Dalam pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Daerah Irigasi Bomberay ini, agar diperoleh
hasil produk yang optimal, maka konsultan menyiapkan rencana kerja yang optimal
sesuai yang disyaratkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK). Unsur-unsur utama yang
mendukung dan mempengaruhi jalannya operasional proyek meliputi Personil (Tenaga
Ahli dan Tenaga Pendukung), Organisasi Pelaksana dan Fasilitas kerja.
Selain pendekatan operasional di atas, terkait mencakup dua aspek, yaitu Aspek Teknis
dan Non Teknis. Dalam pemilihan lokasi Bendung, perlu dipertimbangkan aspek-aspek
Teknis sebagai berikut.
1. Kondisi Topografi
Kondisi topografi akan berpengaruh pada: tinggi dan panjang tubuh bendung,
volume tampungan, tata letak/penempatan bangunan pelengkap, kemudahan jalan
masuk, stabilitas lereng, dan lain-lainnya.
Kondisi topografi yang perlu menjadi perhatian antara lain:
- bentuk dan lebar penampang melintang dan memanjang lembah,
- bentuk kolam, kemiringan tebing sungai, dll.
Rona topografi adalah merupakan merupakan hasil kegiatan geodinamik
masa lalu seperti: pergerakan tanah, kegiatan vulkanik, geomorfologi
(pelapukan, erosi), dan lain sebagainya. Hal ini berarti rona topografi juga
mencerminkan rona geologi secara tidak langsung seperti: kekerasan batuan,
struktur geologi, pergerakan tanah, dan lain-lainnya.
Dilihat dari kondisi topografi, lokasi yang baik untuk embung:
E-1
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Maksud dari beberapa aspek non teknis tersebut diatas yaitu disamping aspek-
aspek teknis yang telah disebutkan diatas terdapat aspek berikut juga tidak kalah
pentingnya untuk dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bendung, yaitu:
- Kesesuaian dengan rencana pengembangan wilayah; lokasi bendung
sebaiknya dekat daerah layanan dan mempunyai daerah tangkapan/tadah
hujan yang cukup memadai.
- Kaitannya dengan masyarakat dan ekonomi; pertimbangkan besar ganti rugi,
pengaruh terhadap lahan pertanian, pemukiman, fasilitas umum, aset budaya,
monumen alam, dll.
- Rencana pengembangan jangka panjang; bendung yang direncanakan
hendaknya terintegrasi dengan proyek-proyek yang sudah ada dan rencana
pengembangan jangka panjang.
- Kelestarian lingkungan; dalam pemilihan lokasi dan tipe, perlu di
pertimbangkan fenomena perubahan di daerah tangkapan air dan
pembusukan tumbuhan akibat penggenangan.
- Aspek Keamanan bengunan
Bendung yang pada umumnya terletak di bagian hulu suatu daerah
konsentrasi penduduk, merupakan sesuatu bangunan yang menyimpan
potensi ancaman bagi daerah di hilirnya. Sehingga dalam perencanaan suatu
E-2
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Faktor-faktor yang menentukan lokasi proyek adalah luas dari layanan air yang
diperlukan dan lokasi distribusi air yang akan dikembangkan. Bila saluran
pembawa air cukup jauh, biaya pembuatan saluran adalah merupakan
pertimbangan penting biaya. Untuk meminimalkan biaya pemompaan, sumber air
sebaiknya dipilih pada elevasi yang cukup tinggi atau sarana pemanfaatan air
ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air.
Pada kasus bendung untuk pengendalian banjir, biaya saluran untuk membawa air
tidak diperhitungkan.
Lokasi bendung idealnya dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
a) Pada bagian sungai yang sempit dan kedua tumpuan mempunyai tinggi yang
cukup sesuai dengan tinggi bendung yang diperlukan.
b) Fondasi dan kedua tumpuan berupa batuan keras atau telah terkonsolidasi
dan cukup kedap air atau mendekati hal tersebut sehingga retakan/rekahan
dapat ditutup dengan grouting atau menempatkan selimut lempung di bagian
hulu bendung (upstream clay blanket).
c) Khusus untuk bendung beton (bila kondisi geologi memungkinkan), bangunan
pelimpah sebaiknya dibangun pada salah satu tumpuannya.
d) Kegempaan, termasuk adanya sesar aktif di dekat rencana bendung.
E-3
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Adanya infrastruktur, seperti jaringan pipa minyak, tranmisi PLN, rel kereta api, dll
di daerah rencana genangan juga merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam studi kelayakan ini.
Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang digambarkan pada Gambar Diagram Alir E.1
meliputi tahapan sebagai berikut :
E-4
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E-6
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Secara rinci pokok/materi yang disajikan dalam laporan ini sebagai berikut :
E-7
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E-8
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Persiapan lapangan pengukuran meliputi pemilihan lokasi base camp, batas area
pengukuran, penetapan titik-titik referensi dan penyiapan tenaga lokal.
Secara rinci pokok/materi yang disajikan dalam laporan ini sebagai berikut :
Latar belakang pekerjaan
Maksud dan tujuan serta lingkup pekerjaan
E-9
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan kegiatan analis data-data yang
telah diperoleh di lapangan. Kegiatan ini dilakukan secara simultan pada saat survey
investigasi lapangan dilakukan. Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan antara
lain:
Kegiatan hasil kajian data ini akan menjadi masukan pada tahap penyusunan
basic desain main system Daerah irigasi.
E - 10
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
D. Metode Pelaksanaan
Bab II
METODOLOGI
Secara umum, untuk mencapai maksud dan tujuan pekerjaan ini, sub pekerjaan yang harus
dilakukan adalah sebagaimana diagram berikut.
E - 11
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
START
PERSIAPAN
Survai Pendahuluan
Database Lahan
APLIKASI SIG
Permukiman
Pencetakan Peta Garis, PUSDATINTRANS
Transmigrasi
Peta Foto, Peta Tematik
SELESAI
Jalur-jalur pemotretan merupakan jalur yang lurus dan sejajar satu sama lain pada
arah Barat-Timur dengan penyimpangan maksimum 3 derajat. Pemotretan harus
E - 12
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 13
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 14
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
tiga (n-1) baseline yang diperoleh dari data yang diamati. Metoda
pengukuran baseline disesuaikan dengan rencana jaringan.
Jaringan diikatkan dengan titik kontrol yang ada yang mempunyai
ketelitian lebih tinggi, yang dan memiliki koordinat pada datum WGS-
84
Geometri dari jaringan memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan
strength of figure
Perencanaan Jaringan untuk posisi titik kontrol dilakukan diatas peta lokasi
yang dapat dilihat pada lampiran.
E - 15
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
tidak lebih dari 200 m, daerah yang diambil cukup baik, strategis
dalam hal keamanan dan transportasi serta merupakan daerah yang
terbuka untuk keperluan pengukuran dan pemotretan udara.
E - 16
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
tim teknis yang telah ditunjuk oleh pemberi pekerjaan, Benchmark dan
Preemark ini pun nantinya akan berfungsi sebagai titik kontrol, pada
prinsipnya pemasangan Benchmark dan premark akan dilakukan sebelum
pelaksanaan pemotretan udara.
Seluruh titik dasar teknik fotogrametri akan dipasang Pre Mark yang
harus terlihat secara keseluruhan (100 %).
Bentuk dan konstruksi Premark disesuaikan dengan kebutuhan yang
telah disyaratkan.
Tim pelaksana akan menjaga dan bertanggung jawab terhadap
keberadaan Premark agar tidak berubah dari posisi sebenarnya
sampai pemotretan selesai dilaksanakan.
E - 17
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas premark dibuat dari kain
terpal plastik warna oranye atau putih mengkilat, untuk lokasi jalan raya
dicat pada trotoar jalan bahkan pada jalan aspal bila diperlukan.
3. Pengukuran GPS
Pengukuran GPS (Global Positioning system) dilakukan untuk menentukan
posisi titik kontrol tanah horizontal (X,Y) dengan sebaran yang merata
dimana titik - titik tersebut disamping digunakan untuk keperluan kontrol
pemetaan fotogrametris juga dapat dipergunakan kelak dalam pengikatan
pengukuran - pengukuran yang dilakukan khususnya oleh instansi terkait dan
oleh perencana - perencana teknis lainnya.
Sistem proyeksi yang dipakai adalah UTM dengan acuan pada WGS 84
sesuai dengan ketentuan teknis dan sesuai dengan sistem referensi nasional.
Pengukuran GPS dilakukan dengan metode rapid static yang menghasilkan
posisi relatip dari titik - titik yang diukur dengan menggunakan alat GPS type
geodetic. Karena jarak antar titik relatif dekat maka alat GPS yang akan
digunakan adalah alat GPS Single Frekuensi sebanyak 3 (tiga) unit receivers
beserta perlengkapannya sesuai daftar peralatan terlampir.
E - 18
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Perencanaan :
Perencanaan :
Peralatan Dan Prosedur
Peralatan Dan Prosedur
Jaringan
Jaringan
Persiapan :
Persiapan :
Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi Personil
Mobilisasi Personil
Reconnaisance/Identifikasi Lapangan
Reconnaisance/Identifikasi Lapangan
Pemasangan BM
Pemasangan BM
Pengolahan Data:
Pengolahan Data:
Reduksi Baseline
Reduksi Baseline
Perataan Jaringan
Perataan Jaringan
Pelaporan
Pelaporan
a. Perencanaan
Peralatan GPS
Seluruh pengamatan akan menggunakan receiver GPS tipe
geodetik yang mampu mengamati codes dan cerrier beat phases.
Kemampuan antena disesuaikan dengan kemampuan receiver.
Kabel antena tidak di perpanjang melebihi panjang standar
pabrik.
Jika Omny - directional antena tidak dapat dipakai, antena -
antena untuk pengamatan titik akan diorientasikan ke arah yang
sama.
Komponen - komponen dari suatu receiver (antena, kabel
ditambah peralatan lainnya) menggunakan merek clan jenis yang
sarna, dan memakai centering optis.
Alat yang digunakan 3 (tiga) receiver GPS secara bersamaan
selama pengamatan.
Peralatan lainnya seperti thermometer, barometer, hygrometer
dan clinometer termasuk dalam satuan unit receiver.
E - 19
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 21
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
c. Pengolahan Data
Pengolahan data mencakup dua proses utama, yakni Reduksi
Baseline dan Perataan Jaringan.
Sebelum dilakukan proses Utama tersebut diatas, terlebih dahulu dilakukan
down-loadding data pengamatan dari receiver, software pwngolahan
merupakan software yang sesuai dengan alat yang digunakan, dalam hal ini
kami menggunakan receiver merk trimble dengan softwarenya bisa
GPSurvey, TGO (trimble Geomatic Office) atau Trimble Business Centre.
Pengambilan data pada alat dilakukan tiap hari sesudah selesai pengamatan,
atau paling lambat 24 jam setelah pengamatan.
1) Proses Reduksi Baseline
Dalam pelaksanaan Proses reduksi baseline akan diperhatikan seperti
dibawah ini:
a. Proses reduksi baseline dilakukan dengan menggunakan software
processing data GPS sesuai dengan receiver yang digunakandan
mempunyai kemampuan sebagai berikut :
Memproses awal, yang mencakup antaran lain transformasi data,
normalisasi data, pendeteksian dan pembuangan data yang
kurang baik.
E - 22
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 23
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
2) Pengolahan Baseline
Secara umum proses baseline dapat dilihat dari diagram seperti dibawah:
E - 24
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 25
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
003
N2, E2,
N3, E3,
h2)
h3)
001 002
N1, E1,
h1)
d = panjang vector baseline dalam (Km)
Sp[N] = (N1 + N2 +.. + Nn)
Sp[E] = (E1 + E2 +.. + En)
Sp[h] = (h1 + h2 +... + hn)
(d] = (dl + d2 +.+ dn)
3) Perataan Jaringan
E - 26
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 27
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
4) Transformasi Koordinat
E - 29
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
.
Gambar 2.15: Gambar quick mosaic foto
E - 30
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Adapun data yang dilengkapi adalah nama lokasi dan data administrasi
(nama UPT, nama kecamatan dan kelurahan, berikut batas administrasi)
dan satuan guna lahan.Metoda yang digunakan adalah teknik wawancara
dengan penduduk setempat.
Secara garis besar proses yang dilakukan pada tahapan ini meliputi :
E - 31
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
1) Mosaik
Mosaik Digital adalah gabungan (assemblage) dua foto digital atau lebih
yang mempunyai pertampalan menjadi citra yang kontinyu. Penggabungan
dilakukan dengan mengambil bagian dari foto yang bertampalan dan
menyatukannya dengan memperhatikan kesesuaian detail pada bagian
sambungannya. Pembuatan Mosaik dilakukan untuk mendapatkan peta
foto gabungan dari masing-masing foto.
2) Rektifikasi
E - 32
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
3) Digitasi Objek
Proses Dijitasi
Berdasarkan file-file yang telah proses fotogrametri maka pada tahap
ini akan dilakukan proses ploting digital. Proses plotting dilakukan
dengan cara mendijitasi unsur-unsur geografi, sesuai dengan bentuk
yang sebenarnya. Proses digitasi dilakukan secara online dan
onscreen, dengan perbesaran yang cukup agar dapat mengindentifikasi
E - 33
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
unsur yang akan didijitasi secara jelas. Klasifikasi unsur yang akan
digitasi dilakukan dengan memilih pada file-file yang terpisah dimana
klasifikasi dan penamaan unsur akan mengikuti atau disesuaikan
dengan klasifikasi unsur pada kelompok data dasar untuk SIG.
Icon :
E - 34
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Cek_plot
Proses cek_plot merupakan proses pencetakan file-file hasil plotting
ke lembar kertas untuk memeriksa kelengkapan dan kesesuaian unsur
yang telah diplot Apabila dari hasil penelitian masih ditemukan
adanya detail yang belum diplot maka akan dilakukan proses ploting
ulang, untuk menambah detail yang tertinggal tersebut. Dengan proses
ini diharapkan kelengkapan detail akan terjaga, disamping itu apabila
pada prores selanjutnya ditemukan ada detail yang belum terploting,
maka kita harus memproses kembali file dimana detail yang belum
didijitasi ditemukan.
Rona
Rona (tone/color tone/grey tone) ialah tingkat kegelapan atau kecerahan
pada citra.Rona merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan
seluruh spektrum tampak yang disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan
panjang gelombang (0.4 0.7) m.
Warna
Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrumsempit, lebih sempitdari spektrum tampak.
Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga
banyak obyek yangdapat dikenali dengan melihat bentuknya. Bentuk
dikelompokkan dalam tingkatan sekunder berdasarkan susunan tingkat
kerumitannya dalam menginterpretasi citra. Ada dua istilah di dalam
bahasa inggris yang artinya bentuk yaitu shape dan form. Shape ialah
bentuk luar atau bentuk umum, sedangakan form merupakan susunan atau
struktur yang lebih rinci.
Ukuran
Ukuran ialah atribut yang merupakan fungsi dari skala, yang antara lain
berupa jarak, luas, tinggi dan volume. Maka dalam memanfaatkan ukuran
sebagai unsur interpretasi citra maka skala citra harus dipertimbangkan.
E - 36
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur dihasilkan oleh
kumpulan unit kenampakan yang terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual. Tekstur merupakan hasil gabungan dai bentuk, ukuran, pola,
bayangan, dan ronanya. Apabila skala citra diperkecil, maka tekstur pada
obyek akan semakin halus.
Pola
Pola ialah hubungan susunan spasial suatu obyek. Pengulangan bentuk
umum tertentu merupakan karakteristik bagi banyak obyek alamiah
maupun buatan/bangunan akan memberikan suatu pola yang membantu
dalam mengenali obyek tersebut. Pola tingkat kerumitannya setingkat lebih
tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur.
Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail/obyek yang beradadi daerah
gelap. Obyek yang terletak di daerah bayangan umumnya tidak tampak
sama sekali atau kadang-kadang samar. Meskipun demikian, bayangan
sering menjadi kunci pengenalan penting bagi beberapa obyek yang justru
lebih tampak dari bayangannya.
Situs/Asosiasi
2.1.7 Kartografi
E - 37
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
file-file tersebut dengan informasi muka peta dan tepi atau bingkai peta.
Informasi yang dimaksud terdiri dari :
Survai terestrial disini, dibatasi untuk kegiatan deliniasi bahaya banjir, tatabatas
milik, tatabatas peruntukan lahan, blok lahan konflik, tumpang tindih peruntukan
lahan, karena pekerjaan yang bersifat terestrial lainnya telah dibahas pada bagian
lain.
Dari jenis-jenis pekerjaan tersebut diatas, pada umumnya sifatnya tidak (selelu)
visual secara fotogrametris namun dapat melingkupi areal yan cukup luas, sehingga
tidak mungkin diidentifikasi melalui foto udara saja.Untuk itu diusulkan untuk
menggunakan campuran fotogrametris dan terestris.
E - 38
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Sedangkan Mutual check dilakukan untuk menguji kualitas dari gambar situasi
yang dihasilkan. Pengecekan dilakukan dengan melakukan peninjauan
lapangan, membandingkan kondisi di atas peta draft yang dihasilkan dengan
kondisi lapangan yang sebenarnya.
E - 39
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
penyelidikan bor inti (boring log), hasil test pit (test pit log), dan hasil
analisa lab mekanika tanah).
Data dan hasil analisis hidrologi (debit andalan, debit banjir, debit
kebutuhan, dan neraca air).
Analisis dimensi embung dan gambar pra-layout embung dan bangunan
pelengkapnya.
Permasalahan - permasalahan di lapangan.
Jadwal pelaksanaan dan kurva - S.
Banjir desain dengan periode ulang tertentu dapat dihitung dari data
debit banjir atau data hujan. Apabila data debit banjir tersedia cukup
panjang (>20 tahun), debit banjir dapat dihitung langsung dengan
metode analisis probabilitas Gumbel, Log pearson atau Log Normal.
Sedangkan apabila data yang tersedia hanya berupa data hujan metode
yang dipakai adalah metode analisis hidrograf satuan / unit hidrograf.
E - 41
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
MULAI
Pengujian &
Pengisian Data
Uji Homogenitas
Tidak Tidak
Asistensi Asistensi
Ya
Ya
ANALISIS DISTRIBUSI
FREKUENSI CURAH
HUJAN
- Metoda Gumbell DEBIT ANDALAN ANALISIS DEBIT
- Metoda Log Pearson tipe III - Low Flow Bulanan KEBUTUHAN AIR
- Metoda Log Normal - Irigasi, Industri,
- Low Flow 2 Mingguan
Penduduk,
ANALISIS DEBIT
BANJIR
- 25 tahun
- 100 tahun
- 1000 tahun
- Probable Max. Flood
Penelusuran banjir
Pelimpah
STUDI OPTIMASI
- Tinggi Bendungan
- Volume Tampungan Peta Situasi
Bendungan Pengukuran
- Luas Areal Genangan
Laporan Penunjang
HIDROLOGI
SELESAI
E - 42
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 43
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
E - 44
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data sebagaimana telah diuraikan di
atas.
E - 45
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
Hujan Titik
Hujan titik merupakan data-data yang yang sudah diperbaiki
termasuk data yang hilang untuk analisa selanjutnya.
Pengisian data hilang dilakukan karena adanya data yang
tidak lengkap yang disebabkan karena tidak tercatatnya data
hujan oleh petugas, alat penakar rusak dan sebab lain. Hal
tersebut biasa ditandai dengan kosongnya data dalam daftar.
Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data-data
yang abnormal sehingga dalam analisa selanjutnya tidak
diikutkan. Metode yang digunakan adalah "Iwai Kadoya".
Hujan Rerata
Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik
dari beberapa stasiun penakar hujan yang berpengaruh
terhadap daerah aliran sungai. Salah satu metode yang
digunakan untuk menghitung hujan wilayah/daerah adalah
metode Thiesen. Cara diperoleh dengan cara membuat
poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah
garis hubung dua pos penakar hujan, persamaannya adalah
sebagai berikut :
n
RAVG =
I
Ai
A
Ri
dimana :
RAVG = Curah hujan rata-rata (mm)
Ai = Luas pengaruh stasiun ke i dari 1 sampai n
(km~)
A= Luas daerah aliran sungai (km2)
Ri = Curan hujan pada stasiun ke-I dari 1 sampai
n (mm)
E - 46
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
i n 3
n3 ( Xi X )
i 1
(n 1)( n 2)( n 3) nS 4
dimana :
Hujan Rancangan
Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan
tergantung dari hasil diskusi dengan Direksi menghendaki analisa
dengan berrbagai macam metode. Metode yang biasa digunakan
adalah :
a) Metode Gumbel Tipe I
Persamaannya adalah sebagai berikut :
XT = X +S x K
dimana :
XT = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang
T tahun.
E - 47
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
X= X +k.X
dimana :
X = besarnya suatu kejadian
c) Metode Normal
Persamaannya adalah sebagai berikut :
X= X +tp.
dimana :
X = besarnya suatu kejadian
X,. = X +Km x Sn
Dimana :
XT = Curah hujan maksimum yang mungkin terjadi
E - 48
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay. Pendekatan Metodologi
100m
P= %
(n 1)
P = Probabilitas ( % )
n = Banyaknya data
Dimana :
Rt =txRt-(t-1)xR(t-1)
KETERSEDIAAN DATA
G
a
m Data Debit - Data Hujan (panjang) Data Debit Data Debit - Data Hujan
(>20 tahun) - Data Debit (1 - 3) tahun (10 - 20 ) tahun (4 - 10) tahun - Data Karakteristik Basin
b
a
Banjir Debit Empiris : Rasional :
r Cara Cara diatas ambang Aliran Penuh Cara Regresi :
- Hidrograf - Der Weduwen
- IOH
satuan SCS - Haspers
- Gamma I
- Nakayasu - Melchor
Kalibrasi
E
.
Data Debit
Unit Diperpanjang Banjir rata-rata tahunan
2
E - 50
ENGINEERING CONSULTANT
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
t T p 0,5T0 , 3
0,3Qp Qd 0,32 Qp : Qd Qp.0,3 pangkat
1.5T0 , 3
t T p 1, 5T0 , 3
Tenggang waktu ( Tp )
Tp = tg + 0,8 t r
dengan ketentuan :
E - 51
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
keterangan :
L = panjang alur sungai (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tg = 0,5 tg sampai tg (jam)
T0,3 = tg
dimana :
untuk daerah pengaliran biasa = 2
untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian
menurun yang cepat =1,5
untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian
menurun yang lambat = 3.
E - 52
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
debit(m3/dtk)
Qp
waktu(jam)
tp
Tb
sisi naik merupakan garis lurus, sedang sisi resisi merupakan siku -
eksponensial dengan persamaan :
Qt = Qp e-(t/k)
dimana :
Qt = debit pada jam ke - t (m3/dt)
Qp = debit puncak (m3/dt)
t= waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam)
k = koefisien tampungan (jam)
Sedangkan parameter-parameter lainnya, dalam persamaan :
Tr = 0,43 (L/100SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775
Qp = 0,1836 A0,5886 TR-0,4008 JN0,2381
TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574
K = 0,5617 A0,7198 S-0,1446 SF-1,0697 D0,0452
dengan :
TR = waktu naik (jam)
Qp = debit puncak (m3/dt)
TB = waktu dasar (jam)
K = koefisien tampungan (jam)
L = panjang sungai utama (km2)
D = kerapatan jaringan lurus (km/km2)
SF = faktor sumber : perbandingan antara jumlah panjang sungai
tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
E - 53
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 54
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dengan tinggi d = 1cm, dan dengan ketiga unsur yang lain, yaitu Qp
(m3/dt), Tb serta tr (jam) .
tr t
Q
Qp
tp
Tb
t
Gambar E.5 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Snyder
tp
te ; tr 1 jam
5,5
cp. A
Qp 2.78
tp
Tb 72 3tp
bila :
te tr tp tp 0,25(te tr )
Tp tp 0,5tr
te tr Tp tp 0,5tr
Perhitungan Evapotranspirasi
dimana :
ETo = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
W = Faktor temperatur (Celcius)
Rn = Radiasi bersih (mm/hari)
F(u) = Faktor kecepatan angin (m/det)
ea ed = Perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur
rata rata dengan tekanan uap jenuh air (mbar)
c = Faktor perkiraan dari kondisi musim
dengan :
W =
+
Rn = Rns - Rnl
Rns = (1 - ) Rs
Rs = (0.29 + 0.59 n/N) Ra
Rn1 = f R . f (ed). f (n/N) Ra
ed = ea. Rh
ea = 7.01 x 1.062T
Nilai fungsi-fungsi :
f (u) = 0.27 ( 1 + u/100)
E - 57
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Rainfall Evapotranspiration
Recharge to
Groundwater
Groundwater Groundwater
Storage flow
Total
Discharge
E - 58
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dengan :
E - 59
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 60
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Mulai
Bulan = 12
?
Baca Data
Bulan Berikutnya
Yes
EXMRAT = 0 WATBAL <= 0
?
No
Yes EXMRAT =
STORAT >= 1
1 - (0.5 * (2 - STORAT)^2)
?
Tulis Hasil
2. Metode FJ Mock
Model yang cukup sederhana untuk pengembangan model hujan
aliran adalah model Mock. Dalam makalahnya Land Capability
Appraisal Indonesia Water Availability Appraisal, UNDP, FAO,
Bogor, 1973 Dr F.J Mock memperkenalkan cara perhitungan aliran
sungai dengan menggunakan curah hujan, evapotranspirasi, dan
E - 61
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Et
ER
WS DRO
ISM
GWS
V
IGWS
BF
o Evapotranspirasi terbatas
a. Curah hujan bulanan (P) diambil curah hujan bulanan
(mm), dan jumlah hari hujan (n) = jumlah hari hujan pada
bulan yang bersangkutan.
E - 62
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dengan :
Ep = Evapotranspirasi potensial
E - 63
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
S = P-Et
dengan
E - 64
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 65
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Pn = Po ( 1 +r x dn )
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke - n (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada tahun ke - 0 (jiwa)
r = Rata rata pertambahan penduduk pertahun (%)
dn = Periode waktu proyeksi (tahun)
Kebutuhan air beku untuk rumah tangga/ domestik tergantung
daerahnya, biasanya antara 120 s/d 150 liter/ orang/ hari.
E - 66
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dengan :
P = perkolasi (mm/hari)
E - 67
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
ETc = Kc x ETo
dimana,
Penggunaan Konsumtif
ETc = Kc . Ep
dengan :
E - 68
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Perkolasi
- Tekstur tanah
- Permeabilitas tanah
Laju perkolasi normal sesudah dilakukan penggenangan berkisar
antara 1-3 mm/hari. Untuk perhitungan kebutuhan air laju
perkolasi diambil harga standar 2 mm/hari.
Efisiensi Irigasi
E - 69
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Evapotranspirasi
Koefisien Tanaman
E - 70
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Simulasi neraca air waduk merupakan fungsi dari inflow, outflow dan
tampungan waduk yang dapat disajikan dalam persamaan sederhana :
I O = ds/dt
dimana :
I = inflow
O = outflow
E - 71
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Dimana :
Vt = Tampungan waduk pada periode t
Vt-1 = Tampungan waduk pada periode t-1
It = Inflow waduk pada periode t
Rt = Hujan yang jatuh diatas waduk pada periode t
Et = Kehilangan air akibat evaporasi pada periode t
Lt = Kehilangan air akibat rembesan dan bocoran
Ot = Total kebutuhan air
Ost = Outflow dari pelimpah
dt = Periode operasi dari waduk adalah setengah bulanan
Inflow adalah aliran sungai yang masuk ke waduk dan curah hujan yang
jatuh diatas permukaan waduk. Outflow terdiri dari lepasan waduk untuk
air baku dan kebutuhan konservasi sungai. Selainitu limpasan air dari
pelimpah dan penguapan dari permukaan waduk juga diperhitungkan
sebagai outflow.
Simulasi dimulai dengan asumsi pada saat waduk penuh dan berakhir
juga pada saat waduk dalam kondisi penuh kembali, sepanjang tahun
dan dilakukan berulang sepanjang tahun dengan data debit yang
dimiliki.
E - 72
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dimana :
E - 73
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Salah satu cara untuk menghitung laju erosi DAS adalah menggunakan
rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) menurut Wischmeier &
Smith (1960) dengan uraian berikut :
1. Erosivitas Hujan
Erosi lempeng sangat tergantung dari sifat hujan yang jatuh dan
ketahanan tanah terhadap pukulan butir-butir hujan serta sifat
gerakan aliran air di atas permukaan tanah sebagai limpasan
permukaan. Untuk menghitung besarnya indeks erosivitas hujan
menggunakan persamaan empiris berikut :
E = 12,374 R1,075
R
I30 =
77.178 1.01 R
dengan :
2. Erodibilitas Tanah
Erodibilitas merupakan ketidaksanggupan tanah untuk menahan
pukulan butir-butir hujan. Tanah yang mudah tererosi pada saat
dipukul oleh butir-butir hujan mempunyai erodibilitas yang tinggi.
Erodibilitas dapat dipelajari hanya kalau terjadi erosi. Erodibilitas dari
berbagai macam tanah hanya dapat diukur dan dibandingkan pada
saat terjadi hujan.
Kehilangan tanah = c Sk
E - 75
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dengan :
c = konstanta
S = kemiringan lereng (%)
Kemiringan lereng dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Dengan :
L = L / 2D
Dengan :
D = kerapatan drainase
E - 76
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Epot = R K LS A
dimana :
K = Erodibilitas tanah
Eakt = Epot CP
dengan :
E - 77
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
dimana :
dimana :
E - 78
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Metoda Schoklitsch
Persamaan Schoklitsch untuk angkutan bedload nol dinyatakan
sebagai berikut :
3
D B 4
S L K m
Qd
Dimana:SL = kemiringan stabil (m/m)
3
2
Q nS
K 1 Dm
QB D 6
SL 90
hm
E - 79
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
U * Dm
R*
E - 80
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 81
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 82
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
I-O= ds
dt
Dengan :
Dengan :
E - 83
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 84
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Acuan yang dipakai pada pekerjaan analisa dan desain embung ini
adalah :
E - 85
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
MULAI
Identifikasi
Potensi SDA
Revisi
- Tinggi Bendungan
- Volume Tampungan
- Luas Area Genangan
Tidak
Asistensi
Ya
Tidak
Asistensi
Hasil Investigasi
Ya Geologi & Mektan
Analisis
Stabilitas dan Struktur
Analisis Stabilitas
Revisi Bangunan Utama
dan Pelengkap
Tidak Asistensi
Ya
Gambar
Desain Bangunan
Revisi
Tidak
Asistensi
Ya
Laporan
Nota Desain
SELESAI
E - 86
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Desain embung akan mengacu pada kriteria desain yang lazim dipakai
berdasarkan kaidah dan pedoman yang berlaku di Indonesia. Konsultan
menekankan pada kriteria desain ini pada masalah keamanan embung.
Untuk itu dalam mendesain embung ini akan mengacu pada kriteria
desain yang diuraikan seperti pada sub bab berikut.
2. Desain Embung
E - 87
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
- Embung beton
1. Embung Beton
Embung beton umumnya dibangun pada fondasi batuan
walaupun ada juga embung beton yang rendah yang
E - 88
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
2. Embung Urugan
Embung urugan, umumnya diklasifikasikan lagi menjadi
beberapa jenis berdasar pada material yang digunakan, baik
untuk urugan tanah maupun urugan batu seperti pada
gambar di bawah.
E - 89
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
a. Tujuan pembangunan
Tujuan pembangunan embung biasanya akan
berpengaruh pada operasi waduk yang kemudian akan
berakibat pada fluktuasi muka air waduk. Untuk muka air
waduk yang sangat fluktuatif dan dengan fluktuasi yang
besar seperti waduk harian PLTA yang beroperasi untuk
beban puncak, kurang cocok bagi embung urugan tanah
homogeen. Untuk embung pengendali banjir dengan
fluktuasi yang tidak terlalu besar seperti waduk harian
dapat digunakan embung urugan zonal atau sekat.
E - 90
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
b. Tinggi embung
Untuk ketinggian kurang dari 30 m, biasanya lebih cocok
digunakan jenis yang sederhana dan mudah
pelaksanaanya yaitu tipe urugan homogeen. Untuk tinggi
lembung lebih dari 30 m, biasanya digunakan tipe zonal
karena lebih dapat meredam rembesan dengan adanya
zona inti dan chimney drain, disamping itu tipe ini
memiliki stabilitas/kuat geser yang lebih tinggi dengan
dipakainya material yang memiliki kuat geser yang tinggi
dibagian zona luar (shell).
d. Topografi
Lembah sempit berbentuk V dengan fondasi batuan yang
kuat, cocok untuk embung beton tetapi tidak cocok untuk
embung urugan karena dalam pelaksanaan konstruksi,
embung urugan memerlukan medan kerja yang cukup
luas. Untuk lembah yang agak lebar lebih cocok untuk
embung urugan. Daerah dengan kemiringan yang terjal,
kurang cocok untuk embung urugan dengan inti miring
dan tipe sekat karena dikhawatirkan akan terjadi
penurunan yang tidak merata dibagian tumpuan.
e. Geologi
E - 91
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 92
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
3. Embung Komposit
Jenis embung ini merupakan kombinasi/gabungan antara
bendunan beton dengan embung urugan tanah. Salah satu
keuntungan embung jenis ini adalah bahwa bagian embung
beton biasanya dibuat mampu untuk mengalirkan aliran air
banjir selama konstruksi dan sebagai bangunan pelimpah
setelah konstruksi selesai, disamping biaya konstruksi yang
murah dan ketersediaan material yang ada.
E - 93
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 94
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 95
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Hd = Hk + Hb + Hf (+ Hs)
Dengan,
Hd : tinggi tubuh embung rancangan (m),
Hk : tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m),
Hb : tinggi tampungan banjir (m),
Hf : tinggi jagaan (m),
Hs : cadangan akibat embung mengalami penurunan (m).
Hs = 0,001 (Hd)1,5 dan diambil secara praktis Hs = 0,25 m.
E - 96
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
a C l + (N - U - Ne) tan u
FS = dimana :
(T + Te)
Fs = Faktor keamanan
N = Beban komponen vertikal yang timbul dari setiap irisan
bidang luncur
T = Beban komponen trangensial yang timbul dari setiap luncur
U = Tekanan air yang bekerja pada setiap irisan bidand luncur
Ne = Komponen vertikal beban seismic yang bekerja pada setiap
irisan bidang luncur
Te = Komponen trangensial beban seismic yang bekerja pada
setiap irisan bidang luncur
C = Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan
e = Intensitas seimic horizontal
= Sudut geser dalam bahan
E - 97
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
S
h
W En+
W
E 1
S
n N
N
N u.
l
l
Gambar E.97 Tubuh Embung
a) Bagian Hulu
Pada saat embung baru selesai dibangun (immediately after
completion) untuk kondisi normal ( Fs 1.5) dan kondisi gempa
k = 0.03 (Fs 1.2)
Pada saat air waduk penuh (reservoir full) untuk kondisi normal
(Fs 1.5) dan kondisi gempa k = 0.06 (Fs 1.2).
Pada saat air waduk banjir untuk kondisi normal (Fs 1.3).
Pada saat air waduk mengalami penurunan secara tiba-tiba
(rapid draw down) untuk kondisi normal k = 0 ( Fs 1.3) dan
kondisi gempa k = 0.06 (Fs 1.1).
b) Bagian Hilir
Pada saat embung baru selesai dibangun (immediately after
completion) untuk kondisi normal ( Fs 1.5) dan kondisi gempa k
= 0.03 (Fs 1.2)
Pada saat air waduk penuh (reservoir full) untuk kondisi normal
(Fs 1.5) dan kondisi gempa k = 0.06 (Fs 1.2).
Stabilitas embung juga di periksa dengan menggunakan Metode Irisan
Bidang Luncur Kombinasi. Pada metode ini garis lurus tidak berbentuk
lingkaran, tetapi terdiri dari garis yang patah-patah. Metode ini
dikembangkan oleh Wedge dan Fellenius dengan masing-masing
karateristik sendiri.
E - 98
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Tabel E.7 Faktor Keamanan lereng embung untuk berbagai kondisi beban
Lereng
No Kondisi Beban FK. Min
Ditinjau
1 Selesai Konstruksi Berat sendiri, air pori D/S 1.2
50 % beban gempa U/S
144 144
35 6 2019
140 140
1 21
136 136
Elevation
4 5 10 11
132 132
2
128 18 128
17 3 1213
124 1 2 3 124
22 14 15 16
23 24 27 28
120 30 5 25 26 4 29 120
116 31 6 32 116
112 112
108 7 108
104 33 34 104
100 100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200
Distance (m)
E - 99
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Stabilitas Lereng Hilir - EMBUNG SURUHAN - M.A.N.S.S dengan Gempa k = 0.12
w ater
f ill material Wt: 18.78 C: 42 Phi: 11
f ilter, sand Wt: 18.5 C: 0 Phi: 30
160 silty sand Wt: 18.5 C: 0 Phi: 35 160
clay, hard Wt: 18.2 C: 50 Phi: 25 1.126
156 156
Bedrock
152 152
8 9
148 36 7 148
144 144
35 6 2019
140 140
1 21
136 136
Elevation
4 5 10 11
132 132
2
128 18 128
17 3 1213
124 1 2 3 124
22 14 15 16
23 24 27 28
120 30 5 25 26 4 29 120
116 31 6 32 116
112 112
108 7 108
104 33 34 104
100 100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200
Distance (m)
E - 100
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
ad n(ac.z ) m
ad
kg
g
dengan,
E - 101
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
c. Analisis Struktur
E - 102
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Ambang pelimpah
Q = C . L . H3/2
Dimana :
Q = debit ( m3/dt )
C = koefisien debit
H = total tinggi tekanan air di atas mercu bendung
L = panjang efektif (meter)
n = jumlah pilar
Kp = koefisien konstraksi pilar,
Ka = koefisien konstraksi pangkal bendung
Hd = tinggi energi (m)
Perhitungan dimensi ambang pelimpah
Xu1 = 0,282 Hd
Xu2 = 0,175 Hd
R1 = 0,5 Hd
R2 = 0,2 Hd
1 = sin-1 (Xu1/R1)
a = (R1-R2) sin 1
b = Xu - a
2 = sin-1 (b/R2)
Yu1 = R1 (1 - cos 1)
Yu2 = R1 - (R1-R2) cos 1 - R2 cos 2)
Persamaan lengkung Harrold : Y = 0,301 X1,85
Koordinat P : ( Xd, Yd )
E - 103
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Saluran Pengarah
P H/5
V 4 m/dt
dimana :
2 2
v1 v2
Z1 + d1 cos + = Z2 + d2 cos + + hf
2g 2g
dimana :
4x n2 Q2 n2 n2
(= dx = { 4 /3 2
4 /3 2 }Q2x)
0 R 4 /3 A2 R1 A1 R2 A2
dimana :
R = radius hidrolik
E - 104
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
A = luas penampang
n = koefisien kekasaran Manning
Peredam Energi
Terminal Channel
Q2 A3
g T
dimana :
Q = debit ( m3/dt )
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (= 9,81)
A = Luas penampang saluran (m2)
T = Lebar penampang basah bagian atas ( m )
Kondisi Normal
Kondisi Gempa
c. Keadaan III : kondisi banjir/FWL
Kondisi Normal
Kondisi Gempa
Analisa stabilitas konstruksi pada bangunan pelimpah terdiri dari
beberapa bagian sebagai berikut :
f =
Mv > 1,5 (Kondisi normal)
Mh
> 1,2 ( Kondisi gempa)
e =
Mv Mh B / 2 < B/6 (Kondisi norma)
V
< B/3 (Kondisi gempa)
b) Stabilitas geser
Sf =
V.f > 1.5 (Kondisi normal)
H
> 1.2 (Kondisi gempa)
Stabilitas terhadap daya dukung
E - 106
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
2V
Untuk e < B/3 max =
Lx 3.(B / 2 e)
Sf =
V > 1.5 (Kondisi normal), dimana :
U
dimana :
Q = debit yang mengalir pada kedalaman tertentu (m3/det)
R = jari-jari hidrolis = A/P (m)
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
D = diameter saluran (m)
S = kemiringan saluran
n = koefisien kekasaran Manning
E - 108
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Berlaku rumus : Q = A . V
Harga V dihitung berdasarkan Rumus Bernoulli :
HA + ZA = H + ZB
dimana :
HA = tinggi air di atas inlet (m)
ZA-ZB = perbedaan tinggi antara inlet dan outlet
H = total kehilangan tinggi
dimana :
He = kehilangan tinggi akibat entrance
Htr = kehilangan tinggi akibat trashrack
Hf = kehilangan tinggi akibat geseran
Hcon = kehilangan tinggi akibat kontraksi (penyempitan)
Hb = kehilangan tinggi akibat belokan
Ho = kehilangan tinggi akibat perubahan kecepatan
pada outlet
E - 109
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
V2 V2 fL 1 V
2
V 2
H = fe + ftr + + fcon +
2g 2g D1 2g 2g
V2 2
fb + fo V
2g 2g
V12 L
H =
2g fe ftr f D fcon fb fo
V2
= f 2g
2 . g . H
V =
f
Q = A.V
2 . g . H
= A.
f
E - 110
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Q = C.A 2.g(H hL )
dimana :
dimana :
E - 111
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Debit aliran air tetap yang akan diperlukan dan cara operasinya
Konstruksi dan bentuk sekeliling bangunan pengeluaran dan
pemecah energi.
Hubungan antara bangunan pengeluaran dengan bangunan
pelimpah
Estimasi sedimentasi dan kualitas ai.
Kapasitas, dan pertimbangan-pertimbangan ekonomis dari
penyadap tersebut.
Bangunan pengeluaran terdiri dari bagian pengambilan (intake, saluran
pembawa berupa terowongan atau pipa / saluran terttutup yang
diletakkan pada pondasi di bawah tubuh embung (conduit) dan bagian
pengeluaran. Bangunan ini digunakan untuk :
E - 112
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
C). Pemilihan Lokasi Bangunan dan Jalur Jaringan Irigasi dan Distribusi
Air
Lokasi definitif posisi bangunan penyediaan air dan jalur pipa air baku
ditetapkan setelah ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan setelah
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat. Beberapa parameter yang
menjadi dasar pemilihan lokasi yang diambil adalah sebagai berikut :
E - 113
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
.g.Q.H
P
Dengan:
E - 114
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
= effisiensi pompa
1. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan untuk distribusi air baku direncanakan akan
mengalirkan air dengan sistem gravitasi dari reservoir ke bak-bak
penampung.
E - 115
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
p1 V12 P2 V 2 2
z1 a Z2 a hf
y 2g Y 2g
Energi Kinetik
Dalam Hidraulika dinyatakan sebagai energi yang terkandung
dalam satuan berat air. Massa partikel air mempunyai berat
W = m.g = p.A.v.g
EK 12 . p. A..V 3 V 2
W .g. A.Vg 2 g
Dimana V2/2g sering disebut sebagai "velocity head.
EK p. A.V p p
p .g. A.V .g
E - 116
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Energi ketinggian
Dalam satuan berat air adalah :
EE w.h
h
W w
10.666 * Q 1.85
Hf 1.85 1.485 xL
C *D
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
C = koefisien pipa
E - 117
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
V2
He f *
2g
Dengan :
Q
= (m/det)
A
= 1
4. D2 (m2)
g = percepatan gravitasi
= 9,81 m/det2
Sambungan Pipa
Diperlukan untuk menghubungkan antar pipa baik yang berdiameter
sama maupun yang berbeda, belokan pipa maupun penggabungan
pipa yang berbeda jenis. Sambungan antar pipa antara lain :
Belokan
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan
sudut perubahan standar yang mempakan sudut dari
belokan tersebut. Besar belokan standar adalah 11
Perlengkapan "T"
Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90) dan pada
pipa primer berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya
perlengkapan dapat terdiri dari kombinasi spigot, socket
dan/lens.
Perlengkapan "Y"
Untuk pipa sekunder dipasang pada pipa primer dengan
pemasangan sudut 45.
E - 119
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 120
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
waduk-waduk kecil
tendon-tendon air atau
embung-embung kecil.
Dalam menentukan jenis dan lokasi tampungan air ini beberapa hal
yang perlu ditinjau meliputi :
a. Aspek Topografi
b. Aspek Geologi
c. Aspek Hidrologi
d. Aspek Sosial Ekonomi
e. Aspek Pemanfaatan
Dari peta topografi akan dapat diketahui volume tampungan air, panjang
serta tinggi tanggul, letak bangunan pelimpah serta daerah genangan.
Q = C L H3/2
E - 121
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Dimana :
C = koefisien aliran
dan
h
1 + 2a
C = 1,60 x hd
h
1+ a
hd
Dimana :
C = koefisien limpasan
I O = ds / dt
Dimana :
E - 122
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
I1 + I2 O +O
x t + 1 2 x t = S2 - S 1
2 2
Dimana :
Tipe bucket
Tipe USBR
Tipe Vlughter
E - 123
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 124
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Salah satu yang urnum dan banyak dipergunakan ialah teori dan
rumus dari Terzaghi, terutama untuk pondasi dangkal dan
menerus.
Rumus Terzaghi:
q = C Ne + D Nq + 1 B N
2
Dimana :
D = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi
C = kohesi tanah
2. Penurunan
Penurunan adalah deformasi vertikal pada tanah akibat beban
diatasnya terdiri dari :
Penurunan spontan
E - 125
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Rumus penurunan:
H o
S = Cc log
1 eo o
Dimana:
C = indeks kompresi
= o +
c. Stabilitas Lereng
Yang dimaksud lereng disini ialah lereng tanggul tampungan air
yang akan direncanakan. Disini yang dipakai ukuran dalam penilaian
stabilitas ialah faktor keamanan yaitu suatu nilai hasil bagi gaya-
gaya yang mempertahankan kestabilan lereng dan gaya - gaya yang
menyebabkan kelongsoran (ketidak stabilan).
E - 126
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Beban hidrostatis
Tekanan air pori
Gaya akibat gempa
Perhitungan stabilitas lereng akan dilakukan pada kondisi :
E - 128
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 129
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Jadi,
B1 B2 Bn C1 C2 Cn
NPV = { ... }-{ ..... }
1 i (1 i ) 2 (1 i ) n 1 i (1 i ) 2 (1 i) n
NPV = Bt Ct
n
t
t 1 (1 i )
F = P (1+i)n
E - 130
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
(1 i) n 1
F=A
i
3) Sinking fund factor, (A/F)in, adalah untuk mencari A, bila diketahui
F,i dan n :
1
A=F
(1 i) n 1
(1 i ) n 1
P=A
i (1 i ) n
i (1 i) n
A=P
(1 i ) n 1
n Bt Ct
0
t
t 1 (1 IRR )
IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih
dalam suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan (Bt Ct)
bersifat positif) secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya
dan memperoleh tingkat keuntungan atas investasi i yang sama dengan
yang dikenakan bunga selama sisa umur proyek. Tingkat bunga i tidak
dapat langsung dicari berdasarkan rumus, tetapi dapat diperoleh dengan
cara coba-coba. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
E - 131
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
1) Pilih nilai discount rate i yang mendekati nilai IRR, kemudian hitung
NPV terhadap arus benefit dan biaya.
2) Bila NPV negatif, berarti nilai i terlalu tinggi, ambil nilai i yang lebih
rendah, bila hasilnya sebaliknya, berarti nilai i terlalu rendah; ulangi
perhitungan dengan penyesuaian nilai i baru.
NPV1
IRR = i1 + (i2 i1 )
NPV1 NPV2
Bila IRR dari suatu proyek sama dengan nilai i yang berlaku sebagai social
discount rate, maka NPV = 0. Bila IRR < social discount rate, berarti NPV <
0. Suatu nilai IRR social discount rate menyatakan tanda go untuk
suatu proyek dan < social discount rate, proyek no go.
Hal pokok dari evaluasi proyek dengan cara ini adalah seberapa jauh
proyek yang ditinjau memberikan benefit yang lebih besar dibandingkan
biaya proyeknya atau apakah proyek tersebut memberikan benefit bersih
kepada investornya. Untuk itu perlu dibandingkan arus benefit dengan arus
biayanya melalui tingkat bunga tertentu. Untuk setiap nilai tingkat bunga i
dan setiap jangka waktu selama bunga tersebut dibayar, terdapat suatu
discount factor yang unik.
E - 132
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Bt Ct
Untuk menghitung rasio tersebut terlebih dahulu dihitung untuk
(1 i ) t
setiap tahun. Kemudian B/C bersih merupakan perbandinganyang
pembilangnya terdiri dari Present Value total dari benefit bersih pada
tahun-tahun dimana benefit bersif tersebut positif, sedangkan
penyebutnya terdiri dari Present Value total dari biaya bersih pada tahun-
tahun dimana Bt Ct adalah negatif, yakni biaya kotor lebih besar dari
benefit kotor.
n B C
t t
t
t 1 (1 i )
Net B/C = , dimana untuk pembilang (Bt Ct) > 0 dan penyebut (Bt
Ct Bt
(1 i ) t
Ct) < 0
n Bt
t
t 1 (1 i )
Gross B/C =
Ct
(1 i ) t
Ct telah mencakup semua biaya sosial, baik modal maupun rutin. Tingkat
intensitas dalam O&P suatu peralatan modal dapat berubah-ubah,
sehingga membuat tingkat biaya O&P berubah pula. Dengan
meningkatnya biaya O&P, maka gross B/C menjadi menurun. Yang penting
dalam analisis benefit-cost adalah besarnya keuntungan yang akan
diperoleh pada suatu investasi, seperti contoh di bawah.
Parameter lain yang akan dihitung dalam analisis ekonomi ini antara lain :
E - 133
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E.1.17 Pelaporan
Dari setiap tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan, konsultan akan
menyerahkan Laporan sesuai dengan apa yang tercantum dalam KAK. Secara
rinci, jenis dan jumlah laporan telah disebutkan pada Bagian D Tanggapan
terhadap KAK.
E.2.1 Pendekatan
Tiap jenis kegiatan akan dibahas dalam bagian ini. Pembahasan yang akan
dilakukan adalah berkaitan dengan arti kegiatan itu sendiri, peralatan dan
perlengkapan yang mendukungnya, personil yang terlibat di dalam kegiatan,
keterkaitannya langsung atau tidak langsung dengan kegiatan sebelum dan
sesudahnya, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan, dan hal-hal lain yang diperlukan dengan tujuan agar
seluruh kegiatan dalam pekerjaan dapat dilaksanakan tepat waktu.
E - 134
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
Pengumpulan data/informasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal dan
lanjutan. Tahap awal untuk mengumpulkan data/informasi yang sudah tersedia,
termasuk peta-peta (topografi, rupa bumi, tata guna lahan, geologi, tata ruang, dan
lain-lain), foto, dan citra satelit (jika tersedia). Standar-standar teknis, kriteria
perencanaan, termasuk SNI, juga dikumpulkan pada tahap awal.
E - 135
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
1. Team Leader
2. Ahli Geodesi
3. Ahli Embung
4. Operator Komputer
1. Team Leader
2. Ahli HIdrolika
3. Ahli Geologi
4. Ahli Hidrologi
5. Ahli Geodesi
E - 136
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
1. Team Leader
2. Ahli Geodesi
3. Surveyor/Juru ukur (2 orang)
4. Tenaga Lokal (4 orang)
5. Draftman Pengukuran (1 orang)
1. Team Leader
2. Ahli Hidrologi
E - 137
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
3. Tenaga lokal
E - 138
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 139
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
2) Laporan Ringkasan :
Gambaran umum yang terdiri dari latar belakang dan ruang lingkup.
Uraian proyek yang terdiri dari tujuan dan potensi proyek.
Kondisi proyek, antara lain kondisi sosial ekonomi, geologi,
klimatologi, sedimentasi, air permukaan, sumber air, topografi, dll.
Tujuan dan potensi proyek.
Pengembangan dan manfaat dibuatnya embung/waduk.
Rencana pelaksanaan dan perkiraan biaya proyek.
Penilaian eonomis proyek yang terdiri dari manfaat, pemanfaatan air,
prospek pasar, pemilihan tipe dan lokasi embung, prakiraan NPV,
EIRR dan BCR.
Kesimpulan dan rekomendasi.
3) Laporan Penunjang :
a) Survei dan pemetaan topografi :
Kondisi umum topografi.
E - 140
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 141
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Pemetaan DI Bomberay Pendekatan Metodologi
E - 142