Oleh :
Kelompok 1
GHALY UKTA PRADANA (1415041019)
PAVITA SALSABILA (1415041047)
RIDWAN SANTOSO (1415041053)
PENDAHULUAN
Kunci utama dari UU Keselamatan Kerja adalah keterlibatan tenaga kerja dan
pengurus serta organisasi kerja yang ada di dalamnya untuk meningkatkan standart
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keterlibatan yang dimaksudkan ini antara lain
melalui : adanya perwakilan tenaga kerja untuk K3 dan pembentukan organisasi K3.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah suatu badan yang
dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-
usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsur
pengusaha dan tenaga kerja. Sejalan dengan langkah pembangunan negara dewasa
ini, menuju negara Industri yang maju dan mandiri; proses ini ditandai antara lain
dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi.
Oleh karena itu, K3 yang merupakan salah satu bagian perlindungan tenaga
kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Untuk itu semua pihak yang terlibat
dalam usaha produksi khususnya para pengusaha dan tenaga kerja diharapkan dapat
memahami dan menerapkan K3 di tempat kerja masing – masing. Agar terdapat
keseragaman dalam pengertian, pemahaman dan persepsi K3 maka perlu adanya
suatu pelatihan yang dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan.
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah suatu badan
yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani
usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsur
pengusaha dan tenaga kerja. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah suatu
badan yang dibentuk baik di Pusat dan Wilayah-wilayah untuk memberikan saran
dan perimbangan kepada pemerintah tentang usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja.
Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah pejabat Depnaker
yang mempunyai keahlian khusus di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan
diberi wewenang untuk mengawasi langsung terhadap ditaatinya UU No. 1 tahun
1970 dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar Depnaker yang diberi wewenang oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk melaksanakan sebagian dari tugas-tugas pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja.
Setiap kegiatan dan aktivitas panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja
selalu memiliki maksud dan tujuan tertentu dan pada umumnya ditujukan pada
peningkatan produktivitas perusahaan secara menyeluruh. Namun menurut konsep
manajemen modern perusahaan harus menjunjung tinggi keselamatan, keseatan dan
kesejahteraan karyawan. Taat azas dengan setiap prosedur operasional yang
dirancang untuk Pencegahan terjadinya kecelakaan,pencegahan terjadinya penyakit
akibat kerja pencegahan/ penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian
akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan peningkatan produktivitas atas dasar tingkat
keamanan kerja yang tinggi penghindaran pemborosan kerja, modal, alat-alat sumber
produksi lainnya sewaktu bekerja peningkatan dan pengamanan produksi dalam
rangka industrialisasi dan pembangunan Perusahaanperusahaan kecil juga dianjurkan
secara bersama-sama mempunyai ahli K3 didalam perusahaan perlu dibentuk panitia
pembinaan K3. Tujuannya adalah peningkatan keselamatan dan kesehatan melalui
kerja sama Bipatriet yaitu antara pengusaha dan pekerja.
1. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu
terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan
peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
2. Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
3. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien.
2. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan
hasil produksi.
Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan
penyesuaian antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.
a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau
lebih.
Pada perusahaan besar atau tempat kerja yang luas akan diperlukan jumlah
yang lebih besar kelompok kerja yang akan ditunjuk. Jika P2K3 mempunyai banyak
anggota maka akan diperlukan suatu upaya atau perjuangan untuk dapat bekerja
secara efektif. Untuk itu, mungkin perlu membuat lebih dari satu organisasi K3
dan selanjutnya tinggal mengatur untuk langkah koordinasi diantara mereka. Hal
yang perlu disadari bahwa terlalu banyak atau terlalu sedikit anggota P2K3 akan
menimbulkan suatu permasalahan, untuk itu harus dibuat atau disusun struktur
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
3) Ketua P2K3, diupayakan dijabat oleh pimpinan perusahaan atau salah satu
pengurus perusahaan.
Agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik, maka susunan anggota
sekurang-kurangnya separuhnya adalah dari perwakilan pekerja. Anggota dari
perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-orang yang mempunyai
pengetahuan tentang proses kerja dan potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya.
Demikian juga dengan perwakilan dari pihak manajemen atau pengurus,
diupayakan suatu perwakilan yang berasal dari jajaran manajer, supervisor,
personnel officers atau profesional K3 yang dapat memberikan informasi atau
masukan di dalam membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi dan hal-
hal teknis perusahaan lainnya. Selanjutnya jumlah anggota P2K3 yang ideal agar
fungsi organisasi dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, maka
jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang perwakilan
pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
2. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang s/d 100 orang, maka jumlah
anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan
pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
3. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau tempat
kerja dengan tingkat resiko yang besar, maka jumlah anggota sekurang-
kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari
perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
Program kesehatan dan keselamatan kerja yang disyaratkan dalam pasal 36.1
Undang-Undang harus ditandatangani oleh pemberi kerja dan oleh orang atau
orang yang bertanggung jawab atas pengelolaan operasi pengusaha di provinsi
dan harus mencakup:
Aturan prosedural
Prosedur dan jadwal untuk inspeksi rutin oleh anggota manajemen dan
komite
Prosedur untuk identifikasi, pelaporan dan pengendalian atau koreksi
bahaya,
o Sebuah rencana untuk pengendalian zat biologis dan kimia yang ditangani,
digunakan, disimpan, diproduksi, atau dibuang di tempat kerja dan bila
perlu, pemantauan lingkungan kerja untuk memastikan kesehatan dan
keselamatan pekerja dan orang lain di atau dekat tempat kerja ;
o Sistem untuk memastikan bahwa orang yang dikontrak oleh majikan atau
untuk kepentingan majikan mematuhi program yang dikembangkan di
bawah bagian ini dan Undang-undang dan peraturan;
o Meninjau dan, jika perlu, merevisi program kesehatan dan keselamatan kerja
a. Toolbox meeting
4. Penerapan norma K3 adalah salah satu program kerja P2K3 yang memastikan
bahwa perusahaan benar-benar menerapkan norma-norma K3 dengan
meningkatkan kesadaran, partisipasi dan tanggung jawab menciptakan perilaku
K3 sehingga K3 benar-benar menjadi budaya.
Untuk dapat pembentukan organisasi P2K3 yang baik perlu suatu langkah-
langkah efektif yang dimulai dari tahap persiapan dan dilanjutkan dengan tahap
pelaksanaan pembentukan.
1. Tahap Persiapan
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Agar fungsi P2K3 tersebut dapat berjalan dengan efektif, maka tugas- tugas
pengurus harus diuraikan secara jelas dalam bentuk “Job Discribtion” antara lain
sebagai berikut:
3. Tugas Sekretaris
4. Tugas Anggota
2) Melaporkan kepada ketua atas setiap kegiatan yang telah dilaksanakan, dll.
Secara efektif P2K3 dapat mengadakan pertemuan atau sidang rutin sekurang-
kurangnya adalah 3 bulan sekali. P2K3 mungkin dapat memutuskan untuk
mengadakan pertemuan lebih sering, dan di sebagian besar tempat kerja, P2K3
mengadakan pertemuan setiap bulan agar mereka lebih mampu menangani isu-isu
K3 di tempat kerja, menyusun rencana, menerapkan dan memantau program-
programnya secara efektif. Suatu hal yang sangat penting adalah bagaimana selalu
menjaga antusia dan komitment seluruh pengurus dan anggota P2K3.
b. Ukuran tempat kerja atau area yang harus ditangani oleh P2K3;
d. Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat kerja atau area yang harus
ditanganinya;
Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan agar organisasi P2K3 dapat
berjalan dan berfungsi secara efektif:
f. Suatu hal yang sangat penting adalah bahwa salah satu senior manajer
harus duduk di dalam kepengurusan, sehingga setiap keputusan dapat segera
diambil.
h. Peran dari ahli K3 di dalam P2K3 adalah sebagai penasehat atau pemberi saran,
sehingga harus berada pada posisi yang netral, tetapi memberikan saran teknis
dan informasi lainnnya yang diperlukan untuk kepentingan organisasi.
i. Perwakilan pekerja yang duduk didalam keanggotaan P2K3 harus dipilih oleh
para pekerja dan mencerminkan keberadaan berbagai serikat pekerja yang ada di
tempat kerja.
j. Kehadiran secara reguler oleh seluruh anggota P2K3 merupakan hal yang
penting, dan tidak hanya untuk membangun hubungan di dalam organisasi,
tetapi juga untuk menunjukkan bahwa anggota melihat K3 sebagai suatu
prioritas. Kehadiran secara reguler dari anggota juga dapat membantu
mengembangkan kerjasama didalam penyelesaian masalah-masalah K3 yang
dihadapi.
2.12 Pelaporan Kegiatan P2K3
Atas operasioanal kegiatan P2K3, maka ketua P2K3 harus membuat dan
menyampaikan laporan secara reguler baik kepada pemerintah maupun kepada
pimpinan perusahaan yang bersangkutan. Laporan kegiatan P2K3 kepada
pemerintah disampaiakan kepada Kepala Dinas atau kepala Kantor yang
membidangi ketenagakerjaan kabupaten atau kota setempat dalam bentuk
laporan triwulan dan ditembuskan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi dan
Dewan K3 Propinsi. Sedangkan laporan kepada pimpinan perusahaan yang
bersangkutan dibuat dan disampaikan setiap setelah diselenggarakan
pertemuan baik pertemuan rutin maupun pertemuan khusus.
2.12 Perudang-undangan
BAB III
KESIMPULAN
Kebijakan kesehatan dan keselamatan adalah pernyataan tertulis dari pemberi kerja
yang menyatakan komitmen perusahaan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
karyawan dan kepada publik.
Program Kerja P2K3 terdiri dari Safety meeting (membahas keseluruhan elemen
system manajemen K3), inventarilisasai permasalahan K3 (dokumen-dokumen yang
berisi permasalahan-pemasalahan K3), identifikasi dan inventrarilisasi sumber daya yang
menimbulkan PAK dan kerugian lainnya di tempat kerja, penerapan norma K3 yang harus
dipatuhi, pendidikan dan pelatihan K3, prosedur dan tata cara evakuasi, catatan dan data
K3 serta laporan pertanggungjawaban P2K3. Dari semua program Kerja P2K3 ini yang
sudah dibuat diharapkan fungsi P2K3 dalam menghimpun dan mengolah segala data dan
atau permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja yang
bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, latihan dan
penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA