Anda di halaman 1dari 64

STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI GENERATOR

TERHADAP OUTPUT TEGANGAN DI PLTA IR. H. DJUANDA


UNIT 1 DAN 4

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan di semester lima dan syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma Tiga Program Studi Teknik Listrik di Jurusan Teknik Elektro

Oleh:

AKBAR HADAMEAN HARAHAP

NIM: 171321036

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


BANDUNG
2019
STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI GENERATOR
TERHADAP OUTPUT TEGANGAN DI PLTA IR. H. DJUANDA
UNIT 1 DAN 4

Oleh:

AKBAR HADAMEAN HARAHAP

NIM: 171321036

i
PERNYATAAN PENULIS

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul studi
pengaruh arus eksitasi generator terhadap output tegangan di plta ir. h. djuanda
unit 1 dan 4 laporan yang bebas dari unsur tindakan plagiarisme, dan sesuai dengan
ketentuan tata tulis yang berlaku.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya unsur plagiarisme, maka hasil


penilaian dari Praktik Kerja Lapangan ini dicabut dan bersedia menerima sanksi
sesuai dengen ketentuan yang berlaku.

Demikian penyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dalam keadaan sadar


sepenuhnya.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhannallah wata’ala


yang senantiasa melimpahkan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis selama
penulisan laporan ini. Shalawat serta salam selalu panjatkan kepada pemimpin
yang penyampaikan kebenaran dan cahaya dunia yaitu baginda Nabi muhammad
shallahualaihi wasalam.

Praktik kerja lapangan diperlukan mahasiswa untuk mencari pengalaman


dalam bidang perindustrian , dan lebih khususnya untuk mengaplikasikan ilmu
yang telah didapat saat melaksanakan perkuliahan.

Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan selama 31


hari ( 1 - 31 Agustus 2019) di Unit PLTA Perusahaan Umum Jasa Tirta II dan
berjudul “Studi Pengaruh Arus Eksitasi Generator Sinkron Yang Bekerja Paralel
Terhadap Pembebanan Pada Plta Ir. H. Djuanda Unit 1 , 3 Dan 4”, merupakan
salah satu syarat kelulusan mata kuliah Kerja Praktek di jurusan Teknik Elektro.

Penulis merasa terbantu selama pelaksanaan praktik kerja lapangan dalam


pencarian referensi secara daring karena Unit PLTA Perusahaan Umum Jasa Tirta
menyediakan koneksi internet secara bebas , tetapi penulis kesulitan mencari
sumber data karena keterbatasan alat ukur yang tersedia.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih


serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak R. Wahyu Trihartono, DU. Tech., S.ST.,M.T. selaku Ketua Jurusan


Elektro Politeknik Negeri Bandung.
2. Bapak Supriyanto, ST., MT. selaku Ketua Prodi Teknik Listrik Politeknik
Negeri Bandung.
3. Bapak Sudrajat, B.Eng., M.Eng.Sc. Sebagai Ketua Panitia Praktik kerja
lapangan 2019.
4. Bapak Bambang Priyandono, Drs., M.Pd., MT. selaku pembimbing yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dalam melaksanakan praktik kerja

iii
lapangan serta memberi masukan kepada penulis selama penulisan laporan
ini.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung penulis selama melaksanakan
kuliah dan khususnya praktik kerja lapangan.
6. Bapak Lili Hambali, A.md selaku Asisten Manajer pemeliharaan kelistrikan
Unit PLTA Perum Jasa Tirta II dan pembimbing ketika melaksanakan praktik
kerja lapangan di Unit PLTA Perum Jasa Tirta II.
7. Bapak Pupung Purwanto, A.md selaku supervisor dan pembimbing lapangan
ketika melaksanakan praktik kerja lapangan di Unit PLTA Perum Jasa Tirta
II.
8. Untuk sahabat seperjuangan yang tidak bisa disebut namanya.
9. Rekan-rekan kerja praktik dari jurusan lain dan universitas lain .
10. Serta orang-orang lain yang tidak dapat disebut namanya satu-persatu.

Semoga amal baik yang telah diberikannya mendapatkan imbalan yang


setimpal dari Allah subahannallahu wata’ala.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun bahasannya. Semoga laporan praktik kerja
lapangan ini dapat mendatangkan manfaat khususnya untuk penulis sendiri dan
umumnya untuk pembaca.

Bandung, 23 agustus 2019

AKBAR HADAMEAN HARAHAP


NIM:171321036

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... i


PERNYATAAN PENULIS ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR RUMUS .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


I.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
I.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
I.3 Ruang Lingkup ................................................................................................... 3
I.4 Batasan masalah ................................................................................................ 3
I.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3

BAB II Gambaran Umum Perum Jasa Tirta II .................................................. 4


II.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................................... 4
II.2 Visi dan Misi Perusahaan .................................................................................. 5
II.3 Tujuan Perusahaan............................................................................................. 5
II.4 Wilayah Kerja Perusahaan ................................................................................ 6
II.5 Struktur Organigram Perusahaan ...................................................................... 7

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN .......................... 9


III.1 Diagram Alir .................................................................................................... 9
III.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air ................................................ 11
III.3 Turbin ............................................................................................................. 14
III.4 Generator Sinkron .......................................................................................... 16

v
III.5 Sistem Eksitasi ............................................................................................... 23
III.6 Jenis Beban..................................................................................................... 27
III.7 Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda ............................................................ 30
III.8 Pengaruh Arus Eksitasi Generator Terhadap Output Generator .................... 40
Kesimpulan ............................................................................................................ 47
Saran ..................................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

LAMPIRAN .......................................................................................................... 50

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Dokumentasi PKL

Lampiran B Lembar Surat Balasan Perusahaan

Lampiran C Lembar Penilaian Perusahaan

Lampiran D Lembar Absensi dan Kegiatan Lapangan

Lampiran E Surat Keterangan Telah Melaksanakan Praktik Kerja


Lapangan

Lampiran F Single Line Diagram Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda

Lampiran G Data Produksi Harian PLTA Ir. H. Djuanda 22 Agustus


2019 s.d 23 Agustus 2019

Lampiran H Resume Seminar PKL

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Wilayah Kerja PJT II 6

Gambar II.2 Struktur Organisasi PJT II 7

Gambar II.3 Struktur Organisasi Divisi Seksi Pemeliharaan 8


Kelistrikan
Gambar III.1 Diagram Alir 9

Gambar III.2 Power House PLTA Ir. H. Djuanda 12

Gambar III.3 Gambar Teknik Turbin 13

Gambar III.4 Gardu Swicthyard 14

Gambar III.5 Area Kerja Turbin 15

Gambar III.6 Konstruksi Generator Sinkron 17

Gambar III.7 Inti Stator 18

Gambar III.8 Slipring 19

Gambar III.9 Rotor Kutub Sepatu 20

Gambar III.10 Rotor Kutub Celah Udara Sama Rata 21

Gambar III.11 Sistem Eksitasi Statis 24

Gambar III.12 Sistem Eksitasi Dinamik 25

Gambar III.13 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat 26

Gambar III.14 Bentuk Gelombang Beban Resistif 27

Gambar III.15 Bentuk Gelombang Beban Induktif 29

Gambar III.16 Bentuk Gelombang Beban Kapasitif 30

viii
Gambar III.17 Single Line Diagram Sistem Eksitasi 31

Gambar III.18 Modul Thyristor 34

Gambar III.19 Pulse Generator 34

Gambar III.20 Pulse Amplifier Module 35

Gambar III.21 AVR 36

Gambar III.22 Kondisi Pembagian Daya Reaktif Sama 41

Gambar III.23 Kondisi Pembagian Daya Reaktif Tidak Sama 41

ix
DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Spesifikasi Generator 32

Tabel III.2 Spesifikasi Main Eksiter 33

Tabel III.3 Data Produksi Harian Generator Unit Satu 43

Tabel III.4 Data Produksi Harian Generator Unit Empat 44

x
DAFTAR ISTILAH

Armatur : Komponen penghasil daya 18

Control building : Bangunan pusat pengendali swicthyard 32

Demagnetizing : Pembuangan atau pengurangan sifat magnet 28

Energize : Telah diberikan energi listrik 21

Eksitasi : Penambahan sejumlah energi diksrit ke sistem 1

Eksiter : Unit yang memberikan penambahan energi ke 17


sistem
Field Flashing : Proses pemberian energi awal terhadap 36
eksitasi generator
Fluks magnetik : Ukuran atau jumlah medan magnet B yang 1
melewati konduktor tertentu
Fluktuasi : Suatu tidak tetapnya nilai benda 2

Induktif : Beban listrik yang memiliki sifat induksi 28

Induksi : Fenomena suatu benda yang awalnya tidak 1


memiliki muatan listrik menjadi bermuatan
listrik akibat adanya pengaruh gaya listrik
atau bermuatan lainnya yang didekatkan
padanya
Infinite bus : Suatu jaringan listrik yang besar 23

Kapasitif : Beban listrik yang memiliki sifat menyimpan 29


energi
Kumparan : Penampang tempat mengalirnya arus listrik 1
pada setiap lilitan kawat
Laminasi : Lapisan bahan tipis dengan lempeng kedua 19
sisinya
Lagging : Tertinggalnya gelombang tegangan terhadap 30
gelombang arus
Leading : Mendahuluinya gelombang tegangan terhadap 30
gelombang arus
Power intake : Pintu air masuk bendungan 12

Rotating diode : Dioda yang diletakkan pada benda yang 38


berputar serta berfungsi sebagai penyearah

xi
Rotor : Komponen yang bergerak memutar 1

Rectifier : Komponen yang berguna untuk 25


menyearahkan gelombang
Resistif : Sifat beban listrik tahanan murni 28

Stator : Komponen yang diam 1

Sinusoidal : Gelombang osilasi yang berulang 29

Switching : Perpindahan dari satu rangkaian ke rangkain 36


lain
Swicthyard : Area luas tempat komponen utama gardu 14
induk
Tail race : Saluran pembuangan akhir air 13

xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Pemakaian
SINGKATAN Nama pertama kali
pada halaman
𝜙 Fluksi 22

AVR Automatic Voltage Regulator 1

ASEAN Association Southeast Asia Nations 6

DKI Daerah Khusus Ibukota 6

GGL Gaya gerak listrik 19

ha Hektarare 6

kW Kilowatt 11

MW Megawatt 6

MVA Megavoltampere 32

PJT Perum Jasa Tirta 8

PLN Perusahaan Listrik Negara 5

PLTA Pembangkit Tenaga Listrik Air 1

PAM Pulse Amplifier Module 39

PWM Pulse Width Modulation 35

SUTT Saluran udara tegangan tinggi 14

VAR Voltamperereactive 38

xiii
DAFTAR RUMUS

Perhitungan daya listrik PLTA 11

Perhitungan frekuensi 22

Perhitungan tegangan induksi 22

Perhitungan tegangan terminal jika diketahui reaktansi jangkar dan 22


reaktansi bocor belitan
Perhitungan tegangan terminal jika diketahui reaktansi sinkron 22

Perhitungan beban daya generator total 41

Perhitungan beban daya reaktif generator total 41

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Listrik merupakan kebutuhan energi utama yang dibutuhkan untuk memenuhi


kebutuhan hidup manusia dimasa sekarang untuk perkembangan ekonomi , ilmu
pengetahuan dan kesejahteraan manusia , dengan berkembangnya teknologi maka
kebutuhan akan energi listrik sangat tinggi. Dengan tingginya akan kebutuhan
energi listik maka ketersediaan energi listrik harus ditingkatkan. Dalam sistem
operasi tenaga listrik keandalan sistem sangat penting agar proses pembangkitan
energi listrik dapat optimal.

Salah satu komponen utama dalam sistem tenaga listrik adalah generator.
Generator berfungsi untuk membangkitkan energi listrik, dimana pembangkitan
listrik berawal dari energi mekanik lalu dikonversikan ke energi listrik dari proses
induksi. Dalam operasinya generator membangkitkan energi listrik sesuai
kebutuhan dari masyarakat.

Didalam Generator terdapat satu bagian penting yaitu sistem eksitasi, dimana
berperan besar dalam proses pembangkitan energi listrik. Proses pembangkitan
membutuhkan medan magnet pada kumparan medan di rotor , proses eksitasi
yang menghasilkan medan tersebut , sehingga ketika rotor dikopel penggerak
utama , maka akan timbul medan putar yang akan menginduksi kumparan pada
stator , menyebabkan timbulnya fluks magnetik . Gaya gerak listrik induksi
timbul akibat adanya fluks magnetik yang melingkupi kumparan stator

Pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Ir. H. Djuanda, sistem eksitasi dapat
diatur menggunakan sebuah Automatic Voltage Regulation (AVR). AVR
berfungsi mengatur besarnya gaya gerak listrik induksi generator sesuai dengan
pembebanan yang dibutuhkan dengan cara mengatur besarnya arus eksitasi yang
diinjeksikan ke kumparan medan pada rotor.

Pembebanan sistem interkoneksi selalu berubah-ubah setiap saat, sehingga


unit-unit generator pada masing-masing pembangkit yang berkontribusi pada

1
sistem interkoneksi harus selalu siap menghadapi berbagai kondisi sistem
(Weedy;Cory ,1988:77). Fluktuasi beban menyebabkan perubahan keluaran
tegangan yang dihasilkan generator. Pembangkit listrik tenaga air, pada fluktuasi
pembebanan dapat diatasi dengan mengatur bukaan katup air dan besaran arus
eksitasi yang diinjeksikan pada rotor generator oleh AVR sehingga dihasilkan
energi listrik sesuai dengan pembebanan yang dibutuhkan.Perubahan keluaran
tegangan yang dihasilkan generator dapat menimbulkan bermacam-macam efek
pada generator. Stabilitas generator dapat mempengaruhi stabilitas sistem tenaga
listrik secara umum.

Oleh karena itu pentingnya peran suatu sistem eksitasi pada pembangkit tenaga
listrik , maka pada laporan praktik kerja lapangan , penulis akan membahas
tentang “STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI GENERATOR
TERHADAP OUTPUT TEGANGAN DI PLTA IR. H. DJUANDA UNIT 1
DAN 4 “

I.2Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapangan ini selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah praktik kerja lapangan dan seminar adalah sebagai berikut:

1.Mendapatkan pengalam kerja nyata sebelum memasuki dunia kerja industri

2.Mempelajari pengaruh arus eksitasi terhadap output generator.

3.Membandingkan syarat paralel generator dan sinkronisasi di lapangan dengan


IEC 60034.

I.3 Ruang Lingkup

1. Pelaksanaan praktik kerja lapangan berada pada Unit Usaha PLTA Ir. H.
Djuanda Perum Jasa Tirta II.

2
2. Batasan pekerjaan dalam pelaksaan praktik kerja lapangan adalah
pemeliharaan dalam bidang kelistrikan.

I.4 Batasan Masalah

Laporan praktik kerja lapangan ini membahas fungsi sistem eksitasi, jenis sistem
eksitasi , cara kerja sistem eksitasi , pengaruh arus eksitasi terhadap pembebanan
generator sinkron yang bekerja parallel dan membandingkan pengoperasian
generator dengan standar yang ada.

I.5 Sistematika Penulisan

Supaya laporan kerja praktik ini bisa lebih informatif dan memberikan manfaat
kepada semua belah pihak, maka dari itu penulis menyusun sistematika penulisan
yang berisi penjelasan mengenai isi dari tiap babnya. Adapun sistematika
laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah pengambilan judul
laporan praktik kerja lapangan, tujuan , batasan masalah, dan sistematika
penulisan laporan yang digunakan dalam pembuatan laporan.

BAB II DESKRIPSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Dalam bab ini berisikan tentang tinjauan umum instansi yang menjelaskan
mengenai sejarah, visi misi, struktur organisasi, uraian tugas dan bidang usaha
dari Perum Jasa Tirta II.

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Dalam bab ini membahas mengenai sistem ketenaga listrikan, sistem pembangkit
listrik tenaga air, jenis sistem eksitasi, prinsip kerja sistem eksitasi PLTA Ir. H.
Djuanda dan kesimpulan serta saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUM JASA TIRTA II

II.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Awalnya bendungan Jatiluhur berdiri berdasarkan tulisan dari Prof. Dr. Ir. Willem
Joban van Blommenstein tahun 1948 berjudul “Een Federal Welvaartsplan voor
het westelijk gedeelte van Java” yang artinya rencana kesejahteraan federal untuk
jawa bagian barat bermaksud untuk memadukan potensi sumber daya air mulai
dari sungai Ciujung di Provinsi Banten sampai ke Kali Rambut di Pekalongan,
Provinsi Jawa Tengah. Kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Schravendijk dan Ir.
Abdoelah Angudi. Perencaan pembangunan dan pengawasan oleh Coyne et
Bellier serta pelaksaan dilakukan oleh Compagnie Francaise d’Enterprise, paris -
Prancis. Diawali peletakan batu pertama oleh Presiden Soekarno dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967 yang menelan waktu selama 10
tahun dari 1957 sampai 1967.

Perum Jasa Tirta II (PJT II) pada awalnya didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 1967 dengan nama Perusahaan Negara (PN)
Djatiluhur, lalu mengalami beberapa kali perubahan. Berdasarkan PP Nomor 20
Tahun 1970 juncto PP Nomor 35 tahun 1980 Perusahaan Negara Djatiluhur
berubah status menjadi Perusahaan Otorita Jatiluhur (POJ). Dengan adanya
perluasan kewenangan, tugas dan lapangan usaha, maka Perum Otorita Jatiluhur
diubah menjadi Perum Jasa Tirta II Berdasarkan PP nomor 7 tahun 2010

PJT II melakukan usaha penyediaan air baku dan listrik bagi kebermanfaatan
khalayak luas serta mendapat keuntungan dari hal tersebut. Prinsip perusahaan ini
bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan
nasional dan keuntungan bagi negara. Air baku yang ditawarkan dapat digunakan
untuk diolah menjadi air minum, pengairan pertanian dan industri. Listrik yang
dibangkitkan disalurkan melalui PT. PLN, perumahan sekitar pembangkit dan
perusahaan tertentu dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

4
II.2 Visi dan Misi Perusahaan

II.2.1 Visi

Pemantapan bisnis perusahaan sebagai perusahaan terkemuka di ASEAN di


bidang pengelolaan sumber daya air dan semua turunannya untuk kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat indonesia.

II.2.2 Misi

Pengoptimalan pengusahaan sumber daya air dengan cara yang efisien, efektif,
inovatif dan berkelanjutan dengan tujuan menjaga kelestarian dan pengelolaan
sumber daya air dan turunannya.

Menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai daya kreativitas dan inovatif
serta berdaya saing tinggi dalam pengelolaan sumber daya air dan turunannya.

Penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan terutama dalam


pengembangan energi baru terbarukan.

II.3 Tujuan Perusahaan

Perum Jasa Tirta II memiliki beberapa tujuan yaitu :

1. Penyediaan air untuk irigasi seluas 242.000 ha.

2. Menyediakan air baku DKI.

3. Pembangkit listrik kapasitas 187,5 MW.

4. Pengendalian banjir di Karawang dan sekitarnya.

5. Perikanan darat.

6. Pengembangan wisata dan olahraga air.

5
II.4 Wilayah Kerja Perusahaan

Wilayah kerja PJT II mencakup 74 sungai dan anak sungai yang menjadi satu
kesatuan Hidrologis di Jawa Barat bagian utara. Cakupan wilayah kerja PJT II
berada diwilayah sungai Citarum dan sebagian besar sungai Ciliwung-Cisadane
yang mencakup seluas +12.000 km² yang dimana wilayah kerja PJT II berada di
Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Gambar II.1. Wilayah Kerja PJT II (PJT II, 2010)

6
II.5 Motto Perusahaan

Sejalan dengan motto “Air Untuk Menghidupi Negeri” maka nilai-nilai


perusahaan yang menjadi jiwa dan karakter seluruh insan PJT II sebagai pedoman
bersama guna meraih tujuan perusahaan yang terus berkembang dan memberikan
kesejahteraan kepada negeri adalah sebagai berikut :

1. Tangguh artinya berkemampuan tinggi dalam melaksanakan tugas

2. Inovatif artinya memiliki kreativitas dan inovasi dalam menjalankan tugas

3. Responsif artinya memberikan pelayanan yang cepat dan berkualitas untuk


kepuasan pelanggan

4. Transparan artinya bersikap jujur, terbuka, dan professional dalam


menjalankan tugas

5. Akuntabel artinya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas.

II.6 Stuktur Organigsasi Perusahaan


II.6.1 Struktur Organisasi Perum Jasa Tirta II

Gambar II.2. Struktur Organisasi PJT II

7
II.6.2 Struktur Organisasi Divisi Seksi Pemeliharaan Kelistrikan

Gambar II.3. Struktur Organisasi Seksi Pemeliharaan Kelistrikan

8
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

III.1 Diagram Alir

Mulai

Lapor kepada
pembimbing
lapangan

Briefing

Laporan
harian
operator

Perlunya Repair Tidak Maintenance

Iya

Pesiapan Repair

Monitoring secara
fisik dan kinerja
Repair

Tidak

Hasil repair
Hasil
monitoring

Normal

Ya

Corrective
Stop Ya Normal Tidak
Maintenance

Gambar III.1. Diagram Alir

9
Berikut ini merupakan penjelasan tentang metode pelaksanaan praktik kerja
lapangan secara menyeluruh sebagai berikut :

a. Lapor kepada pembimbing lapangan

Sebelum memulai kegiatan, diharapkan melapor kepada pembimbing laporan.

b. Briefing

Briefing untuk mengingatkan anggota regu untuk mematuhi rambu-rambu


keselamatan, pemeriksaan APD anggota regu dan menjelaskan kegiatan
pemeliharaan pada hari itu.

Unit Pemeliharaan Kelistrikan memiliki dua wilayah kerja yaitu maintenance


trafo, maintenance generator, maintenance penunjang umum.

 Maintenance Trafo, melakukan preventive maintenance dengan cara


berkala monitoring suhu minyak trafo dengan batas 900c toleransi sampai
dengan 1050c, serta melakukan breakdown test minyak trafo apakah
masih layak pakai atau tidak, jika tidak makan akan dilakukan treatment
melalui pemanasan ulang minyak trafo atau penggantian minyak trafo.

 Maintenance Generator, melakukan preventive maintenance dengan cara


monitoring suhu belitan stator, minyak pendingin bearing generator,
output generator, sinkronisasi generator, serta pembersihan panel
komando generator dan panel eksitasi untuk memberikan ruang udara
yang baik.

 Maintenance Penunjang Umum, melakukan monitoring penerangan yang


mulai redup maupun yang tidak bekerja, serta melakukan monitoring
panel penunjang umum.

c. Mendapatkan laporan harian operator power house

Laporan harian yang dibuat oleh operator berupa data produksi harian serta
catatan lingkungan kerja power house dari satu hari sebelumnya.

10
d. Perlunya repair

Untuk menentukan repair dapat dilihat dari catatan operator power house melalui
laporan harian. Jika tidak ada catatan perlu dilakukan repair, maka lakukan
maintenance. Jika terdapat catatan perlu dilakukan repair, maka lakukan
persiapan repair. Diskusi dengan Manager Operasi bila diperlukan.

e. Persiapan repair

Mempersiapkan repair dengan menyiapkan peralatan khusus repair, dan mencari


unit pengganti yang akan di repair. Melakukan briefing dalam rangka penjelasan
SOP yang akan dikerjakan.

f. Repair

Melakukan repair sesuai SOP, dan mengganti unit yang akan di repair.

g. Hasil repair

Mengamati hasil repair baik dari fisik maupun kinerja. Jika sudah normal, maka
lakukan penulisan laporan repair. Apabila belum normal lakukan persiapan repair
kembali.

h. Maintenance

Maintenance dilakukan apabila tidak ada catatan operator mengenai kerusakan


baik dari sistem pembangkit maupun kelistrikan sistem penunjang umum.

i. Monitoring fisik dan kinerja

Melakukan monitoring fisik dan kinerja secara menyeluruh serta teliti. Apabila
ditemukan kejanggalan dari hasil monitoring. Segera lakukan corrective
maintenance. Jika tidak ada kejanggalan, maka lakukan penulisan laporan
maintenance.

III.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit tenaga listrik


yang mengubah energi potensial air menjadi energi listrik. Memanfaatkan mesin
penggerak turbin air yang terlebih dulu mengkonversi energi potensial air

11
menjadi energi mekanik untuk kemudian dikonversikan lagi menjadi energi
listrik dengan memutar rotor generator.

Gambar III.2. Power House PLTA Ir. H Djuanda

Daya listrik yang dibangkitkan dapat dihitung menggunakan pendekatan rumus :

P = g x h x Q x Nt x Ng (III.1)

Dimana :

P = Daya yang dihasilkan turbin (kW)


g = Percepatan gravitasi bumi kg m/s2
h = Tinggi jatuh air (m)
Q = Debit air (m3/s)
Nt = Efesiensi turbin (%)
Ng = Efesiensi generator (%)

12
Gambar III.3. Gambar Teknik Turbin (PJT II, 2015)

Proses pembangkitan energi listrik pada PLTA IR. H. Djuanda terdiri dari

beberapa tahapan yaitu :

1. Aliran sungai dengan jumlah debit air sedimikian besar ditampung dalam
waduk yang ditunjang dalam bentuk bangunan bendungan.
2. Air tersebut dialirkan melalui saringan power intake.
3. Kemudian masuk ke dalam pipa pesat (penstock).
4. Untuk mengubah energi potensial menjadi energi kinetik. Pada ujung pipa
dipasang katup utama (main inlet valve).
5. Air disalurkan ke rumah siput (spiral case). Air yang telah mempunyai
tekanan dan kecepatan tinggi (energi kinetik) dirubah menjadi energy
mekanik dengan dialirkan melalui sirip – sirip pengarah (sudu tetap) akan
mendorong sudu jalan/runner yang terpasang pada turbin.
6. Gaya jatuh air yang mendorong baling – baling menyebabkan turbin berputar.
Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi
dorong angin untuk memutar baling – baling digantikan air untuk memutar

13
turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kinetik yang disebabkan gaya jatuh
air menjadi energi mekanik.
7. Generator dihubungkan dengan turbin melalui gigi – gigi putar sehingga
ketika baling – baling turbin berputar maka generator ikut berputar.
8. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari turbin menjadi energi
listrik, disebabkan proses oleh induksi magnet.
9. Air keluar melalui tail race
10. Tegangan ouput yang dihasilkan oleh generator , akan dinaikkan
menggunakan trafo step-up 6,3kv/150kv untuk efisiensi penyaluran energi
11. Lalu energi disalurkan menuju switch yard yang kemudian dibagi dan di
transmisikan menuju pusat beban dengan cara interkoneksi ke sistem tenaga
listrik melalui SUTT.

Gambar III.4. Gardu Switch yard (PJT II, 2015)

III.3 Turbin Air

Turbin air adalah turbin dimana air sebagai fluida kerjanya.

Berdasarkan beda tinggi, air mengalir melalui pipa pesat mengubah energi
potensial menjadi energi kinetik.

Energi kenetik diubah menjadi energi mekanik (putaran) di dalam turbin

14
Turbin-turbin hidraulik, berhubungan erat dengan generator, fungsi utamanya
adalah mengubah energi air menjadi tenaga listrik. Air mengalir melalui turbin,
memberi tenaga pada penggerak (runner) dari turbin dan membuatnya berputar.
Corong dari penggerak berhubungan langsung dengan generator, asalkan tenaga
mekanik yang penting tersalur pada generator. Jadi, turbin-turbin menempati
posisi kunci dalam bidang teknik hidroelectric (hidrolistrik) dan membentuk
suatu bagian besar dari seluruh pembangkitan.

Jenis Turbin Air:

1. Turbin impuls/aksi (Pelton)

2. Turbin reaksi (Francis, Kaplan, Propelers)

Jenis turbin disediakan untuk memilih turbin yang sesuai dengan penggunaan dan
karakteristik pembangkitan, seperti tinggi terjun air, daya yang dihasilkan, debit
air.

Pemilihan jenis turbin mengikuti karakteristik berikut ini,

Gambar III.5. Area Kerja Turbin (Dwi Asmono, 2010)

15
III.3.1 Turbin Impuls

Turbin reaksi merupakan turbin yang memanfaatkan energi potensial dan


kemudian menghasilkan energi kinetik. Sudu turbin reaksi mempunyai profil
khusus yang berguna untuk menurunkan tekanan air selama melalui sudu.
Perbedaan tekanan memberikan gaya gerak pada sudu, sehingga runner dapat
berputar. Runner turbin reaksi terendam dalam air seluruhnya dan berada dalam
rumah turbin. Turbin reaksi bekerja secara langsung menkonversi energi kinetik
juga energi tekanan secara bersamaan menjadi energi mekanik.

III.3.1.1 Turbin Francis

Turbin Francis merupakan jenis turbin tekanan lebih . Sudunya terdiri atas sudu
pengarah dan sudu jalan, yang keduanya terendam dalam air. Perubahan energi
terjadi seluruhnya dalam sudu pengarah dan sudu gerak, dengan mengalirkan air ke
dalam sebuah terusan atau dilewatkan ke dalam sebuah cincin yang berbentuk
spiral atau rumah keong.

III.3.1.2 Turbin Kaplan

Turbin Kaplan merupakan jenis turbin tinggi air jatuh yang rendah dan debit air
besar. Sudu jalannya dapat diatur sudutnya untuk menyesuaikan aliran debit air.
Sudu jalan pada kaplan dikopel dengan generator secara langsung disebabkan
kecepatan spesifik.

III.4 Generator Sinkron

Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah mesin
listrik yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (gerak) menjadi energi
listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan magnet. Konversi energi terjadi

16
karena adanya perubahan medan magnet pada kumparan jangkar (tempat
terbangkitnya tegangan pada generator).
Generator sinkron memiliki kumparan medan yang terletak pada rotor dan
kumparan jangkar terletak pada stator. Generator sinkron adalah generator
dimana putaran rotor sama dengan putaran medan magnet pada stator.Kecepatan
putar medan magnet pada stator yang sama dengan putaran rotor dengan
kutub-kutub magnet akan menghasilkan kecepatan sinkron.
Salah satu contoh aplikasi nyata Hukum Faraday adalah induksi elektromagnetik
yang terjadi dalam generator yang menyatakan: “Jika sebuah penghantar
memotong garis-garis gaya dari sebuah medan magnetik (fluks) yang konstan,
maka pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi”.

III.4.1 Konstruksi Generator Sinkron

Umumnya generator sinkron terdiri atas stator, rotor, dan celah udara. Stator
merupakan bagian dari generator sinkron yang diam, sedangkan rotor adalah
bagian yang berputar dimana diletakkan kumparan medan yang disuplai oleh arus
searah dari eksiter (penguat). Celah udara adalah ruang udara antara stator dan
rotor.

Gambar III.6. Konstruksi Generator Sinkron (M. Mustaghfirin Amin, 2014)

17
III.4.2 Stator

Stator adalah komponen generator yang berfungsi sebagai tempat untuk


menerima induksi magnet dari rotor. Arus bolak-balik (AC) yang menuju ke
beban sebelumnya disalurkan melalui armatur, komponen ini berbentuk sebuah
rangka silinder dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak. Armatur
merupakan komponen stator, karena armatur adalah komponen yang selalu diam
(tidak bergerak). Lilitan armatur generator dalam wye dan titik netral
dihubungkan ke tanah.

1. Rangka Stator

Rangka stator merupakan rumah kerangka yang menyangga inti jangkar


generator.

2. Inti Stator

Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik
khusus yang terpasang ke rangka stator.

Gambar III.7. Inti Stator (https://bagibagiilmuteknik.blogspot.com/2016/09/


konstruksi-generator-sinkron.html)

3. Alur (slot) dan gigi

Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada 3 (tiga)
bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup.

18
4. Kumparan Stator

Kumparan jangkar umumnya terbuat dari bahan tembaga. Kumparan ini


merupakan tempat timbulnya ggl induksi.

III.4.3 Rotor

Rotor adalah komponen generator yang berfungsi membangkitkan medan magnet


dimana akan menghasilkan ouput tegangan dan stator akan terinduksi oleh medan
magnet tersebut. Rotor terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitannya yang
dialiri arus searah ,melewati cincin geser dan sikat. Rotor terdiri dari tiga
komponen utama yaitu:

1. Slip ring

Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi dipisahkan
oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip ring ini
kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang
letaknya menempel pada slip ring.

Gambar III.8. Slipring (https://images.app.goo.gl/WeCVW76ssac82qph9)

19
2. Kumparan rotor

Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam


menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari sumber
eksitasi tertentu.

3. Poros rotor

Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros
rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros rotor.
Generator sinkron memiliki dua tipe rotor, yaitu :
a. Rotor Kutub Sepatu (Salient Pole)

Rotor kutub sepatu atau menonjol mempunyai kutub-kutub medan magnet yang
jumlahnya banyak. Kutub pada rotor jenis kutub sepatu diberi laminasi untuk
mengurangi panas yang ditimbulkan oleh rugi-rugi arus Eddy. Kumparan
dibelitkan pada tangkai kutub, kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah
tembaga persegi. Rotor kutub sepatu memiliki ciri khas, yaitu rotor berdiameter
besar dan panjang serta sumbunya pendek. Selain itu jenis kutub salient pole,
kutub magnetnya menonjol keluar dari permukaan rotor. Belitan-belitan medan
dihubung secara seri. Ketika belitan medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub
yang berdekatan akan membentuk kutub yang berlawanan.

Gambar III.9. Rotor Kutub Sepatu (Sofian Yahya, 2017)

20
b. Rotor Kutub Celah Udara Sama Rata (cylindrical)

Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah
slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga kumparan medan
yang terletak pada rotor maka jumlah kutub pun sedikit yang dapat dibuat.
Belitan-belitan medan dipasang pada alur-alur di sisi luarnya dan terhubung seri
yang dienergisasi (energize) oleh eksiter.

Gambar III.10. Rotor Kutub Celah Udara Sama Rata (Sofian Yahya, 2017)

III.4.4 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai berikut:

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber


eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.
Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan
menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.

2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang


dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor, akan

21
diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang
terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya
terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu
kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut,
hal tersebut sesuai dengan persamaan berikut :

𝑓= .............................................. (III.2)

𝐸=4,44×𝑓×𝜙×𝑇 ................................ (III.3)

𝐸=𝑉𝑡+𝑗𝑋𝑎𝑟𝐼𝑎+𝑗𝑋𝑙𝑎𝐼𝑎+𝑟𝑎𝐼𝑎 .......................... (III.4)

𝐸=𝑉𝑡+𝑗𝑋𝑠𝐼𝑎+𝑟𝑎𝐼𝑎 .................................. (III.5)

dimana,

E = GGL induksi (Volt)

Vt = tegangan terminal (V)

n = putaran rotor (rpm)

Ia = arus jangkar (A)

f = Frekuensi

Xla = reaktansi bocor belitan jangkar

P = (jumlah pasang kutub)

Xa = reaktansi jangkar

Xs = reaktansi sinkron

T = Banyaknya lilitan perfase

ra = tahanan jangkar

𝜙 = Fluksi (webber)

Generator sinkron tiga fasa, menggunakan tiga kumparan jangkar yang diletakkan
di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan kumparan jangkar

22
sedemikian rupa akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan
jangkar dengan besar tegangan sama tapi memiliki beda sudut fasa antar
satu fasa dengan fasa lain.

III.5 Sistem Eksitasi

Eksitasi adalah bagian dari sistem dari generator yang berfungsi


membentuk/menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu, sehingga
dihasilkan satu GGL induksi (Jerkovic, et.al., 2010: 142). Eksitasi atau biasa
disebut sistem penguatan adalah suatu perangkat yang memberikan arus penguat
(If) kepada kumparan medan generator arus bolak-balik (alternating current)
yang dijalankan dengan cara membangkitkan medan magnetnya dengan bantuan
arus searah (direct current). Pengunaan arus searah dikarenakan generator
sinkron membutuhkan medan magnet permanen . Setelah generator AC mencapai
kecepatan nominal, medannya dieksitasi dari catu DC. Ketika kutub melewati
bagian bawah konduktor jangkar, fluksi medan yang memotong konduktor
menginduksikan GGL pada konduktor jangkar. Besarnya GGL yang
dibangkitkan tergantung pada laju pemotongan garis gaya (kecepatan rotor) dan
kuat medan. Karena generator umumnya berkerja pada kecepatan konstan, maka
besarnya GGL yang dibangkitkan dipengaruhi oleh eksitasi medan. Eksitasi
medan dapat langsung dikendalikan dengan mengubah besarnya tegangan eksitasi
yang dicatukan pada kumparan medan generator. Sehingga tegangan output
generator dapat diatur dan dapat mengatur besar daya reaktif generator yang
berjalan parallel dengan sistem jaringan besar (infinite bus). Sistem eksitasi dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem eksitasi dengan menggunakan sikat dan
sistem eksitasi tanpa sikat.

III.5.1 Sistem Eksitasi Menggunakan Sikat

Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat terdiri dari: Sikat eksitasi statis , dan
sikat eksitasi dinamis.

23
III.5.1.1 Sistem Eksitasi Statis

Sistem eksitasi statis adalah sistem eksitasi generator dengan menggunakan


peralatan eksitasi yang diam (static), yang berarti bahwa peralatan eksitasi tidak
ikut berputar bersamaan dengan rotor generator sinkron. Sistem eksitasi ini
disebut juga dengan self excitation merupakan sistem eksitasi yang tidak
memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator sinkron dan
sebagai gantinya sumber eksitasi berasal dari keluaran generator sinkron itu
sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan
rectifier/thrysistor.

Awalnya pada rotor harus memiliki sedikit sisa magnet ,apabila pada rotor tidak
terdapat magnet sisa , maka generator tidak dapat membangkitkan tenaga listrik
,magnet sisa akan menimbulkan tegangan pada stator, tegangan kemudian masuk
dalam penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor, akibatnya medan magnet
yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai
dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu
mempunyai pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan
menggunakan AVR (automatic voltage regulator).

Sistem eksitasi statis memiliki kekurangan yaitu , harus memiliki baterai untuk
mensuplai arus pada sistem eksitasi dengan cara injeksi arus inisial ke rotor
generator pada saat kondisi mula karena tidak memiliki magnet sisa . Dan
keuntungan sistem eksitasi statis , tidak ada rugi gesekan akibat generator arus
searah dan memiliki keandalan lebih disbanding sistem eksitasi dinamis.

Gambar III.11. Sistem Eksitasi Statis (Cakra, Wirabuana, dkk., 2010)

24
III.5.1.2 Sistem Eksitasi Dinamis

Sistem Eksitasi dinamis adalah sistem eksitasi generator tersebut disuplai dari
eksiter yang merupakan mesin bergerak (dinamis). Sebagai eksiternya
menggunakan generator DC atau dapat juga menggunakan generator AC yang
kemudian disearahkan menggunakan rectifier. Generator arus searah tersebut
terkopel dengan generator sinkron dalam satu poros, yang menyebabkan putaran
antara kedua generator tersebut sama. Slip ring digunakan untuk menyalurkan
arus dari generator penguat pertama ke medan penguat generator penguat kedua.
Akibatnya arus mengalir menuju rotor dan membangkitkan medan magnet yang
dibutuhkan untuk membangkitkan tegangan arus bolak-balik.

Sistem eksitasi dinamis memiliki beberapa kekurangan yaitu:

1. Generator arus searah menjadi beban tambahan pada saat penggerak mula.

2. Timbul rugi gesekan pada generator utama akibat sikat arang yang menekan
slip ring.

3. Generator arus searah memiliki keandalan yang rendah.

Gambar III.12. Sistem Eksitasi Dinamik (Cakra, Wirabuana, dkk., 2010)

25
III.5.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat

Sistem eksitasi tanpa sikat sama sekali tidak bergantung pada sumber listrik
eksternal, melainkan dengan menggunakan pilot exciter dan sistem penyaluran
arus eksitasi ke rotor generator utama, maupun untuk eksitasi eksiter tanpa
melalui media sikat arang. Pilot exciter terdiri dari sebuah generator arus
bolak-balik dengan magnet permanen yang terpasang pada poros rotor dan
kumparan tiga fasa pada stator.

Generator sinkron harus mempunyai medan magnet yang berputar supaya pada
stator generator tersebut dihasilkan tegangan terminal. Rotor yang diinjesikan
oleh sumber DC akan membangkitkan medan magnet permanen. Terdapat cara
lain untuk membangkitkan medan magnet, yaitu sistem eksitasi permanen magnet
generator (PMG). Menggunakan magnet permanen yang diposisikan pada poros
generator tersebut, sehingga pada saat rotor berputar maka medan magnet
mengikuti putaran rotor tersebut. Sistem eksitasi dengan menggunakan sistem
eksitasi tanpa sikat yang dilengkapi dengan permanen magnet generator biasanya
digunakan pada generator sinkron yang memiliki kapasitas yang besar. Hal ini
bertujuan agar sistem eksitasi dari generator tersebut tidak bergantung pada
sumber daya listrik dari luar mesin tersebut .

Gambar III.13. Sistem Eksitasi Tanpa Sikat (https://ugmmagatrika.


files.wordpress.com/2013/04/41.jpg)

26
III.6 Jenis Beban

III.6.1 Beban Resistif

Beban resistif dihasilkan oleh peralatan listrik yang bersifat tahanan murni
(resistor) seperti pada lampu pijar dan pemanas. Beban resistif memiliki sifat
yang pasif, dimana tidak mampu memproduksi energi listrik, dan justru menjadi
konsumen energi listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran elektron yang
melewatinya dengan jalan menurunkan tegangan listrik yang mengalir, sehingga
mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas.

Pengaruh fluksi jangkar terhadap fluksi medan hanyalah sebatas mendistorsinya


saja tanpa mempengaruhi kekuatannya (cross magnetising).

Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang
mengalirinya. Gelombang arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan
selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif
tidak akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.

Gambar III.14. Bentuk Gelombang Beban Resistif (http://artikel-teknologi.


com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-
jaringan-listrik-ac/2/)

27
Menurut grafik diatas gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fasa yang
sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban
resistif murni akan selalu ditopang oleh 100% daya nyata.

III.6.2 Beban Induktif

Beban induktif dihasilkan oleh peralatan listrik yang memiliki kumparan yang di
berbagai alat-alat listrik seperti motor, trafo, dan relai. Kumparan merupakan
komponen alat-alat listrik tersebut untuk menciptakan medan magnet (induksi
magnet) sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada
kumparan inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC.

Kumparan memiliki sifat untuk menghalangi terjadinya perubahan nilai arus


listrik. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa listrik AC memiliki nilai arus
yang naik turun membentuk gelombang sinusoidal. Perubahan arus listrik yang
naik turun inilah yang dihalangi oleh komponen kumparan di dalam sebuah
rangkaian listrik AC. Terhalangnya perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus
listrik menjadi tertinggal beberapa derajat oleh tegangan listrik pada grafik
sinusoidal arus dan tegangan listrik AC.

Arus tertinggal sebesar dari tegangan. Fluksi yang dihasilkan oleh arus
jangkar (Ia) melawan fluksi arus medan (If) menyebabkan fluks resultan pada
celah udara akan berkurang dari fluks medan. Dengan kata lain pengaruh reaksi
jangkar akan melemahkan fluksi arus medan (demagnetising effect) atau sering
disebut demagnetizing.

28
Gambar III.15. Bentuk Gelombang Beban Induktif (http://artikel-teknologi.
com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-
jaringan-listrik-ac/2/)

Dari gambar tersebut diketahui bahwa jika sebuah sumber listrik AC dibebankan
induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° dari
gelombang tegangan. Dapat diketahui bahwa induktif dikenal dengan istilah
beban lagging atau arus tertinggal tegangan.

III.6.3 Beban Kapasitif

Beban kapasitif dihasilkan oleh peralatan listrik seperti kapasitor bank yang
bersifat menghambat perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan
bahwa kapasitor bersifat seakan-akan menyimpan tegangan listrik sesaat.

Ketika mendapatkan suplai tegangan AC, maka kapasitor akan menyimpannya


terlebih dahulu lalu melepaskan tegangan listrik sesuai dengan perubahan
tegangan masuknya. Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus AC
akan mendahului (leading) tegangannya sejauh 90°.

29
Gambar III.16. Bentuk Gelombang Beban Kapasitif (http://artikel-teknologi.
com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-
jaringan-listrik-ac/2/)

Diatas merupakan gambar gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC


pada beban kapasitor murni. Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan
untuk menanggung beban kapasitor juga berbentuk sinusoidal. Daya listrik
bernilai positif (daya diserap kapasitor) pada setengah pertama gelombang
sinusoidal daya, serta negatif (daya dikeluarkan kapasitor) pada setengah
gelombang kedua.

III.7 Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur

Sistem eksitasi adalah sistem penguatan generator yang dibutuhkan untuk


menghasilkan tegangan terminal dengan cara menginjeksikan arus searah pada
generator dan berfungsi untuk menjaga output tegangan generator ketika diberi
beban. Sistem eksitasi di PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur menggunakan sistem
eksitasi tanpa sikat (brushless).

Sistem pengoperasian Unit PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur dapat dioperasikan


dengan cara manual, program, dan remote. Adapun pengoperasian secara manual
ialah proses pelaksanaannya dilakukan di power house dengan sistem step by step

30
dari panel komando. Lalu ada pengoperasian dengan program yaitu proses
pelaksanaannya di power house dengan sistem otomatis dari panel komando.
Pengoperasian dengan remote ialah proses pelaksanaannya dari jarak jauh dengan
cara otomatis yang dikendalikan di ruang control building.

Sistem eksitasi memiliki beberapa fungsi antara lain :

a. Menghasilkan tegangan terminal .

b. Mempertahankan tegangan output generator.

c. Menjaga kestabilan aliran daya reaktif.

d. Menjaga stabilitas faktor daya.

e. Menjaga kestabilan kecepatan sudut rotor.

Gambar III.17. Single Line Diagram Sistem Eksitasi

31
III.7.1 Komponen Utama Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur

III.7.1.1 Generator Sinkron

Generator PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur merupakan jenis generator sinkron


vertical. Generator tersebut dapat menghasilkan tegangan hingga 6,3 kV dan arus
sebesar 3208 A dengan cos phi 0,93 pada putaran nominalnya yaitu 272,7 rpm.
Berikut gambar dan spesifikasi dari generator PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur .

Tabel III.1 Spesifikasi Generator

(Data Teknis PLTA Ir. H. Djuanda)

Merk GEC ALSTHOM

No. Seri 414070

Kecepatan 272,7 rpm

Output 35 MVA

Tegangan 6300 V

Arus 3208 A

Faktor daya 0,93

Tegangan eksitasi 176 V

Arus Eksitasi 578 A

Tugas Continuous

Fasa 3

Hubung kumparan Y

Frekuensi 50 Hz

Kelas insulasi F

32
III.7.1.2 Main Eksiter

Sistem eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur merupakan eksitasi tanpa sikat
(brushless). Main eksiter adalah generator kecil AC dengan kutub pada statornya.
Rotor menghasilkan arus bolak balik disearahkan dengan dioda putar pada poros
main eksiter (satu poros dengan generator utama). Berikut ini dan spesifikasinya.

Tabel III.2. Spesifikasi Main Eksiter

(Data Teknis PLTA Ir. H. Djuanda)

Arus eksitasi 40 A

Tegangan eksitasi 37 V

486 A
Arus armatur
135 V
Tegangan nominal
Y
Hubungan
272,7 rpm
Kecepatan nominal
Nominal daya 105 kW

III.7.1.3 Trafo Eksitasi

Trafo eksitasi berfungsi untuk merubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah
sehingga dapat digunakan untuk mensuplai modul thyristor sesuai nominal
tegangan modul thyristor.

III.7.1.4 Modul Thyristor

Modul thyristor diletakkan di panel AVR PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur adalah
jenis SKKT 106/16 diproduksi oleh Semikron. Fungsi modul thyristor adalah

33
untuk menyearahkan tegangan AC tiga fasa menjadi tegangan DC yang dapat
diatur oleh AVR untuk mengatur arus eksitasi pada generator.

Gambar III.18. Modul Thyristor (Muhammad Syahril Bachtiar, 2018)

III.7.1.5 Pulse Generator Module

Pulse generator module berfungsi sebagai konversi dari tegangan input analog
menjadi tegangan keluaran beberapa pulsa atau berupa PWM (Pulse Width
Modulation) dengan cara mengubah lebar pulsa tetapi dengan nilai amplitudo dan
frekuensi tetap. Keluaran dari kontroler yaitu hanya berupa tegangan analog dari
0 hingga 10 volt sehingga untuk mengatur gate modul thyristor diperlukan sebuah
konventer yang dapat merubah tegangan analog menjadi PWM.

Gambar III.19. Pulse Generator (Muhammad Syahril Bachtiar, 2018)

34
III.7.1.6 Pulse Amplifier Module

Pulse Amplifier Module Berfungsi sebagai penguat pulse generator module,


karena output tegangan pulsa dari pulse geneator module masih relatif kecil maka
dikuatkan oleh pulse amplifier module untuk mengatur gate switching pada
module thyristor. Berikut adalah gambar dari pulse amplifier module yang
digunakan di panel AVR Ir. H. Djuanda Jatiluhur.

Gambar III.20. Pulse Amplifier Module (Muhammad Syahril Bachtiar, 2018)

III.7.1.7 Automatic Voltage Regulator

ABB UNITROL 1020 adalah regulator tegangan otomatis untuk generator kecil
dan menengah. Regulator teganagan dilengkapi teknologi mikroprosesor dan
semikonduktor IGBT yang menghasilkan arus output hingga 20 ADC untuk terus
beroperasi. UNITROL 1020 dilengkapi juga dengan kontrol PID, sinkronisasi
tegangan dan frekuensi, limiter arus eksitasi, dan digital input dan output untuk
pengoperasian order atau alarm. Berikut gambar ABB UNITROL 1020 yang
digunakan di PLTA Ir. H. Djuanda.

35
Gambar III.21. AVR (Muhammad Syahril Bachtiar, 2018)

III.7.1.8 Potential Transformer

Potential Transformer berfungsi mengkonversi tegangan tinggi menjadi tegangan


rendah maupun tegangan rendah ke tegangan tinggi ,digunakan untuk keperluan
pengukuran dengan rasio 6300/100 V.

III.7.1.9 Current Transformer

Current transformer berfungsi merubah arus yang besar menjadi arus yang kecil
sehingga dapat digunakan untuk keperluan pengukuran dan komponen proteksi
dengan rasio 3500/5 A.

III.7.1.10 Field Flashing

Field Flashing merupakan sumber daya yang didapatkan dari baterai untuk
digunakan sistem eksitasi dalam tahap awal pengoperasian generator yang

36
dimana generator belum mampu menghasilkan tegangan keluaran sendiri .
Baterai yang digunakan dalam field flashing adalah 125 VDC.

III.7.2 Cara Kerja Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda

PLTA Ir. H. Djuanda menggunakan sistem eksitasi tanpa sikat (brushless) .


Dalam penginjeksian arus DC menuju main exciter dihasilkan dari generaror AC
utama dalam satu poros yang disearahkan dahulu oleh rotating diode sehingga
dapat menginjeksikan arus DC menuju main exciter. Besarnya arus DC yang di
injeksikan menuju main exciter dapat diatur secara manual maupun otomatis
dengan mengatur gate thyristor .Pengaturan secara manual melalui potensio
sedangkan secara otomatis dengan AVR. AVR mengatur besarnya arus eksitasi
yang akan diinjeksikan ke main exciter. Step awal operasi generator , AVR
berguna sebagai kontrol jalannya proses eksitasi ketika menginjeksikan arus DC
(field flashing) dengan sumber utama battery 125 VDC ketika generator belum
mampu menghasilkan tegangan. Dengan adanya arus ini untuk membangkitkan
medan magnet , maka generator akan membangkitan tegangan terminal . Lalu
AVR akan mengoperasikan/membuka kontaktor dan merubah sumber tegangan
dan arus eksitasi ke generator utama (change over). Ketika pada saat output
tegangan generator (tegangan terminal) telah mencapai setting-nya yaitu 20%
dari tegangan nominalnya dan pada saat bersamaan thyristor mulai beroperasi
dan menaikan tegangan hingga nilai nominalnya.

Ouput generator merupakan tegangan AC 3 fasa sebesar 6,3 kV . Tegangan


output diturunkan terlebih dahulu oleh trafo eksitasi menjadi 400 V untuk
keperluan eksitasi , yang kemudian disearahkan oleh thyristor menjadi tegangan
DC. Arus eksitasi dapat diatur dengan cara mengatur besarnya arus yang
diinjeksikan pada terminal gate thyristor rectifier oleh Automatic Voltage
Regulator. Saat kaki gate diberi tegangan pada siklus positif, maka thyrstor akan
menghantarkan arus listrik dari anoda ke katoda, sehingga arus eksitasi akan di

37
teruskan menuju main exciter yang selanjutnya arus yang keluar dari generator
main exciter akan diteruskan lalu disearahkan oleh rotation diode menuju
generator utama sebagai medan penguat. Pengaturan switching arus eksitasi yang
dilakukan oleh AVR ini akan disesuaikan dengan proses pembebanan yang
berlangsung pada generator tersebut.

Output AVR berupa tegangan analog sehingga dikonversikan terlebih dahulu


menjadi tegangan PWM (pulse width modulation) oleh pulse generator lalu
dikuatkan oleh PAM (Pulse Amplifier Module). Dimana setelah proses tersebut
switching thyristor dapat dikontrol.AVR diatur dalam mode VAR, disebabkan
kapasitas generator yang tidak terlampau besar dan terhubung dengan sistem/grid
yang besar (infinite bus) dan akan selalu mengikuti tegangan jaringan .

III.7.3 Konfigurasi Sistem Eksitasi Saat Kondisi Berbeban

Saat generator diberi beban nol atau kondisi tidak berbeban maka tidak ada arus
yang mengalir pada kumparan jangkar (stator), tetapi mengakibatkan adanya
fluksi arus medan rotor pada celah udara. Namun jika generator dibebankan , arus
jangkar Ia akan mengalir dan membentuk fluksi jangkar. Dengan adanya fluksi
jangkar , akan mempengaruhi fluksi arus medan dan akhirnya menyebabkan
berubahnya harga tegangan terminal generator. Reaksi ini kemudian dikenal
sebagai reaksi jangkar.

Fluksi jangkar menyebabkan terjadinya distorsi, penguatan fluksi arus medan


(magnetising), maupun pelemahan fluksi arus medan (demagnetising). Perbedaan
akibat yang ditimbulkan fluksi jangkar tergantung kepada beban dan faktor daya
beban.

III.7.3.1 Beban Resistif

Beban resistif dengan , memiliki pengaruh mendistorsi fluksi medan


oleh fluksi jangkar tanpa mempengaruhi kinerja generator (cross magnetising).

38
Sehingga hanya menyebabkan penurunan nilai tegangan terminal generator
diakibatkan pembebanan beban resistif.

Beban resistif hanya mengkonsumsi daya nyata . Sehingga ketika generator


dibebani beban resistif , menyebabkan menurunnya tegangan terminal dan
kecepatan prime mover. Upaya dalam menjaga tegangan terminal sama dengan
tegangan interkoneksi adalah dengan memperbesar arus eksitasi yang
diinjeksikan ke kumparan medan untuk memperkuat fluksi medan dan
memperbesar air yang masuk ke main intake dengan cara mengatur bukaan inlet
valve air.

III.7.3.2 Beban Induktif

Beban induktif murni dengan Cos 𝜑 = 0 lag , memiliki pengaruh melawan fluksi
arus medan yang dihasilkan oleh arus kumparan jangkar karena arus yang
tertinggal 900 dari tegangan. Sehingga efek demagnitezing beban akan
melemahkan fluksi arus medan jangkar .

Beban induktif bukan hanya mengkonsumsi daya nyata tetapi daya reaktif juga.
Upaya untuk menjaga nilai daya reaktif yang dibangkitkan generator adalah
dengan cara memperbesar arus eksitasi yang diinjeksikan ke kumparan medan.

III.7.3.3 Beban Kapasitif

Beban kapasitif murni dengan Cos 𝜑 = 0 lead , memiliki pengaruh menguatkan


fluksi arus medan yang dihasilkan oleh arus kumparan jangkar . Hal ini
disebabkan karena arah arus jangkar searah dengan fluksi arus medan , fenomena
ini disebut magnetizing.

Akibat penguatan fluksi medan pada kumparan generator , maka nilai tegangan
terminal akan meningkat. Mengurangi nilai arus eksitasi yang diinjeksikan ke
39
kumparan medan akan menyebabkan nilai tegangan terminal tidak melebihi
tegangan interkoneksi.

III.8 Pengaruh Arus Eksitasi Generator Terhadap Output Generator

III.8.1 Pengaruh Arus Eksitasi Generator Yang Bekerja Paralel Terhadap


Output

Generator memiliki kapasitas untuk mengakomodasi beban. Apabila suatu


generator dibebani melebihi kapasitasnya, maka mengakibatkan generator tidak
dapat bekerja dan kemungkinan terburuk akan mengalami kerusakan. Dalam hal
ini dapat diatasi dengan menjalankan generator lain, dan dioperasikan secara
paralel dengan generator yang telah bekerja sebelumnya pada satu grid/jaringan
interkoneksi. Adapun syarat dalam paralel serta penyikronan generator adalah:

1. Tegangan terminal kedua generator sama.

2. Frekuensi kedua generator sama.

3. Mempunyai urutan dan sudut fasa sama.

Dengan mengatur putaran (n) dan arus eksitasi (IF) maka tidak akan
mempengaruhi frekuensi sistem jaringan besar (infinite bus), bila generator
dihubungkan pada suatu sistem jaringan besar (infinte bus). Pada kondisi tersebut
pengaturan putaran adalah hanya mengatur pembebanan daya aktif sedangkan
pengaturan arus eksitasi hanya mengatur aliran daya reaktif atau faktor daya
generator tersebut.

Dalam menyuplai beban yang ada pada generator yang bekerja paralel, maka
jumlah daya aktif dan reaktif yang disuplai oleh generator harus sama dengan
daya aktif dan reaktif yang ada pada beban.

Adapun rumus daya aktif dan reaktif yang harus disuplai oleh kedua generator :

40
Pload= PG1+PG2 ......... (III.6)

Qload= QG1+QG2 ........ (III.7)

Apabila generator bekerja secara paralel , dengan nilai putaran tetap (n) tetapi
arus eksitasi (IF) yang diinjeksikan ke kumparan ditingkatkan , maka akan
mengakibatkan naiknya fluks magnetik ( φ ) seiring dengan kenaikan arus
eksitasi.

Gambar III.22 Kondisi Pembagian Daya Reaktif Sama (Syamsul Amien Basofi,
2014)

Dapat diketahui dari kondisi diatas , Generator satu dan generator dua mensuplai
beban dengan daya aktif dan reaktif yang sama rata. Apabila arus eksitasi
generator satu ditingkatkan dan arus generator dua diturunkan , maka akan
merubah pembagian daya reaktif yang akan disuplai ke beban.

Gambar III.23 Kondisi Pembagian Daya Reaktif Tidak Sama (Syamsul Amien
Basofi, 2014)

41
Apabila generator dengan arus eksitasi ditingkatkan (over excited), dapat
diketahui bahwa generator mencatu beban besifat induktif dimana arus tertinggal
ke sistem (lagging), yang berarti generator menarik arus mendahului dari sistem
atau istilahnya mengirim daya reaktif ke sistem. Demikian pula jika arus eksitasi
dikurangi (under excited), dapat diketahui bahwa generator mencatu beban
bersifat kapasitif dimana arus mendahului sistem (leading) atau dinyatakan
menarik arus tertinggal dari sistem atau istilahnya menarik daya reaktif dari
sistem.

Ketika generator dalam mode under excited seperti kondisi diatas, generator
dapat dioperasikan sebagai kondensor sinkron. Disebut kondensor sinkron
disebabkan mesin beroperasi tanpa beban mekanis. Generator yang menjadi
kondensor sinkron, tidak memerlukan penggerak utama. Kondensor digunakan
untuk memasok daya reaktif untuk sistem.

III.8.2 Analisa Pengaruh Arus Eksitasi Generator Yang Bekerja Paralel


Terhadap Pembebanan Pada PLTA Ir. H. Djuanda

Dimana telah dipaparkan pada bab pendahuluan, bahwa penulisan karya tulis
bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus eksitasi terhadap pembebanan
generator yang bekerja paralel. Berikut ini adalah data produksi harian generator
unit satu dan empat pada 22 Agustus 2019 s.d 23 Agustus 2019 , pukul 09.00 s.d
15.00 WIB :

42
Tabel III.3. Data Produksi Harian Generator Unit Satu

Generator unit 1 PLTA Ir. H. Djuanda

Beban
Jam F
Gen. Gen. P Q
(WIB) (A) (Hz) (rpm)
(kV) (kA) (MW) (MVAR)

09.00 5,80 2,57 275 50,10 26,13 5,03 273

10.00 5,76 2,59 290 49,98 26,19 4,88 273

11.00 5,88 2,62 270 50,90 26,17 4,86 273

13.00 5,92 2,58 270 50,13 26,13 4,80 273

14.00 5,84 2,62 280 49,98 26,09 4,62 273

15.00 5,87 2,64 265 50,08 26,07 4,99 273

09.00 5,83 2,57 370 50,09 25,50 4,62 272

10.00 5,81 2,57 375 49,87 25,47 4,46 273

11.00 5,78 2,58 380 50,04 25,38 4,68 273

13.00 5,88 2,53 250 50,08 26,17 4,59 273

14.00 5,75 2,60 270 50,01 26,16 4,54 272

15.00 5,79 2,58 250 50,04 26,21 4,53 273

43
Tabel III.4. Data Produksi Harian Generator Unit Empat

Generator unit 4 PLTA Ir. H. Djuanda

Beban
Jam F
Gen. Gen. P Q
(WIB) (A) (Hz) (rpm)
(kV) (kA) (MW) (MVAR)

09.00 5,79 2,68 455 50,09 26,13 6,24 273

10.00 5,78 2,72 455 50,01 26,08 8,21 273

11.00 5,79 2,64 460 50,08 26,15 4,46 273

13.00 5,83 2,62 460 50,14 26,15 3,97 273

14.00 5,82 2,65 460 50,00 26,10 6,40 273

15.00 5,83 2,62 450 50,09 26,18 3,87 273

09.00 5,77 2,65 450 50,10 23,67 4,59 273

10.00 5,77 2,67 450 49,90 23,68 5,78 273

11.00 5,77 2,68 450 50,06 23,67 6,79 273

13.00 5,76 2,64 460 50,10 26,20 2,61 272

14.00 5,75 2,71 480 50,02 26,18 7,41 272

15.00 5,72 2,68 450 50,07 26,03 4,03 273

Dapat diketahui menurut tabel III.4 dan tabel III.5, bahwa pada unit 1 arus
eksitasi terendah 450A dengan daya nyata terendah yang dihasilkan 25,38MW

44
dan arus eksitasi tertinggi 480A dengan daya nyata tertinggi yang dihasilkan
26,16MW. Unit 4 arus eksitasi terendah 265A dengan daya nyata terendah yang
dihasilkan 26,18MW dan arus eksitasi tertinggi 380A dengan daya nyata tertinggi
yang dihasilkan 23,67MW.

22 Agustus 2019 pukul 09.00 WIB dapat dilihat bahwa produksi daya nyata unit
1 dan unit 4 sama , sedangkan produksi daya reaktif lebih besar unit 4 dibanding
unit 1 dengan selisih 1,21MVAR. Arus eksitasi unit 4 lebih besar dibanding
dengan unit 1 dengan selisih 185A. Dapat diketahui bahwa generator unit 4
mencatu arus tertinggal ke sistem (lagging), yang berarti generator menarik arus
mendahului dari sistem atau istilahnya mengirim daya reaktif ke sistem.

III.8.2.1 Analisa Pengaruh Pembebanan Generator Terhadap Tegangan


Terminal

Dapat diketahui dari tabel III.4 dan tabel III.5 bahwa terjadinya perubahan beban,
tegangan terminal generator juga akan ikut berubah. Ketika beban naik, maka
yang terjadi adalah tegangan jaringan akan turun dan membuat tegangan terminal
generator juga menjadi turun. Upaya untuk menaikkan tegangan terminal
generator agar tetap dalam kondisi nominal, dengan cara meningkatkan arus
eksitasi yang diinjeksikan ke rotor generator.

Dapat diketahui pada saat terjadi penurunan beban, tegangan pada jaringan akan
cenderung naik, dan tegangan teminal generator juga akan naik melebihi
tegangan nominalnya. Upaya untuk menjaga tegangan terminal generator agar
tetap dalam kondisi nominal , dengan cara mengurangi arus eksitasi yang
diinjeksikan ke rotor generator.

45
III.8.2.2 Analisa Pengaruh Arus Eksitasi Generator Terhadap Pembebanan

Hubungan antara tegangan terminal (Vout) dan arus eksitasi (IF) berbanding lurus.
Ketika arus eksitasi ditingkatkan, maka tegangan terminal akan meningkat.
Secara tidak langsung arus eksitasi memiliki hubungan dengan pembebanan,
karena pada saat generator dibebankan maka tegangan jaringan dan tegangan
terminal akan menurun. Oleh karenanya dibutuhkan penambahan arus eksitasi
untuk menjaga tegangan terminal generator tetap pada kondisi nominalnya.

III.8.2.3 Analisa Pengaruh Pembebanan Terhadap Daya Reaktif

Dapat dilihat pada tabel III.4 dan tabel III.5, bahwa arus eksitasi (IF) antara unit 1
dan unit 4 sangat jauh berbeda. Ketika diantara 2 generator yang bekerja paralel,
generator satu arus eksitasi (IF) ditingkatkan dan generator dua diturunkan maka
akan menyebabkan pembagian daya reaktif (Q) yang disuplai ke beban berubah.
Dimana generator satu akan menyuplai daya reaktif ke beban lebih besar
dibanding generator dua. Oleh karenanya peningkatan arus eksitasi (IF) dengan
kecepatan putaran tetap (n) akan meningkatkan produksi daya reaktif (Q).

III.8.3 Syarat Generator Paralel Dan Sinkronisasi Jaringan

Diketahui dari tabel III.4 dan tabel III.5, sudah memenuhi syarat paralel. Menurut
IEC 60034 perbedaan tegangan yang diijinkan maksimum ± 5%, pada pukul
09.00 WIB 22 Agustus 2019 unit 1 dan unit 4 memiliki perbedaan output
tegangan sebesar 10volt; Selisih terbesar pada pukul 13.00 WIB 23 Agustus 2019
dengan nilai 120volt dan masih dalam batas yang diijinkan. IEC 60034
mengijinkan perbedaan frekuensi sampai batas ± 5%, pada pukul 09.00 WIB 22
Agustus 2019 unit 1 dan unit 4 memiliki perbedaan frekuensi sebesar 0,01Hz;
Selisih terbesar pada pukul 11.00 WIB 22 Agustus 2019 dengan nilai 0,82Hz dan
masih dalam batas yang diijinkan.

46
III.9 Kesimpulan

1.Maintenance perlu dilakukan dalam suatu plant dengan interval waktu yang
ditentukan.

2. Pemberian arus eksitasi berguna untuk membangkitkan energi listrik pada


generator.

3. Jenis eksitasi yang digunakan pada PLTA Ir. H. Djuanda adalah jenis eksitasi
brushless (tanpa sikat).

4. Arus eksitasi bepengaruh pada output tegangan serta daya reaktif generator.

5. Syarat paralel dan sinkronisasi sudah sesuai dengan IEC 60034.

III.10 Saran

1. Penulis sulit untuk mendapatkan data-data yang lengkap, diperlukan alat ukur
yang dipasang secara menyeluruh pada sistem pembangkit.

2. Generator harus dilakukan serangkaian test pengujian, contohnya pengujian


hubung singkat dan beban nol untuk mendapatkan data-data spesifikasi generator
terutama nilai reaktansi dan rugi-rugi pada generator.

47
DAFTAR PUSTAKA

[1]Agrawal, K.C. (2001): Industrial Power Engineering And Applications


Hanbook, New Delhi.

[2]Alassouli, Hidaia Mahmood,Dr. (2018): Electrical Machines, Lecture Notes


On Electrical Machines, Gaza.

[3]Amin, M. Mustaghfirin ,Drs.,MBA. (2014): Generator, Jakarta.

[4]Asmono, Dwi (2010): Buku Ajar Pembangkitan Tenaga Listrik, Politeknik


Negeri Bandung, Bandung.

[5]Bachtiar, Muhammad Syahril.(2018): Karakteristik Pengaruh Pembebabanan


Terhadap Arus Eksitasi Generator Unit 2 Plta Ir. H. Djuanda Jatiluhur,
Politeknik Enjineering Indorama, Purwakarta.

[6]Basofi, Syamsul Amien, Ir,. M.S. (2014): Studi Pengaruh Arus Eksitasi Pada
Generator Sinkron Yang Bekerja Paralel Terhadap Perubahan Faktor
Daya, Vol.7, No.1 , Universitas Sumatera Utara , Medan.

[7]Hardiansyah, R. (2016): Sistem Pengendalian Eksitasi Dengan Abb Unitrol


1020 Pada Generator Di Plta Ir. H. Djuanda Jatiluhur, Politeknik
Negeri Bandung, Bandung.

[8]Kato Engineering (2018): Advanced Synchronous Generator Topics IEEE


Houston CED

[9]PJT II. (2015): Data Teknis PLTA Ir. H. Djuanda, Perum Jasa Tirta II,
Purwakarta.

[10]PJT II. (2015): Profil Perum Jasa Tirta II, Perum Jasa Tirta II, Purwakarta.

48
[11]Ridzki, Imron (2013): Analisis Pengaruh Eksitasi, Jurnal ELTEK, Vol 11 No
02, Hal 31-41.

[12]Wirabuana, Cakra (2010): Synchronous Motor , Departemen Teknik Elektro,


Universitas Indonesia, Jakarta.

[13]Yahya, Yahya, Drs., SST., MT.(2017): Mesin Listrik, Politeknik Negeri


Bandung, Bandung.

[14]Anonim. (2015): Generator Sinkron 3 Fasa, [PDF].


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20111/3/
Chapter%20II.pdf, diunduh pada 30 Agustus 2019.

[15]Anonim (2013): Generator Sinkron


https://ugmmagatrika. files.wordpress.com/2013/04/41.jpg, diakses pada
6 November 2019.

[16]Anonim (2019): Kontruksi Generator Sinkron


https://bagibagiilmuteknik.blogspot.com/2016/09/konstruksi-generator-
sinkron.html, diakses pada 6 November 2019.

[17]Anonim. (2019): Pengertian Beban Resistif Induktif Kapasitif


http://artikel-teknologi.com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-
kapasitif-pada-jaringan-listrik-ac/2/, diakses pada 1 September 2019.

[18]Learn Engineering (2018): Slip ring induction motor, how it works?


https://images.app.goo.gl/WeCVW76ssac82qph9, diakses pada 6
November 2019.

49

Anda mungkin juga menyukai