instalasi pipa diletakkan.
2. Pemasangan pipa dilaksanakan setelah pasangan bata dan sebelum
pekerjaan plesteran dan acian, fungsi untuk menghindari bobokan yang
menyebabkan keretakan dinding. (Untuk instalasi dalam bangunan).
3. Untuk pemasangan di luar bangunan seperti pipa saluran air hujan
dikerjakan setelah pekerjaan plesteran diselesaikan.
90
4. Pipa yang melewati plat dak atau balok atau kolom beton harus dipasang
sparing atau pemipaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengecoran.
5. Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan plug/dop yang
tidak mudah lepas (menghindari kotoran/adukan masuk sehingga terjadi
penyumbatan).
6. Belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran tidak dilakukan.
7. Posisi pipa pada kamar mandi harus disesuaikan dengan sanitair.
8. Rencana instalasi air bersih diletakkan pada perempatan nat keramik /
as keramik, simetris dengan luas keramik.
9. Setelah instalasi terpasang segera diadakan test tekanan pipa :
a. Untuk pipa Gip maximum 10 Bar
b. Untuk pipa PVC maximum 6 Bar

Instalasi Air Kotor

a. Hal yang perlu diketahui : Denah instalasi dan diagram isometris pipa air
kotor serta jalur pembuangan.
b. Percabangan sebisa mungkin dibuat tidak banyak (diusahakan dihindari)
c. Sambungan dibuat betul-betul rapat.
d. Untuk air bekas (mandi/cuci) dibuat manhole untuk kontrol pembersihan
(bak kontrol) pada tempat-tempat tertentu.
e. Untuk lubang saluran pembuang diberi saringan.
f. Sparing dibuat melebihi rencana peil lantai beton & tebal beton. ( diatas plat
= 25 cm, dibawah plat = 15 cm ), bagian atas supaya ditekuk
atau digepengkan / ditutup dengan cara dipanaskan.
g. Posisi sparing dibuat sesuai dengan type sanitair (jika sanitair telah
ditentukan).
h. Jika sanitair belum ditentukan, digunakan sistem Block Out.
i. Sparing Clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing closet (bila
ada), dimana letak sparing clean out berada di samping atau dekat dengan
sparing closet, fungsinya adalah untuk pembersihan apabila closet terjadi
penyumbatan.

91
j. Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak percabangan
dengan saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya untuk mengurangi
tekanan udara pada pipa pada saat closet di gelontor dengan air.
k. Floor drain supaya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan kurasan bak.
l. Spesifikasi pipa adalah : PVC D 2”, (setara wavin, Rucika, Pralon).

92
Saluran Pipa Wc ke Biotank
1. Pipa saluran dari closet menuju ke septictank harus diperhatikan kemiringannya,
karena kemiringan pipa dapat memperlancar penyaluran kotoran apabila
digelontor dengan air, kemiringan minimal 2 %.
2. Pipa sebaiknya dipergunakan kwalitas yang baik atau minimal type D.
3. Jangan ada percabangan untuk pipa yang ditanam di tanah (bangunan 1 lantai),
karena bila ada penyumbatan susah untuk perbaikannya. Untuk bangunan
bertingkat (ada shaft) harus dibuat clean out dan fan out.

Spesifikasi pipa Wc ke Biotank

1. Booster pump package : jenis pompa booster pump (setara sanyo, DAB)

2. Pompa transfer : setara sanyo, DAB

3. STP Biotech : Biotech ukuran D 240 x P 445 cm dengan kapasitas > 100 orang.
(Type RCX-20).

Penyambungan Pipa
1. Alat : Gergaji, Amplas, Lem PVC, Shell tape, Kunci Pipa
2. Untuk pipa PVC, dipotong sesuai dengan ukuran ujungnya diamplas
terlebih dahulu dan dibersihkan oleskan lem pada ujung dan dalam shock
(penyambung) segera masukkan gerakan arah lurus jangan diputar, tunggu
sampai kering. Apabila belum kering betul posisi sambungan jangan digerakkan,
karena akan menyebabkan lem yang telah dioles menjadi tidak rekat.
3. Pada sambungan pipa yang mempunyai drat terlebih dulu dibungkus
sheeltape secukupnya pada drat sisi luar baru dimasukkan drat dalam dan diputar
sampai kencang dan rapat.
4. Pada penyambungan pipa besi lebih banyak dipakai sistem drat dan las. Untuk
penyenaian pipa minimum 4 baris/alur/drat.

93
Instalasi Air Bersih

94
Spesifikasi Instalasi Air Bersih
1. Pompa setara sanyo, DAB
2. Toren Air Kapasitas 5100L
3. Pipa Galvanis 1”
4. Pipa Galvanis ¾”
5. Pipa Galvanis ½”
6. Kran, Kloset duduk, Kloset jongkok, Urinoir, Tampat tisu (setara TOTO, American
Standard, TOHO.

Instalasi Air Buangan

95
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Pekerjaan Instalasi listrik diserahkan kepada sub kontraktor spesialis Elektrikal.


Mengingat kabel serta pipa listrik untuk stop kontak dan saklar tertanam dalam dinding
bata, maka perlu diadakan koordinasi dalam pelaksanaannya agar efektifitas
pelaksanaan pekerjaan dapat tercapai. Instalasi konduit dan firring dipasang pada
struktur beton mengikuti gambar kerja pelaksanaan dilapangan. Pemasangan box panel
ditempatkan pada setiap lantai untuk memudahkan dalam perawatannya. Selain instalsi
listrik yang lain, gedung ini juga harus memasang instalasi penangkal petir. Pengujian
instalasi listrik diadakan setelah pemasangan instalasi selesai. Pekerjaan ini harus
diselesaikan dalam waktu 21 hari.

96
Sistem Instalasi Listrik

1. Peralatan dan bahan listrik


a. Panel dan kotak pembagi (simetri, Panelindo Mas, Lokal)
b. Saklar dan zekering-zekering
c. Alat-alat ukur (voltmeter, Ampre meter & Kwh meter)
d. MCB, MCCB (MG, ABB)
e. Stop kontak / stop kontak daya
f. Lampu penerangan
g. Grounding atau pentanahan
h. Shot Circuit (SEG, MG)
i. Fuse (Socomec)
j. Selector switch A-O-M (K&N atau setara)
k. Conductor, Push Button (Telemecanique atau setara)
l. Amper, Volt, Frex, Watt (GAE, Siemen)

2. Metode Pelaksanaan
a. Semua hantaran (kabel) yang ditarik dalam pipa / cabelduct harus diusahakan
tidak tampak dari luar (tertanam)
b. Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum pengecoran. Pemasangan sparing-
sparing listrik yang melintas di plat, balok, kolom beton harus dipasang terlebih
dahulu sebelum pengecoran, kabel diusahakan dimasuk-kan bersamaan dengan
pemasangan sparing.
c. Pipa yang dipasang pada dinding dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran
dan acian dikerjakan.
d. Penempatan sambungan/percabangan harus ditempatkan di daerah yang mudah
dicapai untuk perbaikan (perawatan).
e. Sambungan harus menggunakan klem / isolasi kabel supaya terlindung dengan
baik sehingga tidak tersentuh atau menggunakan lasdop dan ditempatkan pada Te
Dos.
f. Lekukan/belokan pipa harus beradius > 3 kali diameter pipa dan harus rata (untuk
memudahkan penarikan kabel).
g. Jaringan arde harus dipasang tersendiri / terpisah dengan arde penangkal petir
(setara Pulstar, Guardian, Qurnt).
97
1) Tidak boleh ada sambungan
2) Dihubungkan dengan elektroda pentanahan
3) Ditanam sampai minimal mencapai air tanah

h. Pada hantaran di atas langit-langit, harus diklem pada bagian bawah plat / balok
atau pada balok kayu rangka langit-langit.
i. Untuk hantaran/tarikan kabel yang menyusur dinding bata/beton pada shaft harus
diklem atau dengan papan dan kabeltrey bila jaringan terlalu rumit (banyak).
j. Stop kontak dan saklar. Pemasangan stop kontak setinggi > 30 cm dari lantai,
saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai (bila tidak ditentukan spesifikasinya).
Pemasangan stop kontak dan saklar harus rata dengan dinding.
k. Box / kotak Panel bodynya harus diarde, untuk menghindari adanya arus.

3. Panel-panel listrik.
a. Pasanglah panel-panel sesuai tempat yang telah ditentukan pada gambar rencana.
b. Semua kabel masuk/keluar ke panel melalui bagian atas. Aturlah kabel-kabel
masuk dan keluar secara sistematis dan rapih.
c. Semua badan panel harus diberi pentanahan menurut aturan PLN.

4. Kabel-kabel Feeder.
a. Sebelum kabel-kabel feeder dipasang, Pemborong harus membuat gambar lay out
jalur-jalur kabel feeder serta membuat koordinatnya.
b. Kemudian Pemborong memasang tanda-tanda pada jalur kabel tersebut dan harus
mendapat persetujuan Perencana untuk menghindari kemungkinan tabrakan
dengan instalasi dan pekerjaan-pekerjaan lain
c. Pemasangan kabel feeder.
1) Kabel feeder terpasang dalam tanah minimum 80 cm di bawah permukaan
tanah dengan memakai perlindungan pipa galvanis.
2) Setiap selokan kabel harus diperhitungkan radiusnya yang minimal R = 15 D,
dimana D adalah diameter kabel tersebut.
3) Tidak diperkenankan melakukan penyadapan atau penyambungan kabel di
tengah perjalanan.
4) Terminasi kabel harus selalu menggunakan sepatu kabel.

98
5. Angkur, kelos, terobosan, rangka dan rak besi.
a. Pemasangan angkur, kelos dan pembuatan terobosan harus dikerjakan sebelum
pengecoran.

b. Sebelum pemasangan angkur, kelos dan pembuatan terobosan, Pemborong harus


membuat gambar detail baik lokasi maupun cara pemasangannya. Gambar-
gambar ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Perencana.
c. Besi angkur harus diikat ke sisi tulangan konstruksi cor-coran supaya terpasang
dengan kuat.

6. Galian dan urugan.


a. Kedalaman dan besarnya penggalian harud sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan untuk tiap pekerjaan menurut RKS.
b. Bilamana ada tabrakan dengan pipa, kabel, saluran got dan lain-lain harus
membuat gambar detail dan cara penyelesaiannya yang baik untuk semua pihak.
c. Kesalahan-kesalahan yang timbul karena kelalaian menjadi tanggung jawab
Pemborong.
d. Setelah selesai pemasangan kabel listrik, galian tersebut harus diurug kembali.

Pekerjaan Lansekap

1. Pekerjaan Pagar

Metode Kerja Pemasangan Pagar Panel Beton, masing2 pekerja berbeda,


namun tetap tujuannya sama dengan tahapan Pemasangan Pagar Panel Beton yang
terdiri dari beberapa tahapan:

1. Galian Tanah
2. Pondasi Batu Kali
3. Pemasangan Kolom Beton
4. Sloof Beton (bisa saja tidak ada sloof, sesuai gambar kerja)
5. Pemasangan Panel Beton

Uraian dari masing masing pekerjaan :

99
● Galian Tanah

Pekerjaan galian tanah bisa dilakukan dengan alat berat atau manual dengan
tenaga manusia (tergantung banyaknya volume pekerja).

● Pondasi Batu Kali


Setelah galian tanah pondasi pagar terlaksana selanjutnya memasang pondasi
batu kali, dengan uraian seperti berikut:

Persiapan bahan, alat dan tenaga kerja.Tahap awal adalah membuat dan
memasang bowplank untuk pasangan batu kali sesuai dengan gambar kerja.
Membuat adukan mortar menggunakan molen sesuai dengan spesifikasi
teknis.Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 – 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 – 3
cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat
dengan adukan.

Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan


menggunakan sendok adukan.Pada saat mengerjakan pasangan pondasi batu kali
harus disediakan lubang/sparing tempat pemasangan kolom.

Apabila terjadi hujan, pasangan diitutup plastik atau terpal agar pasangan yang
masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
● Pemasangan Kolom Beton

Kolom pagar dipasang setelah lubang/sparing pada pondasi batu kali telah
tersedia, dengan uraian metode kerja seperti berikut:

Kolom diangkat dengan menggunakan tripod, kemudian dimasukkan kedalam


lubang/sparing yang telah disediakan.

Cek kelurusan horizontal dan vertical kolom agar posisi kolom presisi terhadap
kolom lainnya.

100
Seletah kolom terpasang/berdiri lurus, maka lubang/sparing akan ditutup dengan
memasang batu kali sesuai dengan gambar.
● Sloof Beton

Pekerjaan sloof beton berfungsi untuk menjepit kolom pagar oleh karena itu
sloof dilaksanakan setelah Kolom Pagar berdiri/ terpasang, pekerjaan sloof
dilaksanakan dengan uraian metode kerja seperti berikut:

Tahap pertama adalah melakukan Pembesian untuk sloof beton dengan ukuran
sesuai gambar rencana, pada saat pemasangan besi harus diperhatikan bahwa
besi tulangan harus benar-benar menjepit kolom.

Selanjutnya adalah pemasangan bekisting dengan ketentuan sesuai dengan


spesifikasi teknis. Setelah pembesian dan bekisting terpasang serta telah
disetujui oleh Pengawas Lapangan, selanjutnya adalah melaksanakan
pengecoran Sloof menggunakan Beton K-250 atau sesuai spesifikasi teknis.

Sebelum dilakukan pengecoran sloof maka akan dilaksanakan pemeriksaan akhir


pekerjaan dan pembersihan lokasi pengecoran.

Pengecoran dilaksanakan menggunakan ready mix namun apabila tidak


memungkinkan, pengecoran dilaksanakan secara site mix menggunakan beton
molen.

Campuran beton yang sudah homogen dituangkan ke dalam bekisting. Segera


setelah beton dituangkan kedalam bekisting, beton tersebut akan dipadatkan
menggunakan alat concrete vibrator, pemadatan dilakukan sesuai dengan
spesifikasi teknis.
● Panel Pagar

Setelah kolom dan sloof terpasang, selanjutnya adalah melaksakan pemasangan


panel pagar seperti berikut:

Panel diangkat dengan menggunakan tripod, kemudian dimasukkan kedalam


101
celah yang telah tersedia pada kolom.
Pekerjaan pemasangan panel beton dilaksanakan sesuai gambar kerja.

Demikian metode kerja standart dalam hal pemasangan pagar panel beton yang
seperti diuraikan disini.

Pagar Panel Beton berfungsi untuk mempermudah dalam pengamanan


lingkungan, dapat digunakan untuk lingkungan di kawasan industri, perumahan
umum, pabrik, garasi, kolam renang, sekolah, lapangan sepak bola atau futsal,
gudang, lingkungan kantor dinas atau swasta, mall, super market, rumah sakit,
SPBU, SPBE, rumah makan, tempat ibadah, kolam pemancingan dan lain-lain.

Pagar Beton Precast terdiri dari Panel Beton dan Tiang Beton, Ukuran Panel
Beton 5 x 40 x 240 cm, sedangkan ukuran Tiang beton 17 x 18 x 210 – 400 cm.

Keuntungan menggunakan Pagar Beton Precast :

● Memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan cuaca


● Kuat dalam segala layanan dan tempat
● Mudah dalam pemasangan
● Permukaan halus dan rapih
● Dapat dipindahkan sesuai kebutuhan
● Kokoh, kuat, praktis dan ekonomis
● Kualitas mutu terjamin
● Efektif dari segi waktu dan biaya dibanding pagar lainnya.

2. Pekerjaan Pemasangan Paving Blok

Teknis pelaksanaan pekerjaan

A. Pekerjaan persiapan

1. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan Pasang Conblock Tipe
Veta 8, Warna Abu-Abu.
2. Approval material yang akan digunakan.
102
3. Persiapan lahan kerja.
4. Persiapan material kerja, antara lain : Conblock Tipe Veta 8, Warna Abu-Abu,
tebal=8cm K-400.
5. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : stamper kuda, waterpass, meteran,
unting-unting, jidar, raskam, benang,gerobak sorong, dll.

B. Pengukuran
1. Terlebih dahulu juru ukur (surveyor) melakukan pengukuran dengan waterpass
untuk menentukan leveling permukaan lahan yang dipasang conblock.
2. Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna cat.

C. Pelaksnaaan pekerjaan

1. Material conblock ditimbun disekitar areal pekerjaan


2. Pengangkutan material conblock ketitik pekerjaan dilakukan dengan tenaga
manusia dengan bantuan peralatan gerobak dorong.
3. Memastikan permukaan lahan yang akan di pasang conblock dalam kondisi rata/
sudah level.
4. Lakukan pemasangan conblock dengan cara maju kedepan, sementara pekerja
pemasang conblock berada diatas conblock yang telah terpasang.
5. Setelah semua conblock terpasang, selanjutnya mengisi celah antara conblock
dengan menggunakan abu batu agar terlihat lebih rata.
6. Padatkan conblock yang telah terpasang dengan menggunakan stamper kuda 1
sampai 2 kali putaran agar timbul gaya saling mengunci antar conblock satu sama
lainnya.
7. Bersihkan area lahan yang telah terpasang conblock dari sisa-sisa abu batu.

103
Gambar 2.103 Pemasangan conblok

3. Pekerjaan Drainase
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah survey lokasi yang hendak
dipasang saluran air u ditch tersebut, dengan begini anda bisa mempersiapkan
gambar perencanaan dan melakukan pengukuran awal. Ada 2 pengukuran yang
harus anda lakukan, yaitu pengukuran longitudinal untuk mencari proses saluran dan
batas pembebasan, sementara pengukuran cross section untuk mencari elevasi
saluran air.

Survey lokasi bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah sekitar dan apakah terdapat
saluran lain dengan fungsi sejenis, sehingga nanti dapat diterapkan saluran air
bersusun.

□ Tahap Penggalian Area Saluran Air

Proses penggalian dapat dilakukan setelah mengukur dan membuat gambar


shop drawing perancangan. Dalam proses penggalian, proses penggalian
membutuhkan alat berat dengan sistem trimming slope bantuan ekskavator untuk
membuat urukan galian tanah. Anda harus memastikan bahwa kemiringan lahan
telah disesuaikan dengan elevasi cross section yang telah dibuat. Kesalahan dalam
proses penggalian dapat menimbulkan genangan air pada saluran karenaia tidak bisa
mengalir dengan baik, lama kelamaan sampah yang jatuh pada saluran tersebut akan
menumpuk dan menyumbat saluran air.
104
Penggalian awal harus mempertimbangkan pengurukan sirtu di bawah saluran karena
ia bertujuan sebagai penstabil tanah. Jika sedang melakukan proses penggalian,
langkah selanjutnya adalah membuat lining agar tanah dibawa tidak longsor dan
menutup kembali area galian sehingga elevasi sesuai perancanaan yang telah dibuat.
Banyak orang yang telah melakukan galian langsung memasang saluran u ditch
sehingga tanah bekas galian di pinggir jalan jatuh kembali ke dalam galian.

Ukuran galian yang dibuat harus menyesuaikan dengan ketebalan dari u ditch beton.
Misalnya saja Anda akan menggunakan u ditch dengan ukuran 30 * 30 * 120 dengan
ketebalannya 5 cm maka anda bisa membuat galian:

● Kedalaman 30 + 5 = 35 cm
● Lebar 5 + 30 + 5 = 40 cm

Selain itu menambahkan ukuran lebar galian sesuai dengan ujung alat berat untuk
mempermudah proses pemasangan. Jika galian telah dibuat bisa melakukan tahap
berikutnya yaitu pemadatan.

□ Proses Pemasangan U ditch

Proses pemasangan u ditch bisa dilakukan dengan cara manual, menggunakan


ekskavator, atau menggunakan crane, hal ini dapat anda selesaikan berdasarkan berat
dari u ditch tersebut. Pemasangan saluran u ditch perlu diperhatikan dengan benar.
Pertemuan antar beton harus disambung dengan pengelasan plat, kemudian nat nya
dilakukan sambungan dengan semen.

Jika saluran trase terlalu panjang membaginya menjadi beberapa titik pekerjaan
sebagai acuan dasar elevasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan elevasi sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.

□ Tahap Pengurukan & Pemadatan Area Kerja Saluran

Jika saluran u ditch telah terpasang, langkah terakhir yang harus dilakukan
adalah melakukan pengurukan kembali bagian samping kanan maupun kiri saluran
agar ia tidak dapat bergeser. memperhatikan kondisi dari saluran u ditch agar ia tidak
bergeser ketika terdorong oleh gaya dari benda urukan dan pemadatan. Jika sudah,
anda dapat memasang caping beam dari beton agar saluran tidak bisa bergerak ke kiri

105
dan kanan. Jangan lupa untuk membersihkan area pmasangan saluran dari bekas
tanah galian maupun material peralatan.

Di atas adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemasangan saluran u
ditch yang benar. Untuk menghindari naik turunnya elevasi saluran perlu
dipertimbangkan area yang sering menghasilkan sampah, untuk saluran terbuka
Anda bisa menggunakan cover U ditch agar ia menjadi saluran tertutup.
Mengaplikasikan cover U ditch dapat resiko masuknya sampah ke dalam saluran.

Gambar 2.101 Pemasangan U-ditch

106
BAGIAN III

PENGAWASAN PROYEK

PENGAWASAN KUALITAS TEKNIK

Untuk pengawasan kualitas teknik diutamakan pada pekerjaan struktur


walaupun tanpa mengurangi pengawasasn pada pekerjaan finishing arsitektur, elektrikal
dan mekanikal.

a. Pengawasan Mutu Beton


Untuk pengawasan mutu beton, proyek membuat benda uji beton berbentuk
silinder. truk. Dengan beberapa variasi umur silinder dilakukan uji kuat tekan beton di
laboratorium. Nilai tegangan tekan hancur beton karakteristik dan nilai slump harus
memenuhi standar peraturan beton, sesuai dengan mutu dan fungsi beton yang
digunakan.

b. Pengawasan Mutu Baja


Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai dengan
RKS, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor hanya menerima baja yang
disertai sertifikat resmi dari laboratorium. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja
tulangan akan diadakan test periodik minimal 3 (tiga) contoh untuk setiap diameter baja
tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Pengetesan dilakukan di Laboratorium Uji Konstruksi BPPT (LUK - BPPT)
atau Laboratorium lainnya yang direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas dan
minimal sesuai dengan SII - 0136 - 84. Semua biaya pengetesan ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelaksanaan dilakukan terutama oleh pihak owner sendiri,


yang menugaskan langsung oleh Konsultan Pengawas. Ruang lingkup antara lain:
Quality Control untuk pekerjaan awal, test, uji bahan dan test akhir pelaksanaan.

PENGAWASAN PELAKSANAAN

Meliputi beberapa laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan.


Laporan-laporan tersebut dibuat sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan terhadap
pihak konsultan perencana, disertai beberapa foto yang merupakan dokumentasi bahwa
107
pekerjaan tersebut telah dilaksanakan di lapangan. Untuk pihak kontraktor sendiri
pengawasan pelaksanaan pekerjaan sedini mungkin diperhatikan, misalnya pengawasan
dalam erection kolom, pengecoran pelat dan pemasangan balok.

LAPORAN KEUANGAN DAN ADMINISTRASI

Pengawasan administrasi dan keuangan dilakukan oleh cost control agar semua
pelaksanaan di proyek dapat terkendali seoptimal mungkin, dan memberikan
keuntungan maksimal dalam batasan kualitas dan jenjang waktu yang telah disepakati.

PENGAWASAN LAIN-LAIN

Berupa pengawasan yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat


sekitar, yaitu bagaimana dampak kegiatan proyek yang sedang berlangsung terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Masalah-masalah yang berhubungan dengan
percemaran dan limbah akibat aktifitas proyek perlu sedini mungkin diantisipasi dengan
baik, serta hubungan masyarakat dan instansi setempat terhadap proyek yang terbina

108
BAGIAN IV

SUMBER DAYA

PERALATAN

Dalam pelaksanaan proyek ini kami selaku Kontraktor memiliki peralatan kerja
proyek antara lain :
1. Theodolite dan Waterpass

Digunakan pada saat pekerjaan surveying. Selain itu, digunakan saat pengecoran
pelat lantai untuk mengetahui elevasi permukaan lantai.
2. Bar Cutter

Digunakan untuk memotong baja tulangan .


3. Bar Bender

Digunakan untuk membengkokan baja tulangan .


4. Vibrator

Digunakan sebagai alat pemadat beton.


5. Bucket

Digunakan untuk menempatkan material. Adapun kapasitas bucket yang digunakan


0.8 m3.
6. Compresor

Digunakan untuk menghembuskan udara bertekanan tinggi. Compresor diperlukan


sebelum pekerjaan pengecoran dimulai untuk menghilangkan debu atau kotoran
kecil.
7. Trafo Las

Digunakan sebagai pengatur output daya pada pekerjaan pengelasan.


8. Alat Pertukangan biasa

Merupakan kebutuhan alat yang mendasar pada pekerjaan pertukangan. Alat –alat
sebagai berikut : gergaji tangan, mesin gerinda,gergaji listrik.
9. Vibro Compactor dan Tamping rammer.

Digunakan untuk pemadat tanah pada pekerjaan pondasi.


109
10. Water Pump

Digunakan untuk memompa air yang berada pada dasar galian , terutama pada
kondisi tanah yang memilikim muka air tanah yang cukup tinggi.
11. Pita Ukur

Digunakan untuk mengukur panjang , jarak, dan yang berhubungan dengan


pengukuran dimensi. Macam pita ukur yang digunakan berjarak 10, 20, 50 cm.
12. Lampu Proyek

Digunakan sebagai sumber penerangan, terutama pada saat pekerjaan dilaksanakan


malam hari.
13. Molen

Digunakan untuk mengaduk campuran beton non struktural.

Adapun peralatan yang disewa kontraktor adalah sebagai berikut :


1. Dump truk

Digunakan untuk mengangkut alat, material dan bahan yang diperlukan untuk
mobilisasi darn dalam dan ke luar proyek. Dump Truk di sewa dari PT. Dwijayatek
2. Mobil Crane

Digunakan untuk mengangkat barang yang memiliki beban yang cukup berat ke
lokasi yang diinginkan. Mobil Crane juga dibutuhkan pada saat pekerjaan perakitan
atap. Mobil Crane di sewa dari PT. Dwijayatec.
3. Concrete Pump

Digunakan untuk memompa beton dari concrete mixer ke lokasi, terutama untuk
lokasi yang elevasinya lebih tinggi. Concrete Pump disewa dari PT. Adhimix
4. Concrete mixer

Digunakan untuk mengangkut beton ready mix dari batching plan ke lokasi proyek.
Concrete mixer disewa dari PT. Adhimix.
5. Buldozer

Digunakan untuk meratakan tanah dan juga untuk penebangan pohon pada
pekerjaan pembersihan lahan.

110
6. Excavator
Digunakan untuk pekerjaan penggalian dan pengurugan tanah.

MATERIAL

Material yang digunakan didatangkan dari beberapa supplier antara lain


: Nama Supplier Material
CV. Rado Utama : Profil baja, tulangan, angkur, baut dsb.
PT. Jaya Setricon Indonesia : Beton Ready Mix
PT. Bangun Jaya : Semen, Genteng, Batu Bata,
Beton. PT. Jaya Agung Ceramindo : Cat, keramik, plafond
PT. Subur Raya : Tanaman Lanskap
PT. Jaya Board : Kayu
PT. Wika : Pasir, batu kali, dan kerikil.
PT. Jaya Board : waterproofing
PT. TOTO : Alat sanitair, plumbing dan
hydrant PT. Neksusindo Cahaya Gemilang : Instalasi AC

Gambar 5.1 Prosedur Gambar 5.2


Permintaan Material Prosedur
Pembelian

111
Gambar 5.3 Diagram Alur Material

112
TENAGA KERJA

Kami selaku Kontraktor dapat menyediakan tenaga kerja dalam 2 statis antara lain:
1. Tenaga kerja Tetap, berjumlah jumlah lebih 20 kerja yang siap bekerja.
2. Tenaga kerja lepas, berjumlah kurang lebih 30 tenaga kerja yang didatangkan dari kota
Purwokerto, Solo, Semarang.
Adapun perincian tenaga kerja yang akan kami uraikan sebagai berikut :
1. Tukang gali
2. Tukang kayu
3. Tukang besi
4. Tukang batu
5. Tukang keramik
6. Tukang pipa
7. Tukang listrik
8. Tukang cat
9. Tukang kusen
10. Tukang las
11. Pekerja

DISIPLIN KERJA

Kami selaku Kontraktor akan menetapkan disiplin yang berlaku adalah sebagai berikut :
Jam kerja Senin s/d Jumat ( kecuali jam kerja dilapangan masuk setiap hari ).
1. Masuk Kerja : Jam 08.00 WIB.
2. Pulang Kerja : Jam 17.00 WIB.
3. Istirahat : Jam 12.00-13.00 WIB.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa 4 Lantai, waktu kerja di
kelompokkan menjadi 3 giliran waktu kerja ( disebut shift kerja ) yaitu :

1. Shift 1 : Jam 08.00-16.00 WIB.


2. Shift II : Jam 16.00-22.00 WIB.
3. Shift III : Jam 22.00-03.00 WIB.

113
RENCANA KESELAMATAN K3 (SAFETY PLAN)

Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Kegiatan K3

1. Pekerja yang tidur dibarak kerja, sakit akibat malaria, serta kebersihan makanan
dan minuman.
2. Kecelakaan atas orang maupun barang / alat :
a. Mesin ambruk
b. Jatuh
c. Kejatuhan benda
d. Terperosok dalam lubang
e. Tergelincir
f. Terpental
g. Terkena aliran listrik
3. Kebakaran di :
a. Lokasi bangunan
b. Barak pekerja
c. Lingkungan sekitar bangunan
d. Warung
e. Kantor proyek
f. Gudang

Yang Berhubungan Dengan Sifat Proyek


1. Lahan yang sempit
2. Ditengah kota
3. Waktu pelaksanaan relative singkat
4. Nilai kontrak cukup besar

114
Resiko Kecelakaan dan Penanganannya

No Lokasi Pencegahan
Resiko Kecelakaan /
Penanganan
1 Orang jatuh - atur / tempatkan kabin lift sedekat mungkin
dengan pemberhentian.
- pasang pagar pengaman pada daerah pemberhentian.

2 Orang kena stroom - pasang isolasi untuk setiap sambungan dengan benar.
- pasang instalasi kabel dengan rapid an tidak boleh
terkena air.
- pasang switch on / off per lantai.
- tempatkan switch on / off pada lokasi yang mudah
diketahui dan beri papan petunjuk.

3 Kabel terbakar - pasang rambu peringatan agar pemakaian


tidak melebihi kapasitas yang ada.
- tempatkan kabel agar terlindung dari hubungan
pendek.
4. Pengelasan konstruksi baja
4.1. Kebakaran - sediakan tabung pemadam kebakaran pada
lokasi pengelasan.
- pasang rambu “Awas kejatuhan benda dari atas!”

4.2. Orang jatuh - pakai sabuk pengaman sewaktu bekerja diatas.

Orang kejatuhanbenda - hindari agar orang tidak langsung berada dibawah.


4.3.
- pakai helm bagi pekerja dibawah.
- Pasang rambu “Awas kejatuhan benda dari atas
5. Bekisting Plat,
Balok dan Kolom
5.1. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman sewaktu bekerja.
- pasang railing pengaman.

5.1. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman sewaktu bekerja.


- pasang railing pengaman.
5.2. Orang kejatuhan - pasang helm pengaman.
benda. - pasang jaring pengaman.
- pasang rambu “Awas Benda Jatuh !”
6. Pekerjaan dinding dalam
6.1. Orang jatuh - pasang stairs unit untuk kenaikan tiap tingkat.
- pasang jarring pengaman.
- gunakan sabuk pengaman.
- Gunakan catwalk

115
7. Pengecoran
7.1. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman.
- pasang lampu penerangan secukupnya.
- pasang railing pengaman.
- pasang jembatan cor yang kuat.
7.2. Orang kejatuhan - pakai helm
- pasang jaring pengaman
- pasang rambu “Awas Benda Jatuh !”
8. Pembesian
8.1. Pembesian kolom - pasang beatty scaffolding
ambruk - tambah ikatan pada besi.
8.2. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman.
- pasang injakan dari besi yang kuat.
9. Pembongkaran
bekisting
9.1. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman.
- pasang steger / tangga pembongkaran sehingga
yakin kuat.
9.2. Kejatuhan - pakai helm
bongkaran - pasang jarring pengaman
- pasang rambu “Awas –Benda Jatuh !”

Kerjasama Dengan Instansi Yang Terkait K3

Kerjasama dengan instansi yang terkait dengan K3 sangat penting. Instansi-nstansi tersebut
adalah :

a. Depnaker
b. Polisi
c. Rumah Sakit
Hubungan awal yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker dan pemberitahuan
ke instansi pemerintah / Muspida setempat perlu dirawat dengan hubungan informal yang
lain supaya bila ada masalah K3 cepat tertangani dengan baik. Untuk proyek tertentu
(misalnya yang cukup terpencil atau rawan terhadap kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja) perlu menjalin kerjasama dengan rumah sakit terdekat.

Pengawasan Pelaksanaan K3

Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan-kegiatan :


a. Safety patrol
116
Suatau team yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli selama kira-kira
1 atau 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam patroli, masing-masing anggota safety
patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan / yang mempunyai resiko kecelakaan.
Ketentuan / tolak ukurnya adalah:
1) Safety plan
2) Panduan pelaksanaan K3
3) Hal-hal yang secara teknis mengandung resiko bahaya.Periodepatroli bisa 1X dalam
seminggu.

Ilustrasi Kegiatan Safety Patrol


b. Safety Supervisor
Petugas yang ditunjuk oleh Manajer Proyek yang secara terus-menerus mengadakan
pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. Safety Supervisor
berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung terhadap Superintendent bila ada
pelaksanaan yang mengandung bahaya-bahaya terhadap keselamatan kerja.

c. Safety Meeting
Meeting proyek membahas hasil / laporan dari safety patrol maupun hasil / laporan dari
Safety Supervisor. Yang paling utama dalam Safety Meeting tersebut adalah :

1) Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3.
2) Perbaikan system kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali.

117
Safety Sign

Pelaporan dan Penanganan Kecelakaan


Pelaporan dan kecelakaan terdiri dari :
a. Pelaporan dan Penanganan kecelakaan ringan.
b. Pelaporan dan Penanganan kecelakaan berat
c. Pelaporan dan Penanganan kecelakaan dengan korban meninggal
d. Pelaporan dan Penanganan kecelakaan peraltan berat.

Pelatihan Program K3

Pelatihan program K3 terbagi menjadi 3


1. Pelatihan secara umum
Materi pelatihan ini bersifat umum yaitu panduan tentang K3 diproyek.

2. Pelatihan khusus proyek


Pelatihan khusus proyek diberikan pada :
a. Saat awal proyek
b. Saat ditengan periode pelaksaan proyek (sebagai penyegaran)

Materinya meliputi:
a. Pengetahuan umum tentang K3
b. Safety plan proyek yang bersangkutan
Pesertanya adalah seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek.

3. Pelatihan / penjelasan suatu kegiatan proyek


118
Pelatihan / penjelasan ini adalah khusus untuk kegiatan tertentu saja yang
dipertimbangkan memiliki resiko kecelakaan dan langsung dijelaskan kepada pengawas
/ tukang pada saat akan memulai pekerjaan tersebut.

Promosi Program K3

1. Pemasangan bendera K3, bendera Ri, bendera Perusahaan.


2. Pemasangan sign board K3, berupa :
a. Slogan-slogan yang mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamat. Slogan
maupun pamflet-pamflet dapat dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan
dilapangan
b. Gambar-gambar / pamflet tentang bahaya / kecelakaan yang mungkin terjadi
dilokasi kecelakaan.

Ilustrasi Sign Board di proyek

Sarana dan Prasarana K3

Sarana peralatan untuk K3 terdiri dari :


1. Yang melekat pada tenaga kerja
a. Topi helm,
b. Sepatu lapangan,
c. Sabuk pengaman (untuk pekerja ditempat tinggi),
d. Sarung tangan (untuk pekerja tertentu),
e. Masker pengaman untuk gas beracun (untuk pekerja tertentu),

119
f. Kacamata las / google,
g. Obat-obatan P3K,
h. Pelampung renang (untuk lokasi tertentu)

Ilustrasi APD di proyek

2. Sarana peralatan lingkungan


a. Tabung pemadam kebakaran pada ruang-ruang antara lain :
1) Kantor proyek,
2) Gudang bahan bakar,
3) Gudang material / peralatan,
4) Ruang genset,
5) Bengkel,
6) Gudang bahan peledak,
7) Mess karyawan,
8) Barak tenaga kerja,
9) Tiap lantai bangunan proyek (pada saat pekerjaan bekisting dan finishing)

120
Ilustrasi Alat Pemadam Kebakaran di proyek
b. Pagar pengaman, yang terdiri dari :
1) Pagar / railing yang kuat,
2) Tali warna kuning sebagai tanda pembatas peringatan.

Ilustrasi Pagar Pengaman di proyek


c. Jaring pengaman pada bangunan tinggi

Ilustrasi Safety Net

3. Rambu-rambu peringatan
Rambu-rambu peringatan antara lain untuk :

121
a. Peringatan bahaya dari atas
b. Peringatan bahaya benturan kepala
c. Peringatan bahaya longsoran
d. Peringatan bahaya api / kebakaran
e. Peringatan tersengat listrik
f. Petunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)
g. Petunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
h. Petunjuk batas ketinggian penumpukan material
i. Larangan memasuki areal tertentu
j. Larangan membawa bahan-bahan yang berbahaya
k. Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
l. Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
m. Peringatan ada alat / mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
n. Peringatan / larangan masuk untuk masuk lokasi genset / power listrik (untuk
orang- orang tertentu).

Ilustrari Rambu Peringatan

Penataan Lingkungan

1. Lay out planning (perencanaan tata letak)


Perencanaan tata letak harus diatur sedemikian rupa sehingga orang dan alat yang
bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling mendukung sehingga dapat dicapai
pelaksanaan dengan produktifitas tinggi dan aman. Factor yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan tata letak adalah :

a. Dimensi (ukuran), posisi, elevasi (ketinggian)


b. Gerakan manusia dan alat
c. Suara (kebisingan)

122
d. Getaran
e. Cahaya dan sirkulasi udara
2. House keeping
Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana kebersihan dan
kerapihan untuk program K3 terdiri dari :
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Penyediaan toilet / WC bersih
c. Penyediaan musholla yang bersih dan terawat
d. Penyediaan toilet / WC bersih untuk pekerja proyek
e. Penyediaan bak-bak sampah pada lokasi yang diperlukan
f. Pembuatan saluran pembuangan limbah
g. Pembersihan sampah-sampah secara teratur

123
RENCANA MUTU (QUALITY PLAN)

Project Quality Plan ini dibuat dengan mengacu pada Prosedur No. PQ 001/ 15/ 1992
sebagai panduan dalam pelaksanaan proses kerja di Proyek Pembangunan Gedung Asrama
Mahasiswa Jakarta. Tahapan-tahapan proses kerja dilakukan, dengan maksud agar dalam
pelaksanaannya dapat dihindari terjadinya ketidaksesuaian, dan untuk memastikan
berjalannya sistem kerja sesuai dengan yang disyaratkan demi menjaga hasil mutu suatu
pekerjaan yang diharapkan.

Project Quality Plan ini merupakan bagian yang saling melengkapi dari berbagai dokumen
yang disiapkan dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa

Project Quality Plan ini akan direvisi setiap saat bila dirasakan perlu, sesuai dengan
perkembangan sejalan berlangsungnya Proyek Pembangunan ini. Perubahan pada lingkup
pekerjaan, khususnya yang menyangkut dengan item pekerjaan baru yang ada dalam
proyek ini.

Target Mutu

Seluruh pelaksanaan pekerjaan dalam “ Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa


” dengan berpedoman pada :

● Kebijakan Mutu PT. TRIMATA JASA PRAKASA


● Manual Perusahaan.
● Prosedur dan Petunjuk Kerja.
● Berbagai ketentuan dan peraturan perundangan serta standar yang berlaku di “Proyek
Pembangunan Gedung Asrama Mahasiwa ”.

Prosedur Mutu dan Petunjuk Kerja

1. Pembesian
a. Melakukan checking terhadap stek yang ada.
b. Penempatan stok besi tidak boleh berhubungan dengan tanah.
c. Besi beton yang sudah bengkok sebaiknya tidak diluruskan kembali.
d. Panjang kait, bengkokan, dan sambungan mengacu pada PBI 1971.
e. Pengikat besi dengan bendrat harus berbentuk silang.

124
f. Pembengkokan besi beton pada satu titik tidak boleh dilakukan 2 kali.
2. Test besi beton
a. Setiap masing–masing diameter harus dites, atau tiap kedatangan 20 ton
kedatangan harus dites.
b. Setiap kedatangan besi beton harus dilengkapi data test/ mlil sheet.
c. Pengetesan dilakukan di laboratorium yang berakreditasi.
d. Bahan yang dipaki beton mutu U-24 atau U-39 atau sesuai spesifikasi.
e. Potongan besi sample yang akan ditest dalam keadaan bersih dan tidak berkarat.
f. Apabila pengetesan belum dilaksanakan, maka mill sheet dapat dilakukan sebagai
acuan sementara.
g. Untuk petugas laborat, yang harus diperhatikan adalah :
1) Memastikan diameter, jenis dan panjang besi beton sesuai dan benar.
2) Memastikan potongan besi sample yang akan ditest dalam keadaan bersih dan
tidak berkarat.
3) Mengirim sample ke laboratorium yang akan ditunjuk.
4) Mengambil data hasil test dan mengevaluasi.
3. Bekisting balok dan pelat lantai
a. Konstruksi bekisting dan perancah harus mampu menahan berat beton cair, beban
kerja dan desakan beton kesamping.
b. Konstruksi sesuai dengan shop drawing yang sudah memperhatikan hal tersebut
diatas dan sudah mendapatkan persetujuan dari MK/ Owner.
c. Fabrikasi panel-panel bekisting balok terdiri dari bodeman dan dinding sesuai
ukuran yang ditentukan, untuk dinding harus ditambah ketebalan bodem.
d. Tentukan bodeman balok sesuai peil & as yang ditentukan dengan cara menarik 2
(dua) benang sejajar balok antara 2 (dua) kolom
e. Untuk balok yang tinggi, apabila diperlukan, dipasang tie rood.
f. Pembongkaran dinding bekisting dapat dilakukan 7 hari setelah pengecoran.
g. Pembongkaran bodeman dapat dilakukan setelah kekuatan beton memenuhi
persyaratan.
4. Bekisting kolom
a. Konstruksi bekisting harus kokoh dan kuat dari pengaruh tinggi pengecoran dan
kecepatan pengecoran.

125
b. Konstruksi sesuai dengan shop drawing yang sudah memperhatikan hal tersebut
diatas dan sudah mendapatkan persetujuan dari MK/ Owner.
c. Vertikalitas pemasangan pembesian harus terjamin, pemasangan beton decking
harus sesuai gambar kerja.
d. Saat penyetelan bekisting sebaiknya dilakukan pelaburan dengan menggunakan
minyak bekisting.
e. Saat pembuatan panel bekisting kolom, digunakan balok/ kaso yang lurus dengan
mengacu pada gambar kerja.
f. Pasang lot-lotan pada kedua sisi dari kolom tesebut untuk vertikalitas sampai
selesai.
g. Buat serapatan antar kolom untuk kelurusan kolom satu dengan kolom lainnya.
h. Periksa seluruh sambungan support, dudukan support, sabuk dan jaraknya sesuai
gambar kerja, pemeriksaan ini berlaku juga saat pengecoran akan dimulai.
i. Sambungan bekisting harus rapat, untuk menghindari kebocoran saat pengecoran.
j. Bekisting yang sudah lama kering disiram dengan air terlebih dahulu untuk
menghindari kebocoran saat pengecoran.
k. Kebersihan lokasi kerja bekisting terjamin.
l. Pengaku/ tierood dipasang apabila diperlukan.
5. Pengecoran manual/ dengan pompa
a. Bahan yang disediakan sesuai dengan trial mix yang disetujui.
b. Alat yang digunakan harus dapat berfungsi dengn baik.
c. Tenaga yang tersedia harus sudah memadai.
d. Lokasi yang akan dicor harus sudah dilakukan cek list pekerjaan sebelumnya.
e. Catatan hasil slump test dan test hasil benda uji merupakan record mutu.
6. Perawatan beton (curing)
a. Curing merupakan pekerjaan perawatan beton yang baru dicor untuk menjaga
beton dari suhu tinggi agar beton yang sedang mengeras tersebut tidak terjadi
keretakan/ pecah-pecah.
b. Bahan-bahan yang dipakai antara lain :
1) Air kerja
2) Karung goni
c. Perawatan beton dilaksanakan setelah beton cukup kering (beton yang setelah
dicor bila dilewati tenaga kerja sudah tidak meninggalkan bekas pada

126
permukannya).
7. Pembuatan kubus atau silinder beton
a. Pembuatan kubus/ silinder beton dilakukan dengan :
1) Pembuatan sampel kubus/ silinder beton dilakukan setiap satu mixer atau 20
sampel untuk pengecoran sejumlah 60-200 m3 dalam sekali pengecoran
kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi teknis.
2) Setiap kubus/ silinder beton diberi tanda : tanggal pembuatan, kode lokasi,
kode proyek, dan mutu beton.
3) Pembukaan cetakan kubus/ silinder beton dilakukan setelah 1 x 24 jam dan
setelahnya direndam dalam air.
b. Bahan yang digunakan : Beton segar dari ready mix.
8. Slump test beton
a. Pelaksanaan slump test dilakukan setiap mobil mixer dengan kapasitas 3-7 m3 dan
berlaku untuk beton ready mix.
b. Bahan yang digunakan : Beton segar dari ready mix.
c. Pelaksanaan pengecoran dilakukan max. 30 menit sejak pelaksanaan slump test,
apabila pengecoran dilakukan lebih dari 30 menit maka harus dilakukan
pengecekan ulang.
9. Pemasangan batu bata
a. Tukang pasang batu bata harus mempunyai ketrampilan yang memadai dan
perbandingan antara tukang dengan kenek hendaknya seimbang sesuai dengan
jenis dan kondisi kerjanya.
b. Untuk bagian dinding yang berhubungan dengan air digunakan spesi yang kedap
air atau sesuai dengan spesifikasi teknis proyek.
c. Untuk setiap lubang pada pasangan yang tidak dilengkapi dengan balok lantai
beton harus dibuatkan pasangan rolaag batu bata.
d. Pasangan dinding batu bata maksimum 12 m2 harus dipasang penjepit kolom/
balok praktis.
e. Pasangan dinding bata maksimum setinggi 1,5 m harus berhenti selanjutnya
kolom praktis dicor, bisa dilanjutkan setelah berumur 1 hari.
10. Pasangan paving block
a. Pasir harus dijidar sesuai kepalaa yang dibuat setiap 1,5 m.
b. Pemasangan paving block dapat dilakukan apabila dua area pada pemasangan
dalam posisi terkunci.
127
c. Kelurusan dan keseragaman jarak nat dari paving block.
d. Kerapian las-lasan pinggiran dari paving block.
e. Apabila pekerjaan suatu area tidak selesai dalam satu tahapan pemasangan, maka
apabila meneruskan pekerjaan tersebut, sebelumya ujung pasangan paving block
harus dibuka 3 baris (sesuai kebutuhan).
11. Pemasangan plafond gypsum
a. Seluruh instalasi M/E diatas plafond sudah selesai.
b. Rangka plafond harus lurus dan rata.
c. Pekerjaan plafond dilaksanakan setelah bagian atas ruangan terrtutup.
d. Rangka plafond dipasang setelah utilitas diatasnya terpasang dan dinding
pembatas sudah diplester dan diaci.
e. Penutupan plafond dapat dilaksanakan setelah utilitas diatasnya terpasang dengan
benar.
f. Urutan pemasangan mengikuti urutan dan secara bertahap.
12. Pemasangan lantai keramik
a. Jenis (merk dan kualitas) sesuai spesifikasi/ persetujuan.
b. Permukaan bawah tegel harus kasar/ bergaris untuk perekatan spesi.
c. Tebal sesuai spek, antara lain lapisan ausnya harus keras, tidak mudah tergores
dan kedap air.
d. Tidak boleh cacat, gripis dan retak rambut.
e. Seluruh warna keramik mendekati sama, kecuali dikehendaki lain.
f. Warna keramik tidak boleh berubah (memucat/bulek dan absorb/menghisap cairan).
g. Perlu disortir dan sebelum dipasang, keramik harus direndam air 1 jam.

Sasaran Kerja

Sasaran Kerja antara lain :


1. Struktur
a. Pondasi tidak mengalami penurunan (settlement) yang ekstrim
b. Kolom tidak mengalami tekuk
c. Balok tidak melendut
d. Lantai tidak bergelombang
e. Pekerjaan beton tidak mengalami beton keropos dan beton “ hamil ”

128
f. Atap tidak bocor.
2. Finishing
a. Pekerjaan dinding lurus dan rapi
b. Pasangan keramik lurus, rapi dan warna sama
c. Warna pengecatan seragam/ sama
d. Pemasangan plafond dan lis plafond rapi
3. M/E
a. Closet tidak bocor
b. Instalasi kabel & pipa rapi
c. Instalasi tata udara berfungsi dengan baik
d. Instalasi genset dapat digunakan

Tujuan Quality Plan

Tujuan dari Project Quality Plan :


1. Meminimalkan terjadi keluhan pelanggan ( Owner )
2. Meminimalkan Defect List pada saat serah terima I
3. Proyek selesai tepat waktu

Aktivitas quality plan dalam menjaga mutu, antara lain :

1) Melakukan inspeksi dan test material.


2) Membuat schedule inspeksi dan test serta memastikan berjalannya proses inspeksi dan
test oleh bagian yang berwenang.
3) Melakukan verifikasi hasil inspeksi (in coming, in process dan final inspection).
4) Melaporkan hasil Inspeksi material-material tertentu dari laboratorium yang ditunjuk.
5) Membuat data statistik terhadap hasil laporan laboratorium yang ada.
6) Melakukan pendataan lokasi sesuai dengan hasil test laboratorium.
7) Mengidentifikasi, mengendalikan dan menindaklanjuti penyempurnaan atas
pelaksanaan inspeksi dan test.
8) Melakukan penyusunan laporan hasil inspeksi dan pengujian serta monitoring terhadap
corrective preventive action jika terjadi ketidaksesuaian.
9) Mengevaluasi pelaksanaan system mutu dan inovasi untuk perbaikan yang kontinyu.
10) Melakukan test material sesuai yang disyaratkan di kontrak / spesifikasi.

129
11) Membuat laporan NC produk secara periodik.
12) Membuat laporan secara periodik atas biaya rework akibat dari NC produk dan material.
13) Melaksanakan penerapan sistem manajemen mutu dan pengendalian record serta
pemeliharaannya bersama-sama dengan team proyek.
14) Melakukan Kunjungan / Tinjauan Pabrik, Work Shop untuk memastikan terjadinya
proses pencapaian mutu sesuai yang di harapkan.

130
Alur Permintaan Barang/Jasa

Logistik Meminta user


melengkapi / merevisi
data permohonan
pembeliaan ( PP )

131
Alur Penerimaan Barang/Jasa

Ya

132
Alur Pengeluaran Barang

133

Anda mungkin juga menyukai