SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Ketel uap merupakan alat yang berfungsi untuk merubah air menjadi uap yang
digunakan untuk kebutuhan proses pabrik kelapa sawit. Alat ini sering disebut sebagai jantung
dari pabrik kelapa saiwit . Ketel uap yang di pakai di PT. Perkebunan Nusantara IV Adolina
adalah ketel uap buatan PT. Super Andalas Steel . Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
nilai dari produktivitas dari produksi uap yang di hasilkan pada mesin ketel uap dengan
menggunnakan metode Overall Equipment and Effectiveness (OEE) dan untuk mengetahui
komponen-komponen krisis pada ketel uap dengan menggunakan metode Faiulre Mode and
Effect Analysis (FMEA) , dan menetukan nilai keandalan dari mesin menggunakan metode
Reability Block Diagram (RBD) . Dari hasil pengolahan data yang di peroleh dari perusahaan
nilai OEE yang tertinggi terdapat di bulan januari dengan nilai 71,11% dan nilai OEE yang
terendah terdapat pada bulan agustus dengan nilai 59.62% , pada metode Failure Mode And
Effect Analysis di dapat nilai Gelas penduga 196, Dust Collector 168,Pipa Air 105, Pipa
Superheater 105,Soot Blower 80 , Safety Valve 64. Dari hasil perhitungan keandalan dengan
menggunakan metode Reability Block Diagram , di daoat nilai keandalan dari mesin ketel uap
secara real adalah sebesar 80,04% pada 50 jam, dan pada pada 1000 jam dapat nilai 0.74 % .
Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk membuat
rancangan pencegahan sehingga mengurangi kuantitas kegagalan pada mesin ketel uap
Boilers are tools that serve to convert water into steam which is used for the needs of the
palm oil mill process. This tool is often referred to as the heart of the saiwit coconut mill. Steam
boilers used at PT. Nusantara IV Adolina Plantation is a steam boiler made by PT. Super
Andalas Steel. The purpose of this study is to determine the value of productivity of steam
production produced in a steam boiler by using the Overall Equipment and Effectiveness (OEE)
method and to find out the components of the crisis in the boiler using the Faiulre Mode and
Effect Analysis (FMEA) method , and determine the reliability value of the machine using the
Reability Block Diagram (RBD) method. From the results of processing the data obtained from
the company the highest OEE value is found in January with a value of 71.11% and the lowest
OEE value is in August with a value of 59.62%, in the Failure Mode And Effect Analysis
method, it can get the Estimator Glass value 196 , Dust Collector 168, Water Pipe 105, Pipa
Superheater 105, Soot Blower 80, Safety Valve 64. From the results of reliability calculations
using the Reability Block Diagram method, the reliability value of the boiler engine in real is
80.04% at 50 hours, and at 1000 hours can be 0.74%. With this study, it is expected that it can be
useful as a reference to make a preventive design so as to reduce the quantity of failure on the
boiler engine
ii
Pujisyukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan izin serta
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penulisan skripsi
dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan penddikan untuk mencapai gelar
sarjana di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun yang
menjadi judul skripsi ini yaitu :
“ANALISA BOILE TAKUMA N 600 SA DENGAN METODE OVERALLEQUIPMENT
EFFECTVENESS (OEE), FAILURE MODES And EFFECT ANALYSIS (FMEA), dan
REALIBILITY BLOCK DIAGRAM (RBD) UNTUK MEMETAKAN EFEKTIVITAS
PRODUKSI PT.PERKEBUNAN IV ADOLINA”
Selama penulisan skripsi ini, penulis juga dpaat mendapat banuak bantuan dari berbaai
pihak . Oleh karena itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. M.Panjaitan dan R.Br.Simanjuntak sebagai Oang Tua yang selalu memberikan dukungan
tak terkiranya baik moril maupun materil
2. Bapak Dr.Ir.M.Sabi,M.T selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu
dalam memberikan bimbingan serta masukan dalam penyelesaian tugas sarjana ini.
3. Bapak Dr.Ir.M.Sabri,M.T selaku ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Suamtera Utara
4. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Teknik Mesin USU
5. Maria Panjaitan dan Febriyanti Panjaitan sebagai adik penulis yang selalu memberikan
dukungan tak terkiranya.
6. Vera A Sitompul yang selalu memberikan semangat yang tak henti-hentinya
7. Hendra A Marbun , serta seluruh kawan –kawan stambuk 2013 yang tidak bisa di
sebutkan satu-persatu yang selalu menemani dan memberikan masukan serta semangat
kepada penulis.
8. Teman-teman dari Tim Horas G6 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang selalu
menemani dan memberikan masukan serta semangat kepada penulis.
9. Abang dan kakak stambuk 2011,2012, dan Semua adik-adik di Teknik Mesin USU yang
telah banyak memberikan doa serta semangat bagi penulis dalam menyelesaikan tugas
sarjana ini
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca, terimakasih.
iii
ABSTRAK ..........................................................................................................................i
ABSTRACT ...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
iv
2.3.4 Daerator...................................................................................................14
vi
vii
viii
5.1Kesimpulan .......................................................................................................93
ix
xi
xii
xiii
O Occurance -
S Severity -
D Detection -
Rs Keandalan System -
Rn Keandalan Komponen -
T Waktu -
e Bilangan Real -
xiv
Ketel Uap yang digunakan pada industri kelapa sawit pada umumnya adalah
Ketel Uap pipa air (water tube Ketel Uap). Uap yang diperoleh dari hasil
pemanasan air didalam pipa-pipa Ketel Uap yang berjumlah ratusan dengan
memanfaatkan cangkang (shell) dan serabut (fibre) kelapa sawit sebagai bahan
bakar. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke
suatu proses.
Pabrik kelapa sawit menggunakan Ketel Uap sebagai sumber tenaga. Ketel
Uap mengubah energi potensial dalam air menjadi energi kinetik dalam bentuk
uap bertekanan tinggi untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi
listrik. Kemudian sisa uap akan di gunakan ke pengolahan dalam pengolahan
kelapa sawit. Dalam hal ini Ketel Uap memiliki peran yang sangat vital. Maka,
bila terjadi gangguan pada Ketel Uap maka akan terjadi stagnasi pada pabrik
kelapa sawit.Pada gambar 1.1 diberitahukan tentang komponen-komponen pada
ketel uap(sawit insutri,2011).
Sistem Ketel Uap terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem
bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk Ketel Uap secara otomatis
sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan
perawatan dan perbaikan dari sistem air umpan, penanganan air umpan
diperlukan sebagai bentuk pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari
sistem steam. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam
dalam Ketel Uap. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada
jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem(Oktofianti,2015).
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuanpenelitian,
manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisikan literatur untuk penyusunan laporan.
LAMPIRAN
Berisi tentang data-data dari Perusahaan
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel Uap (Ketel Uap) merupakan jantung dari sebuah
pabrik kelapa sawit. Dimana, Ketel Uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap
yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit. disini kita akan membahas sedikit tentang
Ketel Uap yang digunakan dalam pabrik kelapa sawit
Ketel Uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air menjadi Uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari
pembakaran bahan bakar pada ruang bakar Ketel Uap.
Uap (energi kalor) yang dihasilkan Ketel Uap dapat digunakan pada semua peralatan
yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama turbin. Turbin disini adalah turbin
uap dimana sumber penggerak generatornya adalah uap yang dihasilkan dari Ketel Uap.
selain turbin alat lain di pabrik kelapa sawit yang membutuhkan uap seperti di sterilizer (Alat
untuk memasak TBS) dan distasiun pemurnian minyak (Klarifikasi). oleh karena itu kualitas
uap yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit tersebut.
karena jika tidak akan mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa sawit.
Ketel Uap adalah pesawat yang berfungsi untuk mengubah energi kimia dari bahan
bakar menjadi energi panas yang akan memanaskan air hingga berubah menjadi uap. oleh
karena uap yang dihasilkan didalam sistem ini mempunyai volume yang besar; maka uap
yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber energi untuk mensuplai tenaga kepada pesawat
atau peralatan lainya yang membutuhkan panas yang digunakan untuk memanaskan air
dalam ketel, diperoleh dari suatu bahan bakar yang dirubah bentuknya menjadi energi panas
melalui suatu proses yang dilakukan dalam ruang bakar atau pesawat pembakar ( Burner ).
Pada dasarnya uap yang dihasilkan ketel tersebut dapat digunakan untuk :
Agar kualitas uap yang dihasilkan dari Ketel Uap sesuai dengan yang
diinginkan/dibutuhkan maka dibutuhkan sejumlah panas untuk menguapkan air tersebut,
dimana panas tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar ketel. Untuk
mendapatkan pembakaran yang sempurna didalam ketel maka diperlukan beberapa syarat,
yaitu:
Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah serabut dan cangkang, Adapaun
alasan mengapa digunakan serabut dan cangkang sebagai bahan bakar adalah :
1. Bahan bakar cangkang dan serabut cukup tersedia dan mudah diperoleh dipabrik.
2. Cangkang dan serabut merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit apabila tidak
digunakan.
3. Nilai kalor bahan bakar cangkang dan serabut memenuhi persyaratan untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan.
4. Sisa pembakaran bahan bakar dapat digunakan serbagai pupuk untuk tanaman kelapa
sawit.
Cangkang adalah sejenis bahan bakar padat yang berwarna hitam berbentuk seperti
batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa sawit yang
diselubungi oleh serabut.
Pada bahan bakar cangkang ini terdapat berbagai unsur kimia antara lain : Carbon
(C), Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2) dan Abu. Dimana unsur kimia yang
terkandung pada cangkang mempunyai persentase (%) yang berbeda jumlahnya., bahan
bakar cangkang ini setelah mengalami proses pembakaran akan berubah menjadi arang,
kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada dapur akan terbang sebagai ukuran
partikel kecil yang dinamakan peatikel pijar(Belajar Sawit, 2011)
Apabila pemakaian cangkang ini terlalu banyak dari serabut akan menghambat proses
pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api kurang sempurna, dan jika cangkang
Panas yang dihasilkan serabut jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh
cangkang, oleh karena itu perbandingan lebih besar serabut dari pada cangkang.disamping
serabut lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian serabut yang berlebihan
akan berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat proses
perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan dalam
ruang dapur dan menutupi pipa water wall,disamping mempersulit pembuangan dari pintu
ekspansion door (Pintu keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan.
Pada Ketel Uap jenis ini, air Ketel Uap mengalir di dalam pipa – pipa, sedangkan
pemanas air itu dilakukan oleh gas – gas asap yang beredar di sekitar pipa – pipa itu.
Perintis pembangkit uap modern adalah Ketel Uap pipa air (water tube Ketel Uap), yang
dikembangkan oleh George Babcock dan Stephen Wilcox pada tahun 1867. George
Babcock dan Stephen Wilcox menamakannya Ketel Uap pipa air “anti ledak” (non
explosive) yang berkaitan dengan adanya ledakan – ledakan Ketel Uap yang merupakan
bencana yang banyak terjadi pada masa itu. Namun barulah pada awal abad kedua
puluh, dengan berkembangnya boier uap yang memerlukan uap dalam tekanan dan
aliran besar, perkembangan Ketel Uap pipa air menjadi kenyataan.Gambar 3.2
merupakan keterangan tentang proses sederhana pipa air.
1) Air pengisian harus selalu bersih, lebih – lebih jika bekerja pada tekanan tinggi,
karena sedikit saja terjadi pengendapan minyak atau pembentukan batu ketel akan
dapat menimbulkan pemanasan lanjut (over heating)
2) Pada umumnya banyak memerlukan pendinginan batu – batu tahan api, yang banyak
pula ongkos perawatan.
3) Membutuhkan pemakaian pengaturan – pengaturan pengisian otomatik, karena harus
berhati – hati betul menjaga tingginya air dalam Ketel Uap, karena produksi uap
sangat cepat(Oktofianti,2015)
10
Ketel Uap pipa api (fire tube Ketel Uap) sudah digunakan dalam berbagai bentuk,
awalnya untuk mengahasilkan uap sebagai keperluan industri sejak akhir abad
kedelapan belas. Awalnya Ketel Uap ini tidak digunakan lagi dalam instalasi daya
utilitis yang besar – besar. Namun ini masih kita bahas di sini agar jelas perbedaannya
dengan Ketel Uap pipa air yang modern. Ketel Uap pipa api masih digunakan dalam
instalasi industri untuk menghasilkan uap jenuh dengan tekanan tertinggi 250 [psi] kira-
kira 18 [bar], dan kapasitas sampai 50.000 [lbm/h] atau 6,3 [kg/s]. Walaupun ukurannya
sudah meningkat, rancangan dasarnya tidak banyak berubah dalam 25 tahun terakhir ini.
Ketel Uap pipa api merupakan bentuk khusus jenis cangkang. Ketel Uap jenis
cangkang (sheel-type Ketel Uap) terdiri atas cangkang atau bejana tertutup, biasanya
berbentuk silinder, yang berisi air. Sebagian dari cangkang itu, misalnya bagian
bawahnya, diberi kalor, misalnya gas nyala api dari luar. Ketel Uap cangkang sudah
berkembang menjadi bentuk yang lebih modern seperti Ketel Uap listrik (electric Ketel
Uap), dimana kalornya dipasok oleh elektroda yang dibenamkan di dalam air, atau
akumulator (accumulator) dimana kalor dipasok oleh uap dari sumber luar yang
dilewatkan melalui pipa, di dalam cangkang. Dalam kedua hal ini cangkang tidak
terkena panas secara langsung.
Ketel Uap pipa api seperti gambar 2.3 ini berkembang menjadi “Ketel Uap pipa
api”. Sekarang gas panas, dan bukan uap yang dilewatkan melalui pipa. Oleh karena
perpindahan kalornya lebih baik, Ketel Uap pipa api lebih effisien 70%. Pipa api ini
ditempatkan pada posisi horizontal, vertikal, atau miring. Yang paling umum adalah
horizontal(Oktofianti,2011)
11
Disebut Ketel Uap paket yang ada pada gambar 2.4 sudah tersedia sebagai
paket yang lengkap. Pada saat dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa
air, suplai bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket Ketel
Uap biasanya merupakan tipe shell and tube dengan rancangan fire tube dengan
transfer panas baik radiasi maupun konveksi yang tinggi. Ciri-ciri dari Paket Ketel
Uap adalah(Oktofianti,2011) :
12
Ketel Uap tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass nya yaitu berapa kali
gas pembakaran melintasi Ketel Uap. Ruang pembakaran ditempatkan sebagai lintasan
pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set pipa api. Ketel Uap yang paling
umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass/lintasan dengan dua set fire-tube/ pipa api
dan gas buangnya keluar dari belakang Ketel Uap (Oktofianti,2011)
Alat – alat ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari Ketel Uap. Alat – alat
ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi Ketel Uap dengan jalan mengabsorbsi
kembali panas gas asap dari cerobong asap. Makin rendah suhu gas asap keluar dari
cerobong asap, makin kecil pula kerugian cerobong asap dan makin kurang pula
kebutuhan bahan bakar untuk membentuk uap pada kondisi tertentu. Pada umumnya
dapat dikatakan, pemanas uap lanjut, pemanas air pengisian Ketel Uap, dan pemanas
udara menghemat pemakaian bahan bakar. Alat – al1at ini diantaranya
adalah(Teknologi Indonesia,2018) :
13
Sumber : http://bentengapirefractorindo.co.id/batubatatahanapi.com/index.php/2-
uncategorised/7-tentang-Ketel Uap
2.4.2. Economizer
14
Sedangkan perbedaan suhu yang terlalu besar antara air pengisian yang baru dengan air
yang telah berada di Ketel Uap akan dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran pada
sambungan pipa ketel dan lempengan – lempengan pipa dapat menjadi pecah karena
tegangan yang tidak normal/thermall stress. Dengan melakukan pemanasan terhadap air
pengisian Ketel Uap akan dapat menghemat pemakaian bahan bakar di Ketel Uap pada
proses pembentukan uap.seperti yang dijelaskan pada gambar 2.6
Sumber : http://bentengapirefractorindo.co.id/batubatatahanapi.com/index.php/2-
uncategorised/7-tentang-Ketel Uap
Air Preheater ini dapat digunakan bila pembakaran dalam Ketel Uap diatur oleh
penarikan paksa sistem isap atau oleh penarikan paksa sistem tekan. Fan udara itu
menekan udara pembakaran dengan tekanan melebihi yang rendah ke silinder api dari
bawah kisi melalui sebuah hantaran pipa sehingga bahan bakar dapat terbakar dengan
15
Pada umumnya udara pembakaran ini dipanaskan terlebih dahulu dalam sebuah
pemanas udara digambarkan pada gambar 2. 7, sebelum dimasukkan ke dalam dapur.
Udara yang dipanaskan terlebih dahulu, antara lain dapat menambah sempurnanya
pembakaran bahan bakar karena entalpi udara naik, hal ini saja telah memberikan
penghematan yang besar dalam pemakaian bahan bakar
Gambar 2.7 (a) Pemanas Udara Pelat (b) Pemanas Udara Pipa
Sumber :
Sumber : http://bentengapirefractorindo.co.id/batubatatahanapi.com/index.php/2-
uncategorised/7-tentang-Ketel Uap
2.4.4 Deaerator
Deaerator selain berfungsi mengeluarkan gas – gas yang bersifat korosif juga
berfungsi untuk menaikkan suhu/memanaskan air pengisian seperti yang di terangkan
16
Sumber : http://bentengapirefractorindo.co.id/batubatatahanapi.com/index.php/2-
uncategorised/7-tentang-Ketel Uap
Ada tiga proses perpindahan panas yang terjadi didalam Ketel Uap yaitu :
17
Dalam hal perencanaan system ini perpindahan yang terjadi hanya konduksi dan
konveksi dikarenakan pengaruh perpindahan panas relative kecil dibandingkan perpindahan
panas konduksi dan konveksi.(Iskandar.Soetono,2015).
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang molekul –molekulnya
bergerak keseluruh permukaanya.
T
……………………………………………………………………(1)
QKond = −k . A
z
x
Dimana :
Qkon = Panas yang diserap secara konduksi ( W/ m 3 )
0
K = Konduktivitas dinding yang dipanaskan ( W/ m C)
2
A = Luas bidang yang dipanaskan ( m )
T
x = gradient suhu kea rah perpindahan kalor
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang dilakukan oleh
molekul-molekul suatu fluida (cair maupun gas) . Molekul-molekul tersebut dalam gerakannya
melayang-melayang kesana kemari dalam membawa panas masing-masing q joule . Pada saat
molekul fluida tersebut menyentuh dinding atau pipa ketel maka panasnya dibagikan sebgaian
kepada dinding atau pipa ketel , sedangkan sebagian lagi dibawa molekul pergi.
18
Perpindahan panas yang terjadi dari sebuah plat logam panas ke suatu fluida yang saling
bersinggungan.(Iskandar.Soetono,2015)
………………………………(2)
Qkonv = hA (T w - T )
Dimana :
Qkonv = Laju Perpindahan Panas secara konveksi ( W )
2
A = Luas perpindahan panas ( m )
2 0
h = Koefisien perpindahan panas konveksi ( W/ m C)
0
T w = Temperatur plat ( C )
0
T = Temperatur fluida ( C )
Perpindahan ini terjadi biala suatu benda atau permukaan langsung menerima panas
dari sumber panas tanpa melalui perantara. Menurut Stefan- Boltzman, besarnya panas yang
diterima melalui radiasi dalam ruang kurung adalah.(Iskandar.Soetono,2015):
4 4 ………………………………..(3)
Qrad
= ε. σ. A [( T 1 - T 2 )]
Qrad 3
Dimana : = Panas yang diserap secara radiasi ( W/ m )
ε = Faktor emisivitas,
19
4
0
T1 = Temperatur nyala api ( C)
4
0
T2 = Temperatur benda yang dipanasi ( C)
Dua sumber aliran udara utama yaitu udara primary dan udara secondary
dan dibantu oleh daro udara fluidizing air blower serta udara dari limestone. Udara
primary berasal dari udara luar yang masuk kedalam kipas (fan) kemudian udara
dihembuskan menujur turbular dair heater dimana pada turbular air heater terjadi
pertukaran antara udara primary dan flue gas.
Pengaturan tekanan udara bebas dikelilingi kita sebut dengan tekanan atmosfir ,
besar tekanan atomsfir adalah 1,013 bar atau 14,7 Psig dan alat pangkasnya
20
Tekanan terukur
1. Tekanan Absolute
2. Tekanan Vakum
Pada pengaturan tekanan yang sering dijumpai pada pembangkit thermal adalah
menggunakan metode, sebagai berikut :
Pada pembangkit termal ada dua jenis alat pengurukuran sering dijumpai yaitu
Thermokopel dan Resistance Temperature Detector (RTD). Pengaturan temperatur
udara dapat dimonitor dari pengukuran temperature pada Ketel Uap Overview.
Thermokopel terdiri dari logam berlainan jenis yang digabungkan dari sumber panas
pada ujung yang lain akan menimbulkan tegangan listrik berupa mili volt dan pada
Resistance Temperature Detector (RTD) objek dan pembacaan instrumentasinya
berada di tempat yang berada atau dapat dikatakan pembacaan jarak jauh dengan
menggunakan kawat penghubung yang mempunyai tahanan meskipun kecil.
Pengaturan aliran udara pada Ketel Uap diatur dengan mempertimbangkan laju
aliran pada suplai udara yang masuk dan keluar mengingat kondisi dan tekanan udara
didalam ruang berbeda , PAF, SAF, dan HPA mencipatakan kondisi tekanan plus
sedangkan IDF menciptakan tekanan kondisi ruang bakar vakum dan minus . Hal ini
sesuai dengan bahan bakar terbakar pada bed level (level pasir melayang di
permukaan furnance) lalu coal yang tidak terbakar masuk compact separator untuk
21
Steam Drum pada ketel uap berfungsi sebagai campuran uap dan uap air, dan juga
berfungsi untuk memisahkan uap air dengan air pada proses pembentukan uap
superheater(Teknologi Indonesia,2018)
22
Steam Drum yang di jelaskan pada gambar 2.9 memiliki beberapa saluran masuk dan dua
saluran keluar. Air yang masuk kedalam steam drum memiliki fase campuran. Di dalam steam
drum terdapat cyclone separator, bagian ini berfungsi untuk memisahkan antara uap
air saturated dengan air. Uap air akan keluar melalui pipa sebelah atas steam drum dan menuju
ke boiler untuk dipanaskan lebih lanjut menjadi uap kering. Sedangkan yang masih berfase cair
akan menuju ke raiser tube untuk dipanaskan sehingga berubah fase menjadi uap .
2.7.2. Pipa Ketel Uap
Boiler berskala besar dibentuk oleh pipa-pipa (tubing berukuran antara 25mm-100mm.
Pipa-pipa ini memiliki desain material khusu yang harus tahan terhadao perbedaan temperatur
ekstrim antara ruang bakar dengan air uap air yang mengalir di dalamnya. Selain itu material
pipa haruslah bersifat konduktor panas yang baik, sehingga perpindahan panas (heat transfer)
dari proses pembakaran ke air / uap air bisa efektif berikut adalah gambar 2.10 pipa pada boiler
seacara umum.
23
24
Sumber : http://artikel-teknologi.com/komponen-komponen-boiler-pipa-air/
Untuk men-supply udara yang digunakan pada proses pembakaran, boiler membutuhkan
kerja beberapa jenis kipas dengan fungsi masing-masing. Dan berikut adalah sistem-sistem
yang berhubungan dengan supply udara untuk proses pembakaran pada boiler:
1. Primary Air Fan. Kipas ini berfungsi untuk men-supply udara bertekanan yang akan
digunakan untuk membawa pulverized fuel dari pulverizermenuju ke boiler. Parameter
terkontrol pada primary air adalah besar tekanan kerjanya, sehingga kipas yang
25
Sumber : http://artikel-teknologi.com/komponen-komponen-boiler-pipa-air-part-2/
2. Secondary Air Fan. Kipas inilah yang menjadi penyupply utama udara ke
dalam furnace boiler untuk memenuhi kebutuhan proses pembakaran. Berbeda
dengan primary air yang menitik beratkan kepada tekanan kerjanya, secondary air lebih
diutamakan kontrol terhadap debit volume-nya. Oleh karena itulah secondary
air(Gambar 2.14) umumnya menggunakan kipas dengan tipe aksial yang dapat
menghasilkan volume debit aliran yang tinggi. Berikut adalah gambar bagian bagian dari
secondary fan(Teknologi Indonesia,2018)
26
Salah satu produk sampingan dari proses pembakaran barubara pada boiler
adalah kerak. Kerak ini didapati banyak menempel pada pipa-pipa boiler, sehingga
akan sangat mengganggu proses perpindahan panas jika hal ini terus dibiarkan. Maka
dipergunakanlah satu alat bernama soot blower. Alat ini berfungsi untuk
menyemprotkan uap panas ke dinding-dinding pipa boiler sehingga kotoran-kotoran
yang menempel padanya dapat lepas. Soot blower menggunakan uap air kering yang
dihasilkan oleh boiler. Pada gambar 2.15 merupakan proses sederhana dari soot
blower(Teknologi Indonesia,2018)
27
Gelas penduga merupakan alat yang berfungsi untuk melihat ketinggian air
dalam drum atas serta memudahkan pengontrolan air dalam ketel selama operasi
berlangsung. Gelas penduga atau (Sight Glass) ini juga dilengkapi dengan alat
pengontrolan air otomatis yang akan membunyikan bell dan menyalakan lampu
bewarna merah saat kekurangan air dan akan menyala lampu bewarna hijau disertai
bell pada saat muatan air melebihi batas. Berikut adalah gambar 2.15 untuk gelas
penduga.
Sumber : http://artikel-teknologi.com/komponen-komponen-boiler-pipa-air-part-2/
28
Pemeliharaan juga merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang sama
pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena apabila seseorang
mempunyai peralatan atau fasilitas, maka biasanya dia akan selalu berusaha untuk tetap
mempergunakan peralatan atau fasilitas tersebut. Demikian pula halnya dengan
perusahaan pabrik, dimana pimpinan perusahaan pabrik tersebut akan selalu berusaha
agar fasilitas maupun peralatan produksinya dapat dipergunakan sehingga kegiatan
produksinya berjalan lancer [cordela,1996].
Dalam usaha untuk dapat terus menggunakan fasilitas tersebut agar kualitas produksi
dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
meliputi kegiatan pemeriksaan, pelumasan (lubrication), dan perbaikan atau reparasi atas
kerusakan-kerusakan yang ada, serta penyesuaian atau penggantian spare part atau
komponen yang terdapat pada fasilitas tersebut.
Seluruh kegiatan ini sebenarnya tugas bagian pemeliharaan. Peranan bagian ini tidak
hanya untuk menjaga agar pabrik dapat tetap bekerja dan produk dapat diprodusir dan
diserahkan kepada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi untuk menjaga agar pabrik
dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau mengurangi kemacetan produksi
sekecil mungkin. Jadi, bagian perawatan mempunyai peranan yang sangat menentukan
dalam kegiatan produksi suatu perusahaan pabrik yang menyangkut kelancaran atau
kemacetan produksi, kelambatan, dan volume produksi serta efisiensi berproduksi
[Daryus, Asyari. 2007].
Dalam masalah pemeliharaan ini perlu diperhatikan bahwa sering terlihat dalam suatu
perusahaan bahwa kurang diperhatikannya bidang pemeliharan atau maintenance ini,
sehingga terjadilah kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. Peranan yang penting dari
kegiatan baru diperhatikan setelah mesin-mesin tersebut rusak dan tidak dapat berjalan
sama sekali. Hendaknya kegiatan harus dapat menjamin bahwa selama proses produksi
berlangsung, tidak akan terjadi kemacetan - kemacetan yang disebabkan oleh mesin
maupun fasilitas produksi.
29
2.8.1.Tujuan Maintenance
30
31
Prinsip-prinsip yang terdapat pada 5S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan
autonomous maintenance, yaitu:
32
33
a. Inspeksi(Inspections)
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara berkala (routine
scedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana yang bertujuan untuk
mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilita smesin/peralatan yang baik
untuk menjamin kelancaran proses produksi.
c. Kegiatan Produksi
34
d. Kegiatan Adminitrasi
Kegiatan adminitrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-
pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan kegiatan pemeliharaan,
penyusunan planning dan sceduling, yaitu rencana kapan kegiatan suatu mesin/peralatan
tersebut harus di periksa, diservice dan di perbaiki.
e. Pemeliharaan bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang dilakukan tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.
35
TPM sesuai dengan nama kepanjangannya yang terdiri atas tiga buah suku kata, yaitu :
a. Total
Total berarti menyeluruh, yang menjelaskan bahwa aspek ini melibatkan dari seluruh
karyawan yang terdapat di dalam perusahaan, mulai dari tingkat atas hingga karyawan
tingkat bawah baik dalam mengoperasi maupun dalam memelihara mesin ataupun
peralatan.
b. Productive
Productive merupakan upaya yang dilakukan supaya mesin maupun peralatan tetap
beroperasi secara produktif serta meminimaliskan atau menghilangkan kerugian-kerugian
yang terjadi diproduksi saat pemeliharaan dilakukan.
c. Maintenance
Berarti memelihara serta menjaga mesin dan peralatan secara mandiri yang dilakuakan
oleh operator produksi agar kondisi mesin atau peralatan tersebut dalam keadaan prima
dan terpelihara dengan menjaga kebersihan mesin, melakukan pemeriksaan pelumasan
dan hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan.
Menurut Nakajima (1988) TPM adalah suatu program untuk pengembangan fundamental
dari fungsi pemeliharaan dalam suatu organisasi yang melibatkan seluruh SDM-nya. Jika di
implementasikan secara penuh, TPM secara dramatis meningkat produktivitas dan kualitas,
menurunkan biaya, meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan
sistem perawatan pada perusahaan manufaktur. TPM memerlukan partisipasi penuh dari
semuanya, mulai manajemen puncak sampai karyawan lini terdepan. Operator bukan hanya
bertugas menjalankan mesin sebelum dan sesudah pemakaian.
36
a. TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk
memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.
b. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin/peralatan secara keseluruhan
(overall effectiveness).
c. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian produksi,
bagian maintenance).
d. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga para
karyawan/operator lantai pabrik.
e. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM melalui
manajemen motivasi :autonomous small group activities.
Subjek utama pada gambar 2.17 yang menjadi ide dasar dari kegiatan TPM adalah
manusia dan mesin.Dalam hal ini diusahakan untuk dapat merubah pola pikir manusia terhadap
konsep pemeliharaan yang selama ini biasa dipakai. Pola pikir “ saya menggunakan peralatan
dan orang lain yang memperbaiki” harus diubah menjadi “saya merawat peralatan saya sendiri.”
Untuk itu para karyawan dituntut untuk dapat belajar menggunakan dan merawat
mesin/peralatan dengan baik dan dengan demikian perlu dipersiapkan suatu sistem pelatihan
(training) yang baik.
TPM terangkum di dalam delapan pillar yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini
37
Dengan pengertian :
a. 5S : TPM dimulai dari 5S. Masalah tidak dapat dengan jelas terlihat ketika tempat kerja
tidak terorganisir. Membersihkan dan mengatur tempat kerja membantu tim untuk
mengungkap masalah. Membuat masalah terlihat dengan langkah pertama dari perbaikan.
Definisi dari 5S is SEIRI (Sort Out), SEITON (Organize), SEISO (Shine the workplace),
SEIKETSU (Standardization), SHITSUKE (Self descipline).
b. Autonomous Maintenance : pilar ini diarahkan untuk mengembangkan operator supaya
dapat mengurus tugas pemeliharaan-pemeliharaan kecil, sehingga tidak selalu tergantung
kepada para maintenance terampil sehingga waktu tidak terbuang banyak dan hal ini
menjadi nilai tambah kegiatan dan perbaikan teknis. Operator bertanggung jawab untuk
memeliharaan peralatan mereka dengan tujuan mencegah peralatan memburuk.
38
39
Manfaat TPM, diperlukan untuk mengatasi six big losses dalam proses
produksi perusahaan manufaktur. TPM berusaha untuk memastikan bahwa peralatan
produksi memiliki daya tahan yang optimal. Beberapa hal yang berhubungan dengan
TPM untuk mengoptimalkan daya tahan peralatan produksi adalah :
a. TPM dilakukan untuk mengembalikan kondisi peralatan produksi pada keadaan yang
optimal untuk dipakai dalam proses produksi.
b. TPM diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan operator dalam pemeliharaan
peralatan peralatan produksi.
c. TPM diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pemeliharaan.
40
Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber daya yang
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output, efisiensi merupakan karakteristik
proses mengukur perpormasi aktual dari sumberdaya yang relative terhadap standar yang
digunakan, ditetapkan. Sedangkan efektifitas merupakan karasteristik lain dari proses mengukur
derajat penyampaian output dari sistem produksi, efektifitas diukur dari rasio aktual output
terhadap output yang direncanakan[ Taisir, Osama 2010].
Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu
pada kualitas output semata akan dapat menyesatkan, karena pengukuran ini tidak
memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu : kapasitas efesiensi dan efektifitas.
Satu tujuan dari TPM dan OEE adalah mengurangi atau menghilangkan apa yang disebut
dengan six big losses yang merupakan penyebab umum terjadinya kerugian efisiensi saat proses
manufaktur
. Berlangsungnya kerugian dari efektifitas di dalam TPM tersebut didefinisikan dengan istilah
dari kualitas yang disebut kualitas produk dan kesediaan waktu mesin. Mesin/peralatan seefisien
mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan
tepat guna dan berdaya guna, Untuk dapat meningkatkan produtifitas mesin/peralatan yang
digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan pada six big
losses.[ Taisir, Osama 2010]
41
OEE (%) = Availability (%) x Performance Rate (%) x Quality Rate (%) ...… (4)
Untuk mendapatkan nilai OEE, maka ketiga nilai dari ketiga rasio utama tersebut harus diketahui
terlebih dahulu.
Adapun standar world class untuk nilai OEE dari ketiga rasio utama tersebut yaitu:
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
Avaliability = 𝑥 100% …...………..….… (5)
𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔𝑡𝑖𝑚𝑒
42
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡𝑥𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒𝑇𝑖𝑚𝑒
Performance Efficiency = 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑥 100% …. (7)
43
2.9.3.Quality Ratio
Quality ratio adalah suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan dalam
menghasilkan produk yang sesuai dengan standar.Quality ratio merupakan perbandingan nilai
jumlah produk yang lebih baik terhadap jumlah total produk yang diproses. Formula yang
digunakan untuk pengukuran rasio ini adalah[ Taisir, Osama 2010]:
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡−𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
RQP = 𝑥 100% …….…….… (8)
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
44
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛𝑇𝑖𝑚𝑒
Breakdown losses = 𝑥 100% ....……..….… (9)
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔𝑇𝑖𝑚𝑒
Sumber : mustajib,Ir.Imron “Sitem Perawatan Terpadu”
45
𝑁𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒𝑇𝑖𝑚𝑒
Idling and Minor Stoppages Losses = 𝑥 100% .... (11)
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔𝑇𝑖𝑚𝑒
RSL =
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑇𝑖𝑚𝑒−(𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒𝑇𝑖𝑚𝑒𝑥𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡)
𝑥 100% .....… 12)
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔𝑇𝑖𝑚𝑒
1) Process Defect yaitu kerugian yang disebabkan karena adanya produk cacat maupun
karena kerja produk diproses ulang. Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian
material, mengurangi jumlah produksi, biaya tambahan untuk pengerjaan ulang dan limbah
produksi meningkat. Adapun rumus untuk menghitung Process Defect dengan persamaan 13
adalah :
46
2) Reduced Yield Losses (kerugian pada awal waktu produksi hingga mencapai kondisi
produksi yang stabil) adalah kerugian waktu dan material yang timbul selama waktu yang
dibutuhkan oleh mesin untuk menghasilkan produk baru dengan kualitas produk yang telah
diharapkan. Kerugian yang timbul tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang
tidak stabil, tidak tepatnya penanganan dan pemasangan mesin atau cetakan ataupun operator
tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dilakukan. Adapun rumus untuk
menghitung Reduced Yield Losses dengan persamaan 14 adalah :
Secara garis besar keenam kerugian dalam identifikasi tersebut dapat dipetakan dalam beberapa
klasifikasi waktu pemesinan antara lain waktu operasi yang bernilai tambah (valuable operating
time), waktu operasi bersih (net operating time), waktu operasi operating time),gambar 2.18
47
Gambar 2.18 Garis Besar Perhitungan OEE Berdasarkan Six Big Losess
Terdapat banyak variasi didalam rincian FMEA, tetapi semua itu memiliki tujuan untuk
mencapai :
a. Mengenal dan memprediksi potensial kegagalan dari produk atau proses yang dapat
terjadi.
48
Severity adalah penilaian terhadap keseriusan dari efek yang ditimbulkan. Dalam arti
setiap kegagalan yang timbul akan dinilai seberapa besarkah tingkat keseriusannya. Terdapat
hubungan secara langsung antara efek dan severity. Sebagai contoh, apabila efek yang terjadi
adalah efek yang kritis, maka nilai severity pun akan tinggi. Dengan demikian, apabila efek yang
terjadi bukan merupakan efek yang kritis, maka nilai severity pun akan sangat rendah.
Untuk mendapatkan kuantiti dari severity, maka kasus yang dihadapi di rating kedalam
beberapa tahapan dengan table 2.1 sebagai berikut :
49
Occurance adalah seberapa sering kemungkinan penyebab tersebut akan terjadi dan
menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk. Occurance merupakan nilai
rating yang disesuaikan dengan frekuensi yang diperkirakan dan atau angka kumulatif dari
kegagalan yang dapat terjadi.
Untuk mendapatkan kuantiti dari kekerapan, maka kasus yang dihadapi di rating kedalam
beberapa tahapan dengan menggunnakan table 2.2 sebagai berikut :
KEKERAPAN
KUANTITAS KUALITAS
(O)
10
Sangat Tinggi Sering Gagal
9
8
Tinggi Kegagalan yang berulang
7
50
Nilai detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection adalah kemampuan
pengukuran terhadap kegagalan yang dapat terjadi.
Untuk mendapatkan kuantiti dari deteksi, maka kasus yang dihadapi di rating kedalam
beberapa tahapan dengan table 2.3 sebagai berikut :
51
52
Nilai ini merupakan identifikasi akumulatif dari fenomena kegagaln yang dihadapi suatu
sistem.RPN tidak memiliki nilai atau arti. Nilai tersebut digunakan untuk meranking kegagalan
proses yang potensial. Nilai RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
Semakin besar nilai RPN, akan semakin tinggi resiko komponen-komponen tersebut
mengalami derajat kegagalan dalam system
Kondisi tersebut dapat dikatakan positif ataupun negative. Konsep reability melibatkan metode
statistic. Melalui pengukuruan ini , perusahaan memiliki gambaran terhadap kondisi peralatan
tersebut. Rebility juga dapat dikuantifikasi dengan menggunakan rata-rata banyaknya kegagalan
dalam rangka waktu tertentu (failure rate). Dapat pula dinyatakan sebagai lamanya waktu rata-
rata antar kegagalan(mean time between failure, MTBF).
53
Keandalan (Reliability) adalah suatu probabilitas dimana system industry dapat berfungsi
dengan baik pada periode tertentu (periode t). Guna menggambarakan kondisi ini secara
matematis dimana variable acak kontinu T yang mewakili suatu system (mesin), selama
mengalami kerusakan ( T>0) , maka keandalan (Reliability) dapat diekspresikan sebagai berikut .
R(t) = Pr{(T>t)}
Dimana R(t) >0 , R(0) = 1, jika nilai t diketahui, maka R(t) merupakan probabilitas
waktu, dimana mesin mengalami kerusakan adalah lebih besar atau sama dengan t.
Apabila ditentukan
Dimaan F(0) = 0
Dan
Lim F(t) = 1
Maka f(t) adalah probalititas yang menunkukan kerusakan mesin sebelum waktu t
54
𝑑𝐹(𝑡) 𝑑𝑅(𝑡)
𝑓(𝑡) = = …………………………………………………………………(17)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Fungsi ini disebut sebagai fungsi densitas probabilitas atau probability density function (PDF).
Fungsi tersebut menggambarkan bentuk dari disteibusi kerusakan. PDF tersebut memiliki dua
fungsi, antara lain:
∞
𝐹(𝑡) > 0 𝑑𝑎𝑛 ∫0 𝐹 𝑡𝑑 = 1………………………………………….…..(18)
∞
𝑅(𝑡) = ∫0 (𝑡 ′ )𝑡𝑑′………………………………………………………..(20)
Fungsi R(t) secara normal digunakan pad saat keandalan sudah diketahui . dan fungsi
F(t) biasanya digunakan pada saat probabilitas kerusakan diketahui.
Sebuah diagram keandalan blok (RBD) adalah metode diagram untuk menunjukkan
bagaimana komponen keandalan kontribusi bagi keberhasilan atau kegagalan sistem yang
kompleks. RBD juga dikenal sebagai diagram ketergantungan (DD).Sebuah RBD atau DD
diambil sebagai rangkaian blok terhubung dalam konfigurasi paralel atau seri. Setiap blok
merupakan komponen dari sistem dengan tingkat kegagalan. Jalur paralel yang berlebihan, yang
berarti bahwa semua jalur paralel harus gagal untuk jaringan paralel untuk gagal. Sebaliknya,
55
Sebuah RBD dapat dikonversi menjadi pohon sukses dengan mengganti jalur seri dengan
gerbang AND dan jalur paralel dengan gerbang OR. Sebuah pohon sukses kemudian dapat
dikonversi ke pohon kesalahan dengan menerapkan de teorema Morgan.Dalam rangka untuk
mengevaluasi RBD, ditutup bentuk solusi yang tersedia dalam kasus kemerdekaan statistik
antara blok atau komponen. Dalam hal asumsi independensi statistik tidak puas, formalisme
spesifik dan alat-alat solusi, seperti dinamis RBD, telah dipertimbangkan.
Sebuah Keandalan Block Diagram (RBD) melakukan kehandalan sistem dan ketersediaan
analisis sistem yang besar dan kompleks menggunakan blok diagram untuk menunjukkan
hubungan jaringan. Struktur kehandalan blok diagram mendefinisikan interaksi logis dari
kegagalan dalam sistem yang diperlukan untuk mempertahankan sistem operasi.Kursus rasional
dari RBD berasal dari node masukan yang terletak di sisi kiri diagram. Itu node input mengalir
ke pengaturan seri atau blok paralel yang menyimpulkan ke node output pada sisi kanan
diagram. Diagram hanya harus berisi satu input dan satu output simpul. Sistem RBD terhubung
dengan konfigurasi paralel atau seri.
a. Sistem Seri
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan seri pada gambar 2.19 , jika komponen-
komponen yang ada didalam sistem itu harus bekerja atau berfungsi seluruhnya agar
sistem tersebut sukses dalam menjalankan misinya. Atau dengan kata lain bila ada satu
komponen saja yang tidak bekerja, maka akan mengakibatkan sistem itu gagal
menjalankan fungsinya. Sistem yang mempunyai susunan seri dapat dikategorikan
sebagai sistem yang tidak berlebihan (non-redundant system).
Sumber: http://akbarartikel-akbar.blogspot.co.id/2017/06/reliability-block-diagram-rbd.html
56
𝑅1 = 𝑅2 . 𝑅2 . 𝑅3 𝑅𝑛 …………………………………………………………(21)
Dimana:
Rs = Reliabiliti Seri
b. Sistem Pararel
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan parallel dengan gambar 2.20, jika
seluruh komponen-komponen yang ada didalam sistem itu gagal berfungsi maka akan
mengakibatkan sistem itu gagal menjalankan fungsinya. Sistem yang memiliki
konfigurasi paralel dapat dikategorikan sebagai sistem yang sangat berlebihan (fully
redundant system).
Sumber: http://akbarartikel-akbar.blogspot.co.id/2017/06/reliability-block-diagram-
rbd.html
𝑅𝑃 = [(1 − 𝑅1 ) × (1 − 𝑅2 ) × (1 − 𝑅𝑛 )…………………………………(22)
Dimana:
Rp = Reliabiliti parallel
57
Menurut (Ramesh, 2012) untuk menghitung keandalan maka yang harus dilakukan adalah
menghitung MTBF dan failure rate, rumus menghitung MTBF adalah sebagai berikut :
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑀𝑇𝐵𝐹 = ................................................................................(23)
𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒
Setelah mendapatkan nilai MTBF maka selanjutnya adalah menghitung laju kegagalan (failure
rate), adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
1
𝜆 = 𝑀𝑇𝐵𝐹………………………………………………………………....... (24)
Untuk menghitung nilai keandalan (reliability) setelah didapat nilai MTBF dan failure rate
Keterangan:
R = nilai keandalan
𝜆 = failure rate
Sebuah diagram keandalan blok (RBD) adalah alat menggambar dan perhitungan yang
digunakan untuk model sistem yang kompleks. Sebuah RBD adalah serangkaian gambar (blok)
yang mewakili bagian dari sistem. Setelah gambar (blok) dikonfigurasi dengan benar dan data
gambar yang disediakan, tingkat kegagalan, MTBF, kehandalan, dan ketersediaan sistem dapat
dihitung. Sebagai konfigurasi perubahan diagram, hasil perhitungan juga berubah.
58
𝜆(𝑡)) dikenal sebagai nilai resiko atau fungsi dari nilai kerusakan (kesalahan). Nilai ini
memberikan alternantif pemecahan untuk menjeleaskan distribusi kerusakan , Nilai kerusakan
dalam beberapa kasus, dapat dikategorikan menjadi 3, antara lain
Terjadi jika karakteristik menurun atau berkurang, misalnya kerusakan cacat proses retak,
spare-part yang reject , control kualitas yang buruk, dan kemampuan yang buruk . Hal ini dapat
di antisipasi dengan melakukan perawatan screening , control kualitas, dan tes level penerimaan .
Kondisi seperti ini memiliki karakterisktik yang biasa disebut Burn in
Terjadi bila karakteristik kerusakan constant , misalnya kerusakan akibat human error ,
dan lingkungan . hal ini dapat diantisipasi dengan melakukan redundancy , dan pelatihan.
Komdisi mesin berada dalam konsisi prima yang disebut useful-life
−𝑑.𝑅(𝑡) 1
(t)= .𝑥 ……………………………………………….(26)
𝑑(𝑡) 𝑟(𝑡)
atau
59
1 𝑅(𝑡) −𝑑.𝑅(𝑡′)
∫0 𝜆(𝑡′)𝑑𝑡 ′ = ∫1 𝑅(𝑡 ′ )
…………………………………(28)
60
METODOLOGI PENELITIAN
Desain objek penelitian berguna untuk memahami system dan spesifikasi mesin yang
akan dianalisa sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian ini dimana penulis megetahui
input, proses dan output yang dihasilkan dari mesin boiler. Berikut adalah spesifikasi dari mesin
boiler takuma n 600 sa dengan penjelasan tabel 3.1.
Simbol Pengertian
N Newton
600 Furnance
Sa Saturated
61
a. Data downtime
Data downtime di perloeh dari bagian bengkel umum (workshop) untuk periode
Januari 2017 – Desember 2017 pada mesin boiler . Data downtime ini menyatakan
lamanya mesin tidak beroperasi akibat adanya kerusakan pada komponen mesin
sehingga proses produksi terhenti.
62
4. Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data terdiri bebrapa tahapan yaitu :
a. Overall Equipment Efektiviness (OEE)
Berfungi untuk mengetahui efektif dan keandalan dari mesin boiler
b. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Berfungi untuk mengkaji tingkat risiko kegagalan pada komponen mesin yang
sering mengalami kerusakan dan jika terjadi pada komponen tersebut maka
sejauh mana pengaruh terhadap system.
3.3 Metodologi
Metode yang dilakukan penulis ialah berutujuan untuk membrikan uraian dari pelaksanaan
penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui system pemeliharaan yang dilakukan oleh
perusahaan . adapaun uraian penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut .
Adapun metode penelitian yang dilakukan penulis dalam penulisan skrisi adalah metode
kasus berdasarkan survey lapangan. Survey dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pemeliharaan pada mesin boiler yang dilakukan perusahaan, serta melakukan studi literature
yang di lakukan memiliki pedoman yang kuat.
Lokasi penelitian yang di lakukan penulis adalah di PKS PTPN IV Adolina, Perbaungan,
Sumatera utara . Adapun waktu pelaksanaan di lakukan dari tanggal 7 Februari 2017 sampai 7
Mei 2017
63
Adapun data yang di butuhkan untuk menganalisa efektivitas dan keandalan mesin boiler
adalah :
64
1) Data primer
Data primer yaitu data yang di peroleh dengan peninjauan secara langsung ke perusahaan
tersebut yang menjadi objek penelitian dan wawancara perusahaan. Data primer tersebut
yang menjadi hal-hal yang berkenan dengan mesin boiler
2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui perusahaan, dimana data tersebut sudah ada di simpan
oleh pabrik, diantaranya adalah spesifikasi mesin, data sheet tentang pemeliharaan pada
mesin boiler pada periode yang sudah di sebutkan , kemudian penulis melakukan studi di
perpustakaan dengan mempelajari buku atau hal-hal yang berkaitan dengan mesin boiler,
meliputi kegiatan pemeliharaan pabrik secara umum, serta boile secara umum
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain penelitian terbagi atas :
65
a. Instrumen Utama : log Sheet yaitu kertas yang mencatat kerja mesin setiap hari.
b. Instrumen Pendukung : kamera, alat tulis.
66
Studi Pendahuluan
Studi Literature
Survey Lapangan
Penetapan Tujuan :
• Menganalisa tingkat kefektivan dengan OEE
• Mengalanisa Kompone Kritis dengan FMEA
• Mengindentifikasi Faktor Penyebab Kerusakan
Pengumpulan Data
Data Sekunder :
Data Primer :
•Sejarah Perusahaan
• Proses Produksi
•Data Downtime Mesin
• Wawancara Data Waktu Perbaikan
Pengolahan Data
Selesai
67
a. Perhitungan Availability
Availability, adalah ratio operatiom time terhadap loading time-nya.
b. Perhitungan Peformance Efficiency
Peformance Efficciency, adalah ratio kuantitas pruduk yang dihasilkan dihubungkan
dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses
produksi.
68
69
Mesin maupun peralatan yang menjadi objek penelitian adalah bagian dari PLTU di
Stasiun Ketel Uap PKS PTPN IV Adolina dengan spesifikasi Takuma N 600 SA. Mulai di
operasikan dalam siklus terbuka , dengan siklus kombinasi . Karena mesin ini di anggap mesin
yang sangat penting untuk pembangkit dan proses produksi dalam PKS PTPN IV Adolina.
Penerapan TPM pada mesin ini untuk meminimalisir enam kerugian besar yang terjadi
pada Ketel uap , sehingga efektivitas mesin ini terjadi secara maksimal dan pengukuran
dilakukan dengan indicator ukur OEE yang di harapkan dapat meningkatkan produktivitas serta
efisiensi mesin Ketel Uap.
Pengukuran dengan menggunakan OEE pada Boiler ini dibutuhkan dari data yang
bersumber dari data produksi, adapun data yang digunakan dari Bulan Januari – Desember 2017
>. Data waktu planned down time Ketel Uap Takuma N 600 SA
3.7.1 Data waktu Planned Down Time/ Pemeliharaan Ketel Uap N 600 SA
Planned down time merupakan waktu yang telah ditetapkan untuk melakukan
pemeliharaan dan kegiatan menejemen yang lain seperti pertemuan. Pemeliharaan terjadwal
dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menjaga agar mesin tidak rusak pada saat proses
produksi berlangsung. Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin dan terjadwal yang dibuat oleh
bagian maintenance. Data yang diperoleh terdapat pada perusahaan, yaitu Preventive, Predictive
dan pemeliharaan lainnya. Data waktu pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 3.3.
70
JANUARI 15,85
FEBRUARI 11,38
MARET 13,37
APRIL 11,22
MEI 11,5
JUNI 13,63
JULI 11,95
AGUSTUS 12,2
OKTOBER 12,01
NOVEMBER 11,6
DESEMBER 11,83
Sumber : PTPN IV Adolina
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Planed Down Time tertinggi di dapat pada
bulan Juni dengan nilai 13.63 dan nilai Planed Down Time yang terendah di dapat pada bulan
april sebesar 11.22.
Dalam hal ini adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses
produksi akan tetapi dikarenakan akan adanya kerusakn pada mesin mengakibatkan mesin tidak
dapat melakukan proses produksi sebagaimana mestinya.
Kerusakan atau Breakdown pada mesin yang terjadi secara tiba-tiba. Downtime
merupakn kerugian yang dapat terlihat karna terjadi kerusakan mengakibatkan tidak adanya
output yang dihasilkan disebabkan mesin tidak berproduksi. Data ini merupakan pemeliharaan
corrective, yaitu pergantian komponen yang telah rusak. Berikut data waktu downtime dapat
dilihat pada tabel 3.7.
71
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Planed Down Time tertinggi di dapat pada
bulan Maret dengan nilai 34,92 dan nilai Planed Down Time yang terendah di dapat pada bulan
Mei sebesar 12,50.
72
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Setting And Adjustment tertinggi di dapat
pada bulan Juni dengan nilai 13.3 dan nilai Setting And Adjustment yang terendah di dapat pada
bulan april sebesar 1.0.
Data produksi pada priode Januari – Desember 2016 dapat dilihat dari table 3.9 adalah :
a. Total available time, adalah waktu total Boiler Takumayang tersedia untuk melakukan
proses produksi dalam satuan jam.
b. Total product processed, adalah energi berat total produk yang diperoses Boiler dalam
satuan kg.
c. Total good product, adalah energi berat total produk yang baik sesuai dengan spesifikasi
produk.
d. Total actual hours, adalah total waktu aktual proses operasi
73
TOTAL
TOTAL GOOD NOT GOOD
PRODUCT
BULAN AVAILABLE PRODUCT PRODUCT REWORK
PROCESSED
TIME (JAM) (JAM) (KG)
(Kg)
JANUARI 516,7 146033 118726,016 37992,325 156718,3415
FEBRUARI 482,33 130755,3 105447,823 33743,303 139191,1258
MARET 546 143860 114904,153 36769,329 151673,4824
APRIL 529 136890 108642,857 34765,714 143408,5714
MEI 551,3 146033 114986,614 36795,717 151782,3307
JUNI 521,7 133897 104607,031 33474,250 138081,2813
JULI 550,9 145500 112790,698 36093,023 148883,7209
AGUSTUS 527 136070 102308,271 32738,647 135046,9173
OKTOBER 548,4 144889,2 111453,231 35665,034 147118,2646
NOVEMBER 551,1 145951 116574,281 37303,770 153878,0511
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Nilai Produk terbaik di dapat pada bulan
Januari dengan nilai 37992,325 dan nilai Nilai Produk terbaik yang terendah di dapat pada bulan
april sebesar 32738,647.
74
Dari hasil analisa efek ragam kegagalan secara actual dapat dilihat dan disimpulkan
bahwa secara actual kegagalan yang paling tinggi tingkat terjadi pada Boiler Takuma N 600 SA
1 selama priode Januari – Desember 2016 berada pada komponen pipa superheater
Nilai availability Boiler Takuma N 600 SA pada bulan Mei 2016 dapat dihitung dengan
persamaan (2) sebagai berikut:
75
Berikut adalah perhitungan dari avaibility yang di dapat pada bulan Mei dengan nilai 97,68
didapat dengan perbandingan nilai loading time dengan nilai 527.3 jam dan nilai 539.8 jam
Selanjutnya untuk perhitungan availability yang sama tiap – tiap priode dapat dilihat pada
tabel 4.1 :
TOTAL
DOWN AVAILABILITY
BULAN LOADING TIME (JAM)
TIME RATIO (%)
(JAM)
JANUARI 500,85 32,05 93,60
FEBRUARI 470,95 14,13 97,00
MARET 532,63 34,92 93,44
APRIL 517,78 13,17 97,46
MEI 539,80 12,50 97,68
JUNI 508,07 31,85 93,73
JULI 538,95 15,92 97,05
AGUSTUS 514,80 12,20 97,63
OKTOBER 536,39 16,95 96,84
NOVEMBER 539,50 13,90 97,42
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Avaibility di dapat pada bulan Mei dengan
nilai 97.68% di dapatkan dengan perbandingan waktu pengolahan 539,80 dan total waktu pemadaman
76
Berikut adalah grafik availability ratio dari boiler takuma N 600 SA dapat dilihat dari
grafik 4.1 :
77
Nilai performance efficiency Boiler Takuma N 600 SA pada bulan Mei dapat dihitung
dengan persamaan (4) sebagai berikut :
Performance Efficiency =
= 83.08 %
Selanjutnya untuk perhitungan performance yang sama tiap – tiap priode dapat dilihat
pada table 4.4 :
JANUARI 93,45
FEBRUARI 85,87
MARET 86,71
APRIL 81,38
MEI 83,08
JUNI 84,35
JULI 83,46
AGUSTUS 81,22
OKTOBER 83,68
NOVEMBER 83,31
78
BULAN
Rate of quality products dapat dihitung dengan persamaan (5) sebagai berikut :
RQP =
= 78.74 %
79
Dari table diatas di dapat rate of quality tertinggi di dapat pada bulan januari sebesar 81.30% di
dapat dengan melakukan perbandingan nilai total produk yang dip roses sebesar 146033 Kg dan
total defect 27306,98 kg dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus dengan nilai 75.19%
didapat dengan perbandingan nilai total prduct processed 126070 Kg dan nilai total defect
processed 33671,33 Kg.
Berikut adalah grafik dari data tabe Rate Quality Product dari perode Januari- desember 2016
dapat paa grafik 4.3
80
BULAN
Pengukuran OEE adalah perkalian nilai availability, performance, dan rate of quality product.
Maka nilai OEE untuk mesin Boiler Takuma dapat dihitung dengan persamaan (1) sebagai
berikut:
= 63.9051 %
Nilai OEE pada persamaan diatas terdapat pada bulan Mei dengan Nilai 63.91% di dapat
dengan melakukan perkalian Avaibility dengan nilai 97.68% , nilai performance efficiency
dengan nilai 83.08 %, dan nilai rate of quality di dapat dengan nilai 78.74%.
Selanjutnya untuk perhitungan overall Equipment Effectieveness yang sama tiap – tiap priode
dapat dilihat pada tabel 4.4
81
Dari perhitungan diatas kita bisa mengetahui gambaran masih ada ruang untuk improvement
ditunjukan untuk meningkatkan performance peralatan produksi yang mengurangi rework
didalam proses. OEE juga merupakan cara efektif menganalisis efisiensi sebuah mesin tunggal
atau suatu system permesinan.
82
Maka breakdown losses untuk mesin ketel uap dapat dihitung dengan persamaan (6)
sebagai berikut:
0.67
Breakdown losses = 𝑥 100%
470.65
=0.14 %
Dari perhiutngan diatas terdapat pada bulan Februari didaoatkan dengan melakukan
perbandingan breakdown mesin dengan nilai 0,67 dan nilai loading time dengan nilai 470.65
maka didapat nilai 0.14%.
Selanjutnya untuk perhitungan Breakdown Losses yang sama tiap – tiap priode dapat dilihat pada
tabel 4.5
83
Untuk mengetahui besarnya persentase downtime yang diakibatkan oleh faktor setup and
adjustment dan juga menunjukkan besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap efektivitas mesin
yang hilang.
Setup and Adjustment losses untuk mesin Ketel Uap dapat dihitung dengan persamaan
(7) sebagai berikut:
1.16
Setup and Adjustment losses = 𝑥 100%
470.95
= 0.24 %
Dari perhiutngan diatas terdapat pada bulan Februari didaoatkan dengan melakukan
perbandingan waktu perbaikan dengan nilai 1,16 jam dan nilai loading time dengan nilai 470.95
maka didapat nilai 0.24%.
Selanjutnya untuk perhitungan Setup and Adjustment losses yang sama tiap – tiap priode
dapat dilihat pada tabel 4.6 :
84
Speed Loss
Speed losses pada suatu mesin yaitu tidak beroperasinya mesin sesuai dengan kecepatan
produksi maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin yang dirancang. Faktor yang
mempengaruhi speed losses adalah idling and minor stoppage dan reduced speed.
Idling and Minor Stoppages Losses untuk mesin Ketel Uap dapat dihitung dengan
persamaan (8) sebagai berikut:
85
= 0,0063 %
Selanjutnya untuk perhitungan Idling and Minor Stoppages Losses yang sama tiap – tiap
priode dapat dilihat pada tabel 4.7 :
IDLING AND
NON
JUMLAH LOADING MINOR
BULAN PRODUCTIVE
WAKTU TIME (JAM) STOPPAGES
TIME (JAM)
LOSSES
JANUARI 63,5 500,85 0,13 0,02
FEBRUARI 14,13 470,95 0,03 0,06
MARET 34,92 532,63 0,065 0,012
APRIL 13,17 517,78 0,025 0,004
MEI 12,5 539,8 0,023 0,012
JUNI 31,85 508,07 0,062 0,004
JULI 15,92 538,95 0,029 0,005
AGUSTUS 12,2 514,8 0,023 0,0046
OKTOBER 16,95 536,39 0,031 0,0058
NOVEMBER 13,9 539,5 0,025 0,0047
DESEMBER 13,05 517,17 0,26 0,0046
86
Idling and Minor Stoppages Losses untuk mesin Boiler dapat dihitung dengan persamaan
(9) sebagai berikut:
1
Idle Cycle Time = = 0.003
3000
= 16.52 %
Selanjutnya untuk perhitungan Reduced speed yang sama tiap – tiap priode dapat dilihat
pada tabel 4.8 :
IDLE
OPERATION TOTAL LOADING
BULAN TIME RSL(%)
TIME (JAM) REWORK TIME
(JAM)
JANUARI 468,8 0,003 116847 500,85 16,96
FEBRUARI 456,82 0,003 117755,3 470,95 21,98
MARET 497,71 0,003 143860 532,63 12,41
APRIL 504,61 0,003 136890 517,78 18,14
MEI 527,3 0,003 146033 539,8 16,52
JUNI 476,22 0,003 133897 508,07 12,89
JULI 523,03 0,003 145500 538,95 16,05
AGUSTUS 502,6 0,003 135070 514,8 18,33
OKTOBER 519,44 0,003 144889,2 536,39 15,8
NOVEMBER 525,6 0,003 145951 539,5 16,44
DESEMBER 504,12 0,003 136890 517,17 18,06
87
Yield / Scrap Loss untuk mesin Boiler dapat dihitung dengan persamaan (11) sebagai
berikut:
539.8
= 19.32 %
Selanjutnya untuk perhitungan Yield/Scrap Losses yang sama tiap – tiap priode dapat dilihat
pada tabel 4.9
IDLE
NOT GOOD LOADING YIELD SCRAP
BULAN CYCLE
PRODUCT (KG) TIME (JAM) LOSSES(%)
TIME
JANUARI 0,003 37992,33 500,85 18,2
FEBRUARI 0,003 33743,30 470,95 19,35
MARET 0,003 36769,33 532,63 20,71
88
4.4.6.2.Rework Loss
Rework loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi standar kualitas yang telah
ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun dikerjakan ulang.
Rework Loss untuk mesin Boiler Takuma dapat dihitung dengan persamaan (10) sebagai
berikut:
= 20. 44 %
Selanjutnya untuk perhitungan Rework Loss yang sama tiap – tiap priode dapat dilihat
pada tabel
89
Pada saat tabel FMEA harus diperhatikan setiap kerusakan ataupun kegagalan , karena
semua kerusakan ataupun kegaglan harus dilampirkan , dengan mempermudah operator untuk
mendeteksi masalah dan juga effisiensi waktu kerja. Sebelum membuat tabel FMEA terlebih
dahulu harus memiliki data historis sebagai acuan untuk menarahkan untuk mengetahui dasar
dari kerusakan, akibatnya terhadap sistem , dan dampaknya terhadap keseluruhan.
90
Tabel 4.12 merupakan dampak kegagalan komponen dijadikan sebagai asumsi untuk
mengetahaui tingkat keparahan atau efek yang di timbulkan oleh mode kegaglan terhadap
keseluruhan sistem. Angka yang dijadikan sebagai asumsi adalah rangking dari nilai rata-rata
total waktu kegagalan setiap komponen yang terjadi.
91
Perhitungan nilai reliability block diagram yang harus dilakukan adalah menggunakan
data historis yakni data komponen mesin yang mengalami kerusakan. Waktu operasi dan juga
frekuensi kerusakan data yang dibutuhkan ini sebelummya sudah dimuat dalam tabel severity
92
Adapun rumus untuk menghitung nilai reliability tersebut. Berikut adalah rumusnya:
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑀𝑇𝐵𝐹 =
𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒
Keterangan:
Untuk mengetahui tingkat kegagalan pada komponen maka, perhitungannya adalah berikut:
Menghiting failure rate (𝜆 − 𝑙𝑎𝑚𝑑𝑎) maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
93
Berdasarkan rumus diatas maka untuk mengetahui failure rate pada suatu komponen dapat
dihitung sebagai berikut:
Menghitung realibility berdasarkan jam operasi, jam operasi yang digunaan adalah 50, 150 250
350, 450 , 550 dan 1000 jam . Keandalan masing-masing komponen dapat dihitung dan
ditunjukkan pada realibility blpck diagram sebagai berikut:
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.8004
94
Peritungan realibility mein BOILER berdasarkan 150 jam operasi sebagai berikut:
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.512
5556
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
R sys = 0.3285
95
Rsys = 0.2105
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.134
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.0862
96
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.074
Selanjutnya untuk perhitungan Reability Sistem yang sama tiap – tiap 100 dapat dilihat pada
tabel 4.12
1 50 0.8004 80.04
97
Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efektivitas produksi Mesin Boiler Takuma
maka perlu melihat nilai OEE. Dari hasil analisa penelitian diagram sebab akibat faktor Idling
minor Stoppages losses dan Reduce speed loss yang mempengaruhi nilai OEE dari Mesin
Diesel. Adapun saran penyelesaian yang dapat dilakukakan dapat dilihat dengan table 4.14 :
98
Adapun sistem pelaksanaan kegiatan pemeliharan yang diterapkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara IV Adolinaadalah pemeliharaan yang kurang terencana yang dapat dilihat dari Bab
IV, kurang memiliki jadwal pemeliharaan. Oleh sebab itu, mesin sering mengalami perhentian,
trip-trip yang mungkin terkam maupun terekam.
Hal yang mempengaruhi nilai efektivitas mesin adalah kemampuan operator dalam
mengawasi operasi serta memelihara mesin dengan baik. Untuk itu perlu adanya pendidikan
yang dapat mengubah pola pikir dari operator supaya tidak hanya menggunakan mesin namun
bisa juga memelihara mesin. Agar hal tersebut dapat tercapai maka diperlukan usaha dan waktu
untuk dapat melatih operator memahami dan memperlakukan autonomous maintenance.
Pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) yang dapat dilakukan operator antara lain :
a. Memantau kerja mesin, apakah beroperasi dengan baik dengan mencacat fenomena yang
terjadi pada mesin.
b. Membersihkan Ruang Bakar dari kotoran-kotoran yang melekat, dari pelumas yang
menempel dan dari dari debu kotoran.
c. Memeriksa pelumasan, jika perlu lakukan pergantian dan melakukan pengencangan
terhadap mur yang longgar.
d. Mengganti komponen - komponen yang rusak.
e. Melakukan pemeliharaan mandiri dengan menggunakan check sheet.
f. Tetap melakukan pemeriksaan yang sesuai dengan intruksi standar pemeriksaan yang
telah diterapkan perusahaan.
Selanjutnya untuk mengetahui six pilar pada TPM dapat dilihat dengan table 4.15
99
HEALTY AND SAFETY - Menyediakan dan mewajibkan penggunaan earplug bagi operator
100
- Menambah pengawasan
Perhitungan nilai reliability block diagram yang harus dilakukan adalah menggunakan
data historis yakni data komponen mesin yang mengalami kerusakan. Waktu operasi dan juga
frekuensi kerusakan data yang dibutuhkan ini sebelummya sudah dimuat dalam tabel severity
dan occurrence pada asumsi FMEA. Dalam hal ini ada enam komponen yang akan dihitung nilai
101
Adapun rumus untuk menghitung nilai reliability tersebut. Berikut adalah rumusnya:
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑀𝑇𝐵𝐹 =
𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒
Keterangan:
Untuk mengetahui tingkat kegagalan pada komponen maka, perhitungannya adalah berikut:
102
1
𝜆=
𝑀𝑇𝐵𝐹
Berdasarkan rumus diatas maka untuk mengetahui failure rate pada suatu komponen dapat
dihitung sebagai berikut:
Menghitung realibility berdasarkan jam operasi, jam operasi yang digunaan adalah 50, 150 250
350, 450 dan 550 jam . Keandalan masing-masing komponen dapat dihitung dan ditunjukkan
pada realibility block diagram sebagai berikut:
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
103
Peritungan realibility mein BOILER berdasarkan 150 jam operasi sebagai berikut:
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.6647
5556
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
R sys = 0.548
104
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.3850
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.345
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.223
105
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 𝑅1 × 𝑅2 × 𝑅3 × 𝑅4 × 𝑅5 × 𝑅6
Rsys = 0.026
Selanjutnya untuk table 4.16 ialah table reability system setelah melakukan Six pilar tpm.
1 50 0.838 83.82
106
1 50 80.04 83.82
4.17Perbandingan Realibility
107
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan studi analisa pada Boiler Takuma N 600 SA yang di
gunakan pada pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV adolina , di dapatlah hasil dari
analisa yang di lakukan. Maka dapat di ambil kesimpulan, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Setelah dilakukan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectivisnes
maka di dapat hasil efektivitas pengilahan yang di lakukan dalam proses pengolahan
kelapa sawrit PTPN IV Adolina sebesar 63.9051 %
2. Setelah dilakukan dengan identifikasi menggunakan metode , failure mode and effect
and analysis maka di dapat komponen kritis berdasarkan nilai kegagalannya tinggi:
Gelas Penduga 196, Dust Collector 168, Pipa Air 105, Pipa Superheater 105, Soot
Blower 80 , Safety Valve 64.
3. Setelah melakukan identifikasi FMEA dan OEE maka penulis melakukan metode
Reability Block Diagram untuk mencari kehandalan dari mesin yang di gunakan
dalam proses pengolahan kelapa sawit pada PTPN IV adolina , Mesin Ketel Uap
memiliki Keandalan 80.04% pada 50 jam , 51.27% pada 150 jam, 32,85 pada 250
jam,21.05 pada 350 jam , 12.48% pada 450 jam . 8.62 pada 550 jam dan 0.74% pada
100 jam
108
1. Dari hasil silumasi OEE yang penulis dapatkan sebesar 71 % maka perlu di koreksi
efektivitas dari produksi PTPN IV Adolina
2. Dari hasil stimulasi yang penulis coba untuk keandalan diatas 60% maka perlu di koreksi
potensi kegagalan blower dan pipa superheater dengan menerrapkan metode Condition Based
Maintenance (CBM) atau dengan pola lain.
109
Chrysler, Potential Failure Mode And Effects Analysis (FMEA) Chrysler LLC, FordMotor
Company, General Motors Corporation, 1995.
Efractor.Indo,2011,http://bentengapirefractorindo.co.id/batubatatahanapi.com/index.
php/2-uncategorised/7-tentang-Ketel Uap(Diakses 18 Juli 2018)
Indonesia.teknologi,2018, http://artikel-teknologi.com/komponen-komponen-boiler-pipa-
air/
xiv
xv