ABSTRAK
Setiap organisasi baik yang besar ataupun kecil, memiliki risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) sesuai dengan sifat dan jenis kegiatannya masing-masing, sektor jasa konstruksi
merupakan salah satu sektor yang paling beresiko terhadap kecelakaan kerja, sebagian besar
tenaga kerja pada sektor ini berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak
memiliki ikatan kerja formal dengan perusahaan. Perkembangan konsep SMK3 mendorong
timbulnya kebutuhan untuk menetapkan suatu standar SMK3 yang dapat digunakan. Dari sini
lahirlah sistem penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000 (Occupational Health and
Safety Assesment Series). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan mengetahui sejauh mana
pengaruh elemen-elemen implementasi SMK3 pada OHSAS 18001:2007 dengan pendekatan
PDCA (plan-do-check-action) yang telah diterapkan oleh kontraktor dalam proyek konstruksi
gedung bertingkat. Berdasarkan tingkat kepentingan dan pelaksanaan, dengan metode IPA
(Importance Performance Analysis) kemudian mengkaji dengan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats) didapatkan strategi dan sasaran terbaik. Elemen-elemen
dalam OHSAS 18001:2007 dikelompokan kedalam 3 klausul yaitu: (1) Kebijakan dan
Perencanaan, ( 2) Implementasi dan Operasi, (3) Evaluasi dan Tinjauan Ulang. Pengumpulan
data dilakukan terhadap kontraktor lokal yang bersetifikat OHSAS 18001, data yang terkumpul
50 set. Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa: kontraktor telah menerapkan
SMK3 OHSAS 18001:2007 dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pada diagram
matriks Importance Performance Analysis yang memberikan hasil pada tingkat kepentingan
dengan skor > 4 (Penting) dan pada performa dengan skor > 4 (Belum Sempurna), tetapi sesuai
dengan tujuan SMK3 yang bertujuan untuk menghindari adanya kecelakaan pada lokasi kerja,
maka kontrakor perlu melakukan perbaikan pada pemahaman dan pelaksanannya. Sedangkan
untuk faktor- faktor yang memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang tidak seimbang perlu
dilakukan penerapan yang lebih baik lagi.
Kata kunci: Keselamatan dan kesehatan kerja, resiko kecelakaan kerja, OHSAS 18001:2007
Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam
perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3
tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana
untuk mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal tahun 1980 an berupaya meyakinkan semua pihak,
khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setera dengan unsur lain dalam organisasi.
Hal inilah yang mendorong lahirnya konsep mengenai manajemen K3 (safety management) (Soehatman
Ramli, 2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dirancang melalui pendekatan
terhadap Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dan Sistem manajemen Lingkungan ISO 14000. Pada tahun
1999 BSI (British standards Institution) dengan badan sertifikasi dunia meluncurkan sebuah Standart Sistem
Manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and safety Management Systems (OHSAS 18001)
(Rudi Suardi, 2005).
Menurut Kepnaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sebuah sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
KoNTekS 6 MK-195
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprihensip dalam suatu
sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan.
Pendekatan sistem manajemen K3 telah berkembang sejak tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3
seperti James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank birds dan lainnya. (Soehatman Ramli,
2010)
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki resiko kecelakaan
kerja yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi
kerja yang berbeda-beda, terbuka, dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis, dan
menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. (Kartam
N. 1997) Para tenaga kerja konstruksi dari manajer sampai pembantu tukang merupakan asset yang perlu
dilindungi agar dapat bekerja dengan baik dan produktif sampai konstruksi selesai dikerjakan tanpa ada
kecelakaan kerja. (Tim pengelola DPPK. 1997). Program Kesehatan dan Keselamatan kerja yang effektif
adalah hasil dari perencanaan, koordinasi serta komitmen semua yang terlibat dalam proyek konstruksi.
Pada dasarnya aspek program Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus telah dipertimbangkan pada saat
mulai kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pasca konstruksi. Semakin disadari betapa berharganya
kedudukan tenaga kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi serta motivasi tenaga kerja dan
menggunakan alat- alat keselamatan kerja merupakan suatu kebutuhan untuk mengurangi resiko kehilangan
potensi sebagai tenaga kerja yang effisien dan produktif.
Untuk memperkecil resiko kecelakaan kerja, pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan
tentang kecelakaan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Permenaker 05/Men/1996 (Menteri Tenaga
Kerja. 1996) mengenai pedoman keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi. Dalam hal ini diketahui ada
banyak macam peraturan yang digunakan disamping Permenaker 05/Men/1996, diantaranya adalah OHSAS
18001 : 1999 yang merupakan standart sistem manajemen K3 yang dikeluarkan oleh BSI (British Standart
Institution) tahun 1999 dengan badan- badan sertifikasi dunia. Proses sertifikasi OHSAS 18001 : 1999
sesuai dengan standart sistem manajemen ISO 14001 : 1996 (lingkungan) dan ISO 9001 : 2000 (mutu)
dengan tujuan untuk memudahkan penggabungan dan penyesuaian dari sistem manajemen mutu,
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja yang akan dilaksanakan oleh organisasi- organisasi
seperti perusahaan, pabrik dan lain- lain. (Suardi. 2005). Manfaat Penerapan OHSAS 18001:1999 pada
perusahaan konstruksi adalah mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau proyek
melalui pencegahan dan pengawasan bahaya ditempat kerja sehingga dapat mengurangi pembiayaan yang
tidak perlu terjadi akibat terjadinya kecelakaan kerja dan dari segi waktu akan mempercepat proses
konstruksi sehingga produktvitas pekerjaan mengalami peningkatan (Minawati dan Jenny. 2006).
Hasil penilaian sistem manajemen kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) OHSAS 18001:1999
pada perusahaan yang sudah mendapat setifikat OHSAS 18001:1999 biasanya menunjukan nilai 100%
untuk setiap klausul OHSAS 18001:1999. Secara umum kondisi sistem manajemen K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker 05/Men/1996 pada proyek konstruksi di Jabodetabek sudah sama-sama
dikenal, akan tetapi OHSAS 18001:1999 berdasarkan penilaian gap analysis sudah lebih dikenal dengan
baik disamping Permenaker 05/Men/1996. Dari hasil analisis didapat bahwa beberapa proyek konstruksi
lokal di Jabodetabek sudah mengenal dan menerapkan OHSAS 18001:1999. Kekuatan sistem manajemen
K3 yang terlihat pada proyek konstruksi di Jabodetabek adalah kebijakan K3 berdasarkan OHSAS
18001:1999 memperoleh nilai 97% dan berdasarkan Permenaker 05/Men/1996 memperoleh nilai 93%
untuk semua prosedur yang ditetapkan perusahaan sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam klausul
OHSAS 18001:1999 dan Permenaker 05/Men/1996.(Astri Paramitha dan J. Agustina, 2008).
OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh
berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup organisasi. OHSAS 18001:2007
secara formal dipublikasikan pada Juli 2007 menggantikan OHSAS:1999, menggunakan pendekatan
kesisteman mulai dari perencanaan, penerapan, pemantauan dan tindakan perbaikan yang mengikuti siklus
PDCA (Plan Do Check Action) yang merupakan proses peningkatan bekelanjutan.
Permasalahan yang timbul adalah, sektor jasa konstruksi merupakan salah satu sektor yang paling
beresiko terhadap kecelakaan kerja, sebagian besar tenaga kerja pada sektor ini berstatus tenaga kerja harian
lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya
mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-
penjelasan mengenai sistem manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi. Masalah
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis yang cukup signifikan, setiap kecelakaan kerja dapat
menimbulkan berbagai macam kerugian. Salah satu pertanyaan yang sering timbul adalah: Perusahaan telah
menerapkan dan memahami sistem manajemen K3, tetapi mengapa kecelakaan masih terjadi?. Untuk itu
penelitian ini bertujuan ingin menyusun dan mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi elemen-
elemen sistem manajemen K3 pada OHSAS 18001:2007 dengan pendekatan PDCA (plan-do-check-
action) yang telah diterapkan oleh kontraktor dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat ≥ 8 lantai di
MK-196 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
daerah Jabodetabek yang sudah mempunyai sertifikat OHSAS 18001:1999 atas peringkat-peringkatnya
berdasarkan data (kuisioner) yang diperoleh. Kemudian mengkaji implementasi dari elemen-elemen
sistem manajemen K3 pada OHSAS 18001:2007 bedasarkan tingkat kepentingan dan prioritas
dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), sehingga didapatkan
strategi dan sasaran terbaik.
2. Tinjauan pustaka
KoNTekS 6 MK-197
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
Gambar 1. Elemen
Elemen- elemen OHSAS 18001:2007
Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga harus dijalankan
secara terpadu agar kinerja K3 yang diinginkan dapat tercapai.
3. Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuisioner dengan format pertanyaan disesuaikan dengan
metode Importance Performance Analysis (IPA)(IPA). (Martilla & James, 1977) Untuk mendapatkan tingkat
kepentingan dan performance, dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan
prioritas peningkatan kualitas
itas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis ((Brandt,
Brandt, Latu &
Everett, 2000) Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisoner pada kontraktor2 dalam negri
yang telah menggunakan OHSAS untuk sistem manajemen keselamatannya
keselamatannya. Dengan menggunakan matriks
diagram SWOT, mencari sasaran dan strategi terbaik dari elemen SMK3 berdasarkan hasil analisis metode
importance performance.
Teknik atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara: Kuisioner
Kuisioner yang merupakan
serangkaian pertanyaan yang diserahkan kepada responden yang terlibat langsung dalam proyek
konstruksi. Selain itu digunakan juga metode wawancara yaitu bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dengan responden. Wawancara yang dila dilakukan
kukan berupa cara observasi yang bersifat langsung. Wawancara
bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan pada kondisi setempat serta individual. Wawancara dilakukan
langsung kepada para pengembang atau owner.
Dalam penelitian ini dibuat kuisioner yang merupakan data yang akan digunakan untuk memperoleh
hasil yang ingin dilihat dari metode Importance – Performance Analysis. Ada pun komponen penelitian
penelitia ini
dibagi menjadi bentuk tabel yaitu sebanyak 3 komponen pen
penelitian :
1 Kebijakan dan Perencanaan (tabel 1)
2. Implementasi dan Operasi (tabel 2)
3. Evaluasi dan Tinjau Ulang (tabel 3)
MK-198 KoNTekS 6
Manajemen Konstruksi
KoNTekS 6 MK-199
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
MK-200 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
Untuk mengukur kepuasan responden terhadap berbagai tingkat implementasi elemen OHSAS
18001:2007 digunakan dengan format pertanyaan disesuaikan dengan metode Importance
performance Analysis (IPA). Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada
responden pada hari kerja, data yang terkumpul 50 set. Survey pendahuluan dilakukan untuk mengevaluasi
kuisioner dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk menguji apakah setiap pertanyaan valid dan
reliable. Uji tersebut dilakukan menggunakan program SPSS 17 dengan cara sebagai berikut :
a. Pertanyaan dikelompokkan dalam berbagai klausul. Kebijakan dan Perencanaan, Implementasi dan
Operasi, Evaluasi dan Tinjau Ulang. Pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan yang memiliki skala (1 :
Tidak Penting, 2 : Kurang Penting, 3 : Cukup Penting, 4 : Penting, 5 : Sangat Penting).
b. Dari hasil uji tersebut diperoleh nilai validitas dan reabilitas pertanyaan yang diuji.
c. Untuk uji validitas dapat dilihat dari nilai corrected item-total carrelation (r hasil) yang dibandingkan
dengan r tabel
d. Dasar pengambilan keputusan untuk uji validitas adalah r hasil tidak boleh bernilai negatif dan
r hasil > r tabel.
e. Untuk uji realibilitas dapat dilihat dari nilai α yang terdapat pada hasil analisa kemudian
dibandingkan dengan r tabel.
f. Dasar pengambilan keputusan untuk uji realibilitas adalah r α bernilai positif dan r α > r table.
Pada penjelasan tabel 4. berikut, akan menunjukkan hasil analisa uji validitas pada elemen Kebijakan dan
Perencanaan :
Tabel 4.Uji Validitas Kebijakan dan Perencanaan
IMPORTANCE (Y) PERFORMANCE(X)
ELEMEN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
DAN PELAKSANAAN
Corrected Valid Corrected Valid /not
Item-Total /not Item-Total Valid
Correlation Valid Correlation
Komitmen untuk menerapkan SMK3, maka
1 dilakukan suatu proses pembentukan tim 0.143 Not 0.342 valid
pelaksanaan (Action team) valid
Menentukan lingkup SMK3 yang akan
2 dikembangkan dalam organisasi 0.194 Not valid 0.111 Not valid
3 Pendokumentasian lingkup SMK3 sehingga 0.221 Not valid 0.085 Not valid
dapat diketahui oleh semua pihak terkait
4 Dalam pengembangan SMK3 diperlu
kan melakukan tinjauan awal sebagai 0.277 Valid 0.244 Not valid
base line assessment untuk memban
dingkan dgn tujuan OHSAS 18001
5 Melakukan suatu Observasi, daftar
perikasa, wawancara, inspeksi lapangan 0.227 Not valid 0.532 Valid
atau kajian dokumen yang ada
6 Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari
komitmen dan tekad melaksanakan dari 0.372 valid 0.379 valid
pucuk pimpinan yang memuat visi, tujuan,
kerja, kerangka dan program kerja
organisasi
7 Proses mengenali potensi bahaya yang akan
ditimbulkan dan menilai resikonya lalu 0.108 Not valid 0.379 valid
kemudian mencegah terjadinya bahaya
yang telah diketahui
8 Melakukan suatu penilaian dan evaluasi 0.054 Not valid 0.528 valid
besarnya resiko serta scenario dampak yang
KoNTekS 6 MK-201
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
akan ditimbulkan
9 Organisasi harus memastikan bahwa
persyaratan perundangan yang sesuai dan 0.277 valid 0.335 valid
persyaratan lainnya yang digunakan
dipertimbangkan dalam menetapkan dan
menjalankan.
10 Memastikan bahwa organisasi telah
menetapkan objektif K3 untuk memenuhi 0.325 valid 0.203 Not valid
kebijakan K3, memiliki kaitan dengan hasil
identifikasi bahaya yang telah di;lakukan
dan selaras dengan kebijakan organisasi
11 Perusahaan menyusun program kerja untuk 0.191 Not valid 0.301 valid
mencapai objektif dan target yang telah
dicapai
12 Melakukan peninjauan ulang secara berkala
dan bila diperlukan ditambahkan sesuai 0.094 N0t valid 0.325 valid
dengan perkembangan organisasi, operasi,
lingkungan atau perundangan yang berlaku
df t-0.05 r-tabel
48 1.680 0.273
Cronbach's Cronbach's
Alpha (ά) N of Items Alpha (ά) N of Items
0.509 12 .681 12
CUKUP REALIBILITY
Dari hasil uji validitas dan realibilitas ternyata terdapat elemen data yang memiliki nilai tidak valid, tetapi
disini elemen tersebut sudah merupakan data yang baku dari suatu peraturan yang terdapat dalam Elemen-
elemen SMK3 OHSAS 18001:2007, sehingga dengan demikian elemen tersebut tetap dipergunakan
dalam penelitian ini.
MK-202 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
Tabel 6. memperlihatkan hasil perhitungan nilai rata- rata Kebijakan dan perencanaan:
11 Perusahaan menyusun program kerja untuk mencapai objektif dan 4.640 4.460
target yang telah dicapai
Melakukan peninjauan ulang secara berkala dan bila
diperlukan ditambahkan sesuai dengan perkembangan organisasi,
12 4.600 4.180
operasi, lingkungan atau perundangan yang berlaku
∑= 4.693 4.370
Dari tabel 6 diatas menunjukan nilai rata-rata Kebijakan dan Perencanaan pada tingkat Importance sebesar
4,370 dan pada tingkat performance sebesar 4,693. Nilai rata-rata itu dijadikan sebagai garis pembagi pada
kuadran diagram matrik, kemudian data yang diperoleh dimasukan kedalam Diagram Matrik Importance-
Performance.
KoNTekS 6 MK-203
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
P
E
R
F
O
R
M
A
N
C
E
IMPORTANCE
Gambar1. Diagram matrik Importance- performance
Kebijakan dan perencanaan
P
E
R
F
O
R
M
A
N
C
E
IMPORTANCE
MK-204 KoNTekS 6
Manajemen Konstruksi
Kebijakan dan
Perencanaan
Berikut ini merupakan hasil dari analisa SWOT yang diambil dari Importance performance Analysis
Kebijakan dan Perencanaan, pada kuadran 2 dan 4.(tabel 8 dan 9)
KoNTekS 6 MK-205
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
MK-206 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
1 Perusahaan Tidak sejalan strategi agar program K3 dapat menghindari tidak sejalannya
menyusun program Dengan sejalan dengan Kebijakan K3 program K3 dgn Kebijakan K3
kerja untuk kebijakan K3 dgn cara memberdayagunakan
mencapai objektif organisasi SDM secara bertanggung
dan target yang telah jawab penetapan jangka waktu
dicapai pelaksanaan program K3 secara
berkesinambungan
Proses konsultasi mengenai K3 dengan semua pihak baik pekerja, kontraktor dan pihak
Y7 eksternal lainnya
Diperlukan sistem dokumentasi, dimana semua dokumen penting terpelihara dan tersimpan
dengan baik sehingga mudah diperoleh untuk digunakan kembali
Y8 Dokumentasi dan data mengenai K3 harus dikendalikan dengan baik dan dibuat suatu
Y9 prosedur pengendalian dokumen
Upaya untuk melakukan pengendalian operasi yang mengandung resiko atau potensi bahaya,
selanjutnya dilakukan identifikasi semua aktifitas perusahaan yang memliki aspek K3
Y10 signifikan serta menyusun Prosedur Operasi (OP)
Sistem tanggap darurat, melakukan identifikasi potensi darurat yang mungkin timbul dalam
operasinya dan melakukan pengetesan sistem pencegahan dan tanggap darurat, serta dibuat
Y11 suatu prosedur manajemen mengenai sistem tanggap darurat
Tabel 11
KUADRAN ELEMEN
1 4,5,10
2 1
3 2,3,6,7,9,12
4 7,8
KoNTekS 6 MK-207
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
tabel 13
KUADRAN ELEMEN
1 2,3
2 5
3 1,4
MK-208 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
5.1 Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kontraktor telah menerapkan SMK3 OHSAS
18001:2007 dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pada diagram matriks Importance
Performance Analysis yang memberikan hasil pada tingkat kepentingan dengan skor > 4 (penting) dan pada
performa dengan skor > 4 (belum sempurna), tetapi sesuai dengan tujuan SMK3 yang bertujuan untuk
menghindari adanya kecelakaan pada lokasi kerja, maka kontraktor perlu melakukan perbaikan pada
pemahaman dan pelaksanannya.
Dari hasil analisa terhadap data – data yang dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan metode
Importance Performance Analysis (IPA). Maka hasil tingkat pelaksanaan dan penerapan SMK3 OHSAS
18001:2007 yang telah diterapkan oleh kontraktor pada proyek bangunan bertingkat tinggi, sebagai berikut:
a. Kebijakan dan Perencanaan:
Masih banyak terdapat pelaksanaan yang tidak berimbang antara tingkat kepentingan dan performa
diantaranya : Pembentukan tim implementasi, penetuan lingkup SMK3, identifikasi bahaya
penilaian resiko dan penetuan pengendalian, persyaratan hukum, program K3, sehingga perlu adanya
peningkatan pelaksanaan dan pemahaman yang lebih baik lagi dari pihak kontraktor.Sedangkan pada
tinjauan awal, kebijakan K3 dan sasaran K3 merupakan elemen yang perlu dipertahankan tingkat
pelaksanannya.
b. Implementasi dan Operasi
Masih terdapat pelaksanaan yang tidak seimbang antara tingkat kepentingan dan performa
diantaranya: sumberdaya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat dan wewenang, konsultasi dan
pendokumentasian SMK3 sehingga perlu adanya peningkatan dan pemahaman yang lebih baik dari pihak
kontraktor. Sedangkan pada pelatihan, kepedulian dan kompensasi, pengendalian dokumen, pengendalian
operasional merupakan elemen yang perlu dipertahankan tingkat pelaksanannya.
c. Evaluasi dan Tinjau Ulang
Pada klausul ini pelaksanaan kontraktor sangat baik tetapi masih terdapat pelaksanaan yang tidak
berimbang antara tingkat kepentingan dan performa yaitu: tinjauan manajemen seharusnya merupakan
mata rantai dari SMK3 dan merupakan gambaran keberhasilan dari penerapan SMK3 OHSAS
18001:2007. Sehingga perlu adanya peningkatan pelaksanaan dan pemahaman yang lebih baik lagi dari
pihak kontraktor. Sedangkan pada pengukuran kinerja dan pemantauan, penyelidikan insiden dan
ketidaksesuaian, pengendalian rekaman, audit internal tinjauan awal, merupakan elemen yang perlu
dipertahankan tingkat pelaksanaannya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil SWOT analisis, dapat diberikan saran – saran sebagai berikut:
a. Pembentukan Tim Implementasi, manajemen puncak menerapkan strategi pelaksanaan yang
terorganisir dan memantau kinerja tim pelaksana sehingga kinerja tim pelaksana dapat optim um.
b. Penentuan Lingkup SMK3, pemanfaatan pendokumentasian Lingkup SMK3 sehingga dapat menjadi
acuan dari pelaksanaan SMK3.
c. Identifikasi bahaya penilaian resiko dan penetuan pengendalian, merencanakan strategi penilaian
dan evaluasi besarnya resiko serta mendapatkan skenario dampak yang akan ditimbulkan secara
impresif, murah, inovatif, praktis serta konsisten dalam menjalankannya
d. Persyaratan Hukum, mengembangkan strategi penetapan perundangan yang dapat menjadi
pedoman dan acuan tentang persyaratan K3 didalam organisasi
e. Program K3, mengembangkan strategi merencanakan program K3 dengan cara memberdayagunakan
SDM secara bertanggung jawab dan penetapan jangka waktu pelaksanaan program K3 secara
berkesinambungan
f. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat, dan wewenang, mengembangkan peran
setiap unsur dalam perusahaan sehingga kinerja SMK3 dapat bekerja secara optimum
g. Konsultasi, mengembangkan strategi bagaimana mendapatkan informasi yang akurat mengenai isu K3
dengan pihak-pihak yang telah berpengalaman
h. Pendokumentasian SMK3, mengembangkan strategi pengumpulan data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan pengembangan SMK3
KoNTekS 6 MK-209
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi
Daftar Pustaka:
1. Rudy Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PPM, Jakarta.2005
2. Soehatman Ramli. Sistem Manajemen keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 2007, Dian
Rakyat, 2010
3. Kartam N., Integrating safety and health Performance into Construction CPM, Journal of
Construction Management, ASCE, 1997
4. Tim Pengelola DPPK. Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Bidang Konstruksi. Penerbit
Departemen Umum, 1997
5. Menteri Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga kerja No 05/1996, Jakarta: Depnaker, 1996.
6. Tanudjaja, Minawaty, dan Jenny, Studi Penerapan OHSAS 18001:1999 Pada Pelaksanaan
Proyek Mal Taman Palem Oleh Kontraktor PT. Waskita Karya,Jurnal Teknik Sipil Universitas
Pelita Harapan, Jakarta. 2006
7. Agustina, Astri Paramitha. Penerapan Manajemen K3dengan OHSAS18001:1999 dan
Penmenaker 05/Men/1996 pada kontraktor lokal. Penelitian JTS, FTSP, Usakti, 2008
8. John A. Martilla and John C. James, Importance-Performance Analysis, (Journal of Marketing,
January, 1977)
9. Brandt, D.R., An Outside- In Approach to Determining Customer-Driven Priorities for
Improvement and Innovation, White Paper series, Volume 2 – 2000.
MK-210 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012