SKRIPSI
NIM. 130401099
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan penyertaan-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dimana skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Strata 1 (S1) di
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Identifikasi keandalan Turbin Uap berdasarkan
Analisa Peluang Kegagalan dengan Metode FMEA dan Distribusi Weibull”
Penulis banyak mengalami hambatan dan tantangan dalam penulisan dan
penyusunan skripsi ini, tetapi oleh karena berkat dan penyertaan-Nya, bimbingan
dari Dosen Pembimbing, dan disiplin ilmu yang diperoleh maka skripsi ini dapat
diselesaikan dengan penyajian sedemikian rupa.
Selesainya skripsi ini tidak luput dari doa, dukungan, dorongan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, M.T selaku dosen pembimbing dan Ketua Jurusan
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan
penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin yang
telah berjasa membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama
kuliah.
3. Seluruh staf dan karyawan dilingkungan Pabrik Kelapa Sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Bah Jambi atas ketersediaan untuk mengarahkan
dan membimbing penulis dalam melakukan penelitian dilapangan.
4. Kedua Orang tua penulis, Bapak Jonner Sibarani dan Ibu Nurmengsi Pane
yang telah memberikan dukungan penuh dalam kasih sayang, doa, dan
materil.
5. Saudara kandung penulis, Adik Akim Sibarani dan Adik Esther Oktoberia
Sibarani yang selalu memberi semangat kepada penulis.
i
Universitas Sumatera Utara
6. Rekan seperjuangan saudara Noel Khoman Siregar S.T, Ferry Sihombing
dan Erik Julianto S.T serta rekan-rekan sub bidang Maintenance yang
lainnya, yang telah berbagi waktu dan pemikiran kepada penulis.
7. Teman-teman mahasiswa stambuk 2013 Departemen Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang sering memberi
dukungan, hiburan dan sharing ilmu kepada penulis.
8. Keluarga besar UKM KMK USU, juga kepada Tumiar Lubis, Bora
Sihombing, adik kelompok 2014, 2016, dan 2017 yang selalu memberi
semangat dan motivasi kepada penulis.
Dengan doa dan harapan dari penulis, semoga tulisan ini memberikan
manfaat kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan
Tuhan memberkati.
Penulis,
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Turbin Uap merupakan mesin yang sangat penting dalam produksi CPO
(Crude Palm oil). Kajian ini adalah menganalisa kerusakan-kerusakan pada turbin
uap dengan menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
menganalisa keandalan Turbin uap yang digunakan dengan distribusi Weibull
(Weibull Distribution) serta menentukan waktu kegagalan akan terjadi Mean Time
To Failure (MTTF) . Pada Turbin uap PKS Bah Jambi ditemukan bahwa ada
beberapa komponen-komponen kritis. Diantaranya tingginya nilai RPN pada
komponen Main Oil Pump yaitu 40. Sehingga akan berdampak pula pada
keandalan Turbin yang ditunjukkan melalui rata-rata waktu kegagalan terjadi pada
Distibution Weibull. Serta didapatkan juga nilai keandalan terendah pada
komponen Main Oil Pump yaitu sebesar 19% dengan rentang rata-rata waktu
kegagalan terjadi yaitu 3262 jam. Dengan adanya kajian ini dapat dirancang
pencegahan sehingga mengurangi peluang terjadinya breakdown sehingga dapat
menaikkan keandalan kinerja Turbin.
Kata kunci : Turbin Uap, FMEA, distribusi weibull (Distribution Weibull), MTTF
(Main Time To Failure)
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................................. iv
v
Universitas Sumatera Utara
2.4 Reliability (Keandalan) .............................................................................. 46
2.4.1 Defenisi Reliability (Keandalan) ......................................................... 47
2.4.2 Distribusi Weibull ............................................................................... 47
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan waktu rata-rata terjadi kegagalan pada komponen
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SIMBOL
SIMBOL KETERANGAN
O Occurrence
S Severity
D Detection
β Parameter Bentuk
ɳ Parameter Skala
Bilangan Real
γ Parameter Lokasi
Γ Parameter Gamma
n Banyaknya Data
a Slope
b Intercept
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
produksi untuk menghindari kegagalan terjadi (Mcdermot, 2009). Dan
penggunaan Distribusi Weibull untuk menyajikan keakuratan peluang kegagalan
dan potensi kegagalan terjadi kembali (Charles, 1997).
Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan mengenai
peralatan yang baik untuk digunakan dan sistem/metode pemeliharaan yang
digunakan berdasarkan keandalan peralatan.
2
Universitas Sumatera Utara
2. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui keandalan dari mesin Turbin
Uap.
3. Dapat menentukan waktu rata-rata kegagalan terjadi (MTTF) pada Turbin
Uap.
3
Universitas Sumatera Utara
Metode yang keempat adalah analisa dan evaluasi data. Data yang telah
diperoleh dianalisa dan dievaluasi bersama dosen pembimbing. Setiap analisa
yang ada akan diserahkan kepada dosen pembimbing dengan tujuan hasil dari
analisa sesuai dengan harapan jika tidak maka dosen pembimbing akan
membimbing hingga hasil analisa dan evaluasi sesuai dengan yang diharapkan.
Metode yang kelima adalah membuat laporan. Setelah data hasil analisa dan
evaluasi sesuai dengan diharapkan maka akan dilanjutkan membuat laporan tugas
akhir. Pembuatan laporan tugas akhir dihubungkan dengan data-data yang telah
diperoleh.
Metode yang terakhir adalah asistensi. Melaporkan hasil laporan tugas akhir
yang telah diketik kepada dosen pembimbing. Pada pelaporan ini dosen
pembimbing akan memeriksa secara detail apa saja yang telah diketik dan
dilampirkan.
4
Universitas Sumatera Utara
Bab III merupakan metodologi penelitian yang berisikan tentang objek
penelitian sebagai informasi tentang mekanisme mesin, jenis penelitian yang
dilakukan, lokasi dan waktu penelitian, data yang dibutuhkan untuk keperluan
analisa, sumber data, dan rancangan penelitian yaitu skema proses awal mulai
penelitian hingga selesai.
Bab IV merupakan pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh dari
perusahaan sehingga membantu dalam pemecahan masalah. Data tersebut adalah
berupa data historis dan data hasil pengamatan dilapangan.
Bab V merupakan kesimpulan dan saran, kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian dengan menggunakan metode FMEA sebagai sarana identifikasi
kegagalan dan mengetahui keandalan mesin Turbin Uap menggunakan
distribution weibull juga memberikan usulan pemeliharaan yang terjadwal
terhadap perusahaan sehingga dapat menghindari terjadinya kegagalan yang
terjadi secara tiba-tiba. Saran diberikan sebagai tambahan masukan kepada
perusahaan dengan hasil penelitian yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA berisikan tentang seluruh referensi yang digunakan
penulis dalam penelitian untuk pembuatan tugas akhir ini.
LAMPIRAN berisikan tentang data-data perawatan mesin Turbin uap dari
hari kerja pabrik selama bulan Januari 2017 sampai dengan Desember 2017.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Turbin
Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran
fluida seperti air, udara, gas dan lain-lain. Turbin uap adalah mesin tenaga yang
berfungsi untuk mengubah energi thermal (energi panas yang terkandung dalam
uap) menjadi energi poros (putaran). Sebelum energi thermal (enthalpi) diubah
menjadi energi poros, energi tersebut diubah dulu menjadi energi kinetik. Alat
untuk mengubah menjadi energi kinatik tersebut adalah nozzle. Uap dengan
tekanan dan temperature tinggi diarahkan menggunakan nozzle untuk mendorong
sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar. Pada
waktu uap melewati celah antara sudu-sudu gerak, uap mengalami perubahan
momentum sehingga menurut hukum Newton II, dibangkitkan gaya yang bekerja
pada uap tersebut. Dari hukum Newton III, sudu menerima gaya yang besarnya
sama dengan gaya tersebut, tetapi arahnya berlawanan. Akibat melakukan kerja di
turbin, tekanan dan temperatur uap yang keluar turbin menjadi turun sehingga
menjadi uap basah.Uap ini kemudian dialirkan ke kondensor, sedangkan tenaga
putar poros yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator.
6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Turbin impuls
Sumber :http://irianpoo.blogspot.com/2013/05/mengenal-turbin-uap.html
Turbin Reaksi
Turbin reaksi disebut juga Turbin Parson adalah turbin dengan proses
ekspansi (penurunan tekanan) yang terjadi baik di dalam baris sudu tetap
maupun sudu gerak, energi termal uap diubah menjadi energi kinetik di
sudu-sudu penghantar dan sudu-sudu jalan, dan kemudian gaya reaksi dari
uap akan mendorong sudu-sudu untuk berputar. Adapun bentuk turbin
reaksi pada gambar 2.2
7
Universitas Sumatera Utara
Turbin dengan pengatur terusan, dimana setelah uap baru masuk ke sudu
jalan di teruskan ke sudu yang lain, bahkan sampai beberapa tingkat
berikutnya.
3. Klasifikasi turbin berdasarkan proses panas jatuh
Condensing turbin dengan generator, pada turbin ini tekanan uap yang
kurang dari satu atmosfer dimasukkan ke dalam kondensor. Disamping itu
uap juga dikeluarkan dari tingkat perantara untuk pemanasan air
penambah. Turbin dengan kapasitas yang kecil pada perancanaan mulanya
sering tidak mempunyai regenarator panas.
Condensing turbin dengan satu atau dua tingkat penurunan perantara pada
tekanan spesifik untuk keperluan pemanasan dan industri.
Turbin tekanan akhir atau back pressure turbin, dimana pengeluaran uap
dipakai untuk tujuan industri pemanasan.
Topping turbin, turbin ini seperti tipe pressure back turbine dengan
perbedaan bahwa pengeluaran uap dari turbin ini juga digunakan dalam
medium dan turbin dengan tekanan rendah.
Turbin tekanan rendah (tekanan pengeluaran rendah), dimana pengeluaran
uap dari mesin uap torak, dimana pengeluaran uap dari mesin uap torak,
hammer uap, press uap dipakai untuk menggerakkan generator.
Mix pressure turbine (turbine dengan tekanan campuran), dengan dua atau
tiga tingkat tekanan, dengan mengganti uap yang keluar padanya dengan
uap baru pada tingkat perantara.
4. Klasifikasi turbin berdasarkan jumlah silinder
Turbin silinder tunggal
Turbin silinder ganda
Turbin tiga silinder
Turbin empat silinder
8
Universitas Sumatera Utara
Nozel, sebagai media ekspansi uap untuk merubah energi potensial
menjadi energi kinetik.
Sudu, alat yang menerima gaya dari energi kinetik uap melalui nozel.
Cakram, tempat sudu-sudu dipasang secara radial pada poros.
Poros, sebagai komponen utama tempat cakram diletakkan/ dipasangkan.
Bantalan, bagian yang berfungsi untuk menyokong kedua ujung poros
serta menerima pembebanan.
Kopling, sebagai penghubung antara mekanisme turbin dengan mekanisme
yang digerakkan.
Untuk melihat komponen-komponen utama pada turbin dapat dilihat pada
gambar 2.3 berikut :
9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Casing
2. Rotor
Adalah bagian turbin yang berputar yang terdiri dari poros, sudu turbin
atau deretan sudu turbin yaitu Stationary Blade dan Moving Blade. Untuk
turbin bertekanan tinggi atau berukuran besar, khususnya untuk turbin
jenis reaksi maka motor ini perlu di Balance untuk mengimbangi gaya
reaksi yang timbul secara aksial terhadap poros.
10
Universitas Sumatera Utara
tekanan serta untuk mencegah udara agar tidak masuk kedalam turbin
selama turbin beroperasi.
4. Turbine bearings
Bearing/bantalan pada turbin uap memiliki fungsi sebagai berikut :
- Menahan agar komponen rotor diam.
- Menahan berat dari rotor.
- Menahan berbagai gaya tidak stabil dari uap air terhadap sudu
turbin.
- Menahan ketidakseimbangan karena kerusakan sudu.
- Menahan gaya aksial pada beban listrik yang bervariasi.
Jenis-jenis bearing
a) Bearing Pendestal
Merupakan salah satu komponen turbin yang berfungsi
sebagai bantalan untuk menumpu poros rotor.
11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Batas Suhu Bearing
Metal Metal
Temperature Temperature Oil Temperature
T
Maksimum
176/ 80.0 220/104.0 180/82.0
Operating
b) Journal Bearing
Adalah bagian turbin yang berfungsi untuk menahan gaya
radial atau gaya tegak lurus rotor.
c) Thrust Bearing
Adalah bagian turbin yang berfungsi untuk menahan atau
menerima gaya aksial atau gaya sejajar terhadap poros yang
merupakan gerakan maju mundurnya poros rotor.
12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Thrust Bearing
Sumber: http://dsatriaz.blogspot.com/2015/12/pemeliharaan-bantalan-
bearing-turbin-uap.html
13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Main Oil Pump
Sumber: http://ilmuteknologyindustri.blogspot.com/2017/02/komponen-turbin-
uap.html
6. Impuls stage
Adalah bagian turbin sudu turbin tingkat pertama, terdapat 116 sudu
didalamnya.
14
Universitas Sumatera Utara
Merupakan katup yang bertugas mengatur jumlah steam yang masuk ke
dalam turbin sesuai dengan jumlah steam yang diperlukan sesuai dengan
sistem control yang bergantung pada besar beban listrik.
15
Universitas Sumatera Utara
9. Reducing Gear
Adalah salah satu bagian dari turbin yang biasanya hanya dipasang pada
turbin-turbin dengan kapasitas besar, berfungsi untuk menurunkan putaran
poros rotor dari 5500 rpm menjadi 1500 rpm.
Bagian-bagian dari Reducing gear adalah sebagai berikut :
- Gear casing adalah merupakan penutup gear box dari bagian-
bagian dalam reducing gear
- Pinion (high speed gear) adalah roda gigi dengan tipe helical yang
putarannya merupakan putaran dari shaft rotor turbin uap.
- Gear wheel (low speed gear) adalah roda gigi dengan tipe helical
yang putaranya akan mengurangi jumlah putaran dari shaft rotor
turbin yaitu dari 5500 rpm menjadi 1500 rpm.
- Pinion bearing adalah bantalan yang berfungsi untuk menahan
gaya tegak lurus dari pinion gear
- Pinion holding ring adalah ring yang berfungsi untuk menahan
pinion bearing dari gaya radial shaft poros turbin.
10. Turning device
Adalah mekanisme yang berfungsi untuk memutar rotor dari turbin pada
saat start awal atau setelah shut down guna mencegah terjadinya
distorsi/bending akibat proses pemanasan atau pendinginan yang tidak
seragam pada rotor.
16
Universitas Sumatera Utara
2 Rotor Memutar poros daya yang Putaran : 5298
menggerakan atau
Continuous Speed :
memutar generator.
5.040/ 900 RPM
17
Universitas Sumatera Utara
pada beban listrik
yang bervariasi.
5 Main Oil Pump Sebagai pompa pelumas EOP: 0.75 kg/cm2
bearing.
TOP : 0.55 kg/cm2
Inlet Steam
Pressure : 18.5
kg/cm2
Inlet Steam
Temperature :
300/260
Exhaust Steam
Pressure : 3.2
kg/cm2
Max/Min
Continuous Speed :
5.040/ 900 RPM
18
Universitas Sumatera Utara
8 Turbine Stop Valve Untuk mengalirkan uap Trip = 5.568 rpm
tekanan tinggi masuk
kedalam turbin, serta
untuk menghentikan
supply uap tekanan tinggi
tersebut pada saat turbin
emergency trip.
Power : 1264 KW
19
Universitas Sumatera Utara
a. Getaran Tinggi Pada Turbin.
Getaran tinggi ini harus segara di respon baik anda sebagai operator,
sebagai supervisi ataupun penanggung jawab lainnya. Karena hal ini merupakan
tanda bahwa ada sesuatu yg mengalami kerusakan. Jika anda menemukan kondisi
ini segera untuk di lakukan pengechekan. Dan jika anda paksakan bisa fatal.
b. Kerusakan Sudu-Sudu Turbin.
Kerusakan pada sudu turbin penyeban utamanya adalah karena carry over.
Sudu turbin yang seharusnya di dorong oleh steam kering tetapi ini bercampur
dengan air. Mengakibatkan kerusakan pada sudu-sudu. Bisa berupa bintik-bintik
lubang kecil bahkan sampai keausan yang tinggi. Kerusakan pada sudu-sudu
turbin uap dapat kita lihat pada gambar 2.14.
20
Universitas Sumatera Utara
d. Bending Pada Shaft.
Shaft Turbin sangatlah penting. Jika bagian ini mengalami kerusakan, bisa
di pastikan anda akan memerlukan biaya yang besar untuk melakukan perbaikan.
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.18 Klep Valve Turbine
Sumber: http://indonesia.alibata.com/product-detail/safety-valve-for-steam-
turbine-petroleum-60313541806.html
4. Governor
Fungsinya mengatur cara kerja klep/valve turbin agar putaran turbin dapat
stabil.
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.20 Prim L.O Pump
Sumber: http://ilmumarine.blogspot.com/2014/03/yang-biasanya-ada-di-kamar-
mesin-kapal.html
23
Universitas Sumatera Utara
a. Putaran turbin terlalu tinggi, bila putaran terlalu tinggi melebihi
batas yang ditentukan maka peralatan pada over speed trip akan
bekerja dan mendorong tuas melepaskan kaitan dan klep pengaman
menutup dengan cepat karena tarikan pegas yang kuat.
b. Putaran terlalu rendah, bila putaran terlalu rendah dari putaran
yang diijinkan, menyebabkan tekanan minyak pelumas. Maka alat
pengaman tekanan minyak akan melepaskan tuas (valve trip level)
dan emergency valve menutup dengan cepat.
13. Back Pressure Vessel (BPV)
Back pressure vessel atau BPV merupakan bejana tekan yang berfungsi
untuk menampung steam buangan Turbin untuk selanjutnya steam ini
didistribusikan ke unit pengolahan. Prinsip Kerja BPV (Back Pressure Vessel),
yaitu menampung steam buangan Turbin sampai tekanan maksimum 3.5
Kg/cm². Agar tekanannya stabil maka dilengkapi dengan make up valve. Bejana
ini dilengkapi dengan :
a. Make up valve yang berfungsi untuk menaikkan atau menambah tekanan.
b. Safety valve dan surplus valve berfungsi untuk membuang kelebihan steam.
c. Kerangan-kerangan berfungsi untuk distribusi steam ke stasiun pengolahan.
d. Steam trap berfungsi untuk membuang kondensate.
e. Pressure gauge dan recorder berfungsi untuk mengukur dan mencatat
tekanan.
Tabel 2.3 Alat Pengaman Turbin Uap
No Alat-Alat Pengaman Fungsi Paremeter
Turbin
Total pressure :
24
Universitas Sumatera Utara
3.2 kg/cm2
Oil temperature :
15-60
Discharge size :
200 mm
Inlet Steam
Temperature :
300/260
Exhaust Steam
Pressure : 3.2
2
kg/cm
25
Universitas Sumatera Utara
JIS : SCPH2
Governor Valve
Cover
JIS : SCPH2
Governor Valve
Nama : Stainless
Steel
JIS : SUS420J2
26
Universitas Sumatera Utara
Maximum : 304.60
PSIG
Exhaust Pressure :
51.00 PSIG
27
Universitas Sumatera Utara
Kompetisi persaingan produk yang makin tidak terkendali, kelancaran
proses produksi menjadi salah satu faktor kritis yang perlu diberikan prioritas
perhatian dengan cara menjaga agar kondisi fasilitas produksi atau mesin yang
digunakan dapat beroperasi dengan baik. Pada saat mesin atau komponen
mengalami kerusakan/kegagalan secara otomatis akan mengakibatkan
terganggunya proses produksi dan bahkan proses produksinya terhenti
sehingga sangat dimungkinkan target produksi yang ditetapkan tidak dapat
tercapai dan pada akhirnya akan dapat merugikan perusahaan. Konsekuensi
ketidakmampuan perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen
berupa produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan pengiriman barang kepada
konsumen akan berakibat pada beralihnya pelanggan tetap dan tidak
bertambahnya pelanggan baru.Berbagai entitas yang bisa dikendalikan dalam
sistem perawatan seperti perawatan penggantian komponen, perawatan
pengendalian, perawatan total dan bahkan sistem perawatan terkait keandalan
operator. Pengelolaan sistem perawatan dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan jaminan terhadap beroperasinya fasilitas produksi serta berjalan
dengan baiknya interaksi manusia mesin dalam proses operasi sebuah produksi.
Manajemen sistem perawatan terpadu (integrated management system)
memiliki peranan yang signifikan terhadap ketercapaian visi perusahaan,
dimana elemen perawatan berupa fasilitas (machine), penggantian
komponen/sparepart (material), biaya perawatan (money), perencanaan
kegiatan perawatan (method), eksekutor perawatan (man) saling terkait dan
berinteraksi dalam kegiatan perawatan di industri. Karena hal tersebut, perlu
adanya suatu sistem perawatan yang mampu meminimasi terjadinya kegagalan
pada proses produksi.
2.2.2 Pengertian Perawatan
Dalam bahasa Indonesia, pemakaian istilah maintenance seringkali
diterjemahkan sebagai perawatan atau pemeliharaan. Perawatan atau
pemeliharaan (maintenance) adalah konsepsi dari semua aktivitas yang
diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar
dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awalnya. Secara alamiah tidak ada
barang yang dibuat oleh manusia yang tidak dapat mengalami rusak, tetapi usia
28
Universitas Sumatera Utara
kegunaanya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan berkala dengan
suatu aktivitas yang dikenal sebagai pemeliharaan (Corder, Antony dan Kusnul
Hadi, 1992). Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang
meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan serta penjadwalan pemeliharaan
yang baik dan terencana. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001) dalam
bukunya “Operation Management” pemeliharaan adalah : “all activities
involved in keeping a system’s equipment in working order”. Artinya : segala
kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja
dengan baik. Menurut Ebeling (1997) mendefinisikan perawatan sebagai
bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang mampu
mengembalikan item atau mempertahankannya pada kondisi yang selalu dapat
berfungsi. Perawatan juga merupakan kegiatan pendukung yang menjamin
kelangsungan mesin dan peralatan sehingga pada saat dibutuhkan dapat dipakai
sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga kegiatan perawatan merupakan
seluruh rangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan unit-unit
pada kondisi operasional dan aman, dan apabila terjadi kerusakan maka dapat
dikendalikan pada kondisi operasional yang handal dan aman.Untuk mencapai
hasil yang diinginkan sebagai tujuan dari sebuah pabrik tentu melibatkan
pihak-pihak yang memiliki tugas di bidang masing-masing seperti
digambarkan dalam skema di bawah ini :
Keterlibatan Karyawan
Hasil
Saling berbagi informasi
Menurunkan
Memiliki keahlian
pengeluaran
Penghargaan sistem
Meningkatkan
kualitas
Pemeliharaan dan Prosedur Meningkatkan
Keandalan kapasitas
Kebersiahan dan Meningkatkan
pelumasan reputasi kualitas
Pemantauan dan Produk terus
meningkat
penyesuaian
Perbaikan kecil Mengurangi
variabilitas
Pencatatan komputerisasi
29
Universitas Sumatera Utara
Proses perawatan yang dilakukan tidak saja membantu kelancaran
produksi sehingga produk yang dihasilkan tepat waktu diserahkan kepada
pelanggan, tapi juga menjaga fasilitas dan peralatan tetap dalam efektif dan
efisien di mana sasarannya adalah mewujudkan nol kerusakan (zero
breakdown) pada mesin-mesin yang beroperasi.
2.2.3 Tujuan Perawatan
Proses perawatan secara umum bertujuan untuk memfokuskan dalam
langkah pencegahan untuk mengurangi atau bahkan menghindari kerusakan
dari peralatan dengan memastikan tingkat keandalan dan kesiapan serta
meminimalkan biaya perawatan.
Sehingga sistem perawatan dapat membantu tercapainya tujuan tersebut
dengan adanya peningkatan profit dan kepuasan pelanggan, hal tersebut
dilakukan dengan pendekatan nilai fungsi (function) dari fasilitas/peralatan
produksi yang ada (Duffuaa et al, 1999) dengan cara :
Meminimasi downtime
Memperbaiki kualitas
Meningkatkan produktivitas
Menyerahkan pesanan tepat waktu
2.2.4 Strategi Perawatan
Filosofi perawatan untuk fasilitas produksi pada dasarnya adalah
menjaga level maksimum konsistensi optimasi produksi dan availabilitas tanpa
mengesampingkan keselamatan. Untuk mencapai filosofi tersebut digunakan
strategi perawatan (maintenance strategies).
Proses perawatan mesin yang dilakukan oleh suatu perusahaan umumnya
terbagi dalam dua bagian yaitu perawatan terencana (planned maintenance)
dan perawatan tidak terencana (unplanned maintenance).
Pada gambar 2.24 diperlihatkan beberapa macam strategi yang dapat
digunakan menurut Duffua et al, 1999.
30
Universitas Sumatera Utara
Perawatan Strategi
31
Universitas Sumatera Utara
memerlukan waktu yang panjang, dan biaya yang besar. Perawatan besar
sering disebut sebagai Overhaul.
Rencana untuk perawatan besar harus dijabarkan secara detail.
Perincian sekecil apapun harus tertera di setiap langkah perawatan. Ada 4
hal yang harus diperhatikan dalam perawatan besar, antara lain :
1) Identifikasi masalah
2) Detail administratif yang pasti
3) Implementasi proyek perawatan
4) Kontrol kemajuan proyek perawatan.
4. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) adalah inspeksi
secara periodik untuk mendeteksi kondisi yang dapat menyebabkan mesin
rusak (breakdown) atau terhentinya proses sehingga dapat mengembalikan
kondisi peralatan seperti pada saat awal peralatan tersebut ada. Preventive
maintenance merupakan proses deteksi dan perawatan dari ketidaknormalan
peralatan sebelum timbul kerusakan yang menyebabkan kerugian.
Secara umum preventive maintenance dapat diklasifikasikan menjadi
2 aktivitas, antara lain :
1) Inspeksi secara periodik
2) Pemulihan terencana dari kerusakan berdasarkan hasil inspeksi tersebut.
Inspeksi secara periodik dan pemulihan secara terencana akan dapat
dilaksanakan secara efektif apabila perusahaan memiliki standarisasi
aktivitas perawatan.
Standar perawatan harus direvisi seiring dengan berkembangnya
teknologi peralatan tersebut. Metode akan berubah secara alami manakala
peralatan berubah dan berkembang. Standar perawatan menjadi barometer
kondisi teknis perawatan pada departemen perawatan.
Secara umum, standar perawatan dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Standar Perawatan Peralatan
Merupakan metode untuk mengukur kerusakan peralatan, menghentikan
laju kerusakan, dan memperbaiki peralatan. Standar perawatan peralatan
dapat diklasifikasikan menjadi :
32
Universitas Sumatera Utara
a) Standar Inspeksi
Standar ini merupakan teknik untuk mengukur atau menentukan
tingkat kerusakan peralatan. Standar inspeksi dapat diklasifikasikan
berdasarkan frekuensi inspeksi, antara lain : inspeksi rutin dan
inspeksi periodik. Inspeksi rutin merupakan kegiatan inspeksi yang
dilakukan dengan interval waktu yang sangat pendek, misalnya
inspeksi harian. Sementara itu inspeksi periodik memiliki interval
yang lebih panjang, misalnya inspeksi per 2 bulan. Selain berdasarkan
frekuensi, standar inspeksi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
item yang diinspeksi.
b) Standar Pelayanan
Standar yang meliputi metode dan panduan untuk melakukan berbagai
tipe perawatan, seperti : Lubrikasi, penyesuaian dan penggantian
parts.
c) Standar Perbaikan
Merupakan standar tata cara perbaikan dan standar waktu yang
tersedia untuk kegiatan perbaikan.
d) Standar Kegiatan Perawatan
Standar ini berguna untuk mengukur efisiensi personel perawatan,
memperkirakan jam kerja dan kapasitas yang tersedia, pengaturan
penjadwalan, dan pelatihan pekerja baru.
2) Prosedur Kerja Perawatan
Prosedur ini meliputi prosedur perawatan, metode kerja, waktu untuk
inspeksi, dan prosedur memperbaiki.
Kegiatan Preventive Maintenance akan berjalan secara optimal jika
perusahaan memiliki perencanaan perawatan yang baik. Perawatan rutin dan
periodik harus dijadwalkan dengan baik. Perawatan ini harus berdasarkan
penilaian yang akurat dari kondisi peralatan dengan pertimbangan prioritas
dan ketersediaan sumber daya pada saat dibutuhkan. Perencanaan perawatan
yang efektif dan efisien memerlukan kerjasama dari semua departemen yang
terlibat. Berikut ini beberapa tipe perencanaan perawatan, antara lain :
Rencana perawatan tahunan
33
Universitas Sumatera Utara
Rencana perawatan bulanan
Rencana perawatan mingguan
Rencana perawatan besar
Perencanaan perawatan yang efektif tidak dapat dicapai tanpa adanya
pemahaman yang pasti tentang kondisi peralatan tersebut. Hal ini sedikit
agak rumit untuk dilakukan, tetapi sangat bermanfaat bagi standar
perencanaan perawatan peralatan.
Berikut adalah program yang dapat digunakan untuk mempersiapkan
rencana perawatan tahunan, dimana langkah-langkah dalam mempersiapkan
rencana adalah sebagai berikut :
1) Tentukan pekerjaan yang dibutuhkan
2) Pilih pekerjaan yang akan dilaksanakan
3) Perkirakan interval perawatan tentatif
4) Perkirakan jadwal pekerjaan, waktu dan biaya perawatan
5) Pengaturan kerja
Mempersiapkan rencana perawatan bulanan :
1) Tentukan prioritas pekerjaan
2) Perkirakan biaya dan tenaga kerja yang diperlukan
3) Seimbangkan beban kerja dan persiapkan penjadwalan.
Perawatan pencegahan dilakukan untuk menghindari suatu peralatan
atau sistem mengalami kerusakan. Pada kenyataannya mungkin tidak
diketahui bagaimana cara untuk menghindari adanya kerusakan. Ada
beberapa alasan untuk melakukan perawatan pencegahan, antara lain :
Menghindari terjadinya kerusakan
Mendeteksi awal terjadinya kerusakan
Menemukan kerusakan yang tersembunyi
Mengurangi waktu yang menganggur
Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi
Pengurangan penggantian suku cadang, sehingga membantu
pengendalian persediaan
Meningkatkan efisiensi mesin
Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang diandalkan
34
Universitas Sumatera Utara
Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin
5. Perawatan Koreksi (Breakdown/Corrective Maintenance)
Perawatan ini dilakukan setelah terjadinya kerusakan, sehingga
merupakan bagian dari perawatan yang tidak terencana. Corrective
maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
setelah terjadinya suatu kerusakan pad peralatan sehingga peralatan tidak
dapat berfungsi dengan baik. Breakdown maintenance merupakan kegiatan
yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan dan untuk memperbaikinya
tentunya kita harus menyiapkan suku cadang dan perlengkapan lainnya
untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Kegiatan perawatan korektif meliputi seluruh aktivitas
mengembalikan sistem dari keadaan rusak menjadi dapat beroperasi
kembali. Perbaikan baru terjadi ketika mengalami kerusakan, walaupun
terdapat beberapa perbaikan yang dapat diundur. Waktu perbaikan ini
meliputi beberapa aktivitas yang terbagi menjadi 3 bagian, antara lain :
Persiapan (Preparation Time) berupa persiapan tenaga kerja untuk
melakukan pekerjaan ini, adanya perjalanan, adanya alat dan peralatan
test, dan lain-lain.
Perawatan (Active Maintenance Time) berupa kegiatan rutin dalam
pekerjaan perawatan.
Menunggu dan Logistik (Delay Time and Logistic Time) berupa waktu
menunggu persediaan.
Strategi breakdown/corrective maintenance sering dikatakan sebagai
“run to failure”. Banyak dilakukan pada komponen elektronik. Suatu
keputusan untuk mengoperasikan peralatan sampai terjadi kerusakan karena
ditinjau segi ekonomis tidak menguntungkan untuk melakukan suatu
perawatan. Berikut adalah alasan mengapa keputusan tersebut diambil :
Biaya yang dikeluarkan lebih sedikit apabila tidak melakukan perawatan
pencegahan.
Kegiatan perawatan pencegahan terlalu mahal daripada mengganti
peralatan yang rusak.
35
Universitas Sumatera Utara
6. Temuan Kesalahan (Fault Finding)
Merupakan tindakan perawatan dalam bentuk inspeksi untuk
mengetahui tingkat kerusakan. Misalnya mengecek kondisi ban setelah
perjalan panjang. Kegiatan fault finding bertujuan untuk menemukan
kerusakan yang tersembunyi dalam menjalankan operasinya. Pada
kenyataannya kerusakan tersembunyi merupakan situasi yang tidak dapat
diperkirakan terjadinya dan sangat mungkin mengakibatkan kecelakaan
apabila dioperasikan. Salah satu cara untuk menemukan kerusakan
tersembunyi adalah melakukan pemeriksaaan dengan mengoperasikan
peralatan dan melihat apakah peralatan tersebut beroperasi (available) atau
tidak.
7. Perawatan Berbasis Kondisi (Condition Based Maintenance) atau
Perawatan Prediksi (Predictive Maintenance)
Perawatan berbasis kondisi dilakukan dengan cara memantau kondisi
parameter kunci peralatan yang akan mempengaruhi kondisi peralatan.
Strategi perawatan ini dikenal dengan istilah predictive maintenance.
Contohnya memantau kondisi pelumas dan getaran mesin. Perawatan
berbasis kondisi merupakan kegiatan yang bertujuan mendeteksi awal
terjadinya kerusakan.
Perawatan ini merupakan salah satu alternatif terbaik yang mampu
mendeteksi awal terjadinya kerusakan dan dapat memperkirakan waktu
yang menunjukkan suatu peralatan akan mengalami kegagalan dalam
menjalankan operasinya, jadi perawatan berbasis kondisi merupakan suatu
peringatan awal untuk membuat suatu tindakan terhadap kerusakan yang
lebih parah.
Tujuan dari predictive maintenance, antara lain :
Mengurangi breakdown dan masalah pada peralatan.
Meningkatkan efektivitas pemanfaatan waktu operasi dan waktu
produksi.
Mengurangi waktu dan biaya perawatan.
Meningkatkan produk dan servis perusahaan.
36
Universitas Sumatera Utara
Adapun beberapa teknik memonitor kondisi peralatan dan mesin
dalam predictive maintenance, antara lain :
a) Metode termal, yaitu memonitor tingkat panas yang dihasilkan oleh
mesin, sehingga dapat diketahui, apakah mesin memiliki suhu yang
normal atau di luar batas kenormalan.
b) Memonitor lubrikan (pelumas), yaitu memonitor warna dari pelumas
berdasarkan standar warna yang berlaku, oksidasi yang terjadi dan
menganalisa partikel logam dari mesin maupun benda kerja yang ada
disekitarnya.
c) Mendeteksi kebocoran, biasanya metode ini menggunakan gelombang
ultrasonik atau gas halogen untuk mendeteksi kebocoran pada katup
ataupun pipa.
d) Mendeteksi retak, dengan menggunakan flux magnetic, gelombang
ultrasonik, ataupun dengan menggunakan alat radiasi.
e) Memonitor getaran, dilakukan dengan melakukan deteksi getaran pada
peralatan sehingga dapat diketahui apakah getaran berada pada tingkat
yang normal atau tidak.
f) Mendeteksi suara, sehingga dapat diketahui apakah mesin berada pada
kondisi prima atau memerlukan perbaikan.
g) Mendeteksi korosi, dengan melihat keberadaan fisik mesin, jika terlihat
ada korosi, maka perlu diberikan perlakuan khusus.
8. Perawatan Penghentian (Shutdown Maintenance)
Kegiatan perawatan ini hanya dilakukan sewaktu fasilitas produksi
sengaja dihentikan. Jadi shutdown maintenance merupakan suatu
perencanaan dan penjadwalan pemeliharaan yang memusatkan pada
bagaimana mengelola periode penghentian fasilitas produksi. Dalam hal ini
berarti dilakukan upaya bagaimana cara mengkoordinasikan semua sumber
daya yang ada berupa tenaga kerja, peralatan, material dan lain-lain, untuk
meminimasi waktu down (downtime) sehingga biaya yang dikeluarkan
diusahakan seminimal mungkin.
37
Universitas Sumatera Utara
2.3 Analisa Kegagalan (Failure Analysis)
Analisa kegagalan (Failure Analysis) merupakan metode investigasi secara
sistematis untuk mencari kegagalan suatu komponen/peralatan. Kegagalan
tersebut bisa berasal dari kegagalan komponen yang mengakibatkan terhambatnya
proses produksi. Dengan demikian diperlukan analisa kegagalan yang
komprehensif yang bisa dimanfaatkan sebagai umpan balik dalam perbaikan
desain, material, perlakuan panas, dan sebagainya terhadap sistem atau komponen.
Secara umum kualitas produk atau sistem yang baik dalam merespons
tuntutan pelanggan yang tinggi meliputi : tingkat keamanan penggunaan yang
lebih tinggi, memperbaiki tingkat kehandalan, unjuk kerja yang lebih baik,
efisiensi yang lebih besar, pemeliharaan yang lebih mudah, life cycle cost yang
lebih rendah, dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Pada saat kegagalan terjadi maka diperlukan suatu teknik analisa untuk
menentukan penyebab yang terjadi berikut langkah pemecahan yang harus
diambil. Langkah utama dimodelkan untuk proses problem-solving berikut :
38
Universitas Sumatera Utara
d. Validasi dan verifikasi tindakan korektif : Melakukan pengujian tindakan
koreksi sebagai pilot studi. Mengukur efektivitas perubahan. Melakukan
validasi terhadap perbaikan yang dilakukan. Melakukan verifikasi bahwa
masalah telah diperbaiki dan memenuhi kepuasan pelanggan.
e. Standardisasi : Memasukkan tindakan koreksi ke dalam sistem
dokumentasi standard perusahaan, organisasi, atau industri untuk
mencegah terulangnya kembali kejadian serupa pada produk atau sistem.
Memantau perubahan yang terjadi untuk memastikan efektivitas.
39
Universitas Sumatera Utara
FMEA menjadi tool untuk perbaikan keamanan, khususnya pada proses industri
kimia. Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan safety FMEA adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
2.3.3 Tujuan Failure Mode and Effect Analysis
Tujuan dari penerapan FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada
proses dan produk. Jika digunakan dalam desain dan proses manufaktur,
FMEA dapat mengurangi atau menekan biaya dengan mengidentifikasi dan
memperbaiki produk dan proses secara cepat pada saat proses pengembangan
FMEA bertujuan melakukan perbaikan dengan cara :
1. Mengidentifikasi model-model kegagalan pada komponen, peralatan, dan
sistem.
2. Menentukan akibat yang potensial pada peralatan, sistem yang berhubungan
dengan setiap model kegagalan.
3. Membuat rekomendasi untuk menambah keandalan komponen, peralatan,
dan sistem.
2.3.4 Penggunaan Failure Mode and Effect Analysis
Penggunaan efektif FMEA dapat menghasilkan pengurangan dalam hal
berikut :
1. Meningkatkan reliabilitas dan kualitas produk/proses.
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Cepat dalam mengidentifikasi dan mengurangi kecacatan yang terjadi pada
produk/proses.
4. Memprioritaskan pada kekurangan produk/proses.
5. Mendapatkan perekayasaan atau pembelajaran keorganisasian.
6. Menekankan pada pencegahan terjadinya masalah.
7. Mempunyai sistem pengulangan jenis kecacatan komponen yang sistematik
untuk menyakinkan bahwa beberapa kegagalan minimal menghasilkan
kerugian bagi produk dan proses.
8. Mengetahui efek-efek dari kegagalan pada produk atau proses yang diteliti
dan fungsi-fungsinya.
40
Universitas Sumatera Utara
9. Menetapkan komponen-komponen dari produk atau proses yang gagal akan
memiliki efek kritis pada produk atau proses dan kecacatan-kecacatan
tersebut akan menghasilkan efek merugikan.
2.3.5 Tipe Failure Mode and Effect Analysis
Beberapa tipe dalam FMEA yaitu design FMEA, process FMEA,
equipment FMEA, maintenance FMEA, concept FMEA, service FMEA,
system FMEA, enviromental FMEA, dan lain-lain.
Industri otomotif, kebanyakan perusahaan membagi FMEA ke dalam dua
jenis yaitu sebagai berikut :
1. Design FMEA
Berfokus pada pemeriksaan fungsi subsistem, komponen atau sistem
utama. Fokus dari desain FMEA adalah pada desain produk yang akan
dikirimkan ke konsumen akhir. Design FMEA membantu di dalam desain
proses dengan mengidentifikasi tipe-tipe kegagalan yang diketahui dan
dapat diduga. Kemudian mengurutkan kegagalan tersebut berdasarkan
dampak yang diakibatkan produk.
2. Process FMEA
Berfokus pada penelitian proses yang digunakan untuk membuat
komponen, subsistem, atau sistem utama. Process FMEA mengungkap
masalah yang berkaitan dengan proses pembuatan produk. Process FMEA
digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegagalan proses dengan
pengurutan tingkat kegagalan dan membantu untuk menetapkan prioritas
berdasarkan dampak yang diakibatkan baik pada pelanggan eksternal
maupun internal. Penerapan process FMEA membantu untuk
mengidentifikasi penyebab-penyebab yang potensial pada manufaktur
maupun perakitan dalam rangka menetapkan kendali untuk mengurangi dan
mendeteksi kejadian.
2.3.6 Prosedur Pembuatan Failure Mode and Effect Analysis
Prosedur dalam pembuatan FMEA mengikuti sepuluh tahapan berikut
ini, yaitu :
1. Melakukan peninjauan terhadap proses.
41
Universitas Sumatera Utara
2. Mengidentifikasi potential failure mode (mode kegagalan potensial) pada
proses.
3. Membuat daftar potential effect (akibat potensial) dari masing-masing mode
kegagalan.
4. Menentukan peringkat severity untuk masing-masing cacat yang terjadi.
5. Menentukan peringkat occurance untuk masing-masing mode kegagalan.
6. Menentukan peringkat detection untuk masing-masing mode kegagalan
dan/atau akibat yang terjadi.
7. Menghitung nilai Risk Priority Number (RPN) untuk masing-masing cacat.
8. Membuat prioritas mode kegagalan berdasarkan nilai RPN untuk dilakukan
tindakan perbaikan.
9. Melakukan tindakan untuk mengeliminasi atau mengurangi kegagalan yang
paling banyak terjadi.
10. Mengkalkulasi hasil RPN sebagai mode kegagalan yang dikurangi atau
dieliminasi.
Kesepuluh tahapan tersebut dituangkan ke dalam lembar kerja FMEA
yang dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.4 Lembar Kerja FMEA
Fungsi Tanda Efek Penyebab Kontrol
SEV OCC DET RPN Mengatasinya
Mesin Kesalahan Kegagalan Kegagalan Saat ini
2.3.7 Hal-Hal yang Diidentifikasi Dalam Proses Failure Mode and Effect
Analysis
Berikut ini adalah hal-hal yang diidentifikasi dalam proses FMEA, yaitu:
1. Process function requirement
Mendeskripsikan proses yang dianalisa. Tujuan proses harus diberikan
selengkap dan sejelas mungkin. Jika proses yang dianalisa melibatkan lebih
dari satu operasi, masing-masing operasi harus disebutkan secara terpisah
disertai deskripsinya.
2. Potential failure mode
42
Universitas Sumatera Utara
Proses FMEA, salah satu dari tiga tipe kesalahan harus disebutkan
disini. Yang pertama dan paling penting adalah cara dimana kemungkinan
proses dapat gagal. Dua bentuk lainnya termasuk bentuk kesalahan potensial
dalam operasi berikutnya dan pengaruh yang terkait dengan kesalahan
potensial dalam operasi sebelumnya.
43
Universitas Sumatera Utara
terdapat downtime.
Variasi parameter proses didalam batas
1 Tidak Ada spesifikasi. Pengaturan atau pengendalian proses
dapat dilakukan selama maintenance rutin.
(Sumber : Dyadem Engineering Corp, 2003)
5. Klasifikasi (class)
Kolom ini digunakan untuk mengklasifikasikan beberapa karakteristik
produk khusus untuk komponen, sub sistem atau sistem-sistem yang
mungkin memerlukan kontrol proses tambahan.
6. Potential cause
Penyebab potensial kesalahan diartikan bagaimana kesalahan dapat
terjadi, digambarkan dari segala sesuatu yang dapat diperbaiki atau
dikendalikan.Setiap penyebab kesalahan yang memungkinkan untuk
masing-masing kesalahan yang dibuat harus selengkapnya dan sejelas
mungkin.
7. Occurrence
Seberapa sering kemungkinan penyebab kegagalan terjadi. Nilai
occurrence ini diberikan untuk setiap penyebab kegagalan yang terdiri dari
rating 1-10. Tabel 2.4 memperlihatkan kriteria dari setiap nilai rating
occurance. Semakin sering penyebab kegagalan terjadi, semakin tinggi nilai
rating yang diberikan.
44
Universitas Sumatera Utara
2 Lebih kecil dari 5 per 7200 jam penggunaan
1 Tidak pernah sama sekali
(Sumber : Harpco System)
45
Universitas Sumatera Utara
mendeteksi kegagalan-kegagalan (detection) tersebut sebelum sampai ke
konsumen.
RPN diperoleh dari hasil perkalian antara rating Severety, Occurrence
dan Detection. RPN ditentukan sebelum mengimplementasikan
rekomendasi dari tindakan perbaikan dan ini digunakan untuk mengetahui
bagian manakah yang menjadi prioritas utama berdasarkan RPN tertinggi.
46
Universitas Sumatera Utara
performansi, waktu dan kondisi penggunaan. Pemahaman dari keempat elemen
ini, memenuhi konsep failure rate yang dapat berubah sebagai fungsi atas waktu.
Secara umum, reliability akan mempengaruhi availability (keberadaan) alat untuk
berfungsi dengan baik terutama untuk produk/barang yang repairable (dapat
diperbaiki).
Secara umum pengujian keandalan bertujuan untuk :
1. Menentukan kondisi penggunaan peralatan
2. Mengukur keandalan peralatan untuk tujuan kontraktual
3. Mengkualifikasi perubahan desain proses untuk vendor
4. Mengidentifikasi alur kegagalan design manufacturing
47
Universitas Sumatera Utara
a. Increase Failure Rate (IFR)
Terjadi bila karakteristik kegagalan meningkat (bertambah), kegagalan
akibat korosi, usia, fatigue, dan lain-lain.
b. Decrease Failure Rate (DFR)
Terjadi jika karakteristik kegagalan menurun (berkurang), kegagalan cacat
proses, retak, kontrol kualitas yang buruk dan kemampuan kerja yang buruk.
c. Constant Failure Rate (CFR)
Terjadi bila karakteristik kegagalan konstan, misalkan kegagalan akibat
Human error, dan lingkungan.
2.4.2 Distribusi Weibull
48
Universitas Sumatera Utara
Swedia bernama Waloddi Weibull pada tahun 1939. Distribusi
Weibull merupakan salah satu model data statistik yang memiliki jangkauan
luas dari aplikasi dalam uji hidup dan teori reliabilitas dengan kelebihan
utamanya adalah menyajikan keakuratan kegagalan meskipun dengan
sampel yang sangat kecil. Analisis data waktu hidup merupakan salah satu
teknik statistika yang berguna untuk melakukan pengujian tentang ketahanan
atau keandalan komponen dan analisa tersebut dapat dilakukan dengan
Distribusi Weibull. Distribusi Weibull adalah distribusi probabilitas penting
yang digunakan dalam mencirikan perilaku probabilistik dari sejumlah
besar fenomena dunia nyata. Distribusi ini berguna sebagai model kegagalan
dalam menganalisis keandalan berbagai jenis sistem. Distribusi Weibull
pertama kali diperkenalkan oleh Weibull pada tahun 1936 dengan 3
(tiga) parameter, yang kemudian seiring perkembangan konsep
Distribusi Weibull tersebut terdapat juga distribusi Weibull dengan dua
dan satu parameter, dengan masing-masing distribusinya dikemukakan sebagai
berikut.
( )
( ) ( )
Keterangan:
η = parameter skala
49
Universitas Sumatera Utara
β = parameter bentuk
γ = parameter lokasi
e = 2,718
b. Distribusi Weibull 2 Parameter
Terdapat dua macam distribusi weibull yang dapat digunakan, yaitu distribusi
weibull dua parameter. Dengan namanya distribusi weibull dua paramater
mempunyai dua buah parameter, yaitu :
( )
( ) ( ) ……......................................................................(1)
( )
( ) ( ) ……………………………………………………...(2)
( )
() …………………………………………………………………(3)
C. Keandalan (Relibility)
50
Universitas Sumatera Utara
Keandalan didefenisikan sebagai peluang sebuah sistem (komponen) yang
berfungsi sampai dengan periode waktu. Untuk melihat hubungan ini, secara
matematik ditetapkan variabel acara kontiniu.
( )
( ) ………………………………………………………………….(4)
D. MTTF
Mean time to failure (MTTF) adalah rata-rata waktu sistem atau komponen
akan beroperasi sampia terjadi kerusakan atau kegagalan untuk pertama kali.
Maka persamaan Mean Time To Failure (MTTF) adalah
( ) ………………….…………………………..………….(5)
Dimana Γ :
( ) ∫ ………………………………………………………..(6)
Keterangan :
MTTF waktu rata-rata terjadinya kegagalan
gamma
parameter skala
E. Median Rank
( ) ……………………………………………………………………(8)
Keterangan :
51
Universitas Sumatera Utara
n = Banyaknya data
( )
( ) ………………………………………………………(9)
( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
[ ( )] ( )
( )
[ ( )]
( )
52
Universitas Sumatera Utara
Dengan * ( )+, xi = lnti, b = β dan a = -ln ɳ.
( )
∑ ∑
∑
……………………………………………………….(10)
(∑ )
∑
∑ ∑
…………………………………………………………..(11)
* ( )+ …………………………………………………………..(12)
( )
xi = ln (ti) ………………………………………………………………………(13)
………………………………………………………………………..(14)
beta 0 < β < 1 Hal ini dapat dikarenakan akibat terjadinya stres,
masalah pada produksi perakitan, kualitas kontrol, dan pemeriksaan.
beta = 1 diindikasikan kerusakan secara random (tidak dipengaruhi
oleh umur alat atau mesin), dimana laju kerusakan adalah konstan
(tidak berubah). Hal ini dapat dikarenakan akibat kesalahan pada
pemeliharaan atau manusia, kegagalan karena alam, benda asing dan
petir.
1 < beta < 4 diindikasikan kerusakan wear out, dimana laju
53
Universitas Sumatera Utara
kerusakan meningkat sejalan dengan waktu. Hal ini dapat
dikarenakan akibat korosi, erosi, kegagalan pada bearing, dll.
Beta > 4 menandakan wear out.
Perubahan pada parameter skala, η mempunyai efek yang sama pada
distribusi yang disebut sebagai perubahan skala absis. Penambahan nilai η
dan β dibuat tetap akan menghasilkan peregangan kurva pdf. Karena nilai
dalam kurva pdf adalah konstan, maka puncak kurva pdf pun akan berkurang
seiring dengan meningkatnya nilai η.
54
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
55
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pemilihan Perangkat Analysis
Adapun Tools Analysis yang digunakan pada penelitian ini adalah Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause Analysis (RCA), pemilihan
metode FMEA dikarenakan metode ini melakukan pendekatan yang
bersifat mengetahui peluang potensi kegagalan dari komponen yang diawali
dengan memberikan nilai tingkat keparahan (Severity), selanjutnya juga akan
diberikan tingkat keseringan dari penyebab kegagalan tersebut. Kemudian setelah
semua kualifikasi terisi akan terdapat RPN (Risk Piority Number) yang
merupakan kesimpulan dari objek yang diteliti.
56
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Identifikasi Kajian
Studi Literatur
Survei Lapangan
Rancangan Analisa
Penetapan Tujuan
Menganalisa komponen kritis
dengan FMEA
Menganalisa keandalan turbin uap
dengan distribusi weibull 2
parameter serta waktu rata-rata
terjadi kegagalan (MTTF)
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
Data frekuensi
Proses Produksi
kegagalan
Wawancara
Data waktu
operational time
Pengolahan Data
Selesai
57
Universitas Sumatera Utara
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu penelitian yang penulis lakukan untuk tugas
akhir.
3.3.1 Tempat Penelitian
Lokasi yang dilakukan penulis adalah di PTPN IV Unit Bah Jambi ,
Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara 21174
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari 09 April - 09 Mei 2018.
58
Universitas Sumatera Utara
Data yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kerusakan dan perawatan usulan
terdiri dari :
a. Data waktu Planned Downtime / Pemeliharaan Terencana
Planned downtime merupakan waktu yang sudah dijadwalkan untuk
melakukan pemeliharaan terjadwal dan kegiatan manajemen yang lain
seperti pertemuan. Pemeliharaan terjadwal dilakukan oleh pihak perusahaan
untuk menjaga agar mesin tidak rusak saat proses produksi berlangsung.
Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal yang dibuat oleh
bagian maintenance. Data yang diambil merupakan sekumpulan data
perawatan dan pemeliharaan yang terdapat pada perusahaan , yaitu :
preventive, predictive dan pemeliharaan lainnya.
b. Data downtime
Data downtime diperoleh dari bagian bengkel (workshop) untuk periode
Januari 2017 – April 2017 pada turbin uap. Data downtime ini menyatakan
lamanya mesin tidak dapat beroperasi akibat adanya kerusakan pada
komponen mesin sehingga proses produksi terhenti.
c. Data frekuensi kerusakan
Data historis kerusakan turbin uap yang diperoleh dari bagian bengkel
(workshop) data kerusakan mesin meliputi komponen mesin yang
mengalami kerusakan, frekuensi masing-masing komponen.
d. Data operasi mesin
Data operasi mesin diperoleh dari bagian produksi untuk periode Januari
2017 - Desember 2017 pada turbin uap. Data operasi mesin ini menyatakan
lamanya mesin beroperasi.
e. Sistem perawatan aktual
Sistem perawatan aktual diperoleh melalui wawancara dengan pihak
workshop dan juga operator mesin terhadap kegiatan perawatan dan
tindakan yang dilakukan ketika terjadi kerusakan.
5. Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu :
a. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
59
Universitas Sumatera Utara
FMEA berfungsi untuk mengkaji tingkat risiko kegagalan komponen pada
mesin yang sering rusak dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut
maka sejauh mana pengarug terhadap fungsi sistem.
b. Distribution Weibull
Distribusi weibull digunakan untuk menganalisa keandalan setiap
komponen-komponen dan waktu rata-rata terjadinya kerusakan/kegagalan.
6. Analisa dan pemecahan masalah
Hasil dari pengolahan data yang berupa perhitungan akan dianalisa, dilakukan
pemecahan masalah, lalu diberikan rekomendasi perbaikan.
7. Langkah terakhir menarik kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang
diberikan dari hasil penelitian.
3.6 Metode pengambilan data
60
Universitas Sumatera Utara
pihak perusahaan. Data primer tersebut hal-hal yang berkenaan dengan Turbin
uap.
2) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui perusahaan, dimana data tersebut sudah
ada disimpan oleh pabrik sebelumnya, diantaranya adalah spesifikasi mesin,
data sheet tentang pemeliharaan pada Turbin uap pada periode waktu yang lalu,
kemudian penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan Turbin uap, meliputi kegiatan pemeliharaan pabrik
secara umum, serta Turbine uap secara khusus.
61
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang perlu kita ketahui dalam penggunaan FMEA.
Salah satunya adalah pentingnya perawatan sebelum terjadinya ke yang akan
mengakibatkan banyaknya pengeluaran biaya, mengurangi peluang terjadinya
kegagalan, mengetahui kualitas dari objek yang diteliti, mengetahui penyebab
kegagalan dan mendeteksi terjadinya kegagalan.
Pengolahan data yang terkait dengan gangguan proses, lama waktu proses,
deteksi kegagalan, jurnal jam operasi turbin uap, dan penanganan. Ragam
kegagalan aktual turbin dapat dilihat pada tabel 4.1 dan detailnya dijabarkan di
lampiran.
62
Universitas Sumatera Utara
134
Penyebab S O D RPN
Peluang
No Komponen Fungsi Potensi
Kegagalan
Kegagalan
134
Ket :
RPN Risk Priority Number
S (Tingkat Keparahan)
O Occurrence (Efek dari kegagalan)
D tion (Kemampuan mendeteksi Kegagalan)
135
136
137
( )
xi = ln (ti)
[ ( )]
( )
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai intercept (a) dan slope (b).
Kemudian menghitung nilai ɳ dan β dengan cara berikut :
∑ ∑
∑
(∑ )
∑
∑i=1 yi ∑i=1 xi
a= b
1. Shaft Seal
Table 4.2 Parameter Distribusi Shaft Seal
F(ti) = =
∑ ∑
∑
= 1,13548 = β
(∑ )
∑
∑i=1 yi ∑i=1 xi
a= -b = -6,70787
138
F(ti) = =
∑i=1 yi ∑i=1 xi
a= -b = -5,4683
= 485,347
139
∑ ∑
∑
= 0,8664 = β
(∑ )
∑
∑i=1 yi ∑i=1 xi
a= -b = -6,9472
= 3034,49
F(ti) = = 0,1590
∑ ∑
∑
= 1,6652 = β
(∑ )
∑
∑i=1 yi ∑i=1 xi
a= -b = -11,683
= 2373,72
140
F(ti) = = 0,2917
∑i=1 yi ∑i=1 xi
a= -b = -25,7368
= 2141,99
6. Reducing Gear
Table 4.7 Parameter Distribusi Reducing Gear
F(ti) = = 0,2916
∑ ∑
∑
= 2,4205 = β
(∑ )
∑
141
= 4842,48
maka dari rumus didapatkan tabel parameter bentuk (β) dan parameter skala (ɳ)
setiap komponen pada turbin sebagai berikut:
Dari Tabel 4.8 didapatkan parameter bentuk (β) pada komponen Main Oil
Pump dengan nilai β = 0,8664 dapat diartikan kerusakan/kegagalan yang terjadi
karena stress, masa kualitas control dan pemeriksaan. Sedangkan paramemer
bentuk Turbin Stop Valve dengan nilai 1,6652 dapat diartikan
kerusakan/kegagalan akibat korosi, aus, erosi dan kegagalan pada bearing.
Setelah dilakukan penghitungan parameter Distribusi Weibull pada setiap
komponen turbin uap maka dilanjutkan dengan menghitung frekuensi relatif
kegagalan dalam fungsi waktu (PDF), menghitung peluang suatu peralatan akan
gagal sebelum waktu yang ditentukan dan keandalan daripada komponen-
komponen Turbin Uap.
a. PDF
( )
( ) ( )
b. CDF
( )
( )
c. Keandalan
( )
R (t) =
142
60
50
40
30
20
10
0
Shaft Seal Turbin Main Oil Turbin Turbin Stop Reducing
Bearing Pump Control Valve Gear
Valve
Gambar 4.1 Persentase Keandalan Turbin Uap periode 2017 PT. Perkebunan
Nusantara IV Bah Jambi
Pada gambar 4.1 dapat dilihat nilai keandalan pada setiap komponen-
komponen turbin uap yang pernah mengalami kegagalan. Keandalan komponen
paling tinggi adalah Reducing Gear dengan nilai 56,19% dipengaruhi dari jumlah
kegagalan terjadi dan jarak waktu kegagalan, dan keandalan paling rendah adalah
Main Oil Pump dengan nilai 19,75%.
4.3 Perhitungan Mean Time To Failure (MTTF) untuk Distribusi Weibull 2
Parameter
Setelah parameter dari Distribusi weibull 2 parameter diketahui, maka nilai MTTF
dapat dihitung. Nilai MTTF merupakan nilai yang menunjukkan selang waktu
dari waktu komponen digunakan sampai komponen mengalami kerusakan. Oleh
karena itu, nilai MTTF dapat digunakan sebagai perkiraan umur operasi
komponen.
143
( )
Dimana:
( ) ∫
Maka :
MTTF = 367,71 x Γ ( ))
= 367,71 x Γ (1,880678)
= 463,642 jam
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan waktu rata-rata terjadi kegagalan pada komponen
Turbin Uap
144
Gambar 4.2 Grafik Waktu rata-rata Kegagalan terjadi pada Turbin Uap PT.
Perkebunan Nusantara IV Bah Jambi
Pada gambar 4.2 dapat dilihat waktu rata-rata kegagalan pada setiap
komponen turbin uap. Pada komponen shaft Seal dan turbine bearing akan
mengalami kegagalan dalam waktu yang sama dibawah kurun waktu 1000 jam
dan main oil pump yang memiliki keandalan 19,75% akan mengalami kegagalan
pada waktu 3262,98 jam.
145
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan analisa pada Turbin Uap yang digunakan di PT.
Perkebunan Nusantara IV Bah Jambi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
3. Waktu rata-rata terjadinya kegagalan komponen turbin uap adalah shaft seal
pada 463,642 jam, turbine bearing pada 515,765 jam, main oil pump pada
3262,98, turbine control valve pada 2142,33, turbine stop valve pada 6091,87
dan reducing gear pada 4293,47
5.2 Saran
1. Setelah mengetahui waktu rata-rata terjadi pada setiap komponen Turbin Uap
diharapakan melakukan pemeliharaan untuk meningkatkan keefektifan pada
turbin.
2. Perlunya meningkatkan pemahaman dan keahlian operator dalam bidang
operasional Turbin Uap
146
147
Adianto, Hari. 2005. Penerapan Model Preventive Maintenance Smith dan Dekker
di PD. Indrustri Unit Inkaba. (Skripsi) . Bandung : Jurusan Teknik dan
Manajemen Industri ITB.
Academia, 2018. Perawatan Mesin diakses 15 Januari 2019 dari
https://www.academia.edu/4560149/Perawatan_Mesin
Corder, Antony. 1996. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga.
Dyadem Engineering, Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and
Effect Analysis for Automotive, Aerospace and General Manufacturing
Industries. CRC Press: Kanada.
Duffua, S.O., Raouf. A., dan Campbell, J.D. 1999. Planning and Control
Maintenance System. John Wiley & Sons.
Erdini, Marta. 2011. Distribusi Weibull Dan Pareto Untuk Data Tinggi
Gelombang Tsunami. Pekanbaru : Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Ebeling, Charles E. 1997. An Introduction to Reliability and Maintainability
Engineering. International Edition. Singapore. The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Firmansyah, Ade. 2013. Analisis Waktu Antar Kerusakan Mesin Electric Motor
Menggunakan Metode Failure Finding Interval. Medan : Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik USU.
G. Otaya, Lian. 2016. Distribusi Probabilitas Weibull dan Aplikasinya. Gorontalo
: Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo
Hany, Handoko, T. 2000. Dasar-dasar Manejemen Produksi dan Operasi,
Edisi 1. BPFE Yogyakarta.
Heizer, Jay and Barry Render. 2001. Operation Management. 6th edition.
Iriani, Yani. 2011. Usulan Waktu Kepawatan Berdasarkan Keandalan Suku
Cadang Kritis Bus di Perum Damri Bandung. Bandung : Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknik Universitas Widyatama
148
149
150
Analisa
Penyebab S O D R Kegagalan Jenis Alat Tipe
N Peluang
Komponen Fungsi Potensi e c e P Rekomendasi Part Conditioning Conditioning Mainten Siapa ?
o Kegagalan
kegagalan v c c N Count Monitoring Monitoring ance
Approach
Kerusakan
pada
Sebagai Korosi packing
tempat Melakukan Preventi
pada turbin dan Sub
dudukan pembersihan Berhenti Pemeriksaan ve
1 Casing kompenen uap basah 1 1 1 1 Visual, Bunyi Mainte
komponen- dan beroperasi manual Mainten
komponen pelekat yang nance
pelumasan ance
turbin casing masuk
melalui
inlet
Karena
adanya
Memutar
uap basah
poros daya
yg masuk Preventi
yang Korosi dan Sub
ke turbin 1 1 Melakukan Berhenti ve
2 Rotor menggerakka erosi pada 1 1 Visual Mainte
dan 0 0 perbaikan beroperasi Mainten
n atau sudu nance
kotoran ance
memutar
yang
generator
didalam
uap air
151
Terdapat
Untuk
uap basah Preventi
mencegah Keretakan Sub
yang Melakukan Berhenti ve
3 Shaft Seal uap air keluar pada shaft 2 2 1 4 Visual Mainte
masuk perbaikan beroperasi Mainten
dari dalam seals nance
melalui ance
turbin.
inlet
Pecah
mimis,
Menahan unbalance, Kualitas Preventi
Sub
Turbine agar dan dari Melakukan Berhenti ve
4 2 2 1 4 Visual Mainte
Bearing komponen terdapat minyak Pembersihan beroperasi Mainten
nance
rotor diam. korosi pelumas. ance
pada
mimis.
152
sebagai
pemompa oli
dari tangki
yang kegagalan
Keausan Corretiv
selanjutnya oil gauge Sub
Main Oil pada ulir 2 Melakukan Berhenti Tekanan e
5 disalurkan indikator, 7 2 2 Visual Mainte
Pump oil gauge 8 pelumasan beroperasi sensor Mainten
menuju automatic nance
indikator ance
bagian- feeder
bagian yang
berputar pada
turbin.
Putaran
rotor
Untuk turbin dan Corretiv
Sub
Implus menerima Keretakan adanya Melakukan Berhenti e
6 1 1 1 1 Visual Control Panel Mainte
Stage uap didalam pada sudu pembeban Penyaringan beroperasi Mainten
nance
turbin an aliran ance
uap secara
kontiniyu
153
Sebagai
pengontrol
Karena
jumlah Melakukan Preventi
Turbin terlalu Sub
kebutuhan 1 pembersihan Berhenti Sensor ve
7 Control Overspeed sedikit uap 6 2 1 Visual Mainte
uap yang 2 dan beroperasi tekanan Mainten
Valve yang nance
masuk pelumasan ance
masuk
kedalam
turbin
Untuk
mengalirkan
uap tekanan Kerusakan
tinggi masuk pada
Karena Melakukan Preventi
kedalam handle Sub
Turbin Stop korosi pembersihan Berhenti ve
8 turbin, serta overspeed 4 2 1 8 Visual Mainte
Valve pada tuas dan beroperasi Mainten
untuk trip nance
overspeed pelumasan ance
menghentika mechanis
n supply uap m
tekanan
tinggi.
154
9 Reducing Untuk Kerusakan Karena 4 3 2 2 Melakukan Berhenti Visual Manometer Preventi Sub
Gear menurunkan pada gear ketidakma 4 Pembersihan beroperasi /Pressure ve Mainte
putaran poros dan ksilan gauge Mainten nance
rotor dari keausan kontribusi ance
5500 rpm menyebab pompa oli
menjadi 1500 kan dan juga
rpm. kebakaran kualitas
bahkan daripada
meledak. kualitas
pelumas.
Ket :
RPN Risk Priority Number
S (Tingkat Keparahan)
O Occurrence (Efek dari kegagala)
D tion (Kemampuan mendeteksi Kegagalan)
155