Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

IDENTIFIKASI METODE JOB SAVETY OBSERVATION (JSO)

Disususn Oleh:
Ghaisani Ikramina Aiffah 101711123003
Wina Marthalia 101711123020
Aulia Faradina 101711123032
Hasniyah Rizka Kumala 101711123057

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah Manajemen Risiko “Identifikasi Bahaya Metode Job Savety
Observation” dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dalam menyelesaikan tugas ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai materi tersebut yang selanjutnya dapat menerapkan ilmu yang telah saya
pelajari di lapangan kerja atau tempat kita berorganisai. Dengan upaya yang saya lakukan, semoga
Ibu dosen selalu memberikan bimbingan pada kami. Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan
kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat baik bagi penulis, pembaca dan
masyarakat luas nantinya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah saya selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Surabaya, Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i


Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1 Hazard................................................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi Hazard........................................................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi Hazard ................................................................................................... 3
2.2 Risiko ................................................................................................................................. 6
2.2.1 Definisi Risiko ......................................................................................................... 6
2.3 Identifikasi Bahaya ........................................................................................................... 7
2.4 Job Safety Observation ..................................................................................................... 7
2.4.1 Definisi JSO ............................................................................................................. 7
2.4.2 Manfaat JSO ............................................................................................................ 8
2.4.3 Langkah-langkah Pelaksanaan JSO ......................................................................... 8
2.4.4 Pemilihan Pekerja Yang Dmati................................................................................ 9
2.4.5 Melakukan Pengamatan ........................................................................................... 9
2.4.6 Pembahasan ............................................................................................................. 9
2.4.7 Tindak Lanjut ......................................................................................................... 10
2.4.8 Tips Melaksanakan JSO......................................................................................... 10
2.4.9 Form JSO ............................................................................................................... 11
BAB 3 PEMBAHASAN ........................................................................................................ 12
3.1 Studi Kasus dengan Metode JSO ..................................................................................... 12
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 2

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit
jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar
karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi apapun. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau lebih sering disingkat K3 adalah suatu
program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-
kerugian lainya yang mungkin terjadi. Dengan melaksanakan K3 akan terwujud
perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Melalui analisis dan
perencanaan keselamatan tempat kerja yang tepat, dapat diidentifikasikan bahaya yang
dapat terjadi dan ditentukan area yang mungkin perlu perhatian khusus terkait keselamatan
dan kesehatan karyawan.
Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan Safety
Departement dengan menggunakan teknik yang sudah baku, hasil identifikasi bahaya
didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap
kegiatan. Teknik identifikasi yang cukup dikenal adalah dengan JSO - Job Safety
Observation. Job Safety Observation (JSO) merupakan suatu metode identifikasi atau alat
identifikasi untuk mempelajari lebih mendalam sikap kebiasaan dan tata cara bekerja dari
tiap-tiap karyawan/pekerja. Oleh Karena itu di dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai metode identifikasi bahaya Job Safety Observation (JSO).
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dan prosedur identifikasi bahaya dengan metode Job Safety
Observation (JSO)?
2. Bagaimana contoh pengaplikasian metode Job Safety Observation (JSO) dalam suatu
studi kasus?
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diambil tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan prosedur identifikasi bahaya dengan metode Job Safety
Observation (JSO).
2. Mengetahui tentang bagaimana contoh pengaplikasian metode Job Safety Observation
(JSO) dalam suatu studi kasus.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hazard
2.1.1 Definisi Hazard
Berbagai definisi hazard di jelaskan oleh berbagai badan organisasi maupun ahli dalam
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Menurut sebuah badan organisasi yang
bergerak di bidang K3, bernama Step A Change In Safety (2004), hazard is a condition in the
workplace, equipment, or a method of carrying out an activity which has the potential to cause
harm – sebuah kondisi pada tempat kerja, peralatan kerja atau metode saat melaksanakan
sebuah aktifitas yang mempunyai potensi meyebabkan kerugian. Menurut Jones (1992) yang
disitasi dalam V. Marshall and S. Ruhemann (2006), bahaya adalah suatu situasi fisik yang
memiliki potensi untuk menyebabkan cideranya manusia, kerusakan properti, kerusakan
lingkungan, atau gabungan dari hal-hal tersebut. Dan menurut L.M Kurniawidjaja (2010),
bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian, baik dalam bentuk
cedera atau gangguan kesehatan pada pekerja maupun kerusakan harta benda antara lain
berupa kerusakan mesin, alat, properti, termasuk proses produksi dan lingkungan serta
terganggunya citra perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat simpulkan bahwa hazard adalah sebuah sifat
intrinsic yang dimiliki oleh setiap bahan, material, proses, metode atau kondisi kerja yang
berpotensi menyebabkan cideranya manusia, kerusakan properti, kerusakan lingkungan, atau
gabungan dari hal-hal tersebut. Dalam Bahasa Indonesia, istilah hazard diartikan sebagai
bahaya.
2.1.2 Klasifikasi Hazard
Dalam terminologi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3), hazard atau bahaya
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, seperti bahaya keselamatan, bahaya kesehatan,
bahaya lingkungan kerja atau dengan istilah lainnya. Berikut adalah pengelompokan dan jenis-
jenis bahaya dari beberapa sumber.
Menurut sebuah penyedia jasa internasional di bidang pengendalian risiko bernama
DNV (Det Norske Verites) dalam ISRS 7th Workbook, bahaya diklasifikasikan menjadi

3
(DNV, 2009):
1. Health Hazard – Bahaya Kesehatan
‐ Chemical – Bahan Kimia
‐ Noise – Bising
‐ Radiological – Radiasi
‐ Illumination – Pencahayaan
‐ Vibration – Getaran
‐ Temperature Extremes – Temperatur Ekstrim Tinggi atau Rendah
‐ Biological – Biologis
‐ Food Hygiene – Hygine Makanan
‐ Manual Handling – Penanganan Manual
‐ Display Screen Equipment – Tampilan Layar pada Peralatan
‐ Ergonomic/ Equipment Desain – Ergonomi/ Desain Peralatan
‐ Stress Related – Stress
‐ Air Quality – Kualitas Udara
‐ Drugs – Obat-obatan
‐ Alcohol – Alkohol
‐ Smoking – Merokok
2. Safety Hazard – Bahaya Keselamatan
‐ Moving Machinery – Peralatan yang Begerak/ Berputar
‐ Moving, Falling or Flying Objects – Objek Berpindah, Jatuh, Terbang
‐ Falling from Heights – Jatuh dari Ketinggian
‐ Slips, Trips, or Fall on The Same Level – Terpeleset, Tersandung, atau Jatuh pada
Ketinggian yang Sama
‐ Drowning/ Asphyxiation – Tenggelam/ Sesak Nafas
‐ Fire – Kebakaran
‐ Explosion – Ledakan
‐ Electrical Hazards – Bahaya Elektrik
‐ Chemical Hazards – Bahaya Kimia
‐ Manual Handling – Penanganan Manual
‐ Driving – Mengendarai

4
‐ Excavation – Penggalian
‐ Human Assaults – Penyerangan pada Pekerja.
3. Security Hazard – Bahaya Keamanan
‐ Checks/ Vetting of Personnel Working on Site
‐ Unauthorized Access/ Trespass – Masuk Tanpa Izin ke Lokasi
‐ Information Management – Informasi Rahasia Manajemen
‐ Controlled Access and Egress – Akses dan Jalan Keluar yang Terkontrol
‐ Terrorism – Terorisme
‐ Protests – Demonstrasi
‐ Unauthorized Photography – Menggunakan Kamera Tanpa Izin
‐ Theft – Pencurian

4. Environmental Hazard – Bahaya Lingkungan


- Soil and Ground Water – Air Tanah
- Surface Waters – Air Permukaan
- Man-Made Drainage Structures – Drainase
- Air Quality – Kualitas Udara
- Areas of Special Sensitivity – Area dengan Tingkat Kepekaan Tertentu
- Existence of Critical Habitats for Wildlife
- Contaminated Land Survey – Tanah Terkontaminasi
- Etc.

Menurut L.M Kurniawidjaja (2010), bahaya dikelompokkan menjadi:


1. Hazard Somatik
Bahaya yang berasal dari dalam tubuh pekerja, seperti penyakit yang diderita, cacat
fisik, atau keterbatasan lainnya.
2. Hazard Lingkungan
- Hazard Fisik : Bahaya yang nyata terdapat di alam dapat berisiko pada tubuh manusia/
fisik, seperti bising, getaran, temperatur, radiasi, tekanan, pencahayaan, posisi terhadap
ketinggian, bahaya mekanik, elektrik, dll
- Hazard Kimia : Bahaya yang bersumber dari bahan kimia seperti gas-gas
asphyxian, bahan mudah meledak dan terbakar, kadar O2 di udara, debu kimia, bahan-
bahan beracun, dll

5
- Hazard Biologi : Bahaya yang berasal dari makluk hidup lain, seperti virus, bakteri,
jamur, seragga, reptil, binatang buas, dll.
3. Hazard Ergonomi
Bahaya yang terkait dengan postur tubuh, frekuensi pekerjaan, durasi pekerjaan,
pekerjaan berulang/ repetitive motion, serta desain peralatan.
4. Hazard Perilaku
Bahaya yang terkait dengan perilaku pekerja, seperti tidak makan pagi, jarang makan
siang, jarang berolahraga atau tidak aktif bergerak, tidur tidak cukup (< 8 jam), kurang
“me time” atau rekreasi, merokok, mengkonsumsi alkohol, dll.
5. Hazard Pengorganisasian dan Budaya Kerja
Bahaya yang terkait dengan beban kerja, stress kerja atau kondisi sosial di lingkungan
kerja.
2.2 Risiko
2.2.1 Defiisi Risiko
Dalam bahasa awam, “bahaya (hazard)” seringkali digunakan sebagai padanan kata
“risiko (risk)”. Pada penggunaannya dalam istilah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
istilah hazard dan risiko memiliki arti yang berbeda namun memiliki suatu hubungan. Berikut
definisi dari risiko menurut para ahli K3.
‐ Risk is the result of hazard probability or likelihood × consequences or severity – risiko
adalah hasil kali dari kemungkinan bahaya dengan dampak bahaya (Step A Change In
Safety, 2004).
‐ Kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dalam rentan waktu
yang khusus atau dalam keadaan tertentu. Bisa dinyatakan sebagai frekuensi (jumlah
kejadian dalam unit waktu tertentu) atau suatu probabilitas (kemungkinan terjadinya
kejadian), tergantung pada situasinya (Jones, 1992 dalam V. Marshall and S. Ruhemann,
2006).
‐ Risiko adalah besar peluang hazard menjadi kenyataan (L.M Kurniawidjaja, 2010).

Untuk lebih memperjelas dalam membedakan antara pengertian hazard dan risiko dapat
dilihat pada contoh berikut. Bisa ular yang terdapat dalam gigi ular berbisa adalah hazard. Bisa
ular berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan berupa keracunan bila manusia digigitnya.
Dalam hal ini, risiko hazard bisa ular meracuni manusia menjadi besar bila manusia

6
berhadapan langsung dengan ular berbisa, karena kemungkinan besar ia akan digigit ular dan
mengalami keracunan bahkan kematian; namun risiko ini dapat dihilangkan dengan menembak
mati ular tersebut. Dalam kondisi lain, bila ular berbisa tetap diperlukan hidup misalnya disuatu
kebun binatang atau disuatu pertunjukan, maka risiko keracunan bisa ular dapat diturunkan
dengan memasukkan ular berbisa ke dalam kandang berjeruji padat yang terkunci sehingga
kepala ular tidak dapat keluar dari kandang (L.M Kurniawidjaja, 2010).
2.3 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya adalah sebuah proses mendaftar segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan kerugian, baik dalam bentuk cedera atau gangguan kesehatan pada pekerja maupun
kerusakan harta benda antara lain berupa kerusakan mesin, alat, properti, termasuk proses produksi
dan lingkungan serta terganggunya citra perusahaan (L.M Kurniawidjaja, 2010). Metode yang
digunakan dalam identifikasi bahaya bermacam-macam, diantaranya What If/ Check List, Hazard
and Operability Study (HAZOPS), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis
(FTA), Event Tree Analysis (ETA), Job Hazard Analysis (JHA), Job Safety Observation (JSO),
dll.
2.4 Job Safety Observation (JSO)
2.4.1 Pengertian JSO
Job Safety Observation (JSO) merupakan suatu metode identifikasi atau alat identifikasi
untuk mempelajari lebih mendalam sikap kebiasaan dan tata cara bekerja dari tiap-tiap
karyawan / pekerja. Job Safety observation (JSO) menggunakan metode pengamatan suatu
pekerjaan dengan tujuan meningkatkan mutu pelaksanaan keselamatan kerja. Kegiatan ini
biasanya dilakukan sewaktu - waktu oleh para pengawas tanpa sepengetahuan pekerja yang
sedang di observasi.
Dalam JSO, setiap langkah dasar pekerjaan diidentifikasi melalui pengamatan langsung
untuk mengkaji potensi bahaya yang dapat terjadi dan menghasilkan suatu rekomendasikan
cara teraman untuk melakukan pekerjaan tersebut, baik untuk standar operasi prosedur (SOP)
maupun bagi karyawan yang diobservasi itu sendiri. Metodologinya didasarkan pada gagasan
bahwa keselamatan adalah bagian integral/melekat pada diri setiap pekerjaan dan bukan entitas
yang terpisah.
JSO sangat efektif untuk menganalisa pekerjaan dan karyawan yang mengerjakan secara
spesifik dan sesuai keadaannya, dimana prosedur JSO adalah dengan metode mengamati

7
seorang pekerja yang benar-benar melakukan pekerjaan itu. Keuntungan utama dari metode
ini adalah tidak bergantung pada ingatan satu individu saja, namun melalui pengamatan proses
pekerjaan dapat estimasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Setelah metode pendekatan dengan
pengamatan dilakukan, analisis hasil pengamatan akan didiskusikan dengan melibatkan
pekerja berpengalaman, penyelia, serta anggota komite kesehatan dan keselamatan, untuk
kemudian dipaparkan pada pekerja yang menjadi subjek observasi tersebut.
Pentingnya Job Safety Observation (JSO) yang dilakukan akan menambah pengetahuan
bagi karyawan yang terlibat dalam pekerjaan tersebut dan menimbulkan kesadaran untuk
peningkatan kualitas keselamatan dan kesehatan, maupun menjalin komunikasi yang erat
antara pekerja dan penyelia, untuk dipromosikan sebagai prosedur kerja yang aman. Prosedur
kerja yang baru akan akan dibuat berdasarkan rekomendasi ini, dan membentuk dasar baku
standar keselamatan kerja dan standar komunikasi antara pengawas dan pekerja, dan juga dapat
digunakan sebagai alat bantu pengajaran untuk pelatihan kerja pekerja baru maupun sebagai
panduan singkat untuk pekerjaan yang jarang dilakukan.
2.4.2 Manfaat JSO
1) JSO dapat digunakan sebagai feedback.
2) Merupakan informasi yang jitu untuk mencapai efektivitas dalam peranan melatih
karyawan.
3) Berbagai sub standard kerja praktis yang didapat diidentifikasikan secara dini, sehingga
kecelakaan yang tidak perlu dapat dicegah.
4) Memberi kesempatan untuk dapat berbincang-bincang secara informal untuk
membicarakan sikap yang kurang tepat dari karyawan dalam bekerja.
5) Berkesempatan mengoreksi kerja karyawan yang kurang baik.
6) Atasan bisa menjadi lebih dekat dengan karyawan, sehingga bisa mengetahui lebih
dalam dan lebih baik setiap karyawan.
7) Lebih mudah dan cepat menangkap problema fisik dan psikis dari karyawan.
2.4.3 Langkah-langkah pelaksanaan JSO
1) Memilih pekerjaan
2) Melaksanakan
3) Mencatat hasil-hasil pengamatan
4) Membahas hasil-hasil pengamatan bersama pekerja yang diamati

8
5) Memberikan tindak lanjut bagi sikap bekerja yang aman
2.4.4 Pemilihan pekerjaan yang diamati
Untuk menentukan pekerjaan mana yang harus diprioritaskan, maka perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut ini:
1) Adanya karyawan baru ataupun pekerjaan yang baru
2) Karyawan yang lulus ataupun yang selesai mengikuti kegiatan pelatihan
3) Karyawan yang bekerja di bawah rata-rata
4) Karyawan yang sering mendapat kecelakaan
5) Karyawan yang bekerja berhadapan dengan risiko
6) Karyawan yang mempunyai persoalan-persoalan khusus
2.4.5 Melakukan pengamatan
1) Katakan kepada karyawan yang bersangkutan bahwa kegiatan pengamatan kepadanya
adalah dalam rangka JSO dan perlu dikatakan juga bahwa karyawan yang bersangkutan
supaya melakukan pekerjaan seperti biasa.
2) Amatilah karyawan tersebut secara diam-diam dan sederhana ketika sedang bekerja.
3) Buat catatan pada work sheet mengenai pelaksanaan kerja praktis dan prosedur-prosedur
kerja normal bagi karyawan tersebut.
4) Hati-hatilah melakukan pengamatan jangan sampai mengganggu apa yang
dilakukannya.
5) Isilah JSO sheet sesudah melakukan review dengan karyawan tersebut. Simpanlah
sebagai arsip sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu.
2.4.6 Pembahasan
1) Setelah selesai melakukan JSO, duduk bersama karyawan tersebut dan terangkan
kepadanya hasil dari JSO.
2) Tunjukkan penghargaan kepadanya dan nyatakan bahwa ingin melakukan kerjasama.
3) Katakan terus terang tentang sikap karyawan dan cara melaksanakan pekerjaannya
selama ini, jangan sampai menggurui, namun pancinglah dia dalam dialog santai yang
dapat membawa ke arah kerja yang selamat.
4) Setelah mengetahui hasil JSO, mungkin karyawan yang bersangkutan akan menjadi
cemas dan takut, oleh karena itu penting menjaga suasana pembicaraan tetap terkontrol,
informal dan bersahabat.

9
5) Jangan sampai pembicaraan menjadi komunikasi satu arah.
6) Doronglah dan semangatilah karyawan anda agar mau berbicara dan memberikan
pandangannya sehingga suatu cara kerja yang selamat terbuka baginya serta mau
melaksanakannya.
7) Hal ini dapat dicapai apabila karyawan tersebut mengerti hambatan-hambatan, tindakan
dan kebiasaannya dalam bekerja yang bisa mendatangkan celaka.
2.4.7 Tindak Lanjut
Tindak lanjut JSO disesuaikan dengan keperluan pekerjaan yang pada umumnya
tergantung dari pekerjaan dan manusia itu sendiri. Tindak lanjut JSO sangat bermanfaat ketika
baru saja ada penggantian dan pengubahan pekerjaan.
Hasil dari analisis ini direvisi untuk menempatkan kontrol di tempat tertentu berdasarkan
peringkat risiko dari rendah ke tinggi, dengan:
1) Catat setiap prosedur yang dilaksanakan serta semua komentar pada formulir JSO.
2) Segera setelah JSO, berikan umpan balik positif kepada orang yang diamati sebelumnya
dengan mendiskusikan perilaku berisiko apapun, lalu berterimakasih kepada orang
tersebut karena telah berpartisipasi.
3) Catatan: positif penguatan adalah teknik modifikasi perilaku yang kuat.
4) Konfirmasikan di bagian bawah formulir JSO bahwa proses menyapa, berdiskusi,
mengamati, berikan umpan balik positif, diskusikan perilaku aman dan berisiko,
dapatkan komentar terimakasih pengamat telah diikuti.
5) Menyerahkan formulir JSO yang telah diisi kepada manajer proyek yang
bertanggungjawab untuk mencatat dalam statistik.
2.4.8 Tips melaksanakan JSO
1) Catat aktivitas di tempat kerja yang menurut anda perlu diobservasi.
2) Buat daftar JSO dari aktivitas yang telah anda catat.
3) Lakukan tiap observasi sebagai salah satu kerja yang tidak dipaksakan kepada anak
buah anda di tempat kerja anda.
4) Untuk menyempurnakan tiap-tiap JSO bahaslah selalu dengan karyawan yang
diobservasi.
5) Berikanlah karyawan tersebut satu lembar yang telah diisi lengkap dan sudah dibahas
bersamanya.

10
6) Simpan beberapa lembat di arsip anda untuk tujuan latihan selanjutnya.
2.4.9 Contoh form JSO

11
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus Metode JSO


Sebagai bahan pembahasan digunakan studi kasus pada rumah sakit x pada bagian
pengambilan sampel darah pasien. Pengambilan sampel darah pasien dibutuhkan beberapa
perlakuan khusus bagi dari segi keamanan bagi petugas sampling dan terhadap pasien-pasien yang
memerlukan perlakuan khusus. Untuk itulah dengan metode JSO diharapkan dapat
mengoptimalkan pelayanan di rumah sakit X tersebut. Memilih satu orang analis sebagai objek
observasi dalam menangani pasien untuk dicari kemungkinan-kemungkinan resiko bahaya yang
dapat terjadi baik yang disebabkan oleh pekerja, peralatan, prosedur, maupun lingkungan kerja.
A. Pemilihan Pekerjaan dan Pekerja yang Akan Diobservasi
Sebagai tahapan awal dari metode JSO adalah pemilihan jenis pekerjaan dan pekerja yang
akan diobservasi. Pada kasus ini dipilih jenis pekerjaan yaitu sampling darah pasien dari unit
laboratorium oleh petugas laboratorium (analis) yang bertugas. Fokus pengamatan dititik
beratkan pada proses membuka dan menutup jarum suntik dengan satu tangan (one hand scoop
technique). Pemilihan pekerjaan ini dapat dianggap sebagai pekerjaan yang memiliki resiko
bahaya untuk petugas yang akan mengambil darah pasien.
B. Pembagian Pekerjaan
Untuk jenis pekerjaan pengambilan darah pasien (sampling) dari unit laboratorium dapat
dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
1) Persiapan sampling umumnya dibutuhkan beberapa peralatan yang diperlukan seperti
kursi/tempat tidur, APD, syringe, plaster dan alat alat lain serta higiene perorangan dari
petugas lab yang akan melakukan sampling yaitu dengan mencuci tangan terlebih dahulu
2) Sampling umumnya lebih ke pendekatan pasien dari petugas agar tetap tenang pada saat
dilakukan pengambilan sampel darah, dan melakukan sampling sesuai dengan SOP.
3) Pasca sampling yaitu dititik beratkan pada pembuangan sampah medis jarum dan BHP
lainya serta personal higiene petugas lab setelah tindakan aseptis dilakukan.
Fokus pengamatan ada pada studi kasus ini adalah dari point 1-3 dimana masing masing
proses memerlukan perlakuan petugas secara profesional untuk melindungi keselamatan
pasien yang akan disampling ataupun bagi petugas lab yang melakukan sampling. Ada

12
beberapa ketentuan teknis / pelaksanaan sampling darah pasien yang harus dijadikan acuan,
dimana prosedur ini akan menjadi acuan pembuatan form obsenvasi yang akan dijalankan.
Prosedur baku dalam sampling darah pasien adalah:
1) Persiapan sampling, proses persiapan sampling perlu dilakukan oleh petugas sampling
maupun paisen yang akan dilakukan sampling
a) Persiapan petugas
- Persiapan alat : kursi/tempat tidur
- Persiapan APD : menggunakan masker dan handscoon
b) Persiapan pasien
 Duduk kuris/ tidur di tempat tidur dengan rileks dan nyaman
 Jelaskan prosedur sampling darah
2) Pelaksanaan
a) Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
b) Memasang perlak dan alasnya
c) Membebaskan daerah yang akan di injeksi
d) Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
e) Memakai hand schoon
f) Membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari arah dalam keluar) biarkan
kering
g) Mempertahankan vena pada posisi stabil
h) Membuka penutup jarum syringe dengan 1 tangan
i) Memegang syringe dengan sudut 300
j) Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang jarum menghadap keatas
k) Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit ambil darah sesuai kebutuhan
l) Membuka torniquet
m) Memasukkan darah secara perlahan
n) Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan dengan kapas
o) Memasang penutup jarum syringe dengan 1 tangan
p) Menutup daerah tusukan dengan “plester luka”
q) Memasukkan darah kedalam botol specimen

13
3) Pasca Sampling
Merupakan tahapan yang tak kalah penting yaitu pemilahan pembuangan sampah medis,
untuk sampah jarum syringe dibuang kedalam safety box sedangkan untuk sampah medis
lain seperti handscoon, masker, plaster, kapas kedalam sampah medis berwarna kuning.
Selanjutnya petugas lab akan mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi dari pasien
sebelumnya kepada dirinya ataupun kepada pasien berikutnya.
C. Pengamatan / obsevasi
Pengamatan ini berfokus pada mempelajari lebih mendalam mengenai sikap kebiasaan dan
tata cara bekerja dari petugas lab saat melakukan pekerjaan sampling darah pasien dengan
menggunakan syringe ataupun holder. Untuk itu petugas lab yang akan diamati diberitahukan
dengan baik terlebih dahulu maksud dan tujuan dari observasi, serta tidak memberikan rasa
cemas pada diri petugas lab tersebut. Pengamatan pun dilakukan secara tidak gamblang dan
tidak mengganggu proses pekerjaan yang dilakukan petugas lab tersebut. Selama pengamatan,
pengamat mengisi Job Safety Observation Form dengan mendokumentasikan pengamatan di
seluruh bagian yang relevan dan ambil bukti foto.
D. Pembahasan Hasil Analisis Pengamatan
JOB SAFETY OBSERVATION FORM

Saat membuat rekomendasi, pertimbangan harus diberikan sesuai prosedur mendasar yang
diuraikan dalam Standar Kesehatan dan Keselamatan yang relevan

1. Minta izin untuk mengamati 6. survei seluruh area dan cari petunjuk
tentang bagaimana tugas itu dilakukan

2. Refrensi observasi berdasarkan SOP 7. segera diskusikan perilkau berisiko,


jika perlu

3. Minta orang tersebut untuk menjelaskan tugas 8. tanyakan pendapat mereka tentang
yang mereka lakukan dan bagaimana mereka kemungkinan resiko dengan tugas
mempersiapkannya tersebut

4. Melakukan pengamatan dan catatan pada 9. lengkapi formulir dengan orang yang
formulir JSO anda amati

5. Tetap keluar dari jalan dan jangan membuat 10. berikan umpan balik
bahaya, kenakan APD dan meminimalkan
gangguan
14
Data-data: Nama Pengamat : Wina Martalia dan Aulia Faradina

Employe/subcontractor : Layla Anggraini

Pekerjaan yg diobservasi : Sampling Darah Pasien

Lokasi pengamatan : RS X Surabaya

Tanggal dan waktu : Kamis, 23 Mei 2019

Persiapan Sampling (Y) (T) (NA) Keterangan

Dilakukan persiapan untuk tempat sampling √ Tersedia ruangan khusus


(kursi/tempat tidur) untuk sampling

Dilakukan persiapan untuk alat dan bahan √ Menyiapkan alat alat


untuk sampling sampling seperti torniquet
dan bahan (tabung, syringe
jarum, plaster, swab
alkohol)

Peralatan APD digunakan √ Memakai handscoon,


masker serta jas lab

Cuci Tangan (sesuai WHO) sebelum √ Seharusnya dilakukan cuci


melakukan tindakan aseptis tangan karena cuci tangan
sebelum tindakan aseptis
merupakan 5 momen cuci
tangan yang diterapkan di
RS

Penjelasan kepada pasien untuk tetap tenang √


dan relaks

Ruang sampling Alat sampling Menjelaskan prosedur


sampling

15
Sampling (Y) (T) (NA) Keterangan

Memasang torniquet pada lengan pasien √

Melakukan perabaan pada vena √

Membuka penutup spuit jarum dengan satu √ Untuk menghindari


tangan tertusuknya jarum
sehingga dilakukan dengan
one hand

Melakukan fiksasi pada daerah yang akan √ Untuk mensterilkan area


ditusuk yang akan ditusuk
sehingga tidak
menimbulkan infeksi pasca
tusukan

Memasukkan jarum pada vena √

Memasang penutup spuit jarum dengan satu √ Untuk menghindari


tangan tertusuknya jarum
sehingga dilakukan dengan
one hand

Membuka tutup syringe jarum Fiksasi area tusukan Menutup penutup syringe jarum

Sesudah Sampling (Y) (T) (NA) Keterangan

Membuang jarum sebagai sampah medis √ Agar tidak melukai petugas


tajam pada safety box kebersihan yang akan
memproses sampah
tersebut

Membuang BHP selain jarum pada sampah √


medis

16
Cuci tangan (sesuai WHO) setelah tindakan √ Untuk menghindari
aseptis kontaminasi dari pasien
sebelumnya kepada dirinya
sendiri dan pada pasien
berikutnya

Safety box Sampah Medis 6 langkah cuci tangan


(WHO)
Personal safety (Y) (T) (NA) Keterangan

Pernafasan √ Menggunakan masker saat


melakukan sampling
karena ditakutkan pasien
menderita penyakit yang
dapat menular melalui
pernapasan

Tangan √ Menggunakan handscoon

Baju √ Menggunakan baju kerja


dan jas laboratorium

Sepatu √ Menggunakan sepatu sol


karet yang tidak tinggi dan
nyaman

APD yang dipakai Petugas Lab

17
E. Pemberian Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil pengamatan melalui form di atas, dilakukan diskusi internal
dengan melibatkan pekerja berpengalaman, penyelia, serta anggota komite kesehatan dan
keselamatan karyawan senior dan bagian K3 RS membahas tentang hasil pengamatan yang
dilakukan. Secara keseluruhan petugas lab telah menerapkan perilaku yang baik karena telah
menggunakan APD yang sesuai, menerapkan one hand scoop technique untuk menghindari
terjadinya NSI, serta telah membuang sampah medis ke tempat yang benar sesuai dengan
jenis sampahnya. Selain itu Hasil dari diskusi menghasilkan rekomendasi:
1) Memberi edukasi kepada petugas lab untuk lebih memperhatikan keselamatan dirinya
dan pasien salah satunya dengan cara mencuci tangan. Karena mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan aseptis adalah untuk mencegah infeksi nosokomial dari pasien
sebelumnya dengan pasien. Edukasi lebih berfokus pada pemahaman dan penerapan 5
momen cuci tangan pada petugas medis.
2) Membuat display yang mudah yang berisi standart prosedur baku untuk penanganan
pasien di ruang sampling.
Analisis hasil pengamatan akan pembahasan ditindaklanjuti dengan melakukan diskusi
bersama karyawan yang diobservasi dengan cara yang santai. Saran rekomendasi di atas
dijabarkan dalam bentuk perbaikan secara internal dari diri karyawan itu sendiri dengan
memberitahukan efek manfaat yang akan didapat nantinya jika perbaikan tersebut dilakukan
dengan konsisten.

18
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Job Safety Observation (JSO) merupakan suatu metode identifikasi atau alat
identifikasi untuk mempelajari lebih mendalam sikap kebiasaan dan tata cara bekerja dari
tiap-tiap karyawan / pekerja. Job Safety observation (JSO) menggunakan metode
pengamatan suatu pekerjaan dengan tujuan meningkatkan mutu pelaksanaan keselamatan
kerja. Kegiatan ini biasanya dilakukan sewaktu - waktu oleh para pengawas tanpa
sepengetahuan pekerja yang sedang di observasi.
Tahap-tahap yang dilakukan pada metode JSO adalah memilih pekerjaan dan
pekerja yang akan diamati, melakukan pengamatan, mencatat hasil-hasil pengamatan,
menganalisa hasil pengamatan dengan bidang-bidang terkait, membahas hasil analisis
pengamatan dengan pekerja yang diamati, memberikan tindak lanjut bagi sikap bekerja
yang aman dengan tetap mempertahankan kontrol untuk kegiatan kerja tersebut.
Studi kasus di Rumah Sakit X pada pada bagian pengambilan sampel darah pasien
dari unit laboratorium oleh petugas laboratorium (analis), jenis pekerjaan yang dipilih
dengan fokus pengamatan dititik beratkan pada proses membuka dan menutup jarum
suntik dengan satu tangan (one hand scoop technique). Dari observasi dihasilkan ada
beberapa catatan dan rekomendasi yang menjadi bahan analisa dalam diskusi internal
dengan bagian-bagian yang kompeten.
Hasil pengamatan :
- Secara keseluruhan petugas lab telah menerapkan perilaku yang baik karena telah
menggunakan APD yang sesuai, menerapkan one hand scoop technique untuk
menghindari terjadinya NSI, serta telah membuang sampah medis ke tempat yang
benar sesuai dengan jenis sampahnya.
Rekomendasi :
- Memberi edukasi kepada petugas lab untuk lebih memperhatikan keselamatan
dirinya dan pasien salah satunya dengan cara mencuci tangan. Edukasi lebih
berfokus pada pemahaman dan penerapan 5 momen cuci tangan pada petugas medis.
- Membuat display yang mudah yang berisi standart prosedur baku untuk penanganan
pasien di ruang sampling

19
4.2 SARAN
- Perlunya studi JSO yang menyeluruh pada semua tahap pekerjaan agar
menghasilkan rekomendasi dan perbaikan yang baku terhadap satu jenis pekerjaan,
bukan berdasarkan sub pekerjaan.
- Observasi pada seseorang cenderung hanya mencerminkan sikap dan kondisi kerja
karyawan pada saat itu saja. Namun observasi yang berkelanjutan lebih dapat
menggambarkan kualitas kerja dari karyawan bersangkutan.
- Penerapan metode pada suatu individu tidak terlalu berarti langsung pada total
peningkatan kualitas layanan. Namun pengamatan lewat suatu kelompok kerja
(team work) akan lebih efektif dan memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kualitas layanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

DNV (2009) ISRS 7th Workbook. Det NorskeVeriters Ltd. 7.1 010609 ISRS 7.1

Jones, D.A. (1992) Nomenclature for Hazard and Risk Assessment in The Process Industries
2nd eddition, IChemE, UK. Quoted in: Marshall, VIC dan S. Ruhemann (2006)
Fundamental of Process Safety. UK: IchemE, p.3 & 7.

Kurniawidjaja, L., M. (2010) Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta. UI Press.

Step A Change In Safety. (2004) Task Risk Assessment Guide, UK: Step A Change In Safety,
ISBN No. 978-1-905743-12-4. Tersedia dalam:
<http://www.stepchangeinsafety.net/knowledgecentre/publications/publicati
on.cfm/publicationid/36> [Diakses 24 Mei 2019]

21

Anda mungkin juga menyukai