Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM IV

PENGUKURAN INTENSITAS GETARAN


PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Nama : Alifia Nurul Hikmah Mannan


Stambuk : 14120170079
Kelas : C6
Kelompok : VII (Tujuh)

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

PENGUKURAN INTENSITAS GETARAN

PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Nama : Alifia Nurul Hikmah Mannan

Stambuk : 14120170079

Kelas : C6

Kelompok : VII (Tujuh)

Makassar, 14 Juni 2020

ii
Asisten Laboratorium

Saripah Khadijah Rahmat


KATA PENGANTAR

‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


ِ ‫ِبسْ ِم‬
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-

Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang Laporan

Praktikum IV tentang “Pengukuran Intensitas Getaran”

Adapun laporan tentang Laporan Praktikum IV tentang

“Pengukuran Intensitas Getaran” ini telah kami usahakan semaksimal

mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat

memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami tidak lupa

menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu

kami dalam pembuatan laporan ini.

Demikian laporan ini penulisan susun sebagai bahan masukan

dan peningkatan derajat kesehatan. Semoga laporan yang telah dibuat ini

dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

iii
Makassar, 14 Juni 2020

Praktikan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii

KATA PENGANTAR...................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vi

DAFTAR TABEL........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................4

C. Prinsip Kerja....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Getaran....................................................5

iv
1. Pengertian Getaran...................................................................5

2. Jenis-jenis Getaran Menurut J.F. Gabriel.................................6

3. Jenis-jenis Getaran dalam Ilmu Fisika......................................7

4. Sumber getaran........................................................................8

5. Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran.........................................9

6. Pengendalian Getaran............................................................10

7. Pencegahan Getaran..............................................................11

8. Alat Ukur Getaran Beserta Bagian-bagiannya.......................12

9. Efek Getaran Bagi Kesehatan Manusia.................................14

B. Tinjauan Umum tentang Carpal Tunnel Syndrome......................16

1. Pengertian Carpal Tunnel Syndrome.....................................16

2. Epidemologi Carpal Tunnel Syndrome...................................17

3. Gejala Carpal Tunnel Syndrome............................................18

4. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome.......................................18

5. Pencegahan dan Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome.......19

C. Peraturan yang Mengatur tentang Getaran..................................22

BAB III METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan..............................................................................28

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................28

C. Prosedur Kerja..............................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil...............................................................................................30

v
B. Pembahasan.................................................................................32

C. Contoh Kasus................................................................................34

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................36

B. Saran.............................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Vibration Meter.........................................................................12

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran .............................................8

Tabel 2.2 Baku Tingkat Kebisingan.............................................................23

Tabel 4.2 Pengukuran Intensitas Getaran Seluruh Tubuh..........................30

Tabel 4.3 Pengukuran Intensitas Getaran Lengan dan Tangan..................31

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hand Arm Vibration Syndrome (HAVs) sudah dikenal sebagai

penyakit akibat kerja (occupational disease) oleh International Labour

Office (ILO) dan the European Commission. Hand Arm Vibration

Syndrome (HAVs) terdiri dari gejala pada pembuluh darah dan gejala

sensorineural yang diduga dapat timbul bersamaan maupun tidak.

Apabila gejala awal yang ditimbulkan berupa gejala vaskuler, maka

akan cenderung berlanjut menjadi gejala neurologis. Gejala

sensorineural ditunjukan dengan kesemutan dan mati rasa (Pramuditta,

2016).

National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa

prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa

adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). National Health Interview Study

(NIHS) mencatat bahwa CTS lebih sering mengenai wanita daripada

pria dengan usia berkisar 25-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita

usia > 55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun. Prevalensi CTS dalam

populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk

laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering

ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus (29% kanan,

13% kiri) dan 58% bilateral (Ahmad, 2018).

1
2

Menurut Pusat Keahlian untuk Kesehatan dan Kemampuan

Kerja, Finlandia Institute of Occupational Health dalam shiri kejadian

epicondylitis paling umum berdasarkan gejala dan temuan pemeriksaan

fisik dengan prevalensi epicondylitis lateral dalam populasi umum

adalah sekitar 1,0-1,3 % pria dan 1,1-4,0% wanita, pada penyakit

epicondylitis medial hampir 0,3-0,6% pada laki-laki dan 0,3-1,1 % pada

wanita, konsultasi medis pada penyakit ini telah diperkirakan 0,3-1,1

untuk lateral dan 0,1 untuk epicondylitis medial per tahun (Dian &

Rossa, 2015).

Menurut survey nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik Norwegia pada tahun 2009 disebutkan bahwa 5% populasi

tenaga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan dan 25% didalamnya

mengalami paparan setiap harinya. Pekerja yang sering terpapar

getaran tersebut adalah mekanika, tukang las, tukang kayu dan

konstruksi (Buhaug, dkk, 2014). Penelitian di Amerika Serikat diketahui

1,5 juta dari total populasi pekerja terpajan getaran lengan tangan,

sedangkan hasil penelitian di New Zealand dan Inggris dilaporkan

bahwa 40-90% pekerja mengalami sindrom getaran lengan tangan

(Pramuditta, 2016).

Penelitian terhadap pekerja laboratorium dental gigi, diperoleh

hasil bahwa meski paparan yang diterima pekerja tidak melebihi nilai

ambang batas (NAB) yaitu 4 m/s2 yang telah ditentukan tapi pekerja
3

mengalami keluhan hand arm vibration (HAV) (72%). Keluhan yang

sering dirasakan adalah kesemutan (38,9%) (Mastha, 2016).

Menurut penelitian Wahyu, (2011) yang dilakukan di Jakarta

pada 18 supir bajaj dengan getaran terendah 1.05 m/s² dan tertinggi

9.22 m/s². Keluhan kesehatan yang diderita oleh supir bajaj akibat

getaran adalah keluhan jari pucat sebesar 33.3%, jari dingin sebesar

22.2% nyeri sebesar 94.4%, mati rasa sebesar 11.1% kesemutan

sebesar 38.9% (Chairunisa, 2018).

Data sekunder yang diperoleh dari klinik perusahaan PT.

Maruki International Indonesia menunjukan bahwa penerapan

Manajemen K3 belum mencapai Zero Accident. Hal dapat dilihat dari

laporan kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2014 terdapat 21 kasus

kecelakaan kerja, pada tahun 2015 terdapat 20 kasus kecelakaan kerja,

pada tahun 2016 terdapat 10 kasus kecelakaan kerja serta pada tahun

2017 terdapat 12 kasus kecalakaan kerja (Latuconsin dkk, 2019).

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai Whole Body

Vibration yang dilakukan di Makassar pada 220 responden pengemudi

angkutan kota menunjukkan bahwa 94 responden (42,7%)

mengeluhkan keluhan nyeri punggung bawah dengan katrgori risiko

rendah, 43 responden (19,5%) dengan kategori risiko sedang dan 21

(9,5%) responden dengan kategori tinggi (Yantri, 2017).

Beberapa industri konveksi di Makassar seperti CV Emerald

Executive Taylor, CV Arise International Boutique & Taylor dan CV


4

Hero Taylor & Textile merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa

pembuatan pakaian jadi baik dalam partai kecil maupun besar. Ketiga

konveksi ini menghasilkan keluaran atau produk yang bentuknya

beragam yaitu seragam kemeja, kebaya, jas pria dan wanita. beberapa

hal yang dapat memicu timbulnya risiko keluhan carpal tunnel

syndrome di tempat kerja seperti melakukan pekerjaannya dengan

sikap kerja statis dan penggunaan mesin jahit yang terus menerus

selama 12 jam yang diketahui bahwa telah melebihi batas lama kerja

yang diperbolehkan yaitu 8 jam (Ahmad, 2018).

Berdasarkan latar belakang diatas maka praktikan tertarik untuk

membahas lebih dalam tentang pengukuran intensitas getaran.

B. Tujuan

Adapun tujuan umum dan tujuan khusus praktikum pengukuran

intensitas getaran, sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui intensitas getaran suatu alat kerja.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui cara penggunaan alat ukur getaran (Vibration

Meter).

b. Untuk mengetahui tingkat getaran yang diukur.

c. Untuk mengetahui kualitas getaran.

C. Prinsip Kerja
5

Sensor getaran untuk menangkap getaran yang berasal dari

sumber getaran dan kemudian hasilnya dibaca melalui display monitor

yang berupa angka (Hardi dkk, 2020).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pengukuran Intensitas Getaran

1. Pengertian Getaran

Vibrasi atau getaran berasal dari kata dasar getar, yang

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) getar bermakna

gerak yang berulang-ulang secara cepat. Jika dijabarkan lebih lanjut

definisi vibrasi atau getaran adalah gerakan yang berulang-ulang

dengan tempo yang cepat. Contoh yang paling sederhana dari

vibrasi adalah pendulum yang berayun, senar gitar yang dipetik dan

sebagainya (Rohman, 2015).

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media

dengan arah bolak-balik dari kedudukan seimbang. Getaran

merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz.

Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh

manusia mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar

(oscilation) akibat getaran paralatan mekanis yang dipergunakan

dalam tempat kerja (Sari & Martianis, 2019a).

Getaran adalah pergerakan mekanis yang berosilasi

disekitar titik yang tetap. Getaran adalah suatu faktor yang menjalar

ke tubuh manusia, mulai keseluruhan tubuh turut

bergetar(Oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang

dipergunakan dalam tempat kerja. Getaran terjadi saat mesin atau

6
7

alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat

mekanis (Annisa, 2018).

Menurut Keputsan Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun

1996 getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui

keadaan seimbang terhadap suati titik acuan. Getaran dinyatakan

dalam akar rata-rata kuadrat percepatan dalam satuan per meter per

detik. Frekuensi getaran dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz).

(Suryani, 2015).

2. Jenis-jenis Getaran Menurut J.F. Gabriel

Berdasarkan Penelitian Yantri tahun (2017) jenis-jenis

getaran menurut J.F. Gabriel, sebagai berikut:

a. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruhnya terutama pada

akustik

Vibrasi udara oleh karena benda yang bergetar dan

diteruskan udara akan dicapai telinga. Getaran dengan frekuensi

1-20Hz tidak akan terjadi gangguan pengurangan pendengaran

tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan terjadi gangguan

resonansi, kehilangan keseimbangan dan mual-mual. Akan timbul

nyeri telinga, nyeri dada dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.

b. Getaran karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya

resonansil turut bergetarnya alat-alat tubuh yang sifatnya mekanis

pula.
8

Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan/kontak

dengan permukaan benda yang bergerak, sentuhan ini melalui

darah yang terlokaslisasi (tool hand vibration) atau mengenai

seluruh tubuh (whole body vibration). Efek yang timbul terhadap

tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang diterima oleh

tubuh.

3. Jenis-jenis Getaran dalam Ilmu Fisika

Berdasarkan penelitian dari Mustaqim tahun (2016) jenis-

jenis getaran dalam ilmu fisika, sebagai berikut:

a. Gerak harmonik sederhana

Gerak ini terjadi karena adanya gaya pemulih yang selalu

melawan posisi benda agar kembali ke titik setimbang. Pada gaya

ini tidak terdapat gaya disipatif, seperti gaya gesek dengan udara

atau gaya gesek antara komponen sistem.

b. Gerak harmonik teredam

Gerak harmonik teredam terjadi akibat adanya redaman

yang disebabkan oleh hambatan udara dan gesekan pada sistem

yang bergetar sehingga amplitudo osilasi berkurang.

c. Getaran yang dipaksakan

Ketika benda bergetar maka benda tersebut bergetar

dengan frekuensi alaminya. Namun, benda tersebut bisa

mendapat gaya eksternal (frekuensi eksternal) yang juga

mempengaruhinya. Gaya eksternal tersebut yang dimaksud


9

dengan getaran yang dipaksakan. Pada getaran yang dipaksakan,

amplitudo getaran bergantung pada perbedaan frekuensi

eksternal (f) dan frekuensi alami ( 𝑓0). Jika f = 𝑓0 maka amplitudo

bisa bertambah sangat.

4. Sumber getaran

Adapun sumber getaran dari alam dan aktivitas manusia,

antara lain:

a. Sumber Getaran dari Alam

Berdasarkan penelitian dari Gemas dkk tahun (2017)

sumber getaran dari alam, sebagai berikut:

1) Longsor (berbagai jenis), merupakan salah satu jenis gerakan

massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya,

menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya

kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

2) Banjir dan banjir bandang, ialah dimana meluapnya aliran

sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai

sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang

lebih rendah di sekitarnya.

3) Letusan gunung api, merupakan bagian dari aktivitas vulkanik

yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Dimana keluarnya cairan

pijar (magma) dari mulut gunung akibat aktivitas vulkanik.

4) Gempa tektonik dan gempa volkanik, ialah gejala alamiah yang

berupa goncangan atau getaran tanah yang ditimbulkan oleh


10

adanya sumber-sumber getaran tanah akibat aktivitas tektonik

atau aktivitas vulkanik

5) Tsunami, ialah suatu gelombang air laut besar yang

disebabkan oleh gempa bumi dengan pusat di bawah laut.

6) Erosi, ialah proses geologi secara alamiah yang menyebabkan

kehilangan sejumlah massa tanah di suatu tempat akibat aliran

air, baik di permukaan maupun melalui poripori antar partikel

batuan di bawah permukaan.

7) Settlement dan subsidence (penurunan tanah), ialah penurunan

muka tanah sebagai fungsi dari waktu yang diakibatkan oleh

proses alamiah dan aktivitas manusia.

b. Sumber Getaran dan Aktivitas Manusia

Di tempat kerja terdapat banyak peralatan kerja yang

menghasilkan getaran dan secara luas digunakan dalam proses

industri seperti dalam perakitan kapal, otomotif, industri logam,

alat angkut (transportasi), baik getaran seluruh tubuh (whole body

vibraition) ataupun getaran lengan–tangan (hand arm vibration)

seperti pada saat mengebor jalan memakai alat pengeboran dapat

menghasilkan getaran yang dapat mempengaruhi kesehatan

pekerja (Chairunisa, 2018).

5. Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran

Adapun Nilai Ambang Batas Getaran menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEPMENAKERTRANS)


11

No.13 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan

faktor kimia di lingkungan dan tempat kerja, sebagai berikut:

Tabel 2.1
Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran Lengan dan Tangan

Nilai Percepatan pada Frekuensi


Jumlah Waktu Paparan per Dominan
hari kerja
(m/det2) Gravitasi
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang 1 jam 12 1,22
Sumber: PERMENAKERTRANS RI NO PER.13/MEN/X/2011

6. Pengendalian Getaran

Berdasarkan penelitian dari Yantri tahun (2017) adapun

pengendalian getaran, sebagai berikut:

a. Pengendalian Secara Teknis

1) Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas

getarannya (dilengkapi dengan peredam).

2) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan

alat, misalnya membalut pegangan alat, dengan karet.

3) Memelihara/merawat peralatan dengan baik dengan mengganti

bagian-bagian yang aus atau memberikan pelumas.

4) Meletakkan perlatan dengan teratur. Alat yang diletakkan diatas

meja tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di

sekelilingnya.
12

5) Menggunakan remote kontrol. Tenaga kerja tidak dapat terkena

paparan getaran karena dikendalikan jarah jauh.

b. Pengendalian Secara Administratif

1) Rotasi kerja. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan

oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada,

paparan getaran sepenunhnya mengenai salah seorang.

2) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang

berlaku.

c. Pengendalian Secara Medis

Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala

setiap 5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut,

maka interval yang diambil adalah 2-3 tahun sekali.

d. Pengendalian Alat Pelindung Diri

Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan

menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar

(busa).

7. Pencegahan Getaran

Berdasarkan penelitian Yantri tahun (2017), pencegahan

getaran, sebagai berikut:

a. Menggunakan penggantung elastis pada mesin yang

menyebabkan getaran-getaran tersebut (karet peredam getaran,

per logam, per angina, pangkalan terapung dll).


13

b. Menambahkan pada pangkalan mesin yang menyebabkan

getaran-getaran atau tambahkan beban di bawah pangkalan.

c. Menyeimbangkan bagian-bagian yang berputar dari mesin yang

menyebabkan getaran-getaran.

d. Mengurangi energi pemicu dengan melakukan pemeliharaan atau

memperbaiki mesin yang menimbulkan getaran-getaran.

Menurut Hardi dkk tahun (2020), pencegahan getaran,

sebagai berikut:

a. Mengendalikan getaran pada sumbernya dengan mendesain

ulang peralatan untuk memasangpenyerap getaran atau peredam

kejut.

b. Bila getaran disebabkan oleh mesin besar, pasang penutup lantai

yang bersifat menyerap getaran di workstation dan gunakan alas

kaki dan sarung tangan yang menyerap kejutan, meskipun itu

kurang efektif dibanding di atas.

c. Ganti peralatan yang lebih tua dengan model bebas getaran baru.

d. Batasi tingkat getaran yang dirasakan oleh pengguna dengan

memasang peredam getaran pada pegangan dan kursi kendaraan

atau system remote kontrol.

e. Menyediakan alat pelindung diri yang sesuai pada pekerja yang

mengoperasikan mesin bergetar, misalnya sarung tangan yang

bersifat menyerap getaran dan pelindung telinga untuk kebisingan.

8. Alat Ukur Getaran


14

Vibrasi meter merupakan alat pengukur getaran yang

digunakan pada alat atau mesin yang mempunyai getaran pada

penggunaannya. Dengan pengukuran vibration meter ini, akan

didapatkan hasil yang akan dibandingkan dengan nilai ambang batas

yang telah ditentukan (Mustaqim, 2016).

Alat pengukur getaran ini pada prinsipnya terdiri dari sebuah

penangkap getaran (vibration meter) yang dihubungkan dengan

sebuah attenuator kemudian melalui sebuah filter yang diteruskan ke

amplifier, selanjutnya secara selektif dihubungkan dengan alat

pengukur amplitudo, kecepatan atau per cepatan dan seterusnya

dihubungkan dengan skala (Chairunisa, 2018).

Adapun alat ukur getaran beserta bagian-bagiannya, sebagai

berikut:

Tombol Display
Power Monitor

Tombol Tombol
Record Hold

Sensor Tombol
RMS

Tombol Tombol
Recall ACC
Gambar 2.1
Vibration Meter
Sumber: Data Sekunder, 2019

Adapun bagian-bagian dari alat ukur vibration meter, sebagai

berikut:
15

a. Display monitor : menampilkan hasil pengukuran.

b. Tombol power : menyalakan/mematikan alat.

c. Tombol hold : berhenti sementara (pause).

d. Tombol record : memulai pengukuran getaran.

e. Tombol recall : melihat pengukuran sebelumnya.

f. Tombol RMS : menentukan pilihan pengukuran.

g. Tombol ACC : melihat angka yang telah diperboleh.

h. Sensor : mengukur getaran

9. Efek Getaran Bagi Kesehatan Manusia

Berdasarkan peenelitian dari Hazrina & Mustofa (2018) efek

getaran bagi kesehatan manusia, antara lain:

a. Low Back Pain

Low back pain adalah nyeri punggung bawah akibat

adanya iritasi pada diskus intervertebralis atau penekanan diskus

pada saraf yang keluar melalui celah antar vertebra. Pajanan

getaran dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan

degeneratif pada tulang belakang. Pertama, getaran

mengakibatkan percepatan kegagalan fungsi vertebral end plate

yang diikuti dengan terbentuknya bekas luka sehingga

mengakibatkan berkurangnya area difusi nutrisi ke dalam diskus.

Kedua, terjadinya prolaps nukleus yang mengakibatkan bending

atau rotational loading pada sendi intervertebra (Haikal, 2018).

b. Carpal Tunnel Syndrome


16

Getaran langsung pada tangan atau penggunakan alat

genggam yang bergetar akan berdampak pada meningkatnya

kontraksi otot. Getaran juga dapat menyebabkan abrasi mekanik

selubung tendon, neurologis dan ganggunan peredaran darah.

Getaran dapat langsung melukai saraf perifer, ujung saraf, dan

reseptor mekanik dan menimbulkan gejalan mati rasa, kesemutan,

rasa sakit, dan kehilangan sensivitas. Getaran dapat memiliki efek

langsung pada arteri digital (Mallapiang & Wahyudi, 2015).

c. Hand Arm Vibration Syndrome

Efek bersifat progresif apabila ada pemajanan

terhadapalat getar berlanjut dan dapat menyebabkan kasus yang

lebih parah. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran

tersebut disalurkan pada tangan, getaran getaran dalam waktu

singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu

cukup lama dapat menimbulkan kelainan pada tangan berupa

kelainan pada syaraf dan perderan darah, kerusakan-kerusakan

pada persendian tulang dan tergnggu dan tenaga kerja harus

menghentikan pekerjaan (Chairunisa, 2018).

d. Raynaud’s Phenomenom

Terpapar alat-alat dengan getaran mekanik yang lama

dapat mengakibatkan munculnya beberapa dampak negatif bagi

kesehatan, baik gangguan neurologis, muskuloskeletal dan

vaskular. Contohnya adalah munculnya gejala atau manifestasi


17

“White fingers” yang merupakan manifestasi dari Raynaud

Phenomenon. Pada saat anamnesis juga didapatkan manifestasi

mulai muncul setelah adanya paparan dengan alat yang

mempunyai getaran mekanik (Hazrina & Mustofa, 2018).

B. Tinjauan Umum tentang Carpal Tunel Syndrome

1. Pengertian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Carpal tunnel syndrome adalah gangguan pada syaraf yang

disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau

karena adanya penekanan pada nervus medinus yang melewati

terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan

pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu

panjang secara berulang (Ahmad, 2018).

Carpal tunnel syndrome adalah gangguan pada syaraf yang

disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau

karena adanya penekanan pada nervus medianus yang melewati

terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan

pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu

yang panjang secara berulang (pakasi) (Rusdi, 2018).

Carpal tunnel syndrome adalah trauma atau tekanan pada

saraf median yang melewati terowongan karpal pada 9 otot tendon.

Carpal tunnel syndrome merupakan kelainan yang terjadi pada

pergelangan tangan akibat terbentuknya terowongan mulai dari

ujung lengan bawah melalui tulang pergelangan dan berakhir pada


18

tulang telapak tangan, terdapat saraf medianus untuk mensarafi

sensorik dan motorik (Musarrofah, 2017).

2. Epidemologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah salah satu gangguan

saraf yang umum terjadi. Angka kejadian CTS di Amerika Serikat

telah diperikirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya

dengan prevalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi

umum. National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan

bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan diantara populasi dewasa

adalah sebesar 1,55% (2,6 juta). NIHS juga mencatat bahwa CTS

lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan rentang usia

berkisar antara 26-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia

>55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun. Orang ta setengah baya

lebih mungkin berisiko dibandingkan orang yang lebih muda, dan

wanita tiga kali lebih sering daripada pria (Lazuardi, 2016).

Angka kejadian CTS di Amerika Serikat berdasarkan data

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS,

2017) berkisar antara 1-3 kasus dari 1000 orang per tahunnya

dengan prevalensi sebanyak 50 kasus per 1000 orang dalam

populasi umum. Sedangkan pada kelompok berisiko tinggi angka

insiden sebanyak 150 kasus per 1000 orang setiap tahunnya dengan

angka prevalensi lebih dari 500 kasus per 1000 orang. Kejadian CTS

di Belanda berkisar antara 2,5 kasus per 1000 orang setiap tahunnya
19

dan di Inggris prevalensi kejadian CTS berkisar antara 70-160 kasus

per 1000 orang pada populasi umum (Salsabila, 2019).

3. Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Berdasarkan penelitian dari Rozzi tahun (2017), gejala

Carpal Tunnel Syndrome (CTS), sebagai berikut:

a. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak

tangan.

b. Nyeri di telapak tangan, pergelangan tangan, atau lengan bawah,

khususnya selama penggunaan.

c. Penurunan kekuatan cengkraman.

d. Kelamahan dalam ibu jari

e. Sensasi bengkak (ada atau tidak terlihat bengkak)

f. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.

4. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Berdasarkan penelitian dari Rozzi tahun (2017) Klasifikasi

Carpal Tunel Syndrome (CTS), sebagai berikut:

a. Level 1/ Ringan/Mild

Carpal tunnel syndrome ringan memiliki kelainan sensorik

saja pada pengujian elektrofisiologis. Rasa perih/rasa tersengat

dan nyeri atau gejala CTS yang terjadi dapat berkurang dengan

istrahat atau pijat.

b. Level 2/Sedang/Moderate
20

Carpal tunnel syndrome sedang memiliki gejala sensorik

dan motorik. Geala lebih intensif, test ortopedic dan neurologic

mengindikasikan adanya kerusakan saraf.

c. Level 3/Berat/Serve

Gejala lebih parah, mengalami penurunan sensorik dan

rasa nyeri konstan. Dokter menyarakan imobilisasi total dan

pembedahan.

5. Pencegahan dan Pengobatan Carpal Tunel Syndrome (CTS)

Berdasarkan penelitian dari Lazuardi tahun (2016) adapun

pencegahan dan pengobatan Carpal Tunnel Syndrome (CTS),

sebagai berikut:

a. Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Untuk pencegahan, yang dapat dilakukan adalah

penerapan prinsip-prinsip ilmu ergonomi pafa pekerjaan, peralatan

kerja, prosedur kerja dan lingkungan kerja sehingga dapat

diperoleh penampilan pekerja yang optimal. Rotasi kerja pada

jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu dengan merotasi

pekerja pada tugas dengan risiko yang berbeda. Penyesuaian alat

kerja dapat meminimalkan masalah yang terjadi contohnya

penyesuaian yang ergonomik kepada pekerja.

b. Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

1) Terapi Konservatif

a) Beberapa terapi konsveratif


21

(1) Mengistrahatkan pergelangan tangan

(2) Pemasangan bidai pada pergelangan tangan pada posisi

netral atau lurus.

(3) Pemberian vitamin B6

(4) Dilakukan fisoterapi

b) Langkah-langkah pengobatan selain terapi konservatif

(1) Screening

Saat berkonsultasi gejala dan tanda akan

dupayakan timbul. Sebagai skrining, akan diperiksa rasa

sensai di jari kelingking. Jika rasa sensasi pada jari

kelingking ada, memungkinkan penyebab lain harus

dipikirkan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain uji

sensasi/rasa pada jari-jari dan kekuatan otot tangan.

(2) Bidai pada pergelangan tangan

Bidai diberikan pada posisi netral, yaitu pada

tangan yang melurus, agar terjadi rongga terowongan

karpal yang maksimal. bidai juga sering disebut dengan

night splint, karena (terutama) diajurkan untuk digunakan

pada malam hari.

(3) Hidroterapi dan splint

Hidroterapi atau terapi air dapat dilakukan

dirumah. Pada beberapa studi, hidroterapi telah

dibuktikan cukup efisien dalam meningkatkan sirkulasi


22

darah pada daerah yang sakit. Caranya dengan

merendam tangan dalam air panas dan air dingin selama

3 menit.

(4) Pemberian obat

Carpal Tunnel Syndrome juga dapat

ditanggulangi dengan beberapa jenis obat, antara lain

golongan anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, ibuprofen,

naproxen). Selain itu, vitamin B6 (piridoksin), B2

(ribroflavin), didugai efektif dalam penanganan carpal

tunnel syndrome.

(5) Glongan steroid

Injeksi steroid terkadang perlu diberikan untuk

meredakan peradangan. Dengan demikian, tekanan

pada nervus medianus akan berkurang

(6) Mengurangi beban tangan

Jika memang keluhan berhubungan dengan

pekerjaan atau aktivitas sehari-hari, maka

penanggulangan terpenting adalah mengurangi rasa

beban penggunaan tangan. Istrahatkan tangan atau

pergelangan tangan sekurang-kurangnya 2 minggu.

2) Terapi operatif (pembedahan)

(1) Dekomperasi terbuka


23

Sebuah sayatan dibuat ditelapak tangan dengan

anastesi lokal atau anastesi umum. Kemudian, ligamen

karpal melintang dikeluarkan dan dipotong.

(2) Dekomperasi endoskopik

Dua sayatan kecil dibuat dipergelangan tangan dan

telapak tangan. Kemudian, endoskopi (tabung berlampu

kecil berisi kamera) melewati terowongan karpal melalui

sayatan tersebut. Kemudian, mengeluarkan ligamen karpal

melintang dan memotongnya serta membebaskan isi

terowongan karpal dari kompersi.

C. Peraturan yang Mengatur tentang Getaran

Adapun peraturan yang mengatur tentang getaran, sebagai

berikut:

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No. PER 13/MEN/X/2011

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, sebagai berikut:

a. Pasal 1 ayat 10 yang menyatakan bahwa Faktor fisika adalah

faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam

keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran,

gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.


24

b. Pasal 1 ayat 20 Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda

atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan

keseimbangannya.

c. Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa NAB getaran alat kerja yang

kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan

tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat

(m/det2).

d. Pasal 6 ayat 2 Getaran yang melampaui NAB, waktu pemaparan

ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I nomor 3

Peraturan Menteri ini.

e. Pasal 7 menyatakan bahwa NAB getaran yang kontak langsung

maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar

0,5 meter per detik kuadrat (m/det2).

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 49/MENLH/11/1996

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP

49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran, sebagai berikut:

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat

kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha

atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamanan lingkungan

Tabel 2.2
Baku Tingkat Kebisingan
Nilai Tingkat Getaran, dalam mikron (10-6 meter)
Frekuensi Tidak
Menggangg Tidak Menyakitk
(Hz) menggang
u Nyaman an
gu
25

4 <100 100-500 >500-1000 >1000


5 <80 80-350 >350-1000 >1000
6,3 <70 70-275 >275-1000 >1000
8 <50 50-160 >160-500 >500
10 <37 37-120 >120-300 >300
12,5 <32 32-90 >90-220 >220
16 <25 25-60 >60-120 >120
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 49/MENLH/11/1996

20 <20 20-40 >40-85 >85


25 <17 17-30 >30-50 >50
31,5 <12 12-20 >20-30 >30
40 <9 9-15 >15-20 >20
50 <8 8-12 >12-15 >15
63 <6 6-9 >9-12 >12
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 49/MENLH/11/1996

3. Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003

Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, sebagai berikut:

a. Pasal 1 ayat 1 meyatakan bahwa ketenagakerjaan adalah segala

hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,

selama, dan sesudah masa kerja.

b. Pasal 4 menyatakan pembangunan ketenagakerjaan bertujuan

memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara

optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan

kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan

kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan

perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraan dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan

keluarganya.
26

c. Pasal 8 ayat 1 menyatakan bahwa perencanaan tenaga kerja

disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain

meliputi penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan

kerja tersmasuk kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja,

hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, penguapan dan

kesejahteraan tenaga kerja dan jaminan sosial tenaga kerja.

d. Pasal 8 ayat 2 menyatakan bahwa informasi ketenagakerjaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diperoleh dari semua

pihakyang terkait, baik instansi pemerintah maupun swasta

e. Pasal 8 ayat 3 menyatakan bahwa ketentuan mengenai tata cara

memperoleh informasi ketenagakerjaan dan penyusunan serta

pelaksanaan perencanaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2016

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 70

Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Industri, sebagai berikut:

a. Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pengaturan standar dan

persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri bertujuan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan kerja industri yang sehat dalam

rangka menciptakan pekerja yang sehat dan produktif, mencegah

timbulnya gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja, dan


27

kecelakaan kerja dan mencegah timbulnya pencemaran

lingkungan akibat kegiatan industri.

b. Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa standar kesehatan lingkungan

kerja industri meliputi nilai ambang batas faktor fisik dan kimia,

indikator pajanan biologi dan standar baku mutu kesehatan

lingkungan.

c. Pasal 3 ayat 2 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut

mengenai standar kesehatan lingkungan kerja industri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Menteri

ini.

5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun

2018

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.

5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lingkungan Kerja, sebagai berikut:

a. Pasal 1 ayat 23 menyatakan bahwa getaran adalah gerakan yang

teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari

kedudukan keseimbangannya

b. Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa syarat-syarat K3 lingkungan

kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi

pengendalian faktor fisika dan faktor kimia agar berada di bawah

NAB, pengendalian faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor


28

psikologi kerja agar memenuhi standar, penyediaan fasilitas

Kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang bersih dan

sehat dan penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan

kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja.

c. Pasal 8 ayat 1 menyatakan pengukuran dan pengendalian faktor

fisika sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) huruf a

meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang radio atau

gelombang mikro, sinar ulta ungu (ultra violet), medan magnet

statis, tekanan udara dan pencahayaan.

d. Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa pengukuran dan

pengendalian getaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat

(1) huruf c harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki

sumber bahaya getaran dari operasi peralatan kerja.

e. Pasal 11 ayat 2 menyatakan bahwa tempat kerja yang memiliki

sumber bahaya getaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan tempat kerja yang terdapat sumber getaran pada

lengan dan tangan dan getaran seluruh tubuh.

f. Pasal 11 ayat 3 menyatakan bahwa Jika hasil pengukuran tempat

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB

harus dilakukan pengendalian.

g. Pasal 11 ayat 4 menyatakan bahwa pengendalian sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan menghilangkan sumber

getaran dari tempat kerja, mengganti alat, bahan, dan proses kerja
29

yang menimbulkan sumber getaran, mengurangi pajanan getaran

dengan menambah/menyisipkan damping/bantalan/ peredam di

antara alat dan bagian tubuh yang kontak dengan alat kerja,

membatasi pajanan getaran melalui pengaturan waktu kerja,

penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dan melakukan

pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan untuk mengukur intensitas getaran,

sebagai berikut:

1. Vibration Meter

2. Alat Tulis

3. Stopwatch

4. Kamera

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pengukuran intensitas

getaran, sebagai berikut:

1. Waktu

Pelaksanaan Praktikum VI tentang Pengukuran Intensitas

Getaran dilaksanakan pada hari Senin 18 Mei 2020 pukul 10:30

WITA.

2. Tempat

Praktikum VI tentang Pengukuran Intensitas Getaran

dilaksanakan di parkiran motor Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia.

C. Prosedur Kerja

Menurut Hardi dkk tahun (2020), prosedur kerja pengukuran

intensitas getaran dibagi menjadi 2 (dua), sebagai berikut:

30
31

1. Segmental Vibration

a. Nyalakan atau tekan on/off pada vibration meter

b. Ujung dari magnet vibration meter diletakkan pada alat yang akan

diukur.

c. Operasikan alat yang diukur

d. Tekan tombol hold pada vibration meter pada detik ke-20 dan

catat hasil percobaan tersebut.

e. Lalu lakukan kembali sebanyak 5 kali percobaan dalam hitungan

20 detik.

2. Whole Body Vibration

a. Nyalakan atau tekan tombol on/off pada vibration meter

b. Letakkan vibration meter pada lantai mana saja biasanya tenaga

kerja duduk ata berdiri pada kendaraan operasional yang dipakai.

c. Operasikan atau jalankan kendaraan tersebut.

d. Tekan tombol hold pada vibration meter pada menit pertama dan

catat hasil getaran pada vibration meter.

e. Lakukan kembali sebanyak 5 kali percobaan dalam hitungan 1

menit.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di parkiran motor

Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Muslim Indonesia, sebagai

berikut:

1. Pengukuran Getaran Lengan dan Tangan (Segmental Vibration)

Hasil pengukuran intensitas getaran lengan dan tangan di

parkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat setelah dilakukan

pengukuran, sebagai berikut:

Tabel 4.1
Pengukuran Intensitas Getaran Lengan dan Tangan
Di Parikiran Motor Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Percobaan Hasil
1 6,5
2 7,6
3 9,6
4 10,3
5 11,0
Total 45
Rata-Rata 9 m/s2
Sumber: Data Sekunder, 2019

Jumlah Pengukuran Getaran


Rata-rata =
Jumlah Percobaan

6,5+7,6+9,6+10,3+11,0
=
5

45
=
5

= 9 m/ s2

32
33

Berdasarkan hasil perhitungan intensitas getaran lengan dan

tangan yang dilakukan diparkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia maka rata-rata intensitas getaran

lengan dan tangan diperoleh hasil sebesar 9m/s 2.

2. Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)

Hasil pengukuran intensitas getaran lengan dan tangan di

parkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat setelah dilakukan

pengukuran, sebagai berikut:

Tabel 4.2
Pengukuran Intensitas Getaran Seluruh Tubuh
Di Parkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Percobaan Hasil
1 12,1
2 6,7
3 4,1
4 7,3
5 7,8
Total 43
Rata-Rata 8,6 m/s2
Sumber: Data Sekunder, 2019

Jumlah Pengukuran Getaran


Rata-rata =
Jumlah Percobaan

12,1 + 6,7 + 4,1 + 7,3 + 7,8


=
5

43
=
5

= 8,6 m/ s 2

Berdasarkan hasil perhitungan intensitas seluruh tubuh yang

dilakukan diparkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


34

Muslim Indonesia maka rata-rata intensitas getaran lengan dan

tangan diperoleh hasil sebesar 8,6m/s2.

B. Pembahasan

Pembahasan pengukuran intensitas getaran yang akan

dibandingkan dengan jurnal, sebagai berikut:

1. Pengukuran Getaran Lengan dan Tangan (Segmental Vibration)

Hasil pengukuran intensitas getaran lengan dan tangan yaitu

dilakukan di parkiran motor Fakultas Kesehatan Masyarakat

Uniersitas Muslim Indonesia terdapat 5 kali percobaan dengan total

hasil yang didapatkan sebesar 45 dan rata-rata hasil pengukuran

yaitu sebesar 9 m/s2. Dapat dilihat dari intensitas getaran dari

peralatan yang digunakan ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.51 Tahun 1999 tentang Nilai

Ambang Batas yaitu kurang dari 1 jam sebesar 12 m/s 2, maka hasil

pengukuran intensitas getaran lengan dan tangan melewati nilai

ambang batas yang telah ditetapkan.

Jurnal pembanding pengukuran getaran lengan dan tangan

dari penelitian Sari & Martianis tahun 2019 mengatakan Adapun hasil

dari penelitian getaran footrest kanan pada sepeda motor non matic

ini di dapatkan hasil maksimum pada sumbu x,y dan z berturut-turut

adalah 0,043 m/s2, -1,131 m/s2, dan 10,31 m/s2 masih di bawah

batas aman NAB 0,5 m/s2. Dan hasil getaran footrest kiri pada

sepeda motor non matic ini di dapatkan hasil maksimum pada sumbu
35

x,y dan z berturut-turut adalah 1,552 m/s 2, -2,015 m/s2, dan 10,091

m/s2 sudah melewati batas aman NAB 0,5 m/s 2. Jadi pengaruh

getaran footrest kanan pada sepeda motor tersebut bisa berbahaya

bagi kesehatan kaki pengendara dapat menyebabkan seperti rasa

ketidak nyamanan, dan penurunan aktivitas kerja

2. Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)

Hasil pengukuran intensitas getaran lengan dan tangan yaitu

dilakukan di parkiran motor Fakultas Kesehatan Masyarakat

Uniersitas Muslim Indonesia terdapat 5 kali percobaan dengan total

hasil yang didapatkan sebesar 43 dan rata-rata hasil pengukuran

yaitu sebesar 8,6 m/s2. Apabila dibandingkan dengan peraturan yang

telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas yaitu 1

jam kurang dari 2 jam sebesar 8 m/s 2, maka hasil pengukuran

intensitas getaran seluruh tubuh melewati nilai ambang batas yang

telah ditetapkan.

Jurnal pembanding dari penelitian Wulandari dkk tahun 2017

berdasarkan hasil pengukuran besar percepatan getaran pada

percobaan alat simulator getaran, rata-rata besar percepatan pada

responden laki-laki adalah 1,82 ≈ 2 m/s 2. Untuk responden

perempuan rata-rata besar percepatan getaran adalah 2,12 ≈ 2 m/s 2.

Nilai Ambang Batas atau NAB untuk percepatan getaran seluruh

tubuh atau Whole Body Vibration (WBV) berdasarkan european


36

union phsycal agent (vibration) directive (2001) adalah 1,15 m/s 2.

Besarnya kedua percepatan responden laki-laki maupun perempuan

melebihi NAB.

C. Contoh Kasus

Adapun contoh kasus pengukuran intensitas getaran, sebagai

berikut:

1. Pengukuran Getaran Lengan dan Tangan

Berdasarkan penelitian dari Deri tahun 2015 mengatakan

disimpulkan bahwa ada hubungan antara getaran lengan tangan

(hand arm vibration) dengan kejadian epicondylitis medial (golfer

elbow) pada pekerja meubel pembuat springbed bigland di PT.

Dayak Lestari Ekaniaga, dengan nilai prevalensi Ratio=4,909 (CI

95% 1,263-19,081) artinya responden atau pekerja yang terpapar

getaran lengan tangan (hand arm vibration) lebih dari 4 m/dt2

beresiko 4,909 kali mengalami epicondylitis medial (golfer elbow)

dari responden yang terpapar getaran lengan tangan (hand arm

vibration) kurang dari atau sama dengan 4 m/dt 2.

Berdasarkan penelitian dari Chairunisa tahun 2018

pengukuran getaran lengan dan tangan Berdasarkan tabel hasil uji

statistik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18 orang (72%) pekerja

parut kelapa yang mengalami keluhan hand arm vibration syndrome

diantarannya 13 orang (52%) pekerja parut kelapa terpapar getaran

>4 m/s² dan 5 orang (20%) lainnya terpapar getaran ≤4 m/s².


37

Terdapat 7 orang (28%) pekerja yang tidak mengalami keluhan hand

arm vibration syndrome diantaranya 5 orang (20%) pekerja parut

kelapa terpapar getaran ≤ 4m/s² dan 2 orang (8%) lainnya terpapar

getaran >4 m/s².

2. Pengukuran Getaran Seluruh Badan

Berdasarkan penelitian Sari & Martianis tahun 2019 Adapun

hasil dari penelitian getaran footrest kanan pada sepeda motor non

matic ini di dapatkan hasil maksimum pada sumbu x,y dan z berturut-

turut adalah 0,043 m/s2, -1,131 m/s2, dan 10,31 m/s2 masih di bawah

batas aman NAB 0,5 m/s2. Dan hasil getaran footrest kiri pada

sepeda motor non matic ini di dapatkan hasil maksimum pada sumbu

x,y dan z berturut-turut adalah 1,552 m/s 2, -2,015 m/s2, dan 10,091

m/s2 sudah melewati batas aman NAB 0,5 m/s 2. Jadi pengaruh

getaran footrest kanan pada sepeda motor tersebut bisa berbahaya

bagi kesehatan kaki pengendara dapat menyebabkan seperti rasa

ketidaknyamanan.

Berdasarkan penelitian dari Pramuditta tahun 2016 hasil dari

pengukuran getaran yang dihasilkan oleh mesin dan alat tersebut

menggunakan vibration meter adalah sebagai berikut, Berdasarkan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. KEP.51/MEN/1999, Nilai

Ambang Batas (NAB) getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan

disebutkan bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) getaran alat kerja yang

kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga


38

kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2 dengan waktu pemajanan selama

4 jam dan kurang dari 8 jam.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum VI tentang pengukuran

intensitas getaran, sebagai berikut:

1. Cara Pengukuran Vibration Meter

Vibration meter adalah alat ukur getaran yang biasanya

digunakan pada mesin yang menghasilkan getaran pada

penggunaannya. Dengan analisa getaran dapat diketahui kondisi,

problem, dan kerusakan mesin. Dengan melakukan kontrol dan

analisa getaran secara berkala, maka sesuatu yang tidak normal

pada mesin dapat dideteksi sebelum kerusakan besar terjadi.

Cara yang dilakukan adalah pengukuran getaran dengan

Vibration Meter lalu disesuaikan dengan nilai batas yang telah

ditentukan. Biasanya dengan nilai ambang batas yang telah

ditentukan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

2. Getaran yang diukur

Hasil perhitungan intensitas getaran lengan dan tangan yang

dilakukan diparkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Muslim Indonesia maka rata-rata intensitas getaran lengan dan

tangan diperoleh hasil sebesar 9m/s2 sedangkan hasil perhitungan

intensitas seluruh tubuh yang dilakukan diparkiran Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia maka rata-rata

39
40

intensitas getaran lengan dan tangan diperoleh hasil sebesar

8,6m/s2.

3. Hasil perhitungan intensitas getaran lengan dan tangan hasil

sebesar 9 m/s2 berarti masuk dalam kategori tidak aman dan hasil

perhitungan intensitas seluruh tubuh yang rata-rata getaran lengan

dan tangan diperoleh hasil sebesar 8,6 m/s 2.yang berarti masuk

dalam kategori yang berarti lebih besar dari nilai ambang batas

getaran sebesar sebesar 0,5 m/s2.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum VI tentang

pengukuran intensitas getaran, sebagai berikut:

1. Universitas Muslim Indonesia

Sebaiknya pimpinan kampus lebih memperhatikan apabila

ada pekerja konstruksi di kampus agar tidak berisiko terjadinya

bahaya kecelakaan kerja atau paparan yang akan berdampak ke

mahasiswa.

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sebaiknya pimpinan fakultas menyediakan alat-alat yang

ingin digunakan di laboratorium agar mempermudah berjalannya

praktikum.
41

3. Laboratorium

Sebaiknya laboratorium menyediakan dan menjelaskan alat-

alat agar praktikan dapat mengetahui kegunaan alat tersebut, dan

dapat mempermudah praktikan pada saat praktik di lapangan nanti.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Fandi. 2018. Hubungan Getaran Terhadap


Produktivitas Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Sebagai
Variabel Intervening Pada Pekerja Konveksi Di Kota Makassar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Annisa, Rizka Sri. 2018. Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh
Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99
Pu. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara
Chairunisa. 2018. Hubungan Paparan Getaran Dengan Terjadinya Hand
Arm Vibration Syndromepada Pekerja Parut Kelapa Di Pasar
Tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Sumatera Utara
Deri dkk. 2015. Analisis Gerakan Berulang (Repetitive) Dan Getaran
Lengan Tangan (Hand Arm Vibration) Terhadap Kejadian
Epicondylitis Medial (Golfer Elbow) Pada Pekerja Meubel
Pembuat Springbed Bigland Pt. Dayak Lestari Ekaniaga. Jurnal
Mahasiswa Dan Peneliti Kesehatan, Volume 2. Nomor 2. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Pontianak
Dian dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Epicondylitis Medial ( Golfer Elbow ) Pada Pekerja Meubel
Pembuat Springbed Factors That Related To Incident Medial
Epicondylitis ( Golfer Elbow ) On Workers Springbad Furniture
Maker. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Borneo Akcaya
Volume 2. Nomor 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pontianak
Nayoan, Pradhana Arthur dkk. 2017. Analisa Potensi Sumber Daya Dan
Kebencanaan Geologi. Seminar Nasional Cendekiawan, 33–39.
Universitas Trisakti. Jawa Timur
Haikal, Muhammad dan Sofyan Musyabiq Wijaya. 2018. Risiko Low Back
Pain ( LBP ) Pada Pekerja Dengan Paparan Whole Body Vibration
( WBV ) The Risk Of Low Back Pain ( LBP ) In Workers With
Whole Body Vibration ( WBV ) Exposures. Jurnal Agromedicine,
Volume 5. Nomor 1. Universitas Lampung. Lampung
Hardi dkk. 2020. Modul Penentuan Praktikum. Universitas Muslim
Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Hazrina, Siti dan Syazili Mustofa. 2018. Fenomena Raynaud ( Raynaud
Phenomenon ) Dan Pekerja Dengan Paparan Getaran Mekanik
Raynaud Phenomenon And Worker With Exposure Of Vibrating
Tools. Agromedicine, Volume 5. Nomor 1. Fakultas Kedokteran.

42
43

Universitas Lampung. Lampung


Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 49/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Getaran
Latuconsin, Nur Aisah dkk. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Di Pt. Maruki
Internasional Indonesia Makassar Tahun 2018. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, Volume 14. Nomor 1. Universitas Muslim
Indonesia
Lazuardi, Ahmad Iqbal 2016. Determinan Gejala Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) Pada Pekerja Pemecah Batu (Studi Pada Pekerja
Pemecah Batu Di Kecamatan Sumbersari Dan Sukowono
Kabupaten Jember). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Jember. Jember
Mallapiang, Fatmawaty dan Andi Agus Wahyudi 2015. Al - Sihah : Public
Health Science Journal Gambaran Faktor Pekerjaan Dengan
Kejadian Carpal Tunnel Syndrome ( CTS ) Pada Pengrajin Batu
Tatakan Di Desa Lempang Kec . Tanete Riaja Kabupaten Barru
Tahun 2015. Public Health Science Journal, Volume 1. Nomor 2.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Makassar
Mastha, Afdim Febryandra dkk 2016. Hubungan Getaran Lengan-Tangan
Degan Hand Arm Vibration Syndrome Pada Pekerja Bagian
Pemotongan Dan Penghalusan Pengrajin Gitar Di Sukoharjo.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), Volume 3. Nomor 3.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Diponegoro
Musarrofah, Dian. 2017. Hubungan Antara Kejadian Carpal Tunnel
Syndrome Dengan Produktivitas Pekerja Wanita Bagian Sewing
PT. Maxmoda Indo Global Demak. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. Semarang
Mustaqim, Muhammad. 2016. Analisis Dan Karakteristik Getaran Melalui
Medium Tanah. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Pramuditta, Luke dan Tresna Dermawan Kunaefi. 2016. Pengaruh
Paparan Getaran Mesin Terhadap Kelelahan Dan Hand Arm
Vibration Syndrome (Havs) Pada Pekerja Di Industri Beton
44

Pracetak (Studi Kasus PT SCG Pipe And Precast Indonesia).


Jurnal Tehnik Lingkungan, Volume 22. Nomor 2. Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Rohman, Alfas Zainur 2015. Rancang Bangun Alat Ukur Getaran Mesin
Berbasis Arduino. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Semarang. Semarang
Rozzi, Fahrur. 2017. Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada
Operator Mesin Traktor Tangan (Studi Di Desa Balung Kulon
Kecamatan Balung Kabupaten Jember). Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember. Jember
Rusdi, Yusuf dan Herry Koesyanto. 2018. Hubungan Antara Getaran
Mesin Produksi Dengan Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 4. Nomor 1. Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang
Salsabila, Cindy Ila. 2019. Karakteristik Individu Dan Faktor Pekerjaan
Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pekerja Bagian
Repair Veneer (Studi Di Cv. Anugerah Alam Abadi Bondowoso).
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember.
Jember
Sari, Jurni dan Erwen Martianis. 2019. Analisa Getaran Footers ( Pijakan )
Pada Sepeda Motor Non-Matic Dengan Variasi Kecepatan.
Seminar Nasional Industri Dan Teknologi Politeknik Negeri
Bangkalis. Riau
Suryani, Novi Dwi Ira. 2015. Analisis Pengaruh Tingkat Kebisingan Dan
Getaran Kereta Api Terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga
Di Pemukiman Pinggiran Rel Kereta Api Jalan Ambengan
Surabaya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Airlangga. Surabaya
Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Wulandari, Dea Meita dkk. 2017. Pengaruh Getaran Mekanik Dan
Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Laki-Laki Dan
Perempuan. Jurnal Teknik Industri Untirta. Fakultas Teknik
Industri. Universitas Sultan Ageng Tritayayasa. Banten
Yantri, Priscalia Denni. 2017. Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body
Vibration) Dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Operator
Alat Berat Di Instansi Pemerintah Kabupaten Jember. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember. Jember

Anda mungkin juga menyukai