Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

PERENCANAAN, PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN IPL


INDUSTRI KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :
KELOMPOK I :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

AMELYA SETYAWATI
ARY FAKHRI FAUZI
DIAN ROSYID
ILHAM SETIA HADI
RIKI OKTA WIJAYANTO
YUNITA MARSELA

(126309)
(126328)
(126364)
(126415)
(126521)
(126580)

III A LINGKUNGAN

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGOR
2014

diuji dan dapat digunakan untuk


menentukan tingkat pencemaran air
misalnya: nilai derajat keasaman (pH),
nilai BOD/COD, Suhu, TSS, TDS,
NH3-N minyak dan lemak.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam 10 tahun terakhir Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia
berkembang dengan sangat pesat.
Dengan pertumbuhan kebun kelapa
sawit, maka bermunculanlah pabrikpabrik minyak mentah kelapa sawit
yang memproduksi CPO (Crude Palm
Oil). Hal ini menyebabkan Indonesia
telah berubah menjadi negara yang
paling besar dalam produksi CPO.
Namun, hampir semua pabrik kelapa
sawit
di
Indonesia
mempunyai
kelemahan dalam hal penanganan
limbahnya, baik terhadap limbah padat
ataupun limbah cair. Effluent (hasil akhir
yang dibuang ke alam) dari instalasi
pengolahan limbah cair dari pabrikpabrik CPO yang ada di Indonesia
umumnya masih belum memenuhi
kriteria sesuai standar peraturan yang
berlaku, misalnya kadar BOD masih di
atas 100 ppm.
PKS
PT.
Socfin
Indonesia
merupakan salah satu perkebunan
kelapa sawit terbaik dan tertua di dunia.
Saat ini, PT. Socfin Indonesia memiliki
perkebunan kelapa sawit seluas
38.000 ha, terdiri dari 9 kebun yang
tersebar di propinsi Sumatera Utara dan
Nanggroe Aceh Darussalam.
Pembuangan akhir dari limbah
industri perusahaan tersebut adalah
Sungai. Untuk mengetahui pengaruh
limbah industri kelapa sawit terhadap
kualitas air sungai, maka perlu diketahui
dari
tiap-tiap
parameter
yang
dipengaruhi oleh limbah industri kelapa
sawit. Sifat-sifat limbah yang umum

Page 1

Selama ini limbah cair industri


kelapa sawit dibuat sebagai pupuk
pohon sawit dan ada yang dibuang ke
sungai setelah dilakukan pengolahan,
limbah padat dibuat batako dan bisa
digunakan kembali untuk proses aerob
dan anaerob (active sludge) dan limbah
gas yang didapatkan digunakan untuk
pemanasan proses. untuk mengetahui
pengaruh limbah industri kelapa sawit
terhadap kualitas suatu air sungai, maka
perlu diketahui parameter-parameter
kualitas air yang dipengaruhi oleh
limbah industri kelapa sawit. Untuk itu
diperlukan suatu metoda yang dapat
dengan mudah memberikan gambaran
atau informasi dari status mutu suatu air
sungai.
1.2 Perumusan masalah
Industri
pengolahan
minyak
kelapa sawit menghasilkan tiga jenis
limbah yaitu limbah cair, limbah padat
dan gas. Diantara limbah tersebut yang
menjadi permasalahan adalah limbah
cair karena jumlahnya cukup banyak.
Apabila kandungan bahan organik
dalam air limbah kelapa sawit sangat
tinggi dengan angka perbandingan BOD
dan COD cukup besar menunjukan
bahwa air limbah kelapa sawit tidak
megandung
komponen-komponen
organik yang sukar didegradasi (Chin,
et al 1985). Oleh sebab itu bila air
limbah minyak kelapa sawit tidak
langsung diolah akan mengakibat
terjadinya proses pembusukan di badan
air penerima. Proses pembusukan
mengakibatkan berkurangnya kadar
oksigen terlarut dalam air, sehingga
akan mengangu kehidupan biodata air

(Arjuna, 1990). Limbah cair industri


minyak kelapa sawit mengandung
bahan organik yang sangat tinggi yaitu
BOD 25.500 mg/l, dan COD 48.000
mg/l, sehingga kadar bahan pencemaran
akan semakin tinggi. dampak yang
ditimbulkan oleh limbah cair industri
minyak
kelapa
sawit
adalah
tercemarnya badan air penerima yang
umumnya sungai karena hampir setiap
industri minyak kalapa sawit berlokasi
didekat sungai. Limbah cair industri
kelapa sawit bila dibiarkan tanpa diolah
lebih lanjut akan terbentuk amonia, hal
ini disebabkan bahan organik yang
terkandung dalam limbah cair tersebut
terurai dan membentuk amonia.
Terbentuk
amonia
ini
akan
mempengaruhi kehidupan biota air dan
dapat menimbulkan bau busuk.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui proses apa saja
yang diperlukan dalam pengolahan
limbah kelapa sawit dan untuk
mengendalikan kualitas effluent limbah
dari hasil industri kelapa sawit PT.
Socfin Indonesia agar tidak mencemari
lingkungan.
1.4 Manfaat
Sebagai bentuk evaluasi terhadap
kualitas limbah kelapa sawit yang
dihasilkan dari PT. Socfin Indonesia
agar tidak melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan dan juga sebagai bentuk
evaluasi pengolahan limbah apa saja
yang diperlukan dalam mengolah limbah
kelapa sawit.

KARAKTERISTIK LIMBAH
Limbah cair industri kelapa sawit
berasal dari unit proses pengukusan
(sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan
dari hidrosiklon. Limbah cair industri

Page 2

minyak kelapa sawit mengandung bahan


organik yang sangat tinggi, sehingga kadar
bahan pencemar akan semakin tinggi.
Gambar Diagram alir produksi IPAL

Limbah hasil Pabrik Kelapa Sawit


mengandung sisa minyak hasil dari produksi
yang tidak dapat larut dalam air karna
sifatnya yang non-polar. Dalam hal ini
minyak yang masih terikat dalam air limbah
dalam jumlah yang cukup tinggi akan dapat
mengganggu aktivitas mikroorganisme
merombak bahan organik, disamping itu
dengan adanya minyak akan membentuk
lapisan film pada permukaan air, dapat
menghambat penetrasi cahaya kedalam air
sehingga dapat mengganggu fotosintesa dan
algae. Sisa minyak (Oil Losse) yang terikat
dalam limbah cair, harus diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan,
sehingga kadar minyak dalam air dapat
berkurang.
Tabel 1. Karakteristik limbah minyak kelapa sawit
beserta baku mutunya

Parameter
BOD5
COD
TSS
pH
Minyak
lemak
Amonia
Total
(sebagai

Konsentrasi
(mg/L)
25.500
48.000
29.000
4.6
5000
-

Baku Mutu Limbah


Industri Minyak
Kelapa Sawit (KepMENLH/10/1995)
250
500
300
6-9
30
20

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dapat


dikonversi menjadi 38,69 m3 biogas.

NH3-N)
Semua dalam mg/L, kecuali pH

Limbah cair dari pabik minyak kelapa sawit


ini umumnya bersuhu tinggi 70-80oC,
berwarna kecoklatan, mengandung padatan
terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan
residu minyak.
Hasil analisis karakteristik kimia
Limbah Cair PT. Socfin Indonesia
menunjukkan bahwa limbah bersifat koloid,
kental, pH 4,6 dan mempunyai rerata
kandungan COD 25.500 mg/L; BOD 48.000
mg/L; TSS 29.000 mg/L (Tabel 1.).
Keseluruhan parameter diukur di atas
ambang baku mutu peruntukan yang telah
ditetapkan MEN LH (1995), sehingga
berpotensi sebagai pencemar lingkungan.
Tanpa adanya upaya untuk mencegah atau
mengelola secara efektif akan timbul
dampak negatif terhadap di lingkungan,
seperti timbulnya bau, pencemaran air dan
perairan umum di sekitar pabrik, dan gas
rumah kaca yang berdampak perubahan
iklim global.
Hasil penelitian parameter COD,
BOD dan parameter lainnya menunjukkan
bahwa kualitas Limbah Cair PT. Socfin
Indonesia jauh di atas baku mutu yang
diperkenankan, sehingga berpotensi menjadi
bahan pencemar apabila dibuang langsung
kelingkungan. Kisaran karakteristik Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit berfluktuasi
karena pengaruh proses produksi pabrik,
musim, dan pasca panen (Yacob et al.,
2006).
Battacharya et al. (2003) menyatakan
bahwa Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
dengan perombakan anaerob memiliki COD
lebih dari 1,5 kg/m3. Produksi 1 m3 Limbah
Cair
Pabrik
Kelapa
Sawit
dapat
3
menghasilkan 20-28 m biogas. Paepatung
(2006) menyatakan potensi produksi biogas
dapat mencapai > 35 kali lipat dari jumlah
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit atau 1 m3

Page 3

Hasil
pengukuran
sebelum
pengolahan diperoleh COD 25500 mg/L dan
BOD 48000 mg/L pada bak ekualisasi. Dan
setelah mengalami proses Pengolahan
didapatkan hasil pengukuran outlet BOD
124,95 mg/L dan COD 240 mg/L. Limbah
Cair PT. Socfin Indonesia berpotensi
sebagai bahan pencemar yang berdampak
negatif terhadap lingkungan dan perairan, di
sisi lain limbah ini secara biokimiawi
berpotensi ekonomis sehingga perlu
diupayakan peningkatan pengelolaan agar
lebih berdaya guna.

TEKNIK PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR
Dalam pengolahan limbah cair yang
dihasilkan PT. Socfin Indonesia, kami
mengunakan
beberapa
bak
untuk
mengurangi kadar BOD, COD, pH, suhu,
dan minyak lemak yaitu :
1. Bak Ekualisasi
Pada tahap ini merupakan awal proses
pengolahan air limbah kelapa sawit yaitu
sebagai tempat untuk mengumpulkan
limbah dari proses produksi. Dalam bak
ini juga terjadi proses penghomogenan
sifat limbah.
2. Bak DAF ( Dissolve Air Flotation )
Bak ini sebagai pengutipan sisa minyak
yang terikat dalam limbah cair dan
dikembalikan dalam proses pengolahan,
sehingga kadar minyak dalam air dapat
berkurang. Dalam hal ini minyak yang
masih terikat dalam air limbah dalam
jumlah yang cukup tinggi akan dapat
mengganggu aktivitas mikroorganisme
merombak bahan organik, disamping itu
dengan adanya minyak akan membentuk
lapisan film pada permukaan air, dapat

menghambat penetrasi cahaya kedalam


air
sehingga
dapat
mengganggu
fotosintesa dan algae. Cara kerja nya
adalah dengan memompakan udara
bertekanan rendah kedalam air limbah
sehingga minyak akan terapung ke atas
permukaan. Minyak yang terapung akan
dijerap dengan bantuan vakum. Effisiensi
dari bak ini untuk menghilangkan minyak
sebesar 91,9 %.
3. Bak Pendingin (Cooling Tank)
Limbah cair dari bak DAF mempunyai
karakteristik suhu yang masih relatif
tinggi yakni antara 85oC sampai 90oC
sehingga memerlukan pendinginan untuk
menurunkan suhunya menjadi 35oC
sampai 50oC yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kerja bakteri mesophilik
dalam sistem biologis. Pendinginan di
dalam bak ini selama 2 hari.
4. Bak Netralisasi
Bak
ini
berfungsi
untuk
menghomogenkan atau menetralisasi
kondisi limbah keluaran dari bak
sebelumnya. Karena sifat limbah cair
kelapa sawit umumnya bersifat asam,
maka perlu dilakukan netralisasi hingga
limbah memiliki pH 6 dengan
menambahkan kapur/kalsium karbonat
(CaCO3). Limbah cair hasil produksi
kelapa sawit ini perlu dilakukan
netralisasi untuk memaksimalkan kerja
bakteri yang ada pada proses atau bak
selanjutnya, karena bakteri bekerja
optimal pada pH 7.
5. Bak Anaerobik
Bahan organik yang telah dipecah
menjadi asam lemak, yang lebih
sederhana menghasilkan gas CH4 dan
H2O. Diperkirakan setelah air limbah
mengalami
proses
dalam
kolam
anaerobik kadar zat pencemar (BOD dan
COD) dapat turun sampai sekitar 90-

Page 4

95%, minyak dapat turun sebesar 6588%.


Di dalam bak anaerob diisi dengan
media dari bahan plastik atau kerikil
(split). Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerobik. Pada nantinya setelah
beberapa hari akan muncul pada
permukaan media filter berupa lapisan
film mikroorganisme, mikroorganisme
ini lah yang akan menguraikan zat
organik yang ada dalam limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan
media.
Pada bak anaerob dilakukan pengolahan
limbah dengan menggunakan bakteri
yang tahan terhadap panas dan metan
sebagai hasil sampingnya yaitu bakteri
methanogen. Suhu pada bak ini diatur
tinggi sedemikian rupa sehingga terjadi
proses pengolahan limbah oleh bakteri
dengan baik atau dapat juga terjadi
kenaikan suhu yang disebabkan oleh
terbentuknya gas metan pada hasil
sampingnya.. pH pada bak ini juga diatur
pada kisaran 6,5-7,5 agar bakteri dapat
bekerja lebih efektif.
Bakteri yang digunakan merupakan
komposisi bakteri probiotik aktif yang
menguntungkan dan mampu bekerja
secara sinergis pada air limbah sehingga
dapat menghasilkan kualitas air buangan
yang memenuhi baku mutu, komposisi
bakteri ini adalah :
Nitrobacter sp.
Nitrosomonas
Pseudomonas sp.
Bacillus sp.
Dalam bak anaerobik ini dihasilkan gas
bio yang akan ditampung dalam tangki
Gas Holder dan selanjutnya gas bio (gas
methan) tersebut untuk dimanfaatkan
guna keperluan proses pemanasan dalam
pabrik CPO. Lumpur aktif yang terdapat
dalam proses anaerobik disirkulasi
melalui tangki sirkulasi. Proses sirkulasi

ini dapat digunakan pula sebagai


optimalisasi proses anaerobik dan juga
untuk pengendalian jumlah lumpur dalam
tangki reaktor anaerobik
6. Bak Aerobik
Pada bak aerobik dilakukan proses
pengadukan atau dengan penghembusan
udara di sekitar permukaan limbah yang
akan diolah. Pada bak ini diisikan dengan
media kerikil atau bahan plastik berupa
polietilen, batu apung, atau bahan serat.
Sambil diaerasi atau dihembus dengan
udara sehingga mikroorganisme yang ada
akan menguraikan zat organic yang ada
dalam limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak
dengan mikroorganisme yang tersuspensi
dalam air maupun menempel pada
permukaan media yang mana hal tersebut
dapat
meningkatkan
efisiensi
pengurangan zat organik. Pada bak ini
efisiensi pengolahan limbah yang dapat
dicapai
sebesar
90-95%
untuk
mengurangi bahan organik , TSS sebesar
90%, dan minyak sebesar 92-95%.
Digunakan bakteri yang merupakan
komposisi bakteri probiotik aktif yang
menguntungkan dan mampu bekerja
secara sinergis pada air limbah sehingga
dapat menghasilkan kualitas air buangan
yang memenuhi baku mutu, bakteri ini
bersifat aerob, membutuhkan suplai
oksigen yang cukup dalam system
pengolahannya dengan menggunakan
bantuan alat aerator sesuai dengan
kapasitas air buangan. Komposisi bakteri
ini adalah :
Aerobacter sp.
Nitrobacter sp.
Nitrosomonas sp.
Bacillus sp.
Saccharomyces c.
7. Bak Sedimentasi

Page 5

Bak sedimentasi adalah tangki yang


digunakan untuk proses pemisahan antara
limbah cair hasil pengolahan dengan
lumpurnya. Jenis settling tank yang
digunakan adalah cilindrical settling tank
atau tangki berbentuk silinder. Masuknya
limbah di dalam tank ada yang masuk
dari samping dan mengikuti aliran spiral.
Sehingga dari tahap akhir ini didapatkan
limbah berupa lumpur. Lumpur yang
dihasilkan dari tangki ini kemudian
digunakan kembali untuk proses aerobik
pada bak aerobik. Sedangkan minyak
yang dihasilkan digunakan untuk
keperluan Land Application. Dimana
pada land application akan dilakukan
pemanfaatan limbah untuk kemudian
dijadikan sebagai bahan untuk menyiram
tanaman kelapa sawit kembali. Pada bak
ini TSS dapat berkurang sebesar 40-60%.
8. Proses Biologis Anaerobik-Aplikasi
Lahan (Land Application)
Proses biologis dan aplikasi lahan
adalah
salah
satu
sistem
yang
memberikan
keuntungan
dalam
penanganan limbah. Limbah yang diolah
dengan cara ini dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk. Air limbah yang langsung
keluar dari proses produksi tidak sesuai
untuk diaplikasikan ke areal tanaman
kelapa sawit, karena menimbulkan
masalah terhadap lingkungan seperti
timbulnya bau yang tajam, dll. Pada
pengolahan ini dilakukan aplikasi berupa
sprinkler dan flat bed.
8.1. Sprinkler/Teknik Penyemprotan
Limbah cair yang sudah diolah
diaplikasikan ke areal tanaman
kelapa sawit dengan penyemprotan
berputar
atau
dengan
arah
penyemprotan yang tetap. Sistem ini
dipakai untuk lahan yang datar,
untuk mengurangi aliran permukaan
dari limbah cair yang dilengkapi
dengan pompa sentrifugal yang dapat

memompakan
lumpur
dan
mengalirkannya ke areal melalu pipa
PVC diameter 3 inci.
8.2. Flatbed/Teknik Parit dan Teras
Sistem ini digunakan di lahan
berombak-bergelombang
dengan
membuat konstruksi di antara baris
pohon yang dihubungkan dengan
saluran parit yang dapat mengalirkan
limbah dari atas ke bawah dengan
kemiringan tertentu. Sistem ini
dibangun mengikuti kemiringan
tanah. Teknk aplikasi ini dapat
dibangun secara manual atau dengan
mekanis menggunakan back-hoe.
Flatbed dibangun dengan kedalaman
yang cukup dangkal. Limbah cair
yangakan diaplikasi dipompakan
melalui pipa ke atas atau ke dalam
bak distribusi. Setelah penuh lalu
dibiarkan mengalir ke bawah dan
masing-masing teras atau flatbed
diisi sampai ke tempat yang paling
rendah. Aplikasi ini tergantung pada
kecepatan alir, dan dapat dialurkan
secara simultan melalui beberapa
baris flatbed dalam areal tanaman.
Dengan teknik ini, secara periodik
lumpur yang tertinggal pada flatbed
dikuras agar tidak tertutup lumpur.
Untuk
menganalisis
berbagai
parameter dalam limbah kelapa sawit
metode yang di gunakan adalah :
Tabel 2. Parameter dalam air limbah dan Metode
Acuan

Kebutuhan oksigen Biokimia atau


BOD adalah banyaknya oksigen
yang
dibutuhkan
oleh
mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organiknya yang mudah
terurai. Bahan organik yang tidak
mudah terurai umumnya berasal dari
limbah pertanian, pertambangan dan
industri. Parameter BOD ini
merupakan salah satu parameter
yang di lakukan dalam pemantauan
parameter air, khusunya pencemaran
bahan organik yang tidak mudah
terurai. BOD menunjukkan jumlah
oksigen yang dikosumsi oleh
respirasi mikro aerob yang terdapat
dalam botol. BOD yang diinkubasi
pada suhu sekitar 20 0C selama. lima
hari, dalam keadaan tanpa cahaya
(Boyd,1998)
2. COD ( chemical oxygen demand )
Kebutuhan oksigen kimiawi atau
COD menggambarkan jumlah total
oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar
didegradasi secara biologis menjadi
CO2 dan H2O (Boyd 1998).
Prinsipnya adalah sampel di oksidasi
dengan kalium dikomat dengan
katalis AgSO4, lalu di refluks
tertutup. Sisa kromat dititar dengan
FAS menggunakan indikator ferroin.
3. TSS ( total suspended solid )
Total Suspended Solid atau
padatan tersuspensi adalah padatan
yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut, dan tidak dapat
mengendap. Padatan tersuspensi
terdiri dan partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil
dari pada sedimen, seperti bahanbahan Organik tertentu, tanah liat

1. BOD ( biological oxygen demand )

Page 6

dan lainnya. Prinsipnya adalah


dengan menghitung selisih bobot
cawan kosong dengan cawan yang
berisi sampel secara gravimetri.
4. pH
pH merupakan derajat keasaman
suatu air limbah , dimana nilai nya
menunjukan karakteristik
suatu
limbah
tersebut
.
Prinsip
pengukurannya
adalah
dengan
mencelupkan elektroda gelas pada
pH meter, dimana elektrod gelas
tersebut akan mengukur jumlah ion
H+ dalam sampel.

Dalam pengolahan limbah cair kelapa


sawit digunakan serangkaian proses
pengolahan yaitu proses ekualisasi,
DAF (dissolve air flotation), netralisasi,
anaerob, aerob, sedimentasi, dan land
application.
Dari hasil pengolahan yang telah
dilakukan , limbah cair yang dihasilkan
telah memenuhi baku mutu (KEP 51/MENLH/10/1995) sehingga dapat
dibuang ke badan air penerima (sungai)
serta digunakan kembali sebagai pupuk
(land applications)
DAFTAR PUSTAKA

5. Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak dalam contoh
diekstraksi dengan pelarut organic
dalam corong pisah dan untuk
menghilangkan air yang masih
tersisa digunakan Na2SO4 anhidrat.
Ekstrak
minyak
dan
lemak
dipisahkan dari pelarut organik
secara destilasi. Residu yang
tertinggal pada labu destilasi
ditimbang sebagai minyak dan
lemak.

Eckenfelder,, W.W., Patoczka, J.B., and


Pulliam, G.W. 1988. Anaerobic Versus
Aerobic Treatment in USA. Pergamon
Press New York.
Jurnal Ilmiah. Azwir. 2006. ANALISA
PENCEMARAN
AIR
SUNGAI
TAPUNG KIRI OLEH LIMBAH
INDUSTRI KELAPA SAWIT PT.
PEPUTRA
MASTERINDO
DI
KABUPATEN KAMPAR. Semarang :
Universitas Diponegoro
Jurnal Ilmiah. Pertus Nugro Rahardjo.
2009. STUDI BANDING
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA
SAWIT. Jakarta : Pusat Teknologi
Lingkungan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi

Tabel 3. Data Parameter Setiap Proses Pengolahan

http://tegalrejo.indonetwork.co.id/18670
25 diakses pada 9 November 2014
http://airlimbah.com/2010./08/15/pengo
lahan-aerob-vs-anaerob/ diakses pada
19 November 2014
KESIMPULAN

Page 7

http://surgapetani.blogspot.com/2012/12
/cst-clarifier-settling-tank.html?m=1
diakses pada 9 November 2014

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
456789/28021/2/Chapter%20II.pdf

Page 8

http://www.dissolvedairflotation.hydrofl
otech.com/engineering%20data/dissolve
d%20air%20flotation%20theory%20of
%20operation.html

LAMPIRAN
SALINAN
LAMPIRAN A.IV
: KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR
: KEP 51-/MENLH/10/1995
TENTANG
: BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL
: 23 OKTOBER 1995
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MINYAK SAWIT

Page 9

PERHITUNGAN

1. Bak Ekualisasi
Diketahui
: debit (Q)
: 300m3/hari
Waktu tinggal (td) : 2 hari (32 jam kerja)
t = 2 m (+0,3 m freeboard)

V = Q.T = 300m3/hari x 2 hari = 600 m3

Perhitungan volume bak


Misal : P = 2L
V=PxLxt
V = 2L x L t
V = 2L2 x t
600 m3 = 2L2 x 2 m
600 3
= 2L2
2
300m = 2L2

Page
10

L2 =

300
2

= 150

L = 150
L = 12,25 m

P = 2L
P = 2 x 12,25 m
P = 24,50 m
Pompa air limbah
Q = 300 m3/hari
Kecepatan pompa :

300 x 16 = 18,75 m3/jam

: 18,75 m3/jam x

60

= 0,3125 m3/menit

2. Bak DAF ( Dissolved Air Flotation )


Diketahui:

debit (Q)
: 300m3/hari
Waktu tinggal (td) : 1 hari (16 jam kerja)
t = 2 m (+ 0,3 m freeboard)

V = Q.T
V = 300 m3/hari x 1 hari = 300 m3
Perhitungan volume bak
V = r2 x t
300 m3 = 3,14 x r2 x 2 m
3003
r2 = 6,28
3003

r = 6,28 = 6,91 m

diameter(d) = 2 x r
2 x 6,91 m = 13,82m
Perhitungan effisiensi pengolahan
Minyak inlet = 5000 mg/L
Effisiensi = 91,9%
Maka, Minyak outlet = 5000 mg/L x 91,9% = 4595 mg/L
= 5000 mg/L 4595 mg/L = 405 mg/L

3. Bak Netralisasi
Diketahui :

debit (Q)
: 300 m3/hari
Waktu tinggal (td) : 1 hari (16 jam kerja)
t = 2 m (+ 0,3 m freeboard)

V = Q.T
V = 300 m3/hari x 1 hari= 300 m3

Page
11

Perhitungan volume bak


V = r2 x t
300m3 = 3,14 x r2 x 2m
3003
r2 = 6,28
3003

r = 6,28 = 6,91 m

diameter(d) = 2 x r
2 x 6,91m = 13,82m
Perhitungan volume NaOH yang dibutuhkan
pH inlet : 4,6
pH outlet yang diinginkan berdasarkan baku mutu : 7
untuk mengubah pH tersebut digunakan NaOH 6 N.
pH 4,6
[OH-] = 10-4,6
pH 7
[OH-] = 10-7
10-4,6 - 10-7 = 2,5018.10-5
6 - 10-7 = 5,99999
Perbandingan = 2,5018.10-5 : 5,99999.10-5
1
: 2,3983
Debit limbah = 300 m3 = 300.000 dm3
Maka ,
1
Kebutuhan NaOH = 300.000 dm3 x 2,3983 = 125088,60 dm3 NaOH / L air limbah
= 125,09 mL NaOH/ L air limbah dalam 1 hari.
Kebutuhan NaOH untuk 1 minggu = 125,09 mL/ hari x 7 hari/minggu = 875,62
mL/minggu
Perhitungan pompa dosis
=125,09 mL/ hari x 1 hari/16 jam
=7,82 mL/jam

4. Bak Anaerob
Diketahui :

debit (Q)

: 300m3/hari

Waktu tinggal (td) : 20 hari


t = 2 m (+ 0,3 m freeboard)

V = Q.T
V = 300 m3/hari x 20 hari = 6000 m3

Perhitungan volume bak


V = r2 x t
6000 m3 = 3,14 x r2 x 2 m
60003
r2 = 6,28

Page
12

60003

r = 6,28 = 30,91 m
diameter (d) = 2 x r
2 x 30,91 m = 61,82 m

Perhitungan beban BOD limbah


Beban BOD dalam air limbah

= Q x BOD
= 300 m3/hari x 25500 mg/L
= 300 m3/hari x 25500 mg/L x 1 g/1000 mg
x 1 dm3/m3
= 7,65 g/hari = 0,00765 kg/hari

Beban BOD lumpur aktif biofilter = 1 kg BOD / m3 hari


0,00765 kg/hari

Volume media yang dibutuhkan = 1 /3

= 0,00765 m3

Biogas yang dihasilkan


= 38,69 m3 x volume limbah cair
= 38,69 m3 x 300 m3 = 11607 m3
*dengan asumsi 1m3 limbah cair menghasilkan 38,69 m3 biogas
Perhitungan effisiensi
BOD inlet = 25.500 mg/L
Effisiensi = 93 %
Maka, BOD outlet = 25.500 mg/L x 93% = 23.715 mg/L
25.500 mg/L 23.715 mg/L = 1785 mg/L
COD inlet = 48.000 mg/L
Effisiensi = 95%
Maka , COD outlet = 48.000 mg/L x 95% =45.600 mg/L
48.000 mg/L 45.600 mg/L = 2400 mg/L
TSS inlet = 29.000 mg/L
Effisiensi = 80-90 %
Maka , TSS outlet = 29.000 mg/L x 85% = 24.650 mg/L
29.000 mg/L 24.650 mg/L = 4300 mg/L
Minyak inlet = 405 mg/L
Effisiensi = 65-88%
Maka, minyak outlet = 405 mg/L x 65% = 263,25 mg/L
405 mg/L 263,25 mg/L = 141,75 mg/L

5. Bak Aerob
Diketahui :

debit (Q)
: 300m3/hari
Waktu tinggal (td) : 20 hari
t = 2 m (+ 0,3 m freeboard)

V = Q.T

Page
13

V = 300 m3/hari x 20 hari = 6000 m3

Perhitungan volume bak


V = r2 x t
6000m3 = 3,14 x r2 x 2m
r2 =

6000
6,28
60003

r = 6,28 = 30,91m
diameter (d) = 2 x r
2 x 30,91 m = 61,82 m

Perhitungan beban BOD limbah


Beban BOD dalam air limbah

= Q x BOD
= 300 m3/hari x 1785 mg/L
= 300 m3/hari x 1785 mg/L x 1 g/1000 mg x
1 dm3/m3
= 5,355 g/hari = 0,005355 kg/hari

Beban BOD lumpur aktif biofilter = 0,5 kg BOD / m3 hari


0,005355 kg/hari

Volume media yang dibutuhkan = 0,5 /3

= 0,000765 m3

Perhitungan Effisiensi
BOD inlet = 1785 mg/L
Effisiensi = 93%
Maka , BOD oulet = 1785 mg/L x 93% = 1660,05 mg/L
1785 mg/L 1660,05 mg/L = 124,95 mg/L
COD inlet = 2400 mg/L
Effisiensi = 90-95%
Maka, COD outlet = 2400 mg/L x 90% = 2160 mg/L
2400 mg/L -2160 mg/L = 240 mg/L
TSS inlet = 4300 mg/L
Effisiensi = 90 %
Maka, TSS outlet = 4300 mg/L x 90% = 3870 mg/L
4300 mg/L 3870 mg/L = 430 mg/L
Minyak inlet = 141,75 mg/L
Effisiensi = 92-95%
Maka, minyak outlet = 141,75 mg/L x 92 % = 130,41 mg/L
= 141,75 mg/L 130,41 mg/L = 11,34 mg/L

6. Bak sedimentasi
Diketahui: debit (Q)
: 300m3/hari
Waktu tinggal (td) : 1 hari (16 jam kerja)
t = 2 m ( + 0,3 m freeboard)

Page
14

V = Q.T
V = 300 m3/hari x 1 hari = 300 m3
Perhitungan volume bak
Tinggi silinder = 2 m
Tinggi kerucut = 2.5 m
V = r2t + 1/3 r2t
300 m3 = r22 + 1/3 r22,5
2,5
300 m3 = ( 2 + 3 ) r2
300/(8,5/3) = r2
105,88 = r2
105,88

r=

3,14

r = 5,81 m
d = 2r = 2 x 5,81 = 11,62 m
Perhitungan effisiensi
TSS inlet = 430 mg/L
Effisiensi = 40-60 %
Maka, TSS outlet = 430 mg/L x 60% = 258 mg/L
430 mg/L 258 mg/L = 172 mg/L

Page
15

Anda mungkin juga menyukai