(31-K-101-A)
PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT VI
BALONGAN – INDRAMAYU
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Praktek Kerja Lapangan pada semester V di
Program Studi D3 Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
(Rosnamora H)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN dan
menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul :
“STUDI UJI KELAYAKAN MOTOR INDUKSI 3 FASA ASINKRON 3
KV (31-K-101-A)”.
Pembuatan laporan ini merupakan bentuk pelaporan kegiatan kerja praktik
yang telah di laksanakan penulis pada tanggal 03 Juli s/d 03 Agustus 2016 dengan
tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah kerja praktik semester
v jurusan Teknik Elektro Program studi D3 Teknik Listrik Politeknik Negeri
Bandung.
Dalam Penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menemui berbagai
kesulitan dan kendala dalam penyelesaianya, oleh karena itu penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa adanya bimbingan, dukungan, dan Inspirasi dari
berbagai pihak, maka laporan ini tidak dapat diselesaikan sesuai dengan harapan
penulis. Pada kesempatan ini penulis capkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua , adik saya, sebagaisumber kehidupan, pembimbing dan
pendidik yang bijaksana yang selalu memberikan doa, nasehat, dan
dukungan nya baik moril maupun materil yang tidak terhingga dalam
meniti jalan hidup ini.
2. Bapak Malayusfi, BSEE., M.Eng, selaku Ketua Jurusuan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung.
3. Bapak Supriyanto, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Listrik.
ii
4. Bapak Robert A P, SST., M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dan atas semua semangat dan motivasi yang
diberikan.
5. Bapak Dadan Iskandar, selaku pembimbing perusahaan yang telah
banyak membantu selama penulis kerja praktik dalam ilmu maupun
nasihat.
6. .Bapak Wayan S, Kang Ricky Nurrahman, Mas Arya Thoni W , Bapak
Edi dan seluruh staff dan karyawan Electrical & Instrument Engineering
Maintenance Area III yang telah banyak meluangkan waktu untuk
berbagi ilmu dan membantu sela kerja praktik
7. Bapak Yanto Selaku HR RU VI dan Seluruh staff pegawai Pusdiklat serta
divisi K3 yang telah memberi arahan kerja praktek.
8. Bapak Haris Santana dan Ibu Cici serta Putra Putrinya , yang telah
memberikan tempat tinggal sementara dan banyak dukungan lainnya.
Terimakasih banyak atas segala bantuan yang diberikan.
9. Iful Saeful M,Kevin Rusydi Abdillah Xena Nurjaman, dan Wanda
Candra Nugraha selaku sahabat dan rekan kerja praktek yang selalu
menemani untuk berbagi dan berdiskusi ilmu dengan penulis.
10. Semua anggota Himpunan Mahasiswa Listrik (HML) POLBAN yang
telah memberikan pengalaman kepada kami untuk tetap siap menghadapi
masalah serumit apapun.
iii
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
BAB I .......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
v
1.8 Sistematika Penulisan ................................................................... 19
BAB II ....................................................................................................... 21
2.7.1 Stator...................................................................................... 26
BAB III...................................................................................................... 33
PEMBAHASAN ....................................................................................... 33
BAB IV ..................................................................................................... 50
PENUTUP ................................................................................................. 50
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero) ...................................................... 5
Gambar 1. 2 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ........... 8
Gambar 1. 3Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ........ 11
Gambar 1. 4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan . 13
Gambar 2. 1 Motor induksi 3-fasa ....................................................................21
Gambar 2. 2 Penerapan motor induksi di dunia industri ...................................... 21
Gambar 2. 3 Contoh data yang ada di plat nama motor induksi .......................... 22
Gambar 2. 4 Kostruksi utama Stator dan Rotor .................................................... 26
Gambar 2. 5 Konstruksi stator dengan alur-alurnya............................................. 27
Gambar 2. 6 Rotor sangkar Tupai ......................................................................... 28
Gambar 2. 7 Konstruksi dan bagian dari rotor sangkar ....................................... 29
Gambar 2. 8 Rotor berlian ..................................................................................... 30
Gambar 2. 9 Jenis rotor sangkar dan belitan pada motor induksi 3 fasa ............. 30
Gambar 2. 10 Konstruksi detail motor induksi dengan ”rotor sangkar” ............. 31
Gambar 2. 11 Konstruksi detail motor induksi dengan ”rotor belitan” ............... 31
Gambar 2. 12 Komponen lainnya pada motor induksi .......................................... 32
Gambar 3. 1 motor listrik asinkron atau motor listrik indutri (31-K-101-A) ........33
Gambar 3. 2 Name Plate motor listrik asinkron atau motor listrik indutri (31-K-
101-A)..................................................................................................................... 34
Gambar 3. 3 Multimeter digital ............................................................................. 35
Gambar 3. 4 insulation tester................................................................................. 36
Gambar 3. 5 Vibrasi tesTester ............................................................................... 36
Gambar 3. 6 Torsi Tester ....................................................................................... 36
Gambar 3. 7 Noise tester ....................................................................................... 37
Gambar 3. 8 terminal pada motor 3 fasa ............................................................... 37
Gambar 3. 9 cara melakukan pengukuran tahanan isolasi pada motor listrik
menggunakan insulation tester .............................................................................. 40
Gambar 3. 10 Lingkungan motor llistrik induksi 31-K-101-A............................... 43
Gambar 3. 11 bearing motor ................................................................................. 44
viii
Gambar 3. 12 sisi Fan ........................................................................................... 44
Gambar 3. 13 connection sumber 3 fasa ............................................................... 45
Gambar 3. 14 letak tempat pengukuran alat ukur 1 .............................................. 46
Gambar 3. 15 letak tempat pengukuran alat ukur 2. ............................................. 47
Gambar 3. 16 pemasangan alat ukur. .................................................................... 47
Gambar 3. 17 orientasi pengukuran. ..................................................................... 48
Gambar 3. 18 tempat pengukuran. ........................................................................ 48
Gambar 3. 19 safety pada saat pengukuran. ......................................................... 48
Gambar 3. 20 Ground Body ................................................................................... 49
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero) [PERTAMINA,
2005] ........................................................................................................................ 2
Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero) ....................... 3
Tabel 3. 1 classification according to maximum allowable operating
temperature............................................................................................................45
x
BAB I
PENDAHULUAN
2
Februari 1961 PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi
sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.
1 Juli 1961 PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No.
198/1961)
20 Agustus Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN
1968 menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nasional (PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968
15 September PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA
1971 berdasarkan UU No. 8/1971
17 September PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA
2003 (Persero) sesuai PP No. 31/2003
3
1 RU II Dumai 170.0
2 RU III Plaju 133.7
3 RU IV Cilacap 348.0
4 RU V Balikpapan 260.0
5 RU VI Balongan 125.0
6 RU VII Kasim 10.0
- Visi
Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.
- Misi
Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
Arti Logo :
1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan
representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif
2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil
PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif
dan dinamis dimana:
Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab
Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan
5
Merah :mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian
dalam menghadapi berbagai macam kesulitan
6
Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran
crude Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24.
Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi
kebutuhan BBM yaitu:
1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.
2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.
3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.
Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang
dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun
1991. Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah
namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina
(Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda
dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic
Cracking (RCC) mengalami kerusakan.
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi
minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga
sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas
unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk saat
ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak
domestik menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah
kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan
sekitarnya.
8
2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri
khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
3. Warna :
Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup
Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam
setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran
Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero)
Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI
c. Tenaga Kerja
12
1.2.5 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan
13
1. General Manager
Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit
bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi
kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation,
procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan
di Refinery Unit VI.
2. Senior Man. Op & Manufacturing
Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan,
memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan
operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul,
pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan
baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management,
pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan
operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit VI
3. Production-I Manager
Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung
seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah
lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses
bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
Prod 1. Membawahi : RCC, HSC, dan DHC.
14
4. Production-II Manager
Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor,
dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan
kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan
penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus
minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap
aktivitas / process business operasional program HSE dalam rangka mendukung
seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah
lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
Prod II Membawahi : Utilities, Lab, POC, dan OM.
5. Refinery Planning & Optimization Manager
Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah
mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan,
pengembangan / pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian
keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan,
penerimaan, dan penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang;
evaluasi pengembangan produk; pengelolaan Linear Programming serta
pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional
yang paling efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam
setiap aktivitas / proses bisnis di Refinery Unit VI.
6. Maintenance Execution Manager
Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan,
memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop),
pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan
aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment,
transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu tools
worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan
kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling
optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap
aktivitas dan memenuhi HSE excellence di Refinery Unit
15
7. Maintenance Planning & Support Manager
Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah
mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan
kilang yang meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan
rencana dan kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor
management, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk
memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan
/ atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat
dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di
Refinery Unit VI.
8. REL Manager
Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan
strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan
teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana
(termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan
kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam
setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan
kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di
Refinery Unit
9. T/A (Turn-Around) Manager
Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan,
mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-
around (TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan /
perencanaan, pelaksanaan & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai best
practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan pemerintah,
standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan
pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan
di-overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan
16
jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang
direncanakan di Refinery Unit VI.
10. Engineering & Development Manager
Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan,
memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja
operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan
kilang pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan
operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program
HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi
pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola
suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan
berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit
VI.
11. HSE Manager
Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit VI yang meliputi
penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK HSE, identifikasi risiko
HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi operasional
program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE
regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan
pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam
upaya mencapai HSE excellence.
12. Procurement Manager
Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor
management, penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management,
perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta menunjukkan
komitmen HSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI.
17
13. General Affairs
Tugas pokok General Affairs adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan
stakeholder, hubungan pelanggan (internal & eksternal), kredibilitas perusahaan,
komunikasi eksternal dan internal, Corporate Social Responsibility (CSR) /
Community Development (CD) / Community Relation (CR), dokumen dan literatur
perusahaan, corporate activity, manajemen security, budaya security, operasional
program security, emergency program, pengelolaan peralatan dan fasilitas
security, juga security regulation compliance untuk mendukung kegiatan
operasional agar berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI.
18
2) Bagaimana cara pengujian kelayakan motor asinkron 3 fasa ?
Pada bagian ini akan dibahas gambaran penulisan laporan Kerja Praktek
secara garis besar. Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut:
A. BAB I PENDAHULUAN
19
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum perusahaan (sejarah singakt
perusahaan, visi dan misi perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan, struktur
organisasi dan fasilitas perusahaan), latar belakang, tujuan penulisan, rumusan
masalah, batasan masalah, ruang linkup bahasan, metode pengambilan data dan
sistematika penulisan laporan.
D. BAB IV PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas oleh penulis dan
merupakan intisari dari semua bab yang akan di tampilkan, pada bab ini juga saran
yang dimaksudkan kepada perusahaan dapat dicantumkan, agar dapat menjadi
evaluasi perusahaan untuk kedepanya.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Motor Induksi 3 Fasa
Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik
menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan
mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Motor induksi 3-fase
dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai
bidang industri dengan kapasitas yang besar. Bentuk gambaran motor induksi 3
fasa diperlihatkan pada gambar 2.1, dan contoh penerapan motor induksi ini di
industri diperlihatkan pada gambar 2.2.
21
Data-data motor induksi mengenai daya, tegangan dan data lain yang
berhubungan dengan kerja motor induksi dibuatkan pada plat nama (name plate)
motor induksi. Contoh data yang ditampilkan pada plat nama motor induksi ini
diperlihatkan pada gambar 2.3
22
tranduser mekanik pada poros motor, sehingga DTC dapat dikatakan sebagai
teknik kontrol “type sensorless” . Dengan menggunakan sensor putaran rotor
motor akan mengakibatkan stabilitas yang rendah dan ada noise, sehingga dalam
pengemudian motor induksi dengan pemakaian khusus menggunakan sensor
mekanik akan menyulitkan.
Untuk mengontrol kecepatan motor induksi 3 phase menggunakan metode
Direct Torque Control memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah :
1. Tidak membutuhkan transformasi koordinat.
2. Tidak membutuhkan pembangkit pulsa PWM.
3. Tidak membutuhkan regulator arus.
4. Kurang bergantung pada parameter mesin.
Metode Direct Torque Control merupakan tipe kontrol close loop. Kontrol
close loop umum digunakan di dalam pengaturan kecepatan motor induksi karena
memberikan respon kecepatan yang lebih baik dari pada open loop. Kontrol close
loop disebut juga kontrol umpan balik yang menjadikan output sebagai
perbandingan dengan input (referensi) untuk memperoleh suatu error. Didalam
suatu sistem yang handal, adanya error merupakan suatu kerugian. Oleh karena
itu, digunakan control PI yang diharapkan dapat menekan error sampai nilai
minimal. Namun hal ini membutuhkan perhitungan matematik yang rumit dan
komplek dalam menentukan Kp dan Ki yang sesuai, agar diperoleh kinerja motor
yang bagus.
2.3 Kontrol PI
1) Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor
sangkar.
2) Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi.
3) Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi
gesekan kecil.
4) Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak
diperlukan.
1) Bila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, maka pada
kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan, ns = 120f/P ,
ns = kecepatan sinkron, f = frekuensi sumber, p = jumlah kutup
2) Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi
rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl )
sebesar E2s = 44,4fnØ. Keterangan : E = tegangan induksi ggl, f =
frekkuensi, N = banyak lilitan, Q = fluks
3) Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka
tegangan induksi akan menghasilkan arus ( I ).
4) Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya ( F ) pada
rotor.
5) Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk
memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah medan
putar stator.
6) Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, maka
diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator
(ns) dengan kecepatan putar rotor (nr).
7) Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip ( S ) yang
dinyatakan dengan Persamaan S = ns-nr/ns (100%)
8) Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada rotor,
dengan demikian tidak ada torsi yang dapat dihasilkan. Torsi suatu motor
akan timbul apabila ns > nr.
9) Dilihat dari cara kerjanya motor tiga phasa disebut juga dengan motor tak
serempak atau asinkron.
25
2.7 Konstruksi Motor Induksi 3 fasa
2.7.1 Stator
Stator pada motor induksi adalah sama dengan yang dimiliki oleh motor
sinkron dan generator sinkron. Konstruksi stator terbuat dari laminasi-laminasi
dari bahan besi silikon dengan ketebalan (4 s/d 5) mm dengan dibuat alur sebagai
tempat meletakan belitan/kumparan, secara detail ditunjukan pada gambar 2
berikut.
26
Gambar 2. 5 Konstruksi stator dengan alur-alurnya
2.7.2 Rotor
Ini adalah bagian yang berputar dari motor. Seperti dengan stator atas,
rotor terdiri dari satu set laminasi baja beralur ditekan bersama dalam bentuk jalur
magnetik silinder dan sirkuit listrik. Rangkaian listrik dari rotor dapat berupa :
Menurut jenis rotor pada motor induksi dibagi menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu:
A. Rotor Sangkar Tupai (Squirrel Cage Rotor)
Rotor yang terdiri dari sejumlah lilitan yang berbentuk Batang tembaga
yang dihubungkan singkat pada setiap ujungnya kemudian disatukan (di cor)
menjadi satu kesatuan sebagaimana gambar 2.6.
27
Gambar 2. 6 Rotor sangkar Tupai
Jenis rotor sangkar tupai, yang terdiri dari satu set tembaga atau potongan
aluminium yang dipasang ke dalam slot, yang terhubung ke sebuah akhir-cincin
pada setiap akhir rotor. Konstruksi gulungan rotor ini menyerupai 'kandang tupai'.
Potongan aluminium rotor biasanya dicor mati ke dalam slot rotor, yang membuat
konstruksinya sangat kasar. Meskipun potongan rotor aluminium berada dalam
kontak langsung dengan laminasi baja, hampir semua arus rotor melalui jeruji
aluminium dan tidak di laminasi. Sejumlah motor induksi yang beredar dipasaran
maupun yang banyak digunakan sekitar 90% adalah motor induksi dengan ”Rotor
Sangkar”. Alasan umum yang diperoleh adalah karena konstruksi yang sederhana
dan juga lebih murah harganya. Konstruksi rotor sebagaimana gambar 2.7. berikut
ini, menunjukkan konstruksi batang-batang konduktor dari bahan tembaga atau
alumunium yang dihubungkan singkat.
28
Gambar 2. 7 Konstruksi dan bagian dari rotor sangkar
29
Rotor yang terbuat dari laminasi-laminasi besi dengan alur-alur sebagai
tempat meletakkan belitan (kumparan) dengan ujung-ujung belitan yang juga
terhubung singkat seperti gambar 2.8.
Motor dengan jenis rotor belitan biasanya diperlukan pada saat pengasutan
atau pengaturan kecepatan dimana dikehendaki torsi asut yang tinggi
Gambar 2. 9 Jenis rotor sangkar dan belitan pada motor induksi 3 fasa
30
belitan statornya dan selalu dalam bentuk belitan 3 fasa sekalipun statornya hanya
2 fasa. Pengaturan belitan/gulungan/kumparan dilakukan untuk masing-masing
fase adalah sama. Sedangkan pada ujung-ujung dari masing kumparan/fase yang
keluar dihubungkan ke 3 buah cincin (slipring) berdasarkan jumlah fasenya.
Konstruksi slip ring terhubung secara langsung dengan masing-masing sikat.
Dengan demikian, maka pada jenis ini dapat dihungkan secara langsung ke
”Tahanan luar” guna keperluan pengasutan. Pada gambar 2.7 dan 2.8 di bawah ini
menunjukkan detail dari konstruksi motor induksi dengan rotor sangkar dan rotor
belitan termasuk bagian-bagiannya
31
2.8 Parts lainnya
32
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian unit 31-K-101-A
31-K-101-A adalah suatu unit kompresor yang ada pada unit NPU (Naphta
Procces Unit) yang dioperasikan melalui SS17 (Sub Station 17) yang berfungsi
untuk mengkompresikan gas proses unit 31.
Kompresor ini digerakan oleh sebuah motor listrik asinkron atau motor
listrik induksi 3 fasa yang mempunyai kapasitas tegangan 3KV. Gambar motor
listrik diperlihatkan pada gambar 3.1 dan name plate pada gambar 3.1
33
Gambar 3. 2 Name Plate motor listrik asinkron atau motor listrik indutri (31-K-
101-A)
34
3. kondisi fisik, kebersihan motor dan lingkungan sekitarnya.
4. Periksa noise apakah ada kelainan pada suara motor.
5. Periksa temperature pada DE/NDE bearing.
6. Periksa temperature pada body/winding motor.
7. Periksa radial/axial vibration.
8. Periksa ground body, apakah terpasang dengan baik.
9. Periksa kondisi fisik start-stop push button.
35
Gambar 3. 4 Insulation Meter
36
Gambar 3. 7 Noise Meter
37
C. Catat hasil pengukuran tersebut,resistan winding pada setiap terminal
harus mempunyai nilai yang sama.
3.4.1.2.2 perhitungan
Motor induksi ini mempunyai tegangan kerja 3 kv, cara menentukan
minimal tegangan kerja pada isolasi adalah:
3.4.1.2.3 Pengukuran
Sebelum melakukan pengukuran menggunakan alat insulation tester, Hal
hal yang harus diperhatikan sebelum dan setelah menggunakan insulation test
A. Skala ukur yang dipakai harus lebih besar dari alat yang diukur.
Misalnya jika akan mengukur tahanan isolasi moror listrik 3000 Volt
38
maka gunakanlah skala ukur insulation test yang lebih besar seperti
5000 Volt
B. Sebelum mengukur, pastikan bahwa peralatan yang akan di ukur dalam
keadaan stop ddan tidak ada arus listrik yang mengalir
C. Setelah mengukur, pastikan untuk grounding kembali perlatan yang
diukur. Hal ini karena teknik pengukuran insulation tester adalah
dengan menggunakan tegangan listrik yang jika tidak di grounding
akan mengakibatkan terkena sentuhan tidak langsung saat
menghubungkan kembali.
D. Cara grounding setelah pengukuran insulation test : hubungkan setiap
terminal atau kabel yang diukur dengan body.
39
Gambar 3. 9 cara melakukan pengukuran tahanan isolasi pada motor listrik
menggunakan insulation Meter
Motor Solo Run adalah pengujian motor induksi dalam keadaan no load
atau tanpa beban. Motor induksi pada suatu pabrik biasanya dicouple dengan
beban seperti pompa, conveyor, fan, compressor, dsb. Sebelum motor digunakan
untuk beban-beban tersebut, motor perlu diuji kinerjanya dengan melepas couple
beban motor tersebut. Kegiatan Motor Solo Run wajib dilakukan pada saat
precommissioning suatu pabrik baru dan pada saat motor setelah dilakukan
maintenance berkala seperti penggantian lilitan rotor dan pengecatan ulang.
Tujuan dari Motor Solo Run adalah untuk mengetahui kondisi kinerja
motor sebelum dicouple dengan bebannya. Parameter yang dilihat dari sisi
mechanical adalah vibration (getaran), kecepatan (rpm), dan temperature (suhu),
atau bahkan berserta noise (suara). Sedangkan pada sisi electrical adalah arus
starting dan arus normal motor keadaan no load, dan beberapa motor
40
menggunakan RTD sehingga dapat dilhat suhunya terutama pada bearing motor.
Motor solo run biasanya dilakukan selama kurang lebih 2 jam dan secara berkala
dilakukan pengukuran parameter-parameter yang telah disebutkan baik di sisi
lapangan maupun dari switchgear/substation.
Beberapa hal ini perlu disiapkan sebelum melakukan motor solo run, yaitu:
A. Cek Mechanical Data Sheet
memastikan data-data motor tersedia secara lengkap adalah suatu
kewajiban. Perhatikan selalu GA Drawing motor dan data-data terkait parameter
motor. Motor setelah proses fabrikasi tentu sudah dilakukan serangkaian
pengujian di pabrik vendor motor bersangkutan. Data-data tersebut menjadi acuan
dan batas bila pada saat motor solo run terjadi nilai-nilai yang melebihi parameter
sehingga dapat dilakukan tindakan secara cepat dan gesit. Setelah Data tersebut
berada di tangan, mintalah mechanical team untuk melakukan serangkaian
pengukuran dan prosedur sebelum solo run seperti proses uncople, thightening,
dan sebagainya. Rapikan dokumen-dokumen tersebut dalam satu map yang dapat
dibaca dengan mudah dan nyaman di lapangan.
B. Setting Proteksi Motor dan Feeder
Setelah studi power system analysist dilakukan, didapatkan setting rele
proteksi untuk seluruh feeder dan motor. Mintalah vendor switchgear atau
operator/engineer yang memumpuni untuk menginput data tersebut ke rele
proteksi. Selain proteksi, kita perlu banget mengecek LCS dan start/stop test pada
drawer motor controller sebelum kondisi di rack-in. Apabila terjadi kendala pada
pengetesan ini anda perlu melakukan troubleshooting dengan membaca gambar
schematic drawer motor controller dan cek apakah wiring drawer dan
komponennya telah sesuai dengan schematic.
C. Cek Torsi Koneksi kabel
Perhatikan secara teliti (bukan hanya dengan kasat mata) torsi pada sisi
terminal koneksi junction box panel / switchgear dan pada sisi motor di lapangan.
Pastikan baut yang digunakan ukuran dan bahannya sesuai standar dari vendor.
Kencangkan Baut sesuai standard torsi yang ditetapkan oleh vendor, beda vendor
41
beda pula standard torsinya dan pastikan menggunakan kunci torsi bukan kunci
pas biasa. Pada sisi motor, lakukan hal serupa. Cek Fase kabel telah terpasang
sesuai dengan tag di panel maupun motor agar saat dinyalakan, arah putar motor
tidak terbalik. Pengukuran dan pengecekan kabel juga sangat penting (megger,
hipot test, dan continuity kabel). Siapkan hasil pengukuran tersebut dalam
dokumen yang sama pada dokumen data sheet motor. Pastikan kabel gland telah
dipasang dan telah di-heat shrink agar air tidak masuk ke terminal box. Jangan
lupa perhatikan kabel grounding motor harus sudah terpasang. Jika ada punchlist
dari owner/client sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu agar motor solo run dapat
diselesaikan dengan tentram dan damai tanpa adanya gejala short circuit.
D. Alat ukur dan lembar pengamatan
Bawalah alat ukur vibration, Temperature, dan Rpm meter di lapangan.
Pastikan alat tersebut telah memiliki sertifikat kalibrasi QC passed dari pabrikan.
Semakin bagus alatnya maka insyaallah semakin baik pula hasil pengukurannya.
Jangan lupa persiapkan perlatan kunci pas dan obeng yang lengkap untuk jaga-
jaga. Jangan Lupa siapkan barricade dan Alat pemadam kebakaran di sisi motor
maupun switchgear/substation.
E. Koordinasi antar disiplin yang bersangkutan
Electrical dan Mechanical serta HSE perlu membahas persiapan motor
solo run dengan serius. Pastikan kita semua berada dalam frekuensi yang sama.
Segala kendala dari masing-masing disiplin dibahas dan diselesaikan dengan
segera. Pastikan pasokan Power untuk menyalakan motor harus terpenuhi dan
continue selama pekerjaan motor solo run berlangsung dan motor telah diberi
grease yang cukup.
F. Work Permit
Jika semua telah dipersiapkan, jangan lupa untuk menyiapkan dokumen
yang paling penting ini, yaitu work permit dan Job Safety Analysist. Pastikan orang-
orang yang berkepentingan telah mengetahui secara detail jadwal motor solo run.
Hubungi bagian terkait Maintenance Eksekusi, Electrical Enginer , Rotating
enginer dan Operasional Kilang dan HSE pada saat Solo run agar prosedur motor
solo run dapat dilaksanakan dengan teratur.
42
3.4.3 Kondisi fisik, kebersihan motor dan lingukangan sekitarnya
3.4.4 Noise
43
3.4.5 Temperature pada DE/NDE Bearing
Gambar diatas adalah sisi motor dan fan yang menjadi fokus dibagian ini
adalah bearing-nya. Bearing terbagi menjadi 2 yaitu bearing DE (Drive End) yang
letaknya dekat coupling dan Bearing END (Non Drive End) yang letaknya pada
sisi Fan motor.
Gambar diatas atas adalah sisi Fan yang parameter diukurnya sama yaitu
Bearing DE (Dekat Coupling) spot 3 dan Bearing NDE letak paling ujung dari
Fan. PdM dengan Tgermography ini bersama dengan Vibrasi tool sehingga
kegiatannya mendukung kegiatan vibrasi. Karena jika vibrasi tinggi bisa
dimungkinkan ditandai juga dengan temperatur yang tinggi dan ini
mengidentifikasikan bahwa Bearing sudah tidak center lagi dan perlu dilakukan
Alignment namun jika vibrasi tinggi namun temperatur stabil maka banyak faktor
yang menyebabkan seperti pelumasan, material bearing, Graese dan Cooling.
44
3.4.6 Temperature body/winding motor
Allowable
Allowable
temperature rise
Temperature Maksimum operation temperature rise
at full load 1.0
tolerance temperature allowed 1.15 servise factor
service factor
class motor 1
motor 1
A 105 221 60 70
B 130 266 80 90
F 155 311 105 115
H 180 356 125 -
45
Temperature naik yang diijinkan berdasarkan referensi temperature
lingkungan sekitar dari 40 .Temperature operasi adalah reference temperature +
allowable + allowable temperature rise + allowable for “hot spot” winding
Contoh perhitungan
Temperature tolerance class
40 +105 +10
= 155
47
Gambar 3. 17 orientasi pengukuran.
48
Fungsi grounding adalah sebagai pencegahan terjadinya kontak arus listrik
kepada mahluk hidup.
Hal ini dikarenakan arus listrik langsung "terbuang" ke
bumi/ternetralisir,sehingga tubuh makhluk hidup tidak menjadi perantara antara
arus listrik dengan tanah.
Guna periksa kondisi fisik start stop push button adalah tahap terakhir
pada saat menguji sistem operasi motor listrik. Karena motor listrik akan
beroperasi begitu lama dan sampai bertahun tahun.
Kondisi push button yang jarang di sentuh karena pengoperasian motor
yang begitu lama menjadi tidak terawat yang bisa mengakibatkan kontak pada
push button akan mengalami berkarat pada kontak switch nya, yang
mengakibatkan suatu tahanan pada switch akan mengalami kenaikan resistansi
yang menghambat mengalirnya arus saat akan men-stop atau men-start motor
listrik.
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dan dari apa yang telah didapat selama
melakukan praktek kerja lapangan di PT PERTAMINA (Persero) RU-VI
Balongan sehingga dapat diambil kesimpulan :
1. Pada unit Naphta Procces Unit (NPU) 31-K-101-A adalah kompresor yang
berfungsi untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya
mengisap udara dari atmosfir.
2. Kompresor ini digerakkan oleh sebuah motor asinkron atau motor induksi
yang memiliki tegangan 3KV dan memiliki arus sebesar 110A.
3. Motor induksi ini mempunyai sistem pengujian fungsi sebelum
dioperasikan dan di bebabni oleh kompresor.
4. Dalam pengujian ini ada langkah langkah yang harus dilakukan,
diantaranya.
a. Periksa nilai resistan winding dan insulation.
b. arus beban motor, acuan garis yang terdapat pada ampere meter.
c. kondisi fisik, kebersihan motor dan lingkungan sekitarnya.
d. Periksa noise apakah ada kelainan pada suara motor.
e. Periksa temperature pada DE/NDE bearing.
f. Periksa temperature pada body/winding motor.
g. Periksa radial/axial vibration.
h. Periksa ground body, apakah terpasang dengan baik.
i. Periksa kondisi fisik start-stop push button.
4.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
http://fariedrj.blogspot.co.id/2014/09/bagaimana-mengukur-tahanan-
isolasi.html
http://www.arisulistiono.com/2011/08/pengujian-tahanan-isolasi-
dapat_05.html
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2015/01/mengenal-pengukuran-vibrasi-
pada-motor.html
http://migas-indonesia.com/2011/10/24/rangkuman-diskusivibrasi-dan-
temperature-body-motor/
http://berbagienergi.com/2015/12/14/penyebab-terjadinya-vibrasi/
https://vebyenandes.wordpress.com/2015/12/08/prosedur-motor-solo-run/
52
LAMPIRAN
i
liii
liv
55