Anda di halaman 1dari 67

STUDI KELAYAKAN

Pengelolaan
Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) melalui Pola
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
Atas Prakarsa Badan Usaha
di Kabupaten Buton Selatan

Dibuat untuk:

KABUPATEN BUTON SELATAN


Disusun oleh Pemrakarsa KPBU:

PT. ABIYASA ANUGRAH SAKTI

SOLUSI PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK MELALUI


PEMASANGAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM PINTAR

2017
PENGANTAR
Salam hormat, semoga kita semua selalu ada dalam lindungan-Nya dan diberikan
kesehatan serta kesuksesan. Perkenalkan kami PT. Abiyasa Anugrah Sakti adalah
perusahaan yang berkonsentrasi untuk mendorong percepatan program hemat
energi dan ramah lingkungan melalui penerapan smart system technology.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti mengajukan diri sebagai Pemrakarsa Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam menyiapkan sarana Lampu
Penerangan Jalan Umum (PJU) dengan menggunakan sistem Pintar di semua
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, maka pada tahap ini kami menyajikan Studi
Kelayakan (Feasibility Study) sebelum dilaksanakannya kontrak kerjasama KPBU.
Sebaiknya dalam penyusunan FS tersebut memperhatikan data hasil survey atau
pengamatan lapangan terhadap Lampu PJU eksisting dan melakukan verifikasi dan
validasi data dalam penyempurnaannya.
Studi Kelayakan merupakan kelanjutan dari Prastudi Kelayakan yang telah diajukan
sebelumnya dan telah melakukan penilaian serta analisis kelayakan KPBU dengan
mempertimbangkan sekurang-kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan,
pengelolaan risiko, lingkungan dan sosial. Sehingga Studi Kelayakan merupakan
kajian yang dilakukan oleh Badan Usaha calon Pemrakarsa untuk KPBU atas
mekanisme Prakarsa Badan Usaha sebagai salah satu pemenuhan prasyarat.
Dalam Studi Kelayakan ini akan kami disajikan aspek finansial terkait dengan sistem
investasi pihak investor dan aspek ekonomi terkait dengan kepentingan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang bekerjasama sehingga tergambar kompensasi yang akan
didapatkan, aspek teknis serta aspek-aspek keuntungan dan manfaat lainnya yang
memberikan gambaran pentingnya prakarsa ini.
Dengan demikian, harapan kami dalam waktu yang tidak terlalu lama Pengelolaan
Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) melalui Pola Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha di Kabupaten Buton Selatan akan
segera terlaksana dan menjadi Percontohan bagi daerah Kabupaten/Kota lain yang
akan menggunakan Lampu PJU Pintar secara menyeluruh.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Hormat Kami,
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Agus Nugraha
Direktur Utama

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahun 2009, Presiden Republik Indonesia telah menyampaikan komitmen untuk
mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun 2020
dibandingkan dengan skenario business as usual (BAU) dan meningkat menjadi 41%
apabila mendapat bantuan internasional. Hal ini dituangkan ke dalam Peraturan
Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK).
Di tingkat daerah, Peraturan Presiden ini juga mengamanatkan penyusunan Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) komitmen Pemerintah
Daerah untuk turut berpartisipasi mencapai target penurunan emisi GRK. Sektor
energi merupakan penyumbang emisi terbesar kedua di Indonesia, salah satunya
bersumber dari penyediaan tenaga listrik yang didominasi batubara.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim, penerapan
konservasi energi merupakan salah satu aksi mitigasi yang paling murah dan mudah,
salah satunya adalah di Penerangan Jalan Umum (PJU).
Langkah penghematan listrik melalui peningkatan efisiensi energi PJU dapat
memberikan sumbangan yang signifikan dalam pengurangan emisi GRK Indonesia
dengan melakukan pergantian Lampu Konvensional ke Lampu LED. Hal ini dapat
menghemat penggunaan energi sebesar 60% dalam kondisi optimal.
Penerangan Jalan Umum (PJU) sudah menjadi salah satu kebutuhan vital bagi
masyarakat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari adanya jalan dan
lingkungan khususnya di wilayah perkotaan. Penerangan jalan sangat bermanfaat
dalam membantu para pengendara dalam memantau kecepatan, keakuratan, dan
kenyamanan penglihatan di saat malam hari, menjaga kualitas jarak pandang, serta
memudahkan bagi kendaraan yang meintas dan juga pejalan kaki. Fungsi
penerangan jalan umum selain untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan
para pengendara, khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam
hari juga untuk keamanan lingkungan sekitar atau mencegah kriminalitas serta untuk
memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan.
Mengingat pentingnya keberadaan penerangan jalan umum sebagai kebutuhan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

publik, maka sudah menjadi kewajiban pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan, untuk secara konsisten melakukan upaya-
upaya perawatan pada semua titik lampu penerangan jalan umum, seperti
mengganti lampu yang rusak atau mati, memotong dahan pohon atau daun yang
menghalangi pencahayaan, serta senantiasa menjaga ketersediaan penerangan jalan
umum di setiap titik-titik yang membutuhkan.
Berkaitan dengan rencana kerjasama pengelolaan Lampu PJU Pintar antara PT.
Abiyasa Anugrah Sakti dengan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan melalui Pola
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha
(unsolicited), dapat kita teridentifikasi beberapa masalah atau kondisi eksisting lampu
PJU dari hasil pengamatan di lapangan secara umum, antara lain:
1. Minimnya data yang memadai terkait jumlah dan jenis lampu yang terpasang,
terutama karena tingginya jumlah sambungan yang ilegal dan tingkat pemeteran
yang rendah untuk PJU.
2. Sistem pembayaran listrik kepada PLN berbentuk lum-sum yang cenderung
melampaui perkiraan konsumsi dan besarnya tagihan kemungkinan besar tidak
sesuai dengan pemakain aktual sehingga mengurangi motivasi untuk
melaksanakan penerangan jalan yang lebih efisien.

1
3. Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) mengalami titik impas bahkan defisit untuk
membayar Rekening Penerangan Jalan (RPJ) sehingga Anggaran untuk
pembiayaan PJU sangat terbatas dari Pemerintah Daerah yang akan berakibat
pada pengelolaan PJU oleh Pemerintah Daerah mengalami kesulitan pada saat
membayar tagihan.
4. Komposisi lampu boros energi yang memiliki daya besar yang sering dipasang di
perkampungan dan perumahan masih menggunakan tarif Abonemen yang
sangat menguras PPJU.
5. Jenis lampu yang banyak dipasang adalah lampu merkuri swabalast berdaya
besar (>125W) yang dipasang dengan armatur Caping yang termasuk lampu
boros energi dikarenakan lampu ini merupakan lampu favorit warga.
6. Dikarenakan hampir sebagian besar PJU di perkampungan dan perumahan (jalan
lokal dan lingkungan, bahkan di jalan kolektor dan arteri) masih belum ada
meteran (Panel APP) maka belum ada jaringan PJU tersendiri yang terpisah dari
jaringan PLN.
7. Pemasangan instalasi PJU masih ala kadarnya (ada yang dipasang di pohon,
tembok, tiang kayu, dan menggantung) yang mengganggu pemandangan dan
mengancam keselamatan.
8. Dengan belum dimeterisasi, maka transparansi, kemudahan melacak hubung
sambung antara data lapangan dengan administrasi (database), dan efisiensi
belum bisa dioptimalkan.
9. Koordinasi pengelolaan yang belum sempurna akan menimbulkan kerugian
sehingga tegangan listrik untuk pelanggan disekitar lampu jalan akan turun, listrik
sering padam karena peralatan PLN kelebihan beban, merusak peralatan dan
jaringan milik PLN, hal tersebut dapat menimbulkan kebakaran, serta pasang baru
dan tambah daya tidak dapat dilayani karena beban peralatan PLN sudah terlalu
berat (overload).
Dilatarbelakangi berbagai masalah tersebut, maka PT. Abiyasa Anugrah Sakti
menjawab dengan mengajukan jalan keluar berupa “Solusi Penghematan Energi
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Listrik Melalui Pemasangan Lampu PJU Pintar”. Dengan solusi tersebut, kami dapat
mengganti seluruh lampu Penerangan Jalan Umum konvensional dengan lampu
Penerangan Jalan Umum Pintar dan pengelolannya dapat dilakukan bersama melalui
Pola Kerjasama Investasi yang disepakati yaitu Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha (unsolicited).
Sebagai Pemrakarsa, PT. Abiyasa Anugrah Sakti memiliki prasyarat dalam
melakukan pengajuan investasi yaitu terlebih dahulu membuat Prastudi Kelayakan
dan Studi Kelayakan untuk menilai layak atau tidaknya bentuk investasi yang
dilakukan. Sebelumnya telah dibuat Prastudi Kelayakan yang menggambarkan aspek
finansial terkait dengan sistem investasi pihak investor dan aspek ekonomi terkait
dengan kepentingan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan sehingga tergambar
kompensasi yang akan didapatkan, aspek teknis serta aspek-aspek keuntungan dan
manfaat lainnya yang memberikan gambaran pentingnya prakarsa ini.
Sehingga dalam Studi Kelayakan ini paling tidak digambarkan dan sempurnakan
beberapa aspek yang telah disajikan dalam Prastudi Kelayakan sebelumnya dan
terdapat sekurang-kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan, pengelolaan
risiko, lingkungan dan sosial.

2
1.2 TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN
Studi Kelayakan Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) Pintar Melalui
Pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha
(unsolicited) di Kabupaten Buton Selatan nantinya bertujuan untuk mengetahui
tingkat kelayakan ekonomis dan manfaat lainnya terhadap investasi Badan Usaha
yang melakukan pemasangan atau pengelolaan lampu PJU Pintar pada masa yang
akan datang.
Hasil Studi Kelayakan adalah bentuk penyempurnaan Prastudi Kelayakan yang telah
dilakukan sebelumnya dan telah mendapat persetujuan yang kemudian diharapkan
akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pola kerjasama KPBU. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015
tentang Tata cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan usaha Dalam
Penyediaan Infrastuktur bahwa Prastudi Kelayakan adalah kajian yang dilakukan
untuk menilai kelayakan KPBU dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya
aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan, pengelolaan risiko, lingkungan dan sosial.
Dan Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah kajian yang dilakukan oleh Badan
Usaha calon Pemrakarsa untuk KPBU atas mekanisme prakarsa Badan Usaha dalam
penyempurnaan Prastudi Kelayakan.
Hasil studi tersebut nantinya diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten
Buton Selatan sebagai pemilik lampu PJU untuk menetapkan kebijakan, perencanaan,
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan atau eksekusi lapangan terhadapa
proyek yang dimaksud, sehingga diharapkan target pelaksanaan proyek dapat
berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan.
Penyusunan Studi Kelayakan tersebut dilakukan secara sistematis yang akan
mengevaluasi dan menganalisis dari berbagai aspek, seperti aspek legalitas, aspek
pengelolaan organisasi dan manajerial, aspek teknis, aspek pengelolaan lingkungan,
aspek kompensasi dan manfaat, aspek pembiayaan serta aspek keuangan dan
ekonomis.
Hasil Studi Kelayakan tersebut diharapkan akan bermanfaat bukan hanya bagi
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan sebagai pemilik proyek, melainkan bagi calon
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

investor atau pemrakarsa badan usaha dalam melaksanakan penilaian yang


mendalam dan sistematis terhadap proyek pengelolaan lampu PJU Pintar, yang pada
gilirannya dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
pelaksanaan proyek, termasuk besarnya investasi yang ditanamkan serta manfaat
lainnya.

3
1.3 METODE PENYUSUNAN LAPORAN
Pendekatan yang digunakan dalam menyusun Studi Kelayakan tersebut dapat dibagi
menjadi dua cara, yaitu melalui pengumpulan dan pengkajian data serta melalui
pengamatan lapangan, yaitu:
1.3.1 MELALUI PENGUMPULAN DAN PENGKAJIAN DATA
Data yang dikumpulkan dalam Studi Kelayakan ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi pencahayaan
atau produk lampu LED serta sistem teknologi informasinya. Untuk mendukung
penyusunan studi kelayakan ini juga dilakukan studi kepustakaan dari berbagai
literatur yang telah dipublikasikan secara luas. Di samping itu dilakukan konfirmasi
dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap proyek tersebut maupun dari
pihak perusahaan yang memiliki pendanaan atau keuangan dan produk lampu PJU
Pintar. Data yang telah diperoleh diolah secara sistematis, sehingga menghasilkan
informasi yang relevan dengan tujuan studi kelayakan. Informasi inilah yang akan
digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan kesimpulan
1.3.2 MELALUI PENGAMATAN LAPANGAN
Pengamatan lapangan ini dilakukan berdasarkan kunjungan ke lokasi dengan
melakukan wawancara dan beberapa pengujian untuk memperoleh data yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengamatan lapangan ini dilakukan dengan tujuan antara lain:
a. Untuk mengetahui jumlah dan jenis lampu eksisting yang sudah terpasang dan
data lapangan yang dibutuhkan untuk menghitung kelayakan.
b. Untuk mengetahui rencana teknis, rencana produk dan peralatan yang akan
dipakai atau dipergunakan, teknis atau spesifikasi produk lampu PJU Pintar, letak
lokasi pemasangan titik lampu, sarana penunjang dan kesiapan prasarana
lapangan serta hambatan maupun faktor-faktor lain yang mendukung rencana
proyek.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

c. Untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan serta keberadaan lampu PJU
eksisting di sekitar proyek tersebut.
d. Untuk mengetahui rencana anggaran investasi maupun modal kerja yang
diperlukan.
e. Untuk mengetahui sejauh mana daya dukung prasarana dan sarana yang telah
ada di sekitar lokasi pemasangan titik lampu.

4
1.4 BATASAN-BATASAN LAPORAN
Laporan Studi Kelayakan Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) Pintar
Melalui Pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan
Usaha (unsolicited) di Kabupaten Buton Selatan yang akan diberikan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Selatan yang melakukan kerjasama investasi
tersebut memiliki pembatasan-pembatasan sebagai berikut:
a. Bahwa semua dokumen asli, dokumen-dokumen, pernyataan-pernyataan, dan
keterangan-keterangan yang diberikan atau diperlihatkan baik dalam bentuk asli
maupun fotokopi turunan dan/atau salinan oleh Pemerintah Kabupaten Buton
Selatan dan PT. Abiyasa Anugrah Sakti sebagai authorized SunRay Co., Ltd.,
sebuah perusahaan besar dari Korea Selatan yang memiliki pabrik lampu LED
dalam rangka Proyek adalah sah, asli, lengkap dan sesuai dengan kenyataan
sebenarnya;
b. Bahwa semua tanda tangan, materai, coretan dan tanda yang terdapat dalam
setiap dokumen asli yang diberikan dan/atau diperlihatkan oleh Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan dan PT. Abiyasa Anugrah Sakti adalah asli, termasuk
materai, coretan dan tanda yang terdapat dalam setiap dokumen fotokopi,
turunan dan/atau salinan adalah sesuai dengan yang terdapat dalam dokumen
aslinya dan tandatangan, materai, coretan dan tanda yang terdapat pada
dokumen asli adalah asli adanya;
c. Bahwa dalam Studi Kelayakan tersebut Pihak Penyusun adalah Badan Usaha
Pemrakarsa yaitu PT. Abiyasa Anugrah Sakti berdasar surat penunjukan dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Selatan yang bekerjasama sesuai dari segi
hukum;
d. Bahwa untuk menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan
proyek atau Pengelolaan Lampu PJU Pintar ini, Penyusun menghitungnya
berdasarkan data yang diterima dan dibandingkan berdasarkan prakiraan
dan/atau berdasarkan pengalaman di bidang usaha tersebut secara profesional;
e. Bahwa atas informasi dan asumsi-asumsi yang merupakan dasar dalam
pembuatan prakiraan dan proyeksi keuangan dimasa datang yang mungkin
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

dapat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga dan dalam
keadaan diluar dari kemampuan kami, kami tidak memberikan pendapat apapun
pada prakiraan keuangan atau pada keadaan sebenarnya atas prakiraan
dimaksud sesuai dengan hasil akhir atau atas asumsi-asumsi yang menjadi dasar
prakiraan tersebut;
f. Bahwa tanggung jawab Penyusun sehubungan dengan jasa yang diberikan dalam
Studi Kelayakan atas proyek ini (terlepas pada tindakan dalam kontrak, kelalaian
atau lain hal) terbatas pada deskripsi penugasan yang dituangkan dan telah
disepakati dalam surat penunjukan sebelumnya;
g. Setiap bagian dari Studi Kelayakan proyek tersebut nantinya harus dibaca secara
menyeluruh, bersifat rahasia dan diperuntukkan hanya oleh dan antara
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dan PT. Abiyasa Anugrah Sakti sebagai
badan usaha calon investor, serta tidak boleh diperlihatkan kepada pihak lain
tanpa sepengetahuan Tim Penyusun secara tertulis.

5
1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Studi Kelayakan tersebut paling tidak akan kami gambarkan penyempurnaan
beberapa aspek yang telah disajikan dalam Prastudi Kelayakan sebelumnya. Dalam
penyusunan Studi Kelayakan ini sistematika pembahasan sekurang-kurangnya
menjelaskan aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan, pengelolaan risiko,
lingkungan dan sosial yang berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut:
1.5.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang rencana proyek, tujuan
pembuatan studi kelayakan, metode yang digunakan, batasan-batasan studi
kelayakan dan sistematika pembahasan.
1.5.2 ASPEK LANDASAN HUKUM
Dalam aspek ini akan ditelaah terkait dengan landasan hukum yang mengatur
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan
Usaha (unsolicited), semua aspek yuridis yang memuat perundang-undangan serta
peraturan-peraturan terkait dengan rencana proyek Pengelolaan Lampu PJU Pintar di
Kabupaten Buton Selatan yang bekerjsama serta gambaran beberapa tahapan
rencana pelaksanaan proyek kerjasama pemerintah dan swasta atau badan usaha.
1.5.3 ASPEK PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Dalam aspek ini akan diuraikan bagaimana perencanaan dipersiapkan hingga
implementasi Proyek Pengelolaan Lampu PJU Pintar melalui Pola Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha dapat
dilaksanakan dengan baik.
1.5.4 ASPEK TEKNIS DAN SPESIFIKASI PRODUK
Dalam aspek ini akan dibahas mengenai desain sistem pemasangan lampu PJU Pintar
yang akan dibangun, pertimbangan karakteristik jalan dan fungsinya, pemilihan
teknologi atau produk lampu PJU Pintar yang akan digunakan dan gambaran lainnya
yang berhubungan dengan masalah teknis.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

1.5.5 ASPEK SOSIAL, BUDAYA DAN LINGKUNGAN


Dalam aspek ini akan dijelaskan mengenai dampak sosial dan budaya masyarakat
sekitar dari penggantian lampu, serta dampak umum lingkungan alam sekitar,
khususnya terkait penurunan emisi gas rumah kaca.
1.5.6 ASPEK PENGELOLAAN DAN MANFAAT
Dalam aspek ini akan dibahas berbagai hal terkait pengelolaan secara umum PJU dan
Pajak PJU serta peran PLN dalam pengelolaan PJU, dan manfaat yang timbul dari
pemasangan lampu PJU Pintar.
1.5.7 ASPEK PEMBIAYAAN
Dalam aspek ini akan diuraikan bagaimana tahapan proyek dikerjakan, anggaran atas
pembiayaan proyek, sumber pembiayaan proyek dan tata cara pembayaran
kerjasama yang diterima dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan
atas proyek Pengelolaan Lampu PJU Pintar melalui pola Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha.

6
1.5.8 ASPEK EKONOMI
Dalam aspek ini akan dianalisa mengenai asumsi dan data-data sekunder kondisi
lampu PJU yang bersumber dari pihak PLN dan yang telah disediakan oleh pihak
Dinas terkait Pemerintah Kabupaten Buton Selatan untuk memperkirakan besaran
penghematan yang didapat dari efisiensi KWh atas pemasangan lampu PJU Pintar
dengan menggunakan analisis komparatif, yaitu menghitung perbandingan antara
kondisi eksisting PJU dengan rencana penerapan PJU Pintar. Memberikan gambaran
terkait investasi atas pemasangan jaringan baru lampu PJU Pintar serta nilai
penghematan jika hanya mengganti mata lampu PJU eksisting. Dan selanjutnya akan
dilakukan pula analisa kelayakan ekonomi dengan menggunakan indikator nilai NPV
dan IRR.

1.5.9 PENUTUP
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah
diuraikan beserta saran atau rekomendasi.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

7
BAB II
Aspek LANDASAN HUKUM
2.1 PERPRES NOMOR 38 TAHUN 2015
Dengan pertimbangan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, Presiden
Joko Widodo (Jokowi) pada tanggal 20 Maret 2015 telah menandatangani Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam Perpres ini disebutkan,
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan Usaha
(BUMN, BUMD, swasta, badan hukum asing, atau koperasi) dalam Penyediaan
Infrastruktur.
Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 (Perpres 38/2015)
yang menggantikan peraturan sebelumnya (Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun
2005 dan perubahannya) tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur. Salah satu perubahan penting pada peraturan tersebut
adalah ditambahkannya jenis-jenis infrastruktur yang dapat dijalankan dengan skema
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) meliputi terutama jenis-jenis
infrastruktur sosial seperti infrastruktur lembaga pemasyarakatan, infrastruktur
kesehatan, infrastruktur perumahan rakyat, infrastruktur sarana dan prasarana
olahraga serta kesenian dimana pada umumnya jenis infrastruktur tersebut tidak
menghasilkan pendapatan/tarif dari penggunanya atau hanya menghasilkan
pendapatan yang relatif kecil dari penggunanya sehingga kurang menguntungkan
bagi swasta.
Melalui Perpres 38/2015 Pemerintah hendak menarik minat partisipasi swasta pada
pengadaan jenis-jenis infrastruktur sosial tersebut dengan menyediakan pilihan
mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan atau disebut juga Availability
Payment, yaitu pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan infrastruktur
sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU.
Mekanisme pembayaran ini bertujuan memberikan kepastian pengembalian investasi
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur karena pembayaran dilakukan oleh
Pemerintah kepada Badan Usaha Pelaksana secara berkala dengan jumlah yang relatif
pasti, tergantung pada kualitas dan/atau kriteria yang ditentukan dalam perjanjian
KPBU, terlepas dari jumlah aktual pendapatan/tarif yang diterima dari para
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

pengguna. Pendapatan yang diterima dari para pengguna layanan infrastruktur


menjadi hak Pemerintah. Swasta tetap menanggung risiko kenaikan biaya dan
keterlambatan konstruksi, serta kenaikan biaya operasi dan perawatan fasilitas
sepanjang masa konsesi.
Untuk melengkapi kebijakan/peraturan yang telah ada tentang KPBU, dapat
diusulkan sebuah kebijakan pelengkap yang mewajibkan KPBU dengan Availability
Payment ini sebagai mekanisme standar untuk proyek-proyek infrastruktur sosial
yang memenuhi kriteria tertentu.
Adapun kriteria utama yang dapat ditetapkan untuk dilakukannya pengadaan sebuah
infrastruktur sosial dengan skema KPBU adalah antara lain bahwa proyek tersebut
memenuhi kelayakan ekonomi, memiliki skala yang cukup signifikan untuk
ditawarkan kepada swasta, memenuhi parameter kelayakan Value for Money dan
memenuhi batasan-batasan dalam koridor kebijakan fiskal terkait pemanfaatan
APBN/APBD untuk pembayaran Availability Payment.
Manfaat yang diharapkan dari kebijakan pemanfaatan skema KPBU untuk
infrastruktur sosial bila dibandingkan dengan metode pengadaan tradisional meliputi
antara lain adalah sebagai berikut:

8
• Keunggulan dari pendekatan analisis biaya yang meliputi seluruh umur proyek
(whole life cycle costing). Pada metode pengadaan tradisional, Pemerintah fokus
pada pemilihan konstraktor konstruksi berdasarkan harga konstruksi yang paling
rendah, sedangkan pada KPBU Pemerintah fokus pada pemilihan Badan Usaha
yang memberikan kombinasi biaya konstruksi dan biaya perawatan serta biaya
modal paling rendah sepanjang umur proyek. Dengan demikian Pemerintah telah
menghasilkan efisiensi disamping juga mentransfer sebagian dari risiko, seperti
risiko konstruksi, risiko operasi, risiko pendanaan dan risiko kepemilikan aset.
• Lebih mendorong kepastian penyelesaian proyek yang lebih cepat atau tepat
waktu karena swasta baru akan menerima pembayaran dari Pemerintah bilamana
aset yang disyaratkan telah beroperasi. Risiko kenaikan biaya konstruksi maupun
risiko proyek mangkrak tidak lagi ditanggung oleh Pemerintah.
• Lebih memberikan insentif bagi swasta untuk memonitor dan menjaga kinerja
layanan infrastrukturnya secara maksimal karena semakin maksimal kinerja yang
diberikan akan akan semakin maksimal jumlah Availability Payment yang diterima
• Lebih fleksibel dan mendorong inovasi karena mengutamakan spesifikasi layanan
yang diperlukan. Pihak swasta memiliki ruang untuk berinovasi pada spesifikasi
aset sepanjang dapat memenuhi hasil kualitas layanan yang sama atau lebih baik.
Disamping manfaat tersebut, Pemerintah Daerah yang belum dapat menerbitkan
surat hutang untuk pembiayaan infrastruktur secara tidak langsung dapat
memperoleh pembiayaan eksternal melalui swasta dalam skema KPBU ini untuk
pembiayaan pembangunan infrastrukturnya. Memperhatikan manfaat-manfaat
tersebut di atas, patut dipertimbangkan oleh Pemerintah untuk menerapkan
kebijakan KPBU sebagai mekanisme standar dalam pengadaan infrastruktur sosial.
Kebijakan tersebut akan menghadirkan pintu paradigma baru yang lebih revolusioner
dalam penyediaan infrastruktur sosial oleh Pemerintah di Indonesia dari yang
sebelumnya masih banyak mengandalkan kemampuan APBN menjadi lebih
bersinergi dengan swasta dimana Pemerintah me-leverage sumber daya swasta
secara optimal, baik dari segi kapasitas pembiayaan maupun keterampilan,
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

fleksibilitas, teknologi serta mentransfer sebagian risiko kepada swasta.


Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
dilakukan melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) berdasarkan
ketentuan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini,” bunyi
Pasal 2 Ayat (2) Perpres tersebut.
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), menurut Perpres ini, dilakukan
berdasarkan prinsip Kemitraan, Kemanfaatan, Bersaing, Pengendalian dan
pengelolaan risiko, Efektif, dan Efisien. Adapun infrastruktur yang dapat
dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 itu adalah
infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi dan infrastruktur
sosial mencakup:
a. Infrastruktur transportasi.
b. Infrastruktur jalan.
c. Infrastruktur sumber daya air dan irigasi.
d. Infrastruktur air minum.
e. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat.
f. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat.

9
g. Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan.
h. Infrastruktur komunikasi dan informasi.
Selain itu:
a. Infrastruktur ketenagalistrikan.
b. Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan.
c. Infrastruktur konservasi energi.
d. Infrastruktur fasilitas pendidikan.
e. Infrastuktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga.
f. Infrastruktur kawasan.
g. Infrastruktur pariwisata.
h. Infrastruktur kesehatan.
i. Infrastruktur lembaga pemasyarakatan.
j. Infrastruktur perumahan rakyat.
“KPBU dapat merupakan Penyediaan Infrastruktur yang merupakan gabungan 2 (dua)
atau lebih jenis infrastruktur sebagaimana dimaksud,” bunyi Pasal 5 Ayat (3) Perpres
ini.
Ditegaskan dalam Perpres ini, dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
(PJPK), yang dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di
bidang sektor.
Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur,
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan terhadap sektor
infrastruktur yang akan dikerjasamakan sebagaimana dimaksud menandatangani
nota kesepahaman mengenai PJPK.
Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud paling kurang memuat:
a. Kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK.
b. Kesepakatan mengenai pembagian tugas dan anggaran dalam rangka
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

penyiapan, transaksi, dan manajemen KPBU.


c. Jangka waktu pelaksanaan KPBU,” bunyi Pasal 7 Ayat (3) Perpres No. 38 Tahun
2015 itu.
Khusus untuk pengadaan tanah, menurut Perpres ini, diselenggarakan oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, yang
pendanaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Dalam hal KPBU layak secara finansial, Badan Usaha Pelaksana dapat membayar
kembali sebagian atau seluruh biaya pengadaan tanah yang dilaksanakan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah,” bunyi Pasal 10 Ayat (5) Perpres ini.
Mengenai pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana atas penyediaan
infrastruktur, menurut Perpres ini, bersumber dari:
a. Pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif.
b. Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment).
c. Bentuk lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.

10
Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana bersumber dari
pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif, Perpres ini menegaskan, PJPK
menetapkan tarif awal atas penyediaan infrastruktur. “Tarif awal dan penyesuiannya,
ditetapkan untuk memastikan pengembalian investasi yang meliputi penutupan biaya
modal, biaya operasional, dan keuntungan dalam kurun waktu tertentu,” bunyi Pasal
12 Ayat (2) Perpres tersebut.
Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana ditetapkan bersumber dari
Pembayaran atas Ketersediaan Layanan, menurut Perpres ini, PJPK menganggarkan
dana Pembayaran Ketersediaan Layanan untuk Penyediaan Infrastruktur yang
dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana pada masa operasi selama jangka waktu yang
diatur dalam Perjanjian Kerjasama. “PJPK melakukan Pembayaran Ketersediaan
Layanan kepada Badan Usaha Pelaksana apabila telah memenuhi kondisi:
a. Infrastruktur yang dikerjasamakan telah dibangun dan dinyatakan siap
beroperasi; dan
b. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyatakan bahwa infrastruktur telah
memenuhi indikator layanan infrastruktur sebagaimana diatur dalam Perjanjian
Kerja Sama,” bunyi Pasal 13 Ayat (4) Perpres No. 38 Tahun 2015.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 itu, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah memprakarsasi Penyediaan Infrastruktur yang akan
dikerjasamakan dengan Badan Usaha melalui skema KPBU. Namun Badan Usaha juga
dapat mengajukan prakarsa KPBU kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.
Penyediaan Infrastruktur yang dapat diprakarsasi Badan Usaha adalah yang
memenuhi kriteria:
a. Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan;
b. Layak secara ekonomi dan finansial; dan
c. Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan yang memadai
untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
Terhadap Badan Usaha pemrakarsa KPU, menurut Perpres ini, dapat diberikan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

alternatif kompensasi berupa:


a. Pemberian tambahan nilai sebesar 10%;
b. Pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh Badan Usaha pemrakarsa
terhadap penawar terbaik (right to match) sesuai dengan hasil penilaian dan
proses pelelangan; atau
c. Pembelian prakarsa KPU, antara lain hak kekayaan intelektual yang menyertainya
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah atau oleh pemenang lelang.
Menurut Perpres ini, Pemerintah dapat memberikan Jaminan Pemerintah terhadap
KPBU, yang diberikan dalam bentuk Penjaminan Infrastruktur. “Jaminan Pemeritah
diberikan dengan memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengendalian risko
keuangan dalam APBN,” bunyi Pasal 17 Ayat (3) Perpres tersebut.
Adapun mengenai kriteria, bentuk, tata cara, dan mekanisme Jaminan Pemerintah
yang diberikan kepada sutu KPBU ditetapkan oleh Menteri yang dalam hal ini
bertindak mewakili kementerian. Perpres ini juga mengatur mengenai perencanaan
KPBU, dari mulai identifikasi dan Penetapan KPBU, penggaran KPBU; dan
pengakategorian KPBU, hingga penyiapan KPBU yang meliputi: Prastudi kelayakanan;
rencana dukungan pemerintah dan jaminan pemerintah; penetapan tata cara
pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana; dan pengadaan tanah untuk KPBU.

11
2.2 PERMEN PPN/KEPALA BAPPENAS NO 4/2015
Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan
infrastruktur sebagai agenda utama dalam percepatan dan pemerataan
pembangunan ekonomi nasional. Sementara itu, data Bappenas menunjukkan bahwa
APBN dan APBD tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan dana untuk
pembangunan infrastruktur tersebut. Oleh karenanya, para pejabat di lingkungan
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah semakin didorong untuk dapat
melibatkan swasta dalam pembangunan infrastrukur, terutama pada infrastruktur
yang dapat mencapai kelayakan komersial dimana pihak swasta dapat tertarik untuk
terlibat.
Dalam kerangka peraturan yang ada saat ini, terdapat beberapa cara atau skema
untuk melibatkan investor swasta dalam penyediaan infrastruktur, salah satunya
adalah skema Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha atau disingkat dengan
KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Perpres KPBU)
berikut peraturan turunannya, antara lain Peraturan Menteri Bappenas Nomor 4
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan.Kerjasama Pemerintah Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Permen Bappenas KPBU) dan Peraturan
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Perka LKPP KPBU).
Skema KPBU mengedepankan beberapa prinsip utama, salah satunya sebagaimana
disebutkan pada Perpres KPBU Pasal 4 adalah prinsip bersaing, yakni pengadaan
mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka
dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat.
Persaingan usaha yang sehat dan tahapan pemilihan yang adil, terbuka dan
transparan akan menambah tingkat keyakinan bagi Pemerintah dan masyarakat
bahwa infrastruktur yang diperlukan akan disediakan oleh investor yang memiliki
kualifikasi yang cukup dengan tingkat layanan dan biaya yang optimal. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu pengadaan badan usaha untuk infrastruktur
ditentukan oleh keberhasilan panitia yang menjalankan proses tersebut dalam
menjaga tingkat kompetisi sejak awal hingga akhir proses.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Tingkat kompetisi akan terjaga sepanjang proyek tersebut layak dan


dipersiapkan/distruktur dengan baik serta tingkat kepercayaan calon investor terjaga
melalui proses pengadaan yang transparan. Proses pengadaan yang dijalankan
dengan cara tersebut dapat memberikan akuntabilitas dan kredibilitas bagi lembaga
Pemerintah yang melaksanakannya karena hasil dari proses yang transparan dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat.
Lalu menjadi topik yang menarik untuk diketahui adalah bagaimana persaingan
usaha yang sehat dan tahapan pemilihan yang adil, terbuka dan transparan
sebagaimana diharapkan dapat tercipta pada skema KPBU berdasarkan Perpres KPBU
yang ada saat ini. Dalam Perpres KPBU terdapat beberapa hal yang mendukung
proses pengadaan yang kompetitif dan transparan, yakni terutama adalah:

• Penyiapan Prastudi Kelayakan dan dokumen lelang oleh Pemerintah dengan


standar internasional
• Penentuan alokasi risiko dan struktur transaksi yang efisien
• Finalisasi struktur, syarat dan kondisi perjanjian sebelum penerimaan bid sehingga
mengeliminir negosiasi paska lelang

12
Ketiga hal tersebut menunjukkan aktifitas proses pengadaan KPBU cenderung banyak
dan kompleks di awal karena memang diperlukan untuk menghasilkan kompetisi,
transparansi dan kepastian terlaksananya proyek dengan baik dalam jangka panjang
sebagaimana dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
Pada tahap penyiapan proyek KPBU, Permen Bappenas No 4 Tahun 2015 Pasal 21
mewajibkan penyiapan Prastudi Kelayakan dilakukan oleh Pemerintah dengan cukup
lengkap, mengikuti best practice atau standar internasional. Dengan hasil studi
tersebut, Pemerintah memiliki informasi yang cukup untuk ditawarkan kepada calon
investor yang lebih luas dan menarik lebih banyak minat calon investor yang
kompeten.
Permen Bappenas KPBU Pasal 27 juga membuka adanya konsultasi atau penjajakan
dengan para calon investor sehingga Pemerintah memperoleh feedback dan mampu
memastikan adanya minat yang cukup dari para calon investor untuk berpartisipasi.
Pemerintah perlu menanggapi kondisi yang diminta investor untuk berinvestasi di
proyek infrastruktur yang akan ditawarkan, mengingat bahwa pada era globalisasi ini
para calon investor dengan sumber dayanya yang terbatas dihadapkan pada
berbagai kesempatan investasi tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai
belahan di dunia.
Adanya standar penyiapan proyek yang cukup baik dengan memperhatikan masukan
dari para calon investor diharapkan membuat proyek yang ditawarkan oleh
Pemerintah di Indonesia mampu bersaing dengan proyek lain yang ditawarkan di
negara lain dalam menarik minat investor.
Setelah melalui tahapan penyiapan proyek KPBU, pada tahapan transaksi Permen
Bappenas KPBU mensyaratkan dilakukannya alokasi risiko yang dapat meningkatkan
nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Alokasi risiko menjadi landasan
struktur KPBU yang akan dituangkan dalam perjanjian KPBU. Proses alokasi risiko
yang dijalankan dengan benar akan meningkatkan nilai tambah, dimana pihak yang
menanggung suatu risiko adalah pihak yang paling mampu untuk mengendalikan
risiko tersebut.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Sebagai contoh, risiko pengadaan lahan dan perizinan yang menjadi salah satu
momok paling menakutkan dalam pengusahaan infrastruktur telah menjadi risiko
yang harus ditanggung Pemerintah karena Permen Bappenas KPBU Bappenas
mewajibkan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama melaksanakan pengadaan tanah
dan membantu proses pemberian perizinan untuk menyelenggarakan KPBU sesuai
dengan kewenangannya. Dengan demikian, profil risiko proyek dapat meningkat
menjadi lebih baik dan lebih layak untuk dibiayai (bankable). Ibarat gadis cantik,
semakin baik alokasi risiko sebuah proyek maka akan semakin banyak peminatnya
dan semakin tercipta kompetisi yang sehat.
Pada tahap transaksi KPBU, Perka LKPP KPBU juga mensyaratkan bahwa negosiasi
atau diskusi untuk optimalisasi teknis, aspek finansial dan rancangan Perjanjian KPBU
hanya dilakukan setelah evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I dan sebelum
pemasukan Dokumen Penawaran Tahap II. Dengan demikian seluruh peserta lelang
akan terinformasi dan dapat meyakini bahwa seluruh struktur, syarat dan kondisi
perjanjian yang disampaikan dalam dokumen lelang adalah final dan berlaku sama
bagi semua peserta lelang ketika mereka menyampaikan dokumen penawaran tahap
akhir. Tingkat keyakinan tersebut dapat menciptakan rasa adil di antara para peserta
lelang dan mendorong para peserta lelang untuk berkompetisi secara sehat.

13
Dengan proses KPBU yang telah dirancang dengan prinsip bersaing sebagaimana
dijelaskan di atas, dapat kita pahami mengapa Menteri Keuangan pun berkeinginan
untuk mendorong skema KPBU dengan menyediakan fasilitas dukungan fiskal berupa
penjaminan infrastruktur melalui PT PII (Persero) dan dukungan kelayakan atau
viability gap fund untuk proyek-proyek KPBU.
Selanjutnya diharapkan skema KPBU ini dapat menjadi preferensi utama para pejabat
Pemerintah yang memiliki wewenang sebagai pemilik proyek atau Penanggung
Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam mengadakan infrastruktur bagi kepentingan
publik, terutama untuk proyek-proyek yang dapat mencapai kelayakan komersial dan
memiliki skala yang cukup besar agar kesempatan partisipasi swasta dapat semakin
nyata untuk mendukung program Pemerintah demi kemaslahatan masyarakat
banyak.
Dalam Permen PPN/Kepala BAPPENAS Nomor 4 Tahun 2015 terkait KPBU (Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha) atas Prakarsa Badan Usaha (unsolicited),
menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan sebuah proyek
kerjasama adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Identifikasi dan Pemilihan Proyek
Tahap ini Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan identifikasi kebutuhan akan
infrastuktur yang akan dibangun guna kepentingan daerah, selanjutnya
dilakukan pemilihan terhadap semua proyek yang dimungkinkan untuk
dilakukan melalui pola kerjasama dengan Badan Usaha (Swasta) karena terkait
dengan kemampuan pembiayaan, kemampuan pelaksanaan, kemajuan
teknologi, dan percepatan program Pemerintah.
Adapun kriteria utama yang dapat ditetapkan untuk dilakukannya pengadaan
sebuah infrastruktur sosial dengan skema KPBU adalah antara lain bahwa
proyek tersebut memenuhi kelayakan ekonomi, memiliki skala yang cukup
signifikan untuk ditawarkan kepada swasta, memenuhi parameter kelayakan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Value for Money dan memenuhi batasan-batasan dalam koridor kebijakan


fiskal terkait pemanfaatan APBN/APBD untuk pembayaran Availability
Payment.
b. Penetapan Prioritas Proyek Kerjasama
Pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan hasil penilaian dengan skor
tertinggi berdasarkan skala prioritas dan kebijakan yang disepakati dan
disetujui antara Pemerintah Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
berdasar mekanisme pengambilan keputusan yang berlaku.
2. Tahap Penyiapan
a. Calon Pemrakarsa menyusun prastudi kelayakan dan menyampaikan usulan
kompensasi Badan Usaha kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama) mengevaluasi secara mendalam
dokumen prastudi kelayakan:
• Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang
bersangkutan;

14
• Layak secara ekonomi dan financial; dan
• Calon pemrakarsa memiliki kemampuan kewenangan yang memadai
untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
c. PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama) menerbitkan Letter to Proceed to
Feasibility Study apabila prastudi kelayakan memperoleh persetujuan.
3. Tahap Transaksi
a. Calon Pemrakarsa menyelesaikan penyusunan dokumen Studi Kelayakan dan
pemenuhan persyaratan Prakualifikasi.
b. PJPK mengevaluasi secara mendalam dokumen Studi Kelayakan dan
persyaratan Prakualifikasi.
• Rencana bentuk kerjasama;
• Rencana pembiayaan proyek dan sumber dana; dan
• Rencana Penawaran kerjasama yang mencakup jadwal, proses dan cara
peniaian.
c. PJPK menerbitkan Surat Penetapan usulan KPBU sebagai proyek Pemrakarsa
Badan Usaha (unsolicited).
d. PJPK menerbitkan Surat Penetapan Calon Pemrakarsa sebagai Badan Usaha
Pemrakarsa.
e. PJPK menerbitkan Surat Penetapan pemberian bentuk kompensasi untuk
Badan Usaha Pemrakarsa.
4. Tahap Perjanjian
a. Perencanaan Kontrak Perjanjian
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

• Kepala Daerah atau Bupati/Walikota melalui PJPK dalam menyiapkan


rancangan kontrak perjanjian kerjasama melibatkan perangkat daerah
terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat
daerah provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait.
• Melakukan konsultasi hukum kepada pihak yang berkompeten untuk
mengetahui dan melakukan legal standing agar tidak cacat hukum dalam
pelaksanaan kontrak kerjasama.
• Kepala Daerah atau Bupati/Walikota dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk
penyelesaian rancangan bentuk kerjasama.
b. Implementasi Kontrak Perjanjian
Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak Perjanjian Kerjasama antara Badan
Usaha Pemrakarsa atau PT. Abiyasa Anugrah Sakti dengan Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan dilakukan di hadapan Notaris yang sama-sama
ditunjuk kedua belah pihak.

15
5. Tahap Manajemen Pelaksanaan
a. Perencanaan Manajemen Pelaksanaan Perjanjian
• Selanjutnya Badan Usaha Pemrakarsa menyusun persiapan dan rencana
teknis terkait jadwal dan proses sebagaimana yang tercantum dalam
dokumen studi kelayakan yang telah disetujui, meliputi penyediaan data
listrik eksisting, lokasi pemasangan, koordinasi dengan pihak terkait,
penggantian atau pemasangan dan pengolahan limbah, serta hal-hal
terkait lainnya.
• Verifikasi kemampuan dalam kesiapan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dari kedua belah pihak, dan dilakukan rapat tripartit antara
Pemerintah Kabupaten/Kota, DPRD Kabupaten/Kota dan Pihak
Perusahaan atau Badan Usaha Pemrakarsa untuk pelaksanaan kontrak
kerjasama.
b. Sosialisasi Kontrak Perjanjian
• Melakukan sosialisasi kontrak perjanjian kerjasama secara komprehensif
diantara stakeholder yang terlibat langsung yaitu pihak PLN, DPRD
Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pihak lain yang
dianggap perlu.
• Testimony dan mengevaluasi hasil pemasangan uji coba Lampu PJU Pintar
jika telah dilakukan sebelumnya.
c. Implementasi Manajemen Pelaksanaan Perjanjian
• Badan Usaha Pemrakarsa atau PT. Abiyasa Anugrah Sakti membentuk
Badan Usaha yang berdiri, berkedudukan dan berdomisili di Kabupaten
Buton Selatan yang kemudian disebut Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) yang memiliki tujuan untuk mengelola dan menangani semua
teknis dan operasional lapangan terkait pembayaran dan pengembalian
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

modal investasi akibat adanya Kontrak Perjanjian Kerjasama dengan


Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.
• Pemasangan secara bertahap lampu PJU Pintar dengan melibatkan pihak-
pihak terkait dan pelaksanaannya dapat melibatkan atau dibantu
perusahaan kontraktor lokal dengan tetap diarahkan oleh Badan Usaha
Pemrakarsa yaitu PT. Abiyasa Anugrah Sakti .
• Kegiatan Peresmian 100 persen pemasangan Lampu PJU Pintar.

16
PT. Abiyasa Anugrah Sakti 2.3 SKEMA KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA

17
2.4 TIME LINE (ESTIMASI)
No. TAHAPAN WAKTU PELAKSANA
1. Tahap Perencanaan
a. Identifikasi dan Pemilihan Proyek 2 minggu Pemerintah Daerah
b. Penetapan Prioritas Proyek Kerjasama 2 minggu Pemerintah Daerah
& DPRD
2. Tahap Penyiapan
a. Calon Pemrakarsa menyusun prastudi 1 minggu Badan Usaha
kelayakan dan usulan kompensasi
b. PJPK mengevaluasi dokumen prastudi 1 minggu Pemerintah Daerah
kelayakan
c. PJPK menerbitkan Letter to Proceed to 1 minggu Pemerintah Daerah
Feasibility Study
3. Tahap Transaksi
a. Calon Pemrakarsa menyelesaikan 1 minggu Badan Usaha
penyusunan dokumen Studi Kelayakan dan
pemenuhan persyaratan Prakualifikasi.
b. PJPK mengevaluasi secara mendalam 1 minggu Pemerintah Daerah
dokumen Studi Kelayakan dan persyaratan
Prakualifikasi
c. PJPK menerbitkan Surat Penetapan: usulan 1 minggu Pemerintah Daerah
KPBU sebagai proyek Pemrakarsa Badan
Usaha, Calon Pemrakarsa sebagai Badan
Usaha Pemrakarsa, dan pemberian bentuk
kompensasi untuk Badan Usaha
Pemrakarsa
4. Tahap Perjanjian
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

a. Perencanaan Kontrak Perjanjian 5 hari Pemerintah Daerah


b. Implementasi Kontrak Perjanjian 1 hari Kedua Belah Pihak

5. Tahap Manajemen Pelaksanaan


a. Perencanaan Manajemen Pelaksanaan 1 minggu Badan Usaha
Perjanjian
b. Sosialisasi Kontrak Perjanjian 1 minggu Badan Usaha
c. Implementasi Manajemen Pelaksanaan disesuaikan Kedua Belah Pihak
Perjanjian

18
BAB III
Aspek PERENCANAAN dan
IMPLEMENTASI
3.1 ANALISIS KEBUTUHAN
Pencahayaan jalan umum atau sering disebut sebagai Penerangan Jalan Umum (PJU)
merupakan aspek penting dalam penataan suatu daerah atau kota. PJU memiliki
peranan sebagai pedoman navigasi pengguna jalan di malam hari, meningkatkan
keamanan dan keselamatan pengguna jalan, menambah unsur estetika, dan juga
dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi suatu daerah. Namun sayangnya
banyak Pemerintah Daerah yang masih mengalami kendala dalam menyediakan
fasilitas publik yang sangat penting ini terutama dalam hal perencanaan sistem PJU
yang efisien energi.
Tidak sedikit Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam pembiayaan untuk
pengelolaan operasonal PJU yang dimilikinya dikarenakan tingginya biaya energi
yang harus dibayarkan kepada perusahaan penyedia tenaga listrik PJU yaitu PT. PLN
Persero, apalagi untuk ekspansi pembangunan PJU yang baru. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat tidak dapat menikmati layanan pencahayaan di jalan
umum pada malam hari dengan optimal, karenanya efisiensi energi PJU adalah
keharusan.
PJU yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain sistem PJU. Jika rencana
dan desain awal PJU gagal menghasilkan desain yang efisien energi, maka bisa
dipastikan bahwa PJU yang tidak efisien energi yang akan diperoleh jika rencana
tersebut direalisasikan.
Sebelum melangkah pada desain teknis, perencanaan harus dimulai dari analisa
kebutuhan. Salah satu prinsip dari efisiensi adalah alokasikan sumber daya yang
terbatas hanya untuk keperluan yang dibutuhkan, karenanya analisa kebutuhan
menjadi prasyarat dari prinsip ini. Secara umum, langkah yang dapat ditempuh
dalam melakukan analisa kebutuhan terhadap pelaksanaan rehabilitasi atau
peremajaan atau pembangunan Lampu PJU adalah sebagai berikut:
1. Tentukan Kerangka Waktu dan Rencana Yang Jelas
Kerangka waktu dari kegiatan analisa kebutuhan sangat penting untuk menjaga
proses analisis dapat terkawal dengan baik. Pada tahap ini, ditetapkan juga detail
rencana aktifitas yang akan dilakukan dan siapa saja pihak yang perlu terlibat dan
bertanggung jawab. Kejelasan dari awal akan mempermudah penanggung jawab
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

PJU untuk melakukan fungsi control proses analisa kebutuhan yang dilakukan.
Dalam kaitan ini Pemerintah Kabupaten/Kota harus mempersiapan schedule atau
jadwal atau time line seperti yang telah tercantum pada Bab 2.4 diatas.
2. Kumpulkan Informasi Yang Relevan
Informasi yang diperlukan dalam perencanaan sistem PJU adalah informasi terkait
dengan kondisi jalan seperti kondisi fisik jalan (panjang, lebar, kondisi fisik jalan),
tingkat kepadatan lalu lintas, tingkat aktifitas ekonomi, tingkat kejahatan yang
terjadi, tingkat kecelakaan (khususnya pada malam hari), dan lain-lain ataupun
juga dapat berupa tuntutan permintaan dari masyarakat akan PJU, komplain atas
PJU eksisting. Bahkan jika diperlukan, dapat dilakukan survey pengukuran
langsung untuk melihat kondisi jalan atau meminta pendapat dan masukan dari
masyarakat.
Beberapa Pemda memiliki database yang cukup baik untuk peta PJU eksisting,
namun tidak banyak yang memiliki update tentang kondisi PJU eksisting. Survey
kondisi PJU eksisting akan sangat membantu dalam perencanaan pembangunan
PJU yang efisien energi. Survey ini dapat dilakukan sendiri oleh Pengelola PJU.
Namun akan lebih baik jika dilakukan pendataan yang akurat mengenai jumlah,
kondisi, serta legalitas dari PJU eksisting.

19
Konsekuensi yang mungkin muncul dari hasil survey akan sangat mungkin
ditemukannya banyak PJU liar dan atau PJU yang tidak beroperasi dengan baik
(misalnya mati lampu). Pengelola PJU atau Pemda dapat mengambil sikap
mengakui PJU tersebut sebagai tanggung jawab Pemda dan segera
mengalokasikan anggaran untuk melakukan pembenahan karena munculnya PJU
liar sangat mungkin dikarenakan masyarakat di lokasi PJU liar tersebut sangat
membutuhkan pencahayaan pada waktu malam hari. Masyarakat berhak
mendapatkan layanan PJU karena setiap bulan mereka juga membayar pajak PJU.
Hasil survey bersama untuk kemudian harus dijadikan acuan bersama baik oleh
Pemda, PT. PLN Persero dan PT. Abiyasa Anugrah Sakti untuk memulai proses
revisi kontrak sesuai kondisi terbaru dan atau acuan bersama untuk memulai
proses migrasi menuju meterisasi PJU dan PJU Pintar.
3. Libatkan Tenaga Ahli Yang Kompeten
Dalam melakukan analisis atas data dan informasi yang terkumpul sebaiknya
melibatkan orang yang berkompeten baik dari internal organisasi maupun tenaga
ahli yang memiliki kompetensi dan kredibilitas yang tidak diragukan. Lakukan
identifikasi hubungan antara kondisi jalan khususnya terkait pencahayaan yang
ada saat ini dengan dampaknya.
Akan sangat membantu proses ini jika sudah pernah dilakukan kegiatan serupa
sebelumnya. Review khususnya untuk melihat validitas situasi dan kondisi yang
menjadi latar analisa sebelumnya apakah masih valid dengan dinamika situasi dan
kondisi saat ini.
4. Tetapkan Prioritas
Tentunya dapat dipahami bahwa sumber daya yang dimiliki (anggaran, SDM yang
kompeten, waktu) yang terbatas. Hasil dari analisis kebutuhan ini harus dapat
memunculkan rekomendasi prioritas pengembangan PJU yang hemat energi.
Jadikan keselamatan dan keamanan pengguna jalan menjadi prioritas utama.
Identifikasi lokasi-lokasi yang rawan kecelakaan/kejahatan untuk diprioritaskan
pelaksanaan pengembangan PJU-nya.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Akan lebih baik jika Pemda dapat menghasilkan roadmap terhadap Solusi
Penghematan Energi Listrik Melalui Pemasangan Lampu PJU Pintar atau program
pengembangan (rehabilitasi/peremajaan/pembangunan) sistem PJU yang dapat
menjadi acuan program kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah atau unit
organisasi terkait.

20
3.2 KONDISI EKSISTING PJU BUTON SELATAN
Berdasarkan pertemuan awal PT. Abiyasa Anugrah Sakti dengan Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan beberapa waktu lalu dengan SKPD terkait di
Pemerintahan Kabupaten Buton Selatan, didapat beberapa hal antara lain:
• Penerangan Jalan umum (PJU) dapat didefinisikan sebagai penerangan untuk
jalan dan prasarana umum yang dipasang secara resmi oleh pemda atau badan
resmi lainnya dan mendapat pasokan tenaga listrik dari PLN secara legal.
• PJU merupakan aset Pemerintah Kabupaten, dan pihak PLN hanya sebagai
penyedia pasokan tenaga listrik saja.
• Bahwa Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) adalah pajak yang dibayar oleh
semua pelanggan PLN yang melunasi rekening listrik, dipungut oleh PLN dan
selanjutnya disetor ke kas Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.
• Terdapat rencana penghematan untuk pembayaran rekening listrik PJU atas 160
titik mata lampu yang sudah terpasang dan menggantinya dengan lampu LED.
• Serta rencana pemasangan tiang dan lampu PJU yang baru sebanyak 1.840 titik.
• Pasokan energi listrik dari PLN di area BauBau sebesar 32 Mega dan masih tersisa
sebesar 6 Mega sehinggamasih cukup tersedia untuk pemasangan 2.000 titik
lampu PJU yang hanya mengkonsumsi energi sebesar 0,16 Mega.
• Pihak PLN setempat sangat mendukung pemasangan meterisasi atau Alat
Pengukur dan Pembatas (APP) sebagai transaksi energi atau meterisasi.
Secara umum pengelolaan lampu PJU masih menggunakan cara lama atau jenis PJU
Non Materisasi/Abonemen (Non APP) yaitu PJU yang perhitungan energinya
ditetapkan dalam Edaran Direksi No. 022.E/012/DIR/2003, yaitu pemakain energi
selama 1 bulan (KWh) dihitung dengan cara mengalikan daya PJU dengan jam nyala
setiap bulan. Dalam hal ini PJU dianggap menyala 375 jam per bulan atau 12,5 jam
perhari x 30 hari. Terdapat 14 kontrak rekening listrik PJU yang terdiri 9 kontrak
meterisasi dan 5 kontrak non-meterisasi, diperkirakan Pemerintah Kabupaten Buton
Selatan hanya membayar 30,6 juta per bulan untuk 160 titik eksisting dan
diperkirakan memiliki kelebihan atau surplus 31,4 juta per bulan. Total pajak PJU
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

diperkirakan sekitar 750 juta per tahun dengan harapan akan terus bertambah
seiring perkembangan ekonomi masyarakat dan kebutuhan energi masyarakat.
Tahap berikutnya akan ada kesepahaman dan kesepakatan bersama antara
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dengan PT. PLN (persero) Area BauBau agar
mendapatkan data yang akurat seberapa banyak sesungguhnya jumlah PJU yang
eksisting dan legal dan jumlah pajak PJU yang diterima serta penggunaan APP atau
meterisasi sebagai dasar perhitungan tagihan rekening listrik lampu PJU. Hal
tersebut adalah langkah maju untuk menjawab persoalan-persoalan data PJU yang
akurat sehingga kedua belah pihak dapat menentukan besaran daya yang dipakai
dan dapat melakukan Perencanaan PJU ke depan yang berpengaruh kepada alokasi
pembayaran atau anggaran yang dipakai untuk membayar rekening lampu PJU
Kabupaten Buton Selatan.

21
3.3 MENENTUKAN LOKASI PEMASANGAN
Dari data sementara yang menjadi patokan awal dilakukannya pendataan ulang
dalam upaya pengembangan PJU Pintar di Kabupaten Buton Selatan dengan area
seluas 509,92 km² (BPS 2014) yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan diprediksi
membutuhkan sekitar 2.000 titik lampu PJU pada spot atau area yang diperlukan
sesuai dengan kepentingan umum dan kebutuhan masyarakat.
Beberapa pertemuan dengan Tim PJPK diperhitungkan bahwa terdapat 180 km Jalan
Provinsi yang berpotensi diberi lampu penerangan jalan, dan ditentukan hanya 100
km jalan saja yang akan diberikan lampu PJU Pintar dengan jarak antar titik lampu
rata-rata 50 meter, sehinga di dapat sebanyak 2.000 titik lampu yang dipasang
Lampu LED PJU sistem pintar termasuk 160 titik eksisting didalamnya yang ada di 3
Kecamatan yang memiliki jalur potensi pengembangan ekonomi masyarakat yang
tinggi.
Hal tersebut akan menjadikan dasar objek perjanjian kerjasama antara PT. Abiyasa
Anugrah Sakti dan Kabupaten Buton Selatan yaitu melakukan penyediaan,
pemasangan dan pemanfaatan infrastruktur fasilitas perkotaan lampu penerangan
jalan umum pintar yang meliputi lampu LED, sistem pintar, meterisasi/APP dan
kabelisasi, sebanyak 2.000 titik dengan rincian yaitu 1.840 titik pemasangan lampu
PJU baru dan 160 titik lampu yang harus diremajakan dan diganti oleh lampu LED
dengan sistem pintar.
Penentuan titik lokasi pemasangan lampu PJU Pintar tersebut sangat penting untuk
mengetahui jangkauan dan kepastian lampu yang akan diganti dapat dilayani oleh
panel distribusi yang telah dipasangkan meteran listrik dan seluruh lampu pada
suatu panel distribusi listrik harus terganti seluruhnya, dan tidak bercampur antara
lampu PJU Pintar dengan lampu konvensional dalam satu panel distribusi, sehingga
mudah dalam pencatatan dan pembacaan meterannya kemudian.
Rencana penggantian lampu PJU konvensional yang sebelumnya terpasang pada
beberapa lokasi yang ditentukan adalah jenis HPS (High-Pressure Sodium) berbentuk
tabung yang mengkonsumsi daya yang sangat besar dengan cahaya berwarna
kuning yang menyala selama 12,5 jam per hari. Lokasi yang akan dilakukan
penggantian dengan Lampu PJU Pintar akan ditentukan kemudian dan disesuaikan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

dengan data yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.


Lokasi yang akan dilakukan penggantian dengan Lampu PJU Pintar, adalah di 3
Kecamatan yaitu: Batauga, Sampolawa, Lapandewa. Keseluruhan 3 Kecamatan
tersebut berada di pulau besar atau di darat. Sehingga 4 kecamatan yang lain yang
merupakan daerah kepulauan untuk sementara ini tidak dilakukan pemasangan
lampu PJU Pintar.
Data tersebut menggambarkan posisi riil atau eksisting yang sesungguhnya,
pelaksanaan survey dilakukan untuk menghitung ulang seluruh jumlah lampu PJU
yang dilakukan bersama antara Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dan PLN
Area BauBau dengan menggunakan alat GPS untuk menentukan titik koordinat yang
tepat, sehingga akan ada kesepakatan dan kesepahaman bersama tentang titik riil
lampu yang akan terpasang dan dalam menentukan pembayaran tagihan listrik di
kemudian hari. Langkah tersebut akan membantu perhitungan ulang dan pada saat
dilakukan penggantian mata lampu nanti di kemudian hari.

22
3.4 KOORDINASI
Rapat koordinasi dalam pelaksanaan proyek Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan
Umum (PJU) Pintar melalui Pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
atas Prakarsa Badan Usaha (unsolicited) PT. Abiyasa Anugrah Sakti di Kabupaten
Buton Selatan sangat penting untuk dilakukan. Koordinasi tersebut diharapkan
dapat saling memberikan informasi serta masukan terhadap semua aspek yang
terkait dari perencanaan hingga akhir pemasangan lampu PJU Pintar.
Telah dilakukan rapat koordinasi yang dihadiri seluruh Tim PJPK yang dipimpin
Bapak Bupati Kabupaten Buton Selatan bersama Kepala Wilayah Area PLN BauBau
yang menghasilkan sepepahaman terkait rencana pemasangan atas penambahan
2.000 titik Lampu PJU Pintar di 3 Kecamatan. Pihak PLN sangat mendukung program
tersebut dengan kesiapan membantu memasang alat meterisasi yang dikalibrasi
oleh pihak PLN dan memberikan data penggunaan energi terkait dengan PJU dan
Pajak PJU yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.
Rencana penggantian lampu jalan konvensional dengan lampu jalan LED dengan
sistem Pintar atau PJU Pintar dilakukan harus sangat terencana dengan bahasan
terkait aspek regulasi atau aturan atau payung hukum, aspek teknis, aspek
lingkungan, aspek ekonomis, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek lainnya yang
diselenggarakan oleh PT. Abiyasa Anugrah Sakti sebagai pelaksana dan
penanggung jawab lapangan atau sebagai investor secara bersama-sama dengan
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dan Pihak PT. PLN Wilayah BauBau.
Koordinasi tersebut untuk memastikan bentuk, ruang lingkup, jangka waktu,
pembiayaan dan tata cara pembayaran kerjasama, menentukan dan mengevaluasi
hak dan kewajiban masing-masing pihak serta berbagai hal untuk kelancaran
pelaksanaan KPBU atas Prakarsa Badan Usaha (unsolicited) PT. Abiyasa Anugrah
Sakti di Kabupaten Buton Selatan.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

23
3.5 PEMASANGAN DAN PENGGANTIAN TITIK LAMPU
Pelaksanaan Penggantian
Sebelum melakukan penggantian, setiap lampu PJU di ujicoba terlebih dahulu untuk
memastikan berfungsi dengan baik setiap unitnya. Selain itu, perlu juga diukur daya
konsumsinya secara faktual untuk setiap unit melalui alat energi meter. Hal ini untuk
memastikan setiap unit bekerja dengan baik dan mengkonsumsi daya listrik sesuai
dengan spesifikasinya.
Lampu PJU Pintar yang disiapkan dengan daya konsumsi sesuai spesifikasi pabrikan
antara hanya 80 Watt yang disepakati, kemudian diukur menggunakan energi meter
untuk menunjukkan daya konsumsi yang terpakai. Pelaksanaan penggantian lampu
dilakukan oleh PT. Abiyasa Anugrah Sakti di bawah pengawasan Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan.
Pembacaan kWh meter setelah penggantian
Proyek penggantian lampu konvensional menjadi lampu PJU Pintar diharapkan bisa
menghemat penggunaan listrik secara optimal. Hal ini perlu dibuktikan secara
empiris melalui pembacaan pemakaian KWh meter setelah penggantian. Untuk itu
diadakan pembacaan KWh setiap hari selama satu pekan untuk mendapatkan rata-
rata pemakaian energi per hari per lampu setelah penggantian.
Pengukuran Intensitas cahaya setelah penggantian
Intensitas cahaya setelah penggantian diharapkan sama dengan yang diperagakan
pada simulasi melalui piranti lunak dari pabrikan atau paling tidak memenuhi
persyaratan awal yang diminta. Sebagaimana sebelum penggantian, untuk
mengetahui intensitas cahaya dari lampu PJU Pintar diadakan pengukuran
menggunakan Lux Meter.
Pengukuran juga dilakukan atas ke titik lampu yang telah diganti, dan empat titik di
antara tiang lampu. Pengukuran setelah penggantian dilakukan pada waktu yang
sama dengan pengukuran sebelum penggantian. Hal ini untuk memastikan
karakteristik cahaya relatif sama pada waktu itu.
Karakteristik cahaya lampu PJU Pintar
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Secara kasat mata dapat dilihat perbedaan yang nyata antara cahaya lampu PJU
konvensional dengan cahaya lampu PJU Pintar. Pada lampu PJU Pintar, cahayanya
terkonsentrasi memperlihatkan garis yang tegas dengan sudut tertentu ke arah
bawah untuk menerangi jalanan. Hal ini berbeda dengan cahaya pada lampu jalan
konvensional, dimana cahaya yang keluar terpencar ke segala arah termasuk ke atas
yang notabene tidak dibutuhkan dan menyebabkan pemborosan. Inilah yang dapat
membuat lampu Pintar lebih hemat energi.
Warna cahaya lampu PJU Pintar yang putih jernih (6500K) membuat obyek seperti
rambu-rambu lalu lintas lebih jelas terlihat karena tidak mengakibatkan deviasi
warna dari cahaya yang dipantulkannya.

24
3.6 METERISASI
Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) merupakan hal vital yang harus disediakan
Pemda sebagai bentuk layanan atas pajak penerangan jalan yang dibayarkan
masayarakat. Namun, tidak sedikit Pemda yang kesulitan membiayai operasional PJU
apalagi meningkatkan layanannya. Tidak jarang Pemda menunggak pembayaran
kepada PLN yang berakibat pada pemadaman PJU secara paksa yang sangat
merugikan dan membahayakan keselamatan/keamanan masyarakat.
Masalah ini terjadi hanya pada Pemda yang belum membenahi sistem PJU-nya dan
masih menerapkan sistem kontrak lumpsum. Sayangnya, hal ini terjadi pada
mayoritas Pemda. Di sisi lain, Pemda dituntut oleh Presiden melalui Instruksi
Presiden No.13 tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air untuk
melaksanakan aksi penghematan energi termasuk untuk sistem PJU yang berarti
harus mengelola PJU dengan baik dan menerapkan teknologi PJU yang hemat
energi.
Meterisasi merupakan syarat wajib bagi pelaksanaan efisiensi atau hemat energi di
PJU. Meterisasi adalah satu-satunya instrumen yang dapat menerjemahkan aktifitas
efisiensi energi di PJU dalam bahasa anggaran. Profile benefit yang diperoleh dari
hasil efisiensi energi yang dilakukan akan mempermudah bagi pengelola PJU
meyakinkan para pengambil keputusan penganggaran (Walikota/Bupati/Gubernur
dan DPRD) untuk dapat menganggarkan kembali biaya investasi efisiensi atau hemat
energi dalam lingkup yang lebih luas dengan penggunaan teknologi yang lebih
canggih.
Upaya meterisasi bagi sebagian Pemda ada yang berjalan lancar, namun tidak sedikit
Pemda yang mengalami kesulitan. PLN Pusat sendiri menyatakan bahwa meterisasi
PJU adalah program nasional PLN. Kunci dari keberhasilan meterisasi adalah
disepakatinya mutasi data dari sistem sebelumnya menjadi id pelanggan bermeter
yang diakui oleh kedua pihak, Pemda dan PLN.
Salah satu yang seringkali menjadi kendala adalah masalah PJU Ilegal. Untuk
memudahkan proses meterisasi, sebagai bentuk tanggung jawab pengelolaan PJU
dan pemberian layanan kepada masyarakat, sebaiknya Pemda mengambil inisiatif
mengakui PJU Ilegal sebagai tanggung jawab Pemda. Dasar argumentasinya adalah
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

bahwa masyarakat sudah membayar Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dan


membutuhkan layanan PJU, namun Pemda belum menyediakannya sehingga
masyarakat mengusahakan sendiri secara ilegal.
Berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan oleh PT. Abiyasa Anugrah
Sakti dalam melakukan meterisasi pada proyek Pengelolaan Lampu Penerangan
Jalan Umum Pintar melalui Pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
atas Prakarsa Badan Usaha (unsolicited) di Kabupaten Buton Selatan:
1. Kirim surat resmi pengajuan meterisasi kepada manajemen PLN setempat.
2. Lakukan survey bersama kondisi PJU di lapangan dan masing-masing pihak
antara PLN dan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan mengirimkan petugas
untuk mendata secara bersama-sama.
3. Adopsi PJU ilegal sebagai tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Buton
Selatan dan tuangkan dalam sebuah berita acara.
4. Dokumentasikan hasil survey dalam buku khusus inventaris PJU. Buku tersebut
adalah acuan bersama bagi kedua pihak untuk melakukan migrasi kontrak dari
kontrak abonemen menjadi kontrak meter.

25
5. Lakukan mutasi data secara hati-hati dan bertahap dengan verifikasi berulang
jika diperlukan. Semua ID Pelanggan kontrak abonemen akan dihapus dan
dibuat ID Pelanggan baru untuk semua meter. Satu sistem meter PJU dapat
terdiri dari 20-50 titik lampu. Dalam proses ini, akan ada biaya penyambungan
untuk sistem yang baru.
6. Pastikan PLN dapat menyediakan meteran digital dan memasangnya dalam
kurun waktu yang tepat dengan persiapan PT. Abiyasa Anugrah Sakti dalam
membenahi jaringan listrik sistem PJU yang akan dimutasikan menjadi kontrak
meter. Perlu diingat bahwa Alat Pengukur dan Pembatas (APP) berupa satu
sistem meter listrik menjadi tanggung jawab PLN sedangkan pembenahan
jaringan PJU dan sistem PJU menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten
Buton Selatan atau PT. Abiyasa Anugrah Sakti. Ada kemungkinan PLN
setempat tidak siap menyediakan meteran dalam jumlah banyak dalam waktu
singkat.
7. Setelah meteran terpasang, pastikan PLN melakukan pendataan konsumsi energi
melalui meteran dengan meminta tagihan meter disampaikan kepada Pemda
untuk diklarifikasi setiap bulannya. Jika sudah terpasang meterisasi digital dan
PJU Pintar, maka kedua belah pihak yaitu PLN setempat dan Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan tinggal mencocokan biaya pembayarannya. Setiap
PJU Pintar yang terpasang sudah mendapatkan ID atau Barcode untuk dilakukan
pencatatan secara real time.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

26
3.7 PENGOLAHAN LIMBAH
Dampak Terhadap Lingkungan Hidup
Lampu PJU konvensional jenis lama yang setidaknya mengandung 20 mg bahan
merkuri, jika digantikan lampu PJU Pintar akan menjadi limbah. Bila tidak ditangani
dengan baik, limbah yang tergolong dalam limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) ini dapat mencemari lingkungan yang sangat berbahaya bagi kehidupan
tumbuhan, hewan dan juga manusia.
Pencegahan
Jika terlaksana peremajaan lampu konvensional yang selama ini dipergunakan dan
masih berfungsi dengan baik, maka keseluruhan lampu tersebut akan disimpan di
gudang atau ditempat tertentu oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dalam
hal ini SKPD atau Dinas ESDM, dan akan digunakan seperlunya di kemudian hari
sehingga bolham lampu tersebut tidak langsung menjadi limbah.
Bilamana diperlukan dilakukan upaya penanganan limbah B3 yang timbul
dikemudian hari seperti dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali untuk produk
yang sejenis ataupun berbeda untuk keperluan yang lain.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

27
BAB IV
Aspek teknis dan
spesifikasi produk
4.1 TETAPKAN TUJUAN SISTEM PJU YANG DIBANGUN
Proses desain ini adalah menerjemahkan rencana yang telah dibuat kedalam bentuk
yang lebih rinci sehingga siap dieksekusi (proses pengadaan dan pembangunannya).
Proses desain sistem PJU Pintar dapat dilakukan secara swakelola oleh Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan dan PT. Abiyasa Anugrah Sakti.
Sistem pencahayaan di jalan umum tidak hanya berfungsi memberikan penerangan
semata, tujuan dari pembangunan suatu sistem PJU Pintar akan menentukan lebih
lanjut bagaimana suatu sistem PJU Pintar didesain dan direncanakan. Setidaknya
beberapa fungsi PJU berikut umum menjadi pertimbangan dalam pembangunan
suatu sistem PJU:
a. Navigasi Pengguna Jalan
b. Keamanan dan Keselamatan Pengguna
c. Keindahan Lingkungan
d. Memberikan keuntungan komersial (misalnya: sebagai media untuk penempatan
iklan)
e. Melakukan fungsi dan monitoring secara real time
Masing-masing fungsi diatas akan mengarahkan desain sistem PJU yang berbeda,
oleh karenanya sejak awal harus jelas tujuan dari pembangunan suatu sistem PJU
akan digunakan untuk apa? Tujuan pembangunan suatu sistem PJU dapat saja
hanya mengutamakan salah satu fungsi tersebut atau merupakan kombinasi dari
beberapa atau keseluruhan fungsi tersebut. Jika fungsi PJU sebagai penunjang
navigasi pengguna jalan, maka kriteria pencahayaan seperti kuat cahaya,
kemerataan cahaya, kesilauan, warna cahaya yang dipilih dan pengaruhnya terhadap
warna obyek benda (khususnya terkait kemampuan pengguna jalan membaca
rambu-rambu jalan) harus menjadi pertimbangan utama.
Tidak jauh berbeda dengan tujuan pemenuhan fungsi diatas, pemenuhan atas fungsi
PJU sebagai sarana untuk mendukung keamanan dan keselamatan pengguna jalan
akan mengarahkan pada desain sistem PJU yang memperhatikan aspek keamanan
dan keselamatan seperti misalnya: kemampuan (warna) cahaya menembus kabut,
mitigasi atas kemungkinan kegagalan sistem PJU, menentukan batas minimal
peredupan cahaya pada batas intensitas atau kuat cahaya yang masih aman bagi
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

pengguna jalan.
Namun, jika aspek keindahan lingkungan yang diutamakan, maka kriteria yang
diperhatikan lebih bersifat pada keindahan penampakan visual seperti: desain tiang
yang artistik, kombinasi warna yang menarik, bentuk luminer yang antik, dan lain
sebagainya. Yang menarik dan akan terus berkembang adalah mempertimbangkan
PJU untuk dapat menghasilkan pendapatan bagi Pemerintah Daerah (atau pengelola
PJU lainnya). Letak tiang-tiang PJU di sepanjang jalan baik di sisi maupun di tengah
jalan yang dilalui oleh lalu lintas kendaraan dan orang menjadi alternatif menarik
bagi perusahaan jasa periklanan untuk menjadikannya sebagai media iklan.
Tentunya, jika memang pengelola PJU membuka kemungkinan bagi pemasangan
iklan di tiang PJU miliknya, maka sebaiknya dari awal tiang PJU di desain juga untuk
mengakomodasi penempatan iklan (disediakan ruang/tempat khusus, disediakan
instalasi listrik untuk iklan, dan lain-lain).

28
4.2 PERTIMBANGKAN KARAKTERISTIK JALAN & FUNGSINYA
Desain suatu sistem Penerangan Jalan Umum (PJU) harus mempertimbangkan
beberapa faktor berikut:
a. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan
seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dan lain-lain;
b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan jalan;
c. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dan lain-lain;
d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya
lampu penerangan;
e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan
lokasi sumber listrik;
f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar
perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis;
g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah
sekitarnya;
h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.
Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan
penerangan jalan antara lain sebagai berikut:
a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;
b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam; tempat
yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dan lain-lain;
c. Jalan-jalan berpohon;
d. Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan
lampu di bagian median;
e. Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan);
f. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan
jalannya.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

29
4.3 PILIH TEKNOLOGI YANG SESUAI
Teknologi lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) terus berkembang dan semakin
efisien energi dan dengan kualitas pencahayaan yang semakin baik. Pilihlah
teknologi lampu yang memiliki karakteristik paling sesuai dengan tujuan dari
pembangunan sistem PJU. Utamakan kriteria terkait efisiensi energi dengan melihat
nilai efikasi (lumen per watt atau jumlah cahaya yang dihasilkan per satuan input
daya listrik) dan umur lampu (lifetime).
Teknologi lampu yang paling banyak digunakan saat ini adalah SON (High Pressure
Sodium) yang menghasilkan warna kekuningan. Lampu SON memiliki umur cukup
panjang 12 ribu hingga 24 ribu jam operasi dengan tingkat efisiens pencahayaan 45
– 130 lumen/Watt. Teknologi SON sudah mencapai fase maturity, sehingga potensi
peningkatan kinerja di masa yang akan datang tidak terlalu besar. Pada fase seperti
ini, kualitas produk yang beredar di pasar relatif seragam dan dapat diandalkan.
Teknologi lampu yang saat ini sedang berkembang di Indonesia dan mulai banyak
diadopsi untuk pencahayaan jalan adalah Light Emitting Diode (LED). Tingkat efikasi
lampu LED saat ini sudah mencapai 70-150 lumen/Watt dan masih terus
berkembang.
Maka, suatu pilihan yang tepat jika Pemerintah Kabupaten Buton Selatan
menetapkan program penggantian teknologi lampu konvensional menjadi teknologi
lampu Light Emitting Diode (LED) untuk diterapkan pada pemasangan baru lampu
PJU dan mengganti seluruh lampu eksisting PJU, sehingga dapat memberikan nilai
tambah, multiplier effect, serta manfaat secara jangka panjang yang lebih efisien atau
hemat energi dan ramah lingkungan serta mendorong pemerintah untuk
menerapkan smart city sebagai percepatan pembangunan daerah menghadapi
perubahan teknologi dan perkembangan global.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

30
4.4 SPESIFIKASI PRODUK PJU PINTAR
PT. Abiyasa Anugrah Sakti menawarkan penggunaan Lampu PJU sistem Pintar
dengan mengadopsi teknologi dari Korea Selatan. Tingkat efikasi Lampu LED ini
sudah mencapai 110-130 lumen per watt. Produk lampu jalan LED yang
dikembangkan SunRay Korea telah melampaui kemampuan dan kehandalan produk
sejenis yang diproduksi oleh pabrikan lainnya, sehingga banyak dipakai diberbagai
kota di Korea Selatan dan beberapa kota besar dunia lainnya.
Berikut salah satu contoh spesifikasi produk PJU Pintar merek produk SunRay yang
ditawarkan oleh PT. Abiyasa Anugrah Sakti yang memiliki konsumsi power sebesar
80 Watt yang dalam pelaksanaannya kemudian akan disesuaikan dengan kebutuhan
lapangan, adalah:
Nama Barang : Lampu Penerangan Jalan Umum Pintar (PJU Pintar)
Model : LOW8010
Power Consumption : 80 W (Rated Power)
Equivalent : 250W Hight Pressure Sodium Lamp
Rated Voltage : 220 Vac
Rated Frequency : 60 Hz
Rated Current : 0.38 A
Rated Factor : 90% ↑
A-THD : 20% ↓
Lumiled : 80 watt – 10 s.d. 12 meter
Power Efficiency : 88% (Hemat Energi)
LED Quantity (ea) : 42
Total Luminous Flux : 8.800 lm
Luminous Efficiency : 110 lm/W
LED Package : LG INNOTEK 3535 3W
Color Temperature : 5.700K
CRI (Ra) : 75 Ra (Color Rendering Index)
IP : 65 (Identification code for Protection)
Operating Ambient Temp. : -20 ~ 60 (“C)
Storage Temperature : -30 ~ 85 (“C)
Body Material : AL die casting
Dimension : 635mm x 235.7mm x 103mm
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Manufacture : SJ Technic NE POWER SunRay Korea


Garansi : 5 tahun
Kelebihan Fitur Lampu PJU dengan Sistem Pintar:
• Original Teknologi LED Street Light Smart System generasi terbaru Korea
• Sangat cocok digunakan untuk penerangan jalan, taman, gedung, pabrik, area
parkir, terowongan dan lokasi lain yang memerlukan penerangan
• Desain dibuat lebih efisien dan mudah dilakukan perawatan dan konten Produk
dibuat dalam satu manufaktur
• Bisa menghemat energi hingga 88%
• Tahan lama dan (lifetime) umur pakai bisa mencapai 50.000 s.d. 80.000 jam atau
dapat bertahan hingga 15 sampai 20 tahun
• Tersedia dalam arus AC (listrik PLN), ataupun arus DC (solar panel/solar cell)
• Dapat dikendalikan secara penuh dan real time dari jarak jauh dengan
menggunakan fungsi remote dari Ruang Kontrol Room atau Smart Phone yang
berbasis teknologi GSM atau Wifi
• Dapat memonitor dan mendeteksi jika terjadi kegagalan sistem maupun secara
individual lampu PJU dan melakukan analisa jika terjadi kerusakan atau akan
terjadinya kerusakan

31
• Dapat mengatur tingkat redup atau terangnya (auto dimming) penerangan jalan
secara otomatis berdasarkan situasi, kebutuhan dan kondisi di lapangan,
sehingga terjadi penggunaan energi yang lebih effisien dan dapat dilakukan
fungsi menyala terang 100% secara otomatis jika ada pergerakan
mobil/orang/lainnya yang melintas sepanjang jalur PJU Pintar tersebut
• Menghemat waktu dan biaya, karena pengaturan bisa dilakukan dari jarak jauh
dan tidak memerlukan petugas yang harus berkeliling untuk mengecek kondisi
lampu setiap saat
• Original Teknologi LED Street Light Smart System generasi terbaru Korea
• Setiap titik Lampu dapat ditandai dengan barcode sehingga seluruh data base ada
didalam server untuk mengetahui riwayat lampu tersebut
• Mengurangi permasalahan atau resiko pencurian aliran listrik yang dilakukan
secara illegal oleh oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab
• Warna cahaya lampu Pintar yang putih jernih (6500K) membuat obyek seperti
rambu-rambu lalu lintas lebih jelas terlihat karena tidak mengakibatkan deviasi
warna dari cahaya yang dipantulkannya
• Dapat ditambah dan dihubungkan dengan fitur lain yaitu CCTV dan Wifi sehingga
dapat dipergunakan masyarakat atau pengguna jalan untuk mengakses wifi
secara gratis dengan radius 50m2
• Driver sangat handal dan tahan lama, serta dapat secara otomatis menurunkan
arus pada saat Lampu LED panas dan akan mengurangi resiko kerusakan
• Lampu LED sangat tahan panas karena cahaya yang dihasilkannya tidak panas,
tidak akan membuat ruangan menjadi lebih panas dan tahan air atau hujan
• Cahaya lampu LED tidak mengandung sinar UV (Ultra violet) yang dapat merusak
mata dan kulit, tidak mengandung mercury yang dapat merusak lapisan ozon dan
mengganggu kesehatan manusia
• Desain lensa optical yang dibuat modern dan sudut pencahayaan yang optimal
dan merata sehingga cahaya dapat diarahkan sesuai keinginan, cahaya yang
dihasilkan tidak mendistorsi warna sekitar sehingga lebih aman digunakan untuk
penerangan jalan
• Mendorong dilakukannya meterisasi sehingga semua penggunaan daya akan
tercatat dan terukur secara aktual dan selanjutnya akan mengurangi resiko
kesalahan dalam pembayaran listrik
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

• Mendorong penerapan konsep Smart City dan peningkatan orientasi kota yang
lebih baik.

32
4.5 CONTOH GAMBARAN TEKNIS LAMPU PJU PINTAR

Names of goods LED가로등


Model Name LOW8010
Standard LED 80W
Size 635 x 235.7 x 103
Color temperature 5,000 ~ 7,000K
Color rendering properties 75 이상
luminance efficency 110 lm/W 이상
Speed of light 8,800 lm 이상
Certification
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

33
BAB V
Aspek sosial, BUDAYA,
Keamanan dan
LINGKUNGAN
5.1 ANALISA SOSIAL, BUDAYA & KEAMANAN
PJU Pintar yang ditawarkan oleh PT. Abiyasa Anugrah Sakti memiliki teknologi
yang dapat diterapkan di banyak kota di seluruh Indonesia sehingga sangat
memungkinkan untuk mendukung Kota yang menerapkan Smart City yang Terang
Benderang karena tingkat pemakaian energi dapat dilakukan penghematan dan
melakukan sistem control monitoring secara real time.
Fungsi PJU di jalan umum tidak hanya berfungsi memberikan penerangan saja,
tujuan dari pembangunan suatu sistem PJU Pintar akan menentukan lebih lanjut
bagaimana suatu sistem PJU Pintar didesain dan direncanakan. Terdapat aspek
sosial, budaya dan keamanan masyarakat di lingkungan sekitarnya bahwa
pemasangan lampu PJU Pintar yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan orientasi kota yang baik: tentunya pemerintah daerah setempat
akan mendapatkan keuntungan dan manfaat dari pemasangan lampu PJU pintar
tersebut sehingga ibukota kabupaten akan dinilai menjadi kota yang memiliki
orientasi pengelolaan fasilitas perkotaan yang baik. Aktivitas sosial budaya
masyarakat di sekitarnya akan hidup dan berkembang serta memiliki motivasi
untuk terus giat membangun daerahnya.
2. Memperindah lingkungan dan jalan; jalan serta lingkungan yang dipasang PJU
Pintar akan terang benderang dan memperindah suasana di malam hari.
3. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan mendukung upaya pelestarian lingkungan
hidup; hal tersebut akan memberikan dampak lingkungan yang sangat signifikan
bagi pelestarian lingkungan hidup, sebagaimana nanti dijelaskan di halaman
berikutnya.
4. Berkurangnya tingkat pencurian listrik; penyelewengan atau penyalahgunaan
aliran listrik akan dikurangi secara signifikan apabila dilakukan pemasangan
lampu PJU pintar, sehingga dengan sistem yang modern dan terkoneksi dengan
baik akan menyulitkan bagi tangan-tangan jahil.
5. Tidak terjadi pemadaman listrik karena kelebihan beban; penggunaan energi
listrik yang sangat kecil akan mengurangi kelebihan beban dan menguntungkan
bagi PLN karena energi akan diberikan ke sektor yang lebih ekonomis dan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

menguntungkan.
6. Meningkatkan kenyamanan dan keamanan terhadap pengguna jalan; faktor
yang akan berdampak secara nyata adalah timbulnya rasa aman di lingkungan
masyarakat, dimana para pengguna jalan baik kendaraan maupun para pejalan
kaki akan merasa nyaman dan aman bepergian di waktu malam hari.
7. Meningkatkan aktivitas perekonomian dan sosial budaya masyarakat; terangnya
lampu PJU di lingkungan kota atau lingkungan pemukiman dan tempat-tempat
tertentu akan mengundang masyarakat untuk aktif melakukan aktivitas
perdagangan yang akan menambah income per capita masyarakat di sekitarnya,
dan secara jangka panjang akan memberikan dampak sosial yang positif serta
dampak budaya yang akan menggeliatkan aktivitas dan kreativitas masyarakat
sekitarnya.

34
5.2 ANALISA DAMPAK UMUM LINGKUNGAN
Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan upaya penting bagi Pemerintah
Indonesia, dimana penurunan emisi dari sektor energi memegang peranan penting,
sesuai dengan Pelpres 61 tahun 2011 mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi GRK.
Pada tabel berikut di bawah ini, lampu LED adalah lampu yang mengeluarkan emisi
CO2 terendah diantara lampu pijar dan lampu CFL yaitu hanya sekitar 10% dari emisi
CO2 lampu pijar atau 42% dari emisi lampu CFL. Jadi nampak sekali bahwa emisi
CO2 dari lampu LED merupakan yang paling rendah. Dari sisi emisi CO2,
perbandingan antara lampu LED, lampu pijar dan lampu hemat energi kompak (CFL)
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5. Perbandingan Dampak Lingkungan Lampu Konvensional dan Hemat Energi

Dampak Lingkungan LED Lampu Pijar CFL


Kandungan Mercury Tidak ada Tidak ada Ada – mercury adalah
zat beracun dan
membahayakan bagi
kesehatan &
lingkungan
Emisi CO2 (30 451 4500 1051 pounds/tahun
bh/tahun pounds/tahun pounds/tahun
Sumber : Comparison Chart: LED Lights vs Incandescent Light Bulb (lampu pijar) vs
CFL. Catatan. 1 pound=0.45 kg
Demikian juga bila perbandingan menggunakan tingkat 1000 lumens, maka energi
yang dibutuhkan untuk lampu LED hanya 4 watt sementara untuk lampu pijar adalah
60 watt dan masing-masing mengeuarkan emisi CO2 sebesar 2 kg per KWh untuk
lampu LED dan 60kg per KWh. Emisi CO2 dari lampu LED dibandingkan dengan
lampu lainnya menujukkan bahwa emisi lampu LED yaitu hanya sekitar 10% dari
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

emisi CO2 lampu pijar atau 42% dari emisi lampu CFL. Lampu LED juga menunjukkan
penghematan yang luar biasa yaitu sekitar 2 kali lebih hemat dibandingkan dengan
lampu CFL, namun membutuhkan dana investasi yang lebih besar sekitar 4 kali.
Secara umum, penggunaan lampu LED yang non PJU belum begitu diminati pasar
terutama kalangan rumah tangga, karena harganya relatif mahal (Neraca, 2012).
Namun, kelompok perusahaan telah banyak menggunakan jenis lampu LED karena
tingginya penghematan serta tahan lama dan digunakan di pabrik-pabrik, dan
penjualan lampu jenis LED tumbuh hampir 5 kali lipat setiap tahun (Neraca, 2012).

35
BAB Vi
Aspek pengelolaan DAN
manfaat
6.1 ANALISA PENGELOLAAN PJU
Pengelolaan PJU merupakan penerangan untuk jalan dan prasarana umum yang
dipasang secara resmi oleh pemda atau badan resmi lainnya dan mendapat pasokan
tenaga listrik dari PLN secara legal. Sehingga PJU merupakan aset Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan pihak PLN hanya sebagai penyedia pasokan tenaga listrik saja.
Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah/Kota dapat dilakukan berdasarkan kebijakan
dan ketetapan peraturan Pemerintah daerah setempat dengan menunjuk Dinas atau
Unit Pelaksana Teknis (UPT) terkait seperti Dinas ESDM atau Dinas PU, atau Dinas
Kebersihan, Taman dan Tata Kota atau Dinas Perhubungan.
Bahwa Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) adalah pajak yang dibayar oleh semua
pelanggan PLN yang melunasi rekening listrik, dipungut oleh PLN dan selanjutnya
disetor ke Kas Pemerintah Kabupaten/Kota.
Dalam hal PPJU tugas PLN adalah memungut dan mengumpulan PPJU yang
dibayarkan pelanggan bersamaan dengan pembayaran rekening listrik, untuk
kemudian disetorkan ke kas Pemerintah Daerah. Hal ini didasarkan pada Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor: 71.A Tahun 1993 dan Nomor 2862.K/841/M.PE/1993 Tanggal 31-8-
1993.
Adapun peran serta PLN dalam pengelolaan PJU antara lain:
1. Memberikan pasokan energi listrik untuk sumber PJU
2. Membantu dalam melaksanakan pungutan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) yang
kemudian diserahkan ke Kas Daerah.
3. Menyampaikan pengaduan masyarakat tentang PJU kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota melalui yang Dinas atau SKPD yang ditunjuk.
4. Menertibkan pemasangan PJU.
Dan beberapa akibat yang ditumbulkan apabila memasang penerangan jalan umum
(PJU) secara sendiri-sendiri (tidak sah):
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

1. Pengerjaan pemasangan PJU yang dilakukan bukan oleh tenaga ahlinya


disamping dapat membahayakan si pemasang bahkan juga dapat
membahayakan bagi masyarakat sekitarnya.
2. Pemasangan PJU dengan instalasi tidak sesuai standar yang ditetapkan
mempunyai resiko tinggi untuk dapat menimbulkan kebakaran.
3. Mengganggu suplai tegangan listrik di daerah setempat tidak stabil sehingga
peralatan listrik tidak dapat dipergunakan secara sempurna dan dapat merusak
peralatan pelanggan.
4. Merusak peralatan dan jaringan milik PLN sehingga dapat mengakibatkan
Gangguan/Pemadaman Listrik yang berakibat menurunnya kualitas pelayanan
PLN kepada pelanggan.

36
6.2 ANALISA MANFAAT DAN KEUNGGULAN PJU PINTAR
Pemasangan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) Pintar yang akan dilaksanakan
dengan pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa
Badan Usaha ini diharapkan memiliki banyak manfaat dan keunggulan, yaitu:
1. Solusi yang tepat untuk konversi energi listrik khususnya PJU, karena terjadi
penghematan energi listrik dan mengurangi biaya pembayaran rekening listrik
PJU antara 60 s.d. 80 persen;
2. PJU Pintar menggunakan lampu jenis LED yang selain hemat energi, juga
memiliki lifetime atau umur pemakaian yang sangat panjang, cahaya lampu
yang dihasilkan tidak panas, cahaya yang dihasilkan lampu LED tidak mendistorsi
warna sekitar sehingga lebih aman digunakan untuk penerangan jalan, cahaya
lampu LED dapat diarahkan sesuai keinginan, cahaya lampu tidak mengandung
sinar UV (Ultra violet) yang dapat merusak mata dan kulit, dan sangat ramah
lingkungan.
3. Dapat dikendalikan secara penuh dari jarak jauh dengan menggunakan fungsi
remote dari Ruang Kontrol Room atau Smart Phone yang berbasis teknologi
GSM;
4. Dapat melakukan fungsi monitoring secara real time setiap saat untuk
memantau setiap titik PJU yang terpasang, sehingga tidak diperlukan lagi tenaga
lapangan hanya untuk melakukan pengecekan secara berkala untuk memastikan
lampu tersebut nyala/mati;
5. Dapat memonitor dan mendeteksi jika terjadi kegagalan sistem maupun secara
individual lampu PJU dan melakukan analisa jika terjadi kerusakan atau akan
terjadinya kerusakan;
6. Dapat mengatur tingkat redup atau terangnya (auto dimming) penerangan jalan
secara otomatis berdasarkan situasi, kebutuhan dan kondisi di lapangan,
sehingga terjadi penggunaan energi yang lebih effisien dan dapat dilakukan
fungsi menyala terang 100% secara otomatis;
7. Apabila dikembangan. area sekitar titik PJU Pintar dapat dimanfaatkan oleh
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

pengguna jalan atau masyarakat untuk mengakses wifi secara gratis dengan
radius 50m2 dan pemasangan CCTV;
8. Setiap titik Lampu dapat ditandai dengan barcode sehingga seluruh data base
ada didalam server untuk mengetahui riwayat lampu tersebut.
9. Mengurangi permasalahan resiko pencurian aliran listrik yang dilakukan secara
illegal oleh oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab dan tidak terjadi
pemadaman listrik karena kelebihan beban.
10. Mendorong penerapan konsep Smart City sebagai upaya peningkatan orientasi
kota yang baik, yaitu: dapat memperindah lingkungan dan jalan, terjadi
penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, dapat mendukung upaya pelestarian
lingkungan hidup, meningkatkan kenyamanan dan keamanan terhadap
pengguna jalan, dan dapat meningkatkan aktivitas perekonomian dan sosial
budaya masyarakat.

37
BAB ViI
Aspek PEMBIAYAAN DAN
KOMPENSASI
7.1 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sekilas tentang Kabupaten Buton Selatan
Kabupaten Buton Selatan atau disingkat Busel merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil pemekaran dari Kabupaten Buton pada
pertengahan tahun 2014 menjelang akhir kepengurusan DPR RI periode 2009-2014.
Alasan pemekaran kabupaten ini salah satunya karena akses yang menghambat
pelayanan. Sejak pemekaran Kota Baubau pada tahun 2001, ibukota Kabupaten
Buton dipindahkan ke Pasarwajo. Akses menuju Pasarwajo bagi masyarakat Buton
Selatan harus melalui Kota Baubau terlebih dahulu karena belum ada akses langsung
dari wilayah Buton Selatan ke Pasarwajo. Terlebih beberapa daerah di Buton Selatan
merupakan pulau-pulau yang terpisah dari Pulau Buton, seperti Pulau Kadatua,
Pulau Siompu, dan Pulau Batu Atas, pulau paling selatan di Sulawesi Tenggara.
Kabupaten Buton Selatan sebagian besar wilayahnya terletak di Pulau Buton yang
merupakan pulau terbesar di luar pulau induk Kepulauan Sulawesi, atau pulau ke-
130 terbesar di dunia.
Wilayah Kabupaten Buton Selatan terletak di Kepulauan Buton, jazirah tenggara
Pulau Sulawesi. Secara geografis, terletak di bagian selatan garis khatulistiwa,
memanjang dari Utara ke Selatan diantara 5o30’-6 o¬25’ LS dan membentang dari
Barat ke Timur dantara 122’,20o–122,46o BT.
Secara administratif batas-batas Kabupaten Buton Selatan dapat dirinci sebagai
berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Betoambari, Kecamatan Sorawolio
Kota Baubau dan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sebelah Selatan
berbatasan dengan Laut Flores.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wabula dan Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton dan Laut Flores.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores.
• Kabupaten Buton Selatan memiliki wilayah keseluruhan ±509,92 km2 dengan
daratan seluas ±348,00 km2 atau 34.800 Ha.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Berita tentang PJU di Kabupaten Buton Selatan


BUTONPOS.COM, BATAUGA – Investor ATPM Sunray asal Korea melirik Kabupaten
Buton Selatan untuk bekerja sama di sektor infrasktruktur kelistrikan. Melalui
perwakilannya di Indonesia, PT Abiyasa Anugra Sakti membangun komunikasi
dengan Pemkab Busel untuk kerja sama tersebut.
Untuk mensukseskan hal itu, sebagai langkah awal, pihak investor melakukan survei
dan mempersentasekan produk kerja sama kelistrikan kepada Pemkab Busel.
Kegiatan ini dipimpin langsung Bupati Busel, Agus Feisal Hidayat didampingi Asisten
II Setkab H Ibrahim, Direktur pengembangan bisnis pewakilan perusahaan Sunray
Korea PT Abiyasa Anugrah Sakti Imam Iswadi. Hadir juga sejumlah kepada SKPD di
aula kantor bupati, Jumat (24/11).
Bupati menjelaskan, persentase ini sebagai tahap awal untuk membangun kerja
sama. Hal ini sesuai Perpres Nomor 38 tahun 2015 tentang kerja sama pemerintah
dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

38
“Ini memang disarankan bagi daerah yang memiliki pembiayaan minim, disatu sisi
kebutuhan infrastrukturnya besar. Maka Pemda bisa melakukan perjanjian dengan
badan usaha. Ini menjadi dasar kita untuk mencoba membangun kerja sama. Tapi
tidak serta merta, kita perlu lakukan pendalaman,” katanya.
Dikatakan, langkah ini bagian dari terobosan pemerintah untuk engatasi
ketimpangan dalam pembiayaan infrastruktur daerah. Disatu sisi infrastruktur
banyak membutuhkan perhatian. Persoalan Busel, infrastruktur yang belum
memadai. Hal ini yang harus digenjot percepatan akselerasi pembangunannya
kedepan.
Rencananya, kerja sama dengan investor tersebut terkait infrastruktur penerangan
jalan umum. Dengan menggunakan produk perusahaan Korea.”Karena mereka ini
penerangan jalan yang lebih secara teknologi, memiliki terobosan yang lebih hemat
dengan lampu yang ada sekarang. Sehingga rencananya, jika sudah disepakati
bersama, rencananya seluruh prodak lampu penerangan jalan diganti dengan
produk mereka,” ujarnya.
Menurutnya, dari hasil penjelasan pihak investor dengan perhitungan pembagian
keuntungan dan selisih pembayaran, lebih hemat dari pada dengan lampu yang
digunakan hari ini. “Sepanjang itu memudahkan untuk daerah, benar-benar bisa
dasar kerja sama itu memiliki landasan hukum, kenapa tidak,” ungkapnya.
Pemkab juga rencananya akan membentuk tim untuk membahas kerja sama
tersebut yang akan dimulai tahun ini. Dengan prinsip, Pemkab dan swasta tidak ada
yang merasa dirugikan.
“Kita mau menghitung sejauh mana provit dan keuntungan yang didapat
pemerintah. Kemudian pihak swasta juga memiliki keuntungan. Untuk rencananya,
seluruh daratan terkoneksi penuh. Jadi jalan yang tidak punya tiang, pihak investor
yang akan adakan dan investasi. Pemkab yang membayar ke mereka,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis, PT. Abiyasa Anugrah Sakti, Imam
Iswadi Kerja memaparkan, kerja sama dengan badan usaha dan pemerintah
dilindungi Kepres 53 tahun 2015. Kata dia, tahap awal kerja sama, swasta akan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

menanggung semua infrastruktur untuk penerangan jalan. Pemda tidak


mengeluarkan dana di awal. Untuk pengembalian nanti bisa dicicil.
“Jadi nanti sesuai kesepakatan bersama, kemampuan daerah berapa per tahunnya
maksimal 5 tahun,” katanya.
Untuk anggaran Perangan Jalan Umum (PJU) lanjut Imam, untuk daerah yang
memiliki anggaran kecil, hanya beberapa titik saja. Hampir seluruh daerah tidak
perlu menggangarkan lagi. Karena diambil dari selisih harga pemakaian antara
lampu merkuri biasa dipakai yang dibayar di PLN dengan memakai produk miliknya.
“Misalkan saja, Kota Solo menganggarkan PJU itu Rp 10 miliar. Diganti dengan PJU
milik kita, mereka hanya membayar tagihan listrik hanya Rp 2 miliar saja. Nanti Rp 7
miliar dikembalikan ke kita untuk pengembalian ivestasi kita. Nanti dihitung berapa
tahun, jika sudah clear kita akan serahkan semua ke Pemda. Itu sistemnya,”
terangnya.
Kata Imam, produk perusahaannya bukan hanya produk lampu PJU dari listrik saja.
Pihaknya juga memiliki produk terbaru sistem hybrid. Produk ini merupakan
gabungan antara solar cell dengan tenaga angin. Dalam satu tiang ada solar celnya,
ada anginya.

39
“Prodak kami ini dari solar cel yang ada sekarang tidak tergantung dari matahari
saja. Jadi sumber energinya dua tempat, ada angin dan matahari. Otomatis lebih
stabil, lebih tinggi whattnya,” paparnya.
Ia menambahkan, Pemda tinggal memilih produk hemat yang dikerjasamakan. Jika
daerah yang sudah dialiri listrik tinggal diganti produknya. Sedangkan daerah yang
belum teraliri listrik. Ada produk pembangkit tenaga angin dan solar cel nanti
tergantung kondisi gerografis dan kemampuan daerah.
http://butonpos.fajar.co.id/investor-asal-korea-lirik-busel/

Rencana PT. Abiyasa Anugrah Sakti Dalam Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Apabila Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) telah membuat surat
penetapan usulan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas proyek
prakarsa badan usaha (unsolicited), surat penetapan calon pemrakarsa sebagai
badan usaha pemrakarsa, dan surat penetapan pemberian bentuk kompensasi untuk
badan usaha pemrakarsa, maka tahapan pelaksanaan Kerjasama KPBU Penerangan
Jalan Umum (PJU) Pintar yang akan dilakukan PT. Abiyasa Anugrah Sakti sebagai
berikut:
a. Menyusun persiapan dan rencana teknis terkait jadwal dan proses sebagai hasil
studi kelayakan pemasangan PJU Pintar di Kabupaten Buton Selatan, meliputi
penyediaan data listrik eksisting oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan,
lokasi pemasangan, koordinasi dengan pihak terkait, penggantian atau
pemasangan dan pengolahan limbah.
b. Verifikasi kemampuan dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dari perusahaan atau badan usaha yang menawarkan kontrak
kerjasama; dan dilakukan rapat tripartit antara Pemerintah Kabupaten Buton
Selatan, DPRD Kabupaten Buton Selatan dan Pihak PT. Abiyasa Anugrah
Sakti atau Badan Usaha untuk pelaksanaan kontrak kerjasama.
c. Melakukan konsultasi hukum kepada pihak yang berkompeten untuk
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

mengetahui dan melakukan legal standing agar tidak cacat hukum dalam
pelaksanaan kontrak kerjasama.
d. Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak Kerjasama antara PT. Abiyasa Anugrah
Sakti dengan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dihadapan Notaris yang
sama-sama ditunjuk kedua belah pihak.
e. Melakukan sosialisasi kontrak kerjasama secara komprehensif diantara
stakeholder yang terlibat langsung yaitu pihak PLN, DPRD, PEMDA Kabupaten
Buton Selatan dan pihak lain yang dianggap perlu.
f. Pemasangan Lampu PJU Pintar sampai proses pemasangan Lampu PJU Pintar
dianggap sudah 100% selesai.
g. PT. Abiyasa Anugrah Sakti dan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan, jika
diperlukan dapat membentuk Badan Usaha yang berdiri, berkedudukan dan
berdomisili di Ibukota Kabupaten yang kemudian disebut Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) yang memiliki tujuan untuk mengelola dan menangani semua
teknis dan operasional lapangan terkait pembayaran dan pengembalian modal
investasi akibat adanya Kontrak Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) di Pemerintah Kabupaten Buton Selatan .

40
7.2 ANGGARAN PROYEK
Proyek Pemasangan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) Pintar melalui pola
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha,
memiliki kelebihan dan sangat tepat diterapkan untuk mempercepat pelaksanaan
program pembangunan lampu PJU di Kabupaten Buton Selatan. Mekanisme
Pembiayaan pola KPBU atas Prakarsa Badan Usaha memiliki kelebihan yaitu
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan tidak perlu mengeluarkan atau penyertaan
modal tetapi hanya cukup mengeluarkan perijinan dan mendukung keamanan saja.
Skema ini dapat mendorong percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur di
daerah-daerah yang membutuhkan. Jadi dalam hal ini, Badan Usaha yaitu PT.
Abiyasa Anugrah Sakti yang harus menyediakan modal atau anggaran awal
sebagai biaya investasi yang selanjutnya akan dikembalikan oleh Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan melalui angsuran atau cicilan dengan jangka waktu
tertentu. Yang terpenting, Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dapat
menyediakan kepastian pembayaran atau mengalokasikan dari APBD, anggaran
untuk pelaksanaan proyek tersebut didapatkan dari penghematan pembayaran
tagihan listrik lampu PJU setelah menggunakan lampu hemat energi dengan sistem
pintar yaitu PJU Pintar.
Pelaksanaan proyek tersebut harus melalui perencanaan dan perhitungan yang
matang, agar pekerjaan dapat terukur dengan baik sesuai anggaran yang telah
ditetapkan. Penyusunan studi kelayakan menjadi penting sebagai dasar pelaksanaan
proyek serta menentukan berbagai kebijakan yang dibuat atau sebagai dasar
pengambilan keputusan proyek.
Anggaran awal untuk pembiayaan Proyek Pemasangan lampu Penerangan Jalan
Umum (PJU) Pintar milik Pemerintah Kabupaten Buton Selatan melalui pola
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha akan
dibebankan kepada Badan Usaha Pemrakarsa yaitu PT. Abiyasa Anugrah Sakti,
dengan demikian Pemerintah Kabupaten Buton Selatan tidak perlu mengeluarkan
anggaran awal pelaksanaan, kecuali melalui sistem investasi murni yang kemudian
akan dibayarkan secara angsuran dengan jangka waktu tertentu. Asumsi tersebut
yakni dengan dilaksanakannya pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha yang hanya mengganti mata lampu PJU lama
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

dengan yang baru. Pelaksanaan proyek tersebut hanyalah melakukan pekerjaan


penggantian mata lampu PJU saja dengan tidak mengganti kordinat dan tiang yang
sudah ada, hanya melakukan penyesuaian teknis pemasangan panel dan jaringan
listrik serta peralatan meterisasi.
Pada pelaksanaan kerjasama investasi pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha di Kabupaten Buton Selatan kali ini bukan
hanya sekedar menggantikan mata lampu PJU nya saja, melainkan diiringin dengan
pemasangan tiang dan lampu PJU baru di titik yang baru pula. Namum tetap tidak
ada biaya atas pengalihan tanah, tidak ada anggaran pembelian gedung, tidak ada
pembelian mobil crane, tidak ada pembelian mesin-mesin, yang dibutuhkkan hanya
biaya tenaga kerja pemasangan, pembelian dan pemasangan tiang listrik dan mata
lampu PJU yang baru dan kelengkapan lainnya yang semua sudah menjadi
tanggungjawab PT. Abiyasa Anugrah Sakti sesuai kontrak yang disepakati
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan harus memastikan Pajak PJU sebagai
anggaran tahunan yang masuk ke kas Pemerintah Kabupaten Buton Selatan yang
akan dialokasikan sebagai pembayaran tagihan rekening listrik PJU Pintar yang akan
dikelola bersama dengan PT. Abiyasa Anugrah Sakti melalui pembentukan Badan
Layanan Usaha Daerah (BLUD), bilamana diperlukan selama masa atau jangka waktu
yang telah ditentukan.

41
7.3 SUMBER PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan dan kompensasi atas investasi yang dilakukan PT. Abiyasa
Anugrah Sakti sebagai Badan Usaha Pemrakarsa dalam Proyek Pemasangan lampu
Penerangan Jalan Umum (PJU) Pintar melalui pola Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha, adalah:
a. Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) yang didapat dari nilai pengguna daya
listrik rumah tangga seluruh Kabupaten Buton Selatan yang sebesar 10%
(Sepuluh Persen) menjadi sumber pembiayaan kontrak kerjasama ini.
b. Pemerintah Kabupaten Buton Selatan akan mencarikan sumber-sumber
pembiayaan lain yang sah menurut Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku
selain bersumber dari Pendapatan Asli Daerah atau APBD yang telah ditetapkan,
jika dilakukan pola investasi, bukan pola penghematan dari PJU eksisting.
c. Penerimaan dana daerah Kabupaten Buton Selatan dimaksud dari sumber
dana tersebut sebagaimana point 1 berdasarkan perjanjian kerjasama, dialihkan
kepada rekening khusus yang disepakati dalam kontrak kerjasama.
d. Beberapa hal yang diusulkan dalam kontrak kerjasama terkait dengan
pembiayaan dan tata cara pembayaran antara lain:
• Biaya penyediaan fasilitas infrastrukur, pemasangan dan penggantian Lampu
Penerangan Jalan Umum Pintar, merupakan modal awal PT. Abiyasa
Anugrah Sakti sebagai bentuk investasi kepada Pemerintah Kabupaten
Buton Selatan.
• Pengembalian investasi PT. Abiyasa Anugrah Sakti sebagaimana dimaksud
pada point diatas dibayarkan secara berkala (retainer fee) oleh Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Buton Selatan.
• Pemerintah Kabupaten Buton Selatan melakukan pembayaran
pengembalian investasi kepada pihak PT. Abiyasa Anugrah Sakti
sebagaimana dimaksud pada point sebelumnya, terhitung sejak dimulainya
proses penetapan anggaran atau perubahan Anggaran Pendapatan dan
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Belanja Daerah pada tahun ditetapkannya kontrak.


• Total investasi akan ditentukan bersama terkait dengan jangka waktu dan
kemampuan daerah serta diperhitungkan tingkat suku Bunga dan
perhitungan pajak-pajak terkait yang wajib dibayarkan.
• Pembayaran akan dilakukan bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak,
dan akan dimulai sejak terselesaikannya seluruh pekerjaan.
• Diatur hak dan kewajiban masing-masing pihak agar terjaga komitmen untuk
terselesaikannya selluruh pekerjaan dengan baik.
• Pemerintah Kabupaten Buton Selatan mengupayakan jaminan pembayaran
kepada PT. Abiyasa Anugrah Sakti dalam bentuk Garansi Bank dari Bank
Nasional yang ditunjuk bersama.
• Pengaturan dalam proses pekerjaan awal sampai akhir dengan melakukan
koordinasi dan monitoring bersama.
• Setelah masa berakhir kontrak KPBU, semua efisiensi atau penghematan akan
sepenuhnya milik Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.

42
BAB ViII
Aspek ekonomi
8.1 TUJUAN DAN METODE STUDI EKONOMI
Tujuan Studi
Secara spesifik aspek ekonomis terhadap proyek Pengelolaan Lampu PJU Pintar
melalui pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa
Badan Usaha di Kabupaten Buton Selatan bertujuan menghitung:
1. Estimasi KWh terpakai dan beban listrik PJU eksisting
2. Estimasi KWh terpakai dan beban listrik PJU Pintar
3. Perbandingan estimasi KWh terpakai dan beban listrik antara PJU eksisting
dengan PJU Pintar
4. Estimasi arus kas penerapan lampu PJU Pintar.

Metode Studi Ekomoni


Analisis kelayakan ekonomi penggantian lampu PJU Konvensional dengan lampu
PJU Pintar penting dilakukan karena masalah keuangan masih menjadi kendala
terbesar.
Diperlukan analisis kelayakan ekonomi untuk menentukan model investasi dan
mencari sumber pembiayaan dari bank atau investor tertentu. Diperlukan
perhitungan terkait Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), atau
Payback Period (PP) serta perbandingan atas penghematan yang diproleh dari upaya
penggantian atau peremajaan jenis lampu yang lama menjadi jenis yang baru, dari
teknologi yang lama menjadi teknologi yang baru, dari yang tidak efisien menjadi
sangat efisien.
Dalam studi ini akan dianalisa mengenai asumsi dan data-data sekunder kondisi
lampu PJU yang bersumber dari pihak PLN dan yang telah disediakan oleh pihak
Dinas terkait Pemerintah Kabupaten Buton Selatan untuk memperkirakan besaran
penghematan yang didapat dari efisiensi KWh atas pemasangan lampu PJU Pintar
dengan menggunakan analisis komparatif, yaitu menghitung perbandingan antara
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

kondisi eksisting PJU dengan rencana penerapan PJU Pintar. Dan selanjutnya akan
dilakukan pula analisa kelayakan dengan menggunakan indikator nilai NPV dan IRR.

43
8.2 DATA EKSISTING PENDUKUNG
Sebelum dilakukan perhitungan atau kajian ekonomi, kami sajikan data untuk
kebutuhan lampu PJU di Kabupaten Buton Selatan, yaitu:
• Jumlah Total Lampu PJU Eksisting sebanyak 160 titik yang akan diganti mata
lampunya saja (pendekatan: pola penghematan).
• Jumah Total lampu PJU yang akan dipasang berikut tiang dan mata lampunya
sebanyak 1.840 titik (pendekatan: full investasi).
Dengan keterbatasan data tersebut, masih harus didapatkan lagi data penunjang
lainnya, antara lain:
• Berapa jumlah titik Lampu PJU Eksisting?
• Berapa jumah Tagihan Pemakaian Energi Listrik?
• Berapa jumlah titik tiang lampu eksisting?
• Berapa jenis mata lampu terpasang?
• Berapa jumlah yang sudah termeterisasi dan yang belum termeterisasi?
• Berapa jumlah Pajak PJU yang diterima Pemda?
• Berapa jumlah Subsidi untuk pemeliharaan lampu PJU?
• Berapa jumlah anggaran untuk mencicil atau pengembalian investasi?
• Berapa jumlah KWh konsumsi energi listrik khusus lampu PJU?
• Berapa harga atau tariff pembayaran energi listrik per KWh?
Sementara didapat data sebagai berikut:
• Jumlah tagihan energi listrik rata-rata per bulan sebesar Rp. 30.600.000,-.
• Jumlah Pajak PJU yang diterima per bulan sebesar Rp. 62.500.000,- atau sekitar
Rp. 750.000.000,- per tahun.
• Asumsi tariff per KWh rata-rata Rp. 1.450,-
Dari data eksisting yang telah kami terima, bahwa akan dilakukan pemasangan tiang
lampu yang baru serta mata lampunya dan beberapa penggantian mata lampu
eksisting. Dengan demikian pola investasi tersebut meliputi keseluruhan mulai dari
perencanaan awal, pemasangan tiang lampu, meterisasi, sampai tahap akhir akan
dibiayai oleh Badan Usaha dalam hal ini PT. Abiyasa Anugrah Sakti tanpa melalui
pola penghematan atas pemasangan lampu LED PJU sistem pintar.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

Sementara selama ini pengembangan lampu PJU hanya dilakukan dengan sistem
pengadaan barang dan jasa bukan melalui sistem investasi atas penghematan
penggunaan energi dan diharapkan dengan studi ini dapat dilakukan pola kerjasama
pengelolaan secara komprehensif yang saling menguntungkan.

44
8.3 ASUMSI DAN SIMULASI
Faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sistem PJU yang
hemat energi adalah bagaimana sistem PJU yang dibangun dapat beroperasi secara
efisien baik dari sisi biaya operasi maupun konsumsi energi.
1. Asumsi
Saat ini, kontrak PLN dengan Pemda dalam penyediaan tenaga listrik masih
dominan menggunakan sistem kontrak lum-sum. Dengan sistem ini perhitungan
biaya listrik di dasarkan atas asumsi pemakaian tertentu (tidak
mempertimbangkan kondisi di lapangan apakah nyala atau mati) dan klasifikasi
kelas daya tertentu yang umumnya jauh lebih besar nilainya dibandingkan
pemakaian sesungguhnya.
Untuk penentuan daya yang digunakan dalam penghitungan biaya tenaga listrik
terpakai, PLN menggunakan acuan sebagai berikut:
a. Daya untuk lampu pijar digunakan daya terbesar di kelas-nya.
b. Daya untuk lampu pelepas gas digunakan 2x daya terbesar di kelas-nya.
Dan sebagai standar jam operasi per titik lampu digunakan asumsi 375 jam per
bulan. Dengan demikian formula biaya tenaga listrik yang harus dibayarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan adalah sebagai berikut:
Biaya Tenaga Listrik PJU tidak bermeter = Daya lampu x 375 jam x TDL
Berdasarkan penjelasan di atas, jika tidak dipasang meteran, maka PJU yang
menyala 24 jam atau mati sama sekali akan di anggap mengkonsumsi listrik yang
sama. Bahkan untuk lampu pelepas gas yang umum dipakai besarnya daya lampu
ditetapkan dua kali dari daya terbesar dalam klasifikasi daya lampu yang berarti
dua kali (bahkan lebih) dari daya lampu sesungguhnya. Formulai in menyebabkan
biaya yang harus dibayarkan oleh Pemda untuk tagihan listrik PJU jauh lebih besar
dari konsumsi listrik sesungguhnya. Jadi, kontrak lum-sum meniadakan kebutuhan
akan penggunaan teknologi yang efisiein energi karena investasi untuk efisiensi
energi tidak dapat dikembalikan karena tidak ada penghematan biaya listrik yang
terjadi.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

2. Simulasi Umum Pemasangan PJU Pintar dibanding dengan PJU Abodemen


a. Lampu Pelepas Gas dengan sistem PJU Abodemen
• Contoh perhitungan tagihan PJU Abonemen dengan sampel 1 titik lampu
konvensional yang mengandung mercuri 125 watt.
• Lampu merkuri 125 watt termasuk dalam klasifikasi daya pelepas gas 101 –
250 watt, dimana daya dihitung 2x daya terbesar di kelasnya, yaitu 500 watt.
• Perhitungan daya dalam 1 bulan adalah sebagai berikut:
Pemakaian energi listrik dalam 1 bulan (360 jam) adalah:
500 watt x 360 jam = 180.000 Wh = 180 KWh
Jika jumlah titik lampu abonemen 1.840 titik
Total energi listrik: 180 KWh x 1.840 titik = 331.200 KWh/bulan
Jika hanya 160 titik eksisting: 180 KWh x 160 titik = 28.800 KWh/bulan
Tarif energi listrik saat ini sebesar Rp. 1.565/KWh, maka:
Jumlah Tagihan: 331.200 x Rp. 1.450 = Rp. 480.240.000,-/bulan
Jumlah Tagihan: 28.800 x Rp. 1.450 = Rp. 41.760.000,-/bulan

45
b. Lampu Power LED dengan sistem PJU Pintar
• Contoh perhitungan tagihan PJU jika menggunakan Sistem PJU Pintar,
dengan sampel 1 titik lampu 80 watt.
• Lampu 80 ber-KWh meter (faktor daya/pf : 0,8)
• Perhitungan daya dalam 1 bulan adalah sebagai berikut:
Pemakaian energi listrik dalam 1 bulan (360 jam) adalah:
(80 : 0,8) x 360 = 100 x 360 = 36.000 Wh = 36 KWh
Jika jumlah titik lampu PJU Pintar 1.840 titik
Dan tarif energi listrik saat ini sebesar Rp. 1.450/KWh, maka:

Apabila telah menggunakan perangkat kontrol otomatis sistem smart (PJU


Pintar), maka terjadi penghematan energi sebesar 40,8% sehingga dihitung
sejumlah 59,2%
Total energi listrik: 36 KWh x 1.840 x 59,2% = 39.214,08 KWh/bulan
Jumlah Tagihan: 39.214,08 x Rp. 1.450 = Rp. 56.860.416,-/bulan

Apabila tidak menggunakan Sistem PJU Pintar, maka tetap dihitung normal.
Total energi listrik: 36 KWh x 2.000= 72.000 KWh/bulan
Total energi listrik baru: 36 KWh x 1.840 = 66.240 KWh/bulan
Total energi listrik eksisting: 36 KWh x 160 = 5.760 KWh/bulan
Jumlah Tagihan: 72.000 x Rp. 1.450 = Rp. 104.400.000,-/bulan
Jumlah Tagihan: 66.240 x Rp. 1.450 = Rp. 96.048.000,-/bulan
Jumlah Tagihan: 5.760 x Rp. 1.450 = Rp. 8.352.000,-/bulan
Catatan: Jika dibandingkan, akan diperoleh penghematan sebesar 80%, akan
didapatkan lebih jika alat pintar melalui dimmer diaktifkan sesuai
kebutuhan. Pada simulasi tersebut tidak ada lagi biaya pemeliharaan,
umur pakai lampu sampai 215 bulan dan garansi produk sampai 5 tahun,
serta penyesuaian tarif listrik dengan ketentuan yang berlaku.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

46
Jika kondisi eksisting PJU Kabupaten Buton Selatan telah dilakukan meterisasi dan
penggantian lampu dengan menggunakan lampu LED meskipun tanpa
menggunakan sistem pintar di beberapa lokasi secara bertahap, maka sebetulnya
telah terjadi penghematan yang cukup signifikan.
Hal tersebut akan lebih baik lagi jika dilakukan penggantian seluruh mata lampu
dengan lampu PJU Pintar, akan terjadi penghematan yang cukup signifikan dari
sekedar melakukan meterisasi dan hanya menggunakan jenis lampu LED saja.
Apabila menggunakan perangkat kontrol otomatis sistem smart (PJU Pintar), maka
terjadi penghematan energi sebesar 40,8% sehingga jumlah tagihan rekening listrik
PJU Pintar hanya dihitung sejumlah 59,2% saja.
Berikut simulasi ini sebagai gambaran tambahan Penghematan Energi dengan
Menggunakan Sistem Pintar (Dimmer):

Menggunakan Waktu Jam Peredupan (dimming) Tingkat


Tabungan
(Using Time) (hour) Laju (rate) Jam (hour) (Saving Rate)

PM 05:30 ~ PM 06:00 0,5 80% 0,4 20,0%

PM 06:00 ~ PM 09:00 3 100% 3,0 0,0%

PM 09:00 ~ PM 10:00 1 80% 0,8 20,0%

PM 10:00 ~ PM 12:00 2 60% 1,2 40,0%

PM 12:00 ~ AM 04:00 4 30% 1,2 70,0%

AM 04:00 ~ AM 06:00 2 40% 0,8 60,0%


PT. Abiyasa Anugrah Sakti

TOTAL 12,5 7 40,8%


Sumber: Data Diolah
Catatan: Pada simulasi perhitungan penggunaan dimming (peredupan) akan
sangat tergantung pada tingkat kebutuhan dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan, sehingga akan sangat berbeda tingkat penghematan
pada setiap lokasi pemasangan. Perhitungan diatas adalah estimasi saja
dan tidak dianggap stabil.

47
8.4 HASIL PERHITUNGAN
8.4.1 Estimasi Cash Flow Akumulasi dengan Pemasangan 2.000 Titik Baru
Kami ingin menunjukkan data analisa penghematan biaya tagihan yang terjadi
sebagai akibat penggantian dan pemasangan lampu PJU dengan smart system atau
pemasangan PJU Pintar, dengan asumsi pemasangan lampu PJU sebanyak 2.000 titik
yang akan di pasang di Kabupaten Buton Selatan yang terdiri dari 160 titik hanya
pengantian balon atau mata atau bola lampunya saja dan 1.840 titik merupakan
lampu PJU baru termasu tiang dan kelengkapan lainnya.
Rencana penggantian lampu PJU konvensional yang sebelumnya terpasang menjadi
lampu PJU Pintar dengan jenis LED melalui Sistem Pintar akan dilakukan secara
bertahap di beberapa lokasi yang meliputi beberapa Kecamatan yang ada di
Kabupaten Buton Selatan. Dimana pemasangan tersebut disesuaikan dengan
mengganti id pelanggan per rayon atau wilayah agar dapat mempermudah
koordinasi dan monitoring atau pengawasan.
Jika diakumulasi antara pola penghematan (160 titik lama) dan pola full investasi
(1.840 titik baru) akan menelan biaya sebesar Rp. 64.840.807.643,- (Enam Puluh
Empat Milyar Delapan Ratus Empat Puluh Juta Delapan Ratus Tujuh Ribu Enam
Ratus Empat Puluh Tiga Rupiah), dengan memperhitungkan besaran bunga 7%
(Tujuh Persen) tetap dengan jangka waktu pengembalian 7 (tujuh) tahun.
Dengan menggunakan asumsi bunga tetap 7%, maka pengembalian atas investasi
tersebut akan selesai pada akhir tahun ketujuh dan Pemerintah Daerah
membutuhkan anggaran untuk angsuran sebesar Rp. 13.801.829.056,- serta subsidi
pembayaran listrik estimasi sebesar Rp. 630.000.000,- per tahun.
Estimasi tersebut disajikan atas analisis kelayakan ekonomi dengan asumsi sebagai
berikut:
1. Investasi PJU Pintar jenis lampu LED 80 Watt sebanyak 2.000 unit yang terdiri
dari 160 titik bola lampunya saja dan sebanyak 1.840 unit berupa bola lampu
beserta tiang dan kelengkapannya.
2. Jumlah investasi keseluruhan sebesar Rp. 64.840.807.643,- yang terdiri dari
penggantian lampu saja sebesar Rp. 2.350.369.091,- dan pemasangan baru
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

sebesar Rp. 62.490.438.552,- (termasuk Ppn 10%)


3. Total angsuran pengembalian investasi melalui pola penghematan dan full
investasi per bulan sebesar Rp. 1.150.152.421,- atau rata-rata per tahun sebesar
Rp. 13.801.829.056,-
4. Asumsi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Umum yang diterima Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan sebesar Rp. 750.000.000,- per tahun ditambah
anggaran untuk angsuran sebesar Rp. 13.801.829.056,- per tahun dan subsidi
sebesar Rp. 630.000.000,- dengan total pemasukan Rp. 15.181.829.056,-
5. Perhitungan penghematan adalah 0% karena telah langsung dipasang lampu
LED PJU Pintar dengan titik yang baru dan titik yang lama telah diasumsikan
disatukan perhitungannya dengan pemasangan baru tersebut
6. Penghematan per tahun sebesar Rp. 0,- karena pemasangan baru (langsung
menjadi hemat diawal pemasangan)
7. Jumlah tagihan PLN per tahun diperkirakan sebesar Rp. 1.380.000.000,- (dapat
berkurang jika difungsikan sistem pintar/dimming)
8. Umur ekonomis PJU Pintar rata-rata 10 s.d. 15 tahun
9. Full Garansi selama 5 tahun
10. Perhitungan dianggap stabil dari tahun ke tahun
11. Pph ditanggung Badan Usaha (PT. Abiyasa Anugrah Sakti)

48
Cash Flow Tahun ke-1 s.d. ke-5

TAHUN
URAIAN JUMLAH
TAHUN KE-0 TAHUN KE-1 TAHUN KE-2 TAHUN KE-3 TAHUN KE-4 TAHUN KE-5
Pemasukan (A)
PPJU per bulan 62.500.000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 3,750,000,000
Anggaran untuk angsuran 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 69,009,145,278
Subsidi 630,000,000 630,000,000 630,000,000 630,000,000 630,000,000 3,150,000,000
Jumlah 15,181,829,056 15,181,829,056 15,181,829,056 15,181,829,056 15,181,829,056 75,909,145,278
Pengeluaran (B)
Save (0%) 0% 0% 0% 0% 0%
Penghematan 0 0 0 0 0 0
Jumlah Tagihan PLN 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 6,900,000,000
Total (A-B) -64,840,807,643 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 69,009,145,278

INVESTASI (160 lama + 1.840


baru) 64,840,807,643
ANGSURAN
Angsuran Pokok 9,262,972,520 9,262,972,520 9,262,972,520 9,262,972,520 9,262,972,520 46,314,862,602
Bunga Tetap 7.00% 4,538,856,535 4,538,856,535 4,538,856,535 4,538,856,535 4,538,856,535 22,694,282,675
Total Angsuran Tetap 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 13,801,829,056 69,009,145,278
CASH FLOW 0 0 0 0 0 0
AKUMULASI 0 0 0 0 0

Cash Flow Tahun ke-6 s.d. ke-10

JUMLAH TAHUN
URAIAN JUMLAH
TAHUN 1-5 TAHUN KE-6 TAHUN KE-7 TAHUN KE-8 TAHUN KE-9 TAHUN KE-10
Pemasukan (A)
PPJU per bulan 62.500.000 3,750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 7,500,000,000
Anggaran untuk angsuran 69,009,145,278 13,801,829,056 13,801,829,056 0 0 0 96,612,803,389
Subsidi 3,150,000,000 630,000,000 630,000,000 630,000,000 630,000,000 630,000,000 6,300,000,000
Jumlah 75,909,145,278 15,181,829,056 15,181,829,056 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 110,412,803,389
Pengeluaran (B)
Save (0%) 0% 0% 0% 0% 0%
Penghematan 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Tagihan PLN 6,900,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 1,380,000,000 13,800,000,000
Total (A-B) = Surplus 69,009,145,278 13,801,829,056 13,801,829,056 0 0 0 96,612,803,389

INVESTASI (160 lama + 1.840


baru)
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

ANGSURAN
Angsuran Pokok 46,314,862,602 9,262,972,520 9,262,972,520 0 0 0 64,840,807,643
Bunga Tetap 22,694,282,675 4,538,856,535 4,538,856,535 0 0 0 31,771,995,745
Total Angsuran 69,009,145,278 13,801,829,056 13,801,829,056 0 0 0 96,612,803,389
CASH FLOW 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0

49
8.4.2 Estimasi Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR)
Perhitungan Indikator rencana investasi untuk kedua pola tersebut (pola
penghematan dan pola full investasi) tetap menggunakan perhitungan Internal Rate
of Return (IRR) yaitu tingkat pengembalian investasi IRR merupakan tingkat diskon
rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih
besar dari discount factor, maka dapat dikatakan investasi yang akan dilakukan
tersebut adalah layak untuk dilakukan. Jika sama dengan discount factor, dapat
dikatakan bahwa investasi yang ditanaman akan balik modal, sedangkan jika IRR
lebih kecil dari discount factor maka investasi yang ditanam tersebut dikatakan tidak
layak.
Hasil perhitungan NPV diperoleh bahwa pada tahun kelima nilai NPV tersebut
sebesar Rp. -8.250.583.539,- dan tingkat IRR sebesar 2,11% dibawah discount factor
sebesar 1%. Sedangkan jika dihitung selama 10 tahun, maka diperoleh nilai NPV
sama sebesar Rp. 9.541.243.409,- dan tingkat IRR sebesar 11,09%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rencana Proyek pemasangan lampu PJU Pintar dengan pola
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas proyek prakarsa badan
usaha (unsolicited) di Kabupaten Buton Selatan “Layak” untuk dilaksanakan.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

50
BAB ix
PENUTUP
9.1 KESIMPULAN
9.1.1 Aspek Legalitas
a. Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 (Perpres
38/2015) yang menggantikan peraturan sebelumnya (Peraturan Presiden Nomor
67 Tahun 2005 dan perubahannya) tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
b. Melalui Perpres 38/2015 Pemerintah hendak menarik minat partisipasi swasta
pada pengadaan jenis-jenis infrastruktur sosial tersebut dengan menyediakan
pilihan mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan atau disebut juga
Availability Payment, yaitu pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya
layanan infrastruktur sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU.
c. Turunan Perpres 38/2015, antara lain Peraturan Menteri Bappenas Nomor 4
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan. Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Permen Bappenas KPBU) dan
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
d. Pada tahap penyiapan proyek KPBU, Permen Bappenas No 4 Tahun 2015 Pasal
21 mewajibkan penyiapan Prastudi Kelayakan dilakukan oleh Pemerintah dengan
cukup lengkap, mengikuti best practice atau standar internasional. Dengan hasil
studi tersebut, Pemerintah memiliki informasi yang cukup untuk ditawarkan
kepada calon investor yang lebih luas dan menarik lebih banyak minat calon
investor yang kompeten.
9.1.2 Aspek Perencanaan dan Implementasi
a. PJU yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain sistem PJU. Jika
rencana dan desain awal PJU gagal menghasilkan desain yang efisien energi,
maka bisa dipastikan bahwa PJU yang tidak efisien energi yang akan diperoleh
jika rencana tersebut direalisasikan.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

b. Penentuan titik lokasi pemasangan lampu PJU Pintar ini sangat penting untuk
mengetahui jangkauan dan kepastian lampu yang akan diganti dapat dilayani
oleh panel distribusi yang telah dipasangkan meteran listrik dan seluruh lampu
pada suatu panel distribusi listrik harus terganti seluruhnya, dan tidak bercampur
antara lampu PJU Pintar dengan lampu konvensional dalam satu panel distribusi,
sehingga mudah dalam pencatatan dan pembacaan meterannya kemudian.
c. Rencana penggantian lampu jalan konvensional dengan lampu jalan LED dengan
sistem Pintar atau PJU Pintar dilakukan harus sangat terencana dengan bahasan
terkait aspek regulasi atau aturan atau payung hukum, aspek teknis, aspek
lingkungan, aspek ekonomis, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek lainnya
antara pelaksana dan penanggung jawab lapangan atau sebagai investor secara
bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dan PLN Area
atau Wilayah Layanan BauBau.
9.1.3 Aspek Teknis dan Spesifikasi Produk
a. Sistem pencahayaan di jalan umum tidak hanya berfungsi memberikan
penerangan semata, tujuan dari pembangunan suatu sistem PJU Pintar akan
menentukan lebih lanjut bagaimana suatu sistem PJU Pintar didesain dan
direncanakan.

51
b. Teknologi lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) terus berkembang dan semakin
efisien energi dan dengan kualitas pencahayaan yang semakin baik. Pilihlah
teknologi lampu yang memiliki karakteristik paling sesuai dengan tujuan dari
pembangunan sistem PJU.
c. Utamakan kriteria terkait efisiensi energi dengan melihat nilai efikasi (lumen per
watt atau jumlah cahaya yang dihasilkan per satuan input daya listrik) dan umur
lampu (lifetime).
9.1.4 Aspek Sosial, Budaya dan Lingkungan
a. Meningkatkan orientasi kota yang baik: tentunya pemerintah daerah setempat
akan mendapatkan keuntungan dan manfaat dari pemasangan lampu PJU pintar
tersebut sehingga ibukota kabupaten akan dinilai menjadi kota yang memiliki
orientasi pengelolaan fasilitas perkotaan yang baik. Aktivitas sosial budaya
masyarakat di sekitarnya akan hidup dan berkembang serta memiliki motivasi
untuk terus giat membangun daerahnya.
b. Terangnya lampu PJU di lingkungan kota atau pemukiman, selain meningkatkan
rasa aman dan nyaman, tentunya akan mengundang masyarakat untuk aktif
melakukan aktivitas perdagangan yang akan menambah income per capita
masyarakat di sekitarnya, dan secara jangka panjang akan memberikan dampak
sosial yang positif serta dampak budaya yang akan menggeliatkan aktivitas dan
kreativitas masyarakat sekitarnya.
c. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan mendukung upaya pelestarian lingkungan
hidup; hal tersebut akan memberikan dampak lingkungan yang sangat signifikan
bagi pelestarian lingkungan hidup.
9.1.5 Aspek Pengelolaan dan Manfaat
a. Pengelolaan PJU merupakan penerangan untuk jalan dan prasarana umum yang
dipasang secara resmi oleh pemda atau badan resmi lainnya dan mendapat
pasokan tenaga listrik dari PLN secara legal. Sehingga PJU merupakan aset
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Selatan, dan pihak PLN hanya sebagai
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

penyedia pasokan tenaga listrik saja.


b. Pemasangan lampu PJU Pintar memiliki banyak manfaat dan keunggulan, antara
lain terjadi penghematan energi listrik; memiliki lifetime panjang, dapat
dikendalikan melalui Smart Phone dan dapat memonitor jarak jauh, hingga dapat
mendorong penerapan konsep Smart City sebagai upaya peningkatan orientasi
kota yang baik.
c. Manfaat yaitu: dapat memperindah lingkungan dan jalan, terjadi penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca, dapat mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup,
meningkatkan kenyamanan dan keamanan terhadap pengguna jalan, dan dapat
meningkatkan aktivitas perekonomian dan sosial budaya masyarakat.
9.1.6 Aspek Pembiayaan
a. Total anggaran untuk penggantian dan pemasangan tiang baru serta lampu PJU
yang baru akan disesuaikan dengan kemampuan daerah, namun melalui pola
penghematan dan full investasi KPBU atas Prakarsa Badan Usaha tersebut diawal
akan dibebankan kepada PT. Abiyasa Anugrah Sakti, dengan demikian
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan hanya akan menganggarkan besarnya
cicilan atas investasi tersebut setiap tahun anggaran.

52
b. Pemerintah Kabupaten Buton Selatan harus memastikan Pajak PJU sebagai
anggaran tahunan yang masuk ke kas Pemerintah Kabupaten Buton Selatan
yang akan dialokasikan sebagai pembayaran tagihan rekening listrik PJU Pintar
yang akan dikelola bersama dengan PT. Abiyasa Anugrah Sakti melalui
pembentukan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) bilamana diperlukan, selama
masa atau jangka waktu yang telah ditentukan (untuk pola penghematan), dan
bilamana dilakukan bersama full investasi karena ada pemasangan titik lampu
dan tiang yang baru, maka dinggap perlu dibuatkan anggaran khusus atau
penambahan alokasi penganggaran tiap tahunnya untuk membayar sejumlah
cicilan atas investasi tersebut. Setelah masa berakhir kontrak KPBU, semua
efisiensi atau penghematan akan sepenuhnya milik Pemerintah Kabupaten
Buton Selatan .
9.1.7 Aspek Ekonomi Pemasangan 1.840 Titik Baru & 160 Titik Lama
a. Point penting rencana investasi (pola full investasi atas penggantian 160 titik
lampu eksisting dan pemasangan tiang dan lampu 1.840 titik baru) di
Kabupaten Buton Selatan:
1. Investasi sebesar Rp. 64.840.807.643,- (Enam Puluh Empat Milyar Delapan
Ratus Empat Puluh Juta Delapan Ratus Tujuh Ribu Enam Ratus Empat Puluh
Tiga Rupiah), dengan memperhitungkan besaran bunga 7% (Tujuh Persen)
tetap dengan jangka waktu pengembalian 7 (tujuh) tahun.
2. Dengan menggunakan asumsi bunga tetap 7%, maka pengembalian atas
investasi tersebut akan selesai pada akhir tahun ketujuh dan Pemerintah
Daerah membutuhkan anggaran untuk angsuran sebesar Rp.
13.801.829.056,- serta subsidi pembayaran listrik estimasi sebesar Rp.
630.000.000,- per tahun.
b. Estimasi tersebut disajikan atas analisis kelayakan ekonomi dengan asumsi
sebagai berikut:
1. Investasi PJU Pintar jenis lampu LED 80 Watt sebanyak 2.000 unit yang terdiri
dari 160 titik bola lampunya saja dan sebanyak 1.840 unit berupa bola lampu
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

beserta tiang dan kelengkapannya.


2. Jumlah investasi keseluruhan sebesar Rp. 64.840.807.643,- yang terdiri dari
penggantian lampu saja sebesar Rp. 2.350.369.091,- dan pemasangan baru
sebesar Rp. 62.490.438.552,- (termasuk Ppn 10%)
3. Total angsuran pengembalian investasi melalui pola penghematan dan full
investasi per bulan sebesar Rp. 1.150.152.421,- atau rata-rata per tahun
sebesar Rp. 13.801.829.056,-
4. Asumsi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Umum yang diterima
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan sebesar Rp. 750.000.000,- per tahun
ditambah anggaran untuk angsuran sebesar Rp. 13.801.829.056,- per tahun
dan subsidi sebesar Rp. 630.000.000,- dengan total pemasukan Rp.
15.181.829.056,-
5. Perhitungan penghematan adalah 0% karena telah langsung dipasang lampu
LED PJU Pintar dengan titik yang baru dan titik yang lama telah diasumsikan
disatukan perhitungannya dengan pemasangan baru tersebut
6. Penghematan per tahun sebesar Rp. 0,- karena pemasangan baru (langsung
menjadi hemat diawal pemasangan)

53
7. Jumlah tagihan PLN per tahun diperkirakan sebesar Rp. 1.380.000.000,-
(dapat berkurang jika difungsikan sistem pintar/dimming)
8. Umur ekonomis PJU Pintar rata-rata 10 s.d. 15 tahun
9. Full Garansi selama 5 tahun
10. Perhitungan dianggap stabil dari tahun ke tahun
11. Pph ditanggung Badan Usaha (PT. Abiyasa Anugrah Sakti)
d. Hasil perhitungan NPV diperoleh bahwa pada tahun kelima nilai NPV tersebut
sebesar Rp. -8.250.583.539,- dan tingkat IRR sebesar 2,11% dibawah discount
factor sebesar 1%. Sedangkan jika dihitung selama 10 tahun, maka diperoleh nilai
NPV sama sebesar Rp. 9.541.243.409,- dan tingkat IRR sebesar 11,09%.
e. Hal tersebut menunjukkan bahwa rencana Proyek pemasangan lampu PJU Pintar
dengan pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas proyek
prakarsa badan usaha (unsolicited) di Kabupaten Buton Selatan “Layak” untuk
dilaksanakan.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

54
9.2 REKOMENDASI
Setelah ditelaah terkait dengan landasan hukum yang mengatur tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Badan Usaha (unsolicited),
semua aspek yuridis yang memuat perundang-undangan serta peraturan-peraturan
terkait dengan rencana proyek Pengelolaan Lampu PJU Pintar di Kabupaten Buton
Selatan serta gambaran beberapa tahapan rencana pelaksanaan proyek kerjasama
pemerintah dan swasta atau badan usaha.
Maka mekanisme pembiayaan model ini memiliki kelebihan yaitu Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak perlu mengeluarkan atau penyertaan modal tetapi hanya
cukup mengeluarkan izin. Skema ini dapat mendorong percepatan pemenuhan
kebutuhan infrastruktur di daerah-daerah yang membutuhkan. Jadi dalam hal ini,
Badan Usaha yaitu PT. Abiyasa Anugrah Sakti yang harus menyediakan modal
untuk biaya investasi, ini terkait dengan pola penghematan, jika dengan pola full
investasi maka harus disiapkan anggaran khusus untuk mencicil. Yang terpenting,
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dapat menyediakan kepastian pembayaran
atau mengalokasikan dari APBD, yang dalam hal ini didapatkan dari penghematan
pembayaran tagihan listrik lampu PJU setelah menggunakan lampu hemat energi
dengan sistem pintar yaitu PJU Pintar (pola penghematan) dan nilai tambah lainnya
dengan menggunakan seluruh kebutuhan lampu PJU diawal tahun (pola full
investasi).
Point penting yang ditawarkan PT. Abiyasa Anugrah Sakti sebagai Badan Usaha
Pemrakarsa untuk bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Buton Selatan
tersebut, adalah:
a. PT. Abiyasa Anugrah Sakti memperoleh hak untuk mendanai dan membangun
fasilitas atau infrastuktur dalam melakukan penggantian seluruh Lampu PJU
eksisting dengan Lampu PJU Pintar dan pemasangan tiang atau titik yang baru.
b. PT. Abiyasa Anugrah Sakti mendapatkan hak pengelolaan seluruh penerimaan
Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) dan anggaran untuk pembayaran cicilan
Lampu PJU yang selama ini dikelola Pemerintah Kabupaten Buton Selatan
dalam jangka waktu kontrak tertentu, yang kemudian dapat dikelola bersama
melalui Badan Usaha Kerjasama Daerah.
PT. Abiyasa Anugrah Sakti

c. Lebih mendorong kepastian penyelesaian proyek yang lebih cepat atau tepat
waktu. Risiko kenaikan biaya konstruksi maupun risiko proyek mangkrak tidak
lagi ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.
d. Lebih memberikan insentif bagi swasta untuk memonitor dan menjaga kinerja
layanan infrastrukturnya secara maksimal karena semakin maksimal kinerja yang
diberikan akan akan semakin maksimal jumlah Availability Payment yang
diterima.
e. Lebih fleksibel dan mendorong inovasi karena mengutamakan spesifikasi layanan
yang diperlukan PT. Abiyasa Anugrah Sakti memiliki ruang untuk berinovasi
pada spesifikasi aset sepanjang dapat memenuhi hasil kualitas layanan yang
sama atau lebih baik.
f. PT. Abiyasa Anugrah Sakti mendapatkan hak untuk memperoleh
pengembalian modal investasi dan keuntungan yang wajar serta dapat
memberikan konstribusi bagi Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dalam
bentuk yang tidak melanggar ketentuan dan perundang-undangan.

55
Headquarter

Gedung Masindo Tower Lantai 3


Jl. Mampang Prapatan Raya No. 73A Kel. Tegal Parang Mampang Prapatan
Jakarta Selatan – 12190
e-mail: abiyasaanugrahsakti@gmail.com

PENYEDIA & INVESTOR LAMPU LED & PJU PINTAR

Anda mungkin juga menyukai