Anda di halaman 1dari 19

ESSAY

Psikologi Industri dan Organisasi

(PIO)

Tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Oleh

Desrimayeni : 1515040093

Dosen Pengampu:

Winbaktianur

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN dan STUDI AGAMA-AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG

2018

1
I. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat yang
sejahtera.
Keselamatan dan keselamatan kerja mempunyai banyak pengeruh
terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart agar
tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya
kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan
tanpa sepengetahuan pengawas, seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi
sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam
lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi
sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan
kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada
saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, , alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin.
Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya
maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan.

2
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa K3?
2. Apa alasan penerapan K3?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja?
5. Apa ruang lingkup dan syarat keselamatan kerja?
6. Bagaimana cara mengukur kecelakaan kerja?
7. Apa saja program mencegah kecelakaan kerja?
8. Apa saja program kesehatan kerja?

3
III. ISI
A. Defenisi K3
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi
perusahaan karena dapat terjadinya suatu kecelakaan karena tidak
hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan secara langsung
maupun tidak langsung.
Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan
mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
melalui penyiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam
kerja. Sebagai suatu proses, maka keselamatan kerja membutuhkan
sebuah sistem manajemen. Manajemen sebagai salah satu ilmu yang
mencakup aspek sosial dan eksak sangat bermanfaat dalam mengelola
keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan maupun
pengambil keputusan dalam organisasi (Rika Ampuh Hadiguna, 2009,
hal : 233)
Keselamatan kerja adalah merupakan aktivitas perlindungan
karyawan secara menyeluruh. Artinya perusahaan berusaha untuk
menjaga jangan sampai karyawan mendapat suatu kecelakaan pada
saat menjalankan aktivitasnya. Kesehatan kerja adalah upaya untuk
menjaga agar karyawan tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan
sampai kondisi lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak sehat
atu sakit. (Kasmir, 2016, hal : 266)
B. Alasan Penerapan K3
Menurut Sunyoto ada 3 alasan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
1. Berdasarkan prikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan
kecelakaan atas dasar prikemanusiaan yang sesungguhnya.
Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-
banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta

4
kekurangannya sering diberi penjelasan mengenai akibat
kecelakaan.
2. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang
federal, undang-undang negara bagian dari undang-undang
kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja bagi
mereka yang melanggar di jatuhkan denda.
3. Eknomis
Yaitu agar perusahaan manjadi sadar akan keselamatan
kerja karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar
bagi perusahaan. (Sunyoto, 2012)
Terdapat tiga alasan mengapa progaran keselamatan kerja
merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya,
antara lain alasan moral, hukum, dan ekonomi.
1. Moral
Manusia memiliki hak untuk perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja moral, dan kesusilaan serta perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai
agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaaan).
2. Hukum
Undang-undang tentang ketenagakerjaan merupakan
jaminan bagi setiap pekerja untuk menghadapi resiko kerja
yang dihadapinya yang ditimbulkan pekerjaan para pemberi
kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melindungi pekerja
yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman
yang setimpal sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan.
Tertera pada UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan kerja,
baik di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan

5
hukun Republik Indonesia. UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, menyatakan bahwa perusaahaan berkewajiban
melaksanakan pemeriksaan atas kesehatan fisik dan mental
para pekerjanya.
3. Ekonomi
Alasan ekonomi akan banyak di alami oleh banyak
perusahaan karena mengeluarkan banyak biaya yang tidak
sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang di alami
pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian
kecelakaan kerja yang di alami karyawan kepada pihak
asuransi. Kerugian-kerugian tersebut bukan hanya berkaitan
dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnya, tetapi
banyak faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan
kerja yang di derita para pekerja. (Wilson Bangun, 2012, hal :
378-379)
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja karyawan
yaitu :
1. Kelengkapan peralatan kerja
Maksudnya adalah bahwa peralatan keselamatan kerja yang
lengkap sagat diperlukan. Artinya makin lengkap peralatan
keselamatan kerja yang dimiliki, maka keselamatan kerja makin
baik. Demikian pula sebaliknya jika perlengkapan keselamatan
kerja tidak lengkap atau kurang, maka keselamatan kerja juga ikut
terjamin.
2. Kualitas peralatan kerja
Artinya disamping lengkap peralatan kerja yang dimiliki
juga harus diperhatikan kualitas dari perlengkapan keselamatan
kerja. Kualitas dari peralatan keselamatan kerja akan
mempengaruhi keselamatan kerja itu sendiri. Makin tidak
berkualitas perlengkapan keselamatan kerja, maka keselamatan

6
kerja karyawan tidak akan terjamin. Guna untuk meningkatkan
kualitas perlengkapan kerja, maka diperlukan pemeliharaan
perlengkapan secara terus-menerus.
3. Kedisiplinan karyawan
Maksudnya hal ini berkaitan dengan perilaku karyawannya
dala menggunakan peralatan keselamatan kerja. Karyawan yang
kurang disiplin dalam menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja, maka keselamatan kerjanya makin tak terjamin. Artinya
timbul resiko kecelakaan makin besar dan sering terjadi. Demikian
pula sebaliknya bagi karyawan yang disiplin, akan keselamatan
kerjanya makin terjamin. Penggunaan perlengkapan kerja
sebaiknya dilakukan pengawasan untuk menghindari, lupa dan
kelalaian karyawan.
4. Ketegasan pemimpin
Maksudnya dalam hal ini ketegasan pemimpin dalam
menerapkan aturan penggunaan peralatan kesemaptatan kerja.
Makin disiplinnya pimpinan untuk mengawasi dan menindak anak
buahnya yang melanggar ketentuan digunakan perlengkapan kerja
maka akan berpengaruh terhadap keselamatan kerja karyawan.
Karena pimpinan yang tegas akan akan mempengaruhi karyawan
untuk menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, maka
karyawan banyak yang bertindak masa bodoh, akibatnya
keselamatan kerjanya tidak terjamin.
5. Semangat kerja
Artinya dengan peralatan keselamatan kerja yang lengkap,
baik dan sempurna maka akan memberikan semangat kerja yang
tinggi. Hal ini disebabkan karyawan merasa nyaman dana aman
dalam bekerja. Demikan pula sebaliknya jika peralatan
keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna maka
semangat kerja karyawan juga akan turun.
6. Motivasi kerja

7
Maksudnya sama dengan semangat kerja, motivasi
karyawan untuk bekerja juga akan kuat jika peralatan keslamatan
kerja yang lengkap, baik dan sempurna. Demikian pula sebalikya
jika perlatan keselamtan kerja yamg lengkap, baik dan sempurna.
Demikian pula sebaliknya jika peralatan keselamatan kerja yang
lengkap, baik dan sempurna maka motivasi kerja karyawan juga
akan lemah.
7. Pengawasan
Artinya setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan
peralatan keselamtan kerja. Jika tidak diawasi banyak karyawan
yang melanggar. Hal ini akan mempengaruhi keselamtan kerjanya,
terutama bagi mereka yang tidak terawasi secara baik. Pengawsan
dapat dilakukan oleh pimpinan atau menggunakan peralatan seperti
CCTV di tempat-tempat tertentu.
8. Umur alat kerja
Maksudnya umur dari peralatan kerja juga kan
mempengaruhi keselamatan kerja karyawan. Peralatan kerja yang
sudah melewati umur ekonomisnya maka akan memmbahayakan
keselamatan kerja karyawan, demikian pula sebaliknya. Oleh
karena sebaliknya peralatan yang sudah lewat umur ekonomisnya
harus diganti dengan yang baru, meskipun masih kelihatan baik.
(Kasmir, 2016, hal : 274-276)
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor.
Perusahaan juga harus mengelola faktor-faktor tersebut, sehingga
kesehatan karyawan tetap terjaga. Faktor-faktor yang sering
mempengaruhi kesehatan kerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Udara
Maksudnya adalah kondisi udara diruangan tempat bekerja
harus membuat karyawan tenang dan nyaman. Misalnya
didalam ruangan tetutup tentu perlu diberikan pendingan

8
ruangan yang cukup. Demikian pula diruangan yang terbuka
seperti pabrik juga kualitas udara harus dikelola secara baik.
Kualitas udara diruangan sangat memepengaruhi kesehatan
karaywan seperti panas atau berdebu. Solusi yang perlu
diberikan kepada karyawan adalah misalnya penutup mulut
untuk kondisi udara yang berdebu. Demikian pula sebaliknya
jika kualitas udara yang baik maka karyawan akan selalu sehat,
demikian pula sebaliknya jika kualitas udara kurang baik akan
mengakibatkan kesehatan menjadi terganggu.
2. Cahaya
Kualitas cahaya diruangan juga akan sangat memengaruhi
kesehatan karyawan. Pada ruangan yang terlalu gelap atau
cahayanya kurang tentu akan merusak kesehatan karyawan,
terutama kesehatan mata. Demikian pula jika terlalu banyak
cahaya (membuat silau) yang membahayakan perlu
diperhatikan agar kesehatan karyawan juga terjamin, terutama
mata.
3. Kebisingan
Artinya suara yang ada dalam suatu ruangan atau lokasi
bekerja. Ruangan yang terlalu berisik atau bisik atau bising
tentu akan mempengaruhi kualitas pendengaran. Untuk itu
perlu dibuatkan ruangan yang kedap suara, atau disediakan
penutup telinga sehingga pendengaran karyawan tidak
terganggu.
4. Aroma berbau
Maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang
sedap maka kesehatan akan sangat terganggu. Aroma yang
dikeluarkan dari zat-zat tertentu yang membahayakan,
misalnya zat kimia, akan memengaruhi kesehatan karyawan.
Oleh karena itu, perlu dipersiapkan masker agar terhindar dari
bau yang kurang sedap atau membahayakan tersebut.

9
5. Layout ruangan
Tata letak ruangan sangat mempengaruhi kesehatan
karyawan, misalnya tata letak kursi, meja serta peralatan
lainnya. Oleh karena itu, agar karyawan tetap sehat faktor
layout ruangan perlu diperhatikan, misalnya penempatan
tempat pembangunan limbah atau sampah. (Kasmir, 2012, hal
:277-278)
E. Ruang Lingkup dan Syarat Keselamatan Kerja
Menurut UU NO. 13 tahun 2003 ruang lingkup keselamta kerja
dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan
ar, didalam air maupun yang di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Ketentua-ketentuan menurut undang-undang ini berlaku dalam
tempat kerja diamana:
1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawa, alata
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan atau peledakan.
2. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau dismpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi dan bersuhu tinggi.
3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangun perairan, saluran atau terowongan dibawah tanah dan
sebagainya atau diamana dilakukan pekerjaan persiapan.
4. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil huan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak,
logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak mineral
lainnya, baik dipermukaaan atau di dalam bumi, maupun didasr
perairan.

10
6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik
didarat, melalui terowongan, dipermukaa air, dalam air maupun di
udara.
7. Dikerjakan bongkar muat barang muatan kapal, perahu, dermaga,
dok, station atau gudang.
8. Dialakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah
atau perairan.
9. Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain
didalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah.
11. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang
Adapun syarat keselamtan kerja menurut Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1970 adalah untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamat diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang bebahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat krja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

11
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi (Kasmir,
2012, hal :280-282)
F. Cara Mengukur Kecelakaan Kerja
Suatu persyaratan yang ditetapkan melalui Occupational and
Health act (OSHA) untuk memantau keselamatan dan kesehatan kerja,
mewajibkan perusahaan melakukan pencatatan atas kejadian-kejadian
yang berkaitan dengan K3. (Wilson Bangun, 2012, hal :380-381)
1. Tingkat kecelakaan kerja
Tingkat kecelakaan kerja atau di singkat TKK adalah
mengukur tinggi rendahnya kecelakaan dan penyakit yang di
derita para pekerja selama setahun kerja. Tingkat kecelakaan
kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Jumlah Kecelakaan dan Penyakit x 200.000
𝑇𝐾𝐾 =
Jumlah Jam Kerja
Dengan ketentuan untuk 100 pekerja tetap adalah 200.000 (40
jam seminggu x 50 minggu)
2. Frekuensi kecelakaan
Frekuensi kecelakaan disingkat FK menggambarkan
jumlah kecelakaan kerja yang terjadi setiap satu juta jam kerja
(bukan dalam setahun). Untuk memudahkan perhitungan ini
digunakan rumus sebagai berikut :

12
Jumlah Kecelakaan dan Penyakit x 1.000.000 jam
𝐹𝐾 =
Jumlah Jam Kerja

3. Tingkat kegawatan
Tingkat kegawatan disingkat TK merupakan suatu
pengukuran atas hilangnya jam kerja akibat kecelakaan kerja.
Tingkat kegawatan dapat diketahui dengan rumus berikut :
Jumlah Kecelakaan dan Penyakit x 1.000.000 jam
𝐹𝐾 =
Jumlah Jam Kerja
G. Program Mencegah Kecelakaan Kerja
Berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
kecelakaan kerja yaitu :
1. Pendidikan karyawan
Tujuan utama bidang keselamatan kerja adalah
mencegah timbulnya kecelakaan kerja yang di alami
karyawan. Para pekerja perlu di berikan pendidikan
untuk menhetahui prosedur kerja yang benar dan
memahami tentang peraturan keselamatan kerja.
Analisis bahaya kerja (job hazard analysis/JHA)
merupakan proses kegiatan yang dirancang untuk
mengatasi timbulnya kecelakaan kerja yang
diakibatkannya. Beberapa komponen yang termasuk
pada program JHA antara lain dukungan manajemen,
pelatihan supervisor dan karyawan, program tertulis dan
pengawasan manajemen.
2. Mengurangi kondisi yang tidak aman
Kebanyakan timbulnya kecelakaan kerja
diakibatkan situasi lingkungan kerja, seperti
menggunakan peralatan yang tidak layak pakai, kondisi
gudang yang tidak aman kurangnya penerangan, dan
lain sebagainya. Kondisi lingkungan seperti ini

13
merupakan tanggung jawab supervisor dan manajer
untuk memperbaikinya untuk memperkecil tingkat
kecelakaan.

Penyebab dan pencegahan kecelakaan kerja

No Penyebab kecelakaan No Pencegahan


1 Prosedur tidak lengkap 1 Menetapkan bahwa para karyawan
menimbulkan karyawan menerima prosedur lengkap
dapat merubah sendiri
2 Para karyawan tidak 2 Melakukan peninjauan terhadap
mengikuti yang prosedur untuk memastikan bahwa
ditetapkan karyawan dapat mengikutinya
dengan mudah
3 Para karyawan kurang 3 Memastikan bahwa para karyawan
memahami prosedur dapat memahami petunjuk yang
sudah ditetapkan
4 Para karyawan kurang 4 Memberittahu kepada karyawan
menyadari akan adanya tentang tanda-tanda bahaya
bahaya
5 Para karyawan tidak 5 Memastikan karyawan mengetahui
menggunakan peralatan bahwa harus menghindari
sesuai waktunya penggunaan alat pengamanan
6 Terdapat kesalahan 6 Memberi petunjuk kepada para
dalam mengambil karyawan tentang tindakan yang
tindakan harus diambil dalam keadaan luar
biasa atau darurat
7 Terjadi penyimpangan 7 Melakukan pemeriksaan terhadap
dari keadaan normal peralatan baru. Hindari peralatan
yang menyimpang dari kecelakaan
normal yang mudah menimbulkan

14
kecelakaan
8 Terganggunya aktivitas 8 Hindari agar tidak terlalu banyak
karena terlalu banyak pekerja yang campur tangan dalam
yang campur tangan suatu tempat pada saat yang sama
9 Kesalahan atu terlambat 9 Instrumen diberi label yang mudah
membaca instrumen dibaca. Lalu, periksa apakah sudah
tersedia penerangan yang cukup
untuk dapat membaca label tersebut
10 Kekurang hati-hatian 10 Para pekerja diharuskan
dalam menggunakan alat mengetahui alat-alat kontrol yang
kontrol secara tidak sengaja dapat
mengaktifkan peralatan sehingga
usaha perlindungan tidak dapat
dilakukan
11 Kurangnya pemahaman 11 Instrument yang paling penting
tentang deskripsi harus dipahami dengan jelas agar
instrument karena dapat mengoperasikan peralatan
petunjuk yang tidak jelas yang ada
12 Kelelahan 12 Lakukan pemeriksaan terhadap
tingkat kebisingan getaran,
temperatur, kelembaban, agar
menyebabkan kelelahan pegawai
secara normal

3. Seleksi dan penempatan tenaga kerja


Seleksi karyawan merupakan proses untuk mencari
pekerja yang sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan. Para
psikolog menemukan berbagai alat untuk menguji
kemampuan seseorang untuk menyesuaikan jenis
pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan

15
keterampilan yang dimiliki. Beberapa jenis tes yang
sering dilakukan yaitu :
1) Tes kepribadian, digunakan untuk menyesuikan
karakteristik karyawan dengan lingkungannya.
2) Tes koordinasi otot, dilakukan untuk
mengetahui koordinasi anggota tubuh untuk
kepentingan pekerjaannya.
3) Tes kemampuan visual, dilakukan untuk
mengetahui kemampuan penglihatan seseorang
untuk kepentingan pekerjaannya.
4. Pelatihan karyawan
Pada berbagi bidang pekerjaan, pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor keamanan kerja bagi
karyawan. Karen itu, pelatihan dapat sebagai pengganti
pengalaman kerja. Karyawan baru dalam sebuah
organisasi perlu diberikan pelatihan agar dapat
memahami pekerjaannya dengan baik. Demikian pula,
karyawan lama perlu diberikan pelatihan untuk tujuan
peningkatan pekerjaan atau pemindahan ke pekerjaan
lain.
5. Kualitas supervisor
Pengawasan atas pekerjaan karyawan dalam
perusahaan sangat menentukan hasil kerja dan
keamanan kerja karyawan. Menurut beberapa hasil
penelitian dalam pabrik-pabrik yang memiliki program
keselamatan kerja yang berhasil, terdapat pengaruh
yang kuat dari kualitas supervisor yang baik.
6. Ergonomik
Menyesuaikan mesin dan lingkungan dengan keahlian
yang dimiliki pekerja. Tujuan dari tindakan ini adalah
untuk mengatur kondisi kerja agar para karyawan dapat

16
memaksimalkan konservasi energi, memperbaiki
kondisi tubuh, dan memungkinkan mereka untuk dapat
bekerja secara aman. (Wilson Bangun, 2012, hal : 393-
396)
H. Program Kesehatan Kerja
Upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah suatu bagian
dari fungsi pemeliharaan karyawan yang merupakan tanggung
jawab pemberi kerja. Kondisi fisik karyawan dapat terganggu
akibat penyakit, ketegangan dan tekanan seperti halnya ketidak
amanan kerja. Suatu hal yang penting dan sebagai salah satu
kewajiban perusahaan untuk menaruh perhatian atas kesehatan
karyawan, baik kesehatan fisik maupun mental untuk alasan
ekonomi dan kemanusiaaan. (Wilson Bangun, 2012, hal : 396-397)

17
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita pahami dari makalah ini adalah
keselamatan dan kesehatan itu merupkan hal yang penting bagi
perusahaan karena dapat terjadinya suatu kecelakaan tidak hanya
merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan secara langsung maupun
tidak langsung.
Dan Keselamatan dan kesehatan kerja adalah menunjuk kepada
kondisi-kondisi fisiologis- fisikal dan pisikologi tenaga kerja yang di
akibatkan oleh lingkungan kerja yang di sediakan oleh perusahaan.
Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan
dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerjaan yang
menderita cedera atau penyekit jangka panjang sebagai akibat dari
pekerjaan mereka di perusahaan tersebut.

18
V. DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik).
Jakarta : Rajawali Pers.
Rika Ampuh Hadiguna. 2009. Manajemen Pabrik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sunyoto. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogjakarta :
CAPS(Center For AcademicPublishing Service)
Wilson Bangun. 2012. Manajaemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai