Anda di halaman 1dari 25

Pabrik Minyak Kelapa Sawit Kapasitas 45 Ton TBS per Jam

Pendahuluan
Pabrik kelapa sawit ini menggunakan rebusan 4 buah vertical sterilizer dengan kapasitas masing- masing 25 ton.
Untuk mengurangi losses pada rebusan di pasang Empty Bunch Shreder dan Press untuk mengutip minyak
pada janjang kosong. Proses pemurnian minyak dari minyak mentah menjadi CPO digunakan Decanter 3 Phase
dan Separator dengan system D3 PRO. Untuk memperoleh kualitas Kernel yang bagus dan bersih, Nut sebelum
masuk Ripple Mill di sortir berdasarkan dimensi dengan Nut Grading Drum. Pemisahan campuran pecahan
Kernel dan Shell setelah LTDS 2 menggunakan Hydrocycole sehingga prosesnya bersih dan tanpa
menggunakan bahan kimia seperti pada Claybath.
Denah Pabrik

Denah Pabrik

Keterangan
No. Description No. Description
1. Jembatan Timbang 14. Boiler Station
2. Central Office 15. Threshing Station
3. Mushollah 16. Pressing Station
4. Car Park 17. Kernel Recovery Station
Empty Bunch Shreder And
5. Despatch Sheet 18.
Press
6. Loading Ramp 19. Sludge Pit
7. Storage Tank 20. Clarification Station
8. Canteen 21. Kernel Storage
9. Mill Office 22. Composting Plant
10. Sterilizer Station 23. Toilet Block
Water Treatment
11. 24. Wharehouse
Plant
12. Power Station 25. Workshop
Demineralization
13.
Plant
Stasiun Proses
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception) Loading Ramp
Dengan menggunakan rebusan vertical sterilizer maka untuk menerima tandan buah segar dan mengirimkannya
ke rebusan cukup dengan menggunakan scrapper bar conveyor yang di gerakkan oleh Hydraulic motor. Cages
(lori) tidak di gunakan seperti pada system Horizontal sehingga kebutuhan bangunan juga tidak terlalu luas.
2. Stasiun Rebusan (Sterilizer Station)
Terpasang 4 buah unit Vertical Sterilizer kapasitas masing-masing 25 ton yang di kontrol secara interlock melalui
Cylinder Hydraulic dan valve menggunakan control Pneumatic. Control system menggunakan unit PLC dan
untuk berkomunikasi (menginput variable yang di perlukan) antara mesin dengan operator terdapat piranti HMI
yang terpasang panel panel kontrol.
Stasiun Rebusan

3. Stasiun Penebah (Threshing Station)


Pemisahan antara buah dengan janjang kosong menggunakan 2 unit Thresher Drum dengan kapasitas masing-
masing 45 ton/jam yang di gerakkan oleh geared motor 22 kW. Janjang kosong yang ada tidak langsung di
buang tetapi melewati mesin pencacah dan pemeras untuk mengutip sisa minyak yang ada sehingga hasil akhir
dari proses ini janjang kosong sudah berubah menjadi fiber.

Stasiun Penebah

4. Stasiun Kempa (Pressing Station)


Pengutipan minyak dari buah menggunakan 4 buah Digester dengan kapasitas masing-masing 4500 liter dan
mesin Press dengan kapasitas masing-masing 15 Ton/jam yang di gerakkan oleh geared motor 30 kW.

Stasiun Kempa

5. Stasiun Pengutipan Inti (Kernel Recovery Station)


Hal yang penting menjadi catatan dari stasiun ini adalah terdapat Nut Grading Drum untuk membagi berdasarkan
besaran Nut sehingga mempermudah dalam penyetelan Ripple MIll. Penggunaan Hydrocyclone untuk membuat
proses pemisahan menjadi bersih dan tidak menggunakan bahan kimia.

Stasiun Pengutipan Inti

6. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)


Proses pemurnian minyak menggunakan 1 buah Decanter 3 Phase yang di gerakkan oleh motor 55 kW dan 1
buah Separator 45 kW untuk mengutip minyak pada slude. Dengan Proses D3 PRO selain menghasilkan CPO
dengan kualitas bagus dan Sludge juga menghasilkan limbah solid sehingga memerlukan conveyor solid dan
sebuah Hooper penampung limbah solid.
Stasiun Pemurnian Minyak

7. Stasiun Boiler (Boiler Station and Demineralization Plant)


Uap diperlukan untuk membangkitkan listrik, proses memasak dan proses pabrik. Digunakan 1 buh Boiler
kapasitas 27 Ton /jam. Boiler memerlukan Bahan Bakar berupa Fiber dan Shel sehingga di perlukan Material
Handling berupa Conveyor untuk melengkapinya. Air yang di supplay dari Water Treatment Plant untuk di masak
pada boiler sebelumnya harus melalui proses Demineralization untuk menetralkan mineral air yang ada.

Stasiun Pembangkit Tenaga Uap

8. Stasiun Tenaga (Power Station)


Dalam proses normal, kebutuhan power listrik pabrik di supplay oleh 1 buah Turbine Uap kapasitas 1400 kW.
Untuk pembangkitan awal sebelum boiler siap dan turbine belum beroperasi digunakan 2 buah Generator Set
kapasitas 500 kW dan 1 buah Generator Set 200 kW.

Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik

9. Stasiun Penjernihan Air (Water Treatment Plant)


Kebutuhan air untuk pabrik di suplay dari sungai terdekat dari area kebun kemudian di tampung oleh waduk
buatan. Air dalam waduk di pompa dengan menggunakan multistage pump kapasitas 45 kW ke pabrik melalui
proses injeksi kimia dan di endapkan pada water basin. air yang terdapat pada water basin kemudian di
pompakan melewati penyaringan pada presure sand filter yang di dalamnya terdapat pasir kuarsa menuju Over
Head Water Tank. Air Ini di gunakan untuk Boiler, Kebutuhan Proses Panas dan dingin, Keperluan Domestik,
Washer (bersih-bersih pabrik) dan suplay untuk Fire Hydrant.
Stasiun Penjernihan Air

10. Kolam Limbah (Effluent Treatment Plant)

Kolam Pengolahan Limbah

Kolam limbah terdiri dari :

 2 unit kolam pendinginan (Cooling pond)


 3 unit kolam pembiakan bakteri (Mixing Pond)
 2 unit kolam Anaerobic
 3 unit kolam pengendapan
 1 unit kolam aerasi
 1 unit kolam pelepasan

Bangunan Penunjang
1. Weightbridge 11. Canteen dan Locker Karyawan
2. Loading Ramp 12. Mushola
3. Condensate Pit and
13. Toilet
Sludge Pit
4.Acces Road, Culvet
14. Power Panel Control Room
and Drainasee
5. Gate and Fencing 15. Raw Water River Pump House
6. Guard House 16. Water Treatment Pump House
17. Raw Water Reservoir ( waduk
7. Car Port
air )
18. Water Clarifier Resevoir kap
8. Head Office
600 sd 800 m3
9. Work Shop dan Ware 19. Pump sheed for Condensate,
House Sludge Pit, Effluent Pump
10. Mill Office dan
Laboratorium
Report this ad

Report this ad
Filed under: Palm Oil Mill | Tagged: 45 Ton TBS per Jam, flow process diagram, Hydrocyclone, Lay Out Diagram, mimic
diagram, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Palm oil mill, Vertical Sterilizer |1 Comment »

“CHD” Vertical Sterilizer


Posted on Mei 13, 2013 by ivanemmoy

CHD VERTICAL STERILIZER PATENT

Penjelasan Umum

Vertical Sterilizer Body

Ketel rebusan jenis Vertical Sterilizer ini di desain untuk tekanan kerja uap 3.5 bar berkapasitas 25 ton TBS per
Cycle perebusan dengan pintu charge atas dan discharge bawah jenis clutch door system buka tutup dan lock
ring menggunakan hydraulic power pack.
Untuk memasukkan buah, ketel rebusan ini di lengkapi dengan telescopic chute dan sliding dor yang terpasang
pada conveyor pembagi yang digerakkan oleh hydraulic cylinder. Pada posisi pintu discharge dilengkapi dengan
” Auger” screw conveyor untuk bantu keluarkan TBS yang sudah masak yang dapat di atur kecepatannya melalui
inverter (variable speed control). Pasa posisi tengah tabung rebusan dilengkapi dengan ” Arch Breaker ” jenis
screw conveyor untuk membantu menurunkan TBS masak dengan cover plate untuk melindungi hantaman TBS
saat pengisian rebusan.
Rebusan ini dilengkapi dengan system hydraulic dan pneumatic yang akan di kendalikan oleh sebuah panel
pusat PLC dengan mimic diagram dan display record juga lokal panel yang terpasang pada lantai atas dan lantai
bawah rebusan.
Konstruksi pembuatan ketel rebusan ini mengikuti peraturan IPNKK ( Depnaker ) atau setara dengannya dan
dapat diterima.
VERTICAL STERILIZER DIAGRAM

Konstruksi dan perlengkapannya.


1. Badan ketel rebusan

Stasiun Rebusan

 Ukuran dari Vertical Sterilizer adalah 3200 mm I/D dengan tinggi 6700 mm setara dengan kapasitas 25
Ton TBS per Cycle rebusan
 Unit VS terbuat dari material boiler SA516 G70 x 14 mm tebal. Pabrikasi dan machinery material yang
dipakai mengacu pada standart unfired pressure vessel yang telah di sahkan oleh peraturan pemerintah
 Didasar ketel rebusan dibuat lubang-lubang pengeluaran air kondensate.
 Badan ketel rebusan dibungkus isolasi rockwool, tebal ninimal 50 mm dan kepadatan 90 kg/rn3, diikat
dengan plat strip kemudian dibungkus plat aluminium tebal 0,7 mm sedemikian rupa khusus pada
bagian las-lasan memanjang dan keliling dapat dibuka/ditutup kembali guna pemeriksaan INPKK (
Depnaker ).

2. Dish end & bottom cone


The top dished end and bottom cone will be lined with 3mm thick STAINLESS STEEL G304 plate.
3. Sterilizer doors

 2 x 1200 mm I/D SFB discharge quick actuating safety STAINLESS STEEL G304 door
 One discharge regulator
 Arch breaker device
 The door will be actuated by manual or hydraulic device.
4. SFB Discharge Regulator & Arch Breaker

 1 ( satu ) buah Arch breaker jenis screw conveyor dipasang lengkap dengan packing pelindung uap (air
tight packing) yang di gerakkan oleh electric motor 5.5 kW lengkap dengan pulley, belt, pulley guard dan
base plate motor.
 1 ( satu ) buah discharge auger jenis screw conveyor dipasang lengkap dengan packing pelindung uap
(air tight packing) yang digerakkan oleh reduction gearmotor 11 kW, di control oleh panel inverter
(variable speed control)

5. Susunan katup ( valve ) pipa uap dan Condensate

 Uap masuk melalui Header 8” pipa uap seamless sch 40 dicabangkan menjadi 3 pipa lingkar 6” masuk
ke rebusan dan di ujung pipa header vertical dipasang steam trap menuju drainase.
 Katup uap ( steam valve ) masuk dari jenis butterfly diameter 8” dapat dioperasikan secara manual atau
pneumatic ( automatic control ), instalasi pipa ini dilengkapi dengan katup jenis globe valve dan katup
pencegah balik ( check valve ) diameter 8” kemudian di reducer pipa diameter 6”.
 1 ( satu ) katup pengaman diameter 6” jenis double bore relief valve dipasang di salah satu ujung ketel
dan dapat distel/diadjust sampai tekanan maksimun 4 kg/cm2.
 Uap keluar ( exhaust ) melalui katup uap diameter 8” jenis butterfly dan dapat dioperasikan secara
manual ataupun pnuematic ( automatic control ). Katup uap ( steam valve ) diameter 2” juga terpasang
secara by pass pada exhaust.
 Instalasi pipa keluar ( exhaust) menuju blow down chamber dilengkapi dengan katup pencegah balik (
check valve ) diameter 8”.

CHD VS Top Deck

6. Instruments
2 ( dua ) manometer model bulat ( Pressure Gauge ) dengan penunjukan jarum, berdiameter 203 mm, range
tekanan 0 – 4kg/cm2, masing-masing dipasang di kedua ujung rebusan posisi diatas pintu lengkap dengan O-
siphon, 1/2 “ ball valve dan nipple.
1 ( satu ) termometer model bulat ( Temperature Gauge ) dengan penunjuk jarum, diameter 152 mm, suhu 0 –
200 derajat celcius untuk mengukur dibagian bawah rebusan dan terpasang ditengah rebusan.
Pada posisi Blind Flange bagian atas VS terdapat 3 ( tiga ) sock drat untuk :

 Temperature transmitter.
 Pressure gauge lengkap dengan O-siphon, ½” ball valve, nipple.
 Pressure transmitter lengkap dengan O-siphon, ½” ball valve, nipple.

7. Air Compressor dan Air dryer


Satu (1) unit air compressor jenis single stage dan air dryer kapasitas 700 litre/minute, tekanan 8 bar lengkap
dengan receiver tank, relief valve, pressure gauge, air hose, pressure differential sensor for automatic stop/start.
Digerakkan oleh electric motor 5 HP, 3 Phase, 380 VAC, 50 Hz.
Telescopic Chute dan Sliding door
Setiap vertical sterilizer dilengkapi dengan telescopic chute ( corong ) pemasukan TBS dan sliding dor pada
Conveyor Distributor ke Vertical Sterilizer. Chute ini dirancang sedemikian rupa dapat bergerak turun saat pintu
atas VS di buka, kemudian sliding dor yang terpasang pada bottom conveyor distribusi akan membuka jalannya
TBS untuk turun saat pengisian. Apabila pengisian VS selesai ( penuh ), sliding dor akan menutup disusul
telescopic chute akan bergerak naik kemudian pintu atas sterilizer akan menutup dan ring lock akan mengunci
pintu sterilizer.

VS Mimic Diagram

Programmable Logic Control (PLC) Centre Control Board


Rebusan yang terpasang akan dilengkapi dengan Panel Pusat ( pengatur perebusan otomatis ) lengkap dengan
Mimic Diagram, PLC,

CHD Automation Control Panel

HMI/Touch screen dan accessories di dalamnya. Fungsi dari panel utama adalah :
 Time and Pressure
 Parallel Control Mechanical and electrical installation of instrumentation
system,pneumatic tubing, copper tubing and electrical wiring.
 Back Pressure Control system (Modulating System)
 Pressure recorder
Pada posisi atas terdapat remote panel lengkap dengan push button dan indicator lamp pada setiap rebusan
untuk menggerakkan 4 cylinder hydraulic yaitu : sliding door, telescopic chute, door open dan ring lock.
Pada posisi bawah terdapat remote panel ( 1 set 2 rebusan) untuk menggerakkan cylinder hydraulic door, ring
lock, arch breaker screw, auger screw untuk rebusan 1 dan 2.
Sistem Hydraulic

Hydraulic Panel Top Dor

Sebuah sistem instalasi hydraulic yang terdiri dari Hydraulic power pack, hose, tubing, fittings, manifold dan
solenoid valve untuk menggerakkan cylinder. Cylinder tersebut terpasang pada tiap individual door, lock ring,
sliding door dan telescopic chute yang bekerja secara interlock. System interlock bekerja melalui proximity switch
yang terpasang 2 (dua) unit pada tiap cylinder hydraulic.
Sistem Pneumatic
Sebuah sistem instalasi pneumatic yang terdiri dari air compressor, air dryer, hose, tubing dan fittings untuk
menggerakkan pneumatic valve yang di control secara electric dari panel PLC. Pneumatic valve tersebut
terpasang pada tiap inlet pipa steam dan pipa exhaust rebusan. Instalasi pneumatic juga di gunakan untuk air
guns pada pintu atas dan bawah untuk memebersihkan pintu dari kotoran sebelum di tutup.
Sumber :
CHD Manual Book (CHD IP TECHNOLOGY sdn bhd)
Rencana Kerja dan Syarat (TIMBERKAH)
Foto Proyek PT. Boma Bisma Indra (PERSERO)
Filed under: Sterilizer Station, Tutorial | Tagged: CHD Vertical Sterilizer, Ketel Rebusan, Pabrik Minyak Kelapa
Sawit, Palm oil mill, Stasiun Rebusan, Vertical Sterilizer | 9 Comments »

Pemisahan dengan cara Biologis


Posted on Agustus 15, 2012 by ivanemmoy
Pemisahan secara biologis yang dimaksudkan disini adalah pemisahan (pengutipan minyak) yang dilakukan
pada fat pit (sludge oil recovery system).
Minyak yang di fat pit tersebut umumnya berasal dari :
– Pembuangan (blow down) dari stasiun rebusan.
– Lumpur/air buangan stasiun clarificatis yaitu antara lain berasal dari Decanter, Nozzle Separator dan Sand
Tank.
– Minyak-minyak yang terikut ke pembuangan pada saat pencucian, dll.
Minyak-minyak yang diperoleh di fat pit sebahagian adalah karena proses pengendapan dan sebahagian lagi
adalah karena proses biologis, yaitu terjadinya pemecahan molekul-molekul minyak sebagai akibat fermentasi.
Minyak yang diperoleh dari fat pit tersebut selanjutnya dipompakan kembali ke crude oil tank untuk diproses
ulang sedangkan sisa lumpur (sludge) dan air dialirkan ke kolam limbah (effluent treatment plant).
Walaupun telah dilakukan upaya pengutipan minyak semaksimal mungkin, namun pada lumpur/air buangan fat
pit masih saja ada minyak yang terikut dan ini selanjutnya dihitung sebagai kerugian.
Batasan kerugian yang dapat ditolerir untuk ini adalah maksimum 1% terhadap kadar basah (on wet basis).
Artikel Terkait :
Pemurnian (Clarification)
Pemisahan Minyak dengan cara Pengendapan (Settling)
Pemisahan dengan cara Centrifuge

Filed under: Dasar Proses Pabrik, Tutorial | Tagged: Dasar Dasar Proses, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Pemisahan
Biologios, Pemurnian, Proses Pemurnian Minyak | 1 Comment »

Pemisahan dengan cara Centrifuge


Posted on Agustus 9, 2012 by ivanemmoy
Pendahuluan
 Minyak dan Sludge yang diperoleh dari hasil pemisahan dengan cara pengendapan kemudian dialirkan
kedalam masing-masing tanki untuk diproses lebih lanjut.

Sludge Centrifuge

 Seperti yang telah dijelaskan terdahulu bahwa didalam minyak hasil pemisahan ini masih mengandung
unsur-unsur :

1. Air : ± 0,75%
2. Zat padat : ± 0,25%

 Minyak dengan kandungan tersebut diatas masih belum memenuhi standard mutu jual, sehingga harus
diproses lebih lanjut untuk menurunkan kadar air dan zat padat yang terkandung didalamnya (proses
penjernihan).
 Proses lanjutan (penjernihan) ini sebenarnya masih dapat dilakukan dengan cara pemanasan dan
pengendapan tetapi akan memakan waktu yang lebih lama dan dengan segala resikonya antara lain :

1. Perlu adanya penambahan tanki-tanki.


2. Sebagai akibat pemansan yang berlebihan untuk waktu yang lama, maka bilangan peroxida didalam
minyak akan meningkat akibat oxidasi. Hal ini sangat tidak diinginkan karena akan menurunkan harga
jual minyak sawit.

 Dengan penjelasan tersebut diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa penggunaan Centrifuge
adalah lebih sesuai, karena waktu pemisahan yang lebih cepat/singkat dan dengan tingkat oxidasi yang
jauh lebih kecil.

Tujuan Penggunaan Centrifuge


Centrifuge adalah mesin berputaran sangat tinggi yang digunakan untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak
saling bersenyawa (tidak saling melarutkan), mempunyai BJ yang berbeda dan sekaligus juga benda padat yang
terkandung didalamnya. Dengan kata lain Centrifuge dapat digunakan dalam berbagai proses untuk pemisahan
cairan-cairan atau antara cairan dengan bahan padat yang terkandung didalam.
Dengan bantuan gaya Centrifugal, komponen-komponen yang akan dipisahkan dipengaruhi oleh kekuatan yang
ribuan kali lebih besar dari gaya gravitasi bumi, sehingga pemisahan minyak, air dan zat padat yang terkandung
akan jauh lebih cepat didalam sebuah Bowl yang berputar.
Apa yang dikehendaki dari suatu Centrifuge dalam applikasinya di pabrik kelapa sawit adalah untuk melakukan
tugas-tugas sebagai berikut :
1. Untuk membersihkan minyak (top oil) yang dihasilkan dari proses pemisahan pada clarifier tank sebelum
diproses (dikeringkan) di Vacuum dryer. Jenis centrifuge yang digunakan untuk aplikasi ini adalah Oil Purifier,
yaitu yang bertugas untuk memisahkan minyak dari air dan kotoran-kotoran ringan yang masih terkandung
didalamnya.
2. Untuk mengambil kembali minyak yang masih terikut dengan sludge (lumpur) yang berasal dari clarifier tank.
Jenis centrifuge yang digunakan untuk aplikasi ini adalah Nozzle Separator atau Decanter atau kombinasi dari
kedua nya.
Perbedaan jenis centrifuge tersebut diatas adalah disebabkan adanya perbedaan komposisi dari masing-masing
produk yang akan diolah yaitu sebagai berikut :

 Minyak dari Top Oil Tank terdiri dari :

1. Air : ± 0,75%
2. Minyak : ± 99%
3. Zat Padat : ± 0,25%

 Sludge (lumpur) Clarifier Tank terdiri dari :

1. Air : ± 75%
2. Minyak : ± 15%
3. Zat Padat : ± 10%

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa komposisi masing-masing produk sangatlah berbeda walaupun produk-
produk tersebut terdiri dari komponen yang sama, yaitu : minyak, air dan zat padat yang terkandung didalamnya,
namun pengolahan dari ketiga produk tersebut haruslah menggunakan jenis Centrifuge yang berbeda agar dapat
diperoleh hasil yang optimal.
Gaya Centrifugal
Dengan bantuan gaya centrifugal, komponen-komponen yang akan dipisahkan dipengaruhi oleh kekuatan yang
ribuan kali lebih besar dari gaya gravitasi bumi, sehingga pemisahan minyak, air dan zat padat yang terkandung
didalamnya akan jauh lebih cepat didalam sebuah bowl yang berputar.
Untuk jelasnya, dibawah ini diberikan suatu dasar perhitungan untuk mendapatkan gambaran dari perbedaan
pemisahan dengan gaya gravitasi (alamiah) dan pemisahan dengan bantuan gaya centrifugal yang terjadi
didalam suatu bowl yang berputar yaitu sebagai berikut :
Apabila Percepatan Radial (a) dalam Separator adalah :
=V2/R…………………………. (1)
dan Kecepatan Radial (V)
V = (n/60) x 2 π R ………………(2)
dimana :
n = jumlah putaran permenit (RPM)
R = Jari-jari (Radial distance)
maka subsitusi persamaan (2) ke (1) merupakan percepatan radial adalah :
= (n2 x 4 π2 R2)/(3600 x R)
= (n2 x π2 R)/900 ………………………(3)
Percepatan Gravitasi adalah :
= 981 cm/sec2 ……………………….(4)
Maka apabila persamaan dibagi dengan persamaan 4 akan didapat berapa kali percepatan pemisahan
Centrifugal terhadap percepatan gravitasi, atau menurut rumus :
= (n2 x π2 R)/(900 x 981) …………………(5)
Contoh :
Suatu Separator dengan jari-jari Bowl (R) = 40 cm, pada putaran (n) = 3000 RPM, maka percepatan memisah
bila di bandingkan dengan percepatan gravitasi (menurut persamaan 5) adalah sebesar :
= (n2 x π2 R)/(900 x 981)
= ((3000)2 x (3,14)2 x 40)/(900 x 981)
= 4020 kali ≈ 4000 kali percepatan gravitasi
Pada pemakaian Separator dapat disimpulkan bahwa partikel minyak yang berputar dalam mesin centrifugal,
dengan jari-jari Bowl ® 40 cm dari sumbu putar pada 3000 RPM (n) gaya pemisahannya 4000 kali lebih besar
dari pemisahan dengan cara gravitasi, misalnya pada Static Clarifier.
Untuk mengetahui hubungan berapa kali percepatan gravitasi terhadap jari-jari Bowl (R) dan putaran Sludge
Separator (n) dapat dilihat pada tabel-1
Jari – jari (R) dalam Cm
N = RPM 10 20 30 40 50
800 71 142 213 284 355
1.000 111 222 333 444 555
1.200 160 320 480 640 800
1.400 218 436 654 872 1.090
1.600 285 570 755 1.140 1.425
1.800 360 720 1.080 1.440 1.800
2.000 444 888 1.332 1.776 2.220
2.500 694 1.388 2.082 2.776 3.470
3.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000
Tabel-1 : Hubungan percepatan gravitasi terhadap jari-jari Bowl dengan putaran sludge Separator (n)
Sebelum diolah oleh mesin Nozzle Separator hal yang perlu diperhatikan :

 Sludge harus bertemperatur tinggi (minimal 95º) agar viskositas minyak rendah dan mudah untuk
dipisahkan.

 Sludge tersebut harus melalui Ritary Brush Strainer dan Sand Cyclone. Tujuan digunakan Rotary Brush
Strainer untuk menyaring fibre beserta kotoran, hal ini akan memperkecil viskositas, sedangkan Sand
Cyclone untuk membebaskan pasir agar Nozzle tidak cepat aus dan tidak cepat sumbat.

Maka untuk memperoleh gambaran penggunaan Brush Strainer dalam memperkecil viscositas dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel-2 : Viskositas sebelum dan sesudah Brush Strainer pada temperatur yang konstan (80º).
Apparent viscositas centipoise
Nomor
Sludge sebelum Brush Sludge setelah Brush
Sample
Strainer Strainer
1 142,0 76,8
2 89,6 50,5
3 73,4 42,3
4 48,1 30,0
5 39,4 25,3
6 26,6 17,6
7 22,1 14,7
8 15,2 10,5
9 12,9 9,2
10 10,4 7,6
Filed under: Dasar Proses Pabrik | Tagged: Dasar Dasar Proses, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Pemisahan Minyak
Dengan Centrifuge, Pemurnian, Proses Pemurnian Minyak | 1 Comment »

Pemisahan Minyak dengan cara Pengendapan (Settling)


Posted on Agustus 6, 2012 by ivanemmoy
Proses pemurnian minyak dilakukan dengan tiga cara yaitu :
– Cara dengan pengendapan (Settling)
– Cara dengan pemusingan (Centrifuge)
– Cara dengan pengaruh biologis.
Penjelasan dibawah ini akan memberikan gambaran mengenai penggabungan dimaksud serta keterkaitan
antara satu proses dengan proses yang menyusul berikutnya.

Continuous Settling Tank

Proses pendahuluan
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan (Press) dialirkan ke Saringan Getar (Vibrating Screen) untuk
disaring, agar kotoran kasar berupa serabut-serabut dan cangkang yang lolos dari Saringan Press (Press Cage)
dapat dipisahkan. Minyak kasar yang telah disaring selanjutnya dimasukkan kedalam suatu bak penampung
(Crude Oil Tank), sedangkan kotoran yang berupa Serabut dan Cangkang dikembalikan ke Fruit Elevator untuk
di proses ulang (Re-Cycle ke Digester/Press).
Minyak kasar atau Crude Oil yang telah terkumpul didalam Crude Oil Tank kemudian dinaikkan temperaturnya
hingga mencapai 95 s/d 100ºC untuk selanjutnya dipompakan ke Tanki Pengendap (Static Clarifier Tank).
Menaikkan temperatur Minyak kasar adalah sangat penting artinya ; yaitu untuk memperbesar perbedaan berat
jenis (BJ) antara Minyak, air dan Heavy Sludge yang terkandung didalam minyak kasar tersebut agar pada
proses pengendapan minyak yang berat jenisnya lebih ringan akan mudah memisahkan diri dan naik
kepermukaan.
Jika Minyak kasar dari pengempaan dibiarkan sementara waktu, maka akan terbentuk lapisan minyak
dipermukaan yang semakin lama semakin tebal.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengendapan, maka akan diteliti apakah yang akan terjadi seandaninya cairan yang diendapkan terdiri hanya
dari dua unsur yang tidak dapat bercampur (dalam hal ini Air dan Minyak) karena berat jenis yang berbeda-beda
sedangkan zat yang terdispersi (Minyak) didalam zat dispersis (Air) berbentuk butir-butir kecil dari berbagai garis
menengah.
Diumpamakan bahwa butiran-butiran minyak berbentuk bola. Butiran tersebut apabila dialirkan dalam suatu
Tabung berisi media dengan berat jenis yang lebih besar akan mendapat gaya dorong keatas.
Butiran-butiran minyak yang dianggap berbentuk bola mempunyai volume sebagai berikut :
Volume = (4/3) x phi. R3 = 1/6 . phi. d3
Dimana : R = jari-jari bola minyak
d = diameter bola minyak
phi = 3.14
Apabila : – Berat jenis (BJ) dari zat yang terdispersi (Minyak) = Y1
– Berat jenis (BJ) dari zat dispersie (Air) …………. = Y2
– Garis tengah butir (Minyak) ………………………. = d
Maka butir-butir zat yang terdispersi akan bergerak kearah permukaan oleh gaya sebesar :
1/6 p d3 (Y2 – Y1) ………………………………….. (I)
Pada awalnya gerak ini adalah gerak yang dipercepat yang kemudian menjadi gerak yang beraturan. Pengaruh
geseran yang dialami butir-butir minyak dalam geraknya didalam zat dispersie (Air) adalah m,engikuti
hukum STOKES.
Menurut hukum STOKES daya gerak butir minyak (P) adalah :
3 phi n d.v ………………………………………………………. (II)
Dimana :
n (etha) = Viscositas Dynamis
V = kecepatan beraturan dari geraknya butir.
Dari persamaan (I) dan (II) apabila gerak dari butiran Minyak untuk mencapai kecepatan beraturan adalah sama,
maka :
1/6 p d3 (Y2 – Y1) = 3 p h d.v
Kecepatan beraturan (v) adalah :
= ((1/6 . phi . d3)/(3 . phi . n . d)) x (Y2 – Y1)
= ((d2)/(18n)) x (Y2 – Y1) …………………………… (III)
Jalan pemikiran tersebut diatas tidak seluruhnya tepat, meskipun cukup cermat untuk keperluan kita, karena
jarak yang telah ditempuh oleh butir minyak sebelum gerak yang dipercepat berobah menjadi gerak yang
beraturan, dapat diabaikan saja karena sangat kecilnya.
Contoh :
Suatu butir minyak (BJ = 0,9) dengan diameter = 0,04 mm, akan bergerak kepermukaan didalam lingkungan air
bersuhu 20ºC yang mempunyai viscositas dynamis 0,01 deci-poise dengan kecepatan,
v = (d2 (Y2 – Y1)) / 18
v = ((0.04mm x 103)2 x (1 – 0.9))/ (18 x 0,01 deci-poise)
v = ((0.04)2 x 106 x 0.1)/(18 x 0,01)
v = 900 micron/dt
v = 900 x 10-4 cm/dt
v = 9 x 10-2 cm/dt
Jika pada suatu pengendapan, dengan tinggi apisan cairan (h) = 4 meter, sedangkan dikehendaki tak ada lagi
butir-butir minyak ≥ 0,04 mm yang masih belum terpisahkan, maka diperlukan jangka waktu pengendapan :
h/v = (4 x 102 detik)/ 9.10-2 = (4 x 104)/9 = 4.444,44 detik = ± 1,23 jam
Sehingga waktu yang diperlukan untuk pemisahan campuran dari 2 unsur (Air dan minyak) dengan
pengendapan adalah tergantung dari :
h = Tinggi lapisan campuran dalam cm
d = Des-integrasi dari minyak (diameter minyak)
(Y2-Y1)= Selisih berat jenis
(etha) = Viscositas dari air
Tingginya Lapisan Campuran
Dari h/v = waktu pengendapan, nyatalah bahwa semakin besar (h) = semakin tinggi lapisan cairan, semakin
panjang pula jangka waktu yang diperlukan untuk pengendapan.
Karena diutamakan waktu pengendapan yang sependek mungkin maka harus diusahakan lapisan yang setipis
mungkin.
Didalam praktek perpendekan ini dapat dicapai dengan pemisahan sehingga cairan terbagi dalam beberpa
lapisan-lapisan dan ini didapat misalnya, pada pengendapan Static Clarifier.
Des-integrasi Dari Minyak
Des-integrasi minyak diartikan bahwa halusnya butir-butir minyak atau semakin halus (kecil) akan semakin
panjang jangka waktu pengendapan. Oleh karena itu harus tetap diusahakan supaya butir-butir minyak yang
keluar dari pengempaan tidak terpecah dalam butir yang halus.
Didalam prakteknya hal yang demikian tergantung dari cara pengempaan dan tak selalu dapat dicapai.
Hal ini disebabkan :
– Pengadukan yang berlebihan
– Pengacauan (didalam talang minyak kasar)
– Pengempaan pada tekanan tinggi dan lain sebagainya.
Selisih berat jenis dari kedua zat yang akan dipisahkan sesamanya, dapat dikatakan tetap karena juga pada
umumnya suhu kedua zat adalah sama.
Agar supaya memperoleh gambaran mengenai jalannya proses pengendapan dari minyak kasar yang dihasilkan
oleh pengempaan dan yang mengandung banyak zat padat bukan lemak, kita umpamakan tangki terisi oleh
minyak kasar.
Jika minyak kasar kita biarkan maka isi tanki akan mengendap dan akan terbentuklah lapisan sebagai berikut :
a. Lapisan pertama : Yang terutama terdiri dari minyak.
b. Lapisan kedua : Terdiri dari Air dan minyak yang mungkin masih dikandungnya dan berada dalam
bentuk yang terhomogenisir atau jika berbentuk emulsie maka minyak ini dengan air merupakan emulsie yang
masih hidup.
c. Lapisan ketiga : Pada umumnya terdiri dari emulsieminyak/air yang tak terpecahkan; yang menjadi
stabilisator dari emulsie yang tak hidup ini terutama adalah zat-zat padat yang dikandung oleh minyak kasar.
Lapisan Pertama
Minyak dari lapisan ini masih mengandung bintik-bintik air dan zaat pengotor lainnya. Untuk memperoleh minyak
murni maka kadar air diturunkan dari ± 0,75% sampai seminimal mungkin (atau berkisar £ 0,10%).
Lapisan Kedua
Jika dinilai dari sifat-sifat emulsi yang dikandungnya kecuali dengan oengendapan, minyak didalam lapisan ini
dapat dibebaskan dengan proses kimia, umpamanya dengan pembubuhan Electrolyte yang dapat memecahkan
emulsie.
Dengan percobaan kearah ini, ternyata hasil yang dicapai tidak memberikan harapan untuk dilakukan secara
besar-besaran karena dari percobaan itu didapat kesan bahwa perobahan yang terjadi karena pembubuhan
Electrolyte, disamping memecahkan beberapa emulsie yang telah ada, juga menimbulkan emulsie yang baru.
Oleh sebab itu maka pembebasan minyak dari emulsie lapisan kedua dengan jalan pemanasan atau dengan
jalan pemusingan (Centrifuge) adalah tetap lebih sederhana.
Lapisan Ketiga
Lapisan ini mengandung emulsie yang tidak hidup dan zat organik yang padat.
Terbentuknya emulsie sangat dipengaruhi oleh tingkat hubungan secara kimiawi maupun physic antara zat padat
itu terhadap zat yang meng-emulgeer (air).
Maka dalam hal ini perhatian yang khusus untuk lapisan ketiga tersebut sangat diperlukan, agar supaya kerugian
minyak dapat dibatasi serendah mungkin.
Minyak kasar hasil pengempaan yang akan diendapkan mempunyai komposisi sebagai berikut :

 Minyak : ± 50%
 Air : ± 42%
 Zat Padat : ± 8 %

Proses pengendapan (Settling) dilakukan didalam suatu tanki vertikal yang mempunyai daya tampung berkisar
70 M3.
Tanki ini disebut Static Clarifier (Clarification Tank) yang bekerja secara kontinu, artinya ninyak kasar dari Crude
Oil Tank dipompakan ke tanki pengendap ini secara terus menerus dan pengeluaran dari tanki ini juga akan
berlangsung secara terus-menerus yaitu berupa :
1. Minyak (Top Oil)
Minyak yang diperoleh dari hasil pengendapan ini mempunyai komposisi sebagai berikut :

 Minyak : ± 99%
 Air : ± 0,75%
 Zat Padat : ± 0,25%

Selanjutnya minyak ini dialirkan kedalam tangki penampung minyak (Oil Tank) untuk kemudian akan diproses
lebih lanjut dengan menggunakan oil Purifier dan Vacum Dryer.
Pemisahan yang terjadi adalah didasari “Hukum Bejana Berhubungan”’ dimana akan terjadi selisih
ketinggian permukaan antara media ringan (minyak) dan media berat (air dan Sludge).
Karena pemisahan yang akan dilakukan adalah secara kontinue, maka selisih ketinggian dari kedua media tadi
harus diatur posisinya agar tujuan/hasil pemisahan yang diperoleh enar-benar sesuai dengan apa yang kita
inginkan.
Untuk mengatur selisih permukaan tersebut diatas, maka rumus sederhana yang biasa digunakan adalah
sebagai berikut :
-> Po g x + Ps g y = Ps g z
g = Percepatan gravitasi (» 9,81 m/dt2)
Po = Berat jenis minyak (» 0,9 gm/cc)
Ps = Berat jenis sludge (» 1,0 gm/cc)
Maka persamaan menjadi :
-> Po x + Ps y = Ps z ………………………………. (1)
Sehingga persamaan (1) menjadi :
-> 0,9x + y = z ………………………………………. (2)
Menurut gambar diatas, terlihat : SH + z = x + y dimana :
SH = Selisih permukaan minyak dan sludge
x = Tinggi lapisan minyak
y = Tinggi lapisan Sludge
z = Tinggi lapisan miniyak dan sludge
-> SH = x + y – z……………………………….. (3)
SH = Ketinggian Sludge Skimmer dibandingkan Oil Skimmer.
Substitusi rumus (2) ke (3)
-> SH = x + y – (0,9x + y)
= x + y – 0,9x – y
= x – 0,9x
= 0,1x
Jadi :
-> x = 10 SH
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa selisih ketinggian antara permukan minyak dengan
saluran keluar sludge atau tinggi SH adalah 1/10x.
2. Lumpur (Sludge)
Sludge yang diperoleh dari hasil pengendapan ini mempunyai komposisi sebagai berikut :
Minyak : ± 15%
air : ± 75%
Zat padat : ± 10%
Sludge ini kemudian dialirkan ke tanki Sludge untuk kemudian akan diproses lebih lanjut dengan Nozzle
Separator atau Decanter.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada proses pemisahan dengan cara pengendapan ini antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan suatu hasil pemisahan yang baik, maka tangki Clarifier ini harus diisi secara kontinu
dengan volume yang teratur dan dengan temperatur crude oil berkisar 95 s/d 100ºC.
Hindari cara pengisian yang berfluktuasi karena hal ini dapat menimbulkan Turbulensidan mengacaukan lapisan-
lapisan yang sudah terbentuk didalam tanki Clarifier.
b. Tanki Clarifier dilengkapi dengan pipa pemanas (Heating Coil) yang berfungsi untuk memanaskan Crude Oil
sisa pengolahan yang lalu dan hanya perlu dioperasikan paling lama 30 menit sebelum dimulainya pengolahan.
Selam proses berlangsung, pipa pemanas (Heating Coil) yang ada didalam tanki Clarifier tidak
boleh dibuka/dioperasikan disebabkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemanasan oleh Heating Coil akan menyebabkan air yang terkandung ada didalam Heavy Phase dan
berada disekitar Heating Coil menjadi mendidih.
2. Pada air yang mendidih akan timbul gelembung-gelembung udara yang bergerak keatas untuk
kemudian menimbulkan arus (Turbulensi) yang akan mengacaukan proses pemisahan serta
pengendapan yang sudah mulai terbentuk.
3. Setiap pagi sebelum pengolahan dimulai dan sebelum dilakukan pemanasan pendahuluan, maka
sebahagian kecil dari isi tanki (± 3 m3) perlu dikeluarkan dan dimasukkan kedalam bak penampung
(sludge Drain Tank).

Maksud pengeluaran ini adalah agar kotoran dan pasir yang telah mengendap pada saat tangki dalam keadaan
diam (Statis) dapat dikeluarkan.
Pada Sludge Drain Tank ini pasir dan kotoran akan dipisahkan dari minyak yang masih terikut bersamanya ;
untuk kemudian minyak yang telah bebas dari pasir dan kotoran tersebut dikembalikan ke Clarifier Tank atau ke
Crude Oil Tank.
Filed under: Clarification Station, Dasar Proses Pabrik | Tagged: Dasar Dasar Proses, Pabrik Minyak Kelapa
Sawit, Pemurnian, Proses Pemurnian Minyak | 4 Comments »

Pemurnian (Clarification)
Posted on Agustus 3, 2012 by ivanemmoy
Tujuan Utama
Di Pabrik Minyak Sawit, Minyak kasar yang diperoleh dari pengempaan, dibersihkan dari kotoran yang terutama
berasal dari daging buah berupa bahan padat dan air.
Maksud dari pada pembersihan/pemurnian Minyak kasar adalah untuk memurnikan Minyak tersebut agar
diperoleh mutu sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.
Untuk dapat memahami dengan baik tujuan dan hakekat dari pada pemurnian Minyak kasar, maka perlu
dipelajari sifat-sifat “fisika-kimiawi” dari Minyak kasar tersebut.
Minyak kasar sebagai hasil pengempaan dapat diperinci sebagai berikut :
a. Campuran Minyak dan Air
Campuran yang unsurnya (Air dan Minyak) terbagi tidak terlalu halus sehingga dengan cepat dan mudah kedua
unsur itu dapat dipisah-pisahkan sesamanya.
Minyak yang sedemikian berasal dari :

 Bejana pengaduk yang dipanaskan (Digester) yaitu minyak yang keluar sebelum proses pengempaan
(Press).
 Minyak yang keluar dari hasil pengempaan tahap awal dimana tekanan masih rendah.

Minyak dalam campuran ini disebut Minyak bebas karena boleh dikatakan tak mempunyai affinitas apapun
dengan air yang mengelilinginya dan yang tercampur dengannya.
Minyak jenis ini bila dibiarkan akan segera memisah ditas lapisan air yang mengendap.
b. Campuran homogen antara Butir Air dan Minyak
Campuran homogen antara Butir air dan minyak yang terbagi sangat halus. Dalam hal demikian kedua unsur
merupakan emulsie yang sangat stabil.
Campuran semacam ini terutama berasal dari tahap terakhir pengempaan yaitu sisa-sisa zat cair dalam ampas
yang ditekan dan dipaksakan mencari jalan keluar melalui celah-celah kecil dari dalam ampas pengempaan,
sehingga terpecah/terurai menjadi butir-butir molekul dan minyak seakan-akan terhomogenisir didalam
lingkungan air.
c. Emulsi Air/Minyak
Emulsi semacam ini boleh dikatakan tidak berarti didalam pemurnian minyak di Pabrik Minyak Sawit asalkan
dapat dijamin viscositas yang layak (pada suhu 80ºC – 100ºC).
d. Emulsie Minyak/Air
Jika de-integrasi minyak didalam air sedemikian jauhnya sehingga terjadi homogenisasi maka diperoleh suatu
emulsi yang stabil, walaupun diketahui juga bahwa tanpa de-integrasi minyak dalam air yang intensif, akan dapat
juga terbentuk emulsie yang stabil berkat adanya emulgator yang aktif.
Asam lemak, zat lendir dan serat halus serta sisa-sisa sel merupakan emulgator ataupun stabilisator sehingga
dapat terjadi emulsie yang hidup dan yang tak hidup.
Minyak kasar yang berasal dari pengempaan terdiri dari butir-butir minyak berbagai ukuran didalam lingkungan
air. Air yang dimaksud bukan air murni dalam arti physis, tetapi Phase Disperse dari emulsie.

 Butir-butir minyak itu menunjukkan gerak kepermukaan. Apabila medium pemisah antara butir-butir itu
hilang, maka akan terjadi penggabungan butir kecil menjadi butir-butir yang lebih besar dan dengan
demikian gerak kepermukaanpun menjadi dipercepat.
 Gerak keatas dan penggabungan butir menjadi butir-butir besar adalah gerak kearah keseimbangan
sehingga akhirnya terjadi lapisan minyak disebelah atas dan lapisan air bawahnya.
 Mula-mula pemisahan kedua lapisan itu tidak jelas (kabur) ; butir-butir kecil air didalam lapisan minyak
dan butir-butir kecil minyak dalam lingkungan air. Butir-butir air akan dapat mengendap masuk kedalam
lingkungan air jika lapisan minyak cukup encer (BJ Air > BJ Minyak).
 Butir-butir halus minyak lambat sekali bergerak keatas dan sebagian akan tetap berbentuk butir-butir
yang halus sekali dan melayang didalam ligkungan air.
 Emulgator-emulgator dengan muatan listriknya mencegah ataupun memperlambat penggabungan butir-
butir halus minyak itu.
 Butir-butir halus yang bermuatan listrik itu adalah merupakan emulsie yang hidup.
 Emulsie yang tak hidup diakibatkan oleh gejala absorbsi yang timbul disebabkan adanya zat-zat organik
seperti misalnya : sisa sel dan serat-serat halus yang berasal dari daging buah.
 Dengan pengolahan pendahuluan (Sterilisasi) yang baik maka pengaruh zat-zat lendir dan lilin dari
dalam daging buah dapat diperkecil.

Namun demikian tidak boleh diabaikan pengaruhnya sebagai emulgator dan terutama sebagai stabilisator jika
zat-zat itu terdapat dalam fat pit meskipun dalam persentase yang rendah, karena mempersukar pemisahan
minyak dari dalam fat pit.
Cara-cara untuk memperoleh & memisahkan minyak dari minyak kasar
Ada berbagai cara yang lazim dilakukan dalam pemurnian minyak kasar di pabrik minyak kelapa sawit yaitu :

 Cara dengan pengendapan


(Settling)
Pemisahan minyak dari minyak kasar terjadi/berlangsung karena pengendapan bagian
yang berat (sludge + air) dan minyak yang terpisah berada dilapisan atas.
 Cara dengan pemusingan
(Centrifugal)
Dengan cara ini waktu pemisahan yang diperlukan menjadi lebih singkat karena bantuan
tenaga centrifugal.
 Cara dengan pengaruh
biologis
Cara ini adalah merupakan kelanjutan dari kedua cara tersebut diatas dan
dilakukan pada proses pemisahan di fat pit atau Sludge Oil Recovery System.

Pada umumnya cara-cara tersebut diatas dilakukan secara tergabung ; baik gabungan dari ketiganya maupun
dua dari ketiga cara.

Artikel Terkait :

Filed under: Dasar Proses Pabrik | Tagged: Dasar Dasar Proses, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Pemurnian, Tujuan
Pemurnian | Leave a comment »

Pengempaan (Pressing)
Posted on Agustus 3, 2012 by ivanemmoy
Tujuan Utama
Tujuan utama dari proses pengempaan (Pressing) adalah mengeluarkan Minyak dari bubur buah yang telah
diaduk. Secara umum pengambilan minyak nabati dari sumbunya disebut “ekstraksi minyak atau lemak.”
Pekerjaan ekstraksi minyak dapat dilakukan dengan cara :

1. Ekstraksi Minyak (lemak) secara mekanis.


2. Ekstraksi Minyak (lemak) secara Fisis.
3. Ekstraksi Minyak (lemak) secara Mekanis dan fisis.
4. Ekstraksi Minyak (lemak) secara Biologis.

Pada umumnya ekstraksi Minyak Kelapa Sawit dilakukan secara Mekanis yaitu dengan pengepressan atau
pengempaan.
Dengan pengepressan atau pengempaan minyak yang ada pada bubur Buah Kelapa Sawit akan dibebaskan
dari bubur buah dan terpisah dari serat dan biji Sawit.
Jenis alat kempa yang dikenal, yaitu :

1. Kempa Hydraulik (Hydraulic Press)


2. Kempa Ulir (Screw Press).

Kempa Ulir (Screw Press) dalam penggunaannya lebih menguntungkan dibandingkan dengan kempa Hydraulik
(Hydraulic Press).
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh antara lain :

1. Bekerja secara kontinyu.


2. Kapasitas Olahnya tinggi.
3. Efisiensi pengempaan lebih tinggi (kehilangan Minyak kecil).
4. Pemakaian tenaga (Operator) yang sedikit.

“Kelemahan Screw Press terutama adalah karena tingginya persentase biji yang pecah & kadang-kadang sulit
untuk dimonitor secara visual”.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pengempaan (Pressing) :

1. Suhu air panas harus mencapai 90ºC.


2. Tekanan Press harus diatur sedemiian rupa agar kerugian minyak didalam ampas cukup rendah
sedangkan sebaliknya biji-biji yang pecah atau hancur harus juga rendah.
3. Setiap Press harus distop dari pemakaian untuk direkondisi (Rebuilt) Screwnya setelah berjalan ± 500
jam.

Screw yang sudah aus melebihi 5 s/d 6 mm akan menyebabkan tingginya percentage biji pecah dan disamping
itu akan juga mempercepat kerusakan Saringan Press (Press Cage).
Artikel Terkait :
Pemurnian (Clarification)
Process Flow Diagram Of Palm Oil Mill

Filed under: Dasar Proses Pabrik | Tagged: Dasar Dasar Proses, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Pengempaan, Screw
Press | 2 Comments »

Hal-hal yang Perlu Diketahui Selama Proses Pengadukan


Posted on Agustus 2, 2012 by ivanemmoy
Untuk pengertian praktis dibutuhkan pengetahuan mengenai hal-hal yang terjadi selama pengadukan yaitu :
 Perusakan dari sel minyak
 Pengeluaran minyak dari dalam ketel pengaduk
 Pendidihan isi dari Ketel Pengaduk
 Pengisian Ketel Pengaduk & pengaruhnya terhadap effek pengadukan

1. Perusakan sel-sel minyak


Karena gesekan yang timbul pada waktu pengadukan maka dinding sel (daging buah) yang mengandung minyak
akan terkoyak/terusak sehingga minyak (bintik-bintik minyak) akan keluar dengan sendirinya atau sekurang-
kurangnya dapat dengan mudah sekali dikeluarkan dari dalam sel pada proses pengempaan (Press).
Jika diambil ampas pengempaan dan diteliti sel-sel minyaknya dibawah Mikroskop, maka akan dapat dilihat
bahwa sel minyak itu sebahagian besar hilang dan hanya pada beberapa bahagian saja masih kelihatan sedikit
sisa minyak berbentuk bintik-bintik.
Apabila selama proses pengadukan minyak yang telah membebaskan diri dari selnya tersebut tidak segera
dialirkan keluar dari dalam Ketel Pengaduk, maka masa yang sedang diaduk menjadi licin serta akan berakibat
menurunnya effek pengadukan dan dengan demikian tidak dapat memenuhi apa yang diinginkan.
2. Pengeluaran minyak dari dalam pengaduk
Kecuali menurunkan effek pengadukan, seperti dijelaskan diatas maka minyak “bebas” yang tidak dikeluarkan
dari dalam Ketel Pengaduk (Digester) akan membentuk emulsi dengan unsur lain yang terkandung dalam
minyak kasar itu.
Minyak kasar ini terbentuk dari unsur-unsur :

1. Non-fat (bahan bukan lemak) : terdiri dari serat-serat, sisa-sisa sel & bahan lain yang dapat larut.
2. Cairan bukan minyak.
3. Emulsi cairan bukan minyak dengan minyak.
4. Emulsi minyak dengan cairan bukan minyak.
5. Minyak.

Terutama emulsi tersebut (3) dan (4) adalah cairan yang tinggi sekali Viskositasnya yang dihasilkan oleh
pengempaan pada tekanan tinggi.
Untuk menurunkan Viskositas dapt ditempuh beberapa cara, antara lain :

 Menambah air panas kedalam Ketel Pengaduk tetapi hasilnya tidak memuaskan, malahan merugikan
karena : effek pengadukan akan sangat menurun. Daging akan “tercuci” sehingga sel-sel tidak terpecah
dan kandungan minyak didalamnya akan ikut terbawa bersama lumpur dan meningkatkan kerugian
minyak didalam lumpur (Sludge).
 Penambahan air panas pada minyak kasar hanya dilakukan pada proses pengempaan (Press).
 Pengenceran Minyak kasar tersebut diperlukan terutama pada proses penyaringan dan pemisahan awal
antara minyak dengan lumpur (Sludge) pada System Continous Settling Tank (Clarifier) di Station
Clarification (Station Pemurnian Minyak).
 Untuk memperoleh pengenceran yang dikehendaki diperlukan penambahan air panas yang tidak sedikit
yaitu berkisar anatara 15% s/d 20% per ton TBS. Hal ini menyebabkan timbulnya pekerjaan extra pada
Station Pemurnian Minyak.

3. Pemanasan Isi Ketel Pengaduk


Meskipun Minyak “bebas” didalm pengadukan telah dialirkan keluar dari dalam Ketel Pengaduk tetapi tetap
masih akan terdapat sisa-sisa cairan yang karena pendidihan membentuk gelembung yang timbul bergerak
kearah atas sambil membawa sisa cairan yang mengendap dibagian bawah dari Ketel Pengaduk, sehingga msa
yang sudah menjadi lebih kesat akan encer kembali dan merugikan effek pengadukan.
Kecuali hal yang tersebut diatas itu maka gelembung pendidihan yang selaput tipisnya mengandung minyak, jika
kemudian pecah, akan menyebabkan minyak yang semula sudah berhimpun akan terpencar kembali dalam
bintik minyak yang sangat halus (terjadi emulsi).
Ketentuan dibawah ini adalah mutlak dan harus menjadi perhatian yaitu :

 Jika Ketel Pengaduk terisi penuh maka tekanan yang ditimbulkan oleh beban berat isian itu sendiri
mempertinggi gaya gesekan yang diperlukan untuk memperoleh hasil pengadukan yang optimal.
 Jangka waktu pengadukan yang harus dialami oleh isi Ketel Pengaduk sebelum di Press juga
merupakan faktor yang cukup penting untuk dapat memenuhi syarat-syarat pengadukan yang baik.
 Semakin banyak isian suatu Ketel Pengaduk maka semakin lama buah akan teraduk sebelum dikempa,
jadi gabungan dari kedua faktor : isian Ketel Pengaduk dan jangka waktu pengadukan harus
diusahakan sedapat mungkin untuk dipenuhi secara simultan.

Filed under: Dasar Proses Pabrik | Tagged: Dasar Dasar Proses, Digester, Hal Yang Harus Diketahui Selama Proses
Pengadukan, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Pengadukan | Leave a comment »

PENGADUKAN
Posted on Juli 27, 2012 by ivanemmoy
Pendahuluan
Proses pengadukan yang harus dijalani oleh buah (daging buah) untuk memperoleh minyak secara rational
adalah proses yang cukup penting, sebab proses pengadukan yang sempurna (baik) akan menghasilkan minyak
yang optimal.
Untuk tujuan itu diperlukan pengertian mengenai daging buah dan susunannya.
Secara global maka buah kelapa sawit terdiri dari :
– Daging buah
– Cangkang Biji
– Inti biji
Tebal daging buah, dari buah yang cukup baik (normal), berkisar antara 2 s/d 8 mm sesuai dengan jenis buah.
Daging buah ini terdiri dari sel-sel yang mengandung minyak, serabut dan bahan pengikat (semen).
Sel-sel yang mengandung minyak mempunyai dinding yang tipis dan boleh dikatakan terisi sepenuhnya oleh
minyak yang berbentuk bintik-bintik.
Serabut yang tersusun memanjang dari pangkal kearah ujung buah melingkungi daging buah. Bahan pengikat
(semen) yang mempunyai sifat seperti Pectine, mengikat sel-sel antara sesamanya dan juga mengikat serabut
sehingga terbentuk suatu ikatan atau dalam hal ini kita sebut daging buah.
Analoginya adalah beton bertulang :
– Kerikil = sel-sel.
– Kerangka besi beton = serabut.
– Semen/Specie = bahan pengikat/Pectine.
Untuk lebih memahami gejala-gejala yang terjadi didalam proses pengadukan (peremasan) perlu diketahui hal-
hal sebagai berikut :

1. Suatu potongan/irisan yang tidak terlalu tipis dari buah yang matang dan masih segar yang dicelupkan
kedalam air dingin, tidak akan mengalami perobahan apapun.
2. Irisan seperti tersebutdalam (a), setelah dicelupkan beberapa saat kedalam air panas (90ºC – 100ºC)
akan terurai. Ikatan antar sel terputus dan sel atau gugusan sel akan bercerai-berai dengan bintik-bintik
minyak didalamnya.
3. Jika percobaan (b) dilakukan dengan risan daging buah yang telah direbus, maka hasilnya akan sama
tetapi penguraian daging buah akan lebih cepat terjadi.
4. Pada serabut yang dikeluarkan dari dalam daging buah matang yang segar akan terdapat sel-sel yang
mengandung minyak, yang melekat padanya dan tidak dapat dilepaskan dari serabut dengan
mencelupkannya kedalam air dingin.
5. Sel-sel tersebut diatas akan melepas dari serabut jika dilakukan pencelupan kedalam air panas.
Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semen yang mengikat sel-sel kepada sesamanya dan
kepada serabut akan larut dalam air panas karena sifatnya yang seperti Pectine untuk kemudian berobah
menjadi Peclos yang larut dalam air panas.
Didalam buah, perobahan ini berlangsung selama proses pematangan.
Demikian juga halnya dengan serabut dan sel minyak yang terikat pada batok/cangkang biji oleh semen yang
sama seperti tersebut diatas.
Mudahlah sekarang untuk dimengerti bahwa karena pengaruh perebusan (panasnya uap) maka ikatan antar sel,
serabut dan batok biji menjadi lemah sekali.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan tindakan apa yang perlu dilaksanakan untuk mencapai effect
pengadukan yang seting-tingginya dan berguna untuk mendapatkan minyak yang semaksimal mungkin.
Tujuan Utama Proses Pengadukan
Proses pengadukan bertujuan memudahkan pekerjaan pengempaab sehingga minyak dengan mudah dapat
dipisahkan dari daging buah dengan tingkat kerugian yang sekecil-kecilnya.
Untuk mencapai tujuan itu perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Pengadukan harus menghasilkan peremasan yang optimal sehingga daging buah terlepas seluruhnya
dari bijinya; tidak boleh terdapat buah yang amsih utuh (daging buah masih melekat pada bijinya).
2. Pengadukan harus menghasilkan masa yang merata (Homogen) dan biji tidak boleh memisah dari
masa untuk kemudian turun kebagian bawah Ketel Pengaduk.
3. Daging buah tidak boleh teremas lumat menjadi bubur, struktur serabut dari daging buah harus masih
tampak.
4. Minyak kasar yang keluar dari daging buah selama pengadukan harus dialirkan keluar dari Bejana
pengadukan untuk menghindarkan pembentukkan emulsi.
5. Pemanasan 95ºC selama proses pengadukan diperlukan untuk mempertinggi effect pengempaan
Pemanasan tidak boleh mengakibatkan masa yang teraduk menjadi mendidih dan untuk itu suhu harus
dapat diatur dan diukur.

Penelitian terhadap syarat-syarat tersebut diatas penting sekali karena sebagian besar didasarkan kepada
penglihatan, ump : pengamatan “Massa” yang keluar dari Bejana pengadukan menuju Press melalui talang yang
dilengkapi kaca atau Fibre Glass yang transparant.
Kerugian Minyak yang tertinggal didalam ampas Pressan dapat diteliti, tetapi penelitian itu tidak selalu dapat
digunakan untuk menilai proses pengadukan sebab faktor lain (diluar proses pengadukan) juga sangat
berpengaruh pada kegiatan itu, antara lain tingkat kematangan dari buah yang diolah serta proses perebusan.
Penelitian yang lebih cermat akan memerlukan waktu penelitian yang tidak sedikit sehingga tidak mungkin dapat
dilakukan didalam waktu singkat.
Filed under: Tutorial | Tagged: Dasar Dasar Proses, Digester, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Pengadukan | Leave a
comment »

PENEBAH (THRESHING)
Posted on Juli 25, 2012 by ivanemmoy
1. Pendahuluan
Sebagaimana telah diterangkan didalam bab proses perebusan, maka perebusan yang dilaksanakan menurut
syarat-syarat optimal harus menghasilkan, antara lain :

 Buah harus melepas atau sekurang-kurangnya mudah melepas dari tandannya.


 Daging bush telah menjadi cukup lunak/lembek.

Pemipilan adalah proses yang segera menyusul setelah proses perebusan dan bertujuan
melepaskan/mengeluarkan/memisahkan semua buah dari tandannya. Dalam proses pemipilan, walaupun telah
dilakukan seefisien mungkin tetapi beberapa kerugian kadang-kadang masih juga dialami antara lain :
a. Didalam tandan yang dipipil kadang-kadang masih terdapat beberapa butir buah yang tidak dapat keluar,
meskipun sudah terlepas dari tandannya.
b. Benturan-benturan yang terjadi terhadap tandan didalam alat Pemipil mengharuskan agar semua buah
terlepas dan keluar dari tandannya, tetapi hal ini ternyata juga mengakibatkan kerusakan terhadap daging yang
telah menjadi lembek karena perebusan.
Dengan menggunakan alat Pemipil yang tepat disertai cara penggunaannya yang baik, maka harus diusahakan
agar tujuan pemipilan dapat terpenuhi semaksimal mungkin, yang berarti pemipilan dengan tingkat kerugian
yang serendah mungkin dapat dicapai.
2. Kerugian didalam proses pemipilan
Kerugian yang dimaksud dapat terjadi disebabkan :

 Langsung oleh pemipilan


 Tidak langsung oleh Pemipil (diluar pemipilan).

Hal ini dapat dibedakan sebagai berikut :


A. Kerugian minyak terserap oleh tandan kosong.
B. Kerugian Minyak didalam buah yang tidak terlepas/terpisah atau buah yang masih tertinggal didalam tandan.
Factor yang berpengaruh terhadap taraf kerugian ini adalah terutama :

 Kriteria panen dan mutu buah yang diterima.


 Metode/cara perebusan yang dilakukan
 Model/jenis alat pemipil yang dipergunakan

Kerugian Kategori A
– Didalam Bab Proses Perebusan telah diterangkan bahwa semakin tinggi taraf kematangan buah dan
semakin lama waktu perebusan maka akan semakin besar kemungkinan bahwa minyak akan meleleh keluar dari
daging buah selama perebusan karena daging telah menjadi terlalu lunak atau karena daging buah memang
telah tidak utuh lagi sebelum perebusan ; umpamanya pada buah busuk atau pada tandan buah yang
mengalami bantingan-bantingan berat yang menyebabkan buah dipermukaan tandan hancur/lumat dll.
Mudah dimengerti bahwa akibat dari gejala tersebut diatas maka Minyak meleleh terutama dari buah-buah yang
hancur/lumat tadi dan terbawa keluar bersama air Kondensate Rebusan pada saat dilakukan pengurasan (Blow
Down).
Sebagian dari Minyak ini akan terbuang bersama Kondensat, tetapi masih dapat diperoleh kembali sebagai
minyak yang bermutu rendah pada proses pengutipan di Fat Pit, sedangkan sebahagian lagi akan terserap pada
tandan dan ikut terbuang bersama tandan-tandan kosong pada proses pemipilan.
Kerugian tersebut diatas pada hakekatnya terjadi diluar pemipilan sehingga kurang tepat jika dipergunakan untuk
menilai pekerjaan pemipilan tetapi sangat berpengaruh, sehingga harus mendapat perhatian cukup dalam
penilaian kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong.
– Kerusakan daging buah yang disebabkan oleh benturan-benturan selama pemipilan seperti diterangkan
terdahulu, dapat berakibat penyerapan Minyak oleh tandan.
Kemungkinan ini tidak dapat dihindarkan akibatnya tetapi masih mugkin dikurangi yaitu dengan melakukan
pengisian alat Pemipil (Stripper) secara teratur dan tidak berlebihan (Over Capacity) agar benturan antara tandan
dengan buah-buah lepas yang rusak dagingnya tersebut menjadi lebih singkat waktunya.
Kerugian Kategori B
– Pemuatan yang berlebihan pada alat Pemipil akan mengakibatkan menigkatnya kergian karena menurunnya
effect bantingan/benturan terhadap tandan.
Bantingan yang cukup harus berakibat buah melepas dan keluar dari tandannya untuk kemudian keluar melalui
kisi-kisi dari alat Pemipil.
– Pemipilan yang kurang sempurna juga menyebabkan peningkatan kerugian karena buah tidak cukup
terlepas dari tandannya sebagai akibat dari proses kimiawi physica yang tidak/kurang sempurna didalam
perebusan.
Gejala ini akan lebih banyak dijumpai pada tandan yang berada pada taraf kematangan rendah (buah
mentah,dll) dari pada buah yang cukup matang.
Untuk menghindari kerugian yang berkebihan maka tandan yang tidak cukup terpipil dimaksud diatas harus
direbus kembal.
Pengulangan perebusan dan pemipilan berari penurunan Output dari instalasi (penurunan effisiensi dalam
pekerjaan) juga memperbesar kerugian tersebut dalam kategori A.
Dengan perebusan yang cukup dan pemipilan yang baikpun kadang-kadang masih dijumpai tandan dengan
gejala tersebut dalam (b) yaitu bahwa buah tidak dapat terlepas dari tandannya dan biasanya buah jenis ini
disebut buah “abnormal”.
Perebusan dan pemipilan kembali buah abnormal tidak akan memberikan hasil, malahan sebaliknya
memperbesar kerugian tersebut dalam kategori A dan menurunkan Output Instalasi (Penurunan efisiensi dalam
pekerjaan).
Buah abnormal ini walaupun telah mengalami perebusan ulangan, ternyata masih saja sulit untuk melepas buah
dari tandannya.
Kelainan dari buah tersebut adalah “penyakit” dan tidak dapat diatasi didalam Pabrik.
3. Penelitian terhadap Proses Perebusan dan Proses Pemipilan
Untuk dapat mengetahui apakah proses perebusan dan pemipilan telah terlaksana dengan baik, maka tandan-
tandan kosong yang keluar dari alat pemipil harus diteliti dan dianalisa.
Seorang petugas mengmati tandan kosong yang keluar dari alat Pemipil. Tandan yang kelihatan tidak cukup
terpipil, dikeluarkan dari Conveyor tandan kosong dan dikumpulkan untuk kemudian direbus kembali (perebusan
ulang).
Dengan mengambil ciontoh tandan kosong yang keluar dari Pemipilan maka dapat diteliti hal-hal sebagai berikut
:

 Banyaknya tandan kosong yang harus direbus ulang dalam satu hari. Hal ini dipakai dalam menghitung
berkurangnya kapasitas PKS karena pekerjaan uklangan dan bila perlu mengadakan penyesuaian dan
perobahan terhadap lamanya proses perebusan.
 Jumlah buah yang masih terdapat didalam tandan kosong dianalisa secara teratur untuk dihitung
besarnya kerugian yang timbul karena hal ini berhubungan dengan efisiensi/rendement PKS.
 Pada selang waktu tertentu tandan kosong harus diambil untuk dianalisa Minyak yang terikut (terserap)
didalam janjang kosong tersebut karena hal ini juga merupakan kerugian yang berhubungan dengan
rendement Minyak yang dihasilkan.

Dari beberapa data tersebut maka akan diperoleh angka kerugian :

1. Minyak didalam buah tertinggal


2. Minyak didalam janjang kosong

Angka ini bersama dengan angka kerugian dibagian pengolahan yang lain akan memberikan gambaran
mengenai rendement dari pengolahan dalam keseluruhan dan sangat penting untuk mengadakan perbaikan
didalam pengolahan baik mengenai cara bekerja maupun mengenai peralatan pengolahan.
4. Alat-alat Pemipil (Thresher)
Hingga kini hanya ada 2 type alat Pemipil yang lazim digunakan didalam Pabrik Minyak Kelapa Sawit, karena
kedua type ini sajalah yang memberikan hasil pemipilan yang memuaskan (rational).
Kedua alat Pemipil itu ialah :

 Pemipil dengan lengan pemukul (Beater Arm type)


 Trommol Pemipil (Rotary Drum Type)

1. Pemipil dengan lengan pemukul (Beater Arm Type)


– Alat type ini lazimnya digunakan pada Pabrik dengan kapasitas pengolahan yang terbatas = 4 – 5 ton TBS
per jam.
– Pemipilan dengan type ini pada dasarnya karena pemukulan tandan oleh lengan-lengan yang diikat pada
sumbu (bersama) yang terpasang dibawah palung pemipilan sedemikian rupa sehingga ujung-ujung lengan itu
yang menyelip diantara celah-celah palung pemipilan membentuk bangun spiral yang melingkari sumbu.
2. Trommol Pemipil (Rotary Drum Type)
– Daya pemipilan dari type ini dapat mencapai 25 s/d 35 ton TBS/Jam. Trommol Pemipil berbentuk silinder
yang dibangun dari batang-batang besi memanjang sepanjang Trommol yang terpasang endatar dan berpusing
pada sumbu mendatar atau pada empat buah titik tumpu (Shaft Less).
– Batang-batang besi yang berbentuk huruf “T” terpasang berantara sehingga buah dapat lolos diantara celah-
celah keluar dari dalam Trommol selama pemipilan.
– Garis tengah dari lingkaran silinder berkisar antara ± 2 meter dengan panjang Trommol berkisar 4 s/d 5
meter. Jika ruangan didalam Pabrik mengizinkan dianjurkan untuk memilih Trommol berukuran panjang.
– Dasar dari pada pemipilan dengan Trommol Pemipil ini adalah sentakan yang ditimbulkan oleh bantingan
yang dialami oleh tandan yang sedang dipipil.
Kedalam Trommol Pemipil yang sedang berpusing akan “melekat” pada dinding Trommol dan ikut
berpusing/terangkat karena pengaruh gaya sentrifugal. Tandan ini kemudian terlepas dan jatuh membentur
dinding Trommol karena pengaruh gaya gravitasi.
Demikian berulang kali selama pemipilan tandan terangkat dan jatuh.
Sentakan pada jatuhan itu menyebabkan buah rontok lepas/keluar dari tandannya untuk kemudian melalui celah
diantara batang besi keluar dari Trommol pemipilan dan masuk kedalam Conveyor pengantar menuju Elevator.
– Untuk memudahkan/memperlancar tandan bergerak keluar dari Trommol Pemipil dengan effect pemipilan
yang optimal, dipasan Plate pada dinding sebelah dalam dari Trommol sedemikian rupa sehingga membentuk
alur spiral.
Pemasangan plate dengan tepat penting artinya terutama jika tidak dapat dijamin sepenuhnya bahwa Trommol
Pemipil dimuati secara teratur, untuk menghindarkan pencampuran tandan yang masih penuh dengan tandan
yang sudah habis/hampir habis terpipil yang akan menjadi penyebab meningkatnya kerugian Minyak terserap
dalam tandan kosong.
– Kecepatan berpusing dari Trommol Pemipil harus ditentukan secara tepat untuk mencapai effect pemipilan
yang optimal.
Tandan yang sedang dipipil tidak bileh hanya berguling saja pada bagian bawah dari dinding tetapi juga tidak
boleh tetap ikut melekat pada dinding silinder yang berpusing.
Kecepatan berpusing harus sedemikian rupa sehingga praktis semua tandan yang sedang dipipil berulang kali
terangkat setinggi mungkin pada dinding silinder, untuk kemudian jatuh: sebab dengan demikian baru akan
diperoleh pemipilan yang dikehendaki.
Filed under: Dasar Proses Pabrik | Tagged: Dasar Dasar Proses, Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Penebah, Threshing
Station | Leave a comment »

Anda mungkin juga menyukai