MUI Provinsi Sumatera Barat merupakan unsur non pemerintahan di bidang keagamaan
yang menjadi kewenangan Daerah. Fungsi dari Gedung MUI Provinsi Sumatera Barat
adalah sebagai tempat operasional kegiatan agar dapat memberikan pelayanan
komunikasi dan perekaman suatu informasi secara baik dan terkendali serta sistematis.
G. Peraturan Presiden RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah;
I. Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
P. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor: 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan;
Q. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 tentang Modul
Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
S. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2011 tentang Bangunan
Gedung; dan 20. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi Kegiatan.
1.3.1. MAKSUD
A. Maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah Merancang / Merencanakan / DED (Detail
Engineering Design) Pembangunan Gedung Gedung MUI Provinsi Sumatera Barat,
menstandarkan spesifikasi bangunan agar sesuai dengan Layout ruangan diselaraskan lagi
sesuai dengan alur sirkulasi baik barang maupun orang.
B. Susunan privasi ruang dan penggunannya juga memiliki peranan yang penting dalam
hasil keluaran pekerjaan ini.
1.3.2. TUJUAN
B. Dokumen Lingkungan.
1. DED, Perancangan dan Perencanaan Pondasi Dalam atau Pondasi Dangkal Struktur
Bawah {diawali hasil penyelidikan tanah (sondir minimal dilaksanakan 2 (dua) Titik
dan boring minimal dilakukan 1 (satu) titik kedalaman 30 (tiga puluh) Meter/Titik
serta perhitungan mekanika tanah} (laporan harus ditandatangani penanggung jawab
laboratorium mekanika tanah resmi).
2. Penyusunan Pra Rencana Lanjutan, termasuk Video animasi 3D berdurasi 3-5 menit
dengan format AVI atau MP4 dengan, resolusi Full HD 1080 pixel sebanyak 1 unit,
Rendering Animasi 3D maupun sequence minimal standar 3Dmax dan V-ray, Video
Animasi ini berisi animasi sequence dan perspektif yang informatif;
7. Persiapan Pelelangan;
8. Pelaksanaan Pelelangan
9. Pengawasan Berkala
1.6. KELUARAN
Keluaran atau produk yang diharapkan dari konsultan perencana adalah dokumen perencanaan untuk
jasa konsultansi penyusunan dokumen FS, DED & dokumen lingkungan gedung MUI Provinsi
Sumatera Barat yang diperhitungkan secara profesional dan mengakomodir semua ketentuan teknis.
keluaran atau produk terdiri dari:
A. Survey dan pengumpulan data angka atau peta mengenai keadaan wilayah, keadaan
kawasan study secara keseluruhan dan wilayah disekitarnya serta literatur berkaitan
dengan pembangunan gedung MUI Sumatera Barat.
D. Rumusan tujuan study kelayakan pembangunan gedung MUI Sumatera Barat yang
dijabarkan dalam bentuk rekomendasi dan konsep-konsep pengembangan dimasa depan.
E. Dokumen studi kelayakan minimal berisikan kompilasi data primer dan sekunder, analisa
aspek internal dan eksternal, serta rekomendasi.
A. Konsep penyiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi, jumlah dan kualifikasi tim
perencana, metoda pelaksanaan, dan tanggung jawab waktu perencanaan.
B. Konsep skematik rencana teknis, termasuk program ruang, organisasi hubungan ruang,
dll.
C. Laporan data dan informasi lapangan, termasuk penyelidikan tanah (sondir minimal
dilaksanakan 2 (dua) Titik dan boring minimal dilakukan 1 (satu) titik kedalaman 30 (tiga
puluh) Meter/Titik, keterangan rencana kota, dll.
1.6.3. TAHAP PRA RANCANGAN DAN PRESENTASI HASIL DENGAN TIM TEKNIS
YANG TERDIRI DARI:
C. Video animasi 3D berdurasi 3-5 menit dengan format AVI atau MP4 dengan, resolusi
Full HD 1080 pixel sebanyak 1 unit, rendering animasi 3D maupun sequence minimal
D. Perhitungan struktur bawah (mekanika tanah dan perhitungan daya dukung pondasi) dan
perhitungan struktur atas (mekanika teknik dan perhitungan struktur bangunan).
C. Rencana mekanikal, elektrikal, Plumbing termasuk IT, beserta uraian konsep dan
perhitungannya.
1.6.5. TAHAP RANCANGAN DETAIL DAN PRESENTASI DENGAN TIM TEKNIS YANG
TERDIRI DARI:
A. Rancangan detail dan penyusunan rancangan gambar rencana serta gambar detail meliputi
pembuatan/perancangan/perencanaan penyusunan rancangan gambar tampak, gambar
isometric, gambar detail, gambar diagram dan penyusunan rencana kerja dan syarat
(RKS), penyusunan spesifikasi teknis bahan/material serta menyusun rencana anggaran
biaya secara komprehensif, dan presentasi hasil dengan tim teknis
H. Softcopy dokumen perencanaan dalam bentuk harddisk external USB 3.0 Kapasitas 1 TB.
Untuk melaksanakan tujuannya, Konsultan Perencana harus menyaediakan Tenaga Ahli yang memenuhi ketentuan dari Pejabat Pembuat Komitmen,
baik ditinjau dari segi lingkup kegiatan maupun tingkat kompleksitas pekerjaan. Tabel di bawah adalah daftar nama tenaga ahli:
Majelis Ulama Indonesia (disingkat MUI; bahasa Arab: ال ع لماء مج لس اMajlis al-
ʿUlama' al-Indunīsī) adalah lembaga swadaya masyarakat yang mewadahi para ulama, zuama,
dan cendekiawan Islam untuk membimbing, membina, dan mengayomi umat Islam di
Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada 17 Rajab 1395 Hijriah atau 26 Juli 1975
Masehi di Jakarta, Indonesia. Sesuai dengan tugasnya, MUI membantu pemerintah dalam
melakukan hal-hal yang menyangkut kemaslahatan umat Islam, seperti mengeluarkan fatwa
dalam kehalalan sebuah makanan, penentuan kebenaran sebuah aliran dalam agama Islam dan
hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seorang muslim dengan lingkungannya.
2.1.2. PERAN
Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah
musyawarah para ulama, zu‟ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk:
A. Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam mewujudkan
kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta‟ala;
C. Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik
antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional;
2.1.3. TUGAS
Pengabdian Majelis Ulama Indonesia tertuang dalam tujuh tugas MUI, yaitu:
Susunan dan personalia pengurus dewan pimpinan majelis ulama indonesia provinsi sumatera
barat masa khidmat 2015-2020 yang disempurnakan/penggantian antar waktu.
A. Dewan Pertimbangan:
3. Anggota :
B. Komisi Fatwa
C. Komisi Ukhuwah
D. Komisi Kerukunan
E. Komisi Dakwah
G. Komisi Pendidikan
Pembentukan LPPOM MUI didasarkan atas mandat dari Pemerintah/negara agar Majelis
Ulama Indonesia (MUI) berperan aktif dalam meredakan kasus lemak babi di Indonesia pada
tahun 1988. LPPOM MUI didirikan pada tanggal 6 Januari 1989 untuk melakukan
pemeriksaan dan sertifikasi halal.
Untuk memperkuat posisi LPPOM MUI menjalankan fungsi sertifikasi halal, maka pada tahun
1996 ditandatangani Nota Kesepakatan Kerjasama antara Departemen Agama, Departemen
Kesehatan dan MUI.
Nota kesepakatan tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Keputusan Menteri Agama
(KMA) 518 Tahun 2001 dan KMA 519 Tahun 2001, yang menguatkan MUI sebagai lembaga
sertifikasi halal serta melakukan pemeriksaan/audit, penetapan fatwa, dan menerbitkan
sertifikat halal.
Dalam proses dan pelaksanaan sertifikasi halal, LPPOM MUI melakukan kerjasama dengan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM), Kementerian Agama, Kementerian
Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif serta sejumlah perguruan Perguruan Tinggi di Indonesia antara lain IPB University,
Universitas Muhammadiyah Dr. Hamka, Universitas Djuanda, UIN, Univeristas Wahid
Hasyim Semarang, serta Universitas Muslimin Indonesia Makassar.
Sedangkan kerjsama dengan lembaga telah terjalin dengan Badan Standarisasi Nasional
(BSN), Kadin Indonesia Komite Timur Tengah, GS1 Indonesia, dan Research in Motion
(Blackberry). Khusus dengan Badan POM, sertifikat halal MUI merupakan persyaratan dalam
pencantuman label halal pada kemasan untuk produk yang beredar di Indonesia.
Kini, LPPOM MUI menjadi Lembaga Sertifikasi Halal Pertama dan Terpercaya di Indonesia
serta semakin menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sertifikasi halal yang kredibel, baik
di tingkat nasional maupun internasional. Pada Tahun 2017 dan 2018 LPPOM MUI
memperoleh Sertifikat Akreditasi SNI ISO / IEC 17025 : 2008 untuk Laboratorium Halal dan
SNI ISO / IEC 17065 : 2012 dan UAE 2055:2 untuk Lembaga Sertifikasi Halal dari Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Standar ini tidak hanya diakui di Indonesia, namun juga diakui
oleh Badan Akreditasi Uni Emirat Arab atau ESMA.
2.3.2. VISI
2.3.3. MISI
Menyediakan layanan pemeriksaan dan pengujian produk halal berstandar internasional yang
memberikan nilai tambah bagi dunia usaha & pemangku kepentingan lainnya melalui layanan
unggul, hubungan kemitraan saling menguntungkan, sumber daya insani berkompetensi tinggi
dan inovasi berkelanjutan.
Mengembangkan Standar Sertifikasi Halal yang menjadi acuan komunitas halal nasional dan
internasional.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pusat kegatan keislaman maka pelaku kegiatan utama yang
beraktifitas dan memanfaatkan Gedung MUI adalah umat Islam yang bermukim di Provinsi
Sumatera Barat.
Sebagai pelaku berikutnya adalah pengelola gedung mui. Pengelola merupakan pihak yang
melakukan kegiatan adminstrasi menyatukan organisasi-organisasi Islam yang ada. Hal ini
dapat diwujudkan dengan jalan mengambil/memasukkan wakil dari organisasi Islam yang ada
ke dalam kepengurusan untuk penyusunan program-program yang berkaitan dengan MUI.
Selain berfungsi sebagai pusat dakwah, MUI juga berfungsi sebagai wadah sosial masyarakat.
Masyarakat umum juga dapat menggunakan wadah MUI ini guna mendapatkan informasi
mengenai ajaran agama Islam termasuk kebudayaan dan kesenian Islam serta pemanfaatan
sarana sosial yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
B. Kreativitas disain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan materi, tetapi pada
kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi tekni dan fungsi social bangunan.
D. Disain yang dibuat hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga bangunan dapat
dilaksanakan atau dibangun dalam waktu yang pendek dan bisa dimanfaatkan secepatnya.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana akan memperhatikan kriteria
umum bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu:
1. Bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan
yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan.
a. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
2. Terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan dan keserasian
bangunan terhadap lingkungannya.
1. Terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat
penggunaan sesuai fungsinya, akibat perilaku alam dan akibat perilaku manusia.
2. Keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh
kegagalan struktur bangunan.
3. Kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang disebabkan oleh
perilaku struktur.
4. Perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh kegagalan
struktur.
1. Terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat
perilaku alam dan manusia.
1. Terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya,
2. Terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi
pada keadaan darurat,
1. Tersedianya sarana transportasi yang layak, aman, dan nyaman di dalam bangunan
gedung,
G. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya:
2. Penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila terjadi keadaan
darurat.
2. Terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari bahaya akibat petir,
1. Terpenuhnya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya,
1. Terpenuhnya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya,
1. Terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak
diinginkan,
2. Adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak
negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau
mencegah perusakan lingkungan.
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik berkaitan
dengan Perencanaan Konstruksi Pembangunan Gedung MUI yang akan direncanakan, baik
dari segi fungsi khusus bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:
A. Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada (jika ada).
B. Kesatuan perencanaan bangunan dengan facade gedung, estetika dan lingkup pelayanan
yang ada di lingkungan sekitar, seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan
dan lingkungan.
C. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat, geografi
klimatologi, dan lain-lain.
A. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung
yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.
A. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya,
serta fungsi khusus.
B. Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud meliputi bangunan untuk rumah
tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara.
D. Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud meliputi bangunan gedung untuk
perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan
penyimpanan.
E. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud meliputi bangunan
gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium, dan
pelayanan umum.
F. Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud meliputi bangunan gedung untuk
reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang diputuskan
oleh menteri.
H. Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud harus sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
I. Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Pemerintah daerah dan
dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan.
J. Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud harus
mendapatkan persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah daerah.
K. Ketentuan mengenai tata cara penetapan dan perubahan fungsi bangunan gedung
sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah.
D. Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung
harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku.
E. Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi
permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah
lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah daerah sesuai kondisi sosial dan budaya
setempat.
1. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah.
B. Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan
gedung.
C. Pemerintah daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan
dan pemanfaatan.
B. Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud ditetapkan lebih lanjut dalam rencana
tata bangunan dan lingkungan oleh Pemerintah daerah.
C. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan
sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah.
B. Pemerintah daerah wajib menyediakan dan memberikan informasi secara terbuka tentang
persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung bagi masyarakat yang
memerlukannya.
D. Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana
dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung
kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.
G. Persyaratan jumlah lantai maksimum bangunan gedung atau bagian bangunan gedung
yang dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan keamanan,
kesehatan, dan daya dukung lingkungan yang dipersyaratkan.
H. Bangunan gedung tidak boleh melebihi ketentuan maksimum kepadatan dan ketinggian
yang ditetapkan pada lokasi yang bersangkutan.
I. Ketentuan mengenai tata cara perhitungan dan penetapan kepadatan dan ketinggian
sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah.
1. Garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan
kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi.
2. Jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan
dan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan.
E. Ketentuan mengenai penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, dan
keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya sebagaimana dimaksud diatur lebih
lanjut dengan Peraturan pemerintah.
E. Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam
mendukung beban muatan sebagaimana merupakan kemampuan struktur bangunan
gedung yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam
mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu
kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam.
F. Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi bangunan gedung pada kondisi
pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna
bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
J. Bangunan gedung, selain rumah tinggal, harus dilengkapi dengan sistem proteksi pasif
dan aktif.
L. Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud
merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melindungi semua bagian bangunan
gedung, termasuk manusia di dalamnya terhadap bahaya sambaran petir.
M. Sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud merupakan instalasi penangkal petir yang
harus dipasang pada setiap bangunan gedung yang karena letak, sifat geografis, bentuk,
dan penggunaannya mempunyai risiko terkena sambaran petir.
N. Ketentuan mengenai sistem penangkal petir sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut
dengan Peraturan pemerintah.
I. Ketentuan mengenai sistem sanitasi sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
J. Penggunaan bahan bangunan gedung sebagaimana dimaksud harus aman bagi kesehatan
pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
G. Ketentuan mengenai kenyamanan ruang gerak, tata hubungan antarruang, tingkat kondisi
udara dalam ruangan, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana
dimaksud diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
B. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud
meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk
bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
C. Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada bangunan gedung untuk
kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang
ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan
informasi.
D. Ketentuan mengenai kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta
kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan
Peraturan pemerintah.
F. Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridor disesuaikan
dengan fungsi ruang bangunan gedung.
J. Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan kemiringan tertentu
dan/atau sarana akses vertikal lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan dan
keamanan pengguna sesuai standar teknis yang berlaku.
K. Bangunan gedung dengan jumlah lantai lebih dari 5 (lima) harus dilengkapi dengan
sarana transportasi vertikal (lift) yang dipasang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi
bangunan gedung.
M. Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam harus disediakan di
dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya,
kecuali rumah tinggal.
N. Penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud harus dapat dicapai dengan mudah
dan dilengkapi dengan penunjuk arah yang jelas.
P. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana
dimaksud merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.
Q. Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud, termasuk
penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan
lingkungannya.
R. Ketentuan mengenai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah.
C. Penyelenggara bangunan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung, penyedia jasa
konstruksi, dan pengguna bangunan gedung.
F. Pembangunan bangunan gedung dapat dilakukan baik ditanah milik sendiri maupun di
tanah milik pihak lain.
G. Pembangunan bangunan gedung di atas tanah milik pihak lain sebagaimana dimaksud
dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemilik tanah dan pemilik bangunan
gedung.
I. Pengesahan rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum ditetapkan oleh
pemerintah daerah setelah mendapat pertimbangan teknis dari tim ahli.
J. Pengesahan rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh pemerintah
setelah mendapat pertimbangan teknis tim ahli.
K. Keanggotaan tim ahli bangunan gedung sebagaimana dimaksud bersifat ad hoc terdiri
atas para ahli yang diperlukan sesuai dengan kompleksitas bangunan gedung.
L. Ketentuan mengenai tata cara pengesahan rencana teknis bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dan keanggotaan tim ahli bangunan gedung sebagaimana dimaksud diatur lebih
lanjut dengan Peraturan pemerintah.
M. Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung
setelah bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi.
N. Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi apabila telah memenuhi
persyaratan teknis, sebagaimana dimaksud Undang-undang ini.
O. Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala pada bangunan gedung harus
dilakukan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi.
Q. Ketentuan mengenai tata cara pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala
bangunan gedung sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan Peraturan
pemerintah.
R. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
U. Perbaikan, pemugaran, dan pemanfaatan bangunan gedung dan lingkungan cagar budaya
yang dilakukan menyalahi ketentuan fungsi dan/atau karakter cagar budaya, harus
dikembalikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.8. PERMEN PUPR NO.02 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU
Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan diperlukan penyelenggaraan bangunan
gedung yang menerapkan keterpaduan aspek teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan secara efektif.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung berkelanjutan yang efisien
dalam penggunaan sumber daya dan berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca,
diperlukan pemenuhan persyaratan bangunan gedung hijau pada setiap tahap penyelenggaraan agar
tercapai kinerja bangunan gedung yang terukur secara signifikan, efisien, hemat energi dan air, lebih
sehat, dan nyaman, serta sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Bangunan gedung hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan
memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya
melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap
tahapan penyelenggaraannya. Persyaratan bangunan gedung Hijau adalah kriteria yang harus dipenuhi
untuk mewujudkan kinerja bangunan gedung hijau pada tahap pemrograman, perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran.
B. Pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber daya
alam maupun sumber daya manusia (reduce).
Bangunan gedung yang dikenai persyaratan bangunan gedung hijau meliputi bangunan gedung
baru dan bangunan gedung yang telah dimanfaatkan. Persyaratan bangunan gedung hijau
sebagaimana dimaksud terdiri atas persyaratan pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan
yaitu:
Persyaratan bangunan gedung hijau pada tahap pemrograman sebagaimana dimaksud terdiri
atas:
Kesesuaian tapak
Penentuan objek bangunan gedung yang akan ditetapkan sebagai bangunan gedung hijau.
Penentuan objek bangunan gedung yang akan ditetapkan sebagai bangunan gedung hijau
sebagaimana dimaksud harus sudah ditetapkan dalam rencana tapak atau master plan
pembangunan bangunan gedung yang ditetapkan oleh pemilik bangunan gedung.
Persyaratan tahap perencanaan teknis bangunan gedung hijau sebagaimana dimaksud terdiri
atas:
Pengelolaan tapak
Pengelolaan sampah
Selubung bangunan
Sistem ventilasi
Sistem pencahayaan
Sistem kelistrikan.
Sumber air
Pemakaian air
Pelarangan merokok
Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke
saluran pembuangan kota.
Daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water).
Rencana arsitektur
Spesifikasi teknis
A. Sertifikasi bangunan gedung hijau diberikan dalam rangka tertib pembangunan dan
mendorong penyelenggaraan bangunan gedung yang memiliki kinerja terukur secara
signifikan, efisien, aman, sehat, mudah, nyaman, ramah lingkungan, hemat energi dan air,
dan sumber daya lainnya.
B. Sertifikat bangunan gedung hijau diberikan berdasarkan kinerja bangunan gedung hijau
sesuai dengan peringkat:
E. Sertifikat bangunan gedung hijau diberikan dalam bentuk sertifikat dan plakat.
F. Plakat sebagaimana dimaksud ditempelkan di dinding atau tempat umum pada bangunan
gedung hijau.
A. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan yang
serasi dan selaras dengan lingkungannya.
A. Bangunan gedung fungsi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal
berbentuk:
B. Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia
melakukan ibadah keagamaan berbentuk:
3. Bangunan pura
4. Bangunan vihara
5. Bangunan kelenteng
C. Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan
kegiatan usaha berbentuk:
5. Bangunan gedung wisata dan rekreasi seperti tempat rekreasi, bioskop dan
sejenisnya
6. Bangunan gedung terminal seperti bangunan stasiun kereta api, terminal bus
angkutan umum, halte bus, terminal peti kemas, pelabuhan laut, pelabuhan sungai,
pelabuhan perikanan atau bandar udara.
D. Bangunan gedung sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia
melakukan kegiatan sosial dan budaya berbentuk:
5. Bangunan gedung pelayanan umum seperti bangunan stadion, gedung olah raga dan
sejenisnya.
E. Bangunan fungsi khusus dengan fungsi utama yang memerlukan tingkat kerahasiaan
tinggi untuk kepentingan nasional dan atau yang mempunyai tingkat risiko bahaya yang
tinggi, terdiri dari:
A. Penerbitan SLF bangunan gedung dilakukan atas dasar permintaan pemilik Pengguna
bangunan gedung untuk bangunan gedung yang telah selesai pelaksanaan konstruksinya
atau untuk perpanjangan SLF bangunan gedung yang telah pernah memperoleh SLF.
D. Persyaratan administratif.
E. Persyaratan teknis.
F. Data hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dicatat dalam daftar simak, disimpulkan
dalam surat pernyataan pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung atau rekomendasi
pada pemeriksaan pertama dan pemeriksaan berkala.
Bersamaan dengan pengumpulan data sekunder maka pekerjaan survei topografi juga segera
dilaksanakan, antara lain:
A. Penetapan koordinat lokal pada lokasi permanen dengan jelas atau alternatif yang
diusulkan, lokasi bangunan lain disekitarnya, jalur komunikasi, topografi umum dari
daerah dan lokasi-lokasi penting lainnya.
B. Menetapkan lokasi dan reduksi dari patok bench mark (BM) yang kelak akan dibangun
sebagai peil ± 0.00
C. Membuat peta situasi dilahan yang akan dibangun dan obstacle identifikasi yaitu
mencatat ukuran/deskripsi & elevasi dari bangunan yang mengganggu rencana
pembangunan.
E. Membuat potongan melintang dan memanjang pada rencana lahan yang akan dibangun.
Maksud dari penyelidikan tanah/geoteknik adalah untuk mendapatkan parameter desain dari
pondasi dan tanah timbunan di areal MUI sehingga diperoleh informasi/gambaran secara
menyeluruh mengenai:
Jenis lapisan tanah/batuan dibawah permukaan, daya dukung tanah pondasi dan sifat fisik
dan teknik lainnya yang dapat dipakai sebagai parameter desain.
Untuk mendapatkan parameter geoteknik seperti nilai cohesi tanah, sudut geser dalam,
berat jenis tanah, susunan gradasi, tinggi muka air tanah, nilai moudulus subgrade
Metode sondir terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk meneliti penetrasi atau
tahanan gesernya. Alat pancang dapat berupa suatu tiang bulat atau pipa bulat tertutup
dengan ujung yang berbentuk kerucut dan atau suatu tabung pengambil contoh tanah,
sehingga dapat diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat fisis pada strata dan lokasi dengan
variasi tahanan pada waktu pemancangan alat pancang itu. Metoda ini berfungsi untuk
eksplorasi dan pengujian di lapangan. Ada 3 (tiga) metoda sounding yaitu: metoda statik,
metoda dinamik dan metoda statik dengan perputaran. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui perlawanan penetrasikonus (qc) dan hambatan lekat (fs) tanah. Hasil
dari Uji Sondir adalah sebagai berikut:
Tahanan ujung diperoleh dari penekanan ujung konus untuk memperoleh perlawanan
tanah yang dipenetrasi. Tahanan ujung diukur sebagai gaya penetrasi persatuan luas
penampang ujung konus (qc). Besarnya nilai ini menunjukkan identifikasi jenis
tanah. Pada tanah pasiran, perlawanan ujung kecil menunjukkan pasir halus.
Perlawanan ujung yang kecil juga menunjukkan tanah lempung karena kecilnya kuat
geser dan pengaruh tekanan air pori saat penetrasi.
Gesekan selimut (fs) diperoleh dari hasil pengukuran perlawanan ujung konus dan
selimut bersama-sama ditekan ke dalam tanah dikurang hasil pengukuran tahanan
ujung konus dengan kedalaman penetrasi yang sama. Gesekan selimut diukur
sebagai gaya penetrasi persatuan luas selimut konus (fs). Gesekan selimut digunakan
untuk menginterpretasikan sifat-sifat tanah untuk klasifikasi tanah dan memberikan
data yang dapat langsung digunakan untuk perencanaan pondasi tiang.
Friction Ratio merupakan perbandingan antara gesekan selimut (fs) dengan tahanan
ujung (qc). Rasio gesekan (fs/qc) dari hasil sondir dapat digunakan untuk
membedakan tanah berbutir halus dengan tanah berbutir kasar (memperkirakan jenis
tanah yang diselidiki).
B. Pekerjaan Pemboran
Maksud diadakan pemboran ini adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah di
bawah yang akan menjadi pondasi, menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh
tanah asli dan tidak asli, mengumpulkan data/informasi untuk menggambarkan profil
tanah, pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk penyelidikan lanjutan di
laboratorium. Pemboran ini hanya memberikan informasi kondisi tanah dalam arah
vertikal pada titik pemboran sehingga untuk memperkirakan luas dan penyebaran
karakteristik dalam arah horizontal, diperlukan suatu rencana survey yang
menggabungkan pengujian pemboran dengan metode survei lainnya seperti penyelidikan
geofisika.
Pengambilan contoh tanah dibagi dalam pengambilan contoh tanah yang tidak terganggu
(undisturbed sample) yang dipergunakan untuk penentuan berat isi, kekuatan dan
penurunan. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sampel) digunakan untuk
pengujian tanah yang sederhana seperti pengamatan contoh tanah secara visual,
pemadatan dan sebagainya. Pekerjaan pemboran dilakukan sampai kedalaman 10 m,
menggunakan sistem rotary drilling. Uji SPT dilakukan dengan interval tiap 1.0 m.
contoh tanah tak terganggu atau contoh batuan harus diambil 3 contoh tanah setiap lubang
bor untuk uji laboratorium.
Hasil pemboran disajikan dalam bentuk borlog, termasuk deskripsi macam tanah, nilai uji
SPT, nilai uji pocket penetrometer, presentasi core yang diperoleh, nilai RQD (untuk
batuan) dan lain sebagainya. Pemboran dilakukan dengan menggunakan bor mesin,
mengikuti standar pemboran yang berlaku (ASTM D211, AASHTO, SNI, dll)
1. Diameter
2. Kedalaman pemboran
Pemboran yang telah selesai dilakukan sesuai kedalaman yang direncanakan harus
dicek dengan cara memasukkan stang bor sampai menyentuh dasar lobang bor.
Contoh tanah dan batuan yang diambil untuk keperluan pengujian dikirim ke
laboratorium geoteknik.
Contoh tanah menerus hasil pemboran ditempatkan dan disusun secara urut dan
teratur serta diberi tanda kedalaman yang sesuai dan jelas, kemudian contoh tanah
atau batuan tersebut diambil gambarnya (difoto)
5. Pemberian Label
Tiap kotak penyimpanan dalam tabel meliputi: Nama proyek, Lokasi, Nomor Bore,
Box No, Kedalaman. Laporan hasil pemboran disajikan dalam borlog, yang berisi
informasi tentang: tanggal pelaksanaan, lokasi dan nomor titik bor, jeni/tipe mesin
bor yang digunakan, diameter lubang bor, deskripsi macam tanah/batuan sepanjang
pemboran, nama drilling master, tinggi muka air tanah, pemberian label dan lain
sebagainya
Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT adalah untuk menentukan kedalaman dan tebal
masing-masing lapisan tanah, contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi
jenis tanah, berbagai korelasi empiris dengan parameter tanah dapat diperoleh dan dapat
dilakukan pada semua jenis tanah. Kelebihan penyelidikan SPT ini antara lain test ini
dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif sederhana, biaya relatif murah.
Kekurangan penyelidikan SPT ini antara lain hasil yang didapat contoh tanah terganggu,
interpretasi hasil SPT bersifat empiris dan ketergantungan pada operator dalam
menghitung.
Interpretasi hasil SPT bersifat empiris. Untuk tanah pasir, maka nilai N-SPT
mencerminkan kepadatannya yang dapat pula diprediksi besar sudut geser dalam (ф) dan
berat isi tanah ()ﻻ, kapasitas daya dukung pondasi dan penurunan pondasi. Sedangkan
Tes pit adalah sebuah pengujian dengan melakukan penggalian secara manual
(menggunakan pacul) dengan kedalaman dua meter di beberapa titik. Tujuan utama dari
test ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis dari tanah yang ada dan berapa tebal dari
bermacam lapisan tanah yang dijumpai tersebut yang akan digunakan sebagai material
penimbunan Test Pit dilakukan sampai kedalaman 1,5 meter di bawah muka tanah asli.
Contoh tanah (vulk sample) seberat ± 30 kg harus diambil untuk keperluan uji
laboratorium. Pengambilan contoh tanah dari test pit dilakukan pada kedalaman 0-0,50
meter, 0,50-1,00 meter dan 1,00 meter sampai struktur dan jenis tanahnya.
Peralatan mencangkul
Gunakan suatu sendok atau pangkur baja tahan karat bersih untuk mengumpulkan
material cukup untuk mengisi wadah sample
Isi wadah sample secara langsung dari alat sampling, memindahkan batu, ranting,
rumput, dll dari sample. Sample tambahan mungkin diperlukan untuk memperoleh
material cukup untuk sedikitnya 30 persen padat
Buat data pada wadah sample (kode sample, penempatan, kedalaman, metoda dll) di
form pencatat lapangan
Kedalaman yang selalu diukur dari permukaan tanah dan interval lapisan diuraikan
dicatat
Penyebaran ukuran butir tekture tanah harus diperkirakan apakah termasuk pasir,
lempung atau tanah liat harus didata dengan sistem yang konsisten, dibutuhkan
penggolongan tekstur tanah yang mendasar, juga didata keadaan kerikil, fragmen
batuan atau batuan yang lebih besar
Warna yang utama atau warna lahan lapisan harus diuraikan dengan sangat teliti
(seperti warna cokelat, kuning, abu-abu dll)
A. Menganalisa pola aliran untuk mendapat desain yang paling aman dilihat dari pengaruh
pola aliran tersebut.
B. Mengambil data curah hujan, banjir tahunan dan menentukan hujan rencana yang
selanjutnya dapat dipakai untuk menentukan banjir rencana dengan metoda yang
diperlukan.
C. Dari data lapangan dan hasil perhitungan tersebut di atas, selanjutnya menentukan jenis
dan dimensi bangunan drainase yang diperlukan seperti jenis saluran samping dan
dimensinya, jenis dan dimensi gorong-gorong, regulating pond dan jenis jembatan yang
dibutuhkan.
A. Peraturan mengenai tata bangunan dan lingkungan yang memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana
investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan.
Persyaratan Keselamatan, bahwa (1) Setiap bangunan gedung harus direncanakan kuat dan
andal agar mampu memikul beban dan/atau kombinasi beban sesuai fungsinya dalam kurun
waktu umur layanan yang direncanakan. (2) Struktur bangunan gedung harus direncanakan
secara daktail dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga pada kondisi pembebanan yang
melampaui pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi
strukturnya masih dapat memberi kemudahan evakuasi bagi penghuni dan pengamanan harta
milik. (3) Struktur bangunan gedung harus mampu memikul semua beban dan/atau pengaruh
alam yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur yang direncanakan. (4) Bangunan
gedung yang dibangun pada zona gempa harus direncanakan sebagai bangunan gedung tahan
gempa sesuai dengan zona gempanya. (5) Bangunan gedung yang dibangun pada daerah angin
dan/atau yang berlantai banyak, harus direncanakan sebagai bangunan gedung yang tahan
angin. (6) Penerapan sistem proteksi yang didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran,
geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
bangunan gedung. (7) Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal, harus
dilengkapi dengan sistem proteksi aktif yang merupakan proteksi terhadap harta milik
terhadap bahaya kebakaran berbasis pada penyediaan peralatan yang dapat bekerja baik secara
otomatis maupun secara manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam dalam
melaksanakan operasi pemadaman. (8) Setiap bangunan gedung yang berdasarkan letak, sifat
geografis, bentuk dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir harus dilengkapi
instalasi penangkal/proteksi petir.
Persyaratan Kesehatan, (1) Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. (2) Bangunan gedung tempat tinggal harus
mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen
yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. (3) Bangunan gedung pelayanan
kesehatan, khususnya ruang perawatan, harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada
pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi
alami. (4) Ventilasi alami harus memenuhi ketentuan: ventilasi alami harus terdiri dari bukaan
permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela, atau sarana lain yang dapat dibuka sesuai dengan
kebutuhan dan standar teknis yang berlaku; setiap lantai gedung kecuali pelataran parkir
terbuka harus mempunyai sistem ventilasi alami permanen yang memadai; ventilasi alami
pada suatu ruangan dapat berasal dari kisi-kisi pada pintu dan jendela, bukaan permanen, pintu
ventilasi atau sarana lainnya dari ruangan yang bersebelahan. (5) Setiap bangunan gedung
harus dilengkapi dengan sistem plambing, yang meliputi sistem air bersih, sistem air kotor, air
kotoran dan/atau air limbah, alat plambing yang memadai, serta sistem pengolahan air limbah.
PT. SYNPRA ENGINEERING CONSULTANT. 45
(7) Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem saluran air
hujan.
A. Mengadakan Studi.
B. Mendeterminasi.
C. Melakukan Tindakan.
D. Memprediksi.
Mengadakan ramalan bagaimana suatu faktor akan berubah sehingga mencapai keadaan
lebih baik di masa depan.
Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu
yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi
metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Dengan kata lain
adalah pemograman, penyusunan rancangan, dan pelaksanaan rancangan (John Wade, 1997).
A. Pra Design.
Merupakan perencanaan Yang mencakup kriteria desain, skematik desain, proses diagram
blok plan, rencana tapak, potongan, denah, gambar situasi/site plan tata ruang, estimasi
cost.
Merupakan produk dari konsultan perencana, yang biasa digunakan dalam membuat
sebuah perencanaan (gambar kerja) detail bangunan sipil seperti gedung, kolam renang,
jalan, jembatan, bendungan, dan pekerjaan konstruksi lainnya.
Detail Engineering Design (DED) bisa berupa gambar detail namun dapat dibuat lebih
lengkap yang terdiri dari beberapa komponen seperti di bawah ini:
1. Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan yang dibuat
lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan.
a. Laporan arsitektur.
A. Kriteria Umum.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana akan memperhatikan kriteria
umum bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu:
a. Bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan
yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan.
a. Terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat
penggunaan sesuai fungsinya, akibat perilaku alam dan akibat perilaku manusia.
a. Terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat
perilaku alam dan manusia.
a. Terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya,
b. Penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila terjadi keadaan
darurat.
a. Terpenuhnya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya,
PT. SYNPRA ENGINEERING CONSULTANT. 49
b. Upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik.
a. Terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang
tidak diinginkan,
b. Adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak
negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan
atau mencegah perusakan lingkungan.
B. Kriteria khusus
1. Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada (jika ada).
Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat, geografi
klimatologi, dan lain-lain
Secara astronomis, Sumatera Barat terletak antara 00 54‟ Lintang Utara dan 30 30‟ Lintang
Selatan dan antara 980 36‟−1010 53‟ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis
khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.
Kabupaten paling luas di Provinsi Sumatera Barat adalah Kepulauan Mentawai dengan luas
6.011,35 km2. Kabupaten paling terkecil adalah Padang Pariaman dengan luas 1.332,51 km 2.
Untuk Kota paling luas di Provinsi Sumatera Barat adalah Kota Padang dengan luas 693,66
km2. Sedangkan Kota Padang Panjang adalah Kota terkecil dengan luas 23,00 km 2.
4.1.2. GEOGRAFI
Provinsi Sumatera Barat secara astronomis terletak antara 0 o 54‟ Lintang Utara dan 3o 30‟
Lintang Selatan dan antara 98o 36‟ - 101o 53‟ Bujur Timur. Sumatera Barat terletak di pesisir
barat bagian tengah pulau Sumatera dan mempunyai luas wilayah sekitar 42,01 ribu Km 2.
Provinsi Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau,
Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan Samudera Indonesia. Provinsi Sumatera Barat terdiri
dari 19 Kabupaten/Kota. Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6,01
ribu Km2 atau sekitar 14,31 % dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang
Panjang, memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,0 Km2 (0,05%). Provinsi Sumatera Barat
memiliki 218 pulau yang tersebar di 7 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Kepulauan Mentawai (113
pulau), Kab. Pesisir Selatan (48 pulau), Kab. Padang Pariaman (1 pulau), Kab. Agam (2
pulau), Kab. Pasaman Barat (26 pulau), Kota Padang (21 pulau), Kota Pariaman (4 pulau) dan
yang berada di Wilayah Provinsi Sumatera Barat (3 pulau).
4.1.3. IKLIM
Selama tahun 2021 rata-rata suhu udara di Provinsi Sumatera Barat berkisar 19,4 OC- 35,1OC
dengan ratarata kelembaban udara antara 81,3%. Untuk tekanan udara berkisar 665,3 mb –
1.015,7 mb dengan kecepatan angin rata-rata berkisar 2,1 knot. Curah hujan yang terpantau di
Stasiun Meteorologi Maritim Teluk Bayur selama tahun 2021 paling banyak terjadi di Bulan
Desember yaitu 679,5 mm3.
Penduduk Sumatera Barat tahun 2021 hasil Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023
(pertengahan tahun/ Juni) sebanyak 5,58 juta jiwa yang terdiri dari 2,81 juta laki-laki dan 2,77
juta perempuan dengan rasio jenis kelamin 101,47. Dibandingkan dengan jumlah penduduk
tahun 2020 (hasil sensus penduduk), jumlah penduduk mengalami penambahan sekitar 45,76
ribu jiwa. Tingkat kepadatan penduduk Sumatera Barat tahun 2021, sebesar 133 orang per
km2 . Kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bukittinggi mencapai 4.817 orang per km2 ,
sedangkan yang paling rendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu sekitar 15
orang per km2 . Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 68,08 persen.
Sementara sisanya 31,92 persen termasuk penduduk usia non produktif, yang terdiri dari 25,05
persen penduduk usia 0-14 tahun dan 6,87 persen penduduk 65 tahun ke atas. Dengan struktur
umur tersebut, Sumatera Barat masih berada pada periode jendela kesempatan untuk
menikmati bonus demografi. Sementara persentase penduduk lanjut usia atau lansia (60 tahun
ke atas) sebesar 10,81persen.
4.1.5. AGAMA
Jumlah penduduk Sumatera Barat yang beragama Islam tahun 2021 adalah 5,47 juta jiwa dan
147,78 ribu jiwa beragama Protestan, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu dan Kepercayaan.
Secara Administratif, Kota Padang memiliki 11 Kecamatan dan 104 Kelurahan. 11 Kecamatan
tersebut adalah:
2. Lubuk Kilangan
3. Lubuk Begalung
4. Padang Selatan
5. Padang Timur
6. Padang Barat
7. Padang Utara
8. Nanggalo
9. Kuranji
Kota Padang berada di sebelah Barat Bukit Barisan dan dengan garis pantai sepanjang 68,126
km. Sebagai kota pantai, Kota Padang terdiri atas dataran rendah yang terletak pada ketinggian
0 – 10 m di atas permukaan laut. Secara umum, Kota Padang terletak pada ketinggian yang
berkisar antara 0-1.853 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk
Kilangan, sedangkan daerah lainnya terletak pada dataran tinggi, yaitu sebelah selatan dan
timur. Secara topografi Kota Padang terbagi atas empat kategori, yaitu:
Dataran datar (lereng 0-2 %) seluas 15.489 Ha; • Dataran landai (lereng 2-15 %) seluas 5.028
Ha; • Dataran bergelombang (lereng 15-40 %) seluas 14.212 Ha; • Dataran terjal atau
perbukitan (lereng diatas 40 %) seluas 36.570 Ha. Berdasarkan penyebaran topografinya,
lahan efektif Kota Padang berada pada topografi yang berlereng 0-15 % dengan luas 20.514
Ha atau 29% dari luas wilayah Kota Padang. Daerah ini tersebar dari pinggiran pantai barat
hingga wilayah timur kota. Peta kota Padang dapat dilihat pada gambar.
Kota Padang memiliki beberapa aliran sungai, baik yang besar maupun yang kecil (anak-anak
sungai) yang semuanya mengalir ke arah Barat menuju Samudera Indonesia. Saat ini terdapat
21 aliran sungai, yang terdiri atas 5 sungai besar dan 16 sungai kecil. Untuk lebih rincinya,
dapat dilihat pada Tabel.
Kota Padang termasuk daerah beriklim tropis yang memiliki temperatur 230C– 320C di siang
hari dan 220C–280C di malam hari. Berlokasi pada lembah di antara Bukit Barisan dan
Samudera Indonesia, Kota Padang sangat dipengaruhi oleh angin musim dan angin laut yang
menyebabkan curah hujan yang tinggi, yaitu 405,88 mm/bulan.
4.2.4. GEOLOGI
Geologi wilayah Kota Padang dibentuk oleh endapan permukaan, batuan vulkanik dan intrusi
serta batuan sedimen dan metamorf. Secara garis besar jenis batuan tersebut adalah sebagai
berikut :
B. Alluvium (Qal)
Wilayah Kota Padang terdiri dari 7 (tujuh) jenis tanah tersebut, tersebar di seluruh wilayah.
Dari semua jenis tersebut yang terluas adalah jenis tanah latosol mencapai 46,70%. Secara
umum daya dukung batuan tersebut di atas bervariasi dari rendah sampai tinggi. Daya dukung
masing-masing jenis batuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat, terletak di pesisir pantai bagian Barat
Sumatera Barat, dengan luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², terletak pada
100º05‟05‟‟ BT – 100º34‟09‟‟ BT dan 00º44‟00‟‟ LS - 01º08‟35‟‟ LS. Batas-batas
administrasi wilayah Kota Padang, adalah:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1980, luas wilayah Kota Padang secara
administratif adalah 694,96 km². Wilayah Kota Padang yang sebelumnya terdiri dari 3
kecamatan dengan 15 Kampung, dikembangkan menjadi 11 Kecamatan dengan 193
Kelurahan. Dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti
oleh Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 terjadi penambahan luas administrasi menjadi
1.414,96 km² (720,00 km² di antaranya adalah wilayah laut) dan penggabungan beberapa
kelurahan, sehingga menjadi 104 kelurahan.
A. Topografi
Wilayah Kota Padang memiliki topografi yang bervariasi, perpaduan daratan yang landai
dan perbukitan bergelombang yang curam. Sebagian besar topografi wilayah Kota
Padang memiliki tingkat kelerengan lahan rata-rata >40%. Ketinggian wilayah Kota
Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai 0 m dpl sampai >1.000 mdpl.
Sedangkan kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian Timur
Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh, dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk Kilangan
dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kawasan
dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan hutan lindung.
B. Geologi
Geologi wilayah Kota Padang dibentuk oleh endapan permukaan, batuan vulkanik dan
intrusi serta batuan sedimen dan metamorf. Secara garis besar jenis batuan tersebut adalah
sebagai berikut:
2. Alluvium (Qal)
Wilayah Kota Padang terdiri dari 7 (tujuh) jenis tanah tersebut, tersebar di seluruh
wilayah. Dari semua jenis tersebut yang terluas adalah jenis tanah latosol mencapai
46,70%. Secara umum daya dukung batuan tersebut di atas bervariasi dari rendah sampai
tinggi. Daya dukung masing-masing jenis batuan dapat dilihat pada tabel berikut.
C. Hidrologi
Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil. Terdapat tidak
kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang
mencapai 155,40 Km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai-sungai
besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda
dengan tinggi permukaan laut.
Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan
terhadap banjir/genangan.Wilayah Kota Padang terbagi dalam 6 Daerah Aliran Sungai
(DAS), yaitu: DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS Batang Arau, DAS Batang
Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai Pisang.
D. Iklim
Suhu udara rata-rata Kota Padang sepanjang tahun 2008 berkisar antara 22,0ºC – 31,7ºC
dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 70% - 84%. Curah hujan rata-rata tahunan
Kota Padang pada tahun 2008 sebesar 4.7619 mm, dengan curah hujan rata-rata 385
mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan curah hujan 776 mm
dan terendah pada bulan Mei dengan curah hujan 167 mm.
E. Oceanografi
Kota Padang mempunyai garis pantai sepanjang ±84 Km dan luas kewenangan
pengelolaan perairan ±72.000 Ha dan 19 pulau-pulau kecil. Secara fisik administratif ada
6 kecamatan yang bersentuhan langsung dengan pantai yaitu: Kecamatan Koto Tangah,
Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Selatan,
Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Wilayah pesisir, laut
1. Penggunaan Lahan
Dari data pada tahun 2008, penggunaan lahan di Kota Padang didominasi oleh hutan
seluas 35.448 Ha, dan permukiman seluas 6.625,24 Ha.
a. Secara umum, wilayah Kota Padang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) karakteristik
penggunaan lahan, yaitu:
1) Kawasan Hutan yang sebagian besar adalah Hutan Suaka Alam Wisata dan
Hutan Lindung.
b. Koridor Jalan Padang By-Pass menjadi batas imajiner antara Kawasan Perkotaan
dengan Kawasan Transisi.
1. Pertanian
3. Pertambangan
5. Pariwisata
1. Jalan
Panjang jalan yang ada di Kota Padang selama kurun waktu 15 tahun terakhir
(periode 1992 - 2008) secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup pesat,
yaitu terjadi pertambahan total panjang jalan sekitar 478,77 Km (100,85%) atau rata-
rata pertambahan panjang sebesar 6,3% per tahun. Sistem jaringan jalan yang ada di
Kota Padang meliputi sistem jaringan primer, sekunder dan lokal serta jalan
lingkungan. Data sampai akhir tahun 2008, dilihat berdasarkan fungsinya terpanjang
adalah Jalan Lokal Sekunder yaitu 591,66 Km, kemudian Jalan Arteri Sekunder
sekitar 140,82 Km, Jalan Kolektor Sekunder 120,81 Km, dan Jalan Arteri Primer
100,60 Km yang jenis konstruksi permukaan keseluruhannya aspal. Sedangkan
dilihat berdasar jenis permukaan, sebagian besar jalan yang ada merupakan jalan
aspal, yaitu 751,27 Km atau 78,81% dari total panjang jalan yang ada. Dilihat dari
status (kewenangan penanganan), sebagian besar merupakan status jalan kota yaitu
sepanjang 852,66 Km (89,45%) dan sisanya sepanjang 100,60 Km (10,55%)
merupakan jalan Nasional.
Jumlah pelanggan air bersih setiap tahun meningkat rata-rata sekitar 3.000
pelanggan. Jumlah pelanggan pada tahun 2008 sebanyak 71.463 pelanggan. Volume
air yang diproduksi oleh PDAM tahun 2008 sebesar 32.849.919,9 m³ dengan jumlah
terdistribusi 18.643.449 m³ dan terjual 17.623.325 m³, dan nilai total penjualan Rp.
59.071.387.700.
3. Prasarana Drainase
Sistem jaringan drainase Kota Padang terdiri dari jaringan drainase mayor dan
minor, dengan total panjang jaringan drainase mayor 124.000 meter, yang
merupakan sungai besar yang bermuara ke Samudera Hindia.
Pengelolaan air limbah di Kota Padang bersifat individual dengan sistem setempat
(on-site system) menggunakan cubluk dan septic tank. Persen-tase penduduk yang
menggunakan jamban yang layak sekitar 90% dari penduduk keseluruhan, yang
terdiri 35% dilengkapi septic tank dan 55% menggunakan cubluk. Pengelolaan
dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Fasilitas pengelolaan adalah 2
truk tinja dengan kapasitas masing-masing 2.000 liter. IPLT yang ada mempunyai
kapasitas 83 m³ terletak di Nanggalo. Pengolahan limbah industri dan Rumah Sakit
dilakukan masing-masing.
6. Prasarana energi/listrik
Areal pelayanan listrik telah mencakup seluruh wilayah Kota Padang dengan jumlah
pelanggan pada tahun 2008 sebanyak 368.019 pelanggan. Jumlah pelanggan
bertambah sebanyak 47.783 pelanggan dalam kurun waktu 2003 - 2008, atau
meningkat lebih dari 14,92% dibandingkan dengan jumlah pelanggan pada tahun
2003, yang tercatat sebanyak 320.236 pelanggan. Pelayanan jaringan listrik Kota
Padang didukung oleh jaringan transmisi dan jaringan distribusi serta gardu/travo
distribusi. Data dari PLN Cabang Padang pada tahun 2008 adalah sebagai berikut:
7. Prasarana telekomunikasi
Kota Padang telah dilayani jaringan telepon otomat dan jaringan telepon selular.
Jumlah pelanggan telepon otomat di Kota Padang tahun 2008 tercatat sebanyak
149.818 pelanggan. Selain dalam bentuk fixed telephone, PT. Telkom juga
memberikan pelayanan kepada Warung Telekomunikasi yang banyak tersebar di
wilayah Kota Padang. Dari 11 Sentral Pelayanan PT. Telkom Padang, terdapat 1.222
Warung Telekomunikasi yang menjadi pelanggannya.
8. Prasarana jaringan/irigasi
9. Bangunan perkotaan
Berdasarkan permasalahan, potensi dan kebijakan pembangunan Kota Padang Jangka Panjang
maka tujuan penataan ruang Kota Padang sampai dengan tahun 2030 ditetapkan sebagai
berikut:
“Terwujudnya Kota Padang sebagai kota metropolitan berbasis mitigasi bencana dengan
didukung oleh pengembangan sektor perdagangan, jasa, industri dan pariwisata”.
Penjelasan daripada perwujudan tujuan tata ruang tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Pengembangan Perekonomian Kota Berbasis pada Sektor Perdagangan dan Jasa, Sektor
Pariwisata dan Sektor Industri.
Kebijakan dan strategi penataan ruang dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang Kota
Padang adalah sebagai berikut:
Pengembangan sistem transportasi internal di dalam kota dan transportasi eksternal yang
menunjang pergerakan barang dan penumpang di tingkat regional maupun nasional.
Pengembangan sistem sarana dan prasarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi
darurat akibat bencana alam.
Pengembangan sistem permukiman yang sesuai dengan karakter ruang kota, sosial
budaya masyarakat, daya dukung dan daya tampung lahan, kesesuaian lahan dan
kerawanan terhadap bencana.
Penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan minimal
bagi masyarakat dan tahan gempa yang dapat difungsikan dalam kondisi darurat akibat
bencana alam.
Pengembangan kawasan perumahan yang aman dan nyaman sesuai dengan jumlah
penduduk kota sampai akhir tahun perencanaan.
Pengembangkan kawasan perdagangan dan jasa sebagai bagian dari penyediaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat dan menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa dengan skala
pelayanan kota dan regional.
Pengembangan kawasan pariwisata dalam rangka mendukung Kota Padang dan Provinsi
Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata nasional.
Pengembangan kawasan olah raga dan rekreasi yang representatif dalam mendukung
penyelenggaraan kegiatan olah raga skala regional, nasional maupun internasional serta
membangun fasilitas untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui budaya
olah raga.
Pengembangan ruang terbuka hijau untuk fungsi ekologi, fungsi ekonomi maupun fungsi
sosial budaya baik privat maupun publik yang dapat meningkatkan kualitas kenyamanan
ruang kota.
Kegiatan Perencanaan Gedung MUI Provinsi Sumatera Barat berada di kawasan Masjid raya
Sumatera Barat, Jalan Khatib Sulaiman, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Lokasi site
gedung MUI Provinsi Sumatera Barat terletak di tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat, dalam hal ini tercatat sebagai aset milik Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan
Permukiman dan Pertanahan Provinsi Sumatera Barat.
Rencana pembangunan gedung MUI Provinsi Sumatera Barat berada di lahan seluas ±1100 m 2
dan pembangunan gedung MUI Provinsi Sumatera Barat masuk dalam rencana master plan
kawasan Masjid Raya Sumatera Barat. Lokasi pembangunan gedung MUI Provinsi Sumatera
Barat terletak di antara gedung Bundo Kanduang dan gedung LKAAM. Perencanaan
pembangunan gedung MUI Provinsi Sumatera Barat direncanakan akan terkoneksi dengan
gedung Bundo Kanduang disisi Utara dan gedung LKAAM disisi Selatan.
Dalam lahan seluas ±1.100 m2, akan direncanakan gedung MUI Provinsi Sumatera Barat 4
lantai yang akan mengakomodasi aktivitas keagamaan serta dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat khususnya umat muslim. Pembangunan gedung MUI Provinsi Sumatera
Barat akan difasilitasi beberapa ruang kantor serta terdapat fasilitas penunjang seperti
auditorium, laboratorium halal, galeri, ruang kesehatan dll.
Kondisi site tidak berkontur namun lokasi perencaan diapit dua bangunan yaitu pada sisi utara
site bangunan Bundo Kanduang dan pada sisi selatan bangunan LKAAM.
D. Sisi barat : Jalur kendaraan & area parkir kawasan Masjid Raya Sumatera Barat
Perancangan Gedung MUI ini terdiri dari analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna, analisis
aktivitas, analisis ruang, analisis utilitas dan analisis struktur. Analisis ini dilakukan sebagai
pendekatan dalam desain Gedung MUI yang disesuaikan dengan tema perancangan serta kebutuhan
pengguna dan akan memberikan kenyamanan dan menghasilkan citra bangunan yang baik.
Dalam pemilihan lokasi tapak, perancangan Gedung MUI merupakan bangunan kantor secara
vertikal yang diperuntukkan bagi MUI. Tapak terletak di Kawasan Masjid Raya Sumatera
Barat dengan pertimbangan faktor-faktor yang mendasari preferensi MUI terhadap pemilihan
atribut kantor, yaitu faktor aksesebilitas, kondisi dan keamanan lingkungan, kondisi
kelengkapan kantor, kenyamanan, hubungan kekeluargaan, fasilitas sosial ekonomi, fasilitas
sosial budaya, dan identitas lingkungan.
Secara spesifik tapak berada di Kawasan Masjid Raya Sumatera Barat, Kecamatan Padang
Utara, Kota Padang. Berikut gambaran lokasi site :
Lokasi site berada satu blok dengan site gedung Bundo Kanduang dan gedung LKAAM.
Batasan site antara gedung MUI dengan gedung Bundo Kanduang dan gedung LKAAM hanya
dibatasi dengan taman sebagai batas site. Pada sisi barat site berbatasan dengan jalan kawasan
Masjid Raya Sumbar yang digunakan sebagai jalur sirkulasi kendaraan. Pada sisi timur site
berbatasan dengan perumahan warga Kel. Alai Parak Kopi, batasan site dengan area
perumahan dibatasi dengan pagar permanen setinggi 2.5 meter.
Secara umum kondisi lingkungan site di sisi barat menjadi nilai positif view site karena
terdapat landscape dan Masjid Raya Sumbar.
C. Sebelah Barat : Jalur kendaraan dan area parkir kawasan Masjid Raya
Luas site perencanaan yang tersedia saat ini 1.728 m2. Kondisi kontur pada site relative datar.
Akses untuk mencapai site atau entrance berada di sisi selatan pada site. Lebar akses
kendaraan bermotor pada sisi barat kurang lebih 6 meter. Sedangkan untuk akses pejalan kaki
lebar pedestrian pada sisi kanan 4 meter dan pada sisi kiri 2,5 meter.
Gambar 14 Posisi Site yang diatur dalam Master Plan Masjid Raya
Site gedung MUI Sumbar secara klimatologi berada di daerah tropis dengan kondisi iklim
yang stabil. Suhu rata-rata di lokasi site berkisar antara 23-32º C. Cahaya matahari bersinar
penuh sepanjang tahun dan terbit sekitar pukul 06.10 WIB hingga terbenam pukul 18.20 WIB.
Siklus hembusan arah angin di lokasi site berhembus dari arah Barat ke Timur pada siang hari
dan dari arah Timur ke Barat pada malam hari. Kecepatan angin di lokasi site dapat
berhembus hingga kecepatan 10 km/j.
A. Lokasi site berada di kawasan Masjid Raya Sumbar dengan zona kawasan sudah diatur
dalam master plan.
B. Site gedung MUI Sumbar berada di sisi timur kawasan Masjid Raya Sumbar potensi view
yang baik.
C. Kondisi view terbaik dari site kearah barat view karena menghadap lanscape dan Masjid
Raya Sumbar.
D. Sedangkan konsidi view terburuk dari site berada di sisi timur karena menghadap
pemukiman padat penduduk.
E. Kondisi view dari site akan dimanfaatkan sebagai bagian perencanaan gedung MUI
dengan memberi bukaan maksimal di beberapa sisi.
Gedung MUI harus mengadaptasi bentuk fasade bangunan yang sudah ada pada kawasan agar
terjadinya satu kesatuan dengan bangunan yang lain. Selain itu juga memberikan sentuhan yang
memiliki unsur MUI seperti kubah. Untuk pemilihan warna bangunan tetap mengadaptasi dengan
warna dari Masji Raya namun diberikan sentuhan warna hijau sebagai warna utama dari MUI.
Sedangkan bentuk yang dari fasade mengambil polapola geometris sebagai elemen Arsitektur Islam.
Fasade desain menonjolkan kesan minimalis dengan permainan pola grid persegi yang
sekaligus menjadi rangka dari fasade kaca.
Permainan garis vertikal pada fasad lebih ditekankan serta di kombinasikan dengan siluet atap
gonjong pada pada sisi depan bangunan. Adanya siluet gonjong akan membuat kesan seirama
dengan gedung Bundo Kanduang dan gedung LKAAM di sebelahnya
Permainan fasad bangunan dibuat dengan pola diagonal yang terinspirasi dari fasad Masjid
Raya Sumbar. Bentuk pola diagonal digabungkan dengan bentuk siluet Masjid Raya Sumbar
yang diletakkan pada bagian puncak bangunan.
Bentuk desain fasad bangunan mengambil elemen gonjong sebagai focal poin dengan
permainan pola doagonal pada bagian fasad bangunan.