Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT.

SEMEN PADANG

TAHUN 2015

TESIS

OLEH :

YENI HERLINA

No. BP. 1220322016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2016
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT.

SEMEN PADANG

TAHUN 2015

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan

Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

OLEH :

YENI HERLINA

No. BP. 1220322016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2016
RINGKASAN PENELITIAN

Oleh: YENI HERLINA

Dibawah bimbingan:

Dr. SUMIHARDI, SKM,MKes dan NIZWARDI AZKHA, SKM,MPPM

ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT.

SEMEN PADANG TAHUN 2015

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia

meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

Hasil survei ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat dua terendah di dunia dalam

penerapan K3, yaitu menempati urutan ke 152 dari 153 negara. Terkait masalah perlindungan tenaga

kerja dari kecelakaan kerja, setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajeman keselamatan

dan kesehatan kerja (SMK3). PT. Semen Padang merupakan perusahaan BUMN yang telah

menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam proses

produksinya sejak tahun 2002, yang dikelola oleh biro K3LH. Akan tetapi, pada tahun 2011

ditemukan 12 kasus anggka kecelakaan kerja, tahun 2012 tercatat 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 10

kasus dan tahun 2014 sebanyak 12 kasus.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis penerapan SMK3 di PT. Semen Padang

dengan komponen input meliputi (kebijakan pemerintah, SDM, Dana, Sarana/prasarana,

data/informasi, jadwal), komponen proses meliputi (penetapan kebijakan, perencanaan K3,


pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan ulang kinerja

K3) dan komponen output yaitu optimalisasi penerapan SMK3 di PT. Semen Padang.

Penelitian ini dilakukan di biro K3LH PT. Semen Padang.

Hasil analisis kualitatif menunjukkan untuk komponen input kebijakan pemerintah

tentang SMK3 belum disosialisasikan perusahaan kepada pekerja, SDM yang tersedia belum

mencukupi secara kuantitatif dan secara kualitatif belum ada SDM dengan latar pendidikan

K3, ada alokasi dana untuk perencanaan K3, tersedia sarana/prasarana untuk kegiatan K3,

tersedianya data/informasi K3, adanya jadwal perencanaan K3 di PT. Semen Padang.

Komponen proses meliputi: Penetapan kebijakan K3 di PT. Semen Padang sudah ada, namun

belum optimal disosialisasikan kepada seluruh pekerja, penetapan rencana K3 di PT. Semen

Padang sudah ada, tetapi dalam penyusunan rencana belum melibatkan perwakilan buruh,

pelaksanaan rencana K3 di PT. Semen Padang belum optimal terealisasi sepenuhnya,

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di PT. Semen Padang belum optimal dilakukan, rapat

P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 sudah dilakukan setiap bulan di PT. Semen

Padang. Komponen output meliputi: penerapan SMK3 di PT.Semen Padang belum

sepenuhnya optimal diterapkan, hal ini disebabkan karena kebijakan yang sudah ada belum

maksimal disosialisasikan, SDM memiliki tugas ganda dan perusahaan belum merekrut

tenaga dengan latar pendidikan K3, pekerja tidak mematuhi pemakaian APD dalam bekerja

dan kurangnya pengawasan dari petugas sehingga di tahun 2015 PT. Semen Padang belum

mencapai target SMK3 sesuai dengan pedoman yang sudah ada dan PP No. 50 Tahun 2012

yaitu zero accident.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pihak PT. Semen Padang untuk
meningkatkan penerapan SMK3 secara menyeluruh dan signifikan dengan cara merekrut
tenaga K3 dengan latar pendidikan K3 agar semua pekerja terkontrol kesehatannya dan
diminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yeni Herlina

Tempat/tanggal Lahir : Parak Gadang, 26 Oktober 1986

Agama : Islam

Alamat : Jati Adabiah No.93

Status : Menikah

E-mail : yeniherlina306@yahoo.com

A. Riwayat Pendidikan:

1. TK Anggrek Parak Gadang Sijunjung tahun 1992

2. SD Negeri 13 Parak Gadang Sijunjung, tahun 1993

3. SMP Negeri 14 Pematang Panjang Sijunjung, tahun 1999

4. SMA Negeri 01 Muaro Sijunjung, tahun 2002

5. Akademi Hiperkes dan Keselamatang Kerja STIKes Indonesia Padang, tahun 2005

6. Sarjana Kesehatan Masyarakat PSIKM Universitas Andalas, tahun 2008

7. Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unand Padang, tahun 2012

B. Dosen STIKes Indonesia Padang, tahun 2012 s/d sekarang.


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS
Tesis, 2 Agustus 2016
YENI HERLINA, BP 1220322016

ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. SEMEN PADANG TAHUN 2015

Viii + 111 Hal + 27 Tabel + 3 Gambar + 8 Lampiran

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kewajiban setiap perusahaan dengan pekerja 100
orang atau lebih dan memiliki potensi bahaya tinggi untuk menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.


Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis penerapan SMK3 di PT. Semen Padang
dengan komponen input meliputi (kebijakan pemerintah, SDM, dana, sarana/prasarana,
data/informasi, jadwal), komponen proses meliputi (penetapan kebijakan, perencanaan K3,
pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan ulang kinerja
K3) dan komponen output yaitu optimalisasi penerapan SMK3 di PT. Semen Padang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SMK3 di PT. Semen Padang belum
optimal diterapkan hal ini disebabkan karena kebijakan yang sudah ada belum maksimal
disosialisasikan, SDM memiliki tugas ganda dan perusahaan belum merekrut tenaga dengan
latar pendidikan K3, pekerja tidak mematuhi pemakaian APD dalam bekerja dan kurangnya
pengawasan dari petugas.

PT. Semen Padang belum mencapai target SMK3 sesuai dengan pedoman yang sudah
ada dan PP No. 50 Tahun 2012 yaitu zero accident. Disarankan agar pihak perusahaan untuk
meningkatkan penerapan SMK3 secara menyeluruh dan merekrut tenaga K3 dengan latar
pendidikan K3 agar semua pekerja selamat dan sehat ditempat kerja.

Kata Kunci : Manajemen, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kualitatif


Daftar Pustaka : 48 (1996 – 2016)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kenyataannya dalam dunia industri, perlindungan terhadap tenaga kerja

masih jauh dari yang diharapkan karena masih banyak terjadi kecelakaan kerja serta

potensi bahaya kerja yang dapat membahayakan tenaga kerja. Terkait masalah

perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan kerja, perusahaan menerapkan sistem

manajeman yang dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan menghindari

kerugian yang besar terhadap perusahaannya. Salah satu sistem manajeman yang harus

diterapkan adalah sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) (Ramli,

2013).

Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tahun 2012 Pasal 5 Ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang

mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mempunyai

tingkat potensi bahaya tinggi wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya”. Hal tersebut

untuk mewujudkan Zero Accident, sehingga kelangsungan dari usaha dapat berjalan

lebih produktif, aman dan ramah lingkungan (Susihono, 2013).

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1

pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja

mengalami sakit akibat kerja. Hasil survei ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada

pada peringkat dua terendah di dunia dalam penerapan K3, yaitu menempati urutan ke

152 dari 153 negara. Dipaparkan bahwa dari 15.043 perusahaan berskala besar, hanya

sekitar 317 perusahaan (2,1%) yang menerapkan SMK3 dan standar keselamatan kerja
di Indonesia pun merupakan yang paling buruk jika dibandingkan dengan negara-

negara lain dikawasan Asia Tenggara . Hal ini dapat dikaitkan dengan masih tingginya

angka kecelakaan kerja di Indonesia (Kori, 2014).

Menurut data dari PT. Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan tahun 2010,

jumlah kasus kecelakaan kerja mencapai 98.711 kasus, jumlah tersebut mengalami

kenaikan di tahun 2011 menjadi 99.491 kasus, 103.074 kasus di tahun 2012 dan

menjadi 103.285 kasus di tahun 2013. Pada tahun 2014 terjadi penururan dengan

88.207 kasus, tercatat cacat tetap 37 orang, 1978 orang meninggal dan nilai kompensasi

yang dibayarkan mencapai 565 M. Tingginya angka kecelakaan kerja tersebut

disebabkan oleh perusahaan belum sepenuhnya menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (Zulmiyar, 2016).

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi kawasan indusrtri dengan 3.019

perusahaan terdaftar, rinciannya 2.291 perusahaan berskala kecil, 546 perusahaan

berskala menengah dan 182 perusahaan berskala besar dengan jumlah tenaga kerja

118.484 orang. Berdasarkan hasil survei K3 yang dilakukan oleh PT.Resultant pada

bulan Mei 2013 terhadap manajemen dan pekerja di 38 perusahaan di Sumatera Barat,

menyebutkan bahwa penerapan dan tingkat budaya K3 diperusahaan sudah berada

dilevel cooperating atau penerapan dan pelaksanaannya sudah cukup kuat. Tetapi, pada

kenyataanya angka kecelakaan kerja selama 2013 di Sumatera Barat sebanyak 957

kasus (Sofyan, 2014).

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Muhaimin Iskandar selaku Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) bahwa tingginya angka kecelakaan

kerja di Indonesia diakibatkan diantaranya: masih lemahnya disiplin dan kesadaran

masyarakat akan K3, belum diterapkannya SMK3 secara optimal, serta adanya
ketidakseimbangan antara jumlah perusahaan dengan sumber daya manusia (SDM)

dalam bidang K3 (Korry, 2014).

Sesuai dengan PP No 50 Tahun 2012 salah satu cara pencegahan kecelakaan

kerja yaitu dilakukan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam menerapkan SMK3 setiap perusahaan wajib

melaksanakan lima hal yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan

rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan peningkatan

kinerja SMK3. Perencanaan adalah bagian dari konsep Plan-Do-Check-Action yang

menjadi landasan dari suatu Sistem Manajemen yang diaplikasikan dalam SMK3.

Proses SMK3 dimulai dengan proses perencanaan yang baik untuk menjamin agar

penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakan dan sasaran yang diinginkan (e-Journal,

2014).

Program K3 harus melibatkan semua unsur dalam perusahaan dan mencakup

seluruh tahap perusahaan sejak rancang bangun sampai operasinya. Perencanaan K3

harus dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua fungsi yang ada dalam

perusahaan dan tercermin dalam rencana kerja tiap-tiap fungsi. Rencana kerja disusun

dengan memerhatikan empat masukan, yaitu hasil tinjauan awal yang telah dilakukan

sebelumnya, hasil analisis risiko yang dilakukan terkait dengan bisnis perusahaan,

aspek perundangan terkait aspek K3, serta ketersediaan sumber daya atau kemampuan

perusahaan untuk menjalankannya. Perencanaan K3 harus meliputi hasil analisis risiko

dan juga evaluasi program tahun sebelumnya (Ramli, 2013).

PT. Semen Padang adalah salah satu perusahaan besar di Sumatera Barat yang

memproduksi semen. Pabrik ini didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV

Nederlandish Indische Portland Cement Ma’atschappij (NV NIPCM) dan merupakan

pabrik semen yang tertua di Indonesia dengan kapasitas produksi sekitar 5.240.000
ton/tahun dengan total pekerja 1818 orang. PT. Semen Padang dalam proses

produksinya menggunakan berbabagai jenis mesin industri. Penggunaan berbagai

alat/mesin industri ini akan menimbulkan resiko bahaya pada lingkungan kerja dan

tenaga kerja. Untuk mengendalikan berbagai resiko bahaya ditempat kerja perlu

penerapan Sitim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(www.semenpadang.co.id, 2015)

Berdasarkan hasil survei awal, PT. Semen Padang telah menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam proses produksinya sejak

tahun 2002, yang dikelola oleh biro K3LH. Akan tetapi, pada tahun 2011 ditemukan 12

kasus anggka kecelakaan kerja, tahun 2012 tercatat 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 10

kasus dan tahun 2014 sebanyak 12 kasus. Jenis kecelakaan kerja yang terjadi sejak

tahun 2011 s/d 2013 umumnya adalah kecelakaan kerja berat. Disamping itu tercacat

juga kasus kebakaran, terdapat 16 kasus pada 2011, 17 kasus 2012 dan 8 kasus 2013.

Rata-rata kecelakaan kerja yang terjadi akibat ketidak patuhan pekerja terhadap SOP

dan kurangnya pengawasan diunit beresiko (diarea tambang dan pabrik) hal ini

berakibat pekerja diunit tersebut bekerja tidak menggunakan APD dan berujung

kecelakaan kerja.

Berdasarkan data dan hasil wawancara lansung dengan kepala Biro K3LH, PT.

Semen Padang telah berusaha menerapkan 5 ketentuan penerapan SMK3 dengan baik,

akan tetapi masih terdapat angka kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proses

produksinya. Hal ini mengisyaratkan penerapan SKM3 di PT Semen Padang belum

sepenuhnya berjalan optimal untuk meminimalisir terjadinya angka kecelakaan kerja,

karena itulah penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan SMK3 di PT.

Semen Padang dalam rangka meminimalisir bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang

ada diperusahaan ini.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang telah dilakukan di PT. Semen Padang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis penerapan SMK3 di PT. Semen Padang.

1.3.2. Tujuan Khusus

Dari tujuan umum diatas, maka dapat disusun tujuan khusus sebagai berikut:

a. Menganalisis ketersediaan input (kebijakan pemerintah, sumber daya manusia,

dana, sarana/prasarana, data dan informasi, jadwal) dalam penerapan SMK3 di

PT. Semen Padang

b. Menganalisis proses (penetapan Kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan

rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, peninjauan dan peningkatan

kinerja K3) dalam penerapan SMK3 di PT. Semen Padang

c. Menganalisis output optimalnya penerapan SMK3 di PT.Semen Padang

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


a. Akademis, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wahana ilmu

pengetahuan tentang program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) diperusahaan.

b. Perusahaan, sebagai bahan masukan atau informasi dalam menerapkan program-

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diperusahaan.

c. Sebagai bahan referensi atau informasi bagi peneliti lain untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem

Sistem berasal dari bahasa latin (Systema) dan bahasa yunani (Sustema) adalah

suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama

untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi (Suardi, 2010). Sistem

merupakan sekumpulan subsistem atau komponen yang saling berhubungan dalam

melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Thabrany,

2005).

Menurut Ramli (2013), ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu:

tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik,

serta lingkungan. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu:

a. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan yang bisa berjumlah satu tujuan atau lebih. Tujuan ini

yang menjadi motivator yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi

tidak terarah dan tidak terkendali.

b. Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan

selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang

berwujud (tampak secara fisik) atau yang tidak tampak.

c. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transpormasi dari masukan

menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Proses tidak hanya berupa
informasi dan produk, tapi juga berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya sisa

pembangunan/limbah.

d. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran

dapat berupa suatu informasi, saran dan cetakan laporan. Dalam aspek keselamatan,

keluaran juga dapat berupa dampak yang ditimbulkan dalam proses seperti

kecelakaan, limbah, penyakit,gangguan sosial dan lainnya. Dampak ini bersipat

merugikan sehingga perlu dicegah agar keluaran yang diinginkan dapat memberikan

nilai optimal bagi proses yang dijalankan.

e. Batas

Batas sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah diluar sistem (lingkungan).

f. Mekanisme Pengandalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian diwujudkan dengan menggunakan umpan balik yang

mencakup keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan masukan atau

proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

g. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan dapat

berpengaruh terhadap operasi sistem sehingga dapat merugikan atau menguntungkan

sistem itu sendiri.

2.2 Definisi Manajemen

Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang

berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari

bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa

Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris
yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari

bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi

ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur (Susihono, 2013).

Selanjutnya, Deming memperkenalkan proses manajemen yang terkenal

dengan istilah Deming wheel, yaitu proses PDCA (Plan-Do-Check-Action). Deming

memperkenalkan siklus manajemen yang dimulai dengan perencanaan, penerapan,

pengukuran, dan tindakan perbaikan berkelanjutan. Konsep manajemen inilah yang

menjadi landasan dalam menerapkan berbagai sistem manajemen, untuk itu Deming

Wheel kemudian banyak dianut diberbagai sistem manajemen seperti Sistem

Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, dan Sistem Manajemen K3 (Ramli,

2013).

Fungsi pokok manajemen tersebut yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

2. Implementasi

3. Pemantauan dan pengukuran

4. Perbaikan

Untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan diperlukan alat-alat sarana.

Sarana produksi ini berupa suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Sarana ini

sering disebut 6M, yaitu (Suardi, 2005):

1. Man, merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi
2. Money, atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang

dikaitkan juga dengan istilah modal yang merupakan salah satu unsur penting dalam

manajemen

3. Materials,

4. Machines, atau mesin peralatan produksi yang digunakan untuk memberi kemudahan

untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.

5. Methods, tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer.

6. Market, atau pasar adalah tempat organisasi menyebarluaskan (memasarkan)

produknya.

Sejalan dengan hal diatas, pengembangan SMK3 juga memerlukan faktor

pendukung yang mencakup sarana berikut:

1. Manusia (Man)

Penerapan K3 memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memadai, mulai

level paling tinggi sebagai pekerja terendah yang melibatkan dalam penerapan

SMK3 di lingkungan perusahaan.

2. Dana (Money)

Pengembangan K3 yang baik tentunya memerlukan dukungan finansial untuk

mendukung penerapan K3. Kebutuhan dana ini sering kali menjadi alasan bagi

perusahaan untuk enggan menerapkan K3 karena dianggap pemborosan atau mahal

karena memerlukan biaya. Hal ini tentu tidak sepenuhnya benar. Penerapan K3

tidak sepenuhnya mahal, tetapi jika dilaksanakan dengan baik akan menjadi nilai
tambah karena berkaitan dengan produktivitas. Perusahaan yang sadar K3 akan

memasukkan biaya K3 ke dalam biaya produksi.

3. Material

K3 berkaitan dengan material yang digunakan dlam proses produksi. Sasaran K3

juga menyangkut keamanan dan keselamatan dalam proses produksi juga

mengandung berbagai bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

4. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi mempunyai dampak

keselamatan yang sangat besar. Banyak kecelakaan terjadi dalam proses kerja

menggunakan mesin dan peralatan produksi lainnya.

5. Metode

Metode atau cara kerja memiliki kaitan langsung dengan terjadinya kecelakaan.

Metode yang salah dan prosedur yang tidak akurat dapat menimbulkan kecelakaan.

6. Pasar

Produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan harus memenuhi persyaratan sesuai

dengan keinginan konsumen. Untuk itu, aspek K3 juga harus diperhitungkan dalam

memasarkan produk atau jasa. Tuntutan konsumen yang makin kritis terhadap

keselamatan dapat menghambat pemasaran produk dan jasa perusahaan.

Masyarakat konsumen akan lebih kritis memilih produk yang aman (Suardi, 2005).
2.3 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan pemberian perlindungan

kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan

bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan

sekitar tempat kerja (Rijanto, 2010).

Definisi K3 menurut OHSAS 18001:2007 dalam terms and definitions yaitu

kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada

kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak

dan personil kontraktor, atau orang lain ditempat kerja) (Suardi, 2005).

2.3.1 Tujuan Penerapan dan Kesehatan Kerja

Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu sebagai

berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara

fisik, sosial dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunkan sebaik-baiknya dengan

seefektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meingkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja (Reza, 2013).
2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (SMK3)

Menurut PP No. 50 Tahun 2012 sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tenpat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Ramli, 2013).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi

struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian

dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif (Anonimous, 2013).

UU Nomor 13 Tahun 2003 telah menjelaskan tentang pelaksanaan SMK3

yang berupa paksaan diatur dalam pasal 87 ayat (1) yang berbunyi “setiap perusahaan

wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman,

efisien dan produktif. (Permen PU, 2008).

Implementasi SMK3 dalam organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja

K3 dengan melaksanakan upaya K3 secara efisien dan efektif sehingga risiko

kecelakaan dan penyakit kerja dapat dicegah atau dikurangi (Ramli, 2010).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/ MEN/ 1996 pasal 1 menyebutkan

bahwa SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi

struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian

dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

(Rudi, 2005).

Lingkup penerapan Sistem Manajemen K3 berbeda antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya yang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

a. ukuran organisasi/ perusahaan


b. lokasi kegiatan

c. kondisi budaya organisasi dan atau perusahaan

d. jenis aktifitas organisasi/ perusahaan

e. kewajiban hukum yang berlaku bagi perusahaan

f. lingkup dan bentuk Sistem Manajemen K3 yang telah dijalankan

g. kebijakan K3 perusahaan

h. bentuk dan resiko atau bahaya yang dihadapi (Ramli, 2010)

2.4.1. Tujuan Sistem Manajemen K3

Tujuan SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012, yaitu:

a. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja/serikat


buruh; menciptakan tempat kerja yang aman nyaman, efisien untuk mendorong

produktivitas (Rijanto, 2010).

2.4.2. Manfaat Sistem Manajemen K3

Adapun manfaat dari penerapan Sistem Manajemen K3 adalah :

a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem


opersional sebelum timbul gagguan operasional, kecelakaan, insiden dan
kerugian-kerugian lainnya

b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3


diperusahaan

c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangsn bidang K3

d. Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang K3,


khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit

e. Dapat meningkatkan produktifitas kerja (Tarwaka, 2008).

2.4.3. Elemen-Elemen Sistem Manajamen K3

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan

SMK3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan

da mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan

sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.


4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan

perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meingkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 (Ramli, 2013).

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 50

Tahun 2012 tentang pedoman SMK3 maka yang elemen-elemen yang harus

dilaksanakan adalah:

2.4.1 Penetapan Kebijakan K3

Pondasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

adalah komitmen kepemimpinan dan kebijakan manajemen. Sejalan dengan kentuan

peraturan perundangan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tugas dan

tanggung jawab manajemen perusahaan. Oleh karena itu, tanpa komitmen dari

manajemen maka pelaksanaan K3 dalam perusahaan tidak akan memberikan hasil

yang baik. Untuk itu, manajemen harus menempatkan aspek K3 sebagai bagian

integral dalam perusahaan. Aspek K3 sama pentingnya dengan aspek lainnya seperti

keuangan, personalia, produksi dan pemasaran (Ramli, 2013).

a. Komitmen

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan

dikembangkan. Komitmen merupakan jiwa dari keberhasilan penerapan K3 dalam

perusahaan. Menurut F. Bird, komitmen adalah niat atau tekad untuk melaksanakan

sesuatu. Berdasarkan tekad dan keinginan tersebut, komitmen akan tercermin pada

sikap dan tindakan terhadap K3. Sebagai bagian dari komitme manajemen, pengusaha

harus menetapkan kebijakan K3 yang disusun berdasarkan beberapakaidah dan


berdasarkan berbagai input seperti visi dan misi perusahaan, hasil tinjauan awal K3

dan ketersediaan sumber daya dalam perusahaan (Ramli, 2013).

b. Kebijakan K3

Berdasarkan PP No 50 tahun 2012, penetapan kebijakan K3 harus dilaksanakan oleh

pengusaha, dalam menyusun kebijakan pengusaha paling sedikit harus melakukan:

a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:

1. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

2. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih

baik;

3. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.

4. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang

berkaitan dengan keselamatan dan

5. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus dan

memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat

buruh.

Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh

pengusaha dan atau pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan,

komitmen dan tekad melaksanakan K3, serta kerangka dan program kerja yang

mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersipat umum atau

operasional. Kebijakan K3 paling sedikit memuat:

a. Visi

b. Tujuan perusahaan

c. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan


d. Kerangka program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara

menyeluruh yang bersipat umum dan operasional

Penetapan kebijakan K3 harus :

a. Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan

b. Tertulis, tertanggal dan ditandatangani

c. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3

d. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,

kontraktor, pemasok dan pelanggan

e. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik

f. Bersipat dinamik

g. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan

tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan

dan peraturan perundangan (Rijanto, 2010).

Untuk melaksanakan kebijakan K3 pengusaha/pengurus harus:

a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan

perusahaan

b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain

yang diperlukan dibidang K3

c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan

kewajiban yang jelas dalam penanganan K3

d. Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi

e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3 (Dhinar, 2012).

2.4.2 Perencanaan K3

Perencanaan adalah landasan dari suatu sistem manajemen yang diaplikasikan

dalam SMK3. Proses SMK3 dimulai dengan prosesperencanaan yang baik untuk
menjaminagar penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakandan sasaran yang diinginkan

(Syahrizal, 2014).

Menurut PP No 50 Tahun 2012, yang harus dipertimbangkan dalam menyusun

rencana K3:

a. Hasil penelaahan awal;

b. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;

c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan

d. Sumber daya yang dimiliki

Proses pengembangan rencana SMK3 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis resiko

b. Melakukan tinjauan perundangan/persyaratan terkait

c. Menetapkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai

d. Menentukan indikator kinerja untuk menilai keberhasilan

e. Menentukan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan rencana

f. Menyusun rencana kerja (program kerja) (Paulus, 2013)

2.4.3 Pelaksanaan Rencana K3

Proses berikutnya setelah menyusun rencana kerja K3 adalah proses

penerapan yang merupakan tahap krusial dalam upaya pencegahan kecelakaan.

Dalam tahap ini, program-program K3 yang telah disusun akan dilaksanakan secara

lansung dilapangan. Sesuai persyaratan SMK3, elemen utama dalam penerapan

SMK3 adalah sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia

1) Prosedur pengadaan SDM

2) Kosultasi, motivasi dan kesadaran


3) Tanggung jawab dan tanggung gugat

4) Pelatihan dan kompensasi

b. Prasarana

1) Organisasi

2) Anggaran

3) Prosedur operasi (prosedur, informasi, pelaporan)

4) Pendokumentasian

5) Prosedur keja

c. Kegiatan

1) Tindakan pengendalian

2) Perancangan dan rekayasa

3) Prosedur dan instruksi kerja

4) Penyerahan sebagian pekerjaan

5) Pembelian/pengadaan barang dan jasa

6) Prosedur ahir

7) Keadaan darurat

8) Rencana pemulihan

9) Prosedur manajemen (Rijanto, 2010).

2.4.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

SMK3 mensyaratkan pengusaha atau manajemen melakukan pemantauan dan

evaluasi kinerja secara berkala untuk memastikan apakah pelaksanaan SMK3 telah

berjalan sesuai ketentuan dan rencana kerja yang telah ditetapkan. Pemantauan dan

evaluasi kinerja tersebut dilakukan melalui 4 langkah yaitu:

a. Pemeriksaan
b. Pengujian

c. Pengukuran

d. Audit internal (Rijanto, 2010).

Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara

prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan

dengan objek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur

pemeriksaan, pengujian dan pengukuran secara umum meliputi:

a. Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian

yang cukup.

b. Catatan pemeriksaan pengujian dan pengukuran yang sedang berlansung harus

dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja

yang terkait.

c. Peralatan dan metode pengujian yang menandai harus digunakan

untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3 (Suardi, 2005).

Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui

keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan

independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan

metodologi yang telah ditetapkan. Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan

evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk

tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit

SMK3 dijamin pelaksanaanya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen

(Ramli, 2013).

2.4.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3

Proses terahir dari siklus sitem manajemen K3 adalah tinjauan ulang dan

peningkatan oleh manajemen. Elemen ini merupakan peran kunci bagi manajemen
dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3 dalam perusahaannya. Siklus terahir

ini sering diabaikan dandan dianggap sebagai sesuatu formalitas belaka. Padahal,

tahapan ini merupakan langkah penting untuk menuju kinerja terbaik yang ingin

dicapai perusahaan. Tanpa adanya tinjauan manajemen, proses peningkatan

berkelanjutan tidak berjalan dengan baik dan efektif (Ika, 2013).

Untuk menjamin kesesuaian dan efektivan yang berkesinambungan guna

pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan pengurus perusahaan atau tempat kerja

harus:

a. Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara

berkala

b. Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh

kegiatan serta produk barang dan jasa, termasuk dampaknya terhadap kinerja

perusahaan (Rijanto, 2010)

Tinjauan ulang penerapan SMK3 paling sedikit meliputi:

a. Evaluasi terhadap kebijakan K3

b. Tujuan, sasaran dan kinerja K3

c. Hasil temuan audit SMK3

d. Evaluasi efektivitas penerapan SMK3 dan kebutuhan untuk

pengembangan SMK3 (Suardi, 2005).

SMK3 mensyaratkan untuk melakukan tinjau ulang oleh manajemen secara

berkala. Tinjauan manajemen ini merupakan bagian penting dalam mata rantai SMK3

untuk memastikan bahwa penerapan SMK3 telah berjalan sesuai dengan rencana yang

diharapkan. Dengan demikian, jika terjadi penyimpangan maka dapat segera

dilakukan penyempurnaan. Aspek yang dibahas dalam tinjauan manajemen antara

lain:
a. Kesesuaian kebijakan K3 yang sedang berjalan

b. Penyempurnaan objektif K3 untuk peningkatan berkelanjutan

c. Kecukupan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan proses

pengendalian bahaya

d. Tingkat resiko saat ini dan efektifitas dari sistem pengendalian

e. Kecukupan sumber daya yang disediakan

f. Evaluasi kecelakaan dala kurun waktu tertentu

g. Evaluasi penerapan proses K3

h. Hasil dari audit K3, baik internal maupun eksternal

Hasil tinjauan ulang ini dapat merumuskan langkah-langkah perbaikan dan

peningkatan kinerja K3 priode berikutnya. Langkah perbaikan ini konsisten dengan

hasil kinerja K3, potensi risiko, kebijakan K3, ketersediaan sumber daya manusia dan

prioritas yang diinginkan. Selanjutnya, SMK3 juga mensyaratkan agar tinjauan ulang

ini dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan SMK3. Diharapkan tinjauan manajemen ini akan menjadi refleksi

kebelakang untuk melakukan perbaikan dimasa mendatang (Ramli, 2013).

2.5. Hasil Penelitian lain Tentang SMK3

Penelitian yang dilakukan oleh Alfred Billy Wuon (2013) yang berjudul

“Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT

Kerismas Witikco Makmur Bitung” menyatakan bahwa Komitmen dan kebijakan di PT

KWM Bitung belum berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 1

dimana perusahaan belum menempatkan organisasi ataupun seorang ahli keselamatan

dan kesehatan kerja (K3), perencanaan K3 di PT KWMB juga belum sesuai dengan

Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 2 dimana perusahaan belum menetapkan


tujuan dan sasaran program K3 yang terdokumentasikan, penerapan SMK3

diperusahaan yang sudah dilakukan dalam perlindungan keselamatan para pekerja yaitu

berupa pengadaan sejumlah alat pelindung diri sebagai upaya teknis pencegahan

kecelakaan kerja, sedangkan tinjauan ulang SMK3 di PT KWMB juga belum

berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996, dimana perusahaan belum melakukan

Audit SMK3.

Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Reza Husein (2012) yang berjudul

“Analisis penilaian kebutuhan elemen SMK3 PP no 50 di PT X Semarang” menyatakan

bahwa PT. X yang dikategorikan sebagai salah satu perusahaan dengan risiko besar

sudah termasuk kedalam perusahaan yang harus menerapkan SMK3. Penilaian

Pencapaian Penerapan SMK3 yang digunakan di PT. X tergolong dalam kategori

tingkat awal dan hasil penilaian yang dilakukan bahwa belum satupun kriteria yang

terpenuhi.

Penelitian Zamaan Tarigan (2008) dengan judul “ Analisis SMK3 di Pabrik Kelapa

Sawit Tanjung medan Riau” menyimpulkan bahwa diperlukan penyuluhan dari

manajemen pabrik dengan mengadakan kursus dan mendatangkan ahli keselamatan

kerja.

Menurut hasil penelitian Wien Dahrini (2007) dengan judul “Analisa

penerapan SMK3 di PT. KSS” menyimpulkan bahwa adanya para pekerja yang masih

melanggar peraturan k3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Masih ada pekerja yang

tidak memahami kebijakan k3 dan sarana yang sudah disediakan oleh perusahaan untuk

program k3 tidak dijaga dengan baik.

Dalam penelitian Geri Silaban (2009) dengan judul “ Kinerja penerapan

SMK3 pada perusahaan peserta jamsostek cabang Medan” menyimpulkan bahwa

Manajemen harus mempunyai komitmen dan melibatkan seluruh tenaga kerja dalam
memperbaiki kinerja penerapan SMK3 untuk menurunkan angka kecelakaan kerja yang

bermuara pada peningkatan produktivitas kerja.

Pada penelitian Izatul Mira Amiri (2003) dengan judul “Analisis Pelaksanaan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menggunakan Instrumen

Akreditasi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang” menunjukkan bahwa RS Dr. Kariadi

telah memenuhi kriteria akreditasi penuh (selama 3 tahun). Untuk dapat

mengoptimalkan pelaksanaan K3 di lingkungan rumah sakit perlu ditingkatkan

sosialisasi K3 dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terkait

2.6. Kerangka Teori

Berdasarakan teori-teori K3, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

A. Keselamatan C. Sistem
dan Kesehatan Manajemen K3
Kerja 1. Penetapan
1. Bahaya Pendekatan kebijakan K3
2. Risiko Sistem 2. Perencanaan K3
3. Kecelakaan 3. Pelaksanaan
rencana K3
4. Manajemen 4. Pemantauan dan
Risiko evaluasi kinerja
B. Manajemen K3
5. Peninjauan
Ulang dan
peningkatan
kinerja K3

Analisis Penerapan SMK3

Gambar 2.6 Proses Penerapan SKM3


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI ISTILAH

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sistem.

Dimulai dari menganalisa input, proses dan menghasilkan output. Input adalah

kumpulan bagian yang terdapat dalam sistem yang diperlikan untuk berfungsinya

sistem tersebut. Menurut Muninjaya (2004), input meliputi Man (staf), Money (dana

untuk kegiatan program), Material (logistik,alat-alat), Metode (keterampilan, prosedur

kerja, peraturan, kebijaksanaan dsb), Minute (jangka waktu pelaksanaan program),

Market (sasaran masyarakat yang akan diberikan pelayanan). Sabardi (2001),

mengemukakan komponen input meliputi sumber daya uang, sumber daya fisik,

sumber daya manusia, informasi dan energi. Jadi dalam input akan digambarkan

kebijakan, sumber daya tenaga, dana, sarana dan prasarana, data dan informasi serta

jadwal.

Untuk komponen proses, proses adalah bagian yang terdapat dalam sistem

yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan

evaluasi. Proses dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) sesuai dengan PP No 50 Tahun 2012 tentang ketentuan penerapan K3

adalah penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan

dan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan peningkatan kinerja SMK3.

Untuk komponen output, output adalah kumpulan bagian yang dihasilkan dari

berfungsinya proses dalam sistem. Keluaran dalam SMK3 PT Semen Padang ini

nantinya adalah optimalnya penerapan dari SMK3 diPT. Semen Padang.


Dari uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUT

a. Kebijakan a. Penetapan
Pemerintah Kebijakan K3
Optimalnya
b. SDM b. Perencanaan K3
c. Dana c. Pelaksanaan penerapan SMK3
d. Sarana/prasarana rencana K3 diPT.Semen Padang
e. Data dan informasi d. Pemantauan dan
f. Jadwal evaluasi kinerja
K3
e. Peninjauan dan
peningkatan
kinerja K3

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Defenisi Istilah

Tabel 3.1. Defenisi Istilah

Cara pengumpulan Instrumen


Komponen/defenisi
data penelitian

INPUT

1. Kebijakan adalah keputusan Telaah Dokumen dan Pedoman


strategis dari pemerintah Wawancara,
berkaitan dengan SMK3 yang Wawancara mendalam
meliputi: penetepan komitmen Daftar telaah
dan kebijakan K3, perencanaan dokumen dan
K3, pelaksanaan rencana K3, pedoman diskusi
pemantauan dan evaluasi kinerja
kelompok terarah
K3 dan peninjauan penigkatan
kinerja K3.
2. Sumber Daya Manusia adalah Telaah Dokumen dan Pedoman
jumlah tenaga,tingkat pendidikan, Wawancara,
kualifikasi pendidikan tenaga Wawancara mendalam
pada Biro K3LH PT. Semen Daftar telaah
Padang sebagai pelaksana SMK3 dokumen dan
pedoman diskusi
kelompok
terarah

3. Dana adalah ketersediaan Telaah Dokumen dan Pedoman


sejumlah uang yang diperlukan Wawancara,
untuk menunjang kegiatan Wawancara mendalam
penyusunan perencanaan Daftar telaah
program K3 yang terdiri dari 3 dokumen dan
bidang: bidang keselamatan kerja, pedoman diskusi
kesehatan kerja dan lingkungan
kelompok
kerja di biro K3LH PT. Semen
Padang. terarah

4. Sarana/prasarana adalah Telaah Dokumen dan Pedoman


ketersediaan fasilitas yang Wawancara,
digunakan untuk menunjang Wawancara mendalam
pelaksanaan program K3 Daftar telaah
dokumen dan
pedoman diskusi
kelompok
terarah

5. Data dan informasi adalah Telaah Dokumen dan Pedoman


ketersediaan data dan penggunaan Wawancara,
berbagai dokumen (profil, laporan Wawancara mendalam
program, dokumen renstram, Daftar telaah
dokumen perencanaan dan bahan dokumen dan
terkait penyusunan perencanaan pedoman diskusi
program)
kelompok
terarah

6. Jadwal adalah waktu pelaksanaan Telaah Dokumen dan Pedoman


penyusunan perencanaan dari Wawancara,
mulai persiapan sampai Wawancara mendalam
penerapan dokumen perencanaan Daftar telaah
sebagai rencana kerja SMK3 dokumen dan
pedoman diskusi
kelompok
terarah
PROSES

1. Komitmen dan
kebijakan K3 adalah Telaah Dokumen dan Pedoman
pernyataan tertulis Wawancara,
pengusaha/pengurus dalam Wawancara mendalam
pelaksanaan K3 di PT. Semen Daftar telaah
Padang yang meliputi: Visi, dokumen dan
tujuan, dan komitmen untuk pedoman diskusi
melaksanakan K3.
kelompok terarah

2. Perencanaan K3 adalah suatu


perencanaan guna mencapai Telaah Dokumen Pedoman
keberhasilan penerapan SMK3 Wawancara,
dengan sasaran yang jelas dan Wawancara mendalam
dapat diukur di PT.Semen Daftar telaah
Padang yang meliputi: tujuan dokumen dan
dan sasaran, skala prioritas, pedoman diskusi
upaya pengendalian bahaya,
kelompok terarah
penetapan sumber bahaya,
jangka waktu pelaksanaan,
indikator pencapaian dan
sistem pertanggung jawaban.
3. Penerapan K3 adalah Telaah Dokumen Pedoman
penerapan K3 diperusahaan Wawancara,
yang didukung oleh : SDM Wawancara mendalam
yan memiliki lisensi, saran dan Daftar telaah
prasarana. dokumen dan
pedoman diskusi
kelompok terarah

4. Pemantauan dan evaluasi Telaah Dokumen Pedoman


kinerja K3 adalah sistem Wawancara,
pengukuran/pemantauan dan Wawancara mendalam
evaluasiterhadap pelaksanaan Daftar telaah
SMK3 di PT.Semen Padang dokumen dan
yang meliputi: pemeriksaan, pedoman diskusi
pengujian, pengukuran dan
kelompok terarah
audit.

5. Peninjauan ulang kinerja K3


adalah suatu tinjauan kembali Telaah Dokumen Pedoman
dari pelaksanaan K3 untuk Wawancara,
menjamin kesesuaian dan Wawancara mendalam
keefektifan di PT. Semen Daftar telaah
Padang yang meliputi: dokumen dan
kebijakan, perencanaan, pedoman diskusi
pelaksanaan, pemantauan dan
kelompok terarah
evaluasi.
OUTPUT

Optimalnya penerapan SMK3 Telaah Dokumen Pedoman


diPT.Semen Padang sesuai Wawancara,
dengan PP No 50 Tahun 2012. Wawancara mendalam
Daftar telaah
dokumen dan
pedoman diskusi
kelompok terarah
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi yaitu menggali lebih dalam pengalaman pihak direksi PT. Semen

Padang, pelaksana K3 yaitu Biro K3LH PT. Semen Padang dan pihak lain yang

terlibat serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT. Semen Padang

(Kirana Pritasari, 2015).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Biro K3LH PT. Semen Padang, pada tanggal 1

Maret 2015 – 1 Januari 2016.

4.3. Informan Penelitian

4.3.1 Karakteristik Informan

Karakteristik utama informan pada penelitian ini adalah manajer menengah

/Middle Manager (Direktur Produksi), manajer pelaksana di Biro K3LH, manajer

pabrik dan pekerja (serikat pekerja). Batasan informan di PT. Semen Padang ini

adalah orang yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT.

Semen Padang.

4.2.2 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling yaitu teknik pemilihan informan penelitian berdasarkan pertimbangan


tertentu (Saryono,2010). Responden observasi dalam penelitian ini adalah para

informan yang dapat memberi keterangan atau penjelasan berupa data-data yang

diperlukan peneliti, dalam hal ini adalah informan yang bersedia memberikan

keterangan atau diwawancarai (Aditama,2007).

Pemilihan informan dilakukan berdasarkan prinsip:

1. Kesesuaian (appropriatness) dipilih berdasarkan kesesuaian dengan topik

penelitian. Informan dalam penelitian ini dianggap sesuai dengan topik yang

diambil. Hal ini terlihat dari posisi jabatan informan yang paling banyak

terlibat dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT. Semen

Padang.

2. Kecukupan (adequacy) jumlah informan dianggap cukup jika data yang

didapat telah menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik

penelitian (Saryono,2010).

Informan yang dipilih pada penelitian ini, adalah orang yang terlibat dan

bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 di PT. Semen Padang Tahun 2014.

Informan untuk wawancara mendalam pada penelitian ini terdiri dari:

Tabel 4.1 Informan Penelitian

No Jabatan Informan Klasifikasi Jumlah

1 Direktur Produksi Manajer Menengah 1

2 Kepala Biro K3LH PT Semen Padang Manajer Pelaksana 1

3 Kepala Bidang Keselamatan kerja Manajer Pelaksana 1

4 Kepala Bidang Kesehatan Kerja Manajer Pelaksana 1

5 Kepala/menejer pabrik Manajer Pelaksana 1

6 Pekerja/serikat pekerja Pekerja 8

Jumlah Informan 13 orang


4.4. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrument pada penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri dengan

menggunakan alat bantu berupa panduan wawancara mendalam dan dengan diskusi

kelompok terarah. Pada tehnik pengumpulan data kualitatif peneliti menggunakan

lebih dari satu metode pencarian data untuk mendapatkan gambaran dari fenomena

yang sedang diteliti (Wibowo, 2014).

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau

peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.

Melalui observasi hal-hal yang diamati oleh peneliti dapat dibuktikan apakah

sudah mencapai standar atau tidak.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam (Indepth interview) merupakan alat pembuktian terhadap

informasi atau keterangan. Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori

wawancara semi terstruktur, dimana dilakukan dengan cara bertanya lansung

pada responden. wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urut dan penggunaan kata, tetapi

pelaksanaanya lebih bebas dan tidak terikat dengan panduan wawancara yang

telah disiapkan. Pewawancara menggunakan bentuk pertanyaan terbuka (biasa

diawali dengan kata bagaimana atau mengapa), namun ada batasan tema dan alur

pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk menemukan permasalahan lebih terbuka

dan informan dapat mengemukakan pendapat dan idenya. Hasil dari wawancara

mendalam (Indepth interview) akan direkam dengan menggunakan media tape

recorder.
c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen adalah data sekunder yang diperoleh dengan mengumpulkan

informasi yang bersumber dari buku pedoman, buku petunjuk pelaksanaan,

protap dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang

diteliti.

d. Diskusi Kelopok Terarah

Diskusi kelompok terarah adalah suatu metode diskusi kelompok yang bertujuan

untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari sebuah pertanyaan penelitian yang

diakui oleh semua anggota kelompok, Wibowo (2014).

4.7 Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif

4.7.1. Pengolahan data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Transkrip data

Memindahkan/ menyalin informasi dari bentuk pembicaraan lisan yang direkam

dalam kaset kosong dan berbagai informasi yang ada dalam catatan lapangan

menjadi bentuk tulisan. Setiap informasi yang ditulis diberi kode sumber data agar

tetap dapat ditelusuri apabila informasi yang didapat dirasa kurang lengkap

(Sugiyono,2009).

b. Reduksi Data (Data reduction)

Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah dokumen direduksi ke

dalam matriks tabulasi checklist (Sugiyono,2009). Data yang diperoleh dari hasil

wawancara mendalam (Indepth interview) direduksi ke dalam matriks hasil

wawancara.
c. Penyajian Data (Data display)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data (data display).

Data-data yang sudah dikategorikan dapat disajikan dalam bentuk narasi

(Sugiyono,2009).

d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/ verification) Setelah

data disajikan, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya (Sugiyono,2009).

4.7.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Analisis data yang akan dipakai untuk menganalisis data

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milah

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain (Saryono,2010). Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk

menjaga keabsahan data dengan cara :

a. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mewawancarai hal yang sama kepada

informan yang berbeda.

b. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mewawancarai hal yang sama melalui

metode yang berbeda, yaitu dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen

(Sugiyono,2009).
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

A. Gambaran Umum PT. Semen Padang

PT. Semen Padang merupakan pabrik semen yang tertua di Indonesia. Pabrik

ini didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandish Indische

Portland Cement Ma’atschappij (NV NIPCM). Saat ini, PT. Semen Padang mulai

merealisasikan program peningkatan kapasitas produksi dengan memulai program

pembangunan Indarung VI, dengan dibangunnya pabrik Indarung VI maka kapasitas

produksi PT. Semen Padang adalah sebagai berikut:

a) Pabrik Indarung I : 330.000 ton/tahun

b) Pabrik Indarung II : 660.000 ton/tahun

c) Pabrik Indarung III: 660.000 ton/tahun

d) Pabrik Indarung IV: 1.620.000 ton/tahun

e) Pabrik Indarung V : 2.300.000 ton/tahun

Berdasarkan surat Menteri keuangan RI No.5/326/016/1995 pemerintah

melakukan konsulisasi atas beberapa pabrik semen pada tanggal 15 September 1995

dibawah lindungan PT Semen Indonesia Grup.

PT. Semen Padang sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai Visi

dan Misi sebagai berikut:

Visi : Menjadi Perusahaan Persemenan Yang Andal, Unggul Dan Berwawasan

Lingkungan Di Indonesia Bagian Barat Dan Asia Tenggara”

Misi :
a) Memproduksi dan memperdagangkan semen serta produk tekait lainnya yang

berorientasi kepada kepuasan pelanggan.

b) Mengembangkan SDM yang kompeten, profesional dan berintegritas tinggi.

c) Meningkatkan kemampuan rekayasa dan engineering untuk mengembangkan

industri semen nasional.

d) Memberdayakan, mengembangkan dan mensinergikan sumber daya

perusahaan yang berwawasan dan lingkungan.

e) Meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan yang

terbaik kepada stakeholder.

Motto Semen Padang: “Giving the Best to Build Better Life”

PT. Semen Padang sebagai perusahaan dalam industri persemenan dan bagian

dari grup Semen Indonesia mempunyai komitmen untuk melakukan:

1) Peningkatan nilai dan pertumbuhan, serta daya saing perusahaan melalui

pemantapan pemasaran yang berorientasi pada pasar utama, peningkatan

produktivitas operasi dan efisiensi disegala bidang serta pengembangan bisnis

perusahaan.

2) Pemenuhan harapan pelanggan untuk seluruh produk yang dihasilkan dan

dipasarkan melalui pemenuhan persyaratan mutu, pelayanan terbaik, serta

keabsahan hasil uji dengan didukung sistem manajemen yang terintegrasi.

3) Peningkatan tanggung jawab dan kepedulian kepada stokeholder, termasuk:

a) Pengelolaan lingkungan hidup meliputi pencegahan pencemaran udara,

pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan non B3,

konservasi air, penghematan pemakaian energi serta perlindungan

keanekaragaman hayati.

b) Pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien


c) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dengan menjaga

lingkungan kerja yang aman dan sehat serta mencegah terjadinya

kecelakaan.

d) Pelaksanaan tanggung jawab sosial peruhasaan yang efektif dan

berkesinambungan.

e) Pengamanan aset dan kelancaran operasional perusahaan.

4) Penaatan perundang-undangan, peraturan yang berlaku dan persyaratan

lainnya.

5) Pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional untuk

mendukung pelaksanaan seluruh komitmen perusahaan.

Kebijakan perusahaan dikomunikasikan kepada stokeholder, serta

diimplementasikan secara konsisten oleh seluruh karyawan dan dievaluasi oleh

manajemen untuk peningkatan secara berkelanjutan.

Semen Padang memiliki 1924 (Januari 2015) orang karyawan yang terbagi

atas dua bagian yaitu, karyawan shift dan karyawan non shift (harian) termasuk

karyawan outsourcing. Pengangkatan tingkat dan jabatan karyawan Semen Padang

disesuaikan dengan pendidikan yang dimiliki. Jadwal jam ker-ja shift dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Shift I : 07.00 – 15.00


b. Shift II : 15.00 – 22.00
c. Shift III: 22.00 – 07.00
Karyawan yang non shift/harian jam kerjanya dimulai pukul 07.00–15.00

untuk area pabrik/produksi dan untuk area selain pabrik 07.30–16.30 dengan lima

hari kerja dalam seminggu dan hari libur nasional tidak bekerja.
B. Gambaran Umum Biro K3LH PT. Semen Padang

a. Struktur Organisasi Biro K3LH

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Semen Padang dikelola oleh biro K3LH

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup), terdapat 2 bidang yaitu

Bidang Keselamatan Kerja dan Bidang Lingkungan Hidup serta satu staf Kesehatan

kerja. Biro K3LH berada dibawah naungan Departemen Jaminan Kualitas dan Inovasi.

Semen Padang mempunyai 61 orang Ahli K3 Umum dan seorang dokter Hiperkes.

Biro Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) adalah

biro yang berperan dalam pengelolaan dan pengawasan norma-norma K3 dan lingkungan

hidup. Biro K3LH merupakan sekretaris dari P2K3 (Panitia Pelaksana Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) yang dikepalai oleh top manajemen, yaitu Direktur Produksi PT Semen

Padang.

Gambar 5.1. Struktur biro Organisasi K3LH


Sumber K3LH Semen Padang
b. SDM

Di PT. Semen Padang, Biro K3LH merupakan bagian dari departemen

litbang dan jaminan kualitas yang terdiri dari 3 bidang didalamnya, jumlah

pegawainya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Jumlah Tenaga di Biro K3LH


Tahun 2015
Jenis Ketenagaan Jumlah yang
ada
Ka.Biro K3LH 1
Bid.Keselamatan Kerja 14
Bid. Lingkungan Hidup 7
Staf. Kesehatan Kerja 5
Jumlah 27
Sumber : Data Ketenagaan PT.SP, 2015

c. Program Kerja Biro K3LH

Program di Biro K3LH dituangkan ke dalam activity plan yang telah dibagi ke

dalam bidang masing-masing, yaitu:

a) Bidang Keselamatan Kerja, dengan tugas yaitu:

1) Membuat pandungan dan mensosialisasikan peraturan dan persyaratan

keselamatan kerja.

2) Melakukan pengawasan terhadap penerapan norma-norma K3.

3) Membuat panduan dan perencanaan simulasi tanggap darurat.

4) Membuat panduan dan sosialisasi penanggulangan kebakaran.

5) Membuat panduan dan mensosialisasikan teknik investigasi kecelakan

atau insiden.

6) Membuat perencanaan sertifikasi/resertifikasi peralatan dan SIO (Surat

Izin Operasi).
b) Staf Kesehatan Kerja, dengan tugas yaitu:

1) Mengukur ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan terkait

kesehatan kerja.

2) Pengawasan norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja terkait

Kesehatan Kerja.

3) Sosialisasi peraturan dan perundang-undangan.

4) Kalibrasi peralatan dan perizinan yang dipersyaratkan peraturan.

5) Pelatihan/pemeriksaan kesehatan karyawan.

6) Melaporkan hasil medical check-up dan statistik kecelakaan ke instansi

terkait.

7) Pengurusan klaim kecelakaan.

8) Melaksanakan program pencegahan wabah penyakit.

9) Membuat panduan dan mensosialisasikan pengelolaan kotak P3K

c) Bidang Lingkungan Hidup, dengan tugas yaitu:

1) Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan hidup.

2) Merencanakan dan memantau perizinan lingkungan hidup.

3) Memonitor dan memberikan guidance dan standar untuk melakukan

pencegahan pencemaran dan aspek dan dampak lingkungan.

4) Melaporkan kinerja lingkungan kepada pihak terkait.

5) Membuat panduan pengelolaan lingkungan dan mensosialisasikan.

5.2 Identitas Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, pengambilan data primer dilakukan dengan metode

wawancara mendalam dengan informan yang terkait dengan analisis penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.Semen Padang.

Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Identitas Informan PenelitianAnalisis Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di PT. Semen Padang Tahun
2015

Kode Informan Jenis Umur Pendidikan


Kelamin (Tahun) Terakhir
Inf-1 Direktur Produksi Laki-laki 34 th S2
Inf-2 Kepala Biro K3LH Laki-laki 32 th S1
PT.SP
Inf-3 Kepala Bidang Laki-laki 57 th S1
Keselamatan Kerja
Inf-4 Kepala Bidang Laki-laki 54 th S1
Kesehatan Kerja
Inf-5 Kepala/Manejer Pabrik Laki-laki 37 th S1
Inf-6 Pekerja/serikat pekerja Laki-laki 27 th S1
Inf-7 Pekerja Perempuan 32 th S1
Inf-8 Pekerja Perempuan 32 th S1
Inf-9 Pekerja Ind II Laki-laki 28 th D3
Inf-10 Pekerja Ind III Laki-laki 29 th D3
Inf-11 Pekerja Ind IV Perempuan 26 th D3
Inf-12 Pekerja Ind V Laki-laki 28 th D3
Inf-13 Pekerja Ind IV Perempuan 27 th D3
5.3 Hasil Penelitian.

Dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara mendalam (Indepth

Interview) terhadap informan dari manajerial perusahaan dan diskusi kelompok

terarah (FGD) dengan pekerja untuk mengetahui permasalahan dalam penerapan

SMK3 dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan dan

didukung dengan media record. Studi observasi dan dokumentasi juga dilakukan

untuk melihat bukti fisik terhadap semua komponen yang diteliti.

a. Komponen Input

Komponen input dalam penelitian ini adalah kebijakan pemerintah, SDM, dana,

sarana/prasarana, data/informasi dan jadwal.

1) Kebijakan Pemerintah

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: dalam mendukung

penerapan K3 diperusahaan, pemerintah telah menetapkan ketetuan tentang

penerapan SMK3 yaitu PP No. 50 Tahun 2012. Kebijakan ini di buat pemerintah

secara tertulis dan telah disosialisasikan oleh pemerintah ke perusahaan dengan

cara mengundang pihak manajemen untuk menghadiri seminar tentang kebijakan

ini, namun sosialisasi lansung melalui suatu gebrakan khusus dari perusahaan ke

masyarakat pekerja di PT. Semen Padang sejauh ini belum ada.

Berikut kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja dan Staf Kesehatan Kerja: Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja:

“ Ketentuan pemerintah tentang penerapan SMK3 sudah ada yaitu PP No 50


Tahun 2012, kebijakan tersebut dibuat dalam bentuk tertulis, disosialisasikan
pemerintah ke perusahaan melalui seminar, belum dilaksanakan sepenuhnya oleh
perusahaan”
(Informan 1)

“SMK3 di PT. Semen Padang mengacu kepada peraturan pemerintah pusat yaitu
PP No 50 2012.”

(Informan4)

“SMK3 PT Semen Padang mengacu kepada peraturan pemerintah pusat,


berdasarkan yang saya dengar yaitu PERMENAKER NO 5 1996”

(Informan6)
Hal ini juga diungkapkan oleh informan 8 dan 5 berikut:

“Untuk penerapan SMK3 PT. Semen Padang mengacu ke peraturan


pemerintah PP No 50 2012 ini merupakan kebijakan tertulis yang
disosialisasikan ke perusahaan melalui surat resmi dan kebijakan ini akan
dilaksanakan sepenuhnya oleh perusahaan yang akan berdampak kepada angka
kecelakaan kerja diperusaan ini sendiri, di PT Semen Padang sendiri ada Biro
K3LH yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan K3 yang telah
ditetapkan oleh perusahaan”
(Informan8)

“Kalau untuk peraturan pemerintah ada, tapi sedikit yang saya tahu dan itu
sudah kita terapkan. Akan tetapi PT Semen Padang sendiri sudah memiliki
kebijakan terkait penerapan SMK3 diperusahaan ini”

(Informan5)
Informan 2 juga menegaskan:

“Kebijakan pemerintah ada tentang SMK3”

(Informan2)

Senada dengan informan 2, informan 3 juga mengungkapkan bahwa hanya

kebijakan pemerintah pusat yang ada tentang SMK3, sebagaimana pernyataannya

berikut:

“Ketentuan pemerintah tentang SMK3 sudah ada,telah disosialisasikan kepada


perusahaan khususnya kepada pihak manajerial dan direksi
melaluiseminar,tetapi untuk sosialisai ke pekerja secara lansung belum
dilaksanakan”
(Informan3)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.3 berikut:


Tabel 5.3 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

NO Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

1 Kebij Kebijak Ada, Kebijak Kebijakan Sepenge Kebijakan


akan an tapi PP an ada, pemerinta tahuan pemerintah
Pemer pemerin No 50 tapi h ttg kami tentang
intah tah ada, Tahun belum SMK3 kebijaka SMK3 ada,
untuk 2012 disosiali dari n untuk
pp no 50 belum sasikan pemerinta pemerin regulasi
tahun ada kami h ada, tapi tah ttg terbaru PP
2012 sosialisa pekerja soaialisasi smk3 No 50 tahun
belum ke kami PP No 50 ada, tp 2012
ada pekerja Tahun belum perusahaan
sosialisa 2012 ke ada belum ada
si ke kami sosialisa mensosialisa
kami pekerja si ke sikan kepada
pekerja, belum pekerja kami
ada. pekerja.

Untuk lebih jelasnya, hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi

dan wawancara mendalm mengenai kebijakan pemerintah terhadap analisis

penerapan SMK3 di PT. Semen Padang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Matrik Triangulasi Kebijakan Pemerintah dari Hasil TelaahDokumen,


Observasi dan Wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Dokument Observasi Wawancara Kesimpulan


asi
Kebijakan Ditemukan Kebijakan Kebijakan Kebijakan
pemerintah kebijakan pemerintah pemerintah pemerintah
tentang pemerintah tentang SMK3 dibidang K3 tentang SMK3
SMK3 tentang sudah ada, sudah ada ada, yaitu PP
SMK3 yaitu disosialisasikan disosialisasika No 50 Tahun
PP N0 50 dalam bentuk n dalam bentuk 2012, dibuat
Tahun 2012 tertulis oleh tertulis ke secara tertulis
pemerintah PT.SP, namun disosialisasikan
pusat ke sosialisasi melalui acara
perusahaan secara lansung seminar oleh
kepada pekerja pemerintah ke
sejauh ini pihak
belum ada. direksi/manajeri
al perusahaan ,
namun belum
ada sosialisasi
secara lansung
oleh perusahaan
kepada pekerja.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah tentang

penerapan SMK3 sudah ada yaitu PP No.50 Tahun 2012, dibuat secara tertulis dan

disosialisasikan oleh pemerintah ke perusahaan melalui acara seminar, namun

sosialisasi secara lansung oleh perusahaan kepada masyarakat pekerja sejauh belum

ada, sehingga pekerja belum begitu memahami ketentuan yang terbaru ini.

2) SDM

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,

Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: tenaga/SDM yang

terdokumentasi dalam mendukung penerapan SMK3 di PT. Semen Padang adalah 61

Ahli K3, dengan rincian 57 ahli K3 umum, 1 ahli K3 listrik, 1 ahli K3 kimia dan 2

ahli K3 kebakaran.

Berikut ungkapan informan saat wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka.

Biro K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja, yaitu:

“untuk sekarang, ketenagaan kita cukup ”

(Informan4)

“SDM untuk penerapan SMK3 dirasa cukup “

(Informan3)

“Secara kuantitas dan kualitas SDM untuk k3 sudah cukup”

(Informan6)
Secara Kuantitas SDM untuk K3 sudah cukup, tetapi untuk perpabriknya harus ada
penambahan tenaga lagi dan secara kualitas belum ada tenaga dengan latar
belakang pendidikan ilmu k3”
(Informan1)

“Untuk tenaga K3 saya rasa cukup”

(Informan8)

Informan 2 juga menegaskan:

“Secara kuantitas tenaga ahli k3 PT.SP banyak ada 66 orang dan itu dirasa cukup
untuk penerapan SMK3, secara kualitas berdasarkan kenyataan dilapangan kami
memang belum pernah ada tenaga dengan latar belakang pendidikan K3”
(Informan2)

Hal yang berbeda dengan pendapat sebelumnya disampaikan oleh informan berikut:

“Menurut saya secara kuantitas tenaga k3 baik di biro K3LH sendiri dan dipabrik
belum mencukupi dan secara kualitas tenaga dengan latar belakang pendidikan k3
ada tetapi untuk mengejar kompetensi kami di training setiap tahun”
(Informan7)

“Mengenai Kuantitas dan kualitas SDM saya belum pernah tahu indikatornya, sejauh
ini tenaga K3 yang khusus dengan latar belakang pendidikan k3 memang tidak ada”
(informan5)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

SDM Belum Belum Jumlah Belum Sdm SDM secara


cukup cukup dan sdm mencuku secara kuantitas
secara belum secara pi kuantitas belum cukup
kuantita sesuai kuantitas belum dan secara
s dan dengan belum mencuk kualitas
secara latar mencuku upi dan mereka
kualitas pendidika pi dan secara belum sesuai
mereka n. mereka kualitas dengan
timk3lh belum juga kualifikasi
belum dengan belum
dengan latar memada
latar pendidika i
pendidik n yg
an yang sesuai
sesuai
Untuk lebih jelasnya, hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi dan

wawancara mendalm mengenai kebijakan pemerintah terhadap analisis penerapan

SMK3 di PT. Semen Padang dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Matrik Triangulasi SDM dari Hasil telaah Dokumen, Observasi dan
Wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Dokumentasi Observasi Wawancara Kesimpulan


SDM Data jumlah Pendidikan Dari segi Ada 61 Ahli
SDM ada tenaga/ SDM kuantitas SDM K3 di PT. SP,
ditemukan K3 belum dirasa cukup, secara
sesuai dari sisi kuantitas
kualifikasi kualitas belum
memang belum mencukupi
ada tenaga sesuai UU No
dengan latar 1 thn 1970,
pendidikan K3, namun untuk
tetapi kualitas masih
karyawan telah belum
dibekali maksimal
dengan
pelatihan
dibidang k3

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi SDM belum mencukupi secara

kuantitas karena sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu UU No 1 Tahun 1970

menyatakan bahwa perusahaan dengan tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih,

jumlah anggota pada P2K3 sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6

(enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga

kerja. Untuk kualitas masih kurang karena belum ada tenaga yang berkompeten

dibidang K3.

3) Dana

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,

Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: semua pendanaan di PT. Semen
Padang terintegrasi dengan sistem manajemen keuangan perusahaan. Pengalokasian

dana untuk Biro K3LH berasal dari dana perusahaan PT. Semen Padang, dana yang

dibutuhkan untuk perencanaan K3 dikeluarkan berdasarkan persetujuan direktur

utama, tetapi belum ada penetapan standar biaya untuk perencanaan K3, berikut

kutipan oleh beberapa Informan :

“Dana yang dialokasikan perusahaan untuk manajemen k3 ada,berapa persentase


nya dan berapa standarnya tidak ada dalam ketentuan manajemen perusahaan
karena kegiatan kami sipatnya cost by activity”

(Informan2)

“Ada dana untuk kegiatan k3 dari perusahaan dan kita ajukan anggarannya per-
tahun, alokasi dana kita bersifat cost by activity karena itu juga tidak ada berapa
standar dana yang ditetapkan”
(Informan3)

“Anggaran dana dari perusahaan untuk perencanaan K3 ada, tetapi memang tidak
ada tetapan persentase dna berapa standarnya”
(Inormanf6)

“Ada alokasi dana dari perusahaan untuk manajemen K3, dari biro k3lh sendiri dana
dianggarkan untuk program kerja k3 sekitar 5-8 milyar per-tahun”
(Inormanf7)

“Alokasi dana dengan persentase khusus yang ditetapkan tidak ada”

(Informan4)

“Alokasi dana untuk kegiatan K3 ada”

(Informan1)

“Dana yang dialokasikan perusahaan untuk kegiatan K3 ada”

(Informan5)

“Dana untuk kegiatan K3 ada”

(Informan8)

Berikut hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik,


Tabel 5.7 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

Dana Ada Ada Ada Ada Ada Ada dana yang


alokasi dana dana dana dialokasikan untuk
dana untuk untuk untuk program K3 dan
utuk SMK3 SMK3 SMK3 penerapan SMK3
penerap
an
SMK3

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, wawancaramendalam dan

observasi tentang dana dalam penerapan SMK3

Tabel 5.8 Matrik Triangulasi Dana dari Hasil telaah Dokumen, Observasi dan
Wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Dana Tidak Ada Alokasi dana untuk Dalam Alokasi dana
standar kegiatan K3 ada, anggaran dari
anggaran tetapi berapa perusahaan perusahaan
khusus untuk standarnya tidak ada alokasi untuk kegiatan
perencanaan pernah ditetapkan. dana untuk K3, tetapi
K3 perencanaan tidak ada
K3 standar khusus
nya

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada alokasi dana untuk pelaksanaan

kegiatan K3 yang dicairkan melalui persetujuan direktur utama, tetapi ketetapan

standarnya belum ada karena kegiatannya bersipat kegiatan dulu baru pencairan dana

(cost by activity).

4) Sarana/prasarana

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,

Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: ketersediaan sarana/prasarana

khususnya untuk penunjang komunikasi dan transportasi dalam pelaksanaan K3


cukup memadai, untuk kelengkapan sarana/prasarana transportasi dan komunikasi

berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen sudah tersedia 5 motor trabas, mobil

operasional, sepeda ontel, radio, hp dengan aplikasi WA dan web online perusahaan,

seperti yang diungkapkan oleh informan berikut:

“Ketersediaan sarana dan prasarana cukup dalam rangka menunjang program kerja
kami biro K3LH”
(Inormanf2)

“Sarana dan prasarana lengkap, untuk transportasi dilengkapi dengan ketersediaa


motor dan mobil untuk akses cepat ke area sedangkan untuk kelengkapan komunikasi
ada radio perusahaan yang setiap saat selalu menginformasikan seluruh keadaan
area perusahaan”
(Informan4)

“Untuk ketersediaan sarana dan prasarana penunjang program kerja kami K3Lh
sudah lengkap, ditunjang dengan disediakannya motor trabas untuk akses cepat ke
area, komunikasi kami dilengkapi dengan radio”
(Informan3)

“Ketersediaan sarana dan prasarana menurut saya sudah lengkap dalam rangka
mendukung program K3 diprusahaan in”
(Inormanf1)

“Untuk permasalahan sarana dan prasarana saya rasa tidak ada masalah dengan
adanya disediakan sepeda ontel sebagai alat transportasi antar pabrik ini lebih
mempermudah memasuki jalan kecil/gang didalam pabrik”
(Informan5)

“ Ketersedianaan sarana dan prasarana saya rasa cukup”

(Informan6)

“ Sarana dan prasarana cukup memadai”

(Informan7)

“Ketersedian sarana dan prasarana lengkap “

(Informan8)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pda tabel

5.9 berikut:
Tabel 5.9 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

Saran Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Ketersediaan


a/pras sarana/prasarana
arana sudah cukup

Untuk lebih jelasnya, berikut ini matrik triangulasi dari hasil telaah dokumen,

observasi dan wawancara mendalam tentang ketersediaan saran dan prasarana di PT. Semen

Padang, berikut:

Tabel 5.10 Matrik Triangulasi Sarana dan Prasarana dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan Wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Sarana dan Sarana dan Sarana dan Dokumen Sarana dan
Prasarana prasarana ada prasarana yang terkait saran prasarana
tersedia 5 unit menunjang dan tersedia
motor trabas, penerapan prasarana
mobil SMK3 cukup tidak
operasional, tersedia seperti: ditemukan
sepeda ontel motor trabas,
dan radio. mobil, sepeda
Untuk alat ontel dan radio
transportasi untuk
dan komunikasi
komunikasi
ada tersedia
lengkap

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan untuk penerapan SMK3 sudah mencukupi.

5) Data dan informasi

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,

Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: dalam mempersiapkan

perencanaan dalam penerapan SMK3, ketersediaan data dan informasi sangat penting.
Data dan informasi yang ada di PT. Semen Padang sudah dimanfaatkan dalam

penyusunan perencanaan K3 berikut ungkapan dari beberapa informan:

“ Data dan informasi tersedia bisa di akses di web perusahaan ”

(Informan2)

“Data dan informasi cukup tersedia dan bisa kita akses di portal perusahaan dan
web biro-biro terkait, untuk digunakan sebagai dasar penyusunan program kerja
dibidang K3”
(Informan4)

“ Ketersediaan data dan informasi saya rasa lengkap”


(Informan1)
“ Data dan informasi ada tersedia lengkap”
(Informan3)
“Data dan informasi secara umum lengkap, tetapi yang menjadi permasalahannya
kasus baru dengan tindakan solusi cepat tidak dilaporkan secara tertulis karena
dianggap sudah dapat diatasi dengan baik”
(Informan5)
“Data dan informasi lengkap dan dengan akses yang cepat tersebar melalui radio,
telepon dan web perusahaan”
(Informan7)

“Ketersediaan data dan informasi lengkap dan cepat dengan dilengkapi web, radio,
telepon perusahaan dan majalah warta perusahaan”
(Informan8)

Hambatan terkait data disampaikan oleh informan berikut:

“Ketersediaan data dan informasi untuk dasar penyusunan program kerja biro K3LH
ada, tetapi masih ada data dan informasi yang belum lengkap”
(Informan6)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pda tabel

5.11 berikut:

Tabel 5.11 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

Data/I Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Data/informa


nform si ada
asi tersedia
Berikut hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, observasi dan wawancara

mendalam tentang ketersediaan data dan informasi.

Tabel 5.12 Matrik Triangulasi Data dan Informasi dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan wawancara MendalamDi PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Data dan Semua Data yang Dokumen Data dan informasi
Informasi data dan ada saat ini terkait data yang digunakan
informasi sudah dan informasi dalam perencanaan
tersedia tersedia tidak ada, terkait penerapan K3
didalam lengkap semua sudah tersedia
web PT. tersimpan di lengkap
Semen web PT. SP
Padang yang hanya
bisa diakses
karyawan
organik.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terkait ketersediaan data dan informasi,

PT. Semen Padang sudah memiliki web, dimana setiap karyawan organik (tetap) bisa

mengakses dengan kode nomor kepegawaian dan semua data yang diperlukan ada di

web serta dokumen penting disimpan di web perusahaan, hal ini dapat disimpulkan

bahwa ketersediaan data dan informasi penunjang penerapan SMK3 di PT. Semen

Padang tersedia lengkap.

6) Jadwal

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,

Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: dalam mempersiapkan

penerapan SMK3, tentunya sudah ada jadwal penyusunan perencanaan program kerja

dibidang K3 yang dinaungi oleh biro K3LH yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Hal ini diungkapkan oleh Informan berikut :


“ Jadwal yang ditetapkan ada. Biasanya mulai dirancang sejak akhir tahun
untuk jadwal perencanaan kerja ditahun depan”
(Informan2)

“Jadwal penyusunan ada. Kami mulai merancang dari bulan oktober”


(Informan4)
Hal yang sama juga disampaikan oleh informan berikut:

“Jadwal ada”
(Inormanf1)

“Jadwal Penyusunan ada”


(Informan3)
“Jadwal penyusunan ada”
(Informan7)
Hal yang sama dipertegas oleh infoman 5:

“Jadwal penyusunan ada ditetapkan 1 kali dalam 1tahun”


(Informan5)
“Jadwal penyusunan ada, mulai dirancang di akhir tahun untuk perencanaan
tahun depan dan di evaluasi per 3 bulan”
(informan6)
“Jadwal penyusunan ada 1kali dalam 1tahun”
(Informan8)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat

pda tabel 5.13 berikut:

Tabel 5.13 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

Jadwal Ada Ada Ada Ada Ada Ada jadwal


jadwal jadwal jadwal jadwal jadwal perencanaan
perenca perencana perencana perencana perenca K3
naan K3 an K3 an K3 an K3 naan K3

Untuk lebih jelasnya, hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi dan

wawancara mendalam mengenai data dan informasi terkait analisis penerapan SMK3

di PT. Semen Padang dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut:


Tabel 5.14 Matrik Triangulasi Jadwal dari Hasil Telaah Dokumen, Observasi dan
wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Jadwal Ada jadwal Jadwal penyusunan Bukti Ada jadwal
penyusunan perencanaan K3 di penetapan penyusunan
perencanaan PT. Semen Padang jadwal tidak perencanaan
K3 1 kali dalam ditemukan dibidang K3
setahun dan sudah di PT. Semen
mulai dirancang Padang.
sejak akhir tahun.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada penetapan jadwal perencanaan K3

yaitu satu kali dalam setahun.

b. Komponen Proses

Adalah Pelaksanaan 5 prinsip dalam SMK3 di PT. Semen Padang, yang termasuk

komponen proses adalah penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan

rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan dan peningkatan

kinerja K3.

1) Penetapan Kebijakan K3

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: adapun komitmen

PT. Semen Padang tentang K3 yaitu: “Memberi perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja dengan menjaga lingkungan kerja yang sehat dan aman serta

mencegah dan mengendalikan kecelakaan”. Kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja PT. Semen Padang merupakan suatu pernyataan tertulis yang

telah ditanda tangani oleh pengusaha atau direktur utama PT. Semen Padang.

Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.

Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja adalah sebagai berikut:


“ Kebijakan K3 sudah ada, kalau jenis sosialisasi macam-macam ada
tahapannya. ada sosialisasi skala besar seperti seminar dan ada yang berskala
kecil seperti yang dilakukan di unit kerja (safety meeting, safety talk) pada saat
pimpinan datang ke tempat kerja. Intensitas sosialisasi seperti Safety talk
dilakukan perminggu dan per 3 bulan, sedangkan untuk kebijakan K3 sendiri
sudah dipasang ditempat yang terlihat”
(Informan1)
“Kebijakan K3 sudah ada dan dilaksanakan sejak tahun 2002. Kebijakan sudah
disosialisasikan baik langsung maupun tidak langsung, intensitasnya 1kali
sebulan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan”
(informan3)
“Kebijakan K3 sudah ada dengan sasaran seluruh pekerja, karena kebijakan ini
sudah lama jadi sosialisasinya dengan cara memajang kebijakan disetiap unit
kerja”
(Informan7)

Aspek K3 di PT. Semen Padang merupakan bagian integral dalam manajemen


perusahaan. Hal ini disampaikan oleh informan 2 berikut ini:
“Kebijakan K3 sudah ada, namun sekarang tergabung kekebijakan perusahaan
kemudian diturunkan ke dalam SMSP (sistem manajemen semen padang)detail
tentang penerapan K 3dijelaskan dalam SMSP. Program untuk
mensosialisasikan kebijakan K3ada dibagian PSM dan di Biro K3 sendiri.
Intensitas sosialisasi 1kali setahun dan respon dari pekerja masih pasif.
Kebijakan K3 perusahaan sudah dipasang diruang rapat,dilif dan di web/berita
online PT. SP”
(Informan2)

Kebijakan tersebut sudah disosialisasikan pada seluruh pekerja, seperti yang


disampaikan informan berikut:

“Kebijakan K3 sudah ada, sudah disosialisasikan melalui web dan juga


disampaikan secara lansung saat rapat K3. Intensitasnya bisa dikatakan sering
karena disetiap safety talk selalu disampaikan informasi K3.Rambu k3 sudah
dipasang dan biasanya dibulan K3 setiap tahunnya rame poster K3”
(Informan4)
“Kebijakan K3 ada dan sudah disosialisasikan baik secara langsung maupun
dengan media elektronik seperti: melalui web yang bisa diakses semua pekerja”
(Informan8)

Kebijakan tersebut sudah dipasang ditempat strategis, seperti yang disampaikan


informan berikut

“Kebijakan K3 sudah ada dan terpasang disetiap unit kerja. Kebijakan K3


disusun oleh manajemen puncak dengan sasarannya setiap individu yang ada di
PT. SP. Kebijakan ini sudah disosialisasikan, respon pekerja terhadap kebijakan
ini beragam dan dilihat dari persentasenya masih sedikit yang melaksanakan.”
(Informan5)
“Kebijakan K3 sudah ada dipajang diruang rapat, kebijakan sudah
disosialisasikan dan merupakan acuan oleh semua unit kerja”
(Informan6)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.15 berikut:

Tabel 5.15 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

peneta Kebijak Kebijakan Kebijakan Kebijaka Kebijaka Kebijakan k3 di


pan an K3 di K3 ada, K3 ada, n K3 n K3 di PT. Semen
kebija PT. tapi untuk tapi untuk ada, tapi PT. Padang sudah
kan Semen regulasi regulasi belum Semen ada, namun
K3 Padang yang yang ada Padang untuk regulasi
sudah terbaru terbaru sosialisas sudah terbaru PP No
ada, tapi belum ada belum ada i dari ada, tapi 50 Tahun 2012
untuk sosialisasi sosialisasi perusaha untuk belum ada
regulasi dari dari an regulasi sosialisasi dr
yang perusahaa perusahaa yang baru perusahaan ke
baru PP an an PP No 50 pekerja
No 50 Tahun
Tahun 2012
2012 belum
belum ada
ada sosialisas
sosialisa i dari
si dari perusahaa
perusah n.
aan.

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, wawancara mendalam

dan observasi tentang penetapan kebijakan K3.

Tabel 5.16 Matrik Triangulasi Penetapan Kebijakan K3 dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Penetapa Dokumen Kebijakan K3 Dokumen ada Dapat
n ada diPT. Semen dan telah disimpulkan
Kebijaka terpajang Padang sudah ada, ditandatangani bahwa
n K3 diruang namun untuk oleh direktur penetapan
rapat regulasi terbaru utama kebijakan K3
BIRO PP No 50 Tahun sudah ada,
K3LH PT. 2012 belum ada namun untuk
Semen sosialisasi dari regulasi terbaru
Padang perusahaan ke PP No 50
pekerja Tahun 2012
belum ada
sosialisasi dari
perusahaan ke
pekerja

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan kebijakan K3 terkait

penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah ada, telah ditandatangani oleh direktur

utama, tetapi untuk regulasi terbaru PP No. 50 Tahun 2012 belum ada sosialisasi dari

perusahaan ke pekerja. Kebijakan ada dipasang diruang rapat Biro K3LH.

2) Perencanaan K3

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: PT. Semen Padang

dalam perencanaan K3 telah membentuk tim K3LH unit kerja, kemudian tim K3

unit ini melakukan identifikasi bahaya di area masing-masing, setelah identifikasi

bahaya dilakukan dilanjutkan dengan penilaian resiko kemudian penyusunan

program kerja K3.

Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.

Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja adalah sebagai berikut:

“Tim K3 unit kerja sudah terbentuk ada yang per departemen ada yang perline
yang diketuai oleh pejabat eselon 3. Program kerja sudah ada, perencanaan
SMK3 dimulai dengan identifikasi bahaya dan risiko ditempat kerja. Pelatihan
dibidang K3 sudah dilaksanakan untuk mensertifikasi petugas K3 ditempat kerja.
Rata-rata setiap area kerja memiliki ahli K3 dan setiap penyusunan rencana
selalu melibatkan mereka dan P2K3”
(Informan 1)
“Tim K3 unit kerja sudah ada dan dibentuk 1x 2 tahun dibentuk oleh biro K3Lh
karena wilayah kerja perusahaan sangat luas. Program kerja sudah ada,
identifikasi bahaya dan risiko juga sudah dilakukan. Pengendalian risiko juga
sudah dilakukan. Pelatihan K3 sudah dilakukan sesuai dengan tupoksinya.
Dalam rapat P2K3 selalu dibahas penyusunan rencana K3”
(Informan3)
“Tim K3 unit kerja sudah terbentuk dengan tujuan sebagai perpanjangan tangan
Tim K3 pusat. Setiap tahun kami ada membuat mitigasi resiko sebagai bahan
masukan program kerja. Identifikasi bahaya sudah dilakukan dengan potensi
dimana saja bisa alat bisa orang. Penilaian dan pengendalian risiko sudah
dilakukan dengan mitigasi tadi.Pelatihan dibidang K3 ada dan dalam
penyusunan rencana anggota tim k3 dan perwakilan dilapangan diikutsertakan”
(Informan5)
“Tim K3 unit kerja sudah ada ,program kerja K3 sudah ada. Untuk masing-
masing unit kerja sudah melaporkan identifikasi bahaya. Pelatihan dibidang K3
sudah dilakukan”
(Informan7)

Pelatihan dibidang K3 ada, seperti ungkapan informan berikut:


“Tim K3 unit kerja sudah ada, disini ada 2 program dari coorporate dan dari
biro K3LH sendiri. Identifikasi bahaya dan risiko sudah dilakukan dan penilaian
dan pengendalian risiko juga sudah dilakukan dengan solusi enginering atau
dengan manajemen risiko lainya. Pelatihan K3 sudah dilakukan dengan
bekerjasama juga dengan pihak luar seperti PJ.K3. Penyusunan rencana sudah
melibatkan ahli K3, P2K3 dan serikat pekerja”
(Informan2)
“Tim K3 unit kerja sudah ada,dengan melibatkan semua ini secara langsung
mulai dari bagian produksi sampai ke Tim reaksi cepat. Program kerja K3 lebih
fokus dibiro K3Lh seperti: ketaatan regulasi, pengawasan, inspeksi dan
kompetensi karyawan. Masing-masing Tim K3 unit kerja sudah memiliki napigasi
resiko yang ada disetiap divisi sedangkan resiko yang ada berbeda disetiap lini.
Setiap Tim K3 unit melaporkan identifikasi bahaya dan risiko di masing-masing
unit kerjanya. Program pengendalian K3 sudah disusun sesuai dengan bahaya
kerjanya. Di PT. SP pelatihan dikoordinir oleh biro diklat termasuk program
pelatihan dan sertifikasi K3.Dalam penyusunan rencana K3 semua perwakilan
sudah dilibatkan”
(Informan4)

“Tim K3 unit kerja sudah terbentuk, program kerja sudah ada dan sudah
mengacu ke peraturan perudangan. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko
sudah dilakukan sedangkan untuk pelatihan K3 sudah dilakukan oleh PMK3
dimana pelatihan diberikan berupa pembekalan K3, penanganan tanggap
darurat dan penanganan P3K pada setiap unit kerja terutama bagian produksi”
(Informan6)

PT. Semen Padang dalam penyusunan rencana K3 sudah melibatkan ahli K3,
P2K3 dan perwakilan buruh, seperti penjelasan dari informan berikut:
“Tim K3 unit kerja sudah ada, prioritas program kerja perusahaan berupa
penurunan angka kecelakaan kerja (AKK) sehingga tercapainya ziro accident.
Identifikasi bahaya dilakukan 2kali setahun. Untuk pelatihan semua staf yang
terlibat aktif pada unit biro K3 wajib mengikuti. Penyusunan rencana kerja sudah
melibatkan perwakilan buruh, ahli K3 dan P2K3 dalam rapat P2K3 yang
dilaksanakan setiap bulan sesuai modul K3 sehingga semua unit mencapai
perbaikan permasalahan K3”
(Informan8)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat

pada tabel 5.17 berikut:

Tabel 5.17 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimp


ulan

peren Program Pada Perencan Tim K3 Program Program


canaa kerja K3 perencanaa aan K3 unit kerja kerj a kerja K3
n K3 sudah n k3 setau saya sudah ada sudah sudah
ada, tim saya pikir ditiap ada,tim ada, tim
K3 unit belum ada sudah unit, k3 unit K3 unit
kerja perwakilan bagus identifika sudah kerja
sudah kami semuany si bahaya dibentuk sudah
dibentuk, diikutserta a sudah sudah tetapi dibentuk
identifika kan ada dilakukan dalam ,
si bahaya formnya, , dalam penyusun identifik
juga namun penyusun an ini asi
sudah dalam an saya rasa bahaya
dilakukan perencan rencana hanya juga
, pelatihan aan setau dirumusk sudah
dibidang masih saya an oleh dilakuka
K3 ada, dinaungi pekerja manajeria n,
tetapi oleh maupun l saja pelatiha
dalam manajem perwakila n
penyusun en n belum dibidang
an dilibatkan K3 ada,
rencana dlm tetapi
perwakila rapat. dalam
n buruh penyusu
belum nan
dilibatkan rencana
perwakil
an buruh
belum
dilibatka
n

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, wawancara mendalam

dan observasi tentang perencanaan K3.


Tabel 5.18 Matrik Triangulasi Perencanaan K3 dari Hasil Telaah Dokumen, Observasi
dan wawancara Mendalam Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Perencanaa Perencanaa Perencanaan Dokumen Perencanaan
n K3 n K3 sudah K3 di PT. perencanaan K3 K3 di PT.
ada Semen Padang ada Semen Padang
dilakukan sudah ada, sudah ada,
PT. Semen tetapi dalam tetapi dalam
Padang penyusunan penyusunan
rencana belum rencana belum
melibatkan melibatkan
perwakilan perwakilan
buruh. buruh

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan K3 di PT. Semen

Padang sudah dilakukan, tim K3lh unit telah dibentuk, identifikasi bahaya dan resiko

sudah dilakukan, program kerja K3 sudah disusun, pelatihan dibidang K3 dikoordinir

oleh biro K3LH tetapi dalam penyusunan rencana K3 belum melibatkan perwakilan

buruh.

3) Pelaksanaan Rencana K3

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: kegiatan PT.

Semen padang dalam melaksanakan rencana K3 meliputi: pelaksanaan program

K3, pemasangan rambu dan simbol K3, penyediaan peralatan K3 dan APD,

konsultasi dan sosialisasi K3, inspeksi dan simulasi tanggap darurat, sebagaimana

yang diungkapkan oleh informan berikut:

“Program rencana K3 sudah berjalan dengan baik, untuk informasi dan rambu-
rambu K3 sudah tersedia dengan baik pada semua unit kerja di PT.SP.
Ketersediaan APD sudah cukup terutama untuk karyawan organik. Inspeksi dan
pemantauan dilakukan pada semua unit kerja, biro K3LH melakukan accident
investigasi bersama-sama dengan tim K3 lainnya”
(Informan8)
“Pelaksanaan rencana K3 sudah berjalan dengan baik, pemasangan rambu dan
simbol K3 sudah ada. Ketersediaan APD sudah cukup.prosedur ada, konsultasi
K3 lebih banyak dilakukan di rapat P2K3.inspeksi dan pemantauan K3 sudah
dilakukan.simulasi tanggap darurat sudah dilaksanakan”
(Informan7)
Untuk pemasangan rambu dan simbol K3, ditegaskan oleh informan berikut:
“Pelaksanaan program kerja K3 sudah berjalan baik dengan melibatkan
konsolidasi setiap lini kerja kemudian dilaporkan ke biro K3lh. Pemasangan
rambu-rambu sudah dilakukan disetiap lini kerja dan penyediaan APD sesuai
kebutuhan karyawan dengan pendanaan nya sudah dilengkapi manajemen PT.
SP. Pelaporan dan informasi kerja sudah ada dan ditangani oleh biro K3lh.
Konsultasi dan sosialisasi sudah dilakukan disetiap lini kerja kemudian inspeksi
dan pemantauan K3 sudah dilakukan oleh setiap unit kerja melalui tim K3 yang
ada di unit, simulasi tanggap darurat merupakan kegiatan prioritas disetiap lini
kerja lengkap dengan tim tanggap daruratnya”
(Informan4)

“Dalam pelaksanaan rencana K3 tidak semua program K3 berjalan baik.


Adapun pemasangan rambu-rambu K3 sudah dilakukan tentang penyediaan
peralatan K3 dan APD sudah tidak ada maslah terkait SOP semua prosedur dan
instruksi kerja sudah memperhatikan aspek K3. Untuk konsultasi dan sosialisasi
K3 dilakukan saat rapat P2K3 semua permasalahan K3 dibahas dirapat ini.
Inspeksi internal dan pemantauan K3 dilakukan oleh Biro K3LH, terkait simulasi
tanggap darurat kita punya prosedur yang rutin dilakukan unit kerja 1x setahun”
(Informan1)
“Dalam pelaksanaan rencana K3 bisa dikatakan tidak ada masalah, karena itu
sudah merupakan laporan rutin. Pemasangan rambu-rambu sudah dilakukan
sesuai lokasi/unit kerja. Ketersediaan APD menurut saya kurang, kemudian
prosedur dan instruksi kerja sudah ada. Laporan K3 bulanan tidak teratur
dilaporkan . Konsultasi masalah K3 biasanya ke ketua Tim K3 unit, inspeksi dan
pemantauan sudah dilakukan. Terkait simulasi tanggap darurat sudah dilakukan,
diawal 2015 kemarin”
(Informan5)

Adapun kendala dalam pelaksanaan program kerja K3 di PT. Semen Padang,


diungkapkan oleh informan berikut:

“Pelaksanaan program K3 sudah berjalan dengan baik, terkendala paling


dengan jadwal karena berhubungan dengan pihak luar. Pemasangan rambu-
rambu sudah dilakukan, penyediaan peralatan K3 dan APD sudah dilengkapi
untuk semua karyawan organik. Pelaporan sudah rutin dilaksanakan, dirapat
P2K3 dibahas berbagai permasalahan yang dihadpi dilapangan kemudian
inspeksi dan pemantauan K3 sudah dilaksanakan serta simulasi lengkap dengan
fasilitas dan skenario rutin dilakukan”
(Informan2)

“Pelaksanaan rencana K3 sudah dilakukan, namun kadang terkendala di


perubahan jadwal saat akan kegiatan. Pemasangan rambu-rambu sudah
dilakukan disetiap unit kerja, ketersediaan peralatan K3 dan APD sudah lengkap
dan semua instruksi kerja, prosedur atau sop sudah memenuhi ketentuan K3 dan
semua ada di online dokumen PT. SP yang bisa diakses semua pekerja. Pada
rapat P2K3 semua permasalahan didiskusikan dan dikonsultasikan
pemecahannya. Inspeksi dan pemantauan K3 sudah dilakukan, terkait simulasi
tanggap darurat minimal dilakukan 1kali 2 tahun dan untuk saat ini kita akan
adakan simulasi”
(Informan3)

“Untuk rencana K3 sudah dilaksanakan sesuai standar yang ada melalui P2K3,
namun terkendala karena melibatkan pihak luar seperti sub kontrak dan tenaga
absorsing. Rambu-rambu K3 sudah dipasang, kelengkapan peralatan K3 dan
APD sudah terpenuhi baik untuk karyawan organik maupun non organik.
Prosedur kerja da intruksi kerja sudah tersedia dan ada dionline dokumen
PT.SP.Di rapat P2K3 biasnya pimpinan perusahaan hadir dan disini juga
dibahas semua permasalahan K3 yang dihadapi dilapangan. Simulasi tanggap
darurat sudah dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan”
(Informan6)
Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.19 berikut:

Tabel 5.19 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

pelaks Pelaksan Pelaksana Pelaksan Saya Pelaksan Pelaksanaan


anaan aan an aan rasa aan program K3
renca rencana rencana rencana pelaksan rencana belum
na K3 sesuai kerja K3 aan K3 sepenuhnya
dengan belum belum rencana belum dilakukan,
yang sepenuhn sepenuhn K3 sepenuhn pemasangan
direncan ya ya belum ya rambu-rambu
akan berjalan berjalan berjalan berjalan ada, ketersediaan
belum sesuai sesuai sesuai hal ini apd cukup namun
berjalan. yang dengan dengan disebabk belum
direncana rencana yang an sepenuhnya
kan yang diharapk karena dimamfaatkan
ditetapka an hal ini perilaku pekerja dengan
n terkendal pekerja alasan tidak
a pada belum nyaman ,
perilaku terbiasa prosedur kerja
pekerja. untuk ada tetapi tidak
berbuday dipatuhi,
a K3 konsultasi kadang
seperti ada dilakukan,
pemakai inspeksi dan
an APD pemantauan ada
masih dilakukan,
belum simulasi tanggap
merupak darurat ada
an dilakukan”.
kebutuha
n bagi
mereka.

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, wawancara mendalam dan

observasi tentang perencanaan K3.

Tabel 5.20 Matrik Triangulasi Pelaksanaan Rencana K3 dari Hasil Telaah Dokumen,
Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observa Wawancara Dokumen Kesimpulan


si
Pelaksanaan Pelaksan Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaa
Rencana K3 aan rencana K3 belum ada rencana K3 di
Rencana sepenuhnya PT. Semen
K3 sudah dilakukan , Padang belum
dilakuka pemasangan sepenuhnya
n di rambu-rambu ada, dilakukan.
PT.Seme ketersediaan Apd
n Padang cukup, prosedur
kerja ada,
konsultasi kadang
ada dilakukan,
simulasi tanggap
darurat ada
dilakukan.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan rencana K3

di PT. Semen Padang belum sepenuhnya dilakukan, adapun kendalanya adalah jadwal

kegiatan tidak sesuai dengan perencanaan karena PT. Semen Padang dalam

pelaksanaan rencana K3 melibatkan pihak luar seperti: sub kontrak dan tenaga

absorsing. Pemasangan rambu dan simbol K3 sudah dipasang di semua unit kerja,

penyediaan peralatan K3 dan APD sudah cukup untuk karyawan organik, konsultasi

dan sosialisasi K3 tidak rutin dilakukan, inspeksi dan simulasi tanggap darurat sudah

dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan.


4) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: SMK3

mensyaratkan pengusaha/manajemen melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja

K3 secara berkala untuk memastikan pelaksanaan SMK3 berjalan seseuai dengan

rencana K3 yang telah ditetapkan.

Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH,

Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja adalah sebagai berikut:

“Tindak lanjut dari inspeksi berupa temuan kasus, setiap temuan kasus kita
berikan solusi. Jika terjadi kecelakaan, tempat kerja harus mengisi berita acara
kecelakaan. Terkait peralatan kita sudah lakukan sertifikasi alat dan untuk
operator PT. Semen Padang sudah berikan SIO. Setiap kasus dan pelanggaran
K3 selalu dilaporkan. Internal audit sudah dilakukan”
(Informan4)
“Inspeksi semua unit kerja sudah kita lakukan, ada 3 macam jenis inspeksi yaitu:
inspeksi oleh P2K3, Biro K3LH dan Tim K3 unit kerja, semua hasil inspeksi
direcode oleh Biro K3LH kemudian dilaporkan ke corporate. Ketika ada insiden
akan dibentuk tim investigasi untuk mencari alur penyebab kecelakaan.
Kemudian sertifikasi alat sudah dilakukan oleh pihak ke 2 yaitu PJK3. Untuk
temuan kasus banyak yang belum tuntas, internal audit sudah dilakukan oleh
departemen internal audit beserta auditornya”
(Informan2)
“Hasil inspeksi yang berupa temuan kasus dijadikan target, yang akan dibuatkan
programnya untuk segera diselesaikan yang berujung pada laporan tentang hasil
dan solusi dari temuan tersebut. Insiden investigasi sudah dilakukan dengan
prosedur yang ditetapkan, sertifikasi untuk peralatan sudah dilakukan secara
rutin per 6 bulan dan per setahun. Audit internal sudah dilakukan”
(Informan1)
“Untuk prosedur tindak lanjut dari inspeksi telah dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ada, ada formulir yang harus diisi oleh tim K3 yang berisikan
perbaikan kasus yang ditemukan. Insiden investigasi sudah dilakukan, sertifikasi
alat dan pemeriksaaan berkala sudah dilakukan dengan baik serta audit juga
sudah dilaksanakan sesuai peraturan perundangan”
(Informan6)
“Tindak lanjut dari inspeksi sudah dilakukan dengan baik melalui biro K3Lh,
untuk insiden investigasi ditanggulangi lansung oleh biro K3Lh sedangkan untuk
kasus yang bersipat kecelakaan besar diselesaikan secara gabungan mulai dari
biro K3lH dan tim K3 unit kerja.Terkait sertifikasi alat sudah dilakukan, berupa
pemantauan berkala dan pengawasan terhadap semua unit kerja.Perusahaan
sudah melakukan audit internal secara berkala 2kali setahun”
(Informan7)
“ Inspeksi sudah dilakukan pada semua unit kerja, tindak lanjut dari
pelaksanaan inspeksi tersebut juga sudah dilakukan. Insiden investigasi sudah
dilakukan sesuai prosedur. Sertifikasi peralatan sudah dilakukan dengan baik
sesuai peraturan yang berlaku, audit internal juga sudah dilaksanakan dengan
baik”
(Informan8)
“Inspeksi sudah berjalan dengan baik, ada tim k3 yang setiap hari survei disetiap
unit kerja, di setiap ada kecelakaan dilakukan insiden investigasi.Untuk
sertifikasi peralatan sudah dilakukan, adapun temuan kasus sudah dituntaskan
agar tidak terulang 2 kali kejadian yang sama.Internal Audit sudah dilakukan”
(Informan3)
“Setiap bulan ada tim P2K3 inspeksi ke area,untuk areanya di random. Untuk
tindak lanjut dari inspeksi dibahas dirapat bulanan P2K3. Investigasi kecelakaan
sudah dilakukan dan untuk sertifikasi peralatan belum semua alat bisa
disertifikasi dan uji berkala. Menurut saya, analisa setiap temuan kasus K3
sudah dilakukan, audit internal sudah dilaksanakan”
(Informan5)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.21 berikut:

Tabel 5.21 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015.

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

pema Pelaksa Pemantau Dalam hal Audit Pelaksana Pelaksanaan


ntaua naan an dan pengukur sudah an inspeksi sudah
n dan pemanta pengukur an dan dilakukan inspeksi dilakukan,
evalua uan dan an sudah pemeriksa setiap sudah tetapi tindak
si evaluasi dilakukan an berkala tahun dilakukan lanjut dari
kinerj kinerja namun kita oleh Biro , setiap inspeksi
a K3 K3 terhadap dihadapka K3LH. temuan berupa temuan
sudah temuan n dengan kasus kasus belum
dilakuka kasus keterbatas sudah semua temuan
n tetapi belum an SDM dibahas ditemukan
pelaksan semua yang pada rapat solusinya.
aannya terselasai kompeten P2K3 Untuk insiden
belum kan. seperti namun investigasi
maksim ahli k3 masih sudah
al bejana saja ada dilaksanakan,s
karena uap. kecelakaa ertifikasi alat
n kerja dan
dengan pemeriksaan
penyebab berkala sulit
yang untuk
dilakukan
sama. karena
keterbatasan
SDM yang
berkompeten,
audit internal
ada dilakukan
dengan
melibatkan
pihak luar”.

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, observasi dan

wawancara mendalam tentang pemantauan dan evaluasi kinerja K3.

Tabel 5.22 Matrik Triangulasi Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 dari Hasil Telaah
Dokumen, Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Pemantaua Pemantauan Pemantauan dan Dokumen Pemantauan
n dan dan evaluasi evaluasi kinerja terkait ada. dan evaluasi
evaluasi kinerja K3 K3 di PT. SP kinerja K3di
kinerja K3 di PT. sudah dilakukan PT. Semen
Semen sesuai prosedur, Padang sudah
Padang tetapi belum dilakukan,
sudah ada semua tahapan namun belum
dilakukan bisa dilakukan semua tahapan
dengan baik dilakukan
sesuai prosedur

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pemantauan dan evaluasi

kinerja K3 terkait penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah ada dilakukan,

namun belum semua tahapan bisa dijalankan sesuai dengan prosedur karena

perusahaan masih terbatas dengan SDM yang kompeten dibidang Keselamatan

Kerja.
5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: Tahapan ini

merupakan langkah penting untuk menuju kinerja terbaik yang ingin dicapai

perusahaan. Tanpa adanya tinjauan manajemen, proses peningkatan berkelanjutan

tidak berjalan dengan baik dan efektif.

Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.

Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah

(FGD) dengan Pekerja adalah sebagai berikut:

“ Rapat P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 ada, jika kinerja
belum maksimal akan ada tinjauan dari pihak manajemen.”.
(Informan4)
“Kita sudah lakukan rapat P2K3 1kali sebulan, semua permasalahan termasuk
peninjauan ulang kinerja didiskusikan, rekomendasi disampaikan dirapat ini
dengan melibatkan semua pihak dan seluruh unit kerja”
(Informan2)
“Rapat P2K3 sudah dilakukan rutin 1kali sebulan”
(Informan1)

“Rapat P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 sudah dilakukan”


(Informan3)
“Rapat P2K3 sudah dilakukan 1kali sebulan”
(Informan5)
“Rapat P2K3 rutin dilakukan setiap bulan”
(Informan6)
“Rapat P2K3 setiap bulan dilakukan”
(Informan7)
“Rapat P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 sudah dilakukan”
(Informan8)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.23 berikut:


Tabel 5.23 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015.

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

peninjaua Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Peninjauan dan


n dan P2K3 P2K3 P2K3 P2K3 P2K3 Peningkatan
peningkat ada ada ada ada ada Kinerja K3
an kinerja dilakuka dilakuka dilakuka dilakuka dilakuka sudah
K3 n setiap n setiap n setiap n setiap n setiap dilakukan.
bulan bulan bulan bulan bulan

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, observasi dan

wawancara mendalam tentang pemantauan dan evaluasi kinerja K3.

Tabel 5.24 Matrik Triangulasi Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 dari Hasil
Telaah Dokumen, Observasi dan wawancara Mendalam
Di PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Peninjaua Sudah Sudah Dokumen ada Peninjauan dan
n dan dilakukan dilakukan Peningkatan
Peningkat rapat rapat dalam Kinerja K3 sudah
an Kinerja peninjauan rangka dilakukan.
K3 dan peninjauan
peningkatan kinerja K3
kinerja K3

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Peninjauan dan Peningkatan

Kinerja K3 terkait penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah ada dilakukan

c. Komponen Output

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro

K3LH, Ka. Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) dengan Pekerja diperoleh data sebagai berikut: Optimalnya penerapan

SMK3 diPT.Semen Padang adalah pencapaian target pelaksanaan 5 prinsip SMK3

sesuai dengan PP No 50 Tahun 2012.


Kutipan wawancara mendalam dengan Direktur Produksi, Ka. Biro K3LH, Ka.

Bid Keselamatan Kerja, Staf Kesehatan Kerja dan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)

dengan Pekerja adalah sebagai berikut:

“Untuk penerapan SMK3 di PT. Semen Padang, setiap tahun ada peningkatan. Dan
dari karyawan sendiri sudah mulai menyadari bahwa mereka butuh K3”
(Informan4)
Hal diatas diperjelas oleh informan 2 berikut:

“Penerapan SMK3 di PT. Semen Padang hari ini masih di taraf cukup, untuk lebih
dari ini masih banyak perbaikan yang harus dilakukan”
(Informan2)

“Penerapan SMK3 masih belum optimal diterapkan walaupun secara sistim dan unit
kerja sudah bagus, tetapi secara personilnya lagi yang bermasalah, masih belum
membudaya di diri setiap karyawannya.”
(Informan1)

“Penerapan SMK3 di PT. Semen Padang belum optimal dilakukan karena kita
dinamis, masih belum mencapai zero accident”
(Informan3)

“Penerapan SMK3 di PT.Semen Padang belum sepenuhnya optimal karena masih


belum membudaya”
(Informan6)

“Penerapan SMK3 belum optimal dilakukan karena permasalahan utama disini


adalah membudayakan K3 perlu tanggung jawab semua pihak”
(Informan5)

“Penerapan SMK3 belum optimal kita lakukan karena keterbatasan SDM”


(Informan7)
“Penerapan SMK3 kalau kita lihat dari pemenuhan kriteria belum mencapai taraf
optimal, karena merubah prilaku tidak mudah ya”
(Informan8)

Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pekerja pabrik, dapat dilihat pada

tabel 5.23 berikut:


Tabel 5.25 Hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan Pekerja Pabrik
Di PT. Semen Padang Tahun 2015.

Topik Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Inf 5 Kesimpulan

Optima Penerap Penerap Untuk Saya Penerapan Penerapan


lnya an an K3 optimalnya rasa SMK3 SMK3 di
penerap SMK3 saya penerapan belum belum PT.Semen
an belum rasa K3 diPT. optimal optimal Padang belum
SMK3 optimal belum Semen kalau karena sepenuhnya
diPT.Se karena optimal, Padang untuk masih diterapkan
men k3 untuk saya rasa penera adanya karena
Padang belum sistem belum pan angka peralatan
sesuai begitu dan karena SMK3 kecelakaan keselamatan
dengan membu aturan belum kerja yang yang disediakan
PP No daya semuany membuday disebabkan terkadang
50 dengan a sudah anya K3 oleh tidak mengganggu
Tahun pekerja, dipajang pada ketidakpat kenyamanan
2012 pemaka tetapi karyawan, uhan bekerja
ian pengawa pemakaian pekerja sehingga tidak
APD san Apd belum terhadap leluasa seperti
begitu terhadap maksimal prosedur penggunaan
sulit ini diterapkan, kerja sarung tangan
untuk belum pengawasa seperti kaca mata dan
diterapk ada n kurang pemakaian sepatu jika
an sanksi dan belum Apd. tidak keluar
dipabri apalagi ada sanksi pabrik kami
k untuk untuk jarang memakai
pekerja tenaga pelanggara helm.
merasa obsorsin n APD, pengawasan
berat g pengawas ada tetapi
bekerja kebanyaka belum ada
dengan n belum sanksi
menggu ahli K3
nakan
banyak
aksesori
s
(APD)
sehingg
a
memper
lamban
gerak.

Berikut ini hasil triangulasi berdasarkan telaah dokumen, observasi dan

wawancara mendalam tentang pemantauan dan evaluasi kinerja K3.


Tabel 5.26 Matrik Triangulasi Output dari Hasil Telaah Dokumen, Observasi dan
wawancara Mendalam
PT. Semen Padang Tahun 2015

Topik Observasi Wawancara Dokumen Kesimpulan


Optimalny Secara Penerapan Dokumen ada Optimalnya
a sistem dan SMK3 di penerapan SMK3
penerapan dokumen PT. Semen di PT.Semen
SMK3 di sudah Padang Padang sesuai
PT.Semen optimal, belum dengan PP No 50
Padang tetapi optimal Tahun 2012,
sesuai aplikasi diterapkan belum
dengan PP dalam sepenuhnya
No 50 prilaku dilaksanakan
Tahun budaya K3 dengan baik.
2012. belum
optimal

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan SMK3 di PT. Semen

Padang belum optimal diterapkan.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai kelemahan sebagaimana penelitian kualitatif pada

umumnya karena adanya beberapa kesulitan dan keterbatasan yang ditemui dalam

penelitian ini, di antaranya :

a. Terbatasnya penelitian serupa dengan penelitian ini sehingga peneliti sulit

untuk mendapatkan referensi dalam melakukan analisis, serta menggali dan

mengembangkan informasi yang didapat dari penelitian.

b. Terbatasnya jumlah informan yang mengetahui secara jelas terhadap substansi

penelitian sehingga peneliti sulit untuk menggali informasi yang didapat dari

penelitian.

c. Keterbatasan dokumen terkait atas penelitian ini, karena semua data tersimpan

di web online PT. Semen Padang.

6.2. Pembahasan Penelitian

a. Komponen Input (Input)

Masukan (Input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Dalam penelitian ini yang

menjadi input/masukan adalah: kebijakan pemerintah, SDM, dana, sarana/prasarana,

data/informasi dan jadwal.

1) Kebijakan Pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan nasional tentang SMK3 sudah ada

yaitu PP No.50 Tahun 2012, kebijakan ini merupakan pedoman perusahaan dalam
menerapkan SMK3 yang dibuat secara tertulis oleh pemerintah dan disosialisasikan ke

perusahaan termasuk ke PT. Semen Padang melalui acara seminar. PT. Semen Padang

dalam menerapkan SMK3 sudah berlandaskan PP No.50 Tahun 2012. Pada saat

penelitian, diperoleh keterangan bahwa peraturan pemerintah terbaru ini tidak

sepenuhnya dipahami oleh seluruh pekerja yang ada di PT. Semen Padang karena

sosialisasi penerapan PP No.50 Tahun 2012 hanya pada level pimpinan, menejer dan

kepala produksi.

Sistem Manajemen K3 menghendaki agar manajemen puncak secara berkala

mengadakan kunjungan ketempat kerja, lansung berkomunikasi dengan pekerja dalam

rangka sosialisasi tentang kebijakan pemerintah dan mencari solusi atas temuan kasus

yang ada. Namun hal ini sering tidak dilakukan oleh top manajemen PT.Semen

Padang.

Hasil telaah dokumen menunjukkan bahwa PT. Semen padang telah

menerapkan SMK3 sejak tahun 2002 yang dikelola oleh biro K3LH, tetapi sampai

saat ini angka kecelakaan kerja masih cukup tinggi. Berdasarkan data kinerja K3 PT

Semen Padang tahun 2015, kinerja pengelolaan K3 bila dibandingkan tahun

sebelumnya, angka kecelakaan kerja, baik itu kecelakaan industri (industrial accident)

maupun kecelakan hubungan kerja (commuty accident) terjadi kenaikan, begitu juga

dengan perhitungan frequency rate atau recordable Incident Rate (RIR) tidak

mencapai standar yang ditetapkan. Dimana pada tahun 2015 tercatat telah terjadi 14

kecelakaan akibat hubungan kerja, hal ini disebabkan oleh kualitas penerapan SMK3

didalam perusahaan belum komprehensif dan berdasarkan analisa data, faktor

dominan penyebab kecelakaan kerja adalah lebih dari 80% 'behaviour' atau perilaku

yang tidak aman yaitu kurangnya pengetahuan dan pelatihan serta pengawasan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mohamad Reza (2013) yang menyebutkan bahwa PT. Kaligawe Semarang dalam

penerapan SMK3 sudah mengacu ke kebijakan pemerintah yaitu PP N0 50 Tahun

2012, tetapi pekerja belum sepenuhnya memahami kebijakan ini dan angka

kecelakaan kerja masih ada yang disebabkan karena kepatuhan pekerja dalam

pemakaian alat pelindung diri kurang sekali.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahimah Azmi (2010) juga menyatakan

hasil yang hampir sama. Hasil penelitian menggambarkan masih rendahnya perhatian

manajemen puncak dalam penerapan SMK3 di PT. Wika Beton Sumut dan masih ada

kecelakaan kerja di perusahaan ini dan angka kecelakaan ini melebihi rata-rata sasaran

keselamatan kerja perusahaan disebabkan karena kurangnya pengawasan K3

dilapangan sehingga menyebabkan pekerja tidak mematuhi prosedur kerja dan tidak

memakai alat pelindung diri dalam bekerja.

Menurut Tarigan (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Pabrik Sawit

Tanjung Medan sudah menerapkan SMK3 yang mengacu ke PP No 50 Tahun 2012

tetapi angka kecelakaan kerja dipabrik ini masih tinggi hal ini disebabkan oleh prilaku

tidak selamat pekrja (unsafe action) dimana perusahaan harus meningkatkan

pengawasan tehadap pemakaian alat pelindung diri dan perawatan berkala terhadap

mesin produksi.

Penganut teori behaviour mengatakan bahwa manusia adalah sebagai

pemegang junci keselamatan. Dengan perilaku manusia yang baik, kinerja K3 akan

baik. Manusia dengan kompetensi tinggi dan budaya K3 yang prima akan mampu

mengeliminir kondisi teknis yang kurang baik atau sistem dan prosedur yang belum

sempurna. Hal ini didukung fakta bahwa lebih dari 80 % kecelakaan disebabkan oleh

faktor manusia (Suma’mur, 2009).


Untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja yang disebabkan oleh prilaku

pekerja yang tidak aman maka diperlukan sosialisasi kebijakan K3 dan berbagai

informasi tentang SMK3 yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus

oleh pihak manajemen dengan melibatkan semua unsur dalam perusahaan agar

penerapan SMK3 di perusahaan dapat mencapai nilai optimal. Untuk

mensosialisasikan suatu kebijakan peran serta manajemen sangat diperlukan karena

sosialisasi harus melibatkan semua unsur dalam perusahaan.

2) SDM

Hasil penelitian menyatakan di PT. Semen Padang terdapat organisasi

struktural dan non struktural yang menangani K3. Organisasi struktural adalah biro

K3LH yang berada dibawah naungan departemen jaminan kualitas dan inovasi,

sedangkan organisasi nonstruktural adalah Panitia Pembina K3 (P2K3). Menurut hasil

telaah dokumen jumlah ahli K3 yang terdokumentasi di PT. Semen Padang adalah 61

orang dengan rincian 57 ahli K3 umum, 1 ahli K3 listrik, 1 ahli K3 kimia dan 2 ahli

K3 kebakaran. Saat penelitian, diperoleh keterangan bahwa kondisi SDM belum

mencukupi secara kuantitas karena ahli K3 yang ada memiliki tugas rangkap sebagai

penanggung jawab dan anggota tim K3LH. Hal ini terjadi karena latar belakang

pendidikan tim K3LH tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan.

Tanggung jawab SDM dalam penerapan SMK3 tidak dapat dirangkap atau

hanya sebagai pekerjaan sampingan belaka, karena penerapan K3 memerlukan adanya

petugas/pelaksana K3 yang memahami mengenai SMK3. Besarnya kebutuhan SDM

ini disesuaikan dengan skala kegiatan perusahaan. Dari aspek SDM penanganan K3

memerlukan keahlian khusus yang tidak dapat ditangani oleh setiap orang. Keahlian

dalam bidang K3 dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Tenaga
teknis K3 dalam perusahaan dapat diperoleh melalui jalur ahli K3 yang diangkat

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku atau melalui pendidikan formal K3

seperti sarjana bidang K3. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam PP No.

50 Tahun 201 (Ramli, 2013).

Menurut UU No 1 Tahun 1970 perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang merupakan lembaga perwakilan

semua fungsi diperusahaan (organisasi non struktural) yang bertanggung jawab

dibidang K3. Perusahaan dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih, jumlah anggota

pada P2K3 sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang mewakili pengusaha/

pimpinan dan 6 orang mewakili tenaga kerja. PT. Semen Padang saat ini memiliki 7

tim P2K3 dengan keanggotaan disetiap tim 4 orang. Hal ini menggambarkan jumlah

tenaga yang terdokumentasi masih kurang, seharusnya untuk 7 tim P2K3

beranggotakan 84 orang sedangkan yang ada saat ini hanya 28 orang yang memiliki

tugas rangkap sebagai karyawan dan sebagai anggota P2K3.

Menurut Soehatman Ramli (2013) salah satu elemen kunci untuk menerapkan

K3 dalam perusahaan adalah tersedianya tenaga K3 yang kompeten dan memiliki

wewenang dalam menjalankan tugasnya. Penanganan K3 memerlukan keahlian

khusus yang tidak dapat ditangani oleh setiap orang. Keahlian dalam bidang K3

memiliki ciri tersendiri karena seorang safety professional harus memiliki keahlian

dan pengetahuan memadai menyangkut: kemampuan teknis K3 yang berkaitan

dengan operasi perusahaan (identifikasi bahaya dan pengendalian risiko), kemampuan

komunikasi untuk menyampaikan program K3 keseluruh jajaran perusahaan,

kemampuan untuk mengembangkan SMK3 dan kemampuan sebagai fasilitator K3.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Billy

(2013) yang menyebutkan bahwa di PT. Kerismas Witico Makmur perusahaan belum
menempatkan kualifikasi tenaga K3 di perusahaan, perusahaan juga belum memiliki

prosedur terdokumentasi dalam hal pelatihan peningkatan skil karyawan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh silaban (2009) menjelaskan personel K3

yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan sesuai dengan kompetensinya.

Ketersediaan SDM dibidang K3 tidak banyak, hal ini disebabkan masih

langkanya tenaga dengan latar belakang pendidikan K3 dan tenaga dengan

kompetensi bersertifikat ahli K3 yang dimiliki oleh setiap perusahaan.

3) Dana

Berdasarkan hasil penelitian, ada alokasi dana untuk perencanaan kegiatan K3

di PT. Semen Padang, tetapi belum ada standarisasinya. Pengalokasian dana untuk

kegiatan K3 selama ini berasal dari dana umum perusahaan PT. Semen Padang. Di

PT. Semen Padang Seluruh anggaran yang diajukan berdasarkan kegiatan.

Menurut Soehatman Ramli (2013), perusahaan harus mengalokasikan

dana/anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh untuk keberlansungan

organisasi K3, pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja dan pengadaan

sarana/prasarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian serta alat

pelindung diri. Pengembangan K3 yang baik tentunya memerlukan dukungan

finansial untuk mendukung penerapannya. Kebutuhan dana sering menjadi alasan bagi

perusahaan untuk tidak menerapkan K3 karena dinilai sebagai pemborosan biaya,

padahal jika K3 dilaksanakan dengan baik akan menjadi nilai tambah bagi

perusahaan. Masalah K3 bukan hanya untuk mencegah kecelakaan dan penyakit

akibat kerja, melainkan hal yang jauh lebih besar yaitu mencegah kerugian (loss)

akibat kejadian yang tidak diinginkan. Dengan memahami hal ini, penyediaan
dana/anggaran untuk program K3 tidak dilihat sebagai biaya atau pemborosan karena

justru dapat membantu menekan kerugian.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2014),

RS. Prima Medika Pemalang juga belum memiliki standar alokasi dana untuk

kegiatan yang berkaitan dengan K3. Penelitian dengan hasil berbeda dikemukakan

oleh Billy (2013), di PT. Kerismas Witico Makmur alokasi dana untuk program K3 sudah

ada standarisasinya.

Pengeluaran untuk program K3 harus melalui suatu kajian atau analisis risiko yang

baik, sehingga tepat sasaran dan efisien. Hal-hal yang tidak berkaitan dengan pengendalian

risiko atau potensi risikonya rendah dapat ditangguhkan, sebaiknya yang mengandung risiko

tinggi perlu diprioritaskan.

4) Sarana/prasarana

Berdasarkan hasil penelitian, sarana transportasi dan alat komunikasi yang

mendukung proses penerapan SMK3 di PT. Semen Padang sudah tersedia dan saat ini

komunikasi semakin dipermudah dengan adanya telepon seluler (handphone).

Berdasarkan observasi peneliti terkait dengan sarana dan prasarana ada tersedia 5

motor trabas, mobil operasional, sepeda ontel dan radio. Untuk alat transportasi dan

komunikasi ada tersedia lengkap.

Menurut Ramli (2013) disamping tersedianya ahli K3, dana perusahaan juga

perlu menyediaakan sarana dan prasarana K3. Sarana K3 diantaranya adalah

anggaran, organisasi K3, peralatan atau transportasi K3, sedangkan prasarana K3

yaitu perangkat lunak seperti prosedur operasi, instruksi kerja, sistim pelaporan,

sistem dokumentasi serta komunikasi. Salah satu alat bantu dalam penerapan SMK3

adalah tersedianya sarana dan prasarana yang baik dan komprehensif.


Menurut Trisnantoro (2001) bahwa sarana komputer memiliki beberapa

keunggulan. Keunggulan tersebut diantaranya sistem ini dapat mengakses data dalam

jumlah besar dengan waktu yang singkat, serta hasil informasi yang diperoleh lebih

akurat, tepat waktu dan lengkap.

Dalam Muninjaya (2006) dijelaskan bahwa agar fungsi manajemen berjalan baik

maka diperlukan adanya fasilitas yaitu sarana dan peralatan yang dipakai untuk

kelancaran perencanaannya.

Sarana dan prasarana sangat diperlukan guna menunjang kelanacaran proses

penyusunan perencanaan K3. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan

mempercepat proses penyusunan perencanaan K3 itu sendiri. Untuk itu perlu adanya

perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ini.

5) Data/informasi

Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan data dan informasi di PT. Semen

Padang sudah cukup. PT. Semen Padang memiliki portal online dan web, dimana

setiap karyawan organik (tetap) bisa mengakses dengan kode nomor kepegawaian dan

semua data yang diperlukan ada di web serta dokumen penting disimpan di web

perusahaan.

Dalam mempersiapkan perencanaan dalam penerapan SMK3, ketersediaan

data dan informasi sangat penting. Data dan informasi yang ada di PT. Semen Padang

sudah dimanfaatkan dalam penyusunan perencanaan dan beberapa informan

mengatakan bahwa data cukup tersedia.

Menurut Ramli (2013), data/informasi kecelakaan yang pernah terjadi

merupakan masukan penting dalam perencanaan K3. Data kecelakaan menunjukkan


adanya penyimpangan atau kelemahan dalam sistem manajemen K3, salah satu

diantaranya karena kurangnya kompetensi atau kepedulian tentang K3.

Data memang sangat dibutuhkan untuk mendukung terciptanya sebuah

perencanaan yang baik. Tanpa adanya data maka sangat sulit untuk meyakinkan

eksekutif maupun legislatif tentang perlunya alokasi anggaran kesehatan

(Kuntjoro,2004).

Dengan demikian, penyusunan perencanaan kesehatan haruslah berbasis pada

data/informasi. Untuk itu perlunya sistem database yang memadai guna kelancaran

proses pengumpulan, pengolahan maupun analisis data.

6) Jadwal

Berdasarkan hasil penelitian, jadwal penyusunan perencanaan dibidang K3 di

PT. Semen Padang sudah ada yaitu sekali dalam setiap tahun. Dalam mempersiapkan

penerapan SMK3, tentunya sudah ada jadwal penyusunan perencanaan program kerja

dibidang K3 yang dinaungi oleh biro K3LH yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Salah satu unsur masukan adalah jadwal yang merupakan ketentuan lamanya

waktu penyelesaian suatu program atau kegiatan. Waktu terkait dengan efisiensi,

semakin tepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan maka akan dapat mencapai tujuan

dengan efektif dan efisien. Sehingga dengan ketepatan dari jadwal tersebut maka akan

dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak diinginkan (Muninjaya, 2007).

b. Komponen Proses

1). Penetapan Kebijakan K3

Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan K3 di PT. Semen Padang sudah ada

dan telah ditandatangani oleh direktur utama yaitu: meningkatkan kualitas


pengelolaan K3 dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan

sasarannya, meminimalisir resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,

meminimalisir resiko dampak lingkungan dan meningkatkan produktifitas tenaga

kerja.

Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh

pengusaha dan atau pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan,

komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, serta kerangka

dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang

bersipat umum atau operasional (Ramli, 2013).

Menurut hasil wawancara mendalam dengan pekerja, di PT. Semen Padang

kebijakan K3 belum disosialisasikan dan hanya dipasang diruang rapat. Berdasarkan

PP No. 50 Tahun 2012 penetapan kebijakan K3 harus:

1. Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan

2. Tertulis, tertanggal dan ditandatangani

3. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3

4. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, buruh, tamu,

kontraktor, pemasok dan pelanggan

5. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik

6. Bersipat dinamik

7. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih

sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan

perundang-undangan.

Apabila telah ditetapkan, maka kebijakan K3 tersebut harus diketahui,

dipahami, dimengerti dan dijalankan oleh semua pihak yang terlibat. Kebijakan K3

ini, harus dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada seluruh tenaga kerja,


kontraktor, tamu, pelanggan dan pemasok (stakeholder perusahaan). Pengembangan

kebijakan K3 harus dilakukan melalui konsultasi dengan pengurus dan wakil pekerja.

Keberhasilan K3 ditentukan oleh keteladanan, terutama dari pimpinan mulai level

pengawas sampai manajemen puncak dengan memberikan contoh dan komitmen

tegas terhadap K3. SMK3 mensyaratkan adanya komitmen semua elemen dalam

perusahaan (Ramli, 2013).

Adapun komitmen PT. Semen Padang tentang K3 yaitu: “Memberi

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dengan menjaga lingkungan kerja

yang sehat dan aman serta mencegah dan mengendalikan kecelakaan”. Kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja PT. Semen Padang merupakan suatu pernyataan

tertulis yang telah ditanda tangani oleh pengusaha atau direktur utama PT. Semen

Padang.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Ika Juliantina (2013) bahwa

penetapan kebijakan K3 di PT. Pupuk Sriwidjaya sudah ada, telah terintegrasi dengan

sistem-sitem manajemen yang diterapkan oleh perusahaan dengan tujuan akhir adalah

: total quality management (manajemen mutu terpadu). Setiap 3 tahun sekali

dilakukan revisi yang menambahkan satu poin baru pada dokumen sasaran K3 dan

dokumen kebijakan K3.

Penelitian Rahimah Azmi (2010) juga menyatakan bahwa penetapan kebijakan

K3 di PT. Wika Beton Sumut sudah ada. Penerapan SMK3 di perusahaan ini telah

dimulai dari tahun 1999 dengan melibatkan karyawan, staf dan pihak manajemen

dalam membangun komitmen dan kebijakan K3.

Berdasarkan penelitian Syahrizal (2014) juga menyatakan bahwa penetapan

kebijakan K3 di Proyek pembangunan Siloam Hospital sudah ada. Kebijakan dan

komitmen K3 dalam proyek ini adalah mencegah terjadinya cedera dan sakit akibat
kerja, melakukan perbaikan K3, pengelolaan lingkungan, menciptakan lingkungan

kerja yang sehat dan mempertimbangkan dampak lingkungan dalam setiap kegiatan

dan penerapan SMK3.

Kebijakan K3 bersipat dinamis karena disesuaikan dengan situasi, kondisi,

strategi dan perkembangan lingkungan internal ataupun eksternal perusahaan.

Kedepan diharapkan perusahaan dapat menkomunikasikan kebijakan K3 yang telah

ditetapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam perusahaan dan

menyebarluaskannya, sehingga bisa tercapai tujuan serta sasaran dari kebijakan yang

telah ditetapkan.

2). Perencanaan K3

Berdasarkan hasil penelitian, perencanaan K3 sudah dilakukan di PT. Semen

Padang, tim K3LH unit telah dibentuk, identifikasi bahaya dan resiko sudah

dilakukan, program kerja K3 sudah disusun dan pelatihan dibidang K3 dikoordinir

oleh biro K3LH.

Proses SMK3 dimulai dengan proses perencanaan yang baik untuk menjamin

agar penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakan dan sasaran yang diinginkan. Tujuan

utama penerapan SMK3 adalah untuk mengelola risiko K3 yang berkaitan dengan

kegiatan perusahaan, manajemen risiko diawali dengan identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian risiko.

Berdasarkan hasil telaah dokumen, bahaya dan risiko yang ada di PT. Semen

Padang yaitu:

a. Terjepit Belt Conveyor dan tergelincir pada pekerjaan mengosongkan

re-ject yang tersumbat di Raw Mill.


b. Terjatuh dari ketinggian pada pekerjaan mengisi tangki minyak di

tangki Hidrolik oil serta pekerja yang melakukan perawatan pada

ketinggian.

c. Terpapar Suhu tinggi pada proses pembakaran rawmix di area Kiln,

serta pembakaran rawmix pada proses coalmill yang menggunakan

batu bara.

d. Terpapar Bunyi yang dihasilkan pada proses di Kiln dan area panel

listrik.

e. Debu yang dihasilkan pada proses produksi serta kegagalan kinerja EP

(Electrostatic Precipitator).

f. Potensi kebakaran yang dapat disebabkan oleh arus listrik, bahan

bakar, benda padat dan sebagainya.

g. Kegiatan breaking setiap setahun sekali yang bekerja tidak

menghiraukan jam kerja (kerja sampai malam dan tetap kembali masuk

pagi).

Hasil identifikasi bahaya ini merupakan masukan utama dalam menyusun

rencana kerja untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang tidak diinginkan dari

keberadaan bahaya tersebut. Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 dalam perencanaan

K3 wajib menetapkan tujuan dan sasaran harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga

kerja, ahli K3, P2K3 dan pihak lain yang terkait, karena mereka dianggap paling

mengetahui kondisi K3 dilapangan, sehingga dengan keterlibatan pekerja atau

perwakilan buruh tujuan dan sasaran yang disusun akan tepat sasaran.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pekerja pabrik di PT. Semen

Padang keterlibatan pekerja/perwakilan buruh sejauh ini belum ada dalam rangka

penyusunan rencana K3.


Hasil penelitian ini senada dengan penelitian, Ika Juliantina (2013) yang

menyatakan bahwa di PT. Pupuk Sriwidjaja sudah ada perencanaan K3 yang

diterapkan untuk mengendaliaan potensi bahaya di tempat kerja. PT. Pupuk Sriwidjaja

juga sudah mempunyai prosedur terdokumentasi dengan mempertimbangkan

identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada tahap melakukan perencanaan ataupun

perencanaan ulang.

Berdasarkan penelitian Syahrizal (2014) di Proyek pembangunan Siloam

Hospital juga menunjukkan bahwa perencanaan K3 sudah ada dan telah mencakup

identifikasi bahaya dan penilaian risiko, pemenuhan Undang-Undang K3, alat

pelindung diri (APD) serta sasaran dan program dibuat secara lengkap dan terealisasi

dengan baik.

Hasil penelitian yang sama juga di jelaskan oleh Rahimah Azmi (2010) di PT.

Wika Beton Sumut bahwa sudah ada perencanaan K3 dan perusahaan juga

mempunyai prosedur terdokumentasi yang mempertimbangkan identifikasi bahaya

dan penilaian risiko pada tahap melakukan perencanaan.

Persyaratan SMK3 dalam penyusunan rencana K3 menyebutkan bahwa tujuan

dan sasaran harus memenuhi kriteria yaitu dapat diukur, ada indikator penilaian

pengukuran, ada sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaiannya.

3). Pelaksanaan Rencana K3

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan rencana K3 sudah dilakukan di PT.

Semen Padang, tetapi belum sepenuhnya optimal, adapun kendalanya adalah jadwal

kegiatan tidak sesuai dengan perencanaan karena PT. Semen Padang dalam

pelaksanaan rencana K3 melibatkan pihak luar seperti: sub kontrak dan tenaga

absorsing. Pemasangan rambu dan simbol K3 sudah dipasang di semua unit kerja,
penyediaan peralatan K3 dan APD sudah cukup untuk karyawan organik, konsultasi

dan sosialisasi K3 tidak rutin dilakukan, inspeksi dan simulasi tanggap darurat sudah

dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan

Pelaksanaan rencana K3 merupakan tahap yang paling krusial dalam

penerapan SMK3, karena bagaimanapun baik dan sempurnanya program-program

kerja yang telah dibuat, jika pelaksanaan tidak dilakukan dengan baik dan konsisten

maka tidak akan memberikan hasil optimal. Pada tahap ini program-program K3 yang

telah disusun akan dilaksanakan secara lansung dilapangan. Sesuai dengan PP No. 50

tahun 2012 elemen utama dalam pelaksanaan rencana K3 adalah:

1. SDM

Prosedur pengadaan SDM, konsultasi, motivasi dab kesadaran, tanggung

jawab dan tanggung gugat, pelatihaan dan kompetensi

2. Prasarana

Organisasi, angggaran, prosedur operasi, pendokumentasian dan prosesur kerja

3. Kegiatan

Perancangan dan rekayasa, prosedur dan instruksi kerja, penyerahan sebagian

pekerjaan, pembelian/pengadaan barang dan jasa, produk akhir, keadaan

darurat, rencana pemulihan dan prosedur manajemen (Ramli, 2013).

PT. Semen Padang dalam penyediaan SDM K3 masih kekukarangan dengan

61 ahli K3 yang ada dan dengan tugas rangkap, penerapan K3 memerlukan adanya

petugas/pelaksana K3 yang memahami mengenai SMK3. Besarnya kebutuhan ini

berpengaruh kepada keberhasilan penerapan SMK3 di PT. Semen Padang.


Senada dengan penelitian Syahrizal (2014) di Proyek pembangunan Siloam

Hospital bahwa pelaksanaan rencana K3 sudah dilakukan dan diikuti programnya

oleh semua pihak.

Menurut penelitian Ika Juliantina (2013) di PT. Pupuk Sriwidjaja, bahwa di

perusahaan ini pelaksanaan rencana K3 juga sudah dilakukan. PT. Pupuk Sriwidjaya

telah menempatkan personel yang mempunyai kualifikasi yang dibutuhkan seperti

Ahli K3 dan Operator-operator mesin yang bersertifikat. Perusahaan juga telah

mengintegrasikan sistem manajemen K3 dengan sistem manajemen mutu. Perusahaan

juga telah memiliki prosedur pendokumentasian dan pengendalian dokumen.

Perusahaan hanya perlu memantau pelaksanaannya dilapangan sehingga benar-benar

memberikan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan penelitian Rahimah Azmi (2010) di PT. Wika Beton Sumut, juga

menunjukkan bahwa pelaksanaan rencana K3 sudah dilakukan dan perusahaan telah

memiliki prosedur yang mengharuskan semua tenaga kerja baik yang lama, baru dan

baru pindah mendapatkan penjelasan tentang kebijakan K3 dan pelatihan sesuai

dengan jenis pekerjaanya.

Pada PP No. 50 Tahun 2012 pasal 10 ayat 2 tentang pengusaha dalam

melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3,

prasarana dan sarana, dalam hal ini perusahaan Semen Padang sudah melakukan

pelatihan-pelatihan dibidang K3 untuk meningkatkan kualitas SDM dibidang K3

seperti pelatihan ahli K3 umum, AK3 listrik, AK3 kimia dan kebakaran dan

terdistribusi diseluruh unit PT. Semen Padang. Sarana dalam penanggulangan keadaan

darurat diantaranya tersedia sistem hidran pabrik, alat pemadam api ringan, penyalur

petir, bejana tekan, alat angkat angkut dan sarana penanggulangan kebakaran ada

tersedia 3 unit mobil damkar siap pakai.


4). Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Berdasarkan hasil penelitian di PT. Semen Padang menunjukkan bahwa

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di PT. Semen Padang sudah ada dilakukan,

setiap temuan kasus sudah dibahas di rapat P2K3 bulanan. Sertifikasi peralatan sudah

dilakukan per 6 bulan dan per tahun adapun peralatan yang sudah di sertifikasi

diantaranya alat angkat angkut, sistem proteksi kebakaran , peralatan instalasi listrik

dan bejana tekan. Audit internal juga sudah dilaksanakan setiap tahun sekali. Secara

umum dapat disimpulkan bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah ada

dilakukan.

Sesuai PP No. 50 Tahun 2012 pasal 14 ayat 1 menyebutkan bahwa pengusaha

wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dalam hal ini pengusaha atau

manajemen melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja secara berkala untuk

memastikan apakah pelaksanaan SMK3 telah berjalan sesuai ketentuan dan rencana

kerja yang telah ditetapkan.

Senada dengan penelitian Syahrizal (2014) di Proyek pembangunan Siloam

Hospital bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja sudah ada dilakukan. Audit internal

dibuat berdasarkan hasil evaluasi K3 dan sudah mencapai nilai 92.34% artinya sudah

istimewa menurut pengukuran nilai.

Menurut penelitian Ika Juliantina (2013) di PT. Pupuk Sriwidjaya, bahwa

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah ada dilakukan. Perusahaan ini dalam

pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 telah melakukan identifikasi dan

dokumentasi kesemua aktifitas yang memerlukan pemantauan, pemeriksaaan, dan

pengukuran. Personil yang dilibatkan mempunyai klasifikasi, kualifikasi, dan

pelatihan yang dipersyaratkan. Audit internal dilakukan tiap 1 tahun sekali, audit

internal ini dilakukan untuk memeriksa kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan
serta efektifitasnya. Dan audit eksternal SMK3 dilaksanakan oleh badan audit dari

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI setiap 3 tahun sekali. Adapun hasil

audit dijadikan masukan untuk tinjauan manajemen.

Berdasarkan penelitian Rahimah Azmi (2010) di PT. Wika Beton Sumut,

bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sudah ada dilakukan. Sejak tahun 1999

perusahaan ini telah melakukan pemantauan lingkungan kerja dan perusahaan juga

telah melakukan audit internal setiap 1 tahun sekali.

Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 pasal 14 ayat 2 menyebutkan bahwa

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui

pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber

daya manusia yang kompeten, di PT. Semen Padang audit internal dilakukan oleh biro

K3LH setiap 1 tahun sekali.

Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui

keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan

independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan

metodologi yang telah ditetapkan. Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan

evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk

tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit

SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen

(Soehatman Ramli, 2013).

5). Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3

Hasil penelitian di PT. Semen Padang menunjukkan bahwa peninjauan dan

peningkatan kinerja K3 sudah ada dilakukan. Rapat P2K3 rutin dilakukan 1 kali setiap
bulan sebagai sarana komunikasi perihal K3, semua permasalahan dan temuan kasus

dibahas dirapat ini termasuk peninjauan dan peningkatan kinerja K3.

Pada PP No.50 Tahun 2012 pasal 15 ayat 1 dan 2 tentang peninjauan dan

peningkatan kinerja K3 menyebutkan bahwa untuk menjamin kesesuaian dan

efektifitas penerapan SMK3, pengusaha wajib melakukan peninjauan dan peninjauan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Proses terakhir dari siklus sistem manajemen K3 adalah tinjauan ulang dan

peningkatan oleh manajemen. Elemen ini merupakan peran kunci bagi manajemen

dalam menunjukkan komitmen terhadap K3 dalam perusahaannya. Siklus terakhir ini

sering diabaikan dan dianggap sebagai sesuatu formalitas belaka. Tahapan ini

merupakan langkah penting untuk menuju kinerja terbaik yang ingin dicapai

perusahaan. Tanpa adanya tinjauan manajemen, proses peningkatan berkelanjutan

tidak berjalan dengan baik dan efektif.

Senada dengan penelitian ini, Syahrizal (2014) menyatakan bahwa diProyek

pembangunan Siloam Hospital bahwa peninjauan dan peningkatan kinerja K3 sudah

ada dilakukan, tinjauan manajemen sudah efektif dilaksanakan karena tinjauan

manajemen sudah hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan

peraturan dan lainnya, komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan

saran, kinerja K3, perluasan sasaran, status penyelidikan IBPR, perubahan lingkup,

peraturan dan persyaratan lainnya yang terkait dengan K3.

Menurut penelitian Ika Juliantina (2013) di PT. Pupuk Sriwidjaya

menyatakan bahwa peninjauan dan peningkatan kinerja K3 sudah ada dilakukan.

Perusahaan ini telah melakukan rapat tinjauan ulang secara berkala yaitu 3 bulan

sekali. Anggota rapat tinjauan ulang yaitu general manajer, superintenden, supervisor,
seluruh anggota P2K3, wakil unit kerja, dan pihak-pihak yang dianggap perlu. Ruang

lingkup tinjaun ulang menyangkut sistem dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

perusahaan.

Berdasarkan penelitian Rahimah Azmi (2010) di PT. Wika Beton Sumut

bahwa peninjauan dan peningkatan kinerja K3 sudah ada dilakukan, perusahaan ini

telah melakukan peninjauan ulang K3 sejak awal penerapan dan dilakukan secara

berkala setiap 1 tahun sekali.

Sesuai dengan PP No. 50 Tahun 2012 pasal 15 ayat 3 menjelaskan bahwa hasil

peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk melakukan

perbaikan dan peningkatan kinerja.

c. Komponen Output

Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 penerapan SMK3 yang optimal dapat

mewujudkan zero accident ditempat kerja, berdasarkan observasi PT. Semen Padang

dalam penerapan SMK3 sudah meraih predikat bendera emas hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan dalam penerapan SMK3 sudah melaksanakan semua elemen

SMK3, tetapi berdasarkan telaah dokumen ditahun 2015 terdapat 14 kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penerapan SMK3

diperusahaan ini belum sepenuhnya optimal diterapkan, hal ini terkendala pada

prilaku pekerja dalam membudayakan K3.

Menurut Ramli (2013) elemen kunci dalam penerapan SMK3 adalah prilaku,

perbaikan prilaku penting untuk menekan insiden yang disebabkan prilaku tidak aman

walaupun kesisteman telah dibangun bahkan telah dilaksanakan serta operasi sudah

dalam kondisi aman dan handal, namun jika pekerjanya tidak dibina maka

penyimpangan prilaku akan banyak terjadi. Perbaikan prilaku bukan hal yang mudah
dan harus dilakukan secara terencana untuk membangun budaya K3 dalam

perusahaan dan memerlukan keterlibatan serta partisipasi semua unsur dalam

perusahaan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Ika Juliantina (2013) di PT. Pupuk

Sriwidjaya yang juga menyatakan bahwa penerapan SMK3 di perusahaan ini belum

optimal dilaksanakan karena prilaku tidak aman pekerja menyebabkan kecelakaan

kerja, walaupun secara sistem PT. Pupuk Sriwidjaya sudah lengkap dokumen.

Berdasarkan penelitian Alfred Billy (2013) di PT Kerismas Witikco Makmur

Bitung Manado bahwa penerapan SMK3 diperusahaan ini belum optimal dilakukan,

karena K3 belum sepenuhnya membudaya pada pekerja.

Untuk mencapai penerapan SMK3 yang optimal, perlu pelaksanaan SMK3

yang komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian yang

dilaksanakan serta perbaikan prilaku dengan berbagai pendekatan sehingga potensi

bahaya dan risiko dalam perusahaan dapat di minimalkan.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Komponen Input

a. Sudah ada kebijakan pemerintah dalam penerapan SMK3 di PT. Semen

Padang yaitu PP No 50 Tahun 2012.

b. Secara kuantitas SDM di Biro K3Lh sudah cukup, tetapi secara kualitas

belum ada karyawan dengan latar Pendidikan K3.

c. Untuk kegiatan K3 di PT. Semen Padang, ada alokasi dana untuk biro

K3Lh, tetapi tidak ada ketetapan standarnya.

d. Sarana/prasarana yang mendukung penerapan SMK3 di PT. Semen

Padang sudah mencukupi.

e. Ketersediaan data dan informasi dalam penerapan SMK3 di PT. Semen

Padang sudah tersedia lengkap.

f. Sudah ada jadwal penetapan penyusunan rencana K3 di PT. Semen

Padang.

2. Komponen Proses

a. Sudah adanya penetapan kebijakan K3 di PT. Semen Padang dalam

rangka penerapan SMK3.

b. Sudah adanya penetapan rencana K3 di PT. Semen Padang dalam rangka

penerapan SMK3.

c. Sudah ada terlaksana pelaksanaan rencana K3 di PT. Semen Padang

dalam rangka penerapan SMK3.


d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di PT. Semen Padang sudah ada

dilakukan.

e. Rapat P2K3 dalam rangka peninjauan ulang kinerja K3 sudah dilakukan

setiap bulan di PT. Semen Padang.

3. Komponen Output

Penerapan SMK3 belum sepenuhnya optimal diterapkan, hal ini terkendala

pada prilaku pekerja dalam membudayakan K3.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan penerapan SMK3 di PT. Semen Padang di perlukan

pelaksanaan terhadap kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3,

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan peninjauan ulang kinerja K3 secara

menyeluruh dan signifikan agar semua pekerja terkontrol kesehatannya dan

diminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

2. PT. Semen Padang perlu mengadakan perbaikan tentang penerapan SMK3

yaitu dengan merekrut tenaga/sdm dengan latar belakang pendidikan K3,

memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dilapangan.

3. Untuk lebih kompeten dalam penerapan SMK3, kedepan PT. Semen Padang

diharapkan agar merekrut karyawan dengan latar belakang pendidikan K3.

4. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan perusahaan dalam menerapkan SMK3

dalam rangka membudayakan K3 perlu dilakukan pendekatan dengan

perbaikan prilaku.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Universitas Indonesia.


Anonimous. 2012. “SMK 3 dan Audit SMK3. Kementrian Tenaga kerja dan
Transmigrasi R.I . Jakarta. [Jurnal] Avaibel from :
htttp://.portalgaruda.org/article.php?article=108075&val=1013. Diakses pada
tanggal 12/01/2015
Apriandi K, 2014. Analisis Penerapan SMK3. Jurnal UGM, Yogyakarta. [Jurnal] Available
from http:/// etd.jurnal.repository.ugm.ac.id/index.php?mod...sub. diakses pada
tanggal 12/02/2016
Azmi R. 2010. Penerapan SMK3 di PT. Wijaya Karya Beton Tahun 2010 [Skripsi] FKM
USU, Medan. Availebel from :http://
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14644/1/09E01016.pdf.
Azwar A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Availebel
from http:// repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Billy A. 2013. Analisis Penerapan SMK3 di PT. Kerismas Witicko Makmur. Jurnal
FKM, Universita Sam Ratulangi. Manado.
Depnaker RI. ”Data Kecelakaan Kerja” dalam http://www.depnakertrans.go.id.
(7April 2010).

Draft International Standard ISO/DIS 31000. 2008. Risk Management Guidelines


on Principles and Implementation of Risk Management.

Draft International Standard ISO/DIS 31010. 2008. Risk Management - Risk


Assessment Techniques. International Electrotechnical Commission.

Dhinar T. 2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan
Kerja dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja PT. Sidoardjo. Jurnal.
Jurusan Tehnik Industri ITS, Surabaya.
Depnaker RI, 2000. Tatacara Pengajuan, Penilaian dan Pemberian Penghargaan Kecelakaan
Nihil (Zero Accident Award). Penerbit: Depnaker.
Gerri S. 2009. Kinerja Penerapan SMK3 di PT . jamsostek . Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, FKM USU. Medan.[Jurnal} availebel from http:///
download.portalgaruda.org/article.php?...KINERJA%20PENERAPAN%.Diakses
pada tanggal 01/02/2016
Hasbullah T. 2005. Asuransi Kesehatan Nasional. Jurnal FKM UI, Jakarta.
Izzatul M. 2003. Analisis Pelaksanaan SMK3 di RS. Dr kariadi. Tesis, Semarang.
Kirana P. 2015. Kurikulum dan modul pelatihan metodologi penelitian bagi tenaga pendidik
kesehatan. Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI. Jakarta.
Kuntjoro, T., 2004. Pertimbangan Kebutuhan Bisnis dan Kesiapan Organisasi Untuk Berubah
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Re Engineering Sebagai Strategi Peningkatan
Mutu. Jurnal Manajemen pelayanan Kesehatan. UGM, Yogyakarta. Available from
http// blog.umy.ac.id/.../contoh-jurnal-manajemen-pelayanan-kesehatan.pdf. diakses
pada tanggal 28/01/2016
Muninjaya A.A.Gde 2006. Manajemen Kesehatan. Bandung. [Tesis]. Universitas
Padjajaran.
Muhammad H. 2016. Konsep Hubungan Industrial dan Serikat Pekerja. Jurnal Fakultas Ilmu
Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya. Malang. [Jurnal] Available from http:///
blog.ub.ac.id/rosliaardiani/files/2016/.../MSDM-Hubungan-Industrial.do... diakses
pada tanggal 13/02/2016
Juliantina I. 2013. Evaluasi Penerapan SMK3 di PT. Pupuk Sriwidjaya. Jurnal Teknik Sipil.
Unsri. Palembang. [Jurnal] Available from http:///
ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/161213-80-85. Diakses pada tanggal
20/02/2016
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni: Penerbit Rineka Cipta:
Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Pramojati I,Drajad K. 2014. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (Smk3) Pnj Berdasarkan Permenaker No.05/Men/1996. Jakarta. Jurusan
Teknik Sipil , Politeknik Negeri Jakarta. [Jurnal]. Availeble from
:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=260411&val=4031&title=SISTE
M%20MANAJEMEN%20KESELAMATAN%20DAN%20KESEHATAN%20KERJ
A%20(SMK3)%20PNJ%20BERDASARKAN%20PERMENAKER%20NO.05/MEN/
1996. Diakses Pada tanggal 23/01/2016

Paulus S. 2013. Penerapan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Industri
Tekstil. Jurnal. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Katolik Parahyangan. Available from http://unikap.ac.id../peraturan-pemerintah-no-
50-tahun-2012-tentang-.. diakses pada tanggal 27/02/2016
Rahimah A. 2009. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja Oleh
P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT. Wijaya Karya Beton Medan
Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat. [Skripsi]. Medan : Universitas
Sumatera Utara,.
Reza M. 2013. Analisis Pemenuhan Elemen SMK3 di PT. X Semarang. [Jurnal] Bandung :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unipersitas Dipenegoro; 2013. Available from :
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Diakses pada tanggal 26 /2/2016
Reza H. 2012. Pengaruh K3 terhadap Kinerja Karyawan. [Jurnal]. Malang : Fakultas Teknik
Sipil Universitas Brawijaya.2012. available from : http:/// lib.ui.ac.id/.../2015.../S-
M%20Dimas%20Prawita%20. Diakses pada tanggal 3/3/2016
Rika N, Gusti A. 2010. SMK3 di Pabrik PT. Semen Padang. Padang : PT. Semen Padang
availible from : https://ariagusti.wordpress.com. Diakses pada tanggal 5/3/2016
Rudi S. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja: Penerbit: PPM, Jakarta
Syahrini W. 2007. Penerapan SMK3 di PT. KSS. Universitas Widyatama. [jurnal] avilebel
from http:/// journal.uw.ac.id/index.php/Spektrum/article/download/1663/1161.
Diakses pada tanggal 27/01/2016
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian. Nuha Medika. Jakarta
Syahrizal. 2014. Evaluasi Penerapan SMK3 pada Proyek Pembangunan Siloam Hospital.
Jurnal Teknik Sipil, USU. Medan
Soehatman R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan Kerja: Penerbit: Dian
Rakyat: Jakarta.
Soehatman R. 2013. Smart safety : Penerbit: Dian Rakyat: Jakarta.
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Bandung.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: CV. Alfabeta Bandung.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan (HIPERKES). Penerbit Sagung Seto.
Jakarta.

Susihono W. 2013. Penerapan SMK3 dan Identifikasi Bahaya kerja . [Jurnal] Serang :
Fakultas Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. , 2013. Availible from :
http://download .portalgaruda.org /article.php
?article=313747&val=7597&title=Implementasi%20Pengendalian%20Risiko%20Kec
elakaan%20Kerja%20%20Pada%20Proses%20Grinding%20Dan%20Welding .
Diakses pada tanggal 10/3/2016.
Tarwaka, 2008. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Jakarta :
Universitas Indonesia. 2007. Availible from : digilib.esaunggul.ac.id.public . diakses
Padatanggal 10/302016

Trisnantoro. 2005. penerapan strategi manajemen pengembangan mutu dan


hubungannya dengan kinerja utilisasi fasilitas serta kinerja keuangan. [tesis]
.medan. Universitas Sumatra Utara 2002. USU. Medan. Repository.usu.ac.id.
availible from : http://repository. usu.ac.id/
bitstream/123456789/6696/1/09E01337.pdf
Toding R. 2016. Analisis penerapan SMK3 di RSIA Kasih Ibu Manado. [Jurnal]. Manado:
Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sam Ratulangi Manado.2016 .
available from : ejournal.unsrat.ac.id/index. php/pharmacon/.../10906. Diakses Pada
Tanggal 11/3/2016

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Wibowo. 2014. Manajemen Kinerja, Edisi IV. Rajawali. Jakarta
PT. Semen Padang. (Persero) Tbk. 2015. Biro SMK3 PT. Semen Padang. Padang
2015 Available from :
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=eNsOWMCRBMnavATlsRU#q=birok3lh+
pt+semen+padang
Yunita A Messah, 2012. Kajian Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehan
Kerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Kupang. Jurnal. Tehnik Sipil FTS
Undana.
Zaman T. 2008. Analisis Penerapan SMK3 di Pabrik Kelapa Sawit Riau. [Tesis]. Medan.
Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. 2008. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7036/1/09E00262.pdf . Diakses Pada
Tanggal 15/3/2016
Zulmiar Y. 2016. Regulasi K3. Pelatihan dan Seminar K3. Jakarta : HSP Academi

Anda mungkin juga menyukai