Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENGUKURAN PENCAHAYAAN PERPUSTAKAAN SKRIPSI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Anggota Kelompok :

1. Ayu Nadia Larasati (10011181621031)


2. Ezmeyralda Putri (10011281621061)
3. Maya Rizki Anisa (10011281621065)
4. Ahmad Sopian (10011281621066)
5. Karina Monica (10011281621072)
6. Monia Agista (10011381621093)
7. M. Adhiyta Agung Pratama (10011381621133)
8. Nada Salsabila (10011381621141)
9. Putri Dinda Sabilla (10011381621147)
10. Asfiatul Istianah (10011381621151)
11. Debby Sherly Larasati (10011381621157)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
1. Tujuan
Pengukuran intensitas cahaya ini dilakukan dengan menggunakan alat yang
bernama
luxmeter yang dinyatakan dalam satuan lux. Luxmeter merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya cahaya yang terdapat pada suatu
ruangan
atau area tertentu. Luxmeter yang digunakan pada praktikum ini adalah luxmeter
digital. Adapun tujuan dilakukannya praktikum mengenai intensitas cahaya adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui alat pengukuran intensitas cahaya.
b. Untuk mengetahui cara kerja dan cara pengukuran menggunakan alat pengukur
intensitas cahaya.
c. Untuk mengetahui intensitas cahaya disuatu tempat
d. Untuk dapat menganalisa data hasil pengukuran.
2. Dasar Teori
2.1 Definisi Cahaya
Cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel yang dapat merangsang
retina manusia serta menimbulkan sensasi visual (IESNA, 2000). Sedangkan menurut
Illuminating Engineering Society (1972) cahaya dapat didefinisikan sebagai energi
radiasi yang dapat dievaluasi secara visual atau merupakan bagian dari spektrum
radiasi elektromagnetik yang dapat dilihat (visible).
2.2 Definisi Pencahayaan
Menurut Patty et al (1967) pencahayaan atau iluminasi merupakan kepadatan
dari suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan. Tingkat pencahayaan pada
suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja,
dengan bidang kerja yang dimaskud adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang
terletak setinggi 0,75 meter diatas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara
Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2001).
Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m2), dimana lm adalah lumens dan m2 adalah
satuan dari luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan
sekitar. Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya dengan jelas. Mata normal manusia bisa menerima spektrum cahaya
tampak dengan panjang gelombang sekitar 400-700 nm. Spektrum yang tampak
tersebut mencakup beberapa warna diantaranya:
1. Ungu 380-450 nm
2. Biru 450-495 nm
3. Hijau 495-570 nm
4. Kuning 570-590 nm
5. Jingga 590-620 nm
6. Merah 620-750 nm

2.3 Sumber Pencahayaan


2.3.1 Pencahayaan Alami
Sumber pencahayaan alami bersumber dari sinar matahari. Untuk pencahayaan
alami diperlukan jendela-jendela yang besar, dinding kaca, dinding yang banyak
dilubangi dan dapat diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Menurut Ethlers-Steel dalam Suma’mur (1995) untuk mendapatkan pencahayaan alami
yang cukup pada suatu ruangan yang diperlukan jendela sebesar 15-20% dari luas
lantai. Keuntungan utama dari penggunaan sinar matahari adalah pengurangan
terhadap konsumsi energi listrik. Adapun untuk memenuhi intensitas cahaya yang
diinginkan saat intensitas cahaya dari pencahayaan alami masih dirasa kurang, kita
dapat memadukan pencahayaan alami dengan pencahayaan buatan (Sutanto, 1999).
2.3.2 Pencahayaan Buatan
Sumber pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain sinar matahari, maka kita dapat menggunakan pencahayaan buatan
seperti menggunakan lampu. Dalam perkembangannya pencahayaan buatan terbagi
menjadi lampu pijar dan lampu discharge. Fungsi utama penerangan buatan adalah
memberikan cahaya yang menggantikan sinar matahari. Namun di lain pihak,
penerangan buatan ini juga bisa dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana
atmosfer tertentu (Setiawan, B & Hartanti, G., 2014).
2.4 Sifat Cahaya
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik transversal dengan panjang
gelombang antara 400 nm sampai 600 nm. Karena merupakan gelombang
elektromagnetik, cahaya tidak memerlukan medium sebagai perambatannya. Berikut
ini beberapa sifat-sifat dari cahaya:
1. Merambat lurus
2. Menembus benda bening
3. Dapat dipantulkan
4. Dapat dibiaskan (bila melalui dua medium yang memiliki dua indeks bias yang
berbeda (lensa)
5. Cahaya monokromatis (cahaya putih) dapat diuraikan menjadi beberapa cahaya
bewarna (colour mixing)
6. Memiliki energi (Lux)
7. Berbentuk gelombang
8. Merambat tanpa medium perantara
9. Dipancarkan dalam bentuk radiasi
10. Sifat cahaya dapat dipantulkan
2.5 Pencahayaan Berdasarkan Pengukuran
1. Pencahayaan lokal
Penerangan ditempat objek kerja, baik merupakan meja kerja maupun peralatan
2. Pencahayaan umum
Penerangan diseluruh area tempat kerja. Untuk ruang yang tidak teratur misal
adanya penghalang dan susunan lampu yang tidak teratur, maka titik
pengukurannya acak dan banyak. Sedangkan untuk ruang yang teratur, maka
titik pengukurnnya berdasarkan luas ruangan.
3. Pantulan cahaya atau reflektan
Pantulan cahaya ini diukur dengan cara membandingkan intensitas pantulan
dengan intensitas sumber cahaya lokal. Berikut merupakan rumus untuk
menentukan besar reflektan.
Reflektan =𝐵×100%
𝐴

Keterangan:
A = Intensitas cahaya yang jatuh pada bidang ukur dengan photo cell
menghadap
sumber cahaya.
B = Hasil dari pengukuran luxmeter ketika photo cell menghadap pada bidang
ukur
(pantulan cahaya).
2.6 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber
cahaya ke arah tertentu dan diukur menggunakan luxmeter dengan satuan Candela
(Satwiko, 2004). Pada umumnya cahaya memiliki empat faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pencahayaan yaitu kontras, silau, refleksi cahaya dan kualitas
warna cahaya. Kemampuan mata manusia hanya dapat melihat cahaya dengan panjang
gelombang tertentu yang diukur dalam besaran pokok ini.
Intensitas cahaya monokromatik pada panjang gelombang λ adalah:

IV = 683ӯ(λ) (2-2)
Keterangan:
IV = intensitas cahaya dalam satuan Candela,
I = intensitas radian dalam unit W/sr,
ӯ(λ) = fungsi intensitas standar.

Berikut merupakan standar intensitas cahaya pada ruangan:


Tabel 2.2 Standar Intensitas Cahaya Pada Ruangan
Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan
(lux)
Rumah Tinggal :
Teras 60
Ruang Tamu 120-250
Ruang Makan 120-250
Ruang Kerja 120-250
Ruang Tidur 120-250
Ruang Mandi 250
Dapur 250
Garasi 60
Perkantoran:
Ruang Direktur 350
Ruang Kerja 350
Ruang Komputer 300
Ruang Gambar 750
Gudang Arsip 150
Ruang Arsip Aktif 300
Lembaga Pendidikan:
Ruang Kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
Ruang Gambar 750
Kantin 200
Industri Umum:
Gudang 100
Pekerjaan Kasar 100-250
Pekerjaan Sedang 200-500
Pekerjaan Halus 500-1000
Pekerjaan Amat Halus 1000-2000
Pemeriksaan Warna 750

2.5 Luxmeter
Luxmeter adalah alat ukur kuat penerangan dalam suatu ruangan. Satuan ukuran
luxmeter adalah lux. Luxmeter juga disebut digital light meter. Alat ini dilengkapi
sensor cahaya yang sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya yang diterima.
Berikut dibawah ini gambar yang menunjukkan gambar dari luxmeter.

Prinsip kerja dari luxmeter yaitu menangkap energi cahaya melalui photo cell yang ada
dan mengubahnya menjadi energi listrik. Selanjutnya, energi listrik dalam bentukarus
digunakan untuk menggerakan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik
diubahmenjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
2.6 Pengukuran Pencahayaan
Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas pencahayaan
adalah Luxmeter. Alat bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi
tenagalistrik oleh photo electric cell. Intensitas inyatakan dalam pencahayaan
dalamLux. Intensitas pencahayaan diukur dengan 2 cara yaitu :
1. Pencahayaan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja padaobjek
yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar).Pengukurantitik
pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.
2. Pencahayaan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap
meter persegi luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari
lantai (setinggi pinggang). Penentuan titik pengukuran umum: titik potonggaris
horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu
meter dari lantai (Suma’mur, 2009). Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu
dapat dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut :
a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter. Contoh
daerah pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan
kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1 berikut ini.
1m 1m 1m 1m
1m

1m

Sumber: BSN,2004.
Gambar 1.1. Penentuan titik pengukuran pencahayaan umum
dengan luas kurang dari 10m2

b. Luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 : titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh
daerah pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan
antara 10m2 sampai 100m2 seperti pada Gambar 2.2 berikut ini.
3m 3m 3m 3m

3m

3m
3m

Sumber: BSN,2004.
Gambar.1.2. Penentuan titik pengukuran pencahayaan umum
dengan luas antara 10m2 sampai 100m2

c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh daerah
pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan lebih dari
100 meter persegi seperti Gambar 2.3 berikut ini.
6m 6m 6m 6m
6m

6m

6m

Sumber: BSN,2004.
Gambar 1.3. Penentuan titik pengukuran pencahayaan umum dengan
luas lebih dari 100m2
2.7 Standar Pencahayaan
Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) bahwa
kebutuhan intensitas pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat
kerja tidak memadai.
Tabel 1.1 Tingkat Pencahayaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tingkat
Jenis
Contoh Pekerjaan Pencahayaan yang
Pekerjaan
dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti Penimbunan barang 80-170
Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700
Sangat teliti Pemasangan 700-1000
Sumber : Suma’mur, 2009.
Standar pencahayaan lain yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri ialah sebagai berikut,
Tabel 1.2 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Jenis Pekerjaan Tingkat Keterangan
Pencahayaan
Minimal ( Lux )
Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan dan ruang
tidak terus-menerus peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin dan
terus-menerus perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/
penyusun
Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau bekerja
Halus dengan mesin kantor,
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
Tidak pemeriksaan pekerjaan mesin
menimbulkan dan perakitan yang sangat
Bayangan halus.
Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
Tidak perakitan
menimbulkan sangat halus.
Bayangan
Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.
3. Alat Kerja
Nama alat : Light Meter/ Lux Meter

Merk/Type : Lutron LX-1102

Prinsip kerja : alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila kena cahaya akan
menghasilkan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya akan makin
besar pula arus yang dihasilkan. Besarnya intensitas cahaya dapat
dilihat pada level meter.

4. Cara Kerja
Dalam mengoprasikan atau menjalankan lux meter amat sederhana. Tidak serumit
alat ukur lainnya, dalam penggunaannya yang benar benar harus diperhatikan adalah
alat sensornya, karena sensornyalah yang akan mengukur kekuatan penerangan suatu
cahaya. Oleh karena itu sensor harus ditempatkan pada daerah yang akan diukur tingkat
kekuatan cahayanya (iluminasi) secara tepat agar hasil yang ditampilkanpun akurat
adapun cara kerja penggunaan lux meter sebagai berikut :
1. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON
2. Pilih satuan pengukuran dengan menekan tombol "Lux/Fc". layar akan
menunjukan satuan pengukuran yang dipilih, Lux/Ft-ed
3. Pilih range menggunakan tombol "Range"
a. Jika dilayar menunjukan "50.000" ini berarti range yang dipilih kurang
tinggi dikarenakan hasil yang tinggi.
b. Jika dilayar menunjukan "2.000" ini berarti hasil yang dipilih lebih rendah
dari range tersebut, pilih range yang lebih rendah.
4. Letakkan sensor di sumber cahaya
5. Zero Adjusment
a. Tutup sensor menggunakan tutup sensor.
b. Set pada range 40.00 Lux
c. Tekan tombol "Zero", layar akan menunjukan "0000"
d. Buka kembali penutup sensor.
6. Data Hold
Jika selama pengukuran ingin mencatat data yang di hasilkan, bisa menekan
tombol "Hold" maka pengukuran akan berhenti untuk sementara. Jika ingin
melanjutkan pengukuran, tekan kembali tekan " Hold".
7. Data Record
a. Data record berfungsi untuk merekam nilai maksimum dan minimum.
Tekan tombol "Rec " untuk memulai merekam data. Maka akan muncul
ikon "Rec" pada layar.
b. Jika ingin melihat nilai maksimal, tekan tombol " Rec " sekali lagi maka
akn muncul ikon "Rec Max" pada layar.
c. Jika ingin melihat nilai minimum, tekan tombol " Rec" lagi maka akn
muncul ikon " Rec Min" pada layar.
d. Jika ingin menghentikan data record tekan tombol " Rec " beberapa saat
sampai ikon "Rec " dilayar hilang.

5. Hasil Pengukuran
Lokasi Pengukuran: Perpustakaan Skripsi Universitas Sriwijaya Kampus
Indralaya
Waktu Pengukuran: Rabu, 4 September 2019
Berikut adalah hasil pengukuran pencahayaan yang didapat kelompok
Perpustakaan Skripsi Unsri:
5.1 Penerangan Lokal

6 Meter
I II III IV

TITK I TITIK II TITIK III TITIK IV


506 Lux 509 Lux 502 Lux 517 Lux
J
e
n
d V VI VII VIII
e J
l e
a n
TITIK V TITIK VI TITIK VII TITIK VIII d
534 Lux 533 Lux 537 Lux 545 Lux e
l
a
IX X XI XII
6
M
e TITIK IX TITIK X TITIK XI TITIK XII
t 542 Lux 525 Lux 517 Lux 511 Lux
e
r

Rak Buku
Gambar 1. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan Lokal Perpustakaan
Skripsi Unsri (Luas > 100 m2)
Keterangan:

: Pintu : Tiang
Penerangan lokal di Perpustakaan Skripsi Unsri memiliki 12 titik dengan jarak 6
meter untuk tiap titik potong panjang dan lebar ruangan dikarenakan luas ruangan >
100 meter2. Penerangan lokal masing-masing titik mendapatkan hasil yang berbeda
diakibatkan adanya faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran diantaranya lokasi
titik yang dekat dengan jendela sebagai sumber pencahayaan tambahan selain lampu
sehingga nilai hasil yang didapatkan besar.
5.2 Penerangan Umum
Besarnya intensitas penerangan umum di Perpustakaan Skripsi Unsri:
Jumlah Intensitas penerangan (Lux)
= ⋯ Lux
Jumlah titik seluruh ruangan

(506 + 509 + 502 + 517 + 534 + 533 + 537 + 545 + 542 + 525 + 517 + 511
12
6278
= = 𝟓𝟐𝟑, 𝟏𝟕 Lux
12
Dari pengukuran yang dilakukan didapat nilai intensitas penerangan umum di
Perpustakaan Skripsi Unsri adalah sebesar 523,17 Lux

6. Hasil Analisis
Pepustakaan merupakan salah satu tempat yang harus diperhatikan pencahayaanya.
seperti perpustakaan skripsi di Universitas Sriwijaya, Indralaya. Pencahayaan dapat
mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar dimana pencahayaan yang baik
menyebabkan manusia dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya dengan jelas.
Perpustakaan skripsi di Universitas Sriwijaya Indralaya menggunakan dua jenis
sumber cahaya, yaitu cahaya alami dan cahaya buatan. Menurut Ethlers-Steel dalam
Suma’mur (1995) untuk mendapatkan pencahayaan alami yang cukup pada suatu
ruangan diperlukan jendela sebesar 15-20% dari luas lantai. Berdasarkan pengamatan,
luas dan banyaknya jendela sudah cukup untuk memberikan peneragan bagi
pengunjung. Namun, adanya rak buku yang tinggi menghalangi cahaya matahari untuk
menyebar ke seluruh ruangan sehingga pada bagian tengah, depan, dan belakang
perpustakaan di tambah beberapa lampu (pencahayaan buatan).
Perpustakaan skripsi memiliki luas lebih dari 100 m2. Menurut SNI 16-7062-2004,
untuk penentuan titik pengukuran pada ruangan yang luasnya lebih dari 100 m2 yaitu
dengan titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
Berdasarkan hal tersebut, didapatkan 12 titik pengukuran pada perpustakaan skripsi
yang masing-masing titik memiliki intensitas yang berbeda karena dipengaruhi oleh
sumber cahaya dan penghalang, seperti rak buku.
Titik pertama pengukuran pencahayaan dilakukan di dekat pintu masuk
perpustakaan dengan salah satu sisinya berbatasan langsung dengan jendela. Namun,
di bagian luar jendela terdapat sedikit penghalang (atap) yang mengurangi intensitas
cahaya alami. Hasil pengukuran menunjukan bahwa intensitas cahaya di titik pertama,
yaitu sebesar 506 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009)
untuk kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik pertama pengukuran, pencahayaam sudah sesuai
standar.
Titik kedua pengukuran pencahayaan dilakukan di samping titik pertama dimana
titik ini juga dipengaruhi oleh cahaya alami dan cahaya buatan karena di atas titik kedua
terdapat lampu. Hasil pengukuran menunjukan bahwa intensitas cahaya di titik kedua,
yaitu sebesar 509 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009)
untuk kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik kedua pengukuran, pencahayaam sudah sesuai standar.
Titik ketiga pengukuran pencahayaan dilakukan di samping titik kedua dimana titik
ini juga dipengaruhi oleh cahaya alami dan cahaya buatan karena di atas titik ketiga
terdapat lampu. Hasil pengukuran menunjukan bahwa intensitas cahaya di titik ketiga,
yaitu sebesar 502 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009)
untuk kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik ketiga pengukuran, pencahayaam sudah sesuai standar.
Titik keempat pengukuran pencahayaan dilakukan di samping titik ketiga dimana
di salah satu sisinya terdapat jendela. Namun, cahaya yang masuk tidak maksimal hal
ini dikarena adanya penghalang berupa atap dari sisi luar jendela. Pada titik keempat
ini juga terdapat lampu. Hasil pengukuran menunjukan bahwa intensitas cahaya di titik
ketiga, yaitu sebesar 517 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur
(2009) untuk kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal
ini menunjukkan bahwa pada titik keempat pengukuran, pencahayaam sudah sesuai
standar.
Titik kelima pengukuran pencahayaan dilakukan di belakang titik pertama dimana
salah satu sisinya berbatasan langsung dengan jendela dan tidak adanya penghalang
apapun. Hasil pengukuran menunjukan bahwa intensitas cahaya di titik kelima, yaitu
sebesar 534 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk
kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik kelima pengukuran, pencahayaam sudah sesuai standar.
Titik keenam pengukuran pencahayaan dilakukan dibelakang titik kedua dimana
salah satu sisinya terdapat meja untuk membaca dan tidak adanya penghalang apapun.
Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas cahaya di titik keenam, yaitu
sebesar 533 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk
kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik keenam pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan
standar.
Titik ketujuh pengukuran pencahayaan dilakukan dibelakang titik ketiga dimana
salah satu sisinya terdapat rak buku. Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa
intensitas cahaya di titik ketujuh, yaitu sebesar 537 lux. Standar pencahayaan pada
ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk kegiatan teliti (membaca, menggambar)
adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik keenam
pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan standar.
Titik kedelapan pengukuran cahaya dilakukan dibelakang titik keempat dimana
salah satu sisinya berbatasan langsung dengan jendela namun tidak ada penghalang.
Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas cahaya di titik ketujuh, yaitu
sebesar 545 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk
kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik keenam pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan
standar.
Titik kesembilan pengukuran cahaya dilakukan dibelakang titik kelima dimana
salah satu sisinya terdapat jendela dan sisi lainnya terdapat rak buku. Dari hasil
pengukuran menunjukkan bahwa intensitas cahaya di titik kesembilan, yaitu sebesar
542 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk kegiatan
teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini menunjukkan
bahwa pada titik keenam pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan standar.
Titik kesepuluh pengukuran cahaya dilakukan dibelakang titik keenam dengan
kedua belah sisinya dipenuhi oleh rak buku. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
intensitas cahaya dititik kesepuluh , yaitu sebesar 525 lux. Standar pencahayaan pada
ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk kegiatan teliti (membaca, menggambar)
adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik keenam
pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan standar.
Titik kesebelas pengukuran cahaya dilakukan dibelakang titik ketujuh dengan
kedua belah sisinya dipenuhi oleh rak buku dan terdapat beberapa meja membaca.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas cahaya dititik kesebelas, yaitu
sebesar 517 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk
kegiatan teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini
menunjukkan bahwa pada titik keenam pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan
standar.
Titik keduabelas pengukuran cahaya dilakukan dibelakang titik kedelapan dimana
salah satu sisinya terdapat rak buku dan sisi lainnya terdapat meja membaca. Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa intensitas cahaya di titik keduabelas, yaitu sebesar
511 lux. Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) untuk kegiatan
teliti (membaca, menggambar) adalah sebesar 350-700 lux. Hal ini menunjukkan
bahwa pada titik keenam pengukuran, pencahayaam sudah sesuai dengan standar.
Secara keseluruhan, pencahayaan di Perpustakaan skripsi Universitas Sriwijaya
sudah memenuhi standar yang telah ditentukan.

7. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil pengukuran intensitas pencahayaan yang dilakukan yang dilakukan di
Perpustakaan Pusat Universitas Sriwijaya Bagian Skripsi dengan menggunakan
aplikasi alat ukur lux meter pada handphone diperoleh hasil bahwa intensitas
penerangan umum pada ruang baca adalah 523,17 lux. Pengukuran pencahayaan
dilakukan pada 12 titik dimana hasil pengukuran pada setiap titik tidak ada yang kurang
dari 350 lux dan tidak ada yang lebih dari 700 lux. Hal tersebut sudah sesuai dengan
standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) bahwa kebutuhan
intensitas pencahayaan pada jenis pekerjaan teliti seperti membaca dan menggambar
membutuhkan tingkat pencahayaan 350-700 lux.

8. Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat
Kerja. SNI 16-7062-2004. ICS 17.180.20.
IESNA.”The IESNA Lighting And Handbook-Reference & Aplication 9th Edition”.
United State Of America: IESNA,2000.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002


Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Manajemen Sistem Manufakturing, Teknik Industri, Universitas Brawijaya
(http://mansyla.ub.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/MODUL-III.pdf diakses
pada Rabu, 10 September 2019 pukul 11:23 WIB)
Patty, F. A. 1967, Industrial Hygiene and Toxicology vol.1 , Inter Science Publisher
Inc, New York.

Satwiko, P. 2004. Fisika Bangunan 2 : Edisi I. Yogyakarta.

Setiawan, B & Hartanti, G. 2014. Pencahayaan Bauatan Pada Pendekatan Teknis dan
Estetis untuk Bangunan dan Ruang Dalam. Universitas Binus: Jakarta Utara.

SNI. 2001. Tata Cara Perancangan Sitem Pencahayaan Buatan pada Bangunan
Gedung. Dari : http://www.ftspl1.uji.ac.id. [diakses pada 7 September 2019]
Suma’mur. 1995. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV Haji Masagung :
Jakarta.

Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.
Sutanto, Haris. 1999. Gambaran Kualitas Pencahayaan dan Keluhan Subyektif
Pekerja yang Berkaiatan dengan Pencahayaan di RS. Husada. [Skripsi]. FKM
Universitas Indonesia: Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai