Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan di semester lima dan syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma Tiga Program Studi Teknik Listrik di Jurusan Teknik Elektro
Oleh:
NIM: 171321036
Oleh:
NIM: 171321036
i
PERNYATAAN PENULIS
Dengan ini menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul studi
pengaruh arus eksitasi generator terhadap output tegangan di plta ir. h. djuanda
unit 1 dan 4 laporan yang bebas dari unsur tindakan plagiarisme, dan sesuai dengan
ketentuan tata tulis yang berlaku.
ii
KATA PENGANTAR
iii
lapangan serta memberi masukan kepada penulis selama penulisan laporan
ini.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung penulis selama melaksanakan
kuliah dan khususnya praktik kerja lapangan.
6. Bapak Lili Hambali, A.md selaku Asisten Manajer pemeliharaan kelistrikan
Unit PLTA Perum Jasa Tirta II dan pembimbing ketika melaksanakan praktik
kerja lapangan di Unit PLTA Perum Jasa Tirta II.
7. Bapak Pupung Purwanto, A.md selaku supervisor dan pembimbing lapangan
ketika melaksanakan praktik kerja lapangan di Unit PLTA Perum Jasa Tirta
II.
8. Untuk sahabat seperjuangan yang tidak bisa disebut namanya.
9. Rekan-rekan kerja praktik dari jurusan lain dan universitas lain .
10. Serta orang-orang lain yang tidak dapat disebut namanya satu-persatu.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun bahasannya. Semoga laporan praktik kerja
lapangan ini dapat mendatangkan manfaat khususnya untuk penulis sendiri dan
umumnya untuk pembaca.
iv
DAFTAR ISI
v
III.5 Sistem Eksitasi ............................................................................................... 23
III.6 Jenis Beban..................................................................................................... 27
III.7 Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda ............................................................ 30
III.8 Pengaruh Arus Eksitasi Generator Terhadap Output Generator .................... 40
Kesimpulan ............................................................................................................ 47
Saran ..................................................................................................................... 47
LAMPIRAN .......................................................................................................... 50
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar III.17 Single Line Diagram Sistem Eksitasi 31
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR ISTILAH
xi
Rotor : Komponen yang bergerak memutar 1
xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian
SINGKATAN Nama pertama kali
pada halaman
𝜙 Fluksi 22
ha Hektarare 6
kW Kilowatt 11
MW Megawatt 6
MVA Megavoltampere 32
VAR Voltamperereactive 38
xiii
DAFTAR RUMUS
Perhitungan frekuensi 22
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu komponen utama dalam sistem tenaga listrik adalah generator.
Generator berfungsi untuk membangkitkan energi listrik, dimana pembangkitan
listrik berawal dari energi mekanik lalu dikonversikan ke energi listrik dari proses
induksi. Dalam operasinya generator membangkitkan energi listrik sesuai
kebutuhan dari masyarakat.
Didalam Generator terdapat satu bagian penting yaitu sistem eksitasi, dimana
berperan besar dalam proses pembangkitan energi listrik. Proses pembangkitan
membutuhkan medan magnet pada kumparan medan di rotor , proses eksitasi
yang menghasilkan medan tersebut , sehingga ketika rotor dikopel penggerak
utama , maka akan timbul medan putar yang akan menginduksi kumparan pada
stator , menyebabkan timbulnya fluks magnetik . Gaya gerak listrik induksi
timbul akibat adanya fluks magnetik yang melingkupi kumparan stator
Pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Ir. H. Djuanda, sistem eksitasi dapat
diatur menggunakan sebuah Automatic Voltage Regulation (AVR). AVR
berfungsi mengatur besarnya gaya gerak listrik induksi generator sesuai dengan
pembebanan yang dibutuhkan dengan cara mengatur besarnya arus eksitasi yang
diinjeksikan ke kumparan medan pada rotor.
1
sistem interkoneksi harus selalu siap menghadapi berbagai kondisi sistem
(Weedy;Cory ,1988:77). Fluktuasi beban menyebabkan perubahan keluaran
tegangan yang dihasilkan generator. Pembangkit listrik tenaga air, pada fluktuasi
pembebanan dapat diatasi dengan mengatur bukaan katup air dan besaran arus
eksitasi yang diinjeksikan pada rotor generator oleh AVR sehingga dihasilkan
energi listrik sesuai dengan pembebanan yang dibutuhkan.Perubahan keluaran
tegangan yang dihasilkan generator dapat menimbulkan bermacam-macam efek
pada generator. Stabilitas generator dapat mempengaruhi stabilitas sistem tenaga
listrik secara umum.
Oleh karena itu pentingnya peran suatu sistem eksitasi pada pembangkit tenaga
listrik , maka pada laporan praktik kerja lapangan , penulis akan membahas
tentang “STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI GENERATOR
TERHADAP OUTPUT TEGANGAN DI PLTA IR. H. DJUANDA UNIT 1
DAN 4 “
I.2Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapangan ini selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah praktik kerja lapangan dan seminar adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan praktik kerja lapangan berada pada Unit Usaha PLTA Ir. H.
Djuanda Perum Jasa Tirta II.
2
2. Batasan pekerjaan dalam pelaksaan praktik kerja lapangan adalah
pemeliharaan dalam bidang kelistrikan.
Laporan praktik kerja lapangan ini membahas fungsi sistem eksitasi, jenis sistem
eksitasi , cara kerja sistem eksitasi , pengaruh arus eksitasi terhadap pembebanan
generator sinkron yang bekerja parallel dan membandingkan pengoperasian
generator dengan standar yang ada.
Supaya laporan kerja praktik ini bisa lebih informatif dan memberikan manfaat
kepada semua belah pihak, maka dari itu penulis menyusun sistematika penulisan
yang berisi penjelasan mengenai isi dari tiap babnya. Adapun sistematika
laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah pengambilan judul
laporan praktik kerja lapangan, tujuan , batasan masalah, dan sistematika
penulisan laporan yang digunakan dalam pembuatan laporan.
Dalam bab ini berisikan tentang tinjauan umum instansi yang menjelaskan
mengenai sejarah, visi misi, struktur organisasi, uraian tugas dan bidang usaha
dari Perum Jasa Tirta II.
Dalam bab ini membahas mengenai sistem ketenaga listrikan, sistem pembangkit
listrik tenaga air, jenis sistem eksitasi, prinsip kerja sistem eksitasi PLTA Ir. H.
Djuanda dan kesimpulan serta saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB II
Awalnya bendungan Jatiluhur berdiri berdasarkan tulisan dari Prof. Dr. Ir. Willem
Joban van Blommenstein tahun 1948 berjudul “Een Federal Welvaartsplan voor
het westelijk gedeelte van Java” yang artinya rencana kesejahteraan federal untuk
jawa bagian barat bermaksud untuk memadukan potensi sumber daya air mulai
dari sungai Ciujung di Provinsi Banten sampai ke Kali Rambut di Pekalongan,
Provinsi Jawa Tengah. Kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Schravendijk dan Ir.
Abdoelah Angudi. Perencaan pembangunan dan pengawasan oleh Coyne et
Bellier serta pelaksaan dilakukan oleh Compagnie Francaise d’Enterprise, paris -
Prancis. Diawali peletakan batu pertama oleh Presiden Soekarno dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967 yang menelan waktu selama 10
tahun dari 1957 sampai 1967.
Perum Jasa Tirta II (PJT II) pada awalnya didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 1967 dengan nama Perusahaan Negara (PN)
Djatiluhur, lalu mengalami beberapa kali perubahan. Berdasarkan PP Nomor 20
Tahun 1970 juncto PP Nomor 35 tahun 1980 Perusahaan Negara Djatiluhur
berubah status menjadi Perusahaan Otorita Jatiluhur (POJ). Dengan adanya
perluasan kewenangan, tugas dan lapangan usaha, maka Perum Otorita Jatiluhur
diubah menjadi Perum Jasa Tirta II Berdasarkan PP nomor 7 tahun 2010
PJT II melakukan usaha penyediaan air baku dan listrik bagi kebermanfaatan
khalayak luas serta mendapat keuntungan dari hal tersebut. Prinsip perusahaan ini
bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan
nasional dan keuntungan bagi negara. Air baku yang ditawarkan dapat digunakan
untuk diolah menjadi air minum, pengairan pertanian dan industri. Listrik yang
dibangkitkan disalurkan melalui PT. PLN, perumahan sekitar pembangkit dan
perusahaan tertentu dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
4
II.2 Visi dan Misi Perusahaan
II.2.1 Visi
II.2.2 Misi
Pengoptimalan pengusahaan sumber daya air dengan cara yang efisien, efektif,
inovatif dan berkelanjutan dengan tujuan menjaga kelestarian dan pengelolaan
sumber daya air dan turunannya.
Menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai daya kreativitas dan inovatif
serta berdaya saing tinggi dalam pengelolaan sumber daya air dan turunannya.
5. Perikanan darat.
5
II.4 Wilayah Kerja Perusahaan
Wilayah kerja PJT II mencakup 74 sungai dan anak sungai yang menjadi satu
kesatuan Hidrologis di Jawa Barat bagian utara. Cakupan wilayah kerja PJT II
berada diwilayah sungai Citarum dan sebagian besar sungai Ciliwung-Cisadane
yang mencakup seluas +12.000 km² yang dimana wilayah kerja PJT II berada di
Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
6
II.5 Motto Perusahaan
7
II.6.2 Struktur Organisasi Divisi Seksi Pemeliharaan Kelistrikan
8
BAB III
Mulai
Lapor kepada
pembimbing
lapangan
Briefing
Laporan
harian
operator
Iya
Pesiapan Repair
Monitoring secara
fisik dan kinerja
Repair
Tidak
Hasil repair
Hasil
monitoring
Normal
Ya
Corrective
Stop Ya Normal Tidak
Maintenance
9
Berikut ini merupakan penjelasan tentang metode pelaksanaan praktik kerja
lapangan secara menyeluruh sebagai berikut :
b. Briefing
Laporan harian yang dibuat oleh operator berupa data produksi harian serta
catatan lingkungan kerja power house dari satu hari sebelumnya.
10
d. Perlunya repair
Untuk menentukan repair dapat dilihat dari catatan operator power house melalui
laporan harian. Jika tidak ada catatan perlu dilakukan repair, maka lakukan
maintenance. Jika terdapat catatan perlu dilakukan repair, maka lakukan
persiapan repair. Diskusi dengan Manager Operasi bila diperlukan.
e. Persiapan repair
f. Repair
Melakukan repair sesuai SOP, dan mengganti unit yang akan di repair.
g. Hasil repair
Mengamati hasil repair baik dari fisik maupun kinerja. Jika sudah normal, maka
lakukan penulisan laporan repair. Apabila belum normal lakukan persiapan repair
kembali.
h. Maintenance
Melakukan monitoring fisik dan kinerja secara menyeluruh serta teliti. Apabila
ditemukan kejanggalan dari hasil monitoring. Segera lakukan corrective
maintenance. Jika tidak ada kejanggalan, maka lakukan penulisan laporan
maintenance.
11
menjadi energi mekanik untuk kemudian dikonversikan lagi menjadi energi
listrik dengan memutar rotor generator.
P = g x h x Q x Nt x Ng (III.1)
Dimana :
12
Gambar III.3. Gambar Teknik Turbin (PJT II, 2015)
Proses pembangkitan energi listrik pada PLTA IR. H. Djuanda terdiri dari
1. Aliran sungai dengan jumlah debit air sedimikian besar ditampung dalam
waduk yang ditunjang dalam bentuk bangunan bendungan.
2. Air tersebut dialirkan melalui saringan power intake.
3. Kemudian masuk ke dalam pipa pesat (penstock).
4. Untuk mengubah energi potensial menjadi energi kinetik. Pada ujung pipa
dipasang katup utama (main inlet valve).
5. Air disalurkan ke rumah siput (spiral case). Air yang telah mempunyai
tekanan dan kecepatan tinggi (energi kinetik) dirubah menjadi energy
mekanik dengan dialirkan melalui sirip – sirip pengarah (sudu tetap) akan
mendorong sudu jalan/runner yang terpasang pada turbin.
6. Gaya jatuh air yang mendorong baling – baling menyebabkan turbin berputar.
Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi
dorong angin untuk memutar baling – baling digantikan air untuk memutar
13
turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kinetik yang disebabkan gaya jatuh
air menjadi energi mekanik.
7. Generator dihubungkan dengan turbin melalui gigi – gigi putar sehingga
ketika baling – baling turbin berputar maka generator ikut berputar.
8. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari turbin menjadi energi
listrik, disebabkan proses oleh induksi magnet.
9. Air keluar melalui tail race
10. Tegangan ouput yang dihasilkan oleh generator , akan dinaikkan
menggunakan trafo step-up 6,3kv/150kv untuk efisiensi penyaluran energi
11. Lalu energi disalurkan menuju switch yard yang kemudian dibagi dan di
transmisikan menuju pusat beban dengan cara interkoneksi ke sistem tenaga
listrik melalui SUTT.
Berdasarkan beda tinggi, air mengalir melalui pipa pesat mengubah energi
potensial menjadi energi kinetik.
14
Turbin-turbin hidraulik, berhubungan erat dengan generator, fungsi utamanya
adalah mengubah energi air menjadi tenaga listrik. Air mengalir melalui turbin,
memberi tenaga pada penggerak (runner) dari turbin dan membuatnya berputar.
Corong dari penggerak berhubungan langsung dengan generator, asalkan tenaga
mekanik yang penting tersalur pada generator. Jadi, turbin-turbin menempati
posisi kunci dalam bidang teknik hidroelectric (hidrolistrik) dan membentuk
suatu bagian besar dari seluruh pembangkitan.
Jenis turbin disediakan untuk memilih turbin yang sesuai dengan penggunaan dan
karakteristik pembangkitan, seperti tinggi terjun air, daya yang dihasilkan, debit
air.
15
III.3.1 Turbin Impuls
Turbin Francis merupakan jenis turbin tekanan lebih . Sudunya terdiri atas sudu
pengarah dan sudu jalan, yang keduanya terendam dalam air. Perubahan energi
terjadi seluruhnya dalam sudu pengarah dan sudu gerak, dengan mengalirkan air ke
dalam sebuah terusan atau dilewatkan ke dalam sebuah cincin yang berbentuk
spiral atau rumah keong.
Turbin Kaplan merupakan jenis turbin tinggi air jatuh yang rendah dan debit air
besar. Sudu jalannya dapat diatur sudutnya untuk menyesuaikan aliran debit air.
Sudu jalan pada kaplan dikopel dengan generator secara langsung disebabkan
kecepatan spesifik.
Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah mesin
listrik yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (gerak) menjadi energi
listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan magnet. Konversi energi terjadi
16
karena adanya perubahan medan magnet pada kumparan jangkar (tempat
terbangkitnya tegangan pada generator).
Generator sinkron memiliki kumparan medan yang terletak pada rotor dan
kumparan jangkar terletak pada stator. Generator sinkron adalah generator
dimana putaran rotor sama dengan putaran medan magnet pada stator.Kecepatan
putar medan magnet pada stator yang sama dengan putaran rotor dengan
kutub-kutub magnet akan menghasilkan kecepatan sinkron.
Salah satu contoh aplikasi nyata Hukum Faraday adalah induksi elektromagnetik
yang terjadi dalam generator yang menyatakan: “Jika sebuah penghantar
memotong garis-garis gaya dari sebuah medan magnetik (fluks) yang konstan,
maka pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi”.
Umumnya generator sinkron terdiri atas stator, rotor, dan celah udara. Stator
merupakan bagian dari generator sinkron yang diam, sedangkan rotor adalah
bagian yang berputar dimana diletakkan kumparan medan yang disuplai oleh arus
searah dari eksiter (penguat). Celah udara adalah ruang udara antara stator dan
rotor.
17
III.4.2 Stator
1. Rangka Stator
2. Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik
khusus yang terpasang ke rangka stator.
Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada 3 (tiga)
bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup.
18
4. Kumparan Stator
III.4.3 Rotor
1. Slip ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi dipisahkan
oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip ring ini
kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang
letaknya menempel pada slip ring.
19
2. Kumparan rotor
3. Poros rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros
rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros rotor.
Generator sinkron memiliki dua tipe rotor, yaitu :
a. Rotor Kutub Sepatu (Salient Pole)
Rotor kutub sepatu atau menonjol mempunyai kutub-kutub medan magnet yang
jumlahnya banyak. Kutub pada rotor jenis kutub sepatu diberi laminasi untuk
mengurangi panas yang ditimbulkan oleh rugi-rugi arus Eddy. Kumparan
dibelitkan pada tangkai kutub, kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah
tembaga persegi. Rotor kutub sepatu memiliki ciri khas, yaitu rotor berdiameter
besar dan panjang serta sumbunya pendek. Selain itu jenis kutub salient pole,
kutub magnetnya menonjol keluar dari permukaan rotor. Belitan-belitan medan
dihubung secara seri. Ketika belitan medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub
yang berdekatan akan membentuk kutub yang berlawanan.
20
b. Rotor Kutub Celah Udara Sama Rata (cylindrical)
Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah
slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga kumparan medan
yang terletak pada rotor maka jumlah kutub pun sedikit yang dapat dibuat.
Belitan-belitan medan dipasang pada alur-alur di sisi luarnya dan terhubung seri
yang dienergisasi (energize) oleh eksiter.
Gambar III.10. Rotor Kutub Celah Udara Sama Rata (Sofian Yahya, 2017)
Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai berikut:
2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.
21
diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang
terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya
terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu
kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut,
hal tersebut sesuai dengan persamaan berikut :
𝑓= .............................................. (III.2)
dimana,
f = Frekuensi
Xa = reaktansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron
ra = tahanan jangkar
𝜙 = Fluksi (webber)
Generator sinkron tiga fasa, menggunakan tiga kumparan jangkar yang diletakkan
di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan kumparan jangkar
22
sedemikian rupa akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan
jangkar dengan besar tegangan sama tapi memiliki beda sudut fasa antar
satu fasa dengan fasa lain.
Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat terdiri dari: Sikat eksitasi statis , dan
sikat eksitasi dinamis.
23
III.5.1.1 Sistem Eksitasi Statis
Awalnya pada rotor harus memiliki sedikit sisa magnet ,apabila pada rotor tidak
terdapat magnet sisa , maka generator tidak dapat membangkitkan tenaga listrik
,magnet sisa akan menimbulkan tegangan pada stator, tegangan kemudian masuk
dalam penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor, akibatnya medan magnet
yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai
dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu
mempunyai pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan
menggunakan AVR (automatic voltage regulator).
Sistem eksitasi statis memiliki kekurangan yaitu , harus memiliki baterai untuk
mensuplai arus pada sistem eksitasi dengan cara injeksi arus inisial ke rotor
generator pada saat kondisi mula karena tidak memiliki magnet sisa . Dan
keuntungan sistem eksitasi statis , tidak ada rugi gesekan akibat generator arus
searah dan memiliki keandalan lebih disbanding sistem eksitasi dinamis.
24
III.5.1.2 Sistem Eksitasi Dinamis
Sistem Eksitasi dinamis adalah sistem eksitasi generator tersebut disuplai dari
eksiter yang merupakan mesin bergerak (dinamis). Sebagai eksiternya
menggunakan generator DC atau dapat juga menggunakan generator AC yang
kemudian disearahkan menggunakan rectifier. Generator arus searah tersebut
terkopel dengan generator sinkron dalam satu poros, yang menyebabkan putaran
antara kedua generator tersebut sama. Slip ring digunakan untuk menyalurkan
arus dari generator penguat pertama ke medan penguat generator penguat kedua.
Akibatnya arus mengalir menuju rotor dan membangkitkan medan magnet yang
dibutuhkan untuk membangkitkan tegangan arus bolak-balik.
1. Generator arus searah menjadi beban tambahan pada saat penggerak mula.
2. Timbul rugi gesekan pada generator utama akibat sikat arang yang menekan
slip ring.
25
III.5.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat
Sistem eksitasi tanpa sikat sama sekali tidak bergantung pada sumber listrik
eksternal, melainkan dengan menggunakan pilot exciter dan sistem penyaluran
arus eksitasi ke rotor generator utama, maupun untuk eksitasi eksiter tanpa
melalui media sikat arang. Pilot exciter terdiri dari sebuah generator arus
bolak-balik dengan magnet permanen yang terpasang pada poros rotor dan
kumparan tiga fasa pada stator.
Generator sinkron harus mempunyai medan magnet yang berputar supaya pada
stator generator tersebut dihasilkan tegangan terminal. Rotor yang diinjesikan
oleh sumber DC akan membangkitkan medan magnet permanen. Terdapat cara
lain untuk membangkitkan medan magnet, yaitu sistem eksitasi permanen magnet
generator (PMG). Menggunakan magnet permanen yang diposisikan pada poros
generator tersebut, sehingga pada saat rotor berputar maka medan magnet
mengikuti putaran rotor tersebut. Sistem eksitasi dengan menggunakan sistem
eksitasi tanpa sikat yang dilengkapi dengan permanen magnet generator biasanya
digunakan pada generator sinkron yang memiliki kapasitas yang besar. Hal ini
bertujuan agar sistem eksitasi dari generator tersebut tidak bergantung pada
sumber daya listrik dari luar mesin tersebut .
26
III.6 Jenis Beban
Beban resistif dihasilkan oleh peralatan listrik yang bersifat tahanan murni
(resistor) seperti pada lampu pijar dan pemanas. Beban resistif memiliki sifat
yang pasif, dimana tidak mampu memproduksi energi listrik, dan justru menjadi
konsumen energi listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran elektron yang
melewatinya dengan jalan menurunkan tegangan listrik yang mengalir, sehingga
mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas.
Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang
mengalirinya. Gelombang arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan
selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif
tidak akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.
27
Menurut grafik diatas gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fasa yang
sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban
resistif murni akan selalu ditopang oleh 100% daya nyata.
Beban induktif dihasilkan oleh peralatan listrik yang memiliki kumparan yang di
berbagai alat-alat listrik seperti motor, trafo, dan relai. Kumparan merupakan
komponen alat-alat listrik tersebut untuk menciptakan medan magnet (induksi
magnet) sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada
kumparan inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC.
Arus tertinggal sebesar dari tegangan. Fluksi yang dihasilkan oleh arus
jangkar (Ia) melawan fluksi arus medan (If) menyebabkan fluks resultan pada
celah udara akan berkurang dari fluks medan. Dengan kata lain pengaruh reaksi
jangkar akan melemahkan fluksi arus medan (demagnetising effect) atau sering
disebut demagnetizing.
28
Gambar III.15. Bentuk Gelombang Beban Induktif (http://artikel-teknologi.
com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-
jaringan-listrik-ac/2/)
Dari gambar tersebut diketahui bahwa jika sebuah sumber listrik AC dibebankan
induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° dari
gelombang tegangan. Dapat diketahui bahwa induktif dikenal dengan istilah
beban lagging atau arus tertinggal tegangan.
Beban kapasitif dihasilkan oleh peralatan listrik seperti kapasitor bank yang
bersifat menghambat perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan
bahwa kapasitor bersifat seakan-akan menyimpan tegangan listrik sesaat.
29
Gambar III.16. Bentuk Gelombang Beban Kapasitif (http://artikel-teknologi.
com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-
jaringan-listrik-ac/2/)
30
dari panel komando. Lalu ada pengoperasian dengan program yaitu proses
pelaksanaannya di power house dengan sistem otomatis dari panel komando.
Pengoperasian dengan remote ialah proses pelaksanaannya dari jarak jauh dengan
cara otomatis yang dikendalikan di ruang control building.
31
III.7.1 Komponen Utama Sistem Eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur
Output 35 MVA
Tegangan 6300 V
Arus 3208 A
Tugas Continuous
Fasa 3
Hubung kumparan Y
Frekuensi 50 Hz
Kelas insulasi F
32
III.7.1.2 Main Eksiter
Sistem eksitasi PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur merupakan eksitasi tanpa sikat
(brushless). Main eksiter adalah generator kecil AC dengan kutub pada statornya.
Rotor menghasilkan arus bolak balik disearahkan dengan dioda putar pada poros
main eksiter (satu poros dengan generator utama). Berikut ini dan spesifikasinya.
Arus eksitasi 40 A
Tegangan eksitasi 37 V
486 A
Arus armatur
135 V
Tegangan nominal
Y
Hubungan
272,7 rpm
Kecepatan nominal
Nominal daya 105 kW
Trafo eksitasi berfungsi untuk merubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah
sehingga dapat digunakan untuk mensuplai modul thyristor sesuai nominal
tegangan modul thyristor.
Modul thyristor diletakkan di panel AVR PLTA Ir. H. Djuanda Jatiluhur adalah
jenis SKKT 106/16 diproduksi oleh Semikron. Fungsi modul thyristor adalah
33
untuk menyearahkan tegangan AC tiga fasa menjadi tegangan DC yang dapat
diatur oleh AVR untuk mengatur arus eksitasi pada generator.
Pulse generator module berfungsi sebagai konversi dari tegangan input analog
menjadi tegangan keluaran beberapa pulsa atau berupa PWM (Pulse Width
Modulation) dengan cara mengubah lebar pulsa tetapi dengan nilai amplitudo dan
frekuensi tetap. Keluaran dari kontroler yaitu hanya berupa tegangan analog dari
0 hingga 10 volt sehingga untuk mengatur gate modul thyristor diperlukan sebuah
konventer yang dapat merubah tegangan analog menjadi PWM.
34
III.7.1.6 Pulse Amplifier Module
ABB UNITROL 1020 adalah regulator tegangan otomatis untuk generator kecil
dan menengah. Regulator teganagan dilengkapi teknologi mikroprosesor dan
semikonduktor IGBT yang menghasilkan arus output hingga 20 ADC untuk terus
beroperasi. UNITROL 1020 dilengkapi juga dengan kontrol PID, sinkronisasi
tegangan dan frekuensi, limiter arus eksitasi, dan digital input dan output untuk
pengoperasian order atau alarm. Berikut gambar ABB UNITROL 1020 yang
digunakan di PLTA Ir. H. Djuanda.
35
Gambar III.21. AVR (Muhammad Syahril Bachtiar, 2018)
Current transformer berfungsi merubah arus yang besar menjadi arus yang kecil
sehingga dapat digunakan untuk keperluan pengukuran dan komponen proteksi
dengan rasio 3500/5 A.
Field Flashing merupakan sumber daya yang didapatkan dari baterai untuk
digunakan sistem eksitasi dalam tahap awal pengoperasian generator yang
36
dimana generator belum mampu menghasilkan tegangan keluaran sendiri .
Baterai yang digunakan dalam field flashing adalah 125 VDC.
37
teruskan menuju main exciter yang selanjutnya arus yang keluar dari generator
main exciter akan diteruskan lalu disearahkan oleh rotation diode menuju
generator utama sebagai medan penguat. Pengaturan switching arus eksitasi yang
dilakukan oleh AVR ini akan disesuaikan dengan proses pembebanan yang
berlangsung pada generator tersebut.
Saat generator diberi beban nol atau kondisi tidak berbeban maka tidak ada arus
yang mengalir pada kumparan jangkar (stator), tetapi mengakibatkan adanya
fluksi arus medan rotor pada celah udara. Namun jika generator dibebankan , arus
jangkar Ia akan mengalir dan membentuk fluksi jangkar. Dengan adanya fluksi
jangkar , akan mempengaruhi fluksi arus medan dan akhirnya menyebabkan
berubahnya harga tegangan terminal generator. Reaksi ini kemudian dikenal
sebagai reaksi jangkar.
38
Sehingga hanya menyebabkan penurunan nilai tegangan terminal generator
diakibatkan pembebanan beban resistif.
Beban induktif murni dengan Cos 𝜑 = 0 lag , memiliki pengaruh melawan fluksi
arus medan yang dihasilkan oleh arus kumparan jangkar karena arus yang
tertinggal 900 dari tegangan. Sehingga efek demagnitezing beban akan
melemahkan fluksi arus medan jangkar .
Beban induktif bukan hanya mengkonsumsi daya nyata tetapi daya reaktif juga.
Upaya untuk menjaga nilai daya reaktif yang dibangkitkan generator adalah
dengan cara memperbesar arus eksitasi yang diinjeksikan ke kumparan medan.
Akibat penguatan fluksi medan pada kumparan generator , maka nilai tegangan
terminal akan meningkat. Mengurangi nilai arus eksitasi yang diinjeksikan ke
39
kumparan medan akan menyebabkan nilai tegangan terminal tidak melebihi
tegangan interkoneksi.
Dengan mengatur putaran (n) dan arus eksitasi (IF) maka tidak akan
mempengaruhi frekuensi sistem jaringan besar (infinite bus), bila generator
dihubungkan pada suatu sistem jaringan besar (infinte bus). Pada kondisi tersebut
pengaturan putaran adalah hanya mengatur pembebanan daya aktif sedangkan
pengaturan arus eksitasi hanya mengatur aliran daya reaktif atau faktor daya
generator tersebut.
Dalam menyuplai beban yang ada pada generator yang bekerja paralel, maka
jumlah daya aktif dan reaktif yang disuplai oleh generator harus sama dengan
daya aktif dan reaktif yang ada pada beban.
Adapun rumus daya aktif dan reaktif yang harus disuplai oleh kedua generator :
40
Pload= PG1+PG2 ......... (III.6)
Apabila generator bekerja secara paralel , dengan nilai putaran tetap (n) tetapi
arus eksitasi (IF) yang diinjeksikan ke kumparan ditingkatkan , maka akan
mengakibatkan naiknya fluks magnetik ( φ ) seiring dengan kenaikan arus
eksitasi.
Gambar III.22 Kondisi Pembagian Daya Reaktif Sama (Syamsul Amien Basofi,
2014)
Dapat diketahui dari kondisi diatas , Generator satu dan generator dua mensuplai
beban dengan daya aktif dan reaktif yang sama rata. Apabila arus eksitasi
generator satu ditingkatkan dan arus generator dua diturunkan , maka akan
merubah pembagian daya reaktif yang akan disuplai ke beban.
Gambar III.23 Kondisi Pembagian Daya Reaktif Tidak Sama (Syamsul Amien
Basofi, 2014)
41
Apabila generator dengan arus eksitasi ditingkatkan (over excited), dapat
diketahui bahwa generator mencatu beban besifat induktif dimana arus tertinggal
ke sistem (lagging), yang berarti generator menarik arus mendahului dari sistem
atau istilahnya mengirim daya reaktif ke sistem. Demikian pula jika arus eksitasi
dikurangi (under excited), dapat diketahui bahwa generator mencatu beban
bersifat kapasitif dimana arus mendahului sistem (leading) atau dinyatakan
menarik arus tertinggal dari sistem atau istilahnya menarik daya reaktif dari
sistem.
Ketika generator dalam mode under excited seperti kondisi diatas, generator
dapat dioperasikan sebagai kondensor sinkron. Disebut kondensor sinkron
disebabkan mesin beroperasi tanpa beban mekanis. Generator yang menjadi
kondensor sinkron, tidak memerlukan penggerak utama. Kondensor digunakan
untuk memasok daya reaktif untuk sistem.
Dimana telah dipaparkan pada bab pendahuluan, bahwa penulisan karya tulis
bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus eksitasi terhadap pembebanan
generator yang bekerja paralel. Berikut ini adalah data produksi harian generator
unit satu dan empat pada 22 Agustus 2019 s.d 23 Agustus 2019 , pukul 09.00 s.d
15.00 WIB :
42
Tabel III.3. Data Produksi Harian Generator Unit Satu
Beban
Jam F
Gen. Gen. P Q
(WIB) (A) (Hz) (rpm)
(kV) (kA) (MW) (MVAR)
43
Tabel III.4. Data Produksi Harian Generator Unit Empat
Beban
Jam F
Gen. Gen. P Q
(WIB) (A) (Hz) (rpm)
(kV) (kA) (MW) (MVAR)
Dapat diketahui menurut tabel III.4 dan tabel III.5, bahwa pada unit 1 arus
eksitasi terendah 450A dengan daya nyata terendah yang dihasilkan 25,38MW
44
dan arus eksitasi tertinggi 480A dengan daya nyata tertinggi yang dihasilkan
26,16MW. Unit 4 arus eksitasi terendah 265A dengan daya nyata terendah yang
dihasilkan 26,18MW dan arus eksitasi tertinggi 380A dengan daya nyata tertinggi
yang dihasilkan 23,67MW.
22 Agustus 2019 pukul 09.00 WIB dapat dilihat bahwa produksi daya nyata unit
1 dan unit 4 sama , sedangkan produksi daya reaktif lebih besar unit 4 dibanding
unit 1 dengan selisih 1,21MVAR. Arus eksitasi unit 4 lebih besar dibanding
dengan unit 1 dengan selisih 185A. Dapat diketahui bahwa generator unit 4
mencatu arus tertinggal ke sistem (lagging), yang berarti generator menarik arus
mendahului dari sistem atau istilahnya mengirim daya reaktif ke sistem.
Dapat diketahui dari tabel III.4 dan tabel III.5 bahwa terjadinya perubahan beban,
tegangan terminal generator juga akan ikut berubah. Ketika beban naik, maka
yang terjadi adalah tegangan jaringan akan turun dan membuat tegangan terminal
generator juga menjadi turun. Upaya untuk menaikkan tegangan terminal
generator agar tetap dalam kondisi nominal, dengan cara meningkatkan arus
eksitasi yang diinjeksikan ke rotor generator.
Dapat diketahui pada saat terjadi penurunan beban, tegangan pada jaringan akan
cenderung naik, dan tegangan teminal generator juga akan naik melebihi
tegangan nominalnya. Upaya untuk menjaga tegangan terminal generator agar
tetap dalam kondisi nominal , dengan cara mengurangi arus eksitasi yang
diinjeksikan ke rotor generator.
45
III.8.2.2 Analisa Pengaruh Arus Eksitasi Generator Terhadap Pembebanan
Hubungan antara tegangan terminal (Vout) dan arus eksitasi (IF) berbanding lurus.
Ketika arus eksitasi ditingkatkan, maka tegangan terminal akan meningkat.
Secara tidak langsung arus eksitasi memiliki hubungan dengan pembebanan,
karena pada saat generator dibebankan maka tegangan jaringan dan tegangan
terminal akan menurun. Oleh karenanya dibutuhkan penambahan arus eksitasi
untuk menjaga tegangan terminal generator tetap pada kondisi nominalnya.
Dapat dilihat pada tabel III.4 dan tabel III.5, bahwa arus eksitasi (IF) antara unit 1
dan unit 4 sangat jauh berbeda. Ketika diantara 2 generator yang bekerja paralel,
generator satu arus eksitasi (IF) ditingkatkan dan generator dua diturunkan maka
akan menyebabkan pembagian daya reaktif (Q) yang disuplai ke beban berubah.
Dimana generator satu akan menyuplai daya reaktif ke beban lebih besar
dibanding generator dua. Oleh karenanya peningkatan arus eksitasi (IF) dengan
kecepatan putaran tetap (n) akan meningkatkan produksi daya reaktif (Q).
Diketahui dari tabel III.4 dan tabel III.5, sudah memenuhi syarat paralel. Menurut
IEC 60034 perbedaan tegangan yang diijinkan maksimum ± 5%, pada pukul
09.00 WIB 22 Agustus 2019 unit 1 dan unit 4 memiliki perbedaan output
tegangan sebesar 10volt; Selisih terbesar pada pukul 13.00 WIB 23 Agustus 2019
dengan nilai 120volt dan masih dalam batas yang diijinkan. IEC 60034
mengijinkan perbedaan frekuensi sampai batas ± 5%, pada pukul 09.00 WIB 22
Agustus 2019 unit 1 dan unit 4 memiliki perbedaan frekuensi sebesar 0,01Hz;
Selisih terbesar pada pukul 11.00 WIB 22 Agustus 2019 dengan nilai 0,82Hz dan
masih dalam batas yang diijinkan.
46
III.9 Kesimpulan
1.Maintenance perlu dilakukan dalam suatu plant dengan interval waktu yang
ditentukan.
3. Jenis eksitasi yang digunakan pada PLTA Ir. H. Djuanda adalah jenis eksitasi
brushless (tanpa sikat).
4. Arus eksitasi bepengaruh pada output tegangan serta daya reaktif generator.
III.10 Saran
1. Penulis sulit untuk mendapatkan data-data yang lengkap, diperlukan alat ukur
yang dipasang secara menyeluruh pada sistem pembangkit.
47
DAFTAR PUSTAKA
[6]Basofi, Syamsul Amien, Ir,. M.S. (2014): Studi Pengaruh Arus Eksitasi Pada
Generator Sinkron Yang Bekerja Paralel Terhadap Perubahan Faktor
Daya, Vol.7, No.1 , Universitas Sumatera Utara , Medan.
[9]PJT II. (2015): Data Teknis PLTA Ir. H. Djuanda, Perum Jasa Tirta II,
Purwakarta.
[10]PJT II. (2015): Profil Perum Jasa Tirta II, Perum Jasa Tirta II, Purwakarta.
48
[11]Ridzki, Imron (2013): Analisis Pengaruh Eksitasi, Jurnal ELTEK, Vol 11 No
02, Hal 31-41.
49