Anda di halaman 1dari 14

MENGENDALIKAN

BAHAYA DAN RESIKO


KECELAKAAN
KERJA

Kelompok 5

Arnosa Ibran R (10)

Atha Fadhil A (11)


A. MENGENDALIKAN BAHAYA DAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA

1. Cara Menyiapkan Prosedur K3 Diterapkan Untuk Pengendalian Bahaya


dan Resiko Kecelakaan Kerja Secara Konsisten.

Resiko / bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah
pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahayanya menuju ke titik yang aman.
Pengendalian resiko / bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi diantara pengendalian lainnya. Dan pada urutan
hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti
diilustrasikan pada gambar di bawah ini :
Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat
resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman).
Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan,
administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada tabel di bawah :

HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3


ELIMINASI ELIMINASI SUMBER BAHAYA TEMPAT KERJA /
SUBTITUSI SUBTITUSI ALAT / MESIN / PEKERJAAN AMAN
BAHAN MENGURANGI
BAHAYA
PERANCANGAN MODIFIKASI / PERANCANGAN
ALAT
/ MESIN / TEMPAT KERJA
YANG LEBIH AMAN
ADMINISTRASI PROSEDUR , ATURAN ,
PELATIHAN , DURASI KERJA , TENAGA KERJA
TANDA BAHAYA , RAMBU , AMAN
POSTER , LABEL MENGURANGI
PAPARAN
APD ALAT PERLINDUNGAN DIRI
TENAGA KERJA
2. Cara Menjelaskan Semua Prosedur Terkait Dengan Pencegahan K3 di Tempat
dan Lingkungan Kerja yang Dijalankan Dengan Patuh.

• Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana

Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang
diuji secara berkala untuk mengetahui keadaan pada saat kejadian yang sebenarnya. Pengujian
prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi kerja, dan
untuk instalasi yang mempunyai bahan besar harus dikoordinaksikan dengan instansi terkait
yang berwenang. Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi:
a) Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan
pertolongan medik.
b) Proses perawatan lanjutan.
• Prosedur Kerja / Job Safety Analysis (JSA)

Setiap pekerjaan yang beresiko tinggi harus dilengakpi dengan Jobs Safety
Analysis (JSA). JSA dibuat oleh pengawas pelaksana kerja, ditelaah oleh
pengawas area dimana pekerjakan akan dilakukan dan disyahkan oleh atasan
pengawas area.
3. Cara Menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD) dan (APK) Digunakan Sesuai Dengan
Ketentuan K3.

Alat Pelindung Diri (APD).


APD agar dikenakan apabila di tempat kerja mensyaratkan untuk dipenuhi dan
Perusahaan harus menyediakan seluruh APD bagi para pekerjanya.

• Pemakaian topi keselamatan (SAFETY HELMET) diharuskan dipakai di tempat


kerja. Topi keselamatan kerja ini harus memenuhi persyaratan dan ketentuan
Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi Internasional (Z 94.1).

• Pemakaian sepatu keselamatan kerja diharuskan bagi setiap orang yang


bekerja, mengawasi dan memeriksa di lapangan. Sepatu keselamatan kerja ini
harus memenuhi persyaratan dan ketentuan Standar Industri Indonesia (SII)
atau Standar Assosiasi Internasional (Z 195).
• Kacamata keselamatan, pelindung muka atau peralatan pelindung lainnya harus dipakai oleh para
pekerja saat dibutuhkan untuk menangani jenis pekerjaan tertentu. Peralatan pelindung mata dan
muka harus memenuhi persyaratan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi
Internasional (Z 94.3) dan untuk kacamata keselamatan harus memenuhi SII atau Z 87.1.

• Menyemprotkan udara bertekanan terhadap pakaian kerja untuk tujuan membersihkan kotoran
atau membersihkan dengan minyak ataupun bahan yang dapat menimbulkan iritasi kulit, sama
sekali tidak diperbolehkan.

• Peralatan pelindung telinga disediakan dan dipakai oleh pekerja di lapangan/lokasi yang
mensyaratkan penggunaan pelindung telinga.

• Tabung alat bantu pernafasan agar disediakan di lokasi kerja dimana dimungkinkan terdapat gas
atau uap beracun. Hal ini menjadi tanggung jawab pengawas di lokasi untuk memastikan bahwa
peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik. Semua pekerjaan yang membutuhkan penggunaan
masker udara atau alat bantu pernafasan harus ada 2 (dua) orang yang mengoperasikannya.
CONTOH APD
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam
Mengendalikan Bahaya dan Resiko
Kecelakaan Kerja

1. Menyiapkan informasi yang telah ditetapkan sebagai dasar


dalam mengendalikan bahaya dan resiko kecelakaan kerja.
• Informasi terkait bahaya yang tersedia di tempat kerja biasanya meliputi:
a. Panduan manual pengoperasian mesin dan peralatan.
b. Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan oleh produsen bahan kimia.
c. Laporan inspeksi langsung di lapangan dan laporan inspeksi dari lembaga pemerintah
atau tim audit.
2. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja.
• Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja secara langsung dan berkala dapat membantu kita
mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang timbul berulang kali, untuk segera dilakukan
pengendalian sebelum terjadi kecelakaan kerja.

3. Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja.


• Meninjau rekam medis pekerja dapat membantu kita dalam mengidentifikasi bahaya kesehatan yang terkait
dengan paparan di tempat kerja.

4. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi.


• Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan secara menyeluruh, Anda akan dengan mudah
mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan besar akan mengakibatkan sesuatu yang fatal di masa
mendatang.
• Tujuan investigasi adalah untuk menemukan akar penyebab insiden atau faktor-faktor yang memengaruhi
bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
5. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan aktivitas
non-rutin.
• Aktivitas non-rutin, seperti inspeksi, pemeliharaan, atau perbaikan dapat menghadirkan potensi bahaya.
• Rencana dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman terhadap bahaya
yang dapat diduga terkait dengan keadaan darurat dan aktivitas non-rutin.

6. Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-langkah


pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya yang perlu
pengendalian secara permanen.
• Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya yang teridentifikasi dan jenis-jenis
kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang dapat timbul akibat bahaya tersebut.
• Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan pengendalian sementara dan
menentukan prioritas bahaya mana saja yang butuh tindakan pengendalian.
C. Sikap kerja

1. Harus cermat dan teliti dalam menyiapkan,memverifikasi, dan


memvalidasi informasi yang dilaporkan.
2. Harus taat asas dan memperhatikan SOP.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Anda mungkin juga menyukai