Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIKUM

GETARAN

KELOMPOK I

DOKTRIA THAMARISCA SIMANJUNTAK


K011191096

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga Laporan Praktikum Getaran ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Tujuan disusunnya laporan ini sebagai syarat tugas mata kuliah Praktikum K3.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan ini tidak luput dari
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tindak langsung. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada seluruh
pihak dan terkhusus kepada asisten laboratorium atas bimbingan dan dukungannya.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingkat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis berharap para pembaca untuk
memberikan masukan dan kritik yang membangun.

Makassar, 2022

Praktikan

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ...................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
A. Tinjauan Umum Tentang Definisi Getaran ................................................ 9
B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-Jenis Getaran .......................................... 13
C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Getaran ............................................... 17
D. Tinjauan Umum Tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran ................ 20
E. Tinjauan Umum Tentang Dampak Getaran .............................................. 21
F. Tinjauan Umum Tentang Pengendalian Getaran ...................................... 26
BAB III METODE PRAKTIKUM.................................................................. 31
A. Metode Praktikum ................................................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Praktikum .................................................................. 31
C. Instrumen Praktikum ............................................................................... 32
D. Prinsip Kerja ........................................................................................... 33
E. Prosedur Kerja ........................................................................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 35
A. Gambaran Umum dan Lokasi .................................................................. 35
B. Hasil ....................................................................................................... 35
C. Pembahasan ............................................................................................ 36
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 39
A. Kesimpulan ............................................................................................. 39
B. Saran ....................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) menurut ISO 2631-1: 1997 20
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Getaran untuk
Pemaparan Lengan dan Tangan 21
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Intensitas Getaran di Parkiran Motor Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 35

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Vibration Meter Lutron VB-8202 32


Gambar 3.2 Stopwatch 32
Gambar 3.3 Kendaraan roda dua (motor) 33

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. Dokumentasi Praktikum Pengukuran Intensitas Getaran pada Stang


Motor di Parkiran Motor Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mangkunegara dalam tulisannya membahas Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah kondisi tempat kerja yang aman dan terhindar

dari penderitaan, kerusakan maupun kerugian tempat. Dengan upaya K3

para pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan

nyaman. Suatu pekerjaan yang dikatakan aman apabila pekerja yang

bersangkutan dapat melakukan pekerjaannya dengan merasa nyaman dan

aman, sehingga tidak mudah merasa lelah. Faktor risiko K3 merupakan

yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja yang timbul dari aspek

lingkungan kerja seperti terjatuh, kebisingan, getaran, terpapar zat kimia

dalam jangka waktu lama, pencahayaan yang kurang memadai, posisi kerja

yang tidak ergonomis maupun kesehatan pekerja itu sendiri. Oleh karena

itu, perusahaan perlu memelihara kesehatan pekerjanya baik kesehatan fisik

maupun mental. Kesehatan pekerja yang buruk cenderung akan

meningkatkan absensi dan produksi perusahaan akan menurun. Adanya

program K3 yang baik akan mempengaruhi pekerja untuk melakukan

pekerjaannya dengan perasaan senang. (Zega, 2019)

Potensi dan peran sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang

penting dalam pergerakan suatu organisasi. Suatu organisasi perlu menjaga,

memelihara dan meningkatkan kualitas kinerja sumber daya manusia yang

dimilikinya. Berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas kinerja

1
2

salah satunya adalah memberikan motivasi kerja kepada karyawannya serta

menciptakan iklim kerja yang aman. Hal utama yang perlu diperhatikan oleh

sebuah organisasi adalah kenyamanan para karyawannya, sebagaimana

mereka menikmati dan tidak mengalami tekanan dalam melakukan

pekerjaanya. Kunci kesuksesan dari sebuah organisasi adalah dengan

meningkatkan kepuasan kerja para karyawannya. Meskipun berbagai

masalah akan muncul terkait kinerja karyawan, seperti karyawan tidak

merasa puas terhadap pekerjaannya, kurangnya gaji dan insentif sehingga

membuat kinerja karyawan menurun. (Tampubolon, 2020)

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

yang mengatur tentang Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan

Kerja yang berisi “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan

atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya

yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta

sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien,

sehingga proses kerja berjalan lancar”. Kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja berpotensi terjadi tergantung pada jenis produksi, teknologi

yang akan dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan lingkungan

bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga pelaksananya. Berdasarkan

data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015, terjadi

peningkatan kasus kecelakaan dari tahun ke tahun. Kasus kecelakaan kerja

pada tahun 2012 mencapai 21.735 dan pada tahun 2013 mengalami

kenaikan menjadi 35.917 kasus kecelakaan kerja. Provinsi yang memiliki


3

jumlah kasus kecelakaan kerja terbanyak pada tahun 2012 adalah Provinsi

Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah sedangkan tahun 2013 yang memiliki

kasus kecelakaan kerja terbanyak adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan

Jambi. (Mayasari et al, 2017)

Getaran adalah sebuah gerakan dari suatu benda yang terjadi secara

berulang dalam jangka waktu yang singkat. Getaran yang diukur disaat

mesin dioperasikan, sehingga menimbulkan getaran mekanis. Alat mekanis

yang dioperasikan akan menimbulkan getaran mekanis. Getaran mekanis

adalah sebuah gerakan berupa getaran yang dipaparkan kepada operator dan

kemudian disalurkan dari bagian tubuh yang berkaitan langsung dengan

sumber getaran. Adapun dampak yang dihasilkan dari getaran mekanis

adalah gangguan kesehatan yang dimana hal ini akan berpengaruh juga

terhadap pekerjaannya. (Hutomo, 2018)

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48

Tahun 1996, getara merupakan gerakan bolak balik suatu objek dengan

melewati titik setimbangnya terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik

merupakan getaran yang sebabkan oleh peralatan dari kegiatan manusia.

Menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, mendefinisikan getaran

merupakan adalah gerakan yang teratur dari suatu objek atau media dengan

arah bolak balik dari kesetimbangannya. (Ahmad, 2018)

Getaran terbagi atas dua jenis, yaitu getaran tarngan dan lengan (Hand

Arm Vibration) dan getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration). Hand

Arm Vibration adalah getaran yang dampak gejalanya berupa gejala


4

vaskuler, neurologic, dan musculoskeletal yang menyentuh jari-jari tangan

yang diakibatkan oleh mesin-mesin alat kerja yang menggetarkan tangan,

misalnya mesin yang bergetar. Getaran yang timbul memberikan efek yang

bergantung pada besarnya getaran, lama penggunaan dan frekuensinya.

Pekerja yang terpapar getaran dalam jangka waktu yang lama dan semakin

cepat intensitas getarannya, akan berakibat pada tingginya risiko terkena

Hand Arm Vibration Syndrome. (Chairunisa, 2018)

Hand Arm Vibration Syndrome adalah dampak dari paparan getaran

yang bersumber dari alat getar tangan, dengan gejala seperti vaskuler,

neurologis dan musculoskletal. Gejala dari vaskuler akan berkembang

menjadi Vibration White Finger (VWF) atau biasanya dikenal dengan nama

getaran jari putih. Iklim dengan suhu yang dingin merupakan salah satu

risiko gejala VWF, seperti di Kanada dan negara ikllim dingin lainnya,

dibandingkan dengan negara yang memiliki suhu lebih hangat. Pertama kali

dilaporkan kasus getaran jari putih pada penambang di Italia pada awal

tahun 1911 oleh dr. Loriga, kemudian ditemukan kasus yang sama di

Amerika Serikat pada tahun 1918 pada pekerja tambang batu kapus Indiana

oleh dr. Hamilton. Prevalensi pada sindrom getaran ini cukup besar

khususnya di sektor konstruksi, pertambangan, pengecoran, perakitan

mobil, kehutanan maupun perdagangan serta pengerjaan logam. Tercatat

prevalensi para pekerja yang terpapar getaran dengan intensitas yang dapat

diterima sebesar 50%. Kasus Hand Arm Vibration Syndrome tercatat dalam
5

data ektrapolasi dari Inggris dan Amerika Serikat terdapat sekitar 72.000

hingga 144.000 kasus. (Shen et al, 2017)

Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) merupakan salah satu penyakit

yang banyak ditemukan di era perkembangan industri saat ini. HAVS

sebaiknya segera dicegah dengan melakukannya secepat mungkin agar

mencegah kerusakan yang lebih parah. HAVS dapat didiagnosis

berdasarkan klasifikasi Stockholm, yaitu gejala vaskular dan gejala

sensorineural. Hand Arm Vibration Syndrome dapat menimbulkan

kecacatan bagi para pekerja dan kemudian akan mempengaruhi tingkat

kinerja dan produktivitasnya. Dengan demikian, perlu dilakukan

penanganan secepat mungkin untuk mencegah dampak yang lebih buruk.

(Chani et al, 2018)

Suma’mur tahun 2014 menyatakan bahwa kombinasi gejala neurologis

(saraf), pembuluh darah (sirkulasi) dan musculoskeletal merupakan dampak

yang timbul dari paparan getaran pada lengan tangan. Hal ini disebut dengan

Sindrom Getaran Tangan Lengan (HAVS). Gejala dari sindrom getaran

tangan lengan akan muncul setelah terpapar beberapa bulan kemudian bagi

sebagian orang bahkan bisa muncul setelah beberapa tahun kemudian. Jika

pekerja terpapar getaran secara terus-menerus, gejala-gejala yang timbul

akan semakin buruk serta dapat menjadi gejala permanen. Suma’mur

menyatakan bahwa saat gejala seperti vaskular, sensorineural, dan

musculoskeletal dibiarkan, maka akan menyebabkan timbulnya kerusakan

pada sendi serta tulang. Hal ini dapat mempengaruhi aktivitas pekerja dalam
6

bekerja jika gejala yang dialami semakin buruk. Apabila Hand Arm

Vibration Syndrome tidak segera ditangani, maka dapat menyebabkan

kecatatan pada tangan. (Nabila et al, 2020)

Berdasarkan data dari ILO, kasus kematian akibat penyakit akibat kerja

tercatat sekitar 2,4 juta (86,3%), sementara kasus kecelakaan kerja memiliki

kasus lebih dari 380.000 (13,7%). Setiap tahunnya kecelakaan kerja non-

fatal lebih banyak terjadi dibandingkan dengan kecelakaan kerja fatal,

dimana hamper 1000 kali lebih banyak dibandingkan kecelakaan kerja fatal.

Kecelakaan kerja non-fatal diperkirakan terjadi kepada 374 juta pekerja

setiap tahunnya. (International Labour Organization, 2018)

Laporan dari ILO tentang kematian/kecelakaan kerja melebihi 2,78 juta

setiap tahun termasuk penyakit akibat kerja (PAK). Selain itu, yang menjadi

penyumbang terbanyak kematian/kecelakaan kerja adalah sebanyak 374

juta cedera serta sakit akibat kerja. Hal ini menjadi faktor penyebab

tingginya absensi kerja di suatu perusahaan atau tempat kerja. (Estuningtyas

et al, 2022)

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Qoribullah (2020) pada pekerja

home industry pandai besi di Kecamatan Sokobanah Sampang,

mendapatkan hasil bahwa terdapat pekerja di pandai besi Kecamatan

Sokobanah terpapar getaran yang tidak nyaman atau tidak sesuai standar

yang ditetapkan mengalami Carpel Tunnel Syndrome dengan tingkat yang

tinggi. Dalam Permenaker No. PER.13/MEN/X/2011 tentangn Nilai

Ambang Batas faktor risiko dan kimia ditempat kerja yang mengatur
7

tentang intensitas getaran dari peralatan yang digunakan dengan lama

paparan 8 jam per hari, mengatakan bahwa nilai ambang batas yang

diperbolehkan untuk kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan

pekerja adalah 4 m/s2, yaitu untuk nilai ambang batas jumlah paparan hari

kerja dalam 4 jam dan kurang dari 8 jam.

Menurut penelitian yang dilakukan Wahyu (2011) di Jakartaa terhadap

18 supir bajaj mendapatkan hasil pengukuran intensitas getaran terendah

sebesar 1.05 m/s2 dan intensitas tertinggi getaran sebesar 9,22 m/s2. Dampak

yang ditimbulkan dari getaran tersebut yang dirasakan oleh supir bajaj

adalah keluhan pada jari pucat sebesar 33,3%, jari dingin sebesar 22,2%

nyeri sebesar 94,4%, mati rasa sebesar 11.1%, dan kesemutan sebesar

38,9%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hidayat (2011) di Laboratorium Gigi Surabaya. Hasil pengukuran intensitas

getaran yang ada pada alat bor gigi adalah sebesar 0.3 m/dt 2 – 1.2 m/dt2.

Responden sebesar 72% mengalami keluhan Hand Arm Vibration

Syndrome. Keluhan kesemutan sebesar 38.9%. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Handayani et al, 2014, didapatkan sebanyak 22 orang

responden (75,9%) mengalami nyeri lengan atas yang terdiri dari 15

pekerja, dan yang mengalami kesemutan pada jari sebanyak 16 orang

(55,2%). (Chairunisa, 2018)

Kesehatan dan keselamatan kerja disebuah tempat kerja perlu

diperhatikan sebaik mungkin agar para pekerja dapat terhindar dari bahaya.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang wajib diterapkan


8

dalam sebuah tempat kerja serta pada pekerja saat bekerja agar pekerja

terhindar dari Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja

(PAK). Laporan dari ILO tentang kematian/kecelakaan kerja melebihi 2,78

juta setiap tahun termasuk Penyakit Akibat Kerja (PAK). Selain itu, yang

menjadi penyumbang terbanyak kematian/kecelakaan kerja adalah

sebanyak 374 juta cedera serta sakit akibat kerja. Hal ini menjadi faktor

penyebab tingginya absensi kerja di suatu perusahaan atau tempat kerja

(Estuningtyas et al, 2022).

Upaya untuk memperkecil terjadinya penyakit akibat kerja, kecelakaan

kerja maupun kerugian lainnya yang mungkin timbul dengan menggunakan

pendekatan ilmiah adalah program kesehatan dan keselamatan kerja. K3

telah menjadi fokus utama dalam sebuah perusahaan maupun industri yang

bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang sehat dan aman bagi para

pekerjanya sehingga kerugian material maupun non material bisa

diminimalisir. Dalam dunia kerja, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat

interaksi antar manusia, alat kerja, dan lingkungan kerja yang tidak bisa

terpisahkan dimana interaksi ini melibatkan alat indra baik secara langsung

maupun tidak langsung. (Rahmayanti et al, 2017)

B. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari praktikum ini yaitu mengukur intensitas

getaran di lingkungan tempat kerja.


9

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui intensitas getaran dan dibandingkan dengan Nilai

Ambang Batas (NAB).

b. Untuk mengetahui pengoperasian alat ukur getaran yaitu Vibration

Meter Tipe Lutron VB-8201 HA.

c. Untuk mengetahui intensitas getaran pengguna motor di Parkiran

Motor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Definisi Getaran

Getaran merupakan suatu gerakan bolak-balik dari titik setimbangnya.

Keadaan setimbang yang dimaksud adalah keadaan dimana suatu benda

atau objek yang berada pada posisi diam dan tidak bergerak atau diberikan

gaya. Getaran terjadi pada saat mesin atau peralatan yang diberikan gaya,

sehingga pengaruh dari getaran bersifat mekanis. Getaran merupakan suatu

efek dari sumber yang memiliki satuan hertz. Ketidaknyamanan getaran

yang kita alami bersumber dari piranti atau instrumen yang sering

digunakan. Getaran yang berlebihan dapat menyebabkan kerusahan dan

gangguan pada sistem dalam tubuh cepat atau lambat. Oleh karena itu, untuk

menciptakan kenyamanan perlu dilakukan pendeteksian getaran dan upaya

untuk meminimalisasi getaran yang terjadi. Getaran yang sering kita

rasakan yang bersumber dari kendaraan membuat kita tidak nyaman dan

berakibat cepat lelah terlebih lagi jika kita menempuh perjalanan yang

cukup jauh dan dalam jangka waktu yang lama. (Lubis. S, 2021)

Gerakan yang bergerak secara berulang dan seragam yang bersumber

dari suatu benda atau objek dalam tempo yang cepat disebut getaran.

Getaran yang bersumber dari peralatan mesin yang berjalan akan

menimbulkan getaran mekanis. Getaran mekanis merupakan getaran yang

disebabkan oleh alat mekanis yang biasa dirasakan dari operator yang

kemudian disalurkan dari sumber getaran ke bagian tubuh yang terhubung

9
10

langsung dengan sumbernya. Dampak yang timbul dari getaran mekanis

adalah menurunkan konsentrasi dan cepat mengalami kelelahan dalam

bekerja. (Hutomo, 2018)

Efek getaran yang timbul dari hasil gerakan mesin akan menimbulkan

gangguan terhadap kesehatan, seperti angioneurosis jari-jari tangan,

gangguan tulang, sendi, dan otot, neuropati, dan Carpal Tunnel Syndrome

(CTS). Mesin peralatan yang menghasilkan getaran dan dioperasikan

dengan bantuan tangan akan menimbulkan penyakit Carpal Tunnel

Syndrome (CTS). Penyakit ini adalah penyakit gangguan pada saraf yang

terpapar getaran dalam jangka waktu yang lama, yang dimana disebabkan

karena terperangkapnya nervus medianus atau penekanan pada nervus

medianus. Pengukuran getaran ditentukan dari besarnya energi mekanik

yang dihantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu,

fungsi dari energi mekanis berasal dari frekuensi dan intensitas gerakan

isolasi isolasi yang menghasilkan getaran. Menurut Suma’mur (2009) hasil

dari suatu mesin atau benda yang bergetar adalah sesuatu yang tidak

dikehendaki. Mesin atau alat yang dirancang sebelumnya telah

dipertimbangkan saat proses rancangannya akan sejauh mana mesin atau

alat tersebut bergerak dan menimbulkan getaran mekanis. (Lubis. M, 2017)

Sejak pertama kali terpapar getaran, gangguan akan timbul dalam waktu

yang berbeda-beda, namun setelah paparan berat akan timbul gangguan

dalam waktu yang singkat. Getaran diukur dengan menentukan besarnya

energi mekanik dalam satuan permukaan selama periode waktu tertentu.


11

Getaran akan dihasilkan dari energi mekanis yang merupakan fungsi dari

frekuensi dan intensitas gerakan osilasi. Tenaga kerja yang berusia diatas

26 tahun akan rentan terhadap getaran. Salah satu efek yang timbul dari

paparan getaran adalah disfungsi otonom, pembuluh darah dan saraf tepi.

Pengukuran getaran diukur dengan menentukan besarnya energi mekanis

yang dihantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu.

Hasil sebagian getaran yang timbul dari alat-alat mesin akan merambat

sampai keseluruh tubuh dan nantinya akan menyebabkan ganggua pada

tubuh kita. Salah satu penyebab kelelahan adalah karena terpapar oleh

getaran dengan frekuensi dibawah 20 Hz dan akan menyebabkan

bertambahnya tonus otot-totot. Namun jika frekuensi melebihi 20 Hz akan

menimbulkan pengenduran pada otot. Dengan demikian, pekerja yang

terpapar getaran yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) akan

berdampak pada gangguan kesehatan. (Chairunisa, 2018)

Getaran dapat diartikan sebagai stimulus mekanis, dan variable

biomekanik yang menentukan intensitasnya. Pelatihan yang berkaitan

dengan getaran merupakan paparan yang merambat ketubuh dengan

frekuensi yang berbeda-beda dalam waktu tertentu. Ilmu pelatihan getaran

merupakan hal yang baru dalam dunia olahraga. Atlet dan pusat kebugaran

secara luas menggunakan pelatihan getaran dalam program mereka. Salah

satu modalitas terapi rehabilitasi paru adalah pelatihan getaran pada seluruh

tubuh yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja neuromuscular pasien

dengan disfungsi neuromuscular, yang diterapkan dengan menghasilkan


12

getaran dari permukaan getaran. Kontraksi otot akan timbul pada saat Whole

Body Vibration (WBVT). (Zhou et al, 2018)

Getaran banyak digunakan sebagai alat untuk menganalisis kerusakan

mesin-mesin industri. Pengetahuan tentang getaran dan data yang

dihasilkan sangat penting untuk pemeliharaan serta pemecahan masalah.

Getaran yang timbul akibat gaya siklik melalui elemen-elemen yang ada

pada mesin tersebut, dimana elemen-elemen tersebut saling bekerja dan

energi ditentukan melalui struktur berupa getaran. (Widodo et al, 2021)

Semua objek yang berada di bumi pada umumnya pasti bergetar, bahkan

benda yang ada di sekitar kitapun sebenarnya dapat bergetar. Getaran dapat

diukur dengan tepat dengan cara melakukan pengukuran getaran tersebut

dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan vibration meter. Analisis

vibration tester atau vibration pen terbagi menjadi dua yaitu sensor getaran

dan Dynamic Signal Analyzer (DSA). Setelah dilakukan pengukuran

getaran dengan dengan alat ukur Vibration Meter, nilai yang didapatkan

akan disesuaikan dengan nilai batas yang telah ditentukan untuk melihat

apakah intensitas getaran sudah sesuai dengan standar atau belum. Nilai

ambang batas ditentukan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Ada tiga

parameter penting dalam getaran yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur

yaitu amplitudo, frekuensi, dan phase. (Hidayat et al, 2017)

Intensitas getaran ditunjukkan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan

dalam satuan meter/detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran ditunjukkan

sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh dalam rentang 0,5 -
13

4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz. Vibrasi atau getaran, dapat

disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis misalnya mesin atau

alat-alat mekanis lainnya, penjalaran vibrasi mekanik melalui pajanan

dengan permukaan benda yang bergerak, sentuhan tersebut melewati daerah

yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh (whole body

vibration). Bentuk tool hand vibration adalah bentuk yang biasa dipakai saat

bekerja. (Romansyah et al, 2018)

B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-Jenis Getaran

Getaran terdiri atas 2 jenis yaitu getaran tangan dan lengan atau Hand

Arm Vibration serta getaran seluruh tubuh atau Whole Body Vibration.

Getaran tangan dan lengan merupakan kumpulan gejala vaskuler,

neuologic, dan musculoskeletal yang menyentuh jari, tangan dan lengan

yang diakibatkan oleh penggunaan alat-alat yang menggetarkan tangan,

seperti mesin yang bergetar. (Chairunisa, 2018)

Menurut Larasati (2019), mengklasifikasikan getaran dalam beberapa

jenis, yaitu:

1. Getaran Paksa

Getaran paksa merupakan yang terjadi akibat rangsangan gaya luar.

Dimana jika rangsangan tersebut berosilasi, maka sistem dipaksa untuk

bergetar sesuai dengan frekuensi rangsangan. Dan jika frekuensi

rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan

didapat keadaan resonansi, dan osilasi besar yang mungkin akan sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan. Dengan demikian


14

perhitungan frekuensi natural merupakan hal yang sangat penting dalam

sistem getaran.

2. Getaran Bebas

Getaran bebas merupakan getaran yang dapat terjadi apabila sistem

berosilasi karena gaya dalam sistem itu sendiri, serta tidak ada gaya luar

yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada satu atau

lebih frekuensi naturalnya, dan dibentuk oleh distribusi massa dan

kekakuannya.

3. Getaran Teredam dan Getaran Tak Teredam

Getaran tak teredam terjadi jika tidak ada energi yang hilang atau

terserap oleh gesekan dan tidak memiliki tahanan lain selama osilasi.

Sebaliknya, getaran teredam terjadi apabila ada energi yang terserap

oleh gesekan dan tahanan lain. Frekuensi natural tetap dapat dilakukan

apabila readaman yang terjadi sangat kecil, dan dapat diabaikan untuk

mempermudah perhitungannya. Perhitungan redaman menjadi sangat

penting untuk dianalisis apabila sistem getaran yang mendekati

resonansi.

4. Getaran Linier dan Getaran Non Linier

Getaran linier memiliki prinsip super posisi dan analisis dengan

memakai pemodelan matematika. Kemudian, berbeda dengan gerakan

linier, gerakan non linier cenderung memiliki prinsip superposisi tidak

valid dan memiliki teknik analisis yang sangat sulit.


15

5. Getaran Deterministik dan Getaran Acak Derministik

Getaran Deterministik adalah nilai atau besarnya eksitasi yang

bekerja dalam sistem getaran serta dapat diukur dan diketahui pada

waktu tertentu. Disebut demikian karena hasil dari getaran ini

merupakan deterministik. Sebaliknya, pada getaran acak, nilai eksitasi

yang ada tidak dapat diprediksi pada waktu tertentu.

Getaran dibedakan atas 2 yaitu getaran udara dan mekanik. Getaran

mekanik banyak disebabkan oleh mesin atau alat yang menimbulkan

getaran lainnya.

Getaran mekanik terbagi atas dua, antara lain:

1. Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)

Menurut Djuartina (2020), Whole Body Vibration (WBV)

merupakan getaran mekanik yang ditransmisikan ke seluruh tubuh

namun dapat menimbulkan risiko untuk kesehatan pekerja, terutama

pada tulang punggung. Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang

terjadi pada seluruh bagian tubuh yang diakibatkan oleh sumber

getaran, getaran ini terjadi apabila landasan seseorang yang sedang

duduk atau berdiri sedang bergetar dan tubuh dirambati oleh getaran.

Getaran seluruh tubuh merupakan getaran pada tubuh pekerja yang

bekerja sambil duduk atau sedang berdiri yang landasannya

menimbulkan getaran, frekuensi getaran yang terjadi sebesar 5-20 Hz.

Getaran seluruh tubuh biasanya terjadi pada frekuensi 1-80 Hz (Hertz).


16

Contoh dari getaran ini dapat kita jumpai pada getaran permukaan

penyangga mesin traktor. (Yantri, 2017)

Contoh lainnya, pekerja yang bekerja sebagai supir truk dan operator

alat berat berisiko terkena getaran seluruh tubuh, di mana amplitudo

getaran cukup tinggi dan dapat mengenai seluruh bagian tubuh. Paparan

getaran seluruh tubuh penting untuk diperhatikan karena kondisi ini

berkaitan dengan konsekuensi kesehatan yang merugikan, seperti

bengkoknya punggung, potensi penyakit kardiovaskular, berbagai

masalah neuropati, serta masalah pencernaan, sakit kepala, mabuk

perjalanan, pusing dan kemungkinan paling buruk yaitu kanker.

(Krajnak, 2018)

Getaran seluruh badan banyak terjadi pada alat angkutan. Getaran

ini tidak terjadi pada mesin mobil yang telah didesain dengan sempurna

dilihat dari mesin yang halus maupun efektifitas peredam getarannya.

Getaran seluruh badan di angkutan, banyak terdapat di truk, traktor, alat

angkut yang digunakan di industri, perlengkapan untuk mengerjakan

tanah atau pekerjaan di bawah tanah, dan lain sebagainya. Getaran

mekanik di alat angkut tersebut akan memindahkan getaran dari alat

menuju badan manusia. (Chairunisa, 2018)

2. Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration)

Getaran lengan tangan juga dinamakan sebagai getaran setempat.

Getaran ini merambat melalui tangan yang disebabkan oleh pemakaian

alat yang bergetar. Frekuensi 128 Hz tergolong sebagai frekuensi yang


17

berbahya bagi getaran pada lengan karena tubuh manusia biasanya

sangat peka terhadapnya. Getaran ini dapat kita jumpai ketika

menggunakan alat seperti gerinda, gergaji rantai, atau palu. (Yantri,

2017)

C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Getaran

Getaran dapat bersumber dari satu mesin atau perkakas kerja yang

memiiki komposisi sprektal dari amplitudo yang berbeda, serta berasal dari

berbagai frekuensi yang berubah secara acak dengan waktu. (Yantri, 2017)

Adapun sumber-sumber getaran adalah sebagai berikut:

1. Getaran Mekanis

Getaran mekanis dapat menimbulkan resonasi organ tubuh manusia

dan juga jaringan tubuh. Akibatnya, pekerja yang terpapar akan

mendapat pengaruh yang bersifat mekanis. Apabila getaran mekanis ini

melebihi NAB (Nilai Ambang Batas), dalam artinya getaran yang

muncul sudah sangat besar, maka akan menyebabkan gangguan

kesehatan pada manusia atau pekerja yang terpapar. (Agustina, 2019)

Getaran memiliki dampak terhadap tubuh manusia terutama pada

bagian organ-organ tertentu seperti: dada, kepala, rahang, dan

persendian lainnya. Selain rasa tidak nyaman, paparan getaran dalam

jangka waktu yang lama dapat menyebabkan orteoartritis tulang

belakang. Pada umumnya, gangguan yang disebabkan oleh paparan

getaran terhadap tubuh adalah dapat menurunkan produktivitas kerja,


18

ketidaknyamanan saat bekerja, mudah merasa lelah serta gangguan-

gangguan lainnya. (Wulandari et al, 2017)

McCormick (1970) mengatakan getaran mekanis bisa memberi

pengaruh yang buruk pada operator karena bisa menimbulkan gangguan

penurunan performansi dan kesehatan. Pengaruh getaran dalam jangka

pendek hanya tidak teralalu memberi efek psikologis. Adapun pengaruh

dalam jangka panjang, dapat menimbulkan masalah dalam spinal

disorders, hermorruids, hernials, dan kesulitan pembuangan air kemih.

Getaran mampu meningkatkan tensi otot dan vibration induced finger

yaitu pemucatan telapak tangan yang disebabkan oleh pengecilan

pembuluh darah. (Romansyah et al, 2018)

2. Udara

Getaran udara ditimbukan oleh benda yang bergetar dan

dirambatkan melalui udara akan mencapai telinga. Getaran dengan

frekuensi 1-20 Hz tidak akan menyebabkan gangguan pendengaran tapi

jika intensitas lebih dari 140 dB maka akan menyebabkan gangguan

vestibular yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan mual-

mual, nyeri telinga, nyeri dada saat terjadi getaran seluruh tubuh.

Getaran yang bersumber dari udara artinya efek yang dapat dirasakan

berasal dari getaran dari benda yang diteruskan oleh udara. Getaran

udara dapat menimbulkan pengaruh seperti akustik. Getaran udara

mempengaruhi sistem pendengaran. Pada frekuensi lebih dari 140 dB,

akan terjadi gangguan tibuler dan gangguan resonasi, mual-mual dan


19

kehilangan keseimbangan. Selain itu, juga dapat menimbulkan nyeri

dada, nyeri telinga, dan bahkan dapat menyebabkan getaran seluruh

tubuh. (Yantri, 2017)

3. Kendaraan Bermotor

Salah satu jenis kendaraan yang saat ini masih menjadi pilihan

utama masyarakat yang digunakan pada kondisi perkotaan untuk

menghindari kemacetan yang tinggi yaitu sepeda motor jenis roda dua.

Mesin yang prima atau baik merupakan hal yang sangat diperhatikan

untuk menunjang keselamatan dan kenyamanan berkendara. Namun,

penggunaan sepeda motor yang terlalu banyak dapat berdampak pada

terjadinya kebisingan yang diakibatkan dari adanya getaran yang tinggi

dari proses pembakaran mesin sepeda motor tersebut. Kebisingan dan

getaran mekanis yang tinggi tersebut dapat membahayakan pengguna

sepeda motor tersebut, misalnya mereka akan kehilangan keseimbangan

bahkan menyebabkan kecelakaan. (Sadiana et al, 2017)

4. Tanah

Getaran tanah (Ground Vibration) adalah gerakan bumi yang timbul

perambatan gelombang seismik di bawah tanah. Kegiatan peledakan

tersebut menghasilkan gelombang sismik. Getaran tanah ialah hasil

konvolusi yang diperoleh dari fungsi sumber gempa bumi serta fungsi

media perambatan gelombang seismik, yang termasuk di dalamnya juga

fungsi tapak lokal pada lokasi sensor pencatat. Getaran tanah penting

untuk dipelajari karena tingkat getaran tanah mampu menggambarkan


20

tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan di permukaan. Selain itu,

kajian terhadap karakteristik getaran tanah juga bisa dipakai dalam

penentuan building code suatu daerah. (Sriyanto et al, 2017)

Getaran tanah merupakan fenomena yang timbul akibat gerakan

seismik tegangan yang ditimbulkan gelombang akibat ledakan di

tanah. Getaran tanah ini tidak diinginkan dan tidak ramah lingkungan.

Mereka dapat menyebabkan kerusakan parah pada struktur atau

mengganggu manusia. (Arthur, 2020)

D. Tinjauan Umum Tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran

1. Standar Internasional

Standar internasional Whole Body Vibration mengacu pada ISO 2361-

1:1997 tentang getaran untuk kesehatan dan kenyamanan pekerja.

Standar ini menggunakan zona hati-hati untuk mengklasifikasikan

paparan getaran dan menetapkan batas tergantung pada panjang paparan.

Kondisi di atas paparan zona hati-hati ini didefinisikan sebagai

kemungkinan menyebabkan cedera.

Tabel 2.1
Nilai Ambang Batas (NAB) menurut ISO 2631-1: 1997
No. Vibration (m/s2) Consequence
1. <0.315 Not uncomfortable
2. 0.315 –0.63 A little uncomfortable
3. 0.5 –1 Fairly uncomfortable
4. 0.8 –1.6 Uncomfortable
5. 1.25 –2.5 Very uncomfortable
6. >2 Extremely uncomfortable
Sumber: ISO 2631-1: 1997 dalam Taufiq, Muhammad., et.al. 2021
21

2. Standar Nasional

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004, Nilai

Ambang Batas getaran untuk pemaparan tangan-lengan dengan

parameter percepatan pada sumbu yang dominan: 4 m/s2 atau 0,40 Grav.

Tabel 2.2
Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemaparan Lengan dan Tangan
Resultan Percepatan di Sb. X, Sb.
Jumlah waktu pajanan per
Y dan Sb. Z
hari kerja (Jam)
Meter per detik kuadrat (m/𝑠2)
6 jam sampai dengan 8 jam 5
4 jam dan kurang dari 6 jam 6
2 jam dan kurang dari 4 jam 7
1 jam dan kurang dari 2 jam 10
0,5 jam dan kurang dari 1 jam 14
Kurang dari 0,5 jam 20
Sumber: Permenaker No. 5 Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Nilai Ambang Batas

(NAB) getaran pada paparan lengan dan tangan untuk waktu pajanan 6

jam sampai 8 jam per hari kerja adalah 5 m/s², waktu pajanan 4 jam

sampai 6 jam per hari kerja adalah 6 m/s², waktu pajanan 2 jam sampai 4

jam per hari kerja adalah 7 m/s², waktu pajanan 1 jam sampai 2 jam per

hari kerja adalah 10 m/s², waktu pajanan 0,5 jam sampai 1 jam per hari

kerja adalah 14 m/s², sedangkan paparan untuk waktu pajanan kurang dari

0,5 jam adalah 20 m/s².

E. Tinjauan Umum Tentang Dampak Getaran

Di dunia industri, alat yang bergetar tidak dapat dihindari seperti

bengkel mekanik, bengkel mobil, bangunan dan konstruksi, pengecoran

logam, dan kehutanan. Menurut ISO (2001), tingkat eksposur, atau

intensitas, dari kekuatan getaran diukur sebagai akselerasi dalam m/s².


22

Risiko cedera tangan dalam bentuk gangguan pembuluh darah, kerusakan

saraf, dan efek pada sistem muskuloskeletal erat sekali kaitannya dengan

paparan terhadap getaran tangan-lengan. Manifestasi dari gejala vaskular

biasanya berupa jari yang tiba-tiba pucat atau dingin yang disebabkan oleh

kejang pembuluh darah akibat getaran. Kondisi ini biasa disebut sindrom

Raynaud sekunder, atau Raynaud. (Vihlborg et al, 2017)

Pekerja yang terpapar getaran tingkat tinggi dapat menganggu

kesehatannya. Masalah kesehatan yang dapat terjadi adalah Hand Arm

Vibration Syndrome (HAVS) yang merupakan kumpulan gejala vaskular,

neurologik dan muskuloskeletal yang mengenai jari, tangan dan lengan yang

diakibatkan karena penggunaan alat-alat yang dapat menggetarkan tangan.

Penyebab dari sindrom ini dapat berupa alat-alat yang bergetar yang

melewati nilai ambang batas, contohnya mesin gergaji, mesin bor dan lain-

lain. (Chani et al, 2018)

Paparan terhadap getaran pada lengan tangan dapat mengakibatkan

terjadinya kombinasi gejala neurologis (saraf), pembuluh darah (sirkulasi)

dan muskuloskeletal yang secara kolektif dikenal sebagai Sindrom Getaran

Tangan Lengan (HAVS). Gejala dapat terjadi setelah beberapa bulan

terpapar getaran untuk beberapa orang, gejala juga dapat terjadi beberapa

tahun untuk orang lain. Gejala-gejala akan menjadi lebih buruk apabila

terpapar getaran secara terus menerus dan gejala tersebut dapat menjadi

permanen. Suma’mur (2014) mengatakan bahwa ketika gejala vaskular,

sensorineural, dan muskuloskeletal dibiarkan maka akan menimbulkan


23

kerusakan pada sendi serta tulang. Jika gejala tersebut memburuk maka

akan mengganggu aktivitas saat bekerja. Terganggunya pekerjaan

membuat pekerja menghentikan pekerjaannya dan apabila HAVS

dibiarkan maka dapat menimbulkan kecacatan pada tangannya. (Nabila et

al, 2020)

1. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)

Hand Arm Vibration Syndrome merupakan salah satu gangguan

yang terjadi pada pembuluh darah dan saraf pada jari yang disebabkan

oleh getaran, ditransmisikan langsung ke tangan (getaran segmental)

oleh alat atau bagian dari suatu pekerjaan. Salah satu tanda dari HAVS

adalah mati rasa, kesemutan dan memutih (kehilangan warna

normalnya) pada jari. Gejala awal yang muncul awalnya berupa gejala

mati rasa atau kesemutan kemudian muncul gejala

memutihnya/memucatnya warna pada jari. (Chairunisa, 2018)

Hand arm vibration syndrome merupakan kondisi terkait

penggunaan alat getar genggam, yang memiliki ciri gejala yaitu

vaskuler, neurologis dan muskuloskeletal. Gejala vaskuler dari HAVS

ini kemudian bermanifestasi menjadi Vibration White Finger (VWF)

atau dapat artikan getaran jari putih. Risiko gejala VWF akan

meningkat pada iklim dingin seperti Kanada maupun negara dengan

iklim dingin lainnya, dibandingkan negara yang memiliki suhu lebih

hangat. (Shen et al, 2017)


24

Adapun dampak yang merugikan bagi pekerja bila terpapar oleh

getaran yang dihasilkan oleh mesin adalah angioneurosis jari jari

tangan, carpal tunnel syndrome, gangguan tulang, neuropati serta

gangguan sendi dan otot. Carpal tunnel syndrome adalah gangguan

yang terjadi pada saraf dan biasanya dialami oleh pekerja yang

melakukan kontak langsung dengan mesin yang dioperasikan

menggunakan tangan. Penyebab Carpal tunnel syndrome adalah

terperangkapnya nervus medianus atau adanya penekanan pada nervus

medianus yang akan melewati terowongan yang disebut terowongan

carpal. Penyakit ini mengakibatkan produktivitas kerja yang menurun

karena menimbulkan rasa tidak nyaman. Oleh karenanya, kita harus

menanggulangi dampak negatif yang disebabkan oleh getaran melalui

pengukuran sumber getaran yang terpapar oleh pekerja. (Ahmad, 2018)

Gejala yang terjadi secara tunggal secara kolektif dilambangkan

sebagai sindrom getaran tangan-lengan. Gejala ini berupa gangguan

paraesthesia digital dan mati rasa dan merupakan gejala yang paling

umum. Selain itu kemungkinan gangguan lainnya ialah deteriorasi

sensorik. Peningkatan risiko gangguan persepsi termal berkaitan dengan

pekerjaan intensif yang dilakukan oleh tangan, dimana paparan getaran

ternyata mempengaruhi persepsi dingin yang dirasakan oleh seseorang.

(Lundstrom, 2018)

Contoh lainnya, pekerja yang bekerja sebagai supir truk dan operator

alat berat berisiko terkena getaran seluruh tubuh, dimana amplitudo


25

getaran cukup tinggi dan dapat mengenai seluruh bagian tubuh. Paparan

getaran seluruh tubuh penting untuk diperhatikan karena kondisi ini

berkaitan dengan konsekuensi kesehatan yang merugikan, seperti

bengkoknya punggung, potensi penyakit kardiovaskular, berbagai

masalah neuropati, serta masalah pencernaan, sakit kepala, mabuk

perjalanan, pusing dan kemungkinan paling buruk yaitu kanker.

(Krajnak, 2018)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meski penggunaan

mesin dapat menguntungkan bagi tenga kerja atau perusaahan, hal ini

juga memiliki dampak yang negatif bagi pekerja itu sendiri. Dampak

dari proses penggunaan alat yang menghasilkan getaran yang dirasakan

berbeda-beda. Getaran tersebut juga mampu berdampak pada tekanan

darah akibat kebisingan. Besarnya suatu getaran menimbulkan suara

bising yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah sistole.

Penggunaan mesin dapat menguntungkan bagi tenga kerja atau

perusahaan, hal ini juga dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi

pekerja itu sendiri. Dampak dari proses penggunaan alat-alat yang

menghasilkan getaran yang dirasakan berbeda-beda bagi setiap pekerja.

Getaran tersebut juga mampu berdampak pada tekanan darah akibat dari

kebisingan. Besarnya suatu getaran, akan menimbulkan suara bising

yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah sistole. (Wulandari

et al, 2017)
26

F. Tinjauan Umum Tentang Pengendalian Getaran

Menurut Panjaitan (2018), potensi bahaya banyak terjadi di sekeliling

kita termasuk di tempat kerja. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian

bagi perusahaan, pegawai maupun masyarakat sekitar. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pun diperlukan sebagai sarana utama untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja, kecacatan bahkan kematian akibat potensi

bahaya tersebut. Sebelum mengendalikan suatu bahaya, maka penting untuk

mengidentifikasinya terlebih dahulu. Identifikasi bahaya dapat dimulai

secara kelompok, seperti: terkait aturan-aturan, kegiatan, lokasi, fungsi,

ataupun proses produksi. Berbagai cara mengidentifikasi bahaya pada

lingkungan kerja, contohnya menggunakan data kecelakaan kerja yang

pernah terjadi, menggunakan informasi yang tersedia, inspeksi lokasi,

laporan (keluhan pekerja, supervisor, maupun P2K3), dan lain-lain.

(Supriyadi et al, 2017)

Menurut Widiastuti et al (2019), untuk mengendalikan suatu bahaya,

maka perlu untuk mengikuti hierarkipengendalian. Hierarki pengendalian

adalah suatu tingkatan yang dilakukan secara berurutan dari tingkat bahaya

tinggi hingga tingkat risiko atau bahaya kurang menuju titik yang lebih

aman. Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi

(elimination), teknik rekayasa (engineering controls), administrasi

(administrative controls) dan alat pelindung diri (personal protective

equipment).
27

1. Eliminasi

Eliminasi ialah pengendalian bahaya dengan cara menghilangkan

sumber bahaya tersebut secara permanen. Pengendalian risiko

menjadi pilihan prioritas utama dalam menghilangkan sumber bahaya

di tempat kerja. Contoh pengendalian getaran menggunakan eliminasi

ialah menghilangkan peralatan yang memiliki getaran di atas Nilai

Ambang Batas (NAB).

2. Subsitusi

Subsitusi ialah mengganti atau memisahkan sesuatu yang

berbahaya dengan yang tidak terlalu berbahaya. Substitusi adalah

pengendalian risiko dengan cara mengganti bahan, proses, maupun

tata cara berbahaya dengan yang lebih tidak berbahaya. Sistem

pengendalian dengan cara substitusi memerlukankan suatu desain

ulang suatu sistem maupun mekanisme. Contoh pengendalian bahaya

menggunakan subsitusi ialah mengganti cara kerja yang lebih aman

(safety) dari sebelumnya, mengganti alat yang memiliki peredam

getaran lebih baik, menggunakan alat kontrol jarak jauh untuk

menghindari getaran langsung di tubuh.

3. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik ialah mengubah struktur suatu peralatan atau

objek untuk mencegah potensi bahaya yang lebih berbahaya.

Rekayasa teknik adalah pnegendalian risiko dengan melakukan

pemisahan bahaya untuk mencegah terjadinya resiko. Biasanya dalam


28

rekayasa teknik dilakukan modifikasi sedemikian rupa agar potensi

bahaya bisa di minimalisir atau bahkan dihilangkan. Pengendalian ini

juga disebut re-organisasi. Contoh pengendalian getaran

menggunakan rekayasa teknik ialah dengan memasang batas

maksimum penggunaan alat yang memiliki getaran di atas NAB,

menambah peredam getaran pada alat yang digunakan di tempat

kerja. seperti vibration damper yang terbuat dari gabus maupun karet

dan berupa pegas atau alat peredam sejenisnya.

4. Administrasi Kontrol

Admnistrasi kontrol ialah pengendalian dengan membuat suatu

aturan-aturan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk

memudahkan dan melindungi pekerja dari potensi bahaya. Dalam

Hirarki Kontrol, alat pengendalian juga dapat menggunakan

administrasi, misalnya dari sisi orang yang melakukan pekerjaan,

yaitu dengan penerapan prosedur-prosedur yang dirasa perlu. Dengan

pengendalian ini diharapkan orang yang bekerja di sekitar mampu

mematuhi serta melakukan pekerjaan secara aman. Contoh

pengendalian bahaya getaran menggunakan administrasi kontrol

seperti pembuatan SOP, pengaturan shift kerja, pemasangan tanda

bahaya di tempat kerja, pembuatan prosedur kerja secara tertulis,

menempatkan pekerja sesuai kemampuan dan keahlian, memberikan

pelatihan kepada pekerja terutama yang berhubungan langsung

dengan sumber getaran dan lain sebagainya.


29

5. Alat Pelindung Diri

Hierarki pengendalian yang terakhir adalah Alat Pelindung Diri

(APD). APD digunakan sebagai pelindung tubuh pekerja baik

keseluruhan maupun sebagian. APD merupakan salah satu bentuk

upaya dalam menanggulangi risiko akibat kerja. Alat pelindung diri

dalam dunia kerja sangat dibutuhkan terutama pada lingkungan kerja

yang memiliki potensi dan risiko kecelakaan. Pengedalian ini

dilakukan ketika eliminasi, subsitusi maupun rekayasa teknik maupun

administrasi kontrol tidak bisa dilakukan.

Menurut Alfirdha et al. (2018), jika dibandingkan pengendalian

risiko yang lain, Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebenarnya

menempati prioritas paling akhir setelah pengendalian dengan

eliminasi, substitusi, engeneering control dan pengendalian secara

administratif tidak berhasil dilakukan. Alat pelindung diri yaitu

seperangkat alat yang dipakai oleh tenaga kerja guna melindungi

seluruh maupun sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan terjadinya

potensi bahaya kecelakaan kerja di tempat ke


BAB II

METODE PRAKTIKUM

A. Metode Praktikum

Praktikum ini menggunakan metode praktikum observasional dengan

pendekatan desktriptif berupa gambaran umum, potensi-potensi bahaya,

jenis-jenis, kesesuaian dengan undangn-undang, serta teori-teori terkait

tentang percobaan getaran yang dilakukan pada motor di Parkiran Motor

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

B. Lokasi dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Parkiran Motor Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin pada hari Jumat, 27 Mei 2022 pukul

08.00-15.00 WITA. Praktikum ini dilakukan untuk mengukur initensitas

getaran pada pengguna motor dengan menggunakan alat ukur Vibration

Meter Tipe Lutron VB-8201 HA.

31
32

C. Instrumen Praktikum

1. Alat Praktikum

a. Vibration Meter Lutron VB-8202

Gambar 3.1
Sumber: Data Primer, 2022

b. Stopwatch

Gambar 3.2
Sumber: Data Primer, 2022
33

2. Bahan Praktikum

Kendaraan roda dua (motor)

Gambar 3.3
Sumber: Data Sekunder, 2022

D. Prinsip Kerja

Vibration Meter merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

mengukur getaran pada benda. Pada praktikum kali ini kami menggunakan

Vibration Meter Tipe Lutron VB-8201 HA untuk mengukur getaran.

Vibration Meter terdiri atas beberapa komponen diantaranya meliputi

Monitor display, tombol power, tombol hold, dan lain-lain. Monitor display

berfungsi untuk menmapilkan nilai getaran, tombol power digunakan saat

menyalakan dan mematikan alat. Dan tombol hold dugunakan untuk

mengkeep nilai agar nilai dari hasil getaran tidak berubah-ubah. Penguran

dengan menggunakan Vibration Meter Tipe Lutron VB-8201 HA ini

dilakukan dengan cara menekan tombol hold, lalu alat digenggam dan di

letakkan di atas sumber getaran (gerinda). Setelah itu, gerinda dioprasikan

maka monitor display akan menujukkan nilai getaran yang dihasilkan.


34

E. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dilakukan sesuai dengan prosedur tentang pengukuran

intesitas getaran, sebagai berikut:

1. Disediakan kabel akselerometer kemudian disambungkan dengan

vibration meter Tipe Lutron VB-8201 HA.

2. Dinyalakan Vibration Meter Tipe Lutron VB-8201 HA dengan

menekan tombol power satu kali.

3. Dipasangkan kabel akselometer pada sumber getaran yang akan diukur.

4. Ditekan tombol record untuk merekam pengukuran.

5. Ditekan tombol hold untuk mengetahui hasil pengukuran dan dilakukan

sebanyak 5 kali dalam jangka waktu masing-masing 20 detik.

6. Dicatat hasil pengukuran

7. Ditekan lama tombol power untuk mematikan alat Vibration Meter.

8. Dilepas kabel akselometer dari alat Vibration Meter.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi

Lokasi praktikum untuk mata kuliah praktikum K3 dilaksanakan di

area parkiran motor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin. Salah satu potensi bahaya yang dapat ditimbulkan, yaitu

getaran lengan-tangan atau hand arm vibration yang dirasakan oleh

pengguna kendaraan roda dua (motor).

B. Hasil

Adapun hasil pengukuran intensitas getaran, ayitu getaran lengan-

tangan (Hand Arm Vibration) pada stang motor yang dilakukan diparkiran

motor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Intensitas Getaran di Parkiran Motor
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Rata-
Waktu 1 2 3 4 5
rata
20 4,7
5,1 m/s2 5,8 m/s2 4,3 m/s2 3,7 m/s2 4,6 m/s2
detik m/s2
Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel diatas, diketahui bahwa

setelah dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali pada titik yang sama,

intensitas getaran tertinggi yaitu pada percobaan kedua, yaitu sebesar 5,8

m/s2. Sedangkan intensitas getaran terendah ada pada percobaab keempat,

yaitu 3,7 m/s2. Adapun rata-rata intensitas getaran yang didapatkan seluruh

35
36

percobaan lalu dbagi dengan jumlah percobaan, yaitu sebanyak 5 klai

percobaan adalah 4,7 m/s2.

C. Pembahasan

Pengukuran getaran yang dilakukan sebanyak 5 kali di parkiran motor

khususnya pada stang motor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin. Hasil pengukuran Hand Arm Vibration didapatkan rata-rata

sebesar 4,7 m/s2. Berdasarkan Permenakertrans No. 5 Tahun 2018, Nilai

Ambang Batas intensitas getaran yang dapat diterima lengan dan tangan

selama 4 jam adalah 6 m/s2. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemaparan

getaran lengan dan tangan pada pengguna motor di Parkiran Motor Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin masih dalam kategori aman.

Berdasarkan data dari hasil pengukuran didapatkan bahwa getaran rata-rata

berada pada batas aman. Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja kurang dari 0,5 jam. Namun, dari hasil wawancara yang

ditenyakan pada pengguna motor di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, dalam sehari mengendarai motor berdurasi 3-4 jam

sehari. Oleh karena itu, pengguna motor di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin bisa dikatakan melebihi jumlah waktu pajanan per

hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi getaran pada pekerjaan menggerinda

adalah lamanya penyelesaian pekerjaan, keausan roda, jenis mesin gerinda

yang dipakai. Adapun pekerjaan pemotongan dengan menggunakan mesin


37

gerinda, dipengaruhi oleh merek roda potong gerinda. Mesin gerinda

menggunakan tenaga udara memiliki rata-rata getaran yang lebih rendah

jika dibandingkan dengan mesin gerinda listrik yang memiliki rerata getaran

lebih tinggi yaitu 2.6 kali. Pekerja finishing tidak memakai Alat Pelindung

Diri (APD) seperti sarung tangan, ataupun memasang peredam getaran guna

meminimalisir intensitas getaran yang ditimbulkan mesin gerinda.

Interfensi diperlukan dengan melakukan perawatan pada komponen mesin

gerinda, pemberian peredam atau bantalan pegangan gerinda, istirahat dari

paparan getaran setelah 30 menit, serta pemberian sarung tangan jenis kulit

berbantalan tebal yang berfungsi untuk mengurangi getaran. (Widjanarti et

al, 2021)

Menurut Shen et al (2017), hand arm vibration syndrome merupakan

kondisi terkait penggunaan alat getar genggam yang memiliki ciri gejala

yaitu vaskuler, neurologis dan muskuloskeletal. HAVS merupakan salah

satu penyakit yang mengancam diera perkembangan industri saat ini.

Sebaiknya pencegahan HAVS dilakukan sedini mungkin agar mampu

mencegah kerusakan yang lebih parah. Hand arm vibration syndromeharus

diperhatikan perbedaanya dengan keluhan lain yang serupa, seperti CTS

dengan melakukanbeberapa cara tes Allen, tes Adson dan phalen agar

mudah membedakannya dengan CTS. Diagnosis HAVS juga dapat

dibedakan berdasarkan gejala vaskular dan gejala sensorineural sesuai

dengan klasifikasi Stockholm. (Chani et al, 2018)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap stang motor pengguna

motor di Parkiran Motor Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, diketahui bahwa setelah dilakukan

pengukuran sebanyak 5 kali pada titik yang sama, intensitas getaran

tertinggi yaitu pada percobaan kedua, yaitu sebesar 5,8 m/s2.

Sedangkan intensitas getaran terendah ada pada percobaab keempat,

yaitu 3,7 m/s2. Adapun rata-rata intensitas getaran yang didapatkan

seluruh percobaan lalu dbagi dengan jumlah percobaan, yaitu

sebanyak 5 klai percobaan adalah 4,7 m/s2.

2. Cara kerja pengukuran getaran dengan menggunakan Vibration

Meter Tipe Lutron VB-8201 HA yaitu terdiri atas beberapa

komponen di antaranya meliputi Monitor Display, tombol power,

tombol hold, dan lain-lain. Monitor display berfungsi untuk

menampilkan nilai getaran, tombol power digunakan saat

menyalakan dan mematikan alat. Tombol hold digunakan untuk

menahan nilai agar nilai dari hasil getaran tidak berubah-ubah.

Pengukuran dengan menggunakan Vibration Meter Type Lutron

VB-8201 HA ini dilakukan dengan cara menekan tombol hold, lalu

39
40

alat digenggam dan diletakkan di atas sumber getaran (gerinda).

Setelah itu, gerinda dioperasikan dan monitor display akan

menunjukkan nilai getaran yang dihasilkan.

3. Hasil pengukuran Hand Arm Vibration didapatkan rata-rata sebesar

4,7 m/s2. Berdasarkan Permenakertrans No. 5 Tahun 2018, Nilai

Ambang Batas intensitas getaran yang dapat diterima lengan dan

tangan selama 4 jam adalah 6 m/s2. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pemaparan getaran lengan dan tangan pada pengguna motor di

Parkiran Motor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin masih dalam kategori aman. Berdasarkan data dari hasil

pengukuran didapatkan bahwa getaran rata-rata berada pada batas

aman. Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja kurang dari 0,5 jam. Namun, dari hasil wawancara yang

ditenyakan pada pengguna motor di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, dalam sehari mengendarai motor berdurasi

3-4 jam sehari. Oleh karena itu, pengguna motor di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin bisa dikatakan

melebihi jumlah waktu pajanan per hari.


41

B. Saran

Adapun saran yang diberikan pada praktikum ini, yaitu:

1. Dosen

Sebaiknya dosen mata kuliah praktikum kesehatan dan

keselamatan kerja tetap mengawasi jalannya praktikum meskipun

dalam keadaan serba terbatas dan tetap memantau proses dari

praktikum yang dilaksanakan walaupun telah di handel oleh asisten

laboratorium.

2. Asisten

Sebaiknya dapat menjelaskan dengan baik dan rinci terkait hal-

hal yang berkaitan dengan pelaksanaan praktikum serta dapat

membantu semua praktikan saat mengalami kendala dalam proses

yang ada dalam mata kuliah paraktikum kesehatan dan keselamatan.

3. Pekerja

Sebaiknya pekerja senantiasa memperhatikan semua aspek

kesehatan khususnya pada sumber paparan dari getaran dan selalu

menggunakan alat pelindung diri agar meminimalisir paparan

terhadap getaran sehingga efek yang ditimbulkan dapat

diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Z. N. (2019). Analisis Paparan Getaran Mekanis Terhadap Kondisi


Pekerja Pada Bagian Produksi Di Cv. Mulya Abadi Sukoharjo.
Ahmad. Muhammad Fandi. (2018). Hubungan Getaran Terhadap Produktivitas
Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Sebagai Variabel Intervening
Pada Pekerja Konveksi Di Kota Makassar.
Alfirdha, B., Basri K, S., & Nuraeni, T. (2018). Hubungan Faktor Predisposisi
dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja PT. Elnusa
TBK Warehouse Karangampel Relationship of Predisposing Factors with the
Behavior of Use of Personal Protective Equipment at PT. Gudang Elnusa TBK
Karangampel. In Jurnal Kesehatan Masyarakat (Vol. 3, Issue 3).
Arthur, C. K., et.at. (2020). ‘Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS)
approach to blash-induced ground vinration prediction.’ International
Journal of Mining. Reclamation and Environment, 34(3), pp. 198-222.
Chairunisa. (2018). Hubungan Paparan Getaran Dengan Terjadinya Hand Arm
Vibration Syndromepada Pekerja Parut Kelapa Di Pasar Tradisional
Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2017.
Chani, F. Y., & Kurniawan, B. (2018). Hand Arm Vibration Syndrome: Ancaman
Bagi Pekerja Sektor Industri. J Agromedicine |, 5, 483.
Estuningtyas, A., & Herbawani, C. K. (2022). Peningkatan Tekanan Darah pada
Pekerja Terhadap Panas Lingkungan. JPKM: Jurnal Profesi Kesehatan
Masyarakat, 3(1), 1–8.
Hidayat, R., & Wilis, G. R. (2017). Analisis Getaran Pada Kompresor Mesin
Pendingin Dengan Variasi Putaran (RPM) (Vol. 15, Issue 2).
Hutomo. (2018). Analisis Kebisingan Dan Getaran Mekanis Pada Mesin Pengurai
Sabut Kelapa Di Desa Sri Tiga Kecamatan Sumber Marga Telang Kabupaten
Banyuasin.
International Labour Organization, Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan
Pekerja Muda (2018).
Krajnak, K. (2018). Health Effects Associated With Occupational Exposure To
Hand-Arm Or Whole Body Vibration. In Journal of Toxicology and
Environmental Health - Part B: Critical Reviews (Vol. 21, Issue 5, pp. 320–
334). Taylor and Francis Inc.
Larasati, Selviana. (2019) ‘Simulasi Penghitungan dan Eksperimental
Perbandingan Koefisien Redaman Viscos Minyak Pelumas Menggunakan
Sistem Getaran Redam Batang Kantilever’. Skripsi. Fakultas Teknik
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Lubis, M. A. P. (2017). Hubungan Paparan Intensitas Getaran Mesin Dengan
Gejala Carpal Tunnel Syndrome Pada Operator Alat Berat Pembangunan
Jalan Tol Mktt Di Pt Persero Teluk Mengkudu Tahun 2017.
Lubis, S. (2021). Simulasi Getaran Pada Piringan Tunggal Akibat Perubahan
Putaran. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Dan Humaniora, 1, 1.
Mayasari, D., & Mr, K. (2017). Laporan Kasus Kecelakaan Kerja: Fraktur Tertutup
Inkomplit Os Metakarpal dan Falang Proksimal Digiti II Regio Manus Dekstra
pada Karyawan Factory Divisi Mill Boiler PT. X. In Agdic J Agromedicine |
(Vol. 4).
Nabila, A., Fitri, A. M., Buntara, A., & Utari, D. (2020). Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Hand Arm Vibration Syndrome pada Pekerja
Konstruksi. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA FORIKES” (Journal of
Health Research “Forikes Voice”), 11, 16.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Qoribullah, F. (2020). Hubungan Getaran Lengan-Tangan Dengan Keluhan Carpal
Tunnel Syndrome Pada Pekerja Home Industry Pandai Besi Di Kecamatan
Sokobanah Sampang. Medical Technology and Public Health Journal (MTPH
Journal, 4(1).
Rahmayanti, D., & L, A. A. A. (2017). Analisis Bahaya Fisik: Hubungan Tingkat
Pencahayaan Dan Keluhan Mata Pekerja Pada Area Perkantoran Health,
Safety, And Environmental (Hse) PT. Pertamina Ru Vi Balongan. Jurnal
Optimasi Sistem Industri, 14(1), 71–98.
Romansyah, E., Rusdin, R., & Nazaruddin, N. (2018). Ergonomic Analysis Level
of Noise and Vibration of Peanut Peeler Machine to Operator Safety. Jurnal
Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 6(2), 141–147.
Sadiana, R., Suhendra, B., & Azhari, M. F. (2017). Analisis Kebisingan Dan
Getaran Mekanis Pada Sepeda Motor 150cc Type X. In Seminar Nasional
Sinergi Energi dan Teknologi.
Shen, S., & House, R. A. (2017). Clinical Review Hand-arm vibration syndrome
What family physicians should know Editor’s KEy Points. Canadian Family
Physician • Le Médecin de Famille Canadien, 63, 206.
Sriyanto, S. P. D., Fajerianti, I., Nasrurroh, A., Febryana, N. B., Ifantyana, I.,
Wicaksono, K. D., & Sofyan, M. (2017). Variasi Spasial Getaran Tanah
Akibat Gempa Bumi (Studi Kasus: Rangkaian Gempa Bumi Sumatera Utara
9-13 Februari 2017). Universitas Negeri Jakarta Prosiding Seminar Nasional
Fisika (E-Journal, 6.
Supriyadi, & Ramdan, F. (2017). Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko Pada
Divisi Boiler Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment
And Risk Control (Hirarc) Hazard Identification And Risk Assessment In
Boiler Division Using Hazard Identification Risk Assessment And Risk
Control (HIRARC). Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health,
1(2).
Taufiq, Muhammad., Iskandar H., M. Iqbal, & Friesca E. (2021). ‘Analyzing the
Vibration Exposure to the Safety and Health at Workplace: A Case in the Urea
Granulation Unit of The Fertilizer Factory’. Jurnal Optimasi Sistem Industri.
20(2), pp. 115-124.
Tampubolon, M. (2020). Pengaruh Kompensasi, Iklim Kerja, dan Kepemimpinan
Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan. Jurnal AKMAMI
(Akuntansi, Manajemen, Ekonomi), 2, 90–105.
Vihlborg, P., Bryngelsson, I. L., Lindgren, B., Gunnarsson, L. G., & Graff, P.
(2017). Association between vibration exposure and hand-arm vibration
symptoms in a Swedish mechanical industry. International Journal of
Industrial Ergonomics, 62, 77–81.
Widiastuti, R., Prasetyo, P. E., & Erwinda, M. (2019). Identifikasi Bahaya Dan
Penilaian Risiko Untuk Mengendalikan Risiko Bahaya Di Upt Laboratorium
Terpadu Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Industrial Engineering
Journal of The University of Sarjanawiyata Tamansiswa, 3(2).
Widjanarti, M. P., Suryadi, I., Rachmawati, S., & Pangempyaningtyas, I. A. (2021).
Getaran Mekanis Dan Faktor Personal Yang Berhubungan Dengan Keluhan
Subyektif Carpal Tunnel Syndrome Di Pekerja Furnitur. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health, 5(2), 74.
Widodo, I. G., Khoryanton, A., & Pramono, A. (2021). Analysis of vibration due
to misalignment in the clutch cluster installation of centrifugal pump. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 1108(1), 012037.
Wulandari, D. M., Lady, L., & Umyati, A. (2017). Pengaruh Getaran Mekanik Dan
Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Laki-Laki Dan Perempuan.
Yantri, P. D. (2017). Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration) Dan Keluhan
Nyeri Punggung Bawah Pada Operator Alat Berat D Instansi Pemerintah
Kabupaten Jember.
Zega, Y. (2019). Peranan Penerapan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pada UD. Berkat. Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah, 2(2).
Zhou, J., Pang, L., Chen, N., Wang, Z., Wang, C., Hai, Y., Lyu, M., Lai, H., & Lin,
F. (2018). Whole-body vibration training - better care for COPD patients: A
systematic review and meta-analysis.
LAMPIRAN 1

Dokumentasi Praktikum Pengukuran Intensitas Getaran pada Stang Motor


di Parkiran Motor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai