Anda di halaman 1dari 20

Nama : M Saefudin Khamid

NIM : R0220067
Kelas : B

TUGAS 1 SEJARAH HIGIENE INDUSTRI DAN REGULASI HIGIENE INDUSTRI


SEJARAH HIGIENE INDUSTRI

Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM) membuat tulisan tentang
penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini
merupakan tulisan pertama dalam bidang kedokteran kerja (occupational medicine). Pada awal abad
pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder) menulis bahwa ”sedikit penambang
menyelimuti mukanya dengan loose bladder (kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang),
yang memungkinkan mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya”. Dari tulisannya
tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi
adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana sebagian pekerja telah berusaha
melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose
bladder.
Pada tahun 1473, Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala akibat
keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan beberapa saran bagaimana cara
mencegah keracunan tersebut. Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re
Metallica menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan penyulingan, tidak
ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit dan
celaka tersebut adalah ventilasi. Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari
Paracelsus, pada tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai penjelasan
tentang keracunan merkuri. Pada abad ke – 17 (1633-1714), bernadinne ramzz yang di kenal sebagai
bapak hiperkes (higiene perusahaan kesehatan kerja), di dalam bukunya yang berjudul: De Morbis
Artrificum Diatriba menguraikan tentang jenis penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kerja.
Dengan adanya persoalan ini ramzzini memperjelaskan bahwa penyakit yang timbul adalah sebagai
akibat kerja. Disamping itu juga dia juga menjelaskan tentang cara – cara menegakkan diagnosa PAK.
Pada abad ke 18 dengan terjadinya revolusi industry di inggris, dimana pada saat itu dimulai di temukan
cara –cara berproduksi baru, yaitu ditemukan mesin –mesin baru untuk industri tektil, seperti mesin
pintal,mesin tenun, juga generator dan mesin pengangkutan sehingga proses produksi dapat
dilaksanakan dengan cepat. Akibat yang di timbulkan adalah debu kapas yang dihasilkan oleh proses
sangat besar dan mencemari udara lingkungan kerja dengan kadar yang cukup tinggi. Lebih lanjut
adalah banyak tenaga kerja yang menderita gangguan saluran pernapasan. Dan keadaan ini membuat
menjadi tantangan bagi kesehatan kerja, sehingga saat itu juga telah terjadi perkembangan kemajuan di
dunia kesehatan kerja (kedokteran kerja).
higiene industri terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu hingga pada tahun 1920 di
Australia dibentuk "Australian Industrial Hygiene Division". Di Amerika Serikat, pada tahun 1938
dibentuk National Conference of Governmental Industrial Hygienist (NCGIH) yang kemudian berubah
nama menjadi American Conference of Governmental In
Di Indonesia sendiri sejarah mengenai higiene industri sudah ada sejak masa kolonial belanda yaitu
pada tahun 1930 dengan dikeluarkannya mijn politie reglement dan selanjutnya setelah masa
penjajahan, dibentuklah hiperkes (Higiene pekerja dan kesehatan) pada tahun 1968 yang disusuldengan
dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970.
Perkembangan ini juga yang menyebabkan higene industry berkembang pesat pula, terutama dalam
upaya pencegahan pencemaran udara di lingkungan kerja suatu industry. Higene Industri merupakan
ilmu dan seni yang mampu mengatisipasi, mengenal,mengevaluasi dan mengendalikan faktor –faktor
bahaya yang timbul di dalam lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan dan kesejahteraaan atau ketidaknyamanan dan ketidak effisienan kepada masyarakat yang
berada di lingkungan kerja maupun kepada masyarakat yang berada di luar industri. ( sumber akan
dicari) Tujuan higene industri adalah memberikan perlindungan terhadap kesehatan tenaga kerja melalui
pendekatan secara teknis terhadap efek samping penerapan teknologi proses produksi, agar tercipta
lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga terwujudnya tenaga kerja yang
sehat,selamat,sejahtera dan mampu bekerja produktif dan effisien.
Ruang lingkup higiene industry atau aktifitas higiene industry akan mencakup hal-hal sebagai berikut :
• Antisipasi
• Rekognisi
• Evaluasi
Pengendalian Prinsip Dasar penerapan Higiene Industri. Untuk penerapan higiene industri di tempat
kerja suatu industry akan di perlukan pemahaman terhadap 3 prinsip dasar yaitu:
• Pengenalan terhadap bahaya faktor – faktor lingkungan kerja
• Penilaian / evauasi terhadap bahaya faktor – faktor lingkungan kerja
• Pengendalian terhadap bahaya faktor – faktor lingkungan kerja

REGULASI HIGIENE INDUSTRI


Ada enam UU dan permenaker yang terkait dengan Industrial Hygiene:
a. UU 11 tahun 1962 mengatur mengenai hygiene untuk usaha umum dan usaha
pemerintah dalam pendidikan, bimbingan, pengawasan da, pemeriksaan hygiene
lingkungan, hasil produksi dan penggunaan alat yang dapat membahayakan
kesehatan.
b. UU 2 tahun 1966 mengatur usaha pemerintah dalam UU 11 tahun 1962
c. UU 14 tahun 1969 mengatur mengenai pembinaan perlindungan kerja melalui
norma kesehatan dan hygiene perusahaan
d. UU 1 tahun 1970 mengatur mengenai keselamatan kerja dengan hygiene sebagai
salah satu persyaratannya
e. UU 13 tahun 2003 mengatur mengenai hak pekerja untuk perlindungan atas K3
dan kewajiban perusahaan menerapkan SMK3
f. UU 36 tahun 2009 mengatur mengenai upaya pengelolaan kesehatan kerja dan
lingkungan
g. Permenaker No 5 Tahun 2018 tentang K3 dilingkungan kerja
TUGAS 2 HASIL DISKUSI KELOMPOK TENTANG UU NO 1 TAHUN 1970 DAN
PERMENAKER NO 5 TAHUN 2018
PENUGASAN 3 PENGANTAR HIGIENE INDUSTRI
HASIL DISKUSI KELOMPOK TENTANG ISI UU NO. 1 TAHUN 1970 DAN
PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018

I. IDENTITAS DISKUSI
a. Nama diskusi : Higiene Industri
b. Hari/tanggal : Selasa 6 Oktober 2020
c. Waktu : 14.40-16.20 WIB
d. Ketua diskusi : LINGGA PURBO W.P. (R0220066)
e. Anggota diskusi :
1. M. IHSAN (R0220060)
2. INDRIANA HANI DAMAYANTI (R0220061)
3. ISABEL DIVA PRAMESTIKA (R0220062)
4. KHARISMA SHINTA DEWI (R0220063)
5. LILA HERYANI HARAHAP (R0220065)
6. M. SAEFUDIN KHAMID (R0220067)
7. M. FAZA IMADUDDIEN (R0220068)
8. MADA TATSBITA ARDHANI (R0220069)

II. TOPIK DISKUSI


Membahas materi tentang Undang-undang No. 1 Tahun 1970 dan Peraturan Menteri No.
5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja dengan
point-point :
1. Faktor bahaya
2. Identifikasi
3. Pengukuran
4. Penilaian
5. Pengendalian

III. RINGKASAN JALANNYA DISKUSI


A. Faktor Bahaya
1. Faktor Bahaya Menurut UU No. 1 Tahun 1970
Tentang Faktor bahaya menurut UU No. 1 Tahun 1970 terdapat pada Bab 2 Pasal 2.
Dalam UU tersebut terdapat lima faktor bahaya. Berikut adalah isi kelima faktor
tersebut
a. Faktor biologis seperti jamur, virus bakteri dan taman.
b. Faktor kedua adalah faktor kimia seperti bahan/material, bahan-bahan beracun,
dan bahan-bahan reaktif.
c. Faktor Ketiga adalah faktor fisik seperti ketinggian, kontruksi, dan tekanan.
d. Faktor keempat adalah faktor biomekanik seperti gerakan yang berulang-ulang,
dan postur.
e. Faktor kelima adalah faktor Sosio-biologis seperti stress, kekerasan dan
pelecehan dalam pekerjaan

2. Faktor Bahaya Menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018


Tentang faktor bahaya menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 terdapat pada
Bab 1 pasal 1 ayat 11, 12 ,13 ,14, 15.
a. Faktor Fisika : disebabkan oleh penggunaan mesin
b. Faktor Biologi : disebabkan oleh makhluk hidup
c. Faktor Argonomi : disebabkan karena adanya ketidak sesuaian fasilitas
kerja meliputi cara kerja dan posisi kerja
d. Faktor Psikologi : Hubungan antar personal di tempat kerja

B. Identifikasi Bahaya
Identifikasi dari faktor bahaya menurut UU No. 1 Tahun 1970 terdapat pada pasal 3,
4, 9 dan Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 terdapat pada pasal 1,5,6.
Identifikasi bahaya yang terdapat pada kedua dasar hukum adalah tentang syarat-
syarat keselamatan kerja. Identifikasinya meliputi menyesuaikan dan
menyempurnakan pengamanan pada perkerjaan yang intensitas kecelakaannya
tinggi, kemudian mengatur tentang Nilai Ambang Batas (NAB) standar faktor-faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu yang
dapat diterima pekerja.

C. Pengukuran
1. Pengukuran menurut UU No. 1 Tahun 1970
Pengukuran menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang tujuan pengukuran terdapat
pada pasal 5,6,7,8. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui jenis bahaya
secara spesifik, sumber bahaya, dan area-area kerja yang beresiko.
2. Pengukuran NAB menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018
Penialaian ambang batas menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 terdapat
pada pasal 1 ayat 7 dan pasal 65. Terdapat 3 jenis Nilai Ambang Batas (NAB).
Yang pertama NAB rata-rata tertimbang waktu paparan zat kimia di udara pada
tempat kerja, NAB kadar tertinggi yang diperkenankan dalam tempat kerja, dan
NAB paparan singkat pada pekerja yang diperkenankan.

D. Penilaian
1. Penilaian menurut UU No. 1 Tahun 1970
Penilaian menurut UU No. 1 Tahun 1970 terdapat pada pasal 25, 26, 27, 28. Pada
UU tersebut disebutkan bahwa kriteria Audit SMK3 meliputi kategori kritikal,
kategori mayor, dan kategori minor.
2. Penilaian menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018
Penilaian menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018. Penilaian terhadap suatu
objek pengawasan ketenaga kerjaan. Penguji K3 adalah PNS yang diberikan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan
pengujian K3 dan kompetensi K3.

E. Pengendalian
1. Pengendalian menurut UU No. 1 Tahun 1970
pengendalian menurut UU No. 1 Tahun 1970 terdapat pada pasal 8 ayat 1 dan 2,
pasal 9 ayat 1 dan 3, dan pasal 14 . Dalam UU tersebut pengurus wajib
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik dari tenaga
kerja secara berkala terhadap dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan
oleh direktur

2. Pengendalian menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018


Dalam peraturan tersebut, pada pasal 7 ayat 1 pengendalian lingkungan kerja
sebagaimana pasal 5 ayar 2 huruf a, b, dan f dilakukan agar tingkat pajanan faktor
fisika dan faktor kimia berada di bawah NAB.
Pertanyaan-pertanyaan
1. Kenapa Identifikasi harus diklasifikasikan ke dalam beberapa unsur?
Jawab : Indentifikasi harus diklasifikasikan ke dalam beberapa unsur agar tidak
membingungkan dalam membedakan berbagai identifikasi tersebut
2. Apa yang dirubah dalam hal penilaian antara UU No. 1 Tahun 1970 dan Peraturan
Menteri No. 5 Tahun 2018?
Perubahan yang ada dari UU ke Peraturan Menteri adalah tentang pengendalian pada
faktor fisika

IV. KESIMPULAN HASIL DISKUSI


Kesimpulan dari hasil diskusi yang telah diadakan adalah faktor bahaya terdiri
dari faktor biologis, kimia, fisika, biomekanik, sosio-biologis. Ergonomi, dan
psikologis. Identifikasi dibagi ke beberapa unsur agar tidak membingungkan dalam
membedakannya. Pengukuran melalui NAB, NAB terdiri dari 3 jenis yaitu NAB rata-
rata tertimbang waktu zat kimia di tempat kerja. NAB kadar tertinggi yang
diperkenankan, dan NAB paparan singkat yang dipaparkan. Penilaian yang menilai atau
menguji K3 adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh untuk melakukan kegiatan pengujian K3 dan kompetensi K3. Terakhir yaitu
tentang pengendalian, maksudnya adalah pengurus wajib memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja secara berkala terhadap
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
TUGAS 3 PENYAKIT AKIBAT KERJA DARI BERBAGAI FAKTOR

PENUGASAN PENGANTAR HIGIENE INDUSTRI


PENYAKIT AKIBAT KERJA BERDASARKAN BERBAGAI FAKTOR

Disusun Oleh Kelompok 3


Nama Anggota Kelompok :
1. Ihsan (R0220060)
2. Indriana Hani Damayanti (R0220061)
3. Isabel Diva Pramestika (R0220062)
4. Kharisma Shinta Dewi (R0220063)
5. Lila Heryani Harahap (R0220065)
6. Lingga Purbo Wahyu Pamungkas (R0220066)
7. M.Saefudin Khamid (R0220067)
8. Muhammad Faza Imaduddien (R0220068)
9. Mada Tatsbita Ardhani (R0220069)
Kelas/Semester : D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja B / Semester 1
Dosen Pengampu : Tutug Bolet Atmojo, SKM, M.Kes
Berikut golongan penyebab penyakit akibat kerja yang mesti diwaspadai :
A. FAKTOR FISIK
Penyebab penyakit akibat kerja yang termasuk golongan fisik, di antaranya yakni :
1. Suara yang biasa menyebabkan pekak atau tuli. Banyak orang mengalami penurunan
pendengaran setelah mendengar suara keras, seperti saat setelah bekerja dengan peralatan
yang bising. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh hal ini, sering kali bersifat
sementara dan akan hilang dalam beberapa waktu.Namun jika gangguan pendengaran ini
berlanjut dapat menyebabkan masalah yang permanen. Biasanya trauma akustik
permanen akan menyebabkan gangguan pendengaran dalam frekuensi yang relatif sempit
sekitar empat kiloHertz (kHz). Berarti orang dengan masalah pendengaran seperti ini
sulit untuk mendengar dalam rentang frekuensi nada tinggi.
2. Radiasi yang bisa berupa radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi pengion,
misalnya berasal dari bahan-bahan radioaktif yang dapat menyebabkan penyakit seperti
sistem darah dan kulit. Sedangkan radiasi non-pengion, misalnya radiasi
elektromagnetik yang berasal dari peralatan yang menggunakan listrik. Radiasi sinar
inframerah bisa mengakibatkan katarak pada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet
(UV) menjadi penyebab conjungctivitis photo-electrica,berarti peradangan yang
disebabkan oleh sinar UV fotolistrik. Ini adalah jenis keratitis ultraviolet . Paparan UV
tersebut dapat disebabkan oleh pengelasan busur tanpa mengenakan kaca mata
pelindung, atau oleh paparan ketinggian dari sinar matahari yang dipantulkan dari salju
"buta salju". Peradangan hanya akan muncul setelah sekitar 6 hingga 12 jam. Dapat
diobati dengan istirahat, karena peradangan biasanya sembuh setelah 24-48 jam.
Pelindung mata yang tepat harus dipakai untuk mencegah keratoconjunctivitis
photoelectrica.
3. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke heat yaitu merupakan suatu
kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai lebih dari 40 derajat atau lebih.
Hal ini biasanya disebabkan : Kenaikan suhu lingkungan, Aktivitas yang berlebihan
sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh. Memakai pakaian yang terlalu tebal dan
berlebihan sehingga menganggu pengeluaran keringat, sedangkan suhu-suhu yang
rendah dapat menimbulkan frostbite yaitu kondisi di mana jaringan tubuh membeku dan
rusak oleh paparan suhu rendah. Frostbite adalah kondisi yang sering disebut juga
sebagai radang dingin dan umumnya terjadi pada tangan, kaki, hidung, dan telinga.
Frostbite bisa menjadi luka yang sangat serius. Penyakit ini dapat memakan
waktu beberapa minggu untuk pulih. Pasien dapat kehilangan kulit, jari, dan kaki serta
cacat dan berubah warna pada kulit. Frostbite bisa berkembang menjadi hipotermia.
4. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease yaitu suatu kumpulan gejala yang
disebabkan terbentuknya gelembung udara ke dalam darah atau jaringan selama atau
setelah terjadinya penurunan tekanan pada lingkungan.
5. Penerangan lampu yang kurang baik bisa menyebabkan kelainan kepada indra
penglihatan, sementara kesilauan dapat memudahkan terjadinya kecelakaan.

B. FAKTOR KIMIAWI
Penyebab penyakit akibat kerja yang masuk golongan kimiawi, yakni:
1. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis. Pneumokoniosis adalah suatu kelainan yang
terjadi akibat penumpukan debu dalam paru, yang menyebabkan reaksi jaringan terhadap
debu tersebut dengan manifestasi utama adalah fibrosis., di antaranya silicosis, bisinosis,
asbestosis, dan lain-lain.
2. Uap yang di antaranya menyebabkan metal fume fever dermatitis atau keracunan.
Metal fume fever atau demam asap logam diindikasikan sebagai paparan inhalasi
terhadap uap yang mengandung logam yang dihasilkan oleh pengelasan dan proses lain
yang berkaitan. Gangguan kesehatan ini sering terjadi pada seseorang yang berprofesi
sebagai ahli pengelasan atau aktivitas yang berhubungan dengan penyambungan logam,
seperti dilansir dari studi berjudul Metal Fume Fever and Polymer Fume Fever yang
diterbitkan dalam Clinical Toxicology (Philadelphia).
3. Gas, misalnya keracunan oleh CO2H2S
4. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis
5. Awan atau kabut, misalnya racun serangga dan racun jamur yang dapat
menimbulkan keracunan.

C. FAKTOR ERGONOMIS
Penyebab penyakit akibat kerja yang termasuk golongan ergonomis, yakni disebabkan oleh:
1. Kesalahan-kesalahan konstruksi mesin
2. Sikap badan kurang baik
3. Salah cara melakukan pekerjaan
4. Aktivitas lain yang dapat menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun
perubahan fisik tubuh pekerja. Umumnya menyerang tulang belakang,yaitu :
a. Skoliosis
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang karena bentuknya bengkok dengan
lengkungan yang enggak normal. Lengkungan tulang melengkung ke samping dan bisa
berbentuk huruf S atau C. Sudut kelengkungan bisa kecil dan bisa juga dalam rentang
yang besar dna jika sudah lebih dari 10 drajat maka dianggap sebagai skoliosis. Tanda
orang yang mengalami skoliosis bisa dilihat dari postur bahu atau pinggul yang tampak
enggak rata.
Skoliosis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya adalah faktor genetik
atau bisa juga kelaianan pada perkembangan tulang belakang ketika berada di rahim atau
skoliosis kongenital. Skoliosis juga bisa dikarenakan adanya infeksi, cedera, cacat lahir,
distrofi otot, cerebral palsy, marfan syndrome, dan down syndrome. Selain itu, skoliosis
juga bisa disebabkan oleh faktor fungsional seperti salah satu kaki lebih panjang atau
kejang otot.
b. Kifosis
Kifosis adalah kondisi tubuh bungkuk karena sudut kemiringan tubuh menjadi lebih
besar. Seseorang disebut mengalami kifosis jika kelengkungan yang terjadi pada
punggung atas adalah lebih dari 50 derajat. Tanda orang dengan kifosis terlihat dari
postur tubuhnya yang membungkuk. Pada dasarnya kifosis paling sering terjadi pada
perempuan yang sudah tua. Soalnya, kelainan tulang belakang satu ini berhubungan
dengan usia dan osteoporosis.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab kifosis, seperti postur tubuh yang
buruk, radang sendi, osteoporosis, dan spina bifida, yakni kelainan pada rangka sumsum
belakang. Kifosis juga bisa dikarenakan adanya penyakit Scheuermann, yaitu kondisi
yang menyebabkan tulang punggung atas terangkat menjadi seperti punuk. Selain itu,
infeksi atau tumor pada tulang belakang dan perkembangan tulang punggung yang
enggak normal selama masa kehamilan alias kifosis kongenital juga bisa menjadi faktor
penyebab kifosis.
c. Lordosis
Tulang belakang dalam kondisi normal memang melengkung pada punggung bawah,
tapi kalau lengkungan terlalu masuk ke dalam maka disebut dengan lordosis. Lordosis
adalah kondisi tulang belakang pada punggung bawah melengkung ke depan secara
berlebihan. Kelainan tulang satu ini bisa memengaruhi punggung bawah dan leher kita.
Lordosis bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah osteoporosis, distorfi
otot, obesitas, dan diskitis atau peradangan pada ruang di antara tulang belakang. Selain
itu lordosis juga bisa disebabkan oleh achondroplasia, yakni tulang tumbuh enggak
normal karena mutasi genetik, sehingga akan menghasilkan perawakan tubuh yang
pendek. Atau bisa juga disebabkan oleh spondylolisthesis, yaitu tulang belakang
tergelincir ke depan, sehingga menyebabkan kelengkungan.

D. FAKTOR PSIKOLOGIS
Hal ini terlihat semisal pada hubungan kerja yang tidak baik, atau misalnya keadaan
membosankan monoton. Faktor penyebab penyakit akibat kerja ini dapat bekerja sendiri
maupun secara sinergistis.
1. Depresi
Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan seseorang merasa sedih,
kehilangan minat, dan semangat. Penyebabnya adalah perubahan hormon, contohnya saat
hamil atau menopause, genetik, dan perubahan proses kimia otak yang memengaruhi
kestabilan suasana hati.
Jika dikaitkan dengan lingkungan pekerjaan, kemungkinan besar stres berkepanjangan
adalah penyebabnya. Orang yang mengalami depresi, biasanya akan menunjukkan gejala,
seperti:
 Merasa sedih, kosong, tidak punya harapan, dan menangis tanpa sebab
 Marah tanpa kendali, sensitif, mudah cemas, dan merasa frustasi pada masalah kecil
 Hilang minat pada rutinitas, seperti seks, hobi, atau olahraga
 Insomnia atau tidur berlebihan
 Sangat mudah lelah, tidak nafsu makan dan tidak pernah cukup untuk istirahat
 Merasakan gejala fisik seperti nyeri punggung dan sakit kepala
 Sulit fokus, mengingat sesuatu, dan membuat keputusan
 Sering kali berpikir mengenai kematian dan melakukan percobaan bunuh diri.

2. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan suasana hati ekstrem, dari depresi menjadi mania.
Penyebabnya adalah faktor genetik atau perubahan proses kimia otak yang memengaruhi
kestabilan suasana hati. Namun, lingkungan kerja yang mengharuskan seseorang terus
berpikir kreatif juga dapat meningkatkan risiko gangguan bipolar.
Episode depresi pada gangguan bipolar sama dengan gejala depresi pada umumnya,
seperti merasa sedih, hampa, dan tidak ada minat untuk melakukan aktivitas. Sementara
episode mania akan ditunjukkan dengan perilaku impulsif yang berlebihan, sangat aktif
hingga tidak merasa butuh istirahat, dan buruk dalam mengambil keputusan sehingga dapat
melakukan tindakan yang berbahaya.

3. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah perasaan cemas berlebihan yang tidak terkontrol.
Penyebab umum gangguan kecemasan adalah stres, genetik dan memiliki sifat yang mudah
cemas, serta memiliki trauma. Nah, masalah mental pada pekerja kantor ini biasanya
menimpa mereka yang bekerja di bawah tekanan dan stres, ditambah memikirkan masalah
keuangan. Namun, bisa juga terjadi akibat adanya kondisi medis seperti penyakit jantung,
diabetes, hipertiroid, masalah pernapasan, dan penyakit lainnya. Gejala gangguan kecemasan
yang umumnya terjadi, meliputi:
 Mudah merasa cemas dan merasa dirinya berada pada situasi yang berbahaya
 Denyut jantung meningkat, berkeringat, tubuh gemetar, dan bernapas cepat
 Sulit untuk konsentrasi, sulit tidur, dan mengalami gangguan pencernaan
 Merasa lemah, mudah lelah, dan sesak
 Berusaha keras untuk menghindari sesuatu yang dapat memicu kecemasan.
4. PTSD
PTSD atau gangguan stres pascatrauma adalah masalah mental yang dipicu peristiwa
traumatis. Sebenarnya, lingkungan apa pun dapat menimbulkan trauma, termasuk pada
lingkungan kantor. Misalnya, mengalami kecelakaan saat dinas luar kota. Orang dengan
PTSD biasanya merasakan kilas balik peristiwa traumatis ketika melihat sesuatu yang
mengingatkan dirinya pada hal tersebut. Ia jadi cemas, tidak bisa mengendalikan diri, dan
sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik karena menghindari sesuatu yang bisa
mengingatkan dirinya pada trauma.
Kesehatan yang bermasalah bisa mengganggu semua aktivitas, termasuk pada
pekerjaan. Hampir semua pekerja dengan masalah mental mengalami kesulitan untuk
konsentrasi. Mereka sangat mudah teralihkan konsentrasinya dengan bunyi, tampilan, atau
apa pun yang mengganggu. Akibatnya, pekerjaan akan diselesaikan lebih lama. Selain itu,
mereka juga sulit untuk berinteraksi dengan rekan kerja atau klien. Bekerja atau tidak
sebenarnya bergantung pada kondisi pasien. Selama gejala masih bisa dikendalikan, pasien
tetap bisa bekerja. Sementara jika sudah terlalu parah, maka pasien diharuskan menjalani
perawatan intensif di rumah sakit jiwa. Masalah mental lebih sulit untuk diketahui karena
tidak menimbulkan luka yang bisa dilihat oleh mata. Oleh karena itu, jika Anda merasa
tertekan atau stres berkepanjangan hingga mengganggu aktivitas, sebaiknya segera periksa
lebih lanjut ke dokter.

E. FAKTOR BIOLOGI
1. Wabah Virus,Anthrax,dan TBC
Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan, dari yang paling
sederhana bersel tungggal sampai dengan yang paling tinggi tingkatnya. Contoh Wabah
Virus,Anthrax,dan TBC
2. Wabah Virus Covid 19
Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah
yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut.
Biasanya disebut endemik,epidemik,pandemik tergantung keparahan luasya wilayah
penularan. Hal ini dapat diliat saat sekarang yaitu wabah virus covid 19
3. Anthraks
Anthraks adalah penyakit infeksi yang menular dari hewan ternak. Seseorang
dapat terkena penyakit anthraks apabila menyentuh atau memakan daging hewan yang
terkena anthraks.Anthraks merupakan penyakit serius dan jarang. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Bacillus anthracis. Sampai saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan
bahwa bakteri penyebab antraks dapat menular antar manusia.
Anthraks adalah penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis, yaitu bakteri yang
normal berada di tanah. Bakteri ini dapat menyerang hewan pemakan rumput, seperti sapi,
kambing, domba, dan kuda. Bakteri anthraks dapat menyebar dari hewan ke manusia ketika
seseorang menyentuh kulit atau bulu hewan yang terinfeksi, maupun memakan daging hewan
yang kurang matang, atau menghirup bakteri anthraks.
Agar lebih jelas, berikut adalah beberapa penyebab anthraks yang dibagi berdasarkan
cara penyebarannya :
a. Anthraks kulit
Seseorang yang memiliki luka terbuka pada kulit dapat terpapar oleh bakteri
anthraks. Bakteri anthraks ini berasal dari kulit, bulu, tulang, atau daging hewan yang
terinfeksi. Anthraks jenis ini tidak berbahaya, dan biasanya baru berkembang 1-7 hari
setelah seseorang terpapar.
b. Anthraks pencernaan
Anthraks jenis ini terjadi ketika seseorang memakan daging yang sudah
terinfeksi, sehingga bakteri anthraks akan masuk ke saluran pencernaan. Infeksi saluran
pencernaan akibat anthraks ini baru terjadi sejak 1-7 hari setelah seseorang terpapar
bakteri.
c. Anthraks pernapasan
Anthraks ini merupakan anthraks yang paling berbahaya. Seseorang dapat
terinfeksi jenis anthraks ini jika menghirup serbuk (spora) dari bakteri anthraks, seperti
ketika memproses bulu atau kulit dari hewan ternak. Infeksi akibat anthraks ini
biasanya baru berkembang setelah 7 hari hingga 2 bulan sesudah seseorang terpapar.
Selain ketiga cara penularan di atas, anthraks juga dapat menular pada pengguna heroin
suntik. Anthraks jenis ini hanya berada di negara benua Eropa, dan tidak terjadi di Indonesia.
Melihat cara penularannya, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang
terinfeksi anthraks, di antaranya:
 Beraktivitas di kawasan yang memiliki riwayat anthraks.
 Memiliki pekerjaan untuk memproses kulit, bulu, atau daging dari hewan ternak, atau
mengurus hewan.
 Peneliti anthraks di laboratorium.
 Memiliki pekerjaan sebagai dokter hewan, khususnya yang menangani hewan ternak.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa anthraks dapat
ditularkan dari seseorang ke orang lainnya. Akan tetapi, ada kemungkinan seseorang yang
mengalami kontak dengan luka di kulit seseorang yang terinfeksi anthraks dapat terinfeksi
juga.
Pencegahan Antraks
Anthraks dicegah dengan menghindari faktor-faktor pemicu penularan anthraks. Beberapa
langkah yang bisa dilakukan adalah :
 Memastikan daging telah dimasak hingga matang sebelum dimakan.
 Menjalani vaksinasi anthrax, terutama jika Anda berisiko tertular anthraks.
 Menghindari interaksi dengan binatang yang terinfeksi anthraks.

4.TBC (Tuberkulosis)
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru
akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa
batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang
mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang,
usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC,
ketika berbicara, batuk, atau bersin
Gejala Tuberkulosis
Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga
akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:
 Demam
 Lemas
 Berat badan turun
 Tidak nafsu makan
 Nyeri dada
 Berkeringam di malam hari
Pencegahan Tuberkulosis
TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan sebelum bayi
berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:
 Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.

F. FAKTOR IKLIM
1. Frostbite
Frostbite adalah kondisi kulit dan jaringan di sekitarnya yang membeku kemudian
rusak. Kondisi ini umumnya terjadi akibat paparan suhu sangat rendah, terutama yang di
bawah -0,55 derajat Celcius. Bagian tubuh manapun bisa mengalami penyakit yang juga
kerap disebut radang dingin ini. Namun frostbite lebih sering dialami oleh tangan, kaki,
telinga, hidung, dan bibir. Pada tahap awal frostbite, area tersebut akan terasa dingin dan
nyeri. Kemudian, muncul sensasi seperti ditusuk-tusuk oleh jarum-jarum kecil sebelum
akhirnya muncul kondisi mati rasa.
Gejala
Gejala frostbite tergantung pada tingkat keparahannya yang terdiri dari tiga fase
berikut:
Frostnip
Ini merupakan bentuk frostbite yang paling ringan. Kerusakan pada kulit tidak terjadi secara
permanen. Secara umum, gejala frostnip meliputi:
 Kulit bewarna kemerahan dan terasa dingin.
 Kulit terasa nyeri seperti ditusuk oleh jarum-jarum.
 Gejala ini paling terasa ketika kulit dihangatkan. Jika dibiarkan, kulit akan terasa
kebas.
Superficial frostbite
Frostnip yang dibiarkan akan berkembang menjadi superficial frostbite. Pada tahap ini,
kerusakan kulit semakin serius dengan gejala-gejala berikut:
 Kulit menjadi pucat, kemerahan, atau kebiruan.
 Kulit terasa kasar dan keras karena kristal-kristal es mulai terbentuk di kulit.
 Kulit kemudian menjadi hangat dan membengkak. Gejala ini menandakan jaringan
yang mulai rusak.
 Bila dihangatkan, kulit akan terasa nyeri seperti terbakar serta muncul kantung berisi
cairan pada permukaan kulit.

Deep severe frostbite


Deep frostbite merupakan tingkat yang paling parah. Pada kondisi ini, kerusakan sudah
terjadi pada seluruh lapisan kulit serta jaringan di bawahnya. Beberapa gejalanya  bisa
meliputi:
 Kulit tampak putih pucat atau abu-abu kebiruan.
 Kulit yang mati rasa.
 Otot atau sendi pada area frostbite yang tidak dapat digerakkan
 Jika dihangatkan, bisa terbentuk kantung besar berisi cairan di permukaan kulit pada
dalam waktu 24 hingga 48 jam
 Kulit menjadi keras dan hitam. Gejala ini menandakan kematian jaringan (gangrene).
Penyebab
Penyebab frostbite adalah paparan udara yang sangat rendah. Ketika berada di tempat
bersuhu rendah, tubuh akan berusaha meningkatkan aliran darah ke organ vital. Proses ini
dilakukan dengan mempersempit pembuluh darah di area-area lain, seperti kaki dan tangan.
Akibatnya, area tersebut menjadi dingin dan mudah membeku.
Jika jaringan sudah membeku, akan terbentuk kristal-kristal es yang dapat merusak sel
maupun jaringan di sekitarnya. Penurunan aliran darah juga akan mengurangi suplai oksigen
pada area tersebut dan memperparah kerusakan jaringan.  
Terdapat sejumlah faktor yang meningkatkan risiko frostbite. Beberapa di antaranya meliputi:
 Terlalu lama berada di udara dingin dan berangin. Semakin dingin paparan suhu
udara, semakin tinggi pula risiko frostbite. Radang dingin bahkan dapat muncul dalam
waktu kurang dari 30 menit di kulit yang tak terlindungi pada suhu -27 derajat
Celcius.
 Terjadi kontak dengan es, benda logam beku, atau cairan bersuhu rendah.
 Memiliki kondisi medis yang memengaruhi kemampuan tubuh merasakan serta
merespons suhu dingin. Misalnya, dehidrasi, diabetes, kelelahan,
dan berkeringat secara berlebihan.
 Mengalami kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang.
 Merokok
 Memiliki gangguan mental, seperti serangan panik. Pasalnya, gangguan kejiwaan
dapat memengaruhi penilaian Anda terhadap suhu.
 Pernah mengalami frostbite.

 Pengaruh usia. Bayi, anak-anak, dan kalangan lanjut usia (lansia) lebih rentan
mengalami radang dingin karena mereka memiliki reaksi adaptasi yang tdak memadai
terhadap suhu.
 Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dan kurang tebal untuk melindungi tubuh dari
paparan udara bersuhu rendah.
Diagnosis
Diagnosis frotstbite ditentukan berdasarkan hasil tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang kepada dokter yang professional.
2. Hipotermia
Penyebab Hipotermia
Hipotermia terjadi ketika panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang
hilang. Sejumlah kondisi yang berpotensi membuat panas tubuh banyak hilang dan
menyebabkan hipotermia, yaitu:
 Terlalu lama berada di tempat dingin.
 Mengenakan pakaian yang kurang tebal saat cuaca dingin.
 Terlalu lama mengenakan pakaian basah.
 Terlalu lama di dalam air, misalnya akibat kecelakaan kapal.
Gejala Hipotermia
Gejala hipotermia bervariasi, tergantung kepada tingkat keparahannya. Berikut ini merupakan
gejala hipotermia dari yang ringan hingga berat:
 Kulit pucat dan terasa dingin ketika disentuh
 Mati rasa
 Menggigil
 Respons menurun
 Gangguan bicara
 Kaku dan sulit bergerak
 Penurunan kesadaran
 Sesak napas hingga napas melambat
 Jantung berdebar hingga denyut jantung melambat
Pengobatan Hipotermia
Hipotermia merupakan kondisi darurat yang harus segera mendapatkan penanganan.
Tindakan awal yang perlu dilakukan ketika bertemu dengan orang yang memiliki gejala
hipotermia adalah mencari ada tidaknya denyut nadi dan pernapasan. Jika denyut nadi dan
pernapasan sudah berhenti, maka lakukanlah tindakan resusitasi jantung paru (CPR) dan cari
bantuan medis.
Bila orang tersebut masih bernapas dan denyut nadinya masih ada, lakukanlah
tindakan berikut ini untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal:

 Pindahkan dia ke tempat yang lebih kering dan hangat. Pindahkan secara hati-hati
karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti.
 Jika pakaian yang dikenakannya basah, maka gantilah dengan pakaian yang kering.
 Tutupi tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal agar hangat.
 Jika dia sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis.
 Berikan kompres hangat dan kering untuk membantu menghangatkan tubuhnya.
Letakkan kompres di leher, dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres di
lengan atau tungkai karena malah menyebabkan darah yang dingin mengalir kembali
ke jantung, paru-paru, dan otak.
 Hindari penggunaan air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas untuk
menghangatkan penderita hipotermia. Panas yang belebihan dapat merusak kulit dan
menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
 Temani dan pantau terus kondisi orang tersebut, hingga bantuan medis tiba.
Setelah tiba di rumah sakit, penderita hipotermia akan menerima serangkaian tindakan medis,
berupa:
 Pemberian oksigen yang telah dilembapkan melalui masker atau selang hidung, untuk
menghangatkan saluran pernapasan dan membantu meningkatkan suhu tubuh.
 Pemberian cairan infus yang telah dihangatkan.
 Penyedotan dan penghangatan darah, untuk kemudian dialirkan kembali ke dalam
tubuh. Proses ini menggunakan mesin cuci darah.
 Pemberian cairan steril yang telah dihangatkan. Cairan steril ini dimasukkan ke dalam
rongga perut menggunakan selang khusus.
Pencegahan Hipotermia
Ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia, yaitu:
 Jagalah tubuh agar tetap kering. Hindari mengenakan pakaian basah dalam jangka
waktu lama karena dapat menyerap panas tubuh.
 Gunakan pakaian sesuai dengan kondisi cuaca dan kegiatan yang akan dilakukan,
terutama ketika akan mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Kenakan
jaket atau pakaian tebal agar suhu tubuh tetap terjaga.
 Gunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu bot ketika akan beraktivitas
di luar rumah.
 Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh.
 Hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein. Konsumsilah minuman dan
makanan hangat.

TUGAS 4 EVALUASI DAN KESIMPULAN


EVALUASI

Di bawah ini terdapat tabel evaluasi masukan atau penambahan pasal yang telah diterima
oleh kelompok 3.
Faktor UU No. 1 Tahun 1970 Permenaker No. 5 Tahun 2018
Faktor bahaya - -
Identifikasi - -

Pengukuran - Bab 2 Pasal 6 Ayat 2 dan Pasal 5


Penilaian - Bab 5 pasal 58, 59, 60
Pengendalian Pasal 12 Pasal 9

A. Faktor Bahaya
1. Faktor Bahaya Menurut UU No. 1 Tahun 1970
Tentang Faktor bahaya menurut UU No. 1 Tahun 1970 tidak ada penambahan pasal.
2. Faktor Bahaya Menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018
Tentang faktor bahaya menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 tidak ada
penambahan pasal.

B. Identifikasi Bahaya
Identifikasi dari faktor bahaya menurut UU No. 1 Tahun 1970 tidak ada
penambahan pasal dan Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 tidak terdapat
penambahan Pasal.

C. Pengukuran
1. Pengukuran menurut UU No. 1 Tahun 1970
Pengukuran menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang tujuan pengukuran tidak ada
penambahan pasal.
2. Pengukuran NAB menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018
Penialaian ambang batas menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 terdapat
penambahan pada Bab 2 Pasal 6 Ayat 2 dan Pasal 5.
Isinya :
Pasal 5
(1 Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam
) Pasal 4 dilakukan melalui kegiatan:     
a. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja; dan     
b. penerapan Higiene dan Sanitasi.     
(2 Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud pada
) ayat (1) huruf a meliputi faktor:     
a. fisika;     
b. kimia;     
c. biologi;     
d. ergonomi; dan     
e. psikologi.     
(3 Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
) meliputi:     
a. Bangunan Tempat Kerja;     
b. fasilitas Kebersihan;     
c. kebutuhan udara; dan     
d. tata laksana kerumahtanggaan.

/permenaker/5/2018/6/2 Pengukuran Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan metoda uji yang ditetapkan Standar Nasional
Indonesia

D. Penilaian
1. Penilaian menurut UU No. 1 Tahun 1970
Penilaian menurut UU No. 1 Tahun 1970 tidak ada penambahan pasal.
2. Penilaian menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018
Penilaian menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018 terdapat penambahan pasal
pada pasal 58, 59, 60
Isinya :

Pasal 58
(1) Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja wajib dilakukan
Pemeriksaan dan/atau Pengujian.     
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan mengamati,
menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingkungan Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.     
(3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan pengetesan dan
pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat, bahan, dan proses
kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal     
Pasal 59
(1) (1) Pemeriksaan dan/ atau Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1)
dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga eksternal dari luar Tempat
Kerja.     
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja dan
tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan
pihak eksternal.     
(3) Pemeriksaan dan/atau Pengujian secara internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.     
(4) Lembaga eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:     
a. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan;     
b. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis
Bidang K3;     
c. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian K3;
atau     
d. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.     
(5) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
oleh:     
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja;     
b. Penguji K3; atau     
c. Ahli K3 Lingkungan Kerja.     
Pasal 60
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1)
meliputi:       
a. pertama;     
b. berkala;     
c. ulang; dan     
d. khusus.     

E. Pengendalian
1. Pengendalian menurut UU No. 1 Tahun 1970
pengendalian menurut UU No. 1 Tahun 1970 terdapat penambahan pasal pada Pasal
12. Isinya :
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan.
2. Pengendalian menurut Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018
Dalam peraturan tersebut terdapat tambahan pada pasal 9
Isinya :
Pasal 9
(1) Pengukuran dan pengendalian Iklim Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) huruf a harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
panas dan Tekanan Dingin.     
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan panas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan Tempat Kerja yang terdapat sumber panas dan/atau memiliki
ventilasi yang tidak memadai.     
(3) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan Dingin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan Tempat Kerja yang terdapat sumber dingin dan/atau
dikarenakan persyaratan operasi.     
(4) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
melebihi dari NAB atau standar harus dilakukan pengendalian.     
(5) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui:     
a. menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari Tempat Kerja;     
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber panas atau sumber
dingin;     
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber dingin;     
d. menyediakan sistem ventilasi;     
e. menyediakan air minum;     
f. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau sumber
dingin;     
g. penggunaan baju kerja yang sesuai;     
h. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau     
i. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. 

KESIMPULAN

Sejarah mengenai higiene industri sudah sendiri dimulai pada 400 tahun SM saat hiprokates
menemukan keracunan "Pb" pada pekerja tambang. higiene industri terus berkembang seiring
dengan berjalannya waktu hingga pada tahun 1920 di Australia dibentuk "Australian
Industrial Hygiene Division". Di Amerika Serikat, pada tahun 1938 dibentuk National
Conference of Governmental Industrial Hygienist (NCGIH) yang kemudian berubah nama
menjadi American Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) pada tahun
1946.
Kesimpulan dari hasil diskusi yang telah diadakan adalah faktor bahaya terdiri dari faktor
biologis, kimia, fisika, biomekanik, sosio-biologis. Ergonomi, dan psikologis. Identifikasi
dibagi ke beberapa unsur agar tidak membingungkan dalam membedakannya. Pengukuran
melalui NAB, NAB terdiri dari 3 jenis yaitu NAB rata-rata tertimbang waktu zat kimia di
tempat kerja. NAB kadar tertinggi yang diperkenankan, dan NAB paparan singkat yang
dipaparkan. Penilaian yang menilai atau menguji K3 adalah PNS yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan pengujian K3 dan
kompetensi K3. Terakhir yaitu tentang pengendalian, maksudnya adalah pengurus wajib
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja secara
berkala terhadap dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
Di Indonesia sendiri sejarah mengenai higiene industri sudah ada sejak masa kolonial belanda
yaitu pada tahun 1930 dengan dikeluarkannya mijn politie reglement dan selanjutnya setelah
masa penjajahan, dibentuklah hiperkes (Higiene pekerja dan kesehatan) pada tahun 1968
yang disusuldengan dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970.

Selanjutnya untuk Penyakit akibat kerja dapat diakibatkan dari berbagai faktor yaitu
1. FAKTOR FISIK
 Ketulian
 Fotokeratitis
 Heatstroke
 Caisson desease
2. FAKTOR KIMIAWI
 Pnemokoniosis
 Metal fume dermatitis
 Keracunan
3. faktor ergonomis
 Lordosis
 Scoliosis
 Kifosis
4.faktor psikologi
 Ptsd
 Bipolar
 Kecemasan
 Depresi
5.faktor biologi
 Wabah
 Tbc
 Anthrax
6. Faktor Iklim
 Hipotermia
 Frostbite

Demikian kesimpulan yang kami dapat dalam pembelajaran diskusi pada mata kuliah
higienne industri. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pekataan yang kami tulis.
Terima kasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai