ENERGI TERBARUKAN
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Skala Rumah Sederhana di Pedesaan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah energi terbarukan
Disusun oleh :
Muhamad Iqbal Ghifari
41319310014
i
BAB I
PENGENALAN PLTS
1.1 Energi Terbarukan
Energi terbarukan adalah sumber-sumber energi yang bisa habis secara
alamiah. Energi terbarukan berasal dari elemen-elemen alam yang tersedia di bumi
dalam jumlah besar, misal: matahari, angin, sungai, tumbuhan dsb. Energi terbarukan
merupakan sumber energi paling bersih yang tersedia di planet ini. Ada beragam
jenis energi terbarukan, namun tidak semuanya bisa digunakan di daerah-daerah
terpencil dan perdesaan. Tenaga Surya, Tenaga Angin, Biomassa dan Tenaga Air
adalah teknologi yang paling sesuai untuk menyediakan energi di daerah-daerah
terpencil dan perdesaan. Energi terbarukan lainnya termasuk Panas Bumi dan Energi
Pasang Surut adalah teknologi yang tidak bisa dilakukan di semua tempat.
Indonesia memiliki sumber panas bumi yang melimpah; yakni sekitar 40%
dari sumber total dunia. Akan tetapi sumber-sumber ini berada di tempat-tempat
yang spesifik dan tidak tersebar luas. Teknologi energi terbarukan lainnya adalah
tenaga ombak, yang masih dalam tahap pengembangan. Berbagai energi terbarukan
Matahari terletak berjuta-juta kilometer dari Bumi (149 juta kilometer) akan tetapi
menghasilkan jumlah energi yang luar biasa banyaknya. Energi yang dipancarkan
oleh matahari yang mencapai Bumi setiap menit akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi seluruh penduduk manusia di planet kita selama satu tahun, jika
bisa ditangkap dengan benar.
Setiap hari, kita menggunakan tenaga surya, misal untuk mengeringkan
pakaian atau mengeringkan hasil panen. Tenaga surya bisa dimanfaatkan dengan
cara-cara lain: Sel Surya (yang disebut dengan sel Energi Solar ‘fotovoltaik’ yang
mengkonversi cahaya matahari menjadi listrik secara langsung.
Pada waktu memanfaatkan energi matahari untuk memanaskan air, panas
matahari langsung dipakai untuk memanaskan air yang dipompakan melalui pipa
pada panel yang dilapisi cat hitam. Pada saat angin bertiup, angin disertai dengan
energi kinetik (gerakan) yang bisa melakukan suatu pekerjaan.Contoh, perahu layar
memanfaatkan tenaga angin untuk mendorongnya bergerak di air. Tenaga angin juga
bisa dimanfaatkan menggunakan baling-baling yang dipasang di puncak menara,
yang disebut dengan turbin angin yang akan menghasilkan energi mekanik atau
listrik.
Biomassa merupakan salah satu sumber energi yang telah digunakan orang
sejak dari jaman dahulu kala: orang telah membakar kayu untuk memasak makanan
selama ribuan tahun. Biomassa adalah semua benda organik (misal: kayu, tanaman
pangan, limbah hewan & manusia) dan bisa digunakan sebagai sumber energi untuk
memasak, memanaskan dan
pembangkit listrik. Sumber energi ini bersifat terbarukan karena pohon dan
tanaman pangan akan selalu tumbuh dan akan selalu ada limbah tanaman.
1
1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik.
Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan photovoltaic dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi
surya. Photovoltaic mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa
atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi
matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.
Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power) CSP
menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi
matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu
digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang
memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola, lensa
reflektorFresnel, dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan.
Fluida kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator (turbin
uap konvensional hingga mesin Stirling) atau menjadi media penyimpan panas.
1.3 Potensi Energi Matahari di Indonesia
Indonesia sebagai negara tropis yang berada di sepanjang katulistiwa
dikaruniai sumberdaya energi matahari yang besar sepanjang tahun. Berdasarkan
data yang dihimpun oleh BPPT dan BMG diketahui bahwa intensitas radiasi
matahari di Indonesia berkisar antara 2.5 hingga 5.7 kWh/m2. Beberapa wilayah
Indonesia, seperti: Lampung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Papua, Bali, NTB, dan
NTT mempunyai intensitas radiasi diatas 5 kWh/m2. Sedangkan di Jawa Barat,
khusunya di Bogor dan Bandung mempunyai intensitas radiasi sekitar 2 kWh/m2 dan
untuk wilayah Indonesia lainnya besarnya rata-rata intensitas radiasi adalah sekitar 4
kWh/m2. Detail intensitas radiasi matahari di beberapa wilayah Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Radiasi Sinar Matahari di Indonesia (kWh/m2)
2
1.4 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Sel surya adalah suatu komponen elektronika yang dapat mengubah energi
surya menjadi energi listrik dalam bentuk arus searah (DC). Panel surya (fotovoltaic)
adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel, untuk
meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga cukup untuk pemakaian
sistem catu daya beban. Untuk mendapatkan keluaran energi listrik yang maksimum
maka permukaan panel surya harus selalu mengarah ke matahari. Di Indonesia,
energi listrik yang optimum akan didapat apabila modul surya diarahkan dengan
sudut kemiringan sebesar lintang lokasi PLTS tersebut berada
Tabel 2. Posisi Kemiringan Instalasi Panel Surya
3
menjadi bentuk silikon monocrystalline , dll. Pada umumnya Solar cell
dikonfigurasi sebagai sambungan a large-area p-n daerah yang terbuat dari
silikon.
Besaran arus listrik yang dapat dikonversi dari energi matahari menjadi arus
listrik diukur dalam satuan wattpeak (WP), artinya kalau modul surya berukuran
100 WP, maka dalam satu jam akan mengeluarkan arus sebesar 100 watt.
Apabila arus yang dibutuhkan lebih besar dari keluaran modul surya, maka
modul surya dipasang beberapa unit membentuk suatu array.
2) Solar Charge Controller
Solar Charge Controller adalah suatu alat kontrol yang berfungsi untuk mengatur
tegangan dan arus yang dikeluarkan dari modul surya, malakukan proses
pengisian battery, mencegah battery dari pengisian yang berlebihan, juga
mengendalikan proses discharge. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
charge controller ini adalah besarnya tegangan dan daya yang dikeluarkan modul
surya dan yang dapat diterima battery. Satuan untuk tegangan adalah Volt,
sedangkan kuat arus dalam ampere, misalnya 12volt/10A.
3) Battery
Batteray adalah komponen PLTS Battery yang berfungsi untuk menyimpan
sementara energi listrik yang dihasilkan modul surya atau disebut juga dengan
panel surya, batteray pada PLTS mengalami proses siklus mengisi dan
mengosongkan, tergantung dari ada tidaknya sinar matahari. Selama ada sinar
matahari, panel surya akan menghasilkan listrik. Apabila energi listrik yang
dihasilkan tersebut melebihi kebutuhan bebannya, maka energi listrik tersebut
akan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Sebaliknya, selama matahari
tidak ada maka permintaan energi listrik akan disuplai oleh baterai. Proses
pengisian ini disebut satu siklus baterai.
Kapasitas baterai umumnya dinyatakan dalam Ampere Hour (Ah). Nilai Ampere
Hour pada baterai ini yaitu menunjukan nilai arus yang dapat dilepaskan,
dikalikan dengan nilai waktu untuk pelepasan terbut. Berdasarkan hal tersebut
maka secara teoritis, baterai 12v, 200 Ah dapat memberikan baik 200 A selama
sattuu jam, 50 A selama 4 jam, 4 A untuk 50 jam , atau 1A untuk 200 jam.
Suatu ketentuan yang membatasi tingkat kedalaman pengosongan maksimum,
diberlakukan pada baterai. Tingkat kedalaman pengosongan baterai biasanya
dinyatakan dalam persentase. Misalnya, suatu baterai memiliki DOD 80%, yang
artinya bahwa hanya 80% dari energi yang tersedia dapat dipergunakan dan 20%
tetap berada dalam cadangan. Pengaturan DOD berperan dalam menjaga usia
pakai (Life Time) dari baterai tersebut. Semakin dalam DOD pada suatu Baterai,
maka semakin pendek juga pula siklus hidup baterai tersebut.
4) Inverter
Inverter adalah peralatan Listrik atau elektronika yang berfungsi untuk
mengubah arus DC dari panel surya atau baterai menjadi arus AC. Pemilhan
inverter yang tepat untuk aplikasi tertentu, tergantung pada kebutuhan beban.
Efisiensi inverter pada saat pengoperasian adalah sebesar 90%.
4
1.6 Listrik Pedesaan
Pembangunan listrik pedesaan merupakan penugasan pemerintah untuk
memberikan listrik kepada masyarakat pedesaan. Kebijakan yang diambil oleh
Direktorat Jendral Ketenagalistrikan (DJK) dan PLN dalam pembangunan listrik
desa adalah untuk memenuhi rasio elektrifikasi 80% dan desa berlistrik 98,9% di
tahun 2014. Pembangunan ini sesuai dengan RPJM Departemen ESDM 2010-2014,
yaitu melistriki desa baru maupun lama yang sebagian dari dusun tersebut belum
berlistrik, daerah terpencil dan daerah perbatasan, serta dimungkinkan untuk
pengadaan hybrid PLTS dan hybrid PLTB yang sistemnya terhubung dengan grid
PLN. Secara umum tujuan dari pelistrikan daerah pedesaan, merupakan usaha dalam
memberikan listrik kepada desa-desa, terutama untuk negara berkembang. Meliputi :
1) Penggunaan listrik untuk tujuan produktif (ekonomi)
Fokus pelistrikan desa pada umumnya diletakan pada usaha-usaha untuk
membangkitkan atau meningkatkan kegiatan-kegiatan produktif masyarakat.
Penggunaan listrik bisa untuk melakukan kegiatan seperti pompa irigasi, industri
pedesaan, bengkel kecil, peralatan pertanian, fasilitas pendingan, dll.
2) Manfaat sosial
Program misi sosial dimaksudkan untuk membantu kelompok masyarakat tidak
mampu, menjaga kelangsungan dalam upaya perluasan akses pelayanan listrik
pada wilayah yang belum terjangkau listrik, dan mendorong pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejateraan rakyat pedesaan.
1.7 Solar Home System
Sistem PLTS yang cukup besar penerapannya di Indonesia adalah sebagai
sistem penerangan rumah secara individual (Solar Home System) dan disingkat SHS.
SHS adalah salah satu aplikasi sistem PLTS untuk pelistrikan desa sebagai sistem
penerangan rumah secara individual atau desentralisasi dengan daya terpasang relatif
kecil yaitu sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya sebesar 50 Wp per rumah tangga
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penerangan, informasi (TV dan Radio) dan
komunikasi (Radio komunikasi). Pemilihan sistem ini dalam penerapannya di
pedesaan didasarkan atas kajian pertimbangan faktor-faktor berikut:
1. Pola pemukiman antara rumah di desa cukup menyebar
2. Sulit untuk mendapatkan transportasi darat atau laut
3. Belum memerlukan integrasi dengan pembangkit lain.
4. Modular, dan mudah dikembangkan
5. Kapasitas kecil sehingga mudah untuk di instalasi
6. Harga terjangkau
7. Radiasi matahari sebagai sumber energi mencukupi
8. Tidak tergantung terhadap BBM
5
1.8 Perancangan PLTS
Langkah-langkah perancangan sistem PLTS adalah sebagai berikut:
1. Mencari total beban pemakaian per hari. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Beban Pemakaian (Wh) = Daya x Lama Pemakaian ……………………………..
(1)
2. Menentukan ukuran kapasitas panel surya yang sesuai dengan beban pemakaian.
Kapasitas Modul Surya = Total Beban Pemakaian Harian / Insolasi Surya Harian
(2)
3. Menentukan kapasitas baterai/aki. Rumus yang digunakan adalah:
Kapasitas Baterai (Ah) = Total Kebutuhan Energi Harian / Tegangan Sistem ….. (3)
BAB II
6
MEKANISME KERJA
2.1 Disgram Blok Sistem PLTS
BAB III
PERANCANGAN PLTS
3.1 Perancangan PLTS untuk Rumah Sederhana Pedesaan
Energi surya berupa radiasi elektromagnetik yang dipancarkan ke bumi
7
berupa cahaya matahari yang terdiri atas foton atau partikel energi surya yang
dikonversikan menjadi energi listrik. Energi surya yang sampai pada permukaan
bumi disebut sebagai radiasi surya global yang diukur dengan kepadatan daya pada
permukaan daerah penerima. Rata-rata nilai dari radiasi surya atmosfir bumi adalah
1.353 W/m yang dinyatakan sebagai konstanta surya. Intensitas radiasi surya
dipengaruhi oleh waktu siklus perputaran bumi, kondisi cuaca meliputi kualitas dan
kuantitas awan, pergantian musim dan posisi garis lintang. Intensitas radiasi sinar
matahari di Indonesia berlangsung 4 - 5 jam per hari.
Pada perancangan PLTS ini diasumsikan bahwa penggunaan listrik tiap
rumah sederhana warga adalah untuk penerangan rumah, TV dan catu daya. Rata –
rata rumah warga berukuran 36 meter dengan tembok batu bata, atap genteng
(sebagai tempat sel surya menempel). Penggunaan lampu untuk penerangan dalam
rumah rata- rata 4 jam/ hari sedangkan penerangan luar rumah rata-rata 10 jam/ hari.
TV yang dimiliki rata-rata menyala selama 3 jam/ hari dan catu daya yang digunakan
1 jam/ hari. Dari uraian tersebut dapat diketahui jumlah pemakaian dayanya sehingga
dapat ditentukan perkiraan jumlah panel surya yang dibutuhkan dan jumlah baterai
yang diperlukan.
Tabel 3. Jenis Peralatan yang Digunakan
8
No Jenis Barang Spesifikasi Harga/pcs Banyaknya Satuan Jumlah
1 Panel Surya 50 Wp 1500000 4 Unit 6000000
12 V
2 Baterai 1700000 4 Unit 6800000
100Ah
3 Controller 10A 12V 500000 1 Unit 500000
100W
4 Inverter 230000 1 Unit 230000
12VDC
5 Wiring 70000 1 Set 70000
Biaya 1 Tahun 13600000
Biaya/Bulan 1140000
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa total daya yang diperlukan
sebesar 925 Watt, dengan panel surya berjumlah 4 buah (masing-masing 50 Wp) dan
kebutuhan baterai sebanyak 4 buah ( 12 Volt 100 Ah). Dari perancangan yang telah
dilakukan maka besar biaya yang diinvestasikan dapat dihitung sesuai Tabel 3.
Sehingga nilai investasi pertahun sebesar Rp. 13.600.000 dengan perhitungan per
bulan Rp. 1.140.000 .
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa biaya teknologi PLTS terhitung mudah dan
efisien, walaupun membutuhkan investasi awal yang tinggi, Investasi awal yang
dibutuhkan sebesar Rp. 13.600.000 dengan biaya per bulan sebesar Rp. 1.133.333.
9
Diwilayah pedesaan dan pulau-pulau terpencil, PLTS merupakan system catu daya
listrik yang paling ekonomis dibandingkan pembangkit listrik lainnya. Keunggulan
ekonomi PLTS disebabkan oleh tidak dibutuhkannnya suplai bahan bakar dan
jaringan distribusi listrik. Semakin terpencil sebuah wilayah, biaya suplai bahan
bakar dan pembangunan jaringan distribusi listrik akan semakin mahal. Namun
apabila dihitung untuk pemakaian jangka panjang maka teknologi PLTS merupakan
teknologi yang lebih murah dibandingkan dengan pemakaian generator. Di bawah ini
perincian biaya investasi dan biaya perawatan mengggunakan generator berukuran
kecil (20 kVa). Penggunaan PLTS jangka waktu 20 tahun sebesar Rp. 21.400.000
sedangkan penggunaan generator sebesar Rp. 29.830.000.
Tabel 6. Biaya Penggunaan Generator
10