Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIKUM PENGGUNAAN FAN ANEMOMETER

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH

Nama : Nia Vita Shalina


NIM : 10011181823006
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen : Mona Lestari, S.K.M., M.KKK.
Poppy Fujianti, S.K.M., M.Sc.
Asisten : Dessy Widiyaristi, S.Si.
Miranda Tegar Permana
Rizki Saputra
Rifani Arliana Utami
Susilawati
Hanaa Nur Juaningsih

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Lingkungan Kerja............................7


Tabel 2. 2 Respon Penghuni terhadap Kecepatan Angin.........................................9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Fan Anemometer...............................................................................12


Gambar 3. 2 Flowchart Cara Penggunaan Fan Anemometer.................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Angin merupakan salah satu potensi sumber daya alam. Sumber daya ini
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia. Angin merupakan bagian
dari kondisi cuaca yang dimanfaatkan untuk keperluan penerbangan, pertanian,
pembangkit listrik dan lain-lain. Angin merupakan salah satu unsur meteorologi
yang memiliki peranan penting dalam menentukan kondisi cuaca dan iklim
disuatu tempat. Angin dapat dibatasi sebagai gerakan horisontal udara relatif
terhadap permukaan bumi. Batasan ini berasumsi bahwa seluruh gerakan udara
secara vertikal kecepatannya dapat diabaikan karena relatif rendah. Oleh karena
itu, diperlukan data atau informasi tentang angin yaitu data kecepatan dan arahnya

Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap


permukaan bumi. Dalam pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah
setiap gerakan udara yang mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai
arah dan kecepatan yang ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara
dipermukaan bumi. Angin bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat
bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udara semakin besar
kecepatan angina

Untuk mendapatkan data pengukuran kecepatan angin yang akurat


diperlukan suatu alat ukur yang dapat mencatat kecepatan maupun arah
pergerakan angin secara akurat pula. Pengukuran kecepatan angin itu sendiri dapat
dilakukan dengan beberapa metode, dimana setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu itu dalam membuat suatu alat ukur
kecepatan angin perlu dipertimbangkan untuk keperluan apa alat tersebut dibuat.
Alat pengukuran yang dapat digunakan yaitu Fan Anemometer.

Pada dasar nya efek kecepatan angin ini masih dirasakan oleh banyak
orang, terutama pekerja lapangan. Dimana pekerja merasakan langusng paparan
kecepatan angin saat mereka bekerja. Paparan tersebut membuat pekerja merasa
tidak nyaman dalam bekerja dan dapat mempengaruhi aktivitas pekerjaan, terlebih
lagi paparan kecepatan angin secara langsung dapat membahayakan kesehatan
pernafasan pekerja. Sehingga upaya pencegahan seperti memakai alat pelindung
diri (APD) dalam bekerja dan mengatur jam kerja dapat diperlukan. Hal tersebut
mampu mengurangi risiko dari paparan kecepatan angin yang berlebih terhadap
pekerja.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan Laporan Pratikum ini adalah sebagai


berikut :

1. Mengetahui dan memahami dasar dari kecepatan angin.


2. Mengetahui nilai intensitas kecepatan angin di taman perkuliahan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
3. Mampu menggunakan alat Fan Anemometer.
4. Mengetahui Nilai Ambang Batas Kecepatan angin, suhu, dan
kelembapan.
5. Mengetahui Risiko yang ditimbulkan oleh kecepatan angin yang
berlebih.
6. Mengetahui Upaya penanggulangan dari dampak buruk kecepatan
angin yang berlebih

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan Laporan Pratikum ini adalah sebagai


berikut :

1. Memenuhi tugas dalam mata kuliah Laboratorium Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya.

2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan


keterampilan mahasiswa mengenai kecepatan angin dan penggunaan
alat Fan Anemometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecepatan Angin

Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap


permukaan bumi. Dalam pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah
setiap gerakan udara yang mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai
arah dan kecepatan yang ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara
dipermukaan bumi. Angin bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat
bertekanan rendah (Banodin et al., 2011). Semakin besar perbedaan tekanan udara
semakin besar kecepatan angin.

Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per
satuan waktu dan dinyatakan dalamsatuan meter per detik (m/d), kilometer per
jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam disebutjuga knot
(kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j = 1,944
kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga
dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat.
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut Anemometer atau
Anemograf.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Angin

Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya letak tempat


dimana kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis
khatulistiwa. Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup,
hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di
permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya
memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan
ini semakin kecil.

Arah angin ditunjukan oleh arah dari mana angin berasal. Misalnya, angin
utara bertiup dari utara ke selatan. Di bandara, windsocks digunakan untuk
menunjukan arah angin, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan
kecepatan angin dengan sudut gantungnya. Kecepatan angin biasanya diukur
dengan anemometer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin, antara lain (Wahid,


2020) :

a. Gradien Barometris, yaitu bilangan yang menunjukkan perbedaan


tekanan udara dari dua isobar yang jaraknya 111 km. Semakin besar
gradient barometrisnya, makin cepat tiupan anginnya.
b. Letak tempat, angin yang bertiup di daerah khatulistiwa bergerak
lebih cepat daripada yang bertiup di non daerah khatulistiwa.
c. Tinggi Lokasi, semakin tinggi lokasinya semakin kencang pula angin
yang bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang
menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan
topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang
besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.
d. Waktu, Angin bergerak lebih cepat pada siang hari daripada malam
hari.

2.3 Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja

Adapun Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja (kecepatan


angina, suhu, dan kelembapan) yang diperkenankan menurut Peraturan Mentri
Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Lingkungan Kerja


Alokasi Waktu NAB (oC ISBB)
Kerja dan
Sangat
Istirahat Ringan Sedang Berat
Berat
75 – 100 % 31 28 × ×
50 – 75 % 31 29 27,5 ×
25 – 50 % 32 30 29 28
0 – 25 % 32,5 31,5 30 30

Ket. × : tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis


2.4 Arah Angin

Yang dimaksud dengan arah angin adalah arah dari mana tiupan angin
berasal. Bila angin itu datang dari Selatan, maka arah anginnya adalah utara,
datangnya dari laut, dinyatakan angin laut. Arah angin untuk angin di daerah
permukaan biasanya dinyatakan dalam 16 arah kompas yang dikenal dengan
istilah wind rose, sedangkan untuk angin di daerah atas dinyatakan dengan derajat
dimulai dari arah utara bergerak searah jarum jam sampai di arah yang
bersangkutan. Arah angin tiap saat dapat dilihat dari posisi panah angin (wind
vane), atau dari posisi kantong angin (wind sack). Pengamatan dengan kantong
umumnya dilakukan dilapangan terbang. Untuk dapat memberikan petunjukan
arah yang lebih mudah dilihat maka panah angin dihubungkan dengan sistem
aliran listrik sehingga posisi panah angin langsung ditunjukan oleh jarum pada
kotak monitornya. Perkembangan lebih lanjut dari sistem ini menghasilkan
rekaman pada silinder berpias. Panah angin umumnya dipasang bersama dengan
mangkok anemometer dengan ketinggian 10 meter (Osang, 2016).

2.5 Pengaruh Kecepatan Angin di Tempat Kerja

Pola sirkulasi udara di sekitar bangunan tergantung pada karakteristik


angin yang mendekati bangunan dan ukuran serta bentuk dari bangunan itu
sendiri. Bangunan yang lebih tinggi terhadap sekitarnya menjadi penghalang
terhadap angin, sehingga mengalami defleksi secara horizontal dan vertikal.

Keseimbangan termal pada tubuh manusia dalam lingkungannya


dipengaruhi oleh faktor-faktor klimatologis. Ada empat faktor yang sangat
mempengaruhi kenyamanan termal yang dirasakan manusia pada ruang tertutup,
yaitu:

a) Temperatur Udara.
b) Kecepatan Pergerakan Udara
c) Kelembaban Udara.
d) Radiasi Matahari
Dalam kecepatan angin, Gerakan udara dapat melepaskan panas dari
permukaan kulit melalui penguapan. Semakin besar kecepatan angin, semakin
banyak panas yang hilang, tetapi ini hanya dapat terjadi jika temperatur udara
lebih rendah dari pada temperatur permukaan kulit (Haybittle et al., 1985).
Tabel 2. 2 Respon Penghuni terhadap Kecepatan Angin
Kecepatan angin
Reaksi penghuni
fpm m/det
0 – 10 0 – 0,05 Mengeluh tidak ada udara segar
Umumnya nyaman (disain normal untuk
10 – 50 0,05 – 0,25
outlet 50 fpm pada zona yang digunakan)
Merasakan pergerakan udara, tetapi
mungkin kenyamanan tergantung
50 – 100 0,25 – 0,51
temperatur pergerakan udara dan kondisi
ruang
Selalu merasakan pergerakan udara, tetapi
dapat diterima jika suplai udara tidak
100 – 200 0,51 – 1,02
konstan dan temperatur pergerakan udara
dan kondisi ruang dapat diterima
Mengeluh akibat pergerakan udara
>200 (200 mph) >1,02 menerbangkan kertas dan rambut, dan
gangguan-gangguan yang lainnya
(Sumber: Bradshaw, Vaughn, P.E, (1985), hal. 29)
2.6 Upaya Pengendalian

Menurut Denny Ardyanto W (2005: 148), upaya pengendalian iklim kerja


dapat dibedakan menjadi (Ardyanto, 2005) : pengendalian secara teknik,
administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.

1. Pengendalian secara teknik


a) Pengadaan ventilasi umum
Pengadaan ventilasi umum diharapkan agar panas yang menyebar
secara radiasi, konduksi dan konveksi ke seluruh ruang kerja dapat
mengalir keluar dimana suhu udaranya lebih rendah. Tetapi panas
yang terjadi pada lingkungan kerja umumnya secara terus menerus
dan kontinyu, sehingga pengadaan ventilasi umum dirasakan
kurang.
b) Pemasangan fan
Fan berfungsi untuk mengalirkan panas secara konveksi ke tempat
dengan suhu udara yang lebih rendah. Sebenarnya pemasangan fan
dengan radiasi panas yang tinggi dapat membahayakan kesehatan
tenaga kerja, karena radiasi panas dari sumber panas akan langsung
terkena tenaga kerja yang dapat menyebabkan efek kesehatan bagi
tenaga kerja.
c) Pemasangan Exhaust fan
Exhaust fan berfungsi untuk mengisap udara panas dari dalam
ruang dan membuangnya ke luar dan pada saat bersamaan
menghisap udara segar dari luar masuk ke dalam ruangan. Exhaust
fan merupakan upaya buatan untuk mengoptimalkan pergantian
udara dalam ruang kerja.
2. Pengendalian secara administratif
Pengendalian lingkungan kerja panas secara administratif meliputi:
a) Pemeriksaan kesehatan berkala
b) Poliklinik dibuka selama 7hari/minggu
c) Dokter perusahaan hadir paruh waktu (3hari/minggu)
d) Paramedis hadir penuh waktu
e) Tenaga kerja ikut menjadi peserta Jamsostek
f) Jam kerja selama 8jam/hari atau 40jam/minggu dengan waktu
istirahat selama 1jam/hari
g) Adanya organisasi kesehatan keselamatan kerja.
3. Pengadaan alat pelindung diri

Pengadaan alat pelindung diri hendaknya dilakukan secara


konsisten dan konsekuen agar tenaga kerja terhidar dari bahaya
ditempat kerja. Misalnya pemberian alat pelindung diri helm,masker
penutup hidung dan mulut, sepatu dan pakaian kerja.
2.7 Alat Fan Anemometer

Anemometer adalah sebuah perangkat untuk mengukur kecepatan angin


dan untuk mengukur arah angin. Anemometer merupakan salah satu instrumen
yang sering digunakan oleh Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). Kata anemometer berasal dari Bahasa Yunani anemos yang berarti
angin, angin merupakan udara yang bergerak ke segala arah, angin bergerak dari
suatu tempat menuju ke tempat yang lain.

Anemometer ini pertama kali diperkenalkan oleh Leon Batista Alberti dari
italia pada tahun 1450. Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Pada
saat tertiup angin, mangkok yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai
arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok tersebut, makin cepat
pula kecepatan berputarnya piringan mangkok tersebut, makin cepat pula
kecepatan berputarnya piringan mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik
maka dapat diketahui kecepatan anginnya (Webb et al., 1994). Didalam
anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin.

Fungsi Pengukuran Fan Anemometer :


1) Mengukur kecepatan angin.
2) Memperikirakan cuaca.
3) Memperkirakan kecepatan dan arah angin.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Adapun alat – alat dalam Pratikum Pengukuran Kecepatan angin


menggunakan alat Fan Anemometer adalah sebagai berikut :

1. Fan Anemometer

Sumber : cv-akl.com
Gambar 3. 1 Fan Anemometer

2. Stopwatch

3.1.2 Bahan

Adapun bahan dalam Pratikum Pengukuran Kecepatan angin


menggunakan alat Fan Anemometer adalah sebagai berikut :

1. Angin
2. Tisu

3.2 Prosedur Kerja

Adapun pengukuran Kecepatan angin menggunakan alat Fan Anemometer


adalah sebagai berikut :
Hidupkan alat
Tunggu 1 menit Arahkan sensor ke
dengan menekan
agar alat warm up. arah angin.
sekali tombol on.

Setelah itu tunggu Untuk mengubah


hingga nilai yang Lalu tekan hold satuan bagian atas
ditampilin pada untuk pencatatan. kita tekan tombol
layar stabil. up.

Untuk mengubah Jika sudah, jangan lupa


satuan bagian untuk mematikan alat
bawah kita tekan dengan menekan
tombol down. tombol off.

Gambar 3. 2 Flowchart Penggunaan Alat Fan Anemometer


DAFTAR P

USTAKA

Ardyanto, D. (2005). Potret Iklim Kerja dan Upaya Pengendalian Lingkungan


pada Perusahaan Peleburan Baja di Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Unair, 1(2), 3939.

Banodin, R., Fatchur Rochim, A., & Andromeda, T. (2011). Alat Penunjuk Arah
Angin dan Pengukur Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroller AT89C51.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Undip.

Haybittle, J. L., Easterling, M. J., Bennett, M. H., Hudson, B. V., Hayhoe, F. G. J.,
Jelliffe, A. M., Hudson, G. V., & MacLennan, K. A. (1985). Review of
British National Lymphoma Investigation studies of Hodgkin’s disease and
development of prognostic index. The Lancet, 325(8435), 967–972.

Osang, A. R. (2016). Hubungan antara masa kerja dan arah angin dengan kadar
kolinesterase darah pada petani padi pengguna pestisida di Desa Pangian
Tengah Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow.
PHARMACON, 5(2).

Wahid, M. A. (2020). Mengidentifikasi Besar Kecepatan Angin dan Energinya


Melalui Data Ncep/Ncar Reanalysis dan 5 Stasiun Bmkg di Provinsi Aceh.
Jurnal Phi; Jurnal Pendidikan Fisika Dan Terapan, 2018(1), 1–10.

Webb, G. R., Redman, S., Hennrikus, D. J., Kelman, G. R., Gibberd, R. W., &
Sanson-Fisher, R. W. (1994). The relationships between high-risk and
problem drinking and the occurrence of work injuries and related absences.
Journal of Studies on Alcohol, 55(4), 434–446.

Anda mungkin juga menyukai