Anda di halaman 1dari 9

6.

Pengukuran Konsentrasi Debu


Debu adalah partikel padat yang dipancarkan atau dihasilkan oleh proses alami maupun
proses mekanis seperti pemecahan (breaking), penghalusan (grindling), penggilingan
(drilling), pengayakan (shaking), pukulan ataupun peledakan, pemotongan (cutting) serta
penghancuran (crushing) bahan.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di
udara (Suspended Particular Matter SPM) dengan ukuran 1 mikron hingga 500 mikron.
Debu yang berukuran lebih dari 50 m dapat terlihat oleh kasat mata.
Debu dalam industri dapat terbagi dalam dua kelompok, yaitu : kelompok bahan kimia
organik yang berasal dari tumbuhan, hewan atau bahan sintetis dan kelompok bahan kimia
anorganik, yang terdiri dari golongan logam dan golongan non logam. Partikel debu akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama, kemudian masuk ke tubuh terutama melalui
pernapasan.

6.1 Penggolongan Debu


Debu dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam berdasarkan sifat, macam dan
karakter zatnya sebagai berikut :
a. Berdasarkan sifatnya, yaitu :
Sifat permukaan basah, yaitu debu yang sifatnya selalu basah oleh karena dilapisi oleh

air yang sangat tipis.


Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya

gravitasi bumi (deposit particulated matter)


Sifat penggumpalan, yaitu memiliki sifat yang selalu basah, maka debu satu dengan

yang lain cenderung menempel membentuk gumpalan.


Sifat opsis, yaitu partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat didalam kamar gelap.

Debu listrik statik, yaitu debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik

partikel lain yang berlawanan.


b. Berdasarkan macamnya, yaitu :
Debu fibrogenik : debu ini dapat menyebabkan penyakit seperti pneumokoniosis.

Contoh : batubara, asbes dan silika


Debu inert : dianggap tidak berbahaya bila jumlah partikel yang masuk sedikit. Ada

efek penimbunan tergantung jumlah partikel yang masuk


Debu alergen : biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan garam platina
Debu iritan : debu yang dapat mengakibatkan iritasi pada mata dan saluran napas,

terutama berasal dari logam berat. Contoh : Cd, Cr, Mn, Ni dan Vanadium pentoksida
Debu toksik : Debu yang menyebabkan racun bagi tubuh, biasanya juga berasal dari

logam berat. Contoh : Pb, Cr, Hg, Cd dan Mn.


Debu Karsinogenik : Yang dapat mengakibatkan kanker pada tubuh diantaranya

adalah radiasi ion-ion, asbes, As, Cr dan Ni.


c. Dari karakter zatnya, debu terdiri dari:
Debu fisik, seperti debu tanah, batu mineral, dan lain-lain.
Debu kimia, terbagi atas debu organik dan anorganik.
Debu biologis, yaitu virus, bakteri, dan lain-lain.
Debu radioaktif. Ditempat kerja, jenis-jenis debu ini dapat ditemui pada kegiatan
pertanian, keramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, dan lain-lain.

6.2 Pemantauan Ambang Batas Debu di Lingkungan Kerja Udara


Pemantauan ambang batas debu di lingkungan kerja udara yang kita hirup dalam
pernapasan mengandung partikel-partikel dalam bentuk debu dimana sebagian dari debu,
tergantung ukurannya, dapat tertahan atau tertinggal didalam paru. Mekanisme penimbunan
debu tergantung dari ukuran debu, kecepatan aliran udara dan struktur anatomi saluran napas.
Adapun ukuran debu dan hubungannya dengan struktur saluran pernapasan adalah
sebagai berikut : Ukuran 5-10 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas.

Ukuran 3-5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah. Ukuran 1-3 mikron,
sampai dipermukaan alveoli.
Ukuran 0,5-1 mikron, hinggap di permukaan alveoli/selaput lendir sehingga dapat
menyebabkan terjadinya fibrosis paru. Ukuran 0,1 0,5 mikron, melayang dipermukaan
alveoli Menurut WHO (1996), ukuran debu partikel yang membahayakan manusia adalah
debu yang memiliki ukuran 0,1-5 mikron atau 10 mikron, sedangkan Departemen Kesehatan
RI mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.
Inhalable 100 , Thoracic 10 , Respirable 4 .
Untuk batas tertinggi pajanan debu di lingkungan pabrik/industri, batasan yang dipakai
adalah Nilai Ambang Batas, yaitu sebesar 10 mg/ m3. Namun apabila yang diukur adalah
besar pajanan debu di lingkungan umum dan perkantoran, maka persyaratan yang digunakan
adalah Baku Mutu Lingkungan, yaitu sebesar 0,26 mg/ m3.

6.3 Sumber Pajanan


Debu di Lingkungan Kerja Debu juga dapat masuk ke udara melalui cara pengisian
bahan-bahan kimiakering ke dalam kantung, seperti pengisian talk, semen, pupuk, mesin
penghalus ataupembersih karat (sand blasting). Akibat dari benturan antara pasir dengan baja,
makapasir dan karat akan pecah menjadi debu dan masuk ke dalam udara. Pekerjaan yang
memiliki resiko pemajanan debu banyak di temukan, misalnya pada pekerja di bagian
pengisian talk (bedak), pengisian semen, pabrik asbes, pupuk, pekerjaan di bagian
pengeboran yang menggunakan mesin pengebor, mesinpenghalus, pembersih karat yang
menggunakan proses sand blasting dan sebagainya.

6.4 Gangguan Kesehatan Akibat Pajanan Debu

Debu bahan kimia yang terdapat di udara ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan sehingga dapat menyebabkan iritasi pada hidung,tenggorokan dan paruparu. Debu-debu ini juga dapat tinggal di dalam paru-paruuntuk waktu yang lama dimana
dapat menyebabkan reaksi dengan segera atau reaksidapat timbul bertahun-tahun setelah
terkena pemajanan pertama, seperti pemajananoleh debu asbes.
Beberapa reaksi biaologis an penyakit yang dapat ditimbulkan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Penyakit paru yang diakibatkan oleh reaksi tubuh terhadap penimbunan debu.
Reaksi sistemik oleh karena absorpsi ke dalam darah.
Reaksi alergi dan sensitisasi.
Iritasi hidung dan tenggorokan.
Demam.
Perdangan oleh bakteri dan jamur.

Adapun efek-efek klinis yang ditimbulkan oleh debu antara lain :


a. Efek pada saluran pernapasan, seperti fibrosis, bronkhitis, asma dan kanker.
b. Efek sistemik akibat pajanan debu anorganik, seperti Pb, Mn, Cd dan Hg.
c. Efek alergi dan reaksi sensitisasi yang disebabkan akibat menghirup debu organik.

6.5 Peralatan
a. Gravity Settling Chamber

Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan :

Desain alat sederhana


Mudah untuk dibuat konstruksinya
Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah

Kekurangan :

Ukurannya besar, perlu lahan yang luas


Harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
Hanya dapat menyisipkan partikel berukuran besar

b. Cyclone

Prinsip Penyisihan :

Gaya inersia partikel dinamakan sentrifugal


Udara mengandung particulat dipaksa untuk berputar seperti siklon
Massa partikel menyebabkan partikel terlempar dari vortex
Partikel besar memasuki hopper bagian bawah siklon aliran udara berputar ke atas dan
keluar lewat lubang exit.

Faktor Penentu Desain :

Kecepatan inlet gas, diameter partikel


Perbandingan ukuran bagian bagian cyclone

Catatan Penting :

Pengumpulan awal (pre-collector) pelindung alat pengendali partikulat efisiensi tinggi


Tidak cocok digunakan bagi industry yang mengemisikan partikulat basah, karena
dapat terkumpul di dinding siklon atau di inlet

Kelebihan :

Capital cost yang rendah


Peralatan relative sederhana
Dapat dioperasikan pada temperature tinggi
Pemeliharaan mudah
Merupakan sistem pengumpul kering
Kebutuhan lahan relative tidak luas

Kekurangan :

Efisiensi rendah untuk partikel yang sangat kecil


Biaya operasi tinggi karena tingginya pressure drop

c. Electrostatic Precipitator (EP)

Prinsip Penyisihan :

Partikel diberikan muatan negative sehingga menimbulkan gaya elektrostatis


Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem
pengumpul yang bermuatan positif.

d. Fabric Filter (FF)

Prinsip Penyisihan : Mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi


Klasifikasi Berdasarkan Metode Pembersihan :

Shaking FF
Reverse air FF
Pulse jet FF

Mekanisme Penyaringan dalam Fabric Filter :

Gas kotor masuk


Gas kotor didorong fan ke FF
Partikel berat jatuh ke hopper

Partikel kecil tersaring di bag filter


Udara bersih keluar

6.6 Penentuan Titik Lokasi Pengukuran


a. Unit kerja yaitu dilakukan di halaman Balai Hiperkes.
b. Lakukan analisis arah angin yang paling dominan.
c. Titik lokasi ditentukan kira-kira ditengah unit kerja, sampel diambil acak pada satu titik
ditengah-tengah unit kerja.

6.7 Pengendalian Debu


Pengendalian debu (dust control) adalah proses pengurangan emisi debu dengan
menggunakan prinsip-prinsip enjineering. Sistem kontrol yang dirancang dengan baik,
dirawat dengan baik dan dioperasikan dengan baik akan dapat mengurangi emisi debu
sehingga mengurangi paparan debu berbahaya bagi pekerja. Pengendalian debu juga dapat
mengurangi kerusakkan mesin, perawatan dan downtime, peneglihatan yang baik (bersih) dan
meningkatkan moral dan semangat kerja para pekerja.
Ada tiga sistem pengendalian paparan debu terhadap pekerja, yaitu :
a. Pencegahan
Pencegahan terjadinya debu di area kerja juga dapat diterapkan. Meskipun dalam proses
produksi yang massal, dimana bahan baku atau produk yang digunakan menghasilkan debu,
maka tentu saja sistem pencegahan hampir tidak mungkin dilakukan. Namun jika proses
tersebut dirancang secara baik untuk memenimalkan debu, misalnya dengan menggunakan
sistem penanganan yang tidak menimbulkan debu, maka emisi debu dapat dikurangi.

b. Sistem control
Setelah semua usaha pencegahan dilakukan secara maksimal, dan jika masih terdapat
debu dari proses tersebut, maka barulah dilakukan pengendalian atau pengontrolan terhadap

debu tersebut. Beberapa teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah seperti dust
collection systems, sistem pwet dust suppression systems, and airborne dust capture through
water sprays.

c. Dilusi atau isolasi.


Menggunakan prinsip ventilasi untuk menangkap debu dari sumbernya. Debu disedot dari
udara dengan menggunakan pompa dan dialirkan kedalam dust collector, kemudian udara
bersih dialirkan keluar.

Wet Dust Suppression Systems : Menggunakan cairan (yang banyak digunakan adalah
air, tapi bisa juga bahan kimia yang bisa mengikat debu) untuk membasahi bahan
yang bisa menghasilkan debu tersebut sehingga bahan tersebut tidak cenderung

menghasilkan debu.
Airborne Dust Capture Through Water Sprays : Menyemprot debu-debu yang timbul
pada saat proses dengan menggunakan air atau bahan kimia pengikat, semprotan
harus membentuk partikel cairan yang kecil (droplet) sehingga bisa menyebar diudara
dan mengikat debu yang berterbangan membentuk agglomerates sehingga turun

kebawah.
Dilution Ventilation : Teknik ini adalah untuk mengurangi konsentrasi debu yang ada
di udara dengan mendilusi udara berdebu dengan udara tidak berdebu atau bersih.
Secara umum sistem ini masih kurang baik untuk kesehatan karena debu pada
dasarnya masih terdapat diudara, akan tetapi sistem ini bisa digunakan jika sistem lain

tidak diijinkan untuk digunakan.


Isolation : Teknik ini adalah dengan cara memisahkan pekerja dengan udara yang
terkontaminasi, pemisahan bisa dilakukan dengan mengisolasi pekerja kemudian di
suplai dengan udara bersih dari luar. Contoh Supplier air system.

Sumber :

Harrington ; F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit ECG :

Jakarta.
Slamet, Juli. S. 2006. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press :

Yogyakarta.
Soedirman, dan Suma`mur. 2014. Kesahatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes &

Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga.


Wardhana, W.A., 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi :

Yokyakarta.

Anda mungkin juga menyukai