UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
DIAN PURNAMA
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Solok
Tahun 2017”. Dalam penyelesaian usulan penelitian skripsi ini juga tidak lepas dari
bantuan serta dukungan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini tidak lupa pula
1. Bapak Prof. Dr. Tafdil Husni, SE, MBA selaku Rektor Universitas Andalas.
2. Bapak Defriman Djafri, SKM., MKM., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kesehatan
skripsi.
7. Bapak Drs. Zudarmi, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan arahan, saran
Penulis berharap usulan penelitian ini bermanfaat bagi semua orang sehingga
maaf jika dalam usulan penelitian ini ada banyak kekurangan karena penulis juga
i
masih dalam proses pembelajaran. Untuk itu, segala kritik dan saran yang
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1 : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Manfaat Penelitian 8
1.4.1 Manfaat Teoritis 8
1.4.2 Manfaat Praktis 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 8
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 9
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 9
2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 9
2.1.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja 10
2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 11
2.3 SMK3 di Rumah Sakit 13
2.3.1 Penetapan Kebijakan K3 13
2.3.2 Perencanaan K3 15
2.3.3 Pelaksanaan Rencana K3 22
2.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 24
2.3.5 Peninjauan Ulang dan Peningkatan Kinerja K3 26
2.4 Dasar Hukum SMK3 di Rumah Sakit 27
2.5 Pentingnya SMK3 di Rumah Sakit 27
iii
2.6 Tujuan dan Sasaran SMK3 di Rumah Sakit 30
2.7 Program K3 Rumah Sakit 30
2.8 Pendekatan Sistem 37
2.8.1 Unsur-Unsur Sistem 38
2.9 Alur Pikir 40
BAB 3 : METODE PENELITIAN 41
3.1 Jenis Penelitian 41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 41
3.3 Instrumen Penelitian 41
3.4 Teknik Penentuan Informan Penelitian 42
3.5 Metode Pengumpulan Data 42
3.5.1 Cara Pengumpulan Data 42
3.5.2 Alat Pengumpulan Data 43
3.6 Definisi Istilah 44
3.7 Pengolahan dan Analisa Data 45
3.8 Matrik Pengumpulan Data 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bahaya Potensial Berdasarkan Lokasi dan Pekerjaan di Rumah Sakit.......17
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1 : PENDAHULUAN
ternyata tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak
negatif yaitu memberikan pengaruh dan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
pelayanan kesehatan yang bersifat sosioekonomi, yaitu suatu usaha yang walau
bersifat sosial namun diusahakan agar bisa memperoleh surplus dengan cara
kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang jelas
dan modern untuk setiap unit kerja atau bidang kerja. Salah satunya pada bidang
Potensi bahaya pada petugas rumah sakit lebih besar risikonya bila
dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumnya. Tenaga kerja rumah sakit lebih
rentan terkena risiko bahaya, kemungkinan keseleo, cidera, infeksi dan penyakit yang
berasal dari parasit, dermatitis, hepatitis dan lain-lain. Melihat perkembangan rumah
sakit saat ini, fasilitas pendukung medis pun semakin berkembang sehingga potensi
bahaya dan permasalahannya pun semakin kompleks sehingga perlu adanya proteksi
bagi petugas kesehatan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan saat melakukan
aktivitas pekerjaan. Potensi bahaya yang timbul di rumah sakit selain penyakit-
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lainnya yang dipengaruhi oleh situasi dan
1
2
Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja,
antara lain berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, bangsal, laboratorium, kamar
penyalur petir, alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan,
instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan
sebagainya.
banyak potensi bahaya yang mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di
Rumah Sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah
khususnya pasal 164, 165 dan 166 dijelaskan bahwa pengelola tempat kerja /
pengelola Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai
potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
Laporan dari The National Safety Council (NSC) tahun 2015 mencatat bahwa
sektor pelayanan kesehatan memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja lebih besar
3
dari pada sektor industri lain. Pada tahun 2013 saja terdapat 666.300 kasus
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja pada petugas pelayanan kesehatan,
dengan rasio 4.4 kasus tiap 100 petugas kesehatan yang menyebabkan hilangnya hari
pelayanan kesehatan pasien, permukaan lantai, gerakan atau posisi tubuh pekerja,
peralatan kerja, bahan kimia, mesin, dan sumber-sumber bahaya lainnya. Sedangkan
kejadian kecelakaan kerja yang dialami pekerja dari yang terbesar adalah, terjatuh,
tergelincir, benturan dengan benda atau peralatan, kelelahan pada bagian tubuh
tertentu karena posisi kerja yang salah dan gerakan yang berulang-ulang, serta
2012, 1 (satu) pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja
dan 153 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia, hasil survei
ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat dua terendah di dunia
dalam penerapan K3, yaitu menempati urutan ke 152 dari 153 negara. Dipaparkan
bahwa dari 15.043 perusahaan berskala besar, hanya sekitar 317 perusahaan (2,1%)
yang menerapkan SMK3 dan standar keselamatan kerja di Indonesia dan itu pun
dikawasan Asia Tenggara. Kondisi lain yang terjadi di Indonesia yaitu terjadinya
pekerja Indonesia. ILO juga mencatat bahwa setiap tahunnya di Indonesia terjadi
seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah membuat Negara Indonesia merugi
dapat dilihat dari tingginya angka Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang
ada di rumah sakit. Penelitian dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) karena tertusuk jarum suntik mencapai 38-73 %
dari total petugas kesehatan. Penelitian lain terhadap dua rumah sakit di Kabupaten
Tana Toraja juga mencatat lebih dari 60% petugas di rumah sakit mengalami
kecelakaan kerja. Hasil penelitian Trisilawati (2006) di RSUD Dr. Haryoto Lumajang
terdapat angka kejadian KAK yang cukup besar yaitu 57,83% dan PAK sebesar
pengelolaan data dan informasi yang kurang baik terhadap setiap kejadian KAK dan
PAK tersebut. Selain itu juga disebabkan karena sebagian besar tenaga RS tidak
pernah mengikuti penyuluhan, diklat atau seminar K3 sehingga sebagian besar dari
mereka tidak tahu bagaimana upaya penanggulangan kejadian KAK dan PAK
BPJS Ketenagakerjaan tahun 2016 mencatat sebanyak 1.285 kasus kecelakaan kerja
dengan pekerja meninggal sebanyak 175 orang. Sedangkan kasus kecelakaan kerja
pada petugas Rumah Sakit di Sumatera Barat dari hasil penelitian Hatta dan Zukri
sampah medis di Rumah Sakit yang ada di Sumatera Barat lebih banyak terjadi pada
petugas yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (91,3%) dari pada yang
K3 dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristiono dan
Azkha (2009), tentang Regulasi dan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5
Kesehatan Kerja (K3) rumah sakit saat ini belum dilaksanakan secara optimal di
Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan K3 rumah sakit dipengaruhi oleh regulasi dan
kebijakan dari pemerintah, komitmen manajemen rumah sakit sendiri dan adanya
Besarnya risiko dari berbagai potensi bahaya yang ada di rumah sakit
meniadakannya. Oleh karena itu K3 di rumah sakit perlu dikelola dengan baik
SMK3 sudah menjadi sesuatu hal yang sangat penting saat sekarang ini dan menjadi
sasaran penilaian akreditasi rumah sakit. Selain itu SMK3 merupakan faktor yang
secara tidak langsung berhubungan dengan pasien, tetapi memegang peran penting
dalam pelayanan rumah sakit. Pelayanan rumah sakit tidak dapat dikatakan bermutu
sakit sampai saat ini belum menjadi prioritas penting bagi rumah sakit. Rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Solok adalah Rumah Sakit Unit Pelaksana
Teknis dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan pada tahun 2011 lalu
RSUD Solok telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B. Upaya peningkatan
mutu pelayanan yang dilakukan secara terus menerus mampu meningkatkan status
akreditasi rumah sakit. Sehingga pada tahun 2010 RSUD Solok telah diakui dengan
status penuh tingkat lanjut untuk 12 kelompok pelayanan. Salah satunya mencakup
(RSUD) Solok dengan pihak manajemen rumah sakit yaitu kepala Sub Bagian
Verifikasi dan Perbendaharaan yang juga menjabat sebagai Ketua Komite K3, ketua
Panitia Penanggulangan Infeksi (PPI) dan 2 (dua) orang perawat di RSUD Solok
baru mulai diterapkan di RSUD Solok. Pada tahun 2016 lalu telah dibentuk Komite
dan struktur organisasi Komite K3 yang telah disahkan oleh direktur. Sedangkan
Solok juga telah mempunyai 2 (dua) orang ahli K3 yang telah mendapatkan pelatihan
K3RS. Ditinjau dari sarana dan prasarana, Komite K3 belum mempunyai ruangan
program-program K3. Hal ini juga disebabkan karena seluruh pengurus di Komite
K3 tidak purna waktu (juga bertugas di bagian pelayanan rumah sakit yang lain).
RSUD Solok juga belum mempunyai visi misi yang secara eksplisit tertulis untuk
program K3 saat ini di RSUD Solok belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dari
perencanaan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan belum ada dana yang dianggarkan
pelayanan yang lain, seperti program promosi K3 yang di laksanakan sejalan dengan
7
promosi kesehatan dilakukan oleh bagian promkes rumah sakit dan pemeriksaan
K3.
2. Untuk menganalisis komponen proses dari SMK3 di RSUD Solok tahun 2017
pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan peningkatan kinerja K3.
3. untuk menganalisis output dari SMK3 di RSUD Solok tahun 2017 yaitu
pemikiran bagi RSUD Solok dalam penerapan SMK3 di rumah sakit sebagai
upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman.
fasilitas K3.
2. Komponen proses yang meliputi penetapan kebijakan K3, perencanaan K3,
penerapan K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan
upaya demi terjaminnya keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani manusia serta hasil karya dan budaya yang bertujuan untuk kesejahteraan
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat
atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.
sewaktu bekerja.
3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari bekerja.
4. Memelihara moral, mencegah dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja
5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan
6. Merehabilitasi pekerja yang cidera atau sakit akibat pekerjaan.
9
10
terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari
sebagai berikut :
1. Kerugian langsung
baik cidera ringan , berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cidera ini akan
kerusakan.
2. Kerugian tidak langsung
a. Kerugian jam kerja. Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
yang disebabkan oleh perilaku pekerja melalui adanya budaya keselamatan yang
dilaksanakan oleh seluruh pihak yang terkait. Menurut ACSNI budaya keselamatan
adalah bagian dari sikap (attitude), keyakinan (belief), dan tata nilai (norm)
organisasi pada K3. Budaya keselamatan merupakan sikap dalam organisasi dan
dilaksanakan secara benar, seksama, dan penuh rasa tanggung jawab (Yusri, 2011).
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk
(seratus) orang dan memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi. Kemudian pada
pasal 6 dijelaskan bahwa penerapan SMK3 sebagaimana yang telah dijelaskan diatas
2. Perencanaan K3;
bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Rumah Sakit guna terciptanya
lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya manusia
13
Sakit.
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit merupakan satu proses
rencana, pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS, dan peninjauan dan peningkatan
kinerja K3RS.
ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan
tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum
dan/atau operasional.
pengurus dalam pelaksanaan K3. Dalam komitmen ada 3 hal yang perlu menjadi
kebijakan K3.
pelaksanaan K3RS secara tersistem dari waktu ke waktu dalam setiap aktivitasnya
dengan melaksanakan manajemen K3RS yang baik. Rumah Sakit harus mematuhi
hukum, peraturan, dan ketentuan yang berlaku. Pimpinan Rumah Sakit termasuk
14
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku untuk fasilitas Rumah Sakit.
dalam bentuk:
Kebijakan dan tujuan K3RS ditetapkan oleh pimpinan tertinggi Rumah Sakit
dan dituangkan secara resmi dan tertulis. kebijakan tersebut harus jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh SDM Rumah Sakit baik manajemen,
karyawan, kontraktor, pemasok dan pasien, pengunjung, pengantar pasien, tamu serta
pihak lain yang terkait dengan tata cara yang tepat. Selain itu semuanya bertanggung
Sakit. Kebijakan K3RS harus disosialisasikan dengan berbagai upaya pada saat rapat
pimpinan, rapat koordinasi, rapat lainnya, spanduk, banner, poster, audiovisual, dan
lain-lain.
Rumah Sakit yang dapat menentukan kebijakan Rumah Sakit. Semakin tinggi kelas
Rumah Sakit umumnya memiliki tingkat risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang lebih besar karena semakin banyak pelayanan, sarana, prasarana dan teknologi
fungsional dapat berbentuk komite tersendiri atau terintegrasi dengan komite lainnya,
dan/atau
instalasi K3RS.
dengan besarnya tingkat risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja, sehingga pada
Rumah Sakit dapat memiliki komite atau instalasi K3RS, atau memiliki keduanya.
sarana prasarana lainnya. Hal ini merupakan bagian dari komitmen pimpinan Rumah
Sakit. Pengalokasian anggaran pada program K3RS jangan dianggap sebagai biaya
pengeluaran saja, namun anggaran K3RS perlu dipandang sebagai aset atau investasi
berbagai masalah besar keselamatan dan kesehatan yang apabila terjadi akan
2.3.2 Perencanaan K3
Perencanaan K3 adalah suatu perencanaan guna mencapai keberhasilan
penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan yang
dibuat oleh perusahaan harus efektif dengan memuat sasaran yang jelas dari
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta hasil tinjauan awal terhadap K3.
penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem
pertanggungjawaban.
16
Rumah Sakit harus membuat perencanaan K3RS yang efektif agar tercapai
keberhasilan penyelenggaraan K3RS dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
disusun dan ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit dengan mengacu pada kebijakan
pelaksanaan K3RS yang telah ditetapkan dan selanjutnya diterapkan dalam rangka
mengendalikan potensi bahaya dan risiko K3RS yang telah teridentifikasi dan
penilaian serta pengendalian faktor risiko. Hal ini guna untuk menentukan
potensi bahaya serta jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat
terjadi.
penggunaan APD.
2. Membuat Standar Kerja
dan pihak yang terkait. Standar kerja dalam setiap pekerjaan berbeda-beda,
hal ini dapat dituliskan dalam SOP (Standard Operating Procedure) yang
harus dilaksanakan pada setiap pekerjaan. SOP harus berisi tentang proses
kerja secara detail, dari awal pekerjaan sampai dengan tahap akhir pekerjaan.
untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta
dilaporkan.
Elemen lain di Rumah Sakit, seperti sarana, prasarana dan modal lainnya,
tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari sumber
daya manusia K3RS. Oleh karena itu sumber daya manusia K3RS menjadi
faktor penting agar pelaksanaan K3RS dapat berjalan secara efisien, efektif
umum yang terlatih Kesehatan Kerja dan diagnosis penyakit akibat kerja.
c. Tenaga kesehatan masyarakat S1 jurusan/peminatan keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau
atau tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan fungsional
7. Fasilitas K3
biasanya berasal dari minimnya fasilitas K3, contohnya tidak tersedia alat
pelindung diri, alat pelindung diri yang tidak berfungsi dengan baik atau
pencahayaan yang kurang baik pada saat bekerja, tidak tersedianya APAR
dilengkapi dengan:
a. Keberlangsungan organisasi K3
b. Pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja
c. Pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan
setiap pengusaha pada dasarnya selalu berpikir keuntungan atau laba dalam
masalah ini harus dicermati secara hati-hati oleh para ahli K3 karena dapat
memberikan keuntungan bagi setiap tempat kerja, hal ini yang ditekankan
oleh Frank Bird dalam bukunya tentang Total Loss Control Management.
Frank Bird melihat bahwa masalah K3 bukan semata untuk mencegah KAK
dan PAK, melainkan hal yang jauh lebih besar adalah untuk mencegah
penting yaitu penerapan SMK3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan pada tahap ini adalah adanya jaminan kemampuan, kegiatan pendukung,
barang dan jasa, produk akhir, upaya tanggap darurat kecelakaan/bencana, rencana
dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam
pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi atau satuan
baik.
sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan. Pelatihan atau training bagi
sebagai bagian dari program keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
Training di tempat kerja dapat dilakukan pada saat awal akan dilaksanakan
suatu pekerjaan serta pertengahan pekerjaan. Materi training itu sendiri dapat
di fokuskan pada proses kerja, material yang digunakan pada saat pekerjaan,
serta yang paling utama keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri dalam
proses kerjanya.
3. Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk
mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
Kesehatan Kerja
g. Pengelolaan peralatan medis dari Aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Pelaksanaan K3RS tersebut harus sesuai dengan standar K3RS dan didukung
oleh sumber daya manusia di bidang K3RS, sarana dan prasarana, dan anggaran
yang memadai.
keadaan darurat. Kemajuan program K3RS ini dipantau secara periodik guna dapat
dan mengacu kepada rekaman sebelumnya serta pencapaian sasaran K3RS yang lalu.
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu
fungsi manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui
dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan, dan
Sakit (SPRS).
a. Pencatatan dan pelaporan K3
b. Pencatatan semua kegiatan K3
c. Pencatatan dan pelaporan KAK
d. Pencatatan dan pelaporan PAK
2. Inspeksi dan pengujian. Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai
kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah
ketentuan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
4. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
perencanaan K3, pelaksanaan K3, pemantauan dan evaluasi K3. Hasil peninjauan
Pimpinan Rumah Sakit harus melakukan evaluasi dan kaji ulang terhadap
kinerja K3RS. Hasil peninjauan dan kaji ulang ditindaklanjuti dengan perbaikan
dalam indikator kinerja yang akan dicapai dalam setiap tahun. Indikator kinerja
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib melaksanakan
Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan
belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak rumah sakit yang belum
menerapkan SMK3.
lingkungan kerja Rumah Sakit agar aman, sehat dan nyaman baik bagi karyawan,
Rumah Sakit dapat berjalan dengan baik bila pimpinan puncak atau Direktur RS
punya komitmen yang tinggi terhadap jalannya pelaksanaan K3RS. Selain itu perlu
juga pemahaman, kesadaran dan perhatian yang penuh dari segala pihak yang terlibat
Sakit bisa tercapai. Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan
sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat
dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali dimana unsur
keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk sebagai salah satu hal yang dinilai di
dalam akreditasi Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk melindungi
maupun lingkungan Rumah Sakit dari risiko kejadian keselamatan dan Kesehatan
rumah sakit
2. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 rumah sakit serta
rumah sakit
4. Rumah sakit kompetitif di era global, tuntutan pengelolaan program K3 di
terbaik
6. Pelaksanaan K3 berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup rumah
sakit
7. Karakteristik rumah sakit, pelayanan kesehatan merupakan industri yang
benar
c. Output: pelayanan prima
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit adalah
menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya
Rumah Sakit Sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar. Serta mencegah
timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja (PAK), penyakit
menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber daya manusia Rumah Sakit.
pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja
setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
Rumah Sakit;
b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film,
Sakit.
3. Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan umum K3RS;
b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit per unit
Rumah Sakit;
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal, pelatihan
penanggulangan kebakaran;
f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah
Sakit;
g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan pengelolaan
penanggulangan bencana;
i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;
j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;
k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);
l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja
Rumah Sakit.
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang
Rumah Sakit;
b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja yang berisiko dan
berbahaya;
e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.
7. Pelayanan keselamatan kerja
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
Rumah Sakit;
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan
tersebut;
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi
tempat yang berisiko (masker, apron, kaca mata, sarung tangan dll);
i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SDM Rumah Sakit;
j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap
kebutuhan);
b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya (alur
penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan
celaka);
c. Pendokumentasian data;
1) Data seluruh SDM Rumah Sakit;
2) Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
3) Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
4) Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :
a) Sebelum bekerja (awal) (orang)
b) Berkala (orang)
c) Khusus (orang)
5) Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;
6) Angka absensi SDM Rumah Sakit;
7) Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit;
8) Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit;
9) Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah
Sakit;
10) Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar Rumah
Sakit;
11) Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
33
penggunaannya);
12) Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan
sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan.
keseluruhan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas.
34
mendasar. Ini secara sederhana berarti bahwa segala sesuatu adalah saling
berhubungan dan saling tergantung. Suatu sistem terdiri dari elemen-elemen yang
berhubungan dan bergantung satu dengan yang lain; tetapi bila elemen tersebut
umum maupun khusus dan analisis tertutup maupun terbuka. Pendekatan sistem
umum pada manajemen dapat dikaitkan dengan konsep-konsep organisasi formal dan
terbuka, dengan dasar analisa konsepsional dan didasarkan pada data empirik, serta
sifatnya sintesis dan integratif. Sistem terbuka pada hakikatnya merupakan proses
a. Masukan (Input)
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat.
2) Tenaga
Sumber daya manusia adalah aset penting organisasi dan motor penggerak
proses manajemen. Sumber daya manusia adalah orang-orang yang bekerja atau yang
membantu manajemen menghasilkan barang atau jasa, sedangkan sumber daya non
manusia adalah berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan digunakan oleh
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam
kompleks, oleh karena itu diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan yang
3) Dana
Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan, karena segala sesuatu diperhitungkan secara rasional. Hal ini
berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji
tenaga kerja, alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta hasil yang akan dicapai oleh
suatu organisasi.
36
4) Sarana
Sarana merupakan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan oleh suatu
yang dibutuhkan dalam penerapan SMK3 seperti peraturan dari pemerintah, serta
pedoman dalam penerapan SMK3 baik dari perusahaan maupun dari pemerintah.
b. Proses
Proses merupakan suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan
c. Keluaran (Output)
Umpan balik adalah kumpulan elemen yang merupakan keluaran dari sistem
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dengan adanya umpan balik
terhadap sistem, maka dapat dilakukan perbaikan apabila terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan tersebut.
Perencanaan K3
Dana
Efektivitas
Penerapan
penerapan SMK3 di
Program K3
Fasilitas K3
RSUD Solok
Pelatihan K3
Penyuluhan K3
Pemantauan dan
Evaluasi Kinerja
K3
Peninjauan dan
Peningkatan
FEEDBACK
Kinerja K3
Monitoring & Evaluasi
37
maksud untuk menganalisis masalah yang terjadi pada penerapan SMK3 di RSUD
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus di
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian,
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisa data, dan
38
39
teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan informan sumber data dengan
pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang
apa yang peneliti harapkan, atau mungkin orang tersebut sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.
Informan yang dipilih dalam penelitian penerapan SMK3 di RSUD Solok ini
adalah orang yang mempunyai peran dalam penerapan SMK3 di rumah sakit.
Informan dapat dipercaya dan kompeten sebagai sumber data sehubungan dengan
objek penelitian dan informan mengetahui masalah secara lebih luas dan mendalam
sehubungan dengan objek penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Solok, seperti :
muncul dari informan yang tidak terdapat dalam panduan wawancara. Hal ini
b. Observasi
Observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek
untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati
secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih
2. Data Sekunder
e. Telaah Dokumen
Untuk pengambilan data sekunder dilakukan studi literatur dan studi
objek penelitian.
b. Pedoman observasi yang berisi daftar pertanyaan yang menggambarkan
(Informan)
d. Kamera, berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan dalam penelitian yaitu
Cara Alat
Variabel Definisi Istilah Informan
ukur Ukur
INPUT
Tenaga Pekerja yang merumuskan Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
seluruh strategi dan tujuan mendalam Wawancara Kepala Bagian SDM,
organisasi dalam penerapan dan dan Ketua Komite K3,
SMK3 di RSUD Solok observasi. pedoman SDM Komite K3,
observasi Perwakilan Pekerja
41
Dana Besarnya biaya dan alokasi yang Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
dianggarkan dalam penerapan mendalam Wawancara Ketua Komite K3,
SMK3 di RSUD Solok dan dan SDM Komite K3
observasi pedoman
observasi
Sarana Tempat dan ketersediaan alat Telaah Pedoman Direktur RSUD Solok,
yang menunjang kelancaran dokumen, Wawancara Ketua Komite K3,
penerapan SMK3 di RSUD observasi dan, SDM Komite K3,
Solok dan pedoman Kepala Instalasi
wawancara observasi IPSRS, Perwakilan
mendalam Pekerja
PROSES
Penetapan Tekad, keinginan, SK, visi dan Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
Kebijakan K3 tujuan tertulis yang ditetapkan mendalam, wawancara Ketua Komite K3,
oleh manajemen RSUD Solok observasi mendalam, SDM Komite K3,
dalam melaksanakan SMK3 yang pedoman Perwakilan Pekerja
mencakup kegiatan perusahaan observasi
secara menyeluruh, bersifat
umum dan/atau operasional
Perencanaan Upaya K3 yang dilakukan Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
K3 manajemen RSUD Solok berupa mendalam, wawancara, Ketua Komite K3,
tujuan dan sasaran, skala observasi pedoman SDM Komite K3,
prioritas, pengendalian bahaya, observasi Perwakilan Pekerja
penetapan sumber daya, jangka
waktu pelaksanaan, indikator
pencapaian dan sistem
pertanggungjawaban untuk
mencapai keberhasilan penerapan
SMK3
Penerapan K3 Tahap penerapan dari semua Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
perencanaan K3 yang telah mendalam, wawancara Kabid Penunjang,
ditetapkan oleh manajemen observasi mendalam, Ketua Komite K3,
RSUD Solok berupa program pedoman SDM Komite K3,
K3, pelatihan K3 dan penyuluhan observasi Perwakilan Pekerja
K3
Pemantauan Suatu langkah yang diambil Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
dan Evaluasi untuk mengetahui dan menilai mendalam, wawancara Ketua Komite K3,
Kinerja K3 sampai sejauh mana proses observasi mendalam, SDM Komite K3,
kegiatan K3RS itu berjalan. pedoman Perwakilan Pekerja
observasi
Peninjauan Upaya yang dilakukan terhadap Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
dan kebijakan K3, perencanaan K3, mendalam, wawancara Ketua Komite K3,
Peningkatan penerapan K3, pemantauan dan observasi mendalam, SDM Komite K3,
Kinerja K3 evaluasi K3 pedoman Perwakilan Pekerja
observasi
Cara Alat
Variabel Definisi Istilah Informan
ukur Ukur
OUTPUT
Keberhasilan Indikator pencapaian Wawancara Pedoman Direktur RSUD Solok,
Penerapan keberhasilan yang dimulai dari mendalam, wawancara Ketua Komite K3,
SMK3 elemen input dan proses yang observasi mendalam, SDM Komite K3,
ditetapkan oleh Manajemen pedoman Perwakilan Pekerja
RSUD Solok sesuai dengan observasi
Kepmenkes No.432 Tahun 2007
42
diperoleh dari hasil wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang
dilakukan analisa secara manual dengan membuat transkrip data. Setelah itu disusun
dalam bentuk matriks dan kemudian data di analisa dengan menggunakan metode
1. Transkrip adalah semua hasil kegiatan pengumpulan data yang direkam Tape
Softcopy.
2. Pengorganisasian data adalah kegiatan setelah mentranskrip, selanjutnya
menggunakan angka atau kode yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
isi) adalah tahapan terakhir yaitu dengan menganalisis isi dari matriks dan
observasi lapangan dan telaah dokumen dalam suatu tabel matriks triangulasi
44
DAFTAR PUSTAKA
45
46
Lampiran 1
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
Jabatan :
( )
47
Lampiran 2
IDENTITAS RESPONDEN
1. Hari/tanggal wawancara :
2. Nomor responden :
3. Nama :
4. Umur :
5. Jenis kelamin :
PERTANYAAN
A. Input
1. Tenaga
a. Apakah ada penanggung jawab pelaksana SMK3?
Probing : ada atau tidak ahli K3, jabatan penanggung jawab K3,
organisasi PK3RS, apakah tenaga K3 sudah mencukupi
b. Apakah sudah ada tenaga kerja yang mengikuti pelatihan K3?
Probing : Jika ada, apa jenis pelatihannya?
c. Apa latar belakang pendidikan tenaga K3? Apakah sudah sesuai dengan
pekerjaannya?
2. Dana
a. Apakah ada anggaran khusus dalam penerapan SMK3 di rumah sakit ini?
Probing : Jika belum, kenapa belum ada anggaran untuk K3 selama ini?
b. Dari mana sumber dana yang diperoleh?
c. Apakah dengan anggaran tersebut sudah mencukupi?
d. Probing : kesesuaian dengan perencanaan kegiatan
3. Sarana
a. Apakah fasilitas K3 sudah tersedia? (APD, APAR, Hydran, tempat
pembuangan bahan B3, titik kumpul/Assembly point)
Probing : Jika belum, kenapa belum tersedia? Bagaimana upaya
bapak/ibu untuk melengkapinya? Bagaimana pengendalian risiko bahaya
yang ada di Rumah Sakit selama ini?
b. Apakah sarana yang tersedia mencukupi?
Probing : lengkap. Jka tidak, apa sarana yang harus ditambah?
c. Apakah APD sudah tersedia pada setiap ruangan yang berpotensi
menimbulkan KAK dan PAK ? (Kelengkapannya, standarnya, APD
sudah sesuai dengan bahaya kerjanya)
48
Probing : Jika belum, kenapa belum tersedia? Apakah pekerja selama ini
bekerja tidak menggunakan APD? Bagaimana jika tempat kerjanya
sangat berisiko?
B. Proses
1. Penetapan Komitmen K3
a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit ?
Probing : Bagaimana dan dari mana sumbernya?
b. Apakah di rumah sakit K3RS telah diterapkan?
Probing : Apakah sudah sesuai dengan peraturan pemerintah,? Sejak
kapan diterapkan? Apakah sudah di sosialisasikan?
a. Siapakah yang menetapkan kebijakan K3 di RSUD Solok?
b. Bagaimana komitmen Manajemen Rumah Sakit tentang pelaksanaan K3?
Probing : Struktur organisasi, SK, kantor, visi, misi, program kerja
2. Perencanaan K3
a. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan K3?
b. Apa saja perencanaan program K3 yang telah dibuat?
c. Apakah ada peraturan K3, SOP K3 di setiap ruangan yang berpotensi
menimbulkan dampak KAK dan PAK? (Pengawasannya, sanksi tidak
melaksanakan SOP, evaluasi)
Probing : Jika belum ada, kena belum dibuat? Bagaimana jika terjadi
KAK dan PAK ? Bagaimana prosedur keselamatan yang dilakukan
selama ini agar pekerja terhindar dari KAK dan PAK?
3. Penerapan K3
a. Bagaimana dengan program K3RS yang telah diterapkan selama ini?
1) Penyuluhan K3 kepada petugas rumah sakit? (tentang apa, berapa
kali setahun diselenggarakan).
Probing : Jika belum: apa yang menjadi penghambat?
2) Apakah SDM nya sudah pernah mengikuti pelatihan K3? (berapa
orang, peningkatannya)
Probing : Jika belum, kenapa belum ada? Apakah selanjutnya bapak
akan membuat pelatihan ataupun mengutus SDM nya untuk
mengikuti pelatihan tentang K3?
49
4. Pemantauan K3
a. Apakah ada pencatatan dan pelaporan terhadap semua kegiatan K3 yang
dilaksanakan?
Probing : Pencatatan semua kegiatan K3, Pelaporan KAK dan PAK
kepada manajemen rumah sakit
b. Apakah ada dilakukan audit dan inspeksi terhadap pelaksanaan K3
selama ini?
Probing : Bentuk kegiatan audit dan inspeksi yang dilakukan, hasil audit
dan inspeksi, hasil penilaian rumah sakit pada saat akreditasi
c. Siapa yang melakukan audit dan inspeksi K3?
Probing : eksternal atau internal
d. Berapa kali dilakukan audit dan inspeksi K3?
e. Adakah dilakukan perbaikan dari hasil temuan audit dan inspeksi?
Probing : apakah pekerja diikutsertakan dalam pemantauan/evaluasi?
5. Peninjauan Kinerja K3
a. Apakah program K3 di rumah sakit telah dilaksanakan sesuai kebijakan
KEPMENKES? (sudah optimal, apa yang perlu ditingkatkan, apa yang
perlu diperbaiki)
Probing : Jika belum, bagaimana peningkatan yang akan dilakukan
terhadap program K3 sesuai amanat dalam KEPMENKES tahun 2007?
b. Adakah masukan dari pihak luar terhadap program K3RS?
c. Adakah saran yang diberikan oleh pekerja rumah sakit mengenai K3
dilingkungan tempat kerjanya masing-masing dalam rangka
meningkatkan program K3RS?
d. Apakah sudah dilakukan pelaporan kinerja K3 kepada pimpinan RS?
C. Output
a. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja ?
Probing : Pernah, jika jawaban tidak maka wawancara selesai)
b. Apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja ?
50
Terima kasih peneliti ucapkan atas partisipasi dan kerja sama dari bapak/ibu.
Semoga hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi masukan yang dapat dimanfaatkan
demi peningkatan efektivitas penerapan SMK3 di RSUD Solok.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Hormat Peneliti,
51
Lampiran 3
Tidak/
No Kegiatan yang diobservasi Ada/Baik Ket.
Tidak Baik
1. Tenaga
a. Kepengurusan K3 RS
b. Ahli K3
2. Dana
4. Penetapan Komitmen
5. Perencanaan K3
a. Adanya perencanaan
program K3 yang disusun
oleh tim manajemen K3
b. Perencanaan alokasi dana,
pelatihan internal dan
perencanaan peralatan
c. Aturan K3 / SOP
52
6 Penerapan K3
a. Penyuluhan K3
b. Pelatihan K3
c. Pemeriksaan kesehatan
pekerja
d. Pekerja menggunakan APD
saat bekerja
e. APD cukup dan sesuai
dengan kondisi kerja dan
disimpan di ruang
penyimpanan APD
f. Prosedur tanggap darurat
g. Prosedur kecelakaan kerja di
rumah sakit
7. Pemantauan K3
8. Peninjauan Kinerja K3
a. Memberikan pelaporan
kinerja K3
9. Output
Efektivitas penerapan SMK3
RSUD Solok