Anda di halaman 1dari 31

Laporan

EVALUASI KELENGKAPAN KOTAK


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
DAN KELAYAKAN MANDI CUCI KAKUS (MCK)
DI KAWASAN TAMBANG PT. SEMEN PADANG

Oleh:

Poppy Permata Putri 1210312013


Meivita Wulandari 1210311008
Elva Lidya 1210313103
Ranny Anneliza 1210313056
Silma Farraha 1210313004
Rizki Saputra 1210312124
Rayhan Abi Mayzan 1210313063
Tiara Rahma Zain 1210313002
Novi Jamilah 1210313084
Vani Morina Kasim 1210313040

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN


KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja telah dikenal sejak berabad–

abad yang lalu seiring dengan perkembangan industri. Kondisi perburuhan yang

buruk dan angka kecelakaan yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan

untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja. Salah satu

diantaranya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.1 Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani terhadap

pekerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya

menuju masyarakat makmur dan sejatera.2

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,

tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak

lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.2

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pertambangan terkait dengan

pemenuhan regulasi yang berlaku di Indonesia, yaitu KEPMEN No.

555.K/26/M.PE/1995.3 Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pertambangan menjadi hal mutlak dilakukan untuk keberlanjutan operasional


bisnis perusahaan. Hal ini juga karena industri pertambangan termasuk high risk

dalam bisnis. Kesalahan sedikit saja akan membuat dampak yang fatal.

Pencegahan terhadap adanya Fatality (kematian) dan Penyakit Akibat Kerja

menjadi salah satu target utama dalam proses pertambangan demi timbulnya rasa

aman dan nyaman bagi pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal

165 dinyatakan bahwa, “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk

upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan

pemulihan bagi tenaga kerja”. Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja

adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan

Pemerintah yang berlaku.1 Berdasarkan Permenaker No. PER. 15/MEN/VIII/2008

tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja, pengusaha wajib

menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja. Fasilitas P3K

sebagaimana dimaksud meliputi ruang P3K, kotak P3K dan isi, alat evakuasi dan

alat transportasi; dan fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau

peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat

khusus. Penempatan kotak P3K dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak

500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K

sesuai jumlah pekerja/buruh, dan dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda

di gedung bertingkat, maka masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak

P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

Dalam rangka mencegah timbulnya penyakit, faktor – faktor lingkungan

juga perlu diperhatikan. Sanitasi industri merupakan praktek – praktek yang

dirancang untuk melindungi K3 di lingkungan industri. Lebih lanjut dijelaskan


dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan

kesehatan dan pencemaran lingkungan di perkantoran dan industri, pimpinan

satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

penyehatan lingkungan kerja perkantoran. Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Kerja Perkantoran dan Industri meliputi persyaratan air, udara, limbah,

pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, persyaratan kesehatan

lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi. Setiap kantor harus memiliki

toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan minimal sesuai dengan yang

diatur dalam KMK No 1405/MENKES/SK/XI/2002. Sebelumnya Peraturan

Menteri Perburuhan No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta

Penerangan dalam Tempat Kerja juga telah menerangkan bahwa diperlukan

tersedianya kakus-kakus yang terbuat dari bahan yang kuat untuk kaum buruh.

Toilet merupakan salah satu tempat yang dapat menyebabkan terjadinya

penyebaran penyakit karena dalam penggunaannya yang berhubungan dengan

pembersihan bagian-bagian tubuh yang kotor serta mengandung kuman. Public

restroom atau toilet menunjukkan situasi yang lebih memungkinkan untuk

terdapatnya berbagai macam mikroba sehingga kecenderungan untuk menularkan

kepada orang lain lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena toilet digunakan oleh

banyak komunitas dengan berbeda latarbelakang dan sikap peduli kebersihannya.

Hal ini tentunya sangat membahayakan bagi para pengguna maupun pengelola

lokasi setempat dalam hal kesehatan mereka dan masyarakat sekitar. Kuman bisa

berkembang dengan sangat cepat jika keadaan toilet kotor dan tidak dibersihkan

seperti seharusnya. Karena setiap 20 menit, kuman itu dengan mudah


berkembang. Beberapa penyakit yang disebabkan dari toilet kotor yaitu diare,

hepatitis A, cacingan dan tifus.4

Melalui pertimbangan di atas, perlu dilakukan penilaian penyediaan kotak

P3K dan sarana MCK di lingkungan kerja PT Semen Padang, terutama di sektor

pertambangan. Penilaian dilakukan untuk melihat sejauh mana penyediaan kotak

P3K dan sarana MCK di sektor pertambangan memenuhi kaidah yang diatur

dalam Undang – Undang.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah penulisan ini

adalah
1. Bagaimana penyediaan kotak P3K di sektor pertambangan PT.Semen

Padang?

2. Bagaimana pengelolaan sarana MCK di sektor pertambangan PT.Semen

Padang?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui gambaran tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di PT. Semen Padang yang meliputi penyediaan kotak P3K dan

sarana MCK
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui penyediaan kotak P3K di sektor pertambangan

PT.Semen Padang.
2. Mengetahui pengelolaan sarana MCK di sektor pertambangan

PT.Semen Padang.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur serta laporan penilaian checklist dan kuesioner tentang

penyediaan kotak P3K serta pengelolaan sarana MCK di sektor pertambangan

PT.Semen Padang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan5


Keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di bidang pertambangan

menjadi aspek penting dalam kegiatan usaha pertambangan karena memiliki risiko
tinggi terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja. Namun

permasalahan tersebut dapat dicegah dengan melakukan penerapan sistem

manajemen keselamatan pertambangan yang efektif dan efisien. Berbagai

peraturan telah dibuat, yang terbaru adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral No. 38 tahun 2014 tentang Sistem Manajemen Keselamatan

Pertambangan atau disebut SMKP Minerba yang mewajibkan perusahaan

menerapkannya.

Peraturan Menteri ESDM no 38 tahun 2014 merupakan peraturan yang

mengatur tentang Penerapan SMKP (Sistem Manajemen Keselamatan

pertambangan). SMKP merupakan Sistem manajemen yang menjadi bagian dari

sistem manajemen perusahaan dalam rangka untuk mengendalikan risiko

keselamatan pertambangan yang terdiri dari K3 pertambangan dan keselamatan

operasi pertambangan (K3 Pertambangan dan KO Pertambangan). SMKP wajib

dilaksanakan oleh semua perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, yang

meliputi perusahaan pertambangan dan perusahaan jasa pertambangan. Elemen-

elemen yang terdapat dalam SMKP ada 7 (tujuh) elemen, yaitu: Kebijakan

Perencanaan Organisasi dan personel Implementasi Evaluasi dan Tindak Lanjut

Dokumentasi Tinjauan manajemen Bagi perusahaan yang tidak melaksanakan

SMKP akan dikenakan sanksi berupa :Sanksi peringatan tertulis, Penghentian

sementara sebagian atau seluruh kegiatan operasional, dan pencabutan ijin usaha.

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan sendiri terbentuk sebagai

sinkronisasi dari terbitnya Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang

merupakan turunan dari Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan. PP No. 50 tahun 2012 ini mengatur kebijakan nasional tentang

SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3. Untuk

mengakomodasi kekhususan yang ada pada beberapa sektor usaha, maka pada PP

No. 50 tahun 2012, Pasal 4 ayat (2) mengatur bahwa instansi sektor usaha dapat

mengembangkan pedoman penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Sektor pertambangan merupan salah satu sektor

usaha yang diberikan kekhususan untuk mengembangkan pedoman SMK3.

Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sektor

pertambangan ini selanjutnya dikembangkan menjadi istilahnya menjadi Sistem

Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP).

Pada tahun 2014 bulan Desember, Sistem Manajemen Keselamatan

Pertambangan (SMKP) ditetapkan berupa Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral No.38 tahun 2014 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara, yang selanjutnya disebut

SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang

terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, dan keselamatan

operasi pertambangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan (K3

Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi pekerja

tambang agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan keselamatan kerja,

kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja. Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan) adalah

segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional tambang yang aman,
efisien, dan produktif melalui upaya, antara lain pengelolaan sistem dan

pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, pertambangan; pengaman

instalasi; kelayakan sarana prasarana, instalasi dan peralatan pertambangan,

kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan hasil kajian teknis.


Menurut Permen 38, keselamatan pertambangan adalah segala kegiatan

yang meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan

keselamatan operasional pertambangan. K3 Pertambangan adalah segala kegiatan

untuk menjamin dan melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui

upaya pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja dan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

KO Pertambangan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

operasional tambang yang aman, efisien dan produktif melalui upaya, antara lain

pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan saranan, prasarana,

instalasi, kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan,

kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
Penerapan SMKP Minerba bertujuan untuk :
1. Meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yang terencana,

terukur, terstruktur, dan terintegrasi.


2. Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian

berbahaya.
3. Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan

produktif.
4. Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk

meningkatkan produktivitas.

2.2 Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


2.2.1 Definisi
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut

dengan
P3K di tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat

dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada di tempat

kerja,yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.6

Kotak P3K adalah kotak terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa,

berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau yang berisi obat-obat

untuk pertolongan pertama. 6

2.2.2 Persyaratan Ruang P3K6

a. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih

dengan lambing P3K berwarna hijau;


b. Isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan ini dan

tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

P3K di tempat kerja;


c. Penempatan kotak P3K :

1. Dada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang

jelas, cukup

cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan;

2. Disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini;

3. Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih

masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah

pekerja/buruh;

4. Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat,

maka masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai

jumlah pekerja/buruh.

2.2.3 Isi Kotak P3K


Tabel 2.1 Daftar Isi Kotak P3K
No. ISI KOTAK A KOTAK B KOTAK C
(untuk 25 (untuk 50 (untuk100
pekerja/buruh atau pekerja/buruh pekerja/buruh
kurang) atau kurang) atau kurang)
1 Kasa steril terbungkus 20 40 40
2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4 Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5 Plester Cepat 10 15 20
6 Kapas (25 gram) 1 2 3
7 Kain segitiga/mittela 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali 2 3 4
pakai(pasangan)
11 Masker 2 4 6
12 Pinset 1 1 1
13 Lampusenter 1 1 1
14 Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 Kantong plastik bersih 1 2 3
16 Aquades (100 ml lar. 1 1 1
Saline)
17 Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18 Alkohol 70% 1 1 1
19 Buku panduan P3K di 1 1 1
tempat kerja Buku catatan
20 Daftar isi Kotak P3K 1 1 1
21 Kasa steril terbungkus 1 1 1

2.2.4 Kecelakaan Kerja

2.2.4.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. 7 Menurut

(OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu

kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka,

kerusakan harta benda atau kerugian waktu.8

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.

3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju

tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.5

Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank

dan george, 1990):

1. Accident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang

menimbulkankerugian baik manusia ataupun harta benda


2. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan

kerugian.
3. Near miss adalah kejadian hampir celaka artinya kejadian ini hampir

menimbulkan accident atau incident.

2.2.4.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh

dua faktor, yaitu:9

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi

aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya

kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-

perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental.

Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang

tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,

kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan

kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran

mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat,

kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi
disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri

(manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh,

mengantuk, lelah dan sebagainya.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat

pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor

mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan

suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat

disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dab

pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau

perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur

barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari

kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari

tempat yang tinggi maupun di tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh

besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang

penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house

keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan

bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin.

Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan

lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan

yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada

pencahayaan setempat.

2.2.4.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam

Suma’mur (1987), klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut :


1. Berdasarkan jenis pekerjaan

a) Terjatuh

b) Tertimpa benda jatuh

c) Tertumbuk atau terkena benda-benda

d) Terjepit oleh benda

e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f) Pengaruh suhu tinggi

g) Terkena arus listrik

h) Kontak bahan berbahaya atau radiasi

2. Berdasarkan penyebab

a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian

kayu, dan sebagainya.

b) Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat

angkut darat, udara dan air

c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan sebagainya.

d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, zat-

zat kimia, dan sebagainya.

e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah

tanah).

3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan

a) Patah tulang

b) Dislokasi (keseleo)

c) Regang otot
d) Memar dan luka dalam yang lain

e) Amputasi

f) Luka di permukaan

g) Gegar dan remuk

h) Luka bakar

i) Keracunan-keracunan mendadak

j) Pengaruh radiasi

4. Berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh

a) Kepala

b) Leher

c) Badan

d) Anggota atas

e) Anggota bawah

f) Banyak tempat

g) Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut

2.3 Toilet

2.3.1 Definisi

Toilet adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, WC,

dan westafel yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam

kerja.10

2.3.2 Persyaratan Toilet 11

1. Kakus-kakus yang terbuat dari bahan yang kuat harus disediakan untuk

kaum buruh.
2. Kakus-kakus tersebut harns terpisah untuk laki-laki dan perempuan,

sehingga tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesusilaan.


3. Kakus-kakus itu tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja

dan letaknya harus dinyatakan dengan jelas.


4. Kakus-kakus itu harus selalu dibersihkan oleh pegawai-pegawai tertentu.
5. Kakus.-kakus harus mendapat penerangan yang cukup dan pertukaran

udara yang baik.


6. Jumlah kakus ada1ah sebagai berikut :
Untuk 1 - 15 orang buruh = 1 kakus.
Untuk 16 - 30 orang buruh = 2 kakus.
Untuk 31 - 45 orang buruh = 3 kakus.
Untuk 46 - 60 orang buruh = 4 kakus.
Untuk 61 - 80 orang buruh = 5 kakus.
Untuk 81- 100,orang buruh = 6 kakus.
dan selanjutnya untuk tiap 100 orang 6 kakus.
7. Dinding kakus setinggi 1,5 meter dari lantai harus terbuat dari bahan yang

mudah di bersihkan ( diter atau ditegel marmer ) :


8. Dinding kakus setjnggi 1,5 meter dari lantai harus terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan (diter atau ditegel marmer).


9. Lantai dan dinding kakus harus selalu terlihat bersih.
10. Kakus yang bersih ialah kakus yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

a. Tidak boleh berbau.

b. Tidak boleh ada kotoran yang terlihat.

c. Tidak boleh ada lalat, nyamuk atau, serangga yang lain.

d. Harus selalu tersedia air bersih yang cukup untuk dipergunakan.

e. Harus dapat dibersihkan dengan mudah.

f. Paling sedikit harus dibersihkan 2 - 3 x sehari.

g. Pintu kakus harus dapat ditutup dengan mudah.

2.3.4 Persyaratan Toilet menurut Permenkes10

1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria.

2. Toilet dibersihkan 2 kali sehari


3. Setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban

dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :

a. Untuk karyawan pria :

Tabel 2.2 Persyaratan Toilet Karyawan Pria


No JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
KARYAWAN KAMAR JAMBAN PETURASAN WASTAFEL
MANDI
1 S/d 25 1 1 2 2
2 26 s/d 50 2 2 3 3
3 51 s/d 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan
satu peturasan

b. Untuk karyawan wanita :

Tabel 2.3 Persyaratan Toilet Karyawan Pria


No JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH WASTAFEL
KARYAWAN KAMAR JAMBAN
MANDI
1 S/d 20 1 1 2
2 21 s/d 40 2 2 3
3 41 s/d 70 3 3 5
4 71 s/d 100 4 4 6
5 101 s/d 140 5 5 7
6 141 s/d 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan
satu peturasan

2.3.5 Jenis Penyakit Akibat Tidak Toilet yang Tidak Bersih

2.3.5.1 Penyakit Kulit

Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,

dan kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan

penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.11

2.3.5.2 Diare
Diare adalah feses yang lembek dan encer yang keluar lebih dari tiga kali

dalam 24 jam. Diare disebabkan karena hignitas air yang tidak bersih.

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penyediaan Kotak P3K di Sektor Pertambangan PT.Semen Padang


3.1.1 Kelengkapan Kotak P3K
Tabel 3.1 Pencapaian Kelengkapan Isi Kotak P3K
Pencapaian Isi
P3K Sesuai
No Isi Target
Jumlah %
1 Kasa Steril Terbungkus 3 15,79
2 Perban (lebar 5 cm) 13 68,42
3 Perban (lebar 10 cm) 13 68,42
4 Perban (lebar 1,25 cm) 3 15,79
5 Plester Cepat 2 10,53
6 Kapas (25 gram) 18 94,74
7 Kain segitiga/mittela 18 94,74
8 Gunting 6 31,58
9 Peniti 3 15,79
10 Sarung Tangan Sekali Pakai 16 84,21
11 Masker 16 84,21
12 Pinset 8 42,11
13 Lampu Senter 6 31,58
14 Gelas untuk Cuci Mata 18 94,74
15 Kantong Plastik Bersih 11 57,89
16 Aquades (100 ml lar. Saline) 19 100
17 Povidon Iodin (60 ml) 14 73,68
18 Alkohol 70% 16 84,21
19 Buku Panduan P3K di Tempat Kerja 1 5,26
20 Buku Catatan 14 73,68
Berdasarkan survei di lokasi tambang PT Semen Padang, tidak terdapat
kotak P3K yang lengkap secara keseluruhan (lampiran 1). Dalam tabel terlihat
bahwa perlengkapan kotak P3K yang paling banyak tidak dimiliki masing-masing
area pada lokasi tambang adalah buku panduan P3K di tempat kerja (5,26%).
Sedangkan untuk aquades (100%), telah terdapat pada seluruh kotak P3K.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Permenakertrans) Republik Indonesia No. PER-15/Men/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja, terdapat 20 perlengkapan
yang mengisi setiap kotak P3K. Kotak P3K yang lengkap terdiri dari kasa steril
terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 10 cm), perban (lebar 1,25 cm),
plester cepat, kapas (25 gram), gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
pinset, lampu senter, gelas untuk cuci mata, kantong plastik bersih, aquades (100
ml lar. saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K di tempat
kerja, dan buku catatan.
Berdasarkan survei di lokasi tambang PT Semen Padang, tidak terdapat
kotak P3K yang lengkap secara keseluruhan. Pada setiap area tambang terdapat
kekurangan 5-13 perlengkapan pada kotak P3K. Area pertambangan dengan
kelengkapan kotak P3K paling sedikit adalah Area Posko II Karang Putih.
Perlengkapan kotak P3K yang paling banyak tidak dimiliki masing-masing area
pada lokasi tambang adalah buku panduan P3K di tempat kerja (5,26%), padahal
buku ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk pengunaan dan pemanfaatan
peralatan kotak P3K. Sedangkan untuk aquades (100%), telah terdapat pada
seluruh kotak P3K.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans)
Republik Indonesia No. PER-15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan di Tempat Kerja terdapat 3 jenis kotak P3K, yaitu kotak A, kotak
B, dan kotak C. Setiap kotak memiliki perlengkapan yang sama, tetapi dengan
jumlah yang berbeda. Penggunaan jenis kotak P3K tergantung pada jumlah
pekerja buruh. Pada lokasi tambang, seluruh area menggunakan kotak P3K jenis
kotak A, yang digunakan untuk jumlah pekerja dibawah 26 orang pada setiap area.

3.1.2 Pengetahuan Pekerja Mengenai PK3


Pengetahuan pekerja di lokasi tambang PT Semen Padang mengenai PK3
dilihat dari checklist. Checklist terdiri atas 10 pertanyaan yang telah disebar ke
setiap area yang memilki kotak PK3, dengan hasil:
1. Apakah Saudara tahu kotak P3K?
Seluruh responden menjawab ‘ya’ (100%).
2. Apakah terdapat kotak P3K di lingkungan kerja saudara?
Seluruh responden menjawab ‘ya’ (100%).
3. Apakah kotak P3K tersebut mudah dilihat dan dijangkau?
Seluruh responden menjawab ‘ya’ (100%).
4. Apakah Saudara mengetahui apa saja isi dari kotak P3K?
Seluruh responden menjawab ‘ya’ (100%).
5. Apakah Saudara tahu kegunaan dari isi kotak P3K?
Seluruh responden menjawab ‘ya’ (100%).
6. Apakah Saudara pernah menggunakan kotak P3K?
Terdapat 17 responden menjawab ‘ya’ (89,47%) dan 2 responden menjawab
‘tidak’ (10,53%).
7. Apakah Saudara pernah mendapatkan pelatihan mengenai P3K?

Terdapat 15 responden menjawab ‘ya’ (78,95%) dan 4 responden menjawab


‘tidak’ (21,05%).
8. Apakah Saudara tahu siapa yang bertanggungjawab terhadap kotak P3K?

Terdapat 17 responden menjawab ‘ya’ (89,47%) dan 2 responden menjawab


‘tidak’ (10,53%).
9. Apakah menurut Saudara jumlah kotak P3K di lingkungan kerja Saudara
sudah cukup memadai?

Terdapat 15 responden menjawab ‘ya’ (78,95%) dan 4 responden menjawab


‘tidak’ (21,05%).
10. Apakah menurut Saudara kotak P3K bermanfaat?

Seluruh responden menjawab ‘ya’ (100%).

Secara keseluruhan pengetahuan pekerja mengenai PK3 sudah sangat baik,


tetapi masih ada kendala di beberapa area di lokasi tambang PT. Semen Padang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans)
Republik Indonesia No. PER-15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan di Tempat Kerja, di tempat kerja terdapat minimal 1 petugas
P3K untuk 150 pekerja pada area dengan potensi bahaya rendah dan 1 petugas
P3K untuk 100 pekerja pada area dengan potensi bahaya tinggi. Pada lokasi
tambang terdapat 4 responden (21,05%) yang belum mendapatkan pelatihan
mengenai P3K. Hal ini seharusnya menjadi perhatian karena pengetahuan dan
pelatihan diperlukan untuk penanganan kecelakaan kerja.
Pengetahuann mengenai siapa yang bertanggung jawab terhadap kotak P3K
dan kecukupan terhadap jumlah kotak P3K seharusnya juga dimiliki untuk
menunjang kesejahteraan pekerja. Pada lokasi tambang terdapat 2 responden
(10,53%) yang belum mengetahui penanggungjawab P3K. Dan 4 responden
(21,05%) yang merasa belum cukup dengan kotak P3K yang tersedia, hal ini
dapat dikaitkan dengan kelengkapan isi kotak P3K yang masih kurang.

3.2 Pengelolaan Sarana MCK di Sektor Pertambangan PT.Semen Padang

3.2.1 Kelayakan MCK


Data kelayakan MCK berdasarkan ceklis dari 20 MCK yang di survey di
daerah tambang PT. Semen Padang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Kelayakan MCK Tambang PT. Semen Padang Berdasarkan Ceklis
No Kelayakan MCK Jumlah Persentase
1 Toilet terbuat dari bahan yang kuat (dinding semen) 20 100%
2 Toilet terpisah untuk laki-laki dan perempuan 4 20%
3 Toilet tidak berhubungan langsung dengan tempat kerja 12 60%
4 Terdapat papan petunjuk toilet yang jelas 6 30%
5 Toilet dibersihkan setiap hari (min 2x/hari) 4 20%
6 Terdapat penerangan yang cukup 19 95%
7 Terdapat ventilasi yang baik 19 95%
8 Jumlah toilet sesuai dengan dengan jumlah pekerja 17 85%
9 Tinggi dinding toilet 1,5 meter dari lantai dan mudah 20 100%
dibersihkan
10 Lantai dan dinding toilet bersih bersih 14 70%
11 Toilet tidak berbau 16 80%
12 Tidak ada kotoran yang terlihat pada toilet 18 90%
13 Tidak terdapat nyamuk, lalat, atau serangga lainnya di dalam 19 95%
toilet
14 Tersedia air bersih yang cukup untuk digunakan 15 75%
15 Sumber air bersih mengalir lancer (kran) 18 90%
16 Pintu toilet dapat ditutup dengan mudah 19 95%
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak semua MCK di daerah tambang PT.
Semen Padang memenuhi kriteria MCK sehat berdasarkan Peraturan Menteri No.
7 tahun 1968. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa MCK yang dibersihkan setiap
hari minimal 2 kali sehari hanya sebanyak 20%, toilet perempuan dan laki-laki
terpisah hanya sebanyak 30%, dan hanya 85% MCK yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah pekerja.

3.2.2 Kebiasaan dan kepuasan Karyawan Terhadap MCK


Berdasarkan 10 pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, didapatkan bahwa

kebiasaan dan kepuasaan karyawan terhadap MCK yang tersedia sesuai dengan

tabel berikut:

Tabel 3.3 Hasil Kebiasaan dan Kepuasan

No Kelayakan MCK Jumlah Persentase


1 MCK yang terlalu jauh 0 0%
2 Pemanfaatan MCK yang dibangun 17 100%
3 Antri saat menggunakan MCK 1 6%
4 Kepuasaan dengan MCK 1 59%
5 Keterlibatan dalam pemeliharaan MCK 10 71%
6 Penyuluhan tentang sanitasi 5 29%

Dari tabel 3.3 didapatkan bahwa hanya 59% karyawan yang puas dengan
MCK yang telah tersedia, 71% karwayan yang terlibat dalam pemeliharaan MCK,
dan hanya 29% karyawan yang mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi MCK.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh maka diperoleh kesimpulan:

1. Semua kotak P3K yang terdapat di lokasi tambang PT Semen Padang


tidak memenuhi syarat kelengkapan sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2008.
2. Semua karyawan di lokasi tambang PT Semen Padang mengetahui
apa itu kotak P3K, lokasi kotak P3K di masing-masing area, kegunaan
dari kotak P3K, serta beranggapan bahwa kotak P3K tersebut
bermanfaat, namun hanya sebagian kecil pekerja yang mendapatkan
pelatihan mengenai P3K.
3. MCK sudah tersedia di setiap wilayah tambang PT. Semen Padang,
dimana total MCK yang terdapat di area tambang yaitu sebanyak 20.
4. Tidak semua MCK di daerah tambang PT. Semen Padang memenuhi
kriteria MCK sehat berdasarkan Peraturan Menteri No. 7 tahun 1968.
Didapatkan bahwa MCK yang dibersihkan setiap hari minimal 2 kali
sehari hanya sebanyak 20%, toilet perempuan dan laki-laki terpisah
hanya sebanyak 30%, dan hanya 85% MCK yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah pekerja.
5. Hanya 59% dari semua pekerja yang puas dengan MCK yang ada. Hal
ini karena disebabkan paling banyak karena air yang sering keruh pada
saat musim hujan dan kebersihan MCK yang tidak terjaga.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan untuk:

1. Dilakukan pengecekan kelengkapan isi kotak P3K oleh petugas P3K


yang lebih aktif.
2. Segera melengkapi isi kotak P3K sesuai dengan syarat kelengkapan
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008.

3. Dilakukan tinjauan ulang kembali tentang kelayakan MCK di setiap


lokasi di wilayah tambang PT Semen Padang, karena masih terdapat
beberapa kakus yang belum memenuhi kelayakan Peraturan Menteri
No. 7 tahun 1968.

Lampiran 1
KUISIONER PENGADAAN KOTAK P3K
DI LINGKUNGAN KERJA INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

Nama :
Umur :
Tempat Kerja :

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah saudara tahu kotak P3K?

2 Apakah terdapat kotak P3K di lingkungan kerja saudara?

3 Apakah Kotak P3K tersebut mudah dilihat dan dijangkau?

4 Apakah saudara mengetahui apa saja isi dari kotak P3K?

5 Apakah saudara tahu kegunaan dari isi kotak P3K?

6 Apakah saudara pernah menggunakan kotak P3K?

7 Apakah saudara pernah mendapatkan pelatihan mengenai P3K?


Apakah saudara tahu siapa yang bertanggung jawab terhadap kotak
8
P3K?
Apakah menurut saudara jumlah kotak P3K di lingkungan kerja
9
saudara sudah cukup memadai?
10 Apakah menurut saudara kotak P3K bermanfaat?

Lampiran 2
CHECKLIST KELENGKAPAN KOTAK P3K

DI LINGKUNGAN KERJA INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

No. ISI KOTAK A KOTAK B KOTAK C


(untuk 25 (untuk 50 (untuk100
pekerja/buruh atau pekerja/buruh pekerja/buruh
kurang) atau kurang) atau kurang)
1 Kasa steril terbungkus 20 40 40
2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4 Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5 Plester Cepat 10 15 20
6 Kapas (25 gram) 1 2 3
7 Kain segitiga/mittela 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali 2 3 4
pakai(pasangan)
11 Masker 2 4 6
12 Pinset 1 1 1
13 Lampusenter 1 1 1
14 Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 Kantong plastik bersih 1 2 3
16 Aquades (100 ml lar. 1 1 1
Saline)
17 Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18 Alkohol 70% 1 1 1
19 Buku panduan P3K di 1 1 1
tempat kerja Buku catatan
20 Daftar isi Kotak P3K 1 1 1
21 Kasa steril terbungkus 1 1 1

Lampiran 3
KUESIONER KELAYAKAN MCK

DI LINGKUNGAN KERJA INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

Nama :

Umur :

Tempat Kerja :

1. Apakah jarak MCK terlalu jauh dari tempat anda bekerja?


a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, berapa jarak antara MCK dengan jarak tempat anda bekerja?
a. 0 – 10 m
b. 11 – 20 m
c. 21 – 30 m
d. > 30 m
3. Apakah anda sudah memanfaatkan MCK yang telah dibangun?
a. Ya
b. Tidak
Jika iya, berapa kali dalam sehari anda menggunakan MCK?..........
4. Jika tidak apa alasannya? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Terlalu Jauh
b. Air tidak ada
c. Tidak ada penerangan
d. Ruangan sempit, pengap, dan banyak nyamuk
e. WC Rusak
f. Bau
g. Lainnya, sebutkan...........
5. Apakah dalam menggunakan MCK anda sering mengantri?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika iya, apakah anda tetap menunggu, atau mencari lokasi lain:
a. Ya, menunggu
b. Tidak, mencari lokasi lain
7. Apakah anda merasa puas dengan MCK?
a. Ya
b. Tidak, biasa aja
8. Apakah anda terlibat dalam pemeliharaan MCK?
a. Ya
b. Tidak
9. Jika iya, dalam bentuk apa?
a. Menjaga kebersihan MCK
b. Bantuan keuangan
c. Merawat MCK yang ada
10. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan dan
sanitasi?
a. Ya
b. Tidak
Keluhan selama memakai MCK:

Penyakit yang sering diderita selama bekerja:

Kendala yang terjadi selama bekerja:


LEMBAR KELAYAKAN MCK

DI LINGKUNGAN KERJA INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

NO POIN YANG DINILAI ADA TIDAK


1 Kakus terbuat dari bahan yang kuat
2 Kakus terpisah laki-laki dan

perempuan
3 Tempat dinyatakan dengan jelas (ada

petunjuk)
4 Kakus berhubungan langsung dengan

tempat kerja
5 Kakus dibersihkan rutin
6 Penerangan kakus cukup
7 Ventilasi kakus
8 Dinding pembatas minimal setinggi

1.5 m
9 Lantai terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan
10 Syarat kakus bersih :

a. Berbau
b. Kotoran
c. Lalat/nyamuk/serangga
d. Air bersih
e. Pintu yang bisa dikunci
Jumlah karyawan :

Jumlah kakus yang tersedia :

Berapa kali dibersihkan dalam sehari :

Lampiran 4

Dokumentasi
Lampiran 5
Data Kelengkapan Kotak P3K

Keterangan:
L1: Tambang
L2: PLIAT IV
L3: Panol 1-11
L4: PCT 2 ABI
L5: PCT 2 Belt Conveyor
L6: PCT 1 Crusher
L7: Administrasi Tambang
L8: Bengkel Alat Berat
L9: Planner Alat Berat
L10: CBM Tambang
L11: Blaster Area
L12: PH Solar
L13: Posko II Karang Putih
L14: Aula Kampung Lereng
L15: Ruang Pemetaan Tambang
L16: Kantor SHE
L17: PMBT dan Truk
L18: Pemeliharaan Oli
L19: BLIAT 2

DAFTAR PUSTAKA
1. Ramli. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
Jakarta : Dian Rakyat. 2010.
2. Utomo. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
perusahaan dalam Memberikan Perlindungan Bagi Pekerja. 2013.
3. KEPMEN No. 555.K/26/M.PE/1995.
4. Bagiastra I K. Analisis Manajemen Toilet Umum di Kawasan Wisata.
Lombok. Media Bina Ilmiah. 2013.
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 38 Tahun 2016
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 15 /MEN/VIII/2008
7. Adzim HI. Penyakit Akibat Kerja. 2013. Dapat diakses di:
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-
akibat-kerja-pak.html.
8. Bradaningsih L, Enny ZK. UNS. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. 2014;1-21.
9. Suyono Joko. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC. 1993.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002
11. Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964

Anda mungkin juga menyukai