PELAKSANAAN
PROYEK PEMBANGUNAN
ASRAMA MAHASISWA
JL. GEGERKALONG HILIR, DS. CIWARUGA KECAMATAN PARONGPONG,
KABUPATEN BANDUNG BARAT
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAGIAN I 6
PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK 6
METODE PELAKSANAAN 6
RAPAT PERSIAPAN 6
PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN 7
BAGIAN 2 12
PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN 12
PEKERJAAN SUB STRUKTUR 12
Pekerjaan Galian Tanah 12
Pekerjaan Urugan Pasir 14
Pekerjaan Lantai Kerja Bawah Pondasi 14
Pekerjaan Pondasi dan Tie Beam 15
Pekerjaan Urugan Tanah Kembali 18
PEKERJAAN UP-STRUKTUR 20
Pekerjaan Kolom 20
Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 30
Metode Pengecoran 37
Pekerjaan Struktur Baja 50
PEKERJAAN ARSITEKTUR 58
Pekerjaan Pasangan Dinding 58
Pekerjaan Plesteran 63
Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 67
Pekerjaan Penutup Atap 74
Pemasangan Plafond Gypsum 77
Pekerjaan Lantai dan Pelapis Lantai 83
Pekerjaan Pemasangan Dinding Keramik 89
Pekerjaan Pengecatan 95
Pekerjaan Pemasangan Tangga 97
PEKERJAAN MEKANIKAL 100
Instalasi Air Kotor 100
2
Instalasi Air Bersih 103
Instalasi Air Buangan 104
PEKERJAAN ELEKTRIKAL 105
Sistem Instalasi Listrik 106
Pekerjaan Sistem Pemadam Kebakaran 108
Pekerjaan Sistem Instalasi AC 109
BAGIAN III 110
PENGAWASAN PROYEK 110
PENGAWASAN KUALITAS TEKNIK 110
PENGENDALIAN MUTU 110
PENGAWASAN PELAKSANAAN 110
LAPORAN KEUANGAN DAN ADMINISTRASI 111
PENGAWASAN LAIN-LAIN 111
BAGIAN IV 122
SUMBER DAYA 122
PERALATAN 122
MATERIAL 124
TENAGA KERJA 126
DISIPLIN KERJA 126
RENCANA KESELAMATAN K3 (SAFETY PLAN) 127
Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Kegiatan K3 127
Resiko Kecelakaan dan Penanganannya 128
Kerjasama Dengan Instansi Yang Terkait K3 129
Pengawasan Pelaksanaan K3 129
Pelatihan Program K3 131
Promosi Program K3 132
Sarana dan Prasarana K3 132
Penataan Lingkungan 135
3
Alur Permintaan Barang/Jasa 144
Alur Penerimaan Barang/Jasa 145
Alur Pengeluaran Barang 146
4
BAGIAN I
METODE PELAKSANAAN
RAPAT PERSIAPAN
▪ Organisasi kerja
▪ Tata cara pengaturan kerja
▪ Jadwal pengadaan bahan, peralatan kerja dan tenaga kerja
▪ Menyusun rencana dan pengawasan pelaksanaan dilapangan
▪ Pendekatan ke masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja
proyek.
5
▪ Review dan penyempurnaan terhadap schedule kerja yang sesuai dengan volume, waktu
dan mutu.
▪ Menentukan lokasi sumber bahan material, estimasi kuantitas bahan, serta rencana
pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
6
Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan adalah :
a. Kaso ukuran 5/7, kayu borneo atau sejenisnya
b. Papan 2/20, jenis kayu borneo atau sejenisnya.
c. Benang dan juga selang jika diperlukan
d. Lebar bowplank sekurang-kurangnya 15 cm dan tebal sekurang-kurangnya 2 cm.
e. Paku 7 cm
f. Meteran
g. Unting-unting
h. Pemberat
i. Palu godam
j. Waterpass
Pelaksanaan :
1. Tentukan ukuran rencana bangunan. Tancapkanlah patok (kaso 5/7) dengan
jarak 1m dari as bangunan menggunakan palu godam.
2. Tentukan ketinggian papan duga yang disesuaikan dengan ketinggian lantai
dengan acuan menggunakan selang air pada patok kemudian beri tanda.
Pakukan papan duga pada patok yang telah diberi tanda. Cek kerataan papan
duga dengan menggunakan waterpass.
3. Tarik benang yang dipakukan pada papan duga dengan jarak sesuai as
bangunan dan ikatkan pemberat pada ujung kedua benang.
4. Cek titik-titik sudut benang harus siku dan tepat diatas titik sudut as bangunan
menggunakan unting-unting.
7
Gambar 1.4 Ilustrasi Pemasangan Bowplank
Papan Nama Proyek akan dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan kegiatan.
Papan Nama Proyek ini dibuat dari triplek t. 6 mm dengan ukuran 100 x 120 cm,
ditopang pipa besi Ø2½ dengan tinggi 250 cm dari permukaan tanah dan di pasang
spanduk yang berisi informasi mengenai cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan,
antara lain :
● Nama Kegiatan
● Pekerjaan yang harus dilaksanakan
● Biaya pekerjaan/ nilai kontrak
● Sumber dana
● Jangka waktu
● Nama penyedia jasa
8
Papan nama proyek dipasang pada lokasi yang mudah dilihat oleh masyarakat,serta
tidak mengganggu lalu lintas
9
Bahan-bahan yang digunakan :
a) Seng gelombang BJLS (seng untuk atap) setara dengan Galvalum, Gajah Surya, dan
zincalume.
b) Kayu Kaso 5/7 cm
c) Balok 8/12 cm
d) Multipleks 9 mm (sebagai dinding)
6. Pembuatan WC Pekerja
Khusus WC pekerja diperlukan bak penampung air dan kloset jongko
10
BAGIAN 2
c. Jika pada dasar galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-
bagian tanah yang berongga (tidak padat), maka bagian itu dikeluarkan
seluruhnya, dan lubang yang terjadi diisi dengan pasir.
d. Setiap kelebihan galian di bawah permukaan yang telah ditentukan diurug
kembali sampai permukaan semula (yang direncanakan) dengan pasir, untuk
mencegah turunnya struktur atas yang akan dikerjakan.
11
e. Penggalian lapisan 15 cm terakhir dari dasar pondasi dilakukan dengan alat
gali manual, tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat berat, agar bisa
didapatkan dasar galian yang rata dan bersih.
f. Air yang tergenang di lapangan atau galian yang ditimbulkan oleh mata air,
hujan, kebocoran pipa-pipa, atau sebab-sebab lainnya selama pelaksanaan
pekerjaan, dikeringkan dan dipompa keluar atas.
12
3. Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di bawah
muka air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
4. Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan jarak disposal
dicari jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan diusahakan tanah galian
tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.
Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian
dipadatkan dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk
menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan beban. Urugan pasir
dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan yang disyaratkan.
Apabila konstruksi beton bertulang akan langsung terletak di atas tanah, maka
dibawahnya dibuat lantai kerja agar tidak langsung terkena tanah dan agar
permukaannya rata. Berikut pelaksanaannya:
a. Sebelum lantai kerja ini dibuat, maka semua lapisan tanah di bawahnya
akan dipadatkan dan diratakan dengan baik, serta kemudian diberi
aanstamping dengan ketinggian sekitar 10 cm dengan posisi batu berdiri
tegak. Setelah itu dilapisi dengan lapisan pasir setebal 5 cm sesuai
spesifikasi. Lapisan pasir ini juga selanjutnya dipadatkan sesuai dengan
prosedur pemadatan, sampai didapatkan permukaan yang padat dan rata.
13
Pekerjaan Pondasi dan Tie Beam
14
Gambar 2.4 Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
c. Buat lantai kerja plat 5 cm. Lantai kerja dibuat untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan pile cap di lapangan.
d. Buat bekesting dari batu bata.
15
Gambar 2.6 Pemasangan Pembesian
16
Gambar 2.8 Pembongkaran Bekisting dan Penimbunan Tanah Kembali
18
PEKERJAAN UP-STRUKTUR
Pekerjaan Kolom
19
Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa pengukuran
dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak kolom. Untuk pekerjaan pengukuran ini diperlukan juru ukur (surveyor)
yang berpengalaman, khususnya dalam pelaksanaan gedung bertingkat.
Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu dilakukan
pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara penentuan letak as-
as kolom adalah dengan menggunakan theodolit.
Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai
sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai
sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan menggunakan tali, unting-unting,
dan meteran. Dengan bantuan titik-titik acuan bangunan yang sentris disetiap lantainya,
maka dapat ditentukan letak as kolom dan kemudian dibuat as-as yang lain mengikuti
jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal.
Pengecekan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi kolom yang
sebenarnya. Pengecekan as kolom dilakukan dengan menempatkan alat theodolite pada
marking tersebut dan kemudian mengecek kelurusan marking kolom.
20
pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan bar bender. Pemotongan
tulangan utama dilakukan sepanjang ± ¾ dari tinggi kolom. Panjang pembengkokan
tulangan sengkang dilakukan sesuai dengn ketentuan bar bender schedule. Untuk
sengkang yang dibengkokkan dengan sudut 135o maka panjang pengaitnya adalah sebesar
6 kali diameter tulangan. Tulangan diperkuat dengan cara mengikat tulangan dengan
kawat pengikat (bendrat). Setelah tulangan terpasang maka dilakukan pengecekan dan
pemeriksaan. Pengecekan dan pemeriksaan oleh Quality Control, meliputi jumlah dan
ukuran tulangan utama, pemeriksaan jarak, posisi dan diameter sengkang, pemeriksaan
panjang overlapping dan penjangkaran pada tulangan, pemeriksaan kekuatan kawat ikat
(bendrat) dan pemeriksaan decking (selimut beton). Sehingga setelah proses
pembengkokan maupun pemotongan tulangan di area pabrikasi, digunakan mobile crane
untuk mengangkat tulangan ke lokasi kerja.
21
Gambar 2.14 Pabrikasi pembesian
3. Pembesian kolom
Pembesian kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Pembesian kolom adalah
precast atau dilakukan secara terpisah, artinya antara besi dan tulangan pokok dengan
beugel/sengkang dilaksanakan ditempat lain yang lebih aman. Pembesian kolom harus
sesuai dengan ukuran dalam gambar shop drawing. Besi tulangan pokok dipasang terlebih
dahulu dan setelah semua tulangan pokok untuk semua zona lantai telah dikerjakan
semua, kemudian dipasang tulangan sengkang dengan cara dimasukkan dari bagian sisi
samping mengelilingi tulangan utama. Setiap tulangan sengkang yang telah terpasang
dikaitkan dengan tulangan utama oleh kawat pengikat (bendrat). Dalam penulangan
kolom perlu diperhatikan hal–hal antara besi yang digunakan, jumlah besi pada kolom,
jarak antar sengkang, dan bending pada sengkang.
22
4. Pabrikasi Bekisting Kolom
Pabrikasi bekisting kolom langsung dilaksanakan di lapangan. Bekisting diangkat
menggunakan bantuan tower crane. Sebelum memasang beskisting kolom, pasang sepatu
kolom dari sisa besi tulangan diameter 19 mm lalu dilas ke tulangan utama kolom. Sepatu
kolom ini berfungsi sebagai marking dan untuk menjaga agar posisi bekisting tetap siku.
Bekisting yang digunakan dalam pekerjaan kolom ini yaitu bekisting full system dimana
komponen baja menjadi material utama dan plat besi sebagai media cetakan yang
bersentuhan langsung dengan adukan beton. Hal–hal yang harus diperhatikan saat
pabrikasi bekisting atau sebelum melakukan pemasangan bekisting yaitu siapkan
bekisting sesuai tipe kolom dalam gambar kolom struktur, pastikan bekisting berikut
supportnya dalam kondisi baik dan siap pakai (perbaiki dan lengkapi terlebih dahulu
apabila ada kekurangan dan kerusakan), oleskan permukaan bekisting bagian dalam
dengan minyak agar dapat memudahkan dalam proses pembongkaran bekisting nanti, dan
berikan beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja tulangan
sehingga terbentuk ruang untuk selimut beton.
23
Gambar 2.17 Beton decking
24
6. Pengecoran Kolom
Setelah bekisting selasai dipasang kemudian dilakukan pengecekan posisi kolom oleh
surveyor dengan menggunakan theodolite untuk menjaga kelurusan bangunan dan
ketepatan pemasangan kolom. Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan
antara lain:
26
Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
Pada Gambar 2.20 dapat dilihat skema pekerjaan balok dan plat.
27
Metode Pekerjaan Balok dan Plat
Merode pekerjaan balok dan plat adalah dengan menggunakan metode Konvensional Table.
Dibawah ini merupakan langkah-langkah dari pemasangan bekisting dan scafolding dalam
pekerjaan balok dan pelat:
1) Langkah 1
Meletakkan base
jack.
28
2) Langkah 2
a. Pasang main frame.
b. Perkuat dengan cross brace.
3) Langkah 3
a. Pasang join pin.
b. Pasang ladder frame.
c. Perkuat dengan cross brace.
29
4) Langkah 4
a. Pasang cross head jack.
b. Pasang beam girder.
30
7) Langkah 7
Pasangsideform.
8) Langkah 8
31
9) Hasil akhir
32
Metode Pengecoran
Pendahuluan
Beton sebagai salah satu material bangunan yang dituntut dengan suatu
persyaratan ,diantaranya syarat kekuatan (strength), syarat kemudahan pengerjaan
(workability), syarat keawetan (durability) serta syarat keekonomisan, sangat diperlukan
suatu penanganan yang baik guna memenuhi persyaratan – persyaratan tersebut. Untuk
mendapatkan meterial beton yang memenuhi keempat aspek tersebut diatas diperlukan suatu
upaya – upaya yang baik dimulai sejak pemilihan material, perencanaan
campuran,pelaksanaan produksi untuk mendapatkan campuran beton yang tepat, sampai
pelaksanaan penuangan, pemadatan dan perawatan ketika beton telah terpasang sebagai
bangunan.
Materi ini dibuat dalam rangka untuk menyamakan presepsi tentang pentingnya peranan
penanganan beton dalam tahapan pelaksanaan pengecoran beton di lapangan untuk
menghasilkan performance beton yang baik.
Produksi Beton
Sebagai langkah awal menghasilkan performance struktur beton yang baik di awali dengan
memproduksi beton melalui tahapan – tahapan seperti pemilihan bahan, perencanaan
campuran, pelaksanaan produksi, tahapan evaluasi dan pengendalian yang baik untuk
menghasilkan campuran beton yang tepat seperti ditunjukan dalam proses berikut :
Pengecoran
Performance beton dilapangan tidak hanya dipengaruhi oleh ketepatan campuran saja,
akan tetapi faktor pelaksanaan pengecoran beton dilapangan juga perlu mendapat perhatian,
sehingga diperlukan suatu tahapan - tahapan yang baik seperti :
• Proses inspeksi dan test penerimaan beton
• Penempatan ( Placing )
• Pemadatan ( Consolidation )
• Perawatan ( Curing ).
Semua tahapan disesuaikan dengan aturan – aturan yang ada.
Proses Inspeksi dan Test Penerimaan Beton
Untuk meminimalkan terjadinya ketidaksesuaian (non conformance) dari beton yang
dituang dilapangan setelah didapat suatu campuran beton yang tepat, diperlukan suatu
aktifitas inspeksi dan test terhadap beton sebelum beton dituang untuk disesuaikan terhadap
spesifikasi yang ada seperti :
• Mutu yang disyaratkan (Dilihat dari surat jalan).
• Slump on site.
• Waktu tempuh (dilihat dari surat jalan).
• Temperatur beton (jika disyaratkan).
34
• Maksimum agregat (split).
• Pembuatan benda uji (untuk penelusuran).
• Dll
35
Perbaikan Slump Dilapangan
Perbaikan slump masih mungkin dilakukan di lapangan jika :
• Belum terlewatinya waktu initial setting beton
• Perbaikan tidak akan merubah nilai faktor air semen (w/c ratio ) yang dapat
menyebabkan menurunnya kekuatan beton.
Untuk menaikan nilai slump
Menaikan nilai slump dapat dilakukan salah satunya dengan mengunakan chemical admixture
type F. ASTM.C 494 (High Range Water Reducing), namun hal ini harus didahului dengan
percobaan terhadap dosis efektif.
Contoh hasil percobaan admixture type F
36
Gambar 2.34 Grafik Slump Loss
Inspeksi Lain
Jika disyaratkan inspeksi yang lain seperti suhu beton segar, ukuran maksimum
agregat dan pembuatan sample uji dan lain – lain , dapat dilakukan dengan suatu alasan yang
dianggap dapat menimbulkan ketidaksesuaian beton.
37
Gambar 2.35 Cara Penuangan Beton
Pemadatan (Consolidation)
Tujuan pemadatan atau pengetaran beton adalah menghilangkan ruang udara dari dalam
spasi beton hingga kepadatan beton tercapai, sehingga beton yang dihasilkan mempunyai
kekuatan yang tinggi, susut rendah dan menambah kekedapan air.
Ada beberapa metode dan alat pemadatan yang sering digunakan seperti ;
• Dengan cara rojokan
• Dengan jarum pengetar
• Dengan meja penggetar ( pabrik )
• Dengan pengetar dinding
• Dll.
38
Penggunaan macam atau tipe pengetar (vibrator) disesuaikan dengan jenis dan macam
pekerjaan. Dalam pembahasan saat ini hanya dibatasi pada penggunaan jarum penggetar
(internal vibrator).
39
Perawatan Beton
Secara prinsip tujuan perawatan beton adalah mencegah penguapan (evaporation) yang
dapat menyebabkan kehilangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan beton
disamping pengaruh lain yang dapat ditimbulkan seperti terjadinya retak beton. Ada
beberapa macam methode perawatan yang sering dilakukan seperti :
• Mengenangi permukaan tanah atau pasir.
• Menutupi permukaan beton dengan karung yang dibasahi.
• Menyiram beton secara kontinyu.
• Menggunakan cairan membran ( curing compound )
• Menggunakan steam.
• Melakukan isolasi ( insulating )
40
Gambar 2.36 Gambar Grafik Penyebab Evaporasi
41
Retak beton terbebas dari pengaruh beban
42
1. Honeycomb
43
● Lakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas sampai menemukan
permukaan yang padat.
● Bersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton, lalu basahi dengan Sika Bond NV,
tunggu ± 30 menit.
● Tambal area yang terbuka dengan Sika monotop 613
● Lakukan Curing area yang perlu diperbaiki.
2. Spalling
44
b. Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting,
yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink
mortar. Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan
pompa. Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang
terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan
terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan
grouting. Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak susut.
Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
c. Shotcrete / Beton tembak
Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan
metode Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya
pengecoran pada umumnya.
Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.
Pada sistim dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering,
dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang
ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang, yang
mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcretenya,
karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.
Pada sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah,
sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan
perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.
Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan
(accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya
banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
d. Grout preplaced agregate
Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup
dalam adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang
dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari
volume kerusakan) kedalam bekisting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout,
kedalam bekisting. Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang
memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.
45
PEKERJAAN DAK BETON SEBAGAI PENUTUP ATAP
Dak beton atau pelat lantai beton adalah konstruksi lantai untuk tingkat atas pada
bangunan bertingkat dua atau lebih, yang terbuat dari struktur beton bertulang. Dak beton juga
dapat difungsikan sebagai atap datar, bahkan untuk bangunan satu lantai.
Dak atau pelat beton merupakan bagian struktur yang berarah horizontal dan menerima
beban dari atas yang bekerja secara tegak lurus. Balok yang mengikat dak beton di bagian
bawah (balok T), berfungsi menahan tegangan tarik dan tekan (akibat beban lentur yang
bekerja). Kolom berfungsi menyalurkan seluruh beban bangunan yang diterima dari balok ke
struktur bawah (pondasi).
Kekuatan dak beton dalam menahan beban dipengaruhi oleh pembesian dan ketebalannya.
Jika tidak dihitung dengan tepat dan dicor dengan benar, struktur beton bertulang ini
berpotensi retak hingga roboh. Pembuatan struktur beton bertulang termasuk dak beton, baik
46
untuk lantai ataupun atap, harus mengikuti berbagai ketetapan Peraturan Beton Bertulang atau
SNI 2847. Misalnya, bahwa kecuali ditentukan lain karena pembatasan, ukuran tebal pelat
lantai tidak boleh kurang dari 12 cm dan untuk pelat atap minimal 7 cm.
□ Pekerjaan dak beton konvensional diawali dengan pembuatan cetakan (bekisting) dan
pembesian balok serta pelat beton. Selain untuk menopang pembesian dan menampung
adonan beton yang akan dituang atau cor, bekisting juga memberi bentuk. Bekisting bisa
dibuat dari papan, multipleks, atau bahan lain yang sesuai, dan ditopang oleh perancah
(scaffolding) sebagai penyangga sementara.
□ Setelah pekerjaan persiapan selesai harus dilakukan pemeriksaan ulang pada bekisting,
meliputi dimensi, elevasi, kelurusan, kerapatan sambungan), dan juga pemeriksaan tulangan
(dimensi, jumlah dan jarak besi tulangan, kekuatan bendrat). Untuk memeriksa elevasi bisa
dibantu theodolit dan waterpass.
□ Pipa-pipa yang memuat jaringan elektrikal ataupu sebagai jaringan utilitas juga harus
dipastikan telah terpasang dengan baik. Selanjutnya bekisting harus dibersihkan dari segala
jenis kotoran. Jika perlu, bisa digunakan kompresor udara.
47
Gambar 2.42 Gambar proses pekerjaan pengecoran dak beton
□ Adukan beton yang akan dicor, bisa dibuat secara konvensional, menggunakan mesin molen
kecil, ataupun dipesan adonan siap cor “ready mix”, yang biasanya didatangkan oleh truk
molen besar. Jika telah siap bisa dilakukan pengecoran pelat lantai dan balok (bisa juga
sekaligus dengan kolom).
Pastikan adonan beton telah melalui pengujian slump. Beton yang telah dituang diratakan
dengan penggaruk (papan perata) dan dipadatkan dengan mesin vibrator. Sebagai acuan bisa
digunakan tinggi peil lantai.
□ Jeda waktu untuk pengecoran satu bidang sebaiknya dihindari, karena berpotensi memicu
terjadinya retak/kebocoran. Jika terpaksa menghentikan pengecoran, sebaiknya pada posisi ¼
bentang (dihitung dari tumpuan). Jika mungkin, pengecoran baik dilakukan malam hari untuk
mengantisipasi sinar matahari yang ekstrem. Pengecoran siang hari akan baik bila dilakukan
di bawah terpal pelindung.
□ Pembongkaran bekisting sebaiknya dilakukan setelah 4-21 hari, seturut proses pengerasan dan
pengeringan beton. Sebelum kering sempurna, sebaiknya dak beton tidak dibebani berlebihan.
Dak beton yang difungsikan sebagai atap, idealnya dilapisi bahan waterproofing penutup
pori-pori beton untuk mengantisipasi rembes atau bocor.
Pondasi Tangga berfungsi sebagai dasar tumpuan landasan agar tangga tidak mengalami
penurunan, pergeseran. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau
kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok anak
sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.
49
Pada proyek ini tumpuan konstruksi tangga adalah beton bertulang yang dihubungkan ke sloof
Pemasangan tulangan anak tangga disesuaikan dengan gambar teknis, tulangan ini
dihubungkan dengan tulangan badan tangga dengan cara diikat dengan kawat, kemudian
dipasang tulangan memanjang yang berfungsi untuk memperkuat anak tangga. Beton
decking juga dipasang pada sisi yang akan dipasang bekisting dengan ketebalan ± 2 cm.
Sebelum proses pemasangan, bekisting dipasang di salah satu sisi dinding tangga agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan tulangan.
Pemasangan bekisting Dinding Tangga, Bordes dan Trape/ Dinding Anak Tangga
Setelah pekerjaan pemasangan tulangan bordes dan badan tangga selesai, kemudian
dipasang dinding tangga pada sisi yang lainnya dan dinding bordes diatas badan tangga.
Bekisting dinding tangga dipaku dengan bekisting badan tangga.
Trade/ dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga sesuai dengan
yang telah digambar pada dinding badan tangga dan dipaku dari dinding tangga kearah
dalam. Untuk memudahkan pemasangan dapat dilakukan dari bawah keatas. Setelah
semua terpasang, kemudian antar anak tangga dirangkai dengan kayu 5/7 memanjang dari
atas ke bawah. Sama halnya dengan dinding badan tangga, dinding anak tangga inipun
telah dipabrikasi sebelumnya.
Gambar 2.46 Gambar bekisting Dinding Tangga, Bordes dan Trape/ Dinding Anak Tangga
● Pengecoran
Setelah bekisting tangga terpasang kuat maka akan segera dilakukan pengecoran tangga,
pengecoran dilakukan merata di seluruh bagian tangga.
● Pembongkaran
51
Pembongkaran dinding badan tangga dan trape dapat dilakukan setelah beton berumur 12
jam, sedangkan untuk badan tangga dan bordes dilakukan setelah tujuh hari atau setelah
mendapat ijin dari pihak direksi. Untuk pembongkaran balok bordes cara dan urutannya
seperti pada pembongkaran balok biasa.
52
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pelaksanaan
a. Siapkan sloof / balok dan periksa kerataan dan mutu pengecoran betonnya.
b. Tarik benang antara sudut-sudut dinding untuk menentukan posisi dan kerataan dinding.
Gunakan waterpass untuk menyamakan ketinggian benang dan gunakan theodolite bila diperlukan
53
c. Untuk lapisan dasar, gunakan Mortar atau setara. Tebarkan adukan tersebut secara merata
d. Gunakan cethok untuk merapikan kelebihan adukan di sepanjang tepian.
e. Letakkan blok yang sudah diberi Thin Bed Mortar di ujung dinding tepat pada
pertemuan benang. Tekan hingga ketebalan adukan 10 mm. Periksa kembali level blok
dengan menggunakan waterpass. Lakukan langkah yang sama untuk setiap ujung
dinding.
54
Gambar 2.50 Mengecek kerataan horisontal menggunakan waterpass
g. Setelah meletakkan blok pada masing-masing ujung dinding, letakkan blok lapis
kedua dengan Thin Bed Mortar. Langkah ini penting untuk dudukan benang dan
mencegah pergerakan blok di ujung dinding pada saat meletakkan blok-blok lain pada
lapis pertama.
Gambar 2.52 Meletakkan Blok Lapis Kedua dengan Thin Bed Mortar
55
Penting :
a) Untuk pasangan blok Hebel harus menggunakan sistem Thin Bed Mortar, agar
manfaat produk beton ringan aerasi dapat diperoleh sepenuhnya.
b) Blok-blok dan panel Hebel di lokasi proyek harus dilindungi dari air dan hujan.
h. Campur Thin Bed Mortar dengan air dalam sebuah ember. Penggunaaan mixer akan
menghasilkan campuran adukan yang lebih baik. Perbandingan Thin Bed Mortar dan
air sesuai petunjuk pemakaian pada kemasan. Pada saat hari terasa amat panas,
tambahkan sedikit lebih banyak air dari takaran yang disarankan, untuk menhindari
adukan cepat kering. Bilamana campuran mulai mengering tambahkan air ke dalam
bak dan aduk kembali. Sebelum mulai campuran baru, bersihkan ember terlebih
dahulu dengan air untuk mencegah adukan lama mempercepat waktu pengeringan
campuran pasangan yang baru. Jangan menggunakan lagi adukan sisa yang
berjatuhan.
i. Dengan menggunakan sikat halus, bersihkan permukaan blok setiap kali akan
memasang lapis baru.
Penting :
a) Bilamana suhu udara terasa sangat panas, celupkan sikat halus ke dalam air
sebelum menyikat.
b) Rentangkan benang dari ujung dinding ke ujung dinding yang lain. Gunakan
cethok khusus dengan lebar yang sesuai dengan lebar blok. Letakkan Thin Bed
Mortar pada arah vertikal terlebih dahulu, baru kemudian arah horisontal. Tebarkan
adukan secukupnya untuk satu blok saja. Pastikan pasangan Thin Bed Mortar
menutup selebar permukaan blok.
56
c) Pada saat meletakkan blok, angkat permukaan blok yang menghadap adukan
vertikal dan mulai letakkan sisi blok yang berlawanan terlebih dahulu.
d) Setelah blok diletakkan, rapatkan dengan palu karet secara merata. Langkah ini
sangat penting untuk mamastikan bahwa seluruh permukaan blok sudah tertutup
dengan Thin Bed Mortar. Pastikan palu jangan terlalu keras supaya Thin Bed
Mortar tidak keluar. Jaga ketebalannya (1-2 mm setelah blok direkatkan).
Kelebihan Thin Bed Mortar pada permukaan dinding, dibersihkan dengan
menggunakan cethok biasa.
Penting :
57
Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan plesteran dapat dilakukan dengan mempelajari gambar denah eseluruhan lokasi
dinding yang akan diplester beserta denah pelengkap (jika diperlukan), dalam skala 1:200,
1:100 dan 1:50 yang telah menggambarkan :
1) Posisi dan jarak pasangan dinding.
2) Tebal plesteran dan detail material finishing pada dinding.
3) Letak kusen pintu dan
jendela. Alat yang digunakan :
a. Steger / tangga kerja
b. Alat lepo atau mesin semprot plester
c. Kompresor
d. Molen kecil
e. Meteran
f. Siku besi
g. Ember
h. Palu & paku
i. Waterpass
j. Kawat ayam
k. Benang
l. Mortar (1 pc : 4 pasir, untuk dinding. Dan 1 pc : 3 pasir, untuk dinding transram)
m. Semen portland tipe 1 dan pasir beton kadar lumpur < 5%
n. Acian (semen instan)
1) Umur pasangan bata ringan minimal 1 hari (24jam) dan dinding beton minimal 14 hari.
2) Bersihkan area plesteran dan permukaan dindingnya dari kotoran dengan sapu lidi.
3) Pada dinding beton, permukaannya terlebih dahulu diciping atau dapat juga dikamprot
dengan bahan tile additive, lalu dibiarkan selama 24 jam sampai kering.
4) Apabila terdapat pertemuan antara dinding beton dengan pasangan dan tidak ditentukan
dalam spesifikasi serta tidak ada tali air, maka sepanjang pertemuannya dipasang kawat
ayam dengan cara dipaku.
5) Berilah marking bidang yang akan diplester dengan memaku keempat sudutnya dan jika
tidak ditentukan di spek, pakukan sudut atas 25m lebih tinggi.
58
6) Kemudian tariklah benang horisontal dan vertikal dari paku satu ke yang lain. Jarak
antara benang dan permukaan dinding merupakan ketebalan plesteran nantinya.
Pasanglah alas kayu untuk menampung adonan yang jatuh.
7) Periksalah vertikalitas benang dengan dilot.
8) Tariklah benang berikutnya pada keempat sisi bidang plesteran dengan jarak 5cm dan
benang horisontal dan vertikal selanjutnya ditarik dengan jarak antar benang 1,5m.
Kemudian siramlah dinding yang akan diplester dengan air bersih.
9) Persiapkan adukan plesteran sesuai spesifikasi di dalam kotak kayu tempat adukan atau
menggukan molen kecil dan adonan haruslah rata, homogen dan
59
Gambar 2.57 Caplakan Plesteran
2) Setelah membuat caplakan lepaskan benang dengan paku hati-hati. Kemudian antara
caplakan tersebut buatlah klabangan horisontal atas dan bawah saja serta kelabangan
vertikal. Permukaan adukan diratakan dengan jidar alumunium dan roskam.
3) Pada pertemuan 2 dinding di sisi dalam, buatlah salah satu klabangan mepet dengan siku
dalam pada dinding, dan berkaitan jarak 5cm untuk klabangan dinding berikutnya.
4) Sebelum melaksanakan plesteran, cek kelembaban pada dinding yang akan diplester dan
jika diperlukan siram lagi dinding dengan air bersih.
5) Ambil adukan atau mortar pada bak menggunakan alat lepo
60
Gambar 2.60 Pengambilan adukan menggunkan alat lepo
6) Lakukan plesteran dengan menggunakan alat lepo kemudian ratakan serta padatkan
permukaan dengan jidar aluminium. Pada pertemuan antara sudut, plesteran dibuat
dengan lurus.
61
Gambar 2.62 Perataan plesteran dengan menggunakan jidar
Untuk meletakkan daun pintu atau daun jendela pada dinding, dipasang rangka yang
disebut Kusen, kusen untuk tempat tinggal terbuat dari kayu atau logam. Kusen kayu
memberikan penampilan yang hangat dan indah dari tampilan tekstur serat-serat kayu yang
dimilikinya, mempunyai nilai penyekat panas yang baik dan pada umumnya tahan terhadap
pengaruh cuaca. Rangka jenis ini dapat berupa produk pabrik yang telah diselesaikan dengan
pelapisan cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa pelapisan. Kusen dari bahan
logam berbeda dari kayu,Kusen logam dapat terbuat dari alumunium, baja atau baja tak
berkarat (stainless-steel), warna alami logam dapat ditutup dengan lapisan cat dan dirawat
engan baik untuk mencegah korosi.
● Frame pintu dan jendela menggunakan alumunium dengan ukuran 4” tebal 1,35 mm
dan kayu meranti
● Daun pintu dan daun jendela menggunakan alumunium dan kayu meranti.
62
Bagian-Bagian Kusen
Kusen terdiri atas :
63
a. Pemasangan Kusen Pintu
64
b. Pemasangan Kusen Jendela
65
c. Memasang Daun Pintu
Cara Pemasangan
● Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
● Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
● Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
● Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi
kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
● Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu (sisi tebal)
dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu
dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
66
● Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya,
kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu tempat engsel yang sesuai dengan engsel
pada daun pintu.
● Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara melepas pennya,
kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
● Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan memasangkan engselnya, kemudian
masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
● Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
● Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan cara melepaskan pen.
● Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus
dengan kusen.
Seperti halnya pintu, jendela terdiri atas kusen atau gawang dan daun jendela. Kusen
dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada kusen dengan
menggunakan engsel sehingga dapat berputar pada engsel, berputar horizontal (ke kiri dan ke
kanan) atau berputar ertikal (ke atas dan ke bawah). Namun, ada jenis jendela yang tetap atau
mati, biasa disebut jendela mati engan tujuan untuk penerangan. Kedudukan daun jendela
pada saat ditutup melekat dengan sponing pada kusen jendela.
Cara Pemasangan
● Ukur lebar dan tinggi kusen jendela.
● Ukur lebar dan tinggi daun jendela.
67
● Ketam dan potong daun jendela (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
● Masukkan/pasang daun jendela pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi
kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
● Lepaskan daun jendela, pasang/tanam engsel daun jendela pada tiang daun jendela (sisi
tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 15-20 cm dari bagian tepi (untuk putaran
horizontal) atau engsel ditanam pada bagian ambang atas daun jendela dengan jarak 15-
20 cm dari bagian tepi (untuk putaran vertikal).
● Masukkan/pasang lagi daun jendela pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya,
kemudian beri tanda pada tiang/ambang atas jendela tempat engsel yang sesuai dengan
engsel pada daun jendela.
● Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun jendela dengan cara melepas pennya,
kemudian pasang/tanam pada tiang/ambang atas kusen
● Pasang kembali daun jendela pada kusennya dengan memasangkan engselnya,
kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun jendela pada
kusen jendelanya.
● Coba daun jendela dengan cara membuka dan menutup.
● Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun jendela dengan cara melepaskan pen.
● Stel lagi sampai daun jendela dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus
dengan kusen.
68
kaca pada daun pintu/jendela. Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat
dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu, material rangka
daun pintu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca. Apabila kaca dengan tebal kurang dari 4 mm,
sebaiknya gunakan sistem rangka tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela
berfungsi sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian ditambahkan lis tempel
di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm,
dapat digunakan rangka kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk
penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling rangka kayu.
69
Pelaksanaan:
1. Membersihkan langit-langit yang akan dipasang plafond dari material yang tidak
terpakai karena ada kemungkinan dapat merusak plafond. Selain itu pembersihan lokasi
juga dapat mempermudah pemasangan plafond.
70
4. Mengukur kedataran tiang penggantung dengan waterpass dan rambu ukur agar hasil
akhir pemasangan plafond rapi dan tidak bergelombang.
71
Gambar 2.75 Pemasangan plafond gypsum
5. Mengecek kembali kedataran plafond yang sudah dipasang.
72
73
74
Pekerjaan Lantai dan Pelapis Lantai
Alat dan bahan harus diperhatikan sebelum memulai pemasangan keramik, baik untuk
dinding maupun lantai. Adapun alat yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Sendok semen, sering disebut cetok yang merupakan alat untuk mengambil semen.
2) Benang marking, digunakan sebagai benang penuntun agar letaknya tidak miring.
3) Waterpass, merupakan alat yang digunakan agar lantai tidak naik turun.
4) Palu karet, merupakan palu dengan kepala yang terbuat dari bahan karet dan
berguna untuk memukul keramik pada saat dipasang sehingga benar-benar
menempel pada lantai kerja.
5) Meteran, berguna sebagai alat ukur panjang, lebar, dan tinggi.
6) Sarung tangan, berguna agar tangan tidak langsung menyentuh semen.
7) Lap, berguna pada saat keramik telah dipasang untuk membersihkan bila ada
semen yang masih menempel.
76
Gambar 2.79 Pembersihan lokasi yang akan dibuat keramik
2) Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan / tangga / dinding yang
ada. Pemasangan keramik lantai atau dinding dimulai dari tulangan ini.
3) Siapkan bahan additive atau bahan yang bersifat sebagai perekat. Bahan perekat dapat
berupa adukan semen. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik
permukaan dasar maupun dibadan belakang keramik lantai atau dinding yang terpasang.
Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata yang dianjurkan adalah: Untuk lantai,
Semen : Pasir = 1:6, dengan ketebalan rata-rata : 2 - 4 cm
77
6) Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai. Penentuan peil ini untuk seluruh
kesatuan peil didalam ruangan.
7) Pasang benang arah horizontal dan vertikal pada lantai sesuai elevasi pada gambar kerja.
8) Mulailah memasang keramik lantai ke arah vertikal dan horisontal sesuai dengan benang
yang sudah di seting terhadap ruangan, seperti pada contoh dibawah ini.
78
9) Kemudian keramik tersebut dipasang di atas campuran yang sudah diratakan.
79
11) Setelah keramik kepalaan selesai deikerjakan, anda bisa memasang keramik pada seluruh
bidang lantai ruangan.
12) Pasang keramik sebaiknya mulai dari tengah ruangan, sesuai arah pemasangannya.
Namun, sebenarnya dari mana saja pemasangan keramik dapat dilakukan.
13) Cara pemasangan yang baik adalah keramik jangan dipasang secara keseluruhan, tetapi
cukup sebagian dulu. Tujuannya untuk memberikan kesempatan agar lantai kerja
menguap secara sempurna. Bagian yang belum dipasang keramik dapat ditutup keramik
setelah 1 hari. Jarak antar keramik (naat) sebaiknya tidak terlalu rapat, cukup 2-3 mm.
80
14) Setelah semua keramik terpasang, kini giliran pemberian naat. Namun, perlu
diperhatikan bahwa pemberian naat dilakukan setelah 7 hari pemasangan lantai keramik.
Tujuannya agar keramik yang dipasang sudah tidak mengalami kembang susut. Bahan
untuk naat terbuat dari semen atau bahan lainnya yang sudah tersedia di toko bahan
bangunan yang umumnya senada dengan warna ubin keramik. Nat diisi dengan
campuran pengisi nat (grout) semen atau bahan khusus yang ada dibanyak toko
bangunan. Lebar nat juga berbeda antara keramik lantai dan keramik dinding, Keramik
lantai, lebar nat = 4 s/d 5 mm.
81
Pekerjaan Pemasangan Dinding Keramik (10 x 20 warna cream polished)
Ada berbagai macam cara memasang keramik, disini kami mencoba menjabarkan cara
yang baik dan benar yang biasa kami lakukan di lapangan.
Metode pemasangan keramik pada dinding adalah sebagai berikut:
1. Rendam keramik yang akan dipasang kurang lebih 15-30 menit sebelum digunakan.
Hal ini membuat bagian bawah keramik yang masih berpori dapat menyerap air, sehingga
sewaktu diberi adukan semen bisa menempel atau menyatu. (Bila tidak diberi air maka air
dalam adukan semen akan terserap oleh keramik. Dan adukan semen akan menyusut sehingga
menyisakan ruang kosong serta membuat keramik tidak menempel dengan baik. Setelah
sekian waktu kemungkinan keramik bisa terlepas dari tempatnya.
82
2. Tempelkan adukan semen dan pasir pada dinding yang akan dipasang keramik.
Lalu biarkan sebentar, supaya agak mengering. Usahakan agar adukan semen dan
pasirnya jangan terlalu encer agar dapat menempel dengan baik pada dinding.
3. Ketika hendak diletakkan pada dinding, beri kembali sedikit air pada bagian belakangnya.
83
Ratakan lapisan semen tersebut. Untuk bagian pinggir keramik jangan diberi semen
terlalu tebal, karena ketika keramik ditekan/dipukul untuk meratakan permukaannya,
lapisan semen yang di tengah akan lari ke arah pinggir dan mengisi ruang kosong
tersebut. (Bila pada pinggiran keramik diberi terlalu banyak semen, nantinya keramik
akan sulit untuk ditekan/diratakan. Juga akan mengotori permukaan keramik karena
semen akan keluar/muncrat kemana-mana dan pada akhirnya jadi pemborosan bahan.)
5. Letakkan keramik pada posisinya lalu tekan/pukul dengan palu karet agar permukaannya
sejajar dengan tali atau keramik disebelahnya.
Untuk keramik dinding, pemasangan dimulai dari bagian paling atas ke bagian paling
bawah. Untuk menahan agar posisi keramik tidak melorot ke bawah, gunakan paku
sebagai pengganjal.
Bisa menggunakan berbagai macam benda yang kira-kira sesuai tebalnya serta sama
ukurannya satu dan lainnya.
84
7. Lalu tekan/pukul dengan palu karet sehingga keramik menjepit spacer tersebut.
Merapatkan nat keramik bagian atas
8. Cek kembali apakah permukaannya sudah rata dengan bagian atas, bawah atau
sampingnya.
Cek ujung keramik
Karena dalam proses produksinya, kemungkinan terdapat beberapa buah keramik yang
kondisinya melengkung, sehingga bagian pojok atas kiri atau kanan sudah rata tetapi
bagian bawah kiri atau kanannya bisa jadi menonjol keluar atau malah masuk ke dalam.
9. Isi bagian samping dan bawah keramik agar tidak ada sisa ruang kosong.
Agar keramik tidak kosong bagian dalamnya, sehingga kurang kuat bila mengahadapi
tekanan nantinya. Bila bagian tersebut kosong maka keramik akan mudah pecah.
85
Isi samping keramik
Pada waktu pemasangan biasanya permukaan keramik akan terkena adukan semen.
Memang keramik memiliki lapisan glaze yang membuat kotoran dan semen tidak mudah
menempel, tetapi alangkah baiknya jika keramik Anda yang baru ini dibersihkan supaya
terlihat bersih dan mengkilap.
11. Biarkan untuk beberapa waktu,agar adukan semen mengering dan keramik diam pada
tempatnya ketika paku tahanan dicabut.
Bila keramik bergeser kembali setelah dicabut paku penahannya, rapikan kembali
keramik pada posisi yang benar dan berikan sedikit semen kering pada bagian bawah,
atas atau sampingnya. Hal ini untuk mempercepat adukan semen supaya mengering dan
Mengeras.
86
12. Untuk pemasangan keramik berikutnya prosesnya mengulang kembali dari atas. Bersihkan samping
keramik
Namun sebelum meletakkan keramik, pastikan bagian samping atau bawah keramik
sebelumnya bersih dari gumpalan atau sisa-sisa semen. Agar tidak ada yang
mengganjal diantara kedua keramik dan besarnya nat bisa disesuaikan atau
disamaratakan.
▪ Persiapan material kerja, antara lain : keramik plint 10x20 cm warna cream polished,
semen PC, pasir, semen grouting nat, air, dll.
▪ Persiapan alat bantu kerja, antara lain : waterpass, gerinda, meteran, palu karet, benang,
dll.
87
Gambar 2.102 Pemasangan plint keramik dinding
□ Pengukuran
▪ Juru ukur (surveyor) menentukan dan menandai (marking) pada dinding yang akan
dipasang plint keramik.
▪ Dinding yang akan dipasang plint keramik pada bagian bawah jangan diplester + aci
dahulu agar tidak ada pekerjaan bobokan.
▪ Pasang plint keramik pada dinding yang sudah di marking dengan perekat menggunakan
acian.
▪ Pada saat pemasangan, tekan plint keramik atau pukul dengan palu karet untuk
mendapatkan permukaan keramik yang rata.
▪ Grouting/isi nat antara plint keramik dengan semen khusus grouting nat.
Pekerjaan Pengecatan
Lingkup pekerjaan :
Pengecatan dinding.
88
Pengecatan langit-langit/plafond
Pekerjaan cat kayu.
Pekerjaan cat logam
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengecatan :
a. Terpal
b. Amplas
c. Rol
d. Kuas
e. Skrap
f. Kain lap
89
emulsi yang diencerkan dengan air sebanyak 50 %.
Cat Kayu.
a. Bahan harus diaduk sebelum dan selama pengulasan, agar warna dapat merata.
b. Kelebihan cat di permukaan harus disebar lagi setelah pengeringan selama 5
~ 10 menit, tergantung kadar penyerapan, kondisi pengeringan dan kegelapan
warna yang diinginkan.
c. Pengerjaan tidak diperkenankan dalam cuaca basah.
Cat logam
a. Besi baja harus segera diberi meni setelah pekerjaan persiapan
(pembersihan) selesai.
6) Aplikasikan minimal 4 (empat) lapis terdiri dari 1 (satu) lapis meni, 1 (satu) lapis cat
dasar, 2 (dua) lapis cat akhir.
7) Jika permukaan sudah rata, laksanakan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang
yang luas & kuas untuk bidang yang sempit.
8) Jika Cat Dasar Tersebut Sudah Kering, Laksanakan Pengecatan Finish (Jumlah
Pelapisan Cat Sesuai Dengan Spesifikasi)
9) Cek kerataan pengecatan finish.
10) Apabila sudah rata, bersihkan cat-cat yang mengotori bahan-bahan / pekerjaan lain
yang seharusnya tidak terkena cat.
PEKERJAAN MEKANIKAL
a. Hal yang perlu diketahui : Denah instalasi dan diagram isometris pipa air
kotor serta jalur pembuangan.
b. Percabangan sebisa mungkin dibuat tidak banyak (diusahakan dihindari)
c. Sambungan dibuat betul-betul rapat.
d. Untuk air bekas (mandi/cuci) dibuat manhole untuk kontrol pembersihan
(bak kontrol) pada tempat-tempat tertentu.
e. Untuk lubang saluran pembuang diberi saringan.
f. Sparing dibuat melebihi rencana peil lantai beton & tebal beton. ( diatas plat
= 25 cm, dibawah plat = 15 cm ), bagian atas supaya ditekuk
atau digepengkan / ditutup dengan cara dipanaskan.
g. Posisi sparing dibuat sesuai dengan type sanitair (jika sanitair telah
ditentukan).
h. Jika sanitair belum ditentukan, digunakan sistem Block Out.
i. Sparing Clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing closet (bila
ada), dimana letak sparing clean out berada di samping atau dekat dengan
sparing closet, fungsinya adalah untuk pembersihan apabila closet terjadi
penyumbatan.
91
j. Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak percabangan
dengan saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya untuk mengurangi
tekanan udara pada pipa pada saat closet di gelontor dengan air.
k. Floor drain supaya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan kurasan bak.
l. Spesifikasi pipa adalah : PVC D 2”, (setara wavin, Rucika, Pralon).
92
Saluran Pipa Wc ke Biotank
1. Pipa saluran dari closet menuju ke septictank harus diperhatikan kemiringannya,
karena kemiringan pipa dapat memperlancar penyaluran kotoran apabila
digelontor dengan air, kemiringan minimal 2 %.
2. Pipa sebaiknya dipergunakan kwalitas yang baik atau minimal type D.
3. Jangan ada percabangan untuk pipa yang ditanam di tanah (bangunan 1 lantai),
karena bila ada penyumbatan susah untuk perbaikannya. Untuk bangunan
bertingkat (ada shaft) harus dibuat clean out dan fan out.
1. Booster pump package : jenis pompa booster pump (setara sanyo, DAB)
3. STP Biotech : Biotech ukuran D 240 x P 445 cm dengan kapasitas > 100 orang.
(Type RCX-20).
Penyambungan Pipa
1. Alat : Gergaji, Amplas, Lem PVC, Shell tape, Kunci Pipa
2. Untuk pipa PVC, dipotong sesuai dengan ukuran ujungnya diamplas
terlebih dahulu dan dibersihkan oleskan lem pada ujung dan dalam shock
(penyambung) segera masukkan gerakan arah lurus jangan diputar, tunggu
sampai kering. Apabila belum kering betul posisi sambungan jangan digerakkan,
karena akan menyebabkan lem yang telah dioles menjadi tidak rekat.
3. Pada sambungan pipa yang mempunyai drat terlebih dulu dibungkus
sheeltape secukupnya pada drat sisi luar baru dimasukkan drat dalam dan diputar
sampai kencang dan rapat.
4. Pada penyambungan pipa besi lebih banyak dipakai sistem drat dan las. Untuk
penyenaian pipa minimum 4 baris/alur/drat.
93
Instalasi Air Bersih
94
Spesifikasi Instalasi Air Bersih
1. Pompa setara sanyo, DAB
2. Toren Air Kapasitas 5100L
3. Pipa Galvanis 1”
4. Pipa Galvanis ¾”
5. Pipa Galvanis ½”
6. Kran, Kloset duduk, Kloset jongkok, Urinoir, Tampat tisu (setara TOTO, American
Standard, TOHO.
95
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
96
Sistem Instalasi Listrik
2. Metode Pelaksanaan
a. Semua hantaran (kabel) yang ditarik dalam pipa / cabelduct harus diusahakan
tidak tampak dari luar (tertanam)
b. Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum pengecoran. Pemasangan sparing-
sparing listrik yang melintas di plat, balok, kolom beton harus dipasang terlebih
dahulu sebelum pengecoran, kabel diusahakan dimasuk-kan bersamaan dengan
pemasangan sparing.
c. Pipa yang dipasang pada dinding dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran
dan acian dikerjakan.
d. Penempatan sambungan/percabangan harus ditempatkan di daerah yang mudah
dicapai untuk perbaikan (perawatan).
e. Sambungan harus menggunakan klem / isolasi kabel supaya terlindung dengan
baik sehingga tidak tersentuh atau menggunakan lasdop dan ditempatkan pada Te
Dos.
f. Lekukan/belokan pipa harus beradius > 3 kali diameter pipa dan harus rata (untuk
memudahkan penarikan kabel).
g. Jaringan arde harus dipasang tersendiri / terpisah dengan arde penangkal petir
(setara Pulstar, Guardian, Qurnt).
97
1) Tidak boleh ada sambungan
2) Dihubungkan dengan elektroda pentanahan
3) Ditanam sampai minimal mencapai air tanah
h. Pada hantaran di atas langit-langit, harus diklem pada bagian bawah plat / balok
atau pada balok kayu rangka langit-langit.
i. Untuk hantaran/tarikan kabel yang menyusur dinding bata/beton pada shaft harus
diklem atau dengan papan dan kabeltrey bila jaringan terlalu rumit (banyak).
j. Stop kontak dan saklar. Pemasangan stop kontak setinggi > 30 cm dari lantai,
saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai (bila tidak ditentukan spesifikasinya).
Pemasangan stop kontak dan saklar harus rata dengan dinding.
k. Box / kotak Panel bodynya harus diarde, untuk menghindari adanya arus.
3. Panel-panel listrik.
a. Pasanglah panel-panel sesuai tempat yang telah ditentukan pada gambar rencana.
b. Semua kabel masuk/keluar ke panel melalui bagian atas. Aturlah kabel-kabel
masuk dan keluar secara sistematis dan rapih.
c. Semua badan panel harus diberi pentanahan menurut aturan PLN.
4. Kabel-kabel Feeder.
a. Sebelum kabel-kabel feeder dipasang, Pemborong harus membuat gambar lay out
jalur-jalur kabel feeder serta membuat koordinatnya.
b. Kemudian Pemborong memasang tanda-tanda pada jalur kabel tersebut dan harus
mendapat persetujuan Perencana untuk menghindari kemungkinan tabrakan
dengan instalasi dan pekerjaan-pekerjaan lain
c. Pemasangan kabel feeder.
1) Kabel feeder terpasang dalam tanah minimum 80 cm di bawah permukaan
tanah dengan memakai perlindungan pipa galvanis.
2) Setiap selokan kabel harus diperhitungkan radiusnya yang minimal R = 15 D,
dimana D adalah diameter kabel tersebut.
3) Tidak diperkenankan melakukan penyadapan atau penyambungan kabel di
tengah perjalanan.
4) Terminasi kabel harus selalu menggunakan sepatu kabel.
98
5. Angkur, kelos, terobosan, rangka dan rak besi.
a. Pemasangan angkur, kelos dan pembuatan terobosan harus dikerjakan sebelum
pengecoran.
Pekerjaan Lansekap
1. Pekerjaan Pagar
1. Galian Tanah
2. Pondasi Batu Kali
3. Pemasangan Kolom Beton
4. Sloof Beton (bisa saja tidak ada sloof, sesuai gambar kerja)
5. Pemasangan Panel Beton
99
● Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah bisa dilakukan dengan alat berat atau manual dengan
tenaga manusia (tergantung banyaknya volume pekerja).
Persiapan bahan, alat dan tenaga kerja.Tahap awal adalah membuat dan
memasang bowplank untuk pasangan batu kali sesuai dengan gambar kerja.
Membuat adukan mortar menggunakan molen sesuai dengan spesifikasi
teknis.Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 – 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 – 3
cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat
dengan adukan.
Apabila terjadi hujan, pasangan diitutup plastik atau terpal agar pasangan yang
masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
● Pemasangan Kolom Beton
Kolom pagar dipasang setelah lubang/sparing pada pondasi batu kali telah
tersedia, dengan uraian metode kerja seperti berikut:
Cek kelurusan horizontal dan vertical kolom agar posisi kolom presisi terhadap
kolom lainnya.
100
Seletah kolom terpasang/berdiri lurus, maka lubang/sparing akan ditutup dengan
memasang batu kali sesuai dengan gambar.
● Sloof Beton
Pekerjaan sloof beton berfungsi untuk menjepit kolom pagar oleh karena itu
sloof dilaksanakan setelah Kolom Pagar berdiri/ terpasang, pekerjaan sloof
dilaksanakan dengan uraian metode kerja seperti berikut:
Tahap pertama adalah melakukan Pembesian untuk sloof beton dengan ukuran
sesuai gambar rencana, pada saat pemasangan besi harus diperhatikan bahwa
besi tulangan harus benar-benar menjepit kolom.
Demikian metode kerja standart dalam hal pemasangan pagar panel beton yang
seperti diuraikan disini.
Pagar Beton Precast terdiri dari Panel Beton dan Tiang Beton, Ukuran Panel
Beton 5 x 40 x 240 cm, sedangkan ukuran Tiang beton 17 x 18 x 210 – 400 cm.
A. Pekerjaan persiapan
1. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan Pasang Conblock Tipe
Veta 8, Warna Abu-Abu.
2. Approval material yang akan digunakan.
102
3. Persiapan lahan kerja.
4. Persiapan material kerja, antara lain : Conblock Tipe Veta 8, Warna Abu-Abu,
tebal=8cm K-400.
5. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : stamper kuda, waterpass, meteran,
unting-unting, jidar, raskam, benang,gerobak sorong, dll.
B. Pengukuran
1. Terlebih dahulu juru ukur (surveyor) melakukan pengukuran dengan waterpass
untuk menentukan leveling permukaan lahan yang dipasang conblock.
2. Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna cat.
C. Pelaksnaaan pekerjaan
103
Gambar 2.103 Pemasangan conblok
3. Pekerjaan Drainase
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah survey lokasi yang hendak
dipasang saluran air u ditch tersebut, dengan begini anda bisa mempersiapkan
gambar perencanaan dan melakukan pengukuran awal. Ada 2 pengukuran yang
harus anda lakukan, yaitu pengukuran longitudinal untuk mencari proses saluran dan
batas pembebasan, sementara pengukuran cross section untuk mencari elevasi
saluran air.
Survey lokasi bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah sekitar dan apakah terdapat
saluran lain dengan fungsi sejenis, sehingga nanti dapat diterapkan saluran air
bersusun.
Ukuran galian yang dibuat harus menyesuaikan dengan ketebalan dari u ditch beton.
Misalnya saja Anda akan menggunakan u ditch dengan ukuran 30 * 30 * 120 dengan
ketebalannya 5 cm maka anda bisa membuat galian:
● Kedalaman 30 + 5 = 35 cm
● Lebar 5 + 30 + 5 = 40 cm
Selain itu menambahkan ukuran lebar galian sesuai dengan ujung alat berat untuk
mempermudah proses pemasangan. Jika galian telah dibuat bisa melakukan tahap
berikutnya yaitu pemadatan.
Jika saluran trase terlalu panjang membaginya menjadi beberapa titik pekerjaan
sebagai acuan dasar elevasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan elevasi sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Jika saluran u ditch telah terpasang, langkah terakhir yang harus dilakukan
adalah melakukan pengurukan kembali bagian samping kanan maupun kiri saluran
agar ia tidak dapat bergeser. memperhatikan kondisi dari saluran u ditch agar ia tidak
bergeser ketika terdorong oleh gaya dari benda urukan dan pemadatan. Jika sudah,
anda dapat memasang caping beam dari beton agar saluran tidak bisa bergerak ke kiri
105
dan kanan. Jangan lupa untuk membersihkan area pmasangan saluran dari bekas
tanah galian maupun material peralatan.
Di atas adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemasangan saluran u
ditch yang benar. Untuk menghindari naik turunnya elevasi saluran perlu
dipertimbangkan area yang sering menghasilkan sampah, untuk saluran terbuka
Anda bisa menggunakan cover U ditch agar ia menjadi saluran tertutup.
Mengaplikasikan cover U ditch dapat resiko masuknya sampah ke dalam saluran.
106
BAGIAN III
PENGAWASAN PROYEK
PENGENDALIAN MUTU
PENGAWASAN PELAKSANAAN
Pengawasan administrasi dan keuangan dilakukan oleh cost control agar semua
pelaksanaan di proyek dapat terkendali seoptimal mungkin, dan memberikan
keuntungan maksimal dalam batasan kualitas dan jenjang waktu yang telah disepakati.
PENGAWASAN LAIN-LAIN
108
BAGIAN IV
SUMBER DAYA
PERALATAN
Dalam pelaksanaan proyek ini kami selaku Kontraktor memiliki peralatan kerja
proyek antara lain :
1. Theodolite dan Waterpass
Digunakan pada saat pekerjaan surveying. Selain itu, digunakan saat pengecoran
pelat lantai untuk mengetahui elevasi permukaan lantai.
2. Bar Cutter
Merupakan kebutuhan alat yang mendasar pada pekerjaan pertukangan. Alat –alat
sebagai berikut : gergaji tangan, mesin gerinda,gergaji listrik.
9. Vibro Compactor dan Tamping rammer.
Digunakan untuk memompa air yang berada pada dasar galian , terutama pada
kondisi tanah yang memilikim muka air tanah yang cukup tinggi.
11. Pita Ukur
Digunakan untuk mengangkut alat, material dan bahan yang diperlukan untuk
mobilisasi darn dalam dan ke luar proyek. Dump Truk di sewa dari PT. Dwijayatek
2. Mobil Crane
Digunakan untuk mengangkat barang yang memiliki beban yang cukup berat ke
lokasi yang diinginkan. Mobil Crane juga dibutuhkan pada saat pekerjaan perakitan
atap. Mobil Crane di sewa dari PT. Dwijayatec.
3. Concrete Pump
Digunakan untuk memompa beton dari concrete mixer ke lokasi, terutama untuk
lokasi yang elevasinya lebih tinggi. Concrete Pump disewa dari PT. Adhimix
4. Concrete mixer
Digunakan untuk mengangkut beton ready mix dari batching plan ke lokasi proyek.
Concrete mixer disewa dari PT. Adhimix.
5. Buldozer
Digunakan untuk meratakan tanah dan juga untuk penebangan pohon pada
pekerjaan pembersihan lahan.
110
6. Excavator
Digunakan untuk pekerjaan penggalian dan pengurugan tanah.
MATERIAL
111
Gambar 5.3 Diagram Alur Material
112
TENAGA KERJA
Kami selaku Kontraktor dapat menyediakan tenaga kerja dalam 2 statis antara lain:
1. Tenaga kerja Tetap, berjumlah jumlah lebih 20 kerja yang siap bekerja.
2. Tenaga kerja lepas, berjumlah kurang lebih 30 tenaga kerja yang didatangkan dari kota
Purwokerto, Solo, Semarang.
Adapun perincian tenaga kerja yang akan kami uraikan sebagai berikut :
1. Tukang gali
2. Tukang kayu
3. Tukang besi
4. Tukang batu
5. Tukang keramik
6. Tukang pipa
7. Tukang listrik
8. Tukang cat
9. Tukang kusen
10. Tukang las
11. Pekerja
DISIPLIN KERJA
Kami selaku Kontraktor akan menetapkan disiplin yang berlaku adalah sebagai berikut :
Jam kerja Senin s/d Jumat ( kecuali jam kerja dilapangan masuk setiap hari ).
1. Masuk Kerja : Jam 08.00 WIB.
2. Pulang Kerja : Jam 17.00 WIB.
3. Istirahat : Jam 12.00-13.00 WIB.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa 4 Lantai, waktu kerja di
kelompokkan menjadi 3 giliran waktu kerja ( disebut shift kerja ) yaitu :
113
RENCANA KESELAMATAN K3 (SAFETY PLAN)
1. Pekerja yang tidur dibarak kerja, sakit akibat malaria, serta kebersihan makanan
dan minuman.
2. Kecelakaan atas orang maupun barang / alat :
a. Mesin ambruk
b. Jatuh
c. Kejatuhan benda
d. Terperosok dalam lubang
e. Tergelincir
f. Terpental
g. Terkena aliran listrik
3. Kebakaran di :
a. Lokasi bangunan
b. Barak pekerja
c. Lingkungan sekitar bangunan
d. Warung
e. Kantor proyek
f. Gudang
114
Resiko Kecelakaan dan Penanganannya
No Lokasi Pencegahan
Resiko Kecelakaan /
Penanganan
1 Orang jatuh - atur / tempatkan kabin lift sedekat mungkin
dengan pemberhentian.
- pasang pagar pengaman pada daerah pemberhentian.
2 Orang kena stroom - pasang isolasi untuk setiap sambungan dengan benar.
- pasang instalasi kabel dengan rapid an tidak boleh
terkena air.
- pasang switch on / off per lantai.
- tempatkan switch on / off pada lokasi yang mudah
diketahui dan beri papan petunjuk.
115
7. Pengecoran
7.1. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman.
- pasang lampu penerangan secukupnya.
- pasang railing pengaman.
- pasang jembatan cor yang kuat.
7.2. Orang kejatuhan - pakai helm
- pasang jaring pengaman
- pasang rambu “Awas Benda Jatuh !”
8. Pembesian
8.1. Pembesian kolom - pasang beatty scaffolding
ambruk - tambah ikatan pada besi.
8.2. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman.
- pasang injakan dari besi yang kuat.
9. Pembongkaran
bekisting
9.1. Orang jatuh - gunakan sabuk pengaman.
- pasang steger / tangga pembongkaran sehingga
yakin kuat.
9.2. Kejatuhan - pakai helm
bongkaran - pasang jarring pengaman
- pasang rambu “Awas –Benda Jatuh !”
Kerjasama dengan instansi yang terkait dengan K3 sangat penting. Instansi-nstansi tersebut
adalah :
a. Depnaker
b. Polisi
c. Rumah Sakit
Hubungan awal yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Depnaker dan pemberitahuan
ke instansi pemerintah / Muspida setempat perlu dirawat dengan hubungan informal yang
lain supaya bila ada masalah K3 cepat tertangani dengan baik. Untuk proyek tertentu
(misalnya yang cukup terpencil atau rawan terhadap kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja) perlu menjalin kerjasama dengan rumah sakit terdekat.
Pengawasan Pelaksanaan K3
c. Safety Meeting
Meeting proyek membahas hasil / laporan dari safety patrol maupun hasil / laporan dari
Safety Supervisor. Yang paling utama dalam Safety Meeting tersebut adalah :
1) Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3.
2) Perbaikan system kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali.
117
Safety Sign
Pelatihan Program K3
Materinya meliputi:
a. Pengetahuan umum tentang K3
b. Safety plan proyek yang bersangkutan
Pesertanya adalah seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek.
Promosi Program K3
119
f. Kacamata las / google,
g. Obat-obatan P3K,
h. Pelampung renang (untuk lokasi tertentu)
120
Ilustrasi Alat Pemadam Kebakaran di proyek
b. Pagar pengaman, yang terdiri dari :
1) Pagar / railing yang kuat,
2) Tali warna kuning sebagai tanda pembatas peringatan.
3. Rambu-rambu peringatan
Rambu-rambu peringatan antara lain untuk :
121
a. Peringatan bahaya dari atas
b. Peringatan bahaya benturan kepala
c. Peringatan bahaya longsoran
d. Peringatan bahaya api / kebakaran
e. Peringatan tersengat listrik
f. Petunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)
g. Petunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
h. Petunjuk batas ketinggian penumpukan material
i. Larangan memasuki areal tertentu
j. Larangan membawa bahan-bahan yang berbahaya
k. Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
l. Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
m. Peringatan ada alat / mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
n. Peringatan / larangan masuk untuk masuk lokasi genset / power listrik (untuk
orang- orang tertentu).
Penataan Lingkungan
122
d. Getaran
e. Cahaya dan sirkulasi udara
2. House keeping
Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3. Sarana kebersihan dan
kerapihan untuk program K3 terdiri dari :
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Penyediaan toilet / WC bersih
c. Penyediaan musholla yang bersih dan terawat
d. Penyediaan toilet / WC bersih untuk pekerja proyek
e. Penyediaan bak-bak sampah pada lokasi yang diperlukan
f. Pembuatan saluran pembuangan limbah
g. Pembersihan sampah-sampah secara teratur
123
RENCANA MUTU (QUALITY PLAN)
Project Quality Plan ini dibuat dengan mengacu pada Prosedur No. PQ 001/ 15/ 1992
sebagai panduan dalam pelaksanaan proses kerja di Proyek Pembangunan Gedung Asrama
Mahasiswa Jakarta. Tahapan-tahapan proses kerja dilakukan, dengan maksud agar dalam
pelaksanaannya dapat dihindari terjadinya ketidaksesuaian, dan untuk memastikan
berjalannya sistem kerja sesuai dengan yang disyaratkan demi menjaga hasil mutu suatu
pekerjaan yang diharapkan.
Project Quality Plan ini merupakan bagian yang saling melengkapi dari berbagai dokumen
yang disiapkan dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa
Project Quality Plan ini akan direvisi setiap saat bila dirasakan perlu, sesuai dengan
perkembangan sejalan berlangsungnya Proyek Pembangunan ini. Perubahan pada lingkup
pekerjaan, khususnya yang menyangkut dengan item pekerjaan baru yang ada dalam
proyek ini.
Target Mutu
1. Pembesian
a. Melakukan checking terhadap stek yang ada.
b. Penempatan stok besi tidak boleh berhubungan dengan tanah.
c. Besi beton yang sudah bengkok sebaiknya tidak diluruskan kembali.
d. Panjang kait, bengkokan, dan sambungan mengacu pada PBI 1971.
e. Pengikat besi dengan bendrat harus berbentuk silang.
124
f. Pembengkokan besi beton pada satu titik tidak boleh dilakukan 2 kali.
2. Test besi beton
a. Setiap masing–masing diameter harus dites, atau tiap kedatangan 20 ton
kedatangan harus dites.
b. Setiap kedatangan besi beton harus dilengkapi data test/ mlil sheet.
c. Pengetesan dilakukan di laboratorium yang berakreditasi.
d. Bahan yang dipaki beton mutu U-24 atau U-39 atau sesuai spesifikasi.
e. Potongan besi sample yang akan ditest dalam keadaan bersih dan tidak berkarat.
f. Apabila pengetesan belum dilaksanakan, maka mill sheet dapat dilakukan sebagai
acuan sementara.
g. Untuk petugas laborat, yang harus diperhatikan adalah :
1) Memastikan diameter, jenis dan panjang besi beton sesuai dan benar.
2) Memastikan potongan besi sample yang akan ditest dalam keadaan bersih dan
tidak berkarat.
3) Mengirim sample ke laboratorium yang akan ditunjuk.
4) Mengambil data hasil test dan mengevaluasi.
3. Bekisting balok dan pelat lantai
a. Konstruksi bekisting dan perancah harus mampu menahan berat beton cair, beban
kerja dan desakan beton kesamping.
b. Konstruksi sesuai dengan shop drawing yang sudah memperhatikan hal tersebut
diatas dan sudah mendapatkan persetujuan dari MK/ Owner.
c. Fabrikasi panel-panel bekisting balok terdiri dari bodeman dan dinding sesuai
ukuran yang ditentukan, untuk dinding harus ditambah ketebalan bodem.
d. Tentukan bodeman balok sesuai peil & as yang ditentukan dengan cara menarik 2
(dua) benang sejajar balok antara 2 (dua) kolom
e. Untuk balok yang tinggi, apabila diperlukan, dipasang tie rood.
f. Pembongkaran dinding bekisting dapat dilakukan 7 hari setelah pengecoran.
g. Pembongkaran bodeman dapat dilakukan setelah kekuatan beton memenuhi
persyaratan.
4. Bekisting kolom
a. Konstruksi bekisting harus kokoh dan kuat dari pengaruh tinggi pengecoran dan
kecepatan pengecoran.
125
b. Konstruksi sesuai dengan shop drawing yang sudah memperhatikan hal tersebut
diatas dan sudah mendapatkan persetujuan dari MK/ Owner.
c. Vertikalitas pemasangan pembesian harus terjamin, pemasangan beton decking
harus sesuai gambar kerja.
d. Saat penyetelan bekisting sebaiknya dilakukan pelaburan dengan menggunakan
minyak bekisting.
e. Saat pembuatan panel bekisting kolom, digunakan balok/ kaso yang lurus dengan
mengacu pada gambar kerja.
f. Pasang lot-lotan pada kedua sisi dari kolom tesebut untuk vertikalitas sampai
selesai.
g. Buat serapatan antar kolom untuk kelurusan kolom satu dengan kolom lainnya.
h. Periksa seluruh sambungan support, dudukan support, sabuk dan jaraknya sesuai
gambar kerja, pemeriksaan ini berlaku juga saat pengecoran akan dimulai.
i. Sambungan bekisting harus rapat, untuk menghindari kebocoran saat pengecoran.
j. Bekisting yang sudah lama kering disiram dengan air terlebih dahulu untuk
menghindari kebocoran saat pengecoran.
k. Kebersihan lokasi kerja bekisting terjamin.
l. Pengaku/ tierood dipasang apabila diperlukan.
5. Pengecoran manual/ dengan pompa
a. Bahan yang disediakan sesuai dengan trial mix yang disetujui.
b. Alat yang digunakan harus dapat berfungsi dengn baik.
c. Tenaga yang tersedia harus sudah memadai.
d. Lokasi yang akan dicor harus sudah dilakukan cek list pekerjaan sebelumnya.
e. Catatan hasil slump test dan test hasil benda uji merupakan record mutu.
6. Perawatan beton (curing)
a. Curing merupakan pekerjaan perawatan beton yang baru dicor untuk menjaga
beton dari suhu tinggi agar beton yang sedang mengeras tersebut tidak terjadi
keretakan/ pecah-pecah.
b. Bahan-bahan yang dipakai antara lain :
1) Air kerja
2) Karung goni
c. Perawatan beton dilaksanakan setelah beton cukup kering (beton yang setelah
dicor bila dilewati tenaga kerja sudah tidak meninggalkan bekas pada
126
permukannya).
7. Pembuatan kubus atau silinder beton
a. Pembuatan kubus/ silinder beton dilakukan dengan :
1) Pembuatan sampel kubus/ silinder beton dilakukan setiap satu mixer atau 20
sampel untuk pengecoran sejumlah 60-200 m3 dalam sekali pengecoran
kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi teknis.
2) Setiap kubus/ silinder beton diberi tanda : tanggal pembuatan, kode lokasi,
kode proyek, dan mutu beton.
3) Pembukaan cetakan kubus/ silinder beton dilakukan setelah 1 x 24 jam dan
setelahnya direndam dalam air.
b. Bahan yang digunakan : Beton segar dari ready mix.
8. Slump test beton
a. Pelaksanaan slump test dilakukan setiap mobil mixer dengan kapasitas 3-7 m3 dan
berlaku untuk beton ready mix.
b. Bahan yang digunakan : Beton segar dari ready mix.
c. Pelaksanaan pengecoran dilakukan max. 30 menit sejak pelaksanaan slump test,
apabila pengecoran dilakukan lebih dari 30 menit maka harus dilakukan
pengecekan ulang.
9. Pemasangan batu bata
a. Tukang pasang batu bata harus mempunyai ketrampilan yang memadai dan
perbandingan antara tukang dengan kenek hendaknya seimbang sesuai dengan
jenis dan kondisi kerjanya.
b. Untuk bagian dinding yang berhubungan dengan air digunakan spesi yang kedap
air atau sesuai dengan spesifikasi teknis proyek.
c. Untuk setiap lubang pada pasangan yang tidak dilengkapi dengan balok lantai
beton harus dibuatkan pasangan rolaag batu bata.
d. Pasangan dinding batu bata maksimum 12 m2 harus dipasang penjepit kolom/
balok praktis.
e. Pasangan dinding bata maksimum setinggi 1,5 m harus berhenti selanjutnya
kolom praktis dicor, bisa dilanjutkan setelah berumur 1 hari.
10. Pasangan paving block
a. Pasir harus dijidar sesuai kepalaa yang dibuat setiap 1,5 m.
b. Pemasangan paving block dapat dilakukan apabila dua area pada pemasangan
dalam posisi terkunci.
127
c. Kelurusan dan keseragaman jarak nat dari paving block.
d. Kerapian las-lasan pinggiran dari paving block.
e. Apabila pekerjaan suatu area tidak selesai dalam satu tahapan pemasangan, maka
apabila meneruskan pekerjaan tersebut, sebelumya ujung pasangan paving block
harus dibuka 3 baris (sesuai kebutuhan).
11. Pemasangan plafond gypsum
a. Seluruh instalasi M/E diatas plafond sudah selesai.
b. Rangka plafond harus lurus dan rata.
c. Pekerjaan plafond dilaksanakan setelah bagian atas ruangan terrtutup.
d. Rangka plafond dipasang setelah utilitas diatasnya terpasang dan dinding
pembatas sudah diplester dan diaci.
e. Penutupan plafond dapat dilaksanakan setelah utilitas diatasnya terpasang dengan
benar.
f. Urutan pemasangan mengikuti urutan dan secara bertahap.
12. Pemasangan lantai keramik
a. Jenis (merk dan kualitas) sesuai spesifikasi/ persetujuan.
b. Permukaan bawah tegel harus kasar/ bergaris untuk perekatan spesi.
c. Tebal sesuai spek, antara lain lapisan ausnya harus keras, tidak mudah tergores
dan kedap air.
d. Tidak boleh cacat, gripis dan retak rambut.
e. Seluruh warna keramik mendekati sama, kecuali dikehendaki lain.
f. Warna keramik tidak boleh berubah (memucat/bulek dan absorb/menghisap cairan).
g. Perlu disortir dan sebelum dipasang, keramik harus direndam air 1 jam.
Sasaran Kerja
128
f. Atap tidak bocor.
2. Finishing
a. Pekerjaan dinding lurus dan rapi
b. Pasangan keramik lurus, rapi dan warna sama
c. Warna pengecatan seragam/ sama
d. Pemasangan plafond dan lis plafond rapi
3. M/E
a. Closet tidak bocor
b. Instalasi kabel & pipa rapi
c. Instalasi tata udara berfungsi dengan baik
d. Instalasi genset dapat digunakan
129
11) Membuat laporan NC produk secara periodik.
12) Membuat laporan secara periodik atas biaya rework akibat dari NC produk dan material.
13) Melaksanakan penerapan sistem manajemen mutu dan pengendalian record serta
pemeliharaannya bersama-sama dengan team proyek.
14) Melakukan Kunjungan / Tinjauan Pabrik, Work Shop untuk memastikan terjadinya
proses pencapaian mutu sesuai yang di harapkan.
130
Alur Permintaan Barang/Jasa
131
Alur Penerimaan Barang/Jasa
Ya
132
Alur Pengeluaran Barang
133