Anda di halaman 1dari 33

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KONSTRUKSI

PAKET Pembangunan Jaringan Perpipaan SPAM IKK Sampolawa


Kabupaten Buton Selatan
ID SIRUP 26501703
SATUAN KERJA Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Sulawesi Tenggara
PPK Air Minum
TAHUN ANGGARAN 2021

A. Ruang Lingkup Pekerjaan Konstruksi


A.1 Gambaran Umum
Dengan masih belum optimalnya jaringan layanan air minum, masyarakat masih kesulitan
dalam memperoleh akses air minum. Sebagian besar sumber air masyarakat yang digunakan di
Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan adalah sumur gali dan sumur bor akibat dari
pelayanan pelanggan yang masih terbatas karena jaringan yang belum terjangkau. Dengan kualitas
airnya kurang memenuhi syarat kesehatan (keruh) sehingga hanya dapat digunakan untuk Mandi,
Cuci dan Kakus (MCK) dan bila musim kemarau sumur-sumur tersebut kering. Sebagian besar
penduduk Kec. Sampolawa Kab. Buton Selatan bekerja sebagai petani, berkebun, swasta dan PNS.
Salah satu kebutuhan yang mendesak adalah pelayanaan Air Minum yang memadai dan
berkesinambungan. Untuk mendukung pelayanan air minum kepada masyarakat, pembangunan
infrastruktur air minum yang sangat penting dan mendasar adalah Jaringan Pipa guna mengalirkan
air dari Sumber ke Reservoir dan dari Reservoir langsung kepada masyarakat. Belum terjangkaunya
pelayanan jaringan pipa yang ada saat ini sangat mempengaruhi akan keberlanjutan
pengembangan SPAM dan kinerja keseluruhan penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Buton
Selatan. Jaringan Pipa yang memadai akan secara langsung menjamin keberlangsungan
penyelenggaraan pelayanan air minum.
Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan
dalam kaitan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air, Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat
peraturan pemerintah yang memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan
pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada
masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah
dalam penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah meliputi :
(i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional, (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan
manual (NSPM), (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.
A.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Dan Biaya
Ruang lingkup Kegiatan adalah Pembangunan SPAM Kabupaten/Kota, dengan keluaran 20 L/dt.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui mekanisme Kontrak Tahun Tunggal (SYC), dengan total perkiraan
biaya atau Harga Perhitungan Sendiri (HPS) sebesar Rp. 11.900.000.000,- (Sebelas Milyar
Sembilan Ratus Juta Rupiah) yang bersumber dari dana APBN Tahun Anggaran 2021.

A.3 Lokasi pekerjaan


Lokasi pekerjaan berada di Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan

B. Standar rujukan
Daftar standar rujukan spesifikasi teknis pekerjaan sebagai berikut:

SNI 03 – 2847 - 2002 Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
SKBI – 1.4.53.1988 Pedomen Beton 1989
SNI 03-2847-2002 Tata cara pengukuran struktur beton
SNI 2049:2015 Semen Portland
SII.0457-81 Agregat Beton, Cara Uji Butiran Ringan
SII.0052-80 Agregat Beton Mutu dan Cara Uji
SII.0456-81 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Uji Butiran Pipih dan panjang
SII.0087-75 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Penentuan Daya Aus
Gesek, Mempergunakan Bejana Los Angeles
SII.0051-74 Agregat Untuk Aduk Beton, Cara Penentuan Besar Butiran
SII 0013-81 Mutu dan Cara Uji Semen Portland
SNI 0039:2013 Pipa baja saluran air dengan atau tanpa lapisan seng
SNI 0311 Cara uji lapis seng
SNI 0308 Cara uji komposisi kimia baja karbon
SNI 0408 Cara uji tarik logam
SNI 0410 Cara uji lengkung tekan
SNI 7509-2011 Tata cara perencanaan teknik jaringan distribusi dan unit
pelayanan sistem penyediaan air minum (SR)
C. Persyaratan Bahan
Spesifikasi bahan yang disyaratkan untuk pekerjaan dalam spesifikasi teknis ini diuraikan sebagai berikut:
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
Item pekerjaan beton
1. Semen a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan Olahan Lokal dalam SNI 2049:2015
Normatif SNI 15-2049-2015. negeri
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup
atau dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, Penyedia harus
memberikan pada Direksi Teknis/Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman
semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim,
bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa
semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai dengan
Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus
air serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang
membatu atau menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan
Normatif bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Lapangan. Direksi
Teknis/Lapangan berhak untuk menolak semen yang tidak memuaskan,
sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas
biaya Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh pengujian dan
memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi Teknis/Lapangan
untuk melakukan pengujian.
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam
jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan
memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
2. Agregat Halus a. Mutu agregat halus: butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung Olahan/Alam Lokal dalam SNI 03-2847-
lumpur dan bahan-bahan organis. Jumlah prosentase dari segala macam negeri 2002
(Pasir)
substansi yang merugikan beratnya tidak boleh lebih dari 5 %
b. Ukuran agregat halus: Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat;
sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm
harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
c. Penyimpanan: pasir harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
pengotoran oleh bahan- bahan lain.
d. Segala pasir yang akan dipakai untuk produksi beton dengan spesifikasi ini
harus pasir alam dan bila dikehendaki harus campuran dalam proporsi
(bandingan) yang tepat dari pasir alam. Pasir harus mempunyai “modulus
kehalusan butir” anatara 2 sampai 32 atau jika diselidiki dengan Saringan
Standar, sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton PBI 1971 dan PBI
1997 atau dengan ketentuan sebagai berikut:

Prosentase Satuan Timbangan


Saringan No.
Tertinggal di Saringan
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
100 12 - 30
PAN 3-7
Jika prosentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20 % atau
kurang, batas maksimum untuk prosentase atau dalam saringan N0. 8 dapat naik
sampai 20 %.
Agregat Kasar a. Mutu agregat kasar: butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah Olahan/Alam Lokal dalam SNI 03-2847-
jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif negeri 2002
alkali. Jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan
beratnya tidak boleh lebih dari 5 %
b. Ukuran agregat kasar: sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa
diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara
sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60%
dan minimum 10% berat.
c. Penyimpanan: kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan- bahan lain.
Air Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada
laboratorium yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Baja Tulangan a. Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas dari Olahan Lokal dalam SNI 03-2847-
karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain negeri 2002 dan SNI
2052:2014
yang melekat. Batang-batang baja tulangan harus disimpan ditempat yang
terlindung, ditumpuk dan tidak bolehmenyentuh tanah dan dilindungi terhadap
karat atau rusak karena cuaca.
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
b. Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk
tulangan utama dan besi polos (undeformed bars) untuk sengkang kecuali
ditentukan lain dalam gambar.
c. memenuhi ketentuan spesifikasi acuan SNI 03-2847-2002 dan SNI 2052:2014
d. bebas dari kotoran-kotoran, karat, cat, kulit giling serta bahan lain yang akan
mengurangi daya lekat terhadap beton
e. Mutu sesuai dengan yang ditentukan
f. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
g. Besi beton harus bertuliskan SNI.
h. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.
4 Admixtures Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk Olahan Lokal dalam
Material memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan yang negeri
Tambahan ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus dapat dibuktikan
melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan bahan semen dan agregat
yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau
mempercepat pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi
“Specification for Chemical Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau
memenuhi standart Umum Bahan Bangunan Indonesia.
Item Pekerjaan Plesteran
1. Pasir Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur Olahan/Alam Lokal dalam
atau campuran-campuran lain. negeri
2. Semen Portland Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang Olahan/Alam Lokal dalam
membatu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI-8. negeri
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
3. Air Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
Item pekerjaan Perpipaan
1. Pipa GI a. Pipa Galvanis dan asesoriesnya, sesuai dengan SNI 0039:2013 Tipe Olahan Lokal dalam SNI 0039:2013
Medium dengan panjang 6 Meter atau sesuai arahan direksi negeri
b. Pipa Galvanis merupakan pipa baja paduan yang dibuat dengan cara dilas
tahanan listrik (Electric Resistance Welding - ERW) atau las busur rendam
(Submerged Arc Welding - SAW) baik dengan sambungan lurus
(longitudinal) maupun sambungan melingkar (helical), dan dilapisi seng (Zn)
untuk lapisan tahan karat.
c. Ujung-ujung Pipa GI harus polos (tidak memiliki drat)
d. Pipa-pipa baja yang akan dipasang diatas tanah dapat dilas menumpu atau
disambung dengan flens menurut pilihan kontraktor atau sesuai arahan
direksi pekerjaan.
e. Pelapisan Pipa Perlindungan Luar Untuk Pipa Galvanis.
a. Pipa dilapis seng dengan cara dicelup ke dalam larutan seng panas (hot
dip galvanizing) atau tanpa lapisan yang digunakan untuk penyaluran air.
b. Permukaan lapisan seng pada Pipa Galvanis harus merata dan tidak boleh
ada yang tidak terlapisi dan harus memperlihatkan warna seng yang
seragam.
c. Untuk pipa yang dilapis seng, komposisi kimia bahan baku pelapis harus
berkadar seng (Zn) minimum 98,5%.
f. Untuk Diameter Pipa kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran diameter
nominal berikut ini harus mempunyai ukuran diameter luar dan ketebalan
dinding minimum sebelum dilapisi pelindung dalam dan luar sebagai berikut:
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi

Ketebalan Dinding
Diameter Nominal Diameter Luar
Minimum
(mm) (mm)
(mm)
100 114,3 4,5
150 168,3 5,0
200 219,1 5,8
250 273,0 6,4
300 323,8 6,4
350 355,6 6,4
400 406,4 6,4
+ 10
Toleransi tebal untuk pipa tipis adalah %
-8

g. Penandaan
Pada bagian luar untuk setiap pipa dan accessories harus ditandai dengan:
a. Logo/merek pabrik pembuat
b. Kelas (Lgh = tipis, Med = medium dan Hvy = tebal)
c. Diameter nominal
d. Panjang
2. Aksesoris dan a. Spesifikasi Valve Olahan Lokal dalam
Fitting Setiap katup pada dasarnya badannya terdiri dari besi cor atau besi ductile negeri
dengan dudukan karet, piringan (disc), sebuah lubang katup dan penggerak
mekanik, dan harus dalam segala hal memenuhi persyaratan “Standards for
Rubber - Seater Butterfly Valves” (AWWA Designation C 504) atau standar
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
International yang lain yang diakui yang menjamin kwalitas yang sama atau
lebih tinggi dari standar yang disebutkan di sini dan harus direncanakan untuk
tekanan kerja tidak kurang dari 12 bars. Atau disesuikan dengan kondisi
lapangan.
b. Spesifikasi flange, blind flange, elbow/reducer/tee dan flange adaptor sesuai
tabel dibawah:
Spesifkasi Assesories
Flange
 Material flange Steel
 Standard Presssure Rating PN 10 atau PN 16
Blind Flange
 Material Blind Flange Steel
 Standard Presssure Rating PN 10 atau PN 16
Elbow/Reducer/Tee
 Material Steel
 Standard ASTM A-53
Flange Adaptor
 Material Cast Iron atau Ductile Iron
 Standard Pressure Rating PN 10 atau PN 16

c. Spesifikasi aksesoris dan fitting lain yang tidak disebutkan disesuaikan


dengan SNI atau setara.
d. Pipa, fitting dan accessories harus disimpan oleh pemasok tidak langsung
bersentuhan dengan permukaan tanah, dan harus diberi penopang.
Jenis Produk Sumber produk Acuan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan
(Olahan/Alam) (Lokal/Impor) spesifikasi
e. Apabila ada item barang yang harus disimpan mempunyai keawetan yang
terbatas atau mengharuskan untuk disimpan di tempat tertentu, maka cara
penyimpanannya harus sesuai dengan instruksi pabrik.
f. Lahan penyimpanan disediakan oleh Pihak Penyedia Jasa dan harus
menjamin keamanannya.
Item Pekerjaan Sambungan Rumah
Sambungan a. Layanan SR tersebut adalah sambungan baru,
Rumah b. Spesifikasi teknis sambungan rumah yang dibuat harus memenuhi standar
mutu yang berlaku dan mengacu pada standar teknis yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan SNI
Catatan:
Untuk Spesifikasi atau Persyaratan Bahan pada item pekerjaan yang belum tercantum pada tabel di atas, akan mengacu pada Spesifikasi teknis terlampir.
D. Persyaratan pengujian bahan dan hasil produk serta kriteria kinerja produk

No. Jenis pekerjaan Persyaratan pengujian mutu


1. Pekerjaan Beton 1. Beton
a. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji
kubus beton 15 x 15 x 15 cm.
b. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana
nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI 1971,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknis/Lapangan.
c. Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume
rata- rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck dump
(diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum
dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan
adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
d. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur
7, 14 dan 28 hari.
e. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pelepasan perancah dan penarikan baja
prategang. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan
tersebut, harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dalam
jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.
f. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI 71, dilakukan di
lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Untuk pengecoran di lokasi yang tinggi atau sulit
dijangkau digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam
jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang
diperoleh dari ujung pipa "concrete- pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.
g. Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratotrium independen
yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
h. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Lapangan
Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton
yang seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain
sebagaimana ditetapkan. Untuk ini Penyedia harus menyediakan
dengan biaya sendiri serta menggunakan alat penimbang yang
akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan
yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor beton serta peralatan dan
fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian sebagaimana yang
diuraikan di sini atau menurut petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
Pekerjaan Perpipaan 1. Pengujian pipa Galvanis berdsarakan SNI 0039:2013 tentang Pipa Baja
Saluran Air dengan atau Tanpa Lapisan Seng.
2. Pengujian dilakukan di Laboratorium Independen, dan semua biaya
pengujian pipa ditanggung oleh Penyedia. Atau dapat mengajukan
Sertifikat Pabrik. Dengan detail pengujian sesuai SNI sebagai berikut :
a. Uji komposisi kimia pipa baja
b. Uji Tarik
c. Pemeriksaan Sifat Tampak
d. Uji Dimensi
e. Uji Keratan Lapis Seng
f. Uji Berat Lapis Seng
g. Uji Lengkung
h. Uji Linyak
i. Uji Lengkung Terpadu
j. Uji Ketahan Bocor

E. Tata cara pengukuran dan pembayaran


Uraian tata cara pengukuran dan pembayaran hasil pekerjaan adalah sebagai berikut:
No. Jenis pekerjaan Tata cara pengukuran dan pembayaran
1. Pekerjaan Beton a. Tata cara pengukuran
Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton
yang terpasang dan diterima sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya
yang akan dilakukan kecuali mendapat persetujuan dari direksi
teknis.
b. Tata cara pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang
ditentukan sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar
pada harga kontrak untuk mata pembayaran dan menggunakan
satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam daftar kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh
untuk seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan
yang tidak dibayar dalam mata pembayaran lain, termasuk
"water stop", lubang sulingan, bekisting, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan
beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim
untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya.
2. Pekerjaan Perpipaan dan a. Tata cara pengukuran
Aksesoris
Pekerjaan perpipaan, di lakukan pengukuran terhadap pipa
yang sudah terpasang di lapangan di lakukan pengukuran atau
jumlah yang terpasang dalam satuan meter panjang atau
sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan Aksesoris dihitung sesuai dengan Aksesoris & Fitting
yang terpasang di lapangan.
Material on-site dapat diperhitungkan sesuai yang tercantum
dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
b. Tata cara pembayaran
Kuantitas (Panjang pipa dan jumlah aksesoris terpasang) yang
diterima dari hasil pengukuran di lapangan, akan dibayar
menurut harga satuan sesuai dengan mata pembayaran.
Material on-site dapat dibayarkan sesuai yang tercantum dalam
Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
3. Pekerjaan Plesteran a. Tata cara pengukuran
Pekerjaan plesteran akan diukur dengan jumlah meter persegi
pekerjaan plesteran yang terpasang (sudah dikerjakan) dan
diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
kecuali mendapat persetujuan dari direksi teknis.
b. Tata cara pembayaran
Kuantitas yang diterima dari pekerjaan plesteran yang
ditentukan sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar
pada harga kontrak untuk mata pembayaran dan menggunakan
satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam daftar kuantitas.

F. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Metode Pelaksaan Pembangunan Jaringan Perpipaan SPAM IKK Sampolawa Kabupaten Buton Selatan
dapat di uraikan sebagai berikut :
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 DIREKSI KEET
a. Bangunan Sementara
Sebelum pemborong memulai pelaksanaan pekerjaan ini diharuskan menyediakan dan
mendirikan Direksi Keet berupa bangunan sementara yang berukuran minimal 12.00 m2.

b. Kelengkapan Direksi Keet


Sebagai kelengkapan direksi keet guna penyelesaian administrasi di lapangan, maka
sebelum pelaksanaan pekerjaan ini dimulai pemborong harus terlebih dahulu melengkapi
peralatan antara lain :
 Soft board menempel di dinding
 1 buah meja rapat (sederhana)
 Selesai pelaksanaan proyek ini (FHO) semua peralatan / kelengkapan tersebut dalam
ayat ini menjadi milik kontraktor, dengan demikian pembiayaannya dianggap sewa.

c. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di Proyek untuk setiap saat dapat digunakan oleh
direksi Lapangan adalah :
 1 buah kamera
 1 buah alat ukur panjang
 1 buah personal komputer dan printer
 1 set Alat Pelindung Diri (APD)
 1 set kotak P3K

1.2 SARANA PEKERJAAN


a. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua pekerjaan yang
dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki serta jadwal
kerja.
b. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi persyaratan
kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan
c. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman dari segala
kerusakan hilang dan hal - hal dasar yang mengganggu pekerjaan lain yang sedang
berjalan.

1.3 PENGATURAN JAM KERJA DAN PENGERAHAN TENAGA KERJA


a. Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam hal pengerahan tenaga kerja
pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Konsultan pengawas lapangan. Khususnya dalam pengerahan tenaga
kerja dan pengaturan jam kerja dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan peraturan
perburuhan yang berlaku.
b. Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi dan fasilitas-fasilitas lain
yang dianggap perlu misalnya (air minum, toilet yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
dan fasilitas kesehatan lainya seperti penyediaan perlengkapan PPPK yang cukup serta
pencegahan penyakit menular)
c. Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tempat pekerjaan tidak
melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan, dan pemborong harus
melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat pekerjaan

1.4 PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN / SARANA YANG ADA


a. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan / konstruksi sekitarnya menjadi tanggung
jawab Pemborong untuk memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas akibat
pelaksanaan pekejaan.
b. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus selalu menjaga kondisi jalan sekitarnya
dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat
pelaksanaan pekerjaan ini.
c. Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan / menyerahkan kepada pihak yang
berwenang bila nantinya menemukan benda-benda bersejarah.

1.5 PEMBERSIHAN DAN PENEBANGAN POHON-POHON


a. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar pohon.
b. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan rata.
c. Pemborong tidak boleh membasahi, menebang atau merusak pohon-pohon atau pagar,
kecuali bila telah ditentukan lain atau sebelumnya diberi tanda pada gambar-gambar yang
menandakan bahwa pohon-pohon dan pagar harus disingkirkan. Jika ada sesuatu hal
yang mengharuskan Pemborong untuk melakukan penebangan, maka ia harus mendapat
ijin dari Pemberi tugas.

1.6 PENJAGAAN DAN PAPAN NAMA


a. Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan terhadap
pekerjaannya yang dianggap penting selama pelaksanaan, dan sekaligus menempatkan
petugas keamanan untuk mengatur sirkulasi / arus kendaraan keluar / masuk proyek.
b. Sebelum kontraktor mulai melaksanakan pekerjaannya, maka terlebih dahulu melihat
kondisi keamana lingkungan sekitar.
c. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus memasang papan nama proyek.

1.7 PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN DAYA LISTRIK UNTUK BEKERJA
a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dari PDAM. Air harus bersih, bebas dari
debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan rencana.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas
persetujuan Konsultan pengawas. Daya listrik juga disediakan untuk mensuplai kantor
Direksi Lapangan.
c. Segala Biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban Kontraktor.

1.8 MENGADAKAN PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK


a. Pengukuran Tapak kembali.
 Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
 Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan pengawas / Direksi untuk
diminta keputusannya.
 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
 Kontraktor harus menyediakan waterpass beserta petugas yang melayaninya untuk
kepentingan pemeriksaan Konsultan pengawas / Direksi selama pelaksanaan Proyek.
 Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujuii oleh Direksi.
 Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.

b. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan


Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak /
kedudukan bangunan terhadap titik patok / pedoman yang telah ditentukan, siku
bangunan maupun datar (water Pass) dan tegak lurus bangunan harus ditentukan dengan
memakai alat water pass instrument / Theodolith. Hal tersebut dilaksanakan untuk
mendapatkan tegel, langit-langit dan sebagainnya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik Peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang tercantum
pada gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi penyimpangan atau tidak sesuainya
antara kondisi lapangan dengan Lay Out, Pemborong harus melapor pada Konsultan
pengawas / Perencana.

c. Pemasangan Bouwplank
 Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan Bowplank /
pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan bench mark yang
diberikan Konsultan pengawas secara tertulis serta bertanggung jawab atas
ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan
peralatan, tenaga kerja yang diperlukan.
 Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal
tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut
disebabkan referensi tertulis dari Direksi Pekerjaan.
 Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan pengawas atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi berkurang.
Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau seluruh refferensi
dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
 Bahan dan Pelaksanaan.
1. Tiang Bowplank menggunakan kayu meranti ukuran 5/7 dipasang setiap jarak
2.00 m1, sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu meranti dipasang
datar Water Pass.
2. Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1 dari as
tepi bangunan dengan patok - patok yang kuat, bowplank tidak boleh dilepas /
dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya sehingga dapat
dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan trasraam tembok bawah.

2. PEKERJAAN BETON BERTULANG


2.1. Lingkup Pekerjaan
1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan dan saluran yang akan
dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dan sebagaimana
diminta oleh Direksi harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci disini dan harus dicampur
dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tersebut disini.
2. Setiap syarat dan ketentuan tidak termaktub disini sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton
NI-2 PBI 1971.

2.2. Bahan
1. Semua Portland harus dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam
semen Portland.
2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
tentang besi beton.
3. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortar dan spesi injeksi
dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat yang sudah
diterangkan.
4. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan didepan.

2.3. Kelas Mutu Beton


1. Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 dan PBI-1971,
menurut table dibawah ini.

KLS MUTU ’bm ’bm CONTOH KATEGORI


kg/cm2 S=46kg/cm PENGGUNAAN DARI PENGAWASAN TERHADAP
2
BANGUNAN AIR BANGUNAN
BERSIH (TUJUAN) KUALITAS KEKUATAN
AGREGAT TEKANAN

I BO - - - NON Periksaan dengan Tidak ada


STRUKTURAL mata pengujian

II BI - - - NON Periksaan dengan Tidak ada


STRUKTURAL teliti pengujian

K 125 125 200 Lantai Kerja Pengujian


NON mendetail dengan
STRUKTURAL analisa ayakan Pengujian akan
diadakan
K 175 175 250 Trust Block, Pengujian
Pondasi STRUKTURAL mendetail dengan
Jembatan Pipa analias ayakan Pengujian akan
diadakan

III K>225 >225 300 IPA Beton, STRUKTURAL Pengujian Pengujian akan
BPT, Reservoir, mendetail diadakan
Pondasi Gense- dengan analisa
Pompa ayakan
Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan
yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang berisi 15 cm ( 0,06) pada umur 28 hari.

2.4. Pencampuran dan Pengecoran


2.4.1. Komposisi/Campuran Beton
1. Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah., air; semuanya
dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada
kekentalan yang baik/tepat.
2. Untuk beton mutu “B” campuran yang biasa untuk pekerjaan non structural dipakai
perbandingan dari semen Portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang
dari 1:8. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 225 kg.
3. Untuk beton 1 : 2 : 3, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan kerikil/batu
pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1:1,5:2,5 atau banyaknya semen
untuk tiap m3 beton minimum harus sampai 325 kg.
4. Untuk beton 1 : 2 : 3, mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai “campuran yang
direncanakan” (job mix formula/design mix). Campuran yang direncanakan diketemukan
dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
diisyaratkan. Banyaknya semen untuk tiap m3 beton paling tidak harus 325 kg.
5. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II-derajat K125 dan untuk kelas II-derajat K 175 –
beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan diatas dan kontraktor harus
memperoleh derajat yang patut, bila perlu akan dites oleh Direksi Pekerjaan, dengan
mengkombinasikan ukuran agregat yang proporsional agar didapat derajat yang patut.
6. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu selama berjalannya pekerjaan ,
demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. Perbandingan
campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang
dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang
dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlau banyak.
7. Faktor air semen dari beton (Tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh
melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya)
untuk kelas lain-lainnya. Pengujian beton dilakukan Direksi Pekerjaan dan perbandingan
campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki,
kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak
berhak atas penambahan kompensasi disebabkan perubahan yang demikian.

2.4.2. Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus meneyediakanperalatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah masing-masing bahan pembentukan beton,
yang harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
2.4.3. Mengaduk
1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu “Batch Mixer” atau “Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya1,5 menit
sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer.
Waktu pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3.
Direksi berwenang menambah waktu pengadukan jika gagal mendapatkan hasil adukan
dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam
komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya
perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama
pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) tidak diperkenankan.
2. Pencampuran dengan tangan diizinkan jika pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable
Mixer tak mungkin digunakan menurut pendapat Direksi Pekerjaan. Untuk mempermudah
pencampuran ini kontraktor akan membuat beton massif dengan ketebalan tidak kurang
dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi 10 cm.
2.4.4. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32 oC dan tidak kurang dari 4,5 oC.
Bila suhu beton antara 27 oC dan 32 oC, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk
kemudian langsung dicor. Bila lebih dari 32 oC, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah
efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 320 C.

2.4.5. Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton,
penyokong dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton
(cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan
lepas.
3. Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup
dengan beton baru atau adukan; dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan
kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara sebelum
pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada
kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus
dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor.
4. Cara-cara dan alat yang digunakan untuk pengangkatan beton harus sedemikian
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa
ketempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan
perubahan nilai slump.
5. Beton dicor hanya pada waktu Direksi Pekerjaan atau wakilnya yang ditunjuk serta
pengawas Kontraktor yang setara ada ditempat kerja. Permukaan Construction Joints
harus dilapisi penutup yang terbuat dari adukan semen (air pasta semen) atau ditutup
dengan lapisan spesi/mortar harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti
campuran beton yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya.
6. Beton harus segera dicor pada adukan yang baru. Dalam pengecoran beton pada
Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan dengan
pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok.
7. Tidak diperkenankan pencampuran/pemotongan kembali beton. Beton yang sudah
mengeras harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan itu. Transportasi dari
pengadukan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh.
8. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan (joints), semua penuangan beton
harus selalu kira -kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50
cm. Direksi Pekerjaan berhak mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan
tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
9. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras. Selama hujan air semen atau
spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang
hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu
pengecoran tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai.
10. Ember-ember/backet beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada
slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme
pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember
beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainya dimana diperlukan
terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
11. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari
yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi.
12. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin,
sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua
permukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan
dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan
kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Semua beton harus
dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan kecepatan paling
sedikit 7000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.

2.4.6. Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan


2.4.6.1. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan
1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk
dibenahi. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada Direksi untuk dinilai
kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak keropos sampai tulangan terlihat, harus
mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk Direksi.
2. Umumnya, diperlukan waktu min. 2 hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang
tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya dan tujuh hari untuk dinding-dinding
pemikul dan saluran-saluran.
2.4.6.2. Perawatan (Curing)
1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air. Direksi berhak menentukan cara perawatan
bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus-menerus (segera sesudah beton cukup
keras untuk mencegah kerusakan) dengan menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau
cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang
digunakan dalam perawatan harus memenuhi spesifikasi.

2.4.6.3. Perlindungan (Protection)


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum terakhir
diperiksa oleh Direksi. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari
langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran.

2.4.6.4. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan


1. Penyempurnaan permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan
disaksikan oleh Direksi. Permukaan beton akan diuji/ditest oleh Direksi jika perlu.
Ketidakteraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt) atau lambat laun
(gradual).
2. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang
membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan
lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang sekonyong-konyong (abrupt)
dan akan diuji dengan pengukuran langsung. Semua ketidak teraturan lainnya dapat
dianggap sebagai ketidak teraturan yang gradual dan akan diperiksa oleh Direksi. Sebelum
menerima pekerjaannya, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan yang terbuka
dari kerak-kerak dan kotoran lainnya.

2.4.6.5. Perbaikan Permukaan Beton


1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau
permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang rusak, hal ini dianggap
tidak sesuai spesifikasi. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan
diberikan oleh Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus
dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan
ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang
kerikil, kerusakan karena cetakan, lubang-lubang karena keropos, lubang-lubang baut,
ketidakrataan oleh pengaruh sambung-sambungan cetakan, dan bergeraknya cetakan.
Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan
seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus terus-menerus dibasahi
selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan.
3. Jika menurut pendapat Direksi hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-
bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak
memuaskan, Kontraktor diwajibkan untuk menutup seluruh dinding (dengan spesi plester),
sesuai dengan instruksi dari Direksi.
4. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan
diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortar tambalan yang kering yang disusun dari satu
bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi
yang tidak susut, yang disetujui Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan
air yang cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama
lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tidak akan mengeluarkan
air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu
dipadatkan dengan alat yang cocok.

2.4.6.6. Pengukuran dan Pembayaran


Semua beton dimintakan untuk pekerjaan dalam spesifikasi ini harus tercakup dalam harga
satuan yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk bagian-bagian yang sesuai
dimana beton dipergunakan. Harga satuan yang ditawarkan untuk pekerjaan semacam itu
harus mencakup air, pasir dan kerikil/batu pecah, bahan penambah (admixture), non-shrink
compound, cetakan-cetakan, minyak cetakan, pengolahan pencampuran, pemeliharaan
temperatur, pengangkutan, persiapan untuk pengecoran, pengecoran, pembukaan cetakan-
cetakan, perawatan (curing), perlindungan, penyempurnaan dan perbaikan permukaan beton,
serta semua pekerjaan lainnya, sesuai persyaratan dan keperluan yang tercakup disini.

2.4.7. Pengetesan Beton


2.4.7.1. Percobaan-Percobaan Pendahuluan
 Sebelum pekerjaan beton dimulai Kontraktor wajib mengadakan percobaan pendahuluan
untuk meguji apakah bahan yang dipakai serta campuran yang direncanakan dapat dicapai
kekuatan serta mutu yang disyaratkan.
 Bahan serta campuran yang mencapai mutu beton yang disyaratkan dipakai standar bagi
pelaksanaan dan setiap kali akan diadakan percobaan pendahuluan juga.
 Jika tidak ditentukan lain oleh direksi jumlah benda uji adalah 20 buah yang dapat
diambilkan dari beton-beton yang dicor pada tarif permulaan pekerjaan seperti untuk
bagian-bagian konstruksi non structural ataupun yang direncanakan dengan mutu BI (yang
ditegaskan dalam gambar).
 Kalau jumlah benda uji tidak mungkin diambil sebanyak itu maka harus diambil sedemikian
rupa secara random dan dengan perhitungan statistik yang sesuai. Pemeriksaan benda-
benda uji dapat dilaksanakan pada umur beton yang kurang dari 28 hari dengan
memperlihatkan perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur seperti dibawah ini :

Umur beton (hari) 3 7 14 21 28

PC biasa 0.4 0.65 0.8 0.95 1.00


PC dengan kekua- 0.5 0.75 0.9 0.95 1.00
tan awal yang tinggi

2.4.7.2. Pemeriksaan Mutu Beton dan Mutu Pelaksanaan


Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus dengan mengambil dan memeriksa benda-
benda uji.
Apabila salah satu syarat diatas tidak dipenuhi maka Kontraktor wajib menyelidikinya sebab-
sebab dari penyimpangan serta melaporkan hasilnya kepada Direksi disertai usul-usul
mengenai perbaikan-perbaikan selanjutnya dan pengecoran beton harus segera dihentikan.
Tindakan yang diambil bila dari pemeriksaan benda uji tidak memenuhi syarat:
a. Jika pengecoran belum selesai maka pengecoran harus dihentikan dan dalam waktu
singkat diadakan percobaan non destruktif pada bagian konstruksi yang dianggap
meragukan. Untuk itu dapat dilakukan pengujian dangan concrete tester atau mengambil
benda uji dari bagian konstruksi (pada tempat-tempat yang tidak terlalu banyak
mempengaruhi kekuatan konstruksi dan harus dibawah pengawasan seorang ahli).
b. Mutu beton dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bias dilanjutkan apabila kekuatan
tekan beton karakteristik minimal sama dengan 80 % dari nilai kekuatan beton karakteristik
yang disyaratkan.
c. Apabila tidak dipenuhi persyaratan diatas maka dapat diambil percobaan pembebanan
langsung dan dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bisa dilanjutkan bila kekuatan
beton karakteristik minimal sama dengan 70 % dari nilai yang disyaratkan.
d. Apabila syarat-syarat diatas masih belum terpenuhi maka harus dicari pemecahan, misal
dengan memberikan kekuatan-kekuatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Apabila tidak
bias dilaksanakan demikian, baru bagian konstruksi yang meragukan tersebut dibongkar.
e. Semua biaya yang dikeluarkan harus ditanggung oleh Kontraktor karena hal tersebut
dianggap disebabkan oleh kesalahan Kontraktor.

2.4.7.3. Pembuatan Benda Uji


Benda uji dibuat dengan bentuk kubus (15 cm atau 20 cm) atau silinder diameter 15 cm hingga
30 cm dan perbandingan kekuatan tekan dapat dilihat sebagai berikut :

Perbandingan Kekuatan
Benda Uji
Tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0.95
Silinder 15 x 30 cm 0.83

3. PIPA GALVANIS DAN FITTING


3.1. Diameter Pipa
Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran diameter nominal berikut ini harus mempunyai ukuran
diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum dilapisi pelindung dalam dan luar sebagai
berikut :
Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa Baja
Diameter Nominal Diameter Luar Ketebalan Dinding
(mm) (mm) Minimum (mm)

100 114,3 4,5


150 168,3 5,0
200 219,1 5,8
250 273,0 6,4
300 323,8 6,4
350 355,6 6,4
400 406,4 6,4
CATATAN:
+ 10
Toleransi tebal untuk pipa tipis adalah %
-8

3.2 Fitting
Semua fitting baja / steel harus dari bahan yang sama dan difabrikasi sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan dan harus didisain dengan kekuatan yang sama dengan pipanya.

3.3 Sambungan
a. Lengkungan dan pipa baja yang akan dipasang di tanah harus mempunyai satu ujung pipa
polos. Ujung pipa yang lain harus berbentuk socket menurut DIN 2461 atau mempunyai
selongsong luar yang dilas. Selongsong luar harus dari mutu Schedule 40 atau standard yang
setara. Selongsong ini boleh dipotong dari pipa yang sesuai atau dibuat dari strip baja karbon.
Tebal dinding dan panjang selongsong minimal harus sesuai dengan tebal minimal pipa.
b. Pipa-pipa baja yang akan dipasang diatas tanah dapat dilas menumpu atau disambung
dengan flens menurut pilihan kontraktor.

3.4 Alat-alat Bantu


Reducer (tapers) harus bertipe konsentris kecuali untuk bagian penyedot pipa dimana harus
dipakai reducer eksentris. Panjang semua reducer minimal harus 3 x selisih diameter ujung yang
besar dengan yang kecil. Tebal dinding reducer minimal harus sama dengan diameter pipa baja
yang lurus pada ujung yang diameternya lebih besar dimana reducer dipasang.

3.5. Lapisan Dalam Pipa Baja


3.5.1 Pelapisan Pipa Perlindungan Luar Untuk Pipa Galvanis.
a. Pipa dilapis seng dengan cara dicelup ke dalam larutan seng panas (hot dip galvanizing)
atau tanpa lapisan yang digunakan untuk penyaluran air.
b. Permukaan lapisan seng pada Pipa Galvanis harus merata dan tidak boleh ada yang tidak
terlapisi dan harus memperlihatkan warna seng yang seragam.
c. Untuk pipa yang dilapis seng, komposisi kimia bahan baku pelapis harus berkadar seng (Zn)
minimum 98,5%.

3.5.3 Penandaan
Pada bagian luar untuk setiap pipa dan accessories harus ditandai dengan:
a. Logo/merek pabrik pembuat
b. Kelas (Lgh = tipis, Med = medium dan Hvy = tebal)
c. Diameter nominal
d. Panjang

4. VALVE
4.1. Umum
4.1.1. Persyaratan Umum
a. Setiap katup pada dasarnya badannya terdiri dari besi cor atau besi ductile dengan dudukan
karet, piringan (disc), sebuah lubang katup dan penggerak mekanik, dan harus dalam segala
hal memenuhi persyaratan “Standards for Rubber - Seater Butterfly Valves” (AWWA
Designation C 504) atau standar International yang lain yang diakui yang menjamin kwalitas
yang sama atau lebih tinggi dari standar yang disebutkan di sini dan harus direncanakan
untuk tekanan kerja tidak kurang dari 12 bars.
b. Setiap piringan katup berputar dengan sudut 90 derajat antara keadaan terbuka penuh
dengan tertutup seluruhnya, dan piringan berada dalam posisi tertutup, sebuah bidang datar
melalui sumbu perputaran dari piringan katup harus vertikal.
c. Penggerak mekanik harus disertakan pada badan katup dan harus memenuhi standar AWWA
C 504.
d. Setiap penggerak mekanik harus dapat dilepaskan guna pemeriksanaan atau perbaikan dan
dilengkapi dengan perlengkapan untuk penguncian piringan dalam keadaan terbuka penuh
atau tertutup ketika penggerak mekanik dilepas.
e. Semua bagian dari penggerak mekanik harus siap setiap saat untuk pemeriksaan,
penyesuaian, perbaikan dan penggantian.
f. Penggerak mekanik untuk pengoperasian katup dengan tangan harus dapat mengunci
sendiri sedemikian rupa sehingga getaran tenaga air tidak akan menyebabkan piringan
bergerak dari tempatnya.
g. Semua katup yang disediakan menurut persyaratan ini harus cocok untuk pengoperasian
berulang guna mengatur aliran air minum.
4.1.2 Badan Katup
Badan katup dan flens harus terbuat dari besi tuang yang memenuhi persyaratan “Specifications
for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and pipe fittings”, kelas B (ASTM Designation A 126),
dari besi ductlile (ASTM 536), atau dari besi baja yang dipabrikasi.

4.1.3 Dudukan Katup


Dudukan katup harus tertahan dalam alur yang dibuat dengan mesin di dalam badan katup
dengan bantuan potongan penahan, atau dicor dengan semen, atau dengan cara lain yang
mengikat pen-pen penahan, potongan-pottongan penahan, baut-baut, mur-mur dan ring-ring.
Semua komponen tersebut harus terbuat dari baja anti karat.

4.1.4 Piringan Katup (Valve Shaft)


Piringan katup harus terbuat dari besi tuang yang mengandung 2(dua) prosen nekel. Dudukan
piringan terbuat dari besi tuang atau dari baja anti karat (stainless steel) dan harus mempunyai
dasar yang halus.

4.1.5 Lubang Katup (Valve Shaft)


Lubang katup harus dari baja anti karat dan harus berdiameter minimum tidak lebih kecil dari
yang dipersyaratkan di dalam tabel 5 “ Standard for Rubber - Seated Butterfly Valves” (AWWA
Designation C 540), yang direncanakan untuk kecepatan operasi normalnya.

4.1.6 Lapisan Epoxy


Permukaan besi bagian luar dan bagian dalam dari katup (tidak termasuk permukaan yang
dibuat dari bahan anti karat) harus dilapisi dengan coaltar epoxy. Lapisan harus disemprotkan
di pabrik setebal 3 lapis (3 kali semprotan). Ketebalan minimum pelapisan kering adalah 0.20
mm.

4.1.7. Lain-Lain
Penentuan syarat semua item asessoris dan fitting dapat dibuktikan dengan sertifikat dari pabrik.

4.2 Gate Valve


a. Katup pembuka harus dari bor yang menerus lurus dan badannya terbuat dari besi ductile
dan puncak katup perunggu yang merupakan piringan ganda irisan solid, dari tipe yang
tangkainya tidak naik/timbul ke atas. Katup harus memenuhi standar AWWA C 500 “ Gate
Valves for Water and Other Liquid” atau standar internasional yang lain yang diakui dan dapat
menjamin kwalitas yang setara atau lebih tinggi dari standar yang disebutkan di sini dan harus
direncanakan untuk mempunyai tekanan kerja tidak kurang dari 16 bars.
b. Katup dengan ukuran  ND 50 mm harus disediakan dengan flens pada ujungnya.
c. Lapisan coaltar epoxy harus dilapiskan pada permukaan luar dan dalam katup besi kecuali
permukaan akhir atau yang bersifat memikul beban. Permukaan-permukaan harus bersih,
kering dan tidak berminyak sebelum pelapisan. Pelapisan dilaksanakan dengan tiga kali
semprotan. Ketebalan pelapisan kering minimum 0.20 mm.
d. Penentuan syarat semua item asessoris dan fitting dapat dibuktikan dengan sertifikat dari
pabrik.

4.3 Air Valve (Katup Pelepas Udara)


a. Katup pelepas udara harus mempunyai badan yang terbuat dari besi tuang atau besi ductile
berkekuatan tinggi, pelampung dari baja anti karat, dan dirancang untuk tekanan kerja
sebesar 16 bars. Katup harus berisikan katup penutup yang lengkap untuk digunakan selama
pemeliharaan.
b. Semua bagian-bagian yang bergerak harus terbuat dari baja anti karat atau perunggu.
c. Setiap katup harus diuji secara hidrostatis pada tekanan udara 10 bars tanpa menunjukan
kebocoran.
d. Penentuan syarat semua item asessoris dan fitting dapat dibuktikan dengan sertifikat dari
pabrik.

4.4 Pengetesan di Pabrik


Pemeriksaan bagian luar, bentuk, dimensi dan berat harus dilaksanakan pada setiap fitting dan
valve. Fitting dan valve harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindari pembengkokan.
Semua fitting harus baik dan bebas dari kerusakan pada permukaan.
Setiap fitting harus sesuai dengan pengujian tekanan hidrostatik sebagaimana telah ditetapkan
dalam SNI . Penentuan syarat semua item asessoris dan fitting dapat dibuktikan dengan sertifikat
dari pabrik. Fitting yang bocor atau tidak tahan dengan tekanan pengetesan akan ditolak.

4.6 Pemberian Tanda


Masing-masing fitting dan valve harus diberi tanda nama pabrik, tahun pembuatan dan diameter
nominal. Tanda-tanda tersebut boleh dicor, dicat atau cap-capan.
Untuk material jembatan pipa (pipa dan perlengkapannya) yang terdiri dari baja dan galvanis
pengadaannya dimasukkan ke dalam paket-paket pelaksanaan.

5. PENGETESAN DAN PEMERIKSAAN


5.1 Pemeriksaan dan Pengetesan Pipa, Fitting, Valve dan Assessories di Pabrik
5.1.1 Presentasi di Pabrik
Presentasi test pipa, fitting dan accessories berlangsung di pabrik. Pemasok menyediakan
peralatan test, material yang diperlukan, alat-alat pemeriksa dan personalia yang terlatih untuk
presentasi pengetesan.
Pemasok harus memberitahukan secara tertulis tentang prosedure demonstrasi 15 hari sebelum
acara dimaksud diadakan.
Wakil dari Pihak Pembeli yang bertanggung jawab atas penerimaan hasil pengetesan boleh
berperan serta dalam persiapan dan pengambilan contoh, juga dalam pemeriksaan ukuran dan
test hidrolis.
Pemeriksaan dan pengecekan berat pipa, fitting, valve dan Accessories bisa dilakukan setelah
material-material tersebut diberi coating.

5.1.2 Pengecekan Geometrik


Barang-barang yang deviasinya lebih besar dari toleransi akan ditolak.

5.1.3 Pengecekan Fisik


Pipa, fitting, valve dan accessories yang menurut pendapat para pemeriksa, menunjukkan
kekurang sempurnaan kecil yang tidak bisa tidak mesti terjadi pada saat proses pabrikasi dan
tidak merugikan bila dipakai tidak harus ditolak dan Pemasok atas pertanggung jawabannya
sendiri memutuskan cara-cara untuk menghilangkan noda-noda ketidaksempurnaan tersebut.
Dengan persetujuan Pihak Pembeli, Pemasok boleh juga memperbaiki cacat yang terjadi namun
yang tidak memerlukan pengelasan untuk perbaikan tersebut.
a. Berat
Semua barang-barang harus ditimbang. Pipa dan Fitting ukuran normal 300 mm atau lebih
harus ditimbang secara terpisah. Barang-barang yang mempunyai diameter lebih kecil harus
ditimbang bila dalam konsinyasi sampai 2000 Kg.
Barang-barang yang beratnya kurang dari berat normal (setelah dikurangi dengan toleransi)
boleh diterima oleh Pihak Pembeli, dengan kebijakannya sendiri dan dengan kondisi bahwa
mereka memenuhi persyaratan-persyaratan lain yang diminta. Barang - barang yang
beratnya melebihi berat normal harus diterima.

b. Test Mekanikal
Test rentang harus dilakukan pada contoh yang dipilih dari lot yang akan diserahterimakan.
Bila barang-barang yang test hasilnya memenuhi syarat, maka lot tersebut harus diterima
dengan syarat bahwa tidak satupun dari contoh barang yang ditest menunjukkan hasil kurang
dari 10 % dari nilai yang diperlukan.

5.1.4 Laporan tentang Pemeriksaan di Pabrik


Laporan pemeriksaan yang dibuat untuk setiap lot harus ditandatangani oleh pihak-pihak yang
hadir. Barang - barang yang ditimbang secara terpisah harus diditunjukkan dalam laporan
tersebut dengan indikasi tentang massa dan nomernya.
Masing-masing group barang yang ditimbang secara bersama harus diindikasikan dalam nomor
dan berat keseluruhan.
Hasil semua pemeriksaan dibuktikan dengan sertifikat pabrik.
5.2 Pemeriksaan Pipa, Fitting dan Accessories di Lapangan
5.2.1 Aspek
Barang yang menunjukkan adanya cacat, irregular bending, ovalisasi unsticking atau cacat pada
coating luar atau lining dalam harus ditolak.

5.2.2 Test Hidrolik


Pihak Pembeli berhak melakukan test hidrolik terhadap barang-barang yang menurut
pendapatnya tidak memenuhi persyaratan kekedapan air. Test tersebut dibatasi pada 1 % dari
jumlah barang yang harus dipasok ke lapangan.
Test tersebut dilakukan dengan biaya dari Pihak Pemasok.

5.2.3 Prosedure
Untuk prosedure pemeriksaan dan penerimaan barang sementara diterapkan peraturan -
peraturan yang terdapat pada Persyaratan Umum dan Persyaratan Khusus Dokumen Tender
ini.
G. Jangka Waktu Pelaksanaan
Pekerjaan Pembangunan Jaringan Perpipaan SPAM IKK Sampolawa Kabupaten Buton Selatan
dilaksanakan dalam jangka waktu 210 (Dua Ratus Sepuluh) hari kalender terhitung sejak tanggal surat
perintah mulai kerja (SPMK).

H. Jenis, Kapasitas dan Jumlah Peralatan Utama Minimal


Daftar peralatan utama yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan utama:

Kepemilikan
No Jenis Kapasitas Jumlah
/status
1 Dump Truck 4 M3 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
2 Pick Up 1 M3 2 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
3 Genset 10 KVa 3 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
4 Mesin Las 500 A 3 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
5 Jack Hammer > 50 J 2 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
6 Takel/ Chain Block 3 Ton 2 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli

Peralatan yang wajib dimobilisasi selain Peralatan Utama pada saat Pelaksanaan Pekerjaan :

Kepemilikan
No Jenis Kapasitas Jumlah
/status
1 Alat Test Tekanan Pipa Air 20 Bar 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
2 Stamper/ Hand Compactor Standar 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
3 Alat Pemotong Pipa 3” – 12” 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
4 Peralatan Tukang Pipa Campuran 3 Set Milik/ Sewa/ Sewa Beli
5 Trackel Joint - 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
6 GPS - 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
7 Altimeter - 1 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli
8 Meter Roll 100 m 2 Unit Milik/ Sewa/ Sewa Beli

I. Daftar Pekerjaan Utama


Daftar item pekerjaan utama adalahsebagai berikut:

No. Nama item pekerjaan utama


Perpipaan Jaringan Distribusi
1 Pengadaan dan Pemasangan Pipa GI dia 200 mm (IPA-Pertigaan Masuk Lokasi IPA)
2 Pengadaan dan Pemasangan Pipa GI dia 200 mm (Pely. Ke Batauga)
3 Pengadaan dan Pemasangan Pipa GI dia 150 mm (Pely. Ke Batauga)
4 Pengadaan dan Pemasangan Pipa GI dia 150 mm (Pely. Ke Gng. Sejuk)
5 Pengadaan dan Pemasangan Pipa GI dia 75 mm
J. Personil Manajerial
Kebutuhan personil manajerial untuk pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:

Jumlah
Kualifikasi
Orang
Posisi Status
Tingkat
Jurusan Keahlian Pengalaman Tenaga
Pendidikan

A. Tenaga Manajerial yang dipersyaratkan pada saat Pelaksanaan Pekerjaan


Manager Teknik Sipil/
Sarjana (S1) Ahli Manajemen 4 Tahun
Proyek Lingkungan - 1
Proyek – Madya (602)

Teknik Sipil/
Manajer Sarjana (S1) Ahli Teknik Air Minum 3 Tahun 1
Lingkungan -
Teknik 1 – Muda (504)

Ahli K3 Konstruksi –
Muda (603) 3 Tahun
Ahli K3 Sarjana (S1) Umum atau Atau - 1
Ahli K3 Konstruksi 0 tahun
Madya (603)
Manager
Admin. dan Sarjana (S1) Umum - 2 Tahun - 1
Keuangan
B. Personil yang dimobilisasi selain Personil Manajerial yang dipersyaratkan pada saat Pelaksanaan Pekerjaan
: *)
Pelaksanaan Diploma 3 Teknik Sipil/ Pelaksana Lapangan 3 Tahun - 1
Lapangan Lingkungan Perpipaan Air Madya
Perpipaan (TT020)
Drafter/ Juru Diploma 3 Teknik Sipil/ Juru Gambar / 3 Tahun - 1
Gambar Lingkungan/ Draftman - Tata
Arsitektur Lingkungan (TT003)
Tukang SLTA Sederajat - Tukang Pasang Pipa 3 tahun
Pasang Pipa (TM038) - 2

Tukang Las SLTA Sederajat - Tukang Las 3 tahun - 3


Konstruksi Konstruksi Plat dan
Plat dan Pipa Pipa (TM039)
Tukang SLTA Sederajat - Tukang Pasang 3 tahun - 1
Bangunan Batu/Stone (Rubble)
Umum Mason (TA005)
Pelaksana SLTA Sederajat - SKT Tukang Cor - 1
Beton/Concretor/ 3 tahun
Concrete Operation
(TS013)
Logistik SLTA Sederajat - - 1
3 tahun
*) Personil ini harus ada saat dimulainya pekerjaan
K. Identifikasi bahaya dan penetapan risiko keselamatan konstruksi
1. Daftar jenis pekerjaan dan identifikasi bahaya

No Jenis/Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya Keparahan Kekerapan Tingkat Resiko

1 Pengadaan dan Pemasangan Pipa, 1. Pekerja Terkena percikan api atau terbakar (saat 4 1 4 (Rendah)
Fitting, dan aksesoris pengelasan)

2. Iritasi mata dan kulit (saat pengelasan dan 1 4 4 (Rendah)


pengecatan)

3. Pekerja terperosok kedalam lubang 1 1 1 (Rendah)

4. Tertusuk besi baja/benda lainnya 2 1 2 (Rendah)

5. Tertimpa benda/material 2 3 6 (Sedang)

6. Pekerja terjatuh dari ketinggian 3 1 2 (Rendah)

7. Pekerja tercangkul atau terkena peralatan 2 1 1 (Rendah)

Dari uraian jenis pekerjaan dan jenis bahaya di atas, dipilih satu jenis pekerjaan dan satu identifikasi bahaya yang memiliki tingkat risiko paling tinggi untuk
menjadi persyaratan evaluasi tender sebagai berikut:

No Jenis/Item Pekerjaan Uraian Identifikasi Bahaya


1 Pengadaan dan Pemasangan Pipa, Fitting, dan Tertimpa benda/material
aksesoris
2. Penetapan risiko keselamatan konstruksi
Untuk paket pekerjaan ini, risiko keselamatan konstruksi yang ditetapkan dengan tingkat risiko
sedang. Mengacu pada tingkat risiko keselamatan konstruksi yang ditetapkan dalam Rancangan
Konseptual SMKK Perancangan Konstruksi atau sesuai ketentuan dalam Permen PUPR No.
21/2019.

L. Gambar Teknik
Gambar untuk pelaksanaan pekerjaan tertuang dalam Detailed Engineering Design (DED) sebagaimana
terlampir dan menjadi bagian dari dokumen spesifikasi teknik ini.

Uraian spesifikasi teknis ini telah direview untuk selanjutnya ditetapkan menjadi bagian dalam Dokumen
Persiapan Pengadaan.

Menyetujui Kendari, 14 Januari 2021


Kepala Satuan Kerja, PPK Air Minum
Pelaksanaan Prasarana Permukiman Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara

H. SAHABUDDIN, SE, ST., M.Si. EKA AGUS SUBIYANTORO, ST., M.Eng.


NIP. 19671107 200812 1 001 NIP. 198808172 01012 1 002

Anda mungkin juga menyukai