Anda di halaman 1dari 2

REVIEW JURNAL

JURNAL K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)


Judul : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PT. TRAKINDO
UTAMA)

Jurnal : Jurnal Sipil Statik

vol dan hal : Volume 1 Nomor 6


tahun : 2013
penulis : Bobby Rocky Kani, R. J. M. Mandagi, J. P. Rantung, G. Y. Malingkas
reviewer : Fatria Al-Kautsar Syafri
tanggal : 10 Juli 2019

Abstrak:

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Sektor jasa
konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping
sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga
kerja disektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% diantaranya hanya
mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga
kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.
Di dalam penelitian ini, perencanaan K3 dibuat berdasarkan pedoman/standar OHSAS 18001
juga sesuai dengan peraturan dan standar teknik terkait konstruksi di Indonesia bahkan juga
menurut undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pada penelitian ini peneliti langsung mengadakan survey di lapangan untuk mengidentifikasi
mengenai risiko K3, kemudian langsung memberikan penilaian tentang risiko-risiko K3 yang
terjadi di lapangan, serta mempelajari bagaimana tindakan penanganan yang baik terhadap risiko
K3 pada kegiatan proyek pembangunan PT. Trakindo Utama.
Dari hasil penelitian didapat bahwa masih banyak tenaga kerja yang tidak mengetahui tentang
K3. Apa yang dimaksud dengan K3, bagaimana cara penerapan K3, dan lain-lain sebagainya. Ini
menunjukkan bahwa masih kurangnya perhatian ataupun komitmen dari perusahaan kontraktor
untuk melaksanakan program K3 dengan baik.

A. Pembahasan
Pada penelitian ini pembahasan mengenai Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja pada pelaksanaan proyek konstruksi (studi kasus : proyek PT. Trakindo Utama)
menghasilakan berbagai macam hasil, di sebutkan bahwa perencanaan K3 harus di mulai
dengan berbagagi aspek awal peencanaan pada umumnya yaitu; idrntifikasi bahaya,
penilaian resiko, dan penentuan aspak yang dipakai untuk pengendalian yang tepat
sasaran. Untuk melaksanakan aspek – aspek tersebut system manajemen k3 yang
dilaksanakan harus mengacu dan mempertimbangkan persyaran perundangan yang
berkaitan sengan K3 yang sudah ditentukan dan berlaku bagi semua organisasi pada
umumnya, selain itu, harus juga memperhatikan pedomain lainnya seperti standar yang
sudah di tetapkan, koda, dan juga pedoman perusahaan hyang terkait atau yang sudah
umum di pakai di berbagai perusahaan sejenis.

Untuk pekerjaan penggalian, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan, yaitu,
(1). Pengujian kualitas tanah oleh orang yang ahli dibidang tersebut, hal ini ditujukan
untuk berbagai macam karakteristik dan juga untuk ketepatan pemakaian alat, jika
pengujian sudah mendapatkan hasil maka akan di sesuaikan alat yang dipakai dengan
hasil uji tersebut, aelain itu proses ini juga diperlukan untuk mengetahui tingkat
kestabilan tanah, dengan diketahuinya kadar kestabilan tersebut maka akan mengurangi
terjadinya kecelekaan kerja yang terjadi,
(2). Sebelum pekerjaan dimulai, pada setiap galian harus dilakukan pemeriksaan segala
instalasi yang terdapat yang terdapat di bawah tanah pada umumnya. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir kecelakaan kerja yang berkaitan dengan kesalahan yang terjadi
akibat instalasi – instalasi yang terdapat di bawah tanah, seperti, kebocoran saluran
pembuangan, kebocoran pipa gas, terbukanya penghantar listrik yangpada semuanya itu
dapat menimbukkan bahaya dan mengancam keselamatan para pekerja.
(3), (4), dan (5). Untuk lebih ekstra dalam mencegah terjadinya kecelakaaan kerja,
sebelum di lakukan tindakan, saluran yang terdapat di bawah tanah seperti listrik, air, gas,
di pindahkan terlebih dahulu. apabila tidak bisa dipindahkan maka bisa dengan di pagari,
di tarik ke atas, atau di lindungi. Dan bila perlu untuk lebih hati hati lagi bias dilakukan
pembersihan pohon dan batu-batu serta rintangan lainnya yang dapat mengganggu proses
pekerjaan. Hal ini bertujuan uyntuk leih meminimalisir kecelakaan kerja yang terjadi.

Untuk pekerjaan pondasi, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan, yaitu,
(1) Mesin pemancang (pile divers) harus ditumpu oleh dasar yang kuat seperti balok kayu
yang berat, bantalan beton atau pondasi penguat lainnya. (2) Bila perlu untuk mencegah
bahaya, mesin pemancang harus diberi tali atau rantai penguat secukupnya. (3) Mesin
pemancang tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik. (4) Bila 2 buah mesin
pemancang digunakan pada satu tempat, maka jarak antara mesin-mesin tersebut tidak
boleh kurang dari panjang kakinya yang terpanjang. (5) Fasilitas untuk mencapai lantai
kerja (platform) dan roda penggerak (pulley) pada ujung atas harus berupa tangga yang
memenuhi persyaratan. (6) Lantai kerja dan tempat kerja operatornya harus terlindungi
dari cuaca. (7) Kerekan pada mesin pancang harus sesuai dengan persyaratan. (8) Bila
pemancangan harus dilakukan miring a) Harus diberi pengimbangan yang sesuai.
b) Instrumen yang dimiringkan harus dilin-dungi terhadap kemungkinan tergelincir.
(9) Saluran uap atau udara yang terbuat dari pipa baja atau semacamnya. (10) Sambungan
pipa (hose) harus diikat dengan tali atau rantai. Poin – poin di atas hendaknya harus
diikiuti, dengan mengikuti prosedur tersebut mergin terjadinya kecelakaan yang
membahayakan keselamatan pekerja akan semakin minim.

Untuk aspek pengecoran beton, prosedur prosedur yang tersebut bertujuan juga nuk
memiminimalisir terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekrja dan juga
bangunan yang nantinya juga akan membahayakan para pengguna hasil proyek
gtersebut.

Anda mungkin juga menyukai