Anda di halaman 1dari 1056

RENCANA USAHA

PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK


PT PLN (PERSERO)
2011
20 11 - 2020
2020

PLTA Koto Panjang, Sumatra

Electricity for a better life


MEI{TERIENERGIDAN$UMBERDAYAMINERAL
R E P U B L I KI N D O N E S ! A

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER


DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
N O M O R: 3 3 1 4 R / Z L / M E M / 2 O L L

TENTANG
PENGESAHAN RENCANA USAHA.PENYEDIAAN
pr pLN (PERSERO) TENAGA L1STRIK
TAHUN2oli S.b. 2o2o

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA,
Membaca : Surat Direktur pT p_LN
Utama -oe'"embe,
(persero) Nomor
ianggal_
99q?ql1q1lq$y!/,?94 o-20 2orr,
- Nomor
o4o32/101/DTRUT'1?9]]*dnEE4 D;;;*u"i 2oir,'"i",
Nomoro4Lo2/ Dryur/2oTT-R t"s;;";8-pt Desember
,ro1i penlJsahan
perihal permbhonin pLN
2o1r
2oII - 2o2O;
-a-----E--
. r\vrnu-frir s r (persero)
Menimbang : a. bahwa sehrrlnnqg._q."?gan
telah terjadi. pelgb_ahan yang
signifikan p?da sektor d""gi .!Girii,'il#r.a
2O1Os.d. 2019 sebagaimanE-b";;;'^ili;.;;f RUprL Tdhun
"s aitetaptan-aaUm - Keputusan
Menteri Egglgi- aan uml-& i,iorri5.*id i o
+/ 20/ M'ry.p.olg tanggai-
a iii,'
..1.,-rf'fo p.rrr disesuaikan
dengan perkembangan"Situ""i -b
t..kiii^vr
b. bahwa berdasarkan pertimb.angan sebagaimana
dalam huruf a dan' sesuai kEtentuan" pasai -s- dimaksud
Peraturan pemerintah--Ntmor 10
Penyediaan dan pemanfaatan Tenag"i"tu"--r^gs"9
uJtiit-
"v"i"[gl
?"ii"lig
telah dua kari diubarr teralihi"i *"u"g""i*i".
- -t-006, a.rrg"r, peraturan
Pemerintah -Nomor 26 fahu''
-aln -fii"#;-bivi"
Keputusan ilrru menetapkan
Menterionergi na'ifi1,ftr
tentans penggse.han Renc?na
usat a--eenyed.iaan Tenasa
Listrik-pT elNr perslrol-i"i.,rn2of i .la.-zoZo;
Mengingat : 1. Vndang-undl5rg
._Nomor g0 Tahun
KetenaEalistrikin (r,emEaian zoog tentanry
Negara RI Tahun 2oog wo*o?
13S,Talmbahant emUaian rv.g"r? ni N;;;; 5oS2);
2. Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 19g9 .
tentansr
lgnvediaan dan pemanialtan {;"ag-" ii"t.if, "ir,";t##
NegaraRI-Tahun 19g9 Nomor z4,Tamiahan Lembaran
Nes?{qRtr-
Nomor3s94)sebagaim;"4;J;i; arr" r."ri-airb;i,
terakhir dengan peraturan Femerlnl"r, irio*o r 26 Tahun
?ooq .(Lembaran Negara RI rahun-- iooo Nomor s6
Tambahan Lembaran lVegaraRI fvomoi+OZ-S);
3. Keputusan presiden Nomor s9/p rahun 2orr tanggal
Oktober 2OIl; 18

4. Peraturan Me$91i Energi dan sumber Daya Minerar Nomor


18 Tahun 2oLo tentz.ng_organis""T'-d"r, Tata Keria
Kementerian, Er?ryi "sum6ei- D;y"-
^{*" Mir"rlj* (e^"iit"
NegaraRI Tahun 2d'10Nomor Sd2it

5- Keulfrrs.an
-2

5. [gpltgqqt] {Iglteri Energi dan sumber Dava Mineral Nomor


/ Me\4
722?^\ l?IUmum
Kencana / 20o8 fangs3113_ o.v"
_N *',b zooa' t"
Ketenagalistiikan Nasional;", "1;s
MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSANMENTERI ENERGI DAN SUMBER
- DAYA MINERAL
TENTANG PENGESAHAN RENCANC U-S-NHA PENYEDiAAN
TENAGALISTRIK PT PLN (PERSEROIrNH_UNi-ibN S.b. 'b'0._'
KESATU \{e3sgrahkan Rencana usaha p^eny_ediaan Tenaga Listrik pr
fl,,n (ne_rsero)
Tahun 2orr s.d,. 2otio tercantum
oaram Lampran- yang. merupakan
r ""tj"e.imana
bagian- tidak terpisahkan
dari Keputusan nAdnteiiini.
KEDUA PT. .PLN (Persero) meny?Fpaikan raporan perkembansan
pelg.ksqn?an ^listrik
usahh penyi:aiaan tenaga J;-;;;;t";;
pg.ti"p 3 (tiga).butan tcepladaMenteri E;.rgi A;" s-"*b.iij"y;
Mineral c.q. Direktur Jenderar Ketenagalist?ikan.
KETIGA
Pjtg"tl {itetapkannya^ Keputusan Menteri ini, Keputusan
Vg$".fi-_pnergi dan Sumber -Jufinaya fr{ineiat
-t.irtl"g Nomdr 20;6
f/20/ME\4/2o10^ tanggal 8 icjrcj pengesahan
Rencana usaha ^p^enye"d'iaantenaga r,i"tril.--pr pLN (persero)
Tahun2010s.d. 2019dicabutaa"?inv"tar."" tia"r. u"ii"r.i,]'",
KEEMPAT Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
, pada tanggal 30 Desember 2OIL

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA.

trd.

JERO WACIK

Tembusan:
^1. Menteri Dalam Negeri
2. Menteri Nesara peiencanaan pembangul?n Nasionar/Kepala.Bapp.enas
3. sekretaris Jenderet;_L(";;nierian Bnergi dan.
4. InspekturJenderar,' sumber Dava Mrnerar
Kementlrian
t ktur .rend'eiaf ai il iiir.'rne-"LrgT
san fi
J ff;#;
*",. d #; E
fi#i riiir,"..r
sumber Daya
il^llt Bl'e " ":lJi'dll.,,
6. ParaGubernur di seluruh Indonesia
7 . l?tq Bup_atilWalikotadi seluruh Indoesia
B . Drrektur Utama PT pLN (persero)

Salinansesuaidenganaslinya
PT PLN (PERSERO)

KEPUTUSANDIREKSTPT PLN (PERSERO)

NOMOR:1483 .K//D|R/2011

TENTANG

RENCANA USAHA PENYEDIAANTENAGA LISTRIK(RUPTL)


PT PLN (PERSERO)TAHUN 2011 -2020

PT PLN(PERSERO)
DTREKST

Menimbang :a bahwa MenteriEnergi dan Sumber Daya Mineraltelah mengesahkan


Nasional(RUKN) pada tanggal 13
RencanaUmum Ketenagalistrikan
November2008;

b. bahwadalamrangkamendukung rencanaPemerintahuntukmenyediakan
tenaga listrik bagi masyarakatIndonesiasesuai RUKN sebagaimana
dimaksuddalamhurufa di atas,maka PT PLN (Persero) telahmembuat
rencana pengembanganketenagalistrikanyang terpadu dengan
di
memperhatikanaspirasi masyarakatdelam sektor ketenagalistrikan
seluruhlndonesiayang dituangkandalam RencanaUsaha Penyediaan
TenagaListrik(RUPTL)PT PLN(Persero)Tahun2011-2020;

c. bahwa RencanaUsaha PenyediaanTenaga Listrik(RUPTL)PT PLN


(Persero)Tahun2011-2020sebagaimana dimaksuddalamhurufb di atas,
denganKeputusanDireksiPT PLN(Persero).
perluditetapkan

Mengingat .4
. t. Undang-Undang Rl Nomor19 Tahun2003 tentangBadanUsahaMilik
Negara;
2 . Undang-Undang Rl Nomor40 Tahun2007tentangPerseroan Terbatas;
3 . Undang-Undang Rl Nomor30 Tahun2009tentangKetenagalistrikan;
4 . PeraturanPemerintah Rl Nomor10 Tahun1989tentangPenyediaan dan
Pemanfaatan TenagaListriksebagaimana telahdiubahdenganPeraturan
Pemerintah Rl Nomor 3 Tahun2005dan Peraturan PemerintahRl Nomor
26 Tahun2006;
5. PeraturanPemerintah Rl Nomor23Tahun1994tentangPengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) ListrikNegara
Menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero);
6. PeraturanPemerintahRl Nomor 45 Tahun 2005 tentang pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BadanUsahaMilikNegara;
7. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
2682.K21IMEM/2008 tentang RencanaUmum Ketenagal |;
istrikanNasiona
8. AnggaranDasarPTPLN(Persero);
9. KeputusanMenteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-
58/MBU/2008 jis KeputusanMenteriNegaraBadan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-25AMBU|2O09 dan KeputusanMenteriNegaraBadan Usaha
Milik Negara Nomor KEP-2'2A/MBUI2A11 tentang Pemberhentiandan
Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan PT
PerusahaanListrikNegara;
1 0 . Keputusan DireksiPT PLN (Persero)Nomor001,1(030/DlR/1994 tentang
PemberlakuanPeraturan Sehubungan Pengalihan Bentuk Hukum
Perusahaan;
1 1 KeputusanDireksiPT PLN (Persero)Nomor 304.}</DlR/2009 tentang
BatasanKewenanganPengambilan Keputusandi LingkunganPT PLN
(Persero)senbagaimana telahdiubahdenganKeputusan DireksiPT PLN
(Persero)
Nomor1387.l(DlRl2O1 1;
12. KeputusanDireksi PT PLN (Persero)Nomor 017.K1D1N2010 tentang
Organisasidan Tata Kerja PT PLN (Persero)sebagaimanatelah diubah
denganKeputusan DireksiPT PLN(Persero)Nomor055.K1DlR/2010.

Memperhatikan SuratDirekturUtamaPT PLN (Persero)Nomor OO761!4O2|D|RUT/2011


tanggal
14 November2011,Perihal: MekanismePelaporandan Pertanggungjawaban
KepalaSatuan/Sekretaris
Perusahaan/Kepala
Divisi di LingkunganPT PLN
(Persero).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN
DIREKSIPT PLN (PERSERO)TENTANG RENCANAUSAHA
TENAGAL|STR|K(RUPTL)pT pLN (PERSERO)
PENYEDTAAN TAHUN2011-
2020.

PERTAMA RencanaUsahaPenyediaan TenagaListrik(RUPTL)PT PLN (Persero)


Tahun
2011-2020adalah sebagaimanatercantumdalam LampiranKeputusandan
merupakanbagianyangtidakterpisahkan
dariKeputusan
ini.

KEDUA RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2011-2020 sebagaimanatercantum dalam


Lampiran Keputusan ini digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
Rencana Jangka Panjang Perusahaan(RJPP) dan penetapanRencana Kerja
dan AnggaranPerusahaan(RKAP)PT PLN (Persero).

KETIGA RUPTL PT PLN (Persero)Tahun 2011-2020sebagaimana dimaksud dalam


DiktumPERTAMA, akan ditinjauulang setiaptahun sesuaiperkembanganyang
terjadi.

Keputusan
ini mulaiberlakuterhitung
sejaktanggalditetapkan.

Ditetapkandi Jakarta
padatanggal,20 Desernber 2011

DIREKTUR UTAMA,
KATA PENGANTAR
Rencana Usaha PenyediaanTenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2011-2020 ini
disusun untuk memenuhi amanat ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
PemanfaatanTenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Peraturan PemerintahNomor 26 Tahun 2006, yang menyebutkan
bahwa badan usaha yang memilikiwilayah usaha wajib membuat Rencana
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) berdasarkan Rencana Umum
Nasional(RUKN).
Ketenagalistrikan
RUPTL ini memperhatikanketentuan-ketentuandalam Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2682.K21lMEMl2008 tentang
Nasional2008 - 2027 dan draft Rencana
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Umum KetenagalistrikanNasional 2O1O- 2029 yang telah disusun oleh
KementerianEnergidanSumberDayaMineral.
Penyusunan RUPTL ini bertujuan untuk memberikangambaran mengenai
RencanaUsaha PenyediaanTenaga Listrikoleh PT PLN (Persero)di seluruh
lndonesiauntuk kurunwaktu 2011 - 2020 yang akan digunakansebagaiacuan
dalam penyusunanrencanaperusahaanjangka panjangdan sebagaipedoman
dalam penyusunanprogramkerjatahunan.
Sejalan dengan perkembangandan perubahankondisi industri kelistrikandl
Indonesia, RUPTL ini akan diperbaharul secara berkala agar rencana
pengembangansistemkelistrikanmenjadilebihrelevan.

Akhirnya kami mengucapkanterima kasih dan penghargaanatas kontribusi


semua pihaksehinggaRUPTLini dapatdiselesaikan.

Jakarta. Desember2011
DIREKTUR
UTAMA

,4u1h4/
ruuJ
eervruo.l

RUPTL2011-2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

SINGKATAN DAN KOSAKATA ...............................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Landasan Hukum ................................................................................................... 3

1.3 Visi dan Misi Perusahaan ...................................................................................... 3

1.4 Tujuan dan Sasaran Penyusunan RUPTL ............................................................ 4

1.5 Proses Penyusunan RUPTL dan Penanggungjawabnya ...................................... 5

1.6 Ruang Lingkup dan Wilayah Usaha ...................................................................... 8

1.6.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat ....................................................... 8

1.6.2 Wilayah Operasi Indonesia Timur ...................................................... 9

1.6.3 Wilayah Operasi Jawa-Bali .............................................................. 10

1.7 Sistematika Dokumen RUPTL ............................................................................. 10

BAB II KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGAN SARANA ......................................12

2.1 Kebijakan Pelayanan Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Melayani Pertumbuhan


Kebutuhan Tenaga Listrik ........................................................................................... 12

2.2 Kebijakan Pengembangan Kapasitas Pembangkit.............................................. 13

2.3 Kebijakan PengembaNgan Transmisi ................................................................. 17

2.4 Kebijakan Pengembangan Distribusi ................................................................... 19

2.5 Kebijakan Pengembangan Listrik Perdesaan ...................................................... 20

2.6 Kebijakan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan .................................... 21

BAB III KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI ...............................................................23

3.1 Penjualan Tenaga Listrik ..................................................................................... 23

ii RUPTL 2011- 2020


3.2 Kondisi Sistem Pembangkitan............................................................................. 26

3.2.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur .................. 27

3.2.2 Wilayah Operasi Jawa Bali .............................................................. 28

3.3 Kondisi Sistem Transmisi .................................................................................... 29

3.3.1 Sistem Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Timur ...... 29

3.3.2 Sistem Transmisi Jawa Bali ............................................................. 31

3.3.3 Penguatan Sistem Transmisi Pemasok Jakarta dan Pulau Bali ..... 32

3.4 Kondisi Sistem Distribusi ..................................................................................... 33

3.4.1 Susut Jaringan Distribusi ................................................................. 33

3.4.2 Keandalan Pasokan ......................................................................... 33

3.5 Masalah-Masalah yang Mendesak ..................................................................... 33

3.5.1 Upaya Penanggulangan Jangka Pendek ........................................ 34

3.5.2 Masalah Mendesak Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia


Timur ……………………………………………………………………………35

3.5.3 Masalah Mendesak Sistem Jawa Bali ............................................. 39

BAB IV KETERSEDIAAN ENERGI PRIMER............................................................. 41

4.1 Batubara .............................................................................................................. 41

4.2 Gas Alam ............................................................................................................. 43

4.2.1 LNG dan Mini-LNG .......................................................................... 46

4.2.2 CNG (Compressed Natural Gas) ..................................................... 47

4.3 Panas Bumi ......................................................................................................... 48

4.4 Tenaga Air ........................................................................................................... 49

4.5 Energi Baru dan Terbarukan Lainnya ................................................................. 50

4.6 Nuklir.................................................................................................................... 50

RUPTL 2011- 2020 iii


BAB V RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK 2011 – 2020 .........................52

5.1 Kriteria Perencanaan ........................................................................................... 52

5.1.1 Perencanaan Pembangkit ................................................................ 52

5.1.2 Perencanaan Transmisi ................................................................... 54

5.1.3 Perencanaan Distribusi .................................................................... 55

5.2 Asumsi dalam Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik............................................ 57

5.2.1 Pertumbuhan Ekonomi ..................................................................... 58

5.2.2 Pertumbuhan Penduduk................................................................... 59

5.3 Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik 2011 - 2020 ............................................... 60

5.4 Rencana Pengembangan Pembangkit ................................................................ 64

5.4.1 Kategorisasi Kandidat Pembangkit .................................................. 64

5.4.2 Program Percepatan Pembangkit Berbahan bakar Batubara


(Perpres No. 71/2006 jo Perpres No.59/2009) ........................................... 65

5.4.3 Program Percepatan Pembangkit Tahap 2 ...................................... 67

5.4.4 Program Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) berdasarkan


PerPres No. 67/2005 jo PerPres No. 13/2010. ........................................... 69

5.4.5 Rencana Pengembangan PLTU Batubara Mulut Tambang ............ 69

5.4.6 Rencana Penambahan Kapasitas (Gabungan Indonesia) .............. 69

5.4.7 Penambahan Kapasitas Pembangkit Pada Wilayah Operasi


Indonesia Barat dan Indonesia Timur ......................................................... 70

5.4.8 Penambahan Kapasitas Pada Sistem Jawa Bali ............................. 74

5.4.9 Partisipasi Listrik Swasta .................................................................. 79

5.5 Proyeksi Neraca Energi dan Kebutuhan Bahan Bakar ....................................... 82

5.5.1 Sasaran Fuel Mix.............................................................................. 82

5.5.2 Sistem Jawa-Bali .............................................................................. 86

5.5.3 Wilayah Operasi Indonesia Barat ..................................................... 87

iv RUPTL 2011- 2020


5.5.4 Wilayah Operasi Indonesia Timur.................................................... 89

5.6 Analisis Sensitivitas ............................................................................................. 91

5.7 Proyeksi Emisi CO2............................................................................................. 93

5.7.1 Baseline Emisi CO2 (Murni Least Cost) ........................................... 93

5.7.2 Emisi CO2 Sesuai RUPTL 2011-2020 ............................................. 97

5.8 Proyek CDM (Clean Development Mechanism) ............................................... 101

5.9 Pengembangan Sistem Penyaluran dan Gardu Induk...................................... 102

5.9.1 Pengembangan Sistem Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia


Barat…………… ....................................................................................... 103

5.9.2 Pengembangan Sistem Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia


Timur…… .................................................................................................. 105

5.9.3 Pengembangan Sistem Penyaluran Sistem Jawa-Bali ................. 106

5.10 Pengembangan Sistem Distribusi .................................................................... 109

5.9.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur ................ 109

5.9.2 Sistem Jawa-Bali ........................................................................... 110

5.11 Pengembangan Listrik Perdesaan ............................... …………………………111

5.12 Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan…………………………………. 112

5.13 Proyek PLTU Skala Kecil Tersebar ................................................................. 114

BAB VI KEBUTUHAN DANA INVESTASI.............................................................. 117

6.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi Indonesia .......................................................... 117

6.2 Proyeksi Kebutuhan Investasi Jawa-Bali .......................................................... 118

6.3 Proyeksi Kebutuhan Investasi Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia
Timur ........................................................................................................................ 120

6.4 Kebutuhan Investasi Kelistrikan PLN dan IPP .................................................. 122

6.5 Sumber Pendanaan dan Kemampuan Keuangan PLN .................................... 122

6.5.1 Rencana Investasi dan Sumber Pendanaan ................................. 123

RUPTL 2011- 2020 v


6.5.2 Asumsi Proyeksi Keuangan ........................................................... 123

6.5.3 Hasil Proyeksi Keuangan ............................................................... 123

6.5.4 Kendala Pendanaan Dalam Pelaksanaan RUPTL ........................ 126

BAB VII ANALISIS RISIKO RUPTL 2011-2020 ...................................................... 127

7.1 Identifikasi Risiko ............................................................................................... 127

7.2 Pemetaan Risiko ................................................................................................ 128

7.3 Program Mitigasi Risiko ..................................................................................... 130

BAB VIII KESIMPULAN ........................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 132 

vi RUPTL 2011- 2020


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR BAB I
Gambar 1. 1 Proses Penyusunan RUPTL ........................................................... 7
Gambar 1. 2 Peta Wilayah Usaha PT PLN (Persero) ....................................... 10

GAMBAR BAB V

Gambar 5.1 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2011 dan 2020 .... 62
Gambar 5.2 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2011-2020........... 63
Gambar 5.3 Perbandingan Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik RUPTL dan
RUKN ................................................................................................................. 63
Gambar 5. 4 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 85
Gambar 5. 5 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 86
Gambar 5. 6 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 88
Gambar 5. 7 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 90
Gambar 5. 8 Proyeksi Komposisi Pembangkit dan Jumlah Emisi CO2 Sistem
Jawa Bali Skenario Baseline .............................................................................. 94
Gambar 5. 9 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Pada Sistem Jawa Bali
Skenario Baseline .............................................................................................. 95
Gambar 5. 10 Proyeksi Komposisi Pembangkit dan Jumlah Emisi CO2 Sistem
Interkoneksi Sumatera Skenario Baseline ......................................................... 96
Gambar 5. 11 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Pada Sistem Sumatera
Skenario Baseline .............................................................................................. 97
Gambar 5. 12 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar (Gabungan Indonesia) ........ 98
Gambar 5. 13 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Sistem Jawa Bali ........ 99
Gambar 5. 14 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Wilayah Operasi
Indonesia Barat .................................................................................................. 99

RUPTL 2011- 2020 vii


Gambar 5. 15 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia
Timur ................................................................................................................. 100

GAMBAR BAB VI

Gambar 6.1 Proyeksi Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak


Termasuk IPP) .................................................................................................. 118
Gambar 6. 2 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Sistem Jawa – Bali ........ 119
Gambar 6. 3 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia
Barat ................................................................................................................. 120
Gambar 6. 4 Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi
Indonesia Timur… ............................................................................................ 121
Gambar 6. 5 Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP ............ 122

viii RUPTL 2011- 2020


DAFTAR TABEL

TABEL BAB I
Tabel 1. 1 Pembagian Tanggung Jawab Penyusunan RUPTL .......................... 7

TABEL BAB III

Tabel 3. 1 Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWh) ............................................... 23


Tabel 3. 2 Perkembangan Jumlah Pelanggan [Ribu Unit]................................. 24
Tabel 3.3 Perkembangan Rasio Elektrifikasi (%) .............................................. 25
Tabel 3. 4 Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa Bali 2006 – 2010 ......... 26
Tabel 3.5 Kapasitas Terpasang Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat
dan Indonesia Timur (MW) Tahun 2010 ............................................................ 27
Tabel 3. 6 Daftar Sewa Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur (MW) tahun 2010 .................................................................... 28
Tabel 3. 7 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Jawa-Bali Tahun 2010 .. 29
Tabel 3. 8 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Wilayah Operasi Indonesia Barat
dan Indonesia Timur (MVA) ............................................................................... 30
Tabel 3. 9 Perkembangan Saluran Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat
dan Indonesia Timur (kms) ................................................................................ 30
Tabel 3. 10 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa-Bali (x1.000) ..... 31
Tabel 3. 11 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali ..................... 31
Tabel 3.12 Kapasitas Pembangkit dan Interbus Transformer (IBT) .................. 32
Tabel 3. 13 Rugi Jaringan Distribusi (%) ........................................................... 33
Tabel 3. 14 SAIDI dan SAIFI PLN...................................................................... 33
Tabel 3. 15 Rencana Sewa PLTD/PLTGB/PLTMG tahun 2011 dan 2012 ....... 35
Tabel 3. 16 Daftar PLTP yang diupayakan beroperasi sampai dengan tahun
2015 ................................................................................................................... 37

TABEL BAB IV

Tabel 4. 1 Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di Jawa Bali ......... 59
Tabel 4. 2 Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di luar Jawa Bali .. 59

RUPTL 2011- 2020 ix


Tabel 4. 3 Kandidat Proyek PLTA Berdasarkan Masterplan Of Hydro Power
Development....................................................................................................... 60
Tabel 4. 4 Potensi dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan .................. 60

TABEL BAB V

Tabel 5. 1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ..................................................... 59


Tabel 5. 2 Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ........................................ 59
Tabel 5. 3 Pertumbuhan Penduduk (%) ............................................................. 60
Tabel 5. 4 Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik dan ... 60
Tabel 5. 5 Proyeksi Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Pelanggan dan ............. 61
Tabel 5. 6 Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio
Elektrifikasi .......................................................................................................... 62
Tabel 5. 7 Asumsi Harga Bahan Bakar .............................................................. 65
Tabel 5. 8 Daftar Proyek Percepatan Pembangkit 10.000 MW ......................... 66
Tabel 5. 9 Rekap Proyek Percepatan Pembangkit Tahap 2 .............................. 68
Tabel 5. 10 Proyek yang terdapat dalam Buku KPS 2011 ................................. 69
Tabel 5. 11 Kebutuhan Tambahan Pembangkit Total Indonesia (MW) ............. 70
Tabel 5. 12 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat (MW) ... 72
Tabel 5. 13 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Timur (MW) .. 72
Tabel 5. 14 Kebutuhan Pembangkit Sistem Jawa-Bali (MW) ............................ 74
Tabel 5. 15 Neraca Daya Sistem Jawa-Bali 2011-2020 .................................... 76
Tabel 5. 16 Regional Balance Sistem Jawa Bali Tahun 2010 ........................... 79
Tabel 5. 17 Daftar Proyek IPP di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur .................................................................................................. 80
Tabel 5. 18 Daftar Proyek IPP di Jawa Bali ....................................................... 81
Tabel 5. 19 Pemakaian Energi Primer PLN Berdasarkan Jenis Bahan Bakar .. 83
Tabel 5. 20 Sasaran Komposisi Produksi Listrik Tahun 2020 Berdasarkan Jenis
Bahan Bakar (%) ................................................................................................ 83
Tabel 5. 21 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 84
Tabel 5. 22 Kebutuhan Bahan Bakar Indonesia ................................................ 85
Tabel 5. 23 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 86
Tabel 5. 24 Kebutuhan Bahan Bakar Sistem Jawa-Bali .................................... 87
Tabel 5. 25 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 88
Tabel 5. 26 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat ........... 88

x RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 27 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
............................................................................................................................ 89
Tabel 5. 28 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur ......... 90
Tabel 5. 29 Variasi Harga Bahan Bakar Dalam Analisis Sensitivitas ................ 91
Tabel 5. 30 Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Bahan Bakar
............................................................................................................................ 92
Tabel 5. 31 Bauran Energi Sistem Jawa Bali Pada Skenario Baseline (GWh) . 95
Tabel 5. 32 Bauran Energi Sistem Sumatera Pada Skenario Baseline (GWh) . 96
Tabel 5.33 Daftar Proyek PLN yang Dikembangkan melalui Mekanisme CDM
dan VCM .......................................................................................................... 101
Tabel 5.34 Kebutuhan Fasilitas Transmisi Indonesia ..................................... 102
Tabel 5.35 Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Indonesia ................ 103
Tabel 5. 36 Kebutuhan Fasilitas Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat 105
Tabel 5. 37 Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Wilayah Operasi
Indonesia Barat ................................................................................................ 105
Tabel 5. 38 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur
.......................................................................................................................... 106
Tabel 5. 39 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur
.......................................................................................................................... 106
Tabel 5. 40 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Sistem Jawa-Bali ...................... 107
Tabel 5. 41 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Sistem Jawa-Bali ...................... 107
Tabel 5.42 Kebutuhan Fasilitas Distribusi di Indonesia ................................... 109
Tabel 5. 43 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Operasi Indonesia Barat 109
Tabel 5. 44 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Operasi Indonesia Timur 109
Tabel 5. 45 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Sistem Jawa-Bali.......................... 110
Tabel 5. 46 Rekap Program Listrik Perdesaan Indonesia 2011-2014............. 111
Tabel 5.47 Rekap Kebutuhan Investasi Program Listrik Perdesaan Indonesia
2011-2014 (Juta Rp) ........................................................................................ 112
Tabel 5. 48 Rencana Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil .............. 114
Tabel 5. 49 Biaya Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil ................... 114
Tabel 5. 50 Proyek Pembangkit PLTU Skala Kecil di Indonesia Barat dan
Indonesia Timur ............................................................................................... 115
Tabel 5. 51 Proyek Pembangkit PLTGB Tersebar di Indonesia Barat dan
Indonesia Timur ............................................................................................... 115

RUPTL 2011- 2020 xi


TABEL BAB VI

Tabel 6. 1 Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP) . 117
Tabel 6. 2 Kebutuhan Dana Investasi untuk Sistem Jawa – Bali..................... 118
Tabel 6. 3 Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi
Indonesia Barat................................................................................................. 120
Tabel 6. 4 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia
Timur ................................................................................................................. 121
Tabel 6. 5 Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP ................. 122
Tabel 6. 6 Proyeksi Kebutuhan Subsidi dan Laba/Rugi PLN 2010-2015 ........ 124
Tabel 6. 7 Sumber Dana Investasi (Milyar Rp) ................................................ 126  

xii RUPTL 2011- 2020


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT 134

A1. SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA 137


A1.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 138
A1.2. Neraca Daya 140
A1.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala 145
A1.4. Neraca Energi 147
A1.5. Capacity Balance Gardu Induk 150
A1.6. Rencana Pengembangan Penyaluran 173
A1.7. Peta Pengembangan Penyaluran 191
A1.8. Analisis Aliran Daya 201
A1.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi 212
A1.10. Program Listrik Perdesaan 224
A1.11. Proyeksi Kebutuhan Investasi 236
PENJELASAN LAMPIRAN A1 239

A2. SISTEM INTERKONEKSI KALIMANTAN BARAT 252


A2.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 253
A2.2. Neraca Daya 255
A2.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala 258
A2.4. Neraca Energi 260
A2.5. Capacity Balance Gardu Induk 263
A2.6. Rencana Pengembangan Penyaluran 266
A2.7. Peta Pengembangan Penyaluran 270
A2.8. Analisis Aliran Daya 272
A2.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi 276
A2.10. Program Listrik Perdesaan 278
A2.11. Proyeksi Kebutuhan Investasi 280
PENJELASAN LAMPIRAN A2 282

RUPTL 2011- 2020 xiii


RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI
WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT 290
A3. PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM 292
A4. PROVINSI SUMATERA UTARA 304
A5. PROVINSI RIAU 315
A6. PROVINSI KEPULAUAN RIAU 326
A7. PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 334
A8. PROVINSI SUMATERA BARAT 340
A9. PROVINSI JAMBI 350
A10. PROVINSI SUMATERA SELATAN 358
A11. PROVINSI BENGKULU 367
A12. PROVINSI LAMPUNG 373
A13. PROVINSI KALIMANTAN BARAT 381
A14. NERACA DAYA SISTEM-SISTEM ISOLATED
WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT 390
A14.1. Sistem Isolated Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 391
A14.2. Sistem Isolated Provinsi Sumatera Utara 401
A14.3. Sistem Isolated Provinsi Riau 403
A14.4. Sistem Isolated Provinsi Kepulauan Riau 411
A14.5. Sistem Isolated Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 420
A14.6. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Barat 423

LAMPIRAN B. WILAYAH OPERASI INDONESIA TIMUR 432

B1. SISTEM INTERKONEKSI KALIMANTAN SELATAN, TENGAH


DAN TIMUR (KALSELTENGTIM) 435
B1.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 436
B1.2. Neraca Daya 438
B1.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala 441
B1.4. Neraca Energi 443
B1.5. Capacity Balance Gardu Induk 446
B1.6. Rencana Pengembangan Penyaluran 454
B1.7. Peta Pengembangan Penyaluran 461

xiv RUPTL 2011- 2020


B1.8. Analisis Aliran Daya 464
B1.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi 471
B1.10. Program Listrik Perdesaan 476
B1.11. Proyeksi Kebutuhan Investasi 481
PENJELASAN LAMPIRAN B1 483

B2. SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI UTARA, SULAWESI TENGAH


DAN GORONTALO (SULUTTENGGO) DAN SISTEM INTERKONEKSI
SULAWESI SELATAN, SULAWESI TENGGARA DAN SULAWESI
BARAT (SULSELRABAR) 494
B2.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 496
B2.2. Neraca Daya 499
B2.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala 504
B2.4. Neraca Energi 506
B2.5. Capacity Balance Gardu Induk 511
B2.6. Rencana Pengembangan Penyaluran 525
B2.7. Peta Pengembangan Penyaluran 535
B2.8. Analisis Aliran Daya 542
B2.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi 549
B2.10. Program Listrik Perdesaan 551
B2.11. Proyeksi Kebutuhan Investasi 553
PENJELASAN LAMPIRAN B2 556

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI


WILAYAH OPERASI INDONESIA TIMUR 571
B3. PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 572
B4. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 582
B5. PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 591
B6. PROVINSI SULAWESI UTARA 601
B7. PROVINSI SULAWESI TENGAH 611
B8. PROVINSI GORONTALO 619
B9. PROVINSI SULAWESI SELATAN 626
B10. PROVINSI SULAWESI TENGGARA 634
B11. PROVINSI SULAWESI BARAT 642

RUPTL 2011- 2020 xv


B12. PROVINSI MALUKU 648
B13. PROVINSI MALUKU UTARA 656
B14. PROVINSI PAPUA 662
B15. PROVINSI PAPUA BARAT 671
B16. PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) 677
B17. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) 687

B18. NERACA DAYA SISTEM-SISTEM ISOLATED WILAYAH OPERASI


INDONESIA TIMUR 695
B18.1. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Selatan 696
B18.2. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Tengah 699
B18.3. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Timur 707
B18.4. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Utara 723
B18.5. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Tengah 728
B18.6. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Selatan 741
B18.7. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Tenggara 743
B18.8. Sistem Isolated Provinsi Maluku 749
B18.9. Sistem Isolated Provinsi Maluku Utara 757
B18.10. Sistem Isolated Provinsi Papua 763
B18.11. Sistem Isolated Provinsi Papua Barat 771
B18.12. Neraca Daya Sistem Isolated Provinsi NTB 775
B18.13. Neraca Daya Sistem Isolated Provinsi NTT 783

LAMPIRAN C. WILAYAH OPERASI JAWA BALI 795

C1. SISTEM INTERKONEKSI JAWA BALI 797


C1.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 798
C1.2. Neraca Daya 805
C1.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala 817
C1.4. Neraca Energi 819
C1.5. Capacity Balance Gardu Induk 822
C1.6. Rencana Pengembangan Penyaluran 850
C1.7. Peta Pengembangan Penyaluran 882
C1.8. Analisis Aliran Daya 894

xvi RUPTL 2011- 2020


C1.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi 921
C1.10. Program Listrik Pedesaan 923
C1.11. Proyeksi Kebutuhan Investasi 930
PENJELASAN LAMPIRAN C1 938

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI


WILAYAH OPERASI JAWA BALI 966
C2. PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA 968
C3. PROVINSI BANTEN 979
C4. PROVINSI JAWA BARAT 986
C5. PROVINSI JAWA TENGAH 997
C6. PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1005
C7. PROVINSI JAWA TIMUR 1009
C8. PROVINSI BALI 1017

LAMPIRAN D. ANALISIS RISIKO 1023

RUPTL 2011- 2020 xvii


SINGKATAN DAN KOSAKATA

ADB : Air Dried Basis, merupakan nilai kalori batubara yang


memperhitungkan inherent moisture saja
ASEAN Power Grid : Sistem interkoneksi jaringan listrik antara negara-negara ASEAN

Aturan Distribusi : Aturan Distribusi Tenaga Listrik merupakan perangkat peraturan


dan persyaratan untuk menjamin keamanan, keandalan serta
pengoperasian dan pengembangan sistem distribusi yang efisien
dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik
Aturan Jaringan : Aturan Jaringan merupakan seperangkat peraturan, persyaratan
dan standar untuk menjamin keamanan, keandalan serta
pengoperasian dan pengembangan sistem tenaga listrik yang
efisien dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik
Beban : Sering disebut sebagai demand, merupakan besaran kebutuhan
tenaga listrik yang dinyatakan dengan MWh, MW atau MVA
tergantung kepada konteksnya
Beban puncak : Atau peak load / peak demand, adalah nilai tertinggi dari langgam
beban suatu sistem kelistrikan dinyatakan dengan MW
BPP : Biaya Pokok Penyediaan
BTU : British Thermal Unit
Capacity balance : Neraca yang memperlihatkan keseimbangan kapasitas sebuah
gardu induk dengan beban puncak pada area yang dilayani oleh
gardu induk tersebut, dinyatakan dalam MVA
Captive power : Daya listrik yang dibangkitkan sendiri oleh pelanggan, umumnya
pelanggan industri dan komersial
CCS : Carbon Capture and Storage
CCT : Clean Coal Technology
CDM : Clean Development Mechanism atau MPB Mekanisme
Pembangunan Bersih
COD : Commercial Operating Date
Daya mampu : Kapasitas nyata suatu pembangkit dalam menghasilkan MW
Daya terpasang : Kapasitas suatu pembangkit sesuai dengan name plate
DAS : Daerah Aliran Sungai
DMO : Domestic Market Obligation
EBITDA : Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization
ERPA : Emission Reduction Purchase Agreement
Excess power : Kelebihan energi listrik dari suatu captive power yang dapat dibeli
oleh PLN
FSRU : Floating Storage and Regasification Unit
GAR : Gross As Received, merupakan nilai kalori batubara yang
memperhitungkan total moisture
GRK : Gas Rumah Kaca
HSD : High Speed Diesel Oil
HVDC : High Voltage Direct Current
IBT : Interbus Transformer, yaitu trafo penghubung dua sistem transmisi
yang berbeda tegangan, seperti trafo 500/150 kV dan 150/70 kV
IGCC : Integrated Gasification Combined Cycle

xviii RUPTL 2011- 2020


IPP : Independent Power Producer
JTM : Jaringan Tegangan Menengah adalah saluran distribusi listrik
bertegangan 20 kV
JTR : Jaringan Tegangan Rendah adalah saluran distribusi listrik
bertengangan 220 V
kmr : kilometer-route, menyatakan panjang jalur saluran transmisi
kms : kilometer-sirkuit, menyatakan panjang konduktor saluran transmisi
Life Extension : Program rehabilitasi suatu unit pembangkit yang umur teknisnya
mendekati akhir
LNG : Liquified Natural Gas
LOLP : Loss of Load Probability, suatu indeks keandalan sistem
pembangkitan yang biasa dipakai pada perencanaan kapasitas
pembangkit
Load factor : Faktor beban, merupakan rasio antara MW rata-rata dan MW
puncak
MFO : Marine Fuel Oil
MMBTU : Million Metric BTU, satuan yang biasa digunakan untuk mengukur
kalori gas
Mothballed : Pembangkit yang tidak dioperasikan namun tetap dipelihara
MP3EI : Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia
MMSCF : Million Metric Standard Cubic Foot, satuan yang biasa digunakan
untuk mengukur volume gas pada tekanan dan suhu tertentu
MMSCFD : Million Metric Standard Cubic Foot per Day
Neraca daya : Neraca yang menggambarkan keseimbangan antara beban
puncak dan kapasitas pembangkit
Non Coincident Peak : Jumlah beban puncak sistem-sistem tidak terinterkoneksi tanpa
Load melihat waktu terjadinya beban puncak
Peaking : Pembangkit pemikul beban puncak
Prakiraan beban : Demand forecast, prakiraan pemakaian energi listrik di masa
depan
Reserve margin : Cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak, dinyatakan
dalam %
Rasio elektrifikasi : Perbandingan antara jumlah rumah tangga yang berlistrik dan
jumlah keseluruhan rumah tangga
SFC : Specific Fuel Consumption
Tingkat cadangan : Reserve margin) adalah besar cadangan daya yang dimiliki oleh
perusahaan dalam rangka mengantisipasi beban puncak.

Ultra super critical : Teknologi PLTU batubara yang beroperasi pada suhu dan tekanan
diatas titik kritis air
WKP : Wilayah Kerja Pertambangan

RUPTL 2011- 2020 xix


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PT PLN (Persero) selanjutnya disebut PLN sebagai sebuah perusahaan listrik


merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek kelistrikan yang lead time-nya
relatif panjang, sehingga PLN secara alamiah perlu mempunyai sebuah
rencana pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka panjang. Sebagai
contoh, diperlukan waktu 9 tahun untuk mewujudkan sebuah PLTU batubara
kelas 1.000 MW1 mulai dari rencana awal hingga beroperasi. Dengan demikian
rencana pengembangan sistem yang diperlukan PLN harus berjangka cukup
panjang, yaitu 10 tahun, agar dapat mengakomodasi lead time yang panjang
dari proyek-proyek kelistrikan.
Perlunya PLN mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka
panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi
yang efisien, dalam arti PLN tidak sembarang melakukan proyek kelistrikan
tanpa didasarkan pada perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan
karena keputusan investasi di industri kelistrikan akan dituntut manfaatnya
dalam jangka panjang. Untuk mencapai hal tersebut PLN telah menyusun
sebuah dokumen perencanaan sepuluh tahunan ke depan yang disebut
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, atau RUPTL.
RUPTL merupakan sebuah pedoman pengembangan sistem kelistrikan bagi
PLN sepuluh tahun mendatang yang optimal, disusun untuk mencapai tujuan
tertentu serta berdasarkan pada kriteria perencanaan dan kebijakan tertentu.
Dengan demikian pelaksanaan proyek-proyek kelistrikan di luar RUPTL yang
dapat menurunkan efisiensi investasi perusahaan dapat dihindarkan.
Didorong oleh kebutuhan internal PLN sendiri untuk mempunyai RUPTL,
dokumen perencanaan ini juga dibuat oleh PLN untuk memenuhi peraturan dan
perundangan yang ada di sekor ketenagalistrikan.

1
Misalnya PLTU Indramayu unit 4 dengan ukuran unit 1.000 MW

RUPTL 2011- 2020 1


Penyusunan RUPTL tahun 2011-2020 ini sebagai amanat Pasal 5 ayat (1) dan
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 dan didorong oleh
timbulnya kebutuhan untuk memperbaharui RUPTL 2010-2019 setelah
memperhatikan adanya keterlambatan banyak proyek pembangkit tenaga listrik
terutama pembangkit listrik tenaga panas bumi, beberapa pembangkit listrik
tenaga air dan pembangkit listrik tenaga uap batubara, baik proyek PLN
maupun proyek listrik swasta atau independent power producer (IPP). Hal lain
yang mendorong disusunnya RUPTL 2011-2020 ini adalah semakin
menguatnya keinginan PLN untuk melayani kebutuhan tenaga listrik pada
banyak daerah di Indonesia yang telah lama menderita kekurangan pasokan,
dan mengalihkan sebanyak mungkin pembangkit berbahanbakar minyak ke
pembangkit berbahanbakar non-minyak. Hal-hal tersebut telah membuat PLN
merasa perlu untuk memutakhirkan RUPTL yang ada.
Selanjutnya sejalan dengan UU No.30/2009 dimana pemerintah provinsi (dan
juga pemerintah kabupaten/kota) wajib membuat Rencana Umum
Ketenagalistrikan Daerah atau RUKD, maka RUPTL 2011-2020 ini juga
membuat perencanaan sistem kelistrikan per provinsi. Namun demikian proses
optimisasi perencanaan tetap dilakukan per sistem tenaga listrik apabila telah
ada jaringan interkoneksi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.
RUPTL per provinsi tersebut akan bermanfaat bagi setiap provinsi untuk
melihat apa yang telah direncanakan oleh PLN pada daerahnya.
Dalam RUPTL ini diindikasikan proyek-proyek pengembangan sistem
kelistrikan yang akan dilakukan oleh PLN sendiri dan proyek-proyek
pembangkit yang akan ditawarkan kepada sektor swasta sebagai IPP. Pada
dasarnya semua proyek transmisi dan distribusi akan dilaksanakan oleh PLN,
sedangkan proyek pembangkit akan terbagi menjadi proyek milik PLN dan
proyek milik swasta yang akan menjual listriknya ke PLN. Beberapa ruas
transmisi yang dedicated dengan suatu pembangkit IPP dapat dibangun oleh
pengembang listrik swasta.
RUPTL akan selalu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perubahan
beberapa parameter kunci yang menjadi dasar penyusunan rencana
pengembangan sistem kelistrikan, utamanya prakiraan kebutuhan tenaga listrik
dan progres pembangunan proyek kelistrikan, sehingga selalu dapat
memberikan rencana pengembangan sistem yang mutakhir dan dapat dijadikan
pegangan dalam implementasinya.

2 RUPTL 2011- 2020


RUPTL ini disusun melalui optimasi pengembangan sistem pembangkit dan
transmisi, dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber energi setempat
dan sumber energi terbarukan.

1.2 LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan


2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006, khususnya Pasal 5
ayat (1) dan ayat (2):
(1) RUPTL disusun berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional.
(2) RUPTL digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penyediaan tenaga
listrik bagi Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan
Umum.
(3) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2682
K/21/MEM/2008 tanggal 13 November 2008 tentang Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional.

1.3 VISI DAN MISI PERUSAHAAN

Pada Anggaran Dasar PLN tahun 2008 Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan dan
lapangan usaha PLN adalah menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga
listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta
memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang
ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan
prinsip-prinsip perseroan terbatas.
Berkenaan dengan tujuan dan lapangan usaha PLN tersebut di atas, maka visi
PLN adalah sebagai berikut: “Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang
Bertumbuh-kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi
Insani.”
Selain visi tersebut, saat ini PLN tengah bercita-cita untuk berubah menjadi
perusahaan kelas dunia, bebas subsidi, menguntungkan, ramah lingkungan
dan dicintai pelanggan.

RUPTL 2011- 2020 3


Untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
tenaga listrik dan mengacu kepada visi tersebut, maka PLN akan:

• Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi


pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.

• Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas


kehidupan masyarakat.

• Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.


Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan

1.4 TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN RUPTL

Pada dasarnya tujuan penyusunan RUPTL adalah memberikan pedoman dan


acuan pengembangan sarana kelistrikan PLN dalam memenuhi kebutuhan
tenaga listrik di wilayah usahanya secara lebih efisien dan lebih baik, sehingga
dapat dihindari ketidak-efisienan perusahaan sejak tahap perencanaan.
Sasaran RUPTL yang ingin dicapai sepuluh tahun ke depan secara nasional
adalah pemenuhan kebutuhan kapasitas dan energi listrik, peningkatan
efisiensi dan kinerja sistem kelistrikan sejak dari tahap perencanaan yang
meliputi:

• Mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik yang terjadi di beberapa


daerah.

• Tercapainya pemenuhan kebutuhan kapasitas dan energi listrik setiap


tahun dengan tingkat keandalan2 yang diinginkan secara least-cost.

• Tercapainya bauran bahan bakar (fuel-mix) yang lebih baik untuk


menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP), dicerminkan oleh
pengurangan penggunaan bahan bakar minyak hingga kontribusi produksi
pembangkit berbahan bakar minyak menjadi 1% persen terhadap total
produksi energi listrik pada tahun 2020.

• Tercapainya pemanfaatan energi baru dan terbarukan utamanya panas


bumi sesuai dengan program pemerintah, dan juga energi terbarukan lain
seperti tenaga air.

2
Tingkat keandalan dicerminkan oleh tersedianya cadangan atau reserve margin.

4 RUPTL 2011- 2020


• Tercapainya rasio elektrifikasi yang digariskan oleh RUKN, dan mencapai
rasio elektrifikasi minimum 60% pada setiap provinsi di akhir tahun 2011.

• Tercapainya keandalan dan kualitas listrik yang makin membaik.

• Tercapainya angka rugi jaringan transmisi dan distribusi sebesar 8-9%.

1.5 PROSES PENYUSUNAN RUPTL DAN PENANGGUNGJAWABNYA

Penyusunan RUPTL 2011-2020 ini dibuat dengan proses sebagai berikut:

• RUKN 2008-2027 dan draft RUKN 2010-2029 digunakan sebagai pedoman


dan rujukan, khususnya mengenai kebijakan Pemerintah tentang
perencanaan ketenagalistrikan, kebijakan pemanfaatan energi primer untuk
pembangkit tenaga listrik, kebijakan perlindungan lingkungan, kebijakan
tingkat cadangan (reserve margin), asumsi pertumbuhan ekonomi dan
prakiraan kebutuhan tenaga listrik.

• PLN Kantor Pusat menetapkan kebijakan dan asumsi dasar sebagai


penjabaran dari RUKN dan kebijakan Pemerintah lainnya, seperti
pengembangan panas bumi yang semakin besar.

• Dilakukan evaluasi terhadap asumsi dasar tersebut dan realisasinya dalam


RUPTL perioda sebelumnya dalam Forum Perencanaan, yaitu sebuah
forum pertemuan antara Unit-Unit Bisnis PLN dan PLN Kantor Pusat untuk
membahas dan menyepakati parameter kunci untuk menyusun prakiraan
pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik.

• Dengan memperhatikan asumsi-asumsi dasar utamanya pertumbuhan


ekonomi, selanjutnya disusun prakiraan beban (demand forecast), rencana
pembangkitan, rencana transmisi dan gardu induk (GI), rencana distribusi
dan rencana kelistrikan yang isolated. Penyusunan ini dilakukan oleh Unit-
unit Bisnis dan PLN Kantor Pusat sesuai tanggung-jawab masing-masing
dengan memperhatikan kondisi kelistrikan yang ada. Demand forecast,
perencanaan GI dan perencanaan distribusi dibuat oleh PLN Distribusi/
Wilayah. Perencanaan transmisi dibuat oleh PLN Penyaluran dan Pusat
Pengatur Beban (PLN P3B) atau oleh PLN Wilayah yang mengelola
transmisi. Rencana pembangkitan pada sistem-sistem besar dilakukan oleh
PLN Kantor Pusat.

RUPTL 2011- 2020 5


• Penyusunan demand forecast oleh PLN Wilayah/Distribusi dibuat dengan
metoda regresi - ekonometrik menggunakan data historis penjualan energi
listrik, daya tersambung, jumlah pelanggan, pertumbuhan ekonomi, dan
populasi untuk membentuk model yang fit.

• Untuk mempertegas akuntabilitas, demand forecast pada semua wilayah


kerja PLN telah disahkan oleh General Manager Unit Bisnis
Distribusi/Wilayah.

• Workshop perencanaan yang melibatkan Unit-Unit Bisnis PLN dan PLN


Kantor Pusat dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun, dimaksudkan
untuk memverifikasi dan menyepakati demand forecast, capacity balance
dan rencana gardu induk, rencana transmisi dan rencana pembangkit
sistem isolated yang dihasilkan oleh Unit-unit Bisnis PLN. Pada workshop
perencanaan juga dilakukan verifikasi jadwal COD3 proyek-proyek
pembangkit PLN dan IPP, estimasi pasokan gas alam dan LNG, serta
kebutuhan dan pogram pembangkit sewa untuk mengatasi kekurangan
tenaga listrik jangka pendek.

• Konsolidasi produk perencanaan sistem dari masing-masing Unit Bisnis


PLN dan pengurusan untuk memperoleh pengesahan oleh Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral sehingga draft RUPTL menjadi RUPTL resmi
dilakukan oleh PLN Kantor Pusat. RUPTL ini selanjutnya akan menjadi
referensi untuk pembuatan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)
lima tahunan, serta menjadi pedoman keputusan investasi tahunan PLN
dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Proses penyusunan RUPTL ditunjukkan pada Gambar 1.1.

3
COD atau commercial operation date adalah tanggal beroperasinya sebuah proyek kelistrikan
secara komersial.

6 RUPTL 2011- 2020


− Konsolidasi dan check konsistensi
RUKN RUPTL
rencana pengembangan sistem.

− Rencana pengembangan pembangkit (neraca


Asumsi dasar dan daya, neraca energi dan kebutuhan bahan
kebijakan, proyeksi Workshop
bakar).
kebutuhan tenaga listrik Perencanaan
− Rencana pengembangan transmisi dan
distribusi.

Workshop
− Demand forecast per Wilayah dan
Demand Forecast
per Provinsi

Gambar 1. 1 Proses Penyusunan RUPTL

Pada workshop demand forecast, PLN Kantor Pusat dan PLN Distribusi/
Wilayah membahas dan menyepakati asumsi-asumsi dasar untuk pembuatan
demand forecast di setiap wilayah, dilanjutkan dengan menyusun demand
forecast secara agregat, namun belum dibuat secara spasial4. Berbekal hasil
kerja pada workshop demand forecast tersebut, setiap unit PLN
Distribusi/Wilayah kembali ke tempat masing-masing dan membuat capacity
balance atau penjabaran demand forecast secara spasial untuk memperkirakan
kenaikan pembebanan setiap gardu induk dan sinyal penambahan trafo atau
gardu induk baru, yang harus diselesaikan dalam waktu dua bulan.
Pada saat yang sama, PLN Kantor Pusat membuat rencana pengembangan
pembangkit pada sistem interkoneksi dan perencanaan transmisi tegangan
tinggi bersama dengan PLN P3B/Wilayah.
Pembagian tanggung jawab penyusunan RUPTL ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Pembagian Tanggung Jawab Penyusunan RUPTL

Kegiatan Pokok P3B Kitlur Wilayah Kit Distr Pusat

Kebijakan umum
U U U U U E
dan asumsi

Demand forecasting E E P

Perencanaan Pembangkitan S S S S P, E*)

Perencanaan Transmisi E E E P

4
Demand forecast spasial menunjukkan bagaimana pertumbuhan demand kelistrikan
terdistribusi pada daerah-daerah/locality.

RUPTL 2011- 2020 7


Perencanaan Distribusi E E P

Perencanaan GI E E E E P

Perencanaan Pembangkitan
E E P
Isolated

Konsolidasi E

Keterangan:
E: Pelaksana (Executor); P: Pembinaan (Parenting); U: Pengguna (User); S: Pendukung
(Supporting),*) untuk Sistem Besar

1.6 RUANG LINGKUP DAN WILAYAH USAHA

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN telah ditetapkan oleh Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral sesuai Surat Keputusan No. 634-12/20/600.3/2011
tanggal 30 September 2011. Surat keputusan tersebut menetapkan Wilayah
Usaha PLN yang meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia kecuali yang
ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Wilayah Usaha bagi Badan Usaha Milik
Negara lainnya, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta atau
Koperasi.
Ruang Lingkup RUPTL 2011-2020 ini mencakup seluruh Wilayah Usaha PLN
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri ESDM tersebut, yaitu tidak
termasuk wilayah usaha PT Pelayanan Listrik Nasional Batam dan PT
Pelayanan Listrik Nasional Tarakan walaupun keduanya merupakan anak
perusahaan PLN.
Sejalan dengan organisasi PLN dimana wilayah usaha PLN dibagi menjadi tiga
wilayah operasi, yaitu Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Jawa-Bali, maka
RUPTL ini akan menjelaskan rencana pengembangan sistem pada tiga wilayah
operasi tersebut. Selain itu RUPTL ini juga menampilkan rencana
pengembangan sistem per provinsi.
Berikut adalah penjelasan mengenai Wilayah Usaha PLN saat ini:

1.6.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat


Wilayah operasi Indonesia Barat terdiri dari Sumatra dan provinsi Kalimantan
Barat.

8 RUPTL 2011- 2020


Sumatera
Pulau Sumatera dan pulau-pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Riau, Bangka,
Belitung, Nias, dilayani oleh PLN Wilayah Aceh, PLN Wilayah Sumatera Utara,
PLN Wilayah Sumatera Barat, PLN Wilayah Riau dan Kepri, PLN Wilayah
Sumatera Selatan – Jambi – Bengkulu, PLN Wilayah Lampung, PLN Wilayah
Bangka – Belitung dan PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera.
Pembangkit tenaga listrik di pulau Sumatera pada dasarnya dikelola oleh PLN
Pembangkitan Sumatera Bagian Utara dan PLN Pembangkitan Sumatera
Bagian Selatan, kecuali beberapa pembangkit skala kecil di sistem-sistem kecil
isolated yang dikelola oleh PLN Wilayah. Pulau Batam sendiri merupakan
wilayah usaha anak perusahaan PLN, yaitu PT Pelayanan Listrik Nasional
Batam, sehingga tidak tercakup dalam RUPTL PT PLN (Persero).
Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Barat dilayani oleh PLN Wilayah Kalimantan Barat.

1.6.2 Wilayah Operasi Indonesia Timur


Wilayah operasi Indonesia Timur terdiri dari Kalimantan kecuali provinsi
Kalimantan Barat, Sulawesi, kepulauan Maluku dan Maluku Utara, Papua, dan
Nusa Tenggara. Khusus untuk pulau Tarakan merupakan wilayah usaha anak
perusahaan PLN, yaitu PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan, sehingga tidak
tercakup dalam RUPTL PT PLN (Persero).

Kalimantan
Wilayah usaha PLN di Kalimantan yang merupakan wilayah operasi Indonesia
Timur dilayani oleh PLN Wilayah Kalimantan Selatan Tengah dan PLN Wilayah
Kalimantan Timur.
Sulawesi
Wilayah usaha PLN di Sulawesi dilayani oleh PLN Wilayah Sulawesi Utara-
Tengah-Gorontalo dan PLN Wilayah Sulawesi Selatan-Tenggara-Barat.
Nusa Tenggara
Pelayanan kelistrikan di kepulauan Nusa Tenggara dilaksanakan oleh PLN
Wilayah Nusa Tenggara Barat dan PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur.

RUPTL 2011- 2020 9


Maluku dan Maluku Utara serta Papua
Wilayah usaha PLN di provinsi Maluku dan provinsi Maluku Utara dilayani oleh
PLN Wilayah Maluku & Maluku Utara, dan provinsi Papua dan provinsi Papua
Barat dilayani oleh PLN Wilayah Papua.

1.6.3 Wilayah Operasi Jawa-Bali


Wilayah usaha PLN di Jawa dan Bali dilayani oleh PLN Distribusi Jawa Barat &
Banten, PLN Distribusi Jakarta Raya & Tangerang, PLN Distribusi Jawa
Tengah & DI Yogyakarta, PLN Distribusi Jawa Timur dan PLN Distribusi Bali. Di
wilayah ini tedapat juga unit operasi pembangkitan, yaitu PLN Pembangkitan
Tanjung Jati, PLN Pembangkitan Muara Tawar, PLN Pembangkitan Cilegon,
PLN Pembangkitan Lontar, PLN Pembangkitan Indramayu dan PLN Penyaluran
dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali. Selain itu terdapat anak perusahaan PLN
di bidang pembangkitan, yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa
Bali, serta beberapa listrik swasta.
Peta wilayah usaha PLN diperlihatkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1. 2 Peta Wilayah Usaha PT PLN (Persero)

1.7 SISTEMATIKA DOKUMEN RUPTL

Dokumen RUPTL ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I


menjelaskan latar belakang, landasan hukum, visi dan misi perusahaan, tujuan
dan sasaran, dan sistematika dokumen. Bab II menjelaskan kebijakan umum

10 RUPTL 2011- 2020


pengembangan sarana yang meliputi kebijakan-kebijakan pengembangan
sistem. Bab III menjelaskan kondisi kelistrikan saat ini, Bab IV menjelaskan
ketersediaan energi primer. Bab V menjelaskan rencana penyediaan tenaga
listrik, meliputi kriteria dan kebijakan perencanaan, asumsi dasar, prakiraan
kebutuhan listrik dan rencana pengembangan pembangkit, transmisi dan
distribusi, serta neraca energi dan kebutuhan bahan bakar. Bab VI menjelaskan
kebutuhan investasi. Bab VII menjelaskan analisis risiko dan langkah
mitigasinya. Bab VIII memberikan kesimpulan.
Selanjutnya rencana pengembangan sistem yang rinci diberikan dalam
lampiran – lampiran yang menjelaskan rencana kelistrikan setiap sistem
kelistrikan dan setiap provinsi.

RUPTL 2011- 2020 11


BAB II
KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGAN SARANA

Pengembangan sarana kelistrikan dalam RUPTL 2011 - 2020 ini dibuat dengan
memperhatikan kebijakan perusahaan dalam merencanakan pertumbuhan
penjualan, pengembangan pembangkit, transmisi dan distribusi. Bab II ini
menjelaskan kebijakan dimaksud.

1.8 KEBIJAKAN PELAYANAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK


MELAYANI PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Sejalan dengan arahan Presiden Republik Indonesia pada pertemuan dengan


PLN yang juga dihadiri oleh anggota Kabinet Indonesia Bersatu di Mataram
pada tanggal 27 Juli 2010, PLN diminta mempertahankan bebas pemadaman
listrik. Konsekuensi dari arahan tersebut adalah PLN harus menyediakan
tenaga listrik dalam jumlah yang cukup kepada masyarakat di seluruh
Indonesia secara terus menerus, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, Dengan demikian PLN pada dasarnya bermaksud melayani
kebutuhan tenaga listrik masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam jangka pendek dimana kapasitas pembangkit PLN masih terbatas
karena proyek-proyek pembangkit belum sepenuhnya selesai, PLN telah dan
akan memenuhi permintaan tenaga listrik dengan menyewa pembangkit.
Pada tahun-tahun berikutnya dimana penambahan kapasitas pembangkit dan
transmisi diharapkan telah selesai5 dan reserve margin telah mencukupi, maka
penjualan akan dipacu untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembangkit yang
ada, sekaligus untuk memperoleh revenue yang diperlukan untuk debt
repayment dan pembayaran kepada listrik swasta.
RUPTL ini disusun dengan berdasar pada proyeksi kebutuhan tenaga listrik
dalam RUKN 2008-2027 yang diperbaharui dengan draft RUKN 2010-2029
yang telah disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada
tahun 2010.
RUPTL ini juga disusun untuk meningkatkan rasio elektrifikasi secara signifikan
dengan menyambung konsumen residensial baru dalam jumlah yang cukup

5
Proyek-proyek percepatan pembangkit tahap 1 dan 2, proyek pembangkit PLN dan IPP
lainnya

12 RUPTL 2011- 2020


tinggi setiap tahun, termasuk membuat rasio elektrifikasi semua provinsi
minimal 60% pada akhir tahun 2011 dan melayani semua daftar tunggu pada
akhir tahun 2011.
Kebijakan lain yang dianut dalam RUPTL 2011-2020 ini adalah belum
diperhitungkannya dampak program demand side management (DSM) dan
program energy efficiency dalam membuat prakiraan demand. Kebijakan ini
diambil untuk memperoleh perencanaan pembangkitan yang lebih aman,
disamping karena implementasi kedua program tersebut memerlukan waktu
yang cukup lama untuk menjadi efektif.
Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dalam RUPTL ini telah direncanakan
cukup tinggi sehingga diperkirakan akan cukup untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi pada setiap koridor pertumbuhan ekonomi sebagaimana direncanakan
dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI).

1.9 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMBANGKIT

Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik diarahkan untuk memenuhi


pertumbuhan beban yang direncanakan, dan pada beberapa wilayah tertentu
diutamakan untuk memenuhi kekurangan pasokan tenaga listrik.
Pengembangan kapasitas pembangkit juga dimaksudkan untuk meningkatkan
keandalan pasokan yang diinginkan, dengan mengutamakan pemanfaatan
sumber energi setempat, terutama energi terbarukan.
Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik sejauh mungkin dilakukan
secara optimal dengan prinsip biaya penyediaan listrik terendah (least cost),
dengan tetap memenuhi tingkat keandalan yang wajar dalam industri tenaga
listrik. Biaya penyediaan terendah dicapai dengan meminimalkan net present
value semua biaya penyediaan listrik yang terdiri dari biaya investasi, biaya
bahan bakar, biaya operasi dan pemeliharaan, dan biaya energy not served6.
Tingkat keandalan sistem pembangkitan diukur dengan kriteria Loss of Load
Probability (LOLP) dan daya cadangan (reserve margin)7. Pembangkit sewa
dan excess power tidak diperhitungkan dalam membuat rencana

6
Biaya energy not served adalah nilai penalti ekonomi yang dikenakan pada objective function
untuk setiap kWh yang tidak dapat dinikmati konsumen akibat padam listrik
7
LOLP dan reserve margin akan dijelaskan pada Bab IV.

RUPTL 2011- 2020 13


pengembangan kapasitas jangka panjang, namun dalam jangka pendek
diperhitungkan untuk mengatasi kondisi krisis.
Namun demikian, sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk lebih banyak
mengembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan, pengembangan panas
bumi dan tenaga air tidak mengikuti kriteria least cost sehingga mereka
diperlakukan sebagai fixed plant8. Namun demikian perencanaan pembangkit
panas bumi dan tenaga air tetap memperhatikan keseimbangan supply –
demand dan besar cadangan yang tidak berlebihan, serta status kesiapan
pengembangannya.
Pada beberapa daerah yang merupakan sumber utama energi primer nasional
namun telah lama menderita kekurangan pasokan tenaga listrik, yaitu Sumatra
dan Kalimantan, PLN mempunyai kebijakan untuk membolehkan rencana
reserve margin yang sangat besar, yaitu hingga 80%. Kebijakan ini diambil
dengan pertimbangan pelaksanaan proyek-proyek pembangkit di Kalimantan
dan Sumatera, terutama proyek IPP, seringkali mengalami keterlambatan,
pembangkit existing telah mengalami derating yang cukup besar dan adanya
keyakinan bahwa tersedianya tenaga listrik yang banyak di Sumatera dan
Kalimantan akan memicu tumbuhnya demand listrik yang jauh lebih cepat9.
Untuk mengantisipasi terjadinya kelebihan pasokan pada sistem kelistrikan
tertentu yang reserve marginnya direncanakan sangat tinggi, PLN akan
memonitor progres implementasi proyek pembangkit dari tahun ke tahun.
Apabila progres fisik proyek pembangkit berjalan baik, maka PLN akan
mengimbanginya dengan mitigasi tertentu. Mitigasi tersebut misalnya
pemasaran agresif untuk menyeimbangkan penjualan dengan pasokan,
memastikan interkoneksi dengan sistem kelistrikan lain sehingga dapat
dilakukan power exchange, dan menunda jadwal proyek-proyek pembangkitan
berikutnya.
Pemilihan lokasi kandidat pembangkit dilakukan dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumber energi primer setempat atau kemudahan pasokan energi
primer, kedekatan dengan pusat beban, prinsip regional balance¸ topologi

8
Fixed plant adalah kandidat pembangkit yang langsung dijadwalkan pada tahun tertentu tanpa
menjalani proses optimisasi keekonomian.
9
PLN meyakini bahwa demand listrik di daerah yang telah lama mengalami pemadaman
merupakan demand yang tertekan (suppressed demand) dan tidak dapat diproyeksi hanya
dengan metoda regresi berdasar data historis.

14 RUPTL 2011- 2020


jaringan transmisi yang dikehendaki, kendala pada sistem transmisi10, dan
kendala-kendala teknis, lingkungan dan sosial11.
Pembangkit berbahan bakar minyak hanya direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan pembangkit beban puncak. Namun pembangkit beban puncak tetap
mengutamakan pembangkit non-BBM, seperti pumped storage, PLTA peaking
dengan reservoir atau pembangkit berbahan bakar compressed natual gas
(CNG), mini LNG, atau LNG.
Proyek PLTGU berbahan bakar gas lapangan (gas pipa) hanya direncanakan
apabila terdapat kepastian pasokan gas.
Dalam hal tidak tersedia pasokan gas lapangan, maka PLTGU sebagai
pembangkit medium (pemikul beban menengah) menjadi tidak dapat
direncanakan. Konsekuensinya sebagian pembangkit beban dasar, yaitu PLTU
batubara, dapat dioperasikan sebagai pemikul beban menengah dengan
capacity factor yang relatif rendah, walaupun untuk fungsi tersebut PLTU
batubara perlu dibantu oleh pembangkit jenis lain yang mempunyai ramping
rate12 tinggi seperti PLTG.
Pengembangan PLTU batubara skala kecil dan PLTGB (pembangkit listrik
tenaga gasifikasi batubara) skala kecil merupakan program untuk
menggantikan pembangkit listrik berbahan-bakar BBM pada sistem isolated
skala kecil yang belum dapat dilayani melalui grid extension dalam waktu cukup
dekat. PLTU atau PLTGB dapat dikembangkan oleh PLN atau swasta.
Untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali, PLN telah merencanakan PLTU batubara
kelas 1.000 MW dengan teknologi ultra super critical13 untuk memperoleh
efisiensi yang lebih baik dan emisi CO2 yang lebih rendah. Penggunaan ukuran
unit sebesar ini juga dimaksudkan untuk memperoleh manfaat dari economies
of scale dan didorong oleh semakin sulitnya memperoleh lahan untuk
membangun pusat pembangkit skala besar di pulau Jawa. Pertimbangan

10
Pembebanan lebih, tegangan rendah, arus hubung singkat terlalu tinggi, stabilitas tidak baik.
11
Antara lain kondisi tanah, bathymetry, hutan lindung, pemukiman.
12
Ramping rate adalah kemampuan pembangkit dalam mengubah outputnya, dinyatakan
dalam % per menit, atau MW per menit.
13
PLTU ultra super critical merupakan jenis clean coal technology (CCT) yang telah matang
secara komersial. Jenis CCT lainnya, yaitu Integrated Gassification Combined Cycle (IGCC)
diperkirakan baru akan matang secara komersial setelah tahun 2024.

RUPTL 2011- 2020 15


lainnya adalah ukuran sistem Jawa Bali telah cukup besar untuk
mengakomodasi unit pembangkit kelas 1.000 MW.
Secara umum pemilihan lokasi pembangkit diupayakan memenuhi prinsip
regional balance. Regional balance adalah situasi dimana kebutuhan listrik
suatu region dipenuhi sebagian besar oleh pembangkit yang berada di region
tersebut dan tidak banyak tergantung pada pasokan daya dari region lain
melalui saluran transmisi interkoneksi. Dengan prinsip ini, kebutuhan transmisi
interkoneksi antar region akan minimal.
Namun demikian kebijakan regional balance ini tidak membatasi PLN dalam
mengembangkan pembangkit di suatu lokasi dan mengirim energinya ke pusat
beban melalui transmisi, sepanjang hal tersebut layak secara teknis dan
ekonomis. Hal ini tercermin dari adanya rencana untuk mengembangkan PLTU
mulut tambang skala besar di Sumatra Selatan dan menyalurkan sebagian
besar energi listriknya ke pulau Jawa melalui transmisi arus searah tegangan
tinggi (high voltage direct current transmission atau HVDC)14. Situasi yang
sama juga terjadi di sistem Sumatera, dimana sumber daya energi (batubara,
panas bumi dan gas) lebih banyak tersedia di Sumbagsel, sehingga di wilayah
ini banyak direncanakan PLTU batubara dan PLTP yang sebagian energinya
akan ditransfer ke Sumbagut.
Kepemilikan proyek-proyek pembangkitan yang direncanakan dalam RUPTL
disesuaikan dengan kemampuan pendanaan PLN. Mengingat kebutuhan
investasi sektor ketenagalistrikan yang sangat besar, PLN tidak dapat secara
sendirian membangun seluruh kebutuhan pembangkit baru. Dengan demikian
sebagian proyek pembangkit akan dilakukan oleh listrik swasta sebagai
independent power producer (IPP).
Berikut ini kebijakan PLN dalam mengalokasikan ownership proyek kelistrikan:

− PLTU batubara: Direncanakan sebagai proyek PLN apabila PLN telah


mendapat indikasi pendanaan dari lender, atau ditugaskan oleh pemerintah
sebagai proyek PLN. Untuk proyek-proyek yang jadwalnya masih cukup
lama dan belum ditetapkan kepemilikannya, untuk sementara dimasukkan
dalam kelompok proyek PLN.

− PLTA dan pumped storage diupayakan menjadi proyek PLN.

14
Persyaratan untuk melaksanakan proyek interkoneksi Sumatera – Jawa ini adalah kebutuhan
listrik di seluruh wilayah Sumatera telah terpenuhi dengan cukup.

16 RUPTL 2011- 2020


− PLTG direncanakan sebagai proyek PLN.

− PLTGU gas direncanakan sebagai proyek PLN apabila telah ada indikasi
pendanaan (dan ada kepastian pasokan gas). PLTGU gas juga
direncanakan sebagai proyek PLN jika proyek tersebut merupakan
pengembangan dari PLTG milik PLN (proyek add-on).

− PLTP: Sesuai dengan peraturan dan perundangan di sektor panas bumi,


pengembangan PLTP pada umumnya didorong untuk dikembangkan oleh
swasta dengan proses pemenangan WKP dilakukan melalui tender oleh
Pemda sebagai total project15. Sedangkan potensi panas bumi yang WKP-
nya dimiliki oleh Pertamina berdasar regulasi terdahulu, Pertamina dan PLN
dapat bekerja sama mengembangkan PLTP16. Beberapa WKP PLTP di
Indonesia Timur yang dimiliki PLN akan dikembangkan sepenuhnya sebagai
proyek PLN.

1.10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSMISI

Pengembangan saluran transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya


keseimbangan antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya
pada distribusi di sisi hilir secara efisien dengan kriteria keandalan tertentu.
Disamping itu pengembangan saluran transmisi juga dimaksudkan sebagai
usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan
dan fleksibilitas operasi.
Pengembangan transmisi pada dasarnya dikembangkan oleh PLN, kecuali
beberapa transmisi terkait dengan IPP yang sesuai kontrak PPA dilaksanakan
oleh pengembang IPP. Namun demikian, terbuka opsi proyek transmisi untuk
dapat dilaksanakan oleh swasta dengan skema bisnis tertentu misalnya build
lease transfer (BLT)17. Opsi tersebut dibuka atas dasar pertimbangan

15
Total project PLTP adalah proyek dimana sisi hulu (uap) dan hilir (pembangkit listrik)
dikerjakan oleh pengembang dan PLN hanya membeli listrik dengan PPA.
16
Yaitu Pertamina mengembangkan sisi hulu dan PLN membangun power plant, atau
Pertamina mengembangkan PLTP sebagai total project dan PLN membeli listriknya.
17
Skema BLT (build lease transfer) adalah transmisi dibangun dan didanai oleh swasta,
termasuk pembebasan lahan dan perizinan ROW, dan PLN mengoperasikan serta membayar
sewa sesuai tarif yang disepakati dan setelah periode waktu tertentu aset transmisi akan
ditransfer menjadi milik PLN.

RUPTL 2011- 2020 17


keterbatasan kemampuan pendanaan investasi PLN dan pertimbangan
perusahaan swasta dapat lebih fleksibel dalam hal mengurus perizinan dan
pembebasan lahan.
Sejalan dengan kebijakan pengembangan pembangkitan untuk mentransfer
energi listrik dari wilayah yang mempunyai sumber energi primer tinggi ke
wilayah lain yang mempunyai sumber energi primer terbatas, maka sistem
Sumatera yang pada saat ini tengah berkembang pesat memerlukan jaringan
interkoneksi utama (backbone) yang kuat mengingat jarak geografis yang
sangat luas. Sebagai dampak dari kebijakan tersebut dalam RUPTL ini
direncanakan pembangunan jaringan interkoneksi dengan tegangan 275 kV AC
pada tahap awal di koridor barat Sumatera dan tegangan 500 kV AC pada saat
diperlukan di koridor timur Sumatera, yaitu mulai tahun 2018.
Pembangunan interkoneksi point-to-point jarak jauh, melalui laut dan
berkapasitas besar memerlukan teknologi transmisi daya arus searah (HVDC).
Kebijakan PLN dalam memilih tegangan transmisi HVDC adalah mengadopsi
tegangan yang banyak digunakan di negara lain, yaitu 500 kV DC dan 250 kV
DC18.
Kebijakan utama lainnya adalah pembangunan sistem transmisi dilaksanakan
dengan mempertimbangkan pertumbuhan beban hingga 10 tahun ke depan.
Pada jaringan yang memasok ibukota negara direncanakan looping antar sub-
sistem dengan pola operasi terpisah untuk meningkatkan keandalan pasokan.
Pada saluran transmisi yang tidak memenuhi kriteria keandalan N – 1 akan
dilaksanakan reconductoring dan uprating.
Perluasan jaringan transmisi dari grid yang telah ada untuk menjangkau sistem
isolated yang masih dilayani PLTD BBM (grid extension) dilaksanakan dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi dan teknis.
Penentuan lokasi GI dilakukan dengan mempertimbangkan keekonomian biaya
pembangunan fasilitas sistem transmisi tegangan tinggi, biaya pembebasan
tanah, biaya pembangunan fasilitas sistem distribusi tegangan menengah dan

18
Berbeda dengan teknologi HVAC yang mempunyai standar tegangan internasional dan
nasional, teknologi HVDC tidak mempunyai standar tegangan. Pemilihan tegangan HVDC
disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan disalurkan dan kelas kabel (kabel laut) yang
banyak digunakan di dunia, misalnya 500 kV DC (India, Kanada), 250 kV DC (Jepang, Swedia).

18 RUPTL 2011- 2020


harus disepakati bersama oleh unit pengelola sistem distribusi dan unit
pengelola sistem transmisi.
Pemilihan teknologi seperti jenis menara transmisi, penggunaan tiang, jenis
saluran (saluran udara, kabel bawah tanah, kabel laut) dan perlengkapannya
(pemutus, pengukuran dan proteksi) mempertimbangkan aspek keekonomian
jangka panjang, dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik,
dengan memenuhi standar SNI, SPLN atau standar internasional yang berlaku.
Kebijakan lebih rinci mengenai pengembangan transmisi adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh
ketersediaan lahan, kapasitas transmisi dan jumlah penyulang keluar yang
dapat ditampung oleh GI tersebut. Dengan kriteria tersebut suatu GI dapat
mempunyai 3 atau lebih unit trafo. Sebuah GI baru diperlukan jika GI-GI
terdekat yang ada tidak dapat menampung pertumbuhan beban lagi karena
keterbatasan tersebut.
b. Pengembangan GI baru juga dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan
yang baik di ujung jaringan tegangan menengah.
c. Trafo daya (TT/TM) pada dasarnya direncanakan mempunyai kapasitas
sampai dengan 60 MVA, namun dalam situasi khusus seperti pasokan untuk
konsumen besar dan daerah padat beban dapat digunakan unit size hingga
100 MVA.
d. Trafo IBT GITET (500/150 kV dan 275/150 kV) dapat dipasang hingga 4 unit
per GITET dengan pola operasi terpisah dengan 2 unit per sub-sistem.
e. Spare trafo IBT 1 fasa disediakan per lokasi untuk GITET jenis GIS, dan 1
fasa per tipe per propinsi untuk GITET jenis konvensional.

1.11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DISTRIBUSI

Fokus pengembangan dan investasi sistem distribusi secara umum diarahkan


pada 4 hal, yaitu: perbaikan tegangan pelayanan, perbaikan SAIDI dan SAIFI,
penurunan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan yang tua. Kegiatan
berikutnya adalah investasi perluasan jaringan untuk melayani pertumbuhan
dan perbaikan sarana pelayanan.

RUPTL 2011- 2020 19


Pemilihan teknologi seperti jenis tiang (beton, besi atau kayu), jenis saluran
(saluran udara, kabel bawah tanah), sistem jaringan (radial, loop atau spindle),
perlengkapan (menggunakan recloser atau tidak), termasuk penggunaan
tegangan 70 kV sebagai saluran distribusi ke pelanggan besar, ditentukan oleh
manajemen unit melalui analisis dan pertimbangan keekonomian jangka
panjang dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, dengan tetap
memenuhi standard SNI atau SPLN yang berlaku.

1.12 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LISTRIK PERDESAAN

Pembangunan listrik perdesaan merupakan penugasan Pemerintah kepada


PLN untuk melistriki masyarakat perdesaan yang pendanaannya diperoleh dari
APBN, dan diutamakan pada provinsi dengan rasio elektrifikasi yang masih
rendah. Kebijakan yang diambil oleh Direktorat Jendral Ketenagalistrikan (DJK)
dan PLN dalam pembangunan listrik desa untuk menunjang rasio elektrifikasi
80% dan desa berlistrik 98,9% di tahun 2014 sesuai Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Departemen ESDM 2010-2014 adalah:

• Pembangunan jalur keluar jaringan distribusi untuk mendukung evakuasi


daya dari proyek GI Baru atau Extension Trafo GI yang pendanaannya
diperoleh dari APBN.

• Pembangunan jalur keluar jaringan distribusi untuk mendukung evakuasi


daya dari proyek PLTU skala kecil tersebar dan pembangkit mikro / mini
tenaga air yang pendanaannya diperoleh dari APBN.

• Pembangunan jalur keluar jaringan distribusi untuk mendukung evakuasi


daya dari proyek PLTU skala kecil tersebar yang pendanaannya dari
APLN, dengan catatan jalur keluar jaringan distribusi tersebut belum
disediakan dari APLN.

• Melistriki desa baru maupun desa lama yang sebagian dari dusun tersebut
belum berlistrik, daerah terpencil dan daerah perbatasan.

• Dimungkinkan pemasangan Load Break Switch untuk menunjang


perbaikan keandalan jaringan tegangan menengah dan tiang 14 meter
serta konduktor 240 mm2 untuk mengantisipasi kebutuhan
pengembangan sistem.

• Dimungkinkan pengadaan hybrid PLTSurya & hybrid PLTBayu yang


sistemnya terhubung dengan grid PLN.

20 RUPTL 2011- 2020


• Melaksanakan program listrik murah dengan target masyarakat nelayan,
daerah tertinggal dan akselerasi rasio elektrifikasi di provinsi Papua,
Papua Barat, NTB, dan NTT.

1.13 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memanfaatkan energi baru dan


terbarukan (EBT) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No. 5
tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional, PLN mempunyai kebijakan
untuk memprioritaskan pengembangan panas bumi dan tenaga air. Kedua jenis
energi baru ini dapat masuk ke sistem tenaga listrik kapan saja mereka siap,
walaupun dengan tetap memperhatikan kebutuhan demand dan adanya
rencana pembangkit yang lain.
Namun kebijakan ini tidak membatasi PLN untuk merencanakan sebuah proyek
PLTA tanpa menganut prinsip demand driven19 demi mencapai suatu tujuan
khusus tertentu, walaupun hal ini hanya dilakukan secara sangat terbatas dan
selektif. Dalam konteks ini PLN merencanakan pembangunan PLTA Baliem
berkapasitas 50 MW20 untuk melistriki 7 kabupaten baru di dataran tinggi
Pegunungan Tengah yang sama sekali belum memiliki listrik. Proyek ini
diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi di daerah tersebut untuk
pengolahan sumber daya alam sejalan dengan tujuan MP3EI di koridor Papua
– Maluku.
Dari kebijakan tersebut PLN dalam RUPTL ini merencanakan pengembangan
panas bumi yang sangat besar, pembangkit tenaga air skala besar, menengah
dan kecil serta EBT skala kecil tersebar berupa PLTS (tenaga surya), PLTB
(tenaga angin), biomassa, biofuel dan gasifikasi batubara (energi baru). PLN
juga mendorong penelitian dan pengembangan EBT lain seperti thermal solar
power, arus laut, OTEC (ocean thermal energy conversion), dan fuel cell.
Khusus mengenai PLTS, PLN mempunyai kebijakan untuk mengembangkan
centralized PV secara besar-besaran untuk melistriki banyak komunitas
terpencil yang jauh dari grid pada daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang

19
Demand driven adalah sebuah pendekatan perencanaan yang mensyaratkan adanya
jaminan demand listrik yang cukup untuk menjustifikasi kelayakan sebuah proyek pembangkit.
20
Dapat dikembangkan menjadi 100 MW.

RUPTL 2011- 2020 21


berbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya, terutama
di wilayah Indonesia Timur. Pemanfaatan EBT seperti ini tidak selalu berbasis
keekonomian, namun lebih didorong oleh semangat PLN untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat terpencil untuk memperoleh akses ke tenaga
listrik lebih cepat.

22 RUPTL 2011- 2020


BAB III
KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI

3.1 PENJUALAN TENAGA LISTRIK

Penjualan tenaga listrik pada lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 6,8% per
tahun sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWh)

Wilayah 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

Indonesia 111,48 119,97 127,63 133,11 145,66


Growth (%) 5,08 7,62 6,38 9,42 10,66 6,6
Jawa - Bali 89,04 95,62 100,77 104,11 113,40
Growth (%) 4,28 7,39 5,39 3,31 8,92 5,9
Sumatera 13,61 14,69 16,44 17,62 19,67
Growth (%) 9,33 7,92 11,87 7,22 11,63 9,59
Kalimantan 3,64 3,92 4,24 4,65 5,13
Growth (%) 4,59 7,63 8,15 9,56 10.32 8,0
Sulawesi 3,57 3,93 4,22 4,59 5,08
Growth (%) 7,64 10,21 7,30 8,77 10,68 8,7
Indonesia Bagian Timur 1,61 1,81 1,96 2,15 2,38
Growth (%) 10,81 12,27 8,33 9,91 10,7 10,47

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan penjualan di Jawa Bali relatif
lebih rendah daripada pertumbuhan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan
Indonesia bagian timur.
Pertumbuhan penjualan yang rendah di Jawa Bali pada tahun 2006 disebabkan
oleh adanya pengendalian penjualan akibat keterbatasan kapasitas pembangkit
pada tahun tersebut21. Selanjutnya pada tahun 2008 mulai terjadi krisis finansial
global hingga akhir tahun 2009 yang menyebabkan penjualan tenaga listrik
tahun 2009 hanya tumbuh 3,31%.
Penjualan tenaga listrik di Sumatera tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu rata-rata
9,59% per tahun. Pertumbuhan ini tidak seimbang dengan penambahan
kapasitas pembangkit yang hanya tumbuh rata-rata 5,2% per tahun, sehingga

21
Tidak ada tambahan pembangkit baru pada tahun 2005.

RUPTL 2011- 2020 23


di banyak daerah terjadi krisis daya yang kronis hingga tahun 2009 dan diatasi
dengan sewa pembangkit sepanjang tahun 2010.
Penjualan tenaga listrik di Kalimantan tumbuh rata-rata 8,0% per tahun,
sedangkan penambahan kapasitas pembangkit rata-rata hanya 1% per tahun,
sehingga di banyak daerah terjadi krisis daya dan penjualan dibatasi.
Penjualan tenaga listrik di Sulawesi tumbuh rata-rata 8,7% per tahun,
sementara penambahan kapasitas pembangkit rata-rata hanya 2,7% per tahun.
Hal ini telah mengakibatkan krisis penyediaan tenaga listrik yang cukup parah
hingga tahun 2009 khususnya di Sulawesi Selatan, dan pada tahun 2010
diatasi dengan sewa pembangkit.
Hal yang sama terjadi di daerah Indonesia Timur lainnya, yaitu Maluku, Papua,
dan Nusa Tenggara.
Pertumbuhan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur
diperkirakan masih berpotensi untuk meningkat lebih tinggi karena daftar
tunggu yang tinggi akibat keterbatasan pasokan dan rasio elektrifikasi yang
masih rendah. Sedangkan pertumbuhan di Jawa pulih kembali dari dampak
krisis keuangan global mulai tahun 2010.

3.1.1 Jumlah Pelanggan


Realisasi jumlah pelanggan selama tahun 2006 – 2010 mengalami peningkatan
dari 35,6 juta menjadi 42,2 juta atau bertambah rata-rata 1,65 juta tiap
tahunnya. Penambahan pelanggan terbesar masih terjadi pada sektor rumah
tangga, yaitu rata-rata 1,5 juta per tahun, diikuti sektor bisnis dengan rata-rata
61 ribu pelanggan per tahun, sektor publik rata-rata 55 ribu pelanggan per
tahun, dan terakhir sektor industri rata-rata 550 pelanggan per tahun. Tabel 3.2
menunjukkan perkembangan jumlah pelanggan PLN menurut sektor pelanggan
dalam lima tahun terakhir.
Tabel 3. 2 Perkembangan Jumlah Pelanggan [Ribu Unit]

Jenis Pelanggan 2006 2007 2008 2009 2010


Rumah Tangga 32,954.5 34,508.1 35,835.1 36,897.0 39,108.5
Komersial 1,633.1 1,585.1 1,687.3 1,770.4 1,877.6
Publik 928.4 988.8 1,052.2 1,164.7 1,147.8
Industri 46.2 46.6 46.3 47.6 48.4
Total 35,562.2 37,128.6 38,621.3 39,879.7 42,182.4

24 RUPTL 2011- 2020


3.1.2 Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik
dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Perkembangan rasio elektrifikasi
secara nasional dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, yaitu dari 59,0% pada
tahun 2006 menjadi 66,51% pada tahun 2010.
Pada periode tersebut kenaikan rasio elektrifikasi pada wilayah-wilayah Jawa-Bali,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Perkembangan Rasio Elektrifikasi (%)

Wilayah 2006 2007 2008 2009 2010*)

Indonesia 59,0 60,8 62,3 65,0 67,5


Jawa-Bali 63,9 66,3 68,0 69,8 71,4
Sumatra 57,2 56,8 60,2 60,9 67,1
Kalimantan 54,7 54,5 53,9 55,1 62,3
Sulawesi 53,2 53,6 54,1 54,4 62,7
Indonesia Bag Timur 30,6 30,6 30,6 31,8 35,7

*)Termasuk pelanggan non PLN

Pada tabel tersebut terlihat bahwa terjadi pertumbuhan rasio elektrifikasi yang tidak
merata pada masing-masing daerah, dengan rincian sebagai berikut:

• Sumatera: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan paling tinggi, yaitu sekitar


2,3% per tahun.

• Sulawesi: pertumbuhan rasio elektrifikasinya tertinggi setelah Sumatera, yaitu


sekitar 1,9% per tahun. Rasio elektrifikasi naik cukup tajam pada tahun 2010
karena adanya pembangkit sewa dan berjalannya program ’GRASSS’22 yang
diadakan dalam beberapa tahap.

• Jawa Bali: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 1,7% per tahun.

• Kalimantan: rasio elektrifikasi mengalami kenaikan cukup signifikan mulai tahun


2009 karena teratasinya masalah pembangkitan dengan adanya beberapa
pembangkit sewa, dan program GRASSS pada tahun 2010.

22
GRASSS: Gerakan sehari sejuta sambungan

RUPTL 2011- 2020 25


• Indonesia bagian timur: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan yang
paling rendah, yaitu hanya 1,1% per tahun. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan pembangkit dan situasi geografis yang tersebar.
3.1.3 Pertumbuhan Beban Puncak
Pertumbuhan beban puncak sistem Jawa Bali dalam 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 3.4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban puncak
tumbuh relatif rendah, yaitu rata-rata 4,12%, dengan load factor cenderung
meningkat, hal ini dicerminkan juga oleh pertumbuhan energi yang relatif tinggi,
yaitu rata-rata 6,8% (lihat tabel 3.1). Perbaikan load factor terjadi karena
adanya kebijakan pembatasan penggunaan daya pada saat beban puncak
pada konsumen besar dan penerapan tarif multiguna untuk mengendalikan
pelanggan baru23.
Tabel 3. 4 Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa Bali 2006 – 2010

Deskripsi Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

Kapasitas Pembangkit MW 22.126 22.236 22.296 22.906 23.206


Daya Mampu MW 17.960 20.309 20.369 21.784 21.596
Beban Puncak Bruto MW 15.954 16.840 16.892 17.835 18.756
Beban Puncak Netto MW 15.396 16.251 16.301 17.211 18.100
Pertumbuhan % 3,9 5,6 0,3 5,6 5,2
Faktor Beban % 75 76 78,7 77,7 79,5

Informasi mengenai pertumbuhan beban puncak 5 tahun terakhir untuk sistem


kelistrikan di luar Jawa Bali tidak dapat disajikan seperti diatas karena sistem
kelistrikan di luar Jawa Bali masih terdiri dari beberapa subsistem yang beban
puncaknya non coincident.

3.2 KONDISI SISTEM PEMBANGKITAN

Pada tahun 2010 kapasitas terpasang pembangkit PLN dan IPP di Indonesia
adalah 30.908 MW yang terdiri dari 23.206 MW di sistem Jawa-Bali dan
7.702 MW di sistem-sistem kelistrikan Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur.

23
Kebijakan pembatasan beban puncak ditiadakan dengan berlakunya TDL 2010

26 RUPTL 2011- 2020


3.2.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Kapasitas terpasang pembangkit milik PLN dan IPP yang tersebar di sistem-
sistem Indonesia Barat dan Indonesia Timur pada saat ini adalah 7.702 MW
dengan perincian ditunjukkan pada Tabel 3.5. Kapasitas pembangkit tersebut
sudah termasuk IPP dengan kapasitas 792 MW. Walaupun kapasitas terpasang
pembangkit adalah 7.702 MW, kemampuan netto dari pembangkit tersebut
lebih rendah dari angka tersebut karena banyak PLTD (1600 MW) yang telah
berusia lebih dari 10 tahun dan mengalami derating24.
Tabel 3.5 Kapasitas Terpasang Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur (MW) Tahun 2010

PLN Kapasitas Kapasitas Kapasitas


Total Total Total
PROVINSI PLN IPP PLN+IPP
PLTD PLTG PLTGU PLTU PLTA/M PLTP
MW MW MW MW MW MW MW MW MW

NAD 205 - - - 2 - 207 - 207


Sumatera Utara 53 411 818 490 140 - 1,912 190 2102
Sumatera Barat 38 - - 200 254 - 492 - 492
Riau 90 43 - - 114 - 247 - 247
Kep. Riau 124 - - - - - 124 124
Bengkulu 17 - - - 236 - 253 - 253
Sumatera Selatan 43 230 - 285 - - 558 268 825
Jambi 43 62 - - - - 105 - 105
Bangka Belitung 89 - - - - - 89 - 89
Lampung 96 21 - 200 122 - 439 - 439
Kalimantan Barat 217 34 - - 0 - 251 - 251
Kalimantan Selatan 134 21 - 130 30 - 315 - 315
Kalimantan Tengah 78 - - - - - 78 - 78
Kalimantan Timur 247 40 60 - - - 347 45 392
Sulawesi Utara 114 - - - 54 60 228 3 231
Gorontalo 58 - - - 1 - 59 - 59
Sulawesi Tengah 113 - - - 6 - 119 31 150
Sulawesi Selatan 103 123 - 25 149 - 400 255 655
Sulawesi Barat 8 - - - - - 8 - 8
Sulawesi Tenggara 75 - - - 1 - 76 - 76
Maluku 105 - - - - - 105 - 105
Maluku Utara 76 - - - - - 76 - 76
Papua 119 - - - 2 - 121 - 121
Papua Barat 42 - - - 2 - 44 - 44
Nusa Tenggara Bara 139 - - - 1 - 140 - 140
Nusa Tenggara Timu 117 - - - 1 - 118 - 18
TOTAL 2,543 985 878 1,330 1,114 60 6,910 792 7,702

24
Daya mampu pembangkit diperkirakan sekitar 75% dari kapasitas terpasang.

RUPTL 2011- 2020 27


Beban puncak sistem kelistrikan Indonesia Barat dan Indonesia Timur
mencapai 6.800 MW pada tahun 2010. Jika beban puncak dibandingkan
dengan daya mampu pembangkit pada saat ini dan apabila menerapkan kriteria
cadangan 35%, maka diperkirakan terjadi kekurangan sekitar 1.000 MW.
Untuk menanggulangi kekurangan pembangkit tersebut, hampir seluruh unit
usaha PLN telah melakukan sewa pembangkit. Kapasitas pembangkit sewa
yang ada di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur pada tahun
2010 mencapai 1.833 MW.
Tabel 3. 6 Daftar Sewa Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur
(MW) tahun 2010

Kapasitas
No PLN Wilayah
(MW)
1 Babel 43
2 Kalbar 112.5
3 Kalselteng 85
4 Kaltim 138.35
5 Kitsumbagsel 250
6 Kitsumbagut 108
7 Maluku 78
8 NAD 122
9 NTB 147
10 NTT 58.85
11 Papua 90.3
12 Riau dan Kepri 158.5
13 S2JB 34
14 Sulselrabar 289
15 Suluttenggo 107
16 Sumbar 11.9
Jumlah 1833.4

3.2.2 Wilayah Operasi Jawa Bali


Kapasitas pembangkit baru yang masuk ke sistem Jawa-Bali pada tahun 2010
adalah PLTU Labuan unit 2 (300 MW). Dengan terus meningkatnya beban
puncak sistem Jawa Bali dan tambahan pembangkit baru yang hanya 300 MW
karena terlambatnya proyek FTP-1, reserve margin pada akhir tahun 2010
menipis menjadi hanya 24%. Reserve margin yang rendah tersebut berlanjut ke
awal tahun 2011 dan dan pada saat yang sama terjadi kondisi luar biasa pada

28 RUPTL 2011- 2020


pengoperasian PLTA di Jawa Barat25, sehingga telah terjadi beberapa kali
defisit pasokan listrik yang menyebabkan pemadaman di Jawa Bali.
Rincian kapasitas pembangkit sistem Jawa-Bali berdasarkan jenis pembangkit
dan pengelolaannya dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3. 7 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Jawa-Bali Tahun 2010

No. Jenis Pembangkit IP PJB PLN IPP Jumlah

MW %
1 PLTA 1.103 1.283 150 2.536 10.9
2 PLTU
Batubara 3.4 800 1.92 3.05 9.17 39.5
BBG/BBM 1 1 4.3
BBM 500 500 2.2
3 PLTGU
BBG/BBM 1.18 2.587 740 4.507 19.4
BBM 1.496 640 2.136 9.2
4 PLTG
BBG/BBM 40 62 150 252 1.1
BBM 806 320 858 1.984 8.5
5 PLTD 76 76 0.3
6 PLTP 360 575 1.045 4.5
Jumlah 8.961 6.692 3.518 4.035 23.206 100

3.3 KONDISI SISTEM TRANSMISI

3.3.1 Sistem Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Timur


Sistem penyaluran di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Timur dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup berarti
terutama di sistem Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan selesainya
beberapa proyek transmisi. Sedangkan pulau lainnya, yaitu Nusa Tenggara
Timur, Maluku, dan Papua belum memiliki saluran transmisi.
Pembangunan gardu induk meningkat rata-rata 9,7% per tahun dalam periode
2006 – 2010, dimana kapasitas terpasang gardu induk pada tahun 2006 sekitar
7.645 MVA meningkat menjadi 11.065 MVA pada tahun 2010.

25
Seluruh PLTA besar di DAS Citarum, yaitu Saguling (700 MW), Cirata (1000 MW) dan Jatiluhur
(150 MW) mempunyai DMA (Duga Muka Air) yang jauh lebih rendah dari perkiraan tahun paling kering.

RUPTL 2011- 2020 29


Pada Tabel 3.8 diperlihatkan perkembangan kapasitas trafo pada gardu induk
di sistem Indonesia Barat dan Indonesia Timur selama 5 tahun terakhir.
Tabel 3. 8 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur (MVA)

Region 2006 2007 2008 2009 2010

Sumatra
275/150 kV 160 160 160 160 160
150/20 kV 4.419 4.474 4.804 5.17 5.92
70/20 kV 360 360 360 350 335
Kalimantan
150/20 kV 1.094 1.174 1.174 1.383 1.453
70/20 kV 157 157 157 153 187
Sulawesi
150/20 kV 923 1.045 1.074 1.064 1.064
70/20 kV 532 546 606 546 560

Sub-Total

275/150 kV 160 160 160 160 160


150/20 kV 6.436 6.693 7.052 7.597 9.823
70/20 kV 1.049 1.063 1.018 1.138 1.082

Tabel 3. 9 Perkembangan Saluran Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat dan


Indonesia Timur (kms)

Region 2006 2007 2008 2009 2010

Sumatra
275 kV - 781 781 1.011 1.011
150 kV 8.521 7.739 8.423 8.221 8.224
70 kV 310 334 334 334 331
Kalimantan
150 kV 1.264 1.305 1.429 1.429 1.567
70 kV 123 123 123 123 123
Sulawesi
150 kV 1.769 1.839 1.957 1.957 2304
70 kV 505 505 505 519 832
Sub-Total
275 kV - 781 781 1.011 1.011
150 kV 11.554 10.884 11.509 11.657 12.253
70 kV 938 962 962 976 1.287
Total 12.492 12.627 13.252 13.594 14551

30 RUPTL 2011- 2020


Tabel 3.9 menunjukkan bahwa pembangunan sarana transmisi meningkat rata-
rata 3,9% per tahun dalam kurun waktu 2006-2010, dimana panjang saluran
transmisi pada tahun 2006 sekitar 12.492 kms meningkat menjadi 14.551 kms
pada tahun 2010.

3.3.2 Sistem Transmisi Jawa Bali


Perkembangan kapasitas trafo gardu induk dan sarana penyaluran sistem Jawa
Bali untuk 5 tahun terakhir ditunjukkan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11.
Tabel 3. 10 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa-Bali (x1.000)

Level Tegangan Unit 2006 2007 2008 2009 2010

150/20 kV MVA 25,30 26,07 26,15 27,08 28,44


70/20 kV MVA 2,88 2,80 2,75 2,74 2,75
Jumlah MVA 28,18 28,87 28,90 29,82 31,19
B.Puncak MW 15,95 16,26 16,31 17,21 18,10

Tabel 3. 11 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali

Unit
Level Tegangan (x1.000) 2006 2007 2008 2009 2010
500 kV kms 5,05 5,05 5,09 5,11 5,05
150 kV kms 11,27 11,61 11,85 11,97 12,37
70 kV kms 3,66 3,58 3,61 3,61 3,61

Dari Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa panjang saluran transmisi 70 kV tidak
bertambah, bahkan sedikit berkurang karena ditingkatkan (uprated) menjadi
150 kV guna meningkatkan kapasitas, keandalan dan perbaikan kualitas
pelayanan ke konsumen.
Keseimbangan kapasitas pembangkit dengan kapasitas trafo interbus (IBT) dan
trafo GI per sistem tegangan 500 kV, 150 kV dan 70 kV dalam kurun waktu
5 tahun terakhir diperlihatkan oleh Tabel 3.12.

RUPTL 2011- 2020 31


Tabel 3.12 Kapasitas Pembangkit dan Interbus Transformer (IBT)

Satuan
Level Tegangan (x1.000) 2006 2007 2008 2009 2010
Kit.Sistem 500 kV MW 12,97 12,97 12,97 12,97 12,97
Trf. 500/150 kV MVA 17,00 17,00 17,00 17,50 19,5
Kit. Sistem 150 kV MW 8,89 8,99 9,01 10,11 10,41
Trf. 150/70 kV MVA 3,58 3,58 3,58 3,82 3,82
Kit. Sistem 70 kV MW 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
Trf. 150/20 kV MVA 25,30 26,07 26,15 26,33 28,44
Trf. 70/20 kV MVA 2,88 2,80 2,75 2,74 2,75

3.3.3 Penguatan Sistem Transmisi Pemasok Jakarta dan Pulau Bali


Pada beberapa tahun terakhir terdapat bottleneck sistem transmisi yang
memasok sistem Jakarta dan pulau Bali yang berdampak pada kenaikan biaya
operasi dari pembangkit BBM.
Beban listrik sistem Jakarta pada tahun 2010 adalah 7.250 MW dan dilayani
oleh pembangkit di Muara Karang dan Tanjung Priok yang terhubung ke sistem
jaringan tegangan tinggi 150 kV. Sistem 150 kV Jakarta ini juga dipasok oleh
sistem transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV melalui interbus transformer
(IBT) 500/150 kV di GITET Bekasi, Cawang, Gandul, Depok dan Kembangan.
Pembebanan trafo IBT di GITET-GITET tersebut telah melebihi 80%.
Untuk mengatasi pembebanan IBT yang tinggi telah dilakukan penambahan
IBT di GITET Bekasi-3 (November 2010) dan Gandul-3, Cibatu-4, dan
tambahan spare IBT 500/150 kV 166 MVA untuk GITET, Cibatu, Kembangan,
Depok, Balaraja dan Cawang. Penambahan IBT di Bekasi dan Gandul
dimaksudkan untuk mengurangi pemakaian BBM di Muarakarang dan Priok.
Pulau Bali pada beberapa tahun terakhir mengalami defisit daya. Beban puncak
tahun 2010 adalah 549 MW, dilayani oleh pembangkit BBM dengan daya
mampu 380 MW dan kabel laut Jawa – Bali yang menyalurkan daya 180 MW.
Untuk mengatasi kekurangan daya jangka pendek, telah dilakukan sewa
pembangkit pada tahun 2010 sebesar 126 MW sehingga kondisi kelistrikan
pulau Bali mulai membaik, namun masih belum memenuhi keandalan yang
seharusnya.
Untuk mengurangi konsumsi BBM di pulau Bali, saat ini sedang dibangun
kabel laut sirkit 3,4 Jawa – Bali yang akan beroperasi pada bulan Mei 2012.

32 RUPTL 2011- 2020


3.4 KONDISI SISTEM DISTRIBUSI

Berikut ini diberikan perbaikan susut jaringan dan keandalan sistem distribusi
pada lima tahun terakhir.

3.4.1 Susut Jaringan Distribusi


Realisasi rugi jaringan distribusi PLN mulai tahun 2006 cenderung menurun ke
tingkat 7,64% pada tahun 2010 sejalan dengan usaha-usaha menekan susut
jaringan seperti terlihat pada Tabel 3.13.
Tabel 3. 13 Rugi Jaringan Distribusi (%)

2006 2007 2008 2009 2010

Susut Distribusi 9,18 8,84 8,29 7,93 7,09

3.4.2 Keandalan Pasokan


Realisasi keandalan pasokan listrik kepada konsumen yang diukur dengan
indikator SAIDI dan SAIFI26 jaringan PLN pada lima tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 3.14.
Tabel 3. 14 SAIDI dan SAIFI PLN

2006 2007 2008 2009 2010


SAIDI (jam/pelanggan/tahun) 27,01 28,94 80,90 16,70 7,00
SAIFI (kali/pelanggan/tahun) 13,85 12,77 13,33 10,78 6,85

Gambaran mengenai kondisi kelistrikan saat ini yang lebih detail dapat dilihat
pada Lampiran A, B dan C yang menampilkan kondisi kelistrikan per provinsi.

3.5 MASALAH-MASALAH YANG MENDESAK

Masalah mendesak yang saat ini dihadapi PLN antara lain upaya memenuhi
daerah-daerah yang kekurangan pasokan listrik dan mengganti pembangkit
berbahan bakar minyak dengan bahan bakar non minyak serta melistriki daerah
yang belum mendapatkan pasokan listrik, termasuk daerah-daerah perbatasan
dan terpencil, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

26
SAIDI adalah System Average Interruption Duration Index, SAIFI adalah System Average
Interruption Frequency Index

RUPTL 2011- 2020 33


3.5.1 Upaya Penanggulangan Jangka Pendek
3.5.1.1 Wilayah Operasi Indonesia Timur dan Indonesia Barat
Kondisi kekurangan pasokan penyediaan tenaga listrik di wilayah operasi
Indonesia Barat dan Timur pada dasarnya disebabkan olehh keterlambatan
penyelesaian proyek pembangkit tenaga listrik, baik proyek PLN maupun IPP.
Kondisi jangka pendek yang perlu diatasi adalah memenuhi kekurangan
pasokan dan menggantikan pembangkit BBM existing yang tidak efisien serta
menaikkan rasio elektrifikasi secara cepat pada daerah yang elektrifikasinya
tertinggal.
Tindakan yang telah dilakukan oleh PLN untuk menanggulangi hal tersebut
meliputi sewa pembangkit, pembelian PLTG crash program, pembelian energi
listrik dari IPP skala kecil, bermitra/kerjasama operasi pembangkit dengan
Pemda setempat, pembelian excess power, percepatan pembangunan PLTU
batubara PerPres 71/2006, membangun saluran transmisi, mengamankan
kontinuitas pasokan energi primer dan memasang beberapa PLTS centralized
dan solar home system secara terbatas.
Untuk membantu mengatasi permasalahan pasokan listrik, PLN telah membeli
semua potensi excess power yang ada, namun jumlahnya masih belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan, sehingga PLN perlu menambahnya dengan
menyewa pembangkit.
Sewa pembangkit tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sebagai
berikut: (i) memenuhi kekurangan pasokan listrik dalam waktu cepat dan
bersifat sementara sebelum pembangkit utama non-BBM beroperasi; (ii)
menggantikan pembangkit BBM existing yang tidak efisien dengan PLTD yang
mempunyai sfc (specific fuel consumption) lebih baik; (iii) menaikkan rasio
elektrifikasi secara cepat pada daerah yang elektrifikasinya tertinggal dan tidak
tersedia sumber daya EBT lainnya.
Sewa pembangkit tersebut meliputi sewa PLTD MFO/HSD, PLTG gas, PLTMG
(gas engine), PLTGB dan PLTU yang dapat tersedia dalam waktu relatif
singkat.
Tambahan sewa PLTD dan PLTGB/PLTMG yang dilakukan PLN pada tahun
2010 berjumlah 1.396 MW yang terdiri atas 837 MW di Indonesia Barat dan
559 MW di Indonesia Timur. Selanjutnya pada tahun 2011 akan dilakukan
tambahan sewa PLTD/PLTGB/PLTMG sebesar 932 MW. Pada tahun 2012 di

34 RUPTL 2011- 2020


Indonesia Barat akan dilakukan penambahan sewa sebesar 578 MW,
sedangkan di Indonesia Timur akan ada pengurangan sewa sebesar 211 MW
dengan rincian diberikan pada tabel 3.15.

Tabel 3. 15 Rencana Sewa PLTD/PLTGB/PLTMG tahun 2011 dan 2012

Kapasitas (MW)
No Lokasi Sewa PLTD
2011 2012
1 Indonesia Barat 688 578
2 Indonesia Timur 264 - 211

3.5.1.2 Wilayah Operasi Jawa Bali


Upaya yang dilakukan PLN di Jawa Bali meliputi memenuhi pertumbuhan
demand, mengurangi pemakaian BBM dan meningkatkan keandalan.

3.5.2 Masalah Mendesak Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia


Timur
Hal – hal yang mendesak pada wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia
Timur meliputi antara lain:
3.5.2.1 Pembangkitan

• Mempercepat pembangunan proyek percepatan PLTU batubara 10.000 MW


tahap 1, termasuk tambahan proyek PLTU Riau 2x110 MW27 dan PLTU
Muara Jawa/Teluk Balikpapan di Kaltim 2x110 MW.
• Mempercepat pembangunan proyek pembangkit milik PLN lainnya, seperti
PLTA Asahan 3 – 174 MW, PLTA Peusangan 86 MW, PLTU Sumut Baru
2x200 MW, PLTG Kaltim (peaking) 2x50 MW, PLTG Bangkanai 4x70 MW
(tahun pertama baseload dan tahun berikutnya berubah menjadi peaking),
PLTU Takalar 2x100 MW, PLTG Sulsel Baru 2x50 MW, Makassar (peaking)

27
Terjadi perbedaan antara kapasitas pembangkit terkontrak dan kapasitas sesuai PerPres No.
71/2006 jo PerPres 59/2009, yaitu PLTU Riau/Tenayan, PLTU Maluku dan PLTU Kaltim /Muara
Jawa/Teluk Balikpapan. Perbedaan kapasitas tersebut memerlukan endorsement dari
Kementerian ESDM.

RUPTL 2011- 2020 35


1x50 MW dan PLTG Minahasa (peaking) 1x25 MW, PLTU Lombok APBN
1x25 MW dan PLTU Atambua 4x6 MW serta banyak PLTU batubara skala
kecil dan PLTGB tersebar di luar Jawa Bali.
• Melaksanakan program sewa PLTU di Indonesia Barat dan Indonesia Timur
dengan kapasitas total antara 1.750 MW dan 2.160 MW sebagai upaya
mengantisipasi keterlambatan penyelesaian proyek-proyek IPP dan proyek-
proyek PLTP baik yang dibangun oleh PLN maupun oleh IPP. Proyek PLTU
sewa ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2013.
• Mempercepat pengadaan gas untuk memasok PLTGU Belawan 2x400 MW
dan tambahan PLTG task force 100 MW tahun 201228.
• Mempercepat penyelesaian kontrak gas PLTGU Sengkang 180 MW.
• Mempercapat pengadaan gas untuk kawasan Indonesia Timur, antara lain
untuk PLTG Semberah 2x20 MW, PLTG Kaltim (peaking) 2x50 MW, PLTG
Kaltim sewa 100 MW, PLTG Sulsel 2x50 MW, PLTG Makassar (peaking)
1x50 MW, dan PLTG Minahasa (peaking) 1x25 MW.
• Mempercepat pembangunan proyek pembangkit milik IPP, antara lain PLTA
Poso 195 MW, PLTU Jeneponto 2x100 MW, PLTU Takalar 2x100 MW,
PLTU Kalbar 2x25 MW, PLTU Kaltim 2x100 MW, PLTU Kalsel 2x100 MW,
PLTG Senipah 80 MW, PLTU Sulut 2x25 MW, PLTU Sumbawa 2x10 MW,
PLTU Sumsel-5 2x150 MW, PLTU Sumsel-6 2x300 MW, dan PLTU
Sumsel-7 2x150 MW.
• Mempercepat pembangunan beberapa proyek PLTP dengan total kapasitas
minimal 1.025 MW untuk dapat beroperasi sampai dengan tahun 2015.
Proyek-proyek PLTP tersebut diberikan pada tabel 3.16.

28
Opsi pasokan gas ke Belawan adalah regasifikasi di Arun berikut pipa gas ke Belawan, atau
FSRU di Belawan dengan sumber LNG dari BP Tangguh.

36 RUPTL 2011- 2020


Tabel 3. 16 Daftar PLTP yang diupayakan beroperasi sampai dengan tahun 2015

No. NAMA PEMBANGKIT LOKASI KAP. (MW) DEVELOPER

1 Ulumbu #1,2,3 & 4 NTT 4 X 2,5 PLN - TOTAL PROJECT


2 Tulehu #1 & 2 Maluku 2 X 10 PLN – TOTAL PROJECT
3 Ulumbu #5 & 6 NTT 2 X 2,5 PLN - TOTAL PROJECT
4 Lahendong 4 Sulut 1 X 20 PLN (HULU) – PGE (HILIR)
5 Ulubelu #1 & 2 Lampung 2 X 55 PLN (HULU) – PGE (HILIR)
6 Hululais #1 & 2 Sumsel 2 X 55 PLN (HULU) – PGE (HILIR)
7 Sungai Penuh #1 & 2 Jambi 2 X 55 PLN (HULU) – PGE (HILIR)
8 Lumut Balai #1 & 2 Sumsel 2 X 55 PGE
9 Ulubelu #3 Lampung 1 X 55 PGE
10 Lahendon #5 & 6 Sulut 2 X 20 PGE
11 Karaha Bodas #1 Jabar 1 X 30 PGE
12 Kamojang #5 Jabar 1 X 60 PGE
13 Sarulla #1 Sumut 1 X 110 KONS. MEDCO
14 Dieng #2 Jateng 1 X 55 GEODIPA EN.
15 Patuha #1 Jabar 1 X 60 GEODIPA EN.
16 Wayang Windu #3 Jabar 1 X 120 STAR ENERGY
17 Tangkuban Perahu 2 #1 Jabar 1 X 30 WSS
Jumlah 1025

• Mempercepat pengadaan pembangkit untuk dapat menyerap gas Jambi


Merang sebesar 65 bbtud. Proyek pembangkit tersebut adalah: 1) PLTG
Payo Selincah 2x50 MW dengan rencana COD tahun 2011 dan 2012
akan menyerap gas sebesar 25 bbtud. 2) PLTG sewa di Rengat 20 MW
yang akan masuk ke sistem 20 kV akan menyerap gas sebesar 4 bbtud.
3) PLTG Duri 100 MW dengan rencana COD tahun 2012 akan menyerap
gas sebesar 24 bbtud. 4) Relokasi PLTG ex Jawa 3x20MW dengan
rencana COD tahun 2011 dan 2012 akan menyerap gas sebesar 12
bbtud.
• Merencanakan beberapa kebutuhan pembangkit peaker untuk dapat
menyerap potensi gas yang ada, yaitu: 1) PLTG Belawan 400 MW untuk
dapat menyerap gas yang berasal dari FSRU LNG Belawan atau
regasifikasi LNG di Arun. 2) PLTMG Sei Gelam 90 MW untuk menyerap
CNG Sei Gelam sebesar 4,5 bbtud. 3) PLTG/PLTMG Sangeti 80-
100 MW untuk menyerap gas Sangeti sebesar 6 bbtud, perlu dibangun
fasilitas CNG. 4) PLTG/PLTMG Jaka Baring 50-60 MW untuk menyerap
CNG Jaka Baring sebesar 3 bbtud. 5) Untuk dapat menyerap gas
Jabung sebesar 20-30 bbtud PLN akan membangun PLTG dengan total
kapasitas 500 MW yang berdasarkan kebutuhan sistem akan
ditempatkan di Riau 200 MW, Jambi 100 MW dan Lampung 200 MW.
RUPTL 2011- 2020 37
Untuk itu diperlukan fasilitas mini LNG. 6) PLTG Bangkanai 280 MW
untuk menyerap gas Bangkanai 20 bbtud dengan membangun fasilitas
CNG di dekat lokasi PLTG, PLTMG Bintuni untuk menyerap gas
Tangguh 2 bbtud.

3.5.2.2 Transmisi dan Gardu Induk

• Mempercepat pembangunan IBT 275/150 kV pada sistem transmisi 275 kV


di jalur barat Sumatera (Lahat - Lubuk Linggau – Bangko - Muara Bungo –
Kiliranjao).
• Mempercepat pembangunan transmisi 275 kV Kiliranjao – Payakumbuh –
Padang Sidempuan dan Payakumbuh - Garuda Sakti.
• Mempercepat penyelesaian konstruksi transmisi 275 kV Simangkok –
Galang dan IBT 275/150 kV di Galang.

• Mempercepat konstruksi transmisi 275 kV PLTU Pangkalan Susu – Binjai


dan IBT 275/150 kV di Binjai yang harus dapat beroperasi seiring dengan
beroperasinya PLTU Pangkalan Susu pada pertengahan tahun 2012.

• Melaksanakan pembangunan transmisi 275 kV jalur timur Sumatera dari


Betung – Aur Duri – Rengat – Garuda Sakti.
• Mempercepat interkoneksi Kalbar-Serawak melalui transmisi 275 kV yang
diperkirakan dapat beroperasi pada tahun 2014, untuk memenuhi kebutuhan
sistem Kalbar dan menurunkan BPP.
• Mempercepat interkoneksi 150 kV Batam-Bintan melalui kabel laut. Tujuan
interkoneksi ini disamping untuk memenuhi kebutuhan sistem Bintan juga
sekaligus akan menurunkan BPP di sistem Bintan.
• Mempercepat penyelesaian konstruksi interkoneksi 150 kV Kalselteng -
Kaltim dan sistem interkoneksi 150 kV Sulut – Gorontalo termasuk
pemasangan reaktor di Gorontalo.

• Mempercepat penyelesaian konstruksi transmisi 150 kV PLTA Poso – Palu,


transmisi 70 kV sistem Ambon, sistem Ende, sistem Kupang dan sistem
Jayapura, serta mempercepat penyelesaian kabel bawah tanah 150 kV
Tanjung Bunga – Bontoala.

38 RUPTL 2011- 2020


• Mempercepat pembangunan transmisi 150 kV Tanjung – Buntok –
Muarateweh dan Muarateweh – Bangkanai.

3.5.3 Masalah Mendesak Sistem Jawa Bali


Hal – hal yang mendesak untuk diselesaikan pada sistem Jawa-Bali meliputi
antara lain:

• Penguatan pasokan Jakarta terdiri dari beberapa program:


- Mempercepat penyelesaian penambahan IBT 500/150kV 500 MVA di 2
lokasi, yaitu IBT-4 Bekasi 1x500MVA, IBT-2 Depok 1x500MVA.
- Mempercepat pembangunan GITET baru/IBT baru di 2 lokasi, yaitu:
Durikosambi 2x500MVA (2013) dan Muaratawar 2x500MVA (2013).
- Membangun ruas SUTET baru, yaitu SUTET Tanjung Jati - Tx
Ungaran, SUTET Suralaya Baru – Balaraja, SUTET Balaraja –
Kembangan (2013), dan Kembangan – Durikosambi (2013).
- Rekonfigurasi SUTET Muara Tawar – Cibinong – Bekasi – Cawang.
- Menyediakan cadangan IBT 500/150kV 166 MVA di 3 lokasi GITET
yaitu Durikosambi, Bekasi, Muaratawar dan Gandul.

• Penguatan pasokan lainnya terdiri dari beberapa program, yaitu:


- Penambahan IBT 500/150kV di 8 lokasi, yaitu: IBT-3 Cilegon
1x500MVA, IBT-3 Pedan 1x500 MVA, IBT-3 Krian 1x500MVA, IBT-3
Ungaran 1x500MVA, IBT-3 Mandirancan 1x500MVA, IBT-2 Ngimbang
1x500MVA, IBT-2 Tasikmalaya 1x500MVA dan IBT-2 Grati 1x500MVA.
- Membangun 4 GITET baru di 4 lokasi (3.000 MVA), yaitu Ujung Berung
1x500 MVA (2012), Tanjung Jati 2x500 MVA (2012), Rawalo/Kesugihan
1x500MVA (2014) serta mempercepat pengoperasian GITET Surabaya
Selatan 2x500 MVA (2012).
- Pengadaan spare IBT 166 MVA di 4 lokasi GITET, yaitu Mandirancan,
Pedan, Krian, Kediri dan Grati.
- Mempercepat penyelesaian SUTET Grati – Surabaya Selatan (2012).

RUPTL 2011- 2020 39


- SUTT terkait dengan pembangkit PLTU IPP Cirebon 1x660 MW29, yaitu
SUTT Sunyaragi - PLTU Cirebon - Brebes – Kebasen.

• Penguatan pasokan subsistem Bali terdiri dari beberapa program yaitu:


- Pembangunan kabel laut 150 kV Jawa Bali sirkit 3&4 (Mei 2012).
- Pembangunan Jawa Bali Crossing 500 kV dari PLTU Paiton ke Kapal
(2015).
- Mempercepat konstruksi PLTU IPP Celukan Bawang 1x130 MW +
2x125 MW (2014).

29
COD PLTU Cirebon adalah November 2011 berdasar laporan progres konstruksi.

40 RUPTL 2011- 2020


BAB IV
KETERSEDIAAN ENERGI PRIMER

4.1 BATUBARA

Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM pada tahun 2010, sumber daya
batubara Indonesia adalah 104,8 milyar ton yang tersebar terutama di
Kalimantan (51.9 milyar ton) dan Sumatera (52,5 milyar ton), namun cadangan
batubara dilaporkan hanya 21,1 milyar ton (Kalimantan 9,9 milyar ton,
Sumatera 11,2 milyar ton).
Sekitar 22% dari batubara Indonesia berkualitas rendah (low rank) dengan
kandungan panas kurang dari 5100 kkal/kg, sebagian besar (66%) berkualitas
medium (antara 5100 dan 6100 kkal/kg) dan hanya sedikit (12%) yang
berkualitas tinggi (6100–7100 kkal/kg). Angka ini dalam adb (ash dried basis)30.
Walaupun cadangan batubara Indonesia tidak terlalu besar, namun tingkat
produksi batubara sangat tinggi, yaitu mencapai 320 juta ton pada tahun 2010.
Sebagian besar dari produksi batubara tersebut diekspor ke China, India,
Jepang, Korea Selatan dan Taiwan (265 juta ton) dan ke beberapa negara lain,
dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk keperluan domestik (60 juta
ton). Produksi pada tahun-tahun mendatang diperkirakan akan meningkat
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan domestik dan semakin menariknya
pasar batubara internasional. Jika tingkat produksi tahunan adalah 400 juta ton,
maka seluruh cadangan batubara Indonesia yang 21,1 milyar ton akan habis
dalam waktu sekitar 50 tahun apabila tidak dilakukan eksplorasi baru. Untuk
menjamin pasokan kebutuhan domestik yang terus meningkat, Pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang
mewajibkan produsen batubara untuk menjual sebagian produksinya ke
pemakai dalam negeri.
Persoalan yang dihadapi PLN mengenai batubara adalah aspek security of
supply dan aspek kualitas. Keamanan pasokan batubara sangat ditentukan

30
Angka calorific value yang sering dipakai oleh PLN dalam rangka desain PLTU adalah
menggunakan standar GAR (gross as received). Perbedaan antara adb dan GAR dapat
dihitung sesuai dengan nilai TM (total moisture), namun secara rata-rata dapat dikatakan nilai
GAR sekitar 1000 s.d 1300 lebih kecil dari adb.

RUPTL 2011- 2020 41


oleh kebijakan pemerintah mengenai DMO dan batasan harga dalam negeri,
khususnya untuk kelistrikan, disamping kesiapan infrastruktur seperti
pengembangan tambang batubara itu sendiri, jalan, jembatan, dermaga dan
sarana transportasi yang masih terbatas. Kenaikan harga minyak mentah dunia
hingga US$140/barel pada semester 1 tahun 2008 telah mendorong kenaikan
harga batubara di pasar dunia yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam
sejarah. Pada saat yang sama harga batubara Indonesia telah menembus
angka US$ 100 per ton (6322 kcal/kg GAR), dan harga tinggi ini telah
mendorong produsen batubara untuk lebih banyak mengekspor batubaranya ke
pasar dunia, terutama ke China dan India. Masalah kesiapan infrastruktur
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak agar batubara
yang tersedia di tambang dapat sampai ke pusat-pusat pembangkit yang
tersebar di Indonesia.
Dalam RUPTL tahun 2011-2020 ini terdapat rencana pengembangan beberapa
PLTU mulut tambang di Sumatera. Definisi PLTU mulut tambang yang
digunakan di sini adalah PLTU batubara yang berada di dekat tambang
batubara low rank yang tidak mempunyai infrastruktur transportasi skala besar
yang memungkinkan batubara diangkut ke pasar secara besar-besaran,
sehingga batubara low rank di tambang tersebut pada dasarnya menjadi tidak
tradable. Dengan definisi seperti itu, harga batubara untuk PLTU mulut
tambang tidak ditetapkan berdasar HBA, melainkan berdasar formula cost plus
margin yang di lock-in sepanjang umur pembangkit dengan eskalasi tertentu.
PLN juga menghadapi persoalan dalam memperoleh pasokan batubara yang
sesuai dengan spesifikasi boiler PLTU. PLN tengah mengevaluasi beberapa
pilihan teknologi untuk meningkatkan kualitas batubara. Saat ini teknologi yang
dipilih adalah dengan coal dryer dan coal blending. PLN akan segera
mengadopsi teknologi coal dryer. Selain itu PLN mempunyai program untuk
membangun sebuah coal blending facility.
PLTU batubara dirancang untuk memikul beban dasar sejalan dengan harga
batubara yang relatif rendah dibandingkan harga bahan bakar fosil lainnya.
Namun pembakaran batubara menghasilkan emisi karbon dioksida yang
menimbulkan efek pemanasan global, disamping menghasilkan polusi partikel
dan bahan kimia yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap
lingkungan lokal. Dengan demikian pengembangan pembangkit listrik
berbahanbakar batubara memperhatikan dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Penggunaan teknologi ultra-supercritical pada PLTU menjadi
perhatian PLN dalam merencanakan PLTU skala besar di pulau Jawa.

42 RUPTL 2011- 2020


Teknologi batubara bersih (clean coal technology) lainnya, yaitu IGCC
(integrated gassification combined cycle) dan CCS (carbon capture & storage)
belum direncanakan dalam RUPTL ini karena teknologi ini belum matang
secara teknis dan komersial.

4.2 GAS ALAM

Walaupun Indonesia bukan merupakan pemilik cadangan gas alam yang


terbesar dalam skala dunia, namun cadangan gas alam di Indonesia cukup
besar, yaitu diperkirakan 164,99 Tscf yang tersebar terutama di kepulauan
Natuna (53,06 Tscf), Sumatera Selatan (26,68 Tscf), dan Kalimantan Timur
(21,49 Tscf) serta Tangguh di Irian Jaya yang diperkirakan setara dengan
cadangan di Natuna.
Namun pada kenyataannya kebutuhan gas alam untuk pembangkitan tenaga
listrik di Indonesia tidak tercukupi. PLN menghadapi persoalan kecukupan
pasokan gas di hampir seluruh pembangkit berbahanbakar gas di Indonesia.
Pasokan gas ke pusat pembangkit PLN terus mengalami penurunan dan
ketidakpastian dalam beberapa tahun terakhir ini31. Disamping cadangan gas
lapangan terus mengalami depletion, PLN juga menghadapi kesulitan dalam
memperoleh akses ke sumber-sumber gas alam yang besar. Sumber-sumber
gas yang besar tersebut pada umumnya telah terikat dengan kontrak jangka
panjang dengan pembeli luar negeri. Namun demikian PLN terus berupaya
memperoleh pasokan gas dari sumber-sumber tersebut.

31
Misalnya Belawan, Teluk Lembu, Muara Karang, Priok, Muara Tawar, Tambak Lorok,
Pesanggaran/ Gilimanuk di Bali dan pembangkit lainnya.

RUPTL 2011- 2020 43


Tabel 4.1 Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di Jawa Bali
No Pembangkit Pemasok 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Muara Karang dan Priok PHE ONWJ (GSA)      100.0      100.0      100.0      100.0      100.0      100.0
PHE ONWJ (Excess capacity)        20.0        20.0        20.0        20.0
PGN ‐ Priok (GSA‐IP)        30.0        30.0
FSRU PT NR (proses GSA)          ‐      260.0      175.0      175.0      175.0      140.0      140.0      140.0       140.0       140.0
Jumlah      150.0      410.0      295.0      295.0      275.0      240.0      140.0      140.0       140.0       140.0
2 Muara Tawar PERTAMINA ‐ P Tengah (GSA)        25.0        25.0        25.0        25.0        25.0
PGN (GSA)        59.0        59.0        59.0        59.0        59.0
MEDCO Lapangan Singa
MEDCO SCS        20.0        20.0        20.0
Ex kontrak PLN Jambi Merang*)          34.8          31.1          15.0          15.0          15.0          15.0          15.0          15.0
PGN ‐ Tambahan, Firm (GSA)
Tambahan dari Conoco Philip        20.0        20.0        20.0
Tambahan dari Petrochina        30.0
Jumlah       158.8       185.1       139.0         99.0         99.0         15.0         15.0         15.0            ‐            ‐
3 Cilegon CNOOC (GSA)        80.0        80.0        80.0        80.0        80.0        80.0        80.0        80.0          80.0          80.0
PGN (GSA)        30.0        30.0        30.0        30.0        30.0        30.0        30.0        30.0          30.0          30.0
Jumlah      110.0      110.0      110.0      110.0      110.0      110.0      110.0      110.0       110.0       110.0
4 Tambaklorok Petronas (Approval GSA)       106.0       116.0       116.0       116.0       116.0       116.0
SPP (GSA‐IP)        50.0        50.0        50.0        50.0        50.0        50.0          50.0          50.0
Jumlah          ‐          ‐        50.0        50.0      156.0      166.0      166.0      166.0       166.0       166.0
5 Gresik Kodeco (GSA)*      123.0      123.0      123.0
Hess (GSA)          50.0          68.0          50.0          50.0          50.0          50.0          50.0          50.0          50.0          50.0
KEI (GSA)      130.0      130.0      130.0        60.0        60.0        60.0        60.0          60.0          60.0
MKS (GSA)        11.0        11.0        11.0
WNE (GSA)        20.0        20.0        20.0        17.0        12.0        12.0        12.0          12.0          12.0
Petronas‐Bukit Tua (potensi‐PJB)        25.0        54.0        62.0        47.0
AEI           8.0
Jumlah      192.0      352.0      334.0      225.0      181.0      184.0      169.0      122.0       122.0       122.0
6 Grati Santos Oyong (GSA‐IP)        57.5        50.0        40.0        40.0        40.0
Santos Wortel (GSA‐IP)           7.5        30.0        30.0        30.0        30.0        30.0        30.0        20.0          20.0          20.0
Parna Raya (Potensi‐IP)        40.0        40.0        40.0        40.0        40.0          40.0          40.0
Jumlah        65.0        80.0        70.0      110.0      110.0        70.0        70.0        60.0         60.0         60.0

Tabel 4.2 Perkiraan Pasokan Gas untuk Pembangkit PLN di luar Jawa Bali
No Pembangkit Pemasok 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Aceh Timur Medco Blok A         ‐         ‐       13.0       13.0       13.0       13.0       13.0       13.0       13.0       13.0
2 Belawan Kambuna       25.3       13.0         5.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
FSRU LNG Tangguh         ‐         ‐         ‐     105.0     105.0     105.0     105.0     155.0     155.0     155.0
Anggor (Potensi)       40.0       40.0       40.0       40.0       40.0       40.0       40.0
3 Teluk Lembu Kalila         5.0         9.0       30.0       30.0       30.0       30.0       30.0       30.0       30.0       30.0
4 PLTG sewa Bentu Kalila Bentu (Potensi)         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0
5 PLTG sewa Melibur Kondur (Potensi)         0.6         0.6         0.6         0.6
6 PLTG sewa Jabung Petro China (Potensi)       30.0       30.0       30.0       30.0       30.0       30.0
7 Sungai Gelam EMP Sungai Gelam         ‐         2.0         2.0         2.0         2.0         2.0         2.0         2.0         ‐         ‐
PEP ‐ TAC Sungai Gelam         ‐         2.5         2.5         2.5         2.5         2.5         2.5         ‐         ‐         ‐
8 Sengeti (CNG) PT Arthindo Utama         5.6         5.6         5.6         5.6         5.6         5.6
9 Simpang Tuan Perusda Jambi         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0
10 Payo Selincah Energasindo       18.0       18.0       18.0       18.0       18.0       18.0       18.0       18.0         ‐         ‐
Jambi Merang         4.0       25.0       25.0       25.0       25.0       25.0       25.0       25.0       25.0         ‐
11 Jakabaring (CNG) PDPDE Sumsel         ‐         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0         3.0         ‐
12 Indralaya Medco E&P Indonesia       19.3       24.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
13 Talang Duku PGN         8.0         8.0         8.0         8.0         8.0         8.0         8.0         8.0         ‐         ‐
14 Borang Medco E&P Indonesia       15.0       15.0       15.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
15 Keramasan Medco E&P Indonesia       22.0       22.0       22.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
Pertamina EP       15.0       15.0       15.0       15.0       15.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
16 Duri Jambi Merang         ‐       10.0       10.0       14.0       14.0       14.0       14.0       14.0       14.0         ‐
17 Rengat Jambi Merang         ‐         4.0         4.0         4.0         4.0         4.0         4.0         4.0         4.0         ‐
18 Tanjung Batu TAC Semco         7.0         7.0         7.0         7.0         7.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
19 Semberah TAC Semco         ‐         5.0         5.0         5.0         5.0         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐
18 Tarakan Lap Bangkudulis (Potensi)       18.0       18.0       18.0       18.0       18.0       18.0
19 Nunukan Medco (Potensi)         2.5         2.5         2.5         2.5         2.5         2.5         2.5         2.5
20 CBM Sangata VICO         0.5         0.5         0.5         0.5         0.5
21 PLTG Kolonedale Job PTM‐Medco Tiaka (Potensi)         2.0         2.0         2.0
        2.0         2.0         2.0         2.0         2.0
22 Sengkang EEES         ‐       15.0       15.0       15.0       15.0
      15.0       15.0       15.0       15.0       15.0
23 ANTAM + Indonesia EEES Kera (Potensi LNG)       70.0       70.0
      70.0       70.0
24 Luwuk Job PTM‐Medco Senoro (Potensi)         5.0         5.0
        5.0         5.0         5.0         5.0
25 Indonesia Tersebar Pertamina EP Matindok (Potensi)       20.0       20.0       20.0       20.0       20.0
26 KTI Tersebar Bontang (Potensi)       41.5       41.5       41.5       41.5       41.5       41.5       41.5       41.5
Jumlah    139.1    257.7    306.2    488.2    488.2    480.1    480.1    401.0    370.0    316.5

Pada Tabel 4.1 dan 4.2 diberikan perkiraan pasokan gas yang tersedia untuk
pembangkit PLN di Jawa Bali dan di luar Jawa Bali.
Seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, pasokan gas ke pembangkit
PLN pada umumnya akan menurun atau berkurang. Selain itu pengembangan
infrastruktur penyaluran gas dari sumur-sumur baru ke pembangkit PLN sangat
terbatas. Di lain pihak pembangkit PLN, khususnya PLTGU yang berada di
pusat beban, harus tetap dijalankan (must-run) karena peranannya tidak dapat

44 RUPTL 2011- 2020


digantikan oleh pembangkit di tempat lain. Selama ini pembangkit must run
tersebut terpaksa dioperasikan dengan BBM karena kekurangan pasokan gas.
Situasi tersebut mengharuskan PLN untuk memperoleh pasokan gas dalam
bentuk LNG walaupun pada harga yang relatif tinggi untuk digunakan pada
pembangkit tersebut. Pada saat ini telah direncanakan LNG floating storage &
regasification unit (FSRU) di 3 lokasi, yaitu Belawan untuk memasok PLTGU
Belawan32, Jakarta untuk memasok PLTGU Muara Karang dan Priok, serta
Jawa Tengah atau Jawa Timur untuk memasok kebutuhan gas di pulau Jawa
secara umum33. Pasokan LNG ke FSRU tersebut akan berasal dari Bontang,
Tangguh atau impor.
PLN terus berupaya memperoleh pasokan gas dimanapun tersedia, karena
tersedianya gas dapat dengan cepat dan mudah diubah menjadi listrik34 untuk
memenuhi kebutuhan listrik setempat, terutama di daerah yang telah lama
menderita kekurangan listrik. PLN akan membeli gas pada semua volume,
termasuk gas dari sumber-sumber yang sangat kecil, gas flare dan gas
marginal.
Selain itu apabila dalam suatu sistem kelistrikan telah tersedia pembangkit
baseload yang cukup, PLN bermaksud untuk sedapat mungkin menyimpan gas
lapangan (gas pipa) dalam bentuk compressed natural gas (CNG) dan
memakainya untuk pembangkit peaking. Dengan cara ini PLN dapat
meningkatkan nilai dari gas karena menggantikan BBM pada pembangkit
peaking.
Dalam hal PLN memperoleh alokasi gas dalam bentuk LNG, seperti dari
Bontang, Donggi-Senoro, Tangguh atau Sengkang, PLN bermaksud akan
mendistribusikannya ke sejumlah pembangkit peaking tersebar dengan
teknologi mini-LNG. Hal ini telah diprogramkan oleh PLN untuk wilayah operasi
Indonesia Timur.
Kendala lain dari penggunaan gas alam untuk pembangkit listrik PLN adalah
tidak tersedianya pipa transmisi gas alam ataupun fasilitas pendukung dari
sumber-sumbernya ke pusat pembangkit. PLN menyambut baik rencana

32
Pemerintah telah mengkaji opsi FSRU Belawan digantikan dengan memanfaatkan fasilitas
LNG plant di Arun.
33
Dikaitkan dengan rencana pembangunan pipa gas “Trans Jawa” di sepanjang pulau Jawa.
34
Membangun pembangkit berbahan bakar gas dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

RUPTL 2011- 2020 45


pembangunan pipa gas Trans-Jawa oleh Pertagas karena hal itu akan
mengintegrasikan sumber-sumber gas di Jawa dan sangat membantu
fleksibilitas operasi pasokan gas ke pusat-pusat pembangkit PLN di pulau
Jawa.
Pada dasarnya pembangkit-pembangkit berbahan bakar gas alam dioperasikan
untuk memikul beban medium (mid-merit). Namun pada beberapa kontrak
pasokan gas terdapat ketentuan pemakaian gas yang membuat pembangkit
gas dioperasikan untuk mengisi beban dasar. Kesulitan dalam memperoleh
pasokan gas yang cukup dan berkelanjutan telah mendorong pemanfaatan
batubara yang lebih banyak untuk pembangkit tenaga listrik, sehingga
beberapa PLTU batubara di masa depan juga berperan sebagai pemikul beban
menengah dengan faktor kapasitas yang relatif rendah (50-60%).
PLN berupaya mengurangi pemakaian BBM yang dipakai pada pembangkit
beban puncak dengan beralih ke CNG atau LNG/ mini-LNG. Hal ini akan
dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

4.2.1 LNG dan Mini-LNG


PLN merencanakan pemanfaatan LNG untuk pembangkit beban puncak dan
pembangkit yang bersifat must-run di sistem kelistrikan Jawa-Bali dan
Sumatera. Sedangkan di Indonesia Timur dan Barat PLN merencanakan
pemanfaatan mini-LNG untuk pembangkit beban puncak. Mengingat harga gas
dari mini-LNG sangat tinggi, maka gas ini hanya dipakai untuk pembangkit
peaking, bukan untuk pembangkit beban dasar.
Beberapa daerah di Indonesia Barat yang direncanakan memanfaatkan LNG:
• Belawan: PLN mengambil LNG sebanyak yang diperlukan untuk
pembangkit beban puncak dan pembangkit must-run, dan PLN tidak
memakai LNG untuk pembangkit baseload karena pertimbangan
keekonoman. LNG dari BP Tangguh akan dipakai sebagai berikut:
PLTGU Belawan dgn CF <50% memerlukan LNG 60 bbtud dan PLTG
peaker (400+50+90 MW) memerlukan LNG 25 bbtud. Apabila terdapat
keterlambatan proyek PLTU batubara seperti PLTU Pangkalan Susu,
maka Belawan dapat memakai LNG lebih banyak, yaitu hingga total 140
mmscfd.
• Gas Jabung (Jambi): Terdapat potensi gas sebesar 20-30 bbtud dari
lapangan Jabung dengan jangka waktu sampai dengan 7 tahun. PLN

46 RUPTL 2011- 2020


menginginkan gas tersebut dapat dikonversi menjadi mini LNG untuk
memenuhi kebutuhan pembangkit beban puncak tersebar di Sumbagsel
sebesar 500 MW pada tahun 2014. Sementara fasilitas LNG belum
terbangun, gas akan dialirkan ke PLTGU Muara Tawar dengan metode
swap.
Pemanfaatan LNG/mini-LNG di Indonesia Timur adalah:
• Senoro, Bontang, Sengkang, Salawati, Simenggaris: PLN akan
mengambil gas dari sumber tersebut dalam bentuk LNG untuk
digunakan di pembangkit peaking 50 MW di Bontang, 50 MW di
Balikpapan, 50 MW di Samarinda, 150 MW di Sulawesi Selatan, 25 MW
di Minahasa dan 60 MW di Lombok, sepanjang layak secara
keekonomian.
Pemanfaatan LNG untuk sistem Jawa Bali mempertimbangkan harga LNG
yang relatif tinggi, sehingga LNG hanya dipakai untuk pembangkit beban
puncak dan pembangkit must-run. Pembangkit must-run dimaksud adalah
PLTGU/PLTG Muara Karang, Priok dan Muara Tawar yang peranannya belum
dapat digantikan oleh pembangkit yang lain. PLTGU Muara Karang dan Priok
dijalankan untuk menghabiskan pasokan gas pipa yang ada, dan
kekurangannya dipenuhi dengan LNG. Sedangkan kebutuhan gas/LNG untuk
Muara Tawar dihitung berdasar peran pembangkit ini di sistem, yaitu
dioperasikan sebagai peaker untuk mendukung tegangan sistem 500 kV di
subsistem Jakarta. Namun karena perioda beban puncak Jakarta sangat
panjang, yaitu dari jam 9 pagi sampai dengan jam 10 malam, maka kebutuhan
gasnya cukup besar dan diharapkan dapat dipenuhi dengan LNG.

4.2.2 CNG (Compressed Natural Gas)


Teknologi CNG untuk memenuhi kebutuhan gas suatu pembangkit merupakan
teknologi yang relatif baru dan untuk itu perlu dikaji kelayakan baik teknis dan
ekonomis terlebih dahulu. Namun PLN telah memetakan potensi pemanfaatan
CNG untuk Indonesia Barat dan Timur. CNG akan diarahkan untuk
memanfaatkan potensi sumur-sumur gas dengan kapasitas relatif kecil maupun
sumur gas marginal. Saat ini sudah disepakati pembangunan CNG storage oleh
pemasok gas di Sumatera Selatan yang gasnya akan dimanfaatkan untuk
PLTG Peaking Jaka Baring (40 MW), yang diharapkan mulai beroperasi pada
akhir tahun 2012.

RUPTL 2011- 2020 47


Potensi pemanfaatan CNG di Indonesia Barat adalah:
• CNG Sungai Gelam dengan kapasitas sebesar 4,5 bbtud akan
digunakan untuk pembangkit peaking.
• Gas Jambi Merang sebesar 85 bbtud akan dialokasikan untuk
pembangkit PLTGU Duri (IPP) 2x45 MW, PLTG Payoselincah 100 MW,
PLTG sewa 20 MW di Rengat dan pembangkit di Duri dengan kapasitas
sekitar 160 MW.
Potensi pemanfaatan CNG di Indonesia Timur adalah PLTG Bangkanai,
Kalimantan Tengah.

4.2.3 Coal Bed Methane (CBM)


PLN berkeinginan untuk memanfaatkan gas non-konvensional, yaitu CBM (coal
bed methane). Reserve gas CBM diperkirakan lebih besar daripada reserve gas
konvensional, terutama di South Sumatera Basin (183 Tcf) dan Kutai Basin.
PLN pada saat ini tengah melakukan studi bersama Exxon-Mobil mengenai
pengembangan CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia.
Disamping itu, saat ini sedang dilakukan proses negosiasi dengan VICO untuk
rencana pasokan gas dari lapangan CBM di Kalimantan Selatan.

4.3 PANAS BUMI

Terdapat beberapa laporan studi mengenai resource dan reserve tenaga panas
bumi di Indonesia yang menyajikan angka-angka yang berbeda. Salah satunya
adalah laporan studi oleh WestJEC pada tahun 2007 Master Plan Study for
Geothermal Power Development in the Republic of Indonesia. Menurut laporan
tersebut, potensi panas bumi Indonesia yang dapat dieksploitasi adalah
9.000 MW, tersebar di 50 lapangan, dengan potensi minimal 12.000 MW.
Dalam RUPTL ini terdapat rencana untuk mengembangkan banyak proyek
PLTP, terutama di Sumatera, Jawa dan beberapa di Sulawesi Utara dan Nusa
Tenggara dan Maluku. Dalam penugasan Pemerintah kepada PLN untuk
mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan energi
terbarukan sesuai Peraturan Presiden No. 4/2010 dan Peraturan Menteri ESDM
No. 15/201035 saja terdapat hampir 4000 MW proyek PLTP untuk beroperasi

35
Dikenal sebagai program percepatan pembangunan pembangkit tahap 2, atau fast track
program phase 2 (FTP2).

48 RUPTL 2011- 2020


pada tahun 2014. Pada kenyataannya proyek PLTP tersebut tidak berjalan
seperti yang diharapkan karena berbagai masalah. PLN berharap masalah-
masalah yang menghambat pengembangan panas bumi tersebut dapat segera
diatasi.

4.4 TENAGA AIR

Potensi tenaga air di Indonesia menurut Hydro Power Potential Study (HPPS)
pada tahun 1983 adalah 75.000 MW, dan angka ini diulang kembali pada Hydro
power inventory study pada tahun 1993. Namun pada laporan Master Plan
Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon Koei pada tahun
2011, potensi tenaga air setelah menjalani screening lebih lanjut36 adalah
26.321 MW, yang terdiri dari proyek yang sudah beroperasi (4.338 MW), proyek
yang sudah direncanakan dan sedang konstruksi (5.956 MW) dan potensi baru
(16.027 MW). Dalam laporan studi tahun 2011 tersebut, potensi tenaga air
diklasifikasikan dalam 4 kelompok sesuai tingkat kesulitannya, mulai dari tidak
begitu sulit hingga sangat sulit. Berdasarkan hal tersebut studi ini
merekomendasikan daftar kandidat proyek PLTA seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Kandidat Proyek PLTA Berdasarkan Masterplan Of Hydro Power Development
KAP.  PLN/ KAP.  PLN/ KAP.  PLN/
NO NAMA TIPE PROVINSI COD    NO NAMA TIPE PROVINSI COD    NO NAMA TIPE PROVINSI COD
(MW) IPP (MW) IPP (MW) IPP
1 Peusangan 1‐2 ROR Aceh 86 2015 PLN 28 Pinoh RES Kalbar 198 2020 PLN 54 Batang Hari‐4 RES Sumbar 216 2027 PLN
2 Jambo Papeun‐3 ROR Aceh 25 2019 PLN 29 Kelai‐2 RES Kaltim 168 2020 PLN 55 Kuantan‐2 RES Sumbar 272 2028 PLN
3 Kluet‐1 ROR Aceh 41 2019 PLN 30 Besai‐2 ROR Lampung 44 2020 PLN 56 Endikat‐2 ROR Sumsel 22 2019 PLN
4 Meulaboh‐5 ROR Aceh 43 2019 PLN 31 Semung‐3 ROR Lampung 21 2020 PLN 57 Asahan 3 ROR Sumut 174 2015 PLN
5 Peusangan‐4 ROR Aceh 31 2019 PLN 32 Isal‐2 RES Maluku 60 2019 PLN 58 Asahan 4‐5 RES Sumut 60 2017 PLN
6 Kluet‐3 ROR Aceh 24 2021 PLN 33 Tina ROR Maluku 12 2020 PLN 59 Simanggo‐2 ROR Sumut 59 2018 PLN
7 Sibubung‐1 ROR Aceh 32 2021 PLN 34 Tala RES Maluku 54 2021 PLN 60 Kumbih‐3 ROR Sumut 42 2019 PLN
8 Seunangan‐3 ROR Aceh 31 2021 PLN 35 Wai Rantjang ROR NTT 11 2020 PLN 61 Sibundong‐4 ROR Sumut 32 2019 PLN
9 Teunom‐1 RES Aceh 24 2023 PLN 36 Bakaru (2nd) ROR Sulsel 126 2016 PLN 62 Bila‐2 ROR Sumut 42 2019 PLN
10 Woyla‐2 RES Aceh 242 2024 PLN 37 Poko RES Sulsel 233 2020 PLN 63 Raisan‐1 ROR Sumut 26 2020 PLN
11 Ramasan‐1 RES Aceh 119 2024 PLN 38 Masuni RES Sulsel 400 2023 PLN 64 Toru‐2 (Tapanuli Utara) ROR Sumut 34 2020 PLN
12 Teripa‐4 RES Aceh 185 2024 PLN 39 Mong RES Sulsel 256 2024 PLN 65 Ordi‐5 ROR Sumut 27 2020 PLN
13 Teunom‐3 RES Aceh 102 2024 PLN 40 Batu RES Sulsel 271 2027 PLN 66 Ordi‐3 ROR Sumut 18 2020 PLN
14 Tampur‐1 RES Aceh 330 2025 PLN 41 Poso‐2 ROR Sulteng 133 2011 PLN 67 Siria ROR Sumut 17 2020 PLN
15 Teunom‐2 RES Aceh 230 2026 PLN 42 Poso‐1 ROR Sulteng 204 2011 PLN 68 Lake Toba PST Sumut 400 2020 PLN
16 Padang Guci‐2 ROR Bengkulu 21 2020 PLN 43 Lariang‐6 RES Sulteng 209 2024 PLN 69 Toru‐3 (Tapanuli Utara) RES Sumut 228 2026 PLN
17 Warsamson RES Irian Jaya 49 2019 PLN 44 Konaweha‐3 RES Sulteng 24 2026 PLN 70 Lawe Mamas ROR Aceh 50 2016 IPP
18 Jatigede RES Jabar 175 2014 PLN 45 Lasolo‐4 RES Sulteng 100 2026 PLN 71 Simpang Aur ROR Bengkulu 29 2014 IPP
19 Upper Cisokan‐PS PST Jabar 1000 2015 PLN 46 Watunohu‐1 ROR Sultra 57 2020 PLN 72 Rajamandala ROR Jabar 58 2014 IPP
20 Matenggeng PST Jabar 887 2020 PLN 47 Tamboli ROR Sultra 26 2020 PLN 73 Cibareno‐1 ROR Jabar 18 2020 IPP
21 Merangin‐2 ROR Jambi 350 2016 PLN 48 Sawangan ROR Sulut 16 2014 PLN 74 Mala‐2 ROR Maluku 30 2020 IPP
22 Merangin‐5 RES Jambi 24 2024 PLN 49 Poigar‐3 ROR Sulut 14 PLN 75 Malea ROR Sulsel 182 2017 IPP
23 Maung RES Jateng 360 2028 PLN 50 Masang‐2 ROR Sumbar 40 2018 PLN 76 Bonto Batu ROR Sulsel 100 2017 IPP
24 Kalikonto‐2 Jatim 62 2016 PLN 51 Sinamar‐2 ROR Sumbar 26 2020 PLN 77 Karama‐1 RES Sulsel 800 2022 IPP
25 Karangkates Ext. RES Jatim 100 2018 PLN 52 Sinamar‐1 ROR Sumbar 37 2020 PLN 78 Gumanti‐1 ROR Sumbar 16 2020 IPP
26 Grindulu‐PS‐3 PST Jatim 1000 2021 PLN 53 Anai‐1 ROR Sumbar 19 2020 PLN 79 Wampu ROR Sumut 84 2016 IPP
27 K. Konto‐PS PST Jatim 1000 2027 PLN

36
Screening yang melihat kesulitan dari aspek status kehutanan (nature forest reserve), sosial
(resettlement), luas reservoir.

RUPTL 2011- 2020 49


COD yang dimaksud pada tabel 4.3 adalah COD tercepat menurut master plan
namun dapat diubah sesuai kebutuhan.
PLN bermaksud akan mengembangkan sebagian besar dari potensi tenaga air
tersebut sebagai proyek PLN.

4.5 ENERGI BARU DAN TERBARUKAN LAINNYA

Bentuk EBT lainnya yang tersedia di Indonesia adalah biomasa, energi


matahari dan energi kelautan. Besarnya potensi dan pemanfaatan energi
terbarukan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Potensi dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan

Energi Baru dan Rasio


No Sumber Daya Kapasitas Terpasang
Terbarukan (%)

1 2 3 4 = 3/2
1 Mini/Mikrohidro 500 MWe 86,1 MWe 17,22
2 Biomass 49.810 Mwe 445,0 MWe 0,89
2
3 Tenaga Surya 4,80 kWh/m /hari 12,1 MWe -
4 Tenaga Angin 9.290 MWe 1,1 MWe 0,01
5 Kelautan 240 GWe 1,1 MWe 0,01

Sumber: Draft KEN 2010-2050

4.6 NUKLIR

Dalam RUPTL ini belum terdapat program pengembangan tenaga nuklir. Hal ini
terjadi karena dalam proses optimisasi pemilihan kandidat pembangkit, ternyata
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tidak dapat bersaing dengan jenis
pembangkit baseload lainnya, yaitu PLTU batubara kelas 1.000 MW ultra
supercritical.
Kesulitan terbesar dalam merencanakan PLTN adalah tidak jelasnya biaya
kapital dan biaya O&M yang terkait dengan spent fuel disposal, dan biaya
decommisioning. Untuk biaya kapital misalnya, sebuah studi bersama antara
PLN dan sebuah perusahaan listrik dari luar negeri mengindikasikan biaya
pembangunan PLTN sebesar $ 1.700/kW (EPC saja) atau $ 2.300/kW (setelah
memperhitungkan biaya bunga pinjaman selama konstruksi). Angka tersebut
kini dipandang terlalu rendah, karena menurut laporan mutakhir (tahun 2009),

50 RUPTL 2011- 2020


biaya pembangunan PLTN pada beberapa negara telah mencapai US$ 3.500
hingga US$ 5.500 /kW.
Selain itu harga uranium dunia juga terus naik sejalan dengan kebangkitan
program tenaga nuklir pada banyak negara di dunia. Harga uranium yang pada
tahun 2006 adalah sekitar US$ 30/lb, saat ini telah mencapai US$ 130/lb.
Kenaikan harga uranium ini sebetulnya tidak banyak mempengaruhi
keekonomian PLTN mengingat beroperasinya PLTN hanya memerlukan
uranium dalam jumlah sedikit, namun tetap saja kenaikan harga uranium dunia
ini perlu terus dipantau.
Dengan semakin mahalnya harga BBM yang juga diikuti oleh kenaikan harga
energi primer lainnya seperti batubara dan gas alam, dan semakin nyatanya
ancaman emisi karbon terhadap perubahan iklim global, telah membuat PLTN
menjadi salah satu opsi sumber energi yang sangat menarik untuk ikut
memenuhi kebutuhan listrik Indonesia apabila biaya EPC, biaya pengelolaan
spent fuel dan biaya decomisioning telah menjadi semakin jelas.
Disadari bahwa pengambilan keputusan untuk membangun PLTN tidak
semata-mata didasarkan pada pertimbangan keekonomian dan keenergian,
namun juga pertimbangan lain seperti aspek politik, keselamatan, penerimaan
sosial, budaya dan lingkungan. Apalagi dengan terjadinya kecelakaan PLTN
Fukushima Daichi pada bulan Maret 2011 yang sangat buruk dimana ribuan
penduduk yang semula bermukim di dekat PLTN tersebut harus diungsikan ke
daerah yang aman, telah menyebabkan eskalasi penentangan terhadap
pengembangan tenaga nuklir untuk pembangkit tenaga listrik. Dengan adanya
berbagai aspek yang multi dimensional tersebut, program pembangunan PLTN
hanya dapat diputuskan oleh Pemerintah.

RUPTL 2011- 2020 51


BAB V
RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK 2011 – 2020

5.1 KRITERIA PERENCANAAN

5.1.1 Perencanaan Pembangkit


5.1.1.1 Sistem Interkoneksi
Perencanaan sistem pembangkit bertujuan untuk mendapatkan konfigurasi
pengembangan pembangkit yang memberikan nilai NPV total biaya penyediaan
listrik termurah (least cost) dalam suatu kurun waktu periode perencanaan, dan
memenuhi kriteria keandalan tertentu. Konfigurasi termurah diperoleh melalui
proses optimasi suatu objective function yang mencakup NPV dari biaya
kapital, biaya bahan bakar, biaya operasi dan pemeliharaan dan biaya energy
not served. Selain itu diperhitungkan juga nilai sisa (salvage value) dari
pembangkit yang terpilih pada tahun akhir perioda studi. Simulasi dan
optimisasi dilakukan dengan menggunakan model yang disebut WASP (Wien
Automatic System Planning).
Kriteria keandalan yang dipergunakan adalah Loss of Load Probability (LOLP)
lebih kecil dari 0.274%. Hal ini berarti kemungkinan/probabilitas terjadinya
beban puncak melampaui kapasitas pembangkit yang tersedia adalah lebih
kecil dari 0.274%.
Perhitungan kapasitas pembangkit dengan kriteria LOLP menghasilkan reserve
margin tertentu yang nilainya tergantung pada tingkat ketersediaan (availability)
setiap unit pembangkit, jumlah unit, ukuran unit, dan jenis unit37.
Pada sistem Jawa Bali, kriteria LOLP < 0.274% adalah setara dengan reserve
margin > 25-30% dengan basis daya mampu netto. Apabila dinyatakan dengan
daya terpasang, maka reserve margin yang dibutuhkan adalah sekitar 35%38.
Sedangkan untuk sistem-sistem di wilayah operasi Indonesia Timur dan Barat
ditetapkan sekitar 40% dengan mengingat jumlah unit pembangkit yang lebih

37
Unit tenaga air yang outputnya sangat dipengaruhi oleh variasi musim mempunyai nilai EAF
(equivalent availability factor) yang berdampak besar pada LOLP dan ketercukupan energi.
38
Dengan asumsi derating pembangkit sekitar 5%.

52 RUPTL 2011- 2020


sedikit, derating yang prosentasenya lebih besar, dan pertumbuhan yang lebih
tinggi dibanding Jawa Bali.
Pembangkit energi terbarukan, khususnya panasbumi dan tenaga air, dalam
proses optimisasi diperlakukan sebagai fixed system (dipaksa/ditetapkan
masuk sistem) pada tahun-tahun yang sesuai dengan kesiapan proyek
tersebut.
Rencana pengembangan kapasitas pembangkitan dibuat dengan
memperhitungkan proyek-proyek yang sedang berjalan dan yang telah
committed39, baik proyek PLN maupun IPP, dan tidak memperhitungkan semua
pembangkit sewa serta excess power. Selain itu beberapa pembangkit
berbahanbakar minyak yang sudah tua, tidak efisien dan dapat digantikan
perannya dengan PLTU batubara, direncanakan akan dihapuskan (retired) atau
dibuat sebagai pembangkit stand by yang tidak dioperasikan tetapi tetap
dipelihara (mothballed).
Selanjutnya penambahan kapasitas pembangkit pemikul beban dasar
diutamakan berupa pembangkit berbahan bakar batubara, dan pembangkit
sumber energi terbarukan (panas bumi dan tenaga air non-reservoir).
Untuk kepentingan perhitungan proyeksi BPP jangka panjang, simulasi
produksi dilakukan dengan menggunakan neraca daya yang telah dimodifikasi
dengan mengeluarkan proyek-proyek pembangkit yang realisasinya
diperkirakan tidak pasti.
5.1.1.2 Sistem Kecil Tidak Interkoneksi / Isolated
Perencanaan pembangkitan pada sistem-sistem yang masih kecil dan belum
interkoneksi (isolated) tidak menggunakan metoda probabilistik maupun
optimisasi keekonomian, namun menggunakan metoda determinisitik. Pada
metoda ini, perencanaan dibuat dengan kriteria N-2, yaitu cadangan minimum
harus lebih besar dari 1 unit terbesar pertama dan 1 unit terbesar kedua.
Definisi cadangan disini adalah selisih antara daya mampu total pembangkit
yang ada dan beban puncak.

39
Yang dimaksud dengan proyek committed adalah proyek PLN yang telah jelas alokasi
pendanaannya, dan proyek IPP yang telah mempunyai Power Purchase Agreement (PPA) atau
paling tidak telah ada Head of Agreement (HOA).

RUPTL 2011- 2020 53


5.1.1.3 Life Extension dan Rehabilitasi Pembangkit Existing
Suatu pembangkit tenaga listrik didesain untuk beroperasi secara ekonomis
selama umur tekno-ekonomisnya (life-time). Sebuah unit pembangkit dapat
menjalani mid-life refurbishment untuk mempertahankan kapasitas, efisiensi,
menjaga kesiapan dan keandalan mesin yang sesuai sifatnya harus dipelihara
dan dilakukan penggantian parts yang aus. Kemudian, pada akhir umurnya
sebuah pembangkit masih dapat diperpanjang umurnya (life extension) dengan
melakukan rehabilitasi/refurbishment pada komponen-komponen tertentu.
RUPTL ini mencantumkan biaya investasi (capex) yang diperlukan untuk itu.
Keputusan untuk melakukan life-extension atau menutup/menghentikan suatu
pembangkit memerlukan kajian yang mencari solusi optimal antara opsi life
extension dan membangun pembangkit baru.

5.1.2 Perencanaan Transmisi


Perencanaan transmisi dibuat dengan menggunakan kriteria keandalan N-1,
baik statis maupun dinamis. Kriteria N-1 statis mensyaratkan apabila suatu sirkit
transmisi padam, baik karena mengalami gangguan maupun dalam
pemeliharaan, maka sirkit-sirkit transmisi yang tersisa harus mampu
menyalurkan keseluruhan arus beban, sehingga kontinuitas penyaluran tenaga
listrik terjaga. Kriteria N-1 dinamis mensyaratkan apabila terjadi gangguan
hubung singkat 3 fasa yang diikuti oleh hilangnya satu sirkit transmisi maka
tidak menyebabkan kehilangan ikatan sinkron antara suatu kelompok generator
dan kelompok generator lainnya.
Penambahan kapasitas transmisi direncanakan untuk memperoleh
keseimbangan antara kapasitas pembangkitan dan kebutuhan beban,
disamping untuk mengatasi bottleneck, meningkatkan keandalan sistem, dan
memenuhi kriteria mutu tegangan tertentu.
Kriteria yang pada umumnya diterapkan dalam RUPTL ini adalah kebutuhan
penambahan kapasitas trafo di suatu GI ditentukan pada saat pembebanan
trafo mencapai 70%-80%.
Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh ketersediaan
lahan, kapasitas transmisi dan jumlah penyulang keluar yang dapat ditampung
oleh GI tersebut. Dengan kriteria tersebut suatu GI dapat mempunyai 3 atau
lebih unit trafo. Sebuah GI baru diperlukan jika GI-GI terdekat yang ada tidak
dapat menampung pertumbuhan beban lagi karena keterbatasan tersebut.

54 RUPTL 2011- 2020


Pengembangan GI baru juga dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan yang
baik di ujung jaringan tegangan menengah.
Pada RUPTL 2011-2020 ini juga direncanakan pembangunan GI minimalis,
yaitu sebuah GI dengan spesifikasi yang paling minimal (single busbar atau
bahkan tanpa busbar; peralatan proteksi & kontrol, supply AC/DC & battery
dikemas dalam kontainer; tanpa operator) dan konfigurasi GI taping (single pi
atau T) namun dapat terus dikembangkan hingga menjadi sebuah GI yang
lengkap/sempurna. Penerapan GI minimalis hanya dilakukan pada daerah yang
sudah dilalui transmisi 150 kV eksisting. Tujuan pembangunan GI minimalis ini
adalah untuk dapat mengambil alih beban sistem isolated secara lebih cepat
dari timing normal kebutuhan GI, pada sistem yang selama ini masih
dioperasikan dengan PLTD. GI minimalis juga dapat diterapkan untuk memasok
lokasi yang sebelumya dipasok dari jaringan 20 kV yang sangat panjang dan
mengalami drop tegangan yang besar.

5.1.3 Perencanaan Distribusi


Perencanaan sistem distribusi dibuat dengan memperhatikan kriteria sebagai
berikut:

• Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untuk


menjaga agar tegangan pelayanan sesuai standar SPLN 72:1987.

• Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yang
lebih andal seperti spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kota
minimal berupa saluran radial yang dapat dipasok dari 2 sumber.

• Mengendalikan susut teknis jaringan distribusi pada tingkat yang optimal.

• Program listrik desa dilaksanakan dalam kerangka perencanaan sistem


kelistrikan secara menyeluruh dan tidak memperburuk kinerja jaringan dan
biaya pokok penyediaan.
Selain itu perencanaan sistem distribusi juga diarahkan untuk meningkatkan
kontinuitas pasokan kepada pelanggan (menekan SAIDI dan SAIFI) dengan
upaya:

• Membangun SCADA Distribusi untuk ibukota propinsi dan kota-kota lain


yang minimal dipasok oleh 2 Gardu Induk dan 15 feeder,

RUPTL 2011- 2020 55


• Mengoptimalkan pemanfaatan recloser atau AVS yang terpasang di SUTM,
dikoordinasikan dengan reclosing relay penyulang di GI. Memonitor
pengoperasian recloser atau AVS, dan menyempurnakan metode
pemeliharaan-periodiknya.

• Dimungkinkan menggunakan DAS (Distribution Automation System) pada


daerah yang sangat padat beban dan potensi pendapatan tinggi.
Sasaran perencanaan sistem distribusi adalah menyediakan sarana
pendistribusian tenaga listrik yang cukup, andal, berkualitas, efisien, dan susut
teknis wajar.
Perencanaan kebutuhan fisik jaringan distribusi dikelompokkan dalam dua
kegiatan, yaitu penyambungan pelanggan dan perkuatan distribusi dengan
perincian sebagai berikut:

– Perluasan sistem distribusi untuk mengantisipasi pertumbuhan penjualan


energi listrik
– Mempertahankan/meningkatkan keandalan (reliability) dan kualitas
pelayanan tenaga listrik pada pelanggan (power quality).
– Menurunkan susut teknis jaringan
– Rehabilitasi jaringan tua.
– Pengembangan dan perbaikan sarana pelayanan
Kebutuhan fisik yang diperlukan untuk perluasan sistem distribusi dalam rangka
mengantisipasi pertumbuhan beban puncak sebagai akibat pertumbuhan
penjualan energi merupakan fungsi dari beberapa variabel yaitu antara lain:

– Beban puncak di sisi tegangan menengah (TM) dan tegangan rendah (TR),
– Luas area yang dilayani,
– Distribusi beban (tersebar merata, terkonsentrasi, dsb),
– Jatuh tegangan maksimum yang diperbolehkan pada jaringan,
– Ukuran penampang konduktor yang dipergunakan,
– Fasilitas sistem distribusi terpasang (jaringan tegangan menengah/JTM,
gardu distribusi/GD, jaringan tegangan rendah/JTR, automatic voltage
regulator/AVR dsb).
Dengan didorongnya pengembangan energi terbarukan oleh pemerintah seperti
dimaksud dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 tahun 2009, maka
pembangkit energi terbarukan sampai dengan 10 MW dapat tersambung
langsung ke jaringan distribusi. Penyambungan pembangkit tersebut harus
memenuhi ketentuan Aturan Distribusi (Distribution Code).

56 RUPTL 2011- 2020


5.2 ASUMSI DALAM PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Merujuk pada Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009


tentang Ketenagalistrikan, PLN selaku Pemegang Ijin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik untuk Umum wajib menyediakan tenaga listrik secara terus-
menerus, dalam jumlah yang cukup dan dengan mutu dan keandalan yang
baik. Dengan demikian PLN harus mampu melayani kebutuhan tenaga listrik
saat ini maupun di masa yang akan datang agar PLN dapat memenuhi
kewajiban yang diminta oleh Undang-Undang tersebut. Sebagai langkah awal
PLN harus dapat memperkirakan kebutuhan tenaga listrik paling tidak hingga
10 tahun ke depan.
Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah didorong oleh tiga faktor utama,
yaitu pertumbuhan ekonomi, program elektrifikasi dan pengalihan captive power
ke jaringan PLN.
Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian yang sederhana adalah proses
meningkatkan output barang dan jasa. Proses tersebut memerlukan tenaga
listrik sebagai salah satu input untuk menunjangnya, disamping input-input
barang dan jasa lainnya. Disamping itu hasil dari pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong peningkatan permintaan
barang-barang / peralatan listrik seperti radio, TV, AC, lemari es dan lainnya.
Akibatnya permintaan tenaga listrik akan meningkat.
Faktor kedua adalah program elektrifikasi. Sebagai upaya PLN untuk
mendukung program pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi maka
PLN perlu melistriki semua masyarakat yang ada dalam wilayah usahanya. Hal
ini secara langsung akan menjaga eksistensi wilayah usaha PLN dan sekaligus
meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, khususnya pada daerah-daerah
yang telah menjadi wilayah usaha PLN.
PLN dalam RUPTL ini berencana untuk menambah pelanggan baru yang
besar, yaitu rata-rata 2,6 juta per tahun, sehingga rasio elektrifikasi akan
mencapai 94% pada tahun 2020. Penambahan pelanggan baru tersebut tidak
hanya mencakup mereka yang berada di wilayah usaha PLN saat ini tetapi juga
mencakup mereka yang berada di luar wilayah usaha.
Faktor ketiga yang menjadi pendorong pertumbuhan permintaan tenaga listrik
PLN adalah pengalihan dari captive power (penggunaan pembangkit sendiri

RUPTL 2011- 2020 57


berbahan bakar minyak) menjadi pelanggan PLN. Captive power ini timbul
sebagai akibat dari ketidakmampuan PLN memenuhi permintaan pelanggan di
suatu daerah, terutama pelanggan industri dan bisnis. Bilamana kemampuan
PLN untuk melayani di daerah tersebut telah meningkat, maka captive power ini
dengan berbagai pertimbangannya akan beralih menjadi pelanggan PLN.
Pengalihan captive power ke PLN juga didorong oleh tingginya harga BBM
untuk membangkitkan tenaga listrik milik konsumen industri / bisnis, sementara
harga jual listrik PLN relatif lebih murah. Faktor ketiga ini sangat bergantung
kepada kemampuan pasokan PLN di suatu daerah/sistem kelistrikan dan
skema bisnis jual beli listrik PLN dengan captive power, jadi tidak berlaku
umum.
Faktor lain yang bisa mempengaruhi pertumbuhan kebutuhan listrik adalah
kemampuan finansial perusahaan untuk melakukan investasi dalam rangka
melayani kebutuhan pelanggan dan masyarakat untuk mendapatkan pasokan
listrik yang cukup dan andal. Penyambungan pelanggan baru tergantung dari
ketersediaan pendanaan.
Penyusunan prakiraan kebutuhan listrik dibuat dengan menggunakan sebuah
model prakiraan beban yang disebut “Simple-E”. Model ini merupakan metode
regresi yang menggunakan data historis dari penjualan energi listrik, daya
tersambung, jumlah pelanggan, pertumbuhan ekonomi, dan populasi untuk
membentuk persamaan yang fit. Kemudian untuk memproyeksikan kebutuhan
listrik ke depan dipilih variabel bebas yang mempunyai pengaruh besar
(korelasi yang kuat) terhadap permintaan listrik, yaitu pertumbuhan ekonomi
dan populasi. Dalam hal terdapat daftar tunggu yang cukup besar, maka
digunakan juga daya tersambung sebagai variabel. Aplikasi ini dilengkapi juga
dengan fasilitas melihat tingkat ketelitian dari model yang dibentuk seperti
parameter tingkat korelasi, dan uji statistik.

5.2.1 Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan perekonomian Indonesia selama 11 tahun terakhir yang
dinyatakan dalam produk domestik bruto (PDB) dengan harga konstan tahun
2000 mengalami kenaikan rata-rata 5,18% per tahun, atau lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan 4 tahun terakhir yang mencapai 5,5% – 6,32%
seperti diperlihatkan pada Tabel 5.1.

58 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

PDB 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

PDB (Triliun Rp) 1.39 1.44 1.50 1.57 1.66 1.75 1.85 1.96 2.08 2.17 2.22
Growth PDB (%) 4,90 3,83 4,31 4,78 5,05 5,67 5,50 6,32 6,06 4,50 6,08

Sumber: Statistik Indonesia, BPS

Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang relatif rendah (4,5%) sebagaimana


terlihat pada tabel 5.1 disebabkan oleh imbas krisis financial global yang terjadi
pada tahun 2008 dan berlanjut ke 2009. Perekonomian Indonesia kembali pulih
pada tahun 2010 dengan pertumbuhan 6,1%. Pemerintah memandang
pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik sebagaimana dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2011-2014.
Memperhatikan perkembangan kondisi ekonomi tersebut diatas, maka RUPTL
ini mengadopsi asumsi pertumbuhan ekonomi nasional yang digunakan dalam
RPJMN 2011-2014 dan Draft RUKN 2010 – 2029 untuk periode diatas 2014
sebesar 6,9% per tahun, selanjutnya oleh PLN angka tersebut dijabarkan
menjadi seperti diperlihatkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5. 2 Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Indonesia 6,2 6,5 7,2 7,4 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9
Jawa Bali 6,1 6,3 7,0 7,2 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7
Luar Jawa Bali 7,3 7,7 8,5 8,8 8,2 8,2 8,2 8,2 8,2 8,2

5.2.2 Pertumbuhan Penduduk


Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237,6 juta orang dan
jumlah rumah tangga 61,4 juta KK berdasar sensus penduduk tahun 2010.
Sedangkan untuk memperkirakan jumlah penduduk hingga tahun 2020 PLN
menggunakan laju pertumbuhan penduduk yang diperkirakan oleh Bappenas
dan Badan Pusat Statistik dalam buku ”Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-
2025” [1] edisi tahun 2008.
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat perkiraan pertumbuhan penduduk untuk Jawa-Bali,
luar Jawa-Bali dan Indonesia sepuluh tahun mendatang.

RUPTL 2011- 2020 59


Tabel 5. 3 Pertumbuhan Penduduk (%)

Luar Jawa
Tahun Indonesia Jawa - Bali Bali

2011 1,18 0,92 1,56


2012 1,15 0,90 1,53
2013 1,12 0,87 1,49
2014 1,09 0,84 1,46
2015 1,06 0,81 1,42
2016 1,03 0,78 1,39
2017 1,00 0,75 1,35
2018 0,96 0,71 1,31
2019 0,92 0,67 1,26
2020 0,88 0,63 1,22

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025” [1]

5.3 PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK 2011 - 2020

Menunjuk asumsi-asumsi pada butir 5.2, kebutuhan tenaga listrik selanjutnya


diproyeksikan dan hasilnya diberikan pada Tabel 5.5. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa kebutuhan energi listrik pada tahun 2020 akan menjadi
328,3 TWh, atau tumbuh rata-rata 8,5% per tahun. Sedangkan beban puncak
non coincident pada tahun 2020 akan menjadi 55.053 MW atau tumbuh rata-
rata sebesar 8,14% per tahun.

Tabel 5. 4 Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik dan


Beban Puncak Periode 2010 – 2020

Tahun Pertumbuhan Sales Jumlah Beban


Puncak
Ekonomi TWh (non-coincident)
% MW
2010 6,1 145,7 25.177

2011 6,2 162,4 27.792


2012 6,5 177,8 30.345
2013 7,2 193,4 32.856
2014 7,4 210,1 35.456

2015 6,9 227,6 38.361


2016 6,9 246,2 41.444
2017 6,9 264,6 44.496
2018 6,9 284,4 47.768
2019 6,9 305,7 51.301
2020 6,9 328,3 55.053

60 RUPTL 2011- 2020


Proyeksi jumlah pelanggan pada tahun 2011 adalah sebesar 45,8 juta dan akan
bertambah menjadi 69,0 juta pada tahun 2020 atau bertambah rata-rata 2,7 juta
per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio
elektrifikasi dari 71,9% pada tahun 2011 menjadi 94,4% pada tahun 2020.
Proyeksi jumlah penduduk, pertumbuhan pelanggan dan rasio elektrifikasi
diperlihatkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5. 5 Proyeksi Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Pelanggan dan

Rasio Elektrifikasi Periode 2011 – 2020

Rasio
Elek
Tahun Penduduk Pelanggan Rasio Elek. RUKN
Juta Juta % %

2011 241.0 45.8 71.9


2012 243.9 48.2 74.4
2013 246.9 50.8 77.1
2014 249.7 53.4 79.9 83.2
2015 252.5 56.1 82.7
2016 255.3 58.8 85.5
2017 258.0 61.4 87.9
2018 260.7 64.1 90.3
2019 262.6 66.7 92.7 92.2

2020 264.9 69.0 94.4

Dibandingkan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah dalam


RUKN tahun 2008-2027, rasio elektrifikasi dalam RUPTL ini pada tahun 2015
diproyeksikan akan sedikit lebih tinggi daripada RUKN (0,3%) sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 5.5.

RUPTL 2011- 2020 61


Tabel 5. 6 Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi

Unit 2011 2012 2014 2016 2018 2020


1.Energy Demand
- Indonesia TWh 162,4 177,8 210,1 246,2 284,4 328,3
- Jawa-Bali 125,2 135,8 158,5 184,5 211,1 241,2
- Indonesia Timur 13,1 15,1 18,7 22,4 26,6 31,7
- Indonesia Barat 24,0 26,9 32,9 39,3 46,6 55,3

2.Pertumbuhan
- Indonesia % 11,5 9,5 8,6 8,2 7,5 7,4
- Jawa-Bali 10,4 8,4 8,0 7,9 7,0 6,8
- Indonesia Timur 16,4 15,1 10,6 9,2 9,2 9,1
- Indonesia Barat 14,5 12,0 10,4 9,1 8,8 9,0

3.Rasio Elektrifikasi
- Indonesia % 71,9 74,4 79,9 85,5 90,3 94,4
- Jawa-Bali 72,8 75,4 81,5 88,1 93,7 97,8
- Indonesia Timur 65,5 67,6 72,1 76,7 81,3 86,4
- Indonesia Barat 74,3 76,7 81,5 85,0 88,2 91,6

Proyeksi prakiraan kebutuhan listrik periode 2011–2020 ditunjukkan pada Tabel


5.6 dan Gambar 5.1. Pada periode 2011-2020 kebutuhan listrik sistem Jawa
Bali diperkirakan akan meningkat dari 125,2 TWh pada tahun 2011 menjadi
241,2 TWh pada tahun 2020, atau tumbuh rata-rata 7,8% per tahun. Untuk
Indonesia Timur pada periode yang sama kebutuhan listrik akan meningkat dari
13,1 TWh menjadi 31,7 TWh atau tumbuh rata-rata 10,8% per tahun. Wilayah
Indonesia Barat tumbuh dari 24,0 TWh pada tahun 2011 menjadi 55,3 TWh
pada tahun 2020 atau tumbuh rata-rata 10,2% per tahun.
55
24 TWh
TWh
2011 2020

IB : 10,2%

31
13 TWh
TWh

IT : 10,8%

125 241
TWh TWh

JB : 7,8%

Gambar 5.1 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2011 dan 2020

62 RUPTL 2011- 2020


Proyeksi penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan dapat dilihat pada
Gambar 5.2. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pada sistem Jawa Bali
kelompok pelanggan industri mempunyai porsi yang sangat besar, yaitu 40%
dari total penjualan. Sedangkan di Indonesia Timur dan Indonesia Barat porsi
pelanggan industri adalah cukup kecil, yaitu masing-masing hanya 10% dan
17%. Pelanggan residensial masih mendominasi penjualan hingga tahun 2020,
yaitu 59% untuk Indonesia Timur dan 60% untuk Indonesia Barat.
350,000 300,000

300,000 250,000
Indonesia
250,000 Jawa‐Bali
200,000
200,000
Industri
150,000
Industri
150,000 Publik
Bisnis 100,000 Publik
100,000 Bisnis
50,000
50,000 Residensial Residensial
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

60,000 35,000

50,000 30,000

Indonesia Barat 25,000 Indonesia Timur


40,000

Industri 20,000 Industri


30,000
Publik Publik
15,000 Bisnis
Bisnis
20,000
10,000

10,000 Residensial 5,000 Residensial

0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 5.2 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2011-2020

Proyeksi penjualan pada RUPTL 2011-2020 sedikit lebih tinggi daripada draft RUKN 2010-
2029, namun lebih rendah daripada RUKN 2008-2027 seperti terlihat pada Gambar 5.3.
450.0 

400.0 

350.0 

300.0 

250.0 

200.0 

150.0 

100.0 

50.0 


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
RUPTL RUKN 08‐27 RUKN 10‐29

Gambar 5.3 Perbandingan Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik RUPTL dan RUKN

RUPTL 2011- 2020 63


5.4 RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT

5.4.1 Kategorisasi Kandidat Pembangkit


5.4.1.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan pembangkit
di Indonesia Barat dan Timur cukup bervariasi tergantung kepada kapasitas
sistem. Untuk sistem Sumatera misalnya, kandidat PLTU batubara adalah
100 MW, 200 MW, 300 MW dan 400 MW. PLTG pemikul beban puncak 100
MW. Untuk sistem Kalimantan dan Sulawesi, kandidat PLTU batubara adalah
25 MW, 50 MW dan 100 MW dengan PLTG pemikul beban puncak 25-30 MW
dan 50 MW. Sistem lainnya menggunakan kandidat pembangkit yang lebih
kecil.
5.4.1.2 Sistem Jawa-Bali
Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan untuk
rencana pengembangan adalah PLTU batubara ultra supercritical kelas 1.000
MW dan supercritical 600 MW, PLTGU LNG/gas alam 750 MW, PLTG BBM
pemikul beban puncak 200 MW dan PLTA Pumped Storage 250 MW40. Selain
itu terdapat beberapa PLTP kelas 55 MW dan 110 MW, serta PLTA. PLTN jenis
pressurised water reactor kelas 1.000 MW juga disertakan sebagai kandidat
dalam model optimisasi perencanaan pembangkitan.
Pemilihan ukuran unit PLTU batubara untuk sistem Jawa-Bali sebesar
1.000 MW per unit didasarkan pada pertimbangan efisiensi41 dan kesesuaian
dengan ukuran sistem tenaga listrik Jawa-Bali yang beban puncaknya sudah
akan melampaui 25.000 MW.
Asumsi harga bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 5.7.

40
Mengacu pada desain PLTA Pumped Storage Upper Cisokan
41
Mengambil benefit dari economies of scale dan menggunakan teknologi boiler supercritical yang mempunyai
efisiensi jauh lebih tinggi daripada teknologi subcritical.

64 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 7 Asumsi Harga Bahan Bakar

Jenis Energi Primer Harga Nilai Kalor


Batubara – Sub Bituminous USD 80/Ton 5.100 kcal/kg

Batubara – Lignite USD 50/Ton 4.200 kcal/kg

Batubara – Lignite di Mulut Tambang USD 35/Ton 4.200 kcal/kg

Gas alam USD 6/MMBTU 252.000 kcal/Mscf

LNG USD 10/MMBTU 252.000 kcal/Mscf

HSD *) USD 0,78/Liter 9.070 kcal/l

MFO *) USD 0,62/Liter 9.370 kcal/l

(tidak mempengaruhi hasil simulasi perencanaan


Uap Panas Bumi
karena diperlakukan sebagai fixed plant)

Uranium USD 120/lb

*) Harga tersebut adalah untuk harga crude oil US$95/barrel

5.4.2 Program Percepatan Pembangkit Berbahan bakar Batubara


(Perpres No. 71/2006 jo Perpres No.59/2009)
Dengan Peraturan Presiden No.71 tahun 2006 yang direvisi dengan Peraturan
Presiden No. 59 tahun 2009, Pemerintah telah menugaskan PT PLN (Persero)
untuk membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara sebanyak
kurang lebih 10.000 MW untuk memperbaiki fuel mix dan sekaligus juga
memenuhi kebutuhan demand listrik di seluruh Indonesia. Program ini dikenal
sebagai “Proyek Percepatan Pembangkit 10.000 MW”. Berdasar penugasan
tersebut PLN pada saat ini tengah membangun sejumlah proyek pembangkit
dengan kapasitas dan perkiraan tahun operasi diperlihatkan pada Tabel 5.8.

RUPTL 2011- 2020 65


Tabel 5. 8 Daftar Proyek Percepatan Pembangkit 10.000 MW

(Peraturan Presiden No.71/2006 jo Perpres No.59/2009)

Kapasitas Tahun Kapasitas Tahun


Nama Pembangkit Nama Pembangkit
(MW) Operasi (MW) Operasi
PLTU di Sumbar
PLTU 2 di Banten (Labuan) 2x315 2009-2010 2x112 2012-2013
(Teluk Sirih)
PLTU di Jabar Utara PLTU di Lampung
3x330 2011 2x100 2012
(Indramayu) (Tarahan Baru)
PLTU 1 di Banten PLTU 1 di Kalbar
1x625 2011 2x50 2012
(Suralaya Unit 8) (Parit Baru)
PLTU di Kaltim
PLTU 3 di Banten (Lontar) 3x315 2011-2012 2x100 2013-2014
(Kariangau)
PLTU di Jabar Selatan PLTU 1 di Kalteng
3x350 2012-2013 2x60 2012-2013
(Pelabuhan Ratu) (Pulang Pisau)
PLTU 1 di Jateng PLTU di Kalsel
2x315 2011 2x65 2011
(Rembang) (Asam-Asam)
PLTU 2 di Jateng (PLTU PLTU 2 di Sulut
1x600 2014 2x25 2011
Adipala) (Amurang)
PLTU 1 di Jatim (Pacitan) 2x315 2012 PLTU di Gorontalo 2x25 2012-2013
PLTU 2 di Jatim (Paiton PLTU di Maluku Utara
1x660 2012 2x7 2012
Unit 9) (Tidore)
PLTU 3 di Jatim PLTU 2 di Papua
2x300 2013 2x10 2012
(Tanjung Awar-awar) (Jayapura)
PLTU 1 di Papua
PLTU di NAD (Meulaboh) 2x110 2012 2x7 Batal
(Timika)
PLTU 2 di Sumut PLTU di Maluku
2x220 2012 2x15 2012-2013
(Pangkalan Susu) (Ambon)
PLTU 1 di Riau (Bengkalis) 2x10 2012 PLTU di Sultra (Kendari) 2x10 2011-2012
PLTU Tenayan di Riau 2x110 2014 PLTU di Sulsel (Barru) 2x50 2012
PLTU di Kepri (Tanjung PLTU 2 di NTB
2x7 2011 2x25 2012
Balai) (Lombok)
PLTU 4 di Babel (Belitung) 2x16.5 2012 PLTU 1 di NTT (Ende) 2x7 2012
PLTU 3 di Babel (Air PLTU 2 di NTT
2x30 2010-2011 2x15 2012
Anyer) (Kupang)
PLTU 2 di Riau (Selat
2x5 Batal PLTU 1 di NTB (Bima) 2x10 2012
Panjang)
PLTU 2 di Kalbar (Pantai
2x27,5 2012-2013 PLTU 1 Sulut 2x25 2014
Kura-Kura)
PLTU di Sumbar
2x112 2012-2013 PLTU 2 di Kalteng 2x7 Batal
(Teluk Sirih)

Sampai dengan Desember 2010 pembangunan Proyek PerPres 71 yang telah


selesai dan beroperasi komersial adalah hanya PLTU Labuan Unit 1 dan unit 2
(2x300 MW), sedangkan pembangkit lain yang semula dijadwalkan selesai

66 RUPTL 2011- 2020


dalam tahun 2010 ternyata mundur ke tahun 2011 sebesar 4.165 MW, yaitu
Suralaya Unit 8 (625 MW), Indramayu Unit 1-2-3 (3x330 MW), Lontar 1-2
(2x315 MW) dan Rembang unit 1-2 (2x315 MW).
Pada tahun 2012 dijadwalkan proyek-proyek sebanyak 1.365 MW berikut akan
beroperasi: Pacitan 1-2 (2x315MW), Paiton baru (660 MW), Lontar Unit 3 (315
MW), Pelabuhan Ratu 1-2 (2x350 MW), dan Tanjung Awar-awar 1 (350 MW).
Sedangkan pada tahun 2013 akan beroperasi PLTU Pelabuhan Ratu 3 (350
MW) dan Tanjung Awar-awar 2 (350 MW), dan selanjutnya pada 2014 akan
beroperasi PLTU Adipala (660 MW).
Proyek-proyek pembangkit PerPres 71 di Jawa Bali mengalami keterlambatan
rata-rata 1 tahun, sedangkan proyek-proyek di luar Jawa Bali akan mengalami
keterlambatan lebih dari itu. Keterlambatan tersebut terutama disebabkan oleh
financing yang terlambat dan permasalahan konstruksi.
Untuk Indonesia Barat dan Timur proyek pembangkit yang akan mulai
beroperasi 2011 adalah PLTU Tanjung Balai Karimun, PLTU Tarahan, PLTU
Bangka, PLTU Asam-Asam, PLTU 2 Sulut, dan PLTU Kendari, sedangkan
sebagian besar akan beroperasi tahun 2012-2013.

5.4.3 Program Percepatan Pembangkit Tahap 2


Program Percepatan Pembangkit Tahap 2 (FTP2) yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 02/2010 jo No. 15/2010 mencakup PLTU batubara
3.391 MW, PLTP 3.967 MW, PLTGU 860 MW, PLTG 100 MW dan PLTA 1.204
MW, dengan kapasitas total 9.522 MW.
Dalam perjalanannya proyek-proyek yang termasuk dalam program tersebut
banyak mengalami keterlambatan dan beberapa telah diusulkan kepada
Kementerian ESDM untuk dibatalkan karena masalah-masalah seperti
kekurangan pasokan gas dan ketidaksiapan pengembangan panas bumi.
Proyek-proyek yang diusulkan untuk dibatalkan adalah PLTGU Muara Tawar
add-on Blok 3-4, PLTU Bali Timur, PLTP Darajat, PLTP Salak, PLTGU Senoro,
PLTU Masohi, PLTU Waingapu, PLTU Moutong. Selain itu juga terdapat proyek
yang diusulkan untuk dikeluarkan dari FTP2 karena akan didanai dengan APBN
yaitu PLTU Sampit, PLTU Kotabaru, PLTU Tidore dan PLTG Kaltim (peaking).

RUPTL 2011- 2020 67


Di samping itu juga terdapat beberapa proyek yang berubah status dan jadwal
yaitu PLTGU Bangkanai (IPP) menjadi PLTG Bangkanai (PLN), beberapa
PLTU kecil menjadi PLTGB dan hampir semua PLTP terlambat.
Selain mengusulkan pembatalan beberapa proyek, PLN juga mengusulkan
tambahan beberapa proyek pembangkit EBT seperti PLTA dan PLTP yang baru
saja memperoleh penetapan WKP oleh Kementerian ESDM berikut transmisi
terkaitnya. Proyek PLTA yang diusulkan sebesar 516 MW antara lain PLTA
Rajamandala, PLTA Bonto Batu, PLTA Malea, PLTA Wampu, PLTA Semangka,
PLTA Hasang dan PLTA Peusangan-4. Sedangkan proyek PLTP yang
diusulkan sebesar 885 MW antara lain PLTP Gunung Endut, PLTP Gunung
Ciremai, PLTP Suoh Sekincau, PLTP Wai Ratai, PLTP Danau Ranau, PLTP
Simbolon Samosir, PLTP Sipoholon Ria-Ria, PLTP Bonjol dan PLTP Mataloko.
Usulan perubahan Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2010 yang telah
disampaikan PLN diberikan pada Tabel 5.9 dengan komposisi PLTU batubara
3.025 MW, PLTP 4.870 MW, PLTG 280 MW, PLTGB 64 MW dan PLTA 1.753
MW dengan kapasitas total 9.992 MW untuk jangka waktu sampai dengan
tahun 2019.
Tabel 5. 9 Rekap Proyek Percepatan Pembangkit Tahap 2

Pemilik Satuan PLTA PLTG PLTGB PLTP PLTU Jumlah


PLN MW 1,269 280 64 340 1,804 3,757
IPP MW 484 0 0 4,530 1,221 6,235
Jumlah MW 1,753 280 64 4,870 3,025 9,992

Porsi pembangkit EBT (PLTP dan PLTA) dalam FTP2 sesuai Tabel 5.9 akan
menjadi 66%. Pengembangan panas bumi sebanyak itu selama 10 tahun ke
depan merupakan suatu rencana pengembangan yang relatif sangat besar
untuk PLTP dengan jumlah investasi yang sangat tinggi42. Pengembangan ini
merupakan bagian dari rencana yang lebih besar lagi dalam RUPTL 2011-2020
ini yang mencapai 6.247 MW hingga tahun 2020.
Program Percepatan Pembangkit Tahap 2 sebesar 9.992 MW tersebut terdiri
atas 3.757 MW sebagai proyek PLN dan 6.235 MW sebagai proyek IPP.
Namun demikian alokasi proyek Program Percepatan Pembangkit Tahap 2

42
Kebutuhan investasi sekitar US$ 9 milyar jika biaya pengembangan US$ 2.500/kW.

68 RUPTL 2011- 2020


tersebut masih akan tergantung pada hasil kajian kemampuan keuangan PLN
dalam membuat pinjaman baru.

5.4.4 Program Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) berdasarkan


PerPres No. 67/2005 jo PerPres No. 13/2010.
Pada saat ini terdapat 7 proyek yang terdapat dalam buku KPS 2011 seperti
dalam tabel 5.10.
Tabel 5. 10 Proyek yang terdapat dalam Buku KPS 2011

No Nama Proyek Kapasitas Provinsi Status Keterangan

1 PLTU Jateng 2x1000 MW Jateng Sudah Tender Sudah PPA


Solicited karena ada dalam
2 PLTU Jambi 2x400 MW Jambi Prioritas
RUPTL 2010-2019
3 PLTU Sumsel-9 2x600 MW Sumsel Potensial Solicited

4 PLTU Sumsel-10 600 MW Sumsel Potensial Solicited


5 PLTU Kaltim 2x100 MW Kaltim Potensial Solicited
6 PLTU Sulut 2x55 MW Sulut Potensial Solicited
Unsolicited Usulan Pemprov
7 PLTA Karama 450 MW Sulbar Prioritas
Sulbar

PLN mengusulkan proyek nomor 1 s.d. 6 sebagai proyek KPS.

5.4.5 Rencana Pengembangan PLTU Batubara Mulut Tambang


Dalam RUPTL 2011-2020 terdapat rencana pembangunan 7.310 MW PLTU
batubara mulut tambang di Sumatera sampai dengan tahun 2020, yang terdiri
dari 6.510 MW akan dikembangkan oleh IPP dan 800 MW oleh PLN.
Memperhatikan lokasi PLTU mulut tambang yang berada di dekat sumber
batubara yang tidak mempunyai akses untuk mentransportasi batubara keluar
dari sumber batubara tersebut dalam volume yang besar, PLN telah
mengusulkan agar harga batubara untuk PLTU mulut tambang tidak ditetapkan
berdasarkan harga pasar, melainkan berdasarkan biaya produksi batubara plus
margin, dan harga tersebut berlaku sepanjang umur PPA (locked-in).
5.4.6 Rencana Penambahan Kapasitas (Gabungan Indonesia)
Rencana penambahan kapasitas pembangkit gabungan seluruh Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 5.11. Kapasitas tersebut hanya meliputi pembangkit –
pembangkit yang direncanakan untuk sistem-sistem besar (interkoneksi), dan
sudah mencakup Program Percepatan Pembangkit Tahap 1 dan 2.

RUPTL 2011- 2020 69


Tabel 5. 11 Kebutuhan Tambahan Pembangkit Total Indonesia (MW)
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
PLN
PLTU 3,774 4,112 2,971 1,426 1,570 250 1,110 898 1,404 1,522 19,036
PLTP 24 63 55 13 235 83 20 20 20 220 752
PLTGU 444 743 116 - - - - - 750 750 2,803
PLTG 222 405 1,030 790 140 30 85 480 75 630 3,887
PLTD - 1 33 41 41 22 - 22 17 18 194
PLTM 4 17 30 49 7 3 5 5 2 2 123
PLTA 8 20 - 4 242 558 541 279 294 - 1,945
PS - - - - - 1,040 - - 450 950 2,440
PLTGB - 12 49 27 20 7 19 14 6 10 164
PLTB - - - 1 - - - - - - 1
PLTS 1 0 - 5 - - - - - - 6
PLTH - - - 2 - - 1 - 1 - 3
Total 4,477 5,372 4,283 2,357 2,254 1,992 1,780 1,718 3,019 4,102 31,353
IPP -
PLTU 924 1,029 102 1,521 2,719 4,582 3,675 1,110 425 450 16,537
PLTP - - 60 245 855 343 937 1,270 1,590 195 5,495
PLTGU 150 130 180 - - - - - - - 460
PLTG - 104 102 - - - - - - - 206
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM 16 22 204 90 44 1 1 - - - 378
PLTA 10 200 8 45 70 246 40 83 - 135 837
PS - - - - - - - - - - -
PLTGB 6 20 32 16 2 - 3 - - - 79
PLTB - - - - - - - - - - -
PLTS - - - - - - - - - - -
PLTH - - - - - - - - - - -
Total 1,106 1,505 688 1,917 3,690 5,172 4,656 2,463 2,015 780 23,992
PLN+IPP -
PLTU 4,698 5,141 3,073 2,947 4,289 4,832 4,785 2,008 1,829 1,972 35,573
PLTP 24 63 115 258 1,090 426 957 1,290 1,610 415 6,247
PLTGU 594 873 296 - - - - - 750 750 3,263
PLTG 222 509 1,132 790 140 30 85 480 75 630 4,093
PLTD - 1 33 41 41 22 - 22 17 18 194
PLTM 20 38 234 139 51 4 6 5 2 2 501
PLTA 18 220 8 49 312 804 581 362 294 135 2,782
PS - - - - - 1,040 - - 450 950 2,440
PLTGB 6 32 81 43 22 7 22 14 6 10 243
PLTB - - - 1 - - - - - - 1
PLTS 1 0 - 5 - - - - - - 6
PLTH - - - 2 - - 1 - 1 - 3
Total 5,583 6,877 4,971 4,274 5,944 7,164 6,436 4,181 5,034 4,882 55,345

Tabel 5.11 menunjukkan hal-hal sebagai berikut:


– Tambahan kapasitas pembangkit selama 10 tahun mendatang (periode
2011 – 2020) untuk seluruh Indonesia adalah 55,8 GW atau pertambahan
kapasitas rata-rata mencapai 5,6 GW per tahun.
– Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 31,4 GW atau
56,1% dari tambahan kapasitas keseluruhan. Partisipasi swasta
direncanakan sebesar 24,5 GW atau 43,9%.
– PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun,
yaitu mencapai 35,6 GW atau 63,7%, sementara PLTGU gas dengan
kapasitas 3,3 GW atau 5,8%. Untuk energi terbarukan, yang terbesar
adalah panas bumi sebesar 6,2 GW atau 11,2% dari kapasitas total, disusul
oleh PLTA sebesar 6,1 GW atau 11,1%.
5.4.7 Penambahan Kapasitas Pembangkit Pada Wilayah Operasi
Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Sistem PLN di wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur terdiri dari
5 sistem interkoneksi, yaitu: (1) Sistem Sumatra, (2) Sistem Kalimantan Barat,

70 RUPTL 2011- 2020


(3) Sistem Kalimatan Selatan-Tengah-Timur, (4) Sistem Sulawesi Utara dan (5)
Sistem Sulawesi Selatan.
Di luar sistem interkoneksi tersebut pada saat ini terdapat 4 sistem isolated
yang cukup besar dengan beban puncak di atas 50 MW, yaitu Bangka,
Lombok, Tanjung Pinang dan Palu, dan terdapat beberapa sistem isolated
dengan beban puncak di atas 10 MW, yaitu Jayapura, Sorong, Ambon, Ternate,
Kupang, Sumbawa, Bima, Luwuk, Gorontalo, Kendari, Kolaka, Bau-Bau,
Bontang, Sampit, Pangkalan Bun, Sintang, Ketapang, Belitung, Rengat,
Tanjung Balai Karimun, Sungai Penuh, Takengon, Meulaboh.
5.4.5.1 Garis besar Penambahan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia
Barat dan Indonesia Timur
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020
diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 15.916 MW di Indonesia
Barat dan 7.781 MW di Indonesia Timur, termasuk committed dan ongoing
projects seperti ditunjukkan pada Tabel 5.12 dan Tabel 5.13.
Dari tabel 5.12 dapat dilihat bahwa pengembangan pembangkit hingga tahun
2020 di Indonesia Barat yang dilakukan oleh PLN adalah sebanyak 8,3 GW
(52,4%). Selebihnya akan dibangun sebagai proyek IPP sebanyak 7,6 GW
(47,6%). Sedangkan pada tabel 5.13 dapat dilihat bahwa pengembangan
pembangkit hingga tahun 2020 di Indonesia Timur yang dilakukan oleh PLN
adalah sebanyak 4,6 GW (58,6%). Selebihnya akan dibangun sebagai proyek
IPP sebanyak 3,2 GW (41,4%), lebih kecil dibandingkan pembangkit yang
dibangun oleh PLN.
Beberapa PLTD masih direncanakan untuk dibangun di daerah terpencil
khususnya Indonesia bagian timur yang besar bebannya belum cukup tinggi
untuk dipasok oleh PLTU batubara skala kecil.
Pengembangan pembangkit di Indonesia barat dan Timur untuk PLTP
diproyeksikan cukup besar, yaitu 3.372 MW dan juga PLTA sebesar 2.908 MW.
Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan energi
terbarukan.
Energi terbarukan lainnya yang juga direncanakan akan dikembangkan dalam
RUPTL 2011-2020 ini adalah PLT Bayu dan PLT Surya (photovoltaic) dalam
skala relatif kecil.
Pada saat ini terdapat sebuah proposal proyek IPP unsolicited PLTA Batang
Toru 500 MW yang berlokasi di Tapanuli Selatan. Saat ini perusahaan yang

RUPTL 2011- 2020 71


mengajukan proposal proyek sedang melakukan pra studi kelayakan (Pre-FS).
Apabila proyek tersebut layak secara teknis, keekonomian dan sesuai dengan
kebutuhan sistem kelistrikan Sumatera, maka proposal proyek IPP unsolicited
tersebut akan diproses lebih lanjut.
Tabel 5. 12 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat (MW)
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
PLN
PLTU 74 804 1,577 205 688 250 50 30 522 522 4,721
PLTP - 55 55 - 220 - - - - 220 550
PLTGU - - 116 - - - - - - - 116
PLTG 222 380 580 570 20 - 10 30 - 200 2,012
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM - - - - - - - - - - -
PLTA 0 - - - - 437 365 49 - - 851
PLTGB - 12 34 8 12 - 6 3 6 3 84
Total 296 1,251 2,362 783 940 687 431 112 528 945 8,334
IPP -
PLTU 239 14 42 543 642 930 600 400 425 250 4,085
PLTP - - - 220 440 - 612 405 690 - 2,367
PLTGU - 130 - - - - - - - - 130
PLTG - 44 22 - - - - - - - 66
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM - - 95 32 39 - - - - - 166
PLTA - - - 45 23 56 40 83 - - 247
PLTGB - 16 5 - - - - - - - 21
Total 239 204 164 840 1,144 986 1,252 888 1,115 250 7,082
PLN+IPP -
PLTU 313 818 1,619 748 1,330 1,180 650 430 947 772 8,806
PLTP - 55 55 220 660 - 612 405 690 220 2,917
PLTGU - 130 116 - - - - - - - 246
PLTG 222 424 602 570 20 - 10 30 - 200 2,078
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM - - 95 32 39 - - - - - 166
PLTA 0 - - 45 23 493 405 132 - - 1,099
PLTGB - 28 39 8 12 - 6 3 6 3 105
Total 535 1,455 2,525 1,623 2,084 1,673 1,683 1,000 1,643 1,195 15,416

Tabel 5. 13 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Timur (MW)


Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
PLN
PLTU 165 343 344 561 222 60 268 282 2,245
PLTP 24 8 13 15 83 20 20 20 202
PLTGU - - - - - - - - - - -
PLTG 25 450 70 120 30 75 50 75 30 925
PLTD - 1 33 41 41 22 - 22 17 18 194
PLTM 4 17 30 49 7 3 5 5 2 2 123
PLTA 8 20 4 32 59 139 230 294 785
PLTGB 15 16 5 7 13 11 7 74
PLTB 1 1
PLTS 1 0 5 6
PLTH 2 1 1 3
Total 202 413 871 761 441 203 312 606 691 57 4,556
IPP -
PLTU 25 200 60 598 417 132 215 110 200 1,957
PLTP 25 30 18 55 50 45 30 253
PLTGU 180 180
PLTG 60 80 140
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM 7 17 41 40 5 1 1 112
PLTA 10 200 8 190 117 525
PLTGB 6 4 27 16 2 3 58
PLTB - - - - - - - - - -
PLTS - - - - - - - - - -
PLTH - - - - - - - - - - -
Total 48 481 396 679 454 341 274 160 45 347 3,225
PLN+IPP -
PLTU 190 543 404 1,159 639 132 275 378 282 200 4,202
PLTP 24 8 - 38 45 101 75 70 65 30 455
PLTGU - - 180 - - - - - - - 180
PLTG - 85 530 70 120 30 75 50 75 30 1,065
PLTD - 1 33 41 41 22 - 22 17 18 194
PLTM 11 34 71 89 12 4 6 5 2 2 235
PLTA 18 220 8 4 32 249 139 230 294 117 1,309
PLTGB 6 4 42 32 7 7 16 11 - 7 132
PLTB - - - 1 - - - - - - 1
PLTS 1 0 - 5 - - - - - - 6
PLTH - - - 2 - - 1 - 1 - 3
Total 250 895 1,267 1,440 895 544 586 766 736 404 7,781

72 RUPTL 2011- 2020


5.4.5.2 Neraca Daya
Neraca daya kelima sistem interkoneksi dan sistem-sistem isolated dapat dilihat
pada Lampiran A dan Lampiran B.
5.4.5.3 Proyek – Proyek Strategis
Beberapa proyek kelistrikan strategis di Indonesia Timur dan Indonesia Barat
meliputi antara lain:

– Proyek pembangkit PerPres 71 mengingat banyaknya daerah yang


mengalami kekurangan pasokan tenaga listrik dan untuk mengurangi
pemakaian BBM.

– Proyek-proyek pembangkit IPP yang telah berstatus PPA dan konstruksi.

– Proyek-proyek pembangkit panas bumi dan atau tenaga air di Sumatera,


Sulawesi, Maluku dan Papua yang menjadi andalan pasokan listrik setempat.

– PLTG Bangkanai 280 MW yang dilengkapi CNG storage untuk dapat


dioperasikan sebagai pembangkit peaking, pembangunan PLTG peaking di
Kaltim dan Sulsel.

– PLTA Baliem 50 MW di Wamena untuk melistriki Kabupaten Wamena dan


tujuh Kabupaten Baru di Pegunungan Puncak Papua yang selama ini belum
dilayani listrik PLN.

– Mini LNG/CNG untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking dan


pembangkit kecil tersebar di wilayah operasi Indonesia Timur.

– PLTA Asahan unit 3 sebesar 174 MW direncanakan beroperasi pada tahun


2016, sangat strategis untuk memperbaiki fuel mix di Sumatera Utara,

– PLTA Merangin 350 MW di Provinsi Jambi akan memenuhi kebutuhan


sistem Sumatera dan sekaligus menurunkan BPP.

– PLTU batubara mulut tambang di Sumatera Selatan skala besar yang


listriknya juga akan disalurkan ke sistem interkoneksi Sumatera disamping
ditransfer ke Jawa melalui transmisi 500 kV HVDC.

– Pembangkit peaker di Sumatera yang akan memanfaatkan potensi bahan


bakar gas yang ada.

RUPTL 2011- 2020 73


5.4.8 Penambahan Kapasitas Pada Sistem Jawa Bali
5.4.6.1 Garis Besar Penambahan Pembangkit
Pada Tabel 5.14 diperlihatkan jumlah kapasitas dan jenis pembangkit yang
dibutuhkan dalam kurun waktu 2011-2020 di sistem Jawa-Bali.
Tabel 5.14 menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

– Tambahan kapasitas pembangkit selama 10 tahun ke depan (periode 2011-


2020) untuk Jawa-Bali adalah 32,2 GW atau pertambahan kapasitas rata-
rata mencapai 3,2 GW per tahun, termasuk PLTM skala kecil tersebar
sebesar 118 MW dan PLTGB 6 MW.

– Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 18,5 GW atau


57,4% dari tambahan kapasitas keseluruhan. Partisipasi swasta
direncanakan sebesar 13,7 GW atau 42,6%.

– PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun,


yaitu mencapai 22,6 GW atau 70,1%, sementara PLTGU gas menempati
urutan kedua dengan kapasitas 2,8 GW atau 8,8%. Untuk energi
terbarukan seperti panas bumi sebesar 2,9 GW atau 8,9% dan
PLTA/PLTM/PS sebesar 2.9 GW atau 9,1%, disusul oleh PLTG 1 GW atau
3.0%.
Tabel 5. 14 Kebutuhan Pembangkit Sistem Jawa-Bali (MW)
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
PLN
PLTU 3,535 2,965 1,050 660 660 1,000 600 600 1,000 12,070
PLTP -
PLTGU 444 743 - - 750 750 2,687
PLTG 150 400 400 950
PLTM -
PLTA 210 62 37 309
PS 1,040 450 950 2,440
PLTGB 3 3 6
Total 3,979 3,708 1,050 813 873 1,102 1,037 1,000 1,800 3,100 18,462
IPP -
PLTU 660 815 380 1,660 3,520 2,860 600 10,495
PLTP 60 385 325 270 815 855 165 2,875
PLTGU 150 150
PLTG -
PLTM 9 4 68 18 100
PLTA 47 18 65
PS -
PLTGB -
Total 819 819 128 398 2,092 3,845 3,130 1,415 855 183 13,685
PLN+IPP -
PLTU 4,195 3,780 1,050 1,040 2,320 3,520 3,860 1,200 600 1,000 22,565
PLTP - - 60 - 385 325 270 815 855 165 2,875
PLTGU 594 743 - - - - - - 750 750 2,837
PLTG - - - 150 - - - 400 - 400 950
PLTM 9 4 68 18 - - - - - - 100
PLTA - - - - 257 62 37 - - 18 374
PS - - - - - 1,040 - - 450 950 2,440
PLTGB - - - 3 3 - - - - - 6
Total 4,798 4,527 1,178 1,211 2,965 4,947 4,167 2,415 2,655 3,283 32,147

74 RUPTL 2011- 2020


5.4.6.2 Neraca Daya
Rencana penambahan kapasitas pembangkit di sistem Jawa Bali sampai
dengan tahun 2020 berjumlah 32.023 MW (tidak termasuk PLTM tersebar 118
MW dan PLTGB 6 MW), atau rata-rata sekitar 3.200 MW per tahun. Jumlah
tersebut terdiri dari tambahan pembangkit PLN berjumlah 18.456 MW (57,6%)
dan tambahan pembangkit IPP sebesar 13.567 MW (42,4%). Jadwal dan
kebutuhan masing-masing jenis pembangkit dapat dilihat pada 5.16.
Dalam jangka pendek (sampai dengan tahun 2013), tambahan pembangkit dari
proyek-proyek yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan (proyek on-
going) berjumlah 10.352 MW, yang terdiri dari pembangkit PLN berjumlah
8.737 MW dimana sebagian besar adalah proyek Perpres No.71/2006 dan
sisanya sebesar 1.625 MW adalah proyek IPP. Selain itu masih ada rencana
Proyek Percepatan Pembangkit Tahap 2 yang beroperasi pada 2013 yaitu
PLTP Patuha 60 MW (IPP).
Dalam jangka menengah (2014 – 2016) tambahan pembangkit yang berupa
proyek PLN berjumlah 2.782 MW, dimana tambahan sebesar 1.040 MW adalah
Proyek Percepatan Pembangkit Tahap 2, sedangkan proyek IPP berjumlah
6.317 MW, dimana 1.100 MW merupakan Proyek Percepatan Pembangkit
Tahap 2. Pada tahun 2015 reserve margin akan turun menjadi 25% karena
mundurnya Proyek Percepatan Pembangkit Tahap 2 antara lain PLTU
Indramayu 1x1000 MW, Upper Cisokan Pumped Storage 4x250 MW, PLTU
Madura 2x200 MW dan proyek-proyek panas bumi.
Untuk meningkatkan reserve margin mendekati kriteria keandalan yang
dikehendaki, diperlukan tambahan pembangkit sebesar 3x600 MW pada tahun
2015. Kapasitas tersebut akan dipenuhi oleh 2 unit PLTU IPP kelas 600 MW
dan ekspansi PLTU Lontar 1x660 MW.
Untuk mengantisipasi keterlambatan penyelesaian proyek transmisi HVDC
Sumatera-Jawa yang sangat panjang (700 km) dan pembangkitnya di
Sumatera Selatan, dalam RUPTL ini direncanakan tambahan kapasitas
pembangkit di sistem Jawa-Bali pada tahun 2016-2017 sebesar 2x660 MW.
Tambahan kapasitas tersebut dapat dialokasikan untuk PLTU Tanjung Jati A
yang akan dikembangkan oleh PT TJPC atau ekspansi pembangkit eksisting
PLN atau ekspansi IPP atau pembangunan PLTU baru.

RUPTL 2011- 2020 75


Tabel 5. 15 Neraca Daya Sistem Jawa-Bali 2011-2020

PROYEK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan GWh 125,217 135,769 146,787 158,531 171,089 184,550 197,407 211,134 225,848 241,240
Pertumbuhan % 10.4 8.4 8.1 8.0 7.9 7.9 7.0 7.0 7.0 6.8
Produksi GWh 142,065 153,721 165,697 178,774 192,747 207,770 222,106 237,404 253,822 270,994
Faktor Beban % 78.5 78.8 79.1 79.6 79.7 79.7 79.7 79.8 79.8 79.9
Beban Puncak Bruto MW 20,672 22,283 23,928 25,635 27,625 29,763 31,801 33,974 36,305 38,742

KAPASITAS
Kapasitas Terpasang MW 21,407 21,007 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531
PLN MW 17,482 17,082 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606
Retired/Mothballed -589 -400 -476 0 0 0 0 0 0 0
IPP MW 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925

PROYEK-PROYEK
PLN
On-going dan Committed Project
Muara Karang Rep Blok 2 PLTGU 210
Muara Tawar Blok 5 PLTGU 234
Priok Extension (Blok 3) PLTGU 743
Suralaya #8 PLTU 625
Labuan PLTU
Teluk Naga/Lontar PLTU 315 630
Pelabuhan Ratu PLTU 700 350
Indramayu PLTU 990
Rembang PLTU 630
Pacitan PLTU 630
Paiton Baru PLTU 660
Tj. Awar-awar PLTU 700
Cilacap Baru / Adipala PLTU 660
Tanjung Jati B #3-4 PLTU 660 660
Sub Total On-going & Committed 3,664 4,023 1,050 660 - - - - - -
Rencana
PLTGU Tuban/Cepu PLTGU 750 750
Indramayu #4 (FTP2) & #5 PLTU 1,000 1,000
Lontar Exp #4 PLTU 660
PLTU Bekasi PLTU 600 600
PLTG Peaker Semarang PLTG 150
PLTG LNG PLTG 400 400
Karangkates #4-5 PLTA 100
Kesamben (Jatim) PLTA 37
Kalikonto-2 (Jatim) PLTA 62
Jatigede (Jabar) PLTA 110
Upper Cisokan PS PLTA 1,040
Matenggeng PS PLTA 450 450
Grindulu PS PLTA 500
Sub Total Rencana - - - 150 870 1,102 1,037 1,000 1,800 3,100
Total PLN 3,664 4,023 1,050 810 870 1,102 1,037 1,000 1,800 3,100
IPP
On-going dan Committed Project
Cikarang Listrindo PLTGU 150
Cirebon PLTU 660
Paiton #3 PLTU 815
Celukan Bawang PLTU 380
Sub Total On-going & Committed 810 815 - 380 - - - - - -
Rencana
Banten PLTU 660
Madura (2x200 MW) FTP2 PLTU 400
Sumsel-8 MT PLTU 1,200
Sumsel-9 MT (PPP) PLTU 1,200
Sumsel-10 MT (PPP) PLTU 600
*)
PLTU Jawa Tengah (PPP) PLTU 1,000 1,000
PLTU Jawa-1 PLTU 660
PLTU Jawa-2 PLTU 600
PLTU Jawa-3 PLTU 660 660
PLTP FTP2 PLTP - - 60 - 375 325 160 595 440 -
PLTP Non FTP2 PLTP - - - - 10 - 110 220 415 165
Rajamandala (FTP2) PLTA 47
Sub Total Rencana - - 60 - 2,092 3,845 3,130 1,415 855 165
Total IPP 810 815 60 380 2,092 3,845 3,130 1,415 855 165
Total Tambahan 4,474 4,838 1,110 1,190 2,962 4,947 4,167 2,415 2,655 3,265
TOTAL KAPASITAS SISTEM MW 27,091 31,529 32,163 33,353 36,315 41,262 45,429 47,844 50,499 53,764
RESERVE MARGIN % 31 41 34 30 31 39 43 41 39 39

Catatan:

- Tanda panah mengindikasikan pergeseran jadwal operasi dari rencana semula (RUPTL 2010-2019) ke jadwal
baru (RUPTL 2011-2020).

76 RUPTL 2011- 2020


Dalam jangka panjang (2017–2020) jumlah penambahan kapasitas pembangkit
adalah 12.502 MW, yang terdiri dari pembangkit PLN sebesar 6.937 MW dan
IPP sebesar 5.565 MW.
Arah kebijakan PLN dalam rencana pengembangan pembangkit di Jawa-Bali
terlihat dengan jelas pada tabel 4.14 dimana PLN tidak lagi merencanakan
pembangunan pembangkit berbahan bakar minyak, kecuali beberapa
pembangkit beban puncak (peaker) berupa PLTG baru yang masih akan
menggunakan bahan bakar minyak atau LNG jika tersedia. Disamping PLTG
peaker tersebut direncanakan tiga buah PLTA Pump Storage sebagai pemikul
beban puncak, yaitu Upper Cisokan di Jawa Barat dengan kapasitas 1.040 MW,
Matenggeng di perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah sebesar 900 MW
dan Grindulu di Jawa Timur sebesar 1.000 MW.
Untuk memenuhi kebutuhan pembangkit beban menengah (selain repowering
Muara Karang dan Priok dan Muara Tawar Blok 5) direncanakan PLTGU
dengan kapasitas 1.500 MW yang akan menggunakan bahan bakar gas alam
yaitu PLTGU Tuban/Cepu 1.500 MW.
Mengingat pasokan gas ke Muara Tawar yang semakin menurun dan
ketidakpastian pasokan LNG, maka telah dikaji kembali kelayakan dari proyek
PLTGU Muara Tawar Add-on Blok 2-3-4. Berdasarkan hasil kajian peran
pembangkit Muaratawar di sistem Jawa Bali tahun 2012 - 2020, proyek PLTGU
Muara Tawar Add-on 2-3-4 sudah tidak diperlukan lagi. Hasil kajian
menunjukkan bahwa dengan pembangkit Muara Tawar eksisting (total 1.700
MW) dan PLTGU Blok-5 (234 MW) cukup untuk tetap menjaga tegangan di
subsistem Jakarta.
Memperhatikan peran pembangkit Muara Tawar yang penting untuk menjaga
tegangan sistem 500 kV di Jakarta dan memperhatikan pula ketidakpastian
pasoka gas ke Muara Tawar, maka direncanakan PLTU Bekasi 2x600 MW
(2018/2019) yang lokasinya berada dekat pusat beban Jakarta dan akan
terhubung ke GITET Muara Tawar.
Neraca daya sistem Jawa-Bali pada tabel 5.14 mencantumkan PLTU Sumsel-8,
Sumsel-9 dan Sumsel-10 yang merupakan PLTU Mulut Tambang di Sumatera
Selatan. Untuk menyalurkan tenaga listrik dari PLTU Mulut Tambang tersebut
PLN sedang membangun transmisi 500 kV HVDC interkoneksi Sumatera –
Jawa.

RUPTL 2011- 2020 77


5.4.6.3 Proyek-proyek Strategis
Beberapa proyek strategis pada sistem Jawa-Bali ini adalah sebagai berikut:

- PLTU IPP Jawa Tengah (2x1.000 MW). Proyek ini sangat strategis
karena dibutuhkan sistem pada tahun 2016 dan 2017, serta merupakan
proyek kelistrikan pertama yang menggunakan skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) dengan PerPres No. 67/2005 jo PerPres
No. 13/2010.
- PLTU Indramayu (2x1.000 MW). Proyek ini sangat strategis karena
dibutuhkan sistem pada tahun 2017, dan berlokasi relatif dekat dengan
pusat beban industri di sebelah timur Jakarta.
- PLTA Pompa Upper Cisokan (1.040 MW). Proyek ini sangat strategis
karena dapat meminimalkan biaya operasi sistem serta memberikan
banyak benefit dalam operasi sistem tenaga listrik, antara lain berfungsi
sebagai pembangkit beban puncak, pengatur frekuensi, sebagai spinning
reserve (cadangan putar), memperbaiki faktor utilitas pembangkit beban
dasar dan memperbaiki load factor sistem.
- PLTU mulut tambang Sumatera Selatan dan transmisi 500kV HVDC
Sumatera – Jawa dengan kapasitas 3.000 MW. Proyek ini sangat
strategis karena merupakan solusi yang ekonomis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga listrik di Jawa dengan memanfaatkan cadangan low
rank coal di Sumatra Selatan. Proyek ini hanya dilaksanakan setelah
kebutuhan listrik Sumatera tercukupi sepenuhnya dengan cadangan
yang cukup banyak. Pilihan proyek ini juga didorong oleh semakin
sulitnya mendapatkan lokasi untuk membangun PLTU batubara skala
besar di pulau Jawa.
- PLTU Bekasi 2x600 MW (2018/2019) sangat strategis karena lokasinya
berada dekat pusat beban Jakarta dan berfungsi untuk menjaga
tegangan di Jakarta serta mengurangi pemakaian BBM/LNG di Muara
Karang, Priok dan Muara Tawar.

5.4.6.4 Regional Balance Sistem Jawa Bali

Apabila dilihat reserve margin per region yang sangat berbeda antara Jawa
Bagian Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur & Bali sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 5.16, maka pengembangan proyek pembangkit baru sebaiknya
berlokasi di Jawa Bagian Barat agar dapat diperoleh regional balance.

78 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 16 Regional Balance Sistem Jawa Bali Tahun 2010

Jawa Bagian Jawa Timur dan


Regional Balance Jawa Tengah
Barat Bali
Kapasitas Terpasang (MW) 12.129 3.675 7.102
Tambahan Kapasitas (MW) 300 - -
Total (MW) 12.429 3.675 7.102
Beban Puncak (MW) 11.611 2.890 4.318
Reserve (%) 7,0 27.1 64.5

Lokasi pembangkit yang diinginkan adalah di Jawa bagian barat sebelah timur
(seputar Bekasi, Karawang, Indramayu, Cirebon) atau Jawa Tengah sebelah
barat (seputar Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang).
Pada saat ini region Jawa Timur mempunyai kelebihan pasokan dan belum
mengalami kendala penyaluran listrik ke arah barat karena adanya transmisi
500 kV jalur selatan. Namun apabila penentuan lokasi pembangkit baru tidak
mempertimbangkan regional balance, maka pada masa yang akan datang
diperkirakan akan muncul kendala penyaluran. Penerapan regional balance
dalam menentukan lokasi pembangkit dapat menghindari keperluan untuk
membangun transmisi 500 kV pada jalur baru dari timur ke arah barat pulau
Jawa.
Lokasi PLTU batubara skala besar di pantai selatan pulau Jawa belum
merupakan pilihan prioritas, karena pertimbangan kesulitan transportasi
batubara pada musim-musim gelombang tinggi, diperlukan konstruksi
breakwater yang relatif mahal, risiko tsunami dan gempa bumi yang lebih tinggi.
Neraca daya dan rincian pengembangan pembangkitan di sistem Jawa Bali
dapat dilihat pada Lampiran C1.2.

5.4.9 Partisipasi Listrik Swasta


Partisipasi swasta dalam penyediaan tenaga listrik di Indonesia hingga 10
tahun mendatang sangat besar, yaitu mencapai sekitar 33% dari total kapasitas
terpasang. Proyek-proyek IPP dimaksud ditunjukkan pada Tabel 5.16 dan
Tabel 5.17.
Pada kedua tabel tersebut, yang dimaksud dengan proyek on going adalah
proyek IPP yang telah memiliki PPA dan secara resmi telah mendapat

RUPTL 2011- 2020 79


pendanaan (financial closure). Sedangkan proyek IPP dalam kategori ‘rencana’
meliputi mereka yang telah mempunyai PPA namun belum financial closure.
Ada juga proyek yang baru mendapat HOA sudah dimasukkan dalam kategori
‘rencana’.
Di dalam kategori rencana juga terdapat proyek IPP yang belum ada pemiliknya
namun telah diidentifikasi dalam RUPTL ini sebagai kebutuhan sistem. Proyek
IPP yang statusnya belum mempunyai PPA ini akan diadakan oleh PLN melalui
proses tender kompetitif.
Tabel 5. 17 Daftar Proyek IPP di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Kapasitas Tahun Kapasitas Tahun
Nama Pembangkit Nama Pembangkit
(MW) Operasi (MW) Operasi
Proyek On Going PLTM PLTM Tersebar Sumut 154 2013-2015
PLTA Poso Energy 3 x 65 2012 PLTM Hek 1 x 3 2011
PLTM Goal 2 x 1 2012 PLTM Praikalala I 1 x 1 2011
PLTM Kokok Putih 1 x 4 2012 PLTM Umbuwangu I 1 x 1 2011
PLTM Wawopada 1 x 4 2013 PLTM Wae Roa 1 x 0 2011
PLTU Simpang Belimbing #1,2 2 x 114 2011 PLTM Lewa 2 x 1 2011-2012
PLTU Ketapang 2 x 7 2012 PLTM Lokomboro III 2 x 1 2011-2012
PLTU Banjarsari 2 x 114 2014 PLTM Praikalala II 3 x 1 2011-2013
PLTU Sumsel - 2 (Keban Agung) 2 x 113 2015 PLTM Kukusan 1 x 0 2012
PLTU Pangkalan Bun 2 x 6 2011 PLTM Segara Anak 1 x 6 2012
PLTU Gorontalo Energi 2 x 6 2013 PLTM Umbuwangu II 1 x 1 2012
PLTU Jeneponto Bosowa #1,2 2 x 100 2013 PLTM Waekelosawa 2 x 0 2012-2013
PLTU Molotabu 2 x 10 2013 PLTM Maidang 3 x 1 2012-2014
PLTU Tanah Grogot 2 x 6 2013 PLTM Bambalo III 1 x 2 2013
Proyek Rencana PLTM Biak I 1 x 2 2013
PLTA Wampu 45 2014 PLTM Biak II 1 x 1 2013
PLTA Simpang Aur (FTP2) 23 2015 PLTM Biak III 1 x 1 2013
PLTA Semangka 56 2016 PLTM Ibu 1 x 1 2013
PLTA Hasang 40 2017 PLTM Kotaraya 1 x 1 2013
PLTA Peusangan-4 83 2018 PLTM Mampueno/Sakita 1 x 2 2013
PLTA Sawangan 2 x 8 2015 PLTM Pakasalo 2 x 1 2013
PLTA Bontobatu (Buttu batu 1) #1,2 2 x 50 2016 PLTM Rea 1 x 6 2013
PLTA Malea #1,2 2 x 45 2016 PLTM Wae Lega - Manggarai 1 x 2 2013
PLTB Waingapu 1 x 1 2013 PLTM Wolodaesa 1 x 1 2013
PLTG Aceh 3 x 22 2012-2013 PLTM Ngaoli 1 x 2 2013-2017
PLTG Sengkang, Op. Cycle - Unit 2 1 x 60 2012 PLTM Wai Nibe 4 x 1 2013-2017
PLTG Senipah 2 x 40 2013 PLTM Batubota 1 x 3 2014
PLTGB Putussibau (FTP2) 2 x 4 2012 PLTM Bintang Bano 2 x 4 2014
PLTGB Tanjung Batu (FTP2) 2 x 4 2012 PLTM Bunta 2 x 1 2014
PLTGB Belitung - 2 1 x 5 2013 PLTM Lambangan 2 x 2 2014
PLTGB Melak 1 x 6 2011-2017 PLTM Mala-2 1 x 6 2014
PLTGB Kotabangun 1 x 3 2012 PLTM Rhee 1 x 4 2014
PLTGB Selayar (FTP 2) 2 x 4 2012-2013 PLTM Walesi Blok II 5 x 1 2014
PLTGB Tual 2 x 4 2013 PLTM Sita - Borong 2 x 1 2014-2015
PLTGB Tobelo (FTP2) 2 x 4 2014 PLTP Lumut Balai (FTP2) 4 x 55 2014-2015
PLTGB Larantuka 2 x 4 2014-2017 PLTP Sarulla I (FTP2) 3 x 110 2014-2015
PLTGU Duri 1 x 90 2012 PLTP Ulubelu #3,4 (FTP2) 2 x 55 2015
PLTGU Gunung Megang, ST Cycle 1 x 30 2012 PLTP Lho Pria Laot 1 x 7 2017
PLTGU Sengkang-ST-CC - Unit 3 1 x 120 2013 PLTP Muara Laboh (FTP2) 2 x 110 2017

80 RUPTL 2011- 2020


Kapasitas Tahun Kapasitas Tahun
Nama Pembangkit Nama Pembangkit
(MW) Operasi (MW) Operasi
PLTP Rajabasa (FTP2) 2 x 110 2017 PLTU Lombok 2 x 25 2014
PLTP Sarulla II (FTP2) 1 x 110 2017 PLTU Maruni / Andai 2 x 7 2014
PLTP Seulawah (FTP2) 1 x 55 2017 PLTU Nabire-Kalibobo 2 x 7 2014
PLTP Sorik Marapi (FTP2) 240 2018 PLTU Nunukan (FTP2) 2 x 7 2014
PLTP Rantau Dedap (FTP2) 2 x 110 2018-2019 PLTU Kalsel - 1 (FTP2) 2 x 100 2014-2015
PLTP Suoh Sekincau 2 x 55 2018-2019 PLTU Kaltim - 2 (FTP2) 2 x 100 2014-2015
PLTP G. Talang 1 x 20 2019 PLTU Makbusun / Sorong 2 x 15 2014-2015
PLTP Bonjol 165 2019 PLTU Merauke-Gudang Arang 2 x 7 2014-2015
PLTP Danau Ranau 110 2019 PLTU Sulut I - Kema 2 x 25 2014-2015
PLTP Jaboi (FTP2) 2 x 5 2019 PLTU Sumbawa Baru I (FTP2) 2 x 10 2014-2015
PLTP Simbolon Samosir 110 2019 PLTU Mamuju (FTP2) #1,2 2 x 25 2015
PLTP Sipoholon Ria-ria 1 x 55 2019 PLTU Sulsel-2 (Takalar Punaga) #1,2 2 x 100 2015
PLTP Wai Ratai 1 x 55 2019 PLTU Luwuk (FTP2) 2 x 10 2015-2016
PLTP Jailolo (Ekspansi) 1 x 5 2020 PLTU Merauke-Ekspansi 1 x 7 2016
PLTP Tamboli #1,2 2 x 5 2013 PLTU Embalut (Ekspansi) 1 x 50 2017
PLTP Lahendong V (FTP-2) 1 x 20 2014 PLTU Kaltim (PPP) 2 x 100 2017-2018
PLTP Sokoria (FTP2) 1 x 5 2015 PLTU Sulut (PPP) 2 x 55 2017-2018
PLTP Ulumbu 1 x 5 2015 PLTU Kalteng - 1 2 x 100 2020
PLTP Oka Larantuka 2 x 3 2015-2016 PLTU Toboali 2 x 7 2014
PLTP Lahendong VI (FTP-2) 1 x 20 2015-2017 PLTU Pontianak - 3 2 x 25 2015
PLTP Atadei (FTP2) 1 x 5 2016 PLTU Tanjung Pinang 2 (FTP2) 2 x 15 2015
PLTP Jailolo (FTP2) 2 x 5 2016-2017 PLTU Tembilahan 2 x 7 2015
PLTP Sokoria 3 x 5 2016-2020 PLTU Bangka (FTP2) 2 x 30 2015-2016
PLTP Hu'u (FTP2) 1 x 20 2017 PLTU Sumsel - 5 2 x 150 2015-2016
PLTP Lainea #1,2 2 x 10 2017 PLTU Sumsel - 7 2 x 150 2015-2016
PLTP Songa Wayaua (FTP2) 1 x 5 2017 PLTU Riau Mulut Tambang 2 x 300 2016-2017
PLTP Hu'u (Ekspansi) 2 x 20 2018-2019 PLTU Sumsel - 6, Mulut Tambang 2 x 300 2016-2017
PLTS Waingapu 1 x 1 2012 PLTU Jambi (KPS) 2 x 400 2018-2019
PLTU Sarolangun 2 x 6 2011 PLTU Pontianak - 2 2 x 25 2019-2020
PLTU IPP Kemitraan 2 x 7 2013 PLTU Bau-Bau #1,2 2 x 7 2013
PLTU Muko Muko 2 x 4 2013 PLTU Melak (FTP2) 2 x 7 2013-2014
PLTU Nias 1 x 7 2013 PLTU Biak (FTP2) 2 x 7 2014
PLTU Nias (FTP2) 2 x 7 2014 PLTU Jayapura-Skouw 2 x 15 2014
PLTU Selat Panjang Baru #1,2 2 x 7 2014 PLTU Kaltim (MT) 2 x 28 2014
PLTU Simpang Belimbing #3,4 2 x 114 2014 PLTU Kendari Baru I (FTP2) #1,2 2 x 25 2014
PLTU Tanjung Pinang 1 (TLB) 2 x 15 2014 PLTU Kolaka (FTP2) #1,2 2 x 10 2014
PLTU TB. Karimun 2 x 7 2014

Tabel 5. 18 Daftar Proyek IPP di Jawa Bali


Kapasitas Tahun Kapasitas Tahun
Nama Pembangkit Nama Pembangkit
(MW) Operasi (MW) Operasi

Proyek On Going PLTP Tangkuban Perahu 2 2 x 30 2015-2016

1 x 60 2013
PLTG Cikarang Listrindo 1 x 150 2011 PLTP Patuha
2 x 60 2015

PLTU Cirebon 1 x 660 2011 PLTP Bedugul 1 x 10 2015

1 x 130 + 1 x 30 2015
PLTU Celukan Bawang 2014 PLTP Kamojang
2 x 125 1 x 60 2016
PLTP Candi Umbul -
PLTU Paiton 3 1 x 815 2012 1 x 55 2019
Telomoyo
2015
1 x 110
Proyek Dalam Rencana PLTP Wayang Windu 2017
1 x 110

RUPTL 2011- 2020 81


Kapasitas Tahun Kapasitas Tahun
Nama Pembangkit Nama Pembangkit
(MW) Operasi (MW) Operasi

PLTU Madura 2 x 200 2015 PLTP Gn Lawu 2 x 55 2019-2020

1 x 30 2015
PLTU Jawa-1 1 x 660 2015 PLTP Karaha Bodas
2 x 55 2016
1 x 55 2018
PLTU Jawa-2 1 x 600 2015 PLTP Guci
1 x 55 2019

PLTU Jawa-3 2 x 660 2016-2017 PLTP Ijen 2 x 55 2019

2 x 55 2018
PLTU Jawa Tengah 2 x 1000 2016-2017 PLTP Wilis/Ngebel
1 x 55 2019
PLTU Banten 1 x 660 2016 PLTP Gn Ceremai 2 x 55 2019-2020
PLTU Sumatera Mulut
43 5 x 600 2016-2018 PLTP Gn Endut 1 x 55 2019
Tambang
PLTA Rajamandala 1 x 47 2014 PLTP Rawa Dano 1 x 110 2018

PLTP Cibuni 10 2016 PLTP Baturaden 2 x 110 2018-2019


1 x 55 2015
PLTP Dieng 1 x 60 2016 PLTP Arjuno Welirang 2 x 55 2019-2020
2 x 55 2018-2019
1 x 55 2018
1 x 55 2016
PLTP Ungaran 1 x 30 2019 PLTP Iyang Argopuro
2 x 110 2017-2018
2 x 55 2019-2020
PLTP Rawa Dano 1 x 110 2018 PLTP Tampomas 1 x 45 2018
PLTP Cisolok-Sukarame 1 x 50 2017
PLTP Tangkuban Perahu 1 2 x 55 2018
2 x 55 2018-2019

5.5 PROYEKSI NERACA ENERGI DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKAR

5.5.1 Sasaran Fuel Mix


5.5.1.1 Fuel Mix 1999-2008
Tabel 5.19 menunjukkan pemakaian energi primer utama oleh PT PLN
(Persero) dalam sepuluh tahun terakhir. Konsumsi batubara terus meningkat,
namun pemakaian gas alam cenderung terus menurun akibat pasokan gas
yang depleted dari sumbernya, dan karena infrastrukturnya belum tersedia
cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik PLN.

43
PLTU Sumatra mulut tambang diperhitungkan sebagai IPP di sistem Jawa Bali karena
sebagian besar produksinya akan ditransfer ke Jawa dengan menggunakan transmisi HVDC.

82 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 19 Pemakaian Energi Primer PLN Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Tahun BBM GAS Batubara


juta kl bcf juta ton
1999 4,70 237 11,41
2000 5,02 229 13,14
2001 5,40 222 14,03
2002 7,00 193 14,06
2003 7,61 184 15,26
2004 8,51 176 15,41
2005 9,91 143 16,90
2006 9,98 158 19,09
2007 10,69 171 21,47
2008 11,32 182 21,00
2009 9,41 266 21,92
2010 9,32 283 23,96

Sumber inefisiensi PLN yang utama beberapa tahun terakhir ini adalah fuel-mix
yang terjebak pada pemakaian minyak yang terlalu banyak44, namun produksi
listrik tetap harus dilakukan agar kebutuhan tenaga listrik termasuk
pertumbuhannya dapat dipenuhi oleh PLN. Dalam tahun 2008 komposisi
produksi kWh berdasarkan bahan bakar adalah BBM 36%, batubara 35%, gas
alam 17%, panas bumi 3% dan tenaga air 9%. Dalam RUPTL ini komposisi fuel
mix tersebut akan diperbaiki dengan target yang diperlihatkan pada pada Tabel
5.20.

Tabel 5. 20 Sasaran Komposisi Produksi Listrik Tahun 2020 Berdasarkan Jenis Bahan
Bakar (%)

Tahun BBM Batubara Gas Tenaga air Panas Bumi


2011 21,6 50,2 17,3 6,0 4,9
2020 0,8 64,2 16,8 5,8 12,4

Untuk mewujudkan sasaran fuel mix pada Tabel 5.19, RUPTL 2011-2020
merencanakan proyek pembangkit seperti dijelaskan pada Bab 5. Target fuel
mix tersebut juga akan dicapai dengan pembelian tenaga listrik dari pembangkit

44
Dan harga minyak melonjak sangat tinggi pada tahun 2008 dan kemudian menurun namun
masih tetap tinggi sampai sekarang.

RUPTL 2011- 2020 83


listrik swasta (IPP) yang mengembangkan PLTU batubara, panas bumi dan
PLTGU gas. Pembangkit yang akan dibangun antara lain adalah proyek
percepatan 10.000 MW yang akan menurunkan konsumsi BBM secara
signifikan dan karenanya akan menurunkan biaya produksi tenaga listrik.
Disamping itu konversi pemakaian BBM ke gas maupun penambahan kapasitas
pembangkit berbahan bakar gas membuat PLN terus mengupayakan tambahan
kontrak-kontrak gas alam yang baru walaupun langkah ini menemui beberapa
kendala. Pengembangan pembangkit panas bumi juga akan lebih banyak
dikembangkan di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara.
Pembangunan dan sewa PLTD berbahan bakar BBM sangat dibatasi hanya
untuk mengatasi krisis penyediaan tenaga listrik jangka pendek, dan akan
diganti dengan PLTU batubara skala kecil, kecuali pada sistem kelistrikan yang
terlalu kecil dan terpencil. Opsi LNG juga akan dikembangkan untuk PLTGU
yang berada di Belawan, Jakarta dan Grati.
Berdasarkan prakiraan demand seperti dijelaskan pada butir 4.3 dan
konfigurasi pembangkit pada butir 4.4, selanjutnya dilakukan simulasi produksi
energi seluruh sistem pembangkitan PLN dan IPP, dan hasilnya diperlihatkan
pada Tabel 5.21 dan Gambar 5.3.

Tabel 5. 21 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Total Indonesia (GWh)


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD 29,846 17,346 8,658 4,331 2,549 2,465 2,316 2,261 2,428 2,635
2 MFO 10,037 4,807 2,385 556 44 56 51 65 85 65
3 Gas 32,017 42,691 46,158 46,002 43,441 43,118 35,657 25,992 28,331 30,879
4 LNG - 7,578 6,113 10,970 14,817 15,068 20,874 29,394 30,088 31,541
5 Batubara 93,049 110,043 134,578 151,524 163,311 178,749 193,084 207,868 221,392 238,432
6 Hydro 11,149 11,204 12,363 12,791 13,841 16,292 17,704 19,349 20,429 21,429
7 Surya/Hybrid 2 4 4 5 6 6 6 6 7 7
8 Biomass 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
9 Impor - - - 709 721 733 737 738 314 317
10 Geothermal 9,033 8,650 9,828 11,939 19,814 23,078 29,405 36,302 42,828 46,005
TOTA L 185,197 202,387 220,150 238,891 258,606 279,628 299,897 322,038 345,964 371,374

Pada Tabel 5.21 dapat dilihat bahwa pembangkit batubara akan menjadi tulang
punggung sistem pembangkitan Indonesia pada kurun waktu sepuluh tahun
mendatang, disusul oleh gas alam dan kemudian pembangkit energi
terbarukan, sementara pembangkit berbahan bakar minyak direncanakan
semakin jauh berkurang. Hal ini mencerminkan usaha PLN untuk mengurangi
konsumsi BBM.

84 RUPTL 2011- 2020


Pada tahun 2011 konsumsi BBM masih sebesar 21%, dan direncanakan
menurun menjadi 5% pada 2013 dan <1% pada 2020. Sementara itu kontribusi
batubara akan meningkat dari 50% pada tahun 2011 menjadi 64% pada tahun
2020. Sedangkan porsi gas alam yang pada tahun 2011 adalah 17%, akan
menurun menjadi 8% pada tahun 2020, sedangkan LNG mulai tahun 2012
sebesar 4% dan meningkat menjadi 9% pada 2020%.

400,000

350,000

300,000

250,000
GWh

200,000

150,000

100,000

50,000

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Impor Biomass Surya/Hybrid HSD  MFO  LNG Gas Batubara Geothermal Hydro

Gambar 5. 4 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar


Total Indonesia (GWh)

Hal lain yang dapat dilihat adalah adanya peningkatan tenaga panas bumi
dalam penyediaan listrik yang semakin besar secara signifikan, dimana
kontribusinya sebesar 5% pada 2011 dan akan meningkat menjadi 12% pada
2020.
Untuk memproduksi energi listrik pada Tabel 5.21 diperlukan bahan bakar
dengan volume yang diperlihatkan pada Tabel 5.22.
Tabel 5. 22 Kebutuhan Bahan Bakar Indonesia
No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD ( x 10^3 kl ) 7,464.3 4,610.8 2,274.6 1,131.8 633.5 595.2 545.7 550.8 589.3 633.0
2 MFO ( x 10^3 kl ) 1,604.7 1,190.3 577.3 159.7 34.1 37.3 35.9 39.5 44.8 39.8
3 Gas (bcf) 329.8 337.8 358.4 365.3 344.3 341.4 277.1 197.7 211.1 227.2
4 LNG (bcf) - 59.6 47.9 90.8 120.4 122.1 170.7 240.7 248.2 263.7
5 Batubara (10^3 ton) 41,794.7 59,254.3 73,788.3 82,954.0 88,754.9 96,002.2 101,442.6 109,263.6 116,691.0 125,737.7
6 Biomass (10^3 ton) 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49

RUPTL 2011- 2020 85


5.5.2 Sistem Jawa-Bali
Rencana penyediaan energi dan kebutuhan bahan bakar untuk periode tahun
2011-2020 berdasarkan jenis bahan bakarnya diberikan pada Tabel 5.23 dan
Gambar 5.5.
Dalam kurun waktu 2011-2020, kebutuhan batubara meningkat 2,4 kali dan
kebutuhan gas alam meningkat 2 kali lipat, sedangkan kebutuhan BBM
menurun drastis karena digantikan oleh LNG/CNG.
Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan dalam RUPTL ini telah sejalan
dengan kebijakan pemerintah mengenai diversifikasi energi, yaitu mengurangi
pemakaian bbm dan mengoptimalkan pemakaian batubara dan gas.

Tabel 5. 23 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Sistem Jawa-Bali (GWh)


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD 13,218 4,856 1,981 1,823 216 232 114 120 139 140
2 MFO 4,615 16 - - - - - - - -
3 Gas 25,085 33,292 35,092 34,028 31,582 31,742 25,143 16,684 19,470 22,188
4 LNG - 7,422 5,418 5,926 9,746 9,904 15,655 24,117 24,522 25,163
5 Batubara 84,107 94,724 109,365 122,695 133,097 144,080 157,303 166,606 173,466 184,786
6 Hydro 6,509 5,271 5,273 5,273 6,128 7,400 7,416 7,322 7,722 8,549
7 Surya/Hybrid
8 Geothermal 8,532 8,140 8,568 9,029 11,978 14,412 16,474 22,554 28,504 30,169
TOTA L 142,065 153,721 165,697 178,774 192,747 207,770 222,106 237,404 253,822 270,995

300,000

250,000

200,000
GWh

150,000

100,000

50,000

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

HSD  MFO  LNG Gas Batubara Geothermal Hydro

Gambar 5. 5 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Sistem Jawa-Bali (GWh)

86 RUPTL 2011- 2020


Pada Tabel 5.23 terlihat bahwa batubara mendominasi energi primer lainnya,
yaitu 68% dari seluruh produksi pada tahun 2020. Panas bumi mengalami
peningkatan secara signifikan dari 8.532 GWh pada tahun 2011 menjadi 30.169
GWh pada tahun 2020, atau meningkat hampir 4 kali lipat. Sedangkan pangsa
tenaga air relatif tidak berubah karena potensi tenaga air di sistem Jawa Bali
sudah sulit untuk dikembangkan. Produksi listrik dari gas alam (termasuk LNG)
mengalami peningkatan sejak tahun 2011 menjadi hampir 2 kali lipat pada
tahun 2020. Namun demikian porsi gas alam menurun dari 18% pada 2011
menjadi hanya 8% pada 2020, sedangkan LNG meningkat dari 5% pada 2012
menjadi 9% pada 2020). Hal ini terjadi karena pasokan gas pipa untuk
pembangkit semakin menurun sehingga LNG menjadi alternatif untuk
memenuhi kebutuhan pembangkit walaupun harganya mencapai lebih dari 2
kali lipat dari gas pipa.
Proyeksi kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit milik PLN dan IPP dapat
dilihat pada Tabel 5.24. Volume kebutuhan batubara terus meningkat sampai
tahun 2020. Hal ini merupakan konsekuensi dari rencana pengembangan
pembangkit yang mengandalkan PLTU batubara sebagai pemikul beban dasar.

Tabel 5. 24 Kebutuhan Bahan Bakar Sistem Jawa-Bali


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD ( x 10^3 kl ) 3,055.4 1,376.7 561.5 516.8 61.3 65.8 32.3 34.0 39.4 39.8
2 MFO ( x 10^3 kl ) 307.1 3.8 - - - - - - - -
3 Gas (bcf) 263.8 247.4 262.2 260.1 240.6 241.8 187.3 123.0 141.1 159.1
4 LNG (bcf) - 59.6 44.5 49.6 80.2 81.5 129.1 199.4 204.1 212.1
5 Batubara (10^3 ton) 36,224.5 49,410.2 57,494.3 64,563.8 69,896.8 74,827.0 79,701.8 84,161.2 87,712.1 93,595.0
6 Biomass (10^3 ton)

5.5.3 Wilayah Operasi Indonesia Barat


Selaras dengan kebijakan penurunan pemakaian BBM dalam sektor tenaga
listrik, maka komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Indonesia Barat
diproyeksikan pada tahun 2020 akan menjadi 51% batubara, 15% gas alam,
12% tenaga air, 2% minyak dan 21% panas bumi seperti diperlihatkan pada
Tabel 5.25 dan Gambar 5.5.
Proyeksi produksi energi dan kebutuhan bahan bakar untuk Sumatra, dan
Kalimantan Barat diperlihatkan pada Lampiran B.

RUPTL 2011- 2020 87


Tabel 5. 25 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Wilayah Operasi Indonesia Barat (GWh)


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD 10,713 7,458 3,713 940 913 834 822 898 982 996
2 MFO 2,499 2,441 1,148 177 3 16 21 35 55 35
3 Gas 5,114 7,415 7,389 7,932 7,788 7,502 6,586 5,293 4,820 4,575
4 LNG - - - 4,324 4,232 4,273 4,317 4,269 4,476 5,030
5 Batubara 6,533 10,531 17,394 17,346 16,854 20,350 20,033 24,096 29,095 32,493
6 Hydro 3,407 3,717 4,745 5,049 5,107 5,569 6,459 7,368 7,362 7,377
7 Surya/Hybrid
8 Biomass 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63
9 Impor - - - 709 721 733 737 738 314 317
10 Geothermal 63 64 801 2,281 6,765 6,865 10,773 11,353 11,691 13,200
TOTA L 28,392 31,689 35,254 38,821 42,445 46,205 49,811 54,112 58,859 64,087

70,000

60,000

50,000

40,000
GWh

30,000

20,000

10,000

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Impor Biomass HSD  MFO  LNG Gas Batubara Geothermal Hydro

Gambar 5. 6 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Wilayah Operasi Indonesia Barat (GWh)

Kebutuhan bahan bakar di Luar Jawa dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2020 diberikan pada Table 5.26.

Tabel 5. 26 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD ( x 10^3 kl ) 2,869.6 1,923.5 924.7 258.9 248.8 227.6 225.2 247.6 273.1 274.9
2 MFO ( x 10^3 kl ) 685.0 665.4 304.3 46.3 0.8 4.0 5.2 8.8 14.1 9.1
3 Gas (bcf) 52.7 77.1 76.8 84.1 82.5 78.4 67.9 51.5 46.6 43.8
4 LNG (bcf) - - - 37.9 37.1 37.5 37.8 37.4 39.4 44.8
5 Batubara (10^3 ton) 4,225.1 6,854.6 11,333.0 11,226.7 10,819.7 12,876.8 12,635.2 15,307.6 18,144.8 19,977.4
6 Biomass (10^3 ton) 49.1 49.1 49.1 49.1 49.1 49.1 49.1 49.1 49.1 49.1

Kebutuhan gas alam tersebut pada Tabel 5.26 yang terus menurun
sesungguhnya masih jauh di bawah kebutuhan, hal ini disebabkan oleh adanya
keterbatasan pasokan gas ke pembangkit PLN. Sebagai contoh, pasokan gas

88 RUPTL 2011- 2020


untuk PLTGU Belawan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun karena
depletion. Idealnya gas harus terjamin sepanjang umur ekonomis pusat
pembangkit.
Kebutuhan akan batubara terus meningkat selaras dengan proyeksi kebutuhan
tenaga listrik dan merupakan bahan bakar yang dominan dalam produksi listrik.
Kebutuhan batubara pada tahun 2011 sekitar 4,2 juta ton akan meningkat tajam
menjadi 20 juta ton pada tahun 2020, atau sekitar 5 kali lipat untuk 10 tahun
mendatang.

5.5.4 Wilayah Operasi Indonesia Timur


Selaras dengan kebijakan penurunan pemakaian BBM dalam sektor tenaga
listrik, maka komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Indonesia Timur
diproyeksikan pada tahun 2020 akan menjadi 58% batubara, 15% gas alam,
15% tenaga air, 4% minyak dan 7% panas bumi seperti diperlihatkan pada
Tabel 5.27 dan Gambar 5.6.
Proyeksi produksi energi dan kebutuhan bahan bakar untuk Kalimantan,
Sulawesi, Maluku & Papua dan NTB & NTT diperlihatkan pada Lampiran A.

Tabel 5. 27 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Indonesia Timur (GWh)


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD 5,916 5,033 2,964 1,569 1,421 1,399 1,380 1,242 1,307 1,498
2 MFO 2,923 2,351 1,236 378 41 41 30 30 30 30
3 Gas 1,818 1,984 3,676 4,042 4,071 3,874 3,928 4,016 4,041 4,116
4 LNG - 156 694 721 839 891 902 1,007 1,090 1,349
5 Batubara 2,409 4,788 7,820 11,483 13,360 14,319 15,748 17,166 18,831 21,153
6 Hydro 1,234 2,216 2,345 2,469 2,606 3,323 3,829 4,659 5,345 5,503
7 Surya/Hybrid 2 4 4 5 6 6 6 6 7 7
8 Geothermal 438 446 458 629 1,071 1,801 2,158 2,395 2,633 2,636
TOTA L 14,740 16,977 19,199 21,295 23,414 25,653 27,980 30,522 33,283 36,292

RUPTL 2011- 2020 89


40,000

35,000

30,000

25,000
GWh

20,000

15,000

10,000

5,000

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Surya/Hybrid HSD  MFO  LNG Gas Batubara Geothermal Hydro

Gambar 5. 7 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Wilayah Operasi Indonesia Timur (GWh)

Kebutuhan bahan bakar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2020 diberikan
pada Table 5.28

Tabel 5. 28 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur


No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 HSD ( x 10^3 kl ) 1,539.2 1,310.6 788.5 356.2 323.5 301.8 288.1 269.2 276.7 318.3
2 MFO ( x 10^3 kl ) 612.7 521.0 273.0 113.5 33.3 33.3 30.7 30.7 30.7 30.7
3 Gas (bcf) 13.2 13.2 19.3 21.1 21.1 21.3 22.0 23.2 23.5 24.4
4 LNG (bcf) - - 3.4 3.2 3.1 3.2 3.8 3.9 4.6 6.8
5 Batubara (10^3 ton) 1,345.1 2,989.5 4,961.0 7,163.5 8,038.3 8,298.4 9,105.6 9,794.8 10,834.0 12,165.3
6 Biomass (10^3 ton)

Kebutuhan akan batubara terus meningkat selaras dengan proyeksi kebutuhan


tenaga listrik dan merupakan bahan bakar yang dominan dalam produksi listrik.
Kebutuhan batubara pada tahun 2011 sekitar 1,3 juta ton akan meningkat tajam
menjadi 12,2 juta ton pada tahun 2020, atau sekitar tujuh kali lipat untuk 10
tahun mendatang.

90 RUPTL 2011- 2020


5.6 ANALISIS SENSITIVITAS

RUPTL 2011–2020 ini disusun sebagai rencana pengembangan sistem


kelistrikan dengan skenario tunggal, karena diperlukan adanya rencana
program pengembangan kapasitas pembangkit, transmisi dan distribusi yang
pasti. Rencana yang pasti ini dilatarbelakangi oleh sifat dari komitmen investasi
di sektor ketenagalistrikan yang memerlukan adanya kepastian jadwal dan
kapasitas.
Namun disadari bahwa penyusunan RUPTL dipengaruhi oleh beberapa
variabel ketidakpastian yang di luar kendali PLN, misalnya harga bahan bakar,
harga EPC proyek, proyeksi penjualan/permintaan tenaga listrik, dan lain-lain.
Untuk memahami pengaruh perubahan variabel tersebut terhadap rencana
pengembangan sistem kelistrikan, maka dalam RUPTL ini telah dilakukan
analisis sensitivitas.
Dari beberapa variabel ketidakpastian yang ada, analisis sensitivitas dalam
RUPTL ini hanya dibuat untuk perubahan harga bahan bakar. Hal ini dilakukan
karena harga bahan bakar merupakan variabel yang paling volatile dan dapat
berubah secara cepat dan lebar, sedangkan pergerakan harga EPC relatif lebih
terbatas. Adapun penyimpangan dari proyeksi penjualan/permintaan tenaga
listrik akan dikaji tersendiri dalam analisis risiko pada Bab 7.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan membuat 4 cases di luar base case45
untuk sistem Jawa Bali, karena sistem ini merupakan sistem terbesar di
Indonesia dan analisis yang diperoleh dapat menggambarkan situasi di wilayah-
wilayah lainnya. Perubahan harga bahan bakar dalam analisis sensitivitas
diberikan pada Tabel 5.30.

Tabel 5. 29 Variasi Harga Bahan Bakar Dalam Analisis Sensitivitas

Harga
Case Crude Oil Coal Gas LNG
US$/barel US$/ton US$/mmbtu US$/mmbtu
Base Case 95 80 6 10
Case 1 130 80 6 10
Case 2 95 80 6 10
Case 3 95 100 6 10
Case 4 95 80 7 10

45
Base case adalah case yang diadopsi dalam RUPTL 2011 – 2020 ini.

RUPTL 2011- 2020 91


Tabel 5. 30 Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Bahan Bakar

Base
No Case Study Satuan Case 1 Case 2 Case 3 Case 4
Case
1 Harga bahan bakar
Crude Oil USD/barrel 95 130 95 95 95
Batubara USD/ton 80 80 50 100 80
Gas USD/mmbtu 6 6 6 6 7
LNG USD/mmbtu 10 10 10 10 10
2 Objective Function Juta USD 58.063 58.090 55.542 65.338 59.550
% 100 100 96 113 103
3 Penambahan Kapasitas
PLTU MW 24.800 24.800 28.800 16.800 29.800
PLTGU MW 6.750 6.750 3.000 15.000 3.000
PLTG MW 1.800 1.800 1.600 1.600 600
Jumlah MW 33.350 33.350 33.400 33.400 33.400

Case 1 dimaksudkan untuk memahami dampak kenaikan harga minyak mentah


terhadap rencana pengembangan sistem, Case 2 untuk melihat dampak
penurunan harga batubara, Case 3 untuk melihat pengaruh kenaikan harga
batubara, dan Case 4 untuk memahami dampak kenaikan harga gas.
Hasil simulasi pada Case 1 menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak
menjadi US$130 tidak mengubah konfigurasi pembangkit (jenis, kapasitas dan
jadwal), dan hanya sedikit menaikkan nilai objective function biaya
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.30. Hal ini dapat dimengerti karena
porsi pemakaian BBM memang sangat kecil, yaitu hanya 1% dari fuel mix pada
tahun 2020, dengan demikian RUPTL ini tidak sensitif terhadap perubahan
harga minyak.
Sementara penurunan harga batubara dari $80 menjadi $50 pada Case 2 akan
menambah kapasitas PLTU batubara dari 24.800 MW (base case) menjadi
28.800 MW (Case 2), dengan mengambil alih pembangkit berbahan bakar gas
(PLTGU). Hal ini menunjukkan bahwa RUPTL ini sangat sensitif terhadap
penurunan harga batubara. Namun banyaknya PLTU batubara akan
menyebabkan pembangkit yang seharusnya memikul beban dasar menjadi
beroperasi dengan CF yang rendah karena sebagian daripadanya akan
mengambil peran combined cycle sebagai pemikul beban medium.
Sebaliknya jika harga batubara naik dari $80 menjadi $100 (Case 3), maka
kapasitas PLTU batubara hanya akan menurun dari 24.800 MW (base case)

92 RUPTL 2011- 2020


menjadi 16.800 MW dan peranannya digantikan dengan pembangkit berbahan
bakar gas.
Apabila harga gas naik sedikit dari $6 menjadi $7 (Case 4), maka kapasitas
pembangkit batubara akan naik tajam dari 24.800 MW (base case) menjadi
29.800 MW. Hal ini menunjukkan bahwa RUPTL sangat sensitif terhadap
kenaikan harga gas. Harga gas sebesar $6 merupakan harga tertinggi dimana
combined cycle plants masih dapat bersaing dengan kandidat pembangkit
lainnya. Apabila harga gas lebih tinggi dari $6, maka combined cycle tidak
dapat bersaing secara ekonomi dengan PLTU pada harga batubara $80, dan
peranan pembangkit medium unit akan diambil oleh PLTU batubara.

5.7 PROYEKSI EMISI CO2

Proses perencanaan sistem pada RUPTL 2011-2020, sebagaimana dapat


dilihat pada butir 2.2 mengenai kebijakan pengembangan kapasitas pembangkit
dan butir 5.1 mengenai kriteria perencanaan pembangkit, belum
memperhitungkan biaya emisi CO2 sebagai salah satu variabel biaya. Namun
demikian, RUPTL ini tidak mengabaikan aspek emisi CO2. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya kandidat PLTP dan PLTA yang ditetapkan masuk dalam
sistem kelistrikan walaupun mereka bukan merupakan solusi biaya terendah.
Penggunaan teknologi boiler supercritical di pulau Jawa juga membuktikan
bahwa PLN peduli dengan upaya mengurangi emisi CO2 dari pembangkitan
tenaga listrik.
Banyaknya emisi dihitung dari jumlah bahan bakar yang digunakan dan
dikonversi menjadi emisi CO2 (dalam ton CO2) dengan menggunakan faktor
pengali (emission factor) yang diterbitkan oleh IPCC46.

5.7.1 Baseline Emisi CO2 (Murni Least Cost)


Pengembangan pembangkitan yang semata-mata berdasarkan prinsip least-
cost tanpa mempertimbangkan intervensi kebijakan pemerintah seperti
pengembangan PLTP dan energi terbarukan lainnya akan menghasilkan

46
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), 2006 IPCC Guidelines for National
Greenhouse Gas Inventories.

RUPTL 2011- 2020 93


rencana pengembangan pembangkit yang sangat didominasi oleh PLTU
batubara. Rencana pengembangan ini selanjutnya disebut sebagai baseline.
5.7.1.1 Sistem Jawa Bali
Gambar 5.8 menunjukkan jumlah emisi CO2 yang akan dihasilkan oleh skenario
baseline untuk sistem Jawa Bali.
MW million tCO2
70,000  250.0 

225.0 
60,000 
200.0 
50,000  175.0 

150.0 
40,000 
125.0 
30,000 
100.0 

20,000  75.0 

50.0 
10,000 
25.0 

‐ ‐
2010 2012 2014 2016 2018 2020

COAL OIL GAS GEOTHERMAL HYDRO NUCLEAR EMISI

Gambar 5. 8 Proyeksi Komposisi Pembangkit dan Jumlah Emisi CO2 Sistem Jawa Bali
Skenario Baseline

Pengembangan pembangkit dengan skenario baseline untuk sistem Jawa Bali


akan menghasilkan penambahan PLTU batubara konvensional sebesar
27.000 MW dengan produksi mencapai 72,8% dari total produksi pada tahun
2020. Emisi CO2 yang dihasilkan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai
236 juta ton CO2.
Tabel 5.31 menunjukkan komposisi bauran energi (energy mix) pada tahun
2010, 2016 dan tahun 2020. Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa energi
terbarukan khususnya panas bumi tidak kompetitif melawan pembangkit fosil,
sehingga tidak terjadi penambahan kapasitas PLTP secara signifikan (hanya
PLTP existing dan committed projects).

94 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 31 Bauran Energi Sistem Jawa Bali Pada Skenario Baseline (GWh)

Unit 2010 2016 2020 Portion


(%)
Coal GWh 84,728 151,929 235,452 72.8

Oil GWh 206 4 20 0.1


Gas GWh 30,087 59,029 67,023 20.8
Geothermal GWh 6,641 8,110 8,110 2.5
Hydro GWh 7,813 8,893 12,262 3.8
Nuclear GWh 0 0 0 0

Total GWh 129,475 227,965 322,867 100


Production
Objective Mill. 14,616 46,430 62,575
Function USD

Juta tCO2
220.0 
200.0 
180.0 

160.0 
140.0 
120.0 

100.0 
80.0 

60.0 
40.0 
20.0 


2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Batubara Gas LNG HSD MFO

Gambar 5. 9 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Pada Sistem Jawa Bali Skenario Baseline

5.7.1.2 Sistem Sumatera


Gambar 5.10 menunjukkan jumlah emisi CO2 yang akan dihasilkan dalam
skenario baseline untuk sistem Sumatera.
Pengembangan pembangkit dengan skenario baseline untuk sistem Sumatera
akan menghasilkan penambahan PLTU batubara konvensional sebesar
2.000 MW, PLTGU gas alam sebesar 800 MW, PLTGU LNG 400 MW dan
IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle) sebesar 400 MW pada tahun

RUPTL 2011- 2020 95


2020. PLTP tidak kompetitif secara ekonomis, sehingga dalam baseline ini
hanya tercantum proyek-proyek PLTP yang telah committed. Emisi CO2 yang
dihasilkan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta ton CO2.
Tabel 5.32 menunjukkan komposisi bauran energi pada tahun 2010, 2016 dan
tahun 2020.

Capacity of
Million tCO2
Facilities, MWe
12,000 35.0

30.0
10,000

25.0
8,000

20.0
6,000
15.0

4,000
10.0

2,000
5.0

- 0.0
2010 2012 2014 2016 2018 2020

COAL GAS LNG MFO HSD


GEO IGPP HYD PUMP Emission

Gambar 5. 10 Proyeksi Komposisi Pembangkit dan Jumlah Emisi CO2 Sistem


Interkoneksi Sumatera Skenario Baseline

Produksi listrik tahun 2020 berdasarkan energi primer dalam skenario baseline
sistem Sumatera adalah 60,2% untuk batubara, 13,6% untuk tenaga air, 10,1%
untuk panas bumi, 9,8% untuk gas, 6,0% untuk gasifikasi batubara dan hanya
0,2% untuk bahan bakar minyak.
Tabel 5. 32 Bauran Energi Sistem Sumatera Pada Skenario Baseline (GWh)

Unit 2010 2016 2020 Portion (%)

Coal GWh       5.731     19.026     27.207            60,2


Oil GWh       3.642             15           103              0,2
Gas GWh       5.382       3.729       4.437              9,8
Coal Gasification GWh  ‐     ‐          2.735              6,0
Geothermal GWh  ‐          4.588       4.588            10,1
Hydro GWh       3.608       4.925       6.161            13,6
Total Production GWh     18.363     32.283     45.231          100,0
Construction  Million 
          513           713       1.031
Cost USD

96 RUPTL 2011- 2020


Juta tCO2
40

35

30

25

20

15

10

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Batubara  Gas LNG MFO HSD

Gambar 5. 11 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Pada Sistem Sumatera Skenario Baseline

5.7.2 Emisi CO2 Sesuai RUPTL 2011-2020


Pemerintah telah menetapkan Perpres No. 4 tahun 2010 dan Permen ESDM
No. 15 tahun 2010 mengenai Program Percepatan Pembangkit Tahap 2.
Program tersebut didominasi oleh pembangkit dengan menggunakan energi
terbarukan, khususnya panas bumi. Dengan adanya intervensi kebijakan
pemerintah mengenai pengembangan PLTP dan energi terbarukan lainnya
akan menghasilkan rencana pengembangan pembangkit yang sedikit berbeda
dibandingkan dengan baseline serta dapat menurunkan emisi CO2.
5.7.2.1 Emisi CO2 Indonesia
Gambar 5.12 memperlihatkan emisi CO2 yang akan dihasilkan apabila produksi
listrik Indonesia dilakukan dengan fuel mix seperti pada Gambar 5.4. Dari
Gambar 5.12 dapat dilihat bahwa emisi CO2 se-Indonesia akan meningkat dari
141 juta ton pada 2011 menjadi 276 juta ton pada tahun 2020. Dari 276 juta ton
emisi tersebut, 245 juta ton (89%) berasal dari pembakaran batubara.

RUPTL 2011- 2020 97


Juta tCO2
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Biomass HSD MFO LNG Gas Batubara 

Gambar 5. 12 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar (Gabungan Indonesia)

Average grid emission factor47 untuk Indonesia pada tahun 2011 adalah
0,763 kgCO2/kWh, akan meningkat menjadi 0,8 kgCO2/kWh pada 2013-2014
dan selanjutnya akan menurun karena beroperasinya proyek-proyek PLTP dan
PLTA sehingga average grid emission factor pada tahun 2020 menjadi 0,745
kgCO2/kWh.
5.7.2.2 Emisi CO2 Sistem Jawa-Bali
Proyeksi emisi CO2 dari sistem Jawa Bali diperlihatkan pada Gambar 5.13.
Emisi naik dari 110 juta ton pada 2011 menjadi 205 juta ton pada 2020, atau
naik hampir 2 kali lipat. Grid emission factor membaik dari 0,778 kgCO2/kWh
pada 2011 menjadi 0,756 kgCO2/kWh pada 2020. Perbaikan faktor emisi ini
dicapai dari peningkatan pemakaian gas alam, panas bumi dan penggunaan
teknologi supercritical.

47
Grid emission factor didefinisikan sebagai jumlah CO2 [kg] per produksi listrik [kWh]

98 RUPTL 2011- 2020


Juta tCO2
225

200

175

150

125

100

75

50

25

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Biomass HSD MFO LNG Gas Batubara 

Gambar 5. 13 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Sistem Jawa Bali

5.7.2.3 Emisi CO2 Wilayah Operasi Indonesia Barat


Proyeksi emisi CO2 dari pembangkitan listrik di Indonesia Barat diperlihatkan
pada gambar 5.14. Emisi naik dari 21 juta ton menjadi 45 juta ton, atau naik
sekitar 2 kali lipat. Grid emission factor meningkat dari 0,749 kgCO2/kWh pada
2011 menjadi 0,856 kgCO2/kWh pada 2013 dan berangsur-angsur menurun
menjadi 0,704 kgCO2/kWh pada 2020. Faktor emisi yang membaik ini
disebabkan oleh kontribusi positif dari pemanfaatan panas bumi dan tenaga air.

Juta tCO2
50

45

40

35

30

25

20

15

10

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Biomass HSD MFO LNG Gas Batubara 

Gambar 5. 14 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar pada Wilayah Operasi Indonesia Barat

RUPTL 2011- 2020 99


5.7.2.4 Emisi CO2 Wilayah Operasi Indonesia Timur
Proyeksi emisi CO2 dari pembangkitan listrik di Indonesia Timur diperlihatkan
pada Gambar 5.15. Emisi naik dari 9,4 juta ton pada 2011 menjadi 26,5 juta ton
pada 2020, atau naik 2,8 kali lipat. Grid emission factor meningkat dari 0,641
kgCO2/kWh pada 2011 menjadi 0,784 kgCO2/kWh pada 2014 dengan
masuknya PLTU skala kecil di 70 lokasi, dan berangsur-angsur menurun
menjadi 0,731 kgCO2/kWh pada 2020. Faktor emisi yang membaik ini
disebabkan oleh kontribusi positif dari pemanfaatan panas bumi dan tenaga air.

Juta tCO2
30

25

20

15

10

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Biomass HSD MFO LNG Gas Batubara 

Gambar 5. 15 Emisi CO2 per Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur

5.8 PROYEK CDM (CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM)

Sesuai Misi PLN ”menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”,


dan dengan komitmen nasional tentang pengurangan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK), PLN akan melakukan upaya pengurangan emisi GRK dari semua
kegiatan ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, gardu induk dan distribusi).
PLN akan menggunakan peluang yang diberikan oleh Protokol Kyoto (PK),
yaitu peluang bagi Negara Non Annex I untuk mendapatkan kredit dari upaya
pengurangan emisi GRK melalui mekanisme CDM (Clean Development
Mechanism) yang akan berlaku dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
sesuai dengan masa berlakunya Protokol Kyoto dan kesepakatan yang akan
dicapai oleh para pihak untuk pasca tahun 2012.

100 RUPTL 2011- 2020


Implementasi CDM akan diterapkan untuk semua kegiatan di lingkungan PLN
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi proyek CDM di sisi
pembangkitan, transmisi/gardu induk dan distribusi.
Kebijakan pengembangan proyek CDM di unit-unit PLN termasuk penjualan
CER-nya dilakukan secara terpusat, sedangkan Anak Perusahaan dapat
mengelola dan mengembangkan proyek CDM sendiri dengan melakukan
koordinasi dengan PLN Pusat.
Sejak tahun 2002 PLN sudah menyadari akan pentingnya CDM dan melakukan
assessment beberapa potensi proyek CDM, dan hasilnya hingga saat ini PLN
telah menandatangani 5 ERPA (Emission Reduction Purchase Agreements).
Selain itu PLN juga mengembangkan proyek melalui mekanisme VCM
(Voluntary Carbon Mechanism), dimana saat ini sudah ada 3 proyek yang telah
selesai proses validasinya sesuai VCS (Voluntary Carbon Standard). Daftar
proyek PLN yang dikembangkan melalui mekanisme CDM dan VCM dapat
dilihat pada Tabel 5.33.
Tabel 5.33 Daftar Proyek PLN yang Dikembangkan melalui Mekanisme CDM dan VCM

No Nama Proyek Lokasi Emission Status Saat Annual Project


Reduction Ini Emission
Mechanism Reduction
(tCO2e/year)

1 PLTP Kamojang IV (60 MW) Jawa Barat CDM Registered 402,780

2 PLTP Lahendong II (20 MW) Tomohon, Minahasa, CDM Registered 66,713


Sulawesi Utara

3 PLTP Lahendong III (20 MW) Tomohon, Minahasa, CDM PDD 50,663
Sulawesi Utara Development

4 PLTA Genyem (20 MW) Papua CDM PDD 50,000


Development

5 PLTM Lobong (1,6 MW), Kalimantan Barat, CDM PDD 8,749


Mongango (1,2 MW), Gorontalo, dan Development
Merasap (1,5 MW) Sulawesi Utara

6 PLTMG Bontang (14 MW) Kalimantan Timur CDM Under 21,282


validation

7 PLTA Sipansihaporas (50 Sumatra Utara VCS Validation 159,596


MW) completed

8 PLTA Lau Renun (82 MW) Sumatra Utara VCS Validation 229,048
completed

9 PLTA Musi (210 MW) Bengkulu VCS Validation 847,020


completed

RUPTL 2011- 2020 101


5.9 PENGEMBANGAN SISTEM PENYALURAN DAN GARDU INDUK

Pada periode 2011-2020 pengembangan sistem penyaluran masih berupa


pengembangan sistem dengan tegangan 500 kV dan 150 kV di sistem Jawa-
Bali serta tegangan 500 kV, 275 kV, 150 kV dan 70 kV di sistem Indonesia
Timur dan Indonesia Barat. Pembangunan saluran transmisi secara umum
diarahkan kepada tercapainya kesesuaian antara kapasitas pembangkitan di
sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien. Disamping itu juga
sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan perbaikan tegangan
pelayanan.
Pengembangan transmisi 500 kV di Jawa pada umumnya dimaksudkan untuk
mengevakuasi daya dari pembangkit-pembangkit baru maupun expansion,
menjaga kriteria security N-1 baik statik maupun dinamik. Khusus untuk
pasokan ke sistem Jakarta, pembangunan sistem 500 kV dilakukan dengan
menggunakan jalur transmisi 150 kV atau 70 kV. Sedangkan pengembangan
transmisi 150 kV dimaksudkan untuk menjaga kriteria security N-1 dan sebagai
transmisi terkait untuk gardu induk 150 kV baru.
Pengembangan transmisi 500 kV di Sumatera dimaksudkan untuk mentransfer
tenaga listrik dari pembangkit mulut tambang di Sumbagsel dan Riau ke
Sumbagut. Selain itu transmisi 500 kV juga dikembangkan di sekitar konverter
transmisi HVDC di Sumatera sebagai feeder pemasok listrik dari pembangkit
mulut tambang.
Rencana pengembangan sistem penyaluran di Indonesia hingga tahun 2020
diproyeksikan sebesar 114.554 MVA untuk pengembangan gardu induk serta
49.192 kms pengembangan jaringan transmisi dengan perincian pada Tabel
5.34 dan Tabel 5.35.
Tabel 5.34 Kebutuhan Fasilitas Transmisi Indonesia

Satuan kms
TRANSMISI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500 kV AC 82 172 374 12 459 738 538 170 40 40 2,625
500 kV DC - - - - - 1,100 - - - - 1,100
275 kV - 642 2,172 774 1,532 110 - 130 - - 5,360

250 kV DC - - - - - 462 - - - - 462


150 kV 3,717 5,754 7,812 6,813 3,573 2,541 2,211 1,873 972 1,016 36,282
70 kV 168 1,254 370 1,206 1 - 334 - - - 3,333

TOTAL 3,967 7,822 10,729 8,805 5,565 4,951 3,083 2,173 1,012 1,056 49,162

102 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5.35 Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Indonesia

Satuan MVA
TRAFO 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500/275 kV - - - - - 1,000 - 2,000 - - 3,000
500/150 kV 8,660 1,830 5,000 2,000 4,000 5,500 3,500 500 1,500 1,000 33,490
500 kV DC - - - - - 3,000 - - - - 3,000
275/150 kV 1,000 270 5,090 2,000 1,250 - 500 500 - 250 10,860

250 kV DC - - - - - 600 - - - - 600


150/70 kV 60 60 123 - 60 60 - - - - 363
150/20 kV 9,746 11,220 4,670 6,200 4,140 5,340 4,470 4,920 4,600 4,580 59,886
70/20 kV 715 640 410 260 270 180 150 210 290 230 3,355

TOTAL 20,181 14,020 15,293 10,460 9,720 15,680 8,620 8,130 6,390 6,060 114,554

5.9.1 Pengembangan Sistem Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia


Barat
Rencana pengembangan sistem transmisi dalam RUPTL 2011-2020 akan
banyak mengubah topologi jaringan dengan terwujudnya sistem interkoneksi
275 kV dan 500 kV di Sumatera. Pengembangan juga banyak dilakukan untuk
memenuhi pertumbuhan demand dalam bentuk penambahan kapasitas trafo.
Pengembangan untuk meningkatkan keandalan dan debottlenecking yang juga
terdapat di beberapa sistem, antara lain rencana pembangunan sirkit kedua
dan reconductoring beberapa ruas transmisi di sistem Sumbagut dan
Sumbagsel.
Rencana interkoneksi dengan tegangan 275 kV di Sumatera diprogramkan
terlaksana pada tahun 2012. Selain itu terdapat pembangunan beberapa gardu
induk dan transmisi 150 kV untuk mengambil alih beban dari pembangkit diesel
ke sistem interkoneksi (dedieselisasi), yaitu di sistem Sumbar-Riau, Sumbagsel
dan Kalbar.
Rencana pengembangan sistem penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Barat
hingga tahun 2020 diproyeksikan sebesar 29.450 MVA untuk pengembangan
gardu induk (500 kV, 275 kV, 150 kV dan 70 kV) serta 21.150 kms
pengembangan transmisi dengan perincian pada Tabel 5.36 dan Tabel 5.37.
Beberapa proyek transmisi strategis di Indonesia Barat antara lain:

– Proyek transmisi 275 kV untuk interkoneksi Sumatera Bagian Selatan dan


Sumatera Bagian Utara jalur barat dan jalur timur.

RUPTL 2011- 2020 103


– Proyek transmisi 500 kV untuk interkoneksi Sumatera Bagian Selatan dan
Sumatera Bagian Utara jalur timur.

– Interkoneksi Batam – Bintan dengan kabel laut 150 kV dimaksudkan untuk


memenuhi sebagian kebutuhan tenaga listrik pulau Bintan dengan tenaga
listrik dari Batam48 dengan mempertimbangkan rencana pengembangan
pembangkit di Batam yang akan mencukupi kebutuhan Batam dan sebagian
Bintan49. Adanya interkoneksi 150 kV tersebut tidak ada hubungannya
dengan perluasan wilayah usaha PLN Batam.

– Rencana pengembangan transmisi juga mencakup program interkoneksi


dengan sistem tenaga listrik dari negara tetangga, meliputi interkoneksi
Sumatera-Malaysia (HVDC ± 250 kV)50 dan Kalimantan Barat-Sarawak (275
kV HVAC). Tujuan interkoneksi tersebut antara lain untuk mewujudkan
ASEAN Power Grid sebagaimana dimaksud dalam MOU on the ASEAN
Power Grid yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan Perpres
No. 77/2008.
1. Interkoneksi Sumatera – Malaysia direncanakan beroperasi 2017
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi dari tukar menukar
tenaga listrik antara Sumatera dan Malaysia pada jam-jam tertentu. Pada
saat peak load di Sumatera (malam hari) PLN menerima tenaga listrik
dari Malaysia yang pada saat yang sama sedang dalam kondisi off peak.
Pada saat off peak di Sumatera (siang hari) PLN mengirim tenaga listrik
ke Malaysia yang pada saat yang sama sedang meningkatkan keandalan
sistem Sumatera.
2. Interkoneksi Kalbar – Serawak direncanakan beroperasi 2014
dimaksudkan untuk memfasilitasi pembelian tenaga listrik oleh PLN
khususnya pada waktu beban puncak sampai dengan tahun 2019 untuk
menghilangkan pemakaian BBM selama beban puncak. Selain itu terbuka
kemungkinan bagi PLN untuk juga membeli listrik di luar waktu beban
puncak dalam hal penyelesaian PLTU batubara di Kalimantan Barat
terlambat. Setelah tahun 2019 diperkirakan PLN hanya akan membeli

48
Biaya produksi listrik di Batam lebih rendah dari pada biaya produksi di Bintan yang masih
banyak menggunakan pembangkit BBM.
49
Kecukupan pembangkit di Batam sampai dengan tahun 2020 telah dikonfirmasi ke PLN
Batam.
50
Pemilihan level tegangan ±250 kV HVDC bipolar ini masih terbuka kemungkinan untuk
diubah ke 500 kV HVDC monopolar.

104 RUPTL 2011- 2020


tenaga listrik selama waktu beban puncak karena semua pembangunan
pembangkit beban dasar (PLTU) akan selesai.
Tabel 5. 36 Kebutuhan Fasilitas Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat

Satuan kms
TRANSMISI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500 kV AC - - - - - - - 150 - - 150
500 kV DC - - - - - 800 - - - - 800
275 kV - 160 2,172 774 1,532 110 - 130 - - 4,878

250 kV DC - - - - - 462 - - - - 462


150 kV 694 1,643 4,318 2,499 1,486 1,371 790 387 382 740 14,310
70 kV - 310 - 240 - - - - - - 550

TOTAL 694 2,113 6,490 3,513 3,018 2,743 790 667 382 740 21,150

Tabel 5. 37 Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Wilayah Operasi Indonesia Barat

Satuan MVA
TRAFO 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500/275 kV - - - - - 1,000 - 2,000 - - 3,000
500/150 kV - - - - - - - - - - -
500 kV DC - - - - - 3,000 - - - - 3,000
275/150 kV 1,000 - 5,000 2,000 1,250 - 500 500 - 250 10,500

250 kV DC - - - - - 600 - - - - 600


150/70 kV - - - - - - - - - - -
150/20 kV 960 2,750 2,170 1,350 840 810 870 810 570 750 11,880
70/20 kV 30 260 30 60 - 30 - 30 30 - 470

TOTAL 1,990 3,010 7,200 3,410 2,090 5,440 1,370 3,340 600 1,000 29,450

5.9.2 Pengembangan Sistem Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia


Timur
Pengembangan sistem transmisi untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur
meliputi pembangunan transmisi dan gardu induk 275 kV, 150 kV dan 70 kV. Di
wilayah Maluku, Papua dan Nusa Tenggara sedang dilaksanakan
pembangunan transmisi 70 kV dan 150 kV seiring dengan beroperasinya PLTU
batubara di wilayah tersebut, sementara di wilayah Sulselrabar sedang
dibangun transmisi 275 kV dari PLTA Poso ke Palopo. Pada tahun 2013 sistem
Sulawesi Tengah, sistem Sulawesi Tenggara dan sistem Sulawesi Selatan
akan terinterkoneksi melalui jaringan transmisi 275 kV dan 150 kV.
Evakuasi daya dari rencana PLTU sewa di Balikpapan dan Asam-Asam akan
menyebabkan kondisi bottleneck di beberapa ruas transmisi di sistem Kalsel

RUPTL 2011- 2020 105


dan Kaltim. Untuk mengatasi kondisi tersebut direncanakan reconductoring
pada ruas-ruas tersebut.
Rencana pengembangan interkoneksi tegangan tinggi antar pulau di area
Indonesia Timur meliputi interkoneksi pulau Laut – Kalsel ,interkoneksi pulau
Seram – Ambon dan interkoneksi Sultra – pulau Muna – pulau Buton, namun
implementasi rencana interkoneksi tersebut tergantung pada kelayakan dari
hasil studi dasar laut.
Wilayah Kalimantan Selatan-Tengah dan Timur akan terinterkoneksi melalui
jaringan transmisi 150 kV pada tahun 2012.
Rencana pengembangan sistem penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur
hingga tahun 2020 diproyeksikan sebesar 9.188 MVA untuk pengembangan
gardu induk (275 kV, 150 kV dan 70 kV) serta 16.434 kms pengembangan
jaringan transmisi dengan perincian pada Tabel 5.38 dan Tabel 5.39.
Beberapa proyek transmisi strategis di Indonesia Timur antara lain:

– Proyek transmisi 150 kV interkoneksi sistem Kalselteng – Kaltim

– Proyek transmisi 150 kV interkoneksi sistem Sulut – Gorontalo.

Tabel 5. 38 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur

Satuan kms
TRANSMISI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
275 kV 482 482
150 kV 1,515 2,161 2,837 2,752 494 680 1,247 1,144 380 170 13,379

70 kV 168 834 370 866 1 334 2,573

TOTAL 1,683 3,477 3,207 3,618 495 680 1,581 1,144 380 170 16,434

Tabel 5. 39 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur

Satuan MVA
TRAFO 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
275/150 kV 270 90 430
150/70 kV 60 60 123 60 60 363
150/20 kV 870 760 940 950 450 540 630 480 730 320 6,670
70/20 kV 245 260 300 140 270 120 120 90 80 170 1,795
TOTAL 1,175 1,350 1,453 1,090 780 720 750 570 810 490 9,188

5.9.3 Pengembangan Sistem Penyaluran Sistem Jawa-Bali


Pada Tabel 5.40 dan Tabel 5.41 diperlihatkan kebutuhan fisik fasilitas
penyaluran dan gardu induk di sistem Jawa-Bali.

106 RUPTL 2011- 2020


Tabel 5. 40 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Sistem Jawa-Bali

Satuan kms
TRANSMISI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500 kV AC 82 172 374 12 459 738 538 20 40 40 2,475
500 kV DC 300 300
150 kV 1,509 1,950 657 1,562 1,593 490 174 342 210 106 8,593
70 kV - 110 100 210
TOTAL 1,591 2,232 1,031 1,674 2,052 1,528 712 362 250 146 11,578

Tabel 5. 41 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Sistem Jawa-Bali

Satuan MVA
TRAFO 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500/150 kV 8,660 1,830 5,000 2,000 4,000 5,500 3,500 500 1,500 1,000 33,490
150/70 kV -
150/20 kV 7,916 7,710 1,560 3,900 2,850 3,990 2,970 3,630 3,300 3,510 41,336
70/20 kV 440 120 80 60 30 30 90 180 60 1,090
TOTAL 17,016 9,660 6,640 5,960 6,850 9,520 6,500 4,220 4,980 4,570 75,916

Dari Tabel 5.40 terlihat bahwa sampai dengan tahun 2020 akan dibangun
transmisi 500 kV AC sepanjang 2.475 kms. Transmisi tersebut dimaksudkan
untuk mengimbangi program percepatan pembangkit PLTU Suralaya Baru dan
PLTU Adipala (tahun 2011, 2014), PLTU Paiton Expansion dan PLTU IPP
Tanjung Jati Expansion (2011,2012), PLTU Jawa Tengah Infrastruktur dan
PLTU Indramayu (2016/2017, 2017), Jawa-Bali Crossing dari Paiton hingga ke
pusat beban di Bali (2015), PLTGU baru (2019/2020) dan pumped storage
Upper Cisokan (2016), Matenggeng dan Grindulu (2019/2020, 2020). Selain itu
dibangun juga transmisi 500 kV yang berkaitan dengan perkuatan pasokan
Jakarta seperti Balaraja-Kembangan dan Kembangan-Durikosambi-Muara
Karang.
Trafo interbus 500/150 kV yang direncanakan pada tabel 5.41 merupakan
perkuatan grid yang tersebar di Jawa, utamanya seputar Jabotabek.
Transmisi 500 kV DC pada Tabel 5.40 adalah transmisi HVDC interkonesi
Sumatra – Jawa, di sini hanya diperhitungkan bagian kabel laut dan overhead
line yang berada di pulau Jawa, selebihnya diperhitungkan sebagai
pengembangan sistem transmisi Sumatra.
Sistem transmisi 70 kV pada dasarnya sudah tidak dikembangkan lagi, bahkan
di sistem 70 kV di Jawa Barat banyak yang ditingkatkan menjadi 150 kV terkait
dengan proyek percepatan pembangkit 10.000 MW. Rencana pada Tabel 5.40

RUPTL 2011- 2020 107


hanya menunjukkan proyek reconducturing SUTT 70 kV yang memasok
konsumen besar dan saluran distribusi khusus. Program pemasangan trafo-
trafo 150/70 kV dan 70/20 kV pada tabel tersebut juga hanya merupakan
relokasi trafo-trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur.
Beberapa proyek transmisi strategis di Jawa-Bali antara lain:

– Kabel laut Jawa-Bali sirkit 3 dan 4 tahun 2012.


Pembangunan kabel laut Jawa-Bali sirkit 3-4 dimaksudkan untuk dapat
menekan pemakaian BBM di Bali dalam jangka pendek. Dengan adanya
transfer energi dari sistem Jawa melalui kabel laut Jawa-Bali #1-4 sebesar
300 MW (mempertimbangkan N-1), akan diperoleh penghematan biaya
bahan bakar sebesar Rp 2,23 triliun selama 20 bulan operasi (Mei 2012-
Desember 2013) hingga beroperasinya Jawa-Bali Crossing 150 kV. Apabila
dibandingkan dengan biaya investasi (EPC cost) sebesar Rp 410 miliar,
maka penghematan biaya bahan bakar yang diperoleh masih jauh lebih
besar.

– SUTET Durikosambi – Muara Karang.

– GITET Cawang Baru dan GITET Muara Karang.

– Pembangunan SUTET 500 kV Paiton – New Kapal termasuk overhead line


500 kV / submarine cable 500 kV menyeberangi selat Bali (Jawa Bali
Crossing) sebagai solusi jangka panjang pasokan listrik ke pulau Bali. Tahap
pertama pada tahun 2013 beroperasi 150 kV dan tahap kedua pada tahun
2015 beroperasi 500 kV. Pembangunan JBC ini berpotensi menghasilkan
saving sebesar USD 617 juta (NPV) selama 20 tahun bila dibandingkan
dengan membangun pembangkit di Bali.

– Proyek transmisi SUTET 500 kV tx Ungaran-Pemalang-Mandirancan-


Indramayu tahun 2014.

– Pembangunan transmisi 500 kV HVDC bipole 3,000 MW Sumatra - Jawa


berikut GITET Xbogor - Incomer (Tasik - Depok dan Cilegon – Cibinong)
untuk menyalurkan listrik dari PLTU mulut tambang di Sumatra Selatan ke
sistem Jawa Bali tahun 2016.

108 RUPTL 2011- 2020


5.10 PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI

Rencana pengembangan sistem distribusi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel


5.42. Kebutuhan fisik sistem distribusi Indonesia hingga tahun 2020 adalah
sebesar 208.607,4 kms jaringan tegangan menengah, 225.404,4 kms jaringan
tegangan rendah, 37.431,2 MVA tambahan kebutuhan trafo distribusi.
Kebutuhan fisik tersebut diperlukan untuk mempertahankan keandalan serta
untuk menampung tambahan sekitar 27,3 juta pelanggan.
Tabel 5.42 Kebutuhan Fasilitas Distribusi di Indonesia
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah
Indonesia
Jaringan TM kms 18,425.4 18,573.2 18,066.9 19,716.4 18,435.1 20,332.9 21,750.3 23,088.1 24,497.2 25,721.9 208,607.4
Jaringan TR kms 17,666.1 21,080.5 21,666.1 23,554.7 20,683.5 21,688.2 22,759.8 24,172.2 25,488.9 26,644.4 225,404.4
Trafo Distribusi MVA 3,227.4 3,721.1 3,841.1 4,038.6 3,267.0 3,590.3 3,707.9 3,965.9 4,066.2 4,005.7 37,431.2
Tambahan Pelanggan ribu plgn 3,813.4 2,460.4 2,622.6 2,739.8 2,739.9 2,749.6 2,626.2 2,655.4 2,638.7 2,250.7 27,296.6

5.10.1 Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur


Rencana pengembangan sistem distribusi untuk Wilayah Operasi Indonesia
Barat dapat dilihat pada Tabel 5.43. Kebutuhan fisik sistem distribusi Indonesia
Barat hingga tahun 2020 adalah sebesar 62.980,0 kms jaringan tegangan
menengah, 69.454,7 kms jaringan tegangan rendah, 14.593,8 MVA tambahan
kebutuhan trafo distribusi. Kebutuhan fisik tersebut diperlukan untuk
mempertahankan keandalan serta untuk menampung tambahan sekitar 6,5 juta
pelanggan.
Tabel 5. 43 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Operasi Indonesia Barat
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah
Indonesia Barat
Jaringan TM kms 5,642.8 5,592.1 6,429.6 6,982.3 5,563.1 5,956.7 6,334.3 6,708.2 6,920.2 6,850.5 62,980.0
Jaringan TR kms 6,398.7 6,128.0 7,152.3 7,780.3 6,159.0 6,543.5 6,896.5 7,332.6 7,539.2 7,524.5 69,454.7
Trafo Distribusi MVA 1,414.4 1,389.8 1,865.1 2,077.8 1,232.3 1,298.4 1,364.8 1,418.0 1,368.5 1,164.9 14,593.8
Tambahan Pelanggan ribu plgn 1,135.4 651.7 661.0 669.7 572.1 542.6 539.9 555.6 573.0 593.0 6,494.1

Rencana pengembangan sistem distribusi untuk Wilayah Operasi Indonesia


Timur dapat dilihat pada Tabel 5.44. Kebutuhan fisik sistem distribusi Wilayah
Operasi Indonesia Timur hingga tahun 2020 adalah sebesar 74.784,0 kms
jaringan tegangan menengah, 65.099,5 kms jaringan tegangan rendah, 8.216,7
MVA tambahan kebutuhan trafo distribusi. Kebutuhan fisik tersebut diperlukan
untuk mempertahankan keandalan serta untuk menampung tambahan sekitar
5,3 juta pelanggan.
Tabel 5. 44 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Operasi Indonesia Timur

RUPTL 2011- 2020 109


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah
Indonesia Timur
Jaringan TM kms 5,047.6 5,790.7 6,161.3 7,012.3 6,671.8 7,072.7 7,851.1 8,667.8 9,668.5 10,840.2 74,784.0
Jaringan TR kms 4,045.9 6,189.7 6,761.2 7,744.5 5,943.1 5,922.7 6,343.1 6,803.2 7,371.9 7,974.2 65,099.5
Trafo Distribusi MVA 693.4 885.5 787.4 757.9 748.4 763.1 814.9 859.0 917.2 989.7 8,216.7
Tambahan Pelanggan ribu plgn 1,406.2 375.9 384.4 396.7 415.8 409.8 441.9 463.7 481.9 519.8 5,296.1

Interkoneksi Antarpulau
Untuk mengembangkan sistem kelistrikan di pulau-pulau yang dekat dengan
daratan pulau besar dan sekaligus untuk menurunkan penggunaan BBM,
direncanakan interkoneksi antar pulau melalui kabel laut 20 kV atau 70 kV,
yaitu:
• Pulau Laut (Kotabaru) - Batulicin dengan kabel laut 20 kV
• Kaltim - Pulau Nunukan – Sebatik dengan kabel laut 20 kV
• Kendari - Pulau Muna - Pulau Buton (Bau-bau) dengan kabel laut 150
kV.
• Bitung – Pulau Lembeh (Sulut) dengan kabel laut / SUTM 20 kV
• Ambon – Haruku - Seram dengan kabel laut 70 kV, Haruku-Saparua KL
20 kV
• Pulau Ternate – Pulau Tidore dengan kabel laut 20 kV
• Lombok - Pulau 3 Gili dengan kabel laut 20 kV
• Kepulauan Seribu dengan kabel laut 20 kV
• Bali – Nusa Penida dengan kabel laut 20 kV
Pelaksanaan interkoneksi kabel laut tersebut akan didahului dengan kajian
kelayakan meliputi keekonomian, enjiniring dan studi dasar laut (seabed study)
meliputi: route, peletakan kabel, lingkungan, struktur dasar laut, dan lain
sebagainya.

5.10.2 Sistem Jawa-Bali


Perencanaan kebutuhan fisik untuk mengantisipasi pertumbuhan penjualan
energi listrik dapat diproyeksikan seperti pada Tabel 5.45.
Tabel 5. 45 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Sistem Jawa-Bali
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah
Jawa-Bali -
Jaringan TM kms 7,735.0 7,190.4 5,475.9 5,721.8 6,200.2 7,303.5 7,564.9 7,712.1 7,908.4 8,031.2 70,843.4
Jaringan TR kms 7,221.5 8,762.7 7,752.6 8,029.8 8,581.4 9,222.0 9,520.2 10,036.4 10,577.8 11,145.7 90,850.3
Trafo Distribusi MVA 1,119.6 1,445.8 1,188.6 1,202.9 1,286.4 1,528.7 1,528.2 1,688.8 1,780.5 1,851.0 14,620.7
Tambahan Pelanggan ribu plgn 1,271.7 1,432.7 1,577.2 1,673.4 1,752.0 1,797.2 1,644.4 1,636.1 1,583.8 1,137.8 15,506.4

110 RUPTL 2011- 2020


Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang dari tahun 2011 sampai dengan 2020
untuk sistem Jawa Bali diperlukan tambahan jaringan tegangan menengah
sebanyak 70.843,4 kms, jaringan tegangan rendah 90.850,3 kms, kapasitas
trafo distribusi 14.620 MVA dan jumlah pelanggan 15,5 juta.

5.11 PENGEMBANGAN LISTRIK PERDESAAN

Untuk saat ini pembangunan listrik desa di seluruh Indonesia dilaksanakan oleh
28 Satuan Kerja Listrik Desa / Satker Lisdes, dimana untuk 24 Satker Lisdes
tersebut berada pada masing-masing provinsi, kecuali untuk 4 Satker Lisdes
merupakan gabungan dua provinsi seperti: Satker Lisdes Riau & Riau
Kepulauan, Jawa Tengah & Yogyakarta, Sulawesi Selatan & Sulawesi Barat,
serta Papua & Papua Barat.
Sasaran kuantitatif pembangunan listrik desa adalah bertujuan meningkatkan
rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik, dengan mengacu pada sasaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM tahun 2010-2014, yaitu
untuk rasio elektrifikasi dari 67,2% tahun 2010 menjadi sebesar 80% di tahun
2014, dan untuk rasio desa berlistrik 94,6% tahun 2010 menjadi sebesar
98,9% di tahun 2014. Rekap program listrik perdesaan 2011-2014 dan
investasinya dapat dilihat pada Tabel 5.46 dan Tabel 5.47.
Tujuan pembangunan listrik desa seperti yang disebutkan diatas, juga bertujuan
untuk:
• Mendorong peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan
• Meningkatkan kualitas bidang pendidikan dan kesehatan
• Mendorong produktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
pedesaan
• Memudahkan dan mempercepat masyarakat pedesaan memperoleh
informasi dari media elektronik serta media komunikasi lainnya.
• Meningkatkan keamanan dan ketertiban yang selanjutnya diharapkan juga
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Tabel 5. 46 Rekap Program Listrik Perdesaan Indonesia 2011-2014

JTM JTR Trafo Jml Listrik Murah


Tahun
Kms kms MVA Unit Pelanggan dan Hemat (RTS)
2011 8.198,0 7.615,1 373,3 5.847 382.864 -
2012 4.495,6 4.881,1 233,0 3.466 248.833 83.092
2013 7.585,9 7.507,4 386,4 5.623 438.466 -
2014 7.403,4 7.326,7 377,1 5.488 427.915 -
Total 27.682,8 27.330,3 1.369,9 20.424 1.498.078 83.092

RUPTL 2011- 2020 111


Catatan: Pada tahun 2012 ada program listrik Murah dan Hemat untuk
masyarakat daerah tertinggal dan nelayan sebanyak 83.092 RTS (rumah
tangga sasaran).
Tabel 5.47 Rekap Kebutuhan Investasi Program Listrik Perdesaan Indonesia 2011-2014
(Juta Rp)

Listrik
murah
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hemat
(RTS)
2011 1.762.282,6 905.657,2 444.332,0 22.500,0 3.223.783,8 -
2012 1.205.603,0 668.894,7 385.697,0 - 2.260.194,7 286.799,6
2013 2.105.722,4 1.082.279,4 651.229,8 - 3.839.231,7 -
2014 2.055.053,2 1.056.236,9 635.559,5 - 3.746.849,7 -
Total 7.128.661,3 3.713.068,2 2.116.818,4 22.500,0 13.070.059,9 286.799,6

5.12 PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Energi baru dan terbarukan (EBT) skala besar seperti panas bumi dan PLTA
telah dibahas dalam pengembangan kapasitas pembangkit pada butir 5.4. Butir
ini hanya membahas pengembangan EBT skala kecil.

PLTMH: PLN mendorong pengembangan PLTMH terutama oleh swasta atau


masyarakat untuk melistriki kebutuhan setempat dan juga untuk disalurkan ke
grid atau sistem kelistrikan PLN.

PLTB: Karena potensi energi angin di Indonesia sangat terbatas, maka


pengembangannya akan terbatas di daerah yang memiliki potensi.

Biomassa: PLN tidak bermaksud untuk membangun sendiri pembangkit listrik


tenaga biomassa karena PLN tidak mempunyai kendali atas pasokan
biomassanya. Karena itu PLN mendorong swasta untuk mengembangkannya
dan PLN akan membeli listriknya.

Energi kelautan: walaupun potensi energi kelautan diduga sangat besar, namun
mengingat teknologi dan keekonomiannya masih belum diketahui, PLN baru
akan melakukan uji coba skala kecil sebagai proyek penelitian dan
pengembangan.

Biofuel: tergantung kepada kesiapan pasar biofuel, PLN siap untuk


memanfaatkan biofuel apabila tersedia.

112 RUPTL 2011- 2020


Gasifikasi batubara (PLTGB): PLN memandang jenis energi ini sebagai energi
baru yang dapat diterapkan pada sistem kelistrikan isolated skala kecil.

Rencana pengembangan pembangkit EBT skala kecil dan perkiraan biayanya


ditunjukkan pada Tabel 5.48 dan Tabel 5.49.

Pembangunan PLTS Terpusat (Komunal), Solar Home System (SHS) dan


Lentera Super Hemat Energi (SEHEN)

Mempertimbangkan sebaran penduduk pada geografi yang sangat luas dan


sulitnya menjangkau daerah terpencil, PLN merencanakan untuk membangun
PLTS sebagai berikut:

• PLTS terpusat/komunal (mode operasi mandiri & hybrid) dengan


kapasitas diberikan pada tabel 5.48.

• SHS (panel surya + lampu LED denga batere di dalamnya) skala kecil
tersebar, namun terbatas di provinsi-provinsi yang RE nya masih sangat
rendah dan di daerah yang dalam waktu 5 tahun belum akan
mendapatkan listrik konvensional. Jumlah SHS yang akan dipasang
adalah sekitar 377.000 set.

Pengembangan PLTS tersebut dimaksudkan untuk melistriki daerah terpencil


secepatnya, mencegah penambahan penggunaan BBM kalau seandainya
dilayani dengan diesel, dan menurunkan BPP pada daerah tertentu yang
ongkos angkut BBM sangat mahal, seperti daerah sekitar puncak pegunungan
Jayawijaya Papua.

Program elektrifikasi dengan SHS atau lentera ‘super hemat energi’ (SEHEN)
bukan merupakan program pengembangan kapasitas sistem kelistrikan.
Dengan demikian program elektrifikasi dengan SEHEN lebih bersifat sementara
dan hanya diterapkan secara terbatas di propinsi-propinsi yang rasio
elektrifikasinya masih rendah, yaitu NTB, NTT dan Papua dengan terlebih daulu
dibuat kajian kelayakannya. Program SEHEN juga dapat diganti dengan PLTS
terpusat/komunal (centralized PV)”.

RUPTL 2011- 2020 113


Pembangunan PLTS dan pemasangan SHS tersebut akan didahului dengan
kajian kelayakan proyek.

Tabel 5. 48 Rencana Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil

Pembangkit - TAHUN
No Satuan
EBT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL

1 PLTMH MW 23 37 198 126 46 193 203 214 225 235 1500

2 PLT Surya MWp*) 2 30 50 60 70 70 75 75 80 80 592

3 PLT Bayu MW 0 0 10 10 15 15 20 20 25 25 140

4 PLT Biomass MW 16 33 35 35 35 40 40 45 45 50 374

5 PLT Kelautan MW 0 0 2 0 0 5 5 5 5 5 27

6 PLT Bio-Fuel MW**) - 10 15 15 14 8 7 7 8 9 93


PLT Gas-
7 Batubara MW 6 32 81 43 22 7 22 14 6 10 243

TOTAL MW 47 142 391 289 202 338 372 380 394 414 2,969

*) Rencana PLTS sd 2014 adalah program 1.000 pulau, sedangkan tahun selanjutnya masih indikasi
**) Kapasitas ekuivalen dari pembangkitan eksisting yang beroperasi dengan bahan bakar biofuel

Tabel 5. 49 Biaya Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil

TAHUN
Pembangkit -
No EBT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TOTAL

1 PLTMH 55 89 475 302 110 463 487 514 540 564 3,600

2 PLT Surya 10 150 250 300 350 350 375 375 400 400 2,960

3 PLT Bayu - - 30 30 45 45 60 60 75 75 420

4 PLT Biomass 40 83 88 88 88 100 100 113 113 125 935

5 PLT Kelautan - - 12 - - 30 30 30 30 30 162

6 PLT Bio-Fuel - 25 38 38 35 20 18 18 20 23 233


PLT Gas-
7 Batubara 12 64 162 86 44 14 44 28 12 20 486

- - - - - - - - - - -

TOTAL 117 410 1,054 843 672 1,022 1,114 1,137 1,190 1,237 8,796

5.13 PROYEK PLTU SKALA KECIL TERSEBAR

Program PLTU batubara skala kecil tersebar semula direncanakan oleh PLN di
71 lokasi untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik yang terjadi di wilayah
tersebut dan untuk menurunkan biaya pokok penyediaan listrik dengan

114 RUPTL 2011- 2020


menggantikan pembangkit BBM terdiri dari Indonesia Barat 16 lokasi dan
Indonesia Timur 35 lokasi.
Jika ada penyewaan di masa mendatang, diutamakan sewa pembangkit
dengan bahan bakar yang murah.
Dalam perkembangannya, beberapa lokasi dibatalkan atau diubah ke PLTGB.
Tabel 5.50 dan 5.51 menunjukkan lokasi dan kapasitas rencana
pengembangan pembangkit PLTU batubara skala kecil dan PLTGB lokasi di
Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
Tabel 5. 50 Proyek Pembangkit PLTU Skala Kecil di Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Kapasitas  COD  Kapasitas  COD 
No Nama Proyek No Nama Proyek
(MW) Estimasi (MW) Estimasi
I.Indonesia Barat II.Indonesia Timur (lanjutan)
a.FTP‐2 ‐IPP
‐IPP 20 PLTU Biak Papua 2 x 7 2014
1 PLTU Ketapang Kalbar 2 x 10 2013 21 PLTU Kolaka Sulsel 2 x 10 2014
2 PLTU Nias Sumut 3 x 7 2014 22 PLTU Luwuk Sulteng 2 x 10 2015
3 PLTU Tanjung Pinang Riau 2 x 15 2014 23 PLTU Melak Kaltim 2 x 7 2013
b.Reguler 24 PLTU Merauke Papua 2 x 7 2014
‐PLN 25 PLTU Nabire Papua 2 x 7 2014
4 PLTU Ipuh Bengkulu 2 x 3 2014 26 PLTU Nunukan Kaltim 2 x 7 2014
5 PLTU Mentok Babel 2 x 7 2014 b.Reguler
6 PLTU Natuna Riau 2 x 7 2013 ‐PLN
7 PLTU Sanggau Kalbar 2 x 7 2012 27 PLTU Alor NTT 2 x 3 2012
8 PLTU Sintang Kalbar 3 x 7 2012 28 PLTU Ampana Sulut 2 x 3 2013
9 PLTU Tanjung Uban Riau 2 x 7 2013 29 PLTU Berau Kaltim 2 x 7 2012
10 PLTU Tapak Tuan NAD 2 x 7 2012 30 PLTU Buntok Kaltim 2 x 7 2013
11 PLTU Tebo Jambi 2 x 7 2013 31 PLTU Kendari Sulsel 1 x 10 2013
12 PLTU Tembilahan Riau 2 x 7 2013 32 PLTU Kuala Kurun Kalsel 2 x 3 2013
13 PLTU Tj Jabung Jambi 2 x 7 2013 33 PLTU Kuala Pambuang Kalsel 2 x 3 2013
‐IPP 34 PLTU Malinau Kaltim 2 x 3 2012
14 PLTU Baturaja Jambi 2 x 10 2013 35 PLTU Raha Sulsel 2 x 3 2013
15 PLTU Muko Muko Jambi 2 x 4 2014 36 PLTU Rote NTT 2 x 3 2012
16 PLTU Toboali Babel 2 x 7 2014 37 PLTU Sofifi Maluku 2 x 3 2013
II.Indonesia Timur 38 PLTU Talaud Sulut 2 x 3 2013
a.FTP‐2 39 PLTU Tj Selor Kaltim 2 x 7 2012
‐PLN 40 PLTU Toli‐Toli Sulteng 3 x 15 2014
17 PLTU Bau Bau Sulsel 2 x 10 2014 41 PLTU Wangi Wangi Sultra 2 x 3 2013
18 PLTU Kotabaru Kalsel 2 x 7 2013 ‐IPP
19 PLTU Sumbawa Barat NTB 2 x 7 2013 42 PLTU Andai (Manokwari) Papua 2 x 7 2014
43 PLTU Sorong Papua 2 x 15 2014
44 PLTU Sumbawa Baru I NTB 2 x 10 2014
45 PLTU Tawaeli Ekspansi Sulut 2 x 15 2014

Tabel 5. 51 Proyek Pembangkit PLTGB Tersebar di Indonesia Barat dan Indonesia Timur

RUPTL 2011- 2020 115


Kapasitas  COD 
No Nama Proyek Pemilik
(MW) Estimasi
Indonesia Barat
‐FTP‐2
1 PLTGB Putusibau Kalbar 2 x 4 IPP 2012
2 PLTGB Rokan Hilir Riau 2 x 4 IPP 2012
3 PLTGB Sabang NAD 2 x 4 PLN 2013
‐Reguler
4 PLTGB Bengkalis Riau 6 PLN 2015
5 PLTGB Dabo Singkep Riau 2 x 3 PLN 2013
6 PLTGB Mentawai Sumbar 2 x 3 PLN 2013
7 PLTGB Nanga Pingoh Kalbar 2 x 3 PLN 2013
8 PLTGB Selat Panjang Riau 6 PLN 2012
9 PLTGB Sinabang NAD 2 x 3 PLN 2013
10 PLTGB Singkil NAD 2 x 3 PLN 2013
11 PLTGB Tanjung Batu Sumsel 2 x 4 IPP 2013
12 PLTGB Tanjung Pandan Babel 5 IPP 2014

Kapasitas  COD 
No Nama Proyek Pemilik
(MW) Estimasi
Indonesia Timur
‐FTP‐2
13 PLTGB Larantuka NTT 2 x 4 IPP 2013
14 PLTGB Selayar Sulteng 2 x 4 IPP 2012
15 PLTGB Tahuna Sulut 2 x 4 IPP 2013
16 PLTGB Tobelo Maluku 2 x 4 IPP 2014
17 PLTGB Tual Maluku 2 x 4 IPP 2013
18 PLTGB Timika 2 x 4 IPP 2014
‐Reguler
19 PLTGB Bunyu Kaltim 2 PLN 2013
20 PLTGB Buru Maluku 2 x 3 PLN 2013
21 PLTGB Kota Bangun Kaltim 2,5 PLN 2013
22 PLTGB Langgur Maluku 2 x 3 PLN 2013
23 PLTGB Muara Wahau Kaltim 2 PLN 2013
24 PLTGB Tana Tidung Kaltim 2 PLN 2013
TOTAL KAPASITAS

Catatan: PLTU Manokwari = PLTU Andai

Pada saat RUPTL ini disusun, PLN tengah melakukan survei lokasi dan studi
kelayakan, sehingga rincian proyek pada Tabel 5.50 dan 5.51 masih dapat
berubah sesuai hasil survei dan studi.

116 RUPTL 2011- 2020


BAB VI
KEBUTUHAN DANA INVESTASI

6.1 PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI INDONESIA

Untuk membangun sarana pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik


sebagaimana diuraikan pada Bab 5 diperlukan dana investasi sebesar
US$ 60,5 miliar dengan disbursement tahunan sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 6.1 dan Gambar 6.1. Dana sebesar itu hanya mencakup proyek-proyek
PLN saja dan belum mencakup dana investasi untuk proyek listrik swasta/IPP.

Tabel 6. 1 Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP)


Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 2,235.3 2,576.3 2,854.5 2,683.9 2,055.7 1,522.9 1,781.1 2,072.7 2,063.8 2,114.3 21,960.5
Pembangkit Lc 1,028.8 1,117.6 1,181.3 1,186.5 1,017.7 814.7 959.9 1,003.3 920.6 884.2 10,114.6
Total 3,264.1 3,693.9 4,035.8 3,870.3 3,073.4 2,337.6 2,741.1 3,076.0 2,984.4 2,998.5 32,075.1
Fc 2,725.8 2,026.2 1,313.8 1,535.5 2,106.3 1,199.7 604.4 405.0 288.7 72.7 12,278.0
Penyaluran Lc 688.4 505.2 387.3 372.3 282.9 175.4 113.2 75.7 42.3 7.1 2,650.0
Total 3,414.2 2,531.4 1,701.2 1,907.8 2,389.3 1,375.1 717.6 480.7 331.0 79.8 14,928.0
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 1,261.5 1,269.5 1,172.1 1,253.3 1,166.8 1,320.5 1,395.0 1,477.4 1,539.3 1,605.5 13,461.0
Total 1,261.5 1,269.5 1,172.1 1,253.3 1,166.8 1,320.5 1,395.0 1,477.4 1,539.3 1,605.5 13,461.0
Fc 4,961.1 4,602.5 4,168.3 4,219.3 4,162.0 2,722.6 2,385.5 2,477.7 2,352.5 2,187.0 34,238.6
Total Lc 2,978.6 2,892.2 2,740.7 2,812.1 2,467.5 2,310.6 2,468.2 2,556.5 2,502.3 2,496.9 26,225.6
Total 7,939.7 7,494.7 6,909.1 7,031.4 6,629.5 5,033.2 4,853.7 5,034.1 4,854.8 4,683.9 60,464.1

Melihat kebutuhan dana yang sangat besar tersebut, maka disadari adanya
tantangan yang sangat besar dalam menyediakan dana tersebut.
Selama ini sumber pembiayaan proyek-proyek PLN banyak diperoleh dari
penerusan pinjaman dari luar negeri (two step loan), namun setelah tahun 2006
peranan pinjaman semacam ini mulai berkurang dan sebaliknya pendanaan
dengan obligasi terus meningkat, baik obligasi lokal maupun global. Proyek
percepatan pembangkit 10.000 MW dibiayai dari pinjaman luar dan dalam
negeri yang diusahakan sendiri oleh PLN dengan garansi Pemerintah. Akhir-
akhir ini PLN kembali berupaya memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan
multilateral (IBRD, ADB) dan bilaterial (JICA, AFD) untuk mendanai proyek-
proyek kelistrikan yang besar seperti Upper Cisokan pumped storage dan
transmisi HVDC Sumatra – Jawa dengan skema two step loan.

RUPTL 2011- 2020 117


Juta USD

8,000.0 

7,000.0 

6,000.0 
Total Investasi
5,000.0 

4,000.0 
Pembangkit
3,000.0 
Transmisi
2,000.0  Distribusi

1,000.0 


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 6.1 Proyeksi Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia (Tidak Termasuk IPP)

6.2 PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI JAWA-BALI

Pengembangan pembangkitan, transmisi dan distribusi oleh PLN sampai


dengan tahun 2020 di sistem Jawa Bali membutuhkan dana investasi sebesar
US$ 33,6 miliar dengan disbursement tahunan sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 6.2 dan Gambar 6.2.
Kebutuhan investasi untuk proyek pembangkitan sampai tahun 2020 adalah
sebesar US$ 18,3 miliar atau sekitar US$ 1,8 miliar per tahun. Porsi investasi
pembangkit PLN setelah 2016 meningkat karena proyek pembangkit di atas
tahun 2018 masih diasumsikan sebagai proyek PLN serta memperhitungkan
disbursement investasi pembangkit yang beroperasi setelah tahun 2020.
Kebutuhan investasi tersebut juga telah memperhitungkan biaya rehabilitasi/life
extention pembangkit.
Tabel 6. 2 Kebutuhan Dana Investasi untuk Sistem Jawa – Bali
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 1,252.6 1,093.5 1,128.1 1,360.1 1,115.1 912.2 1,138.7 1,274.0 1,319.5 1,744.7 12,338.5
Pembangkit Lc 574.0 511.7 551.2 645.0 556.0 452.1 600.7 635.9 622.8 772.3 5,921.7
Total 1,826.5 1,605.2 1,679.3 2,005.1 1,671.1 1,364.3 1,739.4 1,909.9 1,942.4 2,517.0 18,260.1
Fc 1,993.8 964.3 466.0 804.1 1,381.4 796.6 329.3 254.7 202.4 50.7 7,243.3
Penyaluran Lc 370.3 145.0 108.1 154.8 148.4 84.5 47.8 42.2 25.7 4.3 1,131.1
Total 2,364.1 1,109.3 574.2 958.8 1,529.8 881.1 377.2 296.9 228.1 55.0 8,374.4
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
Total 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
Fc 3,246.4 2,057.8 1,594.1 2,164.2 2,496.5 1,708.8 1,468.0 1,528.8 1,521.9 1,795.4 19,581.8
Total Lc 1,682.7 1,340.1 1,191.4 1,349.4 1,305.4 1,247.1 1,388.5 1,446.8 1,445.1 1,588.8 13,985.3
Total 4,929.1 3,397.9 2,785.5 3,513.6 3,801.8 2,955.9 2,856.5 2,975.6 2,967.0 3,384.2 33,567.0

118 RUPTL 2011- 2020


5000

4500

4000

3500
Total Investasi

Juta USD
3000

2500
Pembangkit
2000

1500
Penyaluran
1000 Distribusi
500

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Gambar 6. 2 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Sistem Jawa – Bali

Pembiayaan proyek pembangkitan PLN berasal dari beberapa sumber. Proyek


percepatan pembangkit Perpres No.71/2006 didanai dengan pinjamanan luar
negeri (Cina) yang diusahakan oleh PLN dengan jaminan Pemerintah. Proyek
pumped storage Upper Cisokan senilai US$800 juta telah diusulkan
pendanaannya ke lender multilateral, sedangkan PLTU Indramayu 2x1.000 MW
senilai US$ 3.000 juta diusulkan pendanaannya ke lender bilateral. Namun
proyek-proyek pembangkitan selebihnya pada saat ini belum mendapat indikasi
sumber pendanaan yang pasti, dan PLN pada saat ini tengah mengkaji
kemampuannya dalam membuat pinjaman baru, dan hal ini akan dijelaskan
pada butir 5.5.
Kebutuhan dana investasi untuk penyaluran dan distribusi masing-masing
sebesar US$ 8,4 miliar dan US$ 6,9 miliar. Proyek penyaluran pada tahun
2011-2012 didominasi oleh transmisi yang terkait dengan proyek percepatan
pembangkit. Proyek tersebut menurut rencana akan didanai dari APLN,
obligasi, APBN, pinjaman luar negeri (two step loan), kredit ekspor dan sumber
lainnya. Proyek distribusi akan didanai sepenuhnya dari APLN.

RUPTL 2011- 2020 119


6.3 PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI WILAYAH OPERASI INDONESIA
BARAT DAN INDONESIA TIMUR

Proyeksi kebutuhan investasi pembangkit, sistem penyaluran dan distribusi


dalam kurun waktu 2011-2020 untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat adalah
sebesar US$ 16,9 miliar atau rata-rata US$ 1,7 miliar per tahun dan untuk
Wilayah Operasi Indonesia Timur adalah sebesar US$ 10 miliar atau rata-rata
US$ 1 miliar, tidak termasuk proyek IPP, dengan disbursement tahunan seperti
pada Tabel 6.3 dan Tabel 6.4.

Tabel 6. 3 Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 610.1 908.1 1,102.8 843.3 674.6 257.0 186.2 405.7 573.7 364.5 5,926.1
Pembangkit Lc 262.0 366.8 387.5 376.1 332.2 152.4 116.2 191.1 232.4 111.3 2,528.0
Total 872.1 1,274.9 1,490.3 1,219.4 1,006.8 409.4 302.4 596.8 806.1 475.8 8,454.1
Fc 397.2 717.8 578.9 611.8 634.8 263.9 153.5 85.2 57.9 16.3 3,517.2
Penyaluran Lc 205.2 258.1 213.2 190.1 102.9 48.3 34.7 19.6 11.7 2.1 1,086.0
Total 602.4 975.8 792.1 801.9 737.7 312.2 188.2 104.8 69.6 18.4 4,603.2
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 306.4 334.5 395.4 436.4 323.1 359.3 385.4 418.4 427.2 447.0 3,833.0
Total 306.4 334.5 395.4 436.4 323.1 359.3 385.4 418.4 427.2 447.0 3,833.0
Fc 1,007.3 1,625.9 1,681.8 1,455.1 1,309.5 520.9 339.7 490.9 631.6 380.8 9,443.3
Total Lc 773.6 959.3 996.0 1,002.6 758.2 560.0 536.3 629.1 671.3 560.4 7,446.9
Total 1,780.9 2,585.2 2,677.8 2,457.7 2,067.6 1,080.8 876.0 1,120.0 1,302.9 941.2 16,890.2

Juta USD

3,000.0 
2,750.0 
2,500.0 
Total Investasi
2,250.0 
2,000.0 
1,750.0  Pembangkit
1,500.0 
1,250.0 
1,000.0  Transmisi
750.0 
500.0  Distribusi
250.0 

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 6. 3 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Barat

120 RUPTL 2011- 2020


Tabel 6. 4 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 372.6 574.7 623.6 480.5 266.0 353.7 456.2 392.9 170.5 5.1 3,696.0
Pembangkit Lc 192.8 239.0 242.6 165.3 129.5 210.3 243.0 176.4 65.4 0.6 1,665.0
Total 565.4 813.8 866.2 645.9 395.5 563.9 699.2 569.3 235.9 5.7 5,360.9
Fc 334.8 344.1 268.8 119.6 90.1 139.3 121.6 65.1 28.4 5.7 1,517.5
Penyaluran Lc 113.0 102.1 66.0 27.4 31.6 42.5 30.7 13.9 4.9 0.7 432.9
Total 447.7 446.2 334.8 147.0 121.7 181.8 152.3 79.0 33.3 6.4 1,950.4
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 216.6 251.7 244.7 267.3 242.8 250.7 269.7 290.2 315.6 346.3 2,695.5
Total 216.6 251.7 244.7 267.3 242.8 250.7 269.7 290.2 315.6 346.3 2,695.5
Fc 707.4 918.8 892.5 600.1 356.1 493.0 577.8 458.0 198.9 10.8 5,213.4
Total Lc 522.3 592.8 553.3 460.0 404.0 503.5 543.4 480.5 385.9 347.6 4,793.4
Total 1,229.8 1,511.7 1,445.7 1,060.2 760.1 996.5 1,121.2 938.6 584.8 358.4 10,006.8

Juta USD
1,800.0 

1,500.0  Total 
Investasi
1,200.0 
Pembangkit
900.0 

600.0  Transmisi

Distribusi
300.0 


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 6. 4 Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur

Kebutuhan investasi Wilayah Operasi Indonesia Barat untuk proyek


pembangkitan sampai tahun 2020 adalah sebesar US$ 8,5 miliar, sedangkan
untuk Wilayah Operasi Indonesia Timur adalah sebesar US$ 5,9 miliar.
Disbursement proyek pembangkitan mencapai puncaknya pada tahun 2012-
2013 yang merupakan proyek percepatan pembangkit Perpres No.71/2006.
Sedangkan disbursement proyek pembangkitan pada tahun berikutnya terus
menurun karena proyek-proyek IPP akan semakin mendominasi sistem-sistem
Indonesia Timur dan Indonesia Barat, terutama di sistem Sumatra. Proyek
transmisi di Indonesia Timur dan Indonesia Barat didominasi oleh
pengembangan transmisi 275 kV untuk interkoneksi seluruh Sumatra, di
samping pengembangan transmisi 150 kV di Sumatra, Sulawesi dan
Kalimantan serta beberapa wilayah lain seperti NTT dan NTB.

RUPTL 2011- 2020 121


6.4 KEBUTUHAN INVESTASI KELISTRIKAN PLN DAN IPP

Total dana investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem kelistrikan


Indonesia secara keseluruhan, termasuk listrik swasta/IPP, adalah US$ 96,2
miliar selama tahun 2011-2020. Disbursement dana tersebut diperlihatkan pada
Tabel 6.5.
Tabel 6. 5 Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 3,088.0 4,135.8 6,036.2 7,098.0 6,369.7 5,077.6 4,918.9 4,384.6 3,367.2 2,384.8 46,860.7
Pembangkit Lc 1,397.5 1,951.9 2,748.2 3,048.7 2,720.3 2,261.3 2,275.2 2,089.8 1,475.6 986.5 20,955.0
Total 4,485.5 6,087.7 8,784.4 10,146.7 9,089.9 7,338.9 7,194.1 6,474.4 4,842.7 3,371.3 67,815.7
Fc 2,725.8 2,026.2 1,313.8 1,535.5 2,106.3 1,199.7 604.4 405.0 288.7 72.7 12,278.0
Penyaluran Lc 688.4 505.2 387.3 372.3 282.9 175.4 113.2 75.7 42.3 7.1 2,650.0
Total 3,414.2 2,531.4 1,701.2 1,907.8 2,389.3 1,375.1 717.6 480.7 331.0 79.8 14,928.0
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 1,261.5 1,269.5 1,172.1 1,253.3 1,166.8 1,320.5 1,395.0 1,477.4 1,539.3 1,605.5 13,461.0
Total 1,261.5 1,269.5 1,172.1 1,253.3 1,166.8 1,320.5 1,395.0 1,477.4 1,539.3 1,605.5 13,461.0
Fc 5,813.8 6,161.9 7,350.0 8,633.5 8,476.0 6,277.3 5,523.3 4,789.6 3,655.8 2,457.5 59,138.7
Total Lc 3,347.3 3,726.6 4,307.7 4,674.3 4,170.0 3,757.1 3,783.5 3,643.0 3,057.2 2,599.2 37,066.0
Total 9,161.2 9,888.6 11,657.7 13,307.8 12,646.1 10,034.4 9,306.8 8,432.6 6,713.1 5,056.7 96,204.7

Juta USD
14,000.0 
Total Investasi
12,000.0 

10,000.0 

8,000.0  Pembangkit

6,000.0 

4,000.0 

Transmisi
2,000.0  Distribusi


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 6. 5 Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN + IPP

Tabel 6.5 menunjukkan bahwa sektor ketenagalistrikan Indonesia setiap


tahunnya membutuhkan dana investasi yang sangat besar, yaitu rata-rata
hampir US$ 9,6 miliar per tahun.

6.5 SUMBER PENDANAAN DAN KEMAMPUAN KEUANGAN PLN

Butir 6.5 ini menjelaskan bagaimana kebutuhan investasi yang diindikasikan


dalam RUPTL ini akan dipenuhi, dan juga menjelaskan dampak dari rencana
investasi ini terhadap keuangan PT PLN (Persero).

122 RUPTL 2011- 2020


6.5.1 Rencana Investasi dan Sumber Pendanaan
Kebutuhan investasi PLN sebesar US$ 60,5 miliar51 sampai dengan tahun 2020
akan dipenuhi dari berbagai sumber pendanaan, yaitu APBN sebagai
penyertaan modal pemerintah (ekuiti), pinjaman baru, dan dana internal.
Sumber dana internal berasal dari laba usaha dan penyusutan aktiva tetap,
sedangkan dana pinjaman dapat berupa pinjaman luar negeri (SLA, sub-loan
agreement), pinjaman pemerintah melalui rekening dana investasi, obligasi
nasional maupun internasional, pinjaman komersial perbankan lainnya serta
hibah luar negeri.
6.5.2 Asumsi Proyeksi Keuangan
Kemampuan PLN untuk melakukan pinjaman sangat ditentukan oleh indikator -
indikator keuangan perusahaan, misalnya rasio hutang52, proyeksi EBITDA dan
EBITDA margin, dan debt-equity ratio (rasio hutang terhadap aset). Rasio
tersebut digunakan sebagai covenant dalam perjanjian pinjaman PLN dengan
para lender dan bond holder. Selanjutnya pada bagian ini akan diberikan
gambaran mengenai biaya pokok penyediaan listrik.
Asumsi dasar makro ekonomi dan asumsi korporasi yang digunakan dalam
membuat proyeksi keuangan ini adalah sebagai berikut: (i) Tingkat bunga
pinjaman baru 3-6% untuk pinjaman dalam nominasi valuta asing (US$) dan 9-
12% untuk pinjaman dalam mata uang Rupiah, (ii) Terjadi kenaikan tarif listrik
sebesar 10% pada tahun 2012 dan 10% lagi pada tahun 2013, (iii) Kurs Rp
8.800/US$ tahun 2011, Rp 8.850/US$ tahun 2012, Rp 8.900/US$ tahun 2013,
Rp 8.950/US$ tahun 2014 dan Rp 9.000/US$ sampai dengan 2015, (iv) Marjin
PSO53 8% pada tahun 2011-2015.

6.5.3 Hasil Proyeksi Keuangan


a. Harga Listrik dan Subsidi (PSO, public service obligation)
Harga rata-rata listrik pada tahun 2011 adalah Rp 729/kWh, meningkat
menjadi rata-rata Rp 802/kWh pada tahun 2012, Rp 881/kWh pada tahun
2013, dan Rp 880/kWh pada tahun 2014-2015. Hal ini bertujuan untuk

51
Hanya mencakup base cost, tidak termasuk financing cost.
52
Yang diukur dari pendapatan operasi terhadap kewajiban hutang yang jatuh tempo dan
pembayaran bunga
53
Marjin terhadap biaya pokok penyediaan

RUPTL 2011- 2020 123


mengurangi jumlah subsidi pemerintah dan meningkatkan laba bersih
perusahaan. Peningkatan laba tahun 2011 akan digunakan oleh PLN untuk
membayar deviden kepada pemerintah dan memperkuat pendanaan
internal (anggaran PLN atau APLN) untuk pembiayaan proyek-proyek
kelistrikan seperti proyek pembangkit, proyek transmisi dan fasilitas trafo
distribusi untuk melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dan
peningkatan keandalan pasokan listrik.
Pada tahun-tahun selanjutnya kenaikan tarif dilakukan untuk dapat
mengurangi subsidi pemerintah54 seperti diperlihatkan pada tabel 6.6. Selain
itu laba bersih juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan pendanaan
internal perusahaan untuk berinvestasi sehingga dapat mengurangi
kebutuhan dana eksternal (pinjaman).
Tabel 6. 6 Proyeksi Kebutuhan Subsidi dan Laba/Rugi PLN 2011-2015

Tahun 2011 2012 2013 2014*) 2015*)

Subsidi T Rp 87,64 54,98 36,97 40,07 47,43

Tarif Rata-rata (Rp/KWh) 729 802 881 880 880

BPP (Rp/KWh) 1.187 1.061 994 990 1.014

Laba/Rugi Bersih Rp. T 14,97 7,86 12,80 14,23 14,10


*) Tidak ada kenaikan tarif hanya adjustment sebesar setengah dari inflasi dalam negeri.

Kenaikan TDL ini akan menghasilkan pendanaan internal yang sangat


dibutuhkan untuk pembiayaan investasi. Pendanaan APBN diperkirakan
akan mencapai sekitar Rp 10 trilyun/tahun, maka PLN harus mencari
pinjaman komersial dan concessional untuk menutupi kekurangan
kebutuhan investasi.
b. Kemampuan Pendanaan Sendiri (APLN)

Kemampuan pendanaan internal PLN sesungguhnya sangat rendah


karena sebelum tahun 2009 PLN tidak memperoleh marjin PSO,
sehingga tidak ada investasi PLN yang didanai dari pendanaan internal
(seluruh investasi didanai dengan hutang). Rasio hutang terhadap aset
PLN sebelum program percepatan pembangkit 10.000 MW tahap 1 (fast
track 1) adalah sekitar 30%, namun kemudian meningkat menjadi 53%
pada tahun 2010 akibat seluruh pendaanaan proyek fast track 1 berasal
dari pinjaman komersial dan obligasi.

54
Untuk menutupi selisih antara tarif dan Biaya Pokok Penyediaan (BPP)

124 RUPTL 2011- 2020


Peningkatan tarif PLN dan marjin PSO akan sangat diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan PLN dalam melakukan investasi untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan listrik. Dana internal untuk investasi
diperkirakan akan meningkat dari 32% dari kebutuhan total investasi
pada tahun 2011 menjadi sekitar 36% pada tahun 2015.

c. Komposisi Sumber Pendanaan untuk Investasi

Sumber pendanaan investasi PLN berasal dari 3 sumber: (i) ekuitas


pemerintah dari APBN (ii) dana internal yang berasal dari laba operasi
dan (iii) pinjaman.
APLN (dana internal perusahaan) berasal dari laba operasi yang sangat
terbatas karena BPP lebih tinggi dari tarif rata-rata. APLN hanya didapat
dari selisih antara marjin PSO + depresiasi aset dan pembayaran cicilan
pokok.
PLN hanya dapat meminjam dalam jumlah yang sangat terbatas karena
dibatasi oleh covenant pinjaman yang disyaratkan oleh lender dan bond
holder. Kapasitas PLN dalam membuat pinjaman-baru dapat
ditingkatkan jika revenue PLN meningkat, baik dari tarif maupun marjin
PSO.
Dengan melihat kemampuan pendanaan internal PLN dan kemampuan
meminjam PLN yang sangat terbatas seperti dijelaskan di atas, maka
peran APBN setiap tahun menjadi sangat penting untuk memenuhi
pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Pemerintah. Hal ini menjadi
semakin penting karena secara politis sangat sulit menaikkan tarif ke
tingkat yang lebih tinggi daripada BPP dalam waktu dekat.
Tabel 6.7 menunjukkan komposisi sumber dana investasi untuk
mencukupi kebutuhan rencana investasi 5 tahun ke depan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga
kemampuan PLN dalam melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik
guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh
Pemerintah, maka harus dilakukan perbaikan sebagai berikut:
- Peningkatan pendapatan PLN baik dari peningkatan tarif maupun
peningkatan marjin PSO.
- Peningkatan dana dari APBN.

RUPTL 2011- 2020 125


- Peningkatan pinjaman murah (SLA) dimana pemerintah sebagai
penjamin pinjaman.
Tabel 6. 7 Sumber Dana Investasi (Trilyun Rp)

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015


APBN 9,0 9 ,0 9 ,0 9,0 9 ,0
Internal Fund 20,5 28,4 29,8 26,7 28,7
Pinjaman (committed) 28,9 38,8 10,6 3,4 2,6
Pinjaman baru 3,6 0,4 12,1 27,2 23,1
Total Kebutuhan Dana 62,1 76,6 61,5 66,3 63,5

6.5.4 Kendala Pendanaan Dalam Pelaksanaan RUPTL


Seperti ditunjukkan pada butir 6.1, pelaksanaan proyek-proyek kelistrikan yang
akan dilaksanakan oleh PLN sesuai RUPTL 2011-2020 mencapai US$ 61 miliar
atau rata-rata US$ 60,5 miliar per tahun. Penyediaan dana investasi sebesar
US$ 60,5 miliar per tahun adalah diluar kemampuan PLN apabila model
ekonomi kelistrikan tetap seperti yang terjadi pada saat ini, yaitu subsidi hanya
diberikan untuk menutup biaya operasi, dan tanpa diberikan margin yang
cukup55 untuk membuat PLN mampu menggalang dana investasi yang lebih
besar.
Namun demikian RUPTL 2011-2020 tetap disusun untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional dengan melayani pertumbuhan demand listrik
yang diperlukan untuk menjamin pasokan listrik yang cukup, terus-menerus dan
memenuhi syarat mutu dan keandalan.
Jika nilai kebutuhan investasi dalam RUPTL adalah diluar kemampuan PLN
selaku korporasi, maka PLN akan melakukan investasi sesuai batas
kemampuannya, dan kekurangan pendanaan (funding gap) ini akan dilaporkan
ke Pemerintah untuk mendapatkan dukungan pendanaan yang diperlukan
untuk melaksanakan seluruh proyek-proyek kelistrikan dalam RUPTL yang
akan dilaksanakan oleh PLN.
Jika pendanaan yang diperoleh ternyata masih tidak mencukupi untuk
melaksanakan program-program RUPTL secara penuh, maka PLN akan tidak
melaksanakan beberapa proyek-proyek kelistrikan dalam RUPTL dan
melaporkan situasi ini kepada Pemerintah.

55
Marjin PSO 8% akan menghasilkan ROA sebesar 1-3%, sedangkan benchmarking dengan
utility yang regulated di negara lain pada umumnya ROA berkisar 8%.

126 RUPTL 2011- 2020


BAB VII
ANALISIS RISIKO RUPTL 2011-2020

Analisis risiko RUPTL 2011-2020 ini dibuat untuk mengidentifikasi potensi


kerawanan atau kelemahan yang dapat terjadi sebagai akibat adanya exposure
atas peristiwa tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang
dapat berpengaruh kepada implementasi RUPTL.
Analisis risiko mencakup identifikasi risiko, pemetaan risiko, dan rekomendasi
program mitigasi untuk risiko-risiko tersebut. Bab ini terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama menjelaskan hasil identifikasi dan pemetaan risiko dominan
yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan implementasi RUPTL. Bagian
kedua menjelaskan hasil pemetaan risiko. Bagian ketiga menjelaskan berbagai
program mitigasi risiko yang perlu dijalankan dalam rangka mengelola risiko
tersebut.
Sejalan dengan struktur RUPTL itu sendiri, uraian analisis risiko pada bab ini
akan dilakukan berdasarkan issue-issue utama RUPTL, yaitu proyeksi
kebutuhan/permintaan tenaga listrik, pengembangan pembangkit, transmisi dan
distribusi, serta proyeksi pasokan energi primer dan kebutuhan investasi, baik
oleh PLN maupun oleh swasta.

7.1 IDENTIFIKASI RISIKO

Risiko yang diidentifikasi dapat mempengaruhi implementasi RUPTL meliputi


aspek sebagai berikut:
A. Risiko pengembangan ketenagalistrikan
1. Risiko keterlambatan proyek-proyek PLN
Berupa risiko-risiko perijinan dan persetujuan, pendanaan,
pembangunan, keterlambatan penyelesaian pembangunan proyek, cost
over-run, kesalahan desain, keselamatan ketenagalistrikan,
performance instalasi, dampak lingkungan dan sosial.
2. Risiko keterlambatan proyek-proyek IPP, termasuk PLTP
Sama seperti pada risiko keterlambatan proyek-proyek PLN.

RUPTL 2011- 2020 127


3. Risiko permintaan listrik
Kesalahan dalam memprediksi permintaan tenaga listrik (termasuk di
dalamnya risiko pertumbuhan ekonomi).
B. Risiko Keuangan
1. Risiko likuiditas, meliputi risiko likuiditas kas yaitu kelancaran
penerimaan subsidi, risiko pencairan dana pinjaman untuk investasi dan
risiko likuiditas aset.

C. Risiko Operasional
1. Risiko produksi/operasi, seperti kekurangan/kelangkaan energi
primer, kerusakan peralatan/fasilitas operasi, kehilangan
peralatan/fasilitas operasi/kebocoran informasi rahasia
perusahaan, risiko akibat kesalahan manusia
2. Risiko bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat
manusia (a.l. sabotase)
3. Risiko lingkungan, berupa tuntutan masyarakat terhadap transmisi
karena pengaruhnya pada kesehatan, juga limbah, polusi dan
kebisingan
4. Risiko regulasi, meliputi risiko tarif listrik, risiko kepastian subsidi
dan risiko perubahan tatanan sektor ketenagalistrikan
D. Risiko Energi Primer dan Panas Bumi
1. Risiko ketersediaan dan harga energi primer
Meliputi risiko ketersediaan energi primer (utamanya pasokan
batubara, gas) dan risiko harga energi primer.
2. Risiko ketidakpastian pengembangan panas bumi.
Identifikasi risiko selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.

7.2 PEMETAAN RISIKO

Berdasarkan tingkat probabilitas dan dampak bila risiko tersebut terjadi,


kesembilan risiko tersebut memiliki karakteristik seperti ditunjukkan dalam peta
berikut. Penetapan probabilitas dan dampak dilakukan dengan metoda kualitatif
berdasarkan pengalaman PLN dalam menjalankan program sejenis di masa
lalu, dan pengalaman PLN menangani risiko tersebut di masa lalu.

128 RUPTL 2011- 2020


Penetapan dampak risiko didasarkan atas dampak pada arus kas perusahaan
dan dampak pada kelancaran operasional perusahaan.
Dampak

5 1 2
4 6
4
9
8
3 7
5 3
2

10
1

1 2 3 4 5

Probabilitas
Gambar 7. 1 Pemetaan Risiko Implementasi RUPTL

Keterangan:

1. Risiko keterlambatan proyek-proyek PLN 5. Risiko merencanakan reserve


2. Risiko keterlambatan proyek-proyek IPP, margin terlalu tinggi
termasuk PLTP 6. Risiko likuiditas
3. Risiko prakiraan permintaan tenaga listrik 7. Risiko produksi/operasi
4. Risiko ketersediaan dan harga energi 8. Risiko bencana
primer 9. Risiko lingkungan dan sosial
10. Risiko regulasi

Berdasarkan pemetaan risiko di atas, risiko dapat dikelompokkan dalam empat


area berdasarkan tingkat probabilitas dan dampaknya, yaitu:
- Risiko pada Area I berada di sisi kanan atas pada peta risiko, yaitu risiko
dengan tingkat probabilitas kejadian tinggi dan dampaknya juga tinggi.
Risiko yang masuk ke dalam kategori ini adalah risiko keterlambatan
proyek-proyek PLN, keterlambatan proyek-proyek IPP dan risiko likuiditas.
- Risiko pada Area II berada di sisi kiri atas pada peta risiko, yaitu risiko
dengan probabilitas kejadian rendah tetapi bila terjadi menimbulkan
dampak yang tinggi. Risiko yang masuk ke dalam area ini adalah
ketersediaan dan harga energi primer, risiko permintaan tenaga listrik serta
risiko bencana.
- Risiko pada Area III berada di daerah kanan bawah pada peta risiko, yaitu
risiko dengan probabilitas kejadian yang tinggi tetapi dampak yang

RUPTL 2011- 2020 129


ditimbulkannya rendah. Risiko yang termasuk dalam area ini adalah risiko
produksi/operasi.
- Risiko pada Area IV berada di daerah kiri bawah peta risiko, yaitu daerah
dengan probabilitas rendah dan dampak yang ditimbulkannya juga rendah.
Termasuk ke dalam area ini adalah risiko merencanakan reserve margin
terlalu tinggi, risiko regulasi dan risiko lingkungan.
-

7.3 PROGRAM MITIGASI RISIKO

Pada dasarnya mitigasi risiko akan dilakukan secara dinamis oleh karena
metoda dan sarana mitigasi terus berkembang. Namun demikian, pokok-pokok
program mitigasi sebagai acuan penyiapan kebijakan mitigasi risiko diuraikan
sebagai berikut.
1. Mitigasi risiko pembangunan PLN
2. Mitigasi risiko pembangunan IPP
3. Mitigasi risiko prakiraan permintaan listrik
4. Mitigasi risiko merencanakan reserve margin terlalu tinggi
5. Mitigasi risiko harga dan ketersediaan energi primer
6. Mitigasi risiko likuiditas
7. Mitigasi risiko produksi/operasi
8. Mitigasi risiko bencana
9. Mitigasi risiko lingkungan
10. Mitigasi risiko regulasi
Program mitigasi risiko selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.

130 RUPTL 2011- 2020


BAB VIII
KESIMPULAN
Dengan menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi sepuluh tahun
mendatang rata-rata 6,9% per tahun dan bergerak dari realisasi kebutuhan
tenaga listrik tahun 2010, proyeksi penjualan tenaga listrik pada tahun 2020
diperkirakan akan mencapai 328,3 TWh, atau mengalami pertumbuhan rata-
rata 8,47% selama 10 tahun mendatang. Beban puncak pada tahun 2020
diproyeksikan akan mencapai 55.053 MW. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga
listrik tersebut, diprogramkan pembangunan pembangkit listrik baru untuk
periode 2011 - 2020 sebesar 54.647 MW, diantaranya yang akan dibangun oleh
PLN sebesar 31.180 MW dan IPP sebesar 23.467 MW.
Sejalan dengan pengembangan pembangkit ini, diperlukan pengembangan
transmisi sepanjang 49.263 kms, yang terdiri atas 2.675 kms SUTET 500 kV
AC, 1.100 kms transmisi 500 kV HVDC, 462 kms transmisi 250 kV HVDC,
5.360 kms transmisi 275 kV AC, 36.176 kms SUTT 150 kV, 3.490 kms SUTT 70
kV. Penambahan trafo yang diperlukan adalah sebesar 114.194 MVA yang
terdiri atas 59.736 MVA trafo 150/20 kV, 3.355 MVA 70/20 kV dan 33.490 MVA
trafo interbus IBT 500/150 kV, 10.680 MVA IBT 275/150 kV, IBT 333 MVA IBT
150/70 kV, 3.000 MVA IBT 500/275 kV dan 600 MVA 250 kV DC. Untuk
mengantisipasi pertumbuhan penjualan energi listrik untuk periode 2011-2020
diperlukan tambahan jaringan tegangan menengah 208.607 kms, tegangan
rendah 225.404 kms dan kapasitas trafo distribusi 37.431 MVA.
Kebutuhan investasi pembangkit, penyaluran dan distribusi selama periode
2011 – 2020 untuk memenuhi kebutuhan sarana kelistrikan di Indonesia secara
keseluruhan adalah sebesar US$ 96,6 milyar yang terdiri dari investasi
pembangkit (termasuk IPP) sebesar US$ 68,2 milyar, investasi penyaluran
sebesar US$ 14,9 milyar dan investasi distribusi sebesar US$ 13,5 milyar.
Simulasi proyeksi keuangan PLN menunjukkan bahwa PLN dapat mempunyai
kemampuan untuk membiayai proyek-proyek kelistrikan sebagaimana
direncanakan dalam RUPTL, dengan pembiayaan yang bersumber dari dana
internal dan eksternal, apabila asumsi-asumsi yang digunakan dalam proyeksi
keuangan dipenuhi, antara lain kenaikan tarif listrik, peningkatan ekuitas dari
pemerintah (APBN) dan PLN mendapat marjin PSO.

RUPTL 2011- 2020 131


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan


2. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik
3. Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
4. Peraturan Presiden No. 71/2006 jo No. 59/2009 tentang Penugasan kepada
PT PLN (Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit
Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara
5. Peraturan Presiden No. 77/2008 tentang Pengesahan Memorandum of
Understanding on the ASEAN Power Grid (Memorandum Saling Pengertian
Mengenai Jaringan Transmisi Tenaga Listrik ASEAN)
6. Peraturan Presiden No. 4/2010 tentang Penugasan kepada PT PLN
(Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga
Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas
7. Peraturan Menteri ESDM No. 2/2010 jo No. 15/2010 tentang Daftar Proyek-
proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas Serta Transmisi
Terkait
8. Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU-46951.AH.01.02.Tahun
2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
9. Keputusan Menteri ESDM No. 634-12/20/600.3/2011 tentang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero)
10. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2008 – 2027,
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2008
11. Draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2010 – 2029,
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2011
12. Pidato Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Acara Gerakan
Menuju Bebas Pemadaman Listrik Bergilir, Mataram, 27 Juli 2011
13. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025, Bappenas, BPS, UN
Population Fund, 2005

132 RUPTL 2011- 2020


14. Pendapatan Nasional Indonesia 2001 – 2005, BPS, 2008 dan update dari
website BPS
15. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2009 – 2018,
PT PLN (Persero), 2009
16. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2010 – 2019,
PT PLN (Persero), 2010
17. Draft Energy Outlook 2008, Pusdatin Departemen Energi Dan Sumber
Daya Mineral, 2008
18. Statistik 2007, PT PLN (Persero), 2008
19. Statistik 2008, PT PLN (Persero), 2009
20. Statistik 2009, PT PLN (Persero), 2010
21. Statistik 2010, PT PLN (Persero), 2011
22. Indonesia Energy Outlook & Statistics 2006, Pengkajian Energi UI, 2006
23. Berita Resmi Statistik, BPS, Februari 2008
24. Proyeksi Keuangan 2008-2015 PT PLN (Persero), Direktorat Perencanaan
dan Teknologi, 2008
25. Draft Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2011 – 2015, PT PLN
(Persero), 2011
26. Slide Presentasi dari Badan Geologi Kementerian ESDM Tahun 2010
mengenai Sumber Daya dan Cadangan Batubara.
27. Slide Presentasi dari Ditjen Migas berjudul Peranan Migas dalam
Mendukung Ketahanan Energi, 2010
28. Master Plan Study for Geothermal Power Development in the Republic of
Indonesia, WestJec, 2007
29. Draft Report of Master Plan Study for Hydro Power Development in
Indonesia, Nippon Koei, 2011
30. Draft Kebijakan Energi Nasional, DEN, 2010
31. Website Kementerian ESDM, Pemerintah Daerah

RUPTL 2011- 2020 133


LAMPIRA
AN A
AYAH OP
WILA PERASI
INDO
ONESIA BARAT
B
Lampiran A ini menjelaskan rencana
r pe
engemban ngan
ssistem kellistrikan di Wilayah Operasi
O In
ndonesia Barat
B
134
LAM
MPIRAN A. WILAYAH
W OPE
ERASI INDONE
ESIA BARAT
A1. SISTEM INTERKON NEKSI SUMAT TERA
A1.1
1. Proye
eksi Kebutuhan n Tenaga Listrikk
A1.2
2. Neracca Daya
A1.3
3. Proye
ek-Proyek IPP Terkendala
A1.4
4. Neracca Energi
A1.5
5. Capaacity Balance Gardu
G Induk
A1.6
6. Renccana Pengemba angan Penyalu uran
A1.7
7. Peta Pengembanga an Penyaluran
A1.8
8. Analissis Aliran Daya
a
A1.9
9. utuhan Fisik Pengembangan Distribusi
Kebu D
A1.1
10. Progrram Listrik Perddesaan
A1.1
11. Progrram Energi Barru dan Terbarukan
A1.1
12. Proye
eksi Kebutuhan n Investasi
PEN
NJELASAN LA
AMPIRAN A1
A2. SISTEM INTERKON NEKSI KALIMA ANTAN BARA
AT
A2.1
1. Proye
eksi Kebutuhan n Tenaga Listrikk
A2.2
2. Neracca Daya
A2.3
3. Proye
ek-Proyek IPP Terkendala
A2.4
4. Neracca Energi
A2.5
5. Capaacity Balance Gardu
G Induk
A2.6
6. Renccana Pengemba angan Penyalu uran
A2.7
7. Peta Pengembanga an Penyaluran
A2.8
8. Analissis Aliran Daya
a
A2.9
9. Kebu
utuhan Fisik Pengembangan Distribusi
D
A2.1
10. Progrram Listrik Perddesaan
A2.1
11. Progrram Energi Barru dan Terbarukan
A2.1
12. Proye
eksi Kebutuhan n Investasi
PEN
NJELASAN LA
AMPIRAN A2
135
RENCAANA PENGEM MBANGAN SIS STEM KELISTR RIKAN PER PR ROVINSI WILA
AYAH
OPERRASI INDONES SIA BARAT
A3. PROVIN NSI NANGGRO OE ACEH DAR RUSSALAM
A4. PROVIN NSI SUMATER RA UTARA
A5. PROVIN NSI RIAU
A6. PROVIN NSI KEPULAU UAN RIAU
A7. PROVIN NSI KEPULAU UAN BANGKA BELITUNG
A8. PROVIN NSI SUMATER RA BARAT
A9. PROVIN NSI JAMBI
A10. PROVIN NSI SUMATER RA SELATAN
A11. PROVIN NSI BENGKUL LU
A12. PROVIN NSI LAMPUNG G
A13. PROVIN NSI KALIMANTAN BARAT
A14. NERAC CA DAYA SIST TEM-SISTEM IS SOLATED
WILAYA AH OPERASI INDONESIA BARAT B
A14.1. Sistem Isolated Provin
nsi Nanggroe Aceh
A Darussalaam
A14.2. Sistem Isolated Provin
nsi Sumatera Utara
U
A14.3. Sistem Isolated Provin
nsi Riau
A14.4. Sistem Isolated Provin
nsi Kepulauan Riau
R
A14.5. Sistem Isolated Provin
nsi Kepulauan Bangka
B Belitun
ng
A14.6. Sistem Isolated Provin
nsi Kalimantan Barat
136
LA
AMPIRAN A1
SIST
TEM INTE
ERKONEK
KSI SUMA
ATERA
137
LA
AMPIRAN
N A1.1
PROYE
EKSI KEBUUTUHAN TENAGAA LISTRIK
SIST
TEM INTE
ERKONEKKSI SUMA
ATERA
138
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Sistem Interkoneksi Sumatera

KETERANGAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Energi Jual GWh 20.248 22.953 25.559 28.190 31.043 33.814 36.794 39.990 43.509 47.377

Susut T & D % 9,91 9,80 9,70 9,64 9,59 9,54 9,50 9,46 9,42 9,35
139

Energi Siap Salur TT GWh 22.475 25.446 28.304 31.197 34.336 37.380 40.656 44.169 48.034 52.264

PS Pembangkit % 5 00
5,00 5 00
5,00 6 00
6,00 6 00
6,00 6 00
6,00 6 00
6,00 5 00
5,00 5 00
5,00 5 00
5,00 5 00
5,00

Energi Dibangkitkan GWh 22.475 25.446 28.304 31.197 34.336 37.380 40.656 44.169 48.034 52.264

Load Factor % 65,4 65,4 65,3 65,4 65,7 66,0 66,3 66,6 66,9 67,0

Beban Puncak Sistem MW 4.269 4.821 5.415 5.952 6.516 7.065 7.579 8.193 8.874 9.641
LAMPIRAN A1.2
A
NE
ERACA DA
AYA
SISTEM INTE
ERKONEKKSI SUMATERA
140
Grafik Neraca Daya Sistem Sumatera

Reserve Margin
18.000 PLTG PLN
MW

PLTA IPP 75%


PLTA PLN
PLTGU IPP
78%
16.000
PLTGU PLN PLTG PLN
PLTP IPP 74% PLTA IPP
14.000 PLTP PLN 79%
PLTU IPP PLTA PLN
PLTU FTP2 73%
PLTU PLN
12.000
PLTU & PLTG Sewa
PLTP IPP
Pembangkit IPP & Sewa
64%
Pembangkit Terpasang PLN
10.000 Beban Puncak
141

50% PLTU IPP


56%
8 000
8.000
37%
PLTU PLN (FTP2)
6.000 27%
PLTU PLN

4 000
4.000

2.000 Kapasitas Terpasang

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Tahun
Neraca Daya Sistem Sumatera [1/3]
No Pasokan dan kebutuhan
No. Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Kebutuhan
Produksi GWh 23.414 26.059 29.113 32.219 35.696 39.396 42.983 47.245 51.776 56.806
Faktor Beban % 65 65 65 65 66 66 66 67 67 67
Beban Puncak Bruto MW 4.269 4.821 5.415 5.952 6.516 7.065 7.579 8.193 8.874 9.641
Tingkat pertumbuhan %
2 Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4.862 4.822 4.520 3.551 3.456 3.396 3.266 3.266 3.266 3.266
PLN MW 3.883 3.742 3.441 3.009 3.009 2.949 2.819 2.819 2.819 2.819
PLTA MW 847 847 847 847 847 847 847 847 847 847
PLTMH MW 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
PLTU MW 1.175 1.175 915 890 890 890 760 760 760 760
PLTG MW 662 662 620 263 263 263 263 263 263 263
PLTGU MW 942 942 942 942 942 942 942 942 942 942
PLTD MW 249 109 109 60 60 - - - - -
Swasta
142

Sewa MW 533 633 633 95 - - - - - -


IPP MW 447 447 447 447 447 447 447 447 447 447
PLTA MW 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180
PLTMH MW 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
PLTU MW - - - - - - - - - -
PLTG MW 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
PLTGU MW 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PLTMG MW 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
PLTP MW 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Retired & Mothballed (PLN) MW - 117 300 586 - 60 130 - - -
3 Tambahan Kapasitas
PLN
On-going Project
Tarahan (FTP1) PLTU 100 100
Meulaboh #1,2 (FTP1) PLTU 220
Pangkalan Susu #1,2 (FTP1) PLTU 220 220
Sumbar Pesisir #1,2 (FTP1) PLTU 112 112
Ulubelu #1,2 PLTP 55 55
Duri 1 (Ex Relokasi Jawa) PLTG 40 20
Keramasan PLTGU 86
Neraca Daya Sistem Sumatera [2/3]
No Pasokan dan kebutuhan
No. Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Rencana
Sungai Gelam (CNG/Peaker) PLTG/MG 90
Jaka Baring (CNG/Peaker) PLTG/MG 50
Duri PLTG 100
Sengeti (CNG/Peaker) PLTG 20 60
Belawan PLTG 400
Lhokseumawe PLTG 120
Aceh Timur PLTG 70
Pembangkit Peaker *) PLTG 500 200
Batanghari PLTGU 30
Peusangan 1-2 PLTA 88
Asahan III (FTP2) PLTA 174
Merangin PLTA 175 175
Simonggo-2 PLTA 86
Masang-2 PLTA 55
143

Riau (Amandemen FTP1) PLTU 110 110


Pangkalan Susu #3,4 (FTP2) PLTU 400
Meulaboh #3,4, PLTU 200 200
Sumsel - 1, Mulut Tambang PLTU 400 400
Hululais (FTP2) PLTP 110
Sungai Penuh (FTP2) PLTP 110
SEWA
Sungai Gelam PLTMG 12 -12
Borang PLTMG 30 -30
B
Borang PLTG 30 30 -30
30 -30
30
Talang Duku (sewa beli) PLTG 60
Payo Selincah (sewa beli) PLTG 50 50
Tarahan #5,6 PLTU 240
Dumai PLTU 240
Sumbagut PLTU 360
IPP
On-going Project
Simpang Belimbing #1,2 PLTU 227
Ekspansi
Gunung Megang, ST Cycle PLTGU 30
Neraca Daya Sistem Sumatera [3/3]
No. Pasokan dan kebutuhan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Rencana
Duri PLTGU 100
Aceh PLTG 44 22
Sumsel - 11, Mulut Tambang PLTU 227
Banjarsari PLTU 230
Sumsel - 2 (Keban Agung) PLTU 225
Sumsel - 5 PLTU 150 150
Sumsel - 7 PLTU 150 150
Sumsel - 6, Mulut Tambang PLTU 300 300
Riau Mulut Tambang PLTU 300 300
Jambi KPS PLTU 400 400
Sumut - 2 PLTU 225
Lumut Balai (FTP2) PLTP 110 110
Sarulla I (FTP2) PLTP 110 220
Ulubelu #3,4 (FTP2) PLTP 110
Seulawah (FTP2) PLTP 55
Sarulla II (FTP2) PLTP 110
144

Rajabasa (FTP2) PLTP 220


Muara Laboh (FTP2) PLTP 220
Sorik Marapi (FTP2) *) PLTP 240 *)
Rantau Dedap (FTP2) PLTP 110 110
Suoh Sekincau PLTP 110 110
Wai Ratai PLTP 55
Simbolon Samosir PLTP 110
` Sipoholon Ria-Ria PLTP 55
G. Talang PLTP 20
Danau Ranau PLTP 110
Bonjol PLTP 165
Kepahiyang PLTP 220
Wampu PLTA 45
Simpang Aur (FTP2) PLTA 23
Semangka PLTA 56
Hasang PLTA 40
Peusangan - 4 PLTA 83
PLTM Tersebar Sumut PLTM 83 32 39
4 Jumlah Pasokan MW 5,311 6,612 8,448 8,913 10,665 12,198 13,557 14,470 16,005 17,050
5 Reserve Margin % 24 37 56 50 64 73 79 75 79 75

Ket: *) Mengingat pengembang belum melakukan eksplorasi sehingga tingkat ketidak pastian besarnya kapasitas masih
cukup tinggi, maka perhitungan reserve margin didasarkan pada kapasitas PLTP Sorik Marapi sebesar 2x55 MW.
LAM
MPIRAN A1.3
A
PROYYEK-PRO
OYEK IPP TERKEND
DALA
SIST
TEM INTER
RKONEKSSI SUMAT
TERA
145
A1.3 Pro
oyek-proyek IP
PP yg terkenda
ala
Dalam program
p IPP te
erdapat bebera apa proyek yang pelaksanaa an
kontralk PPTL/PPA-n nya mengalami kendala, dan merekka
dimasukkan dalam 3 ka ategori PPTL teerkendala seba agai berkut :
Kategori 1: tahap operrasi, yaitu proyyek IPP sudah mencapai COD
namun bermasalah;
b
Kategori 2: tahap kon nstruksi, yaitu proyek IPP sudah
s mencapai
Financial Closing (FC) tapi konstruksinya bemasalah h sehingga tida
ak
kunjung mencapai COD D;
Kategori 3: tahap pen ndanaan, yaitu u proyek IPP sudah memiliki
PPTL tettapi tiak kunjun
ng mencapai Fin nancial Closing
g (FC).
Pembangkit IPP yang terkendala di sistem Sumatera a adalah,
PLTP Sib bayak 2x5,5 MW W masuk dalam
m kategori 1
PLTU MT T Banjarsari 2xx100 MW masu uk dalam kategori 3
PLTU Ku uala Tanjung 2xx100 MW masu uk dalam kateggori 3
PLTU MT T Keban Agung g 2x112,5 MW masuk dalam kategori 3
PLTP Sa arulla 330 MW masuk dalam kategori
k 3.
PLTU Re engat 2x5,5 MWW masuk dalam m kategori 3.
PLTU Te embilahan 2x5,5 masuk dalam m kategori 3.
Saat ini penyelesaian
p IPP terkendala tersebut sedan
ng diproses ole
eh
Komite Direktur
D untuk IPP dan Kerjasaama Kemitraann.
146
LAMPIRAN A1.4
A
NE
ERACA EN
NERGI
SIS
STEM INTERKONEKSI SUMA
ATERA
147
Neraca Energi
Sistem Interkoneksi Sumatera
(GWh)

JENIS 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Batubara 6.270 9.671 15.414 14.276 13.417 16.424 15.809 19.850 23.967 26.714
Gas 5.114 7.415 7.389 7.932 7.788 7.502 6.586 5.293 4.820 4.575
148

LNG - - - 4.324 4.232 4.273 4.317 4.269 4.476 5.030


HSD 8.303 5.707 2.314 100 100 100 - - - -
MFO 1.295 1.076 321 - - - - - - -
Geothermal 63 64 801 2.466 6.765 6.865 10.773 11.353 11.691 13.200
Hydro 3.398 3.690 4.718 5.022 5.216 5.679 6.518 7.040 7.035 7.050
Total 24.444 27.622 30.957 34.120 37.517 40.843 44.003 47.805 51.989 56.567
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer
Sistem Interkoneksi Sumatera

FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

HSD ( x 1000 kL ) 2.241 1.484 556 27 27 27 - - - -


149

MFO ( x 1000 kL ) 379 317 94 - - - - - - -

GAS (GBTU) 53 77 77 84 83 78 68 51 47 44

LNG (GBTU) - - - 34 34 34 34 34 36 41

Batubara (kTON) 4.007 6.152 9.746 9.006 8.363 10.139 9.761 12.255 14.795 16.425
LAM
MPIRAN A1.5
A
CAPAACITY BA
ALANCE GARDU
G IN
NDUK
SIST
TEM INTE
ERKONEK
KSI SUMA
ATRA
150
Capacity Balance GI
N
Nanggroe A
Aceh
hDDarussalam
l (NAD)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
TEG JML MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
SISTEM ACEH

1 GI ALUE DUA/ LANGSA


150/20 1x30 30
Total 30 15,0 18,2 18,5 19,9 30 21,9 23,7 25,6 27,4 30 30,1 32,1
PLTD SEWA 42% 10 51% 10 72% 39% 43% 47% 50% 36% 39% 42%
2 GI TUALANG CUT 150/20 3x10 30 UP 30-10 UP 30-10 UP 30-10
Total 30 19,4 22,2 25,2 27,8 20 31,4 34,8 38,3 42,0 20 47,0 51,0 20
57% 65% 74% 55% 62% 68% 75% 62% 69% 60%
3 GI ALUE BATEE/ IDI 150/20 1x30 30
Total 30 16,6 16,5 15,8 17,4 19,5 30 21,5 23,5 25,7 28,7 31,0
151

65% 65% 62% 68% 38% 42% 46% 50% 56% 61%
4 GI LHOKSEUMAWE 150/20 2x30 30
150/20 30
Total 60 40,8 42,8 47,1 60 51,8 46,9 51,6 56,4 61,4 68,4 73,8
PLTD SEWA 30 45% 40 47% 40 46% 51% 46% 51% 55% 60% 67% 72%
5 GI BIREUEN 150/20 2x30 30
150/20 30 UP 60-30
Total 60 33,1 38,0 44,0 41,7 47,5 53,0 30 58,8 64,9 73,1 79,9 30
PLTD SEWA 31% 30 36% 30 57% 55% 62% 52% 58% 64% 72% 63%
6 GI SIGLI 150/20 1x10 10
150/20 1x20 20 UP 60-10
Total 30 23,4 30 28,2 34,0 38,0 43,5 50 48,6 54,1 59,8 67,6 73,9
PLTD SEWA 29% 20 35% 20 57% 64% 43% 48% 53% 59% 66% 72%
7 GI BANDA ACEH I / LAMBAROE 150/20 2x30 60 UP 60-30
1x60 60
Total 120 78,1 60 88,0 106,6 78,2 87,9 30 102,2 117,8 103,8 122,3 124,8
PLTD SEWA 38% 50 43% 50 70% 51% 49% 57% 66% 58% 68% 70%
8 ULEE KARENG 150/20 2x60 31,0 120 45 50 55 61 65 70
Total 30% 44% 49% 54% 60% 64% 69%
9 LAM PISANG 150/20 2x60 30 120 35 50
Total 29% 34% 49%
Capacity Balance GI
NAD (lanjutan
(l j 1)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
TEG JML MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
10 GI TAKENGON 150/20 2x30 19,8 60 20,7 21,7 22,6 23,5 24,4 25,3 26,2
Total 39% 41% 42% 44% 46% 48% 50% 51%

11 GI SUBULUSSALAM 150/20
150/20 1x30 13,6 30 14,4 15,3 16,1 17,0 17,8 18,6 19,5 30
Total 53% 57% 60% 63% 67% 70% 73% 76%

12 GI MEULABOH 150/20 2x30 26,8 60 32,2 33,6 34,9 36,3 37,7 30 39,1 40,4 41,8
T t l
Total 53% 63% 66% 69% 71% 49% 51% 53% 55%
152

13 GI KUTA CANE 150/20 1x30 11,4 30 12,0 12,6 13,1 13,7 14,3 14,8 15,4
Total 45% 47% 49% 51% 54% 56% 58% 60%

14 GI JANTHO 150/20
Total 1x30 9,5 30 13,7 15,8 18,5 21,2 30 24,1 27,1 32,0 35,0
37% 54% 62% 73% 42% 47% 53% 63% 69%
15 GI PANTONLABU 150/20
Total 1x30 8,1 30 10,9 12,0 13,4 14,7 16,1 17,5 19,5 30 21,1
32% 43% 47% 53% 58% 63% 69% 38% 41%
16 GI KRUENG RAYA 150/20 2x30 14,3 60 16,8 19,3 21,9 24,7 29,0 35,0
Total 28% 33% 38% 43% 48% 57% 69%

17 GI BLANG PIDIE 150/20 1 30


1x30 94
9,4 30 98
9,8 10,1
10 1 10,5
10 5 10,9
10 9 11,2
11 2 11,6
11 6 12,0
12 0
Total 37% 38% 40% 41% 43% 44% 45% 47%

18 GI TAPAK TUAN 150/20 1x30 6,4 30 6,6 6,9 7,1 7,4 7,6 7,8 8,1
Total 25% 26% 27% 28% 29% 30% 31% 32%

19 GI COT TRUENG 150/20 2x30 13,4 30 14,7 16,1 17,5 19,5 30 21,1
Total 53% 58% 63% 69% 38% 41%
Capacity Balance GI
A h (lanjutan
Aceh (l j 2)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
TEG JML MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
20 GI BLANG KJEREN 150/20 1x30 4,6 30 4,9 5,1 5,4 5,6 5,8 6,1
Total 18% 19% 20% 21% 22% 23% 24%

21 GI SAMALANGA 150/20 1x30 11,8 30 13,4 15,0 16,6 18,3 20,6 30 22,5
Total 46% 53% 59% 65% 72% 40% 44%

TOTAL PEAK GI 227 298 409 461 526 581 640 701 782 850
TOTAL PEAK SISTEM 212 278 381 431 489 549 612 681 755 833
DIVERSITY FACTOR 1 07
1,07 1 07
1,07 1 07
1,07 1 07
1,07 1 07
1,07 1 06
1,06 1 04
1,04 1 03
1,03 1 04
1,04 1 02
1,02
153
Capacity Balance GI
Sumut
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
SISTEM SUMUT
1 GLUGUR 150/20 60
150/20 60
ADD
Total 120,0 92,24 97,77 60 95,43 101,15 107,22 113,65 120,47 127,70 135,36 143,48
90% 64% 62% 66% 70% 74% 79% 83% 88% 94%
2 GIS LISTRIK 150/20 60
150/20 60
ADD
Total 120 60,49 64,72 61,67 65,99 70,61 75,55 80,84 60 86,49 92,55 99,03
59% 63% 60% 65% 69% 74% 53% 57% 60% 65%
3 TITI KUNING 150/20 60
150/20 60
150/20 60 GI
Total 180 108,00 114,48 99,86 105,86 112,21 118,94 126,08 60 133,64 141,66 150,16
71% 75% 65% 69% 73% 78% 62% 66% 69% 74%
154

4 PAYA PASIR 150/20 60

ADD
Total 60 35,75 38,25 40,93 60 43,80 46,86 50,14 53,65 57,41 61,43 65,73
70% 75% 40% 43% 46% 49% 53% 56% 60% 64%
5 MABAR 150/20 87.5 *
150/20 60 *
150/20 60 GI BARU
Total 60,0 40,03 42,43 33,68 35,71 37,85 40,12 42,53 45,08 47,78 50,65
78% 83% 66% 70% 74% 79% 83% 88% 94% 99%
6 KIM 150/20 60
150/20 60
150/20 60
Total 180 76,47 81,05 75,62 80,16 84,97 90,06 95,47 101,19 107,27 113,70
50% 53% 49% 52% 56% 59% 62% 66% 70% 74%
7 LABUHAN 150/20 31,5
150/20 60
UP
Total 91,5 19,17 19,93 30 20,73 21,56 22,42 23,32 24,25 25,22 26,23 27,28
25% 19% UAI 20% 21% 22% 23% 23% 24% 25% 26%
8 LAMHOTMA 150/20 20

UP & ADD
Total 20 13,85 14,68 40 21,22 16,50 17,49 18,53 19,65 20,83 22,07 23,40
81% 29% 42% 32% 34% 36% 39% 41% 43% 46%
9 DENAI 150/20 60

UAI
Total 60 42,85 60 45,85 39,13 41,87 44,80 47,93 51,29 54,88 58,72 62,83
42% 45% 38% 41% 44% 47% 50% 54% 58% 62%
Capacity Balance GI
S
Sumut (l j
(lanjutan 1)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
SISTEM SUMUT
10 NAMURAMBE 150/20 60
ADD
UAI
Total 60 45,78 48,53 60 37,65 39,91 42,30 44,84 47,53 50,38 53,40 56,61
90% 48% 37% 39% 41% 44% 47% 49% 52% 55%
11 SEI ROTAN 150/20 60
150/20 31,5
UAI
Total 91,5 58,47 61,98 60 54,68 57,97 61,44 65,13 69,04 73,18 77,57 82,22
75% 48% 42% 45% 48% 51% 54% 57% 60% 64%
12 PAYA GELI 150/20 60 60,00
150/20 60
150/20 60 GI
Total 180 91,83 98,26 97,86 104,71 112,04 119,88 128,28 137,26 60 146,86 157,14
155

60% 64% 64% 68% 73% 78% 84% 67% 72% 77%
13 BINJAI 150/20 60
150/20 60
UAI
Total 120 84,60 60 89,51 83,42 88,26 93,38 98,80 104,53 110,59 117,00 123,79
55% 59% 55% 58% 61% 65% 68% 72% 76% 81%
14 P. BRANDAN 150/20 30
150/20 30

Total 60 29,37 25,14 20,98 22,24 23,57 24,98 26,48 28,07 29,76 31,54
58% 49% 41% 44% 46% 49% 52% 55% 58% 62%
15 PERBAUNGAN 150/20 31,5
150/20 30
ADD
Total 61,5 30,74 32,37 60 34,09 35,90 37,80 39,80 41,91 44,13 46,47 48,93
59% 31% 33% 35% 37% 39% 41% 43% 45% 47%
16 T. MORAWA 150/20 60

UAI
Total 60 37,84 60 40,11 13,12 35,08 37,18 39,42 41,78 44,29 46,94 49,76
37% 39% 13% 34% 36% 39% 41% 43% 46% 49%
17 TEBING TINGGI 150/20 60
150/20 60
UAI
Total 120 51,69 55,31 60 57,18 61,18 65,46 70,05 74,95 80,20 85,81 91,82
51% 36% 37% 40% 43% 46% 49% 52% 56% 60%
18 KUALA TANJUNG 150/20 60
150/20 60

Total 120 50,30 44,82 47,06 43,06 45,21 47,47 49,84 52,34 54,95 57,70
49% 44% 46% 42% 44% 47% 49% 51% 54% 57%
Capacity Balance GI
S
Sumut (l j
(lanjutan 2)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
SISTEM SUMUT
19 PEMATANG SIANTAR 150/20 30
150/20 60
UAI
Total 90 71,26 74,47 60 77,82 66,93 69,94 73,09 76,37 79,81 83,40 87,16
93% 58% 61% 52% 55% 57% 60% 63% 65% 68%
20 GUNUNG PARA 150/20 10

UP
Total 10 11,41 20 11,98 12,58 13,21 13,87 14,56 15,29 16,05 16,85 17,70
45% 47% 49% 52% 54% 57% 60% 63% 66% 69%
21 KISARAN 150/20 60
150/20 31,5
150/20 30,0 UP
Total 122 59,58 62,56 30,0 65,69 68,98 72,43 76,05 79,85 83,84 88,03 92,44
156

58% 49% 51% 54% 56% 59% 62% 65% 68% 72%
22 AEK KANOPAN 150/20 20

ADD
Total 20 16,78 12,74 30 13,12 13,51 13,92 14,34 14,77 15,21 15,67 16,14
99% 30% 31% 32% 33% 34% 35% 36% 37% 38%
23 R. PRAPAT 150/20 30
150/20 0
150/20 31,5 UP UP
Total 61,5 51,32 30 45,63 28,5 48,36 51,26 54,34 57,60 61,06 64,72 68,60 72,72
66% UAI 45% UAI 47% 50% 53% 56% 60% 63% 67% 71%
24 KOTA PINANG 150/20 30

ADD
Total 30 18,89 20,02 21,22 22,50 30 23,85 25,28 26,79 28,40 30,10 31,91
74% 79% 83% 44% 47% 50% 53% 56% 59% 63%
25 BRASTAGI 150/20 30
150/20 20
UP
Total 50 35,17 37,28 40 39,52 41,89 44,40 47,06 49,89 52,88 56,05 59,42
83% 49% 52% 55% 58% 62% 65% 69% 73% 78%
26 SIDIKALANG 150/20 20

UAI
Total 20 16,81 17,65 30 15,53 16,31 17,12 17,98 18,88 19,82 20,81 21,85
99% 42% 37% 38% 40% 42% 44% 47% 49% 51%
27 TELE 150/20 10

UP
Total 10 3,67 20 2,32 2,41 2,51 2,61 2,71 2,82 2,94 3,05 3,18
14% 9% 9% 10% 10% 11% 11% 12% 12% 12%
Capacity Balance GI
S
Sumut (l j
(lanjutan 3)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
28 PORSEA 150/20 20
Total 20 14.06 14.48 20 14.91 15.36 15.82 16.30 16.79 17.29 17.81 18.34
83% 43% 44% 45% 47% 48% 49% 51% 52% 54%
29 TARUTUNG 150/20 10
150/20 10
Total 20 14.47 14.91 30 15.36 15.82 16.29 16.78 17.28 17.80 18.34 18.89
85% 35% 36% 37% 38% 39% 41% 42% 43% 44%
30 SIBOLGA 150/20 30
150/20 10
Total 40 27.15 28.51 60 29.93 31.43 33.00 34.65 36.38 38.20 40.11 42.12
80% 34% 35% 37% 39% 41% 43% 45% 47% 50%
31 P. SIDIMPUAN 150/20 30
150/20 31.5
157

Total 62 36.59 30 37.69 23.71 24.42 25.15 25.91 26.68 27.49 28.31 29.16
47% 48% 30% 31% 32% 33% 34% 35% 36% 37%
32 GUNUNG TUA 150/20 10

UP ADD
Total 10 8.43 20 8.85 10 9.29 9.76 10.25 10.76 11.30 11.86 12.46 13.08
33% 26% 27% 29% 30% 32% 33% 35% 37% 38%
33 TANJUNG PURA 150/20 30
150/20 0
Total 30 17.0 18.19 19.46 20.83 22.28 30 23.84 25.51 27.30
67% 71% 76% 82% 44% 47% 50% 54%
34 PANYABUNGAN 150/20 30
150/20 30
Total 60 15.10 16.01 16.97 17.98 19.06 20.21 21.42 22.70
30% 31% 33% 35% 37% 40% 42% 45%
35 PARLILITAN 150/20 10

Total 10 1.50 1.53 1.56 1.59 1.62 1.66 1.69 1.72 1.76
18% 18% 18% 19% 19% 19% 20% 20% 21%
36 SALAK 150/20 60
(Untuk menyerap energi PLTM)
Total 60 3.00 3.12 3.24 3.37 3.51 3.65 3.80 3.95
6% 6% 6% 7% 7% 7% 7% 8%
Capacity Balance GI
S
Sumut (l j
(lanjutan 4)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
37 NEGERI DOLOK 150/20 60
(Untuk menyerap energi PLTM)
Total 60 2.00 2.06 2.12 2.19 2.25 2.32 2.39 2.46
4% 4% 4% 4% 4% 5% 5% 5%
38 KUALA NAMU 150/20 30
150/20 30
Total 60 55.31 57.25 59.30 61.48 63.79 66.24 68.83 71.58
108% 112% 116% 121% 125% 130% 135% 140%
39 PANGURURAN 150/20 30

Total 30 1.50 2.00 2.08 2.16 2.25 2.34 2.43 2.53 2.63
6% 8% 8% 8% 9% 9% 10% 10% 10%
158

40 LABUHAN BILIK 150/20 60

COD 2012
Total 60 8.8 9.33 9.89 10.48 11.11 11.78 12.48 13.23 14.03
17% 18% 19% 21% 22% 23% 24% 26% 28%

TOTAL PEAK GI 2 399


2,399 11,172
172 11,217
217 11,272
272 11,333
333 11,404
404 11,478
478 11,558
558 11,642
642 11,730
730 11,825
825
Peak Load Big Customer (I4) 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78
- PT Grouth Sumatera 150/20 44.0 44.0 44.0 44.0 44.0 44.0 44.0 44.0 44.0 44.0
- PT Gunung Gahapi 150/20 34.0 34.0 34.0 34.0 34.0 34.0 34.0 34.0 34.0 34.0

TOTAL PEAK GI umum


1,094.3 1,139.1 1,194.0 1,255.1 1,325.7 1,400.4 1,479.6 1,563.5 1,652.4 1,746.5
TOTAL PEAK SISTEM INT 1,159 1,200 1,271 1,317 1,386 1,463 1,540 1,624 1,711 1,795
DIVERSITY FACTOR 1.012 1.014 1.001 1.012 1.012 1.011 1.012 1.011 1.011 1.017
Capacity Balance GI
S b
Sumbar
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
CABANG PADANG
1 PIP 150/20 20
150/20 30
Total 50 28,3 29,7 30 32,8 36,4 40,2 34,8 38,3 42,1 46,2 50,5 60
67% 44% 48% 53% 59% 51% 56% 62% 68% 42%

2 PAUH LIMO 150/20 60


150/20 30 UP 30-60
Total 90 50,5 52,8 30 58,3 64,5 71,1 52,2 57,4 62,9 68,8 75,1
66% 52% 57% 63% 70% 51% 56% 62% 67% 74%
159

3 SIMPANG HARU 150/20 42


150/20 42
Total 84 39,0 40,7 44,8 49,3 54,3 36,6 40,1 43,8 47,8 52,0
55% 57% 63% 69% 76% 51% 56% 61% 67% 73%

4 INDARUNG
Total 150 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0 82,0
64% 64% 64% 64% 64% 64% 64% 64% 64% 64%

5 LUBUK ALUNG 150/20 20


150/20 30
Total 50 18,4 19,3 21,3 23,6 26,1 29,2 32,2 35,3 30 38,7 42,4
43% 45% 50% 55% 61% 69% 76% 52% 57% 62%

(NEW)
6 BUNGUS 150/20 30 10,5 11,1 12,5 14,0 15,7 17,9 20,0 30 22,3 24,8 27,6
41% 44% 49% 55% 62% 70% 39% 44% 49% 54%

(NEW)
7 PARIAMAN 150/20 30 8,8 9,3 10,3 11,4 12,7 14,3 15,8 17,5 19,3 30 21,2
34% 36% 40% 45% 50% 56% 62% 69% 38% 42%

8 KAMBANG (NEW) 150/20


/ 30 11
11,6 1
12,2 1
13,5 1 1
15,1 1
16,7 1
18,8 20,9 30 23,0 25,4
4 27,9
45% 48% 53% 59% 66% 74% 41% 45% 50% 55%
Capacity Balance GI
S b (lanjutan
Sumbar (l j 1)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
(NEW)
9 GI/GIS KOTA PADANG 150/20 120 52,9 58,0 63,5 69,3 75,4 60
52% 57% 62% 68% 49%

(NEW)
10 GI SUNGAI PENUH 150/20 30 16,9 18,6 20,5 30 22,6 25,2 27,6 30,3 33,0 36,0
66% 73% 40% 44% 49% 54% 59% 65% 71%

CABANG BUKITTINGGI
11 MANINJAU 150/20 20 10,2 10,7 11,9 13,2 30 14,7 16,5 18,3 20,2 22,3 24,5
60% 63% 70% 31% 35% 39% 43% 48% 52% 58%

12 PADANG LUAR 150/20 20


160

150/20 30 UP 20-60
Total 50 27,8 25,3 40 28,1 31,3 34,7 39,1 43,3 47,8 52,6 57,8 30
65% 33% 37% 41% 45% 51% 57% 62% 69% 57%
NEW
13 SIMPANG EMPAT 150/20 30 22,9 24,0 30 26,5 29,4 32,5 36,3 40,1 60 44,0 48,2 52,7
90% 47% 52% 58% 64% 71% 39% 43% 47% 52%

14 BATANG AGAM 0.4/20 20

(NEW)
15 GI PADANG PANJANG 150/20 10 5,6 9,9 30 11,0 12,2 13,6 15,3 16,9 18,7 20,6 22,6
65% 29% 32% 36% 40% 45% 50% 55% 61% 66%

CABANG SOLOK
16 SOLOK 150/20 20
150/20 20 UP 20-60
Total 40 30,8 32,2 40 35,4 39,0 42,9 47,8 52,4 30 57,3 62,5 68,0
91% 47% 52% 57% 63% 70% 56% 61% 67% 73%

17 SALAK 150/20 20 13,1 13,8 15,4 30 17,1 19,0 21,4 23,7 26,1 28,8 31,6
77% 81% 36% 40% 45% 50% 56% 62% 68% 74%

18 KILIRAN JAO 150/20


/ 20
150/20 10
Total 30 21,5 23,1 13,6 15,4 17,5 20,1 30 22,7 25,5 28,7 32,1
84% 91% 53% 61% 69% 39% 44% 50% 56% 63%
Capacity Balance GI
S b (lanjutan
Sumbar (l j 2)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
(NEW)
19 GI S.RUMBAI/GNG.MEDAN 150/20 30 12,6 14,0 15,5 17,3 19,1 21,0 30 23,0 25,1
50% 55% 61% 68% 75% 41% 45% 49%

CABANG PAYAKUMBUH
20 PAYAKUMBUH 150/20 30 20,0 25,5 30 28,1 31,0 34,1 38,1 30 41,8 45,7 49,9 54,3
79% 50% 55% 61% 67% 50% 55% 60% 65% 71%

21 BATUSANGKAR 150/20 30 13,4 9,4 10,4 11,5 12,6 14,1 15,5 16,9 18,5 20,1 30
53% 37% 41% 45% 50% 55% 61% 66% 72% 39%

TOTAL PEAK GI 414,3 447,8 486,9 530,8 578,4 629,8 686,0 746,1 810,4 878,9
161

TOTAL PEAK SISTEM 402,3 434,8 472,7 515,4 561,5 611,5 666,0 724,4 786,8 853,3
DIVERSITY FACTOR 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03
Capacity Balance GI
Ri
Riau
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Peak Peak Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Add Trafo Add Trafo Add Trafo
Load Trafo Load Load Load Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

1 KOTO PANJANG 150/20 20


Total 20 14,55 15,58 20 15,68 14,64 15,06 16,37 17,51 18,69 19,99 21,61
86% 46% Trf Baru 46% 43% 44% 48% 51% 55% 59% 64%

2 BANGKINANG 150/20 30 38,92 30 32,13 33,54 32,47 34,64 39,04 60 43,30 47,93 53,18 59,61
76% Trf Baru 63% 66% 64% 68% 38% Trf Baru 42% 47% 70% 78%

3 GARUDA SAKTI 150/20 50


150/20 50
150/20 60
Total 160 109,21 126,51 30 90,17 83,55 73,77 54,30 50,48 52,48 54,62 57,36
80% Alih bbn 78% Up Rating 56% Alih bbn 52% 46% Alih bbn 34% 31% 32% 34% 36%
Bangkinang Pasir Putih Perawang

4 TELUK LEMBU 150/20 60


150/20 60
Total 120 74,57 112,71 60 113,53 80,63 80,19 84,58 86,95 88,34 92,06 97,09
Trf Baru Alih bbn Alih Bbn
162

73% 74% 74% 45% 45% 55% 57% 58% 60% 63%
Kit Tenayan GIS Kota
PLTD Sewa 40,00

5 DURI 150/20 30
150/20 30
Total 60 28,04 61,81 60 57,72 54,38 45,90 50,55 54,79 60 59,26 64,24 70,35
55% 81% Trf Baru 75% 71% 60% Alih Bbn 66% 54% Up Rating 58% 63% 69%
PLTD Sewa 30,00 Kandis

6 DUMAI 150/19 30
30
Total 60 41,16 44,90 30 36,30 34,07 35,25 38,51 41,42 44,44 47,80 51,94
81% 59% UpRating 47% Alih bbn 45% 46% 50% 54% 58% 62% 68%
KID
7 BAGAN BATU 150/20 10
Total 10 13,17 20 14,23 14,46 13,63 14,15 15,52 16,75 18,04 19,48 21,25 30
52% UpRating 56% 57% 53% 55% 61% 66% 71% 76% 42% Trf baru

8 TELUK KUANTAN 150/20 10


150/20 30
Total 40 22,39 24,87 25,97 25,14 26,82 30,22 33,53 20 37,11 41,17 46,15
53% 59% 61% 59% 63% 71% 56% Uprating 62% 69% 78%

9 PASIR PUTIH 150/20 0 36,00 60 34,23 35,87 64,97 120 77,21 83,93 91,45 100,69
71% GI Baru 67% 70% 42% Trf baru 50% 55% 60% 66%

10 NEW GARUDA SAKTI 150/20 0 44,82 120 46,55 51,06 55,13 59,40 64,17 70,04
44% GI Baru 46% 50% 54% 58% 63% 69%

11 PASIR PANGARAYAN 150/20 0 14,01 30 12,96 13,21 14,22 15,07 15,93 16,89 18,08
55% GI Baru 51% 52% 56% 59% 62% 66% 71%
Capacity Balance GI
Ri (lanjutan)
Riau (l j )
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Peak Peak Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk Add Trafo Add Trafo Add Trafo
Load Trafo Load Load Load Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

12 RENGAT 150/20 0
Total 0 24,39 60 22,96 23,74 25,84 27,65 29,52 31,59 34,13
48% GI Baru 45% 47% 51% 54% 58% 62% 67%

13 TEMBILAHAN 150/20 0
Total 0 30 14,83 16,25 17,50 18,81 20,25 30 22,03
GI Baru 58% 64% 69% 74% 40% Trf baru 43%

14 BAGAN SIAPI-API 150/20 0 30 9,61 9,98 10,92 11,73 12,58 13,52 14,67
GI Baru 38% 39% 43% 46% 49% 53% 58%

15 PANGKALAN KERINCI 150/20 0 30 9,43 9,59 10,31 10,90 11,51 12,18 13,02
GI Baru 37% 38% 40% 43% 45% 48% 51%
1,18
16 GI SIAK SRI INDRA PURA 150/20 0 30,00 10,35 11,52 12,61 13,77 15,07 16,65
GI Baru 41% 45% 49% 54% 59% 65%
1,20
17 KIT TENAYAN 150/20 0 10,00 30 12,50 15,63 19,53 24,41 30,00 30,52 35,10 40,36
163

39% GI Baru 49% 61% 77% 48% Trf Baru 60% 69% 79%

18 PERAWANG 150/20 0 11,32 30 11,53 12,42 13,16 13,92 14,75 15,80


44% GI Baru 45% 49% 52% 55% 58% 62%
1,2
19 KID DUMAI 150/20 0 14,40 30 13,69 14,35 15,88 17,30 18,81 20,49 30 22,56
56% GI Baru 54% 56% 62% 68% 74% 40% Trf baru 44%

20 GI KANDIS 150/20 0 10 57
10,57 30 11 38
11,38 12 06
12,06 12 75
12,75 13 51
13,51 14 47
14,47
41% GI Baru 45% 47% 50% 53% 57%

21 GI LIPAT KAIN 150/20 0 8,46 30 9,08 9,59 10,11 10,69 11,42


33% GI Baru 36% 38% 40% 42% 45%
1,20
22 GI/GIS KOTA PEKANBARU 150/20 0 22,2 60 22,83 24,81 26,53 28,32 30,30 32,75
44% GI Baru 45% 49% 52% 56% 59% 64%

TOTAL PEAK GI 382,01 50 432,75 200 486,16 270 532,23 210 573,26 30 627,26 180 675,58 110 726,16 0 782,50 60 852,01 30
TOTAL PEAK SISTEM 38 , 9
381,49 431,00
3 ,00 485,67
85,67 530,8
530,82 576,12
576, 6 3,68
623,68 67 , 9
672,29 7 3,
723,22 779,98 8 9,95
849,95
DIVERSITY FACTOR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,01 1,00 1,00 1,00 1,00
Capacity Balance GI
S2JB
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

1 BUKITSIGUNTANG 70/12 15 Uprate 15-30 MVA 70/20 Uprate trafo 15-30 MVA
PTM 2012 70/20 15 SKI P3B Tambah 30 MVA 70/20
Total 30 28,28 15 31,53 30 36,18 15 40,74 45,86 49,12 34,72 37,57 40,86 44,22
74% 49% 47% 53% 60% 64% 45% 49% 53% 58%
2 TALANG RATU 70/12 10
PTM di 2013/2014 70/12 5
70/20 10
70/20 10
Total 30 21,59 18,88 22,26 25,58 16,54 17,88 10,66 11,75 13,06 14,38
85% 74% 87% 100% 65% 70% 42% 46% 51% 56%

3 SEDUDUK PUTIH 70/12 15 Uprate 15-30


PTM 2012 70/20 30
164

Total 45 32,67 36,66 32,38 19,75 22,38 24,13 11,32 12,32 13,49 14,69
85% 96% 85% 52% 59% 63% 30% 32% 35% 38%

4 SUNGAI JUARO 70/12 15


70/20 20
Total 35 26,64 29,30 13,58 14,64 15,75 16,10 16,68 17,15 17,69 18,11
90% 98% 46% 49% 53% 54% 56% 58% 59% 61%
5 BOOM BARU 70 kV 70/12 15
70/20 30 Relokasi Trafo
Total 45 d 30,21
iK 33,90 24,84 20,65 24,78 27,53 7,39 8,97 10,80 12,69
79% 89% 65% 54% 65% 108% 29% 35% 42% 33%

6 BUNGARAN 70/12 5
PTM 2012/2013 70/12 5 uprate trafo III 15-30
70/20 15 uprate trafo IV10-30
70/20 10
Total 35 33,44 28,76 35 21,55 25,27 29,11 31,15 34,10 37,05 40,56 44,07
112% 48% 36% 42% 49% 52% 57% 62% 68% 74%
7 SUNGAI KEDUKAN 70/12 10
- Trafo II 15 MVA 70/20 15
(Step up : Pertamina) Total 25 20,22 15,06 16,53 17,81 19,20 20,06 21,16 22,24 23,44 24,63
59% 44% 49% 52% 56% 59% 62% 65% 69% 72%

8 KERAMASAN 70/12 15
Sudah realisasi trafo 60 MVA 70/12 10
150/20 60
PTM DI 2012 Total 25 53,76 45,16 51,58 60 57,87 64,94 69,50 75,47 60 81,56 88,57 95,73
84% 89% 51% 57% 64% 68% 49% 53% 58% 63%
Capacity Balance GI
S2JB (lanjutan
(l j 1)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
UAI P3BS
9 TALANG KELAPA 150/20 60 49,06 40,73 60 45,64 54,64 75,33 81,24 89,15 97,27 60 106,74 116,46
60 96% 40% 36% 43% 59% 64% 70% 54% 60% 65%

10 BORANG 150/20 15 SKI P3BS


(Beban ditarik ke 150/20 30
PLTMG Sako) Total 45 12,12 13,22 14,86 16,37 18,04 18,92 20,14 21,34 22,72 24,07
32% 35% 39% 43% 47% 49% 53% 56% 59% 63%

11 MARIANA 150/20 2x16 34,80 39,05 45,10 51,10 57,90 30 62,41 68,31 74,39 81,42 88,67
150/20 32 16,86 20,34 22,61 24,72 27,05 30 28,27 29,97 31,63 33,55 35,43
62% 75% 83% 91% 51% 54% 57% 60% 64% 67%
165

12 SIMPANG TIGA 150/20 30


150/20 60
Total 60 49,43 53,96 60 60,46 44,09 50,13 53,47 58,15 62,96 68,60 74,27 60
97% 53% 59% 43% 49% 52% 57% 62% 67% 49%

13 PRABUMULIH 150/20 15
150/20 30
Total 30 26,20 28,87 60 32,73 36,41 40,51 42,87 46,07 49,26 52,93 56,60
69% 32% 37% 41% 45% 48% 52% 55% 59% 63%

14 BUKIT ASAM 150/20 60


150/20 60
Total 120 64,43 69,99 78,27 60 85,85 94,18 98,29 104,16 109,82 60 116,37 122,70
63% 69% 51% 56% 62% 64% 68% 54% 57% 60%

15 BATURAJA 150/20 30 Uprate 30->60


150/20 30 Uprate
p 30-60
Total 60 60,23 30 77,74 30 72,05 60 92,39 90,87 85,13 89,87 94,43 99,76 104,88
79% 76% 47% 60% 51% 48% 59% 62% 65% 69%

16 LAHAT 150/20 10
150/20 20 Uprate 10->30 MVA
Total 30 18,88 20,63 20 16,07 12,10 14,36 15,35 16,87 18,32 20,04 21,68
74% 49% 38% 28% 34% 36% 40% 43% 47% 51%

17 PAGAR ALAM 150/20 10


150/20 15 Uprate 10-30 Uprate 15-30
Total 25 19,19 20,85 20 23,31 21,34 23,56 24,52 25,98 27,36 15 28,99 30,54
90% 55% 61% 56% 62% 64% 68% 54% 57% 60%
Capacity Balance GI
S2JB (lanjutan
(l j 2)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

18 LUBUKLINGGAU 150/20 30
Uprate 20->60
20 49,60 40 54,85 56,37 61,55 60 69,59 74,35 67,72 73,26 79,74 86,19
50 65% 72% 74% 48% 55% 58% 53% 57% 63% 68%

19 BETUNG 150/20 2x30


150/20 60 24,79 27,63 21,91 20,22 23,72 25,54 28,19 30,84 34,01 30 37,19
49% 54% 43% 40% 47% 50% 55% 60% 44% 49%

20 GUMAWANG 150/20 2x30


150/20 60 28,32 30,90 34,72 38,27 30 42,17 39,80 42,37 44,89 47,79 50,62
56% 61% 68% 50% 55% 52% 55% 59% 62% 66%

Relokasi 30 MVA ex Baturaja


166

21 GUNUNG MEGANG 150/20 30 28,32 30,90 60 34,72 38,27 42,17 34,22 33,04 33,95 35,56 37,11
111% 40% 45% 50% 55% 45% 43% 44% 46% 49%

1 GI Kenten 150/20 60
150/20 60 46,27 52,42 59,39 64,02 70,07 76,31 60 83,52 90,96
120 45% 51% 58% 63% 69% 50% 55% 59%

3 JAKABARING / KEDUKAN EXT 150/20 12,59 13,85 15,23 16,75 18,43 20,27 22,30 24,53
25% 27% 30% 33% 36% 40% 44% 48%
60

4 KAYU AGUNG 150/20 30 12,69 13,81 15,01 16,32 17,63 19,04 30 20,56
50% 54% 59% 64% 69% 37% 40%

5 TANJUNG API-API 150/20 30


150/20 30
Total 60 16,05 17,17 18,38 19,66 21,04 22,51 24,09 25,77 27,58
0% 31% 34% 36% 39% 41% 44% 47% 51% 54%

6 SUNGAI LILIN 150/20 30 15,00 15,75 16,54 17,36 30 18,23 19,14 20,10
59% 62% 65% 34% 36% 38% 39%
dari GI Baturaja
7 MUARA DUA 150/20 30 9,83 10,52 11,26 12,04 12,89 13,79
39% 41% 44% 47% 51% 54%

8 MUARA RUPIT 150/20 30 13,05 13,97 14,94 15,99


51% 55% 59% 63%
dari GI Betung
Capacity Balance GI
S2JB (lanjutan
(l j 3)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
9 SEKAYU 150/20 30 9,8 10,5 11,2 12,0 12,8 13,7 14,7 - 15,7 30
38% 41% 44% 47% 50% 54% 58% 31%

10 TEBING TINGGI 150/20 30 12,7 13,5 14,3 15,1 16,1 17,0 18,0 30
50% 53% 56% 59% 63% 67% 35%
11 GIS Kota I 150/20 60 55,9 60,8 66,5 72,4 60
60 0,0% 54,8% 59,6% 65,2% 47,3%
120
masuk di 2016
12 Martapura 150/20 30 13,8 14,7 15,6 16,6 17,6
- - - 46% 49% 52% 55% 59%
13 Pendopo 150/20 30 10,0 14,0 15,9 17,5 19,1 30
39% 55% 62% 69% 38%
Total Kap. Terpasang GI MVA 1.082 85 1.532 450 1.907 375 2.087 180 2.147 60 2.207 60 2.447 240 2.642 195 2.702 60 2.942 240
TOTAL PEAK GI MW 694,23 745,91 818,47 904,08 1008,61 1071,46 1144,86 1228,64 1325,28 1422,62
167

Persentase pembebanan % 75,48 57,28 50,49 50,96 55,27 57,12 55 55 58 57


PEAK SISTEM INT. SUMSEL MW 627,00 697,15 767,43 843,40 930,54 998 1.070 1.147 1.238 1.335
Diversity Factor 1,11 1,07 1,07 1,07 1,08 1,07 1,07 1,07 1,07 1,07
Capacity Balance GI
S2JB (lanjutan
(l j 4)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

1 SUKAMERINDU 70/20 15
70/20 30
70/20 30

Total 75 71,10 74,87 28,81 33,39 24,65 26,09 29,69 31,42 33,82 36,40
93% 98% 38% 44% 32% 34% 39% 41% 44% 48%

2 PEKALONGAN 70/20 5
70/20 10
150/20 30
Total 15 19,95
, 23,27
, 24,40
, 30 27,93
, 28,69
, 29,17
, 32,45
, 32,99
, 34,24
, 35,54
,
78% 91% 48% 55% 56% 57% 64% 65% 67% 70%
168

3 TES 70/20 5 3,92 - 4,12 4,33 4,54 4,77 5,01 5,26 5,52 5,80 6,09
15 31% 32% 34% 36% 37% 39% 41% 43% 45% 48%

USULAN GI BARU 150/20 KV mundur ke 2012

1 MANNA / MASSAT 150/20 30 18,90 20,17 30 21,52 22,97 24,52 17,56 18,67 19,85 21,12
0% 74% 40% 42% 45% 48% 34% 37% 39% 41%

2 Muko-Muko 150/20 30 12,10 12,71 13,35 14,01 14,71 15,45


Ditarik dari argamakmur 0% 0% 0% 0% 47% 50% 52% 55% 58% 61%

3 Sukamerindu 2 / Pulau Baai 150/20 60


150/20 60
Total 120 54,24 61,66 65,51 69,20 77,26 60 81,61 87,34 93,49
53% 60% 64% 68% 50% 53% 57% 61%

g
4 GI ArgaMakmur 150/20 30 10,92 11,53 12,88 13,60 14,56 15,58
0% 0% 0% 43% 45% 50% 53% 57% 61%

GI Bin Tuhan Masuk


5 GI BinTuhan 150/20 30 8,62 9,29 10,00 10,77
34% 36% 39% 42%

Total Kap. Terpasang GI MVA 120 - 150 30 330 180 330 - 360 30 360 - 450 90 450 - 450 - 450 -
Total Kap.Terpasang Pembangkit MW - - - - - - - - - -
TOTAL PEAK GI MW 94,97
94 97 121,16
121 16 131,94
131 94 149,04
149 04 169,63
169 63 178,22
178 22 188,45
188 45 197,83
197 83 210,32
210 32 223,67
223 67
Persentase Pembebanan % 93,11 95,03 47,04 53,14 55,43 58,24 49,27 51,72 54,99 58,48
PEAK SISTEM BENGKULU MW 85,92 108,67 117,18 132,61 152,87 161,16 170,91 180,04 191,35 203,05
Diversity Factor 1,11 1,11 1,13 1,12 1,11 1,11 1,10 1,10 1,10 1,10
Capacity Balance GI
S2JB (lanjutan
(l j 5))
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

1 JAMBI (AUR DURI) 150/20 30


150/20 30
30 UAI P3BS
Total 60 45,67 51,74 60 46,92 54,10 58,17 62,84 67,51 73,27 60 79,48 85,33
90% 51% 46% 53% 57% 62% 66% 48% 52% 56%

2 PAYO SELINCAH 150/20 60


150/20 60 UAI P3BS
Total 120 76,54 86,57 60 95,78 104,66 111,85 120,17 128,42 60 138,70 149,80 166,50 60
75% 57% 63% 68% 73% 79% 63% 68% 73% 65%

3 MUARA BUNGO 150/20 30 45,75 51,22 49,25 60 55,96 58,75 62,04 65,12 69,15 60 73,42 77,04
30 90% 100% 48% 55% 58% 61% 64% 45% 48% 50%
60
169

UAI P3BS
4 BANGKO 150/20 30 27,22 30,48 60 33,29 27,56 29,10 30,95 32,68 34,99 37,46 30 39,55
107% 40% 44% 36% 38% 40% 43% 46% 37% 39%

UAI P3BS
5 GI. MUARA BULIAN 150/20 30 19,41 22,87 60 24,82 27,88 29,21 30,76 32,22 34,10 36,10 37,81
76% 30% 32% 36% 38% 40% 42% 45% 47% 49%
USULAN GI BARU 150/20 KV dimundur ke 2013
1 GI SABAK 150/20 30 10,28 11,33 11,65 12,04 12,38 12,86 13,36 30 13,74 -
0% 0% 40% 44% 46% 47% 49% 50% 26% 27%

dimundur ke 2014
2 GI SAROLANGUN 150/20 30 0,00 13,63 13,88 14,21 14,47 14,89 15,32 15,60 30
0% 0% 0% 53% 54% 56% 57% 58% 60% 31%

3 GI KUALA TUNGKAL 150/20 30 0 0 0 0 0 0 0 15,31 15,90 16,52


60 03
60,03 62 36
62,36 64 78
64,78

Total Kap terpasang GI MVA 300 - 540 240 630 90 660 30 660 - 660 - 720 870 930 1.020
TOTAL PEAK GI MW 214,6 242,9 260,3 295,1 312,6 333,0 352,8 393,3 420,9 452,1
Persentase Pembebanan % 84,15 52,91 48,62 52,61 55,72 59,4 57,65 53,18 53,24 52,14
PEAK SISTEM JAMBI 194,29 220,76 236,58 269,67 285,45 304 322,34 359,50 383,51 413,90
Diversity Factor 1,10 1,10 1,10 1,09 1,10 1,10 1,09 1,09 1,10 1,09

PLN WS2JB
Kapasitas terpasang GI MVA 1.502 2.222 2.867 3.077 3.167 3.227 3.617 3.962 4.082 4.412
PEAK GI WS2JB MW 1.003,8
1 003 8 1.109,9
1 109 9 1.210,7
1 210 7 1.348,2
1 348 2 1.490,8
1 490 8 1.582,7
1 582 7 1.686,1
1 686 1 1.820
1 820 1.956
1 956 2.098,4
2 098 4
PEAK SISTEM S2JB MW 907,2 1.026,6 1.121,2 1.245,7 1.368,9 1.462,6 - 1.563,3 1.687 1.813 1.952
DIVERSITY FACTOR 1,11 1,08 1,08 1,08 1,09 1,08 1,08 1,08 1,08 1,07
Capacity Balance GI
Lampung
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo doad Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

1 TARAHAN 150/20 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Terpasang MW (2x30) 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 35,51 41,88 43,30 41,04 41,37 41,09 40,41 39,27 37,65 35,43
Pembebanan Trafo % 69,6% 82,1% 84,91% 80,5% 81,1% 80,6% 79,2% 77,0% 73,8% 69,5%

2 TELUK BETUNG 150/20 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Terpasang MW (1x60) 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW (1x60) 72,91 86,18 86,40 89,32 77,38 81,37 67,07 70,26 73,56 76,86
Pembebanan Trafo % 71,5% 84,5% 84,7% 87,6% 75,9% 79,8% 65,8% 68,9% 72,1% 75,4%

3 NATAR 150/20 60 60 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Terpasang MW (2x30) 51,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0
B b P
Beban Puncak
k MW 40 78
40,78 49 06
49,06 60 52 87
52,87 56 86
56,86 49 79
49,79 39 91
39,91 39 74
39,74 40 87
40,87 42 26
42,26 43 74
43,74
Pembebanan Trafo % 80,0% 48,1% 51,8% 55,7% 48,8% 39,1% 39,0% 40,1% 41,4% 42,9%
170

4 SUTAMI 150/20 60 60 60 60 60 60 90 90 90 90 90
Terpasang MW (2x30) 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW 28,71 34,06 36,53 39,10 41,49 43,66 30 45,86 48,08 50,36 52,65
Pembebanan Trafo % 56,3% 66,8% 71,6% 76,7% 81,4% 57,1% 59,9% 62,8% 65,8% 68,8%

5 KALIANDA 150/20 30 30 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Terpasang MW (1x30) 25,5 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 22 19
22,19 26 67
26,67 30 28 73
28,73 30 89
30,89 22 15
22,15 23 38
23,38 29 09
29,09 30 57
30,57 32 09
32,09 33 61
33,61
Pembebanan Trafo % 87,0% 52,3% 56,3% 60,6% 43,4% 45,8% 57,0% 59,9% 62,9% 65,9%

6 GI TEGINENENG Total 70 70 70 70 110 110 110 110 150 150 150


Terpasang MW (2x20) 59,5 59,5 59,5 93,5 93,5 93,5 93,5 127,5 127,5 127,5
Beban Puncak MW (1x30) 45,49 54,79 59,08 63,56 40 67,71 71,49 75,31 79,16 40 83,13 87,12
Pembebanan Trafo % 76,5% 92,1% 99,3% 68,0% *2) 72,4% 76,5% 80,5% 62,1% *2) 65,2% 68,3%

7 GI ADIJAYA Total 30 30 60 60 60 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW (1x30) 25,5 51,0 51,0 51,0 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW 28,16 34,37 30 37,23 40,21 42,98 30 45,50 48,05 50,62 53,27 55,92
Pembebanan Trafo % 110,4% 67,4% 73,0% 78,8% 56,2% 59,5% 62,8% 66,2% 69,6% 73,1%

8 GI MENGGALA Total 50 50 50 50 50 50 90 90 90 90 90
Terpasang MW (1x20) 42,5 42,5 42,5 42,5 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW (1x30) 37,89 28,49 31,50 34,66 37,58 39,88 40 42,54 45,23 48,00 50,78
Pembebanan Trafo % 89,2% 67,0% 74,1% 81,5% 88,4% 52,1% *2) 55,6% 59,1% 62,7% 66,4%

9 GI SRIBAWONO 150/20 50 50 50 90 90 90 90 90 90 90 120


Terpasang MW (1x20) 42,5 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 102,0
Beban Puncak MW (1x30) 33,13 41,30 45,07 40 49,00 49,66 52,80 55,96 59,15 62,45 65,75 30
Pembebanan Trafo % 77,9% 97,2% 58,9% *2) 64,1% 64,9% 69,0% 73,2% 77,3% 81,6% 64,5% *3)

10 BUKIT KEMUNING Total 30 30 90 90 90 90 90 90 90 90 90


Terpasang MW (1x30) 25,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW 32,73 40,65 60 48,86 40,98 43,99 46,26 49,00 51,76 54,62 57,48
Pembebanan Trafo % 128,3% 53,1% 63,9% 53,6% 57,5% 60,5% 64,1% 67,7% 71,4% 75,1%
Capacity Balance GI
L
Lampung (l j
(lanjutan 1)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo doad Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

11 KOTABUMI Total 40 80 80 80 120 120 120 120 120 120 180


Terpasang MW (2x20) 68,0 68,0 68,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 153,0
Beban Puncak MW 51,95 40 68,20 71,13 73,61 40 80,14 69,09 73,93 78,81 83,85 88,90 60
Pembebanan Trafo % 76,4% *2) 100,3% 104,6% 72,2% *2) 78,6% 67,7% 72,5% 77,3% 82,2% 58,1%

12 PAGELARAN Total 50 50 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW (1x20) 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW (1x30) 44,92 44,95 40 48,25 41,01 38,67 40,72 42,79 44,88 47,04 49,20
Pembebanan Trafo % 105,7% 58,8% *2) 63,1% 53,6% 50,6% 53,2% 55,9% 58,7% 61,5% 64,3%

13 GI METRO Total 50 50 50 90 90 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW (1x30) 42,5 42,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban P
Puncak
ncak MW (1 20)
(1x20) 28 81
28,81 32 07
32,07 33 56
33,56 40 35 13
35,13 36 58
36,58 37 90
37,90 39 23
39,23 40 58
40,58 41 97
41,97 43 36
43,36
Pembebanan Trafo % 67,8% 75,4% 43,9% *2) 45,9% 47,8% 49,5% 51,3% 53,0% 54,9% 56,7%
171

14 GI NEW TARAHAN 150/20 30 30 60 60 60 120 120 120 120 120 120


Terpasang MW (1x30) 25,5 51,0 51,0 51,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW 19,73 23,39 30 25,63 36,67 42,49 60 47,70 53,07 58,59 64,37 70,29
Pembebanan Trafo % 77,4% 45,9% 50,2% 71,9% 41,7% 46,8% 52,0% 57,4% 63,1% 68,9%

15 GI SUKARAME 150/20 30 30 30 60 60 60 60 60 60 120 120


Terpasang MW (1x30) 25,5 25,5 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 102,0 102,0
Beban Puncak MW 21 19
21,19 25 14
25,14 33 82
33,82 30 40 39
40,39 44 16
44,16 43 53
43,53 34 51
34,51 38 20
38,20 42 36
42,36 60 46 99
46,99
Pembebanan Trafo % 83,1% 98,6% 66,3% 79,2% 86,6% 85,4% 67,7% 74,9% 41,5% 46,1%

16 GI BLAMBANGAN UMPU 150/20 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30


Terpasang MW (1x30) 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Beban Puncak MW 6,74 8,37 9,12 9,91 10,63 11,30 11,97 12,64 13,34 14,04
Pembebanan Trafo % 26,4% 32,8% 35,8% 38,9% 41,7% 44,3% 46,9% 49,6% 52,3% 55,0%

17 GI SEPUTIH BANYAK 150/20 30 30 30 30 60 60 60 60 60 60 60


Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW ,
19,17 23,47
, 25,45
, 27,53
, 30 29,45
, 31,20
, 32,96
, 34,74
, 36,58
, 38,43
,
Pembebanan Trafo % 75,2% 92,0% 99,8% 54,0% 57,7% 61,2% 64,6% 68,1% 71,7% 75,3%

18 GI KOTA AGUNG 150/20 30 30 30 30 30 30 30 30


Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Beban Puncak MW 10,69 11,36 11,96 12,57 13,18 13,81 14,45
Pembebanan Trafo % 41,9% 44,5% 46,9% 49,3% 51,7% 54,2% 56,7%

19 GI LIWA 150/20 30 30 30 30 30 30 30 30
Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Beban Puncak MW 17,03 18,29 19,43 20,58 21,74 11,82 12,44
Pembebanan Trafo % 66,8% 71,7% 76,2% 80,7% 85,2% 46,4% 48,8%

20 GI ULU BELU 150/20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20


Terpasang MW 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0
Beban Puncak MW 8,49 9,11 9,76 10,36 10,91 11,47 12,03 12,61 13,19
Pembebanan Trafo % 49,9% 53,6% 57,4% 61,0% 64,2% 67,5% 70,8% 74,2% 77,6%
Capacity Balance GI
L
Lampung (l j
(lanjutan 2)
Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo doad Trafo Load Trafo
MVA
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

21 GI GEDONG TATAAN 150/20 60 60 2 x 30 60 60 60 60 60


Terpasang MW 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 23,30 24,55 25,82 27,09 28,41 29,73
Pembebanan Trafo % 45,7% 48,1% 50,6% 53,1% 55,7% 58,3%

22 GI TELUK RATAI 150/20 30 30 30 30 30 30 30


Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5
Beban Puncak MW 12,91 13,58 14,25 14,94 15,64 16,35
Pembebanan Trafo % 50,6% 53,2% 55,9% 58,6% 61,3% 64,1%

23 GI KETAPANG 150/20 30 30 30 30 30 60 60
Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 25,5 51,0 51,0
Beban Puncak MW 13,72 15,95 18,04 20,11 21,98 30 23,05
Pembebanan Trafo % 53,8% 62,5% 70,8% 78,9% 43,1% 45,2%

24 GI MESUJI 150/20 30 30 30 30 30 60 60
172

Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 25,5 51,0 51,0


Beban Puncak MW 16,84 18,04 19,24 20,46 21,71 30 22,97
Pembebanan Trafo % 66,1% 70,7% 75,5% 80,2% 42,6% 45,0%

25 GI JATI AGUNG 150/20 30 30 30 30 60 60


Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 51,0 51,0
Beban Puncak MW 17,11 18,80 20,63 22,31 30 23,90
Pembebanan Trafo % 67,1% 73,7% 80,9% 43,7% 46,9%

26 GI LANGKAPURA 150/20 60 60 60 60 60
Terpasang MW 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 35,69 37,44 39,25 41,06
Pembebanan Trafo % 70,0% 73,4% 77,0% 80,5%

27 GI PAKUAN RATU 150/20 60 30 30 30 60 60


Terpasang MW 25,5 25,5 25,5 51,0 51,0
Beban Puncak MW 17,82 19,03 20,26 21,52 30 22,79
Pembebanan Trafo % 69,9% 74,6% 79,4% 42,2% 44,7%

28 GI BENGKUNAT 150/20 30 30 30
Terpasang MW 25,5 25,5
Beban Puncak MW 11,12 11,70
Pembebanan Trafo % 43,6% 45,9%

28 GI DIPASENA 70/20 90 90 3 x 30 90 90 90 90 90 90 90 90
Terpasang MW 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
Beban Puncak MW 55,95 56,79 57,67 58,48 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00
Pembebanan Trafo % 73,1% 74,2% 75,4% 76,4% 68,0% 68,0% 68,0% 68,0% 68,0%
GI DIPASENA 150/20 60 60 1x60 60 60 60 60
Terpasang MW 51,0 51,0 51,0 51,0 51,0
Beban Puncak MW 7,22 7,97 8,73 9,51 10,29
Pembebanan Trafo % 14,2% 15,6% 17,1% 18,6% 20,2%

PEAK GI MW 570 727 782 845 921 975 1.037 1.092 1.149 1.204
PEAK SYSTEM MW 569 693 749 809 864 914 965 1.016 1.068 1.121
DIVERSITY FACTOR 1,00 1,05 1,04 1,04 1,07 1,07 1,07 1,08 1,07 1,07
LAM
MPIRAN A1.6
RENCANNA PENGE
EMBANGAAN PENY
YALURAN
N
SIST
TEM INTE
ERKONEK
KSI SUMA
ATRA
173
Proyeksi Kebutuhan Fisik Transmisi dan GI
Sumatra
(kms)

Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500 kV AC - - - - - - - 150 - - 150
500 kV DC - - - - - 800 - - - - 800
275 kV - 160 1,992 774 1,532 110 - 130 - - 4,698
250 kV DC - - - - - 462 - - - - 462
174

150 kV 582 1,455 3,784 2,039 1,486 531 590 387 382 440 11,676
70 kV - 310 - 240 - - - - - - 550
TOTAL 582 1,925 5,776 3,053 3,018 1,903 590 667 382 440 18,336

(MVA)

Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500/275 kV - - - - - 1,000 - 2,000 - 3,000
500 kV DC - - - - - 3,000 - - - - 3,000
275/150 kV 1,000 - 4,500 2,000 1,250 - 500 500 - 250 10,000
250 kV DC - - - - - 600 - - - - 600
150/20 kV 900 2,600 1,980 1,140 810 660 780 780 510 690 10,850
70/20 kV 30 260 30 60 - 30 - 30 30 - 470
TOTAL 1,930 2,860 6,510 3,200 2,060 5,290 1,280 3,310 540 940 27,920
Pengembangan Penyaluran Sumatra
Biaya
No. Propinsi Dari
Dari  Ke
Ke  Tegangan
Tegangan  Conductor
Conductor  kms
kms  COD
(M USD)
1 NAD Jantho Incomer (Sigli ‐ Banda Aceh) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 1 0.06 2012
2 NAD Sigli PLTU Meulaboh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 333 74.95 2012
3 NAD Meulaboh PLTU Meulaboh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2012
4 NAD Panton Labu Incomer (Idi ‐ Lhokseumawe) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 2 0.11 2012
5 NAD Bireun g
Takengon 150 kV 2 cct, 2 Hawk
, 126 9.62 2013
6 NAD Sidikalang Sabulussalam 150 kV 2 cct, 1 Hawk 111.2 6.16 2013
7 NAD Brastagi/Berastagi Kutacane 150 kV 2 cct, 1 Hawk 290 16.07 2013
8 NAD PLTU Meulaboh Blang Pidie 150 kV 2 cct, 1 Hawk 190 10.53 2013
9 NAD Blang Pidie Tapak Tuan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7.20 2013
10 NAD Ulee Kareng Banda Aceh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 40 9.00 2014
11 NAD Samalanga Incomer (Bireun Sigli)
Incomer (Bireun ‐ Sigli) 150 kV
150 kV 2 cct, 1 Hawk
cct 1 Hawk 4 0 22
0.22 2014
12 NAD Krueng Raya Ulee Kareng 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4.58 2014
175

13 NAD Takengon Blang Kjeren 150 kV 2 cct, 1 Hawk 174 9.64 2014


14 NAD Cot Trueng Incomer (Bireun ‐ Lhokseumawe) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 6 0.33 2015
15 NAD PLTA Peusangan‐2 Takengon 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1.68 2016
16 NAD PLTA Peusangan‐1 PLTA Peusangan‐2 150 kV 2 cct, 2 Hawk 14 1.07 2016
17 NAD PLTP Seulawah 2 Pi Incomer (Sigli ‐ Banda Aceh) 150 kV 4 cct, 1 Hawk 32 3.55 2017
18 NAD Takengon PLTA Peusangan‐4 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.11 2018
19 NAD Banda Aceh Lam Pisang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 30 2.29 2018
20 Babel Air Anyir Pangkal Pinang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 44 2.44 2011
21 Babel Air Anyir Sungai Liat 150 kV 2 cct, 1 Hawk 112 6.20 2011
22 Babel Suge Dukong 70 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2.77 2012
23 Babel Dukong Manggar 70 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7.76 2012
24 Babel Pangkal Pinang Kelapa 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2014
25 Babel Pangkal Pinang Koba 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2014
26 Babel Kelapa Mentok 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7.76 2016
27 Babel Koba Toboali 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2016
28 Babel Air Anyir/Sungai Liat
Air Anyir/Sungai Liat PLTU Bangka Baru III
PLTU Bangka Baru III 150 kV
150 kV 2 cct, 1 Hawk
cct, 1 Hawk 100 5.54 2018
29 Bengkulu Pagar Alam Manna 150 kV 2 cct, 1 Hawk 96 5.32 2012
30 Bengkulu Pekalongan Pulo Baai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 90 6.87 2013
Pengembangan Penyaluran Sumatra (Lanjutan 1)
Biaya
No. Propinsi Dari  Ke  Tegangan 
g g Conductor  kms  COD
(M USD)
(M USD)
31 Bengkulu PLTA Simpang Aur 1 Incomer 1 Phi (Pekalongan‐Pulau Baai) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 20 1.53 2015
32 Bengkulu PLTA Simpang Aur 1 PLTA Simpang Aur 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 12 0.66 2015
33 Bengkulu Pekalongan PLTP Hululais 150 kV 2 cct, 2 Hawk 120 9.16 2015
34 Bengkulu Pulau Baai Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13.74 2015
35 Bengkulu Kambang Muko‐muko/Bantal/Ipoh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 220 16.79 2015
36 Bengkulu Manna Bintuhan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7.76 2017
37 Bengkulu Muko‐muko/Bantal/Ipoh Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 360 27.48 2020
38 Bengkulu PLTP Kepahiyang Incomer 2 Phi (Pekalongan‐Pulau Baai) 150 kV 4 cct, 2 Hawk 80 6.11 2020
39 Jambi Bangko PLTA Merangin 150 kV 2 cct, 2 Zebra 136 30.61 2012
40 Jambi PLTA Merangin Sungai Penuh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 110 24.76 2012
41 Jambi PLTG CNG Sei Gelam
PLTG CNG Sei Gelam Aur Duri
Aur Duri 150 kV
150 kV 2 cct, 1 Hawk
cct, 1 Hawk 60 3.32 2013
42 Jambi Sabak Inc 1 Phi ( Payo Selincah ‐ Aur Duri ) 150 kV 2 cct, 2 x 340 mm2   121.6 3.64 2013
176

43 Jambi PLTG CNG Sengeti Aur Duri 150 kV 2 cct, 1 Hawk 26 1.44 2013


44 Jambi Muara Bulian Sarolangun 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7.20 2014
45 Jambi PLTP Sungai Penuh Sungai Penuh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 84 4.65 2015
46 Jambi Sabak Kuala Tungkal 150 kV 2 cct, 1 Hawk 108.8 6.03 2018
47 Kep Riau
Kep. Riau Tanjung Kasam
Tanjung Kasam Tanjung Sauh
Tanjung Sauh 150 kV
150 kV 2 cct, 3 x 300 mm2
cct 3 x 300 mm2 6 2 42
2.42 2013
48 Kep. Riau Tanjung Sauh Pulau Ngenang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 10 1.11 2013
49 Kep. Riau Pulau Ngenang Tanjung Taluk 150 kV 2 cct, 3 x 300 mm2 12 4.84 2013
50 Kep. Riau Tanjung Taluk Tanjung Uban 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2013
51 Kep. Riau Tanjung Uban Sri Bintan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2013
52 Kep. Riau Sri Bintan Air Raja 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3.88 2013
53 Kep. Riau Air Raja Kijang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2.22 2013
54 Lampung Bukit Kemuning (uprate) Kotabumi (uprate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 67.6 9.04 2011
55 Lampung PLTU Tarahan (FTP1) Incomer 2 Phi (New Tarahan ‐ Kalianda) 150 kV 2 cct, 2 Zebra 1 0.23 2011
56 Lampung Seputih Banyak Dipasena 70 kV 2 cct, 1 Hawk 120 9.16 2012
57 Lampung Ulubelu Incomer 1 Phi (Batutegi ‐ Pagelaran) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.05 2012
58 Lampung Menggala Seputih Banyak 150 kV 2 cct, 2 Zebra 120 27.01 2013
59 Lampung Sutami (uprate) Natar (uprate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 60.4 8.08 2013
60 Lampung Baturaja (uprate) Bukit Kemuning (uprate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 96 12.84 2013
Pengembangan Penyaluran Sumatra (Lanjutan 2)
Biaya
No. Propinsi Dari  Ke  Tegangan 
g g Conductor  kms  COD
(M USD)
(M USD)
61 Lampung Pagelaran Kota Agung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.43 2014
62 Lampung Bukit Kemuning Liwa 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.43 2014
63 Lampung PLTP Ulubelu #3,4 Ulubelu 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.11 2015
64 Lampung Pagelaran Gedong Tataan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4.58 2015
65 Lampung Gedon Tataan Teluk Ratai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2015
66 Lampung Kalianda Ketapang 150 kV 2 cct, 2 Zebra 90 20.26 2015
67 Lampung Gumawang Mesuji 150 kV 2 cct, 2 Hawk 160 12.21 2015
68 Lampung Mesuji Dipasena 150 kV 2 cct, 2 Hawk 152 11.60 2015
69 Lampung PLTA Semangka Kota Agung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2016
70 Lampung Natar Jatiagung 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 16 35.52 2016
71 Lampung Pakuan Ratu
Pakuan Ratu Inc 1 Phi (Menggala ‐ Gumawang)
Inc 1 Phi (Menggala  Gumawang) 150 kV
150 kV 2 cct, 2 Zebra
cct, 2 Zebra 1 0.23 2016
72 Lampung Langkapura Inc 2 Phi (Natar ‐ Teluk Betung) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 2 0.11 2017
177

73 Lampung Kalianda PLTP Rajabasa 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.05 2017


74 Lampung Besai PLTP Suoh sekincau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 38 2.11 2018
75 Lampung Liwa Bengkunat 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2019
76 Lampung Teluk Ratai PLTP Wai Ratai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2.22 2019
77 Riau PLTG Duri
PLTG Duri Incomer 2 Phi (G Sakti Duri)
Incomer 2 Phi (G.Sakti ‐ Duri) 150 kV
150 kV 2 cct, 2 Hawk
cct 2 Hawk 22 1 68
1.68 2011
78 Riau Teluk Kuantan Rengat 150 kV 2 cct, 2 Hawk 194 14.81 2013
79 Riau Bangkinang Pasir Pangarayan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 220 12.19 2013
80 Riau Pasir Putih Garuda Sakti 150 kV 2 cct, 2 Zebra 55 12.38 2013
81 Riau Tenayan / PLTU Riau Pasir Putih 150 kV 2 cct, 2 Zebra 35 7.88 2013
82 Riau Dumai KID Dumai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 56 3.10 2013
83 Riau Dumai Bagan Siapi api 150 kV 2 cct, 1 Hawk 228 12.63 2013
84 Riau Pasir Putih Pangkalan Kerinci 150 kV 2 cct, 2 Hawk 134 10.23 2013
85 Riau PLTU Sewa Dumai Dumai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 14 1.07 2013
86 Riau Duri (up rate) Dumai (up rate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 118 15.79 2013
87 Riau Garuda Sakti (up rate) Duri (up rate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 230 30.77 2013
88 Riau Rengat Pangkalan Kerinci 150 kV 2 cct, 2 Hawk 220 16.79 2014
89 Riau New Garuda Sakti Incomer ( G.Sakti ‐ Duri) 150 kV 4 cct, ACCC 310 mm2 12 1.61 2014
90 Riau Tenayan / PLTU Riau Perawang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2.77 2014
Pengembangan Penyaluran Sumatra (Lanjutan 3)
Biaya
No. Propinsi Dari  Ke  Tegangan 
g g Conductor  kms  COD
(M USD)
(M USD)
91 Riau Teluk Lembu GIS Kota Pekan Baru 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 14 31.08 2014
92 Riau Tenayan / PLTU Riau Siak Sri Indra Pura 150 kV 2 cct, 1 Hawk 100 5.54 2014
93 Riau Rengat Tembilahan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2014
94 Riau Pasir Putih Teluk Lembu 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.05 2015
95 Riau Kandis Incomer ( New G.Sakti ‐ Duri) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 10 2.68 2015
96 Riau Bangkinang Lipat Kain 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3.88 2015
97 Sumbar Indarung Bungus 150 kV 2 cct, 2 Hawk 35 2.67 2011
98 Sumbar Bungus Kambang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13.74 2011
99 Sumbar Kiliranjao Teluk Kuantan 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 52 1.69 2012
100 Sumbar Maninjau Padang Luar 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 42 1.36 2012
101 Sumbar Padang Luar
Padang Luar Payakumbuh 150 kV
150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk
2nd cct, 1 Hawk 32 1.04 2012
102 Sumbar Singkarak Batusangkar 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 25 0.81 2012
178

103 Sumbar PLTU Sumbar Pessel 2 pi Incomer (Bungus‐Kambang) 150 kV 4 cct, 2 Hawk 20 0.76 2012


104 Sumbar Kiliranjao Sungai Rumbai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 70 5.34 2013
105 Sumbar PIP/S Haru/Pauh Limo GI/GIS Kota Padang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 16 0.89 2016
106 Sumbar Sungai Rumbai PLTP Muara Labuh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 160 12.21 2017
107 Sumbar Simpang Empat
Simpang Empat Masang 2
Masang‐2 150 kV
150 kV 2 cct, 1 Hawk
cct 1 Hawk 30 1 66
1.66 2017
108 Sumbar Solok PLTP Gunung Talang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.11 2019
109 Sumbar Payakumbuh PLTP Bonjol 150 kV 2 cct, 2 Hawk 104 7.94 2019
110 Sumsel PLTU Simpang Belimbing Incomer 1 Phi (Prabumulih ‐ Bukit Asam) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 120 10.86 2011
111 Sumsel Lahat Pagar Alam 150 kV 2 2nd cct, 1 Hawk 94.6 5.24 2012
112 Sumsel PLTU Simpang Belimbing Lahat 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 120 10.86 2012
113 Sumsel Tanjung Api‐Api Incomer 1 Pi (T. Kelapa‐Borang)/Kenten  150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 40 3.62 2012
114 Sumsel Kenten  Inc 2 Phi ( Talang Kelapa ‐ Borang ) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 1 0.09 2012
115 Sumsel Betung Sekayu 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3.88 2013
116 Sumsel Bukit Asam (uprate) Baturaja (uprate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 78 10.44 2013
117 Sumsel Jakabaring Inc 2 Phi (Keramasan ‐ Mariana) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 1 0.09 2013
118 Sumsel Gandus Inc 2 Phi (Keramasan ‐ Talang Kelapa) 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 20 44.40 2013
119 Sumsel Mariana Kayu Agung 150 kV 2 cct, 2 Zebra 60 13.50 2014
120 Sumsel Kayu Agung Gumawang 150 kV 2 cct, 2 Zebra 90 20.26 2014
Pengembangan Penyaluran Sumatra (Lanjutan 4)
Biaya
No. Propinsi Dari  Ke  Tegangan 
g g Conductor  kms  COD
(M USD)
(M USD)
121 Sumsel Sungai Lilin Betung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2014
122 Sumsel Betung Talang Kelapa 150 kV 1 2nd cct, 2 Hawk 55.2 8.43 2014
123 Sumsel Lubuk Linggau Tebing Tinggi 150 kV 2 cct, 1 Hawk 150 8.31 2014
124 Sumsel Sumsel‐11, MT Incomer 1 Phi (Prabumulih ‐ Bukit Asam) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 120 10.86 2014
125 Sumsel Lahat PLTU Banjar Sari 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 40 3.62 2014
126 Sumsel Muara Dua Baturaja 150 kV 2 cct, 2 Hawk 92 7.02 2015
127 Sumsel Lahat PLTU Keban Agung 150 kV 2 cct, 2 Zebra 70 15.76 2015
128 Sumsel Gumawang Martapura 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.65 2016
129 Sumsel Sarolangun Muara Rupit 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.43 2017
130 Sumsel PLTP Rantau Dedap PLTP Lumut Balai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.05 2018
131 Sumsel Muara Dua
Muara Dua PLTP Danau Ranau
PLTP Danau Ranau 150 kV
150 kV 2 cct, 2 Hawk
cct, 2 Hawk 90 6.87 2019
132 Sumut Galang Namurambe 150 kV 2 cct, 2 Zebra 80 18.01 2012
179

133 Sumut Galang Tanjung Morawa 150 kV 2 cct, 2 Zebra 20 4.50 2012


134 Sumut Rantau prapat Labuhan Bilik 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7.20 2012
135 Sumut Lamhotma Belawan 150 kV 1 2nd cct, 2 Hawk 6.2 0.28 2012
136 Sumut Dolok Sanggul/Parlilitan Incomer 1 Phi (Tele‐Tarutung) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 76 4.21 2012
137 Sumut Tanjung Morawa
Tanjung Morawa Kuala Namu
Kuala Namu 150 kV
150 kV 2 cct, 2 Hawk
cct 2 Hawk 34 2 60
2.60 2013
138 Sumut Padang Sidempuan Panyabungan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7.76 2013
139 Sumut Sei Rotan (uprate) Tebing Tinggi (uprate) 150 kV 2 cct, ACCC 310 mm2 108 14.45 2013
140 Sumut Galang Negeri Dolok 150 kV 2 cct, 1 Hawk 66 3.66 2013
141 Sumut Sidikalang Salak 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2013
142 Sumut Tele Pangururan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 26 1.44 2013
143 Sumut Pangkalan Susu 3&4 (FTP 2) Pangkalan Brandan 150 kV 2 cct, 2 Zebra 22 4.95 2013
144 Sumut PLTU Sewa Sumbagut Tebing Tinggi 150 kV 2 cct, 2 Hawk 30 2.29 2013
145 Sumut Tanjung Pura Incomer (P.Brandan‐Binjai) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 30 1.66 2013
146 Sumut PLTA Wampu Brastagi 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.43 2014
147 Sumut Teluk Dalam Gunung Sitoli 70 kV 2 cct, 1 Hawk 220 12.19 2014
148 Sumut PLTU Nias Gunung Sitoli 70 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.11 2014
149 Sumut Mabar Glugur 150 kV 1 cct, CU 1000 mm2 10 22.20 2015
150 Sumut GIS Listrik KIM 150 kV 1 cct, CU 1000 mm2 10 22.20 2015
Pengembangan Penyaluran Sumatra (Lanjutan 5)
Biaya
No. Propinsi Dari  Ke  Tegangan  Conductor  kms  COD
(M USD)
151 Sumut Simangkok PLTA Asahan III(FTP 2) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1.68 2016
152 Sumut Panyabungan PLTP Sorik Marapi (FTP 2) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 46 2.55 2017
153 Sumut Porsea PLTA Hasang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.32 2017
154 Sumut Tarutung PLTP Simbolon Samosir 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2.77 2018
155 Sumut PLTP Sipoholon Ria‐Ria 2 Pi Incomer (Tarutung‐Porsea) 150 kV 4 cct, 1 Hawk 8 0.44 2019
156 Sumut Pangkalan Susu
g Binjai
j 275 kV 2 cct, 2 Zebra
, 160 36.01 2012
157 Sumbar Kiliranjao Payakumbuh 275 kV 2 cct, 2 Zebra 282 63.47 2013
158 Sumut Simangkok Galang 275 kV 2 cct, 2 Zebra 318 71.57 2013
159 Sumut Galang Binjai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 160 36.01 2013
160 Sumut PLTP Sarulla (FTP 2) Simangkok 275 kV 2 cct, 2 Zebra 194 43.67 2013
161 Sumut Padang Sidempuan PLTP Sarulla (FTP 2) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 138 31.06 2013
162 Riau Payakumbuh New Garuda Sakti
New Garuda Sakti 275 kV
275 kV 2 cct, 2 Zebra
cct, 2 Zebra 300 67.52 2013
163 Sumbar Padang Sidempuan Payakumbuh 275 kV 2 cct, 2 Zebra 600 135.05 2013
180

164 Sumsel Lahat Lumut Balai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 50 11.25 2014


165 Jambi Bayung Lincir/PLTU Sumsel‐5 Aur Duri 275 kV 2 cct, 2 Zebra 120 27.01 2014
166 Sumsel Lahat Muara Enim 275 kV 2 cct, 2 Zebra 70 15.76 2014
167 Sumsel Muara Enim Gumawang 275 kV 2 cct, 2 Zebra 290 65.27 2014
168 Sumsel Bayung Lincir/PLTU Sumsel‐5
Bayung Lincir/PLTU Sumsel 5 Sungai Lilin/PLTU Sumsel‐7
Sungai Lilin/PLTU Sumsel 7 275 kV
275 kV 2 cct, 2 Zebra
cct 2 Zebra 124 27 91
27.91 2014
169 Sumsel Betung Sungai Lilin/PLTU Sumsel‐7 275 kV 2 cct, 2 Zebra 120 27.01 2014
170 NAD Sigli Lhokseumawe 275 kV 2 cct, 2 Zebra 322 72.47 2015
171 Riau Rengat New Garuda Sakti 275 kV 2 cct, 4 Zebra 440 143.61 2015
172 Jambi Aur Duri Rengat 275 kV 2 cct, 4 Zebra 420 137.08 2015
173 Sumsel Muara Enim Betung 275 kV 2 cct, 2 Zebra 350 78.78 2015
174 Riau Rengat Cirenti (PLTU Riau MT)
Cirenti (PLTU Riau MT) 275 kV
275 kV 2 cct, 2 Zebra
cct 2 Zebra 110 24 76
24.76 2016
175 NAD Sigli Ulee Kareng 275 kV 2 cct, 2 Zebra 130 29.26 2018
176 Riau Border Pulau Rupat 250 kV DC 2 Cable MI with IRC 52 51.00 2016
177 Riau Pulau Rupat Utara Pulau Rupat Selatan 250 kV DC 2 cct, 2xCardinal 548 m 60 2.60 2016
178 Riau P. Rupat Selatan  Sumatra Landing Point 250 kV DC 2 Cable MI with IRC 10 9.80 2016
179 Riau Sumatera Landing Point New Garuda Sakti 250 kV DC 2 cct, 2xCardinal 548 m 340 14.90 2016
180 J bi
Jambi PLTU J bi
PLTU Jambi A D i
Aur Duri 500 kV
500 kV 2 cct, 4 Zebra
t 4Z b 150 48 96
48.96 2018
181 Sumsel Muara Enim PLTU MT HVDC A 500 kV 2 cct 4 Zebra 400 133.37 2016
182 Sumsel Muara Enim PLTU MT HVDC B 500 kV 2 cct 4 Zebra 100 33.35 2016
183 Sumsel Muara Enim perbatasan Sumsel/Lampung 500 kV DC 2 cct 4 Falcon 200 67.20 2016
184 Lampung Ketapang perbatasan Sumsel/Lampung 500 kV DC 2 cct 4 Falcon 600 201.60 2016
Pengembangan Gardu Induk Sumatra
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
1 NAD Sigli 150/20 kV Extension 30 1.40 2011 Uprating 10 MVA Ex Banda Aceh
2 NAD Banda Aceh 150/20 kV Extension 60 2.12 2011 Uprating 30 MVA
3 NAD Meulaboh 150/20 kV Baru 2x30 4.03 2012 1x30 MVA didanai APBN, 1x30 MVA didanai APLN
4 NAD PLTU Meulaboh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2012 T/L ke Meulaboh
5 NAD Jantho 150/20 kV Baru 30 2.64 2012 1x30 MVA 
6 NAD Panton Labu 150/20 kV Baru 30 2.64 2012 1x30 MVA 
7 NAD Takengon 150/20 kV
150/20 kV Baru 60 3 36
3.36 2013 2x30 MVA
2x30 MVA 
8 NAD Bireun Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 ke Takengon
9 NAD Sabulussalam 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
10 NAD Kutacane/Kotacane 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
11 NAD Blang Pidie 150/20 kV Baru 30 3.88 2013 4 L/B (2 T/L ke Meulaboh dan 2 T/L ke T.Tuan)
12 NAD PLTU Meulaboh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Blang Pidie
13 NAD Tapak Tuan 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
14 NAD Lhokseumawe 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2013
15 NAD Ulee Kareng 150/20 kV Baru 120 4.03 2014 2x60 + 2 LB
181

16 NAD Samalanga 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 


17 NAD Krueng Raya 150/20 kV Baru 60 4.03 2014 2x30 MVA
18 NAD Banda Aceh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 ke Krueng Raya
19 NAD Tualang Cut 150/20 kV Extension 30 1.40 2014
20 NAD Blang Kjeren 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
21 NAD Langsa 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2014
22 NAD Sigli 150/20 kV Extension 60 2.12 2015 Uprating 10 MVA
23 NAD Cot Trueng 150/20 kV Baru 30 2.64 2015 1x30 MVA 
24 NAD Takengon 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 ke Blang Kjeren
25 NAD Idi 150/20 kV Extension 30 1.40 2015
26 NAD Banda Aceh 150/20 kV Extension 60 2.12 2015 Uprating 30 MVA
27 NAD Bireuen 150/20 kV Extension 30 1.40 2016
28 NAD Jantho 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2016
29 NAD Meulaboh 150/20 kV Extension 30 1.40 2017
30 NAD Tualang Cut 150/20 kV Extension 30 1.40 2018
31 NAD Lam Pisang 150/20 kV Baru 120 4.95 2018 2x60
32 NAD Krueng Raya Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2018 Ke arah Lamp Pisang
33 NAD Panton labu 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
34 NAD Cot Trueng 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
35 NAD Samalanga 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2019
36 NAD Tualang Cut 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
37 NAD Bireun 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
38 NAD Subulussalam 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
39 Babel Pangkal Pinang 150/20 kV Baru 60 4.00 2011
40 Babel Sungai Liat 150/20 kV Baru 30 2.62 2011
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 1)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
41 Babel Air Anyir 150/20 kV Baru 30 2.62 2011
42 Babel Dukong 70/20 kV Baru 30 2.20 2012
43 Babel Manggar 70/20 kV Baru 20 2.38 2012
44 Babel Suge 70/20 kV Baru 30 2.20 2012
45 Babel Kelapa 150/20 kV Baru 30 2.62 2014
46 Babel Koba 150/20 kV Baru 30 2.62 2014
47 Babel Sungai Liat
Sungai Liat 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 39
1.39 2015
48 Babel Mentok 150/20 kV Baru 30 2.62 2016
49 Babel Toboali 150/20 kV Baru 30 2.62 2016
50 Babel Dukong 70/20 kV Extension 30 1.26 2016
51 Babel Pangkal Pinang 150/20 kV Extension 30 1.39 2018
52 Babel Koba 150/20 kV Extension 30 1.39 2018
53 Babel Manggar 70/20 kV Extension 30 1.26 2018
54 Babel Air Anyir
Air Anyir 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 39
1.39 2019
55 Babel Dukong 70/20 kV Extension 30 1.26 2019
182

56 Bengkulu Manna 150/20 kV Baru 30 2.64 2012 1x30 MVA 


57 Bengkulu Pulau Baai 150/20 kV Baru 120 4.03 2013 2x60 MVA
58 Bengkulu Pekalongan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L Pulo Baai
59 Bengkulu Pekalongan 150/20 kV Extension 30 1.40 2013
60 Bengkulu Manna 150/20 kV Extension 30 1.40 2013
61 Bengkulu Pekalongan Ext LB
Pekalongan Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2014 T/L Hululais
T/L Hululais
62 Bengkulu Muko‐muko 150/20 kV Baru 30 2.64 2015 1x30 MVA 
63 Bengkulu Argamakmur 150/20 kV Baru 30 3.88 2015 1x30 MVA 
64 Bengkulu Pulau Baai Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 T/L ke Argamakmur
65 Bengkulu Pulau Baai 150/20 kV Extension 60 2.12 2017
66 Bengkulu Bintuhan 150/20 kV Baru 30 2.64 2017 1x30 MVA 
67 Bengkulu Manna Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2017 T/L ke Bin Tuhan
68 Bengkulu Muko muko Ext LB
Muko‐muko Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2020 T/L ke Argamakmur
T/L ke Argamakmur
69 Jambi Payoselincah Ext LB 150/20 kV Extension 4 LB 2.49 2011 untuk PLTG Payo Selincah & PLTG Sungai Gelam 12MW
70 Jambi Sungai Penuh 150/20 kV Baru 30 2.64 2012 1x30 MVA 
71 Jambi Bangko Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2012 T/L ke Sungai penuh
72 Jambi Aurduri 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
73 Jambi Payoselincah 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
74 Jambi Bangko 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
75 Jambi Muaro Bulian
Muaro Bulian 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2012
76 Jambi Muara Sabak 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
77 Jambi Muaro Bungo 150/20 kV Extension 60 2.12 2013 T/L ke GI PLTG Sei Gelam CNG, bay eks IBT 275/150 kV
78 Jambi Sarolangun 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
79 Jambi Muara Bulian Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L Ke Sarolangun
80 Jambi Sungai Penuh 150/20 kV Extension 30 1.40 2014
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 2)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
81 Jambi PLTP Sungai Penuh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 Untuk PLTP Sungai Penuh
82 Jambi Sungai Penuh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 T/L ke PLTP Sungai Penuh
83 Jambi PLTA Merangin Ext LB 150/20 kV Extension 4 LB 1.83 2016 untuk PLTP Merangin 2 Pi
84 Jambi Sarolangun Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2017 T/L Muara Rupit
85 Jambi Payoselincah 150/20 kV Extension 60 2.12 2017
86 Jambi Kuala Tungkal 150/20 kV Baru 30 2.64 2018 1x30 MVA 
87 Jambi Muara Sabak Ext LB
Muara Sabak Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2018 T/L Kuala Tungkal
T/L Kuala Tungkal
88 Jambi Aurduri 150/20 kV Extension 60 2.12 2018
89 Jambi Muaro Bungo 150/20 kV Extension 60 2.12 2018
90 Jambi Bangko 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
91 Jambi Muara Sabak 150/20 kV Extension 30 1.40 2019 Up Rate 30 ke 60
92 Jambi Sarolangun 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
93 Jambi Payoselincah 150/20 kV Extension 60 2.12 2020
94 Kep Riau
Kep. Riau Air Raja
Air Raja 150/20 kV
150/20 kV Baru 60 3 34
3.34 2013
95 Kep. Riau Sri Bintan  150/20 kV Baru 30 2.62 2013
96 Kep. Riau Kijang 150/20 kV Baru 60 3.34 2013
97 Kep. Riau Tanjung Uban 150/20 kV Baru 2x30 3.34 2013 1x30 MVA didanai APBN, 1x30 MVA didanai APLN
98 Kep. Riau Pulau Ngenang 150/20 kV Baru 10 1.90 2013
183

99 Kep. Riau Tanjung Uban 150/20 kV Extension 60 2.12 2015


100 Lampung Seputih banyak 150/20 kV Baru 30 3.88 2011 1x30 MVA 
101 Lampung Sribawono Ext LB
Sribawono Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2011 T/L Seputih Banyak
T/L Seputih Banyak
102 Lampung Menggala  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2011 T/L Seputih Banyak
103 Lampung Kotabumi 150/20 kV Extension 60 2.12 2011 Uprating 20 MVA
104 Lampung Ulubelu 150/20 kV Baru 30 3.88 2012 1x20 MVA 
105 Lampung Kalianda 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
106 Lampung Adijaya 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
107 Lampung Bukit Kemuning 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
108 Lampung Natar 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2012
109 Lampung Pagelaran 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 20 MVA
110 Lampung New Tarahan 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
111 Lampung Dipasena 70/20 kV Baru 90 4.72 2012 1x20 MVA 
112 Lampung Sukarame 150/20 kV Extension 30 1.40 2013
113 Lampung Metro 150/20 kV Extension 60 2.12 2013 Uprating 20 MVA
114 Lampung Sribawono 150/20 kV Extension 60 2.12 2013 Uprating 20 MVA
115 Lampung Kota Agung
Kota Agung 150/20 kV
150/20 kV Baru 30 2 64
2.64 2014 1x30 MVA
1x30 MVA 
116 Lampung Pagelaran  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L Kota Agung
117 Lampung Liwa 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
118 Lampung Bukit Kemuning  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L Liwa
119 Lampung Tegineneng 150/20 kV Extension 60 2.12 2014 Uprating 20 MVA
120 Lampung Seputih Banyak 150/20 kV Extension 30 1.40 2014
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 3)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
121 Lampung Kotabumi 150/20 kV Extension 60 2,12 2014 Uprating 20 MVA
122 Lampung Ketapang 150/20 kV Baru 30 2,64 2015 1x30 MVA 
123 Lampung Kalianda  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2015 T/L Ketapang
124 Lampung Gedong Tataan 150/20 kV Baru 60 5,28 2015 2x30 MVA
125 Lampung Pagelaran  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2015 T/L Gedon Tataan
126 Lampung Mesuji 150/20 kV Baru 30 2,64 2015 1x30 MVA 
127 Lampung Gumawang Ext LB
Gumawang  Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1,24 2015 T/L Mesuji
T/L Mesuji
128 Lampung Teluk Ratai 150/20 kV Baru 30 2,64 2015 1x30 MVA 
129 Lampung New Tarahan 150/20 kV Extension 60 2,12 2015
130 Lampung Adijaya 150/20 kV Extension 30 1,40 2015
131 Lampung Dipasena 150/20 kV Baru 120 5,28 2015 1x30 MVA 
132 Lampung Mesuji  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2015 T/L Mesuji
133 Lampung Sutami 150/20 kV Extension 30 1,40 2016
134 Lampung Pakuan Ratu
Pakuan Ratu 150/20 kV
150/20 kV Baru 30 2 64
2,64 2016 1x30 MVA
1x30 MVA 
135 Lampung Menggala 150/20 kV Extension 60 2,12 2016 Uprating 20 MVA
184

136 Lampung Jati Agung 150/20 kV Baru 30 2,64 2016 1x30 MVA 


137 Lampung Natar Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 3,11 2016 T/L ke Jati Agung
138 Lampung Kalianda  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2017 T/L PLTP Raja Basa
139 Lampung Langkapura 150/20 kV Baru 60 4,03 2017 1x60 MVA
140 Lampung Besai  Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2018 T/L PLTP Suoh Sekincau
141 Lampung Tegineneng 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2,12 2018 Uprating 20 MVA
Uprating 20 MVA
142 Lampung Mesuji 150/20 kV Extension 30 1,40 2018
143 Lampung Bengkunat 150/20 kV Baru 30 2,64 2019 1x30 MVA 
144 Lampung Liwa Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2019 T/L ke Bengkunat
145 Lampung Pakuan Ratu 150/20 kV Extension 30 1,40 2019
146 Lampung Jati Agung 150/20 kV Extension 30 1,40 2019
147 Lampung Sukarame 150/20 kV Extension 60 2,12 2019
148 Lampung Ketapang 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1,40 2019
149 Lampung Teluk Ratai Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2019 T/L ke PLTP Wai Ratai
150 Lampung Kotabumi 150/20 kV Extension 60 2,12 2020
151 Lampung Sribawono 150/20 kV Extension 60 2,12 2020 Uprating 30 MVA
152 Riau Bangkinang 150/20 kV Extension 30 1,40 2011
153 Riau Bagan Batu 150/20 kV Extension 30 1,40 2011
154 Riau Duri 150/20 kV Extension 60 2,12 2012
155 Riau Koto Panjang
Koto Panjang 150/20 kV
150/20 kV Extension 20 2 12
2,12 2012
156 Riau Garuda Sakti 150/20 kV Extension 80 3,27 2012
157 Riau Teluk Kuantan Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0,62 2012 T/L ke Kiliranjao
158 Riau Teluk Lembu 150/20 kV Extension 60 2,12 2012
159 Riau Dumai 150/20 kV Extension 60 2,12 2012 Uprating 30 MVA
160 Riau Pasir Putih 150/20 kV Baru 60 6,52 2013 2x30 MVA + 4 LB
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 4)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
161 Riau Garuda Sakti Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Pasir Putih
162 Riau Pasir Pangaraian 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
163 Riau Bangkinang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Pasir Pangaraian
164 Riau Rengat 150/20 kV Baru 2x30 5.28 2013 1x30 MVA didanai APBN, 1x30 MVA didanai APLN
165 Riau Teluk Kuantan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Rengat
166 Riau KIT Tenayan 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 GI Pembangkit 1x30 MVA
167 Riau KID Dumai
KID Dumai 150/20 kV
150/20 kV Baru 30 2 64
2.64 2013 1x30 MVA
1x30 MVA 
168 Riau Dumai Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke KID Dumai
169 Riau Bagan Siapiapi 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
170 Riau Dumai Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Bagan Siapiapi
171 Riau Pangkalan Kerinci 150/20 kV Baru 30 3.88 2013 1x30 MVA 
172 Riau New Garuda Sakti 150/20 kV Baru 2x60 6.73 2014 1x60 MVA didanai APBN, 1x60 MVA didanai APLN
173 Riau GI/GIS Kota Pekanbaru 150/20 kV Baru 60 5.28 2014 1x60 MVA
174 Riau Teluk Lembu Ext LB
Teluk Lembu Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 3 11
3.11 2014 T/L ke GI/GIS Kota Pekanbaru
T/L ke GI/GIS Kota Pekanbaru
175 Riau Teluk Lembu Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke Pasir Putih
185

176 Riau Pasir Putih Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke Teluk Lembu


177 Riau Perawang 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
178 Riau Tenayan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke Perawang
179 Riau Tembilahan 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
180 Riau Rengat Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke Tembilahan
181 Riau Siak Sri Indra Pura
Siak Sri Indra Pura 150/20 kV
150/20 kV Baru 30 2 64
2.64 2014 1x30 MVA
1x30 MVA 
182 Riau Tenayan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke Siak Sri Indra Pura
183 Riau Kandis 150/20 kV Baru 30 2.64 2015 1x30 MVA 
184 Riau Lipat Kain 150/20 kV Baru 30 2.64 2015 1x30 MVA 
185 Riau Bangkinang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 T/L ke Lipat Kain
186 Riau Pasir Putih 150/20 kV Extension 120 4.24 2016 2x60 MVA
187 Riau Bangkinang 150/20 kV Extension 60 2.12 2016
188 Riau Teluk Kuantan
Teluk Kuantan 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2017
189 Riau Duri 150/20 kV Extension 60 2.12 2017
190 Riau KIT Tenayan 150/20 kV Extension 30 1.40 2017
191 Riau Tembilahan 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
192 Riau KID Dumai 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
193 Riau Bagan Batu 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
194 Sumbar Bungus 150/20 kV Baru 30 3.88 2011 On Going
195 Sumbar Indarung Ext LB
Indarung Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2011 ke Bungus
ke Bungus
196 Sumbar Kambang 150/20 kV Baru 30 2.64 2011 1x30 MVA 
197 Sumbar Padang Luar 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 20 MVA
198 Sumbar PIP 150/20 kV Extension 30 1.39 2012 Mengganti trafo rusak
199 Sumbar Pauh Limo 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 30 MVA
200 Sumbar Simpang Empat 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 5)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
201 Sumbar Padang Panjang 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
202 Sumbar Solok 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 20 MVA
203 Sumbar Payakumbuh 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
204 Sumbar Kiliranjao Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 2nd sirkit ke Teluk Kuantan
205 Sumbar Maninjau Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 2nd sirkit ke Padang Luar
206 Sumbar Padang Luar Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2012 2nd sirkit ke Maninjau&Payakumbuh
207 Sumbar Payakumbuh Ext LB
Payakumbuh Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 1 LB
1 LB 0 62
0.62 2012 2nd sirkit ke Padang Luar
2nd sirkit ke Padang Luar
208 Sumbar Batusangkar Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 T/L ke arah Singkarak
209 Sumbar Singkarak Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 T/L ke arah Batusangkar
210 Sumbar Salak 150/20 kV Extension 30 1.40 2013
211 Sumbar Kiliranjao Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Sungai Rumbai
212 Sumbar Sungai Rumbai 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
213 Sumbar Maninjau 150/20 kV Extension 30 1.40 2014
214 Sumbar Kiliranjao 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2016
215 Sumbar Payakumbuh 150/20 kV Extension 30 1.40 2016
216 Sumbar GI/GIS Kota Padang 150/20 kV Baru 120 10.09 2016 2x60 MVA
217 Sumbar Sungai Rumbai Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2017 T/L ke PLTP Muara Labuh
218 Sumbar Bungus 150/20 kV Extension 30 1.40 2017
186

219 Sumbar Kambang 150/20 kV Extension 30 1.40 2017


220 Sumbar Simpang Empat 150/20 kV Extension 60 2.12 2017
221 Sumbar Solok 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2017
222 Sumbar PIP Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2018 T/L ke GI/GIS Kota Padang
223 Sumbar Lubuk Alung 150/20 kV Extension 30 1.40 2018
224 Sumbar Sungai Rumbai 150/20 kV Extension 30 1.40 2018
225 Sumbar Pariaman 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
226 Sumbar PIP 150/20 kV Extension 60 2.12 2020
227 Sumbar GIS Kota Padang 150/20 kV Extension 60 2.12 2020
228 Sumbar Padang Luar
Padang Luar 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2020
229 Sumbar Batusangkar 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
230 Sumsel Baturaja 150/20 kV Extension 60 2.12 2011 Uprating 30 MVA
231 Sumsel Lubuk Linggau 150/20 kV Extension 60 2.12 2011 Uprating 20 MVA
232 Sumsel Lahat Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2011 T/L 2nd Sirkit Pagar Alam
233 Sumsel Pagar Alam Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2011 T/L 2nd Sirkit Pagar Alam
234 Sumsel Bukit Siguntang 70/20 kV Extension 30 1.27 2011 Uprating 15 MVA
235 Sumsel Tanjung Api‐Api
Tanjung Api‐Api 150/20 kV
150/20 kV Baru 60 5 28
5.28 2012 2x30 MVA
2x30 MVA
236 Sumsel Lahat 150/20 kV Extension 30 1.40 2012 Uprating 10 MVA
237 Sumsel Pagar Alam 150/20 kV Extension 30 1.40 2012 Uprating 10 MVA
238 Sumsel Gungung Megang 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
239 Sumsel Simpang Tiga 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
240 Sumsel Prabumulih 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 6)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
241 Sumsel Baturaja 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
242 Sumsel Pagar Alam Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2012 T/L ke Manna
243 Sumsel Gunung Megang Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 Untuk ST Gunung Megang
244 Sumsel Talang Kelapa 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
245 Sumsel Bukit Siguntang 70/20 kV Extension 30 1.27 2012
246 Sumsel Bungaran 70/20 kV Extension 30 1.27 2012 Uprating 15 MVA
247 Sumsel Bungaran 70/20 kV
70/20 kV Extension 30 1 27
1.27 2012 Uprating 10 MVA
Uprating 10 MVA
248 Sumsel Kenten 150/20 kV Baru 120 4.03 2013 2x60 MVA
249 Sumsel Gandus 150/20 kV Baru 120 4.03 2013 2x60 MVA
250 Sumsel Sekayu 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
251 Sumsel Betung Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L Ke Sekayu
252 Sumsel Jakabaring 150/20 kV Baru 60 4.03 2013 1x60 MVA
253 Sumsel Baturaja 150/20 kV Extension 60 2.12 2013
254 Sumsel Keramasan 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2013
255 Sumsel Kayu Agung Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L Gumawang
187

256 Sumsel Gumawang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L Kayu Agung


257 Sumsel Bukit Asam 150/20 kV Extension 60 2.12 2013
258 Sumsel Mariana Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Kayu Agung
259 Sumsel Bukit Siguntang 70/20 kV Extension 30 1.27 2013 Uprating 15 MVA
260 Sumsel Kayu Agung 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
261 Sumsel Gumawang 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2014
262 Sumsel Tebing Tinggi 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
263 Sumsel Lubuk Linggau Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L arah Tebing Tinggi
264 Sumsel Keramasan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 Untuk PLTGU Keramasan
265 Sumsel Lahat Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 Untuk PLTP Lumut Balai
266 Sumsel Sungai Lilin 150/20 kV Baru 30 2.64 2014 1x30 MVA 
267 Sumsel Betung Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke Sungai Lilin
268 Sumsel Lubuk Linggau
Lubuk Linggau 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2014
269 Sumsel Muara dua 150/20 kV Baru 30 2.64 2015 1x30 MVA 
270 Sumsel Baturaja Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 T/L ke Muara dua
271 Sumsel Lahat Ext LB 150/20 kV Extension 4 LB 2.49 2015 Untuk PLTU Banjar Sari & Untuk PLTU Keban Agung
272 Sumsel Mariana 150/20 kV Extension 30 1.40 2015
273 Sumsel Martapura 150/20 kV Baru 30 2.64 2016 1x30 MVA 
274 Sumsel Gumawang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2016 T/L ke Martapura
275 Sumsel Muara Rupit
Muara Rupit 150/20 kV
150/20 kV Baru 30 2 64
2.64 2017 1x30 MVA
1x30 MVA 
276 Sumsel Keramasan 150/20 kV Extension 60 2.12 2017
277 Sumsel Sungai Lilin 150/20 kV Extension 30 1.40 2017
278 Sumsel Kenten 150/20 kV Extension 60 4.03 2018
279 Sumsel Talang Kelapa 150/20 kV Extension 60 2.12 2018
280 Sumsel Bukit Asam 150/20 kV Extension 60 2.12 2018
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 7)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
281 Sumsel Pagar Alam 150/20 kV Extension 30 1.40 2018 Uprating 15 MVA
282 Sumsel Betung 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
283 Sumsel Kayu Agung 150/20 kV Extension 30 1.40 2019
284 Sumsel Muara Dua Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2020 Untuk Double Pi dan T/L PLTP D.Ranau
285 Sumsel Sekayu 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
286 Sumsel Tebing Tinggi 150/20 kV Extension 30 1.40 2020
287 Sumsel Gandus 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2020
288 Sumsel Simpang Tiga 150/20 kV Extension 60 2.12 2020
289 Sumut Rantau Prapat 150/20 kV Extension 60 2.12 2011 Uprating 30 MVA
290 Sumut Gunung Para 150/20 kV Extension 30 1.40 2011 Uprating 10 MVA
291 Sumut Tanjung Morawa 150/20 kV Extension 60 2.12 2011
292 Sumut Tele 150/20 kV Extension 30 1.40 2011 Uprating 10 MVA
293 Sumut Gunung Tua 150/20 kV Extension 30 1.40 2011 Uprating 10 MVA
294 Sumut Binjai 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2011
295 Sumut Padang Sidempuan 150/20 kV Extension 30 2.12 2011
188

296 Sumut Denai 150/20 kV Extension 60 2.12 2011


297 Sumut Tebing Tinggi 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
298 Sumut Kisaran 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 30 MVA
299 Sumut Pematang Siantar 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
300 Sumut Gunung Tua 150/20 kV Extension 10 0.66 2012
301 Sumut Sei Rotan
Sei Rotan 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2012
302 Sumut Glugur 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
303 Sumut Rantau Prapat 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 30 MVA
304 Sumut Brastagi 150/20 kV Extension 60 2.12 2012 Uprating 20 MVA
305 Sumut Sidikalang 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
306 Sumut Porsea 150/20 kV Extension 20 1.15 2012
307 Sumut Tarutung 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
308 Sumut Sibolga 150/20 kV
150/20 kV Extension 60 2 12
2.12 2012
309 Sumut Perbaungan 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
310 Sumut Namurambe 150/20 kV Extension 60 2.12 2012
311 Sumut Aek Kanopan  150/20 kV Extension 30 1.40 2012
312 Sumut Galang 150/20 kV Baru 0 2.49 2012 2 LB arah Namurambe dan 2 LB arah T.Marowa
313 Sumut Labuhan Bilik 150/20 kV Baru 60 3.36 2012 1x60 MVA
314 Sumut Lamhotma 150/20 kV Extension 30 1.40 2012 Uprating 20 ke 30 MVA
315 Sumut Lamhotma 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2012 Tambah trafo 30 MVA
Tambah trafo 30 MVA
316 Sumut Lamhotma Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 Ke arah Belawan
317 Sumut Belawan Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0.62 2012 Ke arah Lamhotma
318 Sumut Namurambe Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2012 Ke arah Galang
319 Sumut Denai Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2012 Ke arah Galang
320 Sumut Labuhan 150/20 kV Extension 30 1.40 2012
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 8)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
321 Sumut Parlilitan/Dolok Sanggul 150/20 kV Baru 10 1.90 2012 1x10 MVA 
322 Sumut Kuala Namu 150/20 kV Baru 60 4.03 2013 2x30 MVA
323 Sumut Tanjung Marowa Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke Kuala Namu
324 Sumut Panyabungan 150/20 kV Baru 60 4.03 2013 2x30 MVA
325 Sumut Padang Sidempuan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L Ke Panyabungan
326 Sumut Sidikalang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 ke Sabulussalam
327 Sumut Brastagi/Berastagi Ext LB
Brastagi/Berastagi Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2013 ke Kutacane
ke Kutacane
328 Sumut Paya Pasir 150/20 kV Extension 60 2.12 2013
329 Sumut Salak 150/20 kV Baru 60 2.12 2013
330 Sumut Sidikalang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 ke Salak
331 Sumut Negeri Dolok 150/20 kV Baru 60 2.12 2013
332 Sumut Galang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 Ke arah Negeri Dolok
333 Sumut Pangururan 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
334 Sumut Tele Ext LB
Tele Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1.24 2013 ke Pangururan
ke Pangururan
335 Sumut Rantau Prapat Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L Ke Labuhan Bilik
189

336 Sumut Pangkalan Brandan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 T/L ke PLTU Pangkalan Susu


337 Sumut Pangkalan Susu Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2013 Ke arah Pangkalan Brandan
338 Sumut Tanjung Pura 150/20 kV Baru 30 2.64 2013 1x30 MVA 
339 Sumut Gunung Sitoli 70/20 kV Baru 30 2.20 2014 1x30 MVA 
340 Sumut Teluk Dalam 70/20 kV Baru 30 2.20 2014 1x30 MVA 
341 Sumut Kota Pinang
Kota Pinang 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2014
342 Sumut KIM Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 1.55 2014 Ke arah GIS Listrik
343 Sumut GIS Listrik ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 1.55 2014 Ke arah KIM
344 Sumut Mabar Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 1.55 2014 Ke arah Glugur
345 Sumut Glugur Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 1.55 2014 Ke arah Mabar
346 Sumut Brastagi Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2014 T/L ke PLTA Wampu
347 Sumut Simangkok Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2015 Ke arah PLTA Asahan III
348 Sumut Tanjung Pura
Tanjung Pura 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 40
1.40 2017
349 Sumut Titi Kuning 150/20 kV Extension 60 2.12 2017
350 Sumut GIS Listrik 150/20 kV Extension 60 2.12 2017 1x60 MVA
351 Sumut Paya Geli 150/20 kV Extension 60 2.12 2018
352 Sumut Panyabungan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2018 Ke PLTP Sorik Merapi
353 Sumut Tarutung Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.24 2019 Ke PLTP Pusuk Bukit
354 Sumut Rantauprapat Ext LB 150/20 kV Extension 2 TB 1.24 2020 Untuk IBT 500/150 kV
355 Sumut Tebing Tinggi Ext LB
Tebing Tinggi Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 TB
2 TB 1 24
1.24 2020 Untuk IBT 500/150 kV
Untuk IBT 500/150 kV
356 Sumut Tebing Tinggi Ext LB 150/20 kV Extension 2 TB 1.24 2020 Untuk IBT 275/150 kV
357 Sumut Belawan Ext LB 150/20 kV Extension 2 TB 1.24 2020 Untuk IBT 275/150 kV
Pengembangan Gardu Induk Sumatra (Lanjutan 9)
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
Extension
358 Sumut Binjai 275/150 kV Baru 1000 31.83 2011
359 Sumut Pangkalan Susu 275/150 kV Baru 0 9.11 2012 2x500 MVA
360 Jambi Bangko 275/150 kV Baru 250 21.08 2013 2 x 250 MVA
361 Jambi Muara Bungo 275/150 kV Baru 250 20.08 2013 1 x 250 MVA
362 Riau New Garuda Sakti 275/150 kV Baru 500 24.28 2013 2x250 MVA
363 Sumbar Kiliranjao 275/150 kV Baru 250 19.66 2013
364 Sumbar Payakumbuh 275/150 kV
275/150 kV Baru 250 20 17
20.17 2013 1 x 250 MVA
1 x 250 MVA
365 Sumsel Lahat 275/150 kV Baru 1000 35.50 2013 1 x 250 MVA
366 Sumsel Lubuk Linggau 275/150 kV Baru 250 20.32 2013 2 x 500 MVA
367 Sumut Galang 275/150 kV Baru 1000 35.13 2013 1 x 250 MVA
368 Sumut Sarulla 275/150 kV Baru 500 24.00 2013 2x250 MVA
369 Sumut Padang Sidempuan 275/150 kV Baru 500 21.88 2013 2x250 MVA
370 Jambi Aur Duri 275/150 kV Baru 500 25.98 2014
371 Sumsel Lahat 275/150 kV
275/150 kV Extension 0 2 97
2.97 2014 Untuk PLTU Pangkalan Susu II 2x250 MVA
Untuk PLTU Pangkalan Susu II 2x250 MVA
372 Sumsel Lumut Balai 275/150 kV Baru 500 24.28 2014 2 LB arah Lumut Balai dan 2 LB arah Muara Enim
373 Sumsel Betung 275/150 kV Baru 500 24.00 2014 2x250 MVA
374 Sumsel Gumawang 275/150 kV Baru 500 21.03 2014 2x250 MVA
375 NAD Sigli 275/150 kV Baru 250 25.98 2015 1 x 250 MVA
190

376 NAD PLTU Meulaboh 275/150 kV Baru 250 20.08 2015 2x250 MVA


377 NAD Lhokseumawe 275/150 kV Baru 250 20.08 2015 2x250 MVA
378 Riau Rengat 275/150 kV
275/150 kV Baru 250 20 08
20.08 2015 2x250 MVA
2x250 MVA
379 Riau Riau Mulut Tambang 275/150 kV Baru                  ‐                 8 2015 2x250 MVA
380 Sumsel Muara Enim 275/150 kV Baru 0 12.21 2015 2x500 MVA
381 Sumsel Bayung Lincir/PLTU Sumsel ‐ 5 275/150 kV Baru 0 12.08 2015 Untuk Mengantisipasi PLTU Hululais
382 Sumsel Sungai Lilin/PLTU Sumsel ‐ 7 275/150 kV Baru 0 12.08 2015 1 x 125 MVA
383 Sumut Pangkalan Susu 275/150 kV Extension 250 21.03 2015 2x250 MVA
384 Jambi Bangko 275/150 kV Extension 500 17.92 2017
385 NAD Ulee Kareng
Ulee Kareng 275/150 kV
275/150 kV Baru 500 21 03
21.03 2018 Untuk Mengantisipasi PLTP Merangin
Untuk Mengantisipasi PLTP Merangin
386 Jambi Aurduri 275/150 kV Extension 0 2.81 2018 2x250 MVA
387 Sumsel Lubuk Linggau 275/150 kV Extension 250 7.45 2020 2x250 MVA
388 Riau New Garuda Sakti HVDC Station Converter 250 kV DC Baru 600 19.95 2016 HVDC ke Peninsula
389 Riau HVDC Switching Station 250 kV DC Baru 0 16.68 2016 HVDC ke Peninsula
390 Jambi PLTU Jambi 500 kV 500 kV Baru 0 9.82 2018 1x500 MVA
391 Lampung Ketapang Switching Station 500 kV DC Baru 0 1.47 2016 2x500 MVA
392 Sumsel Muara Enim 500 kV
Muara Enim 500 kV 500 kV DC
500 kV DC Baru 3000 324 00
324.00 2016 2x500 MVA
2x500 MVA
393 Sumsel Muara Enim 500 kV 500/275 kV Baru 1000 54.31 2016 Untuk 500kV Aurduri
394 Jambi Aurduri 500kV 500/275 kV Baru 500 25.77 2018 2x500 MVA
395 Riau New Garuda Sakti 500 kV 500/275 kV Baru 1000 36.22 2018
396 Riau Rengat 500 kV 500/275 kV Baru 500 25.77 2018 2x500 MVA
LAM
MPIRAN A1.7
PET
TA PENGE EMBANGA
AN PENYYALURAN
SISTEM INTERKONEKSI SUM
MATRA
191
Sistem Kelistrikan 275 kV dan 500 kV Sumatera
192

Eksisting 70 kV
Eksisting 150 kV
Eksisting 275 kV (Operasi 150 kV)
Rencana 150 kV
Rencana 275 kV AC
Rencana 250 kV DC
Rencana 500 kV AC
Rencana 500 kV DC
Sistem Nangroe Aceh Darussalam (NAD)
193
Sistem Sumatera Utara
194
Sistem Riau
195
Sistem Sumatera Barat
196
Sistem Jambi
197
Sistem Bengkulu
198
Sistem Sumatera Selatan
199
Sistem Lampung
200
LAM
MPIRAN A1.8
ANALISIS ALIRA
AN DAYA
A
SIS
STEM INT
TERKONEKSI SUMAATRA
201
240.12 MW 83 MW
PRAKIRAAN ALIRAN DAYA SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA
TAHUN 2011

SUB SISTEM
NAD
85.9 MW
SUB SISTEM
LANGSA BENGKULU
211 MW

PKLNG

172.4 MW

121 MW
194.3 177
PBDAN MW MW

LLGAU
0 MW
SUB SISTEM 599.7 MW

BNGKO

LLGAU
SUMUT SUB SISTEM SUB SISTEM
INALUM 168.4 MW
JAMBI SUMSEL
202

875 MW

MBNGO BTRJA
1.158,78 MW
1.209,78 MW

222.4 MW
160 MW
SMKOK 148.8 MW

PLTA
160 MW ASAHAN 1 BKMNG &
KTPNG 2 X 90 MW BUMPU

SUB SISTEM
KLJAO
LAMPUNG
PYBUH
BBATU

KTPJG

SUB SISTEM SUB SISTEM


172.2 MW
RIAU SUMBAR
397 568.68
568 68
MW MW

275 kV 196 359 458.77 402.28


MW MW MW MW
150 kV
PLTA ASAHAN 1
PRAKIRAAN ALIRAN DAYA SISTEM 275 KV SUMATERA 2 X 90 MW

TAHUN 2012

160 MW
LAHAT 56 MW LLGAU 8.6 MW BNGKO 38.5 MW MBNGO 67.5MW KLJAO SMKOK

160 MW
56 MW 64.8 MW 47.2 MW 28.8 MW 67.5 MW

SUB SISTEM SUB SISTEM SUB SISTEM SUB SISTEM SUB SISTEM
BENGKULU BANGKO JAMBI SUMBAR & RIAU SEL SUMUT

PYBUH

SUB SISTEM
SUMSEL &
BENGKULU SEL 177.8 MW 97.88 MW - MW 47.1 MW 164.9 MW 188.9 MW 626 MW 464 MW 1049 MW 1273 MW

KTPNG
203

PBDAN

199 MW
80.2 MW
BTRJA BNJAI

82.4 MW
858 MW 723 MW
151 MW

PSUSU
KTPJG

TU
SUB SISTEM

BBAT
RIAU

200 MW
BKMNG & SUB SISTEM
BUMPU LNGSA
LAMPUNG

360 MW 460 MW SUB SISTEM


PLTU Pangkalan Susu
NAD 1 X 220 MW

525 MW 705 MW

275 kV 273 MW 373 MW

150 kV
PLTA ASAHAN 1
PRAKIRAAN ALIRAN DAYA SISTEM 275 KV SUMATERA PLTP SARULLA
2 X 90 MW

TAHUN 2013
160 MW

LAHAT 156.9 MW LLGAU 134.8 MW BNGKO 134.8 MW MBNGO 174.6 MW KLJAO 138.6 MW PYBUH SMKOK 134 MW GLANG
156.8 MW
W

138.6 MW
W

25.3 MW
W

152 MW
W
25.4 MW
W

53.5 MW
W

W
36 MW
15.3 MW
SUB SISTEM SUB SISTEM SUB SISTEM SUB SISTEM SUB SISTEM
BENGKULU BANGKO JAMBI SUMBAR & RIAU SEL SUMUT

18.2 MW
PYBUH

SUB SISTEM
SUMSEL &
552 MW 522 MW
BENGKULU SEL 160 MW 129.6 MW - MW 53.4 MW 277.9 MW 261.6 MW 966 MW 1400 MW

KTPNG PBDAN
204

286 MW
160.6 MW
BTRJA &
MRDUA BNJAI

705 MW 792 MW

199.2 MW
304 MW
95.6 MW

KTPJG
PSUSU

SUB SISTEM

BATU
RIAU

BB

304 MW
BKMNG

SUB SISTEM
LNGSA
LAMPUNG

697 MW 537 MW
SUB SISTEM
NAD
PLTU
Pangkalan Susu
717 3 MW 792 MW
717.3 2 x 220 MW

275 kV 259 MW 451 MW

150 kV
205
69.4 MW 430.6 MW
100 MW

229 MW

MNGLA
M BKMNG

34.3 MW

44.1 MW

46.6 MW

17.2 MW

100.4 MW

232.8 MW
233.4 MW

10 MW

BBATU
U

100 MW

267.9 MW

293.5 MW

104.9 MW 93 MW 21.8 MW 160 MW

400 MW

GLANG
11.8 MW
199.2
2 MW
300 MW
206
159.4 MW
14.6 MW

6 MW

BKMNG MNGLA

18.6 MW

6 MW 83.7 MW

266 MW

202.2
2 MW

67.2 MW

48.9 MW

118.9 MW

51.8 MW

39.2 MW

47.9 MW

BBATU

300 MW

182.7 MW

280 MW

439 MW 361 MW 2.1 MW 156 MW

720 MW

73.8 MW ANG
GLA
55.1 MW
W
540 MW
W
207

136.6 MW 160 MW

W
62.1 MW

BKMNG MNGLA

240 MW

6.8 MW

240 MW

191.4 MW
W
40.1 MW

402 MW
8.1 MW

194.6 MW

128.7 MW

190 MW

146.3 MW

65.8 MW

144.7 MW

160.9 MW

300 MW

139.2 MW

317.3 MW

284.6 MW 38.9 MW
160 MW

600 MW

4.9 MW
GLANG
G
208 90.6 MW
W

500 MW

170 MW

178.3 MW
W

64.5 MW
W
147.6 MW

BKMNG MNGLA

240 MW

45.2 MW
W

240 MW

228.6 M
MW

38.3 MW
458.9 MW
8 MW
30.8

198.4 MW

29 MW

190 MW MW
127.7 M

1.6 MW
22
22.2 MW

178.4 MW
W

290 MW

111.4 MW

178.3 MW

445.4 MW
30.2 MW

160 MW
600 MW

GLANG
28 MW
209 125.3 MW

540 MW

160 MW
294 MW

80 MW

1.3 MW

10 MW

BKMNG MNGLA

200 MW
W

239 MW

260 MW
W

380 MW 39
93.4 MW 13.6 MW
540 MW 397.8 MW

400 MW

260.6 MW 275.9 M
MW
138.7 MW
W

160 MW

W
200 MW

654 M
MW

55.1 MW

MW
585.2 M 240 MW

180 MW

211 MW

330 MW

445 MW
53 MW 140 MW

720 MW

NG
GLAN
60.3 MW
210 22.3 MW

500 MW

160 MW

11.8 MW
W

80 MW

35 MW

39.9 MW
W

BKMNG MNGLA

240 MW
W

194 MW

240 MW
W

453.9 MW
4
718 MW 14.5 MW
W
W
511.4 MW

443 MW

361.5 MW 718 MW
145 MW
W

209 MW

200 MW

267.3 MW
W

1126 MW

105 MW

420 MW
4

196.6 MW
W

150 MW

231 MW

344 MW

26.1 MW 160 MW
299.6 MW

800 MW

NG
GLAN
1.6 MW
211 42.7 MW

52
20 MW

160 MW
W

66.6 MW
W

160 MW

29.3 MW

64.3 M
MW

BKMNG MNGLA

270 M
MW

261 M
MW

270 M
MW

470.7 MW
758 MW
515 MW
10.7 MW
W

445.4 MW

375 MW 758 MW
135
5 MW

214.5
5 MW

170 MW
W

186.7 MW

1151
1 MW

126.4 MW

424.6 MW

266.3 M
MW

200 MW

299 MW

40.6 MW
W 160 MW
450 MW

760 MW

GLANG
59.7 MW
LA
AMPIRAN
N A1.9
KEBUTUHHAN FISIK
K PENGEM
MBANGANN DISTRIB
BUSI
SIS
STEM INTEERKONEK
KSI SUMA
ATERA
212
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Regional Sumatera

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 6.569 6.711 1.470 1.091.206
2012 4.562 4.285 766 594.512
2013 4.661 4.509 819 605.242
2014 5.011 4.869 836 619.356
2015 5.031 4.982 872 537.293
2016 5.403 5.271 900 498.951
2017 5.548 5.273 941 493.516
2018 5.951 5.608 978 506.895
2019 6.291 5.788 1.041 522.635
2020 6.590 5.955 1.072 540.399
Jumlah 55.618 53.251 9.694 6.010.005
213

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Regional Sumatera
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 148,8 100,1 50,9 39,0 338,9
2012
0 106,0
06,0 64,0
6 ,0 36,2
36, 42,3
,3 248,6
8,6
2013 111,4 69,1 37,0 54,8 272,3
2014 123,4 76,8 38,4 63,1 301,8
2015 126,0 79,8 37,1 32,7 275,5
2016 140,8 88,4 34,2 34,6 298,0
2017 145,3 87,1 35,8 36,3 304,5
2018 161,7 98,3 38,0 38,2 336,2
2019 174,5 104,2 41,1 39,1 359,0
2020 188,3 108,5 43,9 39,0 379,7
Jumlah 1.426,3 876,4 392,7 419,1 3.114,5
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Aceh

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 878 994 53 42.227
2012 937 1.061 56 39.193
2013 1.000 1.132 60 40.171
2014 1.068 1.208 64 41.179
2015 1.140 1.290 69 34.291
2016 1.216 1.377 73 30.598
2017 1.298 1.469 78 31.418
2018 1.385 1.568 83 33.447
2019 1.478 1.673 89 34.369
2020 1.578 1.786 95 35.332
Jumlah 11.979 13.558 720 362.225
214

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Aceh
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 21,9 13,3 4,5 3,0 42,7
2012
0 23,4
3, 14,2
, 4,8
,8 2,7
, 45,1
5,
2013 24,9 15,2 5,2 2,8 48,1
2014 26,6 16,2 5,5 2,9 51,2
2015 28,4 17,3 5,9 2,4 53,9
2016 30,3 18,4 6,3 2,1 57,2
2017 32,4 19,7 6,7 2,2 60,9
2018 34,5 21,0 7,1 2,3 65,0
2019 36,9 22,4 7,6 2,4 69,3
2020 39,3 23,9 8,1 2,5 73,8
Jumlah 298,6 181,5 61,7 25,3 567,2
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Sumatera Utara

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1.376 1.092 146 125.011
2012 1.461 918 153 120.266
2013 1.438 996 166 118.720
2014 1.538 1.078 180 116.353
2015 1.538 1.158 193 102.587
2016 1.718 1.218 220 113.957
2017 1.903 1.260 240 118.215
2018 2.076 1.339 263 122.640
2019 2.291 1.378 287 127.238
2020 2.467 1.414 314 132.016
Jumlah 17.805 11.850 2.160 1.197.004
215

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Sumut
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 26,5 12,9 1,2 8,7 49,4
2012
0 28,1
8, 10,9
0,9 1,3
,3 8,4
8, 48,7
8,
2013 27,7 11,8 1,4 8,3 49,1
2014 29,6 12,7 1,5 8,1 52,0
2015 29,6 13,7 1,6 7,2 52,1
2016 33,1 14,4 1,8 8,0 57,3
2017 36,6 14,9 2,0 8,3 61,8
2018 40,0 15,8 2,2 8,6 66,6
2019 44,1 16,3 2,4 8,9 71,7
2020 47,5 16,7 2,6 9,2 76,1
Jumlah 342,7 140,2 18,1 83,7 584,6
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Sumatera Barat

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 262 308 38 32.205
2012 295 347 43 34.715
2013 314 370 46 35.286
2014 315 371 46 35.420
2015 321 378 47 36.075
2016 331 391 48 37.323
2017 339 400 49 38.203
2018 342 404 50 38.633
2019 351 414 51 39.670
2020 372 439 54 42.004
Jumlah 3.242 3.823 471 369.534
216

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Sumbar
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 7,4 6,5 5,4 2,5 21,8
2012
0 8,3 7,3
,3 6,0 2,8
,8 24,4
,
2013 8,9 7,8 6,4 3,0 26,0
2014 9,0 7,9 6,5 3,0 26,5
2015 9,2 8,1 6,7 3,1 27,1
2016 9,5 8,3 6,9 3,2 27,8
2017 9,7 8,6 7,0 3,3 28,6
2018 9,9 8,8 7,2 3,4 29,3
2019 10,2 9,1 7,4 3,5 30,2
2020 10,6 9,4 7,7 3,6 31,4
Jumlah 92,7 81,9 67,2 31,3 273,1
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Riau

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1.340 1.546 785 216.003
2012 534 616 271 57.399
2013 565 652 287 60.743
2014 541 624 275 58.151
2015 584 673 296 62.700
2016 599 692 304 64.408
2017 602 694 306 64.649
2018 609 703 309 65.476
2019 629 725 319 67.548
2020 591 682 300 63.549
Jumlah 6.595 7.610 3.454 780.626
217

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Riau
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 31,5 26,4 7,1 6,2 71,3
2012
0 12,6
,6 10,5
0,5 2,5
,5 6,7
6, 32,2
3 ,
2013 13,3 11,2 2,6 10,2 37,2
2014 12,7 10,7 2,5 11,5 37,4
2015 13,7 11,5 2,7 4,6 32,6
2016 14,1 11,8 2,8 4,8 33,5
2017 14,2 11,9 2,8 4,9 33,7
2018 14,3 12,0 2,8 5,1 34,3
2019 14,8 12,4 2,9 4,3 34,4
2020 13,9 11,7 2,7 2,3 30,6
Jumlah 155,2 130,1 31,2 60,5 377,0
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Kepulauan Riau

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 293 338 107 23.272
2012 105 121 61 13.335
2013 130 150 76 13.837
2014 184 212 82 14.842
2015 203 234 87 15.700
2016 217 250 91 16.566
2017 209 241 94 16.964
2018 200 231 96 17.487
2019 173 200 101 18.287
2020 163 188 105 19.113
Jumlah 1.876 2.164 900 169.404
218

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Kepulauan Riau
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 6,9 5,8 1,0 1,4 15,0
2012
0 2,5
,5 2,1
, 0,6 0,5 5,6
2013 3,1 2,6 0,7 0,6 6,9
2014 4,3 3,6 0,7 0,8 9,5
2015 4,8 4,0 0,8 0,9 10,5
2016 5,1 4,3 0,8 1,0 11,2
2017 4,9 4,1 0,8 1,0 10,8
2018 4,7 3,9 0,9 0,9 10,4
2019 4,1 3,4 0,9 0,8 9,2
2020 3,8 3,2 1,0 0,8 8,7
Jumlah 44,1 37,0 8,1 8,7 97,9
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Jambi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 558 515 49 84.765
2012 222 205 20 33.693
2013 226 210 20 36.589
2014 234 220 21 37.591
2015 240 227 22 29.433
2016 245 230 23 30.565
2017 253 238 24 31.424
2018 264 253 25 33.567
2019 275 263 26 34.516
2020 282 264 27 37.725
Jumlah 2.800 2.626 257 389.868
219

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Jambi
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 13,1 9,8 0,5 4,3 27,7
2012
0 5,7
5, 3,8 0,2
0, 1,1
, 10,9
0,9
2013 6,4 4,4 0,2 3,9 14,9
2014 7,2 5,0 0,2 5,6 18,0
2015 8,1 5,7 0,3 1,7 15,8
2016 9,1 6,5 0,3 1,8 17,8
2017 10,3 5,0 0,4 2,0 17,7
2018 11,8 7,7 0,3 2,1 21,9
2019 13,4 8,7 0,4 2,3 24,8
2020 15,4 7,4 0,6 2,5 25,9
Jumlah 100,5 64,1 3,4 27,3 195,4
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Sumatera Selatan

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 716 721 100 233.427
2012 394 396 44 102.644
2013 414 421 54 116.372
2014 438 447 50 116.204
2015 462 475 62 88.735
2016 488 504 58 83.599
2017 516 535 71 73.059
2018 544 567 67 69.997
2019 574 602 82 70.865
2020 606 638 88 76.896
Jumlah 5.152 5.306 675 1.031.799
220

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Sumatera Selatan
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 18,3 11,0 1,2 6,2 36,7
2012
0 11,0
,0 6,7
6, 0,6 6,4
6, 24,7
,
2013 12,8 7,8 0,8 12,5 33,9
2014 14,8 9,1 0,8 16,9 41,7
2015 17,3 10,6 1,1 4,7 33,7
2016 20,0 12,4 1,1 5,1 38,7
2017 23,3 14,5 1,0 5,4 44,2
2018 27,0 16,9 1,2 5,8 50,9
2019 31,4 19,7 2,1 6,2 59,5
2020 36,4 23,0 2,5 6,7 68,6
Jumlah 212,3 131,9 12,3 76,0 432,6
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Bengkulu

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 290 316 20 40.147
2012 191 208 13 26.366
2013 176 191 12 24.262
2014 271 295 18 34.442
2015 133 144 8 11.963
2016 306 333 16 19.182
2017 141 153 12 14.146
2018 227 247 15 16.836
2019 194 211 13 17.100
2020 188 204 13 16.816
Jumlah 2.115 2.301 140 221.260
221

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Bengkulu
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 7,4 4,8 0,2 0,2 12,6
2012
0 5,3 3,5 0,2
0, 0,1
0, 9,1
9,
2013 5,4 3,5 0,2 0,1 9,3
2014 9,2 6,0 0,3 0,2 15,6
2015 4,9 3,2 0,1 0,2 8,5
2016 12,6 8,2 0,3 0,2 21,3
2017 6,4 4,2 0,3 0,2 11,0
2018 11,3 7,4 0,4 0,3 19,3
2019 10,6 6,9 0,3 0,3 18,1
2020 11,3 7,4 0,4 0,3 19,3
Jumlah 84,3 55,1 2,6 2,1 144,2
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Lampung

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 428 403 144 236.225
2012 281 264 94 155.182
2013 269 254 88 148.793
2014 277 261 87 153.230
2015 260 244 72 143.322
2016 169 159 54 93.527
2017 174 164 55 96.093
2018 179 168 56 98.721
2019 184 173 57 101.417
2020 189 178 59 104.182
Jumlah 2.409 2.268 765 1.330.692
222

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Lampung
Juta USD

Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 10,3 5,4 28,6 4,6 49,0


2012 71
7,1 37
3,7 19 7
19,7 13 0
13,0 43 6
43,6
2013 7,2 3,8 19,2 12,7 42,9
2014 7,8 4,1 20,0 13,5 45,3
2015 7,6 4,0 17,5 7,1 36,3
2016 5,2 2,7 13,6 7,7 29,3
2017 5,6 3,0 14,6 8,3 31,5
2018 6,1 3,2 15,7 9,0 33,9
2019 6,5 3,4 16,9 9,7 36,5
2020 7,1 3,7 18,2 10,4 39,3
Jumlah 70,5 37,0 184,1 96,0 387,6
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Bangka Belitung

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 428 477 29 57.924
2012 143 149 11 11.719
2013 128 133 10 10.468
2014 146 152 13 11.944
2015 152 159 17 12.486
2016 113 117 12 9.226
2017 114 119 13 9.345
2018 123 128 14 10.091
2019 142 148 16 11.624
2020 156 162 17 12.766
Jumlah 1.645 1.744 151 157.594
223

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Bangka Belitung
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 5,6 4,1 1,1 2,0 12,8
0
2012 1,9
,9 1,3
,3 0,4
0, 0,6 4,3
,3
2013 1,8 1,2 0,3 0,6 4,0
2014 2,2 1,5 0,4 0,6 4,6
2015 2,4 1,6 0,4 0,7 5,0
2016 1,8 1,2 0,3 0,7 4,0
2017 1,9 1,3 0,2 0,7 4,2
2018 2,2 1,5 0,2 0,7 4,6
2019 2,6 1,8 0,2 0,8 5,4
2020 3,0 2,1 0,2 0,8 6,0
Jumlah 25,3 17,7 3,7 8,1 54,8
LA
AMPIRAN
N A1.10
P
PROGRAM M LISTRIK
K PERDES
SAAN
SIS
STEM INT
TERKONEEKSI SUMATERA
224
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Regional Sumatera
K b h Fi ik J i Li ik P d R i lS
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 3.344,0 3.280,9 139,9 2.263 -
2012 1 810 2
1.810,2 1 531 0
1.531,0 44 4
44,4 758 89 727
89.727 8 515
8.515
2013 3.657,2 3.260,8 89,8 1.426 122.274
2014 3.539,5 3.207,4 89,1 1.440 125.131
Total     12.351,0       11.280,1        363,1       5.887,9         337.132,4
225

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Regional Sumatera (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 602.819,7 291.317,9 158.190,5 2.601,8 - 1.148.370,6


2012 309.601,9 146.424,4 69.034,1 - - 590.994,6
2013 893 240 2
893.240,2 378 469 5
378.469,5 218 991 7
218.991,7 - 29 401 0
29.401,0 1 520 102 5
1.520.102,5
2014 953.237,8 406.867,9 231.746,3 - 32.186,6 1.624.038,6
Total      2.758.899,7     1.223.079,7      677.962,7          2.601,8       61.587,7     4.883.506,3
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi NAD
K b h Fi ik J i Li ik P d P i i NAD
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 411,0 669,9 12,0 266
2012 58 0
58,0 151 5
151,5 44
4,4 71 10.018
10 018 1 620
1.620
2013 164,1 209,0 7,7 114 5.227
2014 162,0 221,0 6,5 108 5.518
Total           795,1         1.251,4          30,6           559,0           20.763,0
226

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi NAD (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 30.254,5 32.325,1 9.827,5 141.707,0


2012 11.553,6 16.933,5 6.625,1
2013 50 575 4
50.575,4 36 497 2
36.497,2 16 376 6
16.376,6 103.449,2
103 449 2
2014 57.039,7 42.330,8 17.476,7 116.847,2
Total         149.423,2        128.086,7        50.305,8                 ‐                ‐        362.003,4
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Sumatera Utara
K b h Fi ik J i Li ik P d P i iS U
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 350,0 201,0 4,7 157
2012 110 0
110,0 86 1
86,1 20
2,0 60 3.614
3 614 2 530
2.530
2013 440,0 200,3 4,6 155 11.042
2014 422,0 210,1 6,0 201 10.590
Total        1.322,0             697,5          17,3           573,9           25.246,0
227

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Sumatera Utara (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 37.343,4 18.746,3 8.090,2 94.179,9


2012 23.938,0 10.003,8 4.472,9 38.414,7
2013 103 883 2
103.883,2 22 297 1
22.297,1 18 055 1
18.055,1 144 235 4
144.235,4
2014 109.661,8 25.317,3 18.360,6 153.339,6
Total         274.826,4          76.364,4        48.978,8                 ‐                ‐        430.169,7
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Sumatera Barat
K b h Fi ik J i Li ik P d P i iS B
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 315,0 255,0 7,3 166
2012 132 0
132,0 145 0
145,0 20
2,0 41 11.419
11 419 1 620
1.620
2013 301,0 307,1 7,5 80 9.480
2014 273,0 295,1 7,5 80 12.000
Total        1.021,0         1.002,2          24,2           367,0           32.899,0
228

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Sumatera Barat (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 61.027,1 23.629,5 10.297,1 94.953,8


2012 30.518,5 17.332,1 4.472,8 52.323,4
2013 93 044 3
93.044,3 38 420 5
38.420,5 13 778 1
13.778,1 145 243 0
145.243,0
2014 97.560,9 41.415,9 16.348,2 155.325,0
Total         282.150,8        120.798,0        44.896,3                 ‐                ‐        447.845,2
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Riau 
K b h Fi ik J i Li ik P d P i i Ri
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 310,0 389,0 28,0 380
2012 198 0
198,0 213 9
213,9 60
6,0 90 8.855
8 855
2013 170,0 190,0 7,7 97 13.755
2014 170,0 180,0 7,9 100 14.205
Total                848,0            972,9          49,6           667,0              36.815
229

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Riau (uta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 59.940,8 40.381,7 35.912,0 136.234,5


2012 41.747,8 22.265,4 11.020,3 75.033,5
2013 47 998 8
47.998,8 24 352 8
24.352,8 18 183 0
18.183,0 90 534 5
90.534,5
2014 51.653,8 24.460,3 20.062,5 96.176,5
Total         201.341,1        111.460,1        85.177,8                 ‐                ‐        397.979,0
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Riau Kepulauan
K b h Fi ik J i Li ik P d P i i Ri K l
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011
2012 280 0
280,0 239 3
239,3 60
6,0 90 13 125
13.125 425
2013
2014
Total           280,0             239,3            6,0             90,0           13.125,0
230

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Riau Kepulauan (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 -
2012 63.439,5 26.442,1 11.164,7 101.046,3
2013 -
2014 -
Total            63.439,5          26.442,1        11.164,7                 ‐                ‐        101.046,3
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Jambi
K b h Fi ik J i Li ik P d P i i J bi
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA dan Hemat (RTS)
2011 366,0 319,0 23,5 360
2012 121 4
121,4 127 2
127,2 53
5,3 76 8.450
8 450 80
2013 471,0 535,0 26,0 379 18.400
2014 436,1 572,1 25,0 360 16.400
Total            1.394,5         1.553,3          79,7       1.175,0              43.250
231

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Jambi (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 75.023,2 32.965,2 28.398,8 136.387,3


2012 24.595,7 11.181,1 8.721,9 44.498,7
2013 109 329 6
109.329,6 49 157 8
49.157,8 60 990 9
60.990,9 10.686,7
10 686 7 230 165 0
230.165,0
2014 114.396,1 57.148,8 64.089,1 10.477,6 246.111,6
Total         323.344,7        150.452,8      162.200,7                 ‐      21.164,4        657.162,6
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Sumatera Selatan
K b h Fi ik J i Li ik P d P i iS S l
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 480,0 323,0 29,5 459
2012 238 0
238,0 148 0
148,0 68
6,8 135 16.236
16 236 625
2013 750,0 611,0 12,0 240 39.000
2014 750,0 560,0 11,3 225 42.000
Total        2.218,0         1.642,0          59,5       1.059,0           97.236,0
232

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Sumatera Selatan (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 86.311,9 34.437,6 32.265,5 153.015,0


2012 49.581,8 18.747,3 11.641,5 79.970,6
2013 133 530 0
133.530,0 74 410 0
74.410,0 28 740 0
28.740,0 236 680 0
236.680,0
2014 146.890,0 74.960,0 29.640,0 251.490,0
Total         416.313,7        202.554,9      102.287,1                 ‐                ‐        721.155,7
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Bengkulu
K b h Fi ik J i Li ik P d P i iB k l
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 450,0 344,0 11,0 149
2012 340 9
340,9 150 0
150,0 41
4,1 71 4 500
4.500 470
2013 769,0 668,0 9,1 180
2014 776,0 674,0 9,2 184
Total        2.335,9         1.836,0          33,3           584,0             4.500,0
233

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Bengkulu (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 102.399,7 34.523,0 13.847,7 150.724,9


2012 47.072,3 15.717,4 8.523,5 71.313,3
2013 188 731 8
188.731,8 63 360 6
63.360,6 25 586 2
25.586,2 277 678 7
277.678,7
2014 199.972,1 67.117,3 27.310,9 294.400,4
Total         538.175,9        180.718,4        75.268,3                 ‐                ‐        794.117,2
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Lampung
K b h Fi ik J i Li ik P d P i iL
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 370,0 633,0 17,0 230
2012 150 0
150,0 215 0
215,0 42
4,2 62 10.580
10 580 1 040
1.040
2013 227,1 310,5 6,4 76 20.000
2014 205,4 280,0 4,1 52 20.000
Total           952,5         1.438,5          31,7           420,0           50.580,0
234

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Lampung (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 99.150,2 45.265,7 13.283,5 157.699,4


2012 34.655,4 28.288,2 8.110,8 71.054,4
2013 80 342 6
80.342,6 44 592 9
44.592,9 22 138 0
22.138,0 16.163,7
16 163 7 163 237 2
163.237,2
2014 87.039,7 48.258,6 17.907,8 19.396,5 172.602,5
Total         301.187,9        166.405,3        61.440,1                 ‐       35.560,2        564.593,5
P ki
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Bangka Belitung
K b h Fi ik J i Li ik P d P i i B k B li
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 292,0 147,0 7,0 96
2012 182 0
182,0 55 0
55,0 38
3,8 62 2.930
2 930 105
2013 365,0 230,0 9,1 105 5.370
2014 345,0 215,0 11,6 130 4.418
Total        1.184,0             647,0          31,4           393,0           12.718,0
235

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Bangka Belitung (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 51.368,9 29.043,7 6.268,2 2.601,8 83.468,7


2012 45.938,8 5.955,7 5.445,2 57.339,7
2013 85 804 5
85.804,5 25 380 7
25.380,7 15 143 8
15.143,8 2.550,6
2 550 6 128 879 5
128.879,5
2014 89.023,8 25.859,0 20.550,5 2.312,5 137.745,8
Total         272.136,0          86.239,1        47.407,6          2.601,8         4.863,1        407.433,7
LA
AMPIRA
AN A1.11
PROYEKSSI KEBUT
TUHAN KEEBUTUHAAN INVES
STASI
SIS
STEM INT
TERKONEEKSI SUMA
ATERA
236
Proyeksi
y Kebutuhan Investasi Pembangkit,
g , Transmisi & Distribusi
[Fixed Asset Addition]
Sumatra
(Juta US$)

Investasi
Tahun Total
Pembangkit T/L dan GI Distribusi
2011 480 135 281 895
2012 1,515 411 299 2,225
237

2013 1,691 1,205 359 3,254


2014 2 025
2,025 582 398 3 004
3,004
2015 3,210 826 297 4,333
2016 2,252 900 321 3,473
2017 2,687 97 344 3,128
2018 1,332 264 374 1,969
2019 2,792 54 395 3,241
2020 1,445 76 402 1,923
T t l
Total 19 428
19,428 4 549
4,549 3 469
3,469 27 446
27,446
PENJELASAN LAMPIRAN A
WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT

238
PENJELASAN LAMPIRAN A1
SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA

A1.1 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik


Produksi listrik pada sistem Sumatera diperkirakan meningkat rata-rata 10,4% per
tahun antara tahun 2011 dan 2020, yaitu meningkat dari 23.414 GWh pada tahun
2011 menjadi 56.806 GWh pada tahun 2020. Sekitar 43% dari produksi tersebut
adalah untuk memenuhi demand di sistem Sumatera bagian utara (Sumbagut)
dan selebihnya nya untuk Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel).
Faktor beban diperkirakan antara 65.4% sampai 67.0%.
Beban puncak sistem Sumatera pada tahun 2011 adalah 4.269 MW dan akan
tumbuh rata-rata 10.2% per tahun, sehingga menjadi 9.641 MW pada tahun 2020.
Proyeksi kebutuhan listrik sistem Sumatera tahun 2011 – 2020 ditunjukkan pada
Lampiran A1.1.

A1.2 Neraca Daya


Sistem interkoneksi masih lemah
Walaupun telah dibangun transmisi 150 kV Baganbatu – Rantauprapat yang
menghubungkan sistem Sumbagut dan Sumbagselteng, namun kedua sistem
tersebut pada dasarnya secara elektris masih terpisah. Kedua sistem ini belum
dapat dioperasikan sebagai satu sistem interkoneksi karena terkendala oleh
masalah stabilitas, yaitu adanya osilasi inter-area pada frekuensi rendah dengan
damping sangat rendah antara kelompok generator di Sumbagut dan kelompok
generator di Sumbagselteng.
Interkoneksi kedua sistem melalui transmisi 275 kV Payakumbuh –
Padangsidempuan pada tahun 2014 diharapkan akan dapat mewujudkan sistem
interkoneksi Sumatera 1 . Dengan beroperasinya interkoneksi Sumatera, maka
sistem Sumbagsel yang memiliki sumber energi primer yang banyak dan murah
akan dapat memasok sebagian kebutuhan sistem Sumbagut, walaupun besarnya
daya yang dapat ditransfer akan dibatasi oleh limit stabilitas sistem interkoneksi.

1
Untuk memastikan hal tersebut diperlukan studi small signal stability.

239
Rencana reserve margin tinggi
Neraca daya sistem interkoneksi Sumatera direncanakan dengan reserve margin
yang tinggi, yaitu mencapai 78% pada tahun 2017 apabila semua proyek
pembangkit berjalan dan selesai tepat waktu. Apabila keadaan tersebut benar-
benar terjadi maka sistem Sumatera akan mengalami over supply. Namun melihat
pengalaman PLN selama ini, tingkat keberhasilan proyek IPP sangat rendah, yaitu
hanya sekitar 16%. Bahkan proyek pembangkit PLN juga mengalami
keterlambatan, termasuk proyek PLN dalam program percepatan tahap 1. Lebih
dari itu, dalam RUPTL 2011-2020 ini direncanakan banyak sekali pembangkit
panas bumi (PLTP) yang mencapai 2.495 MW, termasuk PLTP yang masih
green field bahkan WKP-nya belum ditender. Proyek PLTP yang diperkirakan
dapat selesai pada tahun 2014 adalah PLTP yang WKP-nya telah dimiliki oleh
Pertamina.
Dari perjelasan diatas dapat dimengerti bahwa perencanaan reserve margin yang
tinggi hingga 78% dimaksudkan semata-mata untuk memberikan kepastian yang
lebih tinggi kepada masyarakat Sumatera (yang telah lama menderita kekurangan
listrik) bahwa listrik akan tersedia cukup di Sumatera.
Penamaan proyek PLTU IPP
Proyek-proyek IPP yang belum financial closing, kecuali PLTP, tidak disebut nama
lokasinya secara spesifik, namun hanya disebutkan kawasan daerah dimana
proyek tersebut berada. Hal ini dimaksudkan agar PLN dapat menawarkan proyek
IPP kepada pengembang melalui tender kompetitif. Status beberapa IPP saat ini
dalam RUPTL 2011 – 2020 adalah sebagai berikut: PLTU Sumbar 1 adalah PLTU
Kambang; PLTU Sumsel 2 adalah PLTU Keban Agung; PLTU Sumsel 5 adalah
PLTU Bayung Lencir; PLTU Sumsel 6 adalah PLTU Mulut Tambang Pendopo;
PLTU Sumsel 7 adalah PLTU Sungai Lilin; PLTU Riau Mulut Tambang adalah
PLTU Cirenti.
Proyek-proyek strategis
1. Proyek PLTU Percepatan Tahap I ( PLTU Meulaboh, PLTU Pangkalan Susu,
PLTU Sumbar Pesisir, PLTU Tarahan) dan PLTA Asahan III, merupakan
proyek yang sangat strategis karena selain proyek-proyek ini akan dapat
mengatasi defisit pasokan daya yang saat ini terjadi juga sekaligus akan
mengurangi pemakaian BBM dari pembangkit-pembangkit yang eksisting.

240
2. PLTU Mulut Tambang (IPP) skala besar yang listriknya juga akan disalurkan
ke sistem interkoneksi Sumatera disamping ditransfer ke Jawa melalui
transmisi 500 kV HVDC harus dapat diselesaikan selaras dengan
penyelesaian proyek interkoneksi Jawa-Sumatera 500 kV HVDC.
3. PLTA Merangin 350 MW di Provinsi Jambi akan memenuhi kebutuhan sistem
Sumatera dan sekaligus menurunkan BPP.
4. Pembangkit peaker di Sumatera yang akan memanfaatkan potensi bahan
bakar gas yang ada.
Pengembangan PLTP
Terkait dengan kerja sama dengan PT Pertamina Geothermal, PLN akan
membangun sisi hilir pada lokasi-lokasi sebagai berikut: PLTP Ulubelu #1,2
(2x55 MW), PLTP HuluLais #1,2 (2x55 MW), PLTP Sungai Penuh #1,2 (2x55 MW).
Khusus untuk PLTP Ulubelu unit 1 dan 2 sumber dana sudah tersedia dari JBIC
dimana Loan Agreement sudah ditandatangani pada tahun 2005. Proyek-proyek
PLTP lainnya akan dikembangkan oleh IPP dengan total kapasitas 2.165 MW
sampai dengan tahun 2020, namun sampai dengan saat ini eksplorasi yang
dilakukan pihak swasta terhadap proyek-proyek PLTP tersebut belum tuntas,
sehingga hal ini menjadi sangat rawan terhadap ketersediaan reserve margin di
sistem Sumatera seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Pembangkit baru dalam program percepatan tahap II
– PLTU Pangkalan Susu#3,4 2x200 MW
– PLTA Asahan III 174 MW
– PLTP Hulu Lais #1,2 2x55 MW dan PLTP Sungai Penuh 2x55 MW
– PLTP-PLTP yang akan dikembangkan oleh swasta/ IPP yaitu PLTP Ulubelu
3,4 (2x55 MW), PLTP Seulawah 55 MW, PLTP Lumut Balai 4x55 MW,
PLTP Sarulla I 6x55 MW, PLTP Sarulla II 2x55 MW, PLTP Rajabasa 4x55
MW, PLTP Muara Laboh 4x55 MW, PLTP Rantau Dedap 4x55 MW dan
PLTP Sorik Marapi 240 MW.
Potensi pembangkit hidro
Pada saat ini terdapat sebuah proposal proyek IPP unsolicited PLTA Batang Toru
500 MW yang berlokasi di Tapanuli Selatan. Saat ini perusahaan yang
mengajukan proposal proyek sedang melakukan pra studi kelayakan (Pre-FS).

241
Apabila proyek tersebut layak secara teknis, keekonomian dan sesuai dengan
kebutuhan sistem kelistrikan Sumatera, maka proposal proyek IPP unsolicited
tersebut akan diproses lebih lanjut.
Neraca Daya sistem Sumatera diberikan pada Lampiran A1.2

A1.3 Proyek-proyek IPP yg terkendala


Telah cukup jelas diuraikan pada Lampiran A1.3

A1.4 Neraca Energi


Selaras dengan pertumbuhan demand yang harus dipenuhi, maka produksi energi
per jenis energi primer di sistem Sumatera diberikan pada Lampiran A1.4
Produksi energi pada Lampiran B1.4 dialokasikan per unit pembangkit
berdasarkan merit order dengan menggunakan model simulasi produksi dengan
asumsi harga dan ketersediaan bahan bakar sebagai berikut:

− Harga bahan bakar HSD = USD 0,78 /liter, MFO=USD 0,62 /liter, gas alam
= USD 6 /mmbtu, dan batubara = USD 80/ton.
− Ketersediaan gas alam hanya berdasarkan pada kontrak yang ada.
− Ketersediaan batubara tidak terbatas.
− Pemanfaatan tenaga panas bumi dan tenaga air sesuai dengan proyek
PLTP dan PLTA pada neraca daya.
Lampiran B1.4 menunjukkan bahwa peranan masing-masing energi primer
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Peranan Minyak (HSD dan MFO) yang pada tahun 2010 masih tinggi, yaitu
sekitar 6.525 GWh, akan sangat berkurang menjadi sekitar nol pada tahun
2014. Hal ini terjadi karena PLTU Belawan 1 – 4 tidak dioperasikan lagi dan
PLTGU Belawan, PLTG Task Force, PLTG Paya Pasir di Sumatera Utara
dioperasikan dengan LNG
b. Peranan LNG akan mulai dirasakan pada tahun 2014, yaitu sekitar 4.324
GWh dan cenderung konstan berdasarkan sumber paskokan LNG yang telah
teridentifikasi.
c. Peranan pembangkit gas yang semula 4.946 GWh pada tahun 2010 akan
naik menjadi 7.932 GWh pada tahun 2014, dan secara bertahap akan
menurun kembali menjadi 4.575 GWh pada tahun 2020. Hal ini karena

242
pengoperasian pembangkit gas disesuaikan dengan ketersediaan gas dari
kontrak yang ada.
d. Peranan pembangkit batubara akan semakin dominan. Pada tahun 2010
hanya 4.346 GWh akan naik 6 kali lipat menjadi 26.714 GWh pada tahun
2020.
e. Peranan pembangkit hidro pada tahun 2010 semula 4.538 GWh dan akan
semakin besar dengan masuknya PLTA semakin besar dengan masuknya
PLTA Asahan 3, PLTA Peusangan 1-2 pada tahun dan PLTA Merangin pada
tahun 2016 serta PLTA Simonggo-2 dan PLTA Masang-2 pada tahun 2017.
Peranan hydro pada tahun 2020 akan mencapai 7.050 GWh.
f. Kontribusi pembangkit geothermal akan meningkat luar biasa besar pada
tahun 2020 dengan produksi 13.200 GWh, atau 23% dari produksi total. Hal
ini terjadi karena besarnya penambahan kapasitas PLTP, yang pada tahun
2009 hanya 10 MW akan menjadi 2.495 MW pada tahun 2020. Banyaknya
kandidat proyek PLTP di Sumatera akan menyebabkan capacity factor
pembangkit beban dasar lainnya, yaitu PLTU batubara, menjadi rendah jika
semua proyek PLTU dan PLTP tersebut terlaksana tepat waktu sesuai
jadwal. Namun banyaknya kandidat proyek PLTP yang kepastian
implementasinya masih rendah 2 akan membuat situasi yang cukup rawan
bagi Sumatera apabila pengembangan PLTP yang direncanakan tidak
terlaksana sesuai jadwal mengingat ketidakpastian pelaksanaan beberapa
pembangkit IPP juga tinggi.

Kebutuhan Bahan Bakar


Kebutuhan energi primer di sistem Sumatera dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2020 dapat dilihat pada Lampiran A1.4.
Kebutuhan bahan bakar HSD pada tahun 2011 sebesar 2,2 juta liter dan semakin
turun menjadi 27 ribu liter pada tahun 2014. Sedangkan MFO sudah tidak
diperlukan lagi mulai tahun 2014 karena dihentikannya operasi PLTU Belawan 1-
4 yang mempunyai biaya operasi sangat mahal dibandingkan PLTU batubara.
Proyeksi pemakaian gas akan mengikuti pasokan gas yang terus mengalami
depletion, namun sejalan dengan rencana akan dibangunnya LNG floating
terminal maka PLTGU akan dijalankan dengan LNG.
2
Karena banyak lokasi PLTP yang potensinya belum dibuktikan dengan drilling.

243
Volume pemakaian batubara meningkat dari tahun ke tahun, yaitu naik dari 4,0
juta ton pada tahun 2011 menjadi 16.4 juta ton pada tahun 2020 atau meningkat 6
kali lipat.

A1.5 Capacity Balance Gardu Induk


Pengembangan gardu induk disusun berdasarkan capacity balance dengan
memasukkan GI existing dan GI ongoing project. Selanjutnya dari Capacity
Balance tersebut dapat dilihat pembebanan masing masing GI. GI yang telah
berbeban diatas 70% dari kapasitas nominalnya memerlukan penambahan trafo.
Kemudian dievaluasi juga kebutuhan GI baru untuk perbaikan kualitas pelayanan
dan de-dieselisasi serta pengembangan GI baru terkait dengan pembangkit baru.
Setelah mendapatkan GI-GI baru yang dibutuhkan, selanjutnya disusun kembali
capacity balance yang baru setelah mempertimbangkan penambahan GI baru
tersebut.
Dengan demikian dapat disusun proyeksi kebutuhan GI, dimana hasil
pengembangan GI tersebut dipergunakan juga sebagai dasar pengembangan
sistem penyaluran.
Dengan kriteria keandalan dan asumsi di atas, kebutuhan pembangunan Gardu
Induk Baru dan pengembangan trafo GI eksisting sampai tahun 2020 sebesar
28.400 MVA dengan rincian diberikan pada Lampiran A1.5.
A1.6 Rencana Pengembangan Penyaluran
Rencana pengembangan penyaluran di sistem Sumatera dalam rangka memenuhi
pertumbuhan kebutuhan listrik meliputi proyek berikut:

• Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek pembangkit PLTU


percepatan, PLTA, PLTU IPP dan PLTP IPP.

• Pembangunan transmisi baru 275 kV terkait dengan proyek pembangkit


PLTU percepatan dan PLTA IPP Asahan 1.

• Pengembangan transmisi 150 kV yang ada di lokasi tersebar di sistem


Sumatera dalam rangka memenuhi kriteria keandalan (N-1) dan untuk
mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan
fleksibilitas operasi.

• Pembangunan transmisi 275 kV dan 500 kV sebagai tulang punggung


transmisi interkoneksi Sumatera yang akan memudahkan pengiriman daya

244
dari Sumatera bagian selatan yang kaya akan sumber energi primer ke
demand di Sumatera bagian utara.

• Pembangunan transmisi dan kabel laut ±250 kV HVDC Sumatera – Peninsular


Malaysia yang bertujuan untuk mengoptimalkan operasi kedua sistem dengan
memanfaatkan perbedaan waktu terjadinya beban puncak pada kedua sistem
tersebut.
Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan sistem Sumatera diberikan pada
Lampiran A1.6.

A1.7 Peta Pengembangan Penyaluran


Peta pengembangan penyaluran sistem Sumatera adalah seperti pada Lampiran
A1.7.
A1.8 Analisis Aliran Daya
Analisa aliran daya sistem Sumatera dilakukan dengan memperhitungkan seluruh
pembangkit dan beban yang ada pada neraca daya, meliputi sistem 275 kV, 150
kV dan 70 kV. Namun pada RUPTL 2011-2020 ini hanya ditunjukkan hasil analisa
aliran daya pada sistem transmisi 275 kV dan 500 kV saja.
Prakiraan aliran daya di sistem 275 kV Sumatera dilakukan setiap tahun mulai
tahun 2011 sampai dengan 2020, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Analisa aliran daya tahun 2011


Aliran Daya tahun 2011, transfer daya terlihat menuju Sumatera Bagian
Tengah (Sumbagteng), baik dari Sumatera Bagian Utara maupun Sumatera
Bagian Selatan, hal ini disebabkan tidak adanya pembangkit baru di sistem
Sumbagteng. Transfer Daya dari Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel)
terbatas pada kisaran transfer 224 MW dikarenakan masalah limit stabilitas
transfer daya menggunakan sistem 150 kV di titik interkoneksi
Sumbagselteng (Lubuk Linggau – Bangko).
Dari simulasi aliran daya terlihat, kekurangan pembangkitan pada tahun 2010
ini berada di sub sistem Riau, dimana sub sistem ini menerima daya dari sub
sistem Sumatera Barat sebesar 172 MW.
Profil tegangan sistem masih berada dalam kriteria operasi yang bervariasi
antara 90%-105%. Tambahan pembangkit baru di sistem Sumatera antara
lain PLTU Tarahan #1 (100 MW), PLTG Duri (40 MW), PLTU Simpang
Belimbing #1,2 (227 MW) dan PLTG/PLTMG sewa total 182 MW.
245
2. Analisa aliran daya tahun 2012
Pada tahun ini akan dioperasikan sistem tegangan 275 kV pada transmisi
275 kV Lahat – Lubuk Linggau – Bangko – Muara Bungo – Kiliranjao, yang
sebelumnya dioperasikan pada tegangan 150 kV. Tambahan transmisi 275
kV baru adalah Pangkalan Susu – Binjai.
Transfer dari sub sistem Sumatera Barat ke sub Sistem Riau berkurang
hingga menjadi 80 MW seiring dengan beroperasinya beberapa pembangkit
di Riau.
Tegangan sistem 275 kV cukup baik, yaitu tertinggi di GI Lubuk Linggau (285
kV) dan terendah di GI Binjai (278 kV). Tambahan pembangkit baru di sistem
Sumatera antara lain PLTU Meulaboh FTP 1 (2x110 MW), PLTU Pangkalan
Susu #1 (220 MW), PLTU Sumbar Pesisir #1 (112 MW), PLTU Tarahan #2
(100 MW), PLTP Ulubelu #2 (1x55 MW), PLTG Peaker total 160 MW, PLTG
Gunung Megang ST (30 MW) dll.

3. Analisa aliran daya tahun 2013


Pada tahun ini terdapat pembangunan transmisi 275 kV baru, yaitu transmisi
275 kV Payakumbuh – Kiliranjao dan Binjai – Galang – Simangkok.
Transfer ke sub sistem Riau menjadi 160 MW, dan PLTU Riau FTP1 #1 telah
beroperasi 100 MW.
Tegangan sistem 275 kV cukup baik, yaitu tertinggi di GI Lubuk Linggau (282
kV) dan terendah di GI Binjai (275 kV). Tambahan pembangkit baru di sistem
Sumatera antara lain PLTGU Keramasan (86 MW), PLTU Pangkalan Susu –
FTP1 #2 (1x220 MW), PLTU Sumbar Pesisir FTP1 #2 (112 MW), PLTP
Ulubelu-FTP2 #1 (1x55 MW), PLTU Riau FTP1 #1 (100 MW), PLTG Belawan
(400 MW), PLTG Sengeti (60 MW) dan PLTU Sewa (840 MW).

4. Analisa aliran daya tahun 2014


Pada tahun ini terdapat pembangunan transmisi 275 kV baru, yaitu transmisi
275 kV Payakumbuh – New Garuda Sakti, Payakumbuh – Padang
Sidempuan – Sarulla – Simangkok dan Lahat – Gumawang.
Arah aliran daya pada tahun ini adalah dari Sumbagut ke Sumbagselteng,
melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan sebesar 110

246
MW. Adapun transfer sistem 275 kV ke sub sistem Riau menjadi 230 MW
dan transfer sistem 275 kV ke sub sistem Lampung sebesar 230 MW.
Tambahan pembangkit baru di sistem Sumatera antara lain PLTU Riau FTP1
#2 (100 MW), PLTU Simpang Belimbing Ekspansi (227 MW), PLTU
Banjarsari (230 MW), PLTP Lumut Balai-FTP2 #3,4 (2x55 MW), PLTP
Sarulla-FTP2 (110 MW), PLTA Lawe Mamas (45 MW) dan PLTG peaking
total 500 MW.

5. Analisa aliran daya tahun 2015


Pada tahun ini terdapat pembangunan transmisi 275 kV baru, yaitu transmisi
275 kV Muara Enim - Betung – Sungai Lilin (Sumsel-7) - Bayung Lincir
(Sumsel-5) Aur Duri – Rengat – New Garuda Sakti seiring dengan tambahan
pembangkit PLTU mulut tambang Sumsel-5 150 MW, Sumsel-7 150 MW,
Keban Agung 225 MW.
Arah aliran daya pada tahun ini adalah dari Sumbagut ke Sumbagselteng ke,
melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan sebesar 216
MW. Adapun transfer sistem 275 kV ke sub sistem Lampung sebesar 305
MW sedangkan transfer daya melalui transmisi 275 kV sub Sistem Jambi
(Aur Duri) ke sub sistem Riau (Rengat) sebesar 202 MW.
Pada tahap awal pembangunan segmen transmisi 275 kV Aur Duri – Rengat
ini dibangun dengan konstruksi 500 kV, yang kemudian mulai akan
dioperasikan dengan sistem 500 kV setelah beroperasinya PLTU di Jambi
sampai dengan 800 MW mulai tahun 2018.
Tambahan pembangkit baru di sistem Sumatera antara lain PLTU Pangkalan
Susu FTP2 #3,4 (2x200 MW), PLTU Meulaboh #3 (200 MW), PLTP Hululais
FTP2 (110 MW), PLTP Sungai Penuh FTP2 (110 MW), PLTU Keban Agung
(2x112,5 MW), PLTU Sumsel-5 #1 (150 MW), PLTU Sumsel-7 #1 (150 MW),
PLTP Ulubelu #3,4 (110 MW), PLTP Lumut Balai (110 MW) dan PLTP
Sarulla (220 MW).

6. Analisa aliran daya tahun 2016


Pada tahun ini terdapat pembangunan transmisi 275 kV baru, yaitu transmisi
275 kV sub sistem NAD mulai Sigli – Lhokseumawe dan pengoperasian
transmisi 275 kV Meulaboh – Sigli yang sebelumnya dioperasikan dengan
tegangan 150 kV seiring dengan beroperasinya PLTU Meulaboh #3,4 (400

247
MW).Selain itu juga diperlukan pembangunan transmisi 275 kV PLTU Cirenti
– Rengat untuk mengevakuasi daya PLTU Cirenti.
Arah aliran daya pada tahun ini adalah dari Sumbagselteng ke Sumbagut,
melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan seiring dengan
mulai beroperasinya pembangkit mulut tambang dan panas bumi di sistem
Sumbagselteng. Adapun transfer sistem 275 kV ke sub sistem Lampung
sebesar 420 MW sedangkan transfer daya melalui transmisi 275 kV ke sub
sistem Riau sebesar 211 MW.
Tambahan pembangkit baru di sistem Sumatera antara lain PLTA
Peusangan (88 MW), PLTA Asahan III (174 MW), PLTA Merangin (175 MW),
PLTU Sumsel-6 #1 (300 MW), PLTU Riau MT #1 (300 MW), PLTU Sumsel-5
#2 (150 MW), PLTU Sumsel-7 #2 (150 MW).

7. Analisa aliran daya tahun 2017


Pada tahun ini terdapat pembangunan transmisi 275 kV baru, yaitu transmisi
275 kV sub sistem NAD mulai Sigli – Ulee Kareng untuk memasok kota
Banda Aceh dan sekitarnya.
Arah aliran daya pada tahun ini adalah dari Sumbagselteng ke Sumbagut,
melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan sebesar 225
MW. Adapun transfer sistem 275 kV ke sub sistem Lampung sebesar 261
MW sedangkan transfer daya melalui transmisi 275 kV ke sub sistem Riau
sebesar 226 MW.
Tambahan pembangkit baru di sistem Sumatera antara lain PLTA Merangin
#2 (175 MW), PLTA Simonggo-2 (86 MW), PLTA Masang-2 (55 MW), PLTU
Sumsel-6 #2 (300 MW), PLTU Riau MT #2 (300 MW), PLTP Rajabasa FTP2
(220 MW), PLTP Muara Laboh FTP2 (220 MW) dan PLTP Sarulla II FTP2
(110 MW).

8. Analisa aliran daya tahun 2018


Pada tahun ini transmisi 500 kV dari PLTU Jambi – Aur Duri – New Garuda
Sakti sudah beroperasi, seiring dengan beroperasinya PLTU Jambi unit #1 (1
x 400 MW)
Arah aliran daya pada tahun ini adalah dari Sumbagselteng ke Sumbagut,
melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan sebesar 540
MW. Adapun transfer sistem 275 kV ke sub sistem Lampung sebesar 400

248
MW sedangkan transfer daya melalui transmisi 275 kV ke sub sistem Riau
sebesar 660 MW.
Tambahan pembangkit baru antara lain PLTU Jambi KPS Jambi #1 (1x400
MW), PLTU Sumsel-1 #1 (400 MW), PLTP Rantau Dedap FTP2 (110 MW),
PLTP Sorik Marapi FTP2 (240 MW) dan PLTP Suoh Sekincau (110 MW).

9. Analisa aliran daya tahun 2019


Arah aliran daya masih dari selatan ke utara, dengan transfer daya sebesar
360 MW melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan,
transfer daya ke sub sistem Riau melalui transmisi 500 kV Rengat – New
Garuda Sakti sebesar 1100 MW dan transfer ke sub sistem Lampung melalui
transmisi 275 kV Muara Enim – Gumawang sebesar 440 MW.
Tambahan pembangkit baru antara lain PLTU Jambi KPS #2 (1x400 MW),
PLTU Sumsel-1 #2 (400 MW) dan PLTP Rantau Dedap FTP2 #2 (110 MW)
dan PLTP Suoh Sekincau (110 MW).

10. Analisa aliran daya tahun 2020


Arah aliran daya dari selatan ke utara, dengan transfer daya sebesar 490
MW melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padang Sidempuan, transfer
daya ke sub sistem Riau melalui transmisi 500 kV Rengat – New Garuda
Sakti sebesar 1150 MW dan transfer ke sub sistem Lampung melalui
transmisi 275 kV Muara Enim – Gumawang sebesar 450 MW.
Tambahan pembangkit baru antara lain PLTG Peaker (200 MW) dan PLTP
tersebar (695 MW)

A1.9 Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi


Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk,

• Meningkatkan keandalan dan mutu tegangan pelayanan

• Perbaikan SAIDI dan SAIFI

• Menurunkan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan yang tua

• Meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan


Proyeksi kebutuhan fisik distribusi wilayah Sumatera seperti pada Lampiran A1.9.

249
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Regional Sumatera

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 6,569 6,711 1,470 1,091,206
2012 4,562 4,285 766 594,512
2013 4,661 4,509 819 605,242
2014 5,011 4,869 836 619,356
2015 5,031 4,982 872 537,293
2016 5,403 5,271 900 498,951
2017 5,548 5,273 941 493,516
2018 5,951 5,608 978 506,895
2019 6,291 5,788 1,041 522,635
2020 6,590 5,955 1,072 540,399
Jumlah 55,618 53,251 9,694 6,010,005

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Regional Sumatera
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 148.8 100.1 50.9 39.0 338.9
2012 106.0 64.0 36.2 42.3 248.6
2013 111.4 69.1 37.0 54.8 272.3
2014 123.4 76.8 38.4 63.1 301.8
2015 126.0 79.8 37.1 32.7 275.5
2016 140.8 88.4 34.2 34.6 298.0
2017 145.3 87.1 35.8 36.3 304.5
2018 161.7 98.3 38.0 38.2 336.2
2019 174.5 104.2 41.1 39.1 359.0
2020 188.3 108.5 43.9 39.0 379.7
Jumlah 1,426.3 876.4 392.7 419.1 3,114.5

Dari tabel perkiraan kebutuhan distribusi regional sumatera tahun 2011-2020


dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Selama kurun waktu tahun 2011-2020 direncanakan membangun JTM


61.600 kms, JTR 65.510 kms, Kapasitas gardu distribusi 14.054 MVA untuk
menunjang penyambungan pelanggan sejumlah 6,0 juta.

• Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut, untuk menunjang


pengembangan sistem distribusi tersebut membutuhkan biaya total sebesar
USD 3.469 juta USD (JTM USD 1.564 juta, JTR USD 1.076 juta, gardu
USD 410 juta, dan sambungan pelanggan 419 juta USD) dan diperkirakan
setiap tahunnya dibutuhkan anggaran sebesar USD 350 juta.

• Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari


67,1 % tahun 2010, menjadi 73,3 % di tahun 2014 untuk regional sumatera
A1.10 Program Listrik Perdesaan

250
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Regional Sumatera
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)
2011 3.344,0 3.280,9 139,9 2.263 -
2012 1.810,2 1.531,0 44,4 758 89.727 8.515
2013 3.657,2 3.260,8 89,8 1.426 122.274
2014 3.539,5 3.207,4 89,1 1.440 125.131
Total     12.351,0       11.280,1        363,1       5.887,9        337.132,4

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Regional Sumatera (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 602.819,7 291.317,9 158.190,5 2.601,8 - 1.148.370,6


2012 309.601,9 146.424,4 69.034,1 - - 590.994,6
2013 893.240,2 378.469,5 218.991,7 - 29.401,0 1.520.102,5
2014 953.237,8 406.867,9 231.746,3 - 32.186,6 1.624.038,6
Total     2.758.899,7      1.223.079,7      677.962,7         2.601,8       61.587,7      4.883.506,3

Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya listrik perdesaan regional
Sumatera tahun 2011-2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Selama kurun waktu tahun 2010-2014 direncanakan membangun JTM


12.351 kms, JTR 11.280 kms, Kapasitas gardu distribusi 363 MVA.

• Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut, untuk menunjang


kegiatan listrik perdesaan tersebut sebesar Rp 4,88 triliun (JTM Rp 2,8
triliun, JTR Rp 1,22 triliun, gardu Rp 0,7 triliun, pembnagkit dan pelanggan
Rp 2,6 triliun

A1.11 Program Energi Baru dan Terbarukan


Lihat Bab 4.11, halaman 96.
A1.12 Proyeksi Kebutuhan Investasi
Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem
Sumatera diberikan pada Lampiran A1.12.

251
LA
AMPIRAN
N A2
SISTEM
M INTERKO
ONEKSI KALIMANTAN
K BAR
RAT
252
LAM
MPIRAN A2.1
PROY
YEKSI KEB
BUTUHANN TENAG
GA LISTRIK
SISTEM KALIMAN
NTAN BAR
RAT
253
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Sistem Kalimantan Barat

Sistem Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Wil Kalbar
Sistem Khatulistiwa
Produksi GWh 1.121 1.379 1.749 2.021 2.201 2.544 2.707 2.879 3.060 3.304
254

Faktor Beban % 69 74 77 68 69 74 68 68 68 69
Beban Puncak MW 186 211 259 339 362 394 457 486 516 548
LA
AMPIRAN
N A2.2
NERACAA DAYA
SISTEM
M KALIMA
ANTAN BA
ARAT
255
Grafik Neraca Daya Sistem Kalbar

900 Pembangkit Terpasang PLN


MW

Pembangkit Sewa 54%


PLTGB Sewa PLTG PLN
800
PLTU PLN 47% PLTA PLN
PLTU FTP2
51%
53%
700 PLTU IPP
Power Purchase (Sesco)
PLTA PLN
600 g
Reserve Margin 46%
Beban Puncak 43% Power Purchase (Sesco)
500 45%
256

57% PLTU IPP


400

37%
300 45%
PLTU (FTP2)

200
PLTU (FTP2)
Kapasitas Terpasang
100

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Tahun
256
Neraca Daya Sistem Kalbar
Kebutuhan dan Pasokan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi GWh 1,121 1,379 1,749 2,021 2,201 2,544 2,707 2,879 3,060 3,304
Faktor Beban % 69 74 77 68 69 74 68 68 68 69
Beban Puncak MW 186 211 259 339 362 394 457 486 516 548
Pasokan
Kapasitas Daya Terpasang 270 290 253 117 42 50 75 61 61 69
PLN
PLTG-HSD PLN (Siantan) MW 34 34 34 - - - - - - -
PLTD-MFO PLN (Sei Raya & Siantan) MW 100 100 100 - - - - - - -
PLTD-MFO PLN (Sei Wie & Sudirman) MW 19 19 19 - - - - - - -
Interkoneksi sistem-sistem isolated - - 12 47 42 50 75 61 61 69
S
Sewa MW 117 137 88 70 - - - - - -
Retired & Moultbolled (PLN) MW 6 - - 153 - - - - - -
257

Tambahan Kapasitas
PLN
On-going dan Committed Project
Pantai Kura-Kura (FTP1) PLTU 55
Parit Baru (FTP1) PLTU 100
Rencana
Parit Baru - Loan China (FTP2) PLTU 50 50
Nanga Pinoh PLTA 49 49
Kalbar - 1 PLTU 50 50
Kalbar - 2 PLTU 50 50
IPP
Rencana
Pontianak - 2 PLTU 25 25
Pontianak - 3 PLTU 50

Power Purchase dengan SESCo (Peaking) 275 KV 120


Power Purchase dengan
g SESCo ((Baseload)) 275 KV 50 -50

Jumlah Pasokan MW 270 290 408 492 517 575 699 734 759 842
Reserve Margin % 45 37 57 45 43 46 53 51 47 54
LAM
MPIRAN A2.3
A
PRO
OYEK-PR
ROYEK IPP TERKENDALA
SISTEM KALIMAN
K NTAN BARRAT
258
A2.3
3 Proyek-proye
ek IPP yg terke
endala
Dalam perenccanaan pemban ngkit IPP, ada beberapa
b proye
ek pembangkit IPP yang
Perjanjian Pemmbelian Tenag ga Listrik (PPTL
L) nya mengalaami kendala. Ka
ategori
PPTL terkend dala adalah,
Kateg
gori 1, tahap op
perasi adalah taahap dimana IPPP sudah menccapai
COD.
Kateg
gori 2, tahap pe
embangunan/ko onstruksi diman
na IPP sudah mencapai
m
Finan
ncial Closing (F
FC) tapi belum mencapai
m COD
D.
Kateg
gori 3, Tahap pendanaan
p IPP yang sudah memiliki
m PPTL, tetapi
t
belum
m mencapai Fin nancial Closing (FC).
Pembangkit IP PP yang terkenndala di sistem Kalimantan Ba
arat adalah,
- PLT
TU Ketapang 2xx7 MW masuk dalam kategori 2
- PLT
TU Pontianak 2x25
2 MW masu uk dalam kategori 2
Saat ini penyeelesaian IPP terkendala tersebut sedang dip
proses oleh Kom
mite
Direktur untukk IPP dan Kerja
asama Kemitraa an.
259
LA
AMPIRAN
N A2.4
NERACA ENERGI
E
SISTEM KALIMAN
NTAN BA
ARAT
260
Proyeksi Neraca Energi
Sistem Kalbar
(GWh)

JENIS 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Batubara - - 824 1.228 1.471 1.788 1.793 1.797 2.377 2.641
Gas
LNG - - - - - - - - - -
HSD 117 257 171 12 6 7 7 10 14 10
MFO 1.004 1.121 753 72 3 16 21 35 55 35
261

SESCO - - - 709 721 733 737 738 314 317


Hydro
y - - - - - - 150 300 300 300
Total 1.121 1.379 1.749 2.021 2.201 2.544 2.707 2.879 3.060 3.304
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer
Sistem Kalbar

FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

HSD ( x 1000 kL ) 42 89 114 4 0 1 1 3 7 3

MFO ( x 1000 kL ) 254 279 171 18 1 4 5 9 14 9


262

GAS (GBTU)

LNG (GBTU) - - - - - - - - - -

Batubara (kTON) - - 565 701 868 1.102 1.137 1.178 1.610 1.832
LA
AMPIRAN
N A2.5
CA
APACITYY BALANC
CE GARDU
U INDUK
SISTEM
M KALIMA
ANTAN BA
ARAT
263
Capacity
p y Balance Sistem Kalimantan Barat
TEG. CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. NAMA GI Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf
(KV) MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA

1 GI SIANTAN 150/20 2 30 60 25,67 29,33 34,04 40,13 60 48,04 51,82 53,64 56,15 61,82 30 67,13
50,34% 57,50% 66,75% 39,34% 47,10% 50,81% 52,59% 55,05% 60,61% 65,82%

2 GI SEI RAYA 150/20 2 30 60 38,01 35,75 120 39,00 40,90 46,01 50,10 52,62 52,69 69,12 69,40
74,54% 23,37% 25,49% 26,73% 30,07% 32,75% 34,39% 34,44% 45,17% 45,36%

3 GI. PARIT BARU 150/20 1 30 30 15,18 15,60 17,34 15,86 17,33 15,66 22,55 30 32,68 33,06 35,31
59,54% 61,17% 67,98% 62,19% 67,98% 61,40% 44,22% 64,08% 64,83% 69,24%

4 GI. MEMPAWAH 150/20 1 30 30 16,78 17,55 15,00 21,85 30 23,66 30,63 33,75 29,04 31,51 33,89
65,79% 68,84% 58,84% 42,84% 46,40% 60,06% 66,17% 56,94% 61,79% 66,45%

5 GI.SINGKAWANG 150/20 1 30 30 14,62 15,30 16,34 15,85 19,33 30 20,12 21,85 28,72 33,74 32,69
57,35%
, 60,01%
, 64,09%
, 62,16%
, 37,90%
, 39,45%
, 42,85%
, 56,32%
, 66,17%
, 64,09%
,

6 GI. KOTA BARU 150/20 1 30 30 14,41 16,93 15,79 17,07 13,31 13,87 15,29 15,81 17,44 24,96 30
56,50% 66,39% 61,91% 66,96% 52,19% 54,40% 59,97% 62,01% 68,40% 48,95%

7 GI PLTU KURA-KURA 150/20 1 30 30 11,71 12,14 12,83 13,88 14,88 15,34 16,50 17,73 14,06 15,29
264

45,94% 47,60% 50,33% 54,44% 58,37% 60,17% 64,70% 69,54% 55,13% 59,98%

8 GI SAMBAS 150/20 1 30 30 12,02 12,83 16,02 15,18 15,80 17,16 23,63 30 17,22 21,74
47,13% 50,33% 62,81% 59,53% 61,96% 67,29% 46,33% 33,76% 42,63%

9 GI SANGGAU 150/20 1 30 30 17,04 15,63 19,59 30 21,48 23,55 25,80 28,02


66,82% 61,31% 38,41% 42,12% 46,17% 50,60% 54,95%

10 GI TAYAN 150/20 1 30 30 6,54 7,29 8,04 8,54 9,45 10,46 11,58 12,70
25,66% 28,57% 31,55% 33,48% 37,08% 41,04% 45,41% 49,79%

11 GI BENGKAYANG 150/20 1 30 30 6,48 7,15 7,82 8,21 9,01 9,88 10,82 11,75
25,41% 28,03% 30,65% 32,22% 35,33% 38,73% 42,44% 46,09%

12 GI NGABANG 150/20 1 30 30 9,07 10,01 10,94 11,50 12,61 13,83 15,15 16,45
35,57% 39,24% 42,91% 45,10% 49,46% 54,22% 59,42% 64,53%

13 GI SEKADAU 150/20 1 30 30 6,66 10,28 7,66 8,40 9,20 10,09 10,95


26,12% 40,33% 30,03% 32,93% 36,09% 39,56% 42,96%

14 GI SINTANG 150/20 2 30 60 18,36 20,27 21,51 23,82 26,36 32,17 31,99


35,99% 39,74% 42,18% 46,70% 51,69% 63,08% 62,72%

15 GI NANGA PINOH 150/20 1 20 20 9,43 10,34 11,34 9,43 13,49


55,48% 60,84% 66,70% 55,45% 79,38%

16 GI KETAPANG 150/20 2 30 60 28,53 30,98 33,62 33,15


55,95%
, 60,74%
, 65,92%
, 65,01%
,
Capacity
p y Balance Sistem Kalimantan Barat
TEG. CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. NAMA GI Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf Peak Add Trf
(KV) MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA
17 GI SANDAI 150/20 1 30 30 3,36 3,68 4,04 4,42 7,80
13,17% 14,44% 15,83% 17,35% 30,60%

18 GI KOTA BARU 2 150/20 1 30 30 8,76 9,42 10,12 10,88 11,59


34,35%
, 36,93%
, 39,70%
, 42,67%
, 45,43%
,

19 GI SUKADANA 150/20 1 30 30 8,76 9,70 10,73 11,88 13,02


34,35% 38,03% 42,10% 46,58% 51,08%

20 GI PUTUSIBAU 150/20 1 30 30 14,77


57,92%

Penambahan Trafo (MVA) 710 - 120 - 90 30 30 30 30 30 30


Total Beban Gardu Induk 136,39 154,61 185,27 248,05 270,73 311,91 370,39 406,81 442,94 494,54
Beban Pembangkit Siantan 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Beban Pembangkit Sei Ra Raya
a 20 00
20,00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00 20,00
20 00
Total Beban Gardu Induk & PLTD 176,39 194,61 225,27 288,05 310,73 351,91 410,39 446,81 482,94 534,54
Total Beban Sistem 173,34 192,33 224,27 287,01 309,73 378,08 410,28 445,11 482,82 533,53
Diversity Factor 1,02 1,01 1,00 1,00 1,00 0,93 1,00 1,00 1,00 1,00
265
LAM
MPIRAN A2.6
RENCA
ANA PEN
NGEMBAN NGAN PEN
NYALURA
AN
SISTEM KALIMAN
NTAN BA
ARAT
266
Proyeksi Kebutuhan Fisik Transmisi dan GI
Kalimantan Barat
(kms)
Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
275 kV - - 180 - - - - - - - 180
150 kV 112 310 596 280 - 180 860 - - 300 2.638
TOTAL 112 310 776 280 - 180 860 - - 300 2.818
267

(MVA)
Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
275/150 kV - - 250 - - - - - - - 250
150/20 kV 60 150 90 210 30 150 90 30 60 60 930
TOTAL 60 150 340 210 30 150 90 30 60 60 1.180
Rencana Pengembangan Transmisi
Kalimantan Barat

Biaya
N
No. P
Propinsi
i i D i
Dari  K
Ke  T
Tegangan  C d t
Conductor  k
kms  COD
(M USD)
1 Kalbar Parit Baru Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2011
2 Kalbar Sei Raya Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 32 1,77 2011
3 Kalbar PLTU Singkawang (Perpres)/Kura2 Incomer 2 pi (Singkawang‐Mempawah) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,22 2011
4 Kalbar Singkawang Sambas 150 kV 2 cct, 1 Hawk 126 6,98 2012
5 Kalbar Siantan Tayan 150 kV
150 kV 2 cct, 2 Hawk
cct 2 Hawk 184 10 19
10,19 2013
6 Kalbar Singkawang Bengkayang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 120 6,65 2013
7 Kalbar Bengkayang Ngabang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 9,97 2013
268

8 Kalbar Ngabang Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 110 6,09 2013


9 Kalbar PLTU Parit Baru (IPP) Parit Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 6 0,33 2013
10 Kalbar Tayan Sanggau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 9,97 2014
11 Kalbar Sanggau Sekadau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 100 5,54 2014
12 Kalbar Sintang Sekadau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 9,97 2014
13 Kalbar Sintang Nanga Pinoh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 9,97 2016
14 Kalbar Sukadana Sandai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,74 2016
15 Kalbar Sandai Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,90 2016
16 Kalbar Nanga Pinoh Kota Baru 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 9,97 2016
17 Kalbar Ketapang Sukadana 150 kV 2 cct, 2 Hawk 200 15,27 2017
18 Kalbar Sintang Putusibau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,90 2020
19 Kalbar Bengkayang Perbatasan 275 kV 2 cct, 2 Zebra 180 28,36 2013
Rencana Pengembangan Gardu Induk
Kalimantan Barat
Baru/
No.  Propinsi Nama Gardu Induk  Tegangan  Kap Jumlah  COD  Keterangan
Extension 
1 Kalbar Kota Baru  150/20 kV Baru 30 2,62 2011
2 Kalbar Parit Baru Ext LB
Parit Baru Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1,24
1 24 2011
3 Kalbar Sei Raya Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2011
4 Kalbar PLTU Singkawang (Perpres)/Kura2 150/20 kV Baru 30 1,37 2011
5 Kalbar Sei Raya 150/20 kV Extension 120 3,81 2012
6 Kalbar Sambas 150/20 kV Baru 30 2,42 2012
7 Kalbar Singkawang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2012
8 Kalbar Tayan  150/20 kV Baru 30 2,42 2013
9 Kalbar Tayan Ext LB
Tayan Ext LB 150/20 kV
150/20 kV Extension 2 LB
2 LB 1 24
1,24 2013
10 Kalbar Sei Raya Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,24 2013
11 Kalbar Bengkayang  150/20 kV Baru 30 2,62 2013
12 Kalbar Ngabang  150/20 kV Baru 30 2,62 2013
269

13 Kalbar Sanggau  150/20 kV Baru 30 2,62 2014


14 Kalbar Sekadau  150/20 kV Baru 30 2,62 2014
15 Kalbar Sintang  150/20 kV Baru 60 4,00 2014
16 K lb
Kalbar Si t
Siantan 150/20 kV
150/20 kV E t i
Extension 60 1 39
1,39 2014
17 Kalbar Mempawah 150/20 kV Extension 30 1,39 2014
18 Kalbar Singkawang 150/20 kV Extension 30 1,39 2015
19 Kalbar Naga Pinoh  150/20 kV Baru 30 2,62 2016
20 Kalbar Sintang Ext LB 150/20 kV Extension 1 LB 0,62 2016
21 Kalbar Sukadana  150/20 kV Baru 30 2,62 2016
22 Kalbar Sandai  150/20 kV Baru 30 2,62 2016
23 Kalbar Sanggau 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 39
1,39 2016
24 Kalbar Kota Baru 2 150/20 kV Baru 30 2,62 2016
25 Kalbar Ketapang  150/20 kV Baru 60 4,00 2017
26 Kalbar Parit Baru 150/20 kV Extension 30 1,39 2017
27 Kalbar Sambas 150/20 kV Extension 30 1,39 2018
28 Kalbar Siantan 150/20 kV Extension 60 1,39 2019
29 Kalbar Putusibau  150/20 kV Baru 30 2,62 2020
30 Kalbar Kota Baru
Kota Baru 150/20 kV
150/20 kV Extension 30 1 39
1,39 2020
31 Kalbar Bengkayang  275/150 kV Baru 250 25,98 2013
L
LAMPIRA
AN A2.7
PE
ETA PENG
GEMBANGGAN PENY
YALURAN
N
SISTEM
M KALIMA
ANTAN BA
ARAT
270
PLTM PANCAREK‐SAJINGAN (IPP);  RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough
memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart
2 x 400 KW (2012) KALIMANTAN
your computer, and then open theBARAT
file again. If2011 - 2020
the red x still appears, you …
ARUK
PLTU 2 KALBAR  TJ. GUNDUL BIAWAK PLTM MERASAP‐BENGKAYANG (PLN); 
(PLN);  GI. SAMBAS 2 x 750 KW (2010)
Thn 2013 SERIKIN
2 x 27,5 MW (2013)
2 x 27,5 MW (2013) KUCHING
PLTU PERPRES TAHAP II  2 X  JAGOI BABANG GI MAMBONG (MATANG)
50 MW (2014) LOAN CHINA BATU KAYA
TEBEDU PLTGB (IPP) 8 MW  (2012)
GI. SINGKAWANG
Thn 2009 GI. PUTUSIBAU
ENTIKONG BADAU
GI & GITET. BENGKAYANG Thn 2020
Thn 2013
GI. PLTU KURA-KURA
Thn GI. NGABANG
2011
GI. MEMPAWAH Thn 2013
GI SANGGAU
55 km PLTU SINTANG (PLN); 3 X 7 MW (2012)
GI. PARIT BARU Thn 2014
GI. SINTANG
GI. SIANTAN Thn 2014

GI. SEKADAU (PLN); 6 (2013)


PLTGB NANGAPINOH (PLN); 6 (2013)
PLTGB NANGAPINOH 
GI. TAYAN
GI
Thn 2014
GI. SEI RAYA Thn 2013
GI. KOTA BARU PLTA NANGA PINOH (PLN) 98 MW 2017‐18
Thn 2011 PLTU SANGGAU (PLN); 2 X  GI. NANGA PINOH
7 MW (2012) Thn 2016
PLTU TAYAN (IPP); 2 X 25 
PLTU 1 KALBAR ‐PARIT BARU (PLN); 2 x 50  MW (2015)
MW (2013)
PLTU  PARIT BERKAT (IPP); 2 x 25 MW   GI. K0TA
(2014);
(2014);  BARU2 2017

GI. SUKADANA
Thn 2017
GI. SANDAI
Thn 2017
PLTU KETAPANG (PLN) ;  GI.GI
KUALA KURUN
Kuala Kurun
2 X 10 MW (2013)
GI. KETAPANG
GI
Thn 2017
PLTU KETAPANG (IPP) ; 2 X 7 MW (2012)

KETERANGAN :
Gardu Induk 275 kV Rencana PLTU Rencana
Transmisi 275 kV Rencana
PLTMH Rencana
Transmisi 150 kV Eksisting
Transmisi 150 kV Rencana Listrik Perbatasan Eksisting
Gardu Induk 150 kV Eksisting
Listrik Perbatasan Rencana
Gardu Induk 150 kV Rencana
LA
AMPIRAN
N A2.8
ANAL
LISIS ALIR
RAN DAYA
A
SISTEM KALIMAN NTAN BAR
RAT
272
Load Flow Sistem Kalimantan Barat Tahun 2012
273
Load Flow Sistem Kalimantan Barat Tahun 2015
274
Load Flow Sistem Kalimantan Barat Tahun 2018
275
L
LAMPIRA
AN A2.9
KEBUTUHA
AN FISIK PENGEM
MBANGANN DISTRIB
BUSI
SISTEM KALIMANT
S K TAN BAR
RAT
276
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Kalimantan Barat

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 138 394 51 44.189
2012 120 343 53 40.543
2013 109 312 46 36.973
2014 115 329 43 38.980
2015 122 347 50 41.105
2016 138 394 53 46.655
2017 146 418 56 49.419
2018 155 442 59 52.353
2019 164 469 62 55.467
2020 174 497 66 58.773
Jumlah 1.381 3.944 540 464.457
277

PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI


Provinsi Kalimantan Barat
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 10,2 7,5 4,9 2,6 25,2
2012
0 17,2
, 10,9
0,9 4,5
,5 2,4
, 35,0
2013 18,4 11,8 4,2 2,3 36,7
2014 18,2 13,7 4,3 2,5 38,8
2015 10,3 7,6 5,5 2,8 26,3
2016 17,8 11,7 5,3 3,4 38,1
2017 19,2 12,9 5,8 3,7 41,7
2018 19,1 15,0 6,6 4,1 44,9
2019 11,3 9,1 7,6 4,6 32,7
2020 18,7 13,2 7,6 5,1 44,6
Jumlah 160,7 113,4 56,3 33,6 364,0
LAM
MPIRAN A2.10
A
PR
ROGRAM LISTRIK PERDESA
AAN
SISTEM KALIMANT
S K TAN BAR
RAT
278
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Kalimantan Barat
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Kalimantan Barat
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)

2011 348,0 221,0 10,0 197


2012 182 5
182,5 167 6
167,6 23
2,3 62 5.725
5 725 875
2013 511,0 590,3 2,3 47 4.125
2014 468,0 645,0 2,4 47 4.525
Total            1.509,5         1.623,9          17,0              353              14.375
279

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Kalimantan Barat  (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 82.108,8 54.416,8 7.966,8 22.500,0 166.992,4


2012 46.875,3 23.395,5 6.120,8 76.391,5
2013 159 909 4
159.909,4 91 808 3
91.808,3 7 099 4
7.099,4 258 817 0
258.817,0
2014 156.909,5 108.375,4 8.796,1 274.081,0
Total         445.802,9        277.996,0        29.983,1       22.500,0                ‐        776.281,9
L
LAMPIRA
AN A2.11
PROYEKKSI KEBUT
TUHAN IN
NVESTASI
SISTE
EM KALIM
MANTAN BARAT
B
280
Proyeksi
y Kebutuhan Investasi Pembangkit,
g , Transmisi & Distribusi
[Fixed Asset Addition]
Kalimantan Barat
(Juta US$)

Investasi
Tahun Total
Pembangkit T/L dan GI Distribusi
2011 0 13 25 38
2012 82 14 35 132
2013 322 98 37 457
281

2014 75 37 39 151
2015 163 1 26 191
2016 75 69 38 182
2017 149 21 42 211
2018 74 1 45 120
2019 119 1 33 153
2020 119 27 45 191
Total 1.178 283 364 1.825
PENJELASAN LAMPIRAN A2.
SISTEM KALIMANTAN BARAT
A2.1 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Sistem Kalimantan Barat (Khatulistiwa) merupakan salah satu sistem besar di
pulau Kalimantan selain Sistem Kaltim (Mahakam) dan Sistem Kalimantan Selatan
& Tengah (Barito). Saat ini sistem Kalimantan Barat belum terinterkoneksi dengan
sistem Kalimantan Selatan dan Tengah.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik tahun 2011-2020, diperkirakan produksi energi
listrik pada sistem Kalbar meningkat rata-rata 12.7% per tahun, yaitu meningkat
dari 1.121 GWh pada tahun 2011 menjadi 3.304 GWh pada tahun 2020.
Faktor beban diperkirakan antara 67.6% sampai 76.9%
Beban puncak sistem Kalbar pada tahun 2011 sebesar 186 MW akan meingkat
menjadi 548 MW pada tahun 2020 dengan tersambungnya beberapa sistem
isolated yaitu sistem Singkawang, Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga
Pinoh, Ngabang dan Ketapang. Sistem-sistem kecil lainnya masih beroperasi
isolated.
Proyeksi kebutuhan beban sistem Kalimantan Barat tahun 2011 – 2020 diberikan
pada Lampiran A2.1.
A2.2 Neraca Daya
Sistem interkoneksi
Sistem interkoneksi Kalimantan Barat termasuk salah satu wilayah yang memiliki
potensi pertumbuhan tinggi, yaitu tumbuh rata-rata 12,6% per tahun sampai
dengan tahun 2020. Saat ini, di Kalimantan Barat terdapat sewa PLTD lebih dari
100 MW. Kapasitas terpasang pembangkit saat ini adalah 270 MW (termasuk
sewa), dimana semua pembangkit di sistem Kalbar menggunakan BBM sehingga
biaya operasi sangat tinggi.
Tambahan pembangkit pada sistem Kalbar seluruhnya masih dalam tahap
rencana, kecuali PLTU Percepatan Tahap 1, yaitu PLTU Parit Baru (2x50 MW) dan
PLTU Kura-kura (2x25 MW) yang direncanakan beroperasi tahun 2013.
Penandatangan kontrak untuk kedua PLTU ini sudah dilaksanakan pada tahun
2009.

282
Pada tahun 2014 dan 2015 sistem Kalimantan Barat akan melakukan pembelian
listrik dari Serawak sebesar 50 MW pada LWBP dan 120 MW pada WBP untuk
menggantikan pembangkit berbahan bakar minyak. Dalam jangka panjang (setelah
tahun ke-5) dimungkinkan seluruh pembelian tenaga listrik dari Serawak adalah
hanya selama WBP, hal ini dapat menunda kebutuhan pembangkit peaking yang
berbahan bakar mahal
Dari neraca daya sistem Kalimantan Barat terlihat bahwa reserve margin akan
mencapai 57% pada tahun 2013. Namun hal ini masih dapat diterima dengan
pertimbangan proyek-proyek PLTU Kalbar berisiko terlambat karena berbaga
sebab, interkoneksi dengan Serawak tidak ada klause take or pay yang berbasi
power pada WBP.
PLTU Batubara
Dengan adanya sumber batubara di Kabupaten Sintang, maka direncanakan
PLTU batubara 3x7 MW di Sintang untuk beroperasi pada tahun 2012. Selain itu
PLTU IPP juga akan dilaksanakan di Ketapang sebesar 2x10 MW.
PLTU Pantai Kura-kura FTP1 (2x27,5 MW) dan PLTU Parit Bru FTP1 (2x50)
diharapkan beroperasi pada tahun 2013. PLTU batubara (ex Loan China 2x50
MW) di Parit Baru juga diharapkan beroperasi pada tahun 2014.
Untuk memenuhi kebutuhan demand jangka panjang di Kalbar, maka
direncanakan pembangunan PLTU Kalbar-1 sebesar 2x50 MW dan PLTU Kalbar-2
(2x50 MW). PLTU IPP Pontianak-2 diperkirakan akan mundur dalam waktu yang
lama, sedangkan PLTU IPP Pontianak 3 diharapkan dapat beroperasi pada tahun
2015.
Interkoneksi Kalbar - Sarawak
Tujuan dari interkoneksi Kalbar-Sarawak adalah untuk menurunkan BPP dengan
menggantikan pembangkit BBM, meningkatkan keandalan sistem Kalbar dan
mengantisipasi keterlambatan pembangunan proyek PLTU. Proyek ini diperkirakan
akan selesai pada tahun 2014. Pola operasi 5 tahun pertama adalah impor 50 MW
flat pada LWBP dan maksimum 180 MW (on top dari beban dasar) pada WBP.
Tidak ada ketentuan take or pay yang berbasis daya. Setelah 5 tahun akan
berubah menjadi power exchange.
Proyek-proyek strategis:

283
− Proyek PLTU Percepatan Tahap 1 (PLTU Parit Baru dan PLTU Pantai Kura-
Kura) merupakan proyek strategis karena selain proyek-proyek ini akan dapat
mengatasi defisit pasokan daya yang saat ini sudah terjadi, juga sekaligus
akan mengurangi pemakaian BBM dari pembangkit-pembangkit eksisting.

− PLTU Parit Baru – Loan China (FTP2) 2x50MW dan PLTU Pontianak-3
diharapkan dapat beroperasi tepat waktu karena diperlukan oleh sistem
Kalbar.
Neraca Daya sistem Kalbar diberikan pada Lampiran A2.2.
A2.3 Proyek-proyek IPP yg terkendala
Telah cukup jelas diuraikan pada Lampiran A2.3.

A2.4 Neraca Energi


Selaras dengan pertumbuhan demand yang harus dipenuhi dengan
pengembangan pembangkit, produksi energi per jenis energi primer di sistem
Kalimantan Barat diberikan pada Lampiran A2.4.
Rencana pembangunan beberapa PLTU di Kalbar merupakan salah satu usaha
mengurangi biaya operasi pembangkitan mengingat pembangkit di Kalbar 100%
berbahan bakar minyak, HSD dan MFO. Adanya sumber batubara di Kabupaten
Sintang juga membuka peluang pembangunan PLTU batubara di daerah tersebut.
Peranan masing-masing energi primer tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Peranan MFO yang pada tahun 2010 masih cukup tinggi di Kalbar. Produksi
dengan menggunakan BBM adalah sebesar 650 GWh dan produksi dengan
BBM dari pembangkit sewa sebesar 718 GWh (termasuk sistem isolated).
Pada tahun 2011 karena belum adanya pengoperasian pembangkit baru
berbahan bakar selain BBM, maka produksi dengan BBM untuk sistem
interkoneksi akan mencapa 1.121 GWh.
b. Sejalan dengan rencana pengoperasian PLTU, maka diharapkan
penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama pada sistem kelistrikan Kalbar
dapat dikurangi.
c. Peranan sumber energi lain selain BBM dan batubara juga direncanakan.
Sumber energi tersebut adalah Air. Potensi air di daerah Nanga Pinoh
memberikan peluang untuk memanfaatkan sumber daya tersebut untuk

284
memenuhi kebutuhan listrik. PLTA Nanga Pinoh direncanakan dapat
beroperasi sebesar 98 MW pada tahun 2017/2018.
d. Peranan HSD hingga tahun 2020 tetap penting, mengingat beberapa sistem
kecil terisolasi dan tidak terhubung ke Grid sistem khatulistiwa masih
menggunakan PLTD sebagai pembangkit.

Kebutuhan Bahan Bakar

Kebutuhan bahan bakar HSD dan MFO cenderung menurun dari tahun 2011
hingga tahun 2020. Pada tahun 2011 penggunaan HSD dan MFO untuk sistem
interkoneksi sebesar 296 juta liter dan pada tahun 2020 sebesar 12 juta liter.
Volume pemakaian batubara meningkat dari 0,57 juta ton pada tahun 2013
menjadi 1,83 juta ton pada tahun 2020 atau meningkat hampir 4 kali lipat.
Kebutuhan bahan bakar di sistem Kalbar dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2020 dapat dilihat pada Lampiran A2.4.
A2.5 Capacity Balance Gardu Induk
Capacity Balance dibuat berdasarkan prakiraan beban per GI sampai tahun 2020
dengan kriteria penambahan trafo GI dilakukan saat pembebanan trafo terpasang
sudah melebihi 70%. Dengan kriteria tersebut kebutuhan pembangunan GI baru
dan pengembangan trafo GI eksisting untuk sistem Kalimantan Barat sampai
dengan tahun 2020 sebesar 1.240 MVA.
Proyeksi kebutuhan pengembangan gardu induk sistem Kalbar seperti pada
Lampiran A2.5.
A2.6 Rencana Pengembangan Penyaluran
Kebutuhan pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi untuk Kalbar
sampai dengan tahun 2020 adalah sepanjang 2.818 kms, meliputi,
– Pembangunan transmisi 150 kV baru terkait dengan proyek pembangkit
PLTU percepatan, PLTU IPP dan PLTA.
– Pengembangan transmisi 150 kV yang ada di lokasi tersebar di sistem
Kalbar dalam rangka memenuhi kriteria keandalan (N-1) dan untuk
mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan
fleksibilitas operasi.
– Pembangunan transmisi 275 kV interkoneksi Kalbar - Sarawak untuk
mendapatkan benefit ekonomi dari energy exchange pada saat terjadi

285
perbedaan marginal cost antara kedua sistem. Interkoneksi ini juga
bermanfaat sebagai contingency apabila konstruksi pembangkit baru
terlambat.

Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan sistem Kalimantan Barat diberikan


pada Lampiran A2.6.
A2.7 Peta Pengembangan Penyaluran
Peta pengembangan penyaluran adalah seperti pada Lampiran A2.7.
A2.8 Analisis Aliran Daya
Analisa aliran daya pada sistem Khatulistiwa dilakukan dengan memperhatikan
seluruh pembangkit dan beban yang ada pada neraca daya. Pada RUPTL 2011-
2020 ini hanya dilakukan analisa untuk tahun 2012, 2015 dan 2019.
Prakiraan aliran daya sistem Khatulistiwa dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahun 2012
Pada tahun 2012 belum ada tambahan pembangkit baru. Tegangan sistem
tertinggi di GI Singkawang (150 kV) dan tegangan terendah di GI Sintang
(148,5 kV). Pembebanan pada semua ruas transmisi 150 kV masih
memenuhi kriteria N-1.
Tambahan transmisi baru dari tahun 2011 s.d 2012 adalah transmisi 150 kV
Sambas–Singkawang, transmisi 150 kV Singkawang–Bengkayang dan
transmisi 150 kV Siantan–Tayan.
2. Tahun 2015
PLTU Pantai Kura-Kura (FTP1) 2x27,5 MW, PLTU Parit Baru (FTP1) 2x50
MW, PLTU Parit Baru – Loan China (FTP2) , PLTU Pontianak-3 50 MW
sudah beroperasi pada tahun 2013 s.d 2015. Sistem Kalbar juga telah
terinterkoneksi dengan sitem Sarawak. Tegangan sistem tertinggi di GI
PLTU Kura-Kura (150 kV) dan tegangan terendah di GI Sintang (142 kV).
Pembebanan pada semua ruas transmisi 150 kV masih memenuhi kriteria
N-1.
Tambahan transmisi baru dari tahun 2013 s.d 2015 adalah transmisi 275 kV
Bengkayang – Border (Sarawak), transmisi 150 kV Bengkayang – Nabang –
Tayan – Sanggau – Sintang.
3. Tahun 2018
PLTU Kalbar-1 2x50 MW, PLTA Nanga Pinoh 89 MW beroperasi pada
tahun 2016-2018. Pola operasi interkoneksi dengan Sarawak masing tetap
sama, yaitu 50 MW di LWBP dan 120 MW di WBP. Tegangan sistem

286
tertinggi di GI PLTU Kura-Kura (153 kV) dan tegangan terendah di GI
Nanga Pinoh (143 kV). Pembebanan pada semua ruas transmisi 150 kV
masih memenuhi kriteria N-1.
Tambahan transmisi baru dari tahun 2016 s.d 2019 ada tiga ruas transmisi
yaitu SUTT 150 kV Tayan–Sandai, SUTT 150 kV Sandai–Sukadana, SUTT
150 kV Sukadana–Ketapang.
A2.9 Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi
Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk,

• Meningkatkan keandalan dan mutu tegangan pelayanan

• Perbaikan SAIDI dan SAIFI

• Menurunkan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan yang tua

• Meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan


Proyeksi kebutuhan fisik distribusi wilayah Kalimantan Barat seperti pada Lampiran
A2.9.
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
Provinsi Kalimantan Barat

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 138 394 51 44,189
2012 120 343 53 40,543
2013 109 312 46 36,973
2014 115 329 43 38,980
2015 122 347 50 41,105
2016 138 394 53 46,655
2017 146 418 56 49,419
2018 155 442 59 52,353
2019 164 469 62 55,467
2020 174 497 66 58,773
Jumlah 1,381 3,944 540 464,457

287
PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI DISTRIBUSI
Provinsi Kalimantan Barat
Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total
2011 10.2 7.5 4.9 2.6 25.2
2012 17.2 10.9 4.5 2.4 35.0
2013 18.4 11.8 4.2 2.3 36.7
2014 18.2 13.7 4.3 2.5 38.8
2015 10.3 7.6 5.5 2.8 26.3
2016 17.8 11.7 5.3 3.4 38.1
2017 19.2 12.9 5.8 3.7 41.7
2018 19.1 15.0 6.6 4.1 44.9
2019 11.3 9.1 7.6 4.6 32.7
2020 18.7 13.2 7.6 5.1 44.6
Jumlah 160.7 113.4 56.3 33.6 364.0

Dari tabel perkiraan kebutuhan distribusi regional Kalimantan Barat tahun 2011-
2020 dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Selama kurun waktu tahun 2011-2020 direncanakan membangun JTM


1.381 kms, JTR 3.944 kms, kapasitas gardu distribusi 540 MVA untuk
menunjang penyambungan sejumlah 464 ribu pelanggan.

• Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut, untuk menunjang


pengembangan sistem distribusi tersebut membutuhkan biaya total sebesar
USD 364 juta (JTM USD 161 juta, JTR USD 113 juta, gardu distribusi USD
56 juta dan sambungan pelanggan USD 34 juta) dan diperkirakan setiap
tahunnya dibutuhkan anggaran sebesar USD 36 juta.

• Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari


58,3 % tahun 2010, menjadi 66,5 % di tahun 2014 untuk regional
Kalimantan Barat.

A2.10 Program Listrik Perdesaan

Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Propinsi Kalimantan Barat
JTM JTR Trafo Listrik murah
Tahun Jml Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hemat (RTS)

2011 348,0 221,0 10,0 197


2012 182,5 167,6 2,3 62 5.725 875
2013 511,0 590,3 2,3 47 4.125
2014 468,0 645,0 2,4 47 4.525
Total            1.509,5         1.623,9          17,0              353             14.375

288
Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Propinsi Kalimantan Barat  (juta Rp)
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Pelanggan Total

2011 82.108,8 54.416,8 7.966,8 22.500,0 166.992,4


2012 46.875,3 23.395,5 6.120,8 76.391,5
2013 159.909,4 91.808,3 7.099,4 258.817,0
2014 156.909,5 108.375,4 8.796,1 274.081,0
Total         445.802,9         277.996,0        29.983,1       22.500,0                 ‐         776.281,9

Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya listrik perdesaan regional
Kalimantan Barat tahun 2011-2014 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Selama kurun waktu tahun 2011-2014 direncanakan membangun JTM


1.510 kms, JTR 1.624 kms, Kapasitas gardu distribusi 17 MVA.

• Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut, untuk menunjang


kegiatan listrik perdesaan tersebut sebesar Rp 776,3 milyar (dengan rincian
JTM Rp 445,8 milyar, JTR Rp 278,0 milyar, gardu distribusi Rp 30,0 milyar,
pembangkit dan sambungan pelanggan Rp 22,5 milyar).

A2.11 Program Energi Baru dan Terbarukan


Lihat Bab 4.11, halaman 96.
A2.12 Proyeksi Kebutuhan Investasi
Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem
Kalimantan Barat diberikan pada Lampiran A2.12.

289
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN

PER PROVINSI

WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT

290
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI WILAYAH
OPERASI INDONESIA BARAT

A3. PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

A4. PROVINSI SUMATERA UTARA

A5. PROVINSI RIAU

A6. PROVINSI KEPULAUAN RIAU

A7. PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A8. PROVINSI SUMATERA BARAT

A9. PROVINSI JAMBI

A10. PROVINSI SUMATERA SELATAN

A11. PROVINSI BENGKULU

A12. PROVINSI LAMPUNG

A13. PROVINSI KALIMANTAN BARAT

291
LAMPIRAN A.3
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

A3.1. KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI

Sistem kelistrikan di Aceh terdiri dari sistem interkoneksi 150 kV Sumut-Aceh dan
sub-sistem isolated dengan tegangan distribusi 20 kV. Sekitar 71% dari sistem
kelistrikan Aceh dipasok oleh sistem interkoneksi 150 kV Sumbagut dan sisanya 29%
dilayani oleh pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini daerah yang sudah dipasok
sistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
melalui 7 gardu induk yang terletak di Kabupaten/Kota: Tamiang, Langsa, Aceh Timur,
Lhokseumawe, Bireuen, Pidie dan Pidie Jaya, Banda Aceh dan Aceh Besar, dengan
posisi pembangkit semua berada di Sumut. Peta sistem kelistrikan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam ditunjukkan pada Gambar A3.1.
Seluruh wilayah pantai barat dan tengah Aceh serta kepulauannya masih dipasok
oleh PLTD berbahan bakar HSD dengan sistem kelistrikan 20 kV.

Gambar A3.1 Peta Sistem Kelistrikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

292
Daerah yang dilayani dari sistem interkoneksi masih dalam kondisi rawan
pemadaman karena jumlah kapasitas pembangkit yang masuk grid tidak mempunyai
cadangan daya yang cukup. Pemadaman dalam skala besar bisa terjadi apabila ada
gangguan pada jaringan transmisi atau ganggguan (atau pemeliharaan) pada unit
pembangkit berkapasitas besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan sewa
genset sebesar 150 MW di 4 lokasi.
Pada sistem isolated 20 kV yang meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan
Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh
Tenggara, Gayo Lues, Kota Sabang dan Simeulu terdapat genset sewa dengan
kapasitas total 53 MW untuk mengatasi defisit pada sistem isolated tersebut.
Kapasitas terpasang ketujuh GI di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah 390
MVA. Rincian kapasitas GI dan pembangkit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
masing-masing seperti ditunjukkan pada Tabel A3.1 dan Tabel A3.2.

Tabel A3.1 Kapasitas Gardu Induk Eksisting per 2010

Nama Kapasitas Trafo (MVA) Peak Load


No Keterangan
Gardu Induk #1 #2 #3 (MW)
1 Banda Aceh 85,9 KIT-PLTD // 20 KV= 57.9 MW
a. Lambaro 30 30 60
2 Sigli 28,4 KIT-PLTD // 20 KV= 20 MW
a. Tijue 30 10 20
3 Lhokseumawe 81,2 KIT-PLTD // 20 KV= 70 MW
a. Bayu 30 30
b. Juli Bireun 30 30
4 Langsa 44,2 KIT-PLTD // 20 KV= 15 MW
a. Alur Dua 30
b. Tualang Cut 10 10 10
c. Alur Bate, Idi 30
Jumlah 390 239,7

293
Tabel A3.2. Kapasitas Pembangkit Eksisting per 2010

Daya Beban
Bahan
No Nama Pembangkit Jenis Pemilik Mampu Puncak
Bakar
(MW) (MW)
A Sistem Interkoneksi 150 KV
1 Banda Aceh PLTD HSD PLN 22 86
Genset Sewa Swasta 45
2 Lhokseumawe PLTD HSD PLN 14 81
Genset Sewa Swasta 70
3 Sigli PLTD HSD PLN 8 28
Genset Sewa Swasta 20
4 Langsa PLTD HSD PLN 0 44
Genset Sewa Swasta 15
Total A 194 240
B Sistem Isolated
1 Takengon PLTD HSD PLN 13 13
2 Sabang PLTD HSD PLN 7 4
3 Kutacane PLTD, PLTM HSD, Air PLN 14 9
4 Blangkejeren PLTD HSD PLN 5 3
5 Meulaboh PLTD HSD PLN 46 23
6 Calang PLTD HSD PLN 6 5
6 Sinabang PLTD HSD PLN 7 4
7 Blang Pidie PLTD HSD PLN 16 9
8 Tapaktuan PLTD HSD PLN 7 4
9 Subulussalam PLTD HSD PLN 19 12
10 Isolated Kepulauan PLTD HSD PLN 2 1
Total B 282 172

Beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah
mencapai sekitar 325 MW sebagian besar dipasok dari pembangkit-pembangkit yang
berada di provinsi Sumut melalui transmisi 150 kV Pangkalan Brandan – Langsa –
Idie – hingga ke Banda Aceh dengan transfer daya rata-rata 230 MW dan sistem
isolated tersebar rata-rata 85 MW.
Biaya Pokok Penyediaan listrik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam masih tinggi,
yaitu Rp 2.238/kWh karena masih dioperasikannya banyak PLTD, baik di sistem
interkoneksi maupun sistem isolated.

294
A3.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI PROVINSI NANGGROE
ACEH DARUSSALAM

Pertumbuhan ekonomi daerah Aceh terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir. Hal tersebut sangat terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana tsunami yang dilakukan Badan Rehabilitasi & Rekonstruksi Aceh-
Nias pada tahun 2006 s/d 2010. Kondisi keamanan yang kian membaik setelah
penandatanganan MOU Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM pun menjadi awal
penting dalam pemulihan ekonomi Aceh. Kemajuan di sektor ekonomi dan keamanan
ini memberikan konstribusi langsung kepada pertumbuhan kebutuhan energi listrik.
Penjualan pada tahun 2010 tumbuh hinggga 16,9% dan tahun 2011 diperkirakan
akan tumbuh sekitar 13,8%. Selain itu beban puncak sistem kelistrikan juga naik dari
272 MW pada tahun 2009 menjadi 299 MW pada tahun 2010.
Rata-rata pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir adalah 16,4%
per tahun, dimana penjualan pada tahun 2006 sebesar 839 GWh telah meningkat
menjadi 1.492 GWh pada tahun 2010.
Penjualan terbesar adalah dari sektor rumah tangga sebesar 961 GWh (64%),
kemudian sektor bisnis sebesar 268 GWh (18%) seperti ditunjukkan pada Tabel A3.3.

Tabel A3.3. Komposisi Penjualan per Sektor Pelanggan pada Tahun 2010

Kelompok Energi Jual Porsi


No
Tarif (GWh) (%)
1 Rumah Tangga 960,7 64,4
2 Komersil 267,6 17,9
3 Publik 219,5 14,7
4 Industri 44,1 3,0
Jumlah 1.491,9 100,0

Dari realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya dan mempertimbangkan


kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio
elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 diberikan
pada Tabel A3.4.

295
Tabel A3.4. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 1.698 1.855 308 1.029.254
2012 1.936 2.111 349 1.068.448
2013 2.206 2.402 394 1.108.619
2014 2.508 2.727 444 1.149.798
2015 2.842 3.084 499 1.184.089
2016 3.208 3.476 559 1.214.687
2017 3.609 3.904 623 1.246.105
2018 4.044 4.368 692 1.279.552
2019 4.515 4.869 766 1.313.920
2020 5.024 5.409 845 1.349.252
Growth 12,9% 11,7% 11,0% 3,2%

A3.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik 10 tahun ke depan diperlukan


pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi dengan memperhatikan
potensi energi primer setempat sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Potensi sumber energi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tersedia cukup besar,
yaitu panas bumi 589 MW, tenaga air 1.482 MW dan cadangan batubara 1,7 miliar
ton. Peta potensi sumber energi diperlihatkan pada Gambar A3.2. Disamping itu di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga terdapat cadangan gas, namun sudah
dieksploitasi dan saat ini sudah jauh berkurang.

296
Gambar A3.2. Peta Sumber Energi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Pengembangan Pembangkit di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2020 diperlukan
pembangunan pusat pembangkit dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
yang akan diinterkoneksikan ke sistem 150 kV Sumatera dengan daya sebesar 1.102
MW dan pada sistem isolated dengan daya sebesar 65 MW dengan rincian diberikan
pada Tabel A3.5.

297
Tabel A3.5. Rencana Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Meulaboh #1,2 (FTP1) PLTU PLN 220 2012
2 Tapaktuan PLTU PLN 14 2012
3 Aceh PLTG Swasta 66 2012-13
4 Aie Tajun / Sinabang PLTGB PLN 6 2013
5 Lhokseumawe PLTG PLN 120 2013
6 Sabang (FTP2) PLTGB PLN 8 2013
7 Singkil PLTGB PLN 8 2013
8 Meulaboh PLTM Swasta 10 2013
9 Takengon PLTM Swasta 1.5 2013
10 Aceh Timur PLTG PLN 70 2014
11 Meulaboh #3,4 PLTU PLN 400 2015-16
12 Peusangan 1-2 PLTA PLN 88 2016
13 Lho Pria Laot PLTP Swasta 7 2017
14 Seulawah (FTP2) PLTP Swasta 55 2017
15 Peusangan-4 PLTA Swasta 83 2018
16 Jaboi (FTP2) PLTP Swasta 10 2019
Jumlah 1167

Pembangunan PLTP Seulawah 55 MW saat ini sedang dalam proses pelelangan


WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) oleh Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan WKP PLTP Jaboi di Sabang 10 MW sudah dilelang oleh Pemko
Sabang.
Mengingat daya pembangkit pada sistem interkoneksi Sumut – Aceh belum
seimbang dengan demand yang ada, maka beroperasinya PLTA Peusangan 88 MW,
PLTG Lhokseumawe 120 MW, PLTU Meulaboh/Nagan Raya 200 MW, dan PLTP
Seulawah Agam 55 MW sangat penting untuk memperbaiki sistem kelistrikan Aceh.
Untuk mengatasi defisit kelistrikan saat ini, sampai dengan beroperasinya PLTU
Nagan 2x100 MW telah dilakukan tambahan sewa pembangkit diesel pada sejumlah
subsistem 150 KV dan Isolated 20 KV, sebagai berikut: Banda Aceh 45 MW, Sigli 20
MW, Lhokseumawe 70 MW, Langsa 15 MW, Calang 4 MW, Sabang 2 MW, Meulaboh
15 MW, Kuta Fajar 2,5 MW, Kutacane 6 MW, Blang Keujeuren 2 MW, Takengon 4
MW, Rimo 7 MW, Blang Pidie 4 MW dan Sinabang 3 MW.
Untuk penyediaan listrik jangka panjang dan sekaligus memperbaiki biaya pokok
penyediaan listrik di sistem kecil isolated akan dibangun PLTU skala kecil di Tapak
Tuan 2x7 MW, PLTGB di Sinabang 6 MW, Singkil 8 MW, dan Sabang 8 MW.

298
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan Gardu Induk


Pembangunan GI baru untuk mengevakuasi energi listrik dari pembangkit skala besar
dan dari hasil perkiraan pertumbuhan dan capacity balance per gardu induk, maka
kebutuhan penambahan kapasitas trafo GI di PLN Wilayah Aceh tahun 2011 s/d 2020
untuk pembangunan GI baru adalah sebesar 690 MVA dan extension GI sebesar 660
MVA. Disamping itu juga akan dibangun GI 275 kV di Aceh dengan total kapasitas
1.250 MVA sampai dengan tahun 2020.

Tabel A3.6. Pengembangan GI Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Jantho 150/20 kV 30 2012
2 Meulaboh 150/20 kV 60 2012
3 Panton Labu 150/20 kV 30 2012
4 Blang Pidie 150/20 kV 30 2013
5 Kutacane 150/20 kV 30 2013
6 Sabulussalam 150/20 kV 30 2013
7 Takengon 150/20 kV 60 2013
8 Tapak Tuan 150/20 kV 30 2013
9 Blang Kjeren 150/20 kV 30 2014
10 Krueng Raya 150/20 kV 60 2014
11 Samalanga 150/20 kV 30 2014
12 Ulee Kareng 150/20 kV 120 2014
13 Cot Trueng 150/20 kV 30 2015
14 Lam Pisang 150/20 kV 120 2018
Jumlah 690

299
Tabel A3.7. Pengembangan Extension GI Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Banda Aceh 150/20 kV 60 2011
2 Sigli 150/20 kV 30 2011
3 Lhokseumawe 150/20 kV 60 2013
4 Langsa 150/20 kV 30 2014
5 Tualang Cut 150/20 kV 30 2014
6 Banda Aceh 150/20 kV 60 2015
7 Idi 150/20 kV 30 2015
8 Sigli 150/20 kV 60 2015
9 Bireuen 150/20 kV 30 2016
10 Jantho 150/20 kV 30 2016
11 Meulaboh 150/20 kV 30 2017
12 Tualang Cut 150/20 kV 30 2018
13 Cot Trueng 150/20 kV 30 2019
14 Panton Labu 150/20 kV 30 2019
15 Samalanga 150/20 kV 30 2019
16 Bireun 150/20 kV 30 2020
17 Subulussalam 150/20 kV 30 2020
18 Tualang Cut 150/20 kV 30 2020
Jumlah 660

Tabel A3.8. Pengembangan GI 275 kV

Baru/ Kapasitas Biaya


No Nama Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta US$)
1 Lhokseumawe 275/150 kV Baru 250 20.08 2015
2 PLTU Meulaboh 275/150 kV Baru 250 20.08 2015
3 Sigli 275/150 kV Baru 250 25.98 2015
4 Ulee Kareng 275/150 kV Baru 500 21.03 2018
Jumlah 1250 87.2

Pengembangan Transmisi
Rencana pembangunan transmisi sampai dengan tahun 2020 adalah 1.645 kms
(150 kV) dan 452 kms (275 kV) dengan kebutuhan dana sekitar US$ 263,2 juta seperti
yang ditampilkan dalam Tabel A3.9 dan Tabel A3.10.

300
Tabel A3.9. Pembangunan Transmisi 150 kV

Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Jantho Inc. (Sigli-Banda Aceh) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 1 0.1 2012
2 Meulaboh PLTU Meulaboh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.3 2012
3 Panton Labu Inc. (Idi-Lhokseumawe) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 2 0.1 2012
4 Sigli PLTU Meulaboh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 333 75.0 2012
5 Bireun Takengon 150 kV 2 cct, 2 Hawk 126 9.6 2013
6 Blang Pidie Tapak Tuan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7.2 2013
7 Brastagi/Berastagi Kutacane 150 kV 2 cct, 1 Hawk 290 16.1 2013
8 PLTU Meulaboh Blang Pidie 150 kV 2 cct, 1 Hawk 190 10.5 2013
9 Sidikalang Sabulussalam 150 kV 2 cct, 1 Hawk 111.2 6.2 2013
10 Krueng Raya Ulee Kareng 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4.6 2014
11 Samalanga Inc. (Bireun-Sigli) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 4 0.2 2014
12 Takengon Blang Kjeren 150 kV 2 cct, 1 Hawk 174 9.6 2014
13 Ulee Kareng Banda Aceh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 40 9.0 2014
14 Cot Trueng Inc. (Bireun-Lhokseumawe) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 6 0.3 2015
15 PLTA Peusangan-1 PLTA Peusangan-2 150 kV 2 cct, 2 Hawk 14 1.1 2016
16 PLTA Peusangan-2 Takengon 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1.7 2016
17 PLTP Seulawah 2 Pi Inc. (Sigli-Banda Aceh) 150 kV 4 cct, 1 Hawk 32 3.5 2017
18 Banda Aceh Lam Pisang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 30 2.3 2018
19 Takengon PLTA Peusangan-4 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.1 2018
Jumlah 1645 161.5

Tabel A3.10. Pembangunan Transmisi 275 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Sigli Lhokseumawe 275 kV 2 cct, 2 Zebra 322 72.5 2015
2 Sigli Ulee Kareng 275 kV 2 cct, 2 Zebra 130 29.3 2018
Jumlah 452 101.7

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tersebut di point 2.2 di atas, diperlukan tambahan
pelanggan baru 362 ribu pelanggan atau rata-rata 36.200 pelanggan setiap tahunnya.
Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan pembangunan JTM 11.979 kms,
JTR sekitar 13.558 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 720.3 MVA,
seperti ditampilkan dalam Tabel A3.11.

301
Tabel A3.11. Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 878 994 53 42.227
2012 937 1.061 56 39.193
2013 1.000 1.132 60 40.171
2014 1.068 1.208 64 41.179
2015 1.140 1.290 69 34.291
2016 1.216 1.377 73 30.598
2017 1.298 1.469 78 31.418
2018 1.385 1.568 83 33.447
2019 1.478 1.673 89 34.369
2020 1.578 1.786 95 35.332
Jumlah 11.979 13.558 720 362.225

A3.4. PENGEMBANGAN PULAU WEH – SABANG


Sabang merupakan merupakan kawasan istimewa karena berada pada jalur lalu
lintas pelayaran dan penerbangan internasional, sehingga menjadi salah satu pintu
gerbang kegiatan ekonomi Indonesia. Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam telah
menetapkannya sebagai kawasan industri yang akan menjadi pusat kemajuan
ekonomi Aceh. Untuk memajukan Sabang, telah dibentuk BPKS (Badan
Pengusahaan Kawasan Sabang) dengan harapan dapat menjadi fasilitator dalam
pengembangan ekonomi baik skala provinsi, nasional, regional dan international.
Disamping itu pulau yang eksotis ini juga akan dikembangkan menjadi kawasan
wisata bahari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Untuk mempercepat pengembangan Sabang, penyediaan tenaga yang memadai dan
handal sangatlah diperlukan. Sistem kelistrikan saat ini dipasok dari PLTD dan
genset sewa dengan daya mampu 4,2 MW dan beban puncak 2,8 MW.
Potensi energi panas bumi di Sabang diperkirakan sebesar 70 MW, namun yang
akan dikembangkan oleh Pemko Sabang saat ini sebesar 2 x 5 MW yang diharapkan
dapat beroperasi pada tahun 2013 dan 2017. Dalam rangka mendukung
pengembangan kawasan Sabang oleh Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam, PLN
mendorong pembangunan PLTP Jaboi 7 MW oleh IPP dan siap untuk membeli
dengan harga yang wajar. Disamping itu untuk menjaga kemungkinan kemunduran
beroperasinya PLTP Jaboi, PLN juga akan PLTGB 8 MW pada tahun 2013.

302
A3.5. RINGKASAN
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah seperti tersebut dalam
Tabel A3.12.

Tabel A3.12. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 1,698 1,855 308 0 90 0 46
2012 1,936 2,111 349 278 120 396 494
2013 2,206 2,402 394 176 240 847 240
2014 2,508 2,727 444 70 300 278 127
2015 2,842 3,084 499 200 930 328 462
2016 3,208 3,476 559 288 60 36 455
2017 3,609 3,904 623 62 30 32 217
2018 4,044 4,368 692 83 650 180 251
2019 4,515 4,869 766 10 90 0 101
2020 5,024 5,409 845 0 90 0 78
Jumlah 31,591 34,205 5,478 1,167 2,600 2,097 2,472

303
LAMPIRAN A.4
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SUMATERA UTARA

A4.1. KONDISI SAAT INI

Sistem kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara dipasok dengan menggunakan sistem


transmisi 150 kV (tidak termasuk Pulau Nias / Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Pulau
Tello dan Pulau Sembilan yang beroperasi secara isolated). Saat ini beban puncak
sekitar 1.339 MW dan dipasok oleh Sektor Pembangkitan Belawan, Sektor
Pembangkitan Medan, Sektor Pembangkitan Pandan dan Sektor Pembangkitan
Labuhan Angin. Pada saat ini PLN juga melakukan swap energi dengan PT Inalum
untuk ikut membantu memenuhi kebutuhan beban puncak.
Disamping pusat-pusat pembangkit di atas, ada beberapa PLTMH yang memasok
listrik langsung ke sistem distribusi (20 kV) dan IPP PLTP Sibayak sebesar 10 MW.
Sehubungan dengan kurangnya pasokan listrik di Sumatera Utara sebagai akibat dari
tidak seimbangnya penambahan pembangkit dan pertumbuhan beban, maka pada
saat beban puncak diberlakukan pemadaman bergilir. Untuk menanggulangi
pemadaman yang berkepanjangan, PLN Wilayah Sumatera Utara melakukan
demand side management dengan cara mengurangi laju pertumbuhan beban, yaitu
membuat kuota (pembatasan) jumlah sambungan baru.
Jumlah GI di Sumatera Utara adalah 32 buah dengan kapasitas trafo 2.146 MVA.
Peta kelistrikan sistem Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar A4.1.

304
U PLTU P.Susu #1,2 (FTP1)
2 x 220 MW – 2012/2013 PLTGU Belawan Belawan G PLTG BELAWAN
395,3 MW & 422,5 MW 400 MW – 2013
ke ACSR 2 x 430 mm2 PLTU P. Susu #3,4 GU
11 km ‐ 2013 ACSR 2 x 430 mm2 2 x 200 MW – 2015
GI Langsa 80 km - 2011 U

P. Brandan PLTG Paya Pasir Labuhan ACSR 2 x 240 mm2 PLTU Belawan
(NAD) G
6,2 km ‐ 2012
4 x 65 MW
90 MW (Total)
PLTA Wampu
ACSR 1 x 240 mm2 T. Pura 11 Paya Pasir Lamhotma
15 km ‐ 2013
45 MW – 2014 Mabar
5 6 PLTG Glugur CU 1000KIM
4 19,85 MW & 12,85 MW G 10 km ‐ 2015

to Binjai 13 8 10 7 Perbaungan Glugur


Perbaungan
9 3 Binjai GIS Listrik Sei Rotan
GI Kutacane ACSR 2 x 430 mm2 2 11 U PLTU Sewa
1 Kuala Tanjung Paya Geli
(NAD) 80 km - 2013 12 3x120 MW – 2013 Titi Kuala Namu
14 16 D
Kuning
ACSR 2 x 240 mm2 Namurambe Denai ACSR 2 x 240 mm2
A 15 Tebing 15 km - 2013 17 km – 2013
ACSR 1 x 240 mm2 Tinggi ACSR 2 x 430 mm2 T.Morawa
2
40 km ‐ 2012 ACSR 2 x 430 mm

ACSR 1 x 240 mm 2 40 km ‐ 2014 Galang Kualatanjung Galang 10 km ‐ 2012


P Negeri
ACSR 1 x 240 mm2
178 km - 2013 33 km - 2013 A
Dolok PLTM Tersebar
PLTD Titi Kuning
Karai‐1(2x5)
Brastagi 6 x 4,14 MW
PLTA Renun G.Para Karai‐7(2x3,2)
2 x 41 MW D Karai‐12(2x3,7)
A PLTP Sibayak Karai‐13(2x4,2)
10 MW Kisaran
Renun Pematang 2
ACSR 4 x 282 mm
Siantar 200 km - 2020
to ACSR 1 x 240 mm2 ACSR 2 x 430 mm2
GI Sabussalam 55,6 km - 2013 159 km - 2013
Sidikalang
PLTA Asahan I
(NAD) ACSR 1 x 240 mm2 Pangururan 180 MW ‐ 2010 Labuhan
30 km - 2013 Asahan I Bilik
Simangkok
PLTMH tersebar Tele ACSR 1 x 240 mm2 Porsea
Lae‐Ordi‐1(2x2,5),Lae‐Ordi‐ Salak 13 km - 2013 ACSR 1 x 240 mm2
A
2(2x5),Lae‐Kombih2(2x4) 2 A 30 km - 2017
ACSR 2 x 240 mm2
Aek
PLTA Hasang
PLTMH tersebar 40 MW ‐ 2017 11 km - 2016 Kanopan
A Asahan III
Parlilitan (3x2,5), Hutaraja(2x2,5), Dolok Sanggul/ ACSR 1 x 240 mm2
A PLTA Asahan III (FTP2)
Pakkat(2x5), TaraBintang(2x5), Parlilitan 7 km - 2013
174 MW ‐ 2016 ACSR 1 x 240 mm2
Simonggo(3x3), Rahu‐1(2x4), 65 km – 2012
Rahu‐2(2x2,5) A

A
P ACSR 2 x 430 mm2 Rantau
P 97 km - 2013 Prapat
PLTA Simonggo – 2 ACSR 1x 240 mm 2

2 km - 2019
86 MW – 2017
ACSR 1 x 240 mm2
Kota
PLTP Simbolon Samosir 25 km - 2018
Tarutung Pinang
2 x 55 MW – 2019 P
PLTP Sipoholon
Sibolga Ria-Ria
Labuhan Sarulla 55 MW – 2019
Angin U ACSR 2 x 430 mm2
A 69 km - 2013 PLTP Sarulla 1 (FTP2)
ke
330 MW – 2014/2015 GI Bagan Batu
PLTU Labuhan Angin
2 x 115 MW
PLTP Sarulla 2 (FTP2) (Riau)
110 MW – 2017
Gunung
Tua
PLTA Sipan
17 MW & 33 MW Padang
Sidempuan
ACSR 1 x 240 mm2
70 km – 2013
ACSR 2 x 430 mm2
300 km - 2014
Panyabungan
PT PLN (Persero) ke

2
Edit PLTP Sorik Merapi

01 mm
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN P GI Payakumbuh
September 2011 (FTP2) 240 MW – 2018

- 2 40
7
SUMATERA

km x 2
(Sumatera Barat)

23 R 1
PETA JARINGAN PERENCANAAN SISTEM

S
BIDANG PERENCANAAN AC
PROPINSI SUMATERA UTARA
Existing 70 kV Rencana 275 kV HVDC U PLTU D PLTD GI Rencana
Existing 150 kV Rencana 500 kV HVDC GI Eksisting
Rencana 150 kV G PLTG A PLTA
Kit Eksisting GI 275/150
Rencana 275 kV GU PLTGU P PLTP
Kit Rencana kV Renc
Rencana 500 kV

Gambar A4.1. Peta Kelistrikan Sumatera Utara

Penjualan tenaga listrik PLN di provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan


yang sejalan dengan pertumbuhan ekonominya. Namun pasokan tenaga listrik
(pembangkitan) mengalami penurunan daya mampu (derating capacity) karena umur
pembangkit yang semakin tua dan penambahan kapasitas pembangkit baru yang
relatif kecil. Secara lebih rinci, kapasitas pembangkit dapat dilihat pada Tabel A4.1.

305
Tabel A4.1. Kapasitas Pembangkit Sistem Interkoneksi per 2010

Kapasitas Daya
Tahun
No. Pembangkit Unit Terpasang Mampu
Operasi
(MW) (MW)
A Sektor Pembangkitan Belawan 1.183 1.033
1 PLTU Belawan 1,2 1984 130 90
PLTU Belawan 3,4 1989 130 105
2 PLTGU Belawan GT 1.1 1993 118 105
PLTGU Belawan GT 1.2 1988 129 115
PLTGU Belawan ST 1.0 1995 149 120
PLTGU Belawan GT 2.1 1995 130 130
PLTGU Belawan GT 2.2 1994 130 130
PLTGU Belawan ST 2.0 1994 163 133
3 PLTG Belawan TTF - - 105 105
B Sektor Pembangkitan Medan 300 213
1 PLTG Glugur 1 1975 20 0
PLTG Glugur 2 1967 13 0
PLTG Glugur TTF 3 2008 12 11
2 PLTG Paya Pasir 1,2 1976 29 0
PLTG Paya Pasir 3,4 1978 40 33
PLTG Paya Pasir 5 1983 21 17
PLTG Paya Pasir TTF 6 2008 22 18
PLTG Paya Pasir TTF 7 - 34 34
3 PLTD Titi Kuning 1-6 1976 25 18
4 PLTD Sewa Paya Pasir (Arti Duta) - 2008 20 18
5 PLTD Sewa Belawan (AKE) - 2008 65 65
C Sektor Pembangkitan Pandan 139,5 136,3
1 PLTMH Batang Gadis 1,2 1994 0,9 0,8
2 PLTMH Tonduhan 1,2 1987/88 0,4 0,4
3 PLTMH Kombih I 1,2 1987/88 1,5 1,2
4 PLTMH Kombih II 1,2 1987/88 1,5 1,1
5 PLTMH Boho 1 1989 0,2 0,2
6 PLTMH Aek Raisan 1,2 1987/89 1,5 1,3
7 PLTMH Aek Silang 1 1988 0,8 0,7
8 PLTMH Aek Sibundong 1 1987 0,8 0,7
9 PLTA Sipansihaporas 1,2 2003/04 50,0 50,0
10 PLTA Lau Renun 1,2 2005/06 82,0 80,0
D Sektor Pembangkitan Labuhan Angin 230 210
1 PLTU Labuhan Angin 1,2 2008 230 210
E IPP 206 205
1 PLTP Sibayak - 2008 11 10
2 PLTA Asahan I 1,2 2010 180 180
3 PLTMH Parlilitan - 2010 8 8
4 PLTMH Silau II - 2010 8 8
F Excess Power 25 25
1 PT Growt Sum.#1 - 2009 6 6
2 PT Growt Sum.#2 - 2010 9 9
3 PT Growt Asia - 2011 10 10
TOTA L 2.084 1.822

306
Sedangkan kapasitas pembangkit PLTD isolated yang beroperasi di Gunung
Sitoli,Teluk Dalam (Pulau Nias), Pulau Sembilan (Kabupaten Langkat) dan Pulau
Tello (Kabupaten Nias Selatan) ditunjukkan pada Tabel A4.2.

Tabel A4.2. Pembangkit Sistem Isolated per 2010

Daya
No Lokasi PLTD Terpasang Mampu
(kW) (kW)
1 Gunung Sitoli
- PLTD PLN 12.178 4.650
- PLTD Sewa 5.920 4.700
- PLTD Sewa 6.500 4.650
Total PLTD Gunung Sitoli 24.598 14.000
2 Teluk Dalam
- PLTD PLN 3.380 1.850
- PLTD Sewa 5.225 4.070
Total PLTD Teluk Dalam 8.605 5.920
3 Pulau Tello
- PLTD PLN 700 400
Total PLTD Pulau Tello 700 400
Total PLTD Cabang Nias 33.903 20.320

Kota Medan merupakan pusat beban terbesar di Sumatera Utara (hampir 60% dari
seluruh demand di provinsi ini) dengan tingkat pertumbuhan beban yang tinggi.
Dengan adanya pembangunan KIM 3 (Kawasan Industri Medan tahap tiga)
diperlukan penambahan GI baru untuk mengurangi beban lebih pada beberapa GI,
misalnya GI Titi Kuning, GIS Listrik dan GI KIM.
Di Sumatera Utara masih terdapat beberapa daerah pelayanan listrik yang
tegangannya terlalu rendah akibat dipasok oleh jaringan yang terlalu panjang (sampai
200 km dari gardu induk). Situasi ini telah diketahui oleh PLN dan direncanakan
penanggulangannya dalam RUPTL ini.

A4.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK


Dari penjualan tenaga listrik PLN pada lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020
diberikan pada Tabel A4.3.

307
Tabel A4.3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 7.257 7.998 1.363 2.676.942
2012 7.921 8.721 1.484 2.797.208
2013 8.642 9.487 1.612 2.915.928
2014 9.421 10.320 1.750 3.032.281
2015 10.258 11.212 1.899 3.134.869
2016 11.210 12.226 2.068 3.248.825
2017 12.250 13.331 2.251 3.367.041
2018 13.388 14.537 2.451 3.489.681
2019 14.631 15.853 2.669 3.616.919
2020 15.991 17.289 2.907 3.748.935
Growth 9,2% 8,8% 8,9% 3,9%

A4.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi, GI dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi yang tersedia di Sumatera Utara untuk membangkitkan energi listrik
cukup besar dalam bentuk tenaga air dan panas bumi. Namun provinsi ini tidak
mempunyai potensi batubara sedangkan sumber gas alam telah mengalami
penurunan.Potensi tenaga air dapat dilihat pada Tabel A4.4 dan Tabel A4.5.

Tabel A4.4. Daftar Potensi PLTA > 10 MW

Perkiraan Kapasitas
No Nama Pengembang
COD (MW)
1 Asahan 3 2015 PLN 174
2 Wampu 2016 IPP 84
3 Asahan 4-5 2017 PLN 60
4 Simanggo-2 2018 PLN 59
5 Bila-2 2019 PLN 42
6 Kumbih-3 2019 PLN 42
7 Sibundong-4 2019 PLN 32
8 Lake Toba 2020 PLN 400
9 Ordi-3 2020 PLN 18
10 Ordi-5 2020 PLN 27
11 Raisan-1 2020 PLN 26
12 Siria 2020 PLN 17
13 Toru-2 (Tapanuli Utara) 2020 PLN 34
14 Toru-3 (Tapanuli Utara) 2026 PLN 228

308
Pada saat ini terdapat sebuah proposal proyek IPP unsolicited PLTA Batang Toru
500 MW yang berlokasi di Tapanuli Selatan. Saat ini perusahaan yang mengajukan
proposal proyek sedang melakukan pra studi kelayakan (Pre-FS). Apabila proyek
tersebut layak secara teknis, keekonomian dan sesuai dengan kebutuhan sistem
kelistrikan Sumatera, maka proposal proyek IPP unsolicited tersebut akan diproses
lebih lanjut.

Tabel A4.5. Daftar Potensi PLTM < 10 MW


DAYA DAYA
NO NAMA PEMBANGKIT LOKASI COD NO NAMA PEMBANGKIT LOKASI COD
(MW) (MW)
I IPP 20 Sidikalang 1 8,6 Dairi 2014
1 Parluasan 4,2 Tobasa 2012 21 Sidikalang 2 7,4 Dairi 2014
2 Huta Raja 5,0 Humbahas 2012 22 Simbelin 1 6,0 Dairi 2014
3 Pakkat 1 10,0 Humbahas 2012 23 Simonggo 7,0 Humbahas 2015
4 Lau Gunung 10,0 Dairi 2013 24 Sei Wampu 2 9,0 Langkat 2015
5 Lae Ordi 10,0 Pakpak Barat 2013 25 Lae Kombih 4 10,0 Pakpak Barat 2015
6 Lae Kombih 3 8,0 Pakpak Barat 2013 26 Aek Sisiran 7,0 Humbahas 2015
7 Batang Toru 7,5 Taput 2013 27 Aek Rambe 3,0 Humbahas 2015
8 Karai 1 10,0 Simalungun 2013 28 Batang Toru 3 10,0 Taput 2015
9 Karai 7 6,7 Simalungun 2013 29 Batang Toru 4 10,0 Taput 2015
10 Karai 12 6,0 Simalungun 2013 Total IPP 78,0
11 Karai 13 8,3 Simalungun 2013 II EXCESS POWER
12 Lae Ordi 2 10,0 Pakpak Barat 2013 1 PT.Evergreen Paper Int 2,0 Deli Serdang 2012
13 Tara Bintang 10,0 Humbahas 2013 2 PTPN III Sei Mangkei 3,5 Simalungun 2012
14 Raisan Huta Dolok 7,0 Tapteng 2014 3 PT Nubika Jaya 15,0 Labuhan Batu 2012
15 Raisan Naga Timbul 7,0 Tapteng 2014 4 PT Victorindo Alam Lestari 8,0 Padang Lawas 2012
16 Sei Wampu 1 9,0 Langkat 2014 5 PLTU Nias 31,0 Gunung Sitoli 2014
17 Rahu 1 9,2 Humbahas 2014 Total Excess Power 59,5
18 Rahu 2 5,0 Humbahas 2014 Total 137,5
19 Sidikalang 1 8,6 Dairi 2014

Berdasarkan Master Plan Study for Power Development in the Republic of Indonesia
oleh WestJEC/Direktorat Jendral Minerbapabum tahun 2007, potensi panas bumi yang
terdapat di Provinsi Sumatera Utara adalah seperti ditunjukkan pada Tabel A4.6.

Tabel A4.6 Daftar Potensi Panas Bumi

Dibatasi Oleh
Potensi
Lokasi Panas Bumi Keterangan Taman Nasional Demand
(MW)
(MW) (MW)
Sarulla & Sibual Buali Existing / Expansion 660 630 630
Sibayak/Lau Debuk-Debuk Existing / Expansion 160 40 40
Sorik Merapi High Possibility 500 100 100
Sipaholon Low Possibility 50 50 50
G. Sinabung Tidak cukup data - - -
Pusuk Bukit Tidak cukup data - - -
Simbolon Tidak cukup data - - -

309
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera Utara hingga tahun 2020 diperlukan
pembangunan pembangkit sebagaimana diperlihatkan pada Tabel A4.7.

Tabel A4.7. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Pangkalan Susu #1,2 (FTP1) PLTU PLN 440 2012-13
2 Belawan PLTG PLN 400 2013
3 Sumbagut PLTU Sewa 360 2013
4 PLTM Tersebar Sumut PLTM Swasta 154 2013-15
5 Wampu PLTA Swasta 45 2014
6 Nias PLTGB PLN 8 2014
7 Sarulla I (FTP2) PLTP Swasta 330 2014-15
8 Nias (FTP2) PLTU Swasta 21 2014-15
9 Pangkalan Susu #3,4 (FTP2) PLTU PLN 400 2015
10 Asahan III (FTP2) PLTA PLN 174 2016
11 Hasang PLTA Swasta 38 2017
12 Sarulla II (FTP2) PLTP Swasta 110 2017
13 Simonggo-2 PLTA PLN 86 2017
14 Sorik Marapi (FTP2) PLTP Swasta 240 2018
15 Simbolon Samosir PLTP Swasta 110 2019
16 Sipoholon Ria-Ria PLTP Swasta 55 2019
17 Pembangkit Peaker PLTG PLN 200 2020
18 Sumut-2 PLTU Sewa 225 2020
Jumlah 3396

Pengembangan Transmisi
Di Sumatera dalam waktu dekat akan terwujud transmisi 275 kV sebagai tulang
punggung sistem interkoneksi Sumatera 1 . Transmisi 275 kV ini dapat menyalurkan
energi listrik antar provinsi di Sumatera yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit
utama seperti PLTU batubara, PLTP dan PLTA skala besar, untuk ditransmisikan ke
pusat-pusat beban. Selain itu direncanakan pula pengembangan transmisi 150 kV
yang merupakan jaringan regional untuk menyalurkan tenaga listrik dalam kawasan
yang lebih terbatas.
Sampai dengan tahun 2020 diperlukan pengembangan transmisi sepanjang 2.262 kms
guna mendukung program penyaluran dan target target yang telah ditetapkan, yaitu
untuk mengatasi bottleneck penyaluran daya, mengevakuasi daya dari pusat

1
Di Sumatera juga direncanakan pembangunan transmisi 500 kV sebagai tulang punggung sistem
kelistrikan Sumatera pada koridor timur. Transmisi 500 kV tersebut direncanakan masuk Sumatera
Utara setelah tahun 2020.
310
pembangkit, mendapatkan tegangan pelayanan yang baik dengan membatasi panjang
JTM, menurunkan losses transmisi dan distribusi, serta meningkatkan keandalan
sistem tenaga listrik.
Rencana pembangunan transmisi di Provinsi Sumut diberikan pada Tabel A4.8 dan
Tabel A4.9.

Tabel A4.8. Rencana Pembangunan Transmisi 150 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Galang Namurambe 150 kV 2 cct, 2 Zebra 80 18.0 2012
2 Galang Tanjung Morawa 150 kV 2 cct, 2 Zebra 20 4.5 2012
3 Lamhotma Belawan 150 kV 1 2nd cct, 2 Hawk 6.2 0.3 2012
4 Dolok Sanggul/Parlilitan Incomer 1 Pi (Tele-Tarutung) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 76 4.2 2012
5 Rantau prapat Labuhan Bilik 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7.2 2012
6 Galang Negeri Dolok 150 kV 2 cct, 1 Hawk 66 3.7 2013
7 Padang Sidempuan Panyabungan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7.8 2013
8 Pangkalan Susu 3&4 (FTP 2) Pangkalan Brandan 150 kV 2 cct, 2 Zebra 22 5.0 2013
9 PLTU Sewa Sumbagut Tebing Tinggi 150 kV 2 cct, 2 Hawk 30 2.3 2013
10 Sei Rotan (uprate) Tebing Tinggi (uprate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 108 14.4 2013
11 Sidikalang Salak 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.3 2013
12 Tanjung Morawa Kuala Namu 150 kV 2 cct, 2 Hawk 34 2.6 2013
13 Tanjung Pura Inc. (P.Brandan-Binjai) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 30 1.7 2013
14 Tele Pangururan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 26 1.4 2013
15 PLTA Wampu Brastagi 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.4 2014
16 PLTU Nias Gunung Sitoli 70 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.1 2014
17 Teluk Dalam Gunung Sitoli 70 kV 2 cct, 1 Hawk 220 12.2 2014
18 GIS Listrik KIM 150 kV 1 cct, CU 1000 mm2 10 22.2 2015
19 Mabar Glugur 150 kV 1 cct, CU 1000 mm2 10 22.2 2015
20 Simangkok PLTA Asahan III(FTP 2) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1.7 2016
21 Panyabungan PLTP Sorik Marapi (FTP 2) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 46 2.5 2017
22 Porsea PLTA Hasang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.3 2017
23 Tarutung PLTP Simbolon Samosir 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2.8 2018
24 PLTP Sipoholon Ria-Ria 2 Pi Inc. (Tarutung-Porsea) 150 kV 4 cct, 1 Hawk 8 0.4 2019
Jumlah 1354 149.2

Tabel A4.9. Rencana Pembangunan Transmisi 275 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Pangkalan Susu Binjai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 160 36.0 2012
2 Galang Binjai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 160 36.0 2013
3 Padang Sidempuan PLTP Sarulla (FTP 2) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 138 31.1 2013
4 PLTP Sarulla (FTP 2) Simangkok 275 kV 2 cct, 2 Zebra 194 43.7 2013
5 Simangkok Galang 275 kV 2 cct, 2 Zebra 318 71.6 2013
Jumlah 970 218.3

Pembangunan Gardu Induk


Pembangunan gardu induk di Wilayah Sumatera Utara dimaksudkan untuk melayani
pertumbuhan beban, meningkatkan keandalan pasokan, memperbaiki mutu
tegangan, mengantisipasi masuknya beberapa pembangkit dalam beberapa tahun
kedepan dan perbaikan tegangan yang sangat rendah karena jarak GI yang terlalu

311
jauh dari konsumen. Rencana pembangunan GI dapat dilihat pada Tabel A4.10
berikut.

Tabel A4.10. Rencana Pembangunan GI Baru s/d Tahun 2020

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Galang 150/20 kV 0 2012
2 Labuhan Bilik 150/20 kV 60 2012
3 Parlilitan/Dolok Sanggul 150/20 kV 10 2012
4 Kuala Namu 150/20 kV 60 2013
5 Negeri Dolok 150/20 kV 60 2013
6 Pangururan 150/20 kV 30 2013
7 Panyabungan 150/20 kV 60 2013
8 Salak 150/20 kV 60 2013
9 Tanjung Pura 150/20 kV 30 2013
10 Gunung Sitoli 70/20 kV 30 2014
11 Teluk Dalam 70/20 kV 30 2014
Jumlah 430

Selain itu diperlukan juga extension banyak GI existing dengan menambah unit trafo
hingga tambahan kapasitas seluruhnya mencapai 1.470 MVA seperti terlihat pada
Tabel A4.11.

Tabel A4.11. Rencana Extension GI s/d Tahun 2020


Kapasitas Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA) (MVA)
1 Binjai 150/20 kV 60 2011 17 Pematang Siantar 150/20 kV 60 2012
2 Denai 150/20 kV 60 2011 18 Perbaungan 150/20 kV 60 2012
3 Gunung Para 150/20 kV 30 2011 19 Porsea 150/20 kV 20 2012
4 Gunung Tua 150/20 kV 30 2011 20 Rantau Prapat 150/20 kV 60 2012
5 Padang Sidempuan 150/20 kV 30 2011 21 Sei Rotan 150/20 kV 60 2012
6 Rantau Prapat 150/20 kV 60 2011 22 Sibolga 150/20 kV 60 2012
7 Tanjung Morawa 150/20 kV 60 2011 23 Sidikalang 150/20 kV 30 2012
8 Tele 150/20 kV 30 2011 24 Tarutung 150/20 kV 30 2012
9 Aek Kanopan 150/20 kV 30 2012 25 Tebing Tinggi 150/20 kV 60 2012
10 Brastagi 150/20 kV 60 2012 26 Paya Pasir 150/20 kV 60 2013
11 Glugur 150/20 kV 60 2012 27 Kota Pinang 150/20 kV 30 2014
12 Gunung Tua 150/20 kV 10 2012 28 GIS Listrik 150/20 kV 60 2017
13 Kisaran 150/20 kV 60 2012 29 Tanjung Pura 150/20 kV 30 2017
14 Labuhan 150/20 kV 30 2012 30 Titi Kuning 150/20 kV 60 2017
15 Lamhotma 150/20 kV 60 2012 31 Paya Geli 150/20 kV 60 2018
16 Namurambe 150/20 kV 60 2012 Jumlah 1470

Rencana pembangunan GI 275 kV yang berada di provinsi Sumatera Utara diberikan


pada Tabel A4.12.

312
Tabel A4.12. Rencana Pembangunan GI 275 kV s/d Tahun 2020

Baru/ Kapasitas Biaya


No Nama Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta US$)
1 Binjai 275/150 kV Baru 1000 31.83 2011
2 Pangkalan Susu 275/150 kV Baru 0 9.11 2012
3 Galang 275/150 kV Baru 1000 35.13 2013
4 Padang Sidempuan 275/150 kV Baru 500 21.88 2013
5 Sarulla 275/150 kV Baru 500 24.00 2013
6 Pangkalan Susu 275/150 kV Extension 250 21.03 2015
Jumlah 3250 143.0

Pengembangan Distribusi
Tambahan pelanggan baru sampai dengan tahun 2020 adalah sekitar 1,2 juta
pelanggan atau rata-rata 120.000 pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan
penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 17.800 kms, JTR
sekitar 11.850 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 2.160 MVA,
seperti ditampilkan dalam Tabel A4.13.

Tabel A4.13. Pengembangan Sistem Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1.376 1.092 146 125.011
2012 1.461 918 153 120.266
2013 1.438 996 166 118.720
2014 1.538 1.078 180 116.353
2015 1.538 1.158 193 102.587
2016 1.718 1.218 220 113.957
2017 1.903 1.260 240 118.215
2018 2.076 1.339 263 122.640
2019 2.291 1.378 287 127.238
2020 2.467 1.414 314 132.016
Jumlah 17.805 11.850 2.160 1.197.004

A4.4. SISTEM ISOLATED NIAS DAN TELUK DALAM

Pulau Nias yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera mempunyai kondisi
sebagai berikut: (i) Merupakan pulau yang terpisah cukup jauh dari pulau Sumatera,
(ii) Pemerintahan terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, (iii) Rawan gempa dan rawan

313
longsor, (iv) Hubungan antar kabupaten dan antar kecamatan sulit dijangkau, (v)
Mata pencaharian utama adalah bercocok tanam kelapa dan nelayan.
Pengusahaan kelistrikan dikelola oleh PLN Cabang Nias, terdiri dari Ranting Gunung
Sitoli dan Ranting Teluk Dalam yang juga mengelola PLTD di Pulau Tello. Pasokan
listrik untuk sistem kelistrikan dipasok dari PLTD Gunung Sitoli dan PLTD Teluk
Dalam. Jumlah pelanggan adalah sekitar 54 ribu, daya tersambung 35 MVA dengan
penjualan mencapai 52 GWh. Pembangkitan di Pulau Nias saat ini mempunyai daya
terpasang 28.904 kW, daya mampu 12.960 kW, beban puncak 9.858 kW, dan
mengingat kondisi pembangkitan sudah tua, maka telah diambil langkah-langkah
sewa PLTD untuk jangka pendek dan merencanakan pembangunan PLTU 3x7 MW
(IPP) dan PLTGB 8 MW (PLN).

A4.5. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi adalah untuk membangun sistem kelistrikan sampai dengan
tahun 2020 adalah seperti Tabel A4.14 berikut:

Tabel A4.14. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 7,257 7,998 1,363 0 1,360 0 96
2012 7,921 8,721 1,484 220 880 472 457
2013 8,642 9,487 1,612 1,063 2,360 1,326 1,072
2014 9,421 10,320 1,750 209 90 320 507
2015 10,258 11,212 1,899 666 250 20 1,231
2016 11,210 12,226 2,068 174 0 22 320
2017 12,250 13,331 2,251 236 150 106 504
2018 13,388 14,537 2,451 240 60 50 315
2019 14,631 15,853 2,669 165 0 8 469
2020 15,991 17,289 2,907 425 0 0 496
Jumlah 110,968 120,974 20,453 3,398 5,150 2,324 5,468

314
LAMPIRAN A.5
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI RIAU

A5.1. KONDISI SAAT INI

Sistem Interkoneksi
Pada sistem kelistrikan di Provinsi Riau terdapat 8 gardu induk (GI) 150 kV, yaitu
Koto Panjang, Bangkinang, Garuda Sakti, Teluk Lembu, Duri, Dumai, Bagan Batu
dan Taluk Kuantan. Sebagian GI tersebut sudah mengalami overload dan perlu
segera dimitigasi.
Sistem kelistrikan Riau dipasok dari grid Sumatera sebesar 379 MW. Kapasitas
pembangkit PLN di Riau yang tersambung ke grid sebesar 267 MW, dimana 43% dari
kapasitas tersebut adalah PLTA Koto Panjang, dengan demikian untuk memenuhi
kebutuhan Riau masih diperlukan transfer energi dari sistem interkoneksi Sumatera
Bagian Selatan Tengah maupun sistem interkoneksi Sumatera Bagian Utara.
Sistem Sumbagselteng sendiri dipasok oleh beberapa jenis pembangkit, dimana 30%
(711 MW) berupa PLTA yang pada musim kering sering kali mengalami penurunan
kapasitas. Dengan demikian sistem Riau ikut mengalami defisit daya.
Peta kelistrikan sistem interkoneksi di Provinsi Riau diperlihatkan pada Gambar A5.1.

315
Gambar A5.1. Peta Sistem Kelistrikan di Provinsi Riau

Daftar kapasitas terpasang pembangkit yang memasok ke sistem interkoneksi 150 kV


ditunjukkan pada Tabel A5.1.

Tabel A5.1. Kapasitas Pembangkit per 2010

No. Nama Pembangkit Jenis B. Bakar Pemilik Kapasitas


Terpasang (MW)
1 PLTA Koto Panjang PLTA Air PLN 114
2 PLTG Teluk Lembu PLTG Gas/HSD PLN 43
3 PLTD Teluk Lembu PLTD HSD PLN 8
4 PLTD Dumai/Bg Besar PLTD HSD PLN 12
5 PLTG Riau Power PLTG Gas PT Riau- Power 20
6 PLTD Sewa Teluk Lembu PLTD HSD Sewa 40
7 PLTD Sewa Dumai PLTD HSD Sewa 30
Jumlah 267

Sistem Isolated
Sistem isolated di Provinsi Riau tersebar di kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir,
Kabupaten Bengkalis dan Meranti. Seluruh sistem isolated tersebut dipasok oleh
PLTD tersebar dengan kapasitas 83 MW dan daya mampu 44 MW.

316
Sebagian besar sistem isolated mengalami kekurangan pasokan, sehingga PLN
menyewa pembangkit diesel untuk mengatasi kekurangan pasokan jangka pendek.
Daftar pembangkit pada sistem isolated diberikan pada Tabel A5.2.

Tabel A5.2. Pembangkit Isolated per 2010

Daya Beban
Jumlah
UNIT Terpasang Mampu Puncak
(unit)
(MW) (MW) (MW)
MESIN PLN
1. Cab. Pekanbaru 42 7,6 4,6 4,6
2. Cab. Dumai 80 37,0 21,6 16,1
3. Cab. Rengat 115 38,6 18,1 17,0
JUMLAH 237 83.2 44.3 37.7
MESIN PEMDA
1. Cab. Pekanbaru 7 2,5 1,5 1,8
2. Cab. Dumai 23 32,0 13,0 12,5
3. Cab. Rengat 13 7,3 4,2 4,6
JUMLAH 33 41,8 18,7 18.9
MESIN SEWA
1. Cab. Pekanbaru 3 1,2 1,1 1,2
2. Cab. Dumai 2 2,4 2,0 2,1
3. Cab. Rengat 2 2,0 0 2,0
JUMLAH 10 5,6 3,1 5,3

Kondisi kekurangan pasokan kelistrikan pada sistem isolated disebabkan oleh


menurunnya daya mampu pembangkit, meningkatnya konsusmsi listrik oleh
pelanggan secara alami (bahkan tanpa penyambungan baru) dan kebutuhan sistem
isolated yang dipasok dari excess power telah melampaui kesepakatan perjanjian jual
beli (kontrak).

A5.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Ekonomi Riau tumbuh sangat pesat antara 6,6-8,7% pada tahun 2006-2010 (tidak
termasuk migas) dan kondisi ini diperkirakan masih akan terus meningkat pada masa
yang akan datang. Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi perhatian
Pemerintah Daerah dengan memberikan kemudahan kepada investor untuk
menanamkan modalnya di Riau. Semua rencana tersebut akan dapat dicapai apabila
ada dukungan ketersediaan tenaga listrik di Provinsi Riau.

317
Perekonomian Provinsi Riau diperkirakan akan makin meningkat, ditandai oleh
adanya rencana pembangunan kawasan-kawasan industri pada beberapa kabupaten
yang telah dicanangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), seperti Kawasan
Industri Khusus Dumai, Kawasan Buton di kabupaten Siak Indrapura, Kawasan Kuala
Enok kabupaten Indragiri Hilir dan Kawasan Industri Tenayan di Pekanbaru.
Dari realisasi penjualan listrik PLN lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 dapat
dilihat pada Tabel A5.3.

Tabel A5.3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 2.663 2.900 470 801.630
2012 3.013 3.274 530 859.028
2013 3.401 3.687 595 919.772
2014 3.722 4.028 649 977.923
2015 4.046 4.368 703 1.040.623
2016 4.386 4.726 759 1.105.031
2017 4.726 5.090 816 1.169.680
2018 5.082 5.472 876 1.235.156
2019 5.479 5.897 942 1.302.704
2020 5.968 6.422 1.024 1.366.253
Growth 11,4% 10,7% 10,3% 9,2%

Apabila kapasitas pembangkit yang tersedia mencukupi, pertumbuhan listrik di


Provinsi Riau diperkirakan dapat lebih tinggi lagi, karena seiring dengan
perkembangan yang sangat pesat pada setiap kabupaten dan adanya rencana
pengembangan wilayah menjadi kawasan industri di Dumai, Buton, Kuala Enok dan
Tenayan-Pekanbaru.

A5.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan pembangkit pada


sistem isolated dan sistem interkoneksi 150 kV serta pengembangan jaringan
transmisi dan distribusi untuk menjangkau pelanggan.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi yang tersedia di provinsi Riau untuk membangkitkan tenaga listrik
berupa sumber-sumber gas alam di banyak lapangan, antara lain Seng, Segat di

318
kabupaten Pelalawan, Bento dan Baru di Pekanbaru yang saat ini dikelola PT Kalila
yang sebagian produksi gasnya dialokasikan untuk PLTG Teluk Lembu.
Disamping itu terdapat potensi batubarayang tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu
dan Kuantan Singingi dengan cadangan 1,55 juta metrik ton2.
Potensi PLTA skala besar terdapat di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan
Singingi. Menurut pra studi kelayakan oleh sebuah konsultan pada tahun 1980-an di
Kabupaten Kuantan Singingi dan Sungai Kampar Kiri terdapat potensi tenaga air
yang cukup besar, yaitu sebesar masing-masing 830 MW dan 170 MW. Namun perlu
dilakukan studi ulang karena saat ini kondisi lingkungan sudah banyak berubah dan
dapat mempengaruhi potensi debit air.

Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 dipenuhi dengan
mengembangkan kapasitas pembangkit di sistem Interkoneksi 150 kV dan sistem
isolated dan pengembangan jaringan transmisi 150 kV yang memasok sistem Riau.
Pembangkit yang direncanakan akan dibangun di Provinsi Riau berkapasitas sekitar
1.732 MW seperti ditampilkan pada Tabel A5.4.

Tabel A5.4. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Duri 1 (Relokasi) PLTG PLN 60 2011-12
2 Duri PLTG PLN 100 2012
3 Duri PLTGU Swasta 100 2012
4 Rengat PLTG PLN 20 2012
5 Selat Panjang PLTGB PLN 6 2012
6 Bengkalis (FTP1) PLTU PLN 20 2013
7 Dumai PLTU Sewa 240 2013
8 IPP Kemitraan PLTU Swasta 14 2013
9 Tembilahan PLTU PLN 14 2013
10 Riau (Amandemen FTP1) PLTU PLN 220 2013-14
11 Pembangkit Peaker PLTG PLN 200 2014
12 Selat Panjang Baru #1,2 PLTU Swasta 14 2014
13 Bengkalis PLTGB PLTGB PLN 24 2015/17/19
14 Riau Mulut Tambang PLTU Swasta 600 2016-17
Jumlah 1632

2
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau
319
PLTU Riau 2x110 MW di kawasan industri Tenayan Kota Pekanbaru merupakan
salah satu proyek percepatan pembangkit 10.000 MW tahap 1 yang saat ini sedang
tahap konstruksi dan dijadwalkan beroperasi pada tahun 2013. PLTG Duri dengan
kapasitas total 160 MW merupakan upaya PLN untuk secepatnya mengurangi
kekurangan pembangkit di Riau dengan memanfaatkan gas dari lapangan Jambi
Merang. Pembangkit peaker PLTG 200 MW dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan beban puncak sistem Sumatera yang lokasinya sedang dikaji berkaitan
dengan penyediaan gas yang dapat disimpan (CNG). PLTU Riau Mulut Tambang
2x300 MW ditawarkan kepada swasta sebagai IPP untuk beroperasi pada tahun
2016 – 2017. Selain itu PLN berupaya memanfaatkan semua potensi gas yang
mungkin digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik, termasuk gas skala kecil,
seperti di Melibur Kabupaten Meranti, Selat Kabupaten Inhil, Bentu Kabupaten
Kampar, Tembilahan Kabupaten Inhil, Kurau Siak Sri Indrapura dan Rawa Minyak
Kabupaten Siak Sri Indrapura.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan GI
Guna menyalurkan energi listrik yang berasal dari pembangkit yang masuk ke sistem
interkoneksi 150 kV, hingga tahun 2020 diperlukan pengembangan 14 GI 150 kV
baru dengan kapasitas total 600 MVA dan extension GI dengan tambahan kapasitas
730 MVA seperti diperlihatkan pada Tabel A5.5 dan Tabel A5.6.

Tabel A5.5. Pembangunan GI 150 kV Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Bagan Siapiapi 150/20 kV 30 2013
2 KID Dumai 150/20 kV 30 2013
3 KIT Tenayan 150/20 kV 30 2013
4 Pangkalan Kerinci 150/20 kV 30 2013
5 Pasir Pangaraian 150/20 kV 30 2013
6 Pasir Putih 150/20 kV 60 2013
7 Rengat 150/20 kV 60 2013
8 GI/GIS Kota Pekanbaru 150/20 kV 60 2014
9 New Garuda Sakti 150/20 kV 120 2014
10 Perawang 150/20 kV 30 2014
11 Siak Sri Indra Pura 150/20 kV 30 2014
12 Tembilahan 150/20 kV 30 2014
13 Kandis 150/20 kV 30 2015
14 Lipat Kain 150/20 kV 30 2015
Jumlah 600

320
Tabel A5.6. Extension GI 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Bagan Batu 150/20 kV 30 2011
2 Bangkinang 150/20 kV 30 2011
3 Dumai 150/20 kV 60 2012
4 Duri 150/20 kV 60 2012
5 Garuda Sakti 150/20 kV 80 2012
6 Koto Panjang 150/20 kV 20 2012
7 Teluk Lembu 150/20 kV 60 2012
8 Bangkinang 150/20 kV 60 2016
9 Pasir Putih 150/20 kV 120 2016
10 Duri 150/20 kV 60 2017
11 KIT Tenayan 150/20 kV 30 2017
12 Teluk Kuantan 150/20 kV 30 2017
13 KID Dumai 150/20 kV 30 2019
14 Tembilahan 150/20 kV 30 2019
15 Bagan Batu 150/20 kV 30 2020
Jumlah 730

Disamping itu juga direncanakan pembangunan GI dengan tegangan ekstra tinggi


275 kV dan 500 kV3, serta konverter transmisi HVDC ±250 kVDC yang merupakan
bagian dari link interkoneksi Sumatera – Malaysia seperti pada Tabel A5.7.

Tabel A5.7. Pembangunan GI 275kV, 500 kV dan HVDC ±250 kV

Baru/ Kapasitas Biaya


No Nama Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta US$)
1 New Garuda Sakti 275/150 kV Baru 500 24.28 2013
2 Rengat 275/150 kV Baru 250 20.08 2015
3 Riau Mulut Tambang 275/150 kV Baru 0 8.14 2015
4 HVDC Switching Station 250 kV DC Baru 0 16.68 2016
5 New G. Sakti HVDC St.Converter 250 kV DC Baru 600 19.95 2016
6 New Garuda Sakti 500 kV 500/275 kV Baru 1000 36.22 2018
7 Rengat 500 kV 500 kV Baru 500 25.77 2018
Jumlah 2850 151.1

Pengembangan Transmisi
Pengembangan transmisi di Provinsi Riau hingga tahun 2020 adalah sepanjang 1.942
kms (150 kV) dan 1.312 kms (275 kV, 500 kV dan 250 kV DC) dengan kebutuhan dana
UD$ 510,8 juta seperti ditampilkan dalam Tabel A5.8 dan Tabel A5.9.

3
GITET 500 kV di New Garuda Sakti dan Rengat merupakan bagian dari transmisi interkoneksi 500
kV yang merupakan tulang punggung kelistrikan Pulau Sumatera koridor timur.
321
Tabel A5.8. Pembangunan SUTT 150 kV
Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 PLTG Duri Inc. 2 Pi (G.Sakti-Duri) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 22 1.7 2011
2 Bangkinang Pasir Pangaraian 150 kV 2 cct, 1 Hawk 220 12.2 2013
3 Dumai Bagan Siapi api 150 kV 2 cct, 1 Hawk 228 12.6 2013
4 Dumai KID Dumai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 56 3.1 2013
5 Duri (up rate) Dumai (up rate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 118 15.8 2013
6 Garuda Sakti (up rate) Duri (up rate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 230 30.8 2013
7 Pasir Putih Garuda Sakti 150 kV 2 cct, 2 Zebra 55 12.4 2013
8 Pasir Putih Pangkalan Kerinci 150 kV 2 cct, 2 Hawk 134 10.2 2013
9 PLTU Sewa Dumai Dumai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 14 1.1 2013
10 Teluk Kuantan Rengat 150 kV 2 cct, 2 Hawk 194 14.8 2013
11 Tenayan / PLTU Riau Pasir Putih 150 kV 2 cct, 2 Zebra 35 7.9 2013
12 New Garuda Sakti Inc. ( G.Sakti-Duri) 150 kV 4 cct, AC3 310 mm2 12 1.6 2014
13 Rengat Pangkalan Kerinci 150 kV 2 cct, 2 Hawk 220 16.8 2014
14 Rengat Tembilahan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.6 2014
15 Teluk Lembu GIS Kota Pekan Baru 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 14 31.1 2014
16 Tenayan / PLTU Riau Perawang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2.8 2014
17 Tenayan / PLTU Riau Siak Sri Indra Pura 150 kV 2 cct, 1 Hawk 100 5.5 2014
18 Bangkinang Lipat Kain 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3.9 2015
19 Kandis Inc. ( New G.Sakti-Duri) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 10 2.7 2015
20 Pasir Putih Teluk Lembu 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.1 2015
Jumlah 1942 196.6

Tabel A5.10. Pembanguan Transmisi 275 kV, 500 kV dan HVDC ± 250 kV
Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Payakumbuh New Garuda Sakti 275 kV 2 cct, 2 Zebra 300 67,5 2013
2 Rengat New Garuda Sakti 275 kV 2 cct, 4 Zebra 440 143,6 2015
3 Border Pulau Rupat 250 kV DC 2 Cable MI with IRC 52 51,0 2016
4 P. Rupat Selatan Sumatra Landing Point 250 kV DC 2 Cable MI with IRC 10 9,8 2016
5 Pulau Rupat Utara Pulau Rupat Selatan 250 kV DC 2 cct, 2 Cardinal 60 2,6 2016
6 Rengat Cirenti (PLTU Riau MT) 275 kV 2 cct, 2 Zebra 110 24,8 2016
7 Sumatera Landing Point New Garuda Sakti 250 kV DC 2 cct, 2 Cardinal 340 14,9 2016
Jumlah 1312 314,2

Transmisi Aur Duri – Rengat – New Garuda Sakti akan dibangun dengan desain
tegangan 500 kV karena pada jangka panjang akan merupakan bagian dari sistem
transmisi 500 kV, namun dalam jangka menengah akan dioperasikan sementara
dengan tegangan 275 kV.

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan
baru sekitar 780 ribu pelanggan sampai dengan 2020. PLN berencana untuk
menyambung hingga 216.000 sambungan pada tahun 2011 untuk mencapai rasio
elektrifikasi 60%, dan pada tahun-tahun selanjutnya akan disambung rata-rata 64 ribu
pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan

322
pembangunan JTM 6.595 kms, JTR sekitar 7.610 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 3.454 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A5.10.

Tabel A5.10. Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1.340 1.546 785 216.003
2012 534 616 271 57.399
2013 565 652 287 60.743
2014 541 624 275 58.151
2015 584 673 296 62.700
2016 599 692 304 64.408
2017 602 694 306 64.649
2018 609 703 309 65.476
2019 629 725 319 67.548
2020 591 682 300 63.549
Jumlah 6.595 7.610 3.454 780.626

A5.4. SISTEM KELISTRIKAN PULAU RUPAT

Pulau Rupat yang berada di Kabupaten Bengkalis merupakan sebuah pulau yang
istimewa karena kedekatannya dengan Malaka dan Port Dickson Malaysia. Pulau ini
sangat indah dan berpotensi menjadi tujuan wisata yang akan sangat diminati. Pulau
ini hanya dipisahkan oleh selat sempit pantai Kota Dumai yang telah dirancang
sebagai pelabuhan distribusi barang dan jasa untuk Riau daratan dan Pulau
Sumatera. Jalur utama pengangkutan dari dan ke pulau ini adalah melalui laut. Peta
Pulau Rupat ditampilkan pada Gambar A5.2.

323
Gambar A5.2. Peta Pulau Rupat

Saat ini listrik di Pulau Rupat dipasok dari 5 sentral PLTD dengan kapasitas
terpasang 3.600 kW namun daya mampunya hanya 1.195 kW dengan beban puncak
841 kW. Sistem distribusi listrik berupa JTM sepanjang 69 kms, JTR 92 kms, gardu
distribusi 36 unit, 878 kVA. Rencana pengembangan kelistrikan di Pulau Rupat
adalah menginterkoneksikan kelima sub-sistem tersebut.
Pulau Rupat merupakan landing point dari kabel laut interkoneksi antara Sumatera
dan Malaysia.

A5.5. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi hingga tahun 2020 adalah seperti tersebut dalam Tabel A5.11.

324
Tabel A5.11. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 2,663 2,900 470 40 60 22 76
2012 3,013 3,274 530 246 280 0 211
2013 3,401 3,687 595 398 770 1,584 535
2014 3,722 4,028 649 324 270 516 414
2015 4,046 4,368 703 12 310 560 234
2016 4,386 4,726 759 300 780 572 570
2017 4,726 5,090 816 306 120 0 435
2018 5,082 5,472 876 0 1,500 0 96
2019 5,479 5,897 942 6 60 0 44
2020 5,968 6,422 1,024 0 30 0 32
Jumlah 42,486 45,864 7,363 1,632 4,180 3,254 2,646

325
LAMPIRAN A.6
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (tanpa BATAM)

A6.1. KONDISI SAAT INI

Provinsi Kepulauan Riau mempunyai posisi geografis yang sangat strategis karena
berada pada pintu masuk Selat Malaka dari sebelah timur dan juga berbatasan
dengan pusat bisnis dan keuangan di wilayah Asia Tenggara. Provinsi Kepulauan
Riau dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi
Republik Indonesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di
Kepulauan Riau (Batam, Bintan, dan Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot
project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui kerjasama dengan
Pemerintah Singapura.
Provinsi Kepulauan Riau mencakup Kota Tanjungpinang, Batam, Kabupaten Bintan,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga yang terdiri dari
2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% belum bernama dan berpenduduk, dengan
95% dari wilayahnya merupakan lautan.

326
Gambar A6.1. Peta Wilayah Provinsi Kepulauan Riau

Penerapan kebijakan KEK di Batam-Bintan-Karimun merupakan bentuk kerjasama


yang erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan partisipasi dunia
usaha. KEK ini nantinya merupakan simpul-simpul dari pusat kegiatan ekonomi
unggulan yang perlu didukung dengan infrastruktur yang berdaya saing internasional.
Kepulauan Riau memerlukan dukungan pasokan tenaga listrik yang cukup dan andal
terutama di Kota Tanjung Pinang yang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Pasokan listrik untuk kota Tanjung Pinang dipasok melalui sistem Tanjung Pinang
yang melayani 3 daerah administrasi, yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Kotamadya
Tanjung Pinang dan serta Kabupaten Bintan. Sistem Tanjung Pinang dipasok dari
PLTD Air Raja dan PLTD Sukaberenang dengan kapasitas terpasang 43 MW dan
untuk melayani beban puncak saat ini yang telah mencapai 39 MW melalui jaringan
20 kV.
Sistem-sistem isolated di Provinsi Kepulauan Riau mempunyai 144 unit pembangkit
kecil tersebar dengan kapasitas total 90,7 MW dan daya mampu 65,9 MW seperti
terlihat pada Tabel A6.1.

327
Tabel A6.1. Pembangkit Isolated per 2010

Jumlah Daya Daya Beban


Pemilik (Unit) Terpasang Mampu Puncak
(MW) (MW) (MW)

PLN 136 80,9 55,3 53,4

Pemda 5 0,8 0,6 0,7

Sewa 3 9,0 10,0 11,4

Total 144 90,7 65,9 65,5

Sebagian besar sistem isolated mengalami kekurangan pasokan dan ini telah
berlangsung beberapa tahun terakhir. Kondisi kekurangan pasokan pada umumnya
disebabkan oleh keterbatasan jumlah daya mampu mesin pembangkit, baik karena
gangguan mesin pembangkit maupun usia, meningkatnya pertumbuhan pemakaian
tenaga listrik alami. Untuk mengatasi kekurangan pasokan pada beberapa sistem
isolated dilakukan dengan sewa pembangkit.

A6.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Ekonomi Kepulauan Riau tumbuh 7,53% pada tahun 2010 (tidak termasuk migas)
dan diperkirakan masih akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Target
pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan
memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan modalnya di
Kepulauan Riau. Kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat,
ditandai dengan akan dibangunnya kawasan-kawasan industri dan pada beberapa
Kabupaten telah dicanangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.

Proyeksi Kebutuhan Listrik Provinsi Kepulauan Riau 2011-2020


Dari realisasi penjualan listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020
seperti pada Tabel A6.2.

328
Tabel A6.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 543 582 101 139.930
2012 601 642 112 153.266
2013 671 715 125 167.103
2014 766 816 142 181.945
2015 871 925 161 197.645
2016 975 1.034 181 214.211
2017 1.049 1.111 194 231.175
2018 1.119 1.185 208 248.663
2019 1.185 1.255 220 266.950
2020 1.249 1.323 232 286.062
Growth 11,0% 10,6% 10,0% 9,4%

A6.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Menurut informasi dari Kementerian ESDM, di West Natuna Basin terdapat potensi
gas alam sebesar 51,46 TCF. Selain itu di kawasan blok D-Alpha Natuna terdapat
cadangan gas yang sangat besar, yaitu 222 TCF dan 500 juta barel minyak.
Sedangkan potensi tenaga air relatif kecil.

Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 dipenuhi dengan
mengembangkan kapasitas pembangkit di sistem interkoneksi 150 kV dan sistem
isolated. Rencana pengembangan pembangkit ditampilkan pada Tabel A6.3.

329
Tabel A6.3. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 TB. Karimun #1,2 (FTP1) PLTU PLN 14 2011
2 Tanjung Batu (FTP2) PLTGB Swasta 8 2012
3 Dabo Singkep PLTGB PLN 9 2012/18
4 Natuna PLTU PLN 14 2013
5 Tanjung Uban PLTU PLN 14 2013-14
6 Tanjung Pinang 1 (TLB) PLTU Swasta 30 2014
7 TB. Karimun (Terkendala) PLTU Swasta 14 2014
8 TB. Karimun #3,4 PLTU PLN 14 2014-15
9 Tanjung Batu Baru PLTU PLN 14 2015
10 Tanjung Pinang 2 (FTP2) PLTU Swasta 30 2015
11 Tanjung Pinang 3 PLTU PLN 30 2019-20
12 TB. Karimun-2 PLTU PLN 20 2019-20
Jumlah 211

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2020 diperlukan 4 buah GI 150 kV di Pulau Bintan dan 1 lokasi
di Pulau Ngenang seperti diperlihatkan pada Tabel A6.4.

Tabel A6.4. Pengembangan GI 150 kV Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Air Raja 150/20 kV 60 2013
2 Kijang 150/20 kV 60 2013
3 Sri Bintan 150/20 kV 30 2013
4 Tanjung Uban 150/20 kV 60 2013
5 Pulau Ngenang 150/20 kV 10 2013
Jumlah 220

Selain itu diperlukan juga extension GI dengan menambah unit trafo 150/20 kV
kapasitas 60 MVA pada tahun 2015 di GI Tanjung Uban.

Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GI 150 kV, diperlukan pengembangan transmisi 150
kV sepanjang 258 kms dengan kebutuhan dana sekitar US$ 21,1 juta seperti
ditampilkan dalam Tabel A6.5.

330
Tabel A6.5. Pembangunan SUTT 150 kV
Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Air Raja Kijang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,2 2013
2 Pulau Ngenang Tanjung Taluk 150 kV 2 cct, 3 x 300 mm2 12 4,8 2013
3 Sri Bintan Air Raja 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3,9 2013
4 Tanjung Kasam Tanjung Sauh 150 kV 2 cct, 3 x 300 mm2 6 2,4 2013
5 Tanjung Sauh Pulau Ngenang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 10 1,1 2013
6 Tanjung Taluk Tanjung Uban 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3,3 2013
7 Tanjung Uban Sri Bintan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3,3 2013
Jumlah 258 21,1

Walaupun di sistem kelistrikan Bintan telah direncanakan pembangkit yang cukup


banyak seperti pada tabel A6.3, sistem ini direncanakan akan diinterkoneksi dengan
sistem Batam melalui kabel laut 150 kV. Tujuan interkoneksi tersebut adalah untuk
menggantikan peran PLTD di sistem Bintan, baik peak maupun baseload, dengan
transfer energi dari Batam yang biaya produksinya lebih rendah. Interkoneksi ini juga
dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan sistem Bintan karena terinterkoneksi
dengan sistem kelistrikan yang jauh lebih besar.

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan
baru sekitar 169 ribu pelanggan sampai dengan 2020 atau rata-rata 16.940
pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut,
diperlukan pembangunan JTM 1,875 kms, JTR sekitar 2.164 kms dan tambahan
kapasitas trafo distribusi sekitar 900 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A6.6
berikut.

Tabel A6.6. Pengembangan Sistem Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 293 338 107 23.272
2012 105 121 61 13.335
2013 130 150 76 13.837
2014 184 212 82 14.842
2015 203 234 87 15.700
2016 217 250 91 16.566
2017 209 241 94 16.964
2018 200 231 96 17.487
2019 173 200 101 18.287
2020 163 188 105 19.113
Jumlah 1.876 2.164 900 169.404

331
A6.4. SISTEM KELISTRIKAN NATUNA

Kabupaten Natuna terletak paling utara dari wilayah Republik Indonesia di kawasan
Laut Cina Selatan seperti terlihat pada Gambar A6.2.

Gambar A6.2. Peta Pulau Natuna

Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan
Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil migas dengan cadangan yang
sangat besar sebagaimana diuraikan pada butir A6.3.
Kelistrikan Pulau Natuna dipasok dari PLTD dengan Kapasitas terpasang 3.080 kW,
daya mampu 2.845 kW dan beban puncak 2.355 kW. Sistem distribusi berupa SUTM
sepanjang 57,4 kms dengan jumlah gardu 29 unit dan kapasitas terpasang 2.450 kVA.
Adapun rencana pengembangan kelistrikan di Pulau Natuna berupa penambahan
PLTU batubara 2x7 MW yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2013.

A6.5. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah seperti tersebut dalam Tabel
A6.7.

332
Tabel A6.7. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 543 582 101 14 0 0 44
2012 601 642 112 14 0 0 21
2013 671 715 125 21 220 258 87
2014 766 816 142 58 0 0 126
2015 871 925 161 51 60 0 114
2016 975 1.034 181 0 0 0 11
2017 1.049 1.111 194 0 0 0 11
2018 1.119 1.185 208 3 0 0 14
2019 1.185 1.255 220 25 0 0 58
2020 1.249 1.323 232 25 0 0 57
Jumlah 9.028 9.588 1.676 211 280 258 544

333
LAMPIRAN A.7
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A7.1. KONDISI SAAT INI

Sistem kelistrikan di Provinsi Bangka Belitung secara garis besar dikelompokkan


menjadi dua sistem kelistrikan yang terpisah yaitu:
1. Sistem Bangka yang dipasok dari 4 PLTD milik PLN dan 1 PLTU Biomassa IPP,
yaitu: PLTD Merawang, PLTD Mentok, PLTD Koba, PLTD Toboali, dan PLTU
Listrindo (Biomassa). Pembangkit-pembangkit tersebut terinterkoneksi melalui
jaringan distribusi 20 kV.
2. Sistem Belitung yang dipasok dari 2 PLTD PLN dan 1 PLTU IPP Biomassa, yaitu:
PLTD Pilang, PLTD Manggar dan PLTU Belitung Energy (IPP). Pembangkit-
pembangkit tersebut terinterkoneksi melalui jaringan distribusi 20 kV.
Sistem kelistrikan 20 kV di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seperti ditunjukkan
pada Gambar A7.1.

Gambar A7.1. Peta Jaringan SUTM di Provinsi Kep. Babel Saat Ini

334
Pada saat ini sebagian besar pasokan listrik di Provinsi Bangka Belitung diperoleh
dari pembangkit dengan bahan bakar HSD. Total kapasitas terpasang adalah 144,6
MW dengan daya mampu sebesar 99,8 MW, termasuk pembangkit rental dan IPP
dengan daya mampu sebesar 46,25 MW. Tabel A7.1 memperlihatkan komposisi
sistem pembangkitan di Provinsi Bangka Belitung.

Tabel A7.1. Kapasitas Terpasang dan Daya Mampu Pembangkit Tahun 2010

A7.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Provinsi Kep. Bangka Belitung merupakan provinsi pemekaran dari Provinsi


Sumatera Selatan. Sebagai provinsi baru maka sangat memerlukan banyak sarana
prasarana untuk mendukung aktivitas perekonomian dan program pemerintahan,
antara lain pada tahun 2010 adalah Visit Archi Babel dan Babel Benderang. Salah
satu sarana yang sangat diperlukan adalah ketersediaan energi listrik, sehingga
sangat diharapkan adanya penambahan/pembangunan pembangkit baru yang
bertujuan untuk melayani pertumbuhan beban, menggantikan mesin-mesin yang

335
sudah tua, meningkatkan keandalan sistem ketenagalistrikan dan meningkatkan
efisiensi penyaluran tenaga listrik.
Dari realisasi penjualan listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik Bangka Belitung
pada tahun 2011–2020 dapat dilihat pada Tabel A7.2.

Tabel A7.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 625 747 130 208.736
2012 708 839 146 237.149
2013 805 953 165 266.399
2014 907 1.071 186 289.726
2015 986 1.163 201 295.881
2016 1.086 1.277 221 302.124
2017 1.210 1.421 246 308.458
2018 1.367 1.605 277 314.888
2019 1.566 1.839 318 321.417
2020 1.820 2.137 369 328.051
Growth 15,7% 16,2% 16,2% 8,6%

A7.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Pengembangan sarana di Provinsi Kep. Bangka Belitung dalam rangka untuk


memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pengembangan sarana pembangkit,
transmisi, gardu induk dan distribusi.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi di Bangka Belitung untuk membangkitkan energi listrik sangat
terbatas. Oleh sebab itu kebutuhan energi primer untuk pembangkitan tenaga listrik di
Babel harus didatangkan dari luar wilayah berupa batubara, gas dan BBM.

Pengembangan Pembangkit
Rencana pengembangan pembangkit untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di
Bangka Belitung sampai dengan tahun 2020 adalah seperti ditampilkan pada
Tabel A7.3. berikut.

336
Tabel A7.3. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Air Anyer (FTP1) PLTU PLN 60 2011
2 Belitung Baru (FTP1) PLTU PLN 33 2012-13
3 Belitung-2 / Tanjung Pandan PLTGB Swasta 5 2013
4 Belitung-3 PLTU PLN 17 2014
5 Mentok PLTU PLN 14 2014
6 Toboali PLTU Swasta 14 2014
7 Bangka (FTP2) PLTU Swasta 60 2015-16
8 Bangka IV (Peaker) PLTG PLN 40 2015/18
9 Belitung-4 PLTU PLN 34 2015/19
10 Belitung (Peaker) PLTG PLN 20 2017-18
11 Bangka-3 PLTU PLN 60 2018-19
12 Bangka-5 PLTU PLN 30 2020
13 Belitung-5 PLTU PLN 17 2020
Jumlah 404

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2020 diperlukan pengembangan GI 150 kV dan 70 kV di 10
lokasi seperti diperlihatkan pada Tabel A7.4.

Tabel A7.4. Pembangunan GI 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Air Anyir 150/20 kV 30 2011
2 Pangkal Pinang 150/20 kV 60 2011
3 Sungai Liat 150/20 kV 30 2011
4 Dukong 70/20 kV 30 2012
5 Manggar 70/20 kV 20 2012
6 Suge 70/20 kV 30 2012
7 Kelapa 150/20 kV 30 2014
8 Koba 150/20 kV 30 2014
9 Mentok 150/20 kV 30 2016
10 Toboali 150/20 kV 30 2016
Jumlah 320

Selain itu diperlukan juga extension GI existing dengan menambah unit trafo 150/20 kV
dan 70/20 kV hingga total tambahan kapasitas mencapai 210 MVA tersebar
dibeberapa GI.

337
Tabel A7.5. Pembangunan Extension GI 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Sungai Liat 150/20 kV 30 2015
2 Dukong 70/20 kV 30 2016
3 Koba 150/20 kV 30 2018
4 Manggar 70/20 kV 30 2018
5 Pangkal Pinang 150/20 kV 30 2018
6 Air Anyir 150/20 kV 30 2019
7 Dukong 70/20 kV 30 2019
Jumlah 210

Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GI 150 kV dan 70 kV, diperlukan pengembangan
transmisi 150 kV dan 70 kV sepanjang 946 kms dengan kebutuhan dana sekitar 52,4
M USD seperti ditampilkan pada Tabel A7.6.

Tabel A7.6. Pembangunan SUTT 150 kV & 70 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Air Anyir Pangkal Pinang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 44 2,4 2011
2 Air Anyir Sungai Liat 150 kV 2 cct, 1 Hawk 112 6,2 2011
3 Dukong Manggar 70 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7,8 2012
4 Suge Dukong 70 kV 2 cct, 1 Hawk 50 2,8 2012
5 Pangkal Pinang Kelapa 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,6 2014
6 Pangkal Pinang Koba 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,6 2014
7 Kelapa Mentok 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7,8 2016
8 Koba Toboali 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6,6 2016
9 Air Anyir/Sungai Liat PLTU Bangka Baru III 150 kV 2 cct, 1 Hawk 100 5,5 2018
Jumlah 946 52,4

Peta jaringan 150 kV di Bangka dan jaringan 70 kV di Belitung diperlihatkan pada


Gambar A7.2 dan Gambar A7.3.

338
Gambar A7.2. Peta Jaringan Sistem Bangka

Gambar A7.3. Peta Jaringan Sistem Belitung

339
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan
baru sekitar 158 ribu pelanggan sampai dengan 2020, dimana untuk mencapai rasio
elektrifikasi 60% pada tahun 2011 akan disambung 58.000 pelanggan. Selanjutnya
akan disambung rata-rata 13.000 pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan
pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 1.645 kms, JTR sepanjang 1.744
kms, Gardu Distribusí 151 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A7.7 berikut.

Tabel A7.7. Pengembangan Sistem Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 428 477 29 57.924
2012 143 149 11 11.719
2013 128 133 10 10.468
2014 146 152 13 11.944
2015 152 159 17 12.486
2016 113 117 12 9.226
2017 114 119 13 9.345
2018 123 128 14 10.091
2019 142 148 16 11.624
2020 156 162 17 12.766
Jumlah 1.645 1.744 151 157.594

A7.4. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai tahun 2020 adalah seperti tersebut dalam Tabel A7.8.

Tabel A7.8. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 625 747 130 60 120 156 136
2012 708 839 146 17 80 190 74
2013 805 953 165 22 0 0 62
2014 907 1.071 186 45 60 240 135
2015 986 1.163 201 67 30 0 79
2016 1.086 1.277 221 30 90 260 78
2017 1.210 1.421 246 10 0 0 9
2018 1.367 1.605 277 60 90 100 82
2019 1.566 1.839 318 47 60 0 114
2020 1.820 2.137 369 47 0 0 112
Jumlah 11.080 13.051 2.258 404 530 946 881

340
LAMPIRAN A.8
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SUMATERA BARAT

A8.1. KONDISI SAAT INI

Pasokan sistem kelistrikan Provinsi Sumatera Barat (diluar kepulauan Mentawai)


berasal dari sistem interkoneksi 150 kV Sumatera Bagian Tengah (Jambi-Sumbar-
Riau) melalui 14 gardu induk dengan kapasitas total 565 MVA dan beban puncak
sebesar 348 MW seperti yang terlihat pada Gambar A8.1.

SUMATERA New
Garuda
ke
UTARA GI Padang Sidempuan
Sakti

(Sumatera Utara) Ke
GI New Garuda Sakti
(Riau)
ACSR 2 x 430 mm2
ACSR 2 x 430 mm2 150 km - 2013
PLTA Masang – 2
55 MW – 2017 300 km - 2013 Koto
PLTA Batang Agam Panjang
A
3 x 3,5 MW
A PLTP Bonjol
ke
Simpang
Empat 165 MW – 2019 GI Koto Panjang RIAU
2
ACSR 1 x 240 mm
15 km – 2017
P 2
(Riau)
ACSR 1 x 240 mm
52 km – 2020

ACSR 1 x 240 mm2


32 km, 2nd cct – 2012 Payakumbuh
ACSR 1 x 240 mm2
42 km, 2nd cct – 2012 A
Maninjau Padang
PLTA Maninjau Luar
A
4 x 17 MW ACSR 1 x 240 mm2 Batusangkar ACSR 2 x 430 mm2 ke
25 km, 2nd cct – 2012
141 km - 2013
Padang GI Teluk Kuantan
Pariaman Singkarak Panjang (Riau)
Lubuk Alung A Ombilin

PLTA Singkarak PIP U ACSR 1 x 240 mm2


4 x 43,75 MW ACSR 2 x 240 mm2
G Salak 52 km, 2 nd cct - 2012
8 km – 2016 Pauh Limo Kiliranjao
GI/GIS Kota Solok
ACSR 1 x 240 mm2
PLTU Ombilin
Simpang Indarung 10 km – 2019 2 x 100 MW
PLTG Pauh Limo Haru P ACSR 1 x 240 mm2
2 35 km – 2013
3 x 21,35 MW ACSR 2 x 240 mm
17,5 km – 2011
PLTP G.Talang Sungai Rumbai
Bungus 20 MW – 2019
ACSR 2 x 430 mm2
117 km
ACSR 2 x 240 mm2
(Operasi 150 kV)
5 km - 2012
ke
ACSR 2 x 240 mm2
80 km - 2017 GI Muara Bungo
U ACSR 2 x 240 mm2
90 km - 2011
(Jambi)
PLTU Sumbar Pesisir P
#1,2 (FTP1) PLTP Muara Labuh
2 x 112 MW – 2012/2013 Kambang 2 x 110 MW – 2017

JAMBI
ACSR 2 x 240 mm2
PT PLN (Persero) 110 km - 2015 ke
Edit
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN GI Bangko
September 2011
SUMATERA
Sungai (JAMBI)
PETA JARINGAN PERENCANAAN SISTEM Penuh
PROPINSI SUMATERA BARAT BIDANG PERENCANAAN
Existing 70 kV Rencana 275 kV HVDC U PLTU D PLTD GI Rencana ke
Existing 150 kV Rencana 500 kV HVDC
G PLTG A PLTA GI Eksisting GI Muko-muko
Rencana 150 kV
Rencana 275 kV
Kit Eksisting GI 275/150 (Bengkulu)

 
GU PLTGU P PLTP kV Renc
Kit Rencana
Rencana 500 kV
BENGKULU

Gambar A8.1. Sistem Interkoneksi di Provinsi Sumatera Barat

Saat ini di Provinsi Sumatera Barat terdapat pembangkit-pembangkit besar


sebagaimana ditunjukan pada Tabel A8.1.

341
Tabel A8.1. Kapasitas Pembangkit di Sistem Interkoneksi Per 2010

Bahan Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Pemilik
Bakar Terpasang (MW)
1 Ombilin PLTU Batubara PLN 200
2 Pauh Limo PLTG HSD PLN 64
3 Maninjau PLTA Air PLN 68
4 Singkarak PLTA Air PLN 131
5 Batang Agam PLTA Air PLN 11
Total 474

Dengan kapasitas pembangkit 474 MW dan beban puncak 348 MW, maka Provinsi
Sumbar pada saat musim hujan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri bahkan
dapat memasok kebutuhan listrik Provinsi Riau sebesar ± 150 MW. Namun pada
musim kemarau saat PLTA-PLTA di Sumbar mengalami penurunan kapasitas,
Provinsi Sumbar mendapat tambahan pasokan dari sistem Sumbagsel sekitar
100 MW.
Pada saat beban puncak daerah-daerah Pesisir Selatan seperti sebagian Kambang,
sebagian Balai Selasa, sebagian Indrapura serta Tapan dan Lunang membentuk
sistem-sistem isolated sendiri dengan beban puncak total sebesar 4,2 MW. Hal
tersebut terjadi karena kualitas tegangan di daerah tersebut sangat rendah akibat
jauhnya jarak dari GI Pauh Limo sebagai pemasok tenaga listrik daerah Pesisir
Selatan (±260 km).
Untuk sistem kelistrikan di Kepulauan Mentawai, saat ini mempunyai beban puncak
2,1 MW yang dipasok dari beberapa PLTD berkapasitas kecil yang berjumlah 21 unit
dan tersebar di 8 sentral PLTD dengan kapasitas terpasang 2,9 MW.
Selain itu ada juga pembangkit PLTM Pinang Awan di Solok Selatan yang beroperasi
paralel dengan sistem 20 kV untuk membantu menaikan tegangan di daerah tersebut
mengingat jaraknya yang jauh dari GI Solok sebagai pemasok tenaga listrik daerah
tersebut. Pembangkit isolated di Provinsi Sumatera Barat diberikan pada Tabel A8.2.

342
Tabel A8.2. Pembangkit di Sistem Isolated per 2010

Bahan Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Pemilik
Bakar Terpasang (MW)
Kepulauan Mentawai 2,8
1 Sikabaluan PLTD HSD PLN 0,1
2 Sikakap PLTD HSD PLN 0,4
3 Sipora PLTD HSD PLN 0,1
4 Seay Baru PLTD HSD PLN 0,1
5 Saumangayak PLTD HSD PLN 0,2
6 Simalakopa PLTD HSD PLN 0,0
7 Simalepet PLTD HSD PLN 0,2
8 Tua Pejat PLTD HSD PLN 1,6
Pesisir Selatan 7,3
1 Lakuak PLTD HSD PLN 1,9
2 Balai Selasa PLTD HSD PLN 0,6
3 Indra Pura PLTD HSD PLN 1,3
4 Tapan PLTD HSD PLN 0,9
5 Lunang PLTD HSD PLN 2,2
6 Salido Kecil PLTMH Air Swasta 0,3
Solok Selatan 0,4
1 Pinang Awan PLTM Air PLN 0,4
Total Isolated 10,5

A8.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dalam 5 tahun


terakhir adalah 6,8% per tahun. Indikator penjualan energi listrik yang merefleksikan
permintaan tenaga listrik masyarakat meningkat dari 1.741 GWh pada tahun 2006
menjadi 2.187 GWh di tahun 2010. Konsumsi tenaga listrik diserap oleh sektor rumah
tangga (45%), sektor industri (34%), sektor komersil (13%) dan sektor publik (8%).
Dari realisasi penjualan tenaga listrik pada enam tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk
dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik
2011 – 2020 seperti pada Tabel A8.3.

343
Tabel A8.3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 2.253 2.418 389 876.242
2012 2.470 2.647 425 910.957
2013 2.725 2.915 468 946.243
2014 3.014 3.219 516 981.663
2015 3.330 3.551 568 1.017.739
2016 3.678 3.916 625 1.055.062
2017 4.057 4.318 689 1.093.265
2018 4.468 4.754 757 1.131.897
2019 4.913 5.226 831 1.171.568
2020 5.387 5.728 910 1.213.571
Growth 9,7% 9,6% 9,4% 3,7%

A8.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi yang tersedia di Sumatera Barat antara lain batubara, panas bumi
dan tenaga air. Menurut informasi dari Bapeda Sumatera Barat, potensi batubara
tersebar di Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Solok, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok Selatan.
Menurut informasi dari Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Sumatera Barat
adalah sekitar 908 MW dan berada di Muaralabuh – Kabupaten Solok Selatan dan di
Talang - Kabupaten Solok.
Sedangkan potensi tenaga air tersebar hampir di Provinsi Sumatera Barat seperti
terlihat pada Tabel A8.4.

344
Tabel A8.4. Potensi Tenaga Air
Kapasitas Kabupaten/ Kapasitas Kabupaten/
No Lokasi DAS Type No Lokasi DAS Type
(MW) Kecamatan (MW) Kecamatan
1 Pasaman Bt. Pasaman ROR 21,2 Pasaman 25 Batanghari-3 Batanghari RSV 34,8 Slk Selatan
2 Sangir-2 Bt. Sangir ROR 2,2 Solok 26 Batanghari-5 Batanghari ROR 6,7 Slk Selatan
3 Sangir-3 Bt. Sangir ROR 7,8 Solok 27 Batanghari-6 Batanghari ROR 10,1 Slk Selatan
4 Sinamar-2 Bt. Sinamar ROR 13,1 Tanah Datar 28 Batanghari-7 Batanghari ROR 6,9 Dhamasraya
5 Masang-2 Bt. Masang ROR 14,5 Agam 29 Fatimah Fatimah ROR 0,8 Pasbar
6 Tuik Bt. Tuik ROR 3,9 Pessel 30 Sikarbau Sikarbau ROR 0,7 Pasbar
7 Lanajan-2 Bt. Lengayang ROR 3,1 Pessel 31 Balangir Balangir ROR 0,4 Slk Selatan
8 Lubuk-2 Bt. Rokan ROR 4,6 Pasaman 32 Landai-1 Bt. Langir ROR 6,8 Pessel
9 Asik Bt. Asik RSV 1,7 Pasaman 33 Sumani Bt. Sumani ROR 0,6 Solok
10 Lubuk-4U Bt. Lubuk ROR 4,8 Pasaman 34 Guntung Bt. Guntung ROR 0,6 Agam
11 Sumpur-1U Bt.Sumpur RSV 2,7 Pasaman 35 Sungai Putih Bt. Lumpo ROR 1,7 Pessel
12 Kampar KN-1 Bt. Kampar Kanan RSV 29,4 50 Kota 36 Kerambil Bt. Bayang Janiah ROR 1,6 Pessel
13 Kampar KN-2 Bt. Kampar Kanan RSV 8,6 50 Kota 37 Muaro Sako Bt. Muaro Sako ROR 2,4 Pessel
14 Kapur-1 Bt. Kapur RSV 10,6 50 Kota 38 Induring Bt. Jalamu ROR 2,2 Pessel
15 Mahat-10 Bt. Mahat RSV 12,6 50 Kota 39 Palangai-3 Bt. Palangai ROR 4,1 Pessel
16 Mahat-2U Bt. Mahat RSV 2,2 50 Kota 40 Kambang-1 Bt. Kambang ROR 5,5 Pessel
17 Sumpur-K1 Bt. Sumpur RSV 8,1 S. Sijunjung 41 Kapas-1 Bt. Tumpatih ROR 8,1 Pessel
18 Palangki-1 Bt. Palangki RSV 11,8 S. Sijunjung 42 Landai-2 Bt. Air Haji ROR 7,1 Pessel
19 Palangki-2 Bt. Palangki RSV 17,9 S. Sijunjung 43 Sumpur-K2 Bt. Sumpur ROR 4,2 Tanah Datar
20 Sibakur Bt. Sibakur RSV 5,5 S. Sijunjung 44 Lawas-1D Bt. Lawas RSV 11,2 S. Sijunjung
21 Sibayang Bt.Sibayang RSV 15,0 Agam 45 Gumanti-1 Bt. Gumanti ROR 5,9 Solok
22 Sukam Bt. Sukam RSV 19,4 S. Sijunjung 46 Sikiah-1 Bt.Gumanti RSV 30,4 Solok
23 Kuantan-1 Bt. Kuantan ROR 3,4 S. Sijunjung 47 Sikiah-2 Bt Sikiah RSV 18,0 Solok
24 Batanghari-2 Batanghari RSV 22,2 Slk Selatan

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik hingga tahun 2020 direncanakan
pengembangan pembangkit di Sumatera Barat berkapasitas total 684 MW dan
transfer energi dengan sistem interkoneksi Sumatera. Untuk Kepulauan Mentawai
direncanakan pembangkit 9,2 MW, yaitu PLTS 0,2 MW (2011), PLTGB 6 MW (2013)
dan PLTGB 3 MW (2020). Pengembangan pembangkit interkoneksi di Sumatera
Barat ditampilkan pada Tabel A8.5 dan Tabel A8.6.

Tabel A8.5. Pengembangan Pembangkit di Sistem Interkoneksi

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Sumbar Pesisir #1,2 (FTP1) PLTU PLN 224 2012-13
2 Masang-2 PLTA PLN 55 2017
3 Muara Laboh (FTP2) PLTP Swasta 220 2017
4 Bonjol PLTP Swasta 165 2019
5 G. Talang PLTP Swasta 20 2019
Jumlah 684

Selain itu PLN juga sedang menjalin kerjasama dengan Pemda dan swasta untuk
mengembangkan pembangkit hidro skala kecil dan menengah seperti terlihat pada
Tabel A8.6.

345
Tabel A8.6. Pengembangan Pembangkit Hidro Skala Kecil

Kapasitas
No Nama Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Manggani PLTM Swasta 1,1 2011
2 Gumanti PLTM Swasta 5,0 2012
3 Gumanti PLTM Swasta 5,0 2012
4 Sinamar PLTM Swasta 5,0 2012
5 Sinamar PLTM Swasta 5,0 2012
6 Lubuk Gadang PLTM Swasta 4,0 2012
7 Gunung Tujuh PLTM Swasta 4,0 2012
8 Gunung Tujuh PLTM Swasta 4,0 2012
9 Tarusan PLTM Swasta 3,0 2012
10 Bayang PLTM Swasta 3,0 2012
11 Bayang PLTM Swasta 3,0 2012
12 Muara Sako PLTM Swasta 2,5 2012
13 Sumpur PLTM Swasta 2,0 2012
14 Kambahan PLTM Swasta 1,5 2012
15 Fatimah PLTM Swasta 1,4 2012
16 Sikarban PLTM Swasta 1,4 2012
17 Guntung PLTM Swasta 0,6 2012
Jumlah 51,6

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan Gardu Induk (GI)


Pengembangan GI di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan tahun 2020 berupa
2 buah GI 275 kV dan 4 buah GI 150 kV yang diperlihatkan pada Tabel A8.7 dan
Tabel A8.8.

Tabel A8.7. Pengembangan GI 275 kV Baru

Baru/ Kapasitas Biaya


No Nama Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta US$)
1 Kiliranjao 275/150 kV Baru 250 19.66 2013
2 Payakumbuh 275/150 kV Baru 250 20.17 2013
Jumlah 500 39.8

Tabel A8.8. Pengembangan GI 150 kV Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Bungus 150/20 kV 30 2011
2 Kambang 150/20 kV 30 2011
3 Sungai Rumbai 150/20 kV 30 2013
4 GI/GIS Kota Padang 150/20 kV 120 2016
Jumlah 210

346
Selain itu juga direncanakan pengembangan GI existing dengan menambah unit trafo
150/20 kV dengan tambahan kapasitas total 840 MVA sebagaimana diperlihatkan
pada Tabel A8.9.

Tabel A8.9. Pengembangan Extension GI 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Padang Luar 150/20 kV 60 2012
2 Padang Panjang 150/20 kV 30 2012
3 Pauh Limo 150/20 kV 60 2012
4 Payakumbuh 150/20 kV 30 2012
5 PIP 150/20 kV 30 2012
6 Simpang Empat 150/20 kV 30 2012
7 Solok 150/20 kV 60 2012
8 Salak 150/20 kV 30 2013
9 Maninjau 150/20 kV 30 2014
10 Kiliranjao 150/20 kV 30 2016
11 Payakumbuh 150/20 kV 30 2016
12 Bungus 150/20 kV 30 2017
13 Kambang 150/20 kV 30 2017
14 Simpang Empat 150/20 kV 60 2017
15 Solok 150/20 kV 30 2017
16 Lubuk Alung 150/20 kV 30 2018
17 Sungai Rumbai 150/20 kV 30 2018
18 Pariaman 150/20 kV 30 2019
19 Batusangkar 150/20 kV 30 2020
20 GIS Kota Padang 150/20 kV 60 2020
21 Padang Luar 150/20 kV 30 2020
22 PIP 150/20 kV 60 2020
Jumlah 840

Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GI 275 & 150 kV, diperlukan juga pengembangan
transmisi 275 kV sepanjang 882 kms dan transmisi 150 kV sepanjang 786 kms dengan
kebutuhan dana investasi USD 249,7 juta seperti ditampilkan dalam Tabel A8.10 dan
Tabel A8.11.

Tabel A8.10. Pembangunan Transmisi 275 kV Baru


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Kiliranjao Payakumbuh 275 kV 2 cct, 2 Zebra 282 63,5 2013
2 Padang Sidempuan Payakumbuh 275 kV 2 cct, 2 Zebra 600 135,0 2013
Jumlah 882 198,5

347
Tabel A8.11. Pembangunan Transmisi 150 kV Baru
Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Bungus Kambang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,7 2011
2 Indarung Bungus 150 kV 2 cct, 2 Hawk 35 2,7 2011
3 Kiliranjao Teluk Kuantan 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 52 1,7 2012
4 Maninjau Padang Luar 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 42 1,4 2012
5 Padang Luar Payakumbuh 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 32 1,0 2012
6 PLTU Sumbar Pessel 2 pi Inc. (Bungus-Kambang) 150 kV 4 cct, 2 Hawk 20 0,8 2012
7 Singkarak Batusangkar 150 kV 1 2nd cct, 1 Hawk 25 0,8 2012
8 Kiliranjao Sungai Rumbai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 70 5,3 2013
9 PIP/S Haru/Pauh Limo GI/GIS Kota Padang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 16 0,9 2016
10 Simpang Empat Masang-2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 30 1,7 2017
11 Sungai Rumbai PLTP Muara Labuh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 160 12,2 2017
12 Payakumbuh PLTP Bonjol 150 kV 2 cct, 2 Hawk 104 7,9 2019
13 Solok PLTP Gunung Talang 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1,1 2019
Jumlah 786 51,2

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diproyeksikan akan terjadi
penambahan pelanggan baru sekitar 369 ribu pelanggan sampai dengan tahun 2020,
atau rata-rata 36.900 pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan
tersebut, diperlukan pembangunan JTM 3.242 kms, JTR sekitar 3.823 kms dan
tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 471 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel
A8.12.

Tabel A8.12. Pengembangan Sistem Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 262 308 38 32.205
2012 295 347 43 34.715
2013 314 370 46 35.286
2014 315 371 46 35.420
2015 321 378 47 36.075
2016 331 391 48 37.323
2017 339 400 49 38.203
2018 342 404 50 38.633
2019 351 414 51 39.670
2020 372 439 54 42.004
Jumlah 3.242 3.823 471 369.534

A8.4. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi di Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2020 diberikan pada
Tabel A8.13.

348
Tabel A8.13. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 2,253 2,418 389 0 60 215 47
2012 2,470 2,647 425 112 300 171 203
2013 2,725 2,915 468 118 560 952 438
2014 3,014 3,219 516 0 30 0 28
2015 3,330 3,551 568 0 0 0 27
2016 3,678 3,916 625 0 180 16 42
2017 4,057 4,318 689 275 150 190 617
2018 4,468 4,754 757 0 60 0 33
2019 4,913 5,226 831 185 30 124 460
2020 5,387 5,728 910 3 180 0 42
Jumlah 36,295 38,692 6,176 693 1,550 1,668 1,936

349
LAMPIRAN A.9
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI JAMBI

A9.1. KONDISI SAAT INI

Jumlah beban puncak non-coincident sistem kelistrikan Provinsi Jambi (interkoneksi


dan isolated) saat ini sebesar 207 MW dan dipasok dari sistem interkoneksi
Sumbagselteng melalui saluran transmisi 150 KV dengan 5 GI, yaitu GI Aur Duri
(2x30 MVA), GI Payo Selincah (2x60MVA), GI Muara Bulian (30 MVA), GI Muara
Bungo (2x30 MVA) dan GI Bangko (30 MVA). Peta jaringan distribusi Provinsi Jambi
seperti ditunjukkan pada Gambar A9.1.

Gambar A9.1. Peta Jaringan Distribusi di Provinsi Jambi

Kapasitas pembangkit di Provinsi Jambi adalah sekitar 222,9 MW seperti ditunjukkan


pada Tabel A9.1.

350
Tabel A9.1. Kapasitas Pembangkit per 2010

Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Bahan Bakar Pemilik
(MW)
1 PLTD Payo Selincah PLTD Gas Alam+HSD PLN 31
2 PLTG Payo Selincah PLTG Gas Alam Sewa 100
3 PLTG Batang Hari PLTG Gas Alam PLN 62
4 PLTG Eks Sunyarangi PLTG Gas Alam Sewa 18
5 PLTD lokasi tersebar PLTD HSD PLN 12
Jumlah 223

A9.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Kebutuhan listrik diserap oleh konsumen rumah tangga (62%), konsumen komersil
(24%), konsumen publik (7%) dan konsumen industri (7%).
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 dapat
dilihat pada Tabel A9.2.

Tabel A9.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 1.159 1.277 203 522.280
2012 1.316 1.444 227 555.972
2013 1.453 1.588 256 592.561
2014 1.640 1.783 281 630.152
2015 1.749 1.891 315 659.586
2016 1.873 2.016 334 690.151
2017 2.000 2.143 355 721.574
2018 2.144 2.289 377 755.141
2019 2.303 2.448 402 789.658
2020 2.482 2.629 426 827.382
Growth 9,3% 8,8% 8,8% 6,7%

A9.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

351
Potensi Sumber Energi
Sumber energi yang tersedia di Provinsi Jambi terdiri dari batubara, gas dan tenaga
air. Berdasarkan informasi dari Pemerintah Provinsi Jambi, potensi batubara yang
layak ditambang adalah 779 juta ton dengan nilai kalori rata-rata 5.715 kkal/kg yang
tersebar di seluruh daerah kabupaten kecuali Kabupaten Kerinci. Potensi gas
terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung dan Kabupaten Muaro Jambi dan potensi
tenaga air terdapat di Kabupaten Merangin (sungai Merangin dan sungai Batang Air
Batu).

Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 di Jambi direncanakan akan
dipenuhi dengan mengembangkan pembangkit di Jambi dan di daerah lain pada
sistem interkoneksi Sumatera. Adapun pembangkit yang direncanakan berada di
Provinsi Jambi mempunyai kapasitas total 1.712 MW seperti ditampilkan pada Tabel
A9.3.

Tabel A5.3.1 Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Sarolangun PLTU Swasta 12 2011
2 Sungai Gelam PLTMG Sewa 12 2011
3 Payo Selincah PLTG Sewa Beli 100 2011-12
4 Sungai Gelam (CNG/Peaker) PLTG PLN 90 2012
5 Sengeti (CNG/Peaker) PLTG PLN 80 2012-13
6 Batanghari PLTGU PLN 30 2013
7 Kuala Tungkal PLTU PLN 14 2013
8 Tebo PLTU PLN 14 2013
9 Pembangkit Peaker PLTG PLN 100 2014
10 Sungai Penuh (FTP2) PLTP PLN 110 2015
11 Merangin PLTA PLN 350 2016-17
12 Jambi (KPS) PLTU Swasta 800 2018-19
Jumlah 1712

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2020 diperlukan pengembangan GI 150 kV baru dan extension
GI existing seperti pada Tabel A9.4 dan Tabel A9.5.

352
Tabel A9.4. Pengembangan GI 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Sungai Penuh 150/20 kV 30 2012
2 Muara Sabak 150/20 kV 30 2013
3 Sarolangun 150/20 kV 30 2014
4 Kuala Tungkal 150/20 kV 30 2018
Jumlah 120

Tabel A9.5. Pengembangan Extension GI 150/20 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Aurduri 150/20 kV 60 2012
2 Bangko 150/20 kV 60 2012
3 Muaro Bulian 150/20 kV 60 2012
4 Payoselincah 150/20 kV 60 2012
5 Muaro Bungo 150/20 kV 60 2013
6 Sungai Penuh 150/20 kV 30 2014
7 Payoselincah 150/20 kV 60 2017
8 Aurduri 150/20 kV 60 2018
9 Muaro Bungo 150/20 kV 60 2018
10 Bangko 150/20 kV 30 2019
11 Muara Sabak 150/20 kV 30 2019
12 Payoselincah 150/20 kV 60 2020
13 Sarolangun 150/20 kV 30 2020
Jumlah 660

Berkaitan dengan pengembangan transmisi 275 kV dan 500 kV Sumatera, akan


dibangun 3 buah GI 275 kV yaitu GI Bangko, GI Muara Bungo dan GI Aur Duri, seperti
pada Tabel A9.6.

Tabel A9.6. Pengembangan GI 275 kV dan 500 kV

Baru/ Kapasitas Biaya


No Nama Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta US$)
1 Bangko 275/150 kV Baru 250 21,08 2013
2 Muara Bungo 275/150 kV Baru 250 20,08 2013
3 Aur Duri 275/150 kV Baru 500 25,98 2014
4 Bangko 275/150 kV Extension 500 17,92 2017
5 Aurduri 275/150 kV Extension 0 2,81 2018
6 Aurduri 500kV 500/275 kV Baru 500 25,77 2018
7 PLTU Jambi 500 kV 500 kV Baru 0 9,82 2018
Jumlah 2000 123,5

353
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan Sistem Sumatera, diperlukan pengembangan
transmisi 150 KV, 275 KV dan 500 kV seperti ditampilkan dalam Tabel A9.7 dan
Tabel A9.8.

Tabel A9.7. Pembanguan Transmisi 150 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Bangko PLTA Merangin 150 kV 2 cct, 2 Zebra 136 30.6 2012
2 PLTA Merangin Sungai Penuh 150 kV 2 cct, 2 Zebra 110 24.8 2012
3 PLTG CNG Sei Gelam Aur Duri 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.3 2013
4 PLTG CNG Sengeti Aur Duri 150 kV 2 cct, 1 Hawk 26 1.4 2013
5 Muara Sabak Inc. 1 Pi (Payo Selincah-Aur Duri) 150 kV 2 cct, 2 x 340 mm2 121.6 3.6 2013
6 Muara Bulian Sarolangun 150 kV 2 cct, 1 Hawk 130 7.2 2014
7 PLTP Sungai Penuh Sungai Penuh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 84 4.7 2015
8 Muara Sabak Kuala Tungkal 150 kV 2 cct, 1 Hawk 108.8 6.0 2018
Jumlah 776 81.7

Tabel A9.8. Pembanguan Transmisi 275 dan 500 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Bayung Lincir Aur Duri 275 kV 2 cct, 2 Zebra 120 27,0 2014
2 Aur Duri Rengat 275 kV 2 cct, 4 Zebra 420 137,1 2015
3 PLTU Jambi Aur Duri 500 kV 2 cct, 4 Zebra 150 49,0 2018
Jumlah 690 213,1

Peta sistem kelistrikan Provinsi Jambi diperlihatkan pada Gambar A9.2.

354
ACSR 1 x 240 mm2
30 km - 2013
A 6
CS 0
R km
2 -
2

x 20
01 mm

43 1
0 4
- 2 82
8

m
2

m
2
km x
75 R 4
S
C
A

Gambar A9.2. Peta Jaringan Provinsi Jambi

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik akan dilakukan penambahan
pelanggan baru sebanyak 390 ribu sambungan sampai dengan tahun 2020. Khusus
untuk tahun 2011 akan disambung sekitar 85 ribu pelanggan untuk mencapai rasio
elektrifikasi 60%. Pada tahun-tahun selanjutnya akan disambung rata-rata 38.900
pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan
pembangunan JTM 2.800 kms, JTR sekitar 2.626 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 257 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A9.9.

355
Tabel A9.9. Pengembangan Sistem Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 558 515 49 84.765
2012 222 205 20 33.693
2013 226 210 20 36.589
2014 234 220 21 37.591
2015 240 227 22 29.433
2016 245 230 23 30.565
2017 253 238 24 31.424
2018 264 253 25 33.567
2019 275 263 26 34.516
2020 282 264 27 37.725
Jumlah 2.800 2.626 257 389.868

A9.4. SISTEM ISOLATED

Provinsi Jambi masih memiliki 6 PLTD berbahan bakar minyak, yaitu PLTD
Pelabuhan Dagang, PLTD Sungai Lokan, PLTD Mendahara Tengah dan PLTD Kuala
Tungkal, PLTD Batang Asai dan PLTD Sarolangun dengan total kapasitas terpasang
12,85 MW dan 1 pembangkit IPP berbahan bakar gas yang beroperasi di Kabupaten
Tanjung Jabung kapasitas terpasang 7,2 MW.

Tabel A9.10. Pembangkit pada Sistem Isolated per 2010

Kapasitas
No Nama Pembangkit Jenis Pemilik
(MW)

1 Pelabuhan Dagang PLTD 3,15 PLN


2 Sungai Lokan PLTD 0,82 PLN
3 Mendahara Tengah PLTD 0,43 PLN
4 Kuala Tungkal PLTD 4,91 PLN
5 Batang Asai PLTD 0,55 PLN
6 Sarolangun PLTD 3,00 PLN
7 Tanjung Jabung Power PLTMG 7,20 Swasta
Total 20,05

A9.5. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai tahun 2020 adalah seperti tersebut dalam Tabel A9.11.

356
Tabel A9.11. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 1,159 1,277 203 74 0 0 55
2012 1,316 1,444 227 160 270 246 134
2013 1,453 1,588 256 118 590 208 188
2014 1,640 1,783 281 100 560 250 133
2015 1,749 1,891 315 110 0 504 336
2016 1,873 2,016 334 175 0 0 282
2017 2,000 2,143 355 175 560 0 302
2018 2,144 2,289 377 400 650 259 643
2019 2,303 2,448 402 400 60 0 548
2020 2,482 2,629 426 0 90 0 29
Jumlah 18,118 19,507 3,178 1,712 2,780 1,466 2,651

357
LAMPIRAN A.10
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

A10.1. KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI

Beban puncak sistem kelistrikan Sumatera Selatan saat ini sebesar 615 MW dan
dipasok dari pembangkit yang terinterkoneksi melalui grid 150 kV dan 70 kV. Untuk
sistem isolated yang lokasinya tersebar dipasok dari pembangkit IPP dan PLTD.

GU
01 m 2
m 30 m
5
4
-2

U
G
17 2 x
5k
SR
AC
60 km 330 mm 2
2
0 mm

- 2012
2 x 24 15
ACSR km – 20

2x
AC SR
35

2
01
t, 2
nd cc
2

Gambar A10.1. Peta Kelistrikan Provinsi Sumatera Selatan

Pembangkit yang memasok Provinsi Sumsel diberikan pada Tabel A10.1.

358
Tabel A10.1. Kapasitas Pembangkit Terpasang per 2010

Kapasitas Kapasitas
No Nama No Nama
(MW) (MW)
A PLN (Interkoneksi) 829,1 13 PLTMG Rental Borang 30,0
1 PLTU Keramasan #1,2 25,0 14 PLTU Bukit Asam # 1,2,3,4 260,0
2 PLTG Keramasan #1,2,3,4 64,9 B PLN (Isolated) 6,6
3 PLTG Indralaya GT # 1.1 50,0 15 PLTD Makarti Jaya 1,4
4 PLTG Indralaya GT # 1.2 40,0 16 PLTD Sungsang 1,7
5 PLTGU Indralaya ST # 1.0 40,0 17 PLTD Air Saleh 1,1
6 PLTG Truck Mounted #1,2 40,0 18 PLTD Simpang Sender 1,9
7 PLTD Sungai Juaro #1,2 25,2 19 PLTD Teluk Agung 0,5
8 PLTG Borang 14,0 C IPP 43,8
9 PLTG Talang Duku 20,0 20 PLTMG Sako Kenten 12,0
10 PLTG Sewa Beli Tl. Duku 60,0 21 PLTMG Musi II 19,8
11 PLTG Sewa Beli Borang 60,0 22 PLTMG Prabumulih 12,0
12 PLTG Keramasan AKE #1,2 100,0 Total 879,4

Kota Palembang dipasok dari ring transmisi 70 kV dan ring transmisi 150 kV, dengan
4 trafo IBT 150/70 kV yang berada di GI Borang dan GI Keramasan dengan kapasitas
400 MVA. Gardu induk terpasang di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 21 GI
dengan total kapasitas trafo 932 MVA, terdiri dari 8 GI 70/20/12 kV dan 13 GI
150/20 kV.

A10.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI SUMATERA SELATAN

Konsumsi energi listrik di Sumsel diserap oleh konsumen rumah tangga (60%),
komersil (18%), industri (14%) dan publik (8%)
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020
seperti pada Tabel A10.2.

359
Tabel A10.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 3.089 3.383 630 1.176.885
2012 3.460 3.781 698 1.279.529
2013 3.845 4.196 769 1.395.900
2014 4.273 4.648 845 1.610.969
2015 4.758 5.160 931 1.676.664
2016 5.157 5.576 998 1.743.913
2017 5.589 6.027 1.070 1.813.797
2018 6.054 6.513 1.147 1.884.344
2019 6.599 7.081 1.238 1.954.822
2020 7.188 7.696 1.335 2.027.626
Growth 10,1% 9,8% 9,3% 8,1%

A10.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Potensi sumber energi di provinsi ini sangat banyak berupa batubara, gas bumi,
minyak bumi, panas bumi dan gas metan batubara (CBM), sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel A10.3.

Tabel A10.3. Potensi Sumber Energi

Sumber Daya Potensi Produksi


Minyak Bumi (Oil) 757,6 MMSTB 27.933,07 ribu BBL
Gas Bumi 24179,5 BSCF 434.108,64 ribu MMBTU
Batubara 47,1 Milyar Ton 9.276.361 ton
Coal Bed Methane 183,00 TCF Belum dimanfaatkan
Panas Bumi (Geothermal) 1.911 MW Belum dimanfaatkan
Gambut 64.200 Ha Belum dimanfaatkan
Potensi Air (Mini/Mikro Hidro) 9.385,728 kW Sebagian dimanfaatkan
Energi Surya 53,85 x 10 MW Telah dimanfaatkan
Biomassa 16.034,24 GWh Sebagian dimanfaatkan
Biogas 235,01 kWh Belum dimanfaatkan

Sumber : Dinas Pertambangan dan Pengembangan Energi Prov. Sumatera Selatan 2008

360
P_57
18

P_55
3
P_56
4
17 5
6
7 11
10
12
15
13
01-074-27
16
8 PLTU 2 x 113 MW
P_59
Simpang Belimbing
9
19 PLTU 2 x 135 MW
Keban Agung
2
20
14
01-074-15
01-074-141
P_53
PLTP 4 x 55 MW
Lumut Balai
01-074-07
01-074-02
PLTM 2 x 2,29 MW
Telanai Banding Agung

Gambar A10.2. Peta Potensi Sumber Energi di Provinsi Sumatera Selatan

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
kapasitas pembangkit sekitar 3.795 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada
Tabel A10.4.

361
Tabel A10.4. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Borang PLTMG Sewa 30 2011
2 Simpang Belimbing #1,2 PLTU Swasta 227 2011
3 Talang Duku PLTG Sewa Beli 60 2011
4 Borang PLTG Sewa 60 2011-12
5 Gunung Megang, ST Cycle PLTGU Swasta 30 2012
6 Jaka Baring (CNG/Peaker) PLTG PLN 50 2012
7 Baturaja PLTU Swasta 20 2013
8 Keramasan PLTGU PLN 86 2013
9 Banjarsari PLTU Swasta 230 2014
10 Sumsel-11, MT PLTU Swasta 227 2014
11 Lumut Balai (FTP2) PLTP Swasta 220 2014-15
12 Sumsel-2 (Keban Agung) PLTU Swasta 225 2015
13 Sumsel-5 PLTU Swasta 300 2015-16
14 Sumsel-7 PLTU Swasta 300 2015-16
15 Sumsel-6, Mulut Tambang PLTU Swasta 600 2016-17
16 Sumsel-8, Mulut Tambang PLTU Swasta 1200 2016
17 Sumsel-9, Mulut Tambang PLTU Swasta 1200 2017
18 Sumsel-10, Mulut Tambang PLTU Swasta 600 2018
19 Rantau Dedap (FTP2) PLTP Swasta 220 2018-19
20 Danau Ranau PLTP Swasta 110 2019
21 Sumsel-1, Mulut Tambang PLTU PLN 800 2019-20
Jumlah 6795

Pengembangan PLTU Sumsel-8, PLTU Sumsel-9 dan PLTU Sumsel-10 dengan


kapasitas total 3.000 MW merupakan PLTU batubara mulut tambang dengan
memanfaatkan tersedianya cadangan batubara low rank di Sumatera Selatan. Listrik
dari ketiga PLTU tersebut dimaksudkan akan disalurkan ke Pulau Jawa melalui
transmisi HVDC 500 kV Jawa-Sumatera. Rencana ini dilakukan dengan terlebih
dahulu memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Selatan pada khususnya dan
Sumatera pada umumnya melalui pengembangan banyak pembangkit batubara,
panas bumi dan gas.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan Gardu Induk


Provinsi Sumsel memerlukan pembangunan GI 150 kV baru di 11 lokasi dengan
kapasitas sebesar 570 MVA seperti pada Tabel A10.5.

362
Tabel A10.5. Pengembangan GI 150 kV Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Tanjung Api-Api 150/20 kV 60 2012
2 Gandus 150/20 kV 120 2013
3 Jakabaring 150/20 kV 60 2013
4 Kenten 150/20 kV 120 2013
5 Sekayu 150/20 kV 30 2013
6 Kayu Agung 150/20 kV 30 2014
7 Sungai Lilin 150/20 kV 30 2014
8 Tebing Tinggi 150/20 kV 30 2014
9 Muara dua 150/20 kV 30 2015
10 Martapura 150/20 kV 30 2016
11 Muara Rupit 150/20 kV 30 2017
Jumlah 570

Selain itu juga diperlukan pengembangan GI existing kapasitas total trafo 1.470 MVA
sampai tahun 2020 seperti pada Tabel A10.6.

Tabel A10.6. Pengembangan Extension GI 70 kV dan 150 kV


Kapasitas Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA) (MVA)
1 Baturaja 150/20 kV 60 2011 17 Gumawang 150/20 kV 30 2014
2 Bukit Siguntang 70/20 kV 30 2011 18 Lubuk Linggau 150/20 kV 60 2014
3 Lubuk Linggau 150/20 kV 60 2011 19 Mariana 150/20 kV 30 2015
4 Baturaja 150/20 kV 60 2012 20 Keramasan 150/20 kV 60 2017
5 Bukit Siguntang 70/20 kV 30 2012 21 Sungai Lilin 150/20 kV 30 2017
6 Bungaran 70/20 kV 60 2012 22 Bukit Asam 150/20 kV 60 2018
7 Gungung Megang 150/20 kV 60 2012 23 Kenten 150/20 kV 60 2018
8 Lahat 150/20 kV 30 2012 24 Pagar Alam 150/20 kV 30 2018
9 Pagar Alam 150/20 kV 30 2012 25 Talang Kelapa 150/20 kV 60 2018
10 Prabumulih 150/20 kV 60 2012 26 Betung 150/20 kV 30 2019
11 Simpang Tiga 150/20 kV 60 2012 27 Kayu Agung 150/20 kV 30 2019
12 Talang Kelapa 150/20 kV 60 2012 28 Gandus 150/20 kV 60 2020
13 Baturaja 150/20 kV 60 2013 29 Sekayu 150/20 kV 30 2020
14 Bukit Asam 150/20 kV 60 2013 30 Simpang Tiga 150/20 kV 60 2020
15 Bukit Siguntang 70/20 kV 30 2013 31 Tebing Tinggi 150/20 kV 30 2020
16 Keramasan 150/20 kV 60 2013 Jumlah 1470

Sebagai bagian dari rencana pengembangan kelistrikan Sumatera dan nasional, di


Provinsi Sumatera Selatan terdapat proyek-proyek pengembangan GI 275 kV, GI 500
kV dan stasiun konverter transmisi HVDC 500 kV seperti pada Tabel A10.7.

363
Tabel A10.7. Pengembangan GI 275 kV, 500 kV dan 500 kV HVDC

Baru/ Kapasitas Biaya


No Nama Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta US$)
1 Lahat 275/150 kV Baru 1000 35,50 2013
2 Lubuk Linggau 275/150 kV Baru 250 20,32 2013
3 Betung 275/150 kV Baru 500 24,00 2014
4 Gumawang 275/150 kV Baru 500 21,03 2014
5 Lahat 275/150 kV Extension 0 2,97 2014
6 Lumut Balai 275/150 kV Baru 500 24,28 2014
7 Bayung Lincir/PLTU Sumsel - 5 275/150 kV Baru 0 12,08 2015
8 Muara Enim 275/150 kV Baru 0 12,21 2015
9 Sungai Lilin/PLTU Sumsel - 7 275/150 kV Baru 0 12,08 2015
10 Muara Enim 500 kV 500 kV DC Baru 3000 324,00 2016
11 Muara Enim 500 kV 500/275 kV Baru 1000 54,31 2016
12 Lubuk Linggau 275/150 kV Extension 250 7,45 2020
Jumlah 7000 550,2

Pengembangan Transmisi
Di Provinsi Sumatera Selatan diperlukan pengembangan transmisi 150 kV, 275 kV,
500 kV dan 500 kV DC sepanjang 2.876 kms sampai dengan tahun 2020 dengan
kebutuhan dana sekitar USD 498,1 juta seperti ditampilkan dalam Tabel A10.8. dan
Tabel A10.9.

Tabel A10.8. Pembanguan Transmisi 150 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 PLTU Simpang Belimbing Inc. 1 Pi (Prabumulih-Bk. Asam) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 120 10.9 2011
2 Kenten Inc. 2 Pi (T. Kelapa-Borang ) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 1 0.1 2012
3 Lahat Pagar Alam 150 kV 2 2nd cct, 1 Hawk 94.6 5.2 2012
4 PLTU Simpang Belimbing Lahat 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 120 10.9 2012
5 Tanjung Api-Api Inc.1 Pi (T.Kelapa-Borang )/Kenten 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 40 3.6 2012
6 Betung Sekayu 150 kV 2 cct, 1 Hawk 70 3.9 2013
7 Bukit Asam (uprate) Baturaja (uprate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 78 10.4 2013
8 Gandus Inc. 2 Pi (Keramasan-T. Kelapa) 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 20 44.4 2013
9 Jakabaring Inc. 2 Pi (Keramasan-Mariana) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 1 0.1 2013
10 Betung Talang Kelapa 150 kV 1 2nd cct, 2 Hawk 55.2 8.4 2014
11 Kayu Agung Gumawang 150 kV 2 cct, 2 Zebra 90 20.3 2014
12 Lahat PLTU Banjar Sari 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 40 3.6 2014
13 Lubuk Linggau Tebing Tinggi 150 kV 2 cct, 1 Hawk 150 8.3 2014
14 Mariana Kayu Agung 150 kV 2 cct, 2 Zebra 60 13.5 2014
15 Sumsel-11, MT Inc. 1 Pi (Prabumulih-Bk. Asam) 150 kV 2 cct, 2 x 330 mm2 120 10.9 2014
16 Sungai Lilin Betung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.6 2014
17 Lahat PLTU Keban Agung 150 kV 2 cct, 2 Zebra 70 15.8 2015
18 Muara Dua Baturaja 150 kV 2 cct, 2 Hawk 92 7.0 2015
19 Gumawang Martapura 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.6 2016
20 Sarolangun Muara Rupit 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.4 2017
21 PLTP Rantau Dedap PLTP Lumut Balai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.1 2018
22 Muara Dua PLTP Danau Ranau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 90 6.9 2019
Jumlah 1672 204.9

364
Tabel A10.9. Pembanguan Transmisi 275 kV, 500 kV dan 500 kV DC
Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Betung Sungai Lilin 275 kV 2 cct, 2 Zebra 120 27,0 2014
2 Lahat Lumut Balai 275 kV 2 cct, 2 Zebra 50 11,3 2014
3 Lahat Muara Enim 275 kV 2 cct, 2 Zebra 70 15,8 2014
4 Muara Enim Gumawang 275 kV 2 cct, 2 Zebra 290 65,3 2014
5 Bayung Lincir Sungai Lilin 275 kV 2 cct, 2 Zebra 124 27,9 2014
6 Muara Enim Betung 275 kV 2 cct, 2 Zebra 350 78,8 2015
7 Muara Enim perbatasan Sumsel/Lampung 500 kV DC 2 cct 4 Falcon 200 67,2 2016
Jumlah 1204 293,2

Selain proyek-proyek transmisi yang tercantum dalam tabel A10.8 dan tabel A10.9
terdapat pula ruas transmisi 500 kV AC yang menghubungkan PLTU mulut tambang
Sumsel-8, Sumsel-9 dan Sumsel-10 ke GI 500 kV Muara Enim. Panjang dan rute
transmisi 500 kV tersebut akan ditentukan kemudian sesuai hasil lelang ketiga PLTU
mulut tambang tersebut.

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan sebesar 1,03
juta pelanggan, dimana untuk mencapai rasio elektrifikasi 60% di tahun 2011 akan
disambung 233.400 pelanggan. Pada tahun-tahun selanjutnya akan disambung rata-
rata 88.700 pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan,
diperlukan pembangunan JTM 5.152kms, JTR sekitar 5.306 kms dan tambahan
kapasitas trafo distribusi sekitar 675 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel A10.10.

Tabel A10.10. Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 716 721 100 233.427
2012 394 396 44 102.644
2013 414 421 54 116.372
2014 438 447 50 116.204
2015 462 475 62 88.735
2016 488 504 58 83.599
2017 516 535 71 73.059
2018 544 567 67 69.997
2019 574 602 82 70.865
2020 606 638 88 76.896
Jumlah 5.152 5.306 675 1.031.799

365
A10.4. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai tahun 2020 diperlihatkan pada Tabel A10.11.

Tabel A10.11. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 3,089 3,383 630 347 150 120 372
2012 3,460 3,781 698 110 510 256 124
2013 3,845 4,196 769 106 1,790 169 301
2014 4,273 4,648 845 567 1,680 1,289 1,253
2015 4,758 5,160 931 635 60 512 1,178
2016 5,157 5,576 998 600 4,030 320 1,305
2017 5,589 6,027 1,070 300 120 80 445
2018 6,054 6,513 1,147 110 210 40 306
2019 6,599 7,081 1,238 620 60 90 1,073
2020 7,188 7,696 1,335 400 430 0 604
Jumlah 50,012 54,063 9,661 3,795 9,040 2,876 6,961

366
LAMPIRAN A.11
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI BENGKULU

A11.1. KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI

Sistem kelistrikan di Provinsi Bengkulu saat ini mempunyai beban puncak sekitar 113
MW, terdiri dari 92 MW beban puncak interkoneksi dan 21 MW beban puncak sistem
isolated. Pasokan utama bersumber dari sistem interkoneksi Sumbagselteng melalui
transmisi 150 kV dan 70 kV. Sedangkan sistem isolated dipasok dari PLTD dan
PLTMH. Peta kelistrikan Provinsi Bengkulu diperlihatkan pada Gambar A11.1.

Gambar A11.1. Peta Kelistrikan Provinsi Bengkulu

Pembangkit di Provinsi Bengkulu diberikan pada Tabel A11.1.

367
Tabel A11.1. Kapasitas Pembangkit Terpasang per 2010

Bahan Kapasitas
No. Nama Pembangkit Bakar Pemilik Terpasang (MW)
1 PLTA Musi Air PLN 210,0
2 PLTA Tes Air PLN 17,6
3 PLTD Isolated HSD PLN 17,6
4 PLTD Isolated HSD Sewa 8,8
5 PLTM Isolated Air PLN 1,6
Jumlah 255,6

A11.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI BENGKULU

Dari realisasi penujualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 dapat
dilihat pada Tabel A11.2.

Tabel A11.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 498 564 107 284.722
2012 565 638 120 311.088
2013 635 716 133 335.351
2014 709 796 146 369.793
2015 759 849 154 381.756
2016 814 908 162 400.938
2017 880 978 172 415.084
2018 934 1.034 181 431.919
2019 1.001 1.106 192 449.019
2020 1.072 1.180 204 465.835
Growth 9,2% 8,9% 7,8% 6,7%

A11.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Menurut informasi dari Kementerian ESDM, sumber energi yang tersedia di Bengkulu
untuk membangkitkan energi listrik terdiri dari potensi tenaga air dan panas bumi
dengan perkiraan potensi mencapai 400 MW untuk PLTA dan 500 MW PLTP. Selain

368
itu terdapat cadangan batubara sebesar 120 juta ton. Gambar A11.2 memperlihatkan
sebaran dan jumlah potensi energi tersebut.

Gambar A11.2. Peta Potensi Energi Primer

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
kapasitas pembangkit sebesar 367 MW di 5 lokasi dengan perincian seperti
ditampilkan pada Tabel A11.3.

Tabel A11.3. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Ipuh PLTU PLN 6 2013
2 Muko Muko PLTU Swasta 8 2013
3 Hululais (FTP2) PLTP PLN 110 2015
4 Simpang Aur (FTP2) PLTA Swasta 23 2015
5 Kepahiyang PLTP PLN 220 2020
Jumlah 367

369
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan Gardu Induk


Rencana pengembangan gardu induk di Provinsi Bengkulu hingga tahun 2020 yaitu 5
penambahan GI baru dan 3 pengembangan GI existing. Total penambahan kapasitas
trafo GI mencapai 360 MVA dengan rincian kegiatan seperti pada Tabel A11.4 dan
Tabel A11.5.

Tabel A11.4. Pengembangan GI Baru 150 kV dan 70 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Manna 150/20 kV 30 2012
2 Pulau Baai 150/20 kV 120 2013
3 Argamakmur 150/20 kV 30 2015
4 Muko-muko 150/20 kV 30 2015
5 Bintuhan 150/20 kV 30 2017
Jumlah 240

Tabel A11.5. Pengembangan GI Existing 150 kV dan 70 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Manna 150/20 kV 30 2013
2 Pekalongan 150/20 kV 30 2013
3 Pulau Baai 150/20 kV 60 2017
Jumlah 120

Pengembangan Transmisi
Untuk mengikuti perkembangan gardu induk dan pembangkit, dibutuhkan juga
pengembangan jaringan transmisi sepanjang 1.318 kms dengan biaya sebesar
US$ 95,4 juta. Rincian kegiatan terdapat pada Tabel A11.6.

Tabel A11.6. Pembangunan Transmisi


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Pagar Alam Manna 150 kV 2 cct, 1 Hawk 96 5,3 2012
2 Pekalongan Pulo Baai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 90 6,9 2013
3 Kambang Muko-muko/Bantal/Ipoh 150 kV 2 cct, 2 Hawk 220 16,8 2015
4 Pekalongan PLTP Hululais 150 kV 2 cct, 2 Hawk 120 9,2 2015
5 PLTA Simpang Aur 1 Inc. 1 Pi (Pekalongan-P. Baai) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 20 1,5 2015
6 PLTA Simpang Aur 1 PLTA Simpang Aur 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 12 0,7 2015
7 Pulau Baai Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,7 2015
8 Manna Bintuhan 150 kV 2 cct, 1 Hawk 140 7,8 2017
9 Muko-muko/Bantal/Ipoh Arga Makmur 150 kV 2 cct, 2 Hawk 360 27,5 2020
10 PLTP Kepahiyang Inc. 2 Pi (Pekalongan-P. Baai) 150 kV 4 cct, 2 Hawk 80 6,1 2020
Jumlah 1318 95,4

370
Pengembangan Distribusi
Proyeksi penambahan pelanggan baru mendekati 221 ribu sambungan untuk kurun
waktu 2011-2020, dimana untuk meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 60% di
tahun 2011 akan disambung 40.147 pelanggan. Pada tahun-tahun selanjutnya akan
disambung rata-rata 20.100 pelanggan per tahun, dengan kebutuhan pertambahan
JTM sebanyak 2.115 kms, JTR sepanjang 2.301 kms dan penambahan kapasitas
gardu distribusi sebesar 140 MVA seperti pada Tabel A11.7.

Tabel A11.7. Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 290 316 20 40.147
2012 191 208 13 26.366
2013 176 191 12 24.262
2014 271 295 18 34.442
2015 133 144 8 11.963
2016 306 333 16 19.182
2017 141 153 12 14.146
2018 227 247 15 16.836
2019 194 211 13 17.100
2020 188 204 13 16.816
Jumlah 2.115 2.301 140 221.260

A11.4. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai tahun 2020 diperlihatkan pada Tabel A11.8.

371
Tabel A11.8. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 498 564 107 0 0 0 13
2012 565 638 120 0 30 96 17
2013 635 716 133 14 180 90 56
2014 709 796 146 0 0 0 17
2015 759 849 154 133 60 552 269
2016 814 908 162 0 0 0 21
2017 880 978 172 0 90 140 25
2018 934 1.034 181 0 0 0 19
2019 1.001 1.106 192 0 0 0 18
2020 1.072 1.180 204 220 0 440 406
Jumlah 7.867 8.768 1.571 367 360 1.318 862

372
LAMPIRAN A.12
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero) DI
PROVINSI LAMPUNG

A12.1. KONDISI SAAT INI

Sistem ketenagalistrikan di Provinsi Lampung adalah bagian dari sistem interkoneksi


Sumatera seperti ditunjukkan pada Gambar A12.1.

Gambar A12.1. Peta Sistem Interkoneksi & Sistem Isolated

Beberapa sistem di Provinsi Lampung belum tersambung dengan sistem interkoneksi,


meliputi sistem tersebar yang kecil (< 0,5 MW) yang pada umumnya merupakan
PLTD Listrik Pedesaan dengan jam operasi 12 jam per hari yang tersebar di lokasi
yang terpencil seperti Pulau Sebesi di Lampung Selatan, Pugung Tampak dan
Bengkunat di Lampung Barat.
Sistem kelistrikan Lampung akan dikembangkan untuk mencakup daerah-daerah
sebagai berikut : Kota Agung di Kabupaten Tanggamus, Liwa dan Ulubelu di
Kabupaten Lampung Barat, Pakuan Ratu di Kabupaten Tulang Bawang Barat dan
Simpang Pematang di Kabupaten Mesuji. Peta kelistrikan Provinsi Lampung
diperlihatkan pada Gambar A12.2.

373
U
Gambar A12.2 .Peta Kelistrikan Provinsi Lampung

Beban puncak Lampung pada tahun 2010 adalah 482 MW dengan produksi energi
2.607 GWh.
Pembangkit yang berada di Provinsi Lampun ditunjukkan pada Tabel A12.1.

Tabel A12.1. Kapasitas Pembangkit per 2010

Daya Daya
No Pembangkit Terpasang Mampu
(MW) (MW)
1 PLTA Besai #1,2 90 89
2 PLTA Batutegi #1,2 30 28
3 PLTU Tarahan #3,4 200 200
4 PLTD Tarahan #2,4 15 12
5 PLTD Teluk Betung #7,8,10 14 11
6 PLTD Tegineneng #1,2,3 28 20
Jumlah 377 361

374
A12.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Pertumbuhan penjualan tenaga listrik khususnya provinsi Lampung dalam lima tahun
terakhir sangat tinggi, yaitu mencapai 11,1%. Pertumbuhan ini masih berpotensi
untuk terus meningkatkan rasio elektrifikasi, karena pada tahun 2010 baru mencapai
60%.
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terkahir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 dapat
dilihat pada Tabel A12.2.

Tabel A12.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 2.811 3.106 569 1.274.206
2012 3.325 3.637 660 1.429.388
2013 3.679 3.989 717 1.578.181
2014 4.052 4.361 776 1.731.411
2015 4.428 4.746 837 1.874.733
2016 4.747 5.077 887 1.968.260
2017 5.075 5.416 938 2.064.353
2018 5.411 5.762 989 2.163.074
2019 5.754 6.124 1.041 2.264.491
2020 6.102 6.491 1.094 2.368.673
Growth 10,6% 9,6% 8,2% 8,7%

A12.3. PENGEMBANGAN KETENAGALISTRIKAN

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Berdasarkan informasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung,
potensi sumber energi utama yang berada di provinsi ini adalah panas bumi dan
tenaga air sebagaimana diberikan pada Tabel A12.3 dan Tabel A12.4. Selain itu juga
terdapat potensi biomassa dan batubara.

375
Tabel A12.3. Potensi Panas Bumi

Potency (Mwe) Reserve (Mwe)


No. Area Regency
Speculative Hipothetic Possible Probable Proven
1 Way Umpu Way Kanan 100 - - - -
2 Danau Ranau Lampung Barat - 185 222 37 -
3 Purunan Lampung Barat 25 - - - -
4 Gn. Sekincau Lampung Barat - 100 130 - -
5 Bacingot Lampung Barat 225 - - - -
6 Suoh Antata Lampung Barat - 163 300 - -
7 Pajar Bulan Lampung Barat 100 - - - -
8 Natar Lampung selatan 25 - - - -
9 Ulu Belu Tanggamus - 156 380 - 110
10 Lempasing Lampung selatan 225 - - - -
11 Way Ratai Lampung selatan - 194 - - -
12 Kalianda Lampung selatan - 40 40 - -
13 Pmt. Belirang Lampung selatan 225 - - - -
Total Potency = 2,855 Mwe 925 838 1,072 37 110

Tabel A12.4. Potensi Tenaga Air

Kapasitas Kapasitas
No. Lokasi No. Lokasi
(MW) (MW)
I Mesuji Tulang bawang III Semangka
1 Besai / Umpu 7.50 1 Semangka Atas I 26.8
2 Giham Pukau 16.00 2 Semangka Atas II 23.2
3 Giham Aringik 80.00 3 Semangka Atas III 28.2
4 Tangkas 1.60 4 Semangka Bawah I 35.5
5 Campang Limau 1.00 5 Semangka Bawah II 40.4
6 Sinar Mulia 978.00 6 Semung I 23.8
7 Way Abung 600.00 7 Semung II 38.7
8 Way Umpu 600.00 8 Semung III 11.6
9 Manula I 5.7
10 Manula II 8.4
11 Simpang Lunik I 6.1
II Seputih / Sekampung 12 Simpang Lunik II 3.8
1 Bumiayu 39.20 13 Simpang Lunik III 3.9

Pengembangan Pembangkit

Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan


kapasitas pembangkit sekitar 1.301 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada
Tabel A12.5.

376
Tabel A12.5. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Tarahan (FTP1) PLTU PLN 200 2012
2 Ulubelu #1,2 PLTP PLN 110 2012-13
3 Tarahan #5,6 PLTU Sewa 240 2013
4 Pembangkit Peaker PLTG PLN 200 2014
5 Ulubelu #3,4 (FTP2) PLTP Swasta 110 2015
6 Semangka PLTA Swasta 56 2016
7 Rajabasa (FTP2) PLTP Swasta 220 2017
8 Suoh Sekincau PLTP Swasta 110 2018-19
9 Wai Ratai PLTP Swasta 55 2019
Jumlah 1301

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan GI
Di Provinsi Lampung direncanakan pembangunan 14 buah gardu induk baru dan
pengembangan GI existing sampai dengan tahun 2020 seperti diperlihatkan pada
Tabel A12.6 dan Tabel A12.7.

Tabel A12.6. Rencana GI Baru 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Seputih banyak 150/20 kV 30 2011
2 Dipasena 70/20 kV 90 2012
3 Ulubelu 150/20 kV 30 2012
4 Kota Agung 150/20 kV 30 2014
5 Liwa 150/20 kV 30 2014
6 Dipasena 150/20 kV 120 2015
7 Gedong Tataan 150/20 kV 60 2015
8 Ketapang 150/20 kV 30 2015
9 Mesuji 150/20 kV 30 2015
10 Teluk Ratai 150/20 kV 30 2015
11 Jati Agung 150/20 kV 30 2016
12 Pakuan Ratu 150/20 kV 30 2016
13 Langkapura 150/20 kV 60 2017
14 Bengkunat 150/20 kV 30 2019
Jumlah 630

377
Tabel A12.7. Rencana Pengembangan GI Existing
Kapasitas Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA) (MVA)
1 Kotabumi 150/20 kV 60 2011 14 Adijaya 150/20 kV 30 2015
2 Adijaya 150/20 kV 30 2012 15 New Tarahan 150/20 kV 60 2015
3 Bukit Kemuning 150/20 kV 60 2012 16 Menggala 150/20 kV 60 2016
4 Kalianda 150/20 kV 30 2012 17 Sutami 150/20 kV 30 2016
5 Natar 150/20 kV 60 2012 18 Mesuji 150/20 kV 30 2018
6 New Tarahan 150/20 kV 30 2012 19 Tegineneng 150/20 kV 60 2018
7 Pagelaran 150/20 kV 60 2012 20 Jati Agung 150/20 kV 30 2019
8 Metro 150/20 kV 60 2013 21 Ketapang 150/20 kV 30 2019
9 Sribawono 150/20 kV 60 2013 22 Pakuan Ratu 150/20 kV 30 2019
10 Sukarame 150/20 kV 30 2013 23 Sukarame 150/20 kV 60 2019
11 Kotabumi 150/20 kV 60 2014 24 Kotabumi 150/20 kV 60 2020
12 Seputih banyak 150/20 kV 30 2014 25 Sribawono 150/20 kV 60 2020
13 Tegineneng 150/20 kV 60 2014 Jumlah 1170

Pengembangan Transmisi
Pengembangan transmisi 150 kV dan 500 kV sampai dengan 2020 sepanjang
2.124 kms diperlihatkan pada Tabel A12.8.

Tabel A12.8 Pengembangan Transmisi 150 kV


Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Bukit Kemuning (uprate) Kotabumi (uprate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 68 9.0 2011
2 PLTU Tarahan (FTP1) Inc. 2 Pi (New Tarahan-Kalianda) 150 kV 2 cct, 2 Zebra 1 0.2 2011
3 Seputih Banyak Dipasena 70 kV 2 cct, 1 Hawk 120 9.2 2012
4 Ulubelu Inc. 1 Pi (Batutegi-Pagelaran) 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.1 2012
5 Baturaja (uprate) Bukit Kemuning (uprate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 96 12.8 2013
6 Menggala Seputih Banyak 150 kV 2 cct, 2 Zebra 120 27.0 2013
7 Sutami (uprate) Natar (uprate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 30 4.0 2013
8 Pagelaran (uprate) Tegineneng (uprate) 150 kV 2 cct, AC3 310 mm2 30 4.0 2013
9 Bukit Kemuning Liwa 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.4 2014
10 Pagelaran Kota Agung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 80 4.4 2014
11 Gedon Tataan Teluk Ratai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.3 2015
12 Gumawang Mesuji 150 kV 2 cct, 2 Hawk 160 12.2 2015
13 Kalianda Ketapang 150 kV 2 cct, 2 Zebra 90 20.3 2015
14 Mesuji Dipasena 150 kV 2 cct, 2 Hawk 152 11.6 2015
15 Pagelaran Gedong Tataan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 60 4.6 2015
16 PLTP Ulubelu #3,4 Ulubelu 150 kV 2 cct, 1 Hawk 20 1.1 2015
17 Natar Jatiagung 150 kV 2 cct, CU 1000 mm2 16 35.5 2016
18 Pakuan Ratu Inc. 1 Pi (Menggala-Gumawang) 150 kV 2 cct, 2 Zebra 1 0.2 2016
19 PLTA Semangka Kota Agung 150 kV 2 cct, 1 Hawk 60 3.3 2016
20 Kalianda PLTP Rajabasa 150 kV 2 cct, 2 Hawk 40 3.1 2017
21 Langkapura Inc. 2 Pi (Natar-Teluk Betung) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 2 0.1 2017
22 Besai PLTP Suoh sekincau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 38 2.1 2018
23 Liwa Bengkunat 150 kV 2 cct, 1 Hawk 120 6.6 2019
24 Teluk Ratai PLTP Wai Ratai 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2.2 2019
Jumlah 1524 184.6

Di provinsi ini melintas transmisi 500 kV HVDC Sumatera-Jawa dengan switching


station dan landing point kabel laut 500 kV HVDC akan berada di Ketapang.

378
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, penambahan pelanggan baru
sampai dengan 2020 adalah 1.331 ribu pelanggan, dimana untuk mencapai rasio
elektrifikasi 60% di tahun 2011 akan disambung 236.225 pelanggan dan pada tahun-
tahun selanjutnya akan disambung rata-rata 121.600 pelanggan per tahun. Selaras
dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan JTM 2.409 kms,
JTR sekitar 2.268 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 766 MVA,
seperti ditampilkan dalam Tabel A12.9.

Tabel A12.9. Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 428 403 144 236.225
2012 281 264 94 155.182
2013 269 254 88 148.793
2014 277 261 87 153.230
2015 260 244 72 143.322
2016 169 159 54 93.527
2017 174 164 55 96.093
2018 179 168 56 98.721
2019 184 173 57 101.417
2020 189 178 59 104.182
Jumlah 2.409 2.268 765 1.330.692

A12.4. RINGKASAN

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai tahun 2020 diberikan pada Tabel A12.10.

379
Tabel A12.10. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 2,811 3,106 569 0 90 69 67
2012 3,325 3,637 660 255 390 160 443
2013 3,679 3,989 717 295 150 276 184
2014 4,052 4,361 776 200 210 160 168
2015 4,428 4,746 837 110 360 542 380
2016 4,747 5,077 887 56 150 677 367
2017 5,075 5,416 938 220 60 42 524
2018 5,411 5,762 989 55 90 38 173
2019 5,754 6,124 1,041 110 180 160 321
2020 6,102 6,491 1,094 0 120 0 44
Jumlah 45,384 48,709 8,507 1,301 1,800 2,124 2,671

380
LAMPIRAN A.13
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (PERSERO)
DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

A13.1. KONDISI SAAT INI

Sistem kelistrikan di Kalimantan Barat terdiri atas satu sistem interkoneksi 150 kV
dan beberapa sistem isolated. Sistem interkoneksi meliputi sekitar Pontianak hingga
Singkawang. Sistem isolated terdiri atas sistem Sambas, Bengkayang, Ngabang,
Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapang, Sukadana dan
sistem tersebar.
Beban puncak di sistem kelistrikan Kalimantan Barat pada tahun 2010 adalah 283
MW dengan produksi 1.478 GWh. Sistem interkoneksi merupakan yang terbesar
dimana sekitar 67% produksi listrik di Kalimantan Barat berada di sistem ini. Tabel
A13.1 memperlihatkan komposisi sistem kelistrikan di Kalimantan Barat.

Tabel A13.1. Komposisi Sistem Kelistrikan Kalimantan Barat

Produksi Beban Faktor


Sistem
GWh % Puncak (MW) Beban (%)
Interkoneksi 1003 67,9 175 65,4
Bengkayang 21 1,4 4 53,3
Sambas 61 4,1 13 54,4
Ngabang 19 1,3 4 54,3
Sanggau 55 3,7 12 51,9
Sekadau 15 1,0 3 52,3
Sintang 63 4,3 13 57,8
Putusibau 22 1,5 4 58,9
Nangapinoh 22 1,5 4 63,4
Ketapang 109 7,4 19 66,0
Tersebar 88 5,9 32 31,5
Total 1478 100,0 283 59,6

381
Pertumbuhan penjualan 5 tahun terakhir sangat tinggi, yaitu rata-rata 9,1% per tahun.
Penjualan tenaga listrik diserap oleh konsumen rumah tangga & sosial (61%),
konsumen komersil (28%), konsumen industri (5%) dan konsumen publik (6%).
Pada saat ini hampir 100% pasokan listrik di Kalimantan Barat bersumber dari
pembangkit berbahan bakar minyak. Kecukupan dan keandalan pasokan masih
relatif rendah karena umur beberapa mesin diesel sudah tua dan cadangan
pembangkitan tidak memadai.
Kapasitas pembangkit adalah 385 MW dengan daya mampu 339 MW seperti
diperlihatkan pada Tabel A13.2.

Tabel A13.2. Kapasitas Terpasang dan Daya Mampu Pembangkit per 2010

Daya Daya
Sistem Terpasang Mampu
(MW) (MW)
Interkoneksi 236 212
Bengkayang 6 5
Sambas 15 15
Ngabang 7 5
Sanggau 14 14
Sekadau 5 4
Sintang 16 14
Putusibau 6 5
Nangapinoh 6 5
Ketapang 24 22
Tersebar 50 37
Total 385 339

A13.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK


Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalbar pada 5 tahun terakhir tumbuh rata-rata
9,1% per tahun, dimana permintaan listrik didominasi oleh pelanggan rumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi selama 2006-2010 cukup tinggi yaitu rata-rata 5.2% per tahun.
Rasio elektrifikasi saat ini adalah 58.3%. Untuk terus meningkatkan rasio elektrifikasi
dibutuhkan ketersediaan listrik dalam jumlah yang cukup dan andal.
Dari realisasi penjualan tenaga listrik lima tahun terakhir dan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan
rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 dapat
dilihat pada Tabel A13.3.

382
Tabel A13.3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik (Sistem Interkoneksi dan Isolated)

Sales Produksi Beban Puncak


Tahun Pelanggan
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 1.406 1.594 289 622.019
2012 1.559 1.779 322 662.562
2013 1.713 1.954 353 699.536
2014 1.869 2.130 384 738.516
2015 2.030 2.313 416 779.621
2016 2.205 2.510 451 826.276
2017 2.394 2.723 488 875.695
2018 2.599 2.954 528 928.047
2019 2.820 3.204 572 983.514
2020 3.060 3.476 619 1.042.287
Growth 9,0% 8,9% 8,9% 6,1%

Beban puncak sistem interkoneksi pada tahun 2011 adalah 186 MW, dan sejalan
dengan rencana pengembangan transmisi 150 kV hingga mengambil alih beban pada
sistem-sistem isolated (Sistem Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh,
Ngabang dan Ketapang) maka beban puncak grid 150 kV pada tahun 2020 menjadi
548 MW atau tumbuh rata-rata 12,7% per tahun. Sedangkan sistem-sistem isolated
kecil lainnya masih tetap beroperasi isolated.

A13.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN

Potensi Sumber Energi


Potensi sumber energi di Provinsi Kalimantan Barat berupa tenaga air, gambut dan
batubara.
Pemanfaatan potensi tenaga air menjadi PLTA/PLTM pada umumnya perlu didahului
dengan survey dan studi yang mendalam. Pada saat ini potensi yang dapat
dikembangkan adalah PLTA Nanga Pinoh dengan kapasitas 98 MW.
Di provinsi ini terdapat potensi gambut yang cukup besar yaitu di Kabupaten
Mempawah. Namun pemanfaatannya pada PLTU gambut terkendala oleh aspek
lingkungan.
Potensi batubara terdapat di daerah Sintang, berupa batubara dengan kandungan
kalori yang tinggi, namun pada saat ini belum dilakukan eksploitasi karena terkendala
infrastruktur transportasi. Sumber batubara ini dapat digunakan sebagai bahan bakar
untuk PLTU/PLTGB di Sanggau, Sintang, Nanga Pinoh dan Putusibau.

383
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 dipenuhi dengan
mengembangkan kapasitas pembangkit di sistem interkoneksi dan sistem-sistem
isolated sebagaimana ditampilkan pada Tabel A13.4.

Tabel A13.4. Pengembangan Pembangkit

Kapasitas
No Proyek Jenis Pemilik COD
(MW)
1 Riam Badau PLTM PLN 0.2 2011
2 Ketapang (IPP) PLTU Swasta 14 2012
3 Putussibau (FTP2) PLTGB Swasta 8 2012
4 Sanggau PLTU PLN 14 2012-13
5 Sintang PLTU PLN 21 2012-13
6 Ketapang (FTP2) PLTU PLN 20 2013
7 Nanga pinoh PLTGB PLN 6 2013
8 Pantai Kura-Kura (FTP1) PLTU PLN 55 2013
9 Parit Baru (FTP1) PLTU PLN 100 2013
10 Parit Baru-Loan China (FTP2) PLTU PLN 100 2014-15
11 Pontianak-3 PLTU Swasta 50 2015
12 Kalbar-1 PLTU PLN 100 2016-17
13 Nanga pinoh PLTA PLN 98 2017-18
14 Kalbar-2 PLTU PLN 100 2019-20
15 Pontianak-2 PLTU Swasta 50 2019-20
Jumlah 736

Sebagai bagian dari rencana penyediaan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat,
PLN berencana membeli tenaga listrik dari Sarawak melalui transmisi interkoneksi
275 kV antar negara yang berkapasitas lebih dari 200 MW. PLN bermaksud
mengimpor tenaga listrik baseload sebesar 50 MW dan peakload sebesar hingga 180
MW. Dengan pola transfer energi seperti ini PLN akan terhindar dari membakar BBM
untuk pembangkit beban puncak. Adanya rencana impor baseload sebesar 50 MW
adalah untuk mengurangi ketidakpastian penyediaan pembangkit baseload di sistem
Kalimantan Barat.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)

Pengembangan GI
Di Provinsi Kalimantan Barat akan dibangun 15 buah GI 150 kV baru dan
pengembangan trafo GI existing sebesar 930 MVA. Selain itu akan dibangun pula GI
275 kV sebagai simpul interkoneksi antara Kalimantan Barat dan Serawak. Rencana
pembangunan GI diberikan pada Tabel A13.5 dan Tabel A13.6.

384
Tabel A13.5. Pengembangan GI 150 kV dan 275 kV Baru

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Kota Baru 150/20 kV 30 2011
2 PLTU Kura-Kura 150/20 kV 30 2011
3 Sambas 150/20 kV 30 2012
4 Bengkayang 150/20 kV 30 2013
5 Ngabang 150/20 kV 30 2013
6 Tayan 150/20 kV 30 2013
7 Sanggau 150/20 kV 30 2014
8 Sekadau 150/20 kV 30 2014
9 Sintang 150/20 kV 60 2014
10 Kota Baru 2 150/20 kV 30 2016
11 Nanga Pinoh 150/20 kV 30 2016
12 Sandai 150/20 kV 30 2016
13 Sukadana 150/20 kV 30 2016
14 Ketapang 150/20 kV 60 2017
15 Putusibau 150/20 kV 30 2020
16 Bengkayang 275/150 kV 250 2013
Jumlah 760

Tabel A13.6. Pengembangan/Extension GI 150 kV

Kapasitas
No Nama Gardu Induk Tegangan COD
(MVA)
1 Sei Raya 150/20 kV 120 2012
2 Mempawah 150/20 kV 30 2014
3 Siantan 150/20 kV 60 2014
4 Singkawang 150/20 kV 30 2015
5 Sanggau 150/20 kV 30 2016
6 Parit Baru 150/20 kV 30 2017
7 Sambas 150/20 kV 30 2018
8 Siantan 150/20 kV 60 2019
9 Kota Baru 150/20 kV 30 2020
Jumlah 420

Pengembangan Transmisi
Pengembangan jaringan transmisi sampai dengan tahun 2020 di Kalimantan Barat
adalah seperti terlihat pada Tabel A13.7.

385
Tabel A13.7. Pengembangan Transmisi 150 kV dan 275 kV
Panjang Biaya
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 Parit Baru Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,2 2011
2 PLTU Kura-Kura Inc. 2 pi (Singkawang-Mempawah) 150 kV 2 cct, 1 Hawk 40 2,2 2011
3 Sei Raya Kota Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 32 1,8 2011
4 Singkawang Sambas 150 kV 2 cct, 1 Hawk 126 7,0 2012
5 Bengkayang Ngabang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 10,0 2013
6 Ngabang Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 110 6,1 2013
7 PLTU Parit Baru (IPP) Parit Baru 150 kV 2 cct, 1 Hawk 6 0,3 2013
8 Siantan Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 184 10,2 2013
9 Singkawang Bengkayang 150 kV 2 cct, 2 Hawk 120 6,6 2013
10 Sanggau Sekadau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 100 5,5 2014
11 Sintang Sekadau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 10,0 2014
12 Tayan Sanggau 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 10,0 2014
13 Nanga Pinoh Kota Baru 2 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 10,0 2016
14 Sandai Tayan 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,9 2016
15 Sintang Nanga Pinoh 150 kV 2 cct, 1 Hawk 180 10,0 2016
16 Sukadana Sandai 150 kV 2 cct, 2 Hawk 180 13,7 2016
17 Ketapang Sukadana 150 kV 2 cct, 2 Hawk 200 15,3 2017
18 Sintang Putusibau 150 kV 2 cct, 2 Hawk 300 22,9 2020
19 Bengkayang Perbatasan 275 kV 2 cct, 2 Zebra 180 28,4 2013
Jumlah 2818 195,0

Untuk mewujudkan interkoneksi antara Kalimantan Barat dan Sarawak tersebut, PLN
berencana membangun transmisi 275 kV sepanjang 180 kms dari GI Bengkayang ke
perbatasan negara dan trafo IBT berkapasitas 250 MVA.
Pengembangan kelistrikan Kalimantan Barat dapat dilihat pada Gambar A13.1.

386
PLTM PANCAREK‐SAJINGAN (IPP); RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough
memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart
2 x 400 KW (2012) KALIMANTAN
your computer, and then open theBARAT
file again. If 2011 - 2020
the red x still appears, you …
ARUK
PLTU 2 KALBAR TJ.GUNDUL BIAWAK PLTM MERASAP‐BENGKAYANG (PLN);
(PLN); GI. SAMBAS 2 x 750 KW (2010)
Thn2013 SERIKIN
2 x 27,5 MW (2013) KUCHING
PLTU PERPRES TAHAP II 2 X JAGOI BABANG GI MAMBONG (MATANG)
50 MW (2014) LOAN CHINA BATU KAYA
TEBEDU PLTGB (IPP) 8 MW (2012)
GI. SINGKAWANG
Thn 2009 GI. PUTUSIBAU
ENTIKONG BADAU
GI & GITET. BENGKAYANG Thn 2020
Thn 2013
GI. PLTU KURA-KURA
Thn GI. NGABANG
2011
GI. MEMPAWAH Thn2013
GI SANGGAU
55 km Thn 2014 PLTU SINTANG (PLN); 3 X 7 MW 2012)
(
GI. PARIT BARU GI. SINTANG
GI. SIANTAN Thn 2014

GI. SEKADAU PLTGB NANGAPINOH (PLN); 6 (2013)


GI. TAYAN
Thn 2014
GI. SEI RAYA Thn2013
GI. KOTA BARU PLTA NANGA PINOH (PLN) 98 MW 2017‐18
Thn 2011 PLTU SANGGAU (PLN); 2 X GI. NANGA PINOH
7 MW (2012) Thn 2016
PLTU TAYAN (IPP);2 X 25
PLTU 1 KALBAR‐PARIT BARU (PLN); 2 x 50 MW (2015)
MW (2013)
PLTU PARIT BERKAT (IPP); 2 x 25 MW GI. K0TA
(2014); BARU22017

GI. SUKADANA
Thn 2017
GI. SANDAI
Thn 2017
PLTU KETAPANG (PLN) ; GI.GI
KUALA KURUN
Kuala Kurun
2 X 10 MW (2013)
GI. KETAPANG
Thn 2017
PLTU KETAPANG (IPP) ; 2 X7 MW (2012)

KETERANGAN :
Gardu Induk 275 kV Rencana PLTU Rencana
Transmisi 275 kV Rencana
PLTMH Rencana
Transmisi 150 kV Eksisting
Transmisi 150 kV Rencana Listrik Perbatasan Eksisting
Gardu Induk 150 kV Eksisting
Listrik Perbatasan Rencana
Gardu Induk 150 kV Rencana

Gambar A13.1. Pengembangan Kelistrikan Provinsi Kalimantan Barat

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan
sebanyak 46.400 sambungan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan
tersebut diperlukan pembangunan JTM 1.380 kms, JTR sekitar 3.944 kms dan
tambahan kapasitas trafo distribusi 540 MVA sampai dengan tahun 2020 seperti
ditampilkan dalam Tabel A13.8.

387
Tabel A13.8. Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 138 394 51 44.189
2012 120 343 53 40.543
2013 109 312 46 36.973
2014 115 329 43 38.980
2015 122 347 50 41.105
2016 138 394 53 46.655
2017 146 418 56 49.419
2018 155 442 59 52.353
2019 164 469 62 55.467
2020 174 497 66 58.773
Jumlah 1.381 3.944 540 464.457

A13.4. ELEKTRIFIKASI DAERAH PERBATASAN ANTAR NEGARA

Kebutuhan energi listrik untuk daerah terpencil di perbatasan antara Kalimantan


Barat dan Sarawak masih belum tercukupi, sementara kondisi kelistrikan di wilayah
Sarawak lebih baik. Hal ini menimbulkan terjadinya kesenjangan pada daerah
perbatasan. PLN telah melakukan pembelian tenaga listrik skala kecil untuk 2 sistem
isolated di daerah perbatasan, yaitu di Sajingan dan Badau. Berikutnya akan
dilakukan pembelian listrik dari Sarawak untuk melistriki sistem isolated lainnya, yaitu
Entikong sebesar 150 kVA dan Seluas sebesar 100 kVA. Peta kelistrikan di daerah
perbatasan diberikan pada Gambar A13.2.

388
Gambar A13.2. Peta Kelistrikan di Daerah Perbatasan

A13.5. RINGKASAN
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai tahun 2020 diberikan pada Tabel A13.9.

Tabel A13.9. Rangkuman

Energy Produksi Beban


Pembangkit GI Transmisi Investasi
Tahun Sales Energi Puncak
(MW) (MVA) (kms) (juta US$)
(Gwh) (Gwh) (MW)
2011 1,406 1,594 289 0 60 112 38
2012 1,559 1,779 322 43 150 126 132
2013 1,713 1,954 353 195 340 780 457
2014 1,869 2,130 384 50 210 460 151
2015 2,030 2,313 416 100 30 0 191
2016 2,205 2,510 451 50 150 840 182
2017 2,394 2,723 488 99 90 200 211
2018 2,599 2,954 528 49 30 0 120
2019 2,820 3,204 572 75 60 0 153
2020 3,060 3,476 619 75 60 300 191
Jumlah 21,656 24,635 4,424 736 1,180 2,818 1,825

389
LAM
MPIRAN A14
NERACA DAYA SIISTEM-S
SISTEM IS
SOLATED
WILAYA RASI INDONESIA BARAT
AH OPER
390
LAMP
PIRAN A14.1
A
NERA
ACA DAY
YA SISTEEM ISOLA
ATED
PRO
OVINSI AC
CEH
391
Neraca Daya Sistem Sabang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 20.8 21.9 23.0 24.1 25.2 26.3 27.4 28.5 29.6 30.7
Beban Puncak MW 3.7 3.8 4.0 4.2 4.4 4.5 4.7 4.9 5.1 5.2
Load Faktor % 64.9 65.2 65.5 65.7 66.0 66.2 66.4 66.6 66.8 67.0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7 4
7.4 74
7.4 41
4.1 41
4.1 41
4.1 4 1
4.1 41
4.1 41
4.1 4 1
4.1 41
4.1
Derating Kapasitas 0.7 0.7 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Pembangkit PLN 6.68 6.68 3.71 3.71 3.71 3.71 3.71 3.71 3.71 3.71
PLTD Aneuk Loat
Marcedes MTU 0.18 1 PLTD 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Marcedes MTU 0.36 2 PLTD 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Caterpillar 0.87 1 PLTD 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
Caterpillar 0.92 1 PLTD 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
392

Caterpillar 1.44 1 PLTD 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4
PLTD Sewa
Sewa Diesel 2.00 PLTD 2.0 2.0
Genset BPKS 1 30
1.30 PLTD 1 3
1.3 13
1.3
Tambahan Pembangkit
PLN
Sabang (FTP2) 2 PLTGB 8
IPP
Lho Pria Laot PLTP 7
Jaboi (FTP2) PLTP 10

Jumlah Kapasitas MW 6.7 6.7 11.7 11.7 11.7 11.7 18.7 18.7 28.7 28.7
Cadangan MW 2.4 2.4 5.4 5.4 5.4 5.4 7.5 7.5 7.5 7.5
Pemeliharaan 1.4 1.4 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0
Operasi 1.0 1.0 1.4 1.4 1.4 1.4 3.5 3.5 3.5 3.5
S
Surplus/Defisit
l /D fi i MW 0 6
0.6 0 4
0.4 2 3
2.3 2 1
2.1 1 9
1.9 1 7
1.7 6 5
6.5 6 3
6.3 16 2
16.2 16 0
16.0
Neraca Daya Sistem Blangpidie
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 42,8 45,0
Beban Puncak MW 8,7 9,1 Rencana masuk grid 150 kV thn 2013
Load Faktor % 56,2 56,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 23,3 23,3
Derating Capacity 1,2 1,2
Pembangkit PLN 22,1 22,1
PLTD Suak
SWD 6 FG 0,67 2 PLTD 1,3 1,3
Merrless 0,95 1 PLTD 1,0 1,0
MAK 2,39 2 PLTD 4,8 4,8
393

MTU 0,99 3 PLTD 3,0 3,0


Cummins 0,72 1 PLTD 0,7 0,7
Caterpillar
p 0,92
, 1 PLTD 0,9
, 0,9
,
Caterpillar 0,45 1 PLTD 0,5 0,5
Caterpillar 0,23 1 PLTD 0,2 0,2
Relokasi dari Lampung 4,5 2 PLTD 9,0 9,0
Sewa
Sewa Diesel 2,00 PLTD 2,0 2,0

Jumlah Kapasitas MW 22,1 22,1


Cadangan MW 6,9 6,9
Pemeliharaan 4,5 4,5 Rencana masuk grid 150 kV thn 2013
Operasi 2,4 2,4
Surplus/Defisit MW 6 5
6,5 6 2
6,2
Neraca Daya Sistem Tapaktuan

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 31,1 32,5
Beban Puncak MW 5,9 6,2 Rencana masuk grid 150 kV thn 2013
L dF
Load Faktor
k % 59 8
59,8 60 2
60,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10,4 6,4
Derating Kapasitas 0,6 0,6
Pembangkit PLN 9,73 5,73
PLTD Tapaktuan
MTU 12V 4000 1,0 2 PLTD 2,0 2,0
394

SWD 6FG 0,7 1 PLTD 0,7 0,7


SWD 9F 1,1 2 PLTD 2,2 2,2
MTU 12V 2000 0,7 2 PLTD 1,5 1,5
Sewa
Sewa Diesel PLTD 4,0

Tambahan Kapasitas
PLN
Tapaktuan 7,0 2 PLTU 14,0

Jumlah Kapasitas MW 9,7 19,7


Cadangan MW 2,1 8,1 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Pemeliharaan 1,1 7,0
Operasi 1,0 1,1
S
Surplus/Defisit
l /D fi i MW 1 7
1,7 5 5
5,5
Neraca Daya Sistem Subulussalam
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 55,8 60,2
Beban Puncak MW 11,9 12,8
Load Faktor % 53,3 53,8
Pasokan Rencana tahun 2013 masuk Grid 150 kV
Kapasitas Terpasang MW 14,7 14,7
Derating Capacity 2,2 1,9

Pembangkit PLN 12,5 12,8


PLTD Rimo PLTD ,
4,5
PLTD Singkil PLTD 0,0
PLTD Kuta Fajar PLTD 1,2
395

PLTD Sewa PLTD 9,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Singkil 3,0 2 PLTGB 6,0
Beli Energi / IPP
PLTU PT. GSS 1,4 1 PLTU 1,0
PLTBayu PT. GLA 10 1 PLTB 1,0 9,0

Jumlah Kapasitas MW 14,5 23,8


Cadangan MW 1,9 1,9 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Pemeliharaan 1,0 1,0
Operasi 0,9 0,9
p f
Surplus/Defisit MW 0,6
, 9,1
,
Neraca Daya Sistem Kutacane
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 49,2 52,6
Beban Puncak MW 10,3 10,8 Rencana tahun 2013 masuk Grid 150 kV
Load Faktor % 54,6 55,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 14,3 14,8
Derating Capacity 0,7 0,7
Pembangkit PLN 13,62 14,10
PLTD Kuning
MTU ,
0,85 3 PLTD 2,6
, 2,6
,
SWD 6TM 1,96 1 PLTD 2,0 2,0
SWD 8FG 0,64 1 PLTD 0,6 0,6
396

Cummins 0,85 2 PLTD 1,7 1,7


PLTM Sepakat
Turbin WKC 0,75 2 PLTD 1,5 1,5
PLTD Sewa
Rental genset HSD PLTD 5,0 5,0
Suplai dari 20 kV Sistem Sumut 1,0 1,5

Tambahan Pembangkit
IPP
Lawe Mamas 30 3 PLTA 50
Jumlah Kapasitas MW 13,6 14,1
Cadangan MW 2,8 2,8
Pemeliharaan 2,0 2,0 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Operasi 0,9 0,9
Surplus/Defisit MW 0,5 0,4
Neraca Daya Sistem Blangkejeran

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 14,9 15,8 16,7 17,6
Beban Puncak MW 3,9 4,2 4,4 4,6 Rencana tahun 2014 masuk Grid 150 kV
Load Faktor % 43,3 43,3 43,4 43,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5,6 5,6 5,6 5,6
Derating Capacity MW 0,6 0,6 0,6 0,6
Pembangkit PLN MW 5,1 5,1 5,1 5,1
PLTD Rema MW 3,6
, 3,6
, 3,6
, 3,6
,
Sewa
Rental genset HSD PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0
397

Tambahan Pembangkit
PLN
Rel. dari PLTD L. Bata 0,7 2 PLTD 1,4
Beli Energi
Rerebe PLTM 0,2
Putri Betung PLTM 0,3

J l h Kapasitas
Jumlah K it MW 6 7
6,7 7 0
7,0 7 0
7,0 7 0
7,0
Cadangan MW 1,8 1,8 1,8 1,8
Pemeliharaan 1,0 1,0 1,0 1,0 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Operasi 0,8 0,8 0,8 0,8
Surplus/Defisit MW 0,9 1,0 0,8 0,5
Neraca Daya Sistem Takengon
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 57,3 60,4
Beban Puncak MW 18,0 18,9 Rencana tahun 2013 masuk Grid 150 kV
Load Faktor % 36,3 36,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 24,0 24,0
Derating Capacity MW 2,4 2,4
Pembangkit PLN 21,6 21,6
PLTD Ayangan PLTD 9,1 9,1
PLTD Janarata PLTD 0,3 0,3
PLTD Jagong Jeget PLTD 0,4 0,4
PLTMH Angkup PLTMH 0,6 0,6
398

PLTD Sewa PLTD 6,0 6,0


Suplai dari 20 kV GI Bireun 7,5 7,5

Tambahan Pembangkit
PLN
Peusangan 43 2 PLTA 88,0
IPP/Beli Energi
KERPAP 0,5 3 PLTMH 1,5

Jumlah Kapasitas MW 23,1 23,1


Cadangan MW 4,2 4,2
Pemeliharaan 2,8 2,8 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Operasi 1,4 1,4
S
Surplus/Defisit
l /D fi it MW 0 9
0,9 0 0
0,0
Neraca Daya Sistem Sinabang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 18,4 19,5 20,7 21,9 23,0 24,2 25,4 26,5 27,7 28,9
Beban Puncak MW 3,3 3,5 3,7 3,9 4,1 4,3 4,5 4,8 5,0 5,2
Load Faktor % 63,9 63,8 63,8 63,8 63,8 63,7 63,7 63,7 63,7 63,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,0 7,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Derating Capacity 0,7 0,7 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Pembangkit PLN 6,33 6,33 4,53 4,53 4,53 4,53 4,53 4,53 4,53 4,53
PLTD Lasikin
MTU 0,36 1 PLTD 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
MTU 0,48 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MTU 0,58 1 PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
399

Caterpillar 0,58 1 PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Caterpillar 0,87 1 PLTD 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87
Wartsilla 1,08 2 PLTD 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16 2,16
PLTD Sewa
S
Rental genset HSD PLTD 2,0 2,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Aie Tajun 3 2 PLTGB 60
6,0

Jumlah Kapasitas MW 6,3 6,3 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5
Cadangan MW 1,9 2,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1
Pemeliharaan 1,1 1,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi 0,9 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Surplus/Defisit MW 1,1 0,7 2,7 2,5 2,3 2,1 1,9 1,7 1,5 1,3
Neraca Daya Sistem Meulaboh
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 124
Beban Puncak MW 29,4 Rencana tahun 2012 masuk Grid 150 kV
Load Faktor % 47,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 50,1
Derating MW 5,0
Pembangkit PLN 45,1
Seunebok PLTD 19,2
Calang PLTD 1,2
Lamno PLTD 2,3
Teunom PLTD 1,5
400

Alue Bilie PLTD


Jeuram PLTD 1,8
Sewa PLTD 16,0
Media Group PLTU 8,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Nagan PLTU 220

Jumlah Kapasitas MW 45,1


Cadangan MW 6,7
Pemeliharaan 3,6 Masuk Interkoneksi 150 kV Sumatera
Operasi 3,1
Surplus/Defisit MW 9,0
LAMP
PIRAN A14.2
A
NERA
ACA DAYYA SISTE
EM ISOLA
ATED
PRO
OVINSI SUMATE
S ERA UTA
ARA
401
Neraca Daya Sistem Nias
Pasokan/Kebutuhan Unit 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 54,5 58,0 61,5 65,1 68,8 72,7 77,1 81,8 86,8 92,0 97,6
Load Faktor % 44,3 43,6 43,0 42,8 42,7 42,9 43,2 43,3 43,5 43,7 43,9
Beban Puncak MW 14,0 15,2 16,3 17,3 18,4 19,3 20,4 21,5 22,8 24,0 25,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 23,6 23,6 23,6 23,6 15,6 15,6 15,6 15,6 15,6 15,6 15,6
Derating Kapasitas MW 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Pembangkit PLN
PLTD Gunung Sitoli
Deutz 0,56 2 PLTD 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Deutz KHD 1,22 2 PLTD 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Cummins 1,01 4 PLTD 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Deutz MWM 1,53 3 PLTD 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6
PLTD Teluk Dalam
402

Cummins 1,01 1 PLTD 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
MTU 1,10 1 PLTD 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Daihatsu 0,75 1 PLTD 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Daihatsu 0,53 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
PLTD Sewa
Gunung Sitoli PLTD 5,0 5,0 5,0 5,0
Teluk Dalam PLTD 3,0 3,0 3,0 3,0
Tambahan Pembangkit
PLN
Nias PLTGB 8,0
IPP
Nias (FTP2) PLTU 14,0 7,0
Jumlah Kapasitas MW 24,0 24,0 24,0 24,0 30,0 37,0 37,0 37,0 37,0 37,0 37,0
Cadangan MW 2,6 2,6 2,6 2,6 8,5 8,5 8,5 11,0 11,0 11,0 11,0
Pemeliharaan 1,5 1,5 1,5 1,5 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi 1,1 1,1 1,1 1,1 1,5 1,5 1,5 4,0 4,0 4,0 4,0
Surplus/Defisit (N-1) MW 7,4 6,2 5,1 4,1 3,1 9,2 8,1 4,5 3,2 2,0 0,6
LAMP
PIRAN A14.3
A
NERA
ACA DAY
YA SISTE
EM ISOLA
ATED
PRO
OVINSI RIAU
R
403
Neraca Daya Sistem Siak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 25,5 28,9 32,6 35,8
Load Faktor % 77,7 77,9 78,1 78,2
Beban Puncak MW 3,8 4,2 4,8 5,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 0,79 0,79 0,79
Derating Capacity MW 0,17 0,18 0,20
Pembangkit PLN
MTU M.D 0,79 1 PLTD 0,62 0,60 0,59
Sewa
Sewa Diesel 1,00 3 PLTD 4,0
Sewa PLTU (Pemda) 3,00 2 PLTU 6,0 6,0
Sewa MFO 3,00 1 PLTD 3,0 3,0
404

Tambahan Pembangkit
MTU (Pemda) 0,60 1 PLTD 0,6
Disupplai dari grid 150 kV SIS, Tahun 2014,30 M VA
Jumlah Kapasitas MW 5,2 10,2 10,2
Cadangan MW 1,3 3,8 3,8
Pemeliharaan 0,8 3,0 3,0
Operasi 0,5 0,8 0,8
Surplus/Defisit MW 0,1 2,1 1,6
Neraca Daya Sistem Bengkalis
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 72,4 82,0 92,6 101,5 110,4 119,8 129,4 139,5 150,8 164,7
Load Faktor % 70,5 70,2 70,1 70,0 69,9 69,9 69,9 69,9 69,9 70,0
Beban Puncak MW 11,7 13,3 15,1 16,6 18,0 19,6 21,1 22,8 24,6 26,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 18,72 16,72 10,72 10,72
Derating Capacity MW 1,98 2,05 2,12 2,18
Pembangkit PLN
Deutz 1,20 2 PLTD 1,51 1,47 1,44 1,40
Deutz 0,56 1 PLTD 0,20 0,19 0,19 0,18
Yamar 0,60 2 PLTD 1,03 1,01 0,98 0,96
Sewa Pembangkit
Sewa Genset MFO 6,0 1 PLTD 6,0 6,0 6,0 6,0
Sewa Mesin 1 (HSD) 1,0 3 8,0
405

Sewa Mesin 2 (HSD) 1,0 6 6,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Bengkalis (FTP1) 10 2 PLTU 20,0
Bengkalis PLTGB 3 2 PLTGB 12,0 6,0 6,0
Jumlah Kapasitas MW 16,7 14,7 28,6 28,5 32,0 32,0 38,0 38,0 44,0 44,0
Cadangan MW 1,8 1,8 11,2 11,2 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5
Pemeliharaan 1,2 1,2 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Operasi 06
0,6 06
0,6 12
1,2 12
1,2 15
1,5 15
1,5 15
1,5 15
1,5 15
1,5 15
1,5
Surplus/Defisit MW 3,2 -0,5 2,3 0,8 2,5 0,9 5,4 3,7 7,9 5,6
Neraca Daya Sistem Selat Panjang

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 47,2 53,5 60,4 66,1 71,9 78,1 84,3 90,9 98,3 107,3
Load Faktor % 66,5 66,6 66,8 66,9 67,1 67,2 67,4 67,5 67,7 67,8
Beban Puncak MW 8,1 9,2 10,3 11,3 12,2 13,3 14,3 15,4 16,6 18,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
Derating Capacity MW 1,5 1,6 1,7 1,7 1,8 1,9 1,9 2,0 2,1 2,1
Pembangkit PLN
BWSC 1,0 2 PLTD 1,3 1,2 1,2 1,2 1,1 1,1 1,1 1,1 1,0 1,0
Deutz 1,2 2 PLTD 1,6 1,6 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3
Sewa Pembangkit
Sewa Genset MFO 2 3 PLTD 6 6 6
Sewa Mesin (HSD) 1 3 PLTD 6 6 6
406

Tambahan Pembangkit
PLN
Selat Panjang 3 3 PLTGB 6 3
Sewa
PLTG 3 3 PLTG 10
Project IPP
Selat Panjang Baru #1,2 2 PLTU 14
Jumlah Kapasitas MW 14,9 30,8 30,7 32,7 32,6 32,5 32,5 35,4 35,3 35,3
Cadangan MW 22
2,2 11,2
11 2 11,2
11 2 17,0
17 0 17,0
17 0 17,0
17 0 17,0
17 0 17,0
17 0 17,0
17 0 17,0
17 0
Pemeliharaan 1,2 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Operasi 1,0 1,2 1,2 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit MW 4,6 10,4 9,2 4,4 3,4 2,3 1,2 3,0 1,8 0,2
Neraca Daya Sistem Bagan Siapiapi

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 31,2 35,3 39,9
Load Faktor % 55,3 55,5 55,6
Beban Puncak MW 6,4 7,3 8,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,8 2,8 2,8
Derating kapasitas MW 1,2 1,2 1,3
Pembangkit PLN
Deutz BA 12M 816 0,5 2 PLTD 0,43 0,42 0,41
Deutz KHD BV 8M 1,2 1 PLTD 0,83 0,81 0,79
Mitsubishi 0,6 1 PLTD 0,40 0,39 0,38
Pembangkit Sewa
Sewa HSD 2,0 1 PLTD 2,0 2,0 2,0
407

Sewa Mesin Pemda 0,8 3 PLTD 2,4 2,4 2,4


PLTGB 2,5 2 PLTGB 5,0 5,0 5,0
Disupplai dari grid 150 kV SIS, Tahun 2014,30 M VA

Jumlah Kapasitas MW 11,1


11 1 11,0
11 0 11,0
11 0
Cadangan MW 1,8 1,8 1,8
Pemeliharaan MW 1,2 1,2 1,2
Operasi MW 0,6 0,6 0,6
Surplus/Defisit MW 2,8 1,9 1,0
Neraca Daya Sistem Rengat
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
K b t h
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 84,3 95,5
Load Faktor % 63,0 63,1
Beban Puncak MW 15,3 17,3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 8,9
Derating Capacity MW 34
3,4
Pembangkit PLN
PLTD Air Molek 3,4
PLTD Danau Raja 2,2
Pembangkit Pemda
MTU 12V 2000G 62 0,63 2 PLTD 1,3
MTU 16V 2000G 62 0,64
0 64 4 PLTD 26
2,6
Project Sewa
Sewa Diesel1 1,00 2 PLTD 2,0 2,0
408

Sewa Diesel2 1,00 2 PLTD 2,0 2,0


Sewa Diesel3 1,00 5 PLTD 5,0 5,0
Tambahan Pembangkit
PLN
Rengat 10 2 PLTG 20,0
IPP
IPP Kemitraan 7,00 2 PLTU 14,0

Disuplai dari Grid 150 kV SIS- Tahun 2013


Jumlah Kapasitas MW 18,3 29,0
Cadangan MW 2,2 11,2
Pemeliharaan 1,2 10,0
Operasi 1,0 1,2
Surplus/Defisit MW 0,9 0,5
Neraca Daya Sistem Tembilahan
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 61,4 69,6 78,6 86,1
Load Faktor % 59,5 59,6 59,8 59,9
Beban Puncak MW 11,8 13,3 15,0 16,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,79 7,79 7,79 7,79
Derating Capacity MW 1,59 1,69 1,79 1,89
Pembangkit PLN
SWD 0,34 3 PLTD 0,51 0,50 0,49 0,48
Deutz KHD BV 8M 1,20 1 PLTD 1,80 1,76 1,71 1,67
Yanmar 0,27 2 PLTD 0,19 0,18 0,18 0,17
Yanmar 0,60 4 PLTD 1,58 1,54 1,50 1,46
Pembangkit Pemda
Komatsu 0,40 4 PLTD 1,6 1,6 1,6 1,6
409

Relokasi Ex Tlk Kuantan


PLTD 0,26 2 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
Pembangkit Sewa
Sewa Mesin2 (HSD) 3,00 1 PLTD 3,0 3,0
Sewa Mesin3 (HSD) 0,80 1 PLTD 0,8 0,8
Sewa genset (MFO) PLTD 6,0 6,0 6,0 6,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Tembilahan PLTU 14,00
Di pasok dari grid 150 kV, Tahun 2015
Jumlah Kapasitas MW 16,0 15,9 26,0 25,9
Cadangan MW 1,7 1,7 8,2 8,2
Pemeliharaan 1,2 1,2 7,0 7,0
Operasi 0,5 0,5 1,2 1,2
Surplus/Defisit MW 2,5 0,9 2,8 1,3
Neraca Daya Sistem Kuala Enok

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 5,1 5,8 6,6 7,2 7,8 8,5 9,2 9,9 10,7 11,6
Load Faktor % 50,2 50,4 50,5 50,6 50,7 50,8 50,9 51,0 51,2 51,3
Beban Puncak MW 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 1,9 2,1 2,2 2,4 2,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Derating Capacity MW 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77
Pembangkit PLN
Mitsubishi S6U 0,60 2 PLTD 0,83 0,81 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79
Catterpilar 0,36 1 PLTD 0,2
Sewa
Sewa Diesel 1 2 PLTD 2,0 3,0
410

Tambahan Pembangkit

PLN
Di pasok dari grid 150 kV, Tahun 2013
Jumlah Kapasitas MW 2,8 3,8
Cadangan MW 0,6 1,6
Pemeliharaan 0,6 1,0
Operasi 0,0 0,6
Surplus/Defisit MW 1,0 0,9
LAMP
PIRAN A14.4
A
NERA
ACA DAYYA SISTE
EM ISOLA
ATED
PR
ROVINSI KEPULAAUAN RIA
AU
411
Neraca Daya Sistem Bintan
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 286,6 318,3 524,1 582,9 749,4 819,8 886,1 948,9 1.010,3 1.077,2
Load Faktor % 69,3 69,0 69,8 72,4 74,8 76,9 78,1 78,6 78,6 78,6
Beban Puncak MW 47,2 52,7 85,7 91,9 114,4 121,7 129,5 137,9 146,8 156,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 40,9 40,9 40,9
Derating kapasitas MW 10,6 10,6 10,7
Pembangkit PLN
PLTD Tanjung Pinang PLTD 27,9 27,9 27,9
PLTD Tanjung Uban PLTD 1,2 1,2 1,2
Pembangkit Sewa Tanjung Uban PLTD 8,0 8,0 8,0
Tambahan
T b h Pembangkit
P b kit
SEWA
412

Sewa PLTU PT Cap.Tur PLTU 30


PLN
Tanjung Uban PLTU 7 7
Tanjung Pinang 3 PLTU 15 15
IPP
Tanjung Pinang 1 (TLB) PLTU 30
Tanjung Pinang 2 (FTP2) PLTU 30
Suplai dari Batam (Peaking) MW 10 10 10 10
Suplai dari Batam (Base) MW 40 10 10
Jumlah Kapasitas MW 68 68 125 134 174 174 184 194 209 234
Reserve Margin % 45 30 46 46 52 43 42 41 42 50
Neraca Daya Tanjung Pinang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 257,1 284,6 318,3 363,8 413,8 467,4 520,0 571,3 623,2 680,2
Load Faktor % 69,2 68,9 69,6 72,2 74,6 76,7 77,9 78,4 78,5 78,8
Beban Puncak MW 42,4 47,2 52,2 57,5 63,4 69,6 76,2 83,2 90,6 98,5
Pasokan
Kapasitas
p Terpasang
p g MW 38,9
, 38,9
, 38,9
,
Derating kapasitas MW 11,2 11,9 11,9
Pembangkit PLN
Manufacture
MAK 8M PLTD 8,2 8,0
MAK 6M PLTD 1,8 1,7
Allen PLTD 8,0 7,8
Mitshubishi PLTD 9,8 9,5
413

Tambahan Pembangkit
SEWA
Sewa PLTU PT CTI PLTU 30,0 30,0

PLN
PLTU Tanjug Pinang III PLTU 30,0

IPP
Tanjung Pinang I (TLB) PLTU 30,0
Tanjung Pinang II (FTP2) PLTU 30
Interkoneksi dengan sistem 150 kV Batam
Jumlah Kapasitas MW 61,7 61,0
Cadangan MW 16,0 16,0
Pemeliharaan MW 15,0 15,0
Operasi MW 1,0 1,0
S
Surplus/Defisit
l /D fi it MW 33
3,3 -2,2
22
Neraca Daya Tanjung Uban
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 29,5 33,7 38,8 45,8 53,8 62,7 71,9 81,6 91,1 100,8
Load Faktor % 70,2 70,4 71,5 74,4 76,8 78,9 79,9 80,1 79,1 77,5
Beban Puncak MW 4,8 5,5 6,2 7,0 8,0 9,1 10,3 11,6 13,1 14,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,02 2,02 2,02
Derating kapasitas 0,92 0,94 0,94
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit PLTD
MWM 0,2 1 0,12 0,11
Perkins 0,3 1 0,11 0,11
Deutz 1,2 1 0,88 0,86
Volvo 0,3 1
Pembangkit Sewa
414

Sewa Genset 1,0 2 PLTD 2,0 2,0


Bl Energi PT BIIE MFO 2,0 1 PLTD 2,0 2,0
Sewa Mesin (HSD) 1,0 2 PLTD 2,0 2,0
Sewa Mesin (HSD) 2,0 1 PLTD 2,0 2,0
Project PLN
PLTU Tanjung Uban 7,0 2 PLTU 14,0
Interkoneksi dengan sistem 150 kV Batam
Kapasitas Efektif MW 9,1 9,1
Cadangan MW 1,5 1,5
Pemeliharaan 1,2
, 1,2
,
Operasi 0,3 0,3
Surplus/Defisit MW 2,8 2,1
Neraca Daya Sistem Tanjung Balai Karimun
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 117,4 128,9 142,8 161,9 182,7 204,7 226,0 246,4 264,4 281,4
Load Faktor % 69,9 70,4 71,8 75,0 77,9 80,3 81,7 82,3 81,5 80,2
Beban Puncak MW 19,2 20,9 22,7 24,6 26,8 29,1 31,6 34,2 37,0 40,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2 13,2
13 2
Derating kapasitas MW 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2
Pembangkit PLN
MAK 8M 453B # 4 PLTD 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2
Allen # 1 PLTD 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8

Pembangkit Sewa
Sewa Mesin (HSD) # 1 PLTD 2 2 2
Sewa Mesin (HSD) # 1 PLTD 4 4 4
415

Sewa Mesin (HSD) # 1 PLTD 3 5 5

Tambahan Pembangkit
PLN
TB. Karimun #1,2 (FTP1) 2 PLTU 14
TB. Karimun #3,4 2 PLTU 7 7
TB. Karimun - 2 # 1 PLTU 10 10
IPP
TB. Karimun (Terkendala) # 2 PLTU 14
Jumlah Kapasitas MW 32,0 34,0 34,0 44,0 51,0 51,0 51,0 51,0 61,0 71,0
Cadangan MW 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 17,0 17,0
Pemeliharaan 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 10,0 10,0
Operasi 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit MW 2,8 3,1 1,3 9,4 14,2 11,9 9,4 6,8 7,0 14,0
Neraca Daya Sistem Tanjung Batu

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 30,5 33,4 36,9 41,8 47,0 52,5 57,8 62,8 67,2 71,4
Load Faktor % 55,1 55,7 57,0 59,7 62,1 64,2 65,5 66,1 65,8 64,9
Beban Puncak MW 6,3 6,9 7,4 8,0 8,6 9,3 10,1 10,8 11,7 12,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 1,65 1,65 1,65 1,65 1,65
Derating Capacity MW 0,57 0,57 0,57 0,57 0,57
Pembangkit PLN
Komatsu 0,30 2 PLTD 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28
Deutz BA 12M 1,05 1 PLTD 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
Sewa
Sewa Diesel 2,5 2 PLTD 5,0 5,0
Sewa Diesel 1 2 PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0
416

Tambahan Pembangkit
PLN
Tanjung Batu Baru 7,0 2 PLTU 14,0
IPP
Tanjung Batu (FTP2) 4,0 2 PLTGB 8,0
Jumlah Kapasitas MW 8,1 16,1 11,1 11,1 23,1 22,0 22,0 22,0 22,0 22,0
Cadangan MW 1,4 1,4 1,4 1,4 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1
Pemeliharaan 1,1 1,1 1,1 1,1 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi 0,3 0,3 0,3 0,3 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Surplus/Defisit MW 0,4 7,8 2,3 1,7 6,3 4,6 3,8 3,1 2,2 1,3
Neraca Daya Sistem Dabo Singkep

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 19,9 21,6 23,7 26,6 29,7 32,9 35,9 38,7 41,1 43,2
Load Faktor % 55,4 56,1 57,5 60,3 62,9 65,2 66,7 67,4 67,2 66,4
Beban Puncak MW 4,1 4,4 4,7 5,0 5,4 5,8 6,1 6,6 7,0 7,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Derating kapasitas 0,74 0,78 0,78 0,78 0,78 0,78 0,78 0,78 0,78 0,78
Pembangkit PLN
MAK PLTD 0,93 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90
MTU PLTD 0,78 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76
Pembangkit Sewa
Sewa Genset PLTD 2,0 2,0
417

Sewa Diesel PLTD 3,0 3,0 3,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Dabo Singk ep PLTGB 6,0 3,0

Kapasitas Efektif MW 6,7 12,7 10,7 7,7 7,7 7,7 7,7 10,7 10,7 10,7
Cadangan MW 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8
Pemeliharaan 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Operasi 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6
Surplus/Defisit MW 0,8 7,1 4,8 1,4 1,1 0,7 0,3 2,9 2,5 2,0
Neraca Daya Sistem Ranai

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 17,8 19,4 21,3 24,0 26,9 29,9 32,7 35,4 37,7 39,9
Load Faktor % 64,6 65,0 66,4 69,3 71,9 74,2 75,5 76,0 75,3 74,1
Beban Puncak MW 3,1 3,4 3,7 4,0 4,3 4,6 5,0 5,3 5,7 6,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Derating Capacity MW 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Pembangkit PLN
Daihatsu 0,60 2 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Komatshu 0,16 1 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
Project Sewa
SEWA Perusda 1,8 1 PLTD 1,8 1,8 1,8
SEWA MFO 3 2 PLTD 6,0 6,0 6,0
418

Tambahan Pembangkit
PLN
Natuna 7,0 2 PLTU 14,0

Jumlah Kapasitas MW 8,9 8,9 22,9 15,1 15,1 15,1 15,1 15,1 15,1 15,1
Cadangan MW 0,7 0,7 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Pemeliharaan MW 0,6 0,6 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 0,1 0,1 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Surplus/Defisit MW 5,1 4,8 11,7 3,6 3,3 2,9 2,6 2,2 1,8 1,4
Neraca Daya Sistem Belakang Padang

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,3 10,2 11,3 12,7 14,3 16,0 17,7 19,3 20,6 21,9
Load Faktor % 55,3 56,5 58,4 61,8 65,0 68,0 70,1 71,5 71,8 71,6
Beban Puncak MW 1,9 2,1 2,2 2,4 2,5 2,7 2,9 3,1 3,3 3,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 1,52 1,52 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Derating Capacity MW 0,32 1,52 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Pembangkit PLN
Deutz 0,10 1 PLTD 0,08
MWM 0,22 1 PLTD 0,15
Yanmar 0,60 2 PLTD 0,98

Tambahan Pembangkit
419

PLN
Relokasi PLTD 2,0
Disuplai dari Grid 20 kV Kabel Laut Batam
Jumlah Kapasitas MW 3,2
Cadangan MW 0,8
Pemeliharaan MW 0,6
Operasi MW 0,2
Surplus/Defisit MW 0,5
LAMP
PIRAN A14.5
A
NERA
ACA DAYYA SISTE
EM ISOLAATED
PRO
OVINSI BANGKA
B A BELITU
UNG
420
Neraca Daya Sistem Bangka
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 560,0 629,3 714,7 803,4 871,9 957,8 1.065,6 1.203,8 1.379,2 1.602,7
Beban Puncak MW 97,2 109,2 123,9 139,2 151,0 165,8 184,3 208,1 238,3 276,7
Load Faktor % 65,8 65,8 65,8 65,9 65,9 66,0 66,0 66,0 66,1 66,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 85,2 85,0 113,8 99,0 86,2 86,2 86,2 86,2 86,2 86,2
PLN MW 39,9 40,0 38,8 39,0 26,2 26,2 26,2 26,2 26,2 26,2
Merawang PLTD 24,0 24,0 24,0 24,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0
Mentok PLTD 4,0 4,0 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1
Koba *) PLTD 2,9 2,9 2,9 2,9 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Toboali PLTD 3,7 3,7 4,3 4,3 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1
Dari Sistem Isolated PLTD 0,3 0,4 0,5 0,7 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,1
Miirless (Relokasi dari Sukamerindu) PLTD 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Sewa PLTD MW 45 45 75 60 60 60 60 60 60 60
421

Sewa PLTD HSD tersebar 1 PLTD 17 17 17


Sewa PLTD HSD tersebar 2 PLTD 16 16 16
Sewa PLTD HSD tersebar 3 PLTD 12 12 12
Bangka (Sewa) PLTU 30 60 60 60 60 60 60 60
Tambahan Pembangkit
PLN
Relokasi Mesin Miirless dari Pulau Baai PLTD 2,5
Relokasi Mesin Batam ke Toboali PLTD 5
Relokasi Mesin Batam ke Mentok PLTD 2,5
Bangka IV (Peaker) PLTG 20 20 20
Ai A
Air Anyer (FTP1) PLTU 60
Mentok PLTU 14
Bangka - 3 PLTU 30 30
Bangka - 5 PLTU 30
IPP
Bangka (FTP2) PLTU 30 30
T b li
Toboali PLTU 14

Jumlah Kapasitas MW 153 153 181 195 239 269 269 319 349 399
Reserve Margin % 57 40 46 40 58 62 46 53 47 44
Neraca Daya Sistem Belitung
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 186,7 209,8 238,2 267,8 290,6 319,3 355,2 401,3 459,7 534,2
Beban Puncak MW 32,4 36,4 41,3 46,4 50,3 55,3 61,4 69,4 79,4 92,2
Load Faktor % 65,8 65,8 65,8 65,9 65,9 66,0 66,0 66,0 66,1 66,1

Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 43,5 36,0 27,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0
PLN MW 16,5 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0
Pilang PLTD 13,5 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Manggar PLTD 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
IPP
Biomass PLTU 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
422

Sewa PLTD 20 20 11

Tambahan Kapasitas
PLN
B lit
Belitung B
Baru (FTP1) PLTU 17 17
Belitung - 3 PLTU 17 17
Belitung - 4 PLTU 17 17
Belitung Peaker PLTG 10 10
IPP
Belitung - 2 PLTGB 5
Jumlah Kapasitas MW 44 53 65 71 88 88 98 108 125 142
Reserve Margin % 34 44 57 53 75 59 59 56 57 54
LAMP
PIRAN A14.6
A
NERA
ACA DAYYA SISTE
EM ISOLA
ATED
PRO
OVINSI KA
ALIMANTAN BARRAT
423
Neraca Daya Sistem Ketapang

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 118,6 134,7 151,9 175,7 187,8 200,1 212,9 226,5 240,8 256,0
Load Faktor % 64,1 64,2 64,2 64,2 64,2 64,2 64,2 64,3 64,3 64,3
Beban Puncak MW 21,1 24,0 27,0 31,2 33,4 35,6 37,8 40,2 42,8 45,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 24,1 24,1 17,1 17,1 14,1 14,1 0,0 0,0 0,0 0,0
Derating capacity MW 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0
Pembangkit PLN
DEUTZ 1,2 2 PLTD 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 0 0 0 0
WARTSILA I 2,8 2 PLTD 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 0 0 0 0
424

RUSTON I 3,0 2 PLTD 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 0 0 0 0


Sewa
Sewa Diesel PLTD 7,0 7,0
Sewa Diesel PLTD 3,0 3,0 3,0 3,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Ketapang (FTP2) PLTU 20,0 Interkoneksi dengan Grid 150 kV
Sewa/IPP Sistem Khatulistiwa
Ketapang (IPP) PLTU 14,0
Relokasi Sewa Diesel PLTD 4,0
Sewa Sukadana PLTGB 3,0 -3,0
Jumlah Kapasitas MW 28,1 45,1 58,1 58,1 55,1 55,1 38,0 38,0 38,0 38,0
Cadangan MW 5,8 10,0 17,0 17,0 17,0 17,0
Pemeliharaan 3,0 7,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Operasi 2,8 3,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit MW 1,2 11,1 14,0 9,8 4,7 2,5
Neraca Daya Sistem Sambas

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 71,6 81,4 91,8 106,2 113,5 120,9 128,8 137,0 145,6 154,9
Load Faktor % 66,2 66,2 66,2 66,2 66,2 66,2 66,2 66,2 66,2 66,2
Beban Puncak MW 12,4 14,0 15,8 18,3 19,6 20,9 22,2 23,6 25,1 26,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 15,10 15,10 2,00 2,00
Derating capacity MW 0,40 0,40 0,00 0,00
Pembangkit PLN
SWD. I 0,34 1 PLTD 0,3 0,3
SWD. II 0,34 1 PLTD 0,3 0,3
SWD. III ,
0,40 1 PLTD 0,4
, 0,4
,
DEUTZ. II 0,52 1 PLTD 0,5 0,5
DEUTZ MWM 0,50 1 PLTD 0,5 0,5
425

MTU ( TRAILER ) 0,60 1 PLTD 0,6 0,6


DEUTZ.MWM KHD 1,50 1 PLTD 1,5 1,5
DEUTZ.MWM KHD 1,50 1 PLTD 1,5 1,5
MITSUBISHI ,
1,00 1 PLTD 1,0
, 1,0
,
MTU II 0,70 1 PLTD 0,7 0,7
MTU III 0,70 1 PLTD 0,7 0,7
PLTD Sewa
Sewa Diesel PLTD 5,0 5,0
Sewa Diesel PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Relokasi Sewa Diesel PLTD 2,0 2,0
Interkoneksi Grid 150 kV Sistem Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 16,7 18,7 6,0 6,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Cadangan MW 2,5 2,5
Pemeliharaan 1,5 1,5
Operasi 1,0 1,0
Surplus/Defisit MW 1,8 2,2
Neraca Daya Sistem Ngabang

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 20,8 23,6 26,6 30,7 32,9 35,0 37,3 39,6 42,1 44,8
Load Faktor % 53,8 53,9 53,9 54,0 54,0 54,1 54,2 54,2 54,3 54,4
Beban Puncak MW 4,4 5,0 5,6 6,5 6,9 7,4 7,9 8,3 8,9 9,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,6 6,6
Derating capacity MW 0,2 0,2
Pembangkit PLN
MERCEDES (MTU) 0,9 1 PLTD 0,9 0,9
MITSUBISHI 1,6 1 PLTD 1,6 1,6
MERCEDES (MTU) 1,1 11 1 PLTD 11
1,1 11
1,1
Sewa
Sewa Diesel PLTD 3,0 3,0
426

Tambahan Pembangkit
PLN
Sewa PLTGB PLTGB 60
6,0 -6
Interkoneksi Grid 150 kV Sistem Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 12,6 12,6 6,0 6,0 6,0 6,0
Cadangan MW 2,7 2,7
Pemeliharaan 1,6 1,6
Operasi 1,1 1,1
Surplus/Defisit MW 55
5,5 49
4,9
Neraca Daya Sistem Sanggau

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 74,7 84,9 95,8 110,8 118,5 126,2 134,4 143,0 152,1 161,7
Load Faktor % 67,5 67,5 67,5 67,5 67,5 67,5 67,4 67,4 67,4 67,4
Beban Puncak MW 12,6 14,4 16,2 18,7 20,0 21,4 22,7 24,2 25,7 27,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 14,4 14,4 8,4 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Derating capacity MW 0,3 0,3 0,3
Pembangkit PLN
SWD BBI 1,2 1 PLTD 1,2 1,2 1,2
SWD BBI 1,2 1 PLTD 1,2 1,2 1,2
DEUTZ MWM 0,8 1 PLTD 0,8 0,8 0,8
M TU 0,8 1 PLTD 0,8 0,8 0,8
MITSUBISHI 1,2 1 PLTD 1,2 1,2 1,2
MITSUBISHI 1,2 1 PLTD 1,2 1,2 1,2
427

PLTD Sewa
Sewa Diesel PLTD 6,0 6,0
Sewa Diesel PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Sanggau PLTU 7,0 7,0
Sewa
Relokasi Sewa Diesel PLTD 2,0
Interkoneksi Grid 150 kV Sistem Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 16,4 23,4 24,4 18,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0
Cadangan MW 2,2 8,2 8,2
Pemeliharaan 1,2 7,0 7,0
Operasi 1,0 1,2 1,2
Surplus/Defisit MW 1,5 0,8 0,0
Neraca Daya Sistem Sintang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 71,4 81,1 91,5 105,9 113,3 120,8 128,6 136,9 145,6 154,9
Load Faktor % 64,2 64,3 64,3 64,3 64,3 64,4 64,4 64,4 64,5 64,5
Beban Puncak MW 12,7 14,4 16,3 18,8 20,1 21,4 22,8 24,2 25,8 27,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 15,9
15 9 15,9
15 9 99
9,9 00
0,0 00
0,0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0
Derating capacity MW 0,5 0,5 0,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Pembangkit PLN
SWD BBI 0,5 1 PLTD 0,5 0,5 0,5
SWD BBI 1,2 1 PLTD 1,2 1,2 1,2
DEUTZ 1,5 1 PLTD 1,5 1,5 1,5
DEUTZ 15
1,5 1 PLTD 15
1,5 15
1,5 15
1,5
DEUTZ 1,5 1 PLTD 1,5 1,5 1,5
M TU 1,1 1 PLTD 1,1 1,1 1,1
MITSUBISHI 1,3 1 PLTD 1,3 1,3 1,3
428

MITSUBISHI 1,3 1 PLTD 1,3 1,3 1,3


PLTD Sewa
Sewa Diesel PLTD 60
6,0 60
6,0

Tambahan Pembangkit
PLN
Sintang 3 7 PLTU 14,0 7,0
Sewa
PLTGB Sewa PLTGB 30
3,0 -3
3,0
0
Interkoneksi Grid 150 kV Sistem Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 18,9 32,9 33,9 24,0 24,0 24,0 21,0 21,0 21,0 21,0
Cadangan MW 2,8 8,5 8,5
Pemeliharaan 1,5 7,0 7,0
Operasi 1,3 1,5 1,5
Surplus/Defisit MW 34
3,4 10 0
10,0 92
9,2
Neraca Daya Sistem Nanga Pinoh
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 25,1 28,6 32,3 37,4 40,0 42,7 45,5 48,5 51,6 54,9
Load Faktor % 53,6 53,7 53,8 53,8 53,9 54,0 54,1 54,2 54,3 54,4
Beban Puncak MW 5,3 6,1 6,8 7,9 8,5 9,0 9,6 10,2 10,8 11,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 63
6,3 63
6,3 33
3,3 33
3,3 23
2,3 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0
Derating capacity MW 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Pembangkit PLN
DEUTZ MWM 0,5 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
DEUTZ MWM 0,5 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
DEUTZ MWM 0,5 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MITSUBISHI 08
0,8 1 PLTD 08
0,8 08
0,8 08
0,8 08
0,8 08
0,8
PLTD Sewa
Sewa Diesel 1,0 3 PLTD 3,0 3,0
Sewa Diesel 1,0 1 PLTD 1,0 1,0 1,0 1,0
429

Tambahan Pembangkit
PLN
Nanga pinoh PLTGB 6,0 -6
Sewa
Relokasi Sewa Diesel PLTD 2,0
Interkoneksi Grid 150 kV Sist. Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 8,3 8,3 11,3 11,3 10,3 8,0 8,0 2,0 2,0 2,0
Cadangan MW 13
1,3 13
1,3 13
1,3 13
1,3 13
1,3
Pemeliharaan 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Operasi 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Surplus/Defisit MW 1,7 1,0 3,2 2,1 0,6
Neraca Daya Sistem Sekadau

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 5,8 6,6 7,6 8,2 8,7 9,3 9,9 10,6 11,3 12,3
Load Faktor % 44,9 45,0 45,1 45,1 45,2 45,3 45,4 45,5 45,6 45,6
Beban Puncak MW 1,5 1,7 1,9 2,1 2,2 2,4 2,5 2,7 2,8 3,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,6 4,6 4,6 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Derating capacity MW 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Pembangkit PLN
DEUTZ MWM 0,5 1 PLTD 0,5 0,5 0,5
M TU 0,4 1 PLTD 0,4 0,4 0,4
M TU 07
0,7 1 PLTD 07
0,7 07
0,7 07
0,7
PLTD Sewa
Sewa Diesel PLTD 3,0 3,0 3,0 3,0
430

Tambahan Pembangkit
Interkoneksi Grid 150 kV Sistem Khatulistiwa
Jumlah Kapasitas MW 4,4
4 4 4,4
4 4 4,4
4 4 29
2,9 00
0,0 00
0,0 00
0,0 0,0
0 0 00
0,0 00
0,0
Cadangan MW 1,7 1,7 1,7
Pemeliharaan 1,0 1,0 1,0
Operasi 0,7 0,7 0,7
Surplus/Defisit MW 1,2 1,0 0,7
Neraca Daya Sistem Putussibau

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 23,6 26,8 30,3 35,0 37,5 39,9 42,5 45,2 48,1 51,1
Load Faktor % 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2
Beban Puncak MW 4,6 5,2 5,8 6,8 7,2 7,7 8,2 8,7 9,3 9,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,4 6,4 6,4 6,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 0,0
Derating capacity MW 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0
Pembangkit PLN
DEUTZ MWM 0,50 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
M TU 0,90 1 PLTD 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 Interkon
M TU 1 00
1,00 1 PLTD 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 eksi Grid
Sewa 150 kV
Putussibau PLTD 4,0 4,0 4,0 4,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 dengan
sistem
431

Tambahan Pembangkit khatulisti


PLN wa
Riam Badau PLTMH 02
0,2
IPP
Putussibau (FTP2) PLTGB 8,0
Jumlah Kapasitas MW 6,6 14,6 14,6 14,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 8,2
Cadangan MW 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
Pemeliharaan 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Operasi 09
0,9 09
0,9 09
0,9 09
0,9 09
0,9 09
0,9 09
0,9 09
0,9 09
0,9
Surplus/Defisit MW 0,1 7,5 6,9 5,9 2,5 2,0 1,5 1,0 0,4
LAMPIRA
AN B
AYAH OP
WILA PERASI
ONESIA TIMUR
INDO
Lampiran B ini menjelaskan rencana
r peengembanngan
ssistem kelistrikan di Wilayah Operasi
O In
ndonesia Timur
T
432
LA
AMPIRAN B. WILAYAH OP
PERASI INDON
NESIA TIMUR
B1
1. SISTEM INTTERKONEKSI KALIMANTAN N SELATAN, TENGAH
DAN TIMURR (KALSELTE ENGTIM)
B1
1.1. Pro
oyeksi Kebutuh han Tenaga Listrik
B1
1.2. Neraca Daya
B1
1.3. Pro
oyek-Proyek IP PP Terkendala
B1
1.4. Neraca Energi
B1
1.5. Capacity Balance e Gardu Induk
B1
1.6. Rencana Pengem mbangan Penya aluran
B1
1.7. Petta Pengembangan Penyaluran
B1
1.8. Analisis Aliran Da
aya
B1
1.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan
P n Distribusi
B1
1.10. Pro
ogram Listrik Perdesaan
B1
1.11. Pro
ogram Energi Baru
B dan Terbaarukan
B1
1.12. Pro
oyeksi Kebutuh han Investasi
PE
ENJELASAN LAMPIRAN
L B1
B22. SISTEM INTTERKONEKSI SULAWESI UT TARA, SULAW WESI TENGAH
H
DAAN GORONTA ALO (SULUTTE ENGGO) DAN SISTEM INTERKONEKSI
SU
ULAWESI SEL LATAN, SULAW WESI TENGGA ARA DAN SUL LAWESI BARA
AT
(S
SULSELRABAR R)
B2
2.1. Pro
oyeksi Kebutuh han Tenaga Listrik
B2
2.2. Neraca Daya
B2
2.3. Pro
oyek-Proyek IP PP Terkendala
B2
2.4. Neraca Energi
B2
2.5. Capacity Balance e Gardu Induk
B2
2.6. Rencana Pengem mbangan Penya aluran
B2
2.7. Petta Pengembangan Penyaluran
B2
2.8. Analisis Aliran Da
aya
B2
2.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan
P n Distribusi
B2
2.10. Pro
ogram Listrik Perdesaan
B2
2.11. Pro
ogram Energi Baru
B dan Terbaarukan
B2
2.12. Pro
oyeksi Kebutuh han Investasi
PE
ENJELASAN LAMPIRAN
L B2
2
433
RENCANA
A PENGEMBAN NGAN SISTEMM KELISTRIKA
AN PER PROVINSI
WILAYAH OPERASI IND
DONESIA TIMU
UR
B3. PROVINSI KALIMANTAN
K N SELATAN
B4. PROVINSI KALIMANTAN
K N TENGAH
B5. PROVINSI KALIMANTAN
K N TIMUR
B6. PROVINSI SULAWESI
S UTTARA
B7. PROVINSI SULAWESI
S TE
ENGAH
B8. PROVINSI GORONTALO
G
B9. PROVINSI SULAWESI
S SE
ELATAN
B10. PROVINSI SULAWESI
S TE
ENGGARA
B11. PROVINSI SULAWESI
S BAARAT
B12. PROVINSI MALUKU
M
B13. PROVINSI MALUKU
M UTAARA
B14. PROVINSI PAPUA
P
B15. PROVINSI PAPUA
P BARA AT
B16. PROVINSI NUSA
N TENGG GARA BARAT (NTB)
(
B17. PROVINSI NUSA
N TENGG GARA TIMUR (N
NTT)
B18. NERACA DAYA
D SISTEM--SISTEM ISOLATED
WILAYAH OPERASI
O INDOONESIA TIMUR
B18.1. Sistem Isola
ated Provinsi Kalimantan Selaatan
B18.2. Sistem Isola
ated Provinsi Kalimantan Teng gah
B18.3. Sistem Isola
ated Provinsi Kalimantan Timuur
B18.4. Sistem Isola
ated Provinsi Sulawesi Utara
B18.5. Sistem Isola
ated Provinsi Sulawesi Tengah
B18.6. Sistem Isola
ated Provinsi Sulawesi Selatan
B18.7. Sistem Isola
ated Provinsi Sulawesi Tenggara
B18.8. Sistem Isola
ated Provinsi Maluku
M
B18.9. Sistem Isola
ated Provinsi Maluku
M Utara
B18.10. Sistem Isola
ated Provinsi Papua
B18.11. Sistem Isola
ated Provinsi Papua Barat
B18.12. Neraca Dayya Sistem Isolatted Provinsi NT
TB
B18.13. Neraca Dayya Sistem Isolatted Provinsi NT
TT
434
LA
AMPIRAN
N B1
SISTE
EM INTER
RKONEKS
SI KALSEL
LTENGTIM
M
435
L
LAMPIRA
AN B1.1
PROOYEKSI KE
EBUTUHA
AN TENAG
GA LISTR
RIK
SIST
TEM INTER
RKONEKSI KALSE
ELTENGTTIM
436
P
Proyeksi
k iKKebutuhan
b t h T Tenaga Li
Listrik
t ik Sistem
Si t Kalseltengtim
K l lt ti

SISTEM 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Wil KALSELTENG
Sistem Barito
Energi Produksi (GWh 2,122 2,475 2,980 3,434 3,746 4,118 4,499 4,919 5,381 5,892
Load Factor (%) 67 67 67 68 69 69 70 70 71 71
Beban Puncak (MW) 362 424 504 575 623 680 737 799 868 942

Wil KALTIM
Sistem Mahakam
Energi Produksi (GWh 1,757 2,246 2,787 3,282 3,686 4,021 4,371 4,744 5,148 5,571
437
4

L dF
Load Factor
t (%) 70 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Beban Puncak (MW) 288 371 460 544 610 666 723 785 852 922

INTERKONEKSI
KALSELTENG & KALTIM
Energi Produksi (GWh 3,879 4,720 5,767 6,715 7,432 8,139 8,870 9,663 10,530 11,463
Load Factor (%) 68 68 68 69 69 69 69 70 70 70
Beban Puncak (MW) 650 795 964 1,119 1,233 1,346 1,460 1,584 1,719 1,864
LA
AMPIRAN
N B1.2
N
NERACA D
DAYA
SISTE
EM INTERKONEKSI KALSEL
LTENGTIM
M
438
Grafik Neraca Daya Sistem Kalseltengtim
MW

3,500 Reserve Margin
PLTG PLN
PLTG IPP
PLTG IPP
61%
3,000 PLTA PLN
63%
PLTU PLN
69%
PLTU IPP 75%
PLTG PLN
2,500 PLTU Sewa
Pembangkit IPP  & Sewa 70%
PLTA PLN
Pembangkit Terpasang  PLN 70%
PLTGU IPP
Beban Puncak 71%
2,000
76%
PLTU PLN
1,500

33% PLTU IPP


1,000 36%

Pembangkit IPP & Sewa PLTU Sewa


500

Pembangkit Terpasang PLN


-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

439
439
Neraca Daya Sistem Kalseltengtim
No. Kebutuhan dan Pasokan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Kebutuhan
Keb t han GWh 1 798
1.798 842 2 232
2.232 2 439
2.439 2 666
2.666 2 916
2.916 3 191
3.191 3 191
3.191 3 191
3.191 3 191
3.191
Produksi GWh 3.879 4.720 5.767 6.715 7.432 8.139 8.870 9.663 10.530 11.463
Faktor Beban % 68,1 67,8 68,3 68,5 68,8 69,0 69,4 69,6 69,9 70,2
Beban Puncak MW 650 795 964 1.119 1.233 1.346 1.460 1.584 1.719 1.864
2 Pasokan 2 6 3 3 3 3
Kapasitas Terpasang MW 738 752 621 445 355 355 355 355 355 355
PLN 479 493 390 360 270 270 270 270 270 270
SWASTA 259 259 231 85 85 85 85 85 85 85
IPP MW 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
Sewa & Excess Power MW 174 174 146 - - - - - - -
Retired & Mothballed - - 102 30 90 - - - - -
PLTG MW - - 20 - - - - - - -
PLTD MW - - 82 30 90 - - - - -
3 Tambahan Kapasitas
SEWA
Rencana
PLTG Bontang (Gas Storage) PLTG 100 -
PLTU Sewa Asam Asam (3x50 MW) PLTU 150
PLTU Sewa Kariangau (2x120 MW) PLTU 240
PLN
On Going Project
Pulang Pisau (FTP1) PLTU 60 60
Asam Asam (FTP1) PLTU 130
Kaltim Peaking (APBN) PLTG 100
Muara Jawa/Teluk Balikpapan (FTP1) PLTU 220
Sampit (APBN) PLTU 50
Rencana
Kaltim (Peaking) PLTG 50
Kalsel (Peaking) PLTG 50
Bangkanai (FTP2) PLTG 140 70 70
Kelai (Kaltim) PLTA 75 75
Kusan PLTA 65
IPP
On Going
Mahakam (Senipah) PLTG 82
Pangkalan Bun PLTU 14
Rencana
Kalsel - 1 (FTP2) PLTU 100 100
Embalut (Ekspansi) PLTU 50
Kaltim - 2 (FTP2) PLTU 100 100
Kaltim ((MT)) PLTU 55 *))
Kalteng - 1 PLTU 200
Kaltim (PPP) PLTU 200
4 Jumlah Pasokan (Terpasang) MW 882 1.056 1.697 1.911 2.091 2.291 2.556 2.681 2.806 3.006
440 5 Reserve Margin (Terpasang) % 36 33 76 71 70 70 75 69 63 61
• *) Kemungkinan bisa masuk lebih awal 1 unit tahun 2013
• **) Kemungkinan tidak jalan, tidak diperhitungkan dalam reserve
i
L
LAMPIRA
AN B1.3
P
PROYEK- -PROYEK
K IPP TERKENDALAA
SIS
STEM INTE
ERKONEKKSI KALSSELTENG
GTIM
441
B1.3 Proyek-proy
yek IPP Yang Terkendala
T
Dalam peng gelolaan proyekk IPP terdapatt beberapa pro oyek pembangkkit IPP
yang Perjan njian Pembelian n Tenaga Listrrik (PPTL) nya mengalami ke endala.
IPP dengan PPTL terkenda ala dikategorikkan dalam 3 kategori, yaitu:
• Ka ategori 1: tah hap operasi yaitu
y tahap dimana
d IPP sudah
beroperasi namun n bermasalah.
• Ka ategori 2, tahapp konstruksi dimmana IPP suda ah mencapai finnancial
clo
osing tapi tidak kunjung konstrruksi.
• Ka ategori 3, tahap p pendanaan dimana IPP sudah memiliki PPTL
namun tidak kunjung mencapai financial closin ng (FC).
Pembangkitt IPP yang terke endala di sistem
m Kalseltengtim
m adalah,
• PL LTU Embalut 2xx22,5 MW masuk dalam kateg gori 1
• PL LTU Tanah Gro ogot 2x7 MW masuk
m dalam ka
ategori 2
• PL LTU Pangkalan Bun 2x5,5 MW W masuk dalam m kategori 2
• PL LTA MT Kaltim 2x27,5 MW ma asuk dalam kattegori 3
Saat ini pennyelesaian IPP terkendala terssebut sedang diproses
d oleh Komite
K
Direktur unttuk IPP dan Kerjasama
K Kemmitraan dan sebagian dianta aranya
sudah dalam m tahap penyelesaian akhir.
442
LA
AMPIRAN
N B1.4
NE
ERACA ENERGI
SISTE
EM INTER
RKONEKSI KALSEL
LTENGTIM
M
443
Proyeksi Neraca Energi
Sistem Kalseltengtim
(GWh)

Jenis 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Batubara 1.547 2.365 3.172 4.314 5.065 5.884 6.599 7.219 7.770 8.686
Gas 185 333 1 309
1.309 1 628
1.628 1 658
1.658 1 444
1.444 1 445
1.445 1 442
1.442 1 442
1.442 1 448
1.448
LNG - 156 155 156 155 156 156 234 310 311
HSD 778 705 247 238 234 230 235 227 229 238
MFO 998 734 456 5 - - - - - -
444
4

Geot. - - - - - - - - - -
Hydro 106 106 106 106 106 300 300 540 780 780
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer
Sistem Kalseltengtim

Jenis Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Batubara 10^3 ton 1.054 1.594 2.259 3.171 3.648 4.012 4.546 4.928 5.319 5.872
Gas bcf 3 5 12 13 13 14 13 13 13 13
LNG - 2 2 1 1 1 1 1 2 3
HSD 10^3 kl 271 233 52 19 19 15 18 14 15 18
MFO 10^3 kl 242 198 124 10 7 4 6 3 3 6
445
4

Geot. - - - - - - - - - -
Hydro - - - - - - - - - -
L
LAMPIRA
AN B1.5
C
CAPACITY
Y BALAN
NCE GARDDU INDUK
K
SISTEM INTE
ERKONEKKSI KALS
SELTENGT
TIM
446
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah
CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TEG Total 
Total Peak
Peak  Add
Add  Peak
Peak  Add
Add  Peak
Peak  Peak
Peak  Add
Add  Peak
Peak  Add
Add  Peak
Peak  Add
Add  Peak
Peak  Peak
Peak  Peak
Peak  Peak
Peak 
No. NAMA [perGI.xls]GI
[ l] Kap Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo
(KV) Jml Kap Load Trafo Load Trafo Load Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Load Load Load
[MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA]
[MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MW] [MW]

1 [perGI.xls]GI CEMPAKA 150/20 1 60 60
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 31.4 33.1 34.6 39.9 37.7 41.6 45.5 60.0 49.8 54.7 59.9
58% 61% 64% 74% 70% 77% 42% 46% 51% 55%

2 GI CEMPAKA 70/20 1 10 10
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 2.0 6.0    12.00 8.2 8.3 9.0 9.9 10.1 10.7 11.1 11.6 12.2 12.7
       ‐ 42% 42% 45% 50% 51% 54% 56% 59% 61% 64%
22

3 GI BANJARMASIN 70/20 1 6 6 uprating dari  6 MVA uprating 10 MVA


  ‐ Beban Puncak ( MW ) 1.0 10.0 10 35.3 36.1 40.0 30.0 44.8 46.8 50.3 53.5 57.0 30.0 60.8 64.7
1 20 20 59% 61% 49% 55% 58% 62% 66% 52% 55% 65%
1 30 30
66
4 GI TRISAKTI 70/20 2 6 12 uprating beban dipindah ke GI Trisakti 150
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 1.0 15.0 15 21.0 21.6 21.2 27.4 28.9 31.3 30.0 22.6 24.3 26.2 28.2
2 10 20 50% 51% 50% 65% 68% 45% 33% 35% 38% 41%
447
4

47

5 GI TRISAKTI 150/20 1 60 60
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 28.1 29.3 33.0 37.7 40.2 60.0 43.9 58.6 I  63.6 69.1 75.0
52% 54% 61% 70% 37% 41% 54% 59% 64% 69%

6 GI MANTUIL 150/20 2 30 60
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 26.2 27.6 19.5 22.4 24.1 26.6 29.1 31.9 35.0 38.4 60.0
49% 51% 36% 42% 45% 49% 54% 59% 65% 36%

7 GI SEBERANG BARITO 150/20 2 20 40
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 14.3 14.2 15.0 16.3 16.6 17.3 17.9 18.5 19.1 19.8
40% 39% 42% 45% 46% 48% 50% 51% 53% 55%

8 GI SELAT 150/20 1 20 20
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 10.4 11.0 12.5 14.4 15.5 17.1 18.7 20.5 22.5 24.7
23% 24% 28% 32% 34% 38% 42% 46% 50% 55%
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah
CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TEG Total  Peak  Add  Peak  Add  Peak  Peak  Add  Peak  Add  Peak  Add  Peak  Peak  Peak  Peak 
No. NAMA [perGI.xls]GI Kap Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo
(KV) Jml Kap Load Trafo Load Trafo Load Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Load Load Load
[MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA]
[MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MW] [MW]

9 GI PALANGKARAYA 150/20 2 30 60
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 15.3 36.7 41.8 30.2 32.4 35.8 28.2 30.9 33.9 37.2
28% 68% 0 77
0.77 56% 60% 66% 52% 57% 63% 69%

10 GI BARIKIN 150/20 2 30 60 Uprating dari 30 MVA


  ‐ Beban Puncak ( MW ) 29.3 30.3 25.2 28.5 30.1 32.6 35.0 37.6 60.00 40.5 43.6
54% 56% 47% 53% 56% 60% 65% 46% 50% 54%

11 G JU G
GI TANJUNG 150/20
50/ 0 1 30 30 koordinnasi dg pikitring change amuntai
oo d as dg p t g c a ge a u ta
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 17.6 18.4 20.7 30.0 23.7 25.2 27.6 29.9 32.5 35.3 38.3 60.0
65% 68% 38% 44% 47% 51% 55% 60% 65% 35%

12 GI AMUNTAI 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 15.3 12.7 14.3 16.3 17.4 19.0 30.0 20.6 22.4 24.3 26.4
57% 47% 53% 60% 64% 35% 38% 41% 45% 49%
448
4

13 GI ASAM‐ASAM 150/20 2 10 20
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 12.7 13.2 14.7 16.6 17.6 19.0 20.4 22.0 23.7 25.5 30.0
35% 37% 41% 46% 49% 53% 57% 61% 66% 40%

14 GI PELAIHARI 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW )
Beban Puncak ( MW ) 11.11
11 11.66
11 13.00
13 14.99
14 15.99
15 17.44
17 18.88
18 30 0
30.0 20.44
20 22.22
22 24.11
24
41% 43% 48% 55% 59% 64% 35% 38% 41% 45%

15 GI RANTAU/BINUANG 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 12.3 12.7 14.2 16.1 16.9 18.4 19.7 30.0 21.2 22.8 24.6
46% 47% 53% 59% 63% 68% 37% 39% 42% 45%

16 GI TAPPING PULANG PISAU 150/20 1 10 10 Uprating d


  ‐ Beban Puncak ( MW ) 3.6 3.7 4.0 4.5 4.7 5.0 5.3 5.6 6.0 6.3 30.0
40% 41% 45% 50% 52% 56% 59% 62% 66% 23%
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah
CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TEG Total  Peak 
Total Peak Add 
Add Peak  Add 
Peak Add Peak 
Peak Peak Add 
Peak  Add Peak 
Peak Add 
Add Peak 
Peak Add 
Add Peak 
Peak Peak
Peak  Peak
Peak  Peak
Peak 
No. NAMA [perGI.xls]GI Kap Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo
(KV) Jml Kap Load Trafo Load Trafo Load Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Load Load Load
[MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA]
[MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MW] [MW]

17 GI BATULICIN 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.0 14.3 16.1 18.4 19.6 30.0 21.4 23.3 25.2 27.4 29.8
0% 53% 60% 68% 36% 40% 43% 47% 51% 55%

18 GI KAYU TANGI 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 10.3 10.8 12.3 14.2 15.3 16.9 18.5 30.0 20.2 22.2 24.3
38% 40% 46% 53% 57% 63% 34% 37% 41% 45%

19 GI SAMPIT 150/20 1 30 30 p g
uprating dari 30 MVA
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.0 18.8 21.4 30.0 24.7 26.5 29.3 32.1 35.1 60.0 38.5 42.2
0% 70% 40% 46% 49% 54% 59% 43% 48% 52%

20 GI KASONGAN 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.00 10.4 11.8 13.6 14.7 16.2 17.7 19.4 30.0 21.3 23.3
0% 38% 44% 51% 54% 60% 66% 36% 39% 43%
449
4

21 GI PANGKALAN BUN 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.0 16.4 18.8 20.2 30.0 22.2 24.1 26.3 28.7 31.4
0% 61% 70% 37% 41% 45% 49% 53% 58%

22 GI BUNTOK/AMPAH 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW )
Beban Puncak ( MW ) 00.00 00.00 00.00 12.11
12 13.11
13 14.66
14 16.11
16 17.88
17 19.77
19 30 0
30.0 21.88
21
0% 0% 0% 45% 49% 54% 60% 66% 37% 40%

23 GI MUARA TEWEH 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.0 0.0 0.0 9.1 9.8 10.8 11.8 12.9 14.2 15.6
0% 0% 0% 34% 36% 40% 44% 48% 53% 58%

24 GI PALANGKARAYA II [New] 150/20 1 60 60
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.0 0.0 0.0 18.1 19.4 21.4 34.4 37.7 41.4 60.0 45.4
0% 0% 0% 33% 36% 40% 64% 70% 38% 42%
Capacity Balance Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah

CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TEG Total  Peak  Add  Peak  Add  Peak  Peak  Add  Peak  Add  Peak  Add  Peak  Peak  Peak  Peak 
No. NAMA [perGI.xls]GI Kap Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo
(KV) Jml Kap Load Trafo Load Trafo Load Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Load Load Load
[MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA] [MVA]
[MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MVA] [MW] [MW] [MW] [MW]

25 GI KUALA KURUN 150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 0.0 0.0 0.0 0.0 6.0 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7
0% 0% 0% 0% 22% 23% 25% 27% 30% 32%

26 GI KANDANGAN /
150/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 8.6 10.0 10.7 11.8 12.9 14.2 15.6 17.0
0% 0% 32% 37% 40% 44% 48% 53% 58% 63%

27 GI BANDARA 150/20 1 60 60
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 14.9 17.1 23.5 25.8 28.0 30.5 33.2 36.1
450
4

0% 0% 28% 32% 44% 48% 52% 56% 61% 67%

28 GI KOTABARU 70/20 1 30 30
  ‐ Beban Puncak ( MW ) 14.6 17.7 30.0 19.7 20.6 21.4 22.3 23.2 24.1
0% 0% 54% 33% 36% 38% 40% 41% 43% 45%

TOTAL BEBAN GI 302.6 0.0 374.6 0.0 448.9 90.0 537.5 30.0 578.6 120.0 630.6 60.0 682.5 150.0 739.0 180.0 801.7 90.0 869.0         180
GI KONSUMEN .BESAR 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
GI UMUM 302.6 374.6 448.9 537.5 578.6 630.6 682.5 739.0 801.7 869.0
   Beban Puncak GI 327.6 371.6 443.6 507.8 556.6 608.3 660.3 716.9 779.8 847.4
DIVERSITY FACTOR
DIVERSITY FACTOR 0 92
0.92 1 01
1.01 1 01
1.01 1 06
1.06 1 04
1.04 1 04
1.04 1 03
1.03 1 03
1.03 1 03
1.03 1 03
1.03
Capacity Balance Sistem Kalimantan Timur
CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

No. Substation No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)

SISTEM MAHAKAM
uprating 30 MVA
1. GI Gn Malang / Industri 1 60 110 57.4 64.9 60 66.0 77.5 77.5 77.5 77.5 77.5 77.5 77.5
1992 150/20 1 20 71% 60% 61% 72% 72% 72% 72% 72% 72% 72%
1 30
BEBAN LEWAT PLTD

2. GI Batakan/Manggar Sari 2 20 130 36.2 40.9 41.4 48.6 55.7 60.7 66.6 72.9 79.1 86.4
1992 150/20 1 30 31% 41% 35% 42% 48% 52% 57% 62% 68% 74%
1 60
BEBAN LEWAT PLTD

3. GI Karang Joang/Giri Rejo 1 30 60 24.3 27.5 28.8 33.8 38.7 42.2 26.2 30.6 35.0 40.0
1993 150/20 1 30 45% 51% 53% 63% 72% 78% 49% 57% 65% 74%

4. GI Sei Keledang/Harapan Baru 1 30 60 35.5 40.3 47.4 60 55.7 63.7 69.5 76.2 83.5 90.6 60 98.9
451
4

1993 150/20 1 30 66% 75% 44% 52% 59% 64% 71% 77% 56% 61%

BEBAN LEWAT PLTD - - -

5 GI Karang Asem/Tengkawang 1 30 120 84.6 60 83.0 97.0 112.6 126.0 127.9 121.5 117.3 104.8 84.7
1996 150/20 1 30 52% 51% 60% 70% 78% 79% 75% 72% 65% 52%
1 60
BEBAN LEWAT PLTD - - - - - - - - - -

6 GI Tanjung Batu/Embalut 1 30 60 9.7 11.0 12.9 15.2 17.4 19.0 20.8 22.8 24.7 27.0
1996 150/20 1 30 18% 20% 24% 28% 32% 35% 39% 42% 46% 50%

BEBAN LEWAT PLTD

7 GI Palaran/Bukuan 1 30 30 12.1 20 13.7 16.2 19.0 21.8 23.7 26.0 28.5 30.9 33.8
1996 150/20 27% 31% 36% 42% 48% 53% 58% 63% 69% 75%
Capacity Balance Sistem Kalimantan Timur

CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

No. Substation No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
8 GI Tenggarong / Bukit Biru 1 30 30 16.2 18.4 21.7 30 25.4 29.1 31.8 34.8 38.1 41.4 45.2 30
2007 150/20 60% 68% 40% 47% 54% 59% 64% 71% 77% 84%

Rencana Tambahan GI

9 GI Sambutan 10.0 30 13.1 17.2 30 22.5 29.4 41.5 54.4 60 71.3 93.4 60 122.3
2010 150/20 37% 49% 32% 42% 55% 77% 50% 66% 58% 75%

10 GI Kuaro / Tanah Grogot 14.2 30 15.4 16.8 19.2 21.1 23.2 30 25.4 27.8 30.4
452
4

2011 150/20 53% 57% 62% 71% 78% 43% 47% 51% 56%

11 GI Bontang 19.7 30 25.4 30 32.6 37.1 40.7 44.5 30 48.5 53.0 57.7
2011 150/20 73% 47% 60% 69% 75% 55% 60% 65% 71%

12 GI Sangatta 14.5 30 15.9 18.2 19.9 21.8 30 23.8 26.0 28.4


2012 150/20 54% 59% 67% 74% 40% 44% 48% 53%

13 GI Petung 10.7 30 11.8 13.0 14.9 16.3 17.9 19.5 21.3 30 23.3
2011 150/20 40% 44% 48% 55% 60% 66% 72% 40% 43%

14 GI New Industri / Balikpapan 11.2 30 19.2 48.6 60 58.7 68.6 60 80.2


2013 150/20 42% 71% 60% 72% 51% 59%
Capacity Balance Sistem Kalimantan Timur

CAPACITY 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

No. Substation No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf Transf
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
15 GI PLTG Sembera
S b 11 0
11.0 60 12 0
12.0 13 1
13.1 14 2
14.2 15 5
15.5 16 9
16.9 18 4
18.4 20 1
20.1 21 9
21.9
2012 150/20 20% 22% 24% 26% 29% 31% 34% 37% 41%

16 GI Kariangau 20.9 30 24.6 30 28.1 30.7 33.6 36.8 40.0 43.7


2012 150/20 78% 46% 52% 57% 62% 68% 74% 81%

17 GI New Samarinda 10.0 30 15.1 22.8 30 34.4


2018 150/20 37% 56% 42% 64%

TOTAL BEBAN PUNCAK GI UMUM 286.1 368.6 448.5 526.4 602.1 657.1 720.6 788.9 857.0 935.8
TOTAL BEBAN PUNCAK KONSUMEN 275.1 354.2 430.1 508.6 578.3 634.4 693.3 756.3 825.4 897.9

DIVERSITY FACTOR 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04
453
4

SISTEM BERAU

17 GI Berau / Tj Redep 20.7 30 22.8 30 24.9 27.2 29.7 32.4


2013 150/20 77% 42% 46% 50% 55% 60%

18 GI Bulungan / Tj Selor 10.1 30 11.1 12.2 13.3 14.6 15.9


2011 150/20 38% 41% 45% 49% 54% 59%

TOTAL BEBAN PUNCAK GI UMUM 30.9 33.9 37.1 40.5 44.3 48.3

TOTAL BEBAN PUNCAK KONSUMEN 30.9 33.9 37.1 40.5 44.3 48.3

DIVERSITY FACTOR 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00


LA
AMPIRAN
N B1.6
RENCAANA PENGEMBANNGAN PENNYALURA
AN
SISTE
EM INTER
RKONEKS
SI KALSEL
LTENGTIM
M
454
Proyeksi Kebutuhan Fisik Transmisi dan GI
Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur
(kms)
T
Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 J l h
Jumlah

T/L 500 kV - - - - - - - - - - -
T/L 275 kV
T/L 150 kV 328 1859 878 1046 240 138 236.5 510 5235.5
T/L 70 kV 80 80
Jumlah 328 1859 958 1046 240 138 236.5 510 0 0 5315.5
455
4

(MVA)
Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah
500/275 kV - - - - - - - - - - -
275/150 kV - - - - - - - - - - -
150/70 kV 60 60 120
150/20 kV 140 270 450 180 270 120 330 30 240 30 2060
70/20 kV 60 30 30 120
Jumlah 140 270 570 210 360 120 330 30 240 30 2300
Rencana Pengembangan Penyaluran
Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur
Propinsi Area Dari Ke Tegangan Conductor kms Juta US$ COD Status Sumber

Kalsel Kalselteng Barikin Amuntai 150 kV 2 cct, ACSR 1x240 mm2 66 5,87 2011 Operasi APLN
Kalsel Kalselteng Seberang Barito Kayutangi 150 kV 2 cct, ACSR 1x240 mm2 42 3,74 2011 Operasi APLN
Kalsel Kalselteng PLTU Asam-asam (Perpres) Mantuil 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 220 26,98 2011 Operasi APLN
Kalsel Kalselteng Asam-asam Batu licin 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 248 30,41 2012 on going APBN
Kalsel Kalselteng Tanjung Perbatasan 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 284 34,83 2012 on going ADB
Kalsel Kalselteng Rantau Incomer 2 phi (Barikin - Cempaka) 150 kV 4cct, ACSR 2 x 240 mm2 2 0,25 2012 Planned Unall
Kalsel Kalselteng Up rating Asam-Asam Pelaihari-Cempaka-Mantuil 150 kV 2cct, ACCC 460 mm2 180 30,00 2013 Planned Unall
Kalsel Kalselteng Batu Licin Landing point P. Laut 70 kV 2cct, ACCC 460 mm2 6 4,50 2013 Planned Unall
Kalsel Kalselteng Landing point P. Laut Kotabaru 70 kV 2cct, ACCC 460 mm2 74 6,59 2013 Planned Unall
Kalsel Kalselteng PLTU Kalsel Baru-1(FTP 2) Tanjung 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 100 12,26 2014 Planned IPP
Kalsel Kalselteng Barikin Kayutangi 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 240 29,43 2014 Planned Unall
Kalsel Kalselteng PLTA Kusan Single phi (Cempaka - Rantau) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 138 12,28 2016 Planned Unall
456
4

Kalsel Kalselteng Reconduktor Cempaka *) Barikin 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 212,5 26,06 2017 Planned Unall
Kalteng Kalselteng Palangkaraya Sampit 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 346 30,79 2012 on going APBN
Kalteng Kalselteng Kasongan Incomer phi (Sampit - P raya) 150 kV 2cct, ACSR 2x 240 mm2 2 0,25 2012 on going APBN
Kalteng Kalselteng Tanjung Buntok 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 260 31,88 2012 Planned APBN
Kalteng Kalselteng Sampit Pangkalan Bun 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 344 30,62 2013 Planned APBN
K lt
Kalteng K l lt
Kalselteng PLTGU B
Bangkanai
k i M
Muara T
Tewehh 150 kV 2 t ACSR 22x240
2cct, 240 mm22 100 12 26
12,26 2013 Pl
Planned
d APLN
Kalteng Kalselteng Muara Teweh Buntok 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 220 26,98 2013 Planned APBN
Kalteng Kalselteng PLTU P.Pisau Incomer 2 phi (P. Raya -Selat) 150 kV 4cct, ACSR 1 x 240 mm2 4 0,36 2013 on going APLN
Kalteng Kalselteng Palangkaraya [New] Incomer phi (Selat - P raya) 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 2 0,18 2014 Planned Unall
Kalteng Kalselteng Muara Teweh Puruk Cahu 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 94 8,37 2014 Propose APBN
Rencana Pengembangan Penyaluran
K li
Kalimantan
t S Selatan,
l t T
Tengah
h dan
d Timur
Ti
Propinsi Area Dari Ke Tegangan Conductor kms Biaya MUSD COD Status Sumber

Kalteng Kalselteng Puruk Cahu Kuala Kurun 150 kV 2cct, ACSR 12x 240 mm2 196 17.44 2014 Planned Unall
Kalteng Kalselteng PLTU Sampit Sampit 150 kV 2cct, ACSR 1 x 240 mm2 40 3.56 2014 Planned APBN
Kalteng Kalselteng PLTU Kalteng 1 Kasongan 150 kV 2cct, ACSR 2x 240 mm3 120 10.68 2014 Planned APBN
Kalteng Kalselteng Kasongan Kuala Kurun 150 kV 2cct, ACSR 2x 240 mm2 240 7.60 2015 Planned Unall
Kaltim Kaltim Karang Joang Kuaro 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 310 38.01 2012 on going ADB
Kaltim Kaltim Kuaro Perbatasan 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 93 11.40 2012 on going ADB
Kaltim Kaltim Bontang Sambutan 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 180 22.07 2012 Plan APBN
Kaltim Kaltim GI Sembera incomer Sambutan - Bontang 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 14 1.72 2012 plan APBN
Kaltim Kaltim PLTG Senipah incomer Manggar Sari - K.Joang 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 90 11.04 2012 Plan IPP
Kaltim Kaltim Petung Incomer 2 phi (Karjo - Kuaro) 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2 6 0.74 2012 Plan APBN
Kaltim Kaltim PLTU Teluk Balikpapan Incomer 2 phi (Karjo - Kuaro) 150 kV 4cct, ACSR 2x240 mm2 8 0.49 2012 Plan APLN
457
4

Kaltim Kaltim Up rating Teluk Balikpapan K. Joang 150 kV 2cct, ACSR 2xZebra 16 1.60 2012 Plan APLN
Kaltim Kaltim PLTU Kaltim 2 (FTP-2) Bontang 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 30 3.70 2013 Plan IPP
Kaltim Kaltim PLTG Senipah Bukuan/Palaran 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 120 9.29 2014 Plan APLN
Kaltim Kaltim Harapan Baru Bukuan 150 kV Up rating mejadi Twin Hawk 24 5.35 2014 Plan Unall
Kaltim Kaltim Tenggarong
gg g Kota Bangun
g 150 kV 2cct,, ACSR 1x240 mm2 110 8.90 2014 Plan APBN
Kaltim Kaltim New Samarinda Sambutan 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 16 1.96 2017 Plan Unall
Kaltim Kaltim PLTU Kaltim (PPP) Incomer 2 pi (Senipah-Palaran/Bukuan) 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 8 0.98 2017 Plan IPP
Kaltim Kaltim Bontang Sangatta 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 90 11.04 2018 Plan Unall
Kaltim Kaltim Berau Tanjung Selor 150 kV 2cct, ACSR 1x240 mm2 160 14.24 2018 Plan Unall
Kaltim Kaltim PLTA Kelai Sangatta 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2 260
60 31.88 2018 Plan Unall
Rencana Pengembangan Gardu Induk
Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur
Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Biaya MUSD COD Status Sumber

Kalsel Amuntai (GI baru ) 150/20 kV New 30 2,62 2011 Operasi APBN
Kalsel Barikin Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2011 Operasi APBN
Kalsel Kayu Tangi (GI baru ) 150/20 kV New 30 2,62 2011 Operasi APBN
Kalsel Seberang Barito Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2011 Operasi APLN
Kalsel Asam asam Diameter 3 CB 150/20 kV Extension 3 CB 1,62 2011 On Going APLN
Kalsel Asam asam Diameter 2 CB 150/20 kV Extension 2 CB 1,35 2011 On Going APLN
Kalsel Asam-asam Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2011 Operasi APLN
Kalsel Mantuil Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2011 Operasi APLN
Kalsel Batu licin (GI Baru) 150/20 kV New 30 2,62 2012 On Going APBN
Kalsel Asam-asam Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2012 On Going APLN
Kalsel Tanjung Ext LB (Perbatasan) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2012 Planned Unall
Kalsel Batulicin (IBT) 150/70 kV New 60 2,68 2013 Planned Unall
Kalsel Kotabaru 70/20 kV New 30 2,62 2013 Planned Unall
Kalsel Tanjung 150/20 kV Extension 30 1,39 2013 Planned Unall
Kalsel Tanjung Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2013 Planned Unall
458
4

Kalsel Tanjung Ext LB (PLTU IPP) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2013 Planned Unall
Kalsel Banjarmasin 70/20 kV Extension 30 1,26 2013 Planned Unall
Kalsel Cempaka 150/20 kV Extension 60 2,10 2013 Planned Unall
Kalsel Kotabaru 70/20 kV Extension 30 1,23 2014 Planned Unall
Kalsel Rantau (Rekonfigurasi) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2014 Planned Unall
Kalsel Rantau (NEW LINE) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2014 Planned Unall
Kalsel Kayutangi 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2014 Planned Unall
Kalsel Trisakti 150/20 kV Extension 60 2,10 2014 Planned Unall
Kalsel Batulicin 150/20 kV Extension 30 1,39 2015 Proposed IBRD
Kalsel Trisakti IBT 150/70 kV Extension 60 2,10 2015 Planned Unall
Kalsel Mantuil 150/20 kV Extension 60 2,10 2015 Proposed IBRD
Kalsel Trisakti ((Uprating)
p g) 70/20 kV Extension 30 2,10 2015 Proposed
p IBRD
Kalsel Barikin 150/20 kV Extension 60 2,10 2016 Proposed IBRD
Kalsel Amuntai 150/20 kV Extension 30 1,39 2016 Proposed IBRD
Kalsel Rantau 150/20 kV Extension 30 1,39 2017 Planned Unall
Kalsel Kayutangi 150/20 kV Extension 30 1,39 2017 Planned Unall
Rencana Pengembangan Gardu Induk
Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur
Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Biaya MUSD COD Status Sumber

Kalsel Asam asam 150/20 kV Extension 30 1,39 2017 Planned Unall


Kalsel Rantau Ext LB (Kusan) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2017 Planned Unall
Kalsel Pelaihari 150/20 kV Extension 30 1 39
1,39 2017 Proposed IBRD
Kalteng Kasongan 150/20 kV New 30 2,62 2011 On Going APBN
Kalteng Kasongan 150/20 kV New 4LB 5,24 2012 On Going APBN
Kalteng Sampit (GI Baru) 150/20 kV New 30 2,62 2012 On Going APBN
Kalteng Palangkaraya Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2012 On Going APBN
Kalteng Pangkalan Bun (GI Baru) 150/20 kV New 30 2,62 2013 Planned APBN
Kalteng Sampit Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2013 Planned APLN
Kalteng Buntok (GI Baru) 150/20 kV New 30 2,62 2013 Planned APBN
Kalteng Muara Teweh (GI Baru) 150/20 kV New 30 2,62 2013 Planned APBN
Kalteng Buntok Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2013 Planned APBN
Kalteng Muara Teweh Ext LB (PLTGU) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2013 Planned APLN
Kalteng Sampit 150/20 kV Extension 30 2,10 2013 Planned Unall
459
4

Kalteng Palangkaraya (GI Baru) 150/20 kV New 60 3,34 2014 Planned Unall
Kalteng Palangkaraya New Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2014 Planned Unall
Kalteng Pangkalan Bun (GI Baru) 150/20 kV Extension 30 1,39 2015 Proposed IBRD
Kalteng Kuala Kurun (GI Baru) 150/20 kV New 30 2,62 2015 Proposed IBRD
Kalteng Muara Teweh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2014 Planned Unall
Kalteng Sampit Ext LB (PLTU ) 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2015 Planned APLN
Kalteng Puruk Cahu 150/20 kV Extension 30 2,62 2015 Proposed IBRD
Kaltim Bukuan/Palaran Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2011 Planned APLN
Kaltim Sambutan 150/20 kV New 30 2,62 2011 Operasi APBN
Kaltim Bukuan/Palaran 150/20 kV Ekst Relocating 20 0,52 2011 Plan APLN
Kaltim g Joang/Giri
Karang g Rejo
j Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23
, 2012 On Going
g APLN
Kaltim Kuaro / Tanah Grogot 150/20 kV New (4 LB) 30 3,85 2012 On Going APLN
Kaltim Petung 150/20 kV New 30 1,75 2012 Plan APBN
Kaltim Sambutan Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2012 On Going APBN
Kaltim Bontang 150/20 kV New 30 2,62 2012 On Going APBN
Rencana Pengembangan Gardu Induk
Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur
Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap Biaya MUSD COD Status Sumber

Kaltim GI PLTG Sambera 150/20 kV New (4 LB - 2x30) 60 4,57 2012 Plan APBN
Kaltim Industri/Gunung Malang 150/20 kV Uprating 60 2,10 2012 Plan Unall
Kaltim Sei Kleidang / Harapan Baru 150/20 kV Extension 60 2,10 2013 Plan Unall
Kaltim Tengkawang/Karang Asem 150/20 kV Extension 60 2,10 2013 On Going APBN
Kaltim Sambutan 150/20 kV Extension 30 1,39 2013 Plan Unall
Kaltim Bontang 150/20 kV Extension 30 1,39 2013 Plan Unall
Kaltim Bontang Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1,23 2013 Proposed Unall
Kaltim Kariangau / Tel. Balikpapan 150/20 kV New 30 2,62 2013 On Going APLN
Kaltim Tenggarong / Bukit Biru 150/20 kV Extension 30 1 39
1,39 2013 Plan Unall
Kaltim Kariangau / Teluk Balikpapan 150/20 kV Extension 30 1,39 2014 Plan Unall
Kaltim Kota Bangun 150/20 kV New 30 1,75 2014 Plan APBN
Kaltim Berau / Tj Redep 150/20 kV New 30 2,62 2015 Plan Unall
Kaltim Bulungan / Tj Selor 150/20 kV New 30 2,62 2015 Plan Unall
Kaltim New Industri 150/20 kV New 30 2,62 2015 Proposed IBRD
460
4

Kaltim Berau / Tj Redep 150/20 kV Extension 30 1,39 2016 Plan Unall


Kaltim Sambutan 150/20 kV Extension 60 2,10 2017 Plan Unall
Kaltim Kuaro / Tanah Grogot 150/20 kV Extension 30 1,39 2017 Plan Unall
Kaltim Bontang 150/20 kV Extension 30 1,39 2017 Plan Unall
Kaltim New Industri 150/20 kV Extension 60 2,10 2017 Plan Unall
K lti
Kaltim N
New S
Samarinda
i d 150/20 kV N
New 30 2 62
2,62 2017 Pl
Plan Unall
Kaltim Sangatta 150/20 kV New 30 2,62 2018 Plan Unall
Kaltim Sambutan Ext LB 150/20 kV Ekstension 2 LB 1,23 2018 Plan Unall
Kaltim Petung 150/20 kV Extension 30 1,39 2019 Plan Unall
Kaltim New Samarinda 150/20 kV Extension 30 1,39 2019 Plan Unall
Kaltim Sambutan 150/20 kV Extension 60 2,10
, 2019 Plan Unall
Kaltim New Industri 150/20 kV Extension 60 2,10 2019 Plan Unall
Kaltim Sei Kleidang / Harapan Baru 150/20 kV Extension 60 2,10 2019 Plan Unall
Kaltim Tenggarong / Bukit Biru 150/20 kV Extension 30 1,39 2020 Plan Unall
L
LAMPIRA
AN B1.7
PEETA PENG
GEMBANG
GAN PENYYALURAN
N
SIST
TEM INTE
ERKONEK
KSI KALSE
ELTENGT
TIM
461
Peta Kelistrikan Sistem Kalselteng

2013

2015
PLTG BANGKANAI 140 MW (2013)
70 MW (2014), 70 MW (2015)

Puruk Cahu
ACSR 1X240 mm2G

D
47 km (2014) 2013
ACSR 2X429 mm2
40 km (2013)

ACSR 1X240 mm2 D Muara Teweh


Kuala Kurun
98 km (2014)
U
D
ACSR 2X240 mm2
PLTU KUALA KURUN ke GI Kuaro
2X3 MW (2013)
110 km (2013)
2012 ( KALTIM)
ACSR 2X240 mm2 PLTU BUNTOK 2012
PLTU KALTENG-1 172 km (2015) 2X7 MW (2013)
2X100 MW (2020) U
U
2011 ACSR 2X240 mm2 D
Buntok
ACSR 2X240 mm2
ACSR 2X240 mm2
142 km (2012)
Kasongan
60 km (2015) 130 km (2012) 2010
D
2012 Palangkaraya
PLTU KALSEL [IPP]
2016 ACSR 2X240
mm2
New
2X100 MW (2015/16)
2010
U
Tanjung

ACSR 1X240 174 km (2012)


D Palangkaraya Amuntai
PLTU CENKO
mm2 Sampit ACSR 2X240
2X7 MW (2011)
172 km (2013) D D mm2
U
U PLTU PULANG PISAU
21 km (2011)
U 2X60 MW (2012)
Barikin
Pangkalan Bun D PLTU SAMPIT
Selat ACSR 2X240
2X25 MW (2014)
mm2
120 km (2014) Ranatu

PLTA KUSAN
Kayutangi 2X32,5 MW
(2017)
D Kotabaru

Seberan Trisakti A Batu Licin


g A PLTA RIAM
Barito Ulin
Cempaka
MW
2011 D
KANAN 3X10 ACSR 1X240
mm2
Mantuil 40 kkm (2013)
ACSR 2X240
mm2
Pelaihari 124 km (2012) PLTU ASAM ASAM
2X65 MW (2011)
U
PLTU ASAM ASAM
#1 & 2 (2X65 MW)
U PLTU Sewa
3X50 MW (2013)
Peta Kelistrikan Sistem Kaltim
SABAH (MALAYSIA)
BRUNEI DARUSSALAM

2013

PLTU Tj. Selor


Tj. Selor U 2x7 MW – 2012

2011
SARAWAK
Tj. Redep PLTU Tj. Redep
(MALAYSIA) U 2x7 MW – 2012

2010

Sangata

Bontang PLTU Kaltim-2 (IPP)


KALIMANTAN U 2x100 MW – 2015/16
BARAT2015 G
G
2012100PLTG Sewa
MW – 2012

U PLTU Kaltim (MT)


PLTU Embalut (Ekspansi)
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero) 1x50 MW – 2014 2x27.5 MW – 2014
PETA JARINGAN
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Karangjoang U

/
/
GI 500 kV Existing / Rencana
GI 275 kV Existing / Rencana
U

G
/
/
U

G
PLTU Existing / Rencana
PLTG Existing / Rencana
G
2012 PLTU Kaltim (PPP)
2x100 MW – 2017 SULAWESI
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana KALIMANTAN Manggarsari
/ GI 70 kV Existing / Rencana A / A PLTA Existing / Rencana U Industri PLTG Senipah TENGAH
/ GI 500/275 kV Existing / Rencana GU
/ GU PLTGU Existing / Rencana TENGAH Petung
2x41 MW – 2013
/
/
GI 500/275/150 kV Existing / Rencana
GI 275/150 kV Existing / Rencana
GB

M
/
/
GB

M
PLTGB Existing / Rencana
PLTM Existing / Rencana Kuaro
2012 PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan FTP1
/
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana 2 100 MW – 2014
2x100
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting ke
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana GI Tanjung PLTU Sewa SULAWESI
/ T/L 275 kV Existing / Rencana KALIMANTAN 2x120 MW - 2013
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit Juli 2011 (Kalsel) SELATAN
SELATAN
L
LAMPIRA
AN B1.8
ANAL
LISIS ALIR
RAN DAY
YA
SISTE
EM iNTER
RKONEKS SI KALSELTENGTIM
464
Analisa Aliran Daya Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun 2013
PLTU PULPIS 2X60 MW
18.5 PLTU SAMPIT 2X25 MW
U 1.4 U
SELAT PLTU PULPIS PALANGKA SAMPIT
12.0 3.6 50.1 20.7
152.2 154.1 152.1 155.6
42 5.8 54.3 1.7 24.3 6.7 10.0
27.4 5992.0 33.2 6420.0 3670.0 0.0 3307.0

PULPIS KASONGAN 11 0
11.0
13.18 3.9 9.3 3.1
154.1 153.1
4.1 1.9 4.5
SEBAR KAYUTANGI 22.0 5250.0 18.1 1.7 2285.0
15.4 13.2 3.2 1.6 1.8
149.8 149.6
7.4 6.4 M TEWEH
6485.0 5079.0 8.3
155.5 G
4.0
1491.0 PLTG
13 2
13.2 128 0 B A NGKA NA I 140 M W
128.0
15.8 71.8

13.6 AMUNTAI BUNTOK


D
465

0.2 14.4 11.5 U PLTU


151.1 155.3
TRISAKTI 150 TRISAKTI 70 ULIN 7.0 5.6 BUNTOK 2X7 MW
33.2 25.0 40.6 3030.0 2149.0
149.7 65.4 65.4
16.1 12.1 19.7 61.8
6650.0 5254.0 5209.0 14.4 36.6
PLTA RIAM KANAN 30 MW 3.9
A RANTAU BARIKIN TANJUNG
50.8 A 14.6 32.5 19.9
150.3 151.6 154.0
9.8 20.4 25.94 7.1 15.7 9.6
MANTUIL CEMPAKA 70 21.0 15.7 3625.0 1.5 4318.0 41.8 4421.0
31.1 9.4 10.9 27.0
150.0 67.2
15.0 4.6 12.9
6917.0 4817.0 -5.8
6.5
-9.0
+
+ 47.2
9.8 9.6
6.4 CEMPAKA PELAIHARI 50.37 ASAM ASAM 15.8 BATULICIN
38.3 13.4 13.8 14.5 4.4 15.8
150.3 151.3 155.3 154.1
18.5 36.3 6.5 7.0 7.7
6794.0 2.3 4707.0 73.4 8024.0 2333.0
10.8
U
NAMA GI PLTU ASAM ASAM 4X65 MW
MW Beban Sistem : 504.0 MW
KV
MVAR Losses : 5.6 MW ####
SC LEVEL Flow dalam MW/MVAR
Analisa Aliran Daya Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun 2015
PLTU PULPIS 2X60 MW
PLTU SAMPIT 2x25 MW
60.4 13 2.1 9.6
U 10.2 22.0 1.0 U 20.0
SELAT PULPIS PALANGKA KASONGAN SAMPIT PBUN
13.9 5.0 46.3 9.9 23.4 21.5
148.1 151.1 151.4 153.4 151.7 153.1
0.4 6.7 14.6 2.4 22.6 4.8 11.4 10.4
41.8 45.0
U

19.8 ` K KURUN
6 .0 3.6 3.6
155.6
SEBAR KAYUTANGI 1.7 6.8
16.6 19.8 140
145.9 145.1
8.0 9.6 M TEWEH 32.2
GU
6.7
155.9
36.2 3.3 PLTGU BANGKANAI 280 MW
35.8 15.8
11.6 129.8
22.0
RANTAU U
ULIN 15.8 AMUNTAI BUNTOK PLTU BUNTOK 2X7 MW
M 147.8
44.5 7.6 25.4 7.5
66.1 146.2 153.9
TRISAKTI TRISAKTI 20.2 `12.2 3.5
29.9 31.5
145.7 66.2
466
4

14.5 15.2 25.4 132.4


6.6 12.2
PLTA RIAM KANAN 30 MW 64.3
1.8 TRANSFER KE KALTIM
113.8 A BARIKIN TANJUNG
12.4 13 29.2 40.0 19.2
148.5 150.4
15.0 12.0 21.6 158 9.3 24.4
MANTUIL CEMPAKA 24.4 U 22.2
31.2 9.1 46 26.2 PLTU KALSELTENG 100 MW
146.1 68.1
15.2 4.6 6.7 5.9

58.6
13.0
52.1 70.1 14.2
CEMPAKA 11.8 PELAIHARI 20.5 ASAM ASAM 9.4 BATULICIN
38.4 17.5 18.6 14.2
146.2 147.1 150.9 150.4
18.6 8.5 9.0 6.8
87.8
U
22.0
PLTU ASAM ASAM 4X65 MW
KET :
NAMA GI Beban Sistem : 623.0 MW
MW Losses : 10.3 MW
KV
MVAR Flow dalam MW/MVAR
Analisa Aliran Daya Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun 2020
PLTU PULPIS 2X60 MW PLTU SAMPIT 2x25 MW
PLTU PULPIS 1X100 MW
5.5 68.2 60.8 19.2
U 11.6 13.2 15.0 U 7.2
SELAT PULPIS PALANGKA KASONGAN SAMPIT PBUN
24.7 19.3 37.2 23.3 42.2 31.4
148.4 152.0 149.0 153.2 149.1 148.1
50.2 8.1 74.6 6.4 12.2 7.7 13.9 10.3
48.4 60.4 33.6
U
14.8
PLTU CENKO
K KURUN 2X7 MW
16.4 40.4 18.0
154.6
6.8 14.8 51.6 5.9
SEBAR KAYUTANGI 7.4
19.8 24.3 63.4 116.2 BANGKANAI
144.6 144.8
6.5 8.0 PRK CAHU 24.2 M TEWEH 40.2 13.0
0.0
PLTA KUSAN 65 MW 10.4 15.6 4.3
20.0 154.8
46.4 3.4 2.8
GU
46.8 23.4 A
6.8 52.4 PLTGU BANGKANAI 280 MW
0.4
RANTAU U
ULIN 24.6 AMUNTAI BUNTOK PLTU BUNTOK 2X7 MW
M 144.6
64.7 8.1 26.4 21.8 PLTU BUNTOK 2X100 MW
60.6 145.6 154.5
TRISAKTI TRISAKTI 7.1 8.7 3.7
75.0 28.2
144.1 60.7
24.7 14.4 26 52.4
467
4

12 2
12.2 04
0.4
76.4 PLTA RIAM KANAN 30 MW KANDAGAN 25
16.6 BANDARA 17.1 8.6 TRANSFER KE KALTIM
64.2
36.1 A 5.6 BARIKIN TANJUNG
144.3
11.9 34.8 26.2 38.3
146.6 150.8
23.0 25.8 8.6 153.6 12.6 0.8
MANTUIL CEMPAKA 5.6 34.6 31.8
38.4 12.7 8.7 PLTU KALSETENG 2X100 MW
144.6 63.0
12.6 4.2 0.4
66.6
1.4

66.6 116 31.2 29.6


1.4 CEMPAKA 41.4 PELAIHARI 19.2 ASAM ASAM 14.2 BATULICIN
59.9 24.1 32.1 29.8
144.8 147.9 155.2 152.4
19.7 7.9 10.6 9.8
107.4
U
36 2
36.2
PLTU ASAM ASAM 4X65 MW
KET : Daya Pembangkit ; 962.0 MW
NAMA GI Beban Sistem : 942.0 MW
MW Losses : 20.0 MW 2.12%
KV
MVAR Flow dalam MW/MVAR
Analisa Aliran Daya Kalimantan Timur Tahun 2011

40.0 PLTU CFK


U
MW
144.3

40.0 MW

EMBALUT 77.4 MW TENGKAWANG 22 MW SAMBUTAN


D
9.2 54.0 21.1
144.2 143.3 142.5
3.0 25.8 G 20 MW 6.9
15.2 MW
G
64.0 MW 21.2 MW
61.8
BUKIT BIRU MW HARAPAN BARU BUKUAN
15.2 36.1 30.4 MW 9.2
143.9 142.9 142.6
5.0 6 U 11.9 3.0
MW
D
26.3
30.0 MW
MW
468
4

58.6 MW
KARANG JOANG MANGGAR SARI INDUSTRI
20.3 29.4 MW 31.8 71.6
140.7 147.5 138.9
6.7 15.4 34.7

D G D D
20.0 40.0 21.0 13.2
MW MW MW MW

Keterangan : MW MVAR
GI GEN 270.3 139.8
MW LOAD 268.4 112.4
kV
MVAR LOSS 1.9 53.7
Analisa Aliran Daya Kalimantan Timur Tahun 2015
107.4 MW BONTANG
32.6
153.0
60.0 PLTU CFK 15.8 140.0
U U
MW SEMBERA MW
150.0
12.0 15.0
151.8
4.0 G MW
60.0 MW
109.8 MW
EMBALUT 43.4 MW TENGKAWANG SAMBUTAN
13.0 88.5 34.6
149.9 149.1 150.0
4.3 42.9 11.4
21.6 MW
G
45.2 MW 74.2 MW
18.0
BUKIT BIRU MW HARAPAN BARU BUKUAN
21.6 51.2 91.8 MW 13.0
149.5 149.2 149.8
7.1 16.8 4.3

13.8 PLTU MT 30.0


U
5.6 MW MW
150.2
469
4

MW

PLTG SENIPAH 60.0


G
60.0 MW
151.2
MW
59.9 MW
140.0 KARIANGAU KARANG JOANG MANGGAR SARI INDUSTRI
U
MW 29.6 52.0 MW 28.8 69.2 MW 33.8 68.7
151 4
151.4 150 3
150.3 147 5
147.5 148 3
148.3
18.3 9.5 16.4 51.0 MW NEW INDUSTRI 8.9 MW 33.3
41.9
G 148.5
20.3
8.5 MW 16.0
MW
2.0 MW
Keterangan : MW MVAR KUARO
GI GEN 479.0 193.1 19.8 33.0 MW
152.0
MW LOAD 508.6 217.1 11.1 MW 6.5
kV
MVAR KALSEL -33.0 24.0 PENAJAM
LOSS 3.6 69.3 19.6
151.4
6.4
KALSEL
Analisa Aliran Daya Kalimantan Timur Tahun 2020
150.0 KELAI 150.0 MW SANGATTA
A 40.7
MW
156.3 152.9
13 4
13.4
202.6 MW BONTANG
60.0 105.6 MW
141.4
90.0 PLTU CFK 29.1 160.0
U U
MW NEW SMARINDA 84.8 MW SEMBERA MW
144.5
84.8 13.1 20.0
142.1 142.0
41.1 4.3 G MW
90 0
90.0 MW
207.2 MW
EMBALUT 141.2 MW TENGKAWANG SAMBUTAN
20.7 79.7 66.3
144.3 143.3 142.5
6.8 38.6 21.8
34.6 MW
G
9.4 MW 53.0 MW
36 0
36.0
BUKIT BIRU MW HARAPAN BARU BUKUAN INFRASTRUKTUR 160.0
34.6 81.8 20.7
U
178.0 MW 160.0 MW MW
143.6 143.2 143.7 144.9
11.4 26.9 6.8

13.8 PLTU MT 50.0


U
86.2 MW MW
145.3
470
4

MW
63.8
MW PLTG SENIPAH 80.0
G
143.6 MW
145.2
MW
64 MW
146.5 KARIANGAU KARANG JOANG MANGGAR SARI INDUSTRI
U
MW 56.7 12
1.2 MW 46.1 40 6
40.6 MW 54.0 86.9
145 1
145.1 143 5
143.5 147 5
147.5 139 6
139.6
35.1 15.2 26.2 104.2 MW NEW INDUSTRI 23.3 MW 42.1
80.2
G 140.0
38.9
53.7 MW 40.0
MW
34.1 MW
Keterangan : MW MVAR KUARO
GI GEN 982.5 416.1 36.2 65.0 MW
149.6
MW LOAD 898.2 381.1 17.3 MW 11.9
kV
MVAR KALSEL 65.0 -4.3 PENAJAM 50.0
U
LOSS 20.9 219.7 35.9 MW
146.0
11.8
KALSEL
L
LAMPIRA
AN B1.9
KEBUTUUHAN FIS
SIK PENG
GEMBANGGAN DISTRIBUSI
SIST
TEM INTE
ERKONEKKSI KALSELTENGTTIM
471
Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi
Propinsi Kalsel, Kalteng & Kaltim
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 4,098 2,655 142 109,239
2012 3,914 4,202 159 81,400
2013 4,584 5,117 244 111,623
2014 5,296
5, 96 6,040
6,0 0 241 121,788
, 88
2015 4,783 4,138 204 130,679
2016 4,973 3,997 181 109,389
2017 5,545 4,330 191 113,650
2018 6,209 4,727 204 120,054
2019 6 987
6,987 5 204
5,204 221 129 114
129,114
2020 7,780 5,628 234 134,229
2011-2020 54,169 46,037 2,022 1,161,166

Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi


472
4

P
Propinsi
i i Kalsel,
K l l Kalteng
K lt & Kaltim
K lti
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 34,0 63,2 10,3 3,3 110,8


2012 43,5 67,5 11,6 4,0 126,6
2013 55,0 77,0 17,7 5,5 155,2
2014 65,5 88,4 17,5 6,0 177,4
2015 53,4 71,7 14,8 6,4 146,4
2016 52,8 74,1 13,1 5,4 145,4
2017 58,2 82,0 13,9 5,6 159,6
2018 64,6 91,1 14,8 5,9 176,3
2019 72,2 101,7 16,0 6,3 196,3
2020 79,4 112,5 16,9 6,6 215,4
2011-2020 578,5 829,1 146,7 55,0 1609,3
Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi
Propinsi Kalimantan Selatan
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1,254 865 45 30,786
2012 1,465 982 50 32,071
2013 1,369 828 51 33,413
2014 1 417
1,417 804 44 34 814
34,814
2015 1,591 880 47 36,277
2016 1,787 964 51 37,805
2017 2,008 1,057 55 39,400
2018 2,256 1,159 59 41,066
2019 2,536 1,272 63 42,806
2020 2,850 1,395 68 44,622
2011-2020 18,533 10,206 533 373,060

Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi


473
4

Propinsi Kalimantan Selatan


Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 9,1 21,4 3,2 1,5 35,3


2012 10 4
10,4 24 9
24,9 36
3,6 16
1,6 40 5
40,5
2013 8,7 23,3 3,7 1,7 37,4
2014 8,5 24,1 3,2 1,7 37,5
2015 9,3 27,1 3,4 1,8 41,6
2016 10,2 30,4 3,7 1,9 46,2
2017 11,2 34,2 4,0 2,0 51,3
2018 12,2 38,4 4,3 2,0 57,0
2019 13,4 43,2 4,6 2,1 63,3
2020 14,7 48,6 5,0 2,2 70,4
2011-2020 107,7 315,7 38,6 18,5 480,5
Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi
Propinsi Kalimantan Tengah
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 2,208 1,294 43 59,813
2012 792 464 15 15,010
2013 740 391 17 15,782
2014 766 380 18 16,595
2015 860 415 19 17,450
2016 966 455 20 18,348
2017 1,085 499 22 19,293
2018 1,219 547 24 20,287
2019 1 371
1,371 600 25 21 332
21,332
2020 1,540 659 27 22,431
2011-2020 11,547 5,706 230 226,341

Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi


Propinsi Kalimantan Tengah
474
4

Juta USD
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 14,0 36,6 3,1 0,7 54,4


2012 49
4,9 13,5
13 5 1,1
1 1 0,7
0 7 20,2
20 2
2013 4,1 12,6 1,2 0,7 18,7
2014 4,0 13,0 1,3 0,8 19,1
2015 4,4 14,6 1,4 0,8 21,2
2016 4,8 16,5 1,5 0,8 23,6
2017 5,3 18,5 1,6 0,9 26,2
2018 5,8 20,8 1,7 0,9 29,2
2019 6,3 23,3 1,8 1,0 32,5
2020 7,0 26,2 2,0 1,0 36,1
2011-2020 68,5 209,3 19,5 10,7 308,0
Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi
Propinsi
p Kalimantan Timur
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 636 495 54 18,641
2012 1,658 2,756 94 34,319
2013 2 474
2,474 3 898
3,898 176 62 429
62,429
2014 3,113 4,855 180 70,379
2015 2,332 2,843 138 76,953
2016 2,220 2,577 110 53,236
2017 2,452 2,774 115 54,957
2018 2 734
2,734 3 020
3,020 122 58 701
58,701
2019 3,080 3,332 133 64,976
2020 3,389 3,574 138 67,176
2011-2020 24,089 30,125 1,260 561,765

Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi


475
4

Propinsi Kalimantan Timur


Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 10,8 5,2 3,9 1,1 21,1


2012 28 2
28,2 29,1
29 1 6,8
6 8 1,7
1 7 65,9
65 9
2013 42,1 41,1 12,7 3,1 99,1
2014 53,0 51,2 13,0 3,5 120,8
2015 39,7 30,0 10,0 3,8 83,6
2016 37,8 27,2 8,0 2,7 75,7
2017 41 8
41,8 29 3
29,3 83
8,3 27
2,7 82 1
82,1
2018 46,6 31,9 8,8 2,9 90,2
2019 52,5 35,1 9,6 3,2 100,5
2020 57,7 37,7 10,0 3,4 108,8
2011-2020 418,3 331,5 94,2 30,7 874,6
L
LAMPIRA
AN B1.10
0
P
PROGRAMM LISTRIK
K PERDES
SAAN
SISTE
EM INTER
RKONEKSI KALSELLTENGTIM
M
476
Prakiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Regional Kalsel, Kalteng, Kaltim

  Trafo
JTM JTR Listrik murah
Jumlah
Tahun kms kms Pelanggan
& hemat
MVA Unit (RTS)

2011 655 313 24 370 29.770 -


2012 424 190 17 197 9.875 740
2013 774 360 30 373 18.190 -
2014 755 351 29 364 17.753 -
Total        2.609        1.214           99      1.304      75.588            740
477
4

Prakiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Regional Kalsel, Kalteng, Kaltim (Juta Rp)

Listrik murah
Tahun JTM JTR Trafo Total & hemat
(RTS)

2011 175.620 60.053 33.557 272.398 -


2012 133.142 36.353 26.961 196.456 2.590
2013 239.918 69.357 50.198 359.472 -
2014 234.145 67.688 48.990 350.822 -
Total        782.824        233.451        159.706    1.179.148          2.590
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Selatan
JTM JTR Trafo Listrik m urah
Tahun Jm l Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hem at (RTS)

2011 186.0 143.0 7.3 131 15,000


2012 117.2 60.0 3.0 37 4,500 150
2013 188.7 96.7 4.8 60 7,249
2014 184.2 94.3 4.7 58 7,075
Total               676.1            394.0           19.8               286              33,824                            150
478
4

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Selatan  (juta Rp)
Listrik m urah
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hem at (RTS)

2011 47,693.6
, 27,417.3
, 11,561.4
, 86,672.2
,
2012 38,169.4 10,837.6 5,029.8 54,036.9 525.0
2013 61,489.4 17,459.0 8,102.8 87,051.2
2014 60,009.8 17,038.8 7,907.9 84,956.5
Total           207,362.2
207 362 2               72,752.7
72 752 7            32,601.9
32 601 9                      ‐        312,716.8
312 716 8
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Tengah
JTM JTR Trafo Listrik m urah
Tahun Jm l Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hem at (RTS)

2011 272.0 111.0 7.0 138 10,000


2012 167.0 95.0 5.5 100 4,000 175
2013 367.3 209.0 12.1 220 8,798
2014 358.5 203.9 11.8 215 8,586
Total            1,164.8           618.9         36.4              673             31,384                           175

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Tengah (juta Rp)


Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Tengah  (juta Rp)
479
4

Listrik m urah
Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hem at (RTS)

2011 72,867.3 25,635.5 10,802.6 109,305.4


2012 47,439.5 18,924.4 12,346.6 78,710.5 612.5
2013 104,344.1 41,624.7 27,156.7 173,125.4
2014 101,833.3 40,623.1 26,503.2 168,959.6
Total           326,484.1              126,807.6             79,559.2                        ‐          530,100.9
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Timur
JTM JTR Trafo Listrik m urah
Tahun Jm l Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hem at (RTS)

2011 197.0 59.0 9.5 101 4,770

2012 139.9 34.8 8.1 60 1,375 415


2013 218.0 54.3 12.6 94 2,143

2014 212.8 53.0 12.3 91 2,092


Total               767.7           201.1         42.5              346             10,380                           415

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Kalimantan Timur (juta Rp)
Listrik m urah
480
4

Tahun JTM JTR Trafo Pembangkit Total


dan Hem at (RTS)

2011 55,059.0 7,000.7 11,192.6 76,420.1

2012 47,532.6 6,591.1 9,584.7 63,708.4 1,452.5


2013 74,084.1 10,272.9 14,938.6 99,295.6
2014 72,301.5 10,025.7 14,579.2 96,906.3
Total           248,977.2                33,890.4             50,295.0          336,330.4                1,452.5
LAM
MPIRAN B1.12
PROYEKSII KEBUTU
UHAN INV
VESTASI
SIST
TEM INTER
RKONEKSSI KALSE
ELTENGTIIM
481
Proyeksi Kebutuhan Investasi Pembangkit, Transmisi & Distribusi
(j t USD)
(juta
(Juta US$)

Investasi
Tahun
Pembangkit TL dan GI Distribusi Total
2011 244.1 56.73 110.8 411.6
2012 72.6 248.38 126.6 447.5
2013 484.6 157.06 155.2 796.9
2014 788.3 121.44 177.4 1087.1
2015 356.0 31.01 146.4 533.4
482
4

2016 150.4 17.16 145.4 312.9


2017 399.1 45.37 159.6 604.0
2018 148.9 61.00 176.3 386.2
2019 140.9 9.08 196.3 346.3
2020 284.0 1.39 215.4 500.8
Total 3068.8 748.62 1,609.3
, 5426.7

*) Distribusi : Nilai investasi untuk total wilayah Kalselteng dan Kaltim


PENJELASAN LAMPIRAN B1
SISTEM INTERKONEKSI KALSELTENGTIM
B1.1 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Saat ini ada dua sistem besar kelistrikan di Kalimantan yang masuk wilayah
operasi Indonesia Timur, yaitu sistem Mahakam di Kalimantan Timur dan sistem
Barito di Kalimantan Selatan & Kalimantan Tengah.
Sistem Barito dan Sistem Mahakam direncanakan akan terhubung menjadi satu
sistem Kalseltengtim pada akhir tahun 2012 dengan selesainya pembangunan
transmisi 150 kV Tanjung (Kalsel) – Kuaro – Karangjoang (Kaltim).
Sistem interkoneksi Kalimantan Timur (Sistem Mahakam)
Untuk memenuhi kebutuhan listrik periode tahun 2011-2020, produksi listrik pada
sistem Mahakam meningkat rata-rata 13,3% per tahun termasuk adanya
pengalihan dari isolated masuk ke sistem, yaitu 1.757 GWh pada tahun 2011
menjadi 5.571 GWh pada tahun 2020, dengan faktor beban diperkirakan berkisar
antara 69% sampai 69,7%
Beban puncak sistem interkoneksi Mahakam diperkirakan naik dari 288 MW pada
tahun 2011 menjadi 922 MW pada tahun 2020 setelah interkoneksi dengan sistem
Bontang, Sangatta, Petung dan Tanah Grogot.
Sistem interkoneksi Kalimantan Selatan & Kalimantan Tengah (Sistem Barito)
Untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam tahun 2011-2020, produksi listrik pada
sistem Barito meningkat rata-rata 12,0% per tahun, yaitu dari 2.122 GWh pada
tahun 2011 naik menjadi 5.892 GWh pada tahun 2020 dengan faktor beban
diperkirakan berkisar antara 67% sampai 71%
Beban puncak sistem interkoneksi Barito naik dari 362 MW pada tahun 2011
menjadi 942 MW pada tahun 2020 setelah interkoneksi dengan sistem Pangkalan
Bun, Sampit, Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu dan Kuala Kurun.
Proyeksi kebutuhan beban sistem Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur tahun 2011 – 2020 diberikan pada Lampiran B1.

B1.2 Neraca Daya


Sistem interkoneksi Kalimantan Selatan, Kalimantahn Tengah dan Kalimantan
Timur (Kalseltengtim) termasuk wilayah yang memiliki potensi pertumbuhan sangat

483
tinggi, yaitu diproyeksikan tumbuh rata-rata 12,6% per tahun sampai dengan tahun
2020. Pada saat ini kapasitas terpasang pembangkit PLN dan IPP adalah 564 MW,
serta sewa dan excess power 174 MW. Beberapa pembangkit di sistem ini masih
menggunakan BBM sehingga biaya operasinya tinggi.
Pada periode 2011 sampai dengan 2016, di sistem Kalseltengtim akan ada
penambahan pembangkit baru baik milik PLN maupun IPP termasuk sewa PLTU
dan PLTG sekitar 1.934 MW, dimana saat ini dalam tahap proses pengadaan dan
sebagian sudah konstruksi. Mengingat Kalimantan mempunyai cadangan batubara
yang melimpah, maka sebagian besar pembangkit yang akan dibangun berupa
PLTU batubara dengan total kapasitas 1.374 MW, berikut PLTG 560 MW.
Selanjutnya setelah tahun 2016, direncanakan akan ada penambahan pembangkit
baru dengan kapasitas total sekitar 715 MW yang terdiri dari PLTU batubara
400 MW, PLTG gas 100 MW dan PLTA 215 MW.
Untuk mengurangi penggunaan BBM pada waktu beban puncak, direncanakan
membangun PLTG peaking berbahan bakar gas alam lengkap dengan gas storage
(CNG/LNG storage) yaitu PLTG Kaltim peaking 2x50 MW dan PLTG Bangkanai
4x70 MW. Pembangkit-pembangkit tersebut dijadwalkan beroperasi secara
bertahap mulai tahun 2012 sampai 2015.
Secara geografis, neraca daya masing-masing sistem Kalselteng dan sistem
Kaltim telah memenuhi kriteria regional balance sehingga ketergantungan daya
antar sub sistem relatif rendah.
Sebagaimana diketahui bahwa tingkat keberhasilan proyek pembangkit di
Kalimantan masih rendah dan sebagai antisipasi terhadap kondisi tersebut, maka
dilakukan sewa PLTU batubara di Kalsel 3x50 MW dan di Kaltim 2x120 MW serta
sewa PLTG peaking di Bontang Kaltim 100 MW dengan mengakomodir reserve
margin sampai sekitar 76%.
Rencana reserve margin yg sangat tinggi hingga 76% pada tahun 2013
didasarkan pada keinginan PLN yang sangat kuat untuk memastikan kebutuhan
listrik di provinsi Kaltim, Kalsel, Kalteng akan tercukupi, bahkan mungkin
berlebihan, mengingat ketiga Propinsi di Kalimantan ini merupakan sumber energi
primer nasional yang sangat besar baik batubara maupun gas alam, namun sudah
lama menderita kekurangan pasokan listrik.

484
Selain itu, sewa PLTU batubara dan PLTG gas tersebut juga dimaksudkan untuk
secepatnya dapat mengurangi penggunaan BBM di sistem Kalseltengtim.
Untuk mengantisipasi terjadinya kelebihan pasokan pada tahun 2013 sampai 2017,
PLN akan memonitor progres proyek dari tahun ke tahun. Apabila progres fisik
proyek berjalan baik sesuai rencana, maka PLN akan mengimbanginya dengan
pemasaran listrik yang agresif untuk menyeimbangkan penjualan dengan pasokan,
dan menunda jadwal proyek pembangkit berikutnya. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah mendorong pertumbuhan industri padat energi di Kalimantan
seperti industri baja, industri keramik, kaca dan sebagainya.
Adapun proyek-proyek strategis yang perlu direalisasikan tepat waktu adalah :

− PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan (Perpres 1) 2 x 100 MW, karena proyek ini
dapat menurunkan biaya operasi dan mencukupi kebutuhan listrik di Sistem
Mahakam Kalimantan Timur.

− PLTG Bangkanai 4x70 MW, untuk memenuhi kebutuhan beban pada tahun
2013 sebelum PLTU IPP beroperasi, kemudian pada tahun-tahun berikutnya
digunakan sebagai pembangkit peaking untuk mengurangi penggunaan BBM.

− Tambahan pasokan gas ke PLTGU Tanjung Batu untuk menurunkan biaya


operasi sistem Kalimantan Timur.

− Penyediaan gas untuk PLTG Sambera 2 x 20 MW dan untuk PLTD Cogindo 40


MW yang saat ini masih dioperasikan dengan bahan bakar MFO.

− PLTU Asam-Asam (Perpres 1) 2x65 MW.


Sedangkan proyek-proyek yang diperkirakan mundur dari jadwal :
- PLTU Pulang Pisau 2x60 MW karena permasalahan kondisi tanah pondasi.
- PLTA Kusan, perlu penanganan khusus untuk aspek lingkungan sehubungan
adanya satu jenis spesies langka (kera berhidung merah) yang diperkirakan
hidup dikawasan hutan sekitar lokasi proyek.
Neraca Daya Sistem Kalseltengtim diberikan pada Lampiran B1.2.

B1.3 Proyek-proyek IPP Yang Terkendala


Telah cukup jelas diuraikan pada Lampiran B1.3

485
B1.4 Neraca Energi
Rencana pembangunan beberapa PLTU batubara dan PLTG peaking di sistem
Kalseltengtim merupakan salah satu upaya menurunkan biaya operasi mengingat
sebagian besar pembangkit di Kalseltengtim masih berbahan bakar minyak.
Peranan masing-masing energi primer tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Peranan MFO dan HSD pada tahun 2011 untuk sistem Kalseltengtim masih
cukup tinggi dimana konsumsi MFO dan HSD adalah sebesar 1.776 GWh
atau 49% dari produksi total sistem Kalseltengtim.
b. Sejalan dengan rencana pengoperasian PLTU batubara, diharapkan
penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama pada sistem kelistrikan ini
dapat dikurangi.
c. Selain itu, rencana pengembangan PLTG Bangkanai 4x70 MW, PLTG Kaltim
peaking 2x50 MW serta PLTA Kusan 65 MW dan PLTA Kelai 150 MW,
diharapkan dapat menurunkan peran BBM khususnya pada waktu beban
puncak. Demikian halnya dengan PLTG Sambera 40 MW dan PLTG Senipah
2x41 MW diharapkan akan semakin memperkecil penggunaan BBM.
d. Dengan beroperasinya PLTU, PLTG gas dan PLTA, peranan pembangkit
berbahan bakar HSD dan MFO akan menurun dimana hingga tahun 2020
produksi pembangkit berbahan bakar minyak sebesar 238 GWh atau 2 %
dari produksi total sistem Kalseltengtim.
Kebutuhan energi primer di sistem Kalseltengtim dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2020 dapat dilihat pada Lampiran B1.4.
Kebutuhan Bahan Bakar
Kebutuhan bahan bakar HSD dan MFO cenderung menurun dari tahun 2011
hingga tahun 2020. Pada tahun 2011 penggunaan HSD dan MFO sebesar 513 juta
liter dan pada tahun 2020 menjadi 24 juta liter.
Volume pemakaian batubara meningkat dari 1,05 juta ton pada tahun 2011
menjadi 5,87 juta ton pada tahun 2020 atau meningkat hampir 5,6 kali lipat.
Kebutuhan bahan bakar di sistem Kalseltengtim dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2020 dapat dilihat pada Lampiran B1.4.

486
B1.5 Capacity Balance Gardu Induk
Capacity Balance dibuat berdasarkan prakiraan beban per GI sampai tahun 2020
dengan kriteria penambahan trafo GI dilakukan saat pembebanan trafo terpasang
sudah melebihi 70%. Dengan kriteria tersebut kebutuhan pembangunan GI baru
dan pengembangan trafo GI eksisting untuk sistem Kalseltengtim sampai dengan
tahun 2020 akan mencapai 2.330 MVA
Proyeksi kebutuhan pengembangan gardu induk sistem Kalseltengtim seperti pada
Lampiran B1.5.

B1.6 Rencana Pengembangan Penyaluran


Rencana pengembangan penyaluran sistem Kalseltengtim dalam rangka
memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik dan sekaligus untuk mengurangi
penggunaan BBM pada sistem kelistrikan yang sebelumnya masih isolated,
meliputi :
ƒ Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek pembangkit
percepatan tahap I dan tahap II, proyek pembangkit IPP, PLTG peaking dan
PLTA serta untuk menggantikan PLTD.
ƒ Pengembangan transmisi 150 kV di lokasi tersebar di sistem Kalseltengtim
dalam rangka memenuhi kriteria keandalan (N-1) dan untuk mengatasi
bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.
ƒ Sedangkan proyek transmisi 150 kV yang perlu segera beroperasi pada tahun
2012 adalah, transmisi 150 kV Tanjung – Kuaro – Karangjoang untuk
menghubungkan sistem Kalselteng dan Kaltim serta transmisi 150 kV PLTGU
Tanjung – Buntok – Muara Teweh – Bangkanai.
Kebutuhan pembangunan transmisi 150 kV dan 70 kV baru dan up rating untuk
sistem Kalseltengtim sampai dengan tahun 2020 sekitar 5.315 kms.
Untuk keperluan pengendalian operasional sistem interkoneksi 150 kV dan 70 kV
Kalseltengtim khususnya pada subsistem Kalselteng dalam rangka menjaga
tingkat mutu dan keandalan sistem penyaluran, direncanakan pembangunan
sistem SCADA (supervisory control and data acquisition) termasuk media
komunikasi dan prasarananya di Kalimantan Selatan.
Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan sistem Kalseltengtim diberikan pada
Lampiran B1.6.

487
B1.7 Peta Pengembangan Penyaluran
Cukup jelas.

B1.8 Analisis Aliran Daya


Sistem Kalimantan Timur (Sistem Mahakam)
Analisa aliran daya pada sistem Mahakam dilakukan dengan memperhatikan
seluruh pembangkit dan beban yang ada pada neraca daya. Pada RUPTL 2011-
2020 ini, hanya dilakukan analisa untuk tahun 2012, 2015 dan 2017.
Prakiraan aliran daya sistem Mahakam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahun 2011
Tambahan transmisi baru dari tahun 2010 s.d 2011 adalah : Bukuan –
Sambutan. Aliran daya dari pusat pembangkit terbesar Tanjung Batu ke GI
Tengkawang sebesar 77 MW. Pembebanan trasmisi masih di bawah 50 %
sehingga masih memenuhi keandalan N-1.
Tegangan sistem masih dalam batas-batas normal dengan tegangan
tertinggi di GI Manggarsari (148 kV) sedangkan tegangan terendah di GI
Industri (139 kV).

2. Tahun 2015
Dari tahun 2011 hingga tahun 2015, ada beberapa tambahan pembangkit
yaitu PLTG Kaltim 50 MW, PLTU Teluk Balikpapan 2 x 100 MW, PLTG
Senipah 2x41 MW, PLTU Kaltim – 2 (FTP-2) dan PLTU Embalut Ekspansi
50 MW. Sedangkan PLTU Kaltim MT 2x15 MW diperkirakan akan mundur.
Tambahan ruas transmisi pada tahun 2011-2015 adalah :
PLTG Senipah – incomer single pi Manggarsari (2012) – Karangjoang,
PLTG Senipah – PLTU MT Kaltim(2014), PLTU MT Kaltim-Bukuan (2014),
Karang Joang - Kuaro (2012), Teluk Balikpapan Incomer 2 phi Karang
Joang – Kuaro (2012), Penajam Incomer 1 phi Karang Joang – Kuaro,
PLTG (FTP2) – Sambutan (2012), Uprating Harapan Baru – Bukuan (2013),
dan Berau – Tanjung Selor (2015).
Aliran daya dari pusat pembangkit terbesar di Bontang ke GI Sambera
sebesar 107 MW, dan sistem Mahakam Kalimantan Timur menerima
transfer energi dari sistem Barito Kalimantan Selatan sebesar 33 MW.
Pembebanan trasmisi masih di bawah 50 % sehingga masih memenuhi
keandalan N-1.

488
Tegangan sistem masih dalam batas normal dengan tegangan tertinggi
terjadi di GI Bontang (153 kV) sedangkan tegangan terendah di GI
Manggarsari (147 kV)

3. Tahun 2020
Pada tahun 2020, PLTG Kaltim 50 MW peaking (2018), PLTU Kaltim
Infrastruktur 200 MW (PPP book) dan PLTA Kelai 2x75 MW telah
beroperasi. Tambahan ruas transmisi 150 kV pada tahun 2016-2020
adalah : New Samarinda - Sambutan(2017) dan PLTA Kelai – Sangatta
(2018) Bontang. Aliran daya dari pusat pembangkit terbesar di Kelai dan
Bontang ke GI Sambera sebesar 202 MW, dan sistem Mahakam
Kalimantan Timur mengirimkan transfer energi ke sistem Barito Kalimantan
Selatan sebesar 65 MW. Pembebanan trasmisi masih dibawah 50%
sehingga masih memenuhi keandalan N-1.
Tegangan sistem masih dalam batas normal dengan tegangan tertinggi di
GI Kelai (156 kV) sedangkan tegangan terendah di GI Industri (139,6 kV)

Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah ( Sistem Barito)

Analisa aliran daya pada sistem Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
(Sistem Barito) dilakukan dengan memperhatikan seluruh pembangkit dan beban
yang ada pada neraca daya. Pada RUPTL 2011-2020 ini hanya dilakukan analisa
untuk tahun 2012, 2015 dan 2017.
Prakiraan aliran daya sistem Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Sistem
barito) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahun 2013

Pada tahun 2013 sistem isolated Sampit, Kasongan, Batulicin dan Buntok
telah terhubung dengan sistem Barito, dan adanya penambahan pembangkit
baru di sistem Barito yaitu PLTU Asam–Asam (FTP-1) 2x65 MW, PLTU Pulang
Pisau 2x60 MW dan PLTG Bangkanai 140 MW.
Pada tahun 2013 ini diperkirakan telah terjadi interkoneksi sistem Barito
dengan sistem Mahakam (Kalimantan Timur).
Total beban interkoneksi sistem Barito sebesar : 504 MW. Profile tegangan
pada sistem interkoneksi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah masih
memenuhi standar. Tegangan terendah terjadi pada GI Kayu Tangi sebesar

489
149,6 kV, sedangkan tegangan tertinggi terjadi pada GI Sampit dengan
tegangan sebesar 155,6 kV.
Losses yang terjadi pada kondisi ini sebesar : 5,6 MW (1,2%).
2. Tahun 2015

Penambahan pembangkit baru masuk sistem Barito terdiri dari PLTG


Bangkanai extension sebesar 2x70 MW, PLTU Sampit 2x25 MW, dan PLTU
Kalsel (FTP-2) unit 1 100 MW. Sedangkan perluasan/penambahan jaringan
transmisi untuk menghubungkan sistem isolated ke sistem interkoneksi
meliputi sub sistem Puruk Cahu, Kuala Kurun dan Pangkalan Bun.
Total beban sistem Barito sebesar 623 MW dengan Losses 10,3 MW (1,7 %).
Aliran daya dari Kalteng ke Kalsel sebesar 0,4 MW, sedangkan dari
Kalimantan Selatan ke Kalimantan Timur sebesar 24,4 MW dengan
pembebanan masing-masing wilayah dalam kondisi regional balance.
Tegangan sistem masih dalam batas normal dengan tegangan terendah
terjadi pada GI Kayutangi sebesar 145,1 dan tertinggi pada GI Muara Teweh
sebesar 155,9 kV.

3. Tahun 2020
Hingga tahun ini terjadi penambahan pembangkit PLTA Kusan sebesar
65 MW, PLTU Kalteng-1 2x100 MW dan PLTU Kalsel (FTP-2) unit 2 (100 MW)
ke sistem Barito. Perluasan transmisi meliputi segmen Kuala Kurun –
Kasongan dan PLTA Kusan – Kadongan.
Total beban sistem Barito sebesar 942 MW dan Losses 20 MW (2,1 %)
Aliran daya dari Kalsel ke Kalteng sebesar 50,2 MW, sedangkan dari
Kalimantan Selatan ke Kalimantan Timur sebesar 0,8 MW, pembebanan
masing-masing wilayah dalam kondisi regional balance.
Profil tegangan sistem masih dalam batas normal dengan tegangan terendah
terjadi pada GI Trisakti sebesar 144,1 kV dan tertinggi pada GI Muara Teweh
sebesar 154,8 kV.

B1.9 Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi


Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk,
ƒ Meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan baru.
ƒ Meningkatkan keandalan dan mutu tegangan pelayanan
ƒ Perbaikan SAIDI dan SAIFI

490
ƒ Menurunkan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan yang tua
Proyeksi kebutuhan fisik distribusi wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Timur seperti pada Lampiran B1.9.

Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi 2011-2020


Propinsi Kalsel, Kalteng dan Kaltim
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 4.098 2.655 142 109.239
2012 3.914 4.202 159 81.400
2013 4.584 5.117 244 111.623
2014 5.296 6.040 241 121.788
2015 4.783 4.138 204 130.679
2016 4.973 3.997 181 109.389
2017 5.545 4.330 191 113.650
2018 6.209 4.727 204 120.054
2019 6.987 5.204 221 129.114
2020 7.780 5.628 234 134.229
2011-2020 54.169 46.037 2.022 1.161.166

Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi 2011-2020


Propinsi Kalsel, Kalteng dan Kaltim
Juta USD

Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 34,0 63,2 10,3 3,3 110,8


2012 43,5 67,5 11,6 4,0 126,6
2013 55,0 77,0 17,7 5,5 155,2
2014 65,5 88,4 17,5 6,0 177,4
2015 53,4 71,7 14,8 6,4 146,4
2016 52,8 74,1 13,1 5,4 145,4
2017 58,2 82,0 13,9 5,6 159,6
2018 64,6 91,1 14,8 5,9 176,3
2019 72,2 101,7 16,0 6,3 196,3
2020 79,4 112,5 16,9 6,6 215,4
2011-2020 578,5 829,1 146,7 55,0 1.609,3

Dari tabel perkiraan kebutuhan distribusi regional Kalimantan Selatan,


Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur tahun 2011-2020 dapat dijelaskan
sebagai berikut :

491
ƒ Pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah pelanggan yang akan
disambung disebabkan sebagian besar daftar tunggu calon pelanggan di
Kalselteng diselesaikan di tahun 2011 sehingga pada tahun 2012 calon
pelanggan sudah berkurang. Sebaliknya dengan di Kaltim, tahun 2011 tidak
semua daftar tunggu bisa disambung karena keterbatasan kemampuan
pasokan. Akibatnya tambahan pelanggan baru pada tahun 2012 tidak
sebanyak yang akan disambung pada tahun 2011.
ƒ Rencana JTM, JTR dan gardu distribusi yang akan dibangun, tidak
selamanya mengalami peningkatan volume/kapasitas yang sama atau lebih
tinggi, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dilapangan.
ƒ Selama kurun waktu tahun 2011-2020 direncanakan membangun JTM
54.169 kms, JTR 46.037 kms, gardu distribusi dengan kapasitas 2.022 MVA
untuk menunjang penyambungan sejumlah 1,16 juta pelanggan.
ƒ Perkiraan biaya total untuk pengembangan sistem distribusi tersebut
membutuhkan sekitar US$ 1.609 juta dengan rincian JTM US$ 578 juta,
JTR US$ 829 juta, gardu distribusi US$ 146 juta, dan sambungan
pelanggan US$ 55 juta. Kebutuhan anggaran per tahun diperkirakan
sebesar US$ 160 juta.

B1.10 Program Listrik Perdesaan

Prakiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan


Regional Kalsel, Kalteng dan Kaltim 2011-2014

JTM JTR Trafo Listrik murah


Jumlah
Tahun kms kms Pelanggan
& hemat
MVA Unit (RTS)

2011 655 313 24 370 29.770 -


2012 424 190 17 197 9.875 740
2013 774 360 30 373 18.190 -
2014 755 351 29 364 17.753 -
Total        2.609        1.214           99      1.304      75.588            740

492
Prakiraan Biaya Jaringan Listrik Perdesaan (Rp Juta)
Regional Kalsel, Kalteng dan Kaltim 2011-2014

Listrik murah
Tahun JTM JTR Trafo Total & hemat
(RTS)

2011 175.620 60.053 33.557 272.398 -


2012 133.142 36.353 26.961 196.456 2.590
2013 239.918 69.357 50.198 359.472 -
2014 234.145 67.688 48.990 350.822 -
Total        782.824        233.451        159.706    1.179.148          2.590

Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya listrik perdesaan regional
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur tahun 2011-
2014 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
ƒ Selama kurun waktu tahun 2011-2014 direncanakan membangun JTM
2.609 kms, JTR 1.214 kms, gardu distribusi dengan kapasitas 99 MVA.
ƒ Perkiraan total biaya selama kurun waktu tersebut untuk kegiatan listrik
perdesaan sebesar Rp 1,18 triliun dengan rincian JTM Rp 782 miliar, JTR
Rp 233 milyar, gardu distribusi Rp 160 milyar, dan sambungan pelanggan
Rp 2,59 milyar.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 64%
tahun 2010, menjadi 75,7% di tahun 2014 dan 92,6% di tahun 2020 untuk
regional Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

B1.11 Program Energi Baru dan Terbarukan


Cukup jelas sebagaimana diuraikan dalam sub Bab 4.3 s/d. 4.6.

B1.12 Proyeksi Kebutuhan Investasi

Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem


Kalseltengtim diberikan pada Lampiran B1.12.

493
L
LAMPIRA
AN B2
SISTEM INTERK
KONEKSII SULUTTENGGO
DAN
SISTEM INTERK
KONEKSII SULSEL
LRABAR
494
L
LAMPIRA
AN B2
B2. SISTE
EM INTERKO
ONEKSI SUL
LAWESI UTA
ARA, SULAW
WESI
TENGAH DAN GORONTALO (SUL LUTTENGGO
O) DAN SIST
TEM
INTERKONEKSI SULAAWESI SELA
ATAN, SULA
AWESI
TENGGAR RA DAN SUL
LAWESI BARAT (SULSE
ELRABAR)
B2.1. Proyeksi Ke ebutuhan Tenaga Listrik
B2.2. Neraca Day ya
B2.3. Proyek-Prooyek IPP Terk kendala
B2.4. Neraca Ene ergi
B2.5. Capacity Ba alance Garduu Induk
B2.6. Rencana Pengembanga
P an Penyaluraan
B2.7. Peta Penge embangan Pe enyaluran
B2.8. Analisis Aliran Daya
B2.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Dis stribusi
B2.10. Program Listrik Perdesa aan
B2.11. Program En nergi Baru da
an Terbarukaan
B2.12. Proyeksi Ke ebutuhan Invvestasi
PENJELAASAN LAMPIIRAN B2
495
LA
AMPIRA
AN B2.1
PROYEEKSI KEBU
UTUHAN TENAGA A LISTRIK
SISTEM INTERK
KONEKSII SULUTTENGGO
DAN
SISTEM INTERK
KONEKSII SULSEL
LRABAR
496
Proyeksi
y Kebutuhan Tenaga
g Listrik Sistem Interkoneksi
di Wilayah Suluttenggo

No Sistem 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1. Sistem Sulut
- Produksi ( GWh ) 1.045,4 1.144,8 1.254,1 1.374,0 1.505,6 1.650,6 1.809,8 1.984,8 2.177,2 2.394,3
- Load Factor (%) 61,4 61,9 62,4 62,0 62,5 63,1 63,7 64,2 64,8 65,3
- Beban Puncak ( MW ) 194,4 211,2 229,5 253,1 274,9 298,7 324,6 352,8 383,6 418,7

2 Sistem Gorontalo
- Produksi ( GWh ) 257,4 278,4 301,2 321,1 346,0 373,7 403,6 436,0 471,0 511,0
- Load Factor (%) 57,2 57,4 57,7 56,4 56,5 56,6 56,7 56,7 56,8 57,1
- Beban Puncak ( MW ) 51,4 55,3 59,6 65,0 69,9 75,4 81,3 87,7 94,6 102,2
497

3 Sistem Tolitoli-Moutong
- Produksi ( GWh ) 66,9 74,2 82,3 91,0 100,6 111,6 123,7 137,0 151,6 165,6
- Load Factor (%) 40,2 40,3 40,5 40,1 40,3 40,5 40,7 40,9 41,2 41,3
- Beban Puncak ( MW ) 19,0 21,0 23,2 25,9 28,5 31,5 34,7 38,2 42,0 45,7

4 Sistem Sulut-Gtalo-Tolitoli
- Produksi ( GWh ) 1.302,8 1.423,2 1.555,3 1.786,1 1.952,2 2.135,9 2.337,2 2.557,8 2.799,8 3.070,9
- Load Factor (%) 60,5 61,0 61,4 59,3 59,7 60,1 60,6 61,0 61,4 61,9
- Beban
B b P Puncakk ( MW ) 245 8
245,8 266 5
266,5 289 1
289,1 344 0
344,0 373 3
373,3 405 5
405,5 440 5
440,5 478 7
478,7 520 3
520,3 566 6
566,6

5 Sistem Interkoneksi Sulteng


- Produksi ( GWh ) 1.302,8 1.423,2 1.555,3 1.786,1 1.952,2 2.135,9 2.337,2 2.557,8 2.799,8 3.070,9
- Load Factor (%) 60,5 61,0 61,4 59,3 59,7 60,1 60,6 61,0 61,4 61,9
- Beban Puncak ( MW ) 245 8
245,8 266 5
266,5 289 1
289,1 344 0
344,0 373 3
373,3 405 5
405,5 440 5
440,5 478 7
478,7 520 3
520,3 566 6
566,6
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sistem Interkoneksi
di Wilayah Sulselrabar

SISTEM 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Wil. SULSELRABAR
Sistem Sulsel (Prop Sulsel & Sulbar)
Energi Produksi (GWh)     4.017,6    4.604,7    5.135,7    5.651,7    6.229,6     6.845,9    7.525,5    8.275,0    9.102,0    9.984,9
Load Factor (%) 63,0 63,1 63,1 63,2 63,1 63,2 63,2 63,3 63,4 63,4
Beban Puncak ((MW))            728           833           929        1.021        1.127         1.237        1.358        1.491        1.639        1.799

Sistem Sulsel (Prop Sulsel)


Energi Produksi (GWh)     3.865,3    4.420,9    4.913,1    5.391,9    5.918,8     6.500,3    7.141,4    7.847,7    8.626,6    9.456,6
Load Factor (%)           63,1          63,2          63,3          63,4          63,5           63,6          63,7          63,8          63,9          63,8
498

Beban Puncak (MW)         698,7        798,0        885,6        970,5    1.063,6     1.166,4    1.279,6    1.404,1    1.541,1    1.691,1
Sistem Sulsel (Prop Sulbar)
Energi Produksi (GWh)         152,3        183,9        222,6        259,8        310,7         345,6        384,0        427,2        475,5        528,3
Load Factor (%) 59,1 59,3 59,1 59,2 55,8 55,6 55,7 55,8 55,7 55,8
Beban Puncak (MW)           29,4          35,4          43,0          50,1          63,6           70,9          78,7          87,4          97,4        108,2

Sistem Sultra
Energi
g Produksi ((GWh)) 300,0 355,4 409,3 449,0 492,9 541,2 594,5 653,3 718,3 793,1
Load Factor (%) 53,2 53,9 54,6 55,3 56,0 56,7 57,5 58,2 59,0 59,7
Beban Puncak (MW) 64 75 86 93 100 109 118 128 139 152

Interkoneksi SULSELRABAR
Energi Produksi (GWh) 4.015,6 5.212,5 5.885,7 6.100,7 6.722,4 7.387,1 8.119,9 8.928,3 9.820,3 10.778,0
Load Factor (%) 63,1 61,5 61,5 62,6 62,5 62,6 62,8 62,9 63,1 63,1
Beban Puncak (MW) 726,6 967,3 1.092,3 1.113,3 1.227,7 1.346,2 1.476,4 1.619,6 1.777,6 1.950,8
LA
AMPIRAN
N B2.2
NERACA DAYA
D
SISTE
EM INTER
RKONEKSSI SULUTT
TENGGO
DAN
SISTE
EM INTER
RKONEKSSI SULSEL
LRABAR
499
Grafik Neraca Daya Sistem Sulut-Gorontalo

Reserve Margin
900
MW

PLTG PLN
PLTG60%
PLN
PLTA/MPLN 47%
68%
800 PLTP PLN
PLTP IPP PLTG PLN
PLTU IPP 58%
700 PLTU PLN
64%
PLTU Sewa
57%
600 PembangkitIPP &Sewa 64%
PembangkitTerpasangPLN PLTP PLN
Beban Puncak 69%
500

500 PLTP IPP


65%
PLTU IPP
57%
400

300 PLTU PLN


PLTD Sewa

200 PLTU Sewa

100 Pembangkit Terpasang

-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

500
Neraca Daya Sistem Sulut
Sulut-Gorontalo
Gorontalo
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 1.303 1.423 1.555 1.786 1.952 2.136 2.337 2.558 2.800 3.071
Load Factor % 61 61 61 59 60 60 61 61 61 62
Beban Puncak MW 246 267 289 344 373 405 441 479 520 567
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 314 318 271 209 169 169 149 149 149 149
PLN MW 168 172 172 174 166 166 146 146 146 146
SWASTA
IPP MW 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
SEWA MW 111 111 64 - - - - - - -
Retired & Mothballed
PLTD - 20 - - 40 - 20 - - -
Tambahan Pasokan
SEWA
Rencana
PLTU Sewa Amurang (2x25) PLTU 50
PLN
On-Going Project
Mini Hydro 20 kV PLTM 1
501

Sulut II (FTP1) PLTU 50


Gorontalo ((FTP1)) PLTU 25 25
1

Lahendong IV PLTP 20
Rencana
Sulut I (FTP1) PLTU 50
Tolitoli (3x15 MW) PLTU 45
Kotamobagu I (FTP2) PLTP 40
Kotamobagu II (FTP2) PLTP 40
Sawangan PLTA 16
Minahasa GT (Peaking) PLTG 25 25 25
Gorontalo GT (Peaking) PLTG 25
IPP
On-Going Project
Molotabu (2x10 MW) PLTU 20
Sulut I (Kema) PLTU 25 25
Rencana
Lahendong V (FTP2) PLTP 20
Lahendong VI (FTP2) PLTP 20
Sulut (PPP) PLTU 110
Gorontalo, 2x6 MW (Terkendala) PLTU 12 *)

Jumlah Pasokan (Terpasang) MW 385 439 487 565 586 666 696 806 831 831
Reserve Margin (Terpasang) % 57 65 69 64 57 64 58 68 60 47
Grafik Neraca Daya Sistem Sulsel
Reserve Margin
3.000
MW

PLTG PLN 
PLTGU IPP  53%
PLTM (PLN+IPP)  61%
PLTA PLN 
2.500
PLTA IPP 
PLTU PLN   52%
PLTU IPP 
PLTGU IPP
63% 49% PLTA PLN
PLTU Sewa
2.000
Pembangkit IPP & Sewa 62% PLTG PLN
Pembangkit Terpasang PLN
61% PLTGU IPP
Beban Puncak 70%
502

1.500
56% PLTA IPP

PLTU PLN
1.000 11%

PLTU IPP
500
Pembangkit IPP & Sewa PLTU Sewa

Pembangkit
g Terpasang
p g
-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Neraca Daya Sistem Sulsel
No. Kebutuhan dan Pasokan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Kebutuhan
Produksi GWh 4.018 4.605 5.136 5.652 6.230 6.846 7.525 8.275 9.102 9.985
Faktor Beban % 63,0 63,1 63,1 63,2 63,1 63,2 63,2 63,3 63,4 63,4
Beban Puncak Bruto MW 728 833 929 1.021 1.127 1.237 1.358 1.491 1.639 1.799
2 Pasokan
Kapasitas Daya Terpasang MW 786 786 530 401 281 281 281 281 281 281
PLN MW 254 254 213 146 146 146 146 146 146 146
IPP MW 257 257 197 135 135 135 135 135 135 135
Sewa Mesin MW 275 275 120 120 - - - - - -
Retired & Mothballed 81 - 41 67 - - - - - -
3 Tambahan Kapasitas
SEWA
Rencana
PLTU Sewa Barru 2x(120-150) PLTU 240
PLN
On-going Project
Sulsel - Barru (FTP1) PLTU 100
Mini hydro 20 kV PLTM 8
Rencana
503

Sulsel Baru PLTG 100


Makassar (Peaking) PLTG 50 50
Takalar (FTP2) PLTU 100 100
S l l-B
Sulsel Barru (Ek
(Ekspansi)
i) PLTU 100 100
Sulsel-2 PLTU 150 150
Bakaru II PLTA 126
PLTA Poko PLTA 117

IPP
On-going Project
Sengkang PLTG 60 (60)
Sengkang PLTGU 180
Poso (Transfer ke Selatan) PLTA 130
Mini hydro 20 kV PLTM 10 5,0 7,5
Sulsel-1 / Jeneponto Bosowa PLTU 200
Rencana
Bonto Batu (Buttu Batu 1) PLTA 100
Malea PLTA 90
Mamuju (FTP2) PLTU 50
Sulsel-3 (Takalar) PLTU 100 100
Mini hydro 20 kV PLTM 3 11
4 Jumlah Pasokan MW 806 1.304 1.577 1.648 1.828 2.018 2.018 2.268 2.644 2.761
5 Reserve Margin % 11 56 70 61 62 63 49 52 61 53
L
LAMPIRA
AN B2.3
PROYYEK-PROYYEK IPP YANG
Y TER
RKENDAL
LA
SIST
TEM INTERKONEK KSI SULUT
TTENGGO
O
DANN
SIST
TEM INTE
ERKONEK KSI SULSE
ELRABAR
R
504
B2.3 Proyek--Proyek IPP Ya
ang Terkendalla
Dalam perenccanaan pemban ngkit IPP, ada beberapa proyyek pembangkkit
IPP yang Perrjanjian Pembe elian Tenaga Listrik
L (PPTL) nya mengalammi
kendala. Kateggori PPTL terkeendala adalah,,
• Kateegori 1, tahapp operasi adalah tahap dima ana IPP sudaah
menncapai COD.
• Kateegori 2, tahap pembangunan/konstruksi dim mana IPP sudaah
menncapai Financia al Closing (FC) tapi belum me
encapai COD.
• Kateegori 3, Tahapp pendanaan IP PP yang sudah memiliki PPTLL,
teta
api belum menccapai Financial Closing (FC).
Pembangkit IPPP yang terkendala di sistem Sulawesi
S adalaah,
• PLTTU Tawaeli 2x13.5 MW masukk dalam katego ori 1
• PLTTA Poso 3x65 MW
M masuk dala am kategori 2
• PLTTU Jeneponto 2x100
2 MW massuk dalam kate egori 2
• PLTTA Manippi 1x10 MW masuk dalam
d kategori 2
• PLTTU Gorontalo 2x6 MW masuk dalam kategorri 2
• PLTTU Molotabu 2xx10 MW masukk dalam katego ori 2
Saat ini penyyelesaian IPP terkendala tersebut sedang g diproses oleh
Komite Direktu
ur untuk IPP da
an Kerjasama Kemitraan.
K
Beberapa pro oyek kategori 2 sudah dalam tahap konstruksi da an
hun 2012/2013 sudah beroperasi.
diharapkan tah
505
LA
AMPIRAN
N B2.4
N
NERACA E
ENERGI
SIST
TEM INTE
ERKONEKKSI SULUTTENGGO
O
DANN
SISTEM INTE
ERKONEKKSI SULS
SELRABAR
506
Proyeksi Neraca Energi Sistem Sulut - Gorontalo
(GWh)
Jenis 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Batubara 99 378 578 866 823 564 695 902 1.106 1.373
Gas - - - - - - - - - -
LNG - - 39 38 39 39 78 78 116 117
HSD 295 154 84 7 0 0 - 0 0 0
MFO 157 139 103 - - - - - - -
Geot. 430 430 430 514 644 1.136 1.157 1.164 1.164 1.164
H d
Hydro 322 322 322 322 385 398 408 414 414 416
Jumlah 1.303 1.423 1.555 1.747 1.891 2.136 2.337 2.558 2.800 3.071
507

Proyeksi Neraca Energi Sistem Sulselrabar (GWh)


Jenis 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Batubara 133 684 1.068 1.934 2.628 2.860 3.528 3.954 4.393 5.114
Gas 1.514 1.518 2.194 2.197 2.187 2.207 2.200 2.196 2.198 2.201
LNG - - 238 226 213 223 235 239 239 398
HSD 259 120 29 14 - - - - - -
MFO 1.521 1.073 401 93 - - - - - -
Geot. - - - - - - - - - -
Hydro 591 1.209 1.205 1.189 1.201 1.556 1.563 1.886 2.272 2.272
Jumlah 4.018 4.605 5.136 5.652 6.230 6.846 7.525 8.275 9.102 9.985
Proyeksi Neraca Energi Sistem Interkoneksi
Sulut-Gorontalo dan Sistem Sulselrabar
(GWh)
Jenis 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Batubara 232 1.063 1.646 2.801 3.451 3.424 4.222 4.856 5.499 6.487

Gas 1.514 1.518 2.194 2.197 2.187 2.207 2.200 2.196 2.198 2.201

LNG - - 277 264 252 262 313 317 355 515

HSD 554 274 113 20 0 0 - 0 0 0


508

MFO 1.678 1.212 505 93 - - - - - -

Geot. 430 430 430 514 644 1.136 1.157 1.164 1.164 1.164

Hydro 913 1.531 1.527 1.511 1.586 1.953 1.971 2.300 2.687 2.688

Jumlah 5.320 6.028 6.691 7.399 8.120 8.982 9.863 10.833 11.902 13.056
P
Proyeksi
k iKKebutuhan
b t h E Energii P
Primer
i Si
Sistem
t S
Sulut
l t - Gorontalo
G t l

Jenis Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Batubara 10^3 ton 79 303 465 700 664 456 561 714 800 999
Gas bcf - - - - - - - - - -
LNG - - 0 0 0 0 1 1 1 1
HSD 10^3 kl 168 88 48 4 0 0 - 0 0 0
MFO 10^3 kl 40 35 26 - - - - - - -
Geot.
Geot - - - - - - - - - -
Hydro - - - - - - - - - -
509

Proyeksi Kebutuhan Energi Primer Sistem Sulselrabar

Jenis Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Batubara 10^3 ton 88 454 698 1.261 1.713 1.863 2.297 2.575 2.861 3.335
Gas bcf 13 13 17 17 17 17 17 17 17 17
LNG - - 3 3 3 3 3 3 3 5
HSD 10^3 kl 72 33 10 4 - - - - - -
MFO 10^3 kl 387 273 102 24 - - - - - -
Geot
Geot. - - - - - - - - - -
Hydro - - - - - - - - - -
Proyeksi Kebutuhan Energi Primer
Sistem Sulut – Gorontalo dan Sistem Sulselrabar

Jenis Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Batubara 10^3 ton 167 756 1.163 1.960 2.376 2.319 2.858 3.289 3.662 4.334
Gas bcf 13 13 17 17 17 17 17 17 17 17
LNG - - 3 3 3 3 4 4 4 6
HSD 10^3 kl 240 121 57 8 0 0 - 0 0 0
510

MFO 10^3 kl 427 308 128 24 - - - - - -


Geot.
Geot - - - - - - - - - -
Hydro - - - - - - - - - -
LAM
MPIRAN B2.5
CA
APACITY BALANC
CE GARDUU INDUK
SIST
TEM INTE
ERKONEK
KSI SULUT
TTENGGO O
DAN
N
SIST
TEM INTE
ERKONEK
KSI SULSE
ELRABAR R
511
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Makassar Branch
1 Pangkep
70/20 1 20 st
150/20 1 30 30 (APLN 2011) (APLN 2018)
30 16.7 19.4 30 21.5 23.5 25.8 28.1 30.4 32.9 35.5 60 38.2
66% 38% 42% 46% 51% 55% 60% 64% 35% 37%

2. Mandai
70/20 1 5 -
70/20 1 2.5 -
1996 : ex Pnkng 1 20 20
512

2005 : ex Pnkng 1 20 20 (2012 - 20 MVA - relok dr Bontoala) 2015 - beban GI Mandai sebagian diambil GI KIMA
40 23.5 27.2 20 30.0 32.8 33.1 35.9 35.9 35.9 35.9 35.9
69% 53% 59% 64% 65% 70% 70% 70% 70% 70%

3. Daya 2013 - beban GI Daya sebagian diambil GI Maros


2005 : ex Pnk 70/20 2 20 40 (2012 - relok 30 MVA dr Bontoala) 2014 - beban GI Daya sebagian diambil GI Daya Baru & GI Maros 2019-sebagian GI KIMA
40 32.3 38.2 30 12.8 14.3 15.9 17.6 19.4 21.3 23.4 21.3
95% 64% -20 22% 24% 27% 30% 33% 36% 39% 36%
20 MVA stand by-dibatasi trafo bay

4 Daya Baru
2013 150/20 1 60 - (APLN 2012) (APLN 2018)
- 21.4 60 23.8 26.6 29.3 32.4 35.5 38.9 60 46.9
42% 47% 52% 58% 63% 70% 38% 46%

5 Maros
70/20 1 10 10 Jalur Tengah
g ((APLN 2012))
2011 150/20 1 30 -
10 8.3 30 10.3 20.6 60 23.5 27.0 30.6 34.7 39.1 44.1 49.7
33% -10 40% 27% 31% 35% 40% 45% 51% 58% 65%
(2011 - relok 10 MVA - ke Nii Tanasa)
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Makassar Branch
6 KIMA Makassar
2015 150/20 1 60 - (APLN 2014)
7.7 60 8.3 12.0 15.8 19.7 30.5
15% 16% 24% 31% 39% 60%

2015 - KIMA ambil sebagian beban Mandai & Tallo Lama


7 Tello
1992 30/20 1 20 -
2004 150/20 1 30 30 (APLN 2016) 2020-sebagian
30 42.4 60 49.0 54.0 58.9 64.4 69.8 75.5 60 81.3 87.4 86.3
42% -30 48% 53% 58% 63% 68% 49% 53% 57% 56%
s.d 2010 - 20 kV disuplai PLTD Sewatama Tello (2011- relok 30 MVA - ke Palopo)
513

8 Tallo Lama 2015 - beban GI Tallo Lama sebagian diambil GI KIMA


1995 150/20 2 30 60 (APLN 2011) (APLN 2016) 2020-beban GI
60 44.8 51.9 60 57.2 62.6 63.8 69.3 75.1 60 81.0 87.2 87.2
88% 51% 56% 61% 63% 68% 59% -30 64% 68% 68%

(2017 - relok 30 MVA - ke Majene)


9 Bontoala (2012 - relok 20 MVA ke Mandai)
70/20 2 20 40 (2012 - relok 30 MVA ke Daya)
1995 70/20 1 30 30 (2012 - relok 20 MVA ke Borongloe)
70 52 61 67 75 83 91 100 109 118 129
GIS Bontoala-II
2011 150/20 1 60 (APLN 2014) (APLN 2017)
- 51.6 60 60.5 60 67.5 74.6 82.8 60 90.8 99.5 108.6 60 118.2 128.6
47% 59% 66% 73% 54% 59% 65% 53% 58% 63%
70 kV masih dipertahankan
10 Panakukang
70/20 2 20
1995 70/20 1 20 2018 - beban GI Panakukang sebagian diambil
2005 150/20 2 30 60 (APLN 2012) (APLN 2015)
60 60.0 60 70.4 78.5 60 86.8 96.2 105.7 60 115.8 115.8 115.8 115.8
59% 69% 62% -30 68% 75% 69% -30 76% 76% 76% 76%
(2013 - relok 30 MVA - ke Makale) (2018 - relok 30 MVA - ke Sinjai)
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Makassar Branch
11 Panakukang Baru / Antang (APLN 2017) (APLN 2019)
2018 150/20 1 60 10.6 60 21.8 56.4 60
21% 43% 55%
Ambil sebagian beban Panakukang - Tello - Ta

12 Tanjung Bunga 2020 - Beban G


2006 150/20 1 30 30 (APLN 2017)
30 28.2 33.3 37.4 41.6 46.4 51.3 56.6 62.2 60 68.2 59.7
37% 44% 49% 54% 61% 67% 74% 49% 53% 47%
514

13 Borongloe
70/20 1 10 st 2023 - Beban G
2006 70/20 1 20 20 (2012 - relok 20 MVA dr Bontoala) (APLN 2015)
20 15.9 18.3 20 20.1 21.8 23.8 25.7 30 27.6 29.6 31.7 33.9
94% 54% 59% 64% 70% 43% 46% 50% 53% 57%

14 Tallasa
1996 150/20 1 16 16
2000 150/20 1 20 20 (APLN 2018)
36 19.9 30 23.1 25.5 28.0 30.7 33.4 36.3 39.2 42.3 60 45.6
35% 41% 45% 50% 55% 60% 65% 70% 45% -16 49%
(2019 - relok 16 MVA - ke ... ..
15 Sungguminasa
1998 150/20 1 30 30 (APLN 2019)
30 25.1 60 29.2 32.2 35.3 38.8 42.3 45.9 49.7 53.6 57.8 60
33% 38% 42% 46% 51% 55% 60% 65% 70% 45%
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA)(MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Pare - Pare Branch
1. Pare-pare
150/20 1 16 16 (APLN 2019)
16 13.2 30 15.4 17.0 18.6 20.4 22.2 24.0 26.0 28.0 30.1 30
34% 39% 43% 47% 52% 57% 61% 66% 72% 47%

2. Barru
150/20 2 5 10
10 6.7 7.7 30 8.5 9.2 10.0 10.8 11.6 12.5 13.3 14.2
515

79% 23% 25% 27% 29% 32% 34% 37% 39% 42%

Pinrang Branch
1 Bakaru
150/20 1 20 20 (APLN 2019)
20 5.7 6.6 7.3 8.0 8.8 9.6 10.4 11.2 12.1 13.0 30
34% 39% 43% 47% 52% 56% 61% 66% 71% 31%

2 Pinrang
1 5 st diusulkan ke PIKITRING untuk ditambahkan
150/20 1 16 16
150/20 1 20 20 (APBN 2012) (APBN 2019)
36 19.9 23.0 25.4 30 27.8 30.5 33.2 36.0 38.9 41.9 45.1 30
65% 75% 45% 50% 54% 59% 64% 69% 75% 66% -16
2019- relok 16 M
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA)(MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Mamuju Branch
1 Polmas diusulkan ke PIKITRING untuk ditambahkan
2000 150/20 1 20 20 (APBN 2012)
20 12.0 13.8 15.2 30 16.5 17.9 19.3 20.8 22.3 23.8 25.4
71% 81% 36% 39% 42% 45% 49% 52% 56% 60%

2 Majene
2000 150/20 1 20 20 (2017 -30 MVA -relok dari Tallo Lama)
20 7.7 8.9 9.7 10.6 11.5 12.4 13.3 30 14.3 15.3 16.3
45% 52% 57% 62% 68% 73% 31% 34% 36% 38%

3 Mamuju
516

2009 150/20 1 20 20 (APBN 2013)


20 8.6 9.9 10.8 11.8 30 12.8 13.8 14.9 15.9 17.0 18.2
51% 58% 64% 28% 30% 33% 35% 37% 40% 43%

Watampone Branch
1. Soppeng
1995 150/20 1 20 20 diusulkan ke PIKITRING untuk ditambahkan
2000 150/20 1 20 20
2008- 1 unit ke 150/20 1 -20 -20 (APBN 2012)
20 11 6
11.6 13 3
13.3 14 5
14.5 30 15 8
15.8 17 2
17.2 18 5
18.5 19 9
19.9 21 3
21.3 22 7
22.7 24 2
24.2
68% 78% 34% 37% 40% 43% 47% 50% 53% 57%

2. Bone / Watampone Sebagian beban GI Bone diam


1995 150/20 1 20 20
2000 150/20 1 20 20 (APBN 2017)
40 23.4 30 27.2 30.1 33.1 36.4 39.7 43.2 46.84 30 37.98 38.3
39% 46% 51% 56% 61% 67% 73% 55% -20
20 56% 56%
(2018 - relok 20 MVA - ke ...)
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Watampone Branch
3. Sidrap
1995 150/20 1 20 20 (APBN 2017)
20 17.4 30 20.3 22.4 24.6 27.0 29.4 31.9 34.5 30 37.3 40.2
41% 48% 53% 58% 64% 69% 75% 51% 55% 59%

4 Kajuara (APBN 2018) (APBN 2019)


2019 150/20 1 30 - 19.6 30 24.6 30
77% 48%

5 Sengkang
1999 150/20 1 16 -
2002 (rusak th.2 150/20 1 30 -
2008-dari sopeng 1 20 20
517

20 17.4 30 20.1 17.6 19.1 20.8 22.5 24.2 25.9 27.7 29.7
41% 47% 41% 45% 49% 53% 57% 61% 65% 70%

6 Siwa / Keera
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012) (APBN 2017)
- 13.0 30 14.2 15.5 16.8 18.2 19.6 30 21.1 22.6
51% 56% 61% 66% 71% 38% 41% 44%

Bulukumba Branch
1. Bulukumba
2006 150/20 1 20 20 (APBN 2017)
20 16 6
16.6 30 19 2
19.2 21 1
21.1 22 9
22.9 25 0
25.0 27 1
27.1 29 2
29.2 31 4
31.4 30 33 6
33.6 36 0
36.0
39% 45% 50% 54% 59% 64% 69% 46% 49% 53%

2 Sinjai
2007 150/20 1 20 20 2018 -30 MVA - relok dr Panakukang
20 16.6 30 19.3 21.3 23.2 25.5 27.6 29.9 32.2 30 27.7 29.1
39% 45% 50% 55% 60% 65% 70% 47% 41% 43%

3 Jeneponto
2006 150/20 1 20 20 2019 -relok 30 MVA - dr Tanjun
20 15.9 30 18.3 20.2 22.0 24.0 25.9 28.0 30.1 32.3 30 34.6
37% 43% 47% 52% 56% 61% 66% 71% 47% 51%
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
((MVA)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA)) ((MW)) ((MVA))
Palopo Branch
1. Palopo (2013-sebagian beban diambil GI Siwa)
2006 150/20 2 20 40 (2011 -Relok 30 MVA -dari Tello) (APBN 2019)
40 26.7 30 31.0 25.7 28.1 30.9 33.6 36.4 39.3 42.4 45.7 60
45% 52% 43% 47% 52% 56% 61% 66% 71% 49% -20
2020 -relok 20 M
2. Makale
2006 150/20 1 20 20 (2013 - 30 MVA - relok dr Panakukang) beban Makale sebagian diambil Enrekang
20 11.4 13.1 14.5 30 15.8 17.3 11.2 12.1 13.1 14.0 15.1
67% 77% 34% 37% 41% 26% 29% 31% 33% 35%
518

3. Enrekang (SY PLTA B.Batu)


8

2016 150/20 1 30 - (APBN 2015)


- 7.5 30 8.1 8.7 9.4 10.0
29% 32% 34% 37% 39%

4 Wotu
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012)
- 9.3 30 10.2 11.2 12.2 13.3 14.4 15.6 16.8
36% 40% 44% 48% 52% 56% 61% 66%

5 Malili
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012) (APBN 2019)
- 10.8 30 11.9 13.1 14.2 15.5 16.8 18.2 19.7 30
42% 47% 51% 56% 61% 66% 71% 39%
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Kendari Branch
1. Kolaka
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012) (APBN 2018)
- 12.2 30 13.0 14.0 15.2 16.5 17.9 19.5 30 21.2
48% 51% 55% 60% 65% 70% 38% 42%

2 Lasusua
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012)
- 5.21 30 5.6 6.0 6.5 7.1 7.7 8.3 9.1
519

20% 22% 24% 26% 28% 30% 33% 36%

3 Unaha
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012) (APBN 2013)
19.6 30 21.0 30 22.7 24.5 26.6 28.9 31.5 34.3
77% 41% 44% 48% 52% 57% 62% 67%

4 Kendari 2011 - 30 MVA - 70/20 - Mandonga


2011-Mandon 70/20 1 30 30 2013 - operasi
p GI lain di Sistem Kendari ((Unaaha,, Kendari150)) ((APBN 2018))
54.7 30 60.6 11.8 12.6 13.6 14.7 16.0 17.4 18.9 30 20.6
18% 42% 46% 49% 53% 58% 63% 68% 37% 40%
2011/12 - 20 kV disuplai PLTD (77 MW) 50.0 50.0
5 Kendari-150 kv
2013 150/20 1 30 30 (APBN 2012) (APBN 2014) (APBN 2019)
35.3 30 37.9 40.8 60 44.2 47.9 52.1 56.7 61.8 60
21% 31% 53% 58% 63% 68% 74% 48%
2013/14 - 20 kV disuplai PLTD (30 MW) 30.0 30.0
Capacity Balance GI Sistem Sulselrabar
CAPACITY
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Exist' 2009
No. SUBSTATION No Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Size Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans Trans
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
Kendari Branch
6 Nii Tanasa 2011 - 10 MVA - baru (SY PLTU Nii Tanasa)
2011-PLTU N 70/20 1 10 10 2011 - 10 MVA - relok dari Maros 70 kV
2011-relok dr M 70/20 1 10 10 (APBN 2014)
9.7 20 10.7 11.8 12.6 13.6 20 14.7 16.0 17.4 18.9 20.6
57% 63% 69% 74% 40% 43% 47% 51% 56% 61%

7 Raha
2013 150/20 1 30 - (APBN 2012)
- 9.3 30 9.9 10.7 11.5 12.5 13.5 14.7 15.9
36% 39% 42% 45% 49% 53% 57% 62%

8 Bau-Bau
520

2013 150/20 1 30 - (APBN 2012) (APBN 2015)


- 17.3 30 18.6 20.0 21.6 30 23.4 25.4 27.6 30.0
41% 45% 51% 42% 46% 50% 54% 59%
20 kV di
disuplai
l i PLTD & PLTM (7 MW) 70
7.0 70
7.0 70
7.0

Big Consumer
1. Tonasa III & IV
150/20 3 32 95 39.0 39.0 39.0 39.0 39.0 39.0 39.0 39.0 39.0 39.0

2 Barawaja 10
150/30/20 1 20 20 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3 53
5.3

3 Semen Bosowa
150/20 2 45 90 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0

TOTAL PEAK KONSUMEN BESAR (MW) 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76


TOTAL PEAK LOAD 1 (MW) 389 330 454 250 504 180 555 - 614 120 671 90 733 120 797 180 865 180 938 150
TOTAL PEAK LOAD 2 (MW) 211 210 244 - 289 210 315 30 345 - 375 30 405 30 437 150 470 60 505 180
TOTAL PEAK LOAD 3 (MW) 64 50 71 - 122 180 131 30 141 80 153 30 166 - 180 - 196 60 214 60
TOTAL SYSTEM PEAK LOAD (MW) 740 590 846 250 992 570 1,078 60 1,177 200 1,275 150 1,380 150 1,490 330 1,607 300 1,733 390
SCENARIO NORMAL (MW) 727 831 970 1,056 1,153 1,249 1,352 1,460 1,574 1,697
ANNUAL DIVERSITY FACTOR 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02
849
Capacity
p y Balance GI Sistem Sulutenggo
gg
Kapasitas Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Teg.
No. GARDU INDUK Jumlah Unit Total Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Sistem
Size Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo
(MVA) (MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 GI Ranomut 70/20 3 20 60 Sebagian beban dialihkan ke GI Paniki Sebagian Beban dialihkan ke GI Paniki (Beban Ranomuut 8
- Beban Puncak ( MW ) 60 - 44.64 26.17 28.79 31.67 34.83 38.32 42.15 46.36 46.36 46.36
78% 46% 51% 56% 61% 67% 74% 81% 81% 81%
2 GI Sawangan 70/20 1 10 10 (Relokasi dari GI Teling 10 MVA)
- Beban Puncak ( MW ) 10 - 8.93 9.27 10.00 9.62 9.98 10.34 10.78 11.24 11.71 12.20 12.73
94% 49% 51% 53% 54% 57% 59% 62% 64% 67%
3 GI Bitung 70/20 1 20 20 Beban dialihkan ke GI Kema serta antisipasi GI Kema terlambat ( Catatan : PLTU Amurang 2 x 25 MW dan PLTP Lahendong IV 20 MW dan
- Beban Puncak ( MW ) 20 - 16.78 8.73 20.00 9.61 10.57 11.62 12.79 14.07 15.47 17.02 18.72
88% 23% 25% 28% 31% 34% 37% 41% 45% 49%
521

- Beban Sewa Genset (MW)


4 GI Tonsealama 70/20 1 10 10
- Beban Puncak ( MW ) 10 - 5.94 7.18 7.60 8.04 8.51 10.00 9.05 9.63 10.24 10.89 11.58
62% 76% 80% 85% 45% 48% 51% 54% 57% 61%
5 GI Teling 70/20 1 10 10 Mengantisipasi COD GIS Teling terlambat up grade trafo dari 10 MVA menjadi 20 MVA
1 20 20
1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 50 - 45 33
45.33 22 20 10.00
22.20 10 00 22.87
22 87 23 55
23.55 24 24
24.24 25 09
25.09 25 96
25.96 26 86
26.86 27 79
27.79 29 33
29.33
95% 39% 40% 41% 43% 44% 46% 47% 49% 51%
6 GI Teling 150 kV (GIS) 150/20 1 0 0 Beban dr GI Teling 70 kV
- Beban Puncak ( MW ) 0 18.99 30.00 21.84 24.97 28.40 30.00 32.14 36.45 41.18 46.38 52.12 30.00 57.90
67% 77% 88% 50% 56% 64% 72% 81% 61% 68%
7 GI Tomohon 70/20 2 10 20
- Beban Puncak ( MW ) 20 - 12.58 13.62 14.74 15.95 17.25 30.00 18.76 20.39 22.16 24.09 26.20
66% 72% 78% 84% 36% 39% 43% 47% 51% 55%
Capacity Balance GI Sistem Sulutenggo
Kapasitas Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Teg.
Teg
No. GARDU INDUK Jumlah Unit Total Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Sistem
Size Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo
(MVA) (MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
8 GI Kawangkoan 150/20 1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 20 - 13.75 15.22 16.35 17.56 30.00 18.85 20.35 21.97 23.70 25.58 27.62
72% 80% 86% 37% 40% 43% 46% 50% 54% 58%
9 GI Lopana 150/20 1 20 20
- Beban
B b P Puncak
k ( MW ) 20 - 13 23 20.00
13.23 20 00 15 52
15.52 17 10
17.10 18 83
18.83 20 72
20.72 22 93
22.93 25 37
25.37 28 07
28.07 31 05
31.05 32 30
32.30
35% 41% 45% 50% 55% 60% 67% 74% 82% 85%
10 GI Tasik Ria 70/20 1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 20 - 11.19 12.31 13.54 14.89 16.38 18.02 30.00 19.82 21.81 23.99 28.46
59% 65% 71% 78% 86% 38% 42% 46% 50% 60%
11 GI Otam 150/20 1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 20 - 10.65 11.62 12.68 23.85 30.00 26.23 28.86 31.74 34.92 38.41 30.00 42.25
56% 61% 67% 50% 55% 61% 67% 74% 51% 56%
- Beban Pembangkit Kota (MW) 10.00 10.00 10.00

12 GI Likupang 70/20 1 20 20
522

- Beban Puncak ( MW ) 20 5.25 5.78 6.36 6.99 7.69 8.46 9.30 10.24 11.26 12.38
28% 30% 33% 37% 40% 45% 49% 54% 59% 65%
13 GI Kema 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 17.35 30.00 19.51 21.88 24.47 27.48 30.00 30.79 34.44 38.47 30.00 42.95
61% 68% 77% 86% 48% 54% 60% 45% 50%
14 GI Lolak 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 5.19 20.00 5.71 6.28 6.91 7.60 8.36 9.19 10.11 11.13 12.24
27% 30% 33% 36% 40% 44% 48% 53% 59% 64%
15 GI Bintauna 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 3.00 10.00 3.18 3.37 3.57 3.79 4.01 4.26 4.51 4.78
32% 33% 35% 38% 40% 42% 45% 47% 50%
16 GI Paniki 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 22.94 30.00 25.57 30.00 28.43 31.51 35.05 38.90 43.08 52.28 30.00 61.89
80% 45% 50% 55% 61% 68% 76% 61% 72%
17 GI Molibagu 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 0.00 0.00 4.50 20.00 4.82 5.15 5.51 5.90 6.31 6.75
0% 0% 0% 24% 25% 27% 29% 31% 33% 36%
TOTAL BEBAN KONSUMEN BESAR
TOTAL BEBAN GARDU INDUK 222.48 225.46 245.6 267.47 292.39 320.74 351.71 385.54 422.63 462.90
TOTAL BEBAN PUNCAK SISTEM 209.44 227.00 247.0 268.34 291.60 317.03 344.76 375.02 408.02 445.12
DIVERSITY FACTOR 1.06 0.99 0.99 1.00 1.00 1.01 1.02 1.03 1.04 1.04
PENAMBAHAN TRANSFORMATOR 0.0 70.0 110.0 30.0 90.0 40.0 60.0 0.0 0.0 120.0 0.0
Capacity Balance GI Sistem Sulutenggo
Kapasitas
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo
Teg. Jumlah
No. GARDU INDUK Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Sistem Unit
Size Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 GI Talise 70/20 1 30 30 ((catatan : Sebagian
g Beban 20 kV PLTD Silae dialihkan ke Transmisi))
1 10 10
- Beban Puncak ( MW ) 40 25.60 29.44 29.44 32.38 30.00 35.62 39.18 43.10 47.4 52.15 30.00 57.37
70% 80% 80% 50% 55% 61% 67% 74% 57% 62%
PLTD Silae 50.00 Pembangkit Silae
2 GI Parigi 70/20 1 20 20
- Beban Puncak ( MW ) 20 8 68
8.68 9 55
9.55 10 50
10.50 11 55
11.55 12 71
12.71 13 98
13.98 15 38 30.00
15.38 30 00 16 9
16.9 18 61
18.61 20 47
20.47
47% 52% 57% 63% 69% 76% 33% 37% 40% 44%

3 GI Silae 70/20 2 0 0 (catatan : Sebagian Beban 20 kV PLTD Silae dialihkan ke Transmisi)


523

- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 0.00 22.08 30.00 33.12 30.00 36.43 40.08 44.08 48.5 30.00 53.34 58.67
80% 60% 66% 73% 80% 59% 64% 71%

4 GI Poso 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 7.49 30.00 15.00 16.50 18.15 19.97 21.96 24.2 30.00 26.57 29.23
27% 54% 60% 66% 72% 80% 44% 48% 53%
5 GI Tentena 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 2.23 10.00 5.00 5.50 6.05 6.66 7.32 8.05 30.00 8.86 9.74
24% 54% 60% 66% 72% 80% 22% 24% 26%
6 GI Ampana 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.32 20.0 5.88 6.50 7.17
29% 32% 35% 39%
7 GI Kolonedale 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.46 20.0 6.03
30% 33%
Capacity Balance GI Sistem Sulutenggo
Kapasitas
K it
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trafo
Teg. Jumlah
No. GARDU INDUK Unit Total Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
Sistem Unit
Size Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo Trafo
(MVA) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
8 GI Palu Baru 150/20 1 0 0 dari Sebagian GI Talise
- Beban Puncak ( MW ) 0 0.00 17.82 30.00 21.21 33.12 30.00 36.43 40.08 44.08 48.49 30.00 53.3 58.7
65% 77% 60% 66% 73% 80% 59% 64% 71%
9 GI Leok 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 20 0 0.00 0.00 0.00 5.00 20.00 5.50 6.05 6.66 7.32 8.05 8.86
27% 30% 33% 36% 40% 44% 48%
10 GI Toli-Toli
Toli Toli 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 30 0 0.00 0.00 0.00 10.80 30.00 11.88 13.07 14.37 15.81 17.39 19.13
39% 43% 47% 52% 57% 63% 69%
11 GI Moutong 150/20 1 0 0
524

- Beban Puncak ( MW ) 30 0 0.00 0.00 0.00 7.60 30.00 8.36 9.20 10.12 11.13 12.24 13.46
28% 30% 33% 37% 40% 44% 49%
12 GI Siboa 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 30 0 0.00 0.00 0.00 5.00 30.00 5.50 6.05 6.66 7.32 8.05 8.86
18% 20% 22% 24% 27% 29% 32%
13 GI Luwuk 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 20 0 0.00 0.00 0.00 15.00 30.00 16.50 18.15 19.97 21.96 24.16 30.0 26.57
54% 60% 66% 72% 80% 44% 48%
14 GI Moilong 150/20 1 0 0
- Beban Puncak ( MW ) 30 0 0.00 0.00 0.00 5.00 20.00 5.50 6.05 6.66 7.32 8.05 8.86
27% 30% 33% 36% 40% 44% 48%
TOTAL BEBAN KONSUMEN BESAR
TOTAL BEBAN GARDU INDUK 34.3 66.5 103.2 180.6 198.6 218.5 245.7 270.3 302.8 333.1
TOTAL BEBAN PUNCAK SISTEM 126.8 140.5 155.5 171.8 189.6 210.0 232.3 256.6 283.5 308.9
DIVERSITY FACTOR 0.27 0.47 0.66 1.05 1.05 1.04 1.06 1.05 1.07 1.08
PENAMBAHAN TRANSFORMATOR 0.0 70.0 30.0 90.0 0.0 0.0 50.0 120.0 50.0 0.0
LAM
MPIRAN B2.6
RENCAANA PENG
GEMBANGAN PENNYALURA
AN
SISTE
EM INTER
RKONEKS
SI SULUTTENGGO
O
DAN
SISTEM INTER
RKONEKS
SI SULSE
ELRABAR
525
Proyeksi Kebutuhan Fisik Transmisi dan GI Sulawesi
Kms
Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

T/L 500 kV - - - - - - - - - - -
T/L 275 kV 482 482
T/L 150 kV 1006 8
1006.8 488 1417 1451 254 112 308 524 380 170 6110 8
6110.8
T/L 70 kV 24 62 14 1 101
Jumlah 1030.8 1032 1431 1451 255 112 308 524 380 170 6693.8
526

MVA
Tegangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

500/275 kV
275/150 kV 270 90 360
150/70 kV 60 60 63 183
150/20 kV 610 400 490 590 150 390 140 420 460 290 3940
70/20 kV 80 30 30 30 60 20 20 20 290
Jumlah 750 760 673 590 180 450 160 440 460 310 4773
Pengembangan Transmisi Sulawesi

Juta Sumber
Propinsi Dari Ke Tegangan Conductor kms COD Status
US$ Pendanaan
Gorontalo Isimu Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 90 8.01 2011 On Going IPP
Gorontalo Isimu Marisa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 220 19.58 2011 On Going APBN
Gorontalo Isimu Buroko 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 76 6.76 2011 Selesai APBN
Gorontalo PLTU Gorontalo Energi (IPP) Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 16 1.42 2012 Planned IPP
Gorontalo PLTU Gorontalo (Perpres) Incomer double phi Buroko-Isimu 150 kV 4 cct, ACSR 1 x 240 mm2 14 1.25 2013 On Going APBN
Gorontalo PLTU TLG (Molotabu) (IPP) Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 30 2.67 2014 Planned IPP
Gorontalo Marisa Moutong 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 180 16.02 2014 Planned Unall
Gorontalo New PLTG (Marisa) Marisa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 20 1.78 2017 Planned Unall
Sulteng PLTA Poso (Tentena) Poso 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 80 7.12 2012 Commited APLN
527

Sulteng Poso Palu Baru 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 238 21.18 2012 Commited APLN
Sulteng Palu Baru Silae 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 50 4.45 2012 Commited APBN
Sulteng Palu Baru Talise 70 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 30 1.87 2012 Planned APBN
Sulteng Tentena (PLTA Poso) Wotu 275 kV 2 cct, Zebra, 430 mm 272 61.22 2012 On Going IPP
Sulteng PLTU Tawaeli Expansion TIP 24 (Talise-Parigi) 70 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 14 0.87 2013 Planned Unall
Sulteng PLTMG Cendana Pura Luwuk 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 180 16.02 2013 Planned Unall
Sulteng Toli-toli Leok 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 216 19.22 2014 Planned Unall
Sulteng Toli-toli Siboa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 260 23.14 2014 Planned Unall
Sulteng Moutong Incomer Single phi (Toli2
(Toli2-Siboa)
Siboa) 150 kV 2 cct
cct, ACSR 1 x 240 mm2 220 19 58
19.58 2015 Planned Unall
Sulteng Poso Ampana 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 248 22.07 2017 Planned Unall
Sulteng Bunta Luwuk 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 190 16.91 2019 Planned Unall
Sulteng Kolonedale Incomer single phi Poso-Ampana 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 164 14.60 2019 Planned Unall
Sulteng Ampana Bunta 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 170 15.13 2020 Planned Unall
Sulut PLTU Sulut II (Pepres) Lopana 150 kV 2 cct, ACSR 2 x 240 mm2 36 4.41 2011 On Going APLN
Sulut Lopana Teling (GIS) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 96 8.54 2011 On Going APBN
Pengembangan Transmisi Sulawesi

Juta Sumber
Propinsi Dari Ke Tegangan Conductor kms COD Status
US$ Pendanaan
Sulut Teling (GIS) Ranomut Baru (Paniki) 150 kV 2 cct
cct, ACSR 1 x 240 mm2 16 1 42
1.42 2012 Commited APBN
Sulut Ranomut Baru (Paniki) Tanjung Merah (Kema) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 60 5.34 2012 Commited APBN
Sulut Bintauna Tapping (Lolak - Buroko) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 4 0.36 2012 Planned Unall
Sulut PLTP Lahendong V & VI Kawangkoan 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 10 0.90 2013 Planned Unall
Sulut Likupang Bitung 70 kV 1 cct, ACSR 1 x 240 mm2 32 5.70 2013 Planned APLN
Sulut Otam Molibagu 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 132 11.75 2014 Planned Unall
Sulut PLTG Minahasa Likupang 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 1 0.09 2014 Planned Unall
Sulut PLTP Kotamobagu Otam 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 32 2.85 2015 Planned Unall
Sulut PLTA Sawangan Sawangan 70 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 1 0.06 2015 Planned Unall
Sulut PLTU Sulut I (IPP) Tanjung Merah (Kema) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2 20 1.78 2018 Planned IPP
528

Sulsel Sidrap Maros (New) - Ags 2011 operasi 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 260 25.61 2011 Sdh operasi APBN
Sulsel Maros ((New)) Sungguminasa
gg - Ags
g 2011 operasi
p 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 80 7.88 2011 Sdh operasi
p APBN
Sulsel Sengkang Sidrap - Ags 2011 operasi 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 130 12.81 2011 Sdh operasi APBN
Sulsel PLTU Perpres - Barru Incomer 2 phi (barru-pare) 150 kV 4 cct, Hawk, 240 mm 4.8 0.43 2011 On Going APBN
Sulsel Tallo Lama (Uprating Cond) Tello (Uprating Cond) 150 kV 2 cct, TACSR 14 0.78 2011 On Going APBN
Sulsel Wotu Palopo 275 kV 2 cct, Zebra, 430 mm 210 47.27 2012 On Going IPP
Sulsel PLTU Bosowa Jeneponto TIP. 57 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 12 1.18 2012 On Going APBN
Sulsel PLTU Bosowa Jeneponto TIP 58
TIP. 150 kV 2 cct
cct, 2xZebra
2xZebra, 2x430 mm 12 1 18
1.18 2012 On Going APBN
Sulsel Sengkang Siwa/Keera (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 140 17.17 2013 Planned APBN
Sulsel Siwa/Keera Palopo 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 180 22.07 2013 Planned APBN
Sulsel Tallo Lama (loop) Bontoala (loop) 150 kV 2 cct, UGC, XLPE, 400 mm 9 2.75 2013 Planned APBN
Sulsel Wotu Malili (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 82 10.06 2013 Planned APBN
Sulsel Daya Baru Inc. 1 phi (Maros-Sungguminasa) 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 2 0.20 2014 Planned APBN
S l l
Sulsel PLTU Takalar Punaga Tanjung Bunga 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 80 7.88
88 2014 Pl
Planned
d IPP
Pengembangan Transmisi Sulawesi

Juta Sumber
Propinsi Dari Ke Tegangan Conductor kms COD Status
US$ Pendanaan
Sulsel KIMA Makassar (New) Inc. 1 phi (Pangkep-Tello) 150 kV 2 cct, UGC, XLPE, 400 mm 2 0.61 2015 Planned APBN
Sulsel SY PLTA Bbatu/Enrekang Inc. 2 phi (Makale-Sidrap) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 2 0.18 2016 Planned IPP
Sulsel PLTA Malea Makale 150 kV 2 cct, Zebra, 430 mm 30 2.67 2016 Planned IPP
Sulsel PLTA Bakaru II Enrekang 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 40 4.91 2017 Planned Unall
Sulsel Panakukang baru/Antang Inc. 1 phi (Maros-Sungguminasa) 150 kV 2 cct, 2xZebra, 2x430 mm 24 2.36 2018 Planned Unall
Sulsel Kajuara - (New) Inc. 1 phi (SInjai-Bone) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 6 0.53 2019 Planned Unall
Sulsel PLTU Sewa barru Inc. 2 phi (Sidrap-Maros) 150 kV 4 cct, 2xZebra, 2x430 mm 20 1.78 2019 Planned Unall
S lt
Sultra PLTU P Perpres - Nii T
Tanasa M d
Mandonga/Kendari
/K d i 70 kV 2 cct,
t OOstrich
t i h (ex-P3B
( P3B JB) 24 1 89
1.89 2011 O Going
On G i APBN
Sultra Malili (New) Lasusua (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 290 35.56 2013 Planned APBN
Sultra Lasusua (New) Kolaka (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 232 28.45 2013 Planned APBN
Sultra Kolaka (New) Unahaa (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 150 18.39 2013 Planned APBN
529

Sultra PLTU Kolaka (FTP2) Kolaka 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 20 1.78 2013 Planned IPP
Sultra Unahaa (New) Kendari (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 110 13.49 2013 Planned APBN
Sultra Kendari (new) Raha (new) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 220 19.58 2014 Planned APBN
Sultra Kendari (new) Raha (new) - Kabel Laut 150 kV 2 cct, Kabel Laut 10 10.68 2014 Planned APBN
Sultra PLTU Kendari (FTP2) Inc. 2 phi (Kendari-Raha) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 10 0.89 2014 Planned IPP
Sultra Raha (new) Bau-Bau (New) 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 170 15.13 2014 Planned APBN
Sultra PLTA Konawe Unahaa (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk, 240 mm 80 9.81 2016 Planned Unall
Sultra PLTA Watunohu 1 Lasusua (New) 150 kV 2 cct
cct, 2xHawk
2xHawk, 240 mm 80 9 81
9.81 2018 Planned Unall
Sulbar Pasangkayu Silae 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 90 11.04 2014 Planned APBN
Sulbar PLTU Mamuju (FTP2) Mamuju 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 50 4.45 2014 Planned IPP
Sulbar Pasangkayu Mamuju 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2 400 49.05 2018 Planned Unall
Sulbar PLTA Poko Bakaru 150 kV 2 cct, Hawk, 240 mm 40 3.60 2019 Planned Unall
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Juta
P
Propinsi
i i Wilayah Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap COD Status Sumber
US$
Gorontalo Suluttenggo Botupingge 150/20 kV New 30 2.62 2011 On going APLN
Gorontalo Suluttenggo PLTU Gorontalo 150/20 kV New 20 3.24 2011 On going APBN
Gorontalo Suluttenggo Isimu 150/20 kV New 30 2.62 2011 On going APBN
Gorontalo Suluttenggo Marisa 150/20 kV New 30 2.62 2011 On going APBN
Gorontalo Suluttenggo Buroko 150/20 kV New 20 4.47 2011 On going APBN
Gorontalo Suluttenggo Botupingge 150/20 kV Extension 30 1.90 2013 Planned Unall
Gorontalo Suluttenggo Isimu 150/20 kV Extension 30 1.90 2013 Planned Unall
Sulbar Sulselrabar Polmas 150/20 kV Extension 30 1.39 2011 On going APLN
Sulbar Sulselrabar Majene 150/20 kV Extension 30 1.39 2011 On going APLN
Sulbar Sulselrabar Pasangkayu 150/20 kV New 20 2.38 2014 Operasi APBN
Sulbar Sulselrabar Mamuju 150/20 kV Extension 30 1.39 2014 On going APLN
Sulsel Sulselrabar Mandai 70/20 kV Extension 20 0.00 2011 Relok APBN
Sulsel Sulselrabar Tallo Lama 150/20 kV Extension 60 2.10 2011 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Bontoala 150/20 kV Extension 60 2.10 2011 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Borongloe 70/20 kV Extension 20 0.00 2011 Relok Unall
530

Sulsel Sulselrabar Tallasa 150/20 kV Extension 60 2.10 2011 On going APBN


Sulsel Sulselrabar Pare-pare
p 150/20 kV Extension 30 0.00 2011 On g
going
g APLN
Sulsel Sulselrabar Bulukumba 150/20 kV Extension 30 1.39 2011 On going APLN/APBN
Sulsel Sulselrabar Sinjai 150/20 kV Extension 30 1.39 2011 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Daya 70/20 kV Extension 30 0.00 2012 Relok APLN
Sulsel Sulselrabar Siwa/Keera - (GI Baru)+2 LB 150/20 kV New 30 2.62 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Sengkang, Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Tallo Lama ((loop
p Btoala),
), Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2012 On g
going
g APBN
Sulsel Sulselrabar Bontoala (loop T.Lama), Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Pangkep 150/20 kV Extension 30 1.39 2012 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Bone 150/20 kV Extension 30 1.39 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Jeneponto 150/20 kV Extension 30 1.39 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Barru 150/20 kV Extension 30 1.39 2012 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Makale 150/20 kV Extension 30 1.39 2012 On g
going
g APLN
Sulsel Sulselrabar Palopo IBT 275/150 kV New 180 14.45 2012 Planned IPP
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Juta
P
Propinsi
i i Wilayah Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap COD Status Sumber
US$
Sulsel Sulselrabar Palopo + Ext 2 LB 150/20 kV Extension 30 2.62 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Siwa, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2012 On going APBN
Sulsel Sulselrabar Pinrang 150/20 kV Extension 30 1.39 2013 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Soppeng 150/20 kV Extension 30 1.39 2013 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Maros 150/20 kV Extension 60 2.10 2013 Planned APBN
Sulsel Sulselrabar Panakkukang 150/20 kV Extension 60 2.10 2013 Planned APBN
Sulsel Sulselrabar Wotu IBT 275/150 kV New 90 7.22 2013 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Wotu - (GI Baru) + 2 LB 150/20 kV New 30 2.62 2013 Planned APBN
Sulsel Sulselrabar Malili - (GI Baru) + 4 LB 150/20 kV New 30 3.85 2013 Planned APBN
Sulsel Sulselrabar Tanjung Bunga, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2014 Planned APBN
Sulsel Sulselrabar Daya Baru - (GI Baru) + 2 LB 150/20 kV New 60 3 34
3.34 2014 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Tello 150/20 kV Extension 60 2.10 2014 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Tallo Lama 150/20 kV Extension 60 2.10 2014 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar KIMA Makassar - (GI baru) + 2 LB 150/20 kV New 60 3.34 2015 Proposed IBRD
531

Sulsel Sulselrabar Bontoala 150/20 kV Extension 60 2.10 2015 Proposed IBRD


Sulsel Sulselrabar Sidrap 150/20 kV Extension 30 1.39 2015 Planned Unall
S l l
Sulsel S l l b
Sulselrabar P
Panakkukang
kk k 150/20 kV E t
Extension
i 60 2 10
2.10 2016 P
Proposed
d IBRD
Sulsel Sulselrabar Tanjung Bunga 150/20 kV Extension 60 2.10 2016 Proposed IBRD
Sulsel Sulselrabar Borongloe 70/20 kV Extension 30 1.26 2016 Proposed IBRD
Sulsel Sulselrabar Sungguminasa 150/20 kV Extension 60 2.10 2016 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Pinrang 150/20 kV Extension 30 1.39 2016 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Bulukumba 150/20 kV Extension 30 1.39 2016 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar SY PLTA Bontobatu/Enrekang 150/20 kV New 30 2.62 2016 Proposed IBRD
Sulsel Sulselrabar Makale, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2016 Proposed PLTA Malea
Sulsel Sulselrabar Sidrap, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB 1.23 2017 Proposed PLTA Bakaru-II
Sulsel Sulselrabar Bone 150/20 kV Extension 30 1.39 2017 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Sinjai 150/20 kV Extension 30 1.39 2017 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Bakaru, Ext 4 LB 150/20 kV Extension 4 LB 2.47 2018 Proposed PLTA Poko
Sulsel Sulselrabar Pangkep 150/20 kV Extension 60 2.10 2018 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Tello 150/20 kV Extension 60 2.10 2018 Planned Unall
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Juta
P i i
Propinsi Wila ah
Wilayah Nama Gard
Gardu Ind
Induk
k Tegangan Bar /E tension
Baru/Extension Kap COD Stat s
Status S mber
Sumber
US$
Sulsel Sulselrabar Tallo Lama 150/20 kV Extension 60 2.10 2018 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Bontala - GIS II - (GI baru) 150/20 kV New 60 2.10 2018 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Panakukang baru/Antang - (GI baru 150/20 kV New 60 3.34 2018 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Pare-Pare 150/20 kV Extension 30 1.39 2018 Relok Unall
Sulsel Sulselrabar Daya Baru 150/20 kV Extension 60 2 10
2.10 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Maros 150/20 kV Extension 60 2.10 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Tallasa 150/20 kV Extension 60 2.10 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Bone 150/20 kV Extension 30 1.39 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Sidrap 150/20 kV Extension 30 1.39 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Kajuara - GI New + 2 LB 150/20 kV New 30 2.62 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Kajuara 150/20 kV Extension 30 1.39 2019 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Malili 150/20 kV Extension 20 0.00 2019 Relok Unall
Sulsel Sulselrabar Panakukang baru/Antang 150/20 kV Extension 60 2.10 2020 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Tanjung Bunga 150/20 kV Extension 60 2.10 2020 Planned Unall
532

Sulsel Sulselrabar Soppeng 150/20 kV Extension 30 1.39 2020 Planned Unall


Sulsel Sulselrabar Siwa/Keera 150/20 kV Extension 30 1.39 2020 Planned Unall
Sulsel Sulselrabar Jeneponto 150/20 kV Extension 20 0.00 2020 Relok Unall
Sulsel Sulselrabar Wotu 150/20 kV Extension 30 1.39 2020 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo PLTA Poso 150/20 kV New 10 2.98 2012 Commited APBN
Sulteng Suluttenggo Tentena IBT 275/150 kV New 90 4.86 2012 Planned IPP
Sulteng Suluttenggo Poso 150/20 kV New 30 2.62 2012 Commited APLN & APBN
Sulteng Suluttenggo Palu Baru 150/20 kV New 30 2 62
2.62 2012 Commited APLN & APBN
Sulteng Suluttenggo Silae 150/20 kV New 30 2.62 2012 Commited APLN & APBN
Sulteng Suluttenggo Silae 150/20 kV Extension 30 1.90 2013 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Palu Baru 150/20 kV Extension 30 1.90 2013 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Leok 150/20 kV New 20 3.24 2014 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Toli-Toli 150/20 kV New 30 2.62 2014 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Moutong 150/20 kV New 30 2.62 2014 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Siboa (PLTU) 150/20 kV New 30 2.62 2014 Planned Unall
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi

Juta
Propinsi Wilayah Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap COD Status Sumber
US$
Sulteng Suluttenggo Luwuk 150/20 kV New 30 2.62 2014 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Moilong 150/20 kV New 20 3.24 2014 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Talise 70/20 kV Extension 30 1.38 2016 Proposed APBN
Sulteng Suluttenggo Poso 150/20 kV Extension 30 1 86
1.86 2016 Proposed IBRD
Sulteng Suluttenggo Ampana 150/20 kV New 20 2.38 2017 Proposed IBRD
Sulteng Suluttenggo Palu Baru 150/20 kV Extension 30 1.90 2018 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Luwuk 150/20 kV Extension 30 1.90 2018 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Kolonedale 150/20 kV New 20 3.24 2019 Planned Unall
g
Sulteng Suluttenggo
gg Silae 150/20 kV Extension 30 1.90 2019 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Tentena 150/20 kV Extension 30 1.90 2020 Planned Unall
Sulteng Suluttenggo Parigi 70/20 kV Extension 20 1.51 2020 Planned Unall
Sultra Sulselrabar Kendari 70/20 kV Extension 30 1.26 2011 Proposed APBN
533

Sultra Sulselrabar Nii Tanasa 70/20 kV Extension 10 0.00 2011 Relok APLN
Sultra Sulselrabar Kolaka - (GI Baru) + 2 LB 150/20 kV New 30 2.62 2012 Proposed APBN
Sultra Sulselrabar Kendari - (GI Baru 150 kV) + 2 LB 150/20 kV New 30 2.62 2012 Proposed APBN
Sultra Sulselrabar Lasusua - (GI Baru) + 4 LB 150/20 kV New 30 3.85 2013 Planned APBN
Sultra Sulselrabar Kolaka, Ext 4 LB 150/20 kV Extension 4 LB 2.47 2013 Planned APBN
Sultra Sulselrabar Unahaa - (GI Baru) + 4 LB 150/20 kV New 30 3.85 2013 Planned APBN
Sultra Sulselrabar Unaaha 150/20 kV Extension 30 1.39 2013 Planned APBN
Sultra Sulselrabar Kendari Ext 4 LB
Kendari, 150/20 kV Extension 4 LB 2 47
2.47 2013 Planned Unall
Sultra Sulselrabar Kendari - IBT 2x31,5 MVA 150/70 kV New 63 0.00 2013 Relok APBN
Sultra Sulselrabar Raha - (GI Baru) - 2 LB 150/20 kV New 30 2.62 2013 Planned Unall
Sultra Sulselrabar Bau-Bau 150/20 kV New 30 2.62 2014 Planned Unall
Sultra Sulselrabar Kolaka 150/20 kV Extension 30 1.39 2014 Planned Unall
Pengembangan Gardu Induk Sulawesi
Juta
J t
Propinsi Wilayah Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension Kap COD Status Sumber
US$
Sultra Sulselrabar Raha 150/20 kV Extension 30 1.39 2014 Planned Unall
Sultra Sulselrabar Bau-Bau 150/20 kV Extension 30 1.39 2016 Proposed IBRD
Sultra Sulselrabar Kendari 150/20 kV Extension 60 2.10 2016 Proposed IBRD
Sultra Sulselrabar Unahaa 150/20 kV Extension 60 2.10 2017 Planned Unall
Sultra Sulselrabar Nii Tanasa 70/20 kV Extension 20 0.00 2018 Relok Unall
Sulut Suluttenggo Teling (GIS) 150/20 kV New 30 4.00 2011 On going APLN
Sulut Suluttenggo Teling (GIS) 150/20 kV New 30 2.62 2011 On going APLN
Sulut Suluttenggo Tomohon (IBT) 150/70 kV Extension 60 2.62 2011 Proposed APBN/APLN
Sulut Suluttenggo Kema/Tanjung Merah 150/20 kV New 30 2.62 2012 Commited APBN
S l t
Sulut S l tt
Suluttenggo P iki
Paniki 150/20 kV N
New 30 2 62
2.62 2012 C
Commited
it d APBN
Sulut Suluttenggo Teling (IBT) 150/70 kV Extension 60 2.62 2012 Proposed APLN & APBN
Sulut Suluttenggo Bintauna (Tap) 150/20 kV New 10 2.27 2013 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Kawangkoan 150/20 kV Extension 30 1.90 2013 Planned Unall
534

Sulut Suluttenggo Paniki 150/20 kV Extension 30 1.90 2013 Planned Unall


Sulut gg Tomohon
Suluttenggo 70/20 kV Extension 30 1.63 2013 On g
going
g Unall
Sulut Suluttenggo Molibagu 150/20 kV New 20 2.38 2014 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Otam 150/20 kV Extension 30 1.90 2014 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Teling 150/20 kV Extension 30 1.90 2014 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Kema/Tanjung Merah 150/20 kV Extension 30 1.90 2014 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Sawangan 70/20 kV Extension 30 1.63 2015 Planned Unall
S l
Sulut S l
Suluttenggo T li
Teling 70/20
0/20 kV E
Extension
i 20 1 38
1.38 201
2017 Pl
Planned
d U ll
Unall
Sulut Suluttenggo Otam 150/20 kV Extension 30 1.90 2018 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Paniki 150/20 kV Extension 30 1.90 2019 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Kema/Tanjung Merah 150/20 kV Extension 30 1.90 2019 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Teling 150/20 kV Extension 30 1.90 2019 Planned Unall
Sulut Suluttenggo Kema/Tanjung Merah 150/20 kV Extension 30 1.90 2020 Planned Unall
LA
AMPIRAN
N B2.7
PETAA PENGEEMBANGAAN PENYAALURAN
SISTE
EM INTER
RKONEKSSI SULUTTENGGO
O
DAN
SISTEM INTER
RKONEKSSI SULSE
ELRABAR
535
Provinsi Sulawesi Utara
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero)
(P )
PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI UTARA

GI 500 kV Existing / Rencana PLTG Minahasa


/
U
/ U PLTU Existing / Rencana
GI 275 kV Existing / Rencana 3x25 MW - 2012/2017/2019
/ G / G PLTG Existing / Rencana
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana
/ GI 70 kV Existing / Rencana / Likupang
A A PLTA Existing / Rencana
/ G
GI 500/275 kV Existing / Rencana GU
/ GU PLTGU Existing / Rencana
/ GI 500/275/150 kV Existing / Rencana GB / GB PLTGB Existing / Rencana
/ ACSR 1x240 mm 2
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M
PLTM Existing / Rencana
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana PLTA Sawangan 8 km - 2012 Paniki
T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting 2x8 MW – 2015
/ ACSR 1x240 mm2 Bitung
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
Teling Ranomut 30 km - 2012 D
/ T/L 275 kV Existing / Rencana
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit Juli 2011 Tasik Ria Kema
A U
PLTU Sulut I (Kema)
Sawangan 2x25 MW - 2014/2015
2 U
ACSR 1x240 mm Tomohon
PLTU Sewa 48 km - 2012 PLTU Sulut (PPP)
2x25 MW - 2013 Tonsealama 2x55 MW - 2017/2018
P
P
PLTU Sulut II (FTP1) Lopana
2x25 MW – 2011 U
U PLTP Lahendong
ACSR 2x240 mm2 I,II&III 3x20 MW
18 km - 2011 Kawangkoan
P PLTP Lahendong IV
ACSR 1x240 mm2 1x20 MW - 2011
10 km - 2013
PLTP Lahendong V & VI
PLTU Sulut I (FTP1) 2x20 MW – 2014/2015
2x25 MW - 2014
Buroko
U Lolak
ke Bintauna
GI Isimu
ACSR 1x240 mm2
(Gorontalo) ACSR 1x240 mm2
40 km - 2011 Otam
ACSR 1x240 mm2 16 km - 2015
40 km - 2011 P
PLTP Kotamobagu I&II
2x40 MW – 2016

GORONTALO ACSR 1x240 mm2


64 km - 2014

Molibagu
Provinsi Gorontalo

PLTU Gorontalo (FTP1)


SULAWESI 2x25 MW – 2012/2013

TENGAH ACSR 1x240 mm2 Buroko


76 km - 2011
U ke
ACSR 1x240 mm2 GI Buroko
8 km - 2013 (Sulut)

Isimu ACSR 1x240 mm2


27 km - 2012
ACSR 1x240 mm2 Botupingge
ke
105 km - 2014 ACSR 1x240 mm2
GI Moutong ACSR 1x240 mm2 ACSR 1x240 mm2
110 km - 2011
(Sulteng)
Marisa
8 km - 2012 U 15 km - 2014 SULAWESI
Moutong G U
UTARA
PLTU GE
2x6 MW – 2013
PLTG Gorontalo
PLTU TLG
1x25 MW – 2017
2x10 MW – 2013

PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero)
PETA JARINGAN PROPINSI GORONTALO

GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana


/ /
/ GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana
/ GI 70 kV Existing / Rencana A / A PLTA Existing / Rencana
/ GI 500/275 kV Existing / Rencana GU GU PLTGU Existing / Rencana
/
/ GI 500/275/150 kV Existing / Rencana GB / GB PLTGB Existing / Rencana
/
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M
PLTM Existing / Rencana
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
/ T/L 275 kV Existing / Rencana
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit Desember 2010
Provinsi Sulawesi Tengah
PLTU Tolitoli
KALIMANTAN 3x15 MW - 2014 Leok
U
TIMUR Tolitoli
ACSR 1x240 mm2
ACSR 1x240 mm2
60 km – 2014 108 km - 2014
ACSR 1x240 mm2
70 km – 2014
GORONTALO
Moutong
ke SULAWESI
GI Marisa
(Gorontalo)
UTARA
Siboa ACSR 1x240 mm2
110 km - 2015

PLTU PJPP #3 & 4 PLTP Marana/Masaingi (FTP2)


2x15 MW - 2013 1x20 MW - 2018

U
P ACSR 1x240 mm2
Bunta 90 km – 2019
Silae PLTU Ampana
Talise 2x3 MW–2013/14
ACSR 1x240 mm2 Ampana
ACSR 1x240 mm2 U PLTU Luwuk (FTP 2)
15 km - 2012 Luwuk
25 km - 2014 2x10 MW–2015/16
Palu
Baru ACSR 1x240 mm2 U
ke 85 km – 2020
g y
GI Pasangkayu ACSR 1x240 mm2
(Sulbar) CS 1x240 mm2
ACSR Poso 90 km
k - 2013
119 km - 2012 ACSR 1x240 mm2 Toili
124 km – 2017
G
PLTMG Luwuk
2
ACSR 1x240 mm2 2x10 MW–2012/13
ACSR 1x240 mm 72 km - 2019
80 km - 2012

A Tentena PERENCANAAN SISTEM


K l
Kolonedale
d l
PT PLN (Persero)
PLTA Poso
PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
65 MW – 2011
GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana
/ /
GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
ke /
/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana
GI Wotu / GI 70 kV Existing / Rencana /
A A PLTA Existing / Rencana
SULAWESI SULAWESI (Sulsel) / GI 500/275 kV Existing / Rencana GU
/ GU PLTGU Existing / Rencana
/
BARAT SELATAN /
GI 500/275/150 kV Existing / Rencana
GI 275/150 kV Existing / Rencana
GB

M
/
/
GB

M
PLTGB Existing / Rencana
PLTM Existing / Rencana
/
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting
Ek i ti
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
SULAWESI /
/
T/L 275 kV Existing / Rencana
Edit Juli 2011
T/L 500 kV Existing / Rencana
TENGGARA
Provinsi Sulawesi Selatan
ke
ke ke GI Tentena/
GI Barru GI Sidrap PLTA Poso
Pangkep (Sulteng)
SULAWESI
Tonasa ACSR 2x430 mm2 ACSR 1x430 mm2 SULAWESI
BARAT 136 km - 2012
130 km - 2011 TENGAH
PLTA Malea ACSR 1x240 mm2
2x45 MW – 2016 41 km - 2013
Maros Malili
PLTA Bonto
B t Batu
B t
Bosowa ACSR 1x430 mm2 Wotu
2x50 MW – 2016
Mandai 120 km - 2012
Tallo Daya Kima ACSR 2x430 mm2 PLTA Bakaru II ACSR 1x240 mm2
Lama 40 km - 2011 2x63 MW – 2019 145 km - 2013
Bontoala Daya Baru
Tello G PLTG Sulsel
Panakukang Baru (Peaking) ke A ke
2x50 MW-2012 PLTA Poso ACSR 1x430 mm2 Palopo GI Lasusua
Tanjung Sungguminasa
Bunga (Sulbar) 15 km - 2016 (Sultra)
PLTG Makassar Makale
ke (Peaking)
PLTU ke 1x50 MW-2013 ACSR 1x430 mm2
GI Tallasa BakaruA A
Takalar 1x50 MW-2015 ke A 90 km - 2013
GI Polman Enrekang
(Sulbar) ACSR 2x430 mm2
150 km - 2016
Keera/
ACSR 2x430 mm2 Siwa SULAWESI
Pinrang 65 km - 2011
TENGGARA
Pare ACSR 1x430 mm2
D
Sidrap 70 km - 2013 PLTG Sengkang
Sengkang 60 MW – 2012
G
PLTU Sulsel-Barru (FTP1) GU
2x50 MW - 2012 PLTGU Sengkang
180 MW – 2013
PLTU Sewa Soppeng
U
2x100 MW-2013
U
Barru PLTM Tangka/Manipi
10 MW – 2011
2
ACSR 2x430 mm
130 km - 2010
Tallasa
Tonasa Bone PERENCANAAN SISTEM
Pangkep
Bulukumba PT PLN (Persero) PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI
U
Jeneponto Maros Kajuara SELATAN
Bosowa GI 500 kV Existing / Rencana
Tello D / U
/ U PLTU Existing / Rencana
G ACSR 2x430 mm2 / GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana

U 40 km - 2010 / GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana


Sungguminasa / GI 70 kV Existing / Rencana A / A PLTGU Existing /
PLTA Existing / Rencana
Sinjai /
PLTU Takalar Punaga IPP GI 500/275 kV Existing / Rencana GU
/ GU Rencana
PLTBG Selayar A M /
2x100 MW – 2014/2015 GI 500/275/150 kV Existing / RencanaGB / GB PLTGB Existing /
2x4 MW – 2012/2013 /
GI 275/150 kV Existingg / Rencana M / M
Rencana
PLTU Bosowa U / D / D
GI 150/70 kV Existing / Rencana PLTM Existing / Rencana
2x100 MW – 2013 Tallasa
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting
PLTD Existing / Rencana
PLTU Jeneponto eks Bulukumba / T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
Spanyol (Takalar-FTP II) U Jeneponto / T/L 275 kV Existing / Rencana
2x100 MW – 2014/2015 U / T/L 500 kV Existing / Rencana Edit Juli 2011
Provinsi Sulawesi Barat
ke
GI Silae
(Sulteng)

ACSR 2x240 mm2


45 km - 2014

Pasangkayu

SULAWESI
TENGAH

ACSR 2x240 mm2


200 km - 2018

PLTU Mamuju (FTP2)


2x25 MW - 2015
SULAWESI
U
SELATAN
Mamuju

PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero)
PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI BARAT

GI 500 kV Existing / Rencana U


/ U PLTU Existing / Rencana
/
/ GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
PLTA Poko GI 150 kV Existing / Rencana /
/ P P PLTP Existing / Rencana
117 MW – 2020 / GI 70 kV Existing / Rencana /
A A PLTA Existing / Rencana
/ GI 500/275 kV Existingg / Rencana GU GU PLTGU Existingg / Rencana
A /
/ GI 500/275/150 kV Existing / Rencana GB / GB PLTGB Existing / Rencana
/
/
GI 275/150 kV Existing / Rencana M / M
PLTM Existing / Rencana
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana
Polmas ke
T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting
GI Pinrang /
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
Majene (Sulsel) / T/L 275 kV Existing / Rencana
/ T/L 500 kV Existing / Rencana Edit Mei 2011
Provinsi Sulawesi Tenggara
L
LAMPIRA
AN B2.8
ANAALISIS AL
LIRAN DAYYA
SIS
STEM INTE
ERKONEK KSI SULU
UTTENGG
GO
DA
AN
SIS
STEM INTE
ERKONEK KSI SULS
SELRABA
AR
542
Sistem Interkoneksi Sulut – Gorontalo (2013)
SISTEM INTERKONEKSI MINAHASA - GORONTALO 2013
Capasitor : 20
Pembangkit 314,1 MW OMW
Beban 310,8 MW 45 MW PANIKI LIKUPANG
Susut 3,3 MW 23,3 5,0
145,0 66,7
1,1 % 10,5 2,3

150 kV
70 kV RANOMUUT
30 kV 20,1
65,4
9,0

15
61 MW TELING 7 MW
44,1 MW 21
145,4
19,9 MW
27
44 MW
U MW
543

ANGGREK 1 MW BUROKO BINTAUNA TASIKRIA


7,8 2,7 1,6 18 MW G 6,9
150,0 148,2 147,7 66,4
3,5 1,2 0,7 44 MW 3,1 18 26 MW SAWANGAN BITUNG
U
36 MW 12,3 8,2
A 66,7 67,1
MW 4 5,5 3,7
MW 31
LOPANA MW D 24
LOLAK 8,4 D 8 15 MW
147,6
4,2 3,8 MW MW
147,2
1,9 TOMOHON 15 MW TNSEALMA
14,9 6,6
66,9 66,8
ISIMU 7 MW 6,7 3,0
O
12 MW 21,2 31
U 147,9
9,5 8 31 MW
LEOK MW MW 26 KEMA
4,3 MW A 21,1
150,0 144,5
1,9 KAWANGKN 46 MW 7 MW 9,5
15 15,5
147,0 P
MW 7,0
7 MW OTAM 72 MW
27,6
146,8
12,4
MARISA BTPNGGE
A
6,6 22,7 5 MW
147,5 147,3
3,0 10,2

D
8 MW
Sistem Interkoneksi Sulut – Gorontalo (2015)

SISTEM INTERKONEKSI MINAHASA - GORONTALO 2015


Capasitor :
Pembangkit 369,8 MW
Beban 366,0 MW 35 MW PANIKI LIKUPANG
Susut 3,8 MW 28,4 6,0
145,5 65,0
1,0 % 12,8 2,7

150 kV
70 kV RANOMUUT
30 kV 23,5
65,2
10,6

6
74 MW TELING 11 MW
53,2 MW 6
145,8
23,9 MW
12
12 24 MW
U
MW U MW
544

ANGGREK 35 MW BUROKO BINTAUNA TASIKRIA


9,0 3,1 1,8 15 MW G 8,4
150,0 149,0 149,1 66,3
4,1 1,4 0,8 36 MW 3,8 23 34 MW SAWANGAN BITUNG
U
62 MW 14,6 9,6
A 66,2 65,4
MW 41 6,6 4,3
12 MW MW 16
U LOPANA MW D 0
SIBOA LOLAK 9,2 D 4 8 MW
148,4
9,9 5,0 4,2 MW MW
149,0 149,2
4,4 2,2 TOMOHON 9 MW TNSEALMA
17,9 7,4
66,9 66,5
ISIMU 8,1 3,3
2 MW 12 MW 24,6 32
147,8
U 11,1 46 3 MW
TOLI-TOLI LEOK MW MW 59 KEMA
11,88
11 7 55,22 MW A 25,99
25
149,1 150,0 145,5
5,3 2,3 KAWANGKN 13 MW 7 MW 11,7
17 17,1
148,1 P
MW 7,7
3 MW 19 MW OTAM 72 MW U 20 MW
31,7 P
36 MW
149,4 P
14,3 70 MW
MOUTONG 11 MW MARISA BTPNGGE
A
8,4 7,6 26,4 5 MW
148,3 147,9 147,1
38
3,8 34
3,4 11 9
11,9

D
9 MW
Sistem Interkoneksi Sulut – Gorontalo (2020)

SISTEM INTERKONEKSI MINAHASA - GORONTALO 2020


Capasitor :
Teling - 150 kV - 20 Mvar Pembangkit 568,7 MW
Isimu - 150 kV - 20 Mvar Beban 555,4 MW 54 MW PANIKI LIKUPANG
Susut 13,3 MW 46,8 9,5
144,2 61,9
2,3 % 21,1 4,3

150 kV
70 kV RANOMUUT
30 kV 34,9
63,0
15,7

9
7 MW TELING 26 MW
85,2 MW 101
144,2
38,4 MW
9
24 24 MW
U MW U MW
ANGGREK 75 MW BUROKO BINTAUNA TASIKRIA
545

13,3 4,4 2,4 47 MW G 13,9


145,5 145,3 146,1 64,1
6,0 2,0 1,1 44 MW 6,2 29 34 MW SAWANGAN BITUNG
U
105 MW 22,7 14,5
A 63,9 62,7
MW 82 10,2 6,5
12 MW MW 24
U LOPANA MW D 0
SIBOA LOLAK 11,88
11 D 4 22 MW
146,8
14,7 7,5 5,3 MW MW
144,3 147,1
6,6 3,4 TOMOHON 24 MW TNSEALMA
28,4 9,9
65,2 64,4
ISIMU 12,8 4,4
3 MW 12 MW 36,5 52
U 143,1
16,4 89 38 MW
TOLI-TOLI LEOK MW MW 96 KEMA
17,0 4 8,4 MW A 43,3
144,1 145,2 146,0
7,7 3,8 KAWANGKN 67 MW 7 MW 19,5
39 21,8
145,2 P
MW 9,8
17 MW 29 MW OTAM 72 MW U 144 MW
44,9 P
36 MW
148,2 P
20,2 74 MW
MOUTONG 31 MW MARISA BTPNGGE
A
13,3 11,1 39,2 23 MW
143,6 144,3 141,7
6,0 5,0 17,6

G 15 MW
Eksisting 150 kV
SISTEM SULSELBAR ‐ LASUSUA ‐ KOLAKA ‐ KENDARI ‐ RAHA ‐ BAU‐BAU ‐ POSO ‐ PALU ‐ 2013
2009 2015 2015 MAJENE MAMUJU
Rencana 150 kV
Eksisting Capacitor :         73 Reaktor : ‐120 PLTU BARRU 9.7 10.8
149.0
90 148.7
8
50 Pangkep‐70 kV       43 Palopo ‐ 275 kV ‐120 2 X 50 MW 4.0 4.5
PLTG TELLO 20 Daya ‐ 70 kV         20 G
10 Tello ‐ 70 kV         10 PLTD SUPPA
G 2011
G POLMAS
2011 (Uprating) 15.2
149.0
 
133.8 6.2
TL. LAMA TELLO PANGKEP     16.6 PARE2
57.2 54.0     21.5 17.0
144 0
144.0 144 4
144.4 145 3
145.3 148 5
148.5
23.6 22.2        8.8 7.0
BARRU PINRANG BAKARU G PLTA BAKARU
New 70 kV 70 kV 8.5 25.4 7.3 2X63 MW
147.1 147.9 150.0
      '2012 3.5 10.5 3.0
 
146.2
BONTOALA PANAKUKANG BOSOWA MAROS5 ‐ JT     20.4
67.5 78.5 32.0 20.6 2011 SIDRAP MAKALE
143.7 144.1 144.5 144.8
27.8 32.3 13.2 8.5 22.4 14.5
148.8 149.7
23.8 9.2 6.0
1.0
546

2011
TN. BUNGA SG.MINASA DAYA BARU  
169.8 PALOPO
37.4 32.2 2011 21.4     24.8 25.7
144.0 144.4 144.5 150.2
15.4 13.3 8.8 2013 10.6 2011
SENGKANG KEERA/SIWA
17.6 13.0 2012 51.6 (275 kV)
150.0 150.3
  17.4
17 4 110 6
110.6 73
7.3 53
5.3 2013      1.6
16
       7.8        2.0 WOTU PLTA POSO
TALLASA G G 9.3 ke Sistem
152.4 G
25.5 SOPPENG PLTGU SENGKANG PLTGU SENGKANG 3.8 Sul. Tengah
145.0
10.5 14.5 135 MW 180 MW 70.6
148.9
6.0 2012 17.0 2013
MALILI LASUSUA
10.8 5.2
G 152.1 151.7
PLTU NII TANASA 4.4 2.1
PLTU BOSOWA      14.6 4 X 10 MW
2x100 MW        4.2 G
JENEPONTO BULUKUMBA SINJAI BONE 2013 2013 2013 2013
20.2 21.1 21.3 30.1 NII TANASA KENDARI UNAAHA KOLAKA
145.4 145.3 145.5 147.1
8.3 8.7 8.8 12.4 11.8 47.0 19.6 12.2
69.6 149.1 149.3 150.0
4.8 19.4 8.1 5.0
G
KOMPOSISI PEMBANGKITAN  ( MW ) G PLTU KENDARI PLTU KOLAKA
PLTA Bakaru      120 PLTG Skg1 g         60 Sultra Sulteng :
g 2013 2 X 25 MW 2 X 10 MW
PLTM Bili            6 PLTG Skg2         60 PLTU Bsowa      180 P LTU Nii Tanasa        32 PLTU Tawaeli     20.0 Pembangkit :       1,116.2 MW RAHA BAU‐BAU Keterangan :
PLTGU Skg      135 PLTU cc Skg         60 PLTG Tello1     33.3 PLTU Kdri(2x25)         20 PLTU Tawaeli Ex     25.0 Distribusi :       1,078.9 MW 9.3 17.3
148.4 147.5
PLTD Suppa              ‐ PLTM Tangka         10 PLTG Tello2     33.3 PLTU Kolaka         14 PLTA Poso      180 Susut Transmisi :              37.2 MW 3.3% 3.8 7.1 NAMA GI
PLTG ‐ GE Tello              ‐ PLTM Rtballa            2 PLTG Tello3     33.3 PLTU Bau         12 Flow dalam MW/MVAR G MW
KV
PLTU Sulsel‐1         80              ‐ PLTU BAU‐BAU MVAR
2X7 MW
SISTEM SULSELBAR ‐ LASUSUA ‐ KOLAKA ‐ KENDARI ‐ RAHA ‐ BAU‐BAU ‐ (+ POSO ‐ PALU ‐ LUWUK) ‐ 2015
Eksisting 150 kV
2010 2015 2015 MAJENE MAMUJU
Rencana 150 kV
Eksisting Capacitor :
Capacitor :       80 Reaktor
Reaktor :: 5
‐51 PLTU BARRU
PLTU BARRU 11.5 12.8
149.9 151.3
50 Pangkep‐70 kV         50 Palopo ‐ 275 kV ‐51 2 X 50 MW 4.7 5.3
PLTG PEAKING 20 Daya ‐ 70 kV         20 G G
10 Tello ‐ 70 kV         10 PLTU MAMUJU
G 2011 2X25 MW
G POLMAS ke Ps. Kayu
17.9  ‐ Silae ‐ Palu
149.2
 
119.4 7.4
TL. LAMA TELLO KIMA MKS PANGKEP     22.0 PARE2
63 8
63.8 64 4
64.4       7.7
77   25.8
25 8 20 4
20.4
143.9 144.3 144.2 144.5 147.3
26.3 26.5        3.2     10.6 8.4
BARRU PINRANG BAKARU G PLTA BAKARU
70 kV 70 kV 10.0 30.5 8.8 2X63 MW
145.5 146.7 150.0
4.1  
148.0 12.6 3.6
    16.4
BONTOALA PANAKUKANG BOSOWA MAROS5 ‐ JT 2015
82.8 96.2 32.0 27.0 2010 SIDRAP MAKALE
143.7 143.9 144.5 144.8
34.1 39.6 13.2 11.1 27.0 17.3
148.3 149.1
65.7 11.1 7.1
4.6
2x120 MW
547

2010 PLTGU SENORO
TN. BUNGA SG.MINASA DAYA BARU  
177.8 PALOPO ke Sistem
46.4 38.8 2010 26.6     42.8 30.9 G Sul. Tengah
144.7 144.6 144.6 150.0
19.1 16.0 10.9 2013 12.7 (Luwuk)
SENGKANG KEERA/SIWA
20.8 15.5 177.4 ((275 kV))
150 0
150.0 150 2
150.2
    16.8  
122.2 8.6 6.4 2013        7.4 3x65 MW
G        5.8        7.0 WOTU PLTA POSO
PLTU PUNAGA TAKALAR TALLASA G G 11.2 ke Sistem
154.7 G
2 X 100 MW 30.7 SOPPENG PLTGU SENGKANG PLTGU SENGKANG 4.6 (275 kV) Sul. Tengah
145.8
12.6 17.2 135 MW 180 MW 62.4 (Poso)
148.6
7.1 2013 11.8 2013
MALILI LASUSUA
13.1 6.0
G 154.3 153.3
PLTU NII TANASA
PLTU NII TANASA 54
5.4 25
2.5
PLTU BOSOWA 2X100 MW        5.4 4 X 10 MW
PLTU JNPONTO 2X100 MW     10.8 G
JENEPONTO BULUKUMBA SINJAI BONE 2013 2013 2013 2013
24.0 25.0 25.5 36.4 NII TANASA KENDARI UNAAHA KOLAKA
146.4 145.7 145.1 146.7
9.9 10.3 10.5 15.0 13.6 54.4 22.7 14.0
69.6 149.5 149.8 150.8
5.6 22.4 9.3 5.8

G
KOMPOSISI PEMBANGKITAN  ( MW ) G PLTU KENDARI PLTU KOLAKA
Sulselbar : Sultra : Sulteng :            ‐ 1 2 X 25 MW 2013 2 X 10 MW
PLTA Bakaru      110 PLTG Skg1         50 PLTU Sulsel‐1              ‐ PLTU Mamuju         34 PLTU Nii Tanasa         24 PLTU Tawaeli         20 Pembangkit :       1,338.7 MW RAHA BAU‐BAU Keterangan :
PLTM Bili            6 PLTG Skg2         50 PLTU Bsowa      140 PLTU Jnponto     60.0 PLTU Kdri(2x25)         36 PLTU Tawaeli Ex         20 Distribusi :       1,303.3 MW 10.7 20.0
149.4 149.0
PLTGU Skg      120 PLTU cc Skg         50 PLTG Tello1     23.9 PLTU PUNAGA  
140.0 PLTU Kolaka         12 PLTA Poso      165 Susut Transmisi :              35.3 MW 2.6% 4.4 8.2 NAMA GI
PLTD Suppa              ‐ PLTM Tangka            6 PLTG Tello2     23.9 PLTU Bau         22 PLTGU Senoro  
200.0 Flow dalam MW/MVAR G MW
KV
PLTG ‐ GE Tello              ‐ PLTM Rtballa            2 PLTG Tello3     23.9 PLTU BAU‐BAU MVAR
2X7 MW & 2X10 MW
SISTEM SULSELBAR ‐ LASUSUA ‐ KOLAKA ‐ KENDARI ‐ RAHA ‐ BAU‐BAU ‐ (+ POSO ‐ PALU ‐ LUWUK) ‐ 2020
Eksisting 150 kV
2010 2020 2020 MAJENE MAMUJU
Rencana 150 kV
Eksisting Capacitor :       80 Reaktor : ‐63 PLTU BARRU 16.3 18.2
148.3 150.0
50 Pangkep‐70 kV         50 Palopo ‐ 275 kV ‐63 2 X 50 MW 6.7 7.5
PLTG PEAKING 20 Daya ‐ 70 kV         20 G G
10 Tello ‐ 70 kV         10 PLTU MAMUJU
G 2011 2X25 MW
POLMAS ke Ps. Kayu
25.4  ‐ Silae ‐ Palu
147.7
 
203.6 10.5
TL. LAMA TELLO KIMA MKS PANGKEP     14.8 PARE2
87.2 86.3     30.5     38.2 30.1
136.6 137.2 136.8 137.7 145.6
35.9 35.5     12.6     15.7 12.4
BARRU PINRANG BAKARU G PLTA BAKARU BLOK I DAN II

70 kV 70 kV 14.2 45.1 13.0 PLTA POKO


141.6 144.6 149.7
5.9  
246.6 18.6 5.4
    66.6
BONTOALA PANAKUKANG BOSOWA MAROS5 ‐ JT 2015
128.6 115.8 32.0 49.7 2010 SIDRAP ENREKANG MAKALE G PLTA MALEA
136.3 136.7 138.3 138.6
53.0 47.7 13.2 20.4 40.2 10.0 15.1 2X45 MW
2X45 MW
146.9 149.1 150.2
71.7 16.6 4.1 6.2
22 G
548

PLTA B.BATU 2x120 MW
2010 2X50 MW PLTGU SENORO
TN. BUNGA SG.MINASA PNK BARU DAYA BARU  
150.0 PALOPO ke Sistem
G
59.7 57.8 56.4 46.9     89.2 45.7 Sul. Tengah
138.3 138.0 137.6 137.9 149.9
24.6 23.8 23.2 19.3 2013 18.8 (Luwuk)
SENGKANG KEERA/SIWA (275 kV)
29 7
29.7 22 6
22.6 140 0
140.0
150.0 149.9
       7.4  
160.2 12.2 9.3 2013        3.2 3x65 MW
G        5.6     31.0 WOTU PLTA POSO
PLTU PUNAGA TAKALAR TALLASA G G 16.8 G ke Sistem
154.3
2 X 100 MW 45.6 SOPPENG PLTGU SENGKANG PLTGU SENGKANG 6.9 (275 kV) Sul. Tengah
141.1
18.8 24.2 135 MW 180 MW 68.4 (Poso)
147.4
10.0 2013 5.4 2013
MALILI LASUSUA
19.7 9.1
G 153.6 152.3
PLTU NII TANASA
PLTU NII TANASA 81
8.1 37
3.7
PLTU BOSOWA 2X100 MW     15.8 4 X 10 MW
PLTU JNPONTO 2X100 MW     23.0 G
JENEPONTO BULUKUMBA SINJAI KAJUARA BONE 2013 2013 2013 2013
34.6 36.0 29.1 24.6 38.3 NII TANASA KENDARI UNAAHA KOLAKA
143.0 141.6 140.8 141.3 143.9
14.2 14.8 12.0 10.1 15.8 20.6 82.4 34.3 21.2
68.6 146.6 148.7 149.8
8.5 33.9 14.1 8.7
KOMPOSISI PEMBANGKITAN  ( MW ) G PLTA KONAWE
G
Sulselbar : PLTA Malea     70.0 Sultra : Sulteng :              ‐ G PLTU KENDARI PLTA LALINDU PLTU KOLAKA
PLTA Bakaru II  
47.27 PLTA poko  
195.0 PLTA B.Batu       80 2 X 25 MW 2013 2 X 10 MW
PLTA Bakaru         45 PLTG Skg1         50 PLTU Sulsel‐1         80 PLTU Mamuju         34 PLTU Nii Tanasa         24 PLTU Tawaeli         20 Pembangkit :       1,995.9 MW RAHA BAU‐BAU Keterangan :
PLTM Bili            4 PLTG Skg2         50 PLTU Bsowa      140 PLTU Jnponto  
110.0 PLTU Kdri(2x25)         36 PLTU Tawaeli Ex         20 Distribusi :       1,933.5 MW 15.9 30.0
145.9 145.5
PLTGU Skg      120 PLTU cc Skg         50 PLTG Tello1     40.0 PLTU PUNAGA  
140.0 PLTU Kolaka         12 PLTA Poso      165 Susut Transmisi :              62.4 MW 3.1% 6.6 12.4 NAMA GI
PLTD Suppa              ‐ PLTM Tangka            6 PLTG Tello2     40.0 PLTG Tello4              ‐ PLTU Bau         22 PLTGU Senoro  
200.0 Flow dalam MW/MVAR G MW
KV
PLTG ‐ GE Tello              ‐ PLTM Rtballa            2 PLTG Tello3     40.0 PLTG Tello5     40.0 PLTA         74 PLTG Palu         40 PLTU BAU‐BAU MVAR
2X7 MW & 2X10 MW
LAM
MPIRAN B2.9
KEBUTUHAAN FISIK PENGEM
MBANGANN DISTRIB
BUSI
SISTE
EM INTERKONEKSI SULUTTTENGGO
DAN
SISTE
EM INTERRKONEKSI SULSEL
LRABAR
549
Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi
Regional Sulawesi
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1,094 1,351 549 228,717
2012 657 900 338 126,778
2013 830 1,016 402 144,805
2014 1,006 1,119 401 152,880
2015 1,143 1,196 419 162,940
2016 1,297 1,277 454 173,498
2017 1,497 1,372 493 185,989
2018 1,634 1,437 523 194,034
2019 1 831
1,831 1 520
1,520 560 204 542
204,542
2020 2,156 1,669 613 222,095
2011-2020 13,145 12,857 4,749 1,796,276
550

Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi


R i
Regional
l Sulawesi
S l i
Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 13,2 9,4 23,1 7,7 53,4


2012 8,4 6,3 15,1 5,7 35,5
2013 10,0 6,9 17,6 6,4 40,9
2014 11,6 7,5 17,6 7,0 43,7
2015 12,8 8,0 18,4 7,5 46,7
2016 14,2 8,5 19,9 8,0 50,6
2017 16,0 9,0 21,5 8,6 55,1
2018 17 3
17,3 94
9,4 22 7
22,7 91
9,1 58 5
58,5
2019 19,1 9,9 24,2 9,6 62,9
2020 22,2 10,9 26,5 10,5 70,1
2011-2020 144,9 85,8 206,6 80,2 517,6
LA
AMPIRA
AN B2.10
P
PROGRAM M LISTRIK
K PERDESSAAN
SISTE
EM INTER
RKONEKS SI SULUTT
TENGGO
DAN
SISTE
EM INTER
RKONEKS SI SULSELRABAR
551
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Regional Sulawesi
Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Regional Sulawesi
JTM JTR Trafo Listrik m urah
Tahun Jm l Pelanggan
kms kms MVA Unit dan Hem at (RTS)

2011 1,325.0 1,292.0 89.8 1,287 50,322.0


2012 772.5 931.8 69.8 1,021 53,797.0 3,423
2013 1,107.0 1,081.8 106.6 1,346.5 85,741.8
552

2014 1,080.4 1,055.7 104.0 1,314.1 83,678.6


Total            4,284.9
4 284 9       4,361.3
4 361 3       370.2
370 2          4,969
4 969           273,539
273 539                       3,423
3 423
LA
AMPIRAN
N B2.12
PR
ROYEKSI KEBUTUUHAN INVESTASI
SISTE
EM INTER
RKONEKS SI
S
SULUTTE NGGO
DAN
N
SISTE
EM INTER
RKONEKS SI
SULSELR
S RABAR
553
Proyeksi Kebutuhan Investasi Sistem Interkoneksi
Sulutenggo

(Juta US$)

Investasi
Tahun
Pembangkit TL dan GI Distribusi Total
2011 79.92 72.13 15.6 167.61
2012 393.00 127.94 16.4 537.31
2013 179.54 40.06 17.1 236.71
554

2014 372.11 97.94 17.8 487.88


2015 205.50 24.12 18.6 248.22
2016 131.75 3.24 19.5 154.45
2017 41.90 27.61 20.3 89.82
2018 327.50 7.49 21.2 356.21
2019 166.00 42.37 22.2 230.55
2020 56 20.45 24.3 100.76
Total 1953 22
1953.22 463 34
463.34 193 0
193.0 2609 52
2609.52
Proyeksi Kebutuhan Investasi Sistem Interkoneksi
Sulselrabar

(Juta US$)

Investasi
Tahun
Pembangkit TL dan GI Distribusi Total
2011 53.48 62.51 28.0 144.0
2012 515.65 86.42 29.4 631.5
2013 391.30 187.04 26.4 604.8
555

2014 453.90 87.78 26.7 568.4


2015 396.60 7.44 29.1 433.2
2016 322.50 30.35 32.1 384.9
2017 93.50 11.01 35.8 140.3
2018 392.90 76.83 37.5 507.3
2019 582.80 19.00 41.0 642.8
2020 172.50 8.36 46.0 226.9
Total 3375.13 576.74 332.14 4284.0
PENJELASAN LAMPIRAN B.2
SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI UTARA-GORONTALO,
SULAWESI TENGAH DAN
SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI SELATAN, SULAWESI
TENGGARA DAN SULAWESI BARAT
(SULSELRABAR)

B2.1 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik


Sistem Sulawesi Utara – Gorontalo
Saat ini sistem Sulawesi Utara (Sulut) masih terpisah dengan sistem Gorontalo,
namun pada tahun 2012 kedua sistem tersebut akan terinterkoneksi. Beban
puncak sistem Sulut pada akhir tahun 2011 diperkirakan sekitar 194 MW dan
sistem Gorontalo sebesar 51 MW. Dengan pertumbuhan rata-rata 11,4% per tahun
sampai tahun 2020, maka beban puncak sistem Sulut – Gorontalo diperkirakan
akan meningkat dari 246 MW pada tahun 2011 menjadi 567 MW pada tahun 2020.
Sistem Sulawesi Tengah (Sulteng)
Sistem Sulteng (selama ini disebut sistem Palu) melayani beban kota Palu dan
kota Parigi dengan beban puncak pada akhir 2011 diperkirakan akan mencapai
sekitar 75 MW. Pada tahun 2012 sistem Sulteng direncanakan mendapatkan
pasokan daya dari PLTA Poso melalui gardu induk Poso sehingga beban puncak
sistem Sulteng pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 192 MW. Untuk
melayani beban di Propinsi Sulawesi Barat yang berdekatan dengan Sulteng yaitu
daerah Pasangkayu, pada tahun 2014 akan dibangun transmisi 150 kV Palu –
Pasangkayu dan selanjutnya interkoneksi sistem Sulteng dengan sistem
Sulselrabar melalui Pasangkayu akan dibangun setelah memenuhi kelayakan.
Sistem Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara (Sulselrabar)
Saat ini sistem Sulawesi Selatan yang juga memasok sebagian Sulawesi Barat
(disebut sistem Sulselbar), direncanakan pada akhir tahun 2012 akan terhubung
dan mendapatkan pasokan daya dari PLTA Poso di Sulawesi Tengah melalui
transmisi 275 kV Poso-Palopo milik IPP seiring dengan beroperasinya PLTA Poso.
Selanjutnya pada tahun 2013 sistem Sulselbar direncanakan interkoneksi dengan
sistem Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui GI Wotu 275/150 kV membentuk sistem
Sulselrabar.

556
Beban puncak pada akhir tahun 2011 untuk sistem Sulselbar diperkirakan 728 MW
dan sistem Sultra 64 MW. Dengan pertumbuhan rata-rata 11,9% per tahun sampai
tahun 2020, maka beban puncak sistem Sulselrabar diperkirakan akan meningkat
dari 728 MW ditahun 2011 menjadi 1.950 MW pada tahun 2020.
Proyeksi kebutuhan beban sistem Sulut–Gorontalo, sistem Sulteng dan sistem
Sulselrabar tahun 2011 – 2020 diberikan pada Lampiran B2.1.

B2.2 Neraca Daya

Sistem Sulawesi Utara – Gorontalo (Sulut-Gorontalo)


Sistem Sulut-Gorontalo memiliki potensi pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu
rata-rata 12,2% per tahun sampai dengan tahun 2020 termasuk penambahan dari
sistem isolated.
Untuk mengimbangi pertumbuhan beban yang tinggi tersebut, banyak pembangkit
baru yang akan dibangun selama kurun waktu 2011-2020 yaitu mencapai 681 MW,
terdiri dari PLTU 425 MW (termasuk PLTU sewa 50 MW), PLTP 140 MW, PLTA
16 MW dan PLTG peaking 100 MW.
Banyaknya proyek pembangkit tersebut selain dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan beban, juga sebagai antisipasi terhadap kemungkinan tertundanya
penyelesaian beberapa proyek yang ada agar tidak terjadi krisis listrik dikemudian
hari serta untuk menurunkan biaya operasi. Oleh karena itu, secara teoritis
tersedia reserve margin yang cukup tinggi pada sistem Sulut - Gaorontalo yaitu
mencapai 69% pada tahun 2013.
Kondisi sistem Sulut pada tahun 2011 diperkirakan masih cukup rawan karena
tanpa cadangan yang memadahi, walaupun proyek percepatan tahap I yaitu PLTU
II Sulut 2x25 MW yang berlokasi di Amurang akan beroperasi.
Proyek pembangkit berikutnya yang diperkirakan dapat selesai pada tahun 2011
adalah PLTP Lahendong IV 1x20MW yang dibangun oleh PLN dan uap panas
bumi disediakan oleh Pertamina Geothermal Energy dengan pendanaan dari Loan
ADB 1982 – INO.
Namun demikian, terdapat beberapa proyek pembangkit lain yang diperkirakan
akan mundur dari jadwal semula yaitu :

557
ƒ PLTU Gorontalo 2x25 MW di Gorontalo mengalami keterlambatan dan
diperkirakan baru akan beroperasi pada tahun 2012/2013
ƒ PLTG Minahasa 1x25MW sebagai pembangkit peaking yang didanai APLN,
akan mundur ke tahun 2013 dan untuk tahap awal diperkirakan masih akan
menggunakan BBM sebelum gas LNG tersedia.
ƒ PLTU IPP Sulut I di Kema (2x25 MW) mundur menjadi tahun 2014/2015.
ƒ Proyek pembangkit program percepatan tahap II :
- PLTP Kotamubagu I dan II masing-masing 40 MW mundur ke tahun 2016
sehubungan sumber panas bumi berada di daerah hutan cagar alam
Gunung Ambang, menggunakan pendanaan dari pinjaman luar negeri.
- PLTP Lahendong V dan VI (2x20 MW) IPP, rencana operasi diperkirakan
mundur ke tahun 2014/15.
Proyek baru yang akan dibangun dan dijadwalkan beroperasi mulai 2014 yaitu:
ƒ PLTU I Sulut 2x25 MW (Proyek percepatan tahap I) dibangun oleh PLN dan
dijadwalkan beroperasi 2014 untuk memperkuat sistem Sulut-Gorontalo
sehubungan proyek PLTU IPP Minahasa 2x55 MW tidak berlanjut.
ƒ PLTU Tolitoli 3x15 MW untuk menggantikan PLTU skala kecil di Tolitoli, Buol
dan Moutong, dijadwalkan beroperasi 2014 bersamaan interkoneksi sistem
Tolitoli dengan sistem Sulut-Gorontalo melalui Moutong.
ƒ PLTA Sawangan 2x8 MW memanfaatkan DAS Tondano, akan dibangun oleh
PLN dan dijadwalkan beroperasi tahun 2015.
ƒ PLTU Sulut (PPP) kapasitas 2x55 MW yang telah diusulkan masuk dalam PPP
Book Bappenas 2011, direncanakan beroperasi tahun 2018.
Sehubungan masih tingginya tingkat ketidakpastian penyelesaian proyek-proyek
tersebut dan untuk mengatisipasi keterlambatan proyek agar tidak terjadi krisis
daya dikemudian hari, maka saat ini tengah diproses sewa PLTU batubara 2x25
MW di Sulut dan dijadwalkan dapat beroperasi pada tahun 2013.
ƒ Proyek-proyek strategis yang perlu direalisasikan tepat waktu adalah :

− PLTU percepatan tahap I, yaitu PLTU Sulut II 2x25MW, merupakan proyek


yang strategis karena selain proyek ini akan memasok permintaan tenaga

558
listrik pada tahun 2011, juga sekaligus untuk mengurangi pemakaian BBM
dari pembangkit-pembangkit eksisting.

− Proyek PLTP Lahendong IV 1x20MW.

− PLTU I Sulut (Perpres tahap I) 2x25 MW

− PLTU IPP Sulut I (Kema) 2x25MW

Sistem Sulawesi Tengah (Sulteng)


Sistem Sulawesi Tengah memiliki potensi pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu
diproyeksikan tumbuh rata-rata 12,3% per tahun sampai dengan tahun 2020
termasuk penambahan dari sistem isolated. Pada tahun 2011, sistem Sulteng
dalam kondisi tanpa cadangan dan belum mampu melayani seluruh kebutuhan
calon pelanggan baru dan penambahan daya pelanggan eksisting.
Untuk mengimbangi kondisi tersebut, maka selama kurun waktu 2011-2020 akan
dibangun pembangkit baru dengan total kapasitas mencapai 280 MW, terdiri dari
PLTA 130 MW, PLTU 60 MW, PLTG peaking 50 MW dan PLTP 65 MW.
Pasokan listrik di sistem Palu saat ini didominasi oleh PLTU IPP dan untuk beban
puncak masih mengandalkan PLTD. Dalam waktu dekat, diharapkan PLTA Poso
IPP akan beroperasi pada tahun 2012 bersamaan dengan selesainya transmisi
150 kV Poso-Palu sehingga kebutuhan beban di Sulteng akan dapat tercukupi.
Beberapa pembangkit yang akan dibangun dalam waktu dekat antara lain:
ƒ Ekspansi PLTU IPP Tawaeli dengan kapasitas 2x15 MW, dijadwalkan dapat
beroperasi pada tahun 2014.
ƒ PLTU Palu 2x15 MW dibangun oleh PLN dan dijadwalkan beroperasi 2015.

Sistem Sulawesi Selatan - Barat - Tenggara (Sulselrabar)


Sistem Sulsel-Barat (sistem Sulselbar) memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi
yaitu rata-rata tumbuh 11,2% per tahun sampai dengan tahun 2020. Sampai
dengan tahun 2012, sistem Sulselbar masih dalam kondisi cukup rawan karena
beroperasi tanpa cadangan yang memadahi dan sebagian besar dipasok dari
pembangkit IPP dan sewa.
Sebagaimana diketahui bahwa porsi pembangkit PLN hanya 262 MW, sedangkan
pembangkit IPP dan sewa mencapai 544 MW. Masa kontrak sewa pembangkit

559
akan diakhiri setelah proyek pembangkit baru selesai dan mampu menggantikan
peran pembangkit sewa.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan beban yang cukup tinggi dan sekaligus
sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya proyek tidak bisa selesai tepat
waktu, akan dibangun pembangkit baru dalam jumlah cukup besar termasuk sewa
PLTU dengan memberikan toleransi reserve margin yang cukup tinggi yaitu 70%.
Reserve margin yang tinggi juga dimaksudkan untuk mengantisipasi penurunan
kemampuan PLTA pada musim kering1.
Selama periode 2011-2020 akan dibangun pembangkit baru dengan kapasitas
total mencapai 2.480 MW terdiri dari PLTU 1.490 MW (termasuk PLTU sewa),
PLTA/M 594 MW, PLTGU 180 MW dan PLTG peaking 200 MW.
Tambahan pembangkit baru yang dapat terealisasi pada tahun 2011 diperkirakan
hanya PLTMH PLN 8 MW dan PLTMH IPP 20 MW yang terhubung ke 20 kV.
Proyek-proyek yang diperkirakan akan mengalami keterlambatan antara lain:
ƒ Proyek percepatan tahap I yaitu PLTU Sulsel Barru 2x50 MW, semula
dijadwalkan beroperasi pada tahun 2010 namun mundur menjadi tahun 2012.
ƒ Pembangkit program percepatan tahap II PLTU Takalar FTP-2 (2x100 MW),
akan mundur dari tahun 2014 menjadi tahun 2014/2015.
ƒ Tambahan pembangkit baru yang merupakan proyek IPP diperkirakan dapat
selesai 2012-2013, yaitu sebagai berikut :

− PLTG/U Sengkang IPP 2x60 MW: mundur dari tahun 2010 menjadi 2012.

− PLTA Poso 3x65 MW: progres pekerjaan proyek ini di lapangan sudah
mencapai 80% dan diperkirakan dapat beroperasi tahun 2012.

− PLTU Sulsel-1 Jeneponto 2x100 MW: progress proyek mencapai 80%,


diharapkan tahun 2012 sudah beroperasi.
ƒ Untuk mengantisipasi adanya keterlambatan proyek-proyek IPP dan PLN,
dilakukan sewa PLTU 2x120 MW yang ditempatkan bersebelahan dengan
PLTU Barru di Sulsel dan dijadwalkan dapat beroperasi pada 2013.
ƒ Proyek-proyek strategis yang perlu direalisasikan tepat waktu adalah :

1
Sistem Sulsel mempunyai cukup banyak PLTA dan kemampuan produksi PLTA sangat
dipengaruhi oleh variasi kondisi musim.

560
− PLTU percepatan tahap I, yaitu PLTU Sulsel Barru 2x50MW, karena dapat
mengatasi kekurangan pasokan daya dan sekaligus akan mengurangi
pemakaian BBM dari pembangkit-pembangkit eksisting.

− PLTU IPP Sulsel-1 Jeneponto 2x100 MW: proyek ini sangat penting untuk
memenuhi peningkatan permintaan listrik jangka pendek dan menengah
khususnya pada periode 2012-2014.

− PLTG/U Sengkang IPP extension 2x60MW, proyek ini akan dapat


mengatasi kekurangan pasokan daya terutama untuk tahun 2012.

− PLTA Poso IPP 2x65 MW untuk sistem Sulselbar.

− PLTU Sulsel-3 (Takalar) IPP 2x100 MW, dijadwalkan beroperasi tahun


2014/2015.
Sebagaimana diketahui bahwa potensi tenaga air di Sulawesi terutama di
Wilayah Sulselrabar sangat besar dan salah satu lokasi yang diindikasikan
adalah di DAS sungai Karama. Saat ini tengah dilakukan studi kelayakan pada
lokasi tersebut dan bila hasil studi menyatakan layak dibangun PLTA, maka
rencana PLTA tersebut akan dimasukkan dalam neraca daya pada RUPTL
periode berikutnya sesuai kebutuhan sistem untuk menggantikan rencana
pembangkit berbahan bakar fosil yang mempunyai peran sejenis dan belum
ada komitmen untuk pembangunannya.
Neraca Daya sistem Sulut – Gorontalo dan sistem Sulselrabar sebagaimana
diperlihatkan pada lampiran B2.2

B2.3 Proyek-Proyek IPP Yang Terkendala


Telah cukup jelas diuraikan pada Lampiran B2.3.

B2.4 Neraca Energi


Produksi Energi
Energi yang diproduksi pembangkit pada suatu sistem kelistrikan selaras dengan
pertumbuhan demand dan keberagaman jenis pembangkit yang akan dibangun.
Untuk menghitung alokasi produksi per unit pembangkit agar diperoleh nilai bauran
energi yang paling ekonomis dan optimal, digunakan software ProSym yang pada
prinsipnya menggunakan kaidah merit order.
561
Hasil perhitungan simulasi produksi energi per jenis energi primer di sistem
Sulawesi sebagaimana diberikan pada Lampiran B2.4, dengan asumsi :

− Ketersediaan gas alam hanya berdasarkan pada kontrak yang ada.

− Ketersediaan batubara tidak terbatas.

− Pemanfaatan tenaga panas bumi dan tenaga air sesuai dengan proyek
PLTP dan PLTA pada neraca daya.

Lampiran B2.4 menunjukkan bahwa peranan masing-masing energi primer


tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Peranan MFO dan HSD di sistem interkoneksi Sulut-Gorontalo pada tahun
2011 masih tinggi yaitu masing-masing 157 GWh dan 295 GWh. Mulai tahun
2014/2015 peran MFO dan HSD akan habis digantikan dengan gas LNG,
sehubungan masuknya PLTG peaking dengan bahan bakar gas LNG dan
beroperasinya PLTU batubara serta berakhirnya kontrak PLTD sewa.
b. Hal yang sama juga terjadi pada sistem interkoneksi Sulselbar, yaitu peran
MFO dan HSD pada tahun 2011 masih besar masing-masing 1.521 GWh dan
259 GWh. Mulai tahun 2015 peran keduanya akan habis dan digantikan
dengan gas LNG sehubungan masuknya PLTG peaking dan beroperasinya
PLTU batubara serta berakhirnya kontrak PLTD sewa. Penggunaan HSD
untuk jangka panjang tidak menjadi nol karena HSD masih tetap dibutuhkan
oleh pembangkit kecil pada sistem isolated.
c. Peranan pembangkit gas meningkat pada sistem interkoneksi di Sulawesi
dari 1.514 GWh pada tahun 2011 menjadi 2.716 GWh pada tahun 2020. Hal
ini karena adanya penambahan kapasitas pembangkit pada PLTG Sengkang
dan pembangkit peaking berbahan bakar LNG.
d. Peranan pembangkit batubara akan menjadi dominan, yaitu dari rencana
272 GWh pada tahun 2011 akan naik menjadi 6.487 GWh pada tahun 2020
untuk sistem interkoneksi besar di Sulawesi. Hal ini terjadi karena besarnya
penambahan kapasitas PLTU batubara yang pada tahun 2010 hanya 27 MW
akan menjadi 1.955 MW pada tahun 2020.
e. Peranan pembangkit hidro semakin meningkat khususnya di Sulawesi
Selatan, yaitu dengan masuknya beberapa proyek PLTA berikut: Bakaru II,
Bonto Batu, Poso, Malea, Konawe dan Watunohu. Bakaru II, Bonto Batu dan

562
Poko merupakan pembangkit beban puncak, sedangkan PLTA lainnya
merupakan pembangkit beban menengah/dasar.
f. Peranan panas bumi akan meningkat khususnya di Sulawesi Utara dengan
akan beroperasinya PLTP Lahendong IV dan V serta PLTP Kotamobagu dari
430 GWh tahun 2011 menjadi 1.164 GWh pada tahun 2020.

Kebutuhan Bahan Bakar


Kebutuhan energi primer di sistem Sulawesi dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2020 dapat dilihat pada Lampiran B2.4.
Kebutuhan HSD akan turun tajam dari 240 juta liter pada tahun 2011 menjadi nol
pada tahun 2015. Sama halnya dengan pemakaian MFO dari 427 juta liter pada
tahun 2011 menjadi nol pada tahun 2015.
Pemakaian gas di Sulawesi oleh pembangkit IPP yaitu PLTGU Sengkang, dan
diasumsikan pasokan gas tetap ada hingga tahun 2020. Pemakaian gas oleh PLN
hanya untuk pembangkit peaking sehubungan pembatalan proyek PLTGU di
Senoro akibat alokasi gas Senoro kepada PLN hanya 20 mmscfd. Pembangunan
PLTGU Donggi-Senoro menjadi tidak optimal karena lokasinya sangat jauh dari
pusat beban. Gas Senoro akan diambil PLN dalam bentuk LNG untuk bahan bakar
pembangkit peaking di Sulsel dan Sulut.
Pemakaian LNG di Sulawesi akan dimulai pada tahun 2013 sebesar 3,4 bcf dan
akan menjadi 6 bcf pada tahun 2020. Sedangkan volume pemakaian batubara
meningkat dari 0,17 juta ton pada tahun 2011 menjadi 4,33 juta ton pada tahun
2020 atau meningkat 26 kali lipat.

B2.5 Capacity Balance Gardu Induk


Capacity Balance dibuat berdasarkan prakiraan beban per GI sampai tahun 2020
dengan kriteria penambahan trafo GI dilakukan saat pembebanan trafo terpasang
sudah melebihi 70%. Dengan kriteria tersebut kebutuhan pembangunan GI baru
dan pengembangan trafo GI eksisting untuk sistem Sulawesi sampai dengan tahun
2020 sebesar 4.773 MVA. Proyeksi kebutuhan pengembangan gardu induk sistem
Sulawesi diberikan pada Lampiran B2.5.

563
B2.6 Rencana Pengembangan Penyaluran
Rencana pengembangan penyaluran sistem Sulut – Gorontalo, system Sulteng
dan sistem Sulselrabar dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik
meliputi,

• Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek pembangkit PLTU


percepatan, PLTU IPP, PLTA IPP dan PLTP IPP.

• Pengembangan transmisi 150 kV di lokasi tersebar di sistem Sulut–Gorontalo,


sistem Sulteng dan sistem Sulselrabar dalam rangka memenuhi kriteria
keandalan (N-1) dan untuk mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan
tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.
Proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan sistem Sulawesi diberikan pada
Lampiran B2.6.
B2.7 Peta Pengembangan Penyaluran
Cukup jelas seperti terlihat pada Lampiran B2.7.

B2.8 Analisis Aliran Daya


Analisa Aliran Daya Sistem Minahasa –Gorontalo
Analisa aliran daya pada sistem interkoneksi Minahasa-Gorontalo dilakukan
dengan memperhatikan seluruh pembangkit, GI serta transmisi eksisting dan yang
akan dibangun baru. Analisa load flow dilakukan beberapa tahun yaitu tahun 2012.
2015 dan tahun 2019 dengan hasil sebagai berikut :

a. Tahun 2013
Aliran daya masih mengarah ke pusat kota Manado dan Gorontalo yaitu dari
kelompok pembangkit (PLTP dan PLTU Sulut II) ke utara yaitu GI Teling, GI
Paniki dan GI Ranomuut (87 MW) dan ke Gorontalo yaitu GI Isimu dan GI
Botupingge (36 MW). Tegangan sistem 150 kV tertinggi di GI Anggrek (150,0
kV) dan tegangan terendah di GI Kema (144,5 kV), sedangkan untuk sistem 70
kV tertinggi di GI Bitung (67,1 kV) dan terendah di GI Ranomuut (65,4 kV).
Total beban sistem sebesar 310.8 MW dengan jumlah pasokan sebesar 314,1
MW. Berdasarkan hasil simulasi aliran daya susut sistem sebesar 3,3 MW.
Tambahan transmisi baru dari tahun 2011 hingga 2013 ada tujuh ruas transmisi,
yaitu SUTT 150 kV PLTU Sulut II – Lopana, SUTT 150 kV Lopana – Teling,

564
SUTT 150 kV Teling – Paniki, SUTT 150 kV Paniki – Kema, SUTT 150 kV
Buroko – Isimu (GI Anggrek incomer), SUTT 150 kV Isimu – Botupingge dan
SUTT 150 kV Isimu – Marisa. Sedangkan pembangkit baru yang dijadwalkan
akan beroperasi yaitu PLTU Sulut II #1 dan #2, PLTU Anggrek #2, dan PLTG
Minahasa #1.

b. Tahun 2015
Aliran daya mengarah ke pusat kota Manado dan Gorontalo masing-masing
sebesar 133 MW ke Manado dan 62 MW ke Gorontalo. Tegangan sistem 150
kV tertinggi di GI Anggrek (150,0 kV) dan tegangan terendah di GI Kema (145,5
kV), sedangkan untuk sistem 70 kV tertinggi di GI Tomohon (66,9 kV) dan
terendah di GI Ranomuut (65,2 kV). Total beban sistem sebesar 366 MW
dengan jumlah pasokan sebesar 369,8 MW. Berdasarkan hasil simulasi load
flow susut sistem sebesar 3,8 MW.
Pada tahun ini sub sistem Tolitoli telah interkoneksi dengan sistem, dimana
penambahan ruas transmisi ada beberapa ruas yaitu SUTT 150 kV Moutong –
Marisa, SUTT 150 kV GI Otam – PLTP Kotamobagu, SUTT 150 kV PLTU
Kema – GI Kema dan GI Kawangkoan – PLTP #5 dan #6. Sedangkan
pembangkit baru yang akan beroperasi yaitu PLTP Lahendong #5 dan #6,
PLTU Sulut I (Kema) #1 dan PLTA Sawangan 2 unit, PLTU 1 Sulut di Buroko,
PLTU Tolitoli.
c. Tahun 2020
Aliran daya masih mengarah ke pusat kota Manado dan Gorontalo masing-
masing sebesar 150 MW ke Manado dan 105 MW ke Gorontalo. Tegangan
sistem 150 kV tertinggi di GI Otam (148,2 kV) dan tegangan terendah di GI
Botupingge (141,7 kV), sedangkan untuk sistem 70 kV tertinggi di GI Tomohon
(65,2 kV) dan terendah di GI Likupang (61,9 kV). Untuk mempertahankan level
tegangan pada batas normal dibutuhkan tambahan kapasitor 20 MVar yang
terpasang di GI Isimu sehingga total kapasitor sebesar 40 Mvar. Total beban
sistem sebesar 555,4 MW dengan jumlah pasokan sebesar 568.7 MW.
Berdasarkan hasil simulasi load flow susut sistem sebesar 13,3 MW.
Pada tahun 2016 hingga 2020 ada penambahan transmisi baru, yaitu SUTT
150 kV PLTU Sulut (PPP) ke Kema/Tanjung Merah. Sedangkan pembangkit
baru yang akan beroperasi yaitu PLTG Gorontalo #1, PLTG Minahasa #2, #3 ,
PLTU Sulut I (kema) #2, dan PLTU Sulut (PPP) #1, #2.

565
Analisa Aliran Daya Sistem Sulawesi Selatan
Analisa aliran daya pada sistem Sulsel dilakukan dengan memperhatikan seluruh
pembangkit eksisting dan penambahan pembangkit baru sesuai neraca daya
2011–2020, meliputi sistem 150 kV dan 70 kV. Analisa load flow dilakukan untuk
tahun 2012, 2015 dan 2019.

a. Tahun 2013
Sebagian besar kebutuhan energi listrik di pusat beban kota Makassar dan
sekitarnya, masih dipasok dari pembangkit yang posisinya berada di bagian
utara Propinsi Sulawesi Selatan yaitu dari PLTGU/G Sengkang, PLTA Bakaru
dan PLTA Poso sehingga ada daya sekitar 370 MW yang mengalir dari utara
ke selatan propinsi Sulawesi Selatan.
Pada kondisi tersebut, tegangan sistem masih dalam batas normal. Tegangan
tertinggi terjadi di GI Wotu 152,4 kV dan tegangan terendah di GI Bontoala
143,7 kV. Total beban sistem sebesar 833 MW dan pembangkit beroperasi
sebesar 870,2 MW, dengan susut transmisi sebesar 37,2 MW (3,3 %).
Pembangkit yang beroperasi adalah PLTA Bakaru 2 x 63 MW, PLTGU
Sengkang 135 MW, PLTGU Sengkang 3 x 60 MW, PLTD Suppa 60 MW dan
PLTA Poso 3 x 65 MW.
Tambahan pembangkit baru pada tahun 2011 – 2013 adalah, PLTGU
Sengkang 2 x 60 MW, ekspansi 2 dan 3 (2011/12), PLTA Poso 3 x 65 MW
(145 MW Transfer ke Selatan – 2012), PLTU Sulsel Perpres 1 di Barru
2x50 MW (2012), PLTU Bosowa 2 x 100 MW (2012).
Tambahan transmisi baru pada tahun 2011 – 2013 adalah, TL 150 kV jalur
tengah Sidrap – Maros (New S/S) – Sungguminasa (2011), TL 150 kV
Sengkang – Sidrap (2011), TL 150 kV Sengkang – Siwa/Keera (2011),
Underground 150 kV Bontoala – Tallo Lama, Uprating TL 150 kV Tello – Tallo
Lama, TL 150 kV PLTU Takalar – Tanjung Bunga, TL 275 kV PLTA Poso –
Palopo.

b. Tahun 2015
Pada tahun ini sistem Sulselbar sudah terinterkoneksi dengan sistem Sultra
melalui transmisi 150 kV. Aliran daya sistem Sulselbar masih dari utara ke
pusat beban kota Makassar dan sekitarnya, melalui transmisi 150 kV, dengan

566
transfer daya sebesar 368 MW. Sedangkan sistem Sultra mendapat pasokan
daya dari PLTA Poso, dengan transfer daya sebesar 62 MW.
Tegangan sistem masih dalam batas-batas normal, tegangan tertinggi di GI
Wotu 154,7 kV dan tegangan terendah di GI Bontoala 143,7 kV (sistem Sulsel
bagian Selatan) dan GI Raha 149,4 kV (sistem Sultra).
Total beban sistem sebesar 1.127 MW dengan jumlah pasokan sebesar
1.162,3 MW dan susut transmisi sebesar 35,3 MW (2,6 %).
Tambahan pembangkit baru pada tahun 2013 - 2015 adalah, PLTU Sulsel-3
(Takalar) 2x100 MW (2014/15), PLTU Takalar (eks loan Spanyol) FTP2 2x100
MW (2014/15) dan PLTU Mamuju FTP2 2x25 MW (2014).
Tambahan transmisi baru pada tahun 2013 – 2015 adalah TL 150 kV Wotu –
Malili – Kolaka – Unaaha – Kendari (2014).

c. Tahun 2020
Aliran daya masih dari utara ke pusat beban kota Makassar dan sekitarnya
sebesar 600 MW.
Tegangan sistem masih dalam batas-batas normal, tegangan tertinggi di GI
Wotu 154,3 kV dan tegangan terendah di GI Bontoala 136,3 kV (sistem Sulsel
bagian Selatan) dan GI Raha 145,9 kV (sistem Sultra).
Total beban sistem sebesar 1.933,5 MW dengan jumlah pasokan sebesar
1.995,9 MW, dengan susut transmisi sebesar 62,4 MW (3,1 %).
Tambahan pembangkit baru pada tahun 2016 – 2020 adalah, PLTA Bontobatu
2 x 50 MW (2016), PLTA Malea 2 x 45 MW (2016), PLTA Konewa 2 x 25 MW
(2016), PLTA Bakaru-II 2 x 63 MW (2019), PLTG Makassar 100 MW (2020),
PLTP Lainea 20 MW (2017) ,PLTU Sulsel 3 2 x 150 MW (2018/19).
Gambaran yang lebih rinci untuk kondisi pada tahun-tahun tertentu hasil simulasi
aliran daya untuk sistem besar di Sulawesi diberikan pada Lampiran B2.8.

B2.9 Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi


Kebutuhan pengembangan sistem distribusi diperlukan untuk,
ƒ Meningkatkan keandalan dan mutu tegangan pelayanan
ƒ Perbaikan SAIDI dan SAIFI

567
ƒ Menurunkan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan yang tua
ƒ Meningkatkan penjualan tenaga listrik dengan menambah pelanggan
ƒ Menurunkan suut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan distribusi yang
sudah tua dan tidak layak dioperasikan
ƒ Proyeksi kebutuhan distribusi diberikan pada Lampiran B2.9.

Proyeksi Kebutuhan Fisik Distribusi 2011-2020


se Sulawesi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1,094 1,351 549 228,717
2012 657 900 338 126,778
2013 830 1,016 402 144,805
2014 1,006 1,119 401 152,880
2015 1,143 1,196 419 162,940
2016 1,297 1,277 454 173,498
2017 1,497 1,372 493 185,989
2018 1,634 1,437 523 194,034
2019 1,831 1,520 560 204,542
2020 2,156 1,669 613 222,095
2011-2020 13,145 12,857 4,749 1,796,276

568
Proyeksi Kebutuhan Investasi Distribusi 2011-2020
se Sulawesi
Juta USD

Tahun JTM JTR Trafo Pelanggan Total

2011 13.2 9.4 23.1 7.7 53.4


2012 8.4 6.3 15.1 5.7 35.5
2013 10.0 6.9 17.6 6.4 40.9
2014 11.6 7.5 17.6 7.0 43.7
2015 12.8 8.0 18.4 7.5 46.7
2016 14.2 8.5 19.9 8.0 50.6
2017 16.0 9.0 21.5 8.6 55.1
2018 17.3 9.4 22.7 9.1 58.5
2019 19.1 9.9 24.2 9.6 62.9
2020 22.2 10.9 26.5 10.5 70.1
2011-2020 144.9 85.8 206.6 80.2 517.6

Dari tabel perkiraan kebutuhan fisik dan biaya distribusi regional Sulawesi
tahun 2011-2020 dapat dijelaskan sebagai berikut :
ƒ Selama kurun waktu tahun 2011-2020 direncanakan membangun JTM
13.145 kms, JTR 12.857 kms, Kapasitas gardu distribusi 4749 MVA untuk
menunjang penyambungan sejumlah 1,8 juta pelanggan.
ƒ Perkiraan biaya total selama kurun waktu tersebut untuk menunjang
pengembangan sistem distribusi, membutuhkan biaya sebesar US$ 517.6
juta (JTM US$ 145 juta, JTR US$ 85.8 juta, gardu US$ 206.6 juta, dan
sambungan pelanggan US$ 80,2 juta) dan diperkirakan setiap tahunnya
dibutuhkan anggaran sebesar US$ 52 juta.
ƒ Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari
60,3 % tahun 2009, menjadi 69,8 % di tahun 2014 untuk regional Sulawesi.
B2.10 Program Listrik Pedesaan
Program listrik pedesaan pemerintah yang tertuang dalam RPJM 2010-2014
adalah meningkatkan ratio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2014 menjadi 80%.
Untuk menunjang program tersebut di pulau Sulawesi direncanakan membangun
JTM 4.285 kms, JTR 4.361 kms, kapasitas gardu distribusi 370,2 MVA.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 60,3%
(tahun 2010) menjadi 69,8% di tahun 2014 untuk regional Sulawesi .

569
Proyeksi kebutuhan jaringan distribusi untuk listrik pedesaan diberikan pada
Lampiran B2.10
B2.11 Program Energi Baru dan Terbarukan
Lihat Bab 4.3 s/d 4.6

B2.12. Proyeksi Kebutuhan Investasi


Proyeksi kebutuhan Investasi pembangkit, transmisi dan gardu induk sistem
Sulawesi diberikan pada Lampiran B2.12.

570
RENCANA PENGEMBANGAN

SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI WILAYAH OPERASI

INDONESIA TIMUR

LAMPIRAN B3. PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAMPIRAN B4. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LAMPIRAN B5. PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAMPIRAN B6. PROVINSI SULAWESI UTARA

LAMPIRAN B7. PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAMPIRAN B8. PROVINSI GORONTALO

LAMPIRAN B9. PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAMPIRAN B10. PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAMPIRAN B11. PROVINSI SULAWESI BARAT

LAMPIRAN B12. PROVINSI MALUKU

LAMPIRAN B13. PROVINSI MALUKU UTARA

LAMPIRAN B14. PROVINSI PAPUA

LAMPIRAN B15. PROVINSI PAPUA BARAT

LAMPIRAN B16. PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

LAMPIRAN B17. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

571
LAMPIRAN B.3
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B3.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini

Sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar dipasok dari sistem
Barito, sedangkan sistem–sistem isolated tersebar antara lain sistem Pagatan,
Kotabaru serta Unit Listrik Desa (ULD)1 dipasok dari PLTD setempat. Total daya
terpasang adalah sekitar 423 MW dengan daya mampu 311 MW dan beban puncak
292 MW pada kwartal ketiga tahun 2011. Jumlah pelanggan pada waktu yang sama
adalah sekitar 757 ribu pelanggan, sehingga rasio elektrifikasi sekitar 73,4%. Situasi
sistem kelistrikan di provinsi ini pada dasarnya masih terbatas dan tanpa cadangan.
Konfigurasi saat ini dan rencana pengembangan sistem kelistrikan interkoneksi di
Kalimantan Selatan dapat dilihat pada gambar B3.1.

Gambar B3.1 Peta pengembangan sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan

1
ULD adalah unit satuan pelayanan PLN yang dikelola oleh badan usaha di daerah terpencil yang
mengelola pembangkit, jaringan dan pelanggan PLN .

572
Sistem Interkoneksi Barito
Sistem Barito merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV dan
70 kV, dipasok dari beberapa jenis pembangkit meliputi PLTA, PLTU, PLTD minyak dan
PLTG minyak. Sistem Barito merupakan pemasok utama kebutuhan tenaga listrik di
Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pusat beban sistem Barito
berada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan porsi sekitar 80% dari seluruh beban
sistem Barito. Kondisi sistem kelistrikan Barito saat ini masih belum cukup untuk
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, mengingat daya yang ada masih sangat
terbatas. Sistem Barito akan dapat melayani kebutuhan masyarakat setelah PLTU
Kalsel di Asam-Asam beroperasi.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kondisi kekurangan pasokan tersebut
adalah menyewa PLTD minyak jangka pendek dengan total daya 128 MW, dan
menambah daya melalui pembelian tenaga listrik excess power dari industri yang
mempunyai cadangan daya. Daya mampu sistem Barito saat ini sekitar 280 MW
dengan beban puncak 265 MW. Akibat kondisi kelistrikan yang terbatas ini, untuk
sementara penambahan pelanggan baru dilaksanakan dengan cara selektif.

Sistem Isolated Pagatan


Di Kalimantan Selatan masih banyak terdapat sistem-sistem kecil isolated tersebar, dan
beberapa diantaranya yang relatif besar adalah:
- Sistem Pagatan/Batulicin, merupakan sistem yang terhubung dengan jaringan
tegangan menengah 20 kV, melayani kebutuhan pelanggan di kabupaten Tanah
Bumbu dan sebagian kabupaten Pulau Laut. Kondisi kelistrikan di sistem Pagatan
ini juga mengalami keterbatasan daya pembangkit dan untuk memenuhi
kebutuhan dilakukan sewa PLTD minyak serta membeli excess power. Sistem
Pagatan direncanakan akan diinterkoneksikan dengan sistem Barito menggunakan
transmisi 150 kV.
- Sistem Kotabaru juga merupakan sistem isolated dengan pasokan listrik dari
PLTD, terhubung melalui jaringan 20 kV dan melayani kebutuhan pelanggan di
kabupaten Pulau Laut. Sistem Kotabaru terletak di pulau Laut yang terpisah dari
daratan pulau Kalimantan.
- ULD merupakan sistem kelistrikan yang tersebar di daerah terpencil untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat desa setempat dan bebannya masih rendah.
Jumlah ULD adalah sebanyak 20 unit dengan daya terpasang 6,7 MW.

573
Daya terpasang dan beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Kalimantan Selatan
dapat dilihat pada tabel B3.1.

Tabel B3.1 Sistem Kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan per Oktober 2011
Daya Daya Beban
Sistem Kabupaten Terpasang Mampu Puncak Keterangan
[ MW ] [ MW ] [ MW ]
Kota Banjarmasin
Kota Banjarbaru
Kab Banjar
Kab Tapin
Kab HSS
1. Sistem Barito Kab HST 387,5 280,6 265,5
Kab HSU
Kab Tabalong
Kab Balangan
Kab Barito Kuala
Kab Tanah Laut
2. Sistem Batulicin Kab Tanah Bumbu 17,1 15,6 14,3 Isolated
3. Sistem Kotabaru Kab Kotabaru 11,4 10,3 8,1 Isolated
4. ULD (20 Lokasi Tersebar) Tersebar 6,7 4,7 4,3 Isolated
TOTAL 422,7 311,3 292,2

B3.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik


Kalimantan Selatan memiliki sumber daya energi yang cukup banyak dengan
tersedianya cadangan batubara dan gas methane yang cukup besar. Di beberapa
kawasan, kondisi tanahnya juga cocok ditanami kelapa sawit. Eksploitasi sumber daya
alam berupa batubara dan mulai berkembangnya perkebunan kelapa sawit telah
membuat ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh dinamis dan prospektif. Kondisi
demikian akan berpengaruh kepada pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di
Kalimantan Selatan.
Berdasarkan realisasi pengusahaan lima tahun terakhir termasuk adanya daftar tunggu
yang cukup besar dan dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan
ekonomi regional, pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai dimasa
yang akan datang, proyeksi kebutuhan listrik 2011–2020 diberikan pada tabel B3.2.

574
Tabel B3.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 1.454,2 1.800,9 331 740.758
2012 1.586,7 2.057,2 366 772.829
2013 1.732,1 2.225,4 390 806.241
2014 1.891,7 2.426,2 423 841.055
2015 2.066,9 2.646,7 459 877.332
2016 2.259,2 2.889,5 499 915.137
2017 2.470,5 3.156,7 542 954.538
2018 2.702,7 3.450,8 589 995.604
2019 2.958,0 3.774,5 641 1.038.410
2020 3.238,7 4.131,1 697 1.083.032
Growth 9,3% 9,3% 9,4% 4,3%

B3.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Rencana pembangunan sarana kelistrikan yang meliputi pembangkit, transmisi dan
distribusi di Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan dengan memperhatikan potensi
energi primer setempat dan sebaran penduduknya sebagai berikut.

Potensi Energi Primer


Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
sumber energi primer yang banyak, meliputi batubara, gas methan batubara (coal bed
methana /CBM) dan tenaga air. Potensi batubaranya sangat besar dengan berbagai
tingkat kalori sebagaimana dapat dilihat pada table B3.3. Deposit batubara diperkirakan
lebih dari 1,8 miliar ton, sementara produksinya rata-rata mencapai 12 juta ton per
tahun. Potensi energi primer yang potensial untuk dikembangkan khususnya bagi desa-
desa tertinggal yang sulit dijangkau oleh jaringan PLN adalah batubara, tenaga air dan
energi surya. Sampai saat ini batubara Kalsel telah dipakai sebagai bahan bakar di
berbagai PLTU di Indonesia termasuk di PLTU Asam-Asam.

575
Tabel B3.3 Potensi Batubara Kalimantan Selatan

Kriteria Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan


No. Kualitas Kelas
(Kal/gr, adb) Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

1 Kalori Rendah <5100  370,87   0,00   600,99   971,86   536,33 


2 Kalori Sedang 5100 ‐ 6100  4.793,13   301,36   2.526,46   7.620,95   1.287,01 
3 Kalori Tinggi 6100 ‐ 7100  336,19   33,12   109,64   478,95   44,36 
4 Kalori Sangat Tinggi > 7100  17,62   0,00   12,00   29,62   0,14 
 5.517,81   334,48   3.249,09   9.101,38   1.867,84 

Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi KESDM, 2006

Sumber Tenaga Air/Hidro


Kalimantan Selatan merupakan daerah yang mempunyai sumber daya tenaga air,
antara lain DAS Barito, Riam Kanan, Riam Kiwa, Balangan, Batang Alai, Amandit,
Tapin, Kintap, Batulicin, dan Sampanahan. Umumnya DAS tersebut berhulu di
pegunungan Meratus dan bermuara di laut Jawa dan selat Makassar. Keberadaan DAS
tersebut kurang berpotensi untuk dijadikan PLTA run-off-river karena topografinya
landai, sehingga head-nya relatif kecil. Secara rinci potensi tenaga air dapat dilihat pada
tabel B3.4.
Tabel B3.4 Potensi energi air di Kalimantan Selatan

NO NAMA BENDUNGAN KABUPATEN KAPASITAS

1 PLTA Kusan Tanah Bumbu 65 MW

2 PLTMH Riam Kiwa Banjar 10 MW

3 PLTMH Muara Kendihin Hulu Sungai Selatan 0,6 MW

4 PLTMH Kiram Atas Banjar 0.86 MW

5 PLTMH Sampanahan Kotabaru 0.6 MW

6 PLTMH Gendang Timburu Kotabaru 0,6 MW

Total 99,6 MW

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, Propinsi Kalimantan Selatan

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik periode 2011-2020 direncanakan tambahan 6 proyek
pembangkit listrik berkapasitas 609 MW. Jenis pembangkit yang akan dibangun
meliputi PLTU batubara, PLTA dan PLTG peaking. Tabel B3.5 menampilkan perincian
pengembangan pembangkit dimaksud.

576
Tabel B3.5 Rencana Pengembangan Pembangkit di Kalsel

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Asam Asam (FTP1) PLN PLTU 2x65 2011 On Going


2 Kotabaru (APBN) PLN PLTU 2x7 2013 On Going
3 Kusan PLN PLTA 65 2017 Rencana
4 Kalsel (Peaking) PLN PLTG 50 2019 Rencana
5 Asam Asam Sewa XPLTU 3x50 2013 Rencana
6 Kalsel-1 (FTP2) Swasta PLTU 2x100 2015/16 Rencana
Total Kapasitas 609

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi
Beban kelistrikan di sistem interkoneksi Kalimantan Selatan relatif besar dan jaringan
tegangan tinggi akan menjangkau beban yang secara geografis semakin jauh, sehingga
pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan tegangan 150 kV. Selain itu
pembangunan sistem transmisi juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
daya hantar listrik mengingat adanya rencana pembangunan PLTU dalam satu
kawasan di Asam-Asam. Adanya potensi tenaga air di DAS Kusan yang lokasinya jauh
dari pusat beban memerlukan transmisi 150 kV untuk menyalurkan energinya.
Selama periode 2011-2020 direncanakan akan dibangun saluran transmisi 150 kV dan
70 kV sepanjang 1.725 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 212 juta
seperti ditampilkan dalam tabel B3.6. Rencana pengembangan sistem interkoneksi
70 kV untuk menghubungkan grid Barito dengan sistem Kotabaru di pulau Laut, dimana
saat ini dalam tahap studi kelayakan dan studi dasar laut.

577
Tabel B3.6 Rencana pembangunan Transmisi 150 kV
Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 Barikin  Amuntai 150 kV 2 cct, 1xHAWK             66              5.9 2011
2 Seberang Barito Kayutangi 150 kV 2 cct, 1xHAWK             42              3.7 2011
3 PLTU Asam‐Asam (FTP1) Mantuil 150 kV 2 cct, 2xHAWK          220            27.0 2011
4 Asam‐asam Batu licin 150 kV 2 cct, 2xHAWK          248            30.4 2012
5 Tanjung  Perbatasan 150 kV 2 cct, 2xHAWK          284            34.8 2012
Incomer 2 phi Barikin ‐ 
6 Rantau  150 kV 4cct, 2xHAWK               2              0.2 2012
Cempaka
Pelaihari‐Cempaka‐
7 Up rating Asam‐Asam 150 kV 2cct, 1xZEBRA          180            30.0 2013
Mantuil 
8 Batu Licin Landing point P. Laut 70 kV 2 cct, 1xHAWK               6              4.5 2013
9 Landing point P. Laut Kotabaru 70 kV 2 cct, 1xHAWK             74              6.6 2013
10 PLTU Kalsel 1 (FTP 2) Tanjung 150 kV 2 cct, 2xHAWK          100            12.3 2014
11 Barikin  Kayutangi 150 kV 2 cct, 2xHAWK          240            29.4 2014
Single phi Cempaka ‐ 
12 PLTA Kusan 150 kV 2 cct, 1xHAWK          138            12.3 2016
Rantau
13 Reconduktor Cempaka *) Barikin 150 kV 2 cct, 2xHAWK          213            26.1 2017
Jumlah       1,813          223.2

Catatan: Tingkat tegangan kabel laut yang menginterkoneksi Pulau Laut dan Kalimantan sedang
dalam kajian.

Pengembangan Gardu Induk


Jumlah GI yang direncanakan akan dibangun sampai dengan tahun 2020 termasuk
perluasannya, akan mencapai 24 buah dengan kapasitas total 750 MVA. Khusus di
Pulau Laut, direncanakan pengembangan GI 70/20 kV dan saat ini masih dalam tahap
kajian. Biaya investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 55 juta dengan rincian terdapat
pada tabel B3.7.
Rencana pembangunan gardu induk baru pada tabel B3.7 tersebut dapat dibangun
secara minimalis untuk mengakomodasi beban yang masih relatif kecil untuk
mempercepat pembangunan dan menekan biaya investasi.

578
Tabel B3.7 Pengembangan GI

Daya  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Amuntai (GI baru ) 150/20 kV New              30             2,62 2011
2 Barikin Ext LB 150 kV Extension 2 LB             1,23 2011
3 Kayu Tangi (GI baru )  150/20 kV New              30             2,62 2011
4 Seberang Barito Ext LB 150 kV Extension 2 LB             1,23 2011
5 Asam asam Diameter 3 CB 150 kV Extension 3 CB             1,62 2011
6 Asam asam Diameter 2 CB 150 kV Extension 2 CB             1,35 2011
7 Asam‐asam Ext LB 150 kV Extension 2 LB             1,23 2011
8 Mantuil Ext LB 150 kV Extension 2 LB             1,23 2011
9 Batu licin (GI Baru) 150/20 kV New              30             2,62 2012
10 Asam‐asam Ext LB 150 kV Extension 2 LB             1,23 2012
11 Tanjung Ext LB (Perbatasan) 150 kV Extension 2 LB             1,23 2012
12 Batulicin (IBT) 150/70 kV Extension              60             2,10 2013
13 Batulicin 70 kV Extension 2 LB             0,94 2013
14 Kota Baru (GI baru )  70/20 kV New              30             3,16 2013
15 Tanjung 150/20 kV Extension              30             1,39 2013
16 Tanjung Ext LB 150 kV Extension 2 LB             1,23 2013
17 Tanjung Ext LB (PLTU IPP) 150 kV Extension 2 LB             1,23 2013
18 Banjarmasin 70/20 kV Extension              30             1,26 2013
19 Cempaka 150/20 kV Extension              60             2,10 2013
20 Rantau (Rekonfigurasi) 150 kV Extension 2 LB             1,23 2014
21 Rantau (NEW LINE) 150 kV Extension 2 LB             1,23 2014
22 Kayutangi 150 kV Extension 2 LB             1,23 2014
23 Trisakti 150/20 kV Extension              60             2,10 2014
24 Batulicin 150/20 kV Extension              30             1,39 2015
25 Trisakti IBT 150/70 kV Extension              60             2,10 2015
26 Mantuil 150/20 kV Extension              60             2,10 2015
27 Trisakti (Uprating) 70/20 kV Extension              30             2,10 2015
28 Barikin 150/20 kV Extension              60             2,10 2016
29 Amuntai 150/20 kV Extension              30             1,39 2016
30 Rantau 150/20 kV Extension              30             1,39 2017
31 Kayutangi 150/20 kV Extension              30             1,39 2017
32 Asam asam 150/20 kV Extension              30             1,39 2017
33 Rantau Ext LB (Kusan) 150/20 kV Extension 2 LB             1,23 2017
34 Pelaihari 150/20 kV Extension              30             1,39 2017
Jumlah            750            55,42

Pengembangan Distribusi

Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas,
direncanakan juga pembangunan jaringan distribusi 20 kV. Proyeksi kebutuhan jaringan
distribusi sampai tahun 2020 termasuk untuk listrik pedesaan adalah 18.533 kms JTM,
10.206 kms JTR dan 533 MVA trafo distribusi dengan rincian ditunjukkan dalam tabel
B3.8. Proyeksi tersebut dimaksudkan untuk menambah rata-rata 37.000 pelanggan per
tahun selama 10 tahun.

579
Tabel B3.8 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 1,254 865 45 30,786
2012 1,465 982 50 32,071
2013 1,369 828 51 33,413
2014 1,417 804 44 34,814
2015 1,591 880 47 36,277
2016 1,787 964 51 37,805
2017 2,008 1,057 55 39,400
2018 2,256 1,159 59 41,066
2019 2,536 1,272 63 42,806
2020 2,850 1,395 68 44,622
2011-2020 18,533 10,206 533 373,060

B3.4 Sistem Kelistrikan Isolated


Kalimantan Selatan dengan wilayah daratan yang sangat luas mempunyai banyak
kelompok penduduk yang tersebar jauh dan terisolasi. Sistem kelistrikannya dipasok
dengan PLTD dan dikelola oleh Unit Listrik Desa. Untuk melayani masyarakat sekaligus
sebagai upaya meningkatkan ratio elektrifikasi di Kalimantan Selatan, beberapa sistem
isolated diupayakan secara bertahap masuk ke dalam sistem interkoneksi Barito
melalui grid extension. Untuk yang belum terjangkau grid, daerah isolated dibangun
PLTU batubara skala kecil seperti Pulau Laut. PLN juga mendorong pengembangan
PLTMH oleh swasta untuk memanfaatkan potensi tenaga air. Selain itu PLN secara
sangat terbatas juga berencana memasang PLTS komunal.

B3.5 Rangkuman
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 di Provinsi Kalimantan Selatan
diberikan pada tabel B3.9.

580
Tabel B3.9 Rangkuman
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan

Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit GI Transmisi Anggaran
Puncak
(GWh) (GWh) (MW) (MVA) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 1,454 1,801 331 130 60 328 280.0
2012 1,587 2,057 366 30 534 111.1
2013 1,732 2,225 390 164 210 260 121.6
2014 1,892 2,426 423 100 60 340 225.0
2015 2,067 2,647 459 100 180 - 189.3
2016 2,259 2,890 499 90 138 61.9
2017 2,471 3,157 542 65 120 213 181.6
2018 2,703 3,451 589 - 57.0
2019 2,958 3,775 641 50 - 88.3
2020 3,239 4,131 697 - 70.4
Jumlah 609 750 1,813 1,386.3

581
LAMPIRAN B.4
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

B4.1 Kondisi Saat Ini


Sistem kelistrikan di Provinsi Kalimantan Tengah dipasok dari sistem interkoneksi Barito
dengan transmisi 150 kV dari Kalimantan Selatan melalui beberapa GI di Kalteng yaitu
GI Selat, GI Pulang Pisau dan GI Palangkaraya. GI Selat memasok beban di kabupaten
Kuala Kapuas dan sekitarnya, GI Pulang Pisau memasok beban di kabupaten Pulang
Pisau dan GI Palangkaraya memasok beban kota Palangkaraya dan kabupaten
Katingan. Sistem kelistrikan di daerah lainnya masih merupakan sistem isolated
tersebar, dengan daya mampu pembangkitan rata-rata dalam kondisi pas-pasan.
Beban puncak total non coincident se Kalimantan Tengah pada tahun 2011 adalah
sekitar 140 MW, dimana 66 MW diantaranya masuk dalam sistem Barito. Sedangkan
daya mampu pembangkit sekitar 147 MW dengan rincian 54,4 MW di sistem Barito dan
81,56 MW di sistem isolated tersebar. Jumlah pelanggan Provinsi Kalimantan Tengah
pada akhir tahun 2010 adalah sekitar 284 ribu pelanggan dengan rincian 249 ribu
pelanggan rumah tangga, 23 ribu pelanggan bisnis, 11 ribu pelanggan publik dan 104
pelanggan industri. Peta sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah dan rencana
pengembangan sistemnya diperlihatkan pada gambar B4.1.

582
Gambar B4.1. Peta sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah
Sedangkan rincian data pembangkit dan beban puncak sistem kelistrikan Provinsi
Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel B4.1.
Tabel B4.1 Sistem Kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah per Oktober 2011

Daya Daya Beban


Sistem Kalimantan Tengah Terpasang Mampu Puncak Keterangan
[ MW ] [ MW ] [ MW ]
Kota Palangka Raya

Kab Kapuas Daya Mampu sistem


Barito adalah 335
1. Sistem Barito 58,3 54,4 66,0 MW dengan beban
Kab Pulang Pisau Puncak sebesar
Kab Katingan/Kasongan 331.5 MW

Kab Barito Timur / Tamiyang Layang


2. Sistem Sampit Kab Kotawaringin Timur 52,1 23,8 20,8 Isolated
3. Sistem Pangkalan Bun Kab Kotawaringin Barat 39,7 25,8 18,7 Isolated
4. Sistem Buntok Kab Barito Selatan 16,5 9,4 7,4 Isolated
5. Sistem Muara Teweh Kab Barito Utara 6,7 6,2 5,4 Isolated
6. Sistem Kuala Pambuang Kab Seruyan 7,1 3,7 2,3 Isolated
7. Sistem Nanga Bulik Kab Lamandau 2,8 2,2 1,3 Isolated
8. Sistem Kuala Kurun Kab Gunung Mas 5,3 3,5 2,2 Isolated
9. Sistem Puruk Cahu Kab Murung Raya 4,1 2,7 1,7 Isolated
10. Sistem Sukamara Kab Sukamara 3,0 1,9 1,9 Isolated
11. UL D (57 Lokasi tersebar) Tersebar 14,0 12,6 Isolated
Total 195,6 147,6 140,1

B4.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Kalimantan Tengah memiliki sumber energi yang cukup banyak dengan tersimpannya
cadangan batubara dan gas methan batubara (CBM) dalam jumlah yang cukup besar.
Eksploitasi batubara telah membuat ekonomi Kalimantan Tengah tumbuh dinamis dan
prospektif, hal itu akan berpengaruh pada kebutuhan listrik di Kalimantan Tengah.
Mengingat rasio elektrifikasi di Kalimantan Tengah masih cukup rendah (sekitar 55%)
termasuk pelanggan listrik non PLN, maka pertumbuhan kebutuhan listrik di masa
mendatang diperkirakan akan tinggi.

Memperhatikan realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya termasuk dengan


memperhitungkan daftar tunggu yang cukup besar dan dengan mempertimbangkan
kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan jumlah penduduk dan
peningkatan rasio elektrifikai dimasa yang akan datang, proyeksi kebutuhan listrik
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011–2020 diberikan pada tabel B4.2.

583
Tabel B4.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Prov Kalimantan Tengah

Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 741,8 843,5 127,0 343.361
2012 817,1 924,1 152,3 358.371
2013 888,1 1.043,9 173,8 374.152
2014 966,5 1.135,2 187,0 390.748
2015 1.052,9 1.236,0 201,4 408.197
2016 1.148,1 1.346,7 216,8 426.545
2017 1.253,1 1.468,7 234,0 445.839
2018 1.369,0 1.603,1 252,3 466.126
2019 1.496,8 1.751,3 272,3 487.458
2020 1.637,8 1.914,8 294,1 509.889
Growth 11,0% 11,2% 9,8% 6,0%

B4.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi
di Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer
setempat sebagai berikut.

Potensi Energi Primer


Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
sumber daya energi yang besar, yaitu utamanya batubara, dan beberapa gas alam.
Potensi energi yang potensial untuk dikembangkan di Kalimantan Tengah adalah
batubara. Selain itu khusus untuk perdesaan yang sulit dijangkau oleh jaringan PLN,
selain pembangkit batubara juga dapat dikembangkan mikrohidro dan biomassa.

Batubara
Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai potensi batubara yang cukup banyak dan
kabupaten Barito Utara merupakan kabupaten yang paling banyak memiliki cadangan
batubara. Survey yang telah dilakukan sejak tahun 1975 oleh beberapa institusi, baik
pemerintah maupun perusahaan asing seperti PT BHP - Biliton memperkirakan
terdapat sekitar 400 juta ton batubara dengan nilai kalori di atas 7.000 kkal per kg dan
juga ditemukan batubara dengan kandungan kalori di atas 8.000 kkal per kg di
kabupaten Barito Utara dan Murung Raya bagian utara. Batubara ditemukan di daerah

584
Muara Bakah, Bakanon, Sungai Montalat, Sungai Lahei, Sungai Maruwai dan
sekitarnya.
Potensi batubara di Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Table B4.3
Tabel B4.3 Potensi Batubara Kalimantan Tengah

Kriteria Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan


No. Kualitas
(Kal/gr, adb) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

1 Kalori Rendah <5100              ‐     483,9             ‐              ‐     483,9                 ‐ 


2 Kalori Sedang 5100 ‐ 6100              ‐     296,8         5,1        44,4     354,8             4,1 
3 Kalori Tinggi 6100 ‐ 7100     122,7     262,7             ‐        72,6     449,5                 ‐ 
Kalori Sangat 
4 > 7100              ‐     247,6             ‐        77,0     324,6           44,5 
Tinggi
Jumlah     122,7     974,4         5,1     194,0     1.613           48,6 

Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, 2006

Gas Alam
Potensi gas alam di Kalimantan Tengah terdapat di Bangkanai di dekat Muara Teweh,
dan berdasarkan hasil penelitian daerah ini memiliki potensi gas yang akan dieksploitasi
sebesar 20 mmscfd selama 20 tahun, walaupun diperkirakan akan turun secara
bertahap menjadi 16 mmscfd mulai tahun ke 16.

Sumber Tenaga Air


Kalimantan Tengah memiliki potensi tenaga air yang berkaitan dengan DAS Barito dan
Katingan di daerah Puruk Cahu, Muara Teweh dan Kasongan. Status potensi tersebut
dalam tahap identifikasi oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan
Tengah, dan memerlukan studi lebih lanjut untuk dapat dikembangkan.

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan beban sampai dengan tahun 2020 termasuk memenuhi
daftar tunggu, direncanakan tambahan kapasitas pembangkit sekitar 693 MW. Jenis
pembangkit yang akan dibangun adalah PLTU batubara di beberapa lokasi dan PLTG
gas di Bangkanai sebagai pembangkit peaking dengan menggunakan gas storage CNG
(compress natural gas). Tabel B4.4 berikut menampilkan perincian pengembangan
pembangkit di Kalimantan Tengah.

585
Tabel B4.4 Rencana Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Pulang Pisau (FTP1) PLN PLTU 2x60 2012 On Going


2 Bangkanai #1, #2 (FTP2) PLN PLTG 2x70 2013 Rencana
3 Buntok PLN PLTU 2x7 2013 On Going
4 Kuala Pambuang PLN PLTU 2x3 2013 Rencana
5 Kuala Kurun PLN PLTU 2x3 2013 Rencana
6 Bangkanai #3 (FTP2) PLN PLTG 1x70 2014 Rencana
7 Sampit (FTP2) PLN PLTU 2x25 2014 On Going
8 Bangkanai #4 (FTP2) PLN PLTG 1x70 2015 Rencana
9 Kuala Pambuang Ekspansi PLN PLTU 3 2017 Rencana
10 Pangkalan Bun (Cenko) Swasta PLTU 2x7 2011 Operasi
11 Kalteng - 1 Swasta PLTU 2x100 2020 Rencana
Total Kapasitas 693

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi
Seiring dengan rencana pembangunan PLTU batubara dan PLTG di Bangkanai serta
untuk menyambung sistem isolated masuk ke grid Barito, direncanakan akan dibangun
transmisi 150 kV untuk menyalurkan energi listrik dari pembangkit tersebut ke pusat
beban. Sebagaimana diketahui bahwa sebaran penduduk Kalimantan Tengah sangat
berjauhan, sehingga transmisi 150 kV yang akan dibangun menjadi sangat panjang.
Selain itu letak sumber gas alam Bangkanai juga berada di ujung sebelah timur laut
Provinsi Kalimantan Tengah dan jauh dari pusat beban. Pembangunan transmisi juga
dimaksudkan untuk dapat melistriki lebih banyak penduduk Kalimantan Tengah
sekaligus untuk mengambil-alih PLTD minyak masuk ke grid Kalselteng 150 kV dalam
rangka menurunkan biaya pokok produksi. Selama tahun 2011-2020 transmisi 150 kV
yang akan dibangun sekitar 1.968 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$
202 juta seperti ditampilkan dalam tabel B4.5. Rencana pengembangan sistem
transmisi di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sesuai dengan peta yang diperlihatkan
pada gambar B4.1.

586
Tabel B4.5 Rencana pembangunan transmisi 150 kV
Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 Palangkaraya Sampit 150 kV 2 cct, 2xHAWK           346            30,8 2012
2 Kasongan  Incomer phi (Sampit ‐ P raya) 150 kV 2 cct, 2xHAWK                2               0,2 2012
3 Tanjung  Buntok 150 kV 2 cct, 2xHAWK           260            31,9 2013
4 Sampit Pangkalan Bun 150 kV 2 cct, 1xHAWK           344            30,6 2013
5 PLTGU Bangkanai Muara Teweh 150 kV 2 cct, 2xHAWK           100            12,3 2013
6 Muara Teweh Buntok 150 kV 2 cct, 2xHAWK           220            27,0 2013
7 PLTU  P.Pisau Incomer 2 phi (P. Raya ‐Selat) 150 kV 4 cct, 1xHAWK                4               0,4 2013
8 Palangkaraya [New] Incomer phi (Selat ‐ P raya) 150 kV 2 cct, 1xHAWK                2               0,2 2014
9 Muara Teweh Puruk Cahu 150 kV 2 cct, 2xHAWK             94               8,4 2014
10 Puruk Cahu Kuala Kurun 150 kV 2 cct, 2xHAWK           196            17,4 2014
11 PLTU Sampit Sampit 150 kV 2 cct, 1xHAWK             40               3,6 2014
12 PLTU Kalteng‐1 Kasongan 150 kV 2 cct, 1xHAWK           120            10,7 2014
13 Kasongan  Kuala Kurun 150 kV 2 cct, 2xHAWK           240            29,4 2015
Jumlah        1.968          202,8

Pengembangan Gardu Induk


Di luar sistem Barito terdapat banyak sistem isolated relatif kecil dan berlokasi saling
berjauhan yang dipasok PLTD minyak. Pengembangan gardu induk ini dimaksudkan
untuk mendukung interkoneksi sistem isolated tersebut dengan sistem Barito yang
selanjutnya disebut sistem Kalselteng dengan transmisi 150 kV. Pengembangan grid
tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan pasokan dan menurunkan
biaya pokok produksi.
Gardu induk yang akan dibangun pada tahun 2011-2020 tersebar di 8 lokasi dengan
daya 330 MVA, termasuk trafo untuk perluasan, dengan kebutuhan dana investasi
sekitar US$ 39 juta seperti ditunjukkan pada tabel B4.6.

587
Tabel B4.6 Rencana pengembangan GI

Kapasitas  Anggaran 
No Nama Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Kasongan 150/20 kV New                  30              2,62 2011
2 Kasongan 150/20 kV New 4LB              5,24 2012
3 Sampit (GI Baru) 150/20 kV New                  30              2,62 2012
4 Palangkaraya Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2012
5 Pangkalan Bun (GI Baru) 150/20 kV New                  30              2,62 2013
6 Sampit Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2013
7 Buntok (GI Baru) 150/20 kV New                  30              2,62 2013
8 Muara Teweh (GI Baru) 150/20 kV New                  30              2,62 2013
9 Buntok Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2013
10 Muara Teweh Ext LB (PLTG) 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2013
11 Sampit 150/20 kV Extension                  30              2,10 2013
12 Palangkaraya (GI Baru) 150/20 kV New                  60              3,34 2014
13 Palangkaraya New Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2014
14 Kuala Kurun (GI Baru) 150/20 kV New                  30              2,62 2014
15 Puruk Cahu (GI Baru) 150/20 kV New                  30              2,62 2014
16 Pangkalan Bun (GI Baru) 150/20 kV Extension                  30              1,39 2015
17 Muara Teweh Ext LB 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2015
18 Sampit Ext LB (PLTU ) 150/20 kV Extension 2 LB              1,23 2015
Jumlah                330            39,04

Pengembangan Distribusi
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas,
dilakukan juga rencana pengembangan jaringan distribusi termasuk listrik perdesaan,
seperti ditunjukkan pada tabel B4.8. Jaringan distribusi yang akan dikembangkan
selama periode 2011-2020 termasuk untuk melistriki perdesaan adalah 11.547 kms
JTM, 5.706 kms JTR dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 230 MVA, secara
rinci ditampilkan pada tabel B4.7. Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 60%
pada akhir tahun 2011, maka perlu disambung 60.000 ribu pelanggan baru selama
2011. Pada periode berikutnya akan disambung sekitar 18.500 pelanggan setiap
tahunnya.

588
Tabel B4.7 Rincian Pengembangan Distribusi
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 2,208 1,294 43 59,813
2012 792 464 15 15,010
2013 740 391 17 15,782
2014 766 380 18 16,595
2015 860 415 19 17,450
2016 966 455 20 18,348
2017 1,085 499 22 19,293
2018 1,219 547 24 20,287
2019 1,371 600 25 21,332
2020 1,540 659 27 22,431
2011-2020 11,547 5,706 230 226,341

B4.4 Sistem Kelistrikan Barito dan Sistem-Sistem Isolated

Sistem Barito
Permasalahan ketidakcukupan pasokan pembangkit di sistem Barito sudah
berlangsung cukup lama dan PLN pada saat ini tengah berupaya membangun PLTU
batubara yang diprogramkan dalam proyek percepatan pembangunan pembangkit
10.000 MW tahap 1 (FTP1), yaitu PLTU Pulang Pisau, dan beberapa PLTU lain yang
ditunjukkan pada tabel B4.5. Progres pembangunan PLTU tersebut lebih lambat
daripada yang direncanakan, sehingga dilakukan sewa PLTD jangka pendek.

Sistem Isolated
Sistem kelistrikan yang kecil pada daerah terpencil yang pada saat ini dipasok oleh
PLTD minyak pada dasarnya akan diambil oleh jaringan intekoneksi Kalimantan dengan
grid extension, kecuali sistem isolated yang berlokasi sangat jauh dari grid dimana
direncanakan PLTU skala kecil, misalnya PLTU Kuala Pambuang.

589
B4.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan dana investasi sampai dengan tahun 2020 sebagaimana diperlihatkan pada
tabel B4.8.
Tabel B4.8 Rangkuman
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan
Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 742 844 127 14 30 - 80,1
2012 817 924 152 30 348 60,3
2013 888 1.044 174 286 120 928 441,4
2014 966 1.135 187 120 120 452 192,1
2015 1.053 1.236 201 70 30 240 89,5
2016 1.148 1.347 217 - 23,6
2017 1.253 1.469 234 3 - 33,1
2018 1.369 1.603 252 - 29,2
2019 1.497 1.751 272 - 32,5
2020 1.638 1.915 294 200 - 316,1
Jumlah 693 330 1.968 1.297,9

590
LAMPIRAN B.5
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

B5.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini

Sistem kelistrikan di Kalimantan Timur secara keseluruhan masih didominasi oleh


pembangkit-pembangkit berbahan bakar minyak, sehingga biaya pokok produksi masih
relatif tinggi. Peta kelistrikan Provinsi Kalimantan Timur ditunjukkan pada Gambar B5.1.
Kapasitas terpasang keseluruhan sistem kelistrikan di Provinsi Kalimantan Timur pada
tahun 2010 sekitar 495 MW dengan daya mampu sekitar 401 MW dan beban puncak
340 MW. Sedangkan untuk sistem Mahakam pada tahun yang sama, daya mampu
sekitar 274 MW dengan beban puncak 243 MW sesuai tabel B5.1.
Sistem kelistrikan yang paling berkembang di Provinsi Kalimantan Timur adalah sistem
Mahakam, yaitu sebuah sistem interkoneksi tegangan tinggi 150 kV yang melayani kota
Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong. Sistem Mahakam dipasok dari beberapa jenis
pembangkit yaitu PLTU, PLTD, PLTGU dan PLTG dengan daya terpasang pada
Oktober 2011 mencapai 405 MW, daya mampu sekitar 280 MW dan beban puncak
261 MW. Kapasitas tersebut termasuk pembangkit sewa untuk memenuhi kebutuhan
beban yang terus meningkat. Kalimantan Timur saat ini tidak lagi mengalami defisit
daya sepanjang tidak menambah pelanggan besar baru.
Sistem kelistrikan di beberapa wilayah di Kabupaten lain, yaitu Kabupaten Berau,
Nunukan, Bulungan, Malinau, Sangatta, Kota Bontang, Melak, Kotabangun, Petung,
dan Tanah Grogot masih dilayani dengan sistem jaringan tegangan menengah 20 kV
dan dipasok dari PLTD HSD. Khusus untuk kota Bontang dan Petung, selain PLTD
HSD juga sebagian telah dipasok menggunakan PLTMG berbahan bakar gas alam.
Kemampuan daya di sistem kelistrikan ini masih mengalami keterbatasan akibat dalam
beberapa tahun terakhir hampir tidak ada penambahan pembangkit baru, sedangkan
beban yang ada tumbuh dengan cepat. Akibatnya pada waktu-waktu tertentu masih
terjadi pemadaman secara terbatas, utamanya bila ada salah satu pembangkit yang
mengalami gangguan. Sedangkan di beberapa daerah lain yang berpenduduk relatif
sedikit, sistem kelistrikannya masih sangat kecil dan dilayani dengan jaringan tegangan
rendah 220 volt yang tersambung langsung dari PLTD setempat.

591
Gambar B5.1 Peta kelistrikan di Provinsi Kaltim

Tabel B5.1 Kondisi kelistrikan per Sistem per akhir tahun 2010
Daya (MW)
No SISTEM DAERAH PELAYANAN
Mampu Beban Puncak
Samarinda, Balikpapan, 
1 Mahakam 274 243 Tenggarong, Samboja dan 
Muara Jawa
2 Petung 11,2 0,6 Penajam, dan Petung
3 Tanah Grogot 8,05 8 Tanah Grogot dan Kuaro
4 Kotabangun 2,2 1,89 Kotabangun
5 Melak 7,1 5,9 Melak
6 Bontang 26 15,7 Bontang
7 Sangatta 11,7 10,01 Sangatta
8 Berau 15,4 6,96 Tanjung Redeb
9 Bulungan 5,13 5,05 Tanjung Selor
10 Nunukan 5,2 4,7 Nunukan
11 Malinau 4,4 3,3 Malinau

592
Rasio elektrifikasi di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010 adalah 67%, termasuk
masyarakat yang dilistriki secara swadaya oleh perusahaan swasta dan pengguna
PLTS.

B5.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Kalimantan Timur

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Timur2 selama 5 tahun terakhir tumbuh
cukup tinggi, yaitu rata-rata 8,3% per tahun. Pertumbuhan tertinggi adalah pada sektor
bisnis (10,9% per tahun), sedangkan terendah adalah pada sektor industri yang tumbuh
negatif (-2,2% per tahun). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kaltim selama 2006–2010
relatif rendah, yaitu hanya rata-rata 3,32% per tahun, sedangkan untuk pertumbuhan
ekonomi non migas cukup tinggi sebesar 8,03%.
Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi sistem kelistrikan di Kaltim tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan beban listrik yang begitu tinggi karena banyak proyek PLTU
batubara yang semula akan dibangun oleh investor swasta ternyata banyak yang tidak
terwujud. Akibatnya daftar tunggu terutama konsumen industri dan bisnis menumpuk.
Adanya daftar tunggu ini membuat tambahan beban yang akan datang diperkirakan
akan naik sangat tinggi setelah PLTU batubara baru beroperasi.
Mengacu pada realisasi penjualan tenaga listrik PLN selama lima tahun terakhir
termasuk adanya daftar tunggu calon pelanggan yang cukup besar, dan dengan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan
jumlah penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai dimasa yang akan datang, proyeksi
kebutuhan listrik 2011 – 2020 ditunjukkan pada tabel B5.2. Daftar tunggu konsumen
besar di Kalimantan Timur direncanakan dapat dilayani setelah pembangkit-pembangkit
baru skala cukup besar beroperasi.

2
Tidak termasuk Tarakan

593
Tabel B5.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 2.131,6 2.367,1 402,1 499.605
2012 2.396,1 2.659,4 451,4 533.923
2013 2.820,2 3.172,7 536,8 596.352
2014 3.299,8 3.710,2 628,7 666.731
2015 3.707,1 4.165,8 714,6 743.684
2016 4.045,2 4.543,2 783,7 796.919
2017 4.398,8 4.937,7 856,2 851.876
2018 4.775,1 5.357,3 933,8 910.577
2019 5.183,4 5.812,1 1.018,7 975.553
2020 5.610,8 6.287,9 1.107,9 1.042.729
Growth 11,2% 11,2% 11,7% 8,0%

B5.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan beban yang tinggi di Provinsi Kalimantan
Timur, direncanakan akan dibangun pembangkit, transmisi dan distribusi, dengan
mempertimbangkan ketersediaan potensi energi primer setempat. Kalimantan Timur
merupakan lumbung energi primer, sebagai daerah penghasil batubara dan migas
dalam jumlah besar.

Potensi Energi Primer


Sumber energi primer di Kalimantan Timur tersedia dalam jumlah besar. Berdasarkan
informasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Pemprov Kalimantan Timur, sumber
energi yang ada meliputi :
- Cadangan batubara mencapai 25 milyar ton dengan tingkat produksi mencapai 120
juta ton per tahun,
- Cadangan gas bumi mencapai 46 TSCF dengan produksi 2 TSCF per tahun,
- Cadangan minyak bumi di Kalimantan Timur sebesar 985 MMSTB dan produksinya
mencapai 57 MMSTB per tahun,
- Potensi gas metan batubara (CBM) sebesar 108 TSCF,

594
- Potensi tenaga air yang cukup besar, antara lain 1.500 MW di Kayan, Tanjung Selor
sekitar 300 km dari Sangatta, dan 205 MW di Tabang, Kutai Kartanegara sekitar 214
km dari Tenggarong, yang perlu distudi lebih lanjut.

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2020, direncanakan tambahan
pembangkit baru dengan kapasitas total sekitar 1.661 MW dengan perincian seperti
ditampilkan pada tabel B5.3 berikut.
Tabel B5.3 Rencana Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS


1 Sebatik PLN PLTS 0,3 2011 On Going
2 Tanjung Selor PLN PLTU 2x7 2012 On Going
3 Malinau PLN PLTU 2x3 2012 Rencana
4 Tanjung Redeb PLN PLTU 2x7 2012 On Going
5 Kaltim (FTP 2) PLN PLTG 2x50 2013 On Going
6 Melak PLN PLTU 2x7 2013/14 Rencana
7 Muara Jawa/Teluk Balikpapan (FTP1) PLN PLTU 2x110 2014 On Going
8 Sangatta PLN PLTU 2x7 2014 Rencana
9 Sangatta PLN PLTU 7 2017 Rencana
10 Tanjung Redeb (Ekspansi) PLN PLTU 14 2015 Rencana
11 Sangatta (Peaking) PLN PLTMG 2x5 2015/20 Rencana
12 Malinau Ekspansi PLN PLTU 2x3 2015/18 Rencana
13 Tana Tidung (Peaking) PLN PLTD 2x1 2016/19 Rencana
14 Nunukan PLN PLTMG 2x3 2016 Rencana
15 Melak PLN PLTMG 3x3 2016/18/20 Rencana
16 Berau PLN PLTMG 10 2016 Rencana
17 Kelai #1&2 PLN PLTA 2x75 2018/19 Rencana
18 Kaltim (Peaking) PLN PLTG 50 2018 Rencana
19 Nunukan Ekspansi PLN PLTMG 2x3 2018 Rencana
20 Berau PLN PLTMG 5 2019 Rencana
21 Benuo Taka Sewa PLTMG 2x3,2 2011/12 On Going
22 Arena Maju Bersama Sewa PLTD 3x7,5 2011/12/13 On Going
23 Bontang Sewa XPLTG 100 2012 Rencana
24 Kariangau Sewa XPLTU 2x120 2013 Rencana
25 Melak Swasta PLTGB 6 2011 On Going
26 Lati (Ekspansi) Swasta PLTU 5 2013 Rencana
27 Kotabangun Swasta PLTGB 3 2013 On Going
28 Mahakam (Senipah) Swasta PLTG 2x41 2013 On Going
29 Tanah Grogot (Terkendala) Swasta PLTU 2x7 2013 Rencana
30 Tana Tidung Swasta PLTGB 4 2013 Rencana
31 Kaltim (MT) Swasta PLTU 2x27,5 2014 Rencana
32 Nunukan Swasta PLTU 2x7 2014 Rencana
33 Embalut (Ekspansi) Swasta PLTU 50 2014 Rencana
34 Tana Tidung Swasta PLTGB 2 2015 On Going
35 Kaltim-2 (FTP2) Swasta PLTU 2x100 2015/16 On Going
36 Kaltim (PPP) Swasta PLTU 2x100 2017 Rencana
Total Kapasitas 1.661

595
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi
Beban sistem kelistrikan Kalimantan Timur sudah cukup besar tetapi masih banyak
daerah yang belum terjangkau oleh sistem Mahakam. Sebagai upaya untuk
menurunkan penggunaan BBM dan pengembangan kelistrikan, di daerah-daerah
terpencil yang masih menggunakan PLTD secara bertahap akan diupayakan untuk
dibangun jaringan transmisi 150 kV dan diinterkoneksikan dengan sistem Mahakam.
Sampai dengan tahun 2020, direncanakan pengembangan jaringan transmisi 150 kV
sepanjang 1.535 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 175.3 juta seperti
ditampilkan dalam tabel B5.4.
Tabel B5.4. Rencana Pengembangan Transmisi di Kaltim

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 112342001 Karang Joang Kuaro 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2           310            38.0 2012
2 112342002 Kuaro Perbatasan 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2             93            11.4 2012
3 112342003 Bontang  Sambutan 150 kV  2cct, ACSR 2x240 mm2           180            22.1 2012
4 112342004 GI Sembera  incomer Sambutan ‐ Bontang 150 kV  2cct, ACSR 2x240 mm2             14              1.7 2012
5 112342005 PLTG Senipah Incomer 1 pi (Manggar Sari‐Industri) 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2             90            11.0 2012
6 112342006 Petung Incomer 2 phi (Karjo ‐ Kuaro) 150 kV 2cct, ACSR 2 x 240 mm2                6              0.7 2012
7 112342007 PLTU Teluk Balikpapan Incomer 2 phi (Karjo ‐ Kuaro) 150 kV 4cct, ACSR 2x240 mm2                8              0.5 2012
8 112342008 Up rating Teluk Balikpapan K. Joang 150 kV 2cct, ACSR 2xZebra             16              1.6 2012
9 112342009 PLTU Kaltim 2 (FTP‐2) Bontang 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2             30              3.7 2013
10 112342010 PLTG Senipah Bukuan/Palaran 150 kV 2 cct, ACSR 2x240 mm2           120              9.3 2014
11 112342011 Harapan Baru Bukuan 150 kV Up rating ke Twin Hawk             24              5.3 2014
12 112342012 Tenggarong Kota Bangun 150 kV 2cct, ACSR 1x240 mm2           110              9.8 2014
13 112342013 New Samarinda Sambutan 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2             16              2.0 2017
14 112342014 PLTU Kaltim (PPP) Incomer 2 pi (Senipah‐Bukuan) 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2                8              1.0 2017
15 112342015 Bontang  Sangata 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2             90            11.0 2018
16 112342016 Berau Tanjung Selor 150 kV 2cct, ACSR 1x240 mm2           160            14.2 2018
17 112342017 PLTA Kelai Sangata 150 kV 2cct, ACSR 2x240 mm2           260            31.9 2018
Jumlah    1,535.0          175.3
 

Pengembangan Gardu Induk


Seiring dengan pembangunan transmisi 150 kV untuk memenuhi pertumbuhan beban,
direncanakan akan dibangun GI 150 kV di 12 lokasi tersebar termasuk perluasannya
dengan kapasitas total 1.190 MVA seperti pada tabel B5.5. Rencana pengembangan GI
baru untuk menggantikan PLTD adalah GI Kuaro/Tanah Grogot, GI Petung, GI Bontang
dan GI Sangatta. Sedangkan rencana pengembangan GI baru terkait dengan proyek
pembangkit adalah GI PLTG Sembera dan GI Kariangau.

596
Rencana GI baru untuk mengantisipasi GI yang sudah tidak dapat dikembangkan lagi
adalah GI New Industri dan GI New Samarinda. Pengembangan GI lainnya merupakan
pengembangan dari rencana GI baru.
Tabel B5.5 Pengembangan GI

Daya  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Bukuan/Palaran Ext LB 150 kV Extension 2 LB        1,23 2011
2 Sambutan 150/20 kV New       30        2,62 2011
3 Bukuan/Palaran 150/20 kV Ekst Relocating       20        0,52 2011
4 Karang Joang/Giri Rejo Ext LB 150 kV Extension 2 LB        1,23 2012
5 Kuaro / Tanah Grogot 150/20 kV New (4 LB)         30        3,85 2012
6 Petung 150/20 kV New         30        1,75 2012
7 Sambutan Ext LB 150 kV Extension 2 LB        1,23 2012
8 Bontang 150/20 kV New         30        2,62 2012
9 GI PLTG Sambera 150/20 kV New (4 LB ‐ 2x30)         60        4,57 2012
10 Industri/Gunung Malang 150/20 kV Uprating         60        2,10 2012
11 Sei Kleidang / Harapan Baru 150/20 kV Extension         60        2,10 2013
12 Tengkawang/Karang Asem 150/20 kV Extension         60        2,10 2013
13 Sambutan 150/20 kV Extension         30        1,39 2013
14 Bontang 150/20 kV Extension         30        1,39 2013
15 Bontang Ext LB 150 kV Extension 2 LB        1,23 2013
16 Kariangau / Tel. Balikpapan 150/20 kV New         30        2,62 2013
17 Tenggarong / Bukit Biru 150/20 kV Extension         30        1,39 2013
18 Kota Bangun 150/20 kV New         30        1,75 2014
19 Kariangau / Teluk Balikpapan 150/20 kV Extension         30        1,39 2014
20 Berau / Tj Redep 150/20 kV New         30        2,62 2015
21 Bulungan / Tj Selor 150/20 kV New         30        2,62 2015
22 New Industri 150/20 kV New         30        2,62 2015
23 Berau / Tj Redep 150/20 kV Extension         30        1,39 2016
24 Sambutan 150/20 kV Extension         60        2,10 2017
25 Kuaro / Tanah Grogot 150/20 kV Extension         30        1,39 2017
26 Bontang 150/20 kV Extension         30        1,39 2017
27 New Industri 150/20 kV Extension         60        2,10 2017
28 New Samarinda 150/20 kV New         30        2,62 2017
29 Sangatta 150/20 kV New         30        2,62 2018
30 Sambutan Ext LB 150 kV Ekstension 2 LB        1,23 2018
31 Petung 150/20 kV Extension         30        1,39 2019
32 New Samarinda 150/20 kV Extension         30        1,39 2019
33 Sambutan 150/20 kV Extension         60        2,10 2019
34 New Industri 150/20 kV Extension         60        2,10 2019
35 Sei Kleidang / Harapan Baru 150/20 kV Extension         60        2,10 2019
36 Tenggarong / Bukit Biru 150/20 kV Extension         30        1,39 2020
Jumlah         1.190           70,27

597
GI Bontang
PLTU Kaltim-2 FTP2
U
2x100 MW (2016/17)
ACSR 2X240 mm 2 G
90 km (2012)
PLTG Sewa 100 MW
(2012)
PLTU Embalut (Exp)
PLTU Tanjungselor 1x50 MW (2014)
2x7 MW (2014/15) GI Kotabangun

U PLTU CFK GI Semberah


ACSR 1X240 mm 2 2x25 MW
50 km (2018) U G
GI Tenggarong U
GU PLTGU Batakan 2x25 MW
Samarinda
GI Sambutan
GI Tengkawang
ACSR 1X240 mm 2
60 km (2018)
GI Harapan Baru GI Palaran/Bukuan

ACSR 2X240 mm 2
30 km (2013)
PLTU Tanjungredep PLTU Kaltim (PPP)
2x7 MW (2012/13) U 2x100 MW (2017/18)
U
U ACSR 2X240 mm 2 PLTU Kaltim (MT)
30 km (2013) 2x27,5 MW (2014)
G
PLTG Mahakam/Senipah
ACSR 2X240 mm 2 2x40 MW (2013)
40 km (2012)
GI Karang Joang
GI Manggarsari
GI Industri
ACSR 2X240 mm 2 U Balikpapan
155 km (2012)
U
PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan
GI Petung FTP-1 2x100 MW (2013/14)

PLTU Sewa Kariangau


2x120 MW (2013)

GI Kuaro

ACSR 2X240 mm 2
93 km (2012)

Gambar B5.2 Peta rencana pengembangan sistem interkoneksi Kaltim

Pengembangan Distribusi
Rencana pengembangan jaringan distribusi termasuk listrik perdesaan selama kurun
waktu 2011-2020 sebagaimana ditunjukkan pada tabel B5.6, untuk mendukung rencana
penambahan pelanggan baru rata-rata 56.200 sambungan per tahun. Jaringan
distrubusi yang akan dibangun meliputi JTM sepanjang 24.089 kms, JTR sekitar
30.125 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 1.260 MVA.

598
Tabel B5.6. Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 636 495 54 18,641
2012 1,658 2,756 94 34,319
2013 2,474 3,898 176 62,429
2014 3,113 4,855 180 70,379
2015 2,332 2,843 138 76,953
2016 2,220 2,577 110 53,236
2017 2,452 2,774 115 54,957
2018 2,734 3,020 122 58,701
2019 3,080 3,332 133 64,976
2020 3,389 3,574 138 67,176
2011-2020 24,089 30,125 1,260 561,765

B5.4 Sistem Kelistrikan Isolated

Kabupaten Tana Tidung


Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten baru dan mulai resmi beraktivitas pada
tahun 2007 dengan luas wilayah 4.828 km2 dengan jumlah penduduk 28 ribu jiwa.
Rencana pengembangan kelistrikan di Kabupatan Tana Tidung dimasukkan dalam
kelompok sistem isolated tersebar karena beban puncak masih di bawah 1 MW.
Selanjutnya akan dilakukan studi untuk membangun jaringan distribusi 20 kV dari Tana
Tidung ke Malinau setelah PLTU 2 x 3 MW beroperasi.

Sistem Kelistrikan Daerah Terpencil


Sistem kelistrikan skala sangat kecil di daerah terpencil yang sangat jauh dari pusat
beban saat ini direncanakan untuk dipasok dengan pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS) melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah.
Untuk daerah-daerah yang memiliki potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH), Pemerintah Daerah atau Satuan Kerja Listrik Perdesaan berencana akan
membangun PLTMH dan pengelolaannya diserahkan ke penduduk setempat.

599
Sistem Kelistrikan Daerah Perbatasan
Ada dua kabupaten di Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Sabah,
Malaysia yaitu Nunukan dan Malinau. Wilayah Indonesia di daerah perbatasan
sebagian besar masih belum berlistrik. Untuk melistriki daerah perbatasan tersebut,
PLN akan membangun PLTMG dengan memanfaatkan gas yang terdapat di
Sembakung/ Sebaung di daratan Kaltim dan listriknya akan disalurkan ke Nunukan dan
Sebatik melalui jaringan kabel laut 20 kV. Selain itu PLN berencana akan melakukan
bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Listrik Perdesaan untuk
mambangun PLTMH dan PLTS.
PLN tengah berupaya untuk mendapatkan pasokan gas alam, termasuk gas skala kecil,
untuk pembangkit listrik setempat untuk menggantikan penggunaan BBM.

B5.5 Ringkasan

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah sebagaimana terdapat dalam
tabel B5.7
Tabel B5.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun
Sales Produksi Beban Pembangkit GI Transmisi Anggaran
(GWh) (GWh) Puncak (MW) (MW) (MVA) (kms) (juta USD)
2011 2,132 2,367 402 17 50 - 33.3
2012 2,396 2,659 451 145 210 717 242.8
2013 2,820 3,173 537 463 240 30 263.2
2014 3,300 3,710 629 360 60 144 664.4
2015 3,707 4,166 715 124 90 - 284.9
2016 4,045 4,543 784 120 30 - 227.4
2017 4,399 4,938 856 207 210 24 389.3
2018 4,775 5,357 934 137 30 620 297.0
2019 5,183 5,812 1,019 81 240 - 113.0
2020 5,611 6,288 1,108 8 30 - 114.2
Jumlah 1,661 1,190 1,535 2,629.6

600
LAMPIRAN B.6
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SULAWESI UTARA

B6.1 Kondisi Kelistrikan Sulawesi Utara Saat Ini

Kelistrikan Daratan
Sistem kelistrikan di Provinsi Sulawesi Utara daratan pada akhir tahun 2010
mempunyai beban puncak sekitar 167 MW. Sistem kelistrikan ini dipasok oleh beberapa
jenis pembangkit, yakni PLTA, PLTP dan PLTD yang disalurkan melalui sistem
transmisi 70 kV dan 150 kV dengan 12 gardu induk (GI), yaitu GI Ranomuut, Teling,
Sawangan, Bitung, Tonsea Lama, Tomohon, Kawangkoan, Lopana, Tasikria, Likupang,
Otam dan Lolak. Kapasitas terpasang seluruh GI adalah 290 MVA. Tabel B6.1 berikut
adalah rincian pembangkit eksisting dan peta sistem kelistrikan dimaksud termasuk
rencana pengembangannya ditunjukkan pada gambar B6.1.

Gambar B6.1 Peta kelistrikan di Provinsi Sulawesi Utara

601
Tabel B6.1. Kapasitas Pembangkit di Sulut Daratan
Daya (MW)
No Pembangkit Pemilik Bahan Bakar
Terpasang Mampu
1 PLTA Tonsealama PLN Hydro 14,38 13,00
2 PLTA Tanggari I PLN Hydro 18,00 16,30
3 PLTA Tanggari II PLN Hydro 19,00 17,00
4 PLTD Bitung PLN HSD 56,52 28,00
5 PLTD Lopana PLN HSD 10,00 9,00
6 PLTP Lahendong I PLN Geothermal 20,00 20,00
7 PLTP Lahendong II PLN Geothermal 20,00 20,00
8 PLTP Lahendong III PLN Geothermal 20,00 20,00
9 PLTM Poigar I PLN Hydro 2,40 2,40
10 PLTM Lobong PLN Hydro 1,60 1,60
11 PLTD Kotamobagu PLN HSD 8,02 4,65
12 PLTD Sewa Minahasa Sewa HSD 35,00 35,00
13 PLTD Sewa Kotamobagu Sewa HSD 11,00 11,00
14 PLTM Mobuya IPP Hydro 3,00 3,00
15 PLTD Molibagu PLN HSD 2,73 1,13
Total Sistem 241,65 202,08

Kelistrikan Pulau-Pulau
Di Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa pulau yang berlokasi dekat dengan
daratan Sulut maupun sejumlah besar pulau-pulau yang tersebar hingga ke perbatasan
Filipina, seperti Miangas di kabupaten Talaud, Marore di kabupaten Sangihe, serta
pulau-pulau kecil lainnya. Kelistrikan di seluruh pulau tersebut dipasok dari PLTD dan 1
PLTM di pulau Sangihe, menggunakan jaringan tegangan menengah 20 kV.
Sistem di pulau-pulau yang relative besar adalah sistem Sangihe dengan beban puncak
sekitar 5,82 MW. Daftar pembangkit di pulau-pulau tersebar dengan beban relative
besar sebagaimana diperlihatkan pada tabel B6.2. Selain itu masih terdapat cukup
banyak sistem-sistem sangat kecil yang langsung terhubung ke beban menggunakan
jaringan 220 volt dan lokasinya tersebar.

602
Tabel B6.2 Kapasitas Pembangkit Pulau-Pulau Tersebar
Bahan  Daya (MW)
No Pembangkit Pemilik
Bakar Terpasang Mampu
1 PLTD Tahuna PLN HSD 5.962 3.615
2 PLTD Peta PLN HSD 0 0
3 PLTD Lesabe PLN HSD 1.022 840
4 PLTD Tamako PLN HSD 1.260 900
5 PLTM Ulupeliang PLN Hydro 1.000 915
6 PLTB Malamenggu PLN Bayu 80 0
7 PLTD Sewa (Peta) Sewa HSD 2.800 2.500
8 PLTD Ondong PLN HSD 4.760 3.055
9 PLTD Lirung PLN HSD 2.510 1.665
10 PLTD Tagulandang PLN HSD 1.770 1.320
11 PLTD Beo PLN HSD 1.450 1.140
12 PLTD Melongnguane PLN HSD 1.850 1.400
13 PLTD Mangaran PLN HSD 900 615
14 PLTD Essang PLN HSD 850 650
15 PLTD Tersebar Cab Manado PLN HSD 2.420 2.143
16 PLTD Tersebar Cab Tahuna PLN HSD 1.540 1.204
Jumlah 30.174 21.962

B6.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Setelah kegiatan berskala internasional “World Ocean Conference” sukses


dilaksanakan pada tahun 2009, Sulawesi Utara kini sedang giat menyiapkan
infrastruktur untuk pengembangan industri pengolahan hasil laut dan pelabuhan
internasional serta menjadikan Sulawesi Utara sebagai daerah tujuan wisata
internasional. Dengan demikian ekonomi Sulawesi Utara diharapkan akan tumbuh lebih
cepat terutama pada sektor industri pariwisata dan perhotelan. Hal tersebut akan
berdampak langsung kepada peningkatan kebutuhan energi listrik.

Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir termasuk
memperhitungkan adanya daftar tunggu calon pelanggan baru yang cukup besar dan
dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai dimasa yang akan
datang, proyeksi kebutuhan listrik 2011 – 2020 diberikan pada tabel B6.3.

603
Tabel B6.3 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sulawesi Utara

Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 973,4 1.120,2 209,4 420.975
2012 1.068,3 1.226,3 227,4 435.064
2013 1.172,7 1.342,7 247,0 449.540
2014 1.287,4 1.470,5 268,3 464.356
2015 1.413,5 1.610,7 291,6 479.536
2016 1.552,4 1.765,1 317,0 495.107
2017 1.705,2 1.934,6 344,8 511.037
2018 1.873,5 2.120,8 375,0 527.288
2019 2.058,6 2.325,3 408,0 543.842
2020 2.267,3 2.556,2 445,1 563.291
Growth 9,7% 9,4% 8,5% 3,3%

B6.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi
Sulawesi Utara dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat
sebagai berikut.

Potensi Energi Primer


Sulawesi Utara memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar berupa
panas bumi hingga 700 MW yang tersebar di Lahendong, Tompaso dan Kotamobagu
(gunung Ambang). Dari potensi panas bumi tersebut, yang dieksploitasi baru sebesar
78 MW yaitu di Lahendong unit 1, 2, 3 dan 4 dan berpeluang untuk dikembangkan
adalah potensi sebagaimana terdapat pada table B6.4, termasuk potensi tenaga air.
Kendala yang dihadapi untuk mengembangkan potensi panas bumi dan tenaga air
tersebut adalah masalah status lahan, dimana sebagian besar potensi tersebut berada
di kawasan cagar alam Kotamobagu (Gunung Ambang).
Namun demikian dengan terbitnya PP No. 10/2010 dan PP No. 28/2011, PLN bersama
instansi terkait berencana mengusulkan kepada Menteri Kehutanan untuk pengalihan
status sebagian cagar alam gunung Ambang menjadi Taman Wisata Alam. Perubahan

604
status lahan ini akan membuka peluang bagi PLN untuk mengembangkan potensi
energi terbarukan di lokasi tersebut.
Beberapa lokasi yang dapat dikembangkan potensinya menjadi PLTA adalah Poigar II
(30 MW), Poigar III (20 MW), Poigar IV (14 MW).
Sumber energi terbarukan yang tersedia di pulau-pulau berupa tenaga angin dan
radiasi matahari. Karakteristik tenaga angin yang cenderung tidak kontinu dan radiasi
matahari yang efektifitasnnya cukup rendah memerlukan penerapan sistem pembangkit
baik photo voltaic maupun tenaga bayu dengan desain khusus, pengembangan
pembangkit di pulau-pulau ke depan diprioritaskan menggunakan sistem hibrid
(interkoneksi dengan PLTD eksisting).

Tabel B6.4 Potensi Energi Terbarukan Air dan Panas Bumi


Potensi Tenaga Air

Interkoneksi ke Jarak Kit ke


No Nama Proyek Lokasi Potensi (MW) Status
Sistem Sistem
1 Poigar II Wulurmahatus /Modoinding 30,0 Sistem Minahasa
2 Poigar III Wulurmahatus /Modoinding 20,0 Sistem Minahasa
3 Woran Woran/Tombasian 0,6 Sistem Minahasa 0,10 SSI
4 Morea Morea / Belang 0,6 Sistem Minahasa 1,00 SSI
5 Molobog Molobog / Kotabuan 0,6 Sistem Minahasa 1,00 SSI
6 Lobong II Bilalang IV/ Passi 0,5 Sistem Minahasa 4,00 SSI
7 Apado Bilalang IV/ Passi 0,3 Sistem Minahasa 0,55 SSI
8 Kinali Otam /Pasi 1,2 Sistem Minahasa 1,00 SSI
9 Bilalang Bilalang I/ Pasi 0,3 Sistem Minahasa 0,40 SSI
10 Salongo Salongo / Bolaang Uki 0,9 Sistem Minahasa 5,50 SSI
11 Tangangah Tengangah/ Bolaang Uki 1,2 Sistem Minahasa 1,20 SSI
12 Milangodaa I Milangodaa I/ Bolaang Uki 0,7 Sistem Minahasa 4,50 FS Tahun 2008
13 Milangodaa II Milangodaa II/ Bolaang Uki 0,7 Sistem Minahasa 5,00 FS Tahun 2008
14 Pilolahunga Mamalia/ Bolaang Uki 0,8 Sistem Minahasa 2,50 SSI
15 Ulupeliang II Ulung Peliang/ Tamako 0,3 Sistem Tahuna 1,50 SSI
16 Belengan Belengan /Manganitu 1,2 Sistem Tahuna 0,05 SSI
Jumlah Potensi Air 59,7

Potensi Panas Bumi

Interkoneksi Jarak Kit ke


No Nama Proyek Lokasi Potensi (MW) Status
dengan Sistem Sistem
21 Lahendong V Tompaso 20,0 Sistem Minahasa On Going
22 Lahendong VI Tompaso 20,0 Sistem Minahasa On Going
23 Gunung Ambang Kotamobagu 400,0 Sistem Minahasa Pra FS
Jumlah Potensi Panas Bumi 440

Potensi tenaga air: Studi potensi hidro oleh PLN PI Sarana Fisik dan Fasilitas Penunjang, 1994
Potensi panas bumi: Distamben Prov Sulut, 2006

605
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 direncanakan
tambahan 16 unit pembangkit baru dengan kapasitas total 559 MW. Jenis pembangkit
yang akan dibangun meliputi PLTP, PLTA, PLTMH, PLTU batubara, serta PLTG
peaking. Tabel B6.5 berikut menampilkan rincian rencana pengembangan pembangkit
di Provinsi Sulawesi Utara.
Tabel B6.5 Pengembangan Pembangkit di Sulawesi Utara

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Lahendong IV PLN PLTP 20 2011 On Going


2 Sulut II (FTP 1) / Amurang PLN PLTU 2x25 2011/12 On Going
3 Minahasa GT (Peaking) PLN PLTG 3x25 2012/17/19 Rencana
4 Talaud PLN PLTU 2x3 2013/14 Rencana
5 Sulut I (FTP 1) PLN PLTU 2x25 2014 Rencana
6 Lelipang/Belengan PLN PLTM 2x0,6 2014 Rencana
7 Duminanga PLN PLTM 1x0,5 2014 Rencana
8 Kotamobagu I (FTP 2) PLN PLTP 2x20 2016 Rencana
9 Kotamobagu II (FTP 2) PLN PLTP 2x20 2016 Rencana
10 Sawangan PLN PLTA 2x8 2015 Rencana
11 Amurang Sewa XPLTU 2x25 2013 Rencana
12 Tahuna (FTP 2) Swasta PLTGB 8 2013 Rencana
13 Lahendong V (FTP 2) Swasta PLTP 20 2014 Rencana
14 Sulut I - Kema Swasta PLTU 2x25 2014/15 On Going
15 Lahendong VI (FTP 2) Swasta PLTP 20 2015 Rencana
16 Tahuna Swasta PLTGB 3 2017 Rencana
17 Sulut (PPP) Swasta PLTU 2x55 2018 Rencana
Total Kapasitas 559,7

Selain daftar rencana tersebut diatas, juga diberikan peluang pengembangan


pembangkit skala kecil lainnya yang berbasis energi terbarukan seperti PLTMH, PLTS
jenis terkonsentrasi /komunal serta PLT biomas.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk


Pengembangan Transmisi
Kondisi beban sistem kelistrikan Sulut sudah cukup besar dan untuk menjangkau
daerah yang semakin jauh, direncanakan pengembangan transmisi menggunakan
tegangan 150 kV dan 70 kV. Berdasarkan proyeksi beban dan kondisi geografis di
Sulawesi Utara, sampai dengan tahun 2020 jaringan transmisi 150 kV dan 70 kV yang

606
akan dibangun sepanjang 463 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 48
juta seperti ditampilkan pada tabel B6.7.
Tabel B6.7 Pembangunan Transmisi 150 kVdan 70 kV
Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 PLTU Sulut II (FTP1) Lopana 150 kV 2 cct, ACSR 2 x 240 mm2             36               4,4 2011
2 Lopana Teling (GIS) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2             96               8,5 2011
3 Teling (GIS) Ranomut Baru (Paniki)  150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2             16               1,4 2012
4 Ranomut Baru (Paniki)  Tanjung Merah (Kema) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2             60               5,3 2012
5 Bintauna Tapping (Lolak ‐ Buroko) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2                4               0,4 2012
6 Likupang Bitung 70 kV 1 cct, ACSR 1 x 240 mm2             32               5,7 2012
7 PLTP Lahendong V & VI (FTP2) Kawangkoan 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2                1               0,1 2013
8 Otam Molibagu 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2           132            11,7 2014
9 PLTG Minahasa Likupang 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2                1               0,1 2014
10 Bitung  Likupang 70 kV 1 cct, ACSR 1 x 240 mm2             32               5,7 2014
11 PLTP Kotamobagu (FTP2) Otam 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2             32               2,8 2015
12 PLTA Sawangan Sawangan 70 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2                1               0,1 2015
13 PLTU Sulut I (IPP) Tanjung Merah (Kema) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2             20               1,8 2018
Jumlah           463            48,1

Pengembangan Gardu Induk (GI)

Sejalan dengan rencana pengembangan transmisi, gardu induk yang akan dibangun
sampai dengan tahun 2020 termasuk perluasannya adalah GI 150 kV tersebar di 17
lokasi dan GI 70 kV di 2 lokasi dengan kapasitas trafo total sekitar 620 MVA. Dana
investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 44 juta sebagaimana ditunjukkan pada tabel
B6.8.

Khusus kota Manado dimana harga tanah untuk membangun GI telah semakin mahal
dan sulit didapat, pada masa yang akan datang akan menerapkan GI jenis gas
insulated switchgear (GIS) seperti yang sedang dibangun di Teling Baru. Sedangkan
untuk GI yang masih jauh di luar kota Manado akan menggunakan tipe outdoor karena
secara ekonomi masih lebih menguntungkan dari pada tipe GIS.

607
Tabel B6.8 Pengembangan Gardu Induk

Daya  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Teling (GIS) 150/20 kV New             30                 4,00 2011
2 Teling (GIS) 150/20 kV New             30                 2,62 2011
3 Tomohon (IBT) 150/70 kV Extension             60                 2,62 2011
4 Kema / Tanjung Merah 150/20 kV New             30                 2,62 2012
5 Paniki 150/20 kV New             30                 2,62 2012
6 Teling (IBT) 150/70 kV Extension             60                 2,62 2012
7 Bintauna (Tap) 150/20 kV New             10                 2,27 2012
8 Kawangkoan 150/20 kV Extension             30                 1,90 2013
9 Paniki 150/20 kV Extension             30                 1,90 2013
10 Tomohon 70/20 kV Extension             30                 1,63 2013
11 Otam 150/20 kV Extension             30                 1,90 2014
12 Teling 150/20 kV Extension             30                 1,90 2014
13 Kema / Tanjung Merah 150/20 kV Extension             30                 1,90 2014
14 Molibagu 150/20 kV New             20                 2,62 2014
15 Sawangan 70/20 kV Extension             30                 1,63 2015
16 Teling 70/20 kV Extension             20                 1,38 2017
17 Otam 150/20 kV Extension             30                 1,90 2018
18 Paniki 150/20 kV Extension             30                 1,90 2019
19 Kema / Tanjung Merah 150/20 kV Extension             30                 1,90 2019
20 Teling 150/20 kV Extension             30                 1,90 2019
Jumlah           620               43,76

Pengembangan Distribusi
Pengembangan distribusi di Provinsi Sulawesi Utara dimaksudkan untuk memenuhi
rencana tambahan pelanggan baru sekitar 154 ribu sambungan sampai dengan tahun
2020 atau rata-rata 15.400 sambungan setiap tahun. Pengembangan jaringan distribusi
tersebut belum termasuk adanya rencana interkoneksi dari daratan Sulawesi Utara
dengan pulau kecil yang berdekatan, dimana dalam implementasinya akan didahului
dengan studi kelayakan dan studi dasar laut.
Jaringan distribusi yang akan dikembangkan selama periode 2011-2020 termasuk
untuk melistriki perdesaan adalah 1.394 kms JTM, 2.015 kms JTR dan tambahan
kapasitas trafo distribusi sekitar 389 MVA, secara rinci ditampilkan pada tabel B6.9.

608
Tabel B6.9 Rincian Pengembangan Distribusi
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 144 209 42 12,325
2012 124 179 33 14,089
2013 127 184 35 14,476
2014 130 188 36 14,816
2015 133 193 37 15,180
2016 137 198 38 15,571
2017 140 202 39 15,929
2018 143 206 41 16,251
2019 145 210 42 16,554
2020 171 247 47 19,449
2011-2020 1,394 2,015 389 154,641

B6.4 Sistem Kelistrikan di Kepulauan


Gugusan kepulauan di Sulawesi Utara merupakan bagian dari Sabuk Wallacea,
sebagian pulau memiliki gunung berapi. Jarak antar pulau cukup jauh dan transportasi
laut yang digunakan masih sebatas kapal motor berkapasitas kecil, kecuali untuk pulau
Sangihe, Talaud, dan Siau. Akses untuk mendapatkan energi primer dari luar sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca terutama gelombang laut. Sebagian besar mata
pencaharian dari penduduk di kepulauan tersebut adalah nelayan tradisional dan hanya
mengandalkan hasil laut.
Di Kabupaten Talaud terdapat empat pulau terdepan dari wilayah NKRI, yakni pulau
Miangas, Marore, Marampit dan pulau Karatung. Mengingat letaknya yang sangat
strategis bagi NKRI, kecukupan dan keandalan pasokan listrik PLN yang telah ada
disana perlu ditingkatkan dengan melaksanakan pembangunan pusat listrik tenaga
surya (PLTS) dengan sistem hybrid.

B6.5 Ringkasan

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah seperti pada tabel B6.10.

609
Tabel B6.10 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun
Sales Produksi Beban Pembangkit GI Transmisi Anggaran
(GWh) (GWh) Puncak (MW) (MW) (MVA) (kms) (juta USD)
2011 973 1,120 209.4 45.0 120 132 103.2
2012 1,068 1,226 227.4 50.0 130 112 86.9
2013 1,173 1,343 247.0 61.0 90 1 28.9
2014 1,287 1,471 268.3 98.0 110 165 228.6
2015 1,414 1,611 291.6 61.0 30 33 136.6
2016 1,552 1,765 317.0 80.0 - 120.3
2017 1,705 1,935 344.8 28.0 20 26.8
2018 1,873 2,121 375.0 111.0 30 20 101.3
2019 2,059 2,325 408.0 25.0 90 27.1
2020 2,267 2,556 445.1 10.3
Jumlah 559.0 620 463 870.1

610
LAMPIRAN B.7
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

B7.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini

Sistem kelistrikan yang melayani pelanggan di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari
sistem interkoneksi 70 kV Palu-Parigi dan sistem isolated 20 kV dengan lokasi tersebar.
Pada umumnya sistem-sistem tersebut dipasok dari pembangkit jenis PLTD dan
sebagian PLTMH. Khusus sistem Palu, selain mendapatkan pasokan listrik dari PLTD
juga dipasok dari PLTU batubara.

Sistem Interkoneksi 70 kV Palu-Parigi


Sistem kelistrikan kota Palu dan sekitarnya dilayani oleh sistem interkoneksi Palu-Parigi
70 kV melalui GI Talise dan GI Parigi, dipasok dari pembangkit PLTU IPP Tawaeli dan
PLTD Parigi. Selain itu, kota Palu juga dipasok dari PLTD Silae dan PLTD Sewa di Palu
melalui jaringan 20 kV dengan total beban puncak tahun 2010 sekitar 63 MW.
Gambar sistem interkoneksi Palu-Parigi eksisting dan rencana pengembangannya
sebagaimana terlihat pada gambar B7.1.
PLTU Tolitoli
KALIMANTAN 3x15 MW - 2014 Leok
U
TIMUR Tolitoli
ACSR 1x240 mm2
ACSR 1x240 mm2
60 km – 2014 108 km - 2014
ACSR 1x240 mm2
70 km – 2014
GORONTALO
Moutong
ke SULAWESI
GI Marisa
(Gorontalo)
UTARA
Siboa ACSR 1x240 mm2
110 km - 2015

PLTU PJPP #3 & 4 PLTP Marana/Masaingi (FTP2)


2x15 MW - 2013 1x20 MW - 2018

U
P ACSR 1x240 mm2
Silae Bunta 90 km – 2019
PLTU Ampana
Talise 2x3 MW–2013/14
ACSR 1x240 mm2 Ampana
ACSR 1x240 mm2 U PLTU Luwuk (FTP 2)
15 km - 2012 Luwuk
25 km - 2014 2x10 MW–2015/16
Palu
Baru ACSR 1x240 mm2 U
ke 85 km – 2020
GI Pasangkayu ACSR 1x240 mm2
(Sulbar) ACSR 1x240 mm2 Poso 90 km - 2013
119 km - 2012 ACSR 1x240 mm2 Toili
124 km – 2017
G
PLTMG Luwuk
ACSR 1x240 mm2 2x10 MW–2012/13
ACSR 1x240 mm2 72 km - 2019
80 km - 2012

A Tentena PERENCANAAN SISTEM


PLTA Poso Kolonedale PT PLN (Persero)
PETA JARINGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
65 MW – 2011
GI 500 kV Existing / Rencana U U PLTU Existing / Rencana
/ /
GI 275 kV Existing / Rencana / PLTG Existing / Rencana
ke / G G

/ GI 150 kV Existing / Rencana P / P PLTP Existing / Rencana


GI Wotu / GI 70 kV Existing / Rencana /
A A PLTA Existing / Rencana
SULAWESI SULAWESI (Sulsel) / GI 500/275 kV Existing / Rencana GU
/ GU PLTGU Existing / Rencana
/
BARAT SELATAN /
GI 500/275/150 kV Existing / Rencana
GI 275/150 kV Existing / Rencana
GB

M
/
/
GB

M
PLTGB Existing / Rencana
PLTM Existing / Rencana
/
GI 150/70 kV Existing / Rencana D / D
PLTD Existing / Rencana
/ T/L 70 kV Existing / Rencana Kit Eksisting
/ T/L 150 kV Existing / Rencana Kit Rencana
SULAWESI /
/
T/L 275 kV Existing / Rencana
Edit Juli 2011
T/L 500 kV Existing / Rencana
TENGGARA

Gambar B7.1. Sistem Kelistrikan di Sulawesi Tengah

611
Sistem Isolated
Di Sulawesi Tengah terdapat sistem kelistrikan yang terhubung dengan jaringan 20 kV
seperti sistem Tolitoli, sistem Poso dan sistem Luwuk dipasok dari PLTM dan PLTD,
dengan beban masing-masing sistem sudah diatas 5 MW. Selain itu masih terdapat
sistem isolated kecil tersebar lainnya, yang semuanya dipasok dari PLTD PLN dan
PLTD sewa serta di beberapa lokasi dibantu PLTD oleh Pemkab setempat.
Rincian kapasitas pembangkit dan baban puncak sistem kelistrikan isolated di Sulawesi
Tengah pada tahun 2010 sebagaimana terdapat pada tabel B7.1 dan B7.2.

Tabel B7.1 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Palu-Parigi (dalam MW)


Daya  Daya  Beban 
No Jenis Pembangkit Terpasang  Mampu  Puncak 
(MW) (MW) (MW) *
1 PLTD Silae 41,2 24,4
2 PLTD Parigi 5,5 2,6
3 PLTD Sewa 27,0 22,0
4 PLTU Tawaeli 30,0 25,5
Total 103,7 74,5 58,0
*) Beban puncak 2010 sekitar 58 MW

Tabel B7.2 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Kecil Tersebar (per Sistem)
PLTD Sewa/
No Sistem Kelistrikan PLTD PLN PLTM PLN PLTM IPP Total (MW)
PEMDA
1 Poso 4,2                    4,8              2,6            11,7
2 Tentena 1,7                    2,0              0,4              4,1
3 Kolonedale 3,4                    3,2              6,6
4 Bungku 1,5                    3,3              4,7
5 Tolitoli 8,1                    2,8              1,6            12,5
6 Leok 2,0                    4,2              6,2
7 Moutong‐KRaya‐Palasa 7,1                    2,8              9,9
8 Bangkir 2,0              2,0
9 Luwuk ‐ Moilong 9,9                    5,0              1,6              3,8            20,3
10 Ampana 5,0              5,0
11 Bunta 2,2              1,5              3,7
12 Banggai 2,0              2,0
13 Sulteng Tersebar 13,5            13,5
Jumlah 62,6                 28,1              5,8              5,7          102,1

612
B7.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah sebagai salah satu penghasil utama komoditi coklat mempunyai
potensi ekonomi yang baik. Selain itu adanya potensi gas alam di Luwuk yang akan
dikelola secara komesial akan memberikan dampak positip terhadap pertumbuhan
ekonomi di Sulawesi Tengah. Seiring dengan tingginya potensi ekonomi tersebut,
diperkirakan kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tengah juga akan terus
meningkat.
Memperhatikan data penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan dengan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan
jumlah penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi
kebutuhan listrik 2011 – 2020 diberikan pada tabel B7.3.
Tabel B7.3 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 523,1 594,1 129,2 344.377
2012 591,8 671,4 145,3 366.981
2013 656,5 744,0 160,3 390.928
2014 727,4 823,4 176,6 416.307
2015 805,0 910,3 194,3 443.200
2016 894,6 1.010,5 214,7 471.678
2017 993,1 1.120,6 237,0 501.844
2018 1.101,3 1.241,3 261,3 533.722
2019 1.221,4 1.375,1 288,1 567.404
2020 1.336,7 1.503,3 313,5 602.963
Growth 11,0% 10,9% 10,4% 6,5%

B7.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi
Sulawesi Tengah dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat
termasuk pola sebaran penduduknya sebagai berikut.

Potensi Energi Primer


Potensi energi primer yang tersedia di Sulawesi Tengah sangat besar dan berpeluang
besar untuk dikembangkan, terutama tenaga air, gas alam dan panas bumi. Potensi
tenaga air yang besar adalah DAS Poso yang dapat dikembangkan menjadi PLTA
skala besar hingga 580 MW. Pengembangan tenaga air pada skala tersebut akan dapat
memenuhi seluruh kebutuhan tenaga listrik di Sulawesi Tengah dan bahkan masih

613
berlebih untuk dikirim ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Menurut Indonesia
Energy Outlook and Statistic 2006 yang dibuat oleh Pengkajian Energi Universitas
Indonesia, di Sulawesi Tengah juga terdapat potensi tenaga air skala kecil yang
tersebar di Poso, Palu, Tentena, Taripa, Tomata, Moutong, Luwuk, Bunta, Tataba-
Bulagi, dengan kapasitas total sekitar 64 MW. Namun terdapat tantangan dalam
pengembangan PLTMH karena jarak antara lokasi PLTMH dan pusat beban sangat
jauh. Masih menurut Energy Outlook tersebut, di Sulawesi Tengah juga terdapat
potensi tenaga panas bumi yang cukup besar dan tersebar di Donggala dan Poso
hingga sejumlah lebih dari 500 MW, dengan status resource masih speculative serta
reserve possible, sehingga masih memerlukan studi lebih lanjut.
Sedangkan pemanfaatan gas alam untuk pembangkitan tenaga listrik tergantung pada
kebijakan pemerintah. Khusus pasokan gas dari lapangan Donggi dan Senoro, semula
direncanakan PLN akan mendapat alokasi pasokan gas 60 mmscfd sehingga PLN telah
merencanakan pembangunan PLTGU 240 MW di Senoro3. Namun alokasi gas
tersebut kemudian turun menjadi hanya 25 mmscfd. Volume gas ini tidak cukup untuk
mengoperasikan PLTGU 240 MW, sehingga PLN telah mengusulkan kepada
Pemerintah untuk membatalkan rencana proyek PLTGU Senoro. Selanjutnya PLN
berencana memanfaatkan gas Donggi-Senoro dalam bentuk LNG untuk digunakan
pada pembangkit beban puncak di Sulawesi dan kawasan timur Indonesia.

Rencana Pengembangan Pembangkit


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020, direncanakan
tambahan kapasitas pembangkit sekitar 617 MW dengan perincian seperti ditampilkan
pada tabel B7.4. Sebanyak 280 MW atau 55% dari total tambahan kapasitas
pembangkit akan dibangun oleh PLN dan sisanya sebesar 337 MW atau 45%
direncanakan dibangun oleh swasta.
PLTA akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu 352 MW atau
68%, sementara PLTU menempati urutan kedua dengan kapasitas 134 MW dan
selanjutnya PLTG/PLTMG serta PLTP mempunyai porsi yang sama masing-masing
65 MW.
Mempertimbangkan potensi energi terbarukan dan potensi beban yang ada di Sulawesi
Tengah, maka pengembangan PLTA Poso selain untuk melayani kebutuhan

3
PLTGU Senoro ini juga masuk dalam proyek FTP2.

614
masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah sendiri juga dapat membantu memenuhi
kebutuhan masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Untuk daerah-daerah yang masih isolated, selain dikembangkan pembangkit energi
terbarukan setempat, yaitu PLTMH, juga dikembangkan PLTU batubara skala kecil
pada daerah yang tidak mempunyai sumber energi terbarukan.
Tabel B7.4 Pengembangan pembangkit Sulawesi Tengah

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Sansarino PLN PLTM 0.8 2011 On Going


2 Luwuk PLTMG PLN PLTMG 2x10 2013 Rencana
3 Morowali PLN PLTMG 10 2013 Rencana
4 Ampana PLN PLTU 2x3 2013/14 Rencana
5 Ampana PLN PLTU 3 2014 Rencana
6 Tolitoli PLN PLTU 3x15 2014 Rencana
7 Halulai/Wuasa PLN PLTM 2x0,6 2014 Rencana
8 Buleleng PLN PLTM 2x0,6 2014 Rencana
9 Morowali PLN PLTMG 2x5 2014/15 Rencana
10 Palu PLN PLTU 2x15 2015 Rencana
11 Palu (Peaker) PLN PLTG 25 2017 Rencana
12 Poso 2 PLN PLTA 2x65 2018/19 Rencana
13 Hek di Luwuk Swasta PLTM 2.5 2011 On Going
14 Poso Energy Swasta PLTA 65 2012 On Going
15 Poso Energy Swasta PLTA 130 2012 On Going
16 Bambalo 3 Swasta PLTM 2.25 2013 Rencana
17 Biak I Swasta PLTM 1.5 2013 Rencana
18 Biak II Swasta PLTM 1.3 2013 Rencana
19 Biak III Swasta PLTM 1.2 2013 Rencana
20 Kotaraya Swasta PLTM 0.8 2013 Rencana
21 Mampueno/Sakita Swasta PLTM 2 2013 On Going
22 Pakasalo Swasta PLTM 2x0.6 2013 Rencana
23 Wawopada Swasta PLTM 5.3 2013 On Going
24 Batubota Swasta PLTM 2.5 2014 Rencana
25 Bunta Swasta PLTM 2x1,25 2014 Rencana
26 Lambangan Swasta PLTM 2x1,6 2014 Rencana
27 Tawaeli (Ekspansi) Swasta PLTU 2x15 2014 Rencana
28 Luwuk (FTP2) Swasta PLTU 2x10 2015/16 Rencana
29 Borapulu Swasta PLTP 2x20 2019/20 Rencana
30 Bora (FTP 2) Swasta PLTP 5 2018 Rencana
31 Marana/Masaingi (FTP 2) Swasta PLTP 20 2018 Rencana
Total Kapasitas 616.8

615
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi
Untuk menjangkau seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang secara geografis
memanjang dengan sebaran komunitas penduduk yang berjauhan, diperlukan transmisi
yang sangat panjang. Topografi yang berbukit dan adanya hutan cagar alam
merupakan tantangan dalam pengembangan transmisi 150 kV dan 70 kV di Sulawesi
Tengah. Rencana pengembangan saluran tranmisi 150 kV yang direncanakan adalah
seperti ditampilkan dalam tabel B7.6. Selain itu untuk evakuasi daya dari PLTA Poso
sedang dibangun transmisi 275 kV ke arah selatan (Palopo) dan transmisi 150 kV ke
sistem Palu. Panjang saluran transmisi baru yang akan dibangun sampai dengan tahun
2020 adalah 2.332 kms.

Tabel B7.6 Pembanguan Transmisi di Sulawesi Tengah


Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 Tentena (PLTA Poso) Wotu 275 kV 2 cct, Zebra, 430 mm        272,0            61,2 2011
2 PLTA Poso (Tentena) Poso 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          80,0               7,1 2012
3 Poso Palu Baru 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        238,0            21,2 2012
4 Palu Baru  Silae 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          50,0               4,5 2012
5 Palu Baru Talise 70 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          30,0               2,7 2012
6 PLTU Tawaeli  TIP 24 (Talise‐Parigi) 70 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          14,0               0,9 2013
7 PLTMG Cendana Pura Luwuk 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        180,0            16,0 2013
8 Toli‐toli Leok 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        216,0            19,2 2014
9 Toli‐toli Siboa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        260,0            23,1 2014
10 Moutong Incomer Single pi (Toli2‐Siboa) 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        220,0            19,6 2015
11 Poso Ampana 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        248,0            22,1 2017
12 Bunta Luwuk 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        190,0            16,9 2019
13 Kolonedale Incomer single pi Poso‐Ampana 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        164,0            14,6 2019
14 Ampana Bunta 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        170,0            15,1 2020
Jumlah     2.332,0          244,2

Pengembangan Gardu Induk


Penambahan dan perluasan gardu induk untuk menyalurkan listrik ke pusat beban
sampai dengan tahun 2020 berupa penambahan kapasitas GI 150 kV sekitar 510 MVA,
dan kapasitas secara keseluruhan (termasuk IBT 275/150 kV dan trafo 70 kV) sebesar
650 MVA, dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 54,5 juta sebagaimana
diperlihatkan pada tabel B7.7.

616
Tabel B7.7 Pengembangan GI

Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/ Extension Kap COD
(juta USD)
1 PLTA Poso 150/20 kV New 10             2,98 2012
2 PLTA Poso 275/150 kV New 90             4,86 2012
3 Poso 150/20 kV New 30             2,62 2012
4 Palu Baru 150/20 kV New 30             2,62 2012
5 Silae 150/20 kV New 30             2,62 2012
6 Leok/Buol 150/20 kV New 20             3,24 2014
7 Toli‐Toli 150/20 kV New 30             2,62 2014
8 Moutong 150/20 kV New 30             2,62 2014
9 Siboa 150/20 kV New 30             2,62 2014
10 Silae 150/20 kV Extension 30             1,90 2013
11 Palu Baru 150/20 kV Extension 30             1,90 2013
12 Luwuk 150/20 kV New 30             2,62 2014
13 Moilong 150/20 kV New 20             3,24 2014
14 Talise 70/20 kV Extension 30             1,38 2016
15 Ampana 150/20 kV New 20             2,38 2017
16 Palu Baru 150/20 kV Extension 30             1,90 2018
17 Luwuk 150/20 kV Extension 30             1,90 2018
18 Kolonedale 150/20 kV New 20             3,24 2019
19 Silae 150/20 kV Extension 30             1,90 2019
20 Tentena 150/20 kV Extension 30             1,90 2020
21 Kema 150/20 kV Extension 30             1,90 2020
22 Parigi 70/20 kV Extension 20             1,51 2020
Jumlah 650           54,50

Pengembangan Distribusi
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas,
jaringan distribusi termasuk listrik pedesaan yang akan dibangun sampai dengan tahun
2020 sekitar 1.075 kms JTM, 1.260 kms JTR dan 361 MVA trafo distribusi,
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel B7.8. Pengembangan sistem distribusi tersebut
untuk melayani tambahan pelanggan baru sebanyak 282.000 pelanggan sampai
dengan tahun 2020 atau rata-rata 28.200 pelanggan per tahun.

617
Tabel B7.8 Rincian Pengembangan Distribusi
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 76.9 87.5 11.2 23,581
2012 85.9 102.6 30.7 22,603
2013 91.0 108.7 32.5 23,947
2014 96.5 115.1 34.4 25,379
2015 102.2 122.0 36.5 26,894
2016 108.3 129.2 38.6 28,477
2017 114.7 136.8 40.8 30,166
2018 124.1 144.6 43.2 31,879
2019 134.1 152.8 45.6 33,682
2020 141.6 161.3 48.1 35,559
2011-2020 1,075.4 1,260.5 361.6 282,167

B7.4 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan dana investasi sampai dengan tahun 2020 diperlihatkan pada tabel B7.9.

Tabel B7.9 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 523,1 594,1 129,2 3,3 272 73,4
2012 591,8 671,4 145,3 195,0 190 398 349,7
2013 656,5 744,0 160,3 46,9 60 194 82,3
2014 727,4 823,4 176,6 96,6 160 476 249,2
2015 805,0 910,3 194,3 45,0 220 108,4
2016 894,6 1.010,5 214,7 10,0 30 - 28,8
2017 993,1 1.120,6 237,0 25,0 20 248 45,1
2018 1.101,3 1.241,3 261,3 90,0 60 - 173,0
2019 1.221,4 1.375,1 288,1 85,0 50 354 199,4
2020 1.336,7 1.503,3 313,5 20,0 80 170 86,2
Jumlah 616,8 650 2.332 1.395,5

618
LAMPIRAN B.8
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI GORONTALO

B8.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini


Sistem kelistrikan di Provinsi Gorontalo saat ini pada dasarnya dipasok oleh PLTD
berbahan bakar BBM, dengan pembangkit terbesar adalah PLTD Telaga di kota
Gorontalo, serta beberapa PLTD yang lain relatif kecil adalah PLTD Buroko, Marisa dan
Tilamuta. Pembangkit non PLTD masih terbatas, yaitu hanya PLTM Mongango,
sehingga BPP di Gorontalo masih sangat tinggi. Daya terpasang total PLTD adalah
75,5 MW dengan daya mampu sekitar 47 MW. Jumlah beban puncak non coincident
dari semua sistem di Gorontalo adalah sekitar 36 MW.

PLTD Sumalata

PLTD Buroko

PLTD Tilamuta PLTD Gorontalo

Gambar 1. Peta Lokasi Pembangkit di Gorontalo

Energi listrik semuanya masih dapat disalurkan dengan jaringan distribusi 20 kV dan
sistem interkoneksi 150 kV Gorontalo-Minahasa masih dalam tahap persiapan operasi.
Rincian kapasitas pembangkit sistem Gorontalo sampai dengan tahun 2010
berdasarkan jenis pembangkit dan pengelolaannya diberikan pada tabel B8.1.

619
Tabel B8.1 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Gorontalo (MW)

Jenis  Jenis Bahan  Daya Terpasang  Daya Mampu 


No Pembangkit Owner
Pembangkit Bakar (MW) (MW)
1 Telaga PLTD HSD PLN 22,08 13,7
2 Sewa Telaga PLTD HSD Sewa 36,96 22,6
3 Marisa PLTD HSD PLN 5,11 3,2
4 Sewa Marisa PLTD HSD Sewa 3,2 2,5
5 Tilamuta PLTD HSD PLN 1,65 1,18
6 Boroko PLTD HSD PLN 2,29 1,4
7 Mongango PLTM Hydro PLN 1,5 1,2
8 Lemito PLTD HSD PLN 2,13 1,18
9 Sumalata PLTD HSD PLN 0,3 0,18
10 Tolinggula PLTD HSD PLN 0,25 0
Total Sistem 75,47 47,14

B8.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Gorontalo


Provinsi Gorontalo sebagai sebuah provinsi yang relatif baru bermaksud akan mengejar
ketertinggalannya dari provinsi lain di Sulawesi, sehingga pembangunan proyek
prasarana dan fasilitas umum terus dipacu. Pemerintah daerah mendorong ekonomi
untuk tumbuh lebih cepat dengan meluncurkan berbagai program pemberdayaan
ekonomi masyarakat dan pertanian yang sesuai dengan kondisi alam Gorontalo. Pada
beberapa tahun terakhir ekonomi Gorontalo berhasil tumbuh signifikan mencapai rata-
rata diatas 7% per tahun, dan hal ini menyebabkan kebutuhan pasokan listrik
meningkat signifikan.
Pasokan listrik di Gorontalo mulai pertengahan tahun 2010 secara bertahap sudah
mulai membaik. Pemadaman bergilir sudah dapat diselesaikan dan penyambungan
pelanggan baru serta tambah daya mulai dilayani. Namun demikian masih banyak
calon pelanggan yang belum dapat dilayani pada tahun 2010, sehingga pada tahun
2011 diprogramkan kembali penyambungannya dan disesuaikan dengan kemampuan
pasokan.
Memperhatikan perkembangan penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir
dan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi setempat, pertambahan jumlah
penduduk serta target peningkatan rasio elektrifikasi, kebutuhan listrik 2011 – 2020
diperkirakan akan tumbuh seperti ditunjukkan pada tabel B8.2.

620
Tabel B8.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 234,0 259,4 52,9 139.859
2012 261,1 289,2 58,7 148.968
2013 281,3 311,3 62,9 158.628
2014 302,9 334,9 67,3 168.888
2015 326,2 360,3 72,1 179.749
2016 352,6 389,2 77,6 191.296
2017 381,3 420,6 83,5 203.518
2018 412,5 454,7 89,8 216.469
2019 446,4 491,6 96,7 230.132
2020 483,1 531,7 104,2 244.603
Growth 8,8% 8,7% 8,2% 8,0%

B8.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di Gorontalo dalam jumlah yang
cukup, direncanakan akan dibangun beberapa proyek pembangkit, transmisi dan sistem
distribusinya, dengan memperhatikan potensi energi setempat.

Potensi Energi Primer

Di Gorontalo terdapat potensi tenaga air dan panas bumi yang walaupun tidak terlalu
besar namun mempunyai peluang untuk dikembangkan. Menurut Energy Outlook and
Statistic 2006 yang dibuat oleh Pengkajian Energi Universitas Indonesia, potensi
tenaga air skala kecil terdapat di Suwawa dan Sumalata dengan potensi total sekitar
8 MW. Sedangkan potensi panas bumi terdapat di Lombong dan Limboto dengan
potensi 14 MW.

Pengembangan Pembangkit

Posisi Gorontalo relatif dekat dengan pulau Kalimantan yang merupakan sumber utama
batubara, sehingga di Gorontalo direncanakan akan dibangun beberapa PLTU
batubara, baik oleh PLN maupun oleh swasta, beberapa daripadanya sedang dalam
pelaksanaan.

621
Selain itu juga direncanakan akan dibangun PLTG peaking4 dan PLTMH. Untuk
memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
pembangkit sekitar 112 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel B.8-5.
Mengenai rencana pengembangan tenaga air yang merupakan energi bersih, selain
dari yang sudah terdaftar dalam tabel B8.3, tetap dimungkinkan untuk dikembangkan
PLTM lain selama hal itu seimbang dengan kebutuhan tenaga listrik yang ada, atau
dapat direncanakan sebagai pengganti pembangkit non EBT (selama belum ada
kontrak) sesuai peranannya dalam sistem kelistrikan.

Tabel B8.3 Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Gorontalo (FTP1) PLN PLTU 2x25 2012/13 On Going


2 Gorontalo GT (Peaking) PLN PLTG 25 2017 Rencana
3 Taludaa II Swasta PLTM 1x2 2012 On Going
4 Taludaa I Swasta PLTM 1x3 2013 Rencana
5 Molotabu/TL Gorontalo Swasta PLTU 2x10 2013 On Going
6 Gorontalo Energi *) Swasta PLTU 2x6 2013 Rencana
Total Kapasitas 112
*) IPP Terkendala

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk


Pengembangan Transmisi
Seiring dengan rencana pembangunan PLTU dan rencana interkoneksi dengan sistem
Minahasa serta untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat beban,
direncanakan pengembangan saluran tranmisi 150 kV sepanjang 646 kms dengan
biaya investasi sekitar US$ 57,5 juta sebagaimana ditampilkan pada tabel B8.4.
Peta rencana pengembangan transmisi 150 kV sistem Gorontalo sebagaimana
ditunjukkan pada gambar B8.2.

4
Berbahan bakar gas CNG

622
Tabel B.8-4. Pengembangan Transmisi 150 kV

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 Isimu Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          90,0            8,01 2011
2 Isimu Marisa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        220,0          19,58 2011
3 Isimu Buroko 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          76,0            6,76 2011
4 PLTU Gorontalo Energi (IPP) Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          16,0            1,42 2012
5 PLTU Gorontalo (Perpres) Inc. double phi Buroko‐Isimu 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          14,0            1,25 2013
6 PLTU TLG Molotabu (IPP) Botupingge 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          30,0            2,67 2014
7 Marisa Moutong 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2        180,0          16,02 2014
8 New PLTG (Marisa) Marisa 150 kV 2 cct, ACSR 1 x 240 mm2          20,0            1,78 2017
Jumlah        646,0          57,49

Gambar B8.2 Peta Rencana Pengembangan Sistem 150 kV Gorontalo

Pengembangan Gardu Induk


Sampai dengan tahun 2020 akan dibangun GI 150 kV termasuk perluasan dan
penambahan trafo tersebar di 7 lokasi dengan kapasitas keseluruhan 190 MVA dan
dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 19,4 juta seperti pada tabel B8.5. Dapat
dilihat bahwa semua proyek GI direncanakan akan selesai dalam waktu dekat.

623
Tabel B8.5 Pengembangan GI
Tegangan  Baru/  Daya  Anggaran 
No Gardu Induk COD
(kV) Extension (MVA) (juta USD)
1 Botupingge 150/20 New 30              2,62 2011
2 PLTU Gorontalo 150/20 New 20              3,24 2011
3 Isimu 150/20 New 30              2,62 2011
4 Marisa 150/20 New 30              2,62 2011
5 Buroko 150/20 New 20              4,47 2011
6 Botupingge 150/20 Extension 30              1,90 2013
7 Isimu 150/20 Extension 30              1,90 2013
Jumlah           190            19,38

Pengembangan Distribusi
Sampai dengan tahun 2020 direncanakan penambahan pelanggan baru sekitar 131
ribu sambungan. Khusus tahun 2011 akan disambung 26.000 pelanggan untuk
mencapai rasio elektrifkasi 60% pada tahun 2011, dan pada tahun-tahun selanjutnya
akan disambung rata-rata 11.600 pelanggan per tahun. Untuk mendukung rencana
tersebut, diperlukan pembangunan jaringan distribusi termasuk untuk melistriki daerah
perdesaan yaitu JTM sepanjang 702 kms, JTR sekitar 1.200 kms dan tambahan trafo
distribusi sekitar 90 MVA, seperti ditampilkan dalam tabel B8.6.

Tabel B8.6 Rincian Pengembangan Distribusi


JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 137.1 250.1 21.3 26,232
2012 49.2 82.0 7.2 9,109
2013 52.2 86.9 7.6 9,661
2014 55.4 92.3 7.2 10,259
2015 58.6 97.7 7.2 10,861
2016 62.3 103.9 7.7 11,547
2017 66.0 109.9 7.7 12,222
2018 69.9 116.5 7.7 12,952
2019 73.7 122.9 8.3 13,663
2020 78.1 130.1 8.3 14,471
2011-2020 702.5 1,192.4 90.2 130,976

624
B8.4 Penyelesaian PLTU Gorontalo

Sebagaimana diketahui bahwa proyek PLTU Gorontalo 2x25 MW yang termasuk


bagian dari program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap 1 ini
mengalami banyak hambatan antara lain masalah tanah dan kondisi site yang berbatu
sehingga penyelesaiannya tertunda dari semula ditargetkan 2011 menjadi mundur. Dari
perspektif kebutuhan sistem Gorontalo, keberhasilan proyek PLTU Gorontalo ini sangat
penting, mengingat kebutuhan listrik di Gorontalo cukup tinggi seiring dengan tingginya
pertumbuhan ekonomi Provinsi ini. Selain itu, pembangkit yang ada belum mampu
mencukupi seluruh kebutuhan calon pelanggan baru mengingat kondisinya masih pas-
pasan dan biaya operasinya sangat mahal.
Mengingat penting dan strategisnya PLTU Gorontalo ini, diharapkan kendala-kendala
yang ada dapat segera diatasi sehingga proyek ini dapat diselesaikan secepatnya dan
dapat beroperasi memasok kebutuhan listrik di Gorontalo.

B8.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah seperti tersebut dalam tabel
B8.7.

Tabel B8.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 234.0 259.4 52.9 130.0 386.0 57.1
2012 261.1 289.2 58.7 27.0 16.0 53.0
2013 281.3 311.3 62.9 60.0 60.0 14.0 123.9
2014 302.9 334.9 67.3 210.0 21.8
2015 326.2 360.3 72.1 - 3.2
2016 352.6 389.2 77.6 - 3.4
2017 381.3 420.6 83.5 25.0 20.0 17.9
2018 412.5 454.7 89.8 - 3.8
2019 446.4 491.6 96.7 - 4.0
2020 483.1 531.7 104.2 - 4.2
Jumlah 112.0 190 646 292.4

625
LAMPIRAN B.9
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

B9.1 Kondisi kelistrikan saat ini


Sistem kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini dipasok oleh pembangkit-
pembangkit yang terhubung ke sistem interkoneksi 150 kV dan 70 kV Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat (Sulselbar). Jumlah gardu induk eksisting di Sulsel adalah 28 buah
dengan kapasitas total 1.568 MVA termasuk trafo interbus IBT 150/70kV. Daya mampu
pembangkit yang ada adalah 617 MW, sedangkan beban puncak yang harus dilayani
sebesar 601 MW 5. Dengan demikian sistem kelstrikan Sulselbar beroperasi tanpa
cadangan. Kondisi tersebut membuat sistem Sulselbar kadang-kadaang mengalami
defisit daya pembangkit, sehingga terjadi pemadaman bergilir terutama pada saat
beban puncak selama musim kering. Kekurangan pembangit juga menyebabkan
penyambungan pelanggan baru belum dapat dilayani secara penuh.
Peta sistem kelistrikan Propinsi Sulsel dipelihatkan pada gambar B9.1.

Gambar B.1 Peta Sistem Kelistrikan Sulsel

5
sistem Sulselbar Oktober 2011

626
Mengenai sistem kelistrikan di pulau Selayar sepenuhnya dilayani PLTD BBM dengan
kapasitas pembangkit sekitar 6.5 MW namun daya mampu hanya 4,2 MW. Dengan
beban puncak sekitar 3.8 MW, sistem kelistrikan di pulau ini masih belum cukup andal.

B9.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Sulsel


Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berada di tengah wilayah geografi
Indonesia dan merupakan pintu masuk bagi kawasan timur Indonesia (KTI), sehingga
Makassar memegang peran sangat strategis. Makassar telah tumbuh menjadi daerah
industri dan sekaligus sebagai pusat perdagangan untuk kawasan timur Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi regional Sulawesi Selatan jauh lebih tinggi daripada
pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional, yaitu mencapai 8,62% per tahun hingga
semester II tahun 20116. Pertumbuhan ekonomi tersebut perlu diimbangi dengan
penyediaan listrik yang terus bertambah agar pertumbuhan ekonomi dapat tetap
terjaga. Penjualan listrik PLN di Provinsi Sulawesi Selatan selama 5 tahun terakhir
tumbuh cukup tinggi, yaitu mencapai 8,9% per tahun. Pertumbuhan masih dapat
mencapai setinggi itu walaupun sebetulnya telah dilakukan pembatasan penjualan
karena keterbatasan pasokan daya listrk.
Berdasarkan realisasi penjualan listrik lima tahun terakhir termasuk banyaknya daftar
tunggu calon pelanggan potensial, dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi regional
serta penambahan jumlah penduduk, proyeksi kebutuhan listrik Provinsi Sulawesi
Selatan 2011 – 2020 diberikan pada table B9.1.
Tabel B9.1 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 3.435 3.893 706 1.354.637
2012 3.933 4.457 808 1.408.751
2013 4.376 4.959 898 1.472.590
2014 4.807 5.446 985 1.544.365
2015 5.282 5.984 1.081 1.622.631
2016 5.806 6.577 1.187 1.705.085
2017 6.385 7.231 1.304 1.794.077
2018 7.023 7.954 1.433 1.884.983
2019 7.729 8.752 1.575 1.980.098
2020 8.505 9.629 1.731 2.083.609
Growth 11,1% 11,1% 11,0% 5,0%

6
Antara News, 26 Sept 2011

627
B9.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan
Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi
di Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan listrik dan
ketersediaan potensi energi primer setempat serta sebaran penduduknya.

Potensi Sumber Energi


Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai banyak sumber energi, terutama berupa tenaga
air yang dapat dikembangkan menjadi PLTA. Potensi tenaga air mencapai 1.836 MW
untuk dibangun PLTA dan 160 MW untuk menjadi PLTM. Selain itu terdapat potensi
gas alam di Kabupaten Wajo dengan cadangan terukur sebesar 470 BSCF. Di
beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan terdapat potensi batubara, namun jumlah
cadangan terukur hanya 37,3 juta ton 7.

Pengembangan Pembangkit
Demand kelistrikan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar berada di bagian
selatan, sehingga sebagian besar konsumen berada di selatan. Sebaliknya, potensi
energi primer (hidro dan gas) berada di bagian utara provinsi ini. Kondisi ini menjadi
persoalan tersendiri bagi penyediaan pembangkit listrik di Sulawesi Selatan, khususnya
menyangkut penyaluran tenaga listrik dari pembangkit-pembangkit di utara ke pusat
beban yang banyak berada di selatan. PLTA baru yang direncanakan untuk
memanfaatkan potensi tenaga air di utara adalah PLTA Bakaru-II, PLTA Malea dan
PLTA Bonto Batu.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang tumbuh cepat, direncanakan pembangunan
pembangkit lain di luar proyek PLTA sebagaimana tersebut diatas. Pembangkit baru
tersebut direncanakan lebih mendekati pusat beban di selatan, yaitu PLTU batubara di
Jeneponto dan Takalar, serta PLTG peaking di selatan.
Di Sulawesi Selatan terdapat proyek PLTU swasta (IPP) yang sedang konstruksi, yaitu
PLTU Bosowa di Jeneponto berkapasitas 2x100 MW 8. Direncanakan satu unit dari
PLTU ini akan beroperasi untuk memasuk sistem kelistrikan Sulselbar. Konstruksi PLTA
Poso masih mengalami hambatan, namun diharapkan pada tahun 2012 akan dapat
beroperasi. Untuk mengantisipasi keterlambatan proyek-proyek pembangkit dan untuk

7
Sumber: informasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulsel.
8
Selain itu ada PLTA Poso yang berlokasi di provinsi Sulteng juga memasok listrik ke provinsi Sulsel
sekitar 130 MW

628
lebih memastikan krisis daya di Sulsel dapat diatasi, PLN bermaksud akan menyewa
PLTU batubara berkapasitas 2x120 MW di Barru. Tambahan pembangkit baru di
Provinsi Sulsel hinga tahun 2020 mencapai sekitar 2.126 MW, dengan perincian seperti
ditampilkan pada tabel B9.2 berikut:
Tabel B9.2 Pengembangan Pembangkit di Prop Sulsel

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Mini Hydro 20 kV PLN PLTA 8 2011 On Going


2 Sulsel Barru (FTP 1) PLN PLTU 2x50 2012 On Going
3 Makassar (Peaking) PLN PLTG 50 2013 Rencana
4 Sulsel Baru (Peaking) PLN PLTG 2x50 2013 Rencana
5 Takalar (FTP2) PLN PLTU 2x100 2014/15 Rencana
6 Sulsel Baru (Peaking) PLN PLTG 50 2015 Rencana
7 Selayar (new) PLN PLTD 2x1 2015/18 Rencana
8 Sulsel - 2 PLN PLTU 2x150 2018/19 Rencana
9 Sulsel - Barru (Ekspansi) PLN PLTU 2x100 2018/19 Rencana
10 Bakaru II PLN PLTA 2x63 2019 Rencana
11 Barru Sewa XPLTU 2x120 2013 Rencana
12 Mini Hydro 20 kV Swasta PLTA 10 2011 On Going
13 Sengkang, Op. Cycle - Unit 2 Swasta PLTG 60 2012 On Going
14 Sulsel-1/Jeneponto Bosowa Swasta PLTU 2x100 2012 On Going
15 Mini Hydro 20 kV Swasta PLTA 5 2012 Rencana
16 Selayar (FTP 2) Swasta PLTGB 8 2012/13 Rencana
17 Sengkang-ST Unit 3 -> Comb. Cycle Swasta PLTGU 60 2013 On Going
18 Tamboli Swasta PLTM 2x4,8 2013 Rencana
19 Mini Hydro 20 kV Swasta PLTA 7,5 2013 Rencana
20 Sulsel-3 (Takalar) Swasta PLTU 2x100 2014/15 Rencana
21 Bontobatu (Buttu batu 1) Swasta PLTA 2x50 2016 Rencana
22 Malea Swasta PLTA 2x45 2016 Rencana
Total Kapasitas 2.126

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi
Posisi sumber energi primer, khususnya tenaga air dan gas, yang cukup jauh dari pusat
beban membuat pengembangan transmisi diarahkan pada penggunaan tegangan
150 kV. Secara keseluruhan transmisi yang akan dibangun hingga tahun 2020 adalah
sepanjang 1.340 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 170 juta. Ruas
transmisi yang akan direncanakan dapat dilihat pada tabel B9.3.

629
Tabel B9.3 Pembangunan Transmisi
Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 Sidrap Maros (New) ‐ Ags 2011 operasi 150 kV 2 cct, 2xZebra        260,0          25,61 2011
2 Maros (New) Sungguminasa ‐ Ags 2011 operasi 150 kV 2 cct, 2xZebra          80,0            7,88 2011
3 Sengkang Sidrap ‐ Ags 2011 operasi 150 kV 2 cct, 2xZebra        130,0          12,81 2011
4 PLTU Perpres ‐ Barru Incomer 2 phi (barru‐pare) 150 kV 4 cct, 1xHawk            4,8            0,43 2011
5 Tallo Lama (Uprating Cond) Tello (Uprating Cond) 150 kV 2 cct, TACSR          14,0            0,78 2011
6 Wotu Palopo 275 kV 2 cct, 1xZebra        210,0          47,27 2011
7 PLTU Bosowa Jeneponto TIP. 57 150 kV 2 cct, 2xZebra          12,0            1,18 2012
8 PLTU Bosowa Jeneponto TIP. 58 150 kV 2 cct, 2xZebra          12,0            1,18 2012
9 Sengkang Siwa/Keera (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk        140,0          17,17 2013
10 Siwa/Keera Palopo 150 kV 2 cct, 2xHawk        180,0          22,07 2013
11 Tallo Lama (loop) Bontoala (loop) 150 kV 2 cct, UGC, XLPE, 400 mm            9,0            2,75 2013
12 Wotu Malili (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk          82,0          10,06 2013
13 Daya Baru  Inc. 1 phi (Maros‐Sungguminasa) 150 kV 2 cct, 2xZebra            2,0            0,20 2014
14 PLTU Takalar Punaga Tanjung Bunga 150 kV 2 cct, 2xZebra          80,0            7,88 2014
15 KIMA Makassar (New) Inc. 1 phi (Pangkep‐Tello) 150 kV 2 cct, UGC, XLPE, 400 mm            2,0            0,61 2015
16 SY PLTA Bbatu/Enrekang  Inc. 2 phi (Makale‐Sidrap) 150 kV 2 cct, 1xHawk            2,0            0,18 2016
17 PLTA Malea Makale 150 kV 2 cct, Zebra          30,0            2,67 2016
18 PLTA Bakaru II Enrekang 150 kV 2 cct, 2xHawk          40,0            4,91 2017
19 Panakukang baru/Antang ‐ (New) Inc. 1 phi (Maros‐Sungguminasa) 150 kV 2 cct, 2xZebra          24,0            2,36 2018
20 Kajuara ‐ (New) Inc. 1 phi (SInjai‐Bone) 150 kV 2 cct, 1xHawk            6,0            0,53 2019
21 PLTU Sewa barru Inc. 2 phi (Sidrap‐Maros) 150 kV 4 cct, 2xZebra          20,0            1,78 2019
Jumlah        1.340        170,29

Pengembangan Gardu Induk (GI)

Gardu induk baru yang akan dibangun berada di 9 lokasi dengan kapasitas total
420 MVA untuk kurun waktu 2011-2020. Penambahan gardu induk ini akan dapat
menampung penambahan pelanggan baru dan meningkatkan keandalan penyaluran.
Keberadaan gardu induk baru pada lokasi dimana PLTD berada dimaksudkan untuk
mengambil alih peran PLTD sebagai pasokan listrik utama, dan menggantinya dengan
pasokan dari sistem interkoneksi.
Penambahan kapasitas trafo GI hingga tahun 2020 adalah 2.630 MVA dengan biaya
investasi sekitar US$ 130 juta sebagaimana terdapat pada tabel B9.4.

630
Tabel B9.4 Pembangunan Gardu Induk

Daya  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Mandai 70/20 kV Extension             20                    ‐ 2011
2 Tallo Lama 150/20 kV Extension             60             2.10 2011
3 Bontoala 150/20 kV Extension             60             2.10 2011
4 Borongloe 70/20 kV Extension             20                    ‐ 2011
5 Tallasa 150/20 kV Extension             60             2.10 2011
6 Pare‐pare 150/20 kV Extension             30                    ‐ 2011
7 Bulukumba 150/20 kV Extension             30             1.39 2011
8 Sinjai 150/20 kV Extension             30             1.39 2011
9 Daya 70/20 kV Extension             30                    ‐ 2012
10 Siwa/Keera ‐ (GI Baru)+2 LB 150/20 kV New             30             2.62 2012
11 Sengkang, Ext LB  150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2012
12 Tallo Lama (loop Btoala), Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2012
13 Bontoala (loop T.Lama), Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2012
14 Pangkep 150/20 kV Extension             30             1.39 2012
15 Bone 150/20 kV Extension             30             1.39 2012
16 Jeneponto 150/20 kV Extension             30             1.39 2012
17 Barru 150/20 kV Extension             30             1.39 2012
18 Makale 150/20 kV Extension             30             1.39 2012
19 Palopo IBT 275/150 kV New           180           14.45 2012
20 Palopo + Ext 2 LB 150/20 kV Extension             30             2.62 2012
21 Siwa, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2012
22 Pinrang 150/20 kV Extension             30             1.39 2013
23 Soppeng 150/20 kV Extension             30             1.39 2013
24 Maros 150/20 kV Extension             60             2.10 2013
25 Panakkukang 150/20 kV Extension             60             2.10 2013
26 Wotu 275/150 kV (Baru) 275/150 kV New             90             4.86 2013
27 Wotu ‐ (GI Baru) + 2 LB 150/20 kV New             30             2.62 2013
28 Malili ‐ (GI Baru) + 4 LB 150/20 kV New             30             3.85 2013
29 Tanjung Bunga, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2014
30 Daya Baru ‐ (GI Baru) + 2 LB 150/20 kV New             60             3.34 2014
31 Tello 150/20 kV Extension             60             2.10 2014
32 Tallo Lama 150/20 kV Extension             60             2.10 2014
33 KIMA Makassar ‐ (GI baru) + 2 LB 150/20 kV New             60             3.34 2015
34 Bontoala 150/20 kV Extension             60             2.10 2015
35 Sidrap 150/20 kV Extension             30             1.39 2015
36 Panakkukang 150/20 kV Extension             60             2.10 2016
37 Tanjung Bunga 150/20 kV Extension             60             2.10 2016
38 Borongloe 70/20 kV Extension             30             1.26 2016
39 Sungguminasa 150/20 kV Extension             60             2.10 2016
40 Pinrang 150/20 kV Extension             30             1.39 2016
41 Bulukumba 150/20 kV Extension             30             1.39 2016
42 SY PLTA Bontobatu/Enrekang ‐ (GI baru) + 2LB 150/20 kV New             30             2.62 2016
43 Makale, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2016
44 Sidrap, Ext 2 LB 150/20 kV Extension 2 LB             1.23 2017
45 Bone 150/20 kV Extension             30             1.39 2017
46 Sinjai 150/20 kV Extension             30             1.39 2017
47 Bakaru, Ext 4 LB 150/20 kV Extension 4 LB             2.47 2018
48 Pangkep 150/20 kV Extension             60             2.10 2018
49 Tello 150/20 kV Extension             60             2.10 2018
50 Tallo Lama 150/20 kV Extension             60             2.10 2018
51 Bontala ‐ GIS II ‐ (GI baru) 150/20 kV New             60             2.10 2018
52 Panakukang baru/Antang ‐ (GI baru) + 2 LB 150/20 kV New             60             3.34 2018
53 Pare‐Pare 150/20 kV Extension             30             1.39 2018
54 Daya Baru 150/20 kV Extension             60             2.10 2019
55 Maros 150/20 kV Extension             60             2.10 2019
56 Tallasa 150/20 kV Extension             60             2.10 2019
57 Bone 150/20 kV Extension             30             1.39 2019
58 Sidrap 150/20 kV Extension             30             1.39 2019
59 Kajuara ‐ GI New + 2 LB 150/20 kV New             30             2.62 2019
60 Kajuara 150/20 kV Extension             30             1.39 2019
61 Malili 150/20 kV Extension             20                    ‐ 2019
62 Panakukang baru/Antang 150/20 kV Extension             60             2.10 2020
63 Tanjung Bunga 150/20 kV Extension             60             2.10 2020
64 Soppeng 150/20 kV Extension             30             1.39 2020
65 Siwa/Keera 150/20 kV Extension             30             1.39 2020
66 Jeneponto 150/20 kV Extension             20                    ‐ 2020
67 Wotu 150/20 kV Extension 30             1.39 2020
Jumlah       2,630              130

631
Pengembangan Distribusi

Sampai dengan tahun 2020 diproyeksikan akan ada tambahan pelanggan baru
sebanyak 807 ribu pelanggan, atau rata-rata 81.000 pelanggan baru setiap tahun.
Penambahan pelanggan tersebut akan menyebabkan kenaikan beban puncak menjadi
2,5 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun dari 610 MW pada tahun 2010 menjadi sekitar
1.730 MW di tahun 2020.
Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan pembangunan jaringan distribusi
tegangan menengah 5.417 kms, jaringan tegangan rendah 4.273 kms dan tambahan
kapasitas trafo distribusi 2.916 MVA, seperti dalam tabel B9.5.
Tabel B9.5 Rincian Pengembangan Distribusi
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 275 366 277 78,110
2012 190 254 192 54,114
2013 279 338 248 63,838
2014 319 312 252 71,776
2015 425 362 259 78,265
2016 545 415 283 82,455
2017 705 480 313 88,991
2018 709 519 333 90,906
2019 862 574 360 95,115
2020 1,109 655 399 103,511
2011-2020 5,417 4,273 2,916 807,082

B9.4 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah sebagaimana terdapat dalam
tabel B9.6.

632
Tabel B9.6 Rangkuman
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan

Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 3,435 3,893 706 18 310 699 147.0
2012 3,933 4,457 808 369 420 24 517.9
2013 4,376 4,959 898 471 330 411 383.6
2014 4,807 5,446 985 200 180 82 313.5
2015 5,282 5,984 1,081 251 150 2 331.7
2016 5,806 6,577 1,187 190 300 32 322.7
2017 6,385 7,231 1,304 60 40 32.7
2018 7,023 7,954 1,433 251 330 24 393.7
2019 7,729 8,752 1,575 376 320 26 582.1
2020 8,505 9,629 1,731 230 - 40.3
Jumlah 2,126 2,630 1,340 3,065.1

633
LAMPIRAN B.10
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

B10.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini


Sistem kelistrikan di Provinsi Sulawesi Tenggara hingga akhir tahun 2010 pada
dasarnya dipasok oleh PLTD dan PLTM dengan jaringan 20 kV. Selian itu terdapat
beberapa sistem kelistrikan PLTD yang beroperasi secara isolated untuk melayani
beban setempat. Kapasitas terpasang pembangkit yang masuk ke sistem 20 kV adalah
169 MW dengan daya mampu sekitar 94 MW di luar sistem-sistem isolated. Beban
puncak keseluruhan sistem kelistrikan (non coincident) di Provinsi Sulawesi Tenggara
pada bulan Oktober 2011 adalah 84,5 MW.
Peta kelistrikan saat ini dan rencana pengembangan sistem kelistrikan Sulawesi
Tenggara ditunjukkan pada Gambar B10.1.

Cab. Kendari

Cab. Baubau

Gambar B10.1 Peta sistem kelistrikan Prov Sulawesi Tenggara

Rincian pembangkit terpasang pada sistem interkoneksi 20 KV seperti ditunjukkan pada


tabel B10.1.

634
Tabel B10.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang *)

Jenis  Kapasitas (MW)
No Pembangkit Bahan Bakar
Pembangkit Pemilik Terpasang Mampu
 KENDARI 
1  PLTD Wua‐wua  PLTD HSD & MFO PLN            23,9          10,5
2  PLTD Poasia  PLTD MFO PLN            14,3            2,3
3  PLTD Lambuya  PLTD HSD PLN              5,4            1,7
4  Perusda Lambuya  PLTD HSD Swasta              5,1            2,1
5  Sewa Lambuya  PLTD HSD Sewa              5,0            5,0
6  Sewa PLTD Kendari  PLTD HSD Swasta            36,3          33,0
7  PLTU Nii Tanasa  PLTU Coal PLN            20,0 ‐
         110,1          54,6
 KOLAKA 
7  PLTD Kolaka  PLTD HSD PLN              9,8            5,9
8  PLTD Sewa Kolaka  PLTD HSD Sewa              7,0            5,7
9  PLTM Sambilambo  PLTM Air PLN              2,0            1,0
           18,8          12,6
 RAHA 
10  PLTD Raha  PLTD HSD PLN              7,5            3,1
11  Sewa PLTD Raha  PLTD HSD Swasta              3,0            3,0
           10,5            6,1
 BAU‐BAU 
12  PLTD Bau  PLTD HSD PLN            10,7            5,0
13  PLTM Winning  PLTM ‐ PLN              1,6            0,8
14  Sewa PLTD Bau‐Bau  PLTD HSD Swasta            13,0          12,4
           25,3          18,2
 WANGI‐WANGI 
15  PLTD Wangi‐wangi  PLTD HSD PLN              2,6            1,4
15  Sewa PLTD               2,0            1,6
             4,6            3,0
Jumlah           169,2          94,4
*) Belum termasuk sistem kecil isolated

B10.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Sulawesi Tenggara


Kendari, Kolaka, Bau-Bau dan Wangi-Wangi adalah kota-kota utama di Sulawesi
Tenggara yang berkembang cukup pesat, namun pasokan listriknya belum sepenuhnya
mencukupi kebutuhan mayarakat yang terus meningkat. Kendari sebagai ibukota
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kolaka sebagai ibukota kabupaten Kolaka dalam dua
tahun terakhir mengalami defisit daya dan secara berangsur telah dapat ditingkatkan
kemampuan pasokan listriknya dengan sewa PLTD sambil menunggu penyelesaian
proyek PLTU yang sedang dibangun. Akibatnya terjadi penumpukan permintaan
sambungan listrik dan potensi kebutuhan listrik di kedua daerah tersebut lebih tinggi
dari daerah lainnya.
Sedangkan Wangiwangi, kota Baubau dan Raha pasokan listriknya dalam dua tahun
terakhir masih mencukupi. Kota Wangiwangi merupakan pintu masuk ke kepulauan

635
Wakatobi, dimana terdapat obyek wisata Taman Nasional Laut Wakatobi yang sangat
terkenal dan telah berkembang cukup pesat. Kebutuhan listriknya terus meningkat
seiring dengan perkembangan kota-kota tersebut.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara selama tahun 2006–2010 sangat
tinggi, yaitu mencapai rata-rata 8,8% per tahun. Sejalan dengan itu pertumbuhan
pemakaian energi listrik dalam periode yang sama meningkat rata-rata 8,9% per tahun.
Peningkatan pemakaian listrik tersebut termasuk tinggi, mengingat pada saat itu
penjualan listrik sebetulnya masih dikendalikan karena keterbatasan pasokan daya.
Apabila pasokan listrik tersedia dalam jumlah yang cukup, diperkirakan tingkat
pertumbuhan konsumsi listrik akan lebih tinggi lagi.
Rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini masih sekitar 51%, sehingga
potensi pelanggan baru masih banyak.

Berdasarkan pertumbuhan penjualan listrik dalam lima tahun terakhir, dan dengan
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, adanya daftar tunggu yang
cukup besar, penambahan jumlah penduduk, maka kebutuhan listrik di Provinsi
Sulawesi Tenggara akan tumbuh seperti pada tabel B10.2. Beban puncak di Sulawesi
Tenggara akan meningkat dari 105 MW pada tahun 2010 menjadi 304 MW di tahun
2020. Demikian pula pemakaian listrik pada tahun 2010 sebesar 387 GWh akan
meningkat menjadi 1.240 GWh pada tahun 2020, atau tumbuh 12,3% per tahun.
Tabel B10.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Beban
Penjualan Produksi Jumlah
Tahun Puncak
(GWh) (GWh) Pelanggan
(MW)
2011 486,2 551,5 130,5 294.452
2012 608,5 690,2 161,7 309.806
2013 687,5 779,8 180,9 330.774
2014 745,5 845,4 194,1 348.582
2015 809,3 917,7 208,7 369.806
2016 879,7 997,3 224,5 393.878
2017 957,1 1.085,0 241,8 420.247
2018 1.042,5 1.181,7 260,8 448.961
2019 1.136,7 1.288,3 281,5 480.046
2020 1.240,1 1.405,3 304,0 513.494
Growth 12,3% 12,3% 11,2% 9,1%

636
B10.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Potensi Sumber Energi


Di Propinsi Sulawesi Tenggara terdapat banyak potensi sumber energi, terutama
tenaga air dengan potensi PLTA sekitar 266 MW dan potensi PLTM sebesar 17 MW.
Selain potensi tenaga air, juga terdapat potensi panas bumi walaupun tidak besar, yaitu
di Laenia di Kendari dan Mangolo di Kolaka. Dari potensi energi terbarukan tersebut
PLN berencana membangun PLTA Konawe berkapasitas 50 MW untuk memenuhi
kebutuhan sistem interkoneksi 150 kV Kolaka – Kendari – Raha dan beberapa PLTM.
Rencana pengembangan pembangkit, transmisi dan distribusi dalam rangka memenuhi
kebutuhan tenaga listrik di Propinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut.

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik hingga tahun 2020, di Provinsi Sulawesi Tenggara
diperlukan tambahan pembangkit baru sekitar 300 MW yang akan terhubung ke grid
150 kV, dan juga terhubung ke jaringan 20 kV. Salah satu pembangkit yang cukup
besar adalah PLTU batubara Kendari 2x25 MW (salah satu proyek FTP2 oleh IPP) dan
diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2014. Kebutuhan batubara untuk PLTU ini
akan dipasok dari luar Provinsi.
Rencana penambahan pembangkit selengkapnya dapat dilihat pada tabel B10.3.
Tabel B10.3 Pengembangan Pembangkit
No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS
1 Rongi PLN PLTM 2x0,4 2011 On Going
2 Sabilambo PLN PLTM 2x1 2011 On Going
3 Kendari - Nii Tanasa (FTP1) PLN PLTU 2x10 2011/12 On Going
4 Lapai-1 PLN PLTM 2x2 2012 Rencana
5 Lapai-2 PLN PLTM 2x2 2012 Rencana
6 Riorita PLN PLTM 2x0,5 2012 Rencana
7 Toaha PLN PLTM 2x0,5 2012 Rencana
8 Raha (FTP 2) PLN PLTU 2x3 2013 Rencana
9 Kendari - Nii Tanasa (Ekspansi) PLN PLTU 10 2013 Rencana
10 Wangi-Wangi (FTP 2) PLN PLTU 2x3 2013/14 Rencana
11 Wangi-Wangi (Relokasi) PLN PLTD 2x2 2013/19 Rencana
12 Tamboli PLN PLTM 2x4,6 2013 Rencana
13 Bau-Bau (FTP2) PLN PLTU 2x10 2014 Rencana
14 Raha (Relokasi) PLN PLTD 3 2015 Rencana
15 Konawe PLN PLTA 2x25 2016/17 Rencana
16 Watunohu-1 PLN PLTA 2x28 2018/19 Rencana
17 Bau-Bau Swasta PLTU 2x7 2013 Rencana
18 Kendari (FTP2) Swasta PLTU 2x25 2014 Rencana
19 Kolaka (FTP2) Swasta PLTU 2x10 2014 Rencana
20 Lainea Swasta PLTP 2x10 2017 Rencana
Total Kapasitas 301

637
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi
Pembangunan transmisi di Provinsi Sulawesi Tenggara dimulai pada tahun 2010, yaitu
dari PLTU Nii Tanasa 2x10 MW (salah satu proyek FTP1) ke kota Kendari dengan
transmisi 70 kV. Selanjutnya pada tahun 2013 akan dibangun transmisi 150 kV dari
Kendari ke Unaaha, Kolaka, Lasusua sampai Malili, dan dari Kendari ke Raha.
Pembangunan transmisi ini akan menghubungkan sistem Sulselbar dengan sistem
Sulawesi Tenggara. Keseluruhan panjang transmisi yang akan dibangun adalah
1.396 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 161 juta sebagaimana
terdapat dalam tabel B10.4.
Tabel B10.4 Pembangunan Transmisi

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 PLTU Nii Tanasa (FTP1) Mandonga/Kendari 70 kV 2 cct, Ostrich          24,0            1,89 2011
2 Malili (New) Lasusua (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk        290,0          35,56 2013
3 Lasusua (New) Kolaka (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk        232,0          28,45 2013
4 Kolaka (New) Unahaa (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk        150,0          18,39 2013
5 PLTU Kolaka (FTP2) Kolaka 150 kV 2 cct, 1xHawk          20,0            1,78 2013
6 Unahaa (New) Kendari (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk        110,0          13,49 2013
7 Kendari (new) Raha (new) 150 kV 2 cct, 1xHawk        220,0          19,58 2014
8 Kendari (new) Raha (new) ‐ Kabel Laut 150 kV 2 cct, Kabel Laut          10,0          10,68 2014
9 PLTU Kendari (FTP2) Inc. 2 phi (Kendari‐Raha) 150 kV 2 cct, 1xHawk          10,0            0,89 2014
10 Raha (new) Bau‐Bau (New) 150 kV 2 cct, 1xHawk        170,0          15,13 2014
11 PLTA Konawe Unahaa (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk          80,0            9,81 2016
12 PLTA Watunohu 1 Lasusua (New) 150 kV 2 cct, 2xHawk          80,0            9,81 2018
Jumlah     1.396,0        165,47

Pengembangan Gardu Induk


Antara tahun 2011 dan 2013 akan dilaksanakan pembangunan gardu Induk baru
150/20 kV dan 70/20 kV termasuk penambahan kapasitas trafo, dengan kapasitas total
543 MVA di Lasusua, Kolaka, Unaaha, Kendari, Baubau dan Raha. Proyek tersebut
akan memerlukan dana investasi sekitar US$ 34 juta, seperti yang ditampilkan dalam
tabel B10.5.

638
Tabel B10.5 Pembangunan Gardu Induk

Daya  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Kendari 70/20 kV Extension 30              1,26 2011
2 Nii Tanasa 70/20 kV Extension 10                     ‐ 2011
3 Kolaka ‐ (GI Baru) + 2 LB 150/20 kV New 30              2,62 2012
4 Kendari ‐ (GI Baru 150 kV) + 2 LB 150/20 kV New 30              2,62 2012
5 Lasusua ‐ (GI Baru) + 4 LB 150/20 kV New 30              3,85 2013
6 Kolaka, Ext 4 LB 150/20 kV Extension 4 LB              2,47 2013
7 Unahaa ‐ (GI Baru) + 4 LB 150/20 kV New 30              3,85 2013
8 Unaaha 150/20 kV Extension 30              1,39 2013
11 Kendari, Ext 4 LB 150/20 kV Extension 4 LB             2,47 2013
12 Kendari ‐ IBT 2x31,5 MVA 150/70 kV New 63                    ‐ 2013
12 Raha ‐ (GI Baru) ‐ 2 LB 150/20 kV New 30             2,62 2013
13 Kolaka 150/20 kV Extension 30             1,39 2014
13 Raha 150/20 kV Extension 30             1,39 2014
14 Bau Bau 150/20 kV New 30             2,62 2014
14 Raha 150/20 kV Extension 30             1,39 2014
15 Kendari 150/20 kV Extension 60             2,10 2016
15 Unahaa 150/20 kV Extension 60             2,10 2017
16 Nii Tanasa 70/20 kV Extension 20                    ‐ 2018
Jumlah 543            34,13

Pengembangan Jaringan Distribusi


Untuk memenuhi kebutuhan listrik Propinsi Sulawesi Tenggara hingga tahun 2020,
direncanakan penambahan pelanggan baru sekitar 300 ribu pelanggan. Khusus untuk
tahun 2011 akan disambung 80.000 pelanggan baru untuk mencapai rasio elektrifikasi
60% pada tahun 2011, untuk periode selanjutnya akan disambung rata-rata 24.000
pelanggan baru setiap tahunnya. Untuk menunjang penambahan pelanggan tersebut,
diperlukan pembangunan jaringan distribusi termasuk untuk melayani perdesaan, yaitu
JTM sepanjang 3.251 kms, JTR sekitar 2.753 kms dan trafo distribusi sebesar 592
MVA, seperti ditampilkan dalam tabel B10.6.

639
Tabel B10.6 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 323.4 300.8 158.4 79,994
2012 144.3 160.3 30.4 15,353
2013 162.3 171.6 41.5 20,969
2014 280.5 281.4 35.3 17,807
2015 294.4 288.1 42.0 21,224
2016 310.0 295.1 47.7 24,072
2017 330.8 303.7 52.2 26,369
2018 444.3 309.0 56.9 28,714
2019 464.3 316.3 61.6 31,084
2020 496.3 327.1 66.2 33,448
2011-2020 3,250.7 2,753.3 592.2 299,035

B10.4 Pengembangan Interkoneksi Kendari-Pulau Muna dan Buton


Jaringan transmisi 70 kV yang pertama kali dioperasikan di Kendari adalah ruas dari
PLTU Kendari (FTP1) menuju ke kota Kendari pada tahun 2010. Adanya pembangkit
baru dan transmisi tersebut akan melayani kebutuhan listrik di Kendari yang selama ini
tertahan. Selain itu, direncanakan pengembangan sistem transmisi 150 kV Sultra untuk
menjangkau beban isolated sehingga akan terhubung ke grid Sultra.
Untuk dapat menjangkau pulau-pulau di sekitar daratan Kendari, sedang dilakukan
kajian untuk pertama-tama menginterkoneksi kota Raha di pulau Muna dan Baubau di
pulau Buton dengan SUTT dan sebagian kecil kabel laut 150 kV, selanjutnya akan
dibuat interkoneksi pulau Muna ke sistem Kendari. Interkoneksi dengan kabel laut ini
akan dilakukan apabila sesuai hasil kajian bahwa proyek layak secara teknis dan
ekonomis.

B10.5 Rangkuman
Rangkuman proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan dana investasi propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 - 2020 adalah seperti
pada tabel B10.7.

640
Tabel B10.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 486.2 551.5 130 12.8 40 24 102.3
2012 608.5 690.2 162 20.0 60 - 88.2
2013 687.5 779.8 181 44.2 183 802 131.9
2014 745.5 845.4 194 93.0 120 410 228.8
2015 809.3 917.7 209 3.0 - 28.6
2016 879.7 997.3 225 25.0 60 80 46.4
2017 957.1 1085.0 242 45.0 60 - 124.9
2018 1042.5 1181.7 261 28.0 20 80 50.5
2019 1136.7 1288.3 281 30.0 - 84.2
2020 1240.1 1405.3 304 - 24.7
Jumlah 301.0 543 1,396 910.3

641
LAMPIRAN B.11
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI SULAWESI BARAT

B11.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini


Kebutuhan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Barat saat ini dipasok dari 3 gardu induk
150 kV, yaitu Polmas, Majene dan Mamuju yang terinterkoneksi dengan sistem
Sulawesi Selatan. Gardu induk tersebut mendapat pasokan dari pembangkit-
pembangkit yang ada di sistem kelistrikan interkoneksi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat (Sulselbar). Selain itu terdapat pembangkit skala kecil yang beroperasi pada
sistem isolated untuk kebutuhan setempat. Peta kelistrikan saat ini dan rencana
pengembangannya di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada gambar B11.1.

Gambar B11.1. Peta kelistrikan Provinsi Sulawesi Barat

Kapasitas ketiga gardu induk tersebut saat ini adalah 60 MVA. Sistem isolated yang
belum tersambung ke grid masih dipasok dari PLTD. Beban puncak seluruh propinsi
Sulbar adalah 30 MW. Adapun pembangkit yang beroperasi secara isolated pada saat
ini diberikan pada tabel B11.1.

642
Tabel B11.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang

Jenis  Bahan  Kapasitas (MW)


No Pembangkit
Pembangkit Bakar Pemilik Terpasang Mampu
 Grid 20 kV Sist. 
SULSELBAR 
1  PLTD Mamuju  PLTD HSD PLN            1,474            1,420

 PLTD ISOLATED 
2  PLTD Mambi  PLTD HSD PLN            0,240            0,220
3  PLTD Babana  PLTD HSD PLN              0,04              0,04
4  PLTD Topoyo  PLTD HSD PLN            0,200            0,110
5  PLTD Karossa  PLTD HSD PLN              0,53              0,42
6  PLTD Baras  PLTD HSD PLN            0,820            0,490
7  PLTD Pasang kayu  PLTD HSD PLN              2,82              2,01
8  PLTD sarjo  PLTD HSD PLN            0,140            0,123
             4,79              3,41
JUMLAH              6,26              4,83

B11.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Sulbar


Provinsi Sulawesi Barat yang dibentuk pada tahun 2003 dengan Mamuju sebagai
ibukotanya merupakan daerah yang sedang berkembang. Rasio elektrifikasi baru
sekitar 51%, sehingga masih terdapat banyak calon pelanggan rumah tangga yang
membutuhkan pasokan listrik. Kondisi ini akan diikuti oleh tumbuhnya konsumen bisnis.
Kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2006–2010 tumbuh rata-rata 9,6%
per tahun, walaupun telah dilakukan pengendalian penyambungan baru karena
keterbatasan daya pembangkit. Sedangkan dalam periode yang sama, pertumbuhan
ekonomi meningkat rata-rata 8,8 % per tahun.
Dari pertumbuhan konsumsi listrik dalam lima tahun terakhir, dan memperhatikan
potensi pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan jumlah penduduk serta
peningkatan rasio elektrifikasi, proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011–2020 diberikan
pada tabel B11.2.

643
Tabel B11.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Propinsi Sulawesi Barat

Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 138,7 162,0 33,3 109.590
2012 165,2 193,0 39,6 121.099
2013 196,7 229,8 47,2 133.013
2014 227,6 265,8 54,5 145.856
2015 250,8 292,9 60,0 156.372
2016 275,7 322,0 66,1 167.747
2017 302,5 353,3 72,4 180.059
2018 331,4 386,9 79,1 193.390
2019 362,4 423,1 86,7 207.834
2020 395,8 462,0 94,6 223.490
Growth (%) 12,7% 12,6% 12,6% 8,3%

B11.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Potensi Energi Primer


Provinsi Sulawesi Barat dengan kondisi alamnya yang bergunung-gunung menyimpan
potensi tenaga air yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi PLTA hingga
sekitar 1000 MW.

Pengembangan Pembangkit
Memperhatikan besarnya potensi tenaga air di Sulawesi Barat, prioritas pertama dalam
mengembangkan pembangkit adalah membangun PLTA, namun pembangunan PLTA
tersebut perlu didukung oleh studi kelayakan yang baik.
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2020, di Provinsi Sulawesi Barat
direncanakan akan dibangun pembangkit 167 MW yang akan masuk ke grid 150 kV
sistem Sulselbar. Pembangkit tersebut adalah PLTU 2x25 MW (salah satu proyek
FTP2) yang akan dibangun oleh swasta, dan PLTA Poko 117 MW yang akan
dikembangkan oleh PLN sebagaimana ditunjukkan pada tabel B11.3. Apabila tambahan
pembangkit baru 167 MW tersebut selesai beroperasi dan mengingat beban puncak
Provinsi Sulbar pada saat itu sekitar 95 MW, maka Provinsi Sulbar akan memasok
kelebihan daya ke sistem interkoneksi Sulselbar.

644
Selain itu terdapat potensi PLTA di sungai Karama yang sangat besar, yaitu mencapai
450 MW, dan saat ini sedang dibuat studi kelayakanya oleh perusahaan swasta
bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. Proyek PLTA ini merupakan
sebuah proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) “unsolicited”. Apabila hasil studi
kelayakan menyatakan proyek ini layak dibangun dan sesuai dengan kebutuhan sistem
tenaga listrik, maka proyek ini akan dimasukkan dalam RUPTL perioda berikutnya.
Tabel B11.3 Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Mamuju (FTP2) Swasta PLTU 2x25 2015 Rencana

2 Poko PLN PLTA 117 2020 Rencana

Total Kapasitas 167

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk


Pengembangan Transmisi
Pada Provinsi Sulawei Barat direncanakan pembangunan transmisi 150 kV dari Silae
ke Pasang Kayu ke Mamuju sepanjang 540 kms dan 150 kV dari PLTA Poko ke Bakaru
sepanjang 40 kms, dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 68 juta sebagaimana
ditunjukkan pada tabel B11.4.

Tabel B11.4 Rencana Pembangunan Transmisi 150 kV

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 Pasangkayu Silae 150 kV 2 cct,1xHAWK             90            11,0 2014
2 PLTU Mamuju (FTP2) Mamuju 150 kV 2 cct,1xHAWK             50               4,5 2014
3 Pasangkayu Mamuju 150 kV 2 cct,1xHAWK           400            49,1 2018
3 PLTA Poko Bakaru 150 kV 2 cct,1xHAWK             40               3,6 2019
Jumlah           580            68,1

Pengembangan Gardu Induk


Pada tahun 2014 direncanakan pembangunan gardu induk baru 150 kV di Pasangkayu
dengan kapasitas 20 MVA yang terhubung ke GI Silae di kota Palu Sulawesi Tengah

645
sebagaimana ditunjukkan pada tabel B11.5. Selain itu trafo di GI eksisting akan
ditambah sebesar 90 MVA seperti pada tabel tersebut.

Tabel B11.5 Pembangunan Gardu Induk

Baru/  Kapasitas  Anggaran 


No Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta USD)
1 Polmas 150/20 kV Extension             30             1,39 2011
2 Majene 150/20 kV Extension             30             1,39 2011
3 Pasangkayu 150/20 kV New             20             2,38 2014
4 Mamuju 150/20 kV Extension             30             1,39 2014
Jumlah           110               6,5

Pengembangan Distribusi
Hingga tahun 2020 akan dilakukan penambahan sambungan baru sekitar 122 ribu
pelanggan, atau rata-rata 12.200 pelanggan setiap tahunnya. Akibatnya beban puncak
pada 2020 akan menjadi sekitar 3,3 kali lipat dibanding beban puncak tahun 2010, yaitu
naik dari 29 MW menjadi 95 MW pada tahun 2020.
Jaringan distribusi yang akan dibangun, termasuk untuk melistriki perdesaan, terdiri dari
JTM sepanjang 1.305 kms, JTR sekitar 1.363 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 400 MVA seperti diberikan pada Tabel B11.6.

Tabel B11.6 Rincian Pengembangan Distribusi


JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 138.1 138.4 38.8 8,474
2012 63.7 123.0 44.4 11,509
2013 119.2 127.3 37.6 11,914
2014 124.8 131.0 36.3 12,843
2015 129.1 133.6 37.2 10,516
2016 133.9 136.2 38.4 11,375
2017 140.3 139.5 39.9 12,312
2018 144.5 141.5 40.9 13,332
2019 150.7 144.3 42.3 14,444
2020 160.6 148.4 44.3 15,657
2011-2020 1,304.9 1,363.0 400.2 122,374

646
B11.4 Ringkasan
Ringkasan prakiraan kebutuhan tenaga listrik, rencana pembangunan fasilitas sistem
kelistrikan dan kebutuhan investasi di Provinsi Sulawesi Barat sampai dengan tahun
2020 sebagaimana terdapat dalam tabel B11.7.
Tabel B11.7 Rangkuman
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan

Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 138.7 162.0 33.3 60 - 6.39
2012 165.2 193.0 39.6 - 3.27
2013 196.7 229.8 47.2 - 3.51
2014 227.6 265.8 54.5 50 140 22.81
2015 250.8 292.9 60.0 50 - 91.54
2016 275.7 322.0 66.1 - 3.68
2017 302.5 353.3 72.4 500 - 30.84
2018 331.4 386.9 79.1 400 53.02
2019 362.4 423.1 86.7 40 7.73
2020 395.8 462.0 94.6 117 - 176.85
Jumlah 167 610 580 399.64

647
LAMPIRAN B.12
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI MALUKU

B12.1 Kondisi Saat Ini

Sistem kelistrikan di Provinsi Maluku saat ini terdiri dari 8 sistem kelistrikan, adapun
sistem yang cukup besar adalah sistem Ambon, Masohi, Kairatu-Piru, Namlea-Mako,
Saparua, Tual, Dobo, dan Saumlaki. Selain itu terdapat 40 pusat pembangkit kecil
tersebar.
Beban puncak total non coincident seluruh Provinsi Maluku sekitar 83,5 MW, dipasok
dari pembangkit-pembangkit PLTD tersebar yang terhubung langsung ke sistem
distribusi 20 kV pada masing-masing sistem kelistrikan di setiap pulau seperti
ditunjukkan pada gambar B12.1.

Gambar 1. Peta Lokasi Pembangkit di Provinsi Maluku

Sistem kelistrikan terbesar di Provinsi Maluku adalah sistem Ambon, dimana sistem ini
memiliki jumlah pasokan pembangkit 80,24 MW termasuk PLTD sewa, dengan daya
mampu sekitar 41,8 MW dan beban puncak 40 MW.

648
Tabel B.12-1. Kapasitas Pembangkit Terpasang
Jenis   Kapasitas [MW] Beban Puncak
No Sistem Isolated
Pembangkit Terpasang Daya Mampu [MW]
I  Sistem Ambon
 1. Hative Kecil PLTD            21,5                   6,2
 2. Poka PLTD            33,6                 14,3
 3. Sewa Mesin PLTD            25,2                 21,3
TOTAL            80,2                 41,8                     40,0
II Sistem Masohi
 1. Masohi PLTD               7,0                   2,7
 2. Liang PLTD               0,9                   0,5
 3. Waipia PLTD               0,8 0.34
4. Sewa Mesin PLTD               3,2                   2,1
TOTAL            11,9                   5,3                        5,1
III Sistem Kairatu‐Piru
 1. Kairatu PLTD               3,8                   1,6
2. Sewa Mesin PLTD               3,2                   3,1
 3. Piru PLTD               3,1                   1,8                        1,7
TOTAL            10,1                 65,5                        1,7
IV Sistem Namlea‐Mako
 1. Namlea PLTD               5,3                   1,4
2. Mako PLTD               2,6                   1,1
3. Sewa Mesin PLTD               2,2                   2,1
TOTAL            10,0                   4,6                        4,1
V Sistem Saparua
  Saparua PLTD               3,7                   1,5                        1,5
VI Sistem Tual
1. Langgur PLTD               7,6                   4,7
2. Sewa Mesin PLTD               2,4                   2,2
TOTAL            10,0                   6,9                        5,9
II Sistem Saumlaki
 1. Saumlaki PLTD               3,8                   1,5
2. Sewa Mesin PLTD               2,0                   1,5
TOTAL               5,8                   3,0                        2,0
VIII Dobo
1. Dobo PLTD               3,5                   2,2
2. Sewa Mesin PLTD               2,0                   1,5
TOTAL               5,5                   3,7                        1,9

B12.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Kota Ambon mempunyai populasi terbesar di Provinsi Maluku dan memiliki pelanggan
komersial dalam jumlah yang cukup besar. Kebutuhan listrik diserap oleh konsumen
rumah tangga (93,32%), komersial (3,75%), publik (2,9%) dan industri (0,02%).
Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan jumlah
penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan
listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel B12.2.

649
Tabel B12.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 315,6 365,7 77,6 230.760
2012 342,5 396,5 84,0 243.639
2013 371,3 429,5 90,8 255.872
2014 402,1 464,7 98,0 267.473
2015 434,9 502,3 105,8 279.601
2016 470,9 543,3 114,2 293.289
2017 509,7 587,7 123,3 307.649
2018 551,6 635,4 133,1 322.716
2019 596,5 686,6 143,5 338.524
2020 644,7 741,5 154,7 355.110
Growth (%) 8,3% 8,2% 8,0% 5,8%

B12.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi


di provinsi Maluku dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi
primer setempat sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi yang tersedia di Maluku untuk pembangkit listrik terbatas pada sumber-
sumber hydro yang berada di Pulau Seram dan Pulau Buru serta panas bumi di Pulau
Ambon dan Pulau Haruku.
Saat ini pengeboran sumur eksplorasi panas bumi di Pulau Ambon telah selesai
dilaksanakan untuk rencana pembangunan PLTP Tulehu 2x10 MW. Sedangkan PLTP
Haruku masih dalam tahap survey. Selain itu potensi hidro di Seram cukup besar, bisa
mencapai 100 MW lebih, namun sebagian berada di kawasan hutan konservasi
sehingga ada hambatan untuk dikembangkan menjadi PLTA.

Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 akan dapat dipenuhi dengan
mengembangkan pembangkit di Maluku berkapasitas total sekitar 192 MW, termasuk
rencana PLTA Wai Tala 60 MW seperti ditampilkan pada tabel B12.3. Pengembangan
PLTA Wai Tala, akan didahului dengan studi kelayakan dan studi dasar laut mengingat
daya yang dihasilkan akan dievakuasi ke Ambon menggunakan kabel laut 70 kV.

650
Tabel B12.3 Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Waai (FTP1) PLN PLTU 2x15 2012/13 On Going


2 Saparua (Peaking) PLN PLTD 0,5 2012 Rencana
3 Buru (KPI) PLN PLTGB 6 2013 Rencana
4 Wae Mala PLN PLTM 2 2013 Rencana
5 Ruwapa PLN PLTM 1,2 2013 Rencana
6 Tene PLN PLTM 4 2013 Rencana
7 Makariki PLN PLTM 4 2013 Rencana
8 Langgur PLN PLTGB 6 2013 Rencana
9 Haruku PLN PLTD 3 2014 Rencana
10 Nua (Masohi) PLN PLTM 6 2014 Rencana
11 Tulehu (FTP2) PLN PLTP 2x10 2014/15 On Going
12 Waai (Ekspansi) PLN PLTU 15 2015 Rencana
13 Tual (Peaking) PLN PLTD 3x2 2016/18/19 Rencana
14 Wai Tala PLN PLTA 13,5 2017 Rencana
15 Wai Tala PLN PLTA 40,5 2018 Rencana
16 Isal PLN PLTM 2x1 2014/15 Rencana
17 Isal PLN PLTM 3x2 2018/19/20 Rencana
18 Tual Swasta PLTGB 2x4 2013 Rencana
19 Wai Nibe Swasta PLTM 4x1,25 2013/14/16/17 Rencana
20 Mala-2 Swasta PLTM 6 2014 Rencana
21 Wai Tina Swasta PLTM 2x4 2014/15 Rencana
Total Kapasitas 192,7

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi

Selaras dengan pengembangan pembangkit PLTA dan PLTP yang jauh dari pusat
beban dan pengembangan PLTU batubara skala kecil tersebar di beberapa lokasi,
perlu dibangun jaringan transmis 70 kV sepanjang 524 kms untuk menyalurkan energi
listrik ke pusat beban.
Pembangunan kabel laut Ambon-Seram 70 kV terkait dengan pembangunan PLTA Tala
60 MW akan dilaksanakan setelah dilakukan studi dasar laut. Sedangan transmisi yang
akan dibangun di pulau Seram akan digunakan untuk evakuasi daya dari beberapa
PLTM ke pusat beban.
Dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun transmisi tersebut sekitar US$
54,4 juta seperti ditampilkan dalam tabel B12.4.

651
Tabel B12.4 Pembangunan SUTT 70 kV

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 PLTU Waai GI Passo 70 kV 1 cct, 1xHAWK         18,0            1,57 2012
2 PLTU Waai GI Sirimau 70 kV 1 cct, 1xHAWK         30,0            2,62 2012
3 GI Passo GI Sirimau 70 kV 1 cct, 1xHAWK         12,0            1,05 2012
4 PLTP Tulehu Incomer single pi Sirimau‐
Waai 70 kV 1 cct, 1xHAWK          12,0            0,52 2013
5 GI Passo GI Wayame 70 kV 2 cct, 1xHAWK         26,0            1,14 2013
6 PLTU Piru GI Kairatu 70 kV 2 cct, 1xHAWK         92,0            5,61 2014
7 GI Masohi GI Kairatu 70 kV 2 cct, 1xHAWK       210,0          12,80 2017
8 PLTP Tulehu Landing Point Ambon 70 kV 2 cct, 1xHAWK           6,0            0,37 2017
9 Landing Point Haruku 1 Landing Point Ambon 70 kV kabel laut, 2cct         10,0            9,59 2017
10 Landing Point Haruku 1 GI Haruku 70 kV 2 cct, 1xHAWK           2,0            0,12 2017
11 GI Haruku Landing Point Haruku 2 70 kV 2 cct, 1xHAWK         26,0            1,58 2017
12 Landing Point Haruku 2 Landing Point Seram 70 kV kabel laut, 2cct         14,0          13,42 2017
13 Landing Point Seram GI Kairatu 70 kV 2 cct, 1xHAWK         36,0            2,19 2017
14 PLTA Tala Incomer Single pi 
(Kairatu‐Masohi) 70 kV 2 cct, 1xHAWK          30,0            1,83 2017
Jumlah        524,0          54,40

PLTMH Mala-2 IPP PLTM Wae Mala


2x3 MW (2014) 2x3MW (2013)
PLTMH Isal
4x1 MW (2014/15/18/19)
PLTMH Nua
A 2x3 MW (2014)
Piru A
PLTMH Ruwapa Bula
2x0,6 MW (2013)
PLTA Tala A
A
4x15 MW (2017)
A
ACSR 1X240 mm 2
46 km (2014)
A
A
A ACSR 1X240 mm 2 Masohi
Kairatu 105 km (2017)
PLTMH Makariki
Waai PLTMH Tene Tehoru
2x2 MW (2013)
U Haruku 2x2 MW (2013)
Tulehu
P
ACSR 1X240 mm 2
24 km (2012)
Ambon

Gambar 2. Peta Rencana Pengembangan Sistem 70 kV Seram-Ambon

Pengembangan Gardu Induk (GI)


Berkaitan dengan rencana pengembangan PLTA, PLTU serta pembangkit lainnya dan
untuk mendistribusi listrik ke pelanggan, direncanakan dibangun gardu induk. Sampai
dengan tahun 2020 diperlukan pembangunan GI 70 kV baru dan pengembangannya di
7 lokasi dengan kapasitas total 240 MVA dan kebutuhan dana investasi sekitar US$
21,7 juta seperti diperlihatkan pada tabel B12.5.
652
Tabel B12.5 Pengembangan GI di Maluku

Baru/  Kapasitas  Anggaran 


No Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta USD)
1 Sirimau 70/20 kV New             30             2,93 2012
2 Passo 70/20 kV New             20             2,31 2012
3 Sirimau 70/20 kV Extension             30             1,63 2013
4 Wayame 70/20 kV New             20             2,31 2014
5 Sirimau 70/20 kV Extension             30             1,63 2016
6 Masohi 70/20 kV New             20             2,31 2017
7 Kairatu 70/20 kV New             20             2,31 2017
8 Haruku 70/20 kV New             20             2,31 2017
9 Piru 70/20 kV New             20             2,31 2017
10 Passo 70/20 kV Extension             30             1,63 2018
Jumlah           240           21,67

Pengembangan Distribusi
Pengembangan distribusi di Provinsi Maluku dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
tambahan pelanggan baru sekitar 152 ribu sambungan sampai dengan tahun 2020.
Pada tahun 2011 saja akan disambung 16.000 pelanggan, dan pada tahun-tahun
selanjutnya akan disambung rata-rata 14.000 pelanggan setiap tahun. Selain itu
direncanakan pula jaringan 20 kV untuk menghubungkan pulau-pulau yang memiliki
potensi sumber energi terbarukan dan murah dengan pulau di dekatnya yang tidak
tersedia energi murah. Namun demikian, interkoneksi ini tetap mempertimbangkan
kelayakan teknis dan ekonomis.
Jaringan distribusi yang akan dikembangkan selama periode 2011-2020 sudah
termasuk untuk melistriki perdesaan adalah 1,094 kms JTM, sekitar 889 kms JTR dan
tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 74 MVA, secara rinci ditampilkan pada tabel
B12.6.

653
Tabel B.12-6. Pengembangan Sistem Distribusi di Maluku

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 79,8 65,7 4,9 28.176
2012 116,6 95,7 4,7 12.879
2013 101,1 82,8 6,0 12.233
2014 93,9 76,7 6,6 11.601
2015 97,9 79,8 7,1 12.127
2016 110,2 89,6 7,7 13.688
2017 115,4 93,5 8,3 14.361
2018 120,7 97,6 9,0 15.067
2019 126,4 101,9 9,6 15.808
2020 132,3 106,4 10,3 16.586
2011-2020 1.094,4 889,6 74,3 152.526

B12.4 Ringkasan

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 diberikan pada tabel B12.7.
Tabel B12.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 315,6 365,7 78 - 9,0
2012 342,5 396,5 84 16 50 60 44,6
2013 371,3 429,5 91 47 30 12 94,5
2014 402,1 464,7 98 31 20 118 69,9
2015 434,9 502,3 106 30 - 55,4
2016 470,9 543,3 114 3 30 - 11,3
2017 509,7 587,7 123 15 80 334 95,3
2018 551,6 635,4 133 45 30 - 120,1
2019 596,5 686,6 144 4 - 10,7
2020 644,7 741,5 155 2 - 9,2
Jumlah 193 240 524 520,2

654
LAMPIRAN B.13
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI MALUKU UTARA

B13.1 Kondisi Saat Ini


Sistem kelistrikan di Provinsi Maluku Utara terdiri dari 7 sistem kelistrikan yang cukup
besar yaitu sistem Ternate, Tobelo, Jailolo-Sofifi, Soa-Siu (Tidore), Bacan, Sanana dan
Daruba. Selain itu juga terdapat 21 unit pusat pembangkit kecil tersebar.
Beban puncak gabungan sistem-sistem kelistrikan di Provinsi Maluku Utara saat ini
sekitar 60 MW, dipasok oleh PLTD tersebar yang terhubung langsung ke sistem
distribusi 20 kV seperti dapat dilihat pada gambar B13.1.

Gambar B13.1 Peta Lokasi Pembangkit di Provinsi Maluku Utara

Sistem terbesar di Maluku Utara adalah sistem Ternate dimana sistem ini memiliki
pasokan pembangkit sekitar 35 MW yang terdiri dari pembangkit sendiri 14,8 MW dan
mesin sewa 20,3 MW. Sedangkan sistem isolated lainnya yang relatif agak besar
sebagaimana dapat dilihat pada tabel B13.1.

655
Tabel B13.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang di Maluku Utara

Sistem  Kapasitas  Daya Mampu  Beban Puncak 


Jenis  
Terisolasi  Terpasang (MW) (MW) 
Pembangkit  [MW] 
 I  Sistem Ternate         
1. Kayu Merah  PLTD  14,802  2,6   
2. Sewa Mesin  PLTD  20,25  16   
TOTAL    35,052  18,6  17,20 
II  Sistem Tobelo         
Tobelo  PLTD  7,84  5,5   
   Sewa Mesin  PLTD  2,4  2   
TOTAL    10,24  7,5  4,95 
III Sistem Jailolo‐Sidangoli‐Sofifi         
 Jailolo  PLTD  4,64  2,71  1,9 
Sistem Sidangoli         
Sofifi  PLTD  1,2  0,84   
   Sewa Mesin  PLTD  3,2  2,4   
TOTAL    4,4  3,24  2,01 
IV  Sistem Soa Siu         
 Soa Siu  PLTD  4,93  2,79   
    Sewa Mesin  PLTD  3,2  1,1   
 TOTAL    8,13  3,89  3,48 
 V Sistem Bacan         
  Bacan  PLTD  3  0,77   
    Sewa Mesin  PLTD  2,8  2,28   
TOTAL    5,8  3,05  2,54 
VI Sistem Sanana         
Sanana  PLTD  1,93  0,5   
Sewa Mesin  PLTD  5,6  4,48   
  TOTAL    7,53  4,98  1,9 
VII Sistem Daruba         
Daruba    2,93  1,52  1,1 

B13.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Kota Ternate merupakan eks-Ibukota Provinsi Maluku Utara mempunyai populasi


terbesar di provinsi ini. Pemakaian listrik diserap oleh pelanggan rumah tangga
(92,4%), komersial (3,9%), publik (3,7%) dan industri (0,01%).
Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk
dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka proyeksi kebutuhan listrik
tahun 2011 – 2020 diberikan pada tabel B13.2.

656
Tabel B13.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 186,1 207,5 49,4 129.490
2012 206,0 229,6 54,4 140.411
2013 261,1 290,9 68,6 148.914
2014 282,3 314,4 73,8 157.944
2015 305,3 339,7 79,5 167.533
2016 332,0 369,2 86,0 178.515
2017 361,0 401,3 93,1 190.230
2018 392,5 436,1 100,8 202.727
2019 426,8 473,9 109,1 216.058
2020 463,3 514,1 117,9 230.279
Growth (%) 10,4% 9,6% 10,0% 7,3%

B13.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Rencana pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi


di provinsi Maluku dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi
primer setempat sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi yang tersedia di Maluku Utara untuk pembangkitan tenaga listrik
terbatas pada tenaga air dan panas bumi yang berada di Pulau Halmahera dan Pulau
Bacan. Sumber panas bumi di Halmahera adalah di Jailolo dengan potensi hingga
40 MW dan Songa Wayaua di Pulau Bacan.

Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 akan dipenuhi dengan
mengembangkan PLTU batubara, PLTP, PLTM dan PLTGB dengan kapasitas sekitar
71,7 MW seperti ditampilkan pada tabel B13.3.

657
Tabel B13.3 Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS


1 Maluku Utara /Tidore (FTP1) PLN PLTU 2x7 2012 On Going
2 Sofifi PLN PLTU 2x3 2013 Rencana
3 Sanana PLN PLTD 3 2014 Rencana
4 Tidore Ekspansi (FTP2) PLN PLTU 2x7 2014 Rencana
5 Bacan (Peaking) PLN PLTD 1,2 2014 Rencana
6 Sanana PLN PLTD 1 2019 Rencana
7 Goal Swasta PLTM 2x0,75 2012 On Going
8 Ngaoli Swasta PLTM 2 2013 Rencana
9 Ibu Swasta PLTM 1 2013 Rencana
10 Tobelo Swasta PLTGB 8 2014 Rencana
11 Songa Wayaua (FTP2) Swasta PLTP 5 2017 Rencana
12 Jailolo (FTP2) Swasta PLTP 3x5 2016/17/20 Rencana
Total Kapasitas 71,7

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk (GI)


Pengembangan Transmisi

Selaras dengan pengembangan pembangkit PLTP yang jauh dari pusat beban dan
pengembangan PLTU batubara skala kecil tersebar di beberapa lokasi, telah
direncanakan pengembangan jaringan transmisi 150 kV sepanjang 494 km sirkit untuk
menyalurkan energi listrik ke pusat beban. Selain itu terdapat rencana untuk memasang
kabel laut 150 kV menghubungkan pulau Halmahera dan pulau Tidore. Implementasi
pembangunan ini akan didahului dengan kajian kelayakan teknis dan ekonomis setelah
dilakukan survey jalur dan survey dasar laut. Dana investasi yang dibutuhkan untuk
membangun transmisi SUTT tersebut sekitar US$ 44 juta seperti ditampilkan dalam
tabel B13.4.
Tabel B13.4 Pembangunan SUTT 150 kV

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 PLTP Jailolo Buli 150 kV 2 cct, 1xHawk        228,0          20,29 2014
2 Incomer single pi  Sofifi 150 kV 2 cct, 1xHawk          46,0            4,09 2014
(Jailolo‐Buli)
3 Tobelo PLTP Jailolo 150 kV 2 cct, 1xHawk        220,0          19,58 2017
Jumlah        494,0          43,97

658
Gambar B13.2. Peta rencana pengembangan sistem 150 kV Halmahera

Pengembangan GI
Berkaitan dengan rencana pengembangan pembangkit dan transmisi tersebut serta
untuk menyalurkan listrik ke pelanggan, direncanakan dibangun gardu induk. Sampai
dengan tahun 2020 direncanakan pengembangan GI 150 kV di 4 lokasi dengan total
kapasitas 120 MVA dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 10,5 juta seperti
diperlihatkan pada tabel B13.5.
Tabel B13.5 Pengembangan GI di Maluku Utara

Baru/  Kapasitas  Anggaran 


No Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta USD)
1 Tobelo 150/20 kV New              30             2,62 2014
2 Sofifi 150/20 kV New              30             2,62 2014
3 Buli 150/20 kV New              30             2,62 2014
4 Jailolo 150/20 kV New              30             2,62 2014
Jumlah            120           10,48

659
Pengembangan Distribusi
Pengembangan distribusi di Provinsi Maluku Utara dimaksudkan untuk memenuhi
proyeksi tambahan pelanggan baru sekitar 116 ribu sambungan sampai dengan tahun
2020. Pada tahun 2011 saja akan disambung 30.000 pelanggan, dan pada periode
selanjutnya akan disambung rata-rata 11.600 pelanggan setiap tahun. Selain itu
direncanakan pula jaringan 20 kV untuk menghubungkan pulau-pulau yang memiliki
potensi sumber energi terbarukan dan murah dengan pulau di dekatnya yang tidak
tersedia energi murah. Namun demikian, interkoneksi ini tetap mempertimbangkan
kelayakan teknis dan ekonomis.
Jaringan distribusi yang akan dikembangkan selama periode 2011-2020 termasuk
untuk melistriki perdesaan adalah 1.004 kms JTM, 816 kms JTR dan tambahan
kapasitas trafo distribusi sekitar 118 MVA, secara rinci ditampilkan pada tabel B13.6.

Tabel B13.6 Pengembangan Sistem Distribusi di Maluku Utara

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 76,2 62,7 7,7 15.643
2012 98,3 80,7 7,6 10.921
2013 92,9 76,1 9,6 8.503
2014 87,6 71,6 10,5 9.030
2015 91,1 74,2 11,2 9.589
2016 102,3 83,1 12,2 10.983
2017 106,7 86,5 13,2 11.715
2018 111,3 90,0 14,2 12.497
2019 116,2 93,7 15,2 13.331
2020 121,2 97,6 16,2 14.221
2011-2020 1.003,9 816,0 117,6 116.432

B13.4 Pengembangan Sistem Kelistrikan Terkait Industri Feronikel


Di Halmahera terdapat potensi tambang nikel yang besar dan akan dikembangkan dan
diolah menjadi FeNi oleh PT Antam di Buli. Adanya industri ekstraksi dan pengolahan
tersebut diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan
Halmahera akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi untuk kawasan
Maluku. PLN berencana membangun pembangkit khusus yang cukup besar untuk
memenuhi kebutuhan industri feronikel tersebut, yaitu sekitar 260 MW pada tahun
2014, dengan membentuk sebuah anak perusahaan PLN. Pembangkit tersebut tidak
terdapat pada tabel B13.3 karena sebagian besar dari kapasitasnya didedikasikan

660
untuk melayani industri feronikel, walaupun dimungkinkan bagi PLN untuk membeli
excess power dari anak perusahaan PLN tersebut.

B13.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 sebagaimana diperlihatkan pada tabel
B13.7.
Tabel B13.7 Rangkuman
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan
Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 186,1 207,5 49,4 - 5,8
2012 206,0 229,6 54,4 16 - 37,5
2013 261,1 290,9 68,6 10 - 24,3
2014 282,3 314,4 73,8 26 120 274 81,6
2015 305,3 339,7 79,5 - 4,6
2016 332,0 369,2 86,0 5 - 19,1
2017 361,0 401,3 93,1 10 220 52,9
2018 392,5 436,1 100,8 - 5,6
2019 426,8 473,9 109,1 1 - 6,8
2020 463,3 514,1 117,9 5 - 20,2
Jumlah 73 120 494 258,5

661
LAMPIRAN B.14
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI PAPUA

B14.1 Kondisikelistrikan saat ini


Provinsi Papua terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota yang sistem kelistrikannya terdiri
dari 7 sistem kelistrikan terisolasi. Sistem yang berbeban cukup besar adalah sistem
Jayapura, Wamena, Timika, Merauke, Nabire, Serui dan Biak. Selain itu terdapat sistem
kelistrikan yang beban puncak masih kecil (listrik perdesaan) tersebar di 55 lokasi.
Beban puncak seluruh sistem kelistrikan di Provinsi Papua adalah 106,8 MW dan
dipasok dari pembangkit-pembangkit jenis PLTD dan PLTM. Energi listrik disalurkan
melalui jaringan 20 kV. Sistem kelistrikan Jayapura merupakan sistem terbesar diantara
ketujuh sistem kelistrikan di Provinsi Papua sebagaimana tabel B14.1.
Peta sistem kelistrikan di Provinsi Papua seperti pada Gambar B14.1.

 
  Sistem Biak 
 
PROVINSI Sistem Serui 
  PAPUA BARAT
Sistem Jayapura 
 
PROVINSI PAPUA
Sistem Nabire 
 
Sistem Wamena 
 
  Sistem Timika 

 
 
 
Sistem Merauke 

Gambar B14.1 Peta sistem kelistrikan Provinsi Papua

Rincian pembangkit terpasang dan beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi Papua
ditunjukkan pada tabel B14.1.

662
Tabel B14.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang
Kapasitas (MW) Beban Puncak 
No. Sistem Kelistrikan Jenis
Terpasang Dya Mampu (MW)
I Sistem Jayapura
 1. Yarmokh PLTD 8,2 2,9
 2. Waena PLTD 38,6 18,4
 3. Sentani PLTD 0 0
 4. Arso Arso sewa PLTD 1 1
 5. Genyem PLTD 2 1,4
 6. Sarmi PLTD 2 1,9
 7. Kit Sewa  PLTD 32 32
JUMLAH 79,8 54,3 52,4
II Sistem Wamena
 1. Sinagma PLTD 2,4 2,1
 2. Sinagma PLTM 0,4 0,2
 3. Walesi PLTM 1,6 1,6
JUMLAH 4,4 3,9 3,8
III  Sistem Timika
1. Timika PLTD 5,3 3,2
2. Kit Sewa PLTD 13 11,8
JUMLAH 18,3 15 13,4
IV  Sistem Biak
1. Karang Mulia PLTD 13,8 11,1
2. KIT Sewa PLTD 3 3
JUMLAH 16,8 14,1 8,4
V  Sistem Serui 
1. Serui PLTD 6,4 3,6
2. KIT Sewa PLTD 2 2
JUMLAH 8,4 5,6 3,7
VI  Sistem Merauke
Kelapa Lima PLTD 5,2 3,4
Kit Sewa PLTD 15,6 11,6
JUMLAH 20,8 15 11,1
VII Sistem Nabire
 1. Nabire PLTD 3,4 2,6
 2. Kalibobo PLTD 6,4 5,8
 3. Kit Sewa PLTD 4 3
JUMLAH 13,8 11,4 8,7
VIII Lisdes tersebar 13,5 9,3
JUMLAH 13,5 9,3 5,3
TOTAL 175,8 128,6 106,8

B14.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Provinsi Papua


Penjualan energi listrik PLN pada tahun 2010 adalah 490,4 GWh yang dikonsumsi oleh
rumah tangga (51,1%), komersial (35,3%), publik (13%) dan industri (0,7%). Mengingat
kondisi pasokan listrik yang terbatas, saat ini kebutuhan energi listrik belum seluruhnya
dapat dipenuhi.
Memperhatikan data penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan potensi pertumbuhan ekonomi regional, pertambahan jumlah

663
penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi, maka proyeksi kebutuhan listrik 2011–
2020 diperlihatkan pada tabel B14.2.
Tabel B14.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Penjualan Produksi Beban Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) Puncak (MW) Pelanggan
2011 622,9 694,6 144,5 404.694
2012 740,2 815,5 167,9 424.547
2013 810,3 891,1 181,7 445.692
2014 884,5 970,9 196,1 467.543
2015 966,5 1.059,1 211,8 487.443
2016 1.057,1 1.156,4 229,1 508.346
2017 1.157,3 1.263,9 248,0 530.432
2018 1.268,0 1.382,4 268,7 554.610
2019 1.390,2 1.513,3 291,4 579.718
2020 1.525,4 1.657,8 316,3 609.048
Growth (%) 12,0% 11,0% 9,9% 12,8%

B14.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi Papua
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi primer setempat
adalah sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Sumber energi primer di Provinsi Papua yang dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik terbatas pada sumber-sumber potensi tenaga air.
Berdasarkan hasil survei dan studi yang dilakukan oleh PLN Proyek Induk Sarana Fisik
dan Penunjang, PLN Enjiniring dan PT Gama Epsilon selama periode 1996-2009,
potensi tenaga air di Provinsi Papua yang terdata adalah sekitar 11.000 MW tersebar di
15 lokasi. Dari potensi-potensi tersebut yang sudah dilakukan studi kelayakan dan
desain rinci adalah sebesar 26,6 MW, yaitu di Walesi, Kalibumi, Mariarotu dan Sanoba.
Kurang maksimalnya pengembangan potensi tenaga air di provinsi Papua disebabkan
oleh karena lokasi pembangkit berada jauh dari pusat beban, sehingga belum layak
untuk dikembangkan.

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan beban sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
kapasitas pembangkit sekitar 365 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada tabel

664
B14.3. Selain itu terdapat potensi PLTM yang akan dikembangkan oleh PLN yaitu
PLTM Rendani 2x0,65 MW di Kabupaten Yapen, PLTM Serambokan 118 kW dan
PLTM Digoel 1,1 MW distrik Okaom di Kabupaten Pegunungan Bintang yang saat ini
dalam tahap studi kelayakan.
Tabel B14.3 Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS


1 Walesi #5 PLN PLTM 0,5 2011 On Going
2 Orya / Genyem (On Going) PLN PLTA 2x10 2012 On Going
3 Sinagma I PLN PLTM 2x0,15 2012 On Going
4 Walesi I PLN PLTM 2x0,6 2012 On Going
5 Jayapura (FTP1) - Holtekamp PLN PLTU 2x10 2012 On Going
6 Kalibumi I PLN PLTM 2,6 2013 Rencana
7 Jayapura - Holtekamp (Ekspansi) PLN PLTU 2x15 2013/14 Rencana
8 Timika PLN PLTGB 8 2014 Rencana
9 Kurik / Merauke PLN PLTGB 3x5 2014/15/18 Rencana
10 Orya 2 PLN PLTM 10 2014 Rencana
11 Kalibumi II PLN PLTM 2x2,5 2014/15 Rencana
12 Sanoba PLN PLTM 0,3 2014 Rencana
13 Mariarotu I PLN PLTM 2x0,65 2014 Rencana
14 Mariarotu II PLN PLTM 2x0,65 2014/15 Rencana
15 Serui PLN PLTGB 6 2015 Rencana
16 Baliem PLN PLTA 10 2016 Rencana
17 Timika (Peaking) PLN PLTGB 3x7 2016/17/20 Rencana
18 Kalibumi III Cascade PLN PLTM 2x2,5 2016/17 Rencana
19 Baliem PLN PLTA 4x10 2017/18 Rencana
20 Biak 1 PLN PLTGB 2x6 2017/18 Rencana
21 Tatui PLN PLTM 2x2 2017/18 Rencana
22 Amai PLN PLTM 1,4 2018 Rencana
23 Jayapura II PLN PLTU 2x15 2018/19 Rencana
24 Nabire (CNG/LNG) PLN PLTMG 5 2019 Rencana
25 Timika Sewa XPLTU 2x15 2013 Rencana
26 Walesi Blok II Swasta PLTM 6x1 2014 Rencana
27 Jayapura (FTP2) -Skouw Swasta PLTU 2x15 2014 Rencana
28 Biak (FTP2) Swasta PLTU 2x7 2014 Rencana
29 Merauke (FTP2)-Gudang Arang Swasta PLTU 2x7 2014/15 Rencana
30 Nabire-Kalibobo Swasta PLTU 2x7 2014 Rencana
31 Merauke - 2 Swasta PLTU 7 2016 Rencana
Total Kapasitas 365

Sebagaimana dapat dilihat pada tabel B14.3, di Papua akan dibangun PLTA Baliem
secara bertahap (10 MW pada tahun 2016 dan 4x10 MW pada tahun 2017/2018). PLTA
ini dimaksudkan untuk mempercepat pemerataan tersedianya pasokan listrik
khususnya di sekitar Puncak Jaya. Listrik yang dibangkitkan akan disalurkan ke tujuh
ibukota Kabupaten di sekitar Wamena menggunakan transmisi 150 kV.

665
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk
Pengembangan Transmisi 
Selaras dengan pengembangan PLTA yang berlokasi jauh dari pusat beban dan
pengembangan PLTU batubara skala kecil tersebar di beberapa lokasi, direncanakan
akan dibangun transmisi 70 kV sepanjang 236 kms dan 150 kV sepanjang 582 kms
untuk menyalurkan energi listrik ke pusat beban. Dana investasi yang dibutuhkan untuk
membangun transmisi tersebut sekitar US$ 68 juta seperti ditampilkan dalam tabel
B14.4.

Tabel B14.4 Pembanguan SUTT 70 kV dan 150 kV

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 PLTU Holtekamp GI Skyland 70 kV 2cct, 1 HAWK             36              2,2 2012
2 GI Jayapura (Skyland) GI Sentani 70 kV 2cct, 1 HAWK             40              2,4 2012
3 PLTA Genyem GI Sentani 70 kV 2cct, 1 HAWK           160              9,8 2013
4 PLTA Baliem GI Wamena 150 kV 2 cct, 2 x HAWK             50              6,1 2016
5 PLTA Baliem GI Sumohai 150 kV 2cct, 1 HAWK             50              4,5 2016
6 GI Wamena GI Elelim 150 kV 2cct, 1 HAWK           122            10,9 2017
7 GI Wamena GI Karubaga 150 kV 2cct, 1 HAWK           150            13,4 2017
8 GI Karubaga GI Mulia 150 kV 2cct, 1 HAWK           130            11,6 2017
9 GI Mulia GI Ilaga 150 kV 2cct, 1 HAWK             80              7,1 2017
Jumlah           818            67,9

Pengembangan Gardu Induk 


Pengembangan GI tegangan 70 kV dan 150 kV direncanakan untuk menyalurkan
energi listrik dari pembangkit skala menengah yang beroperasi mulai tahun 2012
dengan total kapasitas 220 MVA seperti pada tabel B14.5. Kapasitas GI yang akan
dibangun sekitar 490 MVA dengan biaya sekitar US$ 22 juta.

666
Tabel B14.5 Pengembangan GI

Baru/  Daya  Anggaran 


No Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta USD)
1 Skyland 70/20 kV Baru 60             1,76 2012
2 Sentani 70/20 kV Baru 60             1,76 2012
3 Skyland 70/20 kV Extension 60             1,02 2015
4 Sentani 70/20 kV Extension 60             1,02 2015
5 Sumohai 150/20 kV New 20             2,38 2017
6 Wamena 150/20 kV New 30             2,62 2017
7 Elelim 150/20 kV New 20             2,38 2017
8 Karubaga 150/20 kV New 20             2,38 2017
9 Mulia 150/20 kV New 20             2,38 2017
10 Ilaga 150/20 kV New 20             2,38 2017
11 Sentani 70/20 kV Extension 60             1,02 2020
12 Skyland 70/20 kV Extension 60             1,02 2020
Jumlah 490           22,12

PLTD Sentani
PLTD Yarmoch

PLTD Genyem
PLTA Genyem ACSR 1X240 mm 2 D PLTU IPP Jayapura
2x10 MW (2012)
D 20 km (2012) 2x15 MW (2014)

D GI Sky Land
ACSR 1X240 mm 2
PLTA Orya 2 A 80 km (2013) GI Sentani
1x10 MW (2012) U
U U

A ACSR 1X240 mm 2
18 km (2012)
PLTU Holtekamp
2x10 MW (2012)
Ekspansi 2x15 MW
(2013/14)

PLTU Jayapura II
2x15 MW (2018/19)

Gambar B14.2 Peta rencana pengembangan sistem interkoneksi 70 kV Jayapura

667
GI Karubaga GI Elelim
(Kab. Tolikara) (Kab. Yalimo)

ACSR 1x240 mm2
65 km ‐ 2017 ACSR 1x240 mm2
ACSR 1x240 mm2 61 km ‐ 2017
75 km ‐ 2017
GI Mulia
(Kab. Puncak Jaya)
ACSR 1x240 mm2
40 km ‐ 2017
(Kab. Lanny Jaya) GI Wamena
GI ilaga
(Kab. Puncak) ACSR 2x240 mm2
25 km ‐ 2017

A
PLTA Baliem
50 MW (2017/2018)

Kenyam ACSR 1x240 mm2
25 km ‐ 2017
(Kab. Nduga)
GI Sumohai

200

Gambar B14.3 Peta rencana pengembangan sistem interkoneksi 150 kV Wamena

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik di provinsi ini, direncanakan tambahan
sambungan baru sampai dengan tahun 2020 sekitar 426 ribu pelanggan. Untuk
meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 60% pada akhir tahun 2011, maka perlu
disambung 222 ribu pelanggan baru selama 2011. Pada periode berikutnya akan
disambung sekitar 22.000 pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan
pelanggan tersebut, direncanakan pembangunan jaringan tegangan menengah
1.030 kms, jaringan tegangan rendah 899 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi
sekitar 92 MVA, seperti ditampilkan dalam tabel B14.6.

668
Tabel B14.6 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 66 58 5,9 222.232
2012 72 63 6,4 19.853
2013 78 68 7,0 21.145
2014 85 74 7,6 21.851
2015 93 81 8,3 19.900
2016 102 89 9,1 20.903
2017 113 99 10,1 22.086
2018 125 109 11,2 24.179
2019 140 122 12,5 25.107
2020 156 136 14,0 29.330
2011-2020 1.030 899 92,0 426.586

B14.4 Sistem Kelistrikan di Daerah Perbatasan Papua - PNG


Provinsi Papua mempunyai wilayah yang sangat luas, dengan kerapatan penduduk
yang sangat rendah dan kondisi alam yang penuh tantangan. Sarana infrastruktur antar
daerah masih sangat terbatas dan menjadi tantangan untuk melaksanakan elektrifikasi.
Sepanjang perbataan antara wilayah Republik Indonesia dan Papua Nugini (PNG) pada
umumnya didiami masyarakat asli Papua dengan tingkat penyebaran yang tidak
merata, hidup berkelompok dan berpindah-pindah serta berpeluang terjadi migrasi
lintas batas. Kelompok suku yang mendiami sepanjang daerah perbatasan ini beragam,
ada sekitar 255 suku dengan bahasa masing-masing suku berbeda. Daerah perbatasan
RI-PNG terdiri dari Kabupaten Jayapura, Keerom, Merauke dan kabupaten-kabupaten
baru hasil pemekaran. Akses mencapai ibu kota kabupaten menggunakan pesawat
perintis yang beroperasi berkat bantuan/subsidi dari pemerintah daerah. Kebutuhan
listrik untuk kabupaten tersebut dipasok oleh pemerintah daerah dan belum
mendapatkan pasokan listrik PLN.
Elektrifikasi wilayah perbatasan direncanakan dengan membangun pembangkit yang
memanfaatkan potensi energi terbarukan yang tersedia setempat. Diprogramkan pada
tahun 2011 ibukota kabupaten sudah terlistriki dengan alternatif pertama memanfaatkan
potensi tenaga air dengan membangun PLTM serta potensi tenaga surya (PLTS).
Sehubungan kondisi demografi yang tersebar dan jumlah penduduk yang relatif sedikit,
maka sistem kelistrikan yang diperlukan cukup dengan sistem isolated, tidak
memerlukan pembangunan jaringan tegangan menengah.

669
B14.5 Rangkuman
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 adalah seperti dalam tabel B14.7.

Tabel B14.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 623 695 144 0,5 - 25,7
2012 740 816 168 41,5 120 76 86,4
2013 810 891 182 47,6 160 50,4
2014 885 971 196 113,8 - 235,8
2015 967 1.059 212 21,2 120 - 48,1
2016 1.057 1.156 229 26,5 100 56,4
2017 1.157 1.264 248 37,5 130 482 115,6
2018 1.268 1.382 269 49,4 - 87,2
2019 1.390 1.513 291 20,0 - 48,0
2020 1.525 1.658 316 7,0 120 - 15,3
Jumlah 364,9 490 818 768,7

670
LAMPIRAN B.15
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI PAPUA BARAT

B15.1 Kondisi kelistrikan saat ini

Provinsi Papua Barat terdiri dari 10 kabupaten dan 1 kota yang sistem kelistrikannya
terisolasi. Sistem yang berbeban cukup besar ada 4 yaitu sistem Sorong, Fakfak,
Manokwari dan Kaimana. Selain itu terdapat 51 pusat pembangkit skala kecil (listrik
perdesaan) tersebar.
Beban puncak total non coincident seluruh sistem kelistrikan di Papua Barat sekitar
51,4 MW, dipasok dari pembangkit-pembangkit jenis PLTD, PLTM, dan dari excess
power PLTMG/PLTG, yang terhubung langsung melalui jaringan 20 kV. Sistem
kelistrikan Sorong merupakan sistem terbesar di Provinsi Papua Barat dengan beban
puncak 25 MW.
Peta sistem kelistrikan Provinsi Papua Barat seperti ditunjukkan pada Gambar B15.1.

 
Sistem Sorong  Sistem Manokwari 
 
  PROVINSI
  PAPUA BARAT
  Sistem Fak Fak 
  Sistem Kaimana 
  PROVINSI
  PAPUA
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar B15.1 Peta sistem kelistrikan Papua Barat 
 
 

671
Rincian pembangkit terpasang dan beban puncak sistem kelistrikan di Provinsi
Papua Barat sebagaimana ditunjukkan pada tabel B15.1.

Tabel B15.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang


Sistem Jenis Kapasitas Daya Mampu Beban Puncak
Kelistrikan Pmbgkit Terpasang [MW] [MW] (MW)
I Sistem Sorong
1. Klademak PLTD 3,1 2,4
2. Klasaman PLTD 10,1 8
3. Excess Power PLTMG/PLTG 14 14
4. Kit Sewa PLTD 20 14
JUMLAH 47,2 38,4 25,0
II Sistem Fak Fak
1. Kebun Kapas PLTD 4,0 2,3
2. Werba PLTM 2,0 1,9
3. Kit Sewa PLTD 3,7 2,0
JUMLAH 9,7 6,2 6,1
III Sistem Manokwari
1. Sanggeng PLTD 10,0 7,9
2. Kit Sewa PLTD 10,0 7,0
JUMLAH 20,0 14,9 12,8
IV Sistem Kaimana
1. PLTD Kaimana PLTD 5,4 4,5

JUMLAH 5,4 4,5 3,6


V Lisdes tersebar 8,3 5,9
JUMLAH 8,3 5,9 3,9
TOTAL 90,6 69,9 51,4

B15.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Provinsi Papua Barat


Sampai dengan akhir tahun 2010, penjualan tenaga listrik PLN untuk Provinsi Papua
Barat mencapai 274 GWh dengan komposisi penjualan terbesar diserap oleh
konsumen rumah tangga (55,2%), komersial (32,3%), publik (11%) dan industri 1,5%.
Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN selama lima tahun terakhir, dan
dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk, proyeksi pertumbuhan ekonomi
regional serta peningkatan elektrifikasi, kebutuhan listrik 2011–2020 diberikan pada
tabel B15.2.

672
Tabel B15.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 361,0 396,9 88,9 110.436
2012 439,4 480,4 108,1 117.887
2013 475,1 518,4 117,3 125.823
2014 517,9 563,9 127,5 134.422
2015 565,3 614,3 138,8 143.198
2016 618,0 670,3 151,4 152.608
2017 676,4 732,3 165,3 162.449
2018 741,3 801,1 180,7 173.060
2019 813,3 877,3 197,8 184.391
2020 893,3 961,9 216,8 196.536
Growth (%) 12,5% 12,2% 13,7% 11,4%

B15.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Rencana pembangunan sarana kelistrikan yaitu pembangkit, transmisi dan distribusi di
Provinsi Papua Barat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi energi
primer setempat sebagai berikut.

Potensi Energi Primer


Provinsi Papua Barat memiliki potensi energi primer yang cukup besar. Berdasarkan
informasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Barat, di provinsi ini
terdapat potensi batubara sebesar 151 juta ton, gas alam 24 TSCF, potensi minyak
bumi 121 MMSTB dan potensi energi air yang tersebar. Sumber energi primer yang
sudah dikembangkan untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik adalah energi air
sebesar 2 MW di sistem Fakfak dan gas alam melalui pembelian excess power sebesar
14 MW di Sorong.

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
kapasitas pembangkit sekitar 112,6 MW dengan perincian seperti pada tabel B15.3.
Selain itu, akan dilakukan pembelian tenaga listrik dari excess power di Tangguh
dengan kapasitas sampai 5 MW untuk melistriki daerah sekitarnya. Sedangkan gas
yang akan diperoleh dari Tangguh sekitar 5–10 mmscfd, akan digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pasokan listrik kota Bintuni dan sekitarnya, dimana saat ini
masih dalam tahap pengkajian.

673
Tabel B15.3 Pengembangan Pembangkit
No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS

1 Prafi PLN PLTM 2.5 2012 On Going


2 Manokwari PLN PLTGB 2x3 2013/14 Rencana
3 Kombemur PLN PLTM 2x3,3 2013/14 Rencana
4 Prafi II PLN PLTM 1 2013 Rencana
5 Waigo PLN PLTM 1 2013 Rencana
5 Ransiki PLN PLTM 6 2014 Rencana
6 Warsamson PLN PLTA 3x15,5 2015/16/17 Rencana
7 Andai (FTP2) - Maruni Swasta PLTU 2x7 2014 Rencana
8 Klalin (FTP2) - Makbusun/Sorong Swasta PLTU 2x15 2014/15 Rencana
Total Kapasitas 113.6

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk


Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan pembangkit baru yaitu PLTU batubara dan PLTA serta
untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, direncanakan pengembangan
transmisi (SUTT) 70 kV sepanjang 100 kms dengan kebutuhan dana investasi sekitar
US$ 6,1 juta sebagaimana ditampilkan pada tabel B15.4.

Tabel B15.4 Pembangunan SUTT 70 kV

Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 PLTU Makbusun GI Sorong 70 kV 2cct, 1 HAWK          60,0            3,66 2013
2 PLTA Warsamson GI Sorong 70 kV 2cct, 1 HAWK          40,0            2,44 2015
Jumlah        100,0            6,09

Pengembangan Gardu Induk


Rencana pembangunan gardu induk diperlukan seiring dengan rencana pembangunan
transmisi 70 kV di Sorong yaitu untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban.
Kapasitas trafo GI yang akan dibangun adalah 180 MVA dengan dana investasi yang
dibutuhkan sekitar US$ 3,8 juta sebagaimana pada tabel B15.5.
Tabel B15.5 Pengembangan GI

674
Baru/  Kapasitas  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan COD
Extension (MVA) (juta USD)
1 Sorong 70/20 kV Baru 60 1,76 2013
2 Sorong 70/20 kV Extension 60 1,02 2015
3 Sorong 70/20 kV Extension 60 1,02 2019
Jumlah 180 3,80

Pengembangan Distribusi
Pengembangan distribusi di Provinsi Papua Barat dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan tambahan pelanggan baru sekitar 130 ribu sambungan sampai dengan
tahun 2020. Pada tahun 2011 saja akan disambung 43.700 pelanggan untuk mencapai
rasio elektrifikasi 60% dan pada tahun-tahun selanjutnya jumlah pelanggan yang akan
disambung rata-rata 9.000 pelanggan per tahun. Jaringan distribusi yang akan
dikembangkan selama periode 2011-2020 termasuk untuk melistriki perdesaan meliputi
JTM sepanjang 1.424 kms, JTR sekitar 1.029 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 127 MVA, sebagaimana terdapat pada tabel B15.6.
Tabel B15.6 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 80,3 58,1 7,2 43.704
2012 88,6 64,1 7,9 7.451
2013 98,3 71,2 8,8 7.936
2014 109,8 79,5 9,8 8.599
2015 123,4 89,3 11,0 8.776
2016 139,4 101,0 12,5 9.410
2017 158,3 114,7 14,1 9.841
2018 180,7 130,9 16,1 10.611
2019 207,1 150,1 18,5 11.331
2020 238,2 169,9 21,3 12.145
2011-2020 1.424,2 1.028,7 127,3 129.803

Selain rencana tersebut, di Kabupaten Bintuni direncanakan akan dibangun jaringan


SUTM dan kabel laut 20 kV untuk menyalurkan tenaga listrik dari PLTMG/PLTG yang
akan dibangun di Tangguh ke kota Bintuni dan juga excess power 5 MW, namun dalam
implementasinya akan didahului dengan studi kelayakan dan studi dasar laut.

675
B15.4 Sistem Kelistrikan Ibukota Provinsi
Tingkat pertumbuhan ekonomi kota Sorong lebih tinggi dibandingkan daerah lain di
provinsi ini, sehingga pemakaian listrik beberapa tahun terakhir tumbuh sangat tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, selain akan dipasok dari PLTU batubara dan
PLTA, PLN akan menyiapkan pembangkit berbahan bakar gas flare yang diambil dari
pulau Salawati untuk dibawa ke Sorong menggunakan teknologi CNG (compessed
natural gas) yang saat ini dalam tahap pengkajian. Pemanfaatan gas flare tersebut
telah mendapat persetujuan BP Migas dengan prakiraan daya 15 sampai 20 MW untuk
jangka waktu 10 tahun. Penyiapan pembangkit berbahan bakar gas flare tersebut dapat
menggunakan pola sewa.

B15.5 Rangkuman
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan
kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 diperlihatkan pada tabel B15.7.
Tabel B15.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 361.0 396.9 88.9 - 7.7
2012 439.4 480.4 108.1 2.5 - 10.5
2013 475.1 518.4 117.3 8.3 60 60.0 26.4
2014 517.9 563.9 127.5 41.3 - 89.4
2015 565.3 614.3 138.8 30.5 60 40.0 61.7
2016 618.0 670.3 151.4 15.5 - 30.1
2017 676.4 732.3 165.3 15.5 - 31.0
2018 741.3 801.1 180.7 - 8.8
2019 813.3 877.3 197.8 60 - 11.0
2020 893.3 961.9 216.8 - 11.3
Jumlah 113.6 180 100 287.9

676
LAMPIRAN B.16
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

B16.1 Kondisi Saat Ini

Sistem kelistrikan di Provinsi NTB terdiri atas tiga sistem yang saling terhubung dengan
jaringan 20 kV dan beberapa sistem terisolasi, hampir semuanya dipasok dari PLTD
dan sebagian kecil PLTM. Sistem tersebut adalah:
- Sistem Lombok meliputi kota Mataram, kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah,
Lombok Timur dan kabupaten Lombok Utara.
- Sistem Sumbawa meliputi kota Sumbawa Besar dan kabupaten Sumbawa Barat.
- Sistem Bima meliputi kota Bima, kabupaten Bima dan kabupaten Dompu.
Sistem terisolasi terdiri dari atas pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh wilayah NTB.
Pulau-pulau kecil ini mempunyai pembangkit sendiri. Peta sistem kelistrikan di provinsi
NTB untuk ketiga sistem 20 kV tersebut ditunjukkan pada Gambar B16.1.

SISTEM
SISTEM BIMA
SISTEM SUMBAWA
LOMBOK

Gambar B16.1 Peta Kelistrikan Provinsi NTB

Beban puncak gabungan non coincident Provinsi NTB tahun 2010 sebesar 184,9 MW
dengan total produksi termasuk pembangkit sewa 852,24 GWh, sekitar 69,3 % produksi

677
total NTB ada di sistem Lombok. Hampir semua pembangkit di Provinsi NTB adalah
PLTD sehingga mengakibatkan biaya pokok produksi menjadi sangat tinggi, yaitu
mencapai Rp 2.557/kWh pada tahun 2010.
Daya mampu ketiga sistem tersebut sekitar 83% dari daya terpasang dan beban puncak
sekitar 92% dari daya mampu, sehingga sistem dalam kondisi siaga. Daftar tunggu di
Provinsi NTB pada akhir tahun 2010 mencapai 181.000 pelanggan dengan daya 165
MVA telah dapat dilayani dengan menyewa pembangkit. Rincian komposisi kapasitas
pembangkit per sistem ditunjukkan dalam tabel B16.1.
Tabel B16.1 Komposisi kapasitas pembangkit tahun 2010

Kapasitas Daya Beban


Sistem Jenis Trpasang Mampu Puncak
[MW] [MW] [MW]
Sistem Interkoneksi
1. Sistem Lombok PLTD/M 168,9 140,8 129,2
2. Sistem Sumbawa PLTD/M 34,1 29,1 26,2
3. Sistem Bima PLTD 32,4 26,8 26,0

Sistem Terisolasi
Sektor Lombok
1. Gili Air PLTD 0,4 0,31 0,28
2. Gili Meno PLTD 0,24 0,20 0,12
3. Gili Trawangan PLTD 1,72 1,4 1,10
4. Maringkik PLTD 0,04 0,037 0,03
Cabang Sumbawa
1. Sebotok PLTD 0,04 0,038 0,038
2. Labuhan Haji PLTD 0,04 0,038 0,020
3. Lebin PLTD 0,24 0,22 0,11
4. Bugis Medang PLTD 0,18 0,15 0,10
5. Klawis PLTD 0,12 0,09 0,06
6. Lunyuk PLTD 0,60 0,58 0,54
7. Lantung PLTD 0,24 0,09 0,08
Cabang Bima
1. Bajo Pulau PLTD 0,06 0,05 0,04
2. Nggelu PLTD 0,05 0,04 0,03
3. Pai PLTD 0,04 0,03 0,02
4. Sai PLTD 0,06 0,05 0,04
5. Sampungu PLTD 0,06 0,05 0,01
6. Kempo PLTD 0,06 0,05 0,04
7. Kwangko PLTD 0,08 0,07 0,06
8. Pekat PLTD 1,24 0,95 0,62
9. Kuta Monta PLTD 0,34 0,28 0,14
Total 241,25 201,42 184,87

678
B16.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Pertumbuhan penjualan listrik PLN dalam 5 tahun terakhir rata-rata 13,6% per tahun.
Permintaan terbesar adalah dari sektor rumah tangga (62,6%) disusul sektor bisnis
(24,1%). Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir
dan dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi setempat,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai, proyeksi kebutuhan listrik
2011–2020 diperlihatkan pada tabel B16.2.
Tabel B16.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah
Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 1.056,3 1.209,5 227,8 798.778
2012 1.422,8 1.682,3 316,9 850.374
2013 1.525,4 1.801,6 339,3 902.000
2014 1.620,0 1.911,2 360,0 953.656
2015 1.707,4 2.012,3 379,0 1.005.345
2016 1.799,6 2.118,6 399,1 1.057.068
2017 1.896,8 2.230,6 420,1 1.108.827
2018 1.999,3 2.348,5 442,4 1.160.622
2019 2.106,2 2.471,5 465,5 1.212.457
2020 2.218,2 2.600,1 489,7 1.264.334
Growth (%) 11,5% 11,8% 11,4% 12,5%

Penjualan listrik pada tahun 2011 tumbuh tinggi dibanding tahun 2010 sehubungan
adanya rencana untuk menaikkan target rasio elektrifikasi dari 30 % menjadi 60% dan
menyelesaikan semua daftar tunggu serta mengalihkan pelanggan koperasi sekitar
20.000 menjadi pelanggan PLN.

B16.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan


Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut diatas, direncanakan
pembangunan sarana kelistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi dengan
mempertimbangkan potensi energi primer setempat.

Potensi Energi Primer


Sumber energi primer yang tersedia di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meliputi
potensi tenaga air, panas bumi dan angin dengan jumlah total potensi diperkirakan
216 MW sebagaimana ditunjukkan pada tabel B16.3.

679
Tabel B16.3 Daftar Potensi Energi Primer
Energi Potensi
No. Lokasi Tahapan Yg Sudah Dicapai
Primer (MW)
I Air
Kokok Putih Lombok 3,8 Konstruksi (Skema IPP)
Segara Lombok 6,7 Konstruksi (Skema IPP)
Pekatan Lombok 2 Studi Kelayakan dan Disain Rinci
Brang Beh Sumbawa 26 Studi Kelayakan
Brang Rhea Sumbawa 6,34 Proses PPA (Skema IPP)
Tengah Sumbawa 0,31 Identifikasi Lokasi
II Panas Bumi
Sembalun Lombok 100 Hasil Studi Geo Sains & Pemboran Thermal
Gradient
Hu'u Bima 65 Pra Studi Kelayakan
Maronge Sumbawa 6 Identifikasi Lokasi
III Angin
NTB Tersebar Lombok,
Total 4 Pulau, masing - masing Pulau Lombok
Trawangan, 0,01
dan 3 Pulau Kecil
Medang & Sa'i
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB

Pengembangan Pembangkit
Kapasitas pembangkit yang direncanakan di Provini NTB sampai dengan tahun 2020
adalah 630 MW dengan kebutuhan biaya investasi sekitar US$ 61 juta sebagaimana
terdapat pada tabel B16.4.
Sebagian besar pembangkit yang akan dibangun berada di pulau Lombok mengingat
potensi bebannya jauh lebih besar dibanding pulau lainnya dan didominasi PLTU
batubara. Untuk meminimalkan penggunaan BBM terutama waktu beban puncak,
direncanakan akan dibangun PLTG dengan bahan bakar gas alam yang disimpan
dalam bentuk CNG (compressed natural gas) atau mini LNG. Sedangkan rencana
pembangunan pembangkit di pulau Sumbawa akan diupayakan sebanyak mungkin
memanfaatkan potensi energi terbarukan setempat, yaitu PLTA/PLTM.

680
Tabel B16.4 Rencna Pengembangan Pembangkit

No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS


1 Lombok (APBN) PLN PLTU 25 2012 On Going
2 Santong PLN PLTM 0,85 2012 On Going
3 Lombok (FTP1) PLN PLTU 2x25 2013 On Going
4 Bima (FTP1) PLN PLTU 2x10 2012/13 On Going
5 Lombok (Peaker) PLN PLTG 2x30 2013 Rencana
6 Sumbawa Barat PLN PLTU 2x7 2013/14 Rencana
7 Brang Beh 2 PLN PLTA 4,1 2014 Rencana
8 Bima (Ekpansi) PLN PLTU 2x10 2014/15 Rencana
9 Lombok (FTP 2) PLN PLTU 2x25 2015 Rencana
10 Brang Beh 1 PLN PLTA 8 2016 Rencana
11 Lombok Peaker Ekspansi PLN PLTG 2x30 2016/20 Rencana
12 Lombok - 2 PLN PLTU 2x25 2017 Rencana
13 Sembalun (FTP2) PLN PLTP 20 2017 Rencana
14 Sembalun (Ekspansi) PLN PLTP 2x20 2018/19 Rencana
15 Lombok Sewa XPLTU 2x25 2013 Rencana
16 Kokok Putih Swasta PLTM 3,8 2012 Rencana
17 Segara Anak Swasta PLTM 5,8 2012 Rencana
18 Kukusan Swasta PLTM 0,2 2012 Rencana
19 Rea Swasta PLTM 5,7 2013 Rencana
20 Bintang Bano Swasta PLTM 2x4 2014 Rencana
21 Rhee Swasta PLTM 4,3 2014 Rencana
22 Lombok Swasta PLTU 2x25 2014 Rencana
23 Sumbawa (FTP2) Swasta PLTU 2x10 2014/15 Rencana
24 Hu'u (FTP2) Swasta PLTP 20 2017 Rencana
25 Hu'u - 2 Swasta PLTP 2x20 2018/19 Rencana
Total Kapasitas 629,8

Pembangunan Transmisi dan Gardu Induk


Pembangunan Transmisi

Pembangunan pembangkit PLTU batubara, panas bumi dan PLTA di beberapa lokasi
akan diikuti dengan pembangunan transmisi untuk evakuasi daya dari pembangkit ke
pusat beban melalui gardu induk. Rincian rencana pembangunan transmisi ditampilkan
pada tabel B16.5.
Selama periode 2011-2020 akan dibangun transmisi 150 kV di Lombok dan 70 kV di
pulau Sumbawa meliputi sistem Sumbawa dan sistem Bima. Untuk menghubungkan
sistem 70 kV Sumbawa dengan sistem 70 kV Bima yang berjarak lebih dari 100 km,
akan dibangun transmisi interkoneksi 150 kV. Panjang transmisi yang akan dibangun
sekitar 1.139 kms dengan kebutuhan anggaran sekitar US$ 80 juta. Rencana
interkoneksi tersebut akan didahului dengan kajian kelayakan teknis dan ekonomi.

681
Tabel B16.5 Pembangunan transmisi 150 kV dan 70 kV
Panjang  Anggaran 
No Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta US$)
1 PLTU Jeranjang GI Ampenan 150 kV 2 cct, 1 HAWK         15,2            0,84 2011
2 PLTU Jeranjang GI Sengkol 150 kV 2 cct, 1 HAWK         68,2            3,78 2011
3 GI Sengkol GI Selong 150 kV 2 cct, 1 HAWK         76,0            6,76 2011
4 GI Sengkol GI Kuta 150 kV 2 cct, 1 HAWK         21,0            1,87 2011
5 PLTU Bima (FTP1)/Bonto GI Bima 70 kV 2 cct, 1xOstrich         30,0            1,46 2011
6 GI Bima GI Dompu 70 kV 2 cct, 1xOstrich         48,0            7,31 2011
7 GI Selong GI Pringgabaya 150 kV 2 cct, 1 HAWK         60,0            2,67 2012
8 GI Ampenan GI Tanjung 150 kV 2 cct, 1 HAWK         30,0            4,27 2012
9 GI Mantang Incomer Jeranjang‐Sengkol 150 kV 2 cct, 1 HAWK         30,0            4,27 2013
10 PLTP Sembalun GI Pringgabaya 150 kV 2 cct, 1 HAWK         30,0            5,34 2013
11 PLTU IPP Sumbawa (FTP2) GI Labuhan/Sumbawa 70 kV 2 cct, AAAC 1x240         24,0            1,83 2013
12 GI Alas/Tano GI Labuhan/Sumbawa 70 kV 2 cct, 1xOstrich       120,0            6,09 2013
13 GI Taliwang GI Alas/Tano 70 kV 2 cct, 1xOstrich         30,0            5,61 2013
14 PLTU Sumbawa Barat GI Taliwang 70 kV 2 cct, 1xOstrich         20,0            1,22 2013
15 PLTU IPP Lombok GI Selong 150 kV 2 cct, 1 HAWK       100,0            2,67 2014
16 PLTU Lombok FTP 2  GI Pringgabaya 150 kV 2 cct, 1 HAWK         92,0            2,67 2014
17 PLTP Huu (FTP 2) GI Dompu 70 kV 2 cct, AAAC 1x240         60,8            3,71 2014
18 GI Dompu GI Labuhan/Sumbawa 150 kV 2 cct, 1 HAWK       283,8          17,30 2016
Jumlah        1.139          79,67

Pembangunan Gardu Induk (GI)

Berkaitan dengan proyeksi kebutuhan listrik dan penambahan pelanggan, akan


dibangun GI 150/20 kV dan GI 70/20 kV serta IBT 150/70 kV untuk menyalurkan tenaga
listrik dari pembangkit ke beban. Selain itu dilakukan perluasan GI eksisting untuk
meningkatkan kapasitas dan keandalannya dengan menambah trafo di beberapa GI.
Jumlah kapasitas trafo GI yang akan dibangun selama kurun waktu 2011-2020 adalah
750 MVA dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 65,6 juta. Rincian rencana
pembangunan dan perluasan GI diperlihatkan pada tabel B16.6.

682
Tabel B16.6 Pembangunan Gardu Induk
Daya  Anggaran 
No Gardu Induk Tegangan Baru/Extension COD
(MVA) (juta USD)
1 Jeranjang 150/20 kV New 30 4,18 2011
2 Sengkol 150/20 kV New 30 4,18 2011
3 Selong 150/20 kV New 30 2,94 2011
4 Kuta 150/20 kV New 30 2,94 2011
5 Dompu 70/20 kV New 20 2,20 2011
6 Bima 70/20 kV New 20 3,14 2011
7 Sengkol 150 kV Ext 4 LB ‐ 2,47 2012
8 Selong 150 kV Ext 2 LB ‐ 1,23 2012
9 Ampenan 150/20 kV Ext 2 LB ‐ 1,23 2012
10 Kuta 150/20 kV Extension 30 1,39 2012
11 Tanjung 150/20 kV New 30 2,94 2012
12 Pringgabaya 150/20 kV New 30 2,94 2012
13 Dompu 70/20 kV Extension 20 1,01 2012
14 Mantang 150/20 kV New 30 2,94 2013
15 Labuhan/Sumbawa 70/20 kV New 20 2,20 2013
16 Alas/Tano 70/20 kV New 20 2,20 2013
17 Taliwang 70/20 kV New 20 2,20 2013
18 Pringgabaya 150 kV Ext 2 LB ‐ 1,23 2013
19 Labuhan/Sumbawa 70 kV Ext 2 LB ‐ 1,26 2013
20 Labuhan/Sumbawa 70/20 kV Extension 20 1,01 2013
21 Jeranjang 150/20 kV Extension 30 1,39 2014
22 Selong 150/20 kV Extension 30 1,39 2014
23 Ampenan 150/20 kV Extension 30 1,39 2015
24 Dompu 70 kV Ext 2 LB ‐ 0,94 2015
25 Labuhan/Sumbawa 70/20 kV Extension 20 1,01 2015
26 Bima 70/20 kV Extension 20 1,01 2015
27 Kuta 150/20 kV Extension 30 1,39 2016
28 Dompu 150/70 kV Extension 30 2,02 2016
29 Labuhan/Sumbawa 150/70 kV Extension 30 2,02 2016
30 Sengkol 150/20 kV Extension 30 1,39 2017
31 Dompu 70/20 kV Extension 20 1,01 2017
32 Jeranjang 150/20 kV Extension 30 1,39 2018
33 Alas/Tano 70/20 kV Extension 20 1,01 2018
34 Tanjung 150/20 kV Extension 30 1,39 2019
35 Bima 70/20 kV Extension 20 1,01 2019
Jumlah 750 65,59

683
Gambar B16.2 Peta rencana pengembangan sistem 150 kV Lombok

PLTU Bima Ekspansi


2x10 MW (2014/15) PLTU Bima (FTP 1)
2x10 MW (2012)

PLTU Sumbawa (FTP 2)


IPP 2x10 MW (2014/15) U
ACSR 1x240 mm2 U
7 km – 2014
U
GI Bima
GI Labuhan
GI Dompu
ACSR 1x240 mm2 ACSR 1x240 mm2
96 km ‐ 2013 60 km ‐ 2011

GI Taliwang ACSR 1x240 mm2
30 km ‐ 2016
A P
U ACSR 1x240 mm2 P
142 km ‐ 2016
PLTU Sumbawa Barat PLTP Hu’u IPP
2x7 MW (2013/14) 2x10 MW (2017)
PLTA Brang Beh-1
8MW (2016)
PLTP Hu’u Ekpansi
2x20 MW (2018/19)

Gambar B16.3 Peta rencana pengembangan sistem 150 kV dan 70 kV di pulau Sumbawa

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik di provinsi ini, direncanakan tambahan
sambungan baru sampai dengan tahun 2020 sekitar 875 ribu pelanggan. Untuk

684
meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 60% pada akhir tahun 2011, maka perlu
disambung 409.000 pelanggan baru selama 2011.
Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, direncanakan pembangunan
jaringan distribusi termasuk untuk listrik perdesaan, meliputi jaringan tegangan
menengah 2.040 kms, jaringan tegangan rendah sekitar 1.965 kms dan tambahan
kapasitas trafo distribusi sekitar 143 MVA, seperti dalam tabel B16.7.
Tabel B16.7 Rincian Pengembangan Distribusi
JTM JTR Trafo
Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 660.8 636.1 44.4 408,980
2012 173.2 166.7 14.6 51,596
2013 173.2 166.7 14.6 51,626
2014 173.3 166.8 11.7 51,656
2015 179.2 172.5 12.0 51,689
2016 187.9 180.9 12.6 51,723
2017 155.9 150.1 10.5 51,759
2018 127.5 122.7 8.6 51,796
2019 105.8 101.9 7.1 51,835
2020 103.7 99.8 7.0 51,876
2011-2020 2,040.5 1,964.3 143.1 874,536

B16.4 Sistem Kelistrikan Pulau Gili

Ketiga pulau Gili yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan merupakan tujuan wisata
yang menjadi andalan pemerintah daerah. Ketiga pulau Gili tersebut masuk dalam
wilayah administrasi kabupaten Lombok Utara yang merupakan pemekaran dari
kabupaten Lombok Barat.
Sistem kelistrikan di ketiga pulau Gili merupakan sistem terisolasi, masing–masing
dipasok dari PLTD Gili Air, PLTD Gili Meno dan PLTD Gili Trawangan melalui JTM
20 kV, dengan kondisi pembangkitan seperti pada tabel B16.8. Biaya pokok produksi
ketiga PLTD tersebut adalah sangat tinggi, yaitu Rp 3.457,-/kWh.

685
Tabel B16.8 Data Pengusahaan Tiga Gili
Daya Daya Beban
Jml
No Sistem Terpasang Mampu Puncak
Pelanggan
(kW) (kW) (kW)
1 Gili Air 400 310 282 284
2 Gili Meno 240 200 117 127
3 Gili Trawangan 1720 1400 1100 416

Pada tahun 2012 sistem kelistrikan di ketiga pulau Gili akan saling dihubungkan dengan
kabel laut 20 kV dan disambung dengan sistem pulau Lombok.

B16.5 Ringkasan

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan


kebutuhan dana investasi sampai dengan tahun 2020 diberikan pada tabel B16.9.

Tabel B16.9 Rangkuman


Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan
Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 1,056 1,209 228 46 160 258 175.8
2012 1,423 1,682 317 183 140 90 205.6
2013 1,525 1,802 339 93 80 254 227.6
2014 1,620 1,911 360 70 60 253 141.9
2015 1,707 2,012 379 38 70 - 49.1
2016 1,800 2,119 399 90 90 284 215.2
2017 1,897 2,231 420 40 50 - 105.1
2018 1,999 2,349 442 40 50 - 103.2
2019 2,106 2,472 466 30 50 - 32.7
2020 2,218 2,600 490 - 16.5
Jumlah 630 750 1,139 1,272.7

686
LAMPIRAN B.17
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

B17.1 Kondisi Saat Ini

Sistem kelistrikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari 90 pusat listrik
yang beroperasi secara terpisah dengan total beban puncak non coincident pada tahun
2010 sekitar 100 MW, dipasok dari PLTD, PLTMH, PLTS+PLTD hibrid dan PLTP.
Tenaga listrik dari pembangkit ke pelanggan disalurkan melalui JTM 20 kV dan JTR
220 volt.
Kebutuhan terbesar listrik di NTT adalah di Kupang sebagai ibu kota provinsi, yaitu
37%. Hampir semua pembangkit di NTT menggunakan PLTD dan terdapat satu unit
PLTM serta PLTP, sehingga biaya pokok produksi listrik sangat tinggi. Rincian
pembangkit terpasang di Provinsi NTT ditunjukkan pada tabel B17.1.
Tabel B17.1 Daftar Pembangkit terpasang di NTT
Kapasitas Beban
Jenis
No. Nama Pembangkit Pemilik Terpasang Puncak
Pembangkit
(MW) (MW)
1 Sistem Kupang PLTD PLN 45,92 34,2
2 Sistem Seba, Oesao PLTD PLN 0,78 0,4
3 Sistem Soe PLTD PLN 4,97 4,2
4 Sistem Kefamananu PLTD PLN 6,53 3,6
5 Sistem Atambua PLTD PLN 7,24 5,0
6 Sistem Betun PLTD PLN 2,75 1,4
7 Sistem Kalabahi PLTD PLN 4,11 3,0
8 Sistem Rote Ndao PLTD PLN 3,78 2,1
9 Sistem Ende PLTD PLN 11,78 6,7
10 Sistem Wolowaru PLTD PLN 1,19 1,0
11 Sistem Aesesa PLTD PLN 2,34 0,9
12 Sistem Bajawa PLTD PLN 4,33 2,2
- Mataloko PLTP PLN 1,80 1,5
13 Sistem Ruteng PLTD PLN 8,92 4,0
14 Sistem Labuhan Bajo PLTD PLN 3,22 1,8
15 Sistem Maumere PLTD PLN 12,28 7,8
16 Sistem Larantuka PLTD PLN 6,26 3,1
17 Sistem Adonara PLTD PLN 2,99 2,1
18 Sistem Lembata PLTD PLN 4,24 1,8
19 Sistem Waingapu PLTD PLN 7,56 3,9
20 Sistem Waikabubak PLTD PLN 5,93 3,1
- Lokomboro PLTMH PLN 0,80 0,8
Gab. Isol. Cab.
21 Kupang PLTD PLN 4,97 2,5
22 Gab. Isol. Cab. FBB PLTD PLN 7,38 2,5
23 Gab. Isol. Cab. Sumba PLTD PLN 1,94 0,9
24 Gab. Isol. Cab. FBT PLTD PLN 3,92 1,5
Jumlah 167,93 100,8

687
B17.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Berdasarkan realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan rasio elektrifikai, proyeksi kebutuhan
listrik 2011–2020 diperlihatkan pada tabel B17.2.
Tabel B17.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Penjualan Produksi Beban Puncak Jumlah


Tahun
(GWh) (GWh) (MW) Pelanggan
2011 488,6 559,9 110,1 623.997
2012 552,9 633,7 124,3 689.066
2013 625,2 716,4 139,9 715.598
2014 707,0 809,8 157,7 734.855
2015 781,5 894,9 174,0 754.919
2016 863,9 989,1 191,9 775.137
2017 955,1 1.093,3 211,4 807.635
2018 1.056,1 1.208,8 233,3 843.088
2019 1.146,2 1.311,7 252,6 873.896
2020 1.260,8 1.442,7 276,9 913.261
Growth (%) 11,4% 11,5% 11,2% 12,8%

B17.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik sebagaimana tersebut diatas,


direncanakan akan dibangun pembangkit, transmisi dan jaringan distribusi, dengan
memanfaatkan potensi energi setempat.

Potensi Energi Terbarukan


Provinsi NTT mempunyai potensi energi terbarukan yang tersebar di beberapa pulau.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertamben Provinsi NTT, potensi energi setempat
yang siap dimanfaatkan adalah :
- Pulau Timor – Kupang, mempunyai potensi PLTB ± 2,02 MW dan PLTM ± 4,8 MW
- Pulau Flores, potensi PLTP ±115 MW, PLTA ± 23,22 MW, PLTB ± 0,5 MW
- Pulau Sumba, mempunyai potensi PLTM ± 12,40 MW dan PLT hibryd ± 1,5 MW
- Pulau Alor, mempunyai potensi PLTP ± 20 MW dan PLTM ± 28 kW
- Pulau Lembata, mempunyai potensi PLTP ± 5 MW
- Pulau Rote, mempunyai potensi PLTB ± 1 MW

688
Rencana Pengembangan Pembangkit
Sampai dengan tahun 2020 kebutuhan tenaga listrik Provinsi NTT direncanakan akan
dipenuhi dengan mengembangkan PLTP, PLTU batubara skala kecil, PLTA, PLTMH,
PLTD, PLTS dan PLT-hybrid tersebar di beberapa lokasi, dengan total kapasitas
mencapai 353,7 MW sebagaimana ditunjukkan pada tabel B17.3.
Tabel B17.3 Rincian Rencana Pengembangan Pembangkit di NTT
No PROYEK PEMILIK JENIS MW COD STATUS
1 Mataloko PLN PLTP 1,8 2011 On Going
2 Ulumbu (APBN) PLN PLTP 4x2,5 2011/12/14/15 On Going
3 Lembata PLN PLTS 2x0,2 2011/12 Rencana
4 NTT-1 Ropa (FTP1) PLN PLTU 2x7 2012 On Going
5 Rote Peaking PLN PLTD 0,5 2012 Rencana
6 Ndungga PLN PLTM 1,9 2012 On Going
7 Alor PLN PLTU 2x3 2012 On Going
8 Atambua APBN PLN PLTU 6 2012 On Going
9 NTT-2 Kupang (FTP1) PLN PLTU 2x16,5 2012 On Going
10 Rote Ndao PLN PLTU 2x3 2012 On Going
11 Ulumbu (ADB) PLN PLTP 2x2,5 2012 On Going
12 Kalabahi Peaking PLN PLTD 0,75 2013 Rencana
13 Atambua APBN PLN PLTU 3x6 2013 On Going
14 Kalabahi Peaking PLN PLTD 0,5 2014 Rencana
15 Maumere Peaking PLN PLTD 8 2014 Rencana
16 Kupang (Peaking) PLN PLTMG 20 2014 Rencana
17 Oelbubuk-Soe PLN PLTB 2x1 2014 Rencana
18 Wae Rancang I - Manggarai PLN PLTM 10 2014 Rencana
19 Wae Rancang II - Manggarai PLN PLTM 6 2014 Rencana
20 Solar Thermal Kupang PLN PLTS 5 2014 Rencana
21 Larantuka (Peaking) PLN PLTD 4 2015 Rencana
22 Maubesi PLN PLTH 2x0,5 2014/17 Rencana
23 Lembata PLTD Peaking PLN PLTD 2,5 2015 Rencana
24 Bukapiting PLN PLTP 2x2,5 2015/16 Rencana
25 Atambua Ekspansi PLN PLTU 2x6 2017/18 Rencana
26 Kupang (Peaking) Ekspansi PLN PLTMG 2x20 2015/18 Rencana
27 Larantuka (Peaking) PLN PLTD 2 2019 Rencana
28 Nangalili-Labuhan Bajo PLN PLTH 1 2019 Rencana
29 Lembata PLTD Peaking PLN PLTD 1 2019 Rencana
30 Kupang (Ekspansi) PLN PLTU 16,5 2019 Rencana
31 Kupang (Peaking) Ekspansi PLN PLTMG 10 2020 Rencana
32 Lewa Swasta PLTM 0,85 2011 On Going
33 Lokomboro III Swasta PLTM 1 2011 On Going
34 Praikalala I Swasta PLTM 1 2011 On Going
35 Wae Roa - Ngada Swasta PLTM 0,4 2011 On Going
36 Umbuwangu I Swasta PLTM 2x1 2011/12 On Going
37 Praikalala II Swasta PLTM 0,5 2012 On Going
38 Lewa Swasta PLTM 0,5 2012 On Going
39 Lokomboro III Swasta PLTM 0,5 2012 On Going
40 Praikalala II Swasta PLTM 1 2013 On Going
41 Maidang Swasta PLTM 3x1 2012/13/14 Rencana
42 Waekelosawa Swasta PLTM 2x0,25 2012/13 Rencana
43 Wae Lega - Manggarai Swasta PLTM 1,75 2013 Rencana
44 Wolodaesa Swasta PLTM 0,8 2013 Rencana
45 Larantuka Swasta PLTGB 8 2014 Rencana
46 Sita - Borong Swasta PLTM 2x1 2014/15 Rencana
47 Ulumbu Swasta PLTP 5 2014 Rencana
48 Sokoria (FTP2) Swasta PLTP 3x5 2015/16/17 Rencana
49 Mataloko Swasta PLTP 3x5 2015/18/19 Rencana
50 Atadei Swasta PLTP 5 2016 Rencana
51 Kupang Swasta PLTU 2x15 2016/17 Rencana
52 Oka Larantuka Swasta PLTP 2x2,5 2016/17 Rencana
53 Sokoria - 2 Swasta PLTP 1x5 2020 Rencana
Total Kapasitas 353,7

689
Untuk sistem kelistrikan di pulau Flores, jenis pembangkit yang diprioritaskan untuk
dibangun adalah PLTP, mengingat di Flores tersedia potensi energi panas bumi.
Kapasitas total poteni PLTP yang dapat dibangun sampai dengan tahun 2020 mencapai
61,8 MW, sehingga di masa depan Flores diharapkan akan menjadi daerah
percontohan dimana pasokan listriknya didominasi oleh energi bersih panas bumi.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Transmisi

Rencana pengembangan jaringan transmisi 70 kV di Provinsi NTT akan dilaksanakan di


dua pulau besar yaitu pulau Flores dan pulau Timor sesuai prospek beban setempat,
sebagaimana terdapat dalam gambar B17.1 dan B17.2. Sedangkan untuk pulau-pulau
kecil lainnya direncanakan pembangunan jaringan distribusi 20 kV. Selaras dengan
rencana pembangunan pembangkit PLTP dan PLTU batubara tersebar di pulau Flores
dan pulau Timor, jaringan transmis 70 kV yang akan dibangun adalah 1.280 kms
dengan kebutuhan dana investasi sekitar US$ 78 juta sesuai tabel B17.4.
Tabel B17.4 Pembanguan SUTT 70 kV

Panjang  Anggaran 
No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor COD
(kms) (juta USD)
1 NTT Ropa  Ende 70 kV 2 cct, 1 HAWK             88              5.4 2012
2 NTT Ropa  Maumere 70 kV 2 cct, 1 HAWK           120              7.3 2012
3 NTT Bolok Maulafa 70 kV 2 cct, 1 HAWK             30              1.8 2012
4 NTT Maulafa Naibonat 70 kV 2 cct, 1 x Ostrich             62              3.8 2012
5 NTT Naibonat  Nonohonis/Soe 70 kV 2 cct, 1 x Ostrich           102              6.2 2012
6 NTT Kefamenau  Atambua 70 kV 2 cct, 1 HAWK           150              9.1 2012
7 NTT Atambua Atapupu 70 kV 2 cct, 1 HAWK             36              2.2 2012
8 NTT Kefamenau  Nonohonis / Soe 70 kV 2 cct, 1 HAWK           102              6.2 2014
9 NTT Ropa  Bajawa 70 kV 2 cct, 1 HAWK           190            11.6 2014
10 NTT PLTP Sokoria Incomer Ropa‐Ende 70 kV 2 cct, 1 HAWK             26              1.6 2014
11 NTT Bajawa Ruteng 70 kV 2 cct, 1 HAWK           120              7.3 2014
12 NTT PLTP Ulumbu Ruteng 70 kV 2 cct, 1 HAWK             40              2.4 2014
13 NTT Ruteng  Labuan Bajo 70 kV 2 cct, 1 HAWK           170            10.4 2014
14 NTT PLTP Mataloko Bajawa 70 kV 2 cct, 1 HAWK             50              3.0 2014
Jumlah    1,286.0          78.34

Peta rencana pengembangan sistem transmisi 70 kV di pulau Timor dan pulau Flores
Provinsi NTT sebagaimana gambar B17.1 dan B17.2.

690
Pengembangan GI

Seiring dengan rencana pembangunan PLTP dan PLTU batubara serta jaringan
transmisi 70 kV, juga direncanakan pembangunan gardu induk untuk menyalurkan daya
ke beban distribusi. Sampai dengan tahun 2020 direncanakan akan dibangun 13 gardu
induk baru 70/20 kV tersebar di pulau Timor dan pulau Flores. Kapasitas total trafo GI
mencapai 395 MVA dengan dana investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 35 juta
sebagaimana diperlihatkan dalam tabel B17.5.
Tabel B17.5 Pengembangan GI 70 kV di NTT

Anggaran (juta 
No Gardu Induk Tegangan Baru/ Extension Daya (MVA) COD
USD)
1 Ropa 70/20 New 5                 1,89 2011
2 Ende 70/20 New 10                 1,89 2011
3 Maumere 70/20 New 10                 1,89 2011
4 Bolok 70/20 New 20                 1,95 2011
5 Maulafa 70/20 New 30                 2,19 2011
6 Naibonat 70/20 New 20                 1,95 2011
7 Nonohonis 70/20 New 20                1,95 2011
8 Kefamenanu 70/20 New 20                 1,95 2011
9 Atambua 70/20 New 20                 1,95 2011
10 Atapupu 70/20 New 10                 1,89 2011
11 Maumere 70/20 extension 20                 1,01 2013
12 Ende 70/20 extension 20                 1,01 2013
13 Maulafa 70/20 ektension 30                 1,26 2014
14 Bajawa 70/20 New 20                 1,91 2014
15 Ruteng 70/20 New 20                 1,91 2014
16 Labuan Bajo 70/20 New 20                 1,91 2014
17 Naibonat 70/20 extension 20                 1,01 2015
18 Maulafa 70/20 ektension 30                 1,15 2016
19 Atambua 70/20 extension 20                 1,01 2018
20 Maulafa 70/20 ektension 30                 3,34 2020
Jumlah              395                34,99

691
Atapupu 10 MVA (2012)
U
PLTU Atambua APBN
4 x 6 MW (2012/13) HAWK 2x240 mm2
18 km ‐ 2012
Atambua 20 MVA (2012)

HAWK 2x240 mm2
75 km ‐ 2012

Kefamenanu 20 MVA (2012)

HAWK 2x240 mm2
51 km ‐ 2014

Soe/Nonohonis 20 MVA (2012)

ACSR 2x152 mm2
51 km ‐ 2012

PLTU Kupang Baru Naibonat 20 MVA (2012)


2 x 16,5 MW (2012)
ACSR 2x152 mm2
31 km ‐ 2012
PLTU Kupang IPP HAWK 2x240 mm2
2 x 15 MW (2013/14) 15km ‐ 2012
U
Mulafa 30 MVA (2012)
U Bolok 20 MVA (2012)

Gabar B17.1 Peta rencana jaringan 70 kV pulau Timor

PLTGB Larantuka
2 x 4 MW (2014)
PLTM Wae Rancang G
16 MW (2014)
PLTU Ropa APBN
2 x 7 MW (2012)
Ropa 5 MVA (2011)
ACSR 1x240 mm2
Ruteng 20 MVA (2014) A U
Labuhan Bajo 20 60 kmr ‐ 2012
MVA (2014) ACSR 1x240 mm2 ACSR 1x240 mm2
85 km ‐ 2014 60 km ‐ 2014 ACSR 1x240 mm2 ACSR 1x240 mm2
P Maumere 10 MVA (2012)
95 km ‐ 2014 44 km ‐ 2012
P
PLTP Ulumbu APBN Bajawa 20 MVA (2014)
4x 2,5 MW (2011/12/14/15) P Ende 10 MVA (2012)
PLTP Ulumbu ADB PLTP Sokoria (FTP 2)
2 x 2,5 MW (2012) 3 x 5 MW (2015/16/17)
PLTP Mataloko
1,8 MW (2011)
PLTP Mataloko (IPP)
3x5 MW (2015/18/19)

Ende 20 MVA (2011)

G
Waingapu

Gambar B17.1 Peta rencana jaringan 70 kV pulau Flores

Pengembangan Distribusi
Sejalan dengan pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk 70 kV serta
penambahan pembangkit di Provinsi NTT, direncanakan pembangunan jaringan
distribusi 20 kV dan jaringan tegangan rendah serta penambahan pelanggan baru.

692
Sesuai proyeksi kebutuhan tenaga listrik, direncanakan selama 2011-2020 akan
dilakukan penambahan pelanggan baru sekitar 639 ribu. Khusus untuk mempercepat
peningkatan rasio elektrifikasi menjadi 60% pada akhir tahun 2011, direncanakan akan
dilakukan penyambungan pelanggan rumah tangga sebanyak 350 ribu selama 2011.
Pada tahun tahun selanjutnya akan ditambah pelanggan baru rata-rata 30 ribu
sambungan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut diperlukan
pembangunan jaringan distribusi termasuk untuk listrik perdesaan, meliputi JTM
sepanjang 1.573 kms, JTR sekitar 1.048 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi
sekitar 134 MVA, seperti ditampilkan dalam tabel B17.6.
Tabel B17.6 Pengembangan Sistem Distribusi di NTT

JTM JTR Trafo


Tahun Pelanggan
kms kms MVA
2011 144,8 135,9 10,3 349.555
2012 158,9 125,0 10,8 65.068
2013 160,0 121,4 11,5 26.532
2014 160,7 117,0 12,1 19.257
2015 160,9 111,6 12,8 20.064
2016 160,6 105,2 13,6 20.218
2017 159,8 97,6 14,3 32.498
2018 158,3 88,8 15,2 35.453
2019 156,0 78,6 16,0 30.808
2020 152,9 66,8 17,0 39.365
2011-2020 1.572,9 1.047,7 133,6 638.819

B17.4 Pengembangan PLTS Thermal dan EBT Lainnya

Memperhatikan banyak energi radiasi matahari di pulau Timor, PLN mempunyai


rencana untuk membangun sebuah pembangkit yang menggunakan teknologi panas
matahari (solar thermal) dengan kapasitas sekitar 5 MW sebagai pilot project sekaligus
sebagai sarana pembelajaran bagi SDM PLN dalam pengembangan energi terbarukan.
Selain itu di beberapa pulau kecil direncanakan akan dibangun PLTB, PLTS dan PLTM
yang akan dioperasikan secara hybrid dengan PLTD yang ada, yaitu di pulau Ende,
Pamana, Samau, Pantar, Pura, Solor dan Sabu.

693
B17.5 Ringkasan

Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, rencana pembangunan fasilitas kelistrikan


dan kebutuhan investasi sampai dengan tahun 2020 diperlihatkan pada tabel B17.7.
Tabel B17.7 Rangkuman

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan


Tahun Beban
Sales Produksi Pembangkit Transmisi Anggaran
Puncak GI (MVA)
(GWh) (GWh) (MW) (kms) (juta USD)
(MW)
2011 488.6 559.9 110.1 8.8 165 - 44.2
2012 552.9 633.7 124.3 78.9 594 169.6
2013 625.2 716.4 139.9 23.6 40 - 27.4
2014 707.0 809.8 157.7 69.5 90 692 178.6
2015 781.5 894.9 174.0 42.5 20 - 63.7
2016 863.9 989.1 191.9 30.0 30 - 84.0
2017 955.1 1,093.3 211.4 29.0 - 80.1
2018 1,056.1 1,208.8 233.3 31.0 20 - 47.2
2019 1,146.2 1,311.7 252.6 25.5 - 35.0
2020 1,260.8 1,442.7 276.9 15.0 30 - 35.0
Jumlah 353.7 395 1,286 764.8

694
LAMPIRAN B18
NE
ERACA DAY
YA SISTEM-S
SISTEM ISOL
LATED
WILAYAH OPERASI
W O IND
DONESIA TIM
MUR
B18.1. Provinsi Ka
alimantan Se
elatan
B18.2. Provinsi Ka
alimantan Te
engah
B18.3. Provinsi Ka
alimantan Tim
mur
B18.4. Provinsi Su
ulawesi Utara
a
B18.5. Provinsi Su
ulawesi Teng
gah
B18.6. Provinsi Su
ulawesi Selatan
B18.7. Provinsi Su
ulawesi Teng
ggara
B18.8. Provinsi Maluku
B18.9. Provinsi Maluku Utara
B18.10. apua
Provinsi Pa
B18.11. Provinsi Pa
apua Barat
B18.12. Provinsi Bu
usa Tenggarra Barat
B18.13. Provinsi Bu
usa Tenggarra Timur
695
Lampiran B1
18.1
PROVINSI KA
ALIMANTA
AN SELATA
AN
696
Neraca Daya Sistem Kotabaru
` UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 42,77 48,2 80,8 98,2 109,5 114,8 119,5 124,5 129,8 135,1
Load Faktor % 63,08 63,2 63,3 63,4 63,5 63,6 63,7 63,8 63,9 64,0
Beban Puncak MW 7 74
7,74 87
8,7 14 6
14,6 17 7
17,7 19 7
19,7 20 6
20,6 21 4
21,4 22 3
22,3 23 2
23,2 24 1
24,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
Derating Capacity 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN - - - - - - - - - -
Manufacture Size Jmlh Unit PLTD
SWD 0 37
0,37 1 MW 0,4
0 4 0,4
0 4
SWD 0,40 1 MW 0,4 0,4
KUBOTA 0,60 1 MW 0,6 0,6
WARTSILA 1,25 1 MW 1,3 1,3
697

WARTSILA 1,25 1 MW 1,3 1,3


MIRRLEES 0,94 1 MW 0,9 0,9
KUBOTA 0,60
, 1 MW 0,6
, 0,6
,
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD HSD MW 8,0 8,0

Project PLN
PLTD Peaking MW
PLTU Kotabaru [APBN-P] MW 14,0
Project Swasta
MW
Disuplai dari Grid Barito tahun 2013 melalui Kabel Laut
Jumlah Kapasitas MW 12,2 12,2
Cadangan MW 2,2 2,2
Pemeliharaan MW 1,3 1,3
O
Operasii MW 09
0,9 09
0,9
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,2 1,3
Neraca Daya Sistem Batulicin/Pagatan
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWH 68,8 77,4 85,2 92,3 101,4 111,3 122,0 133,6 146,3 158,7
Load Faktor % 57,3 57,8 58,3 58,9 59,5 60,0 60,6 61,2 61,8 62,4
Beban Puncak MW 13,7 15,3 16,7 17,9 19,5 21,2 23,0 24,9 27,0 29,1
Pasokan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
K
Kapasitas
it Terpasang
T 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7
Derating Capacity 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Pembangkit PLN (PLTD Pagatan) 0,6
Manufacture Size Unit
KUBOTA 0,30 1 MW -
KUBOTA 0,30 1 MW -
SCODA 0,66 1 MW 0,7
SCODA 0,66 1 MW 0,7
DEUTZ MWM 0,70 1 MW 0,7
PERKINS 0,50 1 MW 0,5
MTU 0,53 1 MW 0,5
MTU 0,53 1 MW 0,5
698

MTU 0,53 1 MW 0,5

Pembangkit Sewa
Sewa PLTD HSD [Sewatama] MW 3,0
Sewa PLTD MFO [IHM] MW 1,5
Sewa Relokasi Maburai MW 5,0
Pembelian Energi
PT. Indocement Tunggal Prakarsa MW 3,5
Project PLN

Project Swasta

Disuplai dari Grid Mahakam 150 kV tahun 2012


Jumlah Kapasitas MW 15,3
Cadangan MW 1,3
Pemeliharaan MW 0,7
Operasi MW 0,6
Surplus/Defisit (N-2) MW 4,4
Lam
mpiran B
B18.2
P
PROVINSI  KALIMANTAN TENG
GAH
699
Neraca Daya Sistem Kuala Kurun
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWH 5,2 6,0 6,7 7,3 8,1 9,1 10,1 11,2 12,4 13,6
Load Faktor % 48,1 49,3 50,6 51,8 53,2 54,5 55,9 57,4 58,8 60,3
Beban Puncak MW 1,2 1,4 1,5 1,6 1,7 1,9 2,1 2,2 2,4 2,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,5 2,5 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5
Derating Capacity MW 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Pembangkit PLN - - - - - - - - - -
Manufacture Size Unit

Sewa Pemda
PLTD
Sewa
700

Sewa PLTD PLTD 2,5 2,5 2,5

Project PLN
PLTU Kuala Kurun 3 2 PLTU 6,0

Project Swasta

Disuplai
p dari Grid Barito tahun 2014
Jumlah Kapasitas MW 5,0 5,0 17,0
Cadangan MW 0,9 0,9 0,9
Pemeliharaan MW 0,5 0,5 0,5
Operasi MW 0,4 0,4 0,4
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,9 2,7 14,6
Neraca Daya Sistem Kuala Pambuang
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWH 13,1 14,6 15,9 17,1 18,7 20,3 22,1 24,0 26,1 28,1
Load Faktor % 63,5 63,8 64,1 64,4 64,7 65,1 65,4 65,7 66,1 66,4
Beban Puncak MW 24
2,4 26
2,6 28
2,8 30
3,0 33
3,3 36
3,6 39
3,9 42
4,2 45
4,5 48
4,8
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,4 2,4 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
Derating Capacity MW 0,8 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Pembangkit PLN - - - - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Manufacture Size Unit
MWM 0 22
0,22 1 MW 0,2
0 2 0,2
0 2 02
0,2 02
0,2 0,2
0 2 0,2
0 2 0,2
0 2 0,2
0 2 0,2
0 2 0,2
0 2
MWM 0,22 1 MW 0,2 0,2 - - - - - -
MWM 0,22 1 MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
MWM 0,22 1 MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
MAN 0,24 1 MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
701

DEUTZ MWM 0,50 1 MW 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MTU 0 50
0,50 1 MW 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5
KOMATSU 0,24 1 MW 0,2 0,2
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD MW 2,0 2,0 2,0
Project PLN
PLTU Kuala Pambuang PLTU 6,0
PLTU Kuala Pambuang Ekspansi PLTU 30
3,0
Project Swasta
PLTU IPP PLTU

Jumlah Kapasitas MW 3,6 3,6 9,1 7,1 7,2 7,2 10,2 10,2 10,2 10,2
Cadangan MW 0,7 0,7 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Pemeliharaan MW 02
0,2 02
0,2 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5
Operasi MW 0,5 0,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,5 0,3 2,8 0,6 0,4 0,1 2,8 2,5 2,2 1,9
N
Neraca D
Daya Si t
Sistem Muara Teweh
M T h
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWH 28 0
28,0 31,7
31 7 35,0
35 0 38,0
38 0 41,9
41 9 46,2
46 2 50,8
50 8 55,8
55 8 61,4
61 4 66,8
66 8
Load Faktor % 64,4 66,7 68,7 69,8 71,0 72,2 73,4 74,6 75,8 77,0
Beban Puncak MW 5,0 5,4 5,8 6,2 6,7 7,3 7,9 8,5 9,2 9,9
Pasokan 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Kapasitas Terpasang 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Derating Capacity 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN - -
Manufacture Size Unit
SWD 0,34 1 MW 0,3 0,3
SWD 0,34 1 MW 0,3 0,3
MIRRLEES 0,94 1 MW 0,9 0,9
DAIHATSU 1,25 1 MW 1,3 1,3
702

MTU 0,63 1 MW 0,6 0,6

Pembangkit Sewa
Sewa PLTD MW 8,0 8,0 8,0

Project PLN
Disuplai dari Grid Barito 150 kV tahun 2013
Jumlah Kapasitas MW 10,3
10 3 10,3
10 3
Cadangan MW 2,3 2,3
Pemeliharaan MW 1,3 1,3
Operasi MW 1,0 1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 3,0 2,6
Neraca Daya Sistem Puruk Cahu
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWH 11,5 12,7 13,8 14,7 15,9 17,2 18,6 20,0 21,6 23,1
Load Faktor % 69,9 71,0 70,9 70,9 70,9 70,9 70,9 70,9 70,8 70,8
Beban Puncak MW 1,9 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,5 3,7
Pasokan 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Kapasitas Terpasang MW 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
Derating Capacity MW 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
PLTD Puruk Cahu - - - - - - - - - -
MTU - MW - - -
DEUTZ MWM 0,5 1,0 MW 0,5 0,5 0,5
MTU 0,5
, 1,0
, MW 0,5
, 0,5
, 0,5
,
MAN 0,5 1,0 MW 0,5 0,5 0,5
MAN 0,5 1,0 MW 0,5 0,5 0,5
MTU 0,6 1,0 MW 0,6 0,6 0,6
PLTD Muara Laung
Deutz 0,1 2,0 MW 0,2 0,2 0,2
703

MWM 0,1 1,0 MW 0,1 0,1 0,1


MWM 0,0
, 1,0
, MW 0,0
, 0,0
, 0,0
,
PLTD Tumbang Laung
Deutz 0,0 2,0 MW 0,1 0,1 0,1
PLTD Muara Untu
Deutz 0,0 1,0 MW 0,0 0,0 0,0
PLTD Mangkahui
Deutz 0,0 1,0 MW 0,0 0,0 0,0
Deutz 0,1
, 1,0
, MW 0,1
, 0,1
, 0,1
,
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD MW 2,0 2,0
Project PLN
PLTD /PLTGB MW 3,0
Disuplai dari Sistem Barito tahun 2014
Jumlah Kapasitas MW 4,4 7,4 5,4
C d
Cadangan MW 11
1,1 11
1,1 11
1,1
Pemeliharaan MW 0,6 0,6 0,6
Operasi MW 0,5 0,5 0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,4 4,3 2,1
Neraca Daya Sistem Buntok
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWH 29,70 33,5 37,1 40,4 44,6 49,2 54,1 59,6 65,6 71,5
Load Faktor % 56,10 57,6 58,6 59,6 60,7 61,7 62,8 63,9 65,1 66,2
Beban Puncak MW 6,00 6,6 7,2 7,7 8,4 9,1 9,8 10,6 11,5 12,3
Pasokan 6% 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1
Kapasitas Terpasang 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7
Derating Capacity 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Pembangkit PLN 0,0 - - - - - - - -
Manufacture Size Unit
DEUTZ MWM 0,50 1 MW 0,5 0,5
DEUTZ MWM 0 50
0,50 1 MW 0,5
0 5 0,5
0 5 0,5
0 5
MIRRLEES 0,94 1 MW 0,9 0,9 0,9
MIRRLEES 0,94 1 MW 0,9 0,9 0,9
DEUTZ MWM 0,50 1 MW 0,5 0,5 0,5
DEUTZ AG 1,00 1 MW 1,0 1,0 1,0
704

MTU 0,80 1 MW 0,8 0,8 0,8


DEUTZ MWM 0,50
, 1 MW 0,5
, 0,5
, 0,5
,
DEUTZ AG 1,00 1 MW 1,0 1,0 1,0
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD HSD [PEMDA] MW
Sewa PLTD MW 3,0 4,0
Project PLN
PLTU 2 x 7 MW MW 14,0

Project Swasta
Disuplai dari Grid Barito 150 kV tahun 2013
Jumlah Kapasitas MW 8,3 9,3
Cadangan MW 1,9 1,9
Pemeliharaan MW 1,0 1,0
Operasi MW 0,9 0,9
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,4 0,8
Neraca Daya Sistem Pangkalan Bun
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWH 100,9 112,9 123,7 133,3 145,7 159,1 173,5 189,0 205,9 222,3
Load Faktor % 65,7 65,9 66,2 66,6 66,9 67,3 67,6 68,0 68,3 68,7
Beban Puncak MW 17,5 19,6 21,3 22,9 24,9 27,0 29,3 31,7 34,4 37,0
P
Pasokan
k 9% 11% 9% 7% 9% 9% 8% 8% 8% 7%
Kapasitas Terpasang MW 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1
Derating Capacity 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
Pembangkit PLN 0,6 -
Manufacture Size Unit
KUBOTA 0,80 1 MW 0,8 0,8
SKODA 0,53 1 MW 0,5 0,5
SKODA 0,53 1 MW 0,5 0,5
MAK 2,80 1 MW - 2,8
MAK 2,80 1 MW 2,8 2,8
MAK 2,70 1 MW 2,7 2,7
705

MAK 2,70 1 MW 2,7 2,7


PLTD Kumai - -
MAK - 0 MW - -
MAK CAT - 0 MW - -
Pembangkit Sewa -
Sewa PLTD HSD PLTD 11,0 7,0
Sewa Pangkalan Banteng PLTD 2,4 2,4

Project Swasta
PLTU Cenko [Mengatasi kritis] PLTU 11,0
Disuplai dari Grid Barito 150 kV tahun 2013
Jumlah Kapasitas MW 32,2 28,2
Cadangan
g MW 8,3
, 8,3
,
Pemeliharaan MW 5,5 5,5
Operasi MW 2,8 2,8
Surplus/Defisit (N-2) MW 6,4 0,3
Neraca Daya Sistem Sampit
URAIAN UNIT 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan        0,12        0,10        0,08        0,10        0,10        0,09        0,09        0,09        0,08
Produksi Energi GWH       127,6      143,2      157,3      170,0      186,3      204,0      222,9      243,5      266,1      288,0
Load Faktor %          66,4        66,7        67,0        67,3        67,7        68,0        68,3        68,7        69,0        69,4
Beban Puncak MW          21,9        24,5        26,8        28,8        31,4        34,2        37,2        40,5        44,0        47,4
Pasokan 9% 12% 9% 8% 9% 9% 9% 9% 9% 8%
Kapasitas Terpasang MW       16,08        16,1        16,1        16,1        16,1        16,1        16,1        16,1        16,1        16,1
Derating Capacity          4,08           4,1           4,1           4,1           4,1           4,1           4,1           4,1           4,1           4,1
Pembangkit PLN                ‐
Manufacture Size Unit
COCKERILL      1,00 1 MW          1,00
MAK      1,28 1 MW        1,28
CATERPILLAR      1,20 1 MW          1,20
NIIGATA      3,00 1 MW          3,00
DAIHATSU      3,00 1 MW          3,00
706

MAK      2,80 1 MW          2,80


MAK      2,80
, 1 MW        2,80
,
DEUTZ      1,00 1 MW          1,00
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD HSD [Kaltimex]        1,1 12 MW            8,8
Sewa PLTD HSD [Baru]        1,0 7 MW            7,0
Project PLN
PLTU Sampit FTP
FTP-2
2          20          2 PLTU       40,0
40 0

Project Swasta
Disuplai dari Grid Barito 150 kV tahun 2012
Jumlah Kapasitas MW          27,8
Cadangan MW            5,8
Pemeliharaan MW           3,0
30
Operasi MW            2,8
Surplus/Defisit (N-2) MW            0,1
Lam
mpiran B18.3
P
PROVINSI  KALIMANTTAN TIMU
UR
707
Neraca Daya Sistem Petung
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 54,8 59,2 65,3 72,0 81,0 88,5 96,4 104,8 113,9 123,5
Beban Puncak MW 10,2 10,9 12,1 13,3 15,0 16,4 17,8 19,3 21,0 22,8
Load Faktor % 61 3
61,3 61 8
61,8 61 8
61,8 61 8
61,8 61 8
61,8 61 8
61,8 61 9
61,9 61 9
61,9 61 9
61,9 61 9
61,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 15,0 11,2 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Derating Capacity MW 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit PLTD
Skoda 0,49 2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Mirless 0,94 1 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
MWM 0,50 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Catterpilar 1,20 1 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
708

MAN 0,50 4 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Deutz 1 20
1,20 2 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4 24
2,4
Pembangkit Sewa
Sewatama PLTD 2,0
Perusda Benuo Taka PLTD 0,2
Kaltimex PLTD 1,6
PLTMG Benuo Taka PLTMG 3,2 3,2
Project PLN
Project Swasta
Disuplai dari grid Mahakam 150 kV Tahun 2012
Jumlah Kapasitas MW 12,5
Cadangan MW 2,1
Pemeliharaan MW 1,2
Operasi MW 0,9
Surplus/Defisit MW 0,1
Neraca Daya Sistem Long Ikis
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 11,4 11,9 12,5 13,1 14,8 16,3 17,9 19,7 21,6 23,6
Beban Puncak MW 2,3 2,4 2,5 2,6 3,0 3,3 3,6 3,9 4,3 4,7
Load Faktor % 56 7
56,7 56 6
56,6 56 6
56,6 56 6
56,6 56 7
56,7 56 7
56,7 56 9
56,9 56 9
56,9 57 0
57,0 57 0
57,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4
Derating capacity MW 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
Deutz 0,40 3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
MTU 0,50 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
KOMATSU 0,72 1 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
MAN 0,50 2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
709

Pembangkit
P b kit Sewa
S
PLTD Sewa PLTD 1,0

Proyek PLN

Project Swasta

Disuplai dari Grid Mahakam 150 kV Tahun 2012


Jumlah Kapasitas MW 3,6
Cadangan MW 1,2
Pemeliharaan MW 0,7
Operasi MW 0,5
Surplus/Defisit N-2 MW 0,1
Neraca Daya Sistem Batu Sopang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,4 9,8 10,3 10,7 12,2 13,5 14,8 16,3 17,9 19,6
Beban Puncak MW 1,9 2,0 2,1 2,2 2,5 2,8 3,0 3,3 3,7 4,0
Load Faktor % 55,4 55,3 55,3 55,3 55,4 55,5 55,6 55,7 55,8 55,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 3,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Derating capacity MW 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
Deutz 0 10
0,10 1 01
0,1 0,1
0 1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 0,1
0 1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1
Deutz 0,26 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
MAN 0,25 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
MAN 0,54 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MTU 0,28 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
710

CUMMINS (Pemda) 0,40 2 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
CUMMINS 0,10 2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Pembangkit Sewa
0,5 2 PLTD 1,0
Proyek PLN

Project Swasta

Disuplai dari Grid Mahakam 150 kV Tahun 2012


Jumlah Kapasitas MW 3,0
Cadangan MW 0,9
Pemeliharaan MW 0,5
Operasi MW 0,4
Surplus/Defisit N-2 MW 0,2
Neraca Daya Sistem Tanah Grogot
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 56,8 61,3 67,7 74,8 84,2 92,0 100,1 108,9 118,3 128,3
Beban Puncak MW 9,4 10,1 11,1 12,3 13,8 15,1 16,4 17,8 19,4 21,0
Load Faktor % 69,1 69,6 69,6 69,6 69,6 69,6 69,7 69,6 69,6 69,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 13,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
Derating capacity MW 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit PLTD
MAN (Pemda) 0 50
0,50 3 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5
MWM 0,27 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Deutz 0,26 2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Mirrless 0,94 1 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Daihatsu 1,25 1 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
711

Cummins 1,00 1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Pembangkit Sewa
Adiquatro PLTD 4,0
Sewa Baru PLTD 4,0
Proyek PLN

Project Swasta
Tanah Grogot (Terkendala) PLTU 14,0
Disuplai dari Grid Mahakam 150 kV Tahun 2012
Jumlah Kapasitas MW 12,1
Cadangan MW 2,3
Pemeliharaan MW 13
1,3
Operasi MW 1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,4
Neraca Daya Sistem Melak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 41,1 44,4 60,0 67,8 76,3 83,4 90,9 98,8 107,4 116,4
Beban Puncak MW 73
7,3 78
7,8 10 6
10,6 12 0
12,0 13 5
13,5 14 7
14,7 16 0
16,0 17 4
17,4 18 9
18,9 20 5
20,5
Load Faktor % 64,4 64,7 64,7 64,6 64,6 64,6 64,7 64,7 64,7 64,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 8,9 8,9 8,9 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4
Derating capacity MW 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Pembangkit PLN dan Pemda
Manufacture Size Unit PLTD
MAN 0,5 5 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
DEUTZ 0,3 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
DEUTZ 0,6 1 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
DEUTZ 1,6 2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
712

Pembangkit Sewa
A
Arena Maju
M j BBersama PLTD 25
2,5 25
2,5 25
2,5
Project PLN
PLTMG/D Peaking PLTMG/D 3,0 3,0 3,0
PLTU Melak 7,0 2 PLTU 7,0 7,0
Project Swasta
S
Sewa PLTGB 05
0,5 12 PLTGB 60
6,0

Jumlah Kapasitas MW 12,5 12,5 19,5 24,0 24,0 27,0 27,0 30,0 30,0 33,0
Cadangan MW 2,2 2,2 8,6 8,6 8,6 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Pemeliharaan MW 1,6 1,6 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 0,6 0,6 1,6 1,6 1,6 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
S l /D fi it (N
Surplus/Defisit (N-2)
2) 30
3,0 25
2,5 03
0,3 34
3,4 19
1,9 22
2,2 09
0,9 25
2,5 10
1,0 24
2,4
Neraca Daya Sistem Kotabangun
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 12,0 16,6 17,9 19,4 21,9 24,1 26,3 28,8 31,4 34,3
Beban Puncak MW 2,7 3,6 3,9 4,2 4,8 5,2 5,7 6,2 6,8 7,4
Load Faktor % 51 7
51,7 52 3
52,3 52 3
52,3 52 3
52,3 52 3
52,3 52 4
52,4 52 5
52,5 52 6
52,6 52 6
52,6 52 7
52,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5,9 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4
Derating capacity MW 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit PLTD
Komatsu 0,2 1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
MAN 0,2 1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Komatsu 0,5 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MAN 0,5 4 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
713

MTU 0,5 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD PLTD 2,5

Proyek PLN

Project Swasta
g
PLTGB Kotabangun PLTGB 3,0
,
Dipasok dari Grid Mahakam melalui 20 kV Senoni
Transfer dari grid Mahakam MW 7,0
Jumlah Kapasitas MW 5,2 9,7 12,7 12,7 12,7 12,7 12,7 12,7 12,7 12,7
Cadangan MW 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Pemeliharaan MW 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Operasi MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,8 5,4 8,1 7,8 7,2 6,8 6,3 5,7 5,2 4,6
Neraca Daya Sistem Bontang
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 114,8 125,1 160,8 206,6 232,1 253,3 275,5 299,1 324,7 351,6
Beban Puncak MW 17,4 20,6 26,4 33,9 38,1 41,6 45,2 49,1 53,3 57,7
Load Faktor % 75 1
75,1 69 5
69,5 69 5
69,5 69 5
69,5 69 5
69,5 69 5
69,5 69 6
69,6 69 6
69,6 69 6
69,6 69 5
69,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 31,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9
Derating capacity MW 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
MAK 2,5 4 MFO 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2
Cummins (Pemda) 0,8 4 HSD 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3
PLTMG Bontang 7,2 2 PLTMG 14,4 14,4 14,4 14,4 14,4 14,4 14,4 14,4 14,4 14,4
Pembangkit Sewa
714

Sewatama PLTD 4,0


Se a PLTG Peaking
Sewa PLTG 100

Proyek PLN

Project Swasta
PLTU Kaltim ((FTP-2)) PLTU 100 100
Dipasok dari Grid Mahakam 150 kV Tahun 2012
Jumlah Kapasitas MW 27,5
Cadangan MW 9,7
Pemeliharaan MW 7,2
Operasi MW 2,5
Surplus/Defisit N-2 MW 0,3
Neraca Daya Sistem Sangatta
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 77,2 84,2 91,7 100,9 113,5 123,9 134,9 146,5 159,2 172,5
Beban Puncak MW 10,8 13,9 15,1 16,6 18,7 20,4 22,2 24,1 26,2 28,4
Load Faktor % 81,6 69,2 69,5 69,4 69,3 69,3 69,4 69,4 69,4 69,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 9,9 10,4 11,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
Derating capacity MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
MAN 0 50
0,50 3 MW 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5 1,5
1 5
CAT 1,00 2 MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
DEUTZ 0,70 1 MW 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
DEUTZ 1,20 1 MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit Sewa
715

Sewatama
S
Sewa PLTD PLTD 4
4,5 5,0
0 60
6,0
Project PLN
PLTU Sangatta PLTU 14,0 7,0
PLTMG Peaking PLTMG 5,0 5,0
Project Swasta
Sewa PLTGB 0,5 18 MW 0,0
Disuplai dari GI Bontang melalui 20 kV Tahun 2011
Transfer dari Bontang MW 8,0
Jumlah Kapasitas MW 15,9 16,4 17,4 25,4 30,4 30,4 37,4 37,4 37,4 42,4
Cadangan MW 2,2 2,2 2,2 8,2 9,5 9,5 9,5 9,5 9,5 9,5
Pemeliharaan MW 1,2 1,2 1,2 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 1,0 1,0 1,0 1,2 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,9 0,3 0,1 0,6 2,2 0,5 5,7 3,8 1,7 4,5
Neraca Daya Sistem Tanjung Redep (Berau)
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 79,3 96,0 108,1 118,3 133,0 145,2 158,0 171,7 186,5 202,0
Beban Puncak MW 12,9 15,5 17,5 19,2 21,6 23,5 25,6 27,8 30,2 32,7
Load Faktor % 70,3 70,5 70,5 70,5 70,5 70,4 70,5 70,5 70,5 70,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 20,6 14,6 14,6 14,6 0,0
Derating capacity MW 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit PLTD
Mirelees 1,1 1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Caterpillar 1,2 2 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
MWM 0,5 2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Deutz 1,2 1 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
MAN 0,5 2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Pembangkit Swasta
716

PLTU Lati 7,0 2 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Sewa PLTD 6,0
Proyek PLN
PLTU Tj. Redeb 7 2 PLTU 14,0
Tj. Redep Ekspansi PLTU 14,0
PLTMG Berau (Peaking) PLTMG 10,0 5,0
Project Swasta
PLTU Berau PLTU 5,0
,
Interkoneksi 150 KV dengan Sistem Tanjung Selor
Jumlah Kapasitas MW 20,6 28,6 33,6 33,6 33,0 43,0 43,0 43,0 48,0 48,0
Cadangan MW 5,2 5,2 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0
Pemeliharaan MW 4,0 4,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 1,2 1,2 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Surplus/Defisit (N-2)
(N 2) MW 25
2,5 79
7,9 41
4,1 24
2,4 -0
0,6
6 75
7,5 54
5,4 32
3,2 58
5,8 33
3,3
Neraca Daya Sistem Tanjung Selor
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 36,8 44,6 50,0 54,4 61,3 67,0 73,0 79,4 86,4 93,7
Beban Puncak MW 6,3 7,6 8,6 9,4 10,5 11,5 12,5 13,6 14,8 16,1
Load Faktor % 66,3 66,6 66,6 66,4 66,4 66,4 66,5 66,5 66,5 66,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10,7 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
Derating capacity MW 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit PLTD
Kubota 0 30
0,30 2 0,6
0 6 0,6
0 6 06
0,6 0,6
0 6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6 06
0,6
Mirrlees 0,94 1 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Daihatsu 1,25 2 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
MWM 0,80 2 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
717

MAN 0,60 1 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Pembangkit
g Sewa
Sewatama 2,0
Sewa PLTD 2,5

Proyek PLN
PLTU Tjg Selor 7 2 PLTU 14,0
Tjg Selor (Peaking) PLTMG 50
5,0
Project Swasta
Interkoneksi 150 KV dengan Sistem Berau
Jumlah Kapasitas MW 10,7 20,2 20,2 20,2 20,2 20,2 25,2 25,2 25,2 25,2
Cadangan MW 2,2 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3
Pemeliharaan MW 13
1,3 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0
Operasi MW 0,9 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,2 4,3 3,4 2,6 1,4 0,5 4,4 3,3 2,1 0,9
Neraca Daya Sistem Interkoneksi Tanjung Redep ‐ Tanjung Selor
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
P d k iE
Produksi Energii GWh 79 3
79,3 96 0
96,0 108,1
108 1 118,3
118 3 194,3 212,3 231,1 251,1 272,9 295,7
Beban Puncak MW 12,9 15,5 17,5 19,2 32,1 35,1 38,1 41,4 45,0 48,8
Load Faktor % 70,3 70,5 70,5 70,5 69,1 69,1 69,2 69,2 69,2 69,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 16,4 11,4 11,4 13,4 20,8 20,8 20,8 20,8 20,8 20,8
Derating capacity MW 3,0 3,0 3,0 3,0 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3
Pembangkit PLN
sie Unit PLTD
Sistem Berau *) 5 MW 1,0 1,0 1,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Sistem Tjg Selor 5 MW 2,4 2,4 2,4 2,4 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
718

Pembangkit Swasta
PLTU Lati 70
7,0 2 80
8,0 80
8,0 80
8,0 8,0
8 0 80
8,0 80
8,0 80
8,0 80
8,0 80
8,0 80
8,0
Sewa PLTD 5,0 2,0
Proyek PLN
PLTU Tj. Redeb 7 2 PLTU 14,0
Tj. Redep Ekspansi PLTU 14,0
PLTMG Berau (Peaking) PLTMG 10,0 5,0
PLTU Tjg Selor PLTU 14,0
Project Swasta
PLTU Berau PLTU 5,0
Interkoneksi 150 KV Sistem Berau - Tanjung Selor
Kapasitas Tjg Redep + Tjg Selor MW 16,4 39,4 44,4 46,4 53,2 63,2 63,2 63,2 68,2 68,2
Cadangan MW 7,0 7,0 7,0 7,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0
Pemeliharaan MW 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 0,0 0,0 0,0 0,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Surplus/Defisit (N-2) MW -3,5 16,9 19,9 20,2 9,1 16,2 13,1 9,8 11,2 7,4

*) Th 2016 dst, PLTD Berau tidak dioperasikan (sebagai unit cadangan)
Neraca Daya Sistem Nunukan - Sebatik
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 36,5 38,9 63,6 76,2 85,9 94,0 102,6 111,7 121,6 132,1
Beban Puncak MW 9,3 12,7 17,2 19,4 21,1 22,5 24,0 25,6 27,3 30,1
Load Faktor % 44,9 35,1 42,2 44,9 46,6 47,7 48,9 49,9 50,9 50,0
P
Pasokan
k
Kapasitas Terpasang MW 27,6 23,6 23,6 21,1 21,1 15,1 15,1 15,1 15,1 15,1
Derating capacity MW 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
SWD 0,34 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Daihatsu 1,25 1 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
MAN 0,50 7 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Pembangkit Sewa
Arena Maju Bersama MW 4,0
719

Sewa PLTD MW 2,5 2,5 2,5


SEWA PLTMG 4 4 MW 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Project PLN
PLTMG Nunukan 5 2 PLTMG 6,0
PLTMG Ekspansi PLTMG 6,0
Project Swasta
PLTU Nunukan PLTU 14,0
Interkoneksi 20 KV dengan Sistem Sebatik
Jumlah Kapasitas MW 25,3 21,3 21,3 32,8 32,8 32,8 32,8 38,8 38,8 38,8
Jumlah Kapasitas + Sebatik MW 25,3 23,7 23,7 35,2 35,2 35,2 35,2 41,2 41,2 41,2
Cadangan MW 6,5 6,5 6,5 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Pemeliharaan MW 4,0 4,0 4,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi MW 2,5 2,5 2,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 9,5 4,5 0,0 5,8 4,1 2,7 1,2 5,6 3,8 1,0
Neraca Daya Sistem Sebatik
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,2 9,6 10,0 10,5 11,9 13,2 14,5 15,9 17,5 19,2
Beban Puncak MW 1,6 1,8 2,0 2,1 2,4 2,7 2,9 3,2 3,5 3,9
Load Faktor % 65,6 61,1 56,3 56,3 56,4 56,5 56,6 56,7 56,7 56,8
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Derating capacity MW 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9

Pembangkit PLN / Pemda


Manufacture Size Unit PLTD
CUMMINS 0,20 1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
MAN 0,25 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
720

Deutz 0,50 3 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
MAN 0 50
0,50 2 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0

Proyek PLN
PLTS 340 kWp PLTS 0,3

j
Project Swasta
Interkoneksi 20 KV dengan Sistem Nunukan
Jumlah Kapasitas MW 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Cadangan MW 0,8
Pemeliharaan MW 0,5
Operasi MW 0,3
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,0
Neraca Daya Sistem Malinau
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 25,4 30,7 34,5 37,6 42,3 46,4 50,6 55,1 60,0 65,1
Beban Puncak MW 4,0 5,4 6,0 6,6 7,4 8,1 8,9 9,6 10,5 11,4
Load Faktor % 72 5
72,5 65 2
65,2 65 2
65,2 65 1
65,1 65 1
65,1 65 1
65,1 65 2
65,2 65 2
65,2 65 2
65,2 65 1
65,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3
Derating capacity MW 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1
Pembangkit PLN / Pemda
Manufacture Size Unit PLTD
MWM 0,60 2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
MAN 0,53 5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
Komatsu 0,72 2 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
721

CUMMINS 1,00 2 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD 1,0
Proyek PLN
PLTU Malinau 3 2 PLTU 6,0
Malinau Ekspansi PLTU 3,0 3,0
Project Swasta

Jumlah Kapasitas MW 6,2 11,2 11,2 11,2 14,2 14,2 14,2 17,2 17,2 17,2
Cadangan MW 1,7 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Pemeliharaan MW 1,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi MW 0,7 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,4 1,8 1,1 0,6 2,7 2,0 1,3 3,5 2,6 1,7
Neraca Daya Sistem Tana Tidung
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 3,0 5,4 7,0 9,3 12,2 13,5 15,0 16,6 18,4 20,3
Beban Puncak MW 0,6 1,6 2,5 3,0 3,6 3,8 4,1 4,4 4,8 5,7
Load Faktor % 54 4
54,4 37 7
37,7 32 4
32,4 35 9
35,9 39 0
39,0 40 3
40,3 41 5
41,5 42 6
42,6 43 7
43,7 40 7
40,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,3 2,8 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Derating capacity MW 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Pembangkit PLN / Pemda
Manufacture Size Unit PLTD
DEUTZ 0,10 1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
DEUTZ 0,24 1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Pembangkit Sewa
722

Sewa PLTD PLTD 2,0 2,5

Proyek PLN
Tana Tidung (Peaking) PLTD 1,0 1,0

Proyek IPP
PLTGB
G Tana Tidung PLTGB
G 4,0 2,0

Jumlah Kapasitas MW 2,3 2,8 4,3 4,3 6,3 7,3 7,3 7,3 8,3 8,3
Cadangan MW 0,7 0,9 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Pemeliharaan MW 0,5 0,5 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
O
Operasii MW 02
0,2 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,9 0,3 0,4 0,0 1,4 2,1 1,8 1,5 2,1 1,2
Lam
mpiran B
B18.4
PROVINSI SULAW
WESI UTARA
A
723
Neraca Daya Sistem Molibagu

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 7,4 8,0 8,8 9,6 10,5 11,4 12,5 13,7 14,9 16,4
Beban Puncak MW 2,1 2,3 2,5 2,7 2,9 3,2 3,5 3,8 4,1 4,5
Load Factor % 39,9 40,1 40,3 40,6 40,8 41,0 41,2 41,4 41,6 41,8
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
Derating Capacity MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN
DAF / DKT 1160 A PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
DAF / DKT 1160 A PLTD 01
0,1 0,1
0 1 0,1
0 1 01
0,1 0,1
0 1 0,1
0 1 0,1
0 1 0,1
0 1 0,1
0 1 0,1
0 1
Komatsu SAA 6D 125-2 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Caterpillar 3412 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Deutz TBD 616 V12 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MAN D 2842 LE 201 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
724

MTU 18 V 2000 G62 PLTD 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Pembangkit Sewa

Project PLN
Transfer dar sistem Minahasa 3,0 MW Interkoneksi 20 kV sistem Minahasa
Duminanga PLTM 0,0 0,0 0,5

Project Swasta
Milangodaa PLTM 0,0 0,0 0,7
Interkoneksi 150 kV dengan sistem Minahasa

Jumlah Kapasitas MW 5,7 5,7 6,4


Cadangan MW 1,2 1,2 1,2
Pemeliharaan MW 0,7 0,7 0,7
O
Operasii MW 05
0,5 05
0,5 05
0,5
Surplus/Defisit (N-2) % 1,2 1,0 1,5
Neraca Daya Sistem Tahuna

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 29,1 31,9 34,9 38,3 41,9 46,0 50,4 55,3 60,7 66,8
Beban Puncak MW 5,7 6,2 6,7 7,3 8,0 8,7 9,4 10,3 11,2 12,2
Load Factor % 58,1 58,6 59,1 59,6 60,0 60,5 61,0 61,5 62,0 62,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 11,3 11,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3
Derating Capacity MW 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7
Pembangkit PLN
PLTD Tahuna MW 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
PLTD PPetta
tt MW 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0 0,0
0 0
PLTD Lesabe MW 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
PLTD Tamako MW 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
PLTM Ulung Peliang MW 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
PLTB Malamenggu MW 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
725

Sewa PLTD MW 2,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Pembangkit Sewa

Project PLN
PLTGB Tahuna PLTGB 8,0
PLTGB Tahuna Ekspansi PLTGB 3,0
Relokasi/Sewa PLTD PLTD 2,5
Lelipang / Belengan PLTM 1,2
Project Swasta

Jumlah Kapasitas MW 13,8 13,8 19,8 21,0 21,0 21,0 24,0 24,0 24,0 24,0
Cadangan MW 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
O
Operasii MW 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,7 1,2 6,7 7,3 6,7 6,0 8,2 7,4 6,5 5,4
Neraca Daya Sistem Talaud
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,9 10,8 11,9 13,0 14,2 15,6 17,1 18,7 20,5 22,5
Beban Puncak MW ,
2,3 2,5
, 2,7
, 2,9
, 3,2
, 3,4
, 3,7
, 4,1
, 4,4
, 4,8
,
Load Factor % 49,9 50,3 50,7 51,1 51,5 51,9 52,3 52,7 53,1 53,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6
Derating Capacity MW 1,9 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Pembangkit PLN
PLTD BBeo MW 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
PLTD Melonguane MW 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1
PLTD Essang MW 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
726

Pembangkit Sewa
PLTD Sewa PLTD

Project PLN
Relokasi PLTD 2,0
PLTU Talaud PLTU 3,0 3,0

Project Swasta

Jumlah Kapasitas MW 5,6 5,6 8,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6 11,6
Cadangan MW 1,2 1,2 1,2 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Pemeliharaan MW 0,7 0,7 0,7 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi MW 0,5 0,5 0,5 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,3 0,3 3,1 3,0 2,8 2,5 2,2 1,9 1,5 1,1
Neraca Daya Sistem Ondong
P
Pasokan/Kebutuhan
k /K b t h U it
Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 11,0 12,1 13,2 14,5 15,9 17,4 19,1 20,9 22,9 25,2
Beban Puncak MW 2,4 2,6 2,8 3,0 3,3 3,6 3,9 4,2 4,6 5,0
Load Factor % 53,3 53,8 54,2 54,7 55,1 55,6 56,0 56,5 56,9 57,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8
Derating Capacity MW 2,0 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8
Pembangkit PLN
Deutz BA 6M-816 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Deutz BA 6M-816 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Deutz MWM TBD232 PLTD ,
0,2 0,2
, 0,2
, 0,2
, 0,2
, 0,2
, 0,2
, 0,2
, 0,2
, 0,2
,
Deutz BA 12M-816 PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Deutz MWM TBD 616 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Daihatsu 6PSTc-22 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Komatsu SAA 6D125 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
727

DAF/Dinaf 1160 PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Caterpillar D 3306 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Deutz BF8M-716 PLTD 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Komatsu SAA 12V140 PLTD 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
MTU 18 V 2000 G 63 PLTD 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Pembangkit Sewa
PLTD Sewa
Project PLN
PLTS PLTS
PLTD Relokasi PLTD 1,5 1,0 1,0
Project Swasta

Jumlah Kapasitas MW 6,3


6 3 6,3
6 3 6,3
6 3 6,3
6 3 7,3
7 3 7,3
7 3 7,3
7 3 8,3
8 3 8,3
8 3 8,3
8 3
Cadangan MW 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
Pemeliharaan MW 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Operasi MW 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,6 0,6 0,4 0,1 0,9 0,6 0,3 0,9 0,6 0,1
Lam
mpiran B
B18.5
PROVINSSI SULAWEESI TENGA
AH
728
Neraca Daya Sistem Palu – Parigi – Poso
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 406,0 463,1 513,5 568,9 629,7 699,9 777,2 862,3 956,8 1047,9
Beban Puncak MW 75,7 84,3 93,7 103,9 115,2 128,2 142,4 158,1 175,4 192,1
Load Factor % 61,2 62,7 62,6 62,5 62,4 62,3 62,3 62,3 62,3 62,3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 116,5 132,2 108,7 65,0 45,0 45,0 45,0 25,0 25,0 25,0
Derating Capacity MW 30,3 30,3 26,0 14,9 14,9 14,9 14,9 5,5 5,5 5,5
Pembangkit PLN
PLTD Silae MW 43,7 43,7 43,7 20,0 20,0 20,0 20,0 0,0 0,0 0,0
PLTD Parigi MW 7,8 7,8 - - - - - - - -
PLTD Poso MW 10,2 10,2 - - - - - - - -
PLTD Tentena MW 5,5 5,5 - - - - - - - -
Pembangkit IPP & Sewa
PLTU Tawaeli MW 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0
729

Sewa PLTD Silae MW 10,0 10,0 10,0 - - - - - - -


Sewa PLTD Talise MW ,
10,0 10,0
, 10,0
, - - - - - - -
Sewa PLTD MFO (Rencana) MW 20,0 20,0 20,0 20,0 - - - - - -
Project PLN
Palu (Peaker) PLTG 25,0
Palu (Batch 3) PLTU 30,0
Poso 2 PLTA 65,0 65,0
Project Swasta
Tawaeli (Ekpansi) PLTU 30,0
Poso (Transfer ke Palu) PLTA 65,0 30,0 (30,0) (65,0)
Bora (FTP 2) PLTP 5,0
Masaingi (FTP 2) PLTP 20,0
Borapulu PLTP 20 0
20,0 20 0
20,0
Interkoneksi sistem Palu dengan Poso & Tentena
Jumlah Kapasitas Terpasang MW 116,5 197,2 173,7 190,0 200,0 200,0 225,0 265,0 285,0 305,0
Reserve Margin (Daya Mampu) % 14,0 98,1 57,7 68,5 60,7 44,4 47,5 64,1 59,3 55,9
729
Neraca Daya Sistem Poso
P
Pasokan/Kebutuhan
k /K b t h U it
Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 36.0 40.0 44.5 49.3 54.7 60.8 67.5 74.9 83.1 90.9
Beban Puncak MW 7.3 8.1 8.9 9.9 10.9 12.1 13.4 14.8 16.4 17.9
Load Factor % 56.4 56.6 56.8 57.0 57.2 57.4 57.6 57.7 57.9 58.1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10.2 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7
Derating Capacity MW 1.2 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Pembangkit PLN
PLTD Poso MW 45
4.5 - - - - - - - - -
PLTM Bambalo 1 MW 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6
PLTD Malino MW 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1

Pembangkit Sewa
730

Sewa PLTD (Poso) MW 3.0

Project PLN
Bambalo 3 PLTM 2.3
Poso 2 PLTA 65.0 65.0

Project Swasta
Poso (Transfer ke Palu-Poso) PLTA 65 0
65.0 30 0
30.0 -30 0
-30.0 -65 0
-65.0

Interkoneksi ke sistem 150 kV Palu-Parigi


Jumlah KapasitasTerpasang MW 10.2
Cadangan MW 1.8
P
Pemeliharaan
lih MW 10
1.0
Operasi MW 0.8
Surplus/Defisit (N-2) MW 0.0

730
N
Neraca Daya Sistem Tentena
D Si t T t
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 8,1 8,9 9,8 10,7 11,8 13,0 14,3 15,7 17,3 18,7
Beban Puncak MW 3,2
3 2 36
3,6 39
3,9 43
4,3 47
4,7 52
5,2 57
5,7 62
6,2 68
6,8 74
7,4
Load Factor % 28,4 28,4 28,5 28,6 28,6 28,7 28,7 28,8 28,9 28,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5,6 5,6 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Derating Capacity MW 0,9 0,9 - - - - - - - -
Pembangkit PLN
PLTD Tentena MW 1,7
1 7 1,7
1 7 - - - - - - - -
PLTD Pendolo MW 0,7 0,7 - - - - - - - -
PLTD Tomata MW 1,1 1,1 - - - - - - - -
PLTD Taripa MW 0,2 0,2 - - - - - - - -
PLTM Sawidago 2 MW 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
731

Pembangkit Sewa
S
Sewa Genset
G t (Tentena)
(T t ) MW 10
1,0 10
1,0

Project PLN
On Going Project
Rencana Project
Project Swasta Interkoneksi 150 KV Sistem Sulteng (Palu-Parig-Poso)
On Going Project
Rencana Project

Jumlah KapasitasTerpasang MW 5,6 5,6


Cadangan MW 1,0 1,0
Pemeliharaan MW 0,5 0,5
O
Operasi i MW 05
0,5 05
0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,4 0,1
Neraca Daya Sistem Tolitoli
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 32,9 36,1 39,6 43,4 47,4 52,1 57,1 62,5 68,5 74,0
Beban Puncak MW ,
8,3 9,1
, 9,9
, 10,8
, 11,8
, 12,8
, 14,0
, 15,3
, 16,6
, 17,9
,
Load Factor % 45,2 45,4 45,7 45,9 46,1 46,3 46,5 46,7 47,0 47,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 11,8 11,8 11,8 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Derating Capacity MW 1,4 1,4 1,4 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Pembangkit PLN
PLTD Toli-Toli MW 8,2 8,2 8,2 - - - - - - -
PLTM Kolondom MW 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD MW 2,0 2,0 2,0
732

Project PLN
Relokasi PLTD PLTD 2,0
Toli-Toli PLTU 45,0

Project Swasta
B b
Batubota PLTM 2,5

Interkoneksi 150 kV sistem Minahasa


Jumlah KapasitasTerpasang MW 11,8 13,8 13,8
Cadangan MW 1,5 1,5 1,5
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 0,5 0,5 0,5
Surplus/Defisit (N-2)) MW 0,5 1,8 0,9
732
Neraca Daya Sistem Leok
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 10,9 12,3 13,8 15,5 17,4 19,6 22,0 24,8 27,8 30,8
Beban Puncak MW 3,3 3,7 4,1 4,6 5,2 5,8 6,4 7,2 8,0 8,8
Load Factor % 37,7 37,9 38,1 38,4 38,6 38,9 39,1 39,3 39,6 39,8
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
Derating Capacity MW 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4

Pembangkit PLN
PLTD Leok MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa -
PLTD Pemda Buol
733

MW 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2

Project PLN
Relokasi PLTD PLTD 2,0

Project Swasta

Interkoneksi 150 kV sistem Tolitoli


Jumlah KapasitasTerpasang MW 8,2 8,2 8,2
Cadangan MW 1,5 1,5 1,5
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 0,5 0,5 0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,0 0,6 0,2

733
Neraca Daya Sistem Moutong – Kotaraya – Palasa
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 20,1 22,5 25,2 28,1 31,3 35,0 39,1 43,6 48,6 53,4
Beban Puncak MW 5,5 6,1 6,8 7,6 8,4 9,3 10,4 11,5 12,8 14,0
L dF
Load Factor
t % 41 8
41,8 42 0
42,0 42 2
42,2 42 4
42,4 42 6
42,6 42 8
42,8 42 9
42,9 43 1
43,1 43 3
43,3 43 5
43,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10,1 10,1 10,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1
Derating Capacity MW 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Pembangkit PLN
PLTD Moutong MW 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7 2,7
2 7
PLTD Palasa MW 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9
PLTD Kota Raya MW 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
PLTM Tomini MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa
734

Sewa Genset MW 2,0 2,0 2,0

Project PLN

Project Swasta
Kotaraya PLTM 0,8
I
Interkoneksi
k k i 150
1 0 kV d
dengan grid
id Gorontalo
G l & Tolitoli
T li li
Jumlah KapasitasTerpasang MW 10,1 10,1 10,9
Cadangan MW 1,5 1,5 1,5
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 0,5 0,5 0,5
S l /D fi it (N
Surplus/Defisit (N-2)
2) MW 14
1,4 08
0,8 08
0,8
Neraca Daya Sistem Bangkir
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 2,9 3,3 3,6 4,0 4,5 5,0 5,5 6,1 6,8 7,4
Beban Puncak MW ,
1,7 1,9
, 2,1
, 2,3
, 2,6
, 2,9
, 3,2
, 3,5
, 3,9
, 4,2
,
Load Factor % 19,3 19,4 19,4 19,5 19,6 19,7 19,8 19,9 20,0 20,1
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Derating Capacity MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Pembangkit PLN
PLTD Bangkir PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa
735

Project
j PLN
Relokasi PLTD PLTD 2,0

Project Swasta
Pekasalo PLTM 1,2

Intekoneksi dengan grid Tolitoli


Jumlah KapasitasTerpasang MW 4,0 4,0 5,2
Cadangan MW 1,4 1,4 1,4
Pemeliharaan MW 0,7 0,7 0,7
Operasi MW 0,7 0,7 0,7
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,7 0,5 1,5
Neraca Daya Sistem Ampana
P
Pasokan/Kebutuhan
k /K b t h U it
Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 15,6 17,3 19,1 21,2 23,4 25,9 28,7 31,8 35,2 38,4
Beban Puncak MW 3,0 3,4 3,7 4,1 4,5 5,0 5,5 6,0 6,6 7,2
Load Factor % 58,5 58,7 59,0 59,2 59,5 59,7 60,0 60,2 60,5 60,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Derating Capacity MW 1,5 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 - - - -
Pembangkit PLN
p
PLTD Ampana PLTD ,
2,2 2,2
, 2,2
, 2,2
, 2,2
, 2,2
, 2,2
, 2,2
, 2,2
, 2,2
,
PLTD Mantangisi PLTD 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8
Pembangkit Sewa

Project PLN
736

On Going Project
Sansarino PLTM 0,8
Rencana Project
PLTU Ampana PLTU 3,0 3,0
PLTD Relokasi PLTD 1,0 2,0

Project Swasta
Interkoneksi 150 kV sistem
Sulteng
Jumlah KapasitasTerpasang MW 6,8 8,8 11,8 14,8 14,8 14,8
Cadangan MW 1,8 1,8 4,0 4,0 4,0 4,0
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 3,0 3,0 3,0 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Operasi MW 0,8 0,8 1,0 1,0 1,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,5 1,4 1,8 4,4 4,0 3,5
Neraca Daya Sistem Luwuk‐Bunta
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 74,3 82,5 92,0 101,8 124,9 138,1 152,5 168,0 185,1 201,1
Beban Puncak MW 15,7 19,0 21,0 23,1 25,4 28,0 30,9 34,0 37,4 40,7
Load Factor % 54,2 49,4 50,1 50,3 56,1 56,2 56,3 56,4 56,4 56,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 24,6 22,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
Derating Capacity MW 4,3 2,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN
PLTD Luwuk MW 6,9 6,9 - - - - - - - -
PLTM Hanga-Hanga I MW 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
PLTD Moilong MW 3,0 3,0 - - - - - - - -
PLTD Bunta MW
Pembangkit IPP
PLTM Kalumpang MW 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
PLTM Hanga-Hanga II MW 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD MW 5,0 5,0
737

Project PLN
Luwuk PLTMG PLTMG 20,0
Project Swasta
Hek (on going) PLTM 2,5
Luwuk (FTP2) PLTU 10,0 10,0
Biak I PLTM 1,5
Biak II PLTM 1,3
Biak III PLTM 12
1,2
Lambangan PLTM 3,2
Bunta PLTM 2,5
Interkoneksi 20 kV Sistem Bunta (2012)
Jumlah KapasitasTerpasang MW 27,1 25,0 33,0 38,7 48,7 58,7 58,7 58,7 58,7 58,7
Cadangan MW 2,3 2,3 6,3 6,5 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Pemeliharaan MW 1,3 1,3 5,0 5,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Operasi MW 1,0 1,0 1,3 1,5 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 4,8 1,4 4,6 7,9 7,1 14,5 11,6 8,5 5,1 1,9
Neraca Daya Sistem Kolonedale - Bungku
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 30.5 33.6 47.9 55.8 63.7 71.7 82.4 93.2 102.6 112.9
Beban Puncak MW 6.1 6.7 9.5 11.0 12.5 14.0 16.0 18.0 19.7 21.6
Load Factor % 57.6 57.6 38.2 38.3 38.4 38.5 38.6 38.7 38.8 38.9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 12.2 12.2 6.0 1.0
Derating Capacity MW 3.0 3.0 1.9
Pembangkit PLN
PLTD Kolonedale MW 1.7 1.7 1.7 1.7
PLTD Tompira MW 1.7 1.7 1.7 1.7
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD Tompira MW 2.0 2.0
Sewa PLTD Kolonedale MW 1.0 1.0 1.0 1.0
IPP
PLTD Pemda Bungku MW 4.3 4.3
738

Project PLN
PLTG/MG Bohunsuai Morowali PLTMG 10.0 5.0 5.0

Project Swasta
Mampueno / Sakita PLTM 2.0
Wawopada PLTM 5.3
Interkoneksi 20 kV dengan Bungku
Interkoneksi 150
kV Sulteng
Jumlah KapasitasTerpasang MW 12.2 12.2 23.3 23.3 27.3 27.3 27.3 27.3
Cadangan MW 1.7 1.7 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0
Pemeliharaan MW 10
1.0 10
1.0 50
5.0 50
5.0 50
5.0 50
5.0 50
5.0 50
5.0 5.0
5 0 5.0
5 0
Operasi MW 0.7 0.7 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Surplus/Defisit (N-2) MW 1.4 0.8 5.9 6.3 8.8 7.3 5.3 3.3
Neraca Daya Sistem Bungku
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 3,7 4,1 4,5 4,9 5,3 5,9 6,4 7,0 7,7 8,3
Beban Puncak MW 2,2 2,4 2,7 2,9 3,2 3,5 3,8 4,2 4,6 4,9
L dF
Load Factor
t % 19 0
19,0 19 1
19,1 19 1
19,1 19 2
19,2 19 2
19,2 19 2
19,2 19 3
19,3 19 3
19,3 19 3
19,3 19 4
19,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9
Derating Capacity MW 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
g PLN
Pembangkit
PLTD Bungku MW 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Pembangkit Sewa MW
Mesin Pemda Bungku MW 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3
739

Project PLN
PLTD Relokasi PLTD 1,0

Project Swasta
Mampueno / Sakita PLTM 2,0
Interkoneksi 20 kV dengan Kolonedale
Interkoneksi
150 kV Sulteng
Jumlah KapasitasTerpasang MW 5,9 7,9
Cadangan MW 1,5 1,5
Pemeliharaan MW 10
1,0 10
1,0
Operasi MW 0,5 0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,0 2,8
Neraca Daya Sistem Banggai Kepulauan
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 6,3 7,0 7,8 8,6 9,5 10,6 11,7 13,0 14,4 15,7
Beban Puncak MW 1,5 1,7 1,9 2,0 2,3 2,5 2,8 3,1 3,4 3,7
L dF
Load Factor
t % 47,5 47,6 47,7 47,8 48,0 48,1 48,2 48,3 48,4 48,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 0,6 0,6 0,6 0,6
Derating Capacity MW 1,0 1,0 1,0 1,0 0,6 0,6 0,2 0,2 0,2 0,2
Pembangkit
g PLN
PLTD Banggai PLTD 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,1 0,1 0,1 0,1
PLTD Lelang PLTD 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 0,5 0,5 0,5 0,5
Pembangkit Sewa
740

Project PLN
PLTD Relokasi PLTD 2,0 1,0
Banggai PLTD 2,0
PLTM Banggai PLTM 0,1

Project Swasta

Jumlah KapasitasTerpasang MW 4,3 4,3 5,3 5,4 5,4 5,4 5,7 5,7 5,7 5,7
Cadangan MW 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5 05
0,5
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,2 0,1 0,9 0,8 1,0 0,7 1,3 1,0 0,7 0,4
Lamp
piran B1
18.6
PROVINSI SSULAWESII SELATAN
N
741
Neraca Daya Sistem Selayar
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 19,6 22,0 24,0 25,9 27,9 30,1 32,4 35,0 37,8 39,9
Beban Puncak MW 3,8 4,3 4,6 5,0 5,4 5,8 6,2 6,7 7,2 7,6
Load Faktor % 58,9 59,0 59,1 59,2 59,3 59,4 59,5 59,6 59,6 59,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,5 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9
Derating capacity MW 1,6 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
Daihatsu 0,50 1 PLTD 0,4
MTU 1,06 1 PLTD 0,9
Deutz 1,22 2 PLTD 1,8 1,8
Deutz 1,22 2 PLTD 1,8 1,8
742

Pembangkit Sewa

Project PLN
Selayar (new PLTD) PLTD 1,0 1,0

Project Swasta
Selayar (FTP2) PLTGB 4,0 4,0

Jumlah Efektif MW 6,5 8,9 12,9 12,9 13,9 13,9 13,9 14,9 14,9 14,9
Cadangan : MW 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2
Pemeliharaan MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Operasi N 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,5 1,1 4,8 4,4 5,0 4,6 4,2 4,7 4,2 3,8

742
Lam
mpiran B1
18.7
PR
ROVINSI SULAWESI TENGGAR
RA
743
Neraca Daya Sistem Kendari
P
Pasokan/Kebutuhan
k /K b t h U it
Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 300.0 355.4 409.3 449.0 492.9 541.2 594.5 653.3 718.3 793.1
Load Faktor % 53.2 53.9 54.6 55.3 56.0 56.7 57.5 58.2 59.0 59.7
Beban Puncak MW 64.3 75.3 85.6 92.7 100.4 108.9 118.1 128.1 139.1 151.6

Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 45.8 40.7 40.7 40.7 40.7 40.7
Derating capacity MW 8.8 7.3 7.3 7.3 7.3 7.3
Pembangkit PLN
PLTD Wua-Wua PLTD 19.1
19 1 19.1
19 1 19.1
19 1 19.1
19 1 19.1
19 1 19.1
19 1
PLTD Lambuya PLTD 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8
PLTD Poasia - ex PJB PLTD 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
Perusda Lambuya PLTD 3.6
744

Pembangkit Sewa PLTD 51.0 51.0 51.0 20.0 −


Tambahan Pembangkit
PLN
Kendari - Nii Tanasa (FTP1) PLTU 20.0
Kendari - Nii Tanasa (Ekspansi) PLTU 10.0
Konawe PLTA 25.0 25.0
Watunohu 1 PLTA 28.0 28.0
IPP
Lainea PLTP 20.0
Kendari (FTP2) PLTU 50.0
Interkoneksi dengan Sistem Sulsel - Kolaka - Kendari - 2014

Jumlah Efektif MW 108.0 104.4 114.4 133.4 113.4 138.4 150.0 178.0 206.0 206.0
Reserve Margin % 68 39 34 44 13 27 27 39 48 36

744
Neraca Daya
y Sistem Kolaka
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 53,6 63,4 72,9 79,9 87,6 96,0 105,3 115,6 126,9 139,9
Beban Puncak MW 14,3 16,7 18,9 20,5 22,2 24,1 26,1 28,3 30,7 33,4
Load Factor % 42,9 43,4 43,9 44,5 45,0 45,5 46,1 46,6 47,2 47,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Derating capacity MW 2,1 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
Pembangkit PLN
Total PLTD PLN 5,49 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Sewa
S
Sewa PLTD HSD
HSD-1
1 PLTD 20
2,0 2,0
2 0 2,0
2 0
Sewa PLTD HSD-2 PLTD 3,0 3,0 3,0
Sewa PLTD MFO PLTD 6,0 4,0 4,0
Project PLN
Sabilambo 1,0 2 PLTM 2,0
745

Ratelimbong 1,2 2 PLTM


Lapai-1
Lapai 1 20
2,0 2 PLTM 4,0
4 0
Lapai-2 2,0 2 PLTM 4,0
Riorita 0,5 2 PLTM 1,0
Toaha 0,5 2 PLTM 1,0
Kolaka 10 2 PLTU
Project Swasta
Kolaka (FTP2) 10 2 PLTU 20,0
Tamboli 4,8 2 PLTM 9,6
Interkoneksi dengan Sistem Sulsel - Kolaka - Kendari - 2013
Jumlah Efektif MW 18,5 26,0 35,6 46,6 46,6 46,6 46,6 46,6 46,6 46,6
Cadangan MW 3,5 3,5 4,4 7,3 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8 14,8
Pemeliharaan MW 2,5 2,5 2,5 4,8 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Operasi MW 1,0 1,0 1,9 2,5 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8 4,8
Surplus/Defisit (N
(N-2)
2) MW 07
0,7 58
5,8 12 2
12,2 18 8
18,8 96
9,6 77
7,7 57
5,7 35
3,5 11
1,1 (1 7)
(1,7)

745
Neraca Daya Sistem Bau‐Bau
Pasokan/Keb t han
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 72,1 85,1 97,8 107,0 117,1 128,2 140,4 153,9 168,7 185,8
Beban Puncak MW 14,3 16,7 18,9 20,5 22,1 24,0 25,9 28,1 30,5 33,2
Load Factor % 57,7 58,3 59,0 59,7 60,4 61,1 61,8 62,5 63,2 63,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10,5 10,5 9,4 9,4 9,4 9,4 9,4 9,4 9,4 9,4
Derating capacity MW 3,0 3,0 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
Pembangkit PLN
Manufacture Size Jlh unit
Daihatsu 1,250 2 PLTD 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
eut
Deutz 1,224
, 2 PLTD 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
, 1,7
,
Mirrlees 2,860 1 PLTD 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
Biwater - Winning 0,800 2 PLTM 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Sewa
Sewa Diesel HSD-1 PLTD 5,0 5,0 5,0
746

Sewa Diesel HSD-2 PLTD 5,0 5,0 5,0


Sewa Diesel HSD
HSD-3
3 (ex rencana Raha) 3,0 3,0 3,0
20 5 20 5 19 8 68 68 68 68 68 68 68
Project PLN
Rongi 0,4 2 PLTM 0,8
Bau-Bau (FTP2) 10 2 PLTU 20,0

Project Swasta
Bau-Bau
au au 7 2 PLTU
U 14,0
,0
Interkoneksi dg grid Sulsel - Kendari - 2015
Suplai dari Sistem Kendari 4,0 5,0
Interkoneksi 20 kV Sistem Bau-Bau - Raha - 2011
Jumlah Efektif MW 21,3 21,3 34,6 41,6 41,6 45,6 45,6 50,6 50,6 50,6
Cadangan MW 2,9 2,9 8,9 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0
P
Pemeliharaan
lih MW 19
1,9 19
1,9 70
7,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0
Operasi MW 1,0 1,0 1,9 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 4,1 1,7 6,8 4,1 2,5 4,6 2,7 5,5 3,1 0,4

746
Neraca Daya Sistem Raha
Pasokan/Kebutuhan
P k /K b t h U it
Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 36,5 43,0 49,3 53,8 58,8 64,3 70,3 76,9 84,2 92,5
Beban Puncak MW 7,7 8,9 10,1 10,9 11,8 12,8 13,8 14,9 16,2 17,6
Load Faktor % 7,7 8,5 9,3 9,9 10,7 11,5 12,5 13,5 14,7 15,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 83
8,3 8,3
8 3 8,3
8 3 4,1
4 1 4,1
4 1 4,1
4 1 4,1
4 1 4,1
4 1 4,1
4 1 4,1
4 1
Derating capacity MW 2,7 2,7 2,7 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Daya mampu MW 5,7 5,7 5,7 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
SWD 0,34 2 PLTD 0,7 0,7 0,7
Daihatsu 0,50 2 PLTD 0,8 0,8 0,8
D t BA12M
Deutz-BA12M 0 56
0,56 1 PLTD 02
0,2 02
0,2 02
0,2
Deutz-BA6M 0,26 1 PLTD 0,2 0,2 0,2
Caterpillar 0,40 1 PLTD 0,3 0,3 0,3
MAN 0,53 2 PLTD 0,8 0,8 0,8
MWM 0,27 1 PLTD 0,2 0,2 0,2
747

Mirrlees 2,86 1 PLTD 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Deutz BV 1,22 1 PLTD 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Pembangkit Sewa
Sewa Diesel HSD-1 PLTD 3,0 3,0 3,0
Sewa Diesel HSD-2 PLTD 3,0 3,0 4,0
Project PLN
Raha (FTP II) PLTU 6,0
Raha (new PLTD) PLTD 3,0
Interkoneksi dengan Sistem
S Kendari - 2015
Interkoneksi dengan Sistem Bau-Bau - 2014
Suplai dari Sistem Bau-Bau 8,0 4,0
Interkoneksi 20 kV Sistem Bau-Bau - Raha - 2011
Jumlah Efektif MW 11,7 11,7 18,7 16,6 19,6 19,6 19,6 23,6 23,6 23,6
Cadangan MW 2,7 2,7 2,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7
Pemeliharaan 1,7 1,7 1,7 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi 1,0 1,0 1,0 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,2 0,0 5,8 0,9 3,0 2,1 1,1 3,9 2,7 1,3

747
Neraca Daya Sistem Wangi‐Wangi

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 10,0 11,8 13,5 14,7 16,1 17,5 19,1 20,9 22,8 25,0
Beban Puncak MW 2,2 2,6 2,9 3,1 3,4 3,6 3,9 4,2 4,5 4,9
Load Faktor % 51 9
51,9 52 6
52,6 53 2
53,2 53 9
53,9 54 5
54,5 55 2
55,2 55 9
55,9 56 6
56,6 57 3
57,3 58 0
58,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,6 2,6 2,6
Derating capacity MW 1,0 1,0 1,0

Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
Daihatsu 0,500 1 PLTD 0,4 0,4 0,4
SWD 0,536 3 PLTD 0,8 0,8 0,8
Daihatsu 0,520 1 PLTD 0,4 0,4 0,4
748

Pembangkit Sewa
Sewa Diesel HSD-1 PLTD 3,0 3,0 3,0

Project PLN
Wangi-Wangi (FTP II) PLTU 3,0 3,0
Wangi Wangi (Peaking)
Wangi-Wangi 2x1 MW PLTD 2,0
2 0 20
2,0

Jumlah Efektif MW 4,6 4,6 9,6 8,0 8,0 8,0 8,0 10,0 10,0 10,0
Cadangan MW 1,8 1,8 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Pemeliharaan MW 1,0 1,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi MW 08
0,8 08
0,8 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,6 0,2 2,7 0,9 0,6 0,4 0,1 1,8 1,5 1,1

748
Lam
mpiran B1
18.8
PROV
VINSI MALLUKU
749
N
Neraca Daya Sistem Ambon
D Si A b
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 224,0 241,5 266,0 292,1 320,0 350,6 383,9 420,1 459,4 501,9
Load Factor % 59 1
59,1 58 3
58,3 57 4
57,4 56 6
56,6 55 7
55,7 54 9
54,9 54 1
54,1 53 3
53,3 52 5
52,5 51 7
51,7
Beban Puncak MW 43,3 47,3 52,9 59,0 65,6 72,9 81,1 90,0 100,0 110,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 55,1 55,1 55,1 55,1 55,1 55,1
Derating Capacity MW 20,1 20,1 20,1 20,1 20,1 20,1
Pembangkit PLN
Manufacture Size
PLTD Hative Kecil 21,5 MW 15,2 15,2 15,2 15,2 15,2 15,2
Interkoneksi Pulau Ambon - Seram
PLTD Poka 33,6 MW 20,8 20,8 20,8 20,8 20,8 20,8
Pembangkit Sewa
750

Sewa HSD MW 20,2 - - - - -


Sewa MFO MW 25 0
25,0 25 0
25,0 25 0
25,0
Project PLN
Waai #1,2 (FTP 1) PLTU 15,0 *) 15,0 *)
Waai #3 (Ekspansi) PLTU 15,0
Tulehu (FTP 2) PLTP 10,0 10,0
Wai Tala PLTA 13,5 40,5
Project IPP / Swasta
Jumlah Efektif MW 56,2 76,0 91,0 101,0 101,0 101,0
Cadangan MW 8,3 19,5 19,5 25,0 25,0 25,0
Pemeliharaan MW 4,5 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Operasi MW 3,8 4,5 4,5 10,0 10,0 10,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 4,6 9,2 18,6 17,0 10,4 3,1

*) PLTU Maluku
Neraca Daya Sistem Seram
y
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan <=== Interkoneksi Masohi, Waipia, Liang, Kairatu & Piru (2014)
Produksi Energi GWh 26,5 28,4 31,0 55,2 59,9 64,9 70,4 76,3 82,6 89,4
Load Factor % 51,3 51,3 51,3 47,8 47,6 47,3 47,1 46,9 46,7 46,5
Beban Puncak MW 5,9 6,3 6,9 13,2 14,4 15,7 17,1 18,6 20,2 21,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 6,7 6,7 6,7 14,4 14,4 14,4
Derating Capacity MW 2,0 2,0 2,0 4,3 4,3 4,3
Pembangkit PLN
Manufacture Size
PLTD Masohi 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7
PLTD Liang 0,4 0,6 0,6 0,6
Interkoneksi Pulau Ambon - Seram
PLTD Waipia 0,4 0,3 0,3 0,3
PLTD Kairatu 4,0 4,0 4,0 4,0
PLTD Piru 2,7 2,7 2,7 2,7
Pembangkit Sewa
751

Masohi PLTD 2,0 2,0 2,0 - - -


K i
Kairatu PLTD 20
2,0 3,0
3 0 3,0
3 0 - - -
Project PLN
Wai Tala PLTA 13,5 45,5
Nua (Masohi) PLTM 6,0
Wae Mala PLTM 2,0
Ruwapa PLTM 1,2
T
Tene PLTM 40
4,0
Makariki PLTM 4,0
Project IPP / Swasta
Mala-2 PLTM 6,0
Jumlah Efektif MW 8,7 9,7 20,9 33,3 33,3 33,3
Cadangan MW 2,4 2,5 2,4 5,0 5,0 5,0
Pemeliharaan MW 13
1,3 14
1,4 13
1,3 30
3,0 30
3,0 30
3,0
Operasi MW 1,1 1,1 1,1 2,0 2,0 2,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,5 0,9 11,7 15,1 13,9 12,6
Neraca Daya Sistem Ambon‐Seram
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 250,5 269,9 297,0 347,3 379,9 415,5 454,3 496,4 542,0 591,3
Load Factor % 58,2 57,5 56,7 54,9 54,2 53,5 52,9 52,2 51,5 50,8
Beban Puncak MW 49,2 53,6 59,8 72,1 79,9 88,6 98,1 108,6 120,1 132,8
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 69,5 69,5 69,5 69,5
Derating Capacity MW 24,4 24,4 24,4 24,4

AMBON
Pembangkit Sewa
Sewa HSD Ambon PLTD 20,2
Sewa MFO Ambon PLTD 25,0 25,0 25,0
Project PLN
Waai #1,2 (FTP 1) PLTU 15,0 15,0
Waai #3 (Ekspansi) PLTU 15,0
Tulehu (FTP 2) PLTP 10,0 10,0
Wai Tala PLTA 13,5 40,5
752

SERAM
Pembangkit Sewa
Masohi PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0
Kairatu PLTD 2,0 2,0 3,0 3,0
Project PLN
Nua (Masohi) PLTM 6,0
Wae Mala PLTM 2,0
Ruwapa PLTM 12
1,2
Tene PLTM 4,0
Makariki PLTM 4,0
Project IPP / Swasta
Mala-2 PLTM 6,0
Jumlah Efektif MW 164,8 205,3 205,3 205,3
Cadangan MW 25,0 25,0 25,0 25,0
P
Pemeliharaan
lih MW Si t
Sistem Ambon
A b dan
d Seram
S masih
ih terpisah
t i h 1 0
15,0 1 0
15,0 1 0
15,0 1 0
15,0
Operasi MW 10,0 10,0 10,0 10,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 41,7 71,7 60,2 47,5
Neraca Daya Sistem Bula
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 3,5 4,0 4,4 5,0 5,5 6,1 6,7 7,4 8,2 8,9
Beban Puncak MW 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4
Load Factor % 62,0 63,7 64,7 65,5 66,2 67,0 67,8 68,6 69,4 70,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Derating Capacity MW 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Pembangkit PLN
Manufacture Thn Opr Size
PLTD 1,10 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Bula #1 (DAF) 1984 0,12 PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Bula #2 (DEUTZ) 1999 0,20 PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Bula #3 (VOLVOPENTA) 2003 0,28 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
753

Bula #4 (DEUTZ) 2003 0,25 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
B l #5 (KOMATSU)
Bula 2005 0 25
0,25 PLTD 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2 02
0,2
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD HSD PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
Project PLN
Isal PLTM 1,0 1,0 2,0 2,0 2,0
Project IPP / Swasta
PLTM

Jumlah Efektif MW 1,4 1,4 1,4 2,4 2,9 2,9 2,9 4,9 6,9 8,9
Cadangan MW 0,3 0,3 0,3 1,1 1,2 1,2 1,2 3,0 3,0 3,0
Pemeliharaan MW 0,2 0,2 0,2 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 2,0 2,0
Operasi MW 01
0,1 01
0,1 01
0,1 01
0,1 02
0,2 02
0,2 02
0,2 10
1,0 10
1,0 10
1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,4 0,3 0,2 0,4 0,7 0,6 0,5 0,6 2,5 4,4

753
Neraca Daya Sistem Saparua
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 6,9 7,4 8,0 8,8 9,5 10,3 11,2 12,2 13,2 14,3
Load Factor % 48,5 48,1 47,7 47,3 47,0 46,6 46,2 45,9 45,5 45,1
Beban Puncak MW 16
1,6 17
1,7 19
1,9 21
2,1 23
2,3 25
2,5 28
2,8 30
3,0 33
3,3 36
3,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 2,3 2,3 2,3 2,3
Derating Capacity MW 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Pembangkit PLN
Manufacture Size
PLTD Saparua 3,4 MW 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 2,3 2,3 2,3 2,3
Pembangkit Sewa
Sewa HSD PLTD - - - - - - - - - -
754

j
Project PLN
Relokasi PLTD dari Masohi PLTD 0,4
PLTD PLTD 0,5
Interkoneksi 20 kV Kabel Laut Saparua - Haruku
Pasokan dari Pulau Haruku 3,0
Project IPP / Swasta

Jumlah Efektif MW 3,8 4,3 4,3 7,3 7,3 7,3 6,2 6,2 6,2 6,2
Cadangan MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Pemeliharaan MW 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,2 0,6 0,4 3,2 3,0 2,4 1,0 0,8 0,5 0,2

754
Neraca Daya Sistem Buru (Namlea)
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan <== Interkoneksi Namlea, Mako & Air Buaya (2011)


Produksi Energi GWh 18,3 19,7 21,8 23,9 26,2 28,7 31,4 34,4 37,6 41,0
Load Factor % 42,0 42,0 42,2 42,2 42,3 42,4 42,4 42,5 42,6 42,7
Beban Puncak MW 5,0 5,4 5,9 6,5 7,1 7,7 8,4 9,2 10,1 11,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 9,7 9,7 7,7 7,7 7,7 7,7 7,7 7,7 7,7 7,7
Derating Capacity MW 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
Pembangkit PLN
Manufacture Size
PLTD Namlea 5,39 MW 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
PLTD Mako 2,26 MW 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
755

Pembangkit Sewa
S
Sewa HSD (N
(Namlea)
l ) PLTD 20
2,0 20
2,0 - - - - - - - -
Project PLN
Buru (KPI) PLTGB 6,0

Project Swasta / IPP


Wainibe PLTM 13
1,3 13
1,3 13
1,3 13
1,3
Waetina PLTM 4,0 4,0
Jumlah Efektif MW 7,1 7,1 12,3 13,6 13,6 14,9 16,2 16,2 16,2 16,2
Cadangan MW 0,8 0,8 4,3 4,3 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Pemeliharaan MW 0,5 0,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi MW 0,3 0,3 1,3 1,3 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,3 0,9 2,2 2,9 1,6 2,2 2,8 2,0 1,2 0,3

755
Neraca Daya Sistem Tual
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 30,4 35,2 41,2 45,1 49,2 54,1 59,5 65,4 72,0 78,3
Load Factor % 57,8
, 58,2
, 57,7
, 57,4
, 57,1
, 56,9
, 56,6
, 56,3
, 56,1
, 55,8
,
Beban Puncak MW 6,0 6,9 8,2 9,0 9,8 10,9 12,0 13,3 14,7 16,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4
Derating Capacity MW 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
P b
Pembangkitkit PLN
Manufacture Size
PLTD Langgur 10,4 MW 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
Pembangkit Sewa
756

Sewa HSD MW 4,0 4,0 4,0


Sewa MFO MW
Project PLN
Tual PLTD 2,0 2,0 2,0
Langgur PLTGB 6,0
Project Swasta/IPP
Tual *) PLTGB 8,0
Jumlah Efektif MW 14,4 14,4 28,4 24,4 24,4 23,5 23,5 25,5 27,5 27,5
Cadangan MW 1,7 1,7 1,7 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Pemeliharaan MW 0,9 0,9 0,9 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Operasi MW 0,8 0,8 0,8 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,4 1,4 14,2 4,0 3,2 1,2 0,1 0,8 1,4 0,1

*) Pengganti PLTU Tual (FTP2) 756
Lam
mpiran B1
18.9
PROVINSSI MALUKU
U UTARA
757
Neraca Daya Sistem Ternate-Tidore
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan <== Interkoneksi (20 kV) Ternate & Tidore (2011)


Produksi Energi GWh 109.6 132.6 139.1 147.2 155.6 164.8 174.3 183.4 193.8 203.7
Load Factor % 67.5 65.1 64.7 64.4 64.0 63.7 63.3 63.0 62.6 62.3
Beban Puncak MW 18.5 23.3 24.5 26.1 27.7 29.6 31.4 33.2 35.3 37.3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 15.5 29.5 29.5 43.5 43.5 43.5 25.5 25.5 25.5 25.5
Derating Capacity MW 3.6 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
Pembangkit PLN
PLTD Kayu Merah 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4
PLTD Soa Siu 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6
Pembangkit Sewa
758

Sewa HSD PLTD 12.0 12.0 10.0 - - -


Sewa HSD PLTD 5.0 5.0
Project PLN
Maluku Utara / Tidore (FTP1) PLTU 14.0
Tidore Ekspansi (FTP 2) PLTU 14.0
Project Swasta / IPP
-
Jumlah Efektif MW 30.0 44.0 37.0 41.0 41.0 41.0 48.8 48.8 48.8 48.8
Cadangan MW 6.1 10.6 10.6 10.6 10.6 10.6 10.6 10.6 10.6 10.6
Pemeliharaan MW 3.6 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0
Operasi MW 2.5 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6
Surplus/Defisit (N-2) MW 5.4 10.1 1.9 4.3 2.7 0.8 6.8 5.0 2.9 0.9

758
Neraca Daya Sistem Sofifi‐Jailolo
Neraca Daya Sistem Sofifi Jailolo
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan <== Interkoneksi Jailolo, Sidangoli, Sofifi & Ibu (2012)
Produksi Energi GWh 11,2 24,5 27,1 29,9 33,1 36,6 40,3 44,5 48,9 53,8
Load Factor % 21,6
, 43,3
, 43,2
, 43,1
, 43,0
, 42,9
, 42,9
, 42,8
, 42,8
, 42,7
,
Beban Puncak MW 5,9 6,5 7,2 7,9 8,8 9,7 10,7 11,9 13,1 14,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,1 7,1 13,1 13,1 13,1 13,1 13,1 13,1 13,1 13,1
Derating Capacity MW 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0
Pembangkit PLN
PLTD Jailolo MW 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 1,1 1,1 1,1 1,1
PLTD Sidangoli MW 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 - - - -
PLTD Sofifi MW 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 0,6 0,6 0,6 0,6
PLTD Ibu MW 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
759

Pembangkit Sewa
Sewa HSD PLTD 20
2,0 30
3,0 - -

Project PLN
Sofifi PLTU 6,0
Project IPP / Swasta
Goal PLTM 1,5
Ibu PLTM 1,0
Jailolo (FTP2) PLTP 5,0 5,0
Jailolo - 2 PLTP 5,0
Jumlah Efektif MW 7,1 9,6 13,6 13,6 13,6 18,6 21,5 21,5 21,5 26,5
Cadangan MW 1,2 3,2 6,5 5,7 4,8 8,9 10,8 9,7 8,5 12,1
Pemeliharaan MW 0,6 1,6 3,0 3,0 3,0 3,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Operasi MW 0,5 0,6 1,6 1,6 1,6 1,6 3,0 3,0 3,0 3,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,2 1,0 1,9 1,1 0,2 4,3 2,8 1,7 0,5 4,1
Neraca Daya Sistem Tobelo - Malifut
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan <== Interkoneksi Tobelo & Malifut (2011)


Produksi Energi GWh 21,0 22,8 24,9 27,1 29,6 32,3 35,2 38,3 41,8 45,5
Load Factor % 46,7 47,1 47,6 48,0 48,4 48,9 49,3 49,8 50,3 50,7
Beban Puncak MW 5,1 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,1 8,8 9,5 10,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 10,6 10,6 10,6 10,6 10,6 10,6 10,6 10,6 10,6 10,6
Derating Capacity MW 2,7 2,7 2,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
P b
Pembangkit
kit PLN
PLTD Tobelo MW 5,9 5,9 5,9 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
PLTD Malifut MW 1,6 1,6 1,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Pembangkit Sewa
760

Sewa HSD PLTD 2,0 2,0 2,0 - - - - - - -


Project PLN

Project Swasta / IPP


Ngoali PLTM 2,0
Tobelo *) PLTGB 8,0

Jumlah Efektif MW 9,5 9,5 11,5 13,6 13,6 13,6 13,6 13,6 13,6 13,6
Cadangan MW 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1
Pemeliharaan MW 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1
Operasi MW 0,9 0,9 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,5 1,1 2,6 4,0 3,5 2,9 2,3 1,7 1,0 0,2

*) Pengganti PLTU Tobelo FTP2
760
Neraca Daya Sistem Bacan
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 11,3
11 3 12,2
12 2 13,2
13 2 14,3
14 3 15,6
15 6 16,9
16 9 18,2
18 2 19,7
19 7 21,3
21 3 22,9
22 9
Load Factor % 49,8 50,7 51,6 52,6 53,6 54,3 54,2 54,4 54,3 54,6
Beban Puncak MW 2,6 2,7 2,9 3,1 3,3 3,6 3,8 4,1 4,5 4,8
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
Derating Capacity MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN
PLTD Bacan 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
761

Pembangkit Sewa
S
Sewa HSD PLTD 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 - - - -
Project PLN
Relokasi PLTD 2,0
Bacan (Peaking) PLTD 1,2
Project
j Swasta / IPP
Songa Wayaua (FTP2) PLTP 5,0
Jumlah Efektif MW 4,3 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 8,5 10,5 10,5 10,5
Cadangan MW 0,9 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 3,7 3,7 3,7 3,7
Pemeliharaan MW 0,6 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 2,5 2,5 2,5 2,5
Operasi MW 0,4 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 1,2 1,2 1,2 1,2
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,8 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 1,0 2,7 2,3 2,0

761
Neraca Daya Sistem Sanana (Kepulauan Sula)
Uraian Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,8 10,8 11,9 13,3 14,7 16,4 18,1 20,1 22,1 24,4
Load Factor % 51,3 51,3 51,2 51,2 51,1 51,1 51,1 51,0 51,0 50,9
Beban Puncak MW 2,2 2,4 2,7 3,0 3,3 3,7 4,0 4,5 5,0 5,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,9 2,9 2,9 5,9 5,9 5,9 6,9 6,9 7,9 7,9
Derating Capacity MW 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 0,6 0,6 0,6 0,6
Pembangkit PLN
PLTD Sanana MW 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
762

Pembangkit Sewa
S
Sewa HSD PLTD 20
2,0 20
2,0 20
2,0 - - - - - - -
Project PLN
Sanana PLTD 3,0 - 1,0 1,0
Project Swasta / IPP

Jumlah Efektif MW 4,4 4,4 4,4 5,4 5,4 5,4 6,4 6,4 7,4 7,4
Cadangan MW 1,0 1,0 1,0 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Pemeliharaan MW 0,6 0,6 0,6 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4 04
0,4
Surplus/Defisit (N-2) MW 1,2 1,0 0,7 1,0 0,7 0,3 1,0 0,5 1,0 0,5
Lamp
piran B1
18.10
PRO
OVINSI PAP
PUA
763
Neraca Daya
y Sistem Jayapura
y p
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 324,2 358,8 399,3 442,4 490,1 543,1 601,8 666,8 738,9 818,9
Beban Puncak MW 53,5 59,1 65,7 72,8 80,6 89,3 98,9 109,5 121,4 134,5
Load Faktor % 69 2
69,2 69 3
69,3 69 3
69,3 69 4
69,4 69 4
69,4 69 4
69,4 69 5
69,5 69 5
69,5 69 5
69,5 69 5
69,5

Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 85,0 48,5 38,1 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9 27,9
Derating capacity 15,5 8,6 6,7 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9

Tambahan Pasokan
Pembangkit Sewa
Sewa HSD PLTD 32,5
Project PLN
Ongoing Project
764

Orya (On going) PLTA 20,0


Jayapura (FTP1) - Holtekamp PLTU 10 0
10,0 10,0
10 0
Rencana
Jayapura - Holtekamp (Ekspansi) 15,0 15,0
Amai PLTM 1,4
Orya 2 PLTM 10,0
Jayapura II PLTU 15,0 15,0
Project Swasta / IPP
Jayapura (FTP2) - Skouw PLTU 30,0

Jumlah Kapasitas MW 79,5 80,0 86,4 133,0 133,0 133,0 133,0 149,4 164,4 164,4
Cadangan : MW 14,0 14,0 14,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0
Pemeliharaan 10,0 10,0 10,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Operasi 4,0 4,0 4,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 12,1 6,8 6,7 35,2 27,4 18,7 9,1 14,9 18,0 4,9
Neraca Daya Sistem Biak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 57,2 62,5 68,7 75,2 82,3 90,0 98,6 107,9 118,1 129,3
Beban Puncak MW 9,0 9,7 10,5 11,4 12,3 13,3 14,3 15,5 16,8 18,2
Load Faktor % 72,8 73,7 74,6 75,6 76,5 77,5 78,4 79,4 80,3 81,3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 13,8 13,8 13,8 13,8 13,8 13,8 13,8 6,2 6,2 6,2
Derating capacity 2,8 2,8 2,8 3,0 2,8 2,8 2,9 1,3 1,2 1,2
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
Daihatsu 3,1 2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
MAK 2,5 3 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6

TAMBAHAN PASOKAN
765

Pembangkit Sewa
Sewa PLTD 30
3,0 50
5,0 50
5,0
Project PLN
Rencana
Biak 1 PLTGB 6,0 6,0
j
Project Swasta / IPP
Biak (FTP 2) PLTU 14,0

Jumlah Efektif MW 14,1 16,1 16,1 24,9 25,1 25,1 31,0 30,9 31,0 31,0
Cadangan MW 5,0 5,0 5,0 5,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0
Pemeliharaan 3,0 3,0 3,0 3,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
O
Operasii 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0
Surplus/Defisit MW 0,1 1,4 0,6 8,5 3,8 2,8 7,6 6,4 5,2 3,8
Neraca Daya Sistem Serui

Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 23,1 24,9 27,0 29,2 31,6 34,1 36,8 39,8 43,0 46,4
Beban Puncak MW 3,7 3,9 4,2 4,5 4,8 5,2 5,5 5,9 6,4 6,8
Load Faktor % 72 2
72,2 72 8
72,8 73 4
73,4 74 0
74,0 74 6
74,6 75 2
75,2 75 7
75,7 76 3
76,3 76 9
76,9 77 5
77,5
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 8,0 9,0 9,0 6,0 - - - - - -
Derating capacity 2,0 2,0 2,0 2,1 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,2
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit PLTD
Caterpillar 08
0,8 1 08
0,8 08
0,8 08
0,8 08
0,8
MTU 1,0 1 1,0 1,0 1,0 1,0
Mitsubishi 1,2 1 1,2 1,2 1,2 1,2
MAN 0,5 2 1,1 1,1 1,1 1,1
Deutz 0,7 1 0,7 0,7 0,7 0,7
766

Komatsu 0,7 1 0,7 0,7 0,7 0,7


Komatsu 0,5
, 1 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
,

TAMBAHAN PASOKAN
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD 2,0 3,0 3,0
Project PLN
Rencana
Mariarotu I 0,65 2 PLTM 1,3
Mariarotu II 0,65 2 PLTM 1,3
Tatui PLTM 2,0 2,0
Serui PLTGB 6,0
Jumlah Efektif MW 6,0 7,0 7,0 6,5 8,6 8,6 10,5 12,5 12,5 12,4
Cadangan
g MW 1,4
, 1,4
, 1,4
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
,
Pemeliharaan 0,8 0,8 0,8 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Operasi 0,6 0,6 0,6 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Surplus/Defisit MW 0,9 1,7 1,4 0,2 1,9 1,6 3,2 4,8 4,3 3,8
N
Neraca Daya Sistem Merauke
D Si t M k
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 70,5 76,7 83,9 91,3 99,4 108,2 117,9 128,3 139,7 152,2
Beban Puncak MW 11,9 13,1 14,5 16,0 17,5 19,3 21,2 23,4 25,7 28,3
Load Faktor % 67,4 66,7 66,0 65,3 64,7 64,0 63,3 62,6 62,0 61,3

Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 14,9 17,9 17,9 10,7 4,7 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2
Derating capacity 0,8 0,8 0,8 1,0 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
Volvo 0,25 1 PLTD 0,3 0,3 0,3
Catterpilar 0,51 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
MAN 1,00 2 PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
KOMATSU 0,72 3 PLTD 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2
767

Pembangkit
P b kit Sewa
S
Sewa PLTD PLTD 10,0 13,0 13,0 6,0
Project PLN
Rencana
Kurik PLTGB 5,0 5,0 5,0
j
Project Swasta / IPP
Merauke (FTP2) - Gudang Arang PLTU 7,0 7,0
Merauke - 2 PLTU 7,0
Jumlah Efektif MW 14,1 17,1 17,1 21,7 27,5 34,0 34,0 38,9 38,9 38,9
Cadangan MW 1,3 1,3 1,4 1,4 9,5 9,5 9,5 9,5 9,5 9,5
Pemeliharaan 0,7 0,7 0,7 0,7 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
p
Operasi 0,6 0,6 0,7 0,7 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Surplus/Defisit MW 0,8 2,7 1,2 4,3 0,5 5,2 3,2 6,0 3,7 1,1
Neraca Daya Sistem Wamena
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 14,9 16,1 18,0 20,2 22,6 34,2 89,8 148,4 162,7 181,9
Beban Puncak MW 4,1 4,6 5,1 5,6 6,2 9,2 24,0 38,9 42,5 47,2
Load Faktor % 41,5 39,9 40,3 41,2 41,6 42,4 42,7 43,5 43,7 44,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5,6 5,6 5,6 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Derating capacity 1,1 1,1 1,1 0,3 0,2 0,3 0,5 0,5 0,2 0,2
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
PLTD Wamena 3,5 3,5 3,5 0 0 0 0 0 0 0
PLTM Sinagma
Gilbert 0,1 1 PLTM 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Flender 0,1 2 PLTM 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
PLTM Walesi
Biwater 0,5 2 PLTM 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
768

Biwater 0,3 2 PLTM 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Pembangkit Sewa
Sewa HSD/relokasi PLTD
Project PLN
Walesi I (#5) 0,5 MW PLTM 0,5
Walesi I (#6 & #7) 2 x 0,6 MW PLTM 1,2
Sinagma I (#4 & #5) 2 x 0,15 MW PLTM 0,3
PLTA Memberamo PLTA 10,0
, 20,0
, 20,0
,
Project Swasta / IPP
Walesi Blok II (6x1 MW) PLTM 6,0

Jumlah Efektif MW 5,0 6,5 6,5 9,8 9,9 19,7 39,6 59,6 59,9 59,9
Cadangan MW 0,8 1,2 1,2 1,7 1,7 1,7 11,0 11,0 11,0 11,0
Pemeliharaan 0,5 0,7 0,7 1,0 1,0 1,0 10,0 10,0 10,0 10,0
O
Operasii 03
0,3 05
0,5 05
0,5 07
0,7 07
0,7 07
0,7 10
1,0 10
1,0 10
1,0 10
1,0
Surplus/Defisit MW 0,1 0,7 0,2 2,5 2,0 8,8 4,6 9,7 6,4 1,7
Neraca Daya Sistem Nabire
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 49,4 55,1 61,8 68,9 76,9 85,9 95,9 107,1 119,5 133,4
Beban Puncak MW 8,4 9,6 10,9 12,4 14,1 16,1 18,3 20,8 23,6 26,9
Load Faktor % 66,8 65,6 64,5 63,3 62,2 61,0 59,9 58,8 57,7 56,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,2 7,2 7,2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
Derating capacity 1,3 1,3 1,3 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9

Pembangkit Sewa
Sewa PLTD PLTD 7,2 7,2 7,2
Project PLN
769

Kalibumi I PLTM 2,6


Kalibumi II PLTM 2,5 2,5
Kalibumi III Cascade PLTM 2,5 2,5
Sanoba PLTM 0,3
Nabire (LNG) PLTMG 5,0
Project Swasta / IPP
Nabire (FTP2) - Kalibobo PLTU 14,0

Jumlah Efektif MW 13,1 13,1 15,7 20,9 23,4 25,9 28,3 28,3 33,3 33,3
Cadangan MW 2,8 2,8 2,8 2,8 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5
Pemeliharaan 20
2,0 20
2,0 20
2,0 20
2,0 25
2,5 25
2,5 25
2,5 25
2,5 25
2,5 25
2,5
Operasi 0,8 0,8 0,8 0,8 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Surplus/Defisit MW 1,9 0,7 1,9 5,7 4,8 5,3 5,6 3,1 5,1 1,9

769
Neraca Daya Sistem Timika
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 81,0 89,5 99,4 110,0 121,6 134,5 148,7 164,5 182,0 201,3
Beban Puncak MW 12,6 13,7 15,1 16,6 18,2 19,9 21,8 24,0 26,3 28,8
L dF
Load Faktor
kt % 73 7
73,7 74 4
74,4 75 0
75,0 75 7
75,7 76 4
76,4 77 0
77,0 77 7
77,7 78 4
78,4 79 0
79,0 79 7
79,7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 21,8 21,8 41,8 39,8 39,8 35,1 30,0 30,0 30,0 30,0
Derating capacity 2,8 2,8 2,8 2,9 2,9 1,7 0,3 0,3 0,3 0,4
Pembangkit PLN 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 5,1 - - - -
Manufacture Size Unit
Caterpillar
p 0,25
, 1 PLTD 0,3
, 0,3
, 0,3
, 0,3
, 0,3
,
Caterpillar 0,54 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Caterpillar 0,73 2 PLTD 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
MAN 0,40 1 PLTD 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Deutz MWM 0,80 2 PLTD 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Perkins 1,20 1 PLTD 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
770

MTU 0,50 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5


Mit bhi i
Mitsubhisi 1 20
1,20 3 PLTD 39
3,9 39
3,9 39
3,9 39
3,9 39
3,9 39
3,9

Tambahan Pasokan
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD PLTD 12,0 12,0 2,0
Sewa PLTU PLTU 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
Project PLN
Timika PLTGB 8,0
Timika (Peaking) PLTG/MG 7,0 7,0 7,0
Jumlah Efektif MW 19,1 19,1 39,1 45,0 45,0 48,4 51,7 51,7 51,7 58,6
Cadangan MW 4,2 4,2 4,2 18,2 18,2 22,0 22,0 22,0 22,0 22,0
Pemeliharaan 3,2 3,2 3,2 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Operasi 1,0 1,0 1,0 3,2 3,2 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit MW 2,3 1,1 19,8 10,2 8,6 6,5 7,8 5,7 3,4 7,7

770
Lamp
piran B1
18.11
PROVIN
NSI PAPUA
A BARAT
771
Neraca Daya Sistem Sorong
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 172,2 192,6 214,3 240,3 269,6 302,4 339,2 380,6 427,0 479,0
Beban Puncak MW 30,0 33,2 36,5 40,3 44,4 49,0 54,1 59,7 65,9 72,7
Load Faktor % 65,5 66,3 67,0 68,1 69,3 70,4 71,6 72,8 74,0 75,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 44,2 49,2 49,2 39,2 24,2 24,2 14,0 14,0 14,0 16,0
Derating capacity MW 6,4 6,4 6,4 6,6 7,1 7,3 1,1 1,1 1,1 1,1
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
Klademak 28 28 28 28 28 27,8
27 8
Klasaman 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5
MAK 2,54 2 PLTD 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1
MAK 2,80 1 PLTD 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2
MAK 2,20 1 PLTD 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8
772

Komatsu 0,70 2 PLTD 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4

Pembangkit Sewa
Sewa PLTD PLTD 20,0 25,0 25,0 15,0
Excess Power Arar PLTG 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 14,0 14,0 14,0 16,0

Project PLN
PLTA Warsamsom PLTA 15 5
15,5 15 5
15,5 15 5
15,5
Project Swasta / IPP
Klalin (FTP2) - Makbusun Sorong PLTU 15,0 15,0
Jumlah Efektif MW 37,8 42,8 42,8 47,6 62,7 77,9 89,4 89,4 89,4 91,4
Cadangan MW 5,5 5,5 5,5 5,5 18,0 18,5 18,5 18,5 18,5 18,5
Pemeliharaan 30
3,0 30
3,0 30
3,0 30
3,0 15 0
15,0 15 5
15,5 15 5
15,5 15 5
15,5 15 5
15,5 15 5
15,5
Operasi 2,5 2,5 2,5 2,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Surplus/Defisit MW 2,4 4,2 0,8 1,8 0,2 10,4 16,8 11,2 5,0 0,2

772
Neraca Daya Sistem Manokwari
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 79,6 84,8 89,8 95,9 102,4 109,4 116,8 124,8 133,3 142,4
Beban Puncak MW 14,4 14,9 15,3 15,8 16,2 16,7 17,3 17,8 18,3 18,9
Load Faktor % 63,2 65,1 67,1 69,5 72,0 74,6 77,3 80,1 83,0 86,0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 12,5 11,8 11,8 10,7 - - - - - -
Derating capacity 2,1 2,0 2,1 2,3

Pembangkit Sewa
Sewa PLTD (Baru) PLTD 9,4 9,4 6,0
Project PLN
Ongoing Project
773

Prafi (Ongoing) PLTM 2,5


Rencana
Prafi II PLTM 1,0
Ransiki PLTM 6,0
Manokwari PLTGB 3,0 3,0

Project Swasta / IPP


Andai (FTP2) /Maruni PLTU 14,0

Jumlah Efektif MW 19,8 21,7 22,2 37,9 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5 29,5
Cadangan MW 1,6 4,2 4,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2
Pemeliharaan 1,0 3,2 3,2 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Operasi 06
0,6 10
1,0 10
1,0 32
3,2 32
3,2 32
3,2 32
3,2 32
3,2 32
3,2 32
3,2
Surplus/Defisit MW 3,9 2,6 2,7 12,0 3,1 2,6 2,0 1,5 1,0 0,4

773
Neraca Daya Sistem Fak-Fak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 21,6 23,9 26,3 29,1 32,3 35,7 39,6 43,9 48,7 54,0
Beban Puncak MW 4,3 4,8 5,3 5,8 6,4 7,0 7,7 8,5 9,4 10,4
Load Faktor % 56,9 57,0 57,0 57,3 57,7 58,0 58,4 58,7 59,1 59,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 5,9 5,9 5,4 3,9 3,9 3,9 3,9 3,9 3,9 3,9
Derating capacity 1,4 1,4 1,2 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Pembangkit PLN
Manufacture Size Unit
PLTD Kebun Kapas
MWM 0,2 1 PLTD 0,2 0,2
Komatsu 0,3 1 PLTD 0,3 0,3
SWD 0,3 2 PLTD 0,3 0,3 0,3
Deutz 0,6 1 PLTD 0,6 0,6 0,6
774

Deutz 0,6 2 PLTD 0,6 0,6 0,6


MAN 0,5 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Komatsu 0,7 2 PLTD 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
PLTM Werba
Francis (Werba) 1,0 2 PLTM 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Pembangkit Sewa
Sewa PLTD PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0
Project PLN
Kombemur (2x3,3 MW) PLTM 3,3 3,3

Jumlah Efektif MW 6,5 6,5 9,5 11,8 9,8 12,8 12,8 12,8 12,8 15,8
Cadangan MW 1,4 1,4 1,4 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
Pemeliharaan 0,8 0,8 0,8 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Operasi 0,6 0,6 0,6 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Surplus/Defisit MW 0,8 0,3 2,8 4,1 1,6 3,9 3,2 2,4 1,5 3,6

774
Lamp
piran B1
18.12
PRO
OVINSI NU
USA TENGGARA BAR
RAT
775
Neraca Daya Sistem Lombok
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 1068 1196 1280 1360 1434 1521 1612 1704 1797 1893
Beban Puncak MW 210 234 250 266 281 298 315 333 352 370
Load Factor % 58,2 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 92 92 86 58 86 58 52 52 44 44
Daya Mampu Netto MW 70 70 65 48 65 48 42 42 37 37
PLN MW 92 92 86 58 86 58 52 52 44 44
Sewa MW 58 42 10
Tambahan Pasokan
Sewa
PLTD Sewa MW 92 92 70 70 0
PLTU Sewa Lombok (2x25 MW 50 50 50 50 50 50 50 50
Proyek PLN
On-Going Project
776

Santong PLTMH 1
Lombok ((FTP1)) PLTU 50
Lombok (APBN) PLTU 25
Rencana
Lombok (FTP2) PLTU 50
Lombok-2 PLTU 50
Sembalun (FTP2) PLTP 20
Sembalun Ekspansi PLTP 20 20
Lombok Peaker (Gas) PLTG 60
Lombok Peaker-Ekspansi PLTG 30 30

Proyek Swasta / IPP


Kokok Putih PLTM 4
Segara PLTM 6
Kukusan PLTM 0
Lombok PLTU 50
Jumlah Kapasitas Terpasang MW 242 262 362 374 382 384 448 468 479 509
Reserve Margin % 15 12 45 41 36 29 42 40 36 38
776
SISTEM INTERKONEKSI LOMBOK
TAHUN 2012

TANJUNG MANTANG
17.5 PLTD SEWATAMA 27 MW 29.0
147 6
147.6 148 2
148.2
4.9 PLTU LOMBOK FTP1 25 MW 10.0
PLTD AMB 27 MW PRINGGA
17.6 PLTD MFO 12 MW 16.7
145.9
MW PLTD HSD1 10 MW 42.7 13.7 4.2
PLTU LOMBOK APBN 25 MW MW MW
16.8
29.6 29.6 MW
MW D U MW
AMPENAN JERANJANG SENGKOL SELONG
61.3 21.2 13.3 35.2
147.8 147.8 146.4 146.0
21.8 6.1 3.3 8.8
56.7
D D
MW 27.2
777

PLTD TAMAN 8.5 MW MW PLTD PAOKMOTONG 28 MW


PLTD AMPENAN 55 MW
PLTD MFO1 70 MW

KUTA
27.2
146.3
8.1

KET : Total Pembangkit : 222.10 MW


NAMA GI Beban Sistem : 221.50 MW
MW Losses : 0.60 MW 0.3%
KV
MVAR Flow dalam MW
SISTEM INTERKONEKSI LOMBOK
TAHUN 2015

PLTU LOMBOK FTP2 2X25 MW

40.0
TANJUNG MANTANG MW
21.9 38.0
147.9 148.3
5.8 PLTU SEWA LOMBOK 50 MW 12.0
PLTG PEAK 50 MW PRINGGA
22.0 PLTU LOMBOK APBN 25 MW 20.9
148.5
MW PLTG LOMBOK PEAK EXT 25 MW 34.8 3.3 4.9
PLTU LOMBOK FTP1 50 MW MW MW
19.0
75.4 15.6 MW
MW U G MW
AMPENAN JERANJANG SENGKOL SELONG
73.5 27.7 16.3 43.4
148.1 148.1 147.7 148.3
16.0 6.0 4.4 13.2
778

31.6
D
MW 27.6 40.0
PLTD AMPENAN 49
49,5
5 MW MW MW

PLTU IPP 2X25 MW


KUTA
27.5
148.1
7.0

KET : Total Pembangkit : 269.70 MW


NAMA GI Beban Sistem : 269.30 MW
MW Losses : 0.40 MW 0.15%
KV
MVAR Flow dalam MW
SISTEM INTERKONEKSI LOMBOK
TAHUN 2020

PLTP SEMBALUN 20 MW
PLTP SEMBALUN EKSPANSI 2X20 MW PLTU LOMBOK FTP2 2X25 MW

P U

48.0
MW
128.0
TANJUNG MANTANG MW
28.5 52.0
145.4 144.6
7.0 PLTU SEWA LOMBOK 50 MW 28.0
PLTG PEAK 50 MW PRINGGA
28.6 PLTU LOMBOK APBN 25 MW 29.6 22.6 27.2
148.7
MW PLTG LOMBOK PEAK EXT 25 MW MW MW 7.2
PLTU LOMBOK FTP1 50 MW
100.6
117.8 85.2 MW
MW U G MW
AMPENAN JERANJANG SENGKOL SELONG
89.2 38.5 20.8 55.2
145.7 146.1 146.0 147.8
20.0 9.0 5.7 18.2
779

6.9
MW 48.2 40.0
MW MW

PLTU IPP 2X25 MW


KUTA
48.3
148.1
16 1
16.1

KET : Total Pembangkit : 360.90 MW


NAMA GI Beban Sistem : 359.60 MW
MW Losses : 1.30 MW 0.36%
KV
MVAR Flow dalam MW
Neraca Daya Sistem Sumbawa
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 178.0 197.1 211.1 224.1 236.4
Beban Puncak MW 30.7 34.0 36.4 38.7 40.8
Load Factor % 66.1 66.1 66.1 66.1 66.1
Pasokan
p
Kapasitas Terpasang
p g MW 22.6 22.6 13.5 3.5 3.5
Daya Mampu Netto MW 15.4 15.4 10.4 2.6 2.6
Pembangkit PLN
PLTD Labuhan MW 12.9 12.9 12.9 3.0 3.0
PLTD Alas MW 1.7 1.7 0.0 0.0 0.0
PLTD Empang MW 2.7 2.7 0.0 0.0 0.0
PLTD Taliwang MW 4.8 4.8 0.0 0.0 0.0
PLTM Mamak MW 05
0.5 05
0.5 05
0.5 05
0.5 05
0.5
Pembangkit Sewa
PLTD Sewatama (Labuhan) MW 8.0 8.0 5.0
PLTD Sewatama (Taliwang) MW 5.0 5.0 5.0
Sewa MFO (Labuhan) PLTD 10.0 10.0 10.0
780

Tambahan Pasokan
PLN
Rencana
Brang Beh 1 PLTA 8.0
Brang Beh 2 PLTA 4.1
Sumbawa Barat PLTU 7.0 7.0
IPP
Sumbawa (FTP2) PLTU 10.0 10.0
Bintang
ta g Bano
a o PLTM 8.0
8 0
Rea PLTM 5.7
Rhee PLTM 4.3
Interkoneksi Sistem Sumbawa - Bima 2016

Jumlah Kapasitas Terpasang MW 38 38 43 49 59


Cadangan : 5.3 5.3 5.3 9.6 17.0
Pemeliharaan MW 2.7 2.7 2.7 7.0 10.0
Operasi MW 2.6 2.6 2.6 2.6 7.0
Surplus/Defisit (N-2) MW 5.0 1.7 3.9 3.0 7.9

780
Neraca Daya Sistem Bima
y
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 207,6 229,9 246,2 261,5 275,9
Beban Puncak MW 34,6 38,4 41,1 43,6 46,0
Load Factor % 68 4
68,4 68 4
68,4 68 4
68,4 68 4
68,4 68 4
68,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 11,9 10,5 10,5 10,5 10,5
Daya Mampu Netto MW 12,0 10,0 10,0 7,7 7,7
PLN
PLTD Bima MW 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
PLTD Ni'u MW 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6
PLTD Dompu MW 33
3,3 19
1,9 19
1,9 19
1,9 19
1,9
PLTM Sape MW 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Sewa
PLTD Sewatama (Ni'u) MW 10,0 10,0 10,0 10,0 0,0
Tambahan Pasokan
781

Sewa Pembangkit
Sewa Baru MFO (Ni'u) PLTD 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
S
Sewa B
Baru (HSD) PLTD 30
3,0 30
3,0 30
3,0
Sewa Baru tambahan Ni'u 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Proyek PLN
Rencana
Bima (FTP1) PLTU 10,0 10,0
Bima Ekspansi PLTU 10,0 10,0
Proyek Swasta / IPP
Hu'u (FTP2) PLTP 20
Hu'u - 2 PLTP 20 20
Interkoneksi dengan Sistem Sumbawa - Bima
2016
Jumlah Kapasitas (Mampu) MW 38 46 56 61 61
Cadangan : MW 3,4 3,5 13 13 13
Pemeliharaan 1 MW 2,5
, 2,5
, 10 10 10
Operasi MW 1 1,0 2,5 2,5 2,5
Surplus/Defisit (N-2) MW (0,0) 4,1 2,4 4,5 2,1
Neraca Daya Sistem Sumbawa ‐ Bima
Neraca Daya Sistem Sumbawa 
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 543,3 575,6 608,4 641,8 676,0
Beban Puncak MW 92,1 97,6 103,1 108,8 114,6
Load Factor % 67,3 67,3 67,3 67,3 67,3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 34,5 33,1 24,0 14,0 14,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Daya Mampu Netto MW 27,3 25,9 20,9 13,1 13,1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Pembangkit PLN
PLTD Labuhan MW 12,9 12,9 12,9 3,0 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
PLTD Alas MW 1,7 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
PLTD Empang MW 2,7 2,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
PLTD Taliwang MW 48
4,8 48
4,8 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0 00
0,0
PLTM Mamak MW 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
PLTD Bima MW 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
PLTD Ni'u MW 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6
PLTD Dompu MW 3,3 1,9 1,9 1,9 1,9
Proyek PLN
782

Brang Beh 1 PLTA 8,0


g Beh 2
Brang PLTA 4,1
,
Sumbawa Barat PLTU 7,0 7,0
Bima (FTP1) PLTU 10,0 10,0
Bima Ekspansi PLTU 10,0 10,0
Proyek Swasta / IPP
Sumbawa (FTP2) PLTU 10,0 10,0
Bintang Bano PLTM 8,0
Rea PLTM 5,7
Rh
Rhee PLTM 43
4,3
Hu'u (FTP2) PLTP 20,0
Hu'u - 2 PLTP 20,0 20,0
Interkoneksi Sistem Sumbawa - Bima 2016
Jumlah Kapasitas Terpasang MW 104 124 144 164 164
Cadangan : 17,0 17,0 17,0 17,0 17,0
P
Pemeliharaan
lih MW 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0 10 0
10,0
Operasi MW 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
Surplus/Defisit (N-1) MW 2,3 16,8 31,3 45,6 39,8
Lamp
piran B1
18.13
PRO
OVINSI NU
USA TENGG
GARA TIM
MUR
783
Neraca Daya Sistem Kupang – Soe
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 226,8 257,1 291,1 329,5 364,7 403,7 447,0 495,0 538,0 592,7
Load Faktor % 61,6 61,8 62,1 62,4 62,48 62,65 62,89 63,07 63,24 63,48
Beban Puncak MW 42,0 47,5 53,5 60,3 66,6 73,6 81,1 89,6 97,1 106,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 50,2 43,6 43,6 35,6 35,62 35,62 35,62 35,62 35,62 35,62
Derating Capacity MW 13,7 7,4 8,7 2,1 18,87 18,87 18,87 35,62 35,62 35,62
Daya Mampu Netto MW 36,5 36,3 34,9 33,5 16,75 16,75 16,75
Pembangkit PLN
PLTD Kuanino 7,0 4,0 4,0 4,0 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
PLTD Tenau 29,5 29,5 29,5 29,5 29,50 29,50 29,50 29,50 29,50 29,50
PLTD Soe 2,8 1,4 -
S
Sewa Pembangkit
P b kit 23,5
23 5 14 5
14,5 14 5
14,5 -
PLTD Sewa 1 Kuanino PLTD 2,5 2,5 2,5
PLTD Sewa 2 Tenau PLTD 6,0
PLTD Sewa 3 Tenau PLTD 3,0
PLTD Sewa 4 Tenau PLTD 7,0 7,0 7,0
PLTD Sewa MFO Kupang PLTD 5,0 5,0 5,0
784

PLTD Sewa Soe PLTD 1,5 1,5


Project PLN
NTT 2 Kupang (FTP-1) PLTU 33,0 -
Kupang Ekspansi PLTU 16,50
Oelbubuk - Soe PLT-Hybrid 1,0
Solar Thermal Solar 5,0
Kupang (Peaking) PLTMG 20,0
Kupang (Peaking) Ekspansi PLTMG 20,0 20,0 10,0
Oelbubuk - Soe PLTB 1,0
Project IPP
Kupang PLTU 15,0 15,0
Interkoneksi Dengan Sistem Soe - Atambua - Kefamenanu - 2014
Interkoneksi Dengan Sistem Soe - 2011
Jumlah Efektif MW 60,0 85,3 83,9 93,50 96,75 111,75 126,75 130,00 146,50 156,50
Cadangan MW 10,4 22,0 22,0 26,50 26,50 26,50 31,50 31,50 31,50 31,50
Pemeliharaan MW 5,5 16,5 16,5 16,50 16,50 16,50 16,50 16,50 16,50 16,50
Operasi MW 4,9 5,5 5,5 10,00 10,00 10,00 15,00 15,00 15,00 15,00
Surplus/Defisit ( N-2 ) MW 7,6 15,8 8,4 6,68 3,61 11,69 14,11 8,91 17,89 18,43

784
Neraca Daya Sistem Atambua - Kefamenanu
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 50,6 58,8 68,2 79,2 90,0 102,1 116,0 131,7 146,8 165,8
Load Faktor % 59 5
59,5 59 5
59,5 59 6
59,6 59,6
59 6 59,5
59 5 59 4
59,4 59 4
59,4 59 4
59,4 59 3
59,3 59 3
59,3
Beban Puncak MW 9,7 11,3 13,1 15,2 17,3 19,6 22,3 25,3 28,3 31,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 9,5 6,3 6,3
Derating Capacity MW 3,2 1,9 1,9
Daya Mampu Netto MW 6,4 4,4 4,4
Pembangkit PLN
PLTD Atambua PLTD 3,1 2,6 2,6
PLTD Kefamenanu PLTD 3,2 1,8 1,8
Sewa Pembangkit
PLTD Sewa Atambua PLTD 2,0 4,0 4,0
785

PLTD Sewa Kefamenanu PLTD 2,0 2,0 2,0


PLTD Sewa
S Betun PLTD 1,5 2,5 2,5
Project PLN
Atambua APBN PLTU 6,0 18,0
Atambua Ekspansi PLTU 6,0 6,0

Interkoneksi Dengan Sistem Kupang - Soe - Kefamenanu - 2014


Interkoneksi Dengan Sistem Kefamenanu - 2011
Jumlah Efektif MW 11,9 18,9 36,9 24,00 24,00 24,00 30,00 36,00 36,00 36,00
Cadangan MW 2,0 7,3 7,3 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25
Pemeliharaan MW 1,3 6,0 6,0 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
Operasi MW 0,7 1,3 1,3 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
S l /D fi it ( N-2
Surplus/Defisit N2) MW 02
0,2 03
0,3 16 5
16,5 1 57
1,57 -0,52
0 52 -2,87
2 87 0 47
0,47 3 43
3,43 0 49
0,49 -3,17
3 17

785
Neraca Daya Sistem Kupang – Soe – Kefamenanu – Atambua
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sistem Kupang - Soe - Kefamenanu - Atambua
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 283.5 322.8 367.3 417.8 464.7 517.1 575.4 640.6 699.9 775.3
Load Faktor % 60.8 60.9 61.2 61.4 61.4 61.5 61.7 61.8 61.9 62.1
Beban Puncak MW 53.3 60.5 68.5 77.7 86.4 95.9 106.5 118.3 129.0 142.6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 53.4 45.3 45.3 35.6 35.6 35.6 35.6 35.6 35.6 35.6
Derating Capacity MW 16.9 9.1 10.4 2.1 18.9 18.9 18.9 35.6 35.6 35.6
Pembangkit PLN
PLTD Kupang
PLTD PLN PLTD 33.7 34.8 33.5 33.5 16.8 16.8 16.8 - - -
PLTD Sewa MFO PLTD 23.5 14.5 14.5 - - - - - - -
Soe
PLTD PLN PLTD 2.8 1.4 1.4 - - - - - - -
Kefamenanu
PLTD PLN PLTD 3.2 1.8 1.8 - - - - - - -
Atambua
786

PLTD PLN PLTD 6.4 4.4 4.4 - - - - - - -


Project PLN
NTT 2 Kupang (FTP-1) PLTU 33.0
NTT 2 Kupang Ekspansi PLTU 16.5
Atambua ( APBN ) PLTU 6.0 18.0
Atambua Ekspansi PLTU 6.0 6.0
Oelbubuk - Soe PLT-Hybrid 1.0
Solar Thermal Solar 5.0
Kupang (Peaking) PLTD/MG 20 0
20.0
Kupang (Peaking) Ekspansi PLTD/MG 20.0 10.0 10.0

Project IPP
Kupang PLTU 15.0 15.0

Jumlah Efektif MW 65.5 99.8 116.4 116.5 119.8 134.8 155.8 155.0 171.5 181.5
Cadangan MW 10 1
10.1 21 4
21.4 31 5
31.5 26 5
26.5 26 5
26.5 26 5
26.5 31 5
31.5 31 5
31.5 31 5
31.5 31 5
31.5
Pemeliharaan (1 unit terbesar) MW 5.2 16.5 16.5 16.5 16.5 16.5 16.5 16.5 16.5 16.5
Operasi MW 4.9 4.9 15.0 10.0 10.0 10.0 15.0 15.0 15.0 15.0
Surplus/Defisit ( N-2 ) MW 2.1 17.9 16.4 12.3 6.9 12.3 17.8 5.2 11.0 7.4

786
N
Neraca Daya Sistem Ende ‐
D Si E d Maumere
M
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 83 4
83.4 93.2
93 2 104.2
104 2 116.4
116 4 127.1
127 1 138.8
138 8 151.7
151 7 165.8
165 8 177.8
177 8 193.3
193 3
Load Faktor % 57.3 57.6 57.9 58.2 58.4 58.6 58.9 59.1 59.3 59.6
Beban Puncak MW 16.6 18.5 20.5 22.8 24.9 27.0 29.4 32.0 34.2 37.0
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 12.1 9.3 9.3 9.3
Derating Capacity MW 5.7 3.2 3.2 3.2

Pembangkit PLN
PLTD Mautpaga 3.4 3.4 3.4 3.4
PLTD Wolomarang 3.0 2.8 2.8 2.8
Project PLN
787

Ropa (FTP1) PLTU 14.0


Ndungga PLTMH 19
1.9 -
Maumere (Peaking) MFO PLTD 8.0
Project IPP
Sokoria (FTP2) PLTP - 5.0 5.0 5.0
Sokoria - 2 PLTP 5.0
Wolodaesa PLTMH 0.8
Interkoneksi dengan Sistem
S Flores - 2014
Interkoneksi dengan Sistem Maumere - 2011
Jumlah Kapasitas MW 17.9 33.6 34.4 30.86 29.70 34.70 39.70 39.70 39.70 44.70
Cadangan MW 1.1 2.1 2.1 3.60 3.60 3.60 3.60 3.60 3.60 3.60
Pemeliharaan MW 1.1 1.1 1.1 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10
Operasi MW - 10
1.0 10
1.0 2 50
2.50 2 50
2.50 2 50
2.50 2 50
2.50 2 50
2.50 2 50
2.50 2 50
2.50
Surplus/Defisit (N-2) MW 0.2 13.0 11.7 4.44 1.25 4.05 6.69 4.08 1.88 4.06
Neraca Daya Sistem Ruteng – Bajawa – Labuhan Bajo
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sistem Interkoneksi Ruteng - Bajawa - Labuan Bajo
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 43.9 49.3 68.0 77.1 85.5 94.8 105.3 117.0 127.7 141.3
Load Faktor % 53.9 54.3 54.0 54.4 54.6 54.9 55.3 55.6 55.9 56.2
Beban Puncak MW 9.3 10.4 14.4 16.2 17.9 19.7 21.8 24.0 26.1 28.7
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 11.22
11 57
5.7 57
5.7
Derating Capacity MW 3.9 1.6 1.6
Pembangkit PLN
PLTD Waso PLTD 3.6 1.5 1.5
PLTD Faobata PLTD 2.1 1.7 1.7
PLTD Gorontalo PLTD 1.7 1.0 1.0
GILKES 0.12 1 PLTMH 0.1 0.1 0.1 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
Barata 00.16
16 1 PLTMH 02
0.2 02
0.2 02
0.2 00.16
16 00.16
16 0 16
0.16 0 16
0.16 0 16
0.16 0 16
0.16 0 16
0.16
Mataloko 1.80 1 PLTP 1.8 1.8 1.8 1.80 1.80 1.80 1.80 1.80 1.80 1.80
Sewa Pembangkit
Sewa Ruteng PLTD 1.5 1.5 1.5
Sewa Bajawa PLTD 1.5 1.5 1.5
Sewa Labuan Bajo PLTD 1.5 1.5 1.5
788

Project PLN
Ulumbu APBN PLTP 2.5 2.5
Ulumbu ADB PLTP 5.0
Ulumbu Wai Sano PLTP
Mataloko Ekspansi PLTP 5.0 5.0 5.0
Nangalili - Labuan Bajo PLT-Hybrid 0.5
Wae Rancang - Manggarai PLTMH 16.0
Project IPP
Ulumbu PLTP 5.0
W Roa
Wae R - Ngada
N d PLTMH 04
0.4
Sita - Borong PLTMH 1.0 1.0
Wae Lega - Manggarai PLTMH 1.8
Interkoneksi dengan Sistem Flores - 2014
Interkoneksi dengan Sistem Bajawa - 2011
Jumlah Efektif MW 14.9 19.1 20.9 34.27 40.27 40.27 40.27 45.27 50.77 50.77
Cadangan MW 3.2 3.2 3.2 5.50 5.50 5.50 5.50 5.50 5.50 5.50
P
Pemeliharaan
lih MW 25
2.5 25
2.5 25
2.5 3 00
3.00 3 00
3.00 3 00
3.00 3 00
3.00 3 00
3.00 3 00
3.00 3 00
3.00
Operasi MW 0.7 0.7 0.7 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Surplus/Defisit (N-2) MW 2.4 5.5 3.3 12.59 16.91 15.06 13.02 15.73 19.18 16.57

788
Neraca Daya Sistem Interkoneksi Flores
y
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ende - Ropa - Maumere Sistem Flores ( Ende - Ropa - Maumere - R - B - L )
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 83,4 93,2 104,2 229,4 252,1 277,1 304,8 335,3 362,1 396,6
Load Faktor % 57 3
57,3 57,6
57 6 57 9
57,9 55 8
55,8 55 9
55,9 56 1
56,1 56 4
56,4 56 6
56,6 56 8
56,8 57 1
57,1
Beban Puncak MW 16,6 18,5 20,5 47,0 51,5 56,4 61,7 67,6 72,8 79,3
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 17,5 14,3 14,3 14,3
Derating Capacity MW 8,1 5,4 5,4 5,4
Tambahan Pembangkit
j
Project PLN
NTT 1 Ropa (FTP-1) PLTU 14,0
Ulumbu APBN PLTP 2,5 2,5 2,5 2,5
Ulumbu ADB PLTP 5,0
Ndungga PLTM 1,9
Mataloko PLTP 1,8
789

Wae Rancang - Manggarai PLTM 16,0


Maumere (Peaking) MFO PLTD 8,0
Project Swasta / IPP
Larantuka PLTGB 8,0
Oka Larantuka PLTP 3,0
Sokoria (FTP2) - Ende PLTP 5,0 5,0 5,0
Sokoria - 2 PLTP 5,0
Ulumbu PLTP 5,0
Mataloko PLTP 5,0 5,0 5,0
Wae Roa - Ngada PLTMH 0,4
Sita - Borong PLTMH 1,0 1,0
Wae Lega - Manggarai PLTMH 1,8
Wolodaesa PLTMH 0,8

Jumlah Efektif MW 25,7 48,6 59,1 80,3 84,9 92,9 97,9 102,9 107,9 112,9
Cadangan MW 8,3 8,3 8,3 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0
Pemeliharaan MW 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0 70
7,0
Operasi MW 1,3 1,3 1,3 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,8 21,8 30,3 21,4 21,4 24,5 24,2 23,3 23,1 21,6
Neraca Daya Sistem Larantuka ‐ Adonara
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Interkoneksi Larantuka - Adonara SUTM 20 kV
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 17,2 28,5 32,0 36,0 39,6 43,5 47,8 52,5 56,7 62,0
Load Faktor % 58,5 51,1 51,3 51,5 51,6 51,7 51,8 51,9 52,0 52,1
Beban Puncak MW 3,4 6,4 7,1 8,0 8,8 9,6 10,5 11,6 12,4 13,6
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 7,2 7,2 4,7 4,8
Daya Mampu Netto MW 4,7 4,7 4,7 4,7
Pembangkit PLN
PLTD Larantuka Size Unit 2,8 2,7 2,7 2,8
Yanmar 6ML HTS 0,27 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2
Yanmar M220L-SN 0,50 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2
MERCY MTU 0,40 3 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
Kubota 0,45 2 PLTD 0,4 0,4 0,4 0,4
MTU 0,70 1 PLTD 0,5 0,5 0,5 0,5
SWD 0,42 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2
MAN 0,50 2 PLTD 0,8 0,8 0,8 0,8
PLTD Waiwerang 2,0 2,0 2,0 2,0
YANMAR 0,25 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2
790

YANMAR 0,31 1 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3


D. MWM 0,50 1 PLTD 0,4
0, 0,4
0, 0,4
0, 0,4
0,
VOLVO P. 0,28 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2
MTU 0,40 1 PLTD 0,3 0,3 0,3 0,3
MAN 0,25 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2
MAN II 0,50 1 PLTD 0,4 0,4 0,4 0,4
Sewa Pembangkit
Sewa Larantuka PLTD 1,0 1,0
Sewa Waiwerang PLTD 0,5 0,5
Sewa Larantuka (Baru) PLTD 10
1,0 10
1,0
Project PLN
Larantuka (Peaking) PLTD 4,0 2,0
Oka Larantuka PLTP 2,5 2,5
Project IPP
Larantuka PLTGB 8,0
- Interkoneksi dengan Sistem Maumere - 2014
Jumlah Efektif MW 7,2 9,7 17,7 12,7 14,5 17,0 17,0 17,0 19,0 19,0
Cadangan MW 12
1,2 12
1,2 12
1,2 47
4,7 47
4,7 47
4,7 47
4,7 47
4,7 47
4,7 47
4,7
Pemeliharaan MW 0,7 0,7 0,7 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Operasi MW 0,5 0,5 0,5 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Surplus/Defisit (N-2) MW 2,6 2,1 9,4 0,0 1,0 2,7 1,8 0,7 1,9 0,7
Neraca Daya Sistem Lembata
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,9 11,0 12,2 13,6 14,7 16,0 17,4 18,8 20,1 21,7
Load Faktor % 57,2 57,4 57,7 58,0 58,1 58,3 58,6 58,8 59,0 59,2
Beban Puncak MW 2,0 2,2 2,4 2,7 2,9 3,1 3,4 3,7 3,9 4,2
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 2,8 2,8 2,8 1,4 1,4 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Derating Capacity MW 0,6 0,6 0,6 0,3 0,3 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Daya Mampu Netto MW 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Pembangkit PLN
PLTD Lewoleba
Manufacture Size Jml Unit
YANMAR 0,31 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
MAN 0,29 1 PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
MAN 0,68 1 PLTD 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
DEUTZ 0,10 1 PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
791

MAN 0,63 1 PLTD 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2


DEUTZ/MU 0 19
0,19 3 PLTD 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3 03
0,3
DEUTZ 0,26 1 PLTD 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
PLTD Sewa
PLTD Sewa PLTD 2,0 2,0 2,0 2,0
Project PLN
Lembata PLTD Peaking PLTD 2,5 1,0
PLTS Lembata PLTS 02
0,2 02
0,2
Project IPP - - - - - - - - -
Atadei PLTP 5,0
- - - - - - - - -
Jumlah Efektif MW 3,6 3,8 3,8 3,8 4,3 8,5 8,5 8,5 9,5 9,5
Cadangan MW 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
Pemeliharaan MW 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 07
0,7 25
2,5 25
2,5 25
2,5 25
2,5 25
2,5
Operasi MW 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,6 0,6 0,4 0,1 0,4 2,2 2,0 1,7 2,5 2,2
Neraca Daya Sistem Kalabahi
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 17,5 19,6 21,9 24,4 26,6 29,1 31,7 34,6 37,1 40,3
Load Faktor % 62,2 62,5 62,8 63,0 63,1 63,3 63,6 63,7 63,9 64,2
Beban Puncak MW 3,2 3,6 4,0 4,4 4,8 5,2 5,7 6,2 6,6 7,2
Pasokan 6,00
6 00
Kapasitas Terpasang MW 3,7 3,7 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Derating Capacity MW 1,1 1,1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Daya Mampu Netto MW 2,6 2,6 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Pembangkit PLN
PLTD Kadelang
Manufacture Size Unit
Yanmar 6HAL-T 0,10 1 PLTD 0,1 0,1
Deutz BA6M 0,25 1 PLTD 0,2 0,2
MWM TBD 616 0,50 1 PLTD 0,4 0,4
MAN 0,25 2 PLTD 0,2 0,2
792

SWD DRO 216 0,34 1 PLTD 0,2 0,2


MTU 0,28 1 PLTD 0,2 0,2
Caterpillar 0,73 1 PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Caterpillar 0,73 1 PLTD 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Deutz 0,08 1 PLTD 0,0 0,0
Deutz (MU) 0,24 1 PLTD 0,2 0,2
PLTD Sewa
PLTD Sewa PLTD 2,0 2,0
Project PLN
Kalabahi PLTD Peaking PLTD 0,8 0,5
PLTU Alor PLTU 6,0
Bukapiting PLTP 2,5 2,5
Project IPP

Jumlah Efektif MW 4,6 10,6 7,9 8,4 10,9 13,4 13,4 13,4 13,4 13,4
Cadangan MW 1,1 3,7 3,7 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
Pemeliharaan MW 0,7 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Operasi MW 0,4 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,3 3,3 0,2 0,2 2,3 4,4 4,0 3,5 3,0 2,5
Neraca Daya Sistem Waingapu - Waikabubak
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Waingapu Interkoneksi dgn Sistem Waikabubak
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 21,3 23,8 26,5 55,4 60,6 66,3 72,6 79,4 85,4 93,0
Load Faktor % 58,4 58,6 58,9 63,1 63,3 63,6 63,9 64,1 64,4 64,7
Beban Puncak MW 4,2 4,6 5,1 10,0 10,9 11,9 13,0 14,1 15,1 16,4
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 4,2 4,2
Derating Capacity MW 1,0 1,0

PLTD Sewa
PLTD Sewa Waingapu PLTD 3,0 1,0 1,0
PLTD Sewa Waikabubak PLTD 2,5
Project PLN
Mauhau PLT-Hybrid 0,5
Kambaniru PLTMH 0,7 0,4
Lokomboro II PLTMH 1,0 0,4
Waingapu (Relokasi) PLTD 2,0
793

Project IPP
Waingapu PLTU
PLTS Waingapu PLTS
Waingapu PLTB
Maidang PLTMH 1,0 1,0 1,0
Lewa PLTMH 0,9 0,5
Lokomboro III PLTMH 1,0 0,5
Wanokaka PLTMH 1,6
,
Praikalala I PLTMH 1,0
Praikalala II PLTMH 1,0 0,5 1,0
Umbuwangu I & II PLTMH 1,0 1,0
Waikelosawa PLTMH 0,3 0,3
Jumlah Efektif MW 8,8 9,5 7,3 17,2 17,2 17,2 17,2 17,2 19,2 19,2
g
Cadangan MW 1,3
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
, 1,8
,
Pemeliharaan MW 0,7 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Operasi MW 0,6 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Surplus/Defisit (N-2) MW 3,3 3,0 0,3 5,35 4,44 3,46 2,40 1,23 2,24 0,97

793
Neraca Daya Sistem Rote Ndao
Pasokan/Kebutuhan Unit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan
Produksi Energi GWh 9,8 10,8 11,8 13,0 14,0 15,0 16,1 17,3 18,2 19,4
Load Faktor % 50,7 51,4 52,1 52,8 53,5 54,1 54,9 55,6 56,3 57,0
Beban Puncak MW 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,3 3,5 3,7 3,9
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 3,0 3,0 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Derating Capacity MW 0,8 0,8
Daya Mampu Netto MW 2,3 2,3 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Pembangkit PLN
PLTD Rote Ndao
Manufacture Size Unit
Deutz BF8 0,28 1 PLTD 0,2 0,2
Deutz BF8 0,25 1 PLTD 0,2 0,2
MTU 12V 0,50 2 PLTD 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
MAN 0,50 2 PLTD 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
794

MWM 0,50 1 PLTD 0,4 0,4


PLTD Sewa
PLTD Sewa PLTD 1,0 1,0
Project PLN
Rote PLTD Peaking PLTD 0,5
PLTU Rote Ndao PLTU 6,0
Maubesi PLT-Hybrid 0,5 0,5
Project IPP

Jumlah Efektif MW 3,3 9,8 8,0 8,5 8,5 8,5 9,0 9,0 9,0 9,0
Cadangan MW 0,8 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Pemeliharaan MW 0,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
p
Operasi MW 0,3
, 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
, 0,5
,
Surplus/Defisit (N-2) MW 0,3 3,9 1,9 2,2 2,0 1,8 2,1 1,9 1,8 1,6
LA
AMPIRAN
N C1.1
PROY
YEKSI KEBUTUHAN TENAGGA LISTRIK
SIS
STEM JAW
WA BALI
79
90
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Sistem Jawa-Bali
======================= ============ =========== ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============
Calendar Year 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
======================= ============ =========== ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============

Total Population (10^3) 142,510.7 143,951.0 145,354.9 146,721.2 148,040.3 149,305.6 150,514.3 151,803.4 152,234.2 153,236.3
- Growth Rate (%) 1.5 1.0 1.0 0.9 0.9 0.9 0.8 0.9 0.3 0.7
Growth of Total GDP (%) 5.4 6.0 6.3 7.0 7.2 6.7 6.7 6.7 6.7 6.7
Electrification Ratio (% ) 72.3 74.9 77.8 81.0 84.3 87.6 90.5 93.2 95.9 97.1
Electrification Ratio (% )+non PLN 72.8 75.4 78.3 81.5 84.8 88.1 91.0 93.7 96.3 97.6
124,064 134,485 145,378 156,901 169,151 182,142 195,628 209,914 224,886 240,819
Energy Sales (GWh) 125,217.3 135,768.7 146,786.7 158,530.8 171,089.4 184,550.2 197,406.6 211,134.5 225,847.8 241,240.1
- Growth Rate (%) 10.4 8.4 8.1 8.0 7.9 7.9 7.0 7.0 7.0 6.8
-- Residential 46,837.8 51,461.9 56,113.4 61,167.9 66,649.9 72,598.8 78,163.3 83,967.6 89,940.7 95,230.6
-- Commercial 22,056.8 24,230.5 26,701.9 29,216.3 31,979.9 34,912.4 38,001.8 41,383.2 45,107.0 49,304.3
-- Public 6,681.3 7,190.5 7,730.8 8,282.0 8,868.9 9,492.4 10,125.3 10,802.4 11,532.8 12,343.7
-- Industrial 49,641.4 52,885.8 56,240.6 59,864.5 63,590.8 67,546.6 71,116.3 74,981.3 79,267.4 84,361.4

Power Contracted (MVA) 49,928.0 54,437.2 56,630.9 59,733.9 63,106.4 66,643.8 70,360.4 74,283.9 80,080.3 83,037.9
-- Residential 24,240.2 25,570.2 27,008.3 28,544.6 30,164.5 31,879.5 33,680.9 35,661.3 37,634.0 39,712.5
-- Commercial 11,671.6 12,134.2 12,933.8 13,818.1 14,751.4 15,696.9 16,718.1 18,494.1 19,088.0 20,369.0
79
91

-- Public 3,432.0 3,576.3 3,727.0 3,883.9 4,047.0 4,216.6 4,392.7 4,577.5 4,767.4 4,964.5
-- Industrial 15,093.4 15,350.3 16,064.8 16,859.8 17,680.8 18,567.3 19,492.2 21,347.4 21,548.5 22,676.1

Number of Customer 29,694,744 31,120,257 32,690,290 34,356,833 36,102,253 37,893,126 39,530,972 41,160,588 42,737,196 43,746,722
-- Residential 27,619,322 28,936,335 30,391,337 31,935,877 33,551,856 35,205,495 36,697,797 38,173,002 39,585,741 40,421,312
-- Commercial 1,257,891 1,337,718 1,423,323 1,515,106 1,613,495 1,718,854 1,831,660 1,952,417 2,081,666 2,219,984
-- Public 777,324 805,390 834,176 863,722 894,070 925,209 957,184 990,043 1,023,835 1,058,610
-- Industrial 40 207
40,207 40 813
40,813 41 454
41,454 42 127
42,127 42 833
42,833 43 567
43,567 44 331
44,331 45 126
45,126 45 954
45,954 46 815
46,815

Total Production (GWh) 142,065.0 153,721.5 165,697.2 178,773.5 192,746.9 207,769.8 222,106.0 237,404.2 253,822.3 270,995.1
Energy Requirement (GWh) 137,604.2 148,894.6 160,494.3 173,160.0 186,694.7 201,245.8 215,131.8 229,949.7 245,852.3 262,485.8
Station Use (%) 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14 3.14
T Losses (%) 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11
PS Transmission (%) 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
DL
Losses (%) +)) 6 84
6.84 6 65
6.65 6 37
6.37 6 28
6.28 6 19
6.19 6 12
6.12 6 06
6.06 6 01
6.01 5 96
5.96 5 92
5.92
PS Distribution (%) 1) 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
Load Factor (%) 78.5 78.8 79.1 79.6 79.7 79.7 79.7 79.8 79.8 79.9
Peak Load (MW) 20,672 22,283 23,928 25,635 27,625 29,763 31,801 33,974 36,305 38,742
        140,724.70       151,730.56         163,322.67         176,042.40         189,767.40         204,319.53         219,424.22         235,423.60         252,187.70         272,924.58
======================= ============ =========== ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
PLN Distribusi DKI Jaya & Tangerang
====================== ========== ============= ========== ========== =========== =========== =========== =========== =========== ==========
Calendar Year 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
====================== ========== ============= ========== ========== =========== =========== =========== =========== =========== ==========

Total Population (10^3) 15,817.9 16,093.7 16,350.5 16,591.0 16,812.2 17,012.0 17,188.1 17,341.4 17,469.2 17,571.9
- Growth Rate (%) 1.87 1.74 1.60 1.47 1.33 1.19 1.04 0.89 0.74 0.59
Growth of Total GDP (%) 6.1 6.4 7.0 7.3 6.8 6.8 6.8 6.8 6.8 6.8
Electrification Ratio (% ) 85.3 86.9 88.5 90.1 91.7 93.3 94.0 94.5 95.2 96.0

Energy Sales (GWh) 35,876.3 39,054.0 42,285.4 45,608.2 49,123.7 52,853.9 56,820.1 61,040.0 65,534.6 70,225.1
- Growth Rate (%) 8.8 8.9 8.3 7.9 7.7 7.6 7.5 7.4 7.4 7.2
-- Residential 12,313.2 13,278.3 14,205.0 15,091.2 15,988.5 16,889.2 17,793.4 18,699.4 19,606.2 20,512.4
-- Commercial 11,148.6 12 388 6
12,388.6 13 679 4
13,679.4 14 965 8
14,965.8 16 428 0
16,428.0 18 028 2
18,028.2 19 781 1
19,781.1 21 700 6
21,700.6 23 802 9
23,802.9 26 104 8
26,104.8
-- Public 2,477.4 2,631.7 2,782.3 2,926.4 3,081.9 3,245.6 3,418.0 3,599.8 3,791.2 3,992.9
-- Industrial 9,937.1 10,755.3 11,618.7 12,624.8 13,625.2 14,690.9 15,827.6 17,040.2 18,334.2 19,715.0

Power Contracted (MVA) 17,961.0 18,124.8 19,061.3 20,123.1 21,195.3 22,287.9 23,419.2 26,247.0 26,050.2 27,440.7
-- Residential 6,167.7 6,507.2 6,891.3 7,309.1 7,742.0 8,202.8 8,679.4 9,262.2 9,761.9 10,345.3
79

-- Commercial 6,137.0 6,164.2 6,496.6 6,878.8 7,272.0 7,636.1 8,031.3 9,133.0 9,000.4 9,498.8
92

-- Public 1,415.5 1,467.4 1,521.3 1,577.4 1,635.7 1,696.2 1,759.1 1,826.5 1,894.5 1,965.1
-- Industrial 4,240.7 3,986.0 4,152.0 4,357.7 4,545.6 4,752.8 4,949.5 6,025.3 5,393.4 5,631.5

Number of Customer 3,853,136 3,996,935 4,139,784 4,281,792 4,423,070 4,563,734 4,657,131 4,743,930 4,830,979 4,918,740
-- Residential 3,498,721 3,621,767 3,742,649 3,861,402 3,978,060 4,092,659 4,158,460 4,216,040 4,272,151 4,327,152
-- Commercial 285,376 303,572 322,880 343,367 365,105 388,171 412,646 438,615 466,171 495,410
-- Public 57 906
57,906 60 366
60,366 62 930
62,930 65 602
65,602 68 386
68,386 71 286
71,286 74 308
74,308 77 457
77,457 80 738
80,738 84 156
84,156
-- Industrial 11,133 11,229 11,325 11,422 11,520 11,618 11,718 11,818 11,919 12,022

Total Production (GWh) 39,192.9 42,617.9 46,094.2 49,662.3 53,432.3 57,427.4 61,670.0 66,178.6 70,974.8 76,080.9
Energy Requirement (GWh) 39,059.6 42,473.0 45,937.5 49,493.4 53,250.6 57,232.1 61,460.4 65,953.6 70,733.5 75,822.2
Station Use (%) - - - - - - - - - -
D Losses (%) +) 7.8 7.8 7.6 7.6 7.5 7.4 7.3 7.2 7.1 6.9
PS Distribution (%) 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
Load Factor (%) 73.0 73.3 74.3 75.3 76.1 76.9 77.5 78.1 78.6 79.0
Peak Load (MW) 6,129 6,638 7,078 7,531 8,013 8,530 9,084 9,678 10,315 10,998

====================== ========== ============= ========== ========== =========== =========== =========== =========== =========== ==========
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten
=============================== ========= ========= ========== ========= ========= ========= ========= ========== =========
Calendar Year 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
=============================== ========= ========= ========== ========= ========= ========= ========= ========== =========

Total Population (10^3) 49,025.9 49,740.6 50,456.5 51,170.5 51,878.1 52,575.2 53,260.0 53,938.9 53,967.7 54,618.3
- Growth Rate (%) 1.29 1.27 1.24 1.21 1.19 1.16 1.13 1.10 1.06 1.02
Growth of Total GDP (%) 5.6 5.9 6.4 6.7 6.2 6.2 6.2 6.2 6.2 6.2
Electrification Ratio (% ) 70.7 73.8 77.0 80.3 83.8 87.2 90.7 94.4 98.2 98.6
Electrification Ratio (% )+non PL 71.4 74.5 77.7 81.0 84.4 87.8 91.4 95.0 98.8 99.3

Energy Sales (GWh) 42,710.2 46,112.9 49,562.2 53,263.9 57,245.8 61,516.8 64,958.1 68,790.4 73,248.0 78,021.0
- Growth Rate (%) 10.4 8.0 7.5 7.5 7.5 7.5 5.6 5.9 6.5 6.5
-- Residential 13,733.9
, 15,346.4
, 16,747.6
, 18,248.1
, 19,852.3
, 21,526.7
, 22,922.1
, 24,438.2
, 26,157.9
, 27,261.8
,
-- Commercial 3,927.4 4,177.7 4,583.9 5,025.3 5,507.3 6,047.2 6,531.4 7,076.0 7,709.4 8,539.9
-- Public 1,177.6 1,265.5 1,362.2 1,461.7 1,563.4 1,667.3 1,743.0 1,822.2 1,910.5 2,031.6
-- Industry 23,871.3 25,323.3 26,868.5 28,528.8 30,322.9 32,275.6 33,761.5 35,454.1 37,470.1 40,187.7
Power Contracted (MVA) 15,881.8 17,018.9 18,254.4 19,594.5 21,045.5 22,611.3 24,297.1 26,109.0 28,053.2 30,080.7
-- Residential 7,199.6 7,752.1 8,354.2 9,007.3 9,713.2 10,471.8 11,284.6 12,153.5 13,080.4 14,011.8
79

-- Commercial 2,115.1
, 2,312.8
, 2,526.5
, 2,757.9
, 3,008.8
, 3,280.9
, 3,576.1
, 3,896.4
, 4,243.6
, 4,620.1
,
93

-- Public 640.3 687.9 737.5 788.9 841.7 896.1 951.8 1,008.7 1,066.9 1,126.4
-- Industry 5,926.8 6,266.2 6,636.2 7,040.4 7,481.8 7,962.5 8,484.7 9,050.5 9,662.3 10,322.4

Number of Customer 9,579,486 10,136,841 10,727,100 11,352,571 12,015,505 12,689,269 13,401,216 14,153,921 14,949,868 15,278,433
-- Residential 9,031,510 9,550,515 10,099,831 10,681,577 11,297,802 11,921,806 12,580,724 13,276,902 14,012,579 14,276,873
-- Commercial 291,107 315,456 342,125 371,284 403,111 437,708 475,266 515,989 560,092 607,806
-- Public 245 347
245,347 259 136
259,136 273 171
273,171 287 473
287,473 302 068
302,068 316 924
316,924 332 067
332,067 347 524
347,524 363 323
363,323 379 491
379,491
-- Industry 11,521 11,734 11,973 12,237 12,524 12,831 13,158 13,505 13,873 14,263
Total Production (GWh) 3) 45,673.3 49,189.1 52,579.7 56,413.8 60,537.4 65,011.9 68,603.8 72,606.6 77,298.8 82,332.5
Energy Requirement (GWh) 45,615.0 49,130.5 52,520.8 56,354.8 60,478.2 64,952.5 68,545.3 72,548.8 77,241.4 82,274.6
PSSD (%) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
D Losses (%) 6.24 6.02 5.52 5.38 5.25 5.20 5.15 5.10 5.10 5.10
PS Distribution (%)
Load Factor (%) 84.00 84.00 84.00 83.99 83.99 83.99 83.04 82.83 83.38 83.75
Peak Load (MW) 6,207.0 6,684.9 7,145.9 7,667.1 8,227.8 8,836.1 9,431.0 10,006.6 10,583.2 11,222.9

==================== =========== ========= ========= ========== ========= ========= ========= ========= ========== =========
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
PLN Distribusi Jawa Tengah & DIY
======================== ============= ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ =============
Calendar Year 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
======================== ============= ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ =============

Total Population (10^3) 36,081.3 36,320.5 36,550.5 36,771.0 36,981.6 37,182.3 37,373.0 37,690.5 37,842.1 37,986.5
- Growth Rate ((%)) 0.69 0.66 0.63 0.60 0.57 0.54 0.51 0.85 0.40 0.38
Growth of Total GDP (%) 6.0 6.3 7.0 7.2 6.7 6.7 6.7 6.7 6.7 6.7
Electrification Ratio (%) 75.1 77.5 79.9 82.3 84.7 87.1 89.5 91.6 94.1 96.5
Electrification Ratio (%)+non PL 75.3 77.7 80.1 82.5 85.0 87.4 89.8 91.9 94.3 96.8

Energy Sales (GWh) 18,749.1 20,391.7 22,115.4 23,934.2 25,858.5 27,903.9 30,085.8 32,421.0 34,927.4 37,624.7
- Growth Rate (%) 15.7 8.8 8.5 8.2 8.0 7.9 7.8 7.8 7.7 7.7
-- Residential 9,681.2 10,508.7 11,408.5 12,386.8 13,450.5 14,607.2 15,864.8 17,232.3 18,719.1 20,335.8
-- Commercial 2,162.9 2,401.4 2,665.8 2,960.5 3,285.1 3,644.1 4,041.1 4,480.2 4,965.6 5,502.3
-- Public 1,358.6 1,512.2 1,681.6 1,868.5 2,074.5 2,301.8 2,552.4 2,828.8 3,133.7 3,469.9
-- Industrial 5,546.4 5,969.4 6,359.4 6,718.5 7,048.4 7,350.8 7,627.4 7,879.7 8,109.0 8,316.6
9.0 7.6 6.5 5.6 4.9 4.3 3.8 3.3 2.9 2.6
Power Contracted (MVA) 7,982.4 8,334.2 8,699.3 9,077.7 9,472.0 9,881.0 10,307.1 10,750.6 11,212.9 11,694.3
-- Residential 4,697.4 4,881.2 5,066.4 5,252.0 5,439.6 5,627.0 5,815.2 6,003.6 6,191.9 6,378.9
79

-- Commercial 1,188.3 1,293.2 1,407.3 1,531.5 1,666.7 1,813.9 1,974.0 2,148.4 2,338.1 2,544.6
94

-- Public 608.2 608.8 609.5 610.1 610.8 611.5 612.2 613.0 613.7 614.4
-- Industrial 1,488.4 1,551.0 1,616.1 1,684.0 1,754.8 1,828.6 1,905.5 1,985.7 2,069.3 2,156.4

Number of Customer 7,908,857 8,221,849 8,538,513 8,857,536 9,181,509 9,507,005 9,835,856 10,166,999 10,500,493 10,834,442
-- Residential 7,409,174 7,699,088 7,991,136 8,283,894 8,579,836 8,875,411 9,172,313 9,469,335 9,766,379 10,061,382
-- Commercial 260,987.5 281,230.3 302,955.7 326,272.2 351,296.3 378,153.0 406,976.7 437,911.4 471,111.6 506,743.3
-- Public 233,338.7 235,960.5 238,629.1 241,345.4 244,110.3 246,924.5 249,789.1 252,704.9 255,672.8 258,693.7
-- Industrial 5,356.0 5,570.2 5,793.0 6,024.8 6,265.8 6,516.4 6,777.0 7,048.1 7,330.1 7,623.3

Total Production (GWh) 20,131.2 21,871.4 23,694.7 25,616.0 27,645.9 29,800.8 32,096.8 34,551.1 37,182.6 40,011.5
Energy Requirement (GWh) 20,131.2 21,871.4 23,694.7 25,616.0 27,645.9 29,800.8 32,096.8 34,551.1 37,182.6 40,011.5
Station Use (%) - - - - - - - - - -
D Losses (%) +) 6.9 6.8 6.7 6.6 6.5 6.4 6.3 6.2 6.1 6.0
PS Distribution (%)
L dF
Load Factor
t (%) 69 1
69.1 69 3
69.3 69 5
69.5 69 7
69.7 69 9
69.9 70 1
70.1 70 3
70.3 70 5
70.5 70 7
70.7 70 9
70.9
Peak Load (MW) 3,326.6 3,603.7 3,892.9 4,196.5 4,516.1 4,854.2 5,213.3 5,596.0 6,005.2 6,443.8

======================== ============= ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ =============
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
PLN Distribusi Jawa Timur
====================== ============ ========= ========= ========= ========= ========== ========== ========== ========== ==========
Calendar Year 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
====================== ============ ========= ========= ========= ========= ========== ========== ========== ========== ==========

Number of Population (10^3) 37,651.4 37,818.6 37,977.4 38,126.3 38,265.0 38,393.7 38,511.9 38,613.5 38,698.5 38,766.6
- Growth Rate (%) 0.5 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.3 0.3 0.2 0.2
Growth of Total GDP (%) 6.2 6.5 7.2 7.4 6.9 6.9 6.9 6.9 6.9 6.9
Electrification Ratio (% ) 66.3 69.1 73.0 77.3 81.9 86.8 90.2 93.2 95.3 96.5

Energy Sales (GWh) 24,417.7 26,393.9 28,622.3 31,099.6 33,771.3 36,687.5 39,418.9 42,188.3 44,840.6 47,343.3
- Growth Rate (%) 8.7 8.1 8.4 8.7 8.6 8.6 7.4 7.0 6.3 5.6
-- Residential 9,610.2 10,661.0 11,959.5 13,443.1 15,108.2 16,965.3 18,581.0 20,175.5 21,590.3 22,789.4
-- Commercial
C i l 3 198 0
3,198.0 3 470 0
3,470.0 3 745 4
3,745.4 4 036 1
4,036.1 4 333 7
4,333.7 4 645 8
4,645.8 4 973 7
4,973.7 5 318 2
5,318.2 5 680 4
5,680.4 6 061 3
6,061.3
-- Public 1,450.8 1,555.3 1,659.8 1,768.1 1,879.1 1,995.0 2,116.2 2,243.0 2,375.6 2,514.3
-- Industrial 10,158.6 10,707.7 11,257.6 11,852.4 12,450.3 13,081.5 13,748.0 14,451.5 15,194.3 15,978.2

Power Contracted (MVA) 10,840.0 11,269.3 11,717.2 12,184.6 12,672.3 13,181.4 13,712.8 14,267.8 14,847.3 15,452.7
-- Residential 5,313.9 5,493.1 5,678.3 5,869.7 6,067.7 6,272.2 6,483.7 6,702.4 6,928.3 7,161.9
79
95

-- Commercial
C i l 1 485 7
1,485.7 1 587 6
1,587.6 1 696 1
1,696.1 1 811 8
1,811.8 1 934 9
1,934.9 2 066 1
2,066.1 2 205 8
2,205.8 2 354 7
2,354.7 2 513 3
2,513.3 2 682 2
2,682.2
-- Public 655.3 694.6 736.1 780.0 826.5 875.5 927.4 982.2 1,040.2 1,101.5
-- Industrial 3,385.0 3,494.1 3,606.7 3,723.0 3,843.3 3,967.5 4,095.9 4,228.5 4,365.5 4,507.1

Number of Customer 7,534,440 7,907,530 8,387,716 8,925,785 9,499,050 10,103,920 10,559,271 10,967,593 11,274,589 11,478,106
-- Residential 6,967,777 7,322,229 7,783,144 8,301,289 8,853,952 9,437,521 9,870,846 10,256,391 10,539,836 10,718,999
-- Commercial
C i l 342 814
342,814 353 076
353,076 363 646
363,646 374 533
374,533 385 747
385,747 397 298
397,298 409 195
409,195 421 450
421,450 434 073
434,073 447 075
447,075
-- Public 212,327 220,635 229,265 238,233 247,550 257,230 267,287 277,736 288,593 299,873
-- Industrial 11,522 11,591 11,661 11,731 11,801 11,872 11,943 12,015 12,087 12,160

Total Production (GWh) 26,176.7 28,183.6 30,449.3 33,084.7 35,926.9 39,029.3 41,935.0 44,881.1 47,702.8 50,365.2
Energy Requirement (GWh) 26,176.7 28,183.6 30,449.3 33,084.7 35,926.9 39,029.3 41,935.0 44,881.1 47,702.8 50,365.2
Station Use (%) - - - - - - - - - -
T & D Losses (%) +) 6.7 6.4 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0
Load Factor (%) 70.7 71.4 71.8 72.2 72.3 72.5 72.7 72.9 73.1 73.3
Peak Load (MW) 4,228 4,503 4,839 5,229 5,670 6,145 6,584 7,027 7,448 7,843

====================== ============ ========= ========= ========= ========= ========== ========== ========== ========== ==========
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
PLN Distribusi Bali
================================= ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============
Calendar Year 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
================================= ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============ ============

Total Population (10^3) 3,934.2 3,977.6 4,020.1 4,062.4 4,103.4 4,142.4 4,181.3 4,219.0 4,256.8 4,292.8
- Growth Rate (%) 1.1 1.1 1.1 1.1 1.0 1.0 0.9 0.9 0.9 0.8
Growth of Total GDP (%) 6.7 7.0 7.7 8.0 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5
Electrification Ratio (% ) 67.0 69.1 71.3 73.6 75.9 78.4 81.0 83.7 86.5 89.4

Energy Sales (GWh) 3,464.0 3,816.2 4,201.4 4,624.8 5,090.1 5,588.0 6,123.8 6,694.8 7,297.3 7,926.1
- Growth Rate (%) 12.1 10.2 10.1 10.1 10.1 9.8 9.6 9.3 9.0 8.6
-- Residential 1,499.2 1,667.4 1,792.7 1,998.7 2,250.4 2,610.4 3,002.0 3,422.2 3,867.1 4,331.2
-- Commercial 1,619.8 1,792.8 2,027.4 2,228.6 2,425.8 2,547.1 2,674.5 2,808.2 2,948.6 3,096.0
-- Public 217.0 225.8 244.9 257.4 270.0 282.7 295.6 308.6 321.8 335.0
-- Industrial 128.0 130.2 136.4 140.1 143.9 147.8 151.7 155.7 159.8 163.9

Power Contracted (MVA) 1,772.0 1,883.7 2,001.7 2,126.5 2,258.7 2,398.8 2,547.6 2,705.9 2,874.3 3,053.7
-- Residential 861.5 936.7 1,018.1 1,106.4 1,202.0 1,305.7 1,418.0 1,539.7 1,671.6 1,814.5
-- Commercial 745.5 776.4 807.2 838.1 869.0 899.9 930.8 961.7 992.5 1,023.4
-- Public 112.6 117.6 122.5 127.4 132.4 137.3 142.2 147.1 152.1 157.0
-- Industrial 52.4 53.1 53.8 54.5 55.2 55.9 56.7 57.4 58.1 58.8

Number of Customer 818,826 857,102 897,177 939,149 983,119 1,029,197 1,077,498 1,128,145 1,181,266 1,237,000
79
96

-- Residential 712,140
712 140 742,735
742 735 774,577
774 577 807,716
807 716 842,205
842 205 878 099
878,099 915 455
915,455 954 333
954,333 994 795
994,795 1,036,906
1 036 906
-- Commercial 77,607 84,384 91,717 99,651 108,236 117,525 127,576 138,451 150,218 162,950
-- Public 28,405 29,293 30,181 31,069 31,957 32,845 33,733 34,621 35,509 36,397
-- Industrial 674 690 703 713 722 729 735 740 744 747

Total Production (GWh) 3,662.7 4,034.8 4,441.8 4,871.8 5,361.4 5,885.3 6,448.8 7,049.4 7,682.9 8,344.2
Energy Requirement (GWh) 3,650.2 4,020.9 4,426.3 4,871.8 5,361.4 5,885.3 6,448.8 7,049.4 7,682.9 8,344.2
Station Use (%) 2) - - - - - - - - - -
Distribution Losses (%) 1) 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.0 5.0 5.0 5.0
Load Factor (%) 68.1 68.2 68.2 68.2 68.3 68.3 68.4 68.4 68.5 68.6
Peak Load (MW) 613.8 675.9 743.7 815.2 896.6 983.6 1,076.9 1,176.1 1,280.7 1,389.5
Peak Load Sistem(MW) 611.7 673.5 741.1 815.2 896.6 983.6 1,076.9 1,176.1 1,280.7 1,389.5
- Growth Rate (%) 9.6 8.6 10.0 9.2 8.2 7.9 7.2 7.1 6.7 6.5
Peak Load Isolated(MW) 2.7 3.4 3.7 Beban Puncak Isolated dicover oleh Sistem Bali
- Growth Rate (%) 7.0 7.0 7.0 - - - -
Produksi Isolated (GWh) 12 5
12.5 14 0
14.0 15 6
15.6 Produksi Isolated dicover oleh Sistem Bali
- Growth Rate (%) 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0
Prod PLTMH+Biomas Bali (GWh) 14.1 15.1 16.1 17.3 18.5 19.8 21.1 22.6 24.2 25.9

================================================================================================================================================================
L
LAMPIRA
AN C1.2
N
NERACA D
DAYA SIS
STEM JAW
WA BALI
79
97
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali
Grafik Neraca Daya Sistem Jawa-Bali
MW
55,000
39%
PLTN

PLTG PLN PLTG IPP 39% PLTA


50,000 PLTGU PLN PLTGU IPP PLTG
PLTU PLN Baru PLTU PLN
41%
PLTU IPP PLTP PLN 43% PLTGU
45,000 PLTP IPP Kapasitas Terpasang

PEAK DEMAND FORECAST Reserve Margin Normal 39%


PLTU PLN
40 000
40,000
31%
35,000 30%
41% 34%
79
98

30,000
31%
PLTU FTP1 PLTU IPP
25,000
PLTP IPP
20,000
Kapasitas Terpasang

15 000
15,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

798
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali [1/3]

PROYEK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kebutuhan GWh 125,217 135,769 146,787 158,531 171,089 184,550 197,407 211,134 225,848 241,240
Pertumbuhan % 10.4 8.4 8.1 8.0 7.9 7.9 7.0 7.0 7.0 6.8
Produksi GWh 142,065 153,721 165,697 178,774 192,747 207,770 222,106 237,404 253,822 270,994
Faktor Beban % 78 5
78.5 78 8
78.8 79 1
79.1 79 6
79.6 79 7
79.7 79 7
79.7 79 7
79.7 79 8
79.8 79 8
79.8 79 9
79.9
Beban Puncak Bruto MW 20,672 22,283 23,928 25,635 27,625 29,763 31,801 33,974 36,305 38,742

KAPASITAS
Kapasitas Terpasang MW 21,407 21,007 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531 20,531
PLN MW 17,482 17,082 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606 16,606
Retired/Mothballed -589
589 -400
400 -476
476 0 0 0 0 0 0 0
IPP MW 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925 3,925

PROYEK-PROYEK
PLN
On-going dan Committed Project
Muara Karang Rep Blok 2 PLTGU 210
Muara Tawar Blok 5 PLTGU 234
Priok Extension (Blok 3) PLTGU 743
Suralaya #8 PLTU 625
Labuan PLTU
Teluk Naga/Lontar PLTU 315 630
P l b h Ratu
Pelabuhan R t PLTU 700 350
Indramayu PLTU 990
Rembang PLTU 630
Pacitan PLTU 630
Paiton Baru PLTU 660
Tj. Awar-awar PLTU 700
Cilacap Baru / Adipala PLTU 660
Tanjung Jati B #3-4 PLTU 660 660
Sub Total On-going & Committed 3,664 4,023 1,050 660 - - - - - -
Lampiran A.2 Hal A2.2/8
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali [2/3]

PROYEK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Rencana
PLTGU Tuban/Cepu PLTGU 750 750
Indramayu #4 (FTP2) & #5 PLTU 1 000
1,000 1,000
1 000
Lontar Exp #4 PLTU 660
PLTU Bekasi PLTU 600 600
PLTG Peaker Semarang PLTG 150
PLTG LNG PLTG 400 400
Karangkates #4-5 PLTA 100
Kesamben (Jatim) PLTA 37
Kalikonto-2 (Jatim) PLTA 62
Jatigede (Jabar) PLTA 110
Upper Cisokan PS PLTA 1,040
Matenggeng PS PLTA 450 450
Grindulu PS PLTA 500
S b Total
Sub T l Rencana
R - - - 150
1 0 870
8 0 1,102
1 102 1,037
1 03 1,000
1 000 1,800
1 800 3 100
3,100
Total PLN 3,989 3,708 1,050 810 870 1,102 1,037 1,000 1,800 3,100
Neraca Daya Sistem Jawa-Bali [3/3]

PROYEK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

IPP
On-going dan Committed Project
Cikarang Listrindo PLTGU 150
Ci b
Cirebon PLTU 660
Paiton #3 PLTU 815
Celukan Bawang PLTU 380
Sub Total On-going & Committed 810 815 - 380 - - - - - -
Rencana
Banten PLTU 660
Madura (2x200 MW) FTP2 PLTU 400
Sumsel-8 MT PLTU 1,200
Sumsel-9 MT (PPP) PLTU 1,200
Sumsel-10 MT (PPP) PLTU 600
PLTU Jawa Tengah (PPP) PLTU 1,000 1,000
80

PLTU Jawa-1 PLTU 660


01

PLTU Jawa-2 PLTU 600


PLTU Jawa-3 *) PLTU 660 660
PLTP FTP2 PLTP - - 60 - 375 325 160 595 440 -
PLTP Non FTP2 PLTP - - - - 10 - 110 220 415 165
Rajamandala (FTP2) PLTA 47
Sub Total Rencana - - 60 - 2,092 3,845 3,130 1,415 855 165
Total IPP 810 815 60 380 2,092 3,845 3,130 1,415 855 165
Total Tambahan 4,474 4,838 1,110 1,190 2,962 4,947 4,167 2,415 2,655 3,265
TOTAL KAPASITAS SISTEM MW 27,091 31,529 32,163 33,353 36,315 41,262 45,429 47,844 50,499 53,764
RESERVE MARGIN % 31 41 34 30 31 39 43 41 39 39
Jadwal Proyek Pembangkit Panas Bumi di Sistem Jawa-Bali
Pembangkit
g 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PLN - - - - - - - - - -
PLTP
IPP - - 60 - 385 325 270 815 855 165
FTP2 - - 60 - 375 325 160 595 440 -
Tangkuban Perahu 1 PLTP 110
Ijen PLTP 110
I
Iyang Argopuro
A PLTP 55
Kamojang PLTP 30 60
Wilis/Ngebel PLTP 110 55
Cibuni PLTP 10
Patuha PLTP 60 120
Tangkuban Perahu 2 PLTP 30 30
Cisolok - Cisukarame PLTP 50
Ungaran PLTP 55
Salak PLTP -
Darajat PLTP -
Wayang Windu PLTP 110 110
Karaha Bodas PLTP 30 110
80

Dieng PLTP 55 60
02

Tampomas PLTP 45
Baturaden PLTP 110 110
Guci PLTP 55
Rawa Dano PLTP 110
Gn. Ciremai (Usulan Baru) PLTP 110
Gn. Endut (Usulan Baru) PLTP 55
NON-FTP2 - - - - 10 - 110 220 415 165
Iyang Argopuro PLTP 110 110
Cisolok - Cisukarame PLTP 55 55
Ungaran PLTP 85 55
Dieng PLTP 55 55
Guci PLTP 55
Bedugul PLTP 10
Candi Umbul - Telomoyo PLTP 55
Gn. Lawu PLTP 55 55
Arjuno Welirang PLTP 55 55
Total - - 60 - 385 325 270 815 855 165
Daftar Pembangkit Mothballed di Sistem Jawa-Bali
No Pembangkit Jenis Unit Bahan Bakar Kapasitas (MW) COD Mothballed Lokasi Keterangan
1 Muara
Muara Karang
Karang PLTU 4 gas/MFO                       200.0 1981 2013 Jakarta Mothballed
PLTU 5 gas/MFO                         200.0 1982 2013 Jakarta Mothballed
2 Priok PLTU 1 MFO                           50.0 1972 2011 Jakarta Mothballed
PLTU 2 MFO                           50.0 1972 2011 Jakarta Mothballed
PLTG 1 HSD                           26.0 1976 2011 Jakarta Mothballed
PLTG 2 HSD                           26.0 1976 2011 Jakarta Mothballed
3 Sunyaragi PLTG 1 gas                          20.1 1976 2010 Jawa Barat
Jawa Barat Relokasi ke Riau
Relokasi ke Riau
PLTG 2 gas                           20.1 1976 2010 Jawa Barat Relokasi ke Riau
PLTG 3 HSD                           20.0 1976 2011 Jawa Barat Mothballed
PLTG 4 HSD                           20.0 1976 2011 Jawa Barat Mothballed
4 Cilacap PLTG 1 HSD                           29.0 1996 2011 Jawa Tengah Relokasi ke Riau
PLTG 2 HSD                           26.0 1996 2011 Jawa Tengah Relokasi ke Riau
5 Tambaklorok PLTU 1 HSD                          50.0
50 0 1978 2011 Jawa Tengah
Jawa Tengah Mothballed
PLTU 2 HSD                           50.0 1978 2011 Jawa Tengah Mothballed
PLTU 3 HSD                         200.0 1983 2012 Jawa Tengah Mothballed
6 Gresik PLTU 1 gas/MFO                         100.0 1981 2012 Jawa Timur Mothballed
PLTU 2 gas/MFO                         100.0 1981 2012 Jawa Timur Mothballed
PLTG 1 gas/HSD                           20.1 1978 2011 Jawa Timur Mothballed
80

PLTG 2 gas/HSD                          20.1


20 1 1984 2011 Jawa Timur
Jawa Timur Mothballed
03

PLTG 3 gas/HSD                           21.4 1984 2011 Jawa Timur Mothballed


7 Perak PLTU 3 MFO                           50.0 1978 2011 Jawa Timur Mothballed
PLTU 4 MFO                           50.0 1978 2011 Jawa Timur Mothballed
8 Gilitimur PLTG 1 HSD                           20.1 1999 2011 Jawa Timur Mothballed
PLTG 2 HSD                           20.1 1999 2011 Jawa Timur Mothballed
9 Pesanggaran PLTD 1 HSD                            5.1
51 1974 2013 Bali Mothballed
PLTD 2 HSD                             5.1 1974 2013 Bali Mothballed
PLTD 3 HSD                             5.1 1974 2013 Bali Mothballed
PLTD 4 HSD                             5.1 1974 2013 Bali Mothballed
PLTD 5 HSD                             4.1 1980 2013 Bali Mothballed
PLTD 6 HSD                             6.8 1982 2013 Bali Mothballed
PLTD 7 HSD                            6.8
68 1982 2013 Bali Mothballed
PLTD 8 HSD                             6.5 1983 2013 Bali Mothballed
PLTD 9 HSD                             6.5 1983 2013 Bali Mothballed
PLTD 10 HSD                           12.4 1989 2013 Bali Mothballed
PLTD 11 HSD                           12.4 1989 2013 Bali Mothballed
Jumlah                     1,464.9
Rincian Proyek Pembangkit
Sistem Jawa-Bali 2011-2020 [1/5]
Kapasitas
No Provinsi Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status Sumber Dana
(MW)
1 Bali Swasta PLTU Bali Utara/Celukan Bawang 130.0 2014 On Going IPP
2 Bali Swasta PLTU Bali Utara/Celukan Bawang 250.0 2014 On Going IPP
3 Bali Swasta PLTM Telagawaja 4.0 2014 Rencana IPP
4 Bali Swasta PLTP Bedugul 10.0 2015 Rencana IPP
5 Banten PLN PLTU Suralaya 625.0 2011 On Going FTP1
6 Banten PLN PLTU Teluk Naga/Lontar 630.0 2011 On Going FTP1
7 Banten PLN PLTU Teluk Naga/Lontar 315.0 2012 On Going FTP1
8 Banten PLN PLTU Lontar Exp 660.0 2015 Rencana Unallocated
9 Banten Swasta PLTM Leuwikopo 4.5 2012 Rencana IPP
10 B t
Banten S
Swasta
t PLTM K
Karang R
Ropong 60
6.0 2013 R
Rencana IPP
11 Banten Swasta PLTM Cikamundung 5.0 2013 Rencana IPP
12 Banten Swasta PLTM Cisono 3.0 2013 Rencana IPP
13 Banten Swasta PLTM Cisungsang II 3.0 2013 Rencana IPP
14 Banten Swasta PLTM Situmulya 3.0 2013 Rencana IPP
80

15 Banten Swasta PLTM Lebak Tundun 2.4 2013 Rencana IPP


04

16 Banten Swasta PLTM Cikidang 2.0 2013 Rencana IPP


17 Banten Swasta PLTM Ciparai 4.2 2014 Rencana IPP
18 Banten Swasta PLTM Suwakan 3.8 2014 Rencana IPP
19 Banten Swasta PLTM Gunung Tua 1.7 2014 Rencana IPP
20 Banten Swasta PLTM Cinanling 1.3 2014 Rencana IPP
21 Banten Swasta PLTM Cijambe 07
0.7 2014 Rencana IPP
22 Banten Swasta PLTU Banten 660.0 2016 Rencana IPP
23 Banten Swasta PLTP Rawa Dano 110.0 2018 Rencana IPP
24 Banten Swasta PLTP Endut 55.0 2019 Rencana IPP
25 DKI Jakarta PLN PLTGU Muara Karang Repowering 210.0 2011 On Going JBIC
26 DKI Jakarta PLN PLTGU Priok Extension 500.0 2012 On Going JBIC
27 DKI Jakarta PLN PLTGU Priok Extension 243.0 2012 On Going JBIC
28 DKI Jakarta PLN PLTG Priok 200.0 2018 Rencana Plan
29 DKI Jakarta PLN PLTG Priok 200.0 2018 Rencana Plan
30 DKI Jakarta PLN PLTG Muara Karang 200.0 2020 Rencana Unallocated
Rincian Proyek Pembangkit
Sistem Jawa-Bali 2011-2020 [2/5]
Kapasitas
No Provinsi Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status Sumber Dana
(MW)
31 DKI Jakarta PLN PLTG Muara Karang 200.0 2020 Rencana Unallocated
32 Jawa Barat PLN PLTU Indramayu 990.0 2011 On Going FTP1
33 Jawa Barat PLN PLTGU Muara Tawar Blok 5 234.0 2011 On Going JBIC
34 Jawa Barat PLN PLTU Pelabuhan Ratu 700.0 2012 On Going FTP1
35 Jawa Barat PLN PLTU Pelabuhan Ratu 350.0 2013 On Going FTP1
36 Jawa Barat PLN PLTA Jatigede 110.0 2015 Rencana Unallocated
37 Jawa Barat PLN PS Upper Cisokan Pump Storage 520.0 2016 Rencana IBRD
38 Jawa Barat PLN PS Upper Cisokan Pump Storage 520.0 2016 Rencana IBRD
39 Jawa Barat PLN PLTU Indramayu 1,000.0 2017 Rencana JICA
40 J
Jawa Barat
B t PLN PLTU B k i
Bekasi 600 0
600.0 2018 R
Rencana U ll
Unallocated
t d
41 Jawa Barat PLN PLTU Bekasi 600.0 2019 Rencana Unallocated
42 Jawa Barat PLN PLTU Indramayu 1,000.0 2020 Rencana JICA
43 Jawa Barat Swasta PLTM Girimukti 8.0 2011 Rencana IPP
44 Jawa Barat Swasta PLTM Cijampang 2A 1.1 2011 Rencana IPP
80

45 Jawa Barat Swasta PLTGU Cikarang Listrindo 150.0 2011 On Going IPP
05

46 Jawa Barat Swasta PLTU Cirebon 660.0 2011 On Going IPP


47 Jawa Barat Swasta PLTM Pakenjeng Bawah 5.7 2013 Rencana IPP
48 Jawa Barat Swasta PLTM Cikaso 5.3 2013 Rencana IPP
49 Jawa Barat Swasta PLTM Cikaniki 2 5.0 2013 Rencana IPP
50 Jawa Barat Swasta PLTM Pakenjeng Atas 3.6 2013 Rencana IPP
51 Jawa Barat Swasta PLTM Cianten 2 30
3.0 2013 Rencana IPP
52 Jawa Barat Swasta PLTM Citaraje 3.0 2013 Rencana IPP
53 Jawa Barat Swasta PLTM Cianten 1 2.5 2013 Rencana IPP
54 Jawa Barat Swasta PLTM Cirompang 2.0 2013 Rencana IPP
55 Jawa Barat Swasta PLTM Cisanggiri 2.0 2013 Rencana IPP
56 Jawa Barat Swasta PLTM Cijampang 2B 1.2 2013 Rencana IPP
57 Jawa Barat Swasta PLTM Cijampang 1 1.1 2013 Rencana IPP
58 Jawa Barat Swasta PLTM Cikaniki 1 1.0 2013 Rencana IPP
59 Jawa Barat Swasta PLTM Sindang Cai 0.8 2013 Rencana IPP
60 Jawa Barat Swasta PLTP Patuha 60.0 2013 Rencana IPP
Rincian Proyek Pembangkit
Sistem Jawa-Bali 2011-2020 [3/5]
Kapasitas
No Provinsi Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status Sumber Dana
(MW)
61 Jawa Barat Swasta PLTM Cileunca 1.0 2014 Rencana IPP
62 Jawa Barat Swasta PLTM Cimandiri 0.6 2014 Rencana IPP
63 Jawa Barat Swasta PLTM Cilakil/Malabar 0.3 2014 Rencana IPP
64 Jawa Barat Swasta PLTP Wayang Windu 110.0 2015 Rencana IPP
65 Jawa Barat Swasta PLTP Kamojang 30.0 2015 Rencana IPP
66 Jawa Barat Swasta PLTP Karaha Bodas 30.0 2015 Rencana IPP
67 Jawa Barat Swasta PLTA Rajamandala 47.0 2015 Rencana IPP
68 Jawa Barat Swasta PLTP Patuha 120.0 2015 Rencana IPP
69 Jawa Barat Swasta PLTP Tangkuban Perahu 2 30.0 2015 Rencana IPP
70 J
Jawa Barat
B t S
Swasta
t PLTU PLTU JJawa-1 1 660 0
660.0 2015 R
Rencana IPP
71 Jawa Barat Swasta PLTU PLTU Jawa-3 660.0 2016 Rencana IPP
72 Jawa Barat Swasta PLTU PLTU Jawa-3 660.0 2017 Rencana IPP
73 Jawa Barat Swasta PLTP Kamojang 60.0 2016 Rencana IPP
74 Jawa Barat Swasta PLTP Karaha Bodas 110.0 2016 Rencana IPP
80

75 Jawa Barat Swasta PLTP Cibuni 10.0 2016 Rencana IPP


06

76 Jawa Barat Swasta PLTP Tangkuban Perahu 2 30.0 2016 Rencana IPP
77 Jawa Barat Swasta PLTP Wayang Windu 110.0 2017 Rencana IPP
78 Jawa Barat Swasta PLTP Cisolok-Cisukarame 50.0 2017 Rencana IPP
79 Jawa Barat Swasta PLTP Tangkuban Perahu 1 110.0 2018 Rencana IPP
80 Jawa Barat Swasta PLTP Tampomas 45.0 2018 Rencana IPP
81 Jawa Barat Swasta PLTP Cisolok-Cisukarame 55 0
55.0 2018 Rencana IPP
82 Jawa Barat Swasta PLTP Gn Ceremei 55.0 2019 Rencana IPP
83 Jawa Barat Swasta PLTP Gn Ceremei 55.0 2019 Rencana IPP
84 Jawa Barat Swasta PLTP Cisolok-Cisukarame 55.0 2019 Rencana IPP
85 Jawa Tengah PLN PLTU Rembang 630.0 2011 On Going FTP1
86 Jawa Tengah PLN PLTU Tanjung Jati B Exp 660.0 2011 On Going Bilateral
87 Jawa Tengah PLN PLTU Tanjung Jati B Exp 660.0 2012 On Going Bilateral
88 Jawa Tengah PLN PLTU Cilacap Baru/Adipala 660.0 2014 On Going FTP1
89 Jawa Tengah PLN PLTG Tambaklorok 150.0 2014 Rencana JICA
90 Jawa Tengah PLN PLTA Karangkates 100.0 2015 Rencana Unallocated
Rincian Proyek Pembangkit
Sistem Jawa-Bali 2011-2020 [4/5]
Kapasitas
No Provinsi Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status Sumber Dana
(MW)
91 Jawa Tengah PLN PS Matenggeng PS 450.0 2019 Rencana Unallocated
92 Jawa Tengah PLN PS Matenggeng PS 450.0 2020 Rencana Unallocated
93 Jawa Tengah Swasta PLTM Gelang 0.3 2011 Rencana IPP
94 Jawa Tengah Swasta PLTM Logawa-Baseh
Logawa Baseh 3.0 2013 Rencana IPP
95 Jawa Tengah Swasta PLTM Logawa-Sunyalungu 2.0 2013 Rencana IPP
96 Jawa Tengah Swasta PLTM Kunci Putih 1.0 2013 Rencana IPP
97 Jawa Tengah Swasta PLTM Rakit 0.5 2013 Rencana IPP
98 Jawa Tengah Swasta PLTM Sigebang 0.5 2013 Rencana IPP
99 Jawa Tengah Swasta PLTM Merden 0.4 2013 Rencana IPP
100 Jawa Tengah Swasta PLTM Kincang 03
0.3 2013 Rencana IPP
101 Jawa Tengah Swasta PLTM Singgi 0.2 2013 Rencana IPP
102 Jawa Tengah Swasta PLTP Dieng 55.0 2015 Rencana IPP
103 Jawa Tengah Swasta PLTU PLTU Jawa-2 600.0 2015 Rencana IPP
104 Jawa Tengah Swasta PLTP Dieng 60.0 2016 Rencana IPP
105 Jawa Tengah Swasta PLTU Jawa Tengah (PPP) 1,000.0 2016 Rencana IPP
106 Jawa Tengah Swasta PLTU Jawa Tengah (PPP) 1,000.0 2017 Rencana IPP
107 Jawa Tengah Swasta PLTP Ungaran 55.0 2018 Rencana IPP
108 Jawa Tengah Swasta PLTP Baturaden 110.0 2018 Rencana IPP
109 Jawa Tengah Swasta PLTP Guci 55.0 2018 Rencana IPP
110 Jawa Tengah Swasta PLTP Dieng 55.0 2018 Rencana IPP
111 Jawa
Ja a Tengah
e ga Swasta
S asta PLTP Ungaran
U ga a 30.0
30 0 2019
0 9 Rencana
e ca a IPP
112 Jawa Tengah Swasta PLTP Baturaden 110.0 2019 Rencana IPP
113 Jawa Tengah Swasta PLTP Ungaran 55.0 2019 Rencana IPP
114 Jawa Tengah Swasta PLTP Guci 55.0 2019 Rencana IPP
115 Jawa Tengah Swasta PLTP Candi Umbul - Telomoyo 55.0 2019 Rencana IPP
116 Jawa Tengah Swasta PLTP Gunung Lawu 55.0 2019 Rencana IPP
117 Jawa Tengah Swasta PLTP Dieng 55 0
55.0 2019 Rencana IPP
118 Jawa Tengah Swasta PLTA Cibareno-1 18.0 2020 Rencana IPP
119 Jawa Tengah Swasta PLTP Ungaran 55.0 2020 Rencana IPP
120 Jawa Tengah Swasta PLTP Gunung Lawu 55.0 2020 Rencana IPP
Rincian Proyek Pembangkit
Sistem Jawa-Bali 2011-2020 [5/5]
Kapasitas
No Provinsi Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status Sumber Dana
(MW)
121 Jawa Timur PLN PLTU Paiton 660.0 2012 On Going FTP1
122 Jawa Timur PLN PLTU Pacitan 630.0 2012 On Going FTP1
123 Jawa Timur PLN PLTM Ampel Gading 0.0 2012 Rencana APLN
124 Jawa Timur PLN PLTU Tj Awar
Tj. Awar-awar
awar 350 0
350.0 2013 On Going FTP1
125 Jawa Timur PLN PLTU Tj. Awar-awar 350.0 2013 On Going FTP1
126 Jawa Timur PLN PLTGB Bawean 3.0 2014 Rencana PJB
127 Jawa Timur PLN PLTGB Bawean 3.0 2015 Rencana PJB
128 Jawa Timur PLN PLTA Kalikonto 62.0 2016 Rencana Unallocated
129 Jawa Timur PLN PLTA Kesamben 37.0 2017 Rencana Unallocated
130 Jawa Timur PLN PLTGU Tuban/Cepu 750.0 2019 Rencana Unallocated
131 Jawa Timur PLN PS Grindulu PS 500.0 2020 Rencana Unallocated
132 Jawa Timur PLN PLTGU Tuban/Cepu 750.0 2020 Rencana Unallocated
133 Jawa Timur Swasta PLTU Paiton 3 Exp 815.0 2012 On Going IPP
134 Jawa Timur Swasta PLTM Antrokan 0.5 2014 Rencana IPP
135 Jawa Timur Swasta PLTU Madura (2x200 MW) 400.0 2015 Rencana IPP
136 Jawa Timur Swasta PLTP Iyang Argopuro 55.0 2016 Rencana IPP
137 Jawa Timur Swasta PLTP Iyang Argopuro 110.0 2017 Rencana IPP
138 Jawa Timur Swasta PLTP Wilis/Ngebel 110.0 2018 Rencana IPP
139 Jawa Timur Swasta PLTP Iyang Argopuro 110.0 2018 Rencana IPP
140 Jawa Timur Swasta PLTP Ijen 55 0
55.0 2019 Rencana IPP
141 Jawa Timur Swasta PLTP Ijen 55.0 2019 Rencana IPP
142 Jawa Timur Swasta PLTP Wilis/Ngebel 55.0 2019 Rencana IPP
143 Jawa Timur Swasta PLTP Arjuno Welirang 55.0 2019 Rencana IPP
144 Jawa Timur Swasta PLTP Arjuno Welirang 55.0 2020 Rencana IPP
145 Sumatera Selatan Swasta PLTU Sumsel-8 MT 1,200.0
, 2016 Rencana IPP
146 Sumatera Selatan Swasta PLTU Sumsel-9 MT (PPP) 1,200.0 2017 Rencana IPP
147 Sumatera Selatan Swasta PLTU Sumsel-10 MT (PPP) 600.0 2018 Rencana IPP
32,147.4
LA
AMPIRA
AN C1.3
PROYEK
K IPP TER
RKENDAL
LA SISTEM
M JAWA BALI
80
09
C1.3 Proyek-P Proyek IPP Terkendala
PLTP Patuha 3x60 MW
PLTP Pa atuha merupaka an pembangkit IPP yang termmasuk dalam IPPP
yang terkkendala sesuai SK Direksi Noo. 036.K/DIR/2010 dan Edara an
Direksi No.
N 003.E/DIR/2 2010. Dalam Edaran
E Direksi tersebut, PPT
TL
terkendalla dibagi ke da
alam 3 kategori sebagai beriku
ut:
• Kategori
K 1, tahap operasi adalah tahap dim mana IPP sudaah
m
mencapai COD.
• Kategori
K 2, ta
ahap pembang gunan/konstrukksi dimana IP PP
s
sudah mencapai Financial Closing (FC C) tapi belum
m
mencapai COD.
• Kategori
K 3, Ta
ahap pendanaa an IPP yang sudah memiliiki
P
PPTL, elum mencapai Financial Closing (FC).
tetapi be
PLTP Patuha
P masukk ke dalam kategori 3 yang saat ini i
permasallahannya suda ah diselesaika
an dengan pe enandatanganaan
Akta Perdamaian seh hingga pemban ngunan bisa dilanjutkan da an
direncanaakan beroperassi pada tahun 2013
2 dan 2015..
PLTU Celukann Bawang (2x1225) + (1x130) MW
M
PLTU Ce elukan Bawangg merupakan pembangkit
p IPP
P yang termasuuk
dala sesuai SK Direksi No. 1063.K/DIR/2011.
dalam IPP yang terkend
Saat ini terdapat peru
ubahan kompo osisi pemegang g saham dalam
PLTU Ce elukan Bawang g. Dengan kep pemilikan yangg baru tersebu
ut,
PLTU Ce elukan Bawangg direncanakan n untuk berope
erasi pada tahu
un
2014.
810
L
LAMPIRA
AN C1.4
NERACA EN
NERGI SIS
STEM JAW
WA BALI
81
11
Proyeksi
P k i Neraca
N E
Energii
Sistem Jawa - Bali

No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 HSD 13,218 4,856 1,981 1,823 216 232 114 120 139 140

2 MFO 4,615 16 - - - - - - - -

3 Gas 25,085 33,292 35,092 34,028 31,582 31,742 25,143 16,684 19,470 22,188

4 LNG - 7 422
7,422 5 418
5,418 5 926
5,926 9 746
9,746 9 904
9,904 15 655
15,655 24 117
24,117 24 522
24,522 25 163
25,163

5 Batubara 84,107 94,724 109,365 122,695 133,097 144,080 157,303 166,606 173,466 184,786

6 Air 6,509 5,271 5,273 5,273 6,128 7,400 7,416 7,322 7,722 8,549

7 Panas Bumi 8,532 8,140 8,568 9,029 11,978 14,412 16,474 22,554 28,504 30,169
812

TOTA L 142,065 153,721 165,697 178,774 192,747 207,770 222,106 237,404 253,822 270,995
Proyeksi
P k i Kebutuhan
K b t h Energi
E i Primer
Pi
Sistem Jawa - Bali

No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 HSD ( x 1000 kL ) 3,055 1,377 561 517 61 66 32 34 39 40

2 MFO ( x 1000 kL ) 307 4 - - - - - - - -

3 GAS (bcf) 264 247 262 260 241 242 187 123 141 159

4 LNG (bcf) - 60 45 50 80 81 129 199 204 212

5 Batubara (kTON) 36,225 49,410 57,494 64,564 69,897 74,827 79,702 84,161 87,712 93,595
813
LAM
MPIRAN C1.5
C
CA
APACITY BALANCE
B E GARDUU INDUK
SIS
STEM JAW
WA BALI
814
Capacity Balance Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang [1/6]

Capacity 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Total (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)

1 BALARAJA 150/20 120 112.0 60 82.3 87.3 92.9 97.2 102.6 107.0 107.9 109.6 111.2
Max 4 x 60 MVA 73.20% 53.82% 57.09% 60.69% 63.55% 67.06% 69.96% 70.51% 71.60% 72.65%
0.1071 1.0073 2.232
2 LAUTAN STEEL/TELAGA SARI 150/20 0 37.4 120 42.1 49.5 55.5 62.4 70.7 88.0 60 109.7 137.6 60
Inc Ctr Hbt - BL Raja 36.70% 41.32% 48.57% 54.40% 61.21% 69.28% 57.50% 71.68% 67.44%

3 GITET BALARAJA (150/20) 150/20 60 15.4 60 20.4 25.9 29.3 29.8 30.1 32.5 48.4 65.2 87.7
Max 4 x 60 MVA 10.09% 13.32% 16.93% 19.13% 19.45% 19.66% 21.24% 31.66% 42.63% 57.29%
-10.009
4 CITRA HABITAT 150/20 120 138.5 60 161.8 162.4 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
Max 4 x 60 MVA 67.90% 79.32% 79.62% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
86.813 129.63 152.03 176.15 201.81 229.43 260.34
5 MILLENNIUM (PT POWER STEEL) 150/20 57.7 120 75.7 114.8 60 127.0 60 142.0 159.4 176.5 60 194.9 207.0
Inc Ctr Hbt - BL Lautan Steel Max 5 x 60 MVA 56.58% 74.20% 75.01% 62.26% 69.61% 78.15% 69.21% 76.43% 81.17%

6 CIKUPA 150/20 120 111.6 60 119.7 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
72.95% 78.22% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
7.1718 18.193 34.945 54.704 77.139 103.83 130.72 160.76
7 PASAR KEMIS 150/20 120 113.3 60 121.9 132.4 60 136.5 145.1 163.4 163.2 163.2 163.2 163.2
Maksimum 4 x 60 MVA 74.04% 79.66% 64.91% 66.90% 71.11% 80.08% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
-8.2655 2.7802 15.546 26.762 38.646
8 SEPATAN 150/20 60 48.0 60 52.3 76.9 75.6 84.0 60 85.6 107.6 133.4 60 156.9 182.2 60
Mak 5 x 60 MVA 47.08% 51.24% 75.40% 74.14% 54.92% 55.96% 70.34% 65.37% 76.90% 71.45%

9 TANGERANG BARU 150/20 120 104.8 60 117.0 127.8 149.1 60 160.0 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
mak 4 x 60 MVA 68.53% 76.45% 83.51% 73.08% 78.45% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
815

10 TANGERANG BARU 2 150/20 38.8 120 66.2 102.5 60 140.1 60 163.2


IInc
nc Tgr Baru - Sepatan III 38.09% 64.94% 67.01% 68.66% 80.00%

11 TANGERANG BARU 3 150/20 20.9 60


Radial Tgr Baru 2 41.07%

12 CENGKARENG 150/20 240 186.8 197.5 203.1 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0
Max = 5 x 60 MVA 73.27% 77.44% 79.66% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
7.411 -40.8 -40.8 -40.8 -40.8 -40.8 -40.8 -40.8
13 CIKOKOL/TANGERANG 150/20 180 146.0 60 150.3 153.0 153.8 160.0 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
bisa max = 4 x 60 MVA 71.59% 73.70% 75.02% 75.41% 78.43% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
####### ####### ####### ####### ####### ####### ####### ####### #######
14 CILEDUK 150/20 120 98.5 60 122.4 122.40 122.40 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
64.36%
64 36% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00%
47.873 94.876 112.54 135.85 122.5 235.87
15 CILEDUK 2 / ALAM SUTRA 150/20 15.7 120 55.3 56.076 71.7 95.1 60 97.7 116.5 149.1 60 158.4
Inc Ciledug - Cikupa 15.36% 54.20% 54.98% 70.34% 62.13% 63.85% 76.11% 73.07% 77.66%

16 DURI KOSAMBI 150/20 180 163.0 60 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
(Mak 5 x 60 MVA) 79.91% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
26.2 26.9 33.6 41.6 50.2 60.6 68.4 76.4
17 DURI KOSAMBI 2 / DAAN MOGOT 150/20 11.7 120 38.3 45.5 68.7 96.7 60 122.4 122.4 122.4 122.4
MK - Duri Kosambi 11.45% 37.51% 44.61% 67.33% 63.22% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

18 DURI KOSAMBI 3 / RAWA BUAYA 150/20 1.5 60.0 38.6 72.1 60.0 108.7 60.0
Inc Duri Kosambi-M Karang 2.86% 75.66% 70.68% 71.02%

19 GROGOL 150/20 120 102.9 60 115.9 121.2 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
67.24% 75.76% 79.22% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
12.0 18.6 35.1 55.1 73.6 100.5 126.1 154.7
20 JATAKE 150/20 180 157.6 60 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
77.26% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
Capacity Balance Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang [2/6]

Capacity 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Total (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)

21 KEMBANGAN 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

22 LEGOK 150/20 60 92.6 60 107.9 60 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
Max 4 x 60 MVA 90.83% 70.53% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
####### 38.775 36.372 50.463 60.268 56.778 62.066 65.625 62.307 56.031
23 LENGKONG 150/20 120 152.9 159.5 60 200.8 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0
Max 4 x 60 MVA 74 94%
74.94% 62 56%
62.56% 78 73%
78.73% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00% 80 00%
80.00%
24.772 65.896 87.591 110.09 132.89 164.43 200.7 236.5 251.5
24 LENGKONG 2 (INDORAMA) 150/20 21.2 120 60.9 113.0 60 119.2 138.7 60 158.4 163.2
Inc Serpong - Lengkong 20.79% 59.71% 73.84% 77.94% 67.97% 77.62% 80.00%

25 LENGKONG 3 150/20 21.8 60


Inc Serpong - Lengkong II 42.71%

26 LIPPO CURUG 150/20 60 33.5 60 41.8 56.8 73.5 92.9 60 120.1 145.0 60 161.4 161.2 160.9
Mak 4 x 60 MVA 32.81% 40.97% 55.66% 72.03% 60.74% 78.47% 71.06% 79.13% 79.00% 78.85%
10.0
27 LIPPO CURUG 2 150/20 0 18.3 60 53.7 60 93.2 60
Radial Curug 35.93% 52.61% 60.89%

28 MAXI MANGANDO 150/20 120 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

29 SERPONG 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

30 TELUK NAGA 150/20 120 97.2 60 113.4 133.3 133.9 146.7 165.6 163.2 163.2 163.2 163.2
Mak 4 x 60 MVA 47.63% 55.59% 65.33% 65.64% 71.90% 81.20% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
816

31 TELUK NAGA 2 150/20 26 7


26.7 60 58 3
58.3 60 91 2
91.2 60 129 6
129.6 60
Inc PLTU Lontar - Tgr Baru 52.29% 57.15% 59.58% 63.53%

32 TIGARAKSA 150/20 60 57.4 60 88.9 60 102.9 118.6 120.1 123.5 60 129.3 139.9 154.0 163.2
Mak 4 x 60 MVA 56.31% 58.09% 67.28% 77.52% 78.47% 60.56% 63.36% 68.59% 75.49% 80.00%

33 TIGARAKSA 2 150/20 10.6 60


Radial Tigaraksa 20.85%

34 BINTARO 150/20 180 138.0 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
Max 3 x 60 MVA 90.19% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
23.256 9.4299
35 BINTARO 2 (GIS) 150/20 19.4 120 45.0 60.4 79.1 60 100.9 122.4 122.4 122.4 122.4
Radial Bintaro (Max 3 x 60 MVA) 19.02% 44.15% 59.17% 51.68% 65.95% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

36 BINTARO 3 / JOMBANG 150/20 2.6 60 31.0 57.7 60 86.7 60


Inc Bintaro - Serpong 5.15% 60.76% 56.56% 56.64%

37 CSW 150/20 120 92.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6
90.76% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
57.738 71.017
38 ANTASARI / CSW 2 / KEMANG VILLAGE 150/20 26.0 120 33.8 42.8 62.7 64.4 79.2 96.4 60.0 122.4 122.4
g Dr Tiga
Ring g - Kemang
g - CSW2 - Dr Tiga
g 25.44% 33.10% 41.96% 61.51% 63.14% 77.66% 63.01% 80.00% 80.00%
Max 3 x 60 MVA
11.217 15.018 20.543 17.359 47.924
39 CSW 3 / MRT PASAR MEDE 150/20 14.7 60 25.5 38.9 43.7 60 82.8 60
Radial Kemang Village/Pondok Indah 28.85% 49.94% 76.20% 42.83% 54.10%

40 DANAYASA 150/20 180 98.2 101.1 105.2 109.7 110.6 113.7 120.0 121.5 121.4 121.3
64.22% 66.07% 68.74% 71.71% 72.30% 74.34% 78.45% 79.40% 79.35% 79.30%
Capacity Balance Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang [3/6]

Capacity 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Total (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)

41 GANDUL 150/20 180 155.9 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
Max 4 x 60 MVA (1 x 60 MVA)Masuk 2009) 76.42% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
19.115 27.667 -5E-15 -5E-15 -5E-15 -5E-15 -5E-15 -5E-15
42 PONDOK INDAH 150/20 0 29.4 27.2 41.0 58.0 86.5 60 119.7 122.4 122.4 122.4 122.4
Radial Gandul 28.82% 26.70% 40.22% 56.89% 56.51% 78.26% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

43 PONDOK INDAH 2 / CIRENDE 150/20 34.4 120 78.1 120.1 60 145.2 60


Inc Petukangan - Gandul 33.73% 76.62% 78.51% 71.17%

44 KEBON JERUK 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

45 KEMANG 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

46 MAMPANG BARU 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

47 PETUKANGAN 150/20 180 163.2 60 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

48 SENAYAN 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
3E-14 3E-14
49 SENAYAN BARU 150/20 120 72.7 60 86.2 91.3 94.5 107.4 123.2 143.6 159.4 172.9 204.0
Radial Kembangan 28.51% 33.82% 35.82% 37.06% 42.11% 48.33% 56.32% 62.50% 67.81% 80.00%
817

50 SENAYAN BARU 2 (SENAYAN) 150/20 9.8 60


Radial
Radial dari Senayan baru 19.28%
19 28%

51 ABADI GUNA PAPAN 150/20 120 83.1 60 88.2 94.5 101.5 112.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
1 Trafo 54.31% 57.64% 61.76% 66.32% 73.46% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

52 ABADI GUNA PAPAN 2 150/20 2.8 60 17.2 34.3 51.1 60 69.7


Inc Mampang - Karet 5.51% 33.76% 67.19% 50.09% 68.31%

53 ANCOL 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

54 ANGKE 150/20 210 161.0 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
(UPRATING TRAFO 3) 78.93% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

8.8573 8.8938 23.203 -20.4 -20.4 -20.4 -20.4 -20.4 -20.4 -20.4
55 MUARA KARANG 150/20 120 125.3 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
81.88% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

56 KAPUK (PIK) (2 x 60 MVA) 150/20 7.2 120 9.3 14.7 37.4 64.0 93.1 60 101.4 130.8 60 162.5
Inc Dr Kosambi - M Karang 7.07% 9.09% 14.42% 36.69% 62.72% 60.83% 66.25% 64.13% 79.65%

57 BUDI KEMULIAAN 150/20 180 100.8 108.1 117.0 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
65.88% 70.65% 76.50% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

58 DUKUH ATAS 150/20 120 53.1 58.3 65.2 72.8 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6
52.09% 57.17% 63.91% 71.42% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
29.4 35.2 -7.4
59 DUKUH ATAS 2 150/20 9.9 120 15.6 21.8 29.4 55.7 84.5 60
Radial dari Manggarai (Max 3 x 60 MVA) 9.69% 15.28% 21.35% 28.78% 54.59% 55.20%
0 20.492 91.827
60 MANGGARAI 150/20 120 40.1 43.1 46.7 54.9 70.4 80.6 60 92.6 117.5 122.4 122.4
39.36% 42.26% 45.82% 53.87% 69.06% 52.65% 60.51% 76.80% 80.00% 80.00%
Capacity Balance Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang [4/6]

Capacity 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Total (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
61 T. RASUNA/PANCORAN 150/20 120 18.8 31.6 49.4 77.0 86.2 111.8 129.6 158.7 60 165.9 208.2
Radial Duren Tiga 9.20% 15.50% 24.23% 37.76% 42.24% 54.78% 63.52% 62.24% 65.05% 81.63%

62 PANCORAN 2 / PENGADEGAN TMR 150/20 40.5 120 100.2 60


Pengadegan Tmr ( 3 x 100 MVA) Radial 39.68% 65.47%

63 GAMBIR BARU 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00% 80.00%
80 00%

64 GAMBIR LAMA 70/20 120 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

65 GIS GAMBIR LAMA 150/20 180 94.3 98.1 102.9 115.2 120.0 160.5 196.8 244.1 244.8 245.1
30.80% 32.07% 33.61% 37.66% 39.23% 52.45% 64.32% 79.77% 80.00% 80.08%
3.8 10.0 18.1 30.0 18.0
66 GMBR LAMA 2 150/20 61.7 120 81.9 60
(Eks 70 kV) 60.48% 53.56%
7.1014 3.8901 34.902 60.479 100.42 150.58 183.83
67 KEBON SIRIH 150/20 120 79.5 60 81.9 87.6 94.5 120.9 120.6 120.4 121.1 121.3 121.9
51.93%
51 93% 53.50%
53 50% 57.25%
57 25% 61 76%
61.76% 78 99%
78.99% 78 84%
78.84% 78 71%
78.71% 79 17%
79.17% 79 26%
79.26% 79 68%
79.68%
6.0 -3.0
68 GEDUNG POLA 150/20 180 68.7 73.8 80.0 86.9 97.3 109.7 122.4 122.4 122.4 122.4
44.91% 48.21% 52.26% 56.77% 63.61% 71.68% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

69 KARET BARU 150/20 180 109.5 111.5 114.7 118.2 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
71.57% 72.89% 74.96% 77.26% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

70 KARET LAMA 150/20 120 111.0 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6
####### 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
818

71 SEMANGGI BARAT 150/20 37.4 120 47.4 58.4 78.4 106.9 60.0 115.9 122.4 122.4 122.4
Radial Karet Lama 36.71% 46.42% 57.25% 76.87% 69.85% 75.75% 80.00% 80.00% 80.00%

72 SEMANGGI BARAT 1 / TANAH ABANG 150/20 22.9 37.9 60.0 58.0 60.0 96.4 60.0
Incomer Karet - Angke 74.27% 56.90% 63.02%

73 KELAPA GADING 150/20 0 41.7 55.0 55.6 56.3 57.4 59.0 61.2 63.3 65.7 67.5
Inc Pegangsaan - Plumpang 40.86% 53.88% 54.50% 55.15% 56.27% 57.86% 59.97% 62.10% 64.42% 66.13%
-2
74 KEMAYORAN 150/20 180 101.4 105.9 112.1 119.0 119.9 122.0 122.2 122.4 122.4 122.4
66.25% 69.23% 73.27% 77.76% 78.34% 79.75% 79.87% 80.00% 80.00% 80.00%
39.1 61.9 73.1
75 KEMAYORAN
O 2 150/20 0.5 4.3 10.2 60 26.9 35.6
Inc Priok-Plumpang (Taman BMW) 20.02% 52.67% 69.72%

76 MANGGA BESAR 150/20 120 126.5 60 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
82.67% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
130.19 149.7
77 GUNUNG SAHARI 150/20 17.0 120 39.1 65.8 106.2 60 108.0 125.2 60 132.1 143.4 160.5
Mak 3 x 60 MVA (Radial Kemayoran) 16.66% 38.35% 64.49% 69.40% 70.61% 61.35% 64.77% 70.32% 78.68%

78 KETAPANG 150/20 180 111.9 120.2 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
73.17% 78.55% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

79 SETIABUDI 150/20 180 120 3


120.3 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4 122 4
122.4
78.63% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

80 TANAH TINGGI 150/20 16.0 120 21.3 29.7 39.2 39.6 40.2 41.3 59.0 76.8 114.0 60
Incomer Gbr Lama - Pl Mas Mak 5 x 60 15.68% 20.92% 29.11% 38.47% 38.83% 39.41% 40.45% 57.85% 75.33% 74.49%
Capacity Balance Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang [5/6]

Capacity 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Total (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)

81 BEKASI *) 150/20 240 120.0 128.8 139.7 151.8 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
58.81% 63.14% 68.46% 74.39% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

82 KANDANG SAPI 150/20 60 47.7 60 62.6 80.1 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6 81.6
Max 3 x 60 MVA 46.80% 61.39% 78.50% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

83 CAKUNG TWONSHIP 150/20 30.0 120.0 35.6 70.6 85.9 60 98.1 131.6 60.0 131.6 147.3 151.2
Inc Muara Tawar-k sapi (4 x 100 MVA) 29.41% 34.88% 69.24% 56.17% 64.14% 64.53% 64.52% 72.20% 74.12%

84 KANDANG SAPI 2 150/20 30.1


Inc M Twr - Ckg

85 MARUNDA 150/20 180 105.5 113.2 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
68.98% 73.98% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

86 PEGANGSAAN 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

87 PLUMPANG (UPRATING TRAFO 3) 150/20 210 159.4 60 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
Mak 4 x 60 MVA 78.13% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
819

####### 77 572
77.572 98 032
98.032 114 49
114.49 118 06
118.06 121 96
121.96 127 73
127.73 168 76
168.76 170 97
170.97
88 PRIOK TIMUR 37.2 60 25.0 30.0 35.0 40.0 40.8 40.8 40.8 40.8 40.8
72.84% 49.02% 58.82% 68.63% 78.43% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
73.957 93.052 133.84
89 HARAPAN INDAH 150/20 40.3 120 55.8 73.6 88.5 60 95.4 104.0 115.4 128.0 60 130.2
lokasi : Taman Harapan Indah (Radial 39.55% 54.69% 72.12% 57.86% 62.38% 68.00% 75.43% 62.73% 63.81%

90 PULO GADUNG 150/20 300 176.9 180.2 185.3 190.9 203.0 204.0 204.0 204.0 204.0 204.0
70/20 69.37% 70.65% 72.65% 74.88% 79.60% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

91 PONDOK KELAPA 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

92 CIPINANG 150/20 120 89.6 60 92.3 93.9 94.2 96.3 105.5 118.1 122.4 122.4 122.4
58.57% 60.31% 61.34% 61.59% 62.94% 68.98% 77.19% 80.00% 80.00% 80.00%
-1.0 2.5
93 CIPINANG 2 150/20 10.4 60 24.3 40.2
g ((Inc Pl Mas -
GI Ex Jatinegara 20.32% 47.58% 78.90%
Manggarai)
Capacity Balance Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang [6/6]

Capacity 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Total (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf. (MW) Transf.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
94 PENGGILINGAN 150/20 120 49.3 56.6 65.5 68.9 94.8 60 131.9 60 157.9 163.2 163.2 163.2
Mak 4 x 60 MVA 48.34% 55.49% 64.25% 67.57% 61.93% 64.67% 77.40% 80.00% 80.00% 80.00%

95 PEGILINGAN 2 150/20 10.0 31.0 60 53.8 60 80.6


Radial dari Penggilingan 60.71% 52.79% 79.03%

96 PULO MAS 150/20 180 85.4 92.6 101.3 111.0 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
55.83% 60.50% 66.19% 72.58% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

97 CAWANG + NEW CAWANG 150/20 240 136.2 147.0 160.3 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2 163.2
66.77% 72.08% 78.57% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

98 DUREN TIGA 150/20 120 100.1 107.8 60 112.8 118.8 126.2 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
98.18% 70.46% 73.71% 77.68% 82.50% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

99 DUREN TIGA 2 / RANGUNAN 150/20 13


13.4 60 2
24.4 38 2
38.2 50 6
50.6 60 6
64.4
Inc Cawang - Gandul (3 x 60 MVA) 26.25% 47.81% 74.97% 49.57% 63.13%

100 GANDARIA 70/20 90 78.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
####### 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

101 GANDARIA (UPRATING) 150/20 0 83.6 180 88.3 93.4 101.9 111.8 120.8 122.4 122.4 122.4
54.67% 57.70% 61.04% 66.59% 73.07% 78.94% 80.00% 80.00% 80.00%
82
20

102 GANDARIA 2 / MEKAR SARI (Pipa Gas) 150/20 20


2.0 13 3
13.3 60 25 62
25.62 39 01
39.01
Radial Gandaria 26.09% 50.23% 76.50%

103 JATIRANGON 150/20 180 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

104 JATIRANGON 2 / CIBUBUR 150/20 12.2 60 23.0 27.3 29.0 33.2 62.6 60 84.6 60 104.2 126.2 60
Radial Cileungsi 2 23.97% 45.10% 53.62% 56.80% 65.09% 61.38% 55.30% 68.09% 61.85%

105 JATIWARINGIN 150/20 47.4 120.0 53.2 64.6 89.2 60.0 95.1 122.4 122.4 122.4 122.4 122.4
Inc Jatirangon - Pd Klp 46.52% 52.20% 63.29% 58.27% 62.17% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%

106 MINIATUR 150/20 120 73.7 79.0 81.3 83.8 60 84.4 85.4 86.6 88.4 89.0 89.6
72.22% 77.49% 79.69% 54.75% 55.14% 55.85% 56.62% 57.77% 58.16% 58.55%

TOTAL 13,519 6,918 1,740 7,515 1,800 8,027 60 8,558 360 9,123 660 9,726 720 10,376 600 11,068 900 11,809 1,080 12,608 1,080
KONSUMEN BESAR 244 244 244 244 244 244 244 244 244 244
TOTAL GI 7,162 7,759 8,271 8,802 9,366 9,970 10,620 11,312 12,053 12,852
BEBAN PUNCAK (SCENARIO) 6,129 6,638 7,078 7,531 8,013 8,530 9,084 9,678 10,315 10,998
DIVERSITY 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169 1 169
1.169
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [1/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
APJ BANDUNG
P3B jproc
1 BANDUNG UTARA /
150/20 3 180 157.9 60 119.3 130.6 143.4 157.1 121.9 131.7 141.9 151.8 113.1
77% 58% 64% 70% 77% 60% 65% 70% 74% 55%
JBN adb b-4
2 DAGO PAKAR/CIMENYAN 150/20 55.0 120 59.3 64.1 69.3 75.0 80.1 85.5 60 90.8 96.8
(GI. Baru) 54% 58% 63% 68% 73% 79% 56% 59% 63%

LEMBANG 150/20 50.0 120


(GI. Baru) 49%
P3B jproc
3 CIGERELENG 150/20 3 180 148.2 60 107.8 115.7 124.7 134.3 144.8 102.2 108.6 114.8 121.9
73% 53% 57% 61% 66% 71% 50% 53% 56% 60%
JBN paket-2
4 DAYEUHKOLOT GIS 150/20 53.0 120 57.1 61.8 66.8 72.2 77.2 82.3 60 87.5 93.3
(GI. Baru) 52% 56% 61% 65% 71% 76% 54% 57% 61%

5 CIGERELENG II/CIBOLERANG 150/20 52.0 120 55.5 58.9 62.9


(GI. Baru) 51% 54% 58% 62%

6 KIARACONDONG GIS 150/20 3 180 131.8 96.4 106.4 92.8 102.9 63.8 70.1 76.6 83.0 90.2
86% 63% 70% 61% 67% 42% 46% 50% 54% 59%
JBN apln
p
7 KIARACONDONG II/RANCANUMPANG 150/20 50.0 120 53.9 83.3 60 90.0 97.4 104.0 111.0 117.9 125.8 60
(GI. Baru) 49% 53% 54% 59% 64% 68% 73% 77% 62%

8 KIARACONDONG III/CINAMBO 150/20 50.0 120 53.4 57.0 60.6 64.6


(GI. Baru) 49% 52% 56% 59% 63%
P3B jproc
9 UJUNGBERUNG 150/20 3 180 121.3 60 128.6 135.6 143.5 151.9 161.0 169.2 60 177.7 186.1 145.6
59% 63% 66% 70% 74% 79% 66% 70% 73% 57%
82

10 UJUNGBERUNG II/BOJONGMELATI 150/20 50.0 120


21

(GI. Baru) 49%

11 BANDUNG TIMUR 70/20 3 90 51.2 55.8 60.2 0.0


67% 73% 79% 0%

12 BANDUNG TIMUR BARU 150/20 65.2 120 70.5 76.3 81.5 86.9 60 92.3 98.4
(Uprate ke 150 kV) 64% 69% 75% 80% 57% 60% 64%

13 BENGKOK/PLTA 70/20 1 10 3.1 3.4 3.8 4.2 4.6 0.0


36% 40% 44% 49% 54% 0%
14 BENGKOK BARU 150/20 55.1 120 58.9 62.9 66.9 71.4
(Uprate ke 150 kV) 54% 58% 62% 66% 70%
JBN paket-2
15 BRAGA GIS 150/20 57.0 120 62.0 66.8 72.3 78.1 84.5 60 90.3 96.3 102.3 109.2
(GI. Baru) 56% 61% 66% 71% 77% 55% 59% 63% 67% 71%

16 ASAHIMAS 150/20 2 120 83.2 60.3 60.5 60.6 60.8 61.1 61.3 61.6 61.9 62.3
82% 59% 59% 59% 60% 60% 60% 60% 61% 61%
JBN apbn
17 ASAHIMAS II/CINANGKA 150/20 25.0 60 26.9 29.1 31.5 34.1 36.4 38.8 41.3 60 44.0
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 40% 43%
P3B jproc
18 CIKANDE 150/20 1 60 50.2 60 50.8 51.4 52.0 52.7 53.4 54.1 54.8 55.6 56.4
49% 50% 50% 51% 52% 52% 53% 54% 54% 55%

19 SALIRAINDAH 150/20 2 120 52.7 54.3 55.8 57.6 59.6 61.7 63.7 65.8 67.9 70.2
52% 53% 55% 57% 58% 60% 62% 64% 67% 69%
uprate 30 ke 60 ext 1x60 MVA relokasi dari peruntukan GI Pucam 2012
20 SERANG 150/20 3 150 111.0 60 124.0 60 136.6 150.9 166.4 60 183.2 148.8 161.6 174.6 139.3
73% 61% 67% 74% 65% 72% 58% 63% 68% 55%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [2/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
21 SERANG SELATAN/BAROS 150/20 50.0 120 53.3 56.7 60.5
(GI. Baru) 49% 52% 56% 59%

22 SERANG UTARA/TONJONG 150/20 50.0 120


(GI. Baru) 49%

23 SURALAYA 150/20 1 30 5.5 6.3 7.1 8.0 8.9 10.0 11.0 12.1 13.2 14.5
22% 25% 28% 31% 35% 39% 43% 47% 52% 57%
ext 1x60 MVA relokasi dari peruntukan GI Serang 2011
24 PUNCAK ARDI MULYA 150/20 3 180 136.6 60 147.4 158.2 120.6 130.1 140.8 151.2 137.3 147.3 158.9
67% 72% 78% 59% 64% 69% 74% 67% 72% 78%
JBN apbn
25 PUNCAK ARDI MULYA II 150/20 50.0 120 54.1 58.5 62.5 91.6 60 97.4 103.9
(GI. Baru) 49% 53% 57% 61% 60% 64% 68%

26 CILEGON BARU 150/20 2 120 65.8 71.5 27.2 29.6 32.3 35.3 38.2 41.4 44.8 48.6
64% 70% 27% 29% 32% 35% 37% 41% 44% 48%

27 CILEGON BARU II/KRAMATWATU 150/20 50.0 120 54.1 58.5 63.2 67.6 72.1 76.6 81.7 60
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 66% 71% 75% 53%
P3B jproc
28 CILEGON LAMA 150/20 1 60 33.9 60 37.5 41.0 45.0 49.3 54.0 58.4 63.0 67.7 73.0
33% 37% 40% 44% 48% 53% 57% 62% 66% 72%
P3B jproc
29 KOPO 150/20 1 60 44.3 60 47.7 51.0 54.7 58.8 63.3 67.4 71.7 76.1 81.1
43% 47% 50% 54% 58% 62% 66% 70% 75% 80%

30 MENES 150/20 2 120 31.4 35.0 38.4 42.2 46.2 50.5 54.3 58.2 62.0 66.3
31% 34% 38% 41% 45% 50% 53% 57% 61% 65%
82
22

31 SAKETI 70/20 2 60 0.0


0 0
Uprate ke 150 kV 2011 0%
P3B pro percepatan
32 SAKETI BARU 150/20 47.8 120 33.3 37.0 41.2 45.6 50.4 54.5 58.8 62.9 67.6
(Uprate ke 150 kV) 47% 33% 36% 40% 45% 49% 53% 58% 62% 66%
JBN apbn
33 MALINGPING 150/20 20.0 60 21.6 13.3 14.4 15.6 16.6 17.7 18.8 20.1
(GI. Baru) 39% 42% 26% 28% 31% 33% 35% 37% 39%

34 BAYAH 150/20 20.0 60 21.6 23.4 25.0 26.7 28.3 30.2


(GI. Baru) 39% 42% 46% 49% 52% 56% 59%

35 RANGKASBITUNG 70/20 2 40 1.1 2.4 3.5 4.9 6.2 7.7 8.9 10.2 11.4 12.7
3% 7% 10% 14% 18% 23% 26% 30% 33% 37%
JBN adb b-4
36 RANGKASBITUNG BARU 150/20 37.0 120 40.2 43.4 46.9 50.7 54.8 58.6 62.5 66.4 70.9
(GI. Baru) 36% 39% 43% 46% 50% 54% 57% 61% 65% 69%

37 CIBATU 150/20 1 60 57.7 43.4 60 47.1 51.2 55.6 60.4 64.8 69.3 73.8 79.0
113% 43% 46% 50% 55% 59% 64% 68% 72% 77%
P3B jproc JBN apbn
38 FAJAR SURYA WISESA 150/20 2 90 85.1 60 82.7 60 89.5 97.2 105.5 114.5 122.7 60 76.2 81.2 87.0
83% 54% 59% 64% 69% 75% 60% 37% 40% 43%

39 FAJAR SURYA WISESA II/MUKTIWARI 150/20 55.0 120 58.4 62.3


(GI. Baru) 54% 57% 61%
P3B jproc-->relokasi dari peruntukan gi kiarapayung
40 GANDA MEKAR 150/20 2 120 81.6 60 79.4 83.0 87.0 91.4 96.1 100.4 104.9 109.4 114.6
53% 52% 54% 57% 60% 63% 66% 69% 72% 75%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [3/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
41 JABABEKA 150/20 3 180 142.4 60 134.4 139.6 145.4 151.8 158.7 140.2 145.2 150.3 156.1
70% 66% 68% 71% 74% 78% 69% 71% 74% 77%

42 JABABEKA II/PAMAHAN 150/20 25.0 60 26.7 28.3 30.2


(GI. Baru) 49% 52% 56% 59%
P3B jproc uprate 30 ke 60MVA
43 TAMBUN 150/20 3 150 113.7 60 125.0 135.9 148.2 60 126.5 138.1 148.8 140.0 149.9 161.2
64% 70% 76% 73% 62% 68% 73% 69% 73% 79%

44 TAMBUN II/PASARKALONG 150/20 35.0 120 37.9 40.4 63.1 67.1 71.6
(GI. Baru) 34% 37% 40% 62% 66% 70%

45 TAMBUN III/MUSTIKAJAYA 150/20


(GI. Baru)

46 PONCOL 70/20 2 60 18.6 20.5 22.4 24.6 26.9 29.4 31.7 0.0
36% 40% 44% 48% 53% 58% 62% 0%
P3B jproc JBN uai 2011
47 PONCOL BARU 150/20 2 120 111.4 60 123.0 134.2 60 146.9 160.6 60 175.5 189.1 168.3 180.3 194.0
73% 80% 66% 72% 63% 69% 74% 66% 71% 76%

48 PONCOL BARU II/BOJONG MENTEN 150/20 69.1 120 73.6 78.8


(GI. Baru) 68% 72% 77%

49 PONDOK KELAPA 150/20 3 180 48.5 54.3 59.9 66.2 72.9 80.3 86.9 93.8 100.7 108.5
32% 35% 39% 43% 48% 52% 57% 61% 66% 71%

50 BEKASI 150/20 4 240 209.5 131.2 144.6 110.0 97.6 84.4 93.2 78.2 86.7 96.7
103% 64% 71% 54% 48% 41% 46% 38% 42% 47%
JBN paket-3
82
23

51 BEKASI UTARA 150/20 50 0


50.0 120 53 9
53.9 58.3
58 3 88.0
88 0 60 95.2
95 2 101.7
101 7 108.5
108 5 115.3
115 3 123.0
123 0 60
(GI. Baru) 49% 53% 57% 58% 62% 66% 71% 75% 60%
JBN ke
52 MUARATAWAR 150/20 50.0 120 53.9 58.3 63.0 93.1 60 99.5 106.2 112.8 120.3
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 61% 65% 69% 74% 79%

53 BEKASI II/PINGGIRKALI 150/20 50.0 120 54.1 58.5 63.2 92.6 60 98.6 105.2
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 60% 64% 69%

54 CIKARANG 150/20 2 120 56.2 50.5 51.0 51.5 52.1 52.7 53.3 53.9 54.5 55.2
55% 49% 50% 50% 51% 52% 52% 53% 53% 54%
JBN apln
55 SUKATANI/GOBEL 150/20 29.9 60 32.2 34.9 37.7 40.7 43.5 60 46.5 49.3 52.6
(GI. Baru) 59% 63% 68% 74% 80% 43% 46% 48% 52%
JBN apln
56 CIKARANG/LIPPO 150/20 27.5 60 29.6 32.1 34.7 37.5 40.0 42.7 60 45.4 48.4
(GI. Baru) 54% 58% 63% 68% 73% 79% 42% 44% 47%
P3B jproc
57 BOGORBARU 150/20 3 180 157.7 60 140.1 151.3 114.1 123.6 134.0 118.4 126.4 134.3 143.3
77%% 69% 74%% 56% 61%
6 % 66% 58% 62% 66% 70%
0%

58 BOGOR BARU II/TAJUR 150/20 50.0 120 54.1 58.5 87.5 60 93.3 99.1 105.8
(GI. Baru) 49% 53% 57% 57% 61% 65% 69%

59 BUNAR 70/20 2 60 45.0 49.4 53.7 30 0.0


Uprate ke 150 kV 2014 88% 97% 70% 0%

60 BUNAR BARU 150/20 58.5 120 63.7 69.4 74.6 80.1 85.6 60 91.8
(Uprate ke 150 kV) 57% 62% 68% 73% 79% 56% 60%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [4/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
61 CIAWI 70/20 3 80 0.0
Uprate ke 150 kV 2011 0%
P3B apln
62 CIAWI BARU 150/20 73.7 120 82.0 89.9 99.0 60 108.7 69.3 75.5 81.9 88.4 95.7
(Uprate ke 150 kV) 72% 80% 88% 65% 71% 45% 49% 54% 58% 63%

63 CIAWI BARU II/CISARUA 150/20 50.0 120 53.4 57.0 60.6 64.6
(GI. Baru) 49% 52% 56% 59% 63%

64 KEDUNGBADAK 70/20 2 50 46.8 0.0


Uprate ke 150 kV 2012 110% 0%
JBN adb b-5
65 KEDUNGBADAK BARU 150/20 52.2
52 2 120 57 5
57.5 63.5
63 5 69.9
69 9 76.9
76 9 83.3
83 3 60 89.9
89 9 96.5
96 5 104.1
104 1
(Uprate ke 150 kV) 51% 56% 62% 69% 75% 54% 59% 63% 68%

66 KRACAK 70/20 2 20 23.8 8.9 10.5 0.0


140% 52% 62% 0%

67 KRACAK BARU 150/20 12.4 60 14.3 16.5 18.6 20.7 22.9 25.4
(Uprate ke 150 kV) 24% 28% 32% 36% 41% 45% 50%
JBN paket-3
68 BOGOR KOTA 150/20 50.0 120 53.9 58.3 63.0 68.1 72.8 77.7 82.5 60 88.0
(GIS. Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 54% 58%
P3B jproc
69 CIANJUR 150/20 2 120 100.3 60 112.5 124.1 137.3 60 151.3 116.5 126.8 137.4 97.8 106.3
66% 74% 81% 67% 74% 57% 62% 67% 48% 52%

70 CIANJUR II/RAJAMANDALA 150/20 50.0 120 53.4 57.0 60.6 64.6


(GI. Baru) 49% 52% 56% 59% 63%
82

71 CIANJUR III/CIPANAS 150/20 50.0 120 53.3


24

(GI. Baru) 49% 52%


DJBB apln
72 TANGGEUNG 70/20 14.4 30 15.7 16.9 18.3 19.7 21.3 30 22.8 24.3 25.8 27.6
(GI. Baru) 56% 61% 66% 72% 77% 42% 45% 48% 51% 54%

73 CIBABAT GIS 150/20 3 180 105.6 112.3 118.7 71.1 74.6 78.3 81.9 85.6 89.3 93.6
69% 73% 78% 46% 49% 51% 54% 56% 58% 61%
JBN paket-2
74 CIBABAT II/LEUWIGAJAH 150/20 50.0 120 54.4 58.6 63.4 68.5 74.1 79.2 84.5 60 89.8 95.8
(GI Baru)
(GI. 49% 53% 57% 62% 67% 73% 78% 55% 59% 63%

75 CIBABAT III/GUNUNGBATU 150/20 55.0 120 59.5 64.3 68.7 73.3 77.9 83.1 60
(GI. Baru) 54% 58% 63% 67% 72% 76% 54%
P3B jproc
76 LAGADAR 150/20 3 150 89.5 60 97.5 105.3 114.0 123.4 60 133.7 143.0 152.7 112.4 120.1
59% 64% 69% 75% 61% 66% 70% 75% 55% 59%

77 LAGADAR II/BOJONG 150/20 50.0 120 53.3


((GI. Baru)) 49% 52%
P3B jprocuprate 30 ke 60 MVA uprate 30 ke 60 MVA
78 PADALARANG BARU 150/20 3 120 112.7 120 121.2 129.2 138.2 60 147.8 108.2 114.0 120.0 125.8 132.4
63% 68% 72% 68% 72% 53% 56% 59% 62% 65%

79 PADALARANG BARU II/NGAMPRAH 150/20 50.0 120 53.4 57.0 60.6 64.6
(GI. Baru) 49% 52% 56% 59% 63%
JBN adb b-6
80 CIBEUREUM 150/20 1 60 46.8 60 51.8 56.6 62.1 67.9 74.3 80.0 86.0 60 91.9 98.6
46% 51% 56% 61% 67% 73% 78% 56% 60% 64%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [5/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
81 MANDIRANCAN 150/20 1 60 42.6 60 49.0 55.5 63.1 71.4 80.7 89.7 60 99.4 109.5 121.1
42% 48% 54% 62% 70% 79% 59% 65% 72% 79%

82 MANDIRANCAN BARU 150/20


(GI. Baru)
P3B jproc
83 SUNYARAGI 150/20 2 120 87.3 60 80.6 86.9 94.0 101.6 109.7 117.0 124.6 60 132.0 140.4
57% 53% 57% 61% 66% 72% 76% 61% 65% 69%

84 JATIBARANG 150/20 2 120 53.8 41.3 45.2 49.6 54.3 59.2 63.5 68.0 72.2 77.1
53% 40% 44% 49% 53% 58% 62% 67% 71% 76%
P3B jproc relokasi ke GI ParungP3B uai 2011 relokasi dari GI Parungmulya
85 HAURGEULIS 150/20 2 120 53.5 52.4 58.2 60 64.9 72.1 80.1 87.6 95.5 103.6 112.8
52% 51% 38% 42% 47% 52% 57% 62% 68% 74%

86 ARJAWINANGUN 70/20 3 70 48.9 54.6 60.1 0.0


82% 92% 101% 0%

87 ARJAWINANGUN BARU 150/20 66.2 120 72.8 79.9 86.2 60 92.7 99.1 106.4
(Uprate ke 150 kV) 65% 71% 78% 56% 61% 65% 70%

88 BABAKAN 70/20 3 80 42.5 32.0 35.7 0.0


Uprate ke 150 kV 2014 62% 47% 52% 0%

89 BABAKAN BARU 150/20 39.8 120 44.2 48.9 53.2 57.5 61.8 66.7
(Uprate ke 150 kV) 39% 43% 48% 52% 56% 61% 65%

90 CANGKRING 70/20 1 30 27.3 30.7 34.0 0.0


107% 121% 133% 0%
82
25

91 CANGKRING BARU/KAPETAKAN 150/20 37.7


37 7 120 41.7
41 7 46.1
46 1 50.0
50 0 54.1
54 1 58.2
58 2 62.8
62 8
(Uprate ke 150 kV) 37% 41% 45% 49% 53% 57% 62%

92 INDRAMAYU 70/20 3 90 41.2 38.3 42.3 46.7 51.4 0.0


Uprate ke 150 kV 2016 54% 50% 55% 61% 67% 0%

93 INDRAMAYU BARU 150/20 56.5 120 61.1 65.8 70.5 75.8


(Uprate ke 150 kV) 55% 60% 65% 69% 74%
P3B jproc
94 KUNINGAN 70/20 3 70 50.1 30 50.0 55.2 0.0
Uprate ke 150 kV 2014 65% 65% 72% 0%

95 KUNINGAN BARU 150/20 61.1 120 67.4 74.2 80.2 86.5 60 92.7 99.7
(Uprate ke 150 kV) 60% 66% 73% 79% 57% 61% 65%
JBN paket-3
96 CIKEDUNG 150/20 33.4 60 36.0 39.0 42.1 60 45.6 48.7 51.9 55.2 58.9
(GI. Baru) 66% 71% 76% 41% 45% 48% 51% 54% 58%
JBN apln
97 KANCI 150/20 29.9 60 32.2 34.9 37.7 40.8 43.5 60 46.5 49.3 52.6
((GI. Baru)) 59% 63% 68% 74% 80% 43% 46% 48% 52%
2

98 CIMANGGIS 150/20 3 180 120.5 78.7 82.6 86.8 91.3 95.9 99.9 103.8 107.5 91.7
79% 51% 54% 57% 60% 63% 65% 68% 70% 60%
JBN apbn
99 CIMANGGIS II/TENGAH 150/20 50.0 120 53.9 58.3 63.0 68.1 72.8 77.7 82.5 60 108.0
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 54% 71%
P3B jproc
## DEPOK / RAWADENOK 150/20 1 60 61.6 60 68.7 75.4 83.1 60 91.3 100.3 108.4 116.9 125.3 60 134.9
60% 67% 74% 54% 60% 66% 71% 76% 61% 66%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [6/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
101 SERPONG 150/20 3 180 54.5 60.9 67.1 49.2 54.7 60.7 66.1 71.8 77.4 83.8
36% 40% 44% 32% 36% 40% 43% 47% 51% 55%

102 CISEENG 150/20 25.0 60 27.0 29.2 31.2 33.3 35.4 37.8
(GI. Baru) 49% 53% 57% 61% 65% 69% 74%

103 GANDUL 150/20 2 120 27.2 29.4 31.4 33.8 36.3 39.0 41.5 44.1 46.7 49.6
27% 29% 31% 33% 36% 38% 41% 43% 46% 49%

104 DEPOK BARU 70/20 3 90 48.7 54.9 60.9 0.0


Uprate e 150 kV 2014 64% 72% 80% 0%

105 DEPOK BARU 150 KV/GIS 150/20 67.6 120 74.9 82.7 60 89.8 97.2 104.5 112.8
(Uprate ke 150 kV) 66% 73% 54% 59% 64% 68% 74%

106 GANDARIA 70/20 3 90 17.1 19.2 21.1 23.4 25.7 28.3 30.7 33.1 35.5 38.2
22% 25% 28% 31% 34% 37% 40% 43% 46% 50%
P3B jproc ext 60 MVA relokasi k P3B uai 2011 ext 60 MVA relokasi dari Sukamandi
107 G A R U T 150/20 2 90 65.5 60 73.5 81.3 60 90.0 99.3 109.5 118.6 128.2 60 112.6 121.7
64% 72% 53% 59% 65% 72% 78% 63% 55% 60%

108 GARUT II 150/20 25.0 60 26.7


(GI. Baru) 49% 52%

109 MALANGBONG 70/20 3 60 51.2 51.4 0.0


Uprate e 150 kV 2013 100% 101% 0%
JBN uai 2011
110 MALANGBONG BARU 150/20 56.8 120 63.0 69.6 76.7 83.1 60 89.7 96.3 103.7
(Uprate ke 150 kV) 56% 62% 68% 75% 54% 59% 63% 68%
82

uprate 10 ke 30 uprate 10 ke 30 MVA


26

111 PEMEUNGPEUK 70/20 2 30 15.7


15 7 17.7
17 7 19.8
19 8 22 1
22.1 30 24 6
24.6 27 3
27.3 29.9
29 9 32.6
32 6 30 35.3
35 3 38.3
38 3
61% 70% 78% 52% 58% 64% 70% 48% 52% 56%
P3B jproc
112 SUMADRA 70/20 1 20 16.4 30 18.5 20.5 22.8 25.3 27.9 30.4 32.9 35.5 30 38.4
39% 44% 48% 54% 59% 66% 71% 77% 52% 56%
P3B jproc
113 CIBINONG 150/20 4 210 168.5 60 136.6 141.2 146.3 151.7 157.5 162.5 167.6 60 172.6 178.2
83% 67% 69% 72% 74% 77% 80% 66% 68% 70%
P3B jproc
114 SENTUL 150/20 1 60 59.3 60 64.1 68.8 74.0 79.5 85.5 60 90.9 96.5 102.0 108.2
58% 63% 67% 73% 78% 56% 59% 63% 67% 71%

115 JATIRANGGON 150/20 1 60 16.0 17.3 18.5 19.9 21.4 23.0 24.5 26.0 27.4 29.1
31% 34% 36% 39% 42% 45% 48% 51% 54% 57%

116 CILEUNGSI 70/20 2 60 50.1 24.8 27.2 30.0 33.1 36.5 40.0 43.7 30 47.7 52.2
98% 49% 53% 59% 65% 72% 78% 57% 62% 68%
JBN apln
117 CILEUNGSI II/JONGGOL 150/20 70.0 120 75.4 81.6 60 88.2 95.4 101.9 108.8 115.5 123.3 60
(GI. Baru) 69% 74% 53% 58% 62% 67% 71% 76% 60%

118 DAWUAN 150/20 3 180 102.5 107.6 112.5 118.1 124.0 60 130.5 136.4 142.6 148.7 105.7
67% 70% 74% 77% 61% 64% 67% 70% 73% 52%

119 DAWUAN II/CIPASANGGRAHAN 150/20 50.0 120


(GI. Baru) 49%
P3B jproc
120 TEGAL HERANG 150/20 1 60 55.7 60 61.1 66.3 72.2 78.6 85.5 60 91.7 98.3 104.7 112.1
55% 60% 65% 71% 77% 56% 60% 64% 68% 73%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [7/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
121 KOSAMBI BARU 150/20 2 120 94.5 60 104.1 113.3 123.6 60 134.8 146.9 157.9 169.3 60 180.7 168.6
62% 68% 74% 61% 66% 72% 77% 66% 71% 66%

122 KOSAMBI BARU II/CILAMAYA 150/20 25.0 60


(GI. Baru) 49%

123 PERURI 150/20 2 75 45.6 60 48.0 50.2 52.8 55.6 58.5 61.2 64.0 66.8 69.9
40% 42% 44% 46% 48% 51% 53% 56% 58% 61%

124 MEKARSARI 150/20 2 120 43.3 43.7 44.2 44.7 45.2 45.8 46.3 46.9 47.4 48.1
42% 43% 43% 44% 44% 45% 45% 46% 46% 47%
P3B jproc
125 TELUKJAMBE 150/20 2 120 88.9 60 94.6 100.1 106.3 112.9 120.1 126.6 60 133.4 140.1 147.7
58% 62% 65% 69% 74% 79% 62% 65% 69% 72%
P3B jproc
126 PINAYUNGAN 150/20 3 180 122.3 60 127.2 131.9 137.1 142.8 148.9 154.4 160.2 165.9 60 172.3
60% 62% 65% 67% 70% 73% 76% 79% 65% 68%
P3B jproc--> direlokasi ke gi gandamekar
127 KIARAPAYUNG 150/20 2 90 26.2 27.9 29.6 31.5 33.6 35.8 37.7 39.8 41.9 44.2
34% 37% 39% 41% 44% 47% 49% 52% 55% 58%
P3B jproc
128 MALIGI 150/20 1 60 40.8 60 43.5 46.0 48.9 51.9 55.3 58.3 61.4 64.5 68.0
40% 43% 45% 48% 51% 54% 57% 60% 63% 67%
P3B jprocrelokasi dari GI HaurgeuP3B uai 2011 -- relokasi ke GI Haurgeulis
129 PARUNGMULYA 150/20 1 60 51.6 60 55.3 58.9 63.0 67.3 72.1 76.3 80.8 85.2 60 90.2
51% 54% 58% 62% 66% 71% 75% 79% 56% 59%
P3B jproc
130 RENGAS DENGKLOK 70/20 3 70 47.6 30 53.6 59.3 0.0
Uprate e 150 kV 2014 70% 79% 87% 0%
82

131 RENGAS DENGKLOK BARU 150/20 65.7 120 72.7 80.2 87.1 60 94.3 101.4 109.5
27

(Uprate ke 150 kV) 64% 71% 79% 57% 62% 66% 72%
P3B jproc
132 CIKASUNGKA 150/20 2 120 84.2 60 91.7 99.1 107.4 116.3 126.1 60 135.1 144.5 103.9 111.3
55% 60% 65% 70% 76% 62% 66% 71% 51% 55%

133 CIKASUNGKA II/NAGREG 150/20 50.0 120 53.3


(GI. Baru) 49% 52%
P3B jproc
134 BANDUNG SELATAN 150/20 3 180 114.8 60 126.4 137.7 100.4 110.2 120.8 130.7 141.0 126.4 136.6
56% 2
62% 67% 49% 54% 59% 64% 69% 62%
2 67%
JBN jproc apln
135 PATUHA 150/20 16.0 60 17.4 18.8 20.3 21.9 23.7 25.3 27.0 28.7 30.6
(GI. Baru) 31% 34% 37% 40% 43% 47% 50% 53% 56% 60%

136 BANDUNG SELATAN II/SOREANG 150/20 50.0 120 54.1 58.5 62.5 66.6 95.8 60 102.2
(GI. Baru) 49% 53% 57% 61% 65% 63% 67%

137 RANCAKUSUMBA 150/20 3 180 89.2 98.0 106.6 116.3 126.8 60 138.1 148.5 109.3 117.0 125.7
58% 64% 70% 76% 62% 68% 73% 54% 57% 62%

138 RANCAKUSUMBA II/SANGIAN 150/20 50.0 120 53.1 56.7


(GI. Baru) 49% 52% 56%

139 PANASIA 150/20 1 60 39.8 39.8 39.9 40.0 40.1 40.2 40.3 40.4 40.5 40.7
78% 78% 78% 78% 79% 79% 79% 79% 79% 80%

140 PANASIA II/BOJONGSARI 150/20


(GI. Baru)
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [8/9]
Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
141 KAMOJANG 150/20 1 30 21.8 24.4 26.9 60 29.7 32.7 35.9 38.8 41.8 30 44.8 48.1
85% 96% 53% 58% 64% 70% 76% 55% 58% 63%
P3B uai 2011
142 MAJALAYA 70/20 3 70 50.6 54.5 58.2 30 0.0
85% 92% 86% 0%

143 MAJALAYA BARU 150/20 62.4 120 66.8 71.7 76.2 80.8 85.3 60 90.6
(Uprate ke 150 kV) 61% 66% 70% 75% 79% 56% 59%
P3B ex sumadra
144 SANTOSA 70/20 1 20 13.5 20 15.2 16.8 18.6 20.6 22.7 24.6 26.6 28.6 30 30.9
40% 45% 49% 55% 60% 67% 72% 78% 48% 52%
P3Bjproc relokasi dari peruntuk P3B uai 2011 direlokasikan ke Garut
145 SUKAMANDI 150/20 1 60 49.3 60 55.4 61.4 68.2 75.6 83.6 60 91.1 98.8 106.6 115.5
48% 54% 60% 67% 74% 55% 60% 65% 70% 76%
P3Bjproc
146 CIRATA BARU 150/20 1 20 15.8 60 17.7 19.5 21.5 23.7 26.1 28.3 30.7 33.0 35.7
23% 26% 29% 32% 35% 38% 42% 45% 49% 52%
P3B jproc
147 CIKUMPAY 150/20 2 120 96.8 60 103.8 110.6 68.1 72.2 76.6 80.5 84.6 88.5 93.0
63% 68% 72% 45% 47% 50% 53% 55% 58% 61%

148 CIKUMPAY II/SADANG 150/20 50.0 120 54.1 58.5 62.5 66.6 70.8 75.5
(GI. Baru) 49% 53% 57% 61% 65% 69% 74%
P3B jproc
149 PABUARAN 150/20 1 60 53.0 60 56.1 59.0 62.3 65.8 69.7 73.1 76.7 80.2 84.2 60
52% 55% 58% 61% 65% 68% 72% 75% 79% 55%
P3B jproc
150 SUBANG 70/20 2 60 45.6 30 50.7 55.7 0.0
60% 66% 73% 0%
82
28

151 SUBANG BARU 150/20 61.4


61 4 120 67.5
67 5 74.2
74 2 80.3
80 3 86.8
86 8 60 93.2
93 2 100.5
100 5
(Uprate ke 150 kV) 60% 66% 73% 79% 57% 61% 66%

152 PURWAKARTA 70/20 1 20 19.6 1.2 1.3 1.3 1.4 1.5 1.5 1.6 1.7 1.8
115% 7% 8% 8% 8% 9% 9% 9% 10% 10%
JBN apbn
153 JATILUHUR BARU 150/20 20.0 60 21.6 23.3 25.2 27.3 29.1 31.1 33.0 35.2
(GI. Baru) 39% 42% 46% 49% 53% 57% 61% 65% 69%
P3B jproc
154 CIBADAK BARU 150/20 2 120 80.4 60 88.4 96.0 104.6 113.9 74.0 79.6 85.6 91.4 98.1
53% 58% 63% 68% 74% 48% 52% 56% 60% 64%

155 CIBADAK BARU II/CICURUG 150/20 50.0 120 53.4 57.0 60.6 64.6
(GI. Baru) 49% 52% 56% 59% 63%

156 PELABUHAN RATU 70/20 2 40 37.0 0.0


Uprate ke 150 kV 109% 0%
JBN apbn
157 PELABUHAN RATU BARU 150/20 41.4 120 45.6 40.4 34.7 38.5 41.9 45.5 49.0 52.9
(Uprate ke 150 kV) 41% 45% 40% 34% 38% 41% 45% 48% 52%

158 LEMBURSITU 70/20 3 90 73.1 0.0


Uprate ke 150 kV 2012 96% 0%
P3B apln
159 LEMBURSITU BARU 150/20 80.6 120 87.5 95.3 60 93.5 101.3 108.0 114.8 121.2 128.5 60
(Uprate ke 150 kV) 79% 86% 62% 61% 66% 71% 75% 79% 63%

160 SURADE 150/20 20.0 60 21.6 23.1 24.7 26.2 27.9


(GI. Baru) 39% 42% 45% 48% 51% 55%
Capacity Balance Distribusi Jawa Barat dan Banten [9/9]

Trafo 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
No. PUBLIC Voltage Total Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add. Peak Add.
SUBSTATION (kV) Unit (MVA) (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap. (MW) Cap.
(MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA) (MVA)
161 RANCAEKEK 150/20 3 180 142.4 60 114.0 115.2 105.6 107.0 108.6 109.9 111.4 112.7 114.4
70% 56% 56% 52% 52% 53% 54% 55% 55% 56%
JBN apln
162 GITET UJUNGBERUNG/CIMANGGUNG 150/20 30.0 60 30.3 41.6 60 42.0 42.4 42.9 43.3 43.7 44.2
(GI. Baru) 59% 59% 41% 41% 42% 42% 42% 43% 43%
P3B uai 2011
163 SUMEDANG 70/20 3 50 36.0 40.4 30 44.5 0.0
85% 68% 75% 0%

164 SUMEDANG BARU 150/20 49.3


49 3 120 54.3
54 3 59.8
59 8 64.7
64 7 69.8
69 8 74.9
74 9 80.7
80 7
Uprate ke 150 kV 48% 53% 59% 63% 68% 73% 79%

165 KADIPATEN 70/20 3 90 59.9 61.0 0.0


78% 80% 0%
JBN uai 2011
167 KADIPATEN BARU 150/20 67.6 120 75.1 83.1 60 91.8 99.7 107.9 116.0 125.3 60
Uprate ke 150 kV 66% 74% 54% 60% 65% 71% 76% 61%
P3B uai 2011
168 PARAKAN KONDANG 70/20 1 10 6.3 7.1 7.9 20 8.8 0.0
(GI. Tidak operasi 2018) 74% 84% 46% 52% 0%

169 PARAKAN KONDANG BARU 150/20 9.7 30 10.8 11.8 12.8 13.8 14.9
Uprate ke 150 kV 38% 42% 46% 50% 54% 59%
JBN paket-3
170 CIKIJING 150/20 24.6 60 26.5 28.7 31.0 33.5 35.8 38.2 40.6 43.3 60
(GI. Baru) 48% 52% 56% 61% 66% 70% 75% 80% 42%
P3B jproc uprate 30 ke 60 MVA
171 TASIKMALAYA 150/20 3 105 86.4 60 87.1 96.2 106.4 60 117.4 129.2 115.0 124.4 133.8 60 144.5
68% 68% 75% 60% 66% 72% 64% 70% 66% 71%
82

Alih beban ke Karangnunggal 2012 9.5 10.2 11.1 12.0 12.9 13.8 14.8 15.7 16.7
29

P3B jproc
172 NEW TASIK 150/20 1 30 20.7 20.3 22.5 60 24.9 27.6 30.4 33.0 62.4 60 66.7 71.6
81% 79% 29% 33% 36% 40% 43% 49% 52% 56%
P3B jproc
173 CIAMIS 150/20 2 90 54.8 60 55.5 61.7 68.8 76.4 84.7 92.2 100.1 108.0 60 117.0
43% 44% 48% 54% 60% 66% 72% 79% 60% 66%

174 CIAMIS II/KAWALI 150/20


(GI. Baru)
P3B jproc
175 BANJAR 150/20 2 90 51.3
51 3 60 57.6
57 6 63.6
63 6 70.5
70 5 77.8
77 8 85.8
85 8 93.1
93 1 100.7
100 7 60 108.2
108 2 116.8
116 8
40% 45% 50% 55% 61% 67% 73% 56% 61% 65%
P3B jproc
176 PANGANDARAN 70/20 2 30 26.3 30 29.6 32.8 36.5 30 40.4 44.6 48.5 27.6 30.1 32.9
62% 70% 77% 54% 59% 66% 71% 41% 44% 48%

177 PANGANDARAN BARU/CIKATOMAS 150/20 25.0 60 26.6 28.3


(GI. Baru) 49% 52% 56%
JBN paket-3
178 KARANGNUNGGAL 150/20 12.5 30 13.5 14.6 15.8 17.0 18.2 19.4 20.6 30 22.0
(GI. Baru) 49% 53% 57% 62% 67% 71% 76% 40% 43%

Total Region I 71 3,290 ##### 960 ##### 1,140 ##### 150 ##### 1,020 ##### 180 ##### 420 3,383.5 240 3,613.7 210 ##### 300 4,104 360

Total Region II 137 6,120 ##### 2,480 ##### 960 ##### 590 ##### 1,920 ##### 510 ##### 870 6,864.1 720 7,345.6 1,260 7,799 870 8,316 720

Total Distribusi Jabar & Banten 208 9,410 ##### 3,440 ##### 2,100 ##### 740 ##### 2,940 ##### 690 ##### 1,290 ##### 960 ##### 1,470 ##### 1,170 12,420 1,080
Capacity Balance Distribusi Jawa Tengah dan DIY [1/5]

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 TAMBAK LOROK PLTU 64.0 69.9 60.0 76.7 60 83.6 91.7 100.0 79.2 86.3 61.8 67.8
88% 71% 51% 56% 61% 67% 53% 58% 41% 45%

2 TAMBAK LOROK BARU 2017 29.0 60 31.62 66.7 60 73.2


57% 62% 65% 72%

3 KRAPYAK 55.6 61.0 67.1 73.4 60 80.8 88.5 96.1 60 105.1 115.0 126.6
59% 65% 72% 58% 63% 69% 54% 59% 64% 71%

4 PANDEAN LAMPER 63.2 68.6 60.0 74.8 81.0 88.3 60 95.7 73.9 80.04 86.7 94.5
31.5 MVA rusak diganti 16 MVA eks Klate 81% 59% 65% 70% 53% 57% 44% 48% 52% 57%

5 PANDEAN LAMPER BARU 2017 29.0 120 31.42 34.0 37.1


28% 31% 33% 36%

6 SRONDOL 36.7 39.2 60.0 42.1 44.8 48.1 51.3 54.3 57.84 61.7 66.1
70% 38% 41% 43% 47% 50% 53% 56% 60% 64%

7 WELERI 22.3 23.9 25.8 27.6 29.7 60 31.8 33.8 36.18 38.7 41.7
57% 61% 66% 71% 39% 42% 44% 47% 51% 55%

8 KALIWUNGU 41.7 45.6 50.2 60 54.8 60.2 65.7 71.2 77.78 84.9 60 93.3
61% 67% 42% 46% 51% 55% 60% 65% 56% 61%

9 PURWODADI 59.6 63.7 68.4 72.9 78.2 60 83.4 88.2 94.02 60 100.2 107.5
58% 62% 67% 71% 61% 65% 69% 61% 66% 70%

10 KEDUNGOMBO PLTA 1.1 16 1.1 1.2 1.30 1.39 1.49 1.6 1.68 1.8 1.9
8% 8% 9% 10% 10% 11% 12% 12% 13% 14%
83
30

11 KALISARI 62.1 68.0 74.7 81.5 60.0 89.5 97.7 105.8 115.54 126.1 138.5
61% 67% 73% 53% 59% 64% 69% 76% 82% 91%

12 SAYUNG 47.2 51.1 55.6 60.1 65.4 70.7 75.8 82.00 88.6 96.4 60
37% 40% 44% 47% 51% 55% 59% 64% 70% 54%

13 SIMPANG LIMA 52.2 57.3 60.0 63.2 69.3 76.4 83.8 60 91.1 99.85 109.4 120.7
102% 56% 62% 68% 75% 55% 60% 65% 72% 79%

14 RANDU GARUT 47.6


47 6 52.11
52 60 57.3
57 3 62.5
62 5 68.6
68 6 75.0
75 0 81.2
81 2 88.62
88 62 60 96.7
96 7 106.2
106 2
93% 51% 56% 61% 67% 73% 80% 58% 63% 69%

15 PUDAK PAYUNG 31.7 33.9 36.4 38.8 60 41.6 44.4 46.9 50.01 53.3 57.2
62% 66% 71% 38% 41% 43% 46% 49% 52% 56%

16 BUKIT SMG BARU 2008 15.33 60 16.39 17.57 18.74 20.10 21.44 22.67 24.17 25.77 27.64
23% 24% 26% 28% 30% 32% 33% 36% 38% 41%

17 MRANGGEN 2008 30.2 32.3 34.7 37.0 39.6 60 42.3 44.7 47.68 50.8 54.5
59%
% 63%
% 68%
% 72%
% 39%
% 41%
% 44%
% 47%
% 50%
% 53%
%
1104 ### 1282 1390
18 KUDUS 83.1 89.21 60 96.1 102.9 110.8 118.7 126.0 134.91 144.4 155.5
81% 58% 63% 67% 72% 78% 82% 88% 94% 102%

19 PATI 74.4 80.13 60 86.6 60 93.0 87.3 93.8 99.9 107.28 99.1 107.0
97% 79% 57% 61% 57% 61% 65% 70% 65% 70%

20 PATI BARU 2015 13.1 60 14.1 15.0 16.14 33.5 36.1


26% 28% 29% 32% 66% 71%
Capacity Balance Distribusi Jawa Tengah dan DIY [2/5]

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
21 REMBANG 42.2 46.20 50.7 55.4 60.8 60 66.4 72.0 78.55 85.7 94.2 60
55% 60% 66% 72% 48% 52% 56% 62% 67% 62%

22 BLORA 30.4 33.43 60 36.9 40.4 44.5 48.8 53.1 58.16 63.7 70.3 60
78% 37% 41% 45% 49% 54% 59% 65% 71% 55%

23 CEPU 21.5 23.49 30 25.7 28.0 30.7 33.5 36.2 39.47 43.0 47.1
70% 55% 61% 66% 72% 79% 85% 93% 101% 111%

24 JEPARA 51.9
51 9 55.50
55 50 59.5
59 5 63.5
63 5 68.11
68 72.6
72 6 76.8
76 8 60 0
60.0 81.87
81 87 87.3
87 3 93.6
93 6
51% 54% 58% 62% 67% 71% 50% 54% 57% 61%

25 JEKULO 37.0 39.27 41.9 44.3 47.3 50.1 52.6 55.77 60 59.1 63.0
48% 51% 55% 58% 62% 65% 69% 44% 46% 49%

26 TJ. JATI 2011 20.9 60 22.36 24.0 25.6 27.4 29.3 30.9 32.98 35.2 37.7
41% 29% 31% 33% 36% 38% 38% 43% 46% 49%

27 UNGARAN 44.7 49.0 60 53.9 58.9 64.8 70.8 76.8 60 83.99 91.8 101.0
70%
% 53%
% 58%
% 64% 70%
% 76%
6% 53%
% 58%
% 64% 70%
%

28 BERINGIN 61.6 67.1 60 73.2 79.4 86.7 60 94.1 101.2 109.85 119.2 130.1 60
81% 66% 72% 78% 57% 61% 66% 72% 78% 64%

29 BAWEN 53.2 60 58.3 64.1 70.0 77.0 84.1 91.2 99.64 108.9 60 119.7
42% 46% 50% 55% 60% 66% 72% 78% 61% 67%

30 PALUR 136.1 115.2 126.0 106.1 116.0 126.2 107.2 116.52 126.7 138.6
83

89% 75% 82% 69% 76% 83% 70% 76% 83% 91%
31

31 PALUR BARU 2013 ( GONDANG REJO 0.0 33.2 60.0 55.3 90.8 60.0 99.1 107.5 144.7 60.0 157.0 170.4 186.0
47% 78% 129% 140% 152% 102% 111% 121% 132%

32 JAJAR 72.3 77.9 65.2 70.0 75.7 81.4 57.7 62.01 66.6 72.0
63% 67% 56% 61% 65% 70% 50% 54% 58% 62%

33 JAJAR BARU 0.00 0.00 0.0 0.0 72.5 78.85 85.7 93.8

34 WONOGIRI PLTA 0.00


0 00 0.00
0 00 0.00
0 00 0.00
0 00 0.00
0 00 0.00
0 00 0.00
0 00 - 0.00
0 00 0.00
0 00
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

35 SRAGEN 58.9 64.2 120 70.2 70.2 76.8 83.5 90.1 97.95 106.5 60 116.5
77% 50% 55% 55% 60% 65% 71% 77% 70% 76%

36 WONOSARI 54.6 60 59.9 66.1 72.4 79.8 60 87.5 95.1 104.25 114.2 125.9
53% 59% 65% 71% 52% 57% 62% 68% 75% 82%

37 WONOGIRI 45.6 33.6 37.0 40.5 44.7 49.0 53.3 58.36 64.0 70.5
60% 44% 48% 53% 58% 64% 70% 76% 84% 92%

38 NGUNTORONADI 2013 0.0 16.6 60 18.3 20.0 22.1 24.2 26.3 28.9 31.6 34.9
33% 36% 39% 43% 47% 52% 57% 62% 68%

39 MANGKUNEGARAN 46.7 60 51.3 56.6 62.0 55.2 60.6 65.8 72.14 79.1 87.1 60
46% 50% 55% 61% 54% 59% 65% 71% 78% 57%

40 GROGOL (SOLO BARU) 42.1 45.3 60 49.0 71.2 90.1 60 96.8 103.2 110.87 119.1 128.7 60
83% 44% 48% 70% 59% 63% 67% 72% 78% 63%
Capacity Balance Distribusi Jawa Tengah dan DIY [3/5]

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
41 MASARAN 2009 46.98 60 50.60 54.69 64.95 70.20 75.45 80.4 86.39 60 92.8 100.3
46% 50% 54% 64% 69% 74% 79% 56% 61% 66%
942.2222044 ###
42 KENTUNGAN 88.6 95.5 60 103.4 111.3 120.4 108.8 116.2 125.00 60 110.3 119.4
87% 62% 68% 73% 79% 71% 76% 61% 54% 59%

43 BANTUL 69.8 75.7 60 82.4 89.2 97.1 78.8 84.6 76.31 82.6 89.9
68% 49% 54% 58% 63% 52% 55% 50% 54% 59%

44 GODEAN 29.1 31.6 34.5 37.4 40.9 60 44.4 47.7 51.79 56.2 61.3
57% 62% 68% 73% 40% 43% 47% 51% 55% 60%

45 WATES 22.6 24.6 26.8 29.1 60 31.8 34.5 37.1 40.28 43.7 47.7
58% 63% 69% 38% 42% 45% 49% 53% 57% 62%

46 MEDARI 25.6 27.6 29.9 32.2 34.8 37.5 40.0 60.0 43.05 46.3 50.1
50% 54% 59% 63% 68% 73% 39% 42% 45% 49%

47 GEJAYAN 39.5 42.6 46.1 49.6 53.7 57.8 61.7 66.36 71.4 77.3 60
39% 42% 45% 49% 53% 57% 60% 65% 70% 51%

48 WIROBRAJAN 33.3 36.1 39.3 60 42.5 46.3 50.2 53.8 58.28 63.1 68.7
65% 71% 39% 42% 45% 49% 53% 57% 62% 67%

49 SEMANU 40.5 43.7 60 47.3 50.9 55.1 59.4 63.3 60.0 68.16 73.3 79.4
79% 57% 62% 67% 72% 78% 62% 67% 72% 78%

50 KENTUNGAN BARU 2016/KALASAN 0.0 20.8 60 22.2 23.9 49.9 60 54.0


(KENTUNGAN-PEDAN) 41% 44% 47% 49% 53%
83
32

51 BANTUL BARU 2016/PIYUNGAN 26.3 120 28.3 45.9 49.7 54.1


(BANTUL-SEMANU) 26% 28% 45% 49% 53%

52 SANGGRAHAN 76.9 83.0 60 90.1 97.1 105.3 60 113.5 121.4 107.88 116.3 109.0
75% 65% 71% 76% 69% 74% 79% 71% 76% 71%

53 SANGGRAHAN BARU 2018/RAJEG 22.94 120 24.7 43.9


(SANGGRAHAN-KENTUNGAN SIRKUIT II) 22% 24% 43%

54 PURWOREJO 46.3 60 51.6 57.7 64.2 60 65.2 72.5 80.0 88.89 98.8 60 110.5
61% 67% 75% 50% 51% 57% 63% 70% 65% 72%

55 SECANG 22.7 24.4 60 26.3 28.2 30.5 32.7 34.8 37.32 40.0 43.2
58% 27% 29% 31% 34% 36% 39% 41% 44% 48%

56 TEMANGGUNG 24.6 60 26.4 28.5 30.6 33.0 35.4 37.7 40.47 43.4 46.8
32% 35% 37% 40% 43% 46% 49% 53% 57% 61%

57 KLATEN 47.1 51.1 60 55.5 60.0 65.2 70.4 75.5 81.57 60 88.1 95.8
Pindah ke Pd Lamper (16 MVA) 92% 50% 54% 59% 64% 69% 74% 64% 69% 75%

58 MOJOSONGO 56.2 60 61.3 67.2 73.2 80.3 60 87.5 94.5 102.99 112.2 114.4
lihat data beban 2010 55% 60% 66% 72% 52% 57% 62% 67% 73% 75%

59 BANYUDONO 58.4 60 63.8 70.0 76.3 83.7 60 91.2 98.7 107.57 93.1 102.1
57% 63% 69% 75% 55% 60% 64% 70% 61% 67%
BANYUDONO BARU ## 60 ## -
47% 69%
60 PEDAN 49.0 60 54.5 60.8 67.5 75.3 83.6 60 92.0 102.11 113.3 126.4
48% 53% 60% 66% 74% 55% 60% 67% 74% 83%
Capacity Balance Distribusi Jawa Tengah dan DIY [4/5]

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
61 KALIBAKAL 80.5 88.1 96.9 105.8 60 116.3 127.1 137.7 104.58 114.2 125.5
59% 65% 71% 62% 68% 75% 81% 62% 67% 74%

62 PURBALINGGA 2008 43.50 60 47.71 52.51 57.45 63.23 69.20 75.09 97.44 60 ### ###
43% 47% 51% 56% 62% 68% 74% 64% 70% 77%

63 WONOSOBO 34.5
34 5 37.8
37 8 60 41.6
41 6 45.6
45 6 50.11
50 54.9
54 9 59.5
59 5 65.15
65 15 60 71.3
71 3 78.4
78 4
88% 49% 54% 60% 66% 72% 78% 51% 56% 62%

64 RAWALO 27.2 29.9 33.0 60 36.2 40.0 43.8 47.7 52.33 57.4 63.3 60
70% 76% 43% 47% 52% 57% 62% 68% 75% 50%

65 MRICA PLTA 34.1 37.4 41.1 60 45.0 49.5 54.2 58.8 64.29 60 70.3 77.4
67% 73% 54% 59% 65% 71% 77% 63% 69% 76%

66 GARUNG PLTA 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0 - 0.0 0.0
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

67 DIENG 2006 10.31 11.30 30 12.44 13.61 14.98 16.39 17.79 19.46 21.29 30 23.43
76% 44% 49% 53% 59% 64% 70% 76% 42% 46%
68 KALIBAKAL BARU 2018 0.00 0.00 30.59 120 33.46 36.82
(KALIBAKAL-BUMIAYU) 30% 33% 36%
83
33

69 KEBASEN 91.80 89.17 97.70 ### 60 116.58 ### 60 137.21 149.44 ### ###
67% 66% 72% 63% 69% 62% 67% 73% 80% 87%

70 PEMALANG 63.99 63.45 67.53 71.44 76.03 60 80.47 84.44 89.34 94.51 ###
63% 62% 66% 70% 50% 53% 55% 58% 62% 66%

71 BUMIAYU 29.34 26.67 60 28.35 29.97 31.86 33.69 35.32 37.33 39.45 41.93
75% 35% 37% 39% 42% 44% 46% 49% 52% 55%

72 BREBES 54.09 52.47 51.76 55.36 60 59.56 63.73 67.61 72.31 77.34 83.20
71% 69% 68% 43% 47% 50% 53% 57% 61% 65%

73 KEBASEN BARU 2013/BALAPULANG 0.00 60.00 25.44 27.48 29.51 31.89 34.28 36.54 39.27 42.21 60.00 45.65
0% 50% 54% 58% 63% 67% 72% 77% 41% 45%

74 PEKALONGAN 87.24
87 24 92.72
92 72 60 98.88
98 88 ### ### ### ### 109.06
109 06 ### ###
73% 61% 65% 69% 73% 77% 67% 71% 76% 69%

75 BATANG 45.47 60 49.76 54.65 59.66 65.52 71.56 77.49 60 84.59 92.34 101.40 60
44% 48% 53% 58% 63% 69% 60% 66% 72% 66%
Capacity Balance Distribusi Jawa Tengah dan DIY [5/5]

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
No. Gardu Induk
Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
76 PEKALONGAN BARU 2017/KAJEN 0.00 0.00 0.00 0.00 21.75 60.00 23.06 24.44 43.18 60
43% 45% 48% 42%

77 LOMANIS 35.70 38.94 60 42.61 46.35 50.73 55.20 59.56 64.79 70.48 77.12 60
84% 42% 46% 50% 54% 59% 64% 69% 75% 60%

78 GOMBONG 38.01 41.62 60 45.73 49.94 54.87 59.95 64.94 70.93 77.46 60 85.09
89% 45% 49% 53% 59% 64% 69% 76% 61% 67%

79 MAJENANG 31.95 34.86 60 38.18 41.56 45.51 49.55 53.50 58.23 63.38 69.40
75% 37% 41% 44% 49% 53% 57% 62% 68% 74%

80 WADASLINTANG 4.34 4.76 5.24 5.73 6.30 6.90 7.49 8.19 8.96 9.86
yg 6.3 MVA diganti 16 MVA 32% 35% 39% 42% 46% 51% 55% 60% 66% 72%

81 KEBUMEN 33.63 36.88 40.59 60 44.40 48.86 53.47 58.02 63.91 70.39 77.99 60
Masih pakai trby mobil eks wonogiri (05) 66% 72% 40% 44% 48% 52% 57% 63% 69% 61%

82 SEMEN NUSANTARA 23.73 25.88 28.32 30.81 33.72 36.69 39.59 60 43.07 46.84 51.26
47% 51% 56% 60% 66% 72% 39% 42% 46% 50%
83
34

Total Dist. 3,154 856 ### 1,620 ### 420 ### 540 4,414 840 4,784 360 5,185 720 5,620 780 6,091 570 ### 720
Konsumen Besar 161 161 161 161 161 161 161 161 161 161
Total Beban GI 3315 3586 3888 4217 4575 4945 5346 5,781 6253 6804
Beban Puncak Sistem 3128 3383 3668 3978 4316 4665 5044 5,454 5899 6419
Devircity Factor 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060 1.060
Capacity Balance Distribusi Jawa Timur [1/6]
Capasita 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add
NO Gardu Induk Teg.
TOTAL Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MW MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA

1 Krembangan 150/20 85 60.26 60 49.32 53.31 57.19 62.49 68.49 73.57 78.64 84.04 88.65
44% 36% 39% 42% 46% 50% 54% 58% 62% 65%
2 Ujung Baru 150/20 51 16.79 17.92 60 29.37 31.51 24.42 26.77 28.75 30.74 32.85 34.65
66% 23% 38% 41% 32% 35% 38% 40% 43% 45%
3 Tandes 150/20 145 120.88 60 109.01 102.83 110.33 105.55 115.69 114.25 107.14 114.49 120.77
65% 75% 71% 76% 73% 80% 79% 74% 79% 84%
4 New Tandes ( Sambikerep ) 150/20 2 15.00 120 31.21 33.49 61.59 67.51 82.51 103.20 60 110.28 116.33
15% JBN 31% 33% 60% 66% 81% 67% 72% 76%
5 Kenjeran 150/20 85 57.49 51.35 60 55.51 59.55 70.07 91.80 98.60 105.41 112.64 108.82
68% 38% 41% 44% 52% 67% 72% 78% 83% 80%
6 Sawahan 150/20 85 49.83 60 53.18 57.48 61.68 67.39 73.86 79.33 84.81 90.62 95.60
37% 39% 42% 45% 50% 54% 58% 62% 67% 70%
7 Simpang 150/20 85 58.58 62.52 57.58 61.78 67.50 58.98 63.35 52.72 56.34 64.43
69% 74% 68% 73% 79% 69% 75% 62% 66% 76%
8 Kupang 150/20 51 33 35
33.35 35 59
35.59 60 38 47
38.47 41 28
41.28 45 10
45.10 49 43
49.43 53 09
53.09 56 76
56.76 60 65
60.65 63 98
63.98
65% 35% 38% 40% 44% 48% 52% 56% 59% 63%
9 Undaan / Surabaya Kota 150/20 51 32.71 34.91 37.74 40.49 39.24 43.01 46.19 60 49.38 52.77 55.66
64% 68% 74% 79% 77% 84% 45% 48% 52% 55%
10 Altaprima 150/20 51 32.93 35.15 37.99 40.76 34.53 37.85 40.65 43.46 60 46.44 48.99
65% 69% 74% 80% 68% 74% 80% 57% 61% 64%
11 Kedinding 150/20 1 10.00 60 10.96 11.77 12.59 13.45 24.19
20% 21% 23% 25% 26% 47%
12 PLTU PERAK 150/20 26 21.27 22.70 24.53 26.32 28.76 31.52 33.86 36.19 60 38.68 40.80
83
35

50% 53% 58% 62% 68% 74% 80% 53% 57% 60%
13 Ngagel (SBS) 150/20 68 35.30 37.93 41.14 43.54 47.39 51.63 55.14 58.53 60 62.09 60.03
52% 56% 60% 64% 70% 76% 81% 57% 61% 59%
14 Karangpilang (SBB) 150/20 85 44.53 36.00 37.72 39.39 41.85 44.67 46.76 48.77 50.91 52.50
52% 42% 44% 46% 49% 53% 55% 57% 60% 62%
15 Waru (SBS) 150/20 247 155.23 166.82 180.91 181.48 197.53 200.21 183.80 180.10 191.05 200.10
63% 68% 73% 74% 80% 81% 75% 73% 78% 81%
16 Simogunung 150/20 2 20.00 120 21.69 22.96 24.99 27.22 59.07 62.70 66.52 69.67
20% 21% 23% 24% 27% 58% 61% 65% 68%
a o Grande
17 Darmo G a de (S
(SBS)
S) 150/20
50/ 0 994 6
62.24 66.89
66 89 60 72.54
5 76.78
6 8 83.57
83 5 991.05
05 997.233 103.21
03 109.48
09 8 114.67
6
67% 46% 50% 53% 58% 63% 67% 71% 76% 79%
18 Sukolilo (SBS) 150/20 145 93.04 99.99 108.44 114.77 109.92 119.76 127.88 60 135.75 134.00 140.35
64% 69% 75% 79% 76% 83% 65% 69% 69% 72%
19 Rungkut (SBS) 150/20 221 168.97 171.58 186.09 176.96 167.60 182.61 175.00 165.76 175.83 184.17
76% 78% 84% 80% 76% 83% 79% 75% 80% 83%
20 Wonokromo (SBS) 150/20 102 52.56 56.48 61.25 64.83 70.56 76.88 82.09 87.14 60 92.44 96.82
52% 55% 60% 64% 69% 75% 80% 57% 60% 63%
21 Driyorejo (SBB) 150/20 145 101.99 105.35 110.39 115.26 122.48 60 130.71 136.83 127.72 133.31 137.49
71% 73% 76% 80% 63% 67% 70% 65% 68% 70%
22 Babadan (SBB) 150/20 85 56.03 57.87 60.64 63.31 67.28 71.80 75.16 60 93.40 97.49 100.55
66% 68% 71% 74% 79% 84% 55% 69% 72% 74%
23 Krian (SBB) 150/20 102 45.29 46.78 49.02 51.18 54.39 58.04 60.76 63.38 66.15 68.23
44% 46% 48% 50% 53% 57% 60% 62% 65% 67%
Capacity Balance Distribusi Jawa Timur [2/6]
Capasita 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add Peak
Pe k Add
NO Gardu Induk Teg.
TOTAL Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MW MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA
24 Sby. Selatan (Wonorejo) *) 150/20 51 16.18 17.38 18.85 39.96 68.49 60 74.62 99.68 60 125.81 133.46 60 139.79
32% 34% 37% 78% 67% 73% 65% 82% 65% 69%
25 Kalisari 150/20 1 10.00 60 10.48 10.94 26.63 28.41 29.75 31.03 42.38 43.71 60
20% 21% 21% 52% 56% 58% 61% 83% 43%
26 Bambe 150/20 2 10.00 120 10.48 20.94 22.25 38.75 40.56 57.31 59.82 61.69
10% 10% 21% 22% 38% 40% 56% 59% 60%
27 Kebonagung
g g 150/20
/ 77 50.85 54.54 60 59.65 65.46 72.80 81.11 93.64 101.80 110.67 60 118.84
66% 43% 47% 51% 57% 64% 73% 80% 72% 78%
28 Blimbing 70/20 51 40.50 43.44 47.51 30 52.14 47.98 53.46 58.43 30 63.52 69.05 30 70.07
79% 85% 70% 77% 71% 79% 76% 83% 68% 69%
29 Polehan 70/20 43 35.44 38.01 30 41.57 45.62 50.73 56.52 51.77 56.28 61.18 30 65.71
83% 56% 61% 67% 75% 83% 76% 83% 65% 70%
30 Pakis / Malang Timur 150/20 26 17.91 60 19.21 21.00 23.05 25.63 28.56 41.21 44.80 48.70 52.30
23% 25% 27% 30% 34% 37% 54% 59% 64% 68%
31 Sengkaling 150/20 51 41.28 60 44.28 48.43 53.14 59.10 65.85 60 71.97 78.24 85.05 91.33 60
54% 58% 63% 69% 77% 65% 71% 77% 83% 60%
32 Lawang 150/20
/ 51 30.42 32.63 60 35.69 39.16 43.55 48.53 53.03 57.66 62.67 67.31 60
60% 43% 47% 51% 57% 63% 69% 75% 82% 66%
33 Karangkates 70/20 17 12.45 13.36 30 14.61 16.03 17.83 19.87 16.71 18.17 19.75 21.21
73% 52% 57% 63% 70% 78% 66% 71% 77% 83%
34 Turen 70/20 43 32.72 30 35.09 38.38 42.12 46.84 52.18 57.03 62.00 30 67.40 72.38
48% 52% 56% 62% 69% 77% 84% 66% 72% 77%
35 PLTA Sengguruh 70/20 26 16.05 17.22 18.83 20.66 22.98 30 25.60 27.98 30.42 33.07 35.51
63% 68% 74% 81% 45% 50% 55% 60% 65% 70%
36 PLTA Selorejo 70/20 5 3.30 3.54 3.88 4.25 4.73 20 5.27 5.76 6.26 6.81 7.31
83
36

65% 69% 76% 83% 28% 31% 34% 37% 40% 43%
37 Gondang Wetan 150/20 77 45.92 48.43 60 51.83 54.95 59.48 64.50 68.61 72.61 76.85 80.37
60% 38% 41% 43% 47% 51% 54% 57% 60% 63%
38 Bangil 150/20 34 25.31 26.69 60 28.56 30.29 32.78 35.55 37.81 40.02 42.35 44.29
74% 39% 42% 45% 48% 52% 56% 59% 62% 65%
39 Bulukandang 150/20 51 30.45 32.12 60 34.38 36.45 39.45 42.78 45.51 48.16 50.97 53.30
60% 42% 45% 48% 52% 56% 59% 63% 67% 70%
40 Bumi Cokro 150/20 94 66.49 70.13 75.05 79.57 60 86.13 93.40 99.35 105.14 111.28 116.37
71% 75% 80% 55% 60% 65% 69% 73% 77% 81%
41 PIER 150/20 43 23.49 24.78 26.51 28.11 30.43 33.00 35.10 29.15 30.85 32.26
55% 58% 62% 66% 72% 78% 83% 69% 73% 76%
42 Pandaan 70/20 68 44.42 46.85 50.14 43.16 46.72 50.66 53.89 57.03 52.36 54.76
65% 69% 74% 63% 69% 75% 79% 84% 77% 81%
43 Grati 150/20 51 8.42 8.88 9.50 10.07 10.90 11.83 12.58 21.31 22.56 23.59
17% 17% 19% 20% 21% 23% 25% 42% 44% 46%
44 Probolinggo 150/20 89 52.72 60 55.60 59.50 63.09 68.29 74.05 78.77 83.36 88.23 92.26
43% 45% 48% 51% 55% 60% 64% 68% 72% 75%
45 Kraksaan 150/20 26 16.44 17.34 60 18.56 19.68 21.30 23.10 24.57 26.00 27.52 28.78
64% 23% 24% 26% 28% 30% 32% 34% 36% 38%
46 Paiton 150/20 34 25 24
25.24 26 63
26.63 28 49
28.49 30 21
30.21 60 32 70
32.70 35 46
35.46 37 72
37.72 39 92
39.92 42 25
42.25 44 18
44.18
74% 78% 84% 36% 38% 42% 44% 47% 50% 52%
47 Sukorejo 70/20 17 15.93 4.80 4.80 4.80 4.80 4.80 4.80 4.80 4.80 4.80
62% 19% 19% 19% 19% 19% 19% 19% 19% 19%
Capacity Balance Distribusi Jawa Timur [3/6]
Capasita 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add Peak
P k Add
NO Gardu Induk Teg.
TOTAL Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MW MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA
48 New Sukorejo / Purwosari 150/20 1 12.00 60 12.84 23.62 25.56 27.72 29.49 31.21 41.03 42.90
24% 25% 46% 50% 54% 58% 61% 80% 84%
49 Manisrejo 150/20 60 36.86 40.03 60 44.15 48.42 54.01 60.30 65.98 71.77 78.00 83.70 60
62% 43% 47% 52% 58% 64% 71% 77% 83% 58%
50 Meranggen / Maospati 70/20 17 12.82 13.93 30 15.36 16.84 18.79 20.98 22.96 24.97 27.14 29.12 30
75% 41% 45% 50% 55% 62% 68% 73% 80% 57%
51 Magetan
M t 70/20 26 19 97
19.97 21 69
21.69 30 23 92
23.92 26 24
26.24 29 26
29.26 32 67
32.67 35 75
35.75 28 89
28.89 31 40
31.40 33 69
33.69
78% 51% 56% 62% 69% 77% 84% 68% 74% 79%
52 Ngawi 150/20 68 45.33 49.23 60 54.30 59.55 66.42 74.16 81.15 98.27 60 116.80 125.34
67% 48% 53% 58% 65% 73% 80% 64% 76% 82%
53 Caruban 70/20 26 16.87 18.33 30 20.21 22.17 24.73 27.61 30.21 32.86 35.71 38.32 30
66% 43% 48% 52% 58% 65% 71% 77% 84% 75%
54 Ponorogo 70/20 43 22.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97
54% 23% 23% 23% 23% 23% 23% 23% 23% 23%
55 New Ponorogo 150/20 2 15.00 120 16.55 23.16 25.82 28.81 31.49 34.21 37.14 39.79
15% 16% 23% 25% 28% 31% 34% 36% 39%
56 Pacitan 70/20 26 19.73 11.45 12.63 13.86 15.45 17.24 18.85 20.48 17.23 18.46
77% 45% 50% 54% 61% 68% 74% 80% 68% 72%
57 New Pacitan 150/20 1 15.00 60 26.30 29.03 31.85 35.50 39.61 43.30 47.04 60 56.06 60.08
29% 52% 57% 62% 70% 78% 85% 46% 55% 59%
58 Dolopo 70/20 17 10.87 11.81 13.02 9.28 10.35 11.56 12.65 13.76 14.95 30 16.05
64% 69% 77% 55% 61% 68% 74% 81% 35% 38%
59 Banaran 150/20 77 42.50 45.23 48.87 52.17 57.10 62.74 67.74 60 72.92 78.65 84.00
83

56% 59% 64% 68% 75% 82% 48% 52% 56% 60%
37

60 Kediri Baru (Gitet) 150/20 51 33 12


33.12 35 25
35.25 38 08
38.08 40 65
40.65 44 50
44.50 60 48 89
48.89 62 79
62.79 67 58
67.58 72 90
72.90 77 86
77.86
65% 69% 75% 80% 44% 48% 62% 66% 71% 76%
61 Pare 70/20 34 22.84 24.31 30 26.26 28.04 30.69 33.71 26.40 28.42 30.65 32.74
67% 57% 62% 66% 72% 79% 62% 67% 72% 77%
62 PLTA Tulungagung 70/20 17 11.78 7.80 8.61 9.45 10.53 11.75 30 12.84 13.95 15.14 16.23
69% 46% 51% 56% 62% 46% 50% 55% 59% 64%
63 Trenggalek 70/20 26 24.09 30 26.19 28.90 31.71 35.34 39.43 30 43.11 46.83 50.84 54.48
57% 62% 68% 75% 83% 58% 63% 69% 75% 80%
64 Tulungagung 70/20 56 45.71 33.66 36.37 38.82 32.49 35.70 38.54 41.49 44.75 42.80
81% 60% 65% 69% 58% 64% 69% 74% 80% 76%
65 Tulungagung II *) 150/20 0 35.00 60 37.81 40.37 54.18 60 59.53 64.28 69.19 74.63 84.71
69% 74% 79% 53% 58% 63% 68% 73% 83%
66 Blitar Baru 70/20 43 31.70 18.74 20.25 21.61 23.66 25.99 28.06 30.21 32.58 30 34.80
75% 44% 48% 51% 56% 61% 66% 71% 64% 68%
67 PLTA Wlingi 150/20 34 22.60 14.05 15.18 16.21 17.74 19.49 21.05 22.65 22.65 22.65
66% 41% 45% 48% 52% 57% 62% 67% 67% 67%
68 New Wlingi 150/20 0 10.00 30 10.80 11.53 12.62 13.87 14.98 16.12 17.39 18.57
39% 42% 45% 50% 54% 59% 63% 68% 73%
69 Jember 150/20 111 80.71
80 71 88 18
88.18 97 75
97.75 107 57
107.57 120 51
120.51 135 14
135.14 148 54 60
148.54 162 31
162.31 152 28
152.28 164 26
164.26
50% 55% 61% 67% 75% 84% 76% 83% 78% 84%
70 Tanggul 150/20 77 37.32 40.77 45.20 49.74 55.72 62.48 68.68 60 75.05 106.97 60 115.38
49% 53% 59% 65% 73% 82% 67% 74% 70% 75%
71 Lumajang 150/20 77 50.23 54.88 60 60.83 66.95 75.00 84.10 92.44 60 101.01 110.33 119.01
66% 54% 60% 66% 74% 82% 60% 66% 72% 78%
Capacity Balance Distribusi Jawa Timur [4/6]

Capasita 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
NO Gardu Induk Teg.
TOTAL Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MW MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA
72 Sekarputih / Mojokerto 150/20 128 64.85 79.59 86.42 92.86 101.77 111.88 60 120.50 129.17 138.39 146.33
51% 62% 68% 73% 80% 61% 65% 70% 75% 79%
73 Mojoagung 150/20 51 38.55 36.37 39.49 42.44 46.51 60 51.13 55.07 59.03 63.24 66.88 60
76% 71% 77% 83% 61% 67% 72% 77% 83% 66%
74 New Jombang 150/20 1 15.00 60 16.29 17.50 19.18 21.08 22.71 24.34 26.08 27.58
29% 32% 34% 38% 41% 45% 48% 51% 54%
75 Ngoro 150/20 102 56.22 60.34 65.51 70.40 77.15 94.81 60 102.12 109.47 117.28 124.01
55% 59% 64% 69% 76% 62% 67% 72% 77% 81%
76 Ploso 70/20 68 38.27 41.07 44.59 47.92 52.51 42.73 46.02 49.33 52.85 55.89
56% 60% 66% 70% 77% 63% 68% 73% 78% 82%
77 Tarik 70/20 43 33.91 26.39 28.65 30 30.79 33.75 37.10 39.96 32.83 35.17 37.19
80% 78% 48% 52% 57% 62% 67% 55% 59% 63%
78 Siman 70/20 26 11.38 12.21 13.26 14.24 15.61 17.16 18.49 19.81 21.23 22.45 30
45% 48% 52% 56% 61% 67% 72% 78% 83% 44%
79 Jaya kertas 150/20 51 22.77 24.44 26.54 28.52 31.25 34.36 37.00 39.67 42.50 44.94 60
45% 48% 52% 56% 61% 67% 73% 78% 83% 44%
80 Kertosono 150/20 51 21.32 22.89 24.85 26.70 29.26 32.17 34.65 37.14 39.79 42.08
42% 45% 49% 52% 57% 63% 68% 73% 78% 83%
81 Nganjuk 70/20 34 27.73 30 19.76 21.46 23.06 25.27 42.78 46.08 49.39 52.92 30 55.95
47% 33% 36% 39% 42% 72% 77% 83% 78% 82%
82 GITET Ngimbang 150/20 51 10.50 11.27 12.24 13.15 14.42 15.85 17.07 18.30 19.60 20.73
21% 22% 24% 26% 28% 31% 33% 36% 38% 41%
83 Bangkalan 150/20 34 28.95 31.62 35.05 38.57 60 43.21 48.45 53.24 48.18 52.62 56.75
83

68% 74% 82% 50% 56% 63% 70% 63% 69% 74%
38

84 Sampang 150/20 68 33 72
33.72 36 84
36.84 40 83
40.83 44 93
44.93 50 33
50.33 56 43
56.43 62 02 60
62.02 67 77
67.77 74 01
74.01 79 83
79.83
50% 54% 60% 66% 74% 83% 61% 66% 73% 78%
85 Pamekasan 150/20 43 34.00 37.14 60 41.17 45.30 50.74 56.90 62.53 68.33 60 74.62 80.49
80% 49% 54% 59% 66% 74% 82% 67% 73% 79%
86 Sumenep 150/20 77 31.75 34.68 38.44 42.30 47.38 53.13 58.39 63.80 69.68 60 75.16
42% 45% 50% 55% 62% 69% 76% 83% 68% 74%
87 Gili Timur 150/20 17 7.77 8.49 9.41 10.36 11.60 13.01 14.30 25.62 60 27.98 30.18
46% 50% 55% 61% 68% 77% 84% 43% 47% 51%
88 Situbondo 150/20 34 22.03 24.05 60 26.55 28.95 32.15 35.69 38.78 41.84 45.07 47.89
65% 35% 39% 43% 47% 52% 57% 62% 66% 70%
89 Bondowoso 150/20 43 25.61 27.95 30.86 60 33.64 37.36 41.48 45.07 48.63 52.38 55.67
60% 66% 40% 44% 49% 54% 59% 64% 68% 73%
90 Banyuwangi 150/20 60 35.30 60 38.28 42.10 45.81 50.78 56.33 61.21 66.11 71.34 75.99
38% 41% 45% 49% 54% 60% 65% 71% 76% 81%
91 Genteng 150/20 94 63.40 68.76 75.62 60 82.27 91.20 101.17 109.95 118.75 128.13 60 136.49
68% 74% 52% 57% 63% 70% 76% 82% 66% 70%
92 Bojonegoro 150/20 68 54.09 57.45 60 61.88 65.82 71.49 77.76 82.91 87.90 60 93.16 97.50
80% 56% 61% 65% 70% 76% 81% 57% 61% 64%
93 Babat/Baureno 150/20 51 26.19 27.81 29.96 31.87 34.61 37.65 40.14 42.56 45.10 60 47.20
51% 55% 59% 62% 68% 74% 79% 83% 59% 62%
94 Brondong (New) / Paciran 150/20 1 15.00 60 15.93 17.16 18.25 19.82 31.56 33.65 35.68 37.81 39.57
29% JBN 31% 34% 36% 39% 62% 66% 70% 74% 78%
95 Lamongan 150/20 51 23.45 60 24.90 26.82 28.53 30.99 33.70 35.94 38.10 40.38 42.26
23% 24% 26% 28% 30% 33% 35% 37% 40% 41%
Capacity Balance Distribusi Jawa Timur [5/6]
Capasita 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
NO Gardu Induk Teg.
TOTAL Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MW MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA
96 Tuban 150/20 77 45.65 48.49 52.22 55.55 60.34 55.62 59.31 62.88 66.64 60 69.75
60% 63% 68% 73% 79% 73% 78% 82% 65% 68%
97 Mliwang / Dwima Agung 150/20 26 12.20 12.96 13.95 14.84 16.12 17.53 18.70 19.82 21.01 21.99 60
48% 51% 55% 58% 63% 69% 73% 78% 82% 43%
98 Segoro Madu 150/20 & 68 38 54
38.54 42 11
42.11 60 46 65
46.65 51 52
51.52 57 79
57.79 65 04
65.04 71 72
71.72 78 74
78.74 86 41
86.41 93 63
93.63
70/20 57% 35% 39% 43% 49% 55% 60% 66% 73% 79%
99 Manyar 150/20 77 72.40 60 79.10 87.64 96.78 108.57 122.18 134.74 60 147.91 162.33 170.88
47% 52% 57% 63% 71% 80% 66% 73% 80% 84%
100 Cerme 150/20 26 13.36 14.60 16.17 17.86 20.03 22.54 60 24.86 27.29 29.95 32.45
52% 57% 63% 70% 79% 44% 49% 54% 59% 64%
101 Petrokimia 150/20 68 45.36 60 49.56 54.91 60.64 68.02 76.55 84.42 92.68 101.71 60 110.20
38% 42% 46% 51% 57% 64% 71% 78% 60% 65%
XIV APJ SIDOARJO 283 202.03 0 231.40 300 257.39 0 285.72 30 322.18 0 354.61 60 393.45 0 444.70 60 491.37 0 536.20 60
102 Buduran 150/20 170 127.21 99.41 90.57 100.54 113.37 128.30 142.35 127.27 140.63 138.46
75% 58% 53% 59% 67% 75% 84% 75% 83% 81%
103 New Buduran / Sedati 150/20 2 20.00 120 42.25 46.90 52.88 59.85 66.40 103.36 60 114.21 139.63 60
20% JBN 41% 46% 52% 59% 65% 68% 75% 68%
104 Porong 70/20 17 10.68 11.71 13.02 14.45 30 16.30 18.44 20.46 22.61 24.98 27.26
83

63% 69% 77% 34% 38% 43% 48% 53% 59% 64%
39

105 Sidoarjo 150/20 1 30.00 60 33.37 37.04 41.77 47.27 60 52.45 67.95 75.08 81.93
59% JBN 65% 73% 82% 46% 51% 67% 74% 80%
106 Balongbendo 150/20 51 36.01 39.46 60 43.89 48.72 54.94 52.17 57.89 63.96 70.67 77.12
71% 39% 43% 48% 54% 51% 57% 63% 69% 76%
107 Kasih Jatim 150/20 43 28.14 30.83 60 34.30 38.07 42.93 48.58 53.90 59.56 65.81 71.81
66% 33% 37% 41% 46% 52% 58% 64% 70% 77%
Capacity Balance Distribusi Jawa Timur [6/6]

Kapasitas Exist 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Trafo MVA Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add Peak Add
NO Gardu Induk Teg.
TOTAL Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo Load Trafo
MVA MW MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA MW MVA
Brondong (New) /
101 Paciran 150/20 15,00 60 17,55 20,54 24,03 28,11 32,90 38,49 45,03 52,69 60
29% 34% 40% 47% 55% 65% 75% 88% 52%
102 Lamongan
g 150/20 60 51 43,13
, 42,19
, 49,37
, 60 51,36
, 56,57
, 62,21
, 68,58
, 75,33
, 82,42
, 83,97
,
85% 83% 48% 50% 55% 61% 67% 74% 81% 82%
103 Tuban 150/20 90 77 43,22 37,29 43,63 45,39 50,00 54,99 60,61 66,58 72,84 60 87,47
56% 49% 57% 59% 65% 72% 79% 87% 57% 69%
104 Mliwang 150/20 30 26 14,19 15,53 18,18 18,91 20,83 22,90 25,25 60 27,73 30,34 36,44
56% 61% 71% 74% 82% 90% 33% 36% 40% 48%
105 Segoro Madu 150/20 80 68 35,25 38,28 44,40 45,76 49,90 54,27 59,06 63,99 60 69,01 72,99
& 70/20 52% 56% 65% 67% 73% 80% 87% 54% 58% 61%
106 Manyar
M 150/20 90 77 54 62
54,62 59 31
59,31 68 79
68,79 70 90
70,90 60 77 32
77,32 84 08
84,08 91 51
91,51 60 99 15
99,15 106 92
106,92 113 09
113,09
71% 78% 90% 70% 76% 82% 60% 65% 70% 74%
107 Cerme 150/20 60 51 23,18 25,17 29,19 30,08 32,81 35,68 38,83 42,07 45,37 60 47,99
45% 49% 57% 59% 64% 70% 76% 82% 44% 47%
108 Petrokimia 150/20 80 68 38,04 41,30 47,91 49,37 53,84 58,56 60 63,73 69,05 74,46 78,76
56% 61% 70% 73% 79% 49% 54% 58% 63% 66%
109 Buduran 150/20 240 204 117,49 129,62 117,64 123,21 136,68 151,39 168,01 175,87 175,87 175,87
84

58% 64% 58% 60% 67% 74% 82% 86% 86% 86%
40

110 New Buduran / Sedati 150/20 0 0 20,00 120 20,95 21,94 24,30 26,96 39,83 62,00 81,73
20% 21% 22% 24% 26% 39% 61% 80%
Porong 70/20 50 43

111 Sidoarjo 150/20 0 0 30,00 60 31,42 34,85 38,60 42,84 54,40 60 59,99 64,96
59% 62% 68% 76% 84% 53% 59% 64%
112 Balongbendo 150/20 120 102 38,86 42,88 35,49 37,17 41,23 45,67 50,68 56,07 61,84 66,96
38% 42% 35% 36% 40% 45% 50% 55% 61% 66%
113 Kasih Jatim 150/20 50 43 32,83 36,22 42,65 60 44,67 49,55 54,88 60,91 67,39 74,31 80,47
77% 85% 46% 48% 53% 59% 65% 72% 79% 86%
Capacity Balance Distribusi Bali

MVA 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
ERPASANG Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak Peak
No. Gardu Induk Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo Add Trafo
Load Load Load Load Load Load Load Load Load Load Load
TOTAL
(MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA) (MW) (MVA)
1 ANTOSARI 10 6.91 30 9.14 20 10.03 11.02 12.11 13.30 14.60 16.04 17.62 19.35 21.25
Usulan Trf 27% 21% 24% 26% 28% 31% 34% 38% 41% 46% 50%
2 BATURITI 16 5.59 7.47 7.84 30 8.24 8.65 9.09 9.54 10.02 10.53 11.05 11.61
Usulan Trf 41% 55% 20% 21% 22% 23% 24% 26% 27% 28% 30%
3 GIANYAR 90 40.53 61.60 65.97 60 70.66 74.96 78.78 82.80 87.02 87.02 87.02 87.02
Usulan Trf 53% 81% 65% 69% 73% 77% 81% 85% 85% 85% 85%
NEW GIANYAR/DAWAN (2016) Incamer Gianyar - Amlapura 25.0 60 30.0 35.0 40.00 60 45.0
49% 59% 69% 39% 44%
4 PADANGSAMBIAN 90 67.97 84.71 50 93.17 102.47 112.70 123.95 136.32 149.93 164.90 181.36 199.47
Usulan Trf 133% 91% 183% 201% 221% 243% 267% 294% 323% 356% 391%
5 KAPAL 160 77.94 30 98.58 114.42 60 131.66 150.43 60 131.62 141.48 152.08 163.48 175.73 188.90
Usulan Trf 54% 68% 64% 74% 74% 65% 69% 75% 80% 86% 93%
NEW KAPAL/KERAMBITAN(2015) 50.0 120 51.00 52.00 53.00 74.00 105.00 60
Usulan Trf 49% 50% 51% 52% 73% 69%
6 NUSA DUA 110 58.32 84.53 60 73.06 83.87 90.61 97.89 60 105.76 106.54 106.54 112.44 127.74
Usulan Trf 62% 66% 57% 66% 71% 64% 69% 70% 70% 73% 83%
NEW NUSA DUA/PECATU (2015/2017) 29.8 120 40.27 56.48 78.49
Usulan Trf 29% 39% 55% 77%
7 PESANGGARAN 180 93.02 100.76 97.07 107.01 117.96 130.03 130.03 130.03 130.03 130.03 130.03
Usulan Trf 61% 66% 63% 70% 77% 85% 85% 85% 85% 85% 85%
8 KUTA/PEMECUTAN 60 28.41 40.67 60 44.84 49.44 54.50 60.09 66.25 71.38 76.91 82.87 89.29
84

Usulan Trf 56% 40% 44% 48% 53% 59% 65% 70% 75% 81% 88%
41

GIS BANDARA (2012) 41 58


41.58 90 46 50
46.50 51 10
51.10 56 30
56.30 57 35
57.35 58 40
58.40 60 59 45
59.45 60 50
60.50 61 55
61.55
Usulan Trf 54% 61% 67% 74% 75% 46% 47% 47% 48%
Incamer Pesanggaran - Nusa Dua
9 SANUR 150 64.85 60 87.89 96.63 106.23 116.79 128.39 128.39 128.39 128.39 128.39 128.39
Usulan Trf 42% 57% 63% 69% 76% 84% 84% 84% 84% 84% 84%
NEW SANUR/Jl. IB. Mantra-Biaung(2015) Incomer Sanur- Gianyar 40.5 120 53.26 67.29 82.71 60 99.66 118.30
40% 52% 66% 54% 65% 77%
10 AMLAPURA 50 16.70 24.98 25.99 27.03 28.12 29.26 60 30.44 31.66 32.94 34.27 35.65
Usulan Trf 39% 59% 61% 64% 66% 38% 40% 41% 43% 45% 47%
11 GILIMANUK 20 6.18 9.88 10.21 10.55 10.90 11.26 11.63 12.02 30 12.42 12.83 13.25
Usulan Trf 36% 58% 60% 62% 64% 66% 68% 35% 37% 38% 39%
12 NEGARA 30 15.20 20.03 22.04 30 24.24 26.67 29.34 30 32.28 35.51 39.07 60 42.98 47.29
Usulan Trf 60% 79% 58% 63% 70% 58% 63% 70% 38% 42% 46%
13 PEMARON 60 39.76 56.54 60 61.10 66.03 60 71.37 77.13 83.35 90.08 97.35 105.21 113.70
Usulan Trf 78% 74% 80% 65% 70% 76% 82% 88% 95% 103% 111%
Extention GI Pemaron 26.8 60 18.54 23.81 29.67 36.16
Usulan Trf 53% 36% 47% 58% 71%
14 PAYANGAN 30 15.56 29.06 30 32.05 35.34 60 38.98 42.99 47.41 60 52.29 57.67 63.60 70.15
Usulan Trf 61% 57% 63% 46% 51% 56% 46% 51% 57% 62% 69%
CLK BAWANG (New) 30 5.00 30 7.00 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 30
BALI TIMUR (New) 30 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
LAM
MPIRAN C1.6
RENCA
ANA PEN
NGEMBAN NGAN PENNYALURA
AN
SIS
STEM JAW
WA BALI
84
42
Rekap kebutuhan Transmisi dan Gardu Induk di Sistem Jawa-Bali

Satuan kms
TRANSMISI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500 kV AC 82 172 374 12 459 738 538 20 40 40 2 475
2,475
500 kV DC 300 300
150 kV 1,509 1,950 657 1,562 1,593 490 174 342 210 106 8,593
70 kV - 110 100 210
TOTAL 1,591 2,232 1,031 1,674 2,052 1,528 712 362 250 146 11,578

Kebutuhan Trafo dan Gardu Induk Jawa-Bali 2011-2020


84
43

S t
Satuan MVA
TRAFO 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
500/150 kV 8,660 1,830 5,000 2,000 4,000 5,500 3,500 500 1,500 1,000 33,490
150/70 kV -
150/20 kV 7,916 7,710 1,560 3,900 2,850 3,990 2,970 3,630 3,300 3,510 41,336
70/20 kV 440 120 80 60 30 30 90 180 60 1,090
TOTAL 17,016 9,660 6,640 5,960 6,850 9,520 6,500 4,220 4,980 4,570 75,916
Rencana Pengembangan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (1/2)
No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana
001 DKI Jakarta Kembangan (GIS) 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
002 DKI Jakarta Cawang 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
003 DKI Jakarta Kembangan (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
004 DKI Jakarta Bekasi 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
005 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2012 On Going KE Paket 1
006 DKI Jakarta Bekasi 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2012 On Going KE Paket 1
007 DKI Jakarta Cawang (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 25.62 2012 On Going APLN
008 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 87.14 2013 On Going KE Paket 1 & 6
009 DKI Jakarta Kembangan (GIS) 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 25.00 2013 Propose APBN 2012
010 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2015 Plan Unallocated
011 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 64.72 2016 Propose JBIC II
012 DKI Jakarta Muarakarang (GIS) 500 kV 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 64.72 2016 Plan Unallocated
013 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 25.00 2016 Plan Unallocated
014 DKI Jakarta PLTU Bekasi 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 6.00 2017 Plan Unallocated
015 DKI Jakarta Pulogadung (GIS) 500 kV 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 64.72 2017 Plan Unallocated
016 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 25.00 2017 Plan Unallocated
017 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2018 Plan Unallocated
018 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2019 Plan Unallocated
019 Jabar Mandirancan 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
020 Jabar Cibatu 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
021 Jabar Bandung Selatan 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
84
44

022 Jabar Depok 500/150 kV Spare 1 phase


Spare, 166 3 71
3.71 2011 On Going APLN 2010
023 Jabar Mandirancan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
024 Jabar Tasikmalaya 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
025 Jabar Ujung Berung 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
026 Jabar Bekasi 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
027 Jabar Depok 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
028 Jabar Ujung Berung 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 500 31.00 2011 On Going APLN 2009
029 Jabar Muaratawar 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2012 On Going KE Paket 1
030 Jabar Gandul 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2012 On Going KE Paket 1
031 Jabar Muaratawar 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 30.67 2013 On Going KE Paket 1 & 7
032 Jabar Tambun 500 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 41.77 2016 Propose JBIC II
033 Jabar Mandirancan 500/150 kV Ext, 2 dia 6 CB 9.00 2016 Propose JICA
034 Jabar Upper Cisokan PS 500/150 kV New, 2 dia 4 CB 6.00 2016 Propose IBRD
035 Jabar Bogor X dan Converter St 500/150 kV New, 12 dia 36 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV, 2 1000 726.28 2016 Propose JICA HVDC
036 Jabar Mandirancan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB 3.00 2016 Propose APBN
037 J b
Jabar Ci
Cigereleng
l II/Cik
II/Cikalong
l 500/150 kV N
New, 4 di
dia 10 CB
CB, 2 IBT
IBT, 1 TB 150kV 500 30 64
30.64 2016 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d
Jabar Cibatu 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 6.00 2017 Propose JICA
038
039 Jabar Cibatu Baru 500/150 kV New, 5 dia 13 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 45.77 2017 Plan Unallocated
040 Jabar Indramayu PLTU 1000 500/150 kV New, 4 dia 10 CB 18.00 2017 Propose JICA
Rencana Pengembangan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (2/2)
N
No P
Propinsi
i i N
Nama G
Gardu
d Induk
I d k T
Tegangan S
Scope Proyek
P k K
Kapasitas
it J t USD COD
Juta St t
Status S b Dana
Sumber D
041 Jabar Matenggeng PS 500/150 kV New, 2 dia 4 CB 6.00 2019 Plan Unallocated
042 Jabar Cirata 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2019 Plan Unallocated
043 Jabar Cirata 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2019 Plan Unallocated
044 BAnten Balaraja 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
045 Banten Cilegon 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
046 Banten Cilegon 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
047 Banten Kediri 500/150 kV Spare,
p , 1 phase
p 166 3.71 2012 On Going
g KE Paket 1
BAnten Balaraja 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2013 On Going IBRD Scattered I
048
BAnten Balaraja 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2013 On Going IBRD Scattered I
049
050 Banten Lengkong 500 kV 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 42.27 2014 Propose APBN
Banten Banten PLTU 500/150 kV New, 4 dia 8 CB 2016 Propose IPP
051
052 Jateng Ungaran 500/150 kV E t 1 dia 2 CB
Ext, CB, 1 IBT
IBT, 1 TB 150kV 500 14 64
14.64 2011 On Going APLN
053 Jateng Tanjung Jati 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 2013 On Going IPP
054 Jateng Rawalo/Kesugihan 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 30.64 2014 On Going APLN
055 Jateng Pemalang 500 kV 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 31.00 2016 Propose JICA
056 Jateng Jateng PLTU IPP 500/150 kV New, 3 dia 6 CB 2016 Propose IPP
057 Jateng Ungaran 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2020 Plan Unallocated
058 DIY Pedan 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
84
45

DIY Pedan 500/150 kV Ext 1 dia 2 CB


Ext, CB, 1 IBT
IBT, 1 TB 150kV 500 14 64
14.64 2013 On Going IBRD Scattered I
059
060 DIY Bantul 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 41.77 2015 Plan Unallocated
061 DIY Pedan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2020 Plan Unallocated
062 Jatim Krian 500/150 kV Spare, 1 phase 166 3.71 2011 On Going APLN 2010
063 Jatim Ngimbang 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
064 Jatim Krian 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
065 Jatim Grati 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2011 On Going APLN
066 Jatim Paiton 500/150 kV Ext 1 dia 2 CB
Ext, CB, 1 IBT
IBT, 1 TB 150kV 500 14 64
14.64 2011 On Going APLN
067 Jatim Surabaya selatan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2012 On Going APLN
068 Jatim Krian 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2013 On Going IBRD Scattered I
069 Jatim Surabaya Selatan 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2014 Plan Unallocated
070 Jatim Paiton (GIS) 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 25.00 2015 Propose ADB
071 Jatim Kediri 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2015 Plan Unallocated
072 Jatim Bangil 500 500/150 kV New, 4 dia 10 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 41.77 2015 Propose JBIC II
073 Jatim Kediri 500/150 kV Ext, 1 dia 2 CB, 1 IBT, 1 TB 150kV 500 14.64 2017 Plan Unallocated
074 Jatim Tandes (GIS) 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 64.72 2017 Plan Unallocated
075 Jatim Ngimbang 500/150 kV Ext, 2 dia 4 CB 25.00 2019 Plan Unallocated
076 Jatim Grindulu PS 500/150 kV New, 2 dia 4 CB 6.00 2020 Plan Unallocated
077 Bali New Kapal/Antosari (GIS) 500/150 kV New, 2 dia 6 CB, 2 IBT, 2 TB 150kV 1000 60.77 2015 Propose ADB

33,490 2,176.5
Rencana Pengembangan Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
001 DKI Jakarta Bekasi Tx. Mtawar-Cibinong 500 kV 2 cct, 4xDove 12 3.92 2012 On Going APLN 2011
002 DKI Jakarta Durikosambi (GIS) Kembangan 500 kV 2 cct, 4xZebra 6 2.49 2013 On Going KE Paket 5
003 DKI Jakarta Cawang Baru (GIS) Gandul 500 kV 2 cct, 4xZebra 40 16.60 2016 Propose JBIC II
004 DKI Jakarta Muarakarang (GIS) Durikosambi (GIS) 500 kV 2 cct, 4xZebra 30 12.45 2016 Plan Unallocated
005 DKI Jakarta
J k t P l
Pulogadung
d (GIS) C
Cawang B
Baru (GIS) 500 kV 500 kV 2 cct,
t 4xZebra
4 Z b 24 9 96
9.96 2017 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d
006 DKI Jakarta PLTU Bekasi Muaratawar 500 kV 2 cct, 4xDove 20 6.53 2018 Plan Unallocated
007 Banten Balaraja Suralaya Baru 500 kV 2 cct, 4xDove 80 26.11 2011 On Going APLN 2010
008 Banten Balaraja Kembangan 500 kV 2 cct, 4xZebra 80 33.20 2013 Committed APBN
009 Banten Lengkong 500 kV Inc. (Blrja-Gndul) 500 kV 2 cct, 4xDove 4 1.31 2014 Plan Unallocated
010 Banten Bogor X Inc (Clgon-Cibinong) 500 kV 2 cct, 4xDove 60 19.58 2016 Committed JICA
011 Banten Bogor X Inc (Depok-Tsmya) 500 kV 4 cct, 4xDove 6 1.96 2016 Committed JICA
012 Banten Banten PLTU Inc. (Suralaya - Balaraja) 500 kV 4 cct, 4xDove 40 26.11 2016 Committed IPP
013 Banten Bogor X Tanjung Pucut 500 kV DC 2 pole, HVDC OHL 220 77.00 2016 Committed JICA
014 Banten Tanjung Pucut Ketapang 500 kV DC 2 pole, HVDC CABLE 80 352.80 2016 Commited JICA
015 Jabar Ujungberung Inc. (Mdcan-Bdsln) 500 kV 2 cct, 4xDove 2 0.65 2011 On Going APLN 2009
016 Jabar Tambun 500 kV Inc. (Bkasi-Cibinong) 500 kV 2 cct, 4xDove 2 0.65 2016 Propose JBIC II
017 Jabar Upper Cisokan PLTA (Kit) Incomer (Cibng-Sglng) 500 kV 2 cct, 4xGannet 30 11.22 2016 Propose IBRD
018 Jabar Cigereleng II/Cikalong Dbphi. (BogorX-Tasik) 500 kV 4 cct, 4xDove 4 1.31 2016 Plan Unallocated
019 Jabar Indramayu Mandirancan 500 kV 2 cct, 4xZebra 200 83.00 2017 Propose JICA
84

020 Jabar Cibatu Baru Inc (Cbatu-Mtwar) 500 kV 2 cct, 4xGannet 4 1.50 2017 Plan Unallocated
46

021 Jabar Indramayu PLTU Cibatu 500 kV 2 cct, 4xZebra 270 112.05 2017 Propose JICA
022 Jabar Matenggeng PLTA Inc (Tasik-Rawalo) 500 kV 2 cct, 4xDove 20 6.53 2019 Plan Unallocated
023 Jateng Tanjung Jati Inc Tx (Ungar-Pedan) 500 kV 2 cct, 4xZebra 260 107.90 2013 On Going APLN 2010
024 Jateng Rawalo/Kesugihan Dbphi (Pedan-Tasik) 500 kV 2 cct, 4xGannet 4 1.50 2014 On Going APLN 2009
025 Jateng Rawalo/Kesugihan PLTU Adipala 500 kV 2 cct, 4xZebra 4 11.62 2014 On Going APLN 2009
026 Jateng Pemalang Tx (Ungar-Pedan) 500 kV 2 cct, 4xZebra 126 52.29 2016 Propose JICA
027 Jateng Pemalang Mandirancan 500 kV 2 cct, 4xZebra 360 149.40 2016 Propose JICA
028 Jatengg Jateng
g PLTU Pemalang g 500 kV 500 kV 2 cct,, 4xZebra 40 16.60 2016 Commited IPP
029 DIY Bantul Dbphi (Rawalo-Pedan) 500 kV 4 cct, 4xGannet 8 2.99 2015 Plan Unallocated
030 Jatim Surabaya Selatan Grati 500 kV 2 cct, 4xGannet 160 2386.80 2012 On Going KE
031 Jatim Watu Dodol Lampumerah 500 kV 2 cct, ACS 380 8.24 59.67 2013 On Going APLN
032 Jatim Lampumerah/Segararupek Gilimanuk 500 kV 2 cct, 4xDove 20 6.53 2013 On Going APLN
033 Jatim Paiton Watu Dodol 500 kV 2 cct, 4xDove 262 85.51 2015 Propose ADB
034 Jatim Bangil 500 kV Inc. (Piton-Kediri) 500 kV 2 cct, 4xGannet 4 1.50 2015 Propose JBIC II
035 Jatim Tandes Krian 500 kV 2 cct, 4xZebra 40 16.60 2017 Plan Unallocated
036 Jatim PLTGU Tuban/Cepu Ngimbang 500 kV 2 cct
cct, 4xZebra 20 0 00
0.00 2019 Plan Unallocated
037 Jatim Grindulu PLTA Inc (Pedan-Kediri) 500 kV 2 cct, 4xGannet 40 14.96 2020 Plan Unallocated
038 Bali Gilimanuk New Kapal 500 kV 2 cct, 4xDove 184.8 60.32 2015 Propose ADB
TOTAL 2,775 3,781.1
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (1/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
001 DKI Jakarta Angke Ancol 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2011 On Going APLN 2010
002 DKI Jakarta Muarakarang Angke 150 kV 2 cct, 2xACCC 310 12 1.34 2011 On Going KE Paket 5
003 DKI Jakarta Duren Tiga Kemang 150 kV 2 cct, 1xCU1000 6 28.33 2011 On Going KE Paket 3
004 DKI Jakarta Gedung Pola Manggarai 150 kV 2 cct, 1xCU1000 4 18.89 2011 On Going KE Paket 2
005 DKI Jakarta Manggarai Dukuh Atas 150 kV 2 cct
cct, 1xCU1000 4 18 89
18.89 2011 On Going KE Paket 2
006 DKI Jakarta Kebon Sirih Gambir Lama 150 kV 2 cct, 1xCU1000 2 9.44 2011 On Going KE Paket 3
007 DKI Jakarta Ketapang Mangga Besar 150 kV 2 cct, 1xCU1000 6 28.33 2011 On Going KE Paket 2
008 DKI Jakarta New Senayan Senayan 150 kV 2 cct, 1xCU1000 6 28.33 2011 On Going KE Paket 3
009 DKI Jakarta Durikosambi Petukangan 150 kV 2 cct, 2xTDrake 52 7.80 2011 On Going JBIC
010 DKI Jakarta Durikosambi Muarakarang Lama 150 kV 2 cct, 2xTDrake 25.8 3.87 2011 On Going JBIC
011 DKI Jakarta Jatiwaringin Inc. (Pdklp-Jtngn) 150 kV 2 cct, 2xZebra 24 2.36 2011 On Going KE-III
012 DKI Jakarta Tanah Tinggi (GIS) Inc. (Gmblm-Plmas) 150 kV 2 cct, 1xCU1000 4 9.44 2011 On Going KE-III
013 DKI Jakarta Semanggi Barat Karet Lama 150 kV 2 cct, 1xTACSR410 8 0.80 2011 On Going KE Paket 5
014 DKI Jakarta Nikomas Gemilang Puncak Ardi Mulya 150 kV 2 cct, 1xOstrich 4 0.00 2011 On Going KTT
015 DKI Jakarta Power Steel Indonesia New Balaraja 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2011 On Going KTT
016 DKI Jakarta Gandul Serpong 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 6.00 2012 On Going APLN
017 DKI Jakarta Gandul Petukangan 150 kV 2 cct, 2xTDrake 28 4.20 2012 On Going APLN
018 DKI Jakarta Petukangan Bintaro 150 kV 2 cct, 1xTACSR520 18 1.94 2012 On Going KE Paket 5
019 DKI Jakarta Kandang Sapi Inc. (Bekasi-Marunda) 150 kV 2 cct, 2xHawk 10 0.76 2012 On Going APLN 2011
020 DKI Jakarta Semanggi Barat (GIS) Semanggi Timur (GIS) 150 kV 2 cct, 1xCU1000 6 14.17 2012 On Going KE Paket 3
84

021 DKI Jakarta Cileungsi II/Jonggol Cibatu 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 On Going APLN 2010
47

022 DKI Jakarta Alam Sutra Inc.(Lippo Curug-Kmbngn) 150 kV 2 cct, 4xZebra 2 0.36 2012 On Going APLN 2010
023 DKI Jakarta Antasari/CSW II (GIS) Inc (Drtga/Kemang-Kenvil) 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 23.61 2012 On Going ADB (Deutch)
024 DKI Jakarta Cakung TownShip Harapan Indah 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 On Going APLN 2010
025 DKI Jakarta Durikosambi 2 / Daan Mogot (GIS) Inc.(Dksbi-Mkrng) 150 kV 2 cct, 2xTACSR Drake 2 0.20 2012 On Going KE Paket 5
026 DKI Jakarta Gandaria 150 (GIS) Depok III 150 kV 2 cct, 2xZebra 24 2.36 2012 On Going APLN
027 DKI Jakarta Harapan Indah (GIS) Inc.(Mtawar-Bekasi) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 2 0.30 2012 On Going APLN
028 DKI Jakarta Jatirangon II/Cibubur Inc.(Jtngn-Cibng) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0.99 2012 On Going APBN
029 DKI Jakarta Kapuk (PIK) Inc (Mkrang-Dksbi) 150 kV 2 cct, 2xTACSR Drake 2 0.20 2012 On Going APLN 2010
030 DKI Jakarta
J k t M
Mangga B
Besar II/G
II/Gunung Sahari
S h i (GISKemayoran
(GISK 150 kV 2 cct,
t 1
1xCU1000
CU1000 16 37 78
37.78 2012 O Going
On G i ADB
031 DKI Jakarta Chandra Asri Inc. Single phi (Menes-Asahi) 150 kV 2 cct, 2xTACSR 410 1 0.15 2012 On Going APLN 2011
032 DKI Jakarta Karet Baru Karet Lama 150 kV 1 cct, 1x1000 1 2.36 2013 Committed APLN
033 DKI Jakarta Cilegon Serang 150 kV 2 cct, 2xACCC 330 45 12.60 2015 Committed APLN
034 DKI Jakarta Depok III Depok II 150 kV 2 cct, 2xZebra 40.44 8.77 2015 Committed APLN
035 DKI Jakarta CSW III/Mrt Psr Mede Pondok Indah 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 23.61 2016 Propose JBIC II
036 DKI Jakarta Durentiga II/Ragunan Inc. (Gndul-Cwang) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2016 Propose JBIC II
037 DKI Jakarta MRT Jakarta Semanggi Barat 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 23.61 2016 Proposed JBIC II
038 DKI Jakarta Abadi Guna Papan II Cawang Lama 150 kV 2 cct
cct, 2xCU800 6 0 59
0.59 2017 Plan Unallocated
039 DKI Jakarta Durikosambi III/Rawa Buaya Durikosambi II 150 kV 2 cct, 1xCU800 10 23.61 2017 Plan Unallocated
040 DKI Jakarta Pondok Indah II/Cirende Inc. (Ptkng-Gndul) 150 kV 2 cct, 2xDrake 6 0.60 2017 Plan Unallocated
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (2/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
041 DKI Jakarta Pulogadung New Inc. (Plmas-Pgsan) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 8 0.60 2017 Plan Unallocated
042 DKI Jakarta Cipinang II/Jatinegara Inc. (Plmas-Mgrai) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2018 Plan Unallocated
043 DKI Jakarta Gandaria II Gandaria 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2.96 2018 Plan Unallocated
044 DKI Jakarta Kemayoran II Inc. (Priok-Plpng) 150 kV 2 cct, 1xCU1000 6 14.17 2018 Plan Unallocated
045 DKI Jakarta Penggilingan II Penggilingan 150 kV 2 cct
cct, 1xCU1000 12 28 33
28.33 2018 Plan Unallocated
046 DKI Jakarta Indofood Sukses Makmur Plumpang 150 kV - 0 0.00 2011 On Going KTT
047 DKI Jakarta Semanggi Barat II/T.Abang (GIS) Inc (Karet-Angke) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 4 0.60 2018 Plan Unallocated
048 DKI Jakarta Gambir Lama II (GIS) Gambir Lama (GIS) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0.20 2019 Plan Unallocated
049 DKI Jakarta Pancoran 2 / Pengadegan Tmr (GIS) Inc. (Cawang II - Abadi II) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2019 Plan Unallocated
050 DKI Jakarta Tigaraksa II Tigaraksa 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2020 Plan Unallocated
051 DKI Jakarta Senayan Baru 2 Senayan Baru 150 kV 2 cct, 2xCU800 16 37.78 2020 Plan Unallocated
052 Jabar Bogor Baru Ciawi Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 17 1.67 2011 On Going APLN
053 Jabar Cibadak Baru II Jabar Selatan PLTU 150 kV 2 cct,, 2xTACSR520 140 25.20 2011 On Going
g APLN
054 Jabar Braga (GIS) Cigereleng 150 kV 2 cct, 1xCU800 16 37.78 2011 On Going ADB (Deutch)
055 Jabar Cibabat II/Leuwigajah (GIS) Inc. (Cbbat - Cbrem) 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1.18 2011 On Going ADB (Deutch)
056 Jabar Patuha PLTP Lagadar 150 kV 2 cct, 2xZebra 70 6.90 2011 On Going APLN
057 Jabar U.Berung New/R.kasumba baru Ujung Berung 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 1.35 2011 On Going APLN
058 Jabar U.Berung New/R.kasumba baru Inc. (Ubrng-Rckek) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 1.35 2011 On Going APLN
059 Jabar Bekasi Power (PLTG) Jababeka 150 kV 2 cct, 2xDove 10.2 1.53 2011 On Going APLN
060 Jabar Bekasi Power (PLTG) Jababeka 150 kV 2 cct, 1xHawk 10.2 1.13 2011 On Going APLN 2011
84

061 Jabar Cibinong Sentul 150 kV 2 cct, 1xACCC 330 24.2 1.45 2012 On Going APLN 2010
48

062 Jabar Bogor Baru Sentul 150 kV 2 cct, 1xACCC 330 20.2 1.21 2012 On Going APLN 2010
063 Jabar Bogor Kota (GIS) Kedung Badak Baru 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 23.61 2012 On Going ADB (Deutch)
064 Jabar Kedung Badak Baru Depok III 150 kV 2 cct, 2xZebra 46 4.53 2012 On Going ADB - B3
065 Jabar Ciawi Baru Cibadak Baru II 150 kV 2 cct, 2xZebra 52 5.12 2012 On Going APLN 2010
066 Jabar Cimanggis II/Kotakembang Inc. (Kdbdk-Depok III) 150 kV 4 cct, 2xZebra 7,2 1.97 2012 On Going APBN 2011
067 Jabar Lembursitu Baru Cianjur 150 kV 2 cct, 2xZebra 64 6.30 2012 On Going APLN 2010
068 Jabar Lembursitu Baru Pelabuhan Ratu PLTU 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 64 9.60 2012 On Going APLN Percepatan
069 Jabar Pelabuhan Ratu Baru PLTU Pelabuhan Ratu 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5.91 2012 On Going APBN 2011
070 J b
Jabar B k i Ut
Bekasi Utara/Tarumajaya
/T j I
Inc. (Bkasi-Ksbru)
(Bk i K b ) 150 kV 2 cct,
t 2xZebra
2 Z b 2 0 20
0.20 2012 O Going
On G i ADB (D
(Deutch)
t h)
071 Jabar Cikarang Lippo Inc. (Gdmkr-Cbatu) 150 kV 2 cct, 1xZebra 10 0.68 2012 On Going APLN 2010
072 Jabar Cikedung Inc. (Jtbrg - Hrgls) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3.94 2012 On Going ADB (Deutch)
073 Jabar Cikijing Mandirancan 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7.88 2012 On Going APBN
074 Jabar Dago Pakar Inc (Badut-Ujbrg) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 On Going ADB - B2
075 Jabar Dayeuhkolot (GIS) Inc (Bdsln-Cgrlng) 150 kV 2 cct, 2xZebra 3 0.30 2012 On Going APLN 2010
076 Jabar Jatiluhur Baru Jatiluhur PLTA 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2012 On Going APBN 2011
077 Jabar Kanci Inc. (PLTU Kanci-Brebes) 150 kV 4 cct, 2xTACSR 410 12 2.36 2012 On Going APLN 2010
078 Jabar Karang Nunggal Tasikmalaya New 150 kV 2 cct
cct, 2xZebra 32 3 15
3.15 2012 On Going APBN
079 Jabar Kiaracondong II/Rancanumpang Inc. (Krcdg-Ubrng) 150 kV 2 cct, 2xZebra 16 1.58 2012 On Going APLN 2010
080 Jabar Sukatani /Gobel Jababeka 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2012 On Going APLN 2010
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (3/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
081 Jabar Tanggeung Cianjur 70 kV 2 cct, 1xHawk 100 4.20 2012 On Going APLN
082 Jabar Sukatani /Gobel Inc. (Bkasi-Ksbru) 150 kV 2xTACSR410 10 1.50 2012 Committed APBN
083 Jabar Bandung Selatan Cigereleng 150 kV 2xACCC DOVE 26.4 8.62 2012 On Going APLN
084 Jabar Kosambi Baru Bekasi 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 118 17.70 2012 Committed APLN
085 Jabar Jui Shin Indonesia Inc double phi (Cbatu
Inc.double (Cbatu-Clngsi)
Clngsi) 150 kV 2 cct
cct, 1xZebra 10 1 11
1.11 2012 Proposed APLN 2012
086 Jabar Win Textile New Jatiluhur 150 kV 2 cct, 1xTACSR520 10 2.92 2012 Proposed KTT
087 Jabar Hankook Tire Indonesia Inc.double phi (Cbatu-Jbeka) 150 kV 2 cct, 2xZebra 4 1.11 2012 On Going APLN 2011
088 Banten Sulfindo Adi Usaha Salira Indah 150 kV - 0 0.00 2011 On Going KTT
089 Jabar Multistrada Arah Sarana Inc.double phi (Ksbru-Bkasi) 150 kV 2 cct, 2xTACSR 410 10 1.11 2012 Proposed APLN 2012
090 Jabar Indorama Synthetic Indorama 70 kV 2 cct, CU 2x240 10 0.00 2012 Proposed APLN 2011
091 Banten Interworld Steel Mills Maximangando 150 kV - 0 0.00 2012 On Going APLN 2011
092 Banten Indorama Ventures Lippo Curug 150 kV - 0 0.00 2012 Proposed KTT
093 Jabar Wisma Karya Prasetya Kiarapayung 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 Proposed APLN 2012
094 Jabar Bekasi Inc. Tx.(Plpang-MTawar) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 16 1.58 2013 Committed APLN 2012
095 Jabar Karaha Bodas PLTP Garut 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3.94 2013 Committed APLN 2012
096 Jabar Malangbong Baru New Tasikmalaya 150 kV 2 cct, 2xZebra 94 9.26 2013 Committed APLN
097 Jabar Kadipaten II Inc. (Sragi-Rckek) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2013 Propose APBN 2013
098 Jabar Muaratawar Inc. Tx.(Bkasi-Plumpang) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 40 3.94 2013 On Going KE Paket 5
099 Jabar Plumpang Inc. Tx.(Bkasi-MTawar) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 16 1.58 2013 On Going KE Paket 5
100 Jabar Rancaekek Sunyaragi 150 kV 2 cct, 1xACCC 360 24.2 1.45 2013 Plan APLN
84

101 Jabar Jatibarang Balongan 150 kV 2 cct, 2xZebra 34 1.45 2013 Plan APLN
49

102 Jabar Cisolok Sukarame PLTP Pelabuhan ratu 150 kV 2 cct, 2xZebra 120 11.82 2014 Propose Percepatan Tahap 2
103 Jabar Bekasi II Inc (Bkasi-Ksbru) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2014 Propose APBN
104 Jabar Bogor Baru II/Tajur (GIS) Bogor Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2014 Propose APLN 2012
105 Jabar Kracak Baru Kedung Badak 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2014 Propose APLN 2012
106 Jabar Bunar Baru Rangkasbitung II 150 kV 2 cct, 2xZebra 72 10.80 2014 Propose APLN 2012
107 Jabar Bunar Baru Kracak Baru 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 30 4.50 2014 Propose APLN 2012
108 Jabar Tangkuban Perahu I PLTP Bandung Utara 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2014 Propose APLN 2012
109 Jabar Tangkuban Perahu II PLTP Inc (TPerahu I -Bandung Utara) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2014 Propose APLN 2012
110 J b
Jabar T
Tampo Mas
M PLTP I (R k k Ck k )
Inc.(Rckek-Ckska) 150 kV 2 cct,
t 2xTACSR410
2 TACSR410 70 10 50
10.50 2014 P
Propose APLN 2012
111 Jabar Kamojang Kamojang Bus 4 150 kV 1 cct, 2xACCC 330 1 0.28 2014 Propose APLN 2012
112 Jabar Cisolok Sukarame PLTP Pelabuhan Ratu 150 kV 2 cct, 2xZebra 120 11.82 2014 Propose APLN 2012
113 Jabar Arjawinangun Baru Inc.(Jtbrg-Mdcan) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2014 Propose APBN 2012
114 Jabar Babakan II Inc.(Kanci-Brbes) 150 kV 4 cct, 2xTACSR 410 28 2.76 2014 Propose APLN 2012
115 Jabar Bandung Selatan II/Ketapang Incomer (Cgrlng-Bdsln) 150 kV 2 cct, 2xACCC 10 0.99 2014 Propose APLN 2012
116 Jabar Bandung Timur II Ujungberung 150 kV 2 cct, 2xZebra 18 1.77 2014 Propose APLN 2012
117 Jabar Cangkring Baru Inc. (Jtbrg-Haurgelis) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2014 Propose APLN 2012
118 Jabar Cibabat III Padalarang 150 kV 2 cct
cct, 2xZebra 12 1 18
1.18 2014 Propose APBN
119 Jabar Cikumpay II/Sadang Inc. (Crata-Ckpay) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2014 Propose APLN 2012
120 Jabar Kuningan Baru Inc. (Ckjing - Mdcan) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3.94 2014 Propose APLN 2012
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (4/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
121 Jabar Majalaya Baru Rancakasumba 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2.96 2014 Propose APLN 2012
122 Jabar Rengasdengklok Baru Inc (Ksbru-Bkasi) 150 kV 2 cct, 2xZebra 4 0.39 2014 Propose APLN 2012
123 Jabar Subang Baru Purwakarta 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2.96 2014 Propose APLN 2012
124 Jabar Sumedang Baru/Tj.Sari Ujungberung 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2014 Propose APLN 2012
125 Jabar Cibuni PLTP ( j g g)
Inc.(Cnjur-Tngng) 70 kV 2 cct,, 1xHawk 100 6.00 2014 Propose
p APLN 2012
126 Jabar Cibeureum Inc. (Cbabat-Cbabat II)) 150 kV 2 cct, 2xZebra 7 0.69 2014 Committed APLN
127 Jabar Kamojang Drajat 150 kV 2 cct, 2xZebra 22 2.17 2014 Propose IBRD IFB-3A
128 Jabar Wayang Windu Kamojang 150 kV 2 cct, 2xZebra 32 3.15 2014 Propose IBRD IFB-3A
129 Jabar Bandung Selatan Wayang Windu 150 kV 2 cct, 2xZebra 33 3.25 2014 Propose IBRD IFB-3A
130 Jabar Drajat Tasikmalaya 150 kV 2 cct, 2xZebra 65 6.40 2014 Propose IBRD IFB-3A
131 Jabar New Tasikmalaya Tasik Lama (Tx-Ciamis) 150 kV 2 cct, 2xZebra 64 6.30 2014 Propose IBRD IFB-3A
132 Jabar Bandung Selatan Garut 150 kV 2 cct, 2xZebra 33 3.25 2014 Propose IBRD IFB-3A
133 Jabar Cibatu Mandirancan 500 kV 2 cct, 4xZebra 260 97.23 2014 Propose APLN
134 Jabar Malangbong Cikijing 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7.88 2014 Committed APLN
135 Jabar Semen Sukabumi Industri Lembursitu 150 kV 2 cct, 1xHawk 10 2.78 2014 Proposed KTT
136 Jabar Lagadar Padalarang 150 kV 2 cct, 2xZebra 21.66 2.13 2015 Committed APLN
137 Jabar Kosambi Baru Jatiluhur Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 45.8 4.51 2015 Committed APLN
138 Jabar Jatiluhur Baru Padalarang 150 kV 2 cct, 2xZebra 89.08 8.77 2015 Committed APLN
139 Jabar Tambun New Inc. (Pdklp-Tmbun) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 8.77 2015 Committed APLN
140 Jabar Tambun 150 kV Inc. (Pdklp-Tmbun) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 10.80 2016 Propose JBIC II
141 Jabar Surade Pelabuhan Ratu Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2016 Propose JBIC II
85
50

142 Jabar Parakan II/Jt


II/Jt. Gede Inc (Rckek-Sragi) 150 kV 4 cct
cct, 2xZebra 20 2 00
2.00 2016 Propose JBIC II
143 Jabar Bogor baru Kedung Badak 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2016 Plan Unallocated
144 Jabar Ciawi Baru II Inc. (Bgbru-Cnjur) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3.94 2016 Propose JBIC II
145 Jabar Cibadak Baru II/Cicurug Inc (Cbdru-Ciawi) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2016 Propose APLN Percepatan
146 Jabar Bengkok II Ujungberung 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.59 2016 Propose JBIC II
147 Jabar Cianjur II/Rajamandala Inc. (Cnjur-Cgrlg) 150 kV 4 cct, 2xZebra 8 0.79 2016 Plan Unallocated
148 Jabar Indramayu baru Inc. (Hrgls-Skmdi) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 0.99 2016 Propose JBIC II
149 Jabar Kiaracondong III/Cinambo Kiaracondong II/Rancanumpang150 kV 2 cct, 2xZebra 20 2.00 2016 Propose JBIC II
150 Jabar Padalarang g Baru II Inc.(Padalarang-Cibabat)
( g ) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 2.00 2016 Propose
p JBIC II
151 Jabar Cigereleng II/Cikalong Inc (Cgrlg-Lgdar) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 4 0.79 2016 Plan Unallocated
152 Jabar Bogor X Inc. (Bunar-Kracak) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 8 0.60 2016 Plan Unallocated
153 Jabar Jababeka II Inc (Jbeka-Cbatu) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2017 Plan Unallocated
154 Jabar Kosambi Baru II Inc. (Ksbru - Bkasi) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 16 1.58 2017 Plan Unallocated
155 Jabar Fajar Surya W II Inc. (Ksbru-Bkasi) 150 kV 4 cct, 2xZebra 100 9.85 2018 Plan Unallocated
156 Jabar Pangandaran II/Cikatomas Banjar 150 kV 2 cct, 2xZebra 100 9.85 2018 Plan Unallocated
157 Jabar Poncol Baru II/Bj.Menteng Inc. (Tmbun-Pncol) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2018 Plan Unallocated
158 Jabar Rancakasumba II/Sangian Rancakasumba 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2018 Plan Unallocated
159 J b
Jabar Ci j III/Ci
Cianjur III/Cipanas Ci j II/R
Cianjur II/Rajamandala
j d l 150 kV 4 cct,
t 2
2xZebra
Z b 8 0 79
0.79 2019 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d
160 Jabar Cikasungka II/Nagreg Cikasungka 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1.18 2019 Plan Unallocated
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (5/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
161 Jabar PLTP Gunung Ciremai Mandirancan 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3.94 2019 Plan Unallocated
162 Jabar PLTP Gunung Endut Rangkas Bitung 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7.88 2019 Plan Unallocated
163 Jabar Garut II Inc. (Garut-Bdsln) 150 kV 4 cct, 2xZebra 40 3.94 2019 Plan Unallocated
164 Jabar Lagadar II Incomer (Lgdar-Pdlrg) 150 kV 4 cct, 2xZebra 8 0.79 2019 Plan Unallocated
165 Jabar Dawuan II/Cipasanggrahan Dawuan 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2020 Plan Unallocated
166 Jabar Kosambi Baru II/Cilamaya Kosambi Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2020 Plan Unallocated
167 Jabar Lembang 150 kV Bandung Utara 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2020 Plan Unallocated
168 Jabar Ujung Berung II/Bojong Melati Ujung Berung New 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2020 Plan Unallocated
169 Banten Cikupa Balaraja 150 kV 2 cct, 2xTDrake 22.6 3.39 2011 On Going APLN
170 Banten Labuan PLTU Saketi II 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 46 6.90 2011 On Going APLN Percepatan
171 Banten Tangerang Baru Cengkareng 150 kV 2 cct, 2xACCC570 14 2.18 2011 On Going APLN Percepatan
172 Banten PLTU Lontar Tangerang Baru 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2011 On Going APLN
173 Banten Rangkasbitung II Saketi II 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5.91 2011 On Going APLN Percepatan
174 B t
Banten R
Rangkasbitung
k bit II K
Kopo 150 kV 2 cct,
t 2xZebra
2 Z b 34 3 35
3.35 2011 O Going
On G i ADB - B2
175 Banten Saketi II Menes II 150 kV 2 cct, 2xZebra 46 4.53 2011 On Going APLN Percepatan
176 Banten Saketi II Rangkasbitung II 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9.00 2011 On Going APLN Percepatan
177 Banten Spinmill Indah Industri Inc. double phi (New Balaraja - 150 kV 2 cct, 2xTACSR 410 8 1.11 2011 On Going APLN 2011
178 Banten Lengkong Serpong 150 kV 2 cct, 1xACCC 330 11.6 1.30 2012 On Going APLN
179 Banten Asahimas II/Cinangka Inc. (Mnes-Asahi) 150 kV 2 cct, 2xZebra 4 0.99 2012 On Going APBN 2011
180 Banten Malingping Saketi II 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7.88 2012 On Going APBN 2011
181 Banten Bintaro II Bintaro 150 kV 2 cct, 1xCU1000 14 33.06 2012 On Going ADB (Deutch)
85
51

182 Banten Lautan Steel Inc (Blrja


Inc. (Blrja-Millenium)
Millenium) 150 kV 4 cct
cct, 2xTACSR410 8 0 79
0.79 2012 On Going APLN 2010
183 Banten Millenium Inc. (Lautan-Citra) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 8 0.79 2012 On Going IBRD Scattered
184 Banten Indoferro Inc. double phi (Clgon-Asahi) 150 kV 2 cct, 2xZebra 1 0.28 2012 Proposed APLN 2011
185 Banten JV KS POSCO Cilegon Baru 150 kV 2 cct, 2xTACSR 410 6.8 0.00 2012 Proposed APLN 2012
186 Banten Bintaro Serpong 150 kV 2 cct, 1xTACSR520 18 1.94 2013 Committed KE Paket 5
187 Banten Cilegon Baru II Inc. (Clbru-Srang) 150 kV 2 cct, 2xZebra 8 0.99 2013 Committed APLN
188 Banten Lengkong II Inc. Legok-Lengkong 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.80 2013 Committed APBN 2012
189 Banten Balaraja Citra Habitat 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 24 4.50 2013 Committed APLN
190 Banten Pelabuhan Ratu Lembursitu 150 kV 2 cct, 2xZebra 82 8.08 2014 Committed APLN
191 Banten Bayah Pelabuhan Ratu 150 kV 2 cct, 2xZebra 70 6.90 2014 Propose APLN 2012
192 Banten Bayah Malingping 150 kV 2 cct, 2xZebra 70 6.90 2014 Propose APLN 2012
193 Banten Puncak Ardi Mulya II/GORDA Inc (Pucam-Kopo) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0.20 2014 Propose APLN 2012
195 Banten Balaraja New Millenium 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 30 4.50 2015 Plan Unallocated
196 Banten Rawadano PLTP Inc.(Menes-Asahimas) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9.00 2015 Propose APLN 2013
197 Banten Ciseeng Lengkong 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 2.00 2016 Propose JBIC II
198 Banten Dukuh Atas Semanggi Barat 150 kV 2 cct, 2xCU800 4 0.60 2016 Propose JBIC/KE
199 Banten Tangerang Baru II PLTU Lontar 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 26 2.60 2016 Propose JBIC II
200 B t
Banten B
Bogor X T j
Tanjung Pucut
P t 500 kV DC 2 pole,
l HVDC OHL 220 77 00
77.00 2016 C
Committed
itt d JICA
201 Banten Tanjung Pucut Ketapang 500 kV DC 2 pole, HVDC CABLE 80 352.80 2016 Commited JICA
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (6/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
202 Banten Serang II/Baros Inc. (Saketi-Rangkas) 150 kV 4 cct, 2xZebra 20 1.97 2017 Plan Unallocated
203 Banten Bintaro III/Jombang Inc.(Bntro-Srpng) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 4 0.60 2017 Plan Unallocated
204 Banten Teluk Naga II Inc.(Lontar-Tgbru-2) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 20 1.97 2017 Plan Unallocated
205 Banten Lippo Curug II Lippo Curug 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2018 Plan Unallocated
206 Banten Serang Utara/Tonjong Serang 150 kV 4 cct, 2xZebra 10 1.97 2020 Plan Unallocated
207 Banten Lengkong III Inc.(Serpong-Lengkong) 150 kV 2 cct, 1xACCC 330 10 2020 Plan Unallocated
208 Banten Tangerang Baru III Tangerang Baru II 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2020 Plan Unallocated
209 Jateng Tanjung Jati Sayung 150 kV 2 cct, 2xTACSR520 120 21.60 2011 On Going APLN 2010
210 Jateng Kebasen II/Balapulang Inc. (Kbsen-Bmayu) 150 kV 4 cct, 2xZebra 4 0.39 2011 On Going APLN 2010
211 Jateng Sayung Inc Tx (Bawen-Tbrok) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2011 On Going APLN
212 Jateng Pracimantoro/Nguntoronadi Inc.(Pctan-Wngri) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2012 On Going APLN 2010
213 Jateng Weleri Ungaran 150 kV 2 cct, 2xHawk 76 5.80 2012 On Going ADB
214 Jateng Klaten Pedan 150 kV 2 cct, 2xZebra 12.7 2.50 2012 On Going APLN
215 J t
Jateng K d
Kudus P
Purwodadi
d di 150 kV 2 cct,
t 2xZebra
2 Z b 63 28
63.28 6 23
6.23 2012 O Going
On G i APLN 2010
216 Jateng Purwodadi Ungaran 150 kV 2 cct, 2xZebra 68.2 6.72 2012 On Going APLN 2010
217 Jateng Sunyaragi Brebes 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 72.8 7.17 2012 Propose APLN 2013
218 Jateng Apac inti Corpora Bawen 150 kV 2 cct, 2xZebra 4 22.07 2012 Proposed APLN 2012
219 Jateng Temanggung Wonosobo 150 kV 2 cct, 1xTHawk 22 2.64 2013 Committed APLN
220 Jateng Wonosobo Secang 150 kV 2 cct, 2xTACSR 240 96 12.00 2013 Committed APLN
221 Jateng Ungaran PLTP Inc(Ungaran-Jelok) 150 kV 2 cct, 1xTACSR240 80 8.00 2014 Propose APLN 2012
222 Jateng Rawalo Gombong 150 kV 2 cct, 2xZebra 86 8.47 2014 Propose APLN 2012
85
52

223 Jateng Pati II Pati 150 kV 2 cct


cct, 2xZebra 20 1 97
1.97 2015 Plan Unallocated
224 Jateng Baturaden PLTP Inc.(Rawalo-Kalibakal) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 6.00 2015 Propose APLN 2012
225 Jateng Guci PLTP Inc.(Klbkl-Bmayu) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 6.00 2015 Propose APLN 2013
226 Jateng Bumiayu Kebasen 150 kV 2 cct, 2xZebra 86 8.47 2015 Propose APLN 2012
227 Jateng Bumiayu Kalibakal 150 kV 2 cct, 2xZebra 72 7.09 2015 Propose APLN 2012
228 Jateng Pekalongan Batang 150 kV 2 cct, 2xZebra 32.8 3.23 2015 Plan Unallocated
229 Jateng Pemalang Pekalongan 150 kV 2 cct, 2xZebra 62 6.11 2015 Propose APLN 2012
230 Jateng Kebasen Pemalang 150 kV 2 cct, 2xZebra 56 5.52 2015 Propose APLN 2012
231 Jateng Kebasen Brebes 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 30 2.96 2015 Propose APLN 2013
232 Jateng Batang Weleri 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 62 6.11 2015 Propose APLN 2013
233 Jateng Pemalang New (inc Btang-Wleri) 150 kV 4 cct, 2xTACSR410 40 1.97 2016 Propose JICA
234 Jateng Bantul Baru/ Piyungan Inc.(Bantul-Wonosari) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2016 Propose JBIC II
235 Jateng Kudus II Inc.(Kudus-Jpara) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2016 Propose JBIC II
236 Jateng Tambaklorok II Tambaklorok 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2017 Plan Unallocated
237 Jateng Pekalongan II/Kajen Inc. (Pklon-Pmlang) 150 kV 2 cct, 2xZebra 20 1.97 2017 Plan Unallocated
238 Jateng Pandeanlamper II Pandeanlamper 150 kV 2 cct, 1xCU1000 10 23.61 2017 Plan Unallocated
239 Jateng Sanggrahan II/Rajeg Inc.(Sgrahan-Medari) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2018 Plan Unallocated
240 J t
Jateng K lib k l II
Kalibakal I (Klbkl B
Inc.(Klbkl-Bmayu) ) 150 kV 2 cct,
t 2xZebra
2 Z b 20 1 97
1.97 2018 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d
241 Jateng Banyudono Baru Inc.(Mjngo-Jajar) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2019 Plan Unallocated
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (7/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
242 DIY Gondangrejo/Palur II Inc.(Palur-Jajar) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 On Going APLN 2010
243 DIY Bantul Baru Inc.(Bantul-Wates) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2015 Plan Unallocated
244 DIY Purworejo Wates 150 kV 2 cct, 2xZebra 62 4.73 2015 Plan Unallocated
245 DIY Wates Bantul 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 62 7.80 2015 Plan Unallocated
246 DIY Bantul Godean 150 kV 2 cct, 2xZebra 62 2.36 2015 Plan Unallocated
247 DIY Godean Kentungan
g 150 kV 2 cct,, 2xZebra 62 1.58 2015 Plan Unallocated
248 DIY Kentungan II/Kalasan Inc.(Pedan-Kentungan) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2016 Propose JBIC II
249 Jatim Paciran/Brondong Lamongan 150 kV 2 cct, 1xZebra 44 2.98 2011 On Going APLN
250 Jatim Pacitan 150 kV Ponorogo II 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9.00 2011 On Going APLN Percepatan
251 Jatim Pacitan 150 kV PLTU Pacitan 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 124 18.60 2011 On Going APLN Percepatan
252 Jatim Ponorogo II Manisrejo 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9.00 2011 On Going APLN Percepatan
253 Jatim Banaran Suryazigzag 150 kV 2 cct, 1xTACSR 330 26 1.58 2011 On Going APLN
254 Jatim Banyuwangi Ketapang (Cable head) 150 kV 2 cct, 1xTACSR 330 8 0.49 2011 On Going APLN
255 Jatim Kabel Jawa Madura Suramadu 150 kV 2 cct, 1xCU800 6 14.17 2011 On Going APLN
256 Jatim Kediri New Kediri Baru 150 kV 2 cct, 2xTACSR520 10 1.80 2011 On Going APLN
257 Jatim Grati Gondangwetan 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 38 5.70 2011 On Going APLN
258 Jatim Probolinggo Gondangwetan 150 kV 2 cct, 2xZebra 68 6.70 2011 On Going APLN
259 Jatim Bambe Karangpilang 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 On Going APLN 2010
260 Jatim Kalisari Surabaya Selatan 150 kV 2 cct, 2xZebra 12 1.18 2012 On Going KE-III lot 11
261 Jatim New Jombang Jayakertas 150 kV 2 cct, 2xZebra 36 3.55 2012 On Going KE-III lot 11
262 Jatim Purwosari/Sukorejo II Inc. (Pier-Pakis) 150 kV 2 cct, 2xZebra 10 0.99 2012 Committed APLN 2012
85

263 Jatim Wlingi II Tulungagung II 150 kV 2 cct, 2xZebra 68 6.70 2012 On Going KE-III lot 11
53

264 J ti
Jatim N
New Sid
Sidoarjo
j I
Inc. (Bdran-Bngil)
(Bd B il) 150 kV 2 cct,
t 1xTACSR
1 TACSR 330 2 0 12
0.12 2012 C
Committed
itt d APLN 2012
265 Jatim Simogunung (GIS) Inc.(Swhan-Waru) 150 kV 4 cct, 2xZebra 10 1.97 2012 On Going KE-III
266 Jatim Tulungagung II Kediri 150 kV 2 cct, 2xZebra 80 7.88 2012 On Going KE-III lot 11
267 Jatim Tandes II/Sambi Kerep Inc.(Waru-Gresik) 150 kV 2 cct, 1xCU1000 4 9.44 2012 Committed APLN 2012
268 Jatim New Buduran/Sedati Inc.(Bngil-Waru) 150 kV 2 cct, 2xZebra 2 0.20 2012 On Going APLN 2010
269 Jatim Babat Tuban 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 60 9.00 2012 On Going APLN
270 Jatim Tanjung Awar-awar PLTU Inc. Babat-Tuban 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 36 5.40 2012 On Going APLN
271 Jatim Surabaya Barat Driyorejo 150 kV 2 cct, 1xHTLSC 330 10.6 1.19 2012 On Going APLN
272 Jatim Surabaya Barat Babadan 150 kV 2 cct
cct, 1xHTLSC 330 26 4
26.4 2 96
2.96 2012 On Going APLN
273 Jatim New Porong Inc (New Sidoarjo-Bangil) 150 kV 2 cct, 1xTACsR 330 4 0.24 2012 On Going APLN
274 Jatim Gilimanuk Celukan Bawang 150 kV 2 cct, 2xHTLSC Hawk 100 11.20 2012 On Going APLN
275 Jatim Mount Dream Balongbendo 150 kV 2 cct, 2xZebra 14 3.89 2012 Proposed APLN 2012
276 Jatim Banaran Manisrejo 150 kV 2 cct, 1xTACSR 330 142 8.66 2013 Committed APLN
277 Jatim Cheil Jedang New Jombang 150 kV 2 cct, 2xZebra 22 6.67 2013 Proposed APLN 2012
278 Jatim Wilis/Ngebel PLTP Pacitan II 150 kV 2 cct, 2xZebra 120 11.82 2014 Propose APLN 2012
279 Jatim The Master Steel Manyar 70 kV - 0 0.00 2011 Proposed APLN 2012
280 Jatim Semen Dwima Agung (Holcim) Mliwang 150 kV 2 cct, 1xCU240 4 0.00 2012 Proposed APLN 2012
281 Jatim Iyang Argopuro PLTP Probolinggo 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5.91 2014 Propose APLN 2012
Rencana Pengembangan Sistem Penyaluran (8/8)

No Propinsi Dari Ke Tegangan Konduktor kms Juta USD COD Status Sumber Dana
282 Jatim Gresik (GIS) Gresik (Konv) 150 kV 1 cct, 1x1000 1 2.36 2014 Committed APLN
283 Jatim Kedinding Kalisari 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3.94 2015 Plan Unallocated
284 Jatim Kedinding Inc. Bngkalan-Gltmr 150 kV 2 cct, 2xZebra 40 3.94 2015 Plan Unallocated
285 Jatim Madura PLTU Inc. Sampang-Bangkalan 150 kV 2 cct, 2xZebra 30 2.96 2015 committed IPP
286 Jatim Ijen PLTP Banyuwangi 150 kV 2 cct, 2xZebra 120 11.82 2015 Propose APLN 2012
287 Jatim Grati Pier 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 64 9.60 2015 Committed APLN
288 Jatim Bangil New Inc. (Bangil-Sidoarjo) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 3.60 2016 Propose JBIC II
289 Jatim Bangil Sidoarjo 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 40 5.04 2016 Propose JBIC II
290 Jatim Tandes New Tandes 150 kV 2 cct, 2xTACSR520 10 1.80 2017 Plan Unallocated
291 Bali Gilimanuk (Cable Head) Gilimanuk 150 kV 2 cct, 1xTACSR 330 7 0.43 2011 On Going APLN
292 Bali Kapal PLTU Celukan Bawang 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 140 21.00 2011 On Going APBN
293 Bali Celukan Bawang Inc. (Pmron-Glnuk) 150 kV 2 cct, 2xHTLSC Hawk 6 0.35 2012 On Going APLN
294 Bali Jawa Bali 3,4 150 kV 2 cct, 1xCU800 12 28.33 2012 On Going KE
295 Bali Kapal Padangsambian 150 kV 1 cct, 1xTACSR 240 9.12 0.95 2012 On Going APLN
85

296 Bali Kapal Pesanggaran 150 kV 1 cct, 1xTACSR 240 16.72 1.74 2012 On Going APLN
54

297 Bali N sa D
Nusa Duaa Pesanggaran 150 kV 2 cct
cct, 1
1xTACSR240
TACSR240 & CU800 10 6 22
6.22 2013 Committed APLN
298 Bali GIS Bandara tahap-1 Inc. Cable Nsdua-Psgrn 150 kV 2 cct, 1xCU800 10 23.61 2013 Committed APLN
299 Bali GIS Bandara tahap-2 Pesanggaran 150 kV 2 cct, 1xCU800 10 23.61 2013 Committed APLN
300 Bali Bedugul PLTP Baturiti 150 kV 2 cct, 2xZebra 60 5.91 2015 Propose APLN 2012
301 Bali Sanur New Inc.(Gnyar-Sanur) 150 kV 2 cct, 1xTACSR 330 10 0.61 2015 Plan Unallocated
302 Bali New Kapal Inc. (Clk Bawang-Kapal) 150 kV 4 cct, 2xTACSR 410 20 3.94 2015 Propose ADB
303 Bali Antosari New Kapal 150 kV 2 cct, 2xZebra 54 5.32 2015 Plan Unallocated
304 Bali New Kapal Kapal 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 54 8.10 2015 Plan Unallocated
305 Bali Gianyar II Inc.(Kapal-Gianyar)
Inc.(Kapal Gianyar) 150 kV 2 cct, 2xTACSR410 10 1.50 2016 Propose JBIC II
306 Bali Nusa Dua II/Pecatu Incomer (Gianyar-Sanur) 150 kV 2 cct, 1xZebra 4 0.27 2017 Plan Unallocated
TOTAL 9422.8 2122.78
Rencana Pengembangan Gardu Induk (1/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
001 DKI Jakarta Nikomas Gemilang 150/20 kV New, 1 LB - 0.90 2011 On Going APLN 2011 Ekstension 1 Line Bay di GI Puncak
DKI Jakarta Indofood Sukses Makmur 150/20 kV New, 1 TR - 0.90 2011 On Going APLN 2011 Ardi Mulya 1 Trafo Bay di GI 150 kV
Ekstension
002
003 DKI Jakarta Power Steel Indonesia 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.86 2011 On Going KTT GI Baru KTT
004 DKI Jakarta Priok Timur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN 2009 Ext. trafo ke-1
005 DKI Jakarta Abadi guna papan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
006 DKI J
Jakarta
k t B l j
Balaraja 150/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 60 2 10
2.10 2011 O Going
On G i APLN E t trafo
Ext. t f ke-3
k 3
007 DKI Jakarta Beringin 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
008 DKI Jakarta Ciawi baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
009 DKI Jakarta Cibadak baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
010 DKI Jakarta Cibinong 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA trafo4)
011 DKI Jakarta Cikande 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
012 DKI Jakarta Cikokol/tangerang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
013 DKI Jakarta Cikupa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
014 DKI Jakarta Cileduk 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke
ke-3
3
015 DKI Jakarta Cilegon lama 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
016 DKI Jakarta Cipinang GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
017 DKI Jakarta Citra habitat 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
018 DKI Jakarta Depok / rawadenok 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
019 DKI Jakarta Duri kosambi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
020 DKI Jakarta Grogol GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
021 DKI Jakarta Jatake 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
85

022 DKI Jakarta Kandang sapi GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
55

023 DKI Jakarta Kebon sirih GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
024 DKI Jakarta Kopo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
025 DKI Jakarta Lippo curug 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
026 DKI Jakarta Mangga besar GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
027 DKI Jakarta New balaraja 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
028 DKI Jakarta Pasar kemis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
029 DKI Jakarta Petukangan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
030 DKI Jakarta Plumpang (uprating trafo 3) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA trafo ke3)
031 DKI Jakarta Puncak ardi mulya 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2011 On Going APLN Ext trafo ke-4
Ext. ke 4
032 DKI Jakarta Saketi baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
033 DKI Jakarta Senayan baru GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
034 DKI Jakarta Sentul 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
035 DKI Jakarta Sepatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
036 DKI Jakarta Serang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA trafo ke1)
037 DKI Jakarta Tangerang baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
038 DKI Jakarta Teluk naga 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
039 DKI Jakarta g
Tigaraksa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going
g APLN Ext. trafo ke-2
040 DKI Jakarta Jatiwaringin (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23.17 2011 On Going KE-III lot 6 GI Baru
Rencana Pengembangan Gardu Induk (2/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
041 DKI Jakarta Tanah Tinggi (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2011 On Going KE-III lot 5 GIS Baru
042 DKI Jakarta Chandra Asri 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC - 4.22 2012 On Going APLN 2011 GI Baru KTT
New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf,
DKI Jakarta Lautan Steel Indonesia 150/20 kV 60 5.35 2012 On Going APLN 2010 GI Baru KTT
043 Gedung Kontrol
044 DKI Jakarta Legok 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-2
045 DKI Jakarta Duren tiga GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
046 DKI Jakarta Kedungbadak baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going ADB (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
047 DKI Jakarta Legok 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
048 DKI Jakarta Lembursitu baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
049 DKI Jakarta Lengkong 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-4
DKI Jakarta Pelabuhan ratu baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APBN 2009/10 (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
050
051 DKI Jakarta Serang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-4
052 DKI Jakarta Tigaraksa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
053 DKI Jakarta Antasari/CSW II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going ADB (Deutch) GIS Baru
054 DKI Jakarta C
Cakung Township/Garden
/G City
C (G (GIS)
S) 150/20
/ kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC,
C 2 Trff 120 17.01 2012 On
O Going
G APLN G S Baru
GIS
055 DKI Jakarta Harapan Indah (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6.15 2012 On Going APLN Arah Cakung Township
056 DKI Jakarta Durikosambi 2 / Daan Mogot (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going KE Paket 8 GIS Baru
057 DKI Jakarta Gandaria 150 (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 3 TB, 1 BC, 3 Trf 180 21.06 2012 On Going APLN Percepatan GIS Baru
058 DKI Jakarta Harapan Indah 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going APLN GI Baru
059 DKI Jakarta Jatirangon II/Cibubur 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2012 On Going APBN 2009/10 GI Baru
060 DKI Jakarta Kapuk (PIK) (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going APLN 2010 GIS Baru
061 DKI Jakarta Gunung Sahari (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going ADB GIS Baru
85
56

062 DKI Jakarta Kemayoran 150/20 kV Ext 2 LB


Ext, 0 1 23
1.23 2012 On Going APLN Arah Gunung Sahari
063 DKI Jakarta Semanggi Barat (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going KE Paket 8 GIS Baru
064 DKI Jakarta Karet Lama 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going KE Paket 8 Arah Semanggi Barat
065 DKI Jakarta Pasar kemis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
066 DKI Jakarta Cilegon Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2013 Committed APBN 2011 Arah Cilegon Baru II/Kramatwatu
067 DKI Jakarta Bunar 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2013 On Going APLN Ext. trafo ke-3
068 DKI Jakarta Bunar baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
069 DKI Jakarta Ciawi baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo3)
070 DKI Jakarta Cileungsi ii/jonggol 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke
ke-3
3
071 DKI Jakarta Depok / rawadenok 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
Depok baru 150 kv/GIS (uprate ke
DKI Jakarta 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1,2)
072 150/20)
073 DKI Jakarta Jatiwaringin GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
074 DKI Jakarta Kracak baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo1)
075 DKI Jakarta Lembursitu baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo3)
076 DKI Jakarta Millennium (pt power steel) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
077 DKI Jakarta Miniatur GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
078 DKI Jakarta Tangerang baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
079 DKI Jakarta Serang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-5
080 DKI Jakarta Bintaro 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
Rencana Pengembangan Gardu Induk (3/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
081 DKI Jakarta Cakung twonship GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
082 DKI Jakarta Gunung sahari GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
083 DKI Jakarta Millennium (pt power steel) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
084 DKI Jakarta Penggilingan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
085 DKI Jakarta Pondok indah GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
086 DKI Jakarta p
Sepatan 150/20 kV Ext,, 1 TB,, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
087 DKI Jakarta CSW III/Mrt Psr Mede (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2015 proposed JBIC II GIS Baru
088 DKI Jakarta MRT Jakarta 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2016 proposedd JBIC II GI Baru KTT
089 DKI Jakarta Pelabuhan Ratu Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2016 proposed JBIC II Arah Surade
090 DKI Jakarta Cawang-2(GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 12.97 2016 proposed JBIC II GIS Baru
091 DKI Jakarta Cileduk 2/ alam sutra GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2016 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
Depok baru 150 kv/GIS (uprate ke
DKI Jakarta 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2016 proposed IBRD Scattered II (Uprate 30 ke 60 MVA trafo3)
092 150/20)
093 DKI Jakarta Duri kosambi 2 / daan mogot GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
094 DKI Jakarta Lengkong 2 (indorama) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
095 DKI Jakarta Manggarai GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2016 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
096 DKI Jakarta Penggilingan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-4
097 DKI Jakarta Semanggi barat GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
098 DKI Jakarta Tigaraksa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-4
099 DKI Jakarta Duren Tiga II/Ragunan (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2016 proposed JBIC II GIS Baru
100 DKI Jakarta Ciseeng 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2016 proposed JBIC II GI Baru
101 DKI Jakarta Pondok Indah (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6.15 2016 proposed JBIC II
85
57

102 DKI Jakarta Abadi Guna Papan II (GIS) 150/20 kV New 2 LB


New, LB, 1 TB
TB, 1 BC
BC, 1 Trf 60 12 97
12.97 2016 Plan Unallocated GIS Baru
103 DKI Jakarta Bogor baru II/tajur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
104 DKI Jakarta Cakung twonship GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
105 DKI Jakarta Gunung sahari GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
106 DKI Jakarta Jatirangon 2 / cibubur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
107 DKI Jakarta Kapuk (pik) (2 x 60 mva) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
108 DKI Jakarta Kedungbadak baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo3)
109 DKI Jakarta Lippo curug 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
110 DKI Jakarta y (GIS)
Durikosambi III/Rawa Buaya ( ) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2017 proposed
p p IBRD Scattered II GIS Baru
111 DKI Jakarta Pondok Indah II/Cirende 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2017 proposed IBRD Scattered II GI Baru
112 DKI Jakarta Antasari / csw 2 / kemang village GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
113 DKI Jakarta Jatirangon 2 / cibubur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
114 DKI Jakarta Lautan steel/telaga sari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
115 DKI Jakarta Lengkong 2 (indorama) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
116 DKI Jakarta Millennium (pt power steel) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-5
117 DKI Jakarta Puncak ardi mulya ii 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
118 DKI Jakarta Sepatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
119 DKI Jakarta
J k t T Rasuna/pancoran
T. R / GIS 150/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 60 4 05
4.05 2018 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d E t trafo
Ext. t f ke-3
k 3
120 DKI Jakarta Tangerang baru 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
Rencana Pengembangan Gardu Induk (4/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
121 DKI Jakarta Teluk naga 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
122 DKI Jakarta Cipinang II/Jatinegara (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2018 Plan Unallocated GIS Baru
123 DKI Jakarta Gandaria II/Mekar Sari 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2018 Plan Unallocated GI Baru
124 DKI Jakarta Gandaria 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2018 Plan Unallocated Arah Gandaria II/Mekar Sari
125 DKI Jakarta Kemayoran II (GIS) 150/20 kV New 2 LB
New, LB, 1 TB
TB, 1 BC
BC, 1 Trf 60 12 97
12.97 2018 Plan Unallocated GIS Baru
126 DKI Jakarta Penggilingan II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2018 Plan Unallocated GIS Baru
127 DKI Jakarta Penggilingan (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6.15 2018 Plan Unallocated Arah Penggilingan II (GIS)
128 DKI Jakarta Semanggi Barat II/T.Abang (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2018 Plan Unallocated GIS Baru
129 DKI Jakarta Cileungsi 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
130 DKI Jakarta Abadi guna papan 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
131 DKI Jakarta Asahimas ii/cinangka 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
132 DKI Jakarta Bintaro 3 / jombang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
133 DKI Jakarta Bogor kota GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke
ke-3
3
134 DKI Jakarta Bunar baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo3)
135 DKI Jakarta Cileduk 2/ alam sutra GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
136 DKI Jakarta Csw 3 / mrt pasar mede GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
137 DKI Jakarta Depok / rawadenok 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
138 DKI Jakarta Duren tiga 2 / rangunan GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
139 DKI Jakarta Duri kosambi 3 / rawa buaya GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
140 DKI Jakarta Harapan indah 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
85

141 DKI Jakarta Kapuk (pik) (2 x 60 mva) GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
58

142 DKI Jakarta Lippo curug 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
143 DKI Jakarta Pegilingan 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
144 DKI Jakarta Pondok indah 2 / cirende 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
145 DKI Jakarta Semanggi barat 1 / tanah abang GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
146 DKI Jakarta Tangerang baru 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
147 DKI Jakarta Teluk naga 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
148 DKI Jakarta Gambir Lama II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2019 Plan Unallocated GIS Baru
149 DKI Jakarta Gambir Lama (GIS) 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2019 Plan Unallocated Arah Gambir Lama II (GIS)
150 DKI Jakarta
J k t P
Pancoran 2 / Pengadegan
P d T
Tmr (GIS) 150/20 kV N
New, 2 LB
LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 T
Trff 120 17 01
17.01 2019 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d GIS Baru
B
151 DKI Jakarta Bintaro 3 / jombang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
152 DKI Jakarta Cilegon baru ii/kramatwatu 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
153 DKI Jakarta Cileungsi ii/jonggol 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
154 DKI Jakarta Csw 3 / mrt pasar mede GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
155 DKI Jakarta Dukuh atas 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
156 DKI Jakarta Duri kosambi 3 / rawa buaya GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
157 DKI Jakarta Gmbr lama 2 GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
158 DKI Jakarta Jatirangon 2 / cibubur 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2020 Plan Unallocated Ext trafo ke-4
Ext.
159 DKI Jakarta Lautan steel/telaga sari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
160 DKI Jakarta Lembursitu baru (uprate ke 150/20) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
Rencana Pengembangan Gardu Induk (5/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
161 DKI Jakarta Lippo curug 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
162 DKI Jakarta Pancoran 2 / pengadegan tmr 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
163 DKI Jakarta Pondok indah 2 / cirende 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
164 DKI Jakarta Semanggi barat 1 / tanah abang GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
165 DKI Jakarta Sepatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-5
166 DKI Jakarta Tanah tinggi GIS 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 4 05
4.05 2020 Plan Unallocated Ext trafo ke-3
Ext. ke 3
167 DKI Jakarta Teluk naga 2 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
168 DKI Jakarta Serang 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Serang Utara/Tonjong
169 DKI Jakarta Tangerang Baru II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Tangerang Baru III
170 DKI Jakarta Tigaraksa II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2020 Plan Unallocated GI Baru
171 DKI Jakarta Tigaraksa 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Tigaraksa II
172 DKI Jakarta Senayan Baru 2 (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2020 Plan Unallocated GIS Baru
173 DKI Jakarta Senayan Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 6.15 2020 Plan Unallocated Arah Senayan Baru 2
174 B t
Banten K
Kopo 150/20 kV E t 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2011 O Going
On G i ADB B4 (2004) A hR
Arah Rangkasbitung
k bit II
175 Banten Saketi II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going ADB B4 (2004) Arah Rangkasbitung II
176 Banten Sulfindo Adi Usaha 150/20 kV New, 1 TB - 0.90 2011 On Going APLN 2011 Ekstension 1 Trafo Bay di GI 150 kV
177 Banten Spinmill Indah Industri 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC - 5.48 2011 On Going APLN 2011 GI Baru KTT
178 Banten Tangerang Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APLN Arah PLTU Lontar
179 Banten Rangkasbitung II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2011 On Going ADB B4 (2004) GI Baru
180 Banten Saketi II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2011 On Going APLN Percepatan GI Baru Up-rate
85

181 Banten Depok III 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 committed APLN 2012 Arah Gandaria 150 (GIS)
59

182 B t
Banten I d f
Indoferro 150/20 kV N
New, 2 LB
LB, 1 TB
TB, 1 BC - 3 69
3.69 2012 proposedd
dd APLN 2011 GI Baru
B KTT
183 Banten JV KS POSCO 150/20 kV New, 2 LB, 2 TL (3,4 km) - 5.92 2012 proposedd APLN 2012 GI Baru KTT
184 Banten Interworld Steel Mills 150/20 kV New, 1 TB - 0.90 2012 On Going APLN 2011 Ekstension 1 Trafo Bay di GI 150 kV
185 Banten Indorama Ventures 150/20 kV New, 1 TB - 0.79 2012 proposedd APLN 2012 Ekstension 1 Trafo Bay di GI 150 kV
186 Banten Millenium (Bumi Citra Permai) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going IBRD Scattered I GI Baru KTT
187 Banten Asahimas II/Cinangka 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 Committed APBN 2011 GI Baru
188 Banten Asahimas 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 Committed APBN 2011 Arah Asahimas II/Cinangka
189 Banten Malingping 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 Committed APBN 2011 GI Baru
190 Banten Saketi II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Malingping
191 Banten Alam Sutra (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going APLN 2010 GIS Baru
192 Banten Bintaro II (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going ADB (Deutch) GIS Baru
193 Banten Bintaro 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Bintaro II
194 Banten Lautan Steel 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going APLN 2010 GI Baru
195 Banten Millenium 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going IBRD Scattered I GI Baru
196 Banten Cilegon Baru II/Kramatwatu 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2013 Committed APBN 2011 GI Baru
197 Banten Cemindo Gemilang 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2013 committed APLN GI Baru
198 Banten Bayah 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2014 proposed APBN 2012 GI Baru
199 Banten Malingping 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed APLN 2012 Arah Malingping
200 Banten Bayah 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed APLN 2012 Arah Bayah
Rencana Pengembangan Gardu Induk (6/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
201 Banten Bogor Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Committed APBN 2011 Arah Bogor Baru II/Tajur (GIS)
202 Banten Puncak Ardi Mulya II/GORDA 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2014 proposed APLN 2012 GIS Baru (Kawasan Industi Besar)
203 Banten Lengkong II 150/20 kV New,4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2014 Comitted APBN 2012 GI Baru
204 Banten Balaraja New 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 Plan Unallocated Arah Millenium
205 Banten Rawadano PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 proposed IPP Arah Inc.(Menes-Asahimas)
206 Banten Lengkong II 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed APLN 2012 Ext. Trf ke-2
207 Banten Semanggi Barat 150/20 kV Ext 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2016 proposed JBIC/KE Arah Dukuh Atas II
208 Banten Dukuh Atas II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 12.97 2016 proposed JBIC/KE GI Baru
209 Banten Tangerang Baru II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru
210 Banten Cawang Lama 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2016 Plan Unallocated Arah Abadi Guna Papan II (GIS)
211 Banten Serang Selatan/Baros 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2017 proposed IBRD Scattered II GI Baru
212 Banten Bintaro III/Jombang 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2017 proposed IBRD Scattered II GI Baru
213 Banten Durikosambi II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2017 proposed IBRD Arah Durikosambi III/Rawa Buaya
214 Banten Teluk Naga II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2017 proposed IBRD Scattered II GI Baru
215 Banten Lippo Curug
C II 150/20
/ kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC,
C 1 Trff 60 5.13 2018 Plan Unallocated G Baru
GI
216 Banten Lippo Curug 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2018 Plan Unallocated Arah Lippo Curug II
217 Banten Serang Utara/Tonjong 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2020 Plan Unallocated GI Baru
218 Banten Lengkong III 150/20 kV New, 4LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2020 Plan Unallocated GI Baru
219 Banten Tangerang Baru III 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2020 Plan Unallocated GI Baru
220 Jabar Pelabuhan Ratu 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APBN 2009/10 Arah Pelabuhan Ratu Baru
221 Jabar Bekasi Power (PLTG) 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.17 2011 On Going APLN 2011 GI Baru KTT
86

222 Jabar Ciawi Baru 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2011 On Going APLN GI Baru Uprate
60

223 Jabar Cibadak Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APLN Arah PLTU Jabar Selatan
224 Jabar Lembursitu Baru 150/20 kV New, 4 LB, 1 BC 0 3.03 2011 On Going APLN Percepatan GI Baru Uprate
225 Jabar Bandung utara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
226 Jabar Bandung selatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
227 Jabar Banjar 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
228 Jabar Cianjur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
229 Jabar Cibeureum 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going ADB Ext. trafo ke-2
230 Jabar Cigereleng
g g 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going
g APLN Ext. trafo ke-4
231 Jabar Cikasungka 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
232 Jabar Cikumpay 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
233 Jabar Cirata baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
234 Jabar Fajar surya wisesa 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 30 ke 60 MVA TRAFO1)
235 Jabar Jababeka 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
236 Jabar Kosambi baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
237 Jabar Lagadar 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
238 Jabar Maligi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke
ke-2
2
239 Jabar Mandirancan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
240 Jabar Pabuaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
Rencana Pengembangan Gardu Induk (7/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
241 Jabar Padalarang baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 120 2.10 2011 On Going JBN adb b-6, P3B Ext. trafo ke-4, (Uprate 30 ke 60
242 Jabar Haurgeulis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
243 Jabar Pinayungan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
244 Jabar Peruri 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
245 Jabar Poncol baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke
ke-3
3
246 Jabar Rancaekek 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
247 Jabar Sukamandi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
248 Jabar Sunyaragi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
249 Jabar Tambun 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
250 Jabar Tasikmalaya 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 15 ke 60 MVA TRAFO1)
251 Jabar Tegal herang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
252 Jabar Ujungberung 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-4
253 Jabar Braga (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2011 On Going ADB (Deutch) GIS Baru
254 Jabar Cigereleng 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APLN Arah Braga (GIS)
255 Jabar Cibabat II/Leuwigajah (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23.17 2011 On Going ADB (Deutch) GIS Baru
256 Jabar Patuha PLTP 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2011 On Going APLN FTP2 GI Baru (Kit)
257 Jabar Lagadar 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APLN Arah Patuha PLTP
258 Jabar Ujung Berung New/Rancakasumba 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2011 On Going APLN GI Baru
259 Jabar Kuningan 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 10 ke 30 MVA TRAFO3)
260 Jabar Pangandaran 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 10 ke 30 MVA trafo2)
86

261 Jabar Rengas dengklok 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 20 ke 30 MVA TRAFO2/1)
61

262 J b
Jabar S t
Santosa 70/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 20 2 10
2.10 2011 O Going
On G i APLN E t trafo
Ext. t f ke-2
k 2
263 Jabar Subang 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
264 Jabar Sumadra 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
265 Jabar Jui Shin Indonesia 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 - 5.48 2012 proposedd APLN 2012 GI Baru KTT
266 Jabar Win Textile 150/20 kV New, 1 LB - 0.00 2012 proposedd APLN 2012 Ekstension 1 Line Bay di GI New
267 Jabar Hankook Tire Indonesia 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC - 5.48 2012 On Going APLN 2011 J tilBaru
GI h KTT
268 Jabar Multistrada Arah Sarana 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC - 5.48 2012 proposedd APLN 2012 GI Baru KTT
269 Jabar Wisma Karya Prasetya 150/20 kV New, 1 TB - 0.79 2012 proposedd APLN 2012 Ekstension 1 Trafo Bay di GI
270 J b
Jabar B
Bogor Kota
K t (GIS) 150/20 kV N
New, 2 LB
LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2T
Trff 120 17 01
17.01 2012 O Going
On G i ADB (D
(Deutch)
t h) GIS Baru
B
271 Jabar Kedung Badak Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Bogor Kota
272 Jabar Kedung Badak Baru 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going ADB B5 GI Baru Uprate
273 Jabar Depok III 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going ADB B5 Arah Kedung Badak Baru
274 Jabar Cileungsi II/Jonggol 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going APLN GI Baru
275 Jabar Cibatu 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Cileungsi II/Jonggol
276 Jabar Cimanggis II/Tengah 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 Committed APBN 2011 GI Baru
277 Jabar Lembursitu Baru 150/20 kV Ext, 2 LB, 2 TB, 2 Trf 120 8.43 2012 On Going APLN Percepatan Ext. Trafo 1 & 2. LB arah PLTU P.
278 Jabar Pelabuhan Ratu Baru 150/20 kV New 2 LB
New, LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 Trf 120 6 00
6.00 2012 Committed APBN 2011 GI Baru
279 Jabar Ciamis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
280 Jabar Garut 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
Rencana Pengembangan Gardu Induk (8/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
281 Jabar Telukjambe 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
282 Jabar Cibatu 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-2
283 Jabar Fajar surya wisesa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APBN 2009/10 Ext. trafo ke-2
284 Jabar Kiara payung 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-2
285 Jabar Cianjur 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Lembur Situ
286 Jabar Bekasi Utara/Tarumajaya 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going ADB (Deutch) GIS Baru
287 Jabar Cikarang Lippo 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 On Going APLN 2010 GI Baru
288 Jabar Cikedung 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2012 On Going ADB (Deutch) GI Baru
289 Jabar Cikijing 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2012 On Going APBN 2009/10 GI Baru
290 Jabar Mandirancan 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Cikijing
291 Jabar Dago Pakar/Cimenyan 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going ADB B4 GIS Baru
292 Jabar Dayeuhkolot (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2012 On Going ADB (Deutch) GIS Baru
293 Jabar Jatiluhur Baru 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 Committed APBN 2011 GI Baru
294 Jabar Jatiluhur PLTA 150/20 kV Ext 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2012 On Going APLN Arah Jatiluhur Baru
295 Jabar Kanci 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2012 On Going APLN 2010 GI Baru
296 Jabar Karang Nunggal 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 30 3.90 2012 On Going APBN 2009/10 GI Baru
297 Jabar Tasikmalaya New 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Karang Nunggal
298 Jabar Kiaracondong II/Rancanumpang 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going APLN GI Baru
299 Jabar Malangbong Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going APLN GI Baru
300 Jabar Tasikmalaya New 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Malangbong Baru
301 Jabar Sukatani /Gobel 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 On Going APLN 2010 GI Baru
86

302 Jabar Jababeka 150/20 kV Ext,, 2 LB 0 1.23 2012 On Going


g APLN Arah Sukatani /Gobel
62

Ekstension 1 Line Bay di GI


Jabar Indorama Synthetic 70/20 kV New, 1 LB - 0.00 2012 proposedd APLN 2011
303 Indoramma
304 Jabar Sumedang 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2012 On Going APLN (Uprate 10 ke 30 MVA TRAFO2/1)
305 Jabar Majalaya 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2012 On Going APLN (Uprate 20 ke 30 MVA TRAFO2/1)
306 Jabar Tanggeung 70/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 30 3.16 2012 On Going APLN GI Baru
307 Jabar Karaha Bodas PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2013 proposed IPP Arah Garut
308 Jabar Garut 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 On Going APLN Ext. trafo ke-3
309 Jabar Haurgeulis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 On Going APLN Ext. trafo ke-3
310 Jabar New tasik 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
311 Jabar Poncol baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
312 Jabar Kadipaten Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2013 Committed APBN 2013 GI Baru
313 Jabar Muaratawar 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2013 On Going KE Paket 7 GI Baru
314 Jabar Parakan kondang 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 20 1.67 2013 Plan Unallocated (Uprate 10 ke 20 MVA TRAFO3)
315 Jabar Cisolok Sukarame PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Plan FTP PLTP Arah Pelabuhan Ratu
316 Jabar Kedung Badak Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Committed APLN 2012 Arah Kracak Baru
317 Jabar Tangkuban Perahu II PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed IPP Arah Tangkuban Perahu I PLTP
318 Jabar Tampo Mas PLTP 150/20 kV Ext 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2014 proposed IPP Arah inc
inc.(Rckek-Ckska)
(Rckek-Ckska)
319 Jabar Kamojang 150/20 kV Ext, 1 LB 0 1.23 2014 proposed APLN 2012 Arah Kamojang Bus 4
320 Jabar Pelabuhan Ratu Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed APLN Arah PLTP Cisolok Sukarame
Rencana Pengembangan Gardu Induk (9/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
Ekstension 1 Line Bay di GI Lembur
Jabar Semen Sukabumi Industri 150/20 kV New, 1 LB - 3.80 2014 proposedd APLN 2012
321 Situ
322 Jabar Bekasi II/Pinggir Kali 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 Committed APBN 2014 GI Baru
323 Jabar Bogor Baru II/Tajur (GIS) 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 17.01 2014 Committed APBN 2011 GIS Baru
324 Jabar Bandung Utara 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Plan Unallocated Arah PLTP Tangkuban Perahu I
325 Jabar Cianjur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
326 Jabar Rancakasumba baru/GITET Ujung 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2014 Plan Unallocated Ext trafo ke-2
Ext. ke 2
327 Jabar Kiaracondong ii/rancanumpang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
328 Jabar Kosambi baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
329 Jabar Padalarang baru 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA trafo3)
330 Jabar Tambun 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated (Uprate 30 ke 60 MVA TRAFO3)
331 Jabar Tasikmalaya 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
332 Jabar Arjawinangun Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 Committed APBN 2009/10 GI Baru
333 Jabar Babakan Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 On Going APLN GI Baru Uprate
334 Jabar Bandung Selatan II/Soreang 150/20 kV New 4 LB
New, LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 Trf 120 7 24
7.24 2014 Committed APBN 2009/10 GI Baru
335 Jabar Bekasi II/Pinggir Kali 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 Committed APBN 2009/10 GI Baru
336 Jabar Bandung Timur Baru 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2014 Committed APLN GI Baru Uprate
337 Jabar Ujungberung 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Committed APLN Arah Bandung Timur Baru
338 Jabar Cangkring Baru/Kapetakan 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 proposed APLN 2012 GI Baru
339 Jabar Cibabat III/Gunung Batu 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2014 Committed APBN 2009/10 GI Baru
340 Jabar Padalarang 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Committed APLN Arah Cibabat III/Gunung Batu
86

341 Jabar Cikumpay II/Sadang 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 proposed APBN 2012 GI Baru
63

342 J b
Jabar K i
Kuningan B
Baru 150/20 kV N
New, 4 LB
LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 T
Trff 120 7 24
7.24 2014 proposed
d APLN 2012 GI Baru
B
343 Jabar Majalaya Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 On Going APLN GI Baru Up-rate
344 Jabar Rancakasumba 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 On Going APLN Arah Majalaya Baru
345 Jabar Rengas Dengklok Baru 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2014 Committed APLN 2012 GI Baru
346 Jabar Subang Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2014 Committed APLN 2012 GI Baru
347 Jabar Purwakarta 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Committed APLN Arah Subang Baru
348 Jabar Sumedang Baru/Tj.Sari 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2014 proposed APLN 2012 GI Baru
349 Jabar Ujungberung 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Committed APLN Arah Sumedang Baru/Tj.Sari
350 Jabar Cibuni PLTP 70/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed IPP Arah inc.(Cnjur-Tngng)
351 Jabar Pangandaran 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
352 Jabar Pemeungpeuk 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2014 Plan Unallocated (Uprate 10 ke 30 MVA TRAFO2)
353 Jabar Bekasi Utara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
354 Jabar Cikedung 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
355 Jabar Dawuan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-4
356 Jabar Kadipaten baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
357 Jabar Lagadar 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-5
358 Jabar Poncol baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-5
359 Jabar Rancakusumba 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-4
360 Jabar Tegal herang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
Rencana Pengembangan Gardu Induk (10/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
361 Jabar Kracak Baru 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2016 proposed JBIC II GI Baru Up-rate
362 Jabar Bunar Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru
363 Jabar Rangkasbitung II Ext 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2016 proposed JBIC II Arah Bunar Baru
364 Jabar Kracak Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2016 proposed JBIC II Arah Bunar Baru
365 Jabar Surade 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2016 proposed JBIC II GI Baru
366 Jabar Parakan Kondang Baru 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 30 5.13 2016 proposed JBIC II GI Baru
367 Jabar Tambun II/Pasar Kalong 150/20 kV New 4 LB
New, LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 Trf 120 7 24
7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru
368 Jabar Ciawi Baru II/Cisarua 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru
369 Jabar Cibadak Baru II/Cicurug 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed APBN 2012 GIS Baru
370 Jabar Braga gis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
371 Jabar Cikasungka 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-4
372 Jabar Muaratawar 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
373 Jabar Sukamandi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
374 Jabar Bengkok II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru Up-rate
375 Jabar Ujungberung Ext 150/20 kV Ext 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2016 proposed JBIC II Arah Bengkok II
376 Jabar Cianjur II/Rajamandala 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed IBRD Scattered II GI Baru
377 Jabar Indramayu Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru
378 Jabar Kiaracondong III/Cinambo 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2016 proposed JBIC II GIS Baru
379 Jabar Kiaracondong II/Rancanumpang 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2016 Plan Unallocated Arah Kiaracondong III/Cinambo
380 Jabar Padalarang Baru II/Ngamprah 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2016 proposed JBIC II GI Baru
381 Jabar Padalarang 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2016 Plan Unallocated Arah Padalarang Baru II/Ngamprah
Jabar Arjawinangun baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
86

382
64

383 Jabar Ujungberung 150/20 kV Ext 1 TB


Ext, TB, 1 Trf 60 2 10
2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext trafo ke-5
Ext. ke 5
384 Jabar Telukjambe 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-4
385 Jabar Tanggeung 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2016 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
386 Jabar Rengas dengklok baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
387 Jabar Fajar surya wisesa 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
388 Jabar Kanci 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan IBRD Scattered II Ext. trafo ke-2
389 Jabar Mandirancan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-3
390 Jabar Malangbong baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
391 Jabar Sukatani/gobel 150/20 kV Ext 1 TB
Ext, TB, 1 Trf 60 2 10
2.10 2017 Plan IBRD Scattered II Ext trafo ke-2
Ext. ke 2
392 Jabar Cigereleng II/Cibolerang (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23.17 2017 Plan Unallocated GIS Baru
393 Jabar Jababeka II/Pamahan 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2017 proposed IBRD Scattered II GI Baru
394 Jabar Kosambi Baru II/Cilamaya 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2017 Plan Unallocated GI Baru
395 Jabar Bandung timur baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
396 Jabar Kamojang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
397 Jabar Kuningan baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
398 Jabar Subang baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
399 J b
Jabar B j
Banjar 150/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 60 2 10
2.10 2018 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d E t trafo
Ext. t f ke-4
k 4
400 Jabar Bekasi ii/pinggirkali 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
Rencana Pengembangan Gardu Induk (11/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
401 Jabar Cibeureum 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
402 Jabar Cibabat ii/leuwigajah 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
403 Jabar Cikarang/lippo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
404 Jabar Dago pakar/cimenyan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
405 Jabar Dayeuhkolot GIS 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
406 Jabar Garut 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
407 J b
Jabar K
Kosambi bi bbaru 150/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 60 2 10
2.10 2018 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d E t trafo
Ext. t f ke-5
k 5
408 Jabar New tasik 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
409 Jabar Sunyaragi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
410 Jabar Fajar Surya W II/Muktiwari 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2018 Plan Unallocated GI Baru
411 Jabar Pangandaran Baru/Cikatomas 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2018 Plan Unallocated GI Baru
412 Jabar Banjar 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2018 Plan Unallocated Arah Pangandaran Baru/Cikatomas
413 Jabar Poncol Baru II/Bj.Menteng 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2018 Plan Unallocated GI Baru
414 Jabar Rancakasumba II/Sangian 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2018 Plan Unallocated GI Baru
415 Jabar Rancakasumba 150/20 kV Ext 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2018 Plan Unallocated Arah Rancakasumba II/Sangian
416 Jabar Pemeungpeuk 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
417 Jabar Majalaya baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
418 Jabar Ciamis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
419 Jabar Bandung selatan ii/soreang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
420 Jabar Karangnunggal 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
421 Jabar Parungmulya 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 120 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
422 Jabar Pinayungan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-5
86

423 Jabar Tasikmalaya y 150/20 kV Upr,


p 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated ((Uprate
p 30 ke 60 MVA TRAFO2))
65

424 Jabar Cianjur III/Cipanas 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2019 Plan Unallocated GI Baru
425 Jabar Cianjur II/Rajamandala 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2019 Plan Unallocated Arah Cianjur III/Cipanas
426 Jabar Rangkas Bitung 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2019 Plan Unallocated PLTP Gunung Endut
427 Jabar Cikasungka II/Nagreg 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2019 Plan Unallocated GI Baru
428 Jabar Mandirancan 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2019 Plan Unallocated PLTP Gunung Ciremai
429 Jabar Cikasungka 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2019 Plan Unallocated Arah Mandirancan
430 Jabar Garut II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2019 Plan Unallocated GI Baru
431 Jabar Lagadar II/Bojong 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2019 Plan Unallocated GI Baru
432 J b
Jabar S t
Santosa 70/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 30 2 10
2.10 2019 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d E t trafo
Ext. t f ke-3
k 3
433 Jabar Sumadra 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
434 Jabar Cikijing 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
435 Jabar Kadipaten baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
436 Jabar Bekasi utara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
437 Jabar Cibabat iii/gunungbatu 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
438 Jabar Kiaracondong ii/rancanumpang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
439 Jabar Pabuaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
440 Jabar Dawuan II/Cipasanggrahan 150/20 kV New 2 LB
New, LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 Trf 120 6 00
6.00 2020 Plan Unallocated Ext Trf ke-4
Ext.
Rencana Pengembangan Gardu Induk (12/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
441 Jabar Dawuan 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Dawuan II/Cipasanggrahan
442 Jabar Kosambi Baru II/Cilamaya 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2020 Plan Unallocated GI Baru
443 Jabar Kosambi Baru 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Kosambi Baru II/Cilamaya
444 Jabar Lembang 150 kV 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2020 Plan Unallocated GI Baru
445 Jabar Bandung Utara 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Lembang 150 kV
446 Jabar Ujung Berung II/Bojong Melati 150/20 kV New 2 LB
New, LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2 Trf 120 6 00
6.00 2020 Plan Unallocated GI Baru
447 Jabar Ujung Berung New 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2020 Plan Unallocated Arah Ujung Berung II/Bojong Melati
448 Jabar Cigereleng II/Cikalong (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23.17 2020 Plan Unallocated GIS Baru
449 Jateng Tanjung Jati 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN GI Baru
450 Jateng Tanjung Jati 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APLN Arah Sayung
451 Jateng Banyudono 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Upr. Trf ke-1 dari 20 menjadi 60
452 Jateng Bawen 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-3
453 Jateng Bukit Semarang Baru (GIS) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-3
454 Jateng Kedungombo PLTA 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 16 1.67 2011 On Going APLN Upr. Trf ke-1 dari 6 menjadi 16
455 Jateng Mangkunegaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-2
456 Jateng Mojosongo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-3
457 Jateng Pedan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-2
458 Jateng Purworejo 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Upr. Trf ke-2 dari 20 menjadi 60
459 Jateng Sayung 150/20 kV Ext, 4 LB 0 1.23 2011 On Going APLN Arah T Jati dan inc (Bawen-Tbrok)
460 Jateng Temanggung 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-2
461 Jateng Temanggung 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trf ke-2
86

462 Jateng Wonosari 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Upr. Trf ke-2 dari 20 menjadi 60
66

463 J t
Jateng W l i
Weleri 150/20 kV E t 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2012 On
O Going
G i ADB A hU
Arah Ungaran
464 Jateng Ungaran 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going ADB Arah Weleri
465 Jateng Apac inti Corpora 150/20 kV New, 1 LB, 1 TB, 1 BC, 1 TL - 5.48 2012 proposedd APLN 2012 Ekstension 1 line Bay di GI 150 kV
466 Jateng Nguntoronadi 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 60 6.00 2012 On Going IBRD GI Baru
467 Jateng Bantul 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-3
468 Jateng Batang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-3
469 Jateng Blora 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Ext. Trf ke-3
470 Jateng Bumiayu 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-1 dari 16 menjadi 60
471 Jateng Cepu 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 30 2 10
2.10 2012 On Going APLN Ext Trf ke-3
Ext.
472 Jateng Dieng 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-2
473 Jateng Gombong 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Ext. Trf ke-3
474 Jateng Grogol/Solo Baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 Committed IBRD Ext. Trf ke-2
475 Jateng Kentungan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Ext. Trf ke-3
476 Jateng Klaten 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Ext. Trf ke-3
477 Jateng Kudus 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-3
478 Jateng Lomanis 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Ext. Trf ke-3
479 g
Jateng Majenang
j g 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Goingg IBRD Ext. Trf ke-3
480 Jateng Masaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-2
Rencana Pengembangan Gardu Induk (13/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
481 Jateng Mranggen 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN Arah Pwdadi-Ungaran
482 Jateng Pandeanlamper 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-1 dari 16 menjadi 60
483 Jateng Pati 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-1 dari 30 menjadi 60
484 Jateng Pekalongan 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-1 dari 20 menjadi 60
485 Jateng Purbalingga 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-2
486 Jateng Randu Garut 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-2
487 Jateng Sanggrahan 150/20 kV Upr 1 TB
Upr, TB, 1 Trf 60 1 67
1.67 2012 On Going IBRD Upr Trf ke
Upr. ke-1
1 dari 30 menjadi 60
488 Jateng Secang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going IBRD Ext. Trf ke-3
489 Jateng Semanu 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-1 dari 30 menjadi 60
490 Jateng Simpang Lima 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-2
491 Jateng Sragen 150/20 kV Upr, 2 TB, 2 Trf 120 2.85 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
492 Jateng Srondol 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 proposed APLN 2012 Ext. Trf ke-3
493 Jateng Tambak Lorok PLTU 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
494 Jateng Ungaran 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going IBRD Upr. Trf ke-1 dari 15 menjadi 60
95
495 Jateng
Jate g Wonosobo
o osobo 150/20
50/ 0 kV Upr,, 1 TB,, 1 Trf
Up 60 1.67
6 2012
0 On Going
O Go g IBRD Upr. Trf ke-1
Up e dari
da 16 6 menjadi
e jad 60
496 Jateng Kebasen II/Balapulang 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2013 On Going IBRD GI Baru
497 Jateng Gondangrejo/Palur II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2013 On Going IBRD GI Baru
498 Jateng Kaliwungu 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 On Going APLN Ext. Trf ke-3
499 Jateng Kebumen 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2013 Committed APLN 2012 Upr. Trf ke-1 dari 30 menjadi 60
500 Jateng Mrica PLTA 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2013 Committed APLN 2012 Upr. Trf ke-1 dari 30 menjadi 60
501 Jateng Pati 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 Committed APLN 2012 Ext. Trf ke-3
502 Jateng Rawalo 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2013 Committed IBRD Upr. Trf ke-1 dari 16 menjadi 60
86

503 Jateng Tambak Lorok PLTU 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 Committed APLN 2012 Ext. Trf ke-3
67

504 Jateng Wirobrajan 150/20 kV Ext 1 TB,


Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2013 Committed APLN 2012 Ext Trf ke-2
Ext. ke 2
505 Jateng Ungaran PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed IPP Arah Inc(Ungaran-Jelok)
506 Jateng Brebes 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
507 Jateng Kalibakal 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated Upr. Trf ke-1 dari 20 menjadi 60
508 Jateng Kalisari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
509 Jateng Kebasen 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated Upr. Trf ke-1 dari 20 menjadi 60
510 Jateng Krapyak 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated Upr. Trf ke-3 dari 20 menjadi 60
511 Jateng Palur Baru/Gondang Rejo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
512 g
Jateng Pudak Payung
y g 150/20 kV Ext,, 1 TB,, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
513 Jateng Purworejo 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated Upr. Trf ke-1 dari 30 menjadi 60
514 Jateng Wates 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated Upr. Trf ke-2 dari 16 menjadi 60
515 Jateng Baturaden PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 proposed IPP Arah Inc.(Rawalo-Kalibakal)
516 Jateng Guci PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 proposed IPP Arah Inc.(Klbkl-Bmayu)
517 Jateng Pati II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2015 Plan Unallocated GI Baru
518 Jateng Pati 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 Plan Unallocated Arah Pati II
519 Jateng New Pemalang 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2015 Plan Unallocated GI Baru
520 Jateng Tambaklorok 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 Plan Unallocated Arah Tambaklorok II
Rencana Pengembangan Gardu Induk (14/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
521 Jateng Pandeanlamper 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 Plan Unallocated ArahPandeanlamper II
522 Jateng Banyudono 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
523 Jateng Beringin 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
524 Jateng Beringin 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
525 Jateng Godean 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
526 Jateng Grogol/Solo Baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
527 J t
Jateng M j
Mojosongo 150/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 60 2 10
2.10 2015 proposed
d IBRD S
Scattered
tt d II U 20 menjadi
Upr. j di 60
528 Jateng Mranggen 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-2
529 Jateng Pandeanlamper 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-4
530 Jateng Pemalang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
531 Jateng Purwodadi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Upr. 30 menjadi 60
532 Jateng Rembang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
533 Jateng Sanggrahan 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2015 proposed IBRD Scattered II Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
534 Jateng Weleri 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2015 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
535 Jateng Wonosari 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2015 proposed IBRD Scattered II Ext Trf ke
Ext. ke-3
3
536 Jateng Bantul Baru 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2015 Plan Unallocated GI Baru
537 Jateng Bantul Baru/ Piyungan 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 120 5.13 2016 proposed JBIC II GI Baru
538 Jateng Kudus II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 120 5.13 2016 proposed JBIC II GI Baru
539 Jateng Kebasen 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2016 proposed IBRD Scattered II Upr. Trf ke-2 dari 20 menjadi 60
540 Jateng Pedan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
541 Jateng Simpang Lima 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 proposed IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
542 Jateng Tambak Lorok Baru 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2017 proposed IBRD Scattered II GIS Baru
86

543 Jateng Pekalongan II/Kajen 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2017 proposed IBRD Scattered II GI Baru
68

544 Jateng Pandeanlamper Baru 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2017 proposed IBRD Scattered II GIS Baru
545 Jateng Batang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Upr. 30 menjadi 60
546 Jateng Jepara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
547 Jateng Krapyak 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2017 Plan Unallocated Ext. Trf ke-4
548 Jateng Medari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan IBRD Scattered II Ext. Trf ke-3
549 Jateng Palur Baru/Gondang Rejo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
550 Jateng Semanu 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2017 Plan Unallocated Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
551 Jateng Semen Nusantara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
552
2 J
Jateng U
Ungaran 1 0/20 kV
150/20 E 1 TB
Ext, TB, 1 T
Trff 60 2 10
2.10 201
2017 Pl
Plan U ll
Unallocated
d E Trf
Ext. T f ke-3
k 3
553 Jateng Sanggrahan II/Rajeg 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2018 Plan Unallocated GI Baru
554 Jateng Kalibakal II 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2018 Plan Unallocated GI Baru
555 Jateng Jekulo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
556 Jateng Kentungan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-4
557 Jateng Klaten 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-4
558 Jateng Masaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
559 Jateng Mrica PLTA 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
560 Jateng Purbalingga 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2018 Plan Unallocated Ext Trf ke-3
Ext. ke 3
Rencana Pengembangan Gardu Induk (15/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
561 Jateng Purwodadi 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2018 Plan Unallocated Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
562 Jateng Randu Garut 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
563 Jateng Wonosobo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
564 Jateng Banyudono Baru 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2019 Plan Unallocated GI Baru
565 Jateng Bawen 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trf ke-4
566 Jateng Dieng 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
567 Jatengg Gombong g 150/20 kV Ext,, 1 TB,, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Upr.
p Trf ke-2 dari 20 menjadi
j 60
568 Jateng Kaliwungu 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated Upr. Trf ke-2 dari 20 menjadi 60
569 Jateng Kebasen II/Balapulang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
570 Jateng Kentungan Baru/Kalasan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke-2
571 Jateng Purworejo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Upr. dari 30 menjadi 60
572 Jateng Sragen 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
573 Jateng Tambak Lorok Baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
574 Jateng Batang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2020 Plan Unallocated Upr. Trf ke-1 dari 30 menjadi 60
575 Jateng Beringin 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trafo ke-4
576 Jateng Blora 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Upr. dari 16 menjadi 60
577 Jateng Gejayan (GIS) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 4.05 2020 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
578 Jateng Grogol/Solo Baru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trf ke-4
579 Jateng Kebumen 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Upr. ][dari 30 menjadi 60
580 Jateng Lomanis 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2020 Plan Unallocated Upr. Trf ke-1 dari 20 menjadi 60
581 Jateng Mangkunegaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trf ke-3
582 Jateng Pekalongan Baru/Kajen 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trf ke-2
583 Jateng Rawalo 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2020 Plan Unallocated Upr. Trf ke-2 dari 30 menjadi 60
86
69

584 Jateng Rembang 150/20 kV Ext 1 TB,


Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2020 Plan Unallocated Upr dari 30 menjadi 60
Upr.
585 Jateng Sayung 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trf ke-4
586 DIY Kentungan Baru/Kalasan 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2016 proposed JBIC II GI Baru
587 Jatim The Master Steel 150/20 kV New, Uprating IBT 150/70 kV - 0.00 2011 proposedd APLN 2012 GI Baru KTT
588 Jatim Paciran/Brondong 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2011 On Going APLN GI Baru
589 Jatim Lamongan 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2011 On Going APLN
590 Jatim Pacitan 150 kV 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2011 On Going APLN GI Baru Uprate
591 Jatim PLTU Perak 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Uprate 30 ke 60 MVA
592 Jatim j g
Bojonegoro 150/20 kV Ext,, 1 TB,, 1 Trf 60 2.10 2011 On Goingg APLN Ext. Trafo ke - 3
593 Jatim Bangil 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Uprate 30 ke 60 MVA
594 Jatim Bulukandang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
595 Jatim Pamekasan 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
596 Jatim Lawang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Uprate 30 ke 60 MVA
597 Jatim Lumajang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
598 Jatim Kupang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 2
599 Jatim Darmo Grande (SBS) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
600 Jatim Kraksaan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 2
Rencana Pengembangan Gardu Induk (16/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
601 Jatim Situbondo 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
602 Jatim Ujung 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
603 Jatim Segoro Madu 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
604 Jatim Balongbendo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 2
605 Jatim Balongbendo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
606 Jatim Kasih jatim 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 2
607 J ti
Jatim K j
Kenjeran 150/20 kV E t 1 TB,
Ext, TB 1 Trf
Tf 60 2 10
2.10 2011 On
O Going
G i APLN E t Trafo
Ext. T f kek -3
608 Jatim Kebonagung 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
609 Jatim Gondang wetan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
610 Jatim Polehan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
611 Jatim Banyuwangi 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Uprate 20 ke 60 MVA
612 Jatim Probolinggo 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 4
613 Jatim Sengkaling 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Uprate 30 ke 60 MVA
614 Jatim Ngawi 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN Uprate 20 ke 60 MVA
615 Jatim Manisrejo 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2011 On Going APLN Ext Trafo ke - 3
Ext.
616 Jatim Manyar 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
617 Jatim Petrokimia 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
618 Jatim Pakis / Malang Timur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 2
619 Jatim Tandes 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 5
620 Jatim Blitar Baru 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
621 Jatim Blimbing 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 4
622 Jatim Mranggen 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
87

623 Jatim g
Karangkates 70/20 kV Upr,
p 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Goingg APLN Ext. Trafo ke - 3
70

624 Jatim Caruban 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
625 Jatim Magetan 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
626 Jatim Trenggalek 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Uprate 10 ke 30 MVA
627 Jatim Turen 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
628 Jatim Nganjuk 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2011 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
629 Jatim Semen Dwima Agung (Holcim) 150/20 kV New, 1 LB - 0.00 2012 proposedd APLN 2012 Ekstension 1 Line Bay di GI
630 Jatim Mount Dream 150/20 kV New, 1 LB, 1 TB, 1 BC, 1 TL - 5.48 2012 proposedd APLN 2012 GI Baru KTT
631 Jatim Bambe 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going APLN GI Baru
632 Jatim Karang pilang 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN
633 Jatim Kalisari 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 On Going APLN (eks KE-III Lot GI Baru
634 Jatim Surabaya Selatan 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN
635 Jatim New Jombang 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 On Going APLN GI Baru
636 Jatim Jaya kertas 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN
637 Jatim Purwosari/Sukorejo II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 On Going APLN GI Baru
638 Jatim Wlingi II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 30 3.90 2012 On Going KE-III Lot 10 GI Baru
639 Jatim Tulungagung II 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN
640 Jatim New Sidoarjo 150/20 kV New 2 LB
New, LB, 1 TB
TB, 1 BC
BC, 1 Trf 60 3 90
3.90 2012 On Going APLN GI Baru
Rencana Pengembangan Gardu Induk (17/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
641 Jatim Simogunung (GIS) 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 23.17 2012 On Going APLN GIS Baru
642 Jatim Tulungagung II 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2012 On Going APLN GI Baru
643 Jatim Kediri 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN
644 Jatim Kalisari 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2012 On Going APLN
645 Jatim Tandes II/Sambi Kerep 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going APLN GI Baru
646 Jatim Ponorogo II 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 6.00 2012 On Going APLN GI Baru
647 J ti
Jatim M i j
Manisrejo 150/20 kV E t 2 LB
Ext, 0 1 23
1.23 2012 On
O Going
G i APLN
648 Jatim New Buduran/Sedati 150/20 kV New, 4 LB, 2 TB, 1 BC, 2 Trf 120 7.24 2012 On Going APLN GI Baru
649 Jatim Krembangan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-3
650 Jatim Sawahan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-3
651 Jatim Waru 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. Trf ke-3
652 Jatim New Porong 150/20 kV New, 2 LB, 2 TB, 1 BC, 1Trf 60 3.90 2012 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
653 Jatim Pare 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2012 On Going APLN Ext. Trafo ke - 3
654 Jatim Cheil Jedang 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB,1 BC - 5.39 2013 proposedd APLN 2012 GI Baru KTT
655 Jatim Bondowoso 150/20 kV Upr 1 TB,
Upr, TB 1 Trf 60 1 67
1.67 2013 Plan Unallocated Uprate 20 ke 60 MVA
656 Jatim Genteng 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2013 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
657 Jatim Tarik 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2013 Plan Unallocated Uprate 10 ke 30 MVA
658 Jatim Wilis/Ngebel PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 proposed IPP Arah Pacitan II
659 Jatim Bumi cokro 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
660 Jatim Paiton 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2014 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
661 Jatim Bangkalan 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2014 Plan Unallocated Uprate 20 ke 60 MVA
662 Jatim Madura PLTU 150/20 kV Ext, 4 LB 0 2.47 2015 committed IPP Arah Sampang
87

663 Jatim Ijen PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 proposed IPP Arah Banyuwangi
71

664 Jatim Iyang Argopuro PLTP 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 proposed IPP Arah Probolinggo
665 Jatim Kedinding 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2015 proposed APLN GI Baru
666 Jatim Sby. Selatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
667 Jatim Driyorejo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
668 Jatim PLTA Sengguruh 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
669 Jatim Kediri Baru (Gitet) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
670 Jatim Tulungagung II 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
671 Jatim Mojoagung 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2015 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
6 2
672 J i
Jatim B
Bangilil N
New 1 0/20 kV
150/20 N
New, 4 LB
LB, 2 TB
TB, 1 BC
BC, 2T
Trff 120 7.24
24 2016 proposedd JBIC II GI Baru
B
673 Jatim Undaan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
674 Jatim Babadan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
675 Jatim Sengkaling 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2016 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
676 Jatim PLTA Tulungagung 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2016 Plan Unallocated Uprate 20 ke 30 MVA
677 Jatim Trenggalek 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
678 Jatim Sekarputih 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2016 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
679 Jatim Ngoro 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
680 Jatim Siman 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2016 Plan Unallocated Ext Trafo ke - 2
Ext.
Rencana Pengembangan Gardu Induk (18/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
681 Jatim Cerme 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2016 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
682 Jatim Sidoarjo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2016 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
683 Jatim Sukolilo 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan IBRD Scattered II Ext. Trafo ke - 4
684 Jatim Sby. Selatan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
685 Jatim New Pacitan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
686 Jatim Banaran 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
687 Jatim Jember 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2017 Plan IBRD Scattered II Uprate 20 ke 60 MVA
688 Jatim Tanggul 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2017 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
689 Jatim Lumajang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
690 Jatim Jaya Kertas 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
691 Jatim Sampang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2017 Plan Unallocated Uprate 20 ke 60 MVA
692 Jatim Manyar 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
693 Jatim Tandes New 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2017 Plan Unallocated GI Baru
694 Jatim Blimbing 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2017 Plan Unallocated Uprate 20 ke 30 MVA
695 Jatim New Tandes ( Sambikerep ) 150/20 kV Ext 1 TB,
Ext, TB 1 Trf 60 2 10
2.10 2018 Plan Unallocated Ext Trafo ke - 3
Ext.
696 Jatim Alta prima 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2018 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
697 Jatim Ngagel (SBS) 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2018 Plan Unallocated Uprate 20 ke 60 MVA
698 Jatim Wonokromo (SBS) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
699 Jatim Ngawi 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
700 Jatim Pamekasan 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2018 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
701 Jatim Gili Timur 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2018 Plan Unallocated Uprate 10 ke 60 MVA
702 Jatim New Buduran / Sedati 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
87

703 Jatim Turen 70/20 kV Ext,, 1 TB,, 1 Trf 30 1.26 2018 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
72

704 Jatim Sby. Selatan (Wonorejo) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
705 Jatim Kebonagung 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
706 Jatim Tanggul 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
707 Jatim Sumenep 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
708 Jatim Genteng 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
709 Jatim Babat/Baureno 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
710 Jatim Tuban 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2019 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
711 Jatim Petrokimia 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
712 Jatim Blimbing 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
713 Jatim Polehan 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
714 Jatim Dolopo 70/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2019 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
715 Jatim Nganjuk 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2019 Plan Unallocated Uprate 20 ke 30 MVA
716 Jatim Kalisari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 2
717 Jatim Sengkaling 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 3
718 Jatim Lawang 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2020 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
719 Jatim Mojoagung 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2020 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
720 Jatim Mliwang / Dwima Agung 150/20 kV Upr 1 TB
Upr, TB, 1 Trf 60 1 67
1.67 2020 Plan Unallocated Uprate 30 ke 60 MVA
Rencana Pengembangan Gardu Induk (19/19)

No Propinsi Nama Gardu Induk Tegangan Scope Proyek Kapasitas Juta USD COD Status Sumber Dana Keterangan
721 Jatim New Buduran / Sedati 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. Trafo ke - 4
722 Jatim Meranggen / Maospati 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2020 Plan Unallocated Uprate 10 ke 30 MVA
723 Jatim Caruban 70/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.26 2020 Plan Unallocated Uprate 20 ke 30 MVA
724 Bali Antosari 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 20 2.10 2011 On Going Ex Gianyar, APLN Ext. trafo ke-3
725 Bali Kuta/pemecutan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN JBN(Real) Ext. trafo ke-2
726 Bali Nusa dua 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 20-60 MVA)
727 Bali Padangsambian 150/20 kV Upr 1 TB
Upr, TB, 1 Trf 50 1 67
1.67 2011 On Going APLN (Uprate 30-50 MVA)
728 Bali Payangan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-2
729 Bali Pemaron 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2011 On Going APLN (Uprate 30-60 MVA)
730 Bali Pemaron 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2011 On Going APLN Ext. trafo ke-3
731 Bali Gianyar 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going APLN (Uprate30-60)
732 Bali Kapal 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2012 On Going APLN Ext. Trafo - 3
733 Bali Celukan Bawang 150/20 kV New, 6 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 30 6.07 2012 On Going APLN GI Baru
734 Bali Baturiti 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-2
735 Bali Clk bawang (new) 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-2
736 Bali Gianyar 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2012 On Going APLN (Uprate 30-60 MVA)
737 Bali Kapal 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
738 Bali Negara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2012 On Going APLN Ext. trafo ke-3
739 Bali GIS Bandara 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2013 Committed APLN 2012 GIS Baru
740 Bali Payangan 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2013 Committed APLN (Uprate 30-60 MVA)
741 Bali Pemaron 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2013 Committed APLN (Uprate 30-60 MVA)
742 Bali Bali Timur PLTU 150/20 kV New, 2 LB 0 1.23 2014 Committed IPP Arah Amplapura
87

743 Bali Amlapura 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2014 Plan Unallocated Arah Bali Timur
73

744 Bali
B li K
Kapal l 150/20 kV U 1 TB
Upr, TB, 1 T
Trff 60 1 67
1.67 2014 Pl
Plan U ll
Unallocated
t d (U t 20
(Uprate 20-60
60 MVA)
745 Bali Baturiti 150/20 kV Ext, 2 LB 0 1.23 2015 proposed APLN 2013 Arah Bedugul
746 Bali Sanur New 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2015 Plan Unallocated GI Baru
747 Bali Amlapura 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2015 proposed IBRD Scattered II (Uprate 30-60 MVA)
748 Bali Negara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2015 Plan Unallocated Ext. trafo ke-4
749 Bali Nusa dua 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 60 1.67 2015 Plan IBRD Scattered II (Uprate 30-60 MVA)
750 Bali New Kapal/Antosari (GIS) 150/20 kV New, 8 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 31.43 2015 proposed ADB GIS Baru
751 Bali Gianyar II 150/20 kV New, 4 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 5.13 2016 proposed JBIC II GI Baru
752 Bali Payangan 150/20 kV Upr 1 TB
Upr, TB, 1 Trf 60 1 67
1.67 2016 Plan Unallocated (Uprate 30-60
30 60 MVA)
753 Bali Nusa Dua II/Pecatu 150/20 kV New, 2 LB, 1 TB, 1 BC, 1 Trf 60 3.90 2017 proposed IBRD Scattered II GIS Baru
754 Bali Gilimanuk 150/20 kV Upr, 1 TB, 1 Trf 30 1.67 2017 Plan Unallocated (Uprate 10-30 MVA)
755 Bali Gis bandara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2017 proposed IBRD Scattered II Ext. trafo ke-2
756 Bali Negara 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-5
757 Bali New sanur 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2018 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
758 Bali New gianyar/dawan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2019 Plan Unallocated Ext. trafo ke-2
759 Bali Clk bawang 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 30 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
760 Bali New kapal/kerambitan 150/20 kV Ext, 1 TB, 1 Trf 60 2.10 2020 Plan Unallocated Ext. trafo ke-3
TOTAL 42,426 2547.9
LA
AMPIRAN C1.7
PET
TA PENGEMBANG GAN PENY
YALURAN
N
SIS
STEM JAW
WA BALI
87
74
Peta Proyek Percepatan 10.000 MW Tahap 1 Jawa-Bali

PLTU Suralaya
#8 660 MW 2010
PLTU Tanjung
PLTU Lontar Awar Awar
3x315 MW 2011 2x350 MW
SURALAYA
BOJANEGARA
PLTU Indramayu PLTU Rembang 2013 PLTU Paiton
CILEGON
3x330 MW 2010 2x330 MW 2010 #9
CLGON TNA M.TAWAR
BLRJA
GA
KEMBANGAN RGDLK 660 MW 2010
BANTEN BEKASI INDRAMAYU
CAWANG
CIBATU KSBRU SKMDI
INDMY
RKBTG GANDUL CIBINONG PBRAN HRGLS T.JATI
MENES
JTBRG
DEPOK CKPAY
BUNAR SBANG
BGBRU PWKTA
P
SALAK
CIRATA
ARJWN SRAGI .JATENG JPARA PATI TUBAN
P CNJUR RBANG
PDLRG
DAGO BRBES
KBSEN WLERI
PRATU LBSTU SAGULING UBRNG MANDIRANCANBBKAN KRPYK TBROK KUDUS DWIMA
P RCKEK
CGRLG KLNGU BLORA SMNEP
UBRUG CKSKA MLBNG KNGAN
PLTU Labuan BANDUNG P PWRDI BABAT
GRESIK BKLAN
PMKSN
KMJNGP DRJAT BJGRO
GRUNG CEPU
2x300 MW SELATAN
GARUT MNANG
UNGARAN
LNGAN
GLTMR
SPANG
KBSEN KDMBO
SNTSA CAMIS BNJAR DIENG
2010 SMDRA MRICA
MJNGO SRGEN NGAWI
NGBNG
KRIAN SBLTN
TASIKMALAYA WSOBO
MKRTO
RWALO JAJAR
GBONG WALIN KTSNO BNGIL
PALUR
PMPEK MDARI NGORO GRATI
KBMEN WNSRI
PWRJO KNTUG
CLCAP MNRJO
BNGIL
87

GNDING
WATES PEDAN STBDO
75

ADIPALA WNGIRI
PAITON
PLTU Pelabuhan BNTUL
BNRAN
KEDIRI
SKLNG PBLGO

PAKIS BDWSO
Ratu 3x350 MW KBAGN
SMANU BWNGI
2011 PLTU Adipala KBAGN
WLNGI
KKTES LMJNG JMBER
GLNUK
PMRON

TNGUL BTRTI
660 MW 2014 NGARA
AMPLA
GTENG
ANTRI GNYAR
KAPAL
PLTU Pacitan
2x316 MW 2011
NSDUA

Keterangan
: PLTU Batubara
PLTGU GAS
PLTA POMPA
SLAYA2
SLAYA
PENI SLIRA
MTSUI

M.ENIM
PRYMA
CLGON PLTU TLNGA
CLGMA U TLNGA U
ASAHI
BJNGRA PRIOK MTWAR
SPTAN NTGRNG MKRNG U U
SRANG III SRANG DUKSMBI U
CKNDE BLRJA

PKMIS
CKRNG BKASI
PCADM JTAKE CBTBR
PCADM II NBLRJA KMBNG CWANG2
CKUPA
TGRNG
KOPO CITRA
IDMYU7
PTKNG
TGRSA CWANG
SRANG II TGRSA II NLKONG
GNDUL
MENES TMBUN
SRPNG
RKBTG DPK4
CBATU
SKETI
CMGIS
CIBNG
U DEPOK
PLTU LBUAN BOGOR X
BUNAR II
BUNAR
KDBDK
BGBRU

KRCAK
CRATA
SALAK LAMA

P CIAWI
SALAK BARU
MPING
CNJUR CGRLG

CBDKBR SGLNG
BAYAH

A
UBRUG

PRATU LBSTU
U
PLTU PRATU TSMYA
PLTU LONTAR
3 x 300 MW

TELUK JAKARTA
TNAGA
TNAGA II MKRNG
SPTAN III MTWAR
SPTAN PRIOK
MKRNG ANCOL KLPGD II
JMTGA
TGRNG II MGBSR II KDSPI II
SPTAN II GNSRI KLPGD
MKRNG III ANGKE KMYRN CKG TWSHP
TGRNG III PLPNG MRNDA
PSKMS TGBRU DMGOT MGBSR
GRGOL KTPNG KMYRN II
CKRNG
DRKSB III KBSRH II TTNGI PLNGN KDSPI
GBLMA
MAXIM DRKSB GMBRU PGLNG II CBTUBR
KBSRH PKRNG
New GPOLA
Old KSBRU II
CKNDE CKUPA JTAKE GRGOL II BDKMY
DKTAS CIPNG II PGSAN PGLNG
SMBRT II
TGRNG CLDK PLMAS
LAUTS KBJRK KARET STBDI
DKTASII MGRAI BKASI
BLRJA Old New MGRAI II CIPNG PGDNG SKMDI

NSYAN II KSBRU
SLAYA MLNIUM LIPP AGP II JBEKA II
KMBNG TMRSD TMRSD II
O CLDUG II SMBRT FAJAR
SNYAN AGP
LIPPO II NSYAN DNYSA II PDKLP
Old JBEKA
CITRA
CLDUG III MPANG
DNYSA PNCOL TMBUN II
TGRSA
CITRA II JTWRG II
CSW CKRNG
CSW II DRTGA CWANG
LEGOK LKONG
PTKNG PSMEDE CWANGBR TMBUN
RGNAN JTWRG
TGRSA II PDNDH II TJBRT MNTUR II
MNTUR GDMKR
BNTRO II TMBUN
LKONG LKONG II CSW 3 KMANG
PDNDH
LKONG III BNTRO
BNTRO III CBATU
SRPNG PDNDH III JTNGN
GDRIA
PDNDH V GNDUL ITP
DPBRU
PDNDH IV
SCBNG CLGSI II/
JONGGOL
CMGIS II DEPOK III
CMGIS
CLGSI
CIBNG ASPEK
CIBNG II
BGORX SNTUL
CLGON
BGBRU
SGLNG
TSMYA KDBDK
MTWAR
U

MRNDA

CBTUBR RKDLK
CWANG
BKASI IDMYU7
U
U
JABUT

TMBUN
INDMY
SKMDI INDMY II
KSBRU DWUAN
MKSRI PBRAN
C
CBATU
CMGIS CIBNG
IDBRT HRGLS
CKPAY2
JTLHR A CKPAY JTBRG

SBANG
JTLHR2 CKDNG
BGBRU CGNEA PWKRT
SBANG2 CKRNG2

A
CRATA
CKRNG SRAGI

CNJUR II PRKAN II
PDLRG II DAGO II
CRBON
CNJUR A
DAGO KDPTN U
KDBDK CSKAN MDCAN
PRKAN BBKAN
SGLNG A BNKOK
BDTMR SMDNG KANCI
KCDG BRBES
CGRLG
UBRUG UBRNG KNGAN2
87

LBSTU LGDAR UBRNG7 CKJNG


78

KCDG2 KNGAN

BDSLN MJLYA
MLBNG
P
CKLNG KMJNG
DRJAT
P
GARUT II

GARUT

SNTSA
MNANG
SMDRA CAMIS
TSMYA
BNJAR

PGDRN II

PMPEK
PGDRN
Peta Jaringan Subsistem Bandung Raya

CIBNG
A
BGBRU CRATA

ARJWN

CSKAN A
CNJUR DAGO II KDPTN
PDLRG II

CNJUR II DAGO PRKAN II


CBBAT IV MDCAN
PDLRG BADUT PRKAN
BNKOK II
SGLNG A SMDNG
CBBAT III CBBAT
BNKOK
UBRNG UBRNG
LBSTU LGDAR II BRAGA
KCDNG3 RCKEK

LGDAR CGRLG

BOGOR X PNSIA KCDNG2 PYDAP II


DKLOT
RCSBA
PNSIA2
CKSKA
BDSLN MJLYA MLBNG

P
87

CKSKA II
79

CKLNG KMJNG
CGRLNG BARU

DRJAT P
GARUT II

PTUHA
P GARUT

SNTSA

SMDRA
WWNDU TSMYA
P CAMIS

KRNGAL
PMPEK
GU TJATI

PLTU JATENG
JPARA
PATI II
u RBANG
PATI
JPARA II
JATENG
KANCI BRBES u KUDUS JKULO
KAJEN PKLON
KBSEN PMLNG BTANG KUDUS II
WLERI TBROK II TBROK SYUNG
KLNGU
U
MDCAN PMLNG7 BLORA

RDGRT MRGEN
SRDOL
PDPYG PWRDI
KBSEN II
CEPU
UNGAR
DIENG P

KDMBO A SBRAT
BMAYU TMGNG
GRUNG A JELOK

KLBKL II BRNGI
MRICA
A WSOBO SRGEN NGAWI
SCANG
KLBKL

SGRAH PALUR II
BYNDO JAJAR
RWALO MNRJO
PALUR
GBONG MKGRN
NSTRA RWALO7
WSARI
U u MDARI KLSAN
KBMEN
CLCAP PEDAN
KLTEN

WATES WRBJN
BNTUL II WNGRI KDIRI
BNTUL

SMANU

u PLTU PCTAN
Peta Jaringan Subsistem Semarang

PLTU JATENG
SYUNG

KAJEN PKLGN U
BTANG
WLERI TBROK
TBROK II TJ JATI
PMLANG KWNGU
KRPYK SLIMA

SRDOL
PMLANG7 PDLAM
RDGRT
MDCAN
PDLAM II

MRGEN
SRDOL

NGBNG
PDPYG

KRIAN
88
81

UNGAR

BAWEN

A
JELOK

PEDAN
U

BRNGN BAWEN UNGRN


MRICA NGAWI
WSOBO
SCANG
SRGEN

SGRAH

PALUR II
SGRAH II MJNGO

BYNDO
JAJAR PALUR

WNSRI

KNTNGAN

MDARI
KLSAN PEDAN
88

PWRJO WRJBN
J
82

KLTEN

RWALO GDEAN KEDIRI


GJYAN

WRJBN

WNGRI
WATES PCTAN
BNTUL

NTRDI

BNTUL7

SMANU
KEREK

TUBAN
u PLTU TJAWR
BLORA
SMNEP
BKLAN

MNYAR
BABAT GRESIK
CEPU U
LNGAN
PMKSN
SPANG
NGORO CERME

NGBNG KRIAN
JATIM

NGAWI PLOSO SBSLT


BLNDO
BDRAN
MGTAN SKTIH PRONG
CRBAN BNGUN
BNGIL
NGJUK MGUNG NGORO
KDIRI NGNJK II
PLOSO BCKRO GRATI
MNRJO JYKTS PIER
PDAAN GDWTN
MGTAN
RJOSO
TARIK PITON STBDO
JMBNG BLKDG
DLOPO PBLGO KRSAN
SKRJO
GRDLU PDAAN2
CRBAN
88

PS SYZZG PARE PWSRI


83

PDAN BNRAN
MDLAN LWANG
PNRGO NGJUK SKLNG
BDWSO
TRGLK2 BLBNG
TLGNG2 PLHAN PAKIS
PLHAN II
BLTRU KBAGN
TRGLK
PCTAN WLNGI KKTES2
TLGNG TUREN II
KAPAL
TUREN KDDNG TLGUL
STAMI BWNGI
u PLTU PCTAN
SGRUH JMBER II
JMBER
PTLAG
GPNGN

GTENG
Peta Jaringan Subsistem Surabaya

MLWNG MNYAR
BABAT

PKMIA
LNGAN
GLTMR
U
PCRAN CERME
ALPMA UJUNG
PERAK
KDDING
MKBAN GEBNG
SMBKREP UDAAN
NGBNG SWHAN KJRAN
SMGNG

DARMO
UNGRN BAMBE
WKRMO
KLSRI

KSJTM WARU
KRIAN
DIRJO
WNRJO

BBDAN
BLNDO BDRAN

SDATI
PLOSO AJMTO
88
84

SKPTH
BNGUN

PRONG

SDRJO
NGORO
PLOSO

BNGIL
MGUNG BCKRO
JKTAS PIER
JMBNG

PDAAN
GRATI

GDWTN
RJOSO
BLKDG
NGNJUK II

SKRJO
KDIRI PITON
PITON

GLNUK PMRON
BWNGI
CLKBWG

U BTMUR
BTRTI U

NGARA

AMPRA

ANSRI UBUD
NKAPAL GNYAR II GNYAR
KAPAL

NSNUR

SANUR

PSGRN

NSDUA
NSDUA II
LAM
MPIRAN C1.8
ANALISSIS ALIRA
AN DAYAA
SIST
TEM JAWA A BALI
88
86
AN
NALISIS ALIRAN
A D
DAYA 500 KV
TAHUN 2011 - 2020
Pada Waktu Be
eban Puncak (Puku
ul 19.00)
Sistem Jawa – Bali
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2011 (PUKUL 19.00)

Beban : 19.448 MW
Pembangkit : 19.910 MW
Losses : 462 MW (2,32%)
Tegangan terendah : 481,4 KV (GITET Bekasi)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 1.519
1 519 MW

TX
TX
492.0
TX
492.0
TX
492.1
828.6 MW MTWAR7
1260.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
489.1 TJATI7
SLAYA7-2
BKASI7
0 0 MW
0.0 371.1 MW

404.9 MW
-181.1 MW

62.7 MW 647.3 MW
500.0 MW 1000.0 MW
501.2
495.3 481.4
CBATU7 GRSIK7
-437.2 MW

1128.9 MW
790.8 MW MDRCN7 -212.7 MW
SLAYA7 KMBNG7 643.4 MW 518.4 MW
217.8 MW 493.2
--26.5 MW

487.8 PITON97
2331.6 MW 594.9 MW 482.4
64.6 MW
2438.3 MW 494.9
CWANG7

731.0 MW
486.0 NGMBG7
495 3
495.3 386.8 MW
W 700.0 MW
595.4 MW
W

765.8 MW
500.4
975.0 MW

386.8 MW
479.4 MW

496.3 MW

997.0 MW
CRATA7 492.0 500.0 MW
489.7 1547.8 MW 1663.5 MW
CLGON7 252.5 MW
343.2 MW 258.2 MW 647.5 MW
GNDUL7 347.8 MW UBRNG7
BLRJA7 1278.2 MW
-170.9 MW 460.8 MW 422.9 MW 719.6 MW
489.2 492.0
556.2 MW 3052.0 MW
5 11.4 MW 495.9
491.6
2.5 MW

494.8 UNGRN7 500.4 500.4


487.7 343.0 MW
1815.4 MW CIBNG7 KRIAN7 PITON7
382
654.9 MW

452.7 MW 527.5 MW
362.3 MW 405.2 MW

256.8 MW
489.8 489.6
487.0 GRATI7
650.1 MW 105.4 MW
85.1 MW
SGLNG7 BDSLN7
359.4 MW

487.8
672.1 MW
DEPOK7 PEDAN7
TASIK7 KDIRI7
379 5 MW
379.5 574 5 MW
574.5 463 6 MW
463.6 787 8 MW
787.8 1368 8 MW
1368.8
189.8 MW 562.7 MW

501.1
507.9 501.6
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2012 (PUKUL 19.00)

Beban : 20.965 MW
Pembangkit : 21.357 MW
Losses : 392 MW (1,83%)
Tegangan
g g terendah : 483,6 KV ((GITET Bekasi))
Transfer daya dari timur ke barat : 1.447 MW
TX
TX
491.8
492.0
491.8
TX
492.0
TX

173.5 MW 1260.0 MW GENERATOR GITET 500 KV


MTWAR7 529.2 Mv ar TJATI7
SLAYA7-2 488 5
488.5
1122.0 MW BKASI7
471.4 MW
438.8 MW

63.9 MW 389.1 MW

208.9 MW
1800.0 MW
450.0 MW 501.2
493.6 483.6
GRSIK7
CBATU7 SBYSL
736.0 MW

1328.6 MW
886.2 MW MDRCN7 -224.7 MW
SLAYA7 KMBNG7 875.5 MW 761.9 MW 671.3 MW
174.8 MW 500.9
6.2 MW

486.3 496.7 PITON97


1146.0 MW 860.8 MW 485.7
68.1 MW
2391 9 MW
2391.9 495.1
536

CWANG7 NGMBG7

750.5 MW
483.6

673.0 MW
678.5 MW
493.6 700.0 MW
862.0 MW

726.2 MW
102.0 MW 501.9
441.8 MW

533.7 MW

911.7 MW
CRATA7 503.1 450.0 MW
490.1 808.2 MW 1541.7 MW
CLGON7
436.8 MW 218.3 MW 297.9 MW 401.1 MW
GNDUL7 800.0 MW UBRNG7
BLRJA7 631.5 MW
48.7 MW 617.1 MW 374.0 MW 764.5 MW
488.2 491.9
505.0 MW 2850.0 MW
506..2 MW
500.0 500.2
4 MW

493.0 UNGRN7 502.3 501.8


486.4 318.1 MW
315.4

1724.8 MW CIBNG7 KRIAN7 PITON7


142.2 MW

535.0 MW
232.7 MW 472.0 MW 362.2 MW

397.5 MW
489.0 488.6
486.0
392.9 MW GRATI7
299.6 MW 143.2 MW
SGLNG7 BDSLN7
300.0 MW

486.6
78.8 MW
DEPOK7
TASIK7 PEDAN7
KDIRI7
238.4 MW 426.4 MW 595.3 MW 1243.8 MW
561.8 MW
185.2 MW 633.4 MW

501.9
508.2 502.7
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2013 (PUKUL 19.00)

Beban : 22.512 MW
Pembangkit : 23.021 MW
Losses : 409 MW (2,21%)
Tegangan terendah : 487,1 KV (GITET Cawang)
Transfer daya dari timur ke barat : 2.384
2 384 MW

490.1
TX
490.1
498.4
498.9
TX
TX4
TX3
490.1
MTWAR7

685.2 MW
589.1 MW
1750.0 MW GENERATOR GITET 500 KV
TJATI7
SLAYA7-2
SLAYA7 2 491 2
491.2
BKASI7 506.6 MW
414.4 MW
65.5 MW 715.2 MW
161.1 MW

GRSIK7
2400.0 MW

-30.9 MW
600.0 MW 501.2
494.2 487.8
-240.6 MW

533.7 MW
DUKSB7 613.2 MW SBYSL
939.2 MW

494.6
CBATU7 MDRCN7

533.7 MW
662.9 MW
1473.6 MW

SLAYA7 740.7 MW 843.8 MW


1119.8 MW 108.1 MW

98 2.5 MW
955.5 MW
490.4 PITON97
488.0 487.1 NGMBG7
72.1 MW
489.9 490.4
2776 8 MW
2776.8
1

CWANG
CWANG7

774.0 MW
94.4 MW

664.5 MW
494.2 800.0 MW
-132.0 MW

380.4 MW
740.8 MW

1645.3 MW
497.7
531.8 MW

BLRJA7 KMBNG7
1504.3 MW

496.8
261.2 MW

597.7 MW 605.8 MW CRATA7 600.0 MW


739.5 MW
1211.5 MW 1971.5 MW
LKONG7
488.1 218.2 MW
490.1 411.2 MW 359.6 MW 506.1 MW
128.6 MW

489.7 357.8 MW UBRNG7


1220.7 MW 1044.2 MW
-119.1 MW 490.6
626.0 MW 407.1 MW 852.6 MW
490.1
161..7 MW 3634.0 MW
UNGRN7 493.6 493.9
-78.6 MW

493.7
976.9 MW 498.4 497.6
514.1 MW 428.7 MW
GNDUL7 CIBNG7 KRIAN7 PITON7
CLGON7
489.1
542.8 MW
272.5 MW 372.8 MW 384.0 MW
89.7 MW

490.9
489.2 489.8
GRATI7
380.2 MW 228.9 MW -222.3 MW
SGLNG7 BDSLN7

333.1 MW

489.3 197.4 MW
PEDAN7
DEPOK7 TASIK7 RWALO7 KDIRI7
819.2 MW 898.9 MW 1609.9 MW
443.8 MW
290.1 MW 76.1 MW 387.8 MW 685.2 MW

493.7
501.9 499.5 493.1
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2014 (PUKUL 19.00)

Beban : 24.119 MW
Pembangkit : 24.508 MW
Losses : 389 MW (1,59%)
Tegangan
g g terendah : 481,6 KV ((GITET Cawang)
g)
Transfer daya dari timur ke barat : 1.997 MW
TXTX
TX
487.1
TX
487.1
487.1
783.0 MW 487.1

671.7 MW 1750.0 MW
MTWAR7 TJATI7
SLAY A7-2 715.6 Mvar GENERATOR GITET 500 KV
DUKSB7 BKASI7 588.9 MW 487.6
626.7 MW 268.9 MW
68.0 MW GRSIK7
487 4 MW
487.4 2000 0 MW
2000.0

-293.5 MW
150.8 MW

500.0 MW 499.0
490.2 481.7
74.4 MW
482.9 295.7 MW
616.0 MW SBY SL
493.7
994.2 MW

-487.4 MW
1426.1 MW

MDRCN7

675.3 MW
930.2 MW CBATU7
936.4 MW 668.6 MW
SLAY A7
0.0 MW 958.8 MW

746.0 MW
481.6 125.1 MW 484.5 PITON97
KMBNG7 NGMBG7
77.4 MW
2593.8 MW CWANG7 486.9 487.8

6.8 MW
-7.4 MW

541. 6 MW

6 MW
490.3 BLRJA7 700.0 MW

MW
MW
815.9 MW 495.6

670.6
233.5 M
317.3 M

1306
0 0 MW
0.0 496 4
496.4
1491.0 MW

530.7 MW
31.2 MW

483.0 483.4 UBRNG7 500.0 MW


485.7 980.0 MW 1561.0 MW
110.5 MW

1446.1 MW
296.1 MW

TMBUN7 353.4 MW 201.4 MW 227.8 MW 220.9 MW


1195.6 MW
1174.8 MW

800.0 MW 1071.6 MW
-346.5 MW 125.3 MW 418.1 MW 279.0 MW 462.7 MW
488.3 487.1
771.6 MW 3200.0 MW
467.4 MW

32.0 MW
494.2 492.9 492.0
-129.3 MW

GNDUL7 CRATA7 497.3 495.6


489.5 200.6 MW 224.9 MW
484.2 CIBNG7 BDSLN7 PMLNG7 UNGRN7 KRIAN7 PITON7
CLGON7

309.8 MW
484.5
LKONG7
-5.8 MW
W

379.0 MW
193 1 MW
193.1 440.7 MW 237.7 MW

1876.3 MW
488.2 486.7
377.7 MW 484.5
GRATI7
364.1 MW -205.7 MW
357.8 MW SGLNG7

484.4 46.1 MW 107.2 MW


RWALO7
DEPOK7 496.9
TASIK7 PEDAN7
245.4 MW KDIRI7 BNGIL7
412.4 MW 637.0 MW 648.1 MW 1342.7 MW
500.0 MW

220.4 MW 475.3 MW 693.3 MW 520.9 MW

488.5
498.7 487.1 487.7

CLCAP7 500.0 MW

497.4
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2015 (PUKUL 19.00)

Beban : 25.989 MW
Pembangkit : 26.474 MW
Losses : 485 MW (1,83%)
Tegangan terendah : 481,1 KV (GITET Bekasi)
Transfer daya dari timur ke barat : 2.899
2 899 MW

TX
TX
485.6
485.6
TX
485.6
TX
485.6
191.6 MW MTWAR7
0.0 MW 709.7 MW
MKRNG7 500.0 MW TJATI7
SLAY A7-2 481.6 GITET 500 KV
483.9 GENERATOR
BKASI7 196.3 MW
1169.7 MW 295.8 MW
69.9 MW 0 0 MW
0.0 DUKSB7 GRSIK7
2520.0 MW
-122.2 MW

-597.7 MW
600.0 MW 497.2
490.2 481.1
853.2 MW 68.1 MW
828.1 MW
548.4 MW SBY SL
1024.9 MW

489.9
1555.0 MW

1727.5 MW
482.0 810.5 MW CBATU7 MDRCN7
-828.1 MW

2112.1 MW 720.4 MW
SLAY A7
-908.2 MW 751.4 MW 59.7 MW

496.7 MW
481.5 486.5 PITON97
NGMBG7
82.3 MW
41.6 MW

KMBNG7 CWANG7 484.6 486.7

2613..1 MW
3030.6 MW
-27.9 MW

MW
800.0 MW

MW
490.3
J
BLRJA7

421.1 MW
W

480.3 M

722.5 M
74

-68.0
68 0 MW 151.8 MW 499.6
TMBUN7
492.5
1588.6 MW
334.7 MW

567.9 MW 250.7 MW
482.1 284.5 MW UBRNG7 600.0 MW
484.9 1371.2 MW 2118.8 MW
-311.9 MW

481.9 832.4 MW
1074.4 MW 262.1 MW
1482.5 MW

483.6 372.0 MW 375.7 MW 348.8 MW


CWANG7-2 367.9 MW 1126.9 MW
-54.0 MW -69.9 MW 414.0 MW 343.4 MW 424.7 MW
114.8 MW

486.0 485.6
993.2 MW

1037.2 MW
3600.0 MW

158.4 MW
GNDUL7 488.9 492.0
757.6 MW CRATA7 493.7 499.6
55.9 MW

489.5 442.2 MW 493.1 368.0 MW


248.2 MW 131.4 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
CLGON7 PMLNG7
483 4
483.4 483.0
-403.1 MW
W

15

LKONG7 CIBNG7 337.4 MW


229.9 MW 344.7 MW

1656.0 MW
200.5 MW
383.2 MW
388.6 MW 484.3 485.1 BDSLN7
486.6 GRATI7
-186.4 MW
KAPAL7
354.9 MW SGLNG7
379.6 MW

15.8 MW
199.5 MW
483.4 -346.9 MW 486.8 85.0 MW
RWALO7
CSKAN7 506.9
DEPOK7 494.9
BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
MW

413.9 MW TASIK7 704.9 MW 468.0 MW -206.7 MW 460.8 MW 1226.0 MW


1259.9 M

285.9 MW 260.2 MW
413 1 MW
413.1 761 3 MW
761.3 408 2 MW
408.2

496.3 489.9 486.3 484.4 486.4

630.0 MW
CLCAP7
496.1
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2016 (PUKUL 19.00)

Beban : 28.001 MW
Pembangkit : 28.440 MW
Losses : 439 MW (1,54%)
Tegangan terendah : 482,0 KV (GITET Cawang)
Transfer daya dari timur ke barat : 2.265
2 265 MW

TX
TX 493.7
490.7
490.6
274.9 MW 493.8
490.7
493.7
TX
TX 491.9
493.8
MKRNG7 771.0 MW TX
2200.0 MW 493.8
TX TX
817.8 MW
485.6 1200.0 MW
MTWAR7 526.0 Mvar GITET 500 KV
JTENG7 GENERATOR
618.6 MW 488.0 TJATI7
1236.8 MW BKASI7 372.9 MW
274.9 MW GRSIK7
31.3 MW
W

-1007.4 MW
W
SLAY A7-2 800.0 MW 499.4
1106.1 MW DUKSB7 482.0
498.2 80.3 MW
326.6 MW

72.8 MW BNTEN7 653.2 MW SBY SL


465.8 MW 541.1 MW
489.0
500.0 MW 550.0 MW

1150.8 MW
799.0 MW CBATU7 MDRCN7
492.5 716.3 MW
489.8 485.5 1518.8 MW
1652.8 MW

1004.0 MW 150.6 MW

676.2 MW
740.9 MW 482.0
678.9 MW

484.1 PITON97
NGMBG7
489.8
0.0 MW

491.7
0.0 MW

CWANG7
KMBNG7

0.0 MW
43.3 MW

460.8 MW

718..5 MW
SLAY A7 750.0 MW

2086.8 MW
MW

MW
1316.0 MW 384.6 MW TMBUN7 497.2
498.4 M

404.6 M

800
88.6 MW 601.0 MW 492 1
492.1
286.2 MW 286.3 MW
2194.5 MW 485.6 UBRNG7 550.0 MW
492.6 488.0 812.8 MW 1484.1 MW
1114.9 MW 486.0 165.8 MW
12.8 MW

320.6 MW
1243.3 MW

484.0 545.8 MW -28.5 MW 15.1 MW


BLRJA7
111.0 MW

800.0 MW
941.5 MW

CWANG7-2 1275.0 MW
23.7 MW 437.1 MW 274.5 MW 388.1 MW
491.1 490.6
743.6 MW
286.2 MW

3250.0 MW
497.7 490.4

83.6 MW
780.4 MW 495.6 487.9 497.2
244.3 MW

497.6 MW CRATA7 -19.5 MW


862.8 MW -114.0 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
76.8 MW 486.4 486.2
MW

332.7 MW
343 1 MW
343.1 328 8 MW
328.8
336.7 M

LKONG7 GNDUL7

1861.7 MW
492.3 CIBNG7 603.6 MW 266.0 MW

-34.2 MW 576.6 MW 486.5 491.6 490.4 BDSLN7


CLGON7 GRATI7
-245.1 MW
242.5 MW KAPAL7
SGLNG7
748.8 MW

-21.1 MW
486.4
DEPOK7 264.7 MW
-5.1 MW 491.4 28.6 MW
CSKAN7 RWALO7 503.4
494.4
431.3 MW BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT7-HVDC
9.9 MW

1230.2 MW 499.9 MW 569.9 MW -281.6 MW 423.3 MW 1260.2 MW


296.7 MW 145.9 MW 280.9 MW 286.8 MW
724.7 MW 543.1 MW 588.6 MW
1099

1230.2 MW
493.7 495.0 494.7 489.1 485.6 484.5 485.8
524.4
BOGORX7-HVDC -70.4 MW CIGRE7 -216.3 MW TASIK7
550.0 MW 550.0 MW CLCAP7
CLCAP7-2
495.7 495.6
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2017 (PUKUL 19.00)
Beban : 29.917
29 917 MW
Pembangkit : 30.587 MW
Losses : 670 MW (2,18%)
Tegangan terendah : 476,8 KV (GITET Cawang)
Transfer daya dari timur ke barat : 1.359 MW

500.0 MW
MKRNG7 MTWAR7 TXTX
BNTEN7 PLGDG7 498.6
490.7
498.4
490.4
490.7
498.4
TXTX
494.9
TX
483.1
494.9
TX
TXTX
4TX
483.1
TX96.6
498.6
493.9
TX
394.8 MW IDMYU7
399.2 MW 813.7 MW 641.4 MW -708.6 MW 2200.0 MW
550.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
486.9 481.0 479.3 BKASI7 480.6
CBATU7-2 900.0 MW JTENG7
172.5 MW TJATI7
493 7
493.7 534.1 MW
399 3 MW
399.3 882 9 MW
882.9
456.6 MW

GRSIK7

585.3 MW
356.9 MW
814.1 MW

1800.0 MW

-557.0 MW
500.1
SLAYA7-2 DUKSB7 477.9 500.0 -225.9 MW
481.7
1170.5 MW

SBYSL

1067.4 MW
552.8 MW
CWANG7 491.9
74.6 MW 584.6 MW

829.9 MW
500.0 MW 849.9 MW 650.2 MW
490.8 481.1 CBATU7 MDRCN7
-44.8 MW

836.0 MW
1547.5 MW

1963.8 MW

489.3 PITON97
122.2 MW

419.2 MW

984.0 MW 476.8 813.4 MW NGMBG7


8.3 MW
0. 0 MW

494.6

0 MW
482.3

MW
78.1 MW

MW
KMBNG7 700.0 MW

706.7 M
1693.5 MW
W

2221.7 MW
W
SLAYA7
11

651.9 M
668
14

336 2 MW
336.2
1107.2 MW
W

1800.0
TMBUN7 499.7
494.0
93.8 MW 631.7 MW 307.1 MW
481.2 385.5 MW
2459.6 MW UBRNG7 550.0 MW
490.9 484.5 480.1 -270.8 MW 955.8 MW 1569.8 MW
-32.4 MW

1356.0 MW 353.5 MW
1509.7 MW

481.3 -30.5 MW 47.8 MW


BLRJA7 525.8 MW
-175.6 MW

889.8 MW

CWANG7-2 322.6 MW 1103.2 MW


131.0 MW 602.8 MW 247.4 MW 421.2 MW
1122.3 MW

485.3 490.5

1332.6 MW
GNDUL7 499.5 494.1 3062.0 MW
1002.7 MW 490.5
13.2 MW

830.4 MW CRATA7 496.1 499.7


503.8 MW -14.2 MW
683.0 MW -17.4 MW

521.3 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
16.6
6 6 MW 482 4
482.4 481.6
131

1
489.3 MW
919.3 MW

385.7 MW 331.6 MW

1374.7 MW
LKONG7 CIBNG7 396.3 MW
490.9 336.0 MW
483.0 487.3 488.0 BDSLN7
CLGON7 192.7 MW 1040.5 MW GRATI7
996.4 MW 521.0 MW
279.5 MW KAPAL7
SGLNG7
665.6 MW 489.0

-452.0 MW
482.1
-166.8 MW 394.1 MW
DEPOK7 487.6 85.5 MW
RWALO7 TNDES7
CSKAN7 504.5
767.3 MW 493.9
BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT7-HVDC
MW

2631.3 MW 393.5 MW 619.4 MW -305.6 MW 32.3 MW 937.5 MW


422.5 MW 312.2 MW
1099.9 M

161 7 MW
161.7 307 0 MW
307.0 789 8 MW
789.8 580 9 MW
580.9 421 7 MW
421.7
2631.3 MW 498.5
497.6 496.5 488.4 485.2 480.1 483.2
518.9
76.9 MW -84.8 MW 550.0 MW
BOGORX7-HVDC CIGRE7 TASIK7
CLCAP7-2 550.0 MW 550.0 MW
CLCAP7
495.3
495.2
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2018 (PUKUL 19.00)

Beban : 31.963
31 963 MW
Pembangkit : 32.595 MW
Losses : 631 MW (1,94%)
Tegangan terendah : 480,4 KV (GITET Pulogadung)
Transfer daya dari timur ke barat : 1.557 MW
450.0 MW BKASI-3 1700.0 MW MT WAR7

488.3
TTXX
MKRNG7 PLGDG7 493.6
500.8
501.0
493.3
493.6
500.8
T
497.9T
XXX
450.0 MW TT
487.6
T497.9
487.6X
TXX
TT496.2
X
501.0
498.0
X TX
740.3 MW 794.7 MW IDMYU7
417.4 MW 690.6 MW 1800.0 MW
487.9
GENERATOR GITET 500 KV
480.4 480.4
1600.0 MW JTENG7
509.0 MW 105.9 MW 497.8
T JATI7
992 2 MW
992.2 539 7 MW
539.7
GRSIK7
690.8 MW

BKASI7 CBAT U7-2


288.9 MW

417.5 MW 409.1 MW 1600.0 MW

170.3 MW
500.4

1429.7 MW
482.7
SLAYA7-2 501.0 -243.2 MW
1194.9 MW
775.3 MW

303.4 MW
CWANG7 486.9 596.0 MW SBYSL
77.2 MW 491.8
BNTEN7 616.7 MW CBAT U7
450.0 MW

758.3 MW

502.0 MW
1600.0 MW
489.9
450.0 MW 1026.0 MW MDRCN7 633.6 MW
480.5
486.3 837.5 MW 379.5 MW
1640.9 MW

1244.6 MW

488.3 PITON97
482.1 NGMBG7
DUKSB7
822.1 MW

761.6 MW
1034.3 MW 486.8
0. 0 MW

497.4
76.0 MW

MW
700.0 MW

1213.9 MW
W

1429.0 MW
W

646.8 M
W
969.6 MW
1

SLAYA7 1315 8 MW
1315.8 498.8
1384.3 MW T MBUN7
496.2
670.7 MW 739.5 MW
100.2 MW 244.7 MW
384.3 MW UBRNG7
450.0 MW
2122.3 MW 480.7
-448.3 MW
484.0 481.0 649.1 MW 1265.7 MW
461.7 MW

490.1 448.6 MW
1027.9 MW

KMBNG7 485.1 70.9 MW -369.1 MW


BLRJA7 576.6 MW
CWANG7-2 800.0 MW 1232.7 MW
-184.3 MW

-83.5 MW

489.3 493.4
219.7 MW 653.2 MW 281.8 MW 435.7 MW
936.3 MW

2750.0 MW

761.4 MW
483.8 MW 1022.6 MW 500.8 490.4 493.7
GNDUL7 495.8 498.8
542.6 MW CRATA7 -23.3 MW
747.1 MW

936.5 MW -136.5 MW

567.9 MW
UNGRN7 KRIAN7 PIT ON7
PMLNG7
125.2 MW 482 3
482.3 482.1
1938.3 MW
W

439.6 MW 527.4 MW
LKONG7 466.7 MW
489.9 CIBNG7 590.6 MW 420.2 MW
484.7 490.6 491.0 BDSLN7
CLGON7 GRATI7

1328.4 MW
310.8 MW 272.4 MW 293.1 MW 567.6 MW
997.1 MW KAPAL7
SGLNG7
800.0 MW

-593.3 MW
482.7 489.0
-1221.7 MW RWALO7
CSKAN7
52.9 MW 417.9 MW
490.4
T NDES7
DEPOK7 493.3
502.2
651.0 MW BNT UL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT 7-HVDC
2853.4 MW 141.5 MW 704.3 MW -258.7 MW -78.9 MW 880.6 MW
MW

412.4 MW 141.9 MW 327.5 MW 443.5 MW


772 9 MW
772.9 957 4 MW
957.4 432 8 MW
432.8
900.0 M

2853.4 MW 501.0
499.2 497.6
498.8 487.0 483.1 476.1 479.2
513.4 MGENG7
328.7 MW CIGRE7 186.3 MW
BOGORX7-HVDC T ASIK7
450.0 MW
450.0 MW 450.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7
494.8
494.7
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2019 (PUKUL 19.00)
Beban : 34.156 MW
Pembangkit : 34.930 MW
Losses : 774 MW (2,22%)
Tegangan terendah : 473,4 KV (GITET Cawang)
Transfer daya dari timur ke barat : 2.411 MW
900.0 MW
BKASI-3 500.0 MW MTWAR7
480.5 TXTX
486.0
496.1
496.3
485.7
486.0
496.1
TXTX
491.4
TXTX
479.5
TX
491.4
TX
TX
479.5
BNTEN7 MKRNG7 PLGDG7 900.0 MW TX
496.3
490.6
493.7
TX

583.0 MW 794.7 MW IDMYU7


600.0 MW 438.4 MW 819.7 MW 2400.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
479.1
481.6 474.4 473.3
1600.0 MW JTENG7

-338.4 MW
360.2 MW TJATI7 587.3 MW
1037.0 MW CBATU7-2 492.3 590.8 MW TUBAN7 GRSIK7
G S
BKASI7
438.5 MW 1600.0 MW
820.1 MW

497.2
350.8 MW

474.1 403.5 MW

-226.4 MW
497.2 -233.3 MW

1826.4 MW
SLAYA7-2
495.7
1020.0 MW
478.5 SBYSL
1031.2 MW

CWANG7
78.3 MW 488.1

742.6 MW
632.1 MW
600.0 MW CBATU7
700.6 MW
931.3 MW MDRCN7

1065.1 MW
744.1 MW
486.6

1600.0 MW
474.5
879.8 MW 386.7 MW
483.7 PITON97
2090.3 MW
1496.6 MW

1640.1 MW

473.4
1046.9 MW

DUKSB7
1070.7 MW 478.7
18.4 MW

44.1 MW
490.8
0.0 MW

116.7 MW NGMBG7 700.0 MW

MW
SLAYA7 1495.5 MW
1
111

702.6 M
495 8
495.8

1915.0 MW
W

W
2547.3 MW

74
0

TMBUN7
W
864.3 MW 494.0
564.2 MW
721.8 MW
104.8 MW 488.0 MW 418.8 MW UBRNG7
2482.8 MW 474.7 600.0 MW
17.4 MW 762.2 MW 1494.7 MW
478.7 474.0
486.8 482.4 MW
KMBNG7 477.1 328.9 MW -570.5 MW
143.9 MW

726.7 MW
1496.8 MW

BLRJA7
CWANG7-2 342.7 MW 1320.9 MW
128.0 MW 703.1 MW 334.5 MW 496.8 MW
-237.1 MW

404.5 MW

480.8 485.8
3344.0 MW
1309.7 MW

940.4 MW 496.1 489.5

1423.0 MW
GNDUL7 491.8 486.5 495.8
553.1 MW 1083.4 MW CRATA7 134.0 MW
0.7 MW

802.0 MW -94.8 MW PITON7


UNGRN7 KRIAN7
PMLNG7

MW
33.9 MW 476.3 475.4

618.7 M
1250

519 9 MW
519.9
1598.6 MW

446.7 MW 427.2 MW
LKONG7
486.5 CIBNG7 357.0 MW 504.0 MW
477.6 482.7 482.9 BDSLN7
CLGON7 GRATI7
272.0 MW 990.5 MW 618.3 MW
1153.9 MW

1548.5 MW
291.3 MW KAPAL7
SGLNG7
707.2 MW 484.7
476.0 RWALO7
-746.9 MW

-476.5 MW
DEPOK7 501.0 MW
483.0 CSKAN7
128.2 MW TNDES7
497.5
173.0 MW

806.4 MW 490.3 BNTUL7 BNGIL7


TPCUT7-HVDC
828.0 MW MGENG7
2632.6 MW 447.1 MW 430.9 MW 896.9 MW 499.4 MW -394.2 MW 4.9 MW 1067.7 MW
213.4 MW
1199.9 MW

1316.3
1316 3 -1250.0
1250 0
880.0 MW 1054.7 MW 459.8 MW
1

1316.3 -1250.0
655.5 MW 476.5
2632.6 MW 556.3 658.5 GRDLU7
496.3 494.8
556.3 658.5 493.5 496.4 482.9 478.2 468.3 471.9
519.4
-179.4 MW CIGRE7 -393.0 MW
BOGORX7-HVDC TASIK7 PEDAN7 KDIRI7

600.0 MW
600.0 MW 600.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7

492.2 492.1
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2020 (PUKUL 19.00)

Beban : 36.463 MW
Pembangkit : 37.291 MW
Losses : 837 MW (2,25%)
Tegangan terendah : 469,1 KV (GITET Muara Karang)
Transfer daya dari timur ke barat : 1.606
1 606 MW
950.0 MW BKASI-3
2000.0 MW MT WAR7
899.1 Mvar TTXX
489.0
485.6
485.8
488.7
489.0
485.6
T
494.1T
XXX
485.6 TT
482.5
T494.1
482.5TX
X X
TT483.2
X
485.8
485.5
X TX
MKRNG7 PLGDG7
950.0 MW
948.9 MW 789.9 MW IDMYU7
467.4 MW 522.5 MW 2000.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
484.5
469.1 472.0
2000.0 MW JT ENG7

504.5 MW
W
706.2 MW T JAT I7 656 6 MW
656.6
1106.3 MW CBAT U7-2 495.4 548.4 MW T UBAN7 GRSIK7
522.7 MW

BKASI7
206.1 MW

467.6 MW 440.8 MW 1500.0 MW

453.6 MW
497.6

1796.4 MW
477.0
SLAYA7-2 1359.1 MW 498.2 -259.2 MW
493.8MW
1140.0
610.8 MW

482.0 SBYSL

-62.9 MW
CWANG7
81.0 MW BNT EN7 484.3
656.5 MW
500.0 MW
475.0 MW CBAT U7

731.4 MW

720.2 MW
1500.0 MW
483.6 1149.7 MW MDRCN7 710.2 MW
478.2 469.3
929.3 MW 597.2 MW
53.6 MW

44.0 MW

479.1 PIT ON97


476.6
965..2 MW

DUKSB7

3 MW
1124.2 MW 481.6
MW

493.4
0.0 M

181 1 MW
181.1

712.3 MW
W
830.3
185

164

NGMBG7 650.0 MW

1444.5 MW

1596.8 MW
734.2 MW
SLAYA7 1699.5 MW T MBUN7 494.5
1573.7 MW 491.6
757.4 MW 1497.6 MW
111.9 MW 441.0 MW
436.5 MW UBRNG7
500.0 MW
2354.1 MW BLRJA7 469.4
-244.3 MW
475.0 533.3 MW 1368.6 MW
929.9 MW

472.2
483.8 538.4 MW -738.2 MW
KMBNG7 479.2 214.7 MW
955.5 MW

768.0 MW
800.0 MW
-593.3 MW

CWANG7-2
-296.8 MW

374.1 MW 855.3 MW 1425.4 MW 465.9 MW 521.4 MW


484.3 488.8
964.6 MW

3000.0 MW

0.6 MW
368.4 MW 1190.5 MW 497.3 482.4 485.3
GNDUL7 491.9 494.5
585.7 MW CRAT A7 8.6 MW
703.0 MW

1063.2 MW -263.2 MW

W
665.5 MW
900 UNGRN7 KRIAN7 PITON7
9

PMLNG7
98.8 MW 473.2 472.9
2719.2 MW

351.4 MW
LKONG7
467.1 MW 531.8 MW
483.7 CIBNG7 600.0 MW 510.8 MW
477.1 485.5 486.2 BDSLN7
CLGON7 GRAT I7

1249.3 MW
397.1 MW 1123.0 MW 366.6 MW 665.0 MW
267.2 MW KAPAL7
SGLNG7
800.0 MW 480.6

-336.6 MW
473.8 -1873.0 MW RWALO7
DEPOK7
CSKAN7
226.2 MW 507.6 MW
485.1 T NDES7
0.2 MW

487.4 318.2 MW -239.8 MW 496.8


697.6 MW BNT UL7 BNGIL7
T PCUT 7-HVDC MGENG7
699.6 MW
-100

2865.1 MW 872.6 MW -345.1 MW 650.3 MW


999.9 MW

521.0 MW 451.0 MW 524.9 MW 999.3 MW 1128.7 MW 584.6 MW


206.9 MW
800.0 MW
2865.1 MW 485.7 487.1 487.1 492.7 481.8 479.0 467.5 471.1
509.7

BOGORX7-HVDC -38.7 MW CIGRE7 -245.7 MW TASIK7 PEDAN7 KDIRI7


500.0 MW
500.0 MW 500.0 MW GRDLU7 800.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7
480.1
488.1
488.0
AN
NALISIS ALIRAN
A D
DAYA 500 KV
TAHUN 2011 - 2020
Pada Wak
ktu Luar Beban
B Pun
ncak
(
(Pukul 13..00)
Sisttem Jawa
a – Bali
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2011 (PUKUL 13.00)

Beban : 17.892 MW
Pembangkit : 18.261 MW
Losses : 369 MW (2,02%)
Tegangan terendah : 480,8 KV (GITET Bekasi)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 2.102
2 102 MW

TX
TX
494.6
TX
494.6
TX
494.7
942.2 MW MTWAR7
1260.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
489.5 TJATI7
SLAYA7-2
BKASI7
0.0 MW 286.5 MW

205.7 MW
-258.6 MW

66.2 MW 706.5 MW
900.0 MW
450.0 MW 504.9
495.0 480.8
CBATU7 GRSIK7
-383.8 MW

1063.5 MW
715.9 MW MDRCN7 -233.9 MW
SLAYA7 KMBNG7 678.4 MW 518.4 MW
247.6 MW 500.2
-11 1.9 MW

489.0 PITON97
2154.1 MW 867.0 MW 481.9
68.1 MW
2299.5 MW 497.8
CWANG7

752.2 MW
W
485.0 NGMBG7
500.0 MW
510.8 MW
495.0
868.2 MW

990.8 MW
1020.1 MW

319.2 MW 503.7
461.3 MW

1259.3 MW
523.6 MW CRATA7 501.1 450.0 MW
489.3 1384.1 MW 1380.6 MW
CLGON7 216.6 MW
337.9 MW 360.0 MW 682.0 MW
GNDUL7 347.8 MW UBRNG7
BLRJA7 1017.5 MW
-127.9 MW 301.3 MW 307.5 MW 535.6 MW
490.5 494.6
328.5 MW 771 .2 MW 2730.0 MW
499.2 501.7
3 MW

494.5 UNGRN7 506.2 503.7


487.3 428.8 MW
501.3

1613.4 MW CIBNG7 KRIAN7 PITON7


409.7 MW

614.9 MW 310.9 MW 527.5 MW


362.3 MW

274.1 MW
491.1 491.6
486.8 GRATI7
589.0 MW
318.9 MW 458.4 MW
SGLNG7 BDSLN7
390.6 MW

487.5
620.7 MW
DEPOK7
TASIK7 PEDAN7
KDIRI7
607.6 MW 770.3 MW 314.9 MW 818.0 MW 1313.8 MW
153.9 MW 478.9 MW

507.9
510.2 509.1
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2012 (PUKUL 13.00)

Beban : 19.287 MW
Pembangkit : 19.624 MW
Losses : 337 MW (1,72%)
Tegangan terendah : 482,7 KV (GITET Bekasi)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 2.174
2 174 MW

TX
TX
493.2
493.4
493.2
TX
493.4
TX

372.2 MW 1260.0 MW GENERATOR GITET 500 KV


MTWAR7 519.4 Mv ar TJATI7
SLAYA7-2 488 7
488.7
925.9 MW BKASI7
296.4 MW
462.8 MW

67.4 MW 486.9 MW

-37.7 MW
1600.0 MW
400.0 MW 503.9
492.9 482.7
GRSIK7
CBATU7 SBYSL
593.4 MW

1303.6 MW
740.5 MW MDRCN7 -244.0 MW
SLAYA7 KMBNG7 923.3 MW 761.9 MW 544.6 MW
201.4 MW 505.6
9.9 MW

487.2 503.1 PITON97


945.4 MW 974.7 MW 485.7
71.8 MW
1993 3 MW
1993.3 496.9
639

CWANG7 NGMBG7

769.8 MW
482.3

545.6 MW
779.5 MW
492.9 500.0 MW
976.3 MW

1112.9 MW
73.2 MW 504.9
382.8 MW

1336.7 MW
563.0 MW
CRATA7 508.2 400.0 MW
489.3 753.9 MW 1249.4 MW
CLGON7
359.1 MW 177.4 MW 378.6 MW 453.2 MW
GNDUL7 800.0 MW UBRNG7
BLRJA7 503.0 MW
99.4 MW 317.9 MW 266.9 MW 573.4 MW
489.1 493.3
561.3 MW 2500.0 MW
931..7 MW
505.1 505.3
8 MW

492.2 UNGRN7 506.8 504.9


485.5 392.4 MW
338.8

1301.6 MW CIBNG7 KRIAN7 PITON7


-468.7 MW

535.0 MW
262.4 MW 472.0 MW 230.1 MW

399.3 MW
489.7 489.8
485.3
283.2 MW GRATI7
831.1 MW 698.8 MW
SGLNG7 BDSLN7
316.1 MW

485.7
-208.0 MW
DEPOK7
TASIK7 PEDAN7
KDIRI7
582.6 MW 743.2 MW 652.2 MW 1177.2 MW
303.2 MW
152.7 MW 511.5 MW

507.9
509.7 509.8
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2013 (PUKUL 13.00)

Beban : 20.711 MW
Pembangkit : 21.125 MW
Losses : 414 MW (1,96%)
Tegangan terendah : 487,4 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 2.856
2 856 MW

492.4
492.3
TX
492.4
503.2
506.1
TX
TX4
TX3
492.3
MTWAR7

738.0 MW
421.2 MW
1200.0 MW GENERATOR GITET 500 KV
TJATI7
SLAYA7-2
SLAYA7 2 491 5
491.5
BKASI7 547.5 MW
229.5 MW
69.1 MW 579.0 MW
168.4 MW

GRSIK7
2000.0 MW

-506.6 MW
500.0 MW 504.9
494.3 488.2
-257.8 MW

447.6 MW
DUKSB7 613.2 MW SBYSL
800.2 MW

500.5
CBATU7 MDRCN7

447.6 MW
527.6 MW
1231.1 MW

SLAYA7 654.2 MW 903.4 MW


1414.7 MW 22.5 MW
773.8 MW

89 4.7 MW
498.3 PITON97
488.6 487.4 NGMBG7
76.1 MW
491.6 492.4
2333 2 MW
2333.2
1

CWANG
CWANG7

791.2 MW
49.2 MW

528.6 MW
494.4 650.0 MW
-131.4 MW

356.0 MW
654.3 MW

1838.7 MW
502.3
367.9 MW

BLRJA7 KMBNG7
1257.3 MW

503.0
199.7 MW

630.6 MW 675.8 MW CRATA7 500.0 MW


933.7 MW
1016.3 MW 1517.7 MW
LKONG7
488.7 151.0 MW
490.5 298.8 MW 359.6 MW 506.6 MW
302.9 MW

490.2 357.8 MW UBRNG7


1029.2 MW 831.4 MW
-75.5 MW 492.4
385.6 MW 291.4 MW 640.5 MW
492.3
204..5 MW 2900.0 MW
500.6
3 MW

UNGRN7 500.1
493.8
642.6 MW 503.1 502.3
501.2 MW 464.7 MW
-190.3

GNDUL7 CIBNG7 KRIAN7 PITON7


CLGON7
489.7
542.8 MW
-400.5 MW

309.6 MW 372.8 MW 271.2 MW

492.6
489.9 492.0
GRATI7
275.2 MW 496.2 MW -66.8 MW
SGLNG7 BDSLN7

344.6 MW

490.0 -91.9 MW
PEDAN7
DEPOK7 TASIK7 RWALO7 KDIRI7
892.4 MW 826.4 MW 1391.7 MW
659.5 MW
265.6 MW -45.3 MW 227.2 MW 546.5 MW

503.1
505.9 506.9 504.3
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2014 (PUKUL 13.00)

Beban : 22.188 MW
Pembangkit : 22.540 MW
Losses : 352 MW (1,56%)
Tegangan terendah : 480,4 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 2.813
2 813 MW

TXTX
TX
487.8
TX
487.8
487.8
904.2 MW 487.8

418.5 MW 1200.0 MW
MTWAR7 TJATI7
SLAY A7-2 538.8 Mvar GENERATOR GITET 500 KV
DUKSB7 BKASI7 711.3 MW 486.4
432.2 MW 111.1 MW
71.7 MW GRSIK7
329.5 MW 1800 0 MW
1800.0

W
-834.0 MW
450.0 MW
81.1 MW

501.8
489.7 480.8
59.6 MW
482.3 110.6 MW 616.0 MW SBY SL
499.3
652.2 MW

-329.5 MW
1030.5 MW

MDRCN7

689.7 MW
980.9 MW CBATU7
1466.9 MW 561.0 MW
SLAY A7
0.0 MW 789.8 MW

760.8 MW
480.4 72.1 MW 491.7 PITON97
KMBNG7 NGMBG7
81.7 MW
1967.1 MW CWANG7 487.2 488.2

44.4 MW
-22.8 MW

6.4 MW

562.3 MW
489.8 BLRJA7 600.0 MW

282.3 MW
MW
906.1 MW 499.1

161.1 M
0.0 MW 501 8
501.8
1073.4 MW
W

184

556
549.7 MW
159.9 MW

482.4 482.6 UBRNG7 450.0 MW


485.1 912.5 MW 1321.1 MW
362.0 MW

1865.6 MW
110.7 MW

TMBUN7 261.9 MW 135.7 MW 311.2 MW 289.1 MW


875.4 MW
800.0 MW
670.1 MW

-1.9 MW 189.0 MW 871.2 MW 217.8 MW 283.5 MW


-29.8 MW 488.6 487.8
236.5 MW 2650.0 MW

146.4 MW
492.8 MW 498.9 497.7
495.8
-376.7 MW

GNDUL7 CRATA7 500.6 499.1


489.0 216.5 MW 304.9 MW
483.5 CIBNG7 BDSLN7 PMLNG7 UNGRN7 KRIAN7 PITON7
CLGON7

4 MW
483.9
MW

LKONG7 379.0 MW
-828.1 M

287 4 MW
287.4 440 7 MW
440.7 130 1 MW
130.1

238.4

1645.4 MW
488.5 487.4
189.6 MW 483.9
GRATI7
833.6 MW 16.2 MW
391.6 MW SGLNG7

483.8 -510.7 MW -32.5 MW


RWALO7
DEPOK7 500.2
TASIK7 PEDAN7
437.0 MW KDIRI7 BNGIL7
716.5 MW 917.9 MW 667.4 MW 1226.7 MW
0 MW

192.9 MW 302.8 MW 558.1 MW 409.3 MW


450.0

494.1
499.5 493.9 494.3

CLCAP7 450.0 MW

500.5
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2015 (PUKUL 13.00)

Beban : 23.909 MW
Pembangkit : 24.263 MW
Losses : 354 MW (1,46%)
Tegangan terendah : 486,3 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 2.873
2 873 MW
TX
TX
491.5
491.4
TX
491.5
TX
491.4
469.7 MW MTWAR7
0.0 MW 696.9 MW
MKRNG7 1200.0 MW TJATI7
SLAY A7-2 481.6 GITET 500 KV
489.9 GENERATOR
BKASI7 363.7 MW
1151.7 MW 101.4 MW
73.7 MW 0.0 MW DUKSB7 GRSIK7
2000 0 MW
2000.0

-330.3 MW
450.0 MW
58.8 MW

502.1
492.5 486.3

849.4 MW
55.3 MW
637.0 MW
548.4 MW SBY SL
844.0 MW

498.3
1220.2 MW

1548.0 MW
486.1 868.3 MW CBATU7 MDRCN7
-637.0 MW

2035.4 MW 583.2 MW
SLAY A7
-1153.8 MW 654.1 MW 67.2 MW

350.6 MW
486.3 496.6 PITON97
NGMBG7
86.8 MW
341.2 MW

KMBNG7 CWANG7 490.2 492.7

2500.3 MW
2434.5 MW
-27.8 MW

493..1 MW
650.0 MW

584. 5 MW
492.6
BLRJA7

379.6 MW
123.3 MW
MW
TMBUN7 504.7
108.7 M 501 1
501.1
1247.9 MW
255.8 MW

589.8 MW 264.7 MW
486.3 240.2 MW UBRNG7 450.0 MW
488.4 1046.9 MW 1582.7 MW
854.9 MW
-64.5 MW

826.1 MW 486.6
210.4 MW
1040.8 MW

488.9 317.1 MW 317.5 MW 290.4 MW


CWANG7-2 367.9 MW 935.1 MW
-3.9 MW -111.6 MW 196.3 MW 278.4 MW 320.5 MW
491.1 491.4
606.2 MW
-32.1 MW

564.0 MW
2600.0 MW

168.8 MW
GNDUL7 497.7 500.4
691.7 MW CRATA7 501.3 504.7
491.8 499.4 310.0 MW
57.9 MW

475.3 MW
345.3 MW 34.3 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
CLGON7 PMLNG7
487.4 487.4
MW

LKONG7 CIBNG7 337.4 MW


-669.9 M

340 0 MW
340.0 259 0 MW
259.0

1281.3 MW
65.5 MW
383.2 MW
259.7 MW 489.0 490.5 BDSLN7
491.5 GRATI7
-90.4 MW
KAPAL7
381.8 MW SGLNG7
379.6 MW

79.5 MW
64.8 MW
487.9 -596.3 MW 491.6 -31.5 MW
RWALO7
CSKAN7 512.6
DEPOK7 501.7
BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
1000.0 MW

458.8 MW TASIK7 694.9 MW 335.3 MW -161.9 MW 338.7 MW 938.4 MW


231.2 MW 172.9 MW
257.0 MW 597.5 MW 330.5 MW

502.5 498.5 496.2 497.5 498.6

500.0 MW
CLCAP7
502.0
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2016 (PUKUL 13.00)

Beban : 25.762 MW
Pembangkit : 26.136 MW
Losses : 374 MW (1,43%)
Tegangan terendah : 479,8 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 3.036
3 036 MW
TX
TX 492.6
491.3
491.2
402.1 MW 492.8
491.3
492.6
TX
TX 490.6
492.6
MKRNG7 818.7 MW TX
1900.0 MW 492.8
TX TX
581.4 MW
483.0 500.0 MW
MTWAR7 237.5 Mvar GITET 500 KV
JTENG7 GENERATOR
643.1 MW 485.7 TJATI7
1049.7 MW BKASI7 182.6 MW
402.2 MW GRSIK7
75.8 MW
W

-1543.2 MW
W
SLAY A7-2 750.0 MW 501.8
1138.0 MW DUKSB7 480.1
499.8 63.9 MW
243.0 MW

76.8 MW BNTEN7 485.9 MW SBY SL


598.1 MW 541.1 MW
496.0
450.0 MW 475.0 MW

1267.3 MW
890.8 MW CBATU7 MDRCN7
491.1 602.3 MW
487.9 483.0 2007.7 MW
1609.5 MW

897.9 MW 122.5 MW

450.1 MW
1000.5 MW 479.8
764.8 MW

492.8 PITON97
NGMBG7
489.6
0.0 MW

492.2
0.0 MW

CWANG7
KMBNG7

0.0 MW
34.1 MW

477.2 MW

603..7 MW
SLAY A7 600.0 MW

2600.5 MW
MW

MW
1330.9 MW 586.9 MW TMBUN7 501.4
445.0 M

450.7 M

750
93.4 MW 629.6 MW 499 0
499.0
279.0 MW 211.2 MW
2245.8 MW 483.1 UBRNG7 475.0 MW
491.2 485.9 783.5 MW 1280.9 MW
483.9 516.3 MW
348.9 MW

1241.5 MW 256.4 MW
1059.5 MW

482.3 463.0 MW 87.1 MW 121.4 MW


BLRJA7
56.7 MW

800.0 MW
698.3 MW

CWANG7-2 1043.0 MW
-75.5 MW 222.5 MW 218.4 MW 297.2 MW
491.1 491.2
529.0 MW
279.0 MW

2775.0 MW

193.8 MW
499.5 495.3 497.5
823.0 MW 500.3 501.4
108.0 MW

528.9 MW CRATA7 93.4 MW


1196.3 MW -447.5 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
124.1 MW 484.3 484.1
MW

332.7 MW
405 0 MW
405.0 241 6 MW
241.6
922.6 M

LKONG7 GNDUL7

1674.1 MW
490.9 CIBNG7 603.6 MW 122.7 MW

67.5 MW 660.0 MW 484.8 491.5 490.8 BDSLN7


CLGON7 GRATI7
-47.9 MW
271.4 MW KAPAL7
SGLNG7
748.8 MW

110.6 MW
484.4
DEPOK7 122.0 MW
-537.3 MW 491.0 -83.5 MW
CSKAN7 RWALO7 508.5
498.6
451.6 MW BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT7-HVDC
714.5 MW
950..0 MW

1230.2 MW 317.9 MW -120.3 MW 507.6 MW 1192.6 MW


374.0 MW 125.6 MW 229.6 MW 197.0 MW
515.5 MW 440.0 MW 471.6 MW
1230.2 MW
492.7 495.6 496.0 495.0 492.7 492.9 493.7
523.4
BOGORX7-HVDC -353.0 MW CIGRE7 -479.3 MW TASIK7
475.0 MW 475.0 MW CLCAP7
CLCAP7-2
499.3 499.3
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2017 (PUKUL 13.00)

Beban : 27.524 MW
Pembangkit : 28.095 MW
Losses : 571 MW (2,03%)
Tegangan terendah : 477,6 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 3.068
3 068 MW
500.0 MW
MKRNG7 MTWAR7 TXTX
BNTEN7 PLGDG7 499.2
493.4
498.9
493.1
493.4
498.9
TXTX
497.6
TX
484.5
497.6
TX
TXTX
4TX
484.5
TX96.9
499.2
494.4
TX
449.8 MW IDMYU7
425.5 MW 752.6 MW 649.5 MW -805.6 MW 1800.0 MW
450.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
486.7 480.7 479.3 BKASI7 481.7
CBATU7-2 750.0 MW JTENG7
206.3 MW TJATI7
495 3
495.3 288.5 MW
425 6 MW
425.6 907 4 MW
907.4
490.8 MW

GRSIK7

597.8 MW
266.3 MW
753.0 MW

1500.0 MW

-770.7 MW
503.5
SLAYA7-2 DUKSB7 478.9 502.7 -238.8 MW
483.1
1195.6 MW

SBYSL

1074.1 MW
552.8 MW
CWANG7 498.9
78.7 MW 620.1 MW

988.9 MW
425.0 MW 938.8 MW 549.2 MW
490.6 480.7 CBATU7 MDRCN7
37.2 MW

522.6 MW
1419.6 MW

1765.3 MW

497.2 PITON97
073.4 MW

320.0 MW

1045.9 MW 477.6 691.2 MW NGMBG7


8.0 MW
0. 0 MW

497.4

0 MW
483.8

MW
41.1 MW

MW
KMBNG7 600.0 MW

719.6 M
1841.2 MW
W

2672.9 MW
W
SLAYA7
10

550.3 M
988
13

519 2 MW
519.2
1249.3 MW
W

1500.0
TMBUN7 503.8
501.2
98.9 MW 659.5 MW 303.0 MW
480.9 329.6 MW
2190.0 MW UBRNG7 450.0 MW
490.7 484.3 480.1 208.6 MW 935.4 MW 1375.5 MW
261.8 MW

1306.7 MW 302.2 MW
1207.0 MW

482.4 147.4 MW 188.9 MW


BLRJA7 437.8 MW
-302.3 MW

538.7 MW

CWANG7-2 322.6 MW 898.1 MW


18.3 MW 353.5 MW 177.8 MW 324.0 MW
1057.0 MW

486.9 493.2

1530.4 MW
GNDUL7 502.8 500.7 2600.0 MW
667.0 MW 498.0
67.4 MW

875.8 MW CRATA7 502.2 503.8


537.9 MW 155.2 MW
917.4 MW -251.8 MW

408.7 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
41.2 MW 482 3
482.3 481.7
136

1
1528.9 MW

437.8 MW 489.3 MW
238.1 MW

1258.7 MW
LKONG7 CIBNG7 241.9 MW
490.7 336.0 MW
483.5 488.9 490.3 BDSLN7
CLGON7 344.8 MW 1122.1 MW GRATI7
1286.4 MW 408.5 MW
299.0 MW KAPAL7
SGLNG7
665.6 MW 496.9

-259.0 MW
482.2
-715.6 MW 240.8 MW
DEPOK7 488.8 -55.7 MW
RWALO7 TNDES7
CSKAN7 509.8
784.7 MW 499.5
BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT7-HVDC
2631.2 MW 299.3 MW -89.2 MW 194.4 MW 929.9 MW
MW

488.0 MW 655.4 MW 209.7 MW


148 2 MW
148.2 262 6 MW
262.6
900.0 M

542 2 MW
542.2 465 5 MW
465.5 316 5 MW
316.5
2631.2 MW 499.1
499.8 499.3 496.3 494.5 493.1 494.8
520.7
-239.6 MW -388.0 MW 450.0 MW
BOGORX7-HVDC CIGRE7 TASIK7
CLCAP7-2 450.0 MW 450.0 MW
CLCAP7
500.1
500.1
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2018 (PUKUL 13.00)

Beban : 29.406 MW
Pembangkit : 29.984 MW
Losses : 578 MW (1,93%)
Tegangan terendah : 477,8 KV (GITET Muarakarang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 2.659
2 659 MW
375.0 MW BKASI-3 500.0 MW MT WAR7

483.6
TTXX
MKRNG7 PLGDG7 493.9
499.0
499.2
493.6
493.9
499.0
T
498.5T
XXX
375.0 MW TT
485.0
T498.5
485.0X
TXX
TT494.1
X
499.2
496.1
X TX
603.8 MW 549.5 MW IDMYU7
445.0 MW 487.2 MW 1600.0 MW
483.0
GENERATOR GITET 500 KV
477.8 478.1
1300.0 MW JTENG7
345.5 MW -623.9 MW 496.9
T JATI7
1011.0 MW 281.0 MW
GRSIK7
487.4 MW

BKASI7 CBAT U7-2


448.2 MW

-341.3 MW
445.2 MW 275.7 MW 1300.0 MW 503.1

1641.3 MW
478.9
SLAYA7-2 502.7 -256.7 MW
1117.6 MW

1143.2 MW

901.0 MW
CWANG7 483.8 596.0 MW SBYSL
81.4 MW 498.2
BNTEN7 653.6 MW CBAT U7
375.0 MW

447.1 MW

871.9 MW
300.0 MW
488.1
400.0 MW 1049.3 MW MDRCN7 633.6 MW
477.9
484.1 702.6 MW 344.7 MW
5 MW

3 MW

496.1 PITON97
477.9 NGMBG7
DUKSB7
849.7 M W

775.1 M W
1098.9 MW 484.2

8
13
1539.5

1437.3
0.0 MW
W

498.1
-13.8 MW

543.6 MW
500.0 MW
1419.3 MW

1603.6 MW

2305.3 MW
SLAYA7 1306.6 MW 502.9
1319.4 MW T MBUN7
501.7
703.1 MW 878.3 MW
105.6 MW 272.1 MW
331.5 MW UBRNG7
400.0 MW
1960.7 MW 478.1
197.3 MW
481.7 478.6 647.9 MW 1085.5 MW
674.7 MW

488.3 371.1 MW -224.5 MW


KMBNG7 482.3 305.9 MW
839.1 MW

BLRJA7 475.1 MW
CWANG7-2 800.0 MW 1004.8 MW
-314.0 MW

13.7 MW

487.7 493.7
58.9 MW 384.3 MW 208.0 MW 332.4 MW
760. 0 MW

9 MW
502.8 500.0
2400.0 MW
261.6 MW 1090.2 MW GNDUL7 501.2 497.3 502.9
1096.3 MW
W

576.5 MW CRATA7 191 0 MW


191.0
1

1225.9
1191.1 MW -391.1 MW

449.2 MW
UNGRN7 KRIAN7 PIT ON7
PMLNG7
152.7 MW 479.8 479.5
2264.9 MW

471.5 MW 527.4 MW
LKONG7 323.6 MW
488.1 CIBNG7 590.6 MW 254.3 MW
482.2 489.3 490.6 BDSLN7
CLGON7 GRATI7

1227.8 MW
469.2 MW 292.9 MW 898.4 MW 449.0 MW
1136.9 MW KAPAL7
SGLNG7
800.0 MW

356.5 MW
480.1 496.3
-1431.2 MW RWALO7
CSKAN7
-93.6 MW 253.2 MW
488.9
T NDES7
DEPOK7 498.6
507.7

-3
738.7 MW BNT UL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT 7-HVDC
2854.7 MW 546.8 MW 344.3 MW -51.4 MW 120.1 MW 898.4 MW
800.0 MW

482.7 MW 134.0 MW 283.4 MW 292.3 MW


527.8 MW 776.3 MW 317.5 MW
2854.7 MW 499.2
499.6 501.9
499.0 494.7 492.3 489.5 491.2
514.2 MGENG7
-127.5 MW CIGRE7 -261.7 MW
BOGORX7-HVDC T ASIK7
400.0 MW
400.0 MW 400.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7
499.3
499.3
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2019 (PUKUL 13.00)

Beban : 31.423 MW
Pembangkit : 32.078 MW
Losses : 655 MW (2,04%)
Tegangan terendah : 472,7 KV (GITET Pulogadung)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 3.110
3 110 MW
900.0 MW
BKASI-3 500.0 MW MTWAR7
481.1 TXTX
496.4
488.7
496.1
488.3
488.7
496.1
TXTX
494.0
BNTEN7 MKRNG7 PLGDG7 900.0 MW XTX
480.7
TTX
494.0
TX
TX
480.7
T 490.7
496.4
4
X93.5
TX

642.4 MW 808.3 MW IDMYU7


450.0 MW 466.9 MW 759.3 MW 1800.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
479.9
481.0

MW
473.4 472.7
1400.0 MW JTENG7

-446.6 M
395.3 MW TJATI7 587.3 MW
1055.2 MW CBATU7-2 493.6 311.2 MW TUBAN7 GRSIK7
759.7 MW

BKASI7
391.9 MW

-462.3 MW
467.1 MW 1400.0 MW 500.9

1862.3 MW
474.8 293.5 MW
SLAYA7-2 500.0 -247.3 MW
1055.8 MW

500.2MW
1020.0
479.7 SBYSL

740.9 MW
CWANG7
82.5 MW 495.4
670.1 MW

1104.2 MW
425.0 MW CBATU7

384.7 MW
1400.0 MW
486.1 1031.5 MW MDRCN7 576.0 MW
473.6
91.7 MW
47.7 MW

43.0 MW

744.2 MW 394.7 MW
8.6 MW

493.2 PITON97
473.8
6 MW

DUKSB7

758.1 MW
1137.3 MW 479.9
MW

493.6
189
144

154

0.0 M

1388
1200.6

20 6 MW
20.6

577.3 MW
W
1034.0 MW NGMBG7 500.0 MW

2037.1 MW

2919.9 MW
SLAYA7 1477.2 MW TMBUN7 501.2
499.6
810.2 MW
754.3 MW
110.5 MW 480.0 MW 359.6 MW UBRNG7
2400.3 MW 473.8 450.0 MW
478.0 473.4
454.5 MW 627.7 MW 1148.9 MW
475.0 MW

486.2 416.2 MW
1188.9 MW

KMBNG7 477.9 505.3 MW -491.0 MW


BLRJA7 596.6 MW
CWANG7-2 342.7 MW
-358.6 MW

1086.4 MW
28.7 MW

482.4 488.5
30.6 MW 428.3 MW 252.7 MW 376.5 MW
1241.1 MW

0.2 MW
499.6 497.3
2694.0 MW
596.5 MW 1142.8 MW GNDUL7 498.4 494.3 501.2
1290.4 MW

590.2 MW CRATA7 289.5 MW


1054.7 MW -347.5 MW 1610

498.5 MW
W
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
60.8 MW 475.7 474.9
2264.5 MW

491.6 MW 519.9 MW
LKONG7
319.1 MW
485.9 CIBNG7 357.0 MW 324.1 MW
477.7 484.2 485.2 BDSLN7
CLGON7 GRAT I7

1344.4 MW
421.4 MW 1284.3 MW 498.2 MW
1237.2 MW 302.3 MW KAPAL7
SGLNG7
707.2 MW

-286.3 MW
493.0
475.5 RWALO7
DEPOK7 -1342.0 MW 322.7 MW
484.2 CSKAN7
-21.8 MW TNDES7
394. 0 MW

504.4
821.3 MW 496.7 BNTUL7 BNGIL7
TPCUT7-HVDC 1048.6 MW MGENG7
2632.6 MW 526.8 MW 336.3 MW -189.4 MW 988.5 MW
900.0 MW

501.3 MW 190.6 MW 368.8 MW 66.9 MW


609.1 MW 852.2 MW 341.5 MW
655.5 MW 491.0
2632.6 MW 496.4 496.5 GRDLU7
495.8 499.7 492.3 489.5 486.0 487.9
517.7

BOGORX7-HVDC
-481.2 MW CIGRE7 -673.0 MW TASIK7 PEDAN7 KDIRI7

450.0 MW
450.0 MW 450.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7

497.7 497.7
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2020 (PUKUL 13.00)

Beban : 33.546 MW
Pembangkit : 34.316 MW
Losses : 769 MW (2,24%)
Tegangan terendah : 457,5 KV (GITET Muarakarang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 3.193
3 193 MW
900.0 MW BKASI-3
1000.0 MW MT WAR7
635.4 Mvar TTXX
487.7
477.9
478.2
487.3
487.7
477.9
T
493.6T
XXX
479.2 TT
477.1
T493.6
477.1X
TXX
TT475.5
X
478.2
477.8
X TX
MKRNG7 PLGDG7
900.0 MW
850.0 MW 686.8 MW IDMYU7
580.3 MW 429.4 MW 1700.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
477.8
457 5
457.5 463 2
463.2
JT ENG7

-209.5 MW
2000.0 MW
572.2 MW T JAT I7 656.6 MW
1124.7 MW CBAT U7-2 493.3 304.5 MW T UBAN7 GRSIK7
429.5 MW

BKASI7
366.9 MW

580.5 MW 357.4 MW 1400.0 MW

-98.4 MW
500.7

2198.4 MW
470.2
SLAYA7-2 1348.7 MW 499.7 -276.1 MW
499.0MW
1140.0
924.3 MW

476.3 SBYSL
567.4 MW
CWANG7
85.4 MW BNT EN7 493.0
771.7 MW
425.0 MW

1045.7 MW
400.0 MW CBAT U7

349.8 MW
1400.0 MW
476.0 1212.0 MW MDRCN7 596.2 MW
469.6 457.9
808.3 MW 517.3 MW
8 MW

8 MW

490.6 PIT ON97


1034.3 MW

469.4
DUKSB7

MW
1352.5 MW 476.1
1767.8

2023.8
0.0 MW
W

847.2 M
493 1
493.1
127.5 MW

597.5 MW
NGMBG7 600.0 MW
1233.2 MW

2014.6 MW

2650.6 MW
SLAYA7 1782.4 MW T MBUN7 500.8
1545.2 MW 498.1
794.1 MW 1696.4 MW
118.0 MW 474.3 MW
372.2 MW UBRNG7
400.0 MW
2260.2 MW BLRJA7 458.2
447.3 MW 574.6 MW 1208.7 MW
1277.2 MW

465.8 463.2
476.4 454.7 MW -527.0 MW
KMBNG7 472.9 481.7 MW
720.7 MW

677.0 MW
800.0 MW
-721.7 MW

CWANG7-2
437.3 MW

234.8 MW 535.7 MW 1159.4 MW 381.7 MW 401.6 MW


479.8 487.4
4.5 MW

1549. 3 MW
499.2 494.9
2500.0 MW
97.3 MW 1256.3 MW GNDUL7 498.3 491.9 500.8
1112.2 M W

622.5 MW CRAT A7 262.4 MW


-4

904

144
1447.7 MW -647.7
64 MW

524.6 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
135.9 MW 463.9 463.7
3344.4 MW

351.4 MW
LKONG7
538.7 MW 380.0 MW
476.3 CIBNG7 600.0 MW 318.2 MW
469.5 481.3 483.6 BDSLN7
CLGON7 GRAT I7

1171.5 MW
576.7 MW 1282.1 MW 1162.9 MW 524.3 MW
311.8 MW KAPAL7
SGLNG7
800.0 MW 490.6

-102.1 MW
464.9 -2387.1 MW RWALO7
DEPOK7
CSKAN7
64.8 MW 316.8 MW
480.4 T NDES7
361.3 MW

494.6 573.8 MW -112.8 MW 504.7


779.2 MW BNT UL7 BNGIL7
T PCUT 7-HVDC MGENG7
1160.6 MW
2871.6 MW 423.0 MW -58.6 MW 706.1 MW
850.0 MW

636.1 MW 387.1 MW 363.9 MW 732.6 MW 930.5 MW 454.5 MW


188.7 MW
800.0 MW
2871.6 MW 478.0 483.4 485.1 494.5 492.0 490.8 487.7 489.6
508.5

BOGORX7-HVDC -574.0 MW CIGRE7 -764.5 MW TASIK7 PEDAN7 KDIRI7


425.0 MW
425.0 MW 425.0 MW GRDLU7 800.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7
494.6
495.0
495.0
ANA
ALISIS AL
LIRAN DAAYA 500 KVK
TAHUN 20
T 016 – 2018 - 2020
Pada waktu
w Pumping Up pper Ciso
okan PS
Pukul 03.0
(P 00)
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2016 (PUKUL 03.00)

Beban : 21.239 MW (termasuk PS Uppercisokan 800 MW)


Pembangkit : 21.552 MW
Losses : 313 MW (1,45%)
Tegangan terendah : 491,3 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 3.527
3 527 MW
TX
TX 505.7
498.3
498.2
266.6 MW 505.9
498.3
505.7
TX
TX 503.3
504.4
MKRNG7 520.0 MW TX
1800.0 MW 505.9
TX TX
712.5 MW
495.4 500.0 MW
MTWAR7 136.2 Mvar GITET 500 KV
JTENG7 GENERATOR
409.3 MW 494.6 TJATI7
1040.3 MW BKASI7 85.7 MW
266.7 MW GRSIK7
45.6 MW
W

W
-1141.7 MW
SLAY A7-2 700.0 MW 504.8
1086.7 MW DUKSB7 491.4
503.9 50.5 MW
339.4 MW

55.5 MW BNTEN7 678.8 MW SBY SL


413.9 MW 541.1 MW
500.7
375.0 MW 450.0 MW

1412.7 MW
564.1 MW CBATU7 MDRCN7
499.5 509.8 MW
498.1 495.3 2220.1 MW
1533.7 MW

714.1 MW 85.5 MW

301.6 MW
680.6 MW 491.3
767.2 MW

498.2 PITON97
NGMBG7
497.0
0.0 MW

498.9
0.0 MW

CWANG7
KMBNG7

0.0 MW
-6.1 MW

490.6 MW

510..8 MW
SLAY A7 500.0 MW

3005.6 MW
-355.4 MW

MW
1271.6 MW 256.3 MW TMBUN7 504.1

674.6 M

700
67.5 MW 462.5 MW 503 8
503.8
236.0 MW 179.6 MW
2090.3 MW 495.4 UBRNG7 450.0 MW
499.5 497.1 781.1 MW 1162.8 MW
797.5 MW
-129.8 MW

1068.8 MW 496.5 177.3 MW


1265.7 MW

493.9 330.9 MW 211.1 MW 205.5 MW


BLRJA7
-15.9 MW

200.0 MW
860.1 MW

CWANG7-2 855.2 MW
-107.8 MW 145.4 MW 197.0 MW 227.9 MW
498.0 498.2
889.9 MW
236.1 MW

2450.0 MW

496.2 MW
504.0 500.3 501.9
593.8 MW 504.6 504.1
-224.3 MW

373.7 MW CRATA7 208.5 MW


10.4 MW -810.4 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
-88.7 MW 496.4 496.6
MW

332.7 MW
-188.8 M

LKONG7 GNDUL7 212 1 MW


212.1 62 2 MW
62.2

1625.4 MW
499.6 CIBNG7 153.6 MW -66.0 MW

-72.5 MW 567.4 MW 496.7 499.0 498.1 BDSLN7


CLGON7 GRATI7
433.4 MW
161.2 MW KAPAL7
SGLNG7
-800.0 MW

225.5 MW
496.8
DEPOK7 -66.8 MW
592.5 MW 499.8 -80.2 MW
CSKAN7 RWALO7 513.2
503.1
472.0 MW BNTUL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT7-HVDC
754.8 MW
900..0 MW

813.4 MW 224.4 MW -50.3 MW 612.2 MW 1205.1 MW


212.3 MW 150.8 MW 217.6 MW 173.7 MW
434.5 MW 382.7 MW 411.3 MW
813.4 MW
505.8 506.1 505.4 500.0 497.8 497.8 498.4
518.8
BOGORX7-HVDC -379.3 MW CIGRE7 -530.8 MW TASIK7
450.0 MW 450.0 MW CLCAP7
CLCAP7-2
503.3 503.3
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2018 (PUKUL 03.00)

Beban : 24.132 MW (termasuk PS Uppercisokan 800 MW)


Pembangkit : 24.551 MW
Losses : 419 MW (1,71%)
Tegangan terendah : 492,2 KV (GITET Cawang)
T
Transfer
f daya
d dari
d i ti
timur kke b
baratt : 3.391
3 391 MW
325.0 MW BKASI-3 500.0 MW MT WAR7

494.8
TTXX
MKRNG7 PLGDG7 500.4
520.9
521.2
500.2
500.4
520.9
T
503.8T
XXX
325.0 MW TT
496.1
T503.8
496.1X
TXX
TT513.9
X
521.2
515.0
X TX
402.2 MW 638.7 MW IDMYU7
296.8 MW 680.5 MW 1500.0 MW
494.6
GENERATOR GITET 500 KV
493.5 493.6
1200.0 MW JTENG7
226.8 MW -442.8 MW 502.7
T JATI7
751.2 MW 185.0 MW
GRSIK7
680.8 MW

BKASI7 CBAT U7-2


310.0 MW

-484.6 MW
296.8 MW 247.5 MW 1200.0 MW 505.6

1684.6 MW
492.9
SLAYA7-2 505.5 -266.5 MW
1097.6 MW
836.2 MW

691.1 MW
CWANG7 495.2 596.0 MW SBYSL
58.8 MW 502.0
BNTEN7 454.7 MW CBAT U7

1062.6 MW
325.0 MW

252.4 MW
200.0 MW
499.3
375.0 MW 711.2 MW MDRCN7 633.6 MW
493.6
497.2 584.4 MW 286.9 MW
5 MW

500.4
887.1 MW

492.2 PITON97
NGMBG7
DUKSB7
831.4 M W

784.9 M W
751.6 MW 495.6

2
12

1
1469.5

0.0 MW
W

503.4
2.1 MW

485.9 MW
500.0 MW

2031.7 MW

2826.8 MW
493.8 MW

SLAYA7 1109.6 MW 505.3


1264.6 MW T MBUN7
505.0
516.0 MW 461.4 MW
76.3 MW 199.8 MW
260.1 MW UBRNG7
375.0 MW
1906.2 MW 493.7
567.4 MW
495.9 494.2 775.0 MW 1125.0 MW
105.7 MW

499.4 284.0 MW
1100.4 MW

KMBNG7 495.2 496.9 MW -17.9 MW


BLRJA7 357.4 MW
CWANG7-2 200.0 MW 832.1 MW
210.0 MW
-266.1 MW

497.1 500.2
-4.8 MW 308.2 MW 177.8 MW 261.4 MW
881. 3 MW

8 MW
506.2 503.5
2225.0 MW
691.3 MW 806.3 MW GNDUL7 504.9 501.3 505.3
407.5 MW CRATA7 384 9 MW
384.9
651.9 MW
W

1737.8
265.5 MW -1065.5 MW

357.8 MW
UNGRN7 KRIAN7 PIT ON7
PMLNG7
-71.4 MW 495.2 495.3
1103.1 MW

284.6 MW 527.4 MW
LKONG7 147.9 MW
499.9 CIBNG7 140.6 MW 37.9 MW
496.9 498.6 498.3 BDSLN7
CLGON7 GRATI7

1300.7 MW
196.7 MW 180.8 MW 1582.4 MW 357.6 MW
890.9 MW KAPAL7
SGLNG7
-800.0 MW

247.8 MW
496.0 500.5
-400.7 MW RWALO7
CSKAN7
-112.9 MW 37.3 MW
499.5
T NDES7
DEPOK7 504.4
512.8

-2
635.7 MW BNT UL7 PEDAN7 KDIRI7 BNGIL7
TPCUT 7-HVDC
1653.8 MW 758.4 MW 100.2 MW 145.5 MW 350.0 MW 1037.2 MW
750.0 MW

270.5 MW 124.1 MW 235.8 MW 245.3 MW


451.0 MW 684.7 MW 250.6 MW
1653.8 MW 521.2
516.1 511.9
513.4 500.7 498.3 496.0 496.8
510.0 MGENG7
-393.9 MW CIGRE7 -519.0 MW
BOGORX7-HVDC T ASIK7
375.0 MW
375.0 MW 375.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7
504.4
504.4
ALIRAN DAYA 500 KV TAHUN 2020 (PUKUL 03.00)

Beban : 28.538 MW (PS Uppercisokan 800 MW, Matenggeng 720 MW, Grindulu 400
MW))
Pembangkit : 29.085 MW
Losses : 547 MW (1,88%)
T
Tegangan terendah
t d h : 488,7
488 7 KV (GITET Muarakarang)
M k )
Transfer daya dari timur ke barat : 4.019 MW
900.0 MW BKASI-3
500.0 MW MT WAR7
186.7 Mvar TTXX
498.1
509.6
509.9
497.9
498.1
509.6
T
501.9T
XXX
493.0 TT
493.2
T501.9
493.2X
TXX
TT504.9
X
509.9
506.3
X TX
MKRNG7 PLGDG7
900.0 MW
555.0 MW 732.8 MW IDMYU7
395.5 MW 645.3 MW 1900.0 MW
GENERATOR GITET 500 KV
492.4
488 7
488.7 489 6
489.6
JT ENG7

-251.6 MW
2000.0 MW
363.3 MW T JAT I7 656.6 MW
836.8 MW CBAT U7-2 501.0 271.9 MW T UBAN7 GRSIK7
645.6 MW

BKASI7
273.4 MW

395.6 MW 295.0 MW 1500.0 MW

-41.1 MW
504.3

2291.1 MW
489.6
SLAYA7-2 1291.7 MW 504.2 -285.9 MW
501.8MW
1140.0
749.0 MW

492.4 SBYSL
546.9 MW
CWANG7
61.7 MW BNT EN7 497.3
538.5 MW
475.0 MW

1153.6 MW
425.0 MW CBAT U7

474.5 MW
1500.0 MW
496.2 826.7 MW MDRCN7 524.1 MW
493.4 488.9
663.8 MW 413.6 MW
4 MW

2 MW

495.7 PIT ON97


488.9
928.5 MW

DUKSB7

MW
934.2 MW 492.7
1762.4

1345.2
0.0 MW
W

857.0 M
501 5
501.5
51.9 MW

525.1 MW
NGMBG7 650.0 MW

2341.0 MW

2817.8 MW
293.8 MW
SLAYA7 1534.0 MW T MBUN7 503.1
1495.3 MW 501.5
583.0 MW 1096.6 MW
85.2 MW 357.6 MW
293.0 MW UBRNG7
475.0 MW
2250.2 MW BLRJA7 489.0
391.5 MW
491.8 592.6 MW 1178.6 MW
501.4 MW

490.1
496.3 368.5 MW
1129.0 MW

KMBNG7 492.1 673.6 MW -411.5 MW


500.5 MW
200.0 MW
-301.4 MW

CWANG7-2
258.8 MW

218.9 MW 511.0 MW 983.1 MW 406.4 MW 331.3 MW


494.4 498.0
4.0 MW

1959. 1 MW
504.6 498.9
2575.0 MW
688.3 MW 904.7 MW GNDUL7 503.3 496.5 503.1
438.9 MW CRAT A7 437.5 MW
594.9 MW
W
-2

1004

418 0 MW -1218.0
418.0 1218 0 MW

438.2 MW
UNGRN7 KRIAN7 PITON7
PMLNG7
-85.9 MW 490.9 491.1
1723.4 MW

351.4 MW
LKONG7
314.5 MW 280.3 MW
496.9 CIBNG7 150.0 MW 71.7 MW
493.2 495.8 495.9 BDSLN7
CLGON7 GRAT I7

1643.5 MW
173.8 MW 911.1 MW 1669.3 MW 438.0 MW
182.8 MW KAPAL7
SGLNG7
-800.0 MW 495.5

-662.1 MW
491.8 -1001.9 MW RWALO7
DEPOK7
CSKAN7
-89.2 MW 71.2 MW
496.6 T NDES7
1093.9 MW

505.5 144.5 MW 273.3 MW 509.5


603.0 MW BNT UL7 BNGIL7
T PCUT 7-HVDC MGENG7
366.9 MW
2084.0 MW -55.8 MW 295.2 MW 1348.0 MW
950.0 MW

352.8 MW 228.7 MW 238.8 MW 511.2 MW 796.9 MW 274.8 MW


96.7 MW
-720.0 MW
2084.0 MW 509.8 510.3 510.1 514.6 501.9 499.6 495.1 495.5
505.4

BOGORX7-HVDC -40.6 MW CIGRE7 -137.4 MW TASIK7 PEDAN7 KDIRI7


475.0 MW
475.0 MW 475.0 MW GRDLU7 -400.0 MW
CLCAP7-2 CLCAP7
502.7
505.0
504.9
LA
AMPIRAN C1.9
KEBUTUHA
AN FISIK PENGEM
MBANGAN N DISTRIB
BUSI
SISTTEM JAWA
A BALI
913
Kebutuhan Fisik Distribusi
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

Jakarta dan Tangerang


Jaringan TM kms 2,960.0 1,470.0 280.0 210.0 490.0 1,120.0 1,190.0 1,120.0 1,120.0 980.0 10,940.0
Jaringan TR kms 1 214 4
1,214.4 1,074.4
1 074 4 1,036.0
1 036 0 898.4
898 4 1,089.6
1 089 6 1,348.8
1 348 8 1,416.0
1 416 0 1,525.6
1 525 6 1,637.6
1 637 6 1,741.6
1 741 6 12 982 4
12,982.4
Trafo Distribusi MVA 608.7 539.3 517.9 450.7 546.9 678.4 710.9 766.7 824.4 875.2 6,519.1
Tambahan Pelanggan ribu plgn 132.5 143.8 142.8 142.0 141.3 140.7 93.4 86.8 87.0 87.8 1,198.1
Jawa Barat dan Banten
Jaringan TM kms 2,098.9 2,200.6 2,301.9 2,407.4 2,522.4 2,636.9 2,755.9 2,879.6 3,009.5 3,145.3 25,958.5
Jaringan TR kms 2,931.9 3,010.0 3,079.6 3,150.1 3,232.3 3,305.0 3,378.4 3,452.5 3,529.2 3,607.6 32,676.5
Trafo Distribusi MVA 173.3 415.4 279.6 324.6 282.8 361.0 309.6 379.0 376.2 355.1 3,256.7
Tambahan Pelanggan ribu plgn 546.9 557.4 590.3 625.5 662.9 673.8 711.9 752.7 795.9 433.7 6,351.0
Jawa Tengah dan DIY
Jaringan TM kms 1,183.8 2,092.4 1,414.4 1,570.1 1,603.9 1,905.8 1,916.5 1,947.5 1,952.8 2,011.8 17,598.9
Jaringan TR kms 1,863.5 3,515.1 2,430.5 2,729.9 2,970.3 3,232.3 3,338.9 3,620.3 3,925.4 4,256.7 31,883.0
Trafo Distribusi MVA 183.2 345.5 238.9 268.4 292.0 317.7 328.2 355.9 385.9 418.4 3,134.2
Tambahan Pelanggan ribu plgn 317.9 320.2 323.8 325.9 330.6 331.8 335.4 337.7 340.7 357.1 3,321.0
914

Jawa Timur
Jaringan TM kms 1,152.6 1,202.2 1,254.2 1,308.6 1,365.6 1,425.4 1,488.1 1,553.8 1,622.8 1,695.1 14,068.3
Jaringan TR kms 897.8 935.6 976.1 1,017.9 1,062.5 1,109.7 1,158.3 1,209.6 1,263.6 1,319.0 10,949.9
Trafo Distribusi MVA 77.2 80.5 84.0 87.6 91.4 95.5 99.6 104.0 108.7 113.4 941.8
Tambahan Pelanggan ribu plgn 74.7 373.1 480.2 538.1 573.3 604.9 455.4 408.3 307.0 203.5 4,018.4
Bali
Jaringan TM kms 339 7
339.7 225.3
225 3 225.5
225 5 225.7
225 7 218.3
218 3 215.3
215 3 214.4
214 4 211.2
211 2 203.4
203 4 199.0
199 0 2 277 7
2,277.7
Jaringan TR kms 314.0 227.7 230.5 233.6 226.8 226.2 228.6 228.4 222.0 220.8 2,358.5
Trafo Distribusi MVA 77.2 65.2 68.3 71.6 73.2 76.2 79.8 83.2 85.4 88.8 768.9
Tambahan Pelanggan ribu plgn 35.0 38.3 40.1 42.0 44.0 46.1 48.3 50.6 53.1 55.7 453.2
Total Jawa-Bali
Jaringan TM kms 7,735.0 7,190.4 5,475.9 5,721.8 6,200.2 7,303.5 7,564.9 7,712.1 7,908.4 8,031.2 70,843.4
Jaringan TR kms 7,221.5 8,762.7 7,752.6 8,029.8 8,581.4 9,222.0 9,520.2 10,036.4 10,577.8 11,145.7 90,850.3
Trafo Distribusi MVA 1,119.6 1,445.8 1,188.6 1,202.9 1,286.4 1,528.7 1,528.2 1,688.8 1,780.5 1,851.0 14,620.7
Tambahan Pelanggan ribu plgn 1,107.0 1,432.7 1,577.2 1,673.4 1,752.0 1,797.2 1,644.4 1,636.1 1,583.8 1,137.8 15,341.6
LA
AMPIRAN
N C1.10
PR
ROGRAM LISTRIK PERDESA
AAN
SIST
TEM JAWAA BALI
915
Program Listrik Perdesaan Jawa Bali

Perkiraan kebutuhan Fisik Listrik Perdesaan Regional Jawa Bali
JTM  JTR Trafo Jml  Listrik murah 
Tahun
kms kms MVA Unit Pelanggan dan dan Hemat (RTS)
Hemat (RTS)
2011         951.0     1,547.0           70.1         1,089         100,024                         ‐
2012         527.2         870.6           50.8             779           50,468                  10,998
2013         843.9     1,416.2           82.9         1,287           84,979                         ‐
2014         823.6     1,382.1           80.9         1,257           82,934                         ‐
Total       3,145.6      5,215.9          284.7      4,412.0          318,404                   10,998
916

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Regional Jawa Bali (juta Rp)
Listrik murah 
Tahun JTM  JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hemat (RTS)
2011        185,551.7        179,064.0          65,591.7                    ‐        430,207.4                         ‐
2012        113,461.1
113 461 1      103,982.0
103 982 0        69,012.3
69 012 3                   ‐      286,455.4
286 455 4             38,493.0
38 493 0
2013        185,171.6        171,678.2        114,515.4                    ‐        471,365.3                         ‐
2014        180,715.9        167,547.1        111,759.9                    ‐        460,023.0                         ‐
Total          664,900.3          622,271.4          360,879.3                      ‐      1,648,051.1                 38,493.0
Program Listrik Perdesaan Provinsi Banten

Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Banten
JTM  JTR Trafo Jml  Listrik murah 
Tahun
kms 380 MVA Unit Pelanggan dan Hemat (RTS)
2011         159.0         276.0              9.7             169           23,450
2012           55.0         150.0           12.6             194              8,167                     1,615
2013         104.6         285.3           23.9             369           15,532
2014         102.1       278.4         23.3           360          15,158
Total           420.7           989.7             69.4           1,092             62,306                       1,615
917

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Banten (juta Rp)
Listrik murah 
Tahun JTM  JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hemat (RTS)
2011          33,858.0          27,953.9          10,658.4          72,470.3
2012          16,588.8
16 588 8        20,307.8
20 307 8        23,017.5
23 017 5        59,914.1
59 914 1               5,652.5
5 652 5
2013          31,547.7          38,620.3          43,773.6        113,941.6
2014          30,788.6          37,691.0          42,720.3        111,199.9
Total          112,783.1          124,572.9          120,169.9                      ‐          357,525.8                   5,652.5
Program Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Barat

Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Barat
JTM  JTR Trafo Jml  Listrik murah 
Tahun
kms kms MVA Unit Pelanggan dan dan Hemat (RTS)
Hemat (RTS)
2011         242.0         480.0           14.0             240           29,000
2012           85.0         170.4              4.5               75           10,527                     1,935
2013         153.8         308.3              8.1             136           19,047
2014         150.1       300.9            7.9           132          18,589
Total           630.9       1,259.6             34.6               583             77,163                       1,935
918

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Barat (juta Rp)
ki i i ik d i i (j )
Listrik murah 
Tahun JTM  JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hemat (RTS)
2011          58,040.3          59,210.4          18,900.8       136,151.5 
2012          25,062.9        23,068.3          8,634.1         56,765.2 
56,765.2               6,772.5
2013          45,347.5          41,738.5          15,622.0       102,707.9 
2014          44,256.3          40,734.1          15,246.1       100,236.5 
Total          172,707.0          164,751.2            58,403.0                      ‐          395,861.2                   6,772.5
Program Listrik Perdesaan Jawa Tengah

Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Tengah
JTM  JTR Trafo Jml  Listrik murah 
Tahun
kms kms MVA Unit Pelanggan dan Hemat (RTS)
dan Hemat (RTS)
2011         291.0         367.0           20.0             400           26,909
2012         158.0         176.0           13.4             268           24,737                     4,583
2013         257.6         286.9           21.8             437           40,330
2014         251.4       280.0         21.3           426          39,360
Total           958.0       1,110.0             76.6           1,531           131,337                       4,583
919

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Tengah (juta Rp)
Listrik murah 
Tahun JTM  JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hemat (RTS)
2011          38,193.9          35,736.9          12,054.9          85,985.8
2012          24,419.3
24 419 3        20,389.7
20 389 7          8,362.7
8 362 7        53,171.7
53 171 7             16,040.5
16 040 5
2013          39,812.5          33,242.8          13,634.3          86,689.6
2014          38,854.5          32,442.9          13,306.2          84,603.6
Total          141,280.1          121,812.5            47,358.2                      ‐          310,450.7                 16,040.5
Program Listrik Perdesaan Jawa Timur

Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Timur
JTM  JTR Trafo Jml  Listrik murah 
Tahun
kms kms MVA Unit Pelanggan dan Hemat (RTS)
dan Hemat (RTS)
2011         175.0         256.0           10.7             125           18,084
2012         172.2         274.2           14.7             188              5,246                     2,645
2013         244.2         388.9           20.9             267              7,441
2014         238.3       379.6         20.3           260             7,262
Total           829.7       1,298.7             66.5               840             38,032                       2,645
92
20

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Jawa Timur (juta Rp)
Listrik murah 
Tahun JTM  JTR Trafo Pembangkit Total
dan Hemat (RTS)
2011          33,423.1        28,951.3        11,628.6           74,002.9
2012          22,125.4          19,251.8          21,807.1          63,184.3                 9,257.5
2013          31,382.8          27,306.9          30,931.4          89,621.1
2014          30,627.7          26,649.8          30,187.1          87,464.6
Total          117,559.0          102,159.9            94,554.1                      ‐          314,273.0                   9,257.5
Program Listrik Perdesaan Bali

Perkiraan Kebutuhan Fisik Jaringan Listrik Perdesaan Provinsi Bali
JTM  JTR Trafo Jml  Listrik murah 
Tahun
kms kms MVA Unit Pelanggan dan Hemat (RTS)
2011           84.0         168.0           15.8             155              2,581
2012           57.0         100.0              5.6               54              1,791                        220
2013             83.7           146.8              8.2               79              2,629
2014           81.6       143.2            8.0             77             2,565
Total           306.3           558.0             37.6           365.6                9,566                          220
92
21

Perkiraan Biaya Listrik Perdesaan Provinsi Bali (juta Rp)
Pembangkit /  Listrik murah 
Tahun JTM  JTR Trafo Total
Genset dan Hemat (RTS)
2011          22,036.4          27,211.5          12,349.0          61,596.9
2012          25,264.7
25 264 7        20,964.5
20 964 5          7,190.9
7 190 9                   ‐        53,420.2
53 420 2                   770.0
770 0
2013          37,081.2          30,769.7          10,554.1          78,405.0
2014          36,188.9          30,029.3          10,300.2          76,518.4
Total          120,571.2          108,974.9            40,394.2                      ‐          269,940.4                       770.0
LAMPIR
RAN C1.1
11
PROGRA
AM ENER
RGI BARU DAN TER
RBARUKA
AN
SIST
TEM JAW
WA BALI
(Program EBT Nassional telah diurraikan pada narasi batang
tubuh Bab 5.11, halaaman 112. Rinccian program EBT
E Jawa Bali
sedang dikembangka an lebih lanjut pada
p saat penu
ulisan RUPTL
ini, se
ehingga belum dapat
d disajikan
n dalam Lampirran C1.11 ini)
92
22
LA
AMPIRAN
N C1.12
PR
ROYEKSI KEBUTUUHAN INVESTASI
SIS
STEM JAW
WA BALI
92
23
Proyeksi Kebutuhan Investasi (M USD) – PLN+IPP

Fixed Assets
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 2,226.1 2,114.3 747.7 1,148.2 3,440.7 4,416.5 4,219.9 2,809.4 2,656.8 2,237.4 26,017.1
Pembangkit Lc 969.2 896.1 301.6 489.6 1,547.1 2,070.7 1,819.1 1,204.0 1,207.9 1,110.3 11,615.6
Total 3,195.3 3,010.4 1,049.3 1,637.8 4,987.8 6,487.1 6,039.0 4,013.5 3,864.7 3,347.7 37,632.7
Fc 935.7 2,836.6 523.6 414.2 564.1 1,913.8 601.6 264.4 251.9 253.4 8,559.2
Penyaluran Lc 156.9 634.7 93.0 87.6 137.6 193.0 95.4 43.7 41.1 43.2 1,526.2
Total 1,092.5 3,471.3 616.6 501.7 701.7 2,106.8 697.0 308.1 293.0 296.5 10,085.3
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
T t l
Total 738 5
738.5 683 3
683.3 532 1
532.1 549 7
549.7 600 9
600.9 710 5
710.5 739 9
739.9 768 8
768.8 796 6
796.6 812 2
812.2 6 932 5
6,932.5
Fc 3,161.8 4,950.9 1,271.3 1,562.3 4,004.9 6,330.2 4,821.4 3,073.9 2,908.7 2,490.8 34,576.3
Total Lc 1,864.5 2,214.2 926.7 1,126.9 2,285.6 2,974.2 2,654.4 2,016.5 2,045.6 1,965.7 20,074.3
Total 5,026.3 7,165.0 2,198.0 2,689.2 6,290.5 9,304.4 7,475.9 5,090.4 4,954.3 4,456.5 54,650.6
92

Disbursements
24

Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 1,792 1,885 2,784 3,906 3,732 2,997 2,785 2,429 1,872 1,834 26,016
Pembangkit Lc 814 949 1,335 1,706 1,569 1,259 1,293 1,157 868 812 11,763
Total 2,605 2,834 4,119 5,613 5,302 4,256 4,079 3,585 2,740 2,647 37,779
Fc 1,994 964 466 804 1,381 797 329 255 202 51 7,243
Penyaluran Lc 370 145 108 155 148 84 48 42 26 4 1,131
Total 2,364 1,109 574 959 1,530 881 377 297 228 55 8,374
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 738 683 532 550 601 711 740 769 797 812 6,932
Total 738 683 532 550 601 711 740 769 797 812 6,932
Fc 3,786 2,849 3,250 4,710 5,114 3,794 3,115 2,683 2,075 1,885 33,260
Total Lc 1 922
1,922 1 777
1,777 1 975
1,975 2 411
2,411 2 319
2,319 2 054
2,054 2 081
2,081 1 968
1,968 1 690
1,690 1 629
1,629 19 826
19,826
Total 5,708 4,626 5,225 7,121 7,433 5,848 5,196 4,651 3,765 3,514 53,086
Proyeksi Kebutuhan Investasi (M USD) - PLN

Fixed Assets
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 1,536.3 1,372.7 646.9 802.4 1,210.1 667.3 1,146.9 894.2 1,220.4 1,938.6 11,435.8
P b
Pembangkit
kit L
Lc 673 5
673.5 578 3
578.3 258 4
258.4 341 4
341.4 577 7
577.7 463 9
463.9 502 1
502.1 383 2
383.2 592 3
592.3 977 1
977.1 5 347 9
5,347.9
Total 2,209.8 1,950.9 905.3 1,143.8 1,787.8 1,131.1 1,649.0 1,277.5 1,812.7 2,915.7 16,783.7
Fc 935.7 2,836.6 523.6 414.2 564.1 1,913.8 601.6 264.4 251.9 253.4 8,559.2
Penyaluran Lc 156.9 634.7 93.0 87.6 137.6 193.0 95.4 43.7 41.1 43.2 1,526.2
Total 1,092.5 3,471.3 616.6 501.7 701.7 2,106.8 697.0 308.1 293.0 296.5 10,085.3
Fc -
Distribusi Lc 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
Total 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
Fc 2,471.9 4,209.2 1,170.5 1,216.5 1,774.3 2,581.0 1,748.4 1,158.7 1,472.3 2,192.0 19,995.0
Total Lc 1,568.9 1,896.3 883.5 978.7 1,316.2 1,367.4 1,337.4 1,195.7 1,430.0 1,832.5 13,806.6
Total 4,040.8 6,105.5 2,054.0 2,195.2 3,090.5 3,948.4 3,085.9 2,354.4 2,902.3 4,024.5 33,801.6
92
25

Disbursements
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 1,252.6 1,093.5 1,128.1 1,360.1 1,115.1 912.2 1,138.7 1,274.0 1,319.5 1,744.7 12,338.5
Pembangkit Lc 574.0 511.7 551.2 645.0 556.0 452.1 600.7 635.9 622.8 772.3 5,921.7
Total 1,826.5 1,605.2 1,679.3 2,005.1 1,671.1 1,364.3 1,739.4 1,909.9 1,942.4 2,517.0 18,260.1
Fc 1 993 8
1,993.8 964 3
964.3 466 0
466.0 804 1
804.1 1 381 4
1,381.4 796 6
796.6 329 3
329.3 254 7
254.7 202 4
202.4 50 7
50.7 7 243 3
7,243.3
Penyaluran Lc 370.3 145.0 108.1 154.8 148.4 84.5 47.8 42.2 25.7 4.3 1,131.1
Total 2,364.1 1,109.3 574.2 958.8 1,529.8 881.1 377.2 296.9 228.1 55.0 8,374.4
Fc -
Distribusi Lc 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
Total 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
Fc 3,246.4 2,057.8 1,594.1 2,164.2 2,496.5 1,708.8 1,468.0 1,528.8 1,521.9 1,795.4 19,581.8
Total Lc 1,682.7 1,340.1 1,191.4 1,349.4 1,305.4 1,247.1 1,388.5 1,446.8 1,445.1 1,588.8 13,985.3
Total 4,929.1 3,397.9 2,785.5 3,513.6 3,801.8 2,955.9 2,856.5 2,975.6 2,967.0 3,384.2 33,567.0
Proyeksi Kebutuhan Investasi Pembangkit (M USD) – PLN+IPP
Disbursement Juta US$
Pembangkit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
0.0  
PLTG FC                  2.4                  2.4                50.2                37.8                  ‐                  8.3                75.5              109.1                73.5              100.8                460.1
LC                  1.0                  1.0                26.9                10.8                  ‐                  3.6                46.8                32.4                45.9                28.8                197.2
PLTU FC          1,540.7          1,497.4          2,038.7          2,920.2          2,767.5          2,070.5          1,347.9              709.8              718.9          1,001.0          16,612.6
LC              698.7              737.4              945.3          1,232.2          1,077.3              819.9              562.1              312.0              347.1              429.0            7,160.9
PLTD FC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    ‐
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    ‐
PLTGU FC              138.5             191.2            223.0            267.8            178.8                 ‐               89.3            376.6            396.4            441.0           2,302.4
LC                47.9                81.9                95.6              114.8                76.6                  ‐                76.5              218.8              131.6              208.1            1,051.8
PLTA FC                  6.6                61.7              114.0              123.7                84.1                28.2                  8.9                  4.3                10.8                  6.5                448.8
LC                  8.8                45.5                71.6                78.1                56.1                18.8                  5.9                  2.9                  7.2                  4.3                299.2
PLTP FC                63.5                71.1              254.7              436.1              558.6              772.0          1,129.0          1,087.0              551.0              203.3            5,126.2
LC                24.0                33.3                95.4              189.4              241.0              311.6              482.4              490.7              242.1                79.2            2,189.2
PS FC                40.0                60.1              100.1              117.4              142.6              118.2              134.8              142.0              121.5                81.8            1,058.6
LC                33.2                49.8               99.5               80.7            118.2            105.1             119.6               99.9               94.3               62.8              863.1
PLTGB FC                  ‐                  0.8                  3.1                  3.1                  0.8                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    7.7
LC                  ‐                  0.1                  0.5                  0.5                  0.1                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    1.4
Jumlah FC          1,791.8          1,884.6          2,783.8          3,906.1          3,732.4          2,997.1          2,785.3          2,428.7          1,872.1          1,834.4          26,016.3
LC              813.7              949.1          1,334.9          1,706.5          1,569.3          1,258.9          1,293.3          1,156.6              868.2              812.3          11,762.7
Seluruh          2,605.4          2,833.7          4,118.8          5,612.5          5,301.8          4,256.1          4,078.6          3,585.3          2,740.3          2,646.6          37,779.1
92
26

Fixed Asset Juta US$
Pembangkit 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
                   ‐
PLTG FC                  2.4                  2.4                25.0                63.0                  ‐                  8.3                  8.3              176.3                  6.3              168.0                460.1
LC                  1.0                  1.0                10.7                27.0                  ‐                  3.6                  3.6                75.6                  2.7                72.0                197.2
PLTU FC          2,031.3          1,920.7              398.9              813.6          2,286.1          3,378.1          3,687.5          1,092.0              546.0              910.0          17,064.3
LC              885.7              813.2              152.1              347.2              979.8          1,447.8          1,580.4              468.0              234.0              390.0            7,298.0
PLTD FC                  ‐                  ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                   ‐
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    ‐
PLTGU FC              183.2              191.2              223.0              267.8              178.8                  ‐                  ‐              153.4              485.6              485.6            2,168.6
LC                78.5                81.9                95.6              114.8                76.6                  ‐                  ‐                65.8              208.1              208.1                929.4
PLTA FC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              308.4                74.4                44.4                  ‐                  ‐                21.6                448.8
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              205.6                49.6                29.6                  ‐                  ‐                14.4                299.2
PLTP FC                  9.2                  ‐              100.8                  ‐              663.6              555.2              479.6          1,387.7          1,445.6              286.4            4,928.3
LC                  4.0                  ‐                43.2                  ‐              284.4              238.0              205.6              594.7              619.6              122.8            2,112.1
PS FC                  ‐                  ‐                 ‐                 ‐                 ‐            400.4                 ‐                 ‐            173.3            365.8              939.4
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              331.8                  ‐                  ‐              143.6              303.1                778.4
PLTGB FC                  ‐                  ‐                  ‐                  3.8                  3.8                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    7.7
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  0.7                  0.7                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    1.4
Jumlah FC          2,226.1          2,114.3              747.7          1,148.2          3,440.7          4,416.5          4,219.9          2,809.4          2,656.8          2,237.4          26,017.1
LC              969.2              896.1              301.6              489.6          1,547.1          2,070.7          1,819.1          1,204.0          1,207.9          1,110.3          11,615.6
Seluruh          3,195.3          3,010.4          1,049.3          1,637.8          4,987.8          6,487.1          6,039.0          4,013.5          3,864.7          3,347.7 37,632.7  
Proyeksi Kebutuhan Investasi Pembangkit (M USD) – PLN
Disbursement Juta US$
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total

PLTG FC                  2.4                  2.4                50.2                37.8                  ‐                  8.3                75.5              109.1                73.5              100.8                460.1
LC                  1.0                  1.0                26.9                10.8                  ‐                  3.6                46.8                32.4                45.9                28.8                197.2
PLTU FC          1,100.4              788.7              654.6              827.2              720.0              748.2              821.0              627.9              718.9          1,001.0            8,008.0
LC              486.7              340.9              268.3              371.4              312.5              320.7              348.0              276.9              347.1              429.0            3,501.4
PLTD FC                  ‐                  ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 ‐                   ‐
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    ‐
PLTGU FC                93.9              191.2              223.0              267.8              178.8                  ‐                89.3              376.6              396.4              441.0            2,257.8
LC                40.3                81.9                95.6              114.8                76.6                  ‐                76.5              218.8              131.6              208.1            1,044.1
PLTA FC                  6.6                50.4                97.1              106.8                72.8                28.2                  8.9                  ‐                  ‐                  ‐                370.8
LC                  8.8                38.0                60.3                66.8                48.6                18.8                  5.9                  ‐                  ‐                  ‐                247.2
PLTP FC                  9.2                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  9.2                  9.2                18.5                  9.2              120.1                175.6
LC                  4.0                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  4.0                  4.0                  7.9                  4.0                43.6                  67.3
PS FC                40.0                60.1            100.1            117.4            142.6            118.2             134.8            142.0            121.5               81.8           1,058.6
LC                33.2                49.8                99.5                80.7              118.2              105.1              119.6                99.9                94.3                62.8                863.1
PLTGB FC                  ‐                  0.8                  3.1                  3.1                  0.8                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    7.7
LC                  ‐                  0.1                  0.5                  0.5                  0.1                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    1.4
Jumlah FC          1,252.6          1,093.5          1,128.1          1,360.1          1,115.1              912.2          1,138.7          1,274.0          1,319.5          1,744.7          12,338.5
LC              574.0              511.7              551.2              645.0              556.0              452.1              600.7              635.9              622.8              772.3            5,921.7
Seluruh          1,826.5          1,605.2          1,679.3          2,005.1          1,671.1          1,364.3          1,739.4          1,909.9          1,942.4          2,517.0          18,260.1
92
27

Fixed Asset Juta US$
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total

PLTG FC                  2.4                  2.4                25.0                63.0                  ‐                  8.3                  8.3              176.3                  6.3              168.0                460.1
LC                  1.0                  1.0                10.7                27.0                  ‐                  3.6                  3.6                75.6                  2.7                72.0                197.2
PLTU FC          1,430.7          1,179.1              398.9              467.8              775.5              174.9          1,084.9              546.0              546.0              910.0            7,513.8
LC              628.3
628 3             495.3
495 3            152.1
152 1            199.0
199 0            332.4
332 4               75.0
75 0             465.0
465 0            234.0
234 0            234.0
234 0            390.0
390 0           3,205.0
3 205 0
PLTD FC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    ‐
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                    ‐
PLTGU FC                93.9              191.2              223.0              267.8              178.8                  ‐                  ‐              153.4              485.6              485.6            2,079.3
LC                40.3                81.9                95.6              114.8                76.6                  ‐                  ‐                65.8              208.1              208.1                891.1
PLTA FC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              252.0                74.4                44.4                  ‐                  ‐                  ‐                370.8
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              168.0                49.6                29.6                  ‐                  ‐                  ‐                247.2
PLTP FC                  9.2                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  9.2                  9.2                18.5                  9.2                  9.2                  64.7
LC                  4.0                  ‐                 ‐                 ‐                 ‐                 4.0                 4.0                 7.9                 4.0                 4.0                 27.7
PS FC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              400.4                  ‐                  ‐              173.3              365.8                939.4
LC                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐                  ‐              331.8                  ‐                  ‐              143.6              303.1                778.4
Jumlah FC          1,536.3          1,372.7              646.9              802.4          1,210.1              667.3          1,146.9              894.2          1,220.4          1,938.6          11,435.8
LC              673.5              578.3              258.4              341.4              577.7              463.9              502.1              383.2              592.3              977.1            5,347.9
Seluruh          2,209.8          1,950.9              905.3          1,143.8          1,787.8          1,131.1          1,649.0          1,277.5          1,812.7          2,915.7 16,783.7  
Kebutuhan Investasi Pengembangan Transmisi (M USD)
Fixed Asset Addition
500 kV 500 kV DC 150 kV 70 kV Total
Tahun
Fc Lc Fc Lc Fc Lc Fc Lc

2011 17.81 8.95 331.82 58.84 - - 417.43


2012 1,912.05 478.67 342.83 70.57 4.08 0.12 2,808.31
2013 174 13
174.13 35 66
35.66 101 46
101.46 20 31
20.31 331 56
331.56
2014 11.16 3.26 134.08 33.60 4.08 1.46 187.65
2015 100.04 50.27 140.56 33.48 324.36
2016 250.71 57.46 417.19 12.61 68.51 29.42 835.91
2017 189.36 33.74 53.52 9.60 286.22
2018 4.34 2.18 62.49 12.65 81.66
2019 11.40 3.43 16.19 4.50 35.51
2020 9.94 5.02 40.22 7.55 62.72
Total 2,680.95 678.64 417.19 12.61 1,291.68 280.52 8.15 1.58 5,371.33

Disbursement Schedule
92
28

500 kV AC 500 kV DC 150 kV 70 kV


Tahun Total
Fc Lc Fc Lc Fc Lc Fc Lc

2011 1,185.62 254.49 - - 292.35 49.29 2.45 0.06 1,784.26


2012 489.12 67.00 - - 156.26 30.66 1.63 0.60 745.26
2013 61 53
61.53 25 31
25.31 - - 128 85
128.85 32 23
32.23 2 45
2.45 0 73
0.73 251 09
251.09
2014 112.40 48.45 83.44 5.04 124.86 31.87 0.82 0.15 407.02
2015 208.31 47.25 250.31 6.31 79.92 21.90 - - 614.00
2016 164.63 23.49 83.44 1.26 58.31 12.80 - - 343.93
2017 42.76 5.84 - - 51.44 9.08 - - 109.11
2018 9.70 3.94 - - 30.25 6.53 - - 50.42
2019 8 24
8.24 2 85
2.85 - - 27 37
27.37 4 22
4.22 - - 42 69
42.69
2020 1.99 0.50 - - 8.04 0.75 - - 11.29
Total 2,284.29 479.12 417.19 12.61 957.66 199.34 7.34 1.54 4,359.08
Kebutuhan Investasi Pengembangan Gardu Induk (M USD)
Fixed Asset Addition
500/150 kV 150/70 kV 150/20 kV 70/20 kV
Tahun Total
Fc Lc Fc Lc Fc Lc Fc Lc

2011 223.97 34.44 342.64 51.39 19.43 3.24 675.10


2012 42.32 5.51 529.12 78.28 6.17 1.58 662.99
2013 176 47
176.47 24 89
24.89 67 22
67.22 11 44
11.44 4 31
4.31 0 72
0.72 285 06
285.06
2014 69.80 17.75 190.76 30.78 4.28 0.73 314.09
2015 167.15 31.45 156.39 22.39 377.37
2016 942.48 59.66 233.07 33.55 1.80 0.30 1,270.85
2017 214.42 30.44 143.17 21.47 1.08 0.18 410.77
2018 12.72 1.91 180.17 26.17 4.68 0.79 226.45
2019 64.87 10.04 151.53 21.82 7.94 1.32 257.52
2020 29.65 5.62 171.39 24.62 2.17 0.36 233.81
Total 1,943.85 221.70 - - 2,165.47 321.91 51.87 9.22 4,714.01

Disbursement Schedule
92
29

500/150 kV 150/70 kV 150/20 kV 70/20 kV


Tahun Total
Fc Lc Fc Lc Fc Lc Fc Lc

2011 105.48 16.15 - - 399.44 48.86 8.45 1.40 579.79


2012 128.31 20.09 - - 184.31 25.86 4.68 0.81 364.06
2013 110.60 23.94 - - 159.18 25.49 3.43 0.43 323.07
2014 302.74 41.36 - - 178.60 27.69 1.22 0.19 551.80
2015 641.80 45.15 - - 199.75 27.60 1.30 0.22 915.82
2016 319.69 21.95 - - 168.55 24.56 1.95 0.43 537.14
2017 63.49 8.01 - - 167.05 23.96 4.61 0.94 268.07
2018 47.40 7.46 - - 161.23 23.38 6.13 0.88 246.48
2019 30.76 3.82 - - 133.14 14.49 2.89 0.31 185.41
2020 5.93 0.56 - - 34.28 2.46 0.43 0.04 43.70
Total 1,756.21 188.51 - - 1,785.53 244.35 35.09 5.67 4,015.35
Kebutuhan Investasi Pengembangan Distribusi (M USD)
Juta US$

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

Jakarta dan Tangerang


Jaringan TM 266.4 132.3 25.2 18.9 44.1 100.8 107.1 100.8 100.8 88.2 984.6
Jaringan TR 13.4 11.8 11.4 9.9 12.0 14.8 15.6 16.8 18.0 19.2 142.8
Trafo Distribusi 63.3 56.1 53.9 46.9 56.9 70.6 73.9 79.7 85.7 91.0 678.0
Tambahan Pelanggan 10.0 9.8 9.6 9.5 9.3 9.1 9.0 8.8 8.7 8.5 92.4
Total 353.1 210.0 100.1 85.1 122.3 195.3 205.6 206.1 213.2 206.9 1,897.8
Jawa Barat dan Banten
Jaringan TM 94.5 99.0 103.6 108.3 113.5 118.7 124.0 129.6 135.4 141.5 1,168.1
Jaringan TR 38.1 39.1 40.0 41.0 42.0 43.0 43.9 44.9 45.9 46.9 424.8
Trafo Distribusi 18.0 43.2 29.1 33.8 29.4 37.5 32.2 39.4 39.1 36.9 338.7
Tambahan Pelanggan 38.7 40.6 42.4 44.4 46.5 48.6 50.8 53.1 55.5 58.0 478.6
Total 189.3 221.9 215.1 227.4 231.4 247.8 250.9 267.0 275.9 283.4 2,410.2
Jawa Tengah dan DIY
Jaringan TM 36.7 64.9 43.8 48.7 49.7 59.1 59.4 60.4 60.5 62.4 545.6
Jaringan TR 20.5 38.7 26.7 30.0 32.7 35.6 36.7 39.8 43.2 46.8 350.7
Trafo Distribusi 10.4 19.7 13.6 15.3 16.6 18.1 18.7 20.3 22.0 23.9 178.6
Tambahan Pelanggan 16.1 17.6 18.4 19.2 20.0 20.9 20.9 21.8 22.8 23.8 201.4
Total 83.8 140.9 102.6 113.2 119.1 133.7 135.7 142.3 148.5 156.8 1,276.4
93
30

Jawa Timur
Jaringan TM 47.3 49.3 51.4 53.7 56.0 58.4 61.0 63.7 66.5 69.5 576.8
Jaringan TR 11.7 12.2 12.7 13.2 13.8 14.4 15.1 15.7 16.4 17.1 142.3
Trafo Distribusi 8.0 8.4 8.7 9.1 9.5 9.9 10.4 10.8 11.3 11.8 98.0
Tambahan Pelanggan 18.0 20.4 20.7 26.7 27.8 29.6 39.4 41.0 42.7 44.4 310.8
Total 84.9 90.3 93.6 102.7 107.1 112.4 125.8 131.3 136.9 142.8 1,127.9
Bali
Jaringan TM 12.2 8.1 8.1 8.1 7.9 7.8 7.7 7.6 7.3 7.2 82.0
Jaringan TR 4.1 3.0 3.0 3.0 2.9 2.9 3.0 3.0 2.9 2.9 30.7
Trafo Distribusi 8.0 6.8 7.1 7.4 7.6 7.9 8.3 8.7 8.9 9.2 80.0
Tambahan Pelanggan 3.1 2.4 2.5 2.6 2.6 2.7 2.8 2.9 2.9 3.0 27.7
Total 27.4 20.3 20.7 21.2 21.0 21.3 21.8 22.1 22.0 22.3 220.3
T t l Jawa-Bali
Total J B li
Jaringan TM 457.0 353.6 232.2 237.7 271.2 344.7 359.3 362.1 370.6 368.8 3,357.1
Jaringan TR 87.7 104.7 93.9 97.1 103.4 110.7 114.3 120.2 126.4 132.9 1,091.3
Trafo Distribusi 107.8 134.1 112.4 112.5 120.1 144.1 143.5 158.9 167.0 172.8 1,373.2
Tambahan Pelanggan 85.9 90.9 93.7 102.4 106.3 111.0 122.9 127.6 132.5 137.7 1,110.8
Total 738.5 683.3 532.1 549.7 600.9 710.5 739.9 768.8 796.6 812.2 6,932.5
PENJELASAN

LAMPIRAN C

SISTEM JAWA BALI

938
LAMPIRAN C1.1
PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK SISTEM JAWA BALI

Proyeksi Kebutuhan Listrik Sistem Jawa – Bali


• Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6% per tahun.

• Energi jual 125,2 TWh pada tahun 2011, akan naik menjadi 241,2 TWh
pada tahun 2020, atau naik 7,8% per tahun.

• Beban puncak sistem 20.672 MW pada tahun 2011, akan naik menjadi
38.472 MW pada tahun 2020, atau naik 7,6% per tahun.

• Losses 8,95% pada tahun 2011, akan turun menjadi 8.02% pada tahun
2020.

• Pemakaian sendiri pembangkit 3,14%, transmisi 0,05% dan distribusi 0,15%


hingga tahun 2020.

Proyeksi Kebutuhan Listrik Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang


• Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun.

• Energi jual 35,8 TWh pada tahun 2011, akan naik menjadi 70,2 TWh pada
tahun 2020, atau naik 7,9% per tahun.

• Beban puncak sistem 6.129 MW pada tahun 2011, akan naik menjadi
10.998 MW pada tahun 2020, atau naik 6,8% per tahun.

• Losses 7,8% pada tahun 2011, akan turun menjadi 6,9% pada tahun 2020.

• Pemakaian sendiri pembangkit 0,3% tahun 2010, tidak berubah sampai


dengan 2020.
Proyeksi Kebutuhan Listrik Distribusi Jawa Barat dan Banten
• Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,2% pertahun.

• Energi jual 42,7 TWh pada tahun 2011, akan naik menjadi 78,0 TWh pada
tahun 2020, atau naik 7,3% pertahun.

• Beban puncak sistem 6.207 MW pada tahun 2011, akan naik menjadi
11.223 MW pada tahun 2020, atau naik 7,9% pertahun.

• Losses 6,24% pada tahun 2011, akan turun menjadi 5,10% pada tahun
2020.

939
• PSSD 0,1% tahun 2011, tidak berubah sampai dengan 2020.
Proyeksi Kebutuhan Listrik Distribusi Jawa Tengah Dan DIY
• Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,7% per tahun.

• Energi jual 18,7 TWh pada tahun 2011, akan naik menjadi 37,6 TWh pada
tahun 2011, atau naik 8,8% per tahun.

• Beban puncak sistem 3.327 MW pada tahun 2011, akan naik menjadi 6.444
MW pada tahun 2020, atau naik 8,4% per tahun.

• Losses 6,9% pada tahun 2011, akan turun menjadi 6,0% pada tahun 2020.

Proyeksi Kebutuhan Listrik Distribusi Jawa Timur


• Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,9% per tahun.

• Energi jual 24,4 TWh pada tahun 2011, akan naik menjadi 47,3 TWh pada
tahun 2020, atau naik 7,7% per tahun.

• Beban puncak sistem 4.228 MW pada tahun 2011, akan naik menjadi 7.843
MW pada tahun 2020, atau naik 7,1% per tahun.

• Losses 6,7% pada tahun 2011, akan turun menjadi 6,0% pada tahun 2020.
Proyeksi Kebutuhan Listrik Distribusi Bali
• Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 7,4% pertahun.

• Energi jual 3,4 TWh pada tahun 2011, akan naik menjadi 7,9 TWh pada
tahun 2020, atau naik 9,9% pertahun.

• Beban puncak sistem 614 MW pada tahun 2011, akan naik menjadi 1.389
MW pada tahun 2020, atau naik 9,7% pertahun.

• Losses 5,1% pada tahun 2011, akan turun menjadi 5,0% pada tahun 2020.

940
PENJELASAN LAMPIRAN C1.2
NERACA DAYA SISTEM JAWA BALI

Neraca Daya
Neraca daya sistem Jawa Bali pada Lampiran C1.2 merencanakan reserve margin
(cadangan) sekitar 35% sebagaimana dijelaskan pada butir 5.1.1. Cadangan yang lebih
tinggi pada tahun 2012 (41%) terjadi karena beberapa pembangkit baru dari program
percepatan pembangkit 10.000 MW tahap I dan PLTU IPP Cirebon, PLTU IPP Paiton,
PLTGU Priok dan PLTU Tanjung Jati B mulai beroperasi.

Proyek pembangkit PerPres 71 yang telah selesai dan beroperasi pada tahun 2010 adalah
hanya PLTU Labuan Unit 1 dan unit 2 (2x300 MW), sedangkan pembangkit lain yang
semula dijadwalkan selesai dalam tahun 2010 ternyata mundur ke tahun 2011, yaitu
Suralaya Unit 8, Indramayu Unit 1-2-3, dan Rembang Unit 1-2.

Pada tahun 2011/2012 dijadwalkan proyek-proyek sebanyak 5.180 MW berikut akan


beroperasi: Suralaya (625 MW), Lontar Unit 1-2-3 (3x315 MW), Indramayu 1-2-3 (3x330
MW), Pelabuhan Ratu 1-2 (2x350 MW), Rembang unit 1-2 (2x315 MW), Pacitan 1-2
(2x315MW) dan Paiton baru (660 MW), sedangkan PLTU Tanjung Awar-awar (2x350 MW)
beroperasi 2013 dan PLTU Adipala/Cilacap (660 MW) direncanakan beroperasi tahun
2014.

Proyek pembangkit PLN lainnya yang sedang dalam tahap konstruksi dengan progres
cukup baik adalah PLTU Tanjung Jati B unit-3-4 (1.320 MW), diperkirakan akan
beroperasi pada tahun 2012.

Proyek pembangkit IPP yang direncanakan beroperasi tahun 2011 adalah PLTGU
Cikarang (150 MW) dan PLTU Cirebon (660 MW), sedangkan PLTU IPP Paiton #3 815
MW diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2012. PLTU IPP Bali Utara/Celukan
Bawang (380 MW) yang direncanakan beroperasi tahun 2012 diperkirakan mundur
menjadi tahun 2014, sedangkan PLTU IPP Bali Timur (2x100MW) dibatalkan karena tidak
ada pengembang yg berminat.

Mengingat pasokan gas ke Muara Tawar yang semakin menurun dan ketidakpastian
pasokan LNG, maka telah dikaji kembali kelayakan dari proyek PLTGU Muara Tawar Add-
on Blok 2-3-4. Berdasarkan hasil kajian peran pembangkit Muaratawar di sistem Jawa Bali
tahun 2012 - 2020, proyek PLTGU Muara Tawar Add-on 2-3-4 sudah tidak diperlukan lagi.
Hasil kajian menunjukkan bahwa dengan pembangkit Muaratawar eksisting (total 1.700
MW) dan PLTGU Blok-5 (234 MW) cukup untuk tetap menjaga tegangan di subsistem
Jakarta.

941
Untuk pengembangan kedepannya direncanakan PLTU Bekasi 2x600 MW (2018/2019)
yang lokasinya berada dekat pusat beban Jakarta dan akan terhubung ke pembangkit
Muaratawar.

PLTU IPP di pulau Madura dengan kapasitas 2x200 MW direncanakan beroperasi pada
tahun 2015 untuk memenuhi pertumbuhan demand di Madura, sekaligus melepaskan grid
150 kV Surabaya Kota dari dibebani oleh Madura yang pada tahun-tahun mendatang
diperkirakan akan berbeban sangat tinggi. Dengan selesainya jembatan Suramadu
diperkirakan pertumbuhan kebutuhan listrik di pulau Madura akan meningkat secara
signifikan, sehingga pasokan daya dari Jawa ke pulau Madura melalui kabel laut 150 kV
dan melalui jembatan Suramadu diperkirakan tidak memadai lagi. Pembangkit di pulau
Madura akan berperan mengisi kemungkinan keterbatasan pasokan daya ini. Sebetulnya
opsi yang lebih baik untuk pulau Madura adalah membangun saluran udara tegangan
ekstra tinggi 500 kV dari Jawa menyeberang ke Madura, namun opsi ini masih perlu studi
lebih mendalam.

PLTP direncanakan untuk dikembangkan sebagai proyek IPP, sehingga PLN hanya
membeli produksi listriknya. Agar rencana ini dapat berjalan dengan baik diperlukan
regulasi yang lebih memadai dengan prinsip win-win solution baik bagi pengembang
maupun PLN.

Tambahan PLTU baru di sistem Jawa Bali selanjutnya direncanakan dengan ukuran unit
1.000 MW dengan teknologi supercritical, yaitu PLTU IPP Jawa Tengah (Infrastruktur)
untuk beroperasi pada tahun 2016/2017, dan PLTU Indramayu Baru unit-1 beroperasi
pada tahun 2017 dan unit-2 tahun 2020. Pemilihan ukuran unit 1.000 MW dengan
teknologi supercritical didasarkan pada pertimbangan:
− Beban puncak pada tahun 2016 diproyeksikan akan mencapai lebih dari 29,7 GW
sehingga prosentase ukuran unit 1.000 MW hanya sebesar 3% dari beban puncak
(unit size yang ideal adalah ≤ 10% beban puncak).
− Semakin sulitnya mendapatkan lahan untuk lokasi PLTU batubara skala besar di
Jawa.
− Teknologi supercritical merupakan teknologi boiler dengan efisiensi yang tinggi,
sehingga dapat mengurangi emisi CO2 sebagai hasil pembakaran batubara.

942
Tambahan Kapasitas Pembangkit
Daya mampu neto sistem Jawa-Bali tahun 2010 adalah 21.596 MW atau 95% dari
kapasitas terpasang untuk memikul beban puncak 18.100 MW 1 . Angka tersebut
menunjukkan bahwa cadangan neto hanya 19% sehingga keandalan sistem Jawa-Bali
kurang memadai. Sebagaimana telah dibahas pada butir 4.1.1 mengenai perencanaan
pembangkitan, reserve margin yang dikehendaki adalah sekitar 35% untuk memperoleh
tingkat keandalan LOLP < 1 hari per tahun dengan mempertimbangkan pula project
slippage dan derating.

Tambahan kapasitas sistem Jawa Bali sampai dengan tahun 2020 diproyeksikan sebesar
32.171 MW dengan rincian sebagai berikut (Tabel-C1.2.1).

Tabel C1.2.1 Tambahan Kapasitas Pembangkit sampai 2020

Status PLN Swasta Jumlah

On Going 9.397 2.005 11.402

Rencana 9.065 11.680 20.745

Jumlah 18.462 13.685 32.147

Ongoing project PLN sebesar 9.397 MW terdiri atas proyek percepatan sebesar 8.210 MW
dan proyek repowering Muara Karang, Tanjung Priok dan Muara Tawar sebesar 1.187
MW.

Tabel C1.2.1 menunjukkan bahwa pembangkit yang masih tahap rencana adalah cukup
besar, yaitu sekitar 20.745 MW atau 64% dari kebutuhan.

Dengan adanya tambahan tersebut kapasitas terpasang sistem Jawa Bali pada tahun
2020 akan menjadi 53.764 MW 2 yang terdiri atas pemikul beban dasar 36.704 MW,
pembangkit medium 8.680 MW dan pemikul beban puncak 8.380 MW untuk memasok
beban puncak sistem pada tahun yang sama sebesar 38.742 MW. Proyek-proyek
strategis PLN yang perlu direalisasikan tepat dapat dilihat pada butir 4.4.4.3.

1
Evaluasi Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali 2010 oleh PT PLN (Persero) Penyalur dan
Pusat Pengatur Beban Jawa Bali
2
Setelah memperhitungkan pembangkit mothballed sebesar 1.465 MW

943
Program Percepatan Pembangkit Tahap 2
Sebagaimana dijelaskan dalam butir 4.4.3 bahwa setelah selesainya proyek percepatan
pembangkit PerPres 71/2006 selanjutnya diperlukan tambahan kapasitas pembangkit lagi
yang dikenal sebagai Program Percepatan Pembangkit Tahap 2 sesuai Perpres no. 04
tahun 2010.
Tabel C1.2.2 Daftar Usulan Proyek Percepatan Tahap 2

Pemilik  Jenis  Proyek Pembangkit  MW   COD  

PLTA  Upper Cisokan PS         1,040  2016 


PLN 
   PLTG  Muara Tawar Add‐On Blok 2            0  Dibatalkan karena ketidakcukupan pasokan gas 
   PLTU  Bali Timur  0  dibatalkan karena gagal tender/kurang peminat 
      Indramayu          1,000  2017 
Baturaden            220  2018‐2019 
Cibuni               10  2016 
Cisolok‐Cisukarame               50  2017 
Darajat                  ‐    dibatalkan karena reservoir tidak mencukupi 
Dieng            115  2015‐2016 
Guci               55  2018 
Ijen            110  2019 
PLTP 
Iyang Argopuro               55  2016 
  
Swasta     Kamojang               90  2015‐2016 
      Karaha Bodas            140  2015‐2016 
     
      Patuha            180  2013‐2015 
      Rawa Dano            110  2018 
     
   Salak                ‐    dibatalkan karena reservoir tidak mencukupi 
  
      Tampomas               45  2018 
      Tangkuban Perahu 1            110  2018 
     
      Tangkuban Perahu 2               60  2015‐2016 
      Ungaran               55  2018 
     
   Wayang Windu            240  2015‐2017 
  
      Wilis/Ngebel            165  2018‐2019 
      Gunung Endut (Usulan Baru)  55  2019 
  
      Gunung Ciremai (usulan Baru)  110  2019 
   PLTA  Rajamandala (Usulan Baru)  47  2015 
   PLTU  Madura            400  2015 

Sesuai Permen ESDM No. 15 tahun 2010, Proyek Percepatan Tahap 2 di sistem Jawa
Bali diprogramkan sebesar 5.070 MW terdiri atas PLTU batubara 1.600 MW, PLTP 1.970
MW, PLTA 1.000 MW dan PLTGU 500 MW. Semua PLTP yang masuk dalam Proyek
Percepatan Pembangkit Tahap 2 ini merupakan proyek IPP. Namun dalam perjalanannya
proyek-proyek tersebut mengalami keterlambatan dan beberapa telah dibatalkan karena
masalah-masalah seperti kekurangan pasokan gas dan ketidaksiapan pengembangan

944
panas bumi. Berdasarkan hal tersebut, PLN telah mengusulkan perubahan kepada
Kementerian ESDM mengenai revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2010
diatas, dengan prediksi daftar proyek pembangkit di Jawa-Bali yang masuk dalam
Program Percepatan Tahap 2 akan direvisi menjadi seperti pada Tabel C.1.2.2 dengan
komposisi PLTU batubara 1.400 MW, PLTP 1.975 MW, dan PLTA 1.087 MW dengan
kapasitas total 4.462 MW untuk jangka waktu sampai dengan tahun 2019.

Penentuan kandidat PLTP didasarkan pada hasil kesepakatan dalam rapat pada tanggal
19 Juni 2008 di Kantor Direktorat Panas Bumi antara PLN dan pengembang dengan
memperhatikan kebutuhan demand listrik yang ada dan kesiapan lokasi PLTP.

945
PENJELASAN LAMPIRAN C1.3
PROYEK-PROYEK IPP TERKENDALA
SISTEM JAWA BALI

PLTP Patuha 3x60 MW

PLTP Patuha merupakan pembangkit IPP yang termasuk dalam IPP yang terkendala
sesuai SK Direksi No. 036.K/DIR/2010 dan Edaran Direksi No. 003.E/DIR/2010. Dalam
Edaran Direksi tersebut, PPTL terkendala dibagi ke dalam 3 kategori sebagai berikut:

• Kategori 1, tahap operasi adalah tahap dimana IPP sudah mencapai COD.

• Kategori 2, tahap pembangunan/konstruksi dimana IPP sudah mencapai Financial


Closing (FC) tapi belum mencapai COD.

• Kategori 3, tahap pendanaan IPP yang sudah memiliki PPTL, tetapi belum
mencapai Financial Closing (FC).

PLTP Patuha masuk ke dalam kategori 3 yang saat ini permasalahannya sudah
diselesaikan dengan penandatanganan Akta Perdamaian sehingga pembangunan bisa
dilanjutkan dan direncanakan beroperasi pada tahun 2013 dan 2015.

PLTU Celukan Bawang (2x125) + (1x130) MW


PLTU Celukan Bawang merupakan pembangkit IPP yang termasuk dalam IPP yang
terkendala sesuai SK Direksi No. 1063.K/DIR/2011.

Saat ini terdapat perubahan komposisi pemegang saham dalam PLTU Celukan Bawang.
Dengan kepemilikan yang baru tersebut, PLTU Celukan Bawang direncanakan untuk
beroperasi pada tahun 2014.

946
PENJELASAN LAMPIRAN C1.4
NERACA ENERGI SISTEM JAWA BALI

Produksi Energi
Pada Lampiran C1.4 terlihat bahwa batubara mendominasi jenis energi primer
lainnya, yaitu 68% dari seluruh produksi pada tahun 2020, disusul oleh gas alam
(termasuk LNG) sebesar 18% dan panas bumi 11% seperti terlihat pada Gambar.

2011 2020

Air
Air 3%
5%
Panas 
Bumi
Panas Bumi
Batubara 11%
6% HSD 
59%
Gas (Oil)
HSD (Oil) Batubara 0%
8%
9% 68%
LNG
Gas 10%
18%
MFO (Oil)
3% MFO (Oil)
LNG
0%
0%

Gambar C1.4.1 Proyeksi Energi 2010-2019

Produksi energi pada Lampiran C1.4 dialokasikan per unit pembangkit berdasarkan merit
order dengan simulasi produksi menggunakan ProSym dengan asumsi harga dan
ketersediaan bahan bakar sebagai berikut:
− Harga bahan bakar crude oil = USD 95/barrel, HSD = USD 124/barrel, MFO = USD
99/barrel, gas alam = USD 6 /mmbtu, LNG = USD 10/mmbtu dan batubara = USD
80/ton.
− Pasokan gas alam untuk pembangkit PLTGU diasumsikan hanya sesuai rencana
pasokan (kontrak), kecuali untuk lokasi yang diperkirakan akan ada potensi gas
seperti Cepu. Sedangkan kekurangannya akan dipenuhi dengan menggunakan
LNG.
− Ketersediaan batubara tidak terbatas.

Tabel C1.4.1 menunjukkan peranan masing-masing energi primer dan berikut ini
adalah penjelasannya.
a. Peranan BBM tahun 2011 sekitar 12% pada 2011, namun secara bertahap akan terus
menurun dan pada tahun 2020 menjadi hanya 1%. Penurunan ini dapat diwujudkan

947
apabila bahan bakar tersedia dalam jumlah seperti yang direncanakan dan hal ini
harus diusahakan secara maksimal dalam rangka menekan biaya pokok produksi.

b. Kontribusi gas alam akan menurun dari 18% pada 2011 menjadi 8% pada 2020.
Sedangkan peran LNG akan meningkat hingga 9% pada 2020 untuk mengantisipasi
terbatasnya ketersediaan gas alam.

c. Batubara memegang peranan makin besar, yaitu meningkat dari 59% pada tahun
2011, menjadi 68% pada tahun 2020.

d. Kontribusi panas bumi pada tahun 2020 menjadi 11% karena hingga sepuluh tahun
mendatang direncanakan penambahan kapasitas panas bumi oleh IPP hingga 2.895
MW. Agar tambahan kapasitas sebesar itu dapat terwujud, beberapa hal harus
dilakukan, seperti penerbitan regulasi yang mendukung iklim investasi, tender WKP
panas bumi yang baik oleh Pemda, peraturan yang menyangkut hubungan antara
tender panasbumi dan PPA dengan PLN dipertegas, dan lain-lain. Jika proyek panas
bumi oleh IPP ini terlambat, maka produksi energi dari batubara akan meningkat.

Kebutuhan Bahan Bakar


Kebutuhan energi primer di sistem Jawa-Bali dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2020 yang telah ditampilkan pada Tabel 4.22 di butir 4.5.1 diperlihatkan
kembali pada Tabel C1.4.1 berikut ini.
Tabel C1.4.1 Proyeksi Kebutuhan Energi Primer
No. FUEL TYPE 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 HSD ( x 1000 kL ) 3,055 1,377 561 517 61 66 32 34 39 40

2 MFO ( x 1000 kL ) 307 4 - - - - - - - -

3 GAS (bcf) 264 247 262 260 241 242 187 123 141 159

4 LNG (bcf) - 60 45 50 80 81 129 199 204 212

5 Batubara (kTON) 36,225 49,410 57,494 64,564 69,897 74,827 79,702 84,161 87,712 93,595

Bahan Bakar Gas


Tantangan terbesar yang dihadapi PLN dalam penyediaan energi primer saat ini adalah
mengamankan pasokan gas alam. Tantangan tersebut terkait dengan depletion sumber-
sumber gas yang ada, harga gas, ketepatan waktu, dan infrastruktur penyaluran gas. Di
sistem kelistrikan Jawa-Bali terdapat sekitar 9.000 MW pembangkit yang dirancang untuk
beroperasi dengan gas, namun pembangkit tersebut belum dapat sepenuhnya beroperasi
dengan gas karena pasokan gas sangat terbatas dan dengan demikian terpaksa
dioperasikan dengan BBM.

948
Pada tahun-tahun mendatang direncanakan akan ada tambahan kapasitas PLTGU dari
proyek sebagai berikut:

a. Ongoing project repowering Muara Karang 720 MW, Muara Tawar Blok 5 sebesar
234 MW, dan Priok extension 743 MW.

b. PLTGU Tuban/Cepu 2x750 MW pada tahun 2019-2020 berkaitan dengan


pengembangan potensi gas Cepu.

Pasokan gas berdasarkan kontrak saat ini adalah sebagai berikut:


a. Tambak Lorok : Petronas 106 mmscfd tahun 2015 dan menjadi 116 mmscfd mulai
2016, SPP 50 mmscfd tahun 2013;

b. Muara Karang dan Tanjung Priok : PGN 30 mmscfd hingga tahun 2012, PHE ONWJ
100 mmscfd hingga 2016, PHE ONWJ (excess capacity) 20 mmscfd hingga 2014,
FSRU (Floating Storage and Regasification Unit) PT Nusantara Regas 260 mmscfd
sejak tahun 2012 dan semakin menurun hingga 140 mmscfd tahun 2020.

c. Muara Tawar : Pertamina 25 mmscfd hingga tahun 2012 dan PGN 59 mmscfd
hingga tahun 2013; Jambi Merang 35 mmscfd tahun 2011 da menurun menjadi 15
mmscfd pada tahun 2013-2018; Medco 20 mmscfd hingga tahun 2013; Conoco
Phillip 20 mmscfd hingga tahun 2013 dan tambahan dari Petrochina 30 mmscfd
hanya pada 2012.

d. Cilegon : CNOOC 80 mmscfd kontrak jangka panjang; PGN 30 mmscfd.

e. Gresik : Kodeco 123 mmscfd hingga 2013; Hess 50 mmscfd; KEI 130 mmscfd tahun
2012-2014 (selanjutnya menurun menjadi 60 mmscfd); MKS 11 mmscfd hingga
tahun 2013; WNE 20 mmscfd sejak tahun 2011 dan menurun menjadi 12 mmscfd
mulai 2016; Petronas Bukit Tua (Potensi) 25 mmscfd mulai tahun 2014 dan
meningkat menjadi 47 mmscfd hingga 2017.

f. Grati : Santos Oyong 60 mmscfd dan menurun menjadi 40 mmscfd hingga 2015;
Santos Wortel 30 mmscfd dan turun menjadi 20 mmscfd mulai 2018; Parna Raya
(potensi) 40 mmscfd mulai tahun 2014.

Untuk memenuhi kekurangan pasokan gas kepada pembangkit PLN, Pertamina dan PGN
telah merencanakan pembangunan terminal LNG terapung (FSRU) di Teluk Jakarta yang
diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.

Dari hasil simulasi diperoleh kebutuhan gas seperti ditunjukkan pada Tabel C1.4.2.

949
Dari Tabel C1.4.2 terlihat bahwa apabila volume LNG dari FSRU Jakarta adalah 175
bbtud, maka pada tahun 2012-2014 terdapat kelebihan pasokan gas di Muara Karang dan
Priok. Banyaknya pasokan gas di Jawa Timur diperkirakan akan menyebabkan kelebihan
pasokan gas di Gresik (2012-2013) dan Grati (2014-2015).

Rincian kebutuhan dan pasokan gas kepada pembangkit PLN di Jawa diberikan pada
Tabel C1.4.2. Rincian tersebut diperoleh dari simulasi produksi dengan prinsip merit order
dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

– Pasokan gas alam untuk pembangkit PLTGU diasumsikan hanya sesuai rencana
pasokan (kontrak), kecuali untuk lokasi yang diperkirakan akan ada potensi gas seperti
Cepu. Sedangkan kekurangannya akan dipenuhi dengan menggunakan LNG.

– PLTG selaku peaker disimulasi dengan menggunakan LNG.

– Peran must-run pada pembangkit tertentu, antara lain PLTGU Muara Karang, Muara
Tawar dan Priok.

950
Tabel C1.4.2 Rincian Pasokan dan Kebutuhan Gas dan LNG
bbtud
No. Nama Pembangkit MW 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Muara Karang
PLTGU Blok-1 507 80 42 43 42 42 41 41 42 42
PLTGU Repowering 720 76 60 51 52 51 53 51 51 51 51
PLTU 400 70
2 Tanjung Priok
PLTGU Blok 1 590 37 35 48 48 47 47 48 48 48 48
PLTGU Blok 2 590 37 35 48 48 47 47 48 48 48 48
PLTGU Blok 3 ext 743 60 59 63 63 64 62 63 62 62
Sub-Jumlah 3,550 150 340 247 254 250 253 250 250 251 251
Supply Gas 150 150 120 120 100 100
Supply LNG 260 175 175 175 140 140 140 140 140
Surplus-Defisit 0 70 48 41 25 -13 -110 -110 -111 -111
3 Muara Tawar
PLTGU Blok 1 640 74 79 79 79 68 68 68 68 88 88
PLTGU Blok 2 280 29 31 31 31
PLTGU Blok 3 429 24 23 39 34 47
PLTGU Blok 4 429 24 23 39 34
PLTGU Blok 5 234 9 29 29 29 31 31 31 31 31 31
Sub-Jumlah 2,012 159 185 217 207 99 99 99 99 119 167
Supply Gas 159 185 139 99 99 15 15 15
Supply LNG
Surplus-Defisit 0 0 -78 -108 0 -84 -84 -84 -119 -167
4 Gresik
PLTGU Blok 1-3 1,579 172 120 120 173 181 184 169 172 172 172
PLTU 400 20 80 80 52
Sub-Jumlah 1,979 192 200 200 225 181 184 169 172 172 172
Supply 192 352 334 225 181 184 169 122 122 122
Surplus-Defisit 152 134 0 -50 -50 -50
5 Tambak Lorok
PLTGU Blok 1-2 1,034 50 50 156 166 166 166 166 166
PLTG 150
PLTU 200
Sub-Jumlah 1,384 50 50 156 166 166 166 166 166
Supply 50 50 156 166 166 166 166 166
Surplus-Defisit
6 Grati
PLTGU 462 65 80 70 70 70 70 70 60 60 60
PLTG 302 11 13
Sub-Jumlah 764 65 80 70 70 70 70 70 60 72 74
Supply 65 80 70 110 110 70 70 60 60 60
Surplus-Defisit 0 0 0 40 40 0 0 0 -12 -14
7 PLTGU Cilegon 740 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
Supply 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
Surplus-Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 PLTGU Tuban/Cepu 1,500 54 107
Supply
Surplus-Defisit -54 -107
10 Jumlah
Demand 676 915 894 916 867 882 864 858 944 1,046
Supply 676 1,137 998 889 931 785 670 613 598 598
Surplus/defisit 0 222 104 -27 64 -97 -194 -245 -346 -448

Batubara
Kebutuhan batubara cukup pesat peningkatannya selaras dengan peningkatan kapasitas
PLTU batubara baik proyek PLN maupun IPP. Kebutuhan 2011 sebesar 36 juta ton
meningkat menjadi 94 juta ton tahun 2020 atau menjadi 2,5 kali lipat.

Kebutuhan tersebut masih akan lebih besar lagi apabila proyek PLTP sekitar 3,000 MW
(setara dengan 21 TWh) mengalami keterlambatan dan ini akan menambah kebutuhan
batubara sekitar 10 juta ton. Apabila keterlambatan PLTP ini terjadi, kebutuhan batubara
pada tahun 2020 akan menjadi 84 juta ton.

951
PENJELASAN LAMPIRAN C1.5
CAPACITY BALANCE GARDU INDUK
SISTEM JAWA BALI
ƒ Capacity balance gardu induk menunjukkan keseimbangan antara kapasitas trafo
distribusi (150/20 kV, 70/20 kV) dan beban konsumen yang dilayani dari gardu induk
tersebut.

ƒ Capacity balance gardu induk diperoleh berdasarkan kriteria pembebanan trafo GI


existing sebesar 80%, artinya jika trafo telah dibebani ≥ 80% dari kapasitasnya, maka
beban dialihkan ke trafo GI terdekat, namun jika hal itu tidak dimungkinkan maka
diperlukan penambahan trafo atau membangun GI baru.

ƒ Kebutuhan trafo baru dan GI baru selain untuk memenuhi pertumbuhan biasa juga
untuk memenuhi kebutuhan konsumen besar, yang telah mempunyai kesepakatan
penyambungan dengan PLN Distribusi (sebagai contoh Milenium, Alam Sutra, Pantai
Indah Kapuk, Cakung Town Ship, Harapan Indah, Lautan Steel, dll) dan GI baru di
lokasi pembangkit baru.

ƒ Dari perhitungan capacity balance, kebutuhan trafo GI tahun 2011-2020 adalah 42.366
MVA atau rata-rata sekitar 4.200 MVA per tahun.

952
PENJELASAN LAMPIRAN C1.6
RENCANA PENGEMBANGAN PENYALURAN SISTEM JAWA BALI
Rencana pengembangan sistem penyaluran di sistem Jawa Bali meliputi:

1. Pengembangan sistem penyaluran 500 kV

• Program penambahan trafo IBT 500 MVA 500/150 kV di 14 lokasi yang masih
dapat dikembangkan yaitu: Cawang-3, Gandul-3, Depok-2, Cilegon-3, Balaraja-3-
4, Bekasi-4, Cibatu-4, Mandirancan-3, Pedan-3-4, Ungaran-3-4, Kediri-3-4, Krian-
3, Grati-2 dan Paiton-3.

• Pembangunan GITET baru berikut transmisi terkait di sistem Jawa Bali di 18


lokasi, yaitu : Durikosambi, Muaratawar, Cawang Baru, Muarakarang, Pulogadung,
Lengkong, Tambun, Cibatu Baru, Ujung Berung, Cigereleng Baru, Rawalo,
Pemalang, Bantul, Surabaya Selatan, XBogor, Tandes, Bangil dan Kapal.

• Pembangunan transmisi 500 kV baru terkait dengan proyek pembangkit ada 12


ruas, yaitu: PLTU Suralaya Baru – Balaraja - Kembangan, PLTU Tanjung Jati B -
Tx Ungaran – Pemalang – Mandirancan - Indramayu Baru, PLTU Indramayu Baru -
Cibatu, PLTU Jateng infrastruktur - Pemalang, PLTU Adipala - Rawalo – Incomer
(Pedan – Tasik), PLTA Pompa Upper Cisokan - incomer (Saguling-Cibinong),
PLTU IPP Banten – Incomer double phi (Suralaya Baru – Balaraja), PLTA Pompa
Matenggeng – Incomer double phi (Tasik – Rawalo), PLTGU Tuban/Cepu -
Ngimbang, PLTA Pompa Grindulu-incomer double phi (Pedan – Kediri), PLTGU
Tuban/Cepu - Ngimbang dan PLTU Bekasi – Muaratawar.

• Pembangunan SUTET 500 kV Paiton – New Kapal termasuk overhead line 500 kV
/ submarine cable 500 kV menyeberangi selat Bali (Jawa Bali Crossing) sebagai
solusi jangka panjang pasokan listrik ke pulau Bali.

• Pembangunan transmisi 500 kV HVDC bipole 3,000 MW Sumatra - Jawa berikut


GITET Xbogor - Incomer (Tasik - Depok dan Cilegon – Cibinong) untuk
menyalurkan listrik dari PLTU mulut tambang di Sumatra Selatan ke sistem Jawa
Bali.

2. Pengembangan sistem penyaluran 150 kV

• Pembangunan GI baru dan program penambahan trafo distribusi 150/20 kV dalam


rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik sebagaimana terdapat pada
Lampiran C1.3 mengenai capacity balance gardu induk. Sedangkan penambahan
trafo distribusi 70/20 kV merupakan program relokasi trafo dari Jawa Barat ke
Jawa Timur.

953
• Pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek pembangkit
Percepatan tahap-1, Percepatan tahap-2 dan PLTU IPP.

• Perkuatan transmisi 150 kV eksisting di lokasi tersebar di sistem Jawa Bali dalam
rangka memenuhi kriteria keandalan (N-1).

954
PENJELASAN LAMPIRAN C1.7
PETA PENGEMBANGAN PENYALURAN
SISTEM JAWA BALI

• Cukup jelas terlihat pada Lampiran C1.7

955
PENJELASAN LAMPIRAN C1.8
ANALISIS ALIRAN DAYA SISTEM JAWA BALI
Analisa aliran daya pada sistem Jawa Bali dilakukan dengan memperhitungkan seluruh
pembangkit dan beban yang ada pada neraca daya, meliputi sistem 500 kV, 150 kV dan
70 kV. Karena jaringan tersebut sudah sangat rumit, pada RUPTL 2011-2020 ini hanya
ditunjukkan hasil analisa aliran daya pada sistem transmisi 500 kV saja.

Prakiraan aliran daya sistem 500 kV di sistem Jawa Bali dari tahun 2011 sampai dengan
2020 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Arah aliran daya tahun 2011 masih dari timur (Jatim dan Jateng) ke barat (Jabar,
Jakarta dan Banten) dengan transfer sebesar 1.519 MW. Tegangan sistem masih
sesuai dengan Grid Code dengan tegangan terendah di GITET Bekasi (481,4kV).

Tambahan pembangkit baru yang terhubung di tegangan 500 kV (2.179 MW) terdiri
dari : PLTGU Muara Tawar Blok 5 (234 MW), PLTU Suralaya #8 (625 MW), PLTU
Tanjung Jati B unit-3 (660 MW) dan PLTU Paiton #9 (660 MW).

Tambahan GITET baru dan IBT ektension (7.000 MVA) terdiri dari : GITET Ujung
Berung (500 MVA), IBT-3 Cilegon (500 MVA), IBT-3 Mandirancan (500 MVA), IBT-2
Ngimbang (500 MVA), IBT-2 Tasikmalaya (500 MVA), IBT-2 Depok (500 MVA), IBT-2
Ujung Berung (500 MVA), IBT-2 Kembangan (500 MVA), IBT-3 Ungaran (500 MVA),
IBT-3 Krian (500 MVA), IBT-2 Grati (500 MVA), IBT-3 Paiton dan IBT-3,4 Bekasi (1000
MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET Suralaya Baru-Balaraja 2 sirkit dan SUTET
Ujung Berung-Incomer (Bandung Selatan-Mandirancan) single phi.

2. Aliran daya tahun 2012 arahnya masih dari timur ke barat, dengan transfer daya
sebesar 1.447 MW. Tegangan sistem masih sesuai dengan Grid Code dengan
tegangan terendah di GITET Bekasi (483,6 kV).

Tambahan pembangkit baru yang terhubung di tegangan 500 kV (1.485 MW) terdiri
dari : PLTU Tanjung Jati B unit-4 (660 MW) dan PLTU Paiton unit-3 (815 MW).

Tambahan GITET Baru dan IBT ektension (1,000 MVA) terdiri dari : GITET Surabaya
Selatan (500 MVA) dan IBT-3 Cawang (500 MVA).

Tambahan SUTET baru adalah Grati – Surabaya Selatan.

956
3. Aliran daya tahun 2013 arahnya masih dari timur ke barat, dengan transfer daya
sebesar 2.384 MW. Tegangan sistem masih sesuai Grid Code dengan tegangan
terendah di GITET Cawang (485,1 kV).

Tambahan pembangkit baru yang terhubung di tegangan 500 kV (150 MW), yaitu:
PLTG Muara Tawar Blok-2 (150 MW)

Tambahan GITET baru dan IBT ekstension (5.000 MVA) adalah GITET Duri Kosambi
(1,000 MVA), IBT-1&2 Muara Tawar (1000 MVA), IBT-3 Pedan (500 MVA), IBT-3,4
Balaraja (1.000 MVA), IBT-1&2 Tanjung Jati (1,000 MVA) dan IBT-3 Krian (500 MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET Tanjung Jati B ke Tx. Ungaran/Pedan 2 sirkit
(SUTET Tanjung Jati B ke Tx. Ungaran/Pedan merupakan topologi sementara
sebelum kemudian dibangun SUTET Tanjung Jati B – Pemalang - Mandirancan pada
tahun 2016), SUTET Watudodol – Lampu Merah – Gilimanuk (operasi 150 kV sampai
tahun 2015), SUTET Balaraja-Kembangan 2 sirkit dan SUTET Durikosambi-
Kembangan 2 sirkit.

4. Aliran daya tahun 2014 arahnya masih dari timur ke barat dengan transfer daya
sebesar 1.997 MW. Tegangan sistem masih sesuai dengan Grid Code dengan
tegangan terendah di GITET Cawang (481,6 kV).

Tambahan pembangkit baru yang terhubung di tegangan 500 kV adalah PLTU Adipala
(660 MW).

Tambahan GITET baru dan IBT ekstension ( 2,000 MVA), terdiri dari GITET Lengkong
(1,000 MVA), GITET Rawalo/Kesugihan dan IBT-2 Surabaya Selatan (500 MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET PLTU Adipala - Kesugihan 2 sirkit, SUTET
Kesugihan – Incomer double phi (Pedan – Tasikmalaya) dan SUTET Lengkong -
incomer double phi (Balaraja-Gandul).

5. Aliran daya tahun 2015 arahnya masih dari timur ke barat, dengan transfer daya
sebesar 2.899 MW. Tegangan sistem masih sesuai dengan Grid Code dengan
tegangan terendah di GITET Bekasi (481,1 kV).

Tambahan pembangkit baru (1.260 MW), terdiri dari: PLTU Ekspansi Cirebon (660
MW) dan PLTU Ekspansi Cilacap (600 MW).

Tambahan GITET baru (4.000 MVA) terdiri dari: GITET Bantul (1,000 MVA), GITET
Bangil (1,000 MVA), GITET New Kapal (1,000 MVA), IBT-3 Kediri (500 MVA) dan IBT-
3 Durikosambi (500 MVA).

957
Tambahan SUTET baru adalah SUTET Bantul – Incomer doble phi (Rawalo – Pedan),
SUTET Bangil – Incomer (Paiton – Kediri), SUTET Paiton – Watudodol dan SUTET
Gilimanuk – New Kapal.

6. Aliran daya tahun 2016 arahnya masih dari timur ke barat dengan transfer daya
sebesar 2.265 MW. Tegangan sistem masih sesuai dengan Grid Code dengan
tegangan terendah di GITET Cawang (482,0 kV).

Tambahan pembangkit baru yang terhubung di tegangan 500 kV (3.900 MW) terdiri
dari : PLTU Jateng Infrastruktur unit-1 (1.000 MW), Upper Cisokan PS unit-1-2-3-4
(1040 MW), PLTU Sumsel-8 MT (1.200 MW) dan PLTU Banten (660 MW).

Tambahan GITET baru dan IBT ekstension (5.000 MVA) terdiri dari : GITET XBogor
(1.000 MVA), GITET Cawang Baru (1.000 MVA), GITET Tambun (1.000 MVA), GITET
Pemalang (1.000 MVA), GITET Muarakarang (1.000 MW) dan GITET Cigereleng (500
MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET PLTU Jateng - Pemalang 2 sirkit, SUTET Tx
Ungaran – Pemalang - Mandirancan 2 sirkit, SUTET Upper Cisokan incomer double
phi (Saguling-Cibinong), SUTET Tambun incomer double phi (Cibinong-Bekasi),
SUTET Gandul - Cawang Baru 2 sirkit (merupakan uprating dari SUTT 150 kV Gandul-
Cawang, transmisi ini dibangun untuk memperkuat pasokan ke GITET Cawang),
SUTET HVDC Muara Enim (Sumatera) - XBogor, Xbogor – Incomer single phi
(Cilegon-Cibinong), SUTET XBogor – Incomer double phi (Depok-Tasikmalaya),
SUTET Cigereleng - incomer double phi (XBogor-Tasikmalaya), SUTET Durikosambi -
Muarakarang 2 sirkit dan SUTET PLTU Banten – Incomer doble phi (Suralaya –
Balaraja). PLTA Pompa Matenggeng #1 (443 MW) berlokasi dekat Majenang.

7. Aliran daya tahun 2017 arahnya masih dari timur ke barat dengan transfer daya
sebesar 2.296 MW. Tegangan sistem masih sesuai dengan Grid Code dengan
tegangan terendah di GITET Cawang (476,8kV).

Tambahan pembangkit baru yang terhubung di tegangan 500 kV (3.200 MW), terdiri
dari : PLTU Indramayu unit-1 (1.000 MW), PLTU IPP Sumsel-9 MT (1.200 MW) dan
PLTU Jateng Infrastruktur unit-2 (1.000 MW)

Tambahan GITET baru dan IBT ekstension (3.500 MVA) terdiri dari: GITET
Pulogadung (1.000 MW), GITET Cibatu Baru (1.000 MW), GITET Tandes (1.000 MW)
dan IBT-4 Kediri (500 MVA)

958
Tambahan SUTET baru adalah SUTET Pulogadung – Cawang Baru 2 sirkit, SUTET
Cibatu Baru – Incomer double phi (Cibatu – Muaratawar), SUTET Tandes – Krian 2
sirkit, SUTET Mandirancan – PLTU Indramayu dan SUTET PLTU Indramayu – Cibatu.

8. Aliran daya tahun 2018 arahnya masih dari timur ke barat, dengan transfer daya
sebesar 1.557 MW. Tegangan sistem masih sesuai dengan Grid Code dengan
tegangan terendah di GITET Cawang (482,1 kV).

Tambahan pembangkit baru (1.200 MW) terdiri dari : PLTU Bekasi unit-1 (600 MW)
dan PLTU Sumsel-10 MT (600 MW).

Tambahan IBT baru adalah IBT-4 Durikosambi (500 MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET PLTU Bekasi – Muaratawar 2 sirkit.

9. Aliran daya tahun 2019 arahnya masih dari timur ke barat dengan transfer daya
sebesar 2.411 MW. Tegangan sistem cukup baik dengan tegangan terendah di GITET
Cawang (473,4 kV).

Tambahan pembangkit baru (1.800 MW) terdiri dari : PLTU Bekasi (600 MW) PLTGU
Tuban/Cepu Blok-1 (750 MW), PLTA Pompa Matenggeng unit-1-2 (450 MW).

Tambahan IBT ekstension (1.000 MVA) adalah IBT-2 Cawang Baru (500
MVA) dan IBT-3-4 Cirata (500 MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET PLTA Matenggeng – Incomer double


phi (Tasikmalaya – Rawalo) dan SUTET PLTGU Tuban/Cepu – Ngimbang 2 sirkit.

10. Aliran daya tahun 2020 arahnya masih dari timur ke barat dengan transfer daya
sebesar 1.606 MW. Tegangan sistem cukup baik dengan tegangan terendah di GITET
Cawang (476,6 kV).

Tambahan IBT ekstension (1.000 MVA) adalah IBT-4 Pedan (500 MVA) dan IBT-4
Ungaran (500 MVA).

Tambahan SUTET baru adalah SUTET PLTA Grindulu – Incomer double phi (Pedan –
Kediri).

959
Analisis aliran daya 500 kV tahun 2011-2020 dilakukan juga untuk waktu di luar beban
puncak sistem Jawa-Bali (pukul 13.00).

Analisis aliran daya 500 kV dengan skenario Upper Cisokan PS melakukan pumping
selama 9 jam (23.00-08.00) dengan beban 800 MW.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada saat pumping, sebagian besar daya dipasok dari
PLTU Jawa Tengah, kemudian dari PLTA Saguling dan PLTA Cirata.

Berdasarkan studi PLN dan BPPT, calon lokasi pembangkit thermal di pulau Jawa adalah:
Pelang di Kabupaten Pacitan, Tanggul Angin di Kabupaten Kebumen, Muara Gembong di
Kabupaten Bekasi, Tanjung Pakis, Tanjung Sedari di Kabupaten Karawang, Tanjung
Kuntianak di Kabupaten Pandeglang, Cihara di Kabupaten Malimping Lebak dan
Tampora di Kabupaten Situbondo. Lima lokasi tersebut merupakan kandidat yang
mempunyai prioritas tertinggi dan dapat dikembangkan setelah tahun 2018.

Dalam hal setelah tahun 2020 akan dikembangkan transmisi HVDC Sumatra-Jawa bipole
ke dua, maka diperkirakan terdapat beberapa calon lokasi stasiun konverter di pulau
Jawa, yaitu Balaraja, Muarakarang dan Muara Tawar. Pertimbangan pemilihan lokasi
tersebut adalah: (i) kedekatan dengan pusat beban, (ii) jaringan SUTET di Parung lokasi
stasiun konverter bipole pertama sudah sulit dikembangkan.

960
PENJELASAN LAMPIRAN C1.9
KEBUTUHAN FISIK PENGEMBANGAN DISTRIBUSI
SISTEM JAWA BALI

ƒ Sudah cukup jelas terlihat pada Lampiran C1.9

961
PENJELASAN LAMPIRAN C1.10
PROYEKSI KEBUTUHAN KEBUTUHAN LISTRIK PERDESAAN
REGIONAL JAWA BALI
Proyeksi Kebutuhan Listrik Perdesaan Jawa Bali
Program listrik pedesaan pemerintah yang tertuang dalam RPJM 2010-2014 adalah
meningkatkan ratio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2014 menjadi 80%.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dari 69,8% di


tahun 2009, menjadi 83,6% di tahun 2014 untuk regional Jawa Bali.
Perkiraan biaya total untuk menunjang kegiatan listrik perdesaan untuk regional Jawa-Bali
sebesar Rp 1,648 triliun.

Untuk menunjang program tersebut di pulau Jawa Bali JTM 3.146 kms, JTR 5.216 kms,
kapasitas gardu distribusi 285 MVA dan jumlah pelanggan 318 ribu.

962
PENJELASAN LAMPIRAN C1.12
PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI SISTEM JAWA BALI
Untuk melaksanakan pembangunan pembangkit, transmisi dan distribusi baik oleh IPP
maupun oleh PLN sampai dengan tahun 2020 di sistem Jawa Bali dibutuhkan dana
investasi sebesar US$ 53,1 miliar atau rata-rata sekitar US$ 5,3 miliar per tahun.

Disbursement schedule tahunan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel C1.12.1 dan


Gambar C1.12.1.

Kebutuhan tersebut terdiri atas USD 33,8 miliar porsi PLN dan sisanya oleh IPP sebesar
USD 19,5 miliar.

Kebutuhan investasi ini telah memperhitungkan disbursement schedule proyek-proyek


yang beroperasi setelah tahun 2020, serta telah memperhitungkan kebutuhan pendanaan
untuk rehabilitasi/life extension pembangkit.
Tabel C1.12.1 Kebutuhan Investasi Sistem Jawa-Bali Proyek PLN dan IPP
Juta US$
Item 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Fc 1,792 1,885 2,784 3,906 3,732 2,997 2,785 2,429 1,872 1,834 26,016
Pembangkit Lc 814 949 1,335 1,706 1,569 1,259 1,293 1,157 868 812 11,763
Total 2,605 2,834 4,119 5,613 5,302 4,256 4,079 3,585 2,740 2,647 37,779
Fc 1,994 964 466 804 1,381 797 329 255 202 51 7,243
Penyaluran Lc 370 145 108 155 148 84 48 42 26 4 1,131
Total 2,364 1,109 574 959 1,530 881 377 297 228 55 8,374
Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 738 683 532 550 601 711 740 769 797 812 6,932
Total 738 683 532 550 601 711 740 769 797 812 6,932
Fc 3,786 2,849 3,250 4,710 5,114 3,794 3,115 2,683 2,075 1,885 33,260
Total Lc 1,922 1,777 1,975 2,411 2,319 2,054 2,081 1,968 1,690 1,629 19,826
Total 5,708 4,626 5,225 7,121 7,433 5,848 5,196 4,651 3,765 3,514 53,086

8000

7000

Pembangkit
6000

5000
Juta USD

4000

3000
Penyaluran
2000

1000 Distribusi

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Gambar C1.12.1 Kebutuhan Dana Investasi

963
Porsi PLN

Dana yang dibutuhkan PLN hingga tahun 2020 sangat besar, yaitu mencapai US$ 33,5
miliar atau rata-rata US$ 3,3 miliar per tahun. Kebutuhan tersebut terdiri atas US$ 18,2
miliar untuk pendanaan proyek pembangkit, US$ 8,4 miliar untuk pendanaan proyek
transmisi dan gardu induk serta US$ 6,9 miliar pendanaan proyek distribusi.

Sumber Pendanaan

Sebagaimana dijelaskan pada butir 5.5 sumber pendanaan untuk proyek PLN selama ini
terdiri atas dana internal PLN, pinjaman bilateral/multilateral berupa pinjaman lunak dan
kredit ekspor, pinjaman dari bank domestik, obligasi, APBN dan hibah luar negeri.

Proses untuk memperoleh pinjaman bilateral/multilateral berupa pinjaman lunak


membutuhkan waktu yang cukup lama, harus tercantum dalam Blue Book Bappenas,
sehingga sumber dana ini sesuai untuk mendanai proyek-proyek dengan karakteristik
sebagai berikut:

− Pelaksanaannya multiyears

− Tidak mendesak, jadwal operasi 6 atau 7 tahun lagi

− Renewable energy yang risikonya tinggi sehingga kurang menarik bagi investor
swasta, antara lain proyek PLTA dan PLTP.

Sumber pendanaan kredit ekspor, pinjaman dari bank domestik atau obligasi dan APBN
diperuntukkan untuk proyek-proyek sangat mendesak.

Sumber pendanaan APLN diperuntukkan untuk mendanai proyek distribusi dan sebagian
proyek transmisi dan gardu induk, dan dana pendamping proyek pembangkit dan
transmisi.

Sumber pendanaan hibah luar negeri diperuntukkan untuk mendanai technical assistance
menyusun pre-feasibility study, feasibility study dan basic design.

Pada Februari 2011, Bappenas telah menerbitkan Daftar Rencana Pinjaman/Hibah Luar
Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM) 2011-2014 atau yang disebut juga sebagai Blue
Book 2011-2014. Proyek-proyek PLN di sistem Jawa – Bali yang diusulkan untuk didanai
dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri - PHLN (sumber dana bilateral/multilateral, hibah
dan kredit eksport) adalah seperti ditampilkan pada Tabel C1.12.2 berikut.

964
Tabel C1.12.2 Daftar Proyek PHLN 2011-2014 di Sistem Jawa – Bali
Total Project Dana
Kapasitas Pinjaman Grant Potential
Cost Pendamping
No. BB ID NAMA PROYEK
MW Juta USD Juta USD Juta USD Juta USD Lender

1 BBP3-02005-04-071939-1060412 500 KV Java-Bali Crossing 350.0 300.0 50.0 - ADB - IDB

Improvement of Java-Bali Electricity Distribution


2 BBP3-02005-04-071939-1060416 - 115.0 100.0 15.0 0.0 ADB - AFD
Performance

3 BBP3-02005-04-071939-1060417 Java-Bali Submarine Cable 150 kV Circuit 3&4 - 62.0 56.0 6.0 - KE

4 BBP3-02005-04-071940-1060421 Muara Tawar Add-on Block 2 CCPP (500 MW) 500 460.0 400.0 60.0 - KE

5 BBP3-02005-04-071939-1060425 Scattered Transmission and Substation in Indonesia - 555.0 525.0 30.0 - IBRD dan KE

Indikatif : IBRD,
Scattered Transmission and Substation in Indonesia -
6 BBP3-02005-04-071939-1060426 - 412.5 375.0 37.5 - China, ADB &
Phase II
JICA

7 BBP3-02005-04-071940-1060431 Upper Cisokan Pumped Storage HEPP (1000 MW)* 1,040 800.0 640.0 160.0 - IBRD

8 BBP3-02005-04-071940-1060432 Indramayu Steam Coal PP 2x1000 MW Phase 1 : E/S - 21.0 21.0 - - JICA

9 BBT3-02005-04-071939-1060435 F/S of Nuclear PP of Indonesia - 2.0 - - 2.0

Total 2,777.5 2,417.0 358.5 2.0

Tabel C1.12.2 menunjukkan bahwa usulan PHLN 2011 – 2014 di Jawa-Bali membutuhkan
dana pinjaman sebesar US$ 2,4 miliar, dana pendamping sebesar US$ 359 juta dan grant
US$ 2 juta.

Selain proyek-proyek di atas, PLN juga akan menyampaikan usulan baru untuk dapat
dimasukkan pada revisi Blue Book 2011-2014 seperti pada Tabel C.1.12.3
Tabel C1.12.3 Usulan Baru Proyek PHLN 2011-2014 di Sistem Jawa – Bali
Total Project Dana
Kapasitas Pinjaman Potential
Cost Pendamping
No. NAMA PROYEK
MW Juta USD Juta USD Juta USD Lender

Construction of Java-Sumatra Interconnection 500 kV


1 922.0 869.0 53.0 JICA
Line (HVDC) - Phase II
Construction of Java-Sumatra Interconnection 500 kV
2 986.0 938.0 48.0 JICA
Line (HVDC) - Phase III

3 Jatigede Hydro Electric PP 110 213.0 185.0 28.0

Indramayu Steam Coal PP (1x1000 MW) and 500 kV


4 1,000 2,190.0 1,588.0 602.0 JICA
Indramayu - Cibatu Transmission Line)

5 Rehabilitation of Suralaya Steam Coal PP Unit 3 and 4 161.3 137.1 24.2 KE

Rehabilitation of Kamojang Geothermal PP Unit 1, 2 and


6 65.1 55.3 9.8 KE
3

7 PLTU Lontar Expansion (660 MW) 660 792.0 673.0 119.0

Central and West Java 500kV Transmission Line Project


8 357.6 301.5 56.1 JICA
(Tx Ungaran - Pemalang - Mandirancan - Indramayu)

9 Indramayu Steam Coal PP (1x1000 MW) unit 2 1,000 1,460.0 1,388.0 72.0

7,147.0 6,134.9 1,012.1

965
RENCANA PENGEMBANGAN KELISTRIKAN

PER PROVINSI

WILAYAH OPERASI JAWA BALI

966
RENCANA PENGEMBANGAN
SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI
WILAYAH OPERASI JAWA BALI

LAMPIRAN C2. PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LAMPIRAN C3. PROVINSI BANTEN

LAMPIRAN C4. PROVINSI JAWA BARAT

LAMPIRAN C5. PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN C6. PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN C7. PROVINSI JAWA TIMUR

LAMPIRAN C8. PROVINSI BALI

967
LAMPIRAN C.2
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA

C2.1. Kondisi Saat Ini

Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi DKI Jakarta (tidak termasuk


Kepulauan Seribu) saat ini sekitar 4.000 MW. Pasokan pembangkit yang
terhubung di grid 150 kV adalah sekitar 3.000 MW yang berada di 2 lokasi yaitu
PLTGU/PLTU Muara Karang dan PLTGU/PLTG Tanjung Priok.
Pasokan dari grid 500 kV melalui 6 GITET, yaitu Gandul, Kembangan, Cawang,
Bekasi, Cibinong dan Depok dengan kapasitas total 7.000 MVA. Peta sistem
kelistrikan DKI Jakarta ditunjukkan pada Gambar C2.1.

PLTU LONTAR
3 x 300 MW

TELUK JAKARTA
TNAGA
TNAGA II MKRNG
SPTAN III MTWAR
SPTAN PRIOK
MKRNG ANCOL KLPGD II
JMTGA
TGRNG II MGBSR II KDSPI II
SPTAN II GNSRI KLPGD
MKRNG III ANGKE KMYRN CKG TWSHP
TGRNG III PLPNG MRNDA
PSKMS TGBRU DMGOT MGBSR
GRGOL KTPNG KMYRN II
CKRNG
DRKSB III KBSRH II TTNGI PLNGN KDSPI
GBLMA
MAXIM DRKSB GMBRU PGLNG II
PKRNG
CBTUBR
New KBSRH GPOLA
Old KSBRU II
CKNDE CKUPA JTAKE GRGOL II BDKMY
DKTAS CIPNG II PGSAN PGLNG
SMBRT II
TGRNG CLDK PLMAS
LAUTS KBJRK KARET STBDI
DKTASII MGRAI BKASI
BLRJA Old New MGRAI II CIPNG PGDNG SKMDI

NSYAN II KSBRU
SLAYA MLNIUM LIPPO AGP II JBEKA II
CLDUG II KMBNG TMRSD TMRSD II
SNYAN SMBRT FAJAR
LIPPO II AGP
NSYAN DNYSA II PDKLP JBEKA
Old
CITRA
CLDUG III MPANG
DNYSA PNCOL TMBUN II
TGRSA
BJGRA CITRA II JTWRG II
CSW CKRNG
CSW II DRTGA CWANG
LEGOK LKONG TMBUN
PTKNG PSMEDE RGNAN CWANGBR JTWRG
TGRSA II PDNDH II TJBRT MNTUR II
MNTUR GDMKR
BNTRO II TMBUN
LKONG LKONG II CSW 3 KMANG
PDNDH
LKONG III BNTRO
BNTRO III CBATU
SRPNG PDNDH III JTNGN
GDRIA
PDNDH V GNDUL ITP
DPBRU
PDNDH IV
SCBNG CLGSI II/
JONGGOL
CMGIS II DEPOK III
CMGIS
CLGSI
CIBNG ASPEK
CIBNG II
BGORX SNTUL
CLGON
BGBRU
SGLNG
TSMYA KDBDK

Gambar C2.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi DKI Jakarta

968
Secara kelistrikan di provinsi DKI Jakarta terdapat 6 sub-sistem yaitu:
1. GITET Gandul dan PLTGU Muara Karang memasok Jakarta Selatan,
Jakarta Pusat dan sebagian Tangerang Selatan.
2. GITET Bekasi dan PLTGU Priok memasok Jakarta Utara, Jakarta Pusat
dan sebagian Bekasi.
3. GITET Cawang dan GITET Depok memasok Jakarta Timur, Jakarta Pusat
dan Jakarta Selatan.
4. GITET Cibinong memasok Jakarta Timur, Depok dan sebagian Bogor.
5. GITET Kembangan memasok Jakarta Barat dan sebagian Tangerang.
6. GITET Depok memasok Depok, sebagian Jakarta Selatan dan sebagian
Jakarta Pusat.
Pembangkit di Muara Karang dan Priok mempunyai kapasitas 2.951 MW seperti
ditunjukkan pada Tabel C2.1.

Tabel C2.1. Kapasitas Pembangkit Terpasang di Muara Karang dan Priok

No. Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Kapasitas


Pembangkit B. Bakar Terpasang
MW
1 Muara Karang 4-5 PLTU Gas Alam/MFO PJB 400,0
2 Priok 1-2 PLTU MFO Indonesia Power 100,0
3 Priok Blok 1 PLTGU Gas Alam/HSD Indonesia Power 590,0
4 Priok Blok 2 PLTGU Gas Alam/HSD Indonesia Power 590,0
5 Muara Karang Blok 1 PLTGU Gas Alam/HSD PJB 509,0
6 Muara Karang Repowering PLTGU Gas Alam PJB 710,0
7 Priok PLTG HSD Indonesia Power 52,0
Jumlah 2.951,0

C2.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik


Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel C2.2.

969
Tabel C2.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Energy Produksi Beban


Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW

2011 25.928 28.406 4.105 2.544.609


2012 28.224 30.878 4.451 2.639.574
2013 30.560 33.404 4.803 2.733.911
2014 32.961 35.982 5.160 2.827.693
2015 35.502 38.703 5.536 2.920.993
2016 38.197 41.600 5.936 3.013.888
2017 41.064 44.673 6.359 3.060.803
2018 44.114 47.939 6.807 3.101.396
2019 47.362 51.413 7.282 3.142.309
2020 50.852 55.164 7.794 3.183.949
Growth (%) 7,9% 7,4% 7,3% 2,6%

C2.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.
Potensi Sumber Energi
Provinsi DKI Jakarta tidak mempunyai potensi sumber energi primer, sehingga
pembangkit listrik di Jakarta yaitu Muara Karang dan Priok membutuhkan
pasokan gas dari provinsi lain. Pembangkit di Jakarta merupakan pembangkit
must run yang harus selalu dioperasikan karena lokasinya yang sangat strategis
di pusat beban. Namun demikian, pasokan gas saat ini dari PHE ONWJ dan
PGN cenderung menurun dan akan habis pada tahun 2016, sehingga
pembangkit tersebut sebagian menggunakan BBM. Untuk menutupi kekurangan
pasokan gas tersebut, PT Nusantara Regas mengembangkan FSRU LNG yang
akan memasok pembangkit di Jakarta dengan kapasitas 200 bbtud dan akan
mulai beroperasi pada April 2012.

Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2020 dipenuhi dengan
pengembangan kapasitas pembangkit di sistem Jakarta sendiri dan
pengembangan jaringan 500 kV yang memasok sistem Jakarta. Khusus untuk
pengembangan pembangkit di Jakarta akan dibangun proyek dengan total
kapasitas 1.753 MW seperti ditampilkan pada Tabel C2.3 berikut.

970
Tabel C2.3 Pengembangan Pembangkit di Jakarta

Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
1 PLN PLTGU Muara Karang Rep Blok 2 210 2011 On Going JBIC
2 PLN PLTGU Priok Extension Blok 3 743 2012 On Going JBIC
4 PLN PLTG Muara Karang/Priok 800 2018/2020 Plan Plan
Jumlah 1.753

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk


Pengembangan GI

Sampai dengan tahun 2020 diperlukan penambahan IBT 500/150 kV di 6 lokasi


GITET dan pembangunan GITET baru 500 kV di 4 lokasi seperti diperlihatkan
pada Tabel C2.4.

Tabel C2.4 Pengembangan GITET di Jakarta

Kebutuhan
Kapasitas
No Lokasi Sumber Dana COD Dana Keterangan
(MVA)
USD Juta
1 Kembangan (GIS) APLN 2010 2011 166 3,71 Spare (Ex. Rekondisi)
2 Cawang APLN 2010 2011 166 3,71 Spare (Ex. Rekondisi)
3 Kembangan (GIS) APLN 2011 500 14,64 Penghematan BBM (IBT-2)
4 Bekasi APLN 2011 500 14,64 IBT-3
5 Durikosambi (GIS) KE Paket 1 2012 166 3,71 spare IBT
6 Bekasi KE Paket 1 2012 166 3,71 spare IBT
7 Cawang (GIS) APLN 2012 500 25,62 IBT-3
8 Durikosambi (GIS) KE Paket 1 & 6 2013 1.000 87,14 GIS Baru (IBT-1-2)
9 Kembangan (GIS) APBN 2012 2013 0 25,00 Diameter Ext, arah Balaraja
10 Durikosambi (GIS) Unallocated 2015 500 14,64 IBT-3
11 Cawang Baru (GIS) JBIC II 2016 1.000 64,72 GITET Baru/GIS (IBT-1-2)
12 Muarakarang (GIS) Unallocated 2016 1.000 64,72 GITET Baru/GIS
Diameter Ext, arah Muara
0
13 Durikosambi (GIS) Unallocated 2016 25,00 Karang
Diameter Ext, arah
0
14 PLTU Bekasi Unallocated 2017 6,00 Muaratawar
15 Pulogadung (GIS) Unallocated 2017 1.000 64,72 GITET Baru/GIS
Diameter Ext, arah
0
16 Cawang Baru (GIS) Unallocated 2017 25,00 Pulogadung
17 Durikosambi (GIS) Unallocated 2018 500 14,64 IBT-4
18 Cawang Baru (GIS) Unallocated 2019 500 14,64 IBT-3
7.664 475,96

Untuk meningkatkan keandalan pasokan kota Jakarta dicadangkan 4 buah trafo


IBT satu fasa yang ditempatkan di GITET Kembangan, Cawang, Bekasi dan Duri
Kosambi masing-masing berkapasitas 166 MVA.

971
Selanjutnya untuk melayani konsumen direncanakan pengembangan trafo
150/20 kV di 126 GI/GIS eksisting sebesar 7.560 MVA dengan kebutuhan dana
sebesar USD 389,0 juta dan pembangunan GI/GIS 150 kV baru tersebar di 31
lokasi dengan kapasitas 2.820 MVA dengan kebutuhan dana pengembangan
sekitar USD 389,0 juta seperti ditampilkan pada Tabel C2.5.
Tabel C2.5 Pengembangan GI/GIS di Jakarta
Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan
No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
1 Power Steel Indonesia 150/20 2011 KTT 120 6,86
2 Jatiwaringin (GIS) 150/20 2011 KE-III lot 6 120 23,2
3 Tanah Tinggi (GIS) 150/20 2011 KE-III lot 5 120 17,0
5 Lautan Steel Indonesia 150/20 2012 APLN 2010 60 5,35
6 Antasari/CSW II (GIS) 150/20 2012 ADB (Deutch) 120 17,0
Cakung Township/Garden City
7 (GIS) 150/20 2012 APLN 120 17,0
Durikosambi 2 / Daan Mogot
8 (GIS) 150/20 2012 KE Paket 8 120 17,0
9 Gandaria 150 (GIS) 150/20 2012 APLN Percepatan 180 21,1
10 Harapan Indah 150/20 2012 APLN 120 7,2
11 Jatirangon II/Cibubur 150/20 2012 APBN 2009/10 60 5,1
12 Kapuk (PIK) (GIS) 150/20 2012 APLN 2010 120 17,0
13 Gunung Sahari (GIS) 150/20 2012 ADB 120 17,0
14 Semanggi Barat (GIS) 150/20 2012 KE Paket 8 120 17,0
15 CSW III/Mrt Psr Mede (GIS) 150/20 2015 JBIC II 60 13,0
16 MRT Jakarta 150/20 2016 JBIC II 60 12,97
17 Cawang-2(GIS) 150/20 2016 JBIC II 120 13,0
18 Duren Tiga II/Ragunan (GIS) 150/20 2016 JBIC II 60 13,0
19 Ciseeng 150/20 2016 JBIC II 60 3,9
20 Abadi Guna Papan II (GIS) 150/20 2016 Unallocated 60 13,0
Durikosambi III/Rawa Buaya
21 (GIS) 150/20 2017 IBRD Scattered II 60 13,0
22 Pondok Indah II/Cirende 150/20 2017 IBRD Scattered II 120 7,2
23 Cipinang II/Jatinegara (GIS) 150/20 2018 Unallocated 60 13,0
24 Gandaria II/Mekar Sari 150/20 2018 Unallocated 60 5,1
25 Kemayoran II (GIS) 150/20 2018 Unallocated 60 13,0
26 Penggilingan II (GIS) 150/20 2018 Unallocated 60 13,0
Semanggi Barat II/T.Abang
27 (GIS) 150/20 2018 Unallocated 60 13,0
28 Gambir Lama II (GIS) 150/20 2019 Unallocated 120 17,0
Pancoran 2 / Pengadegan Tmr
29 (GIS) 150/20 2019 Unallocated 120 17,0
30 Tigaraksa II 150/20 2020 Unallocated 60 3,9
31 Senayan Baru 2 (GIS) 150/20 2020 Unallocated 120 17,0
Jumlah 2.820 388,78

Pengembangan Transmisi

Selaras dengan pengembangan GITET 500 kV, diperlukan pengembangan


Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sepanjang 130 kms dengan
kebutuhan dana sekitar USD 52,0 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C2.6.

972
Tabel C2.6 Pembangunan SUTET 500 kV

No. Dari Ke Jenis Panjang COD Biaya


Konduktor kms USD juta
1 Bekasi Tx. Mtawar-Cibinong 2 cct, 4xDove 12 2012 3,92
2 Durikosambi (GIS) Kembangan 2 cct, 4xZebra 6 2013 2,49
3 Cawang Baru (GIS) Gandul 2 cct, 4xZebra 40 2016 16,60
4 Muarakarang (GIS) Durikosambi (GIS) 2 cct, 4xZebra 30 2016 12,45
5 Pulogadung (GIS) Cawang Baru (GIS) 2 cct, 4xZebra 24 2017 9,96
6 PLTU Bekasi Muaratawar 2 cct, 4xDove 20 2018 6,53
Jumlah 132 51,94

Selaras dengan pembangunan GI/GIS baru 150 kV, diperlukan pembangunan


transmisi terkaitnya sepanjang 607 kms dengan kebutuhan dana sekitar
USD 440,0 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C2.7.
Tabel C2.7 Pembangunan Transmisi

Jenis Panj. COD Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
1 Angke Ancol 2xZebra 10 2011 0,99
2 Muarakarang Angke 2xACCC 310 12 2011 1,34
3 Duren Tiga Kemang 1xCU1000 6 2011 28,33
4 Gedung Pola Manggarai 1xCU1000 4 2011 18,89
5 Manggarai Dukuh Atas 1xCU1000 4 2011 18,89
6 Kebon Sirih Gambir Lama 1xCU1000 2 2011 9,44
7 Ketapang Mangga Besar 1xCU1000 6 2011 28,33
8 New Senayan Senayan 1xCU1000 6 2011 28,33
9 Durikosambi Petukangan 2xTDrake 52 2011 7,80
10 Durikosambi Muarakarang Lama 2xTDrake 26 2011 3,87
11 Jatiwaringin Inc. (Pdklp-Jtngn) 2xZebra 24 2011 2,36
12 Tanah Tinggi (GIS) Inc. (Gmblm-Plmas) 1xCU1000 4 2011 9,44
13 Semanggi Barat Karet Lama 1xTACSR410 8 2011 0,80
14 Nikomas Gemilang Puncak Ardi Mulya 1xOstrich 4 2011 0,00
Indofood Sukses Makmur Plumpang - 0 2011
15 -
16 Power Steel Indonesia New Balaraja 2xZebra 10 2011 0,99
17 Gandul Serpong 2xTACSR410 40 2012 6,00
18 Gandul Petukangan 2xTDrake 28 2012 4,20
19 Petukangan Bintaro 1xTACSR520 18 2012 1,94
20 Kandang Sapi Inc. (Bekasi-Marunda) 2xHawk 10 2012 0,76
21 Semanggi Barat (GIS) Semanggi Timur (GIS) 1xCU1000 6 2012 14,17
22 Cileungsi II/Jonggol Cibatu 2xZebra 10 2012 0,99
23 Alam Sutra Inc.(Lippo Curug-Kmbngn) 4xZebra 2 2012 0,36
24 Antasari/CSW II (GIS) Inc (Drtga/Kemang-Kenvil) 1xCU1000 10 2012 23,61
25 Cakung TownShip Harapan Indah 2xZebra 10 2012 0,99
Durikosambi 2 / Daan 2xTACSR
26 Mogot (GIS) Inc.(Dksbi-Mkrng) Drake 2 2012 0,20
27 Gandaria 150 (GIS) Depok III 2xZebra 24 2012 2,36

973
Jenis Panj. COD Biaya
No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
28 Harapan Indah (GIS) Inc.(Mtawar-Bekasi) 2xTACSR410 2 2012 0,30
29 Jatirangon II/Cibubur Inc.(Jtngn-Cibng) 2xZebra 2 2012 0,99
2xTACSR
30 Kapuk (PIK) Inc (Mkrang-Dksbi) Drake 2 2012 0,20
Mangga Besar II/Gunung
31 Sahari (GIS) Kemayoran 1xCU1000 16 2012 37,78
Chandra Asri Inc. Single phi (Menes- 2xTACSR 410 1 2012 0,150
32 Asahi)
33 Karet Baru Karet Lama 1 cct, 1x1000 1 2013 2,36
34 Cilegon Serang 2xACCC 330 45 2015 12,60
35 Depok III Depok II 2xZebra 40 2015 8,77
36 CSW III/Mrt Psr Mede Pondok Indah 1xCU1000 10 2016 23,61
37 Durentiga II/Ragunan Inc. (Gndul-Cwang) 2xZebra 10 2016 0,99
38 MRT Jakarta Semanggi Barat 1xCU1000 10 2016 23,61
39 Abadi Guna Papan II Cawang Lama 2xCU800 6 2017 0,59
Durikosambi III/Rawa
40 Buaya Durikosambi II 1xCU800 10 2017 23,61
41 Pondok Indah II/Cirende Inc. (Ptkng-Gndul) 2xDrake 6 2017 0,60
42 Pulogadung New Inc. (Plmas-Pgsan) 2xTACSR410 8 2017 0,60
43 Cipinang II/Jatinegara Inc. (Plmas-Mgrai) 2xZebra 10 2018 0,99
44 Gandaria II Gandaria 2xZebra 30 2018 2,96
45 Kemayoran II Inc. (Priok-Plpng) 1xCU1000 6 2018 14,17
46 Penggilingan II Penggilingan 1xCU1000 12 2018 28,33
Semanggi Barat II/T.Abang
47 (GIS) Inc (Karet-Angke) 2xTACSR410 4 2018 0,60
48 Gambir Lama II (GIS) Gambir Lama (GIS) 2xZebra 2 2019 0,20
Pancoran 2 / Pengadegan
49 Tmr (GIS) Inc. (Cawang II - Abadi II) 2xZebra 10 2019 0,99
50 Tigaraksa II Tigaraksa 2xZebra 10 2020 0,99
51 Senayan Baru 2 Senayan Baru 2xCU800 16 2020 37,78
Jumlah 607 439,15

Pengembangan Distribusi

Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan


pelanggan baru sekitar 816 ribu pelanggan sampai dengan 2020 atau rata-rata
81,6 ribu pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan
tersebut, diperlukan pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 7.860
kms, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sekitar 9.327 kms dan tambahan
kapasitas trafo distribusi sebesar 4.884 MVA dengan kebutuhan investasi sekitar
USD 1.384 juta, seperti ditampilkan dalam Tabel C2.8 berikut.

974
Tabel C2.8 Pengembangan Sistem Distribusi di Jakarta

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta
2011 2.127 873 456 88.290 255,6
2012 1.056 772 404 86.736 152,6
2013 201 744 388 85.209 73,6
2014 151 645 338 83.706 62,6
2015 352 783 410 82.228 89,6
2016 805 969 508 80.775 142,5
2017 855 1.017 533 79.346 150,0
2018 805 1.096 574 77.940 150,5
2019 805 1.177 618 76.557 155,8
2020 704 1.251 656 75.198 151,4
2011-2020 7.860 9.327 4.884 815.985 1.384,2

C2.4. SISTEM DISTRIBUSI KE KEPULAUAN SERIBU


Kepulauan Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah utara ,
tepat berhadapan dengan teluk Jakarta. Jumlah pulau sekitar 342 buah pulau,
termasuk pulau-pulau pasir dan terumbu karang yang bervegetasi maupun yang
tidak. Pulau pasir dan terumbu karang itu sendiri berjumlah 158 buah.
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten
administrasi di Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 11,8 km2 yang meliputi
gugusan kepulauan di Teluk Jakarta. Sebelumnya wilayah Kepulauan Seribu
merupakan salah satu kecamatan di Kotamadia Jakarta Utara.
Pusat pemerintahan kabupaten ini terletak di pulau Pramuka yang mulai
difungsikan sebagai pusat pemerintahan kabupaten sejak tahun 2003. Terdapat
dua kecamatan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yaitu Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Pengembangan Sistem Distribusi Kepulauan Seribu


Rencana induk pengembangan sistem pasokan Kepulauan Seribu terdiri dari 2
tahapan yaitu Tahap I (Jalur Selatan) dan Tahap II (Jalur Utara) seperti
ditampilkan pada gambar C2.2.

975
Gambar C2.2. Peta Jaringan Kabel Laut Kepulauan Seribu

a. Tahap 1 Jalur Selatan (2008-2009):

Pada tahap 1 ini pembangunan infrastruktur kelistrikan telah dilaksanakan


di wilayah kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dan dari proyek ini
tercapai rasio desa berlistrik 8,33% dan rasio elektrifikasi sebesar 5,90%
pada tahun 2009.
Infrastruktur JTM dipasok dari GI Teluk Naga Trafo 1 melalui penyulang
Seribu sampai ke GH Tanjung Pasir, Tangerang, dan selanjutnya dipasok
radial dengan Kabel laut 20 kV ke beberapa pulau.

976
Tabel C2.9 Pengembangan Sistem Distribusi Kepulauan Seribu Jalur Selatan

No. Section SKLTM SKTM Trafo JTR Jmlh


(ms) ke GD GD (kVA) (ms) Plgn
(ms)
GH Tg Pasir- 1.726
1 5.690 400 630 365
GH P. U.jawa (P.U.Jawa)
GH P U.jawa-
2 13.390 800 - - -
GH P.L Kecil
GH P.L Kecil-
460 1000 - - -
GH P.L Besar
GH P.L Besar–GH 968 362
3 9.460 400 630
Pulau Pari (P.L.Besar) (P.L.Besar)
GH Pulau Pari-GH P. 1.711 189
4 8.850 795 630 (P.Pari)
Payung Besar (P.Pari) (P.Pari)
630 429 38
GH.P.Payung Besar-
6 3.560 600 (P.Payung (P.Payung (P.Payung
GH P.Tidung Kecil
Besar) Besar) Besar)
3.480 761
GH P.Payung Kecil-
7 830 2.000 3 x 630 (P.Tidung (P.Tidung
GH P.Tidung Besar
Besar) Besar)
TOTAL 42.240 5.995 4.410 8.314 1.715
 
b. Tahap-2 Jalur Utara (2010-2011):

Pada tahap-2 ini pembangunan infrastruktur kelistrikan sedang


dilaksanakan oleh pemprov DKI untuk wilayah Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara.
Dari pembangunan kelistrikan tahap-2 ini maka pada tahun 2010 tercapai
rasio desa berlistrik 41,67% dan rasio elektrifikasi sebesar 32,90%.
Penyambungan SKLTM dilanjutkan secara radial dari pulau Tidung Besar
ke pulau-pulau sebagai berikut:

977
Tabel C2.10 Pengembangan Sistem Distribusi Kepulauan Seribu Jalur Utara

S KL TM S KTM J TR
No S ec tion T rafo G D (kVA) P lg n **)
(ms ) ke G D (ms ) (ms ) *)

1x630 kVA  D inas 
1 P . T idung K ecil‐P . K arya 16.509 340       3.200 
T eknis 
(P . K arya)
2x630 kVA
2 P . K arya‐P . P anggang 200 1.660       6.400           523 
(P . P anggang)
P . P anggang‐P .  1x630 kVA
3 1.765 960       3.200           299 
P ramuka
(P . P ramuka)
4x630 kVA
4 P . K arya‐P . K elapa 16.953 2.240     12.800           885 
(P . K elapa)
P . K elapa‐P . K elapa  1x630 kVA
5 622 1.450       3.200           338 
dua/Harapan (P . K elapa Dua)
P . K elapa D ua/Harapan‐ 1x630 kVA  L ap. 
6 935 840       3.200 
P . P anjang B esar (P . P anjang B esar) Udara 
P . P anjang B esar‐P .  1x630 kVA
7 1.200                 ‐        3.200             78 
S abira (P . S abira)
T O T AL 38.184 7.490 11x630 kVA    35.200        2.123 
Catatan : *) Estimasi jumlah Jurusan untuk Trafo 630 kVA adalah 8 (delapan) jurusan dan panjang
per-jurusan 400 meter.
**) Berdasarkan Data pelanggan Genset eksisting.
 

 
C2.5. Ringkasan
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan di provinsi DKI
Jakarta sampai dengan tahun 2020 adalah USD 4,4 milyar. Ringkasan proyeksi
kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel C2.11.
Tabel C2.11 Rangkuman

Tahun Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi


Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD
Energy Energi Puncak MW MVA kms Juta
GWh GWh MW
777
2011 25.928 28.406 4.105 210 3.852 178
1.091
2012 28.224 30.878 4.451 743 2.512 195
196
2013 30.560 33.404 4.803 - 1.090 7
92
2014 32.961 35.982 5.160 - 660 -
165
2015 35.502 38.703 5.536 - 1.040 85
466
2016 38.197 41.600 5.936 - 2.840 100
320
2017 41.064 44.673 6.359 - 1.600 54
550
2018 44.114 47.939 6.807 400 1.430 82
262
2019 47.362 51.413 7.282 - 1.820 12
508
2020 50.852 55.164 7.794 400 1.200 26
Jumlah 1.753 18.044 739 4.427

978
LAMPIRAN C.3
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI BANTEN

C3.1. Kondisi Saat Ini

Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Banten saat ini sekitar 2.400 MW,
dipasok dari pembangkit yang berada di grid 150 kV sebesar 600 MW dan yang
berada di grid 500 kV sebesar 4.140 MW.
Pasokan dari pembangkit listrik yang berada di grid 500 kV dan grid 150 kV di
Banten ada di 3 lokasi yaitu PLTU Suralaya, PLTGU Cilegon dan PLTU Labuan
dengan daya terpasang 4.740 MW.
Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 3 GITET, yaitu Suralaya, Cilegon dan
Balaraja, dengan kapasitas 2.500 MVA. Peta sistem kelistrikan Banten
ditunjukkan pada Gambar C3.1.
SLAYA2
SLAYA
PENI SLIRA
MTSUI

M.ENIM
PRYMA
CLGON PLTU TLNGA
CLGMA U U
ASAHI TLNGA
BJNGRA PRIOK MTWAR
SPTAN NTGRNG MKRNG U U
SRANG III SRANG DUKSMBI U
CKNDE BLRJA

PKMIS
CKRNG BKASI
PCADM JTAKE CBTBR
PCADM II NBLRJA KMBNG CWANG2
CKUPA
TGRNG IDMYU7
KOPO CITRA PTKNG
TGRSA CWANG
SRANG II TGRSA II NLKONG
GNDUL
MENES TMBUN
SRPNG
RKBTG DPK4
CBATU
SKETI
CMGIS
CIBNG
U DEPOK
PLTU LBUAN BOGOR X
BUNAR II
BUNAR
KDBDK
BGBRU

KRCAK
CRATA
SALAK LAMA

P CIAWI
SALAK BARU
MPING
CNJUR CGRLG

CBDKBR
SGLNG
BAYAH

A UBRUG

PRATU LBSTU
U
PLTU PRATU TSMYA

Gambar C3.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi Banten

Kelistrikan Provinsi Banten terdiri atas 3 sub-sistem yaitu:


1. GITET Suralaya memasok daerah industri Merak dan Salira.
2. GITET Cilegon, PLTGU Cilegon, PLTU Labuan memasok Kab. Serang,
Kota Cilegon, Kab. Pandeglang dan Kab. Lebak.
3. GITET Balaraja memasok Kab/Kota Tangerang dan Tangerang Selatan.

979
Rincian pembangkit terpasang seperti ditunjukkan pada Tabel C3.1.
Tabel C3.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang
No. Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Kapasitas
Pembangkit B. Bakar Terpasang
MW
1 Suralaya PLTU Batubara Indo.Power 3.400,0
2 Cilegon PLTGU Gas Alam PLN 740,0
3 Labuan PLTU Batubara PLN 600,0
Jumlah 4.740,0

C3.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel C3.2.
Tabel C3.2 Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik

Energy Produksi Beban


Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW

2011 18.416 19.968 2.549 2.295.649


2012 19.785 21.447 2.735 2.449.927
2013 21.154 22.894 2.916 2.615.674
2014 22.692 24.545 3.123 2.794.449
2015 24.370 26.351 3.349 2.986.429
2016 26.302 28.404 3.605 3.165.195
2017 27.243 29.388 3.726 3.356.052
2018 28.402 30.606 3.876 3.561.572
2019 30.002 32.295 4.086 3.751.053
2020 31.692 34.041 4.302 3.883.623
Growth (%) 6,9% 6,4% 6,3% 6,4%

C3.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di provinsi Banten diperlukan


pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi.
Potensi Sumber Energi
Provinsi Banten memiliki potensi panas bumi yang dapat dikembangkan untuk
tenaga listrik yang diperkirakan mencapai 790 MW yang tersebar di 5 lokasi,
sedangkan potensi batubara diperkirakan mencapai 13 juta ton dan potensi

980
tenaga air sebesar 352 MW1. Kebutuhan batubara untuk pembangkit di Banten
sebagian besar dipasok dari Sumatera Selatan dan sisanya dari Kalimantan,
sedangkan kebutuhan gas dipasok dari CNOOC dan PGN.

Pengembangan Pembangkit

Untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai dengan tahun 2020 diperlukan


tambahan kapasitas pembangkit sebesar 3.096 MW dengan perincian seperti
ditampilkan pada Tabel C3.3 berikut.
Tabel C3.3 Pengembangan Pembangkit

Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
1 PLN PLTU Suralaya 625 2011 On Going Perpres
2 PLN PLTU Teluk Naga/Lontar 945 2011-2012 On Going Perpres
3 PLN PLTU Lontar Exp 660 2015 Plan Plan
4 Swasta PLTM Leuwikopo 4.46 2012 On Going IPP
5 Swasta PLTM Cikamundung 5.00 2013 On Going IPP
6 Swasta PLTM Cikidang 2.00 2013 On Going IPP
7 Swasta PLTM Cisono 3.00 2013 On Going IPP
8 Swasta PLTM Cisungsang II 3.00 2013 On Going IPP
9 Swasta PLTM Karang Ropong 6.00 2013 On Going IPP
10 Swasta PLTM Lebak Tundun 2.40 2013 On Going IPP
11 Swasta PLTM Situmulya 3.00 2013 On Going IPP
12 Swasta PLTM Cijambe 0.72 2014 Plan IPP
13 Swasta PLTM Cinanling 1.26 2014 Plan IPP
14 Swasta PLTM Ciparai 4.20 2014 Plan IPP
15 Swasta PLTM Gunung Tua 1.70 2014 Plan IPP
16 Swasta PLTM Suwakan 3.80 2014 Plan IPP
17 Swasta PLTU Banten 660 2016 Plan IPP
18 Swasta PLTP Rawa Dano 110 2018 Plan IPP
19 Swasta PLTP Gunung Endut 55 2019 Plan IPP
Jumlah 3.096

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Gardu Induk


Pengembangan gardu induk dibagi atas 2 bagian yaitu Gardu Induk Tegangan
Extra Tinggi (GITET) 500 kV dan Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 kV.
Diperlukan pembangunan GITET 500 kV baru dengan kapasitas sebesar 1.000
MVA, pengembangan IBT 500/150 kV sebesar 1.500 MVA dan spare trafo IBT I
phase 2 unit dengan kebutuhan dana USD 93,6 juta seperti pada Tabel C3.4.

1
Sumber: Draft RUKN 2010-2029

981
Tabel C3.4 Rencana Pengembangan GITET

Kebutuhan
Kapasitas
No Lokasi Sumber Dana COD Dana Keterangan
(MVA)
USD Juta
1 Balaraja APLN 2010 2011 166 3,71 Spare (Ex. Rekondisi)
2 Cilegon APLN 2010 2011 166 3,71 Spare (Ex. Rekondisi)
3 Cilegon APLN 2011 500 14,64 Program N-1 (IBT-3)
4 Balaraja IBRD Scattered I 2013 500 14,64 IBT-3
5 Balaraja IBRD Scattered I 2013 500 14,64 IBT-4 (Ex. Depok)
6 Lengkong APBN 2014 1.000 42,27 GITET Baru
Memotong double phi
7 Banten PLTU IPP 2016 Suralaya - Balaraja
2.832 93,61

Selanjutnya, untuk melayani konsumen diperlukan pembangunan GI/GIS baru


150 kV tersebar di 21 lokasi dengan kapasitas 1.920 MVA dengan biaya USD
150,85 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C3.5.
Tabel C3.5 Rencana Pengembangan GI 150/20 kV

Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan


No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
1 Rangkasbitung II 150/20 2011 ADB B4 (2004) 120 7,24
Millenium (Bumi Citra
2012 120 7,24
2 Permai) 150/20 IBRD Scattered I
3 Asahimas II/Cinangka 150/20 2012 APBN 2011 60 3,9
4 Malingping 150/20 2012 APBN 2011 60 3,9
5 Alam Sutra (GIS) 150/20 2012 APLN 2010 120 17,0
6 Bintaro II (GIS) 150/20 2012 ADB (Deutch) 120 17,0
7 Lautan Steel 150/20 2012 APLN 2010 120 7,2
8 Millenium 150/20 2012 IBRD Scattered I 120 7,2
9 Cilegon Baru II/Kramatwatu 150/20 2013 APBN 2011 120 7,2
10 Cemindo gemilang 150/20 2013 APLN 120 7,2
11 Bayah 150/20 2014 APBN 2012 60 5,1
12 Lengkong II 150/20 2014 APBN 2012 60 3,9
13 Dukuh Atas II 150/20 2016 JBIC/KE 60 13,0
14 Tangerang Baru II 150/20 2016 JBIC II 120 7,2
15 Serang Selatan/Baros 150/20 2017 IBRD Scattered II 120 7,2
16 Bintaro III/Jombang 150/20 2017 IBRD Scattered II 60 5,1
17 Teluk Naga II 150/20 2017 IBRD Scattered II 60 5,1
18 Lippo Curug II 150/20 2018 Unallocated 60 5,1
19 Serang Utara/Tonjong 150/20 2020 Unallocated 120 6,0
20 Lengkong III 150/20 2020 Unallocated 60 3,9
21 Tangerang Baru III 150/20 2020 Unallocated 60 3,9
Jumlah 1.920 150,85

Selain itu juga diperlukan pengembangan/ uprating GI eksisting dengan


kapasitas 300 MVA dan kebutuhan dana sekitar USD 40,14 juta.

982
Pengembangan Transmisi

Selaras dengan pengebangan GITET 500 kV, diperlukan pengembangan


Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sepanjang 570 kms dengan
kebutuhan dana sekitar USD 538 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C3.6.
Tabel C3.6 Rencana Pembangunan SUTET 500 kV

No. Dari Ke Jenis Panjang COD Biaya


Konduktor kms USD juta
1 Balaraja Suralaya Baru 4xDove 80 2011 26,11
2 Balaraja Kembangan 4xZebra 80 2013 33,20
3 Lengkong Inc. (Blrja-Gndul) 4xDove 4 2014 1,31
4 Bogor X Inc (Clgon-Cibinong) 4xDove 60 2016 19,58
5 Bogor X Inc (Depok-Tsmya) 4xDove 6 2016 1,96
6 Banten PLTU Inc. (Suralaya - Balaraja) 4xDove 40 2016 26,11
7 Bogor X Tanjung Pucut HVDC OHL 220 2016 77,00
8 Tanjung Pucut Ketapang HVDC CABLE 80 2016 352,8
Jumlah 570 538,07

Pada tabel C.3.6 dapat dilihat bahwa terdapat rencana pembangunan transmisi
HVDC dari Bogor X ke Tanjung Pucut dan terus menyeberangi selat Sunda.
Transmisi ini merupakan bagian dari suatu sistem transmisi dengan teknologi
high voltage direct curent (HVDC) yang berfungsi untuk membawa listrik dari
PLTU batubara mulut tambang di Sumatra Selatan ke pulau Jawa.
Selaras dengan pembangunan GI 150 kV baru, diperlukan pembangunan
transmisi 150 kV terkaitnya sepanjang 1.242 kms dengan kebutuhan dana sekitar
USD 570,72 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C3.7.
Tabel C3.7 Rencana Pembangunan Transmisi

Jenis Panj. COD Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
1 Cikupa Balaraja 2xTDrake 23 2011 3,39
2 Labuan PLTU Saketi II 2xTACSR410 46 2011 6,90
3 Tangerang Baru Cengkareng 2xACCC570 14 2011 2,18
4 PLTU Lontar Tangerang Baru 2xZebra 10 2011 0,99
5 Rangkasbitung II Saketi II 2xZebra 60 2011 5,91
6 Rangkasbitung II Kopo 2xZebra 34 2011 3,35
7 Saketi II Menes II 2xZebra 46 2011 4,53
8 Saketi II Rangkasbitung II 2xTACSR410 60 2011 9,00
Spinmill Indah Inc. (New Balaraja - Citra
9 Industri Habitat 2xTACSR 410 8 2011 1,11
10 Sulfindo Adi Usaha Salira Indah - 0 2011 0,00
11 Lengkong Serpong 1xACCC 330 12 2012 1,30
Asahimas
12 II/Cinangka Inc. (Mnes-Asahi) 2xZebra 4 2012 0,99

983
Jenis Panj. COD Biaya
No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
13 Malingping Saketi II 2xZebra 80 2012 7,88
14 Bintaro II Bintaro 1xCU1000 14 2012 33,06
15 Lautan Steel Inc. (Blrja-Millenium) 2xTACSR410 8 2012 0,79
16 Millenium Inc. (Lautan-Citra) 2xTACSR410 8 2012 0,79
17 Indoferro Inc. (Clgon-Asahi) 2xZebra 1 2012 0,28
18 JV KS POSCO Cilegon Baru 2xTACSR 410 7 2012 0
19 Interworld Steel Mills Maximangando - 0 2012 0
20 Indorama Ventures Lippo Curug - 0 2012 0
21 Bintaro Serpong 1xTACSR520 18 2013 1,94
22 Cilegon Baru II Inc. (Clbru-Srang) 2xZebra 8 2013 0,99
23 Lengkong II Inc. Legok-Lengkong 2xTACSR410 10 2013 1,80
24 Balaraja Citra Habitat 2xTACSR410 24 2013 4,50
Pelabuhan Ratu Lembursitu 2xZebra 82 2013 8,08
25 Bayah Pelabuhan Ratu 2xZebra 70 2014 6,90
26 Bayah Malingping 2xZebra 70 2014 6,90
Puncak Ardi Mulya
27 II/GORDA Inc (Pucam-Kopo) 2xZebra 2 2014 0,20
28 Balaraja New Millenium 2xTACSR410 30 2015 4,50
29 Rawadano PLTP Inc.(Menes-Asahimas) 2xTACSR410 60 2015 9,00
30 Ciseeng Lengkong 2xZebra 20 2016 2,00
31 Dukuh Atas Semanggi Barat 2xCU800 4 2016 0,60
32 Tangerang Baru II PLTU Lontar 2xTACSR410 26 2016 2,60
2 pole, HVDC
33 Bogor X Tanjung Pucut OHL 220 2016 77,00
2 pole, HVDC
34 Tanjung Pucut Ketapang CABLE 80 2016 352,80
35 Serang II/Baros Inc. (Saketi-Rangkas) 4 cct, 2xZebra 20 2017 1,97
36 Bintaro III/Jombang Inc.(Bntro-Srpng) 2xTACSR410 4 2017 0,60
4 cct,
37 Teluk Naga II Inc.(Lontar-Tgbru-2) 2xTACSR410 20 2017 1,97
38 Lippo Curug II Lippo Curug 2xZebra 10 2018 0,99
Serang
39 Utara/Tonjong Serang 4 cct, 2xZebra 10 2020 1,97
Inc.(Serpong-Lengkong
40 Lengkong III II) 1xACCC 330 10 2020
41 Tangerang Baru III Tangerang Baru II 2xZebra 10 2020 0,99
Jumlah 1.242 570,72

Pengembangan Distribusi

Sesuai dengan proyeksi kebutuhan 10 tahun mendatang, diperlukan tambahan


pelanggan baru sekitar 936 ribu pelanggan atau rata-rata 94.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 7.575 kms, Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) sekitar 9.314 kms dan tambahan kapasitas Trafo
distribusi sekitar 2.157 MVA dengan kebutuhan investasi sekitar USD 954 juta,
seperti ditampilkan dalam Tabel C3.8 berikut.

984
Tabel C3.8 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta
2011 1.197 850 180 84.450 141,9
2012 795 824 202 86.244 92,9
2013 477 825 175 88.042 71,5
2014 476 798 165 89.946 67,5
2015 575 867 182 92.088 76,9
2016 772 952 228 94.226 98,0
2017 812 984 228 96.480 101,1
2018 814 1.027 253 98.853 101,8
2019 837 1.072 267 101.384 103,1
2020 821 1.115 276 104.064 100,1
2011-2020 7.575 9.314 2.157 935.777 954,8

C3.4. Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan
dan kebutuhan investasi untuk provinnsi Banten sampai dengan tahun 2020
adalah sebesar USD 6,1 milyar seperti tersebut dalam Tabel C3.9.

Tabel C3.9 Rangkuman


   Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi 
Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD Juta
Tahun Energy Energi Puncak MW MVA kms
GWh GWh MW
1507
2011 18.416 19.968 2.549 1.255 1.072 381
542
2012 19.785 21.447 2.735 319 720 133
214
2013 21.154 22.894 2.916 24 1.120 140
170
2014 22.692 24.545 3.123 12 1.300 156
951
2015 24.370 26.351 3.349 660 60 90
1889
2016 26.302 28.404 3.605 660 180 756
124
2017 27.243 29.388 3.726 - 240 44
373
2018 28.402 30.606 3.876 110 60 10
235
2019 30.002 32.295 4.086 55 - -
117
2020 31.692 34.041 4.302 - 240 30
Jumlah 3.095 4.992 1.740 6.122

985
LAMPIRAN C.4
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI JAWA BARAT

C4.1. Kondisi Saat Ini


Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Barat saat ini sekitar 5.000 MW.
Beban dipasok oleh pembangkit yang berada di grid 500 kV dan 150 kV sebesar
4.950 MW.
Pembangkit di Jawa Barat yang berada di grid 500 kV adalah PLTG/PLTGU
Muara Tawar dan pembangkit yang berada di grid 150 kV adalah PLTP
(Kamojang, Darajat, Wayang Windu, Salak), PLTA (Ubrug, Kracak, Cikalong,
Jatiluhur, Plengan, Bengkok) dan PLTG Sunyaragi.
Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 5 GITET, yaitu Bandung Selatan, Cibatu,
Cirata, Tasik dan Mandirancan dengan kapasitas 5.000 MVA. Peta sistem
kelistrikan Jawa Barat ditunjukkan pada Gambar C4.1.

Gambar C4.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi Jawa Barat Saat Ini

Kelistrikan Provinsi Jawa Barat terdiri atas 6 sub-sistem yaitu:

• GITET Bandung Selatan memasok Kab/Kota Bandung dan Kota Cimahi.


• GITET Cirata dan PLTA Jatiluhur memasok Kab. Purwakarta, Kab.
Subang dan Kab. Bandung Barat.

986
• GITET Tasikmalaya dan PLTP Kamojang, Darajat dan Wayang Windu
memasok Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Sumedang, Kab. Banjar
dan Kab. Ciamis.
• GITET Mandirancan dan PLTG Sunyaragi memasok Kab. Cirebon, Kab.
Kuningan dan Kab. Indramayu
• GITET Cibatu memasok Tambun Cikarang dan Kab. Karawang, Kab.
Bekasi.
• PLTP Salak memasok Kab. Bogor , Kab. Cianjur dan Kab Sukabumi.
Rincian pembangkit terpasang seperti ditunjukkan pada Tabel C4.1.
Tabel C4.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang

No. Nama Jenis Jenis Pemilik Kapasitas


Pembangkit B. Bakar Terpasang
MW
1 Ubrug PLTA PLTA Indonesia Power 18,4
2 Kracak PLTA PLTA Indonesia Power 18,9
3 M. Tawar B-1 PLTGU HSD PJB 640,0
4 M. Tawar B-2 PLTG HSD PJB 280,0
5 M. Tawar PLTG HSD PLN 858,0
6 C. Listrindo PLTG Gas Swasta 150,0
7 Salak PLTP PLTP Indonesia Power 165,0
8 Salak IPP PLTP PLTP Swasta 165,0
9 Plengan PLTA PLTA Indonesia Power 6,9
10 Lamajan PLTA PLTA Indonesia Power 19,6
11 Cikalong PLTA PLTA Indonesia Power 19,2
12 Bengkok PLTA PLTA Indonesia Power 3,2
13 Dago PLTA PLTA Indonesia Power 0,7
14 Parakan PLTA PLTA Indonesia Power 9,9
15 Saguling PLTA PLTA Indonesia Power 700,7
16 Cirata PLTA PLTA PJB 1.008,0
17 Jatiluhur PLTA PLTA Swasta 150,0
18 Kamojang PLTP PLTP Indonesia Power 140,0
19 Drajat PLTP PLTP Indonesia Power 55,0
20 Drajat IPP PLTP PLTP Swasta 70,0
21 Wayang Windu PLTP PLTP Swasta 220,0
22 Sunyaragi 1-2 PLTG Gas Indonesia Power 40,2
23 Sunyaragi 3-4 PLTG HSD Indonesia Power 40,1
24 Drajat 3 PLTP PLTP Swasta 110,0
25 Kamojang 4 PLTP PLTP Swasta 60,0
Jumlah 4.948,6

C4.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik


Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel C4.2.

987
Tabel C4.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Energy Produksi Beban


Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW

2011 34.242 37.004 5.300 8.592.196


2012 37.158 39.801 5.701 9.044.105
2013 40.134 42.737 6.123 9.517.125
2014 43.219 45.941 6.583 10.012.046
2015 46.498 49.345 7.071 10.530.976
2016 49.871 52.889 7.580 11.073.744
2017 53.472 56.676 8.124 11.641.316
2018 57.315 60.721 8.705 12.234.709
2019 61.419 65.040 9.325 12.858.210
2020 65.803 69.675 9.991 13.508.438
Growth (%) 7,6% 7,6% 7,6% 5,1%

C4.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana


pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.
Potensi Sumber Energi
Provinsi Jawa Barat memiliki bermacam sumber energi untuk pembangkit tenaga
listrik yang terdiri dari tenaga air 909 MW yang sebagian besar sudah
dikembangkan, minyak bumi sebesar 570 MMSTB, dan gas alam sebesar
3,7 TSCF, serta potensi panas bumi yang dapat dikembangkan diperkirakan
sebesar 6.066 MWe yang tersebar di 40 lokasi1.
Sebagian besar pasokan gas untuk Muara Tawar berasal dari Pertamina dan
PGN, namun ada juga sumber lain seperti Medco, Conoco Phillips dan
Petrochina yang memasok dalam jumlah kecil dan dalam jangka waktu yang
pendek. Pasokan gas tersebut akan terus menurun dan diperlukan LNG untuk
menutupi kekurangannya. Namun dengan harga LNG yang tinggi dan peran
Muara Tawar sebagai pemikul beban puncak, maka kebutuhan LNG di Muara
Tawar relatif tidak terlalu besar.
Pengembangan Pembangkit

Pengembangan pembangkit sampai dengan tahun 2020 sebesar 10.234 MW


dengan perincian ditampilkan pada Tabel C4.3 berikut.

1
Sumber: Draft RUKN 2010-2029
988
Selain itu juga terdapat potensi energi baru dan terbarukan berupa PLTSampah
Bantargebang 26 MW yang memanfaatkan energi dari sampah di Kota Bekasi
dan PLT Angin Viron Energy 10 MW di Sukabumi yang direncanakan beroperasi
pada tahun 2012-2013.

Tabel C4.3 Rencana Pengembangan Pembangkit

Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
1 PLN PLTU Indramayu 990.0 2011 On Going FTP1
2 PLN PLTGU Muara Tawar Blok 5 234.0 2011 On Going JBIC
3 PLN PLTU Pelabuhan Ratu 700.0 2012 On Going FTP1
4 PLN PLTU Pelabuhan Ratu 350.0 2013 On Going FTP1
5 PLN PLTA Jatigede 110.0 2015 Rencana Unallocated
6 PLN PS Upper Cisokan Pump Storage 520.0 2016 Rencana IBRD
7 PLN PS Upper Cisokan Pump Storage 520.0 2016 Rencana IBRD
8 PLN PLTU Indramayu 1,000.0 2017 Rencana JICA
9 PLN PLTU Bekasi 600.0 2018 Rencana Unallocated
10 PLN PLTU Bekasi 600.0 2019 Rencana Unallocated
11 PLN PLTU Indramayu 1,000.0 2020 Rencana JICA
12 Swasta PLTM Girimukti 8.0 2011 Rencana IPP
13 Swasta PLTM Cijampang 2A 1.1 2011 Rencana IPP
14 Swasta PLTGU Cikarang Listrindo 150.0 2011 On Going IPP
15 Swasta PLTU Cirebon 660.0 2011 On Going IPP
16 Swasta PLTM Pakenjeng Bawah 5.7 2013 Rencana IPP
17 Swasta PLTM Cikaso 5.3 2013 Rencana IPP
18 Swasta PLTM Cikaniki 2 5.0 2013 Rencana IPP
19 Swasta PLTM Pakenjeng Atas 3.6 2013 Rencana IPP
20 Swasta PLTM Cianten 2 3.0 2013 Rencana IPP
21 Swasta PLTM Citaraje 3.0 2013 Rencana IPP
22 Swasta PLTM Cianten 1 2.5 2013 Rencana IPP
23 Swasta PLTM Cirompang 2.0 2013 Rencana IPP
24 Swasta PLTM Cisanggiri 2.0 2013 Rencana IPP
25 Swasta PLTM Cijampang 2B 1.2 2013 Rencana IPP
26 Swasta PLTM Cijampang 1 1.1 2013 Rencana IPP
27 Swasta PLTM Cikaniki 1 1.0 2013 Rencana IPP
28 Swasta PLTM Sindang Cai 0.8 2013 Rencana IPP
29 Swasta PLTP Patuha 60.0 2013 Rencana IPP
30 Swasta PLTM Cileunca 1.0 2014 Rencana IPP
31 Swasta PLTM Cimandiri 0.6 2014 Rencana IPP
32 Swasta PLTM Cilakil/Malabar 0.3 2014 Rencana IPP
33 Swasta PLTP Wayang Windu 110.0 2015 Rencana IPP
34 Swasta PLTP Kamojang 30.0 2015 Rencana IPP
35 Swasta PLTP Karaha Bodas 30.0 2015 Rencana IPP

989
Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
36 Swasta PLTA Rajamandala 47.0 2015 Rencana IPP
37 Swasta PLTP Patuha 120.0 2015 Rencana IPP
38 Swasta PLTP Tangkuban Perahu 2 30.0 2015 Rencana IPP
39 Swasta PLTU PLTU Jawa-1 660.0 2015 Rencana IPP
40 Swasta PLTU PLTU Jawa-3 660.0 2016 Rencana IPP
41 Swasta PLTU PLTU Jawa-3 660.0 2017 Rencana IPP
42 Swasta PLTP Kamojang 60.0 2016 Rencana IPP
43 Swasta PLTP Karaha Bodas 110.0 2016 Rencana IPP
44 Swasta PLTP Cibuni 10.0 2016 Rencana IPP
45 Swasta PLTP Tangkuban Perahu 2 30.0 2016 Rencana IPP
46 Swasta PLTP Wayang Windu 110.0 2017 Rencana IPP
47 Swasta PLTP Cisolok-Cisukarame 50.0 2017 Rencana IPP
48 Swasta PLTP Tangkuban Perahu 1 110.0 2018 Rencana IPP
49 Swasta PLTP Tampomas 45.0 2018 Rencana IPP
50 Swasta PLTP Cisolok-Cisukarame 55.0 2018 Rencana IPP
51 Swasta PLTP Gn Ciremai 55.0 2019 Rencana IPP
52 Swasta PLTP Gn Ciremai 55.0 2019 Rencana IPP
53 Swasta PLTP Cisolok-Cisukarame 55.0 2019 Rencana IPP
Jumlah 10,633.2

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Gardu Induk

Diperlukan pembangunan GITET 500 kV tersebar di 25 lokasi dengan kapasitas


sekitar 9.500 MVA seperti pada Tabel C4.4.

Tabel C4.4 Rencana Pengembangan GITET 500 kV

Kebutuhan
Sumber Kapasitas
No Lokasi COD Dana Keterangan
Dana (MVA)
USD Juta
1 Mandirancan APLN 2010 2011 166 3,7 Spare
2 Cibatu APLN 2010 2011 166 3,7 Spare
3 Bandung Selatan APLN 2010 2011 166 3,7 Spare
4 Depok APLN 2010 2011 166 3,7 Spare (Ex. Rekondisi)
5 Mandirancan APLN 2011 500 14,6 Program N-1 (IBT-3)
6 Tasikmalaya APLN 2011 500 14,6 Program N-1 (IBT-2)
7 Ujung Berung APLN 2011 500 14,6 Program N-1 (IBT-2)
8 Bekasi APLN 2011 500 14,6 Penghematan BBM (IBT-4)
9 Depok APLN 2011 500 14,6 Penghematan BBM (IBT-2)
10 Ujung Berung APLN 2009 2011 500 31,0 GITET Baru
11 Muaratawar KE Paket 1 2012 166 3,7 spare IBT
12 Gandul KE Paket 1 2012 166 3,7 spare IBT
KE Paket 1
13 Muaratawar &7 2013 1.000 30,7 Ext. IBT Baru

990
Kebutuhan
Sumber Kapasitas
No Lokasi COD Dana Keterangan
Dana (MVA)
USD Juta
14 Tambun 500 JBIC II 2016 1.000 41,8 GITET Baru
15 Mandirancan JICA 2016 9,0 Diameter Ext, arah Pemalang
16 Upper Cisokan PS IBRD 2016 6,0 GITET Baru/KIT
17 Bogor X dan Converter St JICA HVDC 2016 1000 726,3 GITET Baru
18 Mandirancan APBN 2016 3,0 Diameter Ext, arah Pemalang
19 Cigereleng II/Cikalong Unallocated 2016 500 30,6 GITET Baru
Diameter Ext, arah
20 Cibatu JICA 2017 6,0 Indramayu PLTU 1000
21 Cibatu Baru Unallocated 2017 1.000 45,8 GITET Baru (IBT-1-2)
22 Indramayu PLTU 1000 JICA 2017 18,0 GITET Baru/KIT
23 Matenggeng PS Unallocated 2019 6,0 GITET Baru/KIT
24 Cirata Unallocated 2019 500 14,6 IBT-3
25 Cirata Unallocated 2019 500 14,6 IBT-4

Jumlah 9.496 1.078,8

Selain itu untuk melayani konsumen diperlukan pembangunan GI baru 150 kV


yang tersebar di 60 lokasi dengan kapasitas 6.030 MVA dengan biaya USD
450,8 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C4.5.
Tabel C4.5 Rencana Pengembangan GI 150/20 kV

Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan


No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
1 Bekasi Power (PLTG) 150/20 2011 APLN 2011 60 3,17
2 Braga (GIS) 150/20 2011 ADB (Deutch) 120 17,01
3 Cibabat II/Leuwigajah (GIS) 150/20 2011 ADB (Deutch) 120 23,2
Ujung Berung
4 New/Rancakasumba baru 150/20 2011 APLN 60 5,1
5 Bogor Kota (GIS) 150/20 2012 ADB (Deutch) 120 17,0
6 Cileungsi II/Jonggol 150/20 2012 APLN 120 6,0
7 Cimanggis II/Tengah 150/20 2012 APBN 2011 120 7,2
8 Pelabuhan Ratu Baru 150/20 2012 APBN 2011 120 6,0
9 Bekasi Utara/Tarumajaya 150/20 2012 ADB (Deutch) 120 6,0
10 Cikarang Lippo 150/20 2012 APLN 2010 60 3,9
11 Cikedung 150/20 2012 ADB (Deutch) 60 5,1
12 Cikijing 150/20 2012 APBN 2009/10 60 5,1
13 Dago Pakar/Cimenyan 150/20 2012 ADB B4 120 6,0
14 Dayeuhkolot (GIS) 150/20 2012 ADB (Deutch) 120 17,0
15 Jatiluhur Baru 150/20 2012 APBN 2011 60 3,9
16 Kanci 150/20 2012 APLN 2010 60 5,1
17 Karang Nunggal 150/20 2012 APBN 2009/10 30 3,9
18 Kiaracondong II/Rancanumpang 150/20 2012 APLN 120 7,2
19 Malangbong Baru 150/20 2012 APLN 120 7,2
20 Sukatani /Gobel 150/20 2012 APLN 2010 60 3,9
21 Tanggeung 150/20 2012 APLN 30 3,2
22 Kadipaten Baru 150/20 2013 APBN 2013 120 7,2
23 Muaratawar 150/20 2013 KE Paket 7 60 5,1
24 Bekasi II/Pinggir Kali 150/20 2014 APBN 2014 120 7,2
25 Bogor Baru II/Tajur (GIS) 150/20 2014 APBN 2011 120 17,0
26 Bunar Baru 150/20 2016 JBIC II 120 7,2

991
Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan
No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
27 Arjawinangun Baru 150/20 2014 APBN 2009/10 120 7,2
28 Bandung Selatan II/Soreang 150/20 2014 APBN 2009/10 120 7,2
29 Bekasi II/Pinggir Kali 150/20 2014 APBN 2009/10 120 7,2
30 Cangkring Baru/Kapetakan 150/20 2014 APLN 2012 120 7,2
31 Cibabat III/Gunung Batu 150/20 2014 APBN 2009/10 120 6,0
32 Cikumpay II/Sadang 150/20 2014 APBN 2012 120 7,2
33 Kuningan Baru 150/20 2014 APLN 2012 120 7,2
34 Rengas Dengklok Baru 150/20 2014 APLN 2012 120 6,0
35 Subang Baru 150/20 2014 APLN 2012 120 7,2
36 Sumedang Baru/Tj.Sari 150/20 2014 APLN 2012 120 6,0
37 Surade 150/20 2016 JBIC II 60 3,9
38 Parakan Kondang Baru 150/20 2016 JBIC II 30 5,1
39 Tambun II/Pasar Kalong 150/20 2016 JBIC II 120 7,2
40 Ciawi Baru II/Cisarua 150/20 2016 JBIC II 120 7,2
41 Cibadak Baru II/Cicurug 150/20 2016 APBN 2012 120 7,2
42 Cianjur II/Rajamandala 150/20 2016 Scattered II 120 7,2
43 Indramayu Baru 150/20 2016 JBIC II 120 7,2
44 Kiaracondong III/Cinambo 150/20 2016 JBIC II 120 6,0
45 Padalarang Baru II/Ngamprah 150/20 2016 JBIC II 120 7,2
46 Cigereleng II/Cibolerang (GIS) 150/20 2017 Unallocated 120 23,2
IBRD
47 Jababeka II/Pamahan 150/20 2017 Scattered II 60 5,1
48 Kosambi Baru II/Cilamaya 150/20 2017 Unallocated 60 3,9
49 Fajar Surya W II/Muktiwari 150/20 2018 Unallocated 120 7,2
50 Pangandaran Baru/Cikatomas 150/20 2018 Unallocated 60 3,9
51 Poncol Baru II/Bj.Menteng 150/20 2018 Unallocated 120 7,2
52 Rancakasumba II/Sangian 150/20 2018 Unallocated 120 6,0
53 Cianjur III/Cipanas 150/20 2019 Unallocated 120 6,0
54 Cikasungka II/Nagreg 150/20 2019 Unallocated 120 6,0
55 Garut II 150/20 2019 Unallocated 60 5,1
56 Lagadar II/Bojong 150/20 2019 Unallocated 120 7,2
57 Kosambi Baru II/Cilamaya 150/20 2020 Unallocated 60 3,9
58 Lembang 150 kV 150/20 2020 Unallocated 120 6,0
59 Ujung Berung II/Bojong Melati 150/20 2020 Unallocated 120 6,0
60 Cigereleng II/Cikalong (GIS) 150/20 2020 Unallocated 120 23,2
Jumlah 6.030 450,88

Selain itu diperlukan juga extension dan uprating terhadap GI eksisting dengan
tambahan trafo 7.270 MVA dan kebutuhan dana sekitar USD 366,02 juta.

Pengembangan Transmisi

Selaras dengan pengembangan GITET 500 kV, diperlukan pengembangan


Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sepanjang 622 kms dengan
kebutuhan dana sekitar 250,7 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C4.6.

992
Tabel C4.6 Rencana Pembangunan SUTET 500 kV

No. Dari Ke Jenis Panjang COD Biaya


Konduktor kms USD juta
1 Ujungberung Inc. (Mdcan-Bdsln) 4xDove 2 2011 0,7
2 Tambun Cibatu 4xDove 40 2014 13,1
3 Tambun 500 kV Inc. (Bkasi-Cibinong) 4xDove 2 2016 0,7
Upper Cisokan PLTA
30 2016 11,2
4 (Kit) Incomer (Cibng-Sglng) 4xGannet
5 Cigereleng II/Cikalong Dbphi. (BogorX-Tasik) 4xDove 4 2016 1,3
6 Jawa-3 PLTU Mandirancan 4xZebra 50 2016 20,75
7 Indramayu Mandirancan 4xZebra 200 2017 83,0
8 Cibatu Baru Inc (Cbatu-Mtwar) 4xGannet 4 2017 1,5
9 Indramayu PLTU Cibatu 4xZebra 270 2017 112,1
10 Matenggeng PLTA Inc (Tasik-Rawalo) 4xDove 20 2019 6,5
Jumlah 622 250,7

Selaras dengan pembangunan GIS 150 kV, diperlukan pembangunan transmisi


terkaitnya sepanjang 3.755 kms dengan kebutuhan dana sekitar USD 552 juta
seperti ditampilkan dalam Tabel C4.7.
Tabel C4.7 Rencana Pembangunan Transmisi

Jenis Panj. COD Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
1 Bogor Baru Ciawi Baru 2xZebra 17 2011 1,7
2 Cibadak Baru II Jabar Selatan PLTU 2xTACSR520 140 2011 25,2
3 Braga (GIS) Cigereleng 1xCU800 16 2011 37,8
4 Cibabat II/Leuwigajah (GIS) Inc. (Cbbat - Cbrem) 2xZebra 12 2011 1,2
5 Patuha PLTP Lagadar 2xZebra 70 2011 6,9
6 U.Berung New/R.kasumba baru Ujung Berung 2xZebra 10 2011 1,3
7 U.Berung New/R.kasumba baru Inc. (Ubrng-Rckek) 2xZebra 10 2011 1,3
8 Bekasi Power (PLTG) Jababeka 2xDove 10,2 2011 1,5
9 Bekasi Power (PLTG) Jababeka 1xHawk 10,2 2011 1,1
10 Cibinong Sentul 1xACCC 330 24 2012 1,5
11 Bogor Baru Sentul 1xACCC 330 20 2012 1,2
12 Bogor Kota (GIS) Kedung Badak Baru 1xCU1000 10 2012 23,6
13 Kedung Badak Baru Depok III 2xZebra 46 2012 4,5
14 Ciawi Baru Cibadak Baru II 2xZebra 52 2012 5,1
15 Cimanggis II/Kotakembang Inc. (Kdbdk-Depok III) 2xZebra 7,2 2012 2,0
16 Lembursitu Baru Cianjur 2xZebra 64 2012 6,3
17 Lembursitu Baru Pelabuhan Ratu PLTU 2xTACSR410 64 2012 9,6
18 Pelabuhan Ratu Baru PLTU Pelabuhan Ratu 2xZebra 60 2012 5,9
19 Bekasi Utara/Tarumajaya Inc. (Bkasi-Ksbru) 2xZebra 2 2012 0,2
20 Cikarang Lippo Inc. (Gdmkr-Cbatu) 1xZebra 10 2012 0,7
21 Cikedung Inc. (Jtbrg - Hrgls) 2xZebra 40 2012 3,9
22 Cikijing Mandirancan 2xZebra 80 2012 7,9
23 Dago Pakar Inc (Badut-Ujbrg) 2xZebra 10 2012 1,0
24 Dayeuhkolot (GIS) Inc (Bdsln-Cgrlng) 2xZebra 3 2012 0,3
25 Jatiluhur Baru Jatiluhur PLTA 2xZebra 20 2012 2,0
26 Kanci Inc. (PLTU Kanci-Brebes) 2xTACSR 410 12 2012 2,4
27 Karang Nunggal Tasikmalaya New 2xZebra 32 2012 3,2
28 Kiaracondong II/Rancanumpang Inc. (Krcdg-Ubrng) 2xZebra 16 2012 1,6

993
Jenis Panj. COD Biaya
No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
29 Sukatani /Gobel Jababeka 2xZebra 20 2012 2,0
30 Tanggeung Cianjur 1xHawk 100 2012 4,2
31 Sukatani /Gobel Inc. (Bkasi-Ksbru) 2xTACSR410 10 2012 1,5
2xACCC
32 Bandung Selatan Cigereleng DOVE 26,4 2012 8,6
33 Kosambi Baru Bekasi 2xTACSR410 118 2012 17,7
Inc.double phi (Cbatu-
34 Jui Shin Indonesia Clngsi) 1xZebra 10 2012 1,1
35 Win Textile New Jatiluhur 1xTACSR520 10 2012 2,9
Inc.double phi (Cbatu-
36 Hankook Tire Indonesia Jbeka) 2xZebra 4 2012 1,1
Inc,double phi (Ksbru-
37 Multistrada Arah Sarana Bkasi) 2xTACSR 410 10 2012 1,1
38 Indorama Synthetic Indorama CU 2x240 10 2012 0,0
39 Wisma Karya Prasetya Kiarapayung 2xZebra 10 2012 1,0
40 Bekasi Inc, Tx,(Plpang-MTawar) 2xTACSR410 16 2013 1,6
41 Karaha Bodas PLTP Garut 2xZebra 40 2013 3,9
42 Malangbong Baru New Tasikmalaya 2xZebra 94 2013 9,3
43 Kadipaten II Inc. (Sragi-Rckek) 2xZebra 20 2013 2,0
44 Muaratawar Inc. Tx.(Bkasi-Plumpang) 2xTACSR410 40 2013 3,9
45 Plumpang Inc. Tx.(Bkasi-MTawar) 2xTACSR410 16 2013 1,6
46 Rancaekek Sunyaragi 1xACCC 360 24,2 2013 1,5
47 Jatibarang Balongan 2xZebra 34 2013 1,5
48 Cisolok Sukarame PLTP Pelabuhan ratu 2xZebra 120 2014 11,8
49 Bekasi II Inc (Bkasi-Ksbru) 2xTACSR410 10 2014 1,5
50 Bogor Baru II/Tajur (GIS) Bogor Baru 2xZebra 10 2014 1,0
51 Kracak Baru Kedung Badak 2xZebra 20 2014 2,0
52 Bunar Baru Rangkasbitung II 2xZebra 72 2014 10,8
53 Bunar Baru Kracak Baru 2xTACSR410 30 2014 4,5
54 Tangkuban Perahu I PLTP Bandung Utara 2xZebra 10 2014 1,0
Inc (TPerahu I -Bandung
55 Tangkuban Perahu II PLTP Utara) 2xZebra 10 2014 1,0
56 Tampo Mas PLTP Inc.(Rckek-Ckska) 2xTACSR410 70 2014 10,5
57 Kamojang Kamojang Bus 4 2xACCC 330 1 2014 0,3
58 Cisolok Sukarame PLTP Pelabuhan Ratu 2xZebra 120 2014 11,8
59 Arjawinangun Baru Inc.(Jtbrg-Mdcan) 2xZebra 20 2014 2,0
60 Babakan II Inc.(Kanci-Brbes) 2xTACSR 410 28 2014 2,8
61 Bandung Selatan II/Ketapang Incomer (Cgrlng-Bdsln) 2xACCC 10 2014 1,0
62 Bandung Timur II Ujungberung 2xZebra 18 2014 1,8
63 Cangkring Baru Inc. (Jtbrg-Haurgelis) 2xZebra 20 2014 2,0
64 Cibabat III Padalarang 2xZebra 12 2014 1,2
65 Cikumpay II/Sadang Inc. (Crata-Ckpay) 2xZebra 10 2014 1,0
66 Kuningan Baru Inc. (Ckjing - Mdcan) 2xZebra 40 2014 3,9
67 Majalaya Baru Rancakasumba 2xZebra 30 2014 3,0
68 Rengasdengklok Baru Inc (Ksbru-Bkasi) 2xZebra 4 2014 0,4
69 Subang Baru Purwakarta 2xZebra 30 2014 3,0
70 Sumedang Baru/Tj.Sari Ujungberung 2xZebra 10 2014 1,0
71 Cibuni PLTP Inc.(Cnjur-Tngng) 1xHawk 100 2014 6,0
72 Cibeureum Inc. (Cbabat-Cbabat II)) 2xZebra 7 2014 0,7
73 Kamojang Drajat 2xZebra 22 2014 2,2
74 Wayang Windu Kamojang 2xZebra 32 2014 3,2
75 Bandung Selatan Wayang Windu 2xZebra 33 2014 3,3
76 Drajat Tasikmalaya 2xZebra 65 2014 6,4

994
Jenis Panj. COD Biaya
No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
77 New Tasikmalaya Tasik Lama (Tx-Ciamis) 2xZebra 64 2014 6,3
78 Bandung Selatan Garut 2xZebra 33 2014 3,3
79 Cibatu Mandirancan 4xZebra 260 2014 97,2
80 Malangbong Cikijing 2xZebra 80 2014 7,9
81 Semen Sukabumi Industri Lembursitu 1xHawk 10 2014 2,8
82 Lagadar Padalarang 2xZebra 21,66 2015 2,1
83 Kosambi Baru Jatiluhur Baru 2xZebra 45,8 2015 4,5
84 Jatiluhur Baru Padalarang 2xZebra 89,08 2015 8,8
85 Tambun New Inc. (Pdklp-Tmbun) 2xZebra 10 2015 8,8
86 Tambun 150 kV Inc. (Pdklp-Tmbun) 2xTACSR410 60 2016 10,8
87 Surade Pelabuhan Ratu Baru 2xZebra 10 2016 1,0
88 Parakan II/Jt. Gede Inc (Rckek-Sragi) 2xZebra 20 2016 2,0
89 Bogor baru Kedung Badak 2xTACSR410 10 2016 1,5
90 Ciawi Baru II Inc. (Bgbru-Cnjur) 2xZebra 40 2016 3,9
91 Cibadak Baru II/Cicurug Inc (Cbdru-Ciawi) 2xZebra 20 2016 2,0
92 Bengkok II Ujungberung 2xZebra 10 2016 0,6
93 Cianjur II/Rajamandala Inc. (Cnjur-Cgrlg) 2xZebra 8 2016 0,8
94 Indramayu baru Inc. (Hrgls-Skmdi) 2xZebra 20 2016 1,0
Kiaracondong
95 Kiaracondong III/Cinambo II/Rancanumpang 2xZebra 20 2016 2,0
96 Padalarang Baru II Inc.(Padalarang-Cibabat) 2xZebra 20 2016 2,0
97 Cigereleng II/Cikalong Inc (Cgrlg-Lgdar) 2xTACSR410 4 2016 0,8
98 Bogor X Inc. (Bunar-Kracak) 2xTACSR410 8 2016 0,6
99 Jababeka II Inc (Jbeka-Cbatu) 2xZebra 20 2017 2,0
100 Kosambi Baru II Inc. (Ksbru - Bkasi) 2xTACSR410 16 2017 1,6
101 Fajar Surya W II Inc. (Ksbru-Bkasi) 2xZebra 100 2018 19,7
102 Pangandaran II/Cikatomas Banjar 2xZebra 100 2018 9,9
103 Poncol Baru II/Bj.Menteng Inc. (Tmbun-Pncol) 2xZebra 20 2018 2,0
104 Rancakasumba II/Sangian Rancakasumba 2xZebra 20 2018 2,0
105 Cianjur III/Cipanas Cianjur II/Rajamandala 2xZebra 8 2019 0,8
106 Cikasungka II/Nagreg Cikasungka 2xZebra 12 2019 1,2
107 Garut II Inc. (Garut-Bdsln) 2xZebra 40 2019 3,9
108 Lagadar II Incomer (Lgdar-Pdlrg) 2xZebra 8 2019 0,8
109 PLTP Gunung Ciremai Mandirancan 2xZebra 20 2019 3,9
110 PLTP Gunung Endut Rangkasbitung 2xZebra 40 2019 7,9
111 Dawuan II/Cipasanggrahan Dawuan 2xZebra 10 2020 1,0
112 Kosambi Baru II/Cilamaya Kosambi Baru 2xZebra 10 2020 1,0
113 Lembang 150 kV Bandung Utara 2xZebra 20 2020 2,0
114 Ujung Berung II/Bojong Melati Ujung Berung New 2xZebra 10 2020 1,0
Jumlah 3.755 551,97

Pengembangan Distribusi

Sesuai dengan proyeksi kebutuhan 10 tahun mendatang, diperlukan tambahan


pelanggan baru sekitar 5,3 juta pelanggan atau rata-rata 530.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 21.436 kms, Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) sekitar 27.018 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 2.735 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel C4.8.
995
Tabel C4.8 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta
2011 1.735 2.424 146 426.798 144,8
2012 1.819 2.489 349 447.462 186,5
2013 1.903 2.546 235 468.068 170,2
2014 1.990 2.605 273 489.504 182,5
2015 2.086 2.673 237 512.891 187,2
2016 2.180 2.733 303 536.169 202,6
2017 2.279 2.793 260 560.361 205,5
2018 2.381 2.855 318 585.494 220,7
2019 2.488 2.918 316 611.912 230,2
2020 2.601 2.983 298 639.522 238,7
2011-2020 21.463 27.018 2.735 5.278.179 1.968,9

C4.4. Ringkasan
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan di provinsi Jawa
Barat sampai dengan tahun 2020 adalah USD 24,3 milyar. Ringkasan proyeksi
kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel C4.9.
Tabel C4.9 Rangkuman

Tahun Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi


Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD
Energy Energi Puncak MW MVA kms Juta
GWh GWh MW
2011 34.242 37.004 5.300 2043 6.114 297 2.363
2012 37.158 39.801 5.701 700 2.522 901 980
2013 40.134 42.737 6.123 446 1.440 284 910
2014 43.219 45.941 6.583 2 2.280 1.451 568
2015 46.498 49.345 7.071 1137 480 167 2.666
2016 49.871 52.889 7.580 1910 4.180 336 5.588
2017 53.472 56.676 8.124 1820 1.600 510 3.832
2018 57.315 60.721 8.705 810 1.320 240 2.477
2019 61.419 65.040 9.325 765 1.930 148 2.174
2020 65.803 69.675 9.991 1000 900 50 2.706
Jumlah 10.633 22.766 4.384 24.264

996
LAMPIRAN C.5
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI JAWA TENGAH

C5.1. Kondisi Saat Ini

Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Tengah saat ini sekitar 2.900
MW. Beban dipasok oleh pembangkit yang berada di grid 500 kV dan grid 150 kV
dengan kapasitas hingga 3.675 MW.
Pembangkit listrik di Jawa Tengah yang berada di grid 500 kV adalah PLTU
Tanjung Jati B dan di grid 150 kV adalah PLTGU/PLTU Tambak Lorok, PLTU
Cilacap, PLTP Dieng, PLTA Mrica dan PLTA tersebar dengan total kapasitas
terpasang 3.675 MW.
Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 2 GITET, yaitu Ungaran dan Pedan,
dengan kapasitas 2.500 MVA. Peta sistem kelistrikan Jawa Tengah ditunjukkan
pada Gambar C5.1.

Gambar C5.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi Jawa Tengah Saat Ini

997
Kelistrikan Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 3 sub-sistem yaitu:
1. GITET Ungaran dan PLTGU/PLTU Tambak Lorok memasok Kota
Semarang, Kab. Salatiga, Kab. Demak, Kab. Jepara, Kab. Rembang, Kota
Salatiga, Kab. Blora, Kab. Pati, Kab. Batang, Kab. Pemalang, Kab.
Pekalongan, Kab. Brebes, Kab. Kendal dan Kota Tegal.
2. GITET Pedan memasok Kota Surakarta, Kab. Wonosobo, Kab. Wonogiri,
Kab. Tumenggung, Kab. Magelang, Kab. Klaten, Kab. Wonosobo, Kab.
Sragen dan DIY.
3. PLTU Cilacap memasok Kab. Cilacap, Kab. Banyumas, Kab. Purworejo,
Kab. Purbalingga dan Kab. Kebumen.
Rincian pembangkit terpasang seperti ditunjukkan pada Tabel C5.1.
Tabel C5.1. Kapasitas Pembangkit Terpasang

No. Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Kapasitas


B. Bakar Terpasang
MW
1 Jelok PLTA PLTA Indonesia Power 20,5
2 Timo PLTA PLTA Indonesia Power 12,0
3 Ketenger PLTA PLTA Indonesia Power 8,0
4 Gerung PLTA PLTA Indonesia Power 26,4
5 Wonogiri PLTA PLTA Indonesia Power 12,4
6 Sempor PLTA PLTA Indonesia Power 1,0
7 Mrica PLTA PLTA Indonesia Power 180,9
8 Wadas Lintang PLTA PLTA Indonesia Power 18,0
9 Kedung Ombo PLTA PLTA Indonesia Power 22,5
10 Lambu PLTA PLTA Indonesia Power 1,2
11 Pengkol PLTA PLTA Indonesia Power 1,4
12 Selorejo PLTA PLTA Indonesia Power 1,4
13 Tambak Lorok 1-2 PLTU MFO Indonesia Power 100,0
14 Tambak Lorok 3 PLTU MFO Indonesia Power 200,0
15 Cilacap 1-2 PLTU Batubara Swasta 600,0
16 Tanjung Jati B 1-2 PLTU Batubara IPP 1.320,0
17 Cilacap PLTG HSD Indonesia Power 55,0
18 Tambak Lorok Blok 1 PLTGU HSD Indonesia Power 517,0
19 Tambak Lorok Blok 2 PLTGU HSD Indonesia Power 517,0
20 Dieng PLTP PLTP Swasta 60,0
Jumlah 3.674,6

C5.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011–2020 diperlihatkan pada tabel C5.2.

998
Tabel C5.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Energy Produksi Beban


Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW

2011 16.642 17.897 2.906 7.016.205


2012 17.959 19.309 3.136 7.287.907
2013 19.342 20.791 3.376 7.561.748
2014 20.850 22.400 3.638 7.836.557
2015 22.476 24.134 3.919 8.114.601
2016 24.253 26.027 4.227 8.392.834
2017 26.203 28.105 4.564 8.672.847
2018 28.340 30.381 4.934 8.953.686
2019 30.684 32.876 5.339 9.235.389
2020 33.482 35.854 5.823 9.555.188
Growth (%) 8,8% 8,1% 8,1% 3,5%

C5.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana
pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi tenaga air yang dapat dikembangkan
mencapai 385 MW dan panas bumi yang diperkirakan mencapai 1.626 MWe
yang tersebar di 14 lokasi serta batubara sebesar 0,82 juta ton1.
Saat ini PLTGU Tambak Lorok masih beroperasi dengan menggunakan BBM.
Pasokan gas untuk Tambak Lorok diperkirakan baru akan ada mulai tahun 2013
(dari SPP) dan 2015 (dari Petronas). Selain itu Pertagas berencana untuk
membangun FSRU LNG di Tambaklorok untuk memasok gas ke pembangkit
PLN di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasokan gas tersebut akan dialirkan
melalui pipa yang rencananya akan dibangun dengan menghubungkan Grati,
Gresik, Tambak Lorok hingga Cirebon (telah ada pipa gas dari Cirebon hingga ke
Jakarta). Pembangunan pipa Trans-Jawa itu sangat bermanfaat untuk
mengintegrasikan pasokan gas ke pembangkit dan mempermudah manuver
pasokan gas. Namun demikian, kebutuhan LNG untuk pembangkit-pembangkit
yang dapat dipasok dari pipa Trans-Jawa masih perlu dikaji lebih dahulu dengan
mempertimbangkan pasokan gas eksisting dan tingginya harga LNG.

1
Sumber: Draft RUKN 2010-2029
999
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
kapasitas pembangkit sebesar 7.301 MW dengan perincian seperti ditampilkan
pada Tabel C5.3 berikut.

Tabel C5.3. Rencana Pengembangan Pembangkit

Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
1 PLN PLTU Rembang 630 2011 On Going Perpres
2 PLN PLTU Tanjung Jati B Exp 660 2011 On Going JBIC
3 PLN PLTU Tanjung Jati B Exp 660 2012 On Going JBIC
4 PLN PLTG Tambaklorok 150 2014 Plan JICA
5 PLN PLTU Cilacap Baru/Adipala 660 2014 On Going Perpres
6 PLN PLTA Karangkates 100 2015 Plan Plan
7 PLN PS Matenggeng PS 450 2019 Plan Plan
8 PLN PS Matenggeng PS 450 2020 Plan Plan
9 Swasta PLTM Gelang 0,3 2011 Plan IPP
10 Swasta PLTM Singgi 0,2 2013 Plan IPP
11 Swasta PLTM Kincang 0,3 2013 Plan IPP
12 Swasta PLTM Merden 0,4 2013 Plan IPP
13 Swasta PLTM Rakit 0,5 2013 Plan IPP
14 Swasta PLTM Sigebang 0,5 2013 Plan IPP
15 Swasta PLTM Kunci Putih 1,0 2013 Plan IPP
16 Swasta PLTM Logawa-Sunyalungu 2,0 2013 Plan IPP
17 Swasta PLTM Logawa-Baseh 3,0 2013 Plan IPP
18 Swasta PLTP Dieng 55 2015 Plan IPP
19 Swasta PLTU PLTU Jawa-2 600 2015 Plan IPP
20 Swasta PLTP Dieng 60 2016 Plan IPP
21 Swasta PLTU Jawa Tengah (PPP) 1.000 2016 Plan IPP
22 Swasta PLTU Jawa Tengah (PPP) 1.000 2017 Plan IPP
23 Swasta PLTP Dieng 55 2018 Plan IPP
24 Swasta PLTP Guci 55 2018 Plan IPP
25 Swasta PLTP Ungaran 55 2018 Plan IPP
26 Swasta PLTP Baturaden 110 2018 Plan IPP
27 Swasta PLTP Candi Umbul - Telomoyo 55 2019 Plan IPP
28 Swasta PLTP Dieng 55 2019 Plan IPP
29 Swasta PLTP Guci 55 2019 Plan IPP
30 Swasta PLTP Gunung Lawu 55 2019 Plan IPP
31 Swasta PLTP Ungaran 85 2019 Plan IPP
32 Swasta PLTP Baturaden 110 2019 Plan IPP
33 Swasta PLTA Cibareno-1 18 2020 Plan IPP
34 Swasta PLTP Gunung Lawu 55 2020 Plan IPP
35 Swasta PLTP Ungaran 55 2020 Plan IPP
Jumlah 7.301

1000
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Gardu Induk

Diperlukan pembangunan GITET 500 kV tersebar di 5 lokasi dengan kapasitas


sekitar 3.500 MVA seperti pada Tabel C5.4.

Tabel C5.4. Rencana Pengembangan GITET

Kebutuhan
Sumber Kapasitas
No Lokasi COD Dana Keterangan
Dana (MVA)
USD Juta
Penghematan BBM
500
1 Ungaran APLN 2011 14,6 (IBT-3)
2 Tanjung Jati IPP 2013 1.000 IBT-1, IBT-2
3 Rawalo/Kesugihan APLN 2014 500 30,6 GITET Baru
4 Pemalang 500 kV JICA 2016 1.000 31,0 GITET Baru
5 Jateng PLTU IPP IPP 2016 GITET Baru/KIT
6 Ungaran Unallocated 2020 500 14,6 IBT-4
Jumlah 3.500 90,91

Selanjutnya, untuk melayani konsumen diperlukan pembangunan GIS/GI 150 kV


baru tersebar di 16 lokasi dengan kapasitas 1.260 MVA dengan kebutuhan dana
USD 78,3 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C5.5.
Tabel C5.5 Rencana Pengembangan GI 150/20 kV

Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan


No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
1 Tanjung Jati 150/20 2011 APLN 60 2,10
2 Nguntoronadi 150/20 2012 IBRD 60 6,00
3 Kebasen II/Balapulang 150/20 2013 IBRD 60 5,13
5 Gondangrejo/Palur II 150/20 2013 IBRD 60 3,90
6 Pati II 150/20 2015 Unallocated 60 5,13
7 New Pemalang 150/20 2015 Unallocated 60 5,13
8 Bantul Baru 150/20 2015 Unallocated 120 7,24
9 Bantul Baru/ Piyungan 150/20 2016 JBIC II 120 5,13
10 Kudus II 150/20 2016 JBIC II 120 5,13
11 Tambak Lorok Baru 150/20 2017 IBRD Scattered II 60 3,90
12 Pekalongan II/Kajen 150/20 2017 IBRD Scattered II 60 5,13
13 Pandeanlamper Baru 150/20 2017 IBRD Scattered II 120 6,00
14 Sanggrahan II/Rajeg 150/20 2018 Unallocated 120 7,24
15 Kalibakal II 150/20 2018 Unallocated 120 7,24
16 Banyudono Baru 150/20 2019 Unallocated 60 3,90
Jumlah 1.260 78,30

1001
Selain itu diperlukan extension dan uprating terhadap GI eksisting dengan
menambah unit trafo 6.526 MVA dengan kebutuhan dana sekitar USD 240 juta.

Pengembangan Transmisi

Selaras dengan pengembangan GITET 500 kV, diperlukan pengembangan


Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sepanjang 834 kms dengan
kebutuhan dana sekitar USD 352 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C5.6.
Tabel C5.6. Rencana Pengembangan SUTET 500 kV

No. Dari Ke Jenis Panjang COD Biaya


Konduktor kms USD juta
1 Tanjung Jati Inc Tx (Ungar-Pedan) 2 cct, 4xZebra 260 2013 107,90
2 Rawalo/Kesugihan Dbphi (Pedan-Tasik) 2 cct, 4xGannet 4 2014 1,50
3 Rawalo/Kesugihan PLTU Adipala 2 cct, 4xZebra 4 2014 11,62
4 Tambun Cibatu 2 cct, 4xDove 40 2014 13,06
5 Pemalang Tx (Ungar-Pedan) 2 cct, 4xZebra 126 2016 52,29
6 Pemalang Mandirancan 2 cct, 4xZebra 360 2016 149,40
7 Jateng PLTU Pemalang 500 kV 2 cct, 4xZebra 40 2016 16,60
Jumlah 834 352,36

Selaras dengan pembangunan GIS 150 kV, diperlukan pembangunan transmisi


terkaitnya sepanjang 1.386 kms dengan kebutuhan dana sekitar USD 185 juta
seperti ditampilkan dalam Tabel C5.7.
Tabel C5.7 Rencana Pengembangan Transmisi

Jenis Panj. COD Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
1 Tanjung Jati Sayung 2xTACSR520 120 2011 21,60
2 Kebasen II/Balapulang Inc. (Kbsen-Bmayu) 2xZebra 4 2011 0,39
Inc Tx (Bawen-
3 Sayung Tbrok) 2xZebra 20 2011 1,97
4 Pracimantoro/Nguntoronadi Inc.(Pctan-Wngri) 2xTACSR410 10 2012 1,50
5 Weleri Ungaran 2xHawk 76 2012 5,80
6 Klaten Pedan 2xZebra 13 2012 2,50
7 Kudus Purwodadi 2xZebra 63 2012 6,23
8 Purwodadi Ungaran 2xZebra 68 2012 6,72
9 Sunyaragi Brebes 2xTACSR410 73 2012 7,17
10 Apac inti Corpora Bawen 2xZebra 4 2012 11,11
11 Temanggung Wonosobo 1xTHawk 22 2013 2,64
12 Wonosobo Secang 2xTACSR 240 96 2013 12,00
13 Ungaran PLTP Inc(Ungaran-Jelok) 1xTACSR240 80 2014 8,00
14 Rawalo Gombong 2xZebra 86 2014 8,47
15 Pati II Pati 2xZebra 20 2015 1,97
Inc.(Rawalo-
16 Baturaden PLTP Kalibakal) 2xTACSR410 40 2015 6,00
17 Guci PLTP Inc.(Klbkl-Bmayu) 2xTACSR410 40 2015 6,00
18 Bumiayu Kebasen 2xZebra 86 2015 8,47
19 Bumiayu Kalibakal 2xZebra 72 2015 7,09

1002
20 Pekalongan Batang 2xZebra 33 2015 3,23
21 Pemalang Pekalongan 2xZebra 62 2015 6,11
22 Kebasen Pemalang 2xZebra 56 2015 5,52
23 Kebasen Brebes 2xTACSR410 30 2015 2,96
24 Batang Weleri 2xTACSR410 62 2015 6,11
25 Pemalang New (inc Btang-Wleri) 2xTACSR410 40 2016 1,97
Inc.(Bantul-
0,99
26 Bantul Baru/ Piyungan Wonosari) 2xZebra 10 2016
27 Kudus II Inc.(Kudus-Jpara) 2xZebra 10 2016 0,99
28 Tambaklorok II Tambaklorok 2xZebra 20 2017 1,97
29 Pekalongan II/Kajen Inc. (Pklon-Pmlang) 2xZebra 20 2017 1,97
30 Pandeanlamper II Pandeanlamper 1xCU1000 10 2017 23,61
31 Sanggrahan II/Rajeg Inc.(Sgrahan-Medari) 2xTACSR410 10 2018 1,50
32 Kalibakal II Inc.(Klbkl-Bmayu) 2xZebra 20 2018 1,97
33 Banyudono Baru Inc.(Mjngo-Jajar) 2xZebra 10 2019 0,99
Jumlah 1.386 185,51

Pengembangan Distribusi

Sesuai dengan proyeksi kebutuhan 10 tahun mendatang, diperlukan tambahan


pelanggan baru sekitar 3 (tiga) juta pelanggan atau rata-rata 300.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 15.722 kms, Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) sekitar 28.483 kms dan tambahan kapasitas Trafo
distribusi sekitar 2.828 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel C5.8 berikut.
Tabel C5.8 Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta
2011 1.058 1.665 165 241.002 75,0
2012 1.869 3.140 312 263.053 126,0
2013 1.264 2.171 216 274.331 91,8
2014 1.403 2.439 242 286.216 101,3
2015 1.433 2.654 263 298.759 106,6
2016 1.703 2.888 287 312.016 119,6
2017 1.712 2.983 296 311.261 121,4
2018 1.740 3.234 321 325.015 127,3
2019 1.745 3.507 348 339.632 132,9
2020 1.797 3.803 378 355.198 140,4
2011-2020 15.722 28.483 2.828 3.006.483 1.142,3

C5.4. Ringkasan

Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan di provinsi Jawa


Tengah sampai dengan tahun 2020 adalah USD 11,9 milyar. Ringkasan proyeksi

1003
kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel C5.9.
Tabel C5.9 Rangkuman

Tahun Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi


Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD Juta
Energy Energi Puncak MW MVA kms
GWh GWh MW
2011 16.642 17.897 2.906 1.290 1.176 144 1.630
2012 17.959 19.309 3.136 660 1.740 307 1.096
2013 19.342 20.791 3.376 8 1.540 378 252
2014 20.850 22.400 3.638 810 1.040 214 1.075
2015 22.476 24.134 3.919 755 1.080 501 1.274
2016 24.253 26.027 4.227 1.060 1.420 586 1.933
2017 26.203 28.105 4.564 1.000 720 50 1.580
2018 28.340 30.381 4.934 275 780 30 824
2019 30.684 32.876 5.339 865 570 10 1.479
2020 33.482 35.854 5.823 578 1.220 - 787
Jumlah 7.301 11.286 2.220 11.929

1004
LAMPIRAN C.6
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

C6.1. Kondisi Saat Ini

Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi DIY saat ini sekitar 320 MW,
seluruhnya dipasok dari subsistem Pedan di provinsi Jawa Tengah.
Peta sistem kelistrikan DIY Jakarta ditunjukkan pada Gambar C6.1.

BRNGN BAWEN UNGRN


MRICA NGAWI
WSOBO
SCANG
SRGEN

SGRAH

PALUR II
SGRAH II MJNGO

BYNDO
JAJAR PALUR

WNSRI

KNTNGAN

MDARI
KLSAN PEDAN
882

PWRJO WRJBN
KLTEN

RWALO GDEAN KEDIRI


GJYAN
WRJBN

WNGRI
WATES PCTAN
BNTUL

NTRDI

BNTUL7

SMANU

Gambar C6.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi DIY Saat Ini

C6.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel C6.1.

1005
Tabel C6.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Energy Produksi Beban
Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW
2011 1.996 2.146 348 869.222
2012 2.159 2.322 377 917.681
2013 2.329 2.504 407 967.627
2014 2.508 2.695 438 1.018.731
2015 2.701 2.900 471 1.071.288
2016 2.910 3.123 507 1.124.851
2017 3.137 3.364 546 1.180.252
2018 3.383 3.627 589 1.237.089
2019 3.650 3.911 635 1.296.057
2020 3.941 4.220 685 1.333.337
Growth (%) 7,7% 8,0% 8,0% 5,0%

C6.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana
pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.
Potensi Sumber Energi
Provinsi D.I.Yogyakarta tidak memiliki sumber energi yang cukup besar, potensi
tenaga air yang dapat dikembangkan hanya 0,1 MW dan panas bumi hanya
10 MW di 1 lokasi1.
Pengembangan Pembangkit
Hingga tahun 2020 belum direncanakan adanya pembangunan pembangkit listrik
di Provinsi DIY. Hal ini karena kebutuhan listrik di Provinsi DIY yang relatif kecil
dan masih bisa dipasok dari sistem Jawa-Bali tanpa adanya kendala transmisi.
Selain itu juga sulit menemukan lokasi yang cocok untuk pembangkit di Provinsi
DIY dan juga sulitnya transportasi batubara melalui pantai selatan Jawa.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk


Pengembangan Gardu Induk
Untuk memperkuat pasokan dari grid 500 kV akan dibangun GITET Bantul pada
tahun 2015, tambahan 2 unit IBT 500/150 kV dan tambahan I phase trafo spare
dengan total 2.166 MVA seperti dalam Tabel C6.2.

1
Sumber: Draft RUKN 2010-2029
1006
Tabel C6.2 Pengembangan GITET 500/150 kV

Kebutuhan
Kapasitas
No Lokasi Sumber Dana COD Dana Keterangan
(MVA)
USD Juta
1 Pedan APLN 2010 2011 166 3,7 Spare
2 Pedan IBRD Scattered I 2013 500 14,6 IBT-3
3 Bantul Unallocated 2015 1.000 41,8 GITET Baru
4 Pedan Unallocated 2020 500 14,6 IBT-4
Jumlah 2.166 74,76

Untuk melayani pertumbuhan beban akan dibangun GI baru Kentungan dengan


kapasitas 60 MVA dan kebutuhan dana sebesar USD 5,1 juta.

Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GITET 500 kV, diperlukan pengembangan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sepanjang 8 kms
dengan kebutuhan dana sekitar USD 3 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C6.3.
Tabel C6.2 Rencana Pembangunan SUTET 500 kV

No. Dari Ke Jenis Panjang COD Biaya


Konduktor kms USD juta
1 Bantul Dbphi (Rawalo-Pedan) 4xGannet 8 2015 3,0
Jumlah 8 3,0

Selaras dengan pembangunan GI 150 kV diperlukan pembangunan transmisi


terkaitnya sepanjang 278 kms dengan kebutuhan dana sekitar USD 20,45 juta
seperti ditampilkan dalam Tabel C6.4.
Tabel C6.4 Rencana Pengembangan Transmisi

Jenis Panj. COD Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
1 Gondangrejo/Palur II Inc.(Palur-Jajar) 2xZebra 10 2012 0,99
2 Bantul Baru Inc.(Bantul-Wates) 2xTACSR410 10 2015 1,50
3 Purworejo Wates (recond) 2xZebra 62 2015 4,73
4 Wates Bantul (recond) 2xTACSR410 62 2015 7,80
5 Bantul Godean (recond) 2xZebra 62 2015 2,36
6 Godean Kentungan (recond) 2xZebra 62 2015 1,58
7 Kentungan Inc.(Pedan-Kalasan) 2xTACSR410 10 2016 1,50
Jumlah 278 20,45

Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan 10 tahun mendatang, diperlukan tambahan
pelanggan baru sekitar 351 ribu pelanggan atau rata-rata 35.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 1.876 kms, Jaringan

1007
Tegangan Rendah (JTR) sekitar 3.399 kms dan tambahan kapasitas trafo
distribusi sekitar 306 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel C6.4 berikut.
Tabel C6.4 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta
2011 126 199 18 28.133 8,8
2012 223 375 34 30.707 14,8
2013 151 259 23 32.023 10,8
2014 167 291 26 33.411 11,9
2015 171 317 28 34.875 12,5
2016 203 345 31 36.422 14,0
2017 204 356 32 36.334 14,3
2018 208 386 35 37.940 14,9
2019 208 419 38 39.646 15,6
2020 215 454 41 41.463 16,5
2011-2020 1.876 3.399 306 350.952 134,1

C6.4. Ringkasan
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan di provinsi DIY
sampai dengan tahun 2020 adalah USD 250 juta. Ringkasan proyeksi kebutuhan
tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi adalah
seperti tersebut dalam Tabel C6.5.
Tabel C6.5 Rangkuman
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi
Tahun Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD juta
Energy Energi Puncak MW MVA kms
GWh GWh MW
2011 1.996 2.146 348 - 166 - 14
2012 2.159 2.322 377 - - 10 15
2013 2.329 2.504 407 - 500 - 25
2014 2.508 2.695 438 - - - 25
2015 2.701 2.900 471 - 1.000 266 75
2016 2.910 3.123 507 - 60 10 21
2017 3.137 3.364 546 - - - 14
2018 3.383 3.627 589 - - - 15
2019 3.650 3.911 635 - - - 16
2020 3.941 4.220 685 - 500 - 31
Jumlah 2.226 326 250

1008
LAMPIRAN C.7
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI JAWA TIMUR

C7.1. Kondisi Saat Ini


Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Timur saat ini sekitar 4.100 MW.
Beban dipasok dari pembangkit yang berada di grid 500 kV dan 150 kV dengan
kapasitas 6.670 MW.
Pembangkit listrik di Jawa Timur yang berada di grid 500 kV adalah PLTU Paiton,
PLTGU Gresik dan PLTGU Grati, sedang yang terhubung ke grid 150 kV adalah
PLTGU/PLTU Gresik, PLTU Perak, PLTG Grati, dan PLTA tersebar (Sutami,
Tulung Agung, dll).
Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 5 GITET, yaitu Krian, Gresik, Grati,
Kediri dan Paiton, dengan kapasitas 4.500 MVA. Peta sistem kelistrikan Jawa
Timur ditunjukkan pada Gambar C7.1.

KEREK

TUBAN
u PLTU TJAWR
BLORA
SMNEP
BKLAN

MNYAR
BABAT GRESIK
U
CEPU LNGAN
PMKSN
SPANG
NGORO CERME

NGBNG KRIAN
JATIM

NGAWI PLOSO SBSLT


BLNDO BDRAN
MGTAN SKTIH PRONG
CRBAN BNGUN
BNGIL
NGJUK MGUNG NGORO
KDIRI NGNJK II
PLOSO BCKRO GRATI
MNRJO JYKTS PIER GDWTN
MGTAN PDAAN
RJOSO
TARIK
PITON STBDO
JMBNG BLKDG
DLOPO PBLGO KRSAN
SKRJO
GRDLU PDAAN2
CRBAN
883

PS SYZZG PARE PWSRI


PDAN BNRAN
MDLAN LWANG
PNRGO NGJUK SKLNG
BDWSO
TRGLK2 BLBNG
TLGNG2 PLHAN PAKIS
PLHAN II
BLTRU KBAGN
TRGLK
PCTAN WLNGI KKTES2
TLGNG TUREN II
KAPAL
TUREN KDDNG TLGUL
STAMI BWNGI
u PLTU PCTAN
SGRUH JMBER II
JMBER
PTLAG
GPNGN

GTENG

Gambar C7.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi Jawa Timur Saat Ini

1009
Kelistrikan Provinsi Jawa Timur terdiri atas 5 sub-sistem yaitu :

• GITET Krian memasok Kota Surabaya dan Kab. Sidoarjo

• GITET Gresik dan PLTGU/PLTU Gresik memasok Kab. Gresik, Kab.


Tuban, Kab. Magetan, Kab. Lamongan, Kab. Pemekasan, Kab. Sumenep,
Kab. Sampang dan Kab. Bangkalan.

• GITET Grati dan PLTG Grati memasok Kab. Pasuruan, Kab. Probolinggo,
Kota Malang dan Kab. Batu.

• GITET Kediri dan PLTA tersebar memasok kota Kediri, kota Madiun, kota
Mojokerto, Kab. Ponorogo, Kab. Mojokerto dan Kab. Pacitan.

• GITET Paiton memasok Kab. Banyuwangi, Kab. Jember, Kab. Jombang,


Kab. Situbondo dan Kab. Bondowoso.
Rincian pembangkit terpasang seperti ditunjukkan pada Tabel C7.1.
Tabel C7.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang

No. Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Kapasitas


B. Bakar Terpasang
MW
1 Karang Kates PLTA PLTA PJB 105,0
2 Wlingi PLTA PLTA PJB 54,0
3 Ledoyo PLTA PLTA PJB 4,5
4 Selorejo PLTA PLTA PJB 4,5
5 Sengguruh PLTA PLTA PJB 29,0
6 Tulung Agung PLTA PLTA PJB 36,0
7 Mendalan PLTA PLTA PJB 23,0
8 Siman PLTA PLTA PJB 10,8
9 Madiun PLTA PLTA PJB 8,1
10 Paiton PLTU Batubara PJB 800,0
11 Paiton PEC PLTU Batubara Swasta 1.230,0
12 Paiton JP PLTU Batubara Swasta 1.220,0
13 Gresik 1-2 PLTU Gas Alam PJB 200,0
14 Gresik 3-4 PLTU Gas Alam PJB 400,0
15 Perak PLTU MFO Indo, Power 100,0
16 Gresik PLTG Gas Alam PJB 61,6
17 Gilitimur PLTG HSD PJB 40,2
18 Grati Blok 1 PLTGU HSD Indo. Power 461,8
19 Grati Blok 2 PLTG HSD Indo. Power 302,3
20 Gresik B-1 PLTGU Gas Alam PJB 526,3
21 Gresik B-2 PLTGU Gas Alam PJB 526,3
22 Gresik B-3 PLTGU Gas Alam PJB 526,3
Jumlah 6.669,5

1010
C7.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel C7.2.
Tabel C7.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Energy Produksi Beban


Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW
2011 24.418 26.177 4.228 7.699.174
2012 26.394 28.184 4.503 8.072.265
2013 28.622 30.449 4.839 8.552.450
2014 31.100 33.085 5.229 9.090.520
2015 33.771 35.927 5.670 9.663.784
2016 36.688 39.029 6.145 10.268.654
2017 39.419 41.935 6.584 10.724.006
2018 42.188 44.881 7.027 11.132.327
2019 44.841 47.703 7.448 11.439.324
2020 47.343 50.365 7.843 11.642.841
Growth (%) 7,7% 7,5% 7,1% 4,6%

C7.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana
pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.

Potensi Sumber Energi


Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi gas
bumi yang dapat dikembangkan sebesar 5,3 TSCF, minyak bumi 987 MMSTB,
sedikit batubara dan tenaga air 55 MW serta panas bumi yang diperkirakan
mencapai 1.204 MWe yang tersebar di 11 lokasi dengan potensi terduga
mencapai 774 MWe1.
Pasokan gas untuk pembangkit PLN di Jawa Timur (Gresik dan Grati) cukup
besar, antara lain dari Kodeco, Hess, KEI, WNE dan Santos. Namun demikian
volumenya akan semakin menurun dan diperkirakan baru akan terjadi
kekurangan pasokan gas untuk pembangkit di Jawa Timur pada tahun 2018.
Selain itu juga diperkirakan ada potensi gas dari Lapangan Cepu, sehingga PLN
merencanakan pembangunan PLTGU sebesar 2x750 MW.

1
Sumber: Draft RUKN 2010-2029
1011
Pertagas berencana untuk membangun FSRU LNG di Tambaklorok untuk
memasok gas ke pembangkit PLN di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasokan
gas tersebut merupakan satu kesatuan dengan rencana pembangunan pipa
Trans-Jawa, yaitu gas akan dialirkan melalui pipa yang rencananya akan
dibangun dengan menghubungkan Grati, Gresik, Tambak Lorok hingga Cirebon.

Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2020, diperlukan tambahan
kapasitas pembangkit sebesar 5.971 MW dengan perincian seperti ditampilkan
pada Tabel C7.3 berikut.

Tabel C7.3 Rencana Pengembangan Pembangkit

Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
1 PLN PLTM Ampel Gading 0,01 2012 On Going APLN
2 PLN PLTU Pacitan 630 2012 On Going Perpres
3 PLN PLTU Paiton 660 2012 On Going Perpres
4 PLN PLTU Tj. Awar-awar 700 2013 On Going Perpres
5 PLN PLTGB Bawean 3 2014 Plan Plan
6 PLN PLTGB Bawean 3 2015 Plan Plan
7 PLN PLTA Kalikonto 62 2016 Plan Plan
9 PLN PLTA Kesamben 37 2017 Plan Plan
10 PLN PLTGU Tuban/Cepu 750 2019 Plan Plan
11 PLN PLTGU Tuban/Cepu 750 2020 Plan Plan
12 PLN PS Grindulu PS 500 2020 Plan Plan
13 Swasta PLTU Paiton 3 Exp 815 2012 Plan IPP
14 Swasta PLTM Antrokan 0,51 2014 Plan IPP
15 Swasta PLTU Madura (2x200 MW) 400 2015 Plan IPP
16 Swasta PLTP Iyang Argopuro 55 2016 Plan IPP
17 Swasta PLTP Iyang Argopuro 110 2017 Plan IPP
18 Swasta PLTP Iyang Argopuro 110 2018 Plan IPP
19 Swasta PLTP Wilis/Ngebel 110 2018 Plan IPP
20 Swasta PLTP Arjuno Welirang 55 2019 Plan IPP
21 Swasta PLTP Ijen 110 2019 Plan IPP
22 Swasta PLTP Wilis/Ngebel 55 2019 Plan IPP
23 Swasta PLTP Arjuno Welirang 55 2020 Plan IPP
Jumlah 5.971

Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Bawean, direncanakan PLTGB


dengan total kapasitas 6 MW pada tahun 2014-2015.

1012
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Gardu Induk

Diperlukan pembangunan dan pengembangan GITET 500 kV tersebar di 8 lokasi


dengan kapasitas sekitar 6.666 MVA dengan biaya USD 297,94 juta seperti pada
Tabel C7.4.
Tabel C7.4 Rencana Pengembangan GITET

Kebutuhan
Sumber Kapasitas
No Lokasi COD Dana Keterangan
Dana (MVA)
USD Juta
1 Krian APLN 2010 2011 166 3,7 Spare
2 Ngimbang APLN 2011 500 14,6 Program N-1 (IBT-2)
3 Krian APLN 2011 500 14,6 Penghematan BBM (IBT-3)
4 Grati APLN 2011 500 14,6 Penghematan BBM (IBT-2)
5 Paiton APLN 2011 500 14,6 Penghematan BBM (IBT-3)
6 Surabaya selatan APLN 2012 500 14,6 Program N-1 (IBT-1)
IBRD
500
7 Krian Scattered I 2013 14,6 IBT-4
8 Surabaya Selatan Unallocated 2014 500 14,6 IBT-2
Diameter Ext, arah
2 Paiton (GIS) ADB 2015 25,0 Antosari/Kapal Baru
3 Kediri Unallocated 2015 500 14,6 IBT-3
4 Bangil 500 JBIC II 2015 1000 41,8 GITET Baru
5 Kediri Unallocated 2017 500 14,6 IBT-4
6 Tandes (GIS) Unallocated 2017 1000 64,7 GITET Baru
Diameter ke arah PLTGU
7 Ngimbang Unallocated 2019 25,0 Tuban/Cepu
8 Grindulu PS Unallocated 2020 6,0 GITET Baru/KIT
Jumlah 6.666 297,94

Untuk meningkatkan keandalan direncanakan untuk menyediakan 1 buah trafo


satu fasa 166 MVA yang ditempatkan di GITET Krian.

Selanjutnya untuk melayani konsumen diperlukan pengembangan GIS/GI 150 kV


baru tersebar di 16 lokasi dengan kapasitas 1.290 MVA dengan biaya USD 94,65
juta seperti ditampilkan dalam Tabel C7.5.

Tabel C7.5 Rencana Pengembangan GI

Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan


No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
1 Paciran/Brondong 150/20 2011 APLN 60 3,90
2 Bambe 150/20 2012 APLN 120 6,00
3 Kalisari 150/20 2012 APLN 60 3,90
4 New Jombang 150/20 2012 APLN 60 3,90
5 Purwosari/Sukorejo II 150/20 2012 APLN 60 3,90
6 Wlingi II 150/20 2012 KE-III Lot 10 30 3,90

1013
Rasio COD Sumber Kapasitas Kebutuhan
No Nama Gardu Induk Tegangan Dana MVA Dana
kV USD Juta
7 New Sidoarjo 150/20 2012 APLN 60 3,90
8 Simogunung (GIS) 150/20 2012 APLN 120 23,17
9 Tulungagung II 150/20 2012 APLN 60 3,90
10 Tandes II/Sambi Kerep 150/20 2012 APLN 120 6,00
11 Ponorogo II 150/20 2012 APLN 120 6,00
12 New Buduran/Sedati 150/20 2012 APLN 120 7,24
13 New Porong 150/20 2012 APBN 2012 60 3,9
14 Kedinding 150/20 2015 APLN 60 3,90
15 Bangil New 150/20 2016 JBIC II 120 7,24
16 Tandes New 150/20 2017 Unallocated 60 3,90
Jumlah 1.290 94,65

Selain itu, diperlukan juga extension dan uprating terhadap GI eksisting dengan
menambah unit trafo 5.730 MVA dengan kebutuhan dana sekitar USD 215 juta.

Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GITET 500 kV, diperlukan pengembangan
Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sepanjang 574 kms dengan
kebutuhan dana sekitar 240 juta seperti ditampilkan dalam Tabel C7.6.
Tabel C7.6 Rencana Pembangunan SUTET 500 kV

No. Dari Ke Jenis Panjang COD Biaya


Konduktor kms USD juta
1 Surabaya Selatan Grati 4xGannet 160 2012 52,2
2 Watu Dodol Lampumerah ACS 380 8,24 2013 59,7
3 Tambun Cibatu 4xDove 40 2014 13,1
4 Paiton Watu Dodol 4xDove 262 2015 85,5
Inc. (Piton-
4 2015 1,5
5 Bangil 500 kV Kediri) 4xGannet
6 Tandes Krian 4xZebra 40 2017 16,6
7 PLTGU Tuban/Cepu Ngimbang 4xZebra 20 2019 0,0
Inc (Pedan-
8 Grindulu PLTA Kediri) 4xGannet 40 2020 15,0
Jumlah 574,24 243,54

Selaras dengan pembangunan GIS 150 kV, diperlukan pembangunan transmisi


terkaitnya sepanjang 1.662 kms dengan kebutuhan dana sekitar USD 215 juta
seperti ditampilkan dalam Tabel C7.7.
Tabel C7.7 Rencana Pembangunan Transmisi

Jenis Panj. Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms COD USD
Juta
1 Paciran/Brondong Lamongan 1xZebra 44 2011 2,98
2 Pacitan 150 kV Ponorogo II 2xTACSR410 60 2011 9,00
3 Pacitan 150 kV PLTU Pacitan 2xTACSR410 124 2011 18,60
4 Ponorogo II Manisrejo 2xTACSR410 60 2011 9,00
5 Banaran Suryazigzag 1xTACSR 330 26 2011 1,58

1014
Jenis Panj. Biaya
No. Dari Ke Konduktor Kms COD USD
Juta
6 Banyuwangi Ketapang (Cable head) 1xTACSR 330 8 2011 0,49
7 Kabel Jawa Madura Suramadu 1xCU800 6 2011 14,17
8 Kediri New Kediri Baru 2xTACSR520 10 2011 1,80
9 Grati Gondangwetan 2xTACSR410 38 2011 5,70
10 Probolinggo Gondangwetan 2xZebra 68 2011 6,70
11 The Master Steel Manyar - 0 2011 0,00
12 Bambe Karangpilang 2xZebra 10 2012 0,99
13 Kalisari Surabaya Selatan 2xZebra 12 2012 1,18
14 New Jombang Jayakertas 2xZebra 36 2012 3,55
15 Purwosari/Sukorejo II Inc. (Pier-Pakis) 2xZebra 10 2012 0,99
16 Wlingi II Tulungagung II 2xZebra 68 2012 6,70
17 New Sidoarjo Inc. (Bdran-Bngil) 1xTACSR 330 2 2012 0,12
18 Simogunung (GIS) Inc.(Swhan-Waru) 2xZebra 10 2012 1,97
19 Tulungagung II Kediri 2xZebra 80 2012 7,88
20 Tandes II/Sambi Kerep Inc.(Waru-Gresik) 1xCU1000 4 2012 9,44
21 New Buduran/Sedati Inc.(Bngil-Waru) 2xZebra 2 2012 0,20
22 Babat Tuban 2xTACSR410 60 2012 9,00
Tanjung Awar-awar
5,40
23 PLTU Inc. Babat-Tuban 2xTACSR410 36 2012
24 Surabaya Barat Driyorejo 1xHTLSC 330 11 2012 1,19
25 Surabaya Barat Babadan 1xHTLSC 330 26 2012 2,96
26 Gilimanuk Celukan Bawang 2xHTLSC Hawk 100 2012 11,20
Semen Dwima Agung
27 (Holcim) Mliwang 1xCU240 4 2012 0,00
28 Mount Dream Balongbendo 2xZebra 14 2012 3,89
29 New Porong Inc (New sidoarjo-Bangil) 1xTACSR330 4 2012 0,24
30 Banaran Manisrejo 1xTACSR 330 142 2013 8,66
31 Cheil Jedang New Jombang 2xZebra 22 2013 6,67
32 Wilis/Ngebel PLTP Pacitan II 2xZebra 120 2014 11,82
33 Iyang Argopuro PLTP Probolinggo 2xZebra 60 2014 5,91
35 Gresik (GIS) Gresik (Konv) 1x1000 1 2014 2,36
36 Kedinding Kalisari 2xZebra 40 2015 3,94
37 Kedinding Inc. Bngkalan-Gltmr 2xZebra 40 2015 3,94
38 Madura PLTU Inc. Sampang-Bangkalan 2xZebra 30 2015 2,96
39 Ijen PLTP Banyuwangi 2xZebra 120 2015 11,82
40 Grati Pier 2xTACSR410 64 2015 9,60
41 Bangil New Inc. (Bangil-Sidoarjo) 2xTACSR410 40 2016 3,60
42 Bangil Sidoarjo 2xTACSR410 40 2016 5,04
43 Tandes New Tandes 2xTACSR520 10 2017 1,80
Jumlah 1.662 215,01

Pengembangan Distribusi

Sesuai dengan proyeksi kebutuhan 10 tahun mendatang, diperlukan tambahan


pelanggan baru sekitar 4.4 juta pelanggan atau rata-rata 44.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 14.068 kms, Jaringan

1015
Tegangan Rendah (JTR) sekitar 10.949 kms dan tambahan kapasitas Trafo
distribusi sekitar 941 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel C7.8 berikut.
Tabel C7.8 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta
2011 1.153 898 77 256.484 84,9
2012 1.202 936 80 292.034 90,3
2013 1.254 976 84 295.864 93,6
2014 1.309 1.018 88 381.955 102,7
2015 1.366 1.062 91 397.345 107,1
2016 1.425 1.110 95 423.402 112,4
2017 1.488 1.158 100 563.028 125,8
2018 1.554 1,210 104 585.773 131,3
2019 1.623 1,264 109 609.437 136,9
2020 1.695 1,319 113 634.057 142,8
2011-2020 14.068,3 10.949,9 941.8 4.439.378 1.127,9

C7.4. Ringkasan
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan di provinsi Jawa
Timur sampai dengan tahun 2020 adalah USD 9,1 milyar. Ringkasan proyeksi
kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel C7.9.
Tabel C7.9 Rangkuman

Tahun Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi


Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD Juta
Energy Energi Puncak MW MVA kms
GWh GWh MW
2011 24.418 26.177 4.228 - 4.296 444 289
2012 26.394 28.184 4.503 2.105 1.640 649 2.669
2013 28.622 30.449 4.839 700 650 172 894
2014 31.100 33.085 5.229 4 740 221 161
2015 33.771 35.927 5.670 403 1.920 560 849
2016 36.688 39.029 6.145 117 720 80 373
2017 39.419 41.935 6.584 147 2.190 50 568
2018 42.188 44.881 7.027 220 510 - 676
2019 44.841 47.703 7.448 970 600 20 1.348
2020 47.343 50.365 7.843 1.305 420 40 1.297
Jumlah 5.971 13.686 2.236 9.124

1016
LAMPIRAN C.8
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero)
DI PROVINSI BALI

C8.1. Kondisi Saat Ini


Beban puncak sistem Bali sekitar 560 MW. Daya dipasok dari pembangkit 150
kV sebesar 559 MW yang semuanya menggunakan BBM, dan pasokan dari
kabel laut Jawa-Bali 200 MW. Kapasitas pembangkit tersebut sudah termasuk
PLTD sewa sebesar 126 MW sejak tahun 2010.
Peta sistem kelistrikan Bali ditunjukkan pada Gambar C8.1.

Gambar C8.1. Peta Jaringan TT dan TET di Provinsi Bali Saat Ini

Semua pembangkit di Bali menggunakan BBM, sehingga biaya produksi listrik


sangat mahal. Rincian pembangkit terpasang ditunjukkan pada Tabel C8.1.
Tabel C8.1 Kapasitas Pembangkit Terpasang

No. Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Kapasitas


B. Bakar MW
1 Pesanggaran PLTG HSD Indonesia Power 125,5
2 Gilimanuk PLTG HSD Indonesia Power 133,8
3 Pemaron PLTG HSD Indonesia Power 97,6
4 Pesanggaran PLTD HSD Indonesia Power 75,8
2 Pesanggaran BOO PLTD HSD Indonesia Power 30,0
3 Pesanggaran BOT PLTD HSD Indonesia Power 51,0
4 Pemaron PLTD HSD Indonesia Power 45,0
Jumlah 559,0

1017
C8.2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Dari realisasi penjualan tenaga listrik PLN dalam lima tahun terakhir dan
mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi regional,
pertambahan penduduk dan peningkatan rasio elektrifikasi di masa datang, maka
proyeksi kebutuhan listrik tahun 2011 – 2020 diperlihatkan pada tabel C8.2.
Tabel C8.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Energy Produksi Beban


Tahun Sales Energy Puncak Pelanggan
Gwh GWh MW

2011 3.464 3.663 612 818.825


2012 3.816 4.035 674 857.101
2013 4.201 4.442 741 897.176
2014 4.625 4.872 815 939.148
2015 5.090 5.361 897 983.119
2016 5.588 5.885 984 1.029.197
2017 6.124 6.449 1.077 1.077.498
2018 6.695 7.049 1.176 1.128.144
2019 7.297 7.683 1.281 1.181.265
2020 7.926 8.344 1.390 1.236.999
Growth (%) 9,9% 9,8% 9,7% 4,7%

C8.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik Bali diperlukan pembangunan sarana
pembangkit, transmisi dan distribusi.
Potensi Sumber Energi
Provinsi Bali memiliki potensi energi yang dapat dikembangkan untuk
pembangkit tenaga listrik terdiri dari tenaga air sebesar kurang lebih 20 MW dan
panas bumi sebesar 296 MWe yang tersebar di 5 lokasi1. Kebutuhan bahanbakar
untuk pembangkit di Bali harus dikirim dari provinsi lain, meliputi BBM seperti
saat ini, batubara terkait dengan PLTU Celukan Bawang dan kemungkinan mini
LNG ke Pesanggaran sesuai dengan kelayakan keekonomiannya.

1
Sumber: Draft RUKN 2010-2029
1018
Pengembangan Pembangkit

Untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan listrik Bali hingga tahun 2020,
direncanakan tambahan pembangkit sebesar 394 MW yang terdiri dari
pembangkit batubara dan panas bumi seperti diberikan pada Tabel C8.31.
Tabel C8.3 Rencana Pengembangan Pembangkit

Kapasitas Sumber
No Pemilik Jenis Nama Proyek COD Status
(MW) Dana
1 Swasta PLTU Bali Utara/Celukan Bawang 380 2014 On Going IPP
2 Swasta PLTM Telagawaja 4 2014 Plan IPP
3 Swasta PLTP Bedugul 10 2015 Plan IPP
Jumlah 394

Proyek PLTU Bali Timur yang sebelumnya direncanakan dalam RUPTL 2010-
2019 dibatalkan karena pembangunan transmisi Jawa Bali Crossing 500 kV telah
diputuskan untuk dilaksanakan, sehingga sistem kelistrikan Bali akan dapat
dipenuhi oleh kabel laut Jawa-Bali sirkuit 3-4 (2x100 MW), PLTU Celukan
Bawang (380 MW) dan transmisi 500 kV Jawa-Bali Crossing.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk

Pengembangan Gardu Induk


Pembangunan gardu induk (GI) baru untuk melayani konsumen di sistem Bali
akan menambah kapasitas hingga 1.330 MVA dengan biaya USD 116 juta
seperti diperlihatkan pada Tabel C8.4.
Tabel C8.4 Pengembangan GI/GIS

COD Sumber Kapasitas Kebutuhan


No Nama Gardu Induk Dana MVA Dana
USD Juta
1 Celukan Bawang 2012 APLN 30 6,07
2 GIS Bandara 2013 APLN 2012 60 3,90
3 Sanur New 2015 Unallocated 60 5,13
4 New Kapal/Antosari (GIS) 2015 ADB 60 31,43
5 GITET New Kapal/Antosari (GIS) 2015 ADB 1.000 60,8
6 Gianyar II 2016 JBIC II 60 5,13
7 Nusa Dua II/Pecatu 2017 IBRD Scattered II 60 3,90
Jumlah 1.330 116,32

Selain itu, diperlukan juga extension dan uprating terhadap GI 150 kV eksisting
dengan menambah unit trafo 1.390 MVA dengan kebutuhan dana sekitar USD
57,4 juta.

1
Pembangkit di Bali hanya memenuhi sebagian dari kebutuhan, selebihnya akan dipasok dari
pulau Jawa melalui saluran transmisi.
1019
Pengembangan Transmisi

Sejalan dengan visi pemerintah provinsi Bali yaitu clean and green maka
pembangunan PLTU batubara skala besar di Bali diperkirakan akan lebih sulit
untuk dilakukan. Sementara itu pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik meningkat
pesat sehingga dibutuhkan tambahan pasokan daya yang sangat besar. Salah
satu upaya PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik jangka panjang di Bali
tersebut adalah membangun transmisi berkapasitas sangat besar dari Jawa ke
pulau Bali. Teknologi yang sesuai untuk tujuan ini adalah transmisi bertegangan
500 kV. Transmisi ini berkapasitas 1.500 MW dengan panjang sekitar 205 kms
dan akan menyeberangi selat Bali dengan kawat udara dengan jarak span 2,7
km. Transmisi ini dikenal dengan nama proyek Jawa-Bali Crossing.
Pembangunan transmisi ini juga bermanfaat untuk menurunkan biaya produksi
listrik di Bali yang selama ini dilayani dengan pembangkit BBM, karena listrik
murah dari PLTU batubara di Jawa dapat disalurkan melalui transmisi tersebut.
Menurut survei awal yang telah dilakukan, rute transmisi 500 kV ini masuk ke
kawasan Taman Nasional Baluran di Jawa Timur dan Taman Nasional Bali Barat,
sehingga diperlukan izin dari Kementerian Kehutanan dan Kementerian
Lingkungan Hidup. Tahap pertama dari proyek ini direncanakan beroperasi
dengan tegangan 150 kV pada tahun 2013, dan kemudian tahap kedua
beroperasi dengan tegangan 500 kV pada tahun 2015.
Selain Jawa Bali Crossing juga akan dikembangkan banyak transmisi lainnya di
Bali seperti dapat dilihat pada tabel C8.5.
Tabel C8.5 Pembangunan Transmisi

Jenis Panj. COD Biaya


No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
Gilimanuk (Cable
1 Head) Gilimanuk 1xTACSR 330 7,0 2011 0,43
2 Kapal PLTU Celukan Bawang 2xTACSR410 140,0 2011 21,00
3 Celukan Bawang Inc. (Pmron-Glnuk) 2xHTLSC Hawk 6,0 2012 0,35
4 Jawa Bali 3,4 (kabel laut) 1xCU800 12,0 2012 28,33
5 Kapal Padangsambian 1xTACSR 240 9,1 2012 0,95
6 Kapal Pesanggaran 1xTACSR 240 17,7 2012 1,74
1xTACSR240 &
7 Nusa Dua Pesanggaran CU800 10,0 2013 6,22
8 GIS Bandara tahap-1 Inc. Cable Nsdua-Psgrn 1xCU800 10,0 2013 23,61
9 GIS Bandara tahap-2 Pesanggaran 1xCU800 10,0 2013 23,61
10 Segara Rupek Gilimanuk 4 x Dove 20,0 2013 6,53
11 Bedugul PLTP Baturiti 2xZebra 60,0 2015 5,91
12 Sanur New Inc.(Gnyar-Sanur) 1xTACSR 330 10,0 2015 0,61
13 New Kapal Inc. (Clk Bawang-Kapal) 2xTACSR 410 20,0 2015 3,94
14 Antosari New Kapal 2xZebra 54,0 2015 5,32

1020
Jenis Panj. COD Biaya
No. Dari Ke Konduktor Kms USD
Juta
15 New Kapal Kapal 2xTACSR410 54,0 2015 8,10
16 Gilimanuk New Kapal 4 x Dove 184,8 2015 60,32
17 Gianyar II Inc.(Kapal-Gianyar) 2xTACSR410 10,0 2016 1,50
18 Nusa Dua II/Pecatu Incomer (Gianyar-Sanur) 1xZebra 4,0 2017 0,27
Jumlah 638,6 198,74

Pengembangan Distribusi

Sesuai dengan proyeksi kebutuhan 10 tahun mendatang, diperlukan tambahan


pelanggan baru sekitar 341.000 pelanggan atau rata-rata 34.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan, diperlukan
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 2.278 kms, Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) sekitar 2.358 kms dan tambahan kapasitas Trafo
distribusi sekitar 769 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel C8.6 berikut.
Tabel C8.6 Rincian Pengembangan Distribusi

JTM JTR Trafo Total Investasi


Tahun Pelanggan
kms kms MVA USD Juta

2011 340 314 77 28.139 27,4


2012 225 228 65 29.631 20,3
2013 225 230 68 30.831 20,7
2014 226 234 72 32.126 21,2
2015 218 227 73 32.337 21,0
2016 215 226 76 33.313 21,3
2017 214 229 80 34.705 21,8
2018 211 228 83 35.859 22,1
2019 203 222 85 36.307 22,0
2020 199 221 89 37.457 22,3
2011-2020 2.278 2.358 769 330.705 220,3

C8.4. Ringkasan
Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem kelistrikan di provinsi Bali
sampai dengan tahun 2020 adalah USD 1,05 milyar. Ringkasan proyeksi
kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan
investasi diperlihatkan pada Tabel C8.7.

1021
Tabel C8.7 Rangkuman

Tahun Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Investasi


Sales Produksi Beban Pembangkit GI T/L USD Juta
Energy Energi Puncak MW MVA kms
GWh GWh MW
2011 3.464 3.663 612 340 147 196
2012 3.816 4.035 674 330 45 245
2013 4.201 4.442 741 180 50 207,5
2014 4.625 4.872 815 384 60 - 209
2015 5.090 5.361 897 10 1.270 383 129,3
2016 5.588 5.885 984 120 10 28
2017 6.124 6.449 1.077 150 4 26
2018 6.695 7.049 1.176 120 - 25
2019 7.297 7.683 1.281 60 - 34
2020 7.926 8.344 1.390 90 - 23
Jumlah 394 2.720 639 1.122,8

1022
LAMPIRAN D
ANALISIS RISIKO

IDENTIFIKASI RISIKO

1. Risiko keterlambatan proyek-proyek PLN


Pembangunan instalasi ketenagalistrikan, baik berupa pembangkit, jaringan
transmisi maupun jaringan distribusi, dapat terhambat atau mengalami
penundaan sehingga realisasinya menyimpang dari target, baik dari sisi
kapasitas maupun waktu.
Risiko ini terdiri dari beberapa risiko, yaitu:

– Risiko pendanaan untuk proyek PLN akibat: (i) kurangnya dana yang
dapat diupayakan oleh PLN, baik yang berasal dari dana internal
maupun pinjaman/obligasi, kendala pencairan dana yang semestinya
disediakan oleh bank domestik dan bank luar negeri untuk membiayai
kontrak EPC, (ii) kurangnya dana yang dapat disediakan oleh
pemerintah, baik dalam bentuk penyertaan modal (equity) maupun
pinjaman berupa SLA.

– Risiko perijinan dan persetujuan. Hal ini terkait dengan proses perijinan
dan persetujuan yang melibatkan berbagai pihak, dan dapat berlarut-
larut karena adanya berbagai kepentingan yang dapat mempengaruhi
proses pengambilan keputusan.

– Risiko penyelesaian pembangunan proyek. Risiko ini terkait dengan


masalah operasional, terutama aspek ketersediaan teknologi, sarana
pembangunan, dan bencana alam.

– Risiko cost over-run. Risiko ini menyebabkan biaya melebihi anggaran


sehingga dapat mempengaruhi proses pembangunan dan kemampu-
labaan Perusahaan.

– Risiko kesalahan desain.

– Risiko keselamatan ketenagalistrikan. Risiko ini terkait dengan


keselamatan karyawan PLN maupun masyarakat di lingkungan
pembangunan.

– Risiko performance instalasi. Ada kemungkinan instalasi kelistrikan,


baik pembangkit, transmisi, maupun distribusi, tidak dapat beroperasi

1023
dengan performance sesuai spesifikasinya, sehingga tenaga listrik
yang tersedia dan dikonsumsi tidak sesuai target.

– Risiko dampak lingkungan. Keberadaan instalasi Perusahaan dapat


menimbulkan kerusakan lingkungan, yang kemudian dapat berdampak
pada aspek-aspek lain, seperti masalah hukum.

– Risiko sosial, berupa penolakan masyarakat terhadap keberadaan


instalasi PLN karena dipersepsikan mengganggu dan berbahaya.

2. Risiko keterlambatan proyek-proyek IPP


Sama seperti pada risiko keterlambatan proyek-proyek PLN, yaitu:
– Risiko pendanaan untuk proyek IPP akibat rendahnya kepercayaan
investor asing untuk berinvestasi di sektor ketenagalistrikan Indonesia,
juga rendahnya kepercayaan bank asing untuk memberi pinjaman
kepada proyek di Indonesia.

– Risiko pengembang proyek IPP tidak memperoleh financial closure pada


waktunya.

– Risiko perijinan dan persetujuan. Hal ini terkait dengan proses perijinan
dan persetujuan yang melibatkan berbagai pihak, dan dapat berlarut-
larut karena adanya berbagai kepentingan yang dapat mempengaruhi
proses pengambilan keputusan.

– Risiko penyelesaian pembangunan proyek. Risiko ini terkait dengan


masalah operasional, terutama aspek ketersediaan teknologi, sarana
pembangunan, dan bencana alam.

– Risiko cost over-run. Risiko ini menyebabkan biaya melebihi anggaran


sehingga dapat mempengaruhi proses pembangunan dan kemampu-
labaan Perusahaan.

– Risiko kesalahan desain.

– Risiko keselamatan ketenagalistrikan. Risiko ini terkait dengan


keselamatan karyawan maupun masyarakat di lingkungan
pembangunan.

– Risiko performance instalasi. Ada kemungkinan instalasi kelistrikan, baik


pembangkit, transmisi, maupun distribusi, tidak dapat beroperasi dengan
performance sesuai spesifikasinya, sehingga tenaga listrik yang tersedia
dan dikonsumsi tidak sesuai target.

1024
– Risiko dampak lingkungan. Keberadaan instalasi Perusahaan dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan, yang kemudian dapat berdampak
pada aspek-aspek lain, seperti masalah hukum.

– Risiko sosial, berupa penolakan masyarakat terhadap keberadaan


instalasi pembangkit karena dipersepsikan mengganggu dan berbahaya.

3. Risiko Prakiraan Permintaan Listrik


Resiko yang dihadapi jika prakiraan permintaan listrik lebih tinggi daripada
realisasi:

– Kapasitas pembangkit, transmisi dan distribusi yang dibangun lebih


banyak dari pada yang dibutuhkan. Pembangkit dioperasikan pada CF
rendah, atau bahkan sebagian tidak dioperasikan. Dalam hal pembangkit
IPP, PLN dapat terkena penalti pengambilan energi minimum. Transmisi
dan distribusi juga berbeban rendah.

– Pendapatan dari penjualan listrik lebih rendah daripada yang


direncanakan, sehingga tidak cukup untuk membayar pinjaman (pokok
berikut bunganya) yang dilakukan untuk mendanai proyek pembangkit,
transmisi dan distribusi.

– Menimbulkan kecurigaan pada stakeholders, yaitu PLN dianggap


membuat prakiraan permintaan listrik yang tinggi untuk menjustifikasi
kelayakan proyek kelistrikan tertentu.

– PLN terkena penalti dari kontrak energi primer (batubara, gas) jangka
panjang.

Prakiraan beban lebih rendah dari realisasi permintaan, maka resiko yang
akan dihadapi :

– Kapasitas pembangkit, transmisi dan distribusi yang dibangun lebih


sedikit dari yang dibutuhkan. Banyak pembangkit dioperasikan maksimal
secara terus menerus bahkan menunda pemeliharaan yang jatuh tempo,
sehingga dapat menurunkan kinerja mesin,

– Banyak calon pelanggan baru dan penambahan daya tidak dapat


dilayani, kualitas pelayanan menurun bahkan terjadi pemadaman.

– Pertumbuhan ekonomi terhambat akibat tidak tersedia infrastruktur listrik


yang memadai,

1025
– Citra PLN terpuruk karena gagal melaksanakan misi yang diberikan oleh
Pemerintah untuk menyediakan listrik dalam jumlah yang cukup dan
handal.

– Konsumen industri dan bisnis memproduksi listrik sendiri dengan


pembangkit skala kecil, secara keekonomian nasional hal ini sangat tidak
efisien,

– Sektor swasta membangkitkan listrik dengan gas atau batubara dan


menjual produknya langsung ke konsumen dalam kawasan tertentu, PLN
kehilangan market share.

– Susut teknis meningkat karena penambahan jaringan yang terbatas.


Susut non-teknis juga meningkat karena pelanggan/calon pelanggan
sulit memperoleh tambah daya/akses listrik yang legal.

4. Risiko harga dan ketersediaan energi primer


Beberapa risiko dominan yang terkait secara khusus dengan RUPTL
adalah:

– Risiko harga energi primer. Perubahan harga energi primer khususnya


batubara dan gas akan sangat mempengaruhi program
pengembangan ketenagalistrikan yang optimal. Dalam RUPTL, harga
batubara diasumsikan USD 90 per ton, harga gas alam USD 6 per
mmbtu dan harga crude oil USD 140 per barel. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa perubahan harga batubara naik atau turun 10%
akan mengakibatkan perubahan nilai risiko cukup besar yaitu USD 1
s/d 2.5 miliar selama perioda studi 10 tahun.

– Risiko ketersediaan energi primer. RUPTL ini disusun dengan asumsi


gatubara dan gas tersedia dengan cukup, andal dan tepat waktu.
Namun pengalaman menunjukkan bahwa pasokan gas alam sering
terlambat datang ke pembangkit yang membutuhkan, atau tersedia
dalam volume yang semakin berkurang akibat depletion. Pasokan
batubara ke pembangkit juga sering terkendala, baik karena alasan
komersial maupun operasional.

5. Risiko merencanakan reserve margin terlalu tinggi, terdiri dari :

1026
– Risiko over capacity yang terjadi apabila semua proyek yang
direncanakan berjalan baik dan selesai tepat waktu. Jika over capacity
benar-benar terjadi maka PLN akan mempunyai kewajiban membayar
komponen A kepada pihak IPP tanpa manfaat apapun. Jika proyek yang
direnvanakan adalah proyek PLN, maka aset tidak menghasilkan
revenue yang diperlukan untuk membayar capital debt ke lender.

6. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terdiri dari:

– Risiko likuiditas kas, yaitu adanya kemungkinan perusahaan tidak


dapat menyediakan dana untuk pembayaran kewajiban jatuh tempo.
Risiko ini dapat terjadi bila kesehatan keuangan Perusahaan tidak
mengalami perbaikan yang signifikan sehingga tidak dapat
menghasilkan kas operasional, dan bila terjadi keterlambatan
pembayaran subsidi oleh Pemerintah.

– Risiko pencairan dana pinjaman untuk investasi.

– Risiko likuiditas aset

7. Risiko Produksi/Operasi
Risiko produksi/operasi terkait dengan beberapa masalah potensial berikut
ini:

– Kekurangan atau kelangkaan energi primer sebagai bahan bakar


pembangkit listrik; salah satu penyebab kekurangan atau kelangkaan
tersebut adalah karena pemegang hak pengelolaan enerji primer
membuat kontrak penjualan dengan pihak lain.

– Kerusakan peralatan/fasilitas operasi, terutama karena hal-hal berikut:


peralatan yang sudah tua, pembangunan yang dipercepat dalam
rangka memenuhi Fast Track Program, penggunaan teknologi baru,
dan penggunaan pemasok baru.

– Risiko kehilangan peralatan/fasilitas operasi, terutama akibat pencurian


yang dilakukan terhadap instalasi/aset perusahaan.

– Kesalahan manusia dalam mengoperasikan peralatan/fasilitas.

1027
8. Risiko Bencana
Risiko bencana dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan karena
dapat menyebabkan tidak beroperasinya peralatan/fasilitas. Risiko ini dapat
terjadi karena bencana alam, dan bencana karena ulah manusia.

9. Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan terkait dengan dua aspek utama:

– Tuntutan masyarakat terhadap keberadaan instalasi karena persepsi


mengenai pengaruh listrik terhadap kesehatan.

– Adanya limbah, polusi, dan kebisingan yang secara potensial


menimbulkan risiko lain, seperti tuntutan hukum oleh masyarakat.

10. Risiko Regulasi


Risiko regulasi terutama berkaitan dengan:

– Risiko tarif listrik, yang dapat menghambat atau memperlambat proses


penyesuaian tarif listrik sesuai target karena penyesuaian tarif perlu
persetujuan parlemen, dan keputusan persetujuan penyesuaian tarif
dapat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.

– Risiko kepastian subsidi, yang terkait dengan kemampuan keuangan


Pemerintah dan dorongan berbagai pihak untuk menurunkan atau
bahkan mencabut subsidi.

– Risiko perubahan tatanan sektor ketenagalistrikan, khususnya bila


ditetapkannya perundangan yang mengubah status PLN sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) atau
diberlakukannya open access jaringan transmisi dan adanya pasar
kompetisi tenaga listrik. Risiko perubahan perundangan yang
mengubah struktur industri dari monopoli bidang transmisi dan
distribusi menjadi struktur industri dengan persaingan bebas bukan
saja di bagian pembangkit tetapi di bagian lain dalam ketenagalistrikan.

PROGRAM MITIGASI RISIKO

1028
Pada dasarnya mitigasi risiko akan dilakukan secara dinamis oleh karena
metoda dan sarana mitigasi terus berkembang. Namun demikian, pokok-pokok
program mitigasi sebagai acuan penyiapan kebijakan mitigasi risiko adalah
sebagai berikut.
1. Mitigasi risiko keterlambatan proyek-proyek PLN

– Pemanfaatan pasar modal, lembaga keuangan bilateral/multilateral


dan APBN dalam pendanaan proyek-proyek PLN

– Peningkatan kemampuan PLN dalam menghasilkan dana internal


(mengupayakan terus harga jual listrik memberikan margin yang
memadai)

– Dukungan/garansi Pemerintah dalam upaya memperoleh pendanaan


untuk proyek PLN dan dalam bermitra dengan IPP

– Pengembangan model project finance dimana EPC Contractors juga


membawa pendanaan proyek

– Peningkatan koordinasi penyiapan prasarana untuk mengurangi


kemungkinan keterlambatan penyelesaian pembangunan proyek

– Peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam pengurusan


perijinan dan persetujuan untuk mengurangi kemungkinan
keterlambatan perijinan dan persetujuan

– Pelaksanaan proses tender yang kompetitif dan transparan supaya


dapat memperoleh kontraktor yang berkualitas untuk mengurangi
keterlambatan pembangunan, cost over-run, dan tidak tercapainya
performance instalasi.

– Pemilihan kontraktor yang berkualitas untuk mengurangi


keterlambatan pembangunan, cost over-run, dan tidak tercapainya
performance instalasi.

– Penerapan proyek manajemen yang baik untuk mengurangi


keterlambatan pembangunan, cost over-run, dan tidak tercapainya
performance instalasi.

– Pemilihan engineering designer yang berkualitas untuk meminimalisasi


kesalaha desain.

– Peningkatan kualitas survey, antara lain penyelidikan tanah untuk


mengurangi kesalahan desain dan cost overun.

1029
– Penyusunan dan penerapan SOP untuk keselamatan ketenagalistrikan
untuk mengurangi dan mengendalikan risiko keselamatan
ketenagalistrikan.

– Penerapan peraturan mengenai lingkungan secara konsisten supaya


Perusahaan terhindar dari risiko dampak lingkungan dan masalah
sosial

– Peningkatan hubungan masyarakat untuk mengurangi masalah sosial.

– Peningkatan kompetensi staf dan unit kerja hubungan masyarakat


untuk meningkatkan hubungan dengan masyarakat.

2. Mitigasi risiko keterlambatan proyek-proyek IPP

– Pengembang IPP hanya dipilih yang benar-benar memiliki


kemampuan.

– Peningkatan koordinasi penyiapan prasarana untuk mengurangi


kemungkinan keterlambatan penyelesaian pembangunan proyek

– Peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam pengurusan


perijinan dan persetujuan untuk mengurangi kemungkinan
keterlambatan perijinan dan persetujuan

– Pelaksanaan proses tender yang kompetitif dan transparan supaya


dapat memperoleh kontraktor yang berkualitas untuk mengurangi
keterlambatan pembangunan, cost over-run, dan tidak tercapainya
performance instalasi.

– Pemilihan kontraktor yang berkualitas untuk mengurangi


keterlambatan pembangunan, cost over-run, dan tidak tercapainya
performance instalasi.

– Penerapan proyek manajemen yang baik untuk mengurangi


keterlambatan pembangunan, cost over-run, dan tidak tercapainya
performance instalasi.

– Pemilihan engineering designer yang berkualitas untuk meminimalisasi


kesalaha desain.

– Peningkatan kualitas survey, antara lain penyelidikan tanah untuk


mengurangi kesalahan desain dan cost overun.

1030
– Penyusunan dan penerapan SOP untuk keselamatan ketenagalistrikan
untuk mengurangi dan mengendalikan risiko keselamatan
ketenagalistrikan.

– Penerapan peraturan mengenai lingkungan secara konsisten supaya


Perusahaan terhindar dari risiko dampak lingkungan dan masalah
sosial

– Peningkatan hubungan masyarakat untuk mengurangi masalah sosial.

– Peningkatan kompetensi staf dan unit kerja hubungan masyarakat


untuk meningkatkan hubungan dengan masyarakat.

3. Mitigasi risiko prakiraan permintaan listrik


Realisasi penjualan lebih rendah daripada demand forecast

– Mengupayakan peningkatan pemasaran secara agresif dan proaktif


apabila terdapat indikasi pertumbuhan penjualan lebih rendah dari
yang diprediksi,

– Mendorong Pemerintah Pusat/Daerah untuk mempercepat arus masuk


investasi agar industri dan perdagangan tumbuh lebih cepat sehingga
dapat menyerap listrik lebih banyak.

– Mempercepat elektrifikasi daerah-daerah yang belum terjangkau listrik

– Secara periodik (tahunan) mereview dan memperbaharui perhitungan


prakiraan kebutuhan listrik dengan menggunakan parameter terbaru
yang lebih akurat,
Realisasi penjualan lebih tinggi daripada demand forecast

– Mengendalikan atau membatasi penyambungan pelanggan baru


maupun tambah daya,

– Mengefektifkan demand side management (DSM), termasuk


penghematan listrik oleh konsumen,

– Mengusulkan kepada Pemerintah kenaikan tarif atau pemberlakuan


insentif/ disinsentif yang lebih tinggi agar masyarakat lebih berhemat
dalam memakai listrik,

– Meminta kesediaan pelanggan industri dan bisnis untuk


mengoperasikan pembangkit sendiri terutama pada waktu beban
puncak,

1031
– Mempercepat penyelesaian proyek-proyek pembangunan pembangkit
dan transmisi/distribusi,

– Mendorong percepatan investasi untuk pembangunan pembangkit


baru,

– Secara periodik (tahunan) mereview dan memperbaharui perhitungan


prakiraan kebutuhan listrik dengan menggunakan parameter terbaru
yang lebih akurat,

– Mendorong pembelian listrik dari excess power, pembangkit skala


kecil.

4. Mitigasi risiko harga dan ketersediaan energi primer

– Pembuatan kontrak jangka panjang dengan penyedia enerji primer


untuk memastikan ketersediaannya pada saat instalasi siap
beroperasi.

– Integrasi hulu untuk menjamin ketersediaan sumber energi primer.

– Sertifikasi sumber gas yang memasok pembangkit.

5. Mitigasi risiko perencanaan reserve margin terlalu tinggi

– Memacu pertumbuhan penjualan jika proyek-proyek berjalan tepat


waktu termasuk mendorong tumbuhnya industri di Kalimantan.

– Memantau kemajuan pekerjaan proyek-proyek pembangkit dengan


cermat, dan apabila penyelesaian proyek dipastikan tepat waktu dan
berjalan baik maka PLN menunda proyek-proyek kedepan yang telah
direncanakan.

– Untuk sistem Sumatera yang rencana reserve marginnya mencapai


50% pada tahun 2014, untuk menyerap kapasitas yang ada dapat
dilakukan pengiriman energi listrik ke pulau Jawa melalui sistem
interkoneksi HVDC Jawa Sumatra maupun energy exchange dengan
sistem peninsular Malaysia menggunakan HVDC link.

6. Mitigasi risiko likuiditas

– Pengusulan mekanisme pencairan subsidi yang lebih efektif untuk


mengurangi periode pencairan subsidi.

1032
– Investasi peralatan secara lebih efektif untuk mengurangi jumlah dan
nilai aset tidak produktif yang harus dilikuidasi.

7. Mitigasi risiko produksi/operasi

– Pembuatan kontrak jangka panjang dengan penyedia enerji primer


untuk memastikan ketersediaannya pada saat instalasi siap
beroperasi.

– Peningkatan operasi dan pemeliharaan untuk mengurangi


kemungkinan terjadi kerusakan peralatan/fasilitas operasi.

– Penerapan SOP dan pelatihan untuk mengurangi kemungkinan


terjadinya kesalahan manusia dalam menggunakan peralatan/fasilitas.

8. Mitigasi risiko bencana

– Penggunaan asuransi untuk risiko tertentu, baik risiko bencana alam


maupun risiko bencana akibat lah manusia.

– Peningkatan pengawasan dan pengamanan untuk mengurangi


kemungkinan terjadi bencana karena ulah manusia.

– Peningkatan pengawasan dan pengamanan untuk mengurangi


kerugian bila bencana alam terjadi. Peningkatan komunikasi dan citra
perusahaan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan akibat ulah
manusia, seperti sabotase.

9. Mitigasi risiko lingkungan

– Sosialisasi masalah ketenagalistrikan dan kaitannya dengan


masyarakat untuk mengurangi tuntutan masyarakat terhadap instalasi,
termasuk keberadaan transmisi, karena persepsi atau pemahaman
mereka mengenai pegnaruh instalasi terhadap kesehatan manusia.

– Penerapan sistem manajemen lingkungan yang lebih baik dan


memenuhi persyaratan yang berlaku supaya perusahaan terhindar dari
masalah limbah, polusi, dan kebisingan.

10. Mitigasi risiko regulasi

1033
– Peningkatan komunikasi dengan pihak terkait supaya pross
penyesuaian tarif sejalan dengan rencana.

– Pengembangan tarif supaya sejalan dengan perkembangan kondisi


keuangan Pemerintah sehingga dapat memperkecil ketidakpastian
subsidi.

1034

Anda mungkin juga menyukai