Anda di halaman 1dari 156

PANDUAN TEKNIS

PEMBANGUNAN
GEDUNG
SEKOLAH
DENGAN MEKANISME
PARTISIPASI
MASYARAKAT

Direktorat Pembinaan SMP


Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

2
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

KATA PENGANTAR

Panduan Teknis Pembangunan Gedung Sekolah ini dipersiapkan oleh Kegiatan Perlua-
san SMP Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Mene
ngah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengacu pada Peraturan Pemerintah
(PP) No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Bangunan
Gedung (UUBG); Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007; dan Kepu-
tusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 111/KPTS/CK/1993 tentang Pedoman Pemba-
ngunan Bangunan Tahan Gempa.

Panduan teknis disusun dengan maksud untuk bisa digunakan sebagai acuan bagi
Panitia Pembangunan Sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaaan pembangunan
Unit Sekolah Baru (USB), pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB), pembangunan Ruang
Perpustakaan, Ruang Belajar Lain (RBL), dan pelaksanaan Revita lisasi Gedung Sekolah
dengan mekanisme partisipasi masyarakat.

Buku ini berisi penjelasan lengkap tentang tata-cara pembangunan konstruksi secara
praktis, mulai dari penyiapan lahan, persiapan konstruksi, uraian ringkas bahan bangu-
nan yang dipakai dan spesifikasi teknisnya, pembuatan struktur bangunan termasuk
fondasi, kolom, dan atap, maupun pekerjaan penyelesaian akhir. Penjelasan dilengkapi
dengan ilustrasi dan gambar-gambar contoh seperlunya.

Diharapkan para pelaksana kegiatan pembangunan /pengembangan /revitalisasi ge-


dung di lapangan dapat mempelajari panduan teknis ini dengan seksama, memahami,
dan mampu melaksanakan seluruh proses pembangunan gedung sekolah dengan baik.

Jakarta, Januari 2017

Direktur
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama

Dr. Supriano, M.Ed


NIP. 19620816 199103 1 001

3
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

4
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Daftar Isi

KATA PENGANTAR  3
Daftar Isi  5
Daftar Gambar  7
Daftar Tabel  8

1 1. Gambaran Umum  11

2 2. Perencanaan Tata Letak  15


2.1. Pendaerahan Tapak (zoning)  15
2.2. Hubungan dan Jarak Antar Bangunan  16
2.3. Orientasi Terhadap Matahari dan Angin  18
2.4. Kemudahan Pencapaian  19

3 3. Bahan Bangunan & Pengujian Sederhana  23


3.1. Pasir pasang / Beton  23
3.2. Batu Kali / Batu Gunung  24
3.3. Kerikil/Kricak/Split  25
3.4. Air  25
3.5. Semen Portland (PC)  26
3.6. Batu Bata  26
3.7. Batako  27
3.8. Kayu  28
3.9. Besi Tulangan  29
3.10. Keramik  29
3.11. Penutup Atap  30
3.12. Kaca  32
3.13. Cat Tembok  32
3.14. Cat Kayu  32
3.15. Politur Kayu  33
3.16. Dempul Kayu  33
3.17. Plamur Tembok  34
3.18. Plamur kayu  34
3.19. Pipa PVC (Poly Vinyl Chloride)  34
3.20. Kabel Listrik  35

4 4. Pengenalan Komponen Bangunan  39


4.1. Struktur Bawah  40
5
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

4 4.2. Struktur Tengah  40


4.3. Struktur Atas  51

5 5. Persiapan  53
5.1. Rencana Kerja  53
5.2. Penyiapan Lahan  56
5.3. Penyiapan Fasilitas Sementara  56
5.4. Keselamatan kerja, Kesehatan kerja, dan Asuransi  57

6 6. Pelaksanaan  59
6.1. Pengukuran & Pemasangan Bouwplank  59
6.2. Pekerjaan Pondasi  62
6.3. Balok Sloof  66
6.4. Kolom Utama  70
6.5. Kolom Praktis  72
6.6. Balok Lintel  75
6.7. Balok Ring  78
6.8. Balok konsol  81
6.9. Pekerjaan Dinding  85
6.10. Pekerjaan Pintu & Jendela  94
6.11. Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap  98
6.12. Pekerjaan Plafond  106
6.13. Pekerjaan Lantai/Keramik  107
6.14. Pekerjaan Pengecatan  112
6.15. Pekerjaan Instalasi Listrik  115
6.16. Pekerjaan Sanitasi  120
6.17. Pekerjaan Site development  132

7 7. Penyelesaian Akhir  137


7.1. Pembersihan lingkungan sekolah (Finishing)  137
7.2. Penyiapan dokumen serah terima.  137

8 8. Lampiran  141
8.1. Poster Pondasi  143
8.2. Poster Penulangan Beton  144
8.3. Poster Pengecoran  145
8.4. Poster Kuda-kuda  146
8.5. Poster Fasilitas Disable 1 (Pedestrian dan Rampa)  147
8.6. Poster Fasilitas Disable 2 (Toilet dan Aksesoris Pendukungnya)  148
8.7. Poster Septic Tank  149
8.8. Poster Pengecatan  150
Daftar Pustaka 152
6
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Daftar Gambar

Gambar 1. Block Plan Prototipe SMP tipe C1  12


Gambar 2. Contoh Zoning Plan, SMP tipe C1  16
Gambar 3. Jarak antar bangunan dengan posisi bangunan berhadapan  17
Gambar 4. Jarak antar bangunan dengan posisi bangunan arahnya sama 18
Gambar 5. Bangunan membujur arah lintasan matahari  18
Gambar 6. Bangunan melintang arah lintasan matahari  19
Gambar 7. Ilustrasi prinsip peletakan bangunan yang beresiko  20
Gambar 8. Praktek yang salah dalam menempatkan bangunan,  21
Gambar 9. Ilustrasi pengujian sederhana pasir  24
Gambar 10. Ilustrasi pengujian sederhana batu kali  24
Gambar 11. Ilustrasi pengujian sederhana kerikil/kricak/split  25
Gambar 12. Ilustrasi pengujian sederhana semen portland  26
Gambar 13. Ilustrasi pengujian sederhana batu bata  27
Gambar 14. Ilustrasi pengujian sederhana batako  28
Gambar 15. Ilustrasi pengujian sederhana kayu  28
Gambar 16. Ilustrasi pengujian sederhana zincalume  30
Gambar 17. Ilustrasi pengujian sederhana metal roof motif genteng  31
Gambar 18. Ilustrasi pengujian sederhana pipa PVC  35
Gambar 19. Ilustrasi pengujian sederhana kabel listrik  36
Gambar 20. Pembagian komponen besar bangunan  39
Gambar 21. Ilustrasi struktur pondasi batu kali  40
Gambar 22. Rangka Pekerjaan Beton  41
Gambar 23. Ilustrasi jenis sambungan dan pembengkokan tulangan  42
Gambar 24. Ilustrasi pembengkokan sengkang  44
Gambar 25. Ilustrasi jenis-jenis sambungan dengan overlap 40D  44
Gambar 26. Ilustrasi Letak-Letak Sambungan  45
Gambar 27. Urutan pencampuran bahan campuran beton  48
Gambar 28. Mesin molen  50
Gambar 29. Contoh Time schedule  54
Gambar 30. Ilustrasi langkah-langkah pemasangan bouwplank  60
Gambar 31. Ilustrasi penempatan bouwplank pada Ruang Kelas  62
Gambar 32. Langkah-langkah pengerjaan pondasi  63
Gambar 33. Ilustrasi sistem jaringan listrik komplek gedung SMP  116
Gambar 34. Ilustrasi wiring diagram panel ruang kelas  117
Gambar 35. Isometrik pemipaan air bersih  120
Gambar 36. Lobang pipa pada dinding  122
Gambar 37. Pipa pada tembok yang belum diplester  122
Gambar 38. Pipa yang belum selesai disambung  123

7
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 39. Grambar kran yang mengalir airnya  123


Gambar 40. Isometrik pemipaan air bekas dan air kotor  124
Gambar 41. Gambar sketsa  126
Gambar 42. Pipa yang harus ditutup sementara  126
Gambar 43. Gambar sketsa kemiringan pipa 1%  127
Gambar 44. Gambar sketsa  127
Gambar 45. Pipa di bawah lantai  128
Gambar 46. Kelengkapan saniter dalam KM/WC siswa  129
Gambar 47. Perspektif KM/WC siswa  129
Gambar 48. Poster Septic Tank  130
Gambar 49. Saluran keliling bangunan  132
Gambar.50. Contoh pagar dan gapura sekolah  133
Gambar 51. Ilustrasi pengerjaan lapangan olah raga  136

Daftar Tabel

Tabel 1. Tabel Jarak Antar Bangunan SMP  16

8
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
1
Gambaran Umum
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

1. Gambaran Umum 1

1.1. Pelaksanaan program pembangunan gedung Sekolah, pembangunan ruang kelas


baru dan ruang belajar lain, refitalisasi serta rehabilitasi ruang dan bangunan
dilaksanakan di seluruh Indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Ta-
hun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah (PP) No. 36
Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Bangunan Gedung
(UUBG); Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24/2007 tentang stan-
dar sarana dan prasarana SD/SMP/SMA; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pambangunan Bangunan Gedung
Negara; dan Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 111/KPTS/CK/1993
tentang Pedoman Pembangunan Bangunan Tahan Gempa.

1.2. Sesuai dengan kebijakan umum dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana diatas, program pembangunan sekolah baru (USB), pembangu-
nan ruang kelas baru (RKB), pembangunan ruang belajar lain (RBL), revitalisasi
termasuk rehabilitasi gedung sekolah di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP,
dilaksanakan dengan cara swakelola oleh sekolah dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan atau revitalisasi termasuk rehabilitasi
harus dilaksanakan sendiri oleh sekolah, dan tidak boleh di borongkan pada pi-
hak ketiga.
1.3. Untuk memudahkan dalam pembahasan, serta kepraktisan dalam penentuan
ukuran maupun penyediaan ilustrasi serta contoh, baik itu untuk seluruh bangu-
nan maupun bagian dari bangunan, maka dalam panduan ini digunakan model
SMP dengan enam ruang kelas yang dibangun diatas lahan kosong siap bangun
dengan luas 6.000 meter persegi, mengacu Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007

11
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

dan Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 541/C.C3/Kep/MN/2004 ter-


tanggal 30 Desember 2004.

Gambar 1. Block Plan Prototipe SMP tipe C1

V
B E/H D R
T

B
O P

1 1
F/G K Q
S

C A M N L 2

W 3
X 4

LEGENDA LEGENDA
Kode Nama Ruang Kode Nama Ruang
A Ruang Kantor / Administrasi O/P/Q Kantin, Koperasi, Gudang
B Ruang Teori / Ruang Kelas R Rumah Penjaga Sekolah
C Ruang Perpustakaan / Media S Rumah Dinas Kepala Sekolah
D Ruang Lab Bahasa T Mess Guru
E Ruang Lab Sains / IPA V Ruang Pompa & Menara Air
F Ruang Keterampilan W Bangsal Sepeda
G Ruang Kesenian X Pos Jaga
H Ruang Komputer, TI & K 1 Lapangan Upacara
K Ruang OSIS, PMR, UKS & BK 2 Lapangan Olah Raga
L Ruang Ibadah / Mushalla 3 Area Parkir
M/N KM / WC Siswa, Ruang Ganti 4 Pintu Gerbang

12
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

13
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
2
Perencanaan
Tata Letak
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

2. Perencanaan Tata Letak 2

2.1. Pendaerahan Tapak (zoning)

Dalam perencanaan tata letak bangunan/ruang dalam suatu tapak/lahan, se-


baiknya dilakukan pengelompokan sesuai dengan jenis kegiatan atau fungsinya.
Ruang-ruang dengan fungsi sama sebaiknya diletakkan berdekatan atau bisa ber-
hubungan langsung. Pendaerahan (zoning) tapak bisa dilakukan antara lain se-
bagai berikut;

• Daerah Umum/Publik, untuk ruang/bangunan yang mudah dicapai dari pintu


masuk areal sekolah, misal kantor administrasi, mushola/ruang ibadah, pos
jaga, shelter sepeda motor.
• Daerah Privat, suasana harus tenang, adalah untuk perletakan ruang belajar
ruang teori/kelas, perpustakaan.
• Daerah Privat, bukan publik namun masih bisa ada suara sedikit bising, misal
untuk ruang praktik, laboratorium, ruang keterampilan.
• Daerah transisi antara daerah publik (ramai) dengan daerah privat (tenang), bisa
disebut sebagai daerah Semi Privat atau Semi Publik, sesuai untuk penempatan
ruang penunjang lain sesuai dengan fungsi pelayanan, misal ruang ketrampilan,
ruang kesenian, laboratorium.
• Lapangan olah raga sebaiknya ditempatkan jauh dari daerah tenang.

15
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 2. Contoh Zoning Plan, SMP tipe C1

Daerah Transisi
Daerah Private (Tenang) (Semi Publik)

Daerah Publik (Ramai)

2.2. Hubungan dan Jarak Antar Bangunan

Posisi antar bangunan harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan lalu
lintas orang, barang dan pelayanan kegiatan pembelajaran, serta dapat berfungsi
mencegah menjalarnya kebakaran, lihat Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Jarak Antar Bangunan SMP

Posisi Bangunan Tinggi Bangunan (m) Jarak Antar Bangunan (m)

Berhadapan <8m 4-6m

8 - 14 m 6-8m

14 - 40 m 8 - 12 m

Arahnya Sama >3m

16
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 3. Jarak antar bangunan dengan posisi bangunan berhadapan

<8 m

4-6m

2
8 - 14 m

6-8m
14 - 40 m

8 - 12 m

17
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 4. Jarak antar bangunan dengan posisi bangunan arahnya sama

>3 m

2 Catatan: Jarak antar bangunan juga berlaku bagi bangunan


baru dengan bangunan eksisting (bangunan yang sudah ada
sebelumnya), misalnya untuk bangunan satu atap, perlu
diperhatikan jaraknya dengan bangunan SD yang ada.

2.3. Orientasi Terhadap Matahari dan Angin

2.3.1. Orientasi Terhadap Matahari.


Orientasi terhadap arah terbit dan tenggelamnya matahari untuk mencegah ma-
suknya sinar matahari langsung ke ruang belajar yang berlebihan, namun mam-
pu memberikan pencahayaan alami sebanyak banyaknya kedalam ruang.

(1). Penempatan bangunan arah memanjang timur-barat, letak jendela di bagian utara
dan selatan.

Gambar 5. Bangunan membujur arah


lintasan matahari

Deretan Jendela

Deretan Jendela Pencahayaan merata di seluruh


ruangan sepanjang hari

18
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

(2). Penempatan bangunan arah memanjang utara-selatan, letak jendela di bagian


barat dan timur.

Gambar 6. Bangunan melintang arah


lintasan matahari

Bayangan matahari sore


2
Deretan Deretan
Jendela Jendela

Bayangan matahari pagi

2.3.2. Orientasi Terhadap Arah Angin

Untuk mendapatkan penghawaan silang (cross-ventilating), maka upayakan agar pe


nempatan sumbu bangunan arah memanjang diarahkan tegak lurus dengan arah angin
yang dominan.

Catatan: Bila orientasi matahari dan angin tidak


sama, maka bisa diambil orientasi kompromi yang
dapat menampung keduanya.

2.4. Kemudahan Pencapaian

2.4.1. Bangunan mudah dicapai dari pintu utama, pintu darurat, dan bangsal kenda-
raan;
2.4.2. Dari satu bangunan ke bangunan lainnya dihubungkan dengan jalan setapak /
selasar koridor.

19
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 7. Ilustrasi prinsip peletakan bangunan yang beresiko

Jangan membangun di
daerah dekat tebing. Karena
bangunan akan roboh bila
tebing longsor, selain itu
berbahaya bagi murid. Ba-
ngunan sekolah sebaiknya
cukup jauh dari tebing dan
terlindung dari pohon-po-
hon yang ada di tepi tebing

Jangan membangun di
dasar tebing, karena bangu-
nan bisa rusak/roboh akibat
longsoran tebing. Bangunan
sekolah sebaiknya cukup
jauh dari tebing dan terlin
dung dari pohon-pohon
yang ada di tepi tebing

20
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Jangan membangun seko-


lah terlalu dekat dengan
sungai / pantai, karena
beresiko terkena banjir/air
pasang. Bangunan sekolah
sebaiknya cukup jauh dari
sungai ataupun pantai dan
berada di ketinggian yang
aman dari banjir/air pasang

Gambar 8. Praktek yang salah dalam menempatkan bangunan,


jarak terlalu dekat akan mempersulit dalam mendesain,
salah satu contohnya mendesain saluran keliling dan pencahayaan.

<3m

21
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
3
Bahan Bangunan &
Pengujian Sederhana
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3. Bahan Bangunan & Pengujian Sederhana 3

Pengenalan bahan bangunan yang akan digunakan pada pelaksanaan pekerjaan ini
sangat penting bagi pihak Panitia Pembangunan Sekolah sebagai pelaksana pemba
ngunan. Pemahaman meliputi bagaimana melihat dan mengetahui kualitas dan man-
faat dari bahan bangunan tersebut dan untuk lebih jelasnya secara rinci disajikan se-
bagai berikut:

3.1. Pasir pasang / Beton

Fungsi:
Digunakan untuk spesi / adukan pasangan tembok dan beton

Persyaratan:
• Kandungan lumpur ≤ 5%
• Tidak mengandung zat organik
• Keras dan memiliki butiran bervariasi antara 0,5-5mm

Pengujian Sederhana:
• Pasir ketika basah dikepal, kemudian kepalan dibuka: bila pasir terurai, berar-
ti baik. Bila menggumpal, berarti jelek, menunjukkan bahwa pasir banyak me
ngandung lumpur
• Digosok diantara dua telapak tangan: Apabila banyak lumpur menempel ke tela
pak tangan berarti jelek, karena banyak kandungan lumpur.
• Pasir dimasukkan dalam botol dan diisi air kemudian dikocok. Didiamkan sekitar
satu menit, pasir akn mengendap dilapis paling bawah, dan diatasnya endapan
lumpur. Jika endapan lumpur cukup bayak (lebih 5%) berarti pasir jelek.

23
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 9. Ilustrasi pengujian sederhana pasir

3.2. Batu Kali / Batu Gunung


3 Fungsi:
Sebagai bahan utama pondasi

Persyaratan:
• Keras
• 2/3 berupa batu pecah (bukan semua batu gundul)
• Bersih dari lumpur dan kotoran

Pengujian Sederhana:
• Menguji kekerasan batu dapat dilakukan dengan mengadu batu satu dengan
yang lain. Bila mudah pecah berarti lunak.
• Untuk per-syaratan 2/3 batu batu pecah, dapat dilihat secara visual. Bila semua
batu masih berupa batu gundul harus dipecah terlebih dulu sebelum dipa
sang.
• Kebersihan dari lumpur dapat dilihat secara visual. Bila ada lumpur yang menem
pel bisa dicuci dengan disemprot air terlebih dulu sebelum dipasang
Gambar 10. Ilustrasi pengujian sederhana batu kali

24
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3.3. Kerikil/Kricak/Split

Fungsi:
Sebagai bahan pengisi dalam campuran beton.

Persyaratan:
• Bentuk tidak pipih, Lebih bagus bila berupa batu pecah atau split.
• Tidak Berpori
• Ukuran bervariasi
• Keras
• Bersih dari kotoran, lumpur, organik, dll. (bisa dilihat secara visual).•

Pengujian Sederhana:
• Kerikil yang baik bentuknya padat, ukuran bervariasi dan tidak berpori
• Kerikil berpori, bisa dilihat secara visual
• Kerikil berbentuk pipih, dapat dilihat secara visual
3
• Menguji kekerasan dengan mengadu sesama kerikil
Gambar 11. Ilustrasi pengujian sederhana kerikil/kricak/split

3.4. Air

Fungsi:
• Untuk proses pengikatan dan pengerasan pada bahan pengikat (semen atau ka-
pur)
• Memberikan workability pada adukan
• Untuk perawatan beton pada umur awal.

Persyaratan:
• Jernih
• Tidak berwarna
• Tidak berbau
• Tidak mengandung zat perusak (kotoran, garam-garam, bahan organik)

25
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Pengujian Sederhana:
• Kejernihan dan warna dapat dilihat seara visual
• Bau dapat di tes dengan mencium
• Sementara tentang kandungan zat perusak hanya bisa dilakukan di laboratori-
um. Namun secara visual jika air telah ditampung beberapa hari dan muncul
endapan, warna karat, atau lapisan keras dipermukaan, ini dapat diduga me
ngandung zat perusak .

3.5. Semen Portland (PC)

Fungsi:
Sebagai bahan pengikat pada campuran beton atau spesi.

3 Persyaratan:
• Ketika masih dalam kemasan terlihat lembek
• Tersimpan dalam tempat yang kering dan terlindung
• Semakin halus partikel semen reaksi hidrasi semakin cepat

Pengujian sederhana:
• Kemasan masih utuh dan terlihat lembek.
• Jika dibuka saknya, belum ada yang berupa butiran keras
Gambar 12. Ilustrasi pengujian sederhana semen portland

3.6. Batu Bata

Fungsi:
Digunakan untuk bahan tembok

Persyaratan:
• Tidak mudah patah (retak-retak) dan tidak berlubang
• Pembakarannya sudah cukup matang (waranya merah tua).

26
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Bentuk seragam, sebaiknya dari satu produsen


• Rusuk-rusuknya tajam, bidang sisi harus datar dan saling siku, permukaan kasar,
dan bunyinya nyaring apabila diketuk.
• Lebih bagus bila sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan tebal = 5cm,
lebar 11cm dan panjang 23cm.

Pengujian Sederhana:
• Bentuk seragam dan rusuk tajam dapat diamati dengan visual saat dalam tum-
pukan.
• Pembakaran yang matang diuji dengan:
• Bunyinya nyaring saat diketuk,
• Warna merah tua,
• dijatuhkan dari ketinggian setinggi orang berdiri, tidak pecah
• direndam selama 24 jam tidak hancur.
Gambar 13. Ilustrasi pengujian sederhana batu bata 3

3.7. Batako
Fungsi:
Digunakan untuk bahan tembok

Persyaratan:
• Tidak mudah patah (retak-retak) atau rapuh
• Bentuk seragam, sebaiknya dari satu produsen
• Rusuk-rusuknya tajam, bidang sisi harus datar dan saling siku, permukaan kasar.
• Lebih bagus bila sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan tebal = 10cm,
lebar 20cm dan panjang 40cm.

Pengujian sederhana
• Lingir-lingirnya ditekan dengan jempol tangan tidak rompal (hancur)
• Keseragaman bentuk, kerataan bidang dan ketajaman rusuknya dapat dilihat
secara visual

27
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 14. Ilustrasi pengujian sederhana batako

3.8. Kayu

Fungsi:
3 Digunakan sebagai bahan kusen, kuda-kuda , gording, usuk, reng, pintu dan jen-
dela, mebelair, dll.

Persyaratan:
• Ukuran sesuai rencana (toleransi penyusutan)
• Cukup keras
• Kering, kadar lengas ≤ 18%.
• Tidak lapuk
• Tidak banyak gubal (kayu muda)
• Mata kayu tdk berlebihan/tidak terlalu besar

Pengujian Sederhana:
• Keseuaian ukuran dapat diukur dengan meteran
• Kekerasan dapat diuji dengan menusuk menggunakan drei
• Kekeringan dapat diuji dengan moisture meter (alat pengukur kadar lengas/
kekeringan kayu),bila ada, atau membandingkan beratnya dengan jenis kayu
yang sama. Kayu yang kering lebih ringan.
• Kayu lapuk, gubal dan mata kayu dapat dilihat secara visual.
Gambar 15. Ilustrasi pengujian sederhana kayu

28
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3.9. Besi Tulangan

Fungsi:
• Digunakan untuk penulangan pada beton bertulang.
• Digunakan sebagai besi angkur pada kusen.

Persyaratan:
• Besi tidak berkarat.
• Diameter besi yang digunakan harus tepat sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Bentuk bisa polos atau ulir/deform

Pengujian Sederhana:
• Tidak ada bagian yang mengelupas akibat karat
• Diameter pengenal (dp) baja polos diukur dengan jangka sorong, sedangkan
baja ulir/deform diukur dengan rumus: dp = 12,8 √g, dimana g adalah berat tu-
langan deform per m’ dalam kg.
3

3.10. Keramik

Fungsi:
Untuk pelapis lantai dan tembok km/wc/washtafel, meja lab.

Persyaratan:
• Kualitas baik
• Ukuran seragam dan sama antara satu dengan yang lain.
• Sudut-sudutnya siku atau saling tegak lurus antara sisi-sisinya
• Permukaan rata tidak cembung/melengkung
• Diupayakan dari produk dalam batch (edisi) yang sama.

Pengujian sederhana:
• Keseragaman ukuran diuji dengan memadukan satu sama lain saling berhada-
pan dan diputar 90 derajad, diamati apakah ukuranya persis sama.
• Warna diamati keseragamannya
• Kesikuan sudut diuji dengan menggunakan siku atau menjejerkan beberapa
keramik dan mengamati kesikuannya.
• Kerataan permukaan dapat dilakukan dengan meraba dan mengamati keramik
dalam posisi miring.

29
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3.11. Penutup Atap

Fungsi:
Untuk melindungi agar bagian bangunan dibawahnya terhindar dari hujan dan
panas matahari langsung.

3.11.1. Zincalume

Peryaratan:
• Merupakan bahan baku pelat baja tipis yang dilapis dengan paduan antara bah-
an Aluminium 55%, Zinc 43,5% dan Silicon 1,5%.
• Bentuk berupa corrugated sheet (lembaran bergelombang).
• Ukuran bahan bervariasi tergantung pabrik pembuatnya.
• Ketebalan bahan minimal 0,3 mm termasuk pelapis terluar, dengan permukaan
3 halus.
• Pemasangan disesuaikan dengan brosur yang diterbitkan oleh pabrik pembuat-
nya.
• Panjang lembaran minimal 2 x jarak gording + 20cm
• Pemasangan menggunakan skrup yang dilengkapi dengan seal karet.

Pengujian Sederhana:
• Ketebalan diukur menggunakan jangka sorong
• Panjang diukur dengan meteran
• Cacat atau rusak dapat dilihat secara visual
Gambar 16. Ilustrasi pengujian sederhana zincalume

3.11.2. Metal roof motif genteng

Persyaratan:
• Berupa lembaran bergelombang motif menyerupai genteng
• Ukuran bahan bervariasi tergantung pabrik pembuatnya. Ketebalan bahan mini
mal 0,3 mm termasuk pelapis terluar, dengan permukaan cat warna halus. atau

30
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

lapisan batuan (granulation).


• Harus dipasang di atas kasau dan reng . Kasau kayu ukuran 5cm x 7cm dipasang
dengan jarak 40cm. Sedangkan reng ukuran 3cm x 4cm dengan jarak menye-
suaikan bentuk gelombangnya.
• Pemasangan disesuaikan dengan brosur yang diterbitkan oleh pabrik pembuat-
nya.
• Pemasangan menggunakan skrup yang dilengkapi dengan seal karet.

Pengujian sederhana:
• Ketebalan diukur menggunakan jangka sorong
• Cacat atau rusak dilihat secara visual
Gambar 17. Ilustrasi pengujian sederhana metal roof motif genteng

3.11.3. Genteng tanah liat

Persyaratan:
• Mempunyai ketebalan yang cukup sehingga tidak mudah pecah.
• Tidak retak dan mempunyai ukuran yang sama.
• Pembakaran cukup matang dengan warna merah tua dan berbunyi nyaring apa-
bila diketuk.
• Kuat menahan injakan kaki.
• Harus dipasang di atas kasau dan reng . Kasau kayu ukuran 5cm x 7cm dipasang
dengan jarak 40cm. Sedangkan reng ukuran 3cm x 4cm dengan jarak menye-
suaikan panjang genteng.

Pengujian Sederhana:
• Untuk menguji retak, kesamaan ukuran dapat dilakukan dengan visual
• Kematangan pembakaran ditunjukkan oleh warna merah tua dan bila dipukul
bunyinya nyaring.
• Kekuatan diuji dengan cara genteng ditaruh pada tempat yang datar kemudian
diinjak degan kaki. Genteng yang kuat tidak akan pecah bila diinjak.

31
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3.12. Kaca

Fungsi:
Untuk kaca pintu dan jendela agar waktu siang hari ruangan jadi terang tanpa ha-
rus menyalakan lampu.

Persyaratan:
• Kaca adalah jenis kaca bening/polos dengan ketebalan minimum 5 mm
• Permukaan tidak bergelombang.

Pengujian sederhana:
• Ketebalan diukur dengan jangka sorong
• Kerataan permukaan bisa dilakukan secara visual

3 3.13. Cat Tembok

Fungsi:
• Membuat permukaan tembok menjadi halus
• Pori-porinya tertutup sehingga air tidak mudah terserap kedalam tembok.
• Mudah dibersihkan
• Warna menjadi indah sesuai dengan selera

Persyaratan:
• Halus dan tidak luntur apabila terkena air
• Untuk bagian luar dipergunakan jenis weathershield (tahan terhadap peruba-
han cuaca).
• Untuk tembok bagian dalam cukup menggunakan cat yang bukan weather
shield.

Pengujian sederhana:
Dengan menggosokkan kain lap ke permukaan tembok yang sudah dicat dan su-
dah kering. Bila cat luntur dan menempel ke kain lap berarti cat tersebut kualitas
nya jelek.

3.14. Cat Kayu

Fungsi:
• Untuk melindungi permukaan kayu dari pengaruh iklim terutama air agar tidak
mudah lapuk.
• Untuk melindungi kayu dari serangan hama, sehingga tidak rusak dimakan
serangga.

32
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Membuat permukaan menjadi halus rapi dan indah.

Persyaratan:
• Setelah dicampur dengan thinner (minyak cat) menjadi halus dan merata apabi-
la dipergunakan.
• Cepat kering dan tidak luntur.
• Tidak mudah terkelupas apabila terkena perubahan cuaca.

Pengujian sederhana:
• Setelah dicampur dengan minyak cat dan diaduk jadi terasa lembut, tidak ada am-
pasnya.
• Setelah dioleskan ke permukaan kayu cepat kering dan setelah kering bila digosok
dengan kain tidak luntur.

3.15. Politur Kayu 3


Fungsi:
• Sebagai bahan pengawet kayu yakni melindungi darin pengaruh cuaca dan
serangan hama.
• Untuk membuat permukaan kayu jadi halus dan indah

Persyaratan:
• Mudah kering dan merata apabila dipergunakan.
• Warna tidak cepat pudar dan mengkilat.

Pengujian sederhana:
Setelah dioleskan ke permukaan kayu, bisa cepat kering dan setelah kering bila
digosok dengan kain tidak luntur.

3.16. Dempul Kayu

Fungsi:
Untuk menutup permukaan kayu yang lobang agar permukaan jadi rata, sebelum
dicat atau dipolitur.

Persyaratan:
• Dapat melekat setelah dioleskan pada permukaan kayu yang telah dicat meni.
• Setelah kering tidak terurai/encer lagi bila kena terpentin, spirtus maupun air.

Pegujian sederhana:
Dioleskan pada permukaan kayu yang telah dimeni, diamati apakah setelah kering
dapat melekat dengan baik.

33
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3.17. Plamur Tembok

Fungsi:
Untuk membuat permukaan tembok menjadi rata dan halus sekaligus menutup
pori-pori plester supaya saat tembok dicat tidak menyerap banyak cat dan tidak
boros.

Persyaratan:
• Dapat melekat dengan baik ke permukaan tembok.
• Setelah kering tidak luntur saat kena air.

Pengujian sederhana:
Dioleskan pada permukaan tembok dan setelah kering digosok dengan kain basah
dan tidak luntur.
3
3.18. Plamur kayu

Fungsi:
Meratakan, menghaluskan dan menutup pori kayu sebelum di cat.

Persyaratan:
• Dapat melekat dengan baik ke permukaan kayu
• Setelah kering tidak luntur/terurai lagi bila kena air

Pengujian sederhana:
Dioleskan pada permukaan kayu dan setelah kering tidak luntur bila digosok deng
an kain basah.

3.19. Pipa PVC (Poly Vinyl Chloride)

Fungsi:
• Umumnya digunakan sebagai bahan penyalur air dingin dan air limbah ringan
dan berat, terutama cairan kimia sebab bahan pipa ini sangat baik untuk bahan
cairan yang sifatnya menimbulkan reaksi tertentu dengan ada tidaknya peruba-
han suhu.
• Sebagai pelindung kabel listrik baik yang ditanam didinding tembok maupun di-
tanam di dalam tanah.

Persyaratan:
• Permukaan licin,
• Ringan dan lentur, mudah di instal/dipasang.

34
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Kuat dan tahan terhadap korosi.


• Untuk asesories/penyambung harus digunakan tipe yang sama dengan pipanya.
• Untuk pemipaan aliran air bersih yang bertekanan tinggi maka digunakan pipa pal-
ing tebal, pipa dengan tipe “ AW “.
• Untuk pemipaan aliran air pembuangan digunakan pipa dengan tipe “ D “.
• Untuk pelindung kabel/instalasi listrik digunakan pipa dengan tipe “ C “.

Pengujian sederhana:
• Permukaan licin
• Lurus
• Lentur (untuk diameter yang kecil).
• Bila diinjak tidak pecah.

Gambar 18. Ilustrasi pengujian sederhana pipa PVC

3.20. Kabel Listrik

Fungsi:
Untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik terdiri dari isolator dan kon-
duktor. Isolator berfungsi untuk membatasi atau penyekat arus listrik yang mele-
wati penghantar/ konduktor. Konduktor berfungsi sebagai penghantar arus listrik,
penghantar dalam kabel listrik menggunakan bahan dari tembaga (cu) dan alu-
minium (al).

Persyaratan:
• Harus memenuhi persyaratan umum instalasi listrik tahun 2000 (PUIL thn 2000)
atau standart yang berlaku.
• Untuk kabel penghantar pembumian/pentanahan/arde warna loreng hijau.
• Untuk kabel penghantar netral warna biru.
• Untuk kabel daya dan penerangan digunakan ukuran 3 x 2,5 mm.
• Untuk instalasi dalam ruangan digunakan kabel jenis NYM yaitu kabel berinti
lebih dari satu, dalam satu kabel ada beberapa penampang kawat didalamnya

35
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

dan masing masing kawat berisolasi. Jadi kabel NYM ini secara umum memiliki
3 lapisan isolator. (isolasi konduktor, innersheath, outersheath). Biasanya kabel
NYM warna isolasi layer luar berwarna putih.
• Untuk instalasi antar bangunan digunakan kabel jenis NYY dengan ukuran 3
x 4 mm, yang membedakan dengan kabel jenis NYM adalah kabel jenis NYY
selubung luar berwarna hitam

Pengujian sederhana:
• Secara visual kabel isolasi tidak boleh terkelupas
• Ada tulisan jenis kabel SPLN dan ukuran kabel di lapisan isolasinya.

Gambar 19. Ilustrasi pengujian sederhana kabel listrik

Kabel jenis NYM

36
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

37
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
4
Pengenalan
Komponen
Bangunan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

4. Pengenalan Komponen Bangunan 4

Secara umum bangunan gedung tersusun oleh tiga komponen besar bangunan:
4.1. Struktur Bawah/Kaki (Pondasi)
4.2. Struktur Tengah/Badan (Sloof, Kolom, Balok lintel, Ring balok, Konsol, Balok sopi
sopi/gevel)
4.3. Struktur Atas/Kepala (Rangka Kuda-Kuda, Penutup Atap, Plafond)

Gambar 20. Pembagian komponen besar bangunan

4.3.

4.2.

4.1.

Hal hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan bangunan yang Aman, Nyaman
dan Tahan Gempa:
• Semua komponen bangunan harus saling mengikat menjadi satu kesatuan
• Kualitas bahan bangunan harus baik
• Kualitas pelaksanaan harus baik

39
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Kata kunci:
“ Gempa tidak mengakibatkan orang mening-
gal, tetapi bangunan yang runtuh mengakibat-
kan korban jiwa, oleh sebab itu marilah kita wu-
judkan sarana dan prasarana belajar yang aman
dan nyaman untuk memfasilitasi anak-anak kita
dengan membangunan gedung sekolah yang
bagus, kokoh dan menyenangkan “.

4.1. Struktur Bawah

4 Merupakan bagian terbawah dari suatu struktur bangunan dan berfungsi menyalurkan
beban dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung. Penentuan jenis pondasi
tergantung dari daya dukung tanah disekitar bangunan tersebut dan jenis beban bang
unan tersebut. Pembahasan pada buku ini digunakan jenis pondasi dangkal dengan
penggunaan material batu kali (pondasi batu kali).

5 Gambar 21. Ilustrasi struktur


pondasi batu kali

1. Pasir urug
4 2. Anstamping (pas batu
kosong)
3. Pasangan batu kali 1:4
3 4. Urugan tanah sekitar pondasi
5. Besi angkur
2
1

4.2. Struktur Tengah

Merupakan struktur penyangga utama berdirinya suatu bangunan, pembahasan pada


buku ini struktur penyangga menggunakan material beton bertulang.

40
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

4.2.1. Beton bertulang


Jenis pekerjaan beton bertulang antara lain:
• Beton bertulang elemen struktur meliputi : Kolom utama, kolom selasar, balok sloof,
balok ring, balok lintel, balok konsol.
• Beton bertulang elemen non struktur meliputi : kolom praktis dan balok sopi sopi
(gevel)

Gambar 22. Rangka Pekerjaan Beton

Sopi - sopi
Ring Balok 12 / 15 cm
15 / 20 cm

Konsol
Balok lintel 15 / 20 cm
12 / 20 cm

4
Balok pengikat
Kolom utama kolom selasar
20 / 25 cm 15 / 20 cm
Kolom praktis Sloof selasar
12 / 15 cm 15 / 20 cm
Sloof utama Kolom selasar
20 / 25 cm 15 / 15 cm

4.2.1.1. Fungsi dan Tujuan


• Fungsi elemen Struktur adalah sebagai penyangga utama berdirinya bangunan.
• Fungsi elemen non struktur adalah sebagai pengaku tembok.

4.2.1.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan beton bertulang meliputi:
• Pengukuran, pemotongan, pembengkokan
dan perangkaian besi tulangan
• Pencampuran dan pengadukan bahan beton
• Pemasangan cetakan beton (bekisting)
• Pengecoran beton
• Pemeliharaan setelah selesai pengecoran

4.2.1.3. Persyaratan Pelaksanaan


(1). Persyaratan Pembesian
• Ukuran dan jenis tulangan yang digunakan harus sesuai dengan gambar rencana.
• Tulangan harus ditempatkan pada posisi dan ukuran sesuai rencana.
• Tulangan yang tepi harus diberi beton tahu agar setelah dicor besi tulangan terlin
dungi dengan selimut beton (beton deking) minimal 2.50 cm.
• Semua sambungan (memanjang maupun meyudut) dan pembengkokan tulangan
harus mengikuti panduan seperti dilustrasikan dalam gambar-gambar berikut ini.

41
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 23. Ilustrasi jenis sambungan dan pembengkokan tulangan

SLOOF UTAMA (20/25 cm) SLOOF SELASAR (15/20 cm)

Tulangan 6 Ø 12 mm Tulangan 6 Ø 12 mm
Begel Ø 8 – 15 cm Begel Ø 8 – 15 cm
4
KOLOM SELASAR (15/15 cm)

Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm

KOLOM PRAKTIS (12/15 cm) KOLOM UTAMA (20/25 cm)

Tulangan 4 Ø 10 mm Tulangan 6 Ø 12 mm
Begel Ø 6 – 15 cm Begel Ø 8 – 15 cm

42
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

BALOK PENGIKAT KOLOM BALOK SOPI-SOPI


SELASAR (15/20 cm) (12/15 cm)

Tulangan 4 Ø 10 mm Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm Begel Ø 6 – 15 cm

BALOK RING (15/20 cm)


4

Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm

BALOK LINTEL (12/20 cm) BALOK KONSOL (15/20 cm)

Tulangan 4 Ø 10 mm Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm Begel Ø 8 – 15 cm

43
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Catatan:
• Ukuran yang tercantum adalah ukuran
betonnya tidak termasuk plester/finishing
• Selimut beton 2,5 cm dari besi
• Besi begel Ø8 jarak antar begel 15 cm,
kecuali pada kolom praktis dan sopi-sopi
besi begel menggunakan Ø6 – 15 cm

• Besi tulangan menggunakan begel/sengkang setiap jarak 15cm

4 Gambar 24. Ilustrasi Pembengkokan sengkang

• Sambungan besi tulangan harus ada overlap sepanjang 40D (40 x diameter besi),
atau seperti yang disyaratkan dalam gambar kerja.

Gambar 25. Ilustrasi jenis-jenis sambungan dengan overlap 40D

Kait Penuh
bila sambungan besi > 4d > 4d
memanjang, perlu overlap
> 2,5d d > 5dp d

40D batang polos batang ulir

44
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Berikut merupakan ilustrasi jenis-jenis sambungan antar elemen beton bertulang deng
an overlap 40 D

Pada bangunan ini, terdapat ± 9 jenis sambungan antar elemen. Sambungan tersebut
seperti dijelaskan dalam gambar-gambar berikut;

Gambar 26. Ilustrasi Letak-Letak Sambungan

8
9

4
4

7
3
1 2
6

A. Sambungan besi tulangan pada sloof

1 2

40D 40D

Sambungan Sloof pada Bagian Sudut Sambungan Sloof pada Bagian Tengah

45
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

B. Sambungan besi tulangan pada Kolom Utama

3 4
D
40
2
2
D
40 3

40D

1 1
Sambungan kolom utama pada sudut, Sambungan Kolom utama dengan balok
dengan konsol dan sopi-sopi ring dengan konsol
4
5 6
40
40 D
D
2 3
D
40
3

1 4

Sambungan kolom utama dengan balok Sambungan balok konsol dan


ring dan konsol pada posisi tengah kolom selasar

C. Sambungan besi tulangan pada Kolom Praktis

40D 40D

40D 40D
Sambungan kolom praktis dengan sloof Sambungan kolom praktis dengan
balok ring

46
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

D. Sambungan besi tulangan Balok Lintel dengan kolom

7
5
15 cm

Jarak antar besi begel 15 cm Tulangan ujung balok lintel


4
E. Sambungan besi tulangan pada Balok Sopi-Sopi / Balok Gevel

8 9
40D
40D
D 40D
40
8
7

40D 40D
6 7

Sambungan sopi-sopi pada bubungan

Keterangan
1. Kolom Utama 5. Balok Lintel 4 Ø 10 mm
2. Ring Balok 6. Sopi-sopi 4 Ø 10 mm
3. Besi Konsol 7. Sengkang Ø 6 mm jarak < 15 cm
4. Kolom Selasar 8. Tulangan min Ø 10 mm

(2). Persyaratan Bekisting


• Rangkaian papan bekisting harus kokoh tidak berubah bentuk saat pengecoran dan
getaran saat pemadatan, sehingga bentuk hasil pengecoran sesuai yang diinginkan.
• Ukuran bagian dalam bekisting sama dengan dimensi beton yang direncanakan.
• Bekisting dipasang tepat pada posisi akhirya.
• Papan bekisting bisa menggunakan papan, atau menggunakan multipleks tebal mini
mal 9mm

47
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

(3). Persyaratan Pencampuran dan Pengadukan beton


Pencampuran dengan perbandingan volume 1PC (semen) : 2 Psr : 3 kr dan ditambah air
secukupnya sehingga menghasilkan beton kental.

1 pc (semen) 2 pasir 3 kerikil

Untuk membuat campuran beton yang setara dengan beton mutu K-175 atau perban
dingan volume campuran 1pc (semen) : 2 pasir : 3 kerikil, dalam proses pencampuran
4 material tersebut dapat dilakukan dengan dua cara/teknik.

A. Teknik Manual
Untuk mencampur bahan dengan cara manual, harus diperhatikan saat mencampur
bahan HARUS dilakukan di box/tempat khusus (dolak) dengan ukuran ± 90cm x 180cm,
tinggi ± 20cm. Maksudnya agar campuran tidak tercampur dengan tanah/material lain
dan air semen tidak meresap ke tanah.

Gambar 27. Urutan pencampuran bahan campuran beton

• Siapkan kotak pencampur pada tempat yang


datar

• Masukkan pasir dengan jumlah takaran sesu


ai dengan rencana dalam kotak dan ratakan

48
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Masukkan PC (semen) dihampar merata di


atas pasir.

• Aduk kedua bahan tersebut dalam keadaan


kering sampai homogen dan ratakan
4

• Masukkan kerikil dihampar merata diatasnya


dan aduk semua bahan hingga homogen.

• Masukkan air sedikit demi sedikit sambil di-


aduk sampai memperoleh campuran yang
kental (bukan cair)

• Tahap akhir: adonan beton yang sudah jadi


dites kekentalannya dengan menaruh gumpa
lan di tangan

49
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

B. Teknik Masinal

Gambar 28. Mesin molen

4
Bila dalam membuat campuran menggunakan Mesin Molen, maka;
• Letakkan molen di tempat yang stabil
• Masukkan air sedikit dalam molen yang sudah dalam keadaan berputar, sampai per-
mukaan bagian dalam molen terbasahi
• Masukkan pasir dan semen (PC) ke dalam molen
• Setelah kedua bahan tercampur homogen, tuangkan kerikil/split ke dalam molen
dan tunggu sampai semua bahan tersebut tercampur homogen.
• Kontrol kekentalan campuran, bila kurang encer bisa ditambahkan air secukupnya.
• Setelah campuran homogen, tuangkan ke dalam bak penampung, dan siap diangkut
ke tempat pengecoran

(1). Persyaratan Pengecoran


• Sebelum dilakukan pengecoran, bagian dalam bekisting harus dibersihkan dari se-
gala kotoran dengan cara diguyur air. Guyuran air juga berfungsi untuk membasahi
bekisting, sehingga saat dilakukan pengecoran bekisting tidak menyerap air campu-
ran.

50
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Campuran beton harus diaduk sampai merata/homogen


• Tinggi jatuh adukan beton tidak boleh lebih dari dua meter agar tidak terjadi pemi-
sahan bahan adukkan
• Pemadatan harus dilakukan sampai campuran beton memenuhi bekisting.
• Selesai pengecoran bagian beton yang kelihatan harus dirapikan sebelum beton jadi
keras.
(2). Persyaratan Pembongkaran bekisting dan Pemeliharaan
• Bekisting bisa dibongkar apabila beton yang dicor sudah cukup kuat, yakni setelah
beton minimal berumur 3 (tiga) minggu, sesuai syarat-syarat yang dicantumkan da-
lam PBI-1971
• Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari rusaknya beton
yang dihasilkan, seperti rompal atau pecah.
• Jika saat bekisting dibuka terlihat ada beton yang keropos ringan harus segera diisi
dengan campuran yang komposisinya minimal sama dengan betonnya sampai kero-
posnya tertutup.
• Beton yang sudah dicor harus terus dijaga kelembabannya dengan cara membasahi
4
secara periodik, minimal selama 4 (empat) minggu.

4.3. Struktur Atas

Merupakan komponen struktur yang berada di atas Ring Balok dalam suatu bangunan
dinamakan konstruksi rangka atap. Konstruksi rangka atap berfungsi sebagai penahan
beban penutup atap dan pembentuk atap dari bangunan tersebut, yang melindungi
penghuni bangunan dari panas matahari, angin serta air hujan. Dalam buku ini digu-
nakan model rangka atap (kuda-kuda) menggunakan material kayu dengan penutup
atap terbuat dari plat zincalum.

51
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
5
Persiapan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

5. Persiapan 5

5.1. Rencana Kerja

5.1.1. Inventarisasi
Inventarisasi yang dimaksud disini adalah sebagai berikut: (a) Mencermati gambar ker-
ja, dan bila ada bagian yang belum operasional dibuat gambar pelaksaan (shop draw-
ing), (b) Mencermati waktu pelaksanaan, kapan pekerjaan dimulai dan kapan harus
berakhir. (c) Menginventarisasi keberadaan bahan yang dibutuhkan di sekitar lokasi,
baik di masyarakat, produsen, maupun di toko bahan bangunan. (d) Menginventarisasi
kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dan membuat perencanaan rekruitmen tena-
ga kerja di sekitar lokasi.

5.1.2. Time Schedule


Mencermati Time schedule, kapan setiap jenis pekerjaan harus dimulai dan kapan ha-
rus berakhir. Pada setiap minggu (lihat time schedule), pekerjaan apa saja yang ha-
rus dikerjakan, dan berapa prosen (%) yang harus diselesaikan. Besarnya prosentase
dapat dihitung dari nilai rupiah untuk jenis pekerjaan tersebut dibagi dengan biaya ke-
seluruhan bangunan. Dari besarnya pekerjaan yang harus diselesaikan dalam minggu
berjalan, dapat dihitung jumlah dan jenis tenaga kerja yang harus mengerjakan, serta
bahan yang harus diadakan.

53
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 29. Contoh Time schedule


5

54
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

5.1.3. Metode Pelaksanaan


Ada tiga unsur pokok yang harus tersedia dalam pelaksanaan pekerjaan, meliputi: (1)
Tenaga kerja, (2) Bahan bangunan, dan (3) Alat kerja.

Ruang lingkup pekerjaannya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni: (a)
Pekerjaan Arsitektur, (b) Pekerjaan Sipil, dan (c) Pekerjaan Mekanikal dan Elektri-
kal (ME). Dalam pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya adalah merealisasikan ketiga
kelompok (Arsitektur, Sipil, ME) di atas, dengan mematuhi dan mengacu pada Peratur-
an dan Syarat syarat yang sudah ditentukan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan juga selalu memperhatikan: Keindahan / Estetika, Fung-
si, Lingkungan, Kekuatan/keamanan, Keawetan, dan Kesehatan

Agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, maka perlu diatur: Pemakaian bahan,
Alat kerja, Tenaga kerja, Sistem kerja, Waktu yang tersedia, dan Biaya yang tersedia.
Hal-hal yang perlu diantisipasi antara lain: Bahaya alam, Kebakaran, Kerusuhan, Pence-
maran lingkungan.
5
Dalam melaksanaan pekerjaan juga harus tetap menjaga dan memperhatikan adat is-
tiadat, dan lingkungan.

5.1.4. Strategi Pelaksanaan


Bila bangunan dikerjakan oleh beberapa kelompok kerja maka perlu manajemen yang
baik, yang memperhatikan tantang:
• Efisiensi dan Efektifitas: (1) memperhatikan mobilisasi transportasi, (2) ketepatan
pemilihan alat kerja, (3) pengaturan lahan kerja.
• Urutan pekerjaan, harus memperhatikan sifat ketergantungan dari pekerjaan satu
dengan pekerjaan yang lain. Ini tertuang dalam schedule kerja (Curve S), maka pen-
gendalian progres dari setiap tahapan menjadi sangat penting agar tahapan beri-
kutnya tidak terhambat. Pada awal dimulai dengan struktur bawah; galian, pondasi,
dsb. dan dilanjutkan dengan Struktur yang ada diatasnya.

5.1.5. Metode pengupahan


Bila dengan system borong kerja, nilai kontrak harus diperhitungkan dengan cermat
untuk cakupan pekerjaan yang diborong. Dari RAPP nilai satu jenis bangunan dapat
ditentukan atas dasar volume setiap jenis pekerjaannya.
Batas-batas hak dan kewajiban masing-masing pihak yang memborongkan dan yang
memborong harus jelas, meliputi:

• Jenis dan volume pekerjaan serta batas-batas


pekerjaan dianggap selesai dan bisa diterima.
• lama waktu pengerjaan.
• nilai kontrak
• system pembayaran (termijn)
• sangsi jika tidak menepati bunyi kontrak

55
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Jika pekerjaan dilaksanakan dengan tenaga harian, harus cermat menentukan jum-
lah dan jenis tukang, serta penyediaan bahan yang diperlukan. Keterlambatan datang
nya bahan akan membuat tukang banyak nganggur dan menjadi tidak efisien (boros).
Jumlah tukang juga harus disesuaikan dengan progress yang diinginkan pada minggu
tersebut. ian, gabungan

5.2. Penyiapan Lahan

Sebelum pekerjaan bangunan dimulai kondisi lahan harus:

• Luasnya terpenuhi sesuai dengan yang diper-


syaratkan.
• Bila kondisi lahan belum rata, maka lakukan
perataan terlebih dahulu.
5 • Bersihkan lahan dari tumbuh-tumbuhan dan
pastikan bahwa lahan bersih dari sisa–sisa
tumbuhan dan kotoran lainnya.
• Hindari penempatan pondasi bangunan di atas
tanah urugan baru, untuk menghindari terjadi
nya penurunan/ambles (settlement).

5.3. Penyiapan Fasilitas Sementara

Fasilitas yang diperlukan selama masa pengerjaan konstruksi antara lain:


• Direksi keet, berfungsi sebagai kantor sementara bagi KP, berisi meja kerja, tempat
menempel gambar rencana, meyimpan contoh bahan dan almari untuk menyimpan
dokumen bangunan.
• Gudang, digunakan untuk menyimpan bahan bangunan yang mudah rusak oleh pe
ngaruh cuaca/suhu, alat-alat kerja, dan alat penunjang lainnya.
• Los kerja, digunakan untuk tempat kerja bagi tukang dalam mengerjakan pekerjaan
kayu, besi tulangan, pipa instalasi air, dsb.
• WC umum (sementara), untuk memfasilitasi tenaga kerja di lokasi.
• Jalur konstruksi, adalah pengaturan lahan agar sirkulasi orang, kendaraan pengang-
kut material, atau sejenisnya bisa lancar dan tidak saling terganggu.
• Air kerja, pengadaan dan penyiapan air yang akan digunakan untuk kebutuhan
pekerjaan, seperti untuk campuran spesi, beton, penyiraman, dsb. harus tersedia
sebelum pekerjaan dimulai.
• Tenaga listrik, diperlukan untuk penerangan dan peralatan yang memerlukan tena-
ga listrik (vibrator, ketam, bor, gergaji, dsb.)
• Papan nama, sebagai identitas bangunan yang menerangkan nama bangunan,
alamat, sumber dana, besarnya dana, lama waktu pengerjaan.
• Papan informasi, bagian dari transparansi, sebagai tempat untuk menginformasikan

56
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

berbagai hal terkait dengan pelaksanaan program pembangunan sekolah, mi salnya


tentang struktur organisasi Panitia Pembangunan, keuangan, jenis pekerjaan yang
sedang berlangsung, foto dokumen bangunan, prosedur Complain Handling System
(CHS), jumlah tenaga kerja, dll.
• Pengadaan alat-alat kerja, jenis peralatan yang tidak biasa dimiliki oleh tukang dan
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan, a.l: gerobag dorong, cangkul, skop, palu,
meteran, jangka sorong, kunci besi, waterpass, dll.

5.4. Keselamatan kerja, Kesehatan kerja, dan Asuransi

• Keselamatan kerja, dilakukan dengan disiplin kerja dan diadakan pencegahan terha-
dap kecelakaan kerja dengan memasang rambu-rambu peringatan, penggunaan pa-
kaian kerja dan alat pelindung, pengaturan penempatan alat dan bahan yang aman
terhadap keselamatan da kesehatan kerja.
• Keselamatan orang (tenaga kerja), peralatan keselamatan kerja seperti sepatu, topi,
belt dan peralatan khusus untuk jenis pekerjaan tertentu, wajib disediakan dilokasi
5
kerja.
• Keselamatan bahan dan bangunan, untuk bahan tertentu dan jenis pekerjaan ter-
tentu yang perlu perlindungan harus dilakukan perlindungan.
• Keselamatan peralatan dan penunjang kerja.
• Asuransi kecelakaan kerja. Tenaga kerja wajib diasuransikan sesuai peraturan perun-
dangan tentang ketenaga-kerjaan.

57
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
6
Pelaksanaan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6. Pelaksanaan 6

6.1. Pengukuran & Pemasangan Bouwplank

6.1.1. Fungsi dan Tujuan


• Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan letak titik bangunan yang akan dibangun
sesuai ukuran yang direncanakan. Pada posisi pondasi antar titik bangunan ini di-
hubungkan, sehigga membentuk garis as-as pondasi.
• Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk menempatkan atau memindahkan
titik-titik bangunan hasil pengukuran agar tidak hilang oleh proses penggalian.
• Bouwplank juga berfungsi untuk memberi tanda level ketinggian duga lantai (±0.00)

6.1.2. Lingkup Pekerjaan


• Pengukuran as-as pondasi bangunan dan level duga lantai
• Pemasangan patok sementara pada posisi as pondasi
• Pemasangan bouwplank
• Pemindahan as-as bangunan dari patok sementara ke bouwplank
• Pemasangan patok dan papan bouwplank dengan kokoh, dan sisi atas papan bou-
plank harus datar dan rata (horizontal)

6.1.3. Persyaratan Pemasangan


• Bouwplank harus berdiri kokoh, tidak mudah goyah
• Posisi berdirinya patok bouwplank cukup aman terhadap kemungkinan terjadinya
longsor galian pondasi.
• Permukaan atas papan bouwplank harus betul-betul horizontal.

59
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.1.4. Langkah-Langkah Pemasangan


• Ukur dan tentukan titik-titik sudut bangunan
• Pastikan kesikuan sudut bangunan tersebut dengan menarik diagonal saling silang
harus sama panjangnya.
• Buat as pondasi keliling bangunan
• Pasang bouwplank dengan kokoh, tegak lurus dengan as pondasinya.
• Pindahkan titik/garis as pondasi ke bouwplank.

Gambar 30. Ilustrasi langkah-langkah pemasangan bouwplank

Panjang Bangunan
A B
4 4
6
Lebar Bangunan

3 5 5 3

C D

1. Mengukur dan menentukan titik sudut ba-


ngunan

• Tentukan titik A dan pasang patok sementa-


ra
• Tentukan titik B dengan jarak = panjang ba-
ngunan
• Pasang patok sementara di titk B
• Tarik garis A-B
• Tarik garis A-C dengan jarak = lebar bangu-
nan (Prinsip siku rangka)
• Pasang patok C setelah mengukur sudut A
siku 90° (gunakan siku rangka untuk menen-
tukan siku)
• Tarik garis C-D yang panjangnya sama deng an A-B
• Ukur sudut di C = 90° , sekaligus ukur B-D sama dengan A-C
• Setelah sama pasang patok sementara di titik D

60
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

A B

C D

2. Cek kesikuan bangunan


6
• Cek kesikuan sudut bangunan dengan menarik garis diagonal
• AD harus sama dengan CB

±2m
Papan Bouwplank
±1m

Papan Bouwplank

3. Pasang bouwplank

• Pasang patok bouwplank dengan posisi seperti pada gambar untuk memindah-
kan garis A-C
• Pasang papan bouwplank pada patok tersebut dengan sisi atas benar-benar hori
zontal posisi ±0.00
• Tarik benang pada posisi A-C dan diteruskan sampai bouwplank keduanya.
• Beri tanda titik pada bouwplank sebagai titik as pondasi A-C

61
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Lanjutkan pasang bouwplank yang lain dengan posisi tegak lurus terhadap as
pondasinya
• Patok sementara bisa dicabut apabila semua bouwplank telah terpasang

Garis As Pondasi

Gambar 31. Ilustrasi penempatan bouwplank pada Ruang Kelas

A. As pondasi
B. Garis tepi galian

B
A

6.2. Pekerjaan Pondasi

6.2.1. Fungsi dan Tujuan


Pasangan pondasi adalah konstruksi sub struktural yang berfungsi untuk menahan be-
ban yang ada diatasnya dan meneruskannya ke tanah dibawahnya.

62
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.2.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan pasangan pondasi terdiri dari:
• Galian pondasi dan urugan kembali
• Urug pasir di atas dasar galian minimal setebal 5cm
• Pasangan batu kosong (anstamping)
• Pasangan pondasi batu kali/batu belah
• Angkur untuk sloof

6.2.3. Persyaratan Pekerjaan


• Batu yang akan digunakan minimal 2/3 berupa batu belah
• Pasangan batu kali naatnya harus dibuat zig-zag (tidak segaris lurus ke atas).
• Kecuali aanstamping, pasangan pondasi tidak boleh ada batu yang saling bersinggu-
ngan, harus ada sela yang terisi spesi.

6.2.4. Langkah-langkah pengerjaan


• Gali tanah tempat pondasi akan dipasang, dengan ukuran sesuai gambar rencana
6
• Bersihkan galian dari segala kotoran seperti sisa tumbuhan, sampah, dsb.
• Urug pasir setebal minimal 5cm di dasar galian
• Pasang batu kosong dengan posisi berdiri dan sela-sela batu diisi dengan pasir dan
disiram air supaya pasir dapat mengisi sela-sela batu.
• Pasang batu kali belah dengan spesi 1 PC : 4 Psr.
• Pasang angkur sloof dari besi tulangan Ø 10mm setiap jarak satu meter.
• Permukaan atas pasangan pondasi dirapikan dan dibuat rata
• Urug dengan tanah yang bersih pada kanan kiri pondasi sambil dipadatkan.

Gambar 32. Langkah-langkah pengerjaan pondasi

C A

A. Rencana lebar galian ≥ 100 cm atau


sesuai gambar rencana
B. Garis sederhana sebagai tanda batas
tepi galian
C. Bouwplank

1. Gali tanah sesuai gambar rencana

63
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

B
D
A
2

A. Sisa tanah galian


B. Bouwplank

6
C. Unting-unting
D. Skoor kayu 4x6 cm untuk pe C
nyangga berdirinya bouwplank

2. Bersihkan galian

B
5
A. Sisa tanah galian 4
B. Pas batu kali tidak segaris
3

3. Urug pasir setebal 5-10cm


4. Pasang batu kosong / anstamping
5. Pasang batu kali

64
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6
7

6. Pasang angkur
7. Permukaan atas pondasi dirapihkan
8. Urug tanah sekitar pondasi

Catatan:
Untuk kondisi lahan yang khusus, butuh pondasi dengan jenis lain
seperti pondasi cerucuk, pondasi sumuran, pondasi pancang, pon-
dasi telapak, dll.

65
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.3. Balok Sloof

A C
B

A. Pondasi
B. Angkur Ø 10 mm
C. Tulangan kolom utama

6 20 x 25 cm

Pondasi siap dipasang sloof di atasnya, dengan kondisi besi kolom


utama sudah terpasang

A. Tulangan balok sloof


6 Ø 12 mm

A
1. Pasangkan tulangan balok sloof tepat di atas pondasi

66
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

A
A

6
A. Beton tahu

2. Jangan lupa pasangkan beton tahu pada balok sloof

A. Papan bekisting
2 x 25 cm

3. Pasangkan papan bekisting pada balok sloof

67
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

4. Bersihkan papan bekisting dengan menyemprotkan air

5. Tuangkan adukan beton kedalam bekisting serta lakukan

68
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6. Siram beton 1x sehari selama seminggu

7. Bongkar bekisting

69
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.4. Kolom Utama

25 cm

20 cm
A: • Lubang untuk membersihkan ba-
B gian dalam bekisting sebelum di-
cor, deng an cara menyiram air dari
atas.
• Penyiraman juga berfungsi untuk
membasahi bekisting, agar saat
6 pengecoran tidak menyerap air.
• Lubang ditutup dengan papan
menjelang dilakukan pengecoran.
B. Tampak atas bekisting

D
1. Bekisting kolom ditunjang secukup
nya di empat sisi agar tetap tegak
A
lurus selama dicor, dalam memasuk-
kan campuran, kerjakan setengah
tinggi kolom bawah dulu E
A. Angkur � 10 mm panjang 40 cm
tiap 6 lapis bata
B F
B. Kayu kaso 4/6 sebagai pengikat C
bekis ting
C. Kayu kaso 4/6 sebagai penunjang
bekis ting
D. Overlap 40D ke ring balok
E. Tulangan kolom 6 � 12 mm
F. Tinggi pengecoran maksimum 2 m

70
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

2. Campuran beton dimasukkan pada


setengah tinggi kolom (maksimum
2m) sambil dipadatkan menggu-
nakan besi Ø12mm, dan bekisting
diketok-ketok dengan palu kayu
6

3. Lanjutkan bagian di atasnya, setelah


kolom bagian bawah selesai dicor

71
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Catatan:
Ingat!! Pengecoran Dilakukan
sekaligus (pada waktu yang sama)
dan tidak bertahap

6.5. Kolom Praktis

A. Kolom prak-
tis 12 x 15 cm
4 � 10 mm
B. Balok sloof

A maksimum
1m

1. Kolom praktis dapat dicor setelah


tembok terpasang dan dilakukan se- 2. Pasang tembok dengan ketinggian ti-
cara bertahap, ketinggian tiap tahap dak lebih dari 1m/hari
pengecoran tidak lebih dari 1m

72
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6
4. tuangkan adu-kan beton sambil
3. pasang papan bekisting
dilakukan pemadatan

5. Kemudian ulangi langkah no 2 sampai 6. tuangkan adukan beton sambil


no 4 untuk pengecoran diatasnya dilakukan pemadatan

73
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6
Catatan:
7. bongkar papan bekisting setelah bet-
Pengecoran kolom praktis sampai sisi
on berumur minimal 21 hari
bawah balok ring

Catatan:
Perlu diperhatikan dalam pengecoran:
1. Tidak lupa memasang beton decking/batu tahu
2. Tidak membuka bekisting saat beton masih basah,
tunggu ± 3 minggu.
3. Selesai dicor beton harus dirawat agar tetap lembab,
dengan disiram air secara periodik

74
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.6. Balok Lintel

A. Balok lintel 12 x 20 cm
tulangan 4 � 10 mm
A B
B. Kolom Utama

1. Pasang tulangan balok lintel

B
A
A. Kayu reng
B. Kawat bindrat
dipilin sebagai
pengikat

2. Pasang Bekisting

75
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3. Bersihkan bekisting

4. Tuangkan adukan beton kedalam bekisting dan dipadatkan sampai


bekisting terisi penuh

76
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

5. Hasil pengecoran dirawat dengan disiram 1x sehari selama minimal


seminggu

6. Bongkar bekisting saat beton sudah berumur 3 minggu

77
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.7. Balok Ring

A. Balok ring 15 x 20 cm
Tulangan 4 Ø 10 mm
B. Kolom Utama B
C. Balok Lintel A
C

1. Pasang tulangan balok Ring

A B

A. Kayu reng
B. Kawat bindrat
dipilin sebagai
pengikat

2. Pasang bekisting

78
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3. Bersihkan bekisting dengan menyemprotkan air

4. Tuangkan adukan beton kedalam bekisting dan disertai pemadatan

79
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

5. Hasil pengecoran disiram 1x sehari selama seminggu

6. Bongkar bekisting saat beton sudah berumur 3 minggu

80
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.8. Balok konsol

A. Pasang kuda-kuda diatas kolom utama (lihat poin 6.11)

A. Garis pertolongan

B. Gunakan benang tarik garis lurus sejajar dengan kemiringan kuda-ku-


da, dari ujung nok sampai melewati kolom selasar dan diikatkan pada
tiang kayu yang ditancapkan di tanah

81
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

A. Garis pertolongan

C. Pasangkan balok konsol sesuai dengan acuan benang

D. Pasangkan beton tahu pada rangka besi dan bekisting pada balok
konsol

82
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

E. Bersihkan bekisting dengan menyiramkan air

F. Tuangkan adukan beton kedalam bekisting disertai dengan pemadatan

83
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

G. Hasil pengecoran disiram 1x sehari seminggu

H. Bongkar bekisting saat beton sudah berumur 3 minggu

84
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.9. Pekerjaan Dinding

6.9.1. Fungsi dan Tujuan


Fungsi dan tujuan dinding tembok adalah sebagai penyekat antar ruangan, atau pem-
batas antara ruangan dengan luar.

6.9.2. Lingkup Pekerjaan


• Pasang bata/batako
• Plesteran dan Acian
• Pelapis keramik dinding

6.9.3. Pasangan Bata/Batako

6.9.3.1. Persyaratan Pemasangan


• Kualitas bahan untuk tembok bisa menggunakan bata (batu bata, batako, atau bata
jenis lain) dengan kualitas baik.
6
• Ikatan pada pasangan bata, naat arah vertikalnya tidak ada yang segaris lurus (bareh)
minimal ada selisih antara baris satu dengan baris berikutnya = ¼ (seperempat) pan-
jang batanya.
• Sebelum dipasang, batu bata harus direndam minimal 2 jam dan ditiriskan. Kalau
menggunakan batako/bata jenis lain, sebelum dipasang harus dibasahi dengan
dicelupkan dalam air (tidak direndam) dan ditiriskan.
• Setiap hari tinggi pemasangan tidak boleh lebih dari 1m (satu meter)
• Jika tembok berhubungan dengan kolom beton, maka pada kolom harus sudah di-
pasang angkur tembok setiap jarak maksimal 1m, terbuat dari besi Ø 10mm.

85
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.9.3.2. Langkah-Langkah Pengerjaan

6
Permukaan kolom beton yang akan
Cek keberadaan angkur tembok pada bertemu dengan tembok harus di-
kolom beton yang akan bertemu deng kasarkan dan dibasahi dengan air se-
an tembok men kental saat pasangan bata akan
dikerjakan.

tebal 1 lapis bata = tebal


tinggi 10 bata + tebal spesi naat
lapis bata

Buat tongkat ukur (perpil) dari kayu


Ukur tebal rata-rata dengan cara men- 4/6 atau 5/7 lurus dan buat garis se-
gukur tebal sepuluh bata dijumlah dan bagai tanda tebal setiap lapis pasa
dibagi sepuluh, hasilnya adalah tebal ngan. Contoh: tebal bata T rata-rata =
bata rata-rata. (T rata-rata = ∑ 10.T /10) 5cm, tebal spesi 1,5cm, maka tebal se-
tiap lapis 5cm + 1,5cm = 6,5cm.

86
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Pasang perpil (tongkat ukur)


A. Benang tersebut diujung tembok
B. Pasang perpil menggunakan kanan dan kiri dengan bet-
gambar yang sudah ada ul-betul vertikal dan kokoh.
Pastikan bahwa garis lapis
pasangan pada perpil kiri
sama tingginya dengan yang
ada pada perpil kanan, de
ngan menggunakan water-

A B pass/selang plastik
• Tarik benang dari perpil kiri
sampai perpil kanan un-
tuk pedoman pemasangan
bata/batakonya.
6
A. Pasangan batu bata
B. Dinding rata dalam
C. Pasangan batako

A INGAT:
• Naat vertikal antar lapis
tidak boleh ada yang
lurus (bareh), minimal
ada selisih ¼ panjang
bata.
• Hentikan pemasangan
jika tinggi pasangan
B pada hari itu sudah
mencapai 1m.

87
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.9.4. Plesteran

6.9.4.1. Fungsi dan Tujuan


Fungsi dan tujuan plesteran pada tembok adalah agar:
• Permukaan tembok menjadi halus dan rata.
• Permukaan tembok lebih mudah dibersihkan
• Jika tembok sebagai pembatas ruangan, maka ruangan menjadi lebih rapi

6.9.4.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan plesteran meliputi semua permukaan tembok dan beton yang tidak tertutup
elemen lain, meliputi semua dinding, kolom dan balok beton, dinding pagar, termasuk
permukaan tembok yang akan dilapisi keramik.

6.9.4.3. Persyaratan pemasangan


6 • Kualitas bahan untuk plaster minimal sama dengan bahan spesinya
• Permukaan plester harus rata dan halus
• Pada dinding vertikal, hasil plesternya harus betul-betul vertikal (check dengan un-
ting-unting)
• Plesteran dilaksanakan saat tembok telah terlindung dari panas matahari langsung,
yakni saat atap telah terpasang.

6.9.4.4. Langkah-langkah pengerjaan

1. Periksalah permukaan tembok dengan benang dan unting-unting un-


tuk mendapatkan ketebalan plester
2. Tempatkan paku pada ujung atas kanan - kiri dan bawah kanan - kiri
dan pastikan ketegakannya/vertikal dengan unting -unting

88
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Tampak
samping

6
3. Buat kepala berpedoman pada benang yang menghubungkan antar
paku tadi
4. Buatlah kepala lainnya dengan jarak antar kepala 60cm – 80m baik
arah vertical maupun arah horizontal

5. Isi antar kepala plesteran dengan spesi sesuai ketebalan yang sudah
ditentukan sehingga terbentuk jalur plesteran
6. Buat jalur plesteran dengan mengisi plester antar kepala arah vertical
dengan tegak dan rata

89
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6
7. Isi dengan spesi diantara dua jalur plesteran dari bagian bawah hingga
penuh dan ratakan dengan pelurus plesteran (dorby = blebes)
8. Gosok dengan tekanan ringan menggunakan roskam sampai plesteran
rata.
9. Ulangi pekerjaan tersebut sampai seluruh permukaan tembok terp-
lester dengan rata.
10. Setelah tembok agak mengeras kemudian diaci dengan pasta semen
hingga halus

6.9.5. Acian

6.9.5.1. Fungsi dan Tujuan


Acian pada tembok dimaksudkan agar permukaan tembok menjadi padat, halus dan
rata.

6.9.5.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan acian meliputi seluruh permukaan tembok dan beton yang dipleser, dan lan-
tai jika lantai berupa plesteran.

6.9.5.3. Persyaratan pemasangan


• Bahan acian menggunakan semen (PC) dicampur dengan sedikit air sehingga berupa
pasta
• Cek permukaan plesteran tembok harus dalam keadaan rata dan bersih dari kotoran

6.9.5.4. Langkah-langkah pengerjaan


• Jika tembok dalam keadaan kering, siram permukaan tembok dengan air
• Mulailah acian dari permukaan tembok sisi kanan atas

90
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Oleskan pasta semen ke permukaan tembok dengan menggunakan kuas seluas jang-
kauan tangan (± 70 – 90 cm)
• Gosoklah menggunakan roskam kayu dengan arah memutar sampai rata, bisa sambil
ditambah pasta semennya jika dirasa kurang.
• Diamkan sekitar sepuluh menit kemudian dihaluskan. Cara menghaluskan bisa
menggunakan roskam baja, atau kayu persegi empat yang dibungkus kertas. Selama
menunggu bisa mengerjakan bagian sampingnya.
• Terus lakukan langkah seperti tersebut di atas sampai seluruh permukaan selesai
diaci.

6.9.6. Keramik Dinding

6.9.6.1. Fungsi dan Tujuan


Pasangan keramik pada dinding dimaksudkan untuk membuat permukaan dinding
menjadi halus, mudah dibersihkan dan tampilannya indah.

6.9.6.2. Lingkup Pekerjaan


Dinding yang perlu diberi lapisan keramik meliputi: kamar mandi/WC, tempat cuci,
orinoir, dinding di atas washtavel, meja laboratorium (bila ada).

6.9.6.3. Persyaratan Pemasangan


• Gunakan jenis keramik dinding (bukan keramik lantai) yang permukaannya halus.
• Pastikan bahwa semua pipa instalasi air yang seharusnya tertanam dalam tembok
semuanya sudah terpasang. Permukaan dinding harus diplester terlebih dahulu de
ngan rata menggunakan bahan campuran 1 PC : 2 Psr. Apabila bentuk dinding nya
vertikal, maka permukaan dinding harus dicek vertikalnya dengan menggunakan un-
ting-unting.

91
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Pasangan keramik untuk bak kamar mandi, sebelum dipasang keramik harus dipasti-
kan bahwa bak tersebut sudah kedap air (tidak rembes). Dites bak tersebut dengan
mengisi air dan ditunggu 24 jam, airnya tidak berkurang.

JANGAN MENGANDALKAN KERAMIK


SEBAGAI PELAPIS KEDAP AIR.

6.9.6.4. Langkah-Langkah Pengerjaan

1. Basahi permukaan tembok yang telah di plester kedap air hingga


rata dan vertikal
2. Rendam keramik minimal 2 jam dan tiriskan

92
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3
5

3. Buat jalur kepala keramik dengan lurus, rata, dan vertikal cek dengan
waterpass
4. Pasang keramik dengan pasta semen sebagai perekat keramik
5. Mulailah pemasangan keramik dari lapis paling bawah disusul lapis di-
atasnya
6. Jika ada permukaan keramik yang kotor kena semen segera dilap den-
gan kain lap sebelum semen tersebut mengering
7. Lanjutkan pemasangan sampai seluruh permukaan terpasang
8. Isi naat antar keramik dengan semen yang warnanya sama atau
mendekati warna keramiknya

93
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.10. Pekerjaan Pintu & Jendela

6.10.1. Fungsi dan Tujuan


• Pintu dimaksudkan untuk membuka dan menutup hubungan antar ruang atau ruang
dengan luar ruang.
• Jendela dimaksudkan untuk keperluan penerangan dan sirkulasi udara dari luar ru-
angan dengan dalam ruangan.
• Jendela atas (boven light) untuk sirkulasi udara atau penerangan atau keduanya.

6.10.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi, kusen pintu/jendela, daun pintu/jendela, beven light. Pema-
sangan alat pengantung dan pengunci pada pintu dan jendela.

6.10.3. Persyaratan pemasangan


6 • Lebar bebas pintu untuk toilet siswa berkebutuhan khusus = 90 cm
• Kualitas kayu yang digunakan untuk pintu adalah jenis kayu kelas kuat 2, tidak ba
nyak cacat dan cukup kering, sesuai dengan persyaratan kayu halaman 28
• Ukuran kusen 6cm x 12cm.
• Sebelum dipasang, kusen pintu harus sudah dilengkapi dengan sponing pintu, spon-
ing kapur, kuping-kuping, angkur tembok dan sudah dimeni dengan meni kayu mini-
mal pada bagian yang akan tertutup oleh tembok.
• Berdirinya kusen pintu/jendela harus betul-betul vertikal. Check dengan unting - un-
ting
• Pelaksanaan pemasangan kusen pintu/jendela bersamaan dengan pemasangan
dinding tembok

6.10.4. Langkah-langkah pengerjaan

2
1. Kuping-kuping
4. Sponeng
3 2. Angkur

4
5 3. Sponeng kapur 5. Beton locis

94
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

1. Siapkan kusen yang sudah dilengkapi dengan sponing pintu, sponing kapur, ang
kur, kuping-kuping, dan sudah dimeni. Pasang klam penahan agar saat diangkat
dan dipasang tidak berubah bentuk dan sudut-sudutnya tetap siku.
6

A
B

C
D

2. Pasang pada posisinya bersamaan dengan pasangan tembok, dan pastikan bah-
wa berdirinya kusen betul-betul vertikal. Check dengan unting-unting.
A. Kosen sebelum dipasang harus di MENI dulu, minimal pada bagian yang akan
tertutup tembok.
B. Klos kayu untuk menahan kayu agar tetap siku, jarak kosen tetap sejajar dan
tidak berubah
C. Unting-unting
D. Skor penunjang agar posisi kosen tetap tegak lurus

95
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6
3. Jika pasangan tembok sudah selesai diplester, lantai dipasang, maka daun pintu
dan jendela bisa dipasang.

A. Engsel kupu-kupu
B. Lever handle

Jangan lupa pintu ruang kelas ha-


rus dipasang membuka keluar.
A

4. Setiap daun pintu dipasang dengan tiga engsel kupu-kupu 4 yang berkualitas
baik.
5. Daun pintu dilengkapi dengan satu slot tanam 2 slag (lever handle) pada posisi
90 cm dari lantai

96
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Grendel pintu

6. Untuk pintu dengan dua daun (pintu dobel) dilengkapi dengan grendel pe 6
ngaman dengan ukuran yang besar diletakkan di bagian atas

Engsel Kupu-kupu

Kait angin

Grendel
pengaman

Pegangan tangan

7. Daun jendela dipasang dengan dua engsel kupu-kupu, kait angin, pegangan ta
ngan (handle) dan grendel pengaman
8. Pasang kaca jendela pada raamnya dan dikunci dengan plepet/lis kaca
9. Pastikan bahwa semua pintu dan jendela beserta aksesorisnya dapat berfungsi
dengan baik

97
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.11. Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap

6.11.1. Fungsi dan Tujuan


• Kerangka /struktur pembentuk atap
• Kerangka /struktur pendukung penutup atap dan beban di atasnya

6.11.2. Lingkup Pekerjaan

6.11.2.1. Rangka atap


• Kuda-kuda dan aksesorisnya
• Ikatan angin
• Gording
• Jurai (jika ada)
• Skoor penyokong Jurai (Jika ada)
6 • Pengawetan dengan teer/residu

2 D
A
B E
C
F
1 3 4
G
A. Tiang kuda-kuda 8/12
B. Balok gapit 2x (5/10)
C. Balok skoor 8/12
D. Ikatan angin 8/12
E. Klos kayu 8/12 - 150x120
F. Kaki kuda-kuda 8/12
G. Balok tarik 8/12

98
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Detil 1

A
B A. Beugel U 4,40 mm
B. Balok alas ditakik agar
kedudukan besi beugel ko-
koh
6

D Detil 2

A B C A. Atap zincalum
B. Baut � 10 mm
C. Plat baja 4,40 mm
D. Nok zincalum

99
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Detil 3

A. Plat baja 4,40 mm

6
A

Detil 4
A

A. Harus dipasang angkur 2 buah, untuk mengunci balok kuda-kuda

6.11.2.2. Penutup Atap


• Plat penutup atap (Zincalume)
• Listplank
• Nok steel/bubungan

100
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.11.3. Persyaratan Pemasangan


• Kayu yang dipakai kayu kelas kuat II tidak cacat, memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
yang ditentukan dalam PKKI-1961.
• Semua sambungan diperkuat dengan aksesoris ( mur-baut dan plat begel)
• Penutup atap menggunakan atap jenis Zincalum/corrugated sheet, ukuran sesuai ke-
butuhan, Ketebalan bahan minimal 0,3 mm termasuk pelapis terluarnya.
• Penggunaan bahan atap dilengkapi dengan aksesoris (noksteel/bubungan, flashing,
skrup(screw nail), paku payung dengan seal, dll) yang disyaratkan oleh pabrik pem-
buatnya
• Urutan pemasangan lembar atap dalam arah horizontal harus berlawanan dengan
arah angin yang dominan di daerah tersebut.
• Semua jenis bahan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan bahan pada
halaman 28

6.11.4. Langkah-Langkah Pengerjaan


6
6.11.4.1. Kerangka kuda kuda

1. Membuat mal kuda-kuda

Angkur

2. Pastikan tempat dudukan kuda-kuda di ring balok sudah disiapkan ang


kur bautnya sebagai pengikat kuda-kuda dengan struktur bangunan.

101
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3. Merangkai kuda-kuda beserta aksesorisnya harus dilakukan di bawah.


6 Perakitan kuda-kuda harus sudah selesai pada saat ring balok selesai di-
cor.
4. Rangkaian kuda-kuda diresidu hingga merata seluruh permukaan kayu.

B C

5. Menaikkan kuda-kuda menumpu di atas balok ring. Pemasangan ku-


da-kuda dilakukan setelah balok ring berumur seminggu
A. Balok ring
B. Kuda-kuda
C. Ikatan angin

INGAT:
Sebelum kuda-kuda dinaikkan ke atas, semua aksesoris kuda-kuda (baut &
plat begel, dll.) harus sudah terpasang dengan benar.

102
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.11.4.2. Pemasangan penutup atap

Gording

1. Gording dipasang dengan jarak sesuai dengan gambar rencana.

Benang

2. Cek kelurusan permukaan gording dari paling atas kebawah, dengan


cara ditarik benang.

Lembaran
zincalum

103
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

3. Mulailah pemasangan lembaran atap zincalum pada bagian bawah arah


horizontal, dari kanan atau kiri dengan urutan berla-wanan dengan arah
angin.

Seal/karet

Baut

4. Atap zincalum dipaku langsung pada gording dengan menggunakan


paku khusus yang dilengkapi dengan seal/ karet dan disealant agar tidak
bocor.

104
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Tumpang tindih/
overlap

5. Tiap sambungan minimal tumpang tindih atau overlap antara satu lem-
baran dengan lembaran lainnya mengikuti spesifikasi pabrik. Alur harus
dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan akan
rapih.

6. Bubungan ditutup dengan


bahan yang sama. Tindisan/
overlap antara satu lemba-
ran bubungan dengan lemba-
ran bubungan lainnya harus
sesuai dengan persyaratan
pabrik.
7. Pemasangan harus rapi, rata
dan memenuhi syarat-syarat
se-hingga tidak berakibat bo-
cor. Pemasangan disesuaikan
dengan brosur/ persyaratan
yang diterbitkan oleh produ-
sen bahan atap tersebut.

105
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.12. Pekerjaan Plafond

6.12.1. Fungsi dan Tujuan


Sebagai pembentuk ruang, sebagai penutup rangka atap, keindahan ruangan, sebagai
isolator panas dan suara, dsb

6.12.2. Lingkup Pekerjaan


• Semua pekerjaan rangka dan penggantung plafond
• Penutup plafond (Triplek tebal 4mm)
• List plafond ukuran 3 cm

6 3c
m
3 cm

6.12.3. Persyaratan Pemasangan


• Rangka plafond menggunakan kayu kelas II kualitas baik ukuran 5cm x 7cm.
• Penutup plafond menggunakan tripleks tebal 4 mm kualitas baik dengan ukuran 60
X 120 cm, produksi dalam negeri.
• Semua rangka plafond harus diserut sisi bawahnya dan di cat meni.
• Balok penggantung plafond yang posisisnya tegak lurus tembok, ujungnya harus ter-
tanam masuk ke dalam tembok
• Penggantung harus mampu menahan berat plafond dan kerangkanya
• Setiap ruangan harus tersedia man hole (sesuai rencana)

6.12.4. Langkah-langkah pengerjaan


• Pemasangan plafond dilaksanakan sesudah pemasangan penutup atap selesai
• Sebelum dilaksanakan pemasangan plafond, semua pekerjaan lain yang terletak di
atas plafond harus sudah terpasang (antara lain; instalasi listrik, aksesoris kuda-kuda
yang belum terpasang, dll).
• Rangka plafond dipasang dengan urutan pasang balok penggantung lebih dahulu di-
atas balok tarik antar kuda-kuda dan dipakukan pada balok tarik tersebut. Balok ini
kemudian dipakai sebagai penggantung, pada posisi tertentu kayu penggantung bisa
dipakukan pada balok gording.
• Tripleks dipasang pada rangka plafon, dengan menggunakan paku plafon. Hasil akhir
harus waterpass. Apabila ada plat tripleks yang retak (cacat), pecah harus diganti
tripleks yang baru.
• Pertemuan antara dinding dengan plafon dipasang list dengan ukuran 3 cm.
• Pola pemasangan harus sesuai dengan gambar dan arahan dari Konsultan lapangan.

106
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

A. Balok penggantung plafon 6/12


B. Penggantung plafon 5/7

B 6

6.13. Pekerjaan Lantai/Keramik

6.13.1. Fungsi dan Tujuan


Fungsi dan tujuan permukaan lantai dipasang keramik adalah:
• Kuat, tidak mudah aus, tidak mudah retak, dan tidak gembur
• Lebih indah, bersih dan nyaman
• Agar lantai mudah dibersihkan

107
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.13.2. Lingkup pekerjaan


• Lingkup pekerjaan meliputi: Pemasangan keramik pada ruangan, selasar, KM/WC
dan tempat-tempat lain yang ditentukan dalam gambar rencana.
• Pemadatan tanah di bawah lantai dilakukan lapis demi lapis dan disiram dengan air,
Urugan Pasir, Lantai kerja, dan Pemasangan keramik, disesuaikan dengan gambar
rencana

6.13.3. Persyaratan pemasangan


• Batas ketinggian atau level lantai keramik bagian dalam ruangan dengan selasar ba-
ngunan maksimal selisihnya 2 cm.
• Keramik lantai yang berhubungan dengan air (lantai selasar bangunan, lantai kamar
mandi) menggunakan keramik bertekstur kasar.
• Memperhatikan unsur keserasian, antara lain; pengaturan garis naat memperhitung-
kan sisa potongan di bagian tepi ruangan.
6 • Harus ada sela/naat antar keramik antara 1-2 mm
• Spesi/Perekat harus merata di seluruh permukaan bawah keramik, dan tidak ada
ruang kosong.
• Pengisian naat antar keramik dilakukan setelah spesi dibawah keramik cukup keras
minimal berumur dua hari, dan dijaga agar naat tidak kemasukan kotoran
• Dibawah lapis keramik harus dipasang rabat beton sebagai lantai kerja.
• Hasil akhir permukaan lantai harus rata

6.13.4. Langkah-langkah pengerjaan

Selasar A Ruang dalam kelas

D E F G -0.02 ±0.00 D E F G

B
A. Kolom
B. Sloof
C. Pondasi batu kali
D. Urugan tanah
dipadatkan C
E. Pasir urug
F. Lantai kerja
G. Keramik

1. Tentukan tinggi duga lantai (± 0.00) sesuai dengan rencana seperti yang
ditentukan dalam bouwplank.

108
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

A. Pasir urug setebal ± 5 cm


B. Tanah dasar
C. Pasangan lantai kerja

B
6
2. Tanah dasar lantai diratakan dan dipadatkan, kemudian pasir urug sete-
bal ± 5cm dihamparkan merata dan dipadatkan dengan cara disiram air.
3. Dilanjutkan dengan pasangan lantai kerja setebal 5cm (campuran 1PC:
3 Pasir: 5 Kerikil)

A. Keramik pertama
B. Kepalaan keramik
C. Garis dasar
D. Lobang pintu

A
B C

109
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

C
A
D

A. Adukan dasar ubin lantai


B. Ubin pertama dipasang
C. Dasar pasir dipamparkan
D. Tarikan benang

6 4. Bagilah ruangan dengan menarik benang pada as ruangan arah melin-


tang dan membujur saling tegak lurus sebagai garis dasar (pedoman).
5. Pasang kepalaan keramik, mengikuti garis dasar (pedoman) dimulai
dengan keramik yang diberikan tanda silang pada gambar.

A. Garis bantu
B. Kepalaan keramik

A B

6. Buatlah kepalaan keramik yang menghubungkan dengan ruang bagian


lain.
7. Bagilah bidang lantai menjadi beberapa jalur dengan lebar setiap jalur
sekitar 1m sampai 1,2m

110
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

A. Adukan bawah keramik tebal 2 cm


B. Naat antar keramik

A B

8. Pasang keramik di setiap jalur sampai penuh dengan selalu dikontrol


dengan waterpass. Pemasangan lantai keramik direkatkan dengan spe-
si/adukan semen dan pasir 1PC: 4 Pasir.
9. Setelah satu ruangan selesai dipasang keramik, sebaiknya diisolasi mini
mal 2 hari, agar proses pengikatan dan penyusutan berjalan dengan
baik, terhidar dari injakan maupun benturan benda lain.
10. Setelah cukup keras, isi naat antar keramik dengan semen khusus
yang sesuai dengan warna keramiknya.

PERHATIKAN!
• Sebelum dipasang, keramik harus direndam
minimal 2 jam dan ditiriskan.
• Oleskan pasta semen sampai betul-betul
melekat pada seluruh permukaan bawah kera-
mik, sebelum ditempelkan pada spesinya.
• Jika ada sisa-sisa semen yang melekat di permu-
kaan keramik, harus segera dibersihkan dengan
kain lap atau kain pel.

111
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.14. Pekerjaan Pengecatan

6.14.1. Fungsi dan Tujuan


Pengecatan terhadap tembok, plafon dan kayu dimaksudkan agar :
• Menutup pori dan melindungi permukaan tembok atau kayu dari pengaruh luar
(iklim maupun serangga perusak)
• Permukaan menjadi cerah dan halus sehingga mudah dibersihkan
• Menambah keindahan dan estetika
• Ruangan menjadi lebih terang jika cat yang digunakan warna terang.

6.14.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan pengecatan meliputi: dinding tembok, kolom & balok beton, plafond, pintu,
jendela, ventilasi , pagar, perabot, dll.

6 6.14.3. Persyaratan Pengecatan


• Benda yang akan dicat atau diplitur harus sudah siap:
• Tembok harus sudah diaci, kering dan permukaannya rata
• Kayu harus sudah kering dan permukaannya rata dan rapi
• Besi harus sudah terangkai rapi
• Hasil pengecatan atau pemlituran harus rapi, warnanya merata dan permukaanya
halus dan rata, tidak ada lobang, retak atau permukaan kasar.
• Untuk ruang dalam sebaiknya menggunakan warna-warna terang, misalnya; putih,
krem, dst
• Pengecatan/pemlituran harus dilakukan dengan urutan yang benar sesuai dengan
jenis cat yang digunakan.

6.14.4. Langkah-Langkah Pengerjaan

6.14.4.1. Langkah-Langkah Pengecatan Tembok


Persiapan
• Permukaan tembok harus diaci terlebih dahulu hingga halus
• Usahakan tembok sudah dalam keadaan kering

Plamur
• Tembok bagian dalam yang tidak sering basah bisa menggunakan plamur kemasan.
Sedangkan tembok bagian luar, terdapat 2 alternatif;
• ALTERNATIF 1: tanpa diplamur, langsung di cat, resikonya agak boros penggunaan
catnya.
• ALTERNATIF 2: menggunakan plamur dari semen putih dicampur dengan lem putih
(dengan campuran 1 Lem : 3 Semen Putih) dicampur air secukupnya sampai berben-
tuk pasta.
• Plamur dalam bentuk seperti pasta oleskan dengan menggunakan cap khusus untuk
plamur

112
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Jika ada tembok yang retak, usahakan plamur bisa mengisi retakan tersebut.

JIKA TIDAK MENGGUNAKAN PLAMUR, (dianjurkan bilamana menggunakan cat


bermutu baik) maka;
• Oleskan cat dasar alkali sealer hingga merata
• Setelah cukup kering, minimal 2 Jam setelah cat dasar, baru dilakukan penge-
catan lapis luar

Pengamplasan
• Permukaan tembok yang sudah di ACI diamplas hingga halus
• Gunakan amplas ukuran sedang (tidak terlalu kasar tetapi juga tidak terlalu halus.

Pengecatan
• Untuk tembok bagian luar/yang sering ba- 6
sah gunakan cat Weather shield
• Pengecatan dimulai dari sisi tembok bagian
atas. Gunakan kuas ukuran sekitar 3”/roll
• Pengecatan dilakukan tiga lapis.
• Khusus tembok bagian bawah, jika tidak
menggunakan keramik plint, gunakan cat
dengan pencair minyak seperti yang biasa
digunakan untuk mengecat kayu.

6.14.4.2. Langkah-Langkah Pengecatan Kayu


Pengamplasan
Permukaan kayu diamplas dengan amplas kasar hingga rata, bersih dari serat-serat dan
kotoran lain

Lapisan Meni
• Gunakan meni kayu dengan bahan pengencer minyak cat
• Lapiskan meni hingga merata dengan menggunakan kuas.

Dempul
Bagian yang berlubang, cekung, atau retak ditutup dengan dempul kayu sampai rata.
Dempul ini harus dilakukan setelah ada lapisan meni, karena dempul tidak mengan
dung lem. Sementara yang mengandung lem adalah meni.

Plamur
• Fungsi plamur adalah untuk menutup pori-pori kayu.
• Plamur dalam bentuk pasta dioleskan dan sedikit ditekan dengan menggunakan Cap,
hingga merata.
• Pastikan bahwa semua permukaan kayu yang akan dicat telah terolesi dengan pla-

113
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

mur dan permukaan benar-benar rata.

Mengamplas
• Gunakan amplas yang halus
• Lakukan pengamplasan ulang agar permukaan kayu yang kasar akibat plamur men-
jadi halus

Pengecatan dengan Tiga Lapis Cat


• Mulailah dari kayu yang posisinya di atas, agar setelah dicat tidak kena tetesan cat
lagi.
• Gunakan cat yang tidak terlalu kental agar mudah dalam mengoleskan dan hasilnya
halus.
• Jika cat terlalu kental dapat ditambahkan minyak cat (terpentien)

6 Pengecatan LAPIS PERTAMA:


Gerakkan kuas arah vertikal, kemudian horizontal, dan kembali vertikal, teruskan pada
bagian bawahnya dengan cara yang sama, sampai seluruh permukaan tertutup cat

Pengecatan LAPIS KEDUA:


• Pastikan cat lapis pertama sudah kering, tidak larut ketika ditumpangi dengan cat
berikutnya
• Jika masih ditemukan permukaan yang tidak rata/belum rapi, bisa diperbaiki terlebih
dahulu dengan didempul/diamplas lagi sebelum dicat, lakukan pengecatan mengiku-
ti cara pada lapis pertama tadi

Pengecatan LAPIS KETIGA


Lakukan seperti pada lapis kedua dengan lebih cermat dan hati-hati, karena ini meru
pakan lapis terakhir.

Pelitur Kayu
• Kayu diamplas terlebih dahulu dengan amplas agak kasar hingga bersih dari serpihan
serat dan kotoran
• Jika ada lobang, cekung, atau retak diisi dengan dempul.
• Dempul terbuat dari serbuk oker dicampur dengan sedikit spiritus sehingga berben-
tuk kenthal (lebih keras dari pasta).
• Seluruh permukaan kayu diolesi dengan oker agak cair hingga merata menggunakan
kuas.
• Setelah oker kering kemudian diamplas hingga okernya hilang dan pori kayu tertu
tup.
• Fungsi oker adalah untuk menutup pori kayu
• Oleskan pelitur dasar yang agak kental dengan kuas hingga merata (campuran sirlak
dengan spirtus)
• Gosok dengan amplas halus sampai serat-serat (tekstur) kayunya terlihat.

114
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Jika hasilnya belum baik bisa diulang sekali lagi dengan cara yang sama, sampai
memperoleh hasil yang sempurna.
• Oleskan pelitur finishing yang lebih encer menggunakan kain halus. Oleskan dengan
arah memutar. Lapis kedua ini bisa diulang beberapa kali sampai mendapatkan hasil
yang sempurna.
• Lapis terakhir menggunakan bahan yang sama (pelitur encer), tetapi arah olesannya
searah dengan serat kayu.

Pengecatan Besi
• Besi yang akan dicat diamplas hingga bersih dari karat dan kotoran lain
• Pada sambungan atau bekas las didempul menggunakan dempul besi dan setelah
kering diamplas sampai halus.
• Dimeni dengan meni besi hingga merata seluruh permukaan
• Dicat dengan cat besi hingga merata seluruh permukaannya.
• Jika hasilnya kurang baik, langkah terakhir ini bisa diulang-ulang sampai benar2 rata
dan halus.
6

Catatan:
Hasil pengecatan yang baik adalah : war-
nanya merata, tidak mudah terkelupas jika
kena gores, permukaannya rata dan halus

6.15. Pekerjaan Instalasi Listrik

6.15.1. Fungsi dan tujuan


Sebagai penyedia sumber daya listrik untuk keperluan sekolah

6.15.2. Lingkup pekerjaan


• Pekejaan listrik termasuk pekerjaan instalasinya, merupakan pekerjaan seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dan digunakan de
ngan sempurna dan aman.
• Penyambungan daya listrik dari PLN ke gedung sekolah, dengan daya minimal 2400
watt/220 volt. Bila disekitarnya belum ada sumber daya listrik PLN, bisa juga meng-
gunakan generator / genset dengan daya 4000 watt.
• Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis armatur
lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar yang direncanakan.

115
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
1
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

PANEL
UTAMA
Gambar 33. Ilustrasi sistem jaringan listrik komplek gedung SMP

MCB-BOX A MCB-BOX B1 MCB-BOX C MCB-BOX G MCB-BOX 4


(R. Kantor (R. Kelas (R. Perpus (R. Kesenian) (Pintu Gerbang)
+ Admin) belajar) takaan)

4.07 kVA
1,94 kVA

1,01 kVA

1,01 kVA

1,16 kVA

0,74 kVA
MCB 3P MCB 3P MCB 3P MCB 3P MCB 3P MCB 3P
16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


Persyaratan Pemasangan.

1. Kabel antar bangunan (NYY 3x4 mm²) 2


2. Kawat tembaga (BC = Bare Copper)

116
6
MCB-BOX B1 MCB Fungsi Ukuran Beban
220 V, 1 Ph, 50 Hz No. Kabel mm 2xtTL’D 40 w Pijar 25 w Stk 100 w, 10 A

MCB 6A 4.5kA 1Ph B1.1 Lampu NYM 150 6


3x2.5 mm
B1.2 In Conduit 480 6
PVC 3/4”
B1.3 480 6

B1.4 480 6

MCB 10A 4.5kA 1Ph B1.5 Stop Kontak 300 3

MCB 6A 4.5kA 1Ph I1 Lampu 100 4


MCB 3P
16A 8kA I2 Lampu 320 4

MCB 10A 4.5kA 1Ph I3 Stop Kontak 400 4

Dari Panel Utama


MCB 6A 4.5kA 1Ph L1 Lampu 260 2 4
Gambar 34. Ilustrasi wiring diagram panel ruang kelas

L2 Lampu 285 2 5

MCB 10A 4.5kA 1Ph Spare

Spare

Total : 4.069 VA 26 10 7
Total : 4,07 kVA

: Lampu TL : Lampu Pijar : Saklar


PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


117
6
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Penyambungan kabel, harus dilakukan dalam kotak-kotak (DUS) penyambungan


yang sudah ditentukan, disambung sesuai dengan masing masing warna dan penam-
pang sama tersambung dengan sempurna.
• Kabel dalam tembok harus dimasukkan dalam pipa pvc kelas C ( pipa konduit ), kabel
instalasi dalam ruangan menggunakan jenis NYM dan NYY digunakan untuk instalasi
antar bangunan.
• Sebelum pekerjaan plesteran tembok, semua pipa konduit dan Tdus ( mangkok )
saklar/stop kontak sudah terpasang dengan ketinggian 120 cm diatas lantai.
• Setiap ruangan harus dipasang pengaman MCB untuk pelayanan besar daya yang
dibutuhkan.
• Macam-macam switch/oulet yang digunakan untuk tegangan 220 volt adalah :

κκ Plug dan socket 1 phase untuk power


• Pole : 1 Phase + Neutral + Earth
6 • Tegangan
• Rating arus
:
:
220 volt, 1 phase, 50 hz
minimum 25 ampere
• Proteksi : soket dengan tutup dan plug locking
• Type : Pemasangan di luar diberi landasan kayu

κκ Sekering BOX / MCB Box


• Main Panel terdapat pada panel pertama menerima daya dari gardu induk
PLN ataupun Genset.
• Bahan : Rangka profil 30 mm
• Cover : Besi plat 2 mm
• Module : Minimum (30 x 40) tinggi maksimum 175 cm
• Potongan : Puc Standing kuat tidak bergetar
• Warna : Abu-abu

• Penerangan lampu : Ruang Kelas digunakan 6 titik ( TL 2 x 40 W ), Ruang Belajar


Lainnya digunakan 8 titik ( TL 2 x 40 W ), sedangkan kantor digunakan 9 titik ( TL 1 x
40 W ) dipasang berikut armaturnya.

118
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

2 x TL-D 40 W

Saklar lampu
dan
stop kontak 6
HARAP DIPERHATIKAN
20cm Dalam memasang saklar, jarak antara pin-
tu dan saklar ± 20 cm, ketinggian saklar
dari lantai = 100 cm

100cm

UNTUK KERAPIHAN
Pada saat mengecat, untuk menutup
saklar agar tidak terkena cat, atau segera
dilap saat terkena cat.

PERHATIAN!
• Outlet stop kontak dan saklar yang berdekatan,
kabelnya harus berdiri sendiri-sendiri (tidak perlu
digabung)
• Untuk mendapatkan aliran listrikdari PLN, pelaksa-
naan pekerjaan instalasi listrik pada pembangunan
sekolah harus kerja sama dengan BTL (Biro Teknik
Listrik) yang sudah direkomendasi PLN

119
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.16. Pekerjaan Sanitasi

6.16.1. Instalasi air bersih

Gambar 35. Isometrik pemipaan air bersih


ISOMETRIK PEMIPAAN AIR BERSIH
C B
D F
FC
A E G
FC

PIPA TAMAN PVC � ¾”


PIPA SUPPLY PVC � 1”
FC
5
7 6
PIPA TAMAN PVC � ¾”

6 4

¾”
PIPA SUPPLY PVC � 1”

C�
PV
AN
FC
1 2 3

M
TA
A
PIP
A. Mesin pompa air 1. Ruang Kantor
B. Tangki fiber glass cap 2 X 500 lt 2. Ruang KM/WC Siswa
C. Pipa Pengisi PVC � 1¼” 3. Ruang Mushalla
D. Pipa Pelimpah PVC � 1“ 4. Rumah Dinas Kepala Sekolah
E. Pipa Penguras PVC � 1¼” 5. Mess Guru
F. Pipa Distribusi PVC � 1¼” 6. Ruang Jaga
G. Stop Kran 7. Ruang Laboratorium

6.16.1.1. Fungsi dan tujuan


• Menyediakan air bersih untuk kebutuhan sekolah.
• Untuk mendistribusikan air bersih agar menjangkau tempat dimana air akan digu-
nakan.

6.16.1.2. Lingkup pekerjaan


• Pembuatan instalasi air bersih dari sumber air, penampungan dan instalasi distribusi
air.
• Pengadaan dan pemasangan alat-alat saniter pipa air bersih, sampai semua pera-
latan berfungsi dengan baik.

6.16.1.3. Persyaratan pemasangan


• Jaringan instalasi dan detail pemasangan mengikuti gambar rencana (isometrik)
• Menara air lengkap dengan tangki penampung dan pipa instalasinya dibuat sesuai
gambar rencana. Menara air harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap karat dan
dipasang kokoh mampu menahan beban air dalam tangki di atasnya.

120
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

• Pompa air harus mampu mengangkat air dari sumber air sampai bak penampung,
dan dibuatkan rumah pompa sebagai pengaman.
• Pipa air menggunakan jenis pipa PVC kelas AW, atau pipa galvanis kelas A. Fitting
(alat sambung) harus sesuai dan sekualitas dengan pipanya.
• Pemasangan pipa harus dibuat seaman mungkin, ditempatkan pada tempat yang
terlindung terhadap benturan, diklen pada benda yang kokoh, atau ditanam dalam
tembok/tanah.
• Wastafel
• Bak mandi dibuat dari pasangan batu bata dengan adukan trasraam dan dilapis kera-
mik, atau menggunakan bak fiber (fibre glass).
• Alat-alat sanitair lainnya harus yang berkualitas baik dan dipasang mengikuti buku
panduan dari produsennya.

Perhatikan:
• Tinggi menara harus dapat menjamin kelancaran
distribusi air dengan cara grafitasi.
6
• Keramik dinding bak mandi atau penampung lain-
nya, boleh dipasang bila tembok telah diplester
dan telah diuji sudah tidak bocor lagi.
• Jangan mengandalkan lapisan keramik pada bak
penampung air sebagai lapisan kedap air.

6.16.1.4. Langkah-Langkah Pelaksanaan


• Sebelum pekerjaan pondasi mulai dikerjakan harus sudah diketahui lintasan jaringan
instalasi air bersihnya.
• Pada saat pembuatan pondasi, lubang-lubang untuk instalasi pipa yang akan melin-
tasi pondasi harus disiapkan lobangnya (sparing).
• Menara air dapat dikerjakan bersamaan dengan bangunan gedung yang lain.
• Instalasi pipa dalam ruangan, harus dipasang sebelum pekerjaan plesteran dinding
dan lantai keramik dikerjakan.
• Pada saat pemasangan pipa, pastikan bahwa sambungannya tidak ada yang bocor,
(diuji dengan pipa) sesuai dengan tekanan kerja (± 1kg/cm²).
• Instalasi pipa yang belum selesai disambung, harus ditutup / dilindungi agar kotoran
tidak masuk / menyumbat.
• Jika semua instalasi selesai terpasang lakukan uji coba semua jenis peralatan sanitasi
dapat berfungsi dengan baik.
• Lakukan tes kebocoran dengan menutup semua kran dan menandai volume air da-
lam tangki tendon air. Jika dalam 24 jam air dalam tandon mengalami penurunan
berarti ada kebocoran dalam jaringan distribusinya dan harus segera dilakukan per-
baikan.
• Skema jalur instalasi pipa (as built drawing) harus tersimpan dengan rapi, sehingga
mudah pada saat perbaikan.

121
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Langkah Pekerjaan:
1. Persiapan jaringan instalasi air bersih sesuai yg direncanakan (gambar isometrik)

Langkah Pekerjaan:
2. Saat pasang dinding lubang pipa harus sudah disiapkan

Gambar 36. Lobang pipa pada dinding

A
C
B
6 A
C

B D
Tembok perlu dibobok supaya A. Pipa A. Dinding
setelah diplester pipa tidak B. Balok Sloof B. Pipa
kelihatan/rapih C. Dinding C. Balok Sloof
D. Pasangan Pondasi

Langkah Pekerjaan:
3. Pipa instalasi air bersih pada tembok harus dipasang terlebih dulu dan diuji ke-
bocorannya dengan pompa (test pump) dengan tekanan minimal 1 kg/cm² se-
belum di plester

Gambar 37. Pipa pada tembok yang belum diplester

122
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Langkah Pekerjaan:
4. Pipa yang belum selesai disambung harus ditutup agar kotoran tidak masuk

Gambar 38. Pipa yang belum selesai disambung

A. Penutup Sementara 6
Langkah Pekerjaan:
5. Uji fungsi alat sanitasi

Gambar 39. Grambar kran yang mengalir airnya

Langkah Pekerjaan:
6. Tes commisioning.
Tangki air di atas diisi penuh, stop kran utama dibuka dan semua kran KM/WC,
bak cuci, wastafel, dll. semua ditutup.

Tunggu sampai 24 jam, kemudian dilihat pada tangki penampung apakah meng
alami peurunan.

Jika airnya berkurang berarti ada kebocoran, periksa kembali dan cari sambung
an pipa yang mengalami kebocoran.

123
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.16.2. Instalasi air bekas dan air kotor

Gambar 40. Isometrik pemipaan air bekas dan air kotor

ISOMETRIK PEMIPAAN
AIR BEKAS DAN AIR KOTOR BANGUNAN

ed

t
tle
ain

os
Ou
l

Cl
AIR HUJAN

fe

Dr

r
ta

er
oi

n
or
as

in

ea
at
k

Flo
Sin

Ur
W

Cl
SALURAN
KELILING BANGUNAN
PIPA AIR BEKAS PVC Ø 4" SLOPE 1%
PVC Ø 4"

6
SUMUR
RESAPAN SEPTICTANK
DRAINASE
LINGKUNGAN
PIPA AIR KOTOR PVC Ø 4" SLOPE 2%

6.16.2.1. Fungsi dan tujuan


• Mendistribusikan air kotor dari jamban dan urinoir ke septic tank sampai ke sumur
resapan dan mendistribusikan air bekas dari floor drain, kamar mandi, wastafel,
maupun pantry/dapur langsung menuju ke sumur resapan.
• Membuat lingkungan sekolah menjadi bersih, tidak bau dan sehat.
• Mengajarkan kepada anak didik untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

6.16.2.2. Lingkup pekerjaan


• Menyediakan instalasi untuk pembuangan air kotor dan pipa air bekas, termasuk
pengolahannya
• Memasang peralatan saniternya.

6.16.2.3. Persyaratan pemasangan


• Jaringan instalasi dan detail pemasangan dilaksanakan sesuai gambar rencana dan
petunjuk produsen.
• Instalasi pipa air kotor dan pipa air bekas menggunakan jenis pipa PVC minimal kual-
itas D, dengan ukuran minimum berdiameter 4”.
• Saluran arah horisontal harus diperhitungkan kemiringannya mengarah ke pem-
buangan akhir.
• Pemasangan pipa harus dibuat seaman mungkin terhadap tekanan dari atas maupun
benturan benda lain (yang menembus tembok/sloof dilindungi dengan sleeve)
• Peturasan / Urinoir pot bisa menggunakan type tempel/gantung, bisa juga menggu-
nakan pasangan tembok trasraam ¼ bata dan dilapis keramik
• Jenis jamban (closed) yang digunakan adalah jamban jongkok dan jamban duduk.

124
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Khusus untuk toilet penyandang disabilitas harus menggunakan jamban duduk beri-
kut tangki pembilas dan selang semprot (Jet Washer) untuk membasuh serta dileng-
kapi pipa besi tahan karat untuk pegangan yang menempel didinding (grab bar).
• Skema/gambar jalur instalasi pipa (as built drawing) harus tersimpan dengan rapi,
sehingga mudah pada saat perbaikan.
• Letak sumur resapan berjarak minimal 15 m dari sumur gali/sumber air.

6.16.2.4. Langkah-Langkah Pelaksanaan


• Sebelum pekerjaan pondasi mulai dikerjakan harus sudah diketahui lintasan jaringan
instalasi air kotor dan air bekas.
• Pada saat pembuatan pondasi, lubang-lubang untuk instalasi pipa air kotor dan pipa
air bekas yang akan melintasi pondasi harus disiapkan lobangnya.

6
• Pada jaringan air kotor dan air bekas hindari
terlalu banyak belokan, ambil lintasan yang
selurus dan sependek mungkin.
• Pada saat pemasangan pipa pastikan bahwa
sambungan pipa tidak bocor.

• Instalasi pipa yang belum selesai disambung, terutama yang berada di dalam tanah
harus ditutup / dilindungi agar kotoran tidak masuk / menyumbat.
• Pipa saluran air kotor dan air bekas harus dipasang miring antara 1%-4% menurun
mengikuti aliran air yang dikehendaki (pedoman plumbing indonesia, 1979).
• Limbah padat dari jamban dan urinoir masuk ke septicktank, sedangkan limbah cair
dari kamar mandi, washtafel langsung masuk ke peresapan.
• Pipa yang letaknya di bawah lantai harus sudah dipasang dan diuji kebocorannya
sebelum dilakukan pengurugan bawah lantai.
• Pemasangan jamban duduk dipasang setelah pekerjaan keramik dinding dan lantai
selesai
• Jika semua instalasi selesai terpasang lakukan uji coba bahwa semua pipa saluran air
kotor dan air bekas dapat berfungsi dengan baik.

Langkah Pekerjaan:
1. Mendata jaringan air kotor dan air bekas sesuai dengan yang direncanakan
(gambar isometrik)

125
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Langkah Pekerjaan:
2. Lobang air kotor dan air bekas yang menembus pondasi harus sudah diper-
siapkan saat pasang pondasi

Gambar 41. Gambar sketsa

A
C

6 B
A. Dibuat Penutup D
B. Pasangan Pondasi
C. Lobang dibuat saat pasang pondasi
D. Pipa air kotor dan air bekas yang akan
dipasang menyusul

Langkah Pekerjaan:
3. Pipa yang belum selesai disambung harus ditutup sementara agar tidak kema-
sukan kotoran

Gambar 42. Pipa yang harus ditutup sementara

126
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Langkah Pekerjaan:
4. Pipa air kotor dan air bekas harus dipasang miring antara 1%-4% (pedoman
plumbing indonesia)

Gambar 43. Gambar sketsa kemiringan pipa 1%

Langkah Pekerjaan:
5. Limbah padat dari Jamban dan urinoir harus masuk ke septictank, sedangkan
limbah cair dari kamar mandi, floor drain dan washtafel langsung masuk ke pe-
resapan
Gambar 44. Gambar sketsa

Bak
Kontrol

Septic
Tank
Sumur
Resapan

Jalur pipa air bekas


Jalur pipa air kotor

127
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Langkah Pekerjaan:
6. Pipa yang letaknya di bawah lantai harus sudah dipasang dan diuji kebocorannya
sebelum dilakukan pengurugan bawah lantai

Gambar 45. Pipa di bawah lantai

Langkah Pekerjaan:
7. Pemasangan jamban duduk dipasang setelah pekerjaan keramik dinding dan
lantai selesai

Langkah Pekerjaan:
8. Jika semua instalasi selesai terpasang lakukan uji coba bahwa semua pipa salu-
ran air pembuangan (kotor dan bekas) dapat berfungsi dengan baik.

128
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 46. Kelengkapan saniter dalam KM/WC siswa

1
4
2

6
3
1. Dinding lapis keramik
2. Urinoir 5 buah
3. Pintu WC difable, lebar bukaan 90 cm
4. Wastafel untuk WC putri 2 buah

Gambar 47. Perspektif KM/WC siswa

3
2
1. Bak mandi
2. WC jongkok
3. Floor drain

129
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 48. Poster Septic Tank


6

130
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.16.3. Instalasi air hujan

6.16.3.1. Fungsi dan tujuan


• Instalasi ini dimaksudkan untuk menampung dan menyalurkan air hujan agar lokasi
sekolah cepat kering.
• Pembuangan air menjadi terarah sehingga tidak mengakibatkan tanah tergerus atau
longsor.
• Membuat lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat.

6.16.3.2. Lingkup pekerjaan


Pembuatan saluran air hujan atau instalasi lain yang ditentukan dalam gambar ren-
cana.

6.16.3.3. Persyaratan pemasangan


• Air hujan yang jatuh ke area sekolah harus secepatnya bisa hilang.
• Air hujan dapat diresapkan ke dalam tanah atau dialirkan ke saluran induk atau se-
6
jenisnya.
• Spesifikasi bahan dan bentuk saluran dibuat mengikuti gambar rencana dan RKS
• Saluran air hujan sekeliling bangunan harus diperhatikan arah kemiringannya kearah
mana air akan disalurkan
• Air hujan dari saluran keliling bangunan harus dialirkan ke saluran lingkungan
• Saluran lingkungan dibuat dengan ukuran yang mampu menampung aliran air hujan
dari seluruh area sekolah.
• Pasangan harus kokoh dan mampu menahan tanah disampingnya.
• Konstruksi harus mudah dibersihkan bila ada kotoran dan lumpur.
• Dasar saluran dibuat miring minimal 1% menuju pembuangan keluar

6.16.3.4. Langkah-Langkah Pelaksanaan


Saluran keliling bangunan
• Saluran air sekeliling bangunan dapat dibuat
setelah bangunan mendekati selesai atau bersa-
maan dengan pekerjaan finishing.
• Tanah tempat akan dibangun saluran harus dipa-
datkan terlebih dahulu.
• Gali tanah sedalam ukuran saluran.
• Urug pasir setebal 5cm.
• Pasang pondasi saluran sesuai gambar rencana.
• Pasang batu bata sesuai dengan ukuran mengacu
pada gambar.
• Plester dengan spesi kedap air dan difinish deng
an acian.

131
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Saluran Lingkungan
• Saluran air sekeliling bangunan dapat dibuat setelah bangunan mendekati sele-
sai atau bersamaan dengan pekerjaan finishing.
• Tanah tempat akan dibangun saluran harus dipadatkan terlebih dahulu.
• Gali tanah sedalam ukuran saluran.
• Urug pasir setebal 5cm. 25
• Pasang pondasi saluran sesuai gambar rencana. 15
• Pasang batu bata sesuai dengan ukuran mengacu pada gambar.
• Plester dengan spesi kedap air dan difinish dengan acian.

Gambar 49. Saluran keliling bangunan

±0.00 ±0.00

20

5 12 5 8
15

-0.15

10
6
-0.20
-0.25 -0.25
5 5 5

MUKA TANAH ASLI


35
30

25
36

70
20
23 23
34

46

5 10
15

70
37.5 32.5

6.17. Pekerjaan Site development

Pekerjaan site development yang dimaksud disini adalah pekerjaan yang ada diluar
dari bangunan gedung. Pekerjaan ini diantaranya:
• Gapura depan dan pagar
• Jalan setapak
• Lapangan olah raga

132
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.17.1. Gapura dan Pagar

6.17.1.1. Fungsi dan Tujuan


Bangunan gapura dimaksudkan sebagai pintu masuk utama (main entrance) ke lingkun-
gan sekolah. Sedangkan pagar berfungsi sebagai pembatas area sekolah dengan luar
sekolah, sekaligus sebagai pengaman sekolah.

6.17.1.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan gapura dan pagar meliputi: Pondasi, kolom, balok, dinding, pintu,
lantai rabat dan atap. Semuanya termasuk penghalusan dan finishing.

6.17.1.3. Persyaratan Pekerjaan


• Pekerjaan dilaksanakan mengikuti gambar rencana
• Setiap item pekerjaan mengikuti spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam Ren-
cana Kerja dan Syarat-syarat.
• Pembuatan pagar keliling dari bahan yang tidak membahayakan
6
• Pekerjaan ini sebaiknya dikerjakan setelah pekerjaan bangunan gedung hampir sele-
sai, dan tidak ada lagi angkutan material yang berlalu-lalang di pintu tersebut.

6.17.1.4. Langkah-Langkah Pengerjaan


• Diawali dengan pengukuran as pondasi, pembuatan galian pondasi, urugan pasir
bawah pondasi dan pasangan batu kali untuk gapura dan pagar depan.
• Pembuatan beton sloof sepanjang gapura dan pagar depan.
• Apabila akan membuat pagar keliling maka perlu dibuat pondasi yang menyesuaikan
jenis pagarnya. Contoh; apabila menggunakan pagar dari kawat dengan tiang beton,
maka menggunakan pondasi setempat.
• Pembuatan kolom dan balok gapura
• Pasangan tembok pagar depan di kanan kiri gapura
• Pembuatan pintu gerbang dari besi
• Pekerjaan lantai rabat
• Pekerjaan finishing

Gambar.50. Contoh pagar dan gapura sekolah

133
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.17.2. Jalan Setapak

6.17.2.1. Fungsi dan Tujuan


• Sebagai fasilitas sirkulasi/penghubung manusia atau kendaraan/barang, dari satu
tempat ketempat lainnya.
• Sebagai pemandu arah arus sirkulasi manusia.
• Sebagai upaya bentuk stabilitas permukaan tanah yang memberikan kenyamanan
bagi lalulintas manusia maupun kendaraan.
• Dengan dibuatnya jalan setapak maka alur lalu lintas tidak lagi menginjak rumput
atau tanah halaman.

6.17.2.2. Lingkup Pekerjaan


Jalan setapak dirancang menggunakan paving block. Lingkup pekerjaan ini meliputi
• Perataan lahan
6 • Urugan dengan pasir
• Pemasangan paving block
• Pemasangan kanstin atau tanggul pasangan batu bata di tepinya

6.17.2.3. Persyaratan Pekerjaan


• Bila menggunakan paving block harus dari satu produsen, tebal 8cm, bentuk serag-
am.
• Pada bagian tepi jalan setapak diberi penahan sekaligus pembatas menggunakan
kanstin, atau tanggul pasangan batu bata.

6.17.2.4. Langkah-Langkah Pengerjaan


• Perataan tanah, pemadatan dan pem-
bersihan dari sisa tumbuhan dan kotoran
lain.
• Pengukuran dan pemasangan patok un-
tuk menentukan ketinggian dan batas
yang akan dijadikan jalan, sekaligus un-
tuk pengikat benang
• Urugan pasir minimal setebal 5cm dan
diratakan
• Pemasangan paving block
• Mengisi sela antar paving block dengan
pasir
• Pemasangan kanstin atau tanggul dengan
pasangan batu bata.

134
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

6.17.3. Lapangan Olah Raga

6.17.3.1. Fungsi dan Tujuan


• Lapangan olah raga dimaksudkan sebagai sarana olah raga warga sekolah.
• Kegiatan lain yang memerlukan tempat yang lapang

6.17.3.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan meliputi:
• Perataan dan pemadatan tanah
• Pekerjaan urugan pasir
• Pembuatan lantai rabat beton
• Pondasi dan tiang bila diperlukan
• Pekerjaan finishing dan pembuatan garis-garis lapangan.

6.17.3.3. Persyaratan Pekerjaan


• Tanah di bawah lantai harus bersih dari sisa tumbuhan dan padat agar dikemudian
6
hari tidak ada yang amblas.
• Gunakan campuran bahan 1PC : 3 Pasir : 5 Kerikil untuk beton lantai lapangan
• Pasang kansteen atau pasangan batu bata pada pinggir lantai lapangan
• Gunakan wire mesh untuk tulangan lantai beton.

6.17.3.4. Langkah-Langkah Pengerjaan


• Pengukuran bentuk dan panjang x lebarnya lapangan
• Galian pondasi, pembuatan pondasi, dan pemasangan tiang (bila diperlukan)
• Pembersihan, perataan dan pemadatan tanah bawah lantai
• Urugan pasir bawah lantai
• Pasangan lantai kerja
• Pasang tulangan (wire mesh)
• Pengecoran lantai dengan campuran beton 1 PC : 3 Psr : 5 Kr. hingga diperoleh per-
mukaan yang rata.
• Perawatan hasil pengecoran dengan cara menyiram secara pereodik, atau menut-
up dengan karung basah, agar permukaan lantai selalu basah. Perawatan dilakukan
minimal selama 21 hari.
• Perapian dan haluskan permukaan lantai
• Pembuatan garis-garis rambu permainan dengan menggunakan cat minyak.
• Pengecatan tiang basket dengan cat besi atau cat kayu sesuai dengan jenis bahan
yang digunakan.

135
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Gambar 51. Ilustrasi pengerjaan lapangan olah raga

136
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

137
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
7
Penyelesaian Akhir
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

7. Penyelesaian Akhir 7

Hal hal yang harus dipersiapkan untuk penyelesaian akhir al :


• Pembersihan lingkungan sekolah (finishing)
• Penyiapan dokumen penyelesaian.

7.1. Pembersihan lingkungan sekolah (Finishing)

Pada saat kegiatan konstruksi sudah mencapai progres 99 % berdasarkan Rencana Ang-
garan Biaya, maka panitia pembangunan harus membersihkan lingkungan sekolah dari
: sisa sisa material pada saat proses pembangunan yang tidak terpakai, pembongkaran
direksi keet dan gudang, sisa sisa cat yang menempel dilantai, sisa sisa adukan semen
dan lain lain. Semua material yang tidak terpakai harus dikeluarkan dari lingkungan
sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar terasa nyaman dan aman.

7.2. Penyiapan dokumen serah terima.

Bangunan bisa dikatakan selesai bila semua item pekerjaan sudah selesai 100 % sesuai
dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya. Yang harus dilakukan oleh panitia pemba-
ngunan sekolah bila seluruh item pekerjaan yang tertera dalam dokumen Rencana An-
ggaran Biaya sudah selesai dikerjakan adalah membuat dokumen serah terima peker-
jaan antara lain:

7.2.1. BAST 1(BERITA ACARA SERAH TERIMA TAHAP 1)


BAST 1 Adalah dokumen yang berisikan pernyataan panitia pembangunan sekolah
bahwa telah melaksanakan dan menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dokumen

139
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

kontrak/perjanjian. BAST 1 dilampiri dokumen Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksa-


naan Pekerjaan/SP4 (di dalam SP4 ada 2 lampiran yaitu Pemeriksaan Kemajuan Peker-
jaan Akhir dan Daftar Perbaikan Pekerjaan).

7.2.2. BAST 2 (BERITA ACARA SERAH TERIMA TAHAP 2)


BAST 2 Adalah dokumen yang berisikan pernyataan dari panitia pembangunan sekolah
bahwa telah melaksanakan dan menyelesaikan seluruh pekerjaan yang harus diper-
baiki. Dilampiri dengan Berita Acara Penyelesaian Perbaikan (BAPP), BAPP berisikan
daftar pekerjaan yang harus diperbaik, daftar jenis perbaikan, hasil perbaikan, gambar
as built drawing dan buku manajemen pemeliharaan aset sekolah.

140
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

141
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
8
Lampiran
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8. Lampiran 8
8.1. Poster Pondasi
8.2. Poster Penulangan Beton
8.3. Poster Pengecoran
8.4. Poster Kuda-kuda
8.5. Poster Fasilitas Disable 1 (Pedestrian dan Rampa)
8.6. Poster Fasilitas Disable 2 (Toliet dan Aksesoris Pendukungnya)
8.7. Poster Septic Tank
8.8. Poster Pengecatan

143
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

144
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.1. Poster Pondasi

145
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.2. Poster Penulangan Beton

146
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.3. Poster Pengecoran

147
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.4. Poster Kuda-kuda

148
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.5. Poster Fasilitas Disable 1 (Pedestrian dan Rampa)

149
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.6. Poster Fasilitas Disable 2 (Toilet dan Aksesoris Pendukungnya)

150
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.7. Poster Septic Tank

151
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

8.8. Poster Pengecatan

152
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

PANDUAN TEKNIS
PEMBANGUNAN
GEDUNG
SEKOLAH
DENGAN MEKANISME
PARTISIPASI
MASYARAKAT

Direktorat Pembinaan SMP


Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

153
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

154
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Daftar Pustaka
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia – 1971, N.l. – 2, penerbitan ke 6 April 1978
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

2. “ Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama “, cetakan ke tiga


tahun 2009, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

3. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, juni 2006. Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.

4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, N.l – 5/PKKI, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

5. SNI 04-0225-200-PERSYARATAN UMUM INSTALSI LISTRIK (PUIL2000).

6. Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979


Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

7. Surat Edaran Direktur Pembinaan SMP No. : 231/c3/LL/2008 – Januari 2008, “ Fasil-
itas Bagi Siswa SMP berkebutuhan Khusus untuk Program Pembangunan USB dan
Pengembangan SD-SMP Satu Atap “, Direktorat PSMP, Direktorat Jenderal Pendi-
dikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

8. Permen PU No. : 30/PRT/M/2006, “ Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas Pada


Bangunan Gedung dan Lingkungan “, Departemen Pekerjaan Umum.

9. Team Jogya Universitas Gajah Mada, “Pedoman Sederhana Membangun Rumah Se-
derhana Tahan Gempa”.

155
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

156
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Anda mungkin juga menyukai