PEMBANGUNAN
GEDUNG
SEKOLAH
DENGAN MEKANISME
PARTISIPASI
MASYARAKAT
2
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
KATA PENGANTAR
Panduan Teknis Pembangunan Gedung Sekolah ini dipersiapkan oleh Kegiatan Perlua-
san SMP Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Mene
ngah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengacu pada Peraturan Pemerintah
(PP) No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Bangunan
Gedung (UUBG); Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007; dan Kepu-
tusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 111/KPTS/CK/1993 tentang Pedoman Pemba-
ngunan Bangunan Tahan Gempa.
Panduan teknis disusun dengan maksud untuk bisa digunakan sebagai acuan bagi
Panitia Pembangunan Sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaaan pembangunan
Unit Sekolah Baru (USB), pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB), pembangunan Ruang
Perpustakaan, Ruang Belajar Lain (RBL), dan pelaksanaan Revita lisasi Gedung Sekolah
dengan mekanisme partisipasi masyarakat.
Buku ini berisi penjelasan lengkap tentang tata-cara pembangunan konstruksi secara
praktis, mulai dari penyiapan lahan, persiapan konstruksi, uraian ringkas bahan bangu-
nan yang dipakai dan spesifikasi teknisnya, pembuatan struktur bangunan termasuk
fondasi, kolom, dan atap, maupun pekerjaan penyelesaian akhir. Penjelasan dilengkapi
dengan ilustrasi dan gambar-gambar contoh seperlunya.
Direktur
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
3
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
4
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 3
Daftar Isi 5
Daftar Gambar 7
Daftar Tabel 8
1 1. Gambaran Umum 11
5 5. Persiapan 53
5.1. Rencana Kerja 53
5.2. Penyiapan Lahan 56
5.3. Penyiapan Fasilitas Sementara 56
5.4. Keselamatan kerja, Kesehatan kerja, dan Asuransi 57
6 6. Pelaksanaan 59
6.1. Pengukuran & Pemasangan Bouwplank 59
6.2. Pekerjaan Pondasi 62
6.3. Balok Sloof 66
6.4. Kolom Utama 70
6.5. Kolom Praktis 72
6.6. Balok Lintel 75
6.7. Balok Ring 78
6.8. Balok konsol 81
6.9. Pekerjaan Dinding 85
6.10. Pekerjaan Pintu & Jendela 94
6.11. Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap 98
6.12. Pekerjaan Plafond 106
6.13. Pekerjaan Lantai/Keramik 107
6.14. Pekerjaan Pengecatan 112
6.15. Pekerjaan Instalasi Listrik 115
6.16. Pekerjaan Sanitasi 120
6.17. Pekerjaan Site development 132
8 8. Lampiran 141
8.1. Poster Pondasi 143
8.2. Poster Penulangan Beton 144
8.3. Poster Pengecoran 145
8.4. Poster Kuda-kuda 146
8.5. Poster Fasilitas Disable 1 (Pedestrian dan Rampa) 147
8.6. Poster Fasilitas Disable 2 (Toilet dan Aksesoris Pendukungnya) 148
8.7. Poster Septic Tank 149
8.8. Poster Pengecatan 150
Daftar Pustaka 152
6
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Daftar Gambar
7
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Daftar Tabel
8
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
1
Gambaran Umum
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
1. Gambaran Umum 1
1.2. Sesuai dengan kebijakan umum dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana diatas, program pembangunan sekolah baru (USB), pembangu-
nan ruang kelas baru (RKB), pembangunan ruang belajar lain (RBL), revitalisasi
termasuk rehabilitasi gedung sekolah di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP,
dilaksanakan dengan cara swakelola oleh sekolah dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan atau revitalisasi termasuk rehabilitasi
harus dilaksanakan sendiri oleh sekolah, dan tidak boleh di borongkan pada pi-
hak ketiga.
1.3. Untuk memudahkan dalam pembahasan, serta kepraktisan dalam penentuan
ukuran maupun penyediaan ilustrasi serta contoh, baik itu untuk seluruh bangu-
nan maupun bagian dari bangunan, maka dalam panduan ini digunakan model
SMP dengan enam ruang kelas yang dibangun diatas lahan kosong siap bangun
dengan luas 6.000 meter persegi, mengacu Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007
11
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
V
B E/H D R
T
B
O P
1 1
F/G K Q
S
C A M N L 2
W 3
X 4
LEGENDA LEGENDA
Kode Nama Ruang Kode Nama Ruang
A Ruang Kantor / Administrasi O/P/Q Kantin, Koperasi, Gudang
B Ruang Teori / Ruang Kelas R Rumah Penjaga Sekolah
C Ruang Perpustakaan / Media S Rumah Dinas Kepala Sekolah
D Ruang Lab Bahasa T Mess Guru
E Ruang Lab Sains / IPA V Ruang Pompa & Menara Air
F Ruang Keterampilan W Bangsal Sepeda
G Ruang Kesenian X Pos Jaga
H Ruang Komputer, TI & K 1 Lapangan Upacara
K Ruang OSIS, PMR, UKS & BK 2 Lapangan Olah Raga
L Ruang Ibadah / Mushalla 3 Area Parkir
M/N KM / WC Siswa, Ruang Ganti 4 Pintu Gerbang
12
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
13
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
2
Perencanaan
Tata Letak
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
15
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Daerah Transisi
Daerah Private (Tenang) (Semi Publik)
Posisi antar bangunan harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan lalu
lintas orang, barang dan pelayanan kegiatan pembelajaran, serta dapat berfungsi
mencegah menjalarnya kebakaran, lihat Tabel 1.
8 - 14 m 6-8m
14 - 40 m 8 - 12 m
16
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
<8 m
4-6m
2
8 - 14 m
6-8m
14 - 40 m
8 - 12 m
17
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
>3 m
(1). Penempatan bangunan arah memanjang timur-barat, letak jendela di bagian utara
dan selatan.
Deretan Jendela
18
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
2.4.1. Bangunan mudah dicapai dari pintu utama, pintu darurat, dan bangsal kenda-
raan;
2.4.2. Dari satu bangunan ke bangunan lainnya dihubungkan dengan jalan setapak /
selasar koridor.
19
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Jangan membangun di
daerah dekat tebing. Karena
bangunan akan roboh bila
tebing longsor, selain itu
berbahaya bagi murid. Ba-
ngunan sekolah sebaiknya
cukup jauh dari tebing dan
terlindung dari pohon-po-
hon yang ada di tepi tebing
Jangan membangun di
dasar tebing, karena bangu-
nan bisa rusak/roboh akibat
longsoran tebing. Bangunan
sekolah sebaiknya cukup
jauh dari tebing dan terlin
dung dari pohon-pohon
yang ada di tepi tebing
20
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
<3m
21
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
3
Bahan Bangunan &
Pengujian Sederhana
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Pengenalan bahan bangunan yang akan digunakan pada pelaksanaan pekerjaan ini
sangat penting bagi pihak Panitia Pembangunan Sekolah sebagai pelaksana pemba
ngunan. Pemahaman meliputi bagaimana melihat dan mengetahui kualitas dan man-
faat dari bahan bangunan tersebut dan untuk lebih jelasnya secara rinci disajikan se-
bagai berikut:
Fungsi:
Digunakan untuk spesi / adukan pasangan tembok dan beton
Persyaratan:
• Kandungan lumpur ≤ 5%
• Tidak mengandung zat organik
• Keras dan memiliki butiran bervariasi antara 0,5-5mm
Pengujian Sederhana:
• Pasir ketika basah dikepal, kemudian kepalan dibuka: bila pasir terurai, berar-
ti baik. Bila menggumpal, berarti jelek, menunjukkan bahwa pasir banyak me
ngandung lumpur
• Digosok diantara dua telapak tangan: Apabila banyak lumpur menempel ke tela
pak tangan berarti jelek, karena banyak kandungan lumpur.
• Pasir dimasukkan dalam botol dan diisi air kemudian dikocok. Didiamkan sekitar
satu menit, pasir akn mengendap dilapis paling bawah, dan diatasnya endapan
lumpur. Jika endapan lumpur cukup bayak (lebih 5%) berarti pasir jelek.
23
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Persyaratan:
• Keras
• 2/3 berupa batu pecah (bukan semua batu gundul)
• Bersih dari lumpur dan kotoran
Pengujian Sederhana:
• Menguji kekerasan batu dapat dilakukan dengan mengadu batu satu dengan
yang lain. Bila mudah pecah berarti lunak.
• Untuk per-syaratan 2/3 batu batu pecah, dapat dilihat secara visual. Bila semua
batu masih berupa batu gundul harus dipecah terlebih dulu sebelum dipa
sang.
• Kebersihan dari lumpur dapat dilihat secara visual. Bila ada lumpur yang menem
pel bisa dicuci dengan disemprot air terlebih dulu sebelum dipasang
Gambar 10. Ilustrasi pengujian sederhana batu kali
24
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
3.3. Kerikil/Kricak/Split
Fungsi:
Sebagai bahan pengisi dalam campuran beton.
Persyaratan:
• Bentuk tidak pipih, Lebih bagus bila berupa batu pecah atau split.
• Tidak Berpori
• Ukuran bervariasi
• Keras
• Bersih dari kotoran, lumpur, organik, dll. (bisa dilihat secara visual).•
Pengujian Sederhana:
• Kerikil yang baik bentuknya padat, ukuran bervariasi dan tidak berpori
• Kerikil berpori, bisa dilihat secara visual
• Kerikil berbentuk pipih, dapat dilihat secara visual
3
• Menguji kekerasan dengan mengadu sesama kerikil
Gambar 11. Ilustrasi pengujian sederhana kerikil/kricak/split
3.4. Air
Fungsi:
• Untuk proses pengikatan dan pengerasan pada bahan pengikat (semen atau ka-
pur)
• Memberikan workability pada adukan
• Untuk perawatan beton pada umur awal.
Persyaratan:
• Jernih
• Tidak berwarna
• Tidak berbau
• Tidak mengandung zat perusak (kotoran, garam-garam, bahan organik)
25
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Pengujian Sederhana:
• Kejernihan dan warna dapat dilihat seara visual
• Bau dapat di tes dengan mencium
• Sementara tentang kandungan zat perusak hanya bisa dilakukan di laboratori-
um. Namun secara visual jika air telah ditampung beberapa hari dan muncul
endapan, warna karat, atau lapisan keras dipermukaan, ini dapat diduga me
ngandung zat perusak .
Fungsi:
Sebagai bahan pengikat pada campuran beton atau spesi.
3 Persyaratan:
• Ketika masih dalam kemasan terlihat lembek
• Tersimpan dalam tempat yang kering dan terlindung
• Semakin halus partikel semen reaksi hidrasi semakin cepat
Pengujian sederhana:
• Kemasan masih utuh dan terlihat lembek.
• Jika dibuka saknya, belum ada yang berupa butiran keras
Gambar 12. Ilustrasi pengujian sederhana semen portland
Fungsi:
Digunakan untuk bahan tembok
Persyaratan:
• Tidak mudah patah (retak-retak) dan tidak berlubang
• Pembakarannya sudah cukup matang (waranya merah tua).
26
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Pengujian Sederhana:
• Bentuk seragam dan rusuk tajam dapat diamati dengan visual saat dalam tum-
pukan.
• Pembakaran yang matang diuji dengan:
• Bunyinya nyaring saat diketuk,
• Warna merah tua,
• dijatuhkan dari ketinggian setinggi orang berdiri, tidak pecah
• direndam selama 24 jam tidak hancur.
Gambar 13. Ilustrasi pengujian sederhana batu bata 3
3.7. Batako
Fungsi:
Digunakan untuk bahan tembok
Persyaratan:
• Tidak mudah patah (retak-retak) atau rapuh
• Bentuk seragam, sebaiknya dari satu produsen
• Rusuk-rusuknya tajam, bidang sisi harus datar dan saling siku, permukaan kasar.
• Lebih bagus bila sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan tebal = 10cm,
lebar 20cm dan panjang 40cm.
Pengujian sederhana
• Lingir-lingirnya ditekan dengan jempol tangan tidak rompal (hancur)
• Keseragaman bentuk, kerataan bidang dan ketajaman rusuknya dapat dilihat
secara visual
27
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
3.8. Kayu
Fungsi:
3 Digunakan sebagai bahan kusen, kuda-kuda , gording, usuk, reng, pintu dan jen-
dela, mebelair, dll.
Persyaratan:
• Ukuran sesuai rencana (toleransi penyusutan)
• Cukup keras
• Kering, kadar lengas ≤ 18%.
• Tidak lapuk
• Tidak banyak gubal (kayu muda)
• Mata kayu tdk berlebihan/tidak terlalu besar
Pengujian Sederhana:
• Keseuaian ukuran dapat diukur dengan meteran
• Kekerasan dapat diuji dengan menusuk menggunakan drei
• Kekeringan dapat diuji dengan moisture meter (alat pengukur kadar lengas/
kekeringan kayu),bila ada, atau membandingkan beratnya dengan jenis kayu
yang sama. Kayu yang kering lebih ringan.
• Kayu lapuk, gubal dan mata kayu dapat dilihat secara visual.
Gambar 15. Ilustrasi pengujian sederhana kayu
28
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Fungsi:
• Digunakan untuk penulangan pada beton bertulang.
• Digunakan sebagai besi angkur pada kusen.
Persyaratan:
• Besi tidak berkarat.
• Diameter besi yang digunakan harus tepat sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Bentuk bisa polos atau ulir/deform
Pengujian Sederhana:
• Tidak ada bagian yang mengelupas akibat karat
• Diameter pengenal (dp) baja polos diukur dengan jangka sorong, sedangkan
baja ulir/deform diukur dengan rumus: dp = 12,8 √g, dimana g adalah berat tu-
langan deform per m’ dalam kg.
3
3.10. Keramik
Fungsi:
Untuk pelapis lantai dan tembok km/wc/washtafel, meja lab.
Persyaratan:
• Kualitas baik
• Ukuran seragam dan sama antara satu dengan yang lain.
• Sudut-sudutnya siku atau saling tegak lurus antara sisi-sisinya
• Permukaan rata tidak cembung/melengkung
• Diupayakan dari produk dalam batch (edisi) yang sama.
Pengujian sederhana:
• Keseragaman ukuran diuji dengan memadukan satu sama lain saling berhada-
pan dan diputar 90 derajad, diamati apakah ukuranya persis sama.
• Warna diamati keseragamannya
• Kesikuan sudut diuji dengan menggunakan siku atau menjejerkan beberapa
keramik dan mengamati kesikuannya.
• Kerataan permukaan dapat dilakukan dengan meraba dan mengamati keramik
dalam posisi miring.
29
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Fungsi:
Untuk melindungi agar bagian bangunan dibawahnya terhindar dari hujan dan
panas matahari langsung.
3.11.1. Zincalume
Peryaratan:
• Merupakan bahan baku pelat baja tipis yang dilapis dengan paduan antara bah-
an Aluminium 55%, Zinc 43,5% dan Silicon 1,5%.
• Bentuk berupa corrugated sheet (lembaran bergelombang).
• Ukuran bahan bervariasi tergantung pabrik pembuatnya.
• Ketebalan bahan minimal 0,3 mm termasuk pelapis terluar, dengan permukaan
3 halus.
• Pemasangan disesuaikan dengan brosur yang diterbitkan oleh pabrik pembuat-
nya.
• Panjang lembaran minimal 2 x jarak gording + 20cm
• Pemasangan menggunakan skrup yang dilengkapi dengan seal karet.
Pengujian Sederhana:
• Ketebalan diukur menggunakan jangka sorong
• Panjang diukur dengan meteran
• Cacat atau rusak dapat dilihat secara visual
Gambar 16. Ilustrasi pengujian sederhana zincalume
Persyaratan:
• Berupa lembaran bergelombang motif menyerupai genteng
• Ukuran bahan bervariasi tergantung pabrik pembuatnya. Ketebalan bahan mini
mal 0,3 mm termasuk pelapis terluar, dengan permukaan cat warna halus. atau
30
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Pengujian sederhana:
• Ketebalan diukur menggunakan jangka sorong
• Cacat atau rusak dilihat secara visual
Gambar 17. Ilustrasi pengujian sederhana metal roof motif genteng
Persyaratan:
• Mempunyai ketebalan yang cukup sehingga tidak mudah pecah.
• Tidak retak dan mempunyai ukuran yang sama.
• Pembakaran cukup matang dengan warna merah tua dan berbunyi nyaring apa-
bila diketuk.
• Kuat menahan injakan kaki.
• Harus dipasang di atas kasau dan reng . Kasau kayu ukuran 5cm x 7cm dipasang
dengan jarak 40cm. Sedangkan reng ukuran 3cm x 4cm dengan jarak menye-
suaikan panjang genteng.
Pengujian Sederhana:
• Untuk menguji retak, kesamaan ukuran dapat dilakukan dengan visual
• Kematangan pembakaran ditunjukkan oleh warna merah tua dan bila dipukul
bunyinya nyaring.
• Kekuatan diuji dengan cara genteng ditaruh pada tempat yang datar kemudian
diinjak degan kaki. Genteng yang kuat tidak akan pecah bila diinjak.
31
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
3.12. Kaca
Fungsi:
Untuk kaca pintu dan jendela agar waktu siang hari ruangan jadi terang tanpa ha-
rus menyalakan lampu.
Persyaratan:
• Kaca adalah jenis kaca bening/polos dengan ketebalan minimum 5 mm
• Permukaan tidak bergelombang.
Pengujian sederhana:
• Ketebalan diukur dengan jangka sorong
• Kerataan permukaan bisa dilakukan secara visual
Fungsi:
• Membuat permukaan tembok menjadi halus
• Pori-porinya tertutup sehingga air tidak mudah terserap kedalam tembok.
• Mudah dibersihkan
• Warna menjadi indah sesuai dengan selera
Persyaratan:
• Halus dan tidak luntur apabila terkena air
• Untuk bagian luar dipergunakan jenis weathershield (tahan terhadap peruba-
han cuaca).
• Untuk tembok bagian dalam cukup menggunakan cat yang bukan weather
shield.
Pengujian sederhana:
Dengan menggosokkan kain lap ke permukaan tembok yang sudah dicat dan su-
dah kering. Bila cat luntur dan menempel ke kain lap berarti cat tersebut kualitas
nya jelek.
Fungsi:
• Untuk melindungi permukaan kayu dari pengaruh iklim terutama air agar tidak
mudah lapuk.
• Untuk melindungi kayu dari serangan hama, sehingga tidak rusak dimakan
serangga.
32
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Persyaratan:
• Setelah dicampur dengan thinner (minyak cat) menjadi halus dan merata apabi-
la dipergunakan.
• Cepat kering dan tidak luntur.
• Tidak mudah terkelupas apabila terkena perubahan cuaca.
Pengujian sederhana:
• Setelah dicampur dengan minyak cat dan diaduk jadi terasa lembut, tidak ada am-
pasnya.
• Setelah dioleskan ke permukaan kayu cepat kering dan setelah kering bila digosok
dengan kain tidak luntur.
Persyaratan:
• Mudah kering dan merata apabila dipergunakan.
• Warna tidak cepat pudar dan mengkilat.
Pengujian sederhana:
Setelah dioleskan ke permukaan kayu, bisa cepat kering dan setelah kering bila
digosok dengan kain tidak luntur.
Fungsi:
Untuk menutup permukaan kayu yang lobang agar permukaan jadi rata, sebelum
dicat atau dipolitur.
Persyaratan:
• Dapat melekat setelah dioleskan pada permukaan kayu yang telah dicat meni.
• Setelah kering tidak terurai/encer lagi bila kena terpentin, spirtus maupun air.
Pegujian sederhana:
Dioleskan pada permukaan kayu yang telah dimeni, diamati apakah setelah kering
dapat melekat dengan baik.
33
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Fungsi:
Untuk membuat permukaan tembok menjadi rata dan halus sekaligus menutup
pori-pori plester supaya saat tembok dicat tidak menyerap banyak cat dan tidak
boros.
Persyaratan:
• Dapat melekat dengan baik ke permukaan tembok.
• Setelah kering tidak luntur saat kena air.
Pengujian sederhana:
Dioleskan pada permukaan tembok dan setelah kering digosok dengan kain basah
dan tidak luntur.
3
3.18. Plamur kayu
Fungsi:
Meratakan, menghaluskan dan menutup pori kayu sebelum di cat.
Persyaratan:
• Dapat melekat dengan baik ke permukaan kayu
• Setelah kering tidak luntur/terurai lagi bila kena air
Pengujian sederhana:
Dioleskan pada permukaan kayu dan setelah kering tidak luntur bila digosok deng
an kain basah.
Fungsi:
• Umumnya digunakan sebagai bahan penyalur air dingin dan air limbah ringan
dan berat, terutama cairan kimia sebab bahan pipa ini sangat baik untuk bahan
cairan yang sifatnya menimbulkan reaksi tertentu dengan ada tidaknya peruba-
han suhu.
• Sebagai pelindung kabel listrik baik yang ditanam didinding tembok maupun di-
tanam di dalam tanah.
Persyaratan:
• Permukaan licin,
• Ringan dan lentur, mudah di instal/dipasang.
34
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Pengujian sederhana:
• Permukaan licin
• Lurus
• Lentur (untuk diameter yang kecil).
• Bila diinjak tidak pecah.
Fungsi:
Untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik terdiri dari isolator dan kon-
duktor. Isolator berfungsi untuk membatasi atau penyekat arus listrik yang mele-
wati penghantar/ konduktor. Konduktor berfungsi sebagai penghantar arus listrik,
penghantar dalam kabel listrik menggunakan bahan dari tembaga (cu) dan alu-
minium (al).
Persyaratan:
• Harus memenuhi persyaratan umum instalasi listrik tahun 2000 (PUIL thn 2000)
atau standart yang berlaku.
• Untuk kabel penghantar pembumian/pentanahan/arde warna loreng hijau.
• Untuk kabel penghantar netral warna biru.
• Untuk kabel daya dan penerangan digunakan ukuran 3 x 2,5 mm.
• Untuk instalasi dalam ruangan digunakan kabel jenis NYM yaitu kabel berinti
lebih dari satu, dalam satu kabel ada beberapa penampang kawat didalamnya
35
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
dan masing masing kawat berisolasi. Jadi kabel NYM ini secara umum memiliki
3 lapisan isolator. (isolasi konduktor, innersheath, outersheath). Biasanya kabel
NYM warna isolasi layer luar berwarna putih.
• Untuk instalasi antar bangunan digunakan kabel jenis NYY dengan ukuran 3
x 4 mm, yang membedakan dengan kabel jenis NYM adalah kabel jenis NYY
selubung luar berwarna hitam
Pengujian sederhana:
• Secara visual kabel isolasi tidak boleh terkelupas
• Ada tulisan jenis kabel SPLN dan ukuran kabel di lapisan isolasinya.
36
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
37
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
4
Pengenalan
Komponen
Bangunan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Secara umum bangunan gedung tersusun oleh tiga komponen besar bangunan:
4.1. Struktur Bawah/Kaki (Pondasi)
4.2. Struktur Tengah/Badan (Sloof, Kolom, Balok lintel, Ring balok, Konsol, Balok sopi
sopi/gevel)
4.3. Struktur Atas/Kepala (Rangka Kuda-Kuda, Penutup Atap, Plafond)
4.3.
4.2.
4.1.
Hal hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan bangunan yang Aman, Nyaman
dan Tahan Gempa:
• Semua komponen bangunan harus saling mengikat menjadi satu kesatuan
• Kualitas bahan bangunan harus baik
• Kualitas pelaksanaan harus baik
39
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Kata kunci:
“ Gempa tidak mengakibatkan orang mening-
gal, tetapi bangunan yang runtuh mengakibat-
kan korban jiwa, oleh sebab itu marilah kita wu-
judkan sarana dan prasarana belajar yang aman
dan nyaman untuk memfasilitasi anak-anak kita
dengan membangunan gedung sekolah yang
bagus, kokoh dan menyenangkan “.
4 Merupakan bagian terbawah dari suatu struktur bangunan dan berfungsi menyalurkan
beban dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung. Penentuan jenis pondasi
tergantung dari daya dukung tanah disekitar bangunan tersebut dan jenis beban bang
unan tersebut. Pembahasan pada buku ini digunakan jenis pondasi dangkal dengan
penggunaan material batu kali (pondasi batu kali).
1. Pasir urug
4 2. Anstamping (pas batu
kosong)
3. Pasangan batu kali 1:4
3 4. Urugan tanah sekitar pondasi
5. Besi angkur
2
1
40
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Sopi - sopi
Ring Balok 12 / 15 cm
15 / 20 cm
Konsol
Balok lintel 15 / 20 cm
12 / 20 cm
4
Balok pengikat
Kolom utama kolom selasar
20 / 25 cm 15 / 20 cm
Kolom praktis Sloof selasar
12 / 15 cm 15 / 20 cm
Sloof utama Kolom selasar
20 / 25 cm 15 / 15 cm
41
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Tulangan 6 Ø 12 mm Tulangan 6 Ø 12 mm
Begel Ø 8 – 15 cm Begel Ø 8 – 15 cm
4
KOLOM SELASAR (15/15 cm)
Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm
Tulangan 4 Ø 10 mm Tulangan 6 Ø 12 mm
Begel Ø 6 – 15 cm Begel Ø 8 – 15 cm
42
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Tulangan 4 Ø 10 mm Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm Begel Ø 6 – 15 cm
Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm
Tulangan 4 Ø 10 mm Tulangan 4 Ø 10 mm
Begel Ø 8 – 15 cm Begel Ø 8 – 15 cm
43
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Catatan:
• Ukuran yang tercantum adalah ukuran
betonnya tidak termasuk plester/finishing
• Selimut beton 2,5 cm dari besi
• Besi begel Ø8 jarak antar begel 15 cm,
kecuali pada kolom praktis dan sopi-sopi
besi begel menggunakan Ø6 – 15 cm
• Sambungan besi tulangan harus ada overlap sepanjang 40D (40 x diameter besi),
atau seperti yang disyaratkan dalam gambar kerja.
Kait Penuh
bila sambungan besi > 4d > 4d
memanjang, perlu overlap
> 2,5d d > 5dp d
44
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Berikut merupakan ilustrasi jenis-jenis sambungan antar elemen beton bertulang deng
an overlap 40 D
Pada bangunan ini, terdapat ± 9 jenis sambungan antar elemen. Sambungan tersebut
seperti dijelaskan dalam gambar-gambar berikut;
8
9
4
4
7
3
1 2
6
1 2
40D 40D
Sambungan Sloof pada Bagian Sudut Sambungan Sloof pada Bagian Tengah
45
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
3 4
D
40
2
2
D
40 3
40D
1 1
Sambungan kolom utama pada sudut, Sambungan Kolom utama dengan balok
dengan konsol dan sopi-sopi ring dengan konsol
4
5 6
40
40 D
D
2 3
D
40
3
1 4
40D 40D
40D 40D
Sambungan kolom praktis dengan sloof Sambungan kolom praktis dengan
balok ring
46
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
7
5
15 cm
8 9
40D
40D
D 40D
40
8
7
40D 40D
6 7
Keterangan
1. Kolom Utama 5. Balok Lintel 4 Ø 10 mm
2. Ring Balok 6. Sopi-sopi 4 Ø 10 mm
3. Besi Konsol 7. Sengkang Ø 6 mm jarak < 15 cm
4. Kolom Selasar 8. Tulangan min Ø 10 mm
47
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Untuk membuat campuran beton yang setara dengan beton mutu K-175 atau perban
dingan volume campuran 1pc (semen) : 2 pasir : 3 kerikil, dalam proses pencampuran
4 material tersebut dapat dilakukan dengan dua cara/teknik.
A. Teknik Manual
Untuk mencampur bahan dengan cara manual, harus diperhatikan saat mencampur
bahan HARUS dilakukan di box/tempat khusus (dolak) dengan ukuran ± 90cm x 180cm,
tinggi ± 20cm. Maksudnya agar campuran tidak tercampur dengan tanah/material lain
dan air semen tidak meresap ke tanah.
48
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
49
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
B. Teknik Masinal
4
Bila dalam membuat campuran menggunakan Mesin Molen, maka;
• Letakkan molen di tempat yang stabil
• Masukkan air sedikit dalam molen yang sudah dalam keadaan berputar, sampai per-
mukaan bagian dalam molen terbasahi
• Masukkan pasir dan semen (PC) ke dalam molen
• Setelah kedua bahan tercampur homogen, tuangkan kerikil/split ke dalam molen
dan tunggu sampai semua bahan tersebut tercampur homogen.
• Kontrol kekentalan campuran, bila kurang encer bisa ditambahkan air secukupnya.
• Setelah campuran homogen, tuangkan ke dalam bak penampung, dan siap diangkut
ke tempat pengecoran
50
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Merupakan komponen struktur yang berada di atas Ring Balok dalam suatu bangunan
dinamakan konstruksi rangka atap. Konstruksi rangka atap berfungsi sebagai penahan
beban penutup atap dan pembentuk atap dari bangunan tersebut, yang melindungi
penghuni bangunan dari panas matahari, angin serta air hujan. Dalam buku ini digu-
nakan model rangka atap (kuda-kuda) menggunakan material kayu dengan penutup
atap terbuat dari plat zincalum.
51
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
5
Persiapan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
5. Persiapan 5
5.1.1. Inventarisasi
Inventarisasi yang dimaksud disini adalah sebagai berikut: (a) Mencermati gambar ker-
ja, dan bila ada bagian yang belum operasional dibuat gambar pelaksaan (shop draw-
ing), (b) Mencermati waktu pelaksanaan, kapan pekerjaan dimulai dan kapan harus
berakhir. (c) Menginventarisasi keberadaan bahan yang dibutuhkan di sekitar lokasi,
baik di masyarakat, produsen, maupun di toko bahan bangunan. (d) Menginventarisasi
kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dan membuat perencanaan rekruitmen tena-
ga kerja di sekitar lokasi.
53
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
54
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Ruang lingkup pekerjaannya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni: (a)
Pekerjaan Arsitektur, (b) Pekerjaan Sipil, dan (c) Pekerjaan Mekanikal dan Elektri-
kal (ME). Dalam pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya adalah merealisasikan ketiga
kelompok (Arsitektur, Sipil, ME) di atas, dengan mematuhi dan mengacu pada Peratur-
an dan Syarat syarat yang sudah ditentukan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan juga selalu memperhatikan: Keindahan / Estetika, Fung-
si, Lingkungan, Kekuatan/keamanan, Keawetan, dan Kesehatan
Agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, maka perlu diatur: Pemakaian bahan,
Alat kerja, Tenaga kerja, Sistem kerja, Waktu yang tersedia, dan Biaya yang tersedia.
Hal-hal yang perlu diantisipasi antara lain: Bahaya alam, Kebakaran, Kerusuhan, Pence-
maran lingkungan.
5
Dalam melaksanaan pekerjaan juga harus tetap menjaga dan memperhatikan adat is-
tiadat, dan lingkungan.
55
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Jika pekerjaan dilaksanakan dengan tenaga harian, harus cermat menentukan jum-
lah dan jenis tukang, serta penyediaan bahan yang diperlukan. Keterlambatan datang
nya bahan akan membuat tukang banyak nganggur dan menjadi tidak efisien (boros).
Jumlah tukang juga harus disesuaikan dengan progress yang diinginkan pada minggu
tersebut. ian, gabungan
56
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Keselamatan kerja, dilakukan dengan disiplin kerja dan diadakan pencegahan terha-
dap kecelakaan kerja dengan memasang rambu-rambu peringatan, penggunaan pa-
kaian kerja dan alat pelindung, pengaturan penempatan alat dan bahan yang aman
terhadap keselamatan da kesehatan kerja.
• Keselamatan orang (tenaga kerja), peralatan keselamatan kerja seperti sepatu, topi,
belt dan peralatan khusus untuk jenis pekerjaan tertentu, wajib disediakan dilokasi
5
kerja.
• Keselamatan bahan dan bangunan, untuk bahan tertentu dan jenis pekerjaan ter-
tentu yang perlu perlindungan harus dilakukan perlindungan.
• Keselamatan peralatan dan penunjang kerja.
• Asuransi kecelakaan kerja. Tenaga kerja wajib diasuransikan sesuai peraturan perun-
dangan tentang ketenaga-kerjaan.
57
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
6
Pelaksanaan
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6. Pelaksanaan 6
59
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Panjang Bangunan
A B
4 4
6
Lebar Bangunan
3 5 5 3
C D
60
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A B
C D
±2m
Papan Bouwplank
±1m
Papan Bouwplank
3. Pasang bouwplank
• Pasang patok bouwplank dengan posisi seperti pada gambar untuk memindah-
kan garis A-C
• Pasang papan bouwplank pada patok tersebut dengan sisi atas benar-benar hori
zontal posisi ±0.00
• Tarik benang pada posisi A-C dan diteruskan sampai bouwplank keduanya.
• Beri tanda titik pada bouwplank sebagai titik as pondasi A-C
61
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Lanjutkan pasang bouwplank yang lain dengan posisi tegak lurus terhadap as
pondasinya
• Patok sementara bisa dicabut apabila semua bouwplank telah terpasang
Garis As Pondasi
A. As pondasi
B. Garis tepi galian
B
A
62
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
C A
63
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
B
D
A
2
6
C. Unting-unting
D. Skoor kayu 4x6 cm untuk pe C
nyangga berdirinya bouwplank
2. Bersihkan galian
B
5
A. Sisa tanah galian 4
B. Pas batu kali tidak segaris
3
64
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6
7
6. Pasang angkur
7. Permukaan atas pondasi dirapihkan
8. Urug tanah sekitar pondasi
Catatan:
Untuk kondisi lahan yang khusus, butuh pondasi dengan jenis lain
seperti pondasi cerucuk, pondasi sumuran, pondasi pancang, pon-
dasi telapak, dll.
65
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A C
B
A. Pondasi
B. Angkur Ø 10 mm
C. Tulangan kolom utama
6 20 x 25 cm
A
1. Pasangkan tulangan balok sloof tepat di atas pondasi
66
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A
A
6
A. Beton tahu
A. Papan bekisting
2 x 25 cm
67
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
68
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
7. Bongkar bekisting
69
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
25 cm
20 cm
A: • Lubang untuk membersihkan ba-
B gian dalam bekisting sebelum di-
cor, deng an cara menyiram air dari
atas.
• Penyiraman juga berfungsi untuk
membasahi bekisting, agar saat
6 pengecoran tidak menyerap air.
• Lubang ditutup dengan papan
menjelang dilakukan pengecoran.
B. Tampak atas bekisting
D
1. Bekisting kolom ditunjang secukup
nya di empat sisi agar tetap tegak
A
lurus selama dicor, dalam memasuk-
kan campuran, kerjakan setengah
tinggi kolom bawah dulu E
A. Angkur � 10 mm panjang 40 cm
tiap 6 lapis bata
B F
B. Kayu kaso 4/6 sebagai pengikat C
bekis ting
C. Kayu kaso 4/6 sebagai penunjang
bekis ting
D. Overlap 40D ke ring balok
E. Tulangan kolom 6 � 12 mm
F. Tinggi pengecoran maksimum 2 m
70
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
71
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Catatan:
Ingat!! Pengecoran Dilakukan
sekaligus (pada waktu yang sama)
dan tidak bertahap
A. Kolom prak-
tis 12 x 15 cm
4 � 10 mm
B. Balok sloof
A maksimum
1m
72
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6
4. tuangkan adu-kan beton sambil
3. pasang papan bekisting
dilakukan pemadatan
73
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6
Catatan:
7. bongkar papan bekisting setelah bet-
Pengecoran kolom praktis sampai sisi
on berumur minimal 21 hari
bawah balok ring
Catatan:
Perlu diperhatikan dalam pengecoran:
1. Tidak lupa memasang beton decking/batu tahu
2. Tidak membuka bekisting saat beton masih basah,
tunggu ± 3 minggu.
3. Selesai dicor beton harus dirawat agar tetap lembab,
dengan disiram air secara periodik
74
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A. Balok lintel 12 x 20 cm
tulangan 4 � 10 mm
A B
B. Kolom Utama
B
A
A. Kayu reng
B. Kawat bindrat
dipilin sebagai
pengikat
2. Pasang Bekisting
75
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
3. Bersihkan bekisting
76
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
77
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A. Balok ring 15 x 20 cm
Tulangan 4 Ø 10 mm
B. Kolom Utama B
C. Balok Lintel A
C
A B
A. Kayu reng
B. Kawat bindrat
dipilin sebagai
pengikat
2. Pasang bekisting
78
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
79
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
80
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A. Garis pertolongan
81
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A. Garis pertolongan
D. Pasangkan beton tahu pada rangka besi dan bekisting pada balok
konsol
82
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
83
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
84
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
85
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6
Permukaan kolom beton yang akan
Cek keberadaan angkur tembok pada bertemu dengan tembok harus di-
kolom beton yang akan bertemu deng kasarkan dan dibasahi dengan air se-
an tembok men kental saat pasangan bata akan
dikerjakan.
86
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A B pass/selang plastik
• Tarik benang dari perpil kiri
sampai perpil kanan un-
tuk pedoman pemasangan
bata/batakonya.
6
A. Pasangan batu bata
B. Dinding rata dalam
C. Pasangan batako
A INGAT:
• Naat vertikal antar lapis
tidak boleh ada yang
lurus (bareh), minimal
ada selisih ¼ panjang
bata.
• Hentikan pemasangan
jika tinggi pasangan
B pada hari itu sudah
mencapai 1m.
87
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6.9.4. Plesteran
88
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Tampak
samping
6
3. Buat kepala berpedoman pada benang yang menghubungkan antar
paku tadi
4. Buatlah kepala lainnya dengan jarak antar kepala 60cm – 80m baik
arah vertical maupun arah horizontal
5. Isi antar kepala plesteran dengan spesi sesuai ketebalan yang sudah
ditentukan sehingga terbentuk jalur plesteran
6. Buat jalur plesteran dengan mengisi plester antar kepala arah vertical
dengan tegak dan rata
89
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6
7. Isi dengan spesi diantara dua jalur plesteran dari bagian bawah hingga
penuh dan ratakan dengan pelurus plesteran (dorby = blebes)
8. Gosok dengan tekanan ringan menggunakan roskam sampai plesteran
rata.
9. Ulangi pekerjaan tersebut sampai seluruh permukaan tembok terp-
lester dengan rata.
10. Setelah tembok agak mengeras kemudian diaci dengan pasta semen
hingga halus
6.9.5. Acian
90
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Oleskan pasta semen ke permukaan tembok dengan menggunakan kuas seluas jang-
kauan tangan (± 70 – 90 cm)
• Gosoklah menggunakan roskam kayu dengan arah memutar sampai rata, bisa sambil
ditambah pasta semennya jika dirasa kurang.
• Diamkan sekitar sepuluh menit kemudian dihaluskan. Cara menghaluskan bisa
menggunakan roskam baja, atau kayu persegi empat yang dibungkus kertas. Selama
menunggu bisa mengerjakan bagian sampingnya.
• Terus lakukan langkah seperti tersebut di atas sampai seluruh permukaan selesai
diaci.
91
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Pasangan keramik untuk bak kamar mandi, sebelum dipasang keramik harus dipasti-
kan bahwa bak tersebut sudah kedap air (tidak rembes). Dites bak tersebut dengan
mengisi air dan ditunggu 24 jam, airnya tidak berkurang.
92
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
3
5
3. Buat jalur kepala keramik dengan lurus, rata, dan vertikal cek dengan
waterpass
4. Pasang keramik dengan pasta semen sebagai perekat keramik
5. Mulailah pemasangan keramik dari lapis paling bawah disusul lapis di-
atasnya
6. Jika ada permukaan keramik yang kotor kena semen segera dilap den-
gan kain lap sebelum semen tersebut mengering
7. Lanjutkan pemasangan sampai seluruh permukaan terpasang
8. Isi naat antar keramik dengan semen yang warnanya sama atau
mendekati warna keramiknya
93
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
2
1. Kuping-kuping
4. Sponeng
3 2. Angkur
4
5 3. Sponeng kapur 5. Beton locis
94
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
1. Siapkan kusen yang sudah dilengkapi dengan sponing pintu, sponing kapur, ang
kur, kuping-kuping, dan sudah dimeni. Pasang klam penahan agar saat diangkat
dan dipasang tidak berubah bentuk dan sudut-sudutnya tetap siku.
6
A
B
C
D
2. Pasang pada posisinya bersamaan dengan pasangan tembok, dan pastikan bah-
wa berdirinya kusen betul-betul vertikal. Check dengan unting-unting.
A. Kosen sebelum dipasang harus di MENI dulu, minimal pada bagian yang akan
tertutup tembok.
B. Klos kayu untuk menahan kayu agar tetap siku, jarak kosen tetap sejajar dan
tidak berubah
C. Unting-unting
D. Skor penunjang agar posisi kosen tetap tegak lurus
95
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6
3. Jika pasangan tembok sudah selesai diplester, lantai dipasang, maka daun pintu
dan jendela bisa dipasang.
A. Engsel kupu-kupu
B. Lever handle
4. Setiap daun pintu dipasang dengan tiga engsel kupu-kupu 4 yang berkualitas
baik.
5. Daun pintu dilengkapi dengan satu slot tanam 2 slag (lever handle) pada posisi
90 cm dari lantai
96
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Grendel pintu
6. Untuk pintu dengan dua daun (pintu dobel) dilengkapi dengan grendel pe 6
ngaman dengan ukuran yang besar diletakkan di bagian atas
Engsel Kupu-kupu
Kait angin
Grendel
pengaman
Pegangan tangan
7. Daun jendela dipasang dengan dua engsel kupu-kupu, kait angin, pegangan ta
ngan (handle) dan grendel pengaman
8. Pasang kaca jendela pada raamnya dan dikunci dengan plepet/lis kaca
9. Pastikan bahwa semua pintu dan jendela beserta aksesorisnya dapat berfungsi
dengan baik
97
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
2 D
A
B E
C
F
1 3 4
G
A. Tiang kuda-kuda 8/12
B. Balok gapit 2x (5/10)
C. Balok skoor 8/12
D. Ikatan angin 8/12
E. Klos kayu 8/12 - 150x120
F. Kaki kuda-kuda 8/12
G. Balok tarik 8/12
98
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Detil 1
A
B A. Beugel U 4,40 mm
B. Balok alas ditakik agar
kedudukan besi beugel ko-
koh
6
D Detil 2
A B C A. Atap zincalum
B. Baut � 10 mm
C. Plat baja 4,40 mm
D. Nok zincalum
99
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Detil 3
6
A
Detil 4
A
100
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Angkur
101
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
B C
INGAT:
Sebelum kuda-kuda dinaikkan ke atas, semua aksesoris kuda-kuda (baut &
plat begel, dll.) harus sudah terpasang dengan benar.
102
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Gording
Benang
Lembaran
zincalum
103
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Seal/karet
Baut
104
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Tumpang tindih/
overlap
5. Tiap sambungan minimal tumpang tindih atau overlap antara satu lem-
baran dengan lembaran lainnya mengikuti spesifikasi pabrik. Alur harus
dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan akan
rapih.
105
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6 3c
m
3 cm
106
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
B 6
107
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
D E F G -0.02 ±0.00 D E F G
B
A. Kolom
B. Sloof
C. Pondasi batu kali
D. Urugan tanah
dipadatkan C
E. Pasir urug
F. Lantai kerja
G. Keramik
1. Tentukan tinggi duga lantai (± 0.00) sesuai dengan rencana seperti yang
ditentukan dalam bouwplank.
108
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
B
6
2. Tanah dasar lantai diratakan dan dipadatkan, kemudian pasir urug sete-
bal ± 5cm dihamparkan merata dan dipadatkan dengan cara disiram air.
3. Dilanjutkan dengan pasangan lantai kerja setebal 5cm (campuran 1PC:
3 Pasir: 5 Kerikil)
A. Keramik pertama
B. Kepalaan keramik
C. Garis dasar
D. Lobang pintu
A
B C
109
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
C
A
D
A. Garis bantu
B. Kepalaan keramik
A B
110
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
A B
PERHATIKAN!
• Sebelum dipasang, keramik harus direndam
minimal 2 jam dan ditiriskan.
• Oleskan pasta semen sampai betul-betul
melekat pada seluruh permukaan bawah kera-
mik, sebelum ditempelkan pada spesinya.
• Jika ada sisa-sisa semen yang melekat di permu-
kaan keramik, harus segera dibersihkan dengan
kain lap atau kain pel.
111
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Plamur
• Tembok bagian dalam yang tidak sering basah bisa menggunakan plamur kemasan.
Sedangkan tembok bagian luar, terdapat 2 alternatif;
• ALTERNATIF 1: tanpa diplamur, langsung di cat, resikonya agak boros penggunaan
catnya.
• ALTERNATIF 2: menggunakan plamur dari semen putih dicampur dengan lem putih
(dengan campuran 1 Lem : 3 Semen Putih) dicampur air secukupnya sampai berben-
tuk pasta.
• Plamur dalam bentuk seperti pasta oleskan dengan menggunakan cap khusus untuk
plamur
112
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Jika ada tembok yang retak, usahakan plamur bisa mengisi retakan tersebut.
Pengamplasan
• Permukaan tembok yang sudah di ACI diamplas hingga halus
• Gunakan amplas ukuran sedang (tidak terlalu kasar tetapi juga tidak terlalu halus.
Pengecatan
• Untuk tembok bagian luar/yang sering ba- 6
sah gunakan cat Weather shield
• Pengecatan dimulai dari sisi tembok bagian
atas. Gunakan kuas ukuran sekitar 3”/roll
• Pengecatan dilakukan tiga lapis.
• Khusus tembok bagian bawah, jika tidak
menggunakan keramik plint, gunakan cat
dengan pencair minyak seperti yang biasa
digunakan untuk mengecat kayu.
Lapisan Meni
• Gunakan meni kayu dengan bahan pengencer minyak cat
• Lapiskan meni hingga merata dengan menggunakan kuas.
Dempul
Bagian yang berlubang, cekung, atau retak ditutup dengan dempul kayu sampai rata.
Dempul ini harus dilakukan setelah ada lapisan meni, karena dempul tidak mengan
dung lem. Sementara yang mengandung lem adalah meni.
Plamur
• Fungsi plamur adalah untuk menutup pori-pori kayu.
• Plamur dalam bentuk pasta dioleskan dan sedikit ditekan dengan menggunakan Cap,
hingga merata.
• Pastikan bahwa semua permukaan kayu yang akan dicat telah terolesi dengan pla-
113
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Mengamplas
• Gunakan amplas yang halus
• Lakukan pengamplasan ulang agar permukaan kayu yang kasar akibat plamur men-
jadi halus
Pelitur Kayu
• Kayu diamplas terlebih dahulu dengan amplas agak kasar hingga bersih dari serpihan
serat dan kotoran
• Jika ada lobang, cekung, atau retak diisi dengan dempul.
• Dempul terbuat dari serbuk oker dicampur dengan sedikit spiritus sehingga berben-
tuk kenthal (lebih keras dari pasta).
• Seluruh permukaan kayu diolesi dengan oker agak cair hingga merata menggunakan
kuas.
• Setelah oker kering kemudian diamplas hingga okernya hilang dan pori kayu tertu
tup.
• Fungsi oker adalah untuk menutup pori kayu
• Oleskan pelitur dasar yang agak kental dengan kuas hingga merata (campuran sirlak
dengan spirtus)
• Gosok dengan amplas halus sampai serat-serat (tekstur) kayunya terlihat.
114
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Jika hasilnya belum baik bisa diulang sekali lagi dengan cara yang sama, sampai
memperoleh hasil yang sempurna.
• Oleskan pelitur finishing yang lebih encer menggunakan kain halus. Oleskan dengan
arah memutar. Lapis kedua ini bisa diulang beberapa kali sampai mendapatkan hasil
yang sempurna.
• Lapis terakhir menggunakan bahan yang sama (pelitur encer), tetapi arah olesannya
searah dengan serat kayu.
Pengecatan Besi
• Besi yang akan dicat diamplas hingga bersih dari karat dan kotoran lain
• Pada sambungan atau bekas las didempul menggunakan dempul besi dan setelah
kering diamplas sampai halus.
• Dimeni dengan meni besi hingga merata seluruh permukaan
• Dicat dengan cat besi hingga merata seluruh permukaannya.
• Jika hasilnya kurang baik, langkah terakhir ini bisa diulang-ulang sampai benar2 rata
dan halus.
6
Catatan:
Hasil pengecatan yang baik adalah : war-
nanya merata, tidak mudah terkelupas jika
kena gores, permukaannya rata dan halus
115
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
1
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
PANEL
UTAMA
Gambar 33. Ilustrasi sistem jaringan listrik komplek gedung SMP
4.07 kVA
1,94 kVA
1,01 kVA
1,01 kVA
1,16 kVA
0,74 kVA
MCB 3P MCB 3P MCB 3P MCB 3P MCB 3P MCB 3P
16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA 16A 8kA
116
6
MCB-BOX B1 MCB Fungsi Ukuran Beban
220 V, 1 Ph, 50 Hz No. Kabel mm 2xtTL’D 40 w Pijar 25 w Stk 100 w, 10 A
B1.4 480 6
L2 Lampu 285 2 5
Spare
Total : 4.069 VA 26 10 7
Total : 4,07 kVA
118
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
2 x TL-D 40 W
Saklar lampu
dan
stop kontak 6
HARAP DIPERHATIKAN
20cm Dalam memasang saklar, jarak antara pin-
tu dan saklar ± 20 cm, ketinggian saklar
dari lantai = 100 cm
100cm
UNTUK KERAPIHAN
Pada saat mengecat, untuk menutup
saklar agar tidak terkena cat, atau segera
dilap saat terkena cat.
PERHATIAN!
• Outlet stop kontak dan saklar yang berdekatan,
kabelnya harus berdiri sendiri-sendiri (tidak perlu
digabung)
• Untuk mendapatkan aliran listrikdari PLN, pelaksa-
naan pekerjaan instalasi listrik pada pembangunan
sekolah harus kerja sama dengan BTL (Biro Teknik
Listrik) yang sudah direkomendasi PLN
119
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
6 4
¾”
PIPA SUPPLY PVC � 1”
C�
PV
AN
FC
1 2 3
M
TA
A
PIP
A. Mesin pompa air 1. Ruang Kantor
B. Tangki fiber glass cap 2 X 500 lt 2. Ruang KM/WC Siswa
C. Pipa Pengisi PVC � 1¼” 3. Ruang Mushalla
D. Pipa Pelimpah PVC � 1“ 4. Rumah Dinas Kepala Sekolah
E. Pipa Penguras PVC � 1¼” 5. Mess Guru
F. Pipa Distribusi PVC � 1¼” 6. Ruang Jaga
G. Stop Kran 7. Ruang Laboratorium
120
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
• Pompa air harus mampu mengangkat air dari sumber air sampai bak penampung,
dan dibuatkan rumah pompa sebagai pengaman.
• Pipa air menggunakan jenis pipa PVC kelas AW, atau pipa galvanis kelas A. Fitting
(alat sambung) harus sesuai dan sekualitas dengan pipanya.
• Pemasangan pipa harus dibuat seaman mungkin, ditempatkan pada tempat yang
terlindung terhadap benturan, diklen pada benda yang kokoh, atau ditanam dalam
tembok/tanah.
• Wastafel
• Bak mandi dibuat dari pasangan batu bata dengan adukan trasraam dan dilapis kera-
mik, atau menggunakan bak fiber (fibre glass).
• Alat-alat sanitair lainnya harus yang berkualitas baik dan dipasang mengikuti buku
panduan dari produsennya.
Perhatikan:
• Tinggi menara harus dapat menjamin kelancaran
distribusi air dengan cara grafitasi.
6
• Keramik dinding bak mandi atau penampung lain-
nya, boleh dipasang bila tembok telah diplester
dan telah diuji sudah tidak bocor lagi.
• Jangan mengandalkan lapisan keramik pada bak
penampung air sebagai lapisan kedap air.
121
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Langkah Pekerjaan:
1. Persiapan jaringan instalasi air bersih sesuai yg direncanakan (gambar isometrik)
Langkah Pekerjaan:
2. Saat pasang dinding lubang pipa harus sudah disiapkan
A
C
B
6 A
C
B D
Tembok perlu dibobok supaya A. Pipa A. Dinding
setelah diplester pipa tidak B. Balok Sloof B. Pipa
kelihatan/rapih C. Dinding C. Balok Sloof
D. Pasangan Pondasi
Langkah Pekerjaan:
3. Pipa instalasi air bersih pada tembok harus dipasang terlebih dulu dan diuji ke-
bocorannya dengan pompa (test pump) dengan tekanan minimal 1 kg/cm² se-
belum di plester
122
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Langkah Pekerjaan:
4. Pipa yang belum selesai disambung harus ditutup agar kotoran tidak masuk
A. Penutup Sementara 6
Langkah Pekerjaan:
5. Uji fungsi alat sanitasi
Langkah Pekerjaan:
6. Tes commisioning.
Tangki air di atas diisi penuh, stop kran utama dibuka dan semua kran KM/WC,
bak cuci, wastafel, dll. semua ditutup.
Tunggu sampai 24 jam, kemudian dilihat pada tangki penampung apakah meng
alami peurunan.
Jika airnya berkurang berarti ada kebocoran, periksa kembali dan cari sambung
an pipa yang mengalami kebocoran.
123
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
ISOMETRIK PEMIPAAN
AIR BEKAS DAN AIR KOTOR BANGUNAN
ed
t
tle
ain
os
Ou
l
Cl
AIR HUJAN
fe
Dr
r
ta
er
oi
n
or
as
in
ea
at
k
Flo
Sin
Ur
W
Cl
SALURAN
KELILING BANGUNAN
PIPA AIR BEKAS PVC Ø 4" SLOPE 1%
PVC Ø 4"
6
SUMUR
RESAPAN SEPTICTANK
DRAINASE
LINGKUNGAN
PIPA AIR KOTOR PVC Ø 4" SLOPE 2%
124
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Khusus untuk toilet penyandang disabilitas harus menggunakan jamban duduk beri-
kut tangki pembilas dan selang semprot (Jet Washer) untuk membasuh serta dileng-
kapi pipa besi tahan karat untuk pegangan yang menempel didinding (grab bar).
• Skema/gambar jalur instalasi pipa (as built drawing) harus tersimpan dengan rapi,
sehingga mudah pada saat perbaikan.
• Letak sumur resapan berjarak minimal 15 m dari sumur gali/sumber air.
6
• Pada jaringan air kotor dan air bekas hindari
terlalu banyak belokan, ambil lintasan yang
selurus dan sependek mungkin.
• Pada saat pemasangan pipa pastikan bahwa
sambungan pipa tidak bocor.
• Instalasi pipa yang belum selesai disambung, terutama yang berada di dalam tanah
harus ditutup / dilindungi agar kotoran tidak masuk / menyumbat.
• Pipa saluran air kotor dan air bekas harus dipasang miring antara 1%-4% menurun
mengikuti aliran air yang dikehendaki (pedoman plumbing indonesia, 1979).
• Limbah padat dari jamban dan urinoir masuk ke septicktank, sedangkan limbah cair
dari kamar mandi, washtafel langsung masuk ke peresapan.
• Pipa yang letaknya di bawah lantai harus sudah dipasang dan diuji kebocorannya
sebelum dilakukan pengurugan bawah lantai.
• Pemasangan jamban duduk dipasang setelah pekerjaan keramik dinding dan lantai
selesai
• Jika semua instalasi selesai terpasang lakukan uji coba bahwa semua pipa saluran air
kotor dan air bekas dapat berfungsi dengan baik.
Langkah Pekerjaan:
1. Mendata jaringan air kotor dan air bekas sesuai dengan yang direncanakan
(gambar isometrik)
125
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Langkah Pekerjaan:
2. Lobang air kotor dan air bekas yang menembus pondasi harus sudah diper-
siapkan saat pasang pondasi
A
C
6 B
A. Dibuat Penutup D
B. Pasangan Pondasi
C. Lobang dibuat saat pasang pondasi
D. Pipa air kotor dan air bekas yang akan
dipasang menyusul
Langkah Pekerjaan:
3. Pipa yang belum selesai disambung harus ditutup sementara agar tidak kema-
sukan kotoran
126
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Langkah Pekerjaan:
4. Pipa air kotor dan air bekas harus dipasang miring antara 1%-4% (pedoman
plumbing indonesia)
Langkah Pekerjaan:
5. Limbah padat dari Jamban dan urinoir harus masuk ke septictank, sedangkan
limbah cair dari kamar mandi, floor drain dan washtafel langsung masuk ke pe-
resapan
Gambar 44. Gambar sketsa
Bak
Kontrol
Septic
Tank
Sumur
Resapan
127
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Langkah Pekerjaan:
6. Pipa yang letaknya di bawah lantai harus sudah dipasang dan diuji kebocorannya
sebelum dilakukan pengurugan bawah lantai
Langkah Pekerjaan:
7. Pemasangan jamban duduk dipasang setelah pekerjaan keramik dinding dan
lantai selesai
Langkah Pekerjaan:
8. Jika semua instalasi selesai terpasang lakukan uji coba bahwa semua pipa salu-
ran air pembuangan (kotor dan bekas) dapat berfungsi dengan baik.
128
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
1
4
2
6
3
1. Dinding lapis keramik
2. Urinoir 5 buah
3. Pintu WC difable, lebar bukaan 90 cm
4. Wastafel untuk WC putri 2 buah
3
2
1. Bak mandi
2. WC jongkok
3. Floor drain
129
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
130
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
131
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Saluran Lingkungan
• Saluran air sekeliling bangunan dapat dibuat setelah bangunan mendekati sele-
sai atau bersamaan dengan pekerjaan finishing.
• Tanah tempat akan dibangun saluran harus dipadatkan terlebih dahulu.
• Gali tanah sedalam ukuran saluran.
• Urug pasir setebal 5cm. 25
• Pasang pondasi saluran sesuai gambar rencana. 15
• Pasang batu bata sesuai dengan ukuran mengacu pada gambar.
• Plester dengan spesi kedap air dan difinish dengan acian.
±0.00 ±0.00
20
5 12 5 8
15
-0.15
10
6
-0.20
-0.25 -0.25
5 5 5
25
36
70
20
23 23
34
46
5 10
15
70
37.5 32.5
Pekerjaan site development yang dimaksud disini adalah pekerjaan yang ada diluar
dari bangunan gedung. Pekerjaan ini diantaranya:
• Gapura depan dan pagar
• Jalan setapak
• Lapangan olah raga
132
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
133
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
134
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
135
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
136
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
137
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
7
Penyelesaian Akhir
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
7. Penyelesaian Akhir 7
Pada saat kegiatan konstruksi sudah mencapai progres 99 % berdasarkan Rencana Ang-
garan Biaya, maka panitia pembangunan harus membersihkan lingkungan sekolah dari
: sisa sisa material pada saat proses pembangunan yang tidak terpakai, pembongkaran
direksi keet dan gudang, sisa sisa cat yang menempel dilantai, sisa sisa adukan semen
dan lain lain. Semua material yang tidak terpakai harus dikeluarkan dari lingkungan
sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar terasa nyaman dan aman.
Bangunan bisa dikatakan selesai bila semua item pekerjaan sudah selesai 100 % sesuai
dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya. Yang harus dilakukan oleh panitia pemba-
ngunan sekolah bila seluruh item pekerjaan yang tertera dalam dokumen Rencana An-
ggaran Biaya sudah selesai dikerjakan adalah membuat dokumen serah terima peker-
jaan antara lain:
139
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
140
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
141
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
8
Lampiran
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
8. Lampiran 8
8.1. Poster Pondasi
8.2. Poster Penulangan Beton
8.3. Poster Pengecoran
8.4. Poster Kuda-kuda
8.5. Poster Fasilitas Disable 1 (Pedestrian dan Rampa)
8.6. Poster Fasilitas Disable 2 (Toliet dan Aksesoris Pendukungnya)
8.7. Poster Septic Tank
8.8. Poster Pengecatan
143
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
144
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
145
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
146
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
147
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
148
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
149
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
150
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
151
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
152
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
PANDUAN TEKNIS
PEMBANGUNAN
GEDUNG
SEKOLAH
DENGAN MEKANISME
PARTISIPASI
MASYARAKAT
153
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
154
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
Daftar Pustaka
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia – 1971, N.l. – 2, penerbitan ke 6 April 1978
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
3. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, juni 2006. Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, N.l – 5/PKKI, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
7. Surat Edaran Direktur Pembinaan SMP No. : 231/c3/LL/2008 – Januari 2008, “ Fasil-
itas Bagi Siswa SMP berkebutuhan Khusus untuk Program Pembangunan USB dan
Pengembangan SD-SMP Satu Atap “, Direktorat PSMP, Direktorat Jenderal Pendi-
dikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
9. Team Jogya Universitas Gajah Mada, “Pedoman Sederhana Membangun Rumah Se-
derhana Tahan Gempa”.
155
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PANDUAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT
156
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH