Anda di halaman 1dari 16

ELEMEN- ELEMEN IMPLEMENTASI SMK3 (SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) PADA KONTRAKTOR LOKAL


PROYEK GEDUNG BERTINGKAT
YANG SUDAH MENERAPKAN OHSAS 18001:2007

Jan Agustina1, Julia Damayanti2, Yasier Anwar3


1,2
Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa no.1 Jakarta
3
Alumni Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti

ABSTRAK

Setiap organisasi baik yang besar ataupun kecil, memiliki risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) sesuai dengan sifat dan jenis kegiatannya masing-masing, sektor jasa konstruksi
merupakan salah satu sektor yang paling beresiko terhadap kecelakaan kerja, sebagian besar
tenaga kerja pada sektor ini berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak
memiliki ikatan kerja formal dengan perusahaan. Perkembangan konsep SMK3 mendorong
timbulnya kebutuhan untuk menetapkan suatu standar SMK3 yang dapat digunakan. Dari sini
lahirlah sistem penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000 (Occupational Health and
Safety Assesment Series). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan mengetahui sejauh mana
pengaruh elemen-elemen implementasi SMK3 pada OHSAS 18001:2007 dengan pendekatan
PDCA (plan-do-check-action) yang telah diterapkan oleh kontraktor dalam proyek konstruksi
gedung bertingkat. Berdasarkan tingkat kepentingan dan pelaksanaan, dengan metode IPA
(Importance Performance Analysis) kemudian mengkaji dengan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats) didapatkan strategi dan sasaran terbaik. Elemen-elemen
dalam OHSAS 18001:2007 dikelompokan kedalam 3 klausul yaitu: (1) Kebijakan dan
Perencanaan, ( 2) Implementasi dan Operasi, (3) Evaluasi dan Tinjauan Ulang. Pengumpulan
data dilakukan terhadap kontraktor lokal yang bersetifikat OHSAS 18001, data yang terkumpul
50 set. Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa: kontraktor telah menerapkan
SMK3 OHSAS 18001:2007 dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pada diagram
matriks Importance Performance Analysis yang memberikan hasil pada tingkat kepentingan
dengan skor > 4 (Penting) dan pada performa dengan skor > 4 (Belum Sempurna), tetapi sesuai
dengan tujuan SMK3 yang bertujuan untuk menghindari adanya kecelakaan pada lokasi kerja,
maka kontrakor perlu melakukan perbaikan pada pemahaman dan pelaksanannya. Sedangkan
untuk faktor- faktor yang memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang tidak seimbang perlu
dilakukan penerapan yang lebih baik lagi.

Kata kunci: Keselamatan dan kesehatan kerja, resiko kecelakaan kerja, OHSAS 18001:2007

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam
perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3
tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana
untuk mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal tahun 1980 an berupaya meyakinkan semua pihak,
khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setera dengan unsur lain dalam organisasi.
Hal inilah yang mendorong lahirnya konsep mengenai manajemen K3 (safety management) (Soehatman
Ramli, 2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dirancang melalui pendekatan
terhadap Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dan Sistem manajemen Lingkungan ISO 14000. Pada tahun
1999 BSI (British standards Institution) dengan badan sertifikasi dunia meluncurkan sebuah Standart Sistem
Manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and safety Management Systems (OHSAS 18001)
(Rudi Suardi, 2005).
Menurut Kepnaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sebuah sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,

KoNTekS 6 MK-195
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprihensip dalam suatu
sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan.
Pendekatan sistem manajemen K3 telah berkembang sejak tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3
seperti James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank birds dan lainnya. (Soehatman Ramli,
2010)
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki resiko kecelakaan
kerja yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi
kerja yang berbeda-beda, terbuka, dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis, dan
menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. (Kartam
N. 1997) Para tenaga kerja konstruksi dari manajer sampai pembantu tukang merupakan asset yang perlu
dilindungi agar dapat bekerja dengan baik dan produktif sampai konstruksi selesai dikerjakan tanpa ada
kecelakaan kerja. (Tim pengelola DPPK. 1997). Program Kesehatan dan Keselamatan kerja yang effektif
adalah hasil dari perencanaan, koordinasi serta komitmen semua yang terlibat dalam proyek konstruksi.
Pada dasarnya aspek program Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus telah dipertimbangkan pada saat
mulai kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pasca konstruksi. Semakin disadari betapa berharganya
kedudukan tenaga kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi serta motivasi tenaga kerja dan
menggunakan alat- alat keselamatan kerja merupakan suatu kebutuhan untuk mengurangi resiko kehilangan
potensi sebagai tenaga kerja yang effisien dan produktif.
Untuk memperkecil resiko kecelakaan kerja, pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan
tentang kecelakaan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Permenaker 05/Men/1996 (Menteri Tenaga
Kerja. 1996) mengenai pedoman keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi. Dalam hal ini diketahui ada
banyak macam peraturan yang digunakan disamping Permenaker 05/Men/1996, diantaranya adalah OHSAS
18001 : 1999 yang merupakan standart sistem manajemen K3 yang dikeluarkan oleh BSI (British Standart
Institution) tahun 1999 dengan badan- badan sertifikasi dunia. Proses sertifikasi OHSAS 18001 : 1999
sesuai dengan standart sistem manajemen ISO 14001 : 1996 (lingkungan) dan ISO 9001 : 2000 (mutu)
dengan tujuan untuk memudahkan penggabungan dan penyesuaian dari sistem manajemen mutu,
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja yang akan dilaksanakan oleh organisasi- organisasi
seperti perusahaan, pabrik dan lain- lain. (Suardi. 2005). Manfaat Penerapan OHSAS 18001:1999 pada
perusahaan konstruksi adalah mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau proyek
melalui pencegahan dan pengawasan bahaya ditempat kerja sehingga dapat mengurangi pembiayaan yang
tidak perlu terjadi akibat terjadinya kecelakaan kerja dan dari segi waktu akan mempercepat proses
konstruksi sehingga produktvitas pekerjaan mengalami peningkatan (Minawati dan Jenny. 2006).
Hasil penilaian sistem manajemen kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) OHSAS 18001:1999
pada perusahaan yang sudah mendapat setifikat OHSAS 18001:1999 biasanya menunjukan nilai 100%
untuk setiap klausul OHSAS 18001:1999. Secara umum kondisi sistem manajemen K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker 05/Men/1996 pada proyek konstruksi di Jabodetabek sudah sama-sama
dikenal, akan tetapi OHSAS 18001:1999 berdasarkan penilaian gap analysis sudah lebih dikenal dengan
baik disamping Permenaker 05/Men/1996. Dari hasil analisis didapat bahwa beberapa proyek konstruksi
lokal di Jabodetabek sudah mengenal dan menerapkan OHSAS 18001:1999. Kekuatan sistem manajemen
K3 yang terlihat pada proyek konstruksi di Jabodetabek adalah kebijakan K3 berdasarkan OHSAS
18001:1999 memperoleh nilai 97% dan berdasarkan Permenaker 05/Men/1996 memperoleh nilai 93%
untuk semua prosedur yang ditetapkan perusahaan sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam klausul
OHSAS 18001:1999 dan Permenaker 05/Men/1996.(Astri Paramitha dan J. Agustina, 2008).
OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh
berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup organisasi. OHSAS 18001:2007
secara formal dipublikasikan pada Juli 2007 menggantikan OHSAS:1999, menggunakan pendekatan
kesisteman mulai dari perencanaan, penerapan, pemantauan dan tindakan perbaikan yang mengikuti siklus
PDCA (Plan Do Check Action) yang merupakan proses peningkatan bekelanjutan.
Permasalahan yang timbul adalah, sektor jasa konstruksi merupakan salah satu sektor yang paling
beresiko terhadap kecelakaan kerja, sebagian besar tenaga kerja pada sektor ini berstatus tenaga kerja harian
lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya
mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-
penjelasan mengenai sistem manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi. Masalah
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis yang cukup signifikan, setiap kecelakaan kerja dapat
menimbulkan berbagai macam kerugian. Salah satu pertanyaan yang sering timbul adalah: Perusahaan telah
menerapkan dan memahami sistem manajemen K3, tetapi mengapa kecelakaan masih terjadi?. Untuk itu
penelitian ini bertujuan ingin menyusun dan mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi elemen-
elemen sistem manajemen K3 pada OHSAS 18001:2007 dengan pendekatan PDCA (plan-do-check-
action) yang telah diterapkan oleh kontraktor dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat ≥ 8 lantai di

MK-196 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

daerah Jabodetabek yang sudah mempunyai sertifikat OHSAS 18001:1999 atas peringkat-peringkatnya
berdasarkan data (kuisioner) yang diperoleh. Kemudian mengkaji implementasi dari elemen-elemen
sistem manajemen K3 pada OHSAS 18001:2007 bedasarkan tingkat kepentingan dan prioritas
dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), sehingga didapatkan
strategi dan sasaran terbaik.

2. Tinjauan pustaka

2.1 OHSAS 18001


OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001 merupakan suatu standar
sertifikasi internasional yang memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja, OHSAS
18001:1999 merupakan persyaratan yang dibutuhkan oleh perusahaan, pabrik, atau organisasi lainnya
dalam mengaplikasikan sistem manajemen yang baik dalam masalah K3 para tenaga kerja. Spesifikasi
OHSAS 18001:1999 memberikan persyaratan bagi sistem manajemen K3 yang memungkinkan suatu
organisasi untuk mengendalikan resiko K3 dan meningkatkan pelaksanaannya.
OHSAS 18001 pertama kali dipublikasikan pada April 1999, yang dibentuk oleh 13 badan sertifikasi
internasional yang ternama seperti LRQA (Llyods Register Quality Assurance), BVQI (Bureau Veritas
Quality International), DNV (Det Norske Veritas Quality Assurance), SGS (Societe Generate de
Surveillance} dan badan standarisasi nasional dari Inggris, Irlandia, Afrika Selatan, Jepang, Spanyol,
Malaysia, Singapura, Meksiko dan badan-badan standarisasi lainnya di dunia (BSI,1999). Indonesia sendiri
juga telah mengembangkan sistem manajemen K3 sejenis yang dikenal Permenaker 05/Men/1996 dan
merupakan penilaian-penilaian kinerja pada perusahaan-perusahaan kontraktor lokal di Indonesia
(Suardi,2005).
OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh
berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup kegiatan organisasi. OHSAS
18001:2007 dengan pendekatan PDCA (plan-do-check-action) secara formal dipublikasikan pada Juli
2007 menggantikan OHSAS:1999. Sejak diperkenalkan pada tahun 1999, Standard ini telah berkembang
pesat dan digunakan secara global. Secara umum OHSAS 18001 dapat digunakan bagi setiap organisasi
yang ingin : Mengembangkan suatu sistem manajemen K3 untuk menghilangkan atau mengurangi resiko
terhadap individu atau pihak terkait lainnya yang kemungkinan terlibat oleh aktivitas organisasi.
Menerapkan, memelihara atau meningkatkan SMK3, memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi dan
menujukan kesesuaian organisasi dengan Standard SMK3 dengan cara : pernyataan diri bahwa organisasi
telah memenuhi steandart SMK3, memperoleh konfirmasi kesesuaian SMK3 oleh pihak ketiga yang telah
memiliki kepentingan dengan organisasi seperti pelanggan dan pemasok, mendapatkan konfirmasi tentang
pernyataan sendiri oleh pihak eksternal organisasi, memperoleh sertifikasi SMK3 oleh badan sertifikasi
(Soehatman Ramli, 2010)

KoNTekS 6 MK-197
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

2.2 Elemen- elemen OHSAS 18001:2007 (mengikuti PDCA, gambar 1)

Gambar 1. Elemen
Elemen- elemen OHSAS 18001:2007

Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga harus dijalankan
secara terpadu agar kinerja K3 yang diinginkan dapat tercapai.

3. Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuisioner dengan format pertanyaan disesuaikan dengan
metode Importance Performance Analysis (IPA)(IPA). (Martilla & James, 1977) Untuk mendapatkan tingkat
kepentingan dan performance, dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan
prioritas peningkatan kualitas
itas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis ((Brandt,
Brandt, Latu &
Everett, 2000) Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisoner pada kontraktor2 dalam negri
yang telah menggunakan OHSAS untuk sistem manajemen keselamatannya
keselamatannya. Dengan menggunakan matriks
diagram SWOT, mencari sasaran dan strategi terbaik dari elemen SMK3 berdasarkan hasil analisis metode
importance performance.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara: Kuisioner
Kuisioner yang merupakan
serangkaian pertanyaan yang diserahkan kepada responden yang terlibat langsung dalam proyek
konstruksi. Selain itu digunakan juga metode wawancara yaitu bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dengan responden. Wawancara yang dila dilakukan
kukan berupa cara observasi yang bersifat langsung. Wawancara
bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan pada kondisi setempat serta individual. Wawancara dilakukan
langsung kepada para pengembang atau owner.

3.4 Komponen Penelitian

Dalam penelitian ini dibuat kuisioner yang merupakan data yang akan digunakan untuk memperoleh
hasil yang ingin dilihat dari metode Importance – Performance Analysis. Ada pun komponen penelitian
penelitia ini
dibagi menjadi bentuk tabel yaitu sebanyak 3 komponen pen
penelitian :
1 Kebijakan dan Perencanaan (tabel 1)
2. Implementasi dan Operasi (tabel 2)
3. Evaluasi dan Tinjau Ulang (tabel 3)

MK-198 KoNTekS 6
Manajemen Konstruksi

Tabel 1 Komponen Kebijakan dan Perencanaan


1. Pembentukan Tim Implementasi
Komitmen untuk menerapkan SMK3, maka dilakukan suatu proses pembentukan tim pelaksana (Action
Team).
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
2. Penentuan Lingkup SMK3
Menentukan lingkup SMK3 yang akan dikembangkan dalam organisasi
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Pendokumentasian lingkup SMK3 sehingga dapat diketahui oleh semua pihak terkait
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
3. Tinjauan Awal
Dalam pengembangan SMK3 diperlukan melakukan tinjauan awal sebagai base line assessment untuk
membandingkan dengan tujuan OHSAS 18001
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Melakukan suatu Observasi, daftar perikasaan, wawancara, inspeksi lapangan atau kajian dokumen yang
ada
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
4. Kebijakan K3
Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen dan tekad melaksanakan dari pucuk pimpinan
yang memuat visi, tujuan, kerja, kerangka dan program kerja organisasi
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
5. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Penentuan Pengendalian
Proses mengenali potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan menilai resikonya lalu kemudian dilakukan
pengendalian untuk mencegah terjadinya bahaya yang telah diketahui
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Melakukan suatu penilaian dan evaluasi besarnya resiko serta skenario dampak yang akan
ditimbulkannya
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
6. Persyaratan Hukum
Organisasi harus memastikan bahwa persyaratan perundangan yang sesuai dan persyaratan lainnya yang
digunakan, dipertimbangkan dalam menetapkan, menjalankan dan memelihara SMK3
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
7. Sasaran K3
Memastikan bahwa organisasi telah menetapkan objektif K3 untuk memenuhi kebijakan K3, memiliki
kaitan dengan hasil identifikasi bahaya yang telah dilakukan dan selaras dengan kebijakan organisasi
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
8. Program K3
Perusahaan menyusun program kerja untuk mencapai objektif dan target yang telah dicapai
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Melakukan peninjauan ulang secara berkala dan bila diperlukan ditambahkan sesuai dengan
perkembangan organisasi, operasi, lingkungan atau perundangan yang berlaku
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?

Tabel 2 Komponen Implementasi dan Operasi


9. Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Tanggung Gugat, dan Wewenang.
Adanya tanggung jawab, peran, tanggung gugat dan sumber daya yang jelas dalam K3 di perusahaan.
Ditekankan peran setiap unsur dalam perusahaan mulai dari pekerja terbawah samapi manjemen puncak
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
10. Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi
Organisasi harus memastikan bahwa setiap individu memiliki kompetensi dalam menjalankan
pekerjaannya
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Organisasi harus mengembangkan standar pelatihan bagi seluruh individu dilingkungannya
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Organisasi harus membangun dan mengembangkan kepedulian mengenai K3 dilingkungan organisasi
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
11. Komunikasi, Konsultasi dan Partisipasi
Kebijakan K3 harus dikomunikasikan sehingga diketahui, dimengerti, dihayati dan dijalankan oleh
semua pihak terkait

KoNTekS 6 MK-199
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?


Mengembangkan, menetapkan dan menjalankan berbagai metoda atau cara untuk menggalang peran
serta atau partisipasi semua pihak dalam K3
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Proses konsultasi mengenai K3 dengan semua pihak baik pekerja, kontraktor dan pihak eksternal
lainnya
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
12. Pendokumentasian
Diperlukan sistem dokumentasi, dimana semua dokumen penting terpelihara dan tersimpan dengan baik
sehingga mudah diperoleh untuk digunakan kembali
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
13. Pengendalian Dokumen
Dokumentasi dan data mengenai K3 harus dikendalikan dengan baik dan dibuat suatu prosedur
pengendalian dokumen
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
14. Pengendalian Operasi
Upaya untuk melakukan pengendalian operasi yang mengandung resiko atau potensi bahaya,
selanjutnya dilakukan identifikasi semua aktifitas perusahaan yang memliki aspek K3 signifikan serta
menyusun Prosedur Operasi (OP)
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
15. Kesiagapan dan Tanggap Darurat
Sistem tanggap darurat, melakukan identifikasi potensi darurat yang mungkin timbul dalam operasinya
dan melakukan pengetesan sistem pencegahan dan tanggap darurat, serta dibuat suatu prosedur
manajemen mengenai sistem tanggap darurat
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Sumber OHSAS 18001- 2007

Tabel 3 Komponen Evaluasi dan Tinjau Ulang


16. Pengukuran Kinerja dan Pemantauan
Menetapkan, menjalankan, dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja secara
berkala. Melakukan kalibrasi alat ukur dan pemeliharaan peralatan
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
17. Penyelidikan Insiden dan Ketidaksesuaian
Menetapkan, menjalankan, dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian atau potensi
ketidaksesuaian yang ditemukan dan mengambil tindakan koreksi dan perbaikan dan melakukan
tindakan pencegahan agar tidak terulang kembali
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
18. Pengendalian Rekaman
Menetapkan, menjalankan, memelihara rekaman dan prosedur untuk identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, penarikan, retensi, dan pemusnahan rekaman yang diperlukan untuk menunjukan
kesesuaian dengan persyaratan dari SMK3
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
19. Audit Internal
Mengembangkan dan melakukan audit internal secara menyeluruh terhadap penerapan SMK3 dengan
cara melakukan suatu prosedur manajemen audit Internal
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
20. Tinjauan Manjemen
Menjalankan dan mengembangkan tinjauan manajemen untuk mengevaluasi kelemahan dan
keberhasilan dalam penerapan SMK3 sehingga manajemen dapat mengambil langkah perbaikan dan
peningkatan
Bagaimanakah pelaksanaannya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan?
Sumber OHSAS 18001- 2007

MK-200 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

4. Analisis dan pengolahan data

Untuk mengukur kepuasan responden terhadap berbagai tingkat implementasi elemen OHSAS
18001:2007 digunakan dengan format pertanyaan disesuaikan dengan metode Importance
performance Analysis (IPA). Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada
responden pada hari kerja, data yang terkumpul 50 set. Survey pendahuluan dilakukan untuk mengevaluasi
kuisioner dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk menguji apakah setiap pertanyaan valid dan
reliable. Uji tersebut dilakukan menggunakan program SPSS 17 dengan cara sebagai berikut :
a. Pertanyaan dikelompokkan dalam berbagai klausul. Kebijakan dan Perencanaan, Implementasi dan
Operasi, Evaluasi dan Tinjau Ulang. Pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan yang memiliki skala (1 :
Tidak Penting, 2 : Kurang Penting, 3 : Cukup Penting, 4 : Penting, 5 : Sangat Penting).
b. Dari hasil uji tersebut diperoleh nilai validitas dan reabilitas pertanyaan yang diuji.
c. Untuk uji validitas dapat dilihat dari nilai corrected item-total carrelation (r hasil) yang dibandingkan
dengan r tabel
d. Dasar pengambilan keputusan untuk uji validitas adalah r hasil tidak boleh bernilai negatif dan
r hasil > r tabel.
e. Untuk uji realibilitas dapat dilihat dari nilai α yang terdapat pada hasil analisa kemudian
dibandingkan dengan r tabel.
f. Dasar pengambilan keputusan untuk uji realibilitas adalah r α bernilai positif dan r α > r table.

4.1. Elemen Kebijakan dan Perencanaan

4.1.1. Uji Validitas dan Uji Realibilitas

Pada penjelasan tabel 4. berikut, akan menunjukkan hasil analisa uji validitas pada elemen Kebijakan dan
Perencanaan :
Tabel 4.Uji Validitas Kebijakan dan Perencanaan
IMPORTANCE (Y) PERFORMANCE(X)
ELEMEN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
DAN PELAKSANAAN
Corrected Valid Corrected Valid /not
Item-Total /not Item-Total Valid
Correlation Valid Correlation
Komitmen untuk menerapkan SMK3, maka
1 dilakukan suatu proses pembentukan tim 0.143 Not 0.342 valid
pelaksanaan (Action team) valid
Menentukan lingkup SMK3 yang akan
2 dikembangkan dalam organisasi 0.194 Not valid 0.111 Not valid

3 Pendokumentasian lingkup SMK3 sehingga 0.221 Not valid 0.085 Not valid
dapat diketahui oleh semua pihak terkait
4 Dalam pengembangan SMK3 diperlu
kan melakukan tinjauan awal sebagai 0.277 Valid 0.244 Not valid
base line assessment untuk memban
dingkan dgn tujuan OHSAS 18001
5 Melakukan suatu Observasi, daftar
perikasa, wawancara, inspeksi lapangan 0.227 Not valid 0.532 Valid
atau kajian dokumen yang ada
6 Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari
komitmen dan tekad melaksanakan dari 0.372 valid 0.379 valid
pucuk pimpinan yang memuat visi, tujuan,
kerja, kerangka dan program kerja
organisasi
7 Proses mengenali potensi bahaya yang akan
ditimbulkan dan menilai resikonya lalu 0.108 Not valid 0.379 valid
kemudian mencegah terjadinya bahaya
yang telah diketahui

8 Melakukan suatu penilaian dan evaluasi 0.054 Not valid 0.528 valid
besarnya resiko serta scenario dampak yang

KoNTekS 6 MK-201
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

akan ditimbulkan
9 Organisasi harus memastikan bahwa
persyaratan perundangan yang sesuai dan 0.277 valid 0.335 valid
persyaratan lainnya yang digunakan
dipertimbangkan dalam menetapkan dan
menjalankan.
10 Memastikan bahwa organisasi telah
menetapkan objektif K3 untuk memenuhi 0.325 valid 0.203 Not valid
kebijakan K3, memiliki kaitan dengan hasil
identifikasi bahaya yang telah di;lakukan
dan selaras dengan kebijakan organisasi
11 Perusahaan menyusun program kerja untuk 0.191 Not valid 0.301 valid
mencapai objektif dan target yang telah
dicapai
12 Melakukan peninjauan ulang secara berkala
dan bila diperlukan ditambahkan sesuai 0.094 N0t valid 0.325 valid
dengan perkembangan organisasi, operasi,
lingkungan atau perundangan yang berlaku
df t-0.05 r-tabel
48 1.680 0.273

Hasil uji test realibility menunjukan:


Variabel Performance (Y) Cukup realibilty karena nilai Cronbach's Alpha (ά) berada antara 0,41 s.d
0,60
Variabel Importance (X) Realibilty karena nilai Cronbach's Alpha (ά) berada antara 0,61 s.d 0,80
(tabel 5)
Tabel 5. Realibilitas Kebijakan dan Perencanaan
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Reliability Statistics Importance (Y)
Performance (X)

Cronbach's Cronbach's
Alpha (ά) N of Items Alpha (ά) N of Items
0.509 12 .681 12
CUKUP REALIBILITY

Dari hasil uji validitas dan realibilitas ternyata terdapat elemen data yang memiliki nilai tidak valid, tetapi
disini elemen tersebut sudah merupakan data yang baku dari suatu peraturan yang terdapat dalam Elemen-
elemen SMK3 OHSAS 18001:2007, sehingga dengan demikian elemen tersebut tetap dipergunakan
dalam penelitian ini.

MK-202 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

4.1.2. Hasil Importance performance Analysis ( IPA )

Tabel 6. memperlihatkan hasil perhitungan nilai rata- rata Kebijakan dan perencanaan:

Tabel 6. Nilai rata-rata Kebijakan dan Perencanaan


MEAN
ELEMEN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN STATISTIK
Performance(X) Importance (Y)
Komitmen untuk menerapkan SMK3, maka dilakukan suatu (X)
1 4.800 4.320
proses pembentukan tim pelaksana (Action Team).
2
Tentukan lingkup SMK3 yg akan dikembangkan dlm organisasi 4.580 4.260
3 Pendokumentasian lingkup SMK3 sehingga dapat diketahui oleh 4.640 4.460
semua pihak terkait
Dalam pengembangan SMK3 diperlukan melakukan tinjauan
4 awal sebagai base line assessment untuk membandingkan 4.680 4.300
dengan tujuan OHSAS 18001
Melakukan suatu Observasi, daftar perikasa, wawancara,
5 4.720 4.420
inspeksi lapangan atau kajian dokumen yang ada
Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen dan
6 tekad melaksanakan dari pucuk pimpinan yang memuat visi, 4.820 4.560
tujuan, kerja, kerangka dan program kerja organisasi
Proses mengenali potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan
7 menilai resikonya lalu kemudian dilakukan pengendalian 4.680 4.520
untuk mencegah terjadinya bahaya yang telah diketahui
Melakukan suatu penilaian dan evaluasi besarnya resiko serta
8 4.660 4.420
skenario dampak yang akan ditimbulkannya
Organisasi harus memastikan bahwa persyaratan perundangan
yang sesuai dan persyaratan lainnya yang digunakan dipertimbang
9 4.820 4.200
kan dalam menetapkan, menjalankan dan memelihara SMK3
Memastikan bahwa organisasi telah menetapkan objektif K3
10 untuk memenuhi kebijakan K3, memiliki kaitan dengan hasil 4.680 4.340
identifikasi bahaya yang telah dilakukan dan selaras dengan
kebijakan organisasi

11 Perusahaan menyusun program kerja untuk mencapai objektif dan 4.640 4.460
target yang telah dicapai
Melakukan peninjauan ulang secara berkala dan bila
diperlukan ditambahkan sesuai dengan perkembangan organisasi,
12 4.600 4.180
operasi, lingkungan atau perundangan yang berlaku
∑= 4.693 4.370

Dari tabel 6 diatas menunjukan nilai rata-rata Kebijakan dan Perencanaan pada tingkat Importance sebesar
4,370 dan pada tingkat performance sebesar 4,693. Nilai rata-rata itu dijadikan sebagai garis pembagi pada
kuadran diagram matrik, kemudian data yang diperoleh dimasukan kedalam Diagram Matrik Importance-
Performance.

KoNTekS 6 MK-203
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

P
E
R
F
O
R
M
A
N
C
E

IMPORTANCE
Gambar1. Diagram matrik Importance- performance
Kebijakan dan perencanaan

P
E
R
F
O
R
M
A
N
C
E

IMPORTANCE

Gambar1. Diagram matrik Importance- performance


Kebijakan dan perencanaan skala nilai4-5

Tabel 7 Hasil Kuadran Matrik Importance performance

MK-204 KoNTekS 6
Manajemen Konstruksi

Kebijakan dan
Perencanaan

KUADRAN KONDISI ELEMEN


1 Pertahankan kinerja 5,6
(High performance & High importance)
2 Cenderung berlebihan 1,9
(High performance & Low importance)
3 Prioritas rendah 2,4,10,12
(Low performance & Low importance )
4 Tingkatkan kinerja 3,7,8,11
(Low performance & High importance )

4.1.3. Hasil SWOT Analisis

Berikut ini merupakan hasil dari analisa SWOT yang diambil dari Importance performance Analysis
Kebijakan dan Perencanaan, pada kuadran 2 dan 4.(tabel 8 dan 9)

Tabel 8. Kuadran 2 : Cenderung Berlebihan (High performance & Low importance)


Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Dibentuk dan diatur Pada pelaksanaannya


oleh manajemen sering dianggap sbg pekerjaan
Puncak sambilan bukan merupakan
pekerjaan proyek.
Peluang (O) Strategi pelaksanaan oleh Penerapan oleh tim pelaksana
manajemen puncak kepada tim secara terorganisir sehingga
Komitmen untuk Pelaksanaan pelaksana agar SMK3 dapat tercipta pelaksanaan pekerjaan
menerapkan SMK3, yang terorganisir
terlaksana secara terorganisir yang sesuai dengan bobot
1 maka dilakukan suatu
pekerjaannya
proses pembentukan
tim pelaksana (Action Ancaman (T) Manajemen puncak Mengembangkan strategi
Team). mengembangkan Strategi pada penerapan oleh tim pelaksana
Performa yang team pelaksana agar performa sehingga pelaksanaanya dapat
berlebihan yang dilaksanakan sesuai sesuai dengan bobotdan tingkat
dengan pekerjaannya. kepentingan yang sesuai.
Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Menentukan landasan hukum Banyaknya UU K3 yang


Organisasi harus bagi pelaksanaan SMK3 berlaku di Indonesia
memastikan bahwa
persyaratan
Peluang (O) Menentukan landasan Mengembangkan strategi
perundangan yang
perundangan, persyaratan, dan penetapan perundangan yang
sesuai dan Ditetapkannya suatu
standarisasi demi terciptanya dapat menjadi pedoman dan
9 persyaratan lainnya perundangan, persya
SMK3 yang diinginkan. acuan tentang persyaratan K3
yang digunakan, ratan dan standarisasi didalam organisasi
dipertimbangkan pada organisasi
dalam menetapkan,
menjalankan dan Ancaman (T) MengembangkanStrategi pada Mengembangkan strategi
memelihara SMK3 pelaksanaannya agar performa pelaksanaan pada penetapan
Performa yang pedoman perundangan
yang dilaksanakan sesuai
berlebihan sehingga dapat terlaksana
dengan pekerjaannya sesuai dengan kebutuhan
organisasi

KoNTekS 6 MK-205
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

Tabel 9. Kuadran 4 : Tingkatkan Kinerja (Low performance & High importance )


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Dapat diketahui dan Penerapan yang sering
dimanfaatkan oleh semua pihak dianggap tidak penting
Peluang (O) Pemanfaatan Penerapan
Pendokume dokumentasi Lingkup SMK3 dokumentasi Lingkup SMK3
ntasian Sebagai Acuan sebagai acuan dalam secara optimum sehingga dapat
Lingkup SMK3 untuk pelaksanaan K3 menjadi acuan SMK3 untuk
SMK3 pihak-pihak terkait pihak- pihak terkait
sehingga dapat
diketahui oleh Ancaman (T) Penerapan Mengembangkan
3 pendokumentasian secara strategi penerapan yang
semua pihak
terkait Penerapan yang dpt berkala guna menghindari optimum dan berkala guna
ditetapkan berdasarkan kehilangan data Lingkup menghindari adanya
lokasi, proses, SMK3 diperlukan oleh semua kekurangan informasi dan data
lingkungan kegiatan pihak pada Lingkup SMK3
Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Sebagai langkah saringan Penerapannya yang dilakukan


untuk menentukan tingkat seadanya atau hanya bersifat
Melakukan resiko ditinjau dari kemungkin visual belaka.
suatu an kejadian dan keparahan
penilaian dan yang dapat ditimbulkan
evaluasi Peluang (O) Menghasilkan langkah- Penerapan yang dilakukan
besarnya langkah dan prosedur secara konsisten dalam
8 resiko serta Merencanakan pencegahan akibat dampak merencanakan langkah-
skenario langkah-langkah dan yang dapat ditimbulkan langkah dan prosedur
dampak yang prosedur pencegahan pencegahan akibat dampak
akan akibat dampak kecelakaan
ditimbulkan kecelakaan
nya Ancaman (T) Merencanakan strategi Merencanakan strategi
penilaian dan evaluasi besarnya pada pelaksanaan mendapatkan
Keterbatasan dalam resiko serta mendapatkan suatu penilaian evaluasi,
hal biaya, teknologi, skenario dampak yang akan scenario besarnya resiko secara
kepraktisan, kebiasaan, ditimbulkan secara impresif, konsisten
dan kemampuan dalam murah, inovatif, praktis serta
menjalankannya konsisten dalam
dengan konsisten menjalankannya

Tabel 9. Kuadran 4 : Tingkatkan Kinerja (Low performance & High importance )

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Gambaran dari apa Kurangnya SDM yang


yang akan dikerjakan oleh diperlukan untuk penanggung
perusahaan. Merefleksikan jawab dan penetapan jangka
kebijakan organisasi waktu pelaksanaan program
K3
Peluang (O) Mengembangkan suatu Mengembangkan suatu
strategi dalam memanfaatkan strategi pemanfaatan landasan
Sebagai penyusunan program operasional sehingga SDM
landasan K3 sehingga terciptanya dapat bekerja semaksimal
Operasional landasan Operasional SMK3 mungkin guna terciptanya
Program K3

Ancaman (T) Mengembangkan suatu Mengembangkanstrategi untuk

MK-206 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

1 Perusahaan Tidak sejalan strategi agar program K3 dapat menghindari tidak sejalannya
menyusun program Dengan sejalan dengan Kebijakan K3 program K3 dgn Kebijakan K3
kerja untuk kebijakan K3 dgn cara memberdayagunakan
mencapai objektif organisasi SDM secara bertanggung
dan target yang telah jawab penetapan jangka waktu
dicapai pelaksanaan program K3 secara
berkesinambungan

4.2 Elemen Implementasi dan operasi

Tabel 10 , Elemen implementasi dan operasi


IMPLEMENTASI DAN OPERASI
Adanya tanggung jawab, peran, tanggung gugat dan sumber daya yang jelas dalam K3 di
perusahaan. Ditekankan peran setiap unsur dalam perusahaan mulai dari pekerja terbawah
Y1 samapi manjemen puncak
Organisasi harus memastikan bahwa setiap individu memiliki kompetensi dalam
Y2 menjalankan pekerjaannya

Organisasi harus mengembangkan standar pelatihan bagi seluruh individu dilingkungannya


Y3

Organisasi harus membangun dan mengembangkan kepedulian mengenai


Y4 K3 dilingkungan organisasi

Kebijakan K3 harus dikomunikasikan sehingga diketahui, dimengerti, dihayati dan


Y5 dijalankan oleh semua pihak terkait

Mengembangkan, menetapkan dan menjalankan berbagai metoda atau cara untuk


Y6 menggalang peran serta atau partisipasi semua pihak dalam K3

Proses konsultasi mengenai K3 dengan semua pihak baik pekerja, kontraktor dan pihak
Y7 eksternal lainnya

Diperlukan sistem dokumentasi, dimana semua dokumen penting terpelihara dan tersimpan
dengan baik sehingga mudah diperoleh untuk digunakan kembali
Y8 Dokumentasi dan data mengenai K3 harus dikendalikan dengan baik dan dibuat suatu
Y9 prosedur pengendalian dokumen

Upaya untuk melakukan pengendalian operasi yang mengandung resiko atau potensi bahaya,
selanjutnya dilakukan identifikasi semua aktifitas perusahaan yang memliki aspek K3
Y10 signifikan serta menyusun Prosedur Operasi (OP)
Sistem tanggap darurat, melakukan identifikasi potensi darurat yang mungkin timbul dalam
operasinya dan melakukan pengetesan sistem pencegahan dan tanggap darurat, serta dibuat
Y11 suatu prosedur manajemen mengenai sistem tanggap darurat

Hasil IPA dari elemen implementasi dan operasi (tabel 11)

Tabel 11
KUADRAN ELEMEN
1 4,5,10
2 1
3 2,3,6,7,9,12
4 7,8

KoNTekS 6 MK-207
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

4.3 Elemen evaluasi dan tinjau ulang

tabel 12 Elemen evaluasi dan tinjau ulang


EVALUASI DAN TINJAU ULANG
Y1 Menetapkan, menjalankan, dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur
kinerja secara berkala. Melakukan kalibrasi alat ukur dan pemeliharaan peralatan
Y2 Menetapkan, menjalankan, dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian
atau potensi ketidaksesuaian yang ditemukan dan mengambil tindakan koreksi dan
perbaikan dan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terulang kembali
Y3 Menetapkan, menjalankan, memelihara rekaman dan prosedur untuk identifikasi,
penyimpanan, perlindungan, penarikan, retensi, dan pemusnahan rekaman yang
diperlukan untuk menunjukan kesesuaian dengan persyaratan dari SMK3
Y4 Mengembangkan dan melakukan audit internal secara menyeluruh terhadap penerapan
SMK3 dengan cara melakukan suatu prosedur manajemen audit Internal
Y5 Menjalankan dan mengembangkan tinjauan manajemen untuk mengevaluasi kelemahan
dan keberhasilan dalam penerapan SMK3 sehingga manajemen dapat mengambil
langkah perbaikan dan peningkatan

Hasil IPA Elemen evaluasi dan tinjau ulang (tabel 13)

tabel 13
KUADRAN ELEMEN
1 2,3
2 5
3 1,4

MK-208 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

5. Kesimpulan dan saran

5.1 Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kontraktor telah menerapkan SMK3 OHSAS
18001:2007 dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pada diagram matriks Importance
Performance Analysis yang memberikan hasil pada tingkat kepentingan dengan skor > 4 (penting) dan pada
performa dengan skor > 4 (belum sempurna), tetapi sesuai dengan tujuan SMK3 yang bertujuan untuk
menghindari adanya kecelakaan pada lokasi kerja, maka kontraktor perlu melakukan perbaikan pada
pemahaman dan pelaksanannya.
Dari hasil analisa terhadap data – data yang dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan metode
Importance Performance Analysis (IPA). Maka hasil tingkat pelaksanaan dan penerapan SMK3 OHSAS
18001:2007 yang telah diterapkan oleh kontraktor pada proyek bangunan bertingkat tinggi, sebagai berikut:
a. Kebijakan dan Perencanaan:
Masih banyak terdapat pelaksanaan yang tidak berimbang antara tingkat kepentingan dan performa
diantaranya : Pembentukan tim implementasi, penetuan lingkup SMK3, identifikasi bahaya
penilaian resiko dan penetuan pengendalian, persyaratan hukum, program K3, sehingga perlu adanya
peningkatan pelaksanaan dan pemahaman yang lebih baik lagi dari pihak kontraktor.Sedangkan pada
tinjauan awal, kebijakan K3 dan sasaran K3 merupakan elemen yang perlu dipertahankan tingkat
pelaksanannya.
b. Implementasi dan Operasi
Masih terdapat pelaksanaan yang tidak seimbang antara tingkat kepentingan dan performa
diantaranya: sumberdaya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat dan wewenang, konsultasi dan
pendokumentasian SMK3 sehingga perlu adanya peningkatan dan pemahaman yang lebih baik dari pihak
kontraktor. Sedangkan pada pelatihan, kepedulian dan kompensasi, pengendalian dokumen, pengendalian
operasional merupakan elemen yang perlu dipertahankan tingkat pelaksanannya.
c. Evaluasi dan Tinjau Ulang
Pada klausul ini pelaksanaan kontraktor sangat baik tetapi masih terdapat pelaksanaan yang tidak
berimbang antara tingkat kepentingan dan performa yaitu: tinjauan manajemen seharusnya merupakan
mata rantai dari SMK3 dan merupakan gambaran keberhasilan dari penerapan SMK3 OHSAS
18001:2007. Sehingga perlu adanya peningkatan pelaksanaan dan pemahaman yang lebih baik lagi dari
pihak kontraktor. Sedangkan pada pengukuran kinerja dan pemantauan, penyelidikan insiden dan
ketidaksesuaian, pengendalian rekaman, audit internal tinjauan awal, merupakan elemen yang perlu
dipertahankan tingkat pelaksanaannya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil SWOT analisis, dapat diberikan saran – saran sebagai berikut:
a. Pembentukan Tim Implementasi, manajemen puncak menerapkan strategi pelaksanaan yang
terorganisir dan memantau kinerja tim pelaksana sehingga kinerja tim pelaksana dapat optim um.
b. Penentuan Lingkup SMK3, pemanfaatan pendokumentasian Lingkup SMK3 sehingga dapat menjadi
acuan dari pelaksanaan SMK3.
c. Identifikasi bahaya penilaian resiko dan penetuan pengendalian, merencanakan strategi penilaian
dan evaluasi besarnya resiko serta mendapatkan skenario dampak yang akan ditimbulkan secara
impresif, murah, inovatif, praktis serta konsisten dalam menjalankannya
d. Persyaratan Hukum, mengembangkan strategi penetapan perundangan yang dapat menjadi
pedoman dan acuan tentang persyaratan K3 didalam organisasi
e. Program K3, mengembangkan strategi merencanakan program K3 dengan cara memberdayagunakan
SDM secara bertanggung jawab dan penetapan jangka waktu pelaksanaan program K3 secara
berkesinambungan
f. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat, dan wewenang, mengembangkan peran
setiap unsur dalam perusahaan sehingga kinerja SMK3 dapat bekerja secara optimum
g. Konsultasi, mengembangkan strategi bagaimana mendapatkan informasi yang akurat mengenai isu K3
dengan pihak-pihak yang telah berpengalaman
h. Pendokumentasian SMK3, mengembangkan strategi pengumpulan data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan pengembangan SMK3

KoNTekS 6 MK-209
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi

Daftar Pustaka:

1. Rudy Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PPM, Jakarta.2005
2. Soehatman Ramli. Sistem Manajemen keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 2007, Dian
Rakyat, 2010
3. Kartam N., Integrating safety and health Performance into Construction CPM, Journal of
Construction Management, ASCE, 1997
4. Tim Pengelola DPPK. Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Bidang Konstruksi. Penerbit
Departemen Umum, 1997
5. Menteri Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga kerja No 05/1996, Jakarta: Depnaker, 1996.
6. Tanudjaja, Minawaty, dan Jenny, Studi Penerapan OHSAS 18001:1999 Pada Pelaksanaan
Proyek Mal Taman Palem Oleh Kontraktor PT. Waskita Karya,Jurnal Teknik Sipil Universitas
Pelita Harapan, Jakarta. 2006
7. Agustina, Astri Paramitha. Penerapan Manajemen K3dengan OHSAS18001:1999 dan
Penmenaker 05/Men/1996 pada kontraktor lokal. Penelitian JTS, FTSP, Usakti, 2008
8. John A. Martilla and John C. James, Importance-Performance Analysis, (Journal of Marketing,
January, 1977)
9. Brandt, D.R., An Outside- In Approach to Determining Customer-Driven Priorities for
Improvement and Innovation, White Paper series, Volume 2 – 2000.

MK-210 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012

Anda mungkin juga menyukai