Anda di halaman 1dari 27

SYARAT-SYARAT TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1
JENIS PEKERJAAN

1. Kegiatan dan Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


- Kegiatan : Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan
- Pekerjaan : Bangunan Bank Sampah / Hanggar
- Lokasi : Pkl. Kerinci

2. Pemborong harus melaksanakan pula sarana penunjang seperti :


a. Saluran-saluran air hujan dan air kotor.
b. Instalasi listrik dan armatur-armaturnya.
c. Dan segala sesuatu yang nyata-nyata termasuk dalam Dokumen Pelaksanaan dan
Gambar Rencana.

3. Untuk kelancaran pelaksanaan, pemborong harus menyediakan :


a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
dalam pelaksanaan.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

PASAL 2
STANDAR-STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan-ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap Rekanan telah mengetahui
dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan tambahannya sampai
saat ini yaitu:

1. Keppres Tahun 2003 berikut lampiran-lampirannya.


2. Peraturan tentang Tata Cara Perencanaan struktur bangunan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung (SNI 1736-1989-F).
3. Peraturan Keselamatan kerja konstruksi (SNI 0231-1967-E).
4. Peraturan tentang Spesifikasi Air (Bagian A SK SNI S 04-1989-F, 41).
5. Peraturan Portland Cement (SK SNI S-04-1989 F).
6. Peraturan tentang Spesifikasi Agregat halus/Pasir (SK SNI S-04 1989 F6.1)

Spesifikasi Teknis
7. Peraturan tentang Spesifikasi Agregat kasar/kerikil (SK SNI S-04 1989)
8. Peraturan tentang Spesifikasi Batu Bata (SII 0021-78).
9. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton Struktur (SNI T-15-1991-03).
10. Peraturan tentang Pengujian Slump Beton/Slump Test (SK SNI M-12-1989-F)
11. Peraturan tentang Metoda pengujian kuat tekan beton (SK SNI M-14-1989-F)
11. Peraturan Pembuatan Campuran beton normal (SNI T-15-1990-03).
12. Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
13. Peraturan tentang Spesifikasi bahan bangunan bagian A (SK SNI S-04-1989-F)
(Bahan bangunan bukan logam).
14. Peraturan tentang Spesifikasi bahan bangunan bagian B (SK SNI S-05-1989-F)
(Bahan bangunan dari logam Besi/Baja)
15. Peraturan tentang Spesifikasi bahan bangunan bagian C (SK SNI S-06-1989-F)
(Bahan bangunan dari logam bukan Besi/Baja)
16. Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
17. Peraturan tentang Ukuran Kayu bangunan gedung (SK SNI S-05-1990-F).
18. Peraturan tentang Pengecatan Kayu untuk bangunan gedung (SK SNI T-08-1990-F).
19. Peraturan Pencegahan Rayap (SK SNI T-05-1990-F).
20. Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
21. Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
22. Peraturan Plamur Kayu (SII 0773-83).
23. Peraturan Instalasi Listrik (SNI 0225-87-D)
24. Peraturan Penangkal Petir (SKBI 1.3.53.1987).
25. Peraturan Baja Lapis Seng Bergelombang (SII 0137-87).
26. Peraturan Kaca Lembaran (SNI 0047-1989-A).
27. Peraturan Kran Rumah Tangga (SNI 0122-1987-A).
28. Peraturan tentang Tata Cara Pengecatan dinding/tembok (SK SNI T-11-1990-F).
29. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
30. Peraturan Meni Besi (SNI 0503-1989-A).
31. Peraturan Dempul Kayu (SNI 0347-1989-A).
32. Peraturan tentang Tata Cara Pengecatan Besi/Logam (SK SNI T-09-1990-F).
33. Peraturan Politur (SII 1262-85).
34. Peraturan Kabel Listrik NYM (SII 0209-78).
35. Peraturan Sakelar (SII 0578-81).
36. Peraturan Stop Kontak (SII 0580-81).
37. Peraturan Tata Cara Pengecatan Kayu (SK SNI T-08-1990-F).
38. Peraturan Ubin Semen (SNI 0628 – 1989 – A).
39. Peraturan tentang Tata Cara Perencanaan Septictank (SK SNI T-07-1989-F)
40. Peraturan : a. Batu alam untuk bahan bangunan
b. Setelah pekerjaan ini selesai, pemborong harus menjelaskan gambar
terpasang (As Build Drawing) dan diserahkan kepada direksi.

Spesifikasi Teknis
PASAL 3
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN

1. Air (Bagian A SK SNI S 04-1989-F, 41).


a. Air yang dipergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam,
bahan organik atau lainnya yang dapat merusak beton.
b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai dengan
persyaratan/ spesifikasi teknis.
2. Tanah Timbun / Tanah Urug.
Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan ini harus bersih dari tanah humus
maupun akar-akar kayu serta rumput bebas sampah dan bebas dari bahan-bahan
organis.
3. Pasir / Agregat halus (Bagian A, SK SNI S-04-1989-F 6.1).
a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari disintegrasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
b. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap
berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat
halus harus dicuci.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan yang
diakui.

4. Kerikil / Agregat kasar (Bagian A, SK SNI S-04-1989-F)


a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil yang disentegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang di peroleh dari pemecahan
batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat besar
butir lebih 5 mm.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir
pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir
agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap
berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui dari 1 %, maka
agregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat yang reaktif alkali.

Spesifikasi Teknis
e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau
tigaperempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila menurut penilaian
pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga
menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil.

5. Batu Bata
a. Bata yang digunakan harus bata yang mempunyai syarat mutu seperti yang
ditentukan dalam SII 0021-78.
b. Bata yang digunakan harus yang sempurna keringnya
c. Bata yang digunakan harus mempunyai ukuran yang memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam PUBI-1980.

6. S e m e n (Bagian A SKSNI S-04-1989-F).


a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi, berat dan volumenya
tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada kantongnya. Pada semennya
tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.
b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam SII.0013-81.
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi atau
berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.

7. Baja Tulangan (SII 0136-1984).


a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari kotoran-
kotoran, lemak, kulit gilingan, karat lepas dan bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.
c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter besi dimasukkan tidak
sesuai dengan diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas.
d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang berlaku
dinyatakan tidak dapat diterima.

8. K a y u (SKSNI S-05-1990-F).
a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam Spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan.
b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai cacat-
cacat seperti mata kayu, celah-celah susut pinggir dan cacat lainnya, tidak boleh
menggunakan hati kayu.

9. Ubin Semen ( SNI 0628 – 1989 – A )

Spesifikasi Teknis
Ubin semen harus mempunyai persyaratan seperti yang tercantum dalam Standar
Industri Indonesia, mengenai mutu dan cara uji ubin semen.

10. Cat dan sejenisnya ( SNI 1253 – 1989 – A )


a. Cat dan sejenisnya adalah yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan.
b. Cat dan sejenisnya digunakan adalah hasil dari satu pabrik yang sama dan
produksi dalam negeri.

11. Kaca Lembaran ( SNI 0047 – 1989 – A ).


Kaca lembaran yang digunakan harus yang memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam PUBI – 1980 dan mengenai uji kaca menurut SII 0,189 – 79. Kaca yang
digunakan adalah tebal 5 mm.

12. Kawat Harmonika


Kawat harmonika yang digunakan adalah kualitas baik, tidak dalam keadaan rusak
dan pemasangannya disesuaikan dengan gambar rencana.

13. Penggantung dan Pengunci SNI ( 0323 – 89 – A ).


a. Alat penggantung dan pengunci yang dipakai adalah yang berkualitas baik,
homogen tidak mudah berkarat dan tidak mudah rusak untuk jangka waktu yang
relatif lama.
b. Kunci tanam yang dipakai harus berkualitas baik, kuat tidak mudah berkarat dan
tidak cepat rusak untuk jangka waktu yang relatif lama. Kunci tanam didalam
ruangan dipakai kunci sekali putar. Sedangkan untuk pintu yang berhubungan
dengan luar dipakai kunci dua kali putar.
c. Grendel yang dipakai harus yang berkualitas baik, kuat dan tidak mudah berkarat.
d. Ekspanolet yang dipakai harus berkualitas baik, tidak mudah berkarat dan hendel
penguncinya tidak cepat rusak untuk jangka waktu yang relatif lama.
e. Engsel yang dipakai untuk pintu adalah engsel nylon kuningan panjangnya 10 cm
yang berkualitas baik.
f. Engsel dipakai untuk jendela sejenis pomel (engsel peluru) yang berkualitas baik.

14. Alat Instalasi Listrik ( SNI 0225 – 87 – D ).


a. Alat-alat instalasi yang boleh dipakai harus yang berkualitas baik, sesuai dengan
iklim di Indonesia, harus memenuhi syarat-syarat teknis dan telah diuji oleh Badan
Penguji yang diakui.
b. Alat-alat instalasi yang boleh dipakai untuk ruang / tempat khusus harus sesuai
dengan keadaan tempat dimana instalasi itu dipasang.
c. Alat-alat instalasi seperti kabel (SII – 0209 – 79 ), stop kontak ( SII – 0580 – 81 ),
sakelar ( SII – 0578 – 81 ), fitting dan sebagainya harus mempunyai tanda-tanda
yang jelas mengenai kemampuan listriknya, seperti tegangan, pemakaian dan
kemampuan arusnya. Untuk kabel listrik yang dipakai harus telah lulus uji /
pengetesan LMK dengan tanda stempel LMK pada kulit kabelnya.

Spesifikasi Teknis
d. Untuk pemakaian lampu-lampu bukan pijar seperti TL dan lain-lain yang dapat
menyebabkan turunnya faktor kerja yang melampaui batas, harus dilengkapi
dengan kondensator.

15. Barang-barang Sanitair.


a. Barang-barang sanitair yang akan dipakai harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh Direksi / Pengawas.
b. Barang-barang sanitair yang akan dipakai adalah barang-barang produksi dalam
negeri yang berkualitas baik dan hasil dari pabrik yang sama.

16. Bahan-bahan lain.


a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini
akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus ditunjukan terlebih
dahulu kepada pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin pemakaiannya.
c. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak ditunjukan pada pengawas atau ditolak
oleh pengawas tidak dibenarkan pemakaiannya dan harus dibawa keluar lokasi
segera mungkin.
d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.
e. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dipasaran dengan ini
dinyatakan tidak dapat sebagai alasan terhentinya/tertundanya pelaksanaan
pekerjaan.

PASAL 4
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN
1. S e m e n.
a. Semen harus ditempatkan/disimpan dalam gudang tertutup, ditempat yang kering
tidak menjadi lembab tidak mudah rusak dan tidak mudah tercampur dengan
bahan-bahan lain.
b. Semen yang sudah tersimpan lama digunakan mutunya, akan berkurang maka
sebelum dipakai harus diperiksakan dahulu ke pengawas.

2. Agregat.
Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah. Jika
tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya harus
didasari alas tepas/papan.

3. Bata
a. Bata arus ditumpuk diatas tanah rata dengan tumpukan yang rapi sehingga tidak
mudah pecah.

Spesifikasi Teknis
b. Bata tidak boleh dibebani oleh barang-barang berat, sebaiknya diberi penutup
untuk melindungi dari hujan.

4. Baja Tulangan.
Baja tulangan tidak boleh disimpan/ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi alas/
ganjal berupa balok-balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu lama harus
dihindarkan.
5. Bahan-bahan lain.
Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan cuaca
sebaiknya ditempatkan di gudang penyimpanan.

PASAL 5
PERSIAPAN PEKERJAAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke


lokasi proyek untuk mempermudah pemasukan bahan penggunaan ke lokasi proyek.
2. Sebelum dimulai pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang ditentukan
oleh pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan pohon-pohon yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan maka pemborong harus terlebih dahulu
merundingkannya dengan pengawas mengenai pembagian halaman kerja untuk
tempat mendirikan kantor, gudang dan los kerja, tempat penimbunan bahan-bahan dan
lain sebagainya.
4. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dilokasi, maka pemborong dengan biaya
sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya gudang tempat
penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat pekerjaan serta los kerja tempat mengerjakan
bahan-bahan.
5. Kantor, Gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100 %
dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari pengawas.

PASAL 6
PEMASANGAN BOUWPLANK

1. Pengukuran.
a. Letak pondasi dan kedudukan bangunan disesuaikan dengan gambar rencana,
bangunan, pemasangan papan bouwplank harus benar-benar kuat, waterpass dan
siku.
b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan dari bahan beton
berukuran 10 x 10 cm (permanen).

Spesifikasi Teknis
c. Ukuran-ukuran ketinggian lantai dari titik ± 0,00 ditentukan dalam gambar.
d. Pengukuran dilakukan mempergunakan alat Theodolit apabila lokasi pekerjaan
telah bersih.

2. Bouwplank.
a. Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada
patok-patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atasnya dari papan bouwplank harus waterpass (horizontal dan siku).
c. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as (bagian
tengah) bangunan.

PASAL 7
IZIN –IZIN
1. Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan izin –izin
yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan antara lain :
- Izin penebangan, izin pengambilan material, izin jalan, izin pembuangan, izin
pengurungan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan serta
izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah
setempat.
2. Izin penggunaan tenaga kerja dari luar daerah/Propinsi.
3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam ayat
1 diatas menjadi tanggung jawab pemborong.

PASAL 8
DOKUMENTASI
1. Pemborong harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serat
pengirimannya ke Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
2. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah : foto-foto proyek, berwarna
minimal ukuran postcard, pelaksaan pengambilan foto dimaksud yaitu dimulai dari
pekerjaan 0 % dan selanjutnya dilaksanakan berdasarkan tahap pekerjaan, sistem
pengambilan foto tersebut untuk satu sasaran diambil dari dua sisi.

PASAL 9
PEKERJAAN GALIAN TANAH

1. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah, lokasi pekerjaan sudah siap dibersihkan
terlebih dahulu dan dibuang ke tempat yang telah ditentukan pengawas lapangan.

Spesifikasi Teknis
2. Lebar, dalam dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran yang
tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.
3. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, lobang saluran keliling
bangunan dan lain sebagainya.
4. Hasil galian tanah yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun lobang-lobang,
harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan pengawas lapangan.
5. Pemakaian tanah bekas galian untuk menimbun kembali harus mendapatkan
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

PASAL 10
PEKERJAAN CAMPURAN

1. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut "Adukan" atau "Mortar"
merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran ditentukan dengan
ukuran isi, seperti sebagai berikut:
a. Adukan 1 : 2 untuk adukan kedap air.
- Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.
b. Adukan 1 : 3 untuk afwerking beton.
- Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir.
c. Adukan 1 : 4 untuk adukan biasa.
- Berarti menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir.

2. Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air yang disebut "Beton" jumlah semen
yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu B0, B1 dan K-125 ditentukan
dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran
untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi ditentukan dengan ukuran berat
atau direncanakan, sebagai berikut :
a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5.
- Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil.
b. Untuk beton mutu B1 dan K-125 dengan beton 1 : 2 : 3.
- Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 Zak pasir : 3 Zak kerikil.
d. Untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi dengan beton 1 : 2 : 3 dipakai
perbandingan ukuran berat (Petunjuk Labor).

3. Pengadukan mutu adukan dan beton mutu B0 sedapat mungkin diaduk dengan
menggunakan mesin pengaduk (molen), sedangkan untuk beton mutu B1 hingga mutu
yang lebih tinggi juga menggunakan mesin pengaduk.

4. Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan dinyatakan
ditolak, sedangkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar dan kerugian yang
diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.

Spesifikasi Teknis
PASAL 11
PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan penyediaan semua bahan untuk pembuatan beton bertulang dan
beton tidak bertulang.
b. Pengadaan dan penyediaan semua alat-alat untuk pembuatan beton seperti
mesin pengaduk beton (mollen) dan mesin penggetar (vibrator).
c. Melaksakan pekerjaan konstruksi beton bertulang dan beton tidak bertulang harus
berpedoman pada persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Standarisasi SNI-T-15-1990-03.

2. Bahan-bahan pembuatan beton.


a. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi
persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum spesifikasi teknis
b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang keras
dan tajam, kadar lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak
mengandung bahan-bahan organis dan mempunyai butir yang beraneka ragam
besarnya antara 1 mm sampai 4 mm.
c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang terdiri dari butir-butir yang keras dan
tidak berpori, kadar lumpur maksimum 1 % apabila kadar lumpur melampaui kadar
maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran antara 1 cm sampai 3 cm.
Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat
reaktif alkali.
e. Batang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran lemak, kulit
giling, karat lepas serta bahan-bahan yang mengurangi daya lekat beton.
f. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan kotoran-
kotoran lainnya, penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat izin dari
pengawas lapangan.

3. Kelas dan mutu beton.


a. Beton Klas 1 mutu B0.
- Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi.
- Pelaksanaannya tidak memerlukan keahlian khusus.
- Pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan.
- Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.
b. Beton Klas 2 Mutu B1 :
- Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil
- Pelaksanannya memerlukan keahlian yang cukup.
- Pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan.
- Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.

Spesifikasi Teknis
4. Campuran beton.
a. Untuk beton mutu B0 dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 dalam perbandingan isi.
b. Untuk beton mutu B1 dan K-125 dipakai campuran nominal semen, pasir dan kerikil
dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3
c. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih kurang dari 2,5 %.

5. Kekentalan adukan beton.


a. Kekentalan (konsistensi) adukan harus disesuaikan dengan cara transport, cara
pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan.
Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus
memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan SNI T-15-1990-03.
b. Untuk mencegah penggunaan adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka
campuran beton harus memperhatikan nilai-nilai slump yang tercantum dalam SK
SNI M -12 -1989 - F.

6. Cetakan dan acuan.


a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi kebocoran-
kebocoran yang dituangkan kedalam cetakan.
b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin kedudukan
dan bentuk yang kuat serta tetap.
c. Cetakan harus dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah meresap air
dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran cetakan tidak
terjadi kerusakan pada beton.
d. Pada pelaksanaan beton Klas 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap oleh
cetakan, oleh sebab itu cetakan harus dilapisi dengan plastik atau bahan sejenis.

7. Pemasangan Tulangan.
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya. Kawat ikat yang dipakai mutu SNI 0040-87-
A.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan penahan
jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu yang akan
dicor.

8. Pengadukan beton.
a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton Klas 1 mutu B0 harus
dilakukan dengan mesin pengaduk.
b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus selalu diawasi.
c. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal seperti
terlalu encer karena kesalahan pemberian jumlah air pencampur, sudah mengeras
sebagian atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaannya.

9. Pengecoran dan pemadatan SNI T-15-1990-03.


a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan beton
harus dipadatkan selama pengecoran. Pemadatan dapat dilakukan dengan

Spesifikasi Teknis
menumbuk-numbuk atau dengan memukul-mukul cetakan atau dengan
menggunakan alat pemadat mekanis/ penggetar.
b. Pemadatan dengan menggunakan alat pemadat mekanis/penggetar/vibrator harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis.
10. Penutup Beton.
Tebal penutup beton minimum (tidak termasuk plesteran) sesuai dengan
penggunaannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk kolom dan balok adalah 2,5 cm.
b. Untuk pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah
adalah 3 cm.

11. Perawatan beton.


Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama dua
minggu beton harus disiram terus menerus.

12. Pembongkaran cetakan beton.


a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat dan beban-beban pelaksanaan lain yang bekerja padanya.
b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan bekerja
beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan akan terjadi keadaan yang
lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

13. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan beton.


Pekerjaan beton untuk pondasi umpak dan gelagar.
- Ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar detail pondasi dan
gelagar.
- Diameter besi dan bentuk penulangan harus sesuai dengan gambar detail
pondasi dan gelagar.

PASAL 12
PEKERJAAN KAYU

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan kayu dari berbagai jenis kelas sesuai dengan jenis
kebutuhan dan melaksanakan berbagai macam pekerjaan kayu seperti lantai, rangka
dinding/konsen pintu/jendela/ventilasi, kuda-kuda, rangka atap/lisplank/singap,
rangka loteng, daun pintu/jendela dan lain sebagainya yang menggunakan kayu.
2. Bahan
a. Kayu yang digunakan dalam setiap pekerjaan harus kayu yang berkualitas baik
dan kuat, tidak mempunyai cacat-cacat seperti mata kayu, celah-celah, serta
pinggir dan cacat kayu lainnya.

Spesifikasi Teknis
b. Kayu yang digunakan dalam setiap pekerjaan harus memenuhi persyaratan
ukuran kayu yang tercantum dalam SK SNI 05-1990-F, untuk triplek harus
memenuhi SSI 0404-80.
a. Kayu yang digunakan dalam setiap pekerjaan harus dalam keadaan kayu kering
udara dengan kadar air maksimum 23 %, kecuali untuk konsen, daun
pintu/jendela, jalusi dan elemen-elemen pitu lainnya kadar air maksimum adalah
sebesar 20 %.
3. Perlindungan Kayu
Pada semua pekerjaan kayu, seluruh permukaan kayu harus diberi lapisan
pelindung. untuk permukaan kayu yang kasar diberi lapisan pelindung berupa
minyak, untuk mencegah kerusakan dari jamur dan serangga digunakan bahan
pengawet berupa minyak residu. Untuk permukaan kayu yang akan dicat diberi
lapisan pelindung berupa menie kayu. Untuk permukaan kayu yang halus dan tidak
akan dicat diberi lapisan pelindung berupa politur transparan.
4. Pemakaian Kayu
a. Bahan kayu untuk pekerjaan kosen pintu/jendela dan ventilasi dipakai kayu klas
kuat I (kayu kulim dan sejenisnya).
b. Untuk pekerjaan kuda-kuda, rangka atap, rangka plafon dan lain sebagainya
sesuai kebutuhan dipakai kayu klas kuat II
c. Setiap jenis kayu yang dipakai/dipergunakan, harus berkualitas baik supaya tidak
cacat, sebelum pemakaian bahan tersebut harus mendapat persetujuan dari
Direksi.

PASAL 13
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Bahan
a. Plamir kayu yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat
antara lain seperti :
Plamir harus melekat baik pada permukaan yang akan dicat, pengeringan, jika
disapukan tipis-tipis harus mengering dalam waktu 2 x 24 jam tanpa mengerut
atau merekah dan harus cukup keras untuk digosok.
b. Cat kayu yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi syarat antara lain
:
Tidak boleh ada gel dan endapan keras kering. Waktu pengeringan (kering
permukaan) maksimum satu jam.

Spesifikasi Teknis
2. Pelaksanaan Pengecatan
a. Pengecatan Tembok
- Penggunaan Plamir :
Biarkan permukaan dinding tembok sampai kering sempurna, kurang lebih
dari satu bulan setelah plesteran. Bila terjadi pengkristalan sapulah
permukaan dengan kain kering, kemudian diulangi dengan kain basah dan
biarkan selama dua hari, jika pengkristalan masih terjadi diulangi lagi seperti
semula sampai tidak terjadi lagi pengkristalan. Bersihkan permukaan dinding
tembok dari debu, kototran, dan bekas percikan plesteran. Bagian-bagian
didinding yang reka dan kurang rat diperbaiki dengan plamir dan biarkan
mengering. Setelah plamir mengering, kemudian diratakan dengan
menggunakan amplas.
- Persiapan Bahan
Cat tembok emulsi untuk permukaan kasar diencerkan dengan air bersih
secukupnya antara 30 – 50 %. Cat tembok emulsi untuk permukaan halus
diencerkan dengan air secukupnya kira-kira 20 %.
- Pengecatan :
Dinding tembok cat dengan cat dasar atau cat yang diencerkan dari cat yang
akan dipakai. Setelah mengering dilanjutkan dengan pengecatan lapis kedua,
dan setelah mengering dilanjutkan dengan pengecatan lapis ketiga sehingga
hasil akhir warna cat benar-benar rata.

b. Pengecatan Kayu
- Penggunaan Plamir kayu dan Dempul :
Sebelum permukaan pengecatan kayu dimulai permukaan kayu harus
diamplas dengan amplas kayu hingga halus. Untuk menutupi lobang-lobang
kecil permukaan kayu digunakan plamir, sedangkan untuk menutupi lubang-
lubang besar pada permukaan kayu digunakan dempul. Setelah permukaan
kayu mengering kemudian digosok dengan amplas kayu hingga halus.
- Persiapan Bahan :
Cat dasar untuk kayu (Lood Menie) diaduk sampai rata, bila perlu ditambah
pengencer (terpentin) secukupnya. Cat kayu yang akan digunakan diaduk
sampai rata, bila perlu ditambah pengencer (terpentin) secukupnya.
- Pengecatan :
Permukaan kayu dicat dengan cat yang akan digunakan, untuk pertama kali
dipakai cat yang diencerkan. Setelah mengering dicat dengan lapisan yang
ketiga, sehingga diperoleh hasil akhir yang benar-benar rata.

c. Pengecatan Gypsum
- Gypsum, terutama pada loteng dicat dengan cat air warna sesuai dengan
yang ditentukan.

Spesifikasi Teknis
- Bilamana pada pengecatan pertama terjadi perubahan warna disebabkan
permukaan gypsum mengeluarkan getah, maka harus digunakan cat minyak
dengan warna yang sama.
- Pengecatan gibsum dilaksanakan secara tiga kali berulang, pengulangan
pengecatan dilakukan setelah pengecatan sebelumnya benar-benar kering.

PASAL 14
PEKERJAAN INSTALASI AIR

1. Pemasangan pipa air bersih, instalasi air kotor harus disesuaikan menurut gambar
bestek, memudahkan pengawasannya, setiap ada perubahan letak pipa harus
memberitahukan kepada pengawas.
2. Instalasi Air Bersih.
a. Saluran air bersih untuk bangunan dipakai pipa PVC AW ¾”. Pemasangannya
tertanam di dalam tanah dan di bawah lantai beton keliling bangunan
b. Penyambungan pipa harus menggunakan soket untuk sambungan lurus dan elbow
untuk pembelokan. Penyambungan harus kuat dan dikerjakan dengan rapi
c. Pemasangan pipa dimulai satu titik yang ditentukan di luar bangunan, hingga titik-
titik kran pada bak penampung air bersih.

3. Instalasi Air Kotor.


a. Air kotor dari kamar mandi dialirkan ke saluran keliling bangunan dengan
menggunakan pipa paralon PVC diameter 3” tebal 4 mm. Lobang pipa pada bak
cuci diberi saringan untuk mencegah masuknya sampah-sampah yang dapat
menyumbat saluran.
b. Air kotor dari bak cuci dialirkan ke bak kontrol dengan menggunakan pipa Paralon
PVC diameter 3” tebal 4 mm. Lobang pipa pada bak cuci diberi saringan untuk
mencegah masuknya sampah-sampah yang dapat menyumbat saluran. Air kotor
dari kloset dialirkan ke septictank dengan menggunakan pipa Paralon PVC
diameter 4” tebal 4 mm.
c. Ukuran dan bentuk bak control, septictank dan peresapan harus sesuai dengan
gambar rencana.
4. Septictank.
a. Ukuran dan bentuk septictank harus sesuai dengan gambar detail.
b. Adukan untuk pasangan batubata, brafen dan plesteran dinding septictank harus
menggunakan adukan 1 : 2 (kedap air).
5. Peresapan.
a. Ukuran, bentuk dan lapisan-lapisan peresapan harus dibuat dengan gambar detail
peresapan.
b. Air kotor dari septictank dialirkan ke peresapan dengan menggunakan pipa paralon
PVC diameter 4 inchi dengan tebal 4 mm.
c. Pipa paralon PVC diameter 4 inchi tebal 4 mm didalam peresapan diberi perporasi
guna mempercepat proses peresapan.

Spesifikasi Teknis
PASAL 15
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi listrik meliputi pengadaan dan pemasangan saluran instalasi
penerangan dan titik api, sehingga diperoleh satu instalasi yang lengkap dan baik,
setelah diuji seksama dan siap untuk dipergunakan (menyala). Pekerjaan pengadaan
instalasi meliputi :
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan titik api berikut ardennya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan.
c. Pengadaan Gambar rencana, pemasangan instalasi listrik penerangan dan stop
kontak.
d. Melakukan pengetesan terhadap instalasi yang telah terpasang, pengetesan
dilakukan bersama pihak-pihak yang berwenang (PLN) disaksikan oleh Pemberi
Tugas/Direksi. Hasilnya dituangkan dalam sertifikat tanda “Keur Instalasi Baik”.
2. Persyaratan Bagi Instalasi Pelaksana
a. Memiliki pas PLN serta surat-surat izin yang harus ada dari instansi-instansi
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah setempat, maupun surat izin lain
yang dimintai oleh Pemberi Tugas Direksi/Pengwas.
b. Dalam Pekerjaan pelaksanaan, harus memenuhi ketentuan yang telah
digariskan dalam gambar rencana baik segi ukuran, kualitas bahan maupun
jumlah.
c. Sehubungan dengan adanya pekerjaan ini istalateur harus menghubungi PLN
terlebih dahulu untuk kelancaran pembangunan sampai pada hari pelaksana
dan tenaga ahlinya.
d. Sebelum memulai pekerjaan, istalateur hendaknya membuat rencana kerja
yang disesuaikan dengan disiplin lain, juga disertakan jumlah tenaga pelaksana
dan tenaga ahli.
3. Syarat Pelaksana
a. Pemasangan instalasi harus memenuhi semua peraturan yang tercantum dalam
PUIL serta aturan-aturan tambahan.
b. Peralatan kerja harus lengkap, hal ini guna mendapatkan hasil kerja dengan mutu
baik serta tidak merusak material bahan instalasi.
c. Pekerjaan dikatakan selesai apabila :
- Semua sistem dipasang sesuai dengan rencana, baik dalam pemenuhan
fungsinya dan telah menyala.
- Ada surat pengesahan atau sertifikat, hasil tes baik dari PLN setempat.
d. Gambar rencana merupakan gambar untuk keperluan lelang, instalateur
hendaknya terlebih dahulu mengajukan gambar instalasi yang harus terlebih
dahulu oleh Direksi Pelaksana dan perencana masing-masing mendapat
tembusan dari gambar ini.

Spesifikasi Teknis
e. Setelah pekerjaan instalasi selesai, instalateur harus membuat gambar revisi (as
built drawing), gambar ini kelak akan digunakan sebagai keperluan pemeliharaan
instalasi dan kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas.
f. Surat “ Kir Baik ” dari PLN harus diperoleh secara prosedur yang benar. Biaya-
biaya yang dikeluarkan menjadi tanggung jawab pemborong.
4. Bahan Instalasi
a. Semua bahan yang akan dipasang harus dalam keadaan baru dan baik serta
sebelumnya harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas lapangan.
b. Bahan-bahan harus sesuai dengan kondisi alam tropis dan memenuhi pasal-
pasal dalam PUIS, SPLN, VDE.
c. Wiring diplafod menggunakan kabel NYM 2 1/4 MM yang akan diklem dengan
PVC khusus untuk NYM.
- Penyambungan kabel hanya boleh dalam box terminal kabel.
- Kabel dalam dinding harus disertai / pipa union diameter 3/4" yang akan
dilem kuat sebelum ditutup dengan plesteran. Sedangkan mulut pipa
diberi tule mencegah kelecetan isolasi kabel.
- Penyambungan kabel di armatur lampu harus dengan kururtein atau
kontak sekrup dan kabel harus dilebihkan sedikit panjangnya.
- Lampu-lampu hendaknya dipasang dari type sejenis mudah dalam
pemeliharaan dan tahan lama.
d. Balas, fitting dan tubing dari lampu TL harus yang berkualitas tinggi.
e. Tube lampu TL harus cool white.
f. Pemasangan saklar dan stop kontak adalah in bouw pada dinding dengan door
PVC (pada dinding tembok) setinggi 140 cm dari lantai, ukuran saklar 250 V, 15 A
dan stop kontak 250 V, dan 6 A.
5. Hubungan Tanah
a. Saluran alat-alat yang terbuat dari logam dalam keadaan normal tidak
bertegangan harus dihubungkan dengan hubungan tanah.
b. Titik-titik pertanahan harus terbuat dari kawat tembaga jenis BC dengan
perlindungan pipa-pipa galvanis diameter 1 “ tertanam tegak lurus kedalam tanah,
paling sedikit 6 M atau sampai permukaan air.

PASAL 16
PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Pemborong harus membersihkan lokasi bangunan yang telah selesai dikerjakan seluas
yang ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan dilapangan (minimal 3 m’ pada
sekeliling bangunan).
2. Pemborong harus memperbaiki kerusakan-kerusakan pada jalan-jalan, saluran-
saluran, halaman dan lain sebagainya akibat dari pelaksanaan pekerjaan.
3. Pekerjaan yang belum tercantum pada Syarat-syarat Teknis (Spesifikasi – Bagian
Umum) ini secara terperinci dan khusus akan dimuat dalam Spesifikasi – Bagian
Khusus yang merupakan bagian dari Syarat-syarat Teknis ini.

Spesifikasi Teknis
II. SPESIFIKASI KHUSUS

Pasal-1
UMUM

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
- Kegiatan : Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan
- Pekerjaan : Bangunan Bank Sampah / Hanggar
- Lokasi : Pkl. Kerinci

Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut Pemborong wajib memenuhi/mematuhi dan


melaksanakan segala hal-hal yang telah dituangkan didalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis ini serta Risalah Penjelasan (Aanwijzing) sangat mengikat
dalam pelaksanaan kecuali adanya permintaan/peraturan tertulis dari pihak proyek
dalam hal ini disebut Pimpinan Kegiatan.

2. Pemeriksaan dan Penyediaan bahan


a. Bila didalam RKS ini disebutkan nama dan pabrik suatu bahan atau produk, ini
dimaksudkan hanya menunjukkan sumber minimal dari mutu bahan yang
digunakan.
b. Contoh bahan/produk yang akan digunakan dalam pekerjaan ini Kontraktor
harus menyampaikan kepada Direksi guna untuk mendapatkan persetujuan.
c. Tentang usulan pemakaian bahan nama produk/pabrik harus mendapatkan
rekomendasi dari Direksi berdasarkan ketentuan didalam RKS serta Risalah
Penjelasan Pekerjaan.

3. Ukuran
a. Semua ukuran yang dipakai adalah ukuran jadi/bersih kecuali ada ketentuan
lain yang disepakati dan diperkuat dengan Berita Acara Perubahan
b. Sedangkan ukuran untuk pekerjaan struktur yaitu kolom,balok dan sloof
sebagaimana yang tertera pada gambar merupakan ukuran Dimensi struktur (
Beton ), bukan merupakan ukuran jadi terhadap struktur tersebut.

4. Gambar- gambar
a. Seluruh gambar-gamabar rencana Arsitektur,Struktur dan elektrikal dapat
diperoleh melalaui pemberi tugas,pemborong wajib mengetahui seluruh
pelaksanaan bangunan ini sehingga dapat menyesuaikan program
pekerjaannya secara baik dan benar.

Spesifikasi Teknis
b. Selama pelaksanaan, pemborong harus memberi tanda dengan warna pada
gambar setiap bagian yang telah dilaksanakan termasuk kalau ada perubahan
dari perencanaan semula.
c. Pemborong harus membuat gambar pelaksanaan untuk bagian yang dianggap
perlu (shop Drawing) gambar ini harus diketahui dan disetujui oleh
pengawas/Direksi.
d. Setelah pekerjaan ini selesai, pemborong harus menjelaskan gambar terpasang
( as built Drawing ) di atas kertas kalkir untuk dapat dicetak dan diserahkan
kepada Direksi.

5. Perbedaan Gambar dan Hal-hal yang Kurang Jelas.


a. Pada dasarnya bila ada perbedaan/pertentangan antara gambar dan RKS,
maka yang berlaku adalah RKS, kecuali bilamana ada ketentuan lain dari
pengawas/Direksi dan Perencana.
b. Apabiala ada ketidaksesuaian/keragu-raguan antara gambar dan RKS yang
tidak bisa diatasi, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut pemborong
wajib melaporkan secara terrtulis kepada pengawas/Direksi untuk mendapatkan
keputusan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum masalah tersebut
telihat dalam pelaksanaan..
b. Perbedaan tersebut tidak bisa dijadikan alasan bagi pemborong untuk
mengadakan Claim.
d. Untuk pekerjaan elektrikal dan plumbing walaupun tidak disebutkan secara
terperinci dalam RKS dan gambar tentang peralatan serta perlengkapan
instalasi,pemborong diwajibkan menyediakan /memasang peralatan yang
digunakan/diperlukan,sehingga instalasi dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

6. Lapangan Kerja
a. Pemborong harus membuat gudang,los kerja dan fasilitas WC pekerja
sepenuhnya dan ditempatkan pada lokasi lapangan yang tidak menganggu
kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
b. Selama pekerjaan berlansung pemborong wajib menyediakan fasilitas-fasilitas
keamanan serta keselamatan kerja antara lain : obatan-obatan dan peralatan
pemadam kebakaran serta menempatkan tenaga kerja yang bertanggung
jawab atas keamanan lokasi kerja.

Spesifikasi Teknis
Pasal-2
PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Pekerjaan Pembersihan Lokasi.


Yang dimaksud dengan pembersihan lokasi antara lain :
1. Kayu – kayu bekas tebangan serta rumput – rumput bekas tebasan disingkirkan
keluar lokasi, apabila memungkinkan dilaksanakan pembakaran didalam lokasi,
maka pelaksanaan pembakaran kayu tersebut supaya diperkirakan tidak pada
posisi lahan tempat bangunan yang akan didirikan.

2. Sebelum melaksanakan pekerjaan tebas tebang tersebut pemborong terlebih


dahulu memberitahukan kepada Direksi,guna untuk memperoleh petunjuk
apabila ada dari pohon-pohon kayu tersebut tidak perlu ditebang/dipertahankan
sebagai pohon pelindung , jika ada hal tersebut tidak merobah/berpengaruh
terhadap nilai kontrak.

3. Pelaksanaan penebangan kayu dilaksanakan rata tanah, jika penebangan


dilakukan di atas permukaan tanah, yang mengakibatkan adanya sisa kayu
(tunggul), maka tunggul tersebut harus dibongkar atau dipotong sama rata
dengan permukaan tanah.

2. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


a. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan as-as bangunan
perletakan posisi bangunan sesuai dengan gambar rencana dan penentuan
elevasi-elevasi.

b. Setelah pengukuran ( uitzetten ) selesai dan disetujui oleh Direksi, maka


pemborong dapat memenuhi pekerjaan selanjutnya yakni :
- Pematangan Tanah
- Pemasangan Bowplank
- Pekerjaan Galian.

c. Pematangan tanah meliputi penimbunan dan penggalian sesuai hasil


pengukuran bila harus dilakukan penimbunan, maka harus diusahakan agar
hasilnya menyamai kondisi tanah asli dan memenuhi persyratan – persyaratan
untuk tanah timbunan.

d. Pemasangan bouwplank/ pedoman as ( Sumbu ) bangunan dilaksanakan


bersama dengan pengawas / Direksi dengan menggunakan alat optik
Titik ketinggian/peil lantai harus tetap dijaga agar tidak berubah/bergeser
selama pekerjaan ini berlangsung.

Spesifikasi Teknis
e. Dalam pelaksanaan pengukuran pemborong bersama dengan direksi
/Pengawas supaya memperhatikan untuk menetapkan sumbu (As) serta
ukurannya, untuk menetapkan dapat dipedomani sebagai berikut :
- Sumbu ( As ) bangunan adalah “As” dinding
- “As” dinding adalah “As” balok Sloof/gelagar

Pasal-3
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
1. Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian dapat dilaksanakan setelah pekerjaan bouwplank selesai
diperiksa dan disetujui oleh Direksi

b. Dasar galian harus disesuaikan dengan elevasi yang ditujunjukkan pada


gambar rencana

c. Dasar galian harus padat dan rata serta dibersihkan dari kotoran.

d. Pada bagian yang ditimbun kembali, harus dipergunakan tanah timbun yang
memenuhi syarat sebagai tanah timbun dan tidak boleh sisa-sisa kayu atau
bahan organik lainnya.

3. Pekerjaan Pondasi
a. Pondasi yang dipakai adalah : Pondasi Cerucuk ukuran Dia. 10 – 12 cm P = 4 m,
b. Pekerjaan cerucuk ditanam menggunakan Hammer Pile hingga mencapai tanah
keras, dengan ukuran dan mutu sesuai pada bestek.

Pasal-4
PEKERJAAN STRUKTUR
1. Pekerjaan Balok Sloof, kolom, kolom praktis, reng balok reng balok terbuat dari beton
bertulang dengan mutu beto K-175 dan untuk baja tulangan, Dia. 10 Dia. 12 Dia.14
dipakai mutu baja tulangan BJTP – U36 (tulangan polos) dipasang sesuai dengan
gambar rencana.
2. Pekerjaan Cor Lantai Beton dengan ketebalan 20 cm dan mengacu pada gambar
rencana.
3. Semua pekerjaan struktur tersebut dikerjakan sesuai gambar rencana dan harus
memenuhi unsur teknis seperti dimensi, mutu beton dan mutu besi, sebagai mana
yang telah disyaratkan dalam dokumen ini.

Spesifikasi Teknis
Pasal-5
PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN
1. Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah :
- Pasangan dinding bata.
- Plesteran dan acian dinding bata.
- Plesteran / afwerking permukaan beton
- Pasangan bata pada saluran dan segala sesuatu yang termasuk dalam
pekerjaan ini.

2. Bahan yang dipakai adalah :


- Bata bermutu baik, bebas dari cacat dan retak, produk lokal dan memenuhi
persyaratan bahan-bahan PUBI 1970.
- Bata yang akan dipasang harus benar-benar kering.
- Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur, tanah liat, kotoran organik
dan bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang akan dipakai
harus diayak terlebih dahulu.
- Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.1.8 type I menurut ASTM
dan memenuhi S.400 standar semen.
- Keramik ukuran 25x40 untuk dinding KM/WC.
- Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti ditentukan dalam
persyaratan bahan pokok.

3. Adukan / Campuran.
Adukan trasraam 1 Pc : 2 Psr dilaksanakan untuk :
- Bagian yang kedap air  55 Cm dari atas balok sloof untuk sekeliling bangunan
pada lantai dasar begitu juga pada lantai 1.
- Plesteran septictank dan peresapan
- Adukan 1 Pc : 4 Psr dilaksanakan untuk pasangan dinding dan plesteran yang
bukan trasraam.

4. Pelaksanaan Pekerjaan :
- Pekerjaan pasangan dinding bata harus terkontrol waterpass baik arah vertikal
maupun horizontal. Setiap 5 baris bata harus dipasang angker besi dari kolom.
- Sebelum dinding diplester harus dikamprot / dikasarkan dahulu dengan
campuran 1 semen : 3 pasir dengan ketebalan  3 mm untuk mendapatkan
ikatan yang lebih baik.
- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga proses pengeringan bidang
plesteran stabil dan kemudian diperhalus dengan acian semen.
- Untuk Finishing beton ekspose, sebelum diperhalus / affwerking permukaan
beton perlu dikasarkan/dikamprot terlebih dahulu dengan campuran 1 semen : 3
pasir dengan ketebalan  3 mm untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik.
- Seluruh pekerjaan pasangan dinding dan plesteran yang tidak lurus, berombak
dan retak-retak harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong.
- Permukaan dinding yang akan diaci harus bersih dari serpihan, kotoran dan
minyak yang dapat mengurangi daya rekat adukan.
- Jika terlalu kering, basahi dasar permukaan yang akan diaci dengan air.

Spesifikasi Teknis
Pasal-6
PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP

A. Pekerjaan Rangka Atap

1. Rangka atap kuda-kuda menggunakan kanal 75.65 dan kasau, reng, ikatan angin
dan lain-lain dibuat dari baja ringan berkualitas baik merk Taso/setara.
2. Perletakan tumpuan dengan kuda-kuda berjarak maksimal 1,35 m atau disesuaikan
dengan gambar kerja.
3. Bahan kuda-kuda baja ringan harus bergaransi minimal selama 10 tahun.

B. Pekerjaan Penutup Atap


1. Untuk penutup rangka atap dipasang atap Longspand tebal 0,3
2. Untuk penutup perabung dipasang Perabung metal.
3. Pemborong harus mengajukan contoh (sample) terlebih dahulu kepada Direksi
guna untuk mendapat persetujuan tentang kwalitas produk yang akan dipakai.
4. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, segela sesuatu kesepakatan
ataupun persetujuan, harus dituangkan dalam bentuk tertulis dan ditanda
tangani.
5. Pertemuan/pemotongan atap pada talang jurai ini harus dilaksanakan dengan
rapi dan lurus.

Pasal-7
PEKERJAAN PLAFOND
1. Penutup plafond dalam ruangan dipakai Gypsum tebal 9 mm, dan pertemuan plafond
dengan dinding dipasang list plafond.
2. Plafond luar bangunan dipasang piri-piri GRC yang berkualitas baik dan cukup
kering, ukurannya disesuaikan dengan gambar rencana.
3. Rangka plafond dikerjakan menggunakan rangka metal furing.

Pasal - 8
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Spesifikasi Teknis
1. Pekerjaan instalasi listrik meliputi pengadaan dan pemasangan saluran instalasi
penerangan dan titik api, sehingga diperoleh satu instalasi yang lengkap dan baik,
setelah diuji seksama dan siap untuk dipergunakan (menyala). Pekerjaan pengadaan
instalasi meliputi :
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan titik api berikut ardennya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan.
c. Pengadaan Gambar rencana, pemasangan instalasi listrik penerangan dan stop
kontak.
d. Melakukan pengetesan terhadap instalasi yang telah terpasang, pengetesan
dilakukan bersama pihak-pihak yang berwenang (PLN) disaksikan oleh Pemberi
Tugas/Direksi. Hasilnya dituangkan dalam sertifikat tanda “Keur Instalasi Baik”.
2. Semua bahan yang akan dipasang harus dalam keadaan baru dan baik serta
sebelumnya harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas lapangan.
3. Bahan-bahan harus sesuai dengan kondisi alam tropis dan memenuhi pasal-pasal
dalam PUIS, SPLN, VDE.
4. Wiring diplafod menggunakan kabel NYM 2 1/4 MM yang akan diklem dengan PVC
khusus untuk NYM.
- Penyambungan kabel hanya boleh dalam box terminal kabel.
- Kabel dalam dinding harus disertai / pipa union diameter 3/4" yang akan dilem
kuat sebelum ditutup dengan plesteran. Sedangkan mulut pipa diberi tule
mencegah kelecetan isolasi kabel.
- Penyambungan kabel di armatur lampu harus dengan kururtein atau kontak sekrup
dan kabel harus dilebihkan sedikit panjangnya.
- Lampu-lampu hendaknya dipasang dari type sejenis mudah dalam pemeliharaan
dan tahan lama.

5. Pemasangan saklar dan stop kontak adalah in bouw pada dinding dengan door PVC
(pada dinding tembok) setinggi 140 cm dari lantai, ukuran saklar 250 V, 15 A dan stop
kontak 250 V, dan 6 A.

Pasal – 9
PEKERJAAN LANTAI
1. Sebelum pengecoran lantai dimulai terlebih dahulu dilakukan penimbunan dengan
tanah urug dari muka tanah sampai ketinggian sesuai dengan gambar rencana.
Pemadatan tanah timbunan dilakukan dengan cara menumbuk memakai alat
penumbuk tangan.
2. Diatas tanah urug yang telah dipadatkan diberi lapisan pasir urug setebal 5 cm pada
seluruh bidang lantai. Pasir urug harus dipadatkan dengan cara menumbuk dan
menyiram dengan air selapis demi selapis.
3. Pekerjaan cor lantai dari beton K-175 setebal 20 cm di area rumah kompos.
4. Untuk lantai kantor menggunakan beton 1:3:5 setebal 5 cm dan diberi lapisan
keramik lantai 40 x 40 cm.

Spesifikasi Teknis
5. Untuk lantai KM/WC digunakan keramik 25 x 25 dengan permukaan kasar dan
dinding menggunakan 25 x 40 dengan border 10 x 25.
6. Pekerjaan rabat beton dan diberi acian dikerjakan pada lokasi yang sesuai dengan
gambar rencana.

Pasal – 10
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

1. Kusen pintu dan jendela dikerjakan dari bahan kayu kelas II dengan kualitas baik
yang dibuat sesuai dengan gambar rencana.

2. Pekerjaan daun pintu, jendela dan ventilasi menggunakan bahan kayu kelas II
dengan kualitas baik yang dibuat sesuai dengan gambar rencana.
3. Jendela yang digunakan untuk bangunan ini adalah jendela kaca bingkai dengan
memakai kaca bening 5 mm dimana bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan
gambar rencana.
4. Semua pekerjaan kuci dan penggantung sudah komlit masuk dalam pekerjaan pintu
dan jendela.
.
Pasal – 11
PEKERJAAN SANITAIR

1. Pipa buangan air kotor dari KM/WC dipakai pipa PVC 3” sedangkan pipa dari kloset
ke septictank memakai pipa PVC 4”
2. Pipa air bersih menggunakan pipa PVC 1” dan 3/4”.
3. Bak air untuk KM/WC dipasang baik fyber dan kloset yang dipakai adalah kloset
jongkok dan kloset duduk merk TOTO atau setara.
4. Floordrain dipasang pada setiap KM/WC untuk saringan pembuangan saluran air
kotor.
5. Septictank, bak kontrol dan resapan dibuat untuk penampungan kotoran padat yang
ukuran dan penempatannya sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk pengawas
lapangan.
Pasal 12
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan pengecatan adalah semua pelapisan permukaan pada berbagai material


untuk maksud – maksud perlindungan , pemberian warna, pemberian tekstur pada
material tersebut seperti pada permukaan kayu, dinding dsb.

Spesifikasi Teknis
2. Komponen bangunan yang dicat dengan cat minyak terlebih dahulu harus didempul dan
diamplas hingga rata kemudian dicat dengan 1 cat dasar ; 3 cat penutup, Adapun
komponen bangunan yang dicat menggunakan cat minyak adalah Kunsen pintu dan
jendela, daun pintu dan jendela list plank, lebah bergayut, singap ukir, selembayung
ukir.
3. Pekerjaan cat air untuk bidang plesteran dan bidang plafon sebelum dicat harus
diplamir dan diamplas hingga rata, kemudian dicat dengan cat air dengan 1 cat dasar ;
2 cat penutup.

Pasal 13
PEKERJAAN LIST PLANK DAN PIRI-PIRI

1. Pekerjaan list plank datar menggunakan papan ukir (lebah bergayut), list plank
miring menggunakan GRC Board tebal 6 mm.
2. Piri-piri dibuat dari bahan GRC Board, dengan ukuran dan dimensi sesuai gambar
rencana.

P a s a l - 14
PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR DAN SYARAT PENYERAHAN PERTAMA

a. Pekerjaan parit keliling dibuat dari pasangan bata dengan adukan 1 Pc : 2 Psr dan
diteruskan ke saluran pembuangan.

b. Pekerjaan bangunan dan halaman harus sudah dalam keadaan siap digunakan.
Halaman harus dibersihkan dari semua kotoran, bekas-bekas bahan bangunan dan
tanah selebar 3 meter disekeliling bangunan dan diratakan.

c. Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :


a. Seluruh bagian-bagian dari bangunan sudah lengkap sesuai spesifikasi, gambar-
gambar rencana dan memenuhi syarat-syarat teknis.
ii. Pekerjaan cat sudah selesai dalam garis besarnya yang tinggal cuma untuk
penyempurnaan saja.
iii. Daftar Checklist/daftar kekurangan-kekurangan yang akan
disempurnakan pada penyerahan kedua
d. Penyerahan pertama pekerjaan telah dapat dilakukan dan diserahkan dengan memakai
surat tanda terima yang ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pelaksana Pembuat
Komitmen)

P a s a l - 14

Spesifikasi Teknis
PENUTUP

Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ) ini, uraian pekerjaan dan
bahan-bahan tidak dinyatakan kata demi kata, yang dibuat dan dilaksanakan/ disediakan
pemborong, pekerjaan dianggap sebagai dibuat dalam rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS) ini dan bukan sebagai pekerjaan tambahan.
Semua pekerjaan yang tercantum dalam Bestek, Rencana Anggaran Biaya serta Berita
Acara Aanwijzing pekerjaan ini adalah merupakan kesatuan pekerjaan yang ditawar dan
wajib dilaksanakan dengan sempurna keseluruhannya oleh Kontraktor

Spesifikasi Teknis

Anda mungkin juga menyukai