BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini Sasaran yang diperoleh hasil dari layanan konsultansi ini adalah
sebagai berikut:
a. Jembatan yang akan disediakan untuk dapat disediakan oleh arus lalu lintas.
b. Jembatan yang akan meningkatkan kemampuan teknis perencanaan.
Laporan Pendahuluan
A. Lokasi Kegiatan
Lokasi jembatan yang akan diselenggarakan adalah di Jl. Tunggul Ameturg
Peguyangan, Denpasar Utara.
Data-data yang diperlukan sebagai berikut :
- Data mengenai kondisi jembatan dan bagian-bagian yang rusak
- Data banjir dan erosi.
- Bahan yang tersedia yang dapat menggantikan jenis konstruksi yong
menguntungkan
- Data lain yang diperlukan dan dianggap penting.
- Usulan lainnya dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung
BAB II
GAMBARAN WILAYAH STUDI
Ditinjau dari Topografi situasi medan Kota Denpasar umumnya miring kearah selatan
dengan ketinggian antara 0-75m di atas permukaan laut. Morfologi landai dengan kemiringan
tanah sebagian besar antara 0-5% namun dibagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15%
Laporan Pendahuluan
Untuk lebih jelasnya wilayah Badung dapat dilihat pada peta di bawah ini :
Iklim
Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang bergantung pada musim kemarau dengan
angin timur (Juni- Desember) dan musim hujan dengan angin barat (September-Maret) dan
diselingi oleh musim Pancaroba. Suhu rata-rata berkisar antara 25,4 ° C- 28,5 ° C dengan suhu
maksimum pada bulan Januari, sedangkan suhu minimum pada bulan agustus, Jumlah Curah
Hujan tahun 2008 di Kota Denpasar berkisar 0-406 mm dan rata-rata 97,1 mm. Bulan basah
(Curah Hujan 100 mm / bl) selama 4 bulan dari bulan Nopember s / d Pebruari sementara bulan
kering (Curah Hujan <100 mm / bl selama 8 bulan jatuh pada bulan Maret sampai Oktober. 406
mm) dan terendah terjadi pada bulan Oktober (0 mm).
a. Merupakan 1 dari 9 Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Bali
b. Luas Kabupaten Badung adalah 418,52 Km2 (7,3% dari luas Pulau Bali: 5,632,86
km2)
Laporan Pendahuluan
BAB III
PENDEKATAN TEKNIK DAN METODA KERJA
3.1 Umum
Pada pelaksanaan Pekerjaan perencanaan DED Jembatan umummya dapat mencakup
kegiatan dan tahap pekerjaan sebagai berikut :
Survey Pendahuluan/Pengumpulan Data Lapangan
Analisa Data Lapangan
Penyiapan Dokumen
Adapun tujuan dan sasaran yang hendak dicapai pada Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan
Jalan ini adalah untuk melaksanakan peningkatan fungsi jalan secara detail, sehingga dicapai
penyesuaian investasi dalam batas-batas kemampuan pembiayaan daerah serta untuk
memperoleh desain jalan yang secara teknik dapat dipertanggungjwabkan.
Sedangkan menyangkut maksud dilaksanakannya Pekerjaoan Peningkatan Jalan ini adalah
untuk mengoptimalkan fungsi dan daya dukung jalan baru terhadap peningkatan jumlah arus
kendaraan yang melintas diatasnya.
Rencana pendeka tan teknis dan metodelogi yang akan dipergunakan dalam melaksanakan
pekerjaan Perencanaan Teknik ini kami bahas pada sub berikut ini.
c Inventarisasi data,
d Pembuatan Peta Rencana Kerja,
e Persiapan Personil dan Peralatan,
f Pembuatan Rencana Kerja,
g Pengumpulan Data Primer dan Sekunder,
h Koordinesi dengan Inshanni Terkait.
Lokasi jembatan yang akan direncanakan adalah di Kecamatan Mengwi data-data yang
diperlukan sebagal berikut :
- Data mengenai kondisi jembatan dan bagian-bagian yang rusak.
- Data banjir dan erosi.
- Bahan yang tersedia yang dapat manentukan macam konstruksi yang menguntungkan.
- Data lain yang diperlukan dan dianggap penting.
- Usulan lainnya dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung.
Metode pelaksanaan pekerjaan diuraikan sebagai dasar dan tata cara pelaksanaan
pekerjaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan seluruh kegiatan dapat
dikoordinasikan dan dapat dipantau dengan mudah. Dalam metode pelaksanaan ini seluruh
kegiatan dapat diringkas sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan
2. Pengumpulan data
3. Pekerjaan lapangan
4. Analisa data
5. Pekerjaan desain
6. Penggambaran dan laporan-laporan
Kriteria yang dipakai adalah standartd sesuai dengan yang tercantum dalam Daftar Standard
Bidang Pekerjaan Umum, antara lain SNI, SK-SNI, SKBI serta spesifikasi SII, JIS, ASTM,
AASHO, dengan menunjuk referensi lainnya yang ada relevansinya dengan perencanaan.
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pada perinsipnya metode pelaksanaan pekerjaan mengacu pada Kerangka Acuan
Kerja/Term of Reference (TOR). Sebelum memulai pekerjaan, langkah pertama yang
Laporan Pendahuluan
B. PENGUMPULAN DATA
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan awal dari pekerjaan ini. Data-data yang
dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsutana) tahun 1991
2. Peta Geologi skala 1 250.0000 oleh RAB Sukamto dan Sam Supriatna tahun 1982
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Indonesia
3. Peta Rencana Tata Guna Lahan Propinsi Bali oleh Dinas Kehutanan Bali
4. Peta Jenis Tanah Propinsi Bali Peta Administrasi, Penggunaan Lahan dan Kelerengan
5. Data Klimatologi, pencatatan tinggi muka air serta data hidrologi lainnya.
C. PEKERJAAN LAPANGAN
Pekerjaan lapangan ini meliputi beberapa survey yang akan merupakan satu kesatuan dari
pekerjaan ini yang selanjutnya akan merupakan penunjang penyelesaian pekerjaan. Pekerjaan
lapangan yang akan dilaksanakan antara lain :
- Survey Pendahuluan
- Koordinasi pekerjaan dengan Pihak terkait
- Indentifikasi permasalahan dan konservasi
- Pengukuran topografi
1. SURVEY PENDAHULUAN
Sebelum melakukan kegiatan studi pendahuluan maka konsultan wajib mengumpulkan
semua data yang berhubungan dengan lokasi rencana jembatan seperti peta situasi, peta tata
guna lahan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Studi pendahuluan harus dilakukan
pada area di dalam radius 500 m dari lokasi rencana jembatan. Dalam melaksanakan pekerjaan,
Laporan Pendahuluan
konsultan wajib melengkapi diri dengan alat keselamatan kerja seperti helm dan sepatu boat,
dan alat bantu kerja seperti peralatan tulis, lampu penerang, spray paint dan palu, sehingga
menjamin terlaksananya pekerjaan ini dengan aman dan hasil studi akan lebih optimal
Kegiatan survey pendahuluan yang harus dilakukan adalah:
1. Studi Geometrik :
- Mengidentifikasi / memperkirakan secara tepat penerapan desain geometrik
(alinemen horisontal dan vertikal) dengan melakukan pengukuran-pengukuran
secara sederhana dan benar Gjarak, azimut, kemiringan dengan helling meter) dan
membuat sketsa desain alinemen horizontal maupun vertical.
- Didalam penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal dan vertikal harus sudah
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-
lokasi : galian dan timbunan.
- Dilapangan harus diberi/dibuat tanda-tanda berupa patok dan tanda banjir dengan
diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana untuk memudahkan tim pengukuran,
serta pembuatan foto-foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan
survey detail selanjutnya.
- Dari hasil survey ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan volume
pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara
sederhana dan diharapkan dapat mendekati final desain.
2. Study Topografi :
- Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench Mark
di awal dan alhir Proyek
- Mengamati kondisi topografi
- Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta morpologi
dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.
- Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
- Menyarankan posisi patok Bench Mark pada kokasi/titik yang akan dijadikan
referensi.
4. Studi Hidrologi :
- Mengamati kondisi terain pada doerah tangkapan sehubungan dengan dengan
bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.
- Mengamati tata guna lahan.
- Menginventarisası bangunan drainase existing.
- Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.
- Membuat rencana kerja untuk survey detail.
- Mengamati karakter aliran sungai / morfologi yang mungkin berpengaruh terhadap
konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam
perencanaan berikut
5. Lokasi Quarry :
Penentuan lokasi quarry baik untuk struktur jembatan, maupun untuk bahan timbunan
(borrow pit) diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka
harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan. Penjelasan
mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke
lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.
Laporan Pendahuluan
2. SURVEY DETAIL
Untuk mengetahui secara rinci semua asumsi yang digunakan dalam tahap perencanaan
serta mendapat parameter-parameter penting bagi perencana jembatan, diperlukan serangkaian
studi detail pengumpulan data Mengingat bentangan jembatan yang besar serta umur jembatan
yang panjang, maka perencanaan jembatan khusus membutuhkan data-data perencanaan yang
didapat secara alaurat.
Hasil studi detail pengumpulan data tersebut akan menjadi dasar bagi perencana jembatan
untuk melakukan detailed engineering design Studi detail yang diperlukan adalah :
3. Pengukuran Penampang
a. Di daerah sungai dibuat penampang untuk setiap 25 meter sampai jarak 100 meter kiri
kanan sumbu jalan.
b. Lebar penampang dibuat 50 meter kiri kanan sampai ujung sungai/ kepala jembatan.
c. Pengukuran penampang memanjang dan melintang pada jalan pendekat jembatan
(oprit)
- Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang adalah memanjang sumbu jalan yang ada,
kecuali pada tempat dimana kemungkinan diadakan realinyement harus diadakan
tambahan. Untuk pengukuran penampang memanjang ini peralatan yang digunakan
sama yang dipakai untuk kontrol tinggi.
- Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 50 meter pada bagian jalan
lurus dan landai dan setiap jarak 25 meter untuk daerah-daerah tikungan dan
berbukit. Lebar pengukuran harus mengikuti daerah sejauh 50 meter sebelah kiri
kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 meter ke sisi luar dan 75 meter
ke sisi dalam pada bagian jalan yang menikung. Titik yang perlu diperhatikan
adalah tepi perkerasan, dasar atas gorong-gorong, tepi bahu jalan, dasar permukaan
selokon, saluran irigasi, lantai kendaraan jembatan dan tebinn sungai. Peralatan
yang digunakan untuk pengukuran situasi dapat digunakan untuk pengukuran
penampang ini.
Laporan Pendahuluan
4. Patok-Patok
Patok beton dengan ukuran 20 x 20 x 75 cm harus ditanam sedemikian rupa sehingga
bagian patok yang ada di atas tanah adalah kurang lebih 20 cm. Patok poligon dan profil dibuat
dari koyu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm. Patok dan kayu harus diberi tanda BM dan nomor urut.
Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempelkan titik tinggi referensi pada
pokok pohon atau tempat lain yang permanen dan mudah diketemukan kembali. Baik patok
poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan
disebelah kiri ke arah jalannya pengukuran.
Khusus untuk profil memanjang titik yang terletak disumbu jalan diberi paku dengan
dilingkari cat kuning sebagai tanda.
3. PENGUKURAN TOPOGRAFI
A. Survey Topografi
Tujuan
Ada beberapa tujuan yang diharapkan dalam survey topografi ini, antara lain :
a Memperoleh peta topografi yang lebih detail serta memenuhi syarat untuk
perencanaan teknis,
b Memperoleh gambaran lokasi daerah
2. Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di lapangan adalah melakukan orientasi
medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya)
dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaat kan sebagai titik-titik kontral
pengukuran.
- Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya.
- Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
Laporan Pendahuluan
- Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari perduduk sekitar lokasi.
- Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,
perlengkapan, material, serta logistic.
- Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama sama
dengan Pengawas Lapangan.
3. Pemasangan Patok
Patok adalah merupakan titik tetap yang berfungsi sebagai acuan di dalam
pekerjaan pengukuran topografi yang akan digunakan sebagai kerangka dasar dari
pemetaan yang terdiri dari patok kayu, CP ( Control Point ) dan BM. Patok Kayu terbuat
dari kayu Dolken atau usuk kamper dengan ukuran 4/6 dengan panjang 60 cm dan
diberi cap merah, bagian atas dipasang paku seng. Patok dipasang ditempat yang aman
dan ditancapkan dengan kuat sekurang-kurangnya dengan kedalaman 40 cm. Jarak
antar patok maksimum 50 meter dan di daerah tikungan lebih dirapatkan dengan jarak
maksimal 25 meter. Pengukuran jarak antar patok menggunakan meteran baja.
Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100) cm.
Bench Mark besar dipasang seperti berikut
Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50 cm
(yang kelikatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang
lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di
Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan skets
lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar
deskripsi BM.
Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan
nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok
diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x 50) cm
ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta diberi kode
dan nomor yang teratur.
terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu
diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.
6. Pengukuran Waterpass
Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak boleh lebíh dari 10 Jd dan waterpass cabang
tidak lebih 5 D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer. Kerangka dasar vertikal
diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-títik jalur poligon Jalur
pengukuran dilakukan tertutup (loop). yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang
sama. Pengukuran beda ting9i dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di
traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi
vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara
dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti digambarkan pada Gambar dibawah ini.
8. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada
cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan anah. khusu untuk pengukuran jarak pada
daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti ini dibawah ini.
Untuk menjanin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakuan juga pengukuran jarak optis pada
saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa
(LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
Jarak antara titik-titik poligon adalah s 50 m.
Alat ukur sudut yarng digunakan Theodolite T2.
Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter
Jumlah seri pengukıran sudut 4 seri (B1, B2, LBI, L82)
selisih sudut antara dua pembacan s 5" (lima detik).
Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut
√(fx 2 = fy 2 )
𝐾𝐼 = ≤ 1 ∶ 5000
∑d
Bentuk geometris poligon adalah loop.
Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar dibawah ini. Azimuth
Target (αT) adalah :
αT = αM + β atau αT = αM + ( lT – lM )
di mana :
αT = azimuth ke target
αM = azimuth pusat matahari
(lT) = bacaan jurusan mendatar ke target
(lM) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
β = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target
Pengukuran situasi di atas dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi
pengukuran. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:
a. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.
b. Ketelitian alat yang dipakai adalah 20".
c. Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan Vorstraal
d. Ketelitian poligon raai untuk sudut 20* n, dimanan = baryakrya titik sudut.
Laporan Pendahuluan
3. Pada setiap interval kedalamaan yang ditentukan pada atanah lunak harus
diambil undisturbed sample untuk test di laboratorium, guna mendapatkan
harga index dan structural properties lapisan.
a. Besaran Index
Besaran index dimaksudkan untuk menetapkan klasifikasi, konsistensi dan
sensitivity tanah, data tersebut meliputi:
- Spesific gravity
- Bulk density
- Moisture content
Laporan Pendahuluan
- Atterberg limits
- Grain size analisys
9. Ketentuan lain:
- Penyelidikan tanah dengan membor, lubang bor harus diatur sedemikian
sehingga dapat memberikan informasi detail akan tanah dasar.
- Sebagai hasil dari kerja lapangan yang membutuhkan pengeboran, lokasi
lubang bor, jumlah dan kedalaman harus sesuai kebutuhan.
- Untuk pilar di mana pengeboran tidak dimungkinkan karena lokasi dan
kondisi, pengeboran dapat diganti dengan persetujuan dari Pemimpin
Proyek.
- Kesimpulan dan rekomendasi harus didasarkan pada data ekonomi lengkap
dan ulasan teknis.
c. Untuk jembatan dengan bentang kurang dari 60 meter dan jembatan gantung
(desa) :
1. Boring dilakukan dengan alat sondir, yaitu pengujian yang dilakukan untuk
melihat daya dukung tanah, daya hambatan lekat dan perkiraan lokasi
perkiraan adanya tanah keras.
2. Alat sondir yang digunakan tidak harus dari jenis Gouda tetapi boleh type
jenis lain dari Dutch Cone Penetrometer selama masih menggunakan batang
metrik dan dalam ketelitian yang sama. Alat harus dilengkapi dengan
frction jacket cone, kapasitas minimum 2 ton (pembacaan tegangan kerucut
maksimum 200 kg / cm2).
Laporan Pendahuluan
3. Pembacaan tegangan konus dan nilai geser dilakukan pada setiap interval
kedalaman 20 cm.
4. Jika sondir dengan kapasitas 2 ton digunakan, sondir ini harus dikerjakan
sampai mencapai lapisan tanah dengan tegangan konus lebih besar dari 150
kg / cm2, atau hingga kedalaman maksimum 25 m jika ditemukan lapisan
dengan konus tegangan kurang dari 150 kg / cm2.
5. Pengujian di atas harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi ASTM /
AASTHO.
6. penyelidikan tanah dengan lubang bor yang harus diatur sehingga mereka
dapat memberikan data maksimum pada tanah dasar.
7. Sebagai hasil penelitian lapangan yang membutuhkan pengeboran, lokasi
lubang bor, jumlah dan kedalaman harus sesuai dengan kebutuhan.
4. PENYUSUNAN LAPORAN
Penyusunan Laporan penyelidikan tanah harus mencakup seluruh penyelidikan pada
lokasi proyek berdasarkan klafisikasi tanah yang didapat sebagai hasil test. Kesimpulan dan
saran harus berdasarkan data-data dan peninjauan teknik ekonomis yang lengkap.
5. STUDI HIDROLOGI
Studi hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi parameter-parameter desain jembatan
yang dalam hal ini jembatan yang dimaksud adalah jembatan di atas lalu- intas sungai atau
saluran air, untuk ini pengumpulan data untuk analisa hiDrologi perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari setiap gejala aliran yang harus
dipelajari dengan cermat dari peta topografi maupun pemeriksaan langsung di tempat
yang meliputi data curah hujan, tata guna lahan, jenis permukaan tanah, kemiringan.
2. Karakteristik sungai yang meliputi:
a. Kecepatan aliran dan gejala arah;
b. Debit dan daerah pengaruh banjir;
c. Tinggi air banjir, air rendah dan air normal;
d. Lokasi penggerusan (scouring) serta jenis/sifat erosi maupun pengendapan;
e. Kondisi aliran permukaan pada saat banjir.
Laporan Pendahuluan
3. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan yang melintas sungai, sebelum tahap
perhitungan/perencanaan hidrolika dari alur sungai, adalah untuk menentukan:
a. Debit banjir dalam alur sungai jembatan atau debit maksimum sungai selama
periode ulang banjir rencana yang sesuai.
b. Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang mungkin terjadi dan semua
karakteristiknya.
c. Kedalaman air: air banjir, air rendah dan air normal.
4. Untuk menentu kan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan suatu perkiraan tinggi
maksimum banjir yang mungkin terjadi, ditetapkan dan diperhitung kan dengan periode
iang banjir rencana atau dalam kurun waktu rencana sebagai berikut:
a. Untuk jembatan panjang/besar (konstruksi khusus) diperhitung kan dengan periode
ulang 100 tahunan.
b. Untuk jembatan biasa/tetap termasuk gorong-gorong diperhitungkan dengan
periode ulang 50 tahunan.
c. Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air dan jembatan yang melintas di
atasnya diperhitung kan dengan periode ulang 25 tahunan.
d. Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan dengan periode ulang 50 tahunan.
e. Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis tanah dasar sungai dan debit serta
kecepatan aliran arus sungai.
f. Dalam menentukan besar debit banjir maksimum dalam kurun waktu rencana
tersebut, dipakai pendekatan berdasarkan analisa frekuensi dari suatu data curah
hujan lebat. Di sini perlu ditinjau hubungan/korelasi antara curah hujan dan aliran
sungai.
g. Metode untuk menentukan besar debit banjir tersebut diklasifikasi kan 3 cara yaitu:
1) Cara statistik/kemungkinan-kemungkinan;
2) Cara hidrograf/sintetik;
3) Rumus empiris/metode rasional;
5. Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return period) 25 tahun dan 50 tahun
yang pemilihannya terlebih dulu ikonsultasikan dengan pihak Pemberi Tugas.
6. Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat ditentukan elevasi
jembatan dan bangunan pengaman terhadap gerusan, tumbukan air dan debris.
Laporan Pendahuluan
6. PERENCANAAN DETAIL
Dalam phase Perencanaan Detail dan Laporan Akhir, Konsultan wajib melaksanakan
proses sebagai berikut:
1. Perhitungan Rencana
a. Penyusunan konsep detail perencanaan untuk selanjutnya dimintakan persetujuan
pemberi tugas.
b. Pembuatan perencanaan akhir, dilakukan setelah konsep tersebut dalam butir a.
mendapat persetujuan pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi dan
saran yang diberikan oleh pemberi tugas.
c. Semua perencanaan harus mengikuti ketentuan - ketentuan yang tersebut dalam
detail perencanaan untuk selanjutnya dimintakan pasal 2.
d. Untuk perencanaan jembatan akan meliputi; perencanaan bangunan atas,
perencanaan bangunan bawah dan perencanaan jalan pendekat jembatantan dimana
pada perencanaan tersebut diatas konsultan akan mengacu kepada peraturan-
peraturan yang telsh ditetapkan dalam perencanaan jembatan yaitu :
Perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah jembatan termasuk bangunan pelengkap
mengacu kepada Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Indonesia yaitu:
1. Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDC (Bridge Design Code) dengan
revisi pada:
- Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
- Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T- 12-
2004), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004.
- Bagian 7 dengan Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SKSNI T-03- 2005).
sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
2. Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDM (Bridge Design Manual).
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya SK.SNI Laporan
Pendahuluan T-14-1990-0.3).
4. Perencanaan geometric jalan raya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
No. 13/70.
5. Peraturan-peraturan lain yang berhubrungan/berkaitan dengan perencanaan jembatan
jalan raya.
Laporan Pendahuluan
- Jenis dan Kelas jembatan fermasuk pembebanan (BM) yang digunakan terhadap
lalu lintas jembatan yang ada akan ditetapkan kemudian oleh Project Officer dan
PPK
- Bila digunakan bangunan bangunan atas standard, supaya menggunakan ketentuan
dalam manual yang disertakan sebagai satu kesatuan dengan material.
Keputusan pemberi tugas atas pengajuan konsep detail perncanaan sementara yang
dimaksud.
11. Perencanaan Akhir
a. Setiap revisi/variasi atas detail perncaaan semntas yang dilakukan pemberi
tugas harus dimasukkan ke dalam final design melalui penelitian konsultan
b. Cetakan perncanaan akhir pada kertas standard Bina Marga harus diserahkan
oleh konsultan kepada pemberi tugas dalam waktu yang telah ditetapkan.
c. Semua catatan dan perhitungan pada survei lapangan dan semua kalkir
perncanaan proyek ini harus dimasukkan ke dalam Final Design
Laporan Pendahuluan
BAB IV
RENCANA KERJA
Untuk dapat melaksana kan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta untuk dapat
memperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan yang diharap kan oleh emberi Tugas sesuai dengan
yang disyarat kan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR), sangat diperlukan keahlian dari
personil yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Suatu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah pengalaman dari masing-masing personil dalam eicksana kan pekerjaan sejenis
sebelumnya sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Disamping hal tersebut diatas, maka fcktor-faktor lain yang dapat menunjang terlaksanakanya
pekerjaan dilapangan maupun dikantor dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Bridge Engine er merangkap Ahli Geodesi (Geodetic Engineer) dan Quantity & Cost
Estimator
Mempuyai pendidikan S1 Teknik Sipil/Teknik Geodesi
Mempunyai sertifikat Keahlian Geodesi
Mempunyai pengalaman kerja di bidang jembatan selama 3 (tiga) tahun
Laporan Pendahuluan