OLEH
NAMA : LELLY RISKI SUTARJO
NO POKOK : 2016710016
PEMINATAN K3
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2020
LAPORAN MAGANG
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3
OLEH
NAMA : LELLY RISKI SUTARJO
NO POKOK : 2016710016
PEMINATAN K3
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2020
PERNYATAAN PENGESAHAN
Laporan magang ini telah disetujui oleh pembimbing materi dan pembimbing
lapangan program magang mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pembimbing Lapangan
Institusi RSJPDHK
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pelaksanaan kegiatan Magang
peminatan K3 pada tahun 2020 yang bertempat di unit K3L RSJPDHK Jakarta
dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam semoga senatiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta para penerusnya, dan semoga kita mendapatkan syafa‟at Beliau
SAW di hari akhir kelak.
1. Allah SWT. Yang telah memberikan seluruh rahmat, nikmat, dan kasih
sayang-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan kegiatan magang
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam yang menjadi suri
tauladan utama didalam semua segi kehidupan.
3. Ibu, Bapak, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan ridho dan dukungan
penuh kepada kami baik berupa moral maupun material.
4. Bapak Dr.H.Syaiful Bakhri,SH.MH selaku rektor Universitas Muhammadiyah
Jakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan untuk magang
peminatan K3.
5. Ibu Dr. Andriyani Asmuni, M.Ag selaku dekan FKM UMJ yang sudah
memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan magang di RSPJDHK
Jakarta.
ii
6. Bapak DR.dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, FACC, FESC sebagai Direktur
Utama RSPJDHK Jakarta yang telah memberikan izin serta kesempatan untuk
kegiatan magang di RSPJDHK Jakarta.
7. Ibu Dr. Astrid Paramita, MARS sebagai kepala instalasi K3L di RSPJDHK
Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dilakukannya kegiatan
magang peminatan K3.
8. Bapak Luqman Effendi, S.Sos. M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik
untuk kegiatan magang saya di UNIT K3L RSJPDHK Jakarta.
9. Ibu Naila Khairiyah, SKM selaku pembimbing lapangan untuk kegiatan
magang saya di unit K3 RSJPDHK Jakarta.
10. Seluruh staff unit K3L di RSPJDHK yang membantu proses kegiatan magang
saya di RSPJDHK Jakarta.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
4.1.2 Program pencegahan risiko kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta. ....................................... 54
4.1.3 Prosedur bila terjadi kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta. ....................................... 68
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 70
4.2.1 Organisasi tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta. ....................................... 70
4.2.2 Program pencegahan risiko kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta. ....................................... 73
4.2.3 Prosedur bila terjadi kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta. ....................................... 79
BAB V. PENUTUP.......................................................................................................... 81
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 81
5.2 Saran ................................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 83
Lampiran 1. Formulir PCRA ........................................................................................ 84
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Denah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ...... 35
Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Pembuluh Darah Harapan Kita37
Gambar 3. Struktur Organisasi K3L ..................................................................... 38
Gambar 4. Struktur Organisasi Tanggap Darurat RSPJDHK ............................... 47
Gambar 5. Penyimpanan Tabung Oksigen RSPJDHK ......................................... 54
Gambar 6. Tangga Darurat RSPJDHK ................................................................. 56
Gambar 7. Simbol Jalur Evakuasi ......................................................................... 57
Gambar 8. Penggunaan Skipad ............................................................................. 57
Gambar 9. Evac Chair ........................................................................................... 57
Gambar 10. Papan emergency, kotak helm, penyimpana skipad .......................... 58
Gambar 11. Denah Lokasi RSPJDHK .................................................................. 58
Gambar 12. Detektor Panas dan Detektor Asap.................................................... 60
Gambar 13. Hidran ................................................................................................ 62
Gambar 14. Siamese Connection .......................................................................... 62
Gambar 15. Klasifikasi APAR .............................................................................. 63
Gambar 16. APAR dan Kartu Pemeliharaan......................................................... 64
Gambar 17. Bagan Penanggung Jawab TPK ........................................................ 70
Gambar 18. Bagan Organisasi TPK ...................................................................... 72
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Managemen Proteksi Kebakaran di Rumah
Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK)
Jakarta.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai sarana untuk menambah dan meningkatkan wawasan bagi
penulis mengenai kesehatan dan keselamatan kerja khususnya pada
masalah managemen proteksi kebakaran.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan antara materi yang sudah
didapatkan di perkuliahan dengan fakta yang dilakukan dilapangan.
2
1.3.2 Bagi Perusahaan
1. Perusahaan dapat memperoleh masukan untuk dilakukannya
perbaikan pada managemen proteksi kebakaran.
2. Perusahaan akan mendapatkan gambaran managemen proteksi
kebakaran.
3. Hasil dari bahan laporan diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi
RSPJDHK Jakarta.
3
4
5
2. gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau
cuci gudang.
2.2 Kebakaran
2.2.1 Definisi Kebakaran
Menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000,
kebakaran merupakan suatu fenomena yang terjadi jika suatu bahan
mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang
menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida
atau produk dan efek lainnya. (Standar Nasional Indonesia, 2000)
6
2.2.2 Teori Segitiga Api
2.2.2.1 Definisi Api
Api merupakan terjadinya suatu oksidasi cepat terhadap suatu
material dalam proses pembakaran kimiawi, yang
menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya. Api
berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki
bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual
sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga
dapat menimbulkan adanya asap.
7
cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran
2. Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan
sehingga dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas
antara lain: panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka,
gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api
listrik, api las / potong, gas yang dikompresi
3. Bahan,,Bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat,
cair dan gas.
Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk
mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat
mendukung terjadinya pembakaran.
Tiga wujud benda tersebut ,yaitu:
Benda,,Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa
berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya:
kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-
lainnya.
Benda,,Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis,
turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
Benda,,Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon
monoksida, butan, dan lain-lainnya.
8
dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai
suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
9
Beberapa diantaranya yakni kayu, kertas, plastik, karet, kain.
Kebakaran kelas A dapat dipadamkan dengan air, uap air, pasir, busa,
karbondioksida (CO2), serbuk kimia kering, dan cairan kimia.
2. Kelas B : Kebakaran yang terjadi pada benda gas, uap atau cairan
10
2.2.3.2 Klasifikasi kebakaran Menurut Permenakertrans
No.04/MEN/1980
1. Klasifikasi Kebakaran A
2. Klasifikasi Kebakaran B
11
Agent. Untuk mencegah terjadinya kebakaran tipe ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara:
Simpan carian yang mudah terbakar jauh dari sumber api yang
mudah menyambar.
Hindari menggunakan kontainer atau botol plastik untuk
menyimpan cairan mudah terbakar.
Pastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik saat menggunakan
cairan yang mudah terbakar tersebut.
3. Klasifikasi Kebakaran C
12
APAR POWDER APAR CO APAR GAS
4. Klasifikasi Kebakaran D
APAR POWDER
13
2.2.4 Penyebab Umum Bencana Kebakaran
Terdapat tiga persyaratan dasar kebakaran bisa terjadi dan semakin
membesar:
14
1. Rancangan bangunan yang buruk
Kurangnya tersedianya rute penyelamatan diri jika terjadi
kebakaran dalam rancangan bangunan. Hal ini bisa mengakibatkan jalan
buntu yang panjang di dalam bangunan sehingga pada saat terjadi
kebakaran di antara area tersebut dan pintu keluar satu-satunya, orang-
orang yang terjebak di dalamnya tidak memiliki sarana penyelamatan lain.
Seringkali rute penyelamatan diri saat kebakaran hanya tersedia di lantai
dasar sebuah bangunan, dan jika kebakaran berkobar di bawah yang
menjadi satu-satunya jalan turun dari lantai atas, korban mungkin akan
terjebak oleh api yang menyala. Rute penyelamatan diri dari kebakaran
yang mungkin tidak memadai untuk jumlah pekerja dan tamu di bangunan
tersebut, menyebabkan ketidakmampuan untuk menyelamatkan diri secara
efektif dari bangunan tersebut.
2. Hambatan rute penyelamatan diri dari kebakaran
Gudang atau tempat penyimpanan seringkali diisi dengan terlalu
banyak barang atau berisi bahan-bahan yang tidak terdistribusi dengan
baik, yang dapat mengakibatkan adanya hambatan rute penyelamatan diri
dari kebakaran. Penguncian pintu keluar mungkin sebagai langkah untuk
meningkatkan keamanan tetapi dapat mengakibatkan ketidakmampuan
membuka rute keluar dan menyebabkan orang-orang terjebak di jalan
buntu di dalam bangunan yang terbakar pada saat terjadi kebakaran.
3. Tidak adanya sistem peringatan dini jika terjadi kebakaran
Sistem peringatan dini saat kebakaran. Misalnya berupa detektor
asap, detektor panas atau detektor api yang memberikan cara efektif untuk
mendeteksi jika terjadi kebakaran dengan cepat demi melaksanakan
tindakan pengendalian yang tepat waktu. Bila memungkinkan, detektor-
detektor tersebut harus terhubung dengan sebuah sistem alarm evakuasi
independen yang berbunyi cukup keras sehingga semua penghuni gedung/
pekerja dapat mendengar sinyal jika terdapat keadaan darurat. Tidak
adanya atau tidak berfungsinya sistem dan peralatan untuk mendeteksi
15
adanya kebakaran dan untuk memberikan peringatan dini dapat
menyebabkan keterlambatan signifikan dalam penyelamatan diri dan
evakuasi sebuah bangunan.
4. Tidak adanya prosedur darurat
Tidak adanya prosedur darurat, serta tidak adanya pelatihan
tentang prosedur dalam keadaan darurat tersebut dan tidak adanya praktik
rutin prosedur tersebut merupakan salah satu dari beberapa faktor-faktor
yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam evakuasi sebuah bangunan
(ILO, 2018)
16
2.2.5 Tahapan Kebakaran dalam Ruangan
A. Kebakaran Tahap Awal, Ini adalah tahapan awal dari suatu kebakaran
setelah terjadi penyulutan.
Nyala api masih terbatas dan pembakaran dengan lidah api terlihat.
Konsntrasi Oksigen dalam ruangan masih dalam kondisi normal (21%)
dan temperatur di dalam ruangan secara keseluruhan belum meningkat.
Gas panas hasil pembakaran dalam betuk kepulan yang bergerak naik dari
titik nyala. Dalam kepulan gas panas terkandung material yang bervariasi
seperti deposit karbon (jelaga) ataupun padatan lain, uap air, H2S, CO2,
CO, dan gas beracun lainnya, semuanya tergantung dari jenis bahan bakar
atau bahan yang terbakar. Panas akan dihantarkan secara konveksi oleh
material-material tadi ke atas ruangan dan mendorong oksigen kebawah
yang berarti ke titik nyala untuk mendukung pembakaran selanjutnya.
B. Tahap Penyalaan-bebas
17
pembakaran berkumpul di langit-langit ruangan membentuklapisan asap.
Temperatur dari lapisan asp ini meningkat. Lapisan yang lebih tinggi di
ruangan tersebut memiliki konsentrasi oksigen paling rendah; temperatur
tinggi; dan jelaga, asap, dan produk pirolisis yang belum terbakar
sempurna pada saat itu sangatlah berbeda dengan kondisi di dekat lantai
ruangan. Pada daerah dekat lantai lapisan udaranya masih relatif dingin
dan mengandung udara segar (konsentrasi oksigen mendekati normal)
yang bercampur dengan hasil pembakaran. Kemungkinan untuk hidup
masih cukup di dalam ruangan apabila seseorang bertahan pada posisi
merendah pada lapisan dingin dan tidak menghirup gas di bagian atas.
Ketika lapisan panas mencapai titik kritisnya pada + 600oC (1100oF), ini
sudah cukup untuk menghasilkan radiasi panas yang menyebabkan bahan
bakar lainnya (seperti karpet dan furnitur) di dalam ruang mencapai titik
nyalanya. Pada saat ini seisi ruangan akan menyala secara serentak, dan
ruangan dikatakan mengalami flashover. Saat ini terjadi, temperatur
seluruh ruangan mencapai titik maksimalnya dan kemungkinan hidup
dalam berada di dalam ruangan ini untuk lebih dari beberapa detik sangat
tidak mungkin. Flashover oleh ahli ilmu kebakaran didefinisikan sebagai
proses pengembangan, radiasi, dan pembakaran lengkap dari semua bahan
bakar dalam suatu ruangan.
Api/ kebakaran adalah suatu aksi kesetimbangan kimia antara bahan bakar,
udara, dan temperatur (bahan bakar oksigen – panas). Apabila ventilasi
yang ada terbatas, maka pertumbuhan api akan lambat, peningkatan
temperatur akan lebih bertahap, asap akan dihasilkan lebih banyak, dan
penyalaan gas panas akan tertunda sampai didapat tambahan udara
(oksigen) yang cukup.
18
tanpa nyala api. Temperatur masih tinggi di dalam ruangan, tergantung
dari bahan penyekat dan ventilasi dari ruangan tersebut. Beberapa bahan
masih mengalami pirolisis atau terbakar tidak sempurna menghasilkan gas
karbon monoksida dan gas bahan bakar lain, jelaga, dan bahan bakar lain
yang terkandung dalam asap. Apabila ruangan tidak memiliki ventilasi
yang cukup, maka akan terbentuk campuran gas yang dapat terbakar.
Maka apabila ada sumber penyalaan yang baru, akan dapat terjadi
kebakaran kedua diruangan tersebut, sering disebut backdraft atau ledakan
asap. (Damkar Kab. Sukabumi, 2018)
19
kesiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kebakaran ( fire
response ) secara bersama-sama dan terkoordinasi dari semua personil di
berbagai fasilitas dalam bangunan gedungnya.
4. Sistem proteksi kebakaran yang dipersyaratkan harus digunakan pada
bangunan gedung mengacu pada ketentuan/SNI yang berlaku.
(Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2009)
20
2.3.3 Utilitas Bangunan Gedung
2.3.3.1 Listrik
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009
instalasi, kontrol dan distribusi pengkawatan peralatan listrik dalam
bangunan gedung harus memenuhi SNI 04-0225-2000 atau edisi terbaru,
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Pasokan daya listrik dari sumber utama (primer) dan darurat harus
memenuhi ketentuan teknis yang berlaku dan digunakan antara lain untuk
mengoperasikan peralatan sebagai berikut:
1) Pencahayaan darurat.
2) Sarana komunikasi darurat.
3) Lif kebakaran.
4) Sistem deteksi dan alarm kebakaran.
5) Sistem pipa tegak dan slang kebakaran.
6) Sistem springkler kebakaran otomatis.
7) Sistem pengendalian asap.
8) Pintu tahan api otomatis.
9) Ruang pengendali kebakaran.
1) PLN, atau
2) Sumber daya listrik darurat berupa:
a. Batere.
b. Generator.
c. Dan lain-lain.
21
daya listrik utamanya dari PLN harus dilengkapi juga dengan generator
sebagai sumber daya listrik darurat dan penempatannya harus memenuhi
TKA yang berlaku. (Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
22
lainnya. Perencanaan, pelaksanaan dan pemeriksaan/pengujian dari instalasi
sistem proteksi petir harus dilakukan oleh tenaga yang ahli.
1. Pintu eksit
a. Tidak boleh dikunci atau digembok.
23
b. Kerusakan pada penutup pintu otomatik (door closer).
c. Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan pintu selalu terbuka,
pada pintu yang harus selalu pada keadaan tertutup.
d. Halangan benda dan lain-lain di depan pintu eksit.
2. Tangga kebakaran
a. Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan terbuka pintu tangga.
b. Bersih, dan tidak digunakan untuk tempat istirahat/merokok
penghuni/ karyawan, serta tidak digunakan untuk gudang.
c. Tidak boleh dipakai untuk tempat peralatan seperti panel, unit AC
dan sejenisnya.
d. Kerusakan pada lantai, anak tangga dan pegangan tangga.
e. Lampu pencahayaannya hidup.
3. Akses eksit dan koridor yang digunakan sebagai jalur untuk ke luar
a. Bebas dari segala macam hambatan.
b. Tidak digunakan untuk gudang.
4. Eksit pelepasan di lantai dasar yang menuju ke jalan umum atau tempat
terbuka di luar bangunan harus tidak boleh dikunci.
5. Tanda eksit
a. Jelas kelihatan tidak terhalang.
b. Lampu pencahayaannya hidup.
24
2.3.4.1.1 Konstruksi Tahan Api
Konstruksi tahan api antara lain meliputi penghalang api, dinding
api, dinding luar yang dikaitkan dengan lokasi bangunan gedung yang
dilindungi, partisi penahan penjalaran api, dan penutup asap. Konstruksi
tahan api tersebut harus dipelihara dan harus diperbaiki, diperbaharui atau
diganti dengan tepat, apabila terjadi kerusakan, perubahan, keretakan,
penembusan, pemindahan atau akibat pemasangan yang salah
(Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
2.3.4.2.1 Springkler
Menurut Departemen Pekerjaan Umum, 2008 Springkler otomatik
harus dipasang dan sepenuhnya siap beroperasi dalam jenis hunian yang
dimaksud dalam persyaratan teknis ini atau dalam persyaratan teknis/
standar yang dirujuk.
25
(4) Springkler yang berada di bawah atap (skylight) kaca atau plastik yang
terkena langsung cahaya matahari harus dari klasifikasi
temperaturmenengah.
(5) Springkler yang berada dalam rongga tertutup tak berventilasi, di bawah
atap tak berisolasi, atau di dalam loteng yang tak berventilasi, harus dari
klasifikasi temperatur-menengah.
(6) Springkler yang berada dalam etalase tak berventilasi dengan lampu
listrik berdaya tinggi dekat langit-langit harus dari klasifikasi
temperaturmenengah.
(7) Springkler yang melindungi peralatan masak jenis komersial dan sistem
ventilasi harus dari klasifikasi temperatur-tinggi atau temperatur-
extratinggi yang ditentukan dengan menggunakan alat pengukur
temperatur.
(8) Springkler yang melindungi daerah perumahan dan dipasang dekat
sumber panas spesifik diidentifikasi dan harus dipasang sesuai
ketentuan. (Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
Sistem pipa tegak yang dipasang harus sesuai persyaratan dan harus
dipelihara dengan benar untuk menjamin sekurang-kurangnya tingkat unjuk
kerja dan perlindungan sesuai dengan rancangan. Sistem pipa tegak yang
dipasang sesuai persyaratan teknis ini harus diperiksa, diuji, dan dipelihara
sesuai ketentuan baku dan standar yang berlaku tentang : “Standar untuk
Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan Sistem Proteksi Kebakaran
26
Berbasis Air. Pemilik/ Pengelola gedung harus bertanggung jawab untuk
memelihara sistem pipa tegak dan menjaga sistem dalam kondisi siap
berfungsi. (Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
27
tertentu terdapat penghalang visual yang tidak dapat dihindari maka harus
disediakan sarana untuk menunjukkan lokasi APAR tersebut.
1. Asam soda.
2. Busa kimia (tidak termasuk bahan pembentuk film/lapisan).
3. Cairan yang menguap (contoh carbon tetrachlorida).
4. Air yang dioperasikan dalam cartridge.
5. Tabung tembaga atau perunggu (tidak termasuk tangki pompa) yang
disambungkan dengan patri atau paku keling.
6. Alat pemadam carbon dioksida dengan corong metal.
7. Alat pemadam afff (cartridge kertas) jenis isi padat.
Lemari tempat untuk APAR harus tidak dikunci, kecuali bila APAR
tersebut menjadi sasaran perbuatan jahat dan lemari termasuk sebagai sarana
akses darurat. Lemari yang berisi APAR tidak diperkenankan dikunci,
kecuali jika APAR yang ada di dalam lemari tersebut dapat digunakan untuk
perbuatan jahat, dan di dalam lemari tersebut tersimpan peralatan untuk
akses keadaan darurat. (Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
28
batere, termasuk lampu senter. Lampu pencahayaan darurat tidak boleh
dihubungkan dengan batere untuk start motor penggerak. Harus juga
disediakan sarana untuk ventilasi ruang pompa atau rumah pompa
(Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
29
2. Fungsi notifikasi adalah cara di mana sistem memberitahukan bahwa
tindakan manusia diperlukan dalam menanggapi sebuah kondisi
khusus.
3. Fungsi pengendalian menyediakan output (keluaran) untuk
mengendalikan peralatan bangunan gedung guna meningkatkan
perlindungan keselamatan jiwa. (Departemen Menteri Pekerjaan
Umum, 2008)
30
3. Detektor nyala api : Merupakan detektor yang bekerja berdasarkan radiasi
nyala api, detektor ini dapat berupa detektor ultraviolet dan nyaloa api
infra red
4. Detektor gas : merupakan detektor yang bekerja berdasarkan gas yang
timbul akibat kebakaran.(Drs. Irzal, 2016)
Detektor asap di lobi, ruang luncur lif, dan ruang mesin terkait yang
digunakan hanya untuk pemanggilan kembali lif pada waktu terjadi kebakaran,
dan detektor panas yang digunakan hanya untuk memutus daya lif, harus tidak
disyaratkan untuk mengaktivasi alarm evakuasi bangunan gedung bila pasokan
daya dan instalasi pengawatan ke detektor semacam itu dipantau oleh sistem
alarm kebakaran bangunan gedung, dan bila aktivasi dari detektor tersebut
menginisiasi suatu sinyal pengawasan (supervisory signal) pada suatu lokasi yang
selalu dijaga.
Detektor asap pada pintu yang digunakan hanya untuk operasi alat pelepas
daun pintu otomatik (automatic door release) harus tidak disyaratkan untuk
mengaktivasi alarm evakuasi bangunan gedung, asalkan pasokan daya dan
instalasi pengawatan ke detektor semacam itu dipantau oleh sistem alarm
kebakaran bangunan gedung, dan aktivasi dari detektor tersebut menginisiasi
suatu sinyal pengawasan (supervisory signal) pada suatu lokasi yang selalu dijaga.
(Departemen Menteri Pekerjaan Umum, 2008)
31
1. Rumah Sakit perlu menguji secara berkala rencana penanganan
kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang terkait dengan deteksi
dini dan pemadaman serta mendokumentasikan hasil ujinya.
2. Bahaya terkait dengan setiap pembangunan di dalam/berdekatan dgn
bangunan yang dihuni pasien. Yaitu dengan melakukan :
a. Melakukan pemantauan, terutama yang terkait dengan penggunaan
bahan-bahan mudah terbakar, penggunaan sumber panas / api dan
b. Melakukan sosialisasi terhadap pihak ketiga/kontraktor terkait
pencegahan kebakaran.
3. Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila tejadi kebakaran (jalur
evakuasi), yaitu dengan melakukan :
a. Menyediakan Jalur darurat yang digunakan jika terjadi kebakaran
secara aman dan selamat.
b. Memastikan jalur darurat tidak boleh terhalang oleh benda apapun
atau yang dapat menghalangi jalannya proses evakuasi.
c. Jalur tersebut harus sesuai standar, dimulai dari penerangan yg cukup,
rambu dan petunjuk yang jelas dan mudah terbaca, penekan asap
keluar.(Kementrian Kesehatan RI, 2016)
32
33
34
35
Keterangan gambar :
Delapan Gedung yang ada di RS. Jantung dan PembuluhDarahHarapan Kita
1. Gedung Utama
2. Plant Room
3. Gedung Pav Sukaman
4. Gedung Gizi
5. Gedung Litbang
6. Gedung Utility
7. Gedung Perawatan 2
8. Gedung Diklat
36
Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Sumber : RSPJDHK
37
3.2 Gambaran Khusus Unit K3L
Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan (K3L)
38
Dari visi tersebut , khususnya keselamatan dan keamanan
merupakan dukungan layanan yang mempunyai porsi yang cukup besar
dan bervariasi dibandingkan dengan kegiatan ataupun output lainnya.
Untuk mendukung visi tersebut perlu juga didukung oleh fasilitas, sarana
penunjang serta dana yang cukup untuk menunjang kegiatan dirumah
sakit.
A. Assesmen risiko
39
penggantian atau upgrading yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
40
penghancuran sehingga pelayanan pasien tetap terjaga kualitas dan
keamanannya.
1. Kualitas udara
2. Pengendalian infeksi (ICRA)
3. Utilitas
4. Kebisingan
5. Getaran
6. Bahan berbahaya
7. Layanan darurat, seperti respons terhadap kode; dan
8. Bahaya lain yang memengaruhi perawatan, pengobatan, dan
layanan.
41
kecelakaan dan cedera, mengurangi bahaya dan risiko, serta
mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf, dan
pengunjung; dengan menyediakannya APD yang bekerja diarea berisiko
dengan menggunakan apron pelindung radiasi, sepatu safety, helm,
pelindung telinga, masker, kacamata safety, dll.
42
Pintu masuk utama selalu dijaga oleh petugas
satpam untuk mencegah masuknya orang yang tidak
berkepentingan.
Pintu masuk yang tidak dijaga oleh petugas satpam
hanya untuk karyawan, diharuskan terpasang tulisan
“selain petugas dilarang masuk” dan selalu terkunci.
Sebelum petugas satpam mampu mengendalikan
semua akses masuk, petugas satpam melakukan
pengecekan/patrol masuk berkala sesuai jadwal
yang disetujui oleh pimpinan rumah sakit.
Jam buka dan tutup gerbang samping gizi, untuk
tidak menghindari lah-hal yang tidak diinginkan,
yaitu:
a) Pagi : Jam 06.00 S/D 08.00 WIB
b) Siang : Jam 12.00 S/D 14.00 WIB
c) Malam : Jam 20.00 S/D 22.00 WIB
1) Kartu identitas
43
rumah sakit tidak dapat menunjukkan identitas tersebut, petugas
keamanan berhak memeriksa identitas sesuai dengan kepentingan
orang tersebut masuk dilingkungan rumah sakit.
2) Gelang pasien
Nama
Tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Agama
Jaminan
Warna Gelang :
44
D. Program Pendidikan Dan Pelatihan Keselamatan Dan Keamanan
Program Pendidikan dan pelatihan khusus keselamatan dan keamanan
lingkungan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
Dilakukan Untuk Tenaga Kerja Klining Servis Dan Keamanan
(Outsourcing)
45
46
Keterangan :
47
- Melaporkan status keadaan darurat kepada Direktur Keadaan Darurat.
Direktur keadaan darurat disesuaikan kepada direktur yang ada pada
saat kejadian darurat yang tentunya tidak dapat diduga.
b. Duty Manager
48
c. Koordinator Penghubung
d. Koordinator Keamanan
- Memimpin operasi penanggulangan keadaan darurat yang terkait
dengan operasi pemadaman dan pengamanan
- Berkoordinasi dengan Kepala Keamanan Korporat
- Memastikan prosedur penanggulangan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil di bawah koordinasinya
- Minta bantuan dari luar seperti Dinas Pemadam Kebakaran,
Ambulan dan tenaga medis dari rumah sakit terdekat, POLRI
terdekat untuk pengamanan area
- Mendampingi/membantu tugas Instansi Terkait (Dinas Pemadam
Kebakaran, Kepolisian) yang telah tiba dilokasi
- Melaporkan status pelaksanaan tugas darurat sesuai dengan
tanggung jawabnya ke Ketua MKKG.
49
- Menginstruksikan pengaturan jalan bagi Mobil Pemadam Dinas
PMK dan Kepolisian.
e. Regu Pengamanan/ Pemadaman
f. Regu Parkir
- Mengatur perparkiran saat penanggulangan keadaan darurat termasuk
pengaturan jalur dan rambu-rambu.
- Mengatur arus mobil masuk dan keluar termasuk mobil unit Dinas
Kebakaran dan Mobil Kepolisian.
- Mengantarkan Dinas Pemadam Kebakaran Ke Posko
- Bekerjasama dengan Tim Pengamanan dan Kepolisian dalam masalah
parkir
50
- Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang masih
tertinggal
- Menghitung jumlah pegawai yang berevakuasi dari lantai yang menjadi
tanggung jawabnya dan memeriksa ulang di tempat berkumpul di luar
gedung. Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan,
segera lapor ke Komandan lantai
- Melaporkan ke Komandan Lantai jika terjadi kecelakaan.
l. Koordinator Logistik :
51
- Koordinasi dengan Koordinator Penghubung/ Area Pengungsian/ Titik
Berkumpul dan pegawai
- Menginventarisasi dan mencatat semua kebutuhan logistik (alat
kedokteran, perbekalan farmasi dan makanan/ minuman ) pasien dan
pegawai (makanan/ minuman)
- Memastikan semua kebuthan telah terpenuhi dan telah didistribusikan
- Memastikan prosedur penanggulangan keadaan darurat ini dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap personil dibawah koordinasinya
- Melaporkan status pelaksanaan tugas darurat sesuai dengan tanggung
jawabnya ke Koordinator MKKG
n. Koordinator Teknisi
52
- Jika monitor kontrol panel menyala dan alarm berbunyi, segera
menghubungi zona/ lantai yang termonitor dan memastikan penyebab
alarm dan melaporkan ke Koordinator Teknis
- Menangani hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi keadaan darurat
sesuai dengan perintah dari Koordinator Teknisi seperti :
- Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat dan segera
menghubungi Koordinator MKKG dan Koordinator Keamanan.
- Menyampaikan pengumuman atas perintah Koordinator MKKG ke
setiap lantai atau seluruh gedung lewat Public Address.
- Membunyikan general alarm atau alarm per lantai atas perintah
Koordinator MKKG
- Mematikan power penggerak lift penumpang dan semua posisi lift di
lantai dasar.
53
- Siaga untuk mengoperasikan pompa air secara manual bila sistem
otomatis tidak bekerja, agar air selalu tersedia untuk kebutuhan
pemadaman kebakaran
- Siaga melihat posisi ketinggian air pada kontrol panel dan melaporkan
kondisi air ke Koordinator Teknis
54
2) Penanganan bahaya yang terkait dengan konstruksi apapun di atau yang
berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
Untuk penanganan bahaya terkait konstruksi Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita melakukan asessmen risiko prakonstruksi
(pra construction risk assessmen/PCRA) setiap ada pekerjaan konstruksi,
renovasi, atau penghancuran bangunan/demolish; Risiko konstruksi
dievaluasi dengan melakukan asesmen risiko yang dikenal sebagai PCRA
(Pra-Construction Risk Assessment). Asesmen risiko tersebut dilakukan
sebelum konstruksi / renovasi berlangsung. Hasil dari PCRA tersebut
digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan
beberapa rencana yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak dari
konstruksi, renovasi, atau penghancuran (demolish) sehingga pelayanan
kepada pasien tetap terjaga kualitas dan keamanannya. Formulir PCRA
(Pra-Construction Risk Assessmen) terlampir.
3) Penyediaan jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi apabila terjadi
kebakaran;
Di beberapa tempat terdapat Exit signed dan denah evakuasi
sebagai informasi arah evakuasi yang dipasang setiap ruangan bertujuan
agar setiap penghuni gedung termasuk pengunjung, tenaga kerja maupun
pasien mengetahui secara pasti arah evakuasi saat terjadi bencana /
kebakaran. Di setiap depan pintu tangga darurat terdapat lampu exit yang
membantu pengunjung, tenaga kerja maupun pasien mengetahui secara
pasti arah evakuasi saat terjadi bencana/kebakaran.
Jalur evakuasi yang digunakan oleh seluruh penghuni RS adalah
tangga darurat, RS tidak memiliki lift kebakaran. Alat evakuasi yang
dipakai oleh RS adalah Ski Pad dan Evac chair. Alat evakuasi tersebut
bisa dipakai untuk melalui tangga darurat. Ski Pad saat ini tersedia 20
buah pada tersebar pada unit-unit pelayanan.
55
Gambar 6. Tangga Darurat RSPJDHK
56
Gambar 7. Simbol Jalur Evakuasi
57
Gambar 10. Papan emergency, kotak helm, penyimpana skipad
A. Alarm Kebakaran
a) Pedoman Umum
• Sistem deteksi dan alarm kebakaran harus disediakan pada
seluruh bangunan rumah sakit.
• Instalasi deteksi dan alarm kebakaran harus dilakukan uji fungsi
minimal setiap 1 (satu) tahun sekali
b) Peraturan dan Standar
58
• Sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dipasang sesuai
dengan Peraturan Umum No 26/PRT/M/2008, tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada bangunan
dan gedung.
• SNI 03-3986-2000 atau edisi terakhir : Tata Cara Perencanaan
dan pemasangan Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
59
• Pengindera asap ( smoke detector ) :
Bila terjadi kebakaran kemudian ada asap terdeteksi
bagian/komponen pengindera asap, pengindra tersebut akan
aktif/“ON” dan alarm berbunyi serta memberikan isyarat ke
sentral panel sesuai alamat lokasi kejadian ke ruang control
bahwa daerah tersebut terjadi kebakaran.
60
diberikan. Dengan demikian jarak antar detektor asap menjadi
7,5 meter dari dinding dan 15 meter antar detektor. Begitu
juga untuk detektor panas 5,3 meter ke dinding dan 10 meter
antar detektor.
• Persyaratan tersebut diatas hanya berlaku untuk langit-langit
datar, untuk langit-langit miring / tidak rata jarak antarnya
akan berubah. Untuk langit-langit miring detektor harus
dipasang sesuai kemiringan dan diperlukan tambahan 1%
untuk setiap 1º kemiringan sampai 25%. Terdekat ditetapkan
600 mm untuk detektor asap dan 150 mm untuk detektor
panas.
• Beberapa kondisi yang belum sesuai dengan pedoman ini
dikarenakan pembangunan gedung telah dilakukan sebelum
adanya peraturan terbaru pemerintah. Proteksi kebakaran
harus disesuaikan dengan melihat azas risiko keselamatan dan
investasi yang akan dilakukan.
• Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem alarm dan
deteksi kebakaran yang belum tercantum pada pedoman ini,
mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku di
Indonesia.
61
1. Hydrant Luar
C. APAR
62
- Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Untuk pemadaman kebakaran dengan APAR, kebakaran harus
diklasifikasikan berdasar bahan yang terbakar sebagai berikut :
Kebakaran dibagi dalam 5 kelas berdasarkan terutama kepada
benda
63
b) Mudah dicapai / tidak terhalang oleh peralatan / material.
c) Ada di dekat koridor / lorong menuju exit.
d) Dekat dengan area dengan potensi bahaya kebakaran
tinggi, tetapi tidak terlalu dekat agar ketika terjadi
kebakaran bisa diambil.
e) Jenis APAR harus sesuai dengan risiko bahayanya (tidak
meletakkan APAR foam dekat listrik / genset, dll).
f) Di dalam kendaraan Dinas dan Ambulance RSJPDHK
juga harus dilengkapi dengan APAR sesuai dengan jenis
kendaraan yang dipakai.
g) Ketinggian pemasangan APAR didinding pada ketinggian
minimal 30 cm dari lantai atau maksimal 120 cm bagian
teratas dari APAR
h) APAR tidak boleh disimpan pada ruangan dengan suhu
490 C dan dibawah 40C.
i) Penandaan APAR
64
D. Sistem Hydrant
1. Pedoman Umum.
65
d) Sistem pipa tegak kering atau basah dilengkapi dengan
katup landing dan sambungan siamesse.
2. Selang Kebakaran
a) Setiap sambungan selang yang disediakan untuk
digunakan oleh petugas bangunan rumah sakit
harus dipasang dengan panjang tidak kurang dari
30 m, lurus, dapat dilipat.
b) Setiap kotak selang 40 mm (11/2”) yang disediakan
dengan selang 40 mm (11/2”) harus dipasang
dengan rak atau fasilitas penyimpanan lain yang
disetujui.
c) Setiap kotak selang 40 mm (11/2”) sesuai untuk
klasifikasi pipa tegak kelas I dan kelas III, harus
dipasang dengan gulungan alran menerus yang
terdaftar / teruji.
3. Nozzle.
Nozzle yang disediakan harus teruji / terdaftar.
66
Pasokan air untuk hydrant halaman harus sekurang – kurangnya
500 GPM pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air
minimal selama 45 menit.
1. Pedoman Umum
a) Sistem sprinkler otomatik harus disediakan pada bangunan
sesuai dengan pedoman.
b) Sistem sprinkler otomatik tidak wajib di area berikut :
• Setiap ruangan dimana penerapan air, atau nyala
api dan air, merupakan ancaman yang serius
terhadap kehidupan atau bahaya kebakaran.
• Setiap kamar atau ruang di mana sprinkler
dianggap tidak diinginkan karena sifat dari isi
ruangan.
• Di kamar atau daerah yang konstruksinya tidak
mudah terbakar dengan isi sepenuhnya bahan tidak
mudah terbakar.
• Untuk ruangan – ruangan yang tidak
memungkinkan pasien dipindahkan (ruang bedah,
ruang ICU, ruang radiologi, dan lain – lain)
sprinkler boleh tidak dipasang asalkan dinding,
lantai, langit – langit dan bukaan, mempunyai
tingkat ketahanan api minimal 2 jam.
• Sistem ini harus meliputi kepala sprinkler, katup
kontrol alarm, dan sistem pemipaannya.
• Instalasi dan uji serah terima sistem sprinkler
otomatik dilakukan minimal setiap 5 tahun sekali
yang diusulkan oleh SNM dengan hasil pengujian
dilaporkan kepada Direksi dan tembusan ke
Instalasi K3L.
67
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
2. Komunikasi Interpersonal
68
3. Kode Komunikasi Darurat
69
Gadar Bencana : 021 528 1735 (Ibu Supriatin)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Organisasi tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta.
Organisasi proteksi kebakaran menurut PERMEN 20 tahun 2009
tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan
yaitu merupakan unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran
bangunan gedung terdiri penanggung jawab/FSM, personil komunikasi,
pemadam kebakaran, penyelamat/paramedis, ahli teknik, pemegang peran
kebakaran lantai (floor warden), dan keamanan ( security).
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan terhadap bahaya kebakaran,
tapak, dan fasilitas yang tersedia pada bangunan. Model struktur
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung berikut tugas dan
fungsinya.
70
Struktur organisasi TPK antara lain terdiri dari:
a. Penanggung jawab TPK.
b. Kepala Bagian Teknik Pemeliharaan, membawahi:
1) Operator ruang monitor dan komunikasi;
2) Operator lif;
3) Operator listrik dan genset;
4) Operator air conditioning dan ventilasi; dan
5) Operator pompa.
c. Kepala Bagian Keamanan, membawahi:
1) Tim Pemadam Api (TPA);
2) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK); dan
3) Tim pengamanan.
71
Gambar 18. Bagan Organisasi TPK
72
4.2.2 Program pencegahan risiko kebakaran di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta.
73
- Konstruksi beton permanen;
- Penerangan yang memadai;
- Sirkulasi udara yang cukup.
74
Asesmen risiko prakonstruksi secara komprehensif dan proaktif
digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan
rencana agar dapat meminimalkan dampak kontruksi, renovasi, atau
penghancuran (demolish) sehingga pelayanan pasien tetap terjaga kualitas
dan keamanannya.
kualitas udara;
pengendalian infeksi (ICRA);
utilitas;
kebisingan;
getaran;
bahan berbahaya;
layanan darurat, seperti respons terhadap kode; dan
bahaya lain yang memengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
75
dengan kegiatan konstruksi atau memiliki dampak pada saat diadakannya
kegiatan konstruksi tersebut. Hal ini dapat membahayakan karena
assesmen risiko prakonstruksi ini digunakan untuk mengevaluasi risiko
dari kegiatan konstruksi dan dikembangkan menjadi rencana yang dapat
meminimalisir dampak akibat pekerjaan konstruksi, renovasi, ataupun
penghancuran bangunan sehingga pelayanan terhadap pasien tetap terjaga
kualitas serta keamanannya
a. Akses eksit;
b. Eksit;
c. Eksit pelepasan;dan
d. Sarana pendukung evakuasi lainnya
76
evakuasi pada saat terjadi keadaan darurat.Perancangan dan penyediaan
eksit pelepasan harus memperhatikan:
a. Kemudahan dan kesiapan eksit untuk digunakan setiap waktu;dan
b. Ketersediaan akses langsung ke jalan, halaman, lapangan, atau ruang
terbuka yang aman tanpa hambatan.
Sarana pendukung evakuasi lainnyasebagaimana terdiri atas:
1. Rencana evakuasi;
2. Sistem peringatan bahaya bagi pengguna
3. Pencahayaan eksit dan tanda arah;
4. Area tempat berlindung(refuge area);
5. Titik berkumpul; dan
6. Lift kebakaran
Perancangan dan penyediaan sarana pendukung evakuasi lainnya
harus memperhatikan:
a. Kemudahan pencapaian yang bebas hambatan Pengenalan,
penandaan, dan penempatan pada lokasi yang mudah terlihat dan
dipahami oleh Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung
Bangunan Gedung;
b. Kecukupan pencahayaan; dan
c. Proteksi terhadap api dan pengendalian asap.
77
Penyediaan sarana jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi di
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta sudah
memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/Prt/M/2017
Tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
78
4.2.3 Prosedur bila terjadi kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta.
Prosedur bila terjadi kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta sudah memenuhi kualifikasi dari
PERMEN 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi
Kebakaran Di Perkotaan yang terurai sesuai dengan peraturan tersebut
melalui Tim Pemadam Api (TPA).
Tugas:
1. Memadamkan api dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
Hidran Kebakaran bangunan.
2. Menjaga terjadinya penjalaran kebakaran dengan cara melokalisasi
daerah kebakaran dan menyingkirkan barang-barang yang mudah
terbakar, atau menutup pintu dan jendela.
3. Mencegah orang yang bukan petugas MPK atau petugas TPK
mendekati daerah yang terbakar.
4. Menghubungi manajer TPK jika kebakaran diperkirakan tidak
dapat diatasi lagi.
Akan tetapi di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita Jakarta sudah menyesuaikan prosedur tanggap darurat
kebakaran dengan kondisi pada saat terjadinya kebakaran, yang tidak
melenceng dari peraturan yang telah berlaku, untuk mempercepat
penanggulangan kebakaran seluruh pegawai sudah diberikan simulasi
dan pelatihan mengenai penanggulangan keadaan darurat kebakaran
kepada petugas klining dan keamanan.
79
diterapkan secara rutin dan berkesinambungan selama satu tahun
sekali.
80
81
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap rumah sakit memiliki risiko keselamatan dan keamanan
yang melekat, sehubungan dengan penyediaan pelayanan yang berkualitas
yang diberikan kepada pasien aktivitas sehari-hari oleh staf dan
lingkungan fisik dimana pelayanan terjadi. Di RSPJDHK sudah memiliki
pedoman upaya untuk mengidentifikasi risiko-risiko serta menerapkan
berbagai proses untuk meminimalkan kemungkinan risiko yang
menyebabkan insiden. Dari hasil observasi, telaah dokumen dan
wawancara maka didapatkan bahwa:
- Managemen dan sistem proteksi di di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta telah tersedia
pedomanya serta telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
- Organisasi tanggap darurat kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta telah tersedia dan
pelaksanaanya sudah memenuhi persyaratan yang berlaku .
- Program pencegahan risiko kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta telah tersedia dan
sudah memenuhi persyaratan yang berlaku akan tetapi pelaksanaaan
pembuatan PCRA belum dilaksanakan pembuatan asesmen risikonya
sesuai prosedur yaitu sebelum dilakukannya kegiatan konstruksi.
- Prosedur bila terjadi kebakaran di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta telah tersedia dan
pelaksanaannya sudah memenuhi persyaratan yang berlaku serta
kegiatan simulasi kebakaran yang telah berjalan sesuai peraturan.
5.2 Saran
82
DAFTAR PUSTAKA
BPBD DKI Jakarta (2019) „LAPORAN KEJADIAN BENCANA BULAN
JANUARI TAHUN 2019‟. Available at:
https://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/news/Nota_Dinas_Laporan_Bencana_
Bulan_Januari_2019.pdf.
Drs. Irzal, M. K. (2016) Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 1st edn.
Kencana.
83
Lampiran 1. Formulir PCRA
Pre-Construction Risk Assessment (PCRA)
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita