SEMEN PADANG
TAHUN 2015
TESIS
OLEH :
YENI HERLINA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT.
SEMEN PADANG
TAHUN 2015
TESIS
OLEH :
YENI HERLINA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016
RINGKASAN PENELITIAN
Dibawah bimbingan:
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT.
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.
Hasil survei ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat dua terendah di dunia dalam
penerapan K3, yaitu menempati urutan ke 152 dari 153 negara. Terkait masalah perlindungan tenaga
kerja dari kecelakaan kerja, setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajeman keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3). PT. Semen Padang merupakan perusahaan BUMN yang telah
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam proses
produksinya sejak tahun 2002, yang dikelola oleh biro K3LH. Akan tetapi, pada tahun 2011
ditemukan 12 kasus anggka kecelakaan kerja, tahun 2012 tercatat 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 10
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis penerapan SMK3 di PT. Semen Padang
K3) dan komponen output yaitu optimalisasi penerapan SMK3 di PT. Semen Padang.
tentang SMK3 belum disosialisasikan perusahaan kepada pekerja, SDM yang tersedia belum
mencukupi secara kuantitatif dan secara kualitatif belum ada SDM dengan latar pendidikan
K3, ada alokasi dana untuk perencanaan K3, tersedia sarana/prasarana untuk kegiatan K3,
Komponen proses meliputi: Penetapan kebijakan K3 di PT. Semen Padang sudah ada, namun
belum optimal disosialisasikan kepada seluruh pekerja, penetapan rencana K3 di PT. Semen
Padang sudah ada, tetapi dalam penyusunan rencana belum melibatkan perwakilan buruh,
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di PT. Semen Padang belum optimal dilakukan, rapat
P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 sudah dilakukan setiap bulan di PT. Semen
sepenuhnya optimal diterapkan, hal ini disebabkan karena kebijakan yang sudah ada belum
maksimal disosialisasikan, SDM memiliki tugas ganda dan perusahaan belum merekrut
tenaga dengan latar pendidikan K3, pekerja tidak mematuhi pemakaian APD dalam bekerja
dan kurangnya pengawasan dari petugas sehingga di tahun 2015 PT. Semen Padang belum
mencapai target SMK3 sesuai dengan pedoman yang sudah ada dan PP No. 50 Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pihak PT. Semen Padang untuk
meningkatkan penerapan SMK3 secara menyeluruh dan signifikan dengan cara merekrut
tenaga K3 dengan latar pendidikan K3 agar semua pekerja terkontrol kesehatannya dan
diminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Status : Menikah
E-mail : yeniherlina306@yahoo.com
A. Riwayat Pendidikan:
5. Akademi Hiperkes dan Keselamatang Kerja STIKes Indonesia Padang, tahun 2005
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kewajiban setiap perusahaan dengan pekerja 100
orang atau lebih dan memiliki potensi bahaya tinggi untuk menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SMK3 di PT. Semen Padang belum
optimal diterapkan hal ini disebabkan karena kebijakan yang sudah ada belum maksimal
disosialisasikan, SDM memiliki tugas ganda dan perusahaan belum merekrut tenaga dengan
latar pendidikan K3, pekerja tidak mematuhi pemakaian APD dalam bekerja dan kurangnya
pengawasan dari petugas.
PT. Semen Padang belum mencapai target SMK3 sesuai dengan pedoman yang sudah
ada dan PP No. 50 Tahun 2012 yaitu zero accident. Disarankan agar pihak perusahaan untuk
meningkatkan penerapan SMK3 secara menyeluruh dan merekrut tenaga K3 dengan latar
pendidikan K3 agar semua pekerja selamat dan sehat ditempat kerja.
PENDAHULUAN
masih jauh dari yang diharapkan karena masih banyak terjadi kecelakaan kerja serta
potensi bahaya kerja yang dapat membahayakan tenaga kerja. Terkait masalah
manajeman yang dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan menghindari
kerugian yang besar terhadap perusahaannya. Salah satu sistem manajeman yang harus
diterapkan adalah sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) (Ramli,
2013).
Tahun 2012 Pasal 5 Ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mempunyai
tingkat potensi bahaya tinggi wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya”. Hal tersebut
untuk mewujudkan Zero Accident, sehingga kelangsungan dari usaha dapat berjalan
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja. Hasil survei ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada
pada peringkat dua terendah di dunia dalam penerapan K3, yaitu menempati urutan ke
152 dari 153 negara. Dipaparkan bahwa dari 15.043 perusahaan berskala besar, hanya
sekitar 317 perusahaan (2,1%) yang menerapkan SMK3 dan standar keselamatan kerja
di Indonesia pun merupakan yang paling buruk jika dibandingkan dengan negara-
negara lain dikawasan Asia Tenggara . Hal ini dapat dikaitkan dengan masih tingginya
Menurut data dari PT. Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan tahun 2010,
jumlah kasus kecelakaan kerja mencapai 98.711 kasus, jumlah tersebut mengalami
kenaikan di tahun 2011 menjadi 99.491 kasus, 103.074 kasus di tahun 2012 dan
menjadi 103.285 kasus di tahun 2013. Pada tahun 2014 terjadi penururan dengan
88.207 kasus, tercatat cacat tetap 37 orang, 1978 orang meninggal dan nilai kompensasi
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi kawasan indusrtri dengan 3.019
berskala menengah dan 182 perusahaan berskala besar dengan jumlah tenaga kerja
118.484 orang. Berdasarkan hasil survei K3 yang dilakukan oleh PT.Resultant pada
bulan Mei 2013 terhadap manajemen dan pekerja di 38 perusahaan di Sumatera Barat,
dilevel cooperating atau penerapan dan pelaksanaannya sudah cukup kuat. Tetapi, pada
kenyataanya angka kecelakaan kerja selama 2013 di Sumatera Barat sebanyak 957
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Muhaimin Iskandar selaku Menteri
masyarakat akan K3, belum diterapkannya SMK3 secara optimal, serta adanya
ketidakseimbangan antara jumlah perusahaan dengan sumber daya manusia (SDM)
melaksanakan lima hal yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan
rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan peningkatan
menjadi landasan dari suatu Sistem Manajemen yang diaplikasikan dalam SMK3.
Proses SMK3 dimulai dengan proses perencanaan yang baik untuk menjamin agar
penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakan dan sasaran yang diinginkan (e-Journal,
2014).
harus dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua fungsi yang ada dalam
perusahaan dan tercermin dalam rencana kerja tiap-tiap fungsi. Rencana kerja disusun
dengan memerhatikan empat masukan, yaitu hasil tinjauan awal yang telah dilakukan
sebelumnya, hasil analisis risiko yang dilakukan terkait dengan bisnis perusahaan,
aspek perundangan terkait aspek K3, serta ketersediaan sumber daya atau kemampuan
PT. Semen Padang adalah salah satu perusahaan besar di Sumatera Barat yang
memproduksi semen. Pabrik ini didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV
pabrik semen yang tertua di Indonesia dengan kapasitas produksi sekitar 5.240.000
ton/tahun dengan total pekerja 1818 orang. PT. Semen Padang dalam proses
alat/mesin industri ini akan menimbulkan resiko bahaya pada lingkungan kerja dan
tenaga kerja. Untuk mengendalikan berbagai resiko bahaya ditempat kerja perlu
(www.semenpadang.co.id, 2015)
Berdasarkan hasil survei awal, PT. Semen Padang telah menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam proses produksinya sejak
tahun 2002, yang dikelola oleh biro K3LH. Akan tetapi, pada tahun 2011 ditemukan 12
kasus anggka kecelakaan kerja, tahun 2012 tercatat 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 10
kasus dan tahun 2014 sebanyak 12 kasus. Jenis kecelakaan kerja yang terjadi sejak
tahun 2011 s/d 2013 umumnya adalah kecelakaan kerja berat. Disamping itu tercacat
juga kasus kebakaran, terdapat 16 kasus pada 2011, 17 kasus 2012 dan 8 kasus 2013.
Rata-rata kecelakaan kerja yang terjadi akibat ketidak patuhan pekerja terhadap SOP
dan kurangnya pengawasan diunit beresiko (diarea tambang dan pabrik) hal ini
berakibat pekerja diunit tersebut bekerja tidak menggunakan APD dan berujung
kecelakaan kerja.
Berdasarkan data dan hasil wawancara lansung dengan kepala Biro K3LH, PT.
Semen Padang telah berusaha menerapkan 5 ketentuan penerapan SMK3 dengan baik,
akan tetapi masih terdapat angka kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proses
karena itulah penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan SMK3 di PT.
Semen Padang dalam rangka meminimalisir bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang telah dilakukan di PT. Semen Padang ?
Dari tujuan umum diatas, maka dapat disusun tujuan khusus sebagai berikut:
rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, peninjauan dan peningkatan
c. Sebagai bahan referensi atau informasi bagi peneliti lain untuk melakukan
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem berasal dari bahasa latin (Systema) dan bahasa yunani (Sustema) adalah
suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi (Suardi, 2010). Sistem
melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Thabrany,
2005).
Menurut Ramli (2013), ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu:
tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik,
a. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan yang bisa berjumlah satu tujuan atau lebih. Tujuan ini
yang menjadi motivator yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi
b. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan
selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang
c. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transpormasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Proses tidak hanya berupa
informasi dan produk, tapi juga berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya sisa
pembangunan/limbah.
d. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran
dapat berupa suatu informasi, saran dan cetakan laporan. Dalam aspek keselamatan,
keluaran juga dapat berupa dampak yang ditimbulkan dalam proses seperti
merugikan sehingga perlu dicegah agar keluaran yang diinginkan dapat memberikan
e. Batas
Batas sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah diluar sistem (lingkungan).
mencakup keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan masukan atau
proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
g. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan dapat
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa
Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris
yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari
bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur (Susihono, 2013).
menjadi landasan dalam menerapkan berbagai sistem manajemen, untuk itu Deming
2013).
1. Perencanaan (Planning)
2. Implementasi
4. Perbaikan
Sarana produksi ini berupa suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Sarana ini
1. Man, merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi
2. Money, atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
dikaitkan juga dengan istilah modal yang merupakan salah satu unsur penting dalam
manajemen
3. Materials,
4. Machines, atau mesin peralatan produksi yang digunakan untuk memberi kemudahan
untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.
produknya.
1. Manusia (Man)
level paling tinggi sebagai pekerja terendah yang melibatkan dalam penerapan
2. Dana (Money)
mendukung penerapan K3. Kebutuhan dana ini sering kali menjadi alasan bagi
karena memerlukan biaya. Hal ini tentu tidak sepenuhnya benar. Penerapan K3
tidak sepenuhnya mahal, tetapi jika dilaksanakan dengan baik akan menjadi nilai
tambah karena berkaitan dengan produktivitas. Perusahaan yang sadar K3 akan
3. Material
akibat kerja.
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi mempunyai dampak
keselamatan yang sangat besar. Banyak kecelakaan terjadi dalam proses kerja
5. Metode
Metode atau cara kerja memiliki kaitan langsung dengan terjadinya kecelakaan.
Metode yang salah dan prosedur yang tidak akurat dapat menimbulkan kecelakaan.
6. Pasar
Produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan keinginan konsumen. Untuk itu, aspek K3 juga harus diperhitungkan dalam
memasarkan produk atau jasa. Tuntutan konsumen yang makin kritis terhadap
Masyarakat konsumen akan lebih kritis memilih produk yang aman (Suardi, 2005).
2.3 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan
bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak
dan personil kontraktor, atau orang lain ditempat kerja) (Suardi, 2005).
Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu sebagai
berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara
seefektif mungkin.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja (Reza, 2013).
2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (SMK3)
kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tenpat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Ramli, 2013).
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
yang berupa paksaan diatur dalam pasal 87 ayat (1) yang berbunyi “setiap perusahaan
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman,
kecelakaan dan penyakit kerja dapat dicegah atau dikurangi (Ramli, 2010).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/ MEN/ 1996 pasal 1 menyebutkan
bahwa SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
(Rudi, 2005).
dengan perusahaan lainnya yang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
g. kebijakan K3 perusahaan
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
SMK3.
Tahun 2012 tentang pedoman SMK3 maka yang elemen-elemen yang harus
dilaksanakan adalah:
tanggung jawab manajemen perusahaan. Oleh karena itu, tanpa komitmen dari
yang baik. Untuk itu, manajemen harus menempatkan aspek K3 sebagai bagian
integral dalam perusahaan. Aspek K3 sama pentingnya dengan aspek lainnya seperti
a. Komitmen
perusahaan. Menurut F. Bird, komitmen adalah niat atau tekad untuk melaksanakan
sesuatu. Berdasarkan tekad dan keinginan tersebut, komitmen akan tercermin pada
sikap dan tindakan terhadap K3. Sebagai bagian dari komitme manajemen, pengusaha
b. Kebijakan K3
baik;
buruh.
pengusaha dan atau pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, serta kerangka dan program kerja yang
a. Visi
b. Tujuan perusahaan
f. Bersipat dinamik
perusahaan
2.4.2 Perencanaan K3
dalam SMK3. Proses SMK3 dimulai dengan prosesperencanaan yang baik untuk
menjaminagar penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakandan sasaran yang diinginkan
(Syahrizal, 2014).
rencana K3:
Dalam tahap ini, program-program K3 yang telah disusun akan dilaksanakan secara
b. Prasarana
1) Organisasi
2) Anggaran
4) Pendokumentasian
5) Prosedur keja
c. Kegiatan
1) Tindakan pengendalian
6) Prosedur ahir
7) Keadaan darurat
8) Rencana pemulihan
evaluasi kinerja secara berkala untuk memastikan apakah pelaksanaan SMK3 telah
berjalan sesuai ketentuan dan rencana kerja yang telah ditetapkan. Pemantauan dan
a. Pemeriksaan
b. Pengujian
c. Pengukuran
dengan objek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur
yang cukup.
dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja
yang terkait.
metodologi yang telah ditetapkan. Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk
tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit
SMK3 dijamin pelaksanaanya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen
(Ramli, 2013).
Proses terahir dari siklus sitem manajemen K3 adalah tinjauan ulang dan
peningkatan oleh manajemen. Elemen ini merupakan peran kunci bagi manajemen
dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3 dalam perusahaannya. Siklus terahir
ini sering diabaikan dandan dianggap sebagai sesuatu formalitas belaka. Padahal,
tahapan ini merupakan langkah penting untuk menuju kinerja terbaik yang ingin
pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan pengurus perusahaan atau tempat kerja
harus:
berkala
kegiatan serta produk barang dan jasa, termasuk dampaknya terhadap kinerja
berkala. Tinjauan manajemen ini merupakan bagian penting dalam mata rantai SMK3
untuk memastikan bahwa penerapan SMK3 telah berjalan sesuai dengan rencana yang
lain:
a. Kesesuaian kebijakan K3 yang sedang berjalan
pengendalian bahaya
hasil kinerja K3, potensi risiko, kebijakan K3, ketersediaan sumber daya manusia dan
prioritas yang diinginkan. Selanjutnya, SMK3 juga mensyaratkan agar tinjauan ulang
ini dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Alfred Billy Wuon (2013) yang berjudul
dan kesehatan kerja (K3), perencanaan K3 di PT KWMB juga belum sesuai dengan
diperusahaan yang sudah dilakukan dalam perlindungan keselamatan para pekerja yaitu
berupa pengadaan sejumlah alat pelindung diri sebagai upaya teknis pencegahan
Audit SMK3.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Reza Husein (2012) yang berjudul
bahwa PT. X yang dikategorikan sebagai salah satu perusahaan dengan risiko besar
tingkat awal dan hasil penilaian yang dilakukan bahwa belum satupun kriteria yang
terpenuhi.
Penelitian Zamaan Tarigan (2008) dengan judul “ Analisis SMK3 di Pabrik Kelapa
kerja.
penerapan SMK3 di PT. KSS” menyimpulkan bahwa adanya para pekerja yang masih
melanggar peraturan k3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Masih ada pekerja yang
tidak memahami kebijakan k3 dan sarana yang sudah disediakan oleh perusahaan untuk
Manajemen harus mempunyai komitmen dan melibatkan seluruh tenaga kerja dalam
memperbaiki kinerja penerapan SMK3 untuk menurunkan angka kecelakaan kerja yang
Pada penelitian Izatul Mira Amiri (2003) dengan judul “Analisis Pelaksanaan
Akreditasi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang” menunjukkan bahwa RS Dr. Kariadi
A. Keselamatan C. Sistem
dan Kesehatan Manajemen K3
Kerja 1. Penetapan
1. Bahaya Pendekatan kebijakan K3
2. Risiko Sistem 2. Perencanaan K3
3. Kecelakaan 3. Pelaksanaan
rencana K3
4. Manajemen 4. Pemantauan dan
Risiko evaluasi kinerja
B. Manajemen K3
5. Peninjauan
Ulang dan
peningkatan
kinerja K3
Dimulai dari menganalisa input, proses dan menghasilkan output. Input adalah
kumpulan bagian yang terdapat dalam sistem yang diperlikan untuk berfungsinya
sistem tersebut. Menurut Muninjaya (2004), input meliputi Man (staf), Money (dana
mengemukakan komponen input meliputi sumber daya uang, sumber daya fisik,
sumber daya manusia, informasi dan energi. Jadi dalam input akan digambarkan
kebijakan, sumber daya tenaga, dana, sarana dan prasarana, data dan informasi serta
jadwal.
Untuk komponen proses, proses adalah bagian yang terdapat dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang terdiri dari
adalah penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan
Untuk komponen output, output adalah kumpulan bagian yang dihasilkan dari
berfungsinya proses dalam sistem. Keluaran dalam SMK3 PT Semen Padang ini
a. Kebijakan a. Penetapan
Pemerintah Kebijakan K3
Optimalnya
b. SDM b. Perencanaan K3
c. Dana c. Pelaksanaan penerapan SMK3
d. Sarana/prasarana rencana K3 diPT.Semen Padang
e. Data dan informasi d. Pemantauan dan
f. Jadwal evaluasi kinerja
K3
e. Peninjauan dan
peningkatan
kinerja K3
INPUT
1. Komitmen dan
kebijakan K3 adalah Telaah Dokumen dan Pedoman
pernyataan tertulis Wawancara,
pengusaha/pengurus dalam Wawancara mendalam
pelaksanaan K3 di PT. Semen Daftar telaah
Padang yang meliputi: Visi, dokumen dan
tujuan, dan komitmen untuk pedoman diskusi
melaksanakan K3.
kelompok terarah
METODOLOGI PENELITIAN
fenomenologi yaitu menggali lebih dalam pengalaman pihak direksi PT. Semen
Padang, pelaksana K3 yaitu Biro K3LH PT. Semen Padang dan pihak lain yang
terlibat serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT. Semen Padang
Penelitian ini dilaksanakan di Biro K3LH PT. Semen Padang, pada tanggal 1
pabrik dan pekerja (serikat pekerja). Batasan informan di PT. Semen Padang ini
adalah orang yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT.
Semen Padang.
informan yang dapat memberi keterangan atau penjelasan berupa data-data yang
diperlukan peneliti, dalam hal ini adalah informan yang bersedia memberikan
penelitian. Informan dalam penelitian ini dianggap sesuai dengan topik yang
diambil. Hal ini terlihat dari posisi jabatan informan yang paling banyak
Padang.
penelitian (Saryono,2010).
Informan yang dipilih pada penelitian ini, adalah orang yang terlibat dan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT. Semen Padang Tahun 2014.
menggunakan alat bantu berupa panduan wawancara mendalam dan dengan diskusi
lebih dari satu metode pencarian data untuk mendapatkan gambaran dari fenomena
a. Observasi
Melalui observasi hal-hal yang diamati oleh peneliti dapat dibuktikan apakah
b. Wawancara Mendalam
wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urut dan penggunaan kata, tetapi
pelaksanaanya lebih bebas dan tidak terikat dengan panduan wawancara yang
diawali dengan kata bagaimana atau mengapa), namun ada batasan tema dan alur
dan informan dapat mengemukakan pendapat dan idenya. Hasil dari wawancara
recorder.
c. Telaah Dokumen
diteliti.
Diskusi kelompok terarah adalah suatu metode diskusi kelompok yang bertujuan
a. Transkrip data
dalam kaset kosong dan berbagai informasi yang ada dalam catatan lapangan
menjadi bentuk tulisan. Setiap informasi yang ditulis diberi kode sumber data agar
tetap dapat ditelusuri apabila informasi yang didapat dirasa kurang lengkap
(Sugiyono,2009).
Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah dokumen direduksi ke
dalam matriks tabulasi checklist (Sugiyono,2009). Data yang diperoleh dari hasil
wawancara.
c. Penyajian Data (Data display)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data (data display).
(Sugiyono,2009).
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
pengumpulan data. Analisis data yang akan dipakai untuk menganalisis data
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan
a. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mewawancarai hal yang sama kepada
b. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mewawancarai hal yang sama melalui
metode yang berbeda, yaitu dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen
(Sugiyono,2009).
BAB V
HASIL PENELITIAN
PT. Semen Padang merupakan pabrik semen yang tertua di Indonesia. Pabrik
ini didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandish Indische
Portland Cement Ma’atschappij (NV NIPCM). Saat ini, PT. Semen Padang mulai
melakukan konsulisasi atas beberapa pabrik semen pada tanggal 15 September 1995
PT. Semen Padang sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai Visi
Misi :
a) Memproduksi dan memperdagangkan semen serta produk tekait lainnya yang
PT. Semen Padang sebagai perusahaan dalam industri persemenan dan bagian
perusahaan.
keanekaragaman hayati.
kecelakaan.
berkesinambungan.
lainnya.
Semen Padang memiliki 1924 (Januari 2015) orang karyawan yang terbagi
atas dua bagian yaitu, karyawan shift dan karyawan non shift (harian) termasuk
disesuaikan dengan pendidikan yang dimiliki. Jadwal jam ker-ja shift dengan
untuk area pabrik/produksi dan untuk area selain pabrik 07.30–16.30 dengan lima
hari kerja dalam seminggu dan hari libur nasional tidak bekerja.
B. Gambaran Umum Biro K3LH PT. Semen Padang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Semen Padang dikelola oleh biro K3LH
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup), terdapat 2 bidang yaitu
Bidang Keselamatan Kerja dan Bidang Lingkungan Hidup serta satu staf Kesehatan
kerja. Biro K3LH berada dibawah naungan Departemen Jaminan Kualitas dan Inovasi.
Semen Padang mempunyai 61 orang Ahli K3 Umum dan seorang dokter Hiperkes.
Biro Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) adalah
biro yang berperan dalam pengelolaan dan pengawasan norma-norma K3 dan lingkungan
hidup. Biro K3LH merupakan sekretaris dari P2K3 (Panitia Pelaksana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) yang dikepalai oleh top manajemen, yaitu Direktur Produksi PT Semen
Padang.
litbang dan jaminan kualitas yang terdiri dari 3 bidang didalamnya, jumlah
Program di Biro K3LH dituangkan ke dalam activity plan yang telah dibagi ke
keselamatan kerja.
atau insiden.
Izin Operasi).
b) Staf Kesehatan Kerja, dengan tugas yaitu:
kesehatan kerja.
Kesehatan Kerja.
terkait.
SMK3 dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan dan
didukung dengan media record. Studi observasi dan dokumentasi juga dilakukan
a. Komponen Input
Komponen input dalam penelitian ini adalah kebijakan pemerintah, SDM, dana,
1) Kebijakan Pemerintah
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: dalam mendukung
penerapan SMK3 yaitu PP No. 50 Tahun 2012. Kebijakan ini di buat pemerintah
ini, namun sosialisasi lansung melalui suatu gebrakan khusus dari perusahaan ke
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja dan Staf Kesehatan Kerja: Diskusi Kelompok
“SMK3 di PT. Semen Padang mengacu kepada peraturan pemerintah pusat yaitu
PP No 50 2012.”
(Informan4)
(Informan6)
Hal ini juga diungkapkan oleh informan 8 dan 5 berikut:
“Kalau untuk peraturan pemerintah ada, tapi sedikit yang saya tahu dan itu
sudah kita terapkan. Akan tetapi PT Semen Padang sendiri sudah memiliki
kebijakan terkait penerapan SMK3 diperusahaan ini”
(Informan5)
Informan 2 juga menegaskan:
(Informan2)
berikut:
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada
Untuk lebih jelasnya, hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi
penerapan SMK3 di PT. Semen Padang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:
penerapan SMK3 sudah ada yaitu PP No.50 Tahun 2012, dibuat secara tertulis dan
sosialisasi secara lansung oleh perusahaan kepada masyarakat pekerja sejauh belum
ada, sehingga pekerja belum begitu memahami ketentuan yang terbaru ini.
2) SDM
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,
Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
Ahli K3, dengan rincian 57 ahli K3 umum, 1 ahli K3 listrik, 1 ahli K3 kimia dan 2
ahli K3 kebakaran.
Berikut ungkapan informan saat wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka.
Biro K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
(Informan4)
(Informan3)
(Informan6)
Secara Kuantitas SDM untuk K3 sudah cukup, tetapi untuk perpabriknya harus ada
penambahan tenaga lagi dan secara kualitas belum ada tenaga dengan latar
belakang pendidikan ilmu k3”
(Informan1)
(Informan8)
“Secara kuantitas tenaga ahli k3 PT.SP banyak ada 66 orang dan itu dirasa cukup
untuk penerapan SMK3, secara kualitas berdasarkan kenyataan dilapangan kami
memang belum pernah ada tenaga dengan latar belakang pendidikan K3”
(Informan2)
Hal yang berbeda dengan pendapat sebelumnya disampaikan oleh informan berikut:
“Menurut saya secara kuantitas tenaga k3 baik di biro K3LH sendiri dan dipabrik
belum mencukupi dan secara kualitas tenaga dengan latar belakang pendidikan k3
ada tetapi untuk mengejar kompetensi kami di training setiap tahun”
(Informan7)
“Mengenai Kuantitas dan kualitas SDM saya belum pernah tahu indikatornya, sejauh
ini tenaga K3 yang khusus dengan latar belakang pendidikan k3 memang tidak ada”
(informan5)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada
Tabel 5.5 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
SMK3 di PT. Semen Padang dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.6 Matrik Triangulasi SDM dari Hasil telaah Dokumen, Observasi dan
Wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi SDM belum mencukupi secara
kuantitas karena sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu UU No 1 Tahun 1970
menyatakan bahwa perusahaan dengan tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih,
jumlah anggota pada P2K3 sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6
kerja. Untuk kualitas masih kurang karena belum ada tenaga yang berkompeten
dibidang K3.
3) Dana
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,
Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
(FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: semua pendanaan di PT. Semen
Padang terintegrasi dengan sistem manajemen keuangan perusahaan. Pengalokasian
dana untuk Biro K3LH berasal dari dana perusahaan PT. Semen Padang, dana yang
utama, tetapi belum ada penetapan standar biaya untuk perencanaan K3, berikut
(Informan2)
“Ada dana untuk kegiatan k3 dari perusahaan dan kita ajukan anggarannya per-
tahun, alokasi dana kita bersifat cost by activity karena itu juga tidak ada berapa
standar dana yang ditetapkan”
(Informan3)
“Anggaran dana dari perusahaan untuk perencanaan K3 ada, tetapi memang tidak
ada tetapan persentase dna berapa standarnya”
(Inormanf6)
“Ada alokasi dana dari perusahaan untuk manajemen K3, dari biro k3lh sendiri dana
dianggarkan untuk program kerja k3 sekitar 5-8 milyar per-tahun”
(Inormanf7)
(Informan4)
(Informan1)
(Informan5)
(Informan8)
Tabel 5.8 Matrik Triangulasi Dana dari Hasil telaah Dokumen, Observasi dan
Wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada alokasi dana untuk pelaksanaan
standarnya belum ada karena kegiatannya bersipat kegiatan dulu baru pencairan dana
(cost by activity).
4) Sarana/prasarana
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,
Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen sudah tersedia 5 motor trabas, mobil
operasional, sepeda ontel, radio, hp dengan aplikasi WA dan web online perusahaan,
“Ketersediaan sarana dan prasarana cukup dalam rangka menunjang program kerja
kami biro K3LH”
(Inormanf2)
“Untuk ketersediaan sarana dan prasarana penunjang program kerja kami K3Lh
sudah lengkap, ditunjang dengan disediakannya motor trabas untuk akses cepat ke
area, komunikasi kami dilengkapi dengan radio”
(Informan3)
“Ketersediaan sarana dan prasarana menurut saya sudah lengkap dalam rangka
mendukung program K3 diprusahaan in”
(Inormanf1)
“Untuk permasalahan sarana dan prasarana saya rasa tidak ada masalah dengan
adanya disediakan sepeda ontel sebagai alat transportasi antar pabrik ini lebih
mempermudah memasuki jalan kecil/gang didalam pabrik”
(Informan5)
(Informan6)
(Informan7)
(Informan8)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pda tabel
5.9 berikut:
Tabel 5.9 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Untuk lebih jelasnya, berikut ini matrik triangulasi dari hasil telaah dokumen,
observasi dan wawancara mendalam tentang ketersediaan saran dan prasarana di PT. Semen
Padang, berikut:
Tabel 5.10 Matrik Triangulasi Sarana dan Prasarana dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan Wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,
Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
perencanaan dalam penerapan SMK3, ketersediaan data dan informasi sangat penting.
Data dan informasi yang ada di PT. Semen Padang sudah dimanfaatkan dalam
(Informan2)
“Data dan informasi cukup tersedia dan bisa kita akses di portal perusahaan dan
web biro-biro terkait, untuk digunakan sebagai dasar penyusunan program kerja
dibidang K3”
(Informan4)
“Ketersediaan data dan informasi lengkap dan cepat dengan dilengkapi web, radio,
telepon perusahaan dan majalah warta perusahaan”
(Informan8)
“Ketersediaan data dan informasi untuk dasar penyusunan program kerja biro K3LH
ada, tetapi masih ada data dan informasi yang belum lengkap”
(Informan6)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pda tabel
5.11 berikut:
Tabel 5.11 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Tabel 5.12 Matrik Triangulasi Data dan Informasi dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan wawancara MendalamDi PT. Semen Padang Tahun 2015
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terkait ketersediaan data dan informasi,
PT. Semen Padang sudah memiliki web, dimana setiap karyawan organik (tetap) bisa
mengakses dengan kode nomor kepegawaian dan semua data yang diperlukan ada di
web serta dokumen penting disimpan di web perusahaan, hal ini dapat disimpulkan
bahwa ketersediaan data dan informasi penunjang penerapan SMK3 di PT. Semen
6) Jadwal
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,
Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
penerapan SMK3, tentunya sudah ada jadwal penyusunan perencanaan program kerja
dibidang K3 yang dinaungi oleh biro K3LH yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
“Jadwal ada”
(Inormanf1)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat
Tabel 5.13 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Untuk lebih jelasnya, hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi dan
wawancara mendalam mengenai data dan informasi terkait analisis penerapan SMK3
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada penetapan jadwal perencanaan K3
b. Komponen Proses
Adalah Pelaksanaan 5 prinsip dalam SMK3 di PT. Semen Padang, yang termasuk
rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan dan peningkatan
kinerja K3.
1) Penetapan Kebijakan K3
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: adapun komitmen
kesehatan kerja dengan menjaga lingkungan kerja yang sehat dan aman serta
kesehatan kerja PT. Semen Padang merupakan suatu pernyataan tertulis yang
telah ditanda tangani oleh pengusaha atau direktur utama PT. Semen Padang.
Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.
Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
Tabel 5.15 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Tabel 5.16 Matrik Triangulasi Penetapan Kebijakan K3 dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah ada, telah ditandatangani oleh direktur
utama, tetapi untuk regulasi terbaru PP No. 50 Tahun 2012 belum ada sosialisasi dari
2) Perencanaan K3
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: PT. Semen Padang
dalam perencanaan K3 telah membentuk tim K3LH unit kerja, kemudian tim K3
Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.
Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
“Tim K3 unit kerja sudah terbentuk ada yang per departemen ada yang perline
yang diketuai oleh pejabat eselon 3. Program kerja sudah ada, perencanaan
SMK3 dimulai dengan identifikasi bahaya dan risiko ditempat kerja. Pelatihan
dibidang K3 sudah dilaksanakan untuk mensertifikasi petugas K3 ditempat kerja.
Rata-rata setiap area kerja memiliki ahli K3 dan setiap penyusunan rencana
selalu melibatkan mereka dan P2K3”
(Informan 1)
“Tim K3 unit kerja sudah ada dan dibentuk 1x 2 tahun dibentuk oleh biro K3Lh
karena wilayah kerja perusahaan sangat luas. Program kerja sudah ada,
identifikasi bahaya dan risiko juga sudah dilakukan. Pengendalian risiko juga
sudah dilakukan. Pelatihan K3 sudah dilakukan sesuai dengan tupoksinya.
Dalam rapat P2K3 selalu dibahas penyusunan rencana K3”
(Informan3)
“Tim K3 unit kerja sudah terbentuk dengan tujuan sebagai perpanjangan tangan
Tim K3 pusat. Setiap tahun kami ada membuat mitigasi resiko sebagai bahan
masukan program kerja. Identifikasi bahaya sudah dilakukan dengan potensi
dimana saja bisa alat bisa orang. Penilaian dan pengendalian risiko sudah
dilakukan dengan mitigasi tadi.Pelatihan dibidang K3 ada dan dalam
penyusunan rencana anggota tim k3 dan perwakilan dilapangan diikutsertakan”
(Informan5)
“Tim K3 unit kerja sudah ada ,program kerja K3 sudah ada. Untuk masing-
masing unit kerja sudah melaporkan identifikasi bahaya. Pelatihan dibidang K3
sudah dilakukan”
(Informan7)
“Tim K3 unit kerja sudah terbentuk, program kerja sudah ada dan sudah
mengacu ke peraturan perudangan. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko
sudah dilakukan sedangkan untuk pelatihan K3 sudah dilakukan oleh PMK3
dimana pelatihan diberikan berupa pembekalan K3, penanganan tanggap
darurat dan penanganan P3K pada setiap unit kerja terutama bagian produksi”
(Informan6)
PT. Semen Padang dalam penyusunan rencana K3 sudah melibatkan ahli K3,
P2K3 dan perwakilan buruh, seperti penjelasan dari informan berikut:
“Tim K3 unit kerja sudah ada, prioritas program kerja perusahaan berupa
penurunan angka kecelakaan kerja (AKK) sehingga tercapainya ziro accident.
Identifikasi bahaya dilakukan 2kali setahun. Untuk pelatihan semua staf yang
terlibat aktif pada unit biro K3 wajib mengikuti. Penyusunan rencana kerja sudah
melibatkan perwakilan buruh, ahli K3 dan P2K3 dalam rapat P2K3 yang
dilaksanakan setiap bulan sesuai modul K3 sehingga semua unit mencapai
perbaikan permasalahan K3”
(Informan8)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat
Tabel 5.17 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Padang sudah dilakukan, tim K3lh unit telah dibentuk, identifikasi bahaya dan resiko
oleh biro K3LH tetapi dalam penyusunan rencana K3 belum melibatkan perwakilan
buruh.
3) Pelaksanaan Rencana K3
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: kegiatan PT.
K3, pemasangan rambu dan simbol K3, penyediaan peralatan K3 dan APD,
konsultasi dan sosialisasi K3, inspeksi dan simulasi tanggap darurat, sebagaimana
“Program rencana K3 sudah berjalan dengan baik, untuk informasi dan rambu-
rambu K3 sudah tersedia dengan baik pada semua unit kerja di PT.SP.
Ketersediaan APD sudah cukup terutama untuk karyawan organik. Inspeksi dan
pemantauan dilakukan pada semua unit kerja, biro K3LH melakukan accident
investigasi bersama-sama dengan tim K3 lainnya”
(Informan8)
“Pelaksanaan rencana K3 sudah berjalan dengan baik, pemasangan rambu dan
simbol K3 sudah ada. Ketersediaan APD sudah cukup.prosedur ada, konsultasi
K3 lebih banyak dilakukan di rapat P2K3.inspeksi dan pemantauan K3 sudah
dilakukan.simulasi tanggap darurat sudah dilaksanakan”
(Informan7)
Untuk pemasangan rambu dan simbol K3, ditegaskan oleh informan berikut:
“Pelaksanaan program kerja K3 sudah berjalan baik dengan melibatkan
konsolidasi setiap lini kerja kemudian dilaporkan ke biro K3lh. Pemasangan
rambu-rambu sudah dilakukan disetiap lini kerja dan penyediaan APD sesuai
kebutuhan karyawan dengan pendanaan nya sudah dilengkapi manajemen PT.
SP. Pelaporan dan informasi kerja sudah ada dan ditangani oleh biro K3lh.
Konsultasi dan sosialisasi sudah dilakukan disetiap lini kerja kemudian inspeksi
dan pemantauan K3 sudah dilakukan oleh setiap unit kerja melalui tim K3 yang
ada di unit, simulasi tanggap darurat merupakan kegiatan prioritas disetiap lini
kerja lengkap dengan tim tanggap daruratnya”
(Informan4)
“Untuk rencana K3 sudah dilaksanakan sesuai standar yang ada melalui P2K3,
namun terkendala karena melibatkan pihak luar seperti sub kontrak dan tenaga
absorsing. Rambu-rambu K3 sudah dipasang, kelengkapan peralatan K3 dan
APD sudah terpenuhi baik untuk karyawan organik maupun non organik.
Prosedur kerja da intruksi kerja sudah tersedia dan ada dionline dokumen
PT.SP.Di rapat P2K3 biasnya pimpinan perusahaan hadir dan disini juga
dibahas semua permasalahan K3 yang dihadapi dilapangan. Simulasi tanggap
darurat sudah dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan”
(Informan6)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada
Tabel 5.19 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, wawancara mendalam dan
Tabel 5.20 Matrik Triangulasi Pelaksanaan Rencana K3 dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
di PT. Semen Padang belum sepenuhnya dilakukan, adapun kendalanya adalah jadwal
kegiatan tidak sesuai dengan perencanaan karena PT. Semen Padang dalam
pelaksanaan rencana K3 melibatkan pihak luar seperti: sub kontrak dan tenaga
absorsing. Pemasangan rambu dan simbol K3 sudah dipasang di semua unit kerja,
penyediaan peralatan K3 dan APD sudah cukup untuk karyawan organik, konsultasi
dan sosialisasi K3 tidak rutin dilakukan, inspeksi dan simulasi tanggap darurat sudah
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
“Tindak lanjut dari inspeksi berupa temuan kasus, setiap temuan kasus kita
berikan solusi. Jika terjadi kecelakaan, tempat kerja harus mengisi berita acara
kecelakaan. Terkait peralatan kita sudah lakukan sertifikasi alat dan untuk
operator PT. Semen Padang sudah berikan SIO. Setiap kasus dan pelanggaran
K3 selalu dilaporkan. Internal audit sudah dilakukan”
(Informan4)
“Inspeksi semua unit kerja sudah kita lakukan, ada 3 macam jenis inspeksi yaitu:
inspeksi oleh P2K3, Biro K3LH dan Tim K3 unit kerja, semua hasil inspeksi
direcode oleh Biro K3LH kemudian dilaporkan ke corporate. Ketika ada insiden
akan dibentuk tim investigasi untuk mencari alur penyebab kecelakaan.
Kemudian sertifikasi alat sudah dilakukan oleh pihak ke 2 yaitu PJK3. Untuk
temuan kasus banyak yang belum tuntas, internal audit sudah dilakukan oleh
departemen internal audit beserta auditornya”
(Informan2)
“Hasil inspeksi yang berupa temuan kasus dijadikan target, yang akan dibuatkan
programnya untuk segera diselesaikan yang berujung pada laporan tentang hasil
dan solusi dari temuan tersebut. Insiden investigasi sudah dilakukan dengan
prosedur yang ditetapkan, sertifikasi untuk peralatan sudah dilakukan secara
rutin per 6 bulan dan per setahun. Audit internal sudah dilakukan”
(Informan1)
“Untuk prosedur tindak lanjut dari inspeksi telah dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ada, ada formulir yang harus diisi oleh tim K3 yang berisikan
perbaikan kasus yang ditemukan. Insiden investigasi sudah dilakukan, sertifikasi
alat dan pemeriksaaan berkala sudah dilakukan dengan baik serta audit juga
sudah dilaksanakan sesuai peraturan perundangan”
(Informan6)
“Tindak lanjut dari inspeksi sudah dilakukan dengan baik melalui biro K3Lh,
untuk insiden investigasi ditanggulangi lansung oleh biro K3Lh sedangkan untuk
kasus yang bersipat kecelakaan besar diselesaikan secara gabungan mulai dari
biro K3lH dan tim K3 unit kerja.Terkait sertifikasi alat sudah dilakukan, berupa
pemantauan berkala dan pengawasan terhadap semua unit kerja.Perusahaan
sudah melakukan audit internal secara berkala 2kali setahun”
(Informan7)
“ Inspeksi sudah dilakukan pada semua unit kerja, tindak lanjut dari
pelaksanaan inspeksi tersebut juga sudah dilakukan. Insiden investigasi sudah
dilakukan sesuai prosedur. Sertifikasi peralatan sudah dilakukan dengan baik
sesuai peraturan yang berlaku, audit internal juga sudah dilaksanakan dengan
baik”
(Informan8)
“Inspeksi sudah berjalan dengan baik, ada tim k3 yang setiap hari survei disetiap
unit kerja, di setiap ada kecelakaan dilakukan insiden investigasi.Untuk
sertifikasi peralatan sudah dilakukan, adapun temuan kasus sudah dituntaskan
agar tidak terulang 2 kali kejadian yang sama.Internal Audit sudah dilakukan”
(Informan3)
“Setiap bulan ada tim P2K3 inspeksi ke area,untuk areanya di random. Untuk
tindak lanjut dari inspeksi dibahas dirapat bulanan P2K3. Investigasi kecelakaan
sudah dilakukan dan untuk sertifikasi peralatan belum semua alat bisa
disertifikasi dan uji berkala. Menurut saya, analisa setiap temuan kasus K3
sudah dilakukan, audit internal sudah dilaksanakan”
(Informan5)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada
Tabel 5.21 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015.
Tabel 5.22 Matrik Triangulasi Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 dari Hasil Telaah
Dokumen, Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
kinerja K3 terkait penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah ada dilakukan,
namun belum semua tahapan bisa dijalankan sesuai dengan prosedur karena
Kerja.
5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: Tahapan ini
merupakan langkah penting untuk menuju kinerja terbaik yang ingin dicapai
Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.
Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah
“ Rapat P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 ada, jika kinerja
belum maksimal akan ada tinjauan dari pihak manajemen.”.
(Informan4)
“Kita sudah lakukan rapat P2K3 1kali sebulan, semua permasalahan termasuk
peninjauan ulang kinerja didiskusikan, rekomendasi disampaikan dirapat ini
dengan melibatkan semua pihak dan seluruh unit kerja”
(Informan2)
“Rapat P2K3 sudah dilakukan rutin 1kali sebulan”
(Informan1)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada
Tabel 5.24 Matrik Triangulasi Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 dari Hasil
Telaah Dokumen, Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015
Kinerja K3 terkait penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah ada dilakukan
c. Komponen Output
K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: Optimalnya penerapan
Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)
“Untuk penerapan SMK3 di PT. Semen Padang, setiap tahun ada peningkatan. Dan
dari karyawan sendiri sudah mulai menyadari bahwa mereka butuh K3”
(Informan4)
Hal diatas diperjelas oleh informan 2 berikut:
“Penerapan SMK3 di PT. Semen Padang hari ini masih di taraf cukup, untuk lebih
dari ini masih banyak perbaikan yang harus dilakukan”
(Informan2)
“Penerapan SMK3 masih belum optimal diterapkan walaupun secara sistim dan unit
kerja sudah bagus, tetapi secara personilnya lagi yang bermasalah, masih belum
membudaya di diri setiap karyawannya.”
(Informan1)
“Penerapan SMK3 di PT. Semen Padang belum optimal dilakukan karena kita
dinamis, masih belum mencapai zero accident”
(Informan3)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan SMK3 di PT. Semen
PEMBAHASAN
umumnya karena adanya beberapa kesulitan dan keterbatasan yang ditemui dalam
penelitian sehingga peneliti sulit untuk menggali informasi yang didapat dari
penelitian.
c. Keterbatasan dokumen terkait atas penelitian ini, karena semua data tersimpan
Masukan (Input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Dalam penelitian ini yang
1) Kebijakan Pemerintah
yaitu PP No.50 Tahun 2012, kebijakan ini merupakan pedoman perusahaan dalam
menerapkan SMK3 yang dibuat secara tertulis oleh pemerintah dan disosialisasikan ke
perusahaan termasuk ke PT. Semen Padang melalui acara seminar. PT. Semen Padang
dalam menerapkan SMK3 sudah berlandaskan PP No.50 Tahun 2012. Pada saat
sepenuhnya dipahami oleh seluruh pekerja yang ada di PT. Semen Padang karena
sosialisasi penerapan PP No.50 Tahun 2012 hanya pada level pimpinan, menejer dan
kepala produksi.
rangka sosialisasi tentang kebijakan pemerintah dan mencari solusi atas temuan kasus
yang ada. Namun hal ini sering tidak dilakukan oleh top manajemen PT.Semen
Padang.
menerapkan SMK3 sejak tahun 2002 yang dikelola oleh biro K3LH, tetapi sampai
saat ini angka kecelakaan kerja masih cukup tinggi. Berdasarkan data kinerja K3 PT
sebelumnya, angka kecelakaan kerja, baik itu kecelakaan industri (industrial accident)
maupun kecelakan hubungan kerja (commuty accident) terjadi kenaikan, begitu juga
dengan perhitungan frequency rate atau recordable Incident Rate (RIR) tidak
mencapai standar yang ditetapkan. Dimana pada tahun 2015 tercatat telah terjadi 14
kecelakaan akibat hubungan kerja, hal ini disebabkan oleh kualitas penerapan SMK3
dominan penyebab kecelakaan kerja adalah lebih dari 80% 'behaviour' atau perilaku
yang tidak aman yaitu kurangnya pengetahuan dan pelatihan serta pengawasan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mohamad Reza (2013) yang menyebutkan bahwa PT. Kaligawe Semarang dalam
2012, tetapi pekerja belum sepenuhnya memahami kebijakan ini dan angka
kecelakaan kerja masih ada yang disebabkan karena kepatuhan pekerja dalam
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahimah Azmi (2010) juga menyatakan
hasil yang hampir sama. Hasil penelitian menggambarkan masih rendahnya perhatian
manajemen puncak dalam penerapan SMK3 di PT. Wika Beton Sumut dan masih ada
kecelakaan kerja di perusahaan ini dan angka kecelakaan ini melebihi rata-rata sasaran
dilapangan sehingga menyebabkan pekerja tidak mematuhi prosedur kerja dan tidak
tetapi angka kecelakaan kerja dipabrik ini masih tinggi hal ini disebabkan oleh prilaku
pengawasan tehadap pemakaian alat pelindung diri dan perawatan berkala terhadap
mesin produksi.
pemegang junci keselamatan. Dengan perilaku manusia yang baik, kinerja K3 akan
baik. Manusia dengan kompetensi tinggi dan budaya K3 yang prima akan mampu
mengeliminir kondisi teknis yang kurang baik atau sistem dan prosedur yang belum
sempurna. Hal ini didukung fakta bahwa lebih dari 80 % kecelakaan disebabkan oleh
pekerja yang tidak aman maka diperlukan sosialisasi kebijakan K3 dan berbagai
oleh pihak manajemen dengan melibatkan semua unsur dalam perusahaan agar
2) SDM
struktural dan non struktural yang menangani K3. Organisasi struktural adalah biro
K3LH yang berada dibawah naungan departemen jaminan kualitas dan inovasi,
telaah dokumen jumlah ahli K3 yang terdokumentasi di PT. Semen Padang adalah 61
orang dengan rincian 57 ahli K3 umum, 1 ahli K3 listrik, 1 ahli K3 kimia dan 2 ahli
mencukupi secara kuantitas karena ahli K3 yang ada memiliki tugas rangkap sebagai
penanggung jawab dan anggota tim K3LH. Hal ini terjadi karena latar belakang
pendidikan tim K3LH tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan.
Tanggung jawab SDM dalam penerapan SMK3 tidak dapat dirangkap atau
ini disesuaikan dengan skala kegiatan perusahaan. Dari aspek SDM penanganan K3
memerlukan keahlian khusus yang tidak dapat ditangani oleh setiap orang. Keahlian
dalam bidang K3 dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Tenaga
teknis K3 dalam perusahaan dapat diperoleh melalui jalur ahli K3 yang diangkat
seperti sarjana bidang K3. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam PP No.
dibidang K3. Perusahaan dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih, jumlah anggota
pimpinan dan 6 orang mewakili tenaga kerja. PT. Semen Padang saat ini memiliki 7
tim P2K3 dengan keanggotaan disetiap tim 4 orang. Hal ini menggambarkan jumlah
beranggotakan 84 orang sedangkan yang ada saat ini hanya 28 orang yang memiliki
Menurut Soehatman Ramli (2013) salah satu elemen kunci untuk menerapkan
khusus yang tidak dapat ditangani oleh setiap orang. Keahlian dalam bidang K3
memiliki ciri tersendiri karena seorang safety professional harus memiliki keahlian
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Billy
(2013) yang menyebutkan bahwa di PT. Kerismas Witico Makmur perusahaan belum
menempatkan kualifikasi tenaga K3 di perusahaan, perusahaan juga belum memiliki
3) Dana
di PT. Semen Padang, tetapi belum ada standarisasinya. Pengalokasian dana untuk
kegiatan K3 selama ini berasal dari dana umum perusahaan PT. Semen Padang. Di
organisasi K3, pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja dan pengadaan
finansial untuk mendukung penerapannya. Kebutuhan dana sering menjadi alasan bagi
padahal jika K3 dilaksanakan dengan baik akan menjadi nilai tambah bagi
akibat kerja, melainkan hal yang jauh lebih besar yaitu mencegah kerugian (loss)
akibat kejadian yang tidak diinginkan. Dengan memahami hal ini, penyediaan
dana/anggaran untuk program K3 tidak dilihat sebagai biaya atau pemborosan karena
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2014),
RS. Prima Medika Pemalang juga belum memiliki standar alokasi dana untuk
kegiatan yang berkaitan dengan K3. Penelitian dengan hasil berbeda dikemukakan
oleh Billy (2013), di PT. Kerismas Witico Makmur alokasi dana untuk program K3 sudah
ada standarisasinya.
Pengeluaran untuk program K3 harus melalui suatu kajian atau analisis risiko yang
baik, sehingga tepat sasaran dan efisien. Hal-hal yang tidak berkaitan dengan pengendalian
risiko atau potensi risikonya rendah dapat ditangguhkan, sebaiknya yang mengandung risiko
4) Sarana/prasarana
mendukung proses penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah tersedia dan saat ini
Berdasarkan observasi peneliti terkait dengan sarana dan prasarana ada tersedia 5
motor trabas, mobil operasional, sepeda ontel dan radio. Untuk alat transportasi dan
Menurut Ramli (2013) disamping tersedianya ahli K3, dana perusahaan juga
yaitu perangkat lunak seperti prosedur operasi, instruksi kerja, sistim pelaporan,
sistem dokumentasi serta komunikasi. Salah satu alat bantu dalam penerapan SMK3
keunggulan. Keunggulan tersebut diantaranya sistem ini dapat mengakses data dalam
jumlah besar dengan waktu yang singkat, serta hasil informasi yang diperoleh lebih
Dalam Muninjaya (2006) dijelaskan bahwa agar fungsi manajemen berjalan baik
maka diperlukan adanya fasilitas yaitu sarana dan peralatan yang dipakai untuk
kelancaran perencanaannya.
penyusunan perencanaan K3. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan
mempercepat proses penyusunan perencanaan K3 itu sendiri. Untuk itu perlu adanya
5) Data/informasi
Padang sudah cukup. PT. Semen Padang memiliki portal online dan web, dimana
setiap karyawan organik (tetap) bisa mengakses dengan kode nomor kepegawaian dan
semua data yang diperlukan ada di web serta dokumen penting disimpan di web
perusahaan.
data dan informasi sangat penting. Data dan informasi yang ada di PT. Semen Padang
perencanaan yang baik. Tanpa adanya data maka sangat sulit untuk meyakinkan
(Kuntjoro,2004).
data/informasi. Untuk itu perlunya sistem database yang memadai guna kelancaran
6) Jadwal
PT. Semen Padang sudah ada yaitu sekali dalam setiap tahun. Dalam mempersiapkan
penerapan SMK3, tentunya sudah ada jadwal penyusunan perencanaan program kerja
dibidang K3 yang dinaungi oleh biro K3LH yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Salah satu unsur masukan adalah jadwal yang merupakan ketentuan lamanya
waktu penyelesaian suatu program atau kegiatan. Waktu terkait dengan efisiensi,
semakin tepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan maka akan dapat mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien. Sehingga dengan ketepatan dari jadwal tersebut maka akan
b. Komponen Proses
kerja.
pengusaha dan atau pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, serta kerangka
dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
6. Bersipat dinamik
7. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih
perundang-undangan.
dipahami, dimengerti dan dijalankan oleh semua pihak yang terlibat. Kebijakan K3
kebijakan K3 harus dilakukan melalui konsultasi dengan pengurus dan wakil pekerja.
tegas terhadap K3. SMK3 mensyaratkan adanya komitmen semua elemen dalam
yang sehat dan aman serta mencegah dan mengendalikan kecelakaan”. Kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja PT. Semen Padang merupakan suatu pernyataan
tertulis yang telah ditanda tangani oleh pengusaha atau direktur utama PT. Semen
Padang.
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Ika Juliantina (2013) bahwa
penetapan kebijakan K3 di PT. Pupuk Sriwidjaya sudah ada, telah terintegrasi dengan
sistem-sitem manajemen yang diterapkan oleh perusahaan dengan tujuan akhir adalah
dilakukan revisi yang menambahkan satu poin baru pada dokumen sasaran K3 dan
K3 di PT. Wika Beton Sumut sudah ada. Penerapan SMK3 di perusahaan ini telah
dimulai dari tahun 1999 dengan melibatkan karyawan, staf dan pihak manajemen
komitmen K3 dalam proyek ini adalah mencegah terjadinya cedera dan sakit akibat
kerja, melakukan perbaikan K3, pengelolaan lingkungan, menciptakan lingkungan
kerja yang sehat dan mempertimbangkan dampak lingkungan dalam setiap kegiatan
menyebarluaskannya, sehingga bisa tercapai tujuan serta sasaran dari kebijakan yang
telah ditetapkan.
2). Perencanaan K3
Padang, tim K3LH unit telah dibentuk, identifikasi bahaya dan resiko sudah
Proses SMK3 dimulai dengan proses perencanaan yang baik untuk menjamin
agar penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakan dan sasaran yang diinginkan. Tujuan
utama penerapan SMK3 adalah untuk mengelola risiko K3 yang berkaitan dengan
Berdasarkan hasil telaah dokumen, bahaya dan risiko yang ada di PT. Semen
Padang yaitu:
ketinggian.
batu bara.
d. Terpapar Bunyi yang dihasilkan pada proses di Kiln dan area panel
listrik.
(Electrostatic Precipitator).
menghiraukan jam kerja (kerja sampai malam dan tetap kembali masuk
pagi).
rencana kerja untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang tidak diinginkan dari
K3 wajib menetapkan tujuan dan sasaran harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga
kerja, ahli K3, P2K3 dan pihak lain yang terkait, karena mereka dianggap paling
perwakilan buruh tujuan dan sasaran yang disusun akan tepat sasaran.
Padang keterlibatan pekerja/perwakilan buruh sejauh ini belum ada dalam rangka
diterapkan untuk mengendaliaan potensi bahaya di tempat kerja. PT. Pupuk Sriwidjaja
identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada tahap melakukan perencanaan ataupun
perencanaan ulang.
Hospital juga menunjukkan bahwa perencanaan K3 sudah ada dan telah mencakup
pelindung diri (APD) serta sasaran dan program dibuat secara lengkap dan terealisasi
dengan baik.
Hasil penelitian yang sama juga di jelaskan oleh Rahimah Azmi (2010) di PT.
Wika Beton Sumut bahwa sudah ada perencanaan K3 dan perusahaan juga
dan sasaran harus memenuhi kriteria yaitu dapat diukur, ada indikator penilaian
Semen Padang, tetapi belum sepenuhnya optimal, adapun kendalanya adalah jadwal
kegiatan tidak sesuai dengan perencanaan karena PT. Semen Padang dalam
pelaksanaan rencana K3 melibatkan pihak luar seperti: sub kontrak dan tenaga
absorsing. Pemasangan rambu dan simbol K3 sudah dipasang di semua unit kerja,
penyediaan peralatan K3 dan APD sudah cukup untuk karyawan organik, konsultasi
dan sosialisasi K3 tidak rutin dilakukan, inspeksi dan simulasi tanggap darurat sudah
kerja yang telah dibuat, jika pelaksanaan tidak dilakukan dengan baik dan konsisten
maka tidak akan memberikan hasil optimal. Pada tahap ini program-program K3 yang
telah disusun akan dilaksanakan secara lansung dilapangan. Sesuai dengan PP No. 50
1. SDM
2. Prasarana
3. Kegiatan
61 ahli K3 yang ada dan dengan tugas rangkap, penerapan K3 memerlukan adanya
perusahaan ini pelaksanaan rencana K3 juga sudah dilakukan. PT. Pupuk Sriwidjaya
Berdasarkan penelitian Rahimah Azmi (2010) di PT. Wika Beton Sumut, juga
memiliki prosedur yang mengharuskan semua tenaga kerja baik yang lama, baru dan
prasarana dan sarana, dalam hal ini perusahaan Semen Padang sudah melakukan
seperti pelatihan ahli K3 umum, AK3 listrik, AK3 kimia dan kebakaran dan
terdistribusi diseluruh unit PT. Semen Padang. Sarana dalam penanggulangan keadaan
darurat diantaranya tersedia sistem hidran pabrik, alat pemadam api ringan, penyalur
petir, bejana tekan, alat angkat angkut dan sarana penanggulangan kebakaran ada
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di PT. Semen Padang sudah ada dilakukan,
setiap temuan kasus sudah dibahas di rapat P2K3 bulanan. Sertifikasi peralatan sudah
dilakukan per 6 bulan dan per tahun adapun peralatan yang sudah di sertifikasi
diantaranya alat angkat angkut, sistem proteksi kebakaran , peralatan instalasi listrik
dan bejana tekan. Audit internal juga sudah dilaksanakan setiap tahun sekali. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah ada
dilakukan.
wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dalam hal ini pengusaha atau
memastikan apakah pelaksanaan SMK3 telah berjalan sesuai ketentuan dan rencana
Hospital bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja sudah ada dilakukan. Audit internal
dibuat berdasarkan hasil evaluasi K3 dan sudah mencapai nilai 92.34% artinya sudah
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah ada dilakukan. Perusahaan ini dalam
pelatihan yang dipersyaratkan. Audit internal dilakukan tiap 1 tahun sekali, audit
internal ini dilakukan untuk memeriksa kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan
serta efektifitasnya. Dan audit eksternal SMK3 dilaksanakan oleh badan audit dari
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI setiap 3 tahun sekali. Adapun hasil
bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah ada dilakukan. Sejak tahun 1999
perusahaan ini telah melakukan pemantauan lingkungan kerja dan perusahaan juga
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber
daya manusia yang kompeten, di PT. Semen Padang audit internal dilakukan oleh biro
metodologi yang telah ditetapkan. Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk
tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit
SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen
peningkatan kinerja K3 sudah ada dilakukan. Rapat P2K3 rutin dilakukan 1 kali setiap
bulan sebagai sarana komunikasi perihal K3, semua permasalahan dan temuan kasus
Pada PP No.50 Tahun 2012 pasal 15 ayat 1 dan 2 tentang peninjauan dan
Proses terakhir dari siklus sistem manajemen K3 adalah tinjauan ulang dan
peningkatan oleh manajemen. Elemen ini merupakan peran kunci bagi manajemen
sering diabaikan dan dianggap sebagai sesuatu formalitas belaka. Tahapan ini
merupakan langkah penting untuk menuju kinerja terbaik yang ingin dicapai
manajemen sudah hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan
peraturan dan lainnya, komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan
saran, kinerja K3, perluasan sasaran, status penyelidikan IBPR, perubahan lingkup,
Perusahaan ini telah melakukan rapat tinjauan ulang secara berkala yaitu 3 bulan
sekali. Anggota rapat tinjauan ulang yaitu general manajer, superintenden, supervisor,
seluruh anggota P2K3, wakil unit kerja, dan pihak-pihak yang dianggap perlu. Ruang
lingkup tinjaun ulang menyangkut sistem dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan.
bahwa peninjauan dan peningkatan kinerja K3 sudah ada dilakukan, perusahaan ini
telah melakukan peninjauan ulang K3 sejak awal penerapan dan dilakukan secara
Sesuai dengan PP No. 50 Tahun 2012 pasal 15 ayat 3 menjelaskan bahwa hasil
c. Komponen Output
mewujudkan zero accident ditempat kerja, berdasarkan observasi PT. Semen Padang
dalam penerapan SMK3 sudah meraih predikat bendera emas hal ini menunjukkan
SMK3, tetapi berdasarkan telaah dokumen ditahun 2015 terdapat 14 kecelakaan kerja.
diperusahaan ini belum sepenuhnya optimal diterapkan, hal ini terkendala pada
Menurut Ramli (2013) elemen kunci dalam penerapan SMK3 adalah prilaku,
perbaikan prilaku penting untuk menekan insiden yang disebabkan prilaku tidak aman
walaupun kesisteman telah dibangun bahkan telah dilaksanakan serta operasi sudah
dalam kondisi aman dan handal, namun jika pekerjanya tidak dibina maka
penyimpangan prilaku akan banyak terjadi. Perbaikan prilaku bukan hal yang mudah
dan harus dilakukan secara terencana untuk membangun budaya K3 dalam
perusahaan.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Ika Juliantina (2013) di PT. Pupuk
Sriwidjaya yang juga menyatakan bahwa penerapan SMK3 di perusahaan ini belum
kerja, walaupun secara sistem PT. Pupuk Sriwidjaya sudah lengkap dokumen.
Bitung Manado bahwa penerapan SMK3 diperusahaan ini belum optimal dilakukan,
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komponen Input
b. Secara kuantitas SDM di Biro K3Lh sudah cukup, tetapi secara kualitas
c. Untuk kegiatan K3 di PT. Semen Padang, ada alokasi dana untuk biro
Padang.
2. Komponen Proses
penerapan SMK3.
dilakukan.
3. Komponen Output
B. Saran
3. Untuk lebih kompeten dalam penerapan SMK3, kedepan PT. Semen Padang
perbaikan prilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Dhinar T. 2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan
Kerja dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja PT. Sidoardjo. Jurnal.
Jurusan Tehnik Industri ITS, Surabaya.
Depnaker RI, 2000. Tatacara Pengajuan, Penilaian dan Pemberian Penghargaan Kecelakaan
Nihil (Zero Accident Award). Penerbit: Depnaker.
Gerri S. 2009. Kinerja Penerapan SMK3 di PT . jamsostek . Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, FKM USU. Medan.[Jurnal} availebel from http:///
download.portalgaruda.org/article.php?...KINERJA%20PENERAPAN%.Diakses
pada tanggal 01/02/2016
Hasbullah T. 2005. Asuransi Kesehatan Nasional. Jurnal FKM UI, Jakarta.
Izzatul M. 2003. Analisis Pelaksanaan SMK3 di RS. Dr kariadi. Tesis, Semarang.
Kirana P. 2015. Kurikulum dan modul pelatihan metodologi penelitian bagi tenaga pendidik
kesehatan. Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI. Jakarta.
Kuntjoro, T., 2004. Pertimbangan Kebutuhan Bisnis dan Kesiapan Organisasi Untuk Berubah
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Re Engineering Sebagai Strategi Peningkatan
Mutu. Jurnal Manajemen pelayanan Kesehatan. UGM, Yogyakarta. Available from
http// blog.umy.ac.id/.../contoh-jurnal-manajemen-pelayanan-kesehatan.pdf. diakses
pada tanggal 28/01/2016
Muninjaya A.A.Gde 2006. Manajemen Kesehatan. Bandung. [Tesis]. Universitas
Padjajaran.
Muhammad H. 2016. Konsep Hubungan Industrial dan Serikat Pekerja. Jurnal Fakultas Ilmu
Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya. Malang. [Jurnal] Available from http:///
blog.ub.ac.id/rosliaardiani/files/2016/.../MSDM-Hubungan-Industrial.do... diakses
pada tanggal 13/02/2016
Juliantina I. 2013. Evaluasi Penerapan SMK3 di PT. Pupuk Sriwidjaya. Jurnal Teknik Sipil.
Unsri. Palembang. [Jurnal] Available from http:///
ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/161213-80-85. Diakses pada tanggal
20/02/2016
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni: Penerbit Rineka Cipta:
Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Pramojati I,Drajad K. 2014. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (Smk3) Pnj Berdasarkan Permenaker No.05/Men/1996. Jakarta. Jurusan
Teknik Sipil , Politeknik Negeri Jakarta. [Jurnal]. Availeble from
:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=260411&val=4031&title=SISTE
M%20MANAJEMEN%20KESELAMATAN%20DAN%20KESEHATAN%20KERJ
A%20(SMK3)%20PNJ%20BERDASARKAN%20PERMENAKER%20NO.05/MEN/
1996. Diakses Pada tanggal 23/01/2016
Paulus S. 2013. Penerapan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Industri
Tekstil. Jurnal. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Katolik Parahyangan. Available from http://unikap.ac.id../peraturan-pemerintah-no-
50-tahun-2012-tentang-.. diakses pada tanggal 27/02/2016
Rahimah A. 2009. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja Oleh
P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT. Wijaya Karya Beton Medan
Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat. [Skripsi]. Medan : Universitas
Sumatera Utara,.
Reza M. 2013. Analisis Pemenuhan Elemen SMK3 di PT. X Semarang. [Jurnal] Bandung :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unipersitas Dipenegoro; 2013. Available from :
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Diakses pada tanggal 26 /2/2016
Reza H. 2012. Pengaruh K3 terhadap Kinerja Karyawan. [Jurnal]. Malang : Fakultas Teknik
Sipil Universitas Brawijaya.2012. available from : http:/// lib.ui.ac.id/.../2015.../S-
M%20Dimas%20Prawita%20. Diakses pada tanggal 3/3/2016
Rika N, Gusti A. 2010. SMK3 di Pabrik PT. Semen Padang. Padang : PT. Semen Padang
availible from : https://ariagusti.wordpress.com. Diakses pada tanggal 5/3/2016
Rudi S. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja: Penerbit: PPM, Jakarta
Syahrini W. 2007. Penerapan SMK3 di PT. KSS. Universitas Widyatama. [jurnal] avilebel
from http:/// journal.uw.ac.id/index.php/Spektrum/article/download/1663/1161.
Diakses pada tanggal 27/01/2016
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian. Nuha Medika. Jakarta
Syahrizal. 2014. Evaluasi Penerapan SMK3 pada Proyek Pembangunan Siloam Hospital.
Jurnal Teknik Sipil, USU. Medan
Soehatman R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja: Penerbit: Dian
Rakyat: Jakarta.
Soehatman R. 2013. Smart safety : Penerbit: Dian Rakyat: Jakarta.
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Bandung.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan (HIPERKES). Penerbit Sagung Seto.
Jakarta.
Susihono W. 2013. Penerapan SMK3 dan Identifikasi Bahaya kerja . [Jurnal] Serang :
Fakultas Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. , 2013. Availible from :
http://download .portalgaruda.org /article.php
?article=313747&val=7597&title=Implementasi%20Pengendalian%20Risiko%20Kec
elakaan%20Kerja%20%20Pada%20Proses%20Grinding%20Dan%20Welding .
Diakses pada tanggal 10/3/2016.
Tarwaka, 2008. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Jakarta :
Universitas Indonesia. 2007. Availible from : digilib.esaunggul.ac.id.public . diakses
Padatanggal 10/302016