DARI
PLTM ..
.. x MW
ANTARA
PT PLN (PERSERO) WILAYAH
DAN
PT. ..
DAFTAR ISI
PASAL 1
PASAL 2
PASAL 3
PASAL 4
PASAL 5
PASAL 6
PASAL 7
PASAL 8
PASAL 9
PASAL 10
PASAL 11
PASAL 12
PASAL 13
PASAL 14
PASAL 15
PASAL 16
PASAL 17
PASAL 18
PASAL 19
PASAL 20
PASAL 21
PASAL 22
PASAL 23
PASAL 24
PASAL 25
PASAL 26
PASAL 27
PASAL 28
Definisi
Ruang Lingkup dan Pelaksanaan
Periode Perjanjian
Hak dan Tanggungjawab Para Pihak
Pengembangan Proyek
Pencapaian Tanggal Pembiayaan
Pengujian dan Komisioning
Operasi dan Pemeliharaan
Pembelian Energi Listrik dan Prosedur Transaksi
Harga Energi Listrik
Penagihan dan Pembayaran
Keterlambatan TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
Sistem Pengukuran, Kalibrasi dan Monitoring
Asuransi
Ganti Rugi dan Pembebasan Dari Tuntutan
SEBAB KAHAR
Perpanjangan Periode Perjanjian
Pengalihan Perjanjian
Pengakhiran Perjanjian
Pajak dan Pungutan
Perlindungan Lingkungan
Bahasa dan Hukum yang Belaku
Amandemen
Penyelesaian Perselisihan
Kerahasiaan
Alamat dan Perwakilan Para Pihak
Lain Lain
Penutup
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
LAMPIRAN F
LAMPIRAN G
LAMPIRAN H
Nomor
PEMBELI
...
Nomor
PENJUAL
....................................
Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik ini ditandatangani pada hari ............. tanggal ........
bulan ........ Tahun Dua Ribu .................. (......-........- ............), antara :
PT ..
Suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris [Nomor] [nama
Notaris], dalam hal ini diwakili oleh [nama Direktur Utama], selaku Direktur Utama,
berkedudukan di [alamat], bertindak untuk dan atas nama PT [Pengembang], yang
selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut PENJUAL.
Untuk selanjutnya dalam Perjanjian ini, PEMBELI dan PENJUAL masing-masing disebut
sebagai PIHAK dan secara bersama-sama disebut sebagai PARA PIHAK, terlebih dahulu
menerangkan hal hal sebagai berikut:
1.
Bahwa dalam rangka diversifikasi energi dan memenuhi kebutuhan beban di daerah /
sistem ..............., PEMBELI memerlukan tambahan pasokan tenaga listrik dan bermaksud
untuk membeli tenaga listrik dari PENJUAL.
2.
Bahwa PENJUAL telah mendapat Surat Penetapan Pengelola Tenaga Air untuk
Pembangkit Listrik dari Dirjen EBTKE Nomor : ........ tanggal .......................
yang menetapkan PENJUAL sebagai pengelola tenaga air untuk pembangkit listrik yang
dihasilkan oleh PLTM ........... dengan kapasitas terpasang ............... MW
(....... x .......... MW), yang terletak di daerah/sistem ..............., dan PENJUAL
akan melakukan desain, pendanaan, pembangunan, serta memiliki dan mengoperasikan
Pembangkit tersebut.
3.
Bahwa PENJUAL bersedia untuk menjual dan menyerahkan tenaga listrik kepada
PEMBELI, dan PEMBELI bersedia untuk membeli dan menerima penyerahan tenaga
listrik yang dijual dan dihasilkan dari PLTM ............... milik PENJUAL.
2.
Surat Penetapan Pengelola Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik dari Dirjen EBTKE
Nomor ., tanggal .
3.
Surat Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) Sementara dari Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
.... tanggal ..
4.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Perjanjian
Pembelian Tenaga Listrik PLTM .... dengan kapasitas daya terpasang .......
x
............
(selanjutnya
MW
di
disebut
Kabupaten/Kota
PERJANJIAN),
..........
dengan
Provinsi
ketentuan-ketentuan
.........
dan
syarat-syarat
PASAL 1
DEFINISI DAN INTERPRETASI
1. BULAN adalah periode dimulai dari jam 00.00 Waktu Indonesia Setempat pada hari
pertama suatu bulan kalender dan berakhir pada jam 24.00 pada hari terakhir bulan
kalender yang sama.
2. DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN (DPT) adalah jumlah yang dinyatakan akan
diproduksi (dalam MWh) oleh PENJUAL dan akan disampaikan kepada PEMBELI pada
bulan September tahun berjalan untuk produksi 1 (satu) TAHUN FISKAL berikutnya dan
dilakukan selama WAKTU PERJANJIAN ini. DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN terdiri
dari PROYEKSI PRODUKSI BULANAN selama 1 tahun sebagaimana dinyatakan pada
PASAL 8 ayat 4.
3. DJK adalah Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
4. EBTKE adalah Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
5. ENERGI LISTRIK adalah jumlah energi listrik (dalam kWh) yang dikirim dari
PEMBANGKIT milik PENJUAL ke TITIK TRANSAKSI.
6. ENERGI LISTRIK TERUKUR adalah energi listrik yang disalurkan dari PENJUAL ke
PEMBELI yang terukur dan direkam oleh SISTEM PENGUKURAN.
7. FASILITAS INTERKONEKSI adalah semua hak tanah, material, peralatan dan fasilitas
yang dipasang untuk tujuan menghubungkan PEMBANGKIT dengan JARINGAN MILIK
PEMBELI melalui TITIK INTERKONEKSI termasuk namun tidak terbatas pada
interkoneksi listrik, switching, metering, sistem proteksi, sistem komunikasi dan sistem
keselamatan sebagaimana dijelaskan pada Lampiran A.
8. FASILITAS KHUSUS adalah jaringan yang dirancang, didanai, dibangun, diuji dan
dikomisioning oleh PENJUAL dari PEMBANGKIT sampai TITIK INTERKONEKSI,
termasuk FASILITAS INTERKONEKSI, sebagaimana dijelaskan pada Lampiran G dan
akan diserahkan kepada PEMBELI sesuai Prosedur Serah Terima pada Lampiran G.
PEMBELI akan memiliki, mengoperasikan dan memelihara FASILITAS KHUSUS.
9. GWh adalah Giga Watt hour.
10. HARI KALENDER adalah suatu kurun waktu yang lamanya 24 (dua puluh empat) jam
yang dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat dan berakhir pada pukul 24.00 waktu
setempat hari yang sama.
11. HARI KERJA adalah semua hari kecuali Sabtu, Minggu dan Hari lainnya yang di Republik
Indonesia adalah Libur Resmi atau hari dimana Institusi Perbankan Indonesia
diperbolehkan untuk tidak beroperasi.
12. IJIN adalah ijin yang dikeluarkan oleh INSTITUSI PEMERINTAH (Pusat, Provinsi atau
Daerah) dan ijin lain yang diperlukan untuk mengembangkan dan membangun Proyek
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13. IJIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL) adalah ijin untuk melakukan
usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
14. INSTITUSI PEMERINTAH adalah Departemen, Kementerian, Pemerintah Daerah, Badan
Pemerintah dan Institusi yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi pemerintahan di Wilayah
Republik Indonesia.
15. JARINGAN MILIK PEMBELI adalah jaringan distribusi listrik dan fasilitas yang terkait
yang digunakan untuk mendistribusikan Listrik PEMBELI ke konsumen setelah TITIK
INTERKONEKSI dan dimiliki oleh PEMBELI.
16. KOMISIONING adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu instalasi
dan peralatan baru, untuk membuktikan apakah spesifikasi dan sistem operasi instalasi
dan peralatan baru yang diperiksa dan diuji, baik individual maupun secara sistem,
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang dituangkan dalam kontrak atau pabrikan
yang telah disepakati, sehingga dapat dinyatakan siap untuk operasi komersial.
17. KONTRAKTOR adalah kontraktor atau konsultan yang ditunjuk oleh PENJUAL untuk
melakukan seluruh pekerjaan sehubungan dengan, antara lain, pengoperasian,
pemeliharaan, pengelolaan, dan pengadaan barang untuk keperluan pembangunan
PEMBANGKIT milik PENJUAL
18. kV adalah kilo-Volt.
19. kW adalah kilo-Watt.
20. kWh adalah kilo-Watt-hour.
21. MW adalah Mega-Watt.
22. MWh adalah Mega-Watt-hour.
23. PEMBANGKIT adalah sebagaimana diuraikan pada Lampiran A.
24. PERIODE TAGIHAN adalah :
i. Periode yang dihitung sejak TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
sampai dengan tanggal terakhir dari bulan pada saat TANGGAL OPERASI
KOMERSIAL PEMBANGKIT; dan
ii. Setiap Bulan kalender berturut-turut sesudah itu; dan
iii. Periode waktu dimulai dari tanggal pertama bulan terakhir PERJANJIAN sampai
dengan tanggal terakhir PERJANJIAN, atau, apabila PERJANJIAN ini diakhiri lebih
awal sesuai dengan syarat-syarat dari PERJANJIAN ini, berarti periode waktu
dimulai dari tanggal pertama bulan dimana PERJANJIAN ini diakhiri sampai dengan
tanggal yang disepakati untuk pengakhiran PERJANJIAN.
25. PERIODE PERJANJIAN adalah sebagaimana dijelaskan pada PASAL 3 PERJANJIAN
ini.
26. PIHAK LAIN adalah pihak selain PEMBELI dan PENJUAL yang memiliki hubungan
dengan pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun pengoperasian
Pembangkit.
27. PROTAP (Prosedur Tetap) adalah Prosedur Tetap Operasi, Transaksi dan Setelmen
yang dibuat dan disepakati PARA PIHAK.
28. PROYEKSI PRODUKSI BULANAN (PPB) adalah jumlah yang dinyatakan akan
diproduksi (dalam MWh) oleh PENJUAL untuk setiap BULAN sebagaimana tercantum
pada DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN.
29. RUPIAH (Rp) adalah Mata Uang resmi Republik Indonesia.
30. SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI adalah keterangan tertulis layak operasi yang
diterbitkan oleh Kementerian ESDM cq. DJK atas rekomendasi Lembaga Inspeksi Teknik
yang terakreditasi.
31. SISTEM PENGUKURAN adalah semua meteran, alat pengukuran dan peralatan terkait
yang digunakan untuk mengukur dan mencatat pengiriman dan penerimaan atas
ENERGI LISTRIK pada TITIK TRANSAKSI sebagaimana diuraikan pada Lampiran A.
32. TAGIHAN adalah dokumen penagihan untuk pembayaran dalam mata uang Rupiah atas
penyaluran Tenaga Listrik untuk setiap PERIODE TAGIHAN.
33. TANGGAL PEMBIAYAAN adalah tanggal di mana syarat kondisi preseden untuk
TANGGAL PEMBIAYAAN sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Lampiran D telah
tercapai dan dibuat Berita Acara Pencapaian TANGGAL PEMBIAYAAN.
34. TANGGAL PENUTUPAN PEMBIAYAAN adalah tanggal ditandatanganinya perjanjian
pembiayaan (senior debt) untuk keseluruhan dana yang diperlukan (di luar equity) bagi
pengembangan proyek yang sumber pendanaannya dari pinjaman.
Bagi PENJUAL yang menggunakan sumber pendanaan seluruhnya dari equity, maka
TANGGAL PENUTUPAN PEMBIAYAAN adalah tanggal dinyatakannya bukti kepemilikan
equity untuk keseluruhan dana pengembangan proyek berdasarkan dokumen laporan
keuangan yang teraudit dan surat pernyataan dari PENJUAL serta bukti rekening khusus
(project account) minimal 50 % (lima puluh persen) dari total biaya investasi pembangunan
PEMBANGKIT.
35. TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT adalah tanggal pertama kali
ENERGI LISTRIK yang dihasilkan PEMBANGKIT mulai disalurkan ke TITIK
INTERKONEKSI, terhitung sejak terbitnya SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI, yang akan
dinyatakan dalam Berita Acara TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT.
Sebagai acuan, TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT adalah
selambat lambatnya 27 (dua puluh tujuh) bulan setelah TANGGAL PEMBIAYAAN sesuai
yang ditetapkan dalam PASAL 5 ayat 7.
36. TANGGAL PENANDATANGANAN adalah tanggal dimana PERJANJIAN ini
ditandatangani
dan
semua
syarat
kondisi
preseden
untuk
TANGGAL
PENANDATANGANAN
pada
Lampiran
D
terpenuhi.
Sejak
TANGGAL
PENANDATANGANAN, kewajiban-kewajiban tertentu sesuai PASAL 3.4 diberlakukan.
37. TANGGAL MULAI KONSTRUKSI adalah tanggal saat PENJUAL menerbitkan dan
menyerahkan surat pernyataan dimulainya konstruksi kepada PEMBELI yang dibuktikan
dengan :
a. salinan Surat Perintah Kerja (SPK) dari PENJUAL kepada KONTRAKTOR untuk
memulai pembangunan PEMBANGKIT; atau
b. pekerjaan pembukaan dan persiapan lahan untuk PEMBANGKIT telah dimulai,
yang dapat diverifikasi oleh PEMBELI dengan kunjungan lapangan. PENJUAL
setiap saat harus memberikan akses ke lapangan kepada PEMBELI.
38. TAHUN FISKAL adalah periode 12 (dua belas) bulan berturut-turut dimulai dari tanggal
1 Januari jam 00:00 waktu setempat dan berakhir pada tanggal 31 Desember jam 24:00
waktu setempat.
39. TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT adalah target waktu
tercapainya TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT sebagaimana tercantum
dalam Lampiran C.
40. TITIK
INTERKONEKSI
adalah
titik
dimana
FASILITAS
INTERKONEKSI
menghubungkan JARINGAN MILIK PEMBELI dengan FASILITAS KHUSUS.
41. TITIK TRANSAKSI adalah titik fisik yang disepakati PARA PIHAK sebagai tempat
dipasang SISTEM PENGUKURAN. TITIK TRANSAKSI ditetapkan oleh PEMBELI
berdasarkan Grid Connection Study yang merupakan bagian dari laporan Pra Studi
Kelayakan atau Studi Kelayakan yang disampaikan oleh PENJUAL.
42. TAHUN berarti jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut dengan bulan pertama
dimulai pukul 00.00 waktu Indonesia setempat pada hari pertama bulan berikutnya
setelah TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT dan berakhir pukul 24.00
waktu Indonesia setempat pada hari terakhir dari bulan kedua belas dimana Tahun
berikutnya dimulai pada hari anniversary COD.
43. GOOD UTILITY PRACTICE berarti, pada waktu tertentu, praktek-praktek, metode dan
bertindak sebagai sesuai dengan standar kehati-hatian yang berlaku untuk bidang
pembangkitan lisrik tenaga air dan Utiliti yang seharusnya diharapkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan dengan untuk mencapai tingkat keandalan dan keamanan yang
wajar.
44. UNIT adalah gabungan peralatan utama yang terdiri dari turbin, generator dan gardu
induk termasuk peralatan bantu lainnya sehingga pembangkit dapat beroperasi sesuai
kriteria yang telah ditetapkan.
PASAL 2
TUJUAN DAN LINGKUP PERJANJIAN
1. PENJUAL akan mengembangkan dan membangun PEMBANGKIT dengan kapasitas
terpasang . UNIT x MW di . Provinsi termasuk merancang, merekayasa,
pendanaan, konstruksi, pengujian dan komisioning, temasuk SISTEM PENGUKURAN
sesuai Lampiran A.
2. PENJUAL akan memelihara dan mengoperasikan PEMBANGKIT sesuai dengan
PROTAP yang sudah disepakati PARA PIHAK.
PASAL 3
PERIODE PERJANJIAN
1. PERJANJIAN ini mulai berlaku efektif sejak TANGGAL PEMBIAYAAN selama PERIODE
PERJANJIAN, kecuali diakhiri lebih awal berdasarkan syarat dan kondisi yang
dinyatakan dalam PERJANJIAN ini dengan tunduk pada PASAL 3 ayat 4.
2. PERIODE PERJANJIAN adalah 240 (dua ratus empat puluh) bulan dimulai dari jam
00:00 waktu Indonesia setempat hari pertama bulan setelah tercapainya TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT dan berakhir jam 24:00 waktu Indonesia
setempat hari terakhir bulan ke 240.
3. Pada saat berakhirnya PERJANJIAN, PARA PIHAK dapat melakukan kesepakatan baru
berdasarkan syarat dan kondisi serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Kewajiban-kewajiban tertentu yang berlaku sejak TANGGAL PENANDATANGANAN dan
syarat tangguh untuk TANGGAL PEMBIAYAAN :
a. Kewajiban-kewajiban yang berlaku sejak TANGGAL PENANDATANGANAN :
Disamping melaksanakan PASAL 3 ayat 4 butir b PERJANJIAN ini, persyaratanpersyaratan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam PASAL 4 ayat 2 butir a,
f, k dan l, PASAL 19 ayat 1 butir a dan c, PASAL 19 ayat 6 butir a, PASAL 19 ayat 7,
dan PASAL 24, 25 dan 27 sepanjang diperlukan secara wajar sebelum TANGGAL
PEMBIAYAAN atau sebagaimana ditetapkan lain dalam PERJANJIAN ini, akan
berlaku penuh pada dan sejak TANGGAL PENANDATANGAN.
b. Syarat tangguh :
Kecuali sebagaimana diatur dalam PASAL 3 ayat 4 butir a, kewajiban-kewajiban
PARA PIHAK berdasarkan PERJANJIAN ini sepenuhnya berlaku sejak tanggal pada
g. PENJUAL bertanggung jawab atas semua masalah hukum (termasuk namun tidak
terbatas pada klaim, gugatan dan/atau tuntutan PIHAK LAIN baik masalah Hak atas
Kekayaan Intelektual (HAKI), perizinan, dampak lingkungan dan sebagainya) efektif
sejak TANGGAL PENANDATANGANAN serta membebaskan PEMBELI dari
tuntutan-tuntutan PIHAK LAIN yang tidak berkaitan dengan kewajiban PEMBELI
dalam PERJANJIAN ini.
h. Penunjukan KONTRAKTOR tidak membebaskan PENJUAL dari kewajiban dan
tanggung jawab sesuai PERJANJIAN ini.
i. PENJUAL bertanggung jawab untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
(Corporate Social Responsibility / CSR) atas lingkungan Proyek.
j. PENJUAL menyampaikan Jaminan Pelaksanaan kepada PEMBELI dalam bentuk
bank garansi yang diterbitkan oleh Bank Umum atau Bank asing yang beroperasi di
Indonesia (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat dan Bank yang termasuk dalam
daftar hitam/pengawasan), terdiri atas :
I. Jaminan Pelaksanaan Tahap I sebesar Rp ,- (.)*, yang
disampaikan oleh PENJUAL kepada PEMBELI sebelum atau pada saat
TANGGAL PENANDATANGANAN, dengan masa berlaku 19 (sembilan belas)
bulan sejak TANGGAL PENANDATANGANAN dan akan dikembalikan setelah
TANGGAL PEMBIAYAAN tercapai.
II. Jaminan Pelaksanaan Tahap II sebesar Rp .- ()**, yang
disampaikan oleh PENJUAL kepada PEMBELI pada saat TANGGAL
PEMBIAYAAN tercapai dan berlaku sejak TANGGAL PEMBIAYAAN sampai
dengan 1 (satu) bulan setelah TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL
PEMBANGKIT dan akan dikembalikan setelah TANGGAL OPERASI
KOMERSIAL PEMBANGKIT tercapai.
Jaminan Pelaksanaan Tahap II akan diperpanjang berdasarkan jadwal
perpanjangan sebagaimana dimaksud PASAL 12 dan apabila perpanjangan
tersebut diberikan maka masa berlaku Jaminan Pelaksanaan Tahap II harus
diperpanjang sampai dengan 1 (satu) bulan setelah akhir masa perpanjangan.
k. PENJUAL akan membangun dan mengoperasikan PEMBANGKIT berdasarkan skema
Build Operate and Own (BOO) dengan opsi beli bagi PEMBELI sebagaimana diatur
dalam Lampiran H.
l. Selama PERIODE PERJANJIAN, PENJUAL harus memenuhi syarat dan kondisi yang
diperlukan sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2014.
m. PENJUAL berkewajiban penuh untuk membuat perencanaan teknis, membangun
PEMBANGKIT yang dapat disinkronkan dengan JARINGAN MILIK PEMBELI.
PASAL 5
Sesuai Kepdir 305 Tahun 2010 :
*
Minimal 2 % dari nilai transaksi penjualanPEMBANGUNAN
kWh selama 1 (satu) tahun PEMBANGKIT
**
Minimal 5 % dari nilai transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
1. Dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya IUPTL, PENJUAL harus
mencapai TANGGAL MULAI KONSTRUKSI. Dalam hal terjadi keterlambatan
pencapaian TANGGAL MULAI KONSTRUKSI maka ketentuan dalam PASAL 10 ayat 2
akan diberlakukan.
2. Tercapainya TANGGAL MULAI KONSTRUKSI ditandai dengan penerbitan dan
penyerahan surat pernyataan dimulainya konstruksi oleh PENJUAL kepada PEMBELI
yang dibuktikan dengan :
a. salinan Surat Perintah Kerja (SPK) dari PENJUAL kepada KONTRAKTOR untuk
memulai pembangunan PEMBANGKIT; atau
b. pekerjaan pembukaan dan persiapan lahan untuk PEMBANGKIT telah dimulai, yang
dapat diverifikasi oleh PEMBELI dengan kunjungan lapangan. PENJUAL setiap saat
harus memberikan akses ke lapangan kepada PEMBELI.
yang dituangkan dalam Berita Acara TANGGAL MULAI KONSTRUKSI dan
ditandatangani oleh PARA PIHAK
3. PENJUAL
melaksanakan
pembangunan
PEMBANGKIT
termasuk
SISTEM
PENGUKURAN sesuai dengan uraian sebagaimana tercantum dalam Lampiran A
PERJANJIAN ini.
4. PENJUAL harus membangun jaringan sepanjang ..... km termasuk FASILITAS
INTERKONEKSI sebagaimana diuraikan pada Lampiran A sesuai Standard yang berlaku
di Indonesia.
5. PARA PIHAK setuju pembangunan PEMBANGKIT akan dilakukan atau dilaksanakan
oleh PENJUAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) PASAL ini sesuai
ketentuan batasan teknis dalam Lampiran B Perjanjian ini, yang dapat diubah,
dimodifikasi, diganti maupun disesuaikan sepanjang memenuhi persyaratan-persyaratan
teknis yang berlaku setelah disepakati PARA PIHAK.
6. PENJUAL wajib memenuhi ketentuan standard PLN yang relevan dan terkait dengan
pembangunan PEMBANGKIT.
7. Pembangunan PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini harus
diselesaikan oleh PENJUAL sesuai TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL
PEMBANGKIT dalam jangka waktu maksimum 27 (dua puluh tujuh) bulan terhitung sejak
TANGGAL PEMBIAYAAN sesuai Lampiran C PERJANJIAN ini.
PASAL 6
PENCAPAIAN TANGGAL PEMBIAYAAN
1. PENJUAL harus mencapai TANGGAL PEMBIAYAAN dalam waktu selambat-lambatnya
18 (delapan belas) bulan dari TANGGAL PENANDATANGANAN.
2. Tercapainya TANGGAL PEMBIAYAAN ditandai dengan terpenuhinya syarat tangguh
dan kondisi sebagai berikut yang dituangkan dalam Berita Acara TANGGAL
PEMBIAYAAN dan ditandatangani oleh PARA PIHAK:
a. Seluruh dokumen pada Lampiran D butir 3 Perjanjian ini telah berlaku efektif.
b. Seluruh perizinan dan persetujuan dari Instansi Berwenang telah dipenuhi.
c. TANGGAL PENUTUPAN PEMBIAYAAN telah tercapai.
3. Dalam hal TANGGAL PEMBIAYAAN tidak tercapai, maka PERJANJIAN ini berakhir dan
PEMBELI berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap I dan melaksanakan
ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam PASAL 19 PERJANJIAN ini.
PASAL 7
PASAL 8
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT
1. Saat operasi awal:
a. Pengoperasian PEMBANGKIT ke Sistem JARINGAN MILIK PEMBELI dilaksanakan
setelah memperoleh SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI yang diterbitkan oleh Badan
Usaha Pemegang Izin Usaha Penunjang Kelistrikan Bidang Inspeksi Teknik yang
terakreditasi.
b.
Jika PENJUAL dapat menyelesaikan dan mengoperasikan PEMBANGKIT lebih awal dari
batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam PASAL 5 ayat 7
PERJANJIAN ini dengan pemberitahuan tertulis kepada PEMBELI 6 (Enam) bulan
sebelum pengoperasian lebih awal, maka PEMBELI harus membeli ENERGI LISTRIK
yang dihasilkan oleh PEMBANGKIT dengan dibuatkan Berita Acara Pengoperasian
Lebih Awal yang ditandatangani oleh PARA PIHAK.
3. Ketentuan Pengoperasian dan Pemeliharaan
a. PENJUAL harus mengoperasikan dan memelihara PEMBANGKIT dan seluruh
fasilitasnya sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan disepakati PARA PIHAK
dan berdasarkan GOOD UTILITY PRACTICES.
b. PARA PIHAK melakukan penyetelan relay pengaman untuk pengaturan koordinasi
peralatan pengaman PEMBANGKIT dengan peralatan pengaman pada JARINGAN
MILIK PEMBELI sehingga dapat berinterkoneksi dengan baik pada JARINGAN
MILIK PEMBELI.
c. Untuk pemeliharaan terencana, PENJUAL harus memberitahu secara tertulis
kepada PEMBELI 15 (lima belas) HARI KALENDER sebelumnya, termasuk
perkiraan lama keluar.
d. Jika terjadi gangguan pada PEMBANGKIT yang mengakibatkan terhentinya
penyaluran ENERGI LISTRIK oleh PENJUAL, PENJUAL harus menyampaikan
pemberitahuan kepada PEMBELI sedikitnya 1 x 24 jam setelah terjadinya gangguan
yang disebabkan oleh keluar darurat yang terjadi pada PEMBANGKIT milik
PENJUAL.
e. Jika gangguan sebagaimana pada butir d diatas memerlukan perbaikan lebih dari 1 x
24 jam, PENJUAL harus memberitahukan kepada PEMBELI perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mengoperasikan kembali PEMBANGKIT.
f. Penunjukan KONTRAKTOR tidak membebaskan PENJUAL dari kewajiban dan
tanggung jawab sesuai PERJANJIAN.
4. Tata Cara Operasi
a. 1 (satu) bulan sebelum TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT, PENJUAL
menyampaikan DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN kepada PEMBELI untuk sisa
TAHUN FISKAL pada tahun tersebut (tahun ke 0), dimulai pada tanggal 1 bulan
pertama setelah TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT sampai dengan
bulan Desember tahun tersebut.
DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN ini tidak termasuk DEKLARASI PRODUKSI
TAHUNAN dalam tabel DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN sebagaimana
tercantum dalam Lampiran A.
Kecuali jika TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT tercapai pada bulan
Desember tahun ke 0, maka PENJUAL menyampaikan DEKLARASI PRODUKSI
TAHUNAN untuk tahun ke 1
b. Untuk tahun berikutnya, pada setiap bulan September TAHUN FISKAL berjalan,
PENJUAL harus menyampaikan Rencana Profil Pembangkitan untuk tahun
berikutnya kepada PEMBELI.
DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN yang tercantum dalam Profil Pembangkitan ini
adalah sesuai contoh tabel pada Lampiran A.
5. Profil Pembangkitan
PROFIL PEMBANGKITAN terdiri dari periode bulanan selama 12 (dua belas) bulan
TAHUN FISKAL dan harus mencakup:
a.
b.
c.
PASAL 9
PEMBELIAN ENERGI LISTRIK DAN PROSEDUR TRANSAKSI
1. Ketentuan Pembelian Listrik dan Transaksi
a. ENERGI LISTRIK yang dikirim oleh PENJUAL pada saat pengujian dan
KOMISIONING dan uji penerimaan sebagaimana dinyatakan PASAL 7 ayat 1 dan
PASAL 8 ayat 1 PERJANJIAN ini tidak dianggap sebagai pelaksanaan jual beli dan
PEMBELI tidak mempunyai kewajiban untuk membayar ENERGI LISTRIK tersebut.
b. Dalam hal sebelum TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT tercapai
PENJUAL telah dapat menyelesaikan KOMISIONING UNIT (atau UNIT UNIT) dan
memperoleh SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI serta dapat beroperasi komersial,
maka PEMBELI wajib membayar ENERGI LISTRIK TERUKUR yang dihasilkan dari
UNIT (atau UNIT UNIT) .
c. Mulainya operasi komersial yang dinyatakan dengan Berita Acara Operasi
Komersial Pembangkit dan ditandatangani oleh PARA PIHAK sebagaimana
diuraikan pada PASAL 8 ayat 1 atau PASAL 8 ayat 2 PERJANJIAN ini harus
dianggap sebagai mulainya pembelian ENERGI LISTRIK dari PENJUAL ke
PEMBELI.
2. Kondisi Khusus untuk PENJUAL
a. PENJUAL dapat menghentikan atau mengurangi pengiriman ENERGI LISTRIK
kepada PEMBELI berdasarkan Profil Pembangkitan jika:
i. Ada pekerjaan pemeliharaan sebagaimana dijadualkan dalam Profil
Pembangkitan sebagaimana dinyatakan pada PASAL 8 ayat 5 PERJANJIAN ini.
ii. Adanya keadaan darurat /SEBAB KAHAR.
b. PENJUAL tidak dapat menghentikan atau mengurangi penyaluran ENERGI LISTRIK
kepada PEMBELI, dengan tujuan pengalihan penyaluran ENERGI LISTRIK tersebut
untuk pemakaian PENJUAL sendiri atau kepada PIHAK LAIN.
c. Sebelum memulai penghentian sementara atau pengurangan penyaluran ENERGI
LISTRIK sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 butir a PASAL ini, maka PENJUAL
d.
PASAL 10
HARGA ENERGI LISTRIK
1. Harga ENERGI LISTRIK
a. PEMBELI dan PENJUAL sepakat bahwa harga ENERGI LISTRIK TERUKUR pada
TITIK TRANSAKSI sebagaimana dimaksud dalam PASAL 2 ayat 6 PERJANJIAN ini
adalah :
(i) Rp ....... per kWh untuk Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 sejak TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT; dan
(ii) Rp ....... per kWh untuk Tahun ke-9 sampai dengan Tahun ke-12 sejak
TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
sebagaimana dimaksud dalam PASAL 9 ayat (1) PERJANJIAN ini.
b. Harga ENERGI LISTRIK TERUKUR sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b
sudah termasuk biaya pengadaan jaringan penyambungan dari PEMBANGKIT ke
JARINGAN MILIK PEMBELI dan berlaku tetap tanpa eskalasi.
2. Dalam hal terjadi keterlambatan TANGGAL MULAI KONSTRUKSI yang bukan
dikarenakan SEBAB KAHAR, maka sanksi penurunan harga diterapkan pada harga
ENERGI LISTRIK TERUKUR untuk 8 (delapan) tahun pertama sebagaimana dimaksud
dalam PASAL 10 ayat 1 butir a (i) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keterlambatan sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya IUPTL dikenakan
penurunan harga sebesar 1% (satu persen);
b. Keterlambatan lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya IUPTL dikenakan penurunan harga sebesar 2% (dua persen); dan
c. Keterlambatan lebih dari 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya IUPTL dikenakan
penurunan harga sebesar 3% (tiga persen).
3. Dalam hal terjadi keterlambatan TANGGAL MULAI KONSTRUKSI yang bukan
dikarenakan SEBAB KAHAR melebihi 15 (lima belas) bulan sejak diterbitkannya IUPTL,
maka Penetapan PENJUAL sebagai Pengelola Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik
akan dicabut oleh Dirjen EBTKE dan diberlakukan sanksi sebagaimana ditentukan dalam
Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2014.
4. Penurunan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 PASAL ini wajib dituangkan
dalam Amandemen PERJANJIAN.
PASAL 11
PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN
1. PENJUAL akan menyampaikan TAGIHAN terinci untuk setiap PERIODE TAGIHAN
kepada PEMBELI dengan perhitungan sesuai dengan ketentuan Lampiran F dari
PERJANJIAN ini dan PEMBELI akan membayar kepada PENJUAL TAGIHAN sesuai
yang jatuh tempo menggunakan Rekening atas nama PENJUAL pada :
Nama
Nama Bank
Nomor Rek.
: ..........
: ...
:
2. Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini akan dilakukan setiap
bulan oleh PEMBELI kepada PENJUAL selambat-lambatnya 15 (lima belas) Hari Kerja
terhitung sejak PEMBELI menerima Surat Permintaan Pembayaran yang lengkap, benar
dan tidak cacat dari PENJUAL.
3. Pengajuan pembayaran kepada PEMBELI akan dilakukan oleh PENJUAL sesuai dengan
Lampiran F.
4. Dokumen Penagihan :
Surat Permintaan Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) PASAL ini harus
dilengkapi dengan dokumen-dokumen antara lain :
a. Surat Permohonan Pembayaran
b. Kwitansi 3 (tiga) rangkap;
c. Asli Berita Acara JUMLAH ENERGI YANG DIPERHITUNGKAN
d. Berita Acara Pembayaran
e. Salinan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik untuk pembayaran pertama kali;
5. Apabila permintaan pembayaran dari PENJUAL kepada PEMBELI belum dilengkapi baik
seluruhnya maupun sebagian dari dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) PASAL ini, maka PEMBELI akan memberitahukan kepada PENJUAL dalam
waktu paling lambat 5 (lima) Hari Kerja sejak surat permintaan pembayaran diterima oleh
PEMBELI.
KWh meter yang dipasang adalah dari jenis elektronik yang dapat mengukur dan
merekam :
Energi listrik (dalam kWh) dua arah
Daya (dalam kW).
Daya reaktif (kVArh)
Tegangan dan arus
c.
2. Cara Pembacaan
a. Pembacaan dan pencatatan kWh meter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
PASAL ini dilakukan bersama oleh wakil PARA PIHAK.
b. Pembacaan dan pencatatan pertama dilakukan pada tanggal mulai beroperasinya
PEMBANGKIT dan selanjutnya setiap bulan dicatat dan diunggah setiap tanggal 1
(satu).
c. Data yang diambil adalah data dari 1 (satu) BULAN sebelumnya
d. Apabila wakil dari salah satu PIHAK tidak dapat hadir, pada jadwal pembacaan
sebagaimana yang ditentukan dalam ayat (2) butir b) PASAL ini, maka pembacaan
yang dilakukan oleh PIHAK yang hadir, dianggap sah.
e. Dari hasil pembacaan dan pencatatan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) butir a) dan b) PASAL ini dan dari hasil rekaman data pada kWh meter elektronik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini dibuatkan Berita Acara Transaksi
yang berisi ENERGI LISTRIK TERUKUR yang disalurkan dan CURTAILMENT.
f. Berita acara sebagaimana tersebut di atas, harus ditandatangani oleh wakil masingmasing PIHAK.
g. Berita Acara harus disetujui oleh Pejabat yang berwenang dari PEMBELI yang akan
digunakan untuk menghitung jumlah TAGIHAN yang harus dibayar oleh PEMBELI.
h. Berita Acara Transaksi akan dimintakan persetujuan kepada PEMBELI paling
lambat5 (lima) hari kerjasejak dari tanggalpenyampaian Berita Acara Transaksi oleh
PENJUAL.
3. Monitoring dan Peneraan
a. Alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini sebelum dipasang harus
ditera dan disegel terlebih dahulu oleh Balai Metrologi setempat dengan disaksikan
oleh PARA PIHAK dan dibuat Berita Acaranya.
b. Biaya peneraan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam butir a menjadi beban dan
tanggung jawab PENJUAL
c.
d.
e.
f.
PASAL 14
ASURANSI
1. PENJUAL atas biayanya sendiri harus mengasuransikan semua peralatan dan tenaga
kerja selama masa konstruksi dan operasi terhadap semua kerugian dan kerusakan
yang mungkin terjadi
2. PENJUAL atas biayanya sendiri harus mengasuransikan FASILITAS KHUSUS sampai
dengan diserahkan ke PEMBELI
3. PENJUAL harus menyediakan Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance) terhadap
PIHAK LAIN baik berupa cidera badan (bodily injury) atau kerusakan harta benda
(property damage) sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan pembangkit yang
dilakukan oleh PENJUAL
4. Kegagalan PENJUAL untuk mengasuransikan tidak membebaskan PENJUAL dari
kewajibannya mempertahankan cakupan asuransi sebagaimana dijelaskan.
PASAL 15
GANTI RUGI
1. Apabila dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini baik sekarang maupun dikemudian hari
yang terjadi sebelum berakhinya PERJANJIAN ini sebagaimana dimaksud pada PASAL
3 PERJANJIAN ini atau PENGAKHIRAN PERJANJIAN sebagaimana dimaksud pada
PASAL 19 PERJANJIAN ini terdapat tuntutan dari PIHAK LAIN kepada salah satu
PIHAK, maka penyelesaian tuntutan tersebut harus diselesaikan oleh PIHAK yang
berkewajiban menyelesaikan tuntutan tersebut dan PIHAK tersebut menjamin bahwa
PIHAK yang lain tidak akan mendapat tuntutan dari PIHAK LAIN.
2. Ketentuan pada PASAL ini akan tetap berlaku meskipun PERJANJIAN ini telah berakhir.
PASAL 16
SEBAB KAHAR
1. Untuk keperluan PERJANJIAN ini, yang dimaksud dengan SEBAB KAHAR adalah
peristiwa yang terjadi karena sesuatu hal di luar kekuasaan PARA PIHAK yang tidak
dapat diramalkan sebelumnya oleh PARA PIHAK dan/atau berada diluar batas
kekuasaan PARA PIHAK yang langsung mengenai sasaran obyek PERJANJIAN ini yang
dapat mengakibatkan keterlambatan atau terhentinya pekerjaan pembangunan,
pelaksanaan PEMBANGKIT ataupun kegagalan penyerahan/penerimaan ENERGI
LISTRIK yang disebabkan oleh, antara lain dan tidak terbatas pada :
a. Terjadi peperangan;
b. Kekacauan masyarakat umum : huru-hara, pemberontakan, sabotase, kerusuhan
dan demonstrasi dengan kekerasan;
c. Bencana alam: gempa bumi, kekeringan, banjir atau bencana alam lainnya atau
penemuan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah di lokasi;
d. Pemogokan atau larangan bekerja atau adanya kerusuhan dan penyerangan yang
dilakukan oleh para pekerja dari perusahaan lain ;
2. Jika PEMBELI atau PENJUAL gagal untuk melaksanakan seluruh atau sebagian
kewajibannya sebagaimana diatur dalam PERJANJIAN ini sebagai akibat dari suatu
SEBAB KAHAR, sebagaimana tercantum dalam ayat (1) PASAL ini, maka PIHAK
tersebut akan dibebaskan dari kewajiban dengan ketentuan bahwa PIHAK yang tidak
dapat menunaikan kewajiban tersebut akan :
a. Menyampaikan dengan segera pemberitahuan secara lisan selambat-lambatnya
dalam waktu 3 (tiga) HARI KALENDER dan diikuti dengan pemberitahuan secara
tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) HARI KALENDER
terhitung sejak kejadian dimaksud disertai dengan keterangan tertulis dari Instansi
yang berwenang mengenai terjadinya SEBAB KAHAR tersebut atau untuk kondisi
yang nyata-nyata secara awam dapat terlihat bahwa kondisi tersebut termasuk
dalam SEBAB KAHAR maka tidak perlu dibuktikan dengan keterangan tertulis dari
Instansi yang berwenang.
b. Mengambil tindakan dengan segera untuk memperbaiki/ mengatasi kejadiankejadian yang timbul karena SEBAB KAHAR tersebut dan menyampaikan buktibukti yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa segala upaya yang layak telah
diambil untuk memperbaiki akibat SEBAB KAHAR tersebut.
c. Melaksanakan segala upaya yang wajar untuk mengurangi atau membatasi
kerugian pada PIHAK lainnya sepanjang tindakan tersebut tidak akan berpengaruh
buruk terhadap kepentingan sendiri.
d. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) HARI
KALENDER kepada PIHAK lainnya mengenai berakhirnya SEBAB KAHAR.
3. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) PASAL ini PIHAK
yang mengalami SEBAB KAHAR tidak memberitahukan kejadian SEBAB KAHAR
tersebut kepada PIHAK lainnya, kejadian tersebut dianggap bukan sebagai akibat
SEBAB KAHAR
4. Kewajiban salah satu PIHAK yang harus diselesaikan sebelum terjadinya SEBAB
KAHAR yang menyebabkan tidak dilaksanakannya kewajiban tersebut tidak dapat
dibebaskan sebagai akibat terjadinya SEBAB KAHAR
5. Dalam hal SEBAB KAHAR terjadi di luar wilayah Indonesia, maka pemberitahuan
tentang SEBAB KAHAR harus disertai dengan keterangan pejabat setempat yang
berwenang dan disahkan oleh Perwakilan Resmi Republik Indonesia setempat.
6. PEMBELI tidak wajib menerima atau membayar ENERGI LISTRIK pada saat terjadinya
SEBAB KAHAR.
PASAL 17
PERPANJANGAN PERIODE PERJANJIAN
Dalam hal terhentinya pengoperasian PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam PASAL
8 PERJANJIAN ini, yang disebabkan adanya SEBAB KAHAR sebagaimana dimaksud
dalam PASAL 16, kepada PENJUAL diberikan perpanjangan waktu yang disepakati PARA
PIHAK sebagai kompensasi dari keterlambatan tersebut
PASAL 18
PENGALIHAN PERJANJIAN
1. PENJUAL tidak dibenarkan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan
kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini kepada PIHAK LAIN manapun sampai
dengan 5 (lima) tahun setelah TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
2. Setelah 5 (lima) tahun sejak TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT terlewati
PENJUAL dapat mengalihkan baik sebagian atau seluruh hak dan kewajibannya
berdasarkan PERJANJIAN ini kepada PIHAK LAIN, dengan persetujuan tertulis dari
PEMBELI terlebih dahulu.
3. Apabila dalam pelaksanaan PERJANJIAN PENJUAL mengalihkan baik sebagian
maupun seluruh hak dan kewajibannya kepada PIHAK LAIN tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari PEMBELI maka PEMBELI berhak memutuskan PERJANJIAN ini
secara sepihak, kecuali apabila pengalihan tersebut diharuskan oleh pemberi pinjaman
sehubungan dengan pembiayaan pembangunan PEMBANGKIT.
PASAL 19
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
1. Setiap peristiwa di bawah ini merupakan kegagalan PENJUAL yang dapat berakibat
pada PENGAKHIRAN PERJANJIAN ini :
a. Kegagalan PENJUAL untuk mulai melakukan konstruksi Pembangkit melewati 15
(lima belas) bulan setelah tanggal terbitnya IUPTL, yang dibuktikan dengan tidak
dilakukannya aktivitas lapangan seperti umumnya dilakukan oleh kontraktor pada
proyek sejenis.
b. Kegagalan PENJUAL mencapai TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
PEMBANGKIT lebih dari 12 (dua belas) BULAN setelah TARGET TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam PASAL 12
PERJANJIAN ini.
c. Terjadinya peristiwa-peristiwa berikut : (i) penyampaian keputusan akan adanya
kepailitan, ketidakmampuan keuangan, proses likuidasi, atau likuidasi atau
peristiwa lainnya yang serupa terkait kepada PENJUAL; (ii) penunjukan wali
PASAL 20
PAJAK DAN PUNGUTAN
PENJUAL wajib membayar pajak sesuai dengan undang-undang dan peraturan-peraturan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang berkaitan
dengan pembangunan dan pengoperasian PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam
PERJANJIAN ini.
PASAL 21
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
1. PENJUAL wajib memenuhi baku mutu lingkungan serta melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. PENJUAL wajib melaporkan secara berkala, berkaitan kondisi lingkungan sejak
pembangunan PEMBANGKIT dimulai, saat KOMISIONING dan selama pengoperasian
PEMBANGKIT kepada Ditjen Ketenagalistrikan atau Pejabat Pemerintah yang
berwenang dan PEMBELI.
PASAL 22
BAHASA DAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU
1. Bahasa yang digunakan dalam PERJANJIAN ini adalah Bahasa Indonesia, dalam hal
diperlukan untuk kepentingan pembiayaan/pendanaan PENJUAL dengan biayanya
sendiri dapat menerjemahkan PERJANJIAN ini ke dalam Bahasa Inggris, namun PARA
PIHAK sepakat terjemahan tersebut tidak mengikat dan tidak memiliki kekuatan hukum.
2. PERJANJIAN ini, penafsiran dan pelaksanaan serta segala akibat yang ditimbulkannya
diatur, tunduk dan berada di bawah Ketentuan Hukum Republik Indonesia.
PASAL 23
PERUBAHAN-PERUBAHAN
1. PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam PERJANJIAN ini hanya dapat
dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK.
2. Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini setelah disepakati, dibuat
dalam suatu addendum / amandemen atau bentuk tertulis lainnya yang ditandatangani
oleh PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini
PASAL 24
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila timbul perselisihan di antara PARA PIHAK yang berkaitan dengan pelaksanaan
PERJANJIAN ini, maka PIHAK yang mengakui adanya perselisihan tersebut akan
memberitahukan secara tertulis tentang adanya perselisihan tersebut kepada PIHAK
lainnya dan PARA PIHAK akan berusaha menyelesaikan perselisihan tersebut secara
musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) HARI KALENDER sejak pemberitahuan
tersebut.
2. Apabila jangka waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PASAL ini
telah berakhir dan perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini, maka PARA PIHAK akan melakukan
upaya-upaya hukum melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) berkedudukan
di Jakarta yang putusannya adalah final dan mengikat.
PASAL 25
KERAHASIAAN
1. PARA PIHAK setuju bahwa masing-masing PIHAK bersedia dan akan memastikan
bahwa para karyawannya, para petugasnya, para komisaris dan para direkturnya
bersedia, dan akan melakukan upaya-upaya wajar untuk memastikan bahwa para
agennya akan menjaga kerahasiaan atas segala informasi, dokumentasi, data atau
pengetahuan yang diungkapkan kepadanya oleh PIHAK yang lain dan ditunjukkan
secara tertulis sebagai rahasia (Informasi Rahasia), dan tidak akan mengungkapkan
kepada PIHAK LAIN atau menggunakan Informasi Rahasia atau salah satu bagian
daripadanya tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK lainnya, dengan
ketentuan bahwa Informasi Rahasia tersebut dapat diungkapkan kepada :
PASAL 26
ALAMAT DAN WAKIL PARA PIHAK
1. Kecuali ditentukan lain dalam PERJANJIAN ini, setiap surat menyurat serta
pemberitahuan yang diperlukan dan diharuskan dalam melaksanakan PERJANJIAN ini
termasuk setiap tagihan, permintaan penyelesaian perselisihan atau hubungan lainnya
harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada masing-masing PIHAK yang
bersangkutan secara pribadi, faksimile, atau melalui Pos dengan alamat dan tujuan
sebagai berikut :
PEMBELI
Nama
Jabatan
Alamat
Telepon
Facsimile
Email
:
: General Manager PT PLN (Persero) Distribusi/Wilayah .
:
:
:
:
PENJUAL
Nama
Jabatan
Alamat
Telepon
Facsimile
Email
:
:
:
:
:
:
2. Perubahan wakil dan alamat PARA PIHAK tersebut di atas dapat dilakukan dengan
pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada PIHAK lainnya.
PASAL 27
LAIN LAIN
1. Keseluruhan PERJANJIAN
PERJANJIAN ini merupakan keseluruhan PERJANJIAN antara PEMBELI dan PENJUAL
untuk pelaksanaan hal-hal yang diatur dalam PERJANJIAN. Seluruh perjanjian,
perundingan surat menyurat sebelum ditandatanganinya PERJANJIAN ini baik lisan
maupun tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan Proyek menjadi tidak berlaku dan
dianggap telah diganti dengan ketentuan-ketentuan dalam PERJANJIAN ini.
2. Pelepasan Hak
Tidak satu PIHAK pun, dapat dianggap telah melepaskan haknya berdasarkan
PERJANJIAN ini, kecuali PIHAK tersebut telah menyampaikan kepada PIHAK lainnya
pelepasan hak tersebut secara tertulis dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
dari PIHAK yang melepaskan hak tersebut. Keterlambatan, kealpaan dalam
menggunakan haknya atau melakukan perbaikan tidak dapat diartikan sebagai
pelepasan hak atas adanya kegagalan yang timbul dari PIHAK lainnya.
3. Ketidakberlakuan sebagian.
PERJANJIAN ini tidak akan batal atau gugur demi hukum apabila salah satu ketentuan
dalam PERJANJIAN ini menjadi tidak berlaku, tidak sah, dibatalkan atau tidak dapat
diberlakukan. PARA PIHAK dengan itikad baik mengupayakan untuk membicarakan
ketentuan pengganti yang akan diberlakukan terhadap PERJANJIAN ini mencerminkan
kehendak yang sebenarnya dari PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan/atau best practices.
6. Judul PERJANJIAN
Judul PERJANJIAN ini hanya dimaksudkan untuk kemudahan semata dan tidak
mempengaruhi intepretasi dari PERJANJIAN ini.
PASAL 28
PENUTUP
PERJANJIAN ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asli dan 2 (dua) rangkap tembusan, 2 (dua)
rangkap asli masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk
PEMBELI dan 1 (satu) rangkap untuk PENJUAL dan setelah dibubuhi meterai cukup,
ditandatangani oleh PARA PIHAK
PEMBELI,
PT PLN (PERSERO)
Wilayah/Distribusi
PENJUAL,
PT ..............................................
..........................................................
General Manager
.
Direktur