Anda di halaman 1dari 15

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

Dosen Pembina :

Teuku Muhammad Ashari,S.T.,M.Sc.

Disusun Oleh :

Fatria Al-Kautsar Syafri 170702083

Ghiffari Azkia Abdi 170702047

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya industri kelapa sawit yang ada, maka semakin
banyak pula limbah cair yang dihasilkan. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan limbah
cair kelapa sawit karena apabila limbah langsung dibuang ke lingkungan maka akan
berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan serta berdampak buruk juga terhadap
masyarakat disekitar industri kepala sawet..Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
pengolahan limbah dengan berbagai metode –metode sehingga dapat memberikan hasil
yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan limbah kelapa sawit ini sehingga
dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan
menggunakan metode membran berbasis kitosan,PVA,dan silika, metode
effective microorganisme guna mengurangi nilai tss dan metode
fitoremediasi menggunakan typha latifolia ?
2. Metode apa yang paling efektif untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari setiap metode yang dipakai dalam
proses pengolahan limbah cair kelapa sawit?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah :
1. Sebagai referensi tambahan bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum
dalam memahami metode pengolahan limbah kelapa sawit
2. Untuk mengetahui metode yang paling efektif dalam pengolahan limbah cair
kelapa sawit
3. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah cair kelapa sawit secara aerobik
menggunakan metode effective microorganisme,metode fitoremediasi
menggunakan typha latifolia serta metode membran berbasis kitosan, PVA,
dan silika
4. Untuk mengetahui perbandingan efektifitas metode yang dipakai dalam
pengolahan limbah kelapa sawit
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah :
1. Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai limbah sawit
2. Membantu mengetahui cara mengelola limbah sawit yang baik dan benar.
3. Memberi gambaran macam-macam metode yang dipakai dalam pengolahan
limbah sawit.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Limbah Industri Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang banyak manfaatkan buahnya
oleh industri-industri untuk menghasilkan minyak masak, minyak industri, maupun bahan
bakar. Perkembangan  industri kelapa sawit yang ada di indonesia saat ini sangatlah pesat,
dimana banyak terjadi peningkatan terhadap jumlah produksi kelapa sawit seiring dengan
meningkatnya kebutuhan pokok masyarakat. Namun,semakin banyak industri kelapa
sawet maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Adapun jenis limbah yang
dapat dihasilkan dari berbagai proses pengolahan minyak kelapa sawit ini dapat berupa
limbah padat,limbah cair dan  gas (Agustina, 2006).

2.2 Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit

2.2.1 Limbah Padat

Limbah padat yang dapat dihasilkan pada saat proses pengolah industri kelapa
sawit dapat berupa tandan  kosong, cangkang sawit,solid, serat serta tempurung. Limbah
padat tandan kosong terkadang juga  mengandung buah-buah sawit yang tidak bisa lepas
di antara celah-celah di bagian dalamnya. Kejadian ini  timbul dapat terjadi, apabila pada
saat perebusan dan bantingan pada proses awal tidak dilakukan dengan sempurna
sehingga buah akan sulit untuk proses pelepasan.  Solid berasal dari serabut  berondolan
dari sawit yang sudah mengalami proses pengolahan di pabrik kelapa sawit.Adapun Serat
merupakan hasil dari proses pemisahan fibre cyclone yang
mempunyai beberapa kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut bisa
terbentuk tergantung pada saat proses  ekstaksi di screw press serta pemisahan pada fibre
cyclone. Sedangkan tempurung  dihasilkan dari proses kernel plant yaitu shell separator
yang masih mengandung sebagian biji bulat dan inti  kelapa sawit ( Naibaho, 2003).

2.2.2 Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit
biasanya disebut Palm Oil Mills Effluent (POME). POME ini merupakan sisa dari air
buangan yang dihasilkan oleh berbagai proses yang ada didalam pengolahan industri
kelapa sawit, dimana penghasil utamanya ialah kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan
sludge separator. Saat ini, proses pengelolaan POME biasanya hanya dengan
menggunakan kolam terbuka sehingga tidak efisien dan juga tidak ramah lingkungan.
Limbah cair dari proses pengolahan industri minyak kelapa sawit biasanya memiliki suhu
yang tinggi kisaran 70-80 oC, berwarna coklat pekat, mengandung beberapa padatan
terlarut tersuspensi seperti koloid dan residu minyak, sehingga nilai Biological Oxygen
Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) akan cenderung lebih tinggi.
(Zahara,2014),
2.2.3 Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan dari proses pengolahan industri kelapa sawit dapat
berupa gas hasil pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energi serta gas metan
dan CO2 yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair. Limbah gas ini akan
menyebabkan meningkatnya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara.

Adapun pada penelitian kali ini,kami akan membahas lebih spesifik tentang
limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan industri kelapa sawit.

2.3 Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) adalah salah satu produk samping dari
pabrik minyak kelapa sawit yang berasal dari kondensat dari proses sterilisasi, air dari
proses klarifikasi, air hydrocyclone (claybath), dan air pencucian pabrik. Didalam
pengolahan industri minyak kelapa sawit, cairan yang dikeluarkan pada umumnya
diperoleh dari proses sterilisasi dan juga merupakan sisa dari proses
klarifikasi yang berada dalam jumlah besar,biasanya berasal dari proses steam dan air
panas yang digunakan pada saat proses pengolahan.Produksi minyak kelapa sawit ini
sangat memerlukan air yang sangat banyak. Satu ton minyak kelapa sawit biasanya
bisa menghasilkan 2,5 ton limbah cair yang berupa limbah organik dari input air pada
saat dilakukan proses separasi, klarifikasi dan sterilisasi.Limbah cair industri minyak
kelapa sawit ini biasanya memiliki suhu yang amat tinggi dikisaran 70-80 oC, bisa
berwarna coklat pekat, serta banyak mengandung padatan terlarut tersuspensi seperti
koloid dan residu minyak, sehingga membuat nilai Biological Oxygen Demand (BOD)
dan Chemical Oxygen Demand (COD) akan meningkat.(Zahara,2014)

Tabel 2.3 menyajikan sifat dan komponen LCPKS secara umum.

Apabila limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan industri kelapa sawit
ini langsung dibuang ke perairan,maka akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan. Jika limbah industri ini secara langsung dibuang ke perairan tanpa
pengoalahan terlebih dahulu, maka sebagian limbah akan mengendap, terurai secara
perlahan-lahan serta akan menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan
dapat merusak ekosistem yang ada diperairan. Sebelum limbah cair ini dapat dibuang ke
lingkungan,maka sudah seharusnya diolah terlebih dahulu agar limbah yang dibuang
akan sesuai dengan baku mutu limbah yang telah di tetapkan. Tabel 2.2. berikut ini
adalah baku mutu untuk limbah cair industri minyak kelapa sawit berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995.
Apabila limbah cair yang dihasilkan industri kelapa sawit ini tidak dilakukan
pengolahan terlebih dahulu dan langsung dibuang ke badan sungai maka hal ini bisa
mengakibatkan pencemaran pada lingkungan, karena baku mutu seperti COD
(Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), BOD (Biological Oxygen
Demand), minyak lemak,amoniak, dan N-Total akan melebihi ambang batas baku
mutu yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (Ahmad,2003).

2.4 Dampak Dari Pembuangan Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair industri kelapa sawit banyak sekali mengandung bahan-bahan


organik yang amat sangat tinggi, sehinggga kadar bahan pencemarnya pun akan semakin
meningkat.. Limbah cair yang berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) air buangan
kondensat (8-12 %) air hasil pengolahan (13-23 %) (Marhaini, 2010). Industri kelapa
sawit ini menghasilkan tiga jenis limbah, yaitu limbah cair, limbah padat dan gas. Di
antara limbah tersebut,yang menjadi permasalahan terbesar ialah limbah cair dikarena
jumlahnya yang begitu banyak. Kandungan bahan organik yang ada didalam air limbah
kelapa sawit sangat tinggi yaitu BOD 25.500 mg/l, dan COD 48.000 mg/l, sehingga kadar
bahan pencemarannya akan semakin tinggi. Oleh karena itu,apabila air limbah minyak
kelapa sawit yang dibuang kebadan air tidak langsung diolah maka akan mengakibatkan
terjadinya proses pembusukan di badan air penerima. Proses pembusukan ini nantinya
akan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen yang terlarut didalam air, sehingga
akan mengganggu kehidupan biodata air (Arjuna, 1990).
Limbah cair industri kelapa sawit bila dibiarkan saja tanpa dilakukannya proses
pengolahan terlebih dahulu maka limbah tersebut akan membentuk amonia, hal ini tidak
terlepas dari kandungan bahan organik yang ada didalam limbah cair kelapa sawit akan
terurai dan lama-lama akan membentuk amonia. Terbentuknya amonia ini akan
berdampak sangat buruk terhadap kehidupan biota yang ada didalam air dan juga
menimbulkan bau busuk. Oleh karena itu,perlunya dilakukan pengolahan limbah cair
kelapa sawit agar baku mutunya tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan agar
nantinya apabila dibuang ke lingkungan ,limbah cair kelapa sawit ini tidak merusak dan
mencemari lingkungan.

2.5 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit

Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit biasanya dilakukan untuk
mengolah limbah cair yang dihasilkan agar memenuhi baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain tidak berdampak pada pencemaran terhadap. Selain
itu,pengolahan diharapkan bisa juga menjadi acuan masyarakat dalam meningkatkan
kesadaran manusia akan kelestarian lingkungan. Namun, pengolahan limbah cair kelapa
sawit ini umumnya membutuhkan peralatan yang rumit atau waktu yang lama (Naibaho,
2003). Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang paling umum dilakukan ialah
dengan menggunakan unit pengumpul (fat pit) yang nantinya akan dialirkan ke deoiling
ponds (kolam pengutipan minyak) untuk diambil kembali minyaknya serta menurunkan
suhunya,setelah itu baru dialirkan ke kolam anaerobik atau aerobik dengan
memanfaatkan mikroba yang ada sebagai perombak BOD dan menetralisir keasaman
limbah cair kelapa sawit. Teknik pengolahan ini biasanya sering dilakukan karena
amat cukup sederhana dan tidak memakan biaya yang mahal. Namun teknik ini
dirasakan tidak efektif karena memerlukan lahan pengolahan limbah yang luas dan
emisi metan yang dihasilkan dari kolam-kolam tersebut merupakan masalah yang saat
ini harus ditangani. Oleh sebab itu,dal am rangka untuk mengurangi pencemaran
lingkungan akibat limbah cair kelapa sawit ini,maka sebelum dibuang ke lingkungan atau
ke badan sungai limbah ini harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu .
Adapun teknik pengolahan limbah cair kelapa sawit yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :

2.5.1 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Menggunakan Metode Membran


Berbasis kitosan, PVA, dan Silika

Membran kitosan-PVA dengan komposisi 75%:25% dan 80%:20%.


Membran ini dipakai pada limbah jumputan. Berdasarkan hasil analisa pori
memakai metode SEM membrane dengan perbandingan 75%:25% memiliki pori
yang lebih kecil dari pada membrane dengan komposisi 80%:20% yaitu berkisar
366nm-987nm.

Penambahan silika pada larutan kitosan membuat membran menjadi


porogen sehingga fluks permeak dan permeabilitas air menjadi tinggi. Permeabilitas
membran secara keseluruhan dipengaruhi tersusunnya pori pori membran. Tentang
penggunaan membrane kitosan sudah diteliti lebih awal -PVA sebagai penurun
COD dan BOD limbah cair industri kelapa sawit. Kadar kitosan dan intensitas
pengadukan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil kerja membran
komposit kitosan-PVA dalam pengaplikasian filtrasi POME.

Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya komposisi


terbaik kitosan ada pada rentang 70%-75% sementara untuk meningkatkan porogen
dapat digunakan silika dan juga PEG.

Untuk metode pengolahan ini memakai langkah-langkah uji dan


penindakan sebagai berikut:

1. perlakuan awal
2. Analisa awal
3. Sintetis membrane
4. Karakterisasi mebran
5. Uji kelayakan membrane
6. Penentuan rejeksi pada limbah cair
7. Analisa
- Penentuan nilai PH
- Analisis COD
- Analisa TDS
Hasil yang didapatkan dari pemakaian membran berbasis kitosan, PVA,
dan silika untuk mengolah limbah cair kelapa sawit disimpulkan bahwa dalam
kondisi optimum penurunan parameter didapatkan dengan memakai komposisi
kitosan : PVA:silika (70%:25%:5%). Dengan demikian membran kitosan, PVA,
dam silika baik digunakan untuk menurunkan kandungan parameter seperti COD,
BOD, TDS dan menetralkan pH pada limbah cair kelapa sawit.

2.5.2 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Menggunakan Metode Efektive


Mikroorganisms Guna Mengurangi Nilai TSS

Efektive mikroorganisms adalah perpaduan antara kultur mikroorganisms


menguntungkan dan alami (terutama bakteri potosintesis, asam laktat, ragi,
aktinomycetes dan jamur fermentasi). Mikroorganisms berikut meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil dengan cara meningkatkan
intensitas fotosintesis, membuat substansi bioaktif seperti hormone dan enzim
mengontrol penyakit dari tanah dan mempercepat dekomposisi material lignin
dalam tanah.

Untuk mengaktifkan efektivitas mikroorganisms untuk dapat diaplikasikan adalah


sebagai berikut:

1. air dipanaskan sebanyak 4 liter dan meleburkan 100 gram gula aren dalam air
2. mendiangkan campuran air dan gula hingga mencapai suhu ruang (kamar)
3. menambahkan 40 ml efektive mikroorganisms ke dalam campuran gula dan air
4. menutup campuran tersebut dengan rapat dan menyimpanya dalam ruang sejuk
dan gelap selama 72 jam

Untuk pelaksanaan pengaplikasian efektive microorganisms ini adalah sebagai


berikut:

1. memasukkan 2 liter campuran bakteri ke dalam tangki


2. menambahkan 2 liter campuran limbah dan air dengan perbandingan 1:4 ke
dalam tangka
3. menghidupkan pengaduf dengan kecepatan putaran sebesar 10 rpm pada
tangka pertama dan 20 rpm pada tangka kedua
4. HRT awal diawali dengan 40 hari
5. Demikian Seterusnya hinggga mencapai target HRT 10 hari
Hasil yang didapatkan dari pemakaian metode aerobic menggunakan efektive
mikrooorganisms adalah nilai TSS paada limbah yang ditindak dengan
mengggunakan metode EM jauh lebih rendah dari pada tidak menggunakan metode
EM.

2.5.3 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Menggunakan Metode


Fitoremediasi Dengan Menggunakan Tanaman typha latifolia

Fito remediasi Adalah teknologi perbaikan dengan memakai tanaman agen


pembasmi atau memperbaiki kondisi tanah, dan badan air dari kontaminan
perusaknya. Metode fitoremediasi pada saat sekarang sangat populer, hal ini
dikarenakan metode fito remediasi memiliki beberapa keunggulan, diantaranya
secara financial metode ini relative lebih murah bila di banddingkan dengan
metode konvensional lainnya.

Tumbuhan Typha (cattails) merupakan tanamn yang biasanya tubuh di


lahan basah yang memiliki banyak kegunaan, Berdasarkan laporan kajian FAO
(Food and Agriculture Organization, 2007), tentang sistem pengolahan limbah,
bahwa thypha latifolia berpotensi mengolah limbah buangan industri. thypha
latifolia mampu mereduksi kandungan logam, menurunkan beban BOD, COD,
limbah cair.

Hasil yang didapatkan dari pemakaian metode fitoremediasi dengan agen


tanaman typha latifolia terhadap limbah cair kelapa sawit menghasilkan limbah
cair yang memenuhi bakumutu limbah cair kelapa sawit berdasarkan keputusan
Menteri lingkungan hidup Nomor 51 tahun 1995, Dan untuk pengaplikasian
metode ini sangat cocok digunakan sebagai salah satu alternative pengolahan
limbah cair kelapa sawit.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) adalah salah satu produk samping
dari pabrik minyak kelapa sawit yang berasal dari kondensat dari proses
sterilisasi, air dari proses klarifikasi, air hydrocyclone (claybath), dan air
pencucian pabrik.
2. Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit dilakukan untuk mengolah
limbah cair yang dihasilkan agar memenuhi baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain tidak berdampak pada pencemaran terhadap
lingkungan.
3. Pengolahan limbah cair kelapa sawit bisa dilakukan dengan berbagai metode
yaitu metode fitoremediasi menggunakan typha latifolia, Metode Efektivitas
Mikroorganisme Guna Mengurangi Nilai TSS dan Metode Membran Berbasis
kitosan, PVA, dan Silika.
4. Metode yang paling efektif digunakan ialah metode fitoremediasi menggunakan
tanaman typha latifolia, hal ini dikarenakan metode ini sudah menghasilkan
limbah cair yang layak buang berdasarkan ambang batas limnbah cair yang telah
dikeluarkan berbentuk keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomo 51 tahun
1995 dengan pemakaian biaya yang minim (ekonomis) sehingga dapat dikatakn
bahwa pemakaian metode ini murah dan juga memiliki hasil yang maksimal.
3.2 Saran

Setiap perusahaan atau industri khususnya industri kelapa sawit yang


menghasilkan limbah khususnya limbah cair agar menerapkan pengolahan yang
semestinya, agar nantinya limbah yang dibuang sudah sesuai kriteria layak buang
berdasarkan peraturan yang saudah ada. dengan menerapkan pengolahan yang baik dan
juga tepat terhadap limbah maka kita sudah berdedikasi untuk ikut andil dalam
menciptakan lapangan kerja ungtuk masyarakat (dari segi ekonomi) dan juga
melestarikan lingkungan agar tetap baik dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2006. Land Aplication sebagai alternative 3R pada industri kelapa sawit.
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia, Jakarta.

Ahmad,P.Dongoran.2003. Pestisida diPerkebunan Kelapa Sawit.Ppks.Medan.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995.

Naibaho,M.2003.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.Medan

Zahara,Intan.2014. Pengaruh Pengadukan Terhadap Produksi Biogas pada Proses


Metanogenesis Baku Limbah Cair Kelapa Sawit. Skripsi.Jurusan Teknik
Kimia,Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai