Kelompok B
Nama :
MOH. RAFLI A. BOLILIO
MOH. RIFALDI
ADITYA KISMAN
STELLA MARIA RONTOPALY
RIVAL SEPTIAN KADIR
Halaman Judul...................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
Bab I: Pendahuluan.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Potensi................................................................................................................. 4
A. Kesimpulan...................................................................................................... 11
Lampiran – Lampiran.......................................................................................................... 12
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 16
ii
Daftar Gambar
Gambar 1. Cadangan energi masa depan untuk Batubara, gas, dan minyak....................... 2
Gambar 10. Inverter yang digunakan di Pembangkit Listrik Biomassa Daerah Pulubala,
Kab. Gorontalo.................................................................................................................... 12
Gambar 11. Panel Distribusi yang digunakan di Pembangkit Listrik Biomassa Daerah
Pulubala, Kab. Gorontalo.................................................................................................... 12
Gambar 12. Data Laporan Operasi Harian PLTS dalam 4 hari di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo (hari ke-1)..................................................... 12
Gambar 13. Data Laporan Operasi Harian PLTS dalam 4 hari di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo (hari ke-2)..................................................... 13
Gambar 14. Data Laporan Operasi Harian PLTS dalam 4 hari di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo (hari ke-3)..................................................... 13
Gambar 15. Data Laporan Operasi Harian PLTS dalam 4 hari di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo (hari ke-4)..................................................... 13
Gambar 17. Mesin Pengolah Tongkol Jagung yang digunakan di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo....................................................................... 14
iii
Gambar 18. Data Sebuah Transformator yang digunakan di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo....................................................................... 15
Gambar 19. Data Generator yang digunakan di Pembangkit Listrik Biomassa Daerah
Pulubala, Kab. Gorontalo.................................................................................................... 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi listrik merupakan salah satu energi yang penting untuk kebutuhan masyarakat.
Pembangkitan tenaga listrik di Indonesia masih didominasi oleh pembangkit listrik yang
memanfaatkan bahan fosil. Sementara itu, seiring berjalan nya waktu bahan fosil semakin
menipis akibat penggunaan terus menerus dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang
lama. Jenis pembangkit listrik yang sesuai dibangun oleh masyarakat adalah pembangkit
dengan sumber energi yang terbarukan. Sumber energi yang dapat digunakan dapat
diperoleh dari sekitar lingkungan masyarakat, seperti energi matahari, energi angin, energi
air, dan energi biomassa.
Biomassa dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan organik yang berasal
dari organisme atau mahluk hidup. Jadi, bahan bakar pembangkit listrik ini berasal dari
sampah organik atau tanaman-tanaman tertentu yang sesuai untuk pembangkitan listrik,
seperti tanaman Kaliandra merah (Caliandra callothyrsus), tanaman Mahang (Macaranga
Gigan-tean), dan Karamunting (Melastoma Malabraticum). Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa, termasuk juga Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), dapat dipilih karena
cara pembangunannya yang sederhana dan dengan bahan bakar yang selalu tersedia selama
masih ada manusia.(Aziza, Indah Susanti, Abdurrasyid, & Siswipraptini, 2018)
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik
berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Selain digunakan
untuk bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Biomassa yang umum yang
digunakan sebagai bahan bakar adalah yang memiliki nilai ekonomis rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya.(Parinduri & Parinduri, 2020)
1
Gambar 1. Cadangan energi masa depan untuk
Batubara, gas, dan minyak
Biomasa bersifat mudah didapatkan, ramah lingkungan dan terbarukan. Secara umum
potensi energi biomassa berasal dari limbah tujuh komoditif yang berasal dari sektor
kehutanan, perkebunan dan pertanian (Muliadi, 2019). Potensi limbah biomassa terbesar
adalah dari limbah kayu hutan, kemudian diikuti oleh limbah padi, jagung, ubi kayu, kelapa,
kelapa sawit dan tebu. Secara keseluruhan potensi energi limbah biomassa Indonesia
diperkirakan sebesar 50 GW. Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai
sumber energi jumlahnya sangat melimpah, potensi biomassa Indonesia sebesar 146,7 juta
ton per tahun. Sementara potensi Biomassa yang berasal dari sampah untuk tahun 2020
diperkirakan sebanyak 53,7 juta ton.(Nazruddin, 2014)
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber
energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi
secara berkesinambungan (sustainable). Namun ada juga kekurangan sumber energi
biomassa antara lain biaya yang mahal.
Prinsip Dasar Pada Biomassa, Tanaman akan meyerap energi dari matahari melalui
proses fotosintesis dengan memanfaatkan air dan unsur hara dari dalam tanah serta CO2
dari atmosfer yang akan menghasilkan bahan organik untuk memperkuat jaringan dan
membentuk daun, bunga atau buah. Pada saat biomassa diubah menjadi energi CO2 akan
dilepaskan ke atmosfer. Yang dalam hal ini siklus CO2 akan menjadi lebih pendek
dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi atau gas alam. Ini
berarti CO2 yang dihasilkan tersebut tidak memiliki efek terhadap kesetimbangan CO2 di
atmosfer. Kelebihan inilah yang dimanfaatkan untuk mendukung terciptanya energi yang
berkelanjutan.(Pemayun, 2017)
2
Biomassa merupakan bahan energi yang dapat diperbaharui karena dapat diproduksi
dengan cepat. Karena itu bahan organik yang diproses melalui proses geologi seperti minyak
dan batubara tidak dapat digolongkan dalam kelompok biomassa. Biomassa umumnya
mempunyai kadar volatile relatif tinggi, dengan kadar karbon tetap yang rendah dan kadar
abu lebih rendah dibandingkan batubara. Biomassa juga memiliki kadar volatil yang tinggi
(sekitar 60-80%) dibanding kadar volatil batubara, sehingga biomass lebih reaktif
dibandingkan batubara.
3
B. Potensi
Di daerah Pulubala, Kab. Gorontalo, masyarakat banyak berprofesi sebagai petani, baik
petani padi, petani jagung, ada juga yang berprofesi sebagai peternak. Jadi potensi yang ada
di daerah ini adalah menggunakan sampah dari jagung (tongkol jagung) maupun sampah
organik dari kotoran ternak (biogas).
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Mengingat karakteristik sampah yang bermacam-macam, maka sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Biomassa menerapkan Teknologi GALFAD (Gassification, Landfill, and
Anaerobic Digestion). Cara ini dimanfaatkan untuk mengubah limbah menjadi energi
bernilai ekonomis sesuai dengan sifat sampah yang diolah.
Pada proses ini, sampah dimanfaatkan melalui proses pembakaran untuk
menghasilkan gas yang akan menggerakkan generator. Ada beberapa tahapan dalam
proses gassification, yaitu:
Pemilah Sampah
Tahap awal yang perlu dilakukan adalah memisahkan sampah basah dan kering
menggunakan Floating tank atau metode lain, seperti penggunaan SDM yang paham
mengenai tahap ini.
Pencacah Sampah
Setelah dipilah, sampah dicacah menggunakan mesin pencacah (Shredder) agar
ukurannya sama. Untuk sampah basah akan dilakukan proses pengeringan, kemudian
dicacah dengan Shredder.
6
Pemanasan Boiler dan Penggerak Generator
Panas yang digunakan untuk memanaskan boiler berasal dari proses pembakaran
sampah. Dalam proses ini, air dalam boiler akan dipanaskan hingga menguap. Setelah
itu, uap yang dihasilkan akan dialirkan untuk menggerakkan turbin. Turbin yang
bergerak dihubungkan dengan generator, sehingga energi gerak dari generator berubah
menjadi energi listrik.
Limbah yang dihasilkan dari proses ini berupa gas CO, H2, CH4, CO2 dan gas lain yang
kemudian dipisahkan melalui proses treatment gas. Sedangkan limbah padatnya berupa
abu yang bisa dimanfaatkan untuk kompos.
Bahan biomassa dicampur dengan air sampai menjadi bubur setelah itu dituangkan
EM4 bakteri fermentasi 249 ml dengan perbandingan 1:1 yaitu 1 satuan volume biomassa
dan 1 satuan volume air. Di dalam digester bahan biomassa terfermentasi dan mengalami
proses anaerobik untuk menghasilkan gas metan. Gas metan yang dihasilkan dari proses
anaerobik akan terfilterisasi sehingga bersih dari unsur pengotor yang dapat merusak mesin
Gas metan yang sudah bersih dari unsur pengotor masuk melalui saluran yang menuju ke
ruang bakar motor dan terjadi proses pembakaran karena percikan bunga api busi dan terjadi
ledakan. Tegangan listrik dari genset dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan beban
lampu.
Proses pencampuran Biomassa, seperti:
Sampah organik dan kotoran sapi dikumpulkan dan dicampur di dalam wadah.
Menimbang masing–masing sampah organik dan kotoran sapi guna menentukan yang
ditentukan dalam proses pencampuran bahan biomassa dengan air.
Untuk sampah organik dapat dilakukan penggilingan agar mendapatkan ukuran sampah
organik lebih halus, agar mempermudah proses pencernaan dalam fermentasi pembentuk
kan gas metan.
Bahan biomassa dimasukkan ke dalam bak dan ditambahkan air sehingga diperoleh
bahan dengan komposisi 1 : 1 air dan bahan biomassa.
Pada saluran masukan masuk bahan biomassa yang telah tercampur didorong dengan alat
pendorong (jika konstruksi reaktor sempurna, maka akan masuk secara otomatis, dan
mendorong bahan biomasa yang telah menjadi ampas).
7
B. Dukungan Teknologi dan Rekayasa
Biomassa Gasifikasi adalah sistem energi alternatif yang sesuai untuk tujuan pertanian.
Potensi pembangkit gas berbahan bakar biomassa untuk menggantikan konsumsi minyak
bumi telah menarik banyak perhatian di Indonesia. Alasannya antara lain terdapat
kemungkinan pemanfaatan limbah seperti limbah hutan dan industri perkayuan, sekam padi,
pohon karet yang tidak lagi produktif, sabut kelapa dan lain-lain untuk menggantikan
konsumsi solar dan bensin pada generator listrik (Praditya Tampubolon, 2019). PLT
Biomassa dengan memanfaatkan limbah bambu terlihat pada gambar 3.
Gasifikasi adalah suatu proses dimana sumber karbon seperti batubara atau biomassa
diurai (gasifikasi) menjadi karbon monoksida, hidrogen, karbon dioksida dan molekul
hidrokarbon dalam reaktor kimia menggunakan oksigen dan atau uap untuk menghasilkan
campuran gas (UDAYANA & Kumara, 2020). Campuran gas ini dikenal sebagai produsen
gas / gas produk / gas kayu atau gas batubara tergantung pada bahan baku. Gas ini kemudian
dibersihkan lebih lanjut dan diubah menjadi bahan bakar sintetis, kimia, atau pupuk. Alat
pembuat gas adalah perangkat sederhana yang terdiri dari suatu wadah silinder dengan ruang
untuk bahan baku,saluran udara masuk, keluar gas dan satu penyaring. Pembangkit
gasifikasi skala kecil dapat terbuat dari bata tahan api, baja / beton atau drum minyak
tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan. Komponen lain yang menjadi bagian
keseluruhan sistem gasifikasi biomassa adalah unit pemurnian dan konverter energi seperti
pembakar atau mesin pembakaran internal. Desain gasifier dapat berupa salah satu dari 3
jenis desain berikut - Fluidized bed atau Updraft, Moving bed atau Downdraft, Entrained
flow atau Crossdraft. Sebuah gasifier dapat bersifat portabel atau statis. Pembangkit
Portable digunakan untuk menjalankan kendaraan. Gasifiers statis dikombinasikan dengan
mesin banyak digunakan masyarakat pedesaan untuk menghasilkan listrik dan untuk
menyalakan pompa irigasi.(PLN, 2021)
8
Tanaman bambu tumbuh dan berkembang cepat di seluruh desa di Bangli. Limbah
bambu sisa dari produksi kerajinan bambu yang banyak tersebar di Bangli belum
dimanfaatkan secara optimal. Limbah bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa.
9
C. Gambar Rancangan
Cara kerja PLTBm adalah fermentasi dalam digester atas segala jenis biomassa (limbah
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, gulma air eceng gondok dan ganggang
maupun sampah organik) akan dihasilkan biogas. Setelah dilewatkan pemurnian, akan
menjadi biometan (biogas murni dari kandungan pengotor H2S, Amoniak, sedikit H2O).
Biometan adalah bahan bakar yang menggantikan secara sempurna BBM dalam
menjalankan generator listrik.(Parinduri & Parinduri, 2020)
Daya listrik yang dihasilkan generator, kemudian, dapat disimpan (charging) dalam
power bank - yang terdiri dari rangkaian accu/ battery. Kemudian, arus DC dari accu/ battery
dihubungkan ke jaringan listrik (arus AC) menggunakan power inverter-charger.
Skema alatnya, yaitu Instalasi Mini Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM)
terdiri dari reaktor digester biogas, pemurnian biogas (methane purifier), gas holder,
generator (genset biogas), bakteri aktivator metanogen GP-7, perlengkapan instalasi
(kompresor mini, slang, valve, kompor) serta power bank (accu, power charger-inverter)
(Untuk, n.d.).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa memiliki keunggulan
diantaranya: Dibandingkan dengan sistem pembangkit lainnya Biomassa merupakan
sumber energi yang murah karena untuk memperoleh bahan bakunya sangat mudah. Dengan
pengembangan sistem pembangkit energi bimassa ini maka jumlah sampah dapat
diminimalisasikan sehingga pengaruh GRK terhadap suhu permukaan bumi dapat
dikurangi. Selain itu Biomassa dapat mengurangi jumlah sampah yang dapat mencemarkan
lingkungan sekitar, mempunyai sumber yang selalu baru (merupakan jenis energi
terbarukan), sumber energi mempunyai jumlah cadangan sangat besar, teknologi
pengolahannya tidak terlalu rumit.
11
Lampiran – lampiran
12
Gambar 13. Data Laporan Operasi Harian PLTS dalam 4 hari
di Pembangkit Listrik Biomassa Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo (hari ke-2)
13
Gambar 16. Transformator yang digunakan di Pembangkit Listrik Biomassa
Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo
Gambar 17. Mesin Pengolah Tongkol Jagung yang digunakan di Pembangkit Listrik
Biomassa Daerah Pulubala, Kab.Gorontalo
14
Gambar 18. Data Transformator yang digunakan di Pembangkit Listrik Biomassa
Daerah Pulubala, Kab. Gorontalo
15
Daftar Pustaka
Aziza, R. N., Indah Susanti, M. N., Abdurrasyid, A., & Siswipraptini, P. C. (2018).
Perancangan Animasi Pembangkit Listrik Biomassa dan Sampah Sebagai Bagian dari
Listrik Kerakyatan untuk Media Pembelajaran. Jurnal Ilmiah FIFO, 10(1), 1.
https://doi.org/10.22441/fifo.v10i1.2935
Muliadi, D. (2019). Analisis Perbandingan Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Dengan Metode Direct Combustion Dan Gasification Studi Kasus Ptpn Kebun Sei Daun.
Usu, 7–37.
Nazruddin, dkk. (2014). Analisa Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Sawit (PLTBS) PT. Perkebunan Nusantara I Aceh. Jurutera, 1, 17–23. Retrieved from
www.teknik.unsam.ac.id
Parinduri, L., & Parinduri, T. (2020). Konversi Biomassa Sebagai Sumber Energi
Terbarukan. JET (Journal of Electrical Technology), 5(2), 88–92.
Pemayun, A. A. G. M. (2017). Karya Ilmiah Pembangkit Tenaga biomassa.
PLN. (2021). Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021-
2030. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030, 2019–2028.
Praditya Tampubolon, A. C. A. (2019). Laporan Status Energi Bersih Indonesia. Iesr, 1–23.
Retrieved from www.iesr.or.id
Susila. (2005). Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa. 1–6.
UDAYANA, C., & Kumara, S. (2020). Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Berbahan Limbah Bambu di Bangli. 1–5.
Untuk, M. S. (n.d.). Pt pln enjiniring. (123).
16