Dibuat oleh :
Mukhammad Kharis (17513312)
Mata Kuliah :
Teknik Keselamatan Kerja (UAS)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KADIRI
BAB I
PENDAHULUAN
Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri konstruksi.
Menurut buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh meliputi : pembuatan
landasan untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi
pinggiran . Perlindungan juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk jatuh ke
peralatan berbahaya.
Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak seorangpun
diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah peralatan loading, semua
pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping itu ada ketidak disiplinan dalam
pemakaian pelindung kepala.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN K3
K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup familiar dalam
dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3 sebenarnya. Berikut
adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International Labour Organization) dan
beberapa ahli :
Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental
dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.
2. Mangkunegara (2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
3. Suma’mur (2001)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman
dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
4. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
4. Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
1. Physical Hazards
2. Chemical Hazards
3. Electrical Hazards
4. Mechanical Hazards
5. Physiological Hazards
6. Biological Hazards
7. Ergonomic
PEMBAHASAN
K3 dalam proyek konstruksi meliputi safety engineering > construction safety > personl
safety.
1. Faktor manusia
Penyebab :
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda, Pengetahuan tentang keselamatan
rendah.
2. Faktor Teknis
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat berat,
penggalian, pembangunan, pengangkutan dsb. Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja
yang tidak memenuhi standar keselamatan (substandards condition).
Material dalam kondisi tertentu bisa membahayakan pekerja. Untuk itu diperlukan
penanganan yang baik. Meliputi mobilisasi bahan dan cara penyimpanan material.
4. Peralatan kerja / Equipments
Penempatan peralatan kerja yang tidak diatur dengan baik bisa menimbulkan kecelakaan
kerja sehingga produktifitas kerja terganggu.
Identification
5. Evaluasi
Risk Assessment.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu pekerjaan yang akan diserahkan kepada
kontraktor. Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan kemampuan kontraktor menjalankan
pekerjaan dengan setiap proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya proyek bangunan
bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik dsb. Lakukan identifikasi potensi bahaya dalam
kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut area atau
bidang kegiatan masing-masing.
Adakan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan
Hazards Rating. Susun Risk Rating dari semua kegiatan konstruksi yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil Identifikasi dan Evaluasi susun rencana pengendalian dan pencegahan
kecelakaan. Terapkan konsep Manajemen Keselamatan Kerja yang baku.
7. Implementation
Susun Program Implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan (buat dalam
bentuk elemen kegiatan).
Skala Proyek
Lokasi Kegiatan
Rencana kerja yang telah disusun implementasikan dengan baik. Sediakan sumberdaya yang
diperlukan untuk menjalankan program K3. Susun Kebijakan K3 terpadu.
8. Monitoring
Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3 dalam perusahaan. Susun sistem audit dan
inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan.
Kebijakan K3
Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk tugas dan
wewenang semua unsur terkait.
Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang besarnya sesuai dengan
kebutuhan dan lingkup kegiatan. Organisasi K3 harus memiliki akses kepada penanggung
jawab projek. Kontraktor harus memiliki personel yang cukup yang bertanggung jawab
mengelola kegiatan K3 dalam perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam menangani
setiap jenis pekerjaan serta mengetahui sistem cara kerja aman untuk masing-masing
kegiatan.
Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan perizinan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai dasar kebijakan K3 dalam
perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak
yang akan dikerjakannya.
Identifikasi bahaya
Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
Design Phase
Procurement
Konstruksi
Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level terendah sampai level tertinggi.
Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
Kebijakan K3 proyek
Promosi K3
Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan berbahaya dilingkungan proyek
misalnya :
Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya, perlu dikembangkan sistem
izin kerja. Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah memiliki izin kerja
yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang (pengawas proyek atau K3). Izin Kerja memuat cara
melakukan pekerjaan, safety precaution dan peralatan keselamatan yang diperlukan
Safety Inspection
Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa tidak ada
“unsafe act dan unsafe Condition” dilingkungan proyek. Inspeksi dilakukan secara berkala.
Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection semua unsur dan Sub
Kontraktor
Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya sebelum
diizinkan digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan label
khusus. Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
Contractor Safety
Latar Belakang : Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan sebagai mitra yang
membantu kegiatan operasi perusahaan
Kontraktor Konstruksi
Latar Belakang :
Latar Belakang
Kegiatan Kontraktor harus dikelola dengan baik untuk menjamin keselamatan dalam setiap
kegiatan kerja kontraktor yang dapat membahayakan operasi perusahaan. Perusahaan harus
menerapkan Contractor Safety Management System (CSMS).
CSMS
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di
lingkungan perusahaan. CSMS merupakan sistem komprehensif dalam pengelolaan
kontraktor sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan. Tujuan CSMS :
Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat aktivitas kerja
kontraktor
Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat
kerjanya (termasuk kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).
Undang undang Perlindungan Konsumen
Keselamatan Transportasi
Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi. Pembinaan dan Pengawasan
transportasi diluar dan didalam lokasi Proyek. Semua kendaraan angkutan Proyek harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Pengelolaan Lingkungan
Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik mengacu
dokumen Amdal/UKL dan UPL. Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan.
Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk. Limbah
harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya. Limbah harus segera dikeluarkan dari
lokasi proyek.
Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya proyek
misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb. SOP Darurat harus disosialisasikan
dan dilatih kepada semua pekerja
Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang terlatih
dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta statistik kecelakaan
digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.
Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek. Audit K3 berfungsi
untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan
pelaksanaan proyek berikutnya. Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.
4. Ketentuan administrasi K3
5. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi, yaitu :
Kami berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan
kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari
resiko kecelakaan.
Kami menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang
akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja.
Kami turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut
dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
Kami memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan keahlian,
umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
Sebelum pekerjaan dimulai Kami menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi
petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan- papan pengumuman,
papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang
perlu.
Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan
cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang
dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan
konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full- time)
untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit
struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia
jasa.
2. Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala
hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek.
Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja
sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait
dengan K3, dimana :
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Instansi yang terkait.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing- masing
dan
2. Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat
sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama
pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi,
dimana :
1. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
2. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-
alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
3. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK,
ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.
4. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan
nama orang yang bertugas dan lain-lain.
5. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat
segera dihubungi dalam keadaan darurat.
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak
dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya
suatu pekerjaan konstruksi. Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan
yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Kami
harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar, oleh karena itu baik Kamidan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-
prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan,
pelaksanaan dan pengawasannya.
6. Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan,
Kami berusaha mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
Lampu / penerangan
1. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat- alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada
gang-gang.
3. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
Ventilasi
1. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
2. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya
tersebut di atas.
Kebersihan
1. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
2. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
3. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
4. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat dilakukan
pencegahan sebagai berikut :
Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja telah dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran.
Alat pemadam kebakaran, telah diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus
selalu dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat
sebagai berikut :
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
2. di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan api.
Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan- kerusakan teknis.
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian)
untuk program keselamatan kerja.
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan
dan memberikan dukungan yang positif.
Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang
erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi
kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya
dengan cara
1. Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan
perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
2. Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang pari
pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”)
kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan
bidang konstruksi dengan :
Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian
membiarkannya begitu saja.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan
kerja dengan cara berikut ini :
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur dengan berbagai
aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam pekerjaan kosntruksi agar
pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga
telah memberikan langkah-langkah dalam mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan
dalam proyek kosntruksi.
4.2 SARAN
Untuk kelancaran pekerjaan konstruksi, perlu adanya penerapan prosedur K3 dalam setiap
pekerjaan kosntruksi.